8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
1/23
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
2/23
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
3/23
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
4/23
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
5/23
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
6/23
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
7/23
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
8/23
Model Pembelajaran Sastra dengan Metode MindMaps Peta Pikiran untuk Peningkatan DayaBerpikir Kreatif dan Kemampuan Menulis PuisiSiswa Sekolah Dasar
A. Pendahuluan
Pesatnya kemajuan di bidang pendidikan dan teknologi telah menjadi pemicu tumbuhnya semangat
pembahuruan/inovasi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Para pakar pendidikan terus berusaha
mengembangkan berbagai model atau pun metode pembelajaran untuk peningkatan mutu pendidikan, tidak
terkecuali pembelajaran bahasa Indonesia. Pemerintah pun tidak tinggal diam dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan negeri ini. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi masalah tersebut
adalah dengan melakukan pembaharuan kurikulum serta penetapan kebijakan yang berupa undang-undang
tentang guru dan dosen yang di dalamnya memuat unsur tenaga profesional.
Pembaharuan kurikulum dan pembentukan undang-undang dilakukan oleh pemerintah denganharapan setiap tenaga pendidikan benar-benar memiliki kompetensi yang unggul di bidangnya. Lalu apakah
harapan itu tinggal harapan? Hal itulah yang menjadi tugas kita sebagai pendidik. Perkembangan dunia
pendidikan menuntut adanya kesadaran dari setiap pendidik untuk terus berusaha memberikan yang terbaik
untuk genarasi bangsa. Para pengembang kurikulum perlu memperhatikan bentuk kebutuhan masyarakat,
karakteristik pembelajar, dan lingkup pengetahuan menurut hierarki keilmuan (Taba dalam Hamalik, 2009).
Perhatian itu dimaksudkan supaya setiap hal yang berkepentingan dengan masyarakat pembelajar dapat
terakomodasi dengan baik dalam proses pembelajaran.
Penerapan berbagai model pembelajaran menjadi hal yang tidak asing lagi di Indonesia karena seiring
dengan berkembangnya kurikulum KTSP perkembangan model pembelajaran pun terus diperkenalakan
kepada masyarakat pendidik. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan bahwa masih ada pendidik yang tidak mengetahui akan perkembangan dunia pendidikan terbaru.
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Sistem kurikulum
terbentuk oleh empat komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapain
tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling bekaitan satu sama lain.
Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan
komponen lainya maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula. Dengan adanya keempat komponen
kurikulum tersebutdiharapkan dapat tercapainya tujuan pendidikan nasional, yang meliputi bahan kajian dan
mata pelajaran.Tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia pembangunan berpancasila dan membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreatifitasdan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkankecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan sesama manusia sesuaidengan ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945 ( Tap MPR Nomor IV/MPR/!973 dalamHamalik, 2009:131).
Kurikulum merupakan alat yang krusial dalam merealisasikan program pendidikan karena dengan
adanya kurikulum gambaran tentang sistem pendidikan akan terlihat dengan jelas. Pada hakikatnya kurikulum
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
9/23
juga dikatakan sebagai suatu program kegiatan terencana dengan rentang waktu yang cukup luas hingga
membentuk suatu pandangan yang menyeluruh (Hamalik, 2009:5).
Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum pelajaran
bahasa Indonesia serta bagian dari tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk manusia yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan serta kreativitas. Model pembelajaran sastra dengan metode mind maps untuk
peningkatan daya berpikir kreatif serta kemampuan menulis puisi siswa sekolah dasar adalah salah satu upaya
yang dilakukan oleh pendidik untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Usaha penerapan model
tersebut disesuaikan dengan tingkat capaian yang diinginkan oleh pendidik.
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan satu kesatuan utuh yang
terbentuk dari pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran.
Adanya model pembelajaran sastra dengan metode mind maps akan memberi nuansa baru dalam
proses pembelajaran sastra baik bagi siswa maupun bagi guru. Beragamnya metode yang diterapkan dalam
pembelajaran sebenarnya akan menambah kreativitas guru dan siswa dalam memaknai suatu pembelajaran.
Metode mind maps adalah suatu metode yang berusaha mengembangkan pikiran anak dengan sistem
membentuk peta pikiran melalui serangkaian usaha. Mind maps merupakan cara kreatif peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatatpelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Dengan memerintahkan kepada peserta didik untuk membuatpeta pikiran, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yangtelah mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan (Silberman, 2002:188).
Penerapan sebuah metode tidak serta merta langsung berhasil jika guru tidak mengetahui cara
kerjanya. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 1995 dalam Iskandarrwassid & Sunendar, 2008:56).
Belajar puisi adalah belajar mengungkapkan kata-kata secara puitis/menarik yang pembacaannya
dengan berbagai intonasi. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran puisi karena
materi puisi itu sendiri merupakan materi yang menarik. Namun, fenomena sekarang puisi menjadi hal yangtidak menarik. Itu karena pengaruh dari proses pembelajaran yang mungkin kurang sesuai. Untuk itu, guru
dapat memilih menggunakan metode mind maps sebagai salah satu cara dalam memotivasi siswa serta usaha
untuk mengubah pola pikir bahwa belajar puisi itu menyenangkan.
B. Teori dan Pembahasan
1. Siswa/peserta didik sebagai Subjek Belajar
Peserta didik adalah manusia yang sangat unik. Mereka memiliki karakteristik tertentu. Berdasarkan
penelitian beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah makhluk yang sedang berkembang,
yang memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda (Wina Sanjaya, 2009:71). Peserta didik terkadangdiposisikan sebagai anak, dalam sudut pandang agama Islam, anak adalah manusia yang masih suci (fitrah),
bagaikan kertas yang putih bersih, mereka siap untuk menerima bentuk-bentuk yang akan digambarkan oleh
orang-orang yang ada disekitarnya. Baik keluarga, guru, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam hubungannya
dengan pendidikan, desain pendidikan atau kurikulum haruslah yang cocok dengan irama perkembangan
anak.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagaimana yang
dikutip oleh Murip Yahya (2008:113 dalam Abya, 2010), dijelaskan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
10/23
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam
lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk
melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan
tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses
pembelajaran.
