ROSMAYANTI SDM htp.doc
-
Upload
reno-lakeisha -
Category
Documents
-
view
27 -
download
2
description
Transcript of ROSMAYANTI SDM htp.doc
TUGAS INDIVIDU
GAYA KEPEMIMPINAN DAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI
Mata Kuliah Manajemen SDM Rumah SakitDosen: Dr. Drg. Yaslis Ilyas, MPH
DISUSUN OLEH
Rosmayanti
1105016
PROGRAM PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES HANG TUAH PEKANBARU
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah sumber daya manusia saat ini masih tetap menjadi pusat perhatian dan
tumpuhan bagi suatu organisasi atau perusahaan untuk dapat bertahan di era globalisasi yang
diiringi dengan tingkat persaingan yang semakin ketat. Sumber daya manusia mempunyai
peran utama dalam setiap kegiatan organisasi atau perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
manajemen sumber daya manusia merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan dengan
segala kebutuhannya. Menurut Werther (2002:5) yang menyatakan bahwa “kunci
memenangkan persaingan global terletak pada kinerja organisasi termasuk didalamnya peran
swasta”. Pertumbuhan dan perkembangan konsep-konsep manajemen dari masa kemasa
selalu berupaya untuk dapat memaksimalkan keluaran dan mengoptimasikan hasil. Bahkan
pada saat ini perkembangan manajemen semakin canggih dan serba otomatis serta serba
komputerisasi. Guna mengantisipasi hal tersebut, sumber daya manusia menjadi perhatian
utama yang memerlukan pengelolaan yang serius dan didukung dengan sistem manajemen
yang baik
Sumber daya manusia mempengaruhi kinerja dalam organisasi pemerintahan dimana
peran sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka kinerja pegawai merupakan faktor
yang sangat penting. Kinerja pegawai tidak hanya ditentukan dengan menggunakan sistem
teknologi canggih, tetapi pendekatan pada perilaku dan sikap mental seorang pegawai adalah
sangat menentukan dan sangat mendukung untuk mencapai suatu prestasi. Begitu juga kinerja
pegawai dapat dilihat bagaimana kuantitas dan kualitas output, efektif, efisien serta
menimbulkan kepuasan kerja bagi kerja pegawai.
Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi Sumatera Selatan
sebagai salah satu instansi pemerintah yang selanjutnya disingkat BP3MD bertugas
membantu Gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan di bidang promosi dan
perizinan penanaman modal daerah. Suatu organisasi apapun bentuknya, baik pemerintah
maupun swasta, akan membutuhkan pimpinan yang akan membawa organisasi mencapai
tujuannya. Pimpinan suatu organisasi sangat dibutuhkan, dengan demikian kepemimpinan
seorang pemimpin di dalam suatu organisasi harus terwujud, sebab kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang (pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang yang dipimpinnya
atau pengikutnya sehingga orang tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh
pemimpin tersebut. Begitu juga dengan komunikasi, dalam organisasi pemerintahan peran
komunikasi sangat penting. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dengan komunikasi yang baik,
maka suatu organisasi dapat dikatakan berjalan dengan baik, lancar, dan sukses. Sebaliknya
tanpa adanya komunikasi yang baik maka suatu organisasi akan kacau dan semrawut. Oleh
karena itu manajemen yang efisien sangat tergantung pada komunikasi dan memfokuskannya
melalui interaksi antara atasan dan bawahan. Komunikasi sangat penting bagi semua
organisasi sehingga para pimpinannya harus memahami dan mampu berkomunikasi dengan
baik.
Menurut Ayu dan Agus S. (2008) Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang
dapat menjadi pemimpin (leader) melalui aktivitas yang terus menerus sehingga dapat
mempengaruhi yang dipimpinnya dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan. Diantara indikator-indikator penentu kepuasan kerja dan prestasi kerja, gaya
kepemimpinan dipandang sebagai salah satu prediktor penting. Kesuksesan organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran tergantung pada manajer dan gaya kepemimpinannya. Gaya
Kepemimpinan merupakan suatu model kepemimpinan dimana pemimpin memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok demi pencapaian tujuan.
Faktor kepemimpinan dari atasan dapat memberikan pengayoman dan bimbingan
kepada pegawai dalam menghadapi tugas dan lingkungan kerja yang baru. Pemimpin yang
baik akan mampu menularkan optimisme dan pengetahuan yang dimilikinya agar pegawai
yang menjadi bawahannya dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik. Dalam melaksanakan
pekerjaan, pegawai tidak lepas dari komunikasi dengan sesama rekan kerja, dengan atasan
dan dengan bawahan. Komunikasi yang baik dapat menjadi sarana yang tepat dalam
meningkatkan kinerja pegawai. Melalui komunikasi, pegawai dapat meminta petunjuk
kepada atasan mengenai pelaksanaan kerja melalui komunikasi juga pegawai dapat saling
bekerja sama satu sama lain.
Dari survey awal di bidang gaya kepemimpinan pada lingkungan BP3MD dijumpai
masalah sebagai berikut:
1. Pemimpin tidak responsif. Artinya pemimpin tersebut kurang tanggap terhadap setiap
persoalan, kebutuhan, maupun harapan dari bawahnnya. Selain itu, pemimpin kurang aktif
dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang
dihadapi.
2. Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan
pengembangan bawahan.
3. Pemimpin tidak memberlakukan punishment secara tegas dan efektif terhadap bawahan
yang melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugas.
