RINGKASAN MATERI 2

25
RINGKASAN MATERI A. Arti Filsafat Dan Makna Pendidikan Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf. Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama 1

description

makalah

Transcript of RINGKASAN MATERI 2

Page 1: RINGKASAN MATERI 2

RINGKASAN MATERI

A. Arti Filsafat Dan Makna Pendidikan

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos

yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau

hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah

itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan

perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan

bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat,

dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.

Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab

falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan

sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada

kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam

bahasa Arab disebut failasuf.

Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami

perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang

yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat

diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap

pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas

yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.

Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan

oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis. Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli

mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan.Dalam

hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya

mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik

1

Page 2: RINGKASAN MATERI 2

terhadap perkembangan jasmani dan rohani si - terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang

utama.

Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam

pendidikan, yaitu 1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang

dilakukan secara sadar. 2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong. 3) Ada yang di didik atau

si terdidik. 4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada

alat-alat yang dipergunakan.

Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan

kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan

sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman

hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan

kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga

mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur

masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur

kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al

Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar

terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.

Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan

perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah

mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas,

terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al

Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah

yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat

kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang

menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju

kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.

2

Page 3: RINGKASAN MATERI 2

 Filsafat pendidikan sebagai filsafat terapan, yaitu studi tentang penerapan asas-asas

pemikiran filsafat pada masalah-masalah pendidikan pada dasarnya mengenal dua pendekatan

yang polarities.1

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik

potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat

berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.

Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis,

dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang

digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

Beberapa aliran filsafat pendidikan;

1. Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.

2. Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan

3. Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

1 Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, “Filsafat Pendidikan Islam”, (Bandung: Pustaka setia, 2007),

hal.9

3

Page 4: RINGKASAN MATERI 2

B. Keberadaan Dan Hakikat Diri Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial

Pengertian hakikat manusia dari berbagai sumber aliran agama :

Pandangan dari segi agama, Islam, Kristen, dan Katolik menolak pandangan hakekat manusia adalah

jasmani dengan teori evolusi. Tetapi, hakekat manusia adalah paduan menyeluruh antara akal,

emosi dan perbuatan. Dengan hati dan akalnya manusia terus menerus mencari kebenaran dan

dianugerahi status sebagai khalifah Allah.

Ciri-ciri hakekat manusia adalah sebagai berikut :

a.  Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya.

b.  Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan

social yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif sehingga mampu mengatur dan

mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.

c.  Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai

selama hidupnya.

d.  Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya

sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati

e.  Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan

potensi yang tak terbatas

f.  Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.

g.  Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak

bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan

sosial.

Manusia, mahluk dan individu secara etimologi diartikan sebagai berikut:

1. Manusia berarti mahluk yang berakal budi dan mampu menguasai mahluk lain.

2. Mahluk yaitu sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan.

3. Individu mengandung arti orang seorang, pribadi, organisme yang hidupnya berdiri sendiri.

Secara fisiologis ia bersifat bebas, tidak mempunyai hubungan   organik dengan sesama.

Kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta) atau mens(Latin) yang berarti berpikir,

berakal budi, atau homo (Latin) yang berarti manusia. Istilah individu berasal dari bahasa Latin,

4

Page 5: RINGKASAN MATERI 2

yaituindividum, yang artinya sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau suatu kesatuan yang

terkecil dan terbatas.

Secara kodrati, manusia merupakan mahluk monodualis. Artinya selain sebagai mahluk

individu, manusia berperan juga sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk individu, manusia

merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri atas unsur jasmani (raga) dan rohani (jiwa) yang

tidak dapat dipisah-pisahkan. Jiwa dan raga inilah yang membentuk individu.

Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup berdiri

sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa akan

berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya

(dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). Hal terpenting yang membedakan manusia

dengan mahluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan

keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Manusia adalah ciptaan Tuhan dengan derajat

paling tinggi di antara ciptaan-ciptaan yang lain.

