Review interpretasi ruang

49
1 REVIEW MATERI “MENGGUNAKAN DAN MENGGAMBAR PETA DASAR” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256) Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl. GE, MT. Dikerjakan Oleh : Dwitantri Rezkiandini Lestari 21040112130071 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013

description

 

Transcript of Review interpretasi ruang

Page 1: Review interpretasi ruang

1

REVIEW MATERI

“MENGGUNAKAN DAN MENGGAMBAR PETA DASAR” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256)

Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl. GE, MT.

Dikerjakan Oleh :

Dwitantri Rezkiandini Lestari

21040112130071

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 2: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

2

KULIAH 1

Menggunakan dan Menggambar Peta Dasar

A. Pengertian Umum Peta

Peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil

dengan skala sebagimana kenampakannya jika dilihat dari atas, dan ditambah

tulisan-tulisan dan simbol sebagai pengenal agar mudah dibaca (Raiz, Tanpa

Angka Tahun)

B. Hakekat Peta

1. Peta adalah alat peraga.

2. Melalui alat peraga itu, seorang penyusun peta ingin menyampaikan idenya

kepada orang lain.

3. Ide yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan

kedudukannya dalam ruang.

4. Dengan cara menyajikannya ke dalam bentuk peta, diharapkan si penerima

ide dapat dengan cepat dan mudah memahami atau memperoleh

gambaran dari yang disajikan itu melalui matanya

C. Syarat Peta

1. Peta tidak boleh membingungkan.

2. Peta harus mudah dapat dimengerti atau ditangkap maknanya oleh si

pemakai peta.

3. Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya.

4. Peta hendaknya sedap dipandang (menarik, rapih dan bersih).

D. Fungsi Peta

1. Menunjukkan posisi atau lokasi relatif di permukaan bumi.

2. Memperlihatkan ukuran.

3. Memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi.

4. Menyajikan data tentang potensi suatu daerah.

Page 3: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

3

E. Tujuan Pembuatan Peta

1. Komunikasi informasi ruang.

2. Menyimpan informasi.

3. Membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, atau

perencanaan.

4. Membantu dalam pembuatan suatu desain, misalnya desain jalan.

5. Analisis data spasial, misalnya perhitungan volume

F. Jenis-jenis Peta

Berdasarkan isinya :

a. Peta Umum

Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara

umum. Peta umum ada 2 jenis yaitu:

Peta topografi dan

Peta chorografi

b. Peta khusus atau tematik

Peta khusus adalah peta yang menggambarkan kenampakan-

kenampakan (fenomena geosfer) tertentu, baik kondisi fisik maupun

sosial budaya.

Berdasarkan penggunaannya peta dapat di bagi menjadi :

a. Peta dasar. Peta dasar biasanya digunakan untuk membuat peta

turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu

wilayah. Peta dasar umumnya menggunakan peta topografi.

b. Peta tematik adalah peta yang terdiri dari satu atau beberapa tema

dengan informasi yang lebih dalam/detail. Peta tematik juga dapat

menunjukkan hampir semua jenis informasi yang beragam dari satu

tempat ke tempat lain.

Berdasarkan tujuannya :

a. Peta Pendidikan (Educational Map). Contohnya: peta lokasi sekolah

SLTP/SMU.

b. Peta Ilmu Pengetahuan. Contohnya: peta arah angin, peta penduduk.

Page 4: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

4

c. Peta Informasi Umum (General Information Map). Contohnya: peta

pusat perbelanjaan.

d. Peta Turis (Tourism Map). Contohnya: peta museum, peta rute bus.

e. Peta Navigasi. Contohnya: peta penerbangan, peta pelayaran.

f. Peta Aplikasi (Technical Application Map). Contohnya: peta

penggunaan tanah, peta curah hujan.

g. Peta Perencanaan (Planning Map). Contohnya: peta jalur hijau, peta

perumahan, peta pertambangan

Peta dapat digolongkan berdasarkan bentuknya yaitu:

a. Peta timbul, peta jenis ini menggambarkan bentuk permukaan bumi

yang sebenarnya, misalnya peta relief.

b. Peta datar (peta biasa), peta umumnya yang dibuat pada bidang datar,

misalnya kertas, kain atau kanvas.

c. Peta digital, peta digital adalah peta yang datanya terdapat pada suatu

pita magnetik atau disket, sedangkan pengolahan dan penyajian

datanya menggunakan komputer. Peta digital dapat ditayangkan melalui

monitor komputer atau layar televisi. Peta digital ini hadir seiring

perkembangan teknologi komputer dan perlatan digital lainnya.

Penyajian gambaran permukaan bumi pada suatu peta datar dapat digolongkan

dalam dua jenis bayangan grafis yaitu:

a. Peta Garis, bayangan permukaan bumi pada peta terdiri atas garis, titik,

dan area yang dilengkapi teks dan simbol sebagai tambahan informasi.

b. Peta Citra/Foto, bayangan permukaan bumi disajikan dalam bentuk

citra/foto yang merupakan informasi berasal dari sensor.

Data dan informasi yang disajikan pada suatu peta tergantung maksud dan

tujuan pembuatannya, sehingga peta dapat dibedakan atas:

a. Peta Topografi, peta yang menyajikan berbagai jenis informasi unsur-

unsur alam dan buatan permukaan bumi dan dapat digunakan untuk

berbagai keperluan pekerjaan. Peta topografi dikenal juga sebagai peta

dasar, karena dapat digunakan untuk pembuatan peta-peta lainnya..

Contoh peta yang digolongkan sebagai peta topografi:

Page 5: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

5

Peta planimetrik, peta yang menyajikan beberapa jenis unsur

permukaan bumi tanpa penyajian informasi ketinggian.

Peta kadaster/pendaftaran tanah, peta yang menyajikan data

mengenai kepemilikan tanah, ukuran, dan bentuk lahan serta

beberapa informasi lainnya.

Peta bathimetrik, peta yang menyajikan informasi kedalaman dan

bentuk dasar laut.

b. Peta Tematik, peta yang menyajikan unsur/tema tertentu permukaan

bumi sesuai dengan keperluan penggunaan peta tersebut. Data tematik

yang disajikan dapat dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif.

Contoh peta yang digolongkan sebagai peta tematik:

Peta diagram, pada peta ini subyek tematik yang berelasi

disajikan dalam bentuk diagram yang proporsional.

Peta distribusi, pada peta ini menggunakan simbol titik untuk

menyajikan suatu informasi yang spesifik dan memiliki kuantitas

yang pasti.

Peta isoline, pada peta ini menyajikan harga numerik untuk

distribusi yang kontinu dalam bentuk garis yang terhubung pada

suatu nilai yang sama.

Jenis peta berdasarkan skalanya

a. Peta kadaster, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 100 sampai

dengan 1 : 5.000. Contoh: Peta hak milik tanah.

b. Peta skala besar, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 5.000

sampai dengan 1: 250.000. Contoh: Peta topografi

c. Peta skala sedang, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 250.000

sampai dengan 1 : 500.000. Contoh: Peta kabupaten per provinsi.

d. Peta skala kecil, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 500.000

sampai dengan 1 : 1.000.000. Contoh: Peta Provinsi di Indonesia.

e. Peta geografi, yaitu peta yang memiliki skala lebih kecil dari 1 :

1.000.000. Contoh: Peta Indonesia dan peta dunia.

Page 6: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

6

Berdasarkan sumber datanya, peta dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Peta Induk (Basic Map). Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari

survei langsung di lapangan. Peta induk ini dapat digunakan sebagai

dasar untuk pembuatan peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula

sebagai peta dasar (basic map). Peta dasar inilah yang dijadikan

sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta lainnya.

b. Peta Turunan (Derived Map). Peta turunan yaitu peta yang dibuat

berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak

memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta turunan ini tidak bisa

digunakan sebagai peta dasar.

Jenis Peta Berdasarkan Keadaan Objek

a. Peta dinamik, yaitu peta yang menggambarkan labil atau meningkat.

Misalnya peta transmigrasi atau urbanisasi, peta aliran sungai, peta

perluasan tambang, dan sebagainya.

b. Peta stasioner, yaitu peta yang menggambarkan keadaan stabil atau

tetap. Misalnya, peta tanah, peta wilayah, peta geologi, dan sebagainya.

Jenis Peta Statistik

a. Peta statistik distribusi kualitatif, adalah peta yang menggambarkan

kevariasian jenis data, tanpa memperhitungkan jumlahnya, contohnya:

peta tanah, peta budaya, peta agama, dan sebagainya.

b. Peta statistik distribusi kuantitatif, adalah peta yang menggambarkan

jumlah data, yang biasanya berdasarkan perhitungan persentase atau

pun frekuensi. Misalnya, peta penduduk, peta curah hujan, peta

pendidikan, dan sebagainya.

