REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id

116
“ • * . Operasi-operasi Militer di Papua: Pagar Makan Tanaman? Pro-Kontra Pemekaran Papua: Sebuah Pelajaran Bagi Pemerintah Pusat Dimensi Internasional Kasus Papua Demokratisasi Partai dan Dilema Sistem Kepartaian di Indonesia Merentas Jalan Panjang Perdamaian: Negara & Masyarakat dalam Resolusi Konflik Minoritas Muslim di Australia dan Inggris Kebijakan Pertahanan Australia dan Respons Negara-negara Asia Timur dan Selandia Baru REVIEW BUKU Kekerasan ala Kapitalisme Sebuah Telaah atas Buku “Violence and Democratic Society”

Transcript of REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id

Page 1: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id

ldquo bull

Operasi-operasi Militer di Papua Pagar M akan Tanam anPro-Kontra P em ekaran PapuaSebuah P ela jaran Bagi Pem erintah PusatDim ensi In ternasional Kasus P apuaD em okratisasi Partaid a n D ilem a Sistem K ep arta ia n di IndonesiaM erentas Ja lan P an jang P erd am aian N e g a ra amp M a sya ra ka t d a la m Resolusi KonflikMinoritas Muslim di Australia d a n InggrisK eb ijakan P ertah an an Australiad a n Respons N e g a ra -n e g a ra Asia Timurd a n S e lan d ia Baru

REVIEW BUKUKekerasan ala K ap ita lism e S ebu ah Telaah atas Buku ldquoV iolence a nd D e m o c ra tic So c ie ty rdquo

Jurnal Penelitian

Vol 3 No 1 2006

DAFTAR ISI

Catatan Redaksi Artikel

bull Operasi-Operasi Militer di Papua Pagar Makan TanamanAmiruddin a l Rahab

bull Pro-Kontra Pemekaran Papua Sebuah Pelajaran bagi Pemerintah Pusat

Lili Romlibull Dimensi Internasional Kasus Papua

Adriana Elisabethbull Demokratisasi Partai dan Dilema Sistem Kepartaian

di IndonesiaSyamsuddin Haris

1

3-23

25-41

43-65

67-76

Penelitianbull Merentas Jalan Panjang Perdamaian

Negara dan Masyarakat dalam Resolusi KonflikSyafuan Rozi 77-89

bull Minoritas Muslim di Australia dan Inggrislndriana Kartini 91-99

bull Kebijakan Pertahanan Australia dan Respons Negara- Negara Asia Timur dan Selandia Baru

Athiqah Nur Alami 101-109Review Buku

bull Kekerasan ala KapitalismeSebuah Telaah atas Buku Violence and Democratic Society

Athigah Nur Alami 111-118

Tentang Penulis 119

Catatan Redaksi

Sebagai negara nusantara Indonesia memiliki banyak pulau besar dan kecil Secara kiasan hal ini diungkap dalam sebuah petikan lagu ldquodari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau Sambung-menyambung menjadi satu itulah Indonesiardquo Sepanjang sejarahnya Indonesia

mengalami pasang surut dalam pola hubungan pusat-daerah seperti beberapa pemberontakan di daerah terhadap apa yang disebut sebagai pusat

Tampaknya pola hubungan kedaerahan sekarang ini menyisakan satu daerah yang belum tuntas penyelesaiannya Daerah itu tidak lain dan tidak bukan adalah Papua Sejak awal upaya penyelesaian Papua sudah memperlihatkan dimensi internasional Namun dalam perkembangannya dimensi internasional ini semakin lama kian termobilisasi sehingga memaijinalkan posisi Papua di antara sejumlah pihak berkepentingan Satu di antara pihak yang berkepentingan itu adalah militer Baik dimensi internasional maupun pertaruhan militer dengan jajarannya di pusat dan di daerah berujung kepada fenomena Papua Menggugat Fenomena ini dihadapkan kepada kita semua bahwa Papua secara keseluruhan tengah berusaha untuk memahami dan menempatkan identitas lokalnya dalam kerangka NKRI atau perspektif lainnya

Dalam kerangka inilah fenomena Papua Menggugat menjadi topik utama dalam Jurnal Penelitian Politik edisi kali ini Serangkaian artikel yang bersifat empirik maupun teoritik dikupas oleh penulis yang berkompeten

Satu artikel membahas perkembangan dimensi internasional untuk kasus Papua baik aktor negara maupun nonnegara Seperti dalam suatu medan setiap aktor beijuang untuk memperoleh hasil yang maksimal Memang tidak semua aktor akan dibahas secara khusus dalam edisi kali ini Jumal edisi ini lebih memfokuskan pada satu aktor yakni militer Sorotan terhadapnya memang bukan tanpa alasan Militer mengemban amanat konstitusi untuk menjaga keutuhan negara di wilayah ujung Timur Indonesia ini yang masuknya ke dalam lingkungan NKRI dapat dikatakan belakangan Sementara itu pada tingkat lokal mereka memperlihatkan kontradiksi khususnya dalam hal pemekaran Papua Adanya pro-kontra jelas menunjukkan faksionalisasi masyarakat Papua terhadap gagasan dari Jakarta Berdasar ketiga sorotan ini apakah kita sebagai bangsa merasa malu atas kegagalan dalam membangun kebangsaan atau justru bangga dengan segala atribut kelokalan ini sehingga seenaknya kita sinis kepada yang lainnya

Pembahasan berikutnya adalah kajian teoritik tentang demokratisasi dan dilema sistem kepartaian Kajian teoritik ini menekankan pada partai politik sehingga isu yang disorot adalah pelembagaannya agar dalam tubuh partai politik sungguh-sungguh bercirikan demokrasi Selain itu isu yang juga penting adalah soal model sistem kepartaian

Sebagaimana biasa Jurnal Penelitian Politik edisi kali ini juga menyuguhkan laporan hasil penelitian yaitu tentang konflik kebijakan pertahanan Australia dan respons negara-negara Asia Timur dan Selandia Baru dan minoritas Muslim Studi empirik tentang konflik memfokuskan pada upaya negara dan masyarakat di daerah-daerah konflik horizontal untuk menuju resolusi konflik Karakteristik keagamaan disadari begitu dominan pada ketiga daerah konflik yang diteliti Dalam konteks lain studi tentang minoritas Muslim di luar negeri diungkapkan untuk memberi gambaran yang tepat tentang posisi kelompok Muslim di tengah kehidupan masyarakat Barat Sementara itu studi tentang politik luar negeri berkenaan dengan pertahanan Australia yang menimbulkan respons tertentu dari sejumlah negara kawasan di Asia Timur dan negara tetangga lainnya

Kami berharap tema-tema yang disajikan dalam Jurnal Penelitian Politik edisi kali ini dapat memberi pencerahan kepada masyarakat ilmiah Lebih-lebih lagi hal ini akan memberikan kontribusi bagi perbaikan kehidupan perpolitikan kita Selamat membaca

1

OPERASI-OPERASI MILITER DI PAPUAPAGAR MAKAN TANAMAN

Amiruddin al Rahab

AbstractThe aim o f this paper is to describe military operations in Papua undertaken by Kodam Tjendrawasih

The operations conducted by the Kodam based on security approach have caused thousands o f civilian victims Therefore Kodam that suppose to be the protector o f the people and the State has triggered bigger problem for unity o f the nations separating movement in the region The problem o f Papua has to be solved by targeting the roots o f the problem which is the role o f military as a tool for solving conflict in Papua After all the main problem in Papua has to be identified and solved by an approach that reaches the basic problem in that region self esteem and the welfare o f the people o f Papua

1 Pengantar

Rezim m iliter Orde Baru Soeharto menjadikan Papua sebagai daerah kekuasaan m iliter teru tam a

Angkatan Darat (AD) Kesan seperti itu sangat terasa karena instansi militer dan para petinggi militer di Kodam dan jajarannya mendominasi ranah politik dan jalannya pemerintahan di Papua Cengkraman AD atas Papua kian kuat karena adanya dwifungsi ABRI dan dijadikannya Papua sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) 1 2

Dengan semangat berdwifungsi obsesi u tam a sem ua p im pinan m ilite r Indonesia khususnya di ja jaran Kodam Trikora dan di Pem da Papua adalah

Peneliti di ELSAM Jakarta dan Inisiator Pokja Papua yang mendalami masalah hak asasi manusia dan militer serta politik lokal spesialisasi masalah separatisme dan gerakan perlawanan di Papua

1 Dalam tulisan ini Papua dipakai untuk mengaju kepada masa kini Sementara untuk mengacu ke masa lalu di pakai Irian Barat atau Irian Jaya Namun istilah itu dipakai secara bergantian dalam tulisan ini Di samping itu untuk menunjukkan orang selalu dipakai istilah Papua

2 Pemakaian istilah ABRI atau TNI sangat terkait kontekswaktunya Dalam tulisan ini istilah itu dipakai salingbergantian Bahkan juga dipakai istilah insitusi militer atau insituasi keamanan

m enghancurkan apa yang mereka sebut gerom bolan b ersen ja ta O PM 3 O bsesi penghancuran OPM itu juga dimotivasi oleh kepetingan ekonomi dan politik Secara po litik petinggi AD seperti Pangdam Danrem dan Dandim adalah juga Ketua Pembina Golkar di w ilayahnya4 Secara ekonomi semua perusahaan besar di Papua dikategorikan sebagai objek vital nasional Artinya perusahaan-perusahaan itu berada di bawah naungan militer untuk keamanannya Untuk itu perusahaan-perusahaan harus menyetor sejumlah uang

Pada gilirannya dalam setiap kepala pimpinan dan anggota ABRI semua orang Papua adalah separatis kecuali orang itu bisa menunjukkan dirinya bukan separatis Untuk m otivasi in i OPM yang sela lu kecil

3 Obsesi pimpinan militer untuk menghancurkan gerombolan bersenjata di Papua dapat dilihat dalam Mayjen Samsudin Pergolakan di Perbatasan Operasi Pembebasan Sandera Tanpa Pertumpahan Daerah Gramedia Jakarta 1994 hlm 59mdash 60

4 Hal ini berlangsung sampai Pemilu 1997 Obsesi politik itu adalah mengupayakan Golkar harus menang dalam setiap Pemilu di Papua Bahkan Pangdam juga merupakan anggota MPR dari fraksi utusan daerah

3

kekuatannya selalu dikampanyekan sebagai ancaman serius bagi NKRI Obsesi itu tumbuh dari cara pandang yang melihat gerakan menuntut pengakuan identitas politik Papua sekadar masalah ldquobom waktu yang ditinggalkan Belandardquo atau buah dari hasutan kelom pok separatis bukan m erupakan persoalan mendasar yang berkaitan dengan rasa keadilan dan harga diri orang Papua Maka dari itu untuk mengenyahkan ldquohantu OPMrdquo itu kebijakan yang diambil di Papua adalah menghancurkan OPM secara fisik (membunuh)5 dengan menggelar operasi militer berkesinambungan (DOM) dari tahun ke tahun

Dr Benny Giyai seorang rohaniwan dan intelektual Papua m encatat bahwa pengalaman di bawah cengkraman militer itu merupakan pengalaman pahit yang tak akan pernah terlupakan oleh orang-orang Papua Benny menuliskan bahwa dalam seluruh pengalaman pahit itu orang Papua merasa d iperlakukan bukan sebagai m anusia melainkan hanya sebagai objek yaitu objek operasi militer6

Sejarah sebagai objek kekerasan itushylah yang selalu diingkari oleh Indonesia sampai hari ini Pihak-pihak m iliter atau aparat keamanan di Papua sama sekali tidak pernah merasa melakukan kejahatan terhadap siapa pun di Papua karena operasi-operasi m ilite r yang m ereka lancarkan atau penangkapan-penangkapan serta penyiksaan

5 Membunuh di Papua sungguh dalam artian harfiah Pembunuhan terhadap Arnold Ap tahun 1984 atau pembunuhan terhadap Theis H Eluay tahun 2002 adalah contoh dari kebijakan itu Bahkan Kasad Jenderal Ryamizar Ryakudu menyatakan para anggota Kopassus yang telah divonis oleh Pengadilan Tinggi Militer Surabaya terbukti membunuh Theis sebagai Pahlawan NKRI

6 Benny Giyai Menuju Papua Baru Beberapa Pokok Pikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham- Dieyai 2000 Dalam pandangan Benny hari merdeka itu adalah hari datangnya kebahagian sehingga penderitaaan tidak lagi menjadi hari-hari orang Papua Selain itu Benny juga meyakini bahwa hari itu akan datang sebagaimana kosmologi orang Papua yang meyakini bahwa waktu berputar antara susah menuju senang dalambabakan-babakan tertentu Hlm 8mdash 9

atau pembunuhan dengan segala bentuknya di Papua hanyalah dalam rangka menjalankan tugas sebagai pe lindung NKRI dari rongrongan organisasi yang disebut sebagai OPM

Tulisan ini berusaha membeberkan operasi-operasi m iliter yang digelar oleh Kodam yang berpataka ldquoPraja Ghupta Virardquo (Ksatria Pelindung Masyarakat) di Papua Dalam pandangan orang-orang Papua ABRI alih-alih menjadi pelindung malah menjadi seperti pagar makan tanam an Operasi- operasi militer mendatangkan kesengsaraan lahir dan batin bagi orang-orang Papua Pandangan orang Papua itu masih bertahan sampai saat ini sehingga mendorong mereka m enuntu t m erdeka karena rendahnya kepercayaan terhadap instansi pemerintah yang ada di Papua

Dalam keperluan tulisan ini operasi- operasi militer yang berjalan terus-menerus dilihat sebagai kemenangan politik ABRI dalam melakukan bargaining dengan aktor- ak to r negara la in dalam m engam bil kebijakan Dwifungsi ABRI membuat aktor- aktor politik lainnya kehilangan kendali terhadap ABRI Hal itu terjadi karena kuatnya pengaruh perwira militer dalam politik lokal Papua baik dalam badan legislatif Papua maupun dalam lembaga eksekutif di Papua7

2 ABRI Wajah Indonesia di Papua

Sampai saat ini argumen Indonesia bahwa proses penggabungan Papua ke dalam Indonesia adalah suatu ldquokehendak dan panggilan sejarahrdquo dari sikap patriotisme para sukarelawan terasa tidak memadai lagi

7 Konsepsi dwifungsi ABRI membuat cara pandang aktor- aktor politik lainnya terkesampingkan Selain itu selama operasi m iliter itu berlangsung jajaran birokrasi dikendalikan pula oleh para perwira aktif mulai dari Ketua DPRD I dan II se-Papua wakil gubernur bupati dan atau wakil bupati se-Papua Institusi strategis juga dikendalikan oleh perwira ABRI aktif yaitu Kantor Direktorat Sospol Provinsi dan Kabupaten se-Papua dan Mawil Hansip Provinsi dan Mawil Hansip Kabupaten se-Papua

4

kekuatannya selalu dikampanyekan sebagai ancam an serius bagi NKRI Obsesi itu tumbuh dari cara pandang yang melihat gerakan menuntut pengakuan identitas politik Papua sekadar masalah ldquobom waktu yang ditinggalkan Belandardquo atau buah dari hasutan kelom pok separatis bukan m erupakan persoalan mendasar yang berkaitan dengan rasa keadilan dan harga diri orang Papua Maka dari itu untuk mengenyahkan ldquohantu OPMrdquo itu kebijakan yang diambil di Papua adalah menghancurkan OPM secara fisik (membunuh)5 dengan menggelar operasi militer berkesinambungan (DOM) dari tahun ke tahun

Dr Benny Giyai seorang rohaniwan dan intelektual Papua mencatat bahwa pengalaman di bawah cengkraman militer itu merupakan pengalaman pahit yang tak akan pernah terlupakan oleh orang-orang Papua Benny menuliskan bahwa dalam seluruh pengalaman pahit itu orang Papua merasa d iperlakukan bukan sebagai m anusia melainkan hanya sebagai objek yaitu objek operasi militer6

Sejarah sebagai objek kekerasan itushylah yang selalu diingkari oleh Indonesia sampai hari ini Pihak-pihak militer atau aparat keamanan di Papua sama sekali tidak pernah merasa melakukan kejahatan terhadap siapa pun di Papua karena operasi-operasi m ilite r yang m ereka lancarkan atau penangkapan-penangkapan serta penyiksaan

5 Membunuh di Papua sungguh dalam artian harfiah Pembunuhan terhadap Arnold Ap tahun 1984 atau pembunuhan terhadap Theis H Eluay tahun 2002 adalah contoh dari kebijakan itu Bahkan Kasad Jenderal Ryamizar Ryakudu menyatakan para anggota Kopassus yang telah divonis oleh Pengadilan Tinggi Militer Surabaya terbukti membunuh Theis sebagai Pahlawan NKRI

6 Benny Giyai Menuju Papua Baru Beberapa PokokPikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham- Dieyai 2000 Dalam pandangan Benny hari merdeka itu adalah hari datangnya kebahagian sehingga penderitaaan tidak lagi menjadi hari-hari orang Papua Selain itu Benny juga meyakini bahwa hari itu akan datang sebagaimana kosmologi orang Papua yang meyakini bahwa waktu berputar antara susah menuju senang dalam babakan-babakan tertentu Hlm 8mdash 9

atau pembunuhan dengan segala bentuknya di Papua hanyalah dalam rangka menjalankan tugas sebagai p e lindung NKRI dari rongrongan organisasi yang disebut sebagai OPM

Tulisan ini berusaha membeberkan operasi-operasi militer yang digelar oleh Kodam yang berpataka ldquoPraja Ghupta Virardquo (Ksatria Pelindung Masyarakat) di Papua Dalam pandangan orang-orang Papua ABRI alih-alih menjadi pelindung malah menjadi seperti pagar makan tanam an Operasi- operasi militer mendatangkan kesengsaraan lahir dan batin bagi orang-orang Papua Pandangan orang Papua itu masih bertahan sampai saat ini sehingga mendorong mereka menuntut merdeka karena rendahnya kepercayaan terhadap instansi pemerintah yang ada di Papua

Dalam keperluan tulisan ini operasi- operasi militer yang berjalan terus-menerus dilihat sebagai kemenangan politik ABRI dalam melakukan bargaining dengan aktor- ak to r negara la in dalam m engam bil kebijakan Dwifungsi ABRI membuat aktor- aktor politik lainnya kehilangan kendali terhadap ABRI Hal itu teijadi karena kuatnya pengaruh perwira militer dalam politik lokal Papua baik dalam badan legislatif Papua maupun dalam lembaga eksekutif di Papua7

2 ABRI Wajah Indonesia di Papua

Sampai saat ini argumen Indonesia bahwa proses penggabungan Papua ke dalam Indonesia adalah suatu ldquokehendak dan panggilan sejarahrdquo dari sikap patriotisme para sukarelawan terasa tidak memadai lagi

7 Konsepsi dwifungsi ABRI membuat cara pandang aktor- aktor politik lainnya terkesampingkan Selain itu selama operasi m iliter itu berlangsung jajaran birokrasi dikendalikan pula oleh para perwira aktif mulai dari Ketua DPRD I dan II se-Papua wakil gubernur bupati dan atau wakil bupati se-Papua Institusi strategis juga dikendalikan oleh perwira ABRI aktif yaitu Kantor Direktorat Sospol Provinsi dan Kabupaten se-Papua dan Mawil Hansip Provinsi dan Mawil Hansip Kabupaten se-Papua

4

Apalagi argumentasi yang menyatakan bahwa Papua telah menjadi bagian dari Indonesia sejak alam terbentang karena terdapatnya persamaan adanya kapak batu persegi dan adanya persamaan relief lukisan di dinding gua batu

Lebih tak berarti lagi apabila klaim Indonesia itu sem ata disandarkan pada penguasaan Papua oleh kerajaan kuno seperti Sriwijaya Majapahit sampai Sultan Tidore8 Klaim atas Papua yang disandarkan pada argumen bahwa Papua adalah wilayah jajahan B elanda mdash sejak tahun 1828 berkat keberhasilan Belanda mendirikan benteng Fort du Buis di Teluk Triton Kaimanamdash secara otomatis menjadi wilayah Indonesia ju g a tidak m em bantu banyak dalam menyakinkan orang Papua bahwa mereka adalah bagian sah dari Republik Indonesia9

Semua argumen itu terasa hambar karena tidak berasal dari pengalaman nyata orang-orang Papua sendiri dalam berintegrasi dengan negara Republik Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 Lebih tepatnya orang Papua berinteraksi secara nyata dengan entitas negara Indonesia adalah melalui sebuah peijanjian internasional yang ditandatangani pada tanggal 12 Agustus 1962 di New York dan d ilan ju tkan dengan referendum tu juh tahun kem udian Referendum itu disebut oleh Indonesia sebagai Pepera yang dijalankan secara musyawarah antara 1025 orang mewakili seluruh orang Papua yang ada kala itu Baru setelah Pepera di tahun 1969 itulah Papua berintegrasi dengan Indonesia dengan tulang punggungnya pemerintahan militer

Operasi militer untuk memaksa Papua berintegarasi ke dalam Indonesia secara faktual dirintis mulai tahun 1961 dengan masuknya bala tentara Indonesia ke Papua

8 Sejarah yang menguntai jauh ke belakang sebagai legitimasi Indonesia atas Papua seperti ini dapat dibaca dalam Irian Barat dari Masa ke Masa Sejarah Militer Kodam XVII Tjendrawasih Puserjarah ABRI 1971 Hlm 9mdash 16

9 Argumentasi Papua adalah wilayah Indonesia karena bagian dari jajahan Belanda dipakai oleh Deplu Indonesia lihat brosur Sejarah Kembalinya Irian Jaya ke Pangkuan Republik Indonesia Deplu RI 1998

dengan sebutan sukarelawan dalam rangka m elakukan in filtra si un tuk m enguasai sebagian wilayah Papua dari Belanda dan kemudian daerah itu dimanfaatkan untuk m engacaukan ja lan n y a pem erin tahan Belanda atas Papua10 11 Sejak tahun 1961 itulah masyarakat Papua mengenal Indonesia secara nyata berkat adanya pasukan-pasukan ABRI yang menyusup ke Papua Artinya wajah pertama Indonesia di Papua diwakili oleh sepak terjang para pasukan infiltran ini

Fase infiltrasi ini ditujukan untuk m em bentuk b asis -b as is gerilya dan mempersiapkan pembentukan pos terdepan bagi upaya penyerbuan Papua oleh Indonesia Dalam fase ini dimasukkan lebih kurang 10 kompi prajurit ABRI ke Papua Fase kedua adalah m elakukan serangan terbuka di beberapa daerah seperti Biak Fak-fak Sorong Kaimana dan Merauke Fase ketiga adalah konsolidasi pasukan sebagai kekuatan militer Indonesia di Papua11

Salah satu perw ira ABRI yang menjadi infiltran ini adalah Kapten Benny Moerdani (kemudian menjadi Menghankam Paftgab 1983mdash 1988 Menhankam 1988mdash 193) dengan pasukan berkekuatan 206 yang berasal dari RPKAD dan Kompi II Batalyon 530Para dari Kodam Brawijaya Pasukan ini diterjunkan di Merauke dengan sandi Operasi Naga Operasi penyusupan di Papua ini secara kese lu ruhan d iberi sandi O perasi Djayawijaya Setelah New York Agreement disetujui Benny dipindahkan ke Holandia (Jayapura) menjadi komandan sementara seluruh pasukan infiltran Indonesia di Irian Barat12

Seluruh pasukan infiltran ini sebagaimana d isyaratkan oleh New York Agreement kemudian diorganisasi ke dalam Kontingen Indonesia (Kotindo) sebagai pasukan keamanan UNTE A Konsentrasi dari pasukan Indonesia ini awalnya adalah Merauke Kaimana Fak-fak

10 Drs M Cholil Sejarah Operasi-Operasi Pembebasan Irian Barat Puserjarah ABRI - Dephankam 1971

11 Julius Pour Benny Mordani op cit hlm 19812 Ibid hlm 224mdash 226

5

dan Sorong Semua pasukan Indonesia ini kemudian dibagi ke dalam empat datasemen yaitu Datasemen Adi Merauke Datasemen B di Kaimana Detasemen C di Fak-fak dan Detasemen D di Sorong

Pasukan-pasukan Indonesia ini kemudian diperbantukan kepada United Nation Security Force (U N SF) yang m erupakan aparat keam anan UNTEA Meskipun demikian seluruh komando tetap berada di bawah Panglima Mandala Artinya pasukan K otindo secara organik tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ABRI Maka dari itu segala tanggung jawab organisatoris dan administratif tetap menjadi tanggung jawab Indonesia

Dengan posisi yang demikian ABRI di Papua m em ilik i dua m isi form al merupakan alat kelengkapan dari UNTEA dalam UNSF sementara infomal adalah untuk melanjutkan komando Trikora Maka dari itu ABRI dalam K otindo lebih mementingkan tugas informalnya yaitu mengawasi UNTEA agar tidak merugikan Indonesia dan menekan kekuatan-kekuatan sosial po litik orang-orang Papua yang menentang Indonesia

Kehadiran dan sepak terjang ABRI yang kerap melakukan kekerasan di Papua di kemudian melahirkan satu sikap yang khas Papua pula yaitu Indonesia diasosiasikan dengan kekerasan U ntuk ke luar dari kekerasan o rang-orang Papua m ulai membangun identitas Papua sebagai reaksi untuk menentang kekerasan yang dilakukan oleh para anggota ABRI yang menjadi representasi Indonesia bertahun-tahun di Papua13 Makna yang terbangun di balik itu adalah menolak menjadi Indonesia berarti menolak menjadi korban kekerasan dari ABRI Sikap ABRI atas reaksi orang-orang Papua bukannya mencari jalan penyelesaian secara damai melainkan mengintensifkan kekerasan dengan skala yang

13 Amiruddin ldquoGerakan Papua MerdekarPenciptaan Identitas Ke-Papuan versus Ke-Indonesia-anrdquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIIINol Tahun 2005

lebih besar melalui operasi militer dengan menjadikan Papua sebagai DOM Akibatnya kekerasan menjadi lingkaran yang tiada putus di Papua selama puluhan tahun14

Sejak itu secara perlahan orang-orang Papua baik elit maupun jelata juga mulai mengenal Indonesia dalam arti sesungguhshynya Singkatnya dalam pandangan orang Papua ABRI adalah Indonesia Indonesia adalah A B R I15 A kibatnya perlaw anan terhadap Indonesia yang mulai buncah sejak tahun 1963 sampai hari ini tidak pernah berhenti Selalu ada pemimpin baru dengan pengikut yang juga potensial terus tumbuh16

3 Kodam Tulang Punggung Security Approach

Tahun 1963 MenPangad Jend A Yani mengeluarkan perintah Operasi Wisnumurti untuk mendatangkan pasukan dari divisi-divisi di Jaw a M akassar dan M aluku untuk mengembangkan kekuatan tempur dan staf Kodam XVII Tugas pokok Kodam ini adalah m enegakkan kew ibaw aan Pem erintah Indonesia menjamin keamanan dan ketertiban serta m embantu pem erintah sipil dalam membangun Irian Barat17 Para infiltran yang tergabung dalam Kotindo adalah inti kekuatan ABRI di Papua k e tik a K odam X V II Tjendrawasih dibentuk

14 Muridhan S W idjojo ldquoSeparatisme - Hak Asasi M anusia- Separatisme Siklus Kekerasan di Papua Indonesiardquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIIINol Tahun 2005

15 Mengenai wajah Indonesia itu adalah seluruh aksi kekerasan yang dilakukan oleh para prajurit ABRI ini dapat ditelusuri dalam Decki Natalis Pigai BIK Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua Sinar Harapan Jakarta 2001

16 Mengenai terus tumbuhnya perlawanan dan munculnya pemimpin-pemimpin baru dari setiap fase perlawanan itu lihat Yorris TH Raweyai Mengapa Papua Ingin Merdeka PDP Jayapura 2002 Yorris tercatat sebagai anggota PDP yang memperjuangkan kemerdekaan bagi Papua Hal ini menunjukkan bahwa regenerasi perlawanan terus berlanjut selama kekerasan terus terjadi

17 Irian Barat Op cit hlm 104

6

Sesunguhnya Kodam XVII yang awalnya bernama Kodam XVIIIrian Barat dibentuk melalui Surat MenPangadNo Kpts- 105881962 pada tanggal 17 Agustus 196218 atau 2 hari setelah New York Agreement ditandatangani Karena masa itu Indonesia belum memiliki kewenangan pemerintahan di Papua Kodam ini hanya berada secara bayangan dengan fungsi mengawasi UNTEA dan gerak-gerik politik orang-orang Papua terutama yang pro-kemerdekaan Papua Brigjen U Rukm ana yang kom andan K otindo merangkap sebagai Pangdam pertama di Papua19

Kodam ini kemudian direalisasikan secara nyata baru 12 Januari 1963 mendekati hari penyerahan adm in istrasi ke pem erin tahan Papua dari UNTEA ke Indonesia Kodam ini kemudian membentuk komando teritorialnya yang terdiri dari 3 Korem dan 23 Kodim Kemudian komando teritorial ini diubah pada tanggal 3 Maret 1963 menjadi 3 Korem20 dan 8 Kodim 70 Puterpa dan 20 K ooterpa21 K om ando- komando ini berfungsi sebagai gelar pasukan dan sekaligus penguasaan teritorial dalam rangka fungsi sosial politik secara nyata22 Di samping itu juga ditambah dengan dua batalion infantri Kodam mulai berfungsi secara riil 17 Mei 1963 setelah UNTEA mengalihkan tanggung jawab administrasi kepemerintahan ke Indonesia

18 Namun ulang tahun Kodam selalu diperingati tgl 17 Mei 1963 Hal ini mulai terjadi sejak tahun 1967

19 Irian Barat dari Masa ke Masa op cit hlm 100-10120 Sejak tanggal 5 Agustus 1964 jumlah Korem di Irian

Barat dikurangi menjadi 2 yaitu Korem 171 dengan markas di Manokwari dan Korem 172 dengan markas di Merauke Dua Korem ini bertahan sampai sekarang

21 Dari 8 Kodim ini dua Kodim langsung di bawah Kodam yaitu Kodim 1701 Jayapura dan Kodim 1702 Wamena Sementara 4 Kodim berada di bawah Korem 171 yaitu Kodim 1711 Manokwari Kodim 1712 Sorong Kodim 1713 Seruai dan Kodim 1714 Fak-fak Dua Kodim lainnya berada di bawah Korem 172 yaitu Kodim 1721 Merauke dan Kodim 1722 Tanah Merah PUTERPA (Perwira Urusan Perlawanan Rakyat) sekarang setingkat dengan Koramil Kooterpa (Koordinator Perlawanan Rakyat) sekarang Babinsa

22 Pusat Sejarah Kodam XVII op cit

K odam X V IIIrian Barat pada tanggal 30 Juni 1964 berganti nama menjadi Kodam XVIITjendrawasih dengan pataka-nya Praja Ghupta Vira yang berarti Ksatria Pelindung Masyarakat Sejak tahun 1964 inti kekuatan Kodam XVIITjendrawasih terus berkembang dengan dibentuknya batalion- ba ta lion baru ya itu B atalion 751 Tjendrawasih di Manokwari yang berasal dari K odam V IID iponegoro Y onif 752 Tjendrawasih di Sorong berasal dari Kodam VlSiliwangi dan Yonif753Tjendrawasih di Jayapura K etiga y o n if ini m erupakan pembaharuan dari yonif sebelumnya yaitu Yonif 641Tjendrawasih I yang berasal dari Diponegoro dan Yonif 642Tjendrawasih II yang berasal dari Siliwangi Ke dalam kedua batalion ini telah bergabung unsur dari Papua yaitu para gerilyawan KasuariTrikora dan anggota eks-PVK (Papuan Vrywillingers Korp) setelah mereka dididik di Siliwangi dan di Diponegoro23 Jumlah seluruh pasukan ABRI pada awal kehadiran Kodam ini sekitar 2000 prajurit lebih

Peran m ilitermdash terutam a ADmdash menjadi kian dominan di Papua ketika terjadi reo rgan isasi m ilite r Indonesia setelah kekuasaan beralih dari tangan Soekarno ke tangan Soeharto Dominasi militer di Papua itu sejalan dengan menguatnya militer dalam kekuasaan di Indonesia MenhankamPangab Benny Moerdani yang juga anggota MPR dalam sidang MPR tahun 1988 pernah menyatakan kekuatan militer dalam politik itu tak ubahnya sebagai partai politik Di era Benny Moerdani menjadi MenhankamPangab inilah peranan Kodam menjadi komando yang dominan di daerah dan sekaligus satu-satunya kekuatan militer yang mengendalikan kondisi keamanan dan ketertiban sekaligus kondisi sosial-politik daerah24 Dalam menjalankan fungsi sosial- politik ini ABRI aktif dalam menggalang

23 Irian Barat dari Masa ke Masa hlm 11524 Lihat Julius Pour Benny Mordani Profil Prajurit

Negarawan Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman Jakarta 1993 hlm 469mdash 474 dan hlm 543mdash 543

7

kekuatan politik bersama dengan Golkar25 Sejak orang Papua ikut Pemilu Indonesia di tahun 1971 sampai Pemilu tahun 1997 Golkar tetap merupakan partai politik dominan di Papua dengan perolehan suara di atas 80

Sejalan dengan kebijakan itu kemudian Kodam XVIITjendarawasih digabung dengan Kodam XVPatimura menjadi KodamXVII Trikora26 yang menjadi kekuatan hankam dan sosial politik utama pula di Papua Sebagai kekuatan hankam dan sosial-politik titik berat tugas ABRI di Papua adalah mengatasi gangguan kamtibmas dan menangkal subversi dalam negeri Dengan titik berat tugas militer seperti itu Kodam akhirnya menjadi institusi yang dikuasai oleh AD27

Seiring dengan itu rangkaian kekerasan dan pelanggaran HAM terjadi Pengalaman buruk di baw ah DOM ini kem udian membangkitkan pengalaman buruk rakyat Papua selama proses awal integrasi dan Pepera Pengalaman buruk itu kemudian tampil ke permukaan secara terbuka di kala kekuasaan m iliter dalam pemerintahan surut ketika reformasi politik terjadi tahun 1998 Di era reform asi di Papua tumbuh keberanian mempersoalkan seluruh kekuasaan Indonesia di Papua yang didominasi oleh m iliter itu Keberanian itu kian buncah ketika Panglima ABRI Jenderal Wiranto di bulan Agustus 1998 menyatakan minta maaf dan mencabut status Papua sebagai daerah DOM28

Dengan latar sejarah dan posisi politik seperti itu m iliter di Papua merasa dan melihat dirinya sebagai satu-satunya institusi yang menjaga keutuhan Indonesia di Papua Pada

25 Sejak orang Papua ikut Pemilu Indonesia di tahun 1971 sampai pemilu tahun 1999 Golkar selalu menang telak di atas 80 di Papua

26 Penggabungan terjadi bulan April 1985 berdasarkan surat perintah operasi KASAD NolSeptember 1984

27 Ibid hlm 47228 Kapan awal Papua bertatus DOM sampai saat ini belum

ada informasi yang pasti Namun dengan diumumkanya pencabutan status DOM oleh Jenderal Wiranto 8 Agustus 1998 menandakan bahwa Papua pernah berstatus DOM Setelah status DOM dicabut Pangdam Papua menyatakan Papua berstatus daerah rawan

gilirannya militer di Papua selalu bertindak keras terhadap segala bentuk gerakan atau opini yang mempertanyakan atau memprotes keadaan yang dirasakan kurang adil oleh tokoh-tokoh Papua Pada gilirannya militer Indonesia di Papua sangat mudah memvonis seluruh bentuk protes orang Papua sebagai gerakan separatis

K etika cap separa tis sudah dialamatkan oleh militer kepada seseorang di Papua maka orang itu akan bisa menjadi korban dalam sekejap Baik menjadi korban pencu likan peny iksaan bahkan pem shybunuhan Aksi kekerasan itu berlangsung bertahun-tahun dengan ribuan korban jiwa Para korban dan keluarganya inilah bersama- sama dengan kalangan muda dan mahasiswa serta tokoh-tokoh terpelajar Papua di era reform asi m ulai m enyuarakan perlunya Indonesia mempertanggungjawabkan seluruh kekerasan itu Untuk meminta pertanggungshyjaw aban itu wacana hak asasi manusia menjadi wacana yang paling dominan di Papua

Kian menghujamnya cengkraman militer terhadap kehidupan sosial politik di Papua ju g a tidak terlepas dari potensi ekonomi daerah ini yang begitu besar Hal itu te rlih a t k e tika PT F reepo rt m ulai menanamkan investasinya di Papua Untuk melindungi PT Freeport militer di Papua mulai mengembangkan pengaruhnya dalam politik lokal dengan cara yang lebih keras29 Selain itu m ilite r ju g a m em perbesar kekuasaanya dengan m enem patkan diri sebagai pelindung dari mengalirnya ribuan para imigran dan transmigran dari luar Papua Semuanya ini disebut oleh para petinggi militer sebagai tugas nasional dalam rangka menjaga integritas teritorial Indonesia di Papua

