RINGKASAN MATERI 2
-
Upload
ilham-azzuri-sikumbang -
Category
Documents
-
view
27 -
download
0
description
Transcript of RINGKASAN MATERI 2
RINGKASAN MATERI
A. Arti Filsafat Dan Makna Pendidikan
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos
yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau
hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah
itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan
perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan
bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat,
dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab
falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan
sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam
bahasa Arab disebut failasuf.
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami
perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang
yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat
diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap
pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas
yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.
Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan
oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis. Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli
mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan.Dalam
hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya
mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik
1
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si - terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.
Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam
pendidikan, yaitu 1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang
dilakukan secara sadar. 2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong. 3) Ada yang di didik atau
si terdidik. 4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada
alat-alat yang dipergunakan.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan
kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan
sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman
hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan
kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga
mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur
masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur
kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al
Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar
terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.
Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan
perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah
mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas,
terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al
Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah
yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat
kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang
menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju
kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.
2
Filsafat pendidikan sebagai filsafat terapan, yaitu studi tentang penerapan asas-asas
pemikiran filsafat pada masalah-masalah pendidikan pada dasarnya mengenal dua pendekatan
yang polarities.1
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik
potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.
Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis,
dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang
digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
1. Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
2. Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
3. Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
1 Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, “Filsafat Pendidikan Islam”, (Bandung: Pustaka setia, 2007),
hal.9
3
B. Keberadaan Dan Hakikat Diri Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial
Pengertian hakikat manusia dari berbagai sumber aliran agama :
Pandangan dari segi agama, Islam, Kristen, dan Katolik menolak pandangan hakekat manusia adalah
jasmani dengan teori evolusi. Tetapi, hakekat manusia adalah paduan menyeluruh antara akal,
emosi dan perbuatan. Dengan hati dan akalnya manusia terus menerus mencari kebenaran dan
dianugerahi status sebagai khalifah Allah.
Ciri-ciri hakekat manusia adalah sebagai berikut :
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan
social yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif sehingga mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
c. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
selama hidupnya.
d. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya
sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
e. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan
potensi yang tak terbatas
f. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
g. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak
bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan
sosial.
Manusia, mahluk dan individu secara etimologi diartikan sebagai berikut:
1. Manusia berarti mahluk yang berakal budi dan mampu menguasai mahluk lain.
2. Mahluk yaitu sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan.
3. Individu mengandung arti orang seorang, pribadi, organisme yang hidupnya berdiri sendiri.
Secara fisiologis ia bersifat bebas, tidak mempunyai hubungan organik dengan sesama.
Kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta) atau mens(Latin) yang berarti berpikir,
berakal budi, atau homo (Latin) yang berarti manusia. Istilah individu berasal dari bahasa Latin,
4
yaituindividum, yang artinya sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau suatu kesatuan yang
terkecil dan terbatas.
Secara kodrati, manusia merupakan mahluk monodualis. Artinya selain sebagai mahluk
individu, manusia berperan juga sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk individu, manusia
merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri atas unsur jasmani (raga) dan rohani (jiwa) yang
tidak dapat dipisah-pisahkan. Jiwa dan raga inilah yang membentuk individu.
Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup berdiri
sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa akan
berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya
(dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). Hal terpenting yang membedakan manusia
dengan mahluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan
keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Manusia adalah ciptaan Tuhan dengan derajat
paling tinggi di antara ciptaan-ciptaan yang lain.
Masyarakat merupakan wadah bagi para individu untuk mengadakan interaksi sosial dan
interelasi sosial. Interaksi merupakan aktivitas timbal balik antarindividu dalam suatu pergaulan
hidup bersama.
5
C. Kebutuhan Pola Hubungan Antara Manusia Sebagai Insan Pendidik
Manusia sebagai makhluk yang diberikan kelebihan oleh Allah dengan suatu bentuk akal
pada diri manusia yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa
untuk mengolah akal pikirannya manusia memerlukan pola pendidikan melalui suatu proses
pembelajaran. Hubungan manusia dengan pendidikan sangat erat karena mempunyai ikatan yang
tidak dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan
pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam
rangka mempertahankan hidupnya. Manusia disebut juga “ Homo Sapiens ” yang artinya sebagai
makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Salah satu insting manusia
adalah selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu disekelilingnya, yang belum
diketahuinya. Berawal dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Dari
rasa ingin tahu maka timbulah ilmu pengetahun yang bermanfaat untuk manusia itu sendiri.
Dalam hidupnya manusia digerakan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu
dan sebagian lagi oleh tanggung jawab sosial dalam bermasyarakat. Manusia bukan hanya
mempunyai kemampuan – kemampuan, tetapi juga mempunyai keterbatasan – keterbatasan.
