Review Perencanaan Pangan dan Gizi.docx

download Review Perencanaan Pangan dan Gizi.docx

of 14

Transcript of Review Perencanaan Pangan dan Gizi.docx

Review Perencanaan Pangan dan Gizi

Tugas Kuliah Hari/Tanggal: Rabu/14 Maret 2012M.K. Perencanaan Pangan dan Gizi

REVIEW KULIAH

Oleh:Sartika F. T Panggabean I14104019

Asisten:ZahraMumtaz

Penanggung Jawab:Dr. Yayuk Farida Baliwati

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR2012BAB I. REVIEWPangan merupakan segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah ataupun produk turunannya yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman (UU no 7 tahun 1996: pangan). Makanan memiliki tiga fungsi utaman yaitu sumber tenaga (karbohidrat dan lemak), sumber zat pembangun (protein), sumber zat pengatur (vitamin dan mineral). Setiap bahan pangan memiliki sumber zat tertentu yang dapat digunakan oleh tubuh untuk melakukan metabolisme.Pangan yang cukup adalah ketersedian pangan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan setiap individu untuk memenuhi asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan Lemak) serta zat gizi mikro (vitamin dan mineral) yang bermanfaat bagi pertumbuhan, kesehatan dan daya tahan jasmani maupun rohani.Pangan merupakan kebutuhan dasar yang permintaannya terus meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan kualitas hidup, namun demikian dalam beberapa hal definisi atau konsep ketahanan pangan sangat bervariasi pada banyak pihak yang berkepentingan. Persoalan ketahanan pangan yang terpenting adalah : bagaimananegara atau pihakpihak yang berkepentinganuntukmemperspektifkan pembangunan ketahanan pangan,melakukanupaya pemantapan ketahanan pangan,dan melakukanopsi dan strategi pencapaian ketahanan pangan.Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai subsistem. Subsistem utamanya adalah ketersediaan pangan, distribusi pangan dan konsumsi pangan.Pembangunan ketahanan pangan memerlukan keharmonisan dari ketiga subsistem tersebut.Dalam undang-undang RI Nomor 7 tahun 1996 disebutkan bahwa ke-tahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.Masalah pangan adalah keadaan kelbihan pangan, kekurangan pangan dan atau ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan.

BAB II. DASAR PEMIKIRAN PERENCANAAN PANGAN DAN GIZI1.Peran Pangan dan Gizi dalam PembangunanPangan dan gizi memiliki peran yang sangat menentukan dalam proses pembangunan. Presiden Soekarno dalam pidatonya pada peletakan batu pertama Gedung Faperta UI pada tahun 1962 menyampaikan tentang bagaimana persediaan makanan dapat mencukupi kebutuhan rakyat Indonesia. Di sisi lain, Presiden Bush dalam pidatonya padafuture farmers of Americamenyebutkan tentang pentingnya membangun cadangan makanan untuk dapat memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat. Menurut hipotesis Barker, pangan memegang peranan penting dalam pembangunan karena memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek yaitu perkembangan otak yang semakin menurun dan penurunan imunitas sehingga berpengaruh terhadap pengembangan sumber daya alam. Dampak jangka panjang yaitu produktifitas kerja menurun, kemampuan belajar yang menurun, dan terjadinya penyakit degeneratif.Pangan dan gizi juga merupakaninputpembangunan. Apabila pangan dan gizi tersedia dalam jumlah yang cukup dan memadai maka pembangunan dapat berjalan dengan baik dan berhasil. Pangan dan gizi yang cukup dapat menurunkan angka kematian bayi dan balita, menurunkan angka kesakitan, meningkatkan kemampuan belajar anak sekolah, dan meningkatkan daya tahan fisik orang dewasa sehingga terjadi peningkatan prestasi dan hari kerja, serta dapat meningkatkan kualitas hidup dan produktifitas dan tercapailah pembangunan yang berhasil.Cara lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan pembangunan adalah dengan mencanangkan pembangunan gizi sebagai prioritas pembangunan ekonomi serta menjadikan pangan dan gizi sebagaioutputpembangunan. Pangan dan gizi dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan pembangunan melalui tiga komponen HDI (Human Development Index) yaitu tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan usia harapan hidup atau tingkat kesehatan dan gizi. Berdasarkan data UNDP, ranking HDI Indonesia pada tahun 2007 menempati urutan 111 dibandingkan dengan negara-negara di Asia. Adapun yang menjadi tujuan pembangunan pangan adalah mencapai kebutuhan gizi baik jumlah dan mutu serta menghindari kelaparan, kekurangan atau kelebihan gizi.

