Review Jurnal Gizi Desember

download Review Jurnal Gizi Desember

of 10

Transcript of Review Jurnal Gizi Desember

NAMA NIM

STEFANUS 8938

SISWOYO

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada Yogyakarta

REVIEW Makanan yang dikonsumsi oleh setiap individu pada dasarnya mempengaruhi gizi dan kesehatan individu tersebut termasuk kesehatan mulut di dalamnya. Secara nyata, ketiga faktor tersebut termasuk jenis makanan, pola makan, dan sebagainya saling mempengaruhi hingga menghasilkan output yang nantinya dapat dirasakan oleh individu tersebut. Pola makan seseorang memainkan peranan penting dalam tindakan pecegahan penyakit mulut dan gigi termasuk karies, erosi gigi, penyakit karena kelainan pada mukosa di mulut ,dan penyakit periodontal lainnya. Kekurangan zat gizi meningkatkan kecenderungan tingkat infeksi dan sakit pada mucosal mulut dan penyakit periodontal, hal ini, memberikan kontribusi yang besar pada berbagai macam penyakit yang dapat mengganggu kehidupan manusia. Kekurangan zat gizi ini dihubungkan dengan perkembangan terhadap rusaknya enamel yang meningkatkan kerentanan karies pada seseorang. Erosi gigi juga diperkirakan memilikki tingkat yang sama dengan hal tersebut. Hal-hal yang dapat diamati pada kehidupan nyata, seperti kebiasan mengkonsumsi softdrink, adalah sumber utama dari asam dalam setiap pola konsumsi di Negaranegara maju, sebagai faktor yang signifikan. Dari bukti-bukti yang diyakini dan yang telah diuji kebenarannya melalui percobaan pada hewan, pengamatan pada manusia, dan pembelajaran intervensi manusia menunjukkan bahwa gula adalah faktor utama yang menyebabkan karies gigi. Disamping peran yang pasti dari fluoride dalam pencegahan karies, hal ini tidak mengeliminasi karies gigi dan banyak kelompok dalam masyarakat tidak mengekspos pada jumlah yang optimal dari fluoride. Pengaturan dari jumlah gula yang dikonsumsi, adalah tindakan pencegahan karies yang penting. Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa ketika gula yang dikonsumsi lebih kecil dari 15/kg/orang tiap tahun, tingkat karies gigi yang dialami seseorang itu rendah.

Disamping penelitian dan pembelajaran pada hewan yang menyatakan bahwa gula starch yang terdapat pada makanan dan buah-buahan itu bersifat kariogenik, hal tersebut tidak didukung oleh data secara epidemiologis, yang turut menyatakan bahwa tinggi konsumsi dari makananmakanan yang mengandung gula starch , baik pada buah-buahan dan sayur-sayuran juga dihubungkan dengan rendahnya tingkat karies gigi. Mengikuti rekomendasi global yang mendorong peningkatan pola makan, khususnya makanan yang mengandung gula starch .sayuran, dan makanan bebas gula akan mempengaruhi kesehatan gigi seseorang secara umum. Sebagaimana pada umumnya, kesehatan mulut berhubungan dengan pola makan seseorang melalui banyak cara. Contohnya, nutrisi mempengaruhi perkembangan craniofacial dan mucosal mulut ,serta penyakit gigi yang mencakup karies gigi, kerusakan enamel, dan penyakit periodontal. Penyakit gigi pada umumnya menurunkan kualitas hidup seseorang secara langsung dan memiliki dampak negative pada kepercayaan dirinya dan keyakinan terhadap diri sendiri, mempengaruhi juga kemampuan makan dan kesehatan, kegelisahan, dan menurunkan fungsi sosial seseorang. Hal yang terakhir tersebut dapat dijelaskan sebagai suatu bagian bahwa orang yang kehilangan gigi mengurangi kemampuan seseorang untuk makan makanan yang bergizi seperti daging, dan rasa nikmat dari makanan pun ikut terpengaruh, serta menurunkan kepercayaan diri seseorang dalam bersosialisasi. Keterkaitan antara Pola Makan, Gizi, dan Penyakit Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pola makan yang salah dapet mempengaruhi status gizi seseorang dan secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan penyakit. Penyakit yang timbul dapat seperti gangguan pada jaringan periodontal, gangguan pada jaringan mukosa mulut, karies gigi, kerusakan enamel, dan lain-lain. Pada gangguan periodontal atau