Seluruh sepak terjang militer yang mendatangkan luka di hati orang Papua inilah

29 Mengenai perlindungan militer terhadap PT Freeport lihat Amiruddin dan Aderito Soarea Perjuangan Amungme Antara Freeport dan Militer ELSAM Jakarta 2003 Lihat juga Denise Leith The Politics o f Power Freeport in Seharto rsquos Indonesia University of Hawaii Press Honolulu 2003

8

yang hendak diperbaiki dengan diberikan status otonomi khusus terhadap Papua Pada bagian Menimbang dari UU Otsus menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua selama ini belum sepenuhnya memenuhi rasa keadilan memenuhi kesejahteraan rakyat penegakan hukum dan belum sepenuhnya menghormati hak asasi manusia khususnya hak asasi masyarakat Papua

4 Operasi-Operasi Militer Penderitaan Rakyat Papua

Untuk mendapatkan perhatian OPM kerap melancarkan gerakan bersenjata secara sporadis Hal itu ditempuh OPM karena terbatasnya kem am puan tem pur akibat sedikitnya jumlah persenjataan Selain itu juga karena tidak mudahnya medan Papua untuk membangun kekuatan besar yang terorganisasi secara baik30 Selain gerakan bersenjata secara umum usaha OPM untuk menunjukkan diri mereka tetap eksis adalah aksi pencu likan aksi penyergapan peng ibaran bendera B in tang K ejora penyebaran propaganda m elalui media selebaran dan mobilisasi demonstrasi atau rapat umum di daerah-daerah terpencil Selain itu kerap pula ditempuh aksi lintas batas terutama ke PNG

OPM pada awalnya adalah reaksi orang- orang Papua atas sikap pejabat-pejabat asal Indonesia yang mengecewakan mereka sejak tahun 196331 Perlawanan secara bersenjata pertama kali diluncurkan di Kebar Manokwari 26 Juli 1965 Perlawanan di Kebar ini dipimpin oleh Johannes Djambuani dengan kekuatan 400 orang yang berasal dari suku Karun dan Ayamaru Seiring dengan itu suku Arfak di Arfai

30 Seluruh uraian mengenai OPM ini disandarkan pada John RG Djoparai Pemberontakan Organisasi Papua Medeka Grasindo Jakarta 1993 dan Robin Osbom Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Elsam Jakarta 2001

31 Richard Chauvel and Ikrar Nusa Bhakti The PapuaConflict Jakarta rsquos Perceptions and Policies East-West

Manokwari melancarkan pula perlawanan yang dipim pin oleh M ayor T ituler Lodewijk Mandatjan yang diikuti oleh Kapten Tituler Barent Mandatjan dan Lettu Tituler Irogi Maedogda dengan mengajak penduduk lari ke hutan

Sementara di Manokwari 28 Juli 1965 juga teijadi perlawanan yang dipimpin oleh Permanas Ferry Awom dengan pengikutnya sekitar 400 orang yang berasal dari suku Biak Ajamaru Serui dan Num for menyerang asrama Yonif 641Tjendrawasih I Dalam penyerangan ini 3 anggota ABRI tew as32

Setelah teijadi penyerangan ABRI m elancarkan O perasi Sadar di baw ah komando Pangdam Brigjen R Kartidjo untuk m enghancurkan kelom pok perlaw anan Operasi Sadar ini tidak saja bertujuan untuk mematahkan perlawanan yang terjadi di M anokw ari te tap i ju g a m enegaskan kekuasaan Kodam XVII atas seluruh wilayah Papua Tugas pokok operasi adalah m elakukan penghancuran terhadap gerom bolan yang bergerak di sek itar Manokwari dan Kebar sekaligus minimum m enangkap Ferry Awom dan Julianus Wanma baik mati maupun hidup sebelum tanggal 17 Agustus 1965 Operasi ini sejak 10 Agustus dilancarkan secara intensif dan terus-menerus ke kampung-kampung yang menjadi basis-basis perlawanan Dalam operasi pengejaran terhadap kelompok perlawanan 36

Center Washington 2004 Hlm 22mdash 23 Sikap pejabat Indonesia yang mengecewakan itu dideskripsikan pula oleh Djopari Misalnya membakar buku dan dokumen yang berbahasa Belanda mengintimidasi dan menodong tokoh-tokoh Papua yang memiliki bacaan dalam bahasa Belanda sebagai pro-Belanda mengambil rumah-rumah penduduk dengan menyatakan rumah itu milik Belanda serta mengambil berbagai barang dalam rumah penduduk atau penjabat lokal kemudian dibawa keluar Papua

Djopari hlm 82mdash 8432 Seluruh uraian mengenai OPM ini disandarkan pada John

RG Djoparai Pemberontakan Organisasi Papua Medeka Grasindo Jakarta 1993 dan Robin Osbom Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Elsam Jakarta 2001

9

orang penduduk yang disebut sebagai anggota OPM tewas33

Sejalan dengan operasi pengejaran ini Operasi Sadar dikembangkan ke seluruh wilayah Irian Barat pada tanggal 25 Agustus 1965 Sejak ini Operasi Sadar langsung d ip im pin oleh Pangdam B erdasarkan perintah operasi ini wilayah Papua kemudian dibagi ke dalam 4 sektor Sektor I adalah daerah yang m elipu ti M anokw ari dan sekitarnya menjadi pos terdepan operasi Untuk daerah ini dilancarkan operasi intelijen dan teritorial untuk mendukung operasi fisik (tempur) Di sektor lainnya yang belum menujukan adanya perlawanan fisik hanya dilancarkan operasi intelijen dan teritorial dengan tujuan untuk mencegah meluasnya pengikut perlawanan34

Operasi ini dilanjutkan oleh Pangdam yang baru ya itu B rig jen R B in toro Sepanjang tahun 1966mdash 1967 operasi tempur ABRI kian m ass if un tuk m enghadapi kelom pok-kelom pok perlaw anan yang tumbuh dari suku Arfak di Manokwari di bawah pimpinan Lodewijk Mandatjan dan Ferry Awom dan juga di daerah sekitar Jayapura dan Merauke Nama operasi kali ini adalah O perasi B aratayudha dengan mendatangkan pasukan dari Yonif 314 Siliwangi dengan 2 kompi Yon 700RIT dan 2 kompi Yon 935Brimob Selain itu dalam operasi ini juga dilibatkan 2 Ton KKOALRI 1 Ton Kopasgat dan 1 tim RPKAD Pasukan tempur ini juga diperkuat dengan 2 pesawat Bomber B-26 dan 1 Pesawat Dakota dan 1 Kapal Perang35

O perasi B aratayudha bertu juan menghancurkan perlawanan dan mempershysiapkan pemenangan Pepera Operasi ini bersifat tempur dengan dibantu oleh operasi intelijen dan teritorial yang disiapkan dalam tiga fase yang fase terakhirnya adalah tahun 1968

53 Lihat Jopari op cit 110-111 dan bandingkan dengan Irian Barat op cit hlm 125-128

14 Irian Barat op cit hlm 130-134 35 Irian Barat op cit hlm 141

10

Fase ketiga ini ditujukan untuk konsoliasi persiapan memenangkan Pepera

Operasi Baratayudha yang banyak menelan korban jiw a membuat kelompok perlawanan terpecah menjadi kecil-kecil dan surut Untuk mengintensifkan kemenangan dalam Pepera kelompok-kelompok kecil ini kemudian dikejar terus-menerus Inti dari pasukan yang mengejar ini adalah dari RPKAD Sejalan dengan ini show offorce dari kekuatan yang diiringi dengan operasi intelijen dan teritorial dilancarkan di daerah yang perlawanan kecil dan m elem ah un tuk m em enangkan situasi psikologis36 Sepanjang tahun 1967 operasi berhasil m enem bak m ati 73 orang dan menangkap 60 orang dengan menyita 39 pucuk senjata Adapun yang menyerahkan diri 3539 orang Operasi Barathayuda ini menggetarkan hati banyak orang Papua karena mereka tidak mengira Indonesia akan melancarkan perang terbuka yang banyak m endatangkan p en deritaan fis ik dan psik is dalam menghadapi protes mereka

Ketika Brigjen Sarwo Edi menjadi Pangdam digelar operasi baru yaitu operasi W ibaw a dengan tugas u tam a adalah m em enangkan Pepera untuk Indonesia Tugas pokok dari operasi ini adalah m enghancurkan kelom pok perlaw anan mengamankan usaha memenangkan Pepera serta m enum buhkan dan m em elihara kewibawaan pemerintah Untuk tujuan itu Kodam m elakukan sinkronisasi operasi tempur intelijen dan teritorial Sejalan dengan ini Pangdam memerintahkan di setiap Kodim disiapkan kekuatan tempur agar bisa digunakan jika diperlukan

D alam kerangka m em enangkan Pepera OPSUS di bawah pimpinan Mayor Ali Moertopo37 yang bergerak dalam bidang intelijen dan sosial-ekonomi berperan dominan dalam melakukan operasi teritorial untuk penggalangan Dalam kerangka Operasi

36 Ibid hlm 144mdash 14537 Ali Moertopo sejak tahun 1962 telah berada di Papua

dengan jabatan Asisten I Dan Kotindo dan kemudianmenjadi Asisten I Kodam Asisten I adalah bidang intelijen Kodam

Wibawa pemenangan Pepera ke Kodam diperbantukan intelijen dari Den Dipiad dan intelijen dari Tim Karsa YudhaRPKAD Untuk memenangkan Pepera itu intimidasi dan kekerasan telah memaksa sebagian orang memilih menjadi Indonesia Secara keseluruhan dalam operasi ini dilibatkan 6220 orang pasukan

O perasi pem enangan Pepera ini dibagi ke dalam 4 fase Fase pertama adalah menghancurkan kelompok perlawanan dan sekaligus memperluas sebaran pasukan ABRI ke daerah-daerah yang telah dikuasai Selain itu di setiap Puterpa disiapkan 1 regu pasukan infantri untuk melakukan operasi teritorial Fase kedua adalah memastikan di daerah-daerah K epala B urung Pepera dimenangkan oleh Indonesia Untuk ini segenap unsur ABRI d ilibatkan untuk mengeliminir kelompok perlawanan Fase ketiga dan keempat adalah memastikan kem enangan pada hari H -nya dan mengamankan hasilnya38

M eski pun fase-fase itu telah disiapkan ternyata upaya memastikan Pepera bisa dim enangkan oleh Indonesia tidak berjalan secara mulus Di daerah Erambo (Merauke) DubuUbrub (dekat perbatasan) Enaratoli dan W ahgete (Paniai) terjadi penolakan oleh masyarakat setempat Para utusan pemerintah dan unsur ABRI yang ada di daerah itu dilawan oleh penduduk

Di Enarotali perlawanan lebih hebat dengan melancarkan gerakan bersenjata serta terang-terangan m enolak bergabung ke Indonesia yang d ip im pin oleh AR Wamafma Senen Mote Maphia Mote dan Thomas Douw Perlawanan ini juga didukung oleh beberapa orang polisi asal Papua yang berpihak kepada kelompok perlawanan Untuk menghentikan gerakan ini Pangdam Sarwo Edi memerintahkan menghancurkan kelompok perlawanan Untuk itu pasukan Kopashanda dan pasukan dari Kompi 3

38 Ibid hlm 170mdash 174

Batalyon 724Hasanuddin diterjunkan di Enarotali untuk membantu pasukan yang ada di Kodim 1705Nabire Pasukan ini dalam operasinya didukung pula oleh Dipiad (Dinas Pelaksana Intelijen AD) dan Satgas AURI yang dilengkapi pesawat B 26 Dakota dan Hercules Pasukan Yon 724Hasanuddin ini kemudian bergerak melancarkan operasi ke berbagai daerah di sekitar Paniai39 Operasi yang dipimpin oleh Mayor Mochtar Jahja dan Mayor Sitompul ini tidak mudah dilupakan oleh rakyat Paniai karena dalam operasi ini militer bertindak secara kasar dan membabi buta itu Ditengarai ada sekitar 634 orang penduduk terbunuh sepanjang operasi itu40

Aksi perlawanan menjelang Pepera ini juga pecah di Piramid Wamena Dua orang anggota ABRI dibunuh oleh penduduk ABRI dalam peristiwa Piramid ini melancarkan operasi intelijen dan teritorial untuk mencari pelakunya Pasukan dari Satgas 3Hasanuddin dikerahkan untuk menguasai kampung-kampung dan mencari pelaku

Gencarnya operasi-operasi militer yang diperintahkan oleh Pangdam Sarwo Edi tidak terlepas dari fungsinya sebagai Ketua Proyek Pelaksana Daerah Sesuai dengan surat Mendagri No 301969 Pangdam bertanggung jawab atas pengendalian penggerakan dan koordinasi kegiatan semua aparatur pemerintah daerah sipil dan swasta dan ABRI di Papua Dengan lain kata Pangdam adalah penguasa tertingg i di Papua dalam m enjalankan pemerintahan dan bertanggung jawab penuh untuk memenang-kan Pepera Dalam posisinya sebagai Ketua Proyek Pangdam melancarkan usaha-usaha peningkatan operasi tempur di semua lini untuk menghancurkan perlawanan melakukan operasi teritorial untuk penggalangan kondisi bagi pem enangan Pepera dan m engintensifkan operasi intelijen untuk mematahkan sisa-sisa gerakan separatis Selain

39 Ibid hlm 182mdash 18340 Mengenai korban dari penduduk Paniai ini lihat Pigay

op cit hlm 343mdash 344

11

itu melakukan operasi pengamanan objek vital dan tempat-tempat sidang Dewan Pepera41

Sejalan dengan kemenangan Indonesia dalam Pepera ABRI melakukan pula fungsi- fungsi sosial-politiknya Untuk itu Kodam melancarkan program penggantian para pejabat kabupaten dan dinas-dinas yang dilihat diragukan loyalitasnya pada Indonesia Bersamaan dengan ini keanggotaan DPRD I dan II melakukan penyusunan ulang dengan memasukan anggota ABRI menjadi anggota atau pimpinan dewan Dalam konteks ini pasukan ABRI juga dirapatkan di kam pung-kam pung untuk mengawasi kehidupan masyarakat secara langsung Di samping itu juga melancarkan proyek civilisasi dan kesehatan bekerja sama dengan zending dan misi yang telah ada Dalam bidang ekonomi Kodam juga turut serta melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi dengan mengontrol arus dan harga barang Semua kegiatan ini disebut sebagai kegiatan civic mission ABRI di Papua42

Setelah memenangkan Pepera 29 Januari 1970 Brigjen Acub Zainal ditunjuk menjabat Pangdam Tjendrawasih Di tangan Pandam baru ini organisasi Kodam menjadi 3 Korem 9 Kodim dan 3 Yonif Yonif 751 Tjendrawasih di Arfai Manokwari berasal dari Kodam Diponegoro dengan status tugas jangka panjang Yonif 752Tjendrawasih di Sorong berasal dari Kodam Siliwangi dan Yonif 753Tjendrawasih di Ifar Gunung Jayapura berasal dari Brawijaya ditambah prajurit asli orang Papua Ketiga Yonif ini dikembangkan menjadi pasukan organik Kodam Tjendrawasih Sementara pasukan- pasukan ABRI dari kesatuan lainnya yang berasal dari luar Papua mengalami rotasi penugasan Pasukan lama pulang dan diganti dengan pasukan baru dari asal kesatuan yang sama Reorganisasi ini juga sejalan dengan reorganisasi Kopkamtibda di Irian Jaya Semua ini dipersiapkan untuk menyambut pelaksanaan Pemilu 1971

41 Irian Barat op cit 202mdash 20342 Ibid 217mdash 218

Pemilu 1971 ini merupakan pemilu pertama Indonesia di bawah kekuasaan rezim O rde B aru S oeharto P em ilu ini ju g a merupakan pemilu pertama bagi orang Papua dalam kekuasaan Indonesia D alam mempersiapkan Pemilu 1971 ini Kodam juga menghadapi perlawanan terutama di Biak Utara dan Barat serta di kepala burung M anokw ari U ntuk m enghentikan perlawanan tersebut dilancarkan operasi m iliter Sandi operasi adalah O perasi Pamungkas dengan pendekatan pada operasi teritorial yang dibantu tempur dan intelijen Pelaksana Operasi adalah Kodim Biak yang dibantu pasukan tempur dari Yonif 753 dan 752Tjendrawasih serta Dipiad Operasi di Biak ini dipimpin oleh Dandim Biak Mayor R A Hendrik dan Mayor Puspito yang juga Komandan Yon 753 43

Bulan Juli 1971 ini Kodam juga m elancarkan O perasi Pam ungkas di Manokwari untuk mengejar Ferri Awom yang belum menyerah Operasi ini dipimpin oleh D anyongab Satgas 3 M erdeka M ayor Ahmad Kemudian digantikan oleh Letkol S Mardjan Dalam Operasi ini terlibat pasukan dari Satgas 3Merdeka dan 1 peleton dari Yon 751 dan 1 peleton dari Kompi 753 Batalion- ba ta lion bertugas m engejar kelom pok perlawanan sepanjang hari selama berbulan- bulan siang dan malam Dalam pengejaran ini K apten Sahala R ajaguguk berhasil m em bujuk F erry Awom untuk turun menyerah dengan 400 orang anggotanya44

Operasi militer yang masif di tahun 1971 ini alih-alih membuat sentimen anti Indonesia su ru t m alah perlaw anan berkembang ke berbagai kota dalam bentuk penyerangan terhadap pos-pos ABRI dan pemerintahan Melihat perlawanan menguat Kodam kian memperkuat kekuasaannya di Papua dengan menutup Papua bagi media Suasana ketakutan merajalela di seantero Papua Selam a m enjelang dan sesudah Pemilu 1971 tidak ada satu pun orang di

43 Ibid hlm 239 dan 241mdash 24344 Ibid hlm 245

12

Papua berani mempersoalan ketidakadilan atau tindakan-tindakan anggota m iliter yang menyakitkan hati mereka

Atmosfer ketakutan itu muncul dari tindakan m iliter Indonesia yang selalu melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap daerah-daerah yang ditengarai sebagai basis OPM Dalam melakukan serangan ABRI kerap melibatkan pasukan dalam jumlah besar dengan dibantu oleh pesawat pembom Bronco dan helikopter bersenjata Serangan besar- besaran itu tidak saja mengejar anggota OPM yang mencoba menyerang pos-pos ABRI melainkan kerap kali menelan korban jiwa dari penduduk kampung yang tidak terlibat dalam OPM

Banyaknya korban jiwa di akhir tahun 1970-an ini juga disebabkan oleh sikap militer Indonesia sendiri yang tidak pernah secara jelas memposisikan OPM sebagai gerakan kemerdekaan OPM hanya dilihat sebagai gerakan krim inal yang disebut sebagai Gerakan Pengacau Liar (GPL) atau G erakan Pengacau K eam anan (G PK ) Dengan cara seperti ini setiap korban jiwa yang jatuh dari kalangan orang-orang Papua dengan mudah diklaim oleh militer sebagai anggota OPM45

M enjelang Pem ilu 1977 kem bali perlawanan dilancarkan oleh kelompok- kelompok OPM di Papua terutama di daerah Kobagma Bokondini Mulia Ilaga Piramid Kabupaten Jayawijaya Perlawanan ini dipicu oleh penempatan kesatuan-kesatuan ABRI di hampir seluruh wilayah Papua Operasi- operasi m ilite r un tuk m em atahkan perlawanan menjelang Pemilu 1977 dan Sidang Umum MPR 1978 ditingkatkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif Selain itu perlawanan juga pecah di Enarotali Biak dan Mimika serta di sepanjang daerah perbatasan dengan PNG Era ini dianggap oleh orang Papua

45 Mengenai ini lihat Ikrar Nusa Bhakti ldquoHak Menentukan Diri Sendiri Jenis Baru di Papua Pilihan Antara Kemerdekaan dan Otonomirdquo dalam Dewi Fortuna Anwar (EdJ Konflik Kekerasan Internal Obor Jakarta 2005 hlm 255mdash 256

sebagai era awal status Daerah Operasi Militer bagi Papua d ite rap k an 46 Pangdam Tjendrawasih waktu ini dijabat oleh Brigjen Imam Munandar

Di Jayawijaya terutama di daerah sekitar Tiom dan Kwiyawage yang merupakan lembah- lembah di Baliem dilangsungkan pula operasi militer untuk menghentikan perlawanan dan m em persiap-kan Pem ilu 1977 Operasi dilancarkan di bulan April dan Juni Perlawanan orang Ndani di daerah ini diawali oleh perasaan tidak suka Suku Ndani terhadap kebijakan Indonesia yang memaksa mereka berganti pakaian Sekitar 15000 orang berkumpul melakukan protes Perlawanan ini diawali oleh Operasi Koteka yang dilancarkan untuk mengadabkan orang-orang di daerah itu Di Tiom sekitar 4000 orang melawan dengan cara menyerang pos pemerintah di daerah itu Kemudian ke daerah ini diterjunkan pasukan khusus dari RPKAD dengan didrop dari helikopter Selain itu para penduduk yang mencoba menyelamatkan diri ke hutan-hutan dihujani tembakan dari udara47

Di areal PT Freeport di Timika bulan Juli 1977juga teijadi gejolak Penduduk setempat yang ditengarai digerakkan oleh OPM juga melancarkan serangan terhadap pipa-pipa dan fasilitas PT Freeport karena merasa kecewa atas kehadiran perusahaan itu ABRI membalas aksi penduduk itu dengan melakukan penembakan dari udara menggunakan pesawat Bronco48 Setelah itu ke berbagai deretan kampung di sekitar Agimuga diteijukan pasukan infantri dari Batalion 753Tjendrawasih untuk mengejar penduduk dan membakar perkampungan Implikasi dari aksi kekerasan ini penyelengaraan

46 Kesan Papua sebagai DOM terlihat dalam tulisan Pastor N eles Kebadabi Tebay Pr ldquoOrang Papua Menuju K epunahanrdquo makalah dalam sem inar yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Gaise Keuskupan Bandung dan Lembaga Penelitian Universitas Katolik Parahiyangan Bandung tanggal 12mdash 13 November 1999

47 Ibid hlm 139mdash 144 Bandingkan dengan Yorris TH R aw eyai Mengapa Papua Ingin Merdeka PDP Jayapura 2002 hlm 121mdash 122

48 Samsudin op cit hlm 51mdash 52

13

Pemilu 1977 di beberapa kampung di daerah pegunungan ini terpaksa ditunda49

Robin Osbome mencatat operasi militer di tahun 1977mdash 1978 adalah operasi militer paling buruk Dalam setiap operasi pengejaran terhadap mereka yang disebut kelompok OPM diterjunkan pasukan dalam jumlah besar yang berintikan kesatuan RPKAD dan pasukan angkatan darat lainnya Di daerah selatan Jayapura yang berdekatan dengan perbatasan yang dikenal sebagai daerah Markas OPM diterjukan 10000 orang tentara setelah daerah itu dibombardir dari udara oleh dua pesawat Bronco Dalam penyerangan ini diperkirakan 1605 orang para pendukung OPM dan penduduk di wilayah itu tewas50 Operasi militer di tahun-tahun ini selalu diingat oleh orang-orang tua di daerah itu sebagai kenyataan paling pahit dalam hidup mereka51

Sepanjang tahun 1977mdash 1978 itu Dubes Indonesia untuk PNG memperkirakan 1800 orang pasukan dikerahkan beroperasi di hutan-hutan untuk melakukan pengejaran dan 3000 orang siaga berada di Jayapura untuk setiap saat menggantikan52 Menyadari operasi m ilite r itu te lah m encip takan ketakutan dan menelan banyak korban jiwa yang tidak perlu Panglima ABRI kala itu Jenderal M Yusuf mengumumkan akan mengurangi operasi militer di Papua dengan mengintrodusir kebijakan baru yang dikenal dengan kebijakan Operasi Senyum Dalam Operasi Senyum ini dinyatakan Indonesia tidak akan m elancarkan operasi besar- besaran karena OPM mulai dilihat kecil dan tidak membahayakan ABRI hanya akan

49 Ibid hlm 149mdash 15050 Robin Osbome Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan

OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat ELSAM Jakarta 2001 hlm 134mdash 135

51 Operasi militer di tahun 1977 ini selalu dijadikan patokan oleh orang di Mimika dan Jayawija serta Enarotali sebagai awal mereka menjadi korban dari kekerasan militer (Pembicaraan pribadi dengan Mama Yosepha tahun 1996 dan Pendeta Perminus Kogoya di Wamena tahun 2003)

52 Ibid hlm 152

melancarkan patroli di perbatasan dan tugas keamanan rutin53

Gejolak kembali membuncah di tahun 1980-an terutama sekitar tahun 1984 Di tahun 1980-an Kodam telah dinyatakan sebagai Kotama dalam jajaran AD Panglima Kodam menjadi pimpinan di daerah untuk seluruh jajaran komando Pangdam dalam reorganisasi organisasi ABRI ini langsung berada di bawah Panglima ABRI Sejalan dengan itu Panglima ABRI juga memiliki komando langsung kepada Kotama AD lainnya yaitu Kostrad dan Kopassus Oleh karena itu di era ini kerap kali operasi militer melibatkan pasukan-pasukan dari Kostrad dan Kapassus dengan perintahnya langsung dari Panglima ABRI dan Kodam hanya memfasilitasi Kenyataan ini kemudian dikenal dengan nama pasukan BKO (bawah kendali operasi)54 Di era ini Papua juga tertutup bagi media sehingga banyak operasi yang dilancarkan oleh militer tidak diketahui oleh orang luar Robin Osbome menyebut keadaan ini sebagai perang rahasia Indonesia di Papua

Di awal tahun 1980-an Kopkamtib mengeluarkan analisis bahwa kekuatan OPM telah mengecil dan terpencar-pencar ke dalam kelompok kecil-kecil dengan senjata yang sangat te rba tas M eskipun dem ikian Laksusda Irian Jaya kala itu juga melihat gerakan kelom pok-kelom pok OPM itu kem bali m ulai a k tif setelah m enerim a pukulan telak sepanjang tahun 1977mdash 1978 Gerakan OPM itu aktif sepanjang daerah perbatasan dengan PNG Antara bulan Maret dan Juni 1984 pasukan dari Kopasandha (Kopassus) mulai melakukan penyusupan ke daerah-daerah sekitar perbatasan

Aksi pasukan baret merah ini adalah dengan melakukan penangkapan terhadap setiap orang yang d icu rig a i O sborne m encata t gerakan pasukan ini sangat menakutkan penduduk sekitar perbatasan karena perlakuan buruknya terhadap

53 Bhakti op cit hlm 256 Lihat juga Osbome op cit hlm 153

54 Reorganisasi ini dilakukan oleh Panglima ABRI Benny Moerdani setelah menggantikan M Yusuf di tahun 1983

14

penduduk Akibatnya ratusan orang melarikan diri ke daerah PNG karena takut Pengungsian ke PNG di tahun 1984 ini kian banyak ketika Suku Muyu di Mindiptana Woropko dan Merauke juga masuk ke PNG Pengungsian Suku Muyu ini dipicu oleh kehadiran pasukan ABRI yaitu intelijen Kopassus di daerah itu untuk mencari anggota OPM setelah teijadinya penyerangan pos ABRI di desa Kanggewot dan Kakuna tanggal 11mdash 12 April 1984 Gerakan suku Muyu ini kemudian juga diikuti oleh penduduk dari daerah lainnya yaitu dari Jayapura W am ena Sorong M im ika (A m ungm e) M anokw ari dan Fak-fak Seluruh pengungsi asal Papua yang masuk ke PNG ini diperkirakan mencapai 10000 orang55 Sementara Yafet Kambai mencatat dari seluruh pengungsi itu hanya sekitar 7500 berhasil masuk ke PNG dan 1900 orang berdiam diri di hu tan -hu tan sek itar perbatasan Seluruh pengungsi ini ditempatkan di kamp East Aswin dan Western Province PNG56

Gerakan pengungsian ke PNG selain faktor operasi militer di daerah perbatasan itu juga disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu aktifnya OPM di daerah itu munculnya rasa kecewa karena macetnya pembangunan banyaknya operasi intelijen dan masuknya arus transmigrasi secara besar-besaran ke Papua terutama di sekitar daerah perbatasan57 Transmigrasi yang di dalamnya juga masuk keluarga ABRI dan para pensiunan ABRI kian membuat orang takut sekaligus merasa tanahnya dirampas Para purnaw iraw an ABRI yang ikut dalam pemukiman transmigrasi sekaligus menjadi intel Kodam dalam mengawasi daerah itu58 Daerah-

55 Osbome hlm 23656 Theo van den Broek Returnees from PNG to Irian jaya

Dealing in Particular with Returnees to Woropko- Mindiptana Area SKP Jayapura Januari 1999 Juga lihat Yafet Kambai Gerakan Papua Merdeka di Bawah Bayang- Bayang Mega-Haz ELSHAM Jayapura 2003 hlm 29mdash 30

57 Van den Broek ibid hlm 458 Kodam menyebut tugas para purnawirawan dalam

pemukiman itu adalah menjadi mata dan telingga Kodamdalam bidang keamanan Lihat Sejarah Kodam VIIITrikora Priode 1982mdash 1990 hlm 82mdash 83

daerah transmigrasi ini seperti di Arso dan Koya atau di beberapa daerah di Merauke dijadikan pula sebagai daerah penyangga bagi OPM dan memudahkan ABRI untuk melakukan patroli di daerah itu 59

Pengungsian ke PNG di tahun 1983mdash 1984 juga dipicu oleh banyaknya terjadi penangkapan-penangkapan di kota-kota Papua terutama Jayapura oleh intelijen Kopasandha Mereka yang ditangkap ada 20 orang yang berasal dari Uncen dan pegawai Gubemuran Irian Jaya Salah seorang dari mereka adalah Amold Ap yang menjabat sebagai Kepala Museum Antropologi Uncen Penangkapan ini menimbulkan keresahan di Jayapura Akibatnya banyak dari para mahasiswa Uncen dan pegawai di pemerintah daerah lari ke PNG Bahkan di Jakarta tiga orang sahabat Amol Ap yang memprotes penangkapan dan pembunuhan Amold oleh Kapassus ke DPR-RI terpaksa meninggalkan Jakarta60

Setelah pelarian besar-besaran ke PNG tahun 1984 ini gerakan perlawanan dari OPM betul-betul surut Namun ABRI yang kian m erasa berkuasa atas Papua tidak bisa meninggalkan cara-cara kekerasan untuk menunjukkan dominasinya Stigma OPM d iek p lo itasi sedem ik ian rupa untuk melumpuhkan siapa saja yang dianggap menentang Indonesia Tindakan kekerasan itu kerap pula dipakai setiap menjelang pemilu demi memenangkan Golkar di Papua

Operasi militer setelah tahun 1984 berjalan secara lebih masif namun aksi kekerasan dalam operasi itu tidak diketahui oleh publik di luar Papua karena media massa dilarang m em beritakannya Kem asifan operasi itu ditopang oleh kebijakan ABRI yang menjadikan yonif sebagai kekuatan inti tem pur dengan pasukan tam bahan dari Jakarta atau Makassar dan Maluku yang di- BKO-kan ke kodam Di tahun 1984 ini kodam memilik 6 yonif 3 di Papua dan 3 yonif

59 Bhakti op cit hlm 257 dan Osbome hlm 28060 George J Aditjondro Cahaya Bintang Kejora ELSAM

Jakarta 2000 hlm 24mdash 25

15

di Maluku sebagai hasil penggabungan kodam Dari 3 yonif di Maluku satunya adalah Yonif Linud 733 di Ambon yang berkualifikasi para Yonif dari Maluku ditugaskan melakukan operasi secara bergantian sementara yonif di Papua melakukan operasi sepanjang tahun di bawah kendali korem61

Papua sebagai daerah operasi satuan intelijen kodam dan jajarannya memegang peranan yang besar untuk menghancurkan gerakan yang disebut separatis Oleh karena itu peranan intelijen dan operasi kontra intelijen selalu aktif sepajang tahun Para intelijen dari kodam dan korem direkrut dari anggota satuan tempur yang memiliki naluri intelijen dan kemudian dilatih 3 sampai 10 hari sebelum diterjunkan mengumpulkan informasi Selain itu anggota intelijen ini latihan sambil bertugas bersama dengan intelijen tempur yang datang dari Kopassus

Operasi-operasi di masa ini adalah O perasi G agak I (1985mdash 1986) yang dipim pin oleh Pangdam M ayjen H Simanjuntak Dalam operasi ini pasukan operasi d ibagi ke dalam sek to r A di perbatasan B di tengah dan C kepala burung dengan komando Korem masing-masing Danrem adalah komandan sektor operasi Kodim menjadi subsektor dengan Dandim sebagai Dansubsektor Titik tekan operasi adalah teritorial dengan didukung oleh operasi intelijen dan tempur serta kamtibmas

Sektor A l meliputi daerah Kodim 1701Jayapura yaitu M embramo Arso Waris Senggi Kemtuk dan Demta Pasukan yang dikerahkan di daerah ini adalah Yonif733 BS satu kompi dari Yonif 7519 tim intelijen aparat teritorial setempat serta dibantu oleh 2 SSK Wanra Sementara A2 meliputi daerah Kodim 1702W amena dengan kekuatan pasukan dari 1 regu Yonif 751 2 peleton KiZipur-4Diponegro 2 peleton Senzipur 10 serta pasukan teritorial setempat berserta 2 SST wanrahansip A3 adalah daerah Kodim 1707

01 Sejarah Kodam VIlITrikora Priode 1982mdash 1990 Kodam Jayapura 1990 hlm 76

Merauke dengan sasaran utama adalah desa Mendiptana dan Waropko Pasukan yang diterjunkan di daerah ini adalah 1 kompi Yonif 7511 peleton Zipur4Diponegoro 1 peleton Denzipur 10 dan aparat teritorial yang dibantu oleh 2 SST wanrahansip

Daerah operasi sektor B adalah meliputi daerah Korem 173PVB dengan hot spot operasi di Nabire Sasaran utama adalah Enarotali dan Kebo Ilaga Operasi ini bertujuan memburu pimpinan OPM yaitu Daniel Kogoya Tadius Yogi dan Simon Kogoya Pasukan yang dikerahkan ke daerah ini adalah 1 pleton Yonif7531 peleton Zipur 4Dip dan Apter setempat dan dibantu oleh 2 SST hansipwanra

Sektor C adalah daerah Fak-fak dengan fokus operasi di daerah C3 yaitu daerah kompleks Tembagapura Agimuga dan Timika Pimpinan OPM yang hendak dikejar di daerah tambang PT Freeport ini adalah V icktus W angm ang dengan mengerahkan pasukan dari Yonif752 dengan kekuatan 2 kompi dibantu Apter dan 2 SST hansipwanra62 Dalam Operasi Gagak I ini Kodam mencatat 14 orang yang diduga OPM berhasil dibunuh dan 8 orang ditangkap dengan menyita 2 pucuk senjata

Memasuki tahun 1986 operasi ini dilanjutkan Pangdam Mayjen Setiana dengan sandi Operasi Gagak II (1986mdash 1987) dengan tugas pokok penghancuran GPK Titik tekan operasi adalah operasi teritorial dan intelijen untuk memisahkan GPK dari rakyat serta melakukan deteksi loyalitas rakyat terhadap pemerintah Operasi intelijen melakukan penggalangan agar loya litas rakyat meningkat Operasi tempur terus dijalankan dengan menggelar patroli untuk mengejar dan menghancurkan Operasi dilancarkan dengan tetap membagi daerah operasi ke dalam 3 sektor Pasukan yang dilibatkan dalam Operasi Gagak II ini adalah seluruh pasukan organik tempur dan teritorial Kodam VIII Trikora Serta pasukan BKO dari Satgas

62 Kodam VIIITrikora op cit hlm 108mdash 109

16

Yonif 321Kostrad 6 Tim Intelpur Kostrad 1 Kompi YonzipurDip 1 Kompi Yon Zipur Brawijaya satuan dari TNI AL dan AU serta Penerbad Selam a operasi in i ABRI melaporkan 21 orang berhasil dibunuh 5 ditangkap dan menyerah 12 orang dengan menyita 13 pucuk senjata63