2.Masalah Pangan dan GiziMasalah adalah kesenjangan antara kondisi saat ini (actual) dengan yang seharusnya (sasaran/target/rujukan yang telah ditetapkan maupun kondisi ideal yang diinginkan/standar). Rujukan dimaksudkan sebagai suatu alat untuk memberikan pertimbangan dalam melakukan perbandingan. Standar pelayanan minimal (SPM) dapat digunakan untuk menentukan besar dan jenis masalah pangan dan gizi. SPM memuat tentang bidang ketahanan pangan, landasan operasional, indikatoroutcome, dan metode perumusan kebijakan. Bidang ketahanan pangan yang dapat menyebabkan terjadinya masalah pangan dan gizi antara lain yaitu ketersediaan pangan, distribusi pangan, konsumsi pangan, dan penanganan kerawangan pangan.Data ketersediaan pangan energi dan protein tahun 2000-2004 menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan ketersediaan energi namun tidak terjadi peningkatan pada ketersediaan protein. Berdasarkan data komposisi ketersediaan energi pada tahun 2003-2004 juga menunjukkan bahwa kelompok pangan yang memiliki ketersediaan yang paling rendah adalah pangan hewani. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia belum memiliki ketersediaan pangan hewani yang cukup dalam memenuhi kebutuhan protein rakyat.Harga pangan sangat dipengaruhi oleh proses distribusi dan akes pangan. Biaya distribusi yang mahal juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama yaitu kondisi sarana prasarana (jalan, pasar,fasilitas penyimpanan dan pengolahan) belum mendukung kinerja distribusi pangan nasional yang efisien. Faktor kedua yaitu kelembagaan pemasaran di pedesaan lemah karena rantai pemasaran yang panjang sehingga menyebabkan margin harga menjadi lebih tinggi. Faktor ketiga yaitu peraturan perundangan (Perda) yang belum mendukung proses distribusi dan cenderung membebani. Faktor lain yaitu masih cukup banyaknya pungutan resmi dan tidak resmi. Berdasarkan data rata-rata konsumsi per rumah tangga per kelompok pangan tahun 2006-2008 menunjukkan bahwa konsumsi rakyat Indonesia belum beragam. Hal tersebut ditunjukkan dari penurunan skor atau nilai PPH dari tahun 2008 sebesar 81,9 menjadi 75,7 pada tahun 2009. Berdasarkan data pola konsumsi pangan sumber karbohidrat penduduk Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah (golongan pengeluaran kecil) memiliki konsumsi makanan sumber karbohidrat yang lebih beragam dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah dan ekonomi tinggi.Menurut data FAO (1996), angka kelaparan di dunia sebesar 800 juta jiwa dan berdasarkan data FAO (2006) angka kelaparan dunia telah mencapai 854 juta jiwa. Kelompok usia yang rentan terhadap akan terjadinya kekurangan pangan adalah balita, anak usia sekolah, dan ibu hamil. Menurut Unicef, faktor penyebab masalah gizi adalah munculnya masalah dasar pada suatu negara yaitu krisis politik dan ekonomi. Masalah krisis ekonomi dan politik tersebut menimbulkan munculnya masalah utama yaitu kemiskinan, pendidikan rendah, tidak tersedianya lapangan pekerjaan, dan rendahnya kesempatan kerja. Masalh utama tersebut menjadi penyebab langsung terjadinya masalah kekurangan zat gizi pada masyarakat karena dapat mempengaruhi ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, pelayanan kesehatan, serta perawatan anak dan ibu hamil. Kerawanan pangan adalah situasi daerah, masyarakat atau rumah tangga yang tingkat ketersediaan dan keamanan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan sebagian besar masyarakat.Pemberdayaan masyarakat dalam ketahanan pangan diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia yang dimiliki rumah tangga dengan memanfaatkan kelembagaan sosial ekonomi yang telah ada dan dapat dikembangkan ditingkat pedesaan.

3.Prinsip Perencanaan Pangan dan GiziPerencanaan (ketersediaan/konsumsi pangan) didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan (Muller 1993). Berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, bukan semata-mata pada perencanaan komoditas pangan, dicirikan dengan memenuhi kebutuhan gizi rata-rata penduduk untuk mendukung hidup sehat dan produktif, mengikuti kaidah gizi seimbang, memperhatikan kemampuan dan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan serta faktor sosial budaya dan daya beli masyarakat setempat. Perencanaan pangan dalam kerangka sistem ketahanan pangan dan gizi.Data dasar yang digunakan dalam perencanaan pengelolaan pangan dan gizi wilayah antara lain data produksi pertanian pangan, data industry pangan, data konsumsi pangan, data kondisi sosial ekonomi budaya, data status gizi masyarakat, data kebijakan dan program pangan, gizi, dan kesehatan serta data anggaran pembangunan. Instrumen yang digunakan dalam data perencanaan pangan di tingkat wilayah adalah NBM, konsumsi pangan dan gizi, dan PPH. NBM berfungsi untuk menyediakan data ketersediaan pangan faktual penduduk di tingkat wilayah. Konsumsi pangan dan gizi berfungsi untuk menyediakan data konsumsi pangan aktual penduduk di suatu wilayah. PPH berfungsi untuk menyediakan data konsumsi kelompok pangan dan keragaman yang diharapkan berdasarkan gizi seimbang serta alat untuk penilaian situasi pangan dan perencanaan pangan.Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi dimana setiap manusia mampu mengkonsumsi pangan dan gizi secara seimbang untuk status gizi baik. Swasembada pangan adalah suatu keadaan dimana produksi (komoditi) pangan yang dihasilkan oleh suatu negara atau wilayah cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik (tidak diperlukan impor). Pola pangan penduduk terbentuk melalui suatu proses sejak bayi di dalam kandungan. Sejak dini, anak-anak harus dibiasakan untuk belajar jenis makanan yang tersedia dan yang sesuai dengan keinginannya. Dalam proses menyediakan/mengkonsumsi pangan, masyarakat perlu diarahkan agar tidak semata mempertimbangkan faktor organoleptik dan status sosio ekonomi pangan, namun juga harus seimbang dengan alasan manfaat pangan untuk kesehatan dan tumbuh kembang optimal serta untuk kelestarian sumber daya alam. Pemilihan pangan dipengaruhi oleh faktor karakteristik pangan, individu, dan lingkungan. Karakteristik pangan meliputi bumbu, rasa, rupa, tekstur, harga, tipe dan bentuk, serta kombinasi pangan. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan/pengetahuan gizi, pendapatan ,ketrampilan memasak, dan kesehatan. Karakteristik lingkungan meliputi musim, ketersediaan/produksi pangan, pekerjaan, mobilitas, jumlah keluarga, stratifikasi sosial, dan interaksi sosial. Pendekatan sistem telah dilakukan dalam pembangunan pangan dan gizi. Pembangunan pangan melibatkan banyak pelaku dari berbagai aspek dan mencakup interaksi antar wilayah.Inputsistem ketahanan pangan adalah kebijakan dan kinerja sektor sosial, ekonomi, dan politik, sarana prasarana, stabilitas dan keamanan nasional. Sedangkanoutputsitem ketahanan pangan adalah pemenuhan hak atas pangan, sumber daya manusia berkualitas, dan ketahanan nasional.

