RPP MIND MAP.docx

download RPP MIND MAP.docx

of 23

Transcript of RPP MIND MAP.docx

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    1/23

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    2/23

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    3/23

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    4/23

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    5/23

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    6/23

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    7/23

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    8/23

    Model Pembelajaran Sastra dengan Metode MindMaps Peta Pikiran untuk Peningkatan DayaBerpikir Kreatif dan Kemampuan Menulis PuisiSiswa Sekolah Dasar

    A. Pendahuluan

    Pesatnya kemajuan di bidang pendidikan dan teknologi telah menjadi pemicu tumbuhnya semangat

    pembahuruan/inovasi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Para pakar pendidikan terus berusaha

    mengembangkan berbagai model atau pun metode pembelajaran untuk peningkatan mutu pendidikan, tidak

    terkecuali pembelajaran bahasa Indonesia. Pemerintah pun tidak tinggal diam dalam usaha peningkatan mutu

    pendidikan negeri ini. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi masalah tersebut

    adalah dengan melakukan pembaharuan kurikulum serta penetapan kebijakan yang berupa undang-undang

    tentang guru dan dosen yang di dalamnya memuat unsur tenaga profesional.

    Pembaharuan kurikulum dan pembentukan undang-undang dilakukan oleh pemerintah denganharapan setiap tenaga pendidikan benar-benar memiliki kompetensi yang unggul di bidangnya. Lalu apakah

    harapan itu tinggal harapan? Hal itulah yang menjadi tugas kita sebagai pendidik. Perkembangan dunia

    pendidikan menuntut adanya kesadaran dari setiap pendidik untuk terus berusaha memberikan yang terbaik

    untuk genarasi bangsa. Para pengembang kurikulum perlu memperhatikan bentuk kebutuhan masyarakat,

    karakteristik pembelajar, dan lingkup pengetahuan menurut hierarki keilmuan (Taba dalam Hamalik, 2009).

    Perhatian itu dimaksudkan supaya setiap hal yang berkepentingan dengan masyarakat pembelajar dapat

    terakomodasi dengan baik dalam proses pembelajaran.

    Penerapan berbagai model pembelajaran menjadi hal yang tidak asing lagi di Indonesia karena seiring

    dengan berkembangnya kurikulum KTSP perkembangan model pembelajaran pun terus diperkenalakan

    kepada masyarakat pendidik. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan bahwa masih ada pendidik yang tidak mengetahui akan perkembangan dunia pendidikan terbaru.

    Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Sistem kurikulum

    terbentuk oleh empat komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapain

    tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling bekaitan satu sama lain.

    Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan

    komponen lainya maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula. Dengan adanya keempat komponen

    kurikulum tersebutdiharapkan dapat tercapainya tujuan pendidikan nasional, yang meliputi bahan kajian dan

    mata pelajaran.Tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia pembangunan berpancasila dan membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreatifitasdan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkankecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan sesama manusia sesuaidengan ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945 ( Tap MPR Nomor IV/MPR/!973 dalamHamalik, 2009:131).

    Kurikulum merupakan alat yang krusial dalam merealisasikan program pendidikan karena dengan

    adanya kurikulum gambaran tentang sistem pendidikan akan terlihat dengan jelas. Pada hakikatnya kurikulum

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    9/23

    juga dikatakan sebagai suatu program kegiatan terencana dengan rentang waktu yang cukup luas hingga

    membentuk suatu pandangan yang menyeluruh (Hamalik, 2009:5).

    Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum pelajaran

    bahasa Indonesia serta bagian dari tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk manusia yang memiliki

    pengetahuan dan keterampilan serta kreativitas. Model pembelajaran sastra dengan metode mind maps untuk

    peningkatan daya berpikir kreatif serta kemampuan menulis puisi siswa sekolah dasar adalah salah satu upaya

    yang dilakukan oleh pendidik untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Usaha penerapan model

    tersebut disesuaikan dengan tingkat capaian yang diinginkan oleh pendidik.

    Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

    disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan satu kesatuan utuh yang

    terbentuk dari pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran.

    Adanya model pembelajaran sastra dengan metode mind maps akan memberi nuansa baru dalam

    proses pembelajaran sastra baik bagi siswa maupun bagi guru. Beragamnya metode yang diterapkan dalam

    pembelajaran sebenarnya akan menambah kreativitas guru dan siswa dalam memaknai suatu pembelajaran.

    Metode mind maps adalah suatu metode yang berusaha mengembangkan pikiran anak dengan sistem

    membentuk peta pikiran melalui serangkaian usaha. Mind maps merupakan cara kreatif peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatatpelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Dengan memerintahkan kepada peserta didik untuk membuatpeta pikiran, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yangtelah mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan (Silberman, 2002:188).

    Penerapan sebuah metode tidak serta merta langsung berhasil jika guru tidak mengetahui cara

    kerjanya. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna

    mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 1995 dalam Iskandarrwassid & Sunendar, 2008:56).

    Belajar puisi adalah belajar mengungkapkan kata-kata secara puitis/menarik yang pembacaannya

    dengan berbagai intonasi. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran puisi karena

    materi puisi itu sendiri merupakan materi yang menarik. Namun, fenomena sekarang puisi menjadi hal yangtidak menarik. Itu karena pengaruh dari proses pembelajaran yang mungkin kurang sesuai. Untuk itu, guru

    dapat memilih menggunakan metode mind maps sebagai salah satu cara dalam memotivasi siswa serta usaha

    untuk mengubah pola pikir bahwa belajar puisi itu menyenangkan.

    B. Teori dan Pembahasan

    1. Siswa/peserta didik sebagai Subjek Belajar

    Peserta didik adalah manusia yang sangat unik. Mereka memiliki karakteristik tertentu. Berdasarkan

    penelitian beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah makhluk yang sedang berkembang,

    yang memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda (Wina Sanjaya, 2009:71). Peserta didik terkadangdiposisikan sebagai anak, dalam sudut pandang agama Islam, anak adalah manusia yang masih suci (fitrah),

    bagaikan kertas yang putih bersih, mereka siap untuk menerima bentuk-bentuk yang akan digambarkan oleh

    orang-orang yang ada disekitarnya. Baik keluarga, guru, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam hubungannya

    dengan pendidikan, desain pendidikan atau kurikulum haruslah yang cocok dengan irama perkembangan

    anak.

    Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagaimana yang

    dikutip oleh Murip Yahya (2008:113 dalam Abya, 2010), dijelaskan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    10/23

    anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,

    jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

    Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam

    lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk

    melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan

    perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan

    tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses

    pembelajaran.

    Peserta didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Peserta didik

    dalam kegiatan pendidikan merupakan obyek utama (central object) . Di dalam proses belajar-mengajar, peserta

    didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara

    optimal. Jadi, dalam proses belajar mengajar yang perlu diperhatikan pertama kali adalah peserta didik,

    bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa

    bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat, dan fasilitas apa yang cocok dan

    mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan ataukarakteristik peserta didik. Itulah sebabnya

    peserta didik merupakan subjek belajar.

    2. Membangun Interaksi dalam Pembelajaran Sastra

    Prinsip-prinsip edukatif ditentukan dengan harapan mampu menjembatani dan memecahkan masalah

    yang sedang dihadapi guru dalam kegiatan interaksi pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip

    motivasi, prinsip fokus, prinsip kepribadian, prinsip pemecahan masalah, prinsip mencari, menemukan, dan

    mengembangkan sendiri, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip hubungan sosial, dan prinsip perbedaan

    individual (Djamarah, 2005).

    Interaksi dalam pembelajaran dibangun oleh tiga tahap dari tugas yang bersifat suksesif, yaitu tahap

    sebelum pengajaran, (bekal bawaan anak didik, perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan metode, pemilihan

    pengalaman-pengalaman belajar, pemilihan bahan dan peralatan belajar, mempertimbangkan jumlah dankarakteristik anak didik, mempertimbangkan jumlah dan pelajaran yang tersedia, mempertimbangkan pola

    pengelompokan, mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar); tahap pengajaran (pengelolaan dan

    pengendalian kelas, penyampaian informasi, penggunaan tingkah laku verbal dan nonverbal, merangsang

    tanggapan balik dari anak didik, mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar, mendiagnosis kesulitan belajar,

    mempertimbangkan perbedaan individual, menevaluasi kegiatan interaksi); tahap sesudah pengajaran (menilai

    pekerjaan anak didik, menilai pengajaran guru, membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya).

    Interaksi dalam pembelajaran sastra perlu dibangun seperti halnya interaksi dalam pembelajaran lain

    sehingga hasil yang baik dari interaksi tersebut dapat diperoleh. Terkadang siswa merasa malas belajar jika

    belajarnya sastra. Alasanya gurunya tidak interaktif, gurunya banyak kasih tugas, gurunya jutek dll. Melihat

    kenyataan ini semestinya guru menyadari permasalahan dirinya dengan siswa. Guru hendanknya mengetahui bahwa siswa memiliki berbagai cara belajar. Ada siswa yang cocok belajar dengan melihat, ada siswa yang

    cocok belajar dengan cara mendengar, dan ada siswa yang cocok belajar dengan melakukannya sendiri. Untuk

    pembelajaran sastra cara-cara terssebut dapat dikreasikan oleh guru menjadi sebuah pembelajaran yang aktif.

    Grinder (dalam Silberman, 2002:7) tercatat bahwa pada setiap grup dari 30 siswa, rata-rata 22 dapat belajar

    secara efektif selama pengajar menyediakan visual, auditory, dan aktivitas kinestetik. Delapan peserta lagi lebih

    suka pada satu model ketimbang dua model. Agar dapat memenuhi kebutuhan ini, guru hendaknya melakukan

    pembelajaran dengan multisensori dan diisi dengan berbagai variasi.

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    11/23

    Guru juga perlu memperhatikan perubahan-perubahan pada setiap gaya belajar siswa. Scroeder dan

    koleganya (dalam silberman, 2002: 7 8) telah memberikan Tipe Indikator Myers-Briggs (MBTI) pada siswa

    akademi. Hasilnya kurang lebih 60% siswa mempunyai orientasi belajar praktis bukan teoretis dan

    persentasenya meningkat dari tahun ke tahun.

    3. Pembelajaran sastra dan minat siswa

    Pengajaran sastra pada dasarnya mengemban misi afektif, memperkaya pengalaman siswa, dan

    menjjadukannya lebih tanggap dengan peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Tujuan akhirnya adalah menanam,

    menumbuhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan, dan rasa

    hormat terhadap tata nilai baik dalam konteks individual maupun sosial (Oemarjati, 19996:196).

    Persoalan minat belajar sastra pada siswa menjadi hal perlu diperhatika oleh guru. Faktor minat belajar

    memang merupakan masalah lain yang sangat mempengaruhi efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran

    sastra di sekolah. Masalah minat ini sangat personal sifatnya sehingga pola penanganannya pun sangat

    bervariasi. Namun, satu hal yang pasti, faktor penggunaan model pembelajaran, metode penyajian dan

    pengevalusian hasil pembelajaran sastra di sekolah erat sekali hubungannya dengan penumbuhan minat

    belajar pada siswa. Hasil pengamatan dan wawancara dengan rekan-rekan guru menunjukkan bahwa selama

    ini pembelajaran sastra cenderung bersifat teoretis. Hal ini berhubungan dengan berbagai faktor lain, termasukfaktor kemampuan guru dan fasilitas belajar. Kurikulum sebenarnya tidak menuntut pemberlakuan satu

    metode tertentu dalam pembelajaran sastra. Kurikulum malah memberikan kesempatan pada guru untuk

    menggunakan berbagai metode secara bervariasi dalam penyajian materi tertentu sehingga tujuan

    pembelajaran dapat dicapai. Karenanya, orientasi pada pengajaran konsep teori sastra dan sejarah sastra

    tampaknya sudah saatnya dikurangi. Yang lebih dipentingkan saat ini tampaknya adalah pengakraban siswa

