Review Pvp vs Furosemid

download Review Pvp vs Furosemid

of 13

Transcript of Review Pvp vs Furosemid

  • 7/28/2019 Review Pvp vs Furosemid

    1/13

    MAJALAH ILMU KEFARMASIAN30

    Sutriyo, Rosmaladewi, Febrian Hevike FilosaneDepartemen Farmasi FMIPA-UI Depok

    LATAR BELAKANGFurosemid merupakan obat go-

    longan diuretika kuat, yang efektifuntuk pengobatan udem akibat gang-guan jantung, hati atau ginjal danhipertensi. Pengobatan dengan furo-semid sering menimbulkan perma-salahan bioavaibilitas per oral.

    Permasalahan bioavailabilitas yangtimbul sering dikaitkan dengan lajudisolusi furosemid yang rendah.Furosemid memiliki titik lebur cukuptinggi yaitu 206C dan praktis tidaklarut dalam air (Al Obaid et al 1989).Umumnya absorpsi obat di salurancerna terjadi secara difusi pasif. Agardapat diabsorpsi, obat harus larut

    PENGARUH POLIVINIL PIROLIDONTERHADAP LAJU DISOLUSI FUROSEMID

    DALAM SISTEM DISPERSI PADAT

    ISSN : 1693-9883

    ABSTRACT

    The research to accelerate furosemide dissolution rate has been done throughphysical property modification by solid dispersion forming polyvinylpyrolidone (PVP)carrier with solvent method. Pure furosemide posses property of being practically

    insoluble in water and has low bioavailability. In current research, six weight ratioof furosemide to PVP being used are 1:1; 1:3; 1:5; 1:9 and 1:15. Physical mixturesare made in equivalent weight ratio. The dissolution rate was examined by paddlemethod in phosphat buffer pH 5,8. Solid dispersion caracterised with in vitro disso-lution study, X-ray diffraction, infra red spectrophotometer and differential scan-ning calorimetric. The result shows that solid dispersion of furosemide with PVPcarrier is higher compare to physical mixture dissolution rate and pure furosemide.The ratio furosemide to PVP who has the highest dissolution rate is 1:15. The ana-lyzing shows the existing of altering crystalline to amorphous state.

    Key word : furosemide, polyvinylpyrolidone, solid dispersion, dissolution rate.

    dalam cairan pencernaan. Sebelumabsorpsi terjadi, suatu bentuk sediaantablet mengalami disintegrasi,deagregasi dan disolusi. Disintegrasi,deagregasi, dan disolusi dapat ber-langsung secara serentak denganmelepasnya suatu obat dari bentukdimana obat tersebut diberikan.

    Proses disintegrasi belum menggam-barkan pelarutan sempurna suatuobat. Partikel-partikel kecil hasildisintegrasi akan terdisolusi. Diso-lusi merupakan proses dimana suatuzat padat masuk ke dalam pelarutmenghasilkan suatu larutan. Lajupelarutan obat dalam cairan salurancerna merupakan salah satu tahapan

    Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.1, April 2005, 30 - 42

    Corresponding author : E-mail : [email protected]

  • 7/28/2019 Review Pvp vs Furosemid

    2/13

    31Vol. II, No.1, April 2005

    penentu (rate limiting step) absorpsisistemik obat. Laju pelarutan obat didalam saluran cerna dipengaruhi olehkelarutan obat itu sendiri (AbdouH.M., 1989).

    Peningkatan laju disolusi obatmerupakan salah satu upaya yangdapat dilakukan untuk memperbaikipermasalahan bioavaibilitas. Salahsatu metode untuk meningkatkanlaju disolusi obat adalah dengan pem-bentukan dispersi obat yang sukarlarut dalam pembawa polimer. Salah

    satu pembawa polimer yang akandapat digunakan adalah polivinil-pirolidon (PVP).

    Dispersi padat merupakan dis-persi dari satu atau lebih bahan aktifdalam pembawa inert atau matrikspada keadaan padat. Dispersi padatdiklasifikasikan dalam enam tipeyaitu campuran eutektik sederhana,larutan padat, larutan dan suspensigelas, pengendapan amorf dalampembawa kristal, pembentukan se-nyawa kompleks dan kombinasi darilima tipe di atas. Pembuatan dispersipadat dapat dilakukan dengan bebe-rapa metode, antara lain: metodepeleburan (melting method), metodepelarutan (solvent method), dan me-tode campuran (melting-solvent

    method) (Chiou et al 1971).