K etika M ayjen W ism oyo Arismunandar menjadi Pangdam Trikora digelar operasi dengan sandi Operasi Kasuari 01 (1987mdash 1988) yaitu Juni 1987 sampai M ei 1988 dengan tugas utam a menghancurkan GPK secara fisik terutama di sekitar daerah perbatasan Selain itu operasi ju g a d itekankan di K abupaten Jayapura Paniai Fak-fak dan Biak Perkiraan ABRI waktu ini kekuatan OPM hanya 222 orang dengan 64 pucuk senjata campuran Akan tetapi operasi digelar dalam 3 sektor dengan Danrem tetap sebagai komandan sektor Untuk daerah subsektor A l yang meliputi perbatasan di Kabupaten Jayapura dikerahkan pasukan dari Satgas Yonif 321 Kostrad Satgas Patimura II 2 peleton Yonif 751 tim Yonif752 tim analis Kopassus tim Intelpur Kostrad Satgas Intel Laksusda satu peleton Kizipur4Diponegoro 1 kompi Zipur 5Brawijaya dengan dibantu 4 SSK wanra sebagai TBO Sementara untuk Subsektor A2 Wamena dikerahkan 1 Ton Yon 751 1 Ton Zipur 5B raw ijaya 1 tim Intelpur Kostrad 1 Ton Plus Satgas 642Tanjungpura dan dibantu SST wanra Sementara di sektor A3 yaitu Merauke dikerahkan pasukan 1 Ton Yonif 751 dan 1 Ton Zipur 5Brawijaya Satgas Intel Laksusda dan Tim Intelpur Kostrad dan 2 SST wanra64

Di daerah operasi subsektor B I Nabire sasaran adalah Enarotali dan Sugapa dengan menerjunkan pasukan dari Yonif753 Intel Laksusda K izipur 4D iponegoro peleton Intelrem 173 Ru Marinir 1 peleton KopaskhasAU 1 Tim Khusus Kodim Nabire dan 2 SSK wanra Kampung yang menjadi

61 Ibid hlm 111

64 Ibid Kodam hlm 114mdash 115

sasaran adalah Kampung Tagitakaida Seruai Kampung Swaipak Ampobukar Supriori dan Swainober Biak Barat Selain itu juga di desa Hitadipa Kecamatan Komopa Kecamatan Sing Desa Sapolinik Kecamatan Sinak dan Lereh Nabire Begitu juga Desa Tamakuni Waropen Pimpinan OPM yang dikejar di daerah ini adalah Tadius Yogi dan Simon Kogoya

Sementara itu di sektor C pasukan dikonsentrasikan untuk patroli tempur dan penjagaan areal PT Freeport serta Kecamatan Agimuga dan kampung Jila Pasukan yang dikerahkan adalah berasal dari Yonif752 satu kompi Yonif753 satu regu Ton Intelrem 171 Satgas Intel Laksusda dibantu satu SSK wanra Semua pasukan di-BKO-kan kepada Kodim 1706Fak-fak65

O perasi m ilite r ini kem udian dilanjutkan dengan Operasi Kasuari 02 (1988mdash 1989) O perasi d itekankan di sepanjang perbatasan dengan PNG dengan titik tekan operasi teritorial intelijen dan tempur serta kamtibmas Operasi teritorial diarahkan untuk membentuk desa binaan agar rakyat berpihak pada ABRI Pasukan yang bertugas dan sektor operasi sama dengan Operasi Kasuari 01 Kelly Kwalik muncul sebagai pimpinan OPM di daerah Agimuka dan Tembagapura di masa Operasi Kasuari 02 ini

Mayjen Abinowo setelah meng-gantikan Wismoyo Arismunandar mengelar Operasi Rajawali 01 ( 1989mdash 1990) dan Operasi Rajawali 02 (1990mdash 1991) Operasi tetap ditujukan untuk penghancuran OPM di sepanjang perbatasan dengan PNG Jenis operasi adalah teritoril intelijen dan tempur secara terpadu dan serentak Operasi teritorial diarahkan untuk pembentukan desa binaan dengan tujuan memisahkan rakyat dari GPK Sementara operasi intelijen ditujukan untuk m eng iden tifikasi gerakan GPK dan menetralisir pengaruhnya Sementara itu operasi tempur melancarkan patroli pengejaran dan

ldquo Ibid hlm 116mdash 117

17

penghancuran Pasukan yang terlibat dalam operasi ini adalah pasukan organik Kodam VIII ditambah Yonif 621Tanjungpura Yonif 431 Brawijaya (diganti Yonif 310Siliwangi) 1 tim In te lpur K ostrad Satgas D am pak XX Kopassus Satgas Udara 3 Heli Puma 1 Cassa AL dan 32 Polsek dan 6 SSK wanra Di masa inilah Thomas Wangai mengibarkan Bendera Melanesia Barat di Jayapura

Memasuki tahun 1990 kekuatan OPM diperkirakan hanya 215 orang dengan 69 pucuk senjata campuran Konsentrasi gerakan berada di sepanjang perbatasan dan sebagian tersebar di Kabupaten Jayapura Biak Yapen-Waropen Fak-fak Merauke Pada periode ini ABRI telah membagai empat kelompok GPK yaitu politis orang hutan rakyat pendukung dan clandestine yang berada dalam Pemda I dan II perguruan tinggi dan SLTA66 Pasukan pendukung operasi ini adalah pasukan organik Kodam tambah 32 Koramil rawan yaitu Satgas Yonif 732 asal Maluku Satgas Ki Denzipur 101 Ki Yon 751 752 753 Satgas Intel dan ditambah pasukan nonorganik yaitu Satgas Yonif 621 431 310 tim Intelpur Kostrad Den Kopassus dan Satgas Udara

Di tahun 1990 inilah operasi intelijen militer yang berintikan pasukan Kopassus di Papua meningkat Penangkapan-penangkapan yang disertai pembunuhan terhadap orang- orang yang dicurigai sebagai OPM kerap terjadi di berbagai tempat

Operasi jenis ini kemudian terkuak ketika teijadi serangkaian pembunuhan terhadap penduduk kampung di desa Wea Tembagapura di bulan Oktober sampai Desember 1995 Dalam aksi ini pasukan dari Yonif 752 melakukan penembakan membabi buta terhadap penduduk yang sedang berada dalam rumah- rumah mereka Tindakan ABRI itu diawali oleh adanya demontrasi beberapa bulan sebelumnya dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora Dalam peristiwa ini 11 orang terbunuh dan bebeberapa orang lainnya ditangkap dan kemudian disekap di kontainer milik PT

66 Kodam VIII hlm 126

Freeport Sebagian dari penduduk di kampung- kampung itu juga mengalami penyiksaan67 Aksi kekerasan yang sam a ju g a te rjad i di M apendum a ketika pasukan K opassus mencoba membebaskan orang-orang yang disandera oleh kelompok Yudas Kogoya dan Kelly Kwalik

Operasi militer dengan tujuan untuk mem buru kelom pok yang disebut OPM kembali teijadi di tahun 2003 tepatnya antara bulan April sampai Juni dan kemudian terus bertahan sampai O ktober68 di Wamena Dalam operasi pengejaran di tahun 2003 ini diterjunkan pasukan dari Kopassus dan Kostrad yang di BKO-kan kepada Korem 171Jayapura

O perasi m ilite r ini d iaw ali oleh terjad inya pem bobolan gudang senjata Kodim 1702 Wamena oleh sekelompok orang bersenjata dini hari tangal 4 April 2003 Untuk mengejar kelompok bersejata itulah operasi ke kampung-kampung di seputaran kota W amena d ilancarkan Pengejaran bahkan sam pai ke daerah Kwiyawage M ereka yang ditangkap di sekitar kota Wamena ditahan di Kodim dan kemudian mengalami penyiksaan yang luar biasa

Di kampung-kampung yang dilewati pasukan TNI ini terjadi rangkaian kekerasan terhadap penduduk N am un tindakan kekerasan yang luar biasa dilakukan pasukan TNI terjad i di K w iyaw age Kampung- kampung yang diperkirakan berpenduduk hampir 7000jiwa ini dihujani tembakan dan rumah-rumahnya dibakar Ribuan pendudukshynya yang berhasil ditangkap mengalami penyiksaan dan beberapa orang di antaranya d ibunuh 69 K etika penu lis datang ke

67 Amiruddin op cit68 Pada bulan Oktober TNI berhasil membunuh Justinus

Murib bersama 6 orang pengawalnya di Kampung Bolakme Wamena Justinus diangapa sebagai Pimpinan OPM di Wamena dan memimpin pembobolan gundang senjata Kodim dan membunuh dua orang anggota TNI di areal Kodim

69 Lihat Laporan Lengkap Tim Pengkajian PermasalahanH AM di Papua Komnas HAM 2003

18

Kampung Kwiyawage ini di bulan September 2003 kampung ini masih kosong dan sisa-sisa pembakaran dan pengrusakan masih terlihat jelas70

Operasi militer yang paling mengejutkan setelah DOM dicabut di Papua adalah tindakan Kopassus di tahun 2001 yaitu membunuh Theis H Eluay di Jayapura Pembunuhan itu dilakukan setelah Theis diundang Kopassus ke markasnya di Hamadi Jayapura Mayatnya kemudian dibuang di jurang pingir jalan di daerah Koya Sampai hari ini pembunuhan Theis ini belum terungkap siapa yang memerintahkannya Yang jelas seorang letkol dan seorang mayor Kapassus divonis oleh Makamah M iliter Tinggi III Surabaya sebagai penanggungshyjawabnya Metode pembunuhan terhadap Theis bukanlah m etode baru di Papua Ratusan orang di Papua dibunuh dengan cara seperti itu baik di kam pung-kam pung maupun di kota di seluruh Papua

Sebenarnya ketika memasuki era reformasi politik Indonesia di tahun 1998 OPM tidak berarti lagi secara politik karena tidak m em iliki kekuatan sen ja ta yang memadai Bahkan para anggotanya terpecah- pecah dan banyak yang bertalian dengan aparat TNI Maka dari itu ketika menjabat M enkopolkam SBY m enyatakan OPM bukanlah ancaman yang serius Namun aksi kekerasan oleh TNI di Papua tidak pernah surut

5 Penutup Hak Asasi Manusia Agenda yang Tersisa

R angkaian operasi m ilite r yang terpapar di atas jika disimak dalam literatur resmi Indonesia terdapat kesan bahwa operasi itu berjalan mulus tanpa cela Seluruh operasi itu digelar semata-mata untuk mematahkan perlawanan Gerakan Pengacau Liar atau Gerakan Pengacau Keamanan Tetapi banyak saksi di Papua menyatakan dalam seluruh

70 Kwiyawage berjarak sekitar 45 menit terbang dengan helikopter Penulis datang ke kampung ini sebagai anggota penyelidik ad hoc KPP-HAM Komnas HAM

operasi itu banyak korban jiw a jatuh dari penduduk biasa di kampung-kampung serta pu luhan orang Papua yang te rpe la jar dipenjarakan71

Ketika situasi politik berubah rangkaian Operasi Militer di Papua digugat oleh orang- orang Papua karena mereka mencatatnya sebagai pelanggaran terhadap hak-hak asasi mereka Ternyata dalam operasi militer yang tiada putus itu yang dibunuh disiksa dan dihilangkan atau diperkosa bukanlah sekadar musuh negara melainkan ratusan penduduk kampung yang daerahnya menjadi sasaran operasi militer tersebut

Antara tahun 1963mdash 1969 korban orang Papua oleh operasi militer diperkirakan oleh Osborne dengan mengutip Hasting berjum lah 2 000 sam pai 3 000 orang Sementara Eliaser Bonay mantan Gubernur Papua di tahun 1981 pernah menyatakan korban berkisar 30000 jiwa72 Jan Warinussy D irektur E kseku tif LP3BH M anokwari m em perkirakan jum lah korban ham pir 100000jiwa sejak Pepera sampai sekarang73

Namun jumlah korban yang moderat ditulis oleh Agus Sumule ketika merumuskan perlunya Pengadilan HAM serta Komisi K ebenaran dan R ek onsiliasi dijam in pembentukannya dalam UU Otonomi Khusus untuk Papua Sumule merinci jumlah korban tersebut adalah antara tahun 1969mdash 1997 di Paniai 614 orang dibunuh Hilang 13 orang dan diperkosa 80 orang (1980mdash 1995) Tahun 1979 Kelila (Jayawijaya) 201 dibunuh serta tahun 1977 di Asologaiman 126 dibunuh dan Wasi 148 orang dibunuh74 Jumlah korban pembunuhan oleh aparat dalam rangkaian operasi militer itu belum teridentifikasi secara jelas sampai saat ini Meskipun demikian

71 M endesaknya masalah hak asasi manusia untuk diselesaikan di Papua lihat Adriana Elisabeth Agenda dan Potensi Damai di Papua LIPI Jakarta 2005

72 Osbome op cit hlm 10973 Lihat wawancaranya dalam Majalah Sampan edisi 02

Februari 2006 hlm 11mdash 1374 Agus Sumule Mencari Jalan Tengah Otonomi Khusus

Provinsi Papua Gramedia Jakarta hlm 233mdash 234

19

masalah hak asasi manusia yang serius telah tejadi di Papua

Menyikapi masalah hak asasi manusia yang serius itu ketika fajar tahun 2000 merekah Presiden Abdurrahman Wahid yang kala itu berada di Jayapura mengubah nama provinsi Irian Jaya menjadi Provinsi Papua Seiring dengan perubahan nama itu Presiden juga memperbolehkan pengibaran bendera B intang K ejora dan m em inta TNI mengunakan jalan damai dan meninggalkan cara-cara kekerasan dalam m enyikapi masalah di Papua Setahun kemudian status Otonomi Khusus juga disetujui oleh Presiden Megawati kepada Papua melalui UU No 21 2001

Jalan dialog ini mulai terbuka karena munculnya gelombang protes yang tiada henti di Papua sepajang tahun 1998 Gelombang itu dimulai oleh para kalangan mahasiwa di Jayapura dan kemudian menjalar ke hampir semua kota di Papua Titik cetusnya terjadi di Biak bulan Juli 1999 Ribuan orang berdemonstrasi dan mengibarkan bendera B intang K ejora di Pelabuhan Biak Demonstrasi kemudian juga menyebar ke kota-kota Papua lainnya seperti Manokwari Wamena Merauke Timika dan Jayapura Sayang dalam berbagai aksi demonstrasi yang diikuti pengibaran bendera Bintang Kejora ini lagi-lagi aparat keamanan bertindak secara kasar75 Sepanjang tahun 2000 demonstrasi-demonstrasi yang menuntut keadilan dengan m engibarkan bendera Bintang Kejora juga mengalami tindakan kekerasan oleh aparat keamanan Sepanjang tahun 1999mdash 2000 puluhan orang tewas tertembak oleh aparat76

Sayangnya seluruh jalan dialog itu dan status Otonomi Khusus belum menyentuh persoalan mendasar di Papua yaitu pemulihan

75 Theo PA van den Broek Ofm dan J Budi Hemawan Ofm Memoria Passionis di Papua Kondisi Hak Asasi Manusia dan Gerakan Aspirasi Merdeka Gambaran 1999 Keuskupan Jayapura Jakarta 2001

76 Yafet Kambai op cit hlm 34mdash 36

harga diri orang Papua Bagi orang-orang Papua pengalaman bersama Indonesia terutama selama rezim militer Soeharto berkuasa dirasakan begitu melecehkan harkat dan martabat mereka Seluruh pelecehan itu kemudian dikatakan oleh orang-orang Papua sebagai realitas pelanggaran hak asasi manusia baik yang berupa tindak kekerasan seperti pembunuhan penyiksaan penangkapan dan pemerkosaan

Pelecehan yang lain adalah Indonesia te lah m em biarkan o rang-o rang Papua terperangkap dalam kemiskinan yang kronis tanpa infrastruktur kesehatan pendidikan dan transportasi serta kom unikasi yang memadai Kondisi ini dalam data yang dilansir oleh harian Kompas sekitar 80 orang asli Papua berada dalam gelimang kemiskinan77

Belum adanya ja lan keluar bagi m asalah kem isk inan dan kelangkaan infrastruktur serta belum adanya upaya pertanggung jaw aban atas te rjad inya pelanggaran bera t hak asasi m anusia membuat Papua tetap bergejolak meskipun Otonomi Khusus telah diberikan Pada hal Otonomi Khusus dirancang sebagai jalan k e lu ar bagi selu ruh persoalan yang mengganjal dalam hubungan Jakarta dengan Jayapura

Belum efektifnya Otsus sebagai jalan keluar tidak terlepas dari realita politik di Papua itu sendiri Para perancang Otonomi Khusus hanya mengandaikan bahwa dengan adanya Otonomi Khusus maka semua pihak akan suka rela mendukungnya Namun dalam kenyataanya belum semua pihak mendukung Salah satu pihak yang belum mendukung sepenunya adalah pihak-pihak dari kalangan militer

M aka dari itu sam pai saat ini Pengadilan HAM dan KKR yang diwajibkan oleh UU Otonomi Khusus untuk meminta pertanggungjawaban dari mereka yang terlibat belum terwujud di Papua Pada hal dua instansi ini d iharapkan m enjadi sarana untuk membongkar masalah kejahatan terhadap kemanusian di Papua

20

Dengan demikian membicarakan masalah Papua saat ini yang paling pokok adalah menjelaskan peran dan posisi militer dalam keseluruhan konflik di Papua tersebut Sikap pemerintah yang selalu membantah dan menutup mata atas terjadinya berbagai bentuk kekerasan yang dilancarkan oleh anggota ABRI akan merugikan Indonesia sendiri Selain itu sikap merasa tak pemah bersalah dari pem erin tah Indonesia ju g a akan menjauhkan orang Papua dari Indonesia

Gam baran yang terpapar di atas adalah merupakan kenyataan-kenyataan yang pernah dialami oleh orang-orang Papua Dengan membuka seluruh pengalaman itu dan memberikan ruang bagi pengalaman orang-orang Papua untuk menjadi bagian darinya akan lebih mem udahkan dalam mencari jalan keluar bagi persoalan Papua yang kini kian rumit Singkatnya peranan ABRI atau TNI dan Polri di Papua sejak tahun 1960-an sampai tahun 2000 harus dibuka Sementara itu seluruh pengalaman pahit orang-orang Papua mesti diakomodasi pula di dalamnya sebagai bagian yang utuh

M aka dari itu pem bentukan pengadilan HAM dan KKR di Papua sebagaimana diamatkan oleh UU Otonomi Khusus menjadi agenda mendesak di Papua Tanpa kedua sarana itu membicarakan masalah Papua seperti jalan di tempat Jika itu yang terjadi kekecewan dan perasaan tidak diangap sebagai bagian dari keindonesiaan akan kian meluas di Papua

Daftar Pustaka

Aditjondro George J 2000 Cahaya Bintang Kejora Jakarta ELSAM

Amiruddin 2005 ldquoGerakan Papua Merdeka Penciptaan Identitas Ke-Papua-an versus Ke- Indonesia-anrdquo dalam Jurnal Hak A sasi Manusia Dignitas VolIIINo 1 Tahun 2005

Amiruddin dan Aderito Soarea 2003 Perjuangan Amungme Antara Freeport dan Militer Jakarta ELSAM

Bhakti Ikrar Nusa 2005 ldquoHak Menentukan Diri Sendiri Jenis Baru di Papua Pilihan Antara Kemerdekaan dan Otonomirdquo Dalam Dewi Fortuna Anwar (Ed) Konflik Kekerasan Internal Jakarta Obor Hlm 255mdash 256

Chauvel Richard dan Ikrar Nusa Bhakti 2004 The Papua Conflict Jakarta s Perceptions and Policies East-West Center Washington

C holil 1971 Sejarah O p era si-O p era si Pembebasan Irian Barat Puserjarah ABRI- Dephankam

Deplu RI 1998 Sejarah Kembalinya Irian Jaya ke Pangkuan Republik Indonesia Jakarta Deplu RI

Djoparai John RG 1993 Pem berontakan O rgan isasi P apua M erdeka Jakarta Grasindo

Elisabeth Adriana dan Muridan S Widjojo 2004 Pemetaan Peran dan Kepentingan Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

Elisabeth Adriana dkk (2005) Agenda dan Potensi Damai di Papua Jakarta LIPI

G iyai Benny 2000 M enuju P apua Baru Beberapa Pokok Pikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham-Dieyai

Kambai Yafet 2003 Gerakan Papua Merdeka di Bawah B ayan g-B ayan g M ega-H az Jayapura ELSHAM Hlm 29mdash 30

Kodam XVIITjendrawasih 1971 Irian Barat dari Masa ke Masa Sejarah Militer Kodam XVII Tjendrawasih Puserjarah ABRI

Laporan Tim Pengkajian Komnas HAM tentang Permasalahan HAM di Papua (Wamena dan Wasior) Oktober 2003

Leith Denise 2003 The P olitics o f Power Freeport in Seharto s Indonesia Honolulu Universiti o f Hawaii Press

Majalah Sampari edisi 02Februari 2006

M ayjen Samsudin 1994 P ergolakan di Perbatasan Operasi Pembebasan Sandera Tanpa Pertum pahan D aerah Jakarta Gramedia

Osbome Robin 2001 Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Jakarta Elsam

Pigai D ecki N atalis BIK 2001 E volusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua Jakarta Sinar Harapan

21

Pour Julius 1993 Benny Mordani Profil Prajurit Negarawan Jakarta Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman

Raweyai Yorris TH 2002 Mengapa Papua Ingin Merdeka Jayapura PDP

Sejarah Kodam VIIITrikora Priode 1982-1990

Sumule Agus 2004 M encari Jalan Tengah Otonomi Khusus Provinsi Papua Jakarta Gramedia

Tebay Neles Kebadabi 1999 ldquoOrang Papua Menuju K epunahanrdquo makalah dalam Seminar yang diselengarakan oleh Kelompok Studi Gaise Keuskupan Bandung dan Lembaga Penelitian Universitas Katolik Parahiyangan Bandung tanggal 12mdash 13 November 1999

Van den Broek Ofm Theo PA dan J Budi Hemawan Ofm 2001 Memoria Passionis di Papua Kondisi Hak Asasi Manusia dan Gerakan A spirasi M erdeka Gambaran 1999 Jakarta Keuskupan Jayapura

Van den Broek Theo 1999 Returnees from PNG to Irian jaya Dealing in Particular with Returnees to Woropko-Mindiptana Area Jayapura SKP

Widjojo Muridhan S 2005 ldquoSeparatisme - Hak Asasi M anusia - Separatisme Siklus Kekerasan di Papua Indonesiardquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIII N ol Tahun 2005

22

Lampiran

Tabel Nama Pangdam XVIITjendrawasih dan Operasi-Operasi yang Dipimpinnya

No Nama Lama Tugas Keterangan

1 Brigjen U R ukm an M ei 1 9 6 3 mdash 17 April 1 9 6 4

O peras i W isnum urti I d an II

2 Brigjen Inf Kartidjo 17 April 1 9 6 4 mdash

O peras i W isnum urti III d an IV O perasi G ia t dan T an g k as O peras i S a d a r O p e ra s i ini d ipim pin oleh D a n rem 171 M an o kw ari Letkol D jaka W a rg a d in a ta

3 Brigjen T N I R Bintoro 2 3 M a re t 1 9 6 6

O peras i B ra th ayud ha operas i penghancuran p erlw an an d an untuk m e m e n a n g ka n P ep e ra

4Brigjen T N I S arw o Edi W ibow o

2 5 Juni 1 9 6 8O peras i S a d a r d an B ratayudha O peras i W ib a w a (P ers iap an P e n y e len g a ra an P e p e ra )

5 Brigjen A cub Za ina l2 6 Januari 19 70 mdash 1 9 7 4

O peras i P am un g kas

6Brigjen Im am M u n a n d ar

1 9 7 7 mdash 19 78 O peras i di S ep a n jan g P erb a tas an

7 Brigjen C l S an to sa 1 9 7 8 mdash 1 9 8 2

8Brigjen RK S em biring M elia la

1 9 8 2 mdash 1 9 8 5

9M ay jen H S im anjuntak

1 9 8 5 mdash 19 86 O peras i G a g a k I

10 M ay jen S etia n a 1 9 8 6 mdash 1987 O peras i G a g a k II

11M ay jen W is m o ya A rism u nand ar

1 9 8 7 mdash 19 89 O peras i K asuari I d an II

12 M ay jen A binow o 1 9 8 9 mdash 1991 O peras i R a jaw ali I dan II

13M ay jen I Ketut W ard h an a

1 9 9 4 mdash 1 9 9 5

14 M ay jen Joni Lum intang 1 9 9 5 mdash 1 9 9 6

15M ay jen A m ir S em biring

1 9 9 8 mdash 1999 P e n g a m a n a n D a erah R a w a n

16M ay jen M ahidin Sim bolon

1 9 9 9 mdash 2 0 0 2O peras i P en g en d a lian P eng ibaran B end era

17 M ay jen Nurdin Z a ina l 2 0 0 2 mdash 2 0 0 4 O peras i P enyis iran di W a m e n a

Sejak April 1985 Kodam XVlITjendrawasih di gabung dengan Kodam XVPatimura Gabungan kedua Kodam ini menjadi Kodam VIIITrikora dengan pusat komandonya tetap di Jayapura

Kodam VIIITrikora kembali dipecah menjadi dua yaitu Kodam Trikora di Jayapura dan Kodam Patimura untuk Maluku

23

PRO-KONTRA PEMEKARAN PAPUASEBUAH PELAJARAN BAGI PEMERINTAH PUSAT

Lili Romli

Abstract

The division ofthe Province o f Papua is an interesting case in pos t reform era in which local government autonomy is a hot topic in local politics in Indonesia The decision to divide the province comes from Central Government in Jakarta not provincial government in Jayapura The decision raises dispute argument in pro or contra on the necessary o f the division between people o f Papua The paper aims is to describe the discord between the problem o f the Division ofPapua in the level offormal rule and the pro and contra to the decision To solve the problem ofpro and contra this paper argues that it is necessary to give more room for people ofPapua to decide what it need By involving local institution that has been legally approved as representatives o f Papuan people such as Papuan People Assembly (Majelis Rakyat Papua MRP) and DPRD the pro and contra to the division among people and government will be solved in dialogic decision

Pendahuluan

Dalam era reform asi dan otonomi daerah ini salah satu fenomena yang muncul di daerah-daerah adalah

tuntutan pemekaran daerah Di beberapa daerah sebagai contoh kasus m ereka berlomba-lomba agar daerahnya dimekarkan atau minta pemekaran 1 Kondisi itu kontras dengan kasus di Papua Apabila daerah- daerah lain berlomba-lomba agar daerahnya dimekarkan tidak demikian halnya dengan Papua atau Irian Jaya Tampaknya kasus Papua berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kasus-kasus pemekaran daerah lain selama ini Jika pemekaran daerah yang terjadi selama ini yang ngotot adalah orang- orang daerah agar secepatnya daerahnya d im ekarkan sem entara un tuk kasus pem ekaran Papua yang ngo to t adalah

Peneliti Bidang Politik Nasional Pusat Penelitian Politik1 Agar daerahnya dimekarkan mereka kerap melakukan demonstrasi baik kepada daerah induk maupun ke Pemerintah Pusat Contoh kasus adalah saat pemekaran Provinsi Banten yang ingin pisah dari Provinsi Jawa Barat

Pemerintah PusatSebagaimana diketahui Pemerintah

Pusat menerbitkan UU No 45 Tahun 1999 un tuk pem ekaran Papua N am un UU tersebut ditolak oleh masyarakat Papua Meskipun sudah ditolak tampaknya jalannya cerita belum usai Empat tahun kemudian keing inan P em erin tah Pusat untuk memekarkan Papua dilanjutkan kembali K ini Pem erintah Pusat m enghidupkan kembali UU No 45 Tahun 1999 melalui Inpres No 1 Tahun 2003 Inpres tersebut menginstruksikan untuk mempercepat antara lain pemekaran Papua menjadi 3 provinsi yaitu Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur

Tentu saja dengan adanya Inpres tersebut mengagetkan rakyat Papua Sebab bukankah dulu UU No 45 Tahun 1999 tentang Pemekaran Papua sudah ditolak Tetapi mengapa sekarang keluar Inpres No 1 Tahun 2003 untuk mempercepat pemekaran Papua Bukankah untuk pemekaran Papua

25

harus dilakukan melalui Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagaimana diamanatkan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan itu sebagian besar rakyat Papua m enolak pemekaran Papua

D engan dem ikian dalam kasus pemekaran Papua sebagaimana dikatakan di atas tam paknya yang ngoto t untuk memekarkaan Papua adalah Pemerintah Pusat sedangkan Pem erin tah D aerah P rovinsi Papua tidak ngo to t bahkan menolaknya Inilah yang saya katakan sebagai fenomena khusus yang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan pemekaran- pemekaran daerah dalam kasus-kasus daerah lain seperti pemekaran Provinsi Banten Pemekaran Provinsi Bangka Belitung dan Pemekaran Provinsi Gorontalo

Dampak sikap ngotot Pemerintah Pusat tersebut menimbulkan benturan dan konflik antara mereka yang pro-Pemerintah Pusat (dengan demikian setuju pemekaran) dan yang menolak keinginan Pemerintah Pusat (dengan dem ikian m enolak pem ekaran) Sikap pro-kontra tersebut sesungguhnya apabila kita amati dipicu oleh sikap elite terhadap kebijakan Pemerintah Pusat tentang pemekaran Papua Sikap elite yang berbeda itu lalu merembet ke masing-masing pendukung di antara elite-elite tersebut sehingga yang teijadi kemudian konflik horizontal di antara pendukung pemekaran dan penolak pemekaran Antiklimaks dari konflik tersebut adalah peristiwa Mimika saat dideklarasikan Provinsi Irian Jaya Timur

Tulisan ini mencoba untuk membahas tentang fenomena pro-kontra pemekaran Papua tersebut Namun sebelumnya terlebih dahulu membahas tentang latar belakang pemekaran Papua keluarnya UU No 45 Tahun 1999 dan Inpres No 1 Tahun 2001

Latar Belakang Pemekaran

Ide tentang pemekaran Irian Jaya sudah lama Jauh sebelum Irian Jaya menjadi bagian Indonesia di zaman pemerintahan

Hindia Belanda pemerintah kolonial saat itu membagi wilayah Netherlands New Guinea (sebuah nama untuk Irian Barat atau Irian Jaya pada waktu masa penjajahan Belanda) dalam enam karisedanan yaitu (1) Hollandia (sekarang namanya Jayapura) dengan ibu kota Hollandia (2) Geelvinkbaai (sekarang Teluk Cendrawasi) dengan ibu kota Biak (3) N ew G uinea Tengah dengan ibu kota Enarotali (4) New Guinea Selatan dengan ibu kota Merauke (5) New Guinea Selatan dengan ibu kota Fakfak dan (6) New Guinea Barat dengan ibu kota Sorong2

Tentu pembagian keenam wilayah tersebut ada alasannya Pemerintah Hindia Belanda tidak asal saja membagi wilayah Netherland New Guinea atas enam wilayah M enurut Ik rar N usa B hakti alasan pembagian enam wilayah itu didasarkan atas (1) kedekatan w ilayah (2) efektiv itas pemerintahan dan (3) pertalian adatsuku di antara penduduk di wilayah itu3

Pada tahun 1963 ketika Netherland N ew G uinea m enjadi bag ian w ilayah Indonesia yang kemudian berubah menjadi Irian Barat pembagian enam wilayah tersebut tetap dipertahankan oleh Indonesia Namun dalam perkembangan kemudian yaitu pada tahun 1969 dari enam karesidenan itu diciutkan menjadi tiga karesidenan baru yaitu (1) Karesidenan Paniai (2) Karesidenan Sorong dan (3) Karesidenan Yapen Waropen Karesidenan di Irian Barat terus berkembang dan ada yang d iberi nam a baru yaitu kabupaten m enjadi 14 kabupaten dan terakhir 28 kabupaten4

Pada masa Pemerintahan Orde Baru tepatnya tahun 1983 yaitu pada masa Gubernur Irian Jaya dipimpin oleh Busyiri Suryowinoto dan M enteri Dalam Negeri Supardjo Rustam ide tentang pemekaran muncul kembali Ide pemekaran ini berawal dari Seminar ldquoPembangunan Pemerintahan

2 Ikrar Nusa Bhakti ldquoMencari Titik Temu Pemekaran Provinsi Papuardquo Kompas 25 Agustus 2003

3 Ibid4 Ibid

26

Daerahrdquo dalam rangka Dies Natalis Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) ke-16 di Jakarta tanggal 3 Mei 1983 Pada seminar tersebut muncul gagasan perlunya pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga wilayah dan pembentukan- pembentukan kabupaten-kabupaten5

Namun dalam seminar itu terdapat dua pendapat yang berbeda satu sisi ada yang berpendapat bahwa pemekaran dimulai dari bawah dulu yaitu dengan m em bentuk kapubaten-kabupaten dulu tetapi di sisi lain ada yang berpendapat sebaiknya dimulai dari atas dulu yaitu dengan m em bentuk pemekaran provinsi dulu

Sehubungan dengan adanya polemik tersebut Gubernur Irian Jaya yaitu Busyiri memanggil orang-orang Irian Jaya yang berpolemik tersebut yaitu JRG Jopari 3 mahasiswa IIP asal Irian Jaya (M ichael Menufandu Obednego Rumkorem Martinus Howay) dan beberapa anggota DPR yang mewakili Irian Jaya antara lain MC Da Lopez Izaac H indom Izaac Saujay M ocham m ad W asaraka dan Sudarko M ereka d ipanggil dalam rangka membicarakan rencana pemekaran wilayah Irian Jaya Untuk itu mereka diwajibkan untuk memberikan masukan tertulis kepada gubernur

Ide ten tang pem ekaran terus berkembang dengan diadakannya Seminar Nasional ldquoPercepatan Pembangunan di Irian Jayardquo yang d ilakukan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Dalam seminar itu dibicarakan juga tentang kemungkinan pemekaran wilayah Irian Jaya Hasil seminar lalu direkom endasikan kepada M enteri Dalam Negeri yakni Supardjo Rustam

Dalam perkem bangan kemudian Menteri Dalam Negeri memerintahkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Dalam Negeri untuk melakukan penelitian di Irian Jaya selama enam bulan

5 JRG Djopari ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo Sinar Harapan 5 Maret 2003

tentang kemungkinan pemekaran wilayah Irian Jaya Hasil penelitian ini kemudian disampaikan kepada Presiden Soeharto yang isinya apabila kondisi ekonomi negara memungkinkan dan proses kaderisasi aparat pemerintah asal putra daerah telah mencukupi untuk struktur minimal birokrasi pem erintahan tingkat provinsi pemekaran wilayah dapat dilaksanakan Pemekaran dapat dimulai dengan tiga provinsi dan kemudian menjadi enam provinsi sesuai enam karisedanan sewaktu pemerintahan Hindia Belanda di Irian Jaya

Gagasan tentang pemekaran Irian Jaya tersebut ternyata tidak kunjung tiba sampai akhirnya Presiden Soeharto jatuh Entah alasan apa ide pemekaran itu tidak kunjung terwujud Mungkin rekomendasi tentang perlunya pemekaran yang diajukan oleh B alitbang D epdagri belum juga terpenuhi sehingga tidak memungkinkan pemekaran Irian Jaya dilaksanakan Atau alasan lain entahlah Yang jelas selama masa Presiden Soeharto kendali Jakarta atas Irian Jaya begitu ketat dengan diberlakukannya Daerah Operasi Militer (DOM) Dan dampak dari DOM tersebut membuat rakyat Irian Jaya m akin sengsara ak ibat te rjad inya pelanggaran-pelanggaran HAM

Pemekaran Irian Jaya Berdasarkan UU No 45 Tahun 1999

K etika te rjad i pergan tian pemerintahan dari Soeharto ke B J Habibie gagasan pem ekaran Irian Jaya muncul kem bali G ubernur Irian Jaya Freddy Numberi mengusulkan pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga wilayah Kemudian usul ini ditanggapi oleh pemerintah dengan mengajukan RUU tentang pemekaran Irian Jaya dan pembentukan kabupaten-kabupaten lainnya di Irian Jaya Singkat kata lalu keluarlah UU No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat Kabupaten Paniai Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Dengan adanya UU itu

27

berarti Irian Jaya terbagi atas 3 provinsi yaitu Irian Jaya Barat dengan Ibu Kota Manokwari Irian Jaya Tengah dengan Ibu Kota Timika dan Irian Jaya Timur dengan Ibu Kota Jayapura

U ntuk m engetahui apa dasar pertimbangan keluarnya UU No 45 Tahun 1999 tersebut di sini saya kutipkan dasar pertimbangan sebagaimana dinyatakan dalam poin menimbang UU No 45 Tahun 1999 yaitu6a bahwa berhubung dengan perkembangan

dan kemajuan Provinsi Irian Jaya serta adanya aspirasi yang berkembang dalam m asyarakat d ipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerinshytahan pelaksanaan pembangunan dan pem binaan kem asyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan dimaksud pada masa mendatang

b bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dan memperhatikan perkembangan jumlah penduduk luas wilayah potensi ekonomi sosial budaya sosial politik dan peningkatan beban tugas serta volume kerja di bidang pem erintahan pem shybangunan dan kemasyarakatan di Irian Jaya d ipandang perlu m em bentuk Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat sebagai pemekaran dari Irian Jaya

c bahwa pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya B ara t akan dapat mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah

Pertimbangan-pertimbangan yang diajukan tersebut kemudian lebih jauh dijelaskan dalam Penjelasan Umum dari UU No 45 Tahun 1999 ini Di sini lagi-lagi saya kutipkan bunyi Penjelasan Umum tersebut yaitu

