Kasus Rinitis Vasomotor Jojo

29
BAB I PENDAHULUAN Rinitis vasomotor adalah rhinitis kronik yang dicirikan dengan episode bersin-bersin yang hilang timbul, rinore dan kongesti pembuluh darah dari membrane mukosa nasal. Ada respon hipersensitifitas terhadap rangsangan seperti udara yang kering, polusi udara, makanan yang pedas, alcohol, emosi yang kuat dan beberapa pengobatan. Setiap bahan yag ada dalam udara seperti debu-debuan dan bulu binatang dapat menganggu orang menderita rhinitis vasomotor meskipun mereka tidak alergi terhadap bahan-bahan ini. 1 Orang dengan rhinitis vasomotor sangat sensitive terhadap iritasi dan akan mengalami gejala nasal yang signifikan bahkan ketika mereka terpapar dengan iritan yang berkonsentrasi rendah sehingga rhinitis vasomotor terlihat melebih lebihkan respon nasal normal terhadap iritasi, terjadi pada seberapa besar paparan, yang tidak menganggu sebagian besar orang. 1 Pasien dengan rhinitis vasomotor dapat dibagi menjdi 2 kelompok besar yaitu “runners” yang mengalami rinore basah dan “dry”dengan gejala utama kongesti nasal dan block jalan nafas dengan rinore minimal. Reaksi ini dapat dipicu oleh rangsangan iritan non spesifik seperti udara yang dingin, parfum, uap cat dan asap rokok. Pasien dengan rinore (kadang- kadang disebut dengan rhinitis kolinergik) tampak memiliki aktivitas sekretorik glandula kolinergik yang meningkat, karena atropine secara efektif mengurangi sekresinya. 1 1

Transcript of Kasus Rinitis Vasomotor Jojo

BAB I

BAB IPENDAHULUAN

Rinitis vasomotor adalah rhinitis kronik yang dicirikan dengan episode bersin-bersin yang hilang timbul, rinore dan kongesti pembuluh darah dari membrane mukosa nasal. Ada respon hipersensitifitas terhadap rangsangan seperti udara yang kering, polusi udara, makanan yang pedas, alcohol, emosi yang kuat dan beberapa pengobatan. Setiap bahan yag ada dalam udara seperti debu-debuan dan bulu binatang dapat menganggu orang menderita rhinitis vasomotor meskipun mereka tidak alergi terhadap bahan-bahan ini. 1Orang dengan rhinitis vasomotor sangat sensitive terhadap iritasi dan akan mengalami gejala nasal yang signifikan bahkan ketika mereka terpapar dengan iritan yang berkonsentrasi rendah sehingga rhinitis vasomotor terlihat melebih lebihkan respon nasal normal terhadap iritasi, terjadi pada seberapa besar paparan, yang tidak menganggu sebagian besar orang. 1Pasien dengan rhinitis vasomotor dapat dibagi menjdi 2 kelompok besar yaitu runners yang mengalami rinore basah dan drydengan gejala utama kongesti nasal dan block jalan nafas dengan rinore minimal. Reaksi ini dapat dipicu oleh rangsangan iritan non spesifik seperti udara yang dingin, parfum, uap cat dan asap rokok. Pasien dengan rinore (kadang-kadang disebut dengan rhinitis kolinergik) tampak memiliki aktivitas sekretorik glandula kolinergik yang meningkat, karena atropine secara efektif mengurangi sekresinya.1Apapun mekanisme causalnya, beragam sindrom rhinitis mengakibatkan morbiditas yang signifikasi di United States. National Rhinitis Clasification Task Force menyimpulkan bahwa 17 juta masyarakat Amerika memiliki rhinitis non alergik. Laporan dari Agency for HealthCare Research and Quality (AHRQ) memperkirakan bahwa 20-40 juta masyarakat Amerika memiliki rhinitis alergi, menjadikannya sebagai penyakit kronik ke 6 yang sangat sering terjadi.2AHRQ tidak menemukan penelitian prospektif dalam literature yang secara tegas membedakan rhinitis alergi dari rhinitis non alergi. Pembuatan diagnosis yang spesifik sangat penting jika pengobatannya sangat bervariasi dari kedua kondisi ini. Karena adanya penyilangan dalam pengobatan, adanya perbedaan sangat signifikan. Ketika memperhatikan kontrol lingkungan dan pemberian anti histamine oral juga imunoterapi yang telah terbukti bermanfaat hanya mengobati rhinitis alergi. Karena asma dan sinusitis juga berhubungan dengan rhinitis alergi dan juga literature yang sedang berkembang menunjukkan peningkatan efektifitas dari steroid intra nasal lebih tinggi dari anti histamine oral dalam penatalaksaan rhinitis alergi, maka sangat berguna menegakkan diagnosis yang lebih spesifik melalui uji diagnostic.2BAB II

