GEN SIKLUS.docx
-
Upload
cenaxh-cenixh-nicmah -
Category
Documents
-
view
221 -
download
1
Transcript of GEN SIKLUS.docx
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
SIKLUS HIDUP DROSOPHILA
Disusun oleh:
Andri Nugroho (13304244001)
Yustina Bangun Restu W (13304244002)
Hidayah Ina Qodriyani (13304244004)
Nurhayatun Nikmah (13304244007)
Syahida Chairunnisa (13304244008)
Mayta Cahyani (13304244012)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan
Mengetahui siklus hidup lalat buah Drosophila melanogaster.
B. Dasar Teori
Klasifikasi dari Drosophila melanogaster (Borror, 1992):
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Spesies : Drosophila melanogaster
Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva
instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago. Fase perkembangan dari telur
Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih jelas pada gambar di bawah ini. Perkembangan
dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode
embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur
dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak
berhenti-berhenti untuk makan (Silvia, 2003).
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan
postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual
dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual
terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003). Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang
dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari
kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina
meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia,
2003). Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang
mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di
anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari
telur tersebut (Borror, 1992).
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali
dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat
sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior (Silvia, 2003).
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai
ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan
makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama
adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah
ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua,
larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva
instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan
berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi
pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar :
dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari
pupa ke imago (Ashburner, 1985).
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat
banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang
dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan
disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang
dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa. Saat larva Drosophila
membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen,
tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan
kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada
instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini,
larva berganti menjadi lalat dewasa (Ashburner, 1985).
Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman
yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa)
disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke
bentuk dewasa (Silvia, 2003)
BAB II
METODELOGI
A. Alat dan Bahan
1. Biakan Drosophila melanogaster
2. Kaca pembesar (Lup)
3. Botol berisi media
B. Cara Kerja
Memelihara 3 pasang lalat buah dalam botol yang telah berisi media.
Memberi catatan pada botol : tanggal mulai pemeliharaan, nama kelompok.
Mengamati perubahan yang terjadi setiap hari, misalnya terdapatnya telur, larva instar 1, 2, 3, prapupa, pupa, pigmentasi pupa dan keluarnya
lalat dewasa.
Menggunakan lup untuk membedakan fase siklus hidup Drosophila melanogaster.
BAB III
PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
Pemasukan Drosophila melanogaster pada media pemeliharaan dilakukan pada tanggal 5 Maret 2015.
Siklus hidup lalat buah Drosophila melanogaster
Fase Telur Larva inst
1
Larva inst
2
Larva inst
3
Pupa Imago
Tanggal
Pengamatan
:
7 Maret
2015
8 Maret
2015
9 Maret
2015
10 Maret
2015
11 Maret
2015
14 Maret
2015
B. PEMBAHASAN
Praktikum untuk mengetahui siklus hidup lalat buah Drosophila melanogaster
dilakukan mulai tanggal 5 Maret 2015 yang didahului dengan pembuatan media
pemeliharaan lalat buah dan penangkapan lalat buah. Lalat buah yang telah ditangkap
dimasukkan dalam media pemeliharaan yang dibuat dari bahan dasar pisang ambon.
Pemasukan lalat kedalam botol media ini juga dengan memperhatikan jenis kelamin lalat
buah jantan dan betina.
Berdasarkan literatur, Drosophila melanogaster termasuk dalam ordo Diptera, siklus hidupnya
berlangsung melalui metamorfosis sempurna, dimulai dari telur, larva, pupa, dan akhirnya menjadi
dewasa. Drosophila melanogaster menyukai bau busuk dikarenakan suatu bentuk adaptasi untuk
mempertahankan hidupnya, yaitu untuk mencari makan dan memakan buah yang telah membusuk.
Selain itu, fenomena tersebut ditengarahi dengan adanya bau busuk, bisa meningkatkan gairah seks
bagi lalat buah. Bau yang dikeluarkan oleh pisang ambon akan merangsang penciuman antena lalat
buah itu sendiri untuk hinggap ke buah yang busuk. Selama makan, larva membuat saluran-saluran di
dalam medium dan jika terdapat banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan
berlangsung baik. Dengan kata lain, buah yang busuk sebagai media lalat buah untuk
berkembangbiak menghasilkan keturunan.
Sebelum menghasilkan keturunan, lawan jenis lalat buah yang akan hendak bereproduksi
dengan mengeluarkan zat yang berupa feromon sex volatile, yang berfungsi untuk menarik lawan
jenis. Feromon sex volatile ini bisa memberikan informasi tentang spesies, gender, dan pengiriman
induksi perilaku perkawinan oleh si penerima. Setelah terjadi perkawinan, maka akan ditemui
beberapa siklus hidup lalat buah sampai terbentuk lalat buah dewasa. Berikut adalah penjelasannya:
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan siklus hidup lalat buah, ternyata
telihat bahwa pada hari pertama setelah sebanyak 2 ekor induk lalat buah dimasukkan ke
dalam botol selai sebagai media pemeliharaan ternyata tidak ada perubahan.