4.Kebijakan Pembangunan Pangan dan GiziKebijakan adalah suatu hal yang ditetapkan dan diberlakukan sebagai suatu arahan atau dasar tindak yang mengikat masyarakat luas melalui serangkaian pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai pihak yang mempunyai hubungan kerja dan kepentingan yang luas dan kompleks. Kebijakan juga dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang mempunyai tujuan, landasan dan arahan yang ditetapkan dan dilakukan oleh pihak berwenang dalam pemerintahan/institusi. Suatu keputusan disebut sebagai kebijakan jika merupakan hasil kumulatif dari bermacam-macam keputusan operasional atau umpan balik terhadap suatu permasalahan yang berasal dari tingkatan lebih rendah dalam suatu organisasi. Suatu keputusan juga disebut sebagai kebijakan jika keputusan tersebut harus diputuskan dan diundangkan sebagai landasan tindak yang mengikat pihak-pihak dan kepentingan yang lebih luas.Manfaat kebijakan adalah setiap organisasi bermaksud untuk memuaskan kepentingan orang (anggota/bukan anggota) dengan jalan menghasilkan barang atau jasa, berdasarkan pemakaian secara efisien unsur-unsur kerja dengan menginvestasikan kemampuan untuk kelangsungan di masa depan; mengerahkan sumber-sumber yang diperlukan sebagai unsur kerja sesuai dengan norma dalam suatu cara yang rasional. Norma adalah suatu kestabilan relasi sosial/kerjasama untuk mencapai tujuan social control peraturan/ ukuran yang mengatur tingkah laku dalam situasi sosial yang dijalani atau sikap yang diidealisasikan sebagai sikap yang paling baik, paling pantas dalam suatu situasi orang akan tahu apa yang harus dikerjakan. Norma dibagi kedalam tiga kategori yaitu kategori 1, kategori 2, dan kategori 3. Kategori 1 adalah kebiasaan, tidak memiliki sangsi dan tumbuh dimasyarakat. Kategori 2 yaitu tata kelakuan, memiliki sangsi dan tumbuh dimasyarakat. Kategori 3 yaitu undang-undang yang ditetapkan dalam masyarakat.Undang-undang adalah ketentuan-ketentuan dan peraturan negara yang dibuat oleh negara, disahkan oleh DPR, ditandatangani oleh kepala negara dan mempunyai kekuatan yang mengikat. Undang-undang terbagi atas tiga yaitu undang-undang dasar, undang-undang organik, dan undang-undang pokok. Undang-undang dasar yaitu undang-undang yang menjadi dasar semua undang-undang dan peraturan lain dalam suatu Negara. Undang-undang organik yaitu undang-undang yang pembentukannya diperintahkan oleh UUD. Undang-undang pokok yaitu undang-undang yang menjadi pokok dalam mengatur sesuatu (masih memerlukan peraturan pelaksana).Kebijakan ketahanan pangan memiliki tiga bentuk kebijakan yaitu kebijakan makro, kebijakan mikro, dan kebijakan meso. Kebijakan makro bersifat umum dan mendasar: pertauran perundang-undangan (UUD RI tahun 1945). Kebijakan bersifat meso yaitu bersifat menengah atau penjelas pelaksana: berbentuk peraturan mentri, surat edaran menteri. Kebijakan mikro adalah kebijakan yang mengatur pelaksanaan dari kebijakan diatasnya. Bentuk kebijakan mikro adalah pertauran yang dikeluarkan oleh aparat public dibawah Menteri, Bupati, Walikota. Kebijakan pembangunan ketahanan pangan meliputi peraturan perundang-undangan (tentang pangan, terkait dengan ketahanan pangan, dan tata kelola ketahanan pangan), kebijakan umum ketahanan pangan (KUKP tahun 2010-2014 oleh DKP), dan kesepakatan Ketua DKP Prov/Kab-Kota. Peraturan perundang-undangan dalam pembangunan ketahanan pangan tercantum dalam empat jenis PerUU yaitu PerUU pemerintahan, PerUU perencanaan pembangunan, PerUU ketahanan pangan, dan PerUU terkait ketahanan pangan (pola pikir sesuai dengan PP 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan). UU no 7 tahun 1996 memuat tentang pangan dan mengandung 14 bab dan 65 pasal. Bab-bab yang tercantum dalam UU tersebut secara berurutan adalah ketentuan umum, keamanan pangan, mutu dan gizi pangan, label dan iklan pangan, pemasukan dan pengeluaran pangan ke dalan dan dari wilayah Indonesia, tanggung jawab industri pangan, ketahanan pangan, peran serta masyarakat, pengawasan, ketentuan pidana, penyerahan urusan dan tugas perbantuan, ketentuan lain-lain, dan ketentuan peralihan. Banyak PP yang mengatur tentang Pangan dan Gizi, diantaranya PP no 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan yang mengatur pembinaan dan pengawasan dibidang label dan iklan pangan dalam rangka menciptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab. PP no 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan mengatur ketahanan pangan mencakup aspek ketersediaan pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan, peran pemerintah pusat dan daerah masyarakat, pengembangan sumber daya manusia. PP no 28 tahun 2004 memuat tentang keamanan, mutu gizi dan pangan mengatur pemasukan dan pengeluaran pangan ke wilayah Indonesia, pengawasan dan pembinaan dan peran serta masyarakat.UU no 16 tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan. Undang-undang tersebut mempertimbangkan bahwa pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha; meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya pertain, pternak, nelayan, pembudi daya ikan, dan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan; mengentaskan masyarakat dari kemiskinan khususnya di pedesaan; meningkatkan pendapatan nasional; serta menjaga kelestarian lingkungan. UU no 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup pada bab IV pasal 8 ayat 1 menyebutkan bahwa sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh pemerintah. UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan pada pasal 11 ayat 1 menyebutkan bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan: kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengamanan makanan dan minuman; serta kesehatan lingkungan. Hal terssebut juga