RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

15
Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 352 RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT Bethesda Bakara Mahasiswi, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tanjung pura, Indonesia [email protected] ABSTRAK Penyakit infeksi dan menular merupakan penyebab utama tingginya angka kematian pada negara berkembang. Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki iklim tropis, endemik dengan beberapa penyakit infeksi dan menular seperti DHF dan diare. Pulau Kalimantan belum memiliki wadah atau rumah sakit khusus untuk menangani penyakit infeksi dan menular. Provinsi Kalimantan Barat dalam kondisi waspada Triple Burden's yang terdiri dari malaria, tuberkulosis (TBC), dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat menjadi wadah proses penyembuhan, pengobatan dan rehabilitasi pasien penyakit infeksi dan menular. Metode perancangan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu gagasan, pengumpulan data, identifikasi, analisis, sintesis dan pengembangan rancangan. Perancangan berfokus pada desain yang memperhatikan perilaku, sirkulasi dan kebutuhan ruang. Hasil Perancangan terdiri dari 2 massa utama dan 3 massa pendukung. Analisis perancangan menghasilkan lima fungsi rumah sakit, yaitu pelayanan medis, penunjang pelayanan medis, pengelola, penunjang operasional dan pemeliharaan sarana rumah sakit. Massa perancangan menggunakan kolom bentuk silinder dan struktur bentang lebar. Perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat menggunakan pengolahan limbah bahan berbahaya beracun (B3) yang berfungsi untuk menangani dan memusnahkan limbah berbahaya agar tidak membahayakan lingkungan. Kata kunci: Perancangan, Rumah Sakit, Penyakit Infeksi ABSTRACT Infectious and infectious diseases are the main cause of high mortality rates in developing countries. Indonesia as a developing country that has a tropical climate, is endemic with several infectious and infectious diseases such as DHF and diarrhea. Kalimantan Island does not yet have a special forum or hospital to handle infectious and infectious diseases. West Kalimantan Province is in a triple Burden's alert condition which consists of malaria, tuberculosis (TB), and acute respiratory infections (ARI). The design of the West Kalimantan Infectious Disease Hospital is a container for the healing, treatment, and rehabilitation of infectious and infectious disease patients. The design method is carried out in several stages, namely ideas, data collection, identification, analysis, synthesis, and design development. The design focuses on designs that pay attention to behavior, circulation and space requirements. Design results consist of 2 main masses and 3 supporting masses. Analysis of the design produced five hospital functions, namely medical services, supporting medical services, managers, operational support and maintenance of hospital facilities. The mass design uses a cylindrical shape column and a wide span structure. The design of the West Kalimantan Infectious Disease Hospital uses the processing of hazardous toxic waste that functions to handle and destroy harmful waste so as not to endanger the environment. Keywords: Design, Hospital, Infection Disease 1. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Hal ini sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sumber daya dibidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, kesediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi. Sumber daya tersebut dimanfaatkan untuk menyelenggarakan

Transcript of RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Page 1: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 352

RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Bethesda Bakara

Mahasiswi, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tanjung pura, Indonesia [email protected]

ABSTRAK

Penyakit infeksi dan menular merupakan penyebab utama tingginya angka kematian pada negara berkembang. Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki iklim tropis, endemik dengan beberapa penyakit infeksi dan menular seperti DHF dan diare. Pulau Kalimantan belum memiliki wadah atau rumah sakit khusus untuk menangani penyakit infeksi dan menular. Provinsi Kalimantan Barat dalam kondisi waspada Triple Burden's yang terdiri dari malaria, tuberkulosis (TBC), dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat menjadi wadah proses penyembuhan, pengobatan dan rehabilitasi pasien penyakit infeksi dan menular. Metode perancangan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu gagasan, pengumpulan data, identifikasi, analisis, sintesis dan pengembangan rancangan. Perancangan berfokus pada desain yang memperhatikan perilaku, sirkulasi dan kebutuhan ruang. Hasil Perancangan terdiri dari 2 massa utama dan 3 massa pendukung. Analisis perancangan menghasilkan lima fungsi rumah sakit, yaitu pelayanan medis, penunjang pelayanan medis, pengelola, penunjang operasional dan pemeliharaan sarana rumah sakit. Massa perancangan menggunakan kolom bentuk silinder dan struktur bentang lebar. Perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat menggunakan pengolahan limbah bahan berbahaya beracun (B3) yang berfungsi untuk menangani dan memusnahkan limbah berbahaya agar tidak membahayakan lingkungan.

Kata kunci: Perancangan, Rumah Sakit, Penyakit Infeksi

ABSTRACT

Infectious and infectious diseases are the main cause of high mortality rates in developing countries. Indonesia as a developing country that has a tropical climate, is endemic with several infectious and infectious diseases such as DHF and diarrhea. Kalimantan Island does not yet have a special forum or hospital to handle infectious and infectious diseases. West Kalimantan Province is in a triple Burden's alert condition which consists of malaria, tuberculosis (TB), and acute respiratory infections (ARI). The design of the West Kalimantan Infectious Disease Hospital is a container for the healing, treatment, and rehabilitation of infectious and infectious disease patients. The design method is carried out in several stages, namely ideas, data collection, identification, analysis, synthesis, and design development. The design focuses on designs that pay attention to behavior, circulation and space requirements. Design results consist of 2 main masses and 3 supporting masses. Analysis of the design produced five hospital functions, namely medical services, supporting medical services, managers, operational support and maintenance of hospital facilities. The mass design uses a cylindrical shape column and a wide span structure. The design of the West Kalimantan Infectious Disease Hospital uses the processing of hazardous toxic waste that functions to handle and destroy harmful waste so as not to endanger the environment.