.

Page 7: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

7

G. Komponen Peta Rupa Bumi

Pada dasarnya dalam sebuah Peta rupabumi Indonesia akan ditemui 2

informasi, yaitu :

Muka peta

Merupakan bagian pokok peta yang menunjukkan sejumlah

obyek yang ada di daerah tertentu dan termasuk informasi tersebut.

Informasi yang ditampilkan pada muka peta adalah kenampakan-

kenampakan yang menggambarkan unsur-unsur sebagai berikut :

Buatan manusia, seperti jalan, rel kereta api, bangunan sawah, dan

sebagainya.

Perairan, seperti laut, danau, rawa, sungai dan sebagainya.

Unsur alam, seperti gunung, bukit, pegunungan, lembah dan

sebagainya.

Tumbuhan, seperti hutan, semak belukar, padang rumput, dan

sebagainya

Page 8: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

8

Informasi tepi peta

Merupakan bagian peta yang berisi penjelasan secara detil, yang dapat

membentu menggunakan peta.

Keterangan :

1. Judul Peta

2. Petunjuk Letak Peta dan

Diagram Lokasi

3. Informasi Sistem Referensi

4. Informasi Pembuat dan Penerbit

Peta

5. Informasi Nama dan Nomor

Lembar Peta

6. Legenda

7. Keterangan Riwayat Peta

8. Petunjuk Pembacaan Koordinat

Geografi

9. Petunjuk Pembacaan Koordinat

UTM

10. Pembagian Daerah Administrasi

11. Skala Grafis

12. Singkatan dan Kesamaan Arti

Peta

13. Diagram Arah Utara

14. Nomor Lembar Peta Kiri Bawah

1

2

6

8

10 11 12 13 9

3

4

5

7

14

Page 9: Review interpretasi ruang

9

Judul Peta

Pada kolom judul peta, dapat ditemukan informasi sebagai berikut :

1. Judul Peta : Peta Rupabumi Indonesia

2. Skala : 1 : 25.000

3. Nomor Lembar : 1209-211

4. Nama Lembar :Gegerbitung

5. Edisi (Tahun Penerbitan/Pencetakan) : I-1999

Petunjuk Letak Peta dan Diagram Lokasi

Petunjuk letak peta menunjukkan nomor dan nama lembar peta terhadap

nomor dan lembar peta di sekelilingnya. Biasanya matrik petunjuk peta

berukuran 3x3, dan lembar peta yang sesuai judul berada di tengah-tengah.

Petunjuk letak peta sangat membantu pengguna dalam mencari nomor

lembar peta-peta yang bersebelahan.

Diagram lokasi berbentuk letak nomor peta pada area yang lebih luas,

misalnya bagian dari Provinsi Jawa Barat.

Informasi Sistem Referensi

Informasi sistem referensi terdiri dari informasi sistem proyeksi, sistem grid,

datum horizontal dan vertical, satuan tinggi, dan selang kontur.

Proyeksi peta adalah penggambaran sistematis dari garis-garis di atas

permukaan bidang datar untuk menggambarkan garis-garis paralel dari

Page 10: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

10

lintang dan garis-garis meridian dari bujur bumi dari sebagian permukaan

atau keseluruhan bola bumi. Proyeksi peta yang digunakan pada peta

rupabumi Indonesia adalah proyeksi Transverse Mercator (TM) sedangkan

sistem grid mengikuti sistem grid Universal Transverse Mercator (UTM).

Grid peta adalah sistem koordinat persegi panjang yang ditumpang

susun terhadap peta atau suatu penggambaran dari permukaan bumi yang

mempunyai karakteristik dan ketelitian tertentu, sehingga dapat

mengidentifikasi lokasi di permukaan bumi terhadap lokasi lainnya dan juga

dipakai untuk perhitungan arah dan jarak terhadap titik lain.

Datum yang dipakai biasanya datum horizontal dan datum vertikal.

Sesuai dengan perkembangan, Indonesia mengalami beberapa penggunaan

datum, misalnya Datum Indonesia 1974 (ID-1974). Saat ini, dipakai Datum

Geodesi Nasional 1995 (DGN-1995) atau WGS84 untuk peta bumi yang

dibuat setelah tahun 1995.

Informasi Pembuat dan Penerbit Peta

Informasi pembuat dan penerbit peta merupakan instansi yang bertanggung

jawab terhadap pembuatan dan peneribitan peta rupabumi Indonesia, dalam

hal ini adalah BAKOSURTANAL. Peta rupabumi produksi BAKOSURTANAL

ini juga dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta (Copy Rights) No. 19 tahun

2002.

Page 11: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

11

Informasi Nama dan Nomor Lembar Peta

Informasi nama sangat penting untuk memudahkan pengguna mencari lokasi

yang diinginkan. Nomor lembar dibuat secara sistematis untuk memudahkan

pencarian pada indeks peta.

Legenda

Suatu daftar atau tabel yang menunjukkan tanda-tanda atau simbol-simbol

konvensional yang digunakan pada peta disertai warna dan deskripsinya

ditampilkan di sebelah kanan tengah dari peta. Daftar ini lazim disebut

dengan keterangan atau legenda. Legenda peta dibuat untuk simbol-simbol

yang terdapat di dalam peta. Simbol di dalam peta dikelompokkan sebagai

berikut :

Gedung dan Bangunan Lainnya

Gedung dan bangunan yang dimaksudkan dalam hal ini antara lain

pemukiman, bangunan, tempat ibadah, kuburan, kantor, sekolah, dll. Simbol

bangunan yang berupa kotak segiempat berwarna hitam bukan berarti

menunjukkan sebagai rumah atau bangunan tunggal, melainkan merupakan

gambaran bahwa di lokasi tersebut terdapat bangunan-bangunan atau

kumpulan bangunan.

Informasi yang menyertai pemukiman atau bangunan biasanya berupa

teks yang menerangkan nama bangunan atau pemukiman tersebut. Jenis

Page 12: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

12

dan ukuran huruf yang dipakai untuk nama tempat (kota atau desa)

mempunyai arti penting untuk membedakan status kelas tempat tersebut.

Masalahnya adalah sempitnya ruang pada peta. Untuk itu, maka

dimanfaatkan huruf besar atau kecil dalam menyatakan perbedaan kelas.

Ukuran huruf semakin kecil jika tingkat atau kelas tempat tersebut juga

semakin rendah (nama kampong lebih kecil daripada nama kota).

Simbol-simbol bangunan umumnya berwarna hitam dan menunjukkan

ciri alami dari obyek yang disimbolkan, misalnya simbol gereja akan

menyertakan gambar salib, simbol masjid akan menyertakan gambar bulan

sabit.

Perhubungan

Unsur simbol perhubungan yang dipetakan antara lain jalan, jalan kereta api,

jembatan, stasiun, terminal bis, lapangan terbang dan obyek-obyek lain yang

berkaitan.

Simbol jalan, khususnya jalan raya, digambarkan dengan garis ganda

berwarna hitam dengan warna isian merah. Semakin tinggi kelas jalan maka

semakin lebar simbolnya. Garis tunggal dan putus-putus menunjukkan tingkat

kelas jalan tersebut yang lebih rendah, misalnya jalan lain dan jalan setapak.

Sesuai dengan spesifikasi teknis peta rupabumi Indonesia, kelas jalan

dibagi menjadi 5, yaitu :

Jalan arteri, yaitu setara dengan jalan negara (yang menghubungkan

antar ibukota propinsi), jalan propinsi (yang menghubungkan antar

ibukota kabupaten), jalan bypass, jalan lingkar, dan jalan bebas

hambatan (jalan tol).

Jalan kolektor, yaitu setara jalan kabupaten (menghubungkan

antarkecamatan).

Jalan lokal, yaitu jalan di dalam kota.

Jalan lain-lain, yaitu setara jalan kecamatan (yang menghubungkan

antardesa).

Jalan setapak, yaitu jalan kecil yang penting (misalnya di tengah hutan

atau di atas gunung), namun bukan untuk lalu lintas kendaraan

bermotor.

Jembatan digambarkan bersilangan dengan sungai atau jalan lain. Pada

bagian tepi jembatan umumnya dibuat dengan garis yang tebal. Jika

Page 13: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

13

jembatan tersebut berupa titian, maka digambarkan x pada persilangannya.

Sedangkan terowongan dan tambangan digambarkan dengangaris putus-

putus.

