Web viewjudul : implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda dalam upaya meningkatkan kemampuan...

49
Judul : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN ADAPTASI PESERTA DIDIK SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK SUKARAJA (STUDY PRESEPSI PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA) A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa fenomena baru, yaitu persaingan dalam kerjasama. Berbagai produk barang jadi dipasaran merupakan produk dari hasil kerjasama yang saling mengisi dan saling menguntungkan antar negara, antar industri dari berbagai negara. Dalam menghadapi persaingan tersebut dituntut keunggulan kompetitif. Andalan utama membangun keungggulan kompetitif tersebut terletak pada kualitas sumber daya manusia yang menguasai iptek dan keterampilan yang secara langsung terlibat dalam proses produksi dan pemasaran. Sampai saat ini pembangunan sumber daya manusia hampir diseluruh wilayah Indonesia, ternyata belum mengarah pada kondisi yang diharapkan. Secara jujur perlu diakui bahwa sampai dengan berakhirnya abad ke 20 pengembangan sumber daya manusia di Indonesia belum benar-benar megarah pada kondisi yang diharapkan. (Gatot Hari prijanto, Dedi Supriadi 2001:604) hal ini ditandai dengan 1. Struktur tenaga kerja Indonesia masih didominasi oleh pekerja yang tidak berpendidikan sehingga tidak banyak berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi. 2. Penyiapan tenaga kerja tingkat menengah terkesan hanya menjadi tugas yang dilakukan oleh SMK, sementara sebagian besar tamatan smu atau yang sederajat banyak tidak melanjutkan pendidikannya yang kemudian masuk kepasar kerja.

Transcript of Web viewjudul : implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda dalam upaya meningkatkan kemampuan...

Judul : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN ADAPTASI PESERTA DIDIK SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK SUKARAJA (STUDY PRESEPSI PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA)

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi membawa fenomena baru, yaitu persaingan dalam kerjasama. Berbagai produk barang jadi dipasaran merupakan produk dari hasil kerjasama yang saling mengisi dan saling menguntungkan antar negara, antar industri dari berbagai negara. Dalam menghadapi persaingan tersebut dituntut keunggulan kompetitif. Andalan utama membangun keungggulan kompetitif tersebut terletak pada kualitas sumber daya manusia yang menguasai iptek dan keterampilan yang secara langsung terlibat dalam proses produksi dan pemasaran.

Sampai saat ini pembangunan sumber daya manusia hampir diseluruh wilayah Indonesia, ternyata belum mengarah pada kondisi yang diharapkan. Secara jujur perlu diakui bahwa sampai dengan berakhirnya abad ke 20 pengembangan sumber daya manusia di Indonesia belum benar-benar megarah pada kondisi yang diharapkan. (Gatot Hari prijanto, Dedi Supriadi 2001:604) hal ini ditandai dengan

1. Struktur tenaga kerja Indonesia masih didominasi oleh pekerja yang tidak berpendidikan sehingga tidak banyak berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi.

2. Penyiapan tenaga kerja tingkat menengah terkesan hanya menjadi tugas yang dilakukan oleh SMK, sementara sebagian besar tamatan smu atau yang sederajat banyak tidak melanjutkan pendidikannya yang kemudian masuk kepasar kerja.

3. Tingkat pengangguran untuk tamatan sekolah menengah sebesar 12% untuk tamatan SMK, tambah lagi dengan tingkat pengangguran tamatan SMU sebanyak 18% (Supas, 1995)

4. Penguasaan kompetensi dan produktifitas tenaga kerja Indonesia masih rendah dibandingkan dengan tenaga kerja negara-negara lain kawasan asia tenggara.

Semua itu menyebabkan tenaga kerja Indonesia sulit bersaing, bahkan tidak sedikit peluang pekerjaan yang ada di Indonesia sendiri diambil oleh para pekerja asing.

Mengantisipasi permasalahan ini maka peningkatan sumber daya manusia harus menjadi prioritas dalam pembangunan terutama menghadapi era globalisasi, sangat dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas agar mampu membuat produk-pruduk unggulan yang mampu bersaing di pasar bebas. Untuk memenuhi kebutuhan calon tenaga kerja yang berkualitas di maksud dibutuhkan suatu sistem pendidikan dan pelatihan yang berkualitas yakni, sistem pendidikan yang secara langsung terkait dengan tuntutan dan kebutuhan dunia kerja direncanakan dan di evaluai bersama. Salah satu upaya untuk menghadapi tantangan diatas, telah ditetapkan suatu kebijkan yang bertujuan mewujudkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja yang disebut “Keterkaitan dan Kesepadanan” (Link and Match). Salah satu bentuk perwujudan kebijakan dimaksud pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah diterapkannya Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

Pendidikan nasional Indonesia bertujuan untuk mengambangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (pasal 1 UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan itu dibentuklah suatu sistem pendidikan Indonesia yang berlandaskan kepada akar budaya dan palsafah bangsa dengan berorientasi kepada persaingan global dalam kemajuan peradaban dunia .

Melalui kebijakan pendidikan nasinal setiap komponen sistem pendidikan: tenaga, peserta didik, kurikulum, dana, sarana dan prasarana ditata dalam rangka menghasilkan output pendidikan sesuai dengan yang dicita-citakan penataan unsur-unsur pendidikan itu dilaksnakan dalam rangka kebijakan-kebijakan pokok strategi pendidikan nasional yaitu pemerataan, peningkatan kualitas, relevansi, efektifitas dan efisiensi pendidikan dengan mengikut sertakan semua pihak yang terkait dengan pendidikan; pemerintah, keluarga dan masyarakat, (Tilaar dan Nugroho, 2008).

Sekolah menengah kejuruan sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang berpotensi untuk sumber daya manusia yang berkualitas, yang dalam hal ini SMK perlu menggali sumber dan potensi yang ada didaerahnya sesuai dengan kebutuhan pasar yang dalam pendidikan sistem ganda disebut dengan kurikulum bersama antar sekolah dan pasangannya yang salah satunya dunia usaha dan dunia industri

Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Dari tujuan pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan di samping menyiapkan tenaga kerja yang profesional juga mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan program kejuruan atau bidang keahlian.

Berbagai permasalahan yang muncul dalam sistem pendidikan kita. Diantaranya adalah: pertama, rendahnya kualitas atau mutu pendidikan. Kedua, adalah belum adanya pemerataan dalam memperoleh akses di bidang pendidikan. Ketiga, adalah tidak adanya efisiensi dalam penyelenggaraan pendidikan. Disamping itu persoalan yang keempat adalah belum adanya demokratisasi pendidikan. Peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan masih sangat terbatas.

Khusus untuk sekolah kejuruan, persoalan yang dirasakan sangat penting berkaitan dengan ketidakmampuan lulusan dalam memasuki lapangan kerja. Hal itu disebabkan karena kualitas lulusan yang memang jauh dari kehendak pasar. Disamping itu juga adanya ketidaksesuaian antara ”supply” lulusan dengan kecilnya “demand”.

Salah satu bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk mengantisipasi hal itu adalah Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda (dual system). Sistem ini berusaha mengintegrasikan kepentingan dunia pendidikan dengan dunia industri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), baik pengetahuan, ketrampilan maupun etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja, sehingga siap masuk ke pasaran kerja. Melalui PSG diharapkan ada kesesuaian antara mutu dan kemampuan yang dimiliki lulusan, dengan tuntutan dunia kerja.

Pendidikan Sistem Ganda yang diselenggarakan pada sekolah menengah kejuruan merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan “link and match” antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Bentuk penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda menekankan pada pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sitematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program keahlian yang diperoleh langsung di perusahaan.

Salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan program pendidikan sistem ganda adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian I Sukaraja Program Study Keahlian Agribisnis Produksi Tanaman. Penerapan program pendidikan sistem ganda di sekolah menengah kejuruan Negeri Pertanian I Sukaraja dilaksanakan di kelas XII dengan jumlah siswa sebanyak 74 orang.

Kebijakan program pendidikan sistem ganda di sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pertanian I Sukaraja yang diterapkan mengacu kepada Kepmendikbud No. 080/U/1993 tentang kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan. Pada dasarnya tujuan pokok pelaksanaan program program sistem ganda adalah untuk meningkatkan kualitas lulusan lembaga pendidikan kejuruan.

