PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH …
Transcript of PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH …
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH
(Pleurotus ostreatus) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM BIBIT
F0 DAN F1
RUSKIN ISKANDAR
G111 11 360
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH
(Pleurotus ostreatus) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM BIBIT
F0 DAN F1
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana
Pada Program Studi Agroteknologi Departemen Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
RUSKIN ISKANDAR
G111 11 360
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul pertumbuhan dan produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus) Pada Berbagai Media Tanam Bibit F0 dan F1.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari beberapa pihak,
penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik,karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih tulus kepada:
1. Ayahanda Iskandar dan Ibunda Darmia , yang telah membesarkan, mendidik,
penulis dengan kasih sayang yang tulus dan atas segala kesabaran, nasehat dan
jerih payah serta doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Muh. Farid Bdr, MP dan Dr. Ir. Nasaruddin, MS selaku pembimbing
yang telah meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan pikiran demi
membimbing penulis sejak awal penelitian hingga selesainya skripsi ini.
3. Nurfaida, SP, MSc, Dr. Ir. Fachirah Ulfa, MP, Dr. Hari Iswoyo, SP. MA.dan
Rahmansyah Dermawan, SP. MSi selaku penguji yang memberikan banyak
saran dan masukan kepada penulis sejak awal penelitian sampai selesainya
skripsi ini.
4. Terima kasih kepada sahabat sepenanggungan dan seperjuangan selama
menempuh jenjang strata 1 Anggerah Ruslan SP, Akbar Pirman SP, Jafaruddin
SP, Muhammad Fadli SP, Yosia Talagandeng SP, Andi Ayu Nurnawati, SP dan
Fatimah Arsyad, SP. yang telah banyak membantu selama proses penelitian
berlangsung hingga selesai.
5. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Sulaiman, SP, MP, Sitti Aisyah,
SP.MP, Muhammad Naim, SP. MP, Hamdani Muchtar, SP. MP, Andriyana
Gustam, SP. MP Nursalim Agriansyah, SP. MP , Indah Purnama Sari, SP,
Irmayani Kaharuddin SP, Nurul Megawati Ahmad, SP, Uswah Trywulan Syah
SP, Ahrani Akbar Fachri, SP, Baso Panguriseng, SP, Fatmawati SP, Syahrani
Syafitri, A. Dwie Mochammad Abduh. T, Muhammad Abidin, Muh. Arifuddin
vi
dan Dirgha Erlangga atas semua bantuan dan nasehat yang diberikan kepada
penulis hingga skripsi ini selesai.
6. Terima kasih kepada adinda agroteknologi 2012 dan 2013 yang telah membantu
selama proses penelitian berlangsung hingga selesai.
7. Terima kasih atas semangat, dukungan, doa dan komentar yang membangun
kepada teman-teman UKM Karate Do Unhas, AKTIVATOR 011 dan IMPS
Unhas, serta teman-teman HIMAGRO Unhas.
8. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan semangat dan dukungan dari
awal penelitian sampai penyusunan skripsi.
Penulis berharap semoga apa yang terdapat dalam tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi yang membutuhkan. Hasbunallah wa ni’mal wakil.
Makassar, November 2017
Penulis
vii
RINGKASAN
RUSKIN ISKANDAR (G111 11 360). PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA BERBAGAI MEDIA
TANAM BIBIT F0 DAN F1. Dibimbing oleh NASARUDDIN dan MUH. FARID
BDR.
Jamur tiram merupakan komoditi yang mempunyai prospek sangat baik untuk
dikembangkan, baik untuk mencukupi pasaran dalam negeri yang terus meningkat
maupun untuk ekspor. Pembibitan jamur tiram banyak dilakukan dengan
menggunakan kultur jaringan yaitu dengan menggunakan media PDA, tetapi media
PDA tersebut memiliki harga yang cukup mahal dan sulit untuk didapatkan maka
perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan media alternatif. Penelitian
bertujuan untuk (1) mendapatkan media yang memberikan pertumbuhan miselium
yang lebih baik pada perbanyakan F0, (2) mendapatkan media yang memberikan
pertumbuhan miselium yang lebih baik pada perbanyakan F1 dan (3) mendapatkan
interaksi media F0 dan F1 yang memberikan pertumbuhan dan produksi yang lebih
baik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium kultur jaringan, Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin dan perumahan dosen Unhas Tamalanrea Makassar.