Keywords: Design, Hospital, Infection Disease

1. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Hal ini sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sumber daya dibidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, kesediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi. Sumber daya tersebut dimanfaatkan untuk menyelenggarakan

Page 2: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 353

upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat (Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, 2009). Pulau Kalimantan merupakan wilayah siaga terhadap penyakit menular. Penyakit menular terjadi tiba-tiba dan menyebar dengan cepat hingga menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Kejadian luar biasa (KLB) adalah kejadian timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu yang dapat menjurus pada terjadinya wabah (Kesekretariatan Kota Pontianak, 2012). Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan penyebab paling utama tingginya angka kematian (mortality) terutama pada negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit infeksi disebabkan karena adanya mikroba patogen. Penyakit infeksi seperti diare, demam tifoid, demam berdarah, radang paru-paru sering ditemukan di masyarakat.

Penyakit infeksi dan menular dapat ditularkan melalui udara, vektor, makanan, air, dan lainnya. Penyakit infeksi dan menular yang sering diderita masyarakat adalah ISPA, pneumonia, tuberculosis, malaria, DBD, dan diare. Pengobatan dan penyembuhan untuk penyakit infeksi dan menular dapat dilakukan dan difasilitas layanan kesehatan seperti rumah sakit, Puskesmas, dan tempat praktek dokter mandiri. Sebagai negara berkembang yang memiliki iklim tropis, Indonesia juga endemik dengan beberapa penyakit infeksi dan menular lainnya seperti DHF dan diare. Menurut data WHO rentang tahun 2000-2005 tercatat 884,462 juta kasus DHF (Degue Hemoragi Fever). Di wilayah Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat pada tahun 2010 tercatat lebih dari 2,2 juta kasus (WHO, 2012). Di Indonesia tercatat dalam Permenkes Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Umum pada tahun 2008 terdapat 137.469 kasus dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 158.912 dengan angka kematian 1.420. Pada tahun 2004, lebih dari 1,5 juta anak di dunia meninggal dunia karena diare dan 80% diantaranya berusia < 2 tahun. Pada tahun 2008 tercatat 15 % dari jumlah populasi anak yang berusia <5 tahun menderita diare di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Tingkat pertumbuhan penduduk berjalan beriringan dengan peningkatan fasilitas kesehatan. Menjadi provinsi dengan jumlah penduduk tinggi Kalimantan Barat belum memiliki fasilitas kesehatan yang memadai. Provinsi Kalimantan Barat tidak terdapat rumah sakit khusus yang menangani penyakit infeksi dan menular. Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat berikut data penyakit menular di Kalimantan Barat dengan penderita paling banyak (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2018), dirangkum dalam Tabel 1.

Tabel 1: Jumlah kasus penyakit menular di Kalimantan Barat sepanjang tahun 2017

No Nama Penyakit Penyebaran Jumlah Penderita/Kasus

1 Malaria Malaria Klinis Melalui gigitan Nyamuk 530 Kasus

Malaria non Klinis Melalui gigitan Nyamuk 214 kasus

2 Demam Berdarah Degue

Melalui Gigitan Nyamuk 3132 Kasus

3 TB Paru

Kasus Tubeculosis Melalui Udara 3611 kasus

Tersangka TBC Melalui Udara 1392 Kasus

TB Paru BTA Melalui Udara 1386 Kasus

4 Influenza Melalui Udara 23326 Kasus

5 Diare Melalui kotoran dan makanan 16.593 kasus

6 HIV/AIDS HIV Melalui hubungan seks dan jarum suntik 661 kasus

AIDS Melalui hubungan seks dan jarum suntik 531 kasus

7 Pneumonia Melalui udara 638 kasus

Jumlah 50628 kasus

Sumber: (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2018)

2. Kajian Literatur

Menurut World Health Organization, Pengertian Rumah Sakit adalah suatu bagian dari organisasi

medis dan sosial yang mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif pelayanan keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan tenaga kesehatan dan penelitian biologi, psikologi, sosial ekonomi dan budaya1. Tercatat dalamUndang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan yang dimaksud dengan Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan maupun secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Kementerian Hukum dan HAM

1

Ustman Ali, “Kumpulan Pengertian Menurut Para Pakar”, diakses dari http://www.pengertianpakar.com/2015/05/pengertian-rumah-sakit-dan-tujuannya.html, pada tanggal 03 maret 2019 pukul 13.13 WIB.

Page 3: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 354

Republik Indonesia, 2009). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045 tahun 2006, Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit dan kekhususan lainnya. Rumah sakit Khusus menyediakan penanganan dan penanggulangan penyakit menular dengan adanya tambahan ruang isolasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 13 tahun 2012 tentang Penanggulangan Penyakit Menular, Penyakit infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh organisme seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit (Kesekretariatan Kota Pontianak, 2012). Infeksi dapat disebabkan oleh 4 organisme berbeda yakni virus, bakteri, parasit, dan jamur. Masing-masing organisme dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berbeda 2 . Berikut adalah contoh penyakit berdasarkan organisme penyebabnya, yaitu Virus adalah organisme yang menyerang sel dalam tubuh seperti Human immunodeficiency virus (HIV); Bakteri adalah organisme yang dapat melepaskan racun. Bakteri E. coli adalah salah satu contoh jenis bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih; Jamur Dermatophytes adalah salah satu contoh jenis jamur yang juga menjadi penyebab kutu air. Jamur ini dapat berkembang biak dengan cepat di lingkungan bersuhu hangat dan lembap; Parasit hidup dengan bergantung pada organisme lain. Plasmodium adalah salah satu contoh jenis parasit yang bergantung hidup dinyamuk dan menjadi penyebab malaria.