Dengan demikian harapan dari implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda adalah peningkatan mutu peserta didik agar memiliki kemampuan beradaftasi pada subsistem sekolah dan subsistem lingkungan kerja/dunia industry. Kemampuan beradaftasi antara lingkungan belajar di sekolah dan lingkungan belajar dilapangan akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar peserta didik.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menganalisa “Pengaruh Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Adaftasi Peserta Didik serta Dampaknya terhadap Prestasi Belajar Siswa”

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

Identifikasi Masalah, adalah sbb.:

1. Pendidikan dan pelatihan yang sampai saat ini di SMK pada umumnya masih bersifat supply driven yaitu pengembangan program pendidikan yang lebih mementingkan banyak siswa yang tamat, bukan banyaknya tamatan yang bekerja di dunia

kerja sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja (deman driven).

2. Pelaksanaan praktek industry bagi sekolah maupun fihak siswa masih relatif mengalami hambatan di lapangan. Kesenjangan ini di satu fihak disebabkan partisipasi dari fihak industry dalam membantu pendidikan kejuruan umumnya masih rendah namun di fihak lain sumber daya sekolah seperti, salah satunya sumber daya manusia khususnya guru yang latar belakang dan kemampuan yang beragam, kualitas sarana dan prasarana sekolah yang tidak terstandar.

3. Pendidikan dan keterampilan yang didapat di bangku sekolah oleh siswa dengan yang didapat di dunia kerja memiliki perbedaan, penguasaan keterampilan siswa yang didapat di sekolah masih terbatas dan masih bersifat simulasi sebaliknya pendidikan dan keterampilan yang didapat di dunia usaha dan dunia industry memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Rumusan Masalah dalam penelitian yang dibuat adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda di SMK N Pertanian I Sukaraja?

2. Bagaimana kemampuan adaptasi peserta didik di SMK N Pertanian I Sukaraja?

3. Bagaimana prestasi belajar siswa di SMK N Pertanian I Sukaraja?

4. Sejauhmana pengaruh implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda dalam upaya meningkatkan kemampuan adaftasi peserta didik dan dampaknya terhadap prestasi belajar siswa di SMK N Pertanian I Sukaraja?

C. Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Maksud Penelitian

a. Mendapatkan gambaran mengenai implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda di SMK N Pertanian I Sukaraja.

b. Menggambarkan kemampuan adaptasi peserta didik di SMK N Pertanian I Sukaraja.

c. Menggambarkan prestasi belajar siswa di SMK N Pertanian I Sukaraja

d. Menganalisis pengaruh implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda dalam upaya meningkatkan kemampuan

adaftasi peserta didik dan dampaknya terhadap prestasi belajar siswa di SMK N Pertanian I Sukaraja

2. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Mengetahui implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda di SMK N Pertanian I Sukaraja.

b. Mengetahui kemampuan adaptasi peserta didik di SMK N Pertanian I Sukaraja.

c. Mengetahui prestasi belajar siswa di SMK N Pertanian I Sukaraja

d. Mengetahui pengaruh implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda dalam upaya meningkatkan kemampuan adaftasi peserta didik dan dampaknya terhadap prestasi belajar siswa di SMK N Pertanian I Sukaraja.

d. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Akademis/teoritis diantaranya adalah:

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti dalam bidang ilmu administrasi public, khususnya pengetahuan tentang implementasi kebijakan public.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat member sumbangan pemikiran bagi penelitian selanjutnya, terutama dalam hal teori kebijakan public.

2. Kegunaan Praktis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak sekolah, dunia usaha dan dunia industry bahwa pendidikan sistem ganda merupakan program untuk kepentingan bersama yaitu disatu fihak menjadi keuntungan buat DUDI dan difihak lain menjadi suatu keberhasilan buat sekolah.

b) Membantu sekolah dalam mengimplementasikan kebijakan program PSG.

c) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dan peningkatan prestasi belajar

D. Kerangka Berfikir

1. Pendidikan Sistem Ganda

Kebijakan pendidikan sistem ganda dikembangkan berdasarkan konsep dual system di Jerman, yaitu suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sitematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, dengan tujuan untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.

Dual Based Program atau program berbasis ganda yang dioprasionalkan dalam bentuk pendidikan sistem ganda di sekolah menengah kejuruan adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian professional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu ( Pakpahan 1994 : 7 ). Hal ini juga senada dengan apa yang dikemukakan oleh Made Wena (1996: 16) bahwa pendidikan sistem ganda (magang) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian professional yang memadukan secara siatematik dan sinkron pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu.

Pendidikan sistem ganda merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu (Djojonegoro, 1998:46). Sedangkan menurut (Wena: 1997:30) mengatakan bahwa pemanfaatan dua lingkungan belajar di sekolah dan di luar sekolah dalam kegiatan proses pendidikan itulah yang disebut dengan program PSG. Hal senada dikemukan oleh (Nasir, 1998:21) bahwa Pendidikan Sistem Ganda (PSG) ialah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang memadukan program pendidikan di sekolah dan program pelatihan di dunia kerja yang terarah untuk mencapai tujuan pendidikan kejuruan.

Supriadi (2002: 242) juga menyatakan bahwa pendidikan sistem ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan, yang memadukan secara sistemik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program belajar melalui kegiatan bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang relevan, terarah untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu.

Pendidikan sistem ganda (dual system) adalah memadukan pelatihan kejuruan paruh waktu dikombinasikan dengan belajar paruh waktu. (The Educational System in Germany, 1999:1).

Dari pengertian diatas, tampak bahwa PSG mengandung beberapa pengertian, yaitu: (1) PSG terdiri dari gabungan subsistem pendidikan disekolah dan subsistem pendidikan di dunia kerja/industri; (2) PSG merupakan program pendidikan yang secara khusus bergerak dalam penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional; (3) penyelenggaraan program pendidikan di sekolah dan dunia kerja/industry dipadukan secara sistematis dan sinkron, sehingga mempu mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan; dan (4) proses penyelenggaraan pendidikan di dunia kerja lebih ditekankan pada kegiatan bekerja sambil belajar (learningby doing) secara langsung pada keadaan yang nyata.

Hal ini sejalan dengan konsep pendidikan kecakapan hidup yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, yang pada dasarnya pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup ini diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik dengan bekal kecakapan hidup, baik untuk mengurus dan mengendalikan dirinya sendiri, untuk berinteraksi di lingkungan sekolah dan masyarakat maupun kecakapan untuk bekerja yang dapat dijadikan sebagai sumber penghidupan (Hari Suderadjat, 2003: 21).

Dalam hal ini juga pendidikan dituntut untuk dapat mengembangkan aspek kecakapan personal, kecakapan sosial, dan kecakapan akademik dari peserta didik sehingga pendidikan di sekolah dapat memberikan bekal learning how to learn sekaligus learning how to unlearn, artinya siswa atau peserta didik di sekolah tidak hanya belajar teori tetapi juga belajar praktek yang ada kaitannya langsung dengan keterampilan yang harus mereka miliki.

Dari beberapa definisi dan pendapat yang dikemukakan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa program pendidikan berbasis ganda (dual based program) ini mengandung beberapa konsep yaitu :

a. Program pendidikan berbasis ganda (dual based program) terdiri dari gabungan sub sistem pendidikan disekolah dan subsistem pendidikan didunia kerja atau industry

b. Program pendidikan berbasis ganda (dual based program) merupakan program pendidikan yang secara khusus bergerak didalam penyelenggaraan pendidikan professional

c. Penyelenggaraan program pendidikan disekolah dan dunia kerja/industry secara sistematis dan sinkron sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan

d. Proses penyelenggaraan pendidikan didunia kerja/industry lebih ditekankan pada kegiatan bekerja sambil belajar (learning by doing) secara langsung pada seting nyata

Dengan demikian, pengertian mengenai program pendidikan berbasis ganda (dual based program) ini terlibat dua pihak yang terlibat yaitu lembaga pendidikan (sekolah) dan lapangan kerja (industry/perusahaan atau instansi tertentu) yang secara bersama-sama menyelenggarakan suatu program pendidikan dan pelatihan kejuruan. Kedua belah pihak tersebut secara sungguh-sungguh terlibat dan bertanggungjawab mulai dari tahap perencanaan program, tahap pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi dan penentuan kelulusan peserta didik, serta upaya pemasarannya.