Peserta didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Peserta didik
dalam kegiatan pendidikan merupakan obyek utama (central object) . Di dalam proses belajar-mengajar, peserta
didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara
optimal. Jadi, dalam proses belajar mengajar yang perlu diperhatikan pertama kali adalah peserta didik,
bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa
bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat, dan fasilitas apa yang cocok dan
mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan ataukarakteristik peserta didik. Itulah sebabnya
peserta didik merupakan subjek belajar.
2. Membangun Interaksi dalam Pembelajaran Sastra
Prinsip-prinsip edukatif ditentukan dengan harapan mampu menjembatani dan memecahkan masalah
yang sedang dihadapi guru dalam kegiatan interaksi pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip
motivasi, prinsip fokus, prinsip kepribadian, prinsip pemecahan masalah, prinsip mencari, menemukan, dan
mengembangkan sendiri, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip hubungan sosial, dan prinsip perbedaan
individual (Djamarah, 2005).
Interaksi dalam pembelajaran dibangun oleh tiga tahap dari tugas yang bersifat suksesif, yaitu tahap
sebelum pengajaran, (bekal bawaan anak didik, perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan metode, pemilihan
pengalaman-pengalaman belajar, pemilihan bahan dan peralatan belajar, mempertimbangkan jumlah dankarakteristik anak didik, mempertimbangkan jumlah dan pelajaran yang tersedia, mempertimbangkan pola
pengelompokan, mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar); tahap pengajaran (pengelolaan dan
pengendalian kelas, penyampaian informasi, penggunaan tingkah laku verbal dan nonverbal, merangsang
tanggapan balik dari anak didik, mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar, mendiagnosis kesulitan belajar,
mempertimbangkan perbedaan individual, menevaluasi kegiatan interaksi); tahap sesudah pengajaran (menilai
pekerjaan anak didik, menilai pengajaran guru, membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya).
Interaksi dalam pembelajaran sastra perlu dibangun seperti halnya interaksi dalam pembelajaran lain
sehingga hasil yang baik dari interaksi tersebut dapat diperoleh. Terkadang siswa merasa malas belajar jika
belajarnya sastra. Alasanya gurunya tidak interaktif, gurunya banyak kasih tugas, gurunya jutek dll. Melihat
kenyataan ini semestinya guru menyadari permasalahan dirinya dengan siswa. Guru hendanknya mengetahui bahwa siswa memiliki berbagai cara belajar. Ada siswa yang cocok belajar dengan melihat, ada siswa yang
cocok belajar dengan cara mendengar, dan ada siswa yang cocok belajar dengan melakukannya sendiri. Untuk
pembelajaran sastra cara-cara terssebut dapat dikreasikan oleh guru menjadi sebuah pembelajaran yang aktif.
Grinder (dalam Silberman, 2002:7) tercatat bahwa pada setiap grup dari 30 siswa, rata-rata 22 dapat belajar
secara efektif selama pengajar menyediakan visual, auditory, dan aktivitas kinestetik. Delapan peserta lagi lebih
suka pada satu model ketimbang dua model. Agar dapat memenuhi kebutuhan ini, guru hendaknya melakukan
pembelajaran dengan multisensori dan diisi dengan berbagai variasi.
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
11/23
Guru juga perlu memperhatikan perubahan-perubahan pada setiap gaya belajar siswa. Scroeder dan
koleganya (dalam silberman, 2002: 7 8) telah memberikan Tipe Indikator Myers-Briggs (MBTI) pada siswa
akademi. Hasilnya kurang lebih 60% siswa mempunyai orientasi belajar praktis bukan teoretis dan
persentasenya meningkat dari tahun ke tahun.
3. Pembelajaran sastra dan minat siswa
Pengajaran sastra pada dasarnya mengemban misi afektif, memperkaya pengalaman siswa, dan
menjjadukannya lebih tanggap dengan peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Tujuan akhirnya adalah menanam,
menumbuhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan, dan rasa
hormat terhadap tata nilai baik dalam konteks individual maupun sosial (Oemarjati, 19996:196).
Persoalan minat belajar sastra pada siswa menjadi hal perlu diperhatika oleh guru. Faktor minat belajar
memang merupakan masalah lain yang sangat mempengaruhi efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran
sastra di sekolah. Masalah minat ini sangat personal sifatnya sehingga pola penanganannya pun sangat
bervariasi. Namun, satu hal yang pasti, faktor penggunaan model pembelajaran, metode penyajian dan
pengevalusian hasil pembelajaran sastra di sekolah erat sekali hubungannya dengan penumbuhan minat
belajar pada siswa. Hasil pengamatan dan wawancara dengan rekan-rekan guru menunjukkan bahwa selama
ini pembelajaran sastra cenderung bersifat teoretis. Hal ini berhubungan dengan berbagai faktor lain, termasukfaktor kemampuan guru dan fasilitas belajar. Kurikulum sebenarnya tidak menuntut pemberlakuan satu
metode tertentu dalam pembelajaran sastra. Kurikulum malah memberikan kesempatan pada guru untuk
menggunakan berbagai metode secara bervariasi dalam penyajian materi tertentu sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai. Karenanya, orientasi pada pengajaran konsep teori sastra dan sejarah sastra
tampaknya sudah saatnya dikurangi. Yang lebih dipentingkan saat ini tampaknya adalah pengakraban siswa
dengan karya sastra sehingga mereka menemukan keasyikan personal dalam membaca, mengkritik, dan
mengkreasikan teks sastra. Metode mind maps , respon-analisis, strata norma, dan pendekatan-pendekatan
lain secara bervariasi sudah saatnya digunakan dalam pengkajian teks sastra di kelas. Untuk itu, guru perlu
membaca buku dan media cetak lain yang menjelaskan konsep dasar dan teknik penerapan model dan metode
atau pendekatan tersebut.Hal lain yang erat sekali hubungannya dengan penumbuhan minat pada siswa adalah penggunaan
teknik evaluasi pembelajaran. Selama ini, evalusi pembelajaran sastra lebih diarahkan pada penguasaan teori
dan sejarah sastra. Soal-soal buatan guru ataupun soal standar nasional belum berorientasi sepenuhnya pada
evaluasi yang bersifat apresiatif. Evaluasi yang bersifat apresiatif seharusnya beranjak dari hakikat karya sastra
sebagai karya yang memungkinkan timbulnya interpretasi yang beragam, yang mungkin berbeda antara satu
siswa dengan siswa yang lain. Karenanya, penggunaan soal bentuk isian ataupun soal uraian tampaknya lebih
tepat digunakan dalam evaluasi pembelajaran sastra. Penggunaan soal bentuk yang lain, pilihan berganda
misalnya, memaksa siswa untuk memilih satu jawaban yang dianggap paling tepat oleh pembuat soal sehingga
interpretasi personal siswa tidak berkembang.