Di bidang komunikasi, penulis menjumpai masalah sebagai berikut:
1. Pengarahan dari pimpinan mengenai mekanisme kerja yang masih kurang efektif sehingga
pegawai cenderung melaksanakan pekerjaan sesuai dengan persepsinya sendiri.
2. Pembagian tugas dan pelimpahan wewenang masih belum dapat dikomunikasikan dengan
baik oleh pimpinan kepada bawahan.
Selain itu, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan tidak mencapai target, hal ini
dikarenakan terlambatnya penetapan APBD dan terlambatnya pelaksanaan kegiatan pada
BP3MD. Bagi pegawai dengan adanya gaya kepemimpinan dan efektivitas komunikasi
yang baik akan mendorong mereka bekerja dengan baik, maka kinerja mereka cenderung
akan baik juga. Dampak dari komunikasi dan kinerja yang baik serta penuh dengan rasa
kepuasan berarti pegawai tersebut dengan sendirinya akan melaksanakan semua peraturan-
peraturan yang ada pada organisasi tersebut yaitu kesadaran disiplin.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan beberapa
permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Badan Promosi
dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD)
2. Seberapa besar pengaruh efektivitas komunikasi terhadap kinerja pegawai Badan Promosi
dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD)
3. Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan efektivitas komunikasi terhadap kinerja
pegawai Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal (BP3MD)
Tujuan Khusus
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai
Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD)
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh efektivitas komunikasi terhadap kinerja
pegawai Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD)
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan efektivitas
komunikasi terhadap kinerja pegawai Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal
Daerah (BP3MD)
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian Kepemimpinan
Secara sederhana “pemimpin” menurut Rasyid (1997:75) bisa didefinisikan “sebagai
seseorang yang terus menerus membuktikan bahwa seseorang tersebut mampu
mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain, lebih dari kemampuan mereka (orang lain
itu) mempengaruhi dirinya”. Lebih lanjut “Kepemimpinan” menurut Rasyid (1997:75) adalah
“sebuah konsep yang merangkum berbagai segi interaksi pengaruh antara pemimpin dengan
pengikut dalam mengejar tujuan bersama”.
Teori dan Pendekatan Kepemimpinan
Pada dasarnya untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai
literatur yang menyatakan pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada yang mengatakan
bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya kelompok-kelompok orang. Teori lain
mengemukakan bahwa pemimpin timbul karena situasi yang memungkinkan ia ada. Teori
yang paling mutakhir melihat kepemimpinan lewat perilaku organisasi.
Orientasi prilaku mencoba mengetengahkan pendekatan yang bersifat Social Learning
pada kepemimpinan. Teori ini menekankan bahwa terdapat faktor penentu yang timbal balik
dalam kepemimpinan ini. Selanjutnya Thoha (1996:250-264) mengemukakan teori dan
pendekatan kepemimpinan sebagai berikut :
1. Teori Sifat
Dalam teori sifat (Trait Theory), menurut Malayu Hasibuan (2007:203) analisis
ilmiah tentang kepemimpinan dimulai dengan memusatkan perhatiannya pada pemimpin
itu sendiri. Seorang pemimpin menurut teori sifat ditandai dengan dipunyainya tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan bawahannya. Namun demikian tingkat
kecerdasan yang jauh lebih tinggi dari bawahannya juga tidak efektif, sebab para
bawahan menjadi tidak dapat memahami apa yang diinginkan pemimpin atau tidak
memahami gagasan dan kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu, idealnya
seorang pemimpin sebaiknya memiliki kecerdasan yang tidak terlalu tinggi dari
bawahannya.
2. Teori Kelompok
“Dalam teori kelompok beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuan-
tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif di antara pemimpin dan
pengikut-pengikutnya, terutama dimensi pemberian perhatian kepada para pengikut, dapat
dikatakan pemberian perhatian kepada para pengikut dikatakan memberikan dukungan
yang positif terhadap perspektif teori kelompok ini” (Thoha, 1996:252).
3. Teori Situasional dan Model Kontijensi
Kepemimpinan model Fiedler (Fiedler’s Centigency Model), menyatakan ada dua hal
yang dijadikan sasaran yaitu mengadakan identifikasi faktor-faktor yang sangat penting di
dalam situasi, dan kedua memperkirakan gaya atau prilaku kepemimpinan yang paling
efektif di dalam situasi tersebut.
4. Teori Jalan Kecil – Tujuan (Path – Goal Theory)
“Dalam pendekatan teori path-goal mempergunakan kerangka teori motivasi. Hal ini
merupakan pengembangan yang sehat karena kepemimpinan di satu pihak sangat dekat,
berhubungan dengan motivasi kerja dan pihak lain berhubungan dengan kekuasaan”.
(Thoha,1996:252)
5. Pendekatan Social Learning dalam Kepemimpinan
Pendekatan Social Learning merupakan suatu teori yang dapat memberikan suatu
model yang menjamin kelangsungan, interaksi timbal balik antar pemimpin, lingkungan
dan perilakunya sendiri. Pendekatan Social Learning ini antara pemimpin dan bawahan
mempunyai kesempatan untuk bisa memusyawarahkan semua perkara yang timbul.
Keduanya, pimpinan dan bawahan mempunyai hubungan interaksi yang hidup dan
mempunyai kesadaran untuk menemukan bagaiman caranya menyempurnakan prilaku
masing-masing dengan memberikan penghargaan-penghargaan yang diinginkan.