Kebijakan “link and match” merupakan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional (dulu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) yang dikembangkan untuk meningkatkan relevansi pendidikan, yaitu relevansi dengan kebutuhan pembangunan umumnya dan kebutuhan dunia kerja/dunia usaha khususnya.

“Link” secara harfiah bersrti ada pertautan, keterkaitan, atau hubungan interaktif, dan “Match” berarti cocok. Jadi link and match adalah keterkaitan antara pendidikan dengan kebutuhan (needs, demands) pembangunan. Kebutuhan pembangunan sangat luas, bersifat multidimensional, dan multisektoral mulai kebutuhan peserta didik sendiri, kebutuhan keluarganya, kebutuhan untuk pembinaan warga masyarakat dan warga Negara yang baik, dan kebutuhan dunia kerja.

“Link” menunjukan pada proses, yang berarti bahwa proses pendidikan selayaknya sesuai dengan kebutuhan pembangunan, sehingga hasilnyapun cocok (match) dengan kebutuhan tersebut baik dari segi jumlah, mutu, jenis, kualifikasi maupun dari segi waktunya.

Pada dasarnya tujuan pokok pelaksanaan pendidikan berbasis ganda adalah untuk meningkatkan kualitas lulusan lembaga pendidikan kejuruan, dan berdasarkan landasan hukum yang menjadi acuan pelaksanaan kebijakan pendidikan berbasis ganda disekolah menengah kejuruan, maka tujuan penyelenggaraan kebijakan pendidikan berbasis ganda yang dirumuskan oleh Direktorat pendidikan menengah kejuruan (1994:7) adalah sebagai berikut :

a) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.

b) Memperkokoh link and match dengan dunia kerja.c) Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan

tenaga kerja yang berkualitas professional.d) Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap

pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

Hal senada juga dikemukakan oleh (Djojonegoro, 1998:75) bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dengan pendekatan PSG bertujuan: (1) menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja; (2) meningkatkan dan memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan/kecocokan (link and match) antara lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan dengan dunia kerja; (3) meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas profesional dengan memanfaatkan sumberdaya pelatihan yang ada di dunia kerja; (4) memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan

Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Made Wena (1996:77) yang menjelaskan bahwa terdapat empat prinsip utama dari sistem ganda atau magang yaitu :

a) Membuat seting dunia kerja dan masyarakat sebagai lingkungan belajar bagi para siswa.

b) Menghubungkan pengalaman kerja dengan pelajaran akademik.

c) Memberi peran para siswa secara konstruktif sebagai pekerja disertai tanggungjawab rilnya sebagai peserta didik dalam waktu bersamaan.

d) Menanamkan hubungan masyarakat yang erat antara peserta didik dan pekerja dewasa yang bertindak sebagai mentor

Dilihat dari hal-hal tersebut diatas bahwa tujuan utama dari kebijakan pendidikan berbasis ganda adalah mengoptimalkan hasil pembelajaran pada pendidikan kejuruan yang artinya usaha untuk mencapai tujuan pendidikan kejuruan secara maksimal. Dengan kata lain, berusaha untuk menghasilkan lulusan lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki keterampilan sesuai dengan tuntutan kebutuhan kerja dilapangan.

2. Hubungan SMK dengan Dunia Kerja

Kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional (Depdiknas) tentang pendekatan sistem ganda sebagai pola utama penyelenggaraan kurikulum sekolah menengah kejuruan, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas tamatan agar memiliki daya saing dengan tuntutan kebutuhan ketenagakerjaan pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya yang merupakan bagian dari kebijakan link and match yang berlaku pada semua jenjang dan jenis pendidikan nasional.

Pengembangan hubungan SMK dengan dunia kerja mengandung pengertian cara apa yang dapat dipakai oleh sekolah agar dunia usaha/dunia industry mau mengambil bagian secara aktif dalam pelaksanaan pendidikan sistem ganda. Setelah cara pengembangan hubungan berhasil dirumuskan oleh pihak sekolah selanjutnya adalah apa yang harus disiapkan sekolah, dan bagaimana cara mempersiapkan untuk selanjutnya digunakan secara optimal dalam pelaksanaannya. Sekolah menengah kejuruan dituntut berupaya melakukan kiat-kiat dengan memperdayakan potensi-potensi yang ada di SMK agar jalinan kerjasama terwujud dengan baik sehingga dunia kerja menjadi mitra dalam keberhasilan karena menjadi bagian dari proses pendidikan.

Hubungan kerjasama dan kemitraan, Soenarto (2005:2) mengungkapkan :

Power Networking merupakan kunci keberhasilan menuju kesuksesan organisasi yang dicapai dengan mengembangkan, “kerjasama kemitraan saling mendukung, saling percaya, saling menguntungkan “

Kata power berarti kekuatan, potensi, kemampuan untuk melakukan sesuatu, network artinya jaringan hubungan erat dan tersistem. Kata power networking diartikan sebagai hubungan kerjasama yang kuat, dan tersistem diantara lembaga terkait dalam rangka memanfaatkan potensi atau kekuatan yang dimilikinya.

Kata mitra mempunyi arti teman, sahabat karib, lawan kerja, pasangan kerja. Kemitraan berkonotasi adanya hubungan kerjasama atau jalinan kerjasama sinergis antara lembaga, antar organisasi, atau sebagai “institusi pasangan”. Sebagai mitra kerja dalam institusi pasangan mereka saling mengisi, saling membutuhkan, dan saling menguntungkan didalam melakukan program kerjasama yang direncanakan, masing-masing pihak memiliki kelebihan dan kekurangan.

Deskripsi dari prinsip kemitraan adalah :

Sukarela tidak ada yang merasa terpaksa, dilakukan atas dasar kesadaran bahwa perlu adanya saring potensi

Saling membutuhkan dalam memecahkan berbagai masalah adanya keterpaduan dalam menghandel program.

Saling menguntungkan dalam mencapai tujuan. Kesejajaran dan komplemen yaitu tidak ada pihak yang

merasa lebih tinggi dari yang lain biarpun berdasarkan pakta ada perbedaan kemampuan dan keahlian perbedaan yang ada besifat saling melengkapi.

Kesamaan derajat dan kedudukan merupakan keharusan dalam kerjasama kemitraan dalam hal struktur sosial budaya dan ekonomi.

Keberlanjutan dimana kemitraan berlangsung dan berkembang terus menuju arah yang labih baik.

Fisher dan Vilas ( Soenarto, 2005:10 ) menyatakan “sistem jaringan kemitraan menciptakan ketentraman, kegembiraan, dan kesuksesan setiap langkah usaha”.

Dalam jaringan kerjasama terjadi antar personal, antar lembaga yang akan memperkaya wawasan dan pengetahuan, dan mendorong berkembangnya sikap positif dalam upaya inovatif, perubahan atmosfer akademik dan non akademik yang

lebih baik antara lain : kedisiplinan, wawasan akademik guru, budaya bersih, teratur.

Pendidikan sistem ganda hanya mungkin dilaksanakan apabila ada kesediaan dan kemauan industry atau dunia kerja untuk menjalin kemitraan dengan pihak sekolah, kemitraan disini adalah kerjasama antara pihak sekolah dan DUDI sebagai institusi pasangan.

Prosser (Soenarto, 2005:3) mengemukakan bahwa :

Sekolah kejuruan akan efektif hanya jika siswanya diperkenalkan dengan situasi nyata; untuk berfikir, berperasaan, berprilaku seperti halnya pekerja di industry dimana siswa akan bekerja setelah lulus.

Sekolah kejuruan akan efektif hanya jika siswanya diajar oleh guru yang memiliki pengalaman nyata bekerja di dunia kerja, dimana siswa akan bekerja setelah lulus sekolah.

Kerjasama kemitraan SMK dengan du/di sebagai lembaga mitra bertujuan untuk mendapatkan dan memperluas akses informasi, power sharing atau power networking, saling memanfaatkan potensi diantara lembaga mitra dalam rangka memperlancar dan mendukung pencapaian tujuan program sekolah. Power sharing di wujudkan dalam perencanaan, penggunaan fasilitas pendidikan, praktik industry, pemagangan, penempatan lulusan dan penataran guru. Disamping beberapa tujuan khusus antara lain :

Meningkatkan relevansi kompetensi lulusan dengan kebutuhan dudi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di dunia kerja.