LAPORAN KASUS

Nama:Tn. RSAgama: IslamUmur:43 tahunPekerjaan: IRTJenis Kelamin:Laki-lakiStatus Perkawinan: menikahAnamnesis

Keluhan Utama : Hidung tersumbat

Anamnesis Terpimpin :

Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat yang sudah dialami sejak 2 bulan yang lalu, namun memberat 2 minggu yang lalu. Hidung tersumbat kadang dirasakan bergantian kanan dan kiri. Keluhan ini hilang timbul dan paling sering timbul pada waktu pagi hari dan keluhan berkurang pada waktu siang hari. Pasien juga mengeluh keluar cairan jernih dari hidung terus menerus, terutama saat berbaring, keadaan ini dirasakan pasien sejak 2 bulan yang lalu, bau (-). Bersin-bersin ada tapi tidak sering frekuensi 4 kali setiap pagi, gatal pada hidung (+) jarang, tenggorok (-), gatal pada daerah mata (-). Pasien juga mengeluh jika terkena debu keluhannya timbul, alergi makanan (-).

Riwayat penyakit dahulu : tidak pernah mengalami keluhan ini sebelumnyaRiwayat kebiasaan : -

Riwayat keluarga : riwayat atopi tidak adaRiwayat pengobatan : -

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN TELINGA

KananKiri

Daun Telinga

Bentuk:Normal

Normal

Ukuran:Normal

Normal

Sikatriks:tidak ada

tidak ada

Infeksi:Tidak ada

tidak ada

Tumor:Tidak ada

tidak ada

Depan Telinga

Abses/Fistel:tidak ada

tidak ada

Sikatriks:tidak ada

tidak ada

Nyeri Tekan:tidak ada

tidak ada

Belakang Telinga

Abses/Fistel:tidak ada

tidak ada

Sikatriks:tidak ada

tidak ada

Nyeri Tekan:tidak ada

tidak ada

Liang Telinga

:lapang

lapang

Edema :tidak ada

tidak ada

Serumen :tidak ada

tidak ada

Membran tympani:intak

intak

Hiperemis:tidak ada

tidak ada

Warna :putih

putih

Perforasi :tidak ada

tidak ada

Refleks Cahaya:(+)/lengkap posisi jam 5 (+)/lengkap posisi jam 7PEMERIKSAAN HIDUNG

kanankiri

Bagian luar hidung

Bentuk:normal

normal

Kelainan kulit:tidak ada

tidak ada

nares anterior :normal

normal

Rhinoskopi Anterior

Cavum nasi :sempit

lapang

Dasar rongga hidung

Sekret (sifat):(-)

(-)

Edema/polip:(-)

(-)

Dinding lateral

Konka inferior:

Permukaan:tidak rata

licin

Warna :merah gelap

merah mudaSekret (sifat):(-)

(-)

Ukuran:hipertofi

edema (-)

Konka Media:

Permukaan:tidak rata

licin

Warna :merah gelap

merah mudaSekret (sifat):(-)

(-)Ukuran:hipertrofi

edema (-)

Septum nasi

KananKiri

Warna :merah muda merah mudaPermukaan (Deviasi):(-)(-)

Edema (hipertrofi):hipertrofi(-)

Ekskoriasi:(-)(-)

Perforasi:(-)(-)

Rhinoskopi posterior : tidak dilakukan

Sinus paranasalis:nyeri tekan (-)

Transiluminasi:tidak dilakukanPEMERIKSAAN GIGI, MULUT, KERONGKONGAN, TENGGOROKAN

Mulut

Abses/Fistel:tidak ada

Sikatriks :tidak ada

Nyeri Tekan:tidak ada

Gigi

Karies:tidak adaAbses:tidak ada

Gusi:pembengkakan (-)

TenggorokanOrofaring

Dinding dorsal

Permukaan:licin

Granula:(+)

