Risfandi a. T Tugas Dr. Budi Santoso

6
TUGAS RESUME TAHAPAN DIGESTI LEMAK MENJADI ASAM LEMAK MULAI DARI RONGGA MULUT SAMPAI USUS HALUS Disusun Oleh : Nama : Risfandi Ahmad Taskura Nim : 04121401090 PDU NON REGULER 2012 Dosen Pembimbing : dr. Budi Santoso Departemen Fisiologi FK UNSRI FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UMUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

description

jurnal

Transcript of Risfandi a. T Tugas Dr. Budi Santoso

Page 1: Risfandi a. T Tugas Dr. Budi Santoso

TUGAS RESUME

TAHAPAN DIGESTI LEMAK MENJADI ASAM LEMAK MULAI DARI RONGGA MULUT

SAMPAI USUS HALUS

Disusun Oleh :

Nama : Risfandi Ahmad Taskura

Nim : 04121401090

PDU NON REGULER 2012

Dosen Pembimbing : dr. Budi Santoso

Departemen Fisiologi FK UNSRI

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UMUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHAPAN DIGESTI LEMAK MENJADI ASAM LEMAK MULAI DARI RONGGA MULUT

SAMPAI USUS HALUS

Page 2: Risfandi a. T Tugas Dr. Budi Santoso

Lemak banyak ditemukan dalam bentuk lemak netral, yang lebih dikenal dengan nama trigliserida.

Molekul dari trigliserida tersusun dari sebuah inti gliserol dan rantai samping tiga rantai asam lemak. Lemak

netral merupakan unsur utama dalam bahan makanan yang berasal dari hewan dan sangat sedikit berasal

dari makanan yang berasal dari tumbuhan.

Dalam diet yang bisa juga mengandung sejumlah kecil fosfolipid, kolesterol, dan ester kolesterol.

Fosfolipid dan ester kolesterol terdiri dari asam lemak, oleh karena itu dapat dianggap sebagai lemak.

Sebaliknya, kolesterol merupakan suatu senyawa sterol yang tidak mengandung asam lemak, tetapi

kolesterol memperlihatkan beberapa sifat fisik dan kimia dari lemak, ditambah lagi, kolesterol merupakan

turunan lemak, dan dimetabolismekan seperti lemak. Oleh karena itu, dari sudut makanan kolesterol

dianggap sebagai suatu senyawa lemak.

Pencernaan Lemak di dalam usus. Sejumlah kecil trigliserida dicernakan di dalam lambung

oleh lipase lingual yang disekresikan oleh kelenjar lingual di dalam mulut dan ditelan bersama dengan saliva.

Jumlah pencernaan ini kurang dari 10 persen dan umumnya kurang penting. Sebaliknya, pada dasarnya

semua pencernaan lemak terjadi di dalam usus halus sebagai berikut.

Emulsifikasi Lemak oleh Asam Empedu dan Lesitin. Tahap pertama dalam pencernaan lemak

adalah secara fisik memecahkan gumpalan lemak menjadi ukuran-ukuran yang sangat kecil, sehingga enzim

pencernaan yang larut-air dapat bekerja pada permukaan gumpalan lemak. Proses ini disebut emulsifikasi

lemak, dan dimulai melalui pergolakan di dalam lambung untuk mencampur lemak dengan produk

percernaan lambung.

Lalu, kebanyakan proses emulsifikasi tersebut terjadi di dalam duodenum di bawah pengaruh

empedu, sekresi dari hati yang tidak mengandung enzim pencernaan apapun. Akan tetapi, empedu

mengandung sejumlah besar garam empedu dan juga fosfolipid lesitin. Keduanya , terutama lesitin. Sangat

penting untuk emulsifikasi lemak. Gugus-gugus polar (titk terjadinya ionisasi di dalam air) dari garam

empedu dan molekul-molekul lesitin sangat larut-air, sedangkan sebagian besar sisa gugus-gugus molekul

keduanya sangat larut-lemak. Oleh karena itu, gugus yang larut lemak dari sekret hati ini terlarut dalam

lapisan permukaan gumpalan lemak, sedangkan gugus polarnya menonjol, penonjolan gugus polar,

selanjutnya terlarut dalam cairan berair di sekitarnya, sehingga sangat menurunkan tegangan antar

permukaan lemak dan membuat lemak tersebut ikut terlarut.

Bila tegangan antar permukaan gumpalan cairan yang tidak bercampur ini rendah, cairan yang

tidak bercampur ini, melalui pengadukan, dapat dipecah menjadi banyak partikel yang sangat halus secara

jauh lebih mudah daripada bila tegangan antar permukaanya tinggi. Akibatnya, fungsi utama garam empedu

dan lesitin, terutama lesitin, dalam empedu adalah untuk membuat gelembung lemak siap untuk dipecah oleh

pengadukan dengan air didalam usus halus. Kerja ini sama seperti yang terjadi pada banyak deterjen yang

dipakai pada kebanyakn pembersih rumah tangga untuk membersihkan noda kotoran.

