Revisi dinamika gen dalam populasi kel.4
-
Upload
fadhilah-rahayu -
Category
Documents
-
view
1.215 -
download
4
Transcript of Revisi dinamika gen dalam populasi kel.4
DINAMIKA GEN DALAM POPULASI
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evolusi
yang dibina oleh Prof. Dr. Agr. Moh. Amin, M. Si
Oleh:
Kelompok 4/ Off.B
Erita Nur Rohma (110341421548)
Fadilah Rahayu (110341421532)
Fitri Cahya Ningsih (110341421540)
The Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gen adalah untuk dasar dari hereditas, yang terletak dalam kromosom dan
juga merupakan unit dasar dari keturunan yang tersusun atas DNA dan menentukan
struktur protein. Evolusi merupakan suatu perubahan frekuensi gen dalam suatu
populasi dari generasi ke generasi, mekanisme perubahan karakter-karakter yang
terpengaruh secara generasi dalam suatu populasi. Secara umum evolusi menjelaskan
terjadinya perubahan pada mahluk hidup yang menyimpang dari struktur alam dalam
jumlah yang banyak serta beraneka ragam dan kemudian menyebabkan terjadinya dua
kemungkinan yaitu mahkluk berubah akan mampu bertahan dan tidak punah atau
disebut juga istilah evolusi progresif, sedangkan kemungkinan yang kedua mahluk
hidup berubah atau berevolusi dan gagal bertahan hidup yang akhirnya punah atau
disebut juga dengan evolusi regresif.
Genetika adalah sebuah ilmu tentang penurunan sifat yang di perkenalkan
pertama kali oleh G. Mendel membantu para ilmuan untuk mengidentifikasi tentang
kebenaran terjadinya evolusi. Dalam genetika di bahas variasi genetik sebagai salah
satu faktor penyebab evolusi. Variasi genetik dalam populasi yang merupakan
gambaran dari adanya perbedaan respon individual terhadap lingkungan adalah bahan
dasar dari perubahan adaptif. Suatu populasi terdiri dari sejumlah individu, dimana
tidak ada dua individu yang serupa. Pada populasi manusia dapat kita lihat dengan
mudah adanya perbedaan individu semisal ciri-ciri anatomi, fisiologi dan kelakuan
yang khusus. Dengan demikian, populasi terdiri dari sejumlah individu yang memiliki
sifat khusus tetapi berbeda satu sama lain di dalam berbagai hal. Hubungan evolusi
antara spesis di cerminkan dalam DNA dan proteinnya. Jika dua spesis memiliki
pustaka gen dan protein dengan urutan monomer yang sangat bersesuaian, urutan itu
pasti di salin dari nenek moyang yang sama.
Dalam teori evolusi Darwin, yang yang sangat berpengaruh dalam evolusi
adalah seleksi alam yang tidak langsung berhubungan dengan lingkungan.
Lingkungan sebagai tempat hidup mempengaruhi frekuensi suatu sifat yang dapat
diturunkan dalam populasi. Seleksi alam adalah keberhasilan yang berbeda dalam
reproduksi (kemampuan individu yang tidak sama untuk bertahan hidup dan
bereproduksi). Seleksi alam terjadi melalui suatu interaksi antara lingkungan dan
keanekaragaman yang melekat diantara individu organisme yang menyusun suatu
reproduksi. Produksi individu yang lebih banyak di bandingkan dengan yang dapat di
dukung oleh lingkungan akan mengakibatkan adanya persaingan untuk
mempertahankan keberadaan individu dalam populasi itu. Sehingga hanya sebagian
yang mampu bertahan pada setiap generasi. Individu yang sesuai dengan
lingkungannya kemungkinan besar akan menghasulkan keturunan di bandingkan
individu yang kurang sesuai sifatnya terhadap lingkungannya. Kemudian secara
bertahap dalam populasi dan sifat-sifat menguntungkan akan berakumulasi sepanjang
generasi, itulah evolusi. Variasi genetik penting untuk dikaji karena merupakan dasar
terjadinya evolusi. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini dengan judul
Dinamika Gen Dalam Populasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud variasi gen dalam populasi?