Gaya Kepemimpinan
Menurut Thoha (1996:265), gaya kepemimpinan banyak mempengaruhi keberhasilan
seorang pemimpin dalam mempengaruhi prilaku pengikut-pengikutnya. Istilah gaya secara
kasar adalah sama dengan cara yang dipergunakan pemimpin di dalam mepengaruhi para
pengikutnya. Pada saat bagaimanapun jika seorang berusaha untuk mempengaruhi prilaku
orang lain, sebagaimana sudah dipaparkan sebelumnya kegiatan semacam itu telah
melibatkan seseorang kedalam aktivitas kepemimpinan. Jika kepemimpinan tersebut terjadi
dalam suatu organisasi tertentu, dan ia merasa perlu mengembangkan staf dan membangun
iklim motivasi yang mampu meningkatkan produktivitasnya, maka ia perlu memikirkan gaya
kepemimpinan.
Studi kepemimpinan Universitas Michigan yang dipelopori oleh Gibson dan Ivancevich
(2004:413) mengidentifikasikan dua bentuk perilaku pemimpin yaitu :
1. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (The Job Centered). Dalam gaya
kepemimpinan ini, seorang manajer akan mengarahkan dan mengawasi bawahannya agar
sesuai dengan yang diharapkan manajer. Manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan
ini lebih mengutamakan keberhasilan dari pekerjaan yang hendak dicapai daripada
perkembangan kemampuan bawahannya.
2. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan (The Employee Centered). Manajer
yang mempunyai gaya kepemimpinan ini berusaha mendorong dan memotivasi
pekerjaannya untuk bekerja dengan baik. Mereka mengikutsertakan pekerjaannya dalam
mengambil suatu keputusan.
Jenis – jenis Gaya Kepemimpinan
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil
dari dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya kepemimpinan otokrasi ini, pemimpin
mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang
ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun
sasaran minornya. Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap semua aktivitas
anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain,
anggota tidak perlu pusing memikirkan apappun. Anggota cukup melaksanakan apa yang
diputuskan pemimpin.Kepemimpinan otokrasi cocok untuk anggota yang memiliki
kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang
secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan
bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin
memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
Pada kepemimpinandemokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar. Pada
kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai
saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu,
anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi
tinggi dengan komitmen yang bervariasi
3. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire ( Kendali Bebas )
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya
yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.Gaya
kepemimpinan demokratis kendali bebas merupakan model kepemimpinan yang paling
dinamis. Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran
utama yang ingin dicapai saja. Tiap divisi atau seksi diberi kepercayaan penuh untuk
menentukan sasaran minor, cara untuk mencapai sasaran, dan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, pemimpin hanya berperan
sebagai pemantau saja.
Sementara itu, kepemimpinan kendali bebas cocok untuk angggota yang memiliki
kompetensi dan komitmen tinggi. Namun dewasa ini, banyak para ahli yang menawarkan
gaya kepemimpinan yang dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dimulai dari
yang paling klasik yaitu teori sifat sampai kepada teori situasional.
Pengertian Komunikasi
Menurut Handoko (1984 : 272) komunikasi adalah proses pemindahan pengertian
dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian
tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi
juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya. Dan perpindahan yang efektif
memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan
menerimanya sangat tergantung pada keterampilan-keterampilan tertentu (membaca,
menulis, mendengar, berbicara, dan lain-lain) untuk membuat sukses pertukaran informasi.
Dengan adanya proses komunikasi yang baik dalam organisasi/perusahaan maka akan
ada proses penyampaian informasi baik dari atasan kepada bawahan. Tetapi proses
komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi atau hanya agar orang lain juga bersedia
menerima dan melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki sehingga akan terjalin
suasana yang harmonis kepada para bawahan mengetahui secara pasti keinginan atasan, dan
apa yang harus dikerjakan kaitannya dengan usaha kerjasama untuk mencapai tujuan
organisasi/perusahaan yang telah ditetapkan. Seperti yang telah dikemukakan oleh Robbin
(2004 : 146), sebagai berikut: komunikasi memelihara motivasi dengan memberi penjelasan
kepada bawahan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja.
Selanjutnya karena dalam tulisan ini hanya membahas masalah hubungan antara atasan
dan bawahan, maka hanya dibatasi pada komunikasi administrasi. Tentang masalah ini
Effendy (1990 : 32) berpendapat: “Komunikasi vertical dari atas ke bawah (down word
communication) dan komunikasi dari pimpinan kepada bawahannya dan dari bawahan
kepada atasannya secara timbal balik”. Jadi komunikasi vertikal terdiri dari dua arus yaitu
arus ke bawah dan arus ke atas.
1. Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah yaitu suatu penyampaian informasi baik lisan maupun
tulisan, secara langsung maupun tak langsung, berupa perintah atau penjelasan umum
dari atasan kepada bawahannya. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Robbin
(2002 : 148) yang menjelaskan sebagai berikut: Komunikasi yang berlangsung dari
tingkat tertentu dalam satu kelompok atau organisasi ke tingkat yang lebih rendah.
Menurut Effendy (2001 : 148) pelaksanaan komunikasi ke bawah, informasi ini
dapat berupa:
- Mengadakan rapat
- Memasang pengumuman
- Menerbitkan majalah intern
- Pemberian pujian
2. Komunikasi ke Atas
Komunikasi ke atas yaitu suatu penyampaian informasi yang mengalir atau
berasal dari staf/bawahan kepada pimpinan/atasan. Komunikasi ini sangat penting bagi
pimpinan/atasan untuk mengetahui bagaimana keadaan perusahaan dari sudut pandang
bawahan. Suatu hal yang bukan mustahil walaupun kinerja organisasi/perusahaan baik,
tetapi kondisi karyawan tidak nyaman. Hal inilah yang perlu diatasi seorang pemimpin
melalui komunikasi dari bawah ke atas.