6 Lihat UU No 45 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

Provinsi Irian Jaya mempunyai wilayah seluas 404669 km2 dengan geografis yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit dalam perkembangannya walaupun telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan masih diperlukan peningkatan Provinsi Irian Jaya juga memiliki makna yang khas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Makna khas tersebut terdapat di dalam dinamika budaya struktur pranata adat istiadat potensi wilayah dan struktur sosial kemasyarakatan serta tantangan dan kendala yang dihadapi beserta lingkungan strategis yang mempengaruhinya

Perkembangan Provinsi Irian Jaya tersebut diikuti pula dengan peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat dengan laju pertumbuhan rata-rata 241 per tahun Pada tahun 1990 jumlah penduduk Provinsi Irian Jaya berjumlah 1436439jiwa dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 2225102 jiwa Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volum e kerja penyelenggaraan pem erin tahan pem shybangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Provinsi Irian Jaya

Provinsi Irian Jaya memiliki sumber daya pertanian tanaman pangan perkebunan kehutanan pertambangan dan pariwisata yang cukup potensial untuk dikembangkan serta memiliki prospek yang cukup baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri karena memiliki letak yang sangat strategis yaitu merupakan pintu gerbang ke arah lingkar Pasifik

Berdasarkan hal-hal tersebut dan memperhatikan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat sejak tahun 1982 yang selanjutnya dituangkan secara formal dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Irian Jaya tanggal 10 Juli 1999 Nomor 10DPRD1999 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I Irian Jaya dan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan

28

pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat dan sesuai aspirasi masyarakat sejalan dengan kebutuhan pembangunan dan pemerintahan di Provinsi Irian Jaya maka Provinsi Irian Jaya perlu dimekarkan menjadi tiga provinsi yaitu dengan membentuk Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat

Untuk m eningkatkan dan m em shyperkuat peranan putra daerah asli Irian Jaya dalam formasi kepegawaian dan jabatan negeri diberikan prioritas kepada putra daerah tersebut sedem ikian rupa dalam mendapatkan pendidikan dan pelatihan Di samping itu hak adat dalam komunitas budaya suku-suku asli Irian Jaya termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi dan dijamin pengem bangan serta pem berdayaannya secara dinam is dan selaras dengan perkembangan zaman

Untuk m elaksanakan UU No 45 Tahun 1999 tersebut Presiden BJ Habibie kemudian mengeluarkan Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 pada tanggal 12 Oktober 1999 Dalam Dekrit tersebut Presiden BJ H abibie m engangkat W akil G ubernur Herman Monim dan Bram Atururi masing- masing sebagai Gubernur Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya B arat N am un dalam perkembangan baik UU No 45 Tahun 1999 maupun Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 ditolak oleh Dewan Perw akilan Rakyat Daerah Provinsi Irian Jaya melalui SK No 11 DPRD1999 tanggal 16 Oktober 1999 Isi SK DPRD Provinsi Irian Jaya tersebut menolak pemekaran Irian Jaya karena atas desakan rakyat Irian Jaya

Dengan adanya penolakan DPRD Provinsi Irian Jaya tersebut kem udian m uncul pertanyaan m engapa dalam Penjelasan Umum UU No 45 Tahun 1999 sebagaimana dikutip di atas dinyatakan bahwa keluarnya UU ini tidak lepas dari aspirasi masyarakat yang lalu dituangkan dalam Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya No 10 DPRD1999 Kalau benar berdasarkan aspirasi

masyarakat seharusnya UU No 45 Tahun 1999 diterima bukan ditolak Tetapi yang terjadi adalah rakyat Irian Jaya menolak dan DPRD Irian Jaya m endukungnya Pertanyaan selanjutnya ada apa sebenarnya di balik itu semua Benarkah UU No 45 Tahun 1999 benar-benar berdasarkan aspirasi masyarakat Irian Jaya atau sesungguhnya hasil rekayasa Jakarta (Pemerintah Pusat)

Jawaban yang muncul cenderung bahwa UU No 45 Tahun 1999 tidak lepas dari kepentingan Pemerintah Pusat dalam upaya meredam atau memecah gerakan Papua M erdeka D engan Irian Jaya d im ekarkan m aka dukungan terhadap gerakan Papua Merdeka akan terpecah-pecah yang pada gilirannya nanti akan melemahkan gerakan itu sendiri karena Irian Jaya tidak lagi satu tetapi sudah menjadi tiga yaitu Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur C ara seperti ini memang dapat d ilakukan te tap i persoalan waktu dan kondisinya tidak pas Mengapa tidak jauh- jauh sebelum itu katakanlah seharusnya direalisasikan ketika masa Soeharto di mana negara kuat Sementara sekarang pada era reformasi ini di mana semua orang menuntut kebebasan dan ada ruang kebebasan ditambah kondisi negara yang lemah maka kebijakan itu tidak pas Maka menjadi wajar apab ila kem udian rakyat Irian Jaya m enolaknya karena m em ang yang d ibu tuhkan adalah kead ilan bukan pemekaran

Mungkin berdasarkan pertimbangan tersebut Presiden BJ Habibie menerima tuntutan rakyat Irian Jaya tersebut yaitu menunda pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dan membatalkan Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 karena tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat Irian Jaya

Dalam perkembangan selanjutnya ketika BJ Habibie digantikan oleh Presiden A bdurahm an W ahid pendekatan yang diterapkan dalam menangani Irian Jaya berbeda dengan kebijakan sebelumnya Di sini Presiden Abdurahman Wahid bukan saja

29

memberikan dana bagi diadakannya Kongres Nasional Papua II pada bulan Mei 2000 tetapi juga mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua pada tanggal 25 Desember 2000 Nama Papua merupakan keinginan rakyat Papua sendiri bukan pemberian nama dari Pemerintah Pusat Dengan persetujuan pemberian nama Papua untuk mengganti nama Irian Jaya diharapkan rakyat Papua akan mengubah tuntutan yang selama ini diajukan terutama kelompok OPM dan Presediun Dewan Papua

Ketika Presiden Abdurahman Wahid ja tu h dan d igan tikan oleh M egaw ati diberikan kebijakan terhadap Papua dengan apa yang dinamakan sebagai pemberian otonomi khusus melalui UU No 21 Tahun 2001 Kebijakan yang sama yaitu Otonomi K husus d iberikan ju g a kepada Aceh K ebijakan pem berian otonom i khusus sesungguhnya merupakan bentuk win-win solution sem ua p ihak m em peroleh kemenangan

Perlu dikemukakan di sini kebijakan otonomi khusus ini berbeda dengan kebijakan otonomi berdasarkan UU No 22 Tahun 1999 Pada UU No 22 Tahun 1999 titik berat otonomi ada pada tingkat kabupaten atau kota Antara kabupatenkota dengan provinsi tidak ada hierarki Sementara UU Otonomi Khusus titik berat otonomi berada di tingkat provinsi bukan pada kabupaten atau kota

B erkaitan dengan pem ekaran wilayah UU Otonomi Khusus menyatakan bahwa apabila akan diadakan pemekaran harus terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Majelis Rakyat Papua (MRP) Pasal 76 UUNo 21 Tahun 2001 menyebutkan bahwa ldquoPem ekaran P rov insi Papua m enjadi provinsi-provinsi dilakukan atas persetujuan MRP dan DPR Papua setelah memperhatikan dengan sungguh-sungguh kesatuan sosial budaya kesiapan sumber daya manusia serta kemampuan ekonomi dan perkembangan di masa mendatangrdquo

Lalu siapa itu M RP MRP merupakan reperesentasi kultural orang asli Papua Orang asli Papua adalah orang yang

berasal dari rumpun ras Melanesia yang terdiri dari suku-suku asli di Provinsi Papua danatau orang yang diterima dan diakui sebagai orang asli Papua oleh masyarakat adat Papua Sampai saat ini entah mengapa MRP belum terbentuk Karena belum terbentuknya MRP dapat dikatakan Otonomi Khusus Papua belum berjalan secara maksimal meski dana untuk pelaksanaan Otonomi Khusus sudah diberikan oleh Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Inpres No 1 Tahun 2003

Setelah keluarnya UU Otonom i Khusus tentang Papua tersebut seharusnya persoalan Papua selesai minimal berkaitan dengan masalah pemekaran Papua Mengapa mengingat saat UU tentang Pemekaran Papua No 45 Tahun 1999 ditolak oleh masyarakat Papua lalu sebagai ja lan tengah untuk m engatasi pe rso a lan Papua lah ir UU Otonomi Khusus maka berkaitan dengan persoalan pemekaran harus berdasarkan UU Otonomi Khusus tersebut

N am un entah kenapa dan latar belakang apa pada tanggal 27 Januari 2003 Presiden Megawati mengeluarkan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2003 Instruksi itu berisi tentang Percepatan Pelaksanaan UU No 45 tentang Pembetukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat K abupaten Pania K abupaten M im ika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Dalam diktum menimbang disebutkana Bahwa untuk pelaksanaan Undang-

Undang No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat Kabupaten Paniai Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong dipandang perlu dilakukan percepatan penyiapan sarana dan prasarana pem bentukan organisasi perangkat daerah dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah

b B ahw a sesuai tun tu tan dan perkembangan aspirasi masyarakat serta

30

kondisi politik nasional yang kondusif pada saat ini maka penyelenggaraan pemerintahan daerah di Provinsi Irian Jaya Barat perlu direalisasikan secara terarah terpadu terkoordinasi dan berkesinambungan

Instruksi presiden ini ditu jukan kepada (1) M enteri Dalam N egeri (2) Menteri Keuangan (3) Gubernur Provinsi Papua dan BupatiWali Kota se-Provinsi Papua

Pertam a M enteri D alam N egeri melakukan percepatan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dengan tugas1) M elaksanakan pem binaan dan

pengawasan penyelenggaraan pemerinshytahan daerah di Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

2) M em persiapkan penetapan dan penyesuaian ba tas-b a tas w ilayah Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat dan Prdvinsi Irian Jaya

3) M em berikan pem binaan dan pengshyawasan kepada Provinsi Irian Jaya Barat dan Provinsi Irian Jaya Tengah dalam rangka pem bentukan O rganisasi Perangkat Daerah

4) M em berikan pem binaan dan pengshyawasan kepada Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat dalam rangka pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

5) Mengaktifkan pejabat gubernur para pejabat dan penataan aparatu r Pemerintah Provinsi Irian Jaya Barat dan P rovinsi Irian Jaya Tengah serta mengupayakan dukungan sarana dan prasarana yang memadai

6) Melakukan koordinasi dengan menteri pim pinan lem baga nondepartem en terkait dan m engadakan pertem uan dengan pejabat pemerintah daerah

Kedua memberikan tugas kepada M enteri K euangan un tuk m enyiapkan anggaran yang diperlukan dalam rangka

pelaksanaan langkah komprehensif yang belum tertampung dalam APBN

K etiga G ubernur m em berikan dukungan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dengan tugas1) Pengalihan personel pembiayaan aset

dan dokumen2) S uperv isi dan dukungan pada

pembentukan dan penataan penyelengshygaraan pem erintahan daerah otonom baru

Keem pat bupatiw ali kota m enshydukung untuk memperlancar pengalihan dan penataan penyelenggaraan pemerintahan seperti dimaksud UU No 45 Tahun 1999

K elim a un tuk m em perlancar percepatan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 M enteri D alam N egeri dapat membentuk Tim Asistensi untuk memberikan dukunganbimbingan teknis penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada gubernur dan bupatiw ali ko ta dalam kaitan p e shynyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

Setelah adanya instruksi presiden tersebut pada tanggal 6 Februari 2003 dengan dihadiri ribuan orang dari sembilan kabupaten P rov insi Irian Jaya B arat diresmikan oleh pejabat Gubernur Irian Jaya Barat yaitu Abraham Octavianus Atururi di Manokwari Acara peresmian provinsi baru ini juga digelar di Sorong Fakfak dan Jayapura

Pada tanggal 11 Maret 2003 Menteri Dalam Negeri mengharapkan agar Gubernur Papua menyampaikan perkembangan tertulis mengenai respons masyarakat Papua atas pemekaran Papua Laporan tersebut diperlukan oleh Departemen Dalam Negeri sebagai salah satu pertimbangan untuk mengefektifkan pemekaran Papua menjadi tiga provinsi Kemudian pada tanggal 23 Mei 2003 Menteri Dalam Negeri meminta gubernur DPRD dan Bupati Manokwari segera mengimplementasikan Inpres No 1 Tahun 2003

31

Beberapa kalangan menilai bahwa Inpres No 1 Tahun 2003 tentang percepatan pemekaran tersebut menjadi titik balik bagi berjalannya UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonom i K husus Papua K ondisi ini menunjukkan bahwa nasib Otonomi Khusus Papua berada pada posisi di persimpangan jalan Betapa tidak di satu sisi bahwa pemekaran di tanah Papua dilakukan oleh MRP namun di sisi lain dengan adanya Inpres No 1 Tahun 2003 tersebu t m enunjukkan bahw a pem ekaran Papua ternyata dilakukan oleh Pemerintah Pusat bukan oleh MRP sebagai representasi rakyat Papua

Pro-Kontra Pemekaran Papua

Saat pendeklarasian Provinsi Irian Jaya Barat tanggal 6 Februari 2003 oleh Pejabat Gubernur Irjabar (Irian Jaya Barat) di Manokrawi yang dihadiri oleh kurang lebih 15 ribu orang dari Kabupaten Manokwari Sorong dan Fakfak berlangsung secara damai dan aman Tidak ada gejolak konflik dan penentangan Semuanya berjalan lancar dan aman Namun suasana serupa tidak teijadi saat pendeklarasian Provinsi Irian Jaya Tengah (Irjateng) yang dilakukan pada tanggal 23

Agustus 2003 Provinsi Irian Jaya Tengah dideklarasikan di Timika oleh keenam bupati dan ketua DPRD yang ada di wilayah provinsi itu Saat pendeklarasian ternyata diwarnai oleh aksi penolakan sekelom pok pendukung dan penentang pemekaran provinsi Bentrokan antara yang pro dan kontra ini membawa korban meninggal dunia sebanyak empat orang yaitu 2 orang dari pihak penolak dan 2 orang dari pihak pendukung

Pada perkem bangan kem udian karena situasi makin tegang pada tanggal 27 Agustus 2003 Pemerintah menunda atau m em pertahankan dalam status quo pemekaran daerah di Provinsi Papua kecuali Irian Jaya Barat Pada masa status quo ini pemerintah akan meninjau kembali UU No 45 Tahun 1999 UU No 21 Tahun 2001 dan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2003

Sikap pem erin tah dengan m em shyberlakukan status quo berkaitan dengan pemekaran Papua tersebut merupakan suatu sikap yang bijak dan arif dalam menyikapi perkembangan yang terjadi di tanah Papua Untuk itu kita sangat menghargai dan menghormatinya karena memang persoalan Papua begitu kompleks dan rumit yang penyelesaiannya butuh waktu dan pemikiran yang mendalam termasuk persoalan tentang pemekaran Apakah pemekaran merupakan

Tabel 1 Perbandingan Indikator Ekonomi dan Sosial Provinsi Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya

Indikator Prov Irian Jaya Barat

Prov Irian Jaya Tengah

Provinsi Irian Jaya

Ibu Kota Manokwari T im ika JayapuraLuas (km 2) 10 5 073 5 8 7 7 9 2 4 9 6 3 0Jum lah Penduduk 57 1 1 0 7 5 0 6 0 2 6 1 1 5 6 3 9 7Kepadatan (O rg K m 2) 5 4 8 6 4 6Luas Hutan (ha) 10 173 8 7 5 2 9 8 2 4 3 2 4 8Panjanq Jin Aspal (km ) 1 3 07 58 1 3 5 1 3 5 2 086 01Jum lah P N S 97 18 17 417 20511Rasio Penduduk P er P N S 159 19 156Jumlah Guru S D 38 69 4 3 6 2 6 3 3 0Jumlah Murid S D 5 2 569 14 9 672 1 4 3 94 7Rasio Guru per murid S D 14 134 123Jum lah Dokter 6 7 62 171Rasio Penduduk P er Dokter 18254 18 162 16763Penerim aan PBB 2001 1 5 1 26 8 5 1 0 9 4 0 3 7 102816 1Partai Pilihan 1999 G olkar (42 )

P D IP (33 )G olkar (43 ) P D IP (29 )

G olkar (34 ) P D IP (32 )

Sumber Kompas 23 September 2003

32

jalan satu-satunya penyelesaian masalah Papua atau bukan Perlu perenungan yang mendalam

Namun terlepas dari itu persoalan pemekaran dan tentang Inpres No 1 Tahun 2003 tentang Percepatan Pemekaran telah terjadi konflik antara yang pro dan kontra Salah seorang yang pro terhadap pemekaran Papua mengemukakan beberapa argumentasi yaitu71) Aspek pemerintahan Rentang kendali

pemerintahan Papua sangat jauh atau panjang sehingga seorang Gubernur tidak m am pu m engendalikan w ilayah administratif pemerintahannya Dengan 14 wilayah setingkat kabupaten sulit dikoordinasikan oleh seorang gubernur Luas 4 kali pulau Jawa m aka akan bertam bah su lit dan bera t dengan tambahan 14 kabupaten baru tahun 2003 K onflik p rov insi (gubernur) dan kabupaten maupun kota di Irian Jaya pada tahun 2002 perlu d icerm ati atas pembagian dana 18 triliun rupiah bagian dari dana otonomi khusus yang hanya 20 sampai ke 14 wilayah Kabupaten (termasuk 2 kota) sedangkan 8 berada dan dikendalikan di provinsi

2) Aspek Politik Pembagian Papua menjadi 3 provinsi m em berikan kesem patan kepada tiga putra yang terbaik untuk menjadi gubernur Dari segi pendidikan dan komunikasi politik wilayah menjadi semakin kecil sehingga bagi pemerintah maupun partai politik dapat dengan mudah sampai ke desakam pung untuk m elakukan kewajibannya karena isolasi sudah menjadi p rio ritas utam a untuk dibuka demi pembangunan

3) Aspek Hukum Dilihat dari tata urutan dan kebiasaan perundang-undangan maka Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya Nomor 11 Tahun 1999 tidak bisa membatalkan UU No 45 Tahun 1999juga tidak mencabut pasal-pasal pemekaran

7 JRG Djopari ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo dalam Sinar Harapan 5 Maret 2003

wilayah Papua berdasarkan UU No 45 Tahun 1999 Inpres No 1 Tahun 2003 tanggal 27 Januari 2003 secara hukum adalah benar dan tepat

4) A spek E konom i K etiga w ilayah mempunyai potensi sumber alam yang sama yaitu pertam bangan W ilayah Tengah ada PT Freeport Wilayah Barat ada Pertamina dan Proyek Tangguh BP W ilayah T im ur ada ju g a tam bang tembagaemas di Okisibil (PT Inggold) dan minyak bumi (PT Connoco) di Kouh Tanah Merah Di wilayah Timur belum dieksploitasi karena alasan gangguan keam anan T iga w ilayah itu akan membuka peluang besar bagi investasi modal baik dari dalam maupun luar negeri

5) Aspek Sosial Budaya Dengan tiga wilayah provinsi baru maka pembinaan dan pengembangan budaya serta adat istiadat akan lebih efektif dilakukan sebab kemampuan untuk itu ada dan ditunjang dengan jangkauan pelayanan pemerintah yang pendek serta prioritas yang jelas bila dibandingkan dengan kenyataan sekarang ini Pelayanan- pelayanan sosial seperti pendidikan dan agama sarana dan prasarananya dapat diperbaiki Bantuan kepada lembaga- lembaga sosial swadaya masyarakat dan keagamaan serta pendidikan (swasta) akan lebih efektifbila dibandingkan dengan sekarang ini

6) Aspek Pertahanan dan KeamananDari segi pertahanan keamanan dan ketertiban wilayah tidak ada alasan yang kuat untuk m elakukan penam bahan aparat keamanan melalui pembentukan Kodam dan Polda provinsi yang baru karena yang ada sekarang ini telah mencukupi untuk menangani persoalan yang ada selama ini Ketertiban dan keamanan di provinsi semakin terus membaik apalagi telah terjadi saling p engertian yang m endalam an tarshypemerintah Indonesia dan Papua New

33

Guinea bahwa keamanan dan ketertiban di sepanjang perbatasan kedua negara m erupakan p rio rita s u tam a bagi kepentingan hubungan kedua negara agar masyarakatnya dapat berkunjung dengan berbagai tujuan apakah itu kunjungan-kunjungan sosial dagang w isata budaya adat is tiad at dan sebagainya dengan aman dan nyaman sebagai layaknya kehidupan bertetangga dengan baik

Apa yang dikemukan oleh Djopari tersebut yang merupakan salah seorang putra te rbaik Papua sepertinya persoalan pemekaran Papua dilihat dari aspek mana pun (dia menyebutkan enam aspek) tidak ada satu pun aspek yang merugikan tetapi sebaliknya menguntungkan Oleh karena menurut dia tidak ada persoalan dengan pemekaran Papua karena pemekaran Papua membawa dampak yang positif bagi rakyat Papua berdasarkan tinjauan enam aspek di atas

Pertanyaan yang segera m uncul kemudian apakah memang demikian Ini menjadi pertanyaan besar karena mengingat pemekaran Papua telah memicu konflik horizontal di antara m asyarakat Papua Tercatat hanya Irian Jaya Barat yang tidak berkebaratan bahkan katanya gembira () dengan adanya pemekaran tersebut Adapun dua provinsi lainnya menolak pemekaran secara tegas

Namun terlepas setuju-tidak setuju dengan pendapat Djopari tersebut ada satu hal yang perlu dikritisi yaitu berkaitan dengan ldquotidak akan dibentuk Kodim dan Polda Provinsirdquo pada pembentukan provinsi baru B enarkah dem ikian Saya k ira bukankah salah satu alasan mereka yang menolak pemekaran Papua berkaitan dengan pembentukan Kodim dan Polda baru apabila ada pemekaran provinsi baru Sepanjang saya ketahui setiap provinsi pasti ada Kodim dan Poldanya hatta provinsi baru Apalagi nanti di Papua yang nota bene keadaan

keamanannya masih terganggu dengan masih adanya Gerakan Papua Merdeka atau OPM

Baiklah kita lanjutkan berkaitan dengan pro-kontra pemekaran Papua Berbeda dengan pendapat Djopari di atas pengamat politik dari CSIS Indra J Piliang seperti dalam tulisannya di Kompas dengan judul ldquoSolusi Damai Untuk Papuardquo mengajukan gugatan berkaitan dengan Inpres No 1 Tahun 2003 yaitu81) Pemerintah tidak pernah menjelaskan dasar

dari pengam bilan keputusan yang berkenaan dengan keluarnya Inpres No 1 Tahun 2003 juga bagaimana kaitan dengan pemberlakuan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Pertanyaannya apakah status otonomi khusus akan berlaku di ketiga provinsi baru ataukah hanya di Provinsi Papua saja

2) Dengan berlakunya inpres tersebut berarti Papua kini terdiri tiga provinsi yakni Provinsi Irian Jaya Tengah Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Timur Lalu bagaim ana dengan Provinsi Papua Tidak jelas sekarang provinsi mana yang d isebu t sebagai p rov insi asal atau provinsi induk karena nama Provinsi Papua tidak ada lagi Juga menyangkut MRP apakah akan dibentuk di tiga provinsi itu atau ldquoprovinsi asalrdquo yang tidak ada

3) Pem berlakuan inpres tersebu t menyebabkan sebuah preseden baru telah dimulai yakni adanya tiga provinsi baru yang m enghilangkan atau memakan provinsi induknya

Berkaitan dengan Inpres No 1 Tahun 2003 tersebut Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno m engatakan bahw a tidak ada pertentangan yuridis antara Inpres No 1 Tahun 2003 yang didasarkan pada UU No 45 Tahun 1999 dengan UU No 21 Tahun 2001 Menurutnya UU No 45 Tahun 1999

34

8 Indra J Piliang ldquoSolusi Damai Untuk Papuardquo dalam Kompas Agustus 2003

yang terbit lebih dahulu telah membagi Papua menjadi tiga provinsi sementara UU No 21 Tahun 2001 memberikan jiwa pada kekhususan Papua Kekhususan itu adalah alokasi dana MRP dan pemilihan kepala daerah Jadi katanya sebenarnya tidak ada pertentangan dan saling melengkapi9

Selanjutnya Menteri Dalam Negeri dalam dengar pendapat dengan DPR memberikan penjelasan tentang persoalan pemekaran Papua ini Berikut penjelasan Mendagri tersebut

Pada prinsipnya kebijakan Pemerintah dan DPR dalam pananganan masalah Papua bermuara pada pemberian kesejahteraan bagi masyarakat Papua dalam rangka NKRI baik yang diterapkan melalui UU No 451999 maupun melalui UU No 212001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Kalau disikapi lebih mendalam dan bijaksana substansi kedua UU tidak bertentangan tapi justru saling melengkapi

UU No 451999 lebih menekankan pendekatan untuk mengakomodasi adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat Di sisi lain untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan memperpendek rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat

Sedangkan UU No 212001 lebih m enekankan pada pengakuan dan penghorm atan terhadap satuan-sa tuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus dalam wadah NKRI dengan menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat Papua UU yang bersifat khusus ini d ite tapkan dalam rangka m engurangi kesenjangan antara Provinsi Papua dan provinsi lain dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di P rovinsi Papua serta m em berikan kesempatan yang luas kepada penduduk asli Papua untuk membangun dirinya

Dengan demikian pembentukan 3 provinsi (Provinsi Irian Jaya Timur Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat) secara yuridis telah sah semenjak ditetapkan UU No 45 Tahun 1999 (lihat

rsquo Lihat Kompas Cyber Media 27 Agustus 2003

Pasal 29) Keberadaan ketiga Provinsi tersebut juga diakui oleh UU No 21 (lihat Pasal 1 butir a junto Pasal 74) Namun ternyata ada kelalaian dalam penyusunan UU No 21 Tahun 2001 yang tetap menyebut ldquoProvinsi Papuardquo padahal seharusnya sebagai ldquoProvinsi Irian Jaya Timurrdquo

UU No 451999 hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal karena adanya penolakan oleh sebagian masyarakat Meskipun demikian secara yuridis formal UU No 45199 masih tetap berlaku dan untuk mengaktifkan penyelenggaraan Pemerintah Provinsi Irian Barat dengan mempertimbangkan iklim yang kondusif di Irian Jaya Barat telah diterbitkan Inpres No 12003 yaitu untuk mempercepat pelaksanaan UU No 451999

Pernyataan Menteri Dalam Negeri dalam Rapat Dengar Pendapat dengan DPR tersebut menarik sekali paling tidak ada dua hal yang m esti d iperhatikan Pertam a pernyataan bahwa penyebutan ldquoProvinsi P apuardquo m erupakan ben tuk kelalaian penyusun dan pembahas UU No 212001 yang seharusnya menyebut ldquoProvinsi Irian Jaya Tim urrdquo Pertanyaannya benarkah demikian Pasal 1 butir a UU No 212001 mengatakan ldquoProvinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi otonomi khusus dalam kerangka N egara K esatuan R epublik Indonesiardquo Kalaupun pernyataan Papua itu sesungguhnya mengacu kepada Provinsi Irian Jaya Timur berarti yang mendapat otonomi khusus adalah Provinsi Irian Jaya Timur dengan ibu kota Jayapura Dengan demikian Provinsi Irian Jaya Tengah dan Barat tidak m emperoleh otonomi khusus Benarkah demikian entahlah Lalu bagaimana dengan pasal yang mengatur tentang pemekaran Papua harus dapat persetujuan MRP Apakah memang MRP untuk mengurus pemekaran Irian Jaya Timur yang wilayah semakin kecil dan penduduknya semakin sedikit Benarkah demikian entahlah Pertanyaan kemudian benarkah orang-orang di DPR itu lupa semua tentang hal tersebut Entahlah juga

Saya pribadi berpendapat bahwa pernyataan Menteri Dalam Negeri tersebut

35

hanya bersifat politis dan apologia yang sulit sekali dipertanggungjawabkan bahwa mereka para anggota dew an tersebu t lupa mencantumkan nama ldquoIrian Jaya Timurrdquo bukan ldquoPapuardquo Pertanyaan sederhana bukankah nam a Irian Jaya pada m asa pemerintahan Abdurahman Wahid sudah berubah menjadi Papua Papua adalah Irian Jaya yang merupakan satu kesatuan seluruh wilayah dan batas-batas wilayah yang ada di Papua atau Irian Jaya tidak hanya Irian Jaya Timur dan tidak termasuk Irian Jaya Tengah dan Barat

Kedua berkaitan dengan pernyataan bahwa UU Pemekaran ldquosecara yuridis sahrdquo Ini memang menjadi perdebatan karena memang di dalam UU Otonomi Khusus tidak ada klausul yang menyatakan bahwa UU Pemekaran dinyatakan tidak berlaku Dengan tidak adanya klausul seperti itu maka kedua UU (UU Otsus dan UU Pemekaran) memang sam a-sam a berlaku Namun salah satu anggota dewan mengusulkan agar ada klausul tentang pencabutan UU Pem ekaran Di bawah ini saya kutipkan dialog anggota dew an saat pem bahasan UU O tonom i Khusus bagi Papua sebagaimana dikutip oleh wartawan Pembaruan Marcellus Widiarto

ldquoRisalah pembahasan RUU Otsus Papua menunjukkan bahwa status UU Pemekaran dibicarakan pada rapat ke-8 Pansus DPR tentang Otsus Papua yang berlangsung pada Sabtu 20 Oktober 2001 dari Jam 1400 sampai 2230 WIB di Ruang Rapat Pansus D Gedung Nusantara II DPR Dalam rapat itu dipimpin oleh Ferry Mursidan Baldan dan dihadiri oleh 21 dari 50 anggota Pansus dan para pejabat eselon I inter-departemen dan staf mewakili Pemerintah Pusat Dalam risalah tersebut Antonius Rahail dari Fraksi KKI mengusulkan agar dimasukkan suatu klausul bahwa dengan berlakunya UU Otsus maka UU Pemekaran dan UU No 52000 dinyatakan tidak berlaku kecuali ketentuan mengenai pembentukan Kabupaten Paniae Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Tetapi Prof Dr Abdul Gani Dirjen Perundang-Undangan Depkeh dan HAM yang mewakili pemerintah pusat menganggap usulan itu tidak perlu dimasukkan secara eksplisit ke dalam UU Otsus karena sudah terpenuhi secara sistematisrdquo

Sementara itu pakar Hukum Tata Negara Prof Dr Harun Al Rasyid mengatakan bahwa UU Pemekaran cacat hukum Hal ini selain karena masyarakat Papua sendiri teijadi penolakan terhadap kebijakan pemekaran Papua menjadi tiga tetapi juga usulan pemekaran itu adalah dari DPR dan pemerintah bukan atas usulan gubernur dan DPRD Papua Padahal dalam UU Otonomi Daerah pemekaran daerah itu harus atas usulan gubernur yang disetujui DPRD baru kemudian diusulkan kepada presiden10

Inpres No 1 Tahun 2003 ternyata membawa dampak besar bagi rakyat Irian Jaya Di antara dampak yang muncul akibat Inpres tersebut adalah terjadinya konflik elite dan kon flik h o rizon ta l di kalangan masyarakat Irian Jaya Elite di Irian Jaya terpecah dua yaitu yang pro-pemekaran dan yang menolak pemekaran Sementara di kalangan masyarakat juga terpecah mengikuti polarisasi elite tersebut yang pro dan yang kontra Kenyataan ini jelas terlihat ketika deklarasi Provinsi Irian Jaya Tengah di mana teijadi insiden yang membawa korban meninggal dunia sebanyak 4 orang dari kedua belah pihak

Akibat konflik tersebut kemudian pemerintah mengambil sikap yang arif yaitu dengan menunda pemekaran Irian Jaya dalam kondisi status quo Dalam Rapat Dengar Pendapat Menteri Dalam Negeri mengatakan

ldquoBerdasarkan pertimbangan politik dan pemerintahan pemekaran daerah di Provinsi Irian Jaya Tengah ditunda atau dipertahankan dalam statusquo Pada masa statusquo ini perlu meninjau kembali UU No 451999 UU No 212001 dan Instruksi Presiden No 12003 serta mencari solusi penyelesaian masalah-masalah fundamental yang merintangi implementasi dari pemekaran wilayah yang tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat

Apabila telah tercipta iklim yang kondusif ke depan masih perlu diantisipasi dan dipertimbangkan adanya aspirasi masyarakat yang diwakili oleh 6 (enam) bupati dan 6 (enam) ketua DPRD di wilayah Irian Jaya Tengah yang tetap

10 Lihat Harus Alrasid ldquoPemekaran Papua Cacat Hukumrdquo

Tempo Interaktif 20 Februari 2003

36

menginginkan pemekaran provinsi sebagaimana diatur dalam UU No 451999rdquo

Analisis Pro-Kontra Pemekaran Papua

Konflik pro-kontra pemekaran Papua awalnya berasal dari Inpres No 1 Tahun 2003 Apabila tidak ada inpres tersebut besar kemungkinan konflik tidak akan terjadi Hal ini karena mengingat UU No 45 Tahun 1999 sudah ditolak oleh DPRD Papua dan sudah ditangguhkan oleh Pemerintahan Presiden H abib ie Pem erin tah pada w aktu itu memahami keberatan rakyat Papua tentang pemekaran Provinsi Papua Namun sayang entah kenapa pemerintah dan DPR tidak mencabut UU No 45 Tahun 1999 tersebut saat membahas dan menetapkan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua

Sesungguhnya dengan adanya UU No 21 Tahun 2001 te rsebu t yang di dalamnya mengatur juga tentang persoalan pemekaran menurut kebiasaan maka UU yang sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi Tetapi itu memang hanya soal kebiasaan sehingga lemah secara hukum Dengan kata lain meski sudah ada UU No 21 Tahun 2001 UU No 45 Tahun 1999 juga tetap berlaku Akibatnya kedua UU tersebut terlihat saling bertabrakan di mana UU No 45 Tahun 1999 memerintahkan perlunya pemekaran Papua sedangkan UU No 21 Tahun 2001 mengatur tentang pemekaran Papua yang harus berdasarkan Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagai representasi rakyat Papua

Celakanya UU No 21 Tahun 2001 belum dilaksanakan sementara itu muncul Inpres No 1 Tahun 2003 yang memerintahshykan menteri terkait untuk melaksanakan UU No 45 Tahun 1999 yang sudah ditolak oleh rakyat Papua itu Yang terjadi kemudian instruksi itu mendapat perlawanan tetapi Pemerintah Pusat tampaknya bersikeras untuk tetap memekarkan Provinsi Papua Akibat sikap ngotot Pemerintah Pusat ini masyarakat Papua kemudian terbelah dua sebagian yang mendukung pemekaran dan

sebagian yang menolak pemekaran Dengan sikap ngotot Pem erintah Pusat muncul anggapan di kalangan masyarakat Papua bahwa pemerintah sengaja ingin memecah belah rakyat Papua Betapa tidak Seharusnya Pem erin tah P usat konsisten saja m elaksanakan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua tanpa mengeluarkan instruksi No 1 Tahun 2003 Tetapi mengapa kemudian pemerintah tetap saja ingin melaksanakan UU No 45 Tahun 1999

Ada beberapa analisis berkaitan dengan hal tersebut sebagaimana berikut1) Bahwa pemerintah mengeluarkan inpres

tersebut dalam upaya untuk memberikan pelayanan pada masyarakat (mendekatshykan rentang kendali pelayanan) dan m em fasilitasi dan m eningkatkan pembangunan ekonomi Karena banyakshynya kabupaten (28 kabupaten dan rencana akan dikembangkan menjadi 40 kabupaten) tidak mungkin hanya dilayani oleh satu provinsi atau gubernur Jadi perlu adanya beberapa provinsi

2) Keluarnya inpres tersebut berkaitan dengan masalah keamanan Provinsi Irian Jaya atau Papua dipecah menjadi beberapa provinsi adalah dalam rangka untuk melemahkan gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia Pemekaran Papua dilakukan dalam upaya untuk memecah aspirasi Papua Merdeka

3) Keluarnya inpres berkaitan dengan tujuan untuk melemahkan posisi Golkar di Irian Jaya Pada Pemilu 1999 Partai Golkar menguasai perolehan suara di Irian Jaya Dengan adanya pemekaran Irian Jaya diharapkan pada Pemilu 2004 kekuatan Partai Golkar akan berkurang dan beralih kepada PDI-P karena dengan diangkatnya gubernur baru akan menjadi patron baru bagi PDI-P yang nanti pada gilirannya akan memberikan dukungan kepada PDI-P

Apabila kita kelompokkan mereka yang pro-kontra terhadap pemekaran Papua maka terdiri dari (1) Elite Jakarta (2) Elite

