RINITIS ALERGI
-
Upload
ranokirman -
Category
Documents
-
view
25 -
download
1
description
Transcript of RINITIS ALERGI
BAB I
PENDAHULUAN
Alergi adalah suatu reaksi abnormal yang terjadi pada seseorang yang bersifat
khas, yang timbul bila ada kontak dengan substansi yang biasanya tidak menyebabkan
reaksi pada orang normal. (1,2,3,4,5)
Penyakit alergi merupakan kerusakan1 jaringan tipe 1(Gell & Coombs) dimana
terjadi pelepasan suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen
spesifik pada pasien atopik yang sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama
sebelumnya. Untuk menimbulkan reaksi, harus dipenuhi 2 faktor yaitu adanya
sensitivitas terhadap suatu alergen(atopi) yang bersifat herediter dan adanya kontak
ulang dengan alergen tersebut. (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)
Rhinitis Alergi adalah keadaan atopik yang paling sering di jumpai, yang
merupakan 20% penyakit anak-anak tertentu dan populasi dewasa muda di Amerika
Utara dan Eropa. (2,4)
Secara garis besar rinitis dibagi 2 yaitu rinitis alergi dan rinitis non alergi.
Dimana rinitis alergi disebabkan oleh bahan yang brsifat alergen dan rinitis non alergi
terdiri dari rinitis vasomotor,rinitis medikamentosa, rinitis hipertropik kronis dan lain-
lain. Tindakan yang dapat dilakukan pada kasus rinitis alergi adalah menghindari
alergen,pemberian obat-obat secara simptomatis dan pemakaian imunoterapi.(1,2,3,6,9,10)
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 1
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
ANATOMI HIDUNG
Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung
dengan perdarahan dan persarafannya. (1,10,18)
A.Hidung bagian luar
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah (1,10,18) :
1) pangkal hidung
2) dorsum nasi
3) puncak hidung
4) ala nasi
5) kolumela
6) lubang hidung.
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung.(1,10,18)
Kerangka tulang terdiri dari :
1) tulang hidung (os nasalis)
2) prosesus frontalis os maksila
3) prosesus nasalis os frontal.
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari :
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 2
1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior
2) sepasang kartilago nasalis lateralis inferior
3) beberapa pasang kartilago ala minor
4) tepi inferior kartilago septum.
Gambar 1 : anatomi hidung luar (1)
B. Hidung bagian dalam
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowong dari depan ke belakang,
dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri.
Pintu atau lubang masuk kavum nasi di bagian depan disebut nares anterior dan
lubang belakang disebut nares posterior yang menghubungkan kavum nasi dengan
nasofaring.(1,10,18)
Septum bagian luar dilapisi oleh mukosa hidung. Bagian depan dinding hidung
licin, yang disebut agar nasi dan dibelakang nya terdapat konka-konka yang mengisi
sebagian besar dinding lateral hidung. Pada dinding lateral terdapat 4 konka, dari yang
terbesar sampai yang terkecil adalah konka inferior,konka superior, dan konka
suprema. Konka suprema ini biasanya rudimeter, diantara konka-konka dan dinding.
lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Terdapat 3 meatus,yaitu
meatus inferior, meatus media, dan meatus superior. Pada meatus inferior terdapat
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 3
muara (ostium) duktus nasolakrimaris,pada meatus media terdapat muara sinus
frontalis, sinus maksilaris, dan sinus etmoid anterior. Sedangkan pada meatus superior
bermuara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.(1,10,18)
Gambar 2 : Anatomi hidung(12)
Perdarahan hidung (1,10,18)
Perdarahan hidung berasal dari a.maksilaris interna (bagian bawah
hidung),a.fasialis(bagian depan hidung).Bagian depan anastomosis dari cabang
a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.etmoid anterior, a.labialis superior,dan a.palatina
mayor yang disebut pleksus kieselbach.
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 4
Gambar 3 : perdarahan hidung (19)
Persarafan hidung (1,10,18)
Persarafan hidung pada bagian depan dan atas,saraf sensoris n.etmoid anterior
(cabang n.nasolakrimalis,cabang n.oftalmikus).Rongga hidung lainnya saraf sensoris
n.maksilaris.Saraf vasomotor (autonom) melalui ganglion sfenopalatinum.