    TUJUAN PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan untukmengetahui pengaruh polivinil-pirolidon (PVP) terhadap laju disolusifurosemid dalam sistem dispersipadat dan campuran fisik.

    BAHAN DAN CARA KERJA

    BAHAN

    Furosemid (P.T. Pyridam),Polivinilpirolidon (PVP) K-30 (BASFGermany), Etanol 96% (P.T. BratacoChemika), larutan dapar fosfat pH5,8.

    ALAT

    Lemari pengering, timbangananalitik, alat laju disolusi tipe 2(Erweka), spektrofotometer UV-Vis

    (Shimadzu UV-1601), spektrofoto-meter inframerah (FTIR BioRed-Mer-lin), difraksi sinar-X (Philips X-RayDiffractometerType PW 3710), alat ujitermal (Differential Scanning Calorim-etry Perkin-Elmer), alat-alat gelas

    CARA KERJA

    1. Pembuatan dispersi padat

    furosemid-PVPDispersi padat furosemid-PVP

    dibuat dengan menggunakan metodepelarutan. Furosemid dan PVPditimbang dan dilarutkan dalametanol 96 % dalam beker glass padaperbandingan yang berbeda antarafurosemid dan PVP. Perbandinganberat furosemid-PVP yang dibuat

    adalah 1:1, 1:3, 1:5, 1:7, 1:9, dan 1:15.Etanol 96% ditambahkan ke dalambeker dengan volume lima kali massaPVP. Campuran dilarutkan denganbantuan ultrasonik sampai terbentuklarutan yang jernih dan homogen.Pelarut etanol 96% dihilangkandengan menguapkan larutan tersebutdi dalam lemari pengering. Dispersi

  • 7/28/2019 Review Pvp vs Furosemid

    3/13

    MAJALAH ILMU KEFARMASIAN32

    PVP perbandingan 1:1, 1:3, 1:5, 1:7,1:9 dan 1:15, menggunakan alat tipe2 (tipe dayung) dengan kecepatan50 rpm. Medium disolusi yang di-gunakan adalah 900 ml dapar fosfatpH 5,8 Temperatur selama pengujiandiatur pada 370,5C. Pengambilansampel dilakukan setelah pengujianberjalan selama 0,25, 0,5, 1, 2, 4, 5, 6dan 8 jam. Konsentrasi furosemidterdisolusi dalam setiap sampeldiukur dengan spektrofotometer UVpada panjang gelombang maksimum

    277,7 nm (Villiers et al 1989, Lannu-celli V 2000)

    b. Difraksi sinar X

    Pola difraksi sinar-X furosemid,PVP, dispersi padat furosemid-PVP1:15, dan campuran fisik furosemid-PVP 1:15 direkam dengan Philipsdifraktometer PW 3710 untuk serbuk

    pada interval 0-90/20 mengguna-kan sumber radiasi Cobalt.

    c. Spektrofotometer FT-IR

    Spektrum IR furosemid, PVP,dispersi padat furosemid-PVP 1:15,dan campuran fisik furosemid-PVP1:15 diukur dengan spektrofotometerinframerah (FTIR BioRed-Merlin),menggunakan tablet KBr. Spektrum

    serapan direkam dengan FTIR (Fou-rier Transform Infrared) pada bilang-an gelombang 4000-400 cm-1.

    1. Uji termal (DSC)

    Uji termal dilakukan terhadapfurosemid, PVP, dispersi padatfurosemid-PVP 1:15, dan campuran

    padat yang terbentuk dikumpulkandan digerus dalam mortir, kemudiandiayak dengan ayakan mesh 80 dandisimpan dalam wadah gelas yangkedap udara (Pignatello et al 2002,Syukri et al 2002, Akbuga et al 1998).

    2. Pembuatan serbuk campuranfisik

    Sejumlah serbuk furosemid danPVP dengan perbandingan berattertentu ditempatkan dalam mortir.Perbandingan yang dibuat adalah

    1:1, 1:3, 1:5, 1:7, 1:9, dan 1:15.Campuran dibuat dengan triturasisederhana dalam mortir porselin,kemudian diayak dengan ayakanmesh 80 dan disimpan dalam wadahgelas yang kedap udara.