37

Pertanyaannya mengapa hal tersebut terjadi Ada beberapa kemungkinan dan penjelasan terhadap sikap mereka tersebut Untuk Provinsi Irian Jaya Barat mereka yang mendukung pem ekaran mem iliki alasan bahwa dengan adanya pemekaran merupakan kesempatan yang baik untuk memajukan daerah yang selama ini tertinggal dari daerah- daerah lain di Irian Jaya Dengan adanya pemekaran maka daerah Irian Jaya Barat akan dapat mengejar ketertinggalan dan mengatasi kemiskinan yang dialami masyarakat selama ini Untuk memperbesar kewenangan dalam pem erintahan dan untuk memperbanyak posisi-posisi jabatan politik bagi rakyat Papua Selain itu dan ini yang penting untuk mempertahankan integrasi Papua agar tetap dalam pangkuan NKRI

A lasan m ereka yang m enolak pemekaran adalah karena pemekaran tidak dilakukan dalam kerangka otonomi khusus sesuai dengan UU No 21 Tahun 2001 sehingga pemekaran yang dilakukan saat ini tidak m em iliki dasar hukum yang kuat Pemekaran dilakukan karena kepentingan elite- elite pusat dan kepentingan pemerintah Pusat untuk mengontrol Papua Dengan Papua dibagi

tiga provinsi maka kontrol terhadap Papua lebih mudah dibandingkan dengan satu provinsi Dengan adanya tiga provinsi maka akan lahir tiga Kodam dan tiga Polda Institusi inilah yang akan mengawasi gerak-gerik sebagian rakyat Papua yang ingin memisahkan diri dari Indonesia Mereka menolak pemekaran juga karena tidak dilibatkannya masyarakat sehingga masyarakat merasa tidak diperhatikan padahal mereka merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan Akibatnya muncul anggapan bahwa pemekaran Papua hanya untuk memecah belah rakyat Papua

Kesimpulan dan Rekomendasi

Persoalan tentang pemekaran Papua telah membelah masyarakat Papua itu sendiri menjadi sikap yang mendukung dan menolak (pro-kontra) Akibat sikap pro-kontra ini dampak yang nyata adalah terjadi konflik horizontal di antara kedua kelompok tersebut Dengan adanya konflik tersebut terutama setelah teijadi peristiwa Timika pemerintah mengambil sikap status quo tentang pemekaran Papua Salah satu kebijakan yang akan diambil

Tabel 3 Sikap Pro-Kontra Elit Pemda dan MasyarakatTerhadap Pemekaran Papua

Sikap E lit Variabel Internal Variabel EksternalElit Pemda

P ro P e m ek aran K epentin gan Publik (S osia l B u d aya E konom i Politik) K epentingan Ind iv idu K elom pok

K epentingan P usat (integrasi H a n k am Politik)K epentinqan Kelom pok

K ontra P em ek ara n K epentingan Publik (S osia l B udaya Politik)

O tonom i Khusus (E konom i Politik)

Elit MasyarakatPro P e m e k a ra n K epentingan Ind iv idu K elom pok K epentingan P usat dan

K epentingan Kelom pok

K ontra P em ek ara n K epentin gan Publik O tonom i Khusus dan K epentin gan Internasional (P a p u a M e rd e k a )

Sumber Diolah dari berbagai sumber pemberitaan media massa

38

Pemda dan (3) Elite Masyarakat B erdasarkan hal te rsebu t m aka dapat dikelompokkan mereka yang pro dan kontra sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini

Elite-elite tersebut memiliki alasan mengapa mereka menerima atau menolak terhadap pemekaran Papua Bagi elite pemda khususnya pemda dari kabupaten yang terkena pemekaran dan menjadi provinsi setuju terhadap pem ekaran karena dalam upaya untuk memperpendek rentang kendali sehingga optimal dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat meningkatkan kesejahteraan masyarakat memperbesar kewenangan dalam pemerintahan mem-peroleh posisi jabatan- jab a tan p o litik dan dalam upaya mempertahankan integrasi NKRI Alasan-alasan tersebut bisa masuk dalam kategori kepentingan publik dan atau kepentingan kelompok atau individu

Elite yang menolak pemekaran memiliki argumentasi bahwa pemekaran tersebut tidak sesuai dengan UU No 21 Tahun 2001 yang menghendaki bahwa pemekaran harus melalui MRP pemekaran harus memperhatikan aspirasi dan kultur masyarakat Papua serta dibicarakan terlebih dahulu dengan Pemda Provinsi Papua dan DPRD provinsi Dalam konteks ini Ketua DPRD Provinsi Jhon Ibo mengatakan

ldquoPihak DPRD Papua sama sekali tidak tahu tentang isi Inpres No 1 Tahun 2001 Salinan inpres yang kami dapat pun ternyata diperoleh dari faksimile Ana Wartel yang katanya terletak

di Plaza Indonesia Jadi kami dapat dokumen negara yang bersejarah itu bukan dikirim dari Sekretaris Presiden atau Staf Presiden di Jakarta Soal pemekaran Papua sebenarnya sudah ditolak oleh D PRD P rovinsi O ktober 1999 lew at Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya No 11 DPRD1999 tanggal 16 Oktober 1999rdquo

Sementara di kalangan elite masyarakat yang setuju terhadap pem ekaran Papua berdasarkan alasan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mempercepat pembangunan memperoleh posisi j abatan bagi putra asli Papua dan untuk mempertahankan integrasi nasional Adapun elite masyarakat yang menolak pemekaran berdasarkan alasan bahwa pemekaran dilakukan untuk kepentingan elite- elite politik di Jakarta untuk memevag aspirasi Papua Merdeka meningkatkan ruang kontrol Jakarta terhadap Papua melalui pembentukan Kodim dan Polda di provinsi-provinsi baru tidak melibatkan masyarakat Papua khususnya kalangan adat dan gereja

Elite-elite tersebut baik yang pro maupun yang kontra terhadap pemekaran Papua mengekspresikan sikapnya berbeda- beda pada setiap provinsi baru yang mengalami pemekaran Di Provinsi Irian Jaya Barat sebagian besar elite dan masyarakat setuju terhadap pemekaran sedangkan di Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur sebagian besar elite dan m asyarakatnya menolak pemekaran

Tabel 2 K elom pok Yang Pro-Kontra Pemekaran Papua

Sikap E lit E lit Pusat E lit Pem da Elit M asyarakat

P ro P e m e k a ra n B irokras i B irokrasi K e lo m p o k yang d e k a t d e n g a n P u sa t

Politisi A n g g o ta D P R D

K ontra P e m e k a ra n Politisi B irokrasi Provinsi L S ML S M A ngg D P R D P rovinsi G e re ja A g a m aA k a d e m is i A d a t

Sumber Diolah dari berbagai sumber pemberitaan media massa

Lihat ldquoApa Kata Merekardquo dalam Fokus Kompas 23 Pebruari 2003

39

oleh pemerintah akan berusaha mensinkronkan antara UU No 45 Tahun 1999 dengan UU No 21 Tahun 2001

Tampaknya dengan sikap pemerintah tersebut secara implisit maupun eksplisit pemekaran Papua harus ada Kesimpulan ini diambil dan didukung dengan pernyataan pemerintah bahwa ia tetap mengakui Irian Jaya Barat sebagai provinsi baru di Papua Persoalan yang belum terselesaikan bagi pemerintah berkaitan dengan dua provinsi lainnya yaitu Irian Jaya Timur dan Irian Jaya (Tengah) Dalam konteks itu pemerintah akan mensinkronkan kedua UU di atas

M enurut hem at saya tam paknya persoalan konflik masalah pemekaran Papua berpangkal dari kepentingan-kepentingan elite lokal yang terpecah dan elite pusat yang terpecah pula Artinya ada kepentingan yang sama antara elite pusat dan elite lokal yang pro pemekaran berhadapan dengan elite lokal dan elite pusat (terutama elite yang dirugikan dengan adanya pem ekaran te rsebu t) yang m enentang pemekaran Papua Dampak dari konflik tersebut kemudian menjalar ke masyarakat atau arus bawah yang sesungguhnya mereka tidak seharusnya dilibatkan Tetapi yang teijadi antara kedua kelompok tersebut membawa-bawa masyarakat Akibatnya seperti dikemukakan sebelum nya terjadi konflik horizontal konflik antara sesama rakyat Papua

Pem ekaran Papua m em ang merupakan suatu keharusan karena sejumlah alasan yaitu1) Dari segi politik pembagian Provinsi

Papua menjadi tiga wilayah provinsi (bahkan bisa enam provinsi pen) memberikan kesempatan kepada tiga putera terbaik Papua untuk menjadi gubernur

2) Dari segi ekonomi ketiga wilayah tersebut mempunyai potensi sumber alam yang sama yaitu pertambangan

3) Dari aspek sosial budaya pembinaan dan pengembangan budaya serta adat- istiadat akan lebih efektif dilakukan

Pelayanan-pelayanan sosial seperti pendidikan dan agama sarana dan prasarananya dapat diperbaiki

M eskipun pem ekaran merupakan suatu keharusan dengan sejumlah alasan di atas akan te tap i proses dan prosedur pem ekaran Papua harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Proses pem ekaran Papua selain harus mengacu kepada UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah juga mengacu kepada UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua di mana dalam proses pemekaran harus dibicarakan dulu melalui Majelis Rakyat Papua dan DPRD Papua

Untuk itu dalam proses percepatan pemekaran Papua pemerintah Pusat harus melakukan sosialisasi melalui pendekatan- pendekatan secara persuasif melalui dialog dan musyawarah Sekarang tidak lagi jamannya kebijakan yang bersifat top-down Setiap kebijakan harus bersifat bottom-up yang m em perhatikan asp irasi dan keinginan masyarakat daerah Dalam dialog tersebut semua pihak harus dilibatkan dan didengarkan suaranya Paling tidak dalam dialog tersebut unsur yang dilibatkan adalah1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

Papua2 Pemerintah Daerah yang dikepalai oleh

gubernur3 Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan

Masyarakat Papua4 Komisi HAM Papua5 Majelis Rakyat Papua (MRP)6 Badan Perwakilan Desa yang ada di Papua7 Dewan Adat Papua8 Pimpinan Adat9 Gereja Katolik10 Organisasi Non-PemerintahLSM

Mengapa lembaga-lembaga di atas harus dilibatkan Setuju atau tidak setuju lem abaga-lem baga tersebut m erupakan

40

representasi dari m asyarakat Papua dan merupakan jem batan penghubung antara kepentingan Pem erintah Pusat dengan kepentingan masyarakat Papua Oleh karena itu sudah seharusnya lembaga-lembaga tersebut dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat Selama ini kerap Pemerintah Pusat enggan untuk melakukan dialog dengan lembaga-lembaga di atas Kalaupun ada dan dilakukan adalah dialog dengan mereka yang setuju dengan ide Pemerintah Pusat Padahal persoalan bukan di situ tetapi adalah mencari titik temu di antara perbedaan-perbedaan yang ada untuk mencari penyelesaiannya

Daftar Pustaka

ldquoApa Kata Merekardquo dalam Fokus Kompas 23 Februari 2003

Al Rasyid Harun Pem ekaran Papua Cacat Hukum Tempo Interaktif 20 Februari 2003

Bhakti Ikrar Nusa ldquoMencari Titik Temu Pemekaran Provinsi Papuardquo Kompas 25 Agustus 2003

Djopari JRG ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo dalam Sinar Harapan 5 Maret 2003

Piliang Indra J ldquoSolusi Damai untuk Papuardquo dalam Kompas Agustus 2003

UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua

UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

UU No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

41

DIMENSI INTERNASIONAL KASUS PAPUA

Adriana Elisabeth

Abstract

Issue on Papua has a strong international dimension It will remain critical for Indonesian political bargaining when political violence and human rights abuse continue in Papua The existence o f multinational companies contributes to the international dimension o f the Papuan case Although most foreign countries stick on their commitment to support the integrity o f Indonesian territory the future o f Papua depends on how the political and economic problems would be resolved

I Pengantar

Kasus Papua ibarat bom waktu bagi Indonesia B anyak fak to r yang mampu memicu isu Papua menjadi

isu besar dan terbuka yakni p o litik keamanan sosial dan ekonomi Dimensi persoalan Papua yang sangat beragam - lokal nasional dan internasional -berpotensi kuat m engubah m asalah yang bersifat lokal menjadi nasional begitu pun sebaliknya Lebih dari itu dimensi lokal dan nasional persoalan Papua sangat mungkin menjadi isu internasional manakala hal itu melibatkan peran dan kepentingan politik dan ekonomi pihak asing

K arak teris tik a tau dim ensi ^ te rn a s io n a l kasus Papua ditentukan oleh operan aktor negara (state actor) dan aktor non-negara (non-state actor) yang secara konsisten dan terus-m enerus te lah ldquom en g in te rn asio n a lisas irdquo isu Papua misalnya melalui lobi dan diplomasi baik yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia maupun pihak-pihak yang berseberangan dengan Pemerintah Indonesia antara lain O rganisasi Papua M erdeka (OPM ) dan

Peneliti Bidang Politik Internasional P2P LIPI amp Koordinator Tim Kajian Papua 2006 LIPI

beberapa anggota Presidium Dewan Papua (PDP)

Tulisan ini akan membahas dimensi internasional isu Papua dengan menganalisis peran dan kepentingan beberapa aktor internasional yang terlibat dalam persoalan di Papua Kemudian juga membahas langkah atau strategi Pemerintah Indonesia dalam menangani persoalan di Papua khususnya berkaitan dengan upaya Indonesia untuk menjaga hubungan luar negerinya dengan negara-negara asing m aupun komunitas internasional terutama dengan Australia dan negara-negara Pasifik Selatan

II Peran dan K epentingan A ktor Internasional dalam Kasus Papua

Pada m asa Perang D ingin peta politik global lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan antamegarapemerintahan Namun setelah berakhirnya Perang Dingin politik dunia d itandai dengan berkem bangnya organisasi-organisasi antarpemerintahan di berbagai level Sebagai contoh beberapa organisasi antarpem erintahan di tingkat global adalah World Bank (Bank Dunia) World Trade Organisation (W TO) International Labour Organisation (ILO) dan

43

International Atomic amp Energy Agency (IAEA) Beberapa organisasi di tingkat regional misalnya Association o f South East Asian Nations (A SEA N ) O rganisasi Konferensi Islam (OKI) Gerakan Non-Blok (G N B ) OPEC North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Kelompok G-7

Selain organisasi antarpemerintahan berkembang pula organisasi internasional nonpemerintahan dan nonperusahaan atau International Non-Governmental Organisations (INGO) seperti Greenpeace Human Rights Watch Refugee International dan sebagainya kemudian juga terdapat organ isasi rahasia seperti in te lijen terorism e1 Secara lebih luas organisasi kejahatan lintas negara ( Transnational Organised CrimeTOC) mencakup bukan hanya kegiatan terorisme melainkan juga penyelundupan senjata (arms smuggling) obat-obat terlarang (ilicit drugs trafficking) dan perdagangan m anusia (human trafficking) khususnya perempuan dan anak- anak

A ktor nonnegara yang berperan sangat dominan dalam peta politik global saat ini adalah perusahaan global yang dikenal dengan Multinational Corporations (MNC) Transnational Corporations atau Global Firms Dengan kata lain perkembangan politik di tingkat nasional maupun regional internasional harus memperhitungkan peran dan kepentingan perusahaan-perusahaan berskala dunia ini

B ertam bahnya ju m lah aktor nonnegara yang terlibat dalam hubungan antamegara dan antarbangsa menyebabkan peran ak tor negara tidak lagi bersifa t dominan Perkembangan politik internasional ini menjadi salah satu faktor penting dalam analisis persoalan di Papua Aspek politik dan ekonom i yang berkaitan dengan upaya penyelesaian isu Papua harus memperhatikan peran dan kepentingan aktor internasional

1 Herb Feith ldquoGlobalisasi Politik Dunia dan Keharusan R eform asi P B B rdquo h ttp fis ip u n m u lac id globalisationhtml h 2 amp 3

terutama organisasi nonpemerintahan atau LSM dan perusahaan internasional yang (masih dan akan) beroperasi di wilayah Papua

Menurut hasil penelitian tim kajian Papua LIPI tahun 2004 secara garis besar terdapat tiga aktor utama yang terlibat dalam konflik di Papua dan berada di level lokal nasional dan internasional yakni negara pemerintah state) masyarakat (society) dan pebisnis (market)2 Peran dan kepentingan ketiga aktor utama tersebut relatif berhasil dan m udah d ipetakan N am un tidak demikian dengan pemetaan pola hubungan di antara para aktor tersebut Selain karena banyaknya jumlah aktor yang terlibat (baik langsung maupun tidak langsung) kesulitan te rsebu t ju g a d isebabkan setiap aktor memiliki lebih dari satu kepentingan dan antara satu kepentingan dengan kepentingan lain cenderung saling berhubungan

Berdasarkan pola hubungan tersebut tidaklah mudah memisahkan secara tegas apakah seorang aktor lokal hanya berperan secara lokal karena dalam mempertahankan kepentingannya dia pun bergerak di tingkat nasional bahkan in te rnasional Selain kepentingan yang saling berkait peran para aktor ditentukan pula oleh pola hubungan atau hubungan kekuasaan (power relations) antara ketiganya yang cenderung bersifat tidak sim etris (asymmetrical) misalnya posisi masyarakat Papua di tingkat lokal dan nasional tam pak atau cenderung lemah (powerless) dibandingkan dengan kekuasaan pem erintah (pusat dan daerah) Namun demikian di level internasional elemen- elemen yang ada dalam masyarakat Papua seperti kelompok pro-m erdeka di Papua banyak mendapatkan dukungansimpati dari p ihak in te rn asio n a l M ereka berhasil mengusung ideologi merdeka dalam rangka m endapatkan sim pati dan dukungan internasional Dengan kata lain meskipun secara lokal dan nasional masyarakat Papua

2 Adriana Elisabeth dkk (2004) Peran dan Kepentingan Para Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

44

cenderung menjadi kelompok marginal di tingkat internasional ldquom arginalisasirdquo ini justru menguntungkan mereka Bahkan mereka memiliki posisi tawar yang cukup tinggi bila berhadapan dengan Pemerintah Indonesia karena simpati dan dukungan pihak internasional pada gerakankelompok pro- m erdeka di Papua Lobi dan diplom asi kelompok pro-merdeka ini bertujuan untuk memperoleh dukungan internasional baik yang berasal dari pemerintahan negara asing maupun masyarakat internasional termasuk organisasi nonpem erintahan di tingkat internasional dan lembaga dunia

D ukungan in ternasional kepada kelom pok p ro -m erdeka di Papua m enimbulkan kom pleksitas yang cukup serius bagi Pemerintah Indonesia dalam berdiplom asi dengan pihak luar negeri Meskipun Pemerintah Indonesia memiliki legitimasi politik yang kuat (kedaulatan yang sah) di Papua posisi tawar Indonesia menjadi lemah ketika berhadapan dengan komunitas internasional berkaitan dengan persoalan demokratisasi hak asasi manusia (HAM) dan lingkungan di Papua Hal ini dikarenakan isu- isu tersebut merupakan agenda global yang kerap dipakai untuk m engukur ataupun m enila i tingka t k eberhasilan ataupun kegagalan sebuah pemerintahan di negara- negara berkembang Bagi kelompok pro- merdeka khususnya OPM agenda global tersebut menjadi isu-isu strategis yang sangat m enguntungkan bagi posisi atau ldquoperjuanganrdquo mereka di forum internasional

Dukungan internasional diperlukan untuk mencapaimewujudkan kepentingan po litik jangka panjang kelom pok pro- m erdeka yakni m em isahkan diri dari Indonesia Diplomasi dan tuntutan politik m erdeka inilah yang diberi label oleh Pem erintah Indonesia sebagai gerakan separatis Papua (separatisme Papua) Bagi Pemerintah Indonesia kedaulatan Indonesia di Papua sudah menjadi keputusan final Untuk m enghadapi sikap dan tindakan kelom pok pro -m erdeka Pem erin tah Indonesia pun melakukan lobi dan diplomasi

guna m em peroleh dan mempertahankan kom itm en in te rn asio n a l un tuk tetap m endukung keu tuhan w ilayah N egara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di mana Papua merupakan bagian integral dari NKRI

U paya in te rn asio n a lisa s i untuk m enarik pe rh a tian in te rn asio n al atau mendukung kemerdekaan Papua sebenarnya mulai dijalankan sejak tahun 19623 sebagai bentuk perlawanan terhadap Perjanjian New York (New YorkAgreementNYA) tahun 1962 yang mengakui masuknya wilayah Papua menjadi bagian wilayah Republik Indonesia (RI) Gerakan kemerdekaan Papua mendapat peluang besar sejak bergulirnya reformasi di Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1998 di mana kelompok pro-merdeka (dan kelompok pro-demokrasi di Papua) leb ih beran i dan terbuka dalam mengemukakan tuntutan politik mereka Apalagi dengan lepasnya wilayah Timor Timur dari Indonesia dan menjadi negara merdeka pada tahun 19994 maka peristiwa politik tersebut menjadi spirit baru bagi perjuangan OPM un tuk m ew ujudkan kemerdekaan Papua

Gagasan untuk menginternasionalishysasi Papua adalah salah satu rekomendasi yang dihasilkan dalam Kongres Rakyat Papua II yakni pembentukan sebuah tim untuk melobi m asyarakat internasional term asuk m em inta ban tuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dalam kaitannya dengan peran DK PBB sebagai pen jaga k e tertiban dan perdamaian dunia termasuk untuk menjaga m em elihara keam anan di Papua sampai terbentuk pemerintahan yang tetap Selain itu kongres juga meminta PDP melakukan dialog dengan Indonesia Belanda Amerika Serikat (AS) dan PB B 5

3 Upaya internasionalisasi kasus Papua dilakukan oleh kelompok anti-integrasi atau menolak hasil Pepera 1969 karena dianggap tidak adil Untuk itu mereka kemudian membentuk OPM di luar negeri terutama di PNG

4 httpwwwkotekanet West Papua is the next East Timor5 Kompas (4 Juni 2000) ldquoKongres Rakyat Papua Sepakati

Keluar dari NKRIrdquo

45

Lobi internasional oleh kelompok pendukung kemerdekaan Papua dilakukan secara bilateral antamegara maupun di forum regionalintemasional dan dengan LSM Lobi bilateral dijalankan melalui pendekatan p e rsu as if kepada pem egang sim pul pemerintahan di berbagai negara Upaya bilateral juga dilakukan dengan membuka kantor perwakilan dan konsulat Hasilnya adalah beberapa negara di Pasifik Selatan secara tegas m endukung perjuangan kelompok pro-merdeka di Papua6 Namun demikian haruslah diingat bahwa dukungan dari pemerintahan negara asing terhadap kelom pok pro-m erdeka di Papua tidak bersifat konstan tetapi cenderung fluktuatif bergantung pada siapa pemimpin negara yang sedang berkuasa pada saat tertentu

Lobi secara b ila te ra l kem udian d itin d ak lan ju ti di forum reg ional dan internasional seperti di PBB dan Forum Negara Pasifik untuk memperoleh dukungan secara terbuka Dukungan ini merupakan second voice untuk memudahkan upaya menggalang simpati internasional melalui perwakilan negara asing yang mendukung kemerdekaan Papua Beberapa isu yang biasanya diangkat dalam forum regional internasional adalah sejarah politik Papua keabsahan Pepera masalah HAM peran dan dominasi militer Indonesia ketidakadilan sosial dan ekonom i m asyarakat Papua diskrim inasi rasial (ras M elanesia) dan kerusakan lingkungan

Berikut ini adalah posisi negara- negara asing dalam isu Papua

1) Amerika Serikat (AS)

AS memainkan peran yang signifikan dalam konflik di Papua Untuk itu Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirayuda dalam siaran pers ldquoR efleksi tahun 2002rdquo menyatakan bahwa Indonesia secara khusus melakukan pendekatan dengan Pemerintah

6 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo

AS untuk mempertahankan dukungannya terhadap integritas wilayah Indonesia Posisi atau peran AS sulit dipisahkan dari sejarah panjang dan proses politik di Papua Menurut John Roberts AS mendukung kebijakan Indonesia untuk ldquomengembalikanrdquo wilayah Papua m elalu i aksi d ip lom asi dan mendukung Pepera (Act o f Free Choice) tahun 1969 yang kem udian m elahirkan keputusan PBB yang menyatakan Papua merupakan bagian dari wilayah Indonesia7 Tindakan AS di Papua juga berhubungan dengan keberadaan PT Freeport Indonesia (PTFI) sebagai perusahaan tambang tembaga terbesar di dunia Kehadirannya didukung oleh keputusan politik Pemerintah Orde Baru (Orba) melalui kesepakatan Kontrak Karya I tahun 1967 kemudian mulai beroperasi pada tahun 1970 dan berproduksi untuk pertama kalinya pada tahun 1973 Keberadaan PTFI di T im ika K abupaten M im ika Papua diperpanjang dengan penandatanganan K ontrak K arya II tahun 1991 Dengan demikian perusahaan multinasional ini dapat beroperasi di Papua sampai tahun 2021 dan kesepakatan kerja tersebut masih dapat diperpanjang dua kali masing-masing dalam waktu sepuluh tahun

Berkaitan dengan kebijakan AS di Papua Pemerintah AS menegaskan tidak akan mendukung separatism e di Papua sebaliknya tetap m endukung keutuhan negara RI dan pemberlakuan otonomi khusus di Papua8 Selain itu Pemerintah AS melalui USAID dan lembaga bantuan keuangan AS juga membiayai berbagai program di Papua seperti m anajem en sum ber daya alam (S D A )9 term asuk program -program pengem bangan m asyarakat (community development) seperti yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia

7 httpwwwwswsorgarticles2004aug20Q4papua- a30shtml Lihat John Roberts Documents confirm US colluded in Indonesia s 1969 Incorporation o f Papua

8 Pem erintah A S m ela lu i Presiden G oerge Bush menyampaikan komitmen pemerintahannya kepada mantan Presiden RI Megawati pada Juli 2002

9 www Bappenasgoid

46

Hubungan bilateral Indonesia-AS terpengaruh oleh peristiwa pembunuhan dua warga negara AS di Timika pada tahun 200210 Sebagai akibatnya AS melakukan embargo militer dan memutuskan keija sama militernya dengan Indonesia yang mendapat persetujuan dari Kongres A S Namun demikian tiga tahun kemudian (pada tahun 2005) kerja sama di bidang pelatihan militer kedua negara dilanjutkan kembali 12

2) Australia

Posisi Australia dalam kasus Papua sangat penting karena Australia mempunyai pengaruh politik di kalangan negara-negara Pasifik Selatan Selain itu Australia juga cukup berperan dalam pem bangunan di Indonesia terutama melalui program bantuan berupa hibah kepada Indonesia meliputi berbagai sektor D alam kaitan dengan penanganan kasus Papua hubungan bilateral Indonesia-Australia tidak hanya bertujuan untuk menghadapi sikap dan reaksi negara- negara Pasifik Selatan dalam kasus Papua yang secara tegas beberapa negara sudah memberikan dukungan mereka pada gerakan kem erdekaan Papua namun juga untuk meredam dukungan LSM Australia yang juga secara lugas mendukung kelompok pro- merdeka di Papua

Kekhawatiran Indonesia terhadap A ustra lia cukuplah bera lasan apab ila dikaitkan dengan peristiwa politik di Timor Tim ur tahun 1999 di m ana sikap dan dukungan Pemerintah dan LSM Australia akhirnya berhasil mewujudkan kemerdekaan Timor Timur (Timor Leste) Apalagi dengan adanya in form asi bahw a A ustra lia membentuk Task Force Papua yang diketuai oleh Chief o f Defence Force Jenderal Peter

10 Pembunuhan itu diduga dilakukan oleh oknum militer TNI

11 httpwwwatimescomatimesSoutheast_Asia FG03Ae06html

12 John Roberts dalam makalah lsquo Ambush near US-owned mine in Papua suggests Indonesian army involvementrsquo mengemukakan bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh oknum TNI

C osgrove yang sedang m engkaji perm asalahan di Papua dan prospek kem erdekaan Papua13 M eskipun hal itu belum tentu benar Pemerintah Indonesia te tap b e rh a ti-h a ti dalam m enjalankan hubungannya dengan Australia Meskipun Australia mendukung langkah yang diambil Indonesia untuk menyelesaikan persoalan di Papua dengan otonom i khusus namun A ustra lia m enging inkan Indonesia m enghorm ati penegakan hukum dan penghormatan HAM di Papua14 Walaupun dem ikian dukungan dari P em erin tah A u stra lia tidak serta-m erta m endapat dukungan dari semua elemen pemerintahan Di Parlemen Australia m isalnya Partai Buruh dan Fraksi Kiri sering kali menjadikan isu separatisme di Papua sebagai bahan perdebatan15

Pebisnis Australia juga melakukan aktivitas penambangan di Papua seperti Dominion Mining BHP Cudgen RZ dan Cudgen RA Australia pun memiliki sebagian saham PT Freeport McMoran sekitar 40 persen (Rio Tinto) dari total saham yang dimiliki PT Freeport McMoran di bursa saham di New York

3) Kanada

Kebijakan Pemerintah Kanada secara eksplisit mendukung implementasi otonomi khusus di Papua secara konsekuen berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2001 dengan menghormati hak rakyat Papua Kanada membantu Papua juga melalui Canada Fund berdasarkan prioritas geografis dan program p rio ritas pem bangunan sosial di em pat bidang kesehatan dan g izi pendid ikan dasar penanganan HIVAIDS dan perlindungan a n ak 16 Di sek to r b isn is K anada pun

13 httpw w w kom pascoid kom pas-cetak030919 nasional572042htm

14 Kompas (9 Desember 2000)15 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya

Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo16 http wwwdfait-maecigcca

47

memiliki usaha pertambangan (emas) di Papua yaitu PT Ingold dan mengembangkan eksplorasi minyak di Teluk Bintuni

4) Senegal

Salah satu negara A frika yang mendukung kem erdekaan Papua adalah Senegal A frika Selatan Dukungannya d idasarkan pada paham N e g ritu d e - solidaritas antara ras kulit hitam di seluruh dunia17 Tujuannya adalah untuk menentang ko lon ia lism e dan dukungan bagi ras M elanesia serta gerakan pem bebasan Papua18 Sikap ini diikuti dengan usaha membangun keija sama ekonomi militer dan memerangi diskriminasi rasial Gerakan ini leb ih d ikenal gerakan P an-A frico id ( lsquoG erakan P an -N eg ro rsquo) yang memperjuangkan korban dari konspirasi rasism e dunia genosida dan pengambilalihan tanah di seluruh dunia term asuk di P ap u a 19 D alam p e rshykem bangannya gerakan ini sem akin mendapatkan dukungan luas terbukti sekitar 15 negara-negara di Afrika Barat dan Afrika Tengah menolak hasil Pepera di Papua dan berharap akan adanya implementasi hak penentuan nasib sendiri (self-determination) di Papua

Gerakan mendukung kemerdekaan Papua dari negara Afrika dimulai sejak 1969 saat penentuan voting Act o f Free Choice (AFC) di Sidang Umum PBB negara-negara tersebut menuduh bahwa AFC merupakan salah satu bentuk penjajahan dan bentuk ketidakdemokratisan terhadap saudara kulit h itam di Papua B arat Sebagai tindak lanjutnya Organisasi Afrika-Amerika yang tergabung dalam National Association for the

17 w3rz-berlinmpgde~wmPAPGJA-bin-kejorahtml - 48k Lihat juga Goerge J Adijondro dalam Bintang Kejora di Tengah Kegelapan Malam amp Penggelapan N asionalism e Orang Irian dalam H istroriografi Indonesia

18 http wwwraceandhistorvcomcgi-binforum webbbs configplnoframesread106

19 Pianke Nubivang Honour and Truth in West Papua http communitv webtvnetpaulnubiaempire

Advancement o f Colored People (NAACP) mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal PBB U Thant sebagai bentuk protes atas AFC dan meminta PBB merevisi kebijakan tersebut20 Meskipun demikian hingga saat ini belum ada p ernya taan resm i yang m endukung Papua hanya berasa l dari sebagian kecil tokoh di Senegal Ghana dan Afrika Selatan

5) Negara-Negara Asia

Berkaitan dengan Papua beberapa negara di Asia yang memiliki perhatian khusus adalah M alaysia Filipina Korea Selatan Jepang India dan Cina Bagi Malaysia dan Filipina Papua adalah pemasok kayu terbesar bagi kebutuhan impor kedua negara atau sekitar 70 persen berasal dari Papua21 Bagi Jepang Cina Korea Selatan dan India ladang di sekitar kawasan Teluk B in tuni Proyek LNG Tangguh) menyediakan cadangan LNG mencapai 237 triliun kaki kubik Indonesia berkomitmen untuk mengekspor LNG ke Asia rata-rata enam sampai tujuh ton per tahun

Khusus bagi Cina wilayah Papua m em ilik i SDA yang dapat m em enuhi sebagian kebutuhan kayu dan LNG Tidaklah mengherankan apabila hasil penebangan liar di wilayah Papua disinyalir dibawa ke Cina seperti dalam kasus penemuan dua buah kapal yang berisi kayu berasal dari wilayah Papua dan berada di daratan Cina Untuk mengatasinya Pemerintah Indonesia telah mengupayakannya melalui jalur diplomatik22 U ntuk m em enuhi kebu tuhan LNG Pemerintah Indonesia (Pertamina) dan Cina (Petrochina) m em buat perjan jian yang menyangkut pengiriman LNG dari Teluk Bintuni ke Provinsi Guangdong dan Fujian

20 Lihat John Saltford United Nations Involvement withthe Act ofSelf- Determination In West Irian (Indonesian West New Guinea) 1968 to 1969

21 Sugiharto (10 M ei 2005) ldquoBUM N dan Prospek Persaingan Dunia Usahardquo Jakarta Hotel Borobudur

22 Kompas (6 April 2005)

48

dengan terlebih dahulu melakukan investasi sebesar US$ 2 miliar untuk pembangunan infrastruktur23 PT Petrochina memiliki dua blok wilayah pengeboran di Teluk Bintuni dan Biak yang terdiri lebih dari sepuluh ladang minyak yang siap dieksplorasi24

Untuk mencapai kepentingannya di Papua Pemerintah Cina juga membangun hubungan dengan negara-negara Pasifik Selatan guna memperkuat perannya di Papua Kondisi ini pun telah menjadi perhatian OPM yang ingin membangun hubungan dengan C ina khususnya untuk kepen tingan po litiknya di m asa depan Di dalam pertemuan tahunan Forum Pasifik yang diselenggarakan di Kiribati tahun 2000 misalnya sejumlah tokoh penting Papua yang hadir sebagai peninjau telah melakukan pendekatan dengan para pejabat dari Cina yang hadir dalam forum itu25 Cina kemudian memfasilitasi pertemuan yang diselenggarashykan oleh OPM di luar wilayah Indonesia

6) Negara-Negara Pasifik Selatan

Posisi negara-negara Pasifik Selatan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok sebagai berikut

a Kelompok Pendukung Papua Merdeka

- Negara Kepulauan Cook (Cook Island)

Pemerintah Negara Kepulauan Cook m endukung kem erdekaan Papua yang disam paikannya dalam KTT Milennium PBB M eskipun dukungannya tidak signifikan tindakan ini memiliki pertalian erat dengan sikap Pemerintah New Zealand dalam kasus Papua

22 httpwwwglobalpolicyorgnationssovereignsover emerg20020430papuahtm Indonesia Gas Project Promises Income West Papuans not Excited ny Prangtip Daorueng Inter Press Service News Agency

24 Wawancara Nur Agus Susanto dengan Meryka P Public Affair Manager for Government PT Petro China

25 Deplu RI (2001) Opcit

- Nauru

Pemerintahan Nauru secara tegas mendukung kemerdekaan Papua Hal ini disam paikan dalam KTT Forum Pasifik Selatan di Kiribati Oktober 2000 Selain itu N auru ju g a m endukung reso lusi PBB mengenai penentuan nasib bagi rakyat Papua Barat26 Sebelumnya Bem ard Dowiyogo MP (Presiden Republik Nauru) dalam Millenium Summit PBB yang diselenggarashykan pada September 2000 mengemukakan m engenai kem erdekaan Papua dan menganggap bahwa selama ini Papua berada di bawah dominasi penjajah dan kontrol luar negeri Namun pernyataan tersebut ini tidak langsung merujuk pada Indonesia

- Tuvalu

Pemerintah Tuvalu juga mendukung kemerdekaaan Papua 27 meskipun dalam kapasitas yang terbatas

- Vanuatu

Pemerintahan Vanuatu mendukung kemerdekaan Papua Barat Argumentasi Pemerintah Vanuatu tak jauh berbeda dari Nauru yaitu karena faktor-faktor sejarah dan kedekatan secara geografis28 Di Vanuatu terdapat kantor perwakilan rakyat Papua B arat yang d iketuai o leh Dr John Ondowame Kemudian Pemerintah Vanuatu m em punyai kom itm en untuk m em shypromosikan identitas dan hak dasar Ras M elanesia di w ilayah A sia-P asifik khususnya bagi Papua Barat Pemerintah Vanuatu juga mendorong dibukanya kasus- kasus ketidakadilan yang selama ini teijadi di Papua dan memperjuangkan kesejahterashyan sosial bagi masyarakat Papua29