Gambar 4 : persarafan hidung (2)
Mukosa hidung berdasarkan histologik dan fungsional dibagi atas mukosa
pernafasan dan mukosa penghidu (olfaktorius). Mukosa pernafasan terdapat pada
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 5
sebagian besar rongga hidung berupa epitel torak berlapis semu yang mempunyai
silia dan di antaranya terdapat sel goblet. Pada bagian yang lebih sering aliran udara
mukosanya lebih tebal dan kadang-kadang berubah menjadi epitel skuamosa. (1,10,18)
Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena
diliputi oleh palut lendir pada permukaannya yang dihasilkan oleh kelenjar mokasa
dan sel-sel goblet. Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai arti penting
dalam mobilisasi palut lendir di dalam kavum nasi yang di dorong ke arah nasofaring.
Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga
bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang tidak
bersilia. Mukosa sinus paranasal berhubungan langsung dengan mukosa rongga
hidung di daerah ostium. Mukosa sinus menyerupai mukosa hidung, hanya lebih tipis
dan sedikit mengandung pembuluh darah. (1,10,18)
FISIOLOGI HIDUNG
Fungsi hidung ialah untuk (1,10,18) :
1) jalan napas
2) alat pengatur kondisi udara (kelembaban udara dan suhu)
3) penyaring udara yang dilakukan oleh rambut pada vestibulum
nasi silia
4) sebagai indra penghidu (oleh mukosa olfaktorius)
5) untuk resonansi suara
6) turut membantu proses bicara
7) refleks nasal
BAB II
ISI
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 6
DEFENISI
Rinitis alergi adalah penyakit yang disebabkan oleh alergi pada pasien atopi
yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya
suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik
tersebut(Von Pirquet,1986). (1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,13,19)
EPIDEMIOLOGI
Masih sedikit penelitian yang mengemukakan tentang perjalanan alamiah rinitis
alergi, Hagy dan Sitipane meneliti pada 903 anak balita yang diikuti selama 23
tahun. Setelah 23 tahun didapatkan hasil bahwa 10,6% menjadi asma dan 56%
menjadi rinitis alergika. Dari penelitian tersebut disimpulkan pula bahwa anak dengan
rinitis alergika mempunyai resiko 3 kali lebih tinggi dibandingkan non rinitis untuk
menjadi asma. Peneliti lain (Luoma) meneliti pada 154 anak rinitis alergika berusia 3-
17 tahun dan diikuti selama 10 tahun.Hasil penelitiannya adalah 10% bebas tanpa
rinitis,50% tetap, dan 20% berkembang menjadi asma.Magnan mendapatkan hasil
pada rinitis alergi yang mempunyai riwayat asma pada keluarganya 9,8% kali lebih
tinggi dibanding pada anak rinitis tanpa riwayat asma pada keluarga. (2,7,16)
Penyakit rinitis alergika dapat timbul pada semua golongan umur tetapi frekuensi
terbanyak pada anak-anak dan dewasa muda. Jenis kelamin, golongan etnik, suku
bangsa tidak ada berpengaruh tetapi faktor herediter sangat berngaruh. (3,4,5,6,7)
ETIOLOGI
Penyebab tersering adalah alergen inhalan pada orang dewasa dan alergen
ingestan pada anak-anak. Pada beberapa kasus, rinitis alergi berhubungan dengan
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 7
paparan terhadap alergen di tempat kerja (akupasional), misalnya pabrik detergen dan
pabrik kayu. Selain itu, alergen makanan,bulu binatang, iritan (seperti debu, asap
rokok, polusi udara dan bahan kimia). Serta infeksi non spesifik dapat memperkuat
inflamasi yang terjadi pada rinitis menahun. (1,2,3,4,5,7,9,10,11,12,14,15,16,17,18,19)
Berdasarkan cara masuknya alergen dibagi atas (1,2,3,5,9,10,11,12,14,15,16,18,19):
1) Alergen inhalan, yang masuk bersama udara pernafasan misalnya debu
rumah,tungau, serpihan epitel dan bulu binatang serta jamur.
2) Alergen ingestans, yang masuk ke saluran pencernaan berupa makanan misalnya
susu,telur, coklat, ikan, udang, dan lain-lain.
3) Alergen injektan, masuk melalui suntikan atau tusukan misalnya penisilin dan
sengatan lebah.
4) Alergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa
misalnya bahan kosmetik,perhiasan.
Gambar 5 : Cara masuk alergen(12)
PATOGENESIS
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 8
Gambar 6 : proses masuknya alergen
Pada rinitis alergi terdapat kerusakan jaringan tipe 1. Sel plasma pada jaringan
mukosa dan submukosa hidung dan saluran nafas banyak memproduksi IgE, tetapi
setelah dipelajari lebih dalam ternyata rinitis alergi merupakan suatu penyakit
inflamasi yang terdiri dari reaksi fase cepat,fase lambat, dan fase hiperesponsif.