Pasien penyakit infeksi harus menjalani perawatan intensif seperti isolasi untuk meminimalisir penularan. Isolasi adalah segala usaha pencegahan penularan/penyebaran kuman pathogen dari sumber infeksi yaitu petugas, pasien, pengunjung ke orang lain (Kesekretariatan Kota Pontianak, 2012). Syarat-syarat ruang isolasi untuk pasien yang terinfeksi penyakit menular harus pada lingkungan tenang dengan sirkulasi udara baik, memiliki, penerangan baik, tersedia wc dan kamar mandi, kebersihan lingkungan terjaga, tempat sampah tertutup, bebas dari serangga dan yang terakhir harus memiliki tempat linen kotor tertutup (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Kategori ruang isolasi terdiri dari 3 jenis, yaitu isolasi ketat dimana pasien di karantina dan tidak memiliki kontak terhadap lingkungan luar. Kedua, isolasi kontak yang bertujuan mencegah penyakit infeksi yang ditularkan melalui kontak langsung terhadap penderita seperti pasien penderita infeksi penyakit kulit dan kelamin. Ketiga, isolasi saluran pernafasan bertujuan untuk mencegah penyebaran patogen dari saluran pernafasan dengan cara kontak langsung dan pengedaran udara. Cara ini mengharuskan pasien dalam kamar terpisah, memakai masker dan dilakukan tindakan pencegahan khusus terhadap buangan sputum, misalnya pada pasien pertusis, campak, TBC. infeksi H, influenza. Keempat adalah Isolasi protektif bertujuan untuk mencegah kontak antara patogen yang berbahaya dengan orang yang daya rentan nya semakin besar atau melindungi seseorang tertentu terhadap segala jenis patogen, yang biasanya dapat dilawannya. Pasien harus ditempatkan dalam lingkungan yang mempermudah terlaksananya tindakan pencegahan yang perlu, misalnya pada pasien yang sedang menjalani pengobatan sitostatia atau imunosupresi.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit, tertulis terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perancangan rumah sakit yaitu rumah sakit harus mudah dijangkau dari jalan raya, bentuk denah rumah sakit simetris. Bangunan mempertimbangkan sirkulasi udara, pencahayaan, kenyamanan dan keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Perancangan Rumah sakit khusus memiliki pengkategorian pembagian area atau zonasi rumah sakit berdasarkan resiko penularan penyakit, privasi pengguna bangunan dan berdasarkan pelayanan yang terdapat dalam rumah sakit .

3. Lokasi Perancangan

Pemilihan lokasi menggunakan acuan kriteria guna mewujudkan bangunan rumah sakit yang

optimal. Acuan yang digunakan sebagai kriteria pemilihan mengikuti Pedoman Rencana Induk (Master Plan) Rumah Sakit dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012. Kriteria pemilihan lokasi bangunan diantaranya yaitu akses; utilitas; sesuai dengan tata kota daerah; iklim dan cuaca setempat; pengendalian debu dan getaran; ketenangan. Kriteria perancangan untuk akses dilihat dari jalan pencapaian nya, kondisi jalan, dan klasifikasi jalan Utama maupun jalan penghubung lainnya. Utilitas bangunan sesuai yang ada di wilayah ini. Utilitas yang perlu diperhatikan dalam kriteria ini yaitu jaringan listrik kota, jaringan air bersih, jaringan air kotor, jaringan drainase, jaringan telekomunikasi, jaringan pembuangan limbah, pemadam kebakaran, jaringan gas dan fasilitas kebersihan kota. Sesuai dengan tata kota daerah yakni rencana peruntukan tanah di sekitar wilayah perencanaan yang terkait dengan rencana tata ruang kota yang ada (RT/RW, RTBL). Lokasi yang hendak dipilih sebagai tempat perancangan di pilih diharapkan memiliki udara yang bersih dan sejuk sehingga dapat memberikan kenyamanan. Lokasi yang dapat memberikan kenyamanan diharapkan dapat mendukung proses penyembuhan pasien dan kinerja pengelola. Lokasi diharapkan jauh dari kawasan industri atau jalan utama yang ramai. Lokasi yang jauh dari jalan utama dengan kondisi ramai diharapkan memiliki kualitas udara yang baik, jauh dari kebisingan, getaran dan debu dari kendaraan bermotor dan industri. Lokasi bangunan perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat harus memiliki suasana yang tenang demi kelancaran kerja tim medis dan non medis. Suasana pada sekitar bangunan yang tenang diharapkan memberikan ketenangan pada pasien.

Hasil analisis tapak menentukan Kabupaten Kubu Raya dipilih menjadi lokasi perancangan. Kabupaten Kubu Raya memenuhi aspek-aspek dalam perancangan rumah sakit sebagaimana disebutkan diatas. Lokasi perancangan terpilih di Jalan Trans Kalimantan. Gambar lokasi perancangan

2 Dr. Tjin Willy, “Penyakit Infeksi”, diakses dari https://www.alodokter.com/penyakit-infeksi pada tanggal 13 Agustus 2019

pukul 12.12 WIB

Page 4: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 355

disajikan pada Gambar 1. Dari analisis besaran ruang, total luas untuk bangunan adalah 18.038m2. Pertimbangan untuk besaran ruang taman dan ruang terbuka sebagai area sirkulasi di landscape dengan menggunakan perbandingan KDB dan KDH 60:40 sehingga total luas tapak 88.000m2.

sumber: (Google Earth dimodifikasi Penulis, 2019)

Gambar 1: Lokasi Perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat Menurut Peta Badan Pertanahan Nasional (BPN) site terpilih termasuk lahan permukiman dan

pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kubu Raya, landuse area ini adalah sebagai area perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, perumahan, perkantoran. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah 60% dan Koefisien Dasar Hijau (KDH) adalah 40%, untuk jenis jalan merupakan jalan arteri sekunder. Garis Sepadan Bangunan (GSB) pada bagian utara 20meter dengan Garis Sepadan Samping Bangunan (GSSB) minimal 2 meter. Lokasi perancangan merupakan area terbuka hijau yang belum mengalami pembangunan. Bentuk site disesuaikan dengan pertakan lahan yang tertera berdasarkan peta Badan Pertanahan Nasional (BPN). Pengurangan GSB dan GSSB luas lahan yang digunakan sebesar 60.000m2, dapat dilihat pada Gambar 2.