Memenuhi kebutuhan lapangan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, dalam sekala regional bahkan internasional.

Membuka kesempatan lebih luas kepada para pemakai lulusan dan pihak-pihak terkait untuk berpartisipasi dalam meningkatkan mutu pendidikan kejuruan.

3. Peran Dunia kerja dalam Pelaksanaan PSG

Dunia usaha atau Industri memiliki peran yang amat stategi dalam pelaksanaan PSG yaitu:

a. Sebagai mitra sejajarDalam pelaksanaan PSG dunia kerja memiliki peran dan fungsi yang sama dan sejajar dengan sekolah, peran kemitraan ini

dapat diwujudkan dari kesediaan dunia kerja memjadi institusi pasangan.

b. Penanggung Jawab

ini mengandung penertian bahwa dunia kerja memiliki tanggung jawab yang sama dengan dunia pendidikan. Terutama dalam hal

Pelaksanaan praktek keahlian produktif Uji kompetensi Penataan etos kerja Peningkatan disiplin kerja Peningkatan mutu lulusan.

c. Promotor

Dunia kerja berperan sebagai promoter yang mempromosikan kualitas lulusan tenaga kerja trampil dan kualitas sekolah sebagai human resources, penyedia tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

d. Inspirator

Dunia kerja berperan sebagai inspirator yang member inspirasi kepada kepala sekolah untuk segera mengadakan improvisasi dalam KBM agar selaras dengan perkembangan yang tersedia di dunia kerja.

e. Motivator

Dunia kerja berperan sebagai motivator yang mendorong sekolah agar berbuat lebih banyak dalam meningkatkan etos kerja, disiplin siswa dan tenaga kependidikan.

f. Komunikator

Dunia kerja yang telah menjadi institusi pasangan berperan sebagai komunikator yang mengkomunikasikan keberadaan dan potensi sekolah serta kualitas lulusan kepada perusahaan yang bergabung dalam satu asosiasi atau perusahaan lain luar asosiasinya.

g. Fasilitator

Dunia kerja yang telah menjadi institusi pasangan bersedia menyediakan fasilitas untuk praktek keahlian produktif siswa

serta bila memungkinkan memberi bantuan peralatan untuk fasilitas praktik dasar/praktik lanjut di sekolah.

Prinsip dan Bentuk Kerjasama

Prinsip-prinsip kerjasama dilandasi oleh :

1) Kesadaran dan kepedulian dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif.

2) Saling menguntungkan.3) Kesepakatan. 4) Tanggung jawab bersama dalam pelaksanaan pendidikan

sistem ganda

Untuk menjalin hubungan kerjasama antara sekolah dengan dunia kerja, agar dunia kerja mau bekerja sama dengan sekolah, maka sekolah harus mempersiapkan : 1). Kepala sekolah yang berwawasan dunia kerja dan memiliki keinginan yang kuat untuk menjalankan pendidikan sistem ganda, 2). Kepala sekolah yang berwawasan dunia kerja dan memiliki keinginan yang kuat untuk menjalankan pendidikan sistem ganda, 3). Cara yang tepat sasaran, 4). Personal yang berwawasan dunia kerja, 5). Personal yang mampu berkomunikasi dan bernegosiasi, 6). Konsep-konsep kerjasama, 7). Pernagkat komunikasi dan sistem informasi, 8). Personal yang berdisiplin dan beretos kerja tinggi, 9). Siswa yang berdisiplin tinggi, 10). Suasana sekolah yang kondusif untuk pelaksanaan PSG.

Pendekatan dari Sisi Sekolah

Dalam rangka menjalin kerjasama sekolah menengah kejuruan dengan dunia kerja perlu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :

1) Mengembangkan sekolah menengah kejuruan dengan pendekatan pengembangan sekolah seutuhnya (PSS).

2) Melakukan inventarisasi dunia kerja yang ada di sekitar, atau yang dapat terjangkau.

3) Analisis dunia kerja yang relevan dengan program study atau singkron dengan kurikulum.

4) Pendekatan ke dunia kerja dengan menyampaikan informasi program sekolah/PSG.

5) Mengadakan pertemuan antara sekolah dengan pihak dunia kerja.

Pendekatan yang dilakukan dapat berupa :

Birokrasi Hubungan resmi antara institusi dengan perusahaan,

asosiasi dan sebagainya. Hubungan-hubungan kemitraan Informal Media massa dan elektronik

Dalam pelaksanaan jalur pendekatan tersebut diatas, dapat berbentuk kegiatan antara lain :

Seminar Open house/pameran Kunjungan industry Gebyar smk Penyebaran brosur.

Pendekatan dari Sisi Dunia kerja

Identifikasi sekolah calon pasangan Analisis potensi sekolah calon pasangan Analisis keuntungan-keuntungan yang dapat di peroleh

dari sekolah Analisis program yang dapat dikembangkan dari kerjasama

dengan sekolah calon pasangan. Menyediakan waktu untuk bertemu, membahas program

kerja.

Pendidikan sistem ganda atau dual based program untuk sekolah menengah kejuruan menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (1994: 7), memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Standar Profesi

Program pendidikan harus mengacu pada pencapaian, kemampuan professional sesuai dengan jabatan pekerjaan atau profesi tertentu yang berlaku dilapangan kerja.

Standar profesi yang dimaksud harus mengandung kejelasan tentang ukuran kemampuan dan sekaligus mewujudkan kewenangan untuk melaksanakan tugas profesi tertentu.

b. Standar Pendidikan dan Pelatihan

Untuk mencapai standar pendidikan dan pelatihan, diperlukan suatu proses pendidikan dan pelatihan dengan ukuran isi, waktu dan metode tertentu.

Kemampuan Normatif (Pembentukan Watak) 1

1

Kemampuan Adaptif (Bekal untuk Pengembangan Diri) 2

Teori Kejuruan 3 Praktik Dasar Kejuruan 4

Praktik Keahlian Produktif(Professional Competencies) 5

5

Khusus untuk pelaksanaan pendidikan dengan sistem ganda pada SMK, standar pendidikan dan pelatihan tersebut adalah mencakup sebagai berikut :

1)IsiIsi pendidikan dan pelatihan meliputi:a) Komponen pendidikan umum (normatif) meliputi : Mata

pelajaran Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, Agama, Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Sejarah Nasional dan Sejarah Umum. Komponen ini dimaksudkan untuk pembentukan watak dan kepribadian peserta didik menjadi warga Negara yang baik, yang memiliki karakter warga Negara dan Bangsa Indonesia.

b) Komponen pendidikan dasar penunjang (adaptif) Komponen pendidikan dasar meliputi : Matematika, Bahasa Inggris, Biologi, Fisika dan Kimia, komponen ini untuk memberi bekal penunjang bagi pengusaan keahlian profesi, dan bekal kemampuan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c) Komponen teori kejuruan, untuk membekali pengetahuan tentang teknis dasar keahlian kejuruan.

d) Komponen praktik dasar profesi, yaitu berupa latihan kerja untuk menguasai teknik bekerja secara baik dan benar sesuai tuntutan persyaratan keahlian profesi.

e) Komponen praktik keahlian profesi, yaitu berupa kegiatan bekerja secara terprogram dalam situasi sebenarnya, untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap professional.

Gambar 1

Isi Pendidikan dan Pelatihan pada SMK

f)

2)Waktu

Pada dasarnya waktu pelaksanaan pendidikan dengan sistem ganda pada SMK adalah 3 tahun sesuai dengan ketentuan pada UU No. 2 Tahun 1989. Perpanjangan waktu menjadi 3.5 tahun dimungkinkan dengan SK Mendikbud, sesuai dengan ketentuan pada PP No. 29 Tahun 1990. Kemungkinan perpanjangan waktu tersebut didasarkan atas hasil analisis kebutuhan waktu untuk mencapai standar profesi yang telah ditetapkan.