(1,4,10,18,19)
Semua gejala dari rinitis alergi seperti hidung gatal/bersin dan ingus encer
adalah akibat aktivasi sel mast pada mukosa hidung oleh alergen melalui IgE.
Kemudian sel mast mengeluarkan histamin, triptase, leukotrien (LTB4 dan
LTC4),prostaglandin (PGD2), bradikinin dan PAF (platelet activating factor) yang
menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vaskuler.Hal ini akan
mengakibatkan hidung tersumbat. Mediator di atas juga menyebabkan peningkatan
sekresi glandular yang menyebabkan ingus kental.Stimulasi nervus aferen oleh
histamin menyebabkan gatal dan bersin.Histamin juga merangsang refleks akson
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 9
yang menyebabkan keluarnya neuropeptida lokal yang berfungsi merangsang
degranulasi sel mast. (1,4,10,11,16,)
Perubahan histopatologi yang terjadi dapat menetap dan ireversibel,diantaranya
penebalan dan hiperplasia epitel mukosa, infiltrat sel mononuklear, poliferasi jaringan
ikat, dan hiperplasi periosteum. (1,4,10)
PEMBAGIAN
Secara garis besar rinitis dibagi 2 :
1) Rinitis alergi. (1,2,4,6,7,8,10,14)
Yaitu rinitis yang disebabkan dari bahan alergen tertentu.
Dahulu berdasarkan sifat berlangsungnya rinitis alergi dibedakan atas :
•Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, pollinosis)
Hanya ditemukan di negara yang mempunyai 4 musim.Alergen penyebabnya
spesifik yaitu tepung sari (polen) dan spora jamur.
•Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial)
Gejala penyakit ini timbul intermiten atau terus menerus, tanpa variasi musim jadi
dapat di temukan sepanjang tahun.
Saat ini menurut rekomendasi dari WHO Initiative ARIA(Allergic Rhinitis
and its Impact on Asthma) berdasarkan sifat berlangsungnya rinitis alergi
diklasifikasikan menjadi :
Intermiten(kadang-kadang) bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang
dari 4 minggu.
Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4
minggu.
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 10
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi
menjadi(1,2,4,6,7,8,10,14) :
Ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur,gangguan aktivitas harian,
bersantai, berolahraga,bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
Sedang-berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.
2) Rinitis non alergi
Yaitu rinitis yang disebabkan oleh bahan-bahan bukan alergen.
Contoh rinitis non alergi :
•Rinitis vasomotor (2)
Gangguan mukosa hidung yang merupakan akibat dua kekuatan yang saling
berlawanan aktivitas saraf parasimpatis yang menyebabkan pelebaran jaringan
vaskular sehingga terjadi sumbatan dan peningkatan produksi mukus,
sementara aktivitas saraf simpatis menyebabkan vasokontruksi yang
mengakibatkan patensi hidung dan menurunnya produksi mukus.
•Rinitis medikamentosa (2)
Umumnya juga dianggap sebagai suatu bentuk rinitis hipertrofik berkaitan
dengan penggunaan obat-obat hidung topical secara berlebihan.
•Rinitis hipertropik kronik (2,3)
Tipe rinitis ini ditandai oleh pembengkakan jaringan lunak,sekret yang
banyak, dan pada kasus lama, hipertrofik mukosa,penebalan periostium, serta
pembentukan tulang baru.
•Rinitis hiperplastik kronik (2)
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 11
Kondisi ini dapat menyertakan unsur-unsur rinitis hipertopik, namun
umumnya dihubungkan dengan poliposis hidung.
•Rinitis sicca (2,4,6)
Seringkali dianggap sebagai suatu gangguan atau perubahan faal hidung dalam
kaitannya dengan perubahan lingkungan terutama udara inspirasi yang kering.
•Rinitis atrofik (ozena) (1,2,4,6,7,8,10,14)
Kondisi ini dicirikan oleh atrofi struktur intranasal sejati dengan krusta
sekunder, umumnya idiopatik.