Jalan atau rel kereta api digambarkan dengan simbol garis tunggal

berwarna hitam. Umumnya hanya dibedakan dengan jalan kereta api rangkap

dan jalan kereta api tunggal. Kelas yang lebih rendah diberikan untuk jalan

lori, yaitu dengan mengurangi ketebalan garisnya.

Tumbuh-tumbuhan

Untuk tumbuh-tumbuhan didalam peta berupa sawah irigasi dan tadah hujan,

kebuh/ perkebunan, hutan, semak/belukar, tegalan/ ladang, rumput/ tanah

kosong, dan hutan rawa. Unsur tumbuh- tumbuhan pada umumnya dibatasi

dengan garis warna hijau, disertai dengan symbol-simbol yang membentuk

pola tertentu untuk pohon atau tanaman.

Untuk sawah irigasi diberi symbol kotak-kotak teratur berwarna biru, dan

untuk sawah tadah hujan diberi symbol kotak-kotak tidak teratur. Warna biru

menggambarkan unsur air yang terkandung pada sawah. Sawah irigasi

adalah lahan yang diusahakan untuk padi dengan cara irigasi, sedangkan

sawah tadah hujan adalah yang diusahakan untuk padi dengan cara tadah

hujan.

Page 14: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

14

Hutan ditampilkan dengan isian tidak teratur berwarna hijau, sedangkan

semak atau belukar dengan pola isian yang sama tetapi memiliki kerapatan

yang lebih rendah daripada hutan. Kebun/ perkebunan diberi isian warna

hijau tanpa pola, demikian pula dengan tegalan/ ladang diberi warna kuning

tanpa pola. Untuk daerah yang berumput dan lahan kosong tidak diberi isian

warna atau putih saja. Sedangkan hutan rawa disimbolkan dengan warna

hijau dan berpola garis putus-putus berwarna biru.

Relief/ Titik Kontrol

Relief adalah isitilah umum untuk menunjukkan bentuk permukaan lapangan

pada bidang vertikal. Penyajian relief di peta dengan cara menunjukkan tinggi

dan bentuk permukaannya, diatas atau dibawah datum yang biasanya

dipakai, yaitu permukaan laut. Penyajian relief pada peta rupabumi memiliki

tingkat kelengkapan dan ketelitian bermacam-macam sesuai dengan

skalanya.

Untuk relief umumnya diberi warna oranye, coklat, dan hitam. Warna

oranye menggambarkan keadaanrelief tanah biasa dan warna hitam

menggambarkan kondisi tanah daerah yang berbatu atau diperkeras.

Sedangkan titik kontrol digambarkan dengan simbol titik dengan angka

untuk Titik Tinggi, segitiga dengan tiitk untuk Titik Triangulasi, persegi dengan

titik untuk Titik Tinggi Geodesi (TTG) dan bintang untuk Titik Astronomi (A)

dan Gaya Berat (GB). Titik tinggi dengan angka menunjukkan tinggi suatu

lokasi dalam satuan meter diatas permukaan laut. Titik triangulasi terdapat

tiga kelas yaitu primer (P), sekunder (S), dan tertier (T).

Batas Administrasi

Simbol untuk batas administrasi biasanya selalu garis tunggal dengan

ketebalan bervariasi, garis putus-putus atau kombinasi titik-titik diantara garis

putus-putus tersebut. Batas administrasi internasional biasanya ditambah

dengan strip warna untuk menonjolkan penyajiannya.

Page 15: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

15

Perairan

Unsur perairan umumnya diberi warna biru dengan garis batas (outline)

biru. Unsur perairan yang dimaksud antara lain laut, rawa, empang,

penggaraman, sungai, danau, bendungan, dan lainnya. Penggaraman

digambarkan sebagai suatu area dengan isian warna biru muda dan batas

garis tepi berwarna hitam. Sedangkan empang diberi isian warna biru dengan

pola kotak-kotak tidak teratur berwarna putih.

Sungai, anak sungai, kanal irigasi, dan selokan akan digambarkan

dalam garis ganda, jika skalanya memungkinkan. Tetapi jika sebaliknya maka

hanya dengan garis tunggal saja.

Keterangan Riwayat Peta

Catatan riwayat peta diletakkan pada sebelah kanan di bawah daftar

keterangan (legenda) yang menerangkan tentang sumber data untuk

penyusunan peta, metode kompilasi, tahun pemotretan foto udara, survei

lapangan, catatan penting lain misalnya “Peta ini bukan referensi resmi batas

administrasi nasional atau internasional”.

Page 16: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

16

Petunjuk Pembacaan Koordinat Geografi dan UTM

Tabel petunjuk pembacaan koordinat geografi dan koordinat grid UTM

diletakkan disebelah kanan bawah. Tulisan berwarna biru untuk pembacaan

koordinat geografi dan tulisan berwarna hitam untuk koordinat grid UTM.

Petunjuk koordinat bertujuan memberikan ilustrasi bagaimana pengguna

membaca koordinat geografi atau koordinat grid UTM. Salah satu indikasi

biasanyadiberikan contoh titik tinggi beserta nilai ketinggian atau symbol

bangunan dan nama obyek.

Pada dasarnya sistem koordinat pada peta rupabumi menggunakan

sistem koordinat grid geografi (gratikul) dengan warna biru, sedangkan grid

UTM diberikan pada keempat sisi peta dan diberi warna hitam. Koordinat

geografi mempunyai satuan derajat, menit dan detik. Lintang geografi diberi

indikasi Utara (U) atau Selatan (S). Bujur geografi untuk wilayah Indonesia

akan selalu mengarah ke Timur (T). Contoh salah satu koordinat pojok kanan

bawah peta (L, B atau ɸ,λ) : ɸ=115º 15’00” T dan λ= 08º 45’00”. Koordinat

yang sama bila dihitung dalam sistem grid UTM adalah X,Y : 0307491 Mt dan

9032336 mU.

Pembagian Daerah Administrasi

Pembagian daerah administrasi merupakan sketsa dari gambaran pembagian

wilayah administrasi sebenarnya yang ada pada isi peta. Gambar ini dapat

Koordinat UTM Koordinat

geografis

Page 17: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

17

membantu para pembaca peta mengetahui cakupan wilayah yang dipetakan.

Pembagian wilayah administrasi tersebut meliputi wilayah propinsi,

kabupaten, kecamatan, dan desa.

Skala Grafis

Terdapat dua tipe skala, yaitu skala numerik dan skala grafis. Skala numerik

adalah skala yang dinyatakan dengan angka, misalnya 1:25.000, diletakkan

secara jelas dibagian kanan atas peta dan juga dibagian tengah bawah,

biasanya diatas skala grafis. Skala grafis diletakkan dibagian tengah bawah

dan umumnya dinyatakan dalam kilometer. Skala grafis digambarkan dalam

bentuk unit batang disertai nilai per unit. Contoh: 1 unit batang mempunyai

satuan panjang 1 km; satuan ini dapat dibagi menjadi 10 bagian. Jadi satu

bagian kecil adalah 100 meter (lihat gambar).

Singkatan dan Kesamaan Arti Peta

Peta umumnya menampilkan sejumlah singkatan atau kesamaan arti

(glossary). Singkatan atau nama-nama geografi antara satu daerah dengan

daerah lainnya tidak selalu sama. Glosari diletakkan dibagian bawah, sebelah

kanan/ kiri skala grafis. Sebagai contoh, sebutan sungai di daerah Jawa Barat

(Ci) tidak sama dengan di Pulau Bali (Tukad, Yeh, Pangkung). Contoh

singkatan, Tel= Teluk, Tg= Tanjung, dan sebagainya.

Page 18: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

18

Diagram Arah Utara

Setiap peta mempunyai informasi yang perlu untuk menentukan arah

sebenarnya, arah grid dan arah magnetik atas garis manapun pada peta.

Informasi ini diberikan dalam bentuk diagram dengan catatan

penjelasan.diagram ini diletakkan dibagian paling kiri bawah.

Referensi

http://geografi-geografi.blogspot.com/2012/08/jenis-jenis-peta.html. 2012.

“Jenis-jenis Peta” dalam Geografi. Dinunduh Kamis, 11 April 2013.

Warsito, Heru dkk. 2004. Panduan Membaca Peta Rupabumi Indonesia.

Cibinong : Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional.

Page 19: Review interpretasi ruang

REVIEW MATERI

“TEKNIK SURVEI DATA SPASIAL” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256)

Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl. GE, MT.

Dikerjakan Oleh :

Dwitantri Rezkiandini Lestari

21040112130071

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 20: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

2

KULIAH 2

Teknik Survei Data Spasial

A. GPS (Global Position System)

Peta dan kompas telah lama dikenal sebagai alat bantu navigasi. Bagi orang

yang ingin melakukan perjalanan jauh ke tempat yang belum pernah dikunjungi,

kedua benda tersebut sangat penting fungsinya untuk menentukan arah yang

harus dituju.