Penelitian ini berlangsung dari bulan maret sampai september 2016. Penelitian
dilaksanakan tiga tahap, tahap pertama menggunakan Rancangan Acak Kelompok
yang terdiri dari 3 perlakuan; tahap kedua dan ketiga menggunakan Rancangan
Faktorial dua Faktor Faktor pertama yaitu dua media tumbuh terbaik, faktor kedua
terdiri 2 taraf yaitu media jagung kuning (b1) dan media sebuk gergaji (b2) semua
tahap diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) media ubi
jalar putih memberikan perkembangan miselium tertinggi 9 cm dan lama miselium
tercepat 3 HST pada perbanyakan F0 di cawan petri; (2) media jagung memberikan
perkembangan miselium terbaik 9,81 dan lama miselium memenuhi botol 5,33 HST
pada perbanyakan F1 di botol; dan (3) interaksi jenis media ubi jalar dan jenis media
jagung memberikan lama miselium memenuhi baglog tercepat 4,67 MST dan benih
yang berasal media jagung pada botol memberikan bobot tubuh buah tertinggi 493
g.baglog-1 pada produksi jamur tiram.
Kata kunci : bibit jamur tiram, media ubi jalar, media jagung, media serbuk gergaji,
kentang.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Hipotesis ......................................................................................... 4
1.3. Tujuan Dan Kegunaan .................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Karakteristik Jamur................................................ 6
2.2. Kandungan dan Manfaat jamur Tiram Pleurotus sp....................... 7
2.3. Syarat Pertumbuhan Jamur Tiram Putih ......................................... 8
2.4. Siklus Hidup Jamur Tiram Putih Pluerotus sp. ............................. 11
2.5. Media Tumbuh Bibit Jamur Tiram ............................................... 12
2.5. kandungan Nutrisi dan Manfaat Ubi Jalar ..................................... 14
2.6. Kandungan Nutrisi dan Manfaat Kentang ..................................... 15
2.7. Kultur Jaringan .............................................................................. 16
BAB III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu ......................................................................... 17
3.2. Alat dan Bahan .............................................................................. 17
3.3. Metode Penelitian .......................................................................... 18
3.4. Prosedur Kerja ............................................................................... 19
3.5. Parameter Pengamatan................................................................... 24
3.6. Analisis Data .................................................................................. 25
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil ............................................................................................... 26
4.2. Pembahasan ................................................................................... 31
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .................................................................................... 36
5.2. Saran .............................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 37
LAMPIRAN .................................................................................................. 40
ix
DAFTAR TABEL
NO Halaman
Teks
1. Rata-rata lama miselium memenuhi cawan (HST) ................................. 27
2. Rata-rata lama miselium memenuhi botol (MST) ................................... 27
3. Rata-rata perkembangan miselium jamur pada botol 5 (MST) ............... 28
4. Rata-rata perkembangan miselium jamur pada baglog (MST) ............... 29
5. Rata-rata lama miselium jamur memenuhi baglog (MST) ..................... 29
6. Rata-rata bobot tubuh buah .................................................................... 30
x
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
Gambar
1. Diameter perkembangan miselium cawan (cm) ...................................... 26
2. Denah Pengacakan F0 pada cawan Petri ................................................. 44
3. Denah Pengcakan F1 pada cawan botol dan Baglog .............................. 45
4. Perkembangan miselium 7 HST pada cawan .......................................... 46
5. Perkembangan miselium 14 HST pada cawan ........................................ 46
6. Perkembangan miselium 30 HST pada cawan ........................................ 46
7. Perkembangan miselium di botol 10 HST .............................................. 47
8. Perkembangan miselium di botol 20 HST .............................................. 47
9. Perkembangan miselium di botol 30 HST pada media jagung ............... 48
10. Perkembangan miselium di botol 30 HST pada media serbuk gergaji .. 48
11. Perkembangan miselium di baglog ......................................................... 49
12. Penampilan jamur sebelum dipanen........................................................ 50
13. Penimbangan bobot jamur....................................................................... 51
xi
DAFTAR LAMPIRAN TABEL
NO Halaman
Lampiran
1. Sidik ragam perkembangan miselium pada cawan ........................................ 41
2. Sidik ragam lama miselium memenuhi cawan .............................................. 41
3. Sidik ragam lama miselium botol .................................................................. 41
4. Sidik ragam perkembangan miselium umur 5 MST ...................................... 42
5. Sidik ragam lama miselium memenuhi botol ................................................ 42
6. Sidik ragam perkembangan miselium memenuhi baglog .............................. 42
7. Sidik ragam lama miselium memenuhi baglog .............................................. 42
8. Sidik ragam bobot tubuh buah ....................................................................... 43
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jamur tiram merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sudah mulai
dikenal masyarakat karena memiliki protein yang tinggi dan rendah lemak serta
memiliki manfaat yang sangat baik bagi kesehatan tubuh manusia.
Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini
merupakan salah satu jenis jamur edible yang paling banyak dan populer di
budidayakan serta saring dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Jamur tiram
merupakan jenis jamur yang awalnya tumbuh secara alami pada batang-batang
pohon yang telah mengalami pelapukan di daerah hutan (Soenanto, 2000).
Di Indonesia merupakan komoditi yang mempunyai prospek sangat baik
untuk dikembangkan, baik untuk mencukupi pasaran dalam negeri yang terus
meningkat maupun untuk ekspor, sebab masyarakat sudah mulai mengerti nilai gizi
jamur tiram putih ataupun coklat. Jamur tiram putih disebut juga dengan jamur kayu
karena jamur tersebut tumbuh pada media kayu lapuk. Jamur tiram putih memiliki
tubuh buah berwarna putih dengan tudung membentuk setengah lingkaran besar
atau menyerupai cagkang dan tangkai terletak di tepi tudung. Jamur ini tumbuh baik
selama musim hujan, suhu optimum yang bagus untuk pertumbuhan dan
pembentukkan tubuh buah adalah 25̊C, walaupun jamur ini tumbuh di daerah
subtropis dan daerah beriklim sedang, daerah tropis juga membantu pertumbuhan
jamur dengan lingkungan sesuai. Sejalan dengan kebutuhan manusia terhadap
kebutuhan jamur tiram untuk konsumsi ataupun untuk bahan obat, namun dengan
2
ketergantungan masyarakat terhadap ketersediaan yang ada di alam kebutuhan
tersebut akan sulit untuk terpenuhi mengingat jamur tiram sangat terbatas
pertumbuhannya di alam, oleh karena itu, beberapa jenis jamur tiram sedikit demi
sedikit mulai dibudidayakan.
Menurut DEPTAN (2015) produksi jamur tiram 2011 sampai 2015 berturut
turut 45.854 ton/tahun, 40.886 ton/tahun, 40.564 ton/tahun, 37.410 ton/tahun,
29.989 ton/tahun, dari data tersebut membuktikan bahwa produksi setiap tahunnya
mengalami penurunan sedangkan permintaan terus meningkat dan ekspor jamur
2015 sebesar 274.004 kg/tahun. Ini juga membuktikan bahwa produksi jamur masih
kurang sehingga ekspor masih kurang, sehingga dibutuhkan peningkatan produksi
pertahunya, dengan asumsi kenaikan pasar sekitar 5% per tahun, maka kebutuhan
jamur tiram untuk wilayah Indonesia akan naik menjadi 21.900 ton/tahun. Padahal
kemampuan petani untuk menyediakannya baru sekitar 10.000- 12.500 ton/tahun.
Dari informasi di atas sudah jelas bahwa prospek budidaya akan jamur tiram putih
ini sangat baik dikembangkan dengan teknik yang sederhana (Piryadi, 2013).
Terbatasnya produksi jamur tiram di Indonesia disebabkan oleh beberapa
faktor penghambat, salah satunya adalah kurangnya penyediaan bibit jamur yang
berkualitas atau bibit yang bermutu, Dan mahalnya media bibit yang berada di
pasaran. Bibit jamur tiram yang baik adalah bibit jamur tiram yang di hasilkan dari
kultur jaringan murni dan terbebas dari kontaminasi lingkungan sekitar. Sterilisasi
media merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam pembuatan bibit
jamur tiram. Sterilisasi media kultur diharapkan mampu meminimalisasi terjadinya
kontaminasi pada media kultur jaringan.