Deformitas:tidak ada

Dinding Lateral

Lateral band:hiperemis -/-

Deformitas:tidak ada

Isthmus Fauceum: normal/normal

Arcus Posterior:normal/normalTonsil

Warna:hiperemis (-)

hiperemis (-)Pembesaran:T1

T3

Detritus:tidak ada

tidak ada

Kripte:tidak ada

tidak ada

Perlengketan:tidak ada

tidak ada

Hipofaring:tidak diperiksa

Leher

Kelenjar limfe regional : KGB tidak teraba

Kelainan Lain :tidak ada

PEMERIKSAAN LABORATORIUM Darah: tidak dilakukan

Test alergi: tidak dilakukan

Bakteriologis: tidak dilakukan

Lain-lain: tidak dilakukanRESUMEKeluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat yang sudah dialami sejak 2 bulan yang lalu. Hidung tersumbat kadang dirasakan bergantian kanan dan kiri. Keluhan ini hilang timbul dan paling sering timbul pada saat cuaca dingin dan malam hari. Pasien juga mengeluh keluar cairan jernih dari hidung terus menerus, terutama saat berbaring, keadaan ini dirasakan pasien sejak 3 bulan yang lalu, bau (-). Bersin-bersin ada tapi tidak sering. Pasien juga mengeluh jika terkena debu keluhannya timbul, alergi makanan (-). Penurunan pendengaran dirasakan pasien akhir-akhir ini 1 bulan yang lalu. Riwayat penyakit dahulu tidak pernah merasakan keluhan ini sebelumnya, riwayat keluarga atopi (-). Pada pemeriksaan fisik ditemukan kavum nasi yang sempit pada hidung kanan dengan konka yang kongesti di hidung kanan dengan mukosa yang berwarna merah tua, dan ditemukan T3 pada tonsil kiri

DIAGNOSA

Rhinitis kronik hipertopikans ec. Rinitis vasomor + Tonsil hipertrofi sinistraDIAGNOSA BANDING

Rinitis alergi

PENGOBATAN

Loratadine 1x1

Metilprednisolone 2x1 Neurotropic 1x1ANJURAN

hindari faktor pencetus timbulnya penyakit

hindari tempat-tempat dengan kelembaban tinggi dan minum minuman dingin

memakai pakaian yang cukup tebal saat udara dingin

olahraga teratur untuk meningkatkan kondisi badanBAB IIITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi HidungUntuk mengetahui penyakit dan kelainan pada hidung, misalnya pada sumbatan hidung perlu diketahui dulu tentang anatomi hidung. Hidung terbagi atas dua bagian yaitu hidung bagian luar dan rongga hidung. Hidung bagian luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas kebawah yaitu pangkal hidung (bridge), dorsum nasi, puncak hidung, ala nasi, kolumela dan lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan dan menyempitkan rongga hidung., Kerangka tulang terdiri dari: tulang hidung (os nasalis), prosesus frontalis os maksila dan prosesus nasalis os frontalis.1 Kerangka tulang rawan dibentuk oleh sepasang kartilago nasalis lateralis superior dan sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (disebut juga kartilago alar mayor), beberapa pasang kartilago alar minor dan tepi anterior kartilago septum.3Kavum nasi berbentuk terowongan, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya sehingga rongga hidung terbagi menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan bagian belakang disebut koana yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.3Tiap kavum nasi memiliki 4 dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior. Dinding medial kavum nasi dibatasi oleh septum nasi, dinding lateral dibatasi oleh konka nasalis dan meatus nasi, dinding inferior dibatasi oleh dasar kavum nasi, dan dinding superior dibatasi oleh lamina kribiformis.3Pada dinding lateral kavum nasi terdapat 4 konka nasalis. Yang terbesar dan letaknya paling bawah adalah konka inferior, kemudian konka lainya yang lebih kecil ukuranya antara lain konka media, konka superior dan konka suprema.3Diantara konka-konka tersebut terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Berdasarkan letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan superior. Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara duktus nasolakrimalis. Meatus medius terletak diantara konka media dan dinding lateral kavum nasi. Pada meatus ini terdapat bula etmoid, prosesus unsinatus, hiatus semilunaris dan infundibulum etmoid. Hiatus seminularis merupakan suatu celah sempit dimana terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior.3,4Bagian bawah kavum nasi divaskularisasi oleh cabang a.maksilaris internal. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang a.fasialis. Pada bagian depan septum terdapat anastomosis cabang-cabang a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach. Pleksus ini letaknya superficial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis. Vena-vena hidung bermuara ke v.oftalmika yang berubungan langsung dengan sinus kavernosus. Vena-vena ini tidak memiliki katup, sehingga memudahkan terjadinya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.3,4Hidung diinervasi oleh cabang-cabang nervus trigeminus yaitu ramus oftalmikus dan ramus maksilaris.32.2. Fisiologi Hidung

