RPK

24
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO PRILAKU KEKERASAN A. LANDASAN TEORI 1. Pengertian Risiko tinggi terhadap perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu berada pada risiko tinggi untuk melakukan tindakan melukai diri sendiri atau orang lain (Stuart dan Sundeen, 1995). Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku-perilaku yang dapat membahayakan secara fisik untuk dirinya sendiri atau orang lain (Keliat, 1999). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu

description

LP RPK Jiwa

Transcript of RPK

Page 1: RPK

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN RESIKO PRILAKU KEKERASAN

A. LANDASAN TEORI

1. Pengertian

Risiko tinggi terhadap perilaku kekerasan adalah suatu keadaan

dimana individu berada pada risiko tinggi untuk melakukan tindakan

melukai diri sendiri atau orang lain (Stuart dan Sundeen, 1995).

Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku-perilaku yang

dapat membahayakan secara fisik untuk dirinya sendiri atau orang lain

(Keliat, 1999).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik

terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut

dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak

konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan

konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan

membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.

Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit

diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Sedangkan

menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana

individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya

sendiri ataupun orang lain.

Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang

dirasakan sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta

mengungkapkan secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan

masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998).

Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan

marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol

diri atau kendali diri.

Page 2: RPK

2. Rentang Respon

a.    Respon marah yang adaptif meliputi :

Pernyataan (Assertion)

Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau

mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan

atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan

kelegaan.

Frustasi

Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan,

kepuasan, atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut

individu tidak menemukan alternatif lain.

b.    Respon marah yang maladaptif meliputi :

Pasif

Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk

mengungkapkan perasaan yang sedang di alami untuk menghindari

suatu tuntutan nyata.

Agresif

Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu

untuk menuntut suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk

destruktif tapi masih terkontrol.

Amuk dan kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol,

dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun

lingkungan.

3. Faktor predisposisi

1.    Faktor biologis

1) Teori Dorongan Naluri ( Instintural drive Theory )

Disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat

lewat.

2) Teori Psikosomatik ( Psychomatic Theory )

Page 3: RPK

Pengalaman rasa marah adalah sebagai akibat dari respon

psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun

lingkungan.

2.    Faktor psikologis

1) Teori Agresi Frustasi ( Frustation Aggression theory )

Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu

gagal sehingga akan mendorong perilaku agresif.

2) Teori Perilaku ( Behavorational Theory )

Kemarahan adalah respon belajar, hal ini dapat dicapai bila fasilitas

atau suatu yang mendukung.

3.   Faktor sosial cultural

1) Teori lingkungan sosial ( Social Environment )

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu untuk

mengekspresikan marah.

2)Teori Belajar Sosial ( Soccial Learning Theory )

Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung imitasi dari proses

sosialitas.

 

4. Faktor presipitasi

Stressor :

1.    Stressor, dari luar ( serangan fisik, kehilangan, kematian )

2.    Stressor dari dalam ( putus hubungan, kehilangan rasa cinta, menurunnya

prestasi kerja, rasa bersalah yang tidak dapat dikendalikan )

Faktor perilaku

1.    Menyerang atau menghindar

2.    Menyatakan dengan jelas

3.    Memberontak ( Acting out )

4.    Kekerasan, amuk ( Violence )

5. Mekanisme koping

Mekanisme koping yang sering digunakan Klien dengan gangguan

ekspresi marah perilaku kekerasan adalah :

•    Persaingan dibidang pekerjaan atau sekolah

Page 4: RPK

•    Olah raga dan permainan

•    Musik

•    Bacaan film dan drama

•    Kegiatan

•    Sublimasi, mengalihkan keinginan bawah sadar yang disadari kepada

cita-cita yang lebih luhur.

6. Etiologi.

Faktor-faktor yang berhubungan untuk terjadinya perilaku kekerasan,

antara lain :

a. Rasa takut yang sangat terhadap penolakan.

b. Perasaan-perasaan yang tidak nyata (halusinasi).

c. Alam perasaan tertekan.

d. Menggunakan sikap tubuh bunuh diri untuk memanipulasi orang lain.

e. Tidak dapat memnuhi kebutuhan-kebutuhan untuk bergantung.

f. Berduka yang belum terselesaikan.

g. Reaksi kemarahan.

h. Peningkatan tingkat ansietas.

i. Perilaku provokatif : hipersensitifitas terlalu tidak puas.

j. Depresi.

k. Ketidak mampuan mengungkapkan perasaan secara verbal.

l. Sindroma trauma pemerkosaan.