sumber: (Analisis Penulis, 2019)

Gambar 2: Analisis Tata Guna Lahan Lokasi Perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

Site perancangan rumah sakit mudah dijangkau dari pusat kota. Lebar jalan Trans Kalimantan ±6meter dengan perkerasan beton dilapis aspal. Akses jalan utama merupakan jalan dengan intensitas yang tinggi namun tidak terdapat marka jalan seperti trotoar dan akses pedestrian. Berdasarkan kriteria yang kedua untuk fasilitas utilitas, dalam site terdapat PDAM dan aliran listrik. Hasil analisis, lokasi perancangan berada jauh dari lingkungan perumahan dengan situasi eksisting berupa lahan kosong yang ditumbuhi perdu berupa ilalang dan pohon besar. Konteks kedekatan, site perancangan rumah sakit mudah dijangkau dari Jembatan Alianyang, jembatan Tol 2, Rumah Sakit TK 2 Kartika Husada 2, dan Bundaran Ayani yang merupakan jalan utama menuju Bandara Internasional Supadio. Tautan lingkungan dapat dilihat dalam Gambar 3.

Page 5: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 356

sumber: (Analisis Penulis, 2019)

Gambar 3: Data Lokasi Lokasi Perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

4. Landasan Konseptual Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat (RSPI) termasuk dalam klasifikasi rumah sakit

khusus. RSPI Kalimantan Barat berfungsi sebagai fasilitas pelayanan medik khusus penyakit terinfeksi dan menular. Rumah sakit memiliki fasilitas berupa rawat jalan, rawat inap, pelayanan unit darurat, pelayanan operasi, dan pelayanan ICU. Analisis perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat terdiri dari internal, eksternal, struktur, utilitas, dan arsitektur lingkungan. Analisis bertujuan untuk membantu selama proses perancangan. Analisis eksternal merupakan pembahasan pemilihan zonasi, peletakan sirkulasi, orientasi, dan vegetasi dalam perancangan. Berikut fungsi dan jenis pelayanan yang dihasilkan dalam perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2: Fungsi dalam Perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

Sumber: (Analisis Penulis, 2019)

Analisis eksternal terbagi menjadi analisis zonasi, peletakan, sirkulasi, orientasi dan vegetasi.

Analisis zonasi dalam perancangan dipengaruhi fungsi yang ada dalam perancangan. Fungsi pelayanan kesehatan termasuk ke dalam zonasi semi publik dan privat yang terdiri dari UGD, Poliklinik, Ruang Rawat Inap, Farmasi, LAB, dan Lobby utama. Fungsi pelayanan kesehatan ditandai pada warna merah terletak di tengah-tengah site, dapat dilihat pada Gambar 4. Zona berwarna hijau adalah zona privat yang terdiri dari fungsi pelayanan kesehatan yaitu ruang isolasi. Zonasi privat berada pada sisi timur site perancangan untuk memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan terhadap ruang rawat isolasi. Zonasi servis ditandai dengan warna biru yaitu fungsi penunjang operasional. Zona servis terdiri dari pelayanan makanan, keamanan, dan pelayanan tempat ibadah. Fungsi pemeliharaan sarana rumah sakit terdiri dari pelayanan kebersihan, mekanik dan pengolahan limbah.

No Fungsi Umum Fungsi Pelayanan

1

Pelayanan Medis

Pelayanan Rawat jalan

2 Pelayanan Rawat Inap Umum

3 Pelayanan Rawat Inap Isolasi

4 Pelayanan Rawat Intensif (ICU)

5 Pelayanan Unit Gawat Darurat

6 Pelayanan Ruang Bedah Sental

7

Penunjang Pelayanan Medis

Pelayanan Bank Darah

8 Pelayanan Farmasi

9 Pelayanan Gizi

10 Pelayanan Laboratorium (kompleks)

11 Pelayanan sterilisasi

12 Pelayanan Radiologi

13 Pelayanan Laundry

14 Pelayanan Rekam Medis

15 Pelayanan Pendidikan dan Pelatihan Medis

16 Pelayanan Pemulasaraan Jenazah

17

Pengelola

Pelayanan Kantor dan Administrasi

18 Pelayanan Tenaga Kesehatan

19 Pelayanan Pengelola Limbah

20

Penunjang Operasional

Parkir

21 Pelayanan Keamanan

22 Pelayanan Tempat Ibadah

23 Pemeliharaan Sarana Rumah

Sakit

Pelayanan Kebersihan

24 Mekanik

25 Sanitasi

Page 6: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 357

sumber: (Analisis Penulis, 2019)

Gambar 4: Kompilasi Analisis Tapak Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat Peletakan bangunan terhadap site berada di tengah. Analisis peletakan bangunan terhadap site

