RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan...

95
RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA CEMPAKA BARU DI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI LISDA ELSERA BR GINTING H34066073 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Transcript of RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan...

Page 1: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA CEMPAKA BARU DI KECAMATAN CISARUA

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

LISDA ELSERA BR GINTING

H34066073

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2009

Page 2: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

RINGKASAN

LISDA ELSERA BR GINTING. Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).

Sayuran merupakan komoditas hortikultura yang memiliki nilai tambah bagi pembangunan nasional karena dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Dewasa ini kecenderungan minat masyarakat terhadap sayuran terus meningkat, akibat dari pola hidup sehat yang telah menjadi gaya hidup masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan bisnis jamur tiram putih, dimana sebagai tanaman sayuran berpotensi untuk dikembangkan dan mendatangkan nilai ekonomi bagi masyarakat karena jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi dan dapat menjadi bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Cempaka Baru merupakan salah satu usaha yang membudidayakan tanaman jamur tiram putih.

Permasalahan yang dihadapi Cempaka Baru adalah bahwa usaha ini mengalami risiko produksi, hal ini dapat dilihat dari produksi atau produktivitas yang berfluktuasi setiap periode selama masa tanam berlangsung. Usaha Cempaka Baru memperoleh produktivitas tertinggi untuk tanaman jamur tiram putih yang dibudidayakan yaitu sebesar 0,38 kg per baglog, sedangkan produktivitas terendah yang dialami sebesar 0,15 kg per baglog. Kondisi tersebut disebabkan karena tanaman jamur tiram putih rentan terhadap perubahan cuaca dan iklim yang sulit diprediksi serta serangan hama dan penyakit tanaman yang sulit dikendalikan. Selain itu keterampilan tenaga kerja yang dimiliki masih belum memadai, ditambah lagi dengan tingkat kegagalan tegnologi pengukusan yang dimiliki yaitu sebesar lima persen. Risiko produksi tersebut akan berakibat terhadap kegagalan produksi yang akan menurunkan pendapatan usaha. Untuk itu, maka dapat dianalisis alternatif untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi Cempaka Baru.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis risiko produksi dari kegiatan budidaya jamur tiram putih pada usaha Cempaka Baru dan hubungannya dengan return yang diharapkan, dan (2) menganalisis alternatif penanganan untuk mengatasi risiko produksi di usaha Cempaka Baru.

Penelitian dilaksanakan pada usaha Cempaka Baru di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Desember 2008 hingga Januari 2009. Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak usaha, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi serta literatur lainnya yang sudah diterbitkan. Data-data tersebut berupa informasi seputar usaha Cempaka Baru dengan kegiatan budidaya jamur tiram putih yang dilakukan, meliputi luas lahan, biaya, jumlah produksi, proses produksi serta data lainnya yang mendukung penelitian.

Dilakukan analisis penilaian terhadap risiko produksi berdasarkan ukuran yang menggunakan pendekatan Expected Return. Risiko produksi diukur berdasarkan penilaian hasil perhitungan Variance, Standard Deviation, dan

Page 3: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

Coefficient Variation yang diduga dapat menunjukkan besarnya risiko yang terjadi.

Indikasi adanya risiko produksi pada budidaya jamur tiram putih dapat dilihat dengan adanya fluktuasi/variasi jumlah produksi ataupun produktivitas yang dialami Cempaka Baru. Risiko produksi tersebut mengakibatkan kerugian yang ditanggung usaha. Dengan adanya risiko produksi, hasil panen yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan, dalam arti mengalami penurunan. Dari hasil penilaian risiko yang menggunakan ukuran coefficient variation, diketahui bahwa budidaya jamur tiram putih pada Cempaka baru menghadapi risiko produksi sebesar 0,32. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh Cempaka Baru, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,32 satuan.

Berdasarkan hasil penilaian risiko produksi pada kegiatan budidaya jamur tiram putih Cempaka Baru diperoleh nilai expected return sebesar 0,25. Artinya, usaha Cempaka Baru dapat mengharapkan perolehan hasil sebanyak 0,25 kg per baglog untuk setiap kondisi dalam proses budidaya yang telah diakomodasi oleh perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan budidaya jamur tiram putih memberi harapan perolehan hasil produksi sebesar 0,25 kg untuk setiap baglog jamur tiram putih.

Strategi pengelolaan risiko produksi pada Cempaka Baru yang dapat diterapkan adalah strategi Preventif, yaitu strategi yang bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko. Adapun tindakan preventif yang dapat dilakukan yaitu, pertama meningkatkan kualitas perawatan untuk menangani kondisi iklim dan cuaca yang sulit diprediksi yang dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas penyiraman, dimana pada saat kondisi normal dilakukan penyiraman sebanyak dua kali dalam sehari maka dengan kondisi musim kemarau dilakukan penyiraman minimal empat kali dalam sehari. Kedua, membersihkan area yang dijadikan kumbung untuk mencegah datangnya rayap, tikus dan mikroba, serta memperbaiki dan merawat fasilitas fisik yang dilakukan dengan mengganti peralatan rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan produksi. Ketiga, melakukan perencanaan pembibitan yang dilakukan dengan memastikan semua bahan baku memiliki kualitas yang baik dengan cara melakukan pentortiran. Keempat, mengembangkan sumberdaya manusia dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhan seputar jamur tiram putih. Dan yang kelima, menggunakan peralatan yang steril dalam melakukan penyuntikan bibit murni ke dalam media tanam.

Page 4: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA CEMPAKA BARU DI KECAMATAN CISARUA

KABUPATEN BOGOR

LISDA ELSERA BR GINTING H34066073

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2009

Page 5: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

Judul Skripsi

Nama

NIM

:

:

:

Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

Lisda Elsera Br Ginting

H34066073

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi NIP. 19640921 199003 2 001

Mengetahui : Ketua Departemen Agribisnis

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Page 6: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Risiko Produksi

Budidaya Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Lisda Elsera Br Ginting H34066073

Page 7: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Lisda Elsera Br Ginting, lahir di Berastagi Kabupaten

Karo Sumatera Utara pada tanggal 12 Februari 1986. Anak kedua dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Tempoh Ginting dan Ibunda Rahmawati Br

Tarigan.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Inpres Peceren Berastagi

pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000

di SLTP Negeri 1 Berastagi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Negeri 1

Berastagi diselesaikan pada tahun 2003 dan pendidikan tingkat universitas melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Diploma III

diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima pada Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor melalui jalur seleksi umum pada tahun 2006.

Page 8: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Risiko

Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat risiko produksi

pada proses budidaya jamur tiram putih serta pengaruhnya terhadap pendapatan

pada usaha Cempaka Baru dan menganalisis alternatif yang dilakukan untuk

mengatasi risiko produksi di usaha budidaya jamur tiram putih tersebut.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis

khususnya dan umumnya bagi pembaca dalam memberi informasi seputar jamur

tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

Bogor, September 2009

Lisda Elsera Br Ginting

Page 9: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan

penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,

waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menulis

skripsi.

2. Orangtua dan keluarga tercinta (Bapak, Mamak, Abangku dr. Thomson dan

Adikku yang masih di TPB) untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang

diberikan. Semoga bisa menambah kebanggaan Bapak dan Mamak serta

memperoleh yang lebih baik lagi. Amin.

3. Ir. Narni Farmayanti, MSc dan Etriya, SP. Mm sebagai dosen penguji, yang

telah memberikan waktunya untuk memberikan masukan terhadap penulisan

penelitian ini.

4. Ardian Surbakti atas kasih sayang dan semangat untuk mengingatkan agar

mengerjakan skripsi, serta pengorbanan yang sangat besar sewaktu mencari

tempat penelitian dan disaat operasi sampai penyembuhannya.

5. Monalisa Sembiring selaku pembahas dalam seminar, yang telah memberi

saran dan koreksi terhadap penulisan skripsi.

6. Pihak usaha Cempaka Baru atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan

yang diberikan.

7. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan 1,

2 dan 3 atas semangat dan sharing selama kuliah hingga penulisan skripsi,

serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas

bantuannya.

Bogor, September 2009

Lisda Elsera Br Ginting

Page 10: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv

I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................... 7 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................... 9 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................. 9

II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10 2.1. Gambaran Umum Jamur ..................................................... 10 2.2. Jamur Tiram Putih .............................................................. 11 2.3. Penelitian Terdahulu .......................................................... 13

III KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................... 20 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................. 20

3.1.1 Analisis Risiko Agribisnnis .................................... 20 3.1.2 Risiko dan Pendapatan ............................................ 22 3.1.3 Menganalisis Risiko ................................................ 23 3.1.4 Strategi Pengelolaan Risiko ..................................... 25

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................... 27

IV METODE PENELITIAN ............................................................ 29 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 29 4.2. Jenis dan Sumber Data ....................................................... 29 4.3. Metode Pengumpulan Data ................................................ 30 4.4. Metode Analisis Data ......................................................... 31 4.4.1 Analisis Kuantitatif ................................................. 31 4.4.2 Analisis Manajemen Risiko .................................... 34

V GAMBARAN UMUM USAHA .................................................... 35 5.1. Sejarah Singkat Usaha Cempaka Baru .............................. 35 5.2. Organisasi dan Manajemen Usaha ..................................... 37 5.3. Sumber Daya Usaha Cempaka Baru .................................. 40

5.3.1 Tenaga Kerja ........................................................... 40 5.3.2 Fisik ......................................................................... 41 5.3.3 Modal ....................................................................... 42

5.4. Operasional Kegiatan ........................................................... 42 5.4.1 Bahan Baku Pembuatan Bibit ................................. 45 5.4.2 Proses Pembuatan Bibit .......................................... 46 5.4.3 Budidaya ................................................................. 48 5.4.4 Panen ....................................................................... 49 5.4.5 Penanganan Pasca Panen ........................................ 50 5.4.6 Pola Tanam Usahatani .............................................. 50 5.5. Pemasaran Jamur Tiram Putih Cempaka Baru .................. 52

Page 11: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

5.6. Arus Kas Usaha Cempaka Baru .......................................... 54

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH ............................................................. 55

6.1. Identifikasi Risiko Produksi Cempaka Baru ........................ 55 6.2. Penilaian Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Cempaka Baru ...................................................................... 63 6.3. Strategi Pengolahan Risiko Produksi Cempaka Baru .......... 65

VII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 69 7.1. Kesimpulan ........................................................................ 69 7.2. Saran .................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 72

LAMPIRAN .............................................................................................. 75

Page 12: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Perkembangan Nilai Ekspor-Impor Sektor Pertanian Tahun 2005-2006 ……………………………...

Perkembangan PDB Komoditas Hortikultura Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku Periode 2004-2006 ................................................................

Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor-Impor Sayuran di Indonesia Tahun 2005-2008 ...............................

Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Periode 2007 – 2008 ..............................................................

Rata-rata Permintaan Ekspor Jamur Indonesia per Bulan, Tahun 2007 .........................................

Produktivitas Tanaman Jamur di Indonesia Tahun 2005 – 2008 ...……………………………

Karakteristik Umum Beberapa Jenis Jamur Konsumsi ....................................................................

Daftar-Daftar Penelitian Terdahulu Yang Berhubungan Dengan Penelitian Penulis .............................

Karakteristik Tenaga Kerja Cempaka Baru Tahun 2009 ...................................................................

Kebutuhan Bahan Baku Pembuatan Bibit per 500 Baglog Pada Usaha Cempaka Baru .........................

Ukuran Pendapata Cempaka Baru Periode Oktober 2008 – Januari 2009 ................................................

Rata-Rata Produktivitas Jamur Tiram Putih Dan Peluang yang Dihadapi Cempaka Baru, 2008 .............................................................

Hasil Penilaian Risiko Produksi Budidaya Jamur Tiram Putih pada Cempaka Baru, Tahun 2008 ............................................................................

1

2

3

4

5

7

11

19

41

45

54

55

64

Page 13: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Grafik Produktivitas Jamur Tiram Putih Cempaka Baru Tahun 2007-2008 …………………..……

Tiga Elemen Risiko ………………………………………

Hubungan Risk and Return ………………………………

Perilaku Individu Menghadapi Risiko …………………...

Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan …………………..

Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ........................

Hierarki Organisasi Usaha Cempaka Baru ...........................

Alur Proses Produksi Budidaya Jamur Tiram Putih Cempaka Baru ..................................................

Pola Tanam Jamur Tiram Putih Cempaka Baru Tahun 2008 ..................................................

Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih Cempaka Baru .......................................................................

8

21

23

25

26

28

38

44

52

53

Page 14: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Daftar Sarana Fisik Cempaka Baru Tahun 2009 ………......

Perhitungan Biaya Usahatani Cempaka Baru (Satu Periode Produksi) ……………………………………

Perhitungan Biaya Penyusutan Cempaka Baru …………….

Perhitungan Nilai Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation ………………………………......

Ukuran Pendapatan Cempaka Baru ......................................

Gambar Jamur Tiram Putih ...................................................

75

76

77

78

79

80

Page 15: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi

perekonomian Indonesia, karena merupakan sumber mata pencaharian utama dari

sebagian besar penduduk Indonesia. Selain itu, sektor pertanian ikut memberi

sumbangsih bagi sektor lainnya, yaitu sektor industri dimana sebagian besar

bahan baku yang digunakan berasal dari produk pertanian. Perkembangan volume

dan nilai ekspor-impor sektor pertanian Indonesia pada tahun 2005-2006 dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Nilai Ekspor-Impor Sektor Pertanian Tahun 2005-2006

No. Sub Sektor 2005 2006 Perkembangan (%)

Volume (Juta Kg)

Nilai (Juta USD)

Volume (Juta Kg)

Nilai (Juta USD)

Volume Nilai

1 Tanaman Pangan - Ekspor - Impor

792,8 6.631,3

206,7 1.596,4

575,1 8.521,1

184,0 1.879,8

-27,46 28,49

-10,96 17,75

2 Hortikultura - Ekspor - Impor

260,3 685,9

151,8 262,5

346,4 743,8

172,8 412,1

33,07 8,44

13,83 56,99

3 Perkebunan - Ekspor - Impor

12.854,0

1.651,7

7.496,5 1.200,6

15.150,0

1.346,5

10.115,0 1.273,5

17,86

-18,48

34,93 6,05

4 Peternakan - Ekspor - Impor

192,3 723,9

298,9 893,6

144,3 648,6

282,4 910,6

-24,96 -10,40

-5,52 -1,90

Sumber : Departemen Pertanian (2009) Tabel 1 menunjukkan perkembangan nilai ekspor dan impor produk sektor

pertanian pada tahun 2005 sampai tahun 2006. Pada tabel tersebut dapat dilihat

bahwa Indonesia memiliki nilai impor yang lebih besar dibanding nilai ekspornya,

kecuali produk perkebunan. Untuk subsektor hortikultura terjadi peningkatan

jumlah ekspor yang cukup besar yaitu 33,07 persen, lebih tinggi dari peningkatan

jumlah impor yang hanya 8,44 persen.

Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang menempati

posisi penting dalam memberi kontribusi bagi perekonomian Indonesia.

Komoditas tanaman hortikultura di Indonesia sangat beragam dan dapat dibagi

Page 16: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

2

menjadi empat kelompok besar, yaitu tanaman buah-buahan, tanaman sayuran,

tanaman biofarmaka dan tanaman hias. Kontribusi komoditas hortikultura bagi

perekonomian Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2 berdasarkan penilaian jumlah

Produk Domestik Bruto (PDB), dimana PDB tersebut merupakan salah satu

indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui peranan dan

kontribusi subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional.

Tabel 2. Perkembangan PDB Komoditas Hortikultura Indonesia Berdasarkan

Harga Berlaku Periode 2004-2006

Kelompok Komoditi Nilai PDB (Milyar Rp) Perkembangan (%)

2004 2005 2006 2004-2005 2005-2006

Buah-buahan 30.765 31.694 35.448 3,02 12,00

Sayuran 20.749 22.629 24.694 9,06 9,12

Tanaman Biofarmaka 722 2.806 3.762 288,64 34,07

Tanaman Hias 4.609 4.662 4.734 1,15 1,54

Hortikultura 56.845 61.791 68.639 8,70 11,08 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian (2009)

Pada Tabel 2 dapat dilihat perkembangan PDB komoditas hortikultura

Indonesia yang menunjukkan angka positif dari setiap kelompok komoditinya.

Kelompok komoditi sayuran menunjukkan perkembangan yang stabil pada angka

sembilan persen. Sayuran merupakan salah satu komoditas yang memberikan nilai

tambah bagi pembangunan nasional karena dapat memberikan kontribusi terhadap

peningkatan pendapatan dan kesejahtraan masyarakat. Kegiatan usahatani

komoditas sayuran yang saat ini mulai banyak dikembangkan, selain memiliki

peranan yang sangat besar dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat, komoditas

ini juga sangat potensial dan prospektif untuk diusahakan karena umumnya

metode pembudidayaannya mudah dan sederhana1.

Komoditas sayuran sedikitnya memiliki tiga peranan strategis dalam

pembangunan dan perekonomian Indonesia, yaitu : (a) sebagai salah satu sumber

pendapatan masyarakat, (b) sebagai bahan makanan masyarakat khususnya

1 Departemen Pertanian. 2008. Prospek Tanaman Sayuran. http://www.agribisnis.deptan.

go.id [Desember 2008]

Page 17: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

3

sumber vitamin dan mineral, dan (c) salah satu sumber devisa negara non-migas2.

Oleh karena itu produksi komoditas sayuran perlu dijaga dan terus ditingkatkan,

sehingga dapat membantu perkembangan perekonomian Indonesia. Untuk

mengetahui perkembangan produksi tanaman sayur di Indonesia dapat dilihat dari

jumlah dan nilai ekspor-impor sayuran dari tahun 2005 hingga tahun 2008 pada

Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor-Impor Sayuran di Indonesia

Tahun 2005-2008

Tahun Ekspor Impor

Volume (ribu Ton) (%)

Nilai (juta USD) (%)

Volume (ribu Ton) (%)

Nilai (juta USD) (%)

2005 152,7 (-) 110,6 (-) 508,3 (-) 188,0 (-)

2006 236,2 (54,7) 126,2 (14,1) 550,4 (8,3) 257,8 (37,1)

2007 209,4 (-11,3) 137,1 (8,6) 784,9 (42,6) 351,4 (36,3)

2008* 175,9 (-16,0) 171,5 (25,1) 917,2 (16,8) 442,4 (25,9)

Keterangan : *) angka sementara (%) persentase perkembangan setiap tahunnya Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian (2009)

Berdasarkan informasi pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa Indonesia lebih

banyak mengimpor sayuran dari pada melakukan ekspor. Impor sayuran

dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kekurangan produksi di dalam negeri.

Hal ini disebabkan oleh peningkatan kebutuhan akan sayuran yang tidak

diimbangi dengan produksi nasional, ditambah juga dengan masalah penyebaran

di dalam negeri yang tidak merata. Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

Indonesia memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan produksi sayuran

nasional.

Saat ini, kecenderungan minat masyarakat terhadap sayuran terus

meningkat, dimana hal tersebut merupakan akibat dari pola hidup sehat yang telah

menjadi gaya hidup masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan

bisnis jamur yang merupakan salah satu bagian dari komoditas sayuran. Seiring

dengan perkembangan tanaman sayuran, produksi tanaman jamur juga mengalami

2 Direktorat Jenderal Hortikultura. 2007. Peran Sayuran Terhadap Perekonomian.

http://www.hortikultura.deptan.go.id [Desember 2008]

Page 18: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

4

perkembangan dalam beberapa tahun terakhir. Data perkembangan produksi sayur

di Indonesia selama tahun 2007 dan tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Periode 2007 - 2008

No. Komoditas Produksi (Ton) Perkembangan

(%) 2007 2008*

1 Kentang 1.003.732 1.044.492 4,06

2 Sawi 564.912 544.238 -3,66

3 Kacang Panjang 488.499 438.262 -10,28

4 Terung 390.846 389.534 -0,34

5 Wortel 350.170 350.453 0,08

6 Kangkung 335.086 292.182 -12,80

7 Buncis 266.790 242.455 -9,12

8 Labu Siam 254.056 361.301 42,21

9 Bayam 155.863 152.130 -2,40

10 Kembang Kol 124.252 97.703 -21,37

11 Jamur 48.247 61.349 27,16

12 Lobak 42.076 47.968 14,00

Keterangan : *) angka sementara Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian (2009)

Tabel 4 menunjukkan perkembangan produksi dari sebagian besar

tanaman sayuran di Indonesia. Sebagian besar tanaman sayur yang ada pada tabel

tersebut mengalami penurunan produksi dari tahun 2007 ke tahun 2008, antara

lain sayuran kembang kol dengan penurunan sebesar 21,37 persen. Perkembangan

yang cukup baik ditunjukkan oleh sayuran labu siang dan sayuran jamur, dimana

kedua sayuran tersebut menunjukkan perkembangan yang positif pada angka

masing-masing sebesar 42,21 persen dan 27,16 persen.