Masyarakat merupakan wadah bagi para individu untuk mengadakan interaksi sosial dan

interelasi sosial. Interaksi merupakan aktivitas timbal balik antarindividu dalam suatu pergaulan

hidup bersama.

5

Page 6: RINGKASAN MATERI 2

C. Kebutuhan Pola Hubungan Antara Manusia Sebagai Insan Pendidik

Manusia sebagai makhluk yang diberikan kelebihan oleh Allah dengan suatu bentuk akal

pada diri manusia yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa

untuk mengolah akal pikirannya manusia memerlukan pola pendidikan melalui suatu proses

pembelajaran. Hubungan manusia dengan pendidikan sangat erat karena mempunyai ikatan yang

tidak dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam

rangka mempertahankan hidupnya. Manusia disebut juga “ Homo Sapiens ” yang artinya sebagai

makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Salah satu insting manusia

adalah selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu disekelilingnya, yang belum

diketahuinya. Berawal dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Dari

rasa ingin tahu maka timbulah ilmu pengetahun yang bermanfaat untuk manusia itu sendiri.

Dalam hidupnya manusia digerakan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu

dan sebagian lagi oleh tanggung jawab sosial dalam bermasyarakat. Manusia bukan hanya

mempunyai kemampuan – kemampuan, tetapi juga mempunyai keterbatasan – keterbatasan.

Manusia tidak hanya memiliki sifat – sifat yang baik namun juga mempunyai sifat – sifat yang

kurang baik. Menurut pandangan pancasila manusia mempunyai keinginan untuk

mempertahankan hidup dan menjaga kehidupan lebih baik. Setiap manusia itu membutuhkan

pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan – kemampuan

untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula

perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui

pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan di analisis secara murni.

Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lainnya.

Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui pendidikan, karena manusia dapat tumbuh

berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun

bersifat rohani. Oleh sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan

perkembangan yang optimal sebagai manusia. Dalam ajaran Agama Islam memandang bahwa

manusia sebagai tubuh, akal dan hati nurani. Potensi dasar manusia yang dikembangkan itu tidak

lain adalah bertuhan dan cenderung kepada kebaikan bersih dari dosa, berilmu pengetahuan serta

bebas memilih dan berkreasi. Kemampuan kreatif manusia pun berkembang secara bertahap

6

Page 7: RINGKASAN MATERI 2

sesuai ukuran tingkat kekuatan dan kelemahan unsur penunjang kerativitas seperti pendengaran,

pengelihatan serta pola piker manusia tersebut. Berdasarkan undang – undang Sisdiknas No 20

tahun 2003 BAB I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kperibadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.

      Hubungan manusia dan pendidikan

Manusia seperti yang kita ketahui sangat erat sekali hubungannya dengan kebudayaan

dan pendidikan. Pendidikan merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan, “ Education as

Cultural Conservation ”.  Disini peran pendidikan sebagai pelestarian budaya dan pendidikan

harus didasarkan kepada nilai – nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat

manusia. Pendidikan merupakan salah satu unsur kebudayaan, karena proses pendidikan pada

dasarnya merupakan hakikat dari kebudayaan itu sendiri. Berdasarkan nilai – nilai kebudayaan

yang beragam, kompleks dan terintegrasi maka suatu proses pendidikan tidak dapat dilihat dari

satu sudut saja. Tetapi harus menggunakan pandangan yang multi displiner.

Manusia merupakan individu yang memerlukan pendidikan yang layak. Pendidikan salah

satu contoh kebudayaan yang selalu berkembang sesuai perkembangan zaman. Manusia yang

baik adalah manusia yang dapat melestarikan kebudayaannya karena manusia sebagai makhluk

budaya. Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang

menghasilkan nilai kebudayaan yaitu manusia. Hal ini juga yang membedakan manusia dengan

makhluk yang lainnya ( hewan ) dengan adanya kebudayaan dan pendidikan. Perkembangan

pendidikan sejajar dengan perkambangan kebudayaan. Pendidikan selalu berubah sesuai

perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan

sebagai cermin nilai – nilai kebudayaan ( pendidikan bersifat reflektif  ). Pendidikan juga bersifat

progresif yaitu yang selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan

kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan

formal dan informal yang disengaja diadakan atau tidak. Perbedaan kebudayaan menjadi cermin

bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem, isi dan pendidikan pengajaran sekaligus menjadi

cermin tingkat pendidikan.