7. Tanda dan Gejala.

Mayor :

1. Mengekspresikan keinginan atau maksud untuk membahayakan diri.

2. Mengekspresikan keinginan untuk mati atau melakukan bunuh diri.

3. Riwayat sebelumnya dari usaha untuk membahayakan diri.

Minor :

4. Depresi.

5. Konsep diri kurang.

6. Halusinasi / waham.

7. Penyalahgunaan zat.kontrol impuls yang kurang.

8. Agitasi.

Page 5: RPK

9. Keputusasaan.

10. Ketidak berdayaan.

11. Kurangnya sistem pendukung.

12. Kepedihan emosional.

13. Bermusuhan.

Akibat.

14. Adanya perilaku kekerasan terjadi karena depresi yang sangat

mendalam sehingga klien cenderung / risiko untuk melukai diri sendiri

atau orang lain dan merusak lingkungan.

8. Pohon masalah.

Risiko mencederai diri sendiri / orang

lain dan merusak lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri :

Harga diri rendah

Efeck

Core Problem

Causa

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien dan penanggung jawab

Nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan,

agama, suku dan hubungan dengan klien.

2. Alasan masuk

Alasan masuk atau masalah utama klien sehingga masuk rumah sakit.

Biasanya klien sering memukul dan merusak barang dan tidak bias

mengontrol emosi.

3. Factor predisposisi

1) Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?

Page 6: RPK

2) Pengobatan sebelumnya

3) Apakah klien pernah mengalami trauma pada dirinya?

4) Adakah anggota keluarga yang mengalami sakit jiwa?

5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?

4. Pemeriksaan fisik

1) Tanda- tanda vital seperti : pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi

dan respirasi

2) Antopometri seperti : ukur berat badab dan tinggi badan

3) Keluhan fisik

5. Psikososial

1) Genogram 3 generasi untuk mengetahui apakah ada keturunan dari

orang tua.

2) Konsep diri

a. Citra tubuh :klien percaya diri

dengan apa yang dimilikinya

b. Identitas diri : klien menyebutkan

identitas dirinya meliputi nama, alamat dan sebagainya

c. Peran : klien

menyebutkan perannya dalam keluarga

d. Ideal diri : klien tidak pernah

merasa bahwa dirinya sedang sakit

e. Harga diri : klien percaya diri

dengan apa yang dimilikinya dan menganggap orang lain tidak

pernah benar

3) Hubungan social

a. Orang yang berarti

dalam hidupnya

b. Peran serta dalm

kegiatan kelompok/masyarakat :

Biasanya klien cenderung tidak mempercayai orang lain, dan

beranggapan bahwa dirinyalah yang paling benar

Page 7: RPK

c. Hambatan dalam

berhubungan dengan orang lain :

Klien memiliki hambatan karena orang yang berada didekatnya

akan merasa tidak nyaman dan ketakutan

4) Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

b. Kegiatan beribadah

6. Status mental

1) Penampilan : klien berpenampilan rapi

2) Pembicaraan : selalu berbicara keras kepada orang lain

3) Aktivitas motorik : klien tampak malas beraktivitas

4) Alam perasaan : klien akan cepat marah apabila ada yang

menyinggung perasaannya

5) Afek : emosi klien tidak stabil

6) Interaksi selama wawancara : klien selalu berbicara keras, tidak

pernah mengganggap omongan orang lain benar

7) Persepsi: klien akan melakukan tindakan kekerasan apabila

keinginannya tidak terpenuhi dan jika ada orang yang menyinggung

dirinya

8) Arus pikir : klien kadang menjawab pertanyaan yang diajukan tetapi

lebih sering tidak memperdulikan orang lain.

