Rina Wulandari

4
Rina Wulandari 20100310046 1. Sanksi bila tidak mendaftar BPJS BPJS Kesehatan mulai merintis penerapan sanksi kepada pemberi kerja yang tidak mematuhi peraturan terkait program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Upaya itu dimulai lewat kerjasama yang dijalin dengan lembaga pemerintah yang berwenang, seperti Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). Menurut Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris, Kemenakertrans berwenang menerbitkan izin mempekerjakan tenaga kerja asing. Sehingga pemberi kerja yang tak patuh peraturan terkait BPJS Kesehatan dapat dijatuhi sanksi berupa tidak diberikan izin atau perpanjangan untuk mempekerjakan tenaga kerja asing. Pada prinsipnya, ada sanksi dalam bentuk tak mendapat layanan publik. Kerjasama itu, menurut Fachmi, selaras dengan amanat UU BPJS dan peraturan terkait seperti PP No. 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Juga didasarkan pada PP No. 85 Tahun 2013 tentang Tata Cara Hubungan Antar Lembaga BPJS. Terkait penerapan sanksi, Fachmi menyebut BPJS Kesehatan tidak punya instrumen untuk melaksanakannya. Oleh karena itu BPJS Kesehatan menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga pemerintahan terkait. Sanksi itu bukan hanya untuk pemberi kerja yang tidak mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS Kesehatan dan tidak melaporkan data pekerjanya sesuai fakta. Tapi juga individu yang tidak ikut program JKN BPJS Kesehatan. Sanksi yang dapat dijatuhkan diantaranya tidak diberikan pelayanan publik tertentu.

description

BPJS

Transcript of Rina Wulandari

Page 1: Rina Wulandari

Rina Wulandari

20100310046

1. Sanksi bila tidak mendaftar BPJS

BPJS Kesehatan mulai merintis penerapan sanksi kepada pemberi kerja yang tidak mematuhi peraturan terkait program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Upaya itu dimulai lewat kerjasama yang dijalin dengan lembaga pemerintah yang berwenang, seperti Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans).

Menurut Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris, Kemenakertrans berwenang menerbitkan izin mempekerjakan tenaga kerja asing. Sehingga pemberi kerja yang tak patuh peraturan terkait BPJS Kesehatan dapat dijatuhi sanksi berupa tidak diberikan izin atau perpanjangan untuk mempekerjakan tenaga kerja asing. Pada prinsipnya, ada sanksi dalam bentuk tak mendapat layanan publik.

Kerjasama itu, menurut Fachmi, selaras dengan amanat UU BPJS dan peraturan terkait seperti PP No. 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Juga didasarkan pada PP No. 85 Tahun 2013 tentang Tata Cara Hubungan Antar Lembaga BPJS.

Terkait penerapan sanksi, Fachmi menyebut BPJS Kesehatan tidak punya instrumen untuk melaksanakannya. Oleh karena itu BPJS Kesehatan menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga pemerintahan terkait. Sanksi itu bukan hanya untuk pemberi kerja yang tidak mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS Kesehatan dan tidak melaporkan data pekerjanya sesuai fakta. Tapi juga individu yang tidak ikut program JKN BPJS Kesehatan. Sanksi yang dapat dijatuhkan diantaranya tidak diberikan pelayanan publik tertentu.

"Kalau tidak ikut program, BPJS nanti bisa ditahan SIM, STNK atau sertifikat tanah," kata Fachmi usai menandatangani kerjasama antara BPJS Kesehatan dan Kemenakertrans di kantor Kemenakertrans Jakarta, Kamis (27/3).

BPJS Kesehatan akan bekerjasama dengan lembaga yang punya kewenangan memberikan izin. Jika menyangkut pelayanan publik untuk mengurus izin mendirikan bangunan (IMB) maka BPJS Kesehatan bekerjasama dengan pemerintah daerah (Pemda). Untuk SIM kerjasama akan dijalin dengan Polri. "Jadi dimana instansi yang menerbitkan izin, di situ kita jalin kerjasama. Termasuk perpanjangan izin

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), pemerintah mencantumkan pasal pemberian sanksi bagi pemberi kerja selain penyelenggara negara, dan perseorangan yang tidak mendaftarkan pekerja dan keluarganya pada BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Page 2: Rina Wulandari

Ancaman pemberian sanksi itu tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013 yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 24 Desember 2013.

PP ini secara tegas mewajibkan pemberi kerja selain penyelenggara untuk mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS secara bertahap sesuai dengan program jaminan sosial yang diikutinya, dan memberikan data dirinya dan pekerjanya berikut anggota keluarganya kepada BPJS secara lengkap dan benar.

Selain itu, setiap orang selain pemberi kerja, Pekerja, dan penerima bantuan iuran yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan wajib mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya sebagai peserta kepada BPJS, dan memberikan data dirinya dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.

Pemberi kerja selain penyelenggara negara dan setiap orang, selain pemberi kerja, pekerja, dan penerima bantuan, yang tidak mendaftarkan dirinya, pekerjanya dan keluarganya kepada BPJS, atau tidak memberikan data secara lengkap dan benar akan dikenai sanksi administratif.

“Sanksi administratif dapat berupa: a. Teguran tertulis; b. Denda; dan/atau c. Tidak mendapat pelayanan publik tertentu,” bunyi Pasal 5 Ayat (2) PP tersebut.

Pengenaan sanksi teguran tertulis yang dikenakan BPJS sebagaimana dimaksud diberikan paling banyak 1 (dua) kali masing-masing untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja.

Adapun sanksi denda diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak berakhirnya sanksi teguran tertulis kedua berakhir. Denda dimaksud sebesar 0,1 persen setiap bulan dari iuran yang seharusnya dibayar yang dihitung sejak teguran tertulis kedua berakhir.

Sanksi tidak mendapatkan pelayanan publik dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota atas permintaan BPJS. Sanksi tidak mendapatkan pelayanan publik kepada pemberi kerja selain penyelenggara negara meliputi: a. Perizinan terkait usaha; b. Izin yang diperlukan dalam mengikuti tender proyek; c. Izin mempekerjakan tenaga kerja asing; d. Izin perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; atau e. Izin Mendirikan Bangunan (IMB),

Adapun sanksi tidak mendapatkan pelayanan publik kepada setiap orang, selain pemberi kerja, pekerja, dan penerima bantuan iuran meliputi: a. Izin Mendirikan Bangunan (IMB); b. Surat Izin Mengemudi (IMB); c. Sertifikat Tanah; d. Paspor; dan e. Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).

“Pengenaan sanksi kepada pemberika kerja selain penyelenggara negara dan setiap orang, selain pemberi kerja, pekerja, dan penerima bantuan iuran dilakukan berdasarkan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan dalam penyelenggaraan jaminan sosial,” bunyi Pasal 12 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013 itu.

Pengawasan dan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dilakukan oleh BPJS terhadap:

Page 3: Rina Wulandari

a. Kepatuhan pemberi kerja selain penyelenggara negara untuk mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta BPJS, dan memberikan data dirinya dan perkerjanya berikut anggota keluarganya secara lengkap dan benar;

b. Kepatuhan setiap orang, selain pemberi kerja, pekerja, dan penerima bantuan iuran untuk mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya sebagai peserta kepada BPJS, dan memberikan data dirinya dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.

“Pengawasan dan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dapat dilakukan oleh BPJS berdasarkan pengaduan dari masyarakat dan pekerja,” bunyi Pasal 13 Ayat (4) PP No. 86/2013 ini.

Peraturan Pemerintah ini berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 24 Desember 2013.