3. Komunikasi Lateral/Horizon
Komunikasi lateral terjadi di antara kelompok kerja yang sama secara horizontal.
Komunikasi horizontal sering diperlukan untuk menghemat waktu dan memudahkan
koordinasi.
Weisbord (2003:100) membuat beberapa pernyataan sebagai pedoman untuk
melihat komunikasi/tata hubungan yang mencakup : Penilaian terhadap kualitas
komunikasi dan konflik, Penilaian terhadap komunikasi antar individu dan unit
organisasi, dan Penilaian terhadap kualitas kerja sama dan saling ketergantungan yang
diimplementasikan ke dalam :
1. Seberapa jauh saling ketergantungan, kualitas komunikasi dan arus konflik yang ada
dalam organisasi. Ketergantungan, kualitas komunikasi dan arus konflik yang dapat
ditekan akan memberikan lingkungan kerja yang kondusif untuk pencapaian target
perusahaan.
2. Komunikasi antar individu dalam organisasi. Komunikasi yang terjadi antar individu
dapat terjadi dalam bentuk komunikasi formal maupun informal yang dapat
memudahkan individu dalam pelaksanaan pekerjaan dan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
3. Seberapa jauh pegawai dapat bekerja sama, kualitas komunikasi dan banyak
sedikitnya konflik yang timbul. Manajemen SDM dan pengelolaan konflik akan
memudahkan efektivitas kerja karyawan.
Pengertian Kinerja
Secara sederhana disebutkan bahwa istilah kinerja berasal dari kata job perfomance atau
actual performance (prestasi kerja atau prestasi sungguhnya yang dicapai oleh seseorang),
sedangkan yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
Sedangkan menurut Rao (1992:1) mengemukakan bahwa yang dimaksud kinerja adalah
hasil sebuah mekanisme untuk memastikan bahwa orang-orang pada tiap tingkatan
mengerjakan tugas-tugas menurut cara yang diinginkan oleh atasannya.
Dalam melaksanakan sebuah pekerjaan, seorang pegawai akan berusaha untuk
melaksanakan pekerjaannya tersebut dengan sungguh-sungguh agar dapat memberikan hasil
yang baik sesuai dengan kemampuan, pengalaman, kesungguhan serta waktu pengerjaan
tugas yang dibebankan kepadanya. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Hasibuan
(2001:94) yang menyatakan bahwa kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai oleh
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu.
Selanjutnya Lester (1994:219) menjelaskan bahwa kinerja pegawai adalah hasil yang
dicapai oleh seseorang dalam melakukan tugasnya dan perannya dalam organisasi.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian kinerja pegawai, maka dapat
disimpulkan bahwa kinerja pegawai adalah hasil kerja yang dicapai karyawan dalam
melakukan tugas maupu peranannya dalam suatu organisasi.
Faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai
Dalam suatu organisasi, antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lainnya
mempunyai kinerja yang berbeda. Menurut Devis (1964 : 484), perbedaan ini disebabkan
oleh dua faktor yaitu faktor kemampuan (ability), dan faktor motivasi (motivation), dijelaskan
bahwa kinerja yang dihasilkan antara karyawan tersebut berbeda karena adanya faktor-faktor
individu yang berbeda seperti faktor kemampuan dan faktor motivasi yang ada pada diri
karyawan.
1. Faktor kemampuan, diterangkan bahwa kemampuan (ability) pegawai/karyawan terdiri
dari kemampuan potensi (IQ), dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, jika
karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka
akan mudah mencapai kinerja yang diharapkan.
2. Faktor motivasi, motivasi ini terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam
menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan
diri karyawan, yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sedang
sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha
mencapai kinerja secara maksimal.
3. Faktor komunikasi, menurut Dwidjowijoto (2004 : 26) komunikasi adalah perekat dalam
organisasi, menjadi penghubung mempererat rantai-rantai manajemen untuk pergerakkan
organisasi dalam mencapai tujuannya serta meningkatkan kinerja.
Dari perbedaan yang disampaikan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja seseorang
dipengaruhi oleh kondisi fisiknya. Seseorang yang memiliki kondisi yang baik,
mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi, yang pada gilirannya tercermin pada
kegairahan bekerja dengan tingkat kinerja yang tinggi dan sebaliknya. Disamping itu
kinerja individu juga berhubungan dengan kemampuan yang harus dimiliki oleh individu
agar ia berperan dalam lingkungan organisasi.
Pengukuran Kinerja
Adanya beberapa pendapat yang membahas tentang pengukuran kinerja akan dijadikan
dasar untuk menentukan indikator dari variabel kinerja yang telah dipaparkan di atas. Dua
syarat yang harus dipenuhi agar pengukuran kinerja berjalan efektif yaitu, adanya kriteria
kinerja yang dapat diukur secara objektif dan adanya objektivitas dalam pengukuran.
Apabila seorang pegawai merasa dirugikan dalam penilaian kerja, dapat menuntut pihak
yang menilai sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Menurut Gomes (2001 : 136), ada tiga kualifikasi penting bagi pengembangan kriteria
kinerja yang dapat diukur secara obyektif yaitu:
1. Relevancy, menunjukkan tingkat kesesuaian antara criteria dengan tujuan-tujuan kinerja.
2. Reliability, menunjukkan tingkat mana kriteria menghasilkan hasil yang konsisten.
3. Discrimination, mengukur tingkat dimana suatu kriteria kinerja dapat memperlihatkan
perbedaan-perbedaan dalam tingkat kinerja.