9) Isi pikir : klien tidak merasa asing dengan dirinya, keluarga dan

lingkungannya

10) Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran compos mentis

11) Memori : klien mampu mengingat jangka panjang dan jangka

pendek

12) Tingkat konsentrasi dan berhitung : klien susah berkonsentrasi dan

dalam berhitung tidak dapat mengikuti perintah perawat

13) Kemampuan penilaian : klien mampu memberikan penilaian

terhadapa apa yang sedang dialami

14) Daya tilik diri : klien tidak sadar saat sedang melakukan kekerasan

kepada orang lain

Page 8: RPK

7. Kebutuhan rencana pulang

1) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

2) Kegiatan sehari-hari

3) Nutrisi

4) Istirahat tidur

5) Klien memiliki sistim pendukung

6) Kegiatan produktif

8. Mekanisme koping

1) Adaptif

2) Maladaptive

9. Masalah psikososial lingkungan

1) Masalah dengan dukungan kelompok

2) Masalah berhubungan dengan lingkungan

3) Masalah dengan pendidikan

4) Masalah dengan perumahan

5) Masalah dengan ekonomi

6) Masalah dengan pelayanan kesehatan

B. DIAGNOSA

1. Risiko mencederai orang lain / diri sendiri dan merusak lingkungan

2. Perilaku kekerasan

3. Gangguan harga diri : harga diri rendah

C. RENCANA TINDAKAN

Tujuan Umum :

Risiko menciderai diri sendiri / orang lain dan merusak lingkungan tidak

terjadi.

TUK 1.

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria evaluasi :

Page 9: RPK

1. Klien mau membalas salam.

2. Klien mau berjabat tangan.

3. Klien mau tersenyum.

4. Klien mau kontak mata.

5. Klien mau mengetahui nama perawat.

Intervensi

1.1. Beri salam atau panggil nama klien.

1.2. Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan.

1.3. Jelaskan tentang maksud hubungan interaksi.

1.4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.

1.5. Beri rasa aman dan sikap empati.

1.6. Lakukan kontak sering dan singkat.

TUK 2.

Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Kriteria Evaluasi.

1. Klien mengungkapkan perasaannya.

2. Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal

(dari diri sendiri, dari orang lain / lingkungan).

Intervensi.

2.1. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.

2.2. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau

kesal.

TUK 3.

Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

Kriteria Evaluasi.

1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya sat marah / jengkel.

2. Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami.

Intervensi.

3.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat

jengkel / marah.

3.2. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.

Page 10: RPK

3.3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami

klien.

TUK 4.

Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Kriteria evaluasi.

1. Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

2. Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan.

3. Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan

masalah / tidak.

Intervensi.

4.1. Anjurkan klien untung mengungkapkan perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan klien.

4.2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan.

4.3. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan

masalahnya selesai.

TUK 5.

Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Kriteria Evaluasi.

1. Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.

Intervensi.

5.1. Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan klien.

5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.

5.3. Tanyakan pada klien, “Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang

sehat“.

TUK 6

Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespons terhadap

kemarahan.

Kriteria Evaluasi.

Page 11: RPK

1. Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara

konstruktif.

Intervensi.

6.1. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang

sehat.

6.2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.

6.3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.

6.3.1. Secara fisik :

Tarik nafas dalam bila sedang kesal / memukul bantal / kasur

atau olah raga / pekerjaan yang memerlukan tenaga.

6.3.2. Secara verbal :

Katakan bahwa anda sedang kesal / tersinggung / jengkel.

(saya kesal anda berkata begitu, saya marah karena mama

tidak mau memenuhi keinginan saya).

6.3.3. Secara sosial :

Lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat.

Latihan manajemen perilaku kekerasan.

6.3.4. Secara spiritual :

Anjurkan klien sembahyang, berdo’a / ibadah lain.

TUK 7.

Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.

Kriteria Evaluasi.

Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan

secara :

Fisik :

Tarik nafas dalam, olah raga, menyiram tanaman.

Verbal :

Mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.

Spiritual :

Sholat, berdo’a, ibadah lain.

Intervensi.

Page 12: RPK

7.1. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.

7.2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

7.3. Bantu klien untuk menstimulasi cara tersebut (role play).

7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara

tersebut.

7.5. Anjurkan klien untuk menggunakann cara yang telah dipelajari saat

jengkel / marah.

TUK 8

Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.

Kriteria Evaluasi.

1. Keluarga klien dapat :

Menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan.

Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien.

Intervensi.

8.1. Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa

yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama sakit.

8.2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.

8.3. Jelaskn cara-cara merawat klien.

8.3.1. Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan secara

konstruktif.

8.3.2. Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.

8.3.3. Membantu klien mengenal penyebab marah.

8.4. Bantu keluarga mendemontrasikan cara merawat klien.

8.5. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan

demonstrasi.

TUK 9.

Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program

pengobatan).

Kriteria Evaluasi.