Dengan membaca peta, bisa diketahui posisi dan letak tempat tujuan.

Sedangkan kompas berguna menunjukkan arah penjuru mata angin untuk

menuntun perjalanan sesuai dengan arah yang direncanakan. Seiring dengan

perkembangan teknologi saat ini, penggunaan peta dan kompas mulai banyak

digantikan dengan alat bantu navigasi lain yang bernama Global Positioning

System, atau biasa disebut sebagai GPS. Ini adalah suatu sistem navigasi yang

menggunakan satelit, dikembangkan sejak tahun 1970-an oleh Departemen

Pertahanan Amerika Serikat, yang pada awalnya diperuntukkan hanya untuk

keperluan militer.

Dalam perkembangan selanjutnya, GPS tidak hanya digunakan oleh

militer dan terus mengalami penyempurnaan yang pesat hingga sekarang

sebagai alat bantu transportasi.

B. Prinsip kerja GPS

Untuk dapat menggunakan GPS harus mempunyai sebuah pesawat penerima

GPS atau GPS receiver. Di pasaran sekarang banyak sekali dijumpai benda ini

dalam ukuran segenggaman tangan, seperti layaknya berbagai macam gadget

yang lain. GPS receiver memiliki layar LCD kecil mirip dengan yang biasa

terdapat pada handphone atau personal digital assistant (PDA). Tampilan yang

muncul pada layar bisa bermacam-macam, bergantung pada menu yang akan

digunakan.

Pesawat penerima ini bertugas menangkap sinyal radio yang

dipancarkan oleh satelit-satelit GPS. Satelit yang digunakan berjumlah 24

(ditambah beberapa buah cadangan bila ada salah satu yang rusak), mengorbit

pada ketinggian 19.300 kilometer di atas permukaan Bumi. Masing-masing

satelit mengelilingi Bumi sebanyak 2 kali dalam 24 jam. Mereka mengorbit

Page 21: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

3

dalam beberapa lintasan berbeda yang telah diatur sedemikian rupa sehingga

setiap saat di mana pun kita berada minimal selalu ada empat satelit di atas

langit kita.

Berdasarkan prinsip cepat rambat gelombang radio, GPS receiver dapat

menghitung jarak lokasinya terhadap masing-masing satelit. Data-data jarak

inilah yang kemudian digunakan untuk menentukan lokasi receiver tersebut.

Secara teori, letak suatu titik pada suatu bidang selalu dapat ditentukan dari

jarak relatifnya terhadap tiga titik lain. Dalam matematika, teori ini dinamakan

trilaterasi.

Sebagai contoh, kota A yang tidak diketahui koordinatnya. Data yang

diketahui adalah koordinat tiga kota terdekat, yaitu kota B, C, dan D. Kota-kota

ini digunakan sebagai titik referensi. Selain itu, data yang diketahui hanya jarak

kota A terhadap masing-masing titik referensi tanpa diketahui arahnya, yaitu x

sebagai jarak kota A dengan kota B, y untuk jarak A dengan C, dan z sebagai

jarak A dengan D.

Dari informasi itu, diasumsikan titik A dapat berada di mana saja sejauh x

di sekitar kota B sehingga dapat digambarkan sebagai lingkaran dengan jari-jari

x berpusat di B. Begitu pula halnya terhadap kota C dan D sehingga terdapat

tiga buah lingkaran yang akan berpotongan pada satu titik. Pada titik

perpotongan itulah letak kota A, dan koordinatnya kemudian dapat diketahui

berdasarkan gambar tersebut pada sistem koordinat.

Menurut Winardi (Tanpa Angka Tahun), sistem GPS, yang nama aslinya

adalah NAVSTAR GPS (Navigation Satellite Timing and Ranging Global

Positioning System), mempunyai tiga segmen yaitu : satelite, pengontrol, dan

penerima/pengguna. Satelit GPS yang mengorbit bumi, dengan orbit dan

kedudukan yang tetap (koordinatnya pasti), seluruhnya berjumlah 24 buah di

mana 21 buah aktif bekerja dan 3 buah sisanya adalah cadangan.

Satelit berguna untuk menerima dan menyimpan data yang

ditransmisikan oleh stasiun-stasiun pengontrol, menyimpan dan

menjaga informasi waktu berketelitian tinggi (ditentukan dengan jam

atomic di satelit), dan memancarkan sinyal dan informasi secara

kontinyu ke pesawat penerima (receiver) dari pengguna.

Pengontrol bertugas untuk mengendalikan dan mengontrol satelit dari

bumi baik untuk mengecek kesehatan satelit, penentuan dan prediksi

Page 22: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

4

orbit dan waktu, sinkronisasi waktu antarsatelit, dan mengirim data ke

satelit.

Penerima bertugas menerima data dari satelit dan memprosesnya

untuk menentukan posisi (posisi tiga dimensi yaitu koordinat di bumi

plus ketinggian), arah, jarak, dan waktu yang diperlukan oleh

pengguna. Ada dua macam tipe penerima yaitu tipe NAVIGASI dan

tipe GEODETIC. Yang termasuk receiver tipe NAVIGASI antara lain :

Trimble Ensign, Trimble Pathfinder, Garmin, Sony, dan lain

sebagainya, Sedangkan tipe GEODETIC antara lain : Topcon, Leica,

Astech, Trimble seri 4000 dan lain-lain.

C. Penentuan koordinat

Pada kondisi GPS yang sebenarnya, satelit-satelit orbital berfungsi sebagai

titik-titik referensi, sedangkan sistem kordinatnya berbentuk ruang tiga dimensi.

Karena itu, letak titik yang dicari bukan lagi didapat dari perpotongan lingkaran,

melainkan bola-bola virtual yang berpusat pada tiap satelit.

GPS receiver melakukan perhitungan letak dan koordinat lokasinya

berdasarkan jarak terhadap satelit dan kemudian mengolahnya menjadi output

atau keluaran yang ditampilkan pada layar LCD. Makin banyak sinyal satelit

yang dapat ditangkap oleh receiver, makin akurat pula hasil perhitungannya.

Umumnya data yang ditampilkan adalah koordinat berdasarkan garis bujur dan

lintang bumi. Koordinat tersebut kemudian diplot pada gambar peta yang

tersimpan dalam memori, menjadikannya lebih mudah dibaca oleh pemakai.

Memang GPS masih memiliki kekurangan dalam keakuratannya

menentukan koordinat lokasi yang ditampilkannya. Hal ini dipengaruhi banyak

faktor, seperti posisi satelit, kuat lemahnya sinyal yang ditangkap receiver,

ataupun cuaca. Untuk mengurangi ketidakakuratan tersebut, pengukuran

dengan GPS sebaiknya dilakukan beberapa kali untuk kemudian diambil

keluaran rata-ratanya.

Kemampuan GPS receiver sebagai gadget makin canggih.

Pengembangan dari sisi perangkat keras maupun perangkat lunaknya

menjadikan GPS semakin mudah digunakan. Informasi yang bisa ditampilkan

tidak hanya koordinat lokasi, tetapi juga arah mata angin, ketinggian (altitude),

waktu, jarak tempuh perjalanan, rute yang dilalui, serta kecepatan perjalanan.

Page 23: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

5

Bentuknya pun disesuaikan dengan kebutuhan penggunaannya. Selain

model genggam yang mudah dibawa ke mana-mana, ada juga model built-in

sebagai alat navigasi pada kendaraan seperti mobil, pesawat terbang, atau

kapal laut. Beberapa produsen GPS receiver juga telah membuatnya sebagai

modul tambahan bagi PDA, atau bahkan sebagai fungsi yang embedded di

dalam komputer genggam tersebut.

GPS receiver dilengkapi kemampuan koneksi dengan personal

computer. Dengan demikian, data-data yang tersimpan di dalamnya dapat

dengan mudah ditransfer untuk diolah bagi keperluan lain, misalnya membuat

peta atau melakukan analisis arus lalu lintas pelayaran.

GPS dapat disebut juga sebagai jaringan satelit yang secara kontinu

memancarkan informasi mengenai posisi suatu obyek di muka bumi. Alat ini

banyak digunakan pada berbagai bidang aplikasi baik di darat, laut dan udara.

Secara umum GPS memiliki 3 bagian utama yang disebut NAVSTAR

(Navigation Satelitte Timing and Raging) System, yaitu satelit, bagian

pengontrol (stasiun di bumi) dan bagian penerima.