yang sering disebut gum disease cenderung lebih sering terjadi pada penduduk yang kurang gizi ( status gizi rendah ), dimana, peran dari nutrisi dalam menjaga dan mempertahankan respon imun tersebut. Gangguan pada jaringan periodontal dihubungkan dengan bertambahnya produksi dari spesies oksigen yang reaktif, menyebabkan kerusakan pada sel host dan jaringan. Nutrisi antioksidan , contohnya, asam askorbad ( vitamin C ) , beta-karoten dan alpha-tocopherol ( vitamin E ) adalah buffer yang penting dari oksigen yang reaktif dan ditemukan dalam banyak buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian. Selain itu, defisiensi dari vitamin C yang akut dapat menyebabkan scurvy yang berhubungan pada periodontitis. Selanjutnya, defisiensi pada mikronutriens, contohnya vitamin B, yang nampak di dalam mulut dan mencakup glossitis, chelitis, angular stomatitis. Kekurangan gizi memperburuk tingkat keparahan dari infeksi yang terjadi dalam mulut dan memberikan kontribusi terhadap penyakitpenyakit lain yang dapt menginfeksi kehidupan manusia. Seiring dengan meningkatnya tingkat keparahan, maka kanker mulut menduduki peringkat atas dari tingkat tersebut. Kanker mulut, dapat dicegah dengan mengatur secara benar dan sungguh-sungguh pada pola makan setiap orang. Misalnya, pada kandungan zat besi , selenium, vitamin E, A dan beta-karoten mempengaruhi hal tersebut tetapi masih samar-samar, tetapi yang paling penting adalah peran dan manfaat dari vitamin C. Disampinng itu, mengkonsumsi makanan panas yang baru keluar dari proses masak dan minuman meningkatkan resiko kanker mulut, khususnya juga pada makanan yang dipanggang, sehingga, makanan yang paling sehat dan aman dikonsumsi adalah buah-buahan dan sayur-sayuran. Pada penelitian epidemiologis yang telah dilakukan, resiko kanker mulut berkurang seiring dengan peningkatan konsumsi buah dan sayur pada tiap individu. Hal ini menunjukkan bahwa suatu efek yang lebih kuat dari buah dan sayus, khususnya buah jeruk ( citrus ).

Pada pembelajaran kasus selanjutnya, ditemukan pula hubungan antara status imun seseorang dengan gejala pada mulut akibat HIV/AIDS ( human immunodeficiency virus / acquired immunodeficiency syndrome ). Status gizi yang rendah atau buruk dapat mengakibatkan memburuknya system imun dalam tubuh seseorang sehingga lebih mudah terserang HIV , dan memungkinkan peningkatan laju perkembangan dari gejala-gejala yang terjadi dalam mulut yang mencakup proses ulceration, candidiasis, drug-induces xerostomia,dan neoplasms. Manifestasi yang mucul pada mulut akibat dampak HIV yang memperburuk gizi dari makanan yang dikonsumsi sebagai hasil dari luka di mulut, mulut kering, disfagia, dan kasus-kasus yang muncul akibat neoplasma, obstruksi. Intervensi gizi bersama dengan perawatan mulut adalah penting untuk mencegah pasien mengalami gangguan yang diakibatkan oleh keduanya. Dalam tata hubungan antara kedua subjek tersebut, status gizi mempengaruhi gigi pada masa pre-erupsi, meskipun pengaruh yang muncul kurang penting daripada masa post-erupsi local sebagai dampak dari pola makan seseorang. Selanjutnya, defisiensi vitamin D dan A serta KEP ( kekurangan energy dan protein) dihubungkan oleh enamel hypoplasia dan atropi kelenjar saliva, dan keduanya meningkatkan kerentanan dari karies gigi. Menelan fluoride yang berlebihan selama proses pembentukan enamel dapat menyebabkan fluorosis. Erosi gigi adalah peristiwa hilangnya jaringan keras gigi ( enamel dan dentin ) yang bersifat irreversible dan secara kimiawi disebabkan oleh asama dalam suatu proses yang tidak melibatkan bakteri. Asam-asam yang terdapat dalam makanan mencakup citric, phosphoric, ascorbic, malic, tartaric, oxalic, dan asam karbonat. Asam-asam tersebut mudah ditemukan, misalnya terdapat dalam buah-buahan, jus buah, soft drink, dan cuka. Pembelajran observasional di manusia telah menunjukkan hubungan antara erosi gigi dengan konsumsi asam yang terdapat dalam makanan dan minuman seperti terdapat dalam jus buah, softdrinks, cuka, buah jeruk, dan buah beri