3
Budidaya jamur tiram putih sudah banyak dikembangkan di Indonesia
namun masih banyak kendala dalam budidayanya diantaranya adalah masalah
pembibit, karena produksi jamur tiram tergantung pada sumber dan kualitas
bibitnya, makin bagus bibit yang digunakan maka produksi jamur tirampun akan
bagus. Sejalan dari hal tersebut kebanyakan masyarakat menggunakan bibit yang
kurang berkualitas sehingga produksinya tidak terlalu bagus.
Secara umum, perbanyakan bibit jamur tiram dilakukan dengan
menggunakan metode kultur jaringan dengan media PDA (Potato Dextrose Agar).
Akan tetapi, bahan utama media PDA seperti kentang memiliki harga yang
terbilang cukup mahal. Untuk itu, perlu adanya alternatif pengganti bahan kentang
yang murah dan memberikan pertumbuhan miselium yang bagus.
Bahan baku yang dapat menggantikan kentang adalah ubi jalar, ubi jalar
memiliki kandungan karbohidrat dan memiliki nutrisi yang cukup tinggi yang
hampir sama dengan kentang sehingga memungkingkan digunakan sebagai media
untuk pertumbuhan jamur. Karren (2017) menyatakan Ubi jalar merupakan salah
satu kandungan sari ubi jalar putih segar dalam tiap 100 gram yaitu mengandung
99-27 g karbohidrat, vitamin B1 0,27-22,5 mg, vitamin C 0,24-0,4 mg dan protein
4-8 g, sehingga dapat menjadi sumber nutrisi untuk pertumbuhan miselium jamur.
Selain media tanam pada tahapan F0 yang berpengaruh madia tanam pada
tahap F1 juga sangat berpengaruh karena pada tahap F1 jamur tiram menyukai
media yang memiliki kandungan karbohidrat yang cukup dan lignin yang sedikit,
media yang disukai berupa biji-bijian atau serbuk gergaji yang memiliki lignin
sedikit.
4
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian mengenai
Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Berbagai
Media Tanam Bibit F0 Dan F1. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh
kombinasi media yang cocok untuk setiap media tanam dengan harapan dapat di
peroleh bibit tanaman yang berkualitas dalam jumlah yang banyak dan waktu yang
relative singkat dengan mengefisiensikan biaya produksi.
1 .2 Hipotesis
1. Terdapat satu media yang memberikan pertumbuhan miselium jamur
tiram yang lebih baik pada perbanyakan (F0).
2. Terdapat satu media yang memberikan pertumbuhan miselium jamur
tiram yang lebih baik pada perbanyakan (F1).
3. Terdapat interaksi jenis media (F0) dan jenis media (F1) yang
memberikan pertumbuhan dan produksi jamur tiram yang lebih baik.
5
1.3 Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah
1. Untuk mendapatkan media yang memberikan pertumbuhan miselium jamur
tiram yang lebih baik pada perbanyakan (F0)
2. Untuk mendapatkan media yang memberikan pertumbuhan miselium jamur
tiram yang lebih baik pada perbanyakan (F1)
3. Untuk mendapatkan interaksi media (F0) dan (F1) yang memberikan
pertumbuhan dan produksi jamur tiram yang lebih baik.
Kegunaan dari penelitian ini yaitu dapat menjadi sarana informasi mengenai
pertumbuhan dan produksi putih jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dengan berbagai
media tanam F0 dan F1.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Karakteristik Jamur
Menurut Tjitrosoepomo (2009) Klasifikasi jamur tiram adalah sebagai
berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Thallophyta
Subdivisio : Fungi
Classis : Eumycetes
Subclassis : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Agaricaceae
Genus : Pleurotus
Species : Pleurotus sp
Jamur tiram dalam bahasa Yunani disebut Pleurotus, artinya bentuk
samping atau posisi menyamping antara tangkai dengan tudung, sedangkan sebutan
tiram, karena bentuk atau badan buahnya menyerupai kulit tiram (cangkang
kerang). Jamur tiram yang merupakan jenis jamur kayu ini, awalnya tumbuh secara
alami pada batang-batang pohon yang telah mengalami pelapukan, umumnya
mudah dijumpai di daerah-daerah hutan (Riyanto, 2010).