GAMBARAN KLINIS
Gejala utama rinitis alergi adalah bersin,rinorea,hidung gatal,dan hidung
tersumbat akan tetapi tidak semua penderita mempunyai keseluruhan gejala ini. Dapat
disertai rasa gatal dimata, telinga, tenggorokan dan keluar air mata. Beberapa
penderita menggambarkannya sebagai flu yang berulang atau gangguan pada
sinusnya.Gejala rinitis alergi yang khas adalah serangan bersin berulang lebih dari
lima kali dalam satu serangan. (1,2,3,4,6,7,8,10,12,16,19)
Obstruksi hidung yang kronik dapat menyebabkan penderita bernafas dengan
mulut yang akhirnya membuat tenggorokan terasa kering dan perih, mendengkur,
bicara sengau sampai gangguan penciuman. (1,2,4,6,7,8,10)
Edema kronik yang terjadi juga menyebabkan gangguan pada tuba eustachius
paranasal. Penderita mengeluhkan nyeri kepala frontal, gangguan mendengar, telinga
terasa penuh atau tersumbat, dan pada keadaan berat menyebabkan disfungsi tuba.
Pada anak-anak mungkin terjadi otitis media serosa berulang,juga epistaksis karena
fragilitas mukosa hidungnya. (1,2,4,6,7,8,10,11)
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 12
Gambar 7 :Mukosa hiperemis(12)
Gambar 8 : anak yang sering mengusap-usap hidungnya. (13)
Pemeriksaan fisik pada penderita rinitis alergi menahun sangat membantu
diagnosis terutama pada anak yang sering mengusap-usap atau menggaruk hidung dan
matanya(allergic salute). Penderita mempunyai karakteristik wajah tertentu (allergic
facies) yang berhubungan dengan penyakit alergik kronik tertentu.Karena sering
menggaruk, terdapat garis-garis melintang di dorsum nasi sepertiga bawah (nasal
crease), juga bayangan gelap di daerah bawah mata (allergic shiner) akibat statis vena
sekunder karena obstruksi hidung. (1,2,4,6,7,8,10,11,12)
DIAGNOSA
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 13
Ditegakan berdasarkan.(1,2,3,4,5,6,7) :
1.Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosa,harus dilakukan anamnesa yang teliti :
Onset dan durasi apakah berhubungan dengan perubahan cuaca, tempat kerja
atau memelihara binatang.
Gejala saat ini : secret, derajat sumbatan hidung,bersin berulang, hidung gatal,
nyeri tekan sinus.
Indentifikasi faktor pencetus
Indentifikasi penyakit alergi lain : asma, dermatitis atopi
Obat-obatan
2.Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan allergic facies, allergic salute, allergic
shiner, allergic crease, edema mukosa hidung dengan secret encer,mungkin terdapat
polip hidung.
3.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan test kulit terhadap allergen inhalan atau makanan,atau jika sulit
dengan RAST.Uji kulit seperti uji intrakutan atau intradermal yang tunggal
atau berseri (skinned-Point Titration SET).uji cukit (prick test) dan uji gores
(scratch test) .Untuk uji alergen makanan adalah dengan diet eliminasi dan
provokasi (challenge test) tapi akhir-akhir ini yang banyak dilakukan adalah
Provocation Neutralization Test atau Intra-cuttaneus Provocative Food Test
(IPFT).
Pemeriksaan kadar eosinafil pada usap hidung (nasal crease)
Kadar eosinofil darah dan IgE total
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 14
Foto rontgen sinus atau CT-scan bila perlu
DIAGNOSA BANDING
Rinitis alergika harus dibedakan dengan :
1.Rinitis vasomotor
Gangguan mukosa hidung sebagai akibat gangguan keseimbangan fungsi
vasomotor. Aktivitas saraf parasimpatis menyebabkan pelebaran jaringan vascular
sehingga terjadi sumbatan dan peningkatan produksi mukus, sementara aktivitas saraf
simpatis menyebabkan vasokontriksi yang mengakibatkan patensi hidung dan
menurunnya produksi mukus. (3,6,10,12)
2.Rinitis Virus
Penyebabnya beberapa jenis virus dan yang paling penting ialah
Rhinovirus.Penyakit ini sangat menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak
adanya kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh. (3,6,)
PENATALAKSANAAN
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 15
1.Menghindari Allergen
Terapi yang paling ideal adalah menghindari kontak dengan alergen penyebabnya
(avoidance) dan eliminasi. (1,3,6,7,8,10)
2.Simptomatis
a.Medikamentosa
Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin H-1 yang bekerja secara
inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target,dan merupakan preparat
farmakologik yang paling sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rinitis
alergi. Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan
secara peroral. Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa dipakai
sebagai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi dengan antihistamin
atau topikal. Namun pemakaian secara topikal hanya boleh untuk beberapa hari saja
untuk menghindari terjadinya rinitis medikamentosa. Preparat kortikosteroid dipilih
bila gejala terutama sumbatan hidung akibat respons fase lambat tidak berhasil dilatasi
dengan obat lain. Yang sering dipakai adalah kortikosteroid topikal.
