Ringkasan Biopestisida

2
RINGKASAN REZA SEPTIAN, CAA 112 013, Potensi Biopestisida Golongan Rerumputan Terhadap Pertumbuhan Jamur Sclerotium rolfsii Dengan Berbagai Teknik Di Balai Perlindungan Perkebunan Dan Pengawasan Benih. Laporan magang. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya, dibawah bimbingan Yanetri Asi dan Adrianson Agus Djaya. Penggunaan pestisida sintetik pada umumnya kurang aman karena dapat merugikan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. fungisida sintetik yang merupakan komponen penting dalam pengendalian hama terpadu perlu dicari penggantinya. Alternatif yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati yang berspektrum sempit terhadap organisme sasaran. Berbagai jenis tumbuhan telah diketahui berpotensi sebagai pestisida nabati karena mengandung senyawa bioaktif antara lain steroid, asetogenin, fenil propan, dan tannin. Hutan mempunyai keanekaragaman flora yang dari satu tempat ke tempat lainnya berbeda sehingga kita dapat menguji untuk mengetahui potensi biopestisida tanaman lokal dengan golongan yang berbeda yang dapat menekan patogen penyebab penyakit tanaman. Tujuan magang ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa teknik pembuatan biopestisida dan mengetahui potensi biopestisida golongan rerumputan terhadap pertumbuhan jamur Sclerotium rolfsii penyebab penyakit tanaman. Ekstrak tanaman diuji dengan patogen S. rolfsii. Pembuatan biopestisida menggunakkan 3 teknik pembuatan diantaranya teknik perebusan selama 45-75 menit, teknik perendaman selama 1 malam, teknik perendaman + deterjen. Uji potensi biopestisida menggunakkan metode pertumbuhan patogen jamur untuk mengamati pertumbuhan dan zona penghambatnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa potensi penghambatan biopestisida secara in vitro yang terbaik adalah pemberian ekstrak golongan gelinggang (55,3 0%), diikuti rumput banta (48,48%) dan kemudian alang-alang (40,91%). Sedangkan potensi penghambatan terbaik adalah teknik teknik terendaman+deterjen yang menghambat patogen sampai 87,12%, diikuti dengan teknik

description

ringkasan

Transcript of Ringkasan Biopestisida

Page 1: Ringkasan Biopestisida

RINGKASAN

REZA SEPTIAN, CAA 112 013, Potensi Biopestisida Golongan Rerumputan Terhadap Pertumbuhan Jamur Sclerotium rolfsii Dengan Berbagai Teknik Di Balai Perlindungan Perkebunan Dan Pengawasan Benih. Laporan magang. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya, dibawah bimbingan Yanetri Asi dan Adrianson Agus Djaya.

Penggunaan pestisida sintetik pada umumnya kurang aman karena dapat merugikan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. fungisida sintetik yang merupakan komponen penting dalam pengendalian hama terpadu perlu dicari penggantinya. Alternatif yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati yang berspektrum sempit terhadap organisme sasaran. Berbagai jenis tumbuhan telah diketahui berpotensi sebagai pestisida nabati karena mengandung senyawa bioaktif antara lain steroid, asetogenin, fenil propan, dan tannin. Hutan mempunyai keanekaragaman flora yang dari satu tempat ke tempat lainnya berbeda sehingga kita dapat menguji untuk mengetahui potensi biopestisida tanaman lokal dengan golongan yang berbeda yang dapat menekan patogen penyebab penyakit tanaman. Tujuan magang ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa teknik pembuatan biopestisida dan mengetahui potensi biopestisida golongan rerumputan terhadap pertumbuhan jamur Sclerotium rolfsii penyebab penyakit tanaman.

Ekstrak tanaman diuji dengan patogen S. rolfsii. Pembuatan biopestisida menggunakkan 3 teknik pembuatan diantaranya teknik perebusan selama 45-75 menit, teknik perendaman selama 1 malam, teknik perendaman + deterjen. Uji potensi biopestisida menggunakkan metode pertumbuhan patogen jamur untuk mengamati pertumbuhan dan zona penghambatnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa potensi penghambatan biopestisida secara in vitro yang terbaik adalah pemberian ekstrak golongan gelinggang (55,3 0%), diikuti rumput banta (48,48%) dan kemudian alang-alang (40,91%). Sedangkan potensi penghambatan terbaik adalah teknik teknik terendaman+deterjen yang menghambat patogen sampai 87,12%, diikuti dengan teknik perebusan (30,30%) atau perebusan (27,27%), tergantung jenis tanaman yang digunakan.