dipengaruhi fungsi yaitu pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dari jalan utama. Bangunan berjarak 20-meter dari jalan utama dan memiliki akses langsung. Peletakan site memanjang kearah belakang dengan menyisakan lahan kosong pada sisi barat kawasan. Sisi barat menjadi area parkir dan servis sesuai analisis zonasi. Peletakan bangunan terhadap site mempertimbangkan arah mata angin dan matahari agar dapat dimaksimalkan dengan baik. Perancangan rumah sakit memiliki bukaan yang cukup besar pada sisi bangunan yang menghadap barat dan timur. Bangunan jauh dari jalan utama untuk menghindari kebisingan yang berasal dari jalan Transkalimantan. Gambar 4 memaparkan analisis tapak terkait sirkulasi dalam kawasan. Akses utama menuju kawasan terdapat pada sudut kanan kawasan perancangan. Jalan utama menuju bangunan dibagi menjadi dua, yaitu ke kiri menuju UGD dan ke arah kanan menuju lobby utama dan poliklinik. Analisis sirkulasi jalur kendaraan dibagi menjadi 3 jalur, yaitu jalur pengelola dan ambulance yang ditandai dengan garis warna cokelat. Sirkulasi mengarah pada akses masuk dari jalan utama mengarah ke sisi kiri menuju drop out kemudian parkiran. Kedua, jalur cepat/kendaraan yang hanya drop off pasien. Jalur ini ditandai dengan warna merah pada gambar dimana diawali dari akses masuk dalam site menuju bangunan melakukan drop off dan langsung keluar di sisi kiri site perancangan. Jalur yang ketiga adalah jalur pengunjung dan pasien rumah sakit. Ditandai dengan garis warna biru diawali dari akses masuk terhadap site menuju area parkir yang berada di sisi barat site sebelum berakhir di gerbang keluar site perancangan. Analisis vegetasi dapat dilihat pada Gambar 4. Pada analisis vegetasi, pemilihan jenis vegetasi yang digunakan yaitu pohon pengarah, peneduh dan tanaman bunga untuk taman. Pohon pengarah berupa pohon palem dan pucuk merah terletak pada sepanjang sirkulasi dalam site. Pohon peneduh berupa pohon Kiara Payung, pohon bungur, dan pohon ketapang terletak pada depan site dan tersebar diseluruh area perancangan.

Page 7: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 358

sumber: (Analisis Penulis, 2019)

Gambar 5: Analisis Massa Bangunan Terhadap Penularan Penyakit Gambar 5 menunjukkan ada 4 tingkat penyebaran penyakit dalam site. Zona biru menjadi zona

publik yang berhubungan langsung dengan luar site atau lingkungan luar. Zona ini memiliki tingkat penyebaran yang cukup rendah, dengan pertimbangan fungsi dalam bangunan yang tidak berhubungan langsung dengan fungsi yang menangani penyakit infeksi menular. Zona merah menjadi zona dengan tingkat penyebaran cukup tinggi, karena menjadi penghubung antar zona privat dan publik Zona hijau merupakan zona dengan tingkat penyebaran yang tinggi, hal ini dikarenakan fungsi bangunan sebagai ruang isolasi, dengan pertimbangan dekat dengan bangunan zona publik namun tidak berhubungan langsung. Terakhir ada zona warna kuning, yang menjadi zona dengan tingkat penyebaran cukup rendah karena fungsi bangunan servis, namun jauh dari area publik dan tidak dapat di akses langsung dari fungsi lainnya.

sumber: (Analisis Penulis, 2019)

Gambar 6: Gubahan Bentuk Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

Page 8: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 359

Analisis bentuk bangunan secara isometri dapat dilihat pada Gambar 6. Proses analisis gubahan bentuk dipegaruhi beberapa faktor seperti fungsi perancangan yang merupakan rumah sakit infeksi, dimana antar massa bangunan harus memiliki jarak untuk meminimalisir penularan. Memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan terhadap massa bangunan menyebabkan massa tersebar diseluruh site dengan ketinggian massa yang berbeda. Analisis struktur pada perancangan bangunan mempertimbangkan fungsi bangunan, kondisi tanah, jumlah lantai bangunan, serta mengacu perilaku pada bangunan. Grid dan bentang bangunan yang digunakan sesuai dengan analisis adalah 4-meter, 8-meter dan 11 meter. Bentang didapatkan berdasarkan analisis besaran ruang paling sering muncul yaitu ruang rawat inap dan ruang kantor pengelola rumah sakit. Bentang 11-meter untuk lobby rumah sakit untuk menghindari kolom dalam tengah ruang. Pada sub-structure menggunakan pondasi tiang pancang beton bertulang jenis mini pile dengan pertimbangan kondisi tanah, bentang bangunan serta keefisienan tiang terhadap bangunan. Pada upper-structure, rangka badan dan lantai menggunakan konstruksi beton bertulang, pada kolom juga menggunakan beton bertulang dengan bentuk bulat untuk keamanan dan estetika.

Lantai menggunakan cor beton dan dalam pemilihan penutup lantai mengguanakan lantai dengan daya komposit dan tidak licin. Fungsi ruang privat yang terdiri dari ruang ICU, Operasi, Isolasi merupakan ruang yang diwajibkan selalu steril dan higienis, wajib memenuhi standar yang diterapkan, sehingga bahan lantai yang dipilih adalah lantai vinyl yang memiliki pelapis anti bakteri, memiliki daya tahan yang kuat terhadap noda berwarna, dan dilengkapi dengan anti bethadhine dan anti darah sehingga permukaan lantai rumah sakit tidak menyerap serta tahan terhadap goresan. Bahan pembuatan dan penutup dinding tahan dengan api minimal selama 2 jam sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Analisis utilitas mencakup air bersih, drainase, jaringan listrik, keamanan kebakaran dan bangunan, tata udara, komunikasi dan informasi, persampahan, utilitas limbah B3 (bahan Berbahaya Beracun). Pada air bersih sumber air berasal dari penampungan air hujan dengan sistem down feed di mana air yang mengalir dari talang air ditampung pada reservoir atas dan di salurkan menuju outlet dalam bangunan. Sumber air kedua berasal dari PDAM dengan sistem up feed di mana air di tampung pada ground water tank (GWT) sebelum dipompa menuju outlet dalam bangunan. Pada saluran drainase dan sanitasi, air kotor yang ke septic tank bio dan sumur resapan. Jalur drainase yang berada di sekeliling site akan berakhir pada drainase kota. Jaringan listrik, standar yang digunakan adalah standar kebutuhan penggunaan listrik untuk kegiatan sosial (pendidikan, kesehatan, dan peribadatan) adalah maksimal 40 watt/m2. Kebutuhan listrik untuk bangunan sebesar 474.680 KW. Keamanan bangunan dari kebakaran menggunakan smoke detector pada ruang yang rawan kebakaran seperti area pantry, ruang mekanik dan pengolahan limbah. Heat detector untuk daerah seperti lorong rumah sakit dan ruang rawat inap. Kedua alat tersebut terhubung langsung dengan fire alarm.