2. Bagaimana keterkaitan hukum Hardy-Weinberg dengan evolusi?
3. Bagaimana aplikasi hukum Hardy-Weinberg di dunia nyata?
4. Faktor-faktor apa saja yang memperngaruhi frekuensi gen dan keanekaragaman
genetik?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan variasi gen dalam populasi.
2. Untuk menganalisis keterkaitan hukum Hardy-Weinberg dengan evolusi.
3. Untuk menjelaskan aplikasi hukum Hardy-Weinberg di dunia nyata.
4. Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi gen dan
keanekaragaman genetik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Variasi Dalam Populasi
Variasi merupakan suatu fenomena umum yang terdapat pada suatu populasi.
Variasi di dalam populasi terjadi sebagai akibat adanya keragaman di antara individu
yang menjadi anggota populasi, yaitu adanya perbedaan ciri-ciri mengenai suatu
karakter atau beberapa karakter yang dimiliki oleh individu-individu di dalam
populasi. Variasi yang dimiliki suatu populasi dengan populasi yang lain bisa dan
sering tidak sama. Ciri variasi dari suatu populasi dapat menjadi ciri tertentu populasi
tersebut yang membedakan populasi tersebut dengan populasi yang lain dalam satu
spesies (Handiwirawan, 2009).
Dalam setiap spesies terdapat anggota kelompok populasi dengan ciri-ciri
yang berbeda satu sama lain, bahkan antara dua individu merupakan anggota spesies
yang sama. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
faktor genetik, umur, jenis kelamin, makanan, stadium daur hidup, bentuk tubuh dan
habitat. Jika ditinjau secara genetik, tidak ada dua individu dalam satu spesies yang
sama persis. Hal itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, dimana
mempengaruhi dalam timbulnya ciri-ciri yang muncul sebagai fenotip. Perbedaan ciri
yang tampak pada anggota tiap spesies menyebabkan adanya keanekaragaman dalam
spesies (Widodo, 2003).
Melalui keanekaragaman spesies dapat diketahui kedekatan kekerabatannya
satu sama lain. Semakin banyak persamaan ciri-ciri yang dimiliki semakin dekat
kekerabatannya. Sebaliknya, semakin sedikit persamaan dalam ciri-ciri yang dimiliki
makin jauh kekerabatannya. Dengan demikian dalam suatu spesies dapat dijumpai
kelompok-kelompok populasi yang satu sama lain dibedakan berdasarkan persamaan
dan perbedaan ciri-ciri morfologis atau fenotipnya. Evolusi biologis adalah perubahan
susunan materi genetik yang berurutan. Genetika populasi merupakan dasar yang baik
untuk mempelajari susunan genetis individu yang berkaitan dengan gene pool yaitu
total gen yang dimiliki oleh seluruh individu (Widodo, 2003).
Keseluruhan dari alel-alel setiap gen dalam suatu populasi disebut gene pool
dari populasi tersebut. Masing-masing individu membawa sebagian alel, tetapi
individu-individu datang dan pergi. Akan tetapi, gene pool total berlanjut sebagai
sebuah representasi konstan suatu populasi. Perubahan-perubahan pada frekuensi
spesifik alel-alel tertentu merupakan bahan mentah bagi evolusi. Pada awalnya,
perubahan kecil pada frekuensi alel tidak menghasilkan perubahan yang teramati pada
populasi, tetapi dalam jangka waktu yang lama, perubahan-perubahan frekuensi alel
semacam itu menghasilkan perubahan karakteristik populasi.
Melalui penelitian G.H Hardy dan W. Weinberg ditemukan bahwa frekuensi
alel dan bahkan rasio genotipe cenderung tetap konsten dari satu generasi ke generasi
berikutnya pada populasi-populasi yang bereproduksi dalam kondisi-kondisi tertentu,
seperti populasi berukuran sangat besar, tidak terjadi perubahan laju mutasi,
perkawinan secara acak, tidak terjadi migrasi (Fried, 2005).