Tudung jamur tiram berbentuk agak membulat, lonjong dan melengkung
seperti cangkang tiram. Jamur tiram mempunyai tudung berdiameter 4-15 cm atau
lebih, berbentuk seperti tiram, cembung kemudian menjadi rata atau kadang-kadang
7
membentuk corong, permukaan licin, agak berminyak ketika lembab, tetapi tidak
lengket, warna bervariasi dari putih sampai abu-abu, atau coklat tua (kadang-
kadang kekuningan pada jamur dewasa). Jamur tiram berdaging tebal, berwarna
putih, dan lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai. Sporanya putih
sampai ungu muda berukuran 7-9 x 3-4 µ, berbentuk lonjong, dan licin (Meisetyani,
2006).
Menurut Riyanto (2010) terdapat beberapa jenis jamur tiram yang sering
dibudidayakan petani, antara lain Jamur tiram putih Pleurotus ostreatus warna
tubuh buah putih, Jamur tiram coklat Pleurotus abalonus warna tubuh buah
kecokelatan dan Jamur tiram kuning Pleurotus sp warna tubuh kuning. Jamur
termasuk organisme eukariota, dan sebagian besar adalah eukariota multiseluler.
jamur adalah organisme unik yang umumnya berbeda dari eukariota lainnya
ditinjau dari cara memperoleh makanan, organisasi struktural, pertumbuhan dan
reproduksi (Campbell dkk.2003).
2.2 Kandungan dan Manfaat Jamur Tiram Pleurotus sp.
Jamur tiram putih merupakan jenis jamur kayu yang memiliki kandunggan
nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram
putih mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin, dan riboflavin lebih tinggi
di bandingkan jenis jamur lain (Gusnimar, 2011). Jenis vitamin di dalam jamur
adalah vitamin B1, B2, Niasin, biotin, dan vitamin C (Nurjihadinnisa, 2015). Jamur
tiram telah di ketuhuio manfaatnya secara luas, baik untuk bahan makanan maupun
obat-obatan, (Achmad, dkk., 2009).
8
Jamur tiram merupakan sumber protein nabati yang rendah kolesterol
sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman bagi mereka
yang rentan terhadap serangan jantung. Kandungan asam folatnya (vitamin B-
kompleks) yang tinggi dapat meyembuhkan anemia dan sebagai anti tumor,
mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan sebagai obat kekurangan zat
besi, serta baik juga di konsumsi oleh ibu hamil dan menyusui (Riyanto, 2010).
Ekstrak jamur tiram putih mempunyai kemampuan membentuk interferon yang
berfungsi sebagai anti virus atau mekanisme pertahanan terhadap virus dan
penyakit serta memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam
tubuh manusia (Steviani, 2011).
2.3. Syarat Pertumbuhan Jamur Tiram Putih
Nutrisi lengkap yang di perlukan oleh jamur tiram antara lain karbohidrat,
(selulosa, hemiselulosa dan lignin), protein (urea), lemak, mineral (CaCO3 dan
CaSO4), dan Vitamin. Kayu sengon yang pada umumnya di gunakan sebgai media
jamur tiram mengandung selulosa (49,40%), hemiselulosa (24,59%), lignin
(26,8%), abu (0,60%), dan selika (astuti, 2013). Jamur dapat tumbuh pada bahan
lain yang mengandung selulosa dengan nilai C/N>50, menurut Zadrazil dalam
Shifiriah, dkk., (2012). Jamur tiram putih tumbuh pada tempat-tempat yang cukup
mengandung karbon dalam bentuk karbohidrat dan cukup mengandung nitrogen
dalam bentuk garam amonium yang akan di ubah menjadi protein (Shifiriah, dkk.,
2012).
Jamur tiram dapat memanfaatkan bahan lignoselulosa dengan kisaran yang
luas, seperti jerami padi sisa gergajian kulit coklat, amplas tebu, pulp kopi, dan
9
batang-batang kapas (Herliyana, 2013). Menurut Achmad (2009) jamur tiram dapat
tumbuh dan berkembang pada berbagai macam kayu di sembarang tempat. Jamur
tiram merupakan tumbuhan hiterotrofit yang mana hidupnya tergantung pada
kondisi lingkungan tempat tumbuh. Faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan jamur adalah suhu kelembapan, pencahayaan, tingkat keasaman (pH),
sirkulasi udara yang baik, kadar air, ketinggian tempat dan air aerasi.