    3. Pembuatan kurva kalibrasifurosemid

    Kurva kalibrasi dibuat dariserapan larutan furosemid dalamdapar pospat pH 5,8 dengan kon-sentrasi 1, 2, 3, 5, 10, dan 20 ppm.Masing-masing larutan diukur kon-sentrasinya dengan spektrofotometerUV pada panjang gelombang mak-simum 277,7 nm. Kemudian dibuatkurva kalibrasi dan persamaannyadalam y = a + bx.

    1. Karakterisasi fisikokimiadispersi padat dan campuranfisik

    a. Uji disolusi

    Uji disolusi dilakukan terhadapfurosemid, dispersi padat furosemid-PVP dan campuran fisik furosemid-

  • 7/28/2019 Review Pvp vs Furosemid

    4/13

    33Vol. II, No.1, April 2005

    fisik furosemid-PVP 1:15, mengguna-kan Perkin-Elmer Differential Scan-ning Calorimetry Sejumlah sample (5 -10 mg) dimasukkan ke dalam wadahalumunium, kemudian dipanaskandan diukur dari 40-250C. Kecepatanpemanasan 10C per menit. Prosesendotermik atau eksotermik tercatatpada rekorder.

    HASIL DAN PEMBAHASANA. HASIL1 . Kurva kalibrasi furosemid

    Pengukuran konsentrasi larutanfurosemid dalam dapar pospat pH 5,8dilakukan pada panjang gelombang277,7 nm (Gambar 1a). Persamaangaris kurva kalibrasi furosemid da-lam dapar fosfat pH 5,8 adalah(Gambar 1b) :

    Gambar 1. Kurva serapan furosemid (a) dan kurva kalibrasi (b).

  • 7/28/2019 Review Pvp vs Furosemid

    5/13

    MAJALAH ILMU KEFARMASIAN34

    furosemid dan PVP dalam mediadapar pospat pH 5,8 dengan alat tipedayung dapat dilihat pada tabel 1, 2,dan 3 dan gambar 2 dan 3. Laju di-solusi dispersi padat lebih besar dari-pada laju disolusi campuran fisik danfurosemid. Laju disolusi campuranfisik lebih besar daripada furosemid.

    2. Karakterisasi fisikokimiadispersi padat dan campuranfisik

    a. Uji disolusi

    Hasil profil laju disolusi furo-semid, dispersi padat, dan campuranfisik dengan perbandingan berat

    Gambar 2. Kurva profil disolusi furosemid murni (a), dispersi padat furosemid-PVP (b) dan campuran fisik furosemid-PVP (c) dalam medium disolusi daparfosfat pH 5,8.

  • 7/28/2019 Review Pvp vs Furosemid

    6/13

    35Vol. II, No.1, April 2005

    Tabel 1. Data laju disolusi dispersi padat furosemid-PVP

    Waktu Jumlah obat terdisolusi (%)

    (jam) DP 1: 1 DP 1: 3 DP 1: 5 DP 1: 7 DP 1: 9 DP 1: 15

    0,25 68,05 71,50 78,37 78,75 83,30 91,260,5 71,77 78,10 80,47 80,62 84,06 91,761 76,00 80,09 81,33 83,20 83,21 91,422 78,91 80,18 80,07 83,18 82,08 89,723 79,61 80,05 78,33 83,07 82,81 90,494 79,80 79,72 79,84 83,22 82,23 90,095 78,62 79,67 79,54 82,44 82,07 90,166 79,31 78,84 79,16 82,63 82,05 89,938 79,06 79,62 79,14 82,28 83,00 89,46

    Keterangan: DP = Dispersi Padat

    Tabel 2. Data laju disolusi campuran fisik furosemid-PVP

    Waktu Jumlah obat terdisolusi (%)

    (jam) CF 1:1 CF 1:3 CF 1:5 CF 1:7 CF 1:9 CF 1:15

    0,25 59,41 63,77 68,27 68,95 81,01 84,89

    0,5 59,33 64,18 69,30 70,42 81,7693 86,09

    1 59,66 64,32 69,38 70,59 82,49 86,04

    2 59,68 65,96 69,39 71,83 82,82 86,57

    3 60,67 66,18 69,98 73,88 82,87 87,20

    4 57,87 66,33 69,99 73,96 81,34 87,39

    5 57,87 67,17 70,13 74,01 83,32 88,166 56,54 66,82 72,45 74,51 84,12 89,93

    8 53,50 66,89 72,84 75,79 83,35 90,72

    Keterangan: CF = Campuran Fisik

    Gambar 3. Kurva profil disolusi furosemid murni (a), dispersi padat furosemid-PVP1:15 (b) dan campuran fisik furosemid-PVP 1:15 (c) dalam medium disolusi daparfosfat pH 5,8.