tercantum dalam INPRES no 14 tahun 1974 yang mengalami pengubahan menjadi INPRES no 11 tahun 1980 tentang perbaikan menu makanan rakyat.Laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kepda pemerintah serta laporan pertanggungjawaban memiliki topik dan isi yang berbeda. Laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kepada pemerintah disebut LPPD adalah laporan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selama satu tahun anggaran berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang disampaikan oleh kepala daerah kepada pemerintah. Laporan keterangan pertanggungajwaban kepala daerah kepada DPRD disebut LKPJ adalah laporan yang berupa informasi penyelengaraan pemerintahan daerah selama satu tahun anggaran atau akhir masa jabatan yang disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD. Informasi laporan penyelenggaraan pemerintah daerah adalah informasi penyelenggaraan pemerintah daerah kepada masyarakat melalui media yang tersedia di daerah. Terdapat berbagai instansi di pemerintahan yang merupakan urusan wajib dan urusan pilihan dalam pemerintahan. Urusan wajib antara lain pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, penataan ruang, perencanaan pembangunan, perumahan, pemuda dan olahraga, penanaman modal, koperasi usaha kecil menengah, kependudukan dan catatan sipil, ketenagakerjaan, ketahanan pangan, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, serta keluarga berencana dan keluarga sejahtera. Urusan pilihan dalam pemerintahan yaitu kelautan dan perikanan, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, pariwisata, industri, perdagangan, dan ketransmigrasian.PP no 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah pada bab V menjelaskan bahwa besaran organisasi dan perumpunan perangkat daerah, bagian pertama variabel besaran organisasi, Pasal 19 ayat 1 besaran organisasi perangkat daerah ditetapkan berdasarkan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Aspek ketahanan pangan meliputi ketersediaan pangan, cadangan pangan, distribusi pangan, penanganan kerawanan pangan, penganekaragaman pangan dan mutu pangan, peningkatan peran masyarakat, dan sistem informasi dan kelembagaan pangan. Misalnya seperti pada aspek ketersediaan pangan, kewenangan daerah dalam ketahanan panga meliputi identifikasi potensi sumber daya dan produksi pangan masyarakat, pembinaan peningkatan produksi dan produk pangan berbahan baku lokal, dan pembinaan pengembangan penganekaragaman produk pangan. Pada aspek cadangan pangan, kewenangan ketahanan pangan meliputi identifikasi cadangan pangan masyarakat, pengembangan dan pengaturan cadangan pangan pokok tertentu dan pembinaan dan monitoring cadangan pangan masyarakat.Berdasarkan aspek distribusi pangan, kewenangan meliputi identifikasi infrastruktur distribusi pangan daerah, pengembangan infrastruktur distribusi pangan daerah, pencegahan dan pengendalian masalah pangan akibat penurunan akses pangan, informasi harga di daerah, dan pembangunan pasar untuk produk pangan yang dihasilkan masyarakat daerah. Pada aspek penanganan kerawanan pangan, kewenangan meliputi identifikasi kelompok rawan pangan, pencegahan dan pengendalian masalah pangan akibat turunnya ketersediaan pangan, pencegahan dan pengendalian masalah pangan akibat turunnya akses pangan, pencegahan, penanggulangan masalah pangan karena turunnya mutu, gizi, dan keamanan pangan serta penanganan dan penyaluran pangan untuk kelompok rawan pangan daerah. Berdasarkan aspek peningkatan peran masyarakat, kewenangan pangan meliputi identifikasi LSM dan tokoh masyarakat daerah, pengembangan dan fasilitas forum masyarakat daerah, serta pengembangan trust fund di daerah.Berdasarkan aspek sistem informasi dan kelembagaan pangan, kewenangan meliputi pengumpulan dan analisis informasi ketahanan pangan serta pengembangan kelembagaan sertifikasi produk pangan segar dan pabrikan skala kecil. Pada aspek penganekaragaman pangan dan mutu pangan, kewenangan meliputi identifikasi pangan pokok masyarakat dan peningkatan mutu konsumsi masyarakat. Berdasarkan data prioritas pembangunan yang didasarkan pada lampiran Perpres no 5/2010 (RPJM 2010-2014) terdapat 10 prioritas pembangunan yaitu reformasi birokrasi dan tata kelola, pendidikan, kesehatan, penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan, infrastruktur, iklim investasi dan iklim usaha, energi, lingkungan hidup dan pengelolaann bencana, daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik serta kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi.Hasil konferensi dan sidang regional dewan pangan di Jakarta tanggal 24-25 Mei 2010 menyimpulkan sembilan isu strategis pembangunan ketahanan pangan. Pertama adalah sinergisme penanganan pangan, energi dan kelestarian sumber daya alam khususnya air untuk memantapkan ketahanan pangan, energi dan air secara berkelanjutan. Kedua yaitu kemandirian pangan dengan menekankan pada 5 komoditas strategis (padi, jagung, kedelai, gula, daging sapi). Ketiga yaitu sistem cadangan pangan dan distribusi pangan. Keempat yaitu sistem logistik nasional yang efisien yang mendasarkan keunggulan komparatif daerah dan rantai supai yang efisien. Kelima yaitu penanganan kerawanan pangan dan kerentanan pangan sebagai tindak lanjut diluncurkannya peta ketahanan dan kerentanan pangan nasional. Keenam yaitu stabilitas dan keterjangkauan harga, baik pada tingkat produsen maupun konsumen. Ketujuh yaitu percepatan penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya pangan lokal. Kedelapan yaitu monitoring sistem ketahanan pangan sebagai basisearly warning system. Kesembilan yaitu kajian-kajian akademik kebijakan ketahanan pangan khususnya tentang stabilitas dan keseimbangan kebutuhan dan pasokan berbasis sumberdaya lokal.