Dewasa ini jamur telah menjadi kebutuhan dan menjadi bagian hidup

manusia. Tanaman jamur sebagai bahan pangan alternatif yang disukai oleh

semua lapisan masyarakat berpotensi untuk dikembangkan dan mendatangkan

nilai ekonomi bagi masyarakat. Dalam tiga tahun terakhir minat masyarakat untuk

Page 19: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

5

mengkonsumsi jamur terus meningkat3. Keadaan tersebut dilihat dari jumlah

permintaan komoditas jamur, khususnya untuk nilai ekspor (Tabel 5).

Tabel 5. Rata-rata Permintaan Ekspor Jamur Indonesia per Bulan, Tahun 2007

Jenis Jamur NegaraTujuan Volume (ton)

Merang kaleng China, USA, UE 80

Tiram putih acar China, Singapura 80

Tiram putih kering China, Korea, USA, UE 30

Shiitake kering Singapura, Jepang 20

Shiitake segar Singapura, China 60

Kuping kering China, Korea, USA, UE 50

Jenis lain China, USA, UE 500

Jumlah 820 Sumber : Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (2008)

Dari Tabel 5 dapat dilihat tingginya permintaan akan produk jamur setiap

bulannya. Permintaan untuk jamur tiram putih mencapai 80 ton per bulan yang

diekspor ke negara Cina dan Singapura. Untuk jenis jamur lainnya juga memiliki

potensi yang sama, seperti jamur merang dengan permintaan 80 ton per bulan.

Kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi jamur berpengaruh positif

terhadap permintaan pasokan. Permintaan jamur terus meningkat, produksi yang

dihasilkan petani habis terserap. Tingginya permintaan akan jamur tidak diiringi

dengan produksi yang dihasilkan. Produksi jamur Indonesia hanya mampu

memenuhi 50 persen dari permintaan pasar dalam negeri belum termasuk

permintaan pasar luar negeri, seperti Singapura, Jepang, Korea Selatan, China,

Amerika Serikat, dan Uni Eropa4.

Indonesia dengan keanekaragaman hayati sangat tinggi hanya mampu

memasok 0,9 persen dari pasar dunia, angka tersebut sangat kecil jika dibanding

dengan China yang memasok 33,2 persen pasar jamur dunia5. Konsumen

menyadari bahwa jamur bukan sekadar makanan, tapi juga mengandung khasiat

3 Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia. 2007. Kunci Utama Kenerhasilan Budidaya

Jamur. http://www.agrina-online.com. [Maret 2009] 4 Departemen Pertanian. op.cit. Hlm 2 5 Loc.cit

Page 20: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

6

obat. Ada perubahan paradigma mengenai manfaat tanaman jamur. Sebelumnya

jamur dianggap sebagai tanaman yang mengandung racun. Saat ini, pembahasan

produk jamur lebih mengarah pada khasiat yang dikandung.

Jamur sebagai tanaman sayur memiliki beberapa jenis, dengan bentuk dan

manfaat yang berbeda. Jenis jamur konsumsi yang sudah umum dikenal

masyarakat antara lain adalah jamur tiram, jamur merang, jamur kuping, dan

jamur kancing. Jenis jamur yang menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah

jamur tiram putih.

Salah satu jamur yang cukup dikenal di masyarakat dan banyak

dibudidayakan adalah jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus). Menurut

Suriawiria (2002), jamur tiram putih termasuk jenis jamur serbaguna. Selain dapat

dikonsumsi dalam bentuk masakan, jamur tiram putih juga dapat dikonsumsi

dalam keadaan mentah dan segar, baik dalam campuran salad maupun lalapan.

Bahkan dapat diolah menjadi crips, cripsy ataupun chips.

Jamur tiram putih seperti halnya dengan jamur lainnya memiliki produksi

yang masih rendah, karena belum mampu untuk memenuhi seluruh permintaan

baik dari dalam negeri maupun permintaan luar negeri. Sebagai tanaman pertanian

sangat erat kaitannya dengan faktor alam dalam perolehan hasil produksi. Seperti

diketahui, bahwa alam tidak dapat diprediksi, mudah berubah, sulit untuk

diramalkan, dan tidak dapat dikendalikan. Alam merupakan suatu ketidakpastian

yang menjadi variabel penyebab terjadinya risiko dalam usaha pertanian, dan

risiko tersebut dapat terjadi pada kegiatan usaha jamur tiram. Risiko perlu untuk

diperhitungkan karena umumnya risiko berdampak pada kerugian yang harus

ditanggung oleh pemilik usaha. Seperti halnya pada budidaya jamur tiram putih di

usaha Cempaka Baru, perlu memperhatikan adanya indikasi risiko untuk

kelangsungan dan perkembangan usaha yang juga berdampak kepada perolehan

pendapatan.

Kata risiko banyak dipergunakan dalam berbagai pengertian, dimana ada

banyak pendapat mengenai pengertian risiko tersebut. Beberapa difinisi risiko

antara lain yaitu merupakan suatu kerugian atau dapat juga diartikan sebagai

ketidakpastian (Harwood et al, 1999). Dalam usahatani pertanian, dapat terjadi

berbagai macam risiko. Risiko yang umum dan sering muncul adalah risiko harga

Page 21: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

7

dan risiko produksi. Untuk mengetahui jenis risiko yang terjadi terlebih dahulu

dilakukan identifikasi risiko pada usaha yang dianggap berisiko. Indikasi risiko

pada suatu usaha dapat dilihat dari fluktuasi atau variasi harga dan hasil produksi

yang diperoleh pada suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan periode

sebelum atau sesudahnya. Salah satu indikasi adanya risiko pada usaha jamur di

Indonesia dapat dilihat dari fluktuasi produktivitas tanaman jamur berdasarkan

hasil produksi yang dibandingkan dengan luas areal tanamnya (Tabel 6).

Tabel 6. Produktivitas Tanaman Jamur di Indonesia Tahun 2005 – 2008

Tahun Produksi (Ton) (%)

Luas Panen (Ha) (%)

Produktivitas (Ton/Ha) (%)

2005 30.854 (-) 254 (-) 121,47 (-)

2006 23.559 (-23,64) 298 (17,31) 79,07 (-42,41)

2007 48.247 (104,79) 377 (26,52) 127,98 (48,91)

2008 61.349 (27,16) 402 (6,63) 152,61 (24,63)

Keterangan : (%) persentase perkembangan setiap tahunnya Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian (2009)

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa hasil produktivitas tanaman jamur di

Indonesia secara umum menunjukkan fluktuasi yang signifikan. Kondisi tersebut

menunjukkan indikasi adanya risiko pada usaha tanaman jamur di Indonesia yang

mengarah kepada risiko produksi. Dari data produktivitas nasional tanaman jamur

yang mengindikasikan adanya risiko produksi pada usahatani jamur, maka penting

untuk dikaji adanya risiko produksi pada budidaya jamur tiram putih.

1.2. Perumusan Masalah

Cempaka Baru adalah usaha yang bergerak dalam budidaya jamur tiram

putih. Jamur tiram putih merupakan jenis sayuran yang berbeda dengan tanaman

pertanian lainnya dalam hal budidaya. Jamur tiram putih memiliki media tanam

yang disebut substrat, terbuat dari serbuk gergaji yang dicampur dengan bahan

lainnya, tidak seperti hamparan tanah pada umumnya. Media tanam tersebut harus

diolah secara khusus agar memperoleh bibit yang baik. Pembuatan media tanam

membutuhkan keterampilan khusus yang harus dipelajari sebelumnya, jadi tidak

setiap orang mampu untuk menghasilkan bibit jamur yang baik.

Page 22: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

8

Dalam kegiatan usahatani, umumnya risiko terbesar yang dapat terjadi

adalah risiko harga dan risiko produksi. Untuk komoditas jamur tiram putih,

khususnya di Bogor dan pada usaha Cempaka Baru, harga jual yang diterima

relatif stabil pada harga 7.000 rupiah di tingkat petani. Oleh karena itu, pada usaha

ini risiko harga tidak diperhitungkan.

Risiko terbesar yang dihadapi usaha budidaya jamur tiram putih Cempaka

Baru adalah risiko produksi. Dimana hasil panen yang diperoleh bervariasi dalam

jumlahnya. Hasil produksi jamur tiram putih dalam setiap periode memiliki

jumlah yang berbeda. Adanya risiko produksi diperjelas dengan fluktuasi

produktivitas tanaman jamur tiram putih pada usaha Cempaka Baru yang dapat

dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Produktivitas Jamur Tiram Putih ‘Cempaka Baru’ Tahun

2007-2008 Gambar 1 menunjukkan bahwa hasil produksi jamur tiram putih yang

dihasilkan mengalami kondisi yang tidak stabil setiap periodenya, hal ini

menunjukkan adanya risiko produksi pada Cempaka Baru. Keadaan tersebut

membawa kerugian bagi usaha yang juga berdampak terhadap pendapatan.

Kerugian tersebut merupakan risiko yang harus ditanggung Cempaka Baru

sebagai suatu kegiatan usaha.

Usaha Cempaka Baru memperoleh produktivitas tertinggi untuk tanaman

jamur tiram putih yang dibudidayakan yaitu sebesar 0,38 kg per baglog,

sedangkan produktivitas terendah yang dialami sebesar 0,15 kg per baglog.

Periode 1

Periode 1

Periode 2

Periode 2

Periode 3 Periode 3

Page 23: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

9

Dimana yang menjadi sumber utama penyebab terjadinya risiko produksi dalam

budidaya jamur tiram putih tersebut antara lain adalah kondisi cuaca dan iklim

yang sulit diprediksi serta serangan hama dan penyakit tanaman yang sulit

dikendalikan. Selain itu, tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja pada

usaha ini masih belum memadai dalam melaksanakan kegiatan proses produksi,

khususnya pada saat penyuntikan bibit jamur tiram putih ke dalam substrat (media

tanam). Hal tersebut diatas membawa dampak yang merugikan bagi ‘Cempaka

Baru’, yaitu dapat menyebabkan kegagalan panen.

Kerugian akibat risiko produksi yang dialami adalah jumlah produksi yang

rendah dan kualitas hasil panen juga menurun. Rendahnya produksi tersebut

berdampak terhadap pendapatan yang diterima petani. Berdasarkan perumusan

diatas, disimpulkan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu :

1. Bagaimana pengaruh risiko produksi dalam kegiatan budidaya jamur tiram

putih terhadap pendapatan yang diperoleh ‘Cempaka Baru’?

2. Alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang

terjadi pada ‘Cempaka Baru’?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis risiko produksi pada usaha budidaya jamur tiram putih dan

hubungannya dengan pengembalian yang diharapkan.

2. Menganalisis alternatif yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi di

usaha budidaya jamur tiram putih ‘Cempaka Baru’.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi petani jamur, penulis maupun

pembaca, serta masyarakat yang berminat melakukan usaha pada tanaman jamur

tiram putih. Bagi petani, sebagai pertimbangan untuk perencanaan pengambilan

keputusan dalam mengelola usaha jamurnya agar lebih waspada dalam

menghadapi risiko dan dapat mengurangi kerugian yang diterima. Bagi penulis,

memberi pengalaman nyata dalam menganalisis dan memecahkan masalah serta

menambah wawasan dan pengetahuan baru dalam melakukan kegiatan usaha.

Bagi pembaca dan masyarakat, berguna sebagai informasi dan rujukan untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut.

Page 24: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Jamur

Jamur digolongkan ke dalam tumbuhan yang berspora, memiliki inti

plasma, tetapi tidak berklorofil (tidak memiliki zat hujau daun). Tubuhnya

tersusun dari sel-sel berupa benang (hifa) yang akan menyusun tubuh buah yang

disebut miselium. Hifa akan tumbuh bercabang-cabang, sedangkan miselium

membentuk bulatan. Struktur berbentuk bulatan tersebut menjadi cikal bakal

tubuh buah pada jamur.

Menurut Agromedia (2002), sejak 900 tahun Masehi jamur sudah

dibudidayakan di dataran Cina. Jamur pertama yang dibudidayakan di dataran

cina adalah Auricularia sp. atau jamur kuping. Jamur pangan atau jamur konsumsi

adalah sebutan untuk berbagai jenis jamur yang biasa dijadikan bahan makanan,

enak dimakan dan tidak mengandung racun yang berbahaya bagi kesehatan, bisa

berupa produk hasil budidaya atau panen dari alam. Beberapa jenis jamur masih

harus dipetik dari alam bebas karena teknik budidaya belum diketahui, contohnya

jamur musim dingin (winter mushroom) dan jamur truffle yang merupakan jamur

termahal di dunia. Jamur liar di alam bebas dilarang keras untuk dimakan kalau

tidak bisa membedakan ciri-ciri jamur beracun dengan jamur liar yang bisa

dikonsumsi. Jamur beracun memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tubuh buah berwarna mencolok, misalnya merah darah, kuning terang, atau

oranye.

2. Umumnya jamur beracun memiliki cincin atau cawan pada pangkal

batangnya.

3. Jamur mengeluarkan bau amoniak atau seperti telur busuk.

4. Jika dipotong dengan pisau stainless akan meninggalkan warna hitam atau

biru.

5. Warna berubah menjadi gelap apabila dimasak.

Beberapa contoh jamur pangan antara lain adalah jamur kancing, jamur

tiram, jamur merang, jamur shiitake, dan jamur kuping, dan yang menjadi bahasan

dalam penelitian ini adalah jamur tiram putih. Ciri-ciri umum dan karakteristik

jamur pangan dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 25: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

11

Tabel 7. Karakteristik Umum Beberapa Jenis Jamur Konsumsi Jenis Nama

Lain Nama Ilmiah Bentuk Khasiat

Jamur tiram

Hiratake Pleurotus sp. Bentuk tudung mirip kulit kerang

Mencegah penyakit hipertensi dan serangan jantung

Jamur merang

- Volvariella volvaceae

Memiliki cawan dan hidup pada tumpukan merang

Cocok dikonsumsi oleh orang dengan program diet.

Jamur shiitake

Jamur payung

Lentinus edodes

Menyerupai payung dan berwarna kecoklatan

1. Mengurangi kolesterol

2. Memperbaiki sirkulasi darah

Jamur kuping

- Auricularia Menyerupai daun telinga, warna coklat muda kemerahan

Dapat menetralkan racun

Sumber : Redaksi Agromedia (2002)

2.2. Jamur Tiram Putih

Jamur tiram putih dalam bahasa latin disebut Pleurotus ostreatus. Jamur

tiram putih hidup sebagai saprofit di pohon inangnya. Jamur ini banyak tumbuh

secara liar di kawasan yang berdekatan dengan hutan, menempel pada kayu atau

dahan kering. Mudah dijumpai di kayu-kayu lunak, seperti karet, damar, kapuk,

atau dibawah limbah biji kopi. Jamur ini dapat tumbuh dengan baik di ketinggian

hingga 600 m di atas permukaan laut (dpl), dengan kisaran suhu 15-30 0C dan

kelembaban 80-90 persen. Pertumbuhan jamur tiram putih tidak membutuhkan

intensitas cahaya yang tinggi dan berkembang baik pada media tanam yang

masam, yakni pada PH 5,5-7. Jamur ini tumbuh terutama pada waktu musim

hujan (Redaksi Agromedia, 2002).

Ciri-ciri fisik jamur tiram putih tudungnya menyerupai cangkang kerang

dengan diameter antar 5-15 cm. Permukaannya licin dan menjadi berminyak

ketika berada dalam kondisi lembab, bagian tepi sedikit bergelombang dan posisi

tangkai berada di tengah, disamping tudung. Daging buahnya berwarna putih dan

tebal. Jamur tiram putih memiliki kandungan gizi yang tinggi dengan jumlah

protein nabati mencapai 10-30 persen, asam amino esensial yang dibutuhkan

tubuh. Dalam bentuk kering jamur ini mengandung vitamin C sebanyak 35-35 mg

per 100 g dan vitamin B2 sebanyak 4,7-4,9 mg per 100 g. Oleh karena itu, jamur

Page 26: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

12

tiram putih memiliki berbagai macam khasiat untuk kesehatan tubuh, antara lain

sebagai sumber protein nabati yang rendah kolesterol sehingga dapat mencegah

penyakit hipertensi dan serangan jantung (Redaksi Agromedia, 2002).

Jamur tiram putih memiliki beberapa keunggulan, selain harga yang relatif

mahal sehingga tingkat keuntungan yang dihasilkan relatif tinggi, umur singkat,

dan sangat laku di pasaran. Selain itu, keunggulan lainnya, cara budidaya mudah,

dapat dilakukan sepanjang tahun dan tidak memerlukan lahan yang luas.

Diversifikasi produk jamur tiram putih dapat berbentuk segar, kering, kaleng, atau

diolah menjadi keripik, pepes, tumis, dan nugget.

Syarat tumbuh jamur tiram meliputi beberapa parameter, terutama

temperatur, kelembaban relatif, waktu, kandungan CO2, dan cahaya. Parameter

tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap setiap stadium atau tingkatan,

misalnya :

a. Terhadap pertumbuhan miselia pada substrat tanam,

b. Terhadap pembentukan bakal kuncup jamur,

c. Terhadap pembentukan tubuh buah,

d. Terhadap siklus panen, dan

e. Terhadap perbandingan antara berat hasil jamur dengan berat substrat log

tanam jamur.

Rantai budidaya jamur tiram putih dimulai dari serbuk gergaji,

pengayakan, pencampuran, sterilisasi, inokulasi, inkubasi, spawn running,

growing, dan pemanenan. Untuk media tanamnya dapat berupa serbuk kayu

(gergajian), jerami padi, alang-alang, limbah kertas, ampas tebu dan lainnya.

Sebagai campuran dapat ditambahkan bahan-bahan lain berupa bekatul (dedak)

dan kapur pertanian. Media dimasukkan dalam plastik polypropilen dan

dipadatkan kemudian diseterilisasi selama 10-12 jam. Sterilisasi bertujuan untuk

menekan pertumbuhan mikrobia lain yang bersifat antagonis dan menjadi

penghambat pertumbuhan bagi tanaman induk dalam hal ini jamur tiram putih.

Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara memanaskan baglog dengan uap panas

selama 8-12 jam pada suhu kurang lebih 95 °C. Setelah sterilisasi selesai, baglog

didinginkan dalam ruangan tertutup selama 24 jam untuk menghindari

kontaminasi baglog.

Page 27: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

13

Tahapan selanjutnya adalah proses inokulasi. Inokulasi adalah proses

penularan miselium dari bibit ke media tanam. Proses ini dilakukan dengan steril

dan dalam ruang inokulasi. Kemudian masuk pada masa inkubasi yakni tahap

penumbuhan miselia jamur. Proses ini memerlukan waktu kurang lebih 40-60 hari

sampai baglog berwarna putih. Suhu ruang inkubasi harus dijaga dalam kondisi

yang stabil dan rendah cahaya 22-28 °C dengan kelembaban 70–90 persen.

Setelah mencapai 40 hari, baglog berwarna putih merata, kemudian dipindahkan

ke kumbung. Proses penumbuhan tubuh buah diawali dengan membuka ujung

baglog untuk memberikan oksigen pada tubuh buah jamur. Umumnya 7-14 hari

kemudian, tubuh buah akan tumbuh. Setelah 7-30 hari sejak dibukanya ujung

baglog, akan tumbuh tubuh buah yang terus membesar hingga mencapai

pertumbuhan optimal yang siap dipanen (3-4 hari). Panen pertama 30 hari sejak

pembukaan ujung baglog, sedangkan pemanenan berikutnya dilakukan setiap 10-

14 hari.

Tubuh buah yang siap panen harus segara panen agar kualitas jamur

terjaga dengan baik. Dalam penanganan pascapanen, hasil yang diperoleh segera

dibersihkan dari kotoran yang menempel pada tubuh buah jamur untuk menjaga

daya tahan produk. Jamur tiram putih segera disimpan dalam freezer agar tahan

dalam waktu satu sampai dua minggu. Sementara untuk produk jamur kering,

dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari selama kurang lebih lima hari

(Suriawiria, 2002).

2.3. Penelitian Terdahulu

Anggraini (2003), menganalisis risiko usaha peternakan sapi perah.

Peternakan ini digolongkan dalam risiko dinamis karena dipengaruhi perubahan

ekonomi, yaitu peningkatan harga bahan bakar minyak berpengaruh terhadap

harga pakan sebagai pembiayaan terbesar pada usaha peternakan. Penelitian ini

menggunakan model persamaan regresi berganda untuk melihat faktor-faktor

yang mempengaruhi risiko usaha peternakan sapi, meliputi fluktuasi keuntungan

di musin hujan, fluktuasi keuntungan di musim kemarau, fluktuasi harga susu,

fluktuasi biaya pakan, skala usaha, dan saluran pemasaran. Hasil yang diperoleh

bahwa semua faktor yang diuji berpengaruh secara nyata terhadap risiko usaha.