Sedangkan dilihat dari titik acuan penilaiannya, terdapat tiga tipe kriteria pengukuran
prestasi yang saling berbeda yakni :
1. Pengukuran kinerja berdasarkan hasil, tipe kriteria prestasi ini merumuskan pekerjaaan
berdasarkan pencapaian tujuan organisasi, atau pengukuran hasil akhir (end result).
2. Pengukuran kinerja berdasarkan prilaku, tipe kriteria prestasi ini mengukur sarana
pencapaian sasaran, dan bukannya hasil akhir. Jenis kriteria ini biasanya dikenal dengan
BARS (Behaviorally Anchored Rating Scales), dibuat dari “critical incidents” yang
terkait dengan berbagai dimensi kinerja.
3. Pengukuran kinerja berdasarkan “judgement”. Merupakan tipe kriteria kinerja yang
mengukur prestasi berdasarkan deskripsi prilaku tertentu (spesific) yaitu jumlah yang
dilakukan (quantity of work), luasnya pengetahuan tentang pekerjaan (job knowledge),
kesediaan (cooperation), kepribadian, kepemimpinan (personel qualities).
Bernadin dan Russel (2000 : 213), mengajukan enam kriteria primer yang digunakan
untuk mengukur kinerja :
1. Quality, merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan
mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.
2. Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan, misalkan jumlah rupiah, jumlah unit,
jumlah siklus, kegiatan yang diselesaikan.
3. Timeliness, adalah tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang
dikehendaki dengan memperhatikan kordinasi output lain serta waktu yang tersedia untuk
kegiatan lain.
4. Cost effectiviness, adalah tingkat sejauh mana penggunaan daya organisasi (manusia,
keuangan, teknologi, material) dimaksimalkan utnuk mencapai hasil tertinggi atau
pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumberdaya.
5. Need for supervisor, merupakan tingkat sejauh mana seorang pejabat dapat melaksanakan
suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk
mencegah tindakan yang kurang diinginkan.
6. Interpersonal impact, merupakan tingkat sejauh mana karyawan/pekerja memelihara
harga diri, nama baik dan kerjasama di antara rekan kerja dan bawahan.
Dari berbagai kriteria di atas, dapat dipahami bahwa dimensi kerja mencakup semua
unsur yang akan dievaluasi dalam pekerjaan masing-masing pegawai/karyawan dalam suatu
organisasi. Dimensi ini mencakup berbagai kriteria yang sesuai untuk digunakan dalam
mengukur hasil yang telah diselesaikan.
Hubungan Internal dan Komunikasi Karyawan
PR menangani hubungan-hubungan antara orgnisasi dengan semua tipe publik. PR juga bisa
dipandang sebagai upaya untuk berkomunikasi dengan publik eksternal. Disini kita dapat
melihat bagaimana peran PR memberi kontribusi pada komunikasi yang efektif di dalam
organisasi, yang juga disebut sebagai hubungan internal. Komunikasi di dalam organisasi
bisa dikatakan lebih penting ketimbang komunikasi eksternal, karena organisasi harus
berfungsi efektif dalam mencapai tujuannya guna menjaga kelangsungan hidupnya.
Hubungan internal berarti membangun dan menjaga hubungan dengan semua publik di dalam
organisasi.
ARTI PENTING HUBUNGAN INTERNAL
Hubungan terpenting dalam organisasi adalah hubungannya dengan karyawan di semua level.
Istilah publik internal dan pulik karyawan mengacu pada baik itu manajer maupun orang-
orang yang menjadi bawahannya. Publik ini merupakan sumber daya terbesar dari organisasi.
Menurut Alvie Smith, ada dua faktor yang mempengaruhi komunikasi internal dengan
karyawan dan menambah rasa hormat manajemen terhadap salah satu fungsi PR ini:
1. Manfaat dari pemahaman, teamwork, dan komitmen karywan dalam mencapai hasil
yang diinginkan. Aspek positif dari perilaku karyawan ini sangat dipengaruhi oleh
komunikasi interaktif yang efektif di seluruh organisasi.
2. Kebutuhan untuk membangun jaringan komunikasi manajer yang kuat, yang memberi
setiap supervisor di semua level dapat melakukan komunikasi secara efektif dengan
karyawannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Masalah
Suatu rumah sakit perlu memperhatikan aspek manajemen sumberdaya
manusianya, terutama aspek komunikasi kerja. Pimpinan rumah sakit harus menyadari
komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam usaha peningkatan kinerja dan
produktivitas SDM di rumah sakit, sehingga pimpinan merasa perlu memberikan
dorongan motivasi yang tepat, guna memperbaiki manajemen mutu rumah sakit dan
segera mencari tahu tentang berbagai kebutuhan dan harapan yang dapat meningkatkan
kepuasan kerja, serta dapat memotivasi mereka untuk bekerja maksimal mencapai tujuan
dari suatu rumah sakit.
Salah satu sumber daya manusia tersebut adalah tenaga keperawatan. Tenaga
keperawatan merupakan tenaga yang menempati urutan jumlah terbanyak di rumah sakit,
tenaga keperawatan merupakan faktor yang sangat dominan dalam pelayanan kesehatan
rumah sakit. Untuk itu perlu memperhatikan kebutuhan dan harapan perawat agar lebih
memotivasi mereka dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada pasien.