5.Fungsi Perencanaan Pangan dan GiziTerdapat lima fungsi perencanaan pangan dan gizi yaitu mobilisasi (mobilizing), memampukan (enabling), menetapkan (defining), mengukur (measuring) yang merupakan indicator kinerja dalam kerangka sistem pelayanan minimal, dan mengkomunikasikan (communicating): musrenbang. Fungsi perencanaan dalam mengatasi masalah pangan dan gizi adalah adanya efisiensi dari penggunaaan sumber daya yang meliputi pencegahan kelimpahan sumberdaya, mengoptimalkan penggunaan sumberdaya. Fungsi perencanaan lainnya adalah sebagain alat atau pedoman untuk implementasi aksi dari pengembangan gizi, sebagai alat akses dan evaluasi tindakan, serta mengadvokasi partisipasi yang dapat membantu proses perencanaan.

BAB III. BERAGAM PENDEKATAN PERENCANAAN PANGAN DAN GIZI1.Sektoral dan MultisektoralPendekatan multi sektoral meliputi pendektan kebutuhan dasar manusia (basic human need) yaitu kebutuhan primer dan sekunder, pendekatan pembangunan yaitu SPM dan fisik/psikososial, pendekatan gizi masyarakat, dan pendekatan sistem (termasuk pendekatan triple A menurut Unicef). Pendekatan sistem menurut Unicef termasuk dalam kegiatan triple A yaituassessment,analysis, danaction.Assessmentmerupakan data pokok, lalu diikuti dengananalysis, kemudian adanyaactionyang dapat diwujudkan dalam bentuk program atau kegiatan sehingga dapat diperoleh output dalam pendekatan ini berupa penyelesaian masalah dan potensi.Assessmentmerupakan penyusunan kerangka pemikiran (causal model). Tahapanassessmentmeliputi identifikasi masalah gizi, dan menjawab pertanyaan tentang jenis masalah yang terjadi, prevalensi terjadinya masalah, individu yang terkena masalah, dimana dan kapan terjadinya masalah (berdasarkan golongan ekonomi dan diklasifikasikan dalam klasifikasi fungsi). Tahapananalysismeliputi dampak masalah bagi kehidupan masyarakat, klasifikasi penyebab masalah (faktor determinan), dan pencarian alternatif pemecahan masalah. Tahapanactionmeliputi usaha apa yang sudah, sedangm dan dilakukan, program gizi yang dikenal di Indonesia, jenis kegiatan program gizi, lembaga yang melakukan program gizi, dimana dilakukannya program. Contoh dari tahapan ini adalah dilakukannya program gizi dan program perbaikan jalan bagi distribusi pangan. Masalah pangan dan gizi merupakan masalah universal yang harus melibatkan dan memperhatikan semua objek.Pendekatan sektoral terbagi atas empat bagian yaitu kesehatan umum (public health), kesejahteraan sosial, pendidikan, dan produksi makanan. Pendekatan sektoral sesuai dengan cita-cita pembangunan nasional yaitu kesejahteraan rakyat. Bagian produksi makanan meliputi kecenderungan produksi dan penyediaan pangan, kecenderungan permintaan konsumsi pangan, pertimbangan gizi, dan kombinasi PPH. Pola pangan harapan (PPH) memiliki bagian penting dalam perencanaan (konsumsi) pangan. Menurut FAO-RAPA (1989), PPH adalah jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi. Tujuan PPH adalah suatu rasionalisasi pola konsumsi pangan yang dianjurkan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan pangan (bagi penduduk/manusia). Kegunaan dari PPH adalah menilai konsumsi atau ketersediaan pangan baik dari segi jumlah, mutu, dan komposisi, serta sebagai alat untuk perencanaan konsumsi atau ketersediaan pangan.Terdapat keunggulan dan kelemahan dari pendekatan perencanaan (konsumsi) pangan. Alat atau indikator yang digunakan pada pendekatan perencanaan pangan adalah PPH, tren permintaan , dan tren produksi. Aspek yang diukur adalah dasar pendekatan masing-masing alat, relevansi dengan tujuan ketahanan pangan, mutu gizi, diversif pangan dan gizi, kemudahan, dan waktu. Berdasarkan aspek dasar pendekatan, tren permintaan dan tren produksi sama-sama memiliki pendekatan sesuai dengan perilaku konsumen sedangkan pada PPH direkayasa sesuai dengan perilaku konsumen dan produsen memerlukan intervensi pendidikan. Pada aspek relevansi dengan tujuan ketahanan pangan, tren permintaan dan tren produksi sama-sama kurang relevan sedangkan indikator PPH sangat relevan terhadap tujuan ketahanan pangan. Berdasarkan aspek mutu gizi, tren permintaan dan tren produksi belum tentu memiliki mutu gizi sedangkan indikator PPH memiliki mutu gizi yang sesuai dengan anjuran gizi. Pada aspek diversif pangan dan gizi, tren permintaan dan tren produksi belum tentu terpenuhi sedangkan PPH sudah terpenuhi diversif pangan dan gizi. Berdasarkan aspek kemudahan, PPH sudah relatif namun ada indikator tunggal sedangkan tren permintaan dan tren produksi relatif saja. Pada aspek waktu, indikator tren permintaan dan tren produksi terjadi ketimpangan antar kelompok pangan sedangkan pada indikator PPH terdapat keseimbangan antara kelompok pangan.Proses perencanaan (konsumsi) pangan dengan pendekatan PPH memiliki tahapan. Keseluruhan tahapan pada proses tersebut berinti pada kebutuhan (konsumsi) jangka panjang yaitu PPH 2020. Kebutuhan (konsumsi) jangka panjang tersebut berdampak pada kondisi sekarang (tren produksi, ketersediaan, konsumsi pangan dan gizi), kondisi yang diharapkan yaitu AKG (ketahanan pangan dan gizi berkelanjutan), kebijakan dan regulasi global, nasional, dan local, perencanaan kebutuhan konsumsi pangan jangka pendek menuju harapan (PPH tahun 2005), pendapatan, potensi agroekologi, potensi agroindustri dan ekspor, serta laju pertumbuhan penduduk.Dasar pemikiran PPH sama dengan konsep gizi seimbang. Kemiripan dasar pemikiran PPH dengan konsep gizi seimbang yaitu antara asupan (konsumsi) zat gizi dan kebutuhannya, jumlahnya antar kelompok pangan, serta jumlahnya antar waktu makan untuk mencapai hidup sehat. Ketiga hal tersebut dapat diperoleh dengan cara mengkonsumsi bermacam-macam makanan dalam jumlah yang cukup dan seimbang dengan waktu yang tepat. Ragam pangan yang dikonsumsi harus terdiri dari zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral). Fungsi dari ketiga bahan pangan tersebut dikenal sebagai Tri Guna Makanan (konsep dasar gizi seimbang). Bahan pangan sumber energi dapat diperoleh dari beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti, mie, pisang. Bahan pangan sumber zat pembangun dapat diperoleh dari ikan, telur ayam, daging, susu, keju, kacang-kacangan, tempe, tahu, dan oncom. Bahan makanan sumber zat pengatur dapat diperoleh dari sayuran dan buah-buahan.Melalui PPH, perencanaan konsumsi pangan