Page 28: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

14

Fariyanti (2008), menggunakan data cross section dengan 143

rumahtangga petani sayuran sebagai sampel. Analisis risiko digunakan data panel

untuk tiga musim tanam. Analisis Risiko produksi dilakukan dengan

menggunakan model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity

(GARCH). Hasil yang diperoleh bahwa risiko produksi kentang maupun kubis

dipengaruhi secara nyata oleh risiko produksi pada musim sebelumnya. Risiko

produksi pada kentang lebih tinggi dibandingkan kubis, sedangkan risiko harga

kentang lebih rendah dari pada kubis. Untuk diversifikasi usahatani kentang dan

kubis memiliki risiko produksi (portofolio) lebih rendah dibandingkan spesialisasi

kentang atau kubis.

Lestari (2009), melakukan analisis risiko operasional dan risiko pasar

terhadap pembenihan udang vannmei. Risiko opersional disebabkan oleh cuaca

dan penyakit yang menyebabkan fluktuasi produksi benih udang, sedangkan risiko

pasar disebabkan oleh fluktuasi harga jual benih dimana peluang terjadinya

disebabkan karena jenis udang yang diteliti merupakan komoditi baru yang

sedang merintis pasar dan baru dikenal oleh konsumen. Analisis risiko dilakukan

dengan nilai z-score yang merupakan analisis nilai standar, sedangkan untuk

dampak risiko dalakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR).

Sumber risiko diklasifikasikan ke dalam empat kuadran risiko berdasarkan

kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan risiko. Pertaman, sumber

risiko yang dianggap memiliki kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang

ditimbulkan juga besar adalah risiko timbulnya penyakit serta risiko karena

tingginya tingkat mortalitas benih udang vannmei. Kedua, sumber risiko dengan

kemungkinan terjadi kecil tetapi berdampak besar adalah risiko pada pengadaan

induk. Ketiga, sumber risiko dengan kemungkinan terjadi besar tetapi berdampak

kecil adalah risiko fluktuasi harga induk, pakan dan benih. Keempat, sumber

risiko dengan kemungkinan terjadi kecil dan dampaknya juga kecil disebabkan

oleh cuaca dan kerusakan peralatan. Dilakukan strategi preventif untuk

mengurangi terjadinya risiko yang terdapat pada kuadran 1 dan 3 dengan

persiapan pemeliharaan, pelatihan sumberdaya manusia, dan kontrak pembelian

dengan pemasok. Strategi mitigasi untuk menangani risiko pada kuadran 2

melalui kegiatan pengendalian penyakit dan pengadaan induk yang tepat.

Page 29: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

15

Maharany (2007), meneliti usahatani dan tataniaga jamur tiram putih

dengan metode pengolahan data yang digunakan ini adalah analisis secara

kualitatif, yang dilakukan dengan mendeskripsikan keragaan usahatani jamur tiran

dan fungsi lembaga tataniaga yang terlibat dalam pemasaran jamur tiram. Analisis

kualitatif melakukan pendekatan dengan metode SCP (structure, conduct,

performance). Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan melihat

tingkat efisiensi usahatani jamur tiram melalui analisis pendapatan dan analisis

fungsi produksi. Selain itu untuk melihat efisiensi tataniaga jamur tiram dilakukan

analisis margin tataniaga dan farmer’s share. Hasil analisis deskriptif mengenai

keragaan usahatani jamur tiram tersebut, skala usaha jamur tiram dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu skala kecil (<10.000 log), sekala menengah (10.000-24.000

log), dan skala besar (> 24.000 log). Dari analisis fungsi produksi diperoleh

bahwa ketujuh faktor produksi dalam usaha jamur tiram berpengaruh secara nyata

dalam menentukan hasil panen jamur. Tujuh faktor tersebut adalah bibit jamur,

serbuk kayu, bekatul, kapur, minyak tanah, kapas, dan tenaga kerja. Analisis

tataniaga jamur tiram menunjukkan bahwa terdapat lima saluran tataniaga di

wilayah bandung. Saluran tersebut adalah (1) produsen – pengumpul – pengecer –

konsumen, (2) produsen – bandar pengumpul – pengumpul – pedagang menengah

– pengecer – konsumen, (3) produsen – pengumpul – pedagang besar – pengecer

– konsumen, (4) produsen – pengumpul – pedagang menengah – pengecer –

konsumen, dan (5) tidak terdefinisi oleh peneliti. Hasil yang diperoleh dari

analisis saluran tataniaga bahwa dari kelima saluran tersebut tidak ada yang

efisien. Hal ini dikarenakan keuntungan yang diperoleh petani hampir sama,

bahkan lebih kecil dari keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga.

Nugraha (2006), menganalisis saluran pemasaran jamur yang mengarah

pada efisiensi pemasaran serta margin yang diperoleh petani jamur. Metode yang

diunakan berdasarkan pendekatan kelembagaan (institutional approach) dengan

sudut pandang produsen dan pasar tradisional. Responden yang digunakan

sebanyak tujuh orang dari produsen dan 32 orang dari pedagang. Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa saluran pemasaran jamur tiram segar di Bogor melibatkan

enam lembaga, yakni (a) produsen, (b) pengumpul, (c) pedagang besar, (d)

pedagang menengah, (e) pengecer, dan (f) supplier. Saluran pemasaran yang

Page 30: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

16

terjadi adalah, (a) produsen – konsumen, (b) produsen – pengumpul – konsumen,

(c) produsen – pedagang besar – konsumen, (d) produsen – pengumpul –

pedagang besar – pedagang menengah – konsumen, (e) produsen – pengumpul –

pedagang besar – pedagang menengah – pengecer – konsumen, (f) produsen –

pengecer – konsumen, (g) produsen – supplier – supermarket – konsumen, dan (h)

produsen – pengumpul – pedagang besar – supplier – supermarket – konsumen.

Hasil analisis menunjukkan bahwa saluran pemasaran jamur yang langsung dari

produsen kepada konsumen memiliki indikasi tingkat efisiensi terbaik. Farmer’s

share pada saluran ini menunjukkan nilai maksimal pada angka 100 persen.

Nugrahapsari (2006), menganalisis produk jamur tiram putih dari aspek

ekonomi, apakah secara finansial usaha jamur dapat memberikan keuntungan bagi

pelaku usaha. Dilakukan pengujian kelayakan usaha dengan melihat kemampuan

usaha dalam pembiayaan dan pengembalian yang diperoleh pada variabel Net

Present Value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, dan Pay Back

Periode pada bunga diskonto sebesar 11,47 persen. Perusahaan ini memproduksi

28.000 baglog jamur per tiga bulan (satu periode produksi). Harga di tingkat

konsumen akhir sebesar Rp 7.000. Hasil yang diperoleh yaitu NPV sebesar Rp

69.853.980,79 adalah nilai bersih yang diperoleh dalam satu tahun. Net B/C

sebesar 2,18 artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberi

keuntungan sebesar Rp 2,18. IRR sebesar 47 persen, lebih besar dari nilai

diskonto dan Pay Back Periode selama 1,14 tahun. Dari kriteria kelayakan yang

diperoleh menunjukkan bahwa budidaya jamur tiram putih pada PT Cipta Daya

Agrijaya layak diusahakan. Hasil analisis sensitivitas secara finansial

menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan harga input minyak tanah sebesar

100 persen maka usaha budidaya jamur tiram putih ini masih tetap layak untuk

diusahakan. Sementara apabila terjadi penurunan harga jual jamur tiram putih

segar di pasar tradisional sebesar 36,36 persen, produksi menurun sebesar 75,62

persen dan produksi baglog menurun sebesar 67,5 persen, maka usaha budidaya

jamur tiram putih ini menjadi tidak layak untuk diusahakan.

Sari (2008), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani

jamur tiram putih. Dalam penelitian diketahui bahwa kelompok tani tersebut

mengalami kondisi dimana tingkat produktivitas jamur yang dihasilkan semakin

Page 31: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

17

menurun. Kondisi ini berpengaruh pada penurunan pendapatan yang diperoleh

petani. Oleh karena itu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh

nyata pada usahatani jamur tiram putih dengan pendekatan melalui fungsi

produksi dan elastisitas usaha. Variabel yang diduga sebagai faktor yang

berpengaruh terhadap usaha jamur tiram adalah bibit, serbuk kayu, bekatul, kapur,

kapas, karet, plastik, cincin paralon, minyak tanah dan tenaga kerja. Semua

variabel tersebut merupakan input utama daru usaha budidaya jamur tiram.

Dilakukan analisis dengan menggunakan taraf nyata sebesar satu persen, dengan

jumlah responden sebanyak 30 orang petani jamur tiram. Diperoleh hasil bahwa

variabel serbuk kayu, bekatul, kapur, plastik, dan cincin paralon berpengaruh

secara signifikan terhadap hasil produksi jamur tiram putih. Artinya, bahwa

kelima variabel tersebut sangat berpengaruh dan erat kaitannya dengan hasil

produksi jamur yang diperoleh.

Siregar (2009), menganalisis risiko harga pada day old chick (DOC)

broiler dan layer yang merupakan anak ayam berumur sehari serta menganalisis

alternatif strategi dalam menghadapi fluktusasi harga yang diterima perusahaan.

Data yang digunakan merupakan harga jual DOC dan dianalisis dengan

menggunakan model ARCH-GARCH melalui nilai VAR (Value at Risk).

Diperoleh hasil bahwa pergerakan harga DOC dipengaruhi oleh kondisi

permintaan dan penawaran di pasar. Berdasarkan hasil analisis GARCH (1,1)

diketahui bahwa risiko harga DOC broiler dipengaruhi oleh volatilitas dan varian

harga sebelumnya dengan tanda yang positif, artinya jika terjadi peningkatan

risiko harga periode sebelumnya maka akan meningkatkan risiko harga periode

berikutnya. Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 9,99 persen.

Sedangkan harga jual DOC layer dengan ARCH (1) diperoleh hasil bahwa harga

DOC layer dipengaruhi oleh volatilitas harga periode sebelumnya dengan tanda

positif yang artinya jika terjadi peningkatan risiko harga periode sebelumnya

maka akan meningkatkan risiko harga periode berikutnya. Koefisien determinasi

(R2) yang diperoleh sebesar 18,81 persen. Hal ini menunjukkan bahwa untuk

setiap rupiah yang diperoleh perusahaan ternyata risiko harga jual DOC broiler

lebih tinggi dibanding risiko harga jual DOC layer, disebabkan karena permintaan

daging ayam yang lebih berfluktuatif dibandingkan dengan permintaan telur dan

Page 32: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

18

juga karena siklus layer lebih lama dari pada broiler. Strategi yang dapat

disarankan adalah dengan melakukan perencanaan produksi dan penjualan

berdasarkan pengalaman sebelumnya serta melakukan kemitraan dengan peternak

lain.

Tarigan (2009), menganalisis risiko produksi pada sayuran organik,

meliputi brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai kriting. Metode yang digunakan

adalah variance, standartd deviation, dan coefficient variation. Hasil yang

diperoleh bahwa risiko yang paling tinggi terjadi pada tanaman bayam hijau,

karena bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim

penghujan, sedangkan risiko terendah diperoleh pada tanaman cabai keriting.

Dilakukan penanganan untuk mengatasi risiko tersebut yaitu dengan cara

diversifikasi tanaman, selain itu juga dilakukan kemitraan dengan petani sekitar.

Persamaan dan perbedaan terletak pada konsep dan produk yang

digunakan. Persamaan dengan penelitian pada poin 1, 2, 3, 4 dan 5 terletak pada

konsep yang digunakan yaitu menganalisis risiko yang dihadapi suatu usaha,

sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang diteliti. Untuk penelitian pada

poin 6, 7, 8 dan 9 terdapat persamaan dengan penelitian ini yaitu pada objek yang

diteliti adalah jamur tiram putih, sedangkan perbedaannya terletak pada

penggunaan konsep untuk menganalisis jamur. Kelebihan dari penelitian ini

dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya pada Tabel 8,

bahwa belum ada yang melakukan penelitian risiko produksi pada budidaya jamur

tiram putih.

Penelitian yang sudah ada sebelumnya memiliki persamaan dan perbedaan

dengan penelitian ini. Daftar penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 33: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

19

Tabel 8. Daftar-daftar Penelitian Terdahulu Yang Berhubungan Dengan Penelitian Penulis

No. Nama Topik Metode

R I S I K O

1 Anggraini (2003) Analisis Risiko Usaha Peternakan Sapi Perah

Persamaan regresi berganda

2 Fariyanti (2008) Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk

Model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH).

3 Lestari (2009) Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannmei

Model z-score dan Value at Risk (VaR)

4 Siregar (2009) Analisis Risisko Harga Day Old Chick (DOC) Broiler dan Layer

Model ARCH dan GARCH

5 Tarigan (2009) Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik

Variance, Standartd deviation, dan Coefficient variation

J A M U R T I R A M P U T I H

6 Maharani (2007) Usaha Tani dan Tataniaga

SCP (structure, performance, conduct) dan farmer’s share

7 Nugraha (2006) Saluran Pemasaran Pendekatan kelembagaan (institutional approach)

8 Nugrahapsari (2006)

Kelayakan Finansial dan Ekonomi

NPV, IRR, Net B/C, dan Pay Back Periode

9 Sari (2008) Faktor-Faktor Usahatani

Pendekatan fungsi produksi dan elastisitas usaha

Page 34: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Analisis Risiko Agribisnis

Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa

dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Dalam kegiatan

usaha pengertian risiko yang dimaksud berbeda dengan risiko dalam kehidupan

sehari-hari. Risiko dalam bidang usaha memiliki berbagai kejadian yang

kompleks dengan pertimbangan variabel yang berpengaruh terhadap keputusan

bagi kelangsungan usaha tersebut. Ada banyak pendapat mengenai definisi risiko

yang dapat membantu pembaca untuk memahami konsep risiko dengan lebih

jelas.

Risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya

suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya

pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Risiko erat kaitannya dengan

ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda.

Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat

diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan

risiko.

Darmawi (1997), risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya

akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata

lain bahwa penggunaan kata ‘Kemungkinan’ tersebut sudah menunjukkan adanya

ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan

tumbuhnya risiko. Sedangkan kondisi yang tidak pasti tersebut timbul karena

berbagai sebab, antara lain :

a. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir.

Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya.

b. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.

c. Keterbatasan pengetahuan/keterampilan/teknik mengambil keputusan, dan

sebagainya.

Menurut Harwood, et al (1999) serta Moschini dan Hennessy (1999), ada

tiga elemen penting dalam risiko agribisnis, yakni suatu peristiwa, ketidakpastian,

Page 35: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

21

dan akibat. Hubungan keterkaitan ketiga elemen tersebut dengan risiko, untuk

lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tiga Elemen Risiko

Sumber : Harwood, et al (1999); Moschini dan Hennessy (1999)

Suatu kejadian bisa berakibat merugikan ataupun menguntungkan.

Berdasarkan akibat yang ditimbulkan, risiko dikategorikan menjadi dua yaitu

risiko murni dan risiko spekulatif. Apabila suatu kejadian bisa berakibat hanya

merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan maka risiko tersebut

disebut Risiko Murni. Misalnya risiko kebakaran, yang bisa terjadi hanya rugi dan

tidak memungkinkan adanya keuntungan. Sedangkan Risiko Spekulatif adalah

risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga

memungkinkan terjadinya keuntungan. Contohnya risiko investasi, jika

melakukan investasi bisa saja rugi dan bisa juga untung (Kountur, 2008).

Dalam bidang agribisnis, risiko yang dapat terjadi pada kegiatan usahatani

adalah risiko selama proses produksi berlangsung dan risiko terhadap harga jual.

Risiko produksi antara lain disebabkan serangan hama dan penyakit, curah hujan,

musim, kelembaban, teknologi, input, dan bencana alam. Akibat risiko produksi

tersebut berpengaruh terhadap penurunan kualitas serta kuantitas hasil panen.

Sedangkan risiko harga disebabkan oleh fluktuasi harga jual produk di pasar yang

dipengaruhi tingkat inflasi serta kondisi permintaan dan penawaran produk.

Condition

EVENT

EFFECT Possibility/ Uncertainty

Time

Durability

Exposure

RISK

Page 36: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

22

3.1.2 Risiko dan Pendapatan

Dalam dunia bisnis, risiko sering dikaitkan dengan perolehan (return).

Dalam menganalisis risiko didasarkan pada teori pengambilan keputusan dengan

berdasarkan pada konsep expected utility (Robison dan Barry, 1997). Dalam

kaitannya dengan expected utility sangat erat hubungannya dengan probability.

Probability dapat dipandang sebagai frekuensi relatif (relative frequencies) dan

digunakan dalam pengambilan keputusan. Utility (kepuasan) sangat sulit diukur

sehingga umumnya didekati dengan pengukuran return. Return tersebut dapat

berupa pendapatan yang diperoleh usaha selama periode tertentu.

Tingkat risiko suatu kegiatan menjadi acuan dalam menentukan besaran

nilai yang dihasilkan (keuntungan). Umumnya kegiatan bisnis dengan risiko

tinggi diyakini dapat memberikan keuntungan yang besar. Artinya, nilai

keuntungan searah dengan tingkat risikonya. Hal tersebut dapat terwujud apabila

ternyata dalam melakukan kegiatan usaha, risiko yang diperkirakan tidak terjadi

sehingga pelaku usaha tidak perlu mengeluarkan biaya kerugian akibat adanya

risiko. Tetapi apabila ternyata risiko yang diperkirakan terjadi pada kegiatan

usaha yang dipilih, maka yang diperoleh pelaku usaha adalah kegagalan dan

kerugian.

Oleh karena itu, agar bisnis dengan risiko yang besar dapat memberi

pendapatan tinggi, meskipun risiko yang diperkirakan terjadi maka pelaku usaha

dapat melakukan pengelolaan terhadap risiko tersebut. Dengan mengetahui

besarnya risiko yang dihadapi maka keputusan penerapan alternatif pengelolaan

yang digunakan dapat lebih efesien.

Dalam menganalisis risiko didasarkan pada teori pengambilan keputusan

dengan berdasarkan pada konsep expected utility (Robison dan Barry, 1997).

Dalam kaitannya dengan expected utility sangat erat hubungannya dengan

probability. Probability dapat dipandang sebagai frekuensi relatif dan digunakan

dalam pengambilan keputusan. Utility sangat sulit diukur sehingga umumnya

didekati dengan pengukuran return.

Setiap keputusan investasi menyajikan risiko dan return tertentu. Oleh

karena itu, semua keputusan penting harus ditinjau dari return yang diharapkan

(expected return) dan risiko yang dihadapi. Semakin tinggi risiko dari suatu

Page 37: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

23

kegiatan usaha (investasi) maka semakin tinggi tingkat pengembalian. Namun

demikian, untuk pelaku bisnis yang mengalami risiko kemungkinan akan

kehilangan uang atas investasi bersangkutan. Oleh karena itu dilakukan analisis

dengan menggunakan penilaian terhadap risiko. Hubungan risiko dan return dapat

dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan Risk and Return

Sumber: Barron’s, 1993

3.1.3 Menganalisis Risiko

Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation)

terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat

beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi

(standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga ukuran

tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang

lainnya. Seperti standard deviation yang merupakan akar kuadrat dari variance

sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan

nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat

berupa pendapatan, produksi atau harga.

Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard

deviation merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko

dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Jika nilai

variance dan standard deviation digunakan untuk mengambil keputusan dalam

penilaian risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha maka dikhawatirkan akan

terjadi keputusan yang kurang tepat.

Return

Risk

Expected Return

Page 38: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

24

Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha

harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang

dapat membandingkan dengan satuan yang sama adalah coefficient variation.

Coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan

dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang

dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan

ukuran coefficient variation, penilaian risiko terhadap kegiatan usaha sudah

dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return.

Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga.

Dengan mengetahui besaran risiko dan tingkat pengembalian yang

diperoleh dari kegiatan usaha, pelaku usaha dapat mengambil keputusan untuk

menentukan sikap dalam memilih kegiatan usaha yang berisiko. Setiap individu

memiliki perilaku yang berbeda dalam menghadapi risiko. Berdasarkan sikap

pengambil keputusan dalam menghadapi risiko, maka perilaku menghadapi risiko

dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut (Robison dan

Barry, 1987):

a. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini

menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan

maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan

yang diharapkan dan merupakan ukuran tingkat kepuasan.

b. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini

menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam keuntungan maka pembuat

keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang

diharapkan.

c. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini

menunjukkan jika terjadi kenaikan ragam keuntungan maka pembuat

keputusan tidak akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan

keuntungan yang diharapkan.

Hubungan risiko, return dan perilaku pengambil keputusan dalam

menghadapi risiko dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 39: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

25

Gambar 4. Perilaku Individu Menghadapi Risiko

Sumber : Debertin, 1986

3.1.4 Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat

ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Fungsi-fungsi

manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko

sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko.

Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari

manajemen. Dengan adanya konsep risiko maka fungsi manajemen tidak hanya

perencanaan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi, tetapi

ditambahkan satu fungsi lagi yang sangat penting yaitu menangani risiko.

Menurut Lam (2003), ada beberapa alasan mengapa manajemen risiko sangat

penting dalam pengelolaan suatu perusahaan, yakni karena mengelola risiko

adalah tugas manajemen, manajemen risiko dapat memaksimalkan nilai aset

pemegang saham dan dapat memperbesar peluang kerja dan jaminan finansial.

Menurut Darmawi (1997), manajemen risiko merupakan suatu usaha

untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan

perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih

tinggi. Ada lima manfaat yang diperoleh perusahaan dengan menerapkan

manajemen risiko, manfaat tersebut adalah :

Return

Risk

Risk neutral

Risk aversion

Risk taker

Page 40: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

26

a. Mencegah perusahaan dari kegagalan,

b. Mengurangi pengeluaran perusahaan,

c. Menunjang peningkatan perolehan laba,

d. Memberi ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya

perlindungan terhadap risiko, dan

e. Secara tidak langsung menolong public image, karena manajemen risiko

melindungi perusahan dari hal-hal buruk yang dapat merugikan perusahaan.

Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara

bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih

risiko-risiko tertentu saja. Manajemen risiko merupakan cara atau langkah yang

dapat dilakukan pengambil keputusan untuk menghadapi risiko dengan cara

meminimalkan kerugian yang terjadi. Tujuan manajemen risiko adalah untuk

mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju

organisasi bisa dikendalikan. Strategi pengelolaan risiko merupakan suatu proses

yang berulang pada setiap periode produksi (Gambar 5).

Keterangan gambar : garis proses

garis hasil (output) Gambar 5. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan

Sumber : Kountur,2008

Pengidentifikassian risiko merupakan proses penganalisisan untuk

menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang

potensial) yang menantang perusahaan. Sesudah manajer risiko mengidentifikasi

berbagai jenis risiko yang dihadapi usaha, maka selanjutnya risiko itu harus

diukur. Perlunya diukur adalah untuk menentukan relatif pentingnya dan untuk

IDENTIFIKASI RISIKO

PENGUKURAN RISIKO

PENANGANAN RISIKO

EVALUASI

Daftar Risiko

OUTPUT

Expected Return

Usulan (strategi pengelolaan risiko)

PROSES

Page 41: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

27

memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi

peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya.

Strategi pengelolaan risiko yang dapat dijadikan usaha sebagai alternatif

penanganan, yaitu strategi Preventif. Strategi preventif dilakukan untuk

menghindari terjadinya risiko. Preventif dilakukan dengan beberapa cara,

diantaranya :

a. Membuat (memperbaiki) sistem dan prosedur.

b. Mengembangkan sumberdaya manusia.

c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha Cempaka Baru memiliki lahan seluas 4.000 m2 yang digunakan

untuk memproduksi tanaman jamur tiram putih. Jamur tiram tersebut

dibudidayakan dalam tiga buah kumbung yang dimiliki usaha. Cempaka Baru

dalam mengusahakan bisnisnya menghadapi kendala yakni risiko produksi.

Sumber utama yang menjadi faktor penyebab terjadinya risiko produksi dalam

bidudaya jamur tiram putih tersebut antara lain adalah kondisi cuaca dan iklim

yang sulit diprediksi serta serangan hama dan penyakit tanaman yang sulit

dikendalikan. Selain itu, tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja pada

usaha ini masih belum memadai dalam melaksanakan kegiatan proses produksi,

khususnya pada saat penyuntikan bibit jamur tiram putih ke dalam substrat (media

tanam). Kerugian akibat risiko produksi yang dialami antara lain adalah jumlah

produksi yang rendah dan kualitas hasil panen juga menurun. Rendahnya produksi

tersebut berdampak terhadap pendapatan yang diterima petani. Dalam hal ini

perlu adanya upaya untuk mengatasi risiko produksi.

Alternatif strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi adalah

dengan melakukan manajemen risiko produksi yaitu melakukan strategi preventif

yang bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko. Alur kerangka pemikiran

operasional dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 42: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

28

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

Sumber risiko : - Cuaca dan Iklim - Hama dan

Penyakit - Keterampilan

SDM rendah

Fluktuasi/variasi

Produksi

Pendapatan

Cempaka Baru

Strategi Preventif ‘merupakan strategi penanganan

risiko yang bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko’

Risiko Produksi Jamur Tiram Putih ‘Cempaka Baru’

Page 43: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

 

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada budidaya jamur tiram putih usaha Cempaka

Baru, yang berlokasi di Pondok Caringin Rt. 02 Rw. 04 Desa Tugu Utara

Kecamatan Cisarua Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

secara sengaja dengan pertimbangan bahwa kondisi iklim Kecamatan Cisarua baik

untuk pertumbuhan jamur, selain itu Kecamatan Cisarua merupakan salah satu

daerah penghasil jamur di Bogor selain daerah Ciapus. Pemilihan usaha Cempaka

Baru dilakukan dengan pertimbangan bahwa usaha tersebut melakukan budidaya

jamur tiram putih dan dari hasil panen yang diperoleh usaha mengalami variasi

dalam jumlah produksi yang berakibat pada fluktuasi produktivitas jamur tiram

putih. Alasan lain adalah karena pada daerah Desa Tugu Utara, dari 20 petani

jamur yang masuk dalam Kelompok Tani Kaliwung Kalimuncar, usaha Cempaka

Baru adalah salah satu dari delapan petani jamur yang masih aktif sampai saat ini

dan merupakan penghasil jamur terbanyak dengan kondisi usaha yang paling

besar diantara lainnya di daerah tersebut. Pelaksanaan penelitian dan

pengumpulan data di lapangan dimulai pada bulan Desember 2008 sampai Januari

2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan sifat data yang diperoleh, jenis data yang digunakaan adalah

data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data-data non-angka

(non-numerik) berupa keterangan-keterangan mengenai perkembangan usaha

jamur tiram putih, kondisi usaha, peralatan yang digunakan, teknis pelaksanaan

kegiatan usaha, dan sebagainya yang berhubungan dengan penelitian. Data

kuantitatif merupakan data angka atau numerik, seperti omzet usaha, jumlah

produksi per periode, jumlah bahan baku, harga jual dan harga input, dan semua

keterangan yang berupa angka.

Berdasarkan sumber perolehan data, maka jenis data yang digunakan dalam

penulisan penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer

merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian.

melalui : 1) pengamatan langsung, untuk mengetahui kondisi fisik usaha, proses

Page 44: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

30  

penanganan produk jamur, serta pengidentifikasian risiko yang terdapat

diperusahaan, dan 2) wawancara langsung dengan pihak manajemen usaha untuk

mengetahui permasalahan serta kendala yang dihadapi, penyebab terjadinya

kegagalan dalam kegiatan budidaya, dan pengisian kuisioner yang dijawab oleh

pihak manajemen sebagai pengambil keputusan dalam usaha Cempaka Baru. Data

sekunder adalah jenis data yang sudah diterbitkan, berupa konsep mengenai

risiko dan pengelolaannya serta literatur tentang jamur diperoleh dari buku,

artikel, skripsi, disertasi, jurnal, dan publikasi lainnya. Beberapa data sekunder

yang dapat dipergunakan untuk membantu dalam penulisan skripsi berupa

produksi sayuran di Indonesia, produksi jamur di Indonesia, permintaan dan

perkembangan pasar serta prospek usaha jamur diperoleh dari Direktorat Jendral

Bina Produksi Hortikultura dan Departemen Pertanian melalui situs resminya.

4. 3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara :

1. Melakukan observasi atau pengamatan. Observasi dilakukan untuk melihat

dan mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan

dengan penelitian. Observasi dilakukan langsung pada lokasi usaha budidaya

tanaman jamur tiram putih, yaitu usaha Cempaka Baru.

2. Melakukan wawancara untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan

kebutuhan penelitian, agar data yang digunakan merupakan kondisi yang

sebenarnya. Wawancara dilakukan pada pihak yang bertanggung jawab atas

usaha dan yang menjadi pengambil keputusan pada usaha, yaitu pengelola

usaha Cempaka Baru.

3. Memberikan lembar penilaian berupa kuisioner kepada responden untuk

dinilai peluang dan dampak risiko. Responden yang dipilih adalah pihak

pengelola usaha yang mengetahui dan memahami kondisi usaha, yaitu

pengurus usaha yang merupakan orang kepercayaan pemilik, karena beliau

yang menjalankan seluruh aktivitas budidaya serta menjadi pengambil

keputusan dalam teknis pelaksanaan usaha, termasuk melakukan pengawasan.

Dari fungsi-fungsi yang dilakukan pengurus tersebut dapat dianggap sebagai

manajer pada usaha budidaya jamur tiram putih Cempaka Baru.

4. Membaca dan melakukan pencatatan semua data yang dibutuhkan penelitian.

Page 45: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

31  

4.4. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, data dan informasi yang diperoleh dari lokasi usaha

budidaya jamur tiram putih Cempaka Baru serta data yang lainnya diolah secara

kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif. Analisis Kualitatif dilakukan melalui

pendekatan deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan

umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan.

4.4.1 Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dalam penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian

ini didasarkan dengan pengukuran penyimpangan. Beberapa ukuran yang dapat

digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah ragam (variance),

simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation).

Ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran statistik, yang dijelaskan sebagai

berikut :

a. Nilai Harapan (Expected Return)

Nilai harapan adalah jumlah dari nilai-nilai kemungkinan yang diharapkan

terjadi probabilitas (peluang) masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti.

Nilai harapan merupakan besaran perolehan atau yang diperkirakan akan

didapatkan kembali dalam melakukan suatu kegiatan usaha. Nilai harapan

dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk

melanjutkan kegiatan usaha. Penyelesaian pengambilan keputusan yang

mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan Expected return.

Rumus Expected return dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) :

R P . R

Dimana :

E(Ri) = Expected return

Pi = Peluang dari suatu kejadian

Ri = Return (Produktivitas dan Pendapatan)

b. Peluang (Probability)

Peluang merupakan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa. Peluang

hanya suatu kemungkinan, jadi nilai dari suatu peluang bukan merupakan

Page 46: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

32  

harga mutlak dalam suatu kondisi. Nilai peluang ditentukan berdasarkan

pengalaman dan faktor dari variabel-variabel yang mempengaruhi suatu

kejadian yang akan dihitung nilai peluangnya. Peluang dari suatu kejadian

pada kegiatan usaha dapat diukur berdasarkan pengalaman yang telah dialami

pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan usaha. Nilai peluang ditentukan

dengan mengobservasi kejadian yang sudah terjadi. Kejadian-kejadian

tersebut kemudian diekspresikan sebagai persentase dari total exposure dalam

rangka mendapatkan estimasi empiris dari probabilitas.

Menurut Darmawi (1997), dari sudut pandang empiris maka probabilitas

dapat dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka panjang

yang dinyatakan dalam persentase. Probabilitas adalah nilai/angka yang

terletak antara 0 dan 1 yang diberikan kepada masing-masing event. Apabila

nilai suatu peluang adalah 1, maka hal tersebut merupakan sebuah kepastian.

Berarti, peristiwa yang diperkirakan pasti terjadi. Nilai peluang dapat dihitung

dengan menggunakan rumus berikut :

Peluang P

Dimana :

n = Banyaknya kejadian

W = Frekuensi terjadinya peristiwa yang dihitung peluangnya.

Pada penelitian ini peluang yang dihitung adalah kemungkinan terjadinya

risiko produksi dalam budidaya tanaman jamur tiram putih pada usaha

Cempaka Baru. Penentuan peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian

pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami

perusahaan. Peluang yang ditentukan mencerminkan kemungkinan terjadinya

risiko produksi pada Cempaka Baru dalam memproduksi tanaman jamur yang

dibudidayakan.

c. Variance

Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat

dari return dengan Expected return dikalikan dengan peluang dari setiap

kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton

dan Gruber, 1995):

Page 47: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

33  

P R Ř

Dimana :

= Variance dari return

Pij = Peluang dari suatu kejadian

Rij = Return

Ři = Expected return

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance

maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang

dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.

d. Standard Deviation

Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance.

Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga

semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang

dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai

berikut:

Dimana : = Variance

= Standard deviation

e. Coefficient Variation

Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan return

yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai

coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus

coefficient variation adalah:

CV Ř

Dimana:

CV = Coefficient variation

Page 48: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

34  

= Standard deviation

Ři = Expected return

4.4.2 Analisis Manajemen Risiko

Analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan berdasarkan penilaian

pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif yang dilakukan untuk

melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan

risiko produksi. Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi

penyebab-penyebab adanya risiko produksi, kemudian melakukan pengukuran

risiko, menangani risiko dan mengevaluasi risiko serta melihat sejauh mana fungsi

manajemen risiko yang diterapkan pada usaha budidaya jamur tiram putih

Cempaka Baru.

Page 49: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

V. GAMBARAN UMUM USAHA

5.1. Sejarah Singkat Usaha Cempaka Baru

Cempaka Baru merupakan usaha yang bergerak dalam bidang

pembudidayaan jamur tiram putih dan mulai berproduksi pada awal tahun 2007.

Pendirian usaha Cempaka Baru diawali dengan memanfaatkan lahan milik sendiri

yang belum dimanfaatkan, sehingga muncul ide dari pemilik untuk mengusahakan

lahan tersebut. Pemilik sendiri bernama bapak Candra yang berdomisili di Jakarta,

dimana pemilik mempunyai usaha percetakan. Sedangkan lokasi Usaha Cempaka

Baru terletak di daerah Pondok Caringin Rt.02 Rw.04 Desa Tugu Utara

Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Perbedaan lokasi antara kediaman pemilik

di Jakarta dan tempat usaha budidaya jamur tiram putih di Bogor dipisahkan oleh

jarak yang jauh, sehingga usaha budidaya jamur tiram putih tersebut dipercayakan

kepada Bapak Adang untuk dikelola. Bapak Adang sendiri adalah penduduk asli

daerah Tugu Utara, tempat dimana lokasi usaha didirikan.

Ide awal munculnya usaha budidaya jamur tiram putih, yang diberi nama

dengan sebutan ’Cempaka Baru’, berasal dari pemikiran Bapak Adang sebagai

orang yang diberi tanggung jawab untuk mengelola usaha budidaya jamur tiram

putih. Keinginan Bapak Adang untuk membuka suatu usaha disebabkan karena

pada daerah tersebut sangat sulit mencari pekerjaan. Melihat bahwa daerah

Puncak adalah daerah wisata, bukan merupakan daerah industri manufaktur

dengan daya serap yang tinggi terhadap tenaga kerja, sehingga penggunaan tenaga

kerja relatif kecil di daerah tersebut. Peran masyarakat setempat yang

termanfaatkan hanya untuk menjaga villa, dimana villa tersebut bukan milik

penduduk setempat melainkan milik pendatang dari luar daerah Puncak,

khususnya Jakarta. Pekerjaan lain yang dapat dilakukan yaitu menjadi pedagang

kios dan pedagang asongan. Menjadi pedagang kios membutuhkan modal yang

besar dan tidak semua orang memiliki pendanaan yang cukup. Sedangkan

pedagang asongan memiliki tingkat pendapatan yang rendah karena hanya

berjualan di hari libur. Daya serap tenaga kerja di daerah wisata tersebut tidak

sebanding dengan perkembangan jumlah penduduk yang ada.

Page 50: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

36  

Semakin maraknya pembangunan villa di daerah Puncak dan sekitarnya

menambah keterpurukan masyarakat setempat dalam mencari sumber

penghasilan. Lahan-lahan pertanian sebagai sumber mata pencaharian penduduk

diubah menjadi bangunan-bangunan mewah yang hanya digunakan sewaktu

liburan saja. Hal ini menimbulkan permasalahan bagi penduduk sekitar yaitu

kesulitan dalam mencari pekerjaan tetap, dampak dari keadaan tersebut adalah

banyaknya pengangguran. Bapak Adang sebagai penduduk asli ingin membantu

para penduduk sekitar agar dapat memperoleh pekerjaan yang layak untuk

kehidupan mereka.

Dengan kepercayaan Bapak Candra, pemilik lahan, maka Bapak Adang

mengusulkan agar lahan dengan luasan 4000 m2 tersebut dimanfaatkan untuk

kegiatan pertanian. Mengingat bahwa daerah Tugu Utara masih termasuk daerah

Puncak yang merupakan daerah dengan iklim dan kondisi alam yang sesuai untuk

bercocok tanam. Maka ide Bapak Adang tersebut dapat dilaksanakan.

Untuk komoditas yang diusahakan, Bapak Adang memilih untuk

membudidayakan jamur tiram putih. Jamur tiram putih dipilih karena Bapak

Adang memiliki kemampuan dan pengetahuan dibidang budidaya jamur tiram

putih. Selain itu budidaya tersebut dapat membantu masyarakat setempat dalam

memperoleh pekerjaan, yaitu dengan memberdayakan penduduk sekitar untuk

membantu Bapak Adang dalam mengelola kegiatan usaha budidaya jamur tiram

putih Cempaka Baru.

Selain itu, pemilihan komoditas usaha pada tanaman jamur tiram putih

didukung karena pada lokasi tersebut terdapat Kelompok Tani Kaliwung

Kalimuncar yang memiliki program pengembangan budidaya tanaman jamur

tiram putih. Selanjutnya Pak Adang mengikuti kegiatan tersebut dan menjadi

anggota dari Kelompok Tani Kaliwung Kalimuncar, sejak saat itu Pak Adang

belajar mengenai tanaman jamur tiram putih. Sampai saat ini, usaha Cempaka

Baru merupakan anggota Kelompok Tani Kaliwung Kalimuncar yang paling aktif

dalam produksi tanaman jamur tiram putih.

Kelompok Tani Kaliwung Kalimuncar dipimpin oleh Pak Badri. Sebagai

ketua kelompok tani yang juga mengusahakan tanaman jamur tiram putih, maka

Pak Badri merupakan sumber informasi penting bagi Pak Adang. Pak Adang

Page 51: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

37  

dapat bertanya dan banyak belajar seputar budidaya tanaman jamur tiram putih.

Pembelajaran yang dilakukan adalah mengenai budidaya dan pembuatan baglog

sebagai media tanam jamur tiram putih. Pembelajaran dilakukan di lokasi

kelompok tani sedangkan untuk proses praktek, Pak Adang langsung

menerapkannya pada usaha Cempaka Baru.

5.2. Organisasi dan Manajemen Usaha

Organisasi adalah suatu proses tersusun yang orang-orangnya berinteraksi

untuk mencapai tujuan. Setiap organisasi memiliki komponen pokok yang

merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen

tersebut mencerminkan adanya tugas-tugas yang harus dilakukan, orang yang

melakukan dan peralatan yang dapat digunakan untuk melaksanakan tugas

tersebut. Dalam pengorganisasian kegiatan, diharapkan akan tercipta hubungan-

hubungan antara berbagai fungsi, personalia dan faktor-faktor fisik agar semua

pekerjaan yang dilakukan dapat bermanfaat serta terarah pada suatu tujuan.

Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dalam perusahaan memerlukan

suatu pengorganisasian yang baik. Hal ini perlu dilakukan agar setiap orang yang

terlibat dalam organisasi dapat bekerja lebih terarah, terencana dan

bertanggungjawab dengan pekerjanya. Perusahaan pun dalam menjalankan

kegiatan setiap harinya harus didukung oleh sumberdaya manusia yang sudah

diorganisasikan dengan baik sesuai dengan jenis pekerjaan dan tanggung jawab

yang diberikan. Untuk menjalankan segala perencanaan tersebut, haruslah disusun

suatu struktur organisasi yang baik agar dapat membantu perusahaan. Dengan

adanya struktur organisasi tersebut, diharapkan semua sumberdaya manusia yang

dimiliki dapat digunakan secara efektif dan efisien sesuai dengan kemampuan dan

potensi yang dimilikinya untuk menjalankan serta mengembangkan perusahaan.

Cempaka Baru merupakan suatu usaha yang masih sederhana dalam

pengorganisasian. Sebagai usaha dalam bidang usahatani pertanian, usaha

Cempaka Baru masih termasuk dalam usaha dengan skala kecil, dan belum

memiliki struktur yang jelas dalam organisasinya. Selain itu konsep yang

diterapkan dalam menjalankan usaha ini adalah dengan pendekatan kekeluargaan,

bukan secara struktural yang baku seperti di perusahaan pada umumnya.

Pembagian kerja dilakukan secara sederhana dan diatur sesuai fungsi dan tugas

Page 52: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

38  

masing-masing. Secara garis besar sistem organisasi usaha budidaya jamur tiram

putih Cempaka Baru dirumuskan dalam suatu hierarki yang menggambarkan

hubungan wewenang dan tanggungjawab antara setiap personal yang mengambil

bagian dalam kegiatan usaha tersebut (Gambar 7).