26 httpwestpapuaactionbuzorgrecent- evelopmentshtm+Tuvalu+and+west+papua+amphl=id

27 httpwwwunorgmillenniumwebcaststatementstuvalu28 Pacific Concern Resource Centre (PCRC) (27 Oktober

2000) Press Release Forum Pasifik Selatan29 httpwwwunorgNewsPressdocs2000

20000908ga9758doc amp httpwwwunpoorgnews detailphpara 56amppar= 1890

49

b Kelompok Negara yang Abstain

- Papua Nugini (PNG)

Beberapa daerah di PNG seperti Port Moresby Black Water Sepik Sowampa dan Amanaf juga digunakan oleh OPM untuk melakukan aksinya30 Posisi PNG dan Papua adalah berbatasan darat secara langsung Posisi perbatasan PNG ini sangat strategis bagi para pelintas batas termasuk kelompok merdeka dari Papua yang ingin melepaskan diri dari kejaran TNI dan Polri Namun demikian Pemerintah Indonesia sampai saat ini pun belum m elakukan p erjan jian ekstradisi dengan Pemerintah PNG untuk mengatasi masalah perbatasan ini

PNG secara tegas m enyatakan dukungan terhadap keutuhan NKRI seperti dalam joint statement yang disampaikan oleh Perdana Menteri PNG M ekere Morouta kepada Megawati Sukarnoputri (sebagai wakil presiden Indonesia saat itu) Kendati demikian Pemerintah PNG masih bersikap gamang terutama karena banyaknya anggota m asyarakat dan lem baga di PNG yang mendukung kemerdekaan Papua seperti Gubernur Sandaun John Tekwi Politisi Tei Abai Mereka tidak dikenakan sanksi oleh Pemerintahan Nasional di PNG31 Sebaliknya m ereka terus-m enerus berusaha m em shypengaruhi kebijakan pem erintahan PNG untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Papua

- New Zealand (NZ)

Sikap Pem erin tahan NZ adalah mendukung keutuhan NKRI Pemerintah NZ ju g a m em iliki program bantuan untuk pembangunan di Indonesia (program the New Zealand A id AgencylN ZA lD ) yang mencakup wilayah timur Indonesia termasuk Papua Meskipun demikian salah satu partai

10 ibid31 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya

Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo

di NZ yaitu Green Party mendukung bahkan mengupayakan kemerdekaan Papua dan terus mendorong internasionalisasi isu Papua Green Party berkedudukan di Wellington dan memiliki cabang yang tersebar hampir di selu ruh p rov in siw ilay ah Partai ini mendapatkan dukungan dari partai lain seperti Partai Buruh Partai Nasional Partai Warisan Kristen Partai Aliansi dan Partai Nasional

Dalam pernyataan resminya di Forum Negara Pasifik Selatan partai ini meminta masalah Papua Barat dijadikan salah satu agenda sidang pertemuan yang kemudian diharapkan akan m emberikan dukungan secara institusional untuk kemerdekaan Papua Dalam berbagai kesempatan Keith Locke sebagai juru bicara hubungan luar partai secara tegas menginginkan nasib Papua adalah masalah yang harus menjadi perhatian negara-negara Pasifik Selatan dan mengingatkan negara yang tergabung dalam forum tersebu t un tuk m endukung dan m engikuti langkah V anuatu dalam m em perjuangkan kem erdekaan rakyat Papua32 Sedangkan di dalam negeri Keith Locke juga berusaha keras menyakinkan Perdana Menteri NZ Helen Clark agar Papua dijadikan salah satu fokus dan agenda pemerintahannya33 Hal ini dijadikan prioritas dukungan resmi kenegaraan

c Kelompok Negara Pendukung NKRI

Kepulauan Salomon Republik Fiji K iriba ti dan Sam oa B arat yang ju g a tergabung dengan Forum Negara Pasifik Selatan adalah negara-negara yang m endukung N K RI N am un kelom pok kemerdekaan Papua secara terus-menerus membangun komunikasi dengan beberapa negara ini untuk mendukung tuntutan politik mereka

32 Press Release Green Party (14 Agustus 2003) http wwwscoopconz

33 httpwwwgreensorgnz

50

7) Negara-negara Uni Eropa

Beberapa negara Uni Eropa memiliki perhatian lebih banyak terhadap Papua34 Sebagai contoh delegasi Uni Eropa yang diwakili oleh para duta besar negara-negara tersebut berkunjung ke Papua pada bulan Maret 2002 Dalam kunjungan tersebut secara ekplisit negara yang tergabung Uni Eropa tersebut m endukung sepenuhnya integritas Papua ke dalam NKRI Dukungan juga diberikan bagi pelaksanaan Otonomi Khusus (Otsus) yang sebenar-benarnya di Papua dan m em berikan perhatian pada masalah HAM di Papua35 Berikut ini adalah sikap Parlemen Uni Eropa dalam kasus Papua pertama secara mendasar mengakui Indonesia sebagai suatu negara kesatuan dan wilayah Papua termasuk di dalamnya Kedua melihat berbagai kasus pelanggaran HAM meminta kepada Indonesia untuk membentuk suatu badan pengadilan pelanggaran hak-hak asasi m anusia Ketiga m elihat kondisi masyarakat Papua Parlemen melihat bahwa Papua adalah provinsi yang kaya raya tetapi penduduknya hidup dalam kemiskinan dan dari 17000 pegawai yang bekerja di Papua kurang dari 10 persen adalah orang asli Papua K e-em pat Parlem en Uni Eropa m endukung O tsus yang m em berikan persetujuan kepada Pem erintah Daerah Papua untuk mendapat 80 persen dari pajak dari bidang perikanan dan kehutanan dan 70 persen dari perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan minyak bum i36

Posisi organisasi antar pemerintahan di berbagai level dalam kasus Papua dapat diketahui sebagai berikut

1) ASEAN

ASEAN sebagai organisasi regional di w ilayah Asia Tenggara secara resmi

34 Inggris Italia Portugal Jerman Austria Denmark Belanda Spanyol Swedia Yunani Belgia Finlandia

35 Memoria Passionis di Papua (2004) Kondisi Sosial- Politik dan HAM 2 0 0 2-2003 rsquo (cetakan pertama) Jayapura LSPP dan Keuskupan Jayapura

36 httpwwwinfidbeeurohamhtml

menyatakan dukungan atas kesatuan wilayah Indonesia dan menolak segala bentuk usaha untuk m engganggu keu tuhan w ilayah Indonesia37 Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip dasar ASEAN yaitu tidak akan ikut cam pur dalam persoalan internal (non- interference principle) tiap-tiap negara Berdasarkan prinsip ini isu Papua dianggap sebagai m asalah in te rna l Indonesia meskipun permasalahan di Papua memiliki dimensi internasional

2) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)

Peran PBB di Papua menjadi faktor sejarah yang sangat penting Lembaga dunia inilah yang ikut ldquomenyelesaikanrdquo masalah wilayah Papua terutama sengketa antara Indonesia dan Belanda PBB terlibat mulai dari pem bentukan kom isi PBB untuk Indonesia yang m erancang adanya Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949 yang menyatakan bahwa akan menyetujui adanya transfer kedaulatan dari Pemerintah Belanda ke Pemerintah Indonesia Kemudian dibentuk Komisi Administrasi PBB untuk penanda-tanganan Perjanjian New York tahun 1962 yang menyatakan bahwa Irian Jaya (sekarang Papua) menjadi bagian dari w ilayah Indonesia hingga pengawasan terhadap pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Papua tahun 196938

Pada tahun 1968 PBB ju g a membentuk tim peninjau mengenai kondisi di Papua yang diketuai oleh Femando Ortiz Sanz seorang d ip lom at B olivia Kemenangan Pemerintah Indonesia dalam Perjanjian New York inilah yang menjadi salah satu persoalan mendasar bagi tuntutan kemerdekaan rakyat Papua yang menuduh bahw a PBB dan Indonesia m elakukan rekayasa perjanjian tersebut dan menuntut adanya reformasi di PBB

37 wwwaseansec38 John Saltford the UN and Indonesian Collaboration

United Nations Involvement With The Act O f Self- Determination In West Irian

51

3) Lembaga Keuangan Internasional

Lembaga keuangan selain menyediashykan layanan perbankan bagi masyarakat Papua juga mem iliki program -program pengem bangan m asyarakat (social development program) seperti World Bank Asian Development Bank (ADB) IMF dan Inter-Governmental Group on Indonesia (IG G I)39 atau Consultative Group on Indonesia (CGI) Program Bank Dunia di Papua bekerja sama dengan the Melanesia Interest Group40 m elipu ti program pembangunan ekonomi di bidang trasmigrasi ke wilayah Papua Program ini ditentang oleh sebagian m asyarakat Papua karena transm igrasi m erupakan bagian dari ekploitasi SDA Papua Tuduhan serupa juga dialam atkan pada ADB dan IMF yang memberikan pinjaman untuk melakukan ekploitasi SDA karena pinjaman ini juga digunakan untuk membiayai militer yang menjalankan fungsi keamanan di Papua41

Beberapa organisasi nonpemerintah yang berkepentingan dalam isu Papua adalah

1) TAPOL (the Indonesian Human Rights Campaign)

TAPOL m erupakan Lem baga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berbasis di In g g ris 42 TAPOL bertu juan memperjuangkan program-program HAM dengan m enyebarluaskan persoalan kekerasan HAM termasuk persoalan HAM di Indonesia khususnya di Papua Barat dan A ceh Sebelum nya TAPOL m em iliki program serupa di Timor Timur

Salah satu TAPOL mengenai Papua adalah data dan in form asi m engenai kekerasan HAM di Irian Barat yang dikirim ke pertemuan ke-57 Komisi HAM PBB yang diselenggarakan di Geneva Swiss pada

39 httpwwwcwisorg40 httpwwwwestpapuanet (or wwwwestpapuaorg)41 httpwwwnadirorg42 TAPOL memberikan informasi secara terbuka melalui

website httptaDo1enapcorg

tanggal 29 M aret-27 April 2001 Dalam pernyataannya TAPOL meminta Komisi HAM PBB untuk melakukan tindakan nyata terhadap Pemerintah Indonesia karena tetap melakukan kekerasan dan pelanggaran HAM di Aceh dan Papua43 Dalam kesempatan yang lain lembaga ini menulis artikel dalam jumal online (Tapol 176 Agustus 2004) berjudul ldquoPapua Menghadapi Masa Depan yang Tidak Jelasrdquo Artikel itu menjelaskan dilema masa depan Papua karena persoalan HAM yang serius namun menyinggung pula mengenai tawaran otonomi khusus bagi Papua44

2) Forum Asia

Forum Asia merupakan organisasi regional HAM yang berada di Bangkok Thailand45 sebagai salah satu keputusan hasil pertemuan organisasi HAM di Asia pada tahun 1992 Forum Asia ini mefokuskan diri pada wahana proteksi terhadap tindakan kekerasan yang terjadi di wilayah Asia Lembaga ini juga merupakan wadah untuk m elakukan sharing in form asi tentang perkembangan HAM di Asia Aktivitas yang dijalankan meliputi pelatihan HAM dengan standar PBB Masalah HAM di Papua juga menjadi kajian serius yang diidentifikasikan sebagai salah satu fokus pembahasan di Forum Asia Forum ini juga mengeluarkan artikel mengenai persoalan HAM di Papua dan mengadakan pelatihan HAM di Papua

3) Caritas Australia

Caritas Australia atau the Catholic Agency for Overseas Aid and Development merupakan lembaga bantuan pembangunan yang dikelola G ereja K atholik Dalam m enjalankan bantuannya lem baga ini didasarkan pada prinsip kebebasan bagi mereka yang tertindas Caritas Australia bekerja sama dengan sekitar 154 organisasi

43 wwwcampeaceorgwparchivestatements_onhtm - 49k44 httptapolgnapcorg45 Lihat httpwwwforumasiaorg

52

di berbagai negara dan wilayah di seluruh dunia

Program pembangunan kemanusiaan Caritas m eliputi kesehatan mengurangi dampak kerusakan alam konservasi nilai budaya dan pelatihan bidang pertanian Caritas juga membantu sektor pendidikan dan keagamaan di Papua seperti workshop ke-em pat ten tang Peace Building and Development in West Papua bertem a ldquoM enjawab K ekerasan di Papua Barat D engar Pendapat Dengan Suara Lainrdquo Dalam kasus Papua Caritas tidak menolak atau mendukung kemerdekaan Papua namun menjalankan program bantuannya di Papua berdasarkan p rin sip keagam aan dan kemanusiaan46

Namun demikian dalam pernyataan resmi lembaga ini diindikasikan adanya dukungan pada kemerdekaan Papua secara tidak langsung karena pertanyaan mereka mengenai sejarah dan keabsahan Indonesia di Papua K em udian ju g a keberadaan pendatang (amber) sebagai suatu ancaman yang semakin mendesak posisi rakyat Papua serta keberadaan dan peran militer di Papua yang mengakibatkan pelanggaran HAM dan penjarahan SDA secara masif47 yang akan merugikan masyarakat Papua di kemudian hari

4) Inside Indonesia

Lembaga ini didirikan sejak tahun 1983 dan berkantor pusat di Australia Inside berkosen trasi pada b idang penerb itan berkaitan dengan w ilayah Indonesia khususnya yang terkena dampak konflik berkepanjangan Inside menerbitkan jumal em pat bulanan yang leb ih b e rs ifa t akadem is48 T ulisan yang pernah dipublikasikan antara lain ldquoWhy West Papua Deserves Another Chance West Papua in

46 httpwwwcaritasorgau47 Peter Zwart caritas Aotearoa http

wwwconvergeorgnzpmawp011204doc+cari tas48 Lihat wwwinsideindonesiaorg

1999 Whisky Friends-PNG Military and TNI Get Together Raising the West Papua Flag- Eyewitness Account Demonstrations dan Pemberontakan Organisasi Papua Merdekardquo W alaupun tu lisan te rseb u t te rkesan mendiskreditkan Indonesia sebagai institusi yang berlandaskan pada nilai-nilai akademis dan jurnalistik lembaga ini tidak bersikap pro ataupun kontra dalam isu Papua Lembaga ini memberikan informasi mengenai wilayah Papua seperti dalam Health Care in Irian Jaya yang tidak ada sangkut-pautnya dengan persoalan politik

5) ICM IC A (G erakan In te lek tu al K ath olik untuk In te lek k tu a l amp Hubungan Budaya)

ICMICA (Pax Romana) merupakan sebuah asosiasi internasional terdiri dari berbagai kalangan profesional dan intelektual Katholik Lembaga ini berpusat di Genewa Swiss49 Institusi ini terbuka bagi individul dan kelompok beragama Katholik dengan berbagai aktivitas berupa tukar pendapat dan dialog kebudayaan dari profesi dan generasi A gam a K atho lik L em baga ini ju g a menjalankan aktivitas yang bersifat sosial untuk pemberdayaan masyarakat advokasi dan solidaritas perdamaian dan sebagai jaringan pemikiran

Masalah di Papua juga tidak luput dari perhatian asosiasi ini Dalam pertemuan kom isi HAM PBB di G enew a SwiSs lem baga ini secara tidak langsung menyebutkan bahwa kekerasan di berbagai dunia termasuk di Papua harus diambil tindakan yang tegas50

6) Pusat Sumber Daya Pembangunan [Dev-Zone amp GEC]

Pusat Sumber Daya Pembangunan atau Dev-Zone amp GEC mengkhususkan kegiatannya pada pendidikan dan menjadi

49 Lihat wwwpaxromanaorg 50httpwwwcampeaceorgwparchive

statements onhtm+ICMICA

53

pusat informasi Lembaga ini berpusat di Aotearoa New Zealand Lembaga ini tidak memiliki sikap yang jelas dalam isu Papua namun memiliki banyak informasi tentang ja rin g an dan lem baga-lem baga yang mendukung kemerdekaan Papua seperti the Diary o f Online Papua Mouthpiece (Do- OPM) Free WestPapua International Action for West Papua Papua Press Agency the Free Papuan MovementOPM WestPapuan Action serta lembaga-lembaga lain yang mendukung perjuangan rakyat Papua51

D ev-Zone amp GEC ju g a mem- publikasikan tulisan yang berjudul Irian Jaya United Nations Involvement with the Act o f Self-Determination in West Irian (Indonesian West New Guinea) 1968 to 1969 Tulisan ini mempertanyakan masuknya Irian Jaya ke Indonesia dan kesalahan PBB dalam proses politik di Papua

7) Pan-African Coallition for the Liberation of West Papua (PACLWP)

Koalisi Pan-Afrika untuk Kebebasan Papua Barat terdapat di Afrika PACLWP merupakan bagian dari sebuah institusi yang bernama theAfrican Diaspora Lembaga ini secara tegas mendukung kemerdekaan Papua melalui hak penentuan nasib sendiri bagi rakya t Papua Lem baga ini ju g a mempertanyakan Pepera di Papua yang hanya dihadiri oleh 1025 penduduk dari total penduduk di Papua sekitar 700 ribu orang pada saat itu Hal itu merupakan bentuk pengkebirian hak penduduk Papua

B eberapa fokus persoalan yang menjadi dasar tuntutan PACLWP adalah kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Papua sebagai salah satu bentuk dari genosida kekerasan yang d ilakukan oleh TNI eksplorasi dan ekploitasi SDA Papua dan terdesaknya populasi penduduk asli Papua dengan pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia Salah satu aktivitas PACLWP

51 httpwwwdev-zoneorg

dalam mendukung Papua merdeka adalah mengorganisasi demonstrasi di depan kantor konsulat Indonesia di Los Angeles pada tanggal 28 November 2003 dan 1 Desember 2003 Namun keberadaan lembaga ini sulit dilacak apakah berada di Afrika atau di Amerika Serikat

8) Organisasi Papua Merdeka di Belanda

OPM di Den Hag Belanda dengan je la s m endukung ldquop e rju an g an rdquo Papua m erdeka Fokus OPM ini adalah untuk mendapatkan dukungan internasional 52 khususnya dari Eropa Dalam salah satu dokumennya kelompok ini menyebutkan bahwa Papua bukan merupakan wilayah Indonesia adalah karena faktor budaya- perbedaan budaya antara penduduk asli Papua dan penduduk Indonesia lainnya K elom pok ini ju g a m enggunakan isu kerusakan lingkungan akibat dari eksplorasi dan ekploitasi SDA Papua sebagai salah satu propaganda dalam perjuangannya

9) The Uniting Church Australia

The Uniting Church Australia dibentuk sejak tahun 1997 terdiri dari Gereja Kongregasion Gereja Methodis dan Gereja P resb iterian yang berpusat di Sydney Australia Lembaga ini memiliki komitmen terhadap persoalan lingkungan dukungan terhadap persamaan nasib membantu etnis minoritas dan orang-orang yang terpinggir- kan di berbagai belahan dunia Organisasi ini juga menjalankan programnya di wilayah Papua dan berkeija sama dengan gereja lokal seperti Gereja Kristen Evangelis Program dipusatkan pada penanganan persoalan kesehatan te ru tam a HIV (A ID S) dan masalah pendidikan di Papua53

52 httpwww fas orgirpworldparapapua htm53 httpwwwnatucaorgau

54

10) Indonesian House

Indonesian House adalah sebuah kantor berita yang fokus pemberitaannya mengenai kondisi dan berbagai persoalan di Indonesia termasuk di Papua Lembaga ini berada di Amsterdam Belanda54 Sebagai kantor berita lembaga ini tidak memiliki posisi m endukung a taupun m enolak kem erdekaan Papua Indonesian House memberikan informasi secara terbuka kepada semua pihak di seluruh dunia termasuk m em berikan kesem patan kepada John Rumbiak tokoh pro-merdeka yang juga supervisor ELSAM dalam artikel berisi hasil wawancaranya dengan Parlemen Eropa pada tanggal 1 Oktober 2003 berjudul Papua Developments Affecting Conflict Resolution55

11) Minority Rights Group International

Lembaga yang berbasis di Inggris ini mengkhususkan perjuangannya terhadap hak-hak kelom pok m inoritas di seluruh dunia yakni memastikan hak kelompok minoritas berdasarkan etnik agama dan bahasa di seluruh dunia56 Lembaga ini sudah bekerja di 60 negara di seluruh dunia Lembaga ini pernah m enjadi konsultan ECOSOC dan peninjau di Komisi HAM di Afrika Aktivitasnya yang berkaitan dengan Papua adalah mempromosikan kelompok minoritas dan penduduk asli Papua di forum internasional melakukan advokasi mengenai kebutuhan hak-hak kelompok minoritas di Papua Pada 18 Mei 2001 MRG menyatakan akan memperjuangkan keberadaan dan hak penduduk asli P apua57 sebagai akibat dari keb ijakan Pem erin tah Indonesia dan pengaruh globalisasi

54 Lihat httpwwwindonesia-houseorg55 Ibid56 Lembaga ini berpusat di London Inggris dengan e-mail

minoritvrightsmrgmailorg57 httpwwwcampeaceorgwparchive

minority rightshtm

MRG juga mempeijuangkan wilayah Papua sebagai zona damai58 dari berbagai aksi tindakan militer yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bertikai untuk itu MRG m em pertanyakan kepada pem erin tah Indonesia tentang keberadaan dan peran m iliter di Papua yang dianggap sebagai ancaman bagi penduduk asli dan menolak pembagian Papua menjadi beberapa provinsi dan mengembalikan kembali menjadi satu kesatuan wilayah

12) Kantor Informasi Internasional OPM

K eberadaan lem baga ini tidak d iketahu i secara p asti N am un dalam konferensi pers pada 1 Februari 2000 J H Prai Direktur Kantor Informasi Internasional OPM di Swedia menyerukan penghentian pelanggaran dan kejahatan HAM yang d ilakukan oleh TNI kepada penduduk Papua59 Pernyataan tersebut beijudul ldquo West Papuan rsquos Desire Autonomy and End to Indonesian Military Operations

13) Unrepresented Nations and Peoples Organization (UNPO)

UNPO berpusat di Den Hag Belanda Lembaga ini merupakan wadah bagi para penduduk asli negara ja jah an negara berdaulat dan m inoritas serta w ilayah- w ilayah pro teksi atas hak budaya dan kemanusiaan yang tidak memiliki perwakilan di forum in te rn asio n a l UNPO m engshygolongkan m asyarakat Papua sebagai penduduk yang terpinggirkan dan yang perlu diperhatikan Untuk itu UNPO memberikan berbagai informasi atau artikel seperti West Papua Indonesia rsquos 1969 Takeover o f West Papua Not by ldquoFree Choicerdquo dan West Papua Amnesty International Report 2004

UNPO ju g a m elihat persoalan masuknya wilayah Papua ke Indonesia akibat dari dukungan AS kepada Indonesia untuk

58 httpwwwminoritvriEhtsorg59 httpwwwcampeaceorgWParchiveOPM_IIOhtm

55

mengambil-alih wilayah Irian Barat dari B elanda Selain itu UNPO ju g a mempertanyakan validitas Indonesia dan menyebutkan proses integrasi sebagai bentuk okupasi w ilayah yang d isertai dengan pelanggaran HAM di Papua60

14) WestPapua Action

WestPapua Action berm arkas di Irlandia61 dan lem baga ini secara tegas mendukung kemerdekaan dan perjuangan rakyat Papua D alam salah satu kampanyenya koordinator lembaga aksi ini Mark Doris menyebutkan bahwa masuknya Papua ke Indonesia adalah sebuah peristiwa yang digalang oleh PBB dan negara yang berkepentingan untuk memaksakan Papua m asuk ke w ilayah Indonesia D engan demikian pelaksanaan Pepera yang hanya dihadiri oleh 1025 orang adalah peristiwa yang tidak adil dan karena adanya intimidasi

WestPapua Action ju g a m engshyungkapkan terjadinya pelanggaran HAM di Papua selama ini yang sudah menewaskan lebih dari 300000 jiwa rakyat Papua yang memerlukan perhatian internasional untuk menghentikannya WestPapua Action juga m enganggap transm ig rasi m erupakan ancaman terhadap masa depan penduduk asli Papua62 Untuk m endapatkan dukungan internasionalnya WestPapua Action berusaha mendapatkan dukungan Pemerintah Irlandia dan beberapa anggota Parlemen Irlandia serta Perleman Eropa Lembaga ini bekerja sama dengan PaVO (Belanda) dan TAPOL untuk mendukung perjuangan rakyat Papua Pada tahun 2001 organisasi ini m engadakan pertemuan internasional atas Solidaritas Papua Barat di Jerm an63

60 Dokum en Press R elease ldquo35th A nniversary o f Controversial Vote and Annexation Secret Files Show US Support for Indonesia Human Rights Abuses by Indonesian Military Brand Symson (ed) dikirim pada9 Juli 2004

61 Lihat httpwestpapuaactionbuzorg62 httpwestpapuaactionbuzorg63 Ibid

15) The Pacific Concerns Resource Centre (PCRC)

PCRC adalah lem baga yang m enfokuskan diri pada persoalan dem ilitarisasi dekolonisasi konservasi lingkungan pengembangan SDM HAM dan pembangunan pemerintah yang bersih dan berwibawa Lembaga yang berpusat di Fiji64 didirikan pada tahun 1980 di Hawai Papua menjadi salah satu fokus daerah kajian nam un lem baga ini tidak dalam posisi m em ihak atau m enolak tuntu tan kemerdekaan Papua Perhatian pada kasus Papua sesuai dengan prinsip aktivitasnya PCRC pernah menyelenggarakan worskhop dengan tema ldquoThe Dynamics o f Conflict in West Papua Prospects for the Future yang bekerja sam a dengan South Pacific University dan Universitas Nasional Papua pada bulan Oktober 200465

16) Asosiasi Papua Barat Australia

A sosiasi Papua B arat A ustralia merupakan salah satu lembaga terbesar yang mem iliki perhatian terhadap Papua dan memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Australia Belanda dan Amerika Serikat Lembaga ini merupakan lembaga nonpolitik dan nonagam a K om itm ennya adalah m endukung pem berdayaan m asyarakat Papua m elalui penyebaran informasi di berbagai media massa Meskipun demikian dalam kenyataannya lem baga ini tidak sepenuhnya berpegang teguh pada asas organisasi yaitu nonagama dan nonpolitik sebagai contoh lem baga ini berusaha m enekan P em erin tah A ustra lia dalam kaitannya dengan pem bentukan tim investigasi peristiwa pembunuhan di Timika dan kasus kekerasan di Papua66 Selanjutnya kelom pok ini juga berusaha membawa persoalan Papua ke lembaga PBB seperti

64 Lembaga ini berkantor di Suva wilayah Fiji sejak tahun 1993 Namun sebelumnya berada di Auckland NZ

65 httpwwwpcrcorgfl66 httpwwwzulenetcomawpawpgluehtml

56

K om isi HAM K elom pok K erja PBB m engenai populasi penduduk asli dan Komite Dekolonialisasi PBB67 yakni untuk m engkaji m asalah Papua secara lebih mendalam

17) Cambridge Campaign and Peace (Campeace)

Campeace berpusat di Cambridge Inggris dan didirikan pada M aret 1999 sebagai respons atas konflik internasional yang terjadi di berbagai wilayah dunia Saat ini Cam peace m em iliki perw akilan di Australia Sebagai lembaga yang meng- kam panyekan perdam aian di berbagai belahan dunia Campeace juga mengulas persoalan yang ada di Papua terutama hal- hal yang berkaitan dengan pelaksanaan HAM di Papua68

20) West Papua Action NetWork (Westpan)

Westpan adalah lembaga yang secara je las dan tegas m endukung perjuangan kemerdekaan Papua Westpan berpusat di Kanada69 Tujuannya adalah mendukung perjuangan hak-hak rakyat papua melakukan lobi di tingkat internasional untuk merevisi kem bali ldquoAct o f Fee Choicerdquo dan mempengaruhi Pemerintah Kanada dan LSM yang berada di Kanada untuk mendukung perjuangan rakya t P ap u a 70 W estpan m enekankan kesadaran publik tentang ketidakadilan ekonomi dan sosial yang terjadi di Papua selama ini

III Peran dan Kepentingan Aktor Internasional di Papua

Berdasarkan peran dan kepentingan para aktor asing di Papua persoalan- persoalan yang menjadi perhatian mereka

67 www cs utexas eduusersclinepapualetter htm18 httpwwwcamDeaceorgwestpapuahtml 69 Westpan memiliki dua lokasi di Kanada Pacific Peoplersquos

Partnership Suite 407 620 View Street Victoria dan KAIROS Canada 129 St Clair Ave West Toronto

70 httpwestpapuaouvatonorg

dapat dibagi ke dalam empat kategori isu utama yaitu politik (sejarah integrasi dan identitas politik Papua) keamanan (siklus kekerasan p o litik dan kasus-kasus pelanggaran HAM bera t) budaya (diskriminasi ras dan budaya - Papuanisasi vs Indonesianisasi) ekonomi (penguasaan dan ek sp lo itasi po tensi dan kekayaan ekonomi Papua oleh orang non-Papua) K om pleksitas kasus Papua sem akin bertambah karena adanya korelasi erat antara satu masalah dengan masalah lain seperti isu politik dan keamanan maupun isu politik dan ekonomi Namun berdasarkan laporan tim kajian Papua LIPI terdapat satu persoalan lagi dalam kasus Papua yaitu masalah psikologis atau trauma yang disebabkan oleh tindakan kekerasan atau pendekatan militer yang sangat dominan di Papua Hal ini telah membentuk trauma kolektif yang dikenal dengan istilah memoria passionis

O perasi m ilite r di Papua diindikasikan telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran HAM di Papua baik dalam ben tuk in tim id asi peny iksaan dan pembunuhan Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Papua yang secara keseluruhan masih dalam keadaan tidak sejahtera atau miskin telah menjadi fakta yang menarik perha tian pihal asing Perlakuandiskriminatif baik secara rasial maupun budaya turut memberikan justifikasi atas te rjad inya aksi-aksi p o litik m enuntut kemerdekaan bagi Papua dan mendapatkan simpati dari pihak internasional Demikian juga dalam isu sejarah politik Papua di mana proses in teg rasi o leh kelom pok yang menentang hasil Pepera dianggap cacat hukum dan tidak memenuhi kaidah-kaidah hukum internasional yang adil Selanjutnya kerusakan alam akibat eksploitasi SDA secara besar-besaran baik di sektor tambang maupun hutan telah menyebabkan publikasi isu Papua tersebar secara luas di dunia

Pemberian visa sementara kepada 42 Warga Negara Indonesia (WNI) asal Papua beberapa bulan lalu merupakan bukti betapa kompleksnya persoalan Papua karena faktor

57

politik dan keamanan yang dijadikan alasan oleh para pencari suaka tersebut Kejadian itu ju g a m enunjukkan betapa kuatnya dimensi internasional kasus Papua Alasan 42 orang Papua untuk m endapatkan suaka politik dari Pemerintah Australia adalah karena m asalah kekerasan po litik dan genosida yang terjadi di Papua Sebaliknya Pemerintah Indonesia mengatakan bahwa keperg ian m ereka ke A ustra lia lebih disebabkan oleh faktor ekonomi atau untuk m eningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi Adapun Pem erintah A ustralia beralasan bahwa pemberian visa sementara tersebut karena alasan kemanusiaan karena orang-orang Papua yang datang ke Australia dikategorikan sebagai pengungsi

Persoalan ekonomi di Papua terkait erat dengan masalah kemiskinan disparitas ekonomi dan pembangunan antara daerah Papua dengan daerah-daerah la in di Indonesia Di bidang pengelolaan SDA Papua kebijakan pemerintah dinilai lebih berp ihak pada pebisn ispem odal besar ketim bang pada m asyarakat Papua Akibatnya dalam kepentingan bisnis asing masyarakat Papua sering kali terabaikan misalnya dalam pengam bilan keputusan menyangkut kepemilikan atas tanah adat mereka tidak dilibatkan dalam proses dan kontrak bisnis yang dilakukan padahal mereka adalah pemilik tanah adat di Papua Sebaliknya P em erin tah (P usat) dan pengusaha memberi label pada orang Papua sebagai p rim itif dan trad isional (tidak modern) A kibatnya orang Papua justru dianggap sebagai beban pemerintah

Penguasaan dan pengelolaan sumber tam bang dan hutan Papua baik oleh pengusaha nasional maupun yang bekerja sam a dengan pengusaha in ternasional mengakibatkan pembagian hasilimbalan yang tidak layak antara orang Papua dengan para peb isn is te rsebu t P erusahaan intemasionalmultinasional di Papua seperti PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan pem bayar pajak terbesar di Indonesia

Pemasukan dari pajak yang diterima oleh negarapemerintah dari PTFI mencapai antara US$ 700-USS 800 setiap tahun Secara keseluruhan daerah Papua menyumbang sekitar 24 triliun rupiah untuk devisa negara dari sektor tambang Namun masyarakat Papua tetap tergolong masyarakat miskin (sangat miskin) secara ekonomi Masalah kemiskinan dan kelaparan di Papua mungkin bukan menjadi tanggung jawab Freeport nam un dem ikian karena Freeport ikut menikmati hasil bumi Papua maka Freeport kerap d itud ing sebagai p ihak yang bertanggung jaw ab dalam persoalan ketidakadilan ekonomi dan rendahnya tingkat kesejahteraan hidup orang Papua Tudingan kepada F reepo rt sebagai penyebab ketidaksejahteraan orang Papua berkaitan juga dengan masalah kerusakan lingkungan hidup akibat limbah tambang (tailings) yang mencemari danau dan sungai-sungai karena penum pukan lim bah te rseb u t (Sungai Aghawaghon)71 Tuntutan penutupan PT Freeport beberapa waktu lalu dipicu oleh larangan bagi para penam bang liar menambang di daerah limbah

Kerugian lainnya adalah kerusakan lingkungan sulit sekali diperbaiki Kerusakan ini berkaitan dengan kepercayaan tradisional suku Amungme mengenai gunung tersebut yang masih dianggap keramat oleh mereka Eksploitasi SDA di sektor hutan (pembalakan liar) secara besar-besaran oleh perusahaan kayu yang dikuasai oleh Mr Wong Group dari Malaysia telah menyebabkan kerusakan pencemaran lingkungan termasuk punahnya sebagian flora dan fauna asli Papua yang merupakan sumber hidup utama orang Papua secara tradisional seperti sagu damar dan ikan

Dimensi ekonomi konflik di Papua m enjadi sem akin kom pleks dengan kehadiran dan keterlibatan TNI dan Polri yang bukan hanya bertujuan untuk menjaga

71 Lihat Benedetti (10 Januari 2005) ldquoThe Ecological Tragedy o f Resource Extraction in West Papuardquo WestPAN Canadarsquos West Papua Action NetWork h 1-2

58

keamanan di Papua melainkan juga untuk melakukan aktivitas bisnis di Papua Terdapat ju s tif ik a s i ten tang kore lasi an tara kepentingan m em pertahankan keutuhan NKRI dan kepentingan mempertahankan keuntungan ekonomi aparat militer dan polisi di Papua Selain karena keuntungan finansial yang diperoleh dari aktivitas bisnis (legal m aupun ileg a l) dalam kenyataannya kehad iran m ereka m akin kuat karena d ikehendaki oleh para pelaku b isn is (pengusaha tam bang dan kayu) untuk m elancarkan ak tiv ita s b isn is m ereka misalnya dengan ldquomendatangkanrdquo petugas keam anan untuk m enghadapi tuntu tan m asyarakat trad is io n a l U ntuk biaya keamanan ini PT Freeport misalnya harus mengeluarkan uang sebesar 47 juta dollar Amerika pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 56 juta dollar Amerika pada tahun 200272

Dimensi ekonomi konflik di Papua juga terkait dengan perdagangan hasil budaya dan kesenian trad is io n a l Papua yang menguntungkan bagi para pemodalpebisnis non-Papua Perdagangan hasil kesenian dan budaya tradisional Papua melanggar HAM Papua karena sebagai pemilik budaya dan kesenian tradisional Papua seharusnya merekalah yang paling berhak menikmati keuntungan ekonomi tersebut

IV Strategi Indon esia M enghadapi K em ungkinan T erburuk dalam Kasus Papua

M erujuk pada salah satu definisi kebijakan luar negeri sebagai sesuatu yang sama dengan atau paralel dengan prioritas- prioritas domestik maka penanganan konflik dan pembangunan di Papua harus menjadi bagian dari perjuangan dan diplom asi Indonesia dalam jangka panjang Dukungan internasional dan pengakuan atas negara merupakan salah satu fondasi dasar dalam hubungan dip lom atik O leh sebab itu

72 Ibid h 2

dukungan negara asing atas integrasi wilayah NKRI akan menjadi indikator yang penting dalam p enyelesa ian isu Papua secara internasional Namun demikian langkah d ip lom asi ini harus d iiku ti dengan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan daerah Papua secara tepat dan nyata