Manusia tidak hanya memiliki sifat – sifat yang baik namun juga mempunyai sifat – sifat yang
kurang baik. Menurut pandangan pancasila manusia mempunyai keinginan untuk
mempertahankan hidup dan menjaga kehidupan lebih baik. Setiap manusia itu membutuhkan
pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan – kemampuan
untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula
perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui
pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan di analisis secara murni.
Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lainnya.
Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui pendidikan, karena manusia dapat tumbuh
berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun
bersifat rohani. Oleh sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan
perkembangan yang optimal sebagai manusia. Dalam ajaran Agama Islam memandang bahwa
manusia sebagai tubuh, akal dan hati nurani. Potensi dasar manusia yang dikembangkan itu tidak
lain adalah bertuhan dan cenderung kepada kebaikan bersih dari dosa, berilmu pengetahuan serta
bebas memilih dan berkreasi. Kemampuan kreatif manusia pun berkembang secara bertahap
6
sesuai ukuran tingkat kekuatan dan kelemahan unsur penunjang kerativitas seperti pendengaran,
pengelihatan serta pola piker manusia tersebut. Berdasarkan undang – undang Sisdiknas No 20
tahun 2003 BAB I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kperibadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Hubungan manusia dan pendidikan
Manusia seperti yang kita ketahui sangat erat sekali hubungannya dengan kebudayaan
dan pendidikan. Pendidikan merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan, “ Education as
Cultural Conservation ”. Disini peran pendidikan sebagai pelestarian budaya dan pendidikan
harus didasarkan kepada nilai – nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat
manusia. Pendidikan merupakan salah satu unsur kebudayaan, karena proses pendidikan pada
dasarnya merupakan hakikat dari kebudayaan itu sendiri. Berdasarkan nilai – nilai kebudayaan
yang beragam, kompleks dan terintegrasi maka suatu proses pendidikan tidak dapat dilihat dari
satu sudut saja. Tetapi harus menggunakan pandangan yang multi displiner.
Manusia merupakan individu yang memerlukan pendidikan yang layak. Pendidikan salah
satu contoh kebudayaan yang selalu berkembang sesuai perkembangan zaman. Manusia yang
baik adalah manusia yang dapat melestarikan kebudayaannya karena manusia sebagai makhluk
budaya. Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang
menghasilkan nilai kebudayaan yaitu manusia. Hal ini juga yang membedakan manusia dengan
makhluk yang lainnya ( hewan ) dengan adanya kebudayaan dan pendidikan. Perkembangan
pendidikan sejajar dengan perkambangan kebudayaan. Pendidikan selalu berubah sesuai
perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan
sebagai cermin nilai – nilai kebudayaan ( pendidikan bersifat reflektif ). Pendidikan juga bersifat
progresif yaitu yang selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan
kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan
formal dan informal yang disengaja diadakan atau tidak. Perbedaan kebudayaan menjadi cermin
bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem, isi dan pendidikan pengajaran sekaligus menjadi
cermin tingkat pendidikan.
7
Pendidikan informal lebih dahulu ada dari pada pendidikan formal ( education
dan schooling ) pendidikan informal merupakan unsur mutlak kebudayaan untuk semua tingkat
kebudayaan yang muncul karena adanya pembagian kerja. Pada dasarnya keduanya disengaja
dan gejala kebudayaan, pemisahan keduanya tidak berguna. Tugas kebudayaan bukan
memonopoli lembaga pendidikan formal, tetapi kebersamaan warga dan negara karena segala
unsure kebudayaan bernilai pendidikan baik yang direncanakan ataupun yang tidak
direncanakan. Setiap manusia itu membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia
dapat mempunyai kemampuan – kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan
dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan
kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat
didekati dan di analisis secara murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh
makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui pendidikan,
karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik
itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani. Oleh sebab itu manusia memerlukan Pendidikan
demi mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai manusia.
8
D. Pendekatan Filsafat Dalam Pendidikan
Pendekatan filosofis adalah cara pandang atau paradigma yang bertujuan untuk menjelaskan
inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formanya. Dengan kata
lain, pendekatan filosofis adalah upaya sadar yang dilakukan untuk menjelaskan apa dibalik
sesuatu yang nampak.
Pendekatan filosofis untuk menjelaskan suatu masalah dapat diterapkan dalam aspek-aspek
kehidupan manusia, termasuk dalarn pendidikan. Filsafat tidak hanya melahirkan pengetahuan
baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat terapan
untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi. John Dewey (1964)
berpendapat bahwa filsafat merupakan teori umum tentang pendidikan. Filsafat sebagai suatu
sistem berpikir akan menjawab persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan
memerlukan jawaban filosofis pula.
