Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih ...

12
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314 303 Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog Sujoko, dkk Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih(Pleurotus Ostreatus (L) Fries) Menggunakan Steamer Baglog Ahmad Sujoko 1 *, Musthofa Lutfi 1 , Dwi Purnomo 2 1 Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Jalan Veteran, Malang 65145 2 Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bedali Lawang -Malang *Penulis Korespondensi, Email: [email protected] ABSTRAK Jamur tiram (Pleurotus ostreatus (L) Fries) merupakan sumber makanan alternatif setara dengan daging dan bergizi tinggi. Komposisi dan kandungan nutrisi jamur tiram per 100 gram adalah: Protein 10,5% - 30,4%, karbohidrat 56,60%, lemak 1,7% - 2,2%, dan serat 7,5% - 8,7%. Selain memiliki kandungan gizi yang tinggi jamur tiram cukup mudah untuk dibudidayakan. Dalam proses budidaya media tumbuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Media tumbuh jamur harus memiliki kandungan nutrisi yang cukup dan bebas dari pengaruh mikroorganisme penggangu.Maka, harus ada sterilisasi agar media benar-benar dapat mencukupi kebutuhan nutrisi jamur.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan membandingkan kebutuhan gas, efisiensi energi dan hasil sterilisasi menggunakan steamer baglog dengan drum. Dari hasil penelitian diperoleh laju kebutuhan energi 45.816,8 kcal/hari, massa gas yang terpakai selama 8 jam 2,5 kg, efisiensi panas kompos 51,91% dan persentase pertumbuhan baglog yang di sterilisasi sebesar 100%. Kata kunci: jamur tiram, media tumbuh jamur, sterilisasi, steamer baglog Study Sterilization White Oyster Mushroom Growing Media (Pleurotus ostreatus (L) Fries) Using Steamer Baglog ABSTRACT Oyster mushroom (Pleurotus ostreatus (L) Fries) is an alternative food source on par with meat and high in nutrients. Composition and nutritional content per 100 grams oyster mushrooms are: Protein 10.5% - 30.4%, 56.60% carbohydrate, fat 1.7% - 2.2%, and 7.5% fiber - 8.7%, In addition to having high nutrient content of oyster mushrooms is quite easy to be cultivated. In the process of growing medium cultivation is one of the factors that affect growth. Mushroom growing medium should have sufficient nutrition and free from the influence of microorganisms intruder. Thus, there should be a medium sterilization that can truly meet the nutritional needs of the fungus. This research uses descriptive quantitative method by comparing the needs of gas, energy efficiency and the results of sterilization using a steamer baglog the drum. From the results obtained by the rate of energy needs 45816.8 kcal / day, the mass of the gas used for 8 hours 2,5 kg, thermal efficiency compost 51.91% and the percentage growth in the sterilization baglog of 100%. Keywords: oyster mushroom, mushroomgrowingmedia, sterilization, steamerbaglog PENDAHULUAN Jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus (L) Fries) merupakan salah satu makanan alternatif pengganti daging bergizi tinggi. Komposisi dan kandungan nutrisi jamur Tiram per 100 gram adalah: Protein 10,5% - 30,4%, karbohidrat 56,60%, lemak 1,7% - 2,2%, dan serat 7,5% - 8,7% (Istuti dan Siti, 2006). Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C, dan D. Vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin, dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur

Transcript of Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih ...

Page 1: Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih ...

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314

303

Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk

– Satu Dkk

Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram

Putih(Pleurotus Ostreatus (L) Fries) Menggunakan

Steamer Baglog

Ahmad Sujoko1*, Musthofa Lutfi1, Dwi Purnomo2

1Jurusan Keteknikan Pertanian – Fakultas Teknologi Pertanian – Universitas Brawijaya

Jalan Veteran, Malang 65145 2Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian – Bedali Lawang -Malang

*Penulis Korespondensi, Email: [email protected]

ABSTRAK

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus (L) Fries) merupakan sumber makanan alternatif setara dengan daging

dan bergizi tinggi. Komposisi dan kandungan nutrisi jamur tiram per 100 gram adalah: Protein 10,5% -

30,4%, karbohidrat 56,60%, lemak 1,7% - 2,2%, dan serat 7,5% - 8,7%. Selain memiliki kandungan gizi

yang tinggi jamur tiram cukup mudah untuk dibudidayakan. Dalam proses budidaya media tumbuh

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Media tumbuh jamur harus memiliki

kandungan nutrisi yang cukup dan bebas dari pengaruh mikroorganisme penggangu.Maka, harus ada

sterilisasi agar media benar-benar dapat mencukupi kebutuhan nutrisi jamur.Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kuantitatif dengan membandingkan kebutuhan gas, efisiensi energi dan hasil sterilisasi

menggunakan steamer baglog dengan drum. Dari hasil penelitian diperoleh laju kebutuhan energi 45.816,8

kcal/hari, massa gas yang terpakai selama 8 jam 2,5 kg, efisiensi panas kompos 51,91% dan persentase

pertumbuhan baglog yang di sterilisasi sebesar 100%.

