ruam popok

15
DIAPER RASH I. PENDAHULUAN Diaper rash atau yang sering disebut sebagai ruam popok, diaper dermatitis atau primary irritant napkin dermatitis. Diaper rash merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu masalah iritasi yang timbul pada kulit yang tertutup oleh popok. Kondisi ini merupakan salah satu dari masalah kulit yang paling sering timbul pada bayi dan anak-anak yang popoknya selalu basah dan jarang diganti yang dapat menimbulkan dermatitis iritan. Hal ini juga sering diderita oleh neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal. Sebagian besar kasus ruam diaper rash bersifat jangka pendek dan dapat diatasi dengan penanganan sederhana yang bisa dilakukan di rumah. (PI, ui) II.PENGERTIAN (ZIDDU) Diaper Rash (Ruam Popok) adalah sebuah ruam atau iritasi di area popok. Diaper rash merupakan bentuk ruam kontak iritan primer yang paling umum ditemukan, disebabkan oleh kontak kulit dengan urin dan feses

description

Diaper rash atau yang sering disebut sebagai ruam popok, diaper dermatitis atau primary irritant napkin dermatitis. Diaper rash merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu masalah iritasi yang timbul pada kulit yang tertutup oleh popok. Kondisi ini merupakan salah satu dari masalah kulit yang paling sering timbul pada bayi dan anak-anak yang popoknya selalu basah dan jarang diganti yang dapat menimbulkan dermatitis iritan. Hal ini juga sering diderita oleh neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal. Sebagian besar kasus ruam diaper rash bersifat jangka pendek dan dapat diatasi dengan penanganan sederhana yang bisa dilakukan di rumah. (PI, ui)

Transcript of ruam popok

Page 1: ruam popok

DIAPER RASH

I. PENDAHULUAN

Diaper rash atau yang sering disebut sebagai ruam popok, diaper dermatitis atau

primary irritant napkin dermatitis. Diaper rash merupakan istilah yang digunakan

untuk mendeskripsikan suatu masalah iritasi yang timbul pada kulit yang tertutup

oleh popok. Kondisi ini merupakan salah satu dari masalah kulit yang paling

sering timbul pada bayi dan anak-anak yang popoknya selalu basah dan jarang

diganti yang dapat menimbulkan dermatitis iritan. Hal ini juga sering diderita

oleh neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal. Sebagian besar

kasus ruam diaper rash bersifat jangka pendek dan dapat diatasi dengan

penanganan sederhana yang bisa dilakukan di rumah. (PI, ui)

II. PENGERTIAN (ZIDDU)

Diaper Rash (Ruam Popok) adalah sebuah ruam atau iritasi di area popok.

Diaper rash merupakan bentuk ruam kontak iritan primer yang paling umum

ditemukan, disebabkan oleh kontak kulit dengan urin dan feses yang

berkepanjangan, karena urin dan feses mengandung bahan kimia yang bersifat

iritan seperti urea dan enzim-enzim usus.

III. EPIDEMIOLOGI (pi,andrew, emed)

Diaper rash paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak, tanpa memperhatikan

jenis kelamin. Prevalensi tertinggi yaitu pada bayi umur 6-12 bulan, tetapi bisa

juga muncul pada anak-anak yang sering memakai popok. (pi,Andrew). Kondisi

ini bisa terhenti ketika anak telah berada pada masa yang dinamakan toilet-

trained sekitar umur 2 tahun. Pada orang dewasa juga bisa terjadi diaper rash,

yaitu pada orang yang mengalami inkontinensia alvi dan urin. Di USA,

prevalensi diaper rash bervariasi dari 4-35% yang melaporkan terjadi pada 2

Page 2: ruam popok

tahun pertama kehidupan. Di Italy, prevalensinya 15.2% dengan puncak

insidennya 19.4% pada bayi umur 3-6 bulan. Penelitian British melaporkan 25%

diaper dermatitis terjadi pada bayi umur 1 bulan. Tahun 1995-1996, peneliti

Nigeria mengidentifikasi diaper dermatitis terjadi pada 7 % anak-anak. Sebuah

penelitian di Kuwait mencatat bahwa diaper dermatitis merupakan 4% dari kasus

dermatologi pediatri.

IV. ETIOLOGI (emed, rook, mernet)

Etiologi pasti diaper rash tidak dapat ditentukan. Timbulnya ruam ini

tergantung dari :

- Frekuensi penggantian popok yang jarang

- Cara pembersihan dan pengeringan di daerah popok yang tidak tepat.