Hidung mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting, antara lain sebagai 1) jalan nafas, udara masuk melalui nares anterior lalu naik setinggi konka media dan turun ke arah nasofaring. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan mengikuti dan mengikuti jalan yang sama yang dilalui udara inspirasi akan tetapi saat di bagian anterior udara memecah, sebagian melalui nares anterior dan sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran nasofaring. 2) Sebagai alat pengatur kondisi udara (air conditioner), mengatur kelembaban udara dan suhu. 3) Sebagai alat penyaring udara (filter), berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri. 4) Sebagai penghidu, partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat. 5) Untuk resonansi suara, penting untuk kualitas suara pada waktu berbicara dan menyanyi. 6) Ikut membantu proses bicara, hidung membantu proses pembentukan kata-kata. 7) Refleks nasal, mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan. Adanya kelainan pada hidung akan menyebabkan gangguan terhadap fungsi hidung tersebut dan menimbulkan berbagai macam gejala penyakit.32.3 Definisi

Rinitis vasomotor adalah suatu sindrom pada hidung dengan gejala hidung tersumbat berulang disertai pengeluaran sekret yang encer serta bersin-bersin. Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi diduga akibat gangguan vasomotor pada hidung yaitu adanya gangguan fisiologik pada lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas saraf parasimpatis terhadap saraf simpatis.1,4,52.4 Patofisiologi 5,6

Etiologi pasti dari rinitis vasomotor belum diketahui dengan pasti akan tetapi diperkirakan disebabkan oleh:

1. Adanya ketidakseimbangan sistem saraf otonom ( hipoaktif sistem saraf simpatis)

Hal ini diakibatkan karena terjadinya aktifitas sistem saraf parasimpatis yang lebih dominan dari pada aktifitas sistem saraf simpatis, sehingga menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah kecil di mukosa hidung. Vasodilatasi ini akan menimbulkan gejala klinis yang dominan, yang berupa hidung tersumbat. Mukosa hidung beserta struktur yang ada didalamnya mempunyai fungsi untuk mempersiapkan udara yang akan masuk kedalam paru-paru antara lain melembabkan, menyaring, dan memanaskan udara. Semua ini dikontrol oleh serat-serat saraf parasimpatis dan saraf simpatis.

2. Adanya trauma pada hidung (komplikasi akibat tindakan pembedahan serta non pembedahan).

3. Neuropeptida

Zat-zat neuropeptida ini menyebabkan:

a. Disfungsi sistem saraf otonom dan saraf-saraf sensoris

Hal ini mengakibatkan gangguan pada saraf nosiseptif tipe C, yang disebabkan oleh peningkatan ekspresi dari p-substance dan calcitonin gene-related peptides. Terjadi peningkatan sekresi kelenjar serta pengeluaran cairan plasma, di mana hal ini dirangsang oleh adanya reflek dari sistem saraf parasimpatis yang menyebabkan peningkatan sekresi kelenjar submukosa hidung.

b. Rinitis akibat iritasi kronis dari asap rokok

Hal ini diakibatkan oleh peningkatan ekspresi dari calcitonin gene-related peptide, p-substance, vasoactive intestinal peptide (VIP), neuropeptide tyrosine (NPY). NPY, senyawa peptida yang terdiri dari 36 asam amino, merupakan zat vasokonstriktor yang sering ditemukan bersamaan dengan noradrenalin pada serabut saraf simpatis perifer. VIP, zat neurotransmiter yang bersifat antikholinergik pada sistem traktus respiratorius, memberikan efek bronkodilatasi dan vasodilatasi.c. Paparan ozone yang berlebihan

Hal ini menyebabkan gangguan pada sel-sel epitel sehingga terjadi peningkatan permeabilitas serta perangsangan terhadap sel-sel inflamasi. Akibatnya, jika berlangsung lama akan berlangsung proses proliferasi sel-sel epitel yang akan merangsang peningkatan sekresi kelenjar.