Filsafat pendidikan sebagai filsafat terapan, yaitu studi tentang penerapan asas-asas
pemikiran filsafat pada masalah-masalah pendidikan pada dasarnya mengenal dua pendekatan
yang polaritis, yaitu : 2
1. pendekatan tradisional,
2. pendekatan progresif.
Pengertian masing-masing pendekatan dan variasi pendekatan daripadanya dan aliran-
aliran filsafat pendidikan dihasilkannya akan dijelaskan di bawah ini:
1. Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional dalam Filsafat pendidikan melandaskan diri pada asas-asas sebagai
berikut:
1. Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah filsafat, sehingga untuk mempelajari filsafat
pendidikan haruslah memiliki pengetahuan dasar tentang filsafat.
2. Bahwa kenyataan yang esensial baik dan benar adalah kenyataan yang tetap, kekal dan
abadi.
3. Bahwa nilai norma yang benar adalah nilai yang absolut, universal dan obyektif.
4. Bahwa tujuan yang baik dan benar menenukan alat dan sarana, artinya tujuan yang baik
harus dicapai dengan alat sarana yang baik pula.
2 Ibid
9
5. Bahwa faktor pengembang sejarah atau sosial (science, technology, democracy dan industry)
adalah sarana alat untuk prosperity of life dan bukannya untuk welfare of life sebagai tujuan
hidup dan pendidikan sebagaimana yang ditentukan oleh filsafat.
2. Pendekatan Progresif
Sebagai penghujung yang lain dari pendekatan di atas dan dari kontinuitas aliran filsafat
pendidikan adalah pendekatan progresif kontemporer dengan dasar-dasar pemikiran sebagai
berikut:
1. Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah sosiologi, atau filsafat sosial humanisme
ilmiah, yang skeptis terhadap kenyataan yang bersifat metafisis transendental.
2. Bahwa kenyataan adalah perubahan, artinya kenyataan hidup yang esensial adalah
kenyataan yang selalu berubah dan berkembang.
3. Bahwa truth is man-made, artinya kebenaran dan kebajikan itu adalah kreasi
manusia, dengan sifatnya yang relatif temporer bahkan subyektif.
4. Bahwa tujuan dan dasar-dasar hidup dan pendidikan relatif ditentukan oleh
perkembangan tenaga pengembang sosial dan manusia, yang merupakan sumber
perkembangan sosial masyarakat.
5. Bahwa antara tujuan dan alat adalah bersifat kontinu, bahwa tujuan dapat menjadi
alat untuk tujuan yang lebih lanjut sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat.
Hubungan filsafat dan teori pendidikan
Hubungan antara filsafat dan teori pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi dasar, arah dan
pedoman suatu sistem pendidikan.3
filsafat pendidikan merupakan aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai
medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan serta
menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin di capai.
Sebagaimana telah di kemukakan bahwa tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan
dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak diantara masalah-masalah
kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, analisa filsafat terhadap
3 ibid
10
masalah-masalah pendidikan tersebut, dengan berbagai cara pendekatannya, akan dapat
menghasilkan pendangan-pndangan tertentu mengenai masalah-maslah kependidikan bisa
tersebut. Dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan . disamping itu
jawaban-jawaban yang telah di kemukakan oleh jenis dan aliran filsafat tertentusepanjang
sejarah terhadap problematika kehidupanyg dihadapinya menunjukkan pandangan-pandangan
tertentu yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian terdapat
hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan teori pendidikan dapat diuraikan
sebagai berikut
1. Filsafat dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara Pendekatan yang
digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan
menyusun teori- teori pendidikannya, disamping menggunakan metode- metode ilmiah lainnya.
Sementara itu dengan filsafat, sebagi pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek, misalnya
filsafat idelisme, realisme, materialisme dan sebaginya, akan mewarnai pula pandangan ahli
pendidikan tersebut dalam teori- teori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu
terhadap teori- teori pendidikan yang di kembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan
kata lain, teori- teori dan pandangan- pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh
fillosof, tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan airan filsafat yang
dianutnya.
2. Filsafat juga berpungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh
para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai
relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat
pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai
dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Di samping
itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan filsafat
hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya
akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat
pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga
merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan
pandangan hidup dari masyarakat.
11
3. Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk
dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik.
Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan
tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan
yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat
tertentu. Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data
kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori
pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik).
Di samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga terdapat
hubungan yang bersifat suplementer sebagai berikut :
a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang
sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral
pendidikannya
b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang
meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan,
metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan
pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan Negara
Definisi di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan yaitu, filsafat pendidikan dan
system atau teori pendidikan, dan hubungan antara keduanya adalah bahwa yang satu
“supplemen” terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan
bukan hanya sebagai pengajar di bidang studi tertentu”.4
4 Ali Saifullah, “Antara Filsafat dan Pendidikan” Usaha Nasional, Surabaya.1983
12
E. Pandangan Esensialisme Dalam Pendidikan
Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah
ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan
ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam
memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka
untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan
lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran
ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak
melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang
disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan
sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi
terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang
sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan
zaman. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley (1874-1946), George Wilhelm
Friedrich Hegel (1770 – 1831), Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
Pandangan Ontologi Essentialisme
1. Sintesa ide idealisme dan realisme tentang hakikat realita berarti essensialisme mengakui
adanya realita obyektif di samping pre-determinasi, supernatural dan transcendal.