- Kesalahan dalam menggunakan bahan topical untuk melindungi kulit

- Diare

Maserasi. Stratum korneum hampir seluruhnya bertanggung jawab terhadap

fungsi penyaring (barrier) pada epidermis, berisi sel yang selanjutnya akan

berhenti mengelupas dan memperbarui diri pada siklus 12-24 hari. Matrix

ekstraselular hydrophobic berperan sebagai barier, mencegah kehilangan

cairan pada tubuh dan sebagai tempat masuknya air dan bahan hydrophilic

lainnya, selama sel hydrophilic pada stratum korneum (coneocyte)

memberikan perlindungan mekanis dari lingkungan luar dalam bentuk

lapisan lilin. Keadaan basah yang berlebihan akan memberikan dampak

berat pada stratum korneum. Pertama, keadaan ini akan membuat

permukaan kulit menjadi pecah-pecah dan lebih sensitive terhadap

kerusakan. Kedua, keadaan ini mengganggu fungsi perlindungan barrier,

menambah penyerapan bahan iritan ke dalam lapisan sensitive pada kulit di

bawah stratum korneum dan membuka lapisan ini sehingga menjadi kering

dan tempat masuk mikroorganisme. Oklusi kulit yang berkepanjangan dapat

Page 3: ruam popok

menimbulkan erythema, terutama jika air kontak dengan permukaan kulit

dan akhirnya bisa terjadi dermatitis.

Gesekan. Yaitu terjadi gesekan antara kulit dan kain popok merupakan

factor penting dalam beberapa kasus. Hal ini didukung oleh predileksi

tersering erupsi yaitu di tempat yang paling sering terjadi gesekan, misalnya

pada permukaan dalam paha, permukaan genital, bokong dan pinggang.

Gesekan ini bisa sampai menembus stratum korneum yang bisa

menimbulkan maserasi.

Urine. Bayi yang baru dilahirkan mengeluarkan urine lebih dari 20 kali

dalam 24 jam. Frekuensi mikstruasi ini berkurang mengikuti pertumbuhan

rata-rata mencapai 7 kali dalam 24 jam pada umur 12 bulan. Selama

beberapa tahun, dipercaya bahwa ammonia dihasilkan oleh degradasi bacteri

dari urea pada urin bayi, yang merupakan penyebab utama dari diaper rash.

Sekarang sudah jelas bahwa hal ini bukan masalahnya. Sejumlah ammonia

bisa ditemukan pada bayi dengan atau tanpa menderita diaper rash. Hal ini

memberitahukan bahwa hasil degradasi urine lainnya selain ammonia

memegang peranan penting. Suatu penelitian membuktikan bahwa urin yang

disimpan selama 18 jam pada suhu 37 C bisa menginduksi terjadinya

dermatitis ketika diberikan pada kulit bayi. Efeknya tidak berhubungan

dengan pH atau konsentrasi ammonia, tetapi tanda iritasi tidak bisa

dihindari. Saat ini jelas bahwa peranan pH urine adalah penting. pH urine

yang tinggi (alkalis) pada bayi dapat menimbulkan irritant napkin

dermatitis. Bagaimana pun juga, urine yang alkalis tidak berbahaya secara

langsung, efek yang berbahayanya dihasilkan dari interaksi bahan faecal

pada kain popok.

Feses. Telah diketahui selama bertahun-tahun bahwa feses manusia

memiliki efek iritan pada kulit. Pada feses bayi terdapat sejumlah bahan

protease pancreas dan lipase, dan enzyme yang dihasilkan oleh beberapa

bacteri dalam usus. Enzyme ini penting dalam hal iritasi kulit. Efek

Page 4: ruam popok

iritantnya bisa menimbulkan beberapa factor, terutama dapat merusak fungsi

barrier dan pH nya tinggi. Salah satu dari factor tersebut menunjukkan

pengaruh pH faecal pada diet bayi, pH tertinggi ditemukan pada bayi yang

mengkonsumsi susu sapi formula. Urea diproduksi oleh berbagai bacteri

feses dan memiliki efek dalam menaikkan pH ketika bercampur dengan

urine. Bertambahnya pH meningkatkan aktivitas faecal lipase dan protease.

Berbagai factor lain yang bisa menurunkan ambang bayi sehingga terjadinya

diaper rash atau bahkan lebih parahnya terjadi erupsi. Faktornya terdiri dari :

Kesalahan atau kurangnya perawatan kulit. Penggunaan sabun padat

untuk mandi dan bedak dapat meningkatkan resiko terjadinya dermatitis

iritan.