4. Metode Mind Maps
Metode mind maps merupakan sebuah metode pembelajaran yang mencoba mengkreasikan antara
pikiran dengan mendesain bentuk seperti sebuah peta. Mind maps merupakan cara kreatif peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatatpelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Dengan memerintahkan kepada peserta didik untuk membuat
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
12/23
peta pikiran, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yangtelah mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan (Silberman, 2002:188).
Berikut prosedur dalam penerapan metode mind maps menurut Silberman (2002)
1. Pilihlah topik untuk pemetaan pikiran. Beberapa kemungkinan mencakup:
a.
Problem atau isu tentang ide-idde tindakan yang Anda inginkan untuk menciptakan ide-ide aksi b. Konsep atau kecakapan yang baru saja Anda ajarkan
c. Penelitian yang harus direncanakan oleh siswa
2. Konstruksikan bagi kelas peta pikiran yang sederhana yang menggunakan warna, khayalan, atau simbol. Satu
contoh berupa berjalan ke toko grosir di mana seseorang belanja. Dari peta pikiran yang mengkategorisasikan
barang-barang yang dibutuhkan menurut toko di mana semuanya ditemukan (misalnya, hasil bumi, dan
makanan, buatlah dalam peta pikiran Anda mendorong seluruh pikiran otak (versus pikiran otak kanan dan
otak kiri). Ajaklah peserta didik untuk menceritakan contoh-contoh sederhana dari kehidupan sehari-hari yang
dapat mereka petakan.
3. Berikanlah kertas, pena, dan sumber-sumber yang lain yang Anda pikir akan membantu peserta didik
membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. Berilah peserta, tugas memetakan pikiran. Tunjukkan bahwa
mereka memulai peta mereka dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama.
Kemudian, berilah mereka semangat untuk membagi-bagi seluruhnya ke dalam komponen-komponen yang
lebih kecil dan menggambarkan komponen-komponen ini hingga batas luar peta (dengan menggunakan warna
dan grafik). Doronglah mereka untuk menghadirkan setiap ide secara bergambar dengan menggunakan sedikit
mungkin kata-kata. Dengan mengikuti ini, mereka dapat mengelaborasikan letupan secara detil ke dalam
pikiran mereka.
4. Berilah waktu yang banyak bagi peserta didik untuk mengembangkan peta pikiran mereka. Doronglah mereka
untuk melihat karya orang lain untuk menstimulasi ide-ide.
5. Perintahkan kepada peserta didik untuk saling membagi peta pikirannya. Lakukan diskusi tentang nilai cara
kreatif untuk menggambarkan ide-ide.
Menurut Rahman (2009) dalam penerapan mind maps ada enam langkah yang dapat dilakukan oleh guru,
yaitu
1. guru mengemukakan kompetensi yang murid capai;
2. guru mengemukakan masalah yang harus ditanggapi oleh murid. Masalah harus mempunyai alternatif
jawaban;
3. guru membentuk kelompok murid dengan anggota 2 3 orang;
4. setiap kelompok membuat alternatif jawaban
5. setiap kelompok membacakan hasil diskusi dan guru mencatat pada papan tulis dan mengelompokkan sesuai
kebutuhan; dan
6. catatan pada papan tulis dibuat kesimpulan atau guru memberi banding sesuai dengan konsep yang disediakan
guru.
Berdasarkan dua pendapat di atas untuk langkah atau prosedur yang ditempuh dalam penerapan mind
maps dapat kita simpulkan bahwa penerapan mind maps pusatnya pada siswa ( student center ) dan guru hanya
sebagai fasilitator dan mediator. Melihat cara kerja metode mind maps yang begitu kompleks dapatlah
dikatakan bahwa usaha untuk meningkatkan daya berpikir kritis dan kemampuan menulis puisi melalui
metode tersebut sangat cocok. Di mana dalam hal ini, siswa diarahkan untuk memetakan apa yang mereka
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
13/23
pikirkan lewat sebuah gambar kemudian hasil petaan mereka, mereka ungkapkan dalam bentuk tulisan berupa
puisi.
5. Berpikir kreatif
Antara pikiran, ucapan, perasaan, dan tulisan merupakan hal yang tak terpisahkan. Seseorang akan
mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya baik melalui ucapan maupun melalui tulisan. Lisan dan
tulisan adalah media yang digunakan penutur untuk mengungkapkan idenya. Sesorang yang memiliki banyak
ide akan mampu menuangkannya jika memiliki media yang tepat. Sesuatu yang dipikirkan oleh seseorang yang
kemudian dibuat sekreasi mungkin untuk menjadikan idenya dapat diterima atau dipikirkan lagi oleh orang
lain merupakan sebuah nuansa kreatif yng dikeluarkan oleh orang tersebut.