Kata kunci: jamur tiram, media tumbuh jamur, sterilisasi, steamer baglog

Study Sterilization White Oyster Mushroom Growing Media

(Pleurotus ostreatus (L) Fries) Using Steamer Baglog

ABSTRACT

Oyster mushroom (Pleurotus ostreatus (L) Fries) is an alternative food source on par with meat and high

in nutrients. Composition and nutritional content per 100 grams oyster mushrooms are: Protein 10.5% -

30.4%, 56.60% carbohydrate, fat 1.7% - 2.2%, and 7.5% fiber - 8.7%, In addition to having high nutrient

content of oyster mushrooms is quite easy to be cultivated. In the process of growing medium cultivation is

one of the factors that affect growth. Mushroom growing medium should have sufficient nutrition and free

from the influence of microorganisms intruder. Thus, there should be a medium sterilization that can truly

meet the nutritional needs of the fungus. This research uses descriptive quantitative method by comparing

the needs of gas, energy efficiency and the results of sterilization using a steamer baglog the drum. From

the results obtained by the rate of energy needs 45816.8 kcal / day, the mass of the gas used for 8 hours 2,5

kg, thermal efficiency compost 51.91% and the percentage growth in the sterilization baglog of 100%.

Keywords: oyster mushroom, mushroomgrowingmedia, sterilization, steamerbaglog

PENDAHULUAN

Jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus (L) Fries) merupakan salah satu makanan alternatif

pengganti daging bergizi tinggi. Komposisi dan kandungan nutrisi jamur Tiram per 100 gram

adalah: Protein 10,5% - 30,4%, karbohidrat 56,60%, lemak 1,7% - 2,2%, dan serat 7,5% - 8,7%

(Istuti dan Siti, 2006). Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C, dan

D. Vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin, dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur

Page 2: Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih ...

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314

304

Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk

– Satu Dkk

tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb. Konsentrasi K, P,

Na, Ca, dan Me mencapai 56% - 70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral

mikroelemen yang bersifat logam dalam jamur tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini

aman dikonsumsi setiap hari (Widyastuti, 2002).

Jamur tiram termasuk golongan jamur kayu yang hidup sebagai sporafit dan tumbuh secara

luas pada limbah hasil hutan dan pertanian, seperti hampir semua kayu keras, produk samping

kayu (gergajian, kertas), tongkol jangung, ampas batang tebu, limbah kopi, pelepah pisang,

limbah biji kapas, dan semua jerami serealia (Achmad, 2009). Sehingga cukup mudah untuk di

budidayakan.Meskipun mudah untuk beradaptasi dan di budidayakan, jamur tiram memiliki

beberapa syarat yang harus dipenuhi. Sebagai salah satu faktor yang harus di perhatikan adalah

media tumbuh jamur (baglog). Jamur Tirammemerlukan kondisi lingkungan yang sesuai agar

dapat tumbuh optimal. Kondisi tersebut antara lain: suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

miselium 20ºC-30ºCdengan kelembaban 80%-85%., cahaya, derajat keasaman, serta konsentrasi

karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2) (Imtiaj et al, 2008) Nutrisi yang dibutuhkan harus

terpenuhi dan sebelum proses pemasukan bibit bakteri pengganggu yang dapat meng hambat

pertumbuhan jamur harus di sterilisasi.

Sterilisasi merupakan proses untuk membunuh mikroorganisme pengganggu yang dapat

menghambat pertumbuhan jamur. Perebusan bukanlah proses sterilisasi. Sterilisasi biasanya

menggunakan autoclaf untuk yang menggunakan panas yang bertekanan tinggi.Cara yang sering

digunakan saat ini adalah sterilisasi basah, biasanya digunakan untuk produk-produk yang tidak

tahan panas (Desna, 2010). Pada umumnya sterilisasi baglog menggunakan drum dan

membutuhkan bahan bakar yang besar. Sehingga membutuhkan alat untuk menggantikan fungsi

drum sebagai alat sterilisasi. Steamer Baglog merupakan alat sterilisasi sebagai pengganti drum.

Sehingga harus di uji untuk mengetahui kelayakannya sebagai alat produksi.Tujuan penelitian ini

yaitu untuk mengetahui kebutuhan gas untuk setiap produksi, efisiensi panas kompor dan hasil

sterilisasi menggunakan Steamer Baglog.

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Bibit Jamur Tiram Putih dari Sekolah

Tinggi Penyuluhan Pertanian, serbuk gergaji, dedak padi, kapur, jagung, air dan gas LPG. Adapun

alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu: Steamer Baglog, plastik poliprophile, skop,

thermometer, gunting kompor dan karet.

Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah deskripstif kuantitatif, yaitu dengan

membandingkan hasil sterilisasi menggunakan Steamer Baglog dengan menggunakan Drum.

Langkah-langkah pengambilan data sebagai berikut:

Pengukuran dimensi dan uji performance alat

Pengukuran dimensi dan uji performance merupakan langkah awal untuk mengetahui

diameter, tinggi dan volume alat.Setelah dilakukan pengukuran uji performance dilakukan untuk

mengetahui kebutuhan gas, peningkatan suhu dan kebocoran alat.

Pembuatan Media

Pembuatan media memiliki beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

a. Pencampuran dan Pengomposan.

Pencampuran dilakukan dengan mencampur beberapa bahan yaitu, serbuk gergaji, dedak

padi, kapur dan jagung. Setelah itu dicampur hingga homogeny dan diberi air hingga kadar

RH sekitar 60%-70%. Setelah dicampur langkah selanjutnya di kompos atau pemeraman.

Pemeraman dilakukan selama 1 malam. Tanda-tanda dari proses pengomposan berhasil

adalah suhu campuran media meningkat dan siap untuk di kemas.

Page 3: Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih ...

