Rhinitis Vasomotor
-
Upload
bayu-agustinus -
Category
Documents
-
view
472 -
download
37
Transcript of Rhinitis Vasomotor
RHINITIS VASOMOTOR
Oleh:Marcella
Rininta ChristabellaAzuma Kamada
ANATOMI HIDUNG
– HIDUNG LUAR
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah :
Pangkal hidung ( bridge )
Dorsum nasi
Puncak hidung ( apeks )
Ala nasi
Kolumela
Lubang hidung (nares anterior)
• Kerangka tulang terdiri dari :
Tulang hidung (os nasalis)
Prosesus frontalis os maksila
Prosesus nasalis os frontalis
Kerangka tulang rawan terdiri dari :
Sepasang kartilago nasalis lateralis superior,
Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior ( kartilago alar mayor )
Beberapa pasang kartilago alar minor
Tepi anterior kartilago septum.
• Otot-otot ala nasi terdiri dari dua kelompok yaitu4 :
1. Kelompok dilator :
Kelompok dilator terdiri dari : m. dilator nares ( anterior dan posterior )
m. proserus
kaput angulare m. kuadratus labii superior
2. Kelompok konstriktor :
Kelompok konstriktor terdiri dari : m. Nasalis
m. depresor septi
HIDUNG DALAM1. Vestibulum
Terletak tepat dibelakang nares anterior, dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrisae.
2. Septum nasiSeptum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.Bagian tulang terdiri dari :
- lamina perpendikularis os etmoid- vomer- krista nasalis os maksila- krista nasalis os palatina
Bagian tulang rawan terdiri dari :
- kartilago septum ( lamina kuadrangularis )
- kolumela
Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang
rawan dan periosteum pada bagian tulang, sedangkan
bagian luarnya dilapisi oleh mukosa hidung.
3. Kavum nasi
a. Dasar hidung
Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatina os
maksila dan prosesus horisontal os palatum.
b. Atap hidung
Terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os
nasal, prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid
dan korpus os sfenoid.
c. Dinding lateral
oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila, os lakrimalis, konka superior, konka media, konka inferior, lamina perpendikularis os palatum dan lamina pterigoideus medial.
d. Konka
Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media dan konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema.
e. Meatus nasi
Pada meatus inferior terdapat muara duktus
nasolakrimalis.
Pada meatus media terdapat muara sinus maksila, sinus
frontal dan sinus etmoid anterior.
Pada meatus superior terdapat muara sinus etmoid
posterior dan sinus sfenoid.
f. Dinding medial
Dinding medial hidung adalah septum nasi.
• PERDARAHAN HIDUNGberasal dari 3 sumber utama:
A. Etmoidalis AnteriorYang mendarahi septum bagian superior anterior dan dinding lateral hidung.
A. Etmoidalis Posterior ( cabang dari A. Oftalmika )Yang mendarahi septum bagian superior posterior.
A. SfenopalatinaTerbagi menjadi A. Nasales Posterolateral yang menuju kedinding lateral hidung dan A. Septi Posterior yang menyebar pada septum nasi.
• Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari
cabang-cabang a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis
superior dan a.palatina mayor, yang disebut pleksus
Kiesselbach ( Little’s area ) yang letaknya superfisial dan
mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber
epistaksis.
• Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan
berdampingan dengan arterinya.
PERSARAFAN HIDUNG• Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat
persarafan sensoris dari n.ethmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang berasal dari n.oftalmikus (N. V-1).
• Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n.maksila melalui ganglion sfenopalatina.
• Fungsi penghidu berasal dari n.olfaktorius.
FISIOLOGI HIDUNG
1. fungsi respirasi untuk mengatur kondisi
udara (air conditioning), penyaring udara,
humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran
tekanan dan mekanisme imunologik lokal
2. fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa
olfaktorius dan reservoir udara untuk
menampung stimulus penghidu
3. fungsi fonetik yang berguna untuk resonasi suara,
membantu proses bicara dan mencegah hantaran
suara, membantu proses bicara dan mencegah
hantaran tulang sendiri melalui konduksi tulang
4. fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban
kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung
panas
5. refleks nasal.
RINITIS VASOMOTOR
Keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal, dan pajanan obat
Disebut juga Vasomotor cattarh, Vasomotor rinorhea, Nasal vasomotor instability, Non-allergic perennial rhinitis
• EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan bahwa hingga 10% dari populasi penduduk menderita rhinitis vasomotor. Secara umum rhinitis vasomotor terjadi pada usia setelah 20 tahun dan lebih umum pada wanita dibandingkan pria.