(berries). Semakin sering seseorang mengkonsumsi softdrink, semakin pula kecenderungan erosi gigi ini terjadi. Selain itu, buah-buahan dan softdrink menyebabkan erosi gigi, meskipun jus buah tersebut 3-10 kali lebih merusak daripada buah-buahan yang utuh. Disini WHO menyimpulkan bahwa konsumsi softdrink menjadi penyebab dari erosi gigi dan buah jeruk menjadi penyebab yang memungkinkan erosi gigi ini terjadi. Dental caries yang disebut juga karies gigi, dalam negara-negara berkembang telah meningkat jumlah prevalensinya karena diiringi oleh peningkatan jumlah konsumsi gula. Karies gigi terjadi karena demineralisasi enamel dan dentin oleh asam organic yang dibentuk bakteri di dalam plak yang terdapat pada gigi melalui metabolism anaerobic dengan memakai gula tersebut, karena gula tetap menjadi faktor penyebab utama karies pada manusia. Dalam penelitian yang dilakukan di berbagai negara, menunjukkan hasil yang sama bahwa tingginya tingkat konsumsi gula menjadi penyebab karies yang diderita oleh pasien. Penelitian lain menunjukkan pula bahwa terdapat kelompok-kelompok orang dengan kebiasaan konsumsi gula yang tinggi juga memilikki tingkat karies yang tinggi pula, oleh sebab itu beberapa kelompok dalam masyarakat lebih menggunakan gula starch yang memilikki prevalensi lebih rendah. Dilanjutkan pula penelitian oleh Vipeholm, yang berhasil mengeluarkan pernyataan berkaitan dengan hal tersebut. Penelitian tersebut dilakukan pada orang dewasa dengan menginvestigasi dampak dari konsumsi makanan mengandung gula dengan kekentalan yang berbeda dan frekuensi yang berbeda. Selanjutnya, mereka menyimpulkan bahwa gula memilikki pengaruh yang kecil terhdap karies gigi jika dikonsumsi dengan dengan makanan lain tidak lebih dari 4 kali sehari. Peningkatan frekuensi dari konsumsi gula dengan makanan, telah dijadikan sebagai suatu penanda yang meningkatkan pula kecenderungan karies gigi seseorang. Selain itu, peningkatan progresi dari karies gigi dapat dihentikan dengan pengurangan konsumsi

gula setiap harinya. Selain itu, penelitian yang lain juga menyimpulkan bahwa penggantian penggunaan gula sukrosa dengan menggunakan xylitol ( pemanis non kariogenik ) dapat menurunkan potensi karies gigi 85%. Banyak pembelajaran secara epidemiologis yang mempelajari hubungan antara jumlah gula yang dikonsumsi dengan karies gigi menghasilkan kesimpulan yang samar-samar. Bagaimanapun juga, pembelajaran tersebut tidak mencerminkan peran dari pola makan dalam perkembangan karies secara benar. Oleh karena itu, USA and United Kingdom berhasil membuat penelitian yang menyatakan tentang hubungan antara jumlah gula yang dikonsumsi dengan perkembangan karies, dengan perbedaan yang signifikan dalam tingkat karies diantara orang-orang yang banyak mengkonsumsi gula dengan orang-orang yang sedikit mengkonsumsi gula. Pentingnya frekuensi dari konsumsi gula bertentangan dengan jumlah keseluruhan dari gula yang dikonsumsi sulit untuk dievaluasi, kedua variabel tersebut sulit untuk dinilai secara terpisah, namun keduanya mempengaruhi perkembangan karies pada setiap orang. Jenis-jenis gula yang dikonsumsi juga merupakan faktor yang penting, misalnya, gula yang dikonsumsi berupa sukrosa, laktosa, atau fruktosa juga mempengaruhi perkembangan karies. Selanjutnya, kata-kata free sugar ( bebas gula ) mengacu pada semua monosakarida dan disakarida yang ditambahkan pada makanan oleh pabrik, koki, dan yang secara alami sudah terdapat pada madu, jus buah, dan sirup. Bebas gula disini mengacu pada semua buah, sayur, dan susu. Polimer glukosa dan oligosakarida yang tidak dapat dicerna meningkat ketika digunakan dalam makanan. Lebih jauh lagi, polimer glukosa memilikki potensi kariogenik , isomaltooligosakarida dan glukooligosakarida kurang bersifat asam daripada sukrosa.