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314

305

Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk

– Satu Dkk

b. Pengemasan

Pengemasa merupakan langkah lanjutan setelah di kompos atau pemeraman selama 1

malam. Pengemasan dilakukan dengan kepadatan tertentu dan pemberian ring pada ujung

plastik, serta media yang sudah berbentuk botol diberi lubang pada tengahnya.

Sterilisasi Sterilisasi merupakan proses untuk menghilangkan atau membunuh mikroorganisme

pengganggu seperti virus, dan kapang. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan Steamer

Baglog selama 8 jam. Pada saat sterilisasi dilakukan beberapa pengukuran antara lain:

a. Mengukur volume air

b. Peningkatan suhu selama 8 jam

c. Kebutuhan gas selama 8 jam

Perhitungan Efisiensi Panas Kompor Dari sebuah proses pembakaran bahan bakar atau komponen limbah utama yaitu karbon

dan hidrogen dapat menghasilkan pelepasan kalor, perhitungan efisiensi energi bertujuan untuk

menghitung kebutuhan energi untuk proses sterilisasi selama 8 jam. Dalam penelitian ini hanya

menghitung efisiensi kompor dimana perlu adanya pengukuran kebutuhan energi untuk memasak

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Desna,2010) :

𝑄𝑛 =𝑀𝑎 .𝑐.∆𝑇

𝑡1+

𝑀𝑢.𝐾𝑈

𝑡2 ..................................................................................................... (1)

Keterangan:

Qn = Laju energi yang dibutuhkan (kcal/jam)

Ma = Massa air awal (Kg)

Mu = Massa air yang menguap (Kg)

C = kalor jenis air (kcal/KgºC)

∆T = perubahan suhu (ºC)

t1,t2 = waktu pemasakan (jam)

KU = kalor uap (kcal/Kg)

Pemasukan energi yang mengacu pada jumlah energi yang dibutuhkan, adalah

bahan bakar, energi yang di masukkan ke dalam kompor. Hal ini dapat dihitung dengan

persamaan berikut (Belonio 1985, Irzaman 2008, Rifki 2008):

𝐹𝐶𝑅 = 𝑄𝑛

𝐻𝑉𝐹.𝜉𝑔 ................................................................................................................. (2)

Keterangan:

FCR = (Fuel Consumtion Rate) Laju bahan bakar yang digunakan (Kg/jam)

Qn = laju energi yang dibutuhkan (kcal/jam)

HVF = (Heat Value Fuel) energi yang terkandung dalam bahan bakar (kcal/Kg)

ξg = efisiensi kompor (%)

Dari rumus perhitungan FCR diatas, efisiensi kompor dihitung dengan

mrnggunakan persamaan berikut:

𝜉𝑔 = 𝑄𝑛

𝐹𝐶𝑅 𝑥 𝐻𝑉𝐹 𝑥100% .................................................................................................. (3)

Page 4: Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih ...

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314

306

Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk

– Satu Dkk

Penyutsutan Alat Perhitungan nilai penyusutan alat merupakan pertimbangan penting untuk investasi

terhadap alat.Maka perlu adanya perhitungan penyusutan setiap tahunnya. Perhitungan

penyusutan ada beberapa metode, pada percobaan ini menggunakan perhitungan penyusutan

dengan metode garis lurus dengan rumus sebagai berikut (Putro,2010):

𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 =𝐶𝑜𝑠𝑡−𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒

𝑢𝑠𝑒𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑙𝑖𝑓𝑒,𝑡ℎ............................................................................................................(4)

Keterangan:

DP : biaya penyusutan (Rp/thn)

Cost : harga awal mesin (RP)

Residual Value : harga akhir mesin (Rp)

Usefull life,th : Perkiraan Umur Ekonomis (tahun)

Dari perhitungan penyusutan alat untuk menghitung keuntungan, break event point,

dan tingkat pengembalian modal dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐏𝐞𝐫𝐡𝐚𝐫𝐢 =Depreasi Per Tahun

365 hari ...............................................................(5)

𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐫𝐡𝐚𝐫𝐢 = Biaya Tetap + Biaya Variabel .........................................(6)

𝐏𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐚𝐧 = Harga Jual x Jumlah Produksi ........................................................(7)

𝐊𝐞𝐮𝐧𝐭𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 = Penerimaan − Biaya Total .............................................................(8)

BEP = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑖

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑏𝑎𝑔𝑙𝑜𝑔−𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑔𝑙𝑜𝑔 ....................................................(9)

𝐏𝐞𝐧𝐠𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧(%) =Keuntungan Bersih Pertahun

Modal Awal x 100...................................................................................(10)

Pengamatan hasil sterilisasi Pengamatan hasil sterilisasi ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan steamer baglog

untuk digunakan sebagai alat produksi.Parameter yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan

sterilisasi adalah banyaknya media yang tumbuh dengan baik.Kemudian hasil pengukuran yang

diperoleh dari sterilisasi menggunakan steamer baglog, dibandingkan dengan hasil yang

diperoleh dari sterilisasi menggunakan drum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian alat Steamer Baglog dilakukan di bengkel dan rumah kubung jamur Sekolah

Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang.Pengujian alat meliputi pengukuran dimensi alat,

pengukuran waktu untuk membuat uap dengan suhu 90ºC. Selanjutnya dilakukan pembuatan

media, dan di sterilisasi menggunakan Steamer Baglog selama 8 jam.