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu
masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Ruggiero (1998) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas
mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau
memenuhi hasrat keingintahuan ( fulfill a desire to understand ). Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika
seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia
melakukan suatu aktivitas berpikir.Berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara
lain berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Berpikir logis dapat diartikan sebagai kemampuan
berpikir siswa untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa
kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.
Berpikir analitis adalah kemampuan berpikir siswa untuk menguraikan, memerinci, dan menganalisis
informasi-informasi yang digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan
pikiran yang logis, bukan berdasar perasaan atau tebakan. Berpikir sistematis adalah kemampuan berpikir
siswa untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah,
atau perencanaan yang tepat, efektif, dan efesien. Ketiga jenis berpikir tersebut saling berkaitan (Siswono,
2009).Berpikir kreatif berarti berusaha menghasilkan ide-ide cemerlang yang dapat berupa daya imajinasi atau
pun hal faktual yang divariasikan dengan gaya si pemikir sendiri sehingga akan menghasilakan sesuatu yang
berbeda dari yang lain. Pemikiran seseorang dengan orang lain terkadang memiliki inti yang sama tetapi cara
penyampaiannya berbeda itu juga kreatif namanya. Ada orang yang menyampaikan sesuatu dengan gaya
bercerita, ada pula yang dengan gaya memaparkan, atau memberikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan indikator kreativitas dikemukan oleh (Munandar, 1992)
sebagai berikut.1. Dorongan ingin tahu besar2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
4.
Bebas dalam menyatakan pendapat5. Mempunyai rasa keindahan6. Menonjol dalam salah satu bidang seni7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.8. Rasa humor tinggi9. Daya imajinasi kuat10. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan
sebagainya11. Dapat bekerja sendiri12. Senang mencoba hal-hal baru13. Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
14/23
elaborasi).
Selain itu, ada juga faktor yang mempengaruhi kreativitas. Kreativitas peserta didik agar dapat terwujud
membutuhkan adanya dorongan dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dorongan dari lingkungan
(motivasi ekstrinsik) (Rumayanti, 2009).
6. Menulis puisiSeperti halnya berbicara menulis juga mengandalkan kemampuan berbahasa yang produktif .kedua
keterampilan tersebut merupakan usaha untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran yang ada pada diri
seorang pemakai bahasa. Menulis puisi merupakan bagian dari usaha mengungkapkan ide. Dalam pembelajran
sastra seslain menulis pusi ada juga menulis naskah drama, atau menulis prosa.
Puisi adalah karya sastra yang ditulis dengan melihat ketentuan-ketentuan tertentu yang diungkapkan
dengan bahasa yang indah. Puisi terdiri atas dua jenis jika dilihat dari perkembangannya, yaitu puisi lama dan
puisi baru. Puisi lama termasuk pantun, gurindam, syair, karmina, talibun, sedangkan yang termasuk puisi
baru, yaitu puisi dua seuntai , puisi tiga seuntai (terzin), puisi empat seuntai (kuatrin), lima seuntai, enam
seuntai, tujuh seuntai samapai empat belas seuntai (soneta). Bentuk puisi baru bebas tidak terikat dengan
sajaknya, sedangkan puisi lama terikat dengan sajak.Hal yang perlu diperhatikan ketika menulis puisi adalah pemilihan diksinya. Ketepatan memilih kosa
kata untuk mengungkapkan sesuatu akan menjadikan sesuatu yang dituis tersebut lebh menarik.
C. Simpulan
Setiap usaha akan membuahkan hasil. Begitu pula dalam pembelajaran, setiap ada keinginan dan usaha
dari guru untuk mewujudkan sesuatu yang menjadi harapannya pasti akan terwujud dengan usaha yang
maksimal. Usaha menerapkan sebuah metode dalam pembelajaran puisi, seperti metode mind maps adalah
terobosan yang dapat ditempuh oleh seorang guru. Metode mind maps dengan langkah-langkah yang
sederhana diharapkan dapat membangakitkan semangat belajar siswa serta meningkatkan hasil belajarnya.
Puisi adalah materi yang menyenangkan bagi anak-anak yang menyenangi puisi. Akan tetapi, puisi juga dapatmenyenangkan bagi anak-anak yang tidak menyenangi puisi lewat cara guru menyajikan pembelajarannya.
Setiap pembelajaran tidak hanya disuguhkan dengan teori, tetapi juga praktik serta unsur keterlibatan
langsung para siswa dalam mengaplikasikannya dan itu akan lebih mengasyikkan bagi siswa.
D. Daftar Pustaka
Abya. (2010). Artikel Peserta Didik . [Online] Tersedia: http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html. [10 Juli 2010]
Djamarah, syaiful Bahri. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis . Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum . Bandung:PT Remaja Rosda Karya
Iskandarwassid. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Oemarjati, Boen Sri dkk.. 1996. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b108/10/2019 RPP MIND MAP.docx
15/23
Rahman. 2009. Model Mengajar & Bahan Pembelajaran . Bandung: Alqaprint Jatinangor.
Ruggiero, Vincent R. (1998). The Art of Thinking. A Guide to Critical and Creative Thought . New York: Longman, An
Imprint of Addison Wesley Longman, Inc.
Rumayanti, Anggi. 2009. Ciri-Ciri Berpikir Kraetif . Tersedia
[Online ]http://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.html {Minggu,
7 November 2010}
Silberman. 2002. Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka insan Madani.