Fluoride sudah tidak diragukan lagi melindungi gigi dari karies, tetapi fluoride tidak mengeliminasi atau memindahkan penyebabnya, yaitu gula. Selain itu, orang-orang dari berbagai penjuru dunia kurang memahami tentang fluoride ini. Penjelasan tentang manfaat fluoride yang berhubungan dengan reduksi dari konsumsi gula telah menunjukkan adanya efek/dampak tambahan dalam pengurangan karies. Sehingga, pentingnya dari konsumsi gula dalam masyarakat diiringi dengan penggunaan fluoride untuk menyeimbangkan dampak yang terjadi. Pada perkembangan selanjutnya, secara epidemiologis menunjukkan bahwa starch dapat memberikan resiko penyakit yang rendah pada kesehatan gigi. Orang-orang yang mengkonsumsi starch dalam jumlah yang tinggi / gula rendah kalori secara umum memilikki resiko yang rendah juga terhadap karies, karena penelitian menunjukkan bahwa starch memilikki sifat kariogenik yang rendah, namun, apabila starch dimasak selama 20-30 menit, maka starch memilikki potensi karies seperti sukrosa, dan apabila keduanya dicampur akan memilikki sifat kariogenik yang lebih besar daripada gula biasa. Selanjutnya, perubahan yang terjadi dalam produksi asam dalam plak saat mengonsumsi makanan, telah menunjukkan bahwa, starch yang terdapat dalam makanan tersebut dapat mengurangi pH plak dibawah tingkatan yang dihubungkan dengan demineralisasi enamel. Ukuran pH plak lebih menunjukkan tingkat produksi asam daripada perkembangan karies. Selanjutnya, penggunaan elektroda yang hipersensitif yang dapat memberikan respon terhadap semua jenis karbohidrat. Kesimpulan yang didapat adalah buahbuahan tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan karies, dan buah-buahan tersebut jika dikonsumsi terlalu sering dapat menyebabkan karies tetapi tidak secepat sukrosa. Selain hubungan antara lemak dengan gula, ada keuntungan lain apabila mengubah konsumsi lemak dan free sugar dengan mengurangi konsumsi lemak yang diiringi dengan peningkatan konsumi starch, bukan gula. Peningkatan konsumsi dari makanan yang terbuat dari gandum,

buah-buahan, dan sayuran serta pengurangan konsumsi free sugar tidak mungkin menyebabkan peningkatan konsumsi lemak. Ketika konsumsi gula kurang dari 10 kg/orang pada tiap taunnya, tingkat dari karies gigi seseorang itu rendah. Penelitian telah menunjukkan secara konsisten bahwa konsumsi gula secara berlebihan ( melebihi 15 kg/orang tiap tahunnya) , menyebabkan peningkatan karies gigi dan terjadinya post-erupsi lebih cepat dan proses yang berjalan lebih cepat ). Pemerintah menyarankan bahwa negara yang memiliki tingkat konsumsi gula yang rendah , tidak seharusnya untuk meningkatkan konsumsinya tersebut, dan frekuensi dari konsumsi free sugar dibatasi 4 kali sehari atau kurang, karena tingginya frekuensi dapat menyebabkan tingginya tingkat karies pada seseorang. Selanjutnya, muncul tindakan pencegahan karies dengan menggunakan keju. Susu sapi murni mengandung kalsium, phosphor , dan kasein, dan semuanya itu menghambat karies dan plak pH . Hal tersebut dihubungkan dengan rendahnya tingkat karies gigi dengan dasar bahwa makanan yang memacu air ludah , ermasuk gandun, kacang, keju, dan permen karet dapat melindungi gigi melawan kebusukan. Pada akhirnya, pemerintah menyarankan adaya tingkat maksimum dari konsumsi free sugar karena ketika konsumsi tersebut oleh masyarakatt kurang dari 15-20 kg/orang pada tiap tahunnya menyebabkan rendahnya tingkat karies gigi. Selanjutnya, peningkatan ekspos dari manfaat dan penggunaan fluoride untuk mencegah terjadi karies yang semakin buruk, serta untuk meminimalisasi erosi gigi , pengonsumsian softdrink harus dibatasi. Peningkatan konsumsi lebih pada buah-buahan , sayur-sayuran, gandum, makanan yang mengandung-starch dan rendah gula serta rendah lemak memberikan manfaat lebih baik bagi

kesehatan manusia termasuk kesehatan gigi, karena hal tersebut dapat membantu mencegah penyakit periodontal, karies, kanker mulut, dan penyakit mulut lainnya.