  • 7/28/2019 Review Pvp vs Furosemid

    7/13

    MAJALAH ILMU KEFARMASIAN36

    Tabel 4. Data spektrum inframerah furosemid

    Gugus

    Bilangan gelombang (cm-1)

    furosemiddispersi padat campuran fisik

    fur-PVP 1:15 fur-PVP 1:15

    N-H sulfonamida 3397,2 3348,7 3394,7

    N-H sekunder 3352,3 3297,9 3350,9

    N-H sulfonamida 3284,9 3117,0 3287,8

    C = O 1673,0 1664,9 1666,5

    N - H 1565,8 1567,9 1566,2

    S = O 1323,8 1390,5 1322,0S = O 1144,3 1164,6 1144,7

    b. Pola difraksi sinar X

    Pengukuran difraksi sinar Xfurosemid, dispersi padat 1:15, cam-puran fisik 1:15, PVP dan perban-dingan dari ketiganya dapat dilihatpada gambar 4. Puncak-puncak pola

    difraksi furosemid lebih tajam inten-sitasnya daripada dispersi padat dancampuran fisik. Intensitas puncak poladifraksi campuran fisik lebih tajamdaripada dispersi padat.

    c. Spektrum Inframerah

    Hasil spektrum serapan infra-merah furosemid, dispersi padat

    1:15, campuran fisik 1:15, dan PVPdapat dilihat pada gambar 5. Spek-trum inframerah berupa pita absor-psi dengan bilangan gelombang dari4000 sampai 400 cm-1. Data spektrumserapan inframerah furosemid,dispersi padat 1:15, dan campuranfisik 1:15 dapat dilihat pada tabel 4.

    d. Uji termalHasil uji termal menggunakan

    Differential Scanning Calorimetri (DSC)dari furosemid, dispersi padat 1:15,campuran fisik 1:15, dan PVP dapatdilihat pada gambar 6. Furosemid

    Tabel 3. Data laju disolusi furosemid, campuran fisik furosemid-PVP 1:15dan disperse padat furosemid-PVP 1:15.

    Waktu Jumlah obat terdisolusi (%)

    (jam) Furosemid CF 1:15 DP 1: 15

    0,25 3,89 84,89 91,260,5 4,50 86,09 91,761 8,40 86,04 91,422 13,59 86,57 89,723 17,05 87,20 90,494 24,61 87,39 90,095 30,71 88,16 90,166 33,79 89,93 89,938 37,64 90,72 89,46

  • 7/28/2019 Review Pvp vs Furosemid

    8/13

    37Vol. II, No.1, April 2005

    memiliki puncak eksoterm padatemperatur 209,33 sampai 225,09Cdengan titik puncak 214, 72C. Dis-persi padat memiliki titik puncakpada temperatur 90,23C, campuranfisik memiliki puncak 93,82C danPVP memiliki puncak 104,61C.

    B. PEMBAHASAN

    Dispersi padat furosemid-PVPdan campuran fisik furosemid-PVPdibuat dalam 6 variasi perbandingan

    berat untuk mengetahui kemampuanPVP dalam meningkatkan laju diso-lusi furosemid dalam sistem dispersipadat dan campuran fisiknya. Cam-puran fisik furosemid-PVP dibuatdalam perbandingan berat yang samasebagai pembanding, untuk menge-tahui perbedaan pengaruh antaracampuran fisik dengan dispersi padatterhadap laju disolusi.

    Interaksi antara molekul-mole-kul furosemid dan PVP dapat terjadisaat proses pembentukan dispersipadat. Molekul-molekul furosemidakan terdispersi dan terperangkapdalam jaringan polimer PVP dan saatpemanasan, dapat terjadi perubahankeadaan fisik furosemid menjadibentuk amorf (Chiou et al 1971).

    Kemampuan PVP untuk mening-katkan laju disolusi furosemid dalamdispersi padat dapat diketahui darikenaikan laju disolusi setiap perban-dingan berat. Interaksi yang terjadilebih lanjut dikarakterisasi meng-gunakan metoda spektroskopi (FT-IR, XRD dan DSC.