7

Page 8: RINGKASAN MATERI 2

Pendidikan informal lebih      dahulu     ada  dari   pada   pendidikan formal ( education

dan schooling ) pendidikan informal merupakan unsur mutlak kebudayaan untuk semua tingkat

kebudayaan yang muncul karena adanya pembagian kerja. Pada dasarnya keduanya disengaja

dan gejala kebudayaan, pemisahan keduanya tidak berguna. Tugas kebudayaan bukan

memonopoli lembaga pendidikan formal, tetapi kebersamaan warga dan negara karena segala

unsure kebudayaan bernilai pendidikan baik yang direncanakan ataupun yang tidak

direncanakan. Setiap manusia itu membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia

dapat mempunyai kemampuan – kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan

dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan

kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat

didekati dan di analisis secara murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh

makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui pendidikan,

karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik

itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani. Oleh sebab itu manusia memerlukan Pendidikan

demi mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai manusia.

8

Page 9: RINGKASAN MATERI 2

D.  Pendekatan Filsafat Dalam Pendidikan

Pendekatan filosofis adalah cara pandang atau paradigma yang bertujuan untuk menjelaskan

inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formanya. Dengan kata

lain, pendekatan filosofis adalah upaya sadar yang dilakukan untuk menjelaskan apa dibalik

sesuatu yang nampak.

Pendekatan filosofis untuk menjelaskan suatu masalah dapat diterapkan dalam aspek-aspek

kehidupan manusia, termasuk dalarn pendidikan. Filsafat tidak hanya melahirkan pengetahuan

baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat terapan

untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi. John Dewey (1964)

berpendapat bahwa filsafat merupakan teori umum tentang pendidikan. Filsafat sebagai suatu

sistem berpikir akan menjawab persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan

memerlukan jawaban filosofis pula.

 Filsafat pendidikan sebagai filsafat terapan, yaitu studi tentang penerapan asas-asas

pemikiran filsafat pada masalah-masalah pendidikan pada dasarnya mengenal dua pendekatan

yang polaritis, yaitu : 2

1. pendekatan tradisional,

2. pendekatan progresif.

   Pengertian masing-masing pendekatan dan variasi pendekatan daripadanya dan aliran-

aliran filsafat pendidikan dihasilkannya akan dijelaskan di bawah ini:

1.         Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional dalam Filsafat pendidikan melandaskan diri pada asas-asas sebagai

berikut: 

1. Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah filsafat, sehingga untuk mempelajari filsafat

pendidikan haruslah memiliki pengetahuan dasar tentang filsafat.

2.  Bahwa kenyataan yang esensial baik dan benar adalah kenyataan yang tetap, kekal dan

abadi.

3.  Bahwa nilai norma yang benar adalah nilai yang absolut, universal dan obyektif.

4. Bahwa tujuan yang baik dan benar menenukan alat dan sarana, artinya tujuan yang baik

harus dicapai dengan alat sarana yang baik pula.

2 Ibid

9

Page 10: RINGKASAN MATERI 2

5. Bahwa faktor pengembang sejarah atau sosial (science, technology, democracy dan industry)

adalah sarana alat untuk prosperity of life dan bukannya untuk welfare of life sebagai tujuan

hidup dan pendidikan sebagaimana yang ditentukan oleh filsafat.

2.         Pendekatan Progresif

Sebagai penghujung yang lain dari pendekatan di atas dan dari kontinuitas aliran filsafat

pendidikan adalah pendekatan progresif kontemporer dengan dasar-dasar pemikiran sebagai

berikut:

1. Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah sosiologi, atau filsafat sosial humanisme

ilmiah, yang skeptis terhadap kenyataan yang bersifat metafisis transendental.

2.   Bahwa kenyataan adalah perubahan, artinya kenyataan hidup yang esensial adalah

kenyataan yang selalu berubah dan berkembang.