2.3.1 Suhu Udara dan Kelembaban
Budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting untuk
mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimis. Umumnya suhu yang optimal
untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang
memerlukan suhu udara berkisar antara 22-28 0C dengan dan fase pembentukan
tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 – 22 0C (widyastuti, 2008).
Umumnya, jamur ini bisa tumbuh pada suhu 24-28 0C. Suhu tersebut akan
menghasilkan pertumbuhan jamur tiram yang optimal dan jika suhu diatas 300C
maka pertumbuhan jamur akan terhambat. (Nurjihadinnisa, 2015).
a. Pencahayaan
Ruangan pada rumah jamur harus redup, dan kadar pencahayaan yang
sesuai adalah 30%. Kadar cahaya yang terlalu tinggi dan cahaya matahari langsung
menyebabkan jamur mudah kering dan tidak segar, untuk meredupkan ruangan kita
bisa melapisi dinding kandang dengan menggunakan plastik mulsa (Wiardani,
2010).
10
b. Tingkat Kemasaman (pH)
Tingkat kemasaman media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
jamur tiram. Miselium jamur bisa tumbuh optimal dalam keadaan gelap dengan
kondisi asam (Ph 5,5 – 6,5), jika perlu pH terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur
akan terganggu. (Nurjihadinnisa, 2015).
c. Sirkulasi Udara yang Baik
Miselium memberikan udara yang cukup untuk bernafas dan selanjutnya
untuk tumbuh menjadi bakal jamur. Sirkulasi udara yang tidak baik, akan membuat
jamur tumbuh menjadi kerdil dan mudah terserang oleh hama penyakit. (Wiardani,
2010).
d. Kadar air
Kadar air berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselium
jamur. Miselium akan tumbuh optimal pada media dengan kadar air sekitar 65%
jika terlalu tinggi maka jamur bisa busuk dan akhirnya mati, tetapi jika kadar air
terlalu rendah akan menghambat pertumbuhan jamur (Nurjihadinnisa, 2015).
e. Ketinggian Tempat
Jamur tiram dapat dibudidayakan pada ketinggian berkisar 0-1000 meter di
atas permukaan laut, tapi jamur tiram yang paling ideal adalah dari 200-800 meter
di atas permukaan laut yang penting keadaan udara di dalam ruangan tetap menjadi
sejuk (Warisno, 2010).
f. Aerasi
Pertumbuhan miselium membutuhkan kandungan karbondioksida tinggi
sekitar 15-20% dari volume udara, namun jika kandungan tersebut terlalu tinggi
11
akan terjadi gangguan pertumbuhan, sehingga bentuk tudung jamur akan lebih kecil
dari tangkainya (Nurjihadinnisa, 2015).
2.4. Siklus Hidup Jamur Tiram Pleurotus sp.
Pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih menurut Volk dalam
Nurjihadinnisa (2015) yaitu :
a. Perkecambahan Spora
Jamur tiram termasuk dalam Subclassis Basidiomycetes. Spora terdapat
dalam basidiospora yang terletak secara eksternal pada sel berbentuk gada yang
disebut basidia. Basidiospora terletak pada lapisan hymenium yang menyelubungi
lamella. Spora akan jatuh terbawa oleh aliran udara akibat pengaruh gravitasi
setelah lepas dari stigma. Proses ini didukung oleh letak tubuh buah dan lamella.
Sebagian besar spora jamur memiliki “germ pore” bentuk tonjolan ke arah dalam
pada salah satu ujung sebuah spora. Germ spora merupakan tempat kecambah
pertama kali muncul berupa miselium haploid yang disebut hifa.
b. Pertumbuhan Miselium
Miselium merupakan hifa yang saling membelit membentuk massa benang
yang cukup besar. Fungsi miselium adalah untuk menyerap air, nutrisi, dan bahan
organic dari media untuk memacu pertumbuhan jamur. Masa pertumbuhan
miselium membutuhkan kelembapan udara antara 65%-70% dengan suhu 250 –
300C. keadaan yang ruangan yang gelap akan mengoptimalkan pertumbuhan
miselium.
12
2.5 Media Tumbuh bibit Jamur Tiram
Bibit jamur tiram diproduksi (dibuat) melalui tahap-tahap pembiakan. Tahap
Pertama adalah pembiakan spora (basidiospora) yang dihasilkan oleh basidium.