    Hasil uji disolusi memperlihatkan

    bahwa laju disolusi dispersi padatjauh lebih tinggi dibandingkan furo-semid murni. Semakin besar perban-dingan PVP terhadap furosemid,semakin tinggi laju disolusinya. Darigrafik pada gambar 5 diketahuibahwa laju disolusi campuran fisik

    juga meningkat, tetapi lebih kecildaripada dispersi padat furosemid-PVP.

    Furosemid mempunyai strukturkristal triklinik yang praktis tidaklarut air. Dengan meningkatnya laju

    disolusi furosemid dalam dispersipadat dan campuran fisik, dapatdisimpulkan bahwa telah terjadiperubahan keadaan kristal furosemidmenjadi bentuk amorfnya akibat dariinteraksi dengan PVP.

    Gambar 4 hasil uji difraksi sinarX menunjukkan pola difraksi polimerPVP murni tipe amorf sedangkan poladifraksi furosemid murni menun-

    jukkan tipe kristal. Pola difraksicampuran fisik dan dispersi padatmendekati pola dispersi PVP yangberbentuk amorf, dimana intensitaspuncak-puncak kristal furosemiddalam dispersi padat dan campuranfisik pada perbadingan jumlah PVPyang rendah masih menunjukkansinyal kristal meskipun tidak setajam

    furosemid murni. Semakin tinggijumlah PVP dalam campuran fisik dandispersi padat, semakin rendahintensitasnya.

    Difraksi sinar X furosemid meng-hasilkan difraktogram intensitaspuncak yang tinggi pada sudut-suduttertentu. Pola difraksi sinar-X, dike-tahui bahwa puncak-puncak tertinggi

  • 7/28/2019 Review Pvp vs Furosemid

    9/13

    MAJALAH ILMU KEFARMASIAN38

    Gambar 4. Pola difraksi sinar X serbuk furosemid, PVP, campuran fisik furosemid-PVP 1:15 dan dispersi padat furosemid-PVP 1:15.

    Gambar 5. Spektrum FTIR furosemid, PVP, campuran fisik furosemid-PVP 1:15dan dispersi padat furosemid-PVP 1:15.

  • 7/28/2019 Review Pvp vs Furosemid

    10/13

    39Vol. II, No.1, April 2005

    furosemid berada dalam kisaransudut 20 sampai 90. Puncak-puncaktersebut menunjukkan bahwa furo-semid masih berada dalam bentukkristalnya. Difraktogram dispersipadat furosemid-PVP 1:15 mempu-nyai puncak-puncak dengan inten-sitas yang lebih kecil daripada furo-semid. Furosemid dalam dispersipadat telah berada dalam bentukamorf. Campuran fisik furosemidmempunyai beberapa puncak dengan

    intensitas yang lebih tajam daripadadispersi padat furosemid. Furosemiddalam campuran fisik masih mem-punyai bentuk kristal.

    Intensitas puncak difraktogrammenunjukkan banyaknya fasa kristaldalam sampel uji. Semakin tinggipuncak, semakin besar fasa kristal,sebaliknya semakin kecil intensitas

    puncak semakin kecil fasa kristalnya.Intensitas difraktogram dihasilkanoleh difraksi sinar-X yang mengenaipermukaan kristal dengan sudut-sudut difraksi tertentu (Suryana-rayana et al. 1998).

    Penurunan intensitas puncak-puncak pada dispersi padat menun-

    jukkan adanya perubahan bentukkristal menjadi bentuk amorf. Hal inikemungkinan disebabkan karenaikatan antarmolekul furosemid yang

    membentuk kristal telah terdefor-masi. Kemungkinan adanya ikatanantar molekul akibat interaksi furo-semid dan PVP dapat diketahui darispektrum inframerah dimana terjadipergeseran pita absorpsi.

    Spektrofotometer inframerahbekerja berdasarkan besarnya vibrasiyang dihasilkan oleh atom-atom yang

    Gambar 6. Termogram DSC furosemid, PVP, campuran fisik furosemid- PVP 1:15dan disperse padat furosemid-PVP 1:15.