D. Menu-menu GPS

Beberapa menu yang paling sering digunakan pada GPS adalah sbb:

a) Waypoints

Jika kita berada pada suatu tempat seperti rumah, kantor, kebun dsb, kita

dapat menandai lokasi tersebut sebagai Waypoint, dimana informasi posisi

mengenai tempat tersebut dapat kita simpan dengan nama atau kode

tertentu.

b) Go To

Menu ini digunakan jika kita ingin menuju suatu titik (tempat) maka GPS

akan menarik garis lurus dari posisi kita berada ke tempat yang akan dituju.

Selama menu ini diaktifkan maka GPS akan tetap memberi informasi

mengenai kemana kita akan pergi, dimana kita berada sekarang, berapa

kecepatan kita bergerak, berapa jauh lagi jarak kita terhadap lokasi tujuan

dan berapa waktu yang diperlukan untuk sampai ke lokasi tujuan.

Page 24: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

6

c) Routes

Jika lokasi tujuan (Waypoints) kita lebih dari satu, maka menu Routes ini

akan membantu kita dalam membuat jalur antar waypoint.

d) Track Log

Menu ini digunakan jika sedang dalam perjalanan dan kita ingin jalur yang

kita lewati kita simpan. Selanjutnya jika suatu saat kita ingin kembali lagi ke

tempat tersebut maka kita dapat melewati jalur yang sama seperti waktu

sebelumnya. Hal ini sangat membantu perjalanan, khususnya pada jalur

yang sulit dikenali seperti hutan, pegunungan, dsb.

e) Position Format and Grid

Menu ini perlu disesuaikan dengan format posisi yang diinginkan, biasanya

koordinat posisi dalam bentuk lintang dan bujur. Tetapi kita dapat merubah

format posisi dengan sistem koordinat lainnya seperti UTM (Universal

Transverse Mercator) yang menggunakan grid dalam metrik.

f) Map Datum

Penentuan suatu informasi mengenai posisi sustu obyek bereferensi pada

suatu titik yang disebut ‛datum‛. Pemilihan datum juga harus disesuaikan

dengan peta yang akan kita gunakan, perbedaan datum akan

menyebabkan perbedaan yang sangat signifikan mengenai informasi posisi

yang dihasilkan. Jenis datum yang banyak digunakan adalah WGS 84

(World Geodetic System 1984), NAD 83 (North American Datum 1983),

NAD 27 (North American Datum 1927)

E. Pengoperasian GPS

Menandai Posisi

1. Tekan tombol Mark, halaman Mark Waypoint akan muncul

2. Beri nama, lalu ENTER

3. Pindahkan kursor ke ‘Done?’ lalu ENTER

Menuju Posisi Tertentu

1. Tekan GOTO

2. Pilih option ‘All’ dengan panah (untuk memunculkan seluruh list

waypoint)

3. Arahkan ke titik yang dituju, tekan ENTER

Page 25: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

7

Membuat Rute baru

1. Tekan MENU 2 X pada Menu utama

2. Pilih Routes lalu tekan ENTER (List rute akan muncul semua)

3. Tekan MENU untuk menampilkan option rute

4. Pilih New Route lalu tekan ENTER.

5. Beri nama rute tersebut lalu ENTER

6. Pilih waypoint pertama lalu tekan ENTER

7. Pilih waypoint selanjutnya sehingga membentuk sebuah rute.

Cara membuat Waypoint

1. Klik tool Waypoint

2. Klik ENTER pada titik lokasi yang di ingikan

Menandai Posisi

1. Tekan tombol Mark, halaman Mark Waypoint akan muncul

2. Beri nama, lalu ENTER

3. Pindahkan kursor ke ‘Done?’ lalu ENTER

Menggunakan menu Go To

1. Tekan GOTO

2. Pilih option ‘All’ dengan panah (untuk memunculkan seluruh list

waypoint).

3. Arahkan ke titik yang dituju, tekan ENTER

F. Trasfer Data dari GPS ke Komputer

1. Memindahkan data Mapsource

Kumpulan peta, waypoint, rute dan trek dapat ditransfer ke dalam unit GPS

demikian juga sebaliknya, kita dapat menerima data dari unit GPS atau

memory card. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam mentransfer

data dari GPS ke komputer dan sebaliknya:

Universal Serial Bus (USB) cable

USB Data Card Programmer

Compact Flash (CF) atau Secure Digital (SD) Card Reader

Setiap memindahkan peta ke dalam kartu data berarti kita menghapus data

sebelumnya yang telah tersimpan dalam kartu dan menggantinya dengan

data baru. Tetapi jika kita memindahkan waypoint, route atau track data

yang sudah tersimpan sebelumnya tidak akan terhapus.

Page 26: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

8

2. Transfer data dari komputer ke unit GPS

Pilih data yang akan ditransfer ke dalam unit GPS. Data akan tampak

dalam label disisi kiri jendela.

Klik transfer >send to device. Nama dari unit GPS atau akan muncul

secara otomatis didalam menu device. Jika tidak, klik find device.

Jika menggunakan USB DataCard Programmer , akan muncul ‚USB

data card programmer‛ dalam field device.

Jika menggunakan , Compact Flash (CF) atau Secure Digital (SD)

Card Reader pilihlah kertas yang benar dari field device.

Jika mengirimkan data dengan iQue atau cf Que pilih tempat dimana

data akan disimpan, dibawah lokasi penyimpanan peta.

Dibawah what to send, check list kotak next untuk setiap data yang ingin

kirim.

Klik send Mapsource mulai mengirim data ke unit GPS. Pada saat

mentansfer data, check list kotak next untuk mematikan GPS setelah

mentransfer data jika ada.

Jika anda sedang menggunakan sebuah iQue atau cfQue, samakan

dengan komputer pribadi anda jika dibutuhkan. Sehingga unit GPS

menerima data yang dikirimkan

3. Tranfer data dari unit GPS ke komputer

Jika unit GPS anda memiliki memory card pastikan kartu disisipkan dengan

benar kedalam unit GPS juga hubungkan unit GPS atau pembaca kartu

anda pada komputer dan hubungkan data transfer mode ke garmin. Untuk

menerima data dari sebuah unit GPS atau pembaca kartu memori:

Jika menggunakan sebuah iQue, hubungkan dengan komputer

sehingga data dapat dikirimkan ke Mapsource.

Klik transfer>receive from device. Nama unit GPS atau memory card

akan muncul secara otomatis dalam menu device, jika tidak klik find

device.

Jika menggunakan USB DataCard Programmer , akan muncul ‚USB

data card programmer‛ dalam field device.

Page 27: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

9

Jika menggunakan , Compact Flash (CF) atau Secure Digital (SD)

Card Reader pilihlah kertas yang benar dari field device.

Jika mengirimkan data dengan iQue atau cf Que pilih tempat dimana

data akan disimpan, dibawah lokasi penyimpanan peta.

Dibawah ‚what to receive check list kotak next untuk setiap jenis data

yang ingin disimpan.

Klik receive. Mapsource mulai menerima data dari unit GPS atau

memory card anda. Data akan ditampilkan pada label di sisi kiri jendela.

Referensi

Winardi. Tanpa Angka Tahun. Penentuan Posisi dengan GPS untuk Survei Terumbu

Karang. Pusat Oseanografi LIPI.

Page 28: Review interpretasi ruang

REVIEW MATERI

“MENGGUNAKAN DAN MEMBUAT PETA TEMATIK” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256)

Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl. GE, MT.

Dikerjakan Oleh :

Dwitantri Rezkiandini Lestari

21040112130071

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 29: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

2

KULIAH 3

Menggunakan dan Membuat Peta Tematik

Peta Tematik adalah peta yang menggambarkan kenampakan khusus atau

tertentu dari suatu wilayah. Macam-macam peta tematik, yaitu seperti peta Iklim, peta

Kepadatan Penduduk, peta Hasil Tambang, dan lain-lain.

Skala Peta adalah perbandingan jarak antara dua titik pada peta dengan jarak

sebenarnya di lapangan. Skala peta ada dua macam yaitu skala angka dan skala

garis. Dari skala peta dapat dihitung jarak antartempat dan luas wilayah yang

sebenarnya di lapangan. Skala peta dapat dikonversikan dari skala garis ke skala

angka atau sebaliknya dengan beberapa perhitungan.

Data geografis terdiri dari 8 unsur keruangan, unsur relief, unsur iklim, unsur

jenis tanah, unsur flora, unsur fauna, unsur perairan laut, unsur sumber-sumber

mineral. Berbagai data geografis ditampilkan dalam beberapa simbol peta. Simbol peta

terdiri dari simbol titik, simbol garis, simbol warna, dan simbol warna.

Penanaman (toponimi) data dan unsur-unsur geografis ditampilkan sesuai

prinsip-prinsip yang telah disepakati secara umum.