2.2 Hukum Hardy Weinberg
Pada tahun-tahun permulaan setelah penemuan karya Mendel dan pemantapan
ilmu genetika pemindahan, seorang profesor matematika dari Inggris, G.H. Hardy dan
seorang dokter Jerman, W. Weinberg secara terpisah mempublikasikan analisanya
mengenai keseimbangan gen di dalam populasi, yang kemudian dikenal sebagai
hukum Hardy-Weinberg. Hukum itu menyatakan dalam istilah matematika sederhana,
bahwa frekuensi alela-alela dalam populasi dapat distabilkan dan tetap berada dalam
keseimbangan dari satu generasi ke generasi lain (Pai, 1992).
Pertama-tama perlu diadakan berbagai asumsi. Pada dasarnya, asumsinya
adalah bahwa harus ada perkawinan secara acak dan bahwa tidak boleh ada kekuatan-
kekuatan seperti yang telah dibahas sebelumnya yang mempengaruhi frekuensi gen.
Dengan perkataan lain, tidak ada seleksi, tidak ada migrasi, dan tidak ada mutasi-
mutasi maju atau surut, dan populasinya adalah besar. Terdapat perkawinan secara
acak antara laki-laki dan wanita dalam jumlah yang sama. Jelas, frekuensi dari banyak
gen tidak menjadi stabil di dalam populasi, karena gen-gen itu tidak diseleksi atau
bermutasi, atau oleh suatu sebab keseimbangannya terganggu. Namun, terdapat
beberapa ciri yang rupanya memenuhi semua kriteria. Salah satu contoh dari ciri
demikian adalah frekuensi tipe-tipe darah pada populasi manusia (Pai, 1992).
Sebagai contoh, lokus yang menentukan tipe darah yang disebut M dan N.
Alela-alela yang menentukan tipe-tipe darah ini adalah kodominan, dan karena tradisi
dinyatakan saja sebagai M dan N, tidak seperti kebanyakan alela yang dinyatakan
dengan huruf yang sama. Jika kita nyatakan frekuensi M adalah p, dan frekuensi N
adalah q, maka j elas, p+q = i (atau jumlah total dari gen-gen M dan N pada pusat gen
dari suatu populasi tertentu)
Homozogotik-homozigotik bagi M dapat dinyatakan sebagai p2 (karena
keadaan homozigotik mereka mewarisi alela M itu dari sepasang orang tua pada
waktu yang sama). Dengan cara yang sama, maka frekuensi homozigot N adalah q2,
dan heterozigot-heterozigot MN akan menjadi 2 pq. Perhatikan bahwa frekuensi alela
total dalam suatu populasi adalah p+q=1; frekuensi-frekuensi genotipe dalam suatu
populasi bagi sepasang alela akan menjadi p2+2pq+q2=1, atau suatu ekspansi
binomial sederhana (p+q)2 (Pai, 1992).
Andaikan bahwa suatu populasi dengan 10.000 orang-orang diuji (estimasi)
terhadap tipe darah MN. Andaikan bahwa4.900 orang adalah homozigotik terhadap
M, 900 orang homozigotik terhadap N, dan 4.200 orang heterozigot. Frekuensi-
frekuensi gen dapat dihitung sebagai berikut:
p = proporsi alela M dalam populasi
= MM + MN
2 x 10.000
= 2 x 4.900 x 4200 = 0,7
2 x 10.000
q = 1-p = 1-0,7 = 0,3
Bahwa populasi itu berada dalam keseimbangan bagi alela M dan N dapat dideduksi
dengan membandingkan proporsi-proporsi yang diamati dan yang diharapkan dari ketiga
genotipe.