3.  Bahwa truth is man-made, artinya kebenaran dan kebajikan itu adalah kreasi

manusia, dengan sifatnya yang relatif temporer bahkan subyektif.

4.  Bahwa tujuan dan dasar-dasar hidup dan pendidikan relatif ditentukan oleh

perkembangan tenaga pengembang sosial dan manusia, yang merupakan sumber

perkembangan sosial masyarakat.

5.  Bahwa antara tujuan dan alat adalah bersifat kontinu, bahwa tujuan dapat menjadi

alat untuk tujuan yang lebih lanjut sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat.

Hubungan filsafat dan teori pendidikan

Hubungan antara filsafat dan teori pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi dasar, arah dan

pedoman suatu sistem pendidikan.3

filsafat pendidikan merupakan aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai

medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan serta

menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin di capai.

Sebagaimana telah di kemukakan bahwa tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan

dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak diantara masalah-masalah

kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, analisa filsafat terhadap

3 ibid

10

Page 11: RINGKASAN MATERI 2

masalah-masalah pendidikan tersebut, dengan berbagai cara pendekatannya, akan dapat

menghasilkan pendangan-pndangan tertentu mengenai masalah-maslah kependidikan  bisa

tersebut. Dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan . disamping itu

jawaban-jawaban yang telah di kemukakan oleh jenis dan aliran filsafat tertentusepanjang

sejarah terhadap problematika kehidupanyg dihadapinya menunjukkan pandangan-pandangan

tertentu yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian terdapat

hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan

Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan teori pendidikan dapat diuraikan

sebagai berikut

1.      Filsafat dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara Pendekatan yang

digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan

menyusun teori- teori pendidikannya, disamping menggunakan metode- metode ilmiah lainnya.

Sementara itu dengan filsafat, sebagi pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek, misalnya

filsafat idelisme, realisme, materialisme dan sebaginya, akan mewarnai pula pandangan ahli

pendidikan tersebut dalam teori- teori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu

terhadap teori- teori pendidikan yang di kembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan

kata lain, teori- teori dan pandangan- pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh

fillosof, tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan airan filsafat yang

dianutnya.

2.      Filsafat juga berpungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh

para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai

relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat

pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai

dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Di samping

itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan filsafat

hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya

akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat

pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga

merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan

pandangan hidup dari masyarakat.

11

Page 12: RINGKASAN MATERI 2

3.      Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk

dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik.

Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan

tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan

yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat

tertentu. Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data

kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori

pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik).

     Di samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga terdapat

hubungan yang bersifat suplementer sebagai berikut :

a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang

sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral

pendidikannya

b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang

meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan,

metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan

pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan Negara

Definisi di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan yaitu, filsafat pendidikan dan

system atau teori pendidikan, dan hubungan antara keduanya adalah bahwa yang satu

“supplemen” terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan

bukan hanya sebagai pengajar di bidang studi tertentu”.4

4 Ali Saifullah, “Antara Filsafat dan Pendidikan” Usaha Nasional, Surabaya.1983

12

Page 13: RINGKASAN MATERI 2

E. Pandangan Esensialisme Dalam Pendidikan

Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah

ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan

ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam

memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka

untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme

memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan

lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.

Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran

ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak

melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.

Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang

disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan

sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi

terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang

sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan

zaman. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley (1874-1946), George Wilhelm

Friedrich Hegel (1770 – 1831), Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.

Pandangan Ontologi Essentialisme

1. Sintesa ide idealisme dan realisme tentang hakikat realita berarti essensialisme mengakui

adanya realita obyektif di samping pre-determinasi, supernatural dan transcendal.

2. Aliran ini dipengaruhi penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern baik Fisika

maupun Biologi. Karena itu realita menurut analisa ilmiah dapat dihayati dan diterima

oleh Essensialisme. Jadi, Semesta ini merupakan satu kesatuan yang mekanis, menurut

hukum alam obyektif (Kausalitas). Manusia adalah bagian alam semesta dan terlihat,

tunduk pada hukum alam.