penduduk tidak hanya memenuhi kecukupan gizi (nutritional adequancy) tetapi juga mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutritional balance), cita rasa (palatability), daya cerna (digestibility), daya terima masyarakat (acceptability), kuantitas, dan kemampuan daya beli (affordability). Melalui metode PPH maka mutu pangan dapat dinilai berdasarkan skor pangan (dietary score). Menurut konsep gizi seimbang, b persentase ketiga zat penting dalam tubuh yaitu zat pembangun sebesar 100/3 %, zat pengatur sebesar 100/3 %, dan zat tenaga sebesar 100/3 %. Hal tersebut setara dengan lauk pauk sebesar 100/3 %, sayur dan buah sebesar 100/3 %, dan pangan pokok sebesar 100/3 %. Skor PPH dapat digunakan untuk menghitung bobot atau rating bahan pangan. Perhitungan tersebut dapat dilakukan pada setiap golongan bahan pangan misalnya pada golongan sumber zat tenaga diambil rataan sebesar 33,3%, pada golongan sumber zat pembangun diambil rataan sebesar 33,3%, dan pada golongan sumber zat pengatur diambil rataan sebesar 33,3%. Hal tersebut dilakukan agar tercapai konsep gizi seimbang dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi manusia.Data konsumsi digunakan sebagai data dasar perencanaan pangan. Hal tersebut diterapkan pada langkah perencanaan pangan wilayah dengan pendektan PPH berdasarkan data konsumsi pangan. Data yang digunakan adalah data konsumsi (data Susenas/SG/PPKP). Data konsumsi tersebut kemudian dievaluasi skor dan komposisi PPHnya lalu dilakukan proyeksi skor dan komposisi PPH. Setelah dilakukan proyeksi skor dan komposisi PPH maka dilakukan proyeksi konsumsi pangan yang diikuti dengan proyeksi penyediaan pangan dan strategi implementasi. Tahapan yang telah dijelaskan diatas merupakan langkah-langkah dalam perencanaan pangan wilayah yang dibagi dalam tiga langkah yaitu identifikasi masalah, analisis masalah, dan perencanaan program perbaikan konsumsi pangan.Data ketersediaan pangan juga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pangan yang diterapkan dalam langkah perencanaan pangan wilayah dengan pendekatan PPH berdasarkan data ketersediaan pangan. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu mengambil data ketersediaan pangan dari NBM, dilakukan evaluasi skor dan komposisi PPH, dihitung proyeksi skor dan komposisi PPH serta proyeksi penyediaan pangan. Kemudian berdasarkan perhitungan proyeksi penyediaan pangan ditentukan proyeksi dan targe produksi pangan serta proyeksi konsumsi pangan yang berimplikasi terhadap pembangunan daerah. Tahapan yang telah dijelaskan diatas memiliki kemiripan dengan perencanaan dengan data konsumsi sebagai data dasar. Langkah-langkah dalam perencanaan pangan wilayah berdasarkan data ketersediaan pangan dibagi dalam tiga langkah yaitu identifikasi masalah, analisis masalah, dan perencanaan program perbaikan ketersediaan pangan.Langkah pertama dalam perencanaan pangan wilayah adalah identifikasi masalah. Pada langkah ini, diidentifikasi jenis dan besar masalah konsumsi pangan pada waktu tertentu (pemenuhan gizi seimbang: kuantitas/AKE dan kualitas: PPH). Selain itu hal yang diidentifikasi adalah penderita masalah konsumsi pangan pada waktu tertentu (klasifikasi fungsi). Berdasarkan data hasil interpretasi kontribusi energi tiap kelompok pangan diperoleh interpretasi bahwa kelompok pangan padi-padian memiliki nilai surplus jika dibandingkan dengan kelompok bahan pangan lainnya. Hal tersebut ditunjukkan dari jumlah kontribusi pada golongan padi-padian yang memiliki nilai paling tinggi diantara kesembilan golongan bahan pangan.Prioritas masalah memperhatikan tiga aspek yaitu pentingnya masalah, kelayakan teknologi, dan sumberdaya yang tersedia. Menurut teknik kimia matriks, nilai prioritas masalah (P) dapat dihitung dengan cara mengalikan antara pentingnya masalah (I), kelayakan teknologi (T), dan sumberdaya yang tersedia (R). Skor prioritas masalah tergantung pada nilai setiap aspek yang dipengaruhinya. Misalnya untuk aspek pentingnya masalah (I) ditentukan nilai 5 untuk kategori sangat penting, nilai 3 untuk kategori penting, dan nilai 1 untuk kategori kurang penting. Contoh pemberian nilai untuk kelayakan teknologi (T) yaitu nilai 5 untuk sangat sulit, nilai 3 untuk sulit, dan nilai 1 untuk mudah.Klasifikasi fungsional merupakan metode untuk menentukan kelompok yang beresiko mengalami kekurangan pangan (at riskgroups) yang berguna dalam penyusunan target (sasaran) suatu proyek atau kegiatan. Klasifikasi fungsi yang dapat ditentukan yaitu administrasi wilayah, zona ekologi, status ekonomi dari kelompok tertentu dalam populasi, karakteristik demografi dalam kelompok resiko, dan pola kekurangan pangan. Klasifikasi fungsional software analisis situasi dan perencanaan pangan wilayah yaitu karakteristik spasial, karakteristik ekonomi, dan karakteristik agroekologi.Langkah kedua dalam perencanaan pangan wilayah adalah analisis masalah. Pada analisis masalah digunakancausal model(faktor penyebab) yang dapat menggambarkan rangkaian faktor yang menyebabkan masalah konsumsi pangan. Contohcausal modeladalah faktor penyebab masalah kurang gizi pada balita menurut Unicef (1990) disebabkan oleh asupan zat gizi yang rendah dan adanya penyakit infeksi (penyebab langsung). Penyebab terjadinya masalah kurang gizi pada balita secara tidak langsung adalah ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga rendah, perawatan anak dan ibu hamil tidak maksimal, dan rendahnya pelayanan kesehatan. Masalah dasar pada hal tersebut adalah krisis politik dan ekonomi sedangkan yang menjadi masalah utama adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan rendah, dan kesempatan kerja rendah.Langkah ketiga dalam perencanaan pangan wilayah adalah perencanaan program perbaikan ketersediaan pangan. Pada langkah ini ditentukan proyeksi skor dan komposisi PPH dengan interpolasi linier yaitu:St = S0 + n(S2020-S0)/dtketerangan: St : skor mutu pangan tahun t S0 : skor mutu pangan tahun awal S2020 : skor mutu pangan pada tahun 2020 dt : selisih waktu antara tahun 2020 dengan tahun awal n : selisih tahun yang dicari dengan tahun dasarBerdasarkan rumus diatas dapat dihitung proyeksi proporsi masing-masing kelompok pangan. Proyeksi kontribusi energi setiap kelompok pangan (%) dapat dihitung dengan persamaan:%AKE thn dasar + n(%AKE thn 2020 - %AKE thn dasar)/dt