Tahap ini dilakukan melalui kultur jaringan, tahap ini adalah benang-benang jamur
(miselium) yang disebut turunan pertama (F0) (Djarijah, 2001).
Tahap Kedua adalah pembiakan miselium F1. Pembiakan tahap ini
merupakan perbanyakan miselium hasil pembiakan tahap pertama. Hasil
pembiakan tahap kedua ini disebut F2. Pembiakan tahap ketiga merupakan
perbanyakan miselium hasil pembiakan tahap kedua. Sedangkan pembiakan tahap
ketiga merupakan perbanyakan miselium tahap kedua sehingga diperoleh bibit
jamur siap tanam (Djarijah, 2001).
2.5.1 Media PDA
PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk pertumbuhan
jamur di laboratorium karena memiliki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6)
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang
netral dengan pH 7,0, dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30 °C
(Cappucino, 2014).
2.5.2 Kentang
F0 kentang adalah tahapan yang menghasilkan biakan murni dalam
pembibitan F0 biasanya menggunakan media agar PDA dengan bahan kentang,
karena kentang memiliki kandungan menunjukkan setiap 100 gram kentang
mengandung karbohidrat 85,6 g, protein 0,3 g, dan lemak 0,1 g (Samadi, 2007).
13
2.5.3 Ubi Jalar Putih
Ubi jalar putih adalah salah satu jenis varietas dari ubi jalar yang
dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Kandungan karbohidrat pada ubi jalar putih
dapat dimanfaatkan menjadi nutrisi pertumbuhan miselium jamur. Pemanfaatan ubi
jalar putih selama ini masih terbatas dan umumnya digunakan sebagai bahan
pangan saja. Berdasarkan Direktorat Gizi DepKes RI dalam Soedarsono (2014),
menyatakan bahwa ubi jalar putih mengandung protein 1,8 g, kadar air 68,50 g dan
karbohidrat 27,90 g, sehingga ubi jalar putih ini dapat digunakan sebagai media
alternatif PDA untuk pertumbuhan miselium jamur.
2.5.4 Ubi Jalar Kuning
Ubi jalar kuning dapat digunakan sebagai media pertumbuhan miselium
jamur karena mengandung banyak nutrisi untuk tumbuh seperti
karbohidrat,protein,lemak dan air. Kandungan zat pada ubi jalar kuning yaitu
karbohidrat 95,41% ; protein 0,65% ; kadar air 11,04% ; kadar abu 0,48%
(Liur,2014) dapat di manfaatkan sebagai media alternative PDA dalam bentuk
perlakuan ekstrak.
2.5.5 Serbuk Gergaji
Bahan media tumbuh jamur tiram putih adalah serbuk gergaji kayu yang
mengandung zat yang dapat memacu pertumbuhan seperti karbohidrat, serat, dan
lignin. Zat yang dapat menghambat pertumbuhan jamur yaitu getah dan minyak
atsiri (Setiagama, 2014). Serbuk gergaji banyak digunakan sebagai media bibit
jamur tiram karena resiko kontaminasinya rendah. Tetapi nutrisi yang terdapat pada
serbuk gergaji lebih rendah daripada media jagung (Suharjo, 2014).
14
2.5.6 Jagung
Jagung memiliki keunggulan sebagai media untuk bibit F1, diantaranya
pertumbuhan miselium bibit lebih cepat karena jagung mengandung glukosa tinggi
dan kualitas bibit lebih baik karena media yang digunakan murni jagung, reaksi
pertumbuhan miselium pada tahapan beglog akan lebih cepat dan kuat,
kekurangannya media jagung lebih rentan terhadap kontaminasi dan sulit memilih
jagung yang berkualitas. Media jagung utuh kekuranganya nutrisi yang terkandung
lambat diserap oleh bibit jamur (Suharjo, 2014).
2.6 Kandungan Nutrisi dan Manfaat Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori (energi) yang
cukup tinggi. Kandungan karbohidrat ubi jalar menduduki peringkat keempat
setelah padi, jagung, dan ubikayu. Ubi jalar juga merupakan sumber vitamin dan
mineral sehingga cukup baik untuk memenuhi gizi dan kesehatan masyarakat.