Peta tematik dapat dibuat dengan beberapa aturan. Peta dapat dengan

menggunakan simbol dan grafik. Simbol yang digunakan pada peta tematik berupa

simbol titik, simbol garis, dan simbol area. Grafik pada peta tematik berupa grafik

batang, grafik garis, dan grafik lingkaran.

Page 30: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

3

Contoh Peta Tematik

Page 31: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

4

Referensi

Fauzan, Dwi. Tanpa Angka Tahun. “Peta Tematik” dalam Kamus Kami.

http://kamuskami.blogspot.com/2012/03/peta-tematik.html. Diunduh Kamis, 11

April 2013.

Page 32: Review interpretasi ruang

REVIEW MATERI

“METODE PENGINDERAAN JAUH” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256)

Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl. GE, MT.

Dikerjakan Oleh :

Dwitantri Rezkiandini Lestari

21040112130071

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 33: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

2

KULIAH 4

Metode Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh ialah berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan

dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi

elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren).

Sedangkan menurut Lillesand and Kiefer, tagun 1979, Penginderaan Jauh adalah ilmu

dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan

menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung

terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji.

Skema Proses Penginderaan Jauh

Penjelasan : Gelombang elektromagnetik yang dipantulkan permukaan bumi akan

melewati atmosfer sebelum direkam oleh sensor. Awan, debu, atau partikel-partikel

lain yang berada di atmosfer akan membiaskan pantulan gelombang ini. Atas dasar

pembiasan yang terjadi, sebelum dilakukan analisa terhadap citra diperlukan kegiatan

koreksi radiometrik.

Metoda penginderaan jauh (Remote Sensing), merupakan pengukuran dan

pengambilan data spasial berdasarkan perekaman sensor pada perangkat kamera

udara, scanner, atau radar. Contoh hasil perekaman yang dimaksud adalah citra.

Estes dan Simonett (1975) dalam Sutanto (1992) mengatakan bahwa

interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan

maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut.

Page 34: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

3

Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi

secara manual dan interpretasi secara digital (Purwadhi, 2001).

Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang

mendasarkan pada pengenalan ciri atau karakteristik objek secara keruangan.

Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 9 unsur interpretasi yaitu bentuk,

ukuran, pola, bayangan, rona atau warna, tekstur, situs, asosiasi dan konvergensi

bukti. Interpretasi secara digital adalah evaluasi kuantitatif tentang informasi spektral

yang disajikan pada citra. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi citra pixel

berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik. Adapun 8

macam kunci interpretasi foto udara secara manual antara lain:

RONA DAN WARNA

Rona (tone / color tone / grey tone) adalah tingkat kegelapan atau tingkat

kecerahan obyek pada citra. Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi

obyek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut sinar

putih, yaitu spektrum dengan panjang gelombang (0,4 – 0,7) μm. Berkaitan dengan

penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum lebar, jadi rona merupakan

tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.

Warna merupakan ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan

spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Sebagai contoh, obyek tampak

biru, hijau, atau merah bila hanya memantulkan spektrum dengan panjang gelombang

(0,4 – 0,5) μm, (0,5 – 0,6) μm, atau (0,6 – 0,7) μm. Sebaliknya, bila obyek menyerap

sinar biru maka ia akan memantulkan warna hijau dan merah. Sebagai akibatnya maka

obyek akan tampak dengan warna kuning

Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan, warna

menunjukkan tingkat kegelapan yang lebih beraneka. Ada tingkat kegelapan di dalam

warna biru, hijau, merah, kuning, jingga, dan warna lainnya. Meskipun tidak

menunjukkan cara pengukurannya, Estes et al. (1983) mengutarakan bahwa mata

manusia dapat membedakan 200 rona dan 20.000 warna. Pernyataan ini

mengisyaratkan bahwa pembedaan obyek pada foto berwarna lebih mudah bila

dibanding dengan pembedaan obyek pada foto hitam putih. Pernyataan yang senada

dapat diutarakan pula, yaitu pembedaan obyek pada citra yang menggunakan

spektrum sempit lebih mudah daripada pembedaan obyek pada citra yang dibuat

Page 35: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

4

dengan spektrum lebar, meskipun citranya sama-sama tidak berwarna. Asas inilah

yang mendorong orang untuk menciptakan citra multispektral.

Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya

rona dan warna dalam pengenalan obyek. Tiap obyek tampak pertama pada citra

berdasarkan rona atau warnanya. Setelah rona atau warna yang sama dikelompokkan

dan diberi garis batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan,

barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya. Itulah sebabnya maka

rona dan warna disebut unsur dasar.

BENTUK

Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memerikan konfigurasi atau

kerangka suatu obyek (Lo, 1976). Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga

banyak obyek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja.

Bentuk, ukuran, dan tekstur dikelompokkan sebagai susunan keruangan rona

sekunder dalam segi kerumitannya. Bermula dari rona yang merupakan unsur dasar

dan termasuk primer dalam segi kerumitannya. Pengamatan atas rona dapat dilakukan

paling mudah. Oleh karena itu bentuk, ukuran, dan tekstur yang langsung dapat

dikenali berdasarkan rona, dikelompokkan sekunder kerumitannya.

Ada dua istilah di dalam bahasa Inggris yang artinya bentuk, yaitu shape dan

form. Shape ialah bentuk luar atau bentuk umum, sedang form merupakan susunan

atau struktur yang bentuknya lebih rinci.

Contoh shape atau bentuk luar:

Bentuk bumi bulat

Bentuk wilayah Indonesia memanjang sejauh sekitar 5.100 km.

Contoh form atau bentuk rinci:

Pada bumi yang bentuknya bulat terdapat berbagai bentuk relief atau bentuk

lahan seperti gunungapi, dataran pantai, tanggul alam, dsb.

Wilayah Indonesia yang bentuk luarnya memanjang, berbentuk (rinci) negara

kepulauan. Wilayah yang memanjang dapat berbentuk masif atau bentuk

lainnya, akan tetapi bentuk wilayah kita berupa himpunan pulau-pulau.

Baik bentuk luar maupun bentuk rinci, keduanya merupakan unsur interpretasi citra

yang penting. Banyak bentuk yang khas sehingga memudahkan pengenalan obyek

pada citra.

Page 36: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

5

Contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk

Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U, atau berbentuk empat

segi panjang

Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus berbentuk kerucut,

dan tajuk bambu berbentuk bulu-bulu

Gunungapi berbentuk kerucut, sedang bentuk kipas alluvial seperti segi tiga

yang alasnya cembung

Batuan resisten membentuk topografi kasar dengan lereng terjal bila

pengikisannya telah berlangsung lanjut

Bekas meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai bagian rendah

yang berbentuk tapal kuda

UKURAN

Ukuran ialah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume.

Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam

memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya.

Contoh pengenalan obyek berdasarka ukuran:

Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor, atau

industri. Rumah mukim umumnya lebih kecil bila dibanding dengan kantor atau

industri.

Lapangan olah raga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat, lebih dicirikan

oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi lapangan sepak bola, sekitar

15 m x 30 m bagi lapangan tennis, dan sekitar 8 m x 10 m bagi lapangan bulu

tangkis.

Nilai kayu di samping ditentukan oleh jenis kayunya juga ditentukan oleh

volumenya. Volume kayu bisa ditaksir berdasarkan tinggi pohon, luas hutan

serta kepadatan pohonnya, dan diameter batang pohon.

TEKSTUR

Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer,

1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan

secara individual (Estes dan Simonett, 1975). Tekstur sering dinyatakan dengan kasar,

halus, dan belang-belang.

Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur:

Page 37: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

6

Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus.

Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman

pekarangan bertekstur kasar .

Permukaan air yang tenang bertekstur halus.

POLA

Pola, tinggi, dan bayangan pada dikelompokkan ke dalam tingkat kerumitan

tertier. Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk,

ukuran, dan tekstur sebagai unsur interpretasi citra. Pola atau susunan keruangan

merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi

beberapa obyek alamiah.

Contoh:

Pola aliran sungai sering menandai struktur geologi dan jenis batuan. Pola

aliran trellis menandai struktur lipatan. Pola aliran yang padat mengisyaratkan

peresapan air kurang sehingga pengikisan berlangsung efektif. Pola aliran

dendritik mencirikan jenis tanah atau jenis batuan serba sama, dengan sedikit

atau tanpa pengaruh lipatan maupun patahan. Pola aliran dendritik pada

umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa vokanik, dan endapan

tebal oleh gletser yang telah terkikis (Paine, 1981)

Permukaan transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu dengan rumah

yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing menghadap ke jalan.

Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah dibedakan dari

hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta

jarak tanamnya.