3. Penapsiran Spiritual atas sejarah. Teori filsafat Heggel yang mensitesakan science dengan

religi dalam kosmologi, berarti sebagai interpretasi sepiritual atas sejarah perkembangan

13

Page 14: RINGKASAN MATERI 2

realita semesta. Hukum apakah yang mengatur tiap fase perubahan dan tiap peristiwa

sejarah, perubahan-perubahan social, dijawab problem itu secara prinsip: “Bahwa sejarah

itu adalah pikiran Tuhan – pikiran yang di ekspresikan, dinamika abadi yang merubah

dunia, yang mana ia secara sepiritual adalah realitas”.

4. Faham Makrokosmos dan Mikrokosmos. Makrokosmos adalah keseluruhan alam semesta

raya dalam suatu deign dan kesatuan menurut teori kosmologi. Mikrokosmos ialah bagian

tunggal, suatu fakta yang terpisah dari keseluruhan itu, baik pada tingkat umum, pribadi

manusia, ataupun lembaga.

Pandangan Epistemologi Essentialisme

       Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi

Essentialisme. Sebab, jika manusia mampu menyadari realita dirinya sebagai mikrokosmos

dalam makrokosmo, maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat/kualitas apa rasionya mampu

memikirkan kesemestaan itu. Dari berdasarkan kualitas itulah dia memproduksi secara tepat

pengetahuannya dalam bidang-bidang: Ilmu alam, Biologi, Sosial, Estetika, dan Agama.

1. Kontraversi jasmaniah-rohaniah

Perbedaan Idealisme dengan realisme ialah karena yang pertama menganggap bahwa

rohaniah adalah kunci kesadaran tentang realita. Manusia hanya mengetahu melalui ide atau

rohaniah. Sebaliknya realis berpendapat bahwa kita hanya mengetahui sesuatu realita di dalam

dan melalui jasmani

2. Pengetahuan

a.     Idealisme Kita hanya mengerti rohani kita sendiri. Tetapi pengertian ini memberi kesadaran

untuk mengerti realita yang lain (Personalisme)

•      Menurut Hegel: “Substansi mental tercermin pada hukum logika (Mikrokosmos) dab hukum

alam (Makrokosmos). Hukum dialegtika berfikir, berlaku pula hukum perkembangan sejarah dan

kebudayaan manusia (Teori Dinamis).

•      Saya sebagai finite being (Makhluk terbatas) mengetahui hukum dan kebenaran universal

sebagai realisasi resonasi jiwa saya dengan Tuhan. (Teori Absolutisme)

14

Page 15: RINGKASAN MATERI 2

b.    Realisme

Realisme dalam pengetahuan sangat dipengaruhi oleh Newton dengan ilmu pengetahuan

alamnya, cara menafsirkan manusia dalam realisme adalah:

Teori Associationisme: Teori ini sangat dipengaruhi oleh filsafat empirisme John Locke, atau

ide-ide dan isi jiwa adalah asosiasi unsure-unsur penginderaan dan pengamatan. Penganut

teori ini juga menggunakan metode introspeksi yang dipakai oleh kaum idealis (T.H. Green)

Teori Behaviorisme: Aliran behaviorisme berkesimpulan bahwa perwujudan kehidupan

mental tercermin pada tingkah laku.

eori Connectionisme: Teori Connectionisme menyatakan semua makhluk hidup, termasuk

manusia terbentuk tingkah lakunya oleh pola-pola connections between (Hubungan-

hubungan antara) stimulus (S) dan Respone (R).

Pandangan Axiologi Essentialisme

       Pandangan ontologi dan epistemologinya amat mempengaruhi pandangan axiology ini. Bagi

aliran ini, nilai-nilai, seperti juga kebenaran berakar dalam dan berasal dari sumber objektif.

Watak sumber ini dari mana nilai-nilai berasal, tergantung pada pandangan-pandangan idealisme

dan realisme, sebab Essentialisme terbina oleh kedua sayap tersebut.

15