3)Metodea)Program pendidikan dengan sistem ganda pada

dasarnya adalah program bersama antara SMK dengan industry/perusahaan pasangannya, sehingga segala sesuatu yang menyangkut penyelenggaraan sistem ganda perlu dibicarakan dan disepakati.

b)Komponen pendidikan umum (normative), komponen pendidikan dasar penunjang (adaptif) dan komponen teori kejuruan dilaksanakan sepenuhnya di SMK dan menjadi tanggungjawab SMK.

c) Komponen kejuruan, yaitu meliputi pelajaran teori-teori kejuruan dalam lingkup suatu program studi tertentu untuk membekali pengetahuan tentang tehnis dasar keahlian

d)Komponen praktek dasar profesi dapat dilaksanakan di SMK, di industry/perusahaan, atau dikedua tempat tersebut, dan menjadi tanggungjawab bersama antara SMK dan industry atau perusahaan pasangannya.

e)Komponen praktik keahlian profesi dilaksanakan di industry/perusahaan dan sepenuhnya menjadi tanggungjawab industry/perusahaan yang bersangkutan.

f) Model penyelenggaraan dapat berupa day release, dapat berupa block release, dapat berupa hours release, atau kombinasi dari ketiganya. Dalam penyelenggaraan day release bersama, dari enam hari belajar beberapa hari diindustri atau perusahaan dan beberapa hari disekolah dalam penyelenggaraan block release disepakati bersama bulan/caturwulan/semester mana diindustry atau perusahaan, dan bulan/caturwulan/semestermana disekolah. Sedangkan dalam penyelenggaraan hours release disepakati jam-jam belajar yang harus dilepas dari sekolah dan dilaksanakan diindustri atau perusahaan.

Untuk pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan system ganda ini ada beberapa prinsip dasar yaitu :

a. Ada keterkaitan antara apa yang dilakukan di sekolah dan apa yang dilakukan di institusi pasangan sebagai suatu rangkaian yang utuh

b. Praktek keahlian di institusi pasangan merupakan proses belajar yang utuh, bermakna dan sarat nilai untuk mencapai kompetesi lulusan.

c. Ada kesinambungan proses belajar dengan waktu yang sesuai dalam mencapai tingkat kompetensi yang dibutuhkan.

d. Berorientasi pada proses disamping berorientasi kepada produk dalam mencapai kompetensi lulusan secara optimal.

c. Kerjasama Dengan Dunia Usaha dan Industry

Program pendidikan berbasis ganda hanya mungkin dapat dilaksanakan apabila ada kesediaan dan kemauan industry atau perusahaan untuk menjadi pasangan SMK dalam melaksanakan program pendidikan berbasis ganda, oleh karena itu dituntut kemampuan dan kemauan SMK untuk berinisiatif mendekati serta mendapatkan industry atau perusahaan untuk menjadi pasangannya. Hubungan kerjasama sekolah dengan DU/DI melalui berbagai kegiatan yang melibatkan DU/DI seperti : Praktek kerja industry (prekerin), uji kompetensi, guru magang diindustri (on the job training) dan kerjasama unit produksi melalui KBM disekolah. Pendayagunaan unit produksi merupakan jalan terbaik untuk memberikan gambaran nyata pelaksanaan pendidikan sistem ganda sebagai implementasi strategis kebijakan link and match.

d. Nilai Tambah

Kerjasama antara sekolah dengan DU/Di dalam pelaksanaan program pendidikan berbasis ganda dilaksanakan dengan prinsip saling membantu, saling mengisi dan saling melengkapi untuk keuntungan bersama. Berdasarkan prinsip ini pelaksanaan pendidikan dengan sistem ganda akan memberikan nilai tambah bagi para pihak yang bekerjasama. Direktorat pendidikan menengah kejuruan (1994) menjabarkan tiga bentuk nilai tambah dari pelaksanaan program pendidikan berbasis ganda yaitu :

1. Nilai tambah bagi pihak industry atau perusahaan :a) Institusi pasangan dapat mengenal persis peserta

didik yang belajar dan bekerja diperusahaannya, kalu

peusahaan menilainya bisa menjadi asset dapat direkrut menjadi tenaga kerja diperusahaan tersebut.

b) Pada umumnya peserta didik telah ikut aktif dalam proses produksi sehingga pada batas-batas tertentu selama masa pendidikan, peserta didik adalah tenaga kerja yang dapat memberikan keuntungan.

c) Perusahaan dapat member tugas pada siswa untuk mencari ilmu pengetahuan dan teknologi dari sekolah untuk diterapkan diperusahaan demi kepentingan khusus perusahaan atau membuka kemungkinan dan mempermudah kesempatan bagi industry untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki sekolah

d) Memberi kepuasan tersendiri bagi dunia usaha dan industry yang menjadi institusi pasangan, karena memperoleh pengakuan ikut serta menentukan hari depan bangsa melalui program ini.

2. Nilai tambah bagi sekolahManfaat yang dapat diperoleh sekolah dengan adanya program ini antara lain :

a) Tujuan utama pendidikan kejuruan, untuk memberikan bekal keahlian yang bermakna bagi peserta didik dalam memasuki dunia kerja, lebih terjamin ketercapaiannya.

b) Terdapat kesesuaian antara program pendidikan dan kebutuhan lapangan kerja.

c) Permasalahan biaya, sarana dan prasarana pendidikan yang selama ini sering terjadi menjadi keluhan dalam upaya peningkatan mutu, dapat diatasi bersama oleh sekolah dan peran serta masyarakat, khususnya institusi pasanagn.

d) Memberi kepuasan bagi penyelenggara pendidikan di sekolah, karena kualitas tamatannya akan lebih terjamin memperoleh bekal yang bermakna baik untuk kepentingan tamatan, kepentingan dunia kerja maupun kepentingan bangsa.

e. Kelembagaan

Untuk menjamin efektivitas pelaksanaan program pendidikan berbasis ganda diperlukan suatu lembaga organisasi yang mampu menghimpun dan menggerakan sumber daya yang tersedia dan mengorganisasikan semua kegiatan untuk mencapai tujuan program pendidikan berbasis ganda. Majelis sekolah, merupakan suatu bentuk lembaga yang menjadi efektivitas pelaksanaan program berbasis ganda. Peran majelis

sekolah dalam hal ini sebagai organisasi yang ikut menentukan kebijaksanaan penyelenggaraan program pendidikan berbasis ganda di SMK, sedangkan tugas dari majelis sekolah ini sendiri antara lain :

Menjadi mitra SMK dalam mendekati dan mengajak dunia usaha atau industri agar mau menjadi pasangan SMK dalam penyelenggaraan program pendidikan berbasis ganda

Menjadi mitra SMK dalam perumusan dan penandatanganan naskah kerjasama pelaksanaan program pendidikan berbasis ganda

Memonitor pelaksanaan program pendidikan berbasis ganda baik di SMK maupun diindustri atau perusahaan

Memotivasi SMK dan industry/perusahaan dalam pelaksanaan program berbasis ganda

Memasarkan tamatan pendidikan yang mengikuti program pendidikan berbasis ganda

Keanggotaan majelis sekolah meliputi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan program pendidikan berbasis ganda, yaitu unsur SMK, Kadin, asosiasi perusahaan, organisasi pekerja, dan tokoh masyarakat.

Lebih jauh Made Wena (1996:17) menjelaskan program pendidikan berbasis ganda dilihat dari segi kelembagaan di SMK terdiri dari dua subsistem pendidikan yaitu sekolah dan industry. Lembaga sekolah kejuruan sebagai salah satu subsistem dari sistem ganda memang secara khusus dirancang sebagai tempat belajar tetapi lembaga industry sebagai bagian dari sistem ganda tidak secara khusus dirancang sebagai tempat belajar oleh karena itu agar dunia industry dapat digunakan sebagai tempat belajar praktek secara maksimal oleh siswa, seyogyanya pihak industry mampu memerankan fungsi pendidikan.

Evaluasi pendidikan sistem ganda merupakan bagian integral dari keseluruhan program pendidikan. Mengingat konsep pendidikan sistem ganda dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan program melibatkan lembaga pendidikan dan lembaga industry, maka evaluasi program sistem ganda memiliki karakteristik yang berbeda dengan evaluasi pendidikan secara umum.

Menurut Made (1996:63-64), proses evaluasi dalam program pendidikan sistem ganda harus dilakukan pada proses pendidikan di sekolah dan juga proses pendidikan di industry.

Evaluasi tersebut dilakukan baik pada tahap perencanaan, maupun tahap pelaksanaan. Dengan demikian diharapkan program pendidikan sistem pembelajaran ganda dapat selalu dikembangkan sesuai dengan hasil evaluasi program yang dilakukan. Hasil evaluasi program tersebut disajikan sebagai dasar dalam pengembangan maupun perbaikan program pendidikan sistem ganda dapat dilihat pada bagan berikut :

PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

Gambar 2.