BAYANGAN

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah

gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak

tampak sama sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian,

bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek

yang justru lebih tampak dari bayangannya.

Contoh:

Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang tinggi lebih

tampak dari bayangannya.

Page 38: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

7

Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan tenis pada

foto berskala 1: 5.000 juga lebih tampak dari bayangannya.

Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.

SITUS

Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan yang

lebih tinggi pada Gambar diatas. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung,

melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya.

Situs diartikan dengan berbagai makna oleh para pakar, yaitu:

Letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya (Estes dan Simonett,

1975). Di dalam pengertian ini, Monkhouse (1974) menyebutnya situasi, seperti

misalnya letak kota (fisik) terhadap wilayah kota (administratif), atau letak suatu

bangunan terhadap parsif tanahnya. Oleh van Zuidam (1979), situasi juga

disebut situs geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak

suatu daerah atau wilayah terhadap sekitarnya. Misalnya letak iklim yang

banyak berpengaruh terhadap interpretasi citra untuk geomorfologi.

Letak obyek terhadap bentang darat (Estes dan Simonett, 1975), seperti

misalnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, di sepanjang

tepi sungai, dsb. Situs semacam ini oleh van Zuidam (1979) disebutkan situs

topografi, yaitu letak suatu obyek atau tempat terhadap daerah sekitarnya.

Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi yang dipengaruhi

oleh faktor situs, seperti:

1. beda tinggi,

2. kecuraman lereng,

3. keterbukaan terhadap sinar,

4. keterbukaan terhadap angin, dan

5. ketersediaan air permukaan dan air tanah.

Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun proses atau

perujudan lainnya.

Contoh:

Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma. Mungkin jenis

palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah, atau jenis

palma lainnya. Bila tumbuhnya bergerombol (pola) dan situsnya di air payau,

maka yang tampak pada foto tersebut mungkin sekali nipah.

Page 39: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

8

Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi menghendaki

pengaturan air yang baik.

Situs pemukiman memanjang umumnya pada igir beting pantai, tanggul alam,

atau di sepanjang tepi jalan.

ASOSIASI

Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan

obyek lain. Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering

merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain.

Contoh:

Di samping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat persegi panjang

serta dengan ukurannya sekitar 80 m x 100 m, lapangan sepak bola di tandai

dengan adanya gawang yang situsnya pada bagian tengah garis belakangnya.

Lapangan sepak bola berasosiasi dengan gawang. Kalau tidak ada

gawangnya, lapangan itu bukan lapangan sepak bola. Gawang tampak pada

foto udara berskala 1: 5.000 atau lebih besar.

Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih

dari satu (bercabang).

Gedung sekolah di samping ditandai oleh ukuran bangunan yang relatif besar

serta bentuknya yang menyerupai I, L, atau U, juga ditandai dengan

asosiasinya terhadap lapangan olah raga. Pada umumnya gedung sekolah

ditandai dengan adanya lapangan olah raga di dekatnya.

Daftar Pustaka

Dwi, Ichwan. 2009. “Interpretasi Citra dengan Menggunakan Delapan Unsur

Interpretasi” dalam I-Geography.

http://one-geo.blogspot.com/2009/12/interpretasi-citra-dengan-

menggunakan.html. Diunduh pada Sabtu, 8 Desember 2012.

http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/01/unsur-interpretasi-citra.html. Tanpa Angka

Tahun. “Unsur Interpretasi Citra” dalam Jurnal Geologi. Diunduh Sabtu, 8

Desember 2012.

Page 40: Review interpretasi ruang

REVIEW MATERI

“INTERPRETASI CITRA PENGINDERAAN JAUH” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256)

Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl. GE, MT.

Dikerjakan Oleh :

Dwitantri Rezkiandini Lestari

21040112130071

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 41: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

2

KULIAH 5

Interpretasi Citra Penginderaan Jauh

A. DEFINISI

Interpretasi citra adalah perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan

maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek

tersebut. (Estes dan Simonett dalam Sutanto, 1994:7)

B. TAHAP INTERPRETASI CITRA

Menurut Lintz Jr. dan Simonett dalam Sutanto (1994:7), ada tiga rangkaian

kegiatan yang diperlukan dalam pengenalan obyek yang tergambar pada citra,

yaitu:

(1) Deteksi, adalah pengamatan adanya suatu objek, misalnya pada

gambaran sungai terdapat obyek yang bukan air.

(2) Identifikasi, adalah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan

menggunakan keterangan yang cukup. Misalnya berdasarkan bentuk,

ukuran, dan letaknya, obyek yang tampak pada sungai tersebut

disimpulkan sebagai perahu motor.

(3) Analisis, yaitu pengumpulan keterangan lebih lanjut. Misalnya dengan

mengamati jumlah penumpangnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa

perahu tersebut perahu motor yang berisi dua belas orang.

Setelah melalui tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan

ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan

hidup, dan sebagainya. Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2

proses, yaitu : melalui pengenalan objek melalui proses deteksi, dan penilaian

atas fungsi objek.

(1) Pengenalan objek melalui proses deteksi yaitu pengamatan atas

adanya suatu objek, berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada

citra atau upaya untuk mengetahui benda dan gejala di sekitar kita

dengan menggunakan alat pengindera (sensor). Untuk mendeteksi

benda dan gejala di sekitar kita, penginderaannya tidak dilakukan

secara langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil rekaman

dari foto udara atau satelit.

Page 42: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

3

(2) Identifikasi

Ada 3 (tiga) ciri utama benda yang tergambar pada citra berdasarkan

ciri yang terekam oleh sensor yaitu sebagai berikut:

Spektoral

Ciri spektoral ialah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara

tenaga elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan

rona dan warna.

Spatial

Ciri spatial ialah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi

bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.

Temporal

Ciri temporal ialah ciri yang terkait dengan umur benda atau saat

perekaman.

(3) Penilaian atas fungsi objek dan kaitan antar objek dengan cara

Menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi

yang menuju ke arah teorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan

dari penilaian tersebut. Pada tahapan ini,interpretasi dilakukan oleh

seorang yang sangat ahli pada bidangnya, karena hasilnya sangat

tergantung pada kemampuan penafsir citra.

Menurut Prof. Dr. Sutanto, pada dasarnya interpretasi citra terdiri dari

dua kegiatan utama, yaitu perekaman data dari citra dan penggunaan data

tersebut untuk tujuan tertentu.

Perekaman data dari citra berupa pengenalan objek dan unsur yang

tergambar pada citra serta penyajiannya ke dalam bentuk tabel, grafik atau

peta tematik. Urutan kegiatan dimulai dari menguraikan atau memisahkan

objek yang rona atau warnanya berbeda dan selanjutnya ditarik garis

batas/delineasi bagi objek yang rona dan warnanya sama. Kemudian setiap

objek yang diperlukan dikenali berdasarkan karakteristik spasial dan atau

unsur temporalnya.

Objek yang telah dikenali jenisnya, kemudian diklasifikasikan sesuai

dengan tujuan interpretasinya dan digambarkan ke dalam peta kerja atau

peta sementara. Kemudian pekerjaan medan (lapangan) dilakukan untuk

menjaga ketelitian dan kebenarannya. Setelah pekerjaan medan dilakukan,

Page 43: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

4

dilaksanakanlah interpretasi akhir dan pengkajian atas pola atau susunan

keruangan (objek) dapat dipergunakan sesuai tujuannya. Untuk penelitian

murni, kajiannya diarahkan pada penyusunan teori, sementara analisisnya

digunakan untuk penginderaan jauh, sedangkan untuk penelitian terapan,

data yang diperoleh dari citra digunakan untuk analisis dalam bidang

tertentu seperti geografi, oceanografi, lingkungan hidup, dan sebagainya. U

Dalam menginterpretasi citra, pengenalan objek merupakan bagian

yang sangat penting, karena tanpa pengenalan identitas dan jenis objek,

maka objek yang tergambar pada citra tidak mungkin dianalisis. Prinsip

pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristiknya

pada citra. Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk

mengenali objek disebut unsur interpretasi citra.

C. PENGOLAHAN CITRA

Operasi-operasi pada pengolahan citra diterapkan pada citra bila :

1. Perbaikan atau memodifikasi citra dilakukan untuk meningkatkan kualitas

penampakan citra/menonjolkan beberapa aspek informasi yang terkandung

dalam citra (image enhancement). Contoh: perbaikan kontras gelap/terang,

perbaikan tepian objek, penajaman, pemberian warna semu, dll.

2. Adanya cacat pada citra sehingga perlu dihilangkan/diminimumkan (image

restoration). Contoh : penghilangan kesamaran (debluring), citra tampak

kabur karena pengaturan fokus lensa tidak tepat / kamera goyang,

penghilangan noise.