Bangunan memiliki lebih dari dua lantai sehingga memiliki beberapa titik tangga darurat yang langsung menuju area kumpul berupa ruang terbuka hijau di beberapa titik dalam site. Penunjang keamanan bangunan selain dengan adanya pos satpam juga dengan menggunakan CCTV yang berpusat dipusat informasi bangunan. Jenis CCTV yang digunakan berdasarkan peletakan nya. Area indoor, menggunakan CCTV doom dan untuk outdoor menggunakan CCTV bullet. Pada sistem tata udara sebagian besar bangunan menggunakan penghawaan alami dengan memanfaatkan bukaan dalam bangunan. Pada beberapa ruang menggunakan AC split wall mounted sebesar ½ PK dengan pertimbangan fungsi ruang. Ruang isolasi menggunakan HEPA (high efficiency particulate air) untuk membantu pertukaran udara sebanyak 6 kali per jam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Sistem komunikasi menggunakan speaker yang diletakkan dalam bangunan untuk memberikan informasi lebih mudah menyeluruh kepada seluruh bangunan yang terpisah cukup jauh antar bangunan. Jaringan telepon bersumber pada jaringan Telkom kemudian disalurkan ke PABX, kemudian ke Front Desk dan ke unit extention phone lainnya yang tersebar ke ruang ruang tertentu. Instalasi tata suara bersumber pada listrik PLN yang dihubungan ke speaker selector bersamaan dengan Generator set (genset). Speaker selector membagi arus menjadi dua yaitu, yang pertama ke equalizer -> mixer pre-amplier -> mic, alarm, dan sirine untuk peringatan jika terjadi bahaya kebakaran atau lainnya. Kedua yaitu ke power amplier -> unit-unit speaker dalam bangunan (wall speaker, ceiling speaker) guna untuk memutar music, memberi pengumuman, dll. Jaringan multimedia menggunakan jaringan internet nirkabel yaitu dengan jaringan wifi. Sampah yang dihasilkan bangunan akan disalurkan ke titik utama penampungan sampah yang tersebar di seluruh Kawasan. Jaringan utilitas yaitu sampah yang mengandung B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) akan di salurkan ke pengolahan limbah Rumah Sakit Penyakit Infeksi untuk disinfeksi. Sampah berupa jarum suntik dan baran medis lainnya akan diolah atau disterilkan oleh pihak rumah sakit sebelum di salurkan ke penampungan sampah.

5. Hasil Perancangan

Keseluruhan analisis menghasilkan gambar siteplan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan

Barat. Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan siteplan keterhubungan antar massa bangunan sebagai bentuk tata ruang luar dan dalam serta penataan nya terkait landscape tapak. Terdapat dua jalur jalan menuju bangunan, yang pertama ke arah sebelah kiri menuju bangunan UGD dan ke arah kanan menuju lobby utama rumah sakit dan pelayanan kesehatan seperti Poliklinik dan rawat inap. Kawasan memiliki kapasitas parkir mobil untuk pengunjung sebanyak 300 dan motor sebanyak 840 parkir, dan Kawasan juga menyediakan parkir untuk bus sebanyak 6 buah. Parkir pengelola bangunan sebanyak 50 parkir mobil dan 120 parkir motor yang letaknya berbeda dengan parkir pengunjung. Bangunan memiliki second entrance yang berada pada sisi kiri bangunan perancangan.

Page 9: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 360

sumber: (Penulis, 2019)

Gambar 7: Siteplan Perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

Perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat memiliki 5 bangunan utama. Beberapa fungsi yang digabungkan dalam satu bangunan dengan pertimbangan keterikatan antar fungsi. Denah Rumah Sakit dibagi menjadi 12 gambar denah yang terbagi dari ruang Operasi, ruang UGD, ruang Poliklinik, ruang lobby utama, ruang rawat inap Isolasi, ruang laundry, Pantry, MEE , Farmasi, Lab, dan Radiologi. Denah pada Gambar 8 merupakan lantai dasar lobby utama dan poliklinik Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat yang memperlihatkan adanya perbedaan zonasi antar lobby utama yang berada ditengah ruangan dan polikinik berada disebelah kiri bangunan. Pada lantai satu bangunan utama terdapat cafetaria dan mushola yang digunakan dan dapat diakses bebas oleh pengunjung dan petugas rumah sakit.

sumber: (Penulis, 2019)

Gambar 8: Denah Lantai Dasar Lobby dan Poliklinik, Rawat Inap Isolasi dan Pemulasaraan Jenazah Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

Denah ruang rawat inap isolasi dan pemulasaraan jenazah Rumah Sakit Penyakit Infeksi

Kalimantan Barat dapat dilihat pada Gambar 8. Ruang rawat inap isolasi pada RSPI Kalimantan Barat didesain dengan pertimbangan psikologi pasien yang mudah terkena serangan stress karena harus berada dalam ruang rawat yang terisolasi dari lingkungan luar. Perbedaaan akses masuk antara tempat tidur dan petugas serta adanya ruang ganti APD (alat pelindung diri) menjadi salah satu ruang yang wajib ada dalam denah ruang isolasi. Ruang pemulasaraan jenazah dekat dengan ruang isolasi dengan pertimbangan zonasi tingkat penularan penyakit yang tinggi. Ruang pemulasaraan jenazah terdiri dari lab-lab ilmiah, ruang otopsi, ruang ganti APD dan ruang pendingin jenazah. Gambar 9