keterangan: n : selisih tahun yang dicari dengan tahun dasar dt : selisih waktu antara tahun 2020 dengan tahun awalBerdasarkan persamaan tersebut, dihitung proyeksi kebutuhan energi muali dari tahun 2005 hingga tahun 2020 dan diperoleh beberapa penurunan dan peningkatan pada tiap golongan bahan pangan yang berbeda. Proyeksi rata-rata konsumsi energi (Kal/Kap/Hari) dapat dihitung dengan persamaan:Rata-rata energi thn dasar + n(rata-rata energi thn 2020 rata-rata energi thn dasar)/dtketerangan: n : selisih tahun yang dicari dengan tahun dasar dt : selisih waktu antara tahun 2020 dengan tahun awalSedangkan proyeksi jumlah konsumsi pangan (gr/kap/hari) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini.Jumlah thn dasar + n(jumlah thn 2020 jumlah thn dasar)/dtPada perhitungan proyeksi jumlah konsumsi pangan (gr/kap/hari) berdasarkan komoditas dilakukan tahap perhitungan yaitu menghitung kontribusi energi tiap komoditas terhadap kelompok pangan, menghitung energi tiap komoditas terhadap kelompok pangan, dan mengkonversi proyeksi konsumsi energi menjadi konsumsi pangan dengan DKBM. Perhitungan proyeksi konsumsi pangan berdasarkan komoditas dapat dihitung dengan satuan ton/hari, ton/minggu, ton/bulan, ton/tahun tergantung pada proyeksi konsumsi pangan yang ingin dihitung per waktunya.

