Revitalisasi Pancasila REVISI
-
Upload
reza-sanjaya-junior -
Category
Documents
-
view
165 -
download
8
description
Transcript of Revitalisasi Pancasila REVISI
Revitalisasi Nilai Pancasila dalam mengawal
gerakan mahasiswa
(Refleksi Rentetan Aksi Anarkis Demonstrasi)
Disusun oleh:
Reza Sanjaya Junior
122010100
AN - C
Administrasi Negara
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memahami peran Pancasila di era globalisasi, khususnya dalam konteks
sebagai dasar negara, merupakan tuntutan hakiki agar setiap Warga Negara
Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan
sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Apalagi manakala dikaji
perkembangannya secara konstitusional terakhir ini dihadapkan pada situasi
yang tidak kondusif sehingga kredibilitasnya menjadi diragukan,
diperdebatkan, baik dalam wacana politis maupun akademis.
Persolan utama Indonesia dalam mengarungi lautan global ini adalah
masih banyaknya kemiskinan, kebodohan dan kesenjangan sosial yang masih
lebar. Dari beberapa persoalan diatas apabila kita mampu memaknai kembali
Pancasila dan kemudian dimulai dari diri kita masing-masing untuk bisa
menjalankan dalam kehidupan sehari-hari, maka globalisasi akan dapat kita
arungi dan keutuhan NKRI masih bisa terjaga.
Untuk itu perlu adanya revitalisasi ideologi Pancasila ditengah
munculnya arus globalisasi yang dalam hal ini bagi sebuah negara yang sedang
berkembang akan mengancam eksistensinya sebagai sebuah bangsa. Sebagai
bangsa yang masih dalam tahap berkembang kita memang tidak suka dengan
globalisasi tetapi kita tidak bisa menghindarinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pancasila itu?
2. Bagaimanakah Revitalisasi Nilai Pancasila dalam mengawal gerakan mahasiswa ?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Pancasila
Pengertian Pancasila menurut pendapat beberapa ahli adalah sebagai
berikut:
1. Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti
sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik.
Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman
atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik. (Muhammad
Yamin)
2. Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian
abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian,
Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah
bangsa Indonesia. (Ir. Soekarno)
3. Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia.(Notonegoro)
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
Pancasila pada hakikatnya merupakan lima sendi yang menjadi dasar falsafah
dan ideologi bangsa dan negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup
bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan
serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
Revitalisasi Nilai Pancasila dalam mengawal gerakan mahasiswa
(Refleksi Rentetan Aksi Anarkis Demonstrasi)
Revitalisasi Pancasila adalah manifestasi identitas Nasional yang
harus di arahkan pada pembinaan dan pengembangan moral serta
didukung kehidupan di bidang hukum secara kondusif.
Artinya,
Moralitas yang tidak didukung oleh kehidupan hukum yang
kondusif akan menjadi subjektivitas yang satu sama lain akan berbenturan.
Sebaliknya,
Ketentuan hukum yang disusun tanpa disertai dasar dan alasan moral,
akan melahirkan legalisme yang represif, kontra produktif, dan bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila.
Wawasan Revitalisasi Pancasila:
1) Spiritual, sebagai landasan etik, moral & religiusitas.
2) Akademis, sebagai rujukan bahwa aspek being tidak kalah pentingnya
dengan aspek having dalam menyiapkan SDM yang bukan sekadar
instrumen melainkan subjek pembaharuan.
3) Kebangsaan, untuk menumbuhkan rasa Nasionalisme.
4) Mondial, untuk menyadarkan bahwa manusia dan bangsa di masa kini siap
menghadapi dialektika perkembangan dalam masyarakat dunia yang
“terbuka” dan cepat beradaptasi dengan perubahan yang terus-menerus
terjadi.
Pemberdayaan Identitas Nasional perlu ditempuh dengan revitalisasi
Pancasila. Pancasila harus dieksplorasikan dimensi-dimensi yang melekat
padanya, meliputi:
1) Realitas, cerminan kondisi obyektif masyarakat.
2) Idealitas, kebangkitan optimisme masyarakat untuk melihat masa depan
yang prospektif/cerah.
3) Fleksibilitas, ideologi terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk memenuhi
kebutuhan zaman namun tidak kehilangan hakikinya.