Pengukuran Dimensi dan Uji Performansi Steamer Baglog

Steamer Baglog yang digunakan dalam penelitian ini memiliki 2 bagian yaitu boiler untuk

membuat uap dan steamer untuk menempatkan baglog.Namun, pada percobaan ini hanya

menggunakan alat boiler, karena dimensi boiler menyerupai drum. Ukuran diameter boiler

yaitu77 cm, dan tinggi 122 cm. Boiler yang digunakan disebut steamer baglog, karena untuk

pembuatan uap dan pengaliran uap menjadi satu. Steamer Baglog belum pernah digunakan

sebelumnya, sehingga memerlukan pengujian performance.Uji performance dilakukan untuk

Page 5: Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih ...

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314

307

Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk

– Satu Dkk

mengetahui kesiapan sebelum digunakan untuk pengujian selama 8 jam. Hasil uji performance

selama 2 jam dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Performance Awal Steamer Baglog

Waktu (Menit) Suhu (ºC)

0 30

30 50

60 65

90 90

120 110

Berdasarkan Tabel 1 diatas, terjadi peningkatan suhu yang cepat dan waktu untuk mencapai

suhu sterilisasi relatif singkat. Hal ini terjadi karena uap panas yang dihasilkan tidak terpakai

untuk meningkatkan suhu media.Sehingga panas yang dihasilkan bertambah dan memenuhi

steamer baglog. Selama 2 jam pengujian awal steamer baglog kebutuhan massa gas sebesar 0,6

kg. Untuk kebutuhan energi setiap menit sebesar 0,005 kg. Nilai kalor yang dihasilkan semakin

bertambah sebanding dengan lama penguapan, sedangkan massa yang terdapat dalam steamer

baglog kosong. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai massa maka semakin lama waktu

yang dibutuhkan, dan nilai kalor yang dibutuhkan berbanding lurus dengan peningkatan suhu

massa. Karena waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi relatif singkat, sehingga

kebutuhan massa gas yang terpakai juga sedikit. Gambar steamer baglog yang digunakan pada

penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Steamer Baglog

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa dalam sterilisasi media jamur tekanan tidak

dipertimbangkan. Selama ini sterilisasi media jamur sering menggunakan drum, sedangkan untuk

menahan uap panas hanya menggunakan sebuah plastik dengan ketebalan 0,5 – 0,7 mm. Sterilisasi

menggunakan Steamer Baglog memiliki tekanan sebesar 0,125 bar. Tekanan tersebut dapat diatur

dengan menggunakan safety valve, sehingga tekanan uap didalam ruang sterilisasi konstan.

Sterilisasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai peningkatan suhu awal pada steamer baglog

lebih kecil dibandingkan menggunakan drum. Karena massa yang disterilisasi dengan steamer

baglog lebih besar dibanding menggunakan drum, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk

Page 6: Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih ...

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314

308

Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk

– Satu Dkk

meningkatkan suhu semakin lama. Hal ini membutktikan bahwa semakain besar nilai massa yang

disterilisasi maka semakin lama waktu untuk meningkatkan suhunya.

Pada saat volume air sebesar 29,87 liter, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu

sterilisasi 90ºC adalah 180 menit. Sedangkan pada drum volume airnya sebesar 29,67 liter, dan

waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi yang sama adalah 90 menit. Terlihat

bahwa semakin besar volume air yang diuapkan, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan

untuk mencapai suhu sterilisasi yang sama. Perbandingan peningkatan suhu antara steamer

baglog dengan drum setiap 30 menit ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Peningkatan Suhu Sterilisasi

Berdasarkan Tabel 2 tersebut sterilisasi menggunakan steamer baglog untuk mencapai

suhu 90ºC membutuhkan waktu 180 menit, sedangkan dengan menggunakan drum untuk

mencapai suhu 90ºC hanya membutuhkan waktu 90 menit. Perbedaan ini terjadi karena massa

yang digunakan untuk steamer baglog lebih besar, sehingga untuk mencapai suhu sterilisasi 90ºC

membutuhkan waktu yang lama.

Sterilisasi dengan menggunakan steamer baglog peningkatan suhu berhenti pada

100ºC.Karena pada steamer baglog dilengkapi dengan safety valve.Safety valve akan membuang

uap panas saat suhu didalam steamer baglog melebihi 100ºC. Dengan demikian untuk

meningkatkan suhu media menjadi 95ºC membutuhkan waktu yang singkat, dan kalor yang

dihasilkan termanfaatkan dengan baik.Sehingga sterilisasi menggunakan steamer baglog lebih

efisien. Sedangkan sterilisasi menggunakan drum peningkatan suhunya tidak konstan. Karena

setelah suhu mencapai 100ºC, penigkatan tidak sebesar pada awal sterilisasi.Suhu terus meningkat

dan menurun setiap 30 menit, sehingga untuk meningkatkan suhu media menjadi 95ºC

membutuhkan waktu yang lama.Perbedaan peningkatan suhu membuktikan bahwa terjadi

perbedaan kalor yang dihasilkan oleh kompor. Terjadinya penurunan kalor disebabkan oleh

pengecilan api pada kompor, sehingga uap panas didalam plastik berkurang, dan untuk

meningkatkan suhu membutuhkan waktu yang lama.