Masalah motivasi kerja perawat yang selama ini sering ditemukan di ruang rawat
inap adalah :
1. Disiplin petugas yang masih rendah khususnya jam masuk kerja.
2. Tidak ramah dalam memberikan pelayanan
3. Kurang berkomunikasi dengan pasien
4. Tidak maksimal dalam memberikan pelayanan
5. Pemanfaatan jam kerja yang belum efektif yaitu masih adanya petugas tidak
memanfaatkan waktu dengan sebaik– baiknya.
B. Solusi Masalah
Komunikasi akan kehilangan sebagian besar potensi sumber daya manusianya karena tidak
memprioritaskan komunikasi dua arah yang efektif yang merupakan landasan untuk
hubungan manajemen – karyawan dan kinerja pekerjaan secara keseluruhan.
Koordinasi dan mediasi yang dibutuhkan untuk menghadapi karyawan dewasa ini telah
menempatkan staf PR, dengan pengetahuan dan keahlian komunikasinya, ditengah-tengah
pengelolaan hubungan internal.
Hubungan sehari-hari melibatkan banyak kontak, tetapi komunikasi karyawan yang
efektif akan berkembang dalam iklim yang jujur dan dapat dipercaya. Idealnya hubungan
kerja itu dicirikan dengan kondisi sebagai berikut:
1. Keyakinan dan kepercayaan antara karyawan dan atasan
2. Informasi yang jujur dan transparan bebas mengalir ke atas, bawah, dan samping di
dalam organisasi.
3. Status dan partisipasi yang memuaskan untuk setiap orang.
4. Kontinuitas kerja tanpa perselisihan.
5. Lingkungan yang sehat dan aman.
6. Keberhasilan usaha.
7. Optimisme tentang masa depan.
Pimpinan eksekutif hrus membangun kultur ini dan menegakkannya sebagai kebijakan
formal. Tetapi walau ada dukungan dari atas, ada banyak hambatan yang menghadang
komunikasi dua arah yang bebas di dalam organisasi.
Opinion Research Corporation sejak tahun 1950 telah meneliti opini karyawan tentang
komunikasi internal organisasi. Sebagian besar mengakui kredibilitas organisasi, tetapi
kurang dari separuh yang mengatakan bahwa organisasi “memberi tahu mereka apa yang
sedang terjadi,” atau komunikasi ke bawah (manjemen ke karyawan). Juga hanya kurang
dari separuh yang mengatakan bahwa organisasi mau “mendengar pendapat mereka,” atau
komunikasi ke atas (karyawan ke manajemen).
Menyeimbangkan kepuasan karyawan dengan kekuasaan usaha dalah salah satu aspek dari
penyesuaian dan rekonsiliasi yang terus-menerus dilakukan dalam hubungan karyawan –
atasan – terutama dalam setting multikultural. Akan tetapi, sebagai bagian dari fungsi PR yng
lebih luas, tujuan hubungan internal adalah membangun dan mempertahankan hubungan
yang sama-sama bermanfaat antara organisasi dan karyawan, di mana kesuksesan dan
kegagalan organisasi akan tergantung kepada karyawan.
C. Kebijakan
1. Keamanan dan Kepatuhan
Dibanyak organisasi, tugas penting dari hubungan internl adalah menyediakan dukungan
komunikasi untuk memastikan agar regulasi lingkungan dan standar keamanan kerja tetap
terjaga.
2. Hubungan Tenaga Kerja
Salah satu tugas paling signifikan dari hubungan internal adalah berinteraksi dengan karyawn
atu tenaga kerja, yang sebagian dari mereka tergabung dalam serikat pekerja. Hubungan
dengan tenaga kerja adalah hubungan yang penting yang sangat mempengaruhi kesuksesan
atau kegagalan organisasi. Hubungan ini tidak boleh dianggap sepele. Pemeliharaan
hubungan dengan tenaga kerja merupakan sebagian besar dari pekerjaan spesialis hubungan
internal, terutama di organisasi dengan tenaga kerja yang banyak.
3. Perubahan Organisasi: Merger, Akuisisi, dan Pemecatan
Spesialis komunikasi internal punya tanggungjawab strategis penting selama proses
perubahan organisasional. Dalam situasi seperti merger dan akuisisi, publik internal disemua
level segera butuh komunikasi tentang masa depan posisi mereka dalam organisasi. Situasi
ini cenderung menimbulkan kecemasan, terutama bagi mereka yang tidak dilibatkan dalam
diskusi dan keputusan yang menghasilkan perubahan tersebut. Peran hubungan internal
adalah membantu mengkomunikasikan merger atau akuisisi kepada publik internal dengan
segera dan secara bijaksana, menjawab semua pertanyaan dan menangani ketidakpastian
secara jujur dan terbuka.
C. Implementasi
KOMUNIKASI INTERNAL
Ada banyak cara untuk berkomunikasi dengan publik internal, yang banyaknya akan
tergantung pada imajinsi profesional PR. Komunikasi internal bisa dilakukn dengan cara
lisan, melalui media elektronik, visual dan tulisan. Antara lain:
1. Pernyataan Visi
Pernyataan visi memberikan gambaran tentang tujuan organisasi dalam pengertian yang luas.
Pernyataan visi mengungkapkan sasaran strategis dan tujuan masa depan dri sebuah
organisasi. Ia merupakan alat penting bagi hubungan internal, terutama untuk membantu
mengelola reaksi terhadap perubahan dalam lingkungan.
2. Pernyataan Misi
Pernyataan misi membantu karyawan menentukan prioritas dan tujuan, sehingga semua
anggota organisasi berkomitmen untuk mencapai misi yang dinyatakan dalam pernyataan
tersebut.