3. Elemen dalam citra perlu dikelompokkan, dicocokan atau diukur (image

segmentation), Operasi ini berkaitan erat dengan pengenalan pola.

4. Diperlukannya ekstraksi ciri-ciri tertentu yang dimiliki citra untuk membantu

dalam pengidentifikasian objek (image analysis).

5. Proses segementasi kadangkala diperlukan untuk melokalisasi objek yang

diinginkan dari sekelilingnya. Contoh : pendeteksian tepi objek.

6. Sebagian citra perlu digabung dengan bagian citra yang lain (image

reconstruction), contoh: beberapa foto rontgen digunakan untuk membentuk

ulang gambar organ tubuh.

Page 44: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

5

7. Citra perlu dimampatkan (image compression). Contoh : suatu file citra

berbentuk BMP berukuran 258 KB dimampatkan dengan metode JPEG

menjadi berukuran 49 KB.

8. Menyembunyikan data rahasia (berupa teks/citra) pada citra sehingga

keberadaan data rahasia tersebut tidak diketahui orang (steganografi &

watermarking) .

D. INTERPRETASI CITRA DIGITAL

Interpretasi citra digital melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Menginstal terlebih dahulu program Er-Mapper atau ENVI yang merupakan

program (software) untuk mengolah citra.

2. Import data, mengimpor data satelit yang akan digunakan ke dalam format

Er Mapper.

3. Menampilkan citra,untuk mengetahui kualitas citra yang akan digunakan.

Jika kualitas citranya jelek seperti banyak awan, maka proses pengolahan

citra tidak dilanjutkan.

4. Rektifikasi data, untuk mengoreksi kesalahan geometrik sehingga koordinat

citra sama dengan koordinat bumi.

5. Mozaik citra, yaitu menggabungkan beberapa citra yang saling

bertampalan.

6. Penajaman citra, yaitu memperbaiki kualitas citra sehingga mempermudah

pengguna dalam menginterpretasi citra

7. Komposisi peta, yaitu membuat peta hasil interpretasi citra dengan

menambahkan unsur unsur peta seperti simbol, legenda, skala, koordinat

dan arah mata angin

8. Pencetakan, yaitu output peta citra yang hasilnya dapat digunakan

tergantung keperluan.

Page 45: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

6

Referensi

Sabria, Rara. 2012. “Metode Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra Penginderaan

Jauh” dalam Mencari Keridhaan-Nya.

http://rarasabria.blogspot.com/2012/10/metode-penginderaan-jauh-dan.html.

Diunduh Kamis, 11 April 2013.

Samhari, Nur Hilaliyah. 2012. “Metode Pengideraan Jauh dan Interpretasi Data Citra”

dalam Sampul Kisahku. http://hilaliyahsamhari.blogspot.com/2012/11/metode-

penginderaan-jauh-dan.html. Diunduh Kamis, 11 Aprill 2013.

http://inderaja.blogspot.com/2007/11/interpretasi-citra.html. Tanpa Angka Tahun. 2007.

Interpretasi Citra dalam Blog Inderaja. Diunduh Kamis, 11 April 2013.

Page 46: Review interpretasi ruang

REVIEW MATERI

“INTERPRETASI CITRA UNTUK PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN

PERKOTAAN/PERMUKIMAN” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Interpretasi Ruang (TKP 256)

Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl. GE, MT.

Dikerjakan Oleh :

Dwitantri Rezkiandini Lestari

21040112130071

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 47: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

2

KULIAH 6

Interpretasi Citra untuk Penggunaan Lahan Kawasan

Perkotaan/Permukiman

A. Pedahuluan

Peran penginderaan jauh sangat besar di dalam sistem informasi data dan

pengolahannya. Sistem penginderaan jauh telah diaplikasikan untuk berbagai

bidang geologi, hidrologi, geografi, biologi kehutanan dan pertanian. Hal

tersebut dikarenakan citra penginderaan jauh memiliki beberapa keunggulan

antara lain wujud dan letak obyek pada citra mirip dengan wujud dan letaknya

di permukaan bumi, relatif lebih lengkap yang meliputi daerah yang cukup luas

dan permanen. Karena dari wujud dan letak obyek yang mirip dengan yang ada

di permukaan bumi maka citra sangat baik digunakan dalam pembuatan

peta. (Saumidin et.al, Tanpa Angka Tahun)

Interpretasi citra merupakan proses pengkajian citra melalui proses

indentifikasi dan penilaian mengenai objek yang tergambar pada citra dan

menterjemahkannya. Di dalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra

dan berupaya melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi,

dan menilai arti pentingnya obyek yang tergambar pada citra. Dengan kata lain,

penafsir citra berupaya untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan

menerjemahkannya ke dalam ilmu disipiln tertentu seperti geodesi, geologi,

geografi, ekologi dan disiplin ilmu lainnya. (Erwana, 2011)

B. Proses Interpterasi Citra untuk Kawasan Perkotaan/Permukiman

Teknik adalah alat khusus untuk melaksanakan metode. Teknik dapat pula

diartikan sebagai cara melakukan sesuatu secara ilmiah. Teknik interpretasi

citra dimaksudkan sebagai alat atau cara khusus untuk melaksanakan metode

penginderaan jauh. Teknik juga merupakan cara untuk melaksanakan sesuatu

secara ilmiah. Sesuatu itu tidak lain ialah interpretasi citra. Bahwa interpretasi

citra dilakukan secara ilmiah, kiranya tidak perlu diragukan lagi. Interpretasi

citra dilakukan dengan metode dan teknik tertentu, berlandaskan teori tertentu

pula. Mungkin kadang-kadang ada orang yang menyebutnya sebagai dugaan,

akan tetapi berupa dugaan ilmiah (scientific guess).

Page 48: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

3

Sumber : Bitta dan Rudiarto, 2011

Page 49: Review interpretasi ruang

Nama : Dwitantri Rezkiandini Lestari NIM : 21040112130071 Kelas/Smt : A/2 Mata Kuliah : Interpretasi Ruang

4

Di dalam pemetaan penggunaan lahan pun diperlukan gabungan antara

interpretasi citra dan pekerjaan terrestrial. Untuk ketelitiannya, tidak ada cara yang

menyamai apalagi melebihi pekerjaan terrestrial. Perlu dicamkan bahwa yang

dimaksud dengan pekerjaan terrestrial di dalam pemetaan penggunaan lahan yaitu

pekerjaan medan untuk mengidentifikasi jenis penggunaan lahan, mengukur lokasi,

bentangan, luasnya serta menggambarkannya pada peta dasar yang andal

ketelitiannya. Masalah akan segera timbul bagi wilayah seperti Indonesia yaitu tidak

tersedianya peta andal untuk tiap daerah, dan tidak dimungkinkannya untuk

menjangkau tiap jenis penggunaan lahan, mengukurnya, dan memasukannya ke

dalam peta untuk daerah kita yang luas ini. Pekerjaan itu mungkin memerlukan waktu

beberapa dasawarsa untuk menyelesaikannya bila seluruh armada yang bersangkutan

dikerahkan ke medan. Waktunya terlalu lama di samping biayanya yang sangat tinggi.

Pekerjaan ini dapat dipercepat dengan mendeteksi tiap jenis penggunaan lahan

berdasarkan citra. Untuk meyakinkan kebenaran hasil interpretasinya, diterjunkan

sebagian kecil armada pemetaan penggunaan lahan ke beberapa tempat. Paduan

pekerjaan medan dan interpretasi citra ini akan mempercepat pemetaan penggunaan

lahan dan menyusutkan biaya pelaksanaannya.

Referensi

Erwana, Citra Ayu (2011) Interpretasi Citra ALOS Multispektral untuk Pemetaan

Penggunaan Lahan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta [online]. Didapatkan

dari : http://citraismyname.blogspot.com/2011/09/interpretasi-citra-alos-

multispektral.html (Diakses pada Minggu, 21 April 2013)

http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/01/teknik-interpretasi-citra.html. Teknik

Interpretasi Citra dalam Jurnal Geologi. Diakses pada Minggu, 21 April 2013.

Pigawati, Bitta dan Iwan Rudiarto (2011) Penggunaan Citra Satelit Untuk Kajian

Perkembangan Kawasan Permukiman Di Kota Semarang, Forum Geografi, Vol.

25, No. 2, hal. 143

Saumidin, Mamei, Bambang Sudarsono dan Bandi Sasmito (Tanpa Angka Tahun)

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Berdasarkan Hasil Interpretasi Visual

Citra Satelit Untuk Penerimaan Pbb (Studi Kasus : Kecamatan Semarang

Utara), hal. 2