Page 10: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 361

menjabarkan denah ruang operasi dan farmasi Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat. Ruang operasi terdiri dari 4 ruang operasi sesuai dengan standar yang ada dan juga terdapat ruang pemulihan. Ruang operasi terhubung dengan ICU pada lantai 1 bangunan melalui lift. Denah farmasi terdapat area tunggu yang berhadapan langsung dengan area pengambilan obat. Zonasi pada denha farmasi terpisah antara pengambilan obat untuk rawat inap dan pengambilan obat pengunujung umum.

sumber: (Penulis, 2019)

Gambar 9: Denah R. Operasi dan Instansi Farmasi , Denah Lantai Dasar UGD Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

Denah UGD Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat dijabarkan pada Gambar 9. Sesuai

dengan fungsinya yang menjadi area observasi, daerah UGD didesain dengan memisahkan zonasi area pengurus rumah sakit dan juga area observasi pasien yang langsung berhubungan dengan ruang operasi dan lift bangunan menuju ICU. Denah UGD juga terdapat jalur evakuasi khusus menuju ruang isolasi bagi penderita penyakit menular berat, yang pada kemungiinan besar menulat melalui udara sehingga harus segera dipindahkan menuju ruang isolasi. Gambar 10 memperlihatkan denah lantai 1 pengelola Rumah Sakit dan poliklinik Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat. Terdapat ruang pengelola utama rumah sakit seperti kantor direktur dan ruang rapat. Lantai dua bangunan utama juga terdapat poliklinik untuk penyakit menular dan infeksi dengan pertimbangan agar meminimalisir interaksi antar pasien umum dan pasien penyakit menular dan infeksi.

sumber: (Penulis, 2019)

Gambar 10: Denah Lantai 1 Pengelola dan Poliklinik, Denah Pantry dan Laundry Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

Denah instansi pantry dan laundry Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat dapat lihat

pada Gambar 10. Instansi laundry memiliki ruang cuci infeksius dan non-infeksius, ruang untuk penyimpanan dan perbaikan linen. Area pantry terdiri dari area pemasakan, penyimpanan dan persiapan makanan. Area pendingin makanan kering dan basah yang dapat diakses langsung dari area pemasakan makanan. Distribusi makanan berada di depan bangunan yang dihubungkan menggunakan selasar menuju ruang rawat inap maupun bangunan lainnya. Denah laundry terdiri dari area cuci dan penyimpanan linen baik linen bersih, kotor dan rusak. Area cuci dibagi menjadi dua, yaitu area cuci linen terkontaminasi dan ruang cuci linen biasa. Gambar 11 memperlihtkan denah

Page 11: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 362

lobby rawat inap umum, lab dan radiologi perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat yang menyatu dalam satu massa bangunan. Zonasi lobby dengan lab dan radiologi dipisahkan dengan barier berupa lorong dengan pintu sebagai pembatas yang hanya bisa diakses oleh petugas. Lobby rawat inap memiliki lift pengunjung dan tangga menuju lantai 1-3 yang merupakan area ruang rawat inap pasien Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat yang zonasinya dipisahkan berdasarkan jenis penyakit pasien.

sumber: (Penulis, 2019)

Gambar 11: Denah Lobby Rawat Inap Umum, Lab Dan Radiologi, Denah Mesin dan Elektrikal Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

Denah bangunan mesin dan elektrikal menunjukkan ruang-ruang dengan besaran yang telah

dianalisis pada bab sebelumnya. Lorong yang menjadi penghubung semua ruang berfungsi untuk mempermudah pekerja staft menuju area evakuasi ke luar bangunan. Area mesin dan elektrikal terdapat ruang atau area terbuka yang dapat dimanfaatkan staf untuk beristirahat dan sebagai area kumpul dalam bangunan. Denah mesin dan elektikan dapat dilihat pada Gambar 11. Denah lantai 1 ruang rawat inap (rawat inap diare dan DBD) dan ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat dimana lantai ini berhubungan langsung dengan lobby rawat inap di lantai dasar. Ruang rawat inap terdapat 3 kelas, yaitu VIP, ruang inap kelas I, II dan III. Jenis ruang rawat inap ini dibedakan berdasarkan fasilitas dan jumlah tempat tidur. Untuk masing-masing kelas ruang rawat inap terdapat station nurse berbeda. Untuk akses dari lantai dasar ke lantai atas berupa tangga dan lift pengunjung sedangkan untuk akses tempat tidur zonasi nya berbeda dengan zonasi pengunjung umum. Denah lantai 1 dapat dilihat pada Gambar 12.

sumber: (Penulis, 2019)

Gambar 12: Denah Lantai 2, 3 dan 4 INAP Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

Page 12: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 363

Gambar 12 menjelaskan denah lantai 2 ruang rawat inap (rawat inap TBC dan penyakit pernafasan) dan denah lantai 3 ruang rawat inap (rawat inap HIV/AIDS dan penyakit kelamin). Susunan ruang, ketiga lantai bangunan tipikal dimana setiap lantai memiliki zonasi servis dan ruang rawat inap di tempat yang sama. Ruang rawat inap dalam bangunan setiap per lantai menaungi jenis penyakit yang berbeda, dengan pertimbangan mengurangi penularan penyakit dan memperhatikan psikologis pasien yang menderita penyakit kelamin. Gambar 13 menunjukkan tampak bangunan Perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat dari empat sisi yaitu depan (barat daya), belakang (timur laut), samping kiri (barat laut) dan samping kanan (tenggara). Konsep tampak bangunan Rumah Sakit Penyakit Infeksi adalah penggabungan unsur bangunan tropis dengan bentuk simple.