Fenomena tersebut menyebabkan perbedaan penigkatan suhu pada saat pembuatan uap

dengan saat sterilisasi .Terjadinya peningkatan suhu yang besar pada awal sterilisasi, disebabkan

oleh kalor yang dihasilkan kompor besar.Dengan demikian diketahui bahwa semakin besar kalor

waktu (menit) Suhu (°C)

Steamer Baglog Drum (Desna,2010)

0 30 27

30 45 76

60 60 87

90 75 92

120 80 100

150 85 100

180 90 102

210 90 101

240 95 104

270 95 100

300 95 103

330 100 102

360 100 103

390 100 103

420 100 103

450 95 102

480 95 102

Page 7: Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih ...

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314

309

Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk

– Satu Dkk

yang dihasilkan, maka semakin kecil waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi

(100ºC).Setelah suhu mencapai 100ºC, terjadi perubahan peningkatan suhu yaitu sebesar 1ºC -

4ºC. Peningkatan suhu yang kecil disebabkan oleh pengecilan api pada kompor, sehingga terjadi

penurunan kalor yang dihasilkan kompor.

Perbedaan yang terjadi antara steamer baglog dengan drum disebabkan oleh 2 faktor, yaitu:

perbedaan jumlah baglog yang ditampung, dan volume air. Jumlah baglog yang mampu

disterilisasi menggunakan steamer baglog sebanyak 80 – 105 baglog, sedangkan sterilisasi

menggunakan drum hanya sebesar 75 – 80 baglog. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa

semakin besar massa yang disterilisasi maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk

mencapai suhu sterilisasi. Pada penelitian ini steamer baglog memiliki volume total 567,82 liter,

untuk proses sterilisasi volume air yang digunakan sebesar 29,87 liter. Berbeda dengan drum yang

memiliki volume total 282,6 liter, dan volume untuk sterilisasi sebesar 29,67 liter. Dari perbedaan

volume air membuktikan bahwa semakin besar volume air yang di didihkan semakin lama waktu

untuk mencapai suhu sterilisasi.

Berdasarkan penjelasan tersebut perbedaan waktu untuk mencapai suhu sterilisasi antara

steamer baglog dengan drum dipengaruhi oleh massa baglog dan volume air yang di didihkan.

Grafik suhu sterilisasi steamer baglog dan drum ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Suhu Sterilisasi

Sterilisasi yang baik untuk media tumbuh jamur tiram menggunakan suhu antara

90ºC - 121ºC, dengan waktu selama 8 jam.Pada penelitian ini sterilisasi menggunakan

steamer baglog yang dilengkapi dengan safety valve untuk menjaga suhu dan tekanan

supaya konstan. Sehingga suhu dan uap panas yang terdapat dalam steamer baglog tidak

terbuang, selama tekanan tidak melebihi 0,125 bar. Dalam beberapa literatur

menyebutkan bahwa sterilisasi selama 8 jam adalah waktu yang memiliki efisiensi tinggi. Setelah dilakukan proses sterilisasi, kemudian baglog didinginkan agar suhu mencapai

30ºC-35ºC atau sesuai dengan suhu ruangan. Media yang sudah dingin, kemudian diinokulasi

yaitu kegiatan memasukkan bibit kedalam media.Langkah ini dilakukan pada ruangan tertutup,

dengan suhu antara 22 ºC-28 ºC. Pengadukan bibit dilakukan didekat api, hal ini dimaksudkan

agar bibit jamur tidak terkontaminasi. Saat akan melakukan sterilisasi tangan dan alat untuk

mengaduk bibit juga harus di sterilisasi. Langkah selanjutnya di diamkan pada suhu kamar yang

tertutup agar misellium tumbuh dengan baik.

Pengamatan Hasil Sterilisasi

Pengamatan hasil sterilisasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan jamur pada

media, semakin banyak jumlah baglog yang berhasil tumbuh maka hasil sterilisasi semakin

baik.Sehingga dari hasil tersebut diketahui kelayakan steamer baglog untuk dijadikan sebagai alat

0

20

40

60

80

100

120

0 200 400 600

Su

hu

(ºC

)

Waktu (menit)

Steamer

Drum

Page 8: Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih ...

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314

310

Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk

– Satu Dkk

produksi. Berikut ini adalah hasil sterilisasi selama 8 jam dengan menggunakan steamer baglog

dan drum seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengamatan Hasil Sterilisasi

Jenis Alat Jumlah Baglog

Hasil (%) Disterilisasi Tumbuh

Steamer Baglog 80 80 100

Drum 75 71 94.7

Berdasarkan Tabel 3, sterilisasi menggunakan steamer baglog dari 80 baglog yang

disterilisasi sebanyak 80 baglog tumbuh dengan baik. Sedangkan sterilisasi menggunakan

drum dari 75 baglog yang disterilisasi yang tumbuh dengan baik sebanyak 71 baglog.

Perbedaan hasil pertumbuhan yang diperoleh membuktikan bahwa sterilisasi

menggunakan steamer baglog lebih baik.Karena antara jumlah yang disterilisasi dengan

jumlah yang tumbuh dengan baik terjadi keseimbangan.

Berdasarkan hasil diatas dapat dipastikan bahwa sterilisasi dengan menggunakan

steamer baglog memiliki efisiensi yang besar yaitu 100%. Karena jumlah yang dihasilkan

sama dengan jumlah yang disterilisasi. Hal ini membuktikan bahwa kalor yang dihasilkan

oleh kompor pada proses sterilisasi termanfaatkan dengan baik, sehingga uap panas yang

dihasilkan pada proses sterilisasi mampu membunuh mikroorganisme pengganggu yang

terkandung dalam media.