Siswono, Tatag Yuli Eko. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa . Tersedia:
[Online ]http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-
siswa/ {Minggu, 7 November 2010}
Model Pembelajaran Sastra dengan Metode MindMaps Peta Pikiran untuk Peningkatan DayaBerpikir Kreatif dan Kemampuan Menulis PuisiSiswa Sekolah Dasar
A. Pendahuluan
Pesatnya kemajuan di bidang pendidikan dan teknologi telah menjadi pemicu tumbuhnya semangat
pembahuruan/inovasi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Para pakar pendidikan terus berusaha
mengembangkan berbagai model atau pun metode pembelajaran untuk peningkatan mutu pendidikan, tidak
terkecuali pembelajaran bahasa Indonesia. Pemerintah pun tidak tinggal diam dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan negeri ini. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi masalah tersebut
adalah dengan melakukan pembaharuan kurikulum serta penetapan kebijakan yang berupa undang-undang
tentang guru dan dosen yang di dalamnya memuat unsur tenaga profesional.
Pembaharuan kurikulum dan pembentukan undang-undang dilakukan oleh pemerintah denganharapan setiap tenaga pendidikan benar-benar memiliki kompetensi yang unggul di bidangnya. Lalu apakah
harapan itu tinggal harapan? Hal itulah yang menjadi tugas kita sebagai pendidik. Perkembangan dunia
pendidikan menuntut adanya kesadaran dari setiap pendidik untuk terus berusaha memberikan yang terbaik
untuk genarasi bangsa. Para pengembang kurikulum perlu memperhatikan bentuk kebutuhan masyarakat,
karakteristik pembelajar, dan lingkup pengetahuan menurut hierarki keilmuan (Taba dalam Hamalik, 2009).
Perhatian itu dimaksudkan supaya setiap hal yang berkepentingan dengan masyarakat pembelajar dapat
terakomodasi dengan baik dalam proses pembelajaran.
Penerapan berbagai model pembelajaran menjadi hal yang tidak asing lagi di Indonesia karena seiring
dengan berkembangnya kurikulum KTSP perkembangan model pembelajaran pun terus diperkenalakan
kepada masyarakat pendidik. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan bahwa masih ada pendidik yang tidak mengetahui akan perkembangan dunia pendidikan terbaru.
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Sistem kurikulum
terbentuk oleh empat komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapain
tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling bekaitan satu sama lain.
Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan
komponen lainya maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula. Dengan adanya keempat komponen
http://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.htmlhttp://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.htmlhttp://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.htmlhttp://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.html8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
16/23
kurikulum tersebutdiharapkan dapat tercapainya tujuan pendidikan nasional, yang meliputi bahan kajian dan
mata pelajaran.Tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia pembangunan berpancasila dan membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreatifitasdan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkankecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan sesama manusia sesuai
dengan ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945 ( Tap MPR Nomor IV/MPR/!973 dalamHamalik, 2009:131).
Kurikulum merupakan alat yang krusial dalam merealisasikan program pendidikan karena dengan
adanya kurikulum gambaran tentang sistem pendidikan akan terlihat dengan jelas. Pada hakikatnya kurikulum
juga dikatakan sebagai suatu program kegiatan terencana dengan rentang waktu yang cukup luas hingga
membentuk suatu pandangan yang menyeluruh (Hamalik, 2009:5).
Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum pelajaran
bahasa Indonesia serta bagian dari tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk manusia yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan serta kreativitas. Model pembelajaran sastra dengan metode mind maps untuk
peningkatan daya berpikir kreatif serta kemampuan menulis puisi siswa sekolah dasar adalah salah satu upaya
yang dilakukan oleh pendidik untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Usaha penerapan model
tersebut disesuaikan dengan tingkat capaian yang diinginkan oleh pendidik.
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan satu kesatuan utuh yang
terbentuk dari pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran.
Adanya model pembelajaran sastra dengan metode mind maps akan memberi nuansa baru dalam
proses pembelajaran sastra baik bagi siswa maupun bagi guru. Beragamnya metode yang diterapkan dalam
pembelajaran sebenarnya akan menambah kreativitas guru dan siswa dalam memaknai suatu pembelajaran.
Metode mind maps adalah suatu metode yang berusaha mengembangkan pikiran anak dengan sistem
membentuk peta pikiran melalui serangkaian usaha.
Mind maps merupakan cara kreatif peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatatpelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Dengan memerintahkan kepada peserta didik untuk membuatpeta pikiran, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yangtelah mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan (Silberman, 2002:188).
Penerapan sebuah metode tidak serta merta langsung berhasil jika guru tidak mengetahui cara
kerjanya. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 1995 dalam Iskandarrwassid & Sunendar, 2008:56).
Belajar puisi adalah belajar mengungkapkan kata-kata secara puitis/menarik yang pembacaannya
dengan berbagai intonasi. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran puisi karena
materi puisi itu sendiri merupakan materi yang menarik. Namun, fenomena sekarang puisi menjadi hal yang
tidak menarik. Itu karena pengaruh dari proses pembelajaran yang mungkin kurang sesuai. Untuk itu, gurudapat memilih menggunakan metode mind maps sebagai salah satu cara dalam memotivasi siswa serta usaha
untuk mengubah pola pikir bahwa belajar puisi itu menyenangkan.
B. Teori dan Pembahasan
1. Siswa/peserta didik sebagai Subjek Belajar
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
17/23
Peserta didik adalah manusia yang sangat unik. Mereka memiliki karakteristik tertentu. Berdasarkan
penelitian beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah makhluk yang sedang berkembang,
yang memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda (Wina Sanjaya, 2009:71). Peserta didik terkadang
diposisikan sebagai anak, dalam sudut pandang agama Islam, anak adalah manusia yang masih suci (fitrah),
bagaikan kertas yang putih bersih, mereka siap untuk menerima bentuk-bentuk yang akan digambarkan oleh
orang-orang yang ada disekitarnya. Baik keluarga, guru, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam hubungannya
dengan pendidikan, desain pendidikan atau kurikulum haruslah yang cocok dengan irama perkembangan
anak.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagaimana yang
dikutip oleh Murip Yahya (2008:113 dalam Abya, 2010), dijelaskan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam
lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk
melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungantersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses
pembelajaran.