Gambar 7. Hierarki Organisasi Usaha Cempaka Baru

Cempaka Baru sudah memiliki pembagian kerja yang memadai dalam

kelangsungan kegiatan usaha budidaya jamur tiram putih. Pembagian kerja

dilakukan agar kegiatan usaha berjalan lancar sesuai dengan keahlian masing-

masing karyawan dan tenaga kerja sehingga dapat tercapai kondisi yang selaras

serta menghindarkan dari kesalahpahaman antara pekerja. Pembagian kerja yang

dilakukan Cempaka Baru adalah sebagai berikut :

1. Pemilik

a. Menyediakan modal usaha dan segala fasilitas yang dibutuhkan,

b. Melakukan pengawasan dengan mendatangi lokasi usaha sebanyak satu

kali dalam dua minggu.

2. Pengelola

Pada usaha Cempaka Baru, pihak yang menjadi pengambil keputusan

dalam kegiatan usaha adalah pengelola, bukan pemilik. Hal ini disebabkan

karena pemilik sudah mempercayakan kegiatan usaha kepada pengelola untuk

mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha. Disini dapat dilihat

terjadi pendelegasian secara penuh terhadap wewenang dan tanggung jawab

Bagian Baglog

Pemilik

Pengelola

Bagian Kebersihan

Bagian Perawatan

Bagian Pembibitan

Page 53: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

39  

yang seharusnya dipegang oleh pemilik sebagai orang yang memiliki kuasa.

Dengan demikian setiap keputusan yang menyangkut usaha ditetapkan oleh

pengelola. Dalam hal ini, tugas pengelola berperan sebagai manajer pada

umumnya, yaitu melaksanakan fungsi manajemen mulai dari perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan. Penerapan fungsi

manajemen yan dilakukan pada Cempaka Baru adalah sebagai berikut :

a. Melakukan perencanaan produksi, baik dari jumlah maupun waktu tanam,

b. Melakukan pengelolaan keuangan, baik pemasukan dan pengeluaran,

c. Menentukan sumber bahan baku, baik kuantitas maupun kualitas,

d. Mengarahkan dan membantu pekerjaan karyawan dan tenaga kerja,

e. Mengawasi jalannya kegitan usaha.

3. Bagian Baglog

Pekerjaan pada bagian baglog dilakukan oleh tenaga kerja harian dengan

sistem pengupahan secara borongan, yaitu sebesar Rp 100 per baglog. Bagian

ini ditangani oleh tiga orang tenaga kerja harian. Tugas yang dilakukan adalah

membungkus media tanam jamur yang telah disiapkan oleh tenaga kerja yang

bertanggungjawab, sehingga dapat ditanamkan bibit jamur yang akan

dikembangbiakkan.

4. Bagian Pembibitan

a. Melakukan pengadukan dan pencampuran bahan baku yang dibutuhkan

untuk membentuk media tanam jamur tiram,

b. Melakukan pengukusan terhadap adonan serbuk gergaji yang telah

dibungkus plastik sehingga berbentuk baglog media tanam.

c. Melakukan penyuntikan bibit ke dalam media tanam jamur tiram yang

sudah dikukus.

5. Bagian Perawatan

a. Memindahkan baglog dari ruang pembibitan dan menyusunnya di rak-rak

dalam kumbung,

b. Melakukan kegiatan perawatan sehari-sehari terhadap tanaman jamur

tiram putih, antara lain menjaga kebersihan tanaman serta kesesuaian

syarat tumbuh jamur tiram putih seperti kelembaban dan suhu di dalam

kumbung,

Page 54: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

40  

c. Melakukan pemanenan,

d. Membersihkan media tanam.

6. Bagian Kebersihan

Tugas yang dilakukan oleh karyawan pada bagian ini adalah melakukan

kegiatan membersihkan dan menata ruang kerja, tempat dimana dilakukan

kegiatan pembibitan dan pengemasan. Kebersihan lingkungan usaha juga turut

diperhatikan.

5.3. Sumber Daya Usaha Cempaka Baru

Sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan berupa sumberdaya fisik,

sumberdaya manusia dan sumberdaya finansial. Sumberdaya manusia yang

dimiliki Cempaka Baru ialah orang-orang yang dipekerjakan untuk melaksanakan

kegiatan usaha, umumnya disebut dengan tenaga kerja. Sumberdaya fisik pada

Cempaka Baru yaitu berupa lahan sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan

usaha, bangunan, peralatan dan perlengkapan. Sumber daya finansial merupakan

kekuatan permodalan yang dimiliki oleh usaha Cempaka Baru dalam menjalankan

usahanya.

5.3.1. Tenaga Kerja

Dalam menjalankan sebuah usaha, aspek sumberdaya manusia memegang

peranan yang sangat penting agar perusahaan dapat mencapai tujuan. Peran tenaga

kerja penting dalam melakukan kegiatan usaha, tanpa tenaga kerja, pemilik tidak

akan sanggup melakukan semua kegiatan dengan sendiri. Akan tetapi dalam

mempekerjakan tenaga kerja, harus diperhatikan keterampilan yang dimiliki,

selain itu tanggungjawab juga menjadi bagian penting dalam memilih pekerja.

Usaha Cempaka Baru memiliki lima orang tenaga kerja tetap yang dipekerjakan

dalam mengelola budidaya jamur tiram putih. Selain tenaga kerja tetap, usaha

Cempaka Baru juga memiliki tenaga kerja harian berjumlah tiga orang yang

merupakan masyarakat setempat. Tenaga kerja harian bertugas dalam

pembungkusan baglog yang akan digunakan sebagai media tanam jamur tiram

putih. Sedangkan tenaga kerja tetap betugas dalam setiap kegiatan budidaya yang

dilakukan pada usaha tersebut. Karakteristik tenaga kerja tetap maupun tenaga

kerja harian pada Cempaka Baru dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 55: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

41  

Tabel 9. Karakteristik Tenaga Kerja Cempaka Baru Tahun 2009 No. Bagian

Pekerjaan Jumlah(orang)

Jenis Kelamin

Status Pekerja

Upah/Gaji (Rupiah)

1 Baglog 3 Perempuan TK harian 100/baglog

2 Pembibitan dan Perawatan

3 Laki-laki TK tetap 480.000/bulan

3 Kebersihan 1 Laki-laki TK tetap 480.000/bulan

4 Pengelola 1 Laki-laki TK tetap 800.000/bulan

Jumlah 8

Keterangan : TK = Tenaga Kerja Sumber : Cempaka Baru, (2009)

Tabel 9 menunjukkan jumlah tenaga kerja Cempaka Baru sebanyak

delapan orang. Upah yang diberikan kepada tenaga kerja harian sebesar Rp 100,-

per baglog. Sedangkan untuk upah tenaga kerja tetap yaitu sebesar Rp 480.000,-

per bulan. Khusus untuk pengelola, gaji yang diberikan lebih besar dibandingkan

dengan tenaga kerja lainnya yaitu sebesar Rp 800.000,- per bulan. Hal ini

disebabkan karena tanggung jawab yang ditanggung pengelola lebih besar

dibanding tenaga kerja pada bagian yang lain.

Semua tenaga kerja Cempaka Baru memiliki tingkat pendidikan dibawah

Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam satu minggu diberlakukan enam hari

kerja. Pada umumnya hari minggu merupakan hari libur, tetapi walaupun

demikian pada hari minggu tetap ada satu orang pekerja yang bertugas. Untuk

mengatasinya pengelola memberlakukan sistem libur bergilir, sehingga selalu ada

pekerja yang bertugas secara bergantian. Jam kerja dimulai pada pukul 07.30

WIB, istirahat siang satu jam dan pulang pukul 16.00 WIB.

5.3.2 Fisik

Sarana fisik usaha Cempaka Baru yang digunakan dalam proses budidaya

jamur tiram putih sepenuhnya merupakan milik Bapak Candra. Sarana fisik

tersebut berupa peralatan dan perlengkapan yang mendukung kegiatan usaha.

Selain peralatan, sarana fisik lainnya yang dimiliki usaha Cempaka Baru yang

merupakan aset usaha adalah bangunan seluas 24 m x 14 m yang dijadikan

sebagai tempat memproduksi bibit dan areal kantor serta aset lainnya berupa tiga

buah kumbung. Kumbung disebut juga sebagai rumah jamur, tempat dimana

Page 56: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

42  

baglog-baglog media tanam jamur tiram putih disusun dan dipelihara. Kebutuhan

sarana fisik dipenuhi dengan menggunakan modal sendiri. Daftar seluruh sarana

fisik yang dimiliki usaha Cempaka Baru dapat dilihat pada Lampiran 1.

5.3.3 Modal

Modal yang digunakan Cempaka Baru dalam mengusahakan budidaya

jamur tiram putih merupakan modal pribadi. Usaha Cempaka Baru dalam

mengelola jamur tiram putih tidak menggunakan modal pinjaman, karena semua

kegiatan dibiayai langsung oleh Bapak Candra. Modal tersebut berupa investasi

yang dilakukan pemilik pada awal pendirian usaha, dalam bentuk pembelian aset-

aset berupa lahan, peralatan dan bangunan. Dibutuhkan modal yang cukup tinggi

dalam memulai usaha budidaya jamur tiram putih. Modal terbesar dibutuhkan

untuk mendanai pembelian lahan seluas 4.000 m2 yaitu sekitar 200 juta rupiah,

selanjutnya untuk bangunan, kumbung dan mesin pengukus diperlukan dana

masing-masing berkisar puluhan juta rupiah.

5.4. Operasional Kegiatan

Kegiatan usaha budidaya jamur tiram putih di Cempaka Baru berkembang

dengan baik, hal ini didukung antara lain karena wilayah dan iklim yang sesuai

untuk kegiatan pertanian, input yang dibutuhkan mudah diperoleh, sarana

transportasi memadai serta letak geografis yang mendukung. Tempat melakukan

kegiatan usaha budidaya jamur tiram putih merupakan sebuah lahan dengan luas

4.000 m2. Dengan lahan yang termasuk tidak luas tersebut Bapak Adang sebagai

pengelola dapat memanfaatkannya menjadi sebuah usaha yang menghasilkan serta

dapat memberdayakan masyarakat setempat. Unit usahatani yang berbasis

pertanian ini sudah berjalan selama dua tahun, dalam kegiatan yang

membudidayakan tanaman sayuran. Untuk saat ini jenis komoditas yang

diusahakan hanya satu yaitu jamur tiram putih.

Jamur tiram putih merupakan tanaman yang memiliki cara hidup berbeda

dengan tanaman sayur lainnya yang umumnya tumbuh di hamparan tanah sebagai

media tanam. Tanaman jamur tiram putih hidup pada media tanam berupa serbuk

gergaji kayu atau yang dinamakan dedak. Oleh karena itu jamur tiram putih

termasuk ke dalam tumbuhan saprofit karena hidup pada batang mati.

Page 57: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

43  

Syarat tumbuh jamur tiram putih meliputi bebarapa parameter, terutama

temperature, kelembabapan relatif, dan kandungan CO2. Ketinggian lokasi tempat

bididaya antara 700 m – 1.200 m dpl. Temperature sekitar 24o C – 29o C, dengan

kandungan CO2 lebih kecil dari 1.000 ppm.

Siklus hidup jamur tiram putih dimulai dari tumbuhnya spora yang

berkecambah membentuk serat-serat halus menyeruapi serat kapas, yang disebut

miselium. Selanjutnya kumpulan miselium akan membentuk bakal tubuh buah

jamur tiram putih yang akan membesar, dan akhirnya membentuk tubuh buah

berbentuk jamur yang kemudian dipanen.

Budidaya tanaman jamur tiram putih dimulai dari pembuatan media tanam

yang akan disuntikkan bibit murni berupa spora jamur. Pada tahap pembuatan

media tanam dan pembibitan memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang

handal, karena dapat berdampak terhadap kegagalan produksi dimana jamur tiram

putih tidak dapat tumbuh dengan baik apabila media tanam dan pembibitan

mengalami masalah. Pada umumnya, kebanyakan petani jamur tiram putih

memilih untuk membeli bibit yang sudah jadi dalam bentuk baglog, dengan

demikian maka kegiatan budidaya yang dilakukan petani hanya pemeliharaan

saja.

Dalam hal pembibitan dan pembuatan media tanam (baglog) memiliki

risiko kegagalan yang cukup tinggi sehingga kebanyakan petani jamur tiram putih

tidak bersedia mengambil risiko tersebut. Pada umumnya petani membeli baglog

pada pihak yang sudah berpengalaman dan memiliki peralatan yang baik untuk

pembuatan bibit. Di daerah Puncak, sebagian besar pasokan bibit jamur diperoleh

dari Kelompok Tani Kaliwung Kalimuncar. Kelompok Tani tersebut sudah cukup

lama menjalankan usaha jamur tiram putih dan terpercaya dalam memproduksi

bibit jamur.

Dalam pengadaan bibit, usaha Cempaka Baru memilih untuk

memproduksi sendiri. Hal ini dilakukan karena pemilik menyediakan cukup dana

untuk membeli peralatan untuk proses pembuatan bibit, selain itu lokasi kegiatan

usaha dekat dengan Kelompok Tani Kaliwung Kalimuncar sehingga Pak Adang

sebagai pengelola dapat berkonsultasi seputar tanaman jamur tiram putih.

Keadaan ini didukung juga dengan fakta bahwa usaha Cempaka Baru merupakan

Page 58: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

44  

anggota Kelompok Tani Kaliwung Kalimuncar, sehingga dapat mempermudah

Cempaka Baru dalam pengembangan usaha budidaya jamur tiram putih. Alur

proses produksi budidaya tanaman jamur tiram pada Cempaka Baru dapat dilihat

pada Gambar 8.

Gambar 8. Alur Proses Produksi Budidaya Jamur Tiram Putih Cempaka Baru Sumber : Cempaka Baru, 2009

Siklus hidup tanaman jamur tiram putih berlangsung selama empat bulan.

Pada Cempaka Baru, di dalam satu kumbung terdapat delapan rak bambu yang

akan diisi dengan baglog bibit yang telah dibuat. Setiap harinya Cempaka Baru

memproduksi 500 baglog bibit yang siap ditanam. Pembuatan baglog bibit

dilakukan setiap hari sampai kumbung terisi penuh. Dalam satu kumbung dapat

Persiapan Kumbung

Persiapan Rak Kayu

Pembuatan Bibit

Pemeliharaan

Panen

Persiapan Bahan Baku

Pengadukan Bahan Baku

Pendinginan

Pengukusan

Penanaman Bibit

Pembungkusan

Pendinginan

Page 59: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

45  

dipenuhi dengan 17.000 baglog bibit jamur tiram putih yang siap untuk

dibudidayakan.

5.4.1 Bahan Baku Pembuatan Bibit

Bahan baku utama dalam budidaya jamur tiram putih adalah bibit. Bibit

dapat diperoleh dengan membeli dari pihak lain atau membuat sendiri. Dalam

menjalankan usahanya, Cempaka Baru memilih untuk memproduksi bibit sendiri.

Hal tersebut dilkakukan karena pemilik memberikan modal untuk membiayai

segala kegiatan usaha, sehingga pengelola dapat membeli peralatan yang

mendukung pembuatan bibit. Produksi bibit sendiri dianggap lebih mudah dan

lebih terjamin. Apabila membeli dari pihak luar maka belum terjamin akan

kualitasnya. Sedangkan dengan memproduksi sendiri pengelola dapat menentukan

sendiri kualitas yang diinginkan. Bahan baku yang dibutuhkan untuk pembibitan

dalam kegiatan usaha Cempaka Baru dapat dilihat pada Tabel 10.

Table 10. Kebutuhan Bahan Baku Pembuatan Bibit per 500 baglog Pada Usaha

Cempaka Baru No. Kebutuhan Satuan Jumlah

1 Sebuk Gergaji Kg 300,0

2 Dedak Kg 45,0

3 Kapur CaCo Kg 3,0

4 Pupuk TSP Kg 1,5

5 Plastik Buah 500,0

6 Cincin Bambu Buah 500,0

7 Koran Kg 1,5

8 Karet Buah 500,0

9 Bibit Murni Botol 8,3

10 Air Liter 300,0 Sumber : Cempaka Baru, 2009

Kebutuhan input diperoleh Pak Adang dengan membeli kepada pemasok

di daerah Bogor. Berbagai kebutuhan seperti plastik, karet dan isi ulang gas

didatangkan dari Jakarta, dibawa oleh pemilik setiap dua minggu. Kebutuhan lain

seperti cincin bambu dipesan pada penduduk sekitar. Sedangkan kebutuhan bibit

Page 60: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

46  

murni, berupa serbuk dari biji jangung atau gandum, diantarkan langsung oleh

pemasok ke lokasi usaha untuk menyediakan barang. Tidak ditemukan kendala

yang cukup berarti dalam penyediaan bahan baku di Cempaka Baru. Setiap bahan

baku yang dibutuhkan mudah didapat dan banyak tersedia di daerah Bogor.

Adapun yang dapat menghambat proses produksi terkait ketersediaan bahan baku

yaitu pada kualitas serbuk gergaji sebagai bahan baku utama pembuatan baglog.

Apabila serbuk gergaji pada pemasok langganan tidak tersedia, maka Cempaka

Baru harus membeli pada pihak lain dengan kualitas yang tidak terjamin. Tetapi

kondisi tersebut jarang dialami oleh Cempaka Baru, karena selama ini pemasok

yang menyediakan bahan baku cukup bertanggung jawab atas ketersediaan

barang.

5.4.2 Proses Pembuatan Bibit

Proses pembuatan bibit dimulai dengan persiapan bahan baku, seperti yang

diterangkan pada Gambar 8. Setelah dipersiapkan, bahan baku yang tercantum

pada Tabel 10, yaitu serbuk gergaji, dedak, pupuk TSP, kapur CaCo, dan air

dicampurkan dan diaduk sampai merata. Selanjutnya, campuran bahan tersebut

diendapkan selama satu malam. Keesok harinya, bahan tersebut siap untuk

dikemas ke dalam plastik yang sudah disiapkan. Pekerjaan ini dilakukan oleh tiga

orang tenaga kerja harian yang merupakan penduduk setempat, dengan upah

sebesar Rp 100 per bungkus baglog. Baglog yang sudah selesai dibungkus dapat

langsung dikukus dengan menggunakan mesin pengukus yaitu berupa otoklet.

Proses pengukusan dilakukan selama delapan jam menggunakan bahan bakar

berupa gas dengan suhu stabil sebesar 90o C. Kegiatan ini menghabiskan satu

tabung gas. Selama proses pengukusan harus selalu diawasi karena berbahaya,

menggunakan bahan bakar.

Proses pengukusan media tanam jamur sama seperti melakukan

pengukusan nasi, yaitu dengan memberi air pada dasar wadah tempat pengukusan

setinggi 10 cm. Selama proses pengukusan, tabung gas didekatkan dengan

pengukus agar selalu hangat dan stabil. Pada proses ini memiliki risiko yang

tinggi, karena apabila proses pengukusan tidak sempurna maka bakteri dan

mikroba yang terbawa bersama bahan baku akan tetap hidup dan menghambat

pertumbuhan jamur tiram putih.

Page 61: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

47  

Setelah dikukus maka media tanam jamur yang berupa baglog didinginkan

dalam ruang pendingin. Ruangan pendingin tersebut dilengkapi dengan lampu

ultraviolet (UV) untuk membunuh bakteri dan kuman, karena untuk proses

penyuntikan bibit, baglog harus steril. Selain dengan lampu UV, untuk menjaga

kondisi yang steril maka ruang pendinginan dan ruang penyuntikan disemprot

dengan alkohol 70 persen. Apabila kondisi ini tidak terpenuhi maka dapat

berakibat kegagalan pembibitan. Pendinginan dilakukan selama satu malam.

Selanjutnya setelah dibiarkan selama satu malam, maka media tanam jamur

tersebut siap untuk disuntikkan bibit murni kedalamnya. Proses penyuntikan bibit

tersebut disebut dengan pengentingan (enting).

Ruang penyuntikan bibit berukuran 3 m x 4 m, ruangan tersebut harus

tertutup rapat untuk menjaga suhu dalam ruangan tersebut. Ruangan tersebut

dilengkapi dengan Hekses, yaitu sebuah alat yang berupa kipas angin untuk

mengeluarkan udara. Proses penyuntikan bibit murni dilakukan dari pukul

08.00 WIB di pagi hari sampai pada pukul 14.00 WIB. Pekerjaan ini dilakukan

oleh satu orang tenaga kerja. Setelah proses penyuntikan bibit murni selesai maka

baglog tersebut langsung dimasukkan ke dalam kumbung untuk ditunggu

perkembangannya hingga panen pertama setelah 40 hari.