4. Nitric Oxide (NO)

Zat ini menyebabkan nekrosis sehingga luas jaringan normal akan berkurang. Hal ini diakibatkan adanya peningkatan ekspresi NO pada epitel hidung, sehingga terjadi peningkatan kadar NO yang persisten. Peningkatan kadar NO ini membuat sel-sel epitel mengalami gangguan secara terus menerus ( penurunan kemampuan silia mukosa hidung dalam menghalau partikel-partikel asing, meregangnya epithel-junction mukosa hidung, diskontinuitas membran basalis), serta terjadi perangsangan dari serat saraf aferen nervus trigeminus, yang menyebabkan perangsangan reflek vaskular serta sekresi kelenjar, hal ini menyebabkan timbulnya gejala dari rinitis vasomotor. Untuk menurunkan kadar NO, sangat dipengaruhi oleh jumlah reseptor NPY di dalam sirkulasi darah, dapat diberikan alfa 2 adrenoreseptor agonis yang diberikan secara intranasal.

Ada beberapa faktor yang diduga sebagai pencetus dari sindroma ini, yaitu: 11. Faktor fisik ,seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang tinggi, serta bebauan yang menyengat.

2. Faktor endokrin, seperti kehamilan, masa pubertas, pemakaian kontrasepsi oral, dan hipotiroidisme.

3. Faktor psikis, seperti rasa cemas, konflik jiwa dan stress.

4. Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis antara lain: ergotamine, chlorpromazine, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topical.

2.5 Diagnosis

Diagnosis penyakit ini ditegakkan berdasarkan anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan status lokalis (THT). Dari anamnesa dicari faktor pencetusnya dan disingkirkan kemungkinan rinitis alergi.

Rinitis vasomotor menimbulkan gejala sumbatan pada hidung, rinore dan bersin. Karena mekanisme terjadinya rinitis vasomotor dipengaruhi oleh sistem saraf otonom, maka dapat dipahami mengapa gangguan emosi sering ditemukan pada pasien rinitis dengan gejala hidung tersumbat. Reaksi vasomotor selain disebabkan oleh disfungsi sistem saraf otonom, dipengaruhi juga oleh faktor iritasi, fisik dan endokrin. Penderita rinitis vasomotor umumnya menunjukkan gambaran sensitivitas yang berlebihan terhadap iritasi, rangsangan dingin atau perubahan kelembaban udara. Keluhan yang dominan pada rinitis vasomotor ini adalah sumbatan pada hidung dan rinore yang hebat. Keluhan bersin dan gatal tak begitu dominan pada kasus ini. Jadi disini dapat disimpulkan bahwa gejala rinitis vasomotor dapat berupa:

1. Hidung tersumbat pada salah satu sisi dan bergantian tergantung pada posisi penderita (gejala ini yang paling dominan).

2. Rinore yang bersifat serus atau mukus, kadang-kadang jumlahnya agak banyak.

3. Bersin-bersin lebih jarang dibandingkan rinitis alergika

4. Gejala rinitis vasomotor ini dapat memburuk pada pagi hari saat bangun tidur karena adanya perubahan suhu yang ekstrem, udara yang lembab, dan karena adanya asap rokok.1,2,35Pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua, permukaan konka licin atau tidak rata. Pada rongga hidung terlihat adanya secret mukoid, biasanya jumlahnya tidak banyak. Akan tetapi pada golongan rinore tampak secret serosa yang jumlahnya sedikit lebih banyak.3Pemeriksaan laboratorik tidak ada tes spesifik yang tersedia untuk mendiagnosis rhinitis vasomotor. Dalam penelitian atau dalam praktek rhinitis alergi dihilangkan sebagai penyebab dari gejala melalui skin test konvensional atau melalui evaluasi terhadap antibody IgE spesifik untuk mengetahui alergennya. Berdasarkan Agency for HealthCare Research and Quality (AHRQ) hasilnya adalah hanya sebagian kecil penelitian yang menunjukkan bahwa serum IgE total dapat berguna sebagai alergi spesifik dalam tes skin prick, yang lebih berguna daripada tes radioalergosorben dalam menegakkan diagnosis rinitis alergi. Kurangnya sensitifitas dan spesifisitas dari sitologi nasal serum IgE total dan jumlah eosonofil darah perifer yang berguna dimasa lampau untuk membedakan sindrom rinitis, sekarang membuat masalah dalam penggunaan klinis. Tingkatan minimum dari test dibutuhkan untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis rhinitis vasomor belum ditetapkan dalam literature.22.6 Penatalaksanaan

Pengobatan pada rinitis vasomotor bervariasi, tergantung pada faktor penyebab dan gejala yang menonjol. Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam :31. Menghindari penyebab