Kemudian pada tanggal 7 Maret 2015 Drosophila melanogaster mulai bertelur. Lalat
betina yang sudah siap untuk bertelur segera mencari tempat perindukan yang cocok. Pisang
ambon selain sebagai sumber makanan, zat kimia yang terkandung di dalamnya juga
merupakan situs oviposisi bagi lalat buah. Oviposisi adalah proses peletakan telur pada
medium buah yang membusuk. Pada percobaan yang dilakukan, telur Drosophila
melanogaster muncul 2 hari setelah lalat buah diletakkan dalam botol media pemeliharaan.
Telur lalat buah berbentuk lonjong, kecil, berwarna putih dan menempel pada media yang
telah dipadatkan.
Menurut ( Suryo, 2004 ) Telur Drosophila melanogaster dilindungi oleh dua jenis lapisan,
yaitu selaput vitelin yang mengelilingi sitoplasma dan selaput korion yang sangat keras dan pada
bagian anteriornya terdapat dua tangkai tipis. Selaput korion merupakan bagian yang paling keras
pada telur dan yang paling menjaga homeostasis telur tersebut.
Telur ada yang diletakkan berkelompok dan juga terlepas satu demi satu. Telur akan segera
menetas setelah diletakkan induknya sehingga lalat buah ini bersifat ovolarvipary (telur segera
menetas setelah dikeluarkan induknya). Umumnya telur tidak akan berkembang secara maksimal
sebelum faktor lingkungan medium sekitarnya cocok. Hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan,
ketersediaan media makanan, tingkat kepadatan, dan intensitas cahaya. Suhu ideal, dimana lalat akan
mengalami satu putaran siklus secara optimal, yaitu berkisar 25-28. Selain itu, kondisi ideal untuk
lalat buah bila tidak terlalu padat (longgar) dan ventilasi yang cukup sehingga udara dapat keluar
masuk secara bebas. Telur akan berkembang pada kondisi yang tidak terlalu lembab dan tidak terlalu
kering. Apabila kondisi ideal tidak tercukupi maka akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan telur.
Pengamatan dilanjutkan lagi hingga mulai muncul larva. Berdasarkan literatur, telur yang
berkembang baik akan segera membentuk larva. Larva yang baru menetas disebut sebagai larva fase
(instar). Dalam perkembangannya, instar ini akan berganti kulit secara periodik hingga mencapai
ukuran dewasa. Kutikula Chitincus exoskeleton lama akan dibuang dan integumen baru diperluas
dengan kecepatan makan yang tinggi. Pada fase larva ini, terdapat 3 tahapan larva instar, yaaitu larva
instar I, larva instar II, dan larva instar III. Berikut adalah hasil pengamatan terhadap perkembangan
larva:
Larva instar 1 tanggal 8 Maret 2015. Larva instar 1 berwarna putih, dan berbentuk seperti
seperti belatung, bergerak-gerak pada dinding botol media dan pada media yang telah dipadatkan,
tubuhnya bersegmen. Motilitas larva instar I sangat rendah, dapat dilihat secara langsung pada
pergerakannya yang hampir bisa dikatakan tidak bergerak. Selain itu, bila dilihat pada mikroskop,
terdapat jumlah gigi pada mulut hitam yang sedikit. Larva instar I memiliki spirakel di bagian
posterior, tapi tidak memiliki spirakel di bagian anterior. Mulut pada larva instar 1 dilengkapi dengan
alat khusus untuk menyaring makanan, mengambil makanan dari lingkungan yang cukup berair atau
mengikis makanan yang padat. Proses pengikisan makan akan menimbulkan banyak saluran-saluran
pada media pemeliharaan yang telah dipadatkan. Sebagai proses perkembangan selanjutnya, larva
instar I berkembang baik. Sebagai proses perkembangan selanjutnya, larva instar I berkembang ke
fase larva instar II.
Perubahan berikutnya larva instar 1 tersebut mulai lebih besar ukurannya pada tanggal 9 Maret
2015, inilah yang disebut larva instar 2. Selain itu, pergerakannya terlihat lebih aktif dibanding larva
instar 1. Larva pada fase ini terlihat bergerak cepat pada dinding dinding botol media dan media yang
telah dipadatkan. Jika diamati dengan mikroskop, dapat dibedakan dengan jelas jumlah gigi pada
mulut hitam larva instar II yang lebih banyak dibandingkan dengan larva instar I. Pada larva instar II
terdapat spirakel anterior yang tidak ditemukan pada larva instar I. Lalat pada fase instar 2 ini
memiliki tubuh berwarna putih dan tubuhnya juga bersegmen, tubuh bersegmen ini merupakan
persiapan untuk membentuk struktur tubuh yang bersegmen pada lalat buah dewasa. Jika larva instar
II ini berkembang dengan baik maka akan berlanjut menuju fase larva instar III.