Lemak (Empedu + Pengadukan) Lemak Teremulsi

Page 3: Risfandi a. T Tugas Dr. Budi Santoso

Lemak teremulsi ( Lipase Pankreas) Asam Lemak dan 2-Monogliserida

Setiap kali diameter gumpalan lemak secara signifikan diturunkan sebagai akibat pengadukan pada

usus halus, daerah permukaan lemak total meningkat berlipat-lipat. Karena diameter rata-rata partikel lemak

dalam usus setelah terjadinya emulsifikasi hanya kurang dari 1 mikrometer, ukuran ini menggambarkan

peningkatan sebanyak 1000 kali lipat pada daerah permukaan lemak total yang yang disebabkan oleh proses

emulsifikasi.

Enzim lipase merupakan senyawa yang larut-air dan dapat menyerang gumpalan lemak hanya

pada permukaannya. Akibatnya, dapat dimengerti betapa pentingnya fungsi deterjen garam empedu dan

lesitin untuk percernaan lemak.

Pencernaan Trigliserida oleh Lipase Pankreas. Sejauh ini enzim yang paling penting untuk

pencernaan trigliserida adalah lipase pankreas, terdapat dalam jumlah sangat banyak di getah pankreas,

cukup untuk mencernakan dalam 1 menit semua trigliserida yang dicapainya. Selain itu, enterosit dari usus

halus juga mengandung sedkit lipase yang dikenal sebagai lipase usus, tetapi enzim ini biasanya tidak

diperlukan.

Produk Akhir Pencernaan Lemak. Sebagian besar trigliserida dalam makanan dipecah oleh

getah pankreas menjadi asam lemak bebas dan 2-monogliserida.

Peranan Garam Empedu untuk Mempercepat Percernaan Lemak-Pembentukan Misel.

Hidrolisis trigliserida merupakan suatu proses yang sangat reversibel. Oleh karena itu, akumulasi

monogliserida dan asam lemak bebas yang dicerna sangat cepat menghambat pencernaan lebih lanjut.

Namun, garam empedu memerankan peranan tambahan yang penting dalam memindahkan monogliserida

dan asam lemak bebas dari pencernaan lingkungan gelembung lemak hampir secepat pembentukan produk

akhir pencernaan ini. Keadaan ini terjadi dengan cara berikut ini.

Garam empedu, saat berada pada kosentrasi yang cukup tinggi di dalam air, mempunyai

kecenderungan untuk membentuk misel, gumpalan berbentuk silinder sferis kecil, berdiameter 3 sampai 6

nanometer, dan terdiri dari 20 sampai 40 molekul garam empedu. Misel-misel ini terjadi karena setiap

molekul garam empedu tersusun dari sebuah inti sterol yang sangat larut- lemak, dan satu gugus polar yang

sangat larut-air. Inti sterol ini melingkupi lemak yang dicernakan, membentuk gumpalan lemak kecil di

tengah misel yang telah terbentuk, dengan gugus-gusus garam empedu yang menonjol keluar untuk

menutupi permukaan misel. Karena bermuatan negatif, gugus polar ini memungkinkan seluruh gumpalan

misel larut di dalam air cairan percernaan dan tetap dalam bentuk larutan yang stabil sampai lemak tersebut

diabsorpsi ke dalam darah.

Misel garam empedu juga bertindak sebagai medium transpor untuk mengankut monogliserida dan

asam lemak bebas. Keduanya relatif tidak larut tanpa misel tersebut-menuju brush broder sel-sel epitel usus.

Di sana monogliserida dan asam lemak bebas diabsorpsi ke dalam darah, seperti yang akan dibahas

Page 4: Risfandi a. T Tugas Dr. Budi Santoso

kemudian, sedangkan garam empedu itu sendiri dilepaskan kembali ke dalam kimus untuk dipakai berulang-

ulang dalam prose pengankutan ini.

Pencernaan Ester Kolesterol dan Fosfolipid. Sebagian besar kolesterol dalam makanan berada

dalam bentuk ester kolesterol, yang merupakan kombinasi kolesterol bebas dengan satu molekul asam lemak.

Fosfolipid juga mengandung asam lemak di dalam molekulnya. Baik ester kolesterol maupun fosfolipid

dihidrolisis oleh dua lipase lain dalam sekresi pankreas untuk membebaskan asam lemak enzim hidrolase

ester kolesterol untuk menghidrolisis ester kolesterol dan fosfolipase A2 untuk menghidrolisis fosfolipid.

Misel garam empedu mempunyai peran yang sama pada pengangkutan kolesterol bebas dan

molekul fosfolipid yang sudah dicerna seperti peran pada pengangkutan monogliserida dan asam lemak

bebas. Tentu saja, pada dasarnya tidak ada satu pun kolesterol yang dapat diabsorbsi tanpa fungsi dari misel-

misel ini.

Referensi :

Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Guyton dan Hall), Edisi 11, EGC.