Review disertasi pak bambang haryadi
-
Upload
sri-apriyanti-husain -
Category
Economy & Finance
-
view
87 -
download
4
Transcript of Review disertasi pak bambang haryadi
Citra
Rendi Mirwan
Moh. Anwar Thalib
Sri Apriyanti Husain
Review DisertasiAnalisis Laba (Rugi) PDAM Dalam Perspektif
Political Economy of Accounting (Studi Kasus Perusahaan Daerah Minum BTM)
Oleh Bambang Haryadi
Tujuan penelitian: (1) memahami angka-angka unsur laba (rugi) dengan mengungkapkan makna dibaliknya dan kemudian menganalisisnya dari perspektif peran kekuasaan dari berbagai pihak; dan (2) menilai dan mengkritisi praktek keadilan di balik angka-angka unsur laba (rugi).
Paradigma kualitatif, pendekatan teori kritis, dan metode analisis PEA.
Hasil penelitian: (1) pendapatan merupakan refleksi kekuasaan (power) manajemen; (2) beban hutang merupakan refleksi penggunaan kekuasaan yang bersifat pemaksaan, menyembunyikan kepentingan dibaliknya; (3) beban gaji merupakan dampak pengabaian kepedulian pada warga sekitar sumber, serta keengganan untuk bersama mengelola sumber air; dan (4) kerugian adalah cermin penggunaan kekuasaan yang tidak professional dan mementingkan diri sendiri.
PEA
Laba (rugi) dapat direfleksikan atau pengejawantahan dari power
yang dimiliki oleh pemilik kepentingan utama perusahaan
Menawarkan pandangan transformatif memaknai laba:
tujuan utama (bottom line) menjadi a just and fair
distribution.
Abstrak
Laba (Rugi)
Imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa,
(Suwardjono, 2008)
Laba: kelebihan pendapatan di atas biaya dan rugi: nilai
pendapatan di bawah biaya yang terjadi.
Laba rugi pada hakekatnya merupakan selisih positif atau selisih negatif yang diperoleh dari hasil penjualan (pendapatan) operasi dan
non-operasional perusahaan terhadap biaya-biaya yang timbul dalam satu periode akuntansi dan akan menyebabkan perubahan
dalam posisi equity (net asset) perusahaan
Pendahuluan
Laba (Profit) : Indikator Kinerja Perusahaan
Laba (rugi): perkembangan hasil laba perusahaan di masa lalu, saat ini, dan di masa yang akan datang.
Pendahuluan
Perusahaan yang memiliki kinerja baik dengan ukuran laba tinggi maka dapat menjadi cerminan kekuatan perusahaan dalam:
Memprediksi kemampuan perusahaan memperoleh return saham perusahaan (Ball dan Brown, 1968; O'Connor, 1973; Ou dan Penman, 1989; Dechow, 1994).
Memprediksi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan arus kas dan deviden perusahaan (Bowen, 1986; Dechow, 1994; Weston dan Brigham, 1993; Aharony dan Swary, 1980).
Menguji kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba di masa depan (Weston dan Brigham, 1993; Shubita, 2010; Trisnawati, 1999; serta Machfoedz, 1994 dan 1995).
Memprediksi kebangkrutan usaha dan kesulitan keuangan (Horrigan, 1965; Beaver, 1966; Altman, 1968; Pankof dan Virghill, 1970; serta Weston dan Brigham, 1993).
Laba sangat dominan dan sangat penting sebagai ukuran kinerja perusahaan.
Laba telah menjadi tujuan dan segala -galanya, Irianto (2006:143).
Laba dijadikan aktivitas utama bisnis dan menyajikannya sebagai bottom line dalam laporan laba rugi perusahaan. Penempatan laba sebagai indikator utama lebih lanjut didukung oleh pemahaman pendekatan akuntansi positif.
Praktek pengaturan laba sebagai fokus utama kinerja telah membawa akuntansi rnenjadi alat untuk mencapai kepentingan pihak-pihak tertentu, dalam hal ini para pemilik modal.