Pada umumnya setelah melakukan penyuntikan bibit, baglog tersebut

dimasukkan ke dalam ruang inkubasi untuk menunggu sampai media tanam

ditumbuhi miselium dan berkembang ke segala arah sampai baglog tersebut

berubah menjadi putih. Kondisi tersebut berlangsung sekitar 20 hari dari masa

penyuntikan bibit, yang selanjutnya akan dimasukkan ke dalam kumbung. Pada

usaha Cempaka Baru, Pak adang tidak menggunakan ruang inkubasi. Hal ini

dilakukan untuk mengurangi pekerjaan karyawan agar tidak melakukan dua kali

kerja. Pada usaha ini setelah penyuntikan bibit maka baglog langsung dimasukkan

ke dalam kumbung. Untuk mengganti ruang inkubasi maka Pak Adang menutup

seluruh permukaan baglog di dalam kumbung dengan menggunakan plastik. Hal

tersebut dilakukan agar selama pertumbuhan miselium, suhu udara pada baglog

dapat terjaga dan tetap hangat.

Page 62: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

48  

5.4.3 Budidaya

Di dalam kumbung, baglog media tanam jamur tiram putih disusun ke

dalam rak-rak bambu yang sudah dibersihkan dan dipersiapkan sebelumnya.

Selanjutnya baglog tersebut hanya didiamkan saja. Penggantian baglog dilakukan

selama empat bulan, yaitu sesuai umur tanaman. Dengan demikian dalam satu

tahun usaha Cempaka Baru memiliki tiga musim periode produksi.

Pola tanam yang diterapkan pada usaha Cempaka Baru adalah dengan

melakukan penanaman setiap hari sampai seluruh isi dari tiga buah kumbung yang

dimiliki terpenuhi. Setiap harinya dilakukan penanaman sebanyak 500 baglog

jamur tiram putih yang dimasukkan ke dalam kumbung.

Bahan baku yang diperlukan dalam proses budidaya adalah bibit (produksi

sendiri) dan air untuk menjaga kelembaban. Dalam perawatan tanaman jamur

tiram putih, setelah panen pertama untuk menunggu pertumbuhan selanjutnya

maka baglog tidak dipotong, hanya dibersihkan saja. Tidak dilakukan pemotongan

seperti yang umum diterapkan oleh petani jamur tiram putih lainnya dengan

tujuan untuk menghindari terpotongnya akar jamur berupa miselium yang tumbuh

menjadi bakal tubuh buah jamur tiram putih. Apabila pemotongan dilakukan

dapat menyebabkan jamur tidak akan tumbuh lagi sehingga produksi dapat

menurun.

Perawatan dilakukan secara intensif apabila telah dilakukan pemanenan.

Setelah dipanen media tumbuh harus dibersihkan, agar jamur berikutnya dapat

tumbuh dengan baik. Karena apabila terdapat bekas atau sisa-sisa tanaman jamur

tiram putih yang tertinggal, akan menjadi busuk dan mendatangkan ulat sehingga

jamur yang tumbuh pada panen berikutnya akan menjadi rusak dan kualitas

menjadi menurun.

Selain itu untuk menjaga kelembaban harus dilakukan penyiraman setiap

hari pada waktu pagi dan sore hari, hal ini bertujuan untuk menjaga kadar air di

dalam media tumbuh jamur tiram putih. Penyiraman yang dilakukan harus dengan

penyemprotan embun, agar kumbung tidak menjadi basah tetapi tetap lembab.

Karena apabila kadar air pada baglog terlalu tinggi maka miselium dapat mati dan

membusuk, sebaliknya apabila baglog terlalu kering maka miselium tidak akan

tumbuh.

Page 63: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

49  

Selama proses budidaya, sebelum tubuh buah jamur tiram putih tumbuh

maka hal yang dilakukan hanya menjaga kebersihan dan kelembaban di dalam

kumbung. Apabila kebersihan tidak dijaga maka baglog dapat dirusak oleh

serangan tikus. Apabila baglog rusak akibat gigitan tikus maka jamur tidak akan

tumbuh, karena suhu di dalam baglog menjadi tidak stabil karena adanya

bolongan tersebut. Selain menjaga kebersihan, hal lain yang dikerjakan adalah

melakukan penyiraman di dalam kumbung, agar lantai menjadi dingin sehingga

suhu kumbung tetap terjaga.

Setelah 30-40 hari, seluruh permukaan baglog (substrat) akan ditumbuhi

serat miselium jamur, maka cincin bambu yang berada pada ujung plastik sudah

dapat dibuka. Setelah dua sampai tiga hari maka bakal tubuh buah jamur akan

tumbuh dan keluar. Apabila hal ini sudah terjadi maka plastik yang selama ini

membungkus media dapat dibuka lebar, tetapi hanya pada ujung plastik saja,

tempat dimana jamur tumbuh. Hal ini dapat membantu pertumbuhan jamur agar

lebih leluasa.

5.4.4 Panen

Selama musin tanam, panen dapat dilakukan sebanyak tiga kali. Panen

dilakukan jika bentuk dan ukuran tubuh buah jamur tiram putih sudah memenuhi

persyaratan. Pada usaha Cempaka Baru panen dilakukan siang hari, sekitar pukul

13.00 WIB, karena pada waktu seperti ini kadar air dalam tubuh buah jamur lebih

rendah dibanding pagi hari ataupun sore hari. Panen dalam kondisi kadar air yang

rendah (lebih kering) menyebabkan jamur tidak cepat layu dan busuk, sehingga

dapat bertahan lebih lama dalam keadaan segar.

Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat/mencabut jamur dari

media tanam. Bagian batang yang menembus baglog media tanam harus terangkat

bersama jamur yang dipanen. Selanjutnya bekas batang jamur dalam media tanam

harus dibersihkan. Bagian ujung batang yang mungkin tertinggal di dalam media

tanam harus dibersihkan, karena cepat atau lambat ujung batang tersebut akan

membusuk. Akibatnya, bagian media tanam di sekitar batang yang membusuk

juga akan membusuk. Pembusukan ini akan menyebar ke bagian lain, sehingga

media tanam tidak dapat ditumbuhi jamur baru. Setelah media tanam dibersihkan,

lembar kantung plastik pembungkus baglog diturunkan ke bawah agar jamur

Page 64: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

50  

tumbuh lagi. Selang waktu yang dibutuhkan jamur tiram putih untuk tumbuh

kembali dan dapat dipanen lagi adalah selama 10 hari. Jadi, panen kedua dapat

dilakukan setelah 10 hari dari panen pertama, begitu juga dengan panen

berikutnya dapat dilakukan setelah 10 hari atau sampai tubuh buah jamur

memenuhi syarat panen.

Pada panen pertama kuantitas hasil yang diperoleh umumnya mencapai

berat 600 gram – 800 gram per baglog. Panen pertama memberi hasil yang lebih

banyak dibanding panen berikutnya. Untuk panen kedua, hasil yang diperoleh

akan lebih sedikit karena semakin lama, jumlah hasil panen yang didapat akan

semakin menyusut, dengan besar penyusutan sekitar 25 persen – 50 persen dari

jumlah panen sebelumnya.

Produk afkir dari budidaya jamur tiram putih adalah ampas media tanam

yang berupa baglog. Pada dasarnya ampas baglog tersebut masih dapat

dimanfaatkan menjadi pupuk kompos untuk tanaman pertanian, selain jamur.

Usaha Cempaka Baru belum memanfaatkan ampas baglog tersebut, untuk saat ini

ampas baglog yang dimiliki masih ditumpuk di lokasi usaha.

5.4.5 Penanganan Pasca Panen

Jamur merupakan komoditas pertanian yang akan cepat layu atau

membusuk jika disimpan tanpa perlakuan yang benar. Penanganan pasca panen

harus dilakukan segera setelah panen, agar tidak mendatangkan kerugian.

Penanganan pasca panen yang dilakukan pada usaha Cempaka Baru adalah

dengan membersihkan hasil panen yang diperoleh dari kotoran-kotoran. Hasil

panen kemudian dibersihkan, dan bagian bawah batang dipotong sesuai dengan

ukuran yang disyaratkan. Selanjutnya hasil panen tersebut dibungkus ke dalam

plastik yang sudah disediakan dan kemudian dilakukan penimbangan.

5.4.6 Pola Tanam Usahatani

Pola usahatani yang diusahakan Cempaka Baru berdasarkan jenis lahan

yang digunakan untuk komoditas tanaman jamur tiram putih merupakan pola

usahatani lahan kering. Cempaka Baru mengusahakan usahanya dengan struktur

usahatani khusus, yaitu hanya mengusahakan satu jenis komoditas saja yang

sering disebut dengan pola tanam monokultur. Penanaman jamur tiram putih

Page 65: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

51  

dilakukan pada satu lahan dengan menggunakan tiga buah kumbung. Masa

produksi jamur tiram putih mulai dari pembuatan bibit, persiapan kumbung

sampai panen berakhir adalah selama empat bulan sehingga dalam satu tahun

usaha Cempaka Baru memiliki tiga musim produksi (periode produksi).

Pola tanam yang dilakukan Cempaka Baru tidak beragam, hanya satu jenis

pola tanam yaitu pola tanam tunggal untuk komoditas jamur tiram putih. Setiap

musim dilakukan pola tanam yang sama, karena komoditas yang diusahakan juga

hanya satu macam saja yaitu hanya jamur tiram putih. Sehingga usaha tidak dapat

melakukan variasi dalam menentukan pola tanam.

Penerapan pola tanam yang sama secara terus merus setiap periode

produksi dalam teknik budidaya Cempaka Baru tidak mempengaruhi kualitas

produksi yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan karena jamur tiram putih

memiliki media tumbuh yang berbeda dengan jenis sayuran lainnya. Jamur tiram

putih hidup dan berkembang biak pada lingkungan yang telah dibatasi oleh ruang

lingkup di dalam kumbung. Sehingga pengawasan terhadap pertumbuhan jamur

tiram putih lebih mudah untuk ditangani terutama dari serangan hama dan

penyakit.

Berbeda dengan jenis sayuran lainnya yang pada umumnya tumbuh pada

hamparan tanah dengan ruang lingkup yang luas pada alam bebas. Dengan

keadaan tersebut, pengawasan terhadap tumbuhnya tanaman sulit untuk dipantau

karena alam tidak dapat dikendalikan. Terutama terhadap serangan hama dan

penyakit yang dapat datang dari segala arah dan sulit untuk dikendalikan. Oleh

sebab itu perlu dilakukan pergantian pola tanam dengan jenis tanaman yang

berbeda. Umumnya hal tersebut dilakukan untuk memutus siklus hidup hama dan

penyakit. Karena jenis tanaman yang berbeda memiliki serangan hama dan

penyakit yang berbeda pula, sehingga pada jenis tanaman yang tumbuh pada

hamparan tanah sebaiknya dilakukan penerapan pola tanam dengan menanam

komoditas yang berbeda pada musim berikutnya. Apabila dilakukan pola tanam

yang sama pada musim berikutnya maka hama dan penyakit yang sudah ada akan

terus berkembang dan dapat merusak pertumbuhan tanaman dengan lebih hebat.

Kondisi ini dapat menurunkan kualitas pertumbuhan tanaman yang berdampak

terhadap turunnya kualitas produksi.

Page 66: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

52  

Kondisi tersebut dapat dihindari pada budidaya jamur tiram putih,

walaupun tidak dilakukan pergantian pola tanam dengan jenis tanaman lainnya.

Hal ini karena ruang lingkup pertumbuhan tanaman jamur tiram putih dibatasi

oleh luasan kumbung, sehingga gangguan hama dan penyakit lebih mudah untuk

ditangani. Adapun yang perlu dilakukan untuk menjaga kualitas produksi jamur

tiram putih adalah dengan menjaga kebersihan dan kelembaban ruangan di dalam

kumbung tanpa terpengaruh terhadap serangan berbagai hama dan penyakit di

alam bebas. Adapun bentuk pola tanam yang diberlakukan selama tiga periode

produksi dalam satu tahun pada Cempaka Baru dapat dilihat pada Gambar 9.

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb

3 Jamur Tiram Putih Jamur Tiram Putih Jamur Tiram Putih

Bulan

1 Jamur Tiram Putih Jamur Tiram Putih Jamur Tiram Putih

Kumbung

2 Jamur Tiram Putih Jamur Tiram Putih Jamur Tiram Putih

Keterangan :

 = Periode 1 = Periode 2 = Periode 3

Gambar 9. Pola Tanam Jamur Tiram Putih Cempaka Baru Tahun 2008 5.5. Pemasaran Jamur Tiram Putih Cempaka Baru

Hasil produksi tanaman jamur tiram putih pada usaha Cempaka Baru tidak

langsung dipasarkan kepada konsumen, melainkan melalui perantara. Pak Adang

menjual hasil produk jamur tiram putih kepada pengumpul. Pegumpul tersebut

mendatangi langsung ke lokasi usaha untuk mengambil hasil produksi jamur.

Pengumpul tersebut berasal dari daerah Bogor. Sedangkan pengumpul sendiri

dapat menjual kepada pengumpul lain yang lebih besar atau langsung ke pasar

Page 67: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

53  

Bogor, tergantung permintaan. Seluruh hasil produksi jamur tiram putih pada

usaha Cempaka Baru diserap habis oleh pengumpul. Berapapun jumlah produksi

yang dihasilkan setiap hari, semuanya diterima oleh pengumpul. Saluran

pemasaran jamur tiran putih pada Cempaka Baru dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih Cempaka Baru

Harga normal penjualan jamur tiram putih pada Cempaka Baru adalah

sebesar Rp 7.000 per kilogram, harga tersebut merupakan harga di tingkat petani,

sedangkan pada tingkat konsumen di pasar mencapai harga Rp 12.000.

Pembayaran penjualan dilakukan langsung secara tunai pada saat terjadinya

proses jual beli jamur tiram putih pada usaha Cempaka Baru. Kualitas jamur tiram

pada Cempaka Baru sudah memadai untuk memasuki pasar moderen,

permasalahan yang dihadapi dalam pemasaran adalah bahwa Cempaka Baru

belum mampu untuk menjamin jumlah produksi jamur tiram putih yang

dihasilkan untuk setiap harinya.

Dalam pemasaran jamur tiram, pihak Cempaka Baru tidak melakukan

promosi apapun. Tanpa melakukan promosi pun, pemasok ataupun pembeli sudah

mengetahui keberadaan jamur tiram Cempaka Baru, karena pada daerah Tugu

Utara tidak banyak terdapat petani jamur yang cukup sukses. Adapun hal yang

berkaitan dengan promosi, dilakukan oleh pihak Kelompok Tani Kaliwung

Kalimuncar, tempat dimana Cempaka Baru menjadi salah satu anggotanya.

Usaha Cempaka Baru

Pedagang Pengumpul

Pengumpul Besar

Pasar Bogor (Konsumen)

Supermarket (Konsumen)

Pasar (Konsumen)

Page 68: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

54  

5.6. Arus Kas Usaha Cempaka Baru

Kas yang dimiliki Cempaka Baru diperoleh dari hasil penjualan jamur

tiram putih. Pada setiap kegiatan usaha uang kas dibutuhkan untuk membiayai

kegiatan operasional perusahaan. Dalam mengelola usaha budidaya jamur tiram

putih, pihak Cempaka Baru tidak memiliki laporan keuangan yang rinci, hanya

dilakukan pencatatan sederhana untuk pendapatan dan pengeluaran yang terjadi.

Arus kas diperoleh dari selisih penerimaan dengan pengeluaran operasional usaha,

untuk perhitungan biaya usahatani jamur tiram putih di Cempaka Baru dapat

dilihat pada Lampiran 2 dan perhitungan biaya penyusutan atas investasi yang

dilakukan pada Lampiran 3. Dalam kajian ini penulis merumuskan aliran uang

tunai yang terjadi di cempaka Baru pada perode tanam terakhir tahun 2008 (Tabel

11).

Tabel 11. Ukuran Pendapatan Cempaka Baru Periode Oktober 2008 - Januari

2009 (Rupiah) Keterangan Perhitungan

A. Penerimaan :

1. Penjualan Jamur

B. Pengeluaran :

1. Biaya Bahan Baku

2. Tenaga Kerja Harian

3. Tenaga Kerja Tetap

4. Biaya Lisrtik

5. Penyusutan

PENDAPATAN (A-B)

86.784.600

34.110.840

5.100.000

10.880.000

160.000

11.366.667 +

61.617.507 -

25.167.093 Sumber : Cempaka Baru (diolah), (2008)

Pada Tabel 11 dapat dilihat jumlah pendapatan yang diperoleh Cempaka

Baru pada periode penanaman yang terakhir pada tahun 2008, dimana hasil yang

diperoleh yaitu sebesar Rp 25.167.093. Dapat diperkirakan bahwa untuk setiap

bulannya pada periode tanam tersebut usaha Cempaka Baru mendapatkan

keuntungan sekitar enam juta rupiah.

Page 69: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

  

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

6.1. Identifikasi Risiko Produksi Cempaka Baru

Pengelolaan usahatani jamur tiram putih yang dikelola oleh Cempaka baru

dihadapkan pada masalah risiko produksi. Indikasi adanya risiko produksi dalam

pengelolaan usahatani jamur tiram putih ditunjukkan oleh adanya fluktuasi atau

variasi jumlah produksi maupun produktivitas jamur tiram putih yang dihasilkan.

Untuk mengetahui adanya risiko produksi pada usaha Cempaka Baru dapat dilihat

dari fluktuasi produktivitas yang dihasilkan tanaman jamur tiram putih.

Produktivitas yang berfluktuasi menunjukkan adanya nilai produktivitas

yang tertinggi, terendah dan normal. Dengan adanya produktivitas yang berubah-

ubah maka peluang budidaya jamur tiram putih pada Cempaka Baru memperoleh

produktivitas tertinggi, terendah dan normal dapat diamati dengan

mempertimbangkan periode waktu pengusahaan komoditas yang bersangkutan.

Yang dimaksud dengan produktivitas tertinggi yaitu tingkat produktivitas yang

paling tinggi, yang pernah diperoleh Cempaka Baru selama pengusahaan

budidaya jamur tiram putih. Sedangkan yang dimaksud dengan produktivitas

terendah yaitu tingkat produktivitas yang paling rendah, yang pernah diperoleh

Cempaka Baru selama pengusahaan budidaya jamur tiram putih. Sementara itu

yang dimaksud dengan produktivitas normal dalam kajian ini yaitu produktivitas

yang sering diperoleh Cempaka Baru selama pengusahaan jamur tiram putih.

Tingkat produktivitas dinilai dari perolehan hasil panen pada periode

produksi yang sudah terjadi selama dua tahun yaitu pada tahun 2007 dan 2008.

Berdasarkan data yang diperoleh dari usaha Cempaka Baru, fluktuasi

produktivitas tanaman jamur tiram putih dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata-Rata Produktivitas Jamur Tiram Putih dan Peluang yang Dihadapi

Cempaka Baru, Tahun 2008 No. Kondisi Produktivitas (Kg/log) Peluang

1 Tertinggi 0,38 0,17

2 Normal 0,27 0,50

3 Terendah 0,15 0,33

Page 70: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

56  

Selain tingkat produktivitas, pembahasan risiko juga berhubungan dengan

adanya peluang terjadinya suatu kejadian dan peluang tersebut dapat diukur.

Dalam kegiatan pengelolaan usahatani, peluang terjadinya suatu kejadian, yaitu

kejadian produktivitas tertinggi, terendah dan normal sangat menentukan

produktivitas yang diharapkan. Dalam penelitian ini, peluang produktivitas

tertinggi, terendah dan normal diukur dari proporsi frekuensi atau berapa kali

usaha Cempaka Baru mencapai produktivitas tertinggi, terendah atau normal

selama periode pengusahaan budidaya jamur tiram putih.

Peluang Cempaka Baru mencapai produktivitas budidaya jamur tiram

putih tertinggi sekitar 0,17 yang dapat diartikan jika Cempaka Baru melakukan

pengusahaan budidaya jamur tiram putih sebanyak enam kali maka frekuensi

Cempaka Baru dapat mencapai produktivitas tertinggi hanya satu kali.

Selanjutnya peluang Cempaka Baru memperoleh produktivitas jamur tiram putih

terendah sekitar 0,33 dan peluang produktivitas normal sekitar 0,5. Dengan

memperhatikan angka peluang dari tingkat produktivitas yang diperoleh Cempaka

Baru menunjukkan bahwa selama pengusahaan usahatani jamur tiram putih,

Cempaka Baru lebih sering memperoleh produktivitas normal dibandingkan

dengan produktivitas tertinggi dan terendah.

Pada Tabel 12 diketahui bahwa produktivitas tanaman jamur tiram putih

pada Cempaka Baru memiliki nilai yang berfluktuasi. Adanya fluktuasi

produktivitas tersebut merupakan indikasi yang menunjukkan bahwa usaha

Cempaka Baru mengalami risiko produksi dalam kegiatan budidaya jamur tiram

putih yang sedang dijalankan. Usaha budidaya jamur tiram putih pada Cempaka

Baru memiliki risiko yaitu risiko produksi.