Hari berikutnya, ukuran larva makin bertambah besar, bergerak lambat dan terdapat pada
dinding media pemeliharaan, inilah yang disebut larva instar III. Larva instar III terlihat tanggal 10
Maret 2015. Selanjutnya, larva instar III mulai diam menempel pada bagian dinding botol. Pada fase
larva instar 3 ini tubuh larva berwarna putih kecoklatan. Dan ukuran tubuhnya biasanya lebih besar
dibanding pada fase larva instar I dan II karena dipengaruhi oleh gerak aktif memakan media pada
saat larva instar II, kegiatan makan ini bertujuan untuk sumber tenaga bagi si larva dan dalam rangka
mengumpulkan cadanagn makanan untuk proses selanjutnya. Pada larva instar III terdapat lonjongan
pada spirakel jika kita amati dengan mikroskop
Tahapan selanjutnya yaitu larva instar III ini mulai berubah menjadi pupa tanggal 11 Maret
2015. Drosophila melanogaster mulai memasuki masa diamnya, yaitu pre-pupa dan pupa. Perbedaan
pre-pupa dan pupa hanya terletak pada warna tubuh saja jika dilihat dengan mata telanjang. Pre-pupa
sama seperti larva instar III, sementara pupa sudah berwarna coklat dan jika kita lihat pada waktu
akhir sebelum pupa berubah menjadi imago, kita dapat melihat bentuk tubuh imago pada pupa
tersebut. Di tempat tersebut, larva akan melekatkan diri dengan cairan lem yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah sehingga akan terlihat pada fase ini banyak terbentuk prepupa yang menggantung.
Larva akan membentuk tanduk pupa, pergerakan berkurang bahkan diam berada di tempat. Tanduk
pupa tersebut akan membentuk kulit pupa yang mengeras dan menggelap dengan adanya imaginal
discs. Bentuk terluar pupa menggunakan kutikula pada fase larva instar III. Pada stadium ini, larva
dalam keadaan tidak aktif dan tubuhnya memendek serta muncul selaput yang mengelilingi larva .
Sehingga pada fase pupa tidak ada pergerakan dan menempel pada dinding botol maupun pada tutup
botol. Fase ini dikenal dengan fase dormansi, untuk berkembang dari analgen ke bentuk dewasa.
Selain itu fase ini ditandai dengan perubahan warna pigmen yaitu dari warna putih kekuningan
menjadi cokelat muda.
Setelah masa dormansi selama 4 hari, Imago pun akhirnya muncul tanggal 14 Maret 2015.
Drosphila melanogaster dewasa (imago) akan muncul melalui puparium lewat operkulum sehingga
lapisan akan pecah. Lalat dewasa keluar dari kepompong melalui celah longitudinal pada dada dan
kadang-kadang kutikula abdomen. Puparium dibentuk dengan pengerasan kulit larva yang dilapisi
dengan pigmen sehingga warnanya lebih gelap. Perkembangan lalat buah dewasa terjadi di dalam
puparium tanpa dapat bergerak, setelah sampai waktunya lalat buah akan keluar dengan menekan
ujung puparium hingga robek melalui celah yang membulat.
Imago yang keluar pertama kali berukuran kecil, bisa terbang tetapi belum maksimal. Selain itu,
setelah keluar dari pupa, Drosophila melanogaster ini memiliki konstruksi modular berupa segmen
tubuh yang terdiri dari kepala, thorax, dan abdomen. Selain itu, terdapat satu pasang sayap dan satu
pasang antena pada Drosophila melanogaster . Pada awal terbentuknya imago, sayap Drosophila
melanogaster masih melipat, tetapi setelah 2-3 jam sayapnya sudah membuka dan sudah bisa terbang.
Imago Drosophila melanogaster betina membutuhkan waktu 8-15 jam untuk siap bertelur lagi. Telur
yang dihasilkan sekitar 50-75 telur perhari.
Siklus hidup Drosophila melanogaster pada praktikum ini adalah 10 hari. Lamanya
pertumbuhan telur sampai menjadi imago dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu
lingkungan (rendah, ideal atau tinggi), kecocokan lalat pada medium yang telah dibuat,
ventilasi yang cukup, media yang tidak terlalu lembab juga tidak terlalu kering dan perlakuan
yang diberikan masing-masing praktikan seperti pemberian intensitas cahaya (botol
diletakkan di tempat gelap atau terang).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa siklus hidup lalat buah
Drosophila melanogaster dimulai dari telur – larva instar I – larva instar II – larva instar
III – pupa – imago.
DAFTAR PUSTAKA
Ashburner, Michael. 1985. Drosophila, A Laboratory Handbook. USA :Coldspring Harbor
Laboratory Press.
Borror.J.D,Triplehorn. 1992. Pengenalan Pengajaran Serangga. Yogyakarta:Universitas
Gadjah Mada Press.
Silvia, Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsenterasi Formaldehida. Jakarta:
Erlangga.
Suryo. 2004. Genetika Manusia. Yogyakarta : GadjahMada University Press.
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung : Tarsito.
Telur Insta 1
Insta 2 Insta 3
Pupa Imago
LAMPIRAN