Peserta didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Peserta didik
dalam kegiatan pendidikan merupakan obyek utama (central object) . Di dalam proses belajar-mengajar, peserta
didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara
optimal. Jadi, dalam proses belajar mengajar yang perlu diperhatikan pertama kali adalah peserta didik,
bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa
bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat, dan fasilitas apa yang cocok dan
mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan ataukarakteristik peserta didik. Itulah sebabnya
peserta didik merupakan subjek belajar.
2. Membangun Interaksi dalam Pembelajaran Sastra
Prinsip-prinsip edukatif ditentukan dengan harapan mampu menjembatani dan memecahkan masalah
yang sedang dihadapi guru dalam kegiatan interaksi pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip
motivasi, prinsip fokus, prinsip kepribadian, prinsip pemecahan masalah, prinsip mencari, menemukan, dan
mengembangkan sendiri, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip hubungan sosial, dan prinsip perbedaan
individual (Djamarah, 2005).
Interaksi dalam pembelajaran dibangun oleh tiga tahap dari tugas yang bersifat suksesif, yaitu tahap
sebelum pengajaran, (bekal bawaan anak didik, perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan metode, pemilihan
pengalaman-pengalaman belajar, pemilihan bahan dan peralatan belajar, mempertimbangkan jumlah dankarakteristik anak didik, mempertimbangkan jumlah dan pelajaran yang tersedia, mempertimbangkan pola
pengelompokan, mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar); tahap pengajaran (pengelolaan dan
pengendalian kelas, penyampaian informasi, penggunaan tingkah laku verbal dan nonverbal, merangsang
tanggapan balik dari anak didik, mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar, mendiagnosis kesulitan belajar,
mempertimbangkan perbedaan individual, menevaluasi kegiatan interaksi); tahap sesudah pengajaran (menilai
pekerjaan anak didik, menilai pengajaran guru, membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya).
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
18/23
Interaksi dalam pembelajaran sastra perlu dibangun seperti halnya interaksi dalam pembelajaran lain
sehingga hasil yang baik dari interaksi tersebut dapat diperoleh. Terkadang siswa merasa malas belajar jika
belajarnya sastra. Alasanya gurunya tidak interaktif, gurunya banyak kasih tugas, gurunya jutek dll. Melihat
kenyataan ini semestinya guru menyadari permasalahan dirinya dengan siswa. Guru hendanknya mengetahui
bahwa siswa memiliki berbagai cara belajar. Ada siswa yang cocok belajar dengan melihat, ada siswa yang
cocok belajar dengan cara mendengar, dan ada siswa yang cocok belajar dengan melakukannya sendiri. Untuk
pembelajaran sastra cara-cara terssebut dapat dikreasikan oleh guru menjadi sebuah pembelajaran yang aktif.
Grinder (dalam Silberman, 2002:7) tercatat bahwa pada setiap grup dari 30 siswa, rata-rata 22 dapat belajar
secara efektif selama pengajar menyediakan visual, auditory, dan aktivitas kinestetik. Delapan peserta lagi lebih
suka pada satu model ketimbang dua model. Agar dapat memenuhi kebutuhan ini, guru hendaknya melakukan
pembelajaran dengan multisensori dan diisi dengan berbagai variasi.
Guru juga perlu memperhatikan perubahan-perubahan pada setiap gaya belajar siswa. Scroeder dan
koleganya (dalam silberman, 2002: 7 8) telah memberikan Tipe Indikator Myers-Briggs (MBTI) pada siswa
akademi. Hasilnya kurang lebih 60% siswa mempunyai orientasi belajar praktis bukan teoretis dan
persentasenya meningkat dari tahun ke tahun.
3. Pembelajaran sastra dan minat siswaPengajaran sastra pada dasarnya mengemban misi afektif, memperkaya pengalaman siswa, dan
menjjadukannya lebih tanggap dengan peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Tujuan akhirnya adalah menanam,
menumbuhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan, dan rasa
hormat terhadap tata nilai baik dalam konteks individual maupun sosial (Oemarjati, 19996:196).
Persoalan minat belajar sastra pada siswa menjadi hal perlu diperhatika oleh guru. Faktor minat belajar
memang merupakan masalah lain yang sangat mempengaruhi efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran
sastra di sekolah. Masalah minat ini sangat personal sifatnya sehingga pola penanganannya pun sangat
bervariasi. Namun, satu hal yang pasti, faktor penggunaan model pembelajaran, metode penyajian dan
pengevalusian hasil pembelajaran sastra di sekolah erat sekali hubungannya dengan penumbuhan minat
belajar pada siswa. Hasil pengamatan dan wawancara dengan rekan-rekan guru menunjukkan bahwa selamaini pembelajaran sastra cenderung bersifat teoretis. Hal ini berhubungan dengan berbagai faktor lain, termasuk
faktor kemampuan guru dan fasilitas belajar. Kurikulum sebenarnya tidak menuntut pemberlakuan satu
metode tertentu dalam pembelajaran sastra. Kurikulum malah memberikan kesempatan pada guru untuk
menggunakan berbagai metode secara bervariasi dalam penyajian materi tertentu sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai. Karenanya, orientasi pada pengajaran konsep teori sastra dan sejarah sastra
tampaknya sudah saatnya dikurangi. Yang lebih dipentingkan saat ini tampaknya adalah pengakraban siswa
dengan karya sastra sehingga mereka menemukan keasyikan personal dalam membaca, mengkritik, dan
mengkreasikan teks sastra. Metode mind maps , respon-analisis, strata norma, dan pendekatan-pendekatan
lain secara bervariasi sudah saatnya digunakan dalam pengkajian teks sastra di kelas. Untuk itu, guru perlu
membaca buku dan media cetak lain yang menjelaskan konsep dasar dan teknik penerapan model dan metodeatau pendekatan tersebut.