Adanya realitas kontradiksi pemahaman umum bahwa angka laba (akuntansi) adalah bebas nilai (value free) dan objektif.
Kinerja dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, budaya dan politik dimana akuntansi itu dilaksanakan.
Pendahuluan
Akuntansi selama ini hanya berbasis pada kepentingan para pemegang saham (shareholders).
Laba (rugi) yang dihasilkan perusahaan tidak bisa berdiri sendiri dan tidak bisa dipisahkan dari lingkungan, berimplikasi dalam penilaian dan pemahaman laba (rugi) secara lebih arif dan tepat.
Besamya pengaruh lingkungan sangat tergantung dari kompleksitas permasalahan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan bersangkutan.
Perusahaan publik memliki kompleksitas permasalahan yang luas dimana terdapat kepentingan ekonomi, kepentingan politik dan kepentingan lain dari berbagai pihak setiap saat muncul dan menyatu dalam perusahaan publik.
Perusahaan publik yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan air (PDAM).
Pendahuluan
Sebuah “keanehan” atau “anomali” jika perusahaan monopoli seperti PDAM mengalami kerugian
Penurunan tingkat keuntungan akan terjadi jika suatu saat timbul perusahaan pesaing
Sejak tahun 1962 hingga saat ini kinerja tidak kunjung menunjukkan hasil yang menggembirakan
Hampir Iebih dari 80% PDAM mengalami kerugian
Tahun Nilai Kinerja
2001 93% (186 dari 201) PDAM kesulitan melunasi hutang (Kompas, 16 pebr)
2003 91% PDAM masuk kategori tidak sehat (Kompas, 4 sept)
2004 90% PDAM masuk kategori tidak sehat (Tempo Interaktif, 27 Apr)
2005 PDAM mengalami kerugian rata-rata Rp 100 miliar pertahun (Lintkang,2005), 90% PDAM masuk kategori sakit (Tempo tnteraktif, 5
Juli)
2006 330 dari 335 PDAM memiliki kekayaan negative (Kompas, 27 Ags)
2007 44 dari 335 PDAM yang dinilai sehat (Kompas mobile, 28 Ags)
2008 80 dari 335 PDAM masuk kategori sehat (24%) , tingkat kehitangan air rata- rata 37% (Kompas, 27 Ags)
2010 234 dari seluruh PDAM yang berjumlah 337 perusahaan atau sekitar 70% masuk dalam kategori tidak sehat. Jadi hanya ada sekitar
30% PDAM yang masuk dalam kategori berkinerja baik (sehat).
TABEL 1Perkembangan Kinerja PDAM di Indonesia
Wijaya (2003; 2004: 2005)
Telah terjadi gap regulasi harga air yang ditetapkan oleh departemen dalam negeri dan PDAM serta pemerintah daerah
Telah terjadi adanya ketidakefisienan dalam pengelolaan operasional perusahaan air minum (PDAM) sehingga berdampak pada tarif air yang mahal
Dalam rangka melayani masyarakat akan kebutuhan air yang layak masih belum mampu menunjukkan pelayanan yang memiliki rasa keadilan dan sosial yang tinggi.
Muhairwe (2003)
Melakukan penelitian di National Water and Sewerage Corporation (NWSC), sebuah perusahaan publik yang mengelola air minum di Uganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahan memiliki kinerja yang sangat baik dan memuaskan dengan program reformasi internal yang mereka lakukan.
Shirley et al. (2000) menemukan bahwa Kinerja perusahaan air di Chile meningkat seiring dengan upaya pembenahan atau reformasi pada aspek manajemen dan regulasi yang dilakukan oleh pemerintah.
George (2002) yang berjudul "Performance Bechmarking Urban Water Supply: Socialist Republic of Vietnam, menunjukkan bahwa perusahaan daerah air tersebut memiliki kinerja yang sangat balk dan stabil.
Literatur (Perpamsi, 2010)
Pemerintah belum menerapkan pengelolaan PDAM secara profesional
PDAM belum mandiri karena campur tangan pemilik (Pemda) dalam manajemen dan keuangan, dan tentu ini akan membebani PDAM.