MM MN NN
Proporsi yang
diamati
0,49 0,42 0,09
Proporsi yang
diharapkan
p2 = (0,7)2
= 0,49
2pq = 2 (0,7) (0,3)
= 0,42
q2 = (0,3)2
= 0,09
Perhatikan bahwa apabila populasi itu berada dalam keseimbangan, seseorang
dapat juga memperoleh frekuensi alela M dengan hanya mengambil akar dari
0,49.
p2 = 0,49 p = 0,49 = 0,7
Namun demikian, penggunaan formula Hardy-Weinberg kadang-kadang
memungkinkan kita untuk menentukan bahwa frekuensi gen sebenarnya tidak dalam
keseimbangan dalam suatu populasi. Andaikan kita menemukan bahwa suatu populasi
yang berbeda menunjukkan data berikut: 4.900 orang adalah homozigot MM, 1.500 orang
adalah heterozigot MN, dan 3.600 orang adalah homozigot NN. Dengan cara perhitungan
yang sama seperti di atas, didapatkan:
p = MM + MN
2 x 10.000
= 2 x 4.900 x 1500 = 0,565
2 x 10.000
q = 1-p = 1-0,565 = 0,435
Sekali lagi bandingkan proporsi yang diamati dan yang diharapkan dari ketiga genotipe:
MM MN NN
Proporsi yang
diamati
0,49 0,15 0,36
Proporsi yang
diharapkan
p2 = (0,565)2
= 0,32
2pq = 2 (0,565) (0,435)
= 0,49
q2 = (0,435)2
= 0,19
Terlihat bahwa proporsi yang diamati dan yang yang diharapkan dari kelas-kelas
genotipe adalah cukup berbeda bagi heterozigot-heterozigot MN dan homozigot-
homozigot NN. Kita dapat menafsirkan perbedaan-perbedaan yang dimaksudkan bahwa
frekuensi-frekuensi gen oleh sebab tertentu tidak dalam keseimbangan dalam populasi
ini. Para ilmuan kemudian dapat memeriksa berbagai aspek dari populasi untuk
menganalisa apa sebabnya frekuensi-frekuensi itu tidak dalam keadaan keseimbangan
(Pai, 1992).
Bagaimanakah kita dapat menggunakan formula Hardy-Weinberg untuk
menentukan proporsi individual-individual dengan genotipe yang berbeda dalam suatu
populasi bagi gen-gen resesif? Misalkan dalam contoh kasus daun telinga yang melekat
sebagai sifat resesif otosomal. Andaikan suatu populasi dari 1.000 orang dimana 640
orang mempunyai daun telinga bebas, dan 360 orang dengan daun telinga melekat. Dari
angka-angka ini kita dapat memperkirakan jumlah orang yang merupakan pembawa gen
bagi daun telinga yang melekat. Jika frekuensi gen bagi daun telinga bebas= p dan
frekuensi gen bagi daun telinga yang melekat= q, maka p2 + 2pq= 640/1000= 0,64, q2=
360/1000= 0,36, dan sebab itu, q= 0,6 dan p= 0,4. Jumlah pembawa yang diharapkan
dalam populasi ini merupakan pembawa-pembawa gen bagi daun telinga yang melekat,
yaitu 2pq= 2 x 0,4 x 0,6 x 1000= 480; homozigot-homozigot bagi daun telinga bebas=
160. Karena 360 + 480 + 160 = 1000, dapat diasumsikan bahwa alela berada dalam
keseimbangan bagi populasi ini (Pai, 1992).
2.3 Aplikasi Hukum Hardy Weinberg Dalam Dunia Nyata
Dalam dunia nyata, peneliti dapat menggunakannya untuk memperkirakan
frekuensi pembawa (carrier) alel yang menyebabkan karakter dan gangguan genetik.
Contohnya, hemokromatosis turunan (HH) adalah gangguan genetik paling umum di
antara orang keturunan Irlandia. Penderitanya mengabsorbsi terlalu banyak besi dari
makanan. Gejala gangguan autosom resesif ini meliputi gangguan hati, fatigue, dan
arthritis. Studi di Irlandia menemukan frekuensi satu alel yang menyebabkan HH
sebesar 0,14. Jika q=0,14 maka p=0,86. Berdasarkan studi ini, frekuensi pembawa
(2pq) dapat dihitung sebesar 0,24. Informasi ini berguna bagi dokter dan petugas
kesehatan publik (Star, dkk: 2009).
