RINITIS VASOMOTOR

4
RINITIS VASOMOTOR Gangguan vasomotor hidung ialah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis. Kelainan ini mempunyai gejala yang mirip dengan rinits alergi. Etiologi yang pasti belum diketahui, tetapi juga sebagai akibat gangguan keseimbangan fungsi vasomotor. Oleh karena itu kelainan ini disebut juga vasomotor catarrh, atau vasomotor rinorrhea, nasal vasomotor instability, atau juga non specific rhinitis. Saraf otonom mukosa hidung berasal dari n. Vidianus yang mengandung serat simpatis dan serat parasimpatis. Rangsangan pada saraf – sarag simpatis menyebabkan dilatasi pembuluh darah dalam konka serta meningkatkan permebilitas kapikerdan sekresi kelenjar. Sedangkan rangsangan pada serat simpatis menyebabkan efek sebaliknya. Bagaimana tepatnya saraf otonom ini bekerja belumlah diketahui dengan pasti, tetapi mungkin hipotalamus bertindak sebagai pusat penerima impuls eferen, termasuk rangsang emosional dari pusat yang lebih tinggi. Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlangsung temporer, seperti emosi, posisi tubuh, kelembapan udara, perubahan suhu luar, latihan jasmani dan sebagainya, yang pada keadaan normal faktor-faktor tadi tidak dirasakan sebagai gangguan oleh indivdu tersebut. Pada penderita rinitis vasomotor, mekanisme pengatur ini hiperaktif dan cenderung saraf parasimpatis lebih aktif.

description

THT

Transcript of RINITIS VASOMOTOR

Page 1: RINITIS VASOMOTOR

RINITIS VASOMOTOR

Gangguan vasomotor hidung ialah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa

hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis.

Kelainan ini mempunyai gejala yang mirip dengan rinits alergi. Etiologi yang pasti

belum diketahui, tetapi juga sebagai akibat gangguan keseimbangan fungsi vasomotor. Oleh

karena itu kelainan ini disebut juga vasomotor catarrh, atau vasomotor rinorrhea, nasal

vasomotor instability, atau juga non specific rhinitis.

Saraf otonom mukosa hidung berasal dari n. Vidianus yang mengandung serat

simpatis dan serat parasimpatis. Rangsangan pada saraf – sarag simpatis menyebabkan

dilatasi pembuluh darah dalam konka serta meningkatkan permebilitas kapikerdan sekresi

kelenjar. Sedangkan rangsangan pada serat simpatis menyebabkan efek sebaliknya.

Bagaimana tepatnya saraf otonom ini bekerja belumlah diketahui dengan pasti, tetapi

mungkin hipotalamus bertindak sebagai pusat penerima impuls eferen, termasuk rangsang

emosional dari pusat yang lebih tinggi.

Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlangsung

temporer, seperti emosi, posisi tubuh, kelembapan udara, perubahan suhu luar, latihan

jasmani dan sebagainya, yang pada keadaan normal faktor-faktor tadi tidak dirasakan sebagai

gangguan oleh indivdu tersebut.

Pada penderita rinitis vasomotor, mekanisme pengatur ini hiperaktif dan cenderung

saraf parasimpatis lebih aktif.

Faktor- faktor yang mempengaruhi keseimbagan vasomotor

1.      Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti ergotamin,

chlorpromazin, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.

2.      Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembapan udara yang tinggi

dan bau yang merangsang.

3.      Faktor endokrin seperti keadaan kehamilan, pubertas, pemakaian pil anti hamil dan

hipotiroidisme.

4.     Faktor psikis, sepereti rasa cemas, tegang dan sebagainya.

 

 

 

Gejala klinik

Page 2: RINITIS VASOMOTOR

Untuk memahami gejala yang timbul pada rinitis vasomotor perlu diketahui terlebih

dahulu apa yang dimaksud dengan siklus nasi,yaitu kemampuan untuk dapat bernafas dengan

tetap normal melalui rongga hidung yang berubah – ubah luasnya.

Gejala yang didapat pada  rinitias vasomotor ialah hidung tersumbat, bergantian kiri

dan kanan, tergantung pada posisi pasien. Selain itu terdapat rinore yang mukus atau serus,

kadang-kadang agak banyak. Keluhan ini jarang disertai dengan bersin, dan tidak terdapat

rasa gatal di mata. 

Gejala dapat memperburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya

perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga oleh karena asap rokok dan sebagainya.

Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan ini dibedakan dalam 2 golongan yaitu

golongan obstruksi (blockers) dan golongan rinore (sneezers)

Prognosis pengobatan golongan obstruksi lebih baik aripada golongan rinore. Oleh

karena golongan rinore sangat mirip dengan rinitis alergi, perlu amnesis dan pemeriksaan

yang teliti untuk memastikan diagnosisnya.

Diagnostik

Dalam anamnesis dicari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor dan

disingkirkan kemungkinan rinitis alergi.

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran klasik berupa edem mukosa,

konka berwarna merah gelap atau merah tua (karakteristik), tetapi dapat pula pucat. Hal ini

perlu dibedakan dengan rinitis alergi. Permukaan konka dapat licin atau berbenjol (tidak

rata).pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Akan tetapi pada rongga

hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Akan tetapi pada golongan rinore sekret

yang ditemukan ialah serus dan banyak jumlahnya.

Pemeriksaan laboratorik dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi.

Kadang-kadang ditemukan juga eosinofil pada sekret hidung,akan tetapi dalam jumlah

sedikit. Tes kulit biasanya negatif. Bila pada tes ini hasilnya positif, biasanya hanya

kebetulan.

Terapi

Pengobatan pada rinitis vasotomor bervariasi, tergantung pada faktor penyebab dan

gejala yang menonjol.

Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam :

1.                     Menghindari penyebab.

Page 3: RINITIS VASOMOTOR

2.                     pengobatan simtomatis, dengan obat-obatan dekongestan oral, diatermi,

kauterisasi konka yang hipertrofi dengan memakai larutan AgNO3 25 % atau triklorasetat

pekat. Dapat juga diberikan kontikosterid topikal, misalnya budesonid, dua kali sehari

dengan dosis 100-200 mikrogram sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mikrogram

sehari. Hasilnya akan terlihat setelah pemakaian paling sedikit selama 2 minggu.

3.                     Operasi, dengan cara bedah-beku, elektrokauter, atau konkotomi konka inferior.

4.                     Neurektomi n.vidaianus, yaitu dengan melakukan pemotongan pada n.vidianus,

bila dengan cara di atas tidak memberikan hasil. Operasi ini tidaklah mudah, dapat

menimbulkan komplikasi, seperti sinusitis, diplopia, buta, gangguan lakrimasi, neuralgia

atau anestesis infraorbita dan anestesis palatum.