Perhitungan Efisiensi Panas Kompor

Laju kebutuhan bahan bakar (Qn) diperoleh sebesar 45.816,8 kcal/hari pada steamer

baglog, dan 62.831,07 kcal/hari pada drum. Nilai efisiensi kompordiperoleh sebesar

51,91% steamer baglog, dan 59,33% pada drum. Berdasarkan hasil perhitungan laju

kebutuhan bahan bakar dan efisiensi kompor menunjukkan keadaan yang berbanding

terbalik.Karena semakin kecil kebutuhan energi maka efisiensi panas kompor juga

semakin tinggi.Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kehilangan kalor pada kompor yang

digunakan steamer baglog, sehingga panas yang dihasilkan banyak yang terbuang.

Kehilangan panas yang terjadi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: jenis kompor yang

digunakan, jarak antara api dengan permukaan steamer baglog yang dipanaskan, dan

volume steamer baglog.

Jenis kompor yang digunakan pada penelitian ini adalah kompor jos, dimana api

yang dihasilkan kompor diarahkan oleh besi. Sehingga panas yang dihasilkan ikut hilang

bersama pemanasan besi pengarah api (Gambar 4). Jarak antara api dengan permukaan

steamer baglog cukup tinggi, sehingga panas yang dihasilkan kompor ikut hilang besrama

aliran angin. Hal ini menyebabkan suhu pada ruangan untuk sterilisasi meningkat.

Sebelum dilakukan sterilisasi suhu ruangan sebesar 28ºC, saat proses sterilisasi

berlangsung suhu ruangan meningkat menjadi 35º. Fenomena yang terjadi menunjukkan

bahwa ada kalor yang hilang bersama aliran angin. Berdasarkan volumenya steamer

baglog lebih besar jika dibandingkan dengan drum, sehingga kalor yang dihasilkan oleh

kompor harus meningkatkan massa yang besar pada steamer baglog.

Laju konsumsi bahan bakar (FCR) pada sterilisasi media menggunakan steamer

baglog sebesar 7,5 kg/hari, dan 9 kg/hari pada sterilisasi menggunakan drum. Hal ini

menunjukkan keadaan yang berbanding terbalik dengan efisiensi kompor dan

peningkatan suhu yang dihasilkan.Karena semakin kecil kebutuhan energi maka semakin

efisien kalor kompor yang digunakan.Konsumsi bahan bakar yang besar disebabkan oleh

perbedaan laju kebutuhan bahan bakar pada awal sterilisasi. Sterilisasi dengan

Page 9: Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih ...

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314

311

Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk

– Satu Dkk

menggunakan drum untuk pembuatan waktu yang dibutuhkan relative singkat, karena

terjadi pembesaran laju kebutuhan gas pada kompor. Sehingga kalor yang dihasilkan oleh

kompor besar, hal ini yang menyebabkan suhu pada awal sterilisasi naik dengan cepat.

Gambar 4. Kompor Steamer Baglog

Dari perbandingan diatas diketahui bahwa antara steamer baglog dengan drum sama-sama

memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada steamer baglog laju kebutuhan energy (Qn) perhari

lebih lambat, tetapi untuk efisiensi kalor kompor yang dihasilkan kecil. Sedangkan pada drum

laju kebutuhan energy (Qn) perhari cepat, dan efisiensi kalor kompor yang dihasilkan besar. Dari

perbedaan laju kebutuhan energy (Qn) perhari, terlihat bahwa konsumsi bahan bakar dengan

menggunakan drum lebih besar. Menurut Rahmadani (2013), Efisiensi kalor bahan bakar sangat

dipengaruhi oleh besarnya nilai laju energi yang dibutuhkan, energi yang terkandung dalam

bahan bakar dan nilai laju bahan bakar yang dibutuhkan

Besarnya konsumsi bahan bakar (FCR) pada drum disebabkan oleh kebutuhan kalor yang

besar untuk mencapai suhu 100ºC. Setelah suhu mencapai suhu 100ºC konsumsi bahan bakar

relatif kecil. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi kalor yang dihasilkan maka konsumsi

bahan bakar yang digunakan juga besar, dan efisiensi kompor yang digunakan semakin

tinggi.sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu pembuatan uap cukup singkat.

Menurut Jamilatun (2008), nilai kalor mempengaruhi efisiensi dan kebutuhan bahan bakar.

Gambar 5. Grafik Kebutuhan Gas

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

0 100 200 300 400 500 600

Ma

ssa

Ga

s(K

g)

Waktu (Menit)

Steamer Baglog

Drum

Page 10: Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih ...

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314

312

Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk

– Satu Dkk

Pada Gambar 5 menunjukkan kebutuhan bahan bakar masing-masing alat. Pada steamer

baglog kebutuhan gas selama proses sterilisasi tidak mengalami perubahan laju pembakaran,

sehingga grafik yang ditunjukkan bergerak linier. Konsumsi bahan bakar yang dibuthkan

berbanding lurus dengan waktunya. Sedangkan pada drum kebutuhan gas selama proses sterilisasi

berbeda, sehingga grafik pada awal naik dan linier setelah mencapai suhu optimum. Karena terjadi

perbedaan konsumsi bahan bakar pada awal sterilisasi, maka pada drum laju kebutuhan bahan

bakar selama sterilisasi lebih besar.