Identitas Nasional dibutuhkan sebagai pilar dasar negara,
agar suatu bangsa dapat bertahan menghadapi berbagai
tantangan dan ancaman yang menyertai derasnya arus globalisasi
yang melanda seluruh dunia.
Gerakan Mahasiswa selalu menjadi topic menarik dikalangan
mahasiswa maupun mereka yang pernah melalui masa-masa menjadi Aktivis
mahasiswa. Terlebih romantisme sejarah pergerakan mahasiswa di negri kita
Indonesia, selanjutnya menginspirasi pergerakan mahasiswa di era kini. Dari
lahirnya Gerakan Intelktual Muda Boedi Oetomo (20 Mei 1908) merupakan
organisasi pelajar-pemuda-mahasiswa tertua di Indonesia yang memiliki
system organisasi modern pada masanya. Periode berikutnya (1922)
Mohammad Hatta sebagai salah satu orang Indonesia yang menempuh study di
Nederland Handelshogeshool Rotterdam-Belanda mendirikan Indische
Vereeninging/Indonesische Vereeninging yang berorintasi politik jelas dan
pada 1925 untuk memperjelas identitas nasionalisme, organisasi ini berubah
nama menjadi Perhimpunan Indonesia.
Di ere perjuangan kemerdekaan sampai era mempertahankan
kemerdekaan, gerakan intelektual muda yang menjadi kekuatan inti dalam
sejarah nasional. Tidak ketiggalan diera orde lama , sumbangsi gerakan
mahasiswa dalam pembentukan orde baru yang menjadi akibat dari runtuhnya
orde lama yang dinilai blunder dalam ‘mengawinkan’idiologi Nasionalis
religius , sosialisme, dan komunis. Demkian juga lahirnya orde Reformasi
setelah runtuhnya orde lama., Gerakan mahasiswa masih menjadi pusat
kekuatan pembaharuan pembangkit kekuatan bangsa yang terpuruk.
Mahasiswa selalu menempati posisi Istimewa dalam setiap zaman
pergerakan nasional, pelaku sejarah perubahan. Hanya saja apakah budaya
kekerasan menjadi hal yang lumrah menyertai tindakan-tindakan mahasiswa
melakukan perbaikan-perbaikan serpihan keadilan yang diabaikan.
Dalam dasar Negara kita, memberi penekanan akan pentingnya rasa
kemanusiaan yang adil dan beradab, tentang kebijaksanaan, kesantunan dalam
bermusyawarah dan keiklasan dalam bermufakat. Hal demikian sepertinya
tidak lagi menjadi patokan bangsa ini dalam menenpuh maksud dan tujuan.
Menganspirasikan keinginan dan harapan dengan cara frontal tanpa etikal.
Kekerasan yang terjadi dalam aksi-aksi mahasiswa dapat menjadi
indikasi dari ketidak patutan generasi bangsa dalam menjunjung nilai-nilai
budaya pancasila. Baik dikalangan demonstran (kebanyakan mahasiswa) serta
kalangan penegak hukum (kepolisian) mudah terpancing amarahnya dam
bertindak kasar pula terhadap para demonstran. Apakah begit mdahnya
mahasiswa kehlangan kesabaran, bukankah perjuangan membutuhkan
ketabahan. Sehingga idealisme tidak mesti ditumpahkan untuk hal-hal sesaat
dan tak berefek perubahan besar. Elemen bangsa ini sebagian besar seakan
memiliki trend baru yaitu tidak sabaran. ‘ringan tangan’ untuk berbuat anarkis,
ringan lidah untuk meyuarakan bahasa-bahasa kedengkian, bahasa tirani dan
membelenggu. Muali dari kalangan eksekutif yang alergi kritikan, legislative
yang suka tauran layaknya pelajar, kuping polisi yang tiba-tiba suhunya naik
sampai 100°c jika mendengar provokasi dari mahasiswa. Atas semua kondisi
ini tidak lebay jika kita mengatakan bahwa masyarakat kita seperti layaknya
(maaf ) wanita yang sedang menstruasi. Sensitive dan mudah marah, kesal dan
penyakit sensi lainya.