Vitamin yang terkandung dalam ubi jalar adalah vitamin A (beta karoten), vitamin
C, thiamin (vitamin B1), dan riboflavin (vitamin B2). Sedangkan mineral yang
terkandung dalam ubi jalar adalah zat besi (Fe), fosfor (P), kalsium (Ca) dan
natrium (Na). Kandungan gizi lainnya yang terkandung dalam ubi jalar adalah
protein, lemak, serat kasar, dan kalori. Keistimewaan ubi jalar dalam hal kandungan
gizi terletak pada kandungan beta karoten yang cukup tinggi dibanding dengan
tanaman pangan lainnya. Kandungan beta karoten ubi jalar mencapai 7100 lu.
Dengan demikian, ubi jalar sangat baik digunakan untuk pertumbuhan muselium
jamur di cawan. (Putra, 2013).
15
2.7 Kandungan Nutrisi dan Manfaat Kentang
Umbi kentang mengandung sedikit lemak dan kolesterol, namun mengandung
karbohidrat, sodium, serat diet, protein, vitamin C, kalsium,zat besi dan vitamin B6
,sebagai sumber energi, kentang juga mengandungserat makanan (sampai 3,3%),
asam askorbat (sampai 42 mg/100 g), kalium (sampai 693,8mg/100 g), karotenoid
total (sampai dengan 2700 mcg/100 g), dan fenol antioksidan seperti asam
klorogenat (hingga 1570 mcg/100 g) dan polimer, dan anti-nutrisi seperti α-solanin
(0,001- 47,2 mg/100 g), dan jumlah protein yang lebih rendah (0,85-4,2%), asam
amino, mineral dan vitamin lain, dan komponen bioaktif. Kandungan kentang
sangat baik untuk pertumbuhan muselium jamur tiram putih pada media cawan.
(Simek 1980).
Berikut merupakan manfaat nutrisi kentang, (Hani, 2012):
a. Kaya akan serat, walaupun kentang dianggap sebagai salah satu sumber
karbohidrat, namun di sisi lain kentang juga kaya akan serat. Oleh karena
itu serat kentang disarankan sebagai menu alternative karbohidrats untuk
baik pertumbuhan muselium jamur tiram.
b. kentang adalah sumber serat yang baik untuk pembuatan media , maka
kentang juga dapat bermanfaat bagi sistem pencernaan . Kandungan
vitamin B6 di dalamnya juga dapat membantu pertumbuhan muselium
jamur.
c. kentang memiliki kandungan pati sebesar 66,3% sehingga kentang dapat
bermanfaat sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan miselium jamur
tiram dan jamur merang.
16
d. kentang kaya akan zat besi dan tembaga yang baik untuk pertumbuhan
muselium jamur .
e. Mamfaat sember Ekstrak air kentang sangat baik untuk pertumbuhan
muselium jamur tiram dalam cawan.
2.8 Kultur Jaringan
Pembuatan kultur murni dilakukan melalui tiga tahap yaitu pembuatan
media agar, pemilihan induk tanaman, dan isolasi (Cahyana et al., 1999). Media
yang digunakan untuk pembuatan kultur murni adalah potatoes dextrose agar
(PDA). Penggunaan PDA karena kualitasnya sudah mengalami standarisasi
(Cahyana et al., 1999). Pembuatan media PDA ini sangat penting, karena jika tidak
dilakukan dengan hati-hati dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi. PDA
yang telah jadi dapat disimpan di pendingin dan media PDA yang didinginkan dapat
bertahan hingga lama. Bibit jamur tiram putih dikembangkan melalui kultur
jaringan. Ada dua teknik yang digunakan, yaitu dengan menggunakan spora jamur
tiram putih dan potongan tipis tangkai jamur tiram. Namun, penggunaan spora
jamur tiram kurang diminati oleh petani, karena jamur yang dihasilkan akan dapat
berubah sifat atau karakter dari induknya.
Agar diperoleh bibit jamur yang berkualitas, maka harus dipilih induk
tanaman yang bersifat unggul (Cahyana et al., 1999). Jamur yang dijadikan eksplan
pada tempat Praktik Umum adalah jamur tiram yang sudah tua atau yang sudah
mekar penuh. Media yang digunakan dalam pengulturan adalah media
PDA. Pengulturan pada media PDA dilakukan selama 20 hari dan diperoleh F0.