  • 7/28/2019 Review Pvp vs Furosemid

    11/13

    MAJALAH ILMU KEFARMASIAN40

    berinteraksi. Vibrasi dari atom-atomumumnya adalah tarik ulur (strecht-ing ) dan naik-turun (bending). Vibrasidari atom-atom yang berinteraksiakan menghasilkan frekuensi ter-tentu. Frekuensi berbanding lurusdengan bilangan gelombang (cm-1).Setiap interaksi antar atom ataugugus mempunyai frekuensi tertentudan muncul pada bilangan gelom-bang tertentu pada spektrum. Setiapinteraksi atom-atom dapat memilikikedua jenis vibrasi tersebut, sehingga

    muncul di dua bilangan gelombangyang berbeda (Skoog D.A et al).

    Gugus-gugus pada furosemiddiketahui dari serapan pada bilangangelombang dan intensitasnya. Furo-semid memiliki gugus amin sekunderdengan vibrasi strechting dan bending.Gugus lainnya adalah gugus aminprimer yang berada dalam gugussulfonamida, gugus karboksilat danikatan rangkap antara S dan O.Terdapat ikatan hidrogen intra-molekuar antara gugus amin sekun-der dan gugus karboksilat. Ikatanhidrogen intermolekuler antara atomH pada amin primer dan O padagugus sulfonamide (Doherty et al1987).

    Spektrum serapan inframerah

    dispersi padat dan campuran fisikmenunjukkan furosemid mengalamipegeseran pita absorpsi. Selain ituintensitas pita absorpsi juga berku-rang dan melandai. Pergeseran pitaterjadi pada beberapa gugus, yaitupada gugus amin sekunder, gugusamin primer pada sulfonamida, kar-boksilat dan S=O pada gugus sulfo-

    namida. Gugus amin primer sulfo-namida (stretching), amin sekunder,gugus S=O, dan karboksilat bergeserke bilangan gelombang yang lebihrendah, sedangkan amin primervibrasi bending mengalami sedikitpergeseran ke bilangan gelombangyang lebih besar. Intensitas pitaabosrpsi jauh menurun dan melandai,terutama pada daerah bilangangelombang 3700 - 3000 cm-1. Analisisdifraksi sinar X dan inframerahmemperlihatkan berubahnya struk-

    tur kristal furosemid dalam dispersipadat. Struktur furosemid terde-formasi karena terbentuknya ikatanantara molekul furosemid dan PVP.Hasil spektrum ini menunjukkanadanya ikatan hidrogen.

    Gugus-gugus pada molekul furo-semid diduga berinteraksi denganPVP membentuk ikatan hidrogen.Ikatan hidrogen yang mungkin ter-bentuk adalah ikatan antara atom Opada PVP dengan atom H padagugus amin sekunder, atom H padagugus amin primer sulfonamida, danatom H pada gugus karboksilatfurosemid. Pergeseran pita spektrumterbesar terjadi pada gugus aminprimer sulfonamida. Pergeseran yangbesar dan intensitas pita yang melan-

    dai menunjukkan kemungkinanterbesar ikatan hidrogen terjadi padagugus ini, yaitu pada atom H gugusamin primer sulfonamida. Kemung-kinan yang lain, yaitu pada gugusamin sekunder dan karboksilat dapatterjadi tetapi tidak sebesar pada sul-fonamida. Pergeseran pada gugus initidak sebesar pada amin, primer,

  • 7/28/2019 Review Pvp vs Furosemid

    12/13

    41Vol. II, No.1, April 2005

    bahkan pergeseran pada guguskarboksilat sangat kecil. Hal inidisebabkan karena adanya ikatanhidrogen molekular antara karbok-silat dan amin sekunder (Doherty etal 1987).

    Perubahan bentuk kristal men-jadi amorf dapat digambarkan daripola hasil uji termalnya. Termogramfurosemid, memperlihatkan puncakeksotermis, yang menunjukkan ben-tuk kristal. Temperatur titik leburfurosemid dapat dilihat dari awal

    terbentuknya puncak eksotermis,yaitu pada 209,33C. Termogram PVPmenunjukkan puncak pada tempe-ratur 104,61C, sedangkan dispersipadat 1:15 dan campuran fisik meng-alami pergeseran ke temperatur yanglebih rendah (93,82C dan 90,23C).