Sumber utama munculnya risiko produksi pada usaha Cempaka Baru

adalah terjadinya kegagalan dalam proses budidaya jamur tiram putih, mulai dari

awal kegiatan sampai pada tahap akhir dimana jamur tiram putih tersebut sudah

tidak berproduksi. Proses budidaya jamur tiram putih meliputi kegiatan

pembuatan bibit atau yang disebut sebagai media tanam (substrat) yang

selanjutnya diteruskan dengan kegiatan pemeliharaan tanaman sampai pada saat

panen. Kegagalan pada setiap kegiatan tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak

usaha dan menjadi risiko yang harus ditanggung.

Page 71: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

57  

Sumber risiko produksi tersebut dapat berasal dari lingkungan dalam

usaha itu sendiri maupun dari lingkungan luar usaha budidaya jamur tiram putih.

Faktor penyebab terjadinya risiko produksi dari dalam usaha adalah keterampilan

tenaga kerja yang dimiliki maupun yang tersedia kurang memadai dalam

melaksanakan semua kegiatan selama proses produksi. Sedangkan faktor

penyebab risiko yang berasal dari luar usaha adalah kondisi iklim dan serangan

hama yang sulit untuk dikendalikan. Iklim yang berbeda pada setiap periode

produksi berpengaruh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Hal yang sama

juga terjadi pada saat datangnya serangan hama, yang dapat menimbulkan

kerusakan pada baglog tanaman jamur tiram putih.

Faktor-faktor tersebut diatas menjadi penyebab terjadinya risiko produksi

yang dihadapi usaha Cempaka Baru dalam menjalankan kegiatan budidaya jamur

tiram putih, dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut :

a. Kondisi Cuaca dan Iklim

Cempaka Baru menyatakan bahwa cuaca atau iklim menjadi faktor utama

munculnya risiko produksi dalam budidaya jamur tiram putih. Hal ini

dikarenakan perubahan cuaca semakin sulit diprediksi, karena cuaca sudah

tidak sesuai dengan siklus normalnya. Dahulu cuaca relatif mudah untuk

diprediksi dengan cara melihat siklus tahunan dari cuaca.

Terkait dengan perubahan cuaca yang sulit diprediksi, kenyataan

dilapangan menunjukkan bahwa usaha Cempaka Baru mengalami kesulitan

dalam menentukan periode musim tanam. Secara teknis tanaman jamur tiram

putih akan tumbuh baik pada musim hujan, karena tanaman jamur tiram putih

sangat rentan terhadap kekeringan, bukan hanya dalam ketersedian air tetapi

juga terhadap tingkat kelembaban dan suhu di dalam kumbung, artinya

pertumbuhan tanaman akan bagus bila media tanam dan kumbung dalam

kondisi lembab. Oleh karena itu, Cempaka Baru melakukan penanaman pada

saat yang seharusnya adalah musim hujan dan hasil yang diperoleh adalah

usaha Cempaka Baru mengalami kerugian karena pada waktu tersebut curah

hujan sangat rendah karena musim kemarau yang datang tidak sesuai dengan

siklus normalnya sehingga banyak tanaman yang mati.

Page 72: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

58  

Pada musim kemarau angin berhembus semakin kencang dan membawa

udara panas yang dapat membawa kekeringan bagi tanaman jamur tiram putih.

Kelembaban dan kadar air perlu diperhatikan agar tidak berpengaruh terhadap

hasil produksi, karena kandungan air dan kelembaban yang terlalu rendah

akan menyebabkan substrat menjadi kering sehingga pertumbuhan dan

perkembangan jamur terganggu atau terhenti sama sekali.

Pengaruh perbedaan cuaca dan iklim yang terjadi terhadap budidaya jamur

tiram putih dapat dilihat dari hasil produksi yang diperoleh, dimana jumlah

produksi yang diperoleh lebih tinggi pada musim hujan dibandingkan pada

saat musim kemarau. Produksi tertinggi umumnya diperoleh pada saat musim

hujan yaitu sebanyak 6392,1 kg dan produksi terendah diperoleh pada saat

musim kemarau yaitu sebanyak 2468,5 kg, walaupun demikian tingkat

produksi yang dihasilkan tidak terlepas dari faktor-faktor lainnya yang

berpengaruh dalam proses budidaya jamur tiram putih.

Langkah penanganan yang dilakukan Cempaka Baru untuk dapat

mengurangi kerusakan pada tanaman akibat kekeringan adalah dengan

melakukan penyiraman yang dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu

di pagi dan sore hari. Selain itu, langkah tambahan yang dapat dilakukan

untuk menjaga kandungan kadar air dan kelembaban udara adalah dengan

membasahi seluruh lantai di dalam kumbung tempat pemeliharaan tanaman

jamur tiram putih. Walaupun sudah dilakukan penanganan, kondisi perubahan

iklim tersebut tetap membawa dampak yang merugikan usaha. Hasil produksi

jamur tiram putih Cempaka Baru pada kondisi seperti ini menjadi menurun,

jumlah panen yang diperoleh lebih sedikit, selain karena kerusakan substrat,

pertumbuhan tubuh buah jamur juga mengalami penurunan. Jamur yang

ditanam tidak tumbuh dengan baik sehingga hasil produksi yang diperoleh

untuk setiap baglog tanaman menjadi lebih sedikit.

Cuaca mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan munculnya hama

dan penyakit tanaman. Seperti yang dijelaskan terdahulu, pada musim hujan

tanaman jamur tiram putih dapat tumbuh dengan baik tetapi pada kondisi

tersebut Cempaka Baru mengalami masalah dengan semakin tingginya

serangan hama dan penyakit tanaman. Sebaliknya, pada musim kemarau usaha

Page 73: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

59  

Cempaka Baru menghadapi masalah kekeringan substrat tetapi tidak

mengalami masalah hama dan penyakit tanaman karena pada saat musim

kemarau penyakit tanaman seperti bakteri dan jamur liar akan mati. Kondisi

terrsebut dapat menyebabkan produksi yang dihasilkan tidak seperti yang

diharapkan, sehingga produksi pada musim kemarau menjadi lebih rendah

dibanding pada musim hujan.

b. Serangan Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor munculnya

risiko dalam produksi jamur tiram putih. Kondisi tersebut dikarenakan

karakteristik jamur tiram putih rentan terhadap hama dan penyakit tanaman.

Hal itu menyebabkan produksi yang dihasilkan tidak seperti yang diharapkan,

dalam arti terjadi adanya fluktuasi produksi yang tidak dapat diprediksi secara

tepat.

Hama yang merusak tanaman jamur tiram putih pada Cempaka Baru

terdiri dari rayap, lalat, serangga baik berupa kumbang ataupun kutu, cacing,

dan tikus. Umumnya, hama tersebut akan bersarang di dalam substrat

sehingga mengakibatkan kerusakan.

Hama lalat, cacing ataupun ulat merusak tanaman pada tubuh buah jamur

yang berdampak pada kerusakan kualitas hasil panen sehingga tidak dapat

dijual. Hama tikus, rayap dan serangga dapat merusak plastik pembungkus

substrat (media tanam atau baglog). Kebocoran pada plastik pembungkus

baglog dapat merusak pertumbuhan miselia pada saat proses inkubasi

sehingga miselia tidak menyebar ke seluruh permukaan media tanam,

akibatnya baglog tidak dapat berproduksi. Meskipun jamur dapat tumbuh

maka produksinya akan sangat rendah dan tidak dapat dipanen lagi. Apabila

kebocoran plastik terjadi pada saat jamur sudah tumbuh, maka jamur akan

tumbuh pada setiap lubang udara tersebut sehingga baglog yang mengalami

kebocoran akan ditumbuhi lebih dari satu tanaman jamur. Hal tersebut

berdampak pada hasil produksi menjadi rendah dan tidak dapat dipanen lagi.

Penyakit yang terjadi pada Cempaka Baru umumnya berupa bakteri dan

jenis jamur lain. Berbagai jenis jamur lain dan bakteri dapat tumbuh dengan

cepat di dalam substrat tanam, sehingga substrat tanam menjadi busuk dan

Page 74: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

60  

jamur tiram putih tidak dapat tumbuh. Serangan yang terjadi tidak hanya

terhadap substrat tanam, tetapi juga terhadap jamur yang ditanam. Serangan

bakteri pada tubuh jamur menyebabkan jamur tiram putih rusak, membusuk,

atau berlendir, sehingga tidak bernilai jika dijual.

Pemeliharaan dengan menggunakan insektisida untuk membasmi hama

sangat membahayakan pertumbuhan kuncup-kuncup jamur, karena sebagian

besar jenis insektisida juga dapat bersifat sebagai fungisida atau senyawa

pencegah/pembasmi jamur. Sehingga bukan saja serangga hama akan mati,

tetapi juga jamur tidak akan tumbuh dengan baik atau mati. Upaya yang telah

dilakukan Cempaka Baru adalah berusaha menjaga kebersihan di dalam

kumbung dan melakukan pengawasan terhadap tanaman. Intensitas

pengawasan yang dilakukan tergantung pada tingkat serangan hama dan

penyakit tanaman yang terjadi.

c. Keterampilan Tenaga Kerja

Keterampilan tenaga kerja merupaka faktor penting dalam kegiatan

budidaya jamur tiram putih pada usaha Cempaka Baru. Ketersediaan tenaga

kerja yang terampil sangat mempengaruhi keberhasilan produksi. Tenaga

kerja sangat berperan dalam setiap kegiatan usaha. Saat ini, tenaga kerja yang

ada maupun yang tersedia di Cempaka Baru masih kurang memadai.

Lemahnya pasokan tenaga kerja yang handal disebabkan kondisi dimana

tidak setiap orang mampu melakukan aktivitas budidaya tanaman jamur tiram

putih. Budidaya tanaman jamur tiram putih memiliki teknik yang berbeda

dengan cara budidaya tanaman sayuran lain pada umumnya. Budidaya jamur

tiram putih membutuhkan keterampilan khusus yang tidak dimiliki setiap

orang. Keterampilan tenaga kerja sangat dibutuhkan, terutama pada kegiatan

pembuatan bibit. Keberhasilan proses pembuatan bibit sangat dipengaruhi

oleh perlakuan dan ketelitian tenaga kerja.

Tingkat kegagalan yang cukup tinggi pada proses pembuatan bibit terjadi

saat melakukan penyuntikan bibit murni ke dalam media tanam (substrat).

Proses ini dilakukan setelah substrat disterilisasi. Penyuntikan dilakukan di

dalam ruangan khusus yang steril dengan menggunakan peralatan yang juga

Page 75: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

61  

harus steril. Tenaga kerja yang melakukan kegiatan tersebut juga harus bersih

dan bebas dari mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan jamur.

Proses penyuntikan bibit murni dilakukan dengan membuka kembali ujung

media tanam yang sudah disterilkan sebelumnya. Setelah bibit

dimasukkan/disuntikkan maka substrat ditutup kembali. Dalam hal ini

dibutuhkan ketelitian agar substrat yang sudah steril tersebut tidak

terkontaminasi kembali akibat masuknya bakteri dan mikroba pada saat

penyuntikan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis pada lokasi usaha, yaitu

di Cempaka Baru diperoleh hasil bahwa tenaga kerja yang melakukan proses

penyuntikan tersebut belum memenuhi prosedur yang seharusnya. Tenaga

kerja cenderung kurang memperhatikan kebersihan, sehingga masih ada

kemungkinan terbawanya bakteri dan mikroba ke dalam ruang penyuntikan

bibit. Keadaan seperti ini mengakibatkan terjadinya kegagalan, sehingga

media tanam tersebut tidak dapat tumbuh.

Selain itu, terjadinya pergantian/pengalihan tugas oleh tenaga kerja yang

berbeda, khususnya pada bagian penyuntikan bibit murni, dapat mengganggu

keberhasilan produksi. Hal ini disebabkan karena setiap tenaga kerja memiliki

tingkat keterampilan yang berbeda baik secara teknik pengerjaan maupun

terhadap kebersihan diri dan lingkungan, khususnya dalam melakukan

penyuntikan bibir murni, sehingga apabila tenaga kerja yang tidak terbiasa

melakukan penyuntikan bibit dengan alasan tertentu melakukan penyuntikan

bibit maka dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pembibitan yang

berdampak terhadap terhambatnya pertumbuhan jamur tiram putih, sehingga

hasil produksi yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan usaha.

Perilaku dan sikap tenaga kerja dalam memperlakukan dan merawat

tanaman jamur tiram putih, mempunyai pengaruh terhadap jumlah produksi

yang dihasilkan. Secara tidak langsung, sebagai makhluk hidup jamur tiram

putih memiliki kemampuan untuk memberi respon terhadap rangsangan dari

makhluk hidup lainya. Oleh karena itu, pekerjaan di bidang pertanian

membutuhkan orang yang memiliki dedikasi dan ketulusan dalam

memperlakukan tanaman. Umumnya di Indonesia hal seperti ini kurang

Page 76: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

62  

disadari oleh tenaga kerja pertanian, dapat disebabkan karena tingkat

pendidikan yang masih rendah.

d. Teknologi Pengukusan

Media tanam jamur tiram putih harus memiliki tingkat sterilisasi yang

sempurna. Karena bahan baku substrat media tanam jamur banyak

mengandung mikroba, terutama jamur liar. Mikroba tersebut dapat

menghambat pertumbuhan jamur yang akan ditanam. Oleh karena itu proses

pengukusan merupakan suatu keharusan untuk memperoleh substrat yang

bebas dari kontaminan. Pengukusan dapat mencegah pertumbuhan semua

jasad hidup yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur di dalam substrat.

Teknologi pengukusan yang digunakan pada Cempaka Baru sudah cukup

memadai, yaitu menggunakan mesin pengukus berupa bejana yang terbuat

dari baja dengan bahan bakar gas. Walaupun demikian tingkat kegagalan yang

dihasilkan pada proses ini mencapai lima persen, dengan kapasitas bejana

sebanyak 500 baglog. Artinya, setiap melakukan satu kali pengukusan maka

terdapat 25 buah baglog yang tidak dapat ditanam.

Petani jamur tiram putih dengan modal terbatas, umumnya menggunakan

bejana sterilisasi yang terbuat dari drum bekas. Teknologi pengukusan yang

seperti ini memiliki tingkat kegagalan mencapai 30 persen.

Risiko produksi yang terjadi pada kegiatan budidaya jamur tiram putih

tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak usaha Cempaka Baru. Adanya risiko

tersebut mempengaruhi tingkat produksi yang dihasilkan usaha. Kerugian yang

dihadapi adalah terjadinya penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Hal ini

juga akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh. Apabila jumlah

produksi menurun dengan harga jual yang sama maka pendapatan yang diperoleh

akan menurun. Dengan kata lain risiko produksi tersebut menyebabkan terjadinya

penurunan produktivitas pada hasil yang diperoleh dan berdampak terhadap

pendapatan yang diterima usaha. Semakin rendah tingkat produktivitas maka

pendapatan usaha juga semakin menurun.

Page 77: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

63  

6.2. Penilaian Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Cempaka Baru

Penilaian risiko produksi yang dilakukan pada usaha Cempaka Baru

merupakan penilaian terhadap kegiatan spesialisasi. Penilaian dilakukan hanya

pada satu jenis tanaman saja, karena dalam kegiatan usaha Cempaka Baru hanya

memiliki satu jenis komoditas yang dibudidayakan, yaitu tanaman jamur tiram

putih. Penilaian risiko produksi dapat dihitung menggunakan Variance, Standard

Deviation, dan Coefficient Variation.

Perhitungan pada proses penilaian risiko menggunakan data berdasarkan

tingkat produktivitas yang diperoleh komoditas jamur tiram putih dan peluang

yang dimiliki Cempaka Baru dalam memperoleh tingkat produktivitas tertinggi,

terendah dan normal. Peluang dihitung berdasarkan pengalaman Bapak Adang

selama melakukan kegiatan budidaya jamur tiram di Cempaka Baru. Dasar

perhitungan digunakan data berdasarkan frekuensi terjadinya peristiwa pada

kondisi yang dianalisis dimana kejadian tersebut pernah dialami dan sudah

berlangsung selama menjalankan kegiatan usaha pada setiap periode produksi.

Nilai peluang dan produktivitas yang akan digunakan dalam perhitungan risiko

produksi sudah diketahui dan dijelaskan pada bahasan sebelumnya. Setelah

memperoleh nilai peluang usaha dalam mendapatkan produktivitas tertinggi,

normal, dan terendah, selanjutnya dapat dilakukan penilaian terhadap tingkat

risiko produksi yang dihadapi Cempaka Baru.

Penilaian risiko produksi dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan

yang terjadi. Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa ukuran risiko

diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standart deviation)

dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu

sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Seperti

misalnya standart deviation merupakan akar kuadrat dari variance sedangkan

coefficient variation merupakan rasio dari standart deviation dengan nilai

ekspektasi return dari aset Cempaka Baru yaitu budidaya jamur tiram putih.

Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Dalam

kajian ini return yang dihitung adalah produksi jamur tiram putih.

Oleh karena itu untuk melakukan penilaian terhadap risiko produksi jamur

tiram putih, ukuran yang tepat digunakan adalah coefficient variation. Karena

Page 78: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

64  

ukuran variance dan standart deviation belum memperhitungkan pendapatan

sedangkan coefficient variation sudah memperhitungkan pendapatan yang

diterima pada usahatani jamur tiram putih. Dengan ukuran coefficient variation,

analisis kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu risiko

untuk setiap return. Hasil penilaian risiko produksi budidaya jamur tiram putih

pada Cempaka Baru dapat dilihat pada Tabel 13 dan untuk perhitungannya dapat

dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 13. Hasil Penilaian Risiko Produksi Budidaya Jamur Tiram Putih pada

Cempaka Baru, Tahun 2008 No. Ukuran Nilai

1 Expected Return 0,25

2 Variance 0,0064

3 Standard Deviation 0,08

4 Coefficient Variation 0,32

Penilaian risiko produksi budidaya jamur tiram putih pada usaha Cempaka

Baru berdasarkan nilai coefficient variation diperoleh hasil sebesar 0,32. Artinya,

untuk setiap satu satuan hasil yang diperoleh Cempaka Baru dari kegiatan

budidaya jamur tiram putih, maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 0,32.

Dengan kata lain bahwa untuk setiap satu kilogram hasil yang diperoleh akan

mengalami risiko sebanyak 0,32 kg pada saat terjadi risiko produksi.

Setiap kegiatan usaha diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi

pelaku usaha, dimana secara ekonomi keuntungan yang diharapkan adalah berupa

pendapatan usaha. Seperti halnya pada usaha Cempaka Baru, pemilik

mengharapkan adanya umpan balik dari kegiatan budidaya jamur tiram putih yang

diusahakan. Sebagai pelaku usaha, pemilik Cempaka Baru mengharapkan umpan

balik yang positif, yaitu adanya keuntungan berupa pendapatan yang dihasilkan

budidaya jamur tiram putih tersebut. Dan untuk mengetahui hasil perolehan

pendapatan tertinggi, normal dan terendah dapat dilihat pada Lampiran 4.

Dalam melakukan penilaian risiko produksi di Cempaka Baru dapat diukur

besarnya pendapatan yang diharapkan dari kegiatan budidaya jamur tiram putih.

Besarnya pendapatan yang diharapkan dapat dilihat dari nilai expected return

Page 79: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

65  

yang diperoleh. Expected return atau nilai harapan merupakan

perolehan/pengembalian yang diperkirakan akan didapatkan kembali dari kegiatan

usaha. Expected return dihitung berdasarkan penjumlahan dari hasil perkalian

untuk setiap nilai produktivitas yang tertinggi, terendah dan normal dengan

peluangnya masing-masing dalam memperoleh produktivitas tertinggi, terendah

dan normal tersebut.

Berdasarkan hasil penilaian risiko produksi pada kegiatan budidaya jamur

tiram putih Cempaka Baru diperoleh nilai expected return sebesar 0,25. Artinya,

usaha Cempaka Baru dapat mengharapkan perolehan hasil sebanyak 0,25 kg per

baglog untuk setiap kondisi dalam proses budidaya yang telah diakomodasi oleh

perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan budidaya jamur tiram

putih memberi harapan perolehan hasil produksi sebesar 0,25 kg untuk setiap

baglog jamur tiram putih.

Dengan mengetahui harapan pendapatan yang diperkirakan akan

didapatkan kembali dari kegiatan budidaya jamur tiram putih berdasarkan

perhitungan risiko produksi, maka hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan

untuk kelanjutan usaha ataupun sebagai perencanaan untuk menentukan langkah

yang akan diambil dalam perkembangan usaha Cempaka Baru.