Hal lain yang erat sekali hubungannya dengan penumbuhan minat pada siswa adalah penggunaan
teknik evaluasi pembelajaran. Selama ini, evalusi pembelajaran sastra lebih diarahkan pada penguasaan teori
dan sejarah sastra. Soal-soal buatan guru ataupun soal standar nasional belum berorientasi sepenuhnya pada
evaluasi yang bersifat apresiatif. Evaluasi yang bersifat apresiatif seharusnya beranjak dari hakikat karya sastra
sebagai karya yang memungkinkan timbulnya interpretasi yang beragam, yang mungkin berbeda antara satu
siswa dengan siswa yang lain. Karenanya, penggunaan soal bentuk isian ataupun soal uraian tampaknya lebih
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
19/23
tepat digunakan dalam evaluasi pembelajaran sastra. Penggunaan soal bentuk yang lain, pilihan berganda
misalnya, memaksa siswa untuk memilih satu jawaban yang dianggap paling tepat oleh pembuat soal sehingga
interpretasi personal siswa tidak berkembang.
4. Metode Mind Maps
Metode mind maps merupakan sebuah metode pembelajaran yang mencoba mengkreasikan antara
pikiran dengan mendesain bentuk seperti sebuah peta. Mind maps merupakan cara kreatif peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatatpelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Dengan memerintahkan kepada peserta didik untuk membuatpeta pikiran, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yangtelah mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan (Silberman, 2002:188).
Berikut prosedur dalam penerapan metode mind maps menurut Silberman (2002)
1. Pilihlah topik untuk pemetaan pikiran. Beberapa kemungkinan mencakup:
a. Problem atau isu tentang ide-idde tindakan yang Anda inginkan untuk menciptakan ide-ide aksi b. Konsep atau kecakapan yang baru saja Anda ajarkan
c. Penelitian yang harus direncanakan oleh siswa
2. Konstruksikan bagi kelas peta pikiran yang sederhana yang menggunakan warna, khayalan, atau simbol. Satu
contoh berupa berjalan ke toko grosir di mana seseorang belanja. Dari peta pikiran yang mengkategorisasikan
barang-barang yang dibutuhkan menurut toko di mana semuanya ditemukan (misalnya, hasil bumi, dan
makanan, buatlah dalam peta pikiran Anda mendorong seluruh pikiran otak (versus pikiran otak kanan dan
otak kiri). Ajaklah peserta didik untuk menceritakan contoh-contoh sederhana dari kehidupan sehari-hari yang
dapat mereka petakan.
3. Berikanlah kertas, pena, dan sumber-sumber yang lain yang Anda pikir akan membantu peserta didik
membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. Berilah peserta, tugas memetakan pikiran. Tunjukkan bahwamereka memulai peta mereka dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama.
Kemudian, berilah mereka semangat untuk membagi-bagi seluruhnya ke dalam komponen-komponen yang
lebih kecil dan menggambarkan komponen-komponen ini hingga batas luar peta (dengan menggunakan warna
dan grafik). Doronglah mereka untuk menghadirkan setiap ide secara bergambar dengan menggunakan sedikit
mungkin kata-kata. Dengan mengikuti ini, mereka dapat mengelaborasikan letupan secara detil ke dalam
pikiran mereka.
4. Berilah waktu yang banyak bagi peserta didik untuk mengembangkan peta pikiran mereka. Doronglah mereka
untuk melihat karya orang lain untuk menstimulasi ide-ide.
5. Perintahkan kepada peserta didik untuk saling membagi peta pikirannya. Lakukan diskusi tentang nilai cara
kreatif untuk menggambarkan ide-ide.Menurut Rahman (2009) dalam penerapan mind maps ada enam langkah yang dapat dilakukan oleh guru,
yaitu
1. guru mengemukakan kompetensi yang murid capai;
2. guru mengemukakan masalah yang harus ditanggapi oleh murid. Masalah harus mempunyai alternatif
jawaban;
3. guru membentuk kelompok murid dengan anggota 2 3 orang;
4. setiap kelompok membuat alternatif jawaban
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
20/23
5. setiap kelompok membacakan hasil diskusi dan guru mencatat pada papan tulis dan mengelompokkan sesuai
kebutuhan; dan
6. catatan pada papan tulis dibuat kesimpulan atau guru memberi banding sesuai dengan konsep yang disediakan
guru.
Berdasarkan dua pendapat di atas untuk langkah atau prosedur yang ditempuh dalam penerapan mind
maps dapat kita simpulkan bahwa penerapan mind maps pusatnya pada siswa ( student center ) dan guru hanya
sebagai fasilitator dan mediator. Melihat cara kerja metode mind maps yang begitu kompleks dapatlah
dikatakan bahwa usaha untuk meningkatkan daya berpikir kritis dan kemampuan menulis puisi melalui
metode tersebut sangat cocok. Di mana dalam hal ini, siswa diarahkan untuk memetakan apa yang mereka
pikirkan lewat sebuah gambar kemudian hasil petaan mereka, mereka ungkapkan dalam bentuk tulisan berupa
puisi.
5. Berpikir kreatif
Antara pikiran, ucapan, perasaan, dan tulisan merupakan hal yang tak terpisahkan. Seseorang akan
mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya baik melalui ucapan maupun melalui tulisan. Lisan dan
tulisan adalah media yang digunakan penutur untuk mengungkapkan idenya. Sesorang yang memiliki banyakide akan mampu menuangkannya jika memiliki media yang tepat. Sesuatu yang dipikirkan oleh seseorang yang
kemudian dibuat sekreasi mungkin untuk menjadikan idenya dapat diterima atau dipikirkan lagi oleh orang
lain merupakan sebuah nuansa kreatif yng dikeluarkan oleh orang tersebut.