    dengan karya sastra sehingga mereka menemukan keasyikan personal dalam membaca, mengkritik, dan

    mengkreasikan teks sastra. Metode mind maps , respon-analisis, strata norma, dan pendekatan-pendekatan

    lain secara bervariasi sudah saatnya digunakan dalam pengkajian teks sastra di kelas. Untuk itu, guru perlu

    membaca buku dan media cetak lain yang menjelaskan konsep dasar dan teknik penerapan model dan metode

    atau pendekatan tersebut.Hal lain yang erat sekali hubungannya dengan penumbuhan minat pada siswa adalah penggunaan

    teknik evaluasi pembelajaran. Selama ini, evalusi pembelajaran sastra lebih diarahkan pada penguasaan teori

    dan sejarah sastra. Soal-soal buatan guru ataupun soal standar nasional belum berorientasi sepenuhnya pada

    evaluasi yang bersifat apresiatif. Evaluasi yang bersifat apresiatif seharusnya beranjak dari hakikat karya sastra

    sebagai karya yang memungkinkan timbulnya interpretasi yang beragam, yang mungkin berbeda antara satu

    siswa dengan siswa yang lain. Karenanya, penggunaan soal bentuk isian ataupun soal uraian tampaknya lebih

    tepat digunakan dalam evaluasi pembelajaran sastra. Penggunaan soal bentuk yang lain, pilihan berganda

    misalnya, memaksa siswa untuk memilih satu jawaban yang dianggap paling tepat oleh pembuat soal sehingga

    interpretasi personal siswa tidak berkembang.

    4. Metode Mind Maps

    Metode mind maps merupakan sebuah metode pembelajaran yang mencoba mengkreasikan antara

    pikiran dengan mendesain bentuk seperti sebuah peta. Mind maps merupakan cara kreatif peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatatpelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Dengan memerintahkan kepada peserta didik untuk membuat

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    12/23

    peta pikiran, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yangtelah mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan (Silberman, 2002:188).

    Berikut prosedur dalam penerapan metode mind maps menurut Silberman (2002)

    1. Pilihlah topik untuk pemetaan pikiran. Beberapa kemungkinan mencakup:

    a.

    Problem atau isu tentang ide-idde tindakan yang Anda inginkan untuk menciptakan ide-ide aksi b. Konsep atau kecakapan yang baru saja Anda ajarkan

    c. Penelitian yang harus direncanakan oleh siswa

    2. Konstruksikan bagi kelas peta pikiran yang sederhana yang menggunakan warna, khayalan, atau simbol. Satu

    contoh berupa berjalan ke toko grosir di mana seseorang belanja. Dari peta pikiran yang mengkategorisasikan

    barang-barang yang dibutuhkan menurut toko di mana semuanya ditemukan (misalnya, hasil bumi, dan

    makanan, buatlah dalam peta pikiran Anda mendorong seluruh pikiran otak (versus pikiran otak kanan dan

    otak kiri). Ajaklah peserta didik untuk menceritakan contoh-contoh sederhana dari kehidupan sehari-hari yang

    dapat mereka petakan.

    3. Berikanlah kertas, pena, dan sumber-sumber yang lain yang Anda pikir akan membantu peserta didik

    membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. Berilah peserta, tugas memetakan pikiran. Tunjukkan bahwa

    mereka memulai peta mereka dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama.

    Kemudian, berilah mereka semangat untuk membagi-bagi seluruhnya ke dalam komponen-komponen yang

    lebih kecil dan menggambarkan komponen-komponen ini hingga batas luar peta (dengan menggunakan warna

    dan grafik). Doronglah mereka untuk menghadirkan setiap ide secara bergambar dengan menggunakan sedikit

    mungkin kata-kata. Dengan mengikuti ini, mereka dapat mengelaborasikan letupan secara detil ke dalam

    pikiran mereka.

    4. Berilah waktu yang banyak bagi peserta didik untuk mengembangkan peta pikiran mereka. Doronglah mereka

    untuk melihat karya orang lain untuk menstimulasi ide-ide.

    5. Perintahkan kepada peserta didik untuk saling membagi peta pikirannya. Lakukan diskusi tentang nilai cara

    kreatif untuk menggambarkan ide-ide.

    Menurut Rahman (2009) dalam penerapan mind maps ada enam langkah yang dapat dilakukan oleh guru,

    yaitu

    1. guru mengemukakan kompetensi yang murid capai;

    2. guru mengemukakan masalah yang harus ditanggapi oleh murid. Masalah harus mempunyai alternatif

    jawaban;

    3. guru membentuk kelompok murid dengan anggota 2 3 orang;

    4. setiap kelompok membuat alternatif jawaban

    5. setiap kelompok membacakan hasil diskusi dan guru mencatat pada papan tulis dan mengelompokkan sesuai

    kebutuhan; dan

    6. catatan pada papan tulis dibuat kesimpulan atau guru memberi banding sesuai dengan konsep yang disediakan

    guru.

    Berdasarkan dua pendapat di atas untuk langkah atau prosedur yang ditempuh dalam penerapan mind

    maps dapat kita simpulkan bahwa penerapan mind maps pusatnya pada siswa ( student center ) dan guru hanya

    sebagai fasilitator dan mediator. Melihat cara kerja metode mind maps yang begitu kompleks dapatlah

    dikatakan bahwa usaha untuk meningkatkan daya berpikir kritis dan kemampuan menulis puisi melalui

    metode tersebut sangat cocok. Di mana dalam hal ini, siswa diarahkan untuk memetakan apa yang mereka

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    13/23

    pikirkan lewat sebuah gambar kemudian hasil petaan mereka, mereka ungkapkan dalam bentuk tulisan berupa

    puisi.

    5. Berpikir kreatif

    Antara pikiran, ucapan, perasaan, dan tulisan merupakan hal yang tak terpisahkan. Seseorang akan

    mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya baik melalui ucapan maupun melalui tulisan. Lisan dan

    tulisan adalah media yang digunakan penutur untuk mengungkapkan idenya. Sesorang yang memiliki banyak

    ide akan mampu menuangkannya jika memiliki media yang tepat. Sesuatu yang dipikirkan oleh seseorang yang

    kemudian dibuat sekreasi mungkin untuk menjadikan idenya dapat diterima atau dipikirkan lagi oleh orang

    lain merupakan sebuah nuansa kreatif yng dikeluarkan oleh orang tersebut.

    Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu

    masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Ruggiero (1998) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas

    mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau

    memenuhi hasrat keingintahuan ( fulfill a desire to understand ). Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika

    seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia

    melakukan suatu aktivitas berpikir.Berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara

    lain berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Berpikir logis dapat diartikan sebagai kemampuan

    berpikir siswa untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa

    kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.

    Berpikir analitis adalah kemampuan berpikir siswa untuk menguraikan, memerinci, dan menganalisis

    informasi-informasi yang digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan

    pikiran yang logis, bukan berdasar perasaan atau tebakan. Berpikir sistematis adalah kemampuan berpikir

    siswa untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah,

    atau perencanaan yang tepat, efektif, dan efesien. Ketiga jenis berpikir tersebut saling berkaitan (Siswono,

    2009).Berpikir kreatif berarti berusaha menghasilkan ide-ide cemerlang yang dapat berupa daya imajinasi atau

    pun hal faktual yang divariasikan dengan gaya si pemikir sendiri sehingga akan menghasilakan sesuatu yang

    berbeda dari yang lain. Pemikiran seseorang dengan orang lain terkadang memiliki inti yang sama tetapi cara

    penyampaiannya berbeda itu juga kreatif namanya. Ada orang yang menyampaikan sesuatu dengan gaya

    bercerita, ada pula yang dengan gaya memaparkan, atau memberikan.

    Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan indikator kreativitas dikemukan oleh (Munandar, 1992)

    sebagai berikut.1. Dorongan ingin tahu besar2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah

    4.

    Bebas dalam menyatakan pendapat5. Mempunyai rasa keindahan6. Menonjol dalam salah satu bidang seni7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.8. Rasa humor tinggi9. Daya imajinasi kuat10. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan

    sebagainya11. Dapat bekerja sendiri12. Senang mencoba hal-hal baru13. Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    14/23

    elaborasi).

    Selain itu, ada juga faktor yang mempengaruhi kreativitas. Kreativitas peserta didik agar dapat terwujud

    membutuhkan adanya dorongan dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dorongan dari lingkungan

    (motivasi ekstrinsik) (Rumayanti, 2009).

    6. Menulis puisiSeperti halnya berbicara menulis juga mengandalkan kemampuan berbahasa yang produktif .kedua

    keterampilan tersebut merupakan usaha untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran yang ada pada diri

    seorang pemakai bahasa. Menulis puisi merupakan bagian dari usaha mengungkapkan ide. Dalam pembelajran

    sastra seslain menulis pusi ada juga menulis naskah drama, atau menulis prosa.

    Puisi adalah karya sastra yang ditulis dengan melihat ketentuan-ketentuan tertentu yang diungkapkan

    dengan bahasa yang indah. Puisi terdiri atas dua jenis jika dilihat dari perkembangannya, yaitu puisi lama dan

    puisi baru. Puisi lama termasuk pantun, gurindam, syair, karmina, talibun, sedangkan yang termasuk puisi

    baru, yaitu puisi dua seuntai , puisi tiga seuntai (terzin), puisi empat seuntai (kuatrin), lima seuntai, enam

    seuntai, tujuh seuntai samapai empat belas seuntai (soneta). Bentuk puisi baru bebas tidak terikat dengan

    sajaknya, sedangkan puisi lama terikat dengan sajak.Hal yang perlu diperhatikan ketika menulis puisi adalah pemilihan diksinya. Ketepatan memilih kosa

    kata untuk mengungkapkan sesuatu akan menjadikan sesuatu yang dituis tersebut lebh menarik.

    C. Simpulan

    Setiap usaha akan membuahkan hasil. Begitu pula dalam pembelajaran, setiap ada keinginan dan usaha

    dari guru untuk mewujudkan sesuatu yang menjadi harapannya pasti akan terwujud dengan usaha yang

    maksimal. Usaha menerapkan sebuah metode dalam pembelajaran puisi, seperti metode mind maps adalah

    terobosan yang dapat ditempuh oleh seorang guru. Metode mind maps dengan langkah-langkah yang

    sederhana diharapkan dapat membangakitkan semangat belajar siswa serta meningkatkan hasil belajarnya.

    Puisi adalah materi yang menyenangkan bagi anak-anak yang menyenangi puisi. Akan tetapi, puisi juga dapatmenyenangkan bagi anak-anak yang tidak menyenangi puisi lewat cara guru menyajikan pembelajarannya.

    Setiap pembelajaran tidak hanya disuguhkan dengan teori, tetapi juga praktik serta unsur keterlibatan

    langsung para siswa dalam mengaplikasikannya dan itu akan lebih mengasyikkan bagi siswa.

    D. Daftar Pustaka

    Abya. (2010). Artikel Peserta Didik . [Online] Tersedia: http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html. [10 Juli 2010]

    Djamarah, syaiful Bahri. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis . Jakarta: PT Rineka Cipta.

    Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum . Bandung:PT Remaja Rosda Karya

    Iskandarwassid. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

    Oemarjati, Boen Sri dkk.. 1996. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar

    Harapan.

    http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10
  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    15/23

    Rahman. 2009. Model Mengajar & Bahan Pembelajaran . Bandung: Alqaprint Jatinangor.

    Ruggiero, Vincent R. (1998). The Art of Thinking. A Guide to Critical and Creative Thought . New York: Longman, An

    Imprint of Addison Wesley Longman, Inc.

    Rumayanti, Anggi. 2009. Ciri-Ciri Berpikir Kraetif . Tersedia

    [Online ]http://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.html {Minggu,

    7 November 2010}

    Silberman. 2002. Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka insan Madani.