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Gen Dan Keanekaragaman
Genetik Dalam Populasi
1. Mutasi
Mutasi merupakan kejadian yang acak yang tidak selalu mengakibatkan perubahan
struktur atau fungsi. Kejadian mutasi meskipun tidak terlihat tetapi berpengaruh
terhadap frekuensi gen dalam populasi karena ada satu gen yang berubah (Widodo,
2003). Rendahnya mutasi dalam populasi membatasi perubahan genetik karena
tidak ada alela lama yang berubah menghasilkan varian alela baru. Tetapi jika satu
mutasi saja terjadi frekuensi alela akan berubah. Mutasi akan menambah
variabilitas genetik dari populasi sepanjang waktu dan variasi ini menjadi sumber
bagi proses evolusi. Mutasi akan meningkatkan variabilitas genetik yang akan
diseleksi oleh alam (Campbell, 2005).
2. Populasi Tetap
Jika semua anggota suatu populasi adalah homozigot untuk alel yang sama, maka
populasi tersebut dikatakan tetap (fixed). Populasi tetap secara teoritis tidak
mungkin terjadi meskipun di suatu populasi yang terisolasi. Suatu populasi
mungkin terisolasi dari populasi lain yang berspesies sama, dan jarang sekali dapat
mempertukarkan materi genetiknya. Selain faktor lingkungan yang senantiasa
berubah sepanjang tahun, juga selalu terjadi kelahiran dan kematian, tetapi hasil
penelitian menyatakan bahwa pada umumnya suatu populasi selalu berubah-ubah
mengikuti suatu siklus tertentu (Widodo: 2003).
3. Populasi Besar
Populasi besar hanya mungkin terjadi pada serangga atau mikroba, tetapi hampir
tidak mungkin terjadi pada hewan mamalia. Hal ini erat hubungannya dengan
makanan yang tersedia, sebab lebih besar populasi suatu organisme, jumlah
makanan yang tersedia harus jauh lebih besar.
Dari penjelasan di atas, ternyata persyaratan untuk rumus atau Hukum Hardy-
Weinberg hampir tidak dapat pernah dipenuhi, oleh karena itu evolusi terjadi.
Rumus ini hanya dapat dipenuhi, pada satuan waktu yang singkat saja. Setiap saat
rumus ini harus dipenuhi, namun dalam jangka waktu tertentu rumus ini yidak
berlaku, karena keenanm persyaratan tersebut di atas tidak pernah dapat dipenuhi
sekaligus. Hanya persyaratan ketiga, emigrasi da imigrasi saja yang dapat dipenuhi
pada populasi di pulau terpencil atau organisme yang hanya dapat hidup pada
puncak gunung yang tinggi (Widodo: 2003).
4. Panmiksi
Perkawinan acak hanya mungkin terjadi di daerah yang secara ekologi adalah tepat
sama. Biasanya perkawinan terjadi tidak secara acak. Adanya suatu kelainan, pada
umumnya menyebabkan kemungkinan melakukan perkawinan menjadi lebih kecil,
meskipun hal yang sebaliknya bisa terjadi. Perkawinan pada umumnya terjadi
dengan individu setempat, karena kesempatan untuk bertemu lebih besar.
Meskipun perkawinan terjadi dalam populasi lokal, umumnya ditemukan suatu
mekanisme yang mencegah terjadinya perkawinan antar saudara. Mekanisme yang
berperan dalam hal ini pada umumnya berupa naluri dan tingkah laku (etologis)
(Widodo,2003).
5. Emigrasi Dan Imigrasi
Imigrasi atau emigrasi akan mengubah frekuensi suatu gen dalam populasi.
Pengaruh emigrasi atau imigrasi berbanding terbalik dengan ukuran populasi asal
atau ukuran populasi yang akan dibentuk. Lebih kecil ukuran suatu populasi asal,
maka perubahan frekuensi akan lebih besar bagi populasi tersebut.