sumber: (Penulis, 2019)

Gambar 13: Tampak Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

sumber: (Penulis, 2019) Gambar 14: Potongan A-A dan B-B Kawasan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

Page 13: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 364

Gambar Potongan Kawasan dan bangunan isolasi bertujuan untuk menjelaskan baik secara struktural maupun tata ruang dalam massa bangunan. Potongan ruang bangunan menunjukkan perbedaan besaran ruang dan grid dalam bangunan. Jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi minipile. Bangunan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat Menggunakan kolom ukuran 50cm dengan tebal plat lantai 12cm dan balok ukuran 42x84cm. Atap menggunakan jenis atap plana miring dengan 2 jenis kuda-kuda. Pertimbangan untuk bentang lebar menggunakan baja WF sedangkan untuk bentang tidak lebar menggunakan jenis kuda-kuda baja ringan. Jenis penutup atap menggunakan bahan bitumen dengan pertimbangan jenis bitumen tidak menyerap panas dan mudah dalam pemasangan. Beberapa penutup bangunan menggunakan atap duk dengan penyesuaian fungsi dalam bangunan, fungsi ruang servis menggunakan atap duk sebagai fungsi penyimpanan reservoir atas. Gambar Gambar 16 menunjukkan suasana ekterior dari perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat.

sumber: (Penulis, 2019)

Gambar 16: Suasana Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

Suasana eksterior secara garis besar menunjukkan bentuk fasade bangunan mulai dari gerbang utama menuju bangunan dan elemen pendukung eksisting kawasan. Gambar eksterior dapat dilihat pada gambar 17. Ruang rawat inap memiliki perbedaan ketinggian lantai dari bangunan lainnya diberikan secondary skin. Hal ini bertujuan untuk meredam panas matahari sore terhadap bangunan. Kawasan memiliki ekosistem untuk memaksimalkan penghawaan alami terhadap bangunan. Pada daerah barat yang merupakan area banyaknya angin berhembus ditempatkan sebuah kolam yang cukup luas. Sehingga angin akan membawa hawa dingin terhadap bangunan.

sumber: (Penulis, 2019)

Gambar 17: Eksterior Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

Page 14: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 365

sumber: (Penulis, 2019)

Gambar 18: Interior Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat

Suasana interior dalam bangunan perancangan rumah sakit terdiri dari suasana dalam pelayanan kesehatan dalam ruang perancangan. Suasana interior menunjukkan susunan interior serta desain dalam ruang dengan memperhatiakan fungsi dan pelaku didalamnya. Pada gambar 18 terdapat suasana ruang rawat inap, ruang Poliklinik, ruang unit gawat darurat (UGD), tempat administrasi ruang rawat inap, suasana ruang rawat inap isolasi dan kantor pengelola rumah sakit. Suasana interior menunjukkan suasana adanya kegiatan pelayanan kesehatan. Persamaan dari keseluruhan suasana interior dalam perancangan adalah pemilihan bahan lantai. Bahan penutup lantai yang dipilih adalah lantai vinyl yang memiliki pelapis anti bakteri, memiliki daya tahan yang kuat terhadap noda berwarna, dan dilengkapi dengan anti bethadhine dan anti darah sehingga permukaan lantai rumah sakit tidak menyerap serta tahan terhadap goresan.

6. Kesimpulan

Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat merupakan Kawasan pelayanan Kesehatan khusus

penyakit Infeksi termasuk proses penyembuhan, rehabilitasi dan isolasi. Fasilitas yang disediakan berupa pelayanan kesehatan yang terdiri dari unit gawat darurat (UGD), unit rawat inap umum, unit rawat inap isolasi, pelayanan farmasi, Lab, radiologi, poliklinik mencakup poli penyakit menular, dan ruang bedah dan ICU. Fasilitas pendukung pelayanan kesehatan berupa instansi laundry, pantry dan pengelolaan limbah rumah sakit. Fasilitas yang disediakan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat bertujuan untuk mengobati dan memulihkan kondisi fisik dan kesehatan pasien. Perancangan rumah sakit berfokus pada fungsi bangunan dan pelaku dalam bangunan yang bertujuan untuk memberikan fasilitas kesehatan yang mempuni untuk pasien penderita penyakit infeksi dan menular. Saran penulis untuk perancangan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Kalimantan Barat selanjutnya adalah menyediakan ruang dan area terbuka untuk menangani Kejadian Luar Biasa (KLB) dalam jumlah besar untuk mampu menampung pasien penyakit menular dan infeksi.

Ucapan Terima Kasih

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, kedua orangtua

dan saudara penulis, kepada para dosen pembimbing Proyek Tugas Akhir, yaitu bapak Dr. techn. Zairin Zain, ST, MT selaku pembimbing utama dan bapak Dr. Uray Fery Andi, ST, MT selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan melalui kritik dan saran untuk penulis. Kepada keluarga dekat, teman-teman beserta pihak-pihak yang terlibat dalam membantu, mendukung, dan memberikan doa kepada penulis dalam pengerjaan Proyek Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih.

Page 15: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI KALIMANTAN BARAT

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Volume 8 / Nomor 1 / Maret 2020 Hal 366

Referensi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017. Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Barat. Pontianak

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Jakarta

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. 2009. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009. Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1045/Menkes/Per/XI/2006. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No 56 Tahun 2014 tentang Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan No 10 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Khusus. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No 24 Tahun 20116 Tentang Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Kesekretariatan Kota Pontianak. 2012. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 13 tahun 2012 tentang Penanggulangan Penyakit Menular. Kesekretariatan Kota Pontianak. Pontianak

WHO. 2012. World Health Statistics 2012. World Health Organization. Switzerland

WHO. 2014. Maternal Mortality: World Health Organization. World Health Organization. Switzerland