    Pada termogram dispersi padat1:15 dan campuran fisik 1:15, PVPterlihat dominan dan tidak ada tandapuncak eksotermis seperti padatermogram furosemid. Hal ini terjadikarena adanya interaksi antara PVPdengan furosemid yang menyebab-kan perubahan bentuk kristalfurosemid menjadi amorf, sehinggatidak ada lagi puncak eksotermisyang menunjukkan adanya fasakristal dan menurunkan temperatur

    puncak PVP.Hasil dari karakterisasi fisiko-

    kimia yang dilakukan memperlihat-kan terjadinya interaksi antarafurosemid dengan PVP baik dalambentuk campuran fisik maupundispersi padat. Interaksi yang terjadimenurunkan fase kristal furosemiddan meningkatkan fase amorfnya

    sehingga meningkatkan laju disolusifurosemid. Dengan meningkatnyalaju disolusi furosemid diharapkandapat memperbaiki bioavaibilitasfusrosemid per oral.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    Hasil penelitian menunjukkanbahwa polivinilpirolidon (PVP) dapatmeningkatkan laju disolusi furo-

    semid dalam sistem dispersi padat.Dari enam variasi perbandingandispersi padat furosemid dan PVP,didapatkan bahwa PVP dengan beratlimabelas kali furosemid dalamdispersi padat memiliki laju disolusitertinggi. Peningkatan yang cukuptinggi juga didapatkan dalam sistemcampuran fisik furosemid-PVP.

    Hasil karakterisasi fisikokimia

    (FT-IR, XRD dan DSC) menunjukkanterjadinya perubahan keadaan padatkristal furosemid menjadi bentukmaorf dalam dispersi padat.

    B. SARAN

    Perlu dilakukan penelitian lebihlanjut dengan jenis polimer pembawayang lain dan juga perlu dilakukan

    penelitian uji bioavailabilitas dispersipadat furosemid-PVP dalam bentuksediaan farmasi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdou HM Dissolutions Bioavailabilityand Bioequivalence, Mack Publish-ing Co, 1989.

  • 7/28/2019 Review Pvp vs Furosemid

    13/13

    MAJALAH ILMU KEFARMASIAN42

    Akbuga J., Gursoy A., dan YetimogluF. Preparation and Properties ofTablets Prepared from Furosemid-PVP Solid Dispersion System. DrugDev. Ind. Pharm, 14(15-17)1998:2091-2108.

    Akbuga J., Gursoy A., dan Kendi E.The Preparation and Stability of FastRelease Furosemide-PVP Solid Dis-

    persion. Drug Dev. Ind. Pharm.14(10). 1998: 1439-1464.

    Al-Obaid A.M., Al-Shammary, danAl-Rashood K.A.M, Analytical

    Profiles of Drug Substances. Vol 18:989:153-193.

    Chiou W.L., Riegelman S, Pharmaceu-tical Applications of Solid Disper-sion System. J. of Pharm. Sci 60(9).1971: 1281-1302.

    Doherty C., dan York P. Evidence forSolid and Liquid State Interactionsin a Furosemid-PVP Solid Disper-sion. J. of Pharm. Sci 76(9).1987:731-737.

    Lannucelli V. PVP Solid Dispersion forthe Controlled Release of Furosemide

    from a Floating Multiple-Unit Sys-tem. Drug Dev. Ind. Pharm26(96).2000: 595-603.

    Pignatello R, Ferro M, Puglisi G.,Preparation of Solid Dispersion ofNonsteroid Anti-InflammatoryDrugs with Acrylic Polymers andstudies on Mechanisms of drug poly-mer interactions,AAPS Pharm. Sci.Tech. 3(2) 2002.

    Skoog D.A.,West D.M., dan HollerF. James. Fundamentals of Analyti-cal chemistry. 7th Ed. SaundersCollage. 557-592.

    Suryanarayana C dan Norton G, X-Ray Diffraction a Practical Ap-

    proach, Plenum Press, New York,1998.

    Syukri Y., T. Yuwono, dan L. Hakim.Preformulasi Sediaan Furosemida

    Mudah Larut. Majalah FarmasiIndonesia, 13(1) 2002: 50-54.

    Villiers M.M., dan J.G. van der Watt.Dissolution from Ordered Mixtures:The Effect of Stirring Rate and Par-ticle Characteristic on the Dissolu-tion Rate. Drug Dev. Ind. Pharm,15(4) 1989: 621-627.

    Suryanarayana C dan Norton G, X-Ray Diffraction a Practical Ap-

    proach, Plenum Press, New York,1998.