2. Pengobatan simtomatis, dengan obat-obatan dekongestan oral, diatermi, kauterisasi konka yang hipertofi dengan memakai larutan AgNO3 25% atau triklor asetat pekat. Dapat juga diberikan kortikosteroid topikal, dua kali sehari dengan dosis 100-200 mikrogram sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mikrogram sehari. Hasilnya akan terlihat setelah pemakaian paling sedikit selama 2 minggu. Saat ini terdapat kortikosteroid topical baru dalam aqua seperti flutikason propionate dengan pemakaian cukup satu kali sehari dengan dosis 200 mcg.3. Obat tetes hidung dan spray akan menghasilkan perbaikan dalam gejala rhinitis vasomotor karena kemampuanya untuk menyempitkan pembuluh darah. Walaupun kadang-kadang digunakan, obat tetes hidung dan spray tetap merupakan mengobatan yang berguna. Digunakan secara konsisten obat-obatan ini dapat mengakibatkan pembengkakan berulang, maksudnya jika sering dipakai maka akan menyebabakan ketergantungan sehingga dapat menyebabkan kerusakan daripada perbaikan. Jangan menggunakan obat-obatan ini lebih 2-3 hari dalam 1 minggu, gunakan obat-obatan sebagai pengobatan terakhir ketika yang lainnya gagal.7

Terapi 1. Rekomendasi terapi untuk rhinitis vasomotor 24. Operasi, jika rhinitis tidak respons terhadap terapi obat, prosdur pembedahan dapat dipertimbangkan. Beberapa prosedur yang dapat dilakukan adalah:

Cryosurgery, berefek terhadap mukosa dan submukosa dan merupakan prosedur yang bagus untuk kongesti, namun terkadang terjadi nasal kongesti post operasi dalam jangka panjang dan terjadi kemungkinan kerusakan pada septum nasal.

Vidian neuroctomy menggangu serabut saraf simpatis dan parasimpatis di mukosa dan dapat mengurangi rhinore

Jika perubahan hipertofi kronik pada mukosa sejumlah prosedur pembedahan dapat dilakukan, termasuk :

a. Katerisasi, dapat dilakukan dengan nitrat perat atau arus listrik namun prosedur ini hanya berdampak pada mukosa. Cryosurgery dapat dipertimbangkan karena prosedur ini dapat berdampak sampai di submukosa

b. Reseksi submukosa pada tulang konkal. Merupakan prosedur yang sulit dengan perdarahan postoperasi yang sangat banyak. Reseksi inferior parsial atau total sangat berguna untuk kongesti nasal tetapi dapat menyebabkan perdarahan post operasi dan adanya kerak.22.7 Prognosis

Meskipun tidak ada agen tunggal yang secara keseluruhan efektif dalam mengontrol berbagai gejala dari rhinitis vasomotor, bukti-bukti yang ada menyokong aplikasi pada beberapa agen setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Terapi tambahan yang diberikan AHRQ tidak ada dasar bukti yang kuat, tetapi dapat dicoba jika pendekatan yang diakui gagal. Terapi ini termasuk dekongestan topical, dekongestan oral, dan aplikasi local dari larutan nitrat perak oleh seorang otolaringologis. Blok sfenopalatin jika dilakukan oleh otolaringologis merupakan cadangan untuk pasien yang serius yang tidak merespon terhadap intervensi lain dan yang selalu berubah-ubah gejalanya.2BAB IVPEMBAHASAN