2. Aliran ini dipengaruhi penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern baik Fisika
maupun Biologi. Karena itu realita menurut analisa ilmiah dapat dihayati dan diterima
oleh Essensialisme. Jadi, Semesta ini merupakan satu kesatuan yang mekanis, menurut
hukum alam obyektif (Kausalitas). Manusia adalah bagian alam semesta dan terlihat,
tunduk pada hukum alam.
3. Penapsiran Spiritual atas sejarah. Teori filsafat Heggel yang mensitesakan science dengan
religi dalam kosmologi, berarti sebagai interpretasi sepiritual atas sejarah perkembangan
13
realita semesta. Hukum apakah yang mengatur tiap fase perubahan dan tiap peristiwa
sejarah, perubahan-perubahan social, dijawab problem itu secara prinsip: “Bahwa sejarah
itu adalah pikiran Tuhan – pikiran yang di ekspresikan, dinamika abadi yang merubah
dunia, yang mana ia secara sepiritual adalah realitas”.
4. Faham Makrokosmos dan Mikrokosmos. Makrokosmos adalah keseluruhan alam semesta
raya dalam suatu deign dan kesatuan menurut teori kosmologi. Mikrokosmos ialah bagian
tunggal, suatu fakta yang terpisah dari keseluruhan itu, baik pada tingkat umum, pribadi
manusia, ataupun lembaga.
Pandangan Epistemologi Essentialisme
Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi
Essentialisme. Sebab, jika manusia mampu menyadari realita dirinya sebagai mikrokosmos
dalam makrokosmo, maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat/kualitas apa rasionya mampu
memikirkan kesemestaan itu. Dari berdasarkan kualitas itulah dia memproduksi secara tepat
pengetahuannya dalam bidang-bidang: Ilmu alam, Biologi, Sosial, Estetika, dan Agama.
1. Kontraversi jasmaniah-rohaniah
Perbedaan Idealisme dengan realisme ialah karena yang pertama menganggap bahwa
rohaniah adalah kunci kesadaran tentang realita. Manusia hanya mengetahu melalui ide atau
rohaniah. Sebaliknya realis berpendapat bahwa kita hanya mengetahui sesuatu realita di dalam
dan melalui jasmani
2. Pengetahuan
a. Idealisme Kita hanya mengerti rohani kita sendiri. Tetapi pengertian ini memberi kesadaran
untuk mengerti realita yang lain (Personalisme)
• Menurut Hegel: “Substansi mental tercermin pada hukum logika (Mikrokosmos) dab hukum
alam (Makrokosmos). Hukum dialegtika berfikir, berlaku pula hukum perkembangan sejarah dan
kebudayaan manusia (Teori Dinamis).
• Saya sebagai finite being (Makhluk terbatas) mengetahui hukum dan kebenaran universal
sebagai realisasi resonasi jiwa saya dengan Tuhan. (Teori Absolutisme)
14
b. Realisme
Realisme dalam pengetahuan sangat dipengaruhi oleh Newton dengan ilmu pengetahuan
alamnya, cara menafsirkan manusia dalam realisme adalah:
Teori Associationisme: Teori ini sangat dipengaruhi oleh filsafat empirisme John Locke, atau
ide-ide dan isi jiwa adalah asosiasi unsure-unsur penginderaan dan pengamatan. Penganut
teori ini juga menggunakan metode introspeksi yang dipakai oleh kaum idealis (T.H. Green)
Teori Behaviorisme: Aliran behaviorisme berkesimpulan bahwa perwujudan kehidupan
mental tercermin pada tingkah laku.
eori Connectionisme: Teori Connectionisme menyatakan semua makhluk hidup, termasuk
manusia terbentuk tingkah lakunya oleh pola-pola connections between (Hubungan-
hubungan antara) stimulus (S) dan Respone (R).
Pandangan Axiologi Essentialisme
Pandangan ontologi dan epistemologinya amat mempengaruhi pandangan axiology ini. Bagi
aliran ini, nilai-nilai, seperti juga kebenaran berakar dalam dan berasal dari sumber objektif.
Watak sumber ini dari mana nilai-nilai berasal, tergantung pada pandangan-pandangan idealisme
dan realisme, sebab Essentialisme terbina oleh kedua sayap tersebut.
15