Politik luar negeri memiliki dua hal utama yaitu kepentingan nasional dan etika moral Berdasarkan hal ini tiap negara hendaknya m em perhatikan etikam oral dalam membina hubungan antamegara yang sehat sehingga kepentingan nasional dapat tercapai Dem ikian pula dalam menjaga hubungan bilateral Indonesia dengan negara- negara asing harus memperhatikan etika hubungan antamegara yang semakin lama semakin tidak diperhatikan terutama karena a lasan m em pertahankan kepen tingan nasional Australia misalnya sebagai negara besar (major power) sudah selayaknya membantu proses pembangunan ekonomi daerah Papua apalagi Papua sudah memiliki Undang-Undang (UU) Otonomi Khusus dan Majelis Rakyat Papua (MRP) Pembangunan empat sektor - pendidikan kesehatan dan g izi in fras tru k tu r dan pem berdayaan ekonomi rakyat - menjadi prioritas utama sesuai dengan UU O tonom i K husus Australia sendiri menjadi salah satu pemberi bantuan dana otonomi khusus selain negara- negara Uni Eropa

Secara formal hampir semua negara- negara asing tetap mendukung keutuhan NKRI kecuali empat negara di Pasifik (Vanuatu Nauru Tuvalu dan Kepulauan Cook) meskipun dukungan tersebut tidak bersifat permanen Australia sebagai ldquodeputy sheriff di Asia Pasifik seharusnya dapat meyakinkan masyarakat di negara-negara di P asifik Selatan te rseb u t term asuk m asyarakatnya send iri un tuk tidak mendukung gerakan Papua merdeka apalagi sebagian negara-negara di Pasifik Selatan banyak yang tergolong sebagai failed States

B erdasarkan posisi s tra teg is Indonesia bagi kepen tingan ekonom i

59

Australia maka dapat diperkirakan bahwa Pemerintah Australia tidak akan membiarkan hubungan politik dalam kasus Papua ini b e rla ru t-la ru t Posisi geografis (geo- ekonom i) Indonesia m em punyai n ilai strategis bagi Australia terutama jalur Selat Makassar di bagian timur Indonesia yang m erupakan ja lu r u tam a perdagangan Australia menuju dan dari Asia Timur dan Timur Tengah Hubungan bilateral Indonesia- Australia di bidang ekonomi meliputi sektor perdagangan dan investasi meskipun tidak te rla lu sign ifikan volum enya b ila dibandingkan Jepang dan Singapura Ekspor Australia ke Indonesia berkembang dalam sektor perdagangan jasa pendidikan dan pariwisata Investasi Australia di Indonesia terdapat di sektor tam bang nonminyak industri kimia logam dan pabrikan hotel resto ran dan tran sp o rtasi Indonesia merupakan pasar cukup besar bagi jasa dan produk mewah dari Australia terutama bagi sek itar 3 0 -4 0 orang Indonesia yang berpenghasilan sangat tinggi Namun bagi Indonesia pasar Australia hanya terbatas pada properti portofolio investasi pakaian pembuatan baterai dan ekspor ternak

Di b idang investasi tam bang Perusahaan R io Tinto dari A ustra lia menguasai saham Freeport McMoran sebesar 40 persen di bursa saham di New York Selain memiliki saham di Freeport perusahaan A ustralia - W oodside Petroleum L td - m enjadi salah satu perusahaan dalam konsorsium LNG Tangguh di Teluk Bintuni untuk memasok kebutuhan LNG di provinsi Guangdong China selama lebih dari 25 tahun Adapun Pertamina Indonesia dan BP Plc (Perusahaan Inggris-Am erika) men- supply LNG ke provinsi Fujian China

Di bidang kesehatan Pemerintah A ustralia m elalui AusAID memberikan bantuan di bidang penanganan penyebaran virus HIV A ID S baik secara nasional maupun secara khusus di Papua karena Papua tercatat sebagai daerah yang memiliki tingkat penyebaran atau angka penderita HIVAIDS

tertinggi di Indonesia Adapun di sektor pendidikan Australia memberikan beasiswa kepada orang-orang Indonesia untuk belajar di un iversitas-un iversitas di A ustralia term asuk kepada perw ira m iliter untuk m engikuti pend id ikan dan la tihan di Australia

Pada A pril 1997 Pem erintah Indonesia dan Australia meresmikan kerja sama pembangunan bernama ldquoAustralia- Indonesia Development Area rdquo (AIDA) yang m eliputi D arw in dan beberapa kota di wilayah Indonesian bagian timur seperti Kupang Ambon dan Jayapura yang masih sangat terbatas perkembangannya Apalagi dengan teijadinya konflik komunal di Ambon pada 1998 keija sama tersebut boleh dibilang tidak menghasilkan manfaat apa pun baik bagi Indonesia maupun Australia

Untuk menghadapi internasionalisasi kasus Papua maka Pemerintah Indonesia harus melakukan antisipasi secara nasional maupun dengan memperkuat diplomasi baik secara bilateral (antamegara ataupun lembaga internasional) dan secara multilateral yakni melalui forum regional dan internasional Pemerintah Indonesia sendiri harus memiliki pemahaman yang akurat mengenai persoalan yang mendasar di Papua Hal ini penting untuk dapat m encapai keputusan yang terpadu dalam m enyelesaikan persoalan politik dan ekonomi di Papua Selain itu pem aham an yang akura t m engenai perkembangan situasi politik dan ekonomi di Papua akan meningkatkan bobot diplomasi Indonesia di luar negeri Selanjutnya Pemerintah harus melakukan pembenahan ke dalam (self-correction) terutama dalam hal koordinasi dan evaluasi kebijakan dan im plem entasinya di Papua A khirnya Pemerintah perlu menentukan langkah untuk m enyelesaikan konflik di Papua dalam jan g k a pan jang m isa lnya dengan membicarakan kesepakatan kerja dengan PT Freeport Selanjutnya dipublikasikan agar semakin banyak pihak yang memahami duduk persoalan di Freeport term asuk

60

keterlibatan Australia di Freeport maupun di LNG Tangguh

Dimensi internasional kasus Papua bukan hanya karena keberadaan PT Freeport Indonesia di Timika Kabupaten Mimika yang kepemilikan sahamya sebagian besar dikuasai oleh AS namun terdapat beberapa hal lain yang menambah derajat internasional persoalan di Papua yakni letak Papua Barat (West Papua) yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini (PNG) Perbatasan darat dimanfaatkan oleh para pelintas batas pencari suaka dari Papua ke Australia melalui PNG Antara 1984-1986 terdapat lebih dari 12 ribu pencari suaka (asylum seekers) asal Papua yang tinggal di di kamp pengungsian di East Awin PNG Namun masih ada sekitar 8000 pengungsi dan pencari suaka dari Papua yang tinggal di daerah East Awin PNG namun tidak diberitakan oleh media73

K eam anan w ilayah perbatasan menjadi persoalan penting bagi Indonesia terutama dikaitkan dengan keberadaan OPM Pemberian visa sementara kepada 42 WNI asal Papua tidak lepas dari dukungan LSM Australia Green Party dan jaringan OPM di Australia Kelompok pro-demokrasi di Papua yang memperjuangkan Zona Damai ikut memperkuat diplomasi Papua di tingkat internasional terutama melalui pemaparan tentang sejarah integrasi Papua ke wilayah Indonesia (Pepera 1969) Perjuangan melalui jalur diplomasi luar negeri ini dilakukan oleh PDP

Pem berian v isa sem entara berdampak pada memburuknya hubungan bilateral Indonesia-Australia Meskipun ada upaya di tingkat pemerintahan kedua negara untuk membicarakannya kembali namun publik sudah mengetahui bahwa Indonesia dan Australia selama ini gagal menciptakan kom unikasi po litik yang efektif Bagi Pemerintah Indonesia harus diakui bahwa ada persoalan di Papua yang belum ditangani

secara menyeluruh sehingga menyimpan potensi yang besar untuk m eledak dan menjadi isu besar Pemberian visa sementara kepada 42 WNI asal Papua bukanlah yang pertam a terjad i term asuk para korban kerusuhan politik Mei 1998 yang melarikan diri ke Australia kemudian mendapatkan Permanent Residence (PR) Australia

Selain persoalan komunikasi politik yang buruk te rn y a ta A ustra lia lebih mementingkan stabilitas politik di dalam negerinya Tekanan dari Partai Hijau dan para ak tifis HAM di A ustra lia m am pu m engalahkan kepen tingan Pem erintah Australia untuk menjaga hubungan baiknya dengan Indonesia sebagai te tangga terdekatnya Tindakan A ustralia tampak sangat tidak bersahabat dan tidak sensitif namun bagaim anapun perbedaan sistem p o litik an tara kedua negara sangat berpengaruh dalam memahami persoalan ini

Memburuknya hubungan Indonesia- Australia akhir-akhir ini merupakan bukti bahwa kedua negara memang memiliki sistem politik dan budaya politik yang sangat berbeda Namun Indonesia dan Australia tidak dapat menghindari fakta bahwa mereka bertetangga bahkan sangat dekat secara geografis Selain itu Australia belum dapat mengurangi kedekatan dan ketergantunganshynya terhadap Amerika Serikat Sepak terjang AS di Asia termasuk kebijakannya terhadap Indonesia dalam kasus pelanggaran HAM di Timor Timur dan masalah terorisme telah membuat Australia bersikap dan bertindak agresif terhadap Indonesia

Kawasan Asia Pasifik memiliki peran yang stategis dengan wilayah Papua karena kedekatan geografis kedekatan sejarah persam aan budaya dan persaudaraan Melanesia (Melanesian Brotherhood) Hal inilah yang menjadikan hubungan dengan negara-negara di Pasifik Selatan memiliki arti khusus bagi OPM karena beberapa negara di kawasan tersebut mendukung perjuangan rakyat Papua untuk merdeka

73 Institute for Social Research Swinbume University of Technology (13 April 2006) wwwapoorgau h 1

61

Mengingat pentingnya peran negara- negara Pasifik Selatan dalam persoalan Papua maka Pemerintah RI juga telah mengirimkan wakil dalam pertemuan KTT Pacific Islands Forum ke-31 pada akhir Oktober 2000 di Tarawa K iribati Pem erintah Indonesia berusaha mendekati negara-negara anggota Forum Pasifik Selatan (Australia Kepulauan Cook Negara Federasi M ikronesia Fiji Kiribati Nauru Selandia Baru Nieu Palau Papua N ugin i R epublik K epulauan Marshall Samoa Solomon Tonga Tuvalu dan Vanuatu) Melalui forum ini Pemerintah Indonedia berusaha meredam upaya PDP dalam meng-intemasionalisasikan isu Papua Forum pertem uan te rseb u t akh irnya mengeluarkan pernyataan yang positif bagi Indonesia yakni pernyataan dukungan integritas teritorial Indonesia dan menetapkan PDP sebagai kelompok separatis Dalam forum itu Menteri Luar Negeri (Menlu) RI menyampaikan permintaan resmi Pemerintah RI untuk menjadi mitra dialog pada forum pertem uan PIF yang diharapkan dapat membuka jaringan institusional dengan negara-negara di Pasifik Selatan74

Secara b ila te ra l Pem erin tah Indonesia juga melakukan lobi dan meminta negara-negara asing untuk tetap menjaga kom itm en m ereka dalam m endukung kedaulatan Indonesia di Papua Adapun secara multilateral dilakukan melalui forum- forum seperti ASEAN ASEAN Regional Forum (ARF) pertemuan tingkat Menteri ASEAN-EU PBB dan GNB

V Beberapa Catatan Akhir

Internasionalisasi persoalan lokal di Papua sulit dicegah karena derasnya arus in form asi dan kem ajuan teknolog i komunikasi Peristiwa di suatu negara dapat dengan m udah m enjadi m otivasi bagi munculnya gerakan politik serupa di negara lain Kedatangan 42 WNI asal Papua ke

74 Pernyataan pers Menteri Luar Negeri RI (2002) Refleksi Departemen Luar Negeri tahun 2002

A ustralia pun m em anfaatkan kem ajuan in form asi dan tekno log i kom unikasi terutama dengan keberadaan kelompok pro merdeka di Negeri Kanguru itu Namun hubungan an tam eg ara bukan hanya ditentukan oleh pemerintah melainkan juga oleh masyarakat (people to people relations) yang selama ini sudah teijalin erat

Namun Pemerintah Indonesia pun harus mampu membuktikan bahwa Papua tidak akan lagi menjadi ldquodaerah tertinggalrdquo di Indonesia Kondisi riil di Papua harus dimengerti secara benar baik oleh pemerintah (pusat dan daerah) masyarakat Papua dan pebinis (asing) Ketiga aktor utama tersebut harus membuka komunikasi secara reguler untuk membicarakan masalah-masalah yang berpotensi menimbulkan konflik baru di Papua Peran MRP dapat dilibatkan dalam proses kom unikasi m engenai problem - problem yang ada dan berkembang di Papua E fektivitas MRP m erupakan salah satu indikator keberhasilan penerapan otonomi khusus di Papua

P erbedaan pem aham an dan kepentingan antara Pemerintah (pro-NKRI) dan M asyarakat Papua (pro-m erdeka) janganlah dipertentangkan terus-menerus melainkan harus dicari alasan setiap pihak mengapa mereka sampai pada posisi yang ekstrem itu Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan m eningkatkan komunikasi yang intensif misalnya melalui dialog Selanjutnya persoalan di Papua harus dapat diselesaikan secara damai karena selain akan m erugikan posisi dan citra politik Indonesia di tingkat internasional juga akan semakin sulit mencegah campur tangan pihak asing dalam persoalan domestik Indonesia di Papua Sebagai contoh rancangan undang- undang (bill) - HR 2601 yang dikeluarkan oleh Kongres AS adalah satu bukti adanya kepentingan negara adidaya itu di Papua Rancangan undang-undang (RUU) tersebut an tara la in m enyinggung m engenai keabsahan P epera m asalah HAM

62

demiliterisasi kerusakan lingkungan hidup dan pelaksanaan otonomi khusus di Papua

D engan dem ikian kem am puan diplomasi Indonesia sangat menentukan tingkat keberhasilan penyelesaian masalah internal terutam a dengan m enjelaskan persoalan sesungguhnya termasuk persoalan politik dan ekonomi di Papua Selanjutnya Pemerintah Indonesia ldquomengajakrdquo pihak internasional untuk membantu Indonesia dalam m enciptakan peace and order di daerah-daerah kon flik di Indonesia Bagaimanapun keamanan dan stabilitas domestik Indonesia akan berpengaruh pada keam anan dan s tab ilita s reg ional dan internasional termasuk bagi kepentingan ekonomi Australia

Suasana politik dan keamanan di Indonesia khususnya di Papua akan selalu berpo tensi m engundang perhatian in ternasional U ntuk itu Pem erin tah Indonesia dituntut untuk dapat mengatasi setiap persoalan yang terjadi terutama akibat pecahnya konflik kekerasan Terbengkalainya penyelesaian masalah-masalah yang muncul pada masa pascakonflik seperti masalah pengungsi dan pem berdayaan ekonomi rakyat akan kian mempersulit pemerintah

Kemerdekaan Papua tentu sangat tidak d iharapkan m eskipun dem ikian skenario terburuk tetap harus diperhitungkan Tanpa kesungguhan dalam berdiplomasi dan koordinasi yang terpadu di antara institusi pemerintahan di Jakarta maka tidak mustahil Papua akan menjadi Timor Timur kedua Hubungan dengan negara-negara asing terutama yang berdekatan secara geografis harus diperbaiki dan dijaga agar dapat mendatangkan manfaat yang maksimal bagi Indonesia khususnya hubungan dengan Australia

Daftar Pustaka

Aryani Gusti NC 13 April 2006 ldquoPoliticalAsylum between Rights and CoveringNuancerdquo httpwwwantaracoiden

Astbury Sid 10 April 2006 ldquoPapua Snaps Australia-Indonesia Happy Spellrdquo http n e w s m o n s t e r s a n d e r i t i c s c o m asiapacificcprinter_1153987php

E lisabeth Adriana dkk 2004 P eran dan Kepentingan Para Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

Elisabeth Adriana dkk 2005 Agenda amp Potensi Damai di Papua Jakarta LIPI Press

Elisabeth Adriana 2 April 2006 ldquoPemerintah Australia Tidak S en sitifrsquo Wawancara dengan Suara Merdeka

Fitzpatrick Stephen dan Cath Hart 18 April 2006 ldquoD o n rsquot Toy With Us Indonesian Presidentrdquo The Australian

Fitzpatrick Stephen 19 April 2006 ldquoUN Raises Concems Over Asylum Policyrdquo http w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191885679200html

Head Mike 4 April 2006 ldquoTensions Between Australia and Indonesia over asylum for Papuan A ctiv istsrdquo httpw sw sorg articles2006papu-a04_pmshtml

h t t p e n w i k i n e w s o r g w i k i _ 4 2 _ W e s t _ P a p u a n _ a s y l u m _ seekers_get_temporary_Australian_visas (24 Maret 2006) ldquo42 West Papuan A sylum Seekers Get Temporary Australian Visasrdquo

httpkomunitaspapuacommodulesphpop= modloadampname=Newsampfile=articleamp sid=923ampPOSTNUKESID=15166c280923fe 193ca7f3834baa0 24 Maret 2006 ldquoDibal ik Pemberian Suaka Politik Terhadap Orang Papuardquo

httpnewsmonstersanderiticscomasiapacificc printer_l 156274php 18 April 2006 ldquoAutralian Premier Stands Firm on Indonesian Refugeesrdquo

httpnewsmonstersanderiticscomasiapacificc pr i nt er l 156595php 19 April 2006 ldquoAustralians Belie Canberrarsquos Support for Indonesian Unityrdquo

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau newsnewsitems 7 April 2006 ldquoIndonesia Welcomes Australian Review o f Asylum Seeker Processrdquo

63

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau newsitem 9 April 2006 ldquoGovt Criticised Over H andling o f Papuan A sylum Seekersrdquo

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau pm 13 April 2006 ldquoPM -Indonesia W elcom es M oving A sylum Seekers Offshorerdquo

h t t p s i e v x c o m a r t i c l e s w e s t p a p u a 20060409NationalInteresthtml 9 April 2006 Transcript ldquoAustralia on Papuardquo

httpwwwantaracoid 2006 ldquoDefence Minister Call For Transparency o f NGOSrdquo

httpwwwantaracoidenseenwsid=2699530 Januari 2006 ldquoAustralia Belum Buat Keputusan Terkait Suaka 43 Warga Papuardquo

httpwwwantaracoidenseenwsid=l 123412 April 2006 ldquoAustralia Should Back Papua Autonomy to Head O ff Crisis Analystsrdquo

httpwwwadnkicomprintPopUpphploid=80284053004 5 April 2006 ldquoIndonesia-Australia More Papuan Refugees More Tensionrdquo

httpwwwapoorgau 13 April 2006 ldquoInstitute for Social Research Swinburne University o f Technologyrdquo

h t t p w w w c h i l o u t o r g i n f o r m a t i o n west_papuanshtml 22 Maret 2006 ldquoWest Papuansrdquo

httpwwwcsutexasedu ldquoStatement o f Aimsrdquo

httpwwwdetiknewscom 2006 ldquoSBY Telpon Howard Soal Suaka Politik Warga Papuardquo

httpwwwkapanlagieomh000111539_printhtml (2006) ldquoDPD-RI Bentuk Pansus Bahas Persoalan di Papuardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191873983700html 7 April 2006 ldquoLabor Backs Papua Stancerdquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18882084 00html 21 April 2006 ldquoPNG Mum Not Back in Indonesiardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18884766 00htm l 21 April 2006 ldquoTalks Underway in Indonesiardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18922550 00html 25 April 2006 ldquoU phold R ights Indonesians Urgedrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4213 2006 ldquoWest Papua Australia Wams Off West Papuan Refugeesrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4263 2006 ldquoWest Papua Australia Toughtens Asylum Rulesrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amppar=42176 2006 ldquoWest Papua Papuan Refugees Highlight Struggle for Independencerdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4287 2006 ldquoWest Papua International Focus on New West Papua Refugee Bidrdquo

httpwwwwestpapuanet 2000 ldquoAustralian NGOs Support Separatism in Papuardquo

httpwwwwestpapuanetnews ldquoAustralia Indonesia Wins Multibillion Chinese LNG Contractsrdquo

In stitu te f o r S o cia l R esearch Swinburne University o f Technology 13 April 2006 wwwapoorgau

Kompas 2006 ldquoLSM Waspadai Sikap Australiardquo

_________ 6 April 2006 ldquoAustralia CenderungMemperoleh Informasi Sepihakrdquo

_________ 6 April 2006 ldquoIndonesia TinjauHubungan dengan Australiardquo

_________6 April 2006 ldquoHoward Jejak PendapatBukan Sikap Rakyat Australiardquo

L ipu tan6 SCTV 10 April 2006 ldquoAustralia Bimbang Mencabut Visa Pencari Suakardquo

_________ 10 April 2006 ldquoPresiden YudhoyonoM engingatkan Soal Toleransi antar Negarardquo

________ 12 April 2006 ldquoNettle Tak MendukungGerakan Separatis Papuardquo

64

________ 21 April 2006 ldquoMenlu Bertemu UtusanPM Australiardquo

Leggatt Johanna 21 April 2006 ldquoAustralia Caved in on Papua H audenrdquo httpw w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191888259300html

Media Indonesia Online 8 April 2006 ldquoIndonesia Tunggu Penjelasan Resmi dari Australiardquo

Pilger John 9 Maret 2006 ldquoThe Secret War Against the Defenseless People o f West Papuardquo TruthoutPerspective

Piliang Indra J 29 Maret 2006 ldquoJalan Bisu Papuardquo httpw w w infopapuacom modulesphpop=modloadampname=Newsamp file=articleampsid=3969ampmode=threadamp order= 0ampthold=0

Raiston Nick 19 April 2006 ldquoPapua Rift Needs Serious Diplomacyrdquo The Australian

Ramelan Rahardi 12 April 2006 ldquoMenyikapi Australia 1999 dan 2 0 0 6 rdquo http wwwicmiorid

Rayfield Alex 20 Mei 2004 ldquoAustralia amp West Papuardquo ZNetActivism

Republika 24 Januari 2006 ldquoRI Telah Identifikasi 43 Warga Papua Pencari Suaka Politik di Australiardquo

Riyanto Geger 3 April 2006 ldquoPapua dan Pragmatisme Australiardquo dalam PikiranRakyat

Sheehan Paul 23 April 2006 ldquoIndonesia is Right to be Wary o f Australian Supporters if Papuan Independencerdquo Sidney Morning Herald

Suara Pem baruan D aily 21 Januari 2006 ldquoAustralia Merahasiakan Identitas 43 Warga Papuardquo

__________27 Januari 2006 ldquoPemberian SuakaPolitik Tak Mudah Berpotensi Timbulkan Konflik Bilateralrdquo

__________ 6 April 2006 ldquoSelesaikan MasalahPapua Secara A rifrsquo

The Australian 18 April 2006 ldquoPM Rules Out Jakarta Apologyrdquo

_________26 April 2006 ldquoEnvoyrsquos IndonesianVisit lsquoUsefulrdquo

The Guardian 12 April 2006 ldquoAustralia Howard Government A ttackes West Papuan Independencerdquo httppoliticalaffairsnet

Tobing Maruli 24 April 2006 ldquoPolitik Bermuka Dua Negara Tetanggardquo dalam Kompas

Walters Patrick and Davis Nason 13 April 2006 ldquoPrime M inister Slams Door on Boatpeoplerdquo The Austalian

Wanggai Velix 29 Maret 2006 ldquoKemesraan Cepat Berlalurdquo Republika Online

6 5

DEMOKRATISASI PARTAI DAN DILEMA SISTEM KEPARTAIAN DI INDONESIA

Svamsuddin Haris

Abstract

Politicalparties are integralpart o f process of democratization in Indonesia But rather be the solution of the problem in democratization o f the country Indonesian political parties are still part o f the problem The paper is aim to identify problem o f the parties in Indonesia and the party system The paper describes that the parties have at leastfour shortcomings as its basicproblem ie institutionalproblem leadershipproblem structural problem and ideological problem This paper argues that to make political parties become the solution ofpolitical problem in Indonesia it has to be modernized In the context o f revision o f Decree o f Political Party the party system has to be fitted in with other system in Indonesian political system The choice is not only to choose between multi-party or bi-party system but to choose the system that coherence with the whole political system in Indonesia

Pengantar

Tak seorang pun membantah bahwa partai politik merupakan salah satu pilar dan institusi demokrasi yang

penting selain lembaga parlemen pemilihan umum eksekutif yudikatif dan pers yang bebas Melalui fungsi tradisionalnya dalam partisipasi politik kom unikasi politik sosialisasi politik artikulasi dan agregasi kepentingan bahkan sebagai m ediator konflik partai adalah ldquojem batanrdquo antara rakyat dan pemerintah Namun demikian tidak semua partai politik bisa memberikan kontribusi p o s itif bagi perkem bangan demokrasi Samuel P Huntington misalnya menggarisbawahi bahwa hanya partai-partai yang kuat dan terinstitusionalisasi yang menjanjikan terbangunnya demokrasi yang lebih baik

Makalah ini telah dipaparkan pada Seminar Nasional Mencari Format Baru Pemilu dalam Rangka Penyempurnaan Undang-Undang Bidang PolitikrdquoHotel Borobudur Jakarta 10 Mei 2006

rsquo Penulis adalah Peneliti Utama pada Bidang Penelitian Politik Nasional P2P LIPI Jakarta

1 Huntington Political Order in Changing Societies New Haven and London Yale University Press 1968

Oleh karena itu hal yang tidak mengherankan di negara-negara demokrasi yang relatif baru adalah bahwa partai-partai lebih m erupakan ldquobebanrdquo atau masalah ketimbang inisiator bagi solusi permasalahan rakyat Diakui atau tidak partai-partai yang lebih merupakan ldquomasalahrdquo ketimbang solusi itu pula yang tengah dialami Indonesia dalam era transisi demokrasi pascarezim otoriter O rde Baru S inyalem en Transparency International bahw a partai m erupakan institusi terkorup di Indonesia dan parpol (politisi) sebagai aktor terkorup 1 2 je las mengindikasikan hal itu Begitu pula jika dilihat tingkat kepercayaan atas partai politik yang ternyata paling rendah dibandingkan kepercayaan terhadap militer pemerintah (pusat dan daerah) sistem hukum kepolisian dan parlemen3 Indikasi yang sama dapat

2 Lihat ldquoCatatan Akhir Tahun ICW Pemberantasan Korupsi 2005rdquo dalam wwwantikorupsiorg

3 Dikutip dari Riswandha Imawan ldquoBirokrasi Politik dan Perilaku Korupsirdquo makalah dalam Seminar NasionalXXAIPI di Medan tanggal 3 -4 Mei 2006 hal 6

6 7

ditemukan baik dari terungkapnya berbagai kasus penyalahgunaan dana APBD oleh para politisi partai di DPRD maupun persepsi umum masyarakat tentang kinerja partai- partai pasca-Orde Baru yang tidak lebih baik dari periode sebelumnya4

Mengapa partai-partai masih lebih merupakan masalah ketimbang solusi Apa yang salah pada partai-partai dan sistem kepartaian di Indonesia pasca-Soeharto Reformasi institusional semacam apa yang diperlukan untuk membangun partai dan sistem kepartaian yang lebih aspiratif akuntabel serta menghasilkan demokrasi yang produktif

Dalam kaitan itu tulisan pendek ini m encoba m engidentifikasi problem atik partai-partai dan sistem kepartaian dan atas dasar itu menawarkan sejumlah gagasan pembaharuan partai menuju suatu sistem keparta ian yang d iharapkan dapat m em berikan k o n tribusi bagi c ita -c ita keadilan dan demokrasi di satu pihak dan kesejahteraan rakyat di pihak lain

Dilema Partai dan Sistem Kepartaian

Secara historis partai-partai politik di Indonesia sebenarnya lahir tumbuh dan besar bersam aan dengan pertum buhan identitas keindonesiaan pada awal abad ke- 20 Meskipun menjadi wadah aspirasi dari kelompok dan atau golongan ideologis yang berbeda-beda partai-partai pada era kolonial turut memberikan kontribusi bagi pencarian sekaligus ldquopenemuanrdquo identitas keindonesiashyan yang mendasari pembentukan republik Sebagian besar pendiri bangsa seperti HOS Tjokroam inoto Tjipto M angunkusumo Soekarno dan Hatta adalah juga pendiri sekaligus pemimpin partai pada zamannya

4 Lihat misalnya hasil-hasil penelitian Pusat Penelitian Politik LIPI di antaranya Lili Romli (Ed) Potret Partai Politik Pasca-Orde Baru Jakarta P2P-LIPI 2003 Syamsuddin Haris (Ed) Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Jakarta Gramedia 2005 serta juga berbagai hasil survei dan polling seperti yang dilakukan oleh LP3ES LSI dan Litbang Kompas

Walaupun demikian ketika Indonesia benar-benar merdeka dari kekuasaan kolonial pada 1945 hal ini segera pula disadari bahwa terdapat perbedaan-perbedaan mendasar di antara para founding fathers tentang arah sistem kepartaian Hal itu tampak jelas tatkala gagasan Soekarno tentang suatu partai negara yang bersifa t tunggal di baw ah sistem pemerintahan presidensial ternyata hanya seumur jagung karena dengan keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945mdash yang ditandatangani Wakil Presiden M oham m ad H atta dan b eris i anjuran pembentukan partai-partaimdashharus digantikan oleh suatu sistem multipartai di bawah sistem pemerintahan parlementer

M eskipun pada akhirnya sistem multipartai menjadi realitas politik pada era Demokrasi Parlementer namun kehadiran partai dan bahkan pemerintahan partai-partai yang menjadi ciri era ini ternyata tidak begitu d isukai o leh Soekarno dan ten tara Pemerintahan hasil Pemilu 1955 yang semula diharapkan dapat menjadi solusi berbagai konflik ideologis gejolak daerah dan aneka persoalan politik serta ekonomi lainnya pada akhirnya kandas dan berumur tak sampai setahun Terlepas dari cerita sukses di balik penyelenggaraan Pem ilu 1955 dan juga produktivitas DPR dalam menghasilkan UU partai-partai dan sistem m ultipartai era Demokrasi Parlementer sebenarnya sejak awal telah mewarisi berbagai kelemahan struktural mulai dari tradisi konflik tidak adanya d is ip lin o rgan isasi e litis kepemimpinan yang cenderung personal kecenderungan pemimpin-pemimpin partai yang hanya m au ben ar send iri dan kesenjangan yang besar antara elite partai dan massa pendukungnya di tingkat bawah5 Selain itu bagi umumnya partai-partai ideo log i leb ih berfungsi untukmengintegrasikan massa pendukung partai

5 Tentang partai-partai era Demokrasi Parlementer lihatmisalnya Herbert Feith The Decline o f ConstitutionalDemocracy in Indonesia Ithaca NY Comell ModemIndonesia Project 1962 juga Feith Pemilihan Umum1955 Jakarta Penerbit Kompas 1999

6 8

kelangsungan kekuasaan pribadi dan vested interest kelompok akhirnya mengalahkan komitmen mereka terhadap ideologi Pada akhirnya kepentingan pribadi dan kelompok itulah yang menjadi ldquoideologirdquo para politisi partai kita dewasa ini Sementara itu dalam konteks taktik dan strategi pada umumnya parta i-p a rta i te rperangkap upaya memperjuangkan jabatan-jabatan publik ketim bang perjuangan m em enangkan kebijakan publik10

Sementara itu fungsi pendidikan politik bagi masyarakat hampir tidak pernah disentuh dan menjadi agenda partai-partai politik Sebaliknya partai-partai politik kita cenderung bersembunyi di balik baju yang bersifat ideologis di belakang kharisma pribadi para elitenya serta di balik isu-isu besar yang tak pernah diterjemahkan secara kontekstual-operasional Sebagai akibatnya kompetisi partai-partai cenderung lebih bersifa t fisik (m elalu i kem am puan pengerahan massa mobilisasi simbol-simbol dan sejenisnya) ketimbang kompetisi atas dasar keunggulan visi platform dan program politik

Ironisnya hampir tidak ada upaya serius para pem im pin parta i pada era reformasi dewasa ini untuk membenahi diri Para politisi partai justru makin melestarikan problem atik struktural partai-partai dan ldquomenikmatirdquo situasi tidak sehat tersebut demi kelangsungan kekuasaan pribadi dan atau kelompok Kecenderungan serupa tampak pula dalam konteks sistem kepartaian sehingga tidak jelas arah dan formatnyamdash kecuali sekadar banyak dari segi jumlahmdash apakah koheren dengan pilihan terhadap sistem pemerintahan sistem perwakilan dan sistem pemilu Hampir tidak pernah ada perdebatan serius di kalangan elite partai- partai di DPR ke mana sesungguhnya arah sistem kepartaian kita pasca-Orde Baru sehingga yang muncul kemudian adalah UU No 2 Tahun 1999 dan UU No 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik yang tidak visioner dan

10 Arbi Sanit ldquoPerubahan Mendasarrdquo hal 20mdash 23

cenderung m em biarkan parta i-p a rta i merumuskan dirinya sendiri

Menuju Pelembagaan dan Demokratisasi Partai

Sebagai organisasi modem partai- parta i sudah ten tu d itu n tu t untuk m engem bangkan etika berpartai secara modem pula Hal ini termasuk di dalamnya etika kepemimpinan yang demokratis dan kolegial etika berorganisasi atas dasar distribusi kekuasaan yang terdiferensiasi dan etika pertanggungjawaban secara publik yang sem uanya dilem bagakan m elalui mekanisme internal partai yang disepakati bersam a M elalu i pelem bagaan etika berpartai semacam itu partai-partai tidak hanya diharapkan menjadi wadah pendidikan politik dan pembentukan kepemimpinan tetapi juga bisa menjadi basis sekaligus fondasi bagi pelembagaan demokrasi ke arah yang lebih substansial

Potret buram partai-partai dan sistem kepartaian tidak akan pemah berubah apabila tidak ada upaya serius untuk mengubahnya menjadi lebih baik Dalam hubungan ini paling kurang tiga jalur dapat ditempuh untuk m engubah p a rta i-p a rta i dan sistem kepartaian yaitu ja lu r masyarakat jalur institusional dan jalur partai itu sendiri- dalam arti kesadaran para politisi untuk m engubah dirinya sendiri Pengalam an selama ini menunjukkan bahwa hampir tidak ada harapan jika kita menunggu datangnya inisiatif perubahan dari partai Oleh karena itu gabungan jalur masyarakat dan jalur institusional tampaknya tetap merupakan a lte rn a tif te rb a ik un tuk ldquom em aksardquo berlangsungnya perubahan mendasar atas partai-partai kita

M elalui ja lu r m asyarakat partai- partai dan para po litis i secara berkala diseleksi dipilih (kembali) atau ldquodihukumrdquo mdash tidak dipilihmdashdalam pemilihan umum Selain itu berbagai elemen masyarakat juga dapat mendesakkan reformasi institusional atas partai-partai terutama melalui perangkat

7 0

regu lasi yang dapat m endorong dan memfasilitasi partai-partai ke arah format yang d ikehendaki o leh sebuah sistem demokrasi yang sehat Urgensi perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik pada umumnya dan UU Partai Politik pada khususnya terletak di sini

Oleh karena itu urgensinya paling kurang terwujud pada dua konteks penting pem baharuan UU Partai Politik yakni pertam a terbentuknya sebuah UU yang dapat m endorong mdash dan kalau perlu mewajibkanmdashpartai-partai untuk mengubah karakter internalnya sehingga terwujud partai-partai yang demokratis dan terlembaga (institutionalized) Konteks kedua dari urgensi pem baharuan UU Partai Politik adalah terciptanya sebuah UU yang bukan hanya menjadi dasar bagi pem bentukan sistem kepartaian yang dianggap tepat bagi Indonesia m elainkan ju g a m em ilik i koherensi dengan sistem pem erintahan sistem perwakilan dan sistem pemilu yang berlaku

B erkaitan dengan pelem bagaan partai Huntington mengidentifikasi empat aspek yang bisa digunakan untuk menilai

Tabel 1 Aspek-aspek Institusionalisasi Partai

apakah sebuah organisasi termasuk partai politik telah terinstitusionalisasi atau tidak Aspek-aspek itu menurut Huntington adalah adaptability complexity autonomy dan coherence Tentang institusionalisasi secara sederhana H untington m erum uskannya ldquoInstitutionalization is the process by which organizations and procedures acquire value and stabilityrdquo11 Sedikit berbeda dengan itu Randall dan Svasand mengatakan bahwa institusionalisasi partai mencakup dimensi internal dan eksternal yang mencakup empat elem en ya itu systemness decisional autonomy value infusion dan reification2 Sementara itu Netherlands Institute for Multiparty Democracy (IMD) merumuskan lima aspek pelembagaan partai yang saling terkait yaitu pengem bangan demokrasi internal keutuhan internal identitas politik (ideologi) ketangguhan organisasi dan kapasitas berkampanye13