Bagi suatu daerah terisolasi, misalnya suatu pulau, imigrasi suatu spesies
ditentukan oleh alel-alel yang ikut dibawa ke daerah tersebu. Karena jumlah
individu yang berhasil mencapai dan mengkolonisasi pulau itu dari tidak ada
menjadi suatu populasi yang stabil, maka biasanya suatu alela yang tidak berarti
frekuensinya dalam suatu populasi asal yang cukup besar dapat menjadi penting
sekali bagi populasi kecil yang baru dibentuk. Hal ini disebut dengan genetical
drift (arus genetik) atau founder effect (efek pembentuk populasi). Hal ini selalu
dapat kita temukan, terutama di Indonesia yang terdiri dari pulau- pulau yang
kecil. Spesiasi atau subspesiasi (terbentuknya subspesies) dapat kita terangkan
dengan mekanisme di atas, meskipun biasanya banyak aspek lain yang ikut
menunjang (Widodo, 2003). Imigrasi atau emigrasi dapat tidak terjadi di populasi
yang terisolasi, misalnya bagi organisme yang hanya bisa hidup di danau, atau
puncak gunung atau di suatu pulau kecil yang terisolasi dari daratan
(Widodo,2003).
6. Kemampuan Alel Tidak Sama
Alel-alel yang berlainan mempunyai tingkat lulus hidup yang berlainan. Nilai lulus
hidup biasanya dinyatakan dalam perbandingan dengan alel normalnya. Nilai
kelulusanhidupan ini dapat berubah-ubah bergantung kepada lingkungan hidupnya.
Misalnya mutan vestigial di alam tidak mengkin dapat bertahan dan kita dapat
memberi nilai 0. Tetapi dilaboratorium, mereka cukup dapat bertahan, meskipun
lebih lemah daripada bentuk normalnya, yang pasti tidak sama degan 0 (Widodo,
2003).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Variasi di dalam populasi terjadi sebagai akibat adanya keragaman di antara
individu yang menjadi anggota populasi, yaitu adanya perbedaan ciri-ciri
mengenai suatu karakter atau beberapa karakter yang dimiliki oleh individu-
individu di dalam populasi
2. Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel-alel dalam populasi
dapat distabilkan dan tetap berada dalam keseimbangan dari satu generasi ke
generasi yang lain.
3. Aplikasi Hukum Hardy-Weinberg dalam dunia nyata, peneliti dapat
menggunakannya untuk memperkirakan frekuensi pembawa (carrier) alel yang
menyebabkan karakter dan gangguan genetik. Contohnya, hemokromatosis
turunan (HH) adalah gangguan genetik paling umum di antara orang keturunan
Irlandia.
4. Faktor-faktor yang memperngaruhi frekuensi gen dan keanekaragaman genetik
diantarny: mutasi, populasi tetap, populasi besar, panmiksi, imigrasi dan emigrasi,
kemampuan alel tidak sama.
3.2 Saran
1. Sebaiknya dalam penyusunan makalah tentang Dinamika Gen Dalam Populasi
menggunakan rujukan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2. Sebaiknya menggunakan rujukan lebih banyak untuk memperkaya isi makalah.
Daftar Pustaka
Campbell, Recee, & Mitchell. 2000. Biologi-Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Fried, George & Hademenos, George. J. 2005. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Handiwirawan, Eko. 2009. Keragaman Molekuler Dalam Suatu Populasi. Lokakarya
Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia:
Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan.
Pai, C. 1992. Dasar-dasar Genetika. Jakarta: Erlangga.
Star, C., Taggart, R., Evers, C. & Star, L. 2009. Biologi Kesatuan & Keragaman Makhluk
Hidup. Jakarta: Salemba Teknika.
Waluyo, Lud. 2005. Evolusi Organik. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Widodo, Lestari, U., Amin M. 2003. Bahan Ajar Evolusi. Program Peningkatan Kualitas
Pendidikan Sarjana/Diploma dan Manajemen Perguruan Tinggi Indonesia.
Self Asesment
No Nama Judul bahan bacaan
Lama
akses/membac
a
Kontribusi dalam
kelompok
T S R
1 Erita Nur Rohma Keragaman Molekuler
Dalam Suatu Populasi
(Handiwirawan)
Bahan Ajar Evolusi
(Widodo, dkk)
Biologi-Edisi Kelima
Jilid 2 (Campbell, dkk)
1 jam
5 jam
1 jam
2 Fadhilah Rahayu Bahan Ajar Evolusi
(Widodo, dkk)
Dasar-dasar Genetika
(Pai, C)
Biologi Kesatuan &
Keragaman Makhluk
Hidup ( Star, C.,
Taggart, R., Evers, C.