Penyusutan Steamer Baglog dan Drum

Steamer Baglog merupakan sebuah alat produksi.Setiap alat memiliki umur atau jangka

waktu untuk pemakaian.Maka untuk mengetahui kelayakan alat untuk digunakan sebagai alat

produksi, perlu adanya perhitungan nilai penyusutan alat. Sehingga dapat digunakan

pertimbangan investasi dalam suatu proses produksi. Menurut Putro (2010), Depresiasi adalah

penyusutan nilai fisik “decrease in value” barang dengan berlalunya waktu dan penggunaan

berdasarkan umur ekonomis actual asset sampai umur rencana tertentu (useful life) dengan

mempunyai nilai buku (book value/ salvage value). Penurunan atau penyusutan nilai pasar,

penurunan nilai pakai/ kegunaan, penurunan alokasi cost fungsi waktu, kegunaan, umur.

Pada steamer baglog dengan harga awal alat Rp 5.000.000, harga akhir alat Rp. 200.000,

dan dengan perkiraan umur ekonomis selama 10 tahun (Gambar 6). Berdasarkan hasil perhitungan

nilai penyusutan alat pertahun adalah Rp. 480.000, dengan demikian untuk satu kali produksi nilai

penyusutan perhari sebesar Rp. 1.513,1.Dengan biaya variabel dalam 1 kali produksi Rp. 115.000.

Maka biaya total satu kali produksi dengan menggunakan steamer baglog sebesar Rp. 116.315,1.

Penerimaan perhari didapatkan dari harga jual perbaglog Rp 2.000 dikali dengan jumlah produksi

perhari yaitu 80 baglog, sehingga untuk penerimaan sebesar Rp 160.000/hari. Keuntungan setiap

produksi dihasilkan dari harga penerimaan Rp 160.000 dikurangi biaya total perhari Rp

116.315,1, maka keuntungan setiap produksi sebesar Rp 43.684,9. Break Even Point dalam satu

kali produksi yaitu sebanyak 3 buah. Tingkat pengembalian modal pertahun sebesar 37,56%,

sehingga untuk pengembalian modal sebesar 100% membutuhkan waktu ± 2,7 tahun.

Pada penelitian ini harga awal alat Rp. 500.000, harga akhir alat Rp. 30.000, dan asumsi

umur ekonomis alat 6 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan nilai penyusutan alat setiap tahun

adalah Rp. 78.333, sehingga untuk penyusutan alat perhari yaitu Rp. 214,6. Biaya total setiap

produksi diperoleh dari penjumlahan antara biaya tetap perhari Rp 214,6 dengan biaya variabel

perhari Rp 115.000. Dari hasil penjumlahan tersebut diketahui biaya total perhari dengan

menggunakan drum sebesar Rp 115.214,6. Penerimaan perhari didapatkan dengan mengalikan

harga jual perbaglog yaitu Rp 2.000 dan jumlah produksi perhari sebesar 75 baglog, dari hasil

perhitungan diketahui penerimaan setiap produksi sebesar Rp 150.000. Besarnya keuntungan

setiap produksi adalah penerimaan Rp 150.000 dikurangi biaya total perhari Rp 115.214,6, maka

keuntungan perhari sebesar Rp 34.786.Break Event Point dalam satu kali produksi harus menjual

1 buah. Persentase untuk pengembalian modal pertahun sebesar 30,40%, sehingga untuk

mengembalikan modal 100% sterilisasi menggunakan drum membutuhkan waktu ± 3,3 tahun.

Berdasarkan penjelasan diatas terlihat bahwa pada steamer baglog biaya total dalam 1 kali

produksi lebih besar yaitu Rp. 116.315,1. Besarnya biaya total disebabkan oleh besarnya nilai

penyusutan alat yaitu Rp. 1.315,1/hari. Sedangkan pada drum biaya total yang dibutuhkan dalam

1 kali produksi hanya Rp. 115.214,5. Biaya total yang kecil disebabkan oleh kecilnya nilai

penyusutan alat yaitu Rp. 214,5. Tetapi, besarnya biaya total pada steamer baglog diimbangi

dengan besarnya kapasitas yang diproduksi, sehingga untuk penerimaan setiap produksijuga

besar. Dari perbandingan keuntungan masing-masing alat dalam setiap produksi, diketahui bahwa

pada steamer baglog keuntungannya yaitu sebesar Rp. 43.684,9, sedangkan pada drum hanya

memperoleh keuntungan sebesar Rp. 34.786.Besarnya keuntungan yang didapatkan dari produksi

menggunakan steamer baglog disebabkan oleh jumlah produksi yang besar.Sehingga penerimaan

yang diperoleh besar.Keadaan ini membuktikan bahwa semakin besar jumlah produksi yang

dihasilkan maka semakin besar penerimaan yang dihasilkan, dan keuntungan yang didapatkan

juga lebih banyak.

Page 11: Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih ...

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314

313

Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk

– Satu Dkk

Break event point pada steamer baglog yaitu 3 baglog, maka setiap hari agar tidak

mengalami kerugian harus menjual sebesar nilai break event point. Sedangkan break event point

pada drum adalah 1, dengan demikian setiap hari harus menjual sebesar nilai break event point

agar tidak menanggung kerugian. Dari perbandingan break event point diatas steamer baglog

lebih besar, karena biaya tetap pada steamer baglog lebih besar jika dibandingkan dengan drum.