Mikroorganisme. Bakteri seperti streptococcus dan Staphylococcus, dan

jamur (Candida) biasanya menyebabkan diaper rash. Umumnya, kedua

tipe infeksi ini cenderung dihasilkan dari disrupsi kulit dan mekanisme

pertahanan kulit pada daerah popok yang berlebihan.

Reaksi alergi biasanya jarang menyebabkan diaper rash. Alergennya

biasanya adalah parfum dan bahan dari popok dan kain penyeka.

Daerahnya terkadang berwarna merah, berbatas tegas dengan

permukaannya terdapat vesikel dan erosi. Hal ini membutuhkan

semacam test yaitu Patch test untuk mengidentifikasi agen penyebab.

Antibiotic. Penggunaan antibiotik spectrum luas pada bayi dengan otitis

media dan infeksi traktus respiratory menunjukkan peningkatan insiden

terjadinya irritant napkin dermatitis. Antibiotik dapat membunuh

bakteri, baik flora normal maupun bakteri patogen. Ketidakseimbangan

kedua bakteri ini, dapat menyebabkan infeksi jamur. Ini dapat terjadi

ketika bayi mengkonsumsi antibiotik atau pemberian ASI oleh ibu yang

mengkonsumsi antibiotik.

Page 5: ruam popok

Diare. Produksi feses cair yang berlebihan berhubungan dengan

pemendekan waktu transit dan feses ini mengandung sejumlah besar sisa

enzim percernaan.

Kelainan anomaly pada traktus urinarius yang menyebabkan terjadinya

infeksi traktus urinarius.

V. PATOFISIOLOGI 9emed)

Etiologi pasti dari Diaper rash sebenarnya belum bisa ditentukan.

Timbulnya ruam ini merupakan hasil kombinasi dari beberapa factor yang

terdiri dari keadaan lembab, gesekan, urin dan feses dan munculnya

mikroorganisme. Secara anatomis, bagian kulit yang menonjol banyak pada

daerah lipatan, yang menyulitkan dalam pembersihan dan pengontrolan

terhadap lingkungan. Bahan iritan utama dalam kondisi ini adalah enzim

protease dan lipase dari feses, dimana aktivitasnya akan meningkat pesat

seiring dengan kenaikan pH. Permukaan kulit yang bersifat asam juga perlu

dalam pengaturan flora normal yang memberikan perlindungan antimikroba

terhadap serangan invasi oleh bacteri pathogen dan jamur.

Aktivitas enzim lipase dan protease feses akan ditingkatkan oleh

percepatan transit gastrointestinal, inilah sebabnya mengapa insiden tertinggi

diaper dermatitis iritan terjadi pada bayi yang diare dalam waktu kurang dari

48 jam. Penggunaan popok menyebabkan peningkatan signifikan dari

kelembaban kulit dan pH. Kelembaban yang cukup lama dapat menyebabkan

terjadinya maserasi (pengikisan) pada stratum korneum, lapisan luar, lapisan

pelindung kulit yang berhubungan dengan kerusakan pada lapisan lipid

interselular. Kelemahan integritas fisik membuat stratum korneum lebih

mudah terkena kerusakan oleh (1) gesekan permukaan popok dan (2) iritasi

lokal.

Berikut siklus terjadinya ruam popok (diaper rash) :

Page 6: ruam popok

Gambar 1 skema pathophysiology Diaper rash

Dalam hal lain, kulit bayi merupakan barrier efektif terhadap penyakit

dan sama halnya dengan orang dewasa mengenai permeabilitasnya. Berbagai

studi melaporkan bahwa kehilangan cairan pada transepidermal bayi lebih

rendah daripada kulit orang dewasa. Bagaimanapun juga, kelembaban,

kekurangan paparan udara, keasaman atau paparan bahan iritan dan

meningkatnya gesekan pada kulit dapat menyebabkan kerusakan barrier kulit.

pH normal pada kulit berkisar antara 4.5 dan 5.5. Ketika zat urea dari

urin dan feses bercampur, enzim urease mengurai urin, menurunkan

konsentrasi ion hydrogen (meningkatkan pH). Peningkatan pH juga

menyebabkan peningkatan hydrogen pada kulit dan membuat kulit lebih tipis.