Adanya risiko produksi yang dialami dalam menjalankan kegiatan budidaya

jamur tiram putih menimbulkan kerugian bagi pihak Cempaka Baru. Kerugian

tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah hasil produksi, karena risiko yang ada

menyebabkan terjadinya gagal panen sehingga hasil produksi yang diperoleh akan

berkurang. Jika hasil produksi berkurang maka penerimaan usaha juga ikut

berkurang karena jumlah yang dijual menjadi lebih sedikit dengan harga jual yang

konstan pada harga Rp 7.000. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan langkah

penanganan yang sesuai untuk dapat menghindari atau memperkecil risiko yang

dihadapi.

6.3. Strategi Pengelolaan Risiko Produksi ‘Cempaka Baru’

Pada umumnya, kebanyakan usaha belum memperhitungkan adanya

manajemen risiko dalam usahanya. Seperti halnya usaha Cempaka Baru, belum

ada tindakan atau perlakuan yang diterapkan dalam kegiatan usaha untuk

pengelolaan risiko produksi yang dihadapi. Rendahnya tingkat pengetahuan pihak

Page 80: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

66  

Cempaka Baru seputar masalah risiko produksi yang dapat terjadi pada kegiatan

budidaya jamur tiram putih yang dikelola menyebabkan minimnya perlakuan

untuk penanganan risiko produksi pada usaha tersebut. Kegagalan produksi

dianggap sebagai kejadian yang wajar di bidang pertanian.

Dengan mengetahui bahwa usaha Cempaka Baru berpotensi untuk

terjadinya risiko produksi maka perencanaan penanganan yang dapat dilakukan

adalah dengan penerapan kesadaran akan risiko serta kesadaran untuk melakukan

penanganan risiko sehingga dapat meminimalkan kerugian yang dialami. Oleh

karena itu pihak usaha perlu memahami lebih dalam seputar risiko produksi,

sehingga dapat menentukan langkah-langkah penanganannya.

Dalam kajian ini, diharapkan dapat memberi gambaran terhadap usaha

Cempaka Baru dalam merumuskan strategi pengelolaan risiko produksi yang

terjadi pada kegiatan budidaya jamur tiram di usaha tersebut. Proses yang

dilakukan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko dimulai dengan

melakukan identifikasi terhadap risiko yang terjadi serta penyebabnya, kemudian

dilakukan pengukuran besarnya risiko dan selanjutnya ditentukan langkah-

langkah penanganan. Proses yang ditempuh dalam perumusan strategi

pengelolaan risiko bertujuan untuk dapat memperoleh alternatif penanganan yang

efektif dan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Dari identifikasi risiko yang dilakukan diperoleh hasil bahwa usaha

Cempaka Baru mengalami risiko produksi dalam kegiatan budidaya jamur tiram

putih yang diusahakan. Risiko produksi tersebut disebabkan oleh berbagai faktor

antara lain perubahan cuaca dan iklim serta serangan hama dan penyakit.

Dilakukan pengukuran terhadap risiko produksi tersebut dan diperoleh hasil

sebesar 0,32. Nilai tersebut merupakan kerugian yang dihadapi atas perolehan

hasil produksi dengan adanya risiko produksi. Dari data diatas, maka dapat

ditentukan strategi dalam menangani risiko produksi budidaya jamur tiram putih

pada usaha Cempaka Baru.

Dalam kajian ini, strategi penanganan risiko produksi yang dapat dijadikan

usaha Cempaka Baru sebagai alternatif penanganan, yaitu strategi Preventif.

Strategi preventif merupakan strategi penanganan yang dilakukan untuk

Page 81: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

67  

menghindari terjadinya risiko, strategi preventif yang dapat dilakukan pada

Cempaka Baru diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan kualitas perawatan untuk menangani kondisi iklim dan cuaca

yang sulit diprediksi. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas

penyiraman, dimana pada saat kondisi normal dilakukan penyiraman sebanyak

dua kali dalam sehari maka dengan kondisi musim kemarau yang

menyebabkan kekeringan maka dilakukan penyiraman minimal sebanyak

empat kali dalam sehari atau lebih tergantung kebutuhan. Hal tersebut

bertujuan agar kelembaban didalam kumbung dapat selalu terjaga sehingga

tanaman tidak rusak. Pelaksanaannya dilakukan dengan melakukan

pengecekan kondisi di dalam kumbung sesering mungkin, jadi apabila suhu

mulai meningkat maka secepatnya dilakukan penyiraman. Cek suhu serta

kelembaban ruangan di dalam kumbung dengan menggunakan thermometer

dan hygrometer. Kedua alat tersebut bisa didapat di toko pertanian, aksesoris

mobil atau alat kesehatan. Selain itu untuk mempertahankan suhu dan

kelembaban di dalam kumbung dapat juga dilakukan dengan menyiram

permukaan lantai di dalam kumbung.

b. Membersihkan area yang akan dijadikan kumbung jamur tiram putih. Hal ini

bertujuan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit seperti rayap, tikus

dan mikroba. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan menaburkan

kapur tanah di area kumbung jamur tiram putih dan menyipratkan air kapur ke

dinding dan rak, sehingga kumbung menjadi steril dari mikroba yang

menyerang pertumbuhan jamur serta terhindar dari serangan rayap.

c. Memperbaiki dan merawat fasilitas fisik. Dapat dilakukan dengan mengganti

peralatan yang sudah rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat

mengganggu kegiatan produksi. Contohnya adalah melakukan renovasi dan

perbaikan kumbung pada setiap pergantian periode produksi, sehingga bagian-

bagian kumbung yang sudah rusak dan bocor dapat diperbaiki. Hal ini dapat

mencegah masuknya hama tikus ke dalam kumbung yang dapat merusak

baglog media tanam dan menghindarkan masuknya air hujan yang dapat

mengganggu kelembaban di dalam kumbung.

Page 82: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

68  

d. Melakukan perencanaan pembibitan, dilakukan dengan memastikan bahwa

semua bahan baku yang digunakan memiliki kualitas yang baik. Dapat

dilakukan dengan menetapkan peraturan bahwa setiap bahan baku yang

digunakan dalam kegiatan budidaya harus disortir terlebih dahulu sebelum

diterima, selain itu bahan baku tersebut harus diletakkan di tempat yang

bersih. Hal ini dapat mencegah penyebaran penyakit tanaman jamur tiram

putih seperti jamur liar dan mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan.

e. Mengembangkan sumberdaya manusia. Perusahaan dalam menjalankan

kegiatan harus didukung oleh sumberdaya manusia yang sudah

diorganisasikan dengan baik sesuai jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang

diberikan. Untuk itu, Bapak Adang sebagai yang berperan untuk mengambil

keputusan harus dapat bersikap tegas dalam mengarahkan dan membimbing

tenaga kerja yang ada. Melakukan pengawasan dan menunjukkan contoh yang

baik serta memberi koreksi terhadap tenaga kerja. Selain itu, dengan aktif

membimbing tenaga kerja dalam melakukan kegiatan budidaya jamur.

Keterampilan tenaga kerja dapat ditingkatkan dengan mengikuti

penyuluhan atau pelatihan-pelatihan kemampuan budidaya tanaman jamur

tiram putih, baik itu pemeliharaan maupun pembuatan bibit. Pelatihan

umumnya diselenggarakan oleh pihak pemerintah melalalui kerjasama dengan

kelompok tani tertentu. Pada daerah Desa Tugu Utara, kelompok tani yang

dipercaya pemerintah untuk menyelenggarakan pelatihan adalah Kelompok

Tani Kaliwung Kalimuncar, dimana usaha ini menjadi salah satu anggotanya.

Selain tenaga kerja, pengelola juga dapat mengikuti pelatihan mengenai

manajemen pengelolaan usaha dan pengelolaan keuangan.

f. Menggunakan peralatan yang steril dalam melakukan penyuntikan bibit murni

ke dalam media tanam. Petugas yang bertanggung jawab atas penyuntikan

bibit murni diwajibkan menggunakan sarung tangan, masker wajah dan

pakaian yang disediakan khusus di ruangan penyuntikan. Selain itu peralatan

yang digunakan juga terlebih dahulu diolesi dengan alkohol agar bebas dari

kuman dan bakteri yang dapat masuk ke media tanam dan menjadi penyakit

bagi tanaman jamur. Hal ini dapat mengurangi tingkat kegagalan yang terjadi

pada saat proses pembibitan akibat human error yang dilakukan tenaga kerja.

Page 83: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Indikasi adanya risiko produksi pada budidaya jamur tiram putih dapat dilihat

dengan adanya fluktuasi/variasi jumlah produksi ataupun produktivitas yang

dialami Cempaka Baru. Risiko produksi tersebut mengakibatkan kerugian

yang ditanggung usaha. Dengan adanya risiko produksi, hasil panen yang

diperoleh tidak seperti yang diharapkan, dalam arti mengalami penurunan.

Dari hasil penilaian risiko yang menggunakan ukuran coefficient variation,

diketahui bahwa budidaya jamur tiram putih pada Cempaka baru menghadapi

risiko produksi sebesar 0,32. Adapun sumber yang menjadi penyebab

terjadinya risiko produksi tersebut yaitu; pertama, perubahan cuaca dan iklim

yang semakin sulit diprediksi karena cuaca sudah tidak sesuai dengan siklus

normalnya. Kedua, serangan hama dan penyakit yang sulit dikendalikan

karena karakteristik jamur tiram putih rentan terhadap hama dan penyakit.

Ketiga, ketersediaan tenaga kerja terampil pada Cempaka Baru masih kurang

memadai, dimana tenaga kerja tersebut sangat berperan dalam setiap kegiatan

usaha. Keempat, teknologi pengukusan yang digunakan memiliki tingkat

kegagalan sebesar lima persen.

Berdasarkan hasil penilaian risiko produksi pada kegiatan budidaya jamur

tiram putih Cempaka Baru diperoleh nilai expected return sebesar 0,25. Hal

tersebut menunjukkan bahwa kegiatan budidaya jamur tiram putih memberi

harapan perolehan hasil produksi sebesar 0,25 kg untuk setiap baglog jamur

tiram putih.

2. Strategi penanganan risiko produksi yang dapat dilakukan usaha Cempaka

Baru adalah strategi preventif, yaitu strategi yang bertujuan untuk

menghindari terjadinya risiko. Adapun tindakan preventif yang dapat

dilakukan yaitu, pertama meningkatkan kualitas perawatan untuk menangani

kondisi iklim dan cuaca yang sulit diprediksi yang dapat dilakukan dengan

meningkatkan intensitas penyiraman, dimana pada saat kondisi normal

dilakukan penyiraman sebanyak dua kali dalam sehari maka dengan kondisi

musim kemarau dilakukan penyiraman minimal empat kali dalam sehari.

Page 84: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

70

Kedua, membersihkan area yang dijadikan kumbung untuk mencegah

datangnya rayap, tikus dan mikroba, serta memperbaiki dan merawat fasilitas

fisik yang dilakukan dengan mengganti peralatan rusak atau tidak dapat

dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan produksi. Ketiga, melakukan

perencanaan pembibitan yang dilakukan dengan memastikan semua bahan

baku memiliki kualitas yang baik dengan cara melakukan penyortiran.

Keempat, mengembangkan sumberdaya manusia dengan mengikuti pelatihan

dan penyuluhan seputar jamur tiram putih. Dan yang kelima, menggunakan

peralatan yang steril dalam melakukan penyuntikan bibit murni ke dalam

media tanam.

7.2. Saran

1. Melakukan pengecekan suhu serta kelembaban ruangan di dalam kumbung

untuk menangani kekeringan yang melanda dengan menggunakan

thermometer dan hygrometer. Kedua alat tersebut bisa didapat di toko

pertanian, aksesoris mobil atau alat kesehatan. Selain itu dapat juga dilakukan

penyiraman pada permukaan lantai di dalam kumbung untuk mempertahankan

suhu dan kelembaban.

2. Menaburkan kapur tanah di area kumbung jamur tiram putih dan

menyipratkan air kapur ke dinding dan rak, sehingga kumbung menjadi steril

dari mikroba yang menyerang pertumbuhan jamur serta terhindar dari

serangan rayap. Selain itu dapat melakukan renovasi dan perbaikan kumbung

pada setiap pergantian periode produksi, sehingga bagian-bagian kumbung

yang sudah rusak dan bocor dapat diperbaiki.

3. Menetapkan peraturan bahwa setiap bahan baku yang digunakan dalam

kegiatan budidaya harus disortir terlebih dahulu sebelum diterima, selain itu

bahan baku tersebut harus diletakkan di tempat yang bersih.

4. Pengelola diharapkan bersikap tegas dalam mengarahkan dan membimbing

tenaga kerja yang ada. Melakukan pengawasan dan menunjukkan contoh

dalam melakukan pekerjaan serta memberi koreksi terhadap kesalahan tenaga

kerja. Selain itu, dengan aktif membimbing tenaga kerja dalam melakukan

kegiatan budidaya jamur tiram putih.

Page 85: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

71

5. Petugas yang melakukan penyuntikan bibit murni diharapkan menggunakan

sarung tangan, masker wajah dan pakaian khusus yang disediakan untuk

ruangan penyuntikan. Selain itu peralatan yang digunakan juga terlebih dahulu

diolesi dengan alkohol agar bebas dari kuman dan bakteri.

Page 86: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini P.D. 2003. Analisis risiko usaha peternakan sapi perah [skripsi]. Bogor:

Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Barron’s. 1993. Mengatur Keuangan. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Darmawi H. 1997. Manajemen Risiko. Bumi Aksara. Jakarta. Debertin D.L. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing

Company, New York. Departemen Pertanian. 2004-2006. Hortikultura. Perkembangan PDB Komoditas

Hortikultura Indonesia. Jakarta. http://www.hortikultura.deptan.go.id. [27 Agustus 2009]

Departemen Pertanian. 2005-2006. Basis Data. Perkembangan Nilai Ekspor Impor

Pertanian. Jakarta. http://www.database.deptan.go.id/eksim/indeks.asp. [27 Agustus 2009]

Departemen Pertanian. 2005-2008. Hortikultura. Perkembangan Volume dan Nilai

Ekspor-Impor Sayuran di Indonesia. Jakarta. http://www.hortikultura. deptan.go.id. [27 Agustus 2009]

Departemen Pertanian. 2007-2008. Hortikultura. Produksi Tanaman Sayuran

Indonesia. Jakarta. http://www.hortikultura.deptan.go.id. [27 Agustus 2009]

Departemen Pertanian. 2008. Agribisnis. Jakarta. http://www.agribisnis.deptan.

go.id. [Desember 2008] Elton E.J, Gruber M.J. 1995. Modern Portfolio Theory And Investment Analysis.

Fifth Edition. John Wiley and Sons Inc. New York Fariyanti A. 2008. Perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran dalam

menghadapi risiko produksi dan harga produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung [disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Harwood, et al. 1999. Managing Risk in Farming : Concepts, Research and

Analysis, Agricultural Economics Report No.774. US Department of Agriculture.

Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Penerbit

PPM. Jakarta. Lam J. 2007. Enterprise Risk Management. PT Ray Indonesia. Jakarta Pusat.

Page 87: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

 

73

Lestari A. 2009. Manajemen risiko dalam usaha pembenihan udang vannmei (Litopenaeus vannmei), studi kasus: PT Suri Tani Pemuka Serang, Banten [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Maharany D. 2007. Analisis usahatani dan tataniaga jamur tiram putih: studi

kasus Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia. 2007. Jakarta. http://www.agrina-

online.com. [Agustus 2008] Moschini G, Hennessy D.A. 1999. Uncertainty, Risk Aversion and Risk

Management for Agricultural Producers. Elsevier Science Publishers. Amsterdam.

Nugraha A.P. 2006. Analisis efisiensi saluran pemasaran jamur tiram segar di

Bogor Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Nugrahapsari R.A. 2006. Analisis kelayakan finansial dan ekonomi budidaya

jamur tiram putih [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rachmina D, Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi.

Departemen Agribisnis. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Redaksi Agromedia. 2002. Budi Daya Jamur Konsumsi. PT Agro Media Pustaka.

Jakarta. Redaksi Trubus. 2002. Pakar Agribisnis Tanya Jawab. Majalah Trubus. Jakarta. Robison L.J, Barry P.J. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk.

Macmillan Publisher. London. Sari N.P. 2008. Analisis faktor yang mempengaruhi usahatani jamur tiram putih

[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Siregar Y.R. 2009. Analisis risiko harga day old chick (doc) broiler dan layer pada

PT Sierad Produce Tbk Parung, Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Suradji M. 2005. Jamur Merang dan Budidayanya. Penebar Swadaya. Jakarta. Suriawiria U. 2002. Budi Daya Jamur Tiram. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Page 88: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

 

74

Tarigan, P.E.S. 2009. Analisis risiko produksi sayuran organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

 

Page 89: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

 

75

Lampiran 1. Daftar Sarana Fisik Cempaka Baru Tahun 2009 No Jenis Kegiatan Peralatan Jumlah (unit)

1 Aset Bangunan

Kumbung

Rak dalam kumbung

1 (24 m x 14 m)

3 (14 m x 11 m)

24

2 Kantor Jam dinding

Meja

Kursi

Alat tulis

1

1

2

1

3 Pembuatan bibit Drum besar

Ayakan

Drum kecil

Sendok

Lampu UV

Lampu Spritus

Heksos

Masker

Rak besi

Tong air

Saringan (ayakan)

Skop

4

1

2

1

1

1

1

1

1

3

1

2

4 Pengukusan Otoklof (mesin pengukus)

Tabung Gas

1

10

4 Perawatan Mesin air

Selang

1

1

5 Pasca panen Timbangan besar

Timbangan kecil

Keranjang panen

1

1

4

6 Kebersihan Sapu

Ember

2

3 Sumber : Cempaka Baru, 2009

Page 90: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

 

76

Lampiran 2. Perhitungan Biaya Usahatani Cempaka Baru (Satu Periode Produksi)

No. Keterangan Satuan Fisik Harga (Rp/Satuan)

Nilai (Rp)

1 Biaya Bahan Baku : a. Sebuk Gergaji b. Dedak c. Kapur CaCo d. Pupuk TSP e. Plastik f. Cincin Bambu g. Koran h. Karet i. Bibit Murni j. Isi Ulang Gas

Kg Kg Kg Kg Buah Buah Kg Buah Botol Liter

200,0 1.900,0

900,0 2.000,0

8,8 50,0

2.000,0 8,8

8.000,0 6.667,0

6.120.000 8.721.000

275.400 306.000 449.820

2.550.000 306.000 449.820

6.772.800 8.160.000

+ 34.110.840

2 Biaya tenaga kerja 5.100.000

3 Biaya karyawan 10.880.000

4 Biaya listrik 160.000

5 Biaya penyusutan 11.366.667

Page 91: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

 

77

Lampiran 3. Perhitungan Biaya Penyusutan Cempaka Baru

No Investasi Nilai (Rp) Umur

Ekonomis (tahun)

Penyusutan (Rp)

1 Kumbung + rak = 3 buah @ Rp 40.000.000

120.000.000 5 24.000.000

2 Mesin air + selang 6.000.000 10 600.000

3 Mesin kukus (otoklaf) + tabung gas

25.000.000 10 2.500.000

4 Bangunan 50.000.000 10 5.000.000

5 Peralatan 10.000.000 5 2.000.000

Total Penyusutan per Tahun 34.100.000

Penyusutan per Periode 11.366.667

Page 92: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

 

78

Lampiran 4. Perhitungan Nilai Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation

No. Kondisi Peluang (Pi)

Produktivitas (Ri)

(Pi).(Ri) (Ri–Ř)2 (Ri – Ř)2.(Pi)

1 Tertinggi 0,17 0,38 0,0646 0,0171 0,0029

2 Normal 0,50 0,27 0,1350 0,0004 0,0002

3 Terendah 0,33 0,15 0,0495 0,0098 0,0032

Ř =

=

0,2491

0,25 =     0,0064

= 0,08

Coefficient Vaiation =

= 0,32

Page 93: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

 

79

Lampiran 5. Ukuran Pendapatan Cempaka Baru (Rupiah)

Keterangan Kondisi

Tertinggi Normal Terendah A. Penerimaan : 1. Penjualan Jamur B. Pengeluaran : 1. Biaya Bahan Baku 2. Tenaga Kerja harian 3. Tenaga Kerja tetap 4. Biaya Listrik 5. Biaya Penyusutan

PENDAPATAN(A-B)

134.234.100

34.110.840 5.100.000 10.880.000 160.000 11.366.667 +

61.617.507 - 72.616.593

95.501.700

34.110.840 5.100.000 10.880.000 160.000 11.366.667 +

61.617.507 - 33.884.193

51.838.500

34.110.840 5.100.000 10.880.000 160.000 11.366.667 +

61.617.507 -

- 9.779.007

Page 94: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

 

80

Lampiran 6. Gambar Jamur Tiram Putih

Page 95: RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA USAHA … · Judul Skripsi Nama ... Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian ... tiram putih dan risiko produksi yang dihadapi.

 

81

L A M P I R A N