Proses Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda

Evaluasi merupakan suatu proses pemikiran dan penilaian tingkat kemajuan praktek kerja siswa didunia industry, evaluai praktek kerja siswa di dunia industry dilakukan dengan ketentuan evaluasi:

1. Aspek yang dinilai

Penilaian tingkat kemajuan praktek kerja siswa didunia industry dilakukan dengan cara menilai aspek etos kerja dan prestasi kerja. Aspek etos kerja dapat dinilai melalui beberapa komponen yaitu kehadiran, disiplin, prakarsa dan kerjasama. Aspek prestasi dapat dinilai melalui kemampuan dan keterampilan pada saat melakukan pekerjaan dan hasil pekerjaan.

2. Skala penilaian

Skala penilaian adalah satu sampai seratus, penilaian etos kerja menggunakan harkat nilai dalam bentuk abjad dengan ketentuan sebagai berikut

< 71 = D (Kurang)

71 – 80 = C (Cukup baik)

81 – 90 = B (Baik)

PROSES PENDIDIKAN DI SEKOLAH

PROSES PENDIDIKAN DI INDUSTRI

PROSES EVALUASI

91 – 100 = A (Sangat baik)

3. Indikator penilaian Pemberian nilai terhadap siswa memperhatikan beberapa

indicator yaitu : Kehadiran

Seluruh kegiatan harus diikuti oleh siswa yang dilaksanakan pada hari yang telah ditetapkan

Disiplin

Seluruh ketentuan yang dimuat dalam tata tertib, meliputi :

a) Tepat tidaknya, waktu hadir ditempat kerjab) Izin meninggalkan tugas belajarc) Ketetapan menyelesaikan tugasd) Tugas Piket dan tanggungjawab

Prakarsaa) Mempunyai inisiatif yang positifb) Kreatif konsumtifc) Memotivasi peserta/orang laind) Mengajukan pertanyaan (yang tidak bersifat memuji

atau memojokan)e) Mencari alternative mempunyai gagasan atau ide

yang membangun Kerjasama

a) Menyelesaikan tugas, dapat bekerjasama dengan orang lain, musyawarah, mufakat

b) Menghargai pendapat orang lain, cenderung menghindari pertentangan atau konflik

c) Mengutamakan kepentingan umumd) Cenderung menjdai penengah dalam pertentangan

pendapate) Sopan santun f) Dapat Menyatakan pendapat secara lisan atau

tertulis Prestasi

a) Kesiapan melakukan pekerjaan dan ketelitian melakukan pekerjaan

b) Kecepatan dan ketetapan melakukan pekerjaan c) Keberhasilan dalam pekerjaan

4. Kemampuan Adaptasi

Thoha (1985:19) mengidentifikasi bahwa kemampuan merupakan salah satu unsur kematangan yang berkaitan dengan

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan pelatihan dan pengalaman. Berkaitan dengan hal ini, menurut pendapat Flippo (dalam Hasibuan,1997:69) bahwa pendidikan berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum, keterampilan dan pemahaman atas kemampuan beradaptasi dengan lingkungan secara menyeluruh.

Sedangkan Nugroho (1984:29), lebih cenderung menggunakan istilah kemampuan, yaitu tersedianya modal kecakapan, ketangkasan atau modal lainnya yang memungkinkan seseorang dapat berbuat banyak bagi organisasinya.

Berkaitan dengan konsep kemampuan, menurut J.A.C. Brown (dalam Hersey dan Blanchard, 1995:6), ada tiga jenis kemampuan dasar yang harus dimiliki manusia, antara lain :

1. Kemampuan teknis (technical skill), yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan dan training.

2. Kemampuan Sosial (social/human skill), Kemampuan dan kata putus (judgment) dalam pekerja dengan melalui orang lain, mencakup pemahaman tentang motivasi dan penerapan kepemimpinan yang efektif.

3. Kemampuan konseptual (conceptual skill), yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas kerja. Kemampuan ini memungkinkan seseorang bertindak selaras dengan tujuan secara menyeluruh daripada hanya atas dasar tujuan dan kebutuhan kelompok sendiri.

Sedangkan ciri-ciri kompetensi atau kemampuan seseorang beradaptasi menghadapi tantangan masa depan menurut Spencer Howard (1995:57), yang diperlukan untuk adalah :

1. Keluwesan, untuk memandang perubahan sebagai peluang yang menarik ketimbang suatu ancaman.

2. Selalu mencari informasi dan motivasi untuk mempelajari keterampilan-keterampilan teknis dan hubungan antar pribadi baru.

3. Motivasi untuk selalu belajar, merupakan keinginan yang tulus terhadap peluang-peluang untuk mempelajari keterampilan teknik dalam kelompok antar pribadi baru.

4. Motivasi kerja dibawah tekanan waktu, merupakan gabungan antara keluwesan, motivasi untuk berprestasi, daya tahan terhadap tekanan dan komitmen terhadap organisasi yang memungkinkan seseorang bekerja dibawah tuntuan waktu yang singkat.

5. Kesediaan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok multidisipliner dengan rekan kerja yang berbeda, pengharapan positif terhadap orang lain, saling pengertian antar pribadi dan komitmen terhadap organisasi.

6. Orientasi terhadap pelayanan, merupakan keinginan yang tulus untuk membantu orang lain, saling pengertian antar pribadi yang memadai untuk mengetahui kebutuhan dan suasana emosional pelanggan, cukup inisiatif untuk mengatasi rintangan-rintangan dalam organisasi sendiri guna memecahkan masalah pelanggan.

Merujuk beberapa pendapat seperti telah diuraikan, dapatlah diketahui bahwa kemampuan beradaptasi merupakan perilaku atau karakteristik individu yang berkenaan dengan fisik dan mental dalam pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan. Kemampuan dalam dimensi konsep ini diukur melalui : (a) perangai dan minat seorang terhadap pekerjaan/tugas, (b) kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peranan seorang pekerja, (c) motivasi kerja dan komitmen terhadap organisasi, (d) penguasaan dan pemecahan masalah serta kesediaan untuk bekerja sama, (e) mendelegasikan tugas secara efektif, (f) pelaksanaan yang sesuai dengan tingkat keahlian yang diperlukan untuk memenuhi standar yang diinginkan.

5. Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata yaitu prestasi dan belajar. Didalam kamus bahasa Indonesia yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.

Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan

tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto (2003:2) pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Ngalim Purwanto (2003:85) dalam bukunya psikologis pendidikan mengemukakan bahwa belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik pisik maupun psikis seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap. Selanjutnya definisi belajar yang diungkapkan oleh Cronbach didalam bukunya Educational Psychology yang dikutif oleh Sumardi Suryabrata menyatakan bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu sipelajar menggunakan panca inderanya.

Belajar adalah “segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang, dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya sedikit banyak permanen, akibat yang dihasilkan dari proses belajat disebut prestasi belajar.

Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan. Teori Bloom menyatakan bahwa prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan ketiga ranah yaitu ranah kognitif (berisi prilaku-prilaku yang menekankan aspek intelektual,seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir), ranah afektif (berisi prilaku-prilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi. Seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri) dan ranah psikomotorik (berisi prilaku-prilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik).

Ngalim Purwanto dalam buku psikologi pendidikan (2003:85), menjelaskan keterampilan ini disebut motorik karena keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian.

Prestasi belajar seorang siswa dengan siswa yang lainnya tentu saja tidak sama, hal ini tergantung kepada tingkat kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa untuk

menerima dan memahami materi pelajaran yang diberikan. Terlepas dari sama dan tidaknya tahapan prestasi belajar yang dijangkau siswa proses kegiatan belajar mengajar menghendaki siswa mencapai tahap prestasi belajar yang optimal.

Pengukuran tingkat prestasi belajar yang diperoleh siswa tentu saja harus diselenggarakan dengan teratur melalui evaluasi yang terencana dan terorganisasi. Produk suatu evaluasi yang diselenggarakan dengan baik dapat memberikan gambaran tingkat prestasi belajar yang dicapai siswa dengan lancar.

Pendidikan modern menganut paham bahwa belajar harus menghasilkan perubahan yang tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan saja, tetapi juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, danlain sebagainya yang berkenaan dengan aspek organism atau pribadi seseorang. Dengan demikian pengukuran prestasi belajar secara ideal tentu saja tidak hanya dari data nilai pengetahuannya saja karena gambaran prestasi belajar tidak hanya dari pertambahan pengetahuan saja akan tetapi juga dari kemampuan penerapan pengetahuan tersebut.