1. Klien dapat menyebutkan obat-obat yang diminum dan kegunaannya

(jenis, waktu, dosis dan efek).

2. Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan.

Page 13: RPK

Intervensi.

9.1. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.

9.2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian minum obat tanpa

seizin dokter.

9.3. Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada

botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum).

9.4. Anjurkan klien minum obat tepat pada waktunya dan minta sendiri.

9.5. Anjurkan klien melapor pada perawat / dokter jika merasakan efek

yng tidak menyenangkan.

9.6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.

Page 14: RPK

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

(Pertemuan pertama)

I. Proses Keperawatan.

1. Kondisi klien.

Klien mengatakan habis memecah kaca dan merusak genteng rumahnya.

2. Diagnosa keperawatan.

Perilaku kekerasan.

3. Tujuan khusus.

TUK 1.

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

4. Tindakan keperawatan.

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.

b. Perkenalkan diri dengan sopan.

c. Jelaskan tujuan interaksi.

d. Buat kontrak yang jelas.

II. Strategi Komunikasi Dalam Tindakan Keperawatan.

a. Orientasi.

1. Salam terapeutik.

“Selamat sore mas kenalkan nama saya, Crostiana biasa dipanggil

dedeq dan ini teman-teman saya, kami adalah mahasiswa praktik dari

Stikes Yarsi nama mas siapa ?”.

“Mas lebih suka dipanggil siapa ?”.

2. Evaluasi Validasi.

Page 15: RPK

“Mas bagaimana rasanya selama dirawat di rumah sakit?”.

“Apakah mas masih ingat tentang apa yang menyebabkan mas dibawa

ke rumah sakit ?”.

3. Kontrak.

Topik.

“Mas, mau berkenalan dengan saya?“.

Waktu .

“Bagimana kalau kita berbicara selama 15 menit”.

Tempat.

“Mas ingin bicara dimana ?, bagaimana kalau kita berbicara di

tempat ini saja ?”.

b. Fase kerja.

“ Apa yang mas rasakan selama dirumah sakit”.

“ Apa yang menyebabkan mas di bawa kesini?”.

“ Dengan siapa mas kesini”.

“ Apa yang terjadi hingga mas dibawa kesini?”.

c. Terminasi.

1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan.

Evaluasi klien subyektif.

“Bagaimana perasaan mas setelah kita berbincang-bincang tadi,

apakah mas merasa senang?”.

Evaluasi obyektif.

“Coba mas sebutkan lagi siapa nama saya, apakah mas masih

ingat?”.

2. Tindak lanjut.

“Mas, mau nggak mas saya ajak bicara lagi besok tentang alasan

yang menyebabkan mas marah”.

3. Kontrak.

Topik.

“Mas sekian dulu perbincangan kita kali ini, besok kita berbicara

lagi”.

Page 16: RPK

Waktu.

“Mas apakah mau besok kita bicara lagi jam 08.00 pagi”.

Tempat.

“Bagaimana kalau tetap ditempat ini lagi”.

STRATEGI PELAKSANAAN

(PRILAKU KEKERASAN)

Pasien Keluarga

SP Ip1. Mengidentifikasi penyebab PK2. Mengidentifikasi tanda dan

gejala PK3. Mengidentifikasi PK yang

dilakukan4. Mengidentifikasi akibat PK5. Menyebutkan cara mengontrol

PK6. Membantupasien

mempraktekkan Latihan cara mengontrol fisik I dan cara fisik II

7. Menganjurkanpasien memasukkan dalam kegiatan harian

SP IIp1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian pasien2. Melatih pasien mengontrol PK

dengan cara verbal3. Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IIIp1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian pasien2. Melatih pasien mengontrol PK

dengan cara spiritual3. Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IVp

SP Ik1. Mendiskusikan masalah yang

dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya PK

3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK

SP II k1. Melatih keluarga

mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK

SP III k1. Membantu keluarga membuat

jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning )

2. Menjelaskan follow up pasien setelah Pulang

Page 17: RPK

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Kelliat, 2005, “Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa”, Jakarta. EGC

Keliat, B.A. (1999). “Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik diri”.          Jakarta : FKUI

Keliat, B.A. (1999). “Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta :EGC

Stuart GW, Sunden . 1998 . “Buku Saku Keperawatan Jiwa” . Jakarta EGC

Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit Buku Kedokteran,EGC, Jakarta