Masalah Interpretasi UU otonomi daerah tidak mendorong pengernbangan dan kerjasama antar daerah dalam penyediaan air minum
Kebijakan yang memihak kepada masyarakat miskin masih belum berkembang.
Kelembagaan pengelolaan air minum yang ada sudah tidak memadai lagi dengan perkembangan saat ini,
Belum ada koordinasi dan integrasi yang balk antar lembaga pemerintah serta pemahaman yang sama akan makna pelayanan publik bagi perusahaan pemerintah.
Keuangan
Laba
PDAM tidak mampu dan tidak efisien
Namun demikian, penilaian dan pemahaman ini menjadi bias dan bahkan tidak bijak jika sudut pandangnya tidak hanya berdasarkan angka-angka akuntansi yang tersaji.
Alat analisis berupa Political Economy of Accounting (PEA) ditujukan untuk memahami sekaligus melakukan evaluasi atas peran akuntansi dalam konteks ekonomi, sosial dan politik atau mengkaji bagaimana peran akuntansi dalam konteks tertentu, baik organisasional maupun Iingkungan yang lebih luas (Irianto, 2006: 145).
Perumusan Masalah
Bagaimanakah memaknai laba (rugi) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) jika dipahami berdasarkan perspektif Political Economy of Accounting (PEA)?
Tujuan Penelitian
Mengungkapkan makna di balik angka unsure laba (rugi) serta menyiapkan peran-peran kekuasaan dari berbagai pihak di dalamnya
Menilai dan mengkritisi praktek keadilan di balik terciptanya angka-angka unsur laba (rugi) tersebut.
Kontribusi Penelitian
Akademisi
Peneliti
Perusahaan
Pemerintah
Pelanggan
Pengguna LK PDAM
BAB 2 METODE PENELITIAN
2.1. Pendekatan Penelitian
Penelitianmetodolo
gi
• 2.1. Pendekatan Penelitian
Metode-Metode
Paradigma
Epistimologi
bagaimana peneliti
memahami suatu
masalah
kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab
masalah penelitian
Kuantitatif Positivism/ tradisional
(August Comte) dan
Kualitatif/naturalistic/ nonpost
Edmund Husserl
Perbedaan antara kuliatatif dan kuantitatif
Ontologis Aksiologi (nilai)
Epistimologi
Penelitian ini berupaya mengungkap relasi kekuasaan (power)
dan laba/rugi (ekonomi) PDAM
monopoli yang rendah
Selain itu bertujuan menilai keadilan dan
kebebasan dalam distribusi ekonomi (materi dan non
materi).
KUANTITATIF
mengungkap makna yang ada di balik rendahnya laba
(kerugian) PDAM.
DaIan, penelitian kualitatif, studi terhadap fenomena tertentu dilakukan dalam situasi apa adanya. Fokus kajian bisa berupa orang, kelompok orang, interaksi yang berkembang, semuanya didudukkan dalam konteks yang alamiah, tidak
memerlukan treatment group atau sejenisnya. Periset kualitatif tidak membatasi dirinya hanya fokus pada mencari justifikasi atau praduga yang telah dibangun namun lebih berorientasi pada pemahaman situasi di lapangan (Salim, 2006:
112).
2.2. Teori Kritis, Riset Akuntansi Kritis dan Rerangka PEA
Teori kritis yang muncul pada tahun 1920 dan dipengaruhi oleh dua pemikiran utama, yaitu pertama teori kritis Frankfurt School, yang sumber-
sumber pemikirannya bisa dilacak dad pemikiran-pemikiran Habermas, Adorno, dan Max Horkheimer, serta didukung oleh pemikir-
pemikir lain seperti Herbert Marcuse, Walter Benjamin, Eric Fromm, Albrecht VVellmer, Karl-Otto Apel, dan Axel Honneth. Kedua, pengaruh dad karya dan pemikiran Antonio Gramsci (Demirovic, 2010). Inti muncul teori kritis adalah
menolak pemikiran Kari Mark dan penerusnya
Ciri –ciri teori kritis diantaranya
1. menolak adanya konsep valuefree.