2.Perencanaan Pangan dan Gizi secara PartisipatifPerencanaan pangan dan gizi secara partisipatif merupakan perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah dan sebagai aplikasi pembangunan berkelanjutan antara lain memperhatikan aspek sosial. Pembangunan pangan untuk mendorong dan memfasilitasi peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga, daerah dan nasional sesuai dengan sumberdaya serta budaya lokal yang berorientasi agribisnis. Pembangunan pangan secara partisipatif memiliki pertimbangan yang mengacu pada UU No 7/1996. Berdasarkan undang-undang, terdapat delapan pengaruh utama pembangunan yang bertujuan untuk keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan. Pembangunan kesehatan memiliki pendekatanprimary health care(paradigma sehat) sebagai strategi untuk mencapai kesehatan dari pelayanan kuratif rehabilitatif menjadi promotif preventif tanpa melupakan kuratif rehabilitatif dan bekerja untuk masyarakat pada awalnya menjadi bekerja untuk dan bersama masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (patient orientedmenjadicommunity oriented).Paradigma dalam perencanaan pembangunan terdiri atas politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah dan bawah-atas. Politik merupakan sebuah penjabaran agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Paradigma teknokratik dengan menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas pada suatu bidang urusan pemerintahan. Partisipatif melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki, dapat dilakukan dengan pendekatan terhadap teknokratik dan politik. Sedangkan bottom up dan top down dilakukan berdasarkan jenjang pemerintah.Partisipatif merupakan peran serta masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, memanfaatkan hasil dan pengambilan keputusan.Peran serta masyarakatadalah proses dimana individu, keluarga, lembaga swadaya masyarakat dan dunia usaha.peran masyarakat dalam pembangunan antara lain mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan sendiri, keluarga dan masyarakat, mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan sendiri dan masyarakat, sehingga termotivasi untuk memecahkan berbagai masalah kesehatan yang dihadapinya, dan menjadi agen/perintis pembangunan dan pemimpin dalam penggerakan kegiatan masyarakat di bidang kesehatan yang dilandasi dengan semangat gotong-royong.Perencanaan partisipatif terdapat nilai tambah didalam perencanaan. Berdasarkan Nurcholis, nilai tambah dalam perencanaan partisipatif terdiri atas efisien, efektif, menjalin kemitraan, meningkatkan kapasitas, memperluas ruang lingkup, meningkatkan ketepatan kelompok sasaran dan berkelanjutan. Perencanaan partisipatif terdiri dari beberapa tingkatan yaitu pemberitahuan (informing)yang diputuskan oleh orang luar dan diberitahu kepada masyarakat, pengumpulan informasi(information gathering), perundingan(consultation)dengan dilakukan rundingan antara pihak luar dengan masyarakat melalui forum terbuka, plakasi/konsiliasi (Placation/Conciliation),Kemitraan(partnership),dan Mobilisasi dengan kemauan sendiri(self-mobilization).Strategi pembangunan PSM melalui rekayasamanusia dan rekayasa social, secara terpadu dengan penekanan sasaran berbeda.Berdasarkanteori Rogers,innovation decision processmerupakanproses kejiwaan yang dialami individu sejak pertama kali memperoleh informasi tentang inovasi sampai pada saat dia menerima atau menolak inovasi. Strategi peningkatan PSM dengan cara pemberdayaan, pembinaan suasana dan dengan pendekatan pimpinan. Tujuan strategi tersebut mengharapkan terjadinya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan UKBM, pengembangan pendapat umum, opini, norma/nilaidan persetujuan serta dukungan. Peningkatan PSM menggunakan cara penyuluhanperorangan, kelompok, pendekatan perorangan dan kelompok, serta konsultasi dan pertemuan informal/ formal. Pemberdayaan merupakan suatu proses yang dapat menghasilkan kemandirian masyarakat. Proses pemberdayaan memerlukan berbagai persyaratan sepertikondisi keterbukaan, penguatan kemampuan, kritikal, reflektif, imaginative, kolaboratif, dialog, interaksi,kebebasan untuk membuat pilihan, saling menghormati, milik bersama.Oleh karena itu terdapat tiga cara pemberdayaan yaitumenciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembanng,memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakatsertamelindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.Peran serta masyarakat dapat diwujudkan melalui tiga kegiatan utama yaitu kepemimpinan, pengorganisasian, pendanaan. Perencanaan partisipatif memiliki beberapa tahapan dalam kegiatan. Pertama, analisis situasi yang dilakukan melalui pendekatan tokoh masyarakat secara personal dan pengumpulan data/pandangan/pendapat masyarakat dengan cara mengundang pembicara dari daerah lain untuk mengemukakan kemajuan di daerahnya. Kedua, perumusan masalah yang dilakukan dengan melihat keadaan kesenjangan dari keterjangkauan dan tingkat perkembangan. Ketiga, intervensi dalam bentuk kegiatan merupakan implementasi dari rangkaian proses yang dimulai dari analisis sampai pencairan anggran dan pelaksanaan intervensi harus menerapkan pendekatan kemasyarakatan dan hubungan antar manusia yang baik. Keempat, forum komunikasi yang dibentuk untuk kegiatan pemantauan dan evaluasi. Pemantauan dapat dilakukan merupakan supervisi dan bimbingan teknis serta analisis dari pelaporan yang masuk.Pelaku perencanaan & pelaksanaan ketahanan pangan terdiri atas pemerintah yang memiliki tugas dalam melakukan kebijakan, promosi dan dukungan. Pihak swasta atau stakeholder yang memiliki tugas dalam memberikan promosi, kegiatan dan bantuan. Kemudian, akademis atau perguruan tinggi dalam membantu penelitian, perkembangan dan sosialisasi. Terakhir adalah masyarakat untuk menerapkan kegiatan atau program yang telah di rencanakan, sosialisasikan serta melakukan perkembangan ke arah yang lebih baik.