Rinitis vasomotor merupakan suatu sindrom pada hidung dengan gejala hidung tersumbat berulang disertai pengeluaran sekret yang encer serta bersin-bersin. Etiologi yang pasti belum diketahui, tetapi diduga akibat gangguan fungsi vasomotor pada hidung yaitu adanya gangguan fisiologik pada lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas saraf parasimpatis yang dominan terhadap saraf simpatis. 1,4,5Saraf otonom mukosa hidung berasal dari n.vidianus yang mengandung serat saraf simpatis dan serat saraf parasimpatis. Rangsangan pada saraf parasimpatis menyebabkan dilatasi pembuluh darah dalam konka serta meningkatkan permeabilitas kapiler dan sekresi kelenjar. Sedangkan rangsangan pada serat saraf simpatis menyebabkan efek sebaliknya. Pada penderita rinitis vasomotor, mekanisme pengatur ini hiperaktif dan cenderung saraf parasimpatis lebih aktif.3Pada kasus diatas didapatkan penderita datang dengan keluhan pilek-pilek setiap pagi hari bersifat encer dan bening, disertai hidung tersumbat pada satu sisi bergantian kanan dan kiri, serta bersin-bersin. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa gejala yang didapat pada rinitis vasomotor ialah hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan, tergantung pada posisi pasien, pengeluaran sekret atau rinore yang mukus atau serus yang kadang-kadang agak banyak. Untuk mengetahui gejala yang timbul pada rhinitis vasomotor perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan siklus nasi, yaitu kemampuan untuk dapat bernafas dengan tetap normal melalui rongga hidung yang berubah-ubah luasnya.3Keluhan pilek dan hidung tersumbat sebenarnya sudah dirasakan penderita sejak dua bulan yang lalu dan memberat sejak dua minggu yang lalu. Keluhan ini biasanya timbul pada waktu pagi hari, ketika bangun tidur dan keluhan berkurang pada waktu siang hari. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa gejala rinitis vasomotor dapat memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya perubahan suhu yang ekstrim dan udara lembab. Perubahan hawa dingin sebagai trauma fisik akan menyebabkan lymphocyte atau plasma cell melepaskan mediator kimiawi yang secara farmakologik bersifat vasoaktif dengan akibat vasodilatasi, meningkatnya permeabilitas pembuluh darah kapiler, edema dan sekresi kelenjar seromucinous. Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu golongan rinore (sneezers) dan golongan obstruksi (blockers). Prognosis dari pengobatan golongan obsruksi lebih baik daripada golongan rinore. Golongan rinore sangat mirip dengan rhinitis alergika sehingga diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti untuk memastikan diagnosanya.3Pada penderita ini terkadang juga timbul bersin-bersin, terutama pada waktu pagi hari, frekuensi rata-rata empat kali setiap pagi. Kelainan ini mempunyai gejala yang mirip dengan rinitis alergika, tetapi pada rinitis vasomotor gejala bersin-bersin lebih jarang, dan tidak disertai rasa gatal pada mata, rongga hidung serta tenggorokan. Keluhan rasa gatal di hidung, tenggorok, mata dan telinga disangkal oleh penderita. Selain itu penderita juga tidak memiliki riwayat alergi.

Keluhan panas badan tidak ada, ini menyingkirkan kemungkinan rinitis akut infeksiosa karena rinitis vasomotor bukan merupakan radang yang disebabkan oleh bakteri ataupun virus sehingga tidak menimbulkan tanda khas radang akut.

Keluhan nyeri pada sekitar wajah dan gangguan telinga disangkal oleh penderita. Hal ini untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyulit sinusitis paranasalis dan otitis media pada penderita ini.

Ada beberapa factor pencetus yang diduga mempengaruhi keseimbangan rhinitis vasomotor yaitu:1,3 Faktor fisik seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang tinggi, serta bebauan yang menyengat.. Faktor psikis, seperti rasa cemas, konflik jiwa dan stress. Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis antara lain: ergotamine, chlorpromazine, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.

Dari anamnesis terhadap penderita diatas didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor fisik seperti udara dingin, kelembaban udara yang tinggi, karena gejala hidung tersumbat, pilek, dan bersin-bersin timbul pada pagi hari saat udara dingin dan lembab. Dari riwayat pengobatan penderita tidak ada penggunaan obat vasokonstriktor topikal dalam jangka waktu lama. Hal ini menyingkirkan kemungkinan adanya rinitis medikamentosa. Penderita juga tidak mempunyai riwayat hipertensi, sehingga penggunaan obat-obat anti hipertensi yang bekerja menekan dan menghambat kerja saraf simpatis bisa diabaikan. Faktor psikis seperti rasa cemas dan tegang disangkal oleh penderita.3 Dari pemeriksaan fisik menggunakan rinoskopi anterior ditemukan adanya kavum nasi yang sempit pada hidung kanan, dengan konka yang kongesti di hidung kanan dengan mukosa yang berwarna merah tua di hidung kanan. Hal ini sesuai dengan tanda pada rinitis vasomotor berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua (karakteristik), tetapi dapat pula pucat. Hal ini perlu dibedakan dengan rhinitis alergi. Permukaan konka dapat licin atau berbenjol-benjol (tidak rata).3Pemeriksaan laboratorik dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rhinitis alergi. Kadang-kadang ditemukan eosinofil pada sekret hidung, akan tetapi dalam jumlah sedikit. Tes kulit biasanya negatif, bila tes ini hasilnya positif, biasanya hanya kebetulan. Diagnosis penyakit ini biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik status lokalis THT. Dari anamnesa dicari faktor pencetusnya dan disingkirkan kemungkinan rinitis alergi.3Pengobatan pada rinitis vasomotor bervariasi, tergantung pada faktor penyebab dan gejala yang menonjol antara lain: menghindari penyebab, pengobatan simptomatis dengan obat-obat dekongestan oral, diatermi, kauterisasi konka yang hipertropi dengan memakai larutan AgNO3 25 % atau triklorasetat pekat. Dapat juga diberikan kortikosteroid topikal, misalnya budesonid, dua kali sehari dengan dosis 100-200 mikrogram sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mikrogram sehari. Hasilnya akan terlihat setelah pemakaian paling sedikit selama 2 minggu. Saat ini terdapat kortikosteroid topikal baru dalam larutan aqua seperti flutikason propionat dengan pemakaian cukup satu kali sehari dengan dosis 200 mcg. Operasi dengan cara bedah beku, elektrokauter atau konkotomi konka inferior. Neurektomi n.vidianus, yaitu dengan melakukan pemotongan pada n.vidianus, bila dengan cara diatas tidak memberikan hasil. Operasi ini tidaklah mudah, dapat menimbulkan komplikasi seperti sinusitis, diplopia, buta, gangguan lakrimasi, neuralgia atau anestesi infraorbita dan anestesis palatum.