Menurut penulis, yang menjadi kelemahan kita juga adalah kurang
cakapnya kita berkomunikasi dalam menyampaikan aspirasi., ketidak siapan
bermusyawarah serta kerendahan hati dalam bermufakat. Bukankah lebih etis
Aspirasi disampaikan secara bermartabat. penulis juga mengangap bahwa
pemicu aksi anarkis selanjutnya adalah kesediaan pemimpin bangsa dalam
membuka ruang demokrasi, ruang berdialog dan bernegosiasi. Bisa saja ruang
itu telah terbuka hanya saja dibarengi dengan ketidak seriusan untuk menepati
janji dan bahkan bertopeng kemunafikan retorika yang santun serta mimik
wajah yang ramah. Bisa jadi, hal-hal seperti ditutrkan sebelumnyalah yang
menjadi pemicu aksi-aksi anarkis para mahasiswa belakangan ini dalam
memperingati hari anti korupsi.
Kita membutuhkan manusia seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther
King, ataupun Nelson Mandela, yang percaya pada kelembutan kasih dan
keteguhan hati dalam memperjuangkan aspirasi. Tidakah lebih mulia dan
terhormat menjadi mahasiswa pencinta damai menebarkan kesabaran , kelemah
lembutan dan kasih saying. Menjadi pendamai yang meredam terjadinya crime
against humanity dan membawa peace on earth yang selalu didambakan oleh
anak-anak bani Adam.
Dalam peringatam hari anti korupsi, Bukiankah niatan sesungguhnya
mengorganisir gerakan moral untuk membuat koroptor kapok melakkan
korupsi dengan menghukum seberat-beratnya para koruptor dan mengisolasi
mereka secara moral. Hanya saja aksi tersebut berujung pada perseteruan
bukan persatuan antar mahasiswa dan kepolisian dalam memerangi korupsi.
Pada akhirnya para koruptor bersama antek-anteknya (iblis) tertawa lebar
menyaksikan perseturuan rifal sejatinya.
Sepertinya kita perlu mengenang Arsitek pemersatu Indonesia, bung
Karno agar elemen masyarakat bangsa ini termasuk mahasiswa dan aparat
kepolisian serta pemmpin kita menyatu menjadi gerakan yang kokoh dalam
memerangi korupsi.
Pemimpin kita harus lebih menyadari akan rapuhnya nilai-nilai
keadaban. Bangsa kita merindukan kedamaian, kesantunan lebih dari
sebelumna Pancasila menanti hari ntuk direvitalisasi. Zaman baru dimana peri
kemanusiaan, dan peri keadilan yang terbungkus dalam pancasila yang setiap
saat menafasi gerak seluruh elemen bangsa kita.
BAB III
PENUTUP
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara yaitu Pancasila sebagai
dasar dari penyelenggaraan kehidupan bernegara bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara seperti tersebut
di atas, sesuai dengan apa yang tersurat dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 alenia 4 .sekarang kita sedang mengalami tantangan global dimana
arus informasi terbuka bebas untuk itu revitalisasi pancasila itu perlu .
Revitalisasi Pancasila Pancasila sebagai dasar negara harus diarahkan
pada pembinaan moral, sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan sebagai
dasar dan arah dalam upaya mengatasi krisis dan disintegrasi. Moralitas juga
memerlukan hukum karena keduanya terdapat korelasi. Moralitas yang tidak
didukung oleh hukum kondusif akan terjadi penyimpangan, sebaliknya,
ketentuan hukum disusun tanpa alasan moral akan melahirkan sesuatu yang
bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila.
Revitalisasi di sini amatlah penting. Karena di era globalisasi sekarang
ini banyak hal yang menyimpang dari isi-isi Pancasila. Maka dari itu
diharapkan kepada seluruh Warga Negara Indonesia memahami Pancasila.
Pemahaman tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan pelajaran
Kewarganegaraan pada usia dini. Tidak salah kalau ada pemberian Mata
Kuliah Wajib Kewarganegaraan di universitas di Indonesia yang dungsinya
untuk hal yang sedemikian pentingnya.
DAFTAR PUSTAKA
Suwarno, P.J. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta:
Kanisius
Hatta, Muhammad. 1977. Pengertian Pancasila. Jakarta: Idayu Press
Sirain, Midiat. 2008. Revitalisasi Pancasila. Jakarta: Kata Hasta Pustaka
Hidayat, Komarrudin. 2009. Memaknai jejak-jejak kehidupan. Jakarta:
Gramedia
http://ahmadali-laskar.blogspot.com/2010/06/revitalisasi-kedudukan-dan-
peran.html
http://ruhcitra.wordpress.com/2008/11/01/pancasila-sebagai-dasar-negara/