    Siswono, Tatag Yuli Eko. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa . Tersedia:

    [Online ]http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-

    siswa/ {Minggu, 7 November 2010}

    Model Pembelajaran Sastra dengan Metode MindMaps Peta Pikiran untuk Peningkatan DayaBerpikir Kreatif dan Kemampuan Menulis PuisiSiswa Sekolah Dasar

    A. Pendahuluan

    Pesatnya kemajuan di bidang pendidikan dan teknologi telah menjadi pemicu tumbuhnya semangat

    pembahuruan/inovasi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Para pakar pendidikan terus berusaha

    mengembangkan berbagai model atau pun metode pembelajaran untuk peningkatan mutu pendidikan, tidak

    terkecuali pembelajaran bahasa Indonesia. Pemerintah pun tidak tinggal diam dalam usaha peningkatan mutu

    pendidikan negeri ini. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi masalah tersebut

    adalah dengan melakukan pembaharuan kurikulum serta penetapan kebijakan yang berupa undang-undang

    tentang guru dan dosen yang di dalamnya memuat unsur tenaga profesional.

    Pembaharuan kurikulum dan pembentukan undang-undang dilakukan oleh pemerintah denganharapan setiap tenaga pendidikan benar-benar memiliki kompetensi yang unggul di bidangnya. Lalu apakah

    harapan itu tinggal harapan? Hal itulah yang menjadi tugas kita sebagai pendidik. Perkembangan dunia

    pendidikan menuntut adanya kesadaran dari setiap pendidik untuk terus berusaha memberikan yang terbaik

    untuk genarasi bangsa. Para pengembang kurikulum perlu memperhatikan bentuk kebutuhan masyarakat,

    karakteristik pembelajar, dan lingkup pengetahuan menurut hierarki keilmuan (Taba dalam Hamalik, 2009).

    Perhatian itu dimaksudkan supaya setiap hal yang berkepentingan dengan masyarakat pembelajar dapat

    terakomodasi dengan baik dalam proses pembelajaran.

    Penerapan berbagai model pembelajaran menjadi hal yang tidak asing lagi di Indonesia karena seiring

    dengan berkembangnya kurikulum KTSP perkembangan model pembelajaran pun terus diperkenalakan

    kepada masyarakat pendidik. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan bahwa masih ada pendidik yang tidak mengetahui akan perkembangan dunia pendidikan terbaru.

    Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Sistem kurikulum

    terbentuk oleh empat komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapain

    tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling bekaitan satu sama lain.

    Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan

    komponen lainya maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula. Dengan adanya keempat komponen

    http://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.htmlhttp://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.htmlhttp://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.htmlhttp://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.html
  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    16/23

    kurikulum tersebutdiharapkan dapat tercapainya tujuan pendidikan nasional, yang meliputi bahan kajian dan

    mata pelajaran.Tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia pembangunan berpancasila dan membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreatifitasdan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkankecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan sesama manusia sesuai

    dengan ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945 ( Tap MPR Nomor IV/MPR/!973 dalamHamalik, 2009:131).

    Kurikulum merupakan alat yang krusial dalam merealisasikan program pendidikan karena dengan

    adanya kurikulum gambaran tentang sistem pendidikan akan terlihat dengan jelas. Pada hakikatnya kurikulum

    juga dikatakan sebagai suatu program kegiatan terencana dengan rentang waktu yang cukup luas hingga

    membentuk suatu pandangan yang menyeluruh (Hamalik, 2009:5).

    Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum pelajaran

    bahasa Indonesia serta bagian dari tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk manusia yang memiliki

    pengetahuan dan keterampilan serta kreativitas. Model pembelajaran sastra dengan metode mind maps untuk

    peningkatan daya berpikir kreatif serta kemampuan menulis puisi siswa sekolah dasar adalah salah satu upaya

    yang dilakukan oleh pendidik untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Usaha penerapan model

    tersebut disesuaikan dengan tingkat capaian yang diinginkan oleh pendidik.

    Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

    disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan satu kesatuan utuh yang

    terbentuk dari pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran.

    Adanya model pembelajaran sastra dengan metode mind maps akan memberi nuansa baru dalam

    proses pembelajaran sastra baik bagi siswa maupun bagi guru. Beragamnya metode yang diterapkan dalam

    pembelajaran sebenarnya akan menambah kreativitas guru dan siswa dalam memaknai suatu pembelajaran.

    Metode mind maps adalah suatu metode yang berusaha mengembangkan pikiran anak dengan sistem

    membentuk peta pikiran melalui serangkaian usaha.

    Mind maps merupakan cara kreatif peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatatpelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Dengan memerintahkan kepada peserta didik untuk membuatpeta pikiran, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yangtelah mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan (Silberman, 2002:188).

    Penerapan sebuah metode tidak serta merta langsung berhasil jika guru tidak mengetahui cara

    kerjanya. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna

    mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 1995 dalam Iskandarrwassid & Sunendar, 2008:56).

    Belajar puisi adalah belajar mengungkapkan kata-kata secara puitis/menarik yang pembacaannya

    dengan berbagai intonasi. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran puisi karena

    materi puisi itu sendiri merupakan materi yang menarik. Namun, fenomena sekarang puisi menjadi hal yang

    tidak menarik. Itu karena pengaruh dari proses pembelajaran yang mungkin kurang sesuai. Untuk itu, gurudapat memilih menggunakan metode mind maps sebagai salah satu cara dalam memotivasi siswa serta usaha

    untuk mengubah pola pikir bahwa belajar puisi itu menyenangkan.

    B. Teori dan Pembahasan

    1. Siswa/peserta didik sebagai Subjek Belajar

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    17/23

    Peserta didik adalah manusia yang sangat unik. Mereka memiliki karakteristik tertentu. Berdasarkan

    penelitian beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah makhluk yang sedang berkembang,

    yang memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda (Wina Sanjaya, 2009:71). Peserta didik terkadang

    diposisikan sebagai anak, dalam sudut pandang agama Islam, anak adalah manusia yang masih suci (fitrah),

    bagaikan kertas yang putih bersih, mereka siap untuk menerima bentuk-bentuk yang akan digambarkan oleh

    orang-orang yang ada disekitarnya. Baik keluarga, guru, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam hubungannya

    dengan pendidikan, desain pendidikan atau kurikulum haruslah yang cocok dengan irama perkembangan

    anak.

    Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagaimana yang

    dikutip oleh Murip Yahya (2008:113 dalam Abya, 2010), dijelaskan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah

    anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,

    jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

    Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam

    lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk

    melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan

    perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungantersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses

    pembelajaran.

    Peserta didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Peserta didik

    dalam kegiatan pendidikan merupakan obyek utama (central object) . Di dalam proses belajar-mengajar, peserta

    didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara

    optimal. Jadi, dalam proses belajar mengajar yang perlu diperhatikan pertama kali adalah peserta didik,

    bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa

    bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat, dan fasilitas apa yang cocok dan

    mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan ataukarakteristik peserta didik. Itulah sebabnya

    peserta didik merupakan subjek belajar.

    2. Membangun Interaksi dalam Pembelajaran Sastra

    Prinsip-prinsip edukatif ditentukan dengan harapan mampu menjembatani dan memecahkan masalah

    yang sedang dihadapi guru dalam kegiatan interaksi pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip

    motivasi, prinsip fokus, prinsip kepribadian, prinsip pemecahan masalah, prinsip mencari, menemukan, dan

    mengembangkan sendiri, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip hubungan sosial, dan prinsip perbedaan

    individual (Djamarah, 2005).

    Interaksi dalam pembelajaran dibangun oleh tiga tahap dari tugas yang bersifat suksesif, yaitu tahap

    sebelum pengajaran, (bekal bawaan anak didik, perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan metode, pemilihan

    pengalaman-pengalaman belajar, pemilihan bahan dan peralatan belajar, mempertimbangkan jumlah dankarakteristik anak didik, mempertimbangkan jumlah dan pelajaran yang tersedia, mempertimbangkan pola

    pengelompokan, mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar); tahap pengajaran (pengelolaan dan

    pengendalian kelas, penyampaian informasi, penggunaan tingkah laku verbal dan nonverbal, merangsang

    tanggapan balik dari anak didik, mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar, mendiagnosis kesulitan belajar,

    mempertimbangkan perbedaan individual, menevaluasi kegiatan interaksi); tahap sesudah pengajaran (menilai

    pekerjaan anak didik, menilai pengajaran guru, membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya).

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    18/23

    Interaksi dalam pembelajaran sastra perlu dibangun seperti halnya interaksi dalam pembelajaran lain

    sehingga hasil yang baik dari interaksi tersebut dapat diperoleh. Terkadang siswa merasa malas belajar jika

    belajarnya sastra. Alasanya gurunya tidak interaktif, gurunya banyak kasih tugas, gurunya jutek dll. Melihat

    kenyataan ini semestinya guru menyadari permasalahan dirinya dengan siswa. Guru hendanknya mengetahui

    bahwa siswa memiliki berbagai cara belajar. Ada siswa yang cocok belajar dengan melihat, ada siswa yang

    cocok belajar dengan cara mendengar, dan ada siswa yang cocok belajar dengan melakukannya sendiri. Untuk

    pembelajaran sastra cara-cara terssebut dapat dikreasikan oleh guru menjadi sebuah pembelajaran yang aktif.

    Grinder (dalam Silberman, 2002:7) tercatat bahwa pada setiap grup dari 30 siswa, rata-rata 22 dapat belajar

    secara efektif selama pengajar menyediakan visual, auditory, dan aktivitas kinestetik. Delapan peserta lagi lebih

    suka pada satu model ketimbang dua model. Agar dapat memenuhi kebutuhan ini, guru hendaknya melakukan

    pembelajaran dengan multisensori dan diisi dengan berbagai variasi.

    Guru juga perlu memperhatikan perubahan-perubahan pada setiap gaya belajar siswa. Scroeder dan

    koleganya (dalam silberman, 2002: 7 8) telah memberikan Tipe Indikator Myers-Briggs (MBTI) pada siswa

    akademi. Hasilnya kurang lebih 60% siswa mempunyai orientasi belajar praktis bukan teoretis dan

    persentasenya meningkat dari tahun ke tahun.

    3. Pembelajaran sastra dan minat siswaPengajaran sastra pada dasarnya mengemban misi afektif, memperkaya pengalaman siswa, dan

    menjjadukannya lebih tanggap dengan peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Tujuan akhirnya adalah menanam,

    menumbuhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan, dan rasa

    hormat terhadap tata nilai baik dalam konteks individual maupun sosial (Oemarjati, 19996:196).

    Persoalan minat belajar sastra pada siswa menjadi hal perlu diperhatika oleh guru. Faktor minat belajar

    memang merupakan masalah lain yang sangat mempengaruhi efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran

    sastra di sekolah. Masalah minat ini sangat personal sifatnya sehingga pola penanganannya pun sangat

    bervariasi. Namun, satu hal yang pasti, faktor penggunaan model pembelajaran, metode penyajian dan

    pengevalusian hasil pembelajaran sastra di sekolah erat sekali hubungannya dengan penumbuhan minat

    belajar pada siswa. Hasil pengamatan dan wawancara dengan rekan-rekan guru menunjukkan bahwa selamaini pembelajaran sastra cenderung bersifat teoretis. Hal ini berhubungan dengan berbagai faktor lain, termasuk

    faktor kemampuan guru dan fasilitas belajar. Kurikulum sebenarnya tidak menuntut pemberlakuan satu

    metode tertentu dalam pembelajaran sastra. Kurikulum malah memberikan kesempatan pada guru untuk

    menggunakan berbagai metode secara bervariasi dalam penyajian materi tertentu sehingga tujuan

    pembelajaran dapat dicapai. Karenanya, orientasi pada pengajaran konsep teori sastra dan sejarah sastra

    tampaknya sudah saatnya dikurangi. Yang lebih dipentingkan saat ini tampaknya adalah pengakraban siswa

    dengan karya sastra sehingga mereka menemukan keasyikan personal dalam membaca, mengkritik, dan

    mengkreasikan teks sastra. Metode mind maps , respon-analisis, strata norma, dan pendekatan-pendekatan

    lain secara bervariasi sudah saatnya digunakan dalam pengkajian teks sastra di kelas. Untuk itu, guru perlu

    membaca buku dan media cetak lain yang menjelaskan konsep dasar dan teknik penerapan model dan metodeatau pendekatan tersebut.