3. Dokumen Kebijakan
Kebijakan dan prosedur organisasional dikomunikasikan kepada karyawan melalui beragam
saluran. Kebanyakan organisasi menggunakan buku pedoman (handout) karyawan yang
berisi cara-cara mengimplementasikan kebijakan dan prosedur dalam situasi umum. Pedoman
kebijakan pada umumnya berupa buku yang tebal atau dalam bentuk elektronik yang memuat
hak, tanggung jawab, dan saluran birokratis untuk melaksanakan prosedur. Dokumen
kebijakan umum lainnya adalah kode etik atau pernyataan etik. Kode etik memberikan
pedoman mengenai nilai, prioritas, standar, dan kebijakan organisasional sebagaimana dianut
oleh manajemen senior.
4. Materi Training
Materi training membantu mensosialisasikan karyawan baru ke dalam kultur organisasi.
Seorang karyawan telah melebur ke dalam kultur organisasi apabila dia sudah
menginternalisasikan nilai-nilai organisasi dan mulai mengidentifikasi dirinya sebagai bagian
dari organisasi. Sosialisasi dan enkulturasi karyawan baru adalah aspek penting dari
hubungan internal.
MEDIA INTERNAL
Komunikasi dalam organisasi terjadi dalam bentuk komunikasi lisan dan tertulis. Semua
bentuk komunikasi dan media yang digunakan adalah tanggung jawab bagian hubungan
internal. Antara lain:
1. Publikasi Karyawan
Walaupun dengan adanya teknologi komunikasi yang baru, publikasi media cetak masih
menjadi media utama untuk komunikasi internal di kebanyakan organisasi. Publikasi
organisasi ditujukan untuk banyak publik, tetapi yang paling umum adalah untuk komunikasi
karyawan.
2. Newsletter
Newsletter cetak masih merupakan alat komunikasi karyawan, meskipun kita sudah
memasuki abad komputer dan internet. Newsletter adalah bentuk paling umum dari publikasi
periodik. Karena sudah ada teknologi desktop publishing yang mudah dan murah, newsletter
relatif mudah, murah, dan cepat untuk diproduksi. Akibatnya, kebanyakan organisasi
mengandalkan newsletter untuk mengomunikasikan berita secara tepat waktu dan sesuai
sasaran.
3. Surat
Bahkan ketika e-mail mulai mendominasi, surat tradisional masih tetap merupakan tulang
punggung komunikasi internal. Surat dianggap lebih formal, langsung, personal, dan lebih
mahal ketimbang e-mail.
4. Publikasi Pidato, Position Paper, dan Backgrounders
Mengemukakan pandangan organisasi dengan mengirimkan pidato dan pernyataan
pandangan secara elektronik melalui website adalah salah satu metode komunikasi dengan
publik eksternal. Ini juga merupakan cara efektif untuk memberikan informasi kepada publik
internal. Paper position dan backgrounder juga membantu karywan memahmi pendekatan
baru dengan cepat dan mungkin mencegah mereka untuk menggunakan pendekatan lama
guna memecahkan problem atau isu. Tapi kelemahannya adalah informasi ini hanya akan
dicari oleh publik yang memang menginginkannya. Karena itu hubungan internal juga harus
mendorong karywan lain untuk selalu mengunjungi arsip publikasi di situs internet.
5. Bulletin Board dan Pengumuman Elektronik
Penggunaan bulletin board sudah menyebar luas. Makin banyak pengumumn akan membuat
medium ini tetap dipakai. Bulletin board merupakan ruang fisik yang menampilkan
pengumuman tradisional dan pengumuman elektronik.
Hal-hal lainnya adalah berbagai macam bentuk cara yang seringkali dipakai oleh publik
dalam mengkomunikasikan keinginan dalam internal organisasi. Hal-hal tersebut antara lain:
1. Komunikasi Tatap Muka dan Selentingan Surat Kabar
2. Hotline
3. Rapat dan Telekonferensi
4. Presentasi Video dan Film
5. Display atau Pameran
Beberapa pokok pembahasan tadi menyimpulkan tentang media utama dan saluran
komunikasi karyawan utama yang dipakai dalam hubungan internal. Media terkontrol adalah
media utama untuk berkomunikasi dengan publik internal. Karena komposisi publik internal
yang tidak menyebar dan membuat mereka relatif mudah dijangkau menjadikan media-media
komunikasi internal tersebut sangat mendukung tercapainya strategi PR dalam internal
organisasi.
MATRIX
MASALAH KOMUNIKASI KERJA KARYAWAN/SDM DI RUMAH SAKIT SWASTA
No Problem Solusi Kebijakan Implementasi
1 Komunikasi :
Suatu
rumah sakit perlu
memperhatikan
aspek
manajemen
sumberdaya
manusianya,
terutama aspek
komunikasi
kerja. Pimpinan
rumah sakit
harus menyadari
komunikasi
merupakan
faktor yang
menentukan
dalam usaha
peningkatan
kinerja dan
produktivitas
SDM di rumah
sakit, sehingga
pimpinan merasa
perlu
Hubungan sehari-hari
melibatkan banyak
kontak, tetapi
komunikasi karyawan
yang efektif akan
berkembang dalam iklim
yang jujur dan dapat
dipercaya. Idealnya
hubungan kerja itu
dicirikan dengan kondisi
sebagai berikut:
1. Keyakinan dan
kepercayaan antara
karyawan dan atasan
2. Informasi yang jujur
dan transparan bebas
mengalir ke atas,
bawah, dan samping
di dalam organisasi.