Baik buruknya prestasi belajar yang dicapai seseorang tergantung kepada kegiatan belajarnya. Beberapa prinsip belajar untuk memungkinkan tercapainya prestasi belajar yang tinggi dapat dikemukakan sebagai berikut :

Agar seseorang benar-benar belajar ia harus mempunyai tujuan yang jelas

Tujuan itu harus timbul dari kebutuhan hidupnya, jadi bukan karena dipaksa oleh orang lain.

Orang yang belajar harus bersedia mengalami setiap kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Belajar harus terbukti dari perubahan tingkah lakunya Belajar harus sambil berbuat atau melakukan learning by

doing (Nasution, 1982:50) Belajar menyentuh keseluruhan, keutuhan pribadi, jadi

tidak hanya dengan otaknya saja akan tetapi juga secara sosial, emosional, etis dan sebagainya.

Dalam belajar seseorang memerlukan bantuan serta bimbingan orang lain.

Belajar lebih berhasil apabila memberi sukses yang menyenangkan

Belajar memerlukan dorongan berupa kemauan dan hasrat untuk belajar

Pengukuran terhadap prestasi belajar siswa dalam penelitian ini dilihat dari kesiapan melakukan pekerjaan, ketelitian melakukan pekerjaan, kecepatan dan ketetapan melakukan pekerjaan, serta keberhasilan dalam pekerjaan.

Implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda merupakan proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada sekolah kejuruan dengan gabungan pembelajaran di sekolah dan praktek di tempat kerja, agar siswa, memiliki kemampuan dan prestasi belajar yang baik.

Melalui penerapan pendidikan sistem ganda, maka kemampuan siswa beradaptasi dengan lingkungan belajar dan lingkungan kerja dapat meningkat dan prestasi belajar semakin baik. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh pelaksanaan kebijakan pendidikan sistem ganda dan kemampuan beradaptasi pada lingkungan belajar dan kerja.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis mengajukan anggapan dasar sebagai berikut :

1. Implementasi kebijakan merupakan suatu pelaksanaan kebijakan yang ditentukan oleh standar dan tujuan kebijakan, sumber daya kebijakan, komunikasi antar organisasi, karakteristik pelaksana, kondisi sosial dan ekonomi serta sikap pelaksana kebiajakan.

2. Pendidikan sistem ganda adalah pendidikan yang terdiri dari gabungan sub sistem pendidikan di sekolah dan sub sistem pendidikan di dunia kerja/industri.

3. Kemampuan beradaptasi adalah kemampuan seseorang yang bersifat luwes, selalu mencari informasi dan motivasi, memiliki motivasi, memiliki daya tahan terhadap tekanan, kesediaan untuk bekerja sama serta memiliki jiwa yang berorientasi terhadap pelayanan.

4. Prestasi belajar adalah keluaran yang dihasilkan setelah proses pembelajaran yang diukur melalui kesiapan melakukan tugas/pekerjaan; ketelitian melakukan tugas/pekerjaan; kecepatan dan ketepatan melakukan tugas/pekerjaan; keberhasilan dalam tugas/pekerjaan

Atas dasar anggapan dasar tersebut, maka kerangka penelitin ini dapat digambarkan sebagai berikut :

X1

Y

X2

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis mengemukakan hipotesis sebagai kesimpulan awal dari masalah yang dirumuskan. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009 :96) mendefinisikan hipotesis sebagai berikut:

“Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Hipotesis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah hipotesis asosiatif yaitu hipotesis yang menyakan langsung hubungan antara dua variabel atau lebih”.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut : “implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda dan kemampuan beradaptasi peserta didik berpengaruh terhadap prestasi relajar siswa”.

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan berdasarkan pendekatannya adalah penelitian survei dengan tingkat eksplanasinya yang bersifat deskriptif. Sugiyono (2001:3) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah :

“Penelitian yang dilakukan terhadap populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data

KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA

KEMAMPUAN

BERADAFTASI

PRESTASI

BELAJAR

dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antara variabel, sosiologis maupun psikologis”.

Sedangkan jenis survei deskriptif yang digunakan adalah Job Analysis, menurut Arikunto (1996:85) bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai tugas-tugas umum dan tanggungjawab para karyawan, aktivitas khusus yang dibutuhkan, keterlibatan dan fungsi anggota organisasi, kondisi kerja dan fasilitas.

Penelitian deskriptif ini memiliki tujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai tugas-tugas umum, fungsi anggota organisasi serta aktivitas dan tanggung jawab para pegawai (karyawan) dalam suatu organisasi.

Dengan menggunakan pendekatan penelitian ini, diharapkan dapat dijelaskan mengenai pengaruh implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda dan kemampuan beradaftasi dengan prestasi belajar siswa pada sekolah kejuruan.

2. Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel merupakan proses menyederhanakan data konsep menjadi data yang lebih mudah dibaca. Dalam rangka memudahkan proses analisa data, maka semua variabel penelitian dioperasionalisasikan ke dalam indikator-indikator agar mampu mendeskripsikan kejadian yang dapat diuji kebenarannya sesuai data di lapangan. Operasionalisasi variabel yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi :

a). Variabel X1 : Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

Tabel 3.1

Perincian Variabel X1 dan X2

No Variabel Dimensi Indikator1. Variabel (X1) :

Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

1. Tujuan dan Standar Kebiajakan

2. Sumberdaya Kebijakan

3. Komunikasi Kebijakan

4. Karakteristik Pelaksana

5. Kondisi Sosial dan Ekonomi

6. Pengawasan

a. Kejelasan tujuan Pendidikan Sistem Ganda

b. Penggunaan Standar Pendidikan Sistem Ganda

a. Dukungan Alokasi Dana

b. Kelengkapan Sarana dan Prasarana

a. Pertemuan Kepala Sekolah dengan Guru

b. Pertemuan guru dan murid

a. Intensitas praktikb. Bimbinganc.Kesungguhan Siswa

a. Dukungan Masyarakat

b. Dukungan Dunia industri

a. Pemantauanb. Pengarahanc.Penilaian

2. Variabel (X2) : Kemampuan Adaptasi

1. Tingkat Keluwesan Siswa

2. Motivasi Belajar

3. Motivasi Kerja

4. Kekuatan Terhadap Tekanan Lingkungan

5. Kerjasama

6. Orientasi Pelayanan

a. Memanfaatkan peluang

b. Tingkat Inovasi

a. Peningkatan Pengetahuan

b. Peningkatan Keterampilan

a. Peluang Kerjab. Kemudahan Bekerja

a. Daya tahan Belajarb. Daya tahan Praktek

a. Kerjasama antar siswa

b. Kerjasama dengan guru

a. Pelayanan praktek kerja

b. Kepuasan praktek kerja

b). Variabel Y : Prestasi Belajar Tabel. 3.2

Perincian Variabel Y1 Variabel (Y) :

Prestasi Belajar

1. Kesiapan melakukan tugas/ pekerjaan

2. Ketelitian melakukan tugas/pekerjaan

3. kecepatan melakukan tugas/pekerjaan

4. Keberhasilan melakukan tugas/pekerjaan

a. Kesiapan belajar b. Kesiapan praktek

lapangan

a. Ketelitian belajar b. Ketelitian praktek

a. Kecepatan menyelesaikan tugas sekolah

b. Kecepatan menyelesaikan tugas praktek

a. Keberhasilan belajarb. Keberhasilan praktek lapangan

3. Unit Analisis, Populasi dan Sampel Penelitian

a). Unit Analisis Penelitian

Arikunto (1996:116), berpendapat bahwa yang dimaksud dengan unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subyek penelitian yang dapat berupa benda atau manusia. Unit analisis merupakan banyaknya satuan yang akan dijadikan subyek penelitian.

Berdasarkan hal tersebut, maka unit analisis dalam penelitian ini semua murid kelas XII di Sekolah Menengah Kejuruan Sukaraja Kabupaten Sukabumi.

b). Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2001:57) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu sesuai permasalahan penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Oleh karenanya populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII sebanyak 74. Jumlah populasi seluruhnya sebanyak 74 orang.

c). Sampel Penelitian

Untuk mendapatkan sampel yang dapat mewakili (representatif), maka teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel bertujuan (purposive sample) sesuai dengan pendapat Arikunto (1993:113), yaitu teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan berdasarkan strata, random atau daerah, tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu, karena subyek yang akan dijadikan sampel memiliki ciri-ciri yang terdapat dalam populasi (key subjects).