    Hal lain yang erat sekali hubungannya dengan penumbuhan minat pada siswa adalah penggunaan

    teknik evaluasi pembelajaran. Selama ini, evalusi pembelajaran sastra lebih diarahkan pada penguasaan teori

    dan sejarah sastra. Soal-soal buatan guru ataupun soal standar nasional belum berorientasi sepenuhnya pada

    evaluasi yang bersifat apresiatif. Evaluasi yang bersifat apresiatif seharusnya beranjak dari hakikat karya sastra

    sebagai karya yang memungkinkan timbulnya interpretasi yang beragam, yang mungkin berbeda antara satu

    siswa dengan siswa yang lain. Karenanya, penggunaan soal bentuk isian ataupun soal uraian tampaknya lebih

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    19/23

    tepat digunakan dalam evaluasi pembelajaran sastra. Penggunaan soal bentuk yang lain, pilihan berganda

    misalnya, memaksa siswa untuk memilih satu jawaban yang dianggap paling tepat oleh pembuat soal sehingga

    interpretasi personal siswa tidak berkembang.

    4. Metode Mind Maps

    Metode mind maps merupakan sebuah metode pembelajaran yang mencoba mengkreasikan antara

    pikiran dengan mendesain bentuk seperti sebuah peta. Mind maps merupakan cara kreatif peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatatpelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Dengan memerintahkan kepada peserta didik untuk membuatpeta pikiran, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yangtelah mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan (Silberman, 2002:188).

    Berikut prosedur dalam penerapan metode mind maps menurut Silberman (2002)

    1. Pilihlah topik untuk pemetaan pikiran. Beberapa kemungkinan mencakup:

    a. Problem atau isu tentang ide-idde tindakan yang Anda inginkan untuk menciptakan ide-ide aksi b. Konsep atau kecakapan yang baru saja Anda ajarkan

    c. Penelitian yang harus direncanakan oleh siswa

    2. Konstruksikan bagi kelas peta pikiran yang sederhana yang menggunakan warna, khayalan, atau simbol. Satu

    contoh berupa berjalan ke toko grosir di mana seseorang belanja. Dari peta pikiran yang mengkategorisasikan

    barang-barang yang dibutuhkan menurut toko di mana semuanya ditemukan (misalnya, hasil bumi, dan

    makanan, buatlah dalam peta pikiran Anda mendorong seluruh pikiran otak (versus pikiran otak kanan dan

    otak kiri). Ajaklah peserta didik untuk menceritakan contoh-contoh sederhana dari kehidupan sehari-hari yang

    dapat mereka petakan.

    3. Berikanlah kertas, pena, dan sumber-sumber yang lain yang Anda pikir akan membantu peserta didik

    membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. Berilah peserta, tugas memetakan pikiran. Tunjukkan bahwamereka memulai peta mereka dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama.

    Kemudian, berilah mereka semangat untuk membagi-bagi seluruhnya ke dalam komponen-komponen yang

    lebih kecil dan menggambarkan komponen-komponen ini hingga batas luar peta (dengan menggunakan warna

    dan grafik). Doronglah mereka untuk menghadirkan setiap ide secara bergambar dengan menggunakan sedikit

    mungkin kata-kata. Dengan mengikuti ini, mereka dapat mengelaborasikan letupan secara detil ke dalam

    pikiran mereka.

    4. Berilah waktu yang banyak bagi peserta didik untuk mengembangkan peta pikiran mereka. Doronglah mereka

    untuk melihat karya orang lain untuk menstimulasi ide-ide.

    5. Perintahkan kepada peserta didik untuk saling membagi peta pikirannya. Lakukan diskusi tentang nilai cara

    kreatif untuk menggambarkan ide-ide.Menurut Rahman (2009) dalam penerapan mind maps ada enam langkah yang dapat dilakukan oleh guru,

    yaitu

    1. guru mengemukakan kompetensi yang murid capai;

    2. guru mengemukakan masalah yang harus ditanggapi oleh murid. Masalah harus mempunyai alternatif

    jawaban;

    3. guru membentuk kelompok murid dengan anggota 2 3 orang;

    4. setiap kelompok membuat alternatif jawaban

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    20/23

    5. setiap kelompok membacakan hasil diskusi dan guru mencatat pada papan tulis dan mengelompokkan sesuai

    kebutuhan; dan

    6. catatan pada papan tulis dibuat kesimpulan atau guru memberi banding sesuai dengan konsep yang disediakan

    guru.

    Berdasarkan dua pendapat di atas untuk langkah atau prosedur yang ditempuh dalam penerapan mind

    maps dapat kita simpulkan bahwa penerapan mind maps pusatnya pada siswa ( student center ) dan guru hanya

    sebagai fasilitator dan mediator. Melihat cara kerja metode mind maps yang begitu kompleks dapatlah

    dikatakan bahwa usaha untuk meningkatkan daya berpikir kritis dan kemampuan menulis puisi melalui

    metode tersebut sangat cocok. Di mana dalam hal ini, siswa diarahkan untuk memetakan apa yang mereka

    pikirkan lewat sebuah gambar kemudian hasil petaan mereka, mereka ungkapkan dalam bentuk tulisan berupa

    puisi.

    5. Berpikir kreatif

    Antara pikiran, ucapan, perasaan, dan tulisan merupakan hal yang tak terpisahkan. Seseorang akan

    mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya baik melalui ucapan maupun melalui tulisan. Lisan dan

    tulisan adalah media yang digunakan penutur untuk mengungkapkan idenya. Sesorang yang memiliki banyakide akan mampu menuangkannya jika memiliki media yang tepat. Sesuatu yang dipikirkan oleh seseorang yang

    kemudian dibuat sekreasi mungkin untuk menjadikan idenya dapat diterima atau dipikirkan lagi oleh orang

    lain merupakan sebuah nuansa kreatif yng dikeluarkan oleh orang tersebut.

    Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu

    masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Ruggiero (1998) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas

    mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau

    memenuhi hasrat keingintahuan ( fulfill a desire to understand ). Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika

    seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia

    melakukan suatu aktivitas berpikir.

    Berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antaralain berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Berpikir logis dapat diartikan sebagai kemampuan

    berpikir siswa untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa

    kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.

    Berpikir analitis adalah kemampuan berpikir siswa untuk menguraikan, memerinci, dan menganalisis

    informasi-informasi yang digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan

    pikiran yang logis, bukan berdasar perasaan atau tebakan. Berpikir sistematis adalah kemampuan berpikir

    siswa untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah,

    atau perencanaan yang tepat, efektif, dan efesien. Ketiga jenis berpikir tersebut saling berkaitan (Siswono,

    2009).

    Berpikir kreatif berarti berusaha menghasilkan ide-ide cemerlang yang dapat berupa daya imajinasi ataupun hal faktual yang divariasikan dengan gaya si pemikir sendiri sehingga akan menghasilakan sesuatu yang

    berbeda dari yang lain. Pemikiran seseorang dengan orang lain terkadang memiliki inti yang sama tetapi cara

    penyampaiannya berbeda itu juga kreatif namanya. Ada orang yang menyampaikan sesuatu dengan gaya

    bercerita, ada pula yang dengan gaya memaparkan, atau memberikan.

    Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan indikator kreativitas dikemukan oleh (Munandar, 1992)

    sebagai berikut.1. Dorongan ingin tahu besar

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    21/23

    2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah4. Bebas dalam menyatakan pendapat5. Mempunyai rasa keindahan6. Menonjol dalam salah satu bidang seni7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.8. Rasa humor tinggi9. Daya imajinasi kuat10. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan

    sebagainya11. Dapat bekerja sendiri12. Senang mencoba hal-hal baru13. Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan

    elaborasi).

    Selain itu, ada juga faktor yang mempengaruhi kreativitas. Kreativitas peserta didik agar dapat terwujud

    membutuhkan adanya dorongan dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dorongan dari lingkungan

    (motivasi ekstrinsik) (Rumayanti, 2009).

    6. Menulis puisi

    Seperti halnya berbicara menulis juga mengandalkan kemampuan berbahasa yang produktif .keduaketerampilan tersebut merupakan usaha untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran yang ada pada diri

    seorang pemakai bahasa. Menulis puisi merupakan bagian dari usaha mengungkapkan ide. Dalam pembelajran

    sastra seslain menulis pusi ada juga menulis naskah drama, atau menulis prosa.

    Puisi adalah karya sastra yang ditulis dengan melihat ketentuan-ketentuan tertentu yang diungkapkan

    dengan bahasa yang indah. Puisi terdiri atas dua jenis jika dilihat dari perkembangannya, yaitu puisi lama dan

    puisi baru. Puisi lama termasuk pantun, gurindam, syair, karmina, talibun, sedangkan yang termasuk puisi

    baru, yaitu puisi dua seuntai , puisi tiga seuntai (terzin), puisi empat seuntai (kuatrin), lima seuntai, enam

    seuntai, tujuh seuntai samapai empat belas seuntai (soneta). Bentuk puisi baru bebas tidak terikat dengan

    sajaknya, sedangkan puisi lama terikat dengan sajak.

    Hal yang perlu diperhatikan ketika menulis puisi adalah pemilihan diksinya. Ketepatan memilih kosakata untuk mengungkapkan sesuatu akan menjadikan sesuatu yang dituis tersebut lebh menarik.

    C. Simpulan

    Setiap usaha akan membuahkan hasil. Begitu pula dalam pembelajaran, setiap ada keinginan dan usaha

    dari guru untuk mewujudkan sesuatu yang menjadi harapannya pasti akan terwujud dengan usaha yang

    maksimal. Usaha menerapkan sebuah metode dalam pembelajaran puisi, seperti metode mind maps adalah

    terobosan yang dapat ditempuh oleh seorang guru. Metode mind maps dengan langkah-langkah yang

    sederhana diharapkan dapat membangakitkan semangat belajar siswa serta meningkatkan hasil belajarnya.

    Puisi adalah materi yang menyenangkan bagi anak-anak yang menyenangi puisi. Akan tetapi, puisi juga dapat

    menyenangkan bagi anak-anak yang tidak menyenangi puisi lewat cara guru menyajikan pembelajarannya.Setiap pembelajaran tidak hanya disuguhkan dengan teori, tetapi juga praktik serta unsur keterlibatan

    langsung para siswa dalam mengaplikasikannya dan itu akan lebih mengasyikkan bagi siswa.

    D. Daftar Pustaka

  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    22/23

    Abya. (2010). Artikel Peserta Didik . [Online] Tersedia: http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html. [10 Juli 2010]

    Djamarah, syaiful Bahri. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis . Jakarta: PT Rineka Cipta.

    Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum . Bandung:PT Remaja Rosda Karya

    Iskandarwassid. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

    Oemarjati, Boen Sri dkk.. 1996. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar

    Harapan.

    Rahman. 2009. Model Mengajar & Bahan Pembelajaran . Bandung: Alqaprint Jatinangor.

    Ruggiero, Vincent R. (1998). The Art of Thinking. A Guide to Critical and Creative Thought . New York: Longman, An

    Imprint of Addison Wesley Longman, Inc.

    Rumayanti, Anggi. 2009. Ciri-Ciri Berpikir Kraetif . Tersedia

    [Online ]http://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.html {Minggu,

    7 November 2010}Silberman. 2002. Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka insan Madani.

    Siswono, Tatag Yuli Eko. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa . Tersedia:

    [Online ]http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-

    siswa/ {Minggu, 7 November 2010}

    http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.htmlhttp://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.htmlhttp://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.htmlhttp://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.htmlhttp://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10
  • 8/10/2019 RPP MIND MAP.docx

    23/23