2. Teori kritis mempunyai komitmen yang tinggi kepada tata sosial yang lebih adil (bukan hanya saja memahami distribusi kekuasaan, ketidakadilan akan tetapi berupaya untuk menciptakan emansipasi, kesamaan dll)
teori kritis (paradigma kualitatif) dimulai pada akhir tahun 1970an dan 1980an (Cooper and Hooper, 1990: 8) dalam Irianto, 2004b: 14).
Salah satu fokus utama dari perhatian studi kritis akuntansi ini adalah kepentingan untuk mengembangkan literatur akuntansi yang Iebih merefleksi din dan kontektual yang mengakui saling keterkaitan antara masyarakat, histori, organisasi, teori dan praktek akuntansi (Lodh and Graffikin, 2005: 156).Political Economy of Accounting (PEA) yang digunakan dalam penelitian merupakan salah satu alat analisis dari pendekatan teori kritis (critical theontcal approaches)
Political Economy of Accounting (PEA) yang digunakan dalam penelitian merupakan salah satu alat analisis dari pendekatan teori kritis (critical theontcal approaches)
PEA ini pertama kali diperkenalkan oleh Tinker (1980) dalam artikelnya yang berjudul "Towards a political economy of accounting: an empirical illustration of the cambric/pa controversies".
2.3. Sumber, Ragam dan Teknis Penjaringan Data
Data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dari informan melalui observasi atau wawancara yang telah dilakukan. Data dan informasi yang merupakan sumber data utama penelitian ini berkenaan dengan laba (rugi) perusahaan (PDAM). Selain itu, informasi juga diperoleh dari sumber Iaporan, dokumen, foto dan bahan statistik terkait dengan Iaba (rugi) yang dimiliki PDAM BTM
Dalam riset ini peneliti mengumpulkan data secara Iangsung ke perusahaan dan tinggal di kota tersebut dalam beberapa waktu. Peneliti bisa mendapatkan data dengan leluasa dan cukup lengkap karena termasuk dalam salah satu anggota tim audit perusahaan tersebut. Peneliti berperan sebagai instrumen utama yang terjun ke lapangan, berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui observasi atau wawancara. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat terbuka dan tidak terstruktur.
Wawancara tidak dilakukan dalam satu kali
wawancara di lakukan secara trade off dan tidak boleh menyebutkan nama asli informan
Teknik wawancara tidak hanya sebatas tatap muka namun peneliti juga menggunakan beberapa media yang diperlukan sesuai situasi, misalnya lewat wawancara telepon seluler dan sms.Selain itu untuk data-data tertutis selain diambil langsung di lokasi, mesin fax juga digunakan untuk mengirim data tersebut.. Sedangkan tempat wawancara dengan informan tidak mesti di tempat kerja atau kantor namun juga seringkali dilakukan di kediaman para informan, atau saat berolahraga bersama dengan mereka
Objek dan Informan Penelitian
Perusahaan Daerah Air Minum di Kabupaten BTM
Informan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan snow-ball sampling yang merupakan
cara menentukan informan yang dilakukan pada saat wawancara mendalam dari informan ke informan
lainnya hingga infomiasi atau data yang disampaikan menyerupai atau tidak ada perbedaan dengan
informasi sebelumnya.