Dalam konteks Indonesia pasca- Soeharto aspek-aspek institusionalisasi partai baik yang dikemukakan Huntington Randall dan Svasand serta IMD jelas tetap re levan jik a d ihubungkan dengan problematik struktural partai yang sudah

Sum ber A spek-aspek institusionalisasi partaiHuntington (19 68 ) Adaptability

Com plexityAutonom yC oherence

Randall dan Svasand (2 0 0 2 ) Structural-internal -gt system ness Structural-external -gt decisional autonom y Attitudinal-internal -gt value infusion Attitudinal-external -gt reification

IM D (2 0 0 6 ) Dem okrasi internal Keutuhan internal Identitas politik (ideologi) Ketangguhan organisasi Kapasitas berkam panye

Sumber Randall dan Svasand (2002) dan IMD (2006)

Huntington Political Order hal 1212 Lihat Vicky Randall dan Lars Svasand ldquoParty

Institutionalization in New Democraciesrdquo dalam Party Politics Vol 8 No 1 2002 hal 13

13 IMD Suatu Kerangka Kerja Pengembangan Partai Politik yang Demokratis 2006 hal 12mdash 15

71

terwariskan sejak era 1950-an Hanya saja jika kita belajar dari pengalaman jatuh- bangunnya partai-partai sejak awal abad ke- 20 aspek kepemimpinan agaknya kurang ditekankan di dalam tiga perspektif yang dikutip di atas M em ang benar bahw a kepemimpinan personal dan kepemimpinan oligarkis bisa dipandang sebagai by product dari partai-partai yang tidak demokratis dan tidak terlembaga Akan tetapi perubahan m endasar te rhadap p a rta i-p a rta i k ita barangkali tidak akan pernah terjadi tanpa dukungan dan in is ia tif perubahan yang datang dari pemimpin-pemimpin partai yang memiliki komitmen demokratis pula

Mencari Model Sistem Kepartaian

Pembicaraan dan juga praktik tentang sistem kepartaian di Indonesia hampir selalu terjebak pada diskusi mengenai pencarian jum lah partai Ketika Soekarno akhirnya ldquomenguburrdquo partai-partai yang berkuasa pada era Demokrasi Parlementer salah satu upaya pertam a yang d ilakukannya adalah penyederhanaan partai dari segi jumlah dari 28 parta i o rgan isasi kelom pok dan perorangan yang memperoleh kursi dalam Pemilu 1955 menjadi sekitar 10 partai Partai Masyumi dan PSI yang dianggap turut terlibat dalam pem beron takan daerah serta merintangi jalannya ldquorevolusi yang belum selesairdquo disingkirkan dari panggung politik nasional di era D em okrasi Terpim pin sementara PKI dan partai-partai loyalis lainnya dirangkul

Penyederhanaan serupa diperkuat dan makin dipertajam oleh rezim Orde Baru m elalui kebijakan fusi (penggabungan) partai-partai pada 1973 dari sepuluh partai (termasuk Sekber Golkar) kontestan Pemilu 1971 menjadi hanya tiga partai politik -PPP PDI dan Golkar (yang tak pernah mau disebut sebagai partai) Setelah Soeharto dan Orde Baru tumbang menjelang Pemilu 1999 muncul 148 partai (48 di antaranya ikut pemilu) dan menjelang Pemilu 2004 tercatat 261 partai terdaftar di Departemen Hukum

dan HAM meskipun hanya 24 partai saja yang m em enuhi syarat sebagai peserta pemilu14

Apakah sistem kepartaian hanya berkaitan dengan soal jumlah partai belaka Teoritisi klasik seperti Maurice Duverger (1954) m em ang cenderung m engshyklasifikasikan tipe sistem kepartaian atas dasar jum lah Duverger m isalnya memshybedakan sistem kepartaian atas sistem dua parta i dan sistem m ultiparta i Nam un demikian berbeda dengan Duverger RobertA Dahi cenderung mengidentifikasi sistem kepartaian atas dasar tingkat kompetisi dan oposisinya di dalam serta terhadap struktur politik yang berlaku Terlepas dari jumlahnya D ahi m em bedakan em pat tipe sistem kepartaian yaitu (1) yang bersifat persaingan sepenuhnya (2) bekerja sam a bersifat persaingan (3) saling bergabung bersifat persaingan dan (4) saling bergabung sepenuhnya (Dahi 1966)

Sementara itu Jean Blondel Stein Rokkan dan Sartori selain menggunakan variabel jum lah untuk m engidentifikasi sistem kepartaian namun juga menambahkan variabel-variabel lainnya seperti ldquoukuran re la tifrsquo dari partai-partai (Blondel 1968) distribusi kekuatan minoritas di dalam partai (Rokkan 1968) dan variabel jarak ideologis antarpartai di dalam sistem kepartaian (Sartori 1976)15 Berbagai variabel tambahan tersebut menghasilkan varian atau tipe sistem kepartaian yang berbeda dan beraneka ragam sesuai dengan titik tekan sifat persaingan

14 Tentang profil partai-partai peserta Pemilu 2004 lihat Partai-Partai Politik Indonesia Ideologi dan Program 2004mdash 2009 Jakarta Penerbit Buku Kompas 2004 Dari 261 partai politik yang terdaftar di Dephukham tersebut selain 24 partai lolos sebagai peserta pemilu selebihnya mencakup 26 partai yang tidak lolos verifikasi oleh KPU 153 partai yang dibatalkan sebagai badan hukum dan 58 partai lainnya dinyatakan tidak memenuhi persyaratan UU Partai Politik No 31 tahun 2002

15 Selanjutnya lihat Peter Mair ldquoParty Systems and Structures o f Competitionrdquo dalam Lawrence LeDuc Richard GNiem i dan Pippa Norris (Eds) Comparing D em ocracies E lections and Voting in G lobal Perspective California Sage Publication Inc 1996

7 2

kecenderungan ideo log is po la re lasi antarpartai dan karakter partai-partai yang saling berinteraksi tersebut

Pertanyaannya kem udian sistem kepartaian seperti apa yang dianggap tepat bagi bangsa Indonesia dalam pengertian tak hanya koheren dengan pilihan terhadap sistem pemerintahan dan sistem perwakilan serta sistem pemilihan melainkan juga dapat m em berikan kon tribusi bagi c ita -c ita keadilan dem okrasi dan kesejahteraan rakyat

Apabila disepakati bahwa semangat sistem pemerintahan yang dikehendaki oleh UUD 1945 hasil amandemen adalah sistem presidensial maka semestinya berlaku pula sistem perw ak ilan b ikam eral sebagai konsekuensi logisnya Sebagai konsekuensi logis beriku tnya adalah bahw a sistem perw akilan b ikam eral m engharuskan berlakunya sistem pemilu distrik dan sistem distrik meniscayakan diterapkannya sistem dua-partai Praktik dem okrasi Am erika Serikat hampir selalu dirujuk sebagai contoh terbaik koherensi an tara sistem pemerintahan sistem perwakilan sistem pemilihan dan sistem kepartaian seperti ini

Tabel 2 Berbagai Tipe Sistem Kepartaian

Namun demikian hal itu tidak berarti pula bahwa model serupa benar-benar tepat bagi kebutuhan dan kondisi objektif bangsa Indonesia Pilihan terhadap sistem pemilu d is trik dan sistem d u a-parta i sebagai konsekuensi berikut dari pilihan atas sistem pemerintahan dan perwakilan tidak harus dipandang sebagai satu-satunya alternatif dalam rangka membangun demokrasi dan tata pemerintahan yang stabil efektif dan produktif Pengalam an sejum lah negara dem okrasi yang m engadopsi cam puran antara sistem distrik dan sistem proporsional serta relatif banyaknya perspektif teoritis tentang sistem kepartaian seperti dikutip di atas barangkali bisa membawa kita pada alternatif pilihan yang tidak sekadar hitam- putih Artinya meskipun koherensi antara sistem pemerintahan sistem perwakilan sistem pemilihan dan sistem kepartaian merupakan acuan dasar yang penting namun pilihan terhadap sistem pemilihan dan sistem kepartaian bisa saja berbeda atau sedikit menyimpang dari ldquokeharusanrdquo teoritis seperti dikemukakan di atas

Author Principal Criteria for Classification Principal Types of Party System Identified

Duverger (1954) Numbers of parties Two-party systems Multlparty systems

Dahi (1966) Competitiveness of opposition Strickly competitive Cooperative-competitive Coalescent-competitive Strickly coalescent

Blondel (1968) Numbers of parties Relative size of parties

Two-party systems Two-and-a-half-party systems Multiparty systems with one dominant partyMultiparty systems without dominant party

Rokkan (1968) Numbers of partiesLikelihood of single-party majoritiesDistribution of minority partystrengths

The British-German ldquo1 vs 1 + 1rdquo system The Scandinavian ldquo1 vs 3-4 system Even multiparty systems ldquo1 vs 1 vs 1 + 2-3rdquo

Sartori (1976) Numbers of parties Ideological distance

Two-party systems Moderate pluralism Polarized pluralism Predominant-party systems

Sumber Peter Mair ldquoParty Systemsrdquo dalam LeDuc Niemi dan Norris 1996 hal 86

7 3

Faktor sejarah keterbelahan kultural perpecahan politik disparitas demografis dan sensitivitas isu mayoritas-minoritas adalah variabel-variabel penting lain yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan pilihan terhadap sistem pemilihan dan sistem kepartaian Begitu pula keterbelakangan sosia l-ekonom i tidak adanya trad isi konsensus dan belum terbangunnya kultur liberal adalah variabel-variabel yang tak kalah pentingnya berkaitan dengan pilihan terhadap sistem pem ilihan dan sistem kepartaian Kegagalan sistem presidensial di sejumlah negara Amerika Latin antara lain disebabkan karena terabaikannya berbagai faktor objektif yang bersifat lokal tersebut16

O leh karena itu dalam konteks Indonesia m odel sistem m ultiparta i sederhana dengan dua parta i dom inan barangkali bisa m enjadi a lte rn a tif jik a diasumsikan bahwa pilihan terhadap sistem pemilu pun kelak akan bergerak dari sistem proporsional terbuka (sepenuhnya) untuk jangka pendek dan gabungan sistem distrik dan proporsional untuk jangka menengah dan panjang Namun demikian untuk sampai kepada sistem ldquomultipartai sederhana dengan dua partai dominanrdquo tersebut jelas tetap diperlukan reform asi institusional yang bersifat mendasar atas partai-partai politik sehingga watak dan karakternya pun secara berangsur-angsur dapat didorong untuk berubah

Arah dan Cakupan Revisi UU Partai Politik

S eperti te lah d ikem ukakansebelum nya urgensi rev isi ataupenyempurnaan UU bidang politik pada um um nya dan UU Partai P o litik pada khususnya bukan hanya dalam rangka

16 Tentang kritik terhadap sistem presidensial dan juga parlementer lihat misalnya Richard Gunther ldquoOpening a D ialogue on Institutional C hoice in Indonesia Presidential Parliamentary and Semipresidential System srdquo dalam R William Liddle ed Crafting Indonesian Democracy Bandung Mizan 2001 hal 149-178

menciptakan tata pemerintahan yang lebih efektif dan stabil melainkan juga dalam upaya menghasilkan demokrasi yang lebih produktif Bagaimanapun institusi-institusi dem okrasi seperti parta i po litik dan pemilihan umum tidaklah diciptakan untuk dan demi demokrasi itu sendiri tetapi justru sebagai alat untuk mewujudkan cita-cita keadilan dan kesejahteraan rakyat Dalam kaitan ini partai-partai yang bekerja dan terlembaga (institutionalized) dalam suatu sistem kepartaian yang efektif dengan tingkat fragm entasi sedang leb ih d iperlukan ketim bang p a rta i-p a rta i yang tidak terlembaga dalam suatu sistem kepartaian dengan tingkat fragmentasi tinggi seperti berlaku pasca-Orde Baru

Tingkat fragmentasi partai adalah produk dari pilihan terhadap sistem pemilu Seperti diketahui sistem distrik (first-pas- the-post) cenderung menghasilkan sistem kepartaian yang jauh lebih sederhana dengan dua parta i u tam a sedangkan sistem proporsional cenderung menghasilkan sistem multipartai Apabila sistem distrik dianggap rentan bagi bangsa Indonesia yang multietnik dan m u ltik u ltu ra l serta cenderung mengancam keberadaan golongan minoritas maka mekanisme koalisi bisa menjadi jalan keluar untuk menghindari sistem multipartai dengan tingkat fragm entasi yang terlalu tinggi Mekanisme koalisi yang terbentuk secara relatif permanen dapat mendorong terbentuknya budaya konsensus yang sangat diperlukan bagi efektivitas dan stabilitas pemerintahan Selain itu melalui mekanisme koalisi pa rta i-p a rta i kecil yang gagal memenuhi ketentuan electoral threshold tidak harus memaksakan diri untuk rdquolahir kembalirdquo dalam pemilu berikutnya tetapi cukup bergabung dengan partai besar yang dianggap dekat secara ideologis

Selain mekanisme koalisi tingkat fragm entasi pa rta i yang tingg i dapat dikurangi pula melalui pengaturan electoral threshold yang relatif tinggi dibandingkan yang telah berlaku dalam UU Pemilu No 12

7 4

Tahun 2003 Pengenaan electoral threshold yang tinggi m em ang tidak o tom atis m engurangi nafsurdquo elite politik untuk m em bentuk parta i baru pada pem ilu berikutnya namun setidak-tidaknya jumlah partai baru yang benar-benar baru ataupun partai lama yang rdquodipermakrdquo menjadi baru tidak akan sebanyak jika batasan electoral threshold terlalu rendah seperti dianut UU Pemilu yang berlaku dewasa ini

Berkaitan dengan upaya meningkatshykan demokratisasi internal sudah waktunya sebagian kewenangan partai tingkat pusat d idesentralisasikan ke tingkat w ilayah (provinsi) dan cabang-cabang (kabupaten kota) parta i di daerah D esen tra lisasi kekuasaan partai ini tidak hanya penting dalam hubungannya dengan upaya meningkatkan kapasitas dan kemandirian elite politik lokal melainkan juga dalam rangka m endukung agenda nasional desentralisasi dan otonomi daerah Dalam konteks pencalonan anggota leg is la tif misalnya otonomi partai di tingkat daerah dalam penen tuan caleg berpeluang mendorong para kandidat lebih bertanggung jaw ab di daerah pem ilihannya m asing- masing

Selain berbagai usulan perubahan di atas pembaharuan partai mestinya juga berkaitan dengan pengatu ran orm as onderbouw sistem keanggotaan dan pengkaderan yang lebih jelas pengaturan pendanaan partai yang lebih transparan dan akuntabel akomodasi keberadaan partai lokal serta penguatan keterwakilan kaum perempuan dalam kepengurusan partai

Dengan demikian arah revisi UU Partai P o litik m encakup sekurang- kurangnyabull Pertama penyempurnaan regulasi yang

dapat m endorong parta i-p a rta i m em perkuat kapasitas kelem bagaan ketangguhan o rgan isasi keutuhan internal penguatan identitas atau ideologi politik serta demokratisasi internal

bull Kedua penyempurnaan regulasi yang memfasilitasi berlangsungnya mekanisshy

me kerja sama dan koalisi antarpartai sehingga mengurangi niat elite politik membentuk partai baru setiap kali pemilu akan berlangsung

bull Ketiga penyempurnaan regulasi dalam kerangka membangun sistem multipartai kompetitif-sederhana melalui ketentuan electoral threshold yang relatif tinggi

bull Keempat penyempurnaan regulasi dalam rangka m engakom odasi keberadaan partai-partai lokal sebagai kontestan pemilu daerah dan partai-partai nasional sebagai kontestan pemilu nasional dan pemilu daerah

bull Kelima penyempurnaan regulasi dalam rangka desentralisasi kekuasaan partai di satu pihak dan penguatan kedaulatan anggota partai di pihak lain

Penutup

Terlepas dari pandangan setuju atau tidak setuju terhadap berbagai gagasan dan usu lan reform asi keparta ian yang dikemukakan di atas namun pesan utama yang ingin disampaikan melalui makalah pendek ini adalah pertam a penataan kehidupan politik ke depan hendaknya lebih terarah konsepsional dan konsisten sehingga perubahan yang bersifat tambal-sulam bisa dihindari Kedua setiap pilihan terhadap perubahan politik hampir pasti membawa dampak dan risiko politik Oleh karena itu hal ini diperlukan suatu desain besar yang bersifat komprehensif dan koheren tentang arah penataan kehidupan politik sehingga dampak dan risikonya bisa diperhitungkan serta diantisipasi lebih dini Ketiga dalam konteks perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik desain besar serupa d iperlukan agar p ilihan atas sistem kepartaian misalnya koheren dengan pilihan atas sistem pemilu sistem perwakilan serta sistem pemerintahan kendati penting juga untuk segera dicatat bahwa koherensi tidak selalu bisa menjamin bahwa setiap pilihan benar-benar sesuai dengan kebutuhan objektif bangsa kita

7 5

Lampiran

Beberapa Usulan Revisi UU Partai Politik)

Materiisu Praktik Problematik Ideal Usulan PerbaikanSistemkepartaian

Partai m assa multipartai

Tidak disiplin kesulitan dana konflik internal

Multipartai dengan dua partai dominan

Penyederhanaan partai m elalui koalisi perm anen atau pemilu sistem distrik

Partai pesertapemiluberikutnya

Mem enuhi electoral threshold 3

Kekuatan di parlem en tidak signifikan untuk kem enangan politik

Multipartaisederhana

Perlu peningkatan electora l threshold m enjadi 5 -10

Struktur danorganisasikepartaian

Sentralistik Tidak demokratis Desentralisasi Perlu desentralisasi partai nasional Pem bentukan partai lokal

Onderbouwpartai

Tidak diatur tapi setiap partai memiliki organisasi onderbouw

Responsibilitas dan akuntabilitas ormas onderbouw rentan

Pem isahan antara politica l soclety dengan clv il society

Perlu diatur dalam UU pem bedaan antara orm as pada um um nya dan onderbouw partai khususnya

Sistemkeanggotaan

Terlalu longgar dan bersifat pasif

Tidak disiplin jum lah anggota partai tidak jelas

Keanggotaan partai terdata dgn jelas dan bersifat aktif

Keanggotaan partai terdataPeningkatan kualitas keanggotaan partai

Kepengurusanpartai

Tidakprofesionalkarenaperangkapanjabatan partaidan jabatanpublik

Kinerja partai tidak efektif akibat konflik kepentingan

Jabatan di partai dan jabatan publik mestinya bersifat profesional

Perlu ada larangan perangkapan jabatan partai dan jabatan publik

Keuanganpartai

Sum berpenggunaan dan pelaporan tidak transparan

Manipulasi dana publik

Transparansidanakuntabilitas

Perlu pengaturan transparansi dan akuntabilitas partai lebih

Koalisi partai Tidak ada dlm regulasi tapi ada dlm praktek

Instabilitas daninefektifitaspemerintahan

Tradisi koalisi terlem baga

Perlu pengaturan tentang koalisi

Ideologi partai Partai dengan banyak ideologi

Am bivalensi dan manipulasi ideologi visi dan platform partai tidak jelas

Satu partai satu ideologi

Regulasi perlu m em bedakan ideologi negara dengan ideologi partai

Partai nasional dan partai lokal

T idak diatur Tidak ada payung hukum bagi partai lokal di Aceh

Pem ilu nasional diikuti partai nasional pemilu daerah diikuti partai nasional dan partai lokal

Perlu diatur dalam regulasi klasifikasi partai nasional dan partai lokal

) Keterangan M atriks revisi UU Partai Politik ini adalah salah satu produk tim Pusat Penelitian Politik LIPI selain matriks revisi UU bidang politik lainnya (UU Pem ilu UU Pilpres UU Susduk UU Pem da) dalam rangka

perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik m enjelang Pem ilu 2009

7 6

R e su m e

MERENTAS JALAN PANJANG PERDAMAIANNEGARA amp MASYARAKAT DALAM RESOLUSI KONFLIK

Syafuan Rozi

Abstract

H orizontal conflicts that occured in Central Sulawesi Maluku and North Maluku have caused more than f iv e thousands casualties and more than f iv e hundred thousands IDPs in North Sulawesi The conflict has segregated the society into separa ted communities that live base on religion Islam and Christian Research on anatomy o f violence in Indonesia has show ed a great developm ent since 1990s The research was only focu sed on dominant actors and groups The research seldom included religious leaders local leader and youth leader neither had it involved IDPs as research object Therefore this research suggests a developm ent o f people economic model that create cooperation between each members o f society The model itselfcan generatefam ily base economic empowerments thatprom ote communalization am ongand intra-society Base on that idea fo lksfestiva l been held periodically with each villages can produce its special craft andproduct F o lk rsquos fes tiva l can act as peacem aker in annihilating reason fo r conflict Local wisdom such as panas pela hibualam o need to be introduced arnong generations o f people

Pendahuluan

Keterlibatan negara dan masyarakat dalam resolusi konflik di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara

relatif beragam sesuai keadaan setempat saat darurat militer darurat sipil dan tertib sipil Untuk kasus Poso di Sulteng sampai tahun 2006 (era Presiden SBY) daerah ini masih m engalam i kondisi pem bunuhan penembakan dan pengeboman sporadis Daerah ini pun masih ada gejala weak state (lemah) atau failure state (gagal) de-eskalasi konflik di Poso Langkah perlucutan senjata dan penghentian kekerasan tampaknya relatif belum berhasil dituntaskan Kondisi Ambon Maluku pun awalnya demikian Bila ditinjau

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Syafuan Rozi (koordinator) Dhuroruddin Mashad Emilia Yustiningrum Moch Nurhasim Tri Ratnawati Heru Cahyono dan Septi Satriani dengan fokus kasus Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara

Penulis adalah peneliti pada Bidang Penelitian Politik Nasional P2P LIPI Jakarta

dari tahapan resolusi konflik kondisi Ambon saat ini masih dalam tahap persiapan untuk menuju peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Beberapa indikator kondisi konflik masih belum sepenuhnya menuju ke arah peace building karena tahap intervensi konflik masih terlalu banyak persoalan untuk bisa dilalui

Penelitian ini mengkaji keterlibatan negara dan masyarakat dalam proses resolusi konflik dan bagaimana pola hubungan negara dan masyarakat yang berlangsung dalam resolusi konflik tersebut Data menunjukkan resolusi konflik baru melewati de-eskalasi konflik untuk kasus Poso (Sulteng) dan tahap intervensi kemanusiaan untuk kasus Ambon di Maluku (Temate Tidore Jailolo Tobelo) dan di Maluku Utara Walaupun begitu suatu program sudah mulai diletakkan sebagai dasar bagi tahap problem solving orientation dan peace building dengan indikasi d ih idupkan kem bali adat dan ikatan

7 7

persaudaran (hibuolamo panas-pela baku- bae Sintuwu Maroso) Masalah relokasi pengungsi trauma healing pascakonflik dan pem berdayaan ekonom i lokal belum mencapai titik yang menggembirakan1

Catatan Penyembuhan Luka Bangsa

Terjadinya konflik horizontal di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara telah berdampak lebih kurang lima ribuan orang meninggal dunia dan sekitar lima ratus ribu orang menjadi pengungsi ke Sulawesi U tara dan sekitarnya K onflik itu telah membelah masyarakat (segregasi pemukimshyan) menjadi komunitas yang tinggal berpisah mengelompok berdasarkan agama Islam dan K risten P en e litian ten tang anatom i kekerasan di Indonesia telah mengalami banyak perkembangan sejak tahun 1990 S tudi-studi yang pernah d ilakukan sebelum nya m enunjukkan bahw a penanganan konflik di daerah-daerah yang dilanda konflik horizontal memperlihatkan kecenderungan yang masih elitis dengan keterlibatan aktor atau kelompok dominan tertentu saja dengan tidak m elibatkan masyarakat (tokoh adat tokoh agama tokoh muda laki-perempuan para pengungsi) yang justru paling menderita akibat konflik

Konflik Poso umpamanya terlalu kompleks jika dianalisis hanya berdasar urutan peristiwa mengingat intensitas dan ekstensitas wilayah dan pelaku konflik antarperistiwa memperlihatkan perbedaan sangat mendasar Pada konflik Desember 1998 dan April 2000 intensitas dan wilayah konflik sangat terbatas di sebagian kecil kecamatan kota Namun mulai bulan M ei- 1

1 Lemahnya koordinasi dan strategi dalam penanganan konflik dengan alasan bahwa TNI dan Polri takut dianggap melanggar hukum dan HAM Faktor ini menandai bahwa Indonesia belum memiliki ldquotoolsrdquo atau perangkat hukum dan operasional yang mengatur bagaimana TNI dan Polri difungsikan untuk melakukan pengamanan konflik Akibatnya aparat keamanan kurang maksimal berperan dan kelihatan tidak profesional sebagai syarat untuk melakukan de-eskalasi konflik dalampengertian membuka jalan bagi adanya perdamaian

Juni 2000 d ilan ju tk an Juli 2001 dan November-Desember 2001 konflik menjadi sangat akut di Poso dan mengarah pada upaya menihilkan eksistensi lawan terlihat dari realitas korban tanpa pandang bulu termasuk perempuan dan anak-anak Telah terbangun solidaritas kelompok secara tegas melalui ideologisasi konflik berdasar isu agama dan etnisitas sehingga konflik menjadi bersifat sangat in tensif (kekerasan dan korban) dan ekstensif (wilayah dan pelaku)

Sementara konflik yang meletus di Maluku Utara 1999-2000 dapat dikatakan merupakan dampak atau rentetan konflik yang sebelumnya pecah di Ambon Kecuali itu pembentukan dan pemekaran kecamatan Malifut turut memiliki andil dalam memicu konflik karena kebijakan tersebut telah m enim bulkan ke tidaksenangan dari masyarakat suku Kao (beragama Kristen) yang merupakan penduduk asli terhadap suku M akian (beragam a Islam ) yang pendatang Kerusuhan horizontal yang telah menjadi pertempuran massal ini memakan korban jiw a sangat besar K onflik berlangsung secara bergelombang dengan identitas agama yang kuat Pelajaran dari kebijakan pemekaran wilayah di saat negara melemah (weak state) ini menjadi mahal Kegagalan ldquopem biaranrdquo dan kelemahan negara dalam melakukan de-eskalasi konflik perlucutan senjata penegakan hukum mengawal akuntabilitas dana intervensi kemanusian untuk tidak dikorupsi membuat peran negara yang baik dalam resolusi konflik cenderung belum mudah untuk dicapai

Di Poso sejak awal konflik meletus tahun 1998 sebagian besar elem en masyarakat telah secara mandiri membangun in is ia tif untuk m engakhiri konflik dan berusaha mencegah terjadinya konflik yang lebih besar Para tokoh dua kom unitas mengadakan pertemuan Tagolu dan sepakat untuk berusaha menghentikan konflik dan bersam a-sam a m em berantas penjualan minuman keras yang mereka nilai sebagai

7 8

ldquobiang-kerokrdquo penyulut konflik Namun provokasi dari yang berkepentingan bagi terjadinya konflik (conflict by design) lebih in ten s if d iso sia lisasik an di lapangan sehingga hal itu termentahkan dan berulang Mengimbangi provokasi ini ada sebanyak 129 tokoh masyarakat dan tokoh agama antikonflik mengadakan kesepakatan Poso tanggal 8 Januari 1999 Mereka menyerukan agar masyarakat menghentikan segala bentuk perselisihan Bahkan pertemuan tersebut ju g a m enyepakati un tuk m enyerukan pengadilan bagi penggerak kerusuhan di Poso

Namun akar problematika Poso tidak tersentuh dalam kesepakatan bahkan oleh kebijakan negara dalam mencegah konflik yang lebih luas Akibat realitas ini konflik laten masih mengkristal dan mereka yang berkepen tingan terus m em provokasi m asyarakat m elalui celah berbagai isu Herman Parimo hanyalah satu dari aktor yang muncul ke permukaan tetapi aktor-aktor di belakang layar masih tetap melanjutkan ldquokasak-kusukrdquo Sekecil apa pun persoalan yang terjadi hal ini terlalu gampang di-blow- up sebab sentimen komunitas keagamaan sudah te rlan ju r d ijad ikan a la t dalam mengeksploitasi konflik2

2 Melihat realitas bahwa konflik antarkomunitas keagamaan ini terlalu mudah disulut suatu inisiatif yang bersifat mikro memang ada untuk mencegah melebarnya konflik ke wilayah mereka Salah satunya adalah Kesepakatan Tokorondo antara kepala Desa Tokorondo (Muslim) dengan kepala Desa Masani (Kristen) pada tanggal 25 Mei 2000 Mereka sepakat untuk saling melindungi kedua desa bila salah satu diserang Namun kesepakatan tersebut tidak mampu menahan gempuran provokasi Warga Desa Masani (Kristen) tidak mampu membantu membendung serangan ke Desa Tokorondo 27-28 Mei 2000 Kesepakatan mikro lintas komunitas Islam-Kristen telah dihancurkan oleh kekuatan lain (massa) dari luar kedua desa yang akhirnya memaksa mereka terlibat atau setidaknya kena imbas dari konflik Upaya-upaya damai skala mikro memang banyak dilakukan tetapi tak mampu bertahan dari pemaksaan pelibatan konflik oleh massa yang terprovokasi Bahkan pada Mei -Juni 2000 konflik mencapai puncak eskalasi baik dari segi wilayah konflik jumlah pelaku konflik maupun dari segi korban kekerasan Dalam konteks ini sesuatu telah terjadi dengan apa yang disebut tragedi kemanusiaan di Poso Solidaritas lintas wilayah mulai bermunculan dan segi ideologis konflik telah mengkristal Di kalangan Kristen solidaritas ini meliputi Laskar Manguni Laskar Kristen dan lain-lain yang tak teridentifikasi Di kalangan Islam sejak Juni 2001 hal ini berkenaan dengan kedatangan pendukung dari orang-orang yang tergabung dalam Laskar Jihad

N am un elem en-elem en pro- perdamaian di lingkungan masyarakat tidak putus harapan Inisiatif tetap bermunculan Rujuk Sintuwu Maroso yang dihadiri tokoh adat dari 13 kecamatan yang ada di Poso merupakan contohnya Jadi hal ini berbeda dengan inisiatif-inisiatif kesepakatan yang lebih dipijakkan pada perspektif komunitas keagam aan sehingga basis pesertanya m ewakili dua kom unitas agama Islam - K risten Pada R ujuk Sintuw u M aroso pijakannya berada pada perspektif adat Bahkan untuk menekankan perspektif adat kesepakatan pun dirumuskan dalam bahasa lokal Pamona Namun inisiatif penyelesaian konflik melalui pendekatan adat ini ternyata tak mampu menghentikan kekerasan Ketika realitas konflik lebih diideologisasi secara kental oleh isu kom unitas keagam aan pendekatan kultural dalam situasi konflik yang masih berada pada puncak eskalasi menjadi tidak terlalu berarti

Ketika Deklarasi Malino (Desember 2001) dikumandangkan dan ternyata berhasil menjadi momentum bagi terjadinya de- eskalasi konflik upaya-upaya damai yang digerakkan oleh inisiatif masyarakat baru memperlihatkan efektivitasnya Di berbagai tempat dilakukan inisiatif perdamaian yang dilakukan atas inisiatif masyarakat meski berbagai kegiatan itu memang bermuara pada upaya mengimplementasikan kesepakatan Malino Kegiatan-kegiatan yang berasal dari akar rumput ini meliputi bermacam-macam kegiatan mulai dari pertandingan olah raga kesenian maupun berbagai kegiatan kultural Kriesberg berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat interaksi dan saling-ketergantungan antara pihak-pihak yang tadinya berkonflik akan semakin membatasi munculnya konflik baru M unculnya saling pengertian dan berkembangnya norma-norma bersama juga akan dapat mencegah konflik3 Pendapat tersebut senada dengan Asutosh Varshney

3 Louis Kriesberg Constructive Conflicts From Escalationto Resolution (Maryland Rowman and Littlefield Publisher Inc 2003) hlm 384

7 9

yang mempelajari konflik antara penganut Islam dan H indu di India V arshney m engatakan bahw a ik a tan p erta lian hubungan antara etnispemeluk agama yang berbeda dapat mencegah konflik4

Civil society (CS) kemudian cukup berperan dalam membuka ruang publik dan interaksi sosial yang re la tif ink lusif di A m bon K hususnya kelom pok LSM akademisi dan tokoh-tokoh agamaadat tokoh masyarakat yang berorientasi dan berinteraksi lintas agamasuku sejak awal m unculnya konflik h ingga de-eskalasi konflik dan rekonsiliasi lewat panas pela bisa sangat berperan Pembukaan dan perluasan ruang-ruang publik public spaces) dalam rangka saling berbaikan (baku bae) seperti pasar-pasar terminal-terminal kantor-kantor pem erintah lapangangedung olahraga sekolah-sekolah di Ambon Maluku yang saat ini bisa diakses baik oleh kelompok Islam maupun Kristen -d i tempat-tempat tersebut mereka tidak lagi eksklusif tapi mulai mencairrelatif inklusif- sebelumnya cukup banyak d ifa s ilita s i o leh LSM (term asuk dengan dukungan LSM in ternasional) dan para tokoh lokal Pem erin tah (pusat dan daerah) ikut membantu inisiatif tersebut sehingga nampak di sini adanya sinergi dari pelbagai kekuatan (negara dan masyarakat) Adanya relasi yang signifikan antara hadirnya public space dengan mencaimyameningkatnya interaksi sosial lintas agamasuku di Ambon tersebut menunjukkan kebenaran teori Kriesbeg dan Varshney

Bila ditinjau dari tahapan resolusi konflik kondisi Am bon saat ini sudah m encapai tahap peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Disebut ldquoawalrdquo karena segregasi tempat tinggal berdasarkan agam a m asih sangat terasa Segregasi pemukiman bisa pula dilihat sebagai salah satu upaya jangka pendek untuk mendukung

4 Asutosh Varshney Ethnic Conflict and Civic Life Hindus and Muslim in India ( New York Yale University Press 2002) hlm 363

resolusi konflik itu sendiri Hal ini mengingat secara h is to ris m ulai zam an kolonial Belanda masyarakat Ambon Islam-Kristen telah ldquoterbiasardquo hidup terpisah berdasarkan pem ilahan agam a (w arisan keb ijakan diskriminatif dan devide et impera Belanda di M aluku)5 Nam un untuk ke depan m asyarakat A m bon yang ideal adalah masyarakat yang plural dan demokratis yang diikat oleh kearifan lokal yang mereka bangun Masyarakat Ambon saat ini terlihat te lah m em ilik i sem acam daya tahan (resilience) terhadap provokasi Kondisi ini lahir antara lain karena difasilitasi dengan kinerja aparat pemerintah (TNIPolri dan pemda) yang semakin profesional dan mulai adanya usaha-usaha penegakan hukum6

Bila dibandingkan dengan Ambon dan Poso wilayah Maluku Utara melewati proses resolusi konflik yang lebih cepat kendati proses menuju perdamaian sejati tetap harus dilaksanakan secara perlahan Proses resolusi konfliknya ditandai dengan relatif kuatnya dukungan masyarakat kepada negara dan p ihak yang m engupayakan perdamaian ditambah lagi sikap terbuka pemangku adat dan agama terhadap konsep perdamaian yang dimotori oleh militer dan pem erin tah Di Ja ilo lo m asyarakat menyambut baik pembentukan Tim 30 yang cenderung diprakarsai oleh pihak militer Begitu pula di Tobelo masyarakat merespons positif prosesi awal penjemputan pengungsi Muslim yang diprakarsai oleh pemerintah daerah

Hasilnya terlihat dengan jelas di Tobelo Resolusi konflik tergolong beijalan dengan cepat padahal pada kenyataannya Tobelo (dan juga Galela) merupakan wilayah

5 Richard Chauvel Nationalists Soldiers and Separatists (Leiden KITLV Press 1990)

6 Pemilu leg isla tif 2004 dan pilpres langsung telahberlangsung dengan sukses di Ambon Hasil pemilu tersebut juga bisa dipandang sebagai bentuk lain dari resolusi konflik Hal ini merupakan langkah awal penciptaan kestabilan baru dan demokratisasi di daerah bekas konflik tersebut Pilkades juga telah berlangsung di beberapa tempat di Pulau Ambon dan Lease (Maluku Tengah)

8 0

konflik terpanas Faktor terpenting yang membuat proses perdamaian di Maluku Utara berbeda dan lebih maju dibandingkan dengan di Ambon dan di Poso ialah menyangkut struktur sosial masyarakat setempat di mana antara Muslim dan Nasrani praktis terdapat hubungan kekeluargaan dalam satu marga Hal ini terutama dijumpai di tiga wilayah yakni Tobelo-Jailolo-Bacan di mana di dalam satu marga ada yang beragama Islam dan ada yang Nasrani Walau agak kurang menonjol hubungan kekeluargaan marga antara yang M uslim dan N asrani juga terdapat di Galela dan Halmahera Barat7

P enelitian ini m enem ukan