& Star, L)
Evolusi Organik
(Waluyo)
1 jam
2 jam
1,5 jam
1,5 jam
3 Fitri Cahya
Ningsih
Bahan Ajar Evolusi
(Widodo, dkk)
Biologi-Edisi Kelima
Jilid 2 (Campbell, dkk)
Biologi (Fried, George
& Hademenos, George)
3 jam
1 jam
1,5 jam
REKAPAN DISKUSI
Matakuliah : Evolusi
Hari, tanggal : Kamis, 20 Februari 2014
Judul makalah : Dinamika Gen dalam Populasi
Moderator : Bayu Putra
Notulen : Rizky Pradita
DISKUSI
1. Happy Kamala Rizki (110341421543)
Pertanyaan: Mengapa rumus Hardy-Weinberg dapat digunakan dalam tipe-tipe darah
menusia? Apa lagi contoh lain hukum Hardy-Weinberg?
Jawaban: Fadhilah Rahayu karena jarang sekali pada tipe darah MN terjadi mutasi
sehingga hukum Hardy-Weinberg dapat diterapkan, selain itu tidak ada
aliran gen, dan tidak ada seleksi alam yang bisa memusnahkan populasi
dengan gen MN tersebut. Contoh lainnya adalah pada kasus alel yang
membawa kelainan fenilketonuria (PKU), yaitu gangguan metabolisme
yang terjadi pada bayi-bayi di Amerika.
Penjelasan Pak Amin:
Hukum Hardy-Weinberg adalah hukum yang menjelaskan populasi dalam
keadaan seimbang. Hukum Hardy-Weinberg masih tetap berlaku di alam
untuk melihat frekuensi alel, yaitu digunakan untuk memprediksi frekuensi
gen dari satu waktu ke waktu yang lain.
2. Novika
Pertanyaan: Apakah emigrasi dan imigrasi selalu berbanding terbalik dengan
frekuensi alel? Mohon dijelaskan!
Jawaban: Fitri Cahya Ningsih Maksud dari berbanding terbalik adalah semakin
mengurangi alel pengkode sifat asli dari populasi tersebut.
Fadhilah Rahayu tergantung dari keadaan populasi di daerah asalnya. Jika
populasi asal terdiri dari orang-orang berambut keriting, kemudian masuk
populasi baru orang-orang berambut lurus ke dalam populasi tersebt, maka
frekuensi alel-alel rambut keriting alkan berkurang.
Penjelasan Pak Amin:
Ketika terjadi imigrasi, frekuensi alel pada suatu populasi tergantung dari imigrasi
yang masuk. Imigrasi yang masuk dapat menurunkan dan dapat juga menaikkan
frekuensi alel pada populasi tersebut.
3. Rinda Annisa (110341421542)
Pertanyaan: Mengapa perkawinan acak dapat menyebabkan frekuensi alel tidak
berubah?
Jawaban: Erita Nur Rohma Frekuensi alel tetap stabil karena perkawinan acak
terjadi pada populasi yang tinggal di tempat atau habitat yang sama kondisi
ekologi dan geografisnya sehingga frekuensi alelnya tetap stabil.
Feedback dari Isma Bagaimana dengan perkawinan saudara?
Jawaban: Erita Nur Rohma jika terjadi perkawinan saudara maka frekuensi alel
akan semakin stabil.
Feedback dari Rinda Apakah ada tidaknya perkawinan mempengaruhi frekuensi
alel?
Jawaban: Fadhilah Tidak mempengaruhi karena terjadi dalam skala yang kecil.
Penjelasan Pak Amin:
Perkawinan acak yang terjadi dalam jumlah besar akan mempengaruhi frekuensi alel
dalam populasi itu, namun jika perkawinan acak terjadi dalam jumlah kecil tidak akan
mempengaruhi frekuensi alel dalam populasi.