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu
masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Ruggiero (1998) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas
mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau
memenuhi hasrat keingintahuan ( fulfill a desire to understand ). Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika
seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia
melakukan suatu aktivitas berpikir.
Berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antaralain berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Berpikir logis dapat diartikan sebagai kemampuan
berpikir siswa untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa
kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.
Berpikir analitis adalah kemampuan berpikir siswa untuk menguraikan, memerinci, dan menganalisis
informasi-informasi yang digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan
pikiran yang logis, bukan berdasar perasaan atau tebakan. Berpikir sistematis adalah kemampuan berpikir
siswa untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah,
atau perencanaan yang tepat, efektif, dan efesien. Ketiga jenis berpikir tersebut saling berkaitan (Siswono,
2009).
Berpikir kreatif berarti berusaha menghasilkan ide-ide cemerlang yang dapat berupa daya imajinasi ataupun hal faktual yang divariasikan dengan gaya si pemikir sendiri sehingga akan menghasilakan sesuatu yang
berbeda dari yang lain. Pemikiran seseorang dengan orang lain terkadang memiliki inti yang sama tetapi cara
penyampaiannya berbeda itu juga kreatif namanya. Ada orang yang menyampaikan sesuatu dengan gaya
bercerita, ada pula yang dengan gaya memaparkan, atau memberikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan indikator kreativitas dikemukan oleh (Munandar, 1992)
sebagai berikut.1. Dorongan ingin tahu besar
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
21/23
2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah4. Bebas dalam menyatakan pendapat5. Mempunyai rasa keindahan6. Menonjol dalam salah satu bidang seni7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.8. Rasa humor tinggi9. Daya imajinasi kuat10. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan
sebagainya11. Dapat bekerja sendiri12. Senang mencoba hal-hal baru13. Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan
elaborasi).
Selain itu, ada juga faktor yang mempengaruhi kreativitas. Kreativitas peserta didik agar dapat terwujud
membutuhkan adanya dorongan dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dorongan dari lingkungan
(motivasi ekstrinsik) (Rumayanti, 2009).
6. Menulis puisi
Seperti halnya berbicara menulis juga mengandalkan kemampuan berbahasa yang produktif .keduaketerampilan tersebut merupakan usaha untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran yang ada pada diri
seorang pemakai bahasa. Menulis puisi merupakan bagian dari usaha mengungkapkan ide. Dalam pembelajran
sastra seslain menulis pusi ada juga menulis naskah drama, atau menulis prosa.
Puisi adalah karya sastra yang ditulis dengan melihat ketentuan-ketentuan tertentu yang diungkapkan
dengan bahasa yang indah. Puisi terdiri atas dua jenis jika dilihat dari perkembangannya, yaitu puisi lama dan
puisi baru. Puisi lama termasuk pantun, gurindam, syair, karmina, talibun, sedangkan yang termasuk puisi
baru, yaitu puisi dua seuntai , puisi tiga seuntai (terzin), puisi empat seuntai (kuatrin), lima seuntai, enam
seuntai, tujuh seuntai samapai empat belas seuntai (soneta). Bentuk puisi baru bebas tidak terikat dengan
sajaknya, sedangkan puisi lama terikat dengan sajak.
Hal yang perlu diperhatikan ketika menulis puisi adalah pemilihan diksinya. Ketepatan memilih kosakata untuk mengungkapkan sesuatu akan menjadikan sesuatu yang dituis tersebut lebh menarik.
C. Simpulan
Setiap usaha akan membuahkan hasil. Begitu pula dalam pembelajaran, setiap ada keinginan dan usaha
dari guru untuk mewujudkan sesuatu yang menjadi harapannya pasti akan terwujud dengan usaha yang
maksimal. Usaha menerapkan sebuah metode dalam pembelajaran puisi, seperti metode mind maps adalah
terobosan yang dapat ditempuh oleh seorang guru. Metode mind maps dengan langkah-langkah yang
sederhana diharapkan dapat membangakitkan semangat belajar siswa serta meningkatkan hasil belajarnya.
Puisi adalah materi yang menyenangkan bagi anak-anak yang menyenangi puisi. Akan tetapi, puisi juga dapat
menyenangkan bagi anak-anak yang tidak menyenangi puisi lewat cara guru menyajikan pembelajarannya.Setiap pembelajaran tidak hanya disuguhkan dengan teori, tetapi juga praktik serta unsur keterlibatan
langsung para siswa dalam mengaplikasikannya dan itu akan lebih mengasyikkan bagi siswa.
D. Daftar Pustaka
8/10/2019 RPP MIND MAP.docx
22/23
Abya. (2010). Artikel Peserta Didik . [Online] Tersedia: http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html. [10 Juli 2010]
Djamarah, syaiful Bahri. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis . Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum . Bandung:PT Remaja Rosda Karya
Iskandarwassid. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Oemarjati, Boen Sri dkk.. 1996. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Rahman. 2009. Model Mengajar & Bahan Pembelajaran . Bandung: Alqaprint Jatinangor.
Ruggiero, Vincent R. (1998). The Art of Thinking. A Guide to Critical and Creative Thought . New York: Longman, An
Imprint of Addison Wesley Longman, Inc.
Rumayanti, Anggi. 2009. Ciri-Ciri Berpikir Kraetif . Tersedia
[Online ]http://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.html {Minggu,
7 November 2010}Silberman. 2002. Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka insan Madani.
Siswono, Tatag Yuli Eko. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa . Tersedia:
[Online ]http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-
siswa/ {Minggu, 7 November 2010}
http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.htmlhttp://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.htmlhttp://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.htmlhttp://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/http://bintangnyabintang.blogspot.com/2009/11/ciri-ciri-kemampuan-berpikir-kreatif.htmlhttp://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b10http://artikele-aby.blogspot.com/2010/05/defiinisi-peserta-didik.html.%20%5b108/10/2019 RPP MIND MAP.docx
23/23