Grafik penyusutan alat ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Penyusutan Alat

Berdasarkan Gambar 6 tersebut, penyusutan alat diketahui umur ekonomis steamer baglog

lebih panjang. Dengan umur ekonomis selama 10 tahun dan pengembalian modal untuk produksi

selama ± 2,7 tahun. Steamer baglog lebih menguntungkan untuk digunakkan sebagai alat

produksi. Karena memiliki sisa waktu ± 7,3 tahun yang digunakan untuk memaksimalkan

keuntungan. Grafik umur ekonomis untuk drum selama 6 tahun dan waktu untuk pengembalian

modal selama ± 3,3 tahun. Sehingga untuk digunakan sebagai alat produksi drum kurang

menguntungkan. Karena sisa waktu pengembalian modal hanya ± 2,7 tahun. Berdasarkan

perbandingan tersebut diketahui bahwa steamer baglog baik untuk digunakan sebagai alat

produksi.Karena dalam sebuah perusahaan biaya untuk pengadaan alat produksi cukup besar,

maka memerlukan pertimbangan umur ekonomis alat untuk investasi jangka panjang.

KESIMPULAN

Sterilisasi menggunakan steamer baglog kebutuhan bahan bakar selama 8 jam sebesar 2,5

kg. Sehingga kebutuhan gas perhari sebesar 7,5 kg, dengan laju kebutuhan energi sebesar 45.816,8

kcal/hari. Sedangkan sterilisasi menggunakan drum kebutuhan bahan bakar selama 8 jam sebesar

3 kg. Sehingga kebutuhan gas perhari sebesar 9 kg, dengan laju kebutuhan enegi sebesar

62.831,07 kcal/hari. Dari perhitungan efisiensi kompor, diperoleh hasil efisiensi kompor pada

sterilisasi dengan menggunakan steamer baglog sebesar 51,91%. Pada sterilisasi dengan

menggunakan drum diperoleh hasil sebesar 59,33%. Dari tingkat keberhasilan steamer baglog

sebesar 100% dari seluruh jumlah yang disterilisasi, sedangkan dengan menggunakan drum

tingkat keberhasilan hanya mencapai 94,7% dari jumlah total yang disterilisasi. Perhitungan nilai

ekonomis alat diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan steamer baglog lebih

menguntungkan.Karena keuntungan pertahun menggunakan steamer baglog sebesar Rp.

15.872.390. Sedangkan keuntungan pertahun menggunakan drum hanya sebesar Rp.

12.775.912,5.

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

0 5 10 15

Pe

nyu

suya

t (R

p)

Tahun ke-

Steamer Baglog

Drum

Page 12: Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih ...

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 303-314

314

Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih Menggunakan Steamer Baglog – Sujoko, dkk

– Satu Dkk

DAFTAR PUSTAKA

Achmad SA, Kadam JA, Mane VP, Patil SS, Baig MMV. 2009. Biological Efficienci And

Nutritional Contents Of Pleurotus florida (Mont) Singer Cultivation on Different Agro-

Wastes. Nature and Science: 7(1);1545-0740.

Astuti W, Nurbana S. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa

Timur.

Desna.2010. Kajian Lamanya Proses Sterilisasi Media Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit

Yang Dihasilkan.Skripsi.IPB. Bogor

Ibekwe VI, Azubuike PI, Ezeji EU, Chinakwe EC. 2008. Effect of Nutrient Sources and

Environmental Factors on the Cultivation and Yield of Oyster Mushroom (Pleurotus

ostreotus). Pakistan Journal of Nutrition: 7(2); 349-351.

Imtiaj A, Rahman SA. 2008. Short Note (Nota Corta) Economic Viability of Mushroom

Cultivation to Poverty reduction in Bangladesh. Tropical and Subtropical Agroecosystems:

8; 93-99

Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas, Irmansyah, A.D. Husin, M.N. Indro, H. Hardhienata,

K. Abdullah, T. Mandang, S. Tojo. 2009. Optimization of Thermal Efficiency of Cooking

Stove with Rice-Husk Fuel in Supporting the Proliferation of Alternative Energy in

Indonesia. Proceeding Symposium on Advanced Technological Development of Biomass

Utilization in Southeast Asia, page 40 – 43, Tokyo University of Agriculture and

Technology (TUAT), Japan.

Moore E, Landecker. 1996. Fundamenttals of the Fungi. Edisi IV, Prentice hall, Inc, New Jersey.

Nasim G, Malik SH, Bajwa R, Afzal M, Mian SW. 2001.Effect of three Different Culture Media

on Mycellial Growth of Oyster and Chinese Mushroom. Journal of Biologi Science:

1(12);1130-1133

Putro, Haryono.2010. Diktat Mata Kuliah Ekonomi Teknik.Universitas Gunadarma, Jawa Barat

Rifki M, Irzaman, H. Alatas. 2008. Optimasi Efisiensi Tungku Sekam dengan Ventilasi Lubang

Utama pada Badan Kompor.Prosiding Seminar Nasional Sains, FMIPA IPB, halaman 155

– 161.

Sumarmi. 2006. Botani dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. Jurnal Inovasi Pertanian: vol. ; 2.

Susilawati, dan Budi.2010. Budidaya Jamur Tiram (Pleourotus ostreatus var florida) yang ramah

lingkungan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatra Selatan

Widyastuti M. 2002. Kandungan Gizi dan Kegunaan Jamur Tiram. Pusat Pengkajian dan

Penerapan Teknologi Bio Industri. Jakarta