1. Keamanan dan
Kepatuhan
Dibanyak organisasi,
tugas penting dari
hubungan internl
adalah menyediakan
dukungan komunikasi
untuk memastikan agar
regulasi lingkungan
dan standar keamanan
kerja tetap terjaga.
2. Hubungan Tenaga
Kerja
Salah satu tugas paling
signifikan dari
hubungan internal
adalah berinteraksi
dengan karyawn atu
MEDIA INTERNAL
Komunikasi dalam
organisasi terjadi dalam
bentuk komunikasi lisan
dan tertulis. Semua
bentuk komunikasi dan
media yang digunakan
adalah tanggung jawab
bagian hubungan
internal. Antara lain:
1. Publikasi Karyawan
Walaupun dengan
adanya teknologi
komunikasi yang baru,
publikasi media cetak
masih menjadi media
utama untuk komunikasi
internal di kebanyakan
memberikan
dorongan
motivasi yang
tepat, guna
memperbaiki
manajemen mutu
rumah sakit dan
segera mencari
tahu tentang
berbagai
kebutuhan dan
harapan yang
dapat
meningkatkan
kepuasan kerja,
serta dapat
memotivasi
mereka untuk
bekerja
maksimal
mencapai tujuan
dari suatu rumah
sakit.
3. Status dan partisipasi
yang memuaskan
untuk setiap orang.
4. Kontinuitas kerja
tanpa perselisihan.
5. Lingkungan yang
sehat dan aman.
6. Keberhasilan usaha.
7. Optimisme tentang
masa depan.
tenaga kerja, yang
sebagian dari mereka
tergabung dalam
serikat pekerja.
Hubungan dengan
tenaga kerja adalah
hubungan yang penting
yang sangat
mempengaruhi
kesuksesan atau
kegagalan organisasi.
Hubungan ini tidak
boleh dianggap sepele.
Pemeliharaan
hubungan dengan
tenaga kerja
merupakan sebagian
besar dari pekerjaan
spesialis hubungan
internal, terutama di
organisasi dengan
tenaga kerja yang
banyak.
3. Perubahan
organisasi. Publikasi
organisasi ditujukan
untuk banyak publik,
tetapi yang paling umum
adalah untuk
komunikasi karyawan.
2. Newsletter
Newsletter cetak masih
merupakan alat
komunikasi karyawan,
meskipun kita sudah
memasuki abad
komputer dan internet.
Newsletter adalah
bentuk paling umum
dari publikasi periodik.
Karena sudah ada
teknologi desktop
publishing yang mudah
dan murah, newsletter
relatif mudah, murah,
dan cepat untuk
diproduksi. Akibatnya,
kebanyakan organisasi
Organisasi: Merger,
Akuisisi, dan
Pemecatan
Spesialis komunikasi
internal punya
tanggungjawab
strategis penting
selama proses
perubahan
organisasional. Dalam
situasi seperti merger
dan akuisisi, publik
internal disemua level
segera butuh
komunikasi tentang
masa depan posisi
mereka dalam
organisasi. Situasi ini
cenderung
menimbulkan
kecemasan, terutama
bagi mereka yang tidak
dilibatkan dalam
diskusi dan keputusan
mengandalkan
newsletter untuk
mengomunikasikan
berita secara tepat waktu
dan sesuai sasaran.
3. Surat
Bahkan ketika e-mail
mulai mendominasi,
surat tradisional masih
tetap merupakan tulang
punggung komunikasi
internal. Surat dianggap
lebih formal, langsung,
personal, dan lebih
mahal ketimbang e-mail.
4. Publikasi Pidato,
Position Paper, dan
Backgrounders
Mengemukakan
pandangan organisasi
dengan mengirimkan
yang menghasilkan
perubahan tersebut.
Peran hubungan
internal adalah
membantu
mengkomunikasikan
merger atau akuisisi
kepada publik internal
dengan segera dan
secara bijaksana,
menjawab semua
pertanyaan dan
menangani
ketidakpastian secara
jujur dan terbuka.
pidato dan pernyataan
pandangan secara
elektronik melalui
website adalah salah
satu metode komunikasi
dengan publik eksternal.
Ini juga merupakan cara
efektif untuk
memberikan informasi
kepada publik internal.
Paper position dan
backgrounder juga
membantu karywan
memahmi pendekatan
baru dengan cepat dan
mungkin mencegah
mereka untuk
menggunakan
pendekatan lama guna
memecahkan problem
atau isu. Tapi
kelemahannya adalah
informasi ini hanya akan
dicari oleh publik yang
memang
menginginkannya.
Karena itu hubungan
internal juga harus
mendorong karywan
lain untuk selalu
mengunjungi arsip
publikasi di situs
internet.
5. Bulletin Board dan
Pengumuman
Elektronik
Penggunaan bulletin
board sudah menyebar
luas. Makin banyak
pengumumn akan
membuat medium ini
tetap dipakai. Bulletin
board merupakan ruang
fisik yang menampilkan
pengumuman tradisional
dan pengumuman
elektronik.
Hal-hal lainnya adalah
berbagai macam bentuk
cara yang seringkali
dipakai oleh publik
dalam
mengkomunikasikan
keinginan dalam internal
organisasi. Hal-hal
tersebut antara lain:
1. Komunikasi
Tatap Muka dan
Selentingan
Surat Kabar
2. Hotline
3. Rapat dan
Telekonferensi
4. Presentasi Video
dan Film
5. Display atau
Pameran