(2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15)
b.Operatif
Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior) perlu dipikirkan bila konka
inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai
AgNO3 25% atau triklor asetat. (2,3,5,6)
3.Imunoterapi
•Desensitisasi dan hiposensentisasi
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 16
Cara pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah
berlangsung lama serta dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang
memuaskan. (3)
•Netralisasi
Cara ini dilakukan untuk alergi makanan, tubuh tidak membentuk “blocking
antibody” seperti pada desensitisasi. (1,2,3,6,7,8,1
BAB III
KESIMPULAN
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 17
√ Alergi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh reaksi imunologik spesifik yang
ditimbulkan oleh alergen sehingga timbul gejala-gejala patologik.
√ Rinitis alergi merupakan penyakit inflamasi mukosa yang disebabkan reaksi alergi
lambat, fase cepat dan fase hiperresponsif dengan gejala-gejala seperti bersin
berulang,rinorea,kongesti nasal,hidung dan mata gatal, kadang-kadang lakrimasi dan
lain-lain.
√ Rinitis alergi ditegakkan : ¤ Anamnesis
¤ Pemeriksaan fisik
¤ Pemeriksaan penunjang
Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti, penyakit rinitis alergika dapat
ditegakkan.
√ Pengobatan yang ideal adalah menghindari alergen penyebab. Untuk mengurangi
gejala yang timbul dapat diberikan obat-obatan seperti : antihistamin, decongestan,
kortikosteroid, dan imunoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 18
1. Soepardi EA, Iskandar N, Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung-
Tenggorokan Kepala, Edisi5, FKUI, Jakarta, 2001 : Hal 88-94,101-106.
2. Adams,George L,Boise, Lawrence R,Peter A : Alih bahasa Wijaya,Caroline :
Buku Ajar Penyakit THT (Boise Fundamentals Otolaryngologi). Edisi6, EGC,
Jakarta,1994 : hal 190-198.
3. Mansjoer AT, Kuspuji, Savitri, Rahmi, dkk(ed), Kapita Selekta Kedokteran,
Edisi 3, Jilid 1. Media Aesculapius, FKUI,Jakarta,1999 :106-108
4. Soepardi EA,Iskandar N, Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung-
Tenggorokan Kepala Leher, Jakarta, FKUI,1990
5. Naclerio RM, Durham SR, Mygind N : Rhinitis Mechanismand Management,
volume123, University of Chicago, 1985 : Hal 23-27,46-47,68-69,267-271.
6. Price SA, Wilson LM, Alih Bahasa adji Dharma : Patofisologi Konsep-Klinik
Prosep-Proses Penyakit, Edisi2, Jakarta, EGC, 1985 : Hal 135-143.
7. Mackay IS,Bull TR:Scott-Browns Otolaryngologi,Edisi6,Butterworth
Heinemann Internasional Edition,1987:6/1-6/14.
8. Colman BH:Disease of the Nose,Throat and Ear,and Neck,Edisi14,ELBS:29-
33.
9. Cody R DT, Kein EB, Pearson BW. Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok.
Jakarta: EGC : Hal 172-182
10. WahyuniN,RinitisAlergika,Available
http://www.ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/08/03/rinitis-alergi
11. Rinitis Alergika Available http://www.Emedicine.com
12. Rhinitis Alergika dan Asma Available http://cpddokter.com.//home
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 19
13. Rinitis Alergika, Available www.pediatrik.com
14. Rinitis Alergika Available http://www.Conectique.com
15. Rhinitis Alergika Available http://encyclopedia2freedictionery.com
16. Behrman E.A, Kliegman R, Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Edisi 15, vol
1 : Hal 773-775
17. Andrianto P, Diagram Diagnostik Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan,
EGC : Hal 64
18. Snell Ricard S, Tambayong Jan : Alih Bahasa, Anatomi Klinik untuk
Mahasiswa Kedokteraan, Edisi 3, EGC, Jakarta, 1997 : Hal 152-156
19. Rinitis Alergi/Alergi Hidung Availleble http://www.klikdokter.com
Pembimbing : dr. M Taufiq, Sp. THT-KLPage 20