Pada penderita ini diberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) agar penderita menghindari faktor pencetus timbulnya penyakit, menghindari tempat-tempat dengan kelembaban tinggi, menghindari minum minuman dingin, memakai pakaian yang cukup tebal saat udara dingin dan berolahraga secara teratur untuk meningkatkan kondisi badan. Penderita mendapatkan pengobatan yaitu loratadine 1x1, metilprednisolone 2x1, neurotropic 1x1.BAB VKESIMPULANTelah dilaporkan kasus penderita laki-laki, umur 43 tahun, datang dengan keluhan hidung tersumbat yang lebih sering terjadi pada satu sisi hidung secara bergantian yang berlangsung kurang lebih satu jam dan gejala dirasakan membaik saat siang hari. Terkadang penderita juga bersin-bersin, terutama pada waktu pagi hari setelah bangun tidur, dengan frekuensi rata-rata empat kali tiap pagi. Keluhan rasa gatal di hidung, tenggorok, mata dan telinga disangkal oleh penderita. Penderita belum pernah berobat terkait dengan keluhannya ini.

Keluhan ini juga disertai dengan keluhan pilek-pilek yang dirasakan sejak dua bulan yang lalu yang sifatnya hilang timbul terjadi setiap pagi hari setelah bangun tidur dan keluhan berkurang pada waktu siang hari, dengan konsistensi ingus encer dan berwarna bening. Keluhan ini semakin memberat sejak dua minggu yang lalu dengan betambah banyaknya ingus yang keluar sehingga membuat penderita merasa tidak nyaman dan sedikit menganggu aktivitas penderita.

Penderita tidak pernah menderita penyakit alergi, asma dan menyangkal pernah mengalami stres, kecemasan, trauma dan operasi. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

Dari pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan: hidung luar kanan-kiri normal, cavum nasi kanan sempit, kiri lapang. Pada pemeriksaan orofaring didapatkan T3 pada tonsil kiri.Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis kerja rinitis vasomotor dan tonsil hipertrofi sinistra. Penatalaksanaan dengan terapi simptomatis dan KIE agar penderita menghindari faktor pencetus timbulnya penyakit, menghindari tempat-tempat dengan kelembaban tinggi, menghindari minum minuman dingin, memakai pakaian yang cukup tebal saat udara dingin dan berolahraga secara teratur untuk meningkatkan kondisi badan.

Daftar Pustaka

1. Soepardi EA,Buku Ajar Telinga hidung Tenggorokan KL, Edisi kelima, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , Jakarta,2001.

2. Adams,Boies,Higler, Buku Ajar Penyakit THT,Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta,1997.

3. Vincent. Vasomotor Rhinitis (VMR) or Idiopatic Non Allergic Rhinitis, Auckland Alergy Clinic, Januari 20034. Wheeler PW, Wheeler SV. Vasomotor Rhinitis. American Family Physcians , Volume 72 number 6, 2005. Page 1057-1062

5. Rama Chrishnan VR. Pharmacotheraphy for Non Allergic Rhinitis. Medscape Drugs Desease and Procedurs, 2013

6. More Daniel. Non Allergic Rhinitis. Health Allergic, 2014

7. Handley GH, Blount AC. Vasomotor Rhinitis a Common Cause of Non Allergic Nasal Symptoms, Brookwood ENT Asosiates PAGE 13