Analisis Laba (Rugi) dalam Perspektif PEA
Analisis PEA dalam penelitian ini tidak jauh berbeda dengan cara Tinker (1980: 154) yaitu mendasarkan pada laporan laba rugi perusahaan. Tinker (1980) menganalisis angka laba dengan cara (1) memahaminya sebagai relasi antara aktivitas ekonomi (laba) dengan struktur organisasi dan kekuasaan (power) dari pihak-pihak yang berkepentingan. (2) menilai bagaimana pendistribusian laba (rugi) dilakukan dan apakah nilai-nilai keadilan telah berjalan sebagaimana mestinya dalam proses tersebut. Cara serupa dilakukan Cooper dan Sherer (1984: 218-219) dengan menghubungkan data-data laba (rugi) dengan pengaruh kekuasaan dan konflik, sejarah dan aturan main (institutional) korporasi, dan landasan motivasi. Kemudian dianalisis keterkaitan atara laba (rugi) dengan distribusi dan keadilannya
Ruang Lingkup Penelitian
PENUTUP
Kesimpulan
Political Economy of Accounting (PEA) berusaha memahami laba (rugi) sebagai refleksi dari peran kekuasaan (power) yang dimiliki seluruh pihak yang berkepentingan. Selain itu PEA berusaha menilai dan mengkritisi praktek keadilan di batik angka laba (rugi) secara menyeluruh.
Angka pendapatan dalam riset ini bermakna sebagai (i) kenaikan tarif, (ii) keharusan, (iii) pendapatan sosial, (iv) setoran PAD kepada Pemda, dan (v) penderitaan pelanggan. Sedangkan kepentingan di baliknya meliputi rencana privatisasi bank dunia dan kinerja manajemen di mata Pemda.
Ketidakefisienan, ketidakberdayaan dan kegagalan merupakan ungkapan makna dari beban gaji.
kepentingan utama di balik angka ini tidak lain adalah kepentingan manajemen dalam mempertahankan statusquonya.
Makna kerugian adalah identik dengan tidak ada wajaran, kebebasan dan kebingungan. Kepentingannya untuk mendapatkan perhatian dari kepala daerah sebagai pihak yang mengangkat mereka.
Keterbatasan dan Pengembangan Penelitian
Penggunaan PEA dalam riset di Indoneisa belum banyak dilakukan. Oleh karena itu di masa depan PEA perlu terus dikembangkan dan diadaptasikan dengan
situasi dan kondisi objek penelitian. Sehingga PEA akan Iebih bisa berkembang secara konsep dan praktis.
Implikasi Hasil Penelitian
Alat analisis PEA merupakan gagasan untuk memahami laba (rugi) secara kontektual. Oleh karena itu alat
analisis ini dapat digunakan peneliti lain dikemudian hari untuk memahami kinerja pada perusahaan di
industri yang berbeda. Dengan PEA, pemahaman suatu fenomena lebih bersifat integral dan tidak hanya
mengandalkan aspek ekonomi semata. Namun juga melibatkan aspek lain yang tidak kalah pentingnya
dengan ekonomi yaitu aspek budaya, sosial dan politik suatu institusi. Dengan pengembangan PEA semacam ini diharapkan alat analisis akan lebih berdaya uji dan
terus disempurnakan oleh peneliti sendiri maupun oleh pihak lain. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan wawasan baru dan referensi baru dalam menjadi alat
analisis berbasis PEA.
Implikasi Teoritis
Kinerja PDAM BTM sangat komplek permasalahannya karena menyangkut masalah intern manajemen, dan pihak lain yang
kepentingan dengan PDAM. Karena kompleknya permasalahan itu perlu dilakukan langkah-langkah cepat,dan lompatan besar untuk memperbaiki citra dan kinerja PDAM BTM di masa depan.
Langkah itu antara lain: (1) pengurangan intervensi Pemda terhadap pengelolaan PDAM BTM sangat prinsip diperlukan dan
bersifat segara keberadaannya. Ciptakan hubungan yang rasional dan spiritual saja diantara keduanya. (2) Perbaikan kualitas SDM dengan mengarahkan pada SDM yang inovatif,
kreatif dan aktif serta selalu berorientasi pasar dan misi sosial secara seimbang. (3) Untuk saat ini sangat diperlukan pelibatan peran serta pihak lain (swasta) untuk mengembangkan usaha
dengan prinsip saling menguntungkan dan tidak mengorbankan pelanggan dan masyarakat. dan yang terutama pemerataan
distribusi air bagi seluruh Masyarakat tanpa terkecuali.
Implikasi Praktis