Sebelumnya, ammonia dianggap sebagai penyebab utama dari diaper

dermatitis. Penelitian terbaru menyangkal hal ini, yang membuktikan bahwa

kerusakan kulit tidak terjadi ketika ammonia atau urin ditempatkan pada kulit

selama 24-48 jam. Penelitian lain menunjukkan bahwa pH pada produk

Page 7: ruam popok

pembersih dapat mengubah spectrum mikrobiologi pada kulit. Sabun dengan

kadar pH tinggi mendorong pertumbuhan propionibacterial pada kulit, dimana

detergen sintetik dengan pH 5.5 tidak menyebabkan perubahan mikroflora.

VI. PATOLOGI (ROOK)

Gambaran histology diaper rash umumnya seperti dermatitis iritan primer

dengan spongiosis epidermal dan inflamasi ringan pada lapisan dermis.

VII. GAMBARAN KLINIK

Ada 2 tipe Diaper rash yaitu :

1. Ruam yang timbul akibat diaper (popok)

2. Ruam yang timbul tidak berhubungan dengan diaper (popok)

VIII. DIFFERENTIAL DIAGNOSTIK (rook)

1. Neonatal Kandidiasis

Banyak variasi dari penyakit kulit dengan lesi pada daerah popok selama

bayi. Ruam yang mengkilat, eritem dengan tepi yang tajam dengan

deskuamasi perifer dan/atau pustula, dan biasanya dengan pustul satelit.

Normalnya ruam timbul pada minggu kedua kehidupan, berbeda dengan

Page 8: ruam popok

dermatitis popok iritan primer. Lesi ini biasanya bersamaan dengan

kandidiasis oral. Gambaran khas dari kandidiasis neonatal, merupakan

infeksi superficial Candida yang ditularkan ke bayi selama kelahiran.

Naormalnya, ruam nampak pada minggu kedua kelahiran.

2. Sifilis kongenital

Makula merah kecoklatan, terkadang terang, pada prinsipnya timbul pada

ekstremitas termasuk telapak tangan dan telapak kaki, dan pada wajah

umumnya sekitar mulut. Daerah popok juga sering terkena. Lesi bula dan

erosi bisa terjadi pada daerah popok. Selain kelainan di daerah popok, juga

ditemukan Flexural condiloma, rhinitis, hepatosplenomegali dan berat

bayi lahir rendah.

3. Dermatitis seboroic Infantile (derma ilust 108)

Terjadi pada beberapa minggu pertama kelahiran. Predileksi pada daerah

lipatan kulit misalnya pada axilla, paha dan leher dan bahkan bisa pada wajah

dan kulit kepala. Lesi flexural nampak lembab, eritema berbatas tegas, terang,

tetapi pada kulit kepala kadang ditemukan krusta kekuningan.

Page 9: ruam popok

4. Defisiensi zinc

Harus dipertimbangkan pada beberapa bayi dengan dermatitis popok yang

gagal terhadap pemberian terapi. Bayi dengan erupsi popok yang disebabkan

oleh defisiensi zinc biasanya bersamaan dengan dermatitis fasial yang

merupakan perluasan dari daerah perioral, paronikia erosif dan lesi erosi pada

lipatan palmar telapak tangan

3. PEMERIKSAAN

4. PENATALAKSANAAN

5. PENCEGAHAN

6. KOMPLIKASI (andrw. Rox)

Adanya maserasi dan abrasi kulit yang tertutup popok, menyebabkan

ulserasi kulit dan infeksi sekunder oleh Candida albicans dapat terjadi.

Reaksi psoriasis mengarah ke suatu psoriaticlike erupsi papul dan plak

setelah terapi awal infeksi kandida yang mengenai anggota tubuh dan

biasanya ekstremitas, terjadi beberapa hari setelah terapi antifungi

dimulai. Komplikasi dari diaper rash yaitu ulkus punch-out atau erosi

dengan tepi meninggi (Jacquet erosive dieper dermatitis), papul dan

nodul pseudoverucous dan plak dan nodul violaceous (granuloma

gluteale infantum). Pada jacquet erosive diaper dermatitis memberikan

Page 10: ruam popok

gambaran eritema, berlapis, terdapat fisura dan area erosi pada kulit

yang kontak dengan popok.

7. PROGNOSIS

Diaper rash hampir selalu menunjukkan respon terhadap terapi dan dapat

membaik jika popok tidak dipakai lama. Bagaimana pun juga, pada

beberapa anak-anak dengan erupsi merupakan tanda awal untuk terjadinya

penyakit kulit kronik terutama psoriasis dan dermatitis atopi.