ETIOLOGI
Etilogi pasti rinitis vasomotor belum diketahui dan diduga akibat gangguan keseimbangan sistem saraf otonom yang dipicu oleh zat-zat tertentu, yang pada keadaan normal tidak dirasakan sebagai gangguan oleh individu tertentu.
• Faktor predisposisi rhinitis vasomotor adalah6 :KeturunanInfeksi bakteri atau virusFaktor psikologis dan emosional Pengaruh endokrinObat-obatan
• Faktor pencetus dari rhinitis vasomotor adalah1 : Kondisi udara Asap/rokok, bau yang menyengat, parfum,
minuman beralkohol, makanan pedas Kelelahan dan stres/ emosi.
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI• Neurogenik
Simpatis : vasokonstriksi dan penurunan sekresi hidung
Parasimpatis : vasodilatasi dan peningkatan sekresi hidung
Ketidakseimbangan impuls saraf otonom di mukosa hidung dg bertambahnya aktivitas parasimpatis
• Neuropeptida Rangsangan thd saraf sensoris serabut C meningkat
peningkatan pelepasan neuropeptida peningkatan permeabilitas vaskular dan sekresi kelenjar
• Nitric OksidaNO tinggi dan persisten rusak/nekrosis epitel peningkatan reaktifitas serabut trigeminal danrecruitment refleks vaskular dan kelenjar mukosahidung
• TraumaKomplikasi jangka panjang dari trauma hidung
GEJALA KLINIS
• Berdasarkan gejala yang menonjol, rinitis vasomotor dibedakan dalam 3 golongan, yaitu :
1. golongan bersin (sneezers), gejala biasanay memberikan respon yang baik dengan terapi antihistamin dan glukokortikosteroid topikal
2. golongan rinore (runners), gejala dapat diatasi dengan pemberian anti kolinergik topikal
3. golongan obstruksi ( blockers ), kongesti umumnya memberikan respon yang baik dengan terapi glukokortikosteroid topikal dan vasokonstriktor oral.
DIAGNOSIS• Rhinitis vasomotor biasanya didiagnosis dengan
menanyakan riwayat yang cermat dan melakukan pemeriksaan menyeluruh dari hidung dan tenggorokan.
• Diagnosa juga ditegakan dengan cara eksklusi, yaitu dengan menyingkirkan adanya rhinitis infeksi, alergi, okupasi, hormonal dan akibat obat.
PENATALAKSANAAN• Menghindari faktor
pencetus• Pengobatan simtomatis
Dekongestan oral Cuci hidung Kauterisasi konka Kortikosteroid topikal Antikolinergik topikal Terapi desentisasi
• Operasi Bedah-beku Elektrokauter Konkoktomi parsial
konka inferior• Neurektomi N.vidianus
Bisa komplikasi sinusitis,buta, diplopia, gangguanlakrimasi, anastesisinfraorbita dan palatum
PENATALAKSANAAN
• Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam1,6 : 1. Menghindari stimulus/ faktor pencetus
2. Pengobatan simtomatis:a. Dekongestan oral, cuci hidung dengan garam larutan fisiologis, kauteterisasi konka rhipertrofi dengan larutan AgNO3 25% atau triklor-asetat pekatb. Anti histamin c. Kortikosteroid topikal 100-200mikrogramld. Anti kolinergik
• 3. Terapi operatif : a. Cryosurgery (bedah-beku) atau kauterisasib. Elektrokauterc. Konkotomi parsial konka inferior d. Mengangkat polip jika besar dan menyumbate. Koreksi septum yang defleksi harus dipertimbangkan, untuk meringankan jalan napas yang terhalang.
4. Neurektomi n.vidianus, yaitu dengan melakukan pemotongan pada n.vidianus
RINGKASAN• Rinitis vasomotor merupakan suatu gangguan fisiologik
neurovaskular mukosa hidung tanpa adanya infeksi dengan gejala yang mirip dengan gejala alergi seperti hidung tersumbat, rinore yang hebat dan kadang – kadang dijumpai adanya bersin – bersin.
• Penyebab pastinya tidak diketahui. Diduga akibat gangguan keseimbangan sistem saraf otonom yang dipicu oleh faktor-faktor tertentu.
• Biasanya dijumpai setelah dewasa. Setelah berumur 20tahun, dan mengenai lebih banyak wanita dari pada pria.
• Rinitis vasomotor sering tidak terdiagnosis karena gejala klinisnya yang mirip dengan rinitis alergi, oleh sebab itu sangat diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan yang teliti untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis lainnya terutama rinitis alergi dan mencari faktor pencetus yang memicu terjadinya gangguan vasomotor.
• Penatalaksanaan dapat dilakukan secara konservatif dan apabila gagal dapat dilakukan tindakan operatif.