Tabel.3.3.

Sampel Penelitian

No

Siswa Jumlah Spesialisasi

1 2 3 4

1. Siswa Kelas XII 74 Agribisnis produksi tanaman

Jumlah Seluruhnya : 74

4. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data yang dipergunakan dilakukan dalam rangka memperoleh data akurat melalui teknik sebagai berikut:

(1). Kuesioner :

Data dan informasi dikumpulkan dari para responden dengan cara membuat sejumlah pertanyaan yang

bersifat tertutup (berstruktur). Dalam kuesioner, setiap pertanyaan telah disediakan alternatif jawaban yang harus dipilih oleh responden.

(2). Teknik Observasi :

Teknik pengumpulan data dan informasi denga cara mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang di teliti.

(3). Wawancara :

Yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan subyek-subyek penelitian yang kompeten dengan permasalahan yang diteliti.

(4). Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi kepustakaan, meneliti laporan-laporan, dokumen-dokumen, catatan-catatan, yang dapat menunjang perolehan data secara komprehensif sesuai dengan fokus penelitian

5. Validitas dan Realibilitas Instrumen

(1). Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan cara mengukur hubungan keeratan masing-masing skor jawaban dan masing-masing skor pertanyaan skor dengan menggunakan analisis korelasi ”Product Moment” (Arikunto, 1993: 137), sebagai berikut:

a. Mencari rxy atau r hitung :

r xy ¿∑xy

√(∑x2)(∑ y 2)

Keterangan :

r xy = Kooefisien korelasi product moment

∑xy = Jumlah Product x dan y

∑ x2 = Variabel Independen yang dikuadratkan

∑ y2 = Variabel dependen yang dikuadratkan

b. Hasil r xy ini dikonsultasikan dengan r tabel untuk mengetahui taraf signifikan adalah sebagai berikut :

r hitung > r tabel pada taraf 1 % = Sangat Signifikan

r hitung > r tabel pada taraf 5 % = Signifikan

r hitung < r tabel pada taraf 5 % = Tidak Signifikan

(2). Uji Realibilitas

Uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus Spearman-Brown (Arikunto, 1996:144-145) dengan teknik belah dua ganjil-genap yang kemudian dikorelasikan sebagai berikut :

2 x r ½. ½

r11 =

(1 + r ½. ½ )

Ket :

r11 = reliabilitas instrumen

r ½. ½ = korelasi belahan instrumen (belahan ganjil dan genap)

6. Teknik Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan program statistik SPSS versi 10. Teknik analisis data yang digunkan dalam penelitian ini adalah path analysis (analisis jalur). Tujuan analisis jalur adalah menguji model, apakah model yang diusulkan cocok atau tidak dengan data, yaitu dengan cara membandingkan matriks korelasi teoritis dengan korelasi empiris (Bachruddin dan Tobing, 2003).

Untuk memperlihatkan keterkaitan antar variabel, dapat dilihat pada gambar model di bawah ini. Adapun rumus analisis jalur adalah :

Ρyz = ∑ Ρyxi Ρxiz

i

dimana : Ρyxi = koefisien jalur dari variabel xi terhadap variabel y

Ρyxi = korelasi antara variabel xi dan variabel z

Gambar 3

Model Analisis Jalur

e

Persamaan analisis jalur adalah y = Ρyx1 + Ρyx2+ Ρyx3+ e

Ρyx1 = pengaruh implementasi kebijakan PSG (x1) terhadap prestasi belajar (y)

Ρyx2 = pengaruh kemampuan siswa (x2) terhadap prestasi belajar (y)

Selanjutnya, untuk menguji kecocokan model (model fit) dapat digunakan statistik Chi kuadrat yang biasanya diawali dengan perumusan hipotesis analisis jalur, sebagai berikut :

H0 : R = R (Ø)

H0 : R ≠ R (Ø)

X1

X2

Y

Model dikatakan ”cocok” atau fit jika hipotesis nol diterima. Statistik untuk menguju hipotesis tersebut dapat digunakan statistik Chi-kuadrat yang diusulkan oleh Pedhazulur (dikutip oleh Bachruddin dan Tobing, 2003), yaitu:

W = - (n-d) In (Q)

Di mana : n dan d masing-masing menunjukkan ukuran sampel dan banyaknya koefisien jalur yang sama dengan nol atau koefisien yang nonsignificant, dan Q adalah :

Q =1 – Rm2

1 – M

Di mana : Rm2 adalah koefisien determinan multipel untuk model yang diusulkan, dan M koefisien multipel untuk model setelah terdapat koefisien jalur yang nonsignificant. Koefisien determinasi multipel adalah :

M = Rm2 = 1 – (1 – R12) (1 – R22) ... (1 – Rp2)

Jika nilai W sangat kecil atau mendekati nilai nol, maka hipotesis nol diterima. Dengan kata lain bahwa model yang diusulkan ”cocok” dengan data.

7. Lokasi dan Jadwal Penelitian

(a). Lokasi Penelitian

Penelitian tentang pengaruh kebijakan pendidikan sistem ganda dalam upaya meningkatkan kemampuan adaptasi peserta didik serta dampaknya terhadap prestasi belajar siswa dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) I Sukaraja Kabupaten Sukabumi.

(b). Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal akademik Program Pascasarjana Magister Administrasi Publik Stisif Widyapuri Mandiri Sukabumi sebagai berikut :

Tabel. 3.4.

Jadwal WaktuTahapan Penelitian Waktu (Bulan)

Pengajuan Judul Tesis Januari 2010

Bimbingan Usulan Penelitian Januari 2010

Ujian Seminar Usulan Penelitian Maret 2010

Perbaikan Hasil Seminar Maret 2010

Penelitian Lapangan Maret 2010

Analisis Data Penelitian April 2010

Penyusunan Hasil Penelitian April 2010

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. (1998). Konsep Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Djojonegoro, Wardiman (1999). Pengembangan Sumber Daya Manusia: Melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: PT Balai Pustaka.

Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Jakarta Agung Offset.

Djojonegoro, W. (1993). Pendidikan dan Produktivitas. Mimbar Pendidikan IKIP Bandung, 20 (5). 110-119.

H.A.R. Tilaar, dan Rian Nugroho. (1998). Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Hoogerwerf.A, (1983). Ilmu Pemerintahan. Jakarta : Erlangga

http: // www. Scribd.com/doc/4387745/Pengertian Pendidikan Sistem Ganda. (12/10/2009).

Nasir, Bakri. Gagasan Pokok Pendidikan Sistem Ganda di Lima Sekolah Menengah Kejuruan, (PSG-5 SMK). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Th. IV, No. 013, Juni 1998.

Nasution, S. (1982). Metode Research, Bandung: Jemmars.

Ngalim Purwanto, (1996). Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Prijanto Gatot Hari, dan Dedi Supriadi. (2001). Reposisi Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020

Rasyid, Mardi H. “Makna Pentingnya Pendidikan Sistem Ganda untuk Menghasilkan Tenaga Terampil, “Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Th. III No. 010, September, 1997.

Slameto, (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta.

Supriadi, D. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia: Membangun Manusia Produktif. Jakarta : Depdiknas.

Sugiyono, 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidika: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Soenarto, (2005). Kerjasama Kemitraan yang Kuat dan Sinergis Sekolah Menengah Kejuruan Dunia Usaha/Dunia Industri dan lembaga Pendidikan dalam Meningkatkan Kompetensi dan Daya Saing Lulusan Di era Global; Tidak Diterbitkan.

The educational System in Germany, The Dual System: Part-time Vocational Education, The Development and Implementation of Education Standards in Germany, Archived information 1999, 2008. (http://www.ed.Gove/pubs/German Case study/chapter 2nd, html).

Wahyu, Nurharjadmo. Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan, Spirit Publik. Volume 4 Nomor 2, oktober 2008.

Wena, Made. “Pemanfaatan Industri Sebagai Sumber Belajar dalam Pendidikan Sistem Ganda,” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Th. III, No. 010 September, 1997.

Wena, Made. (1996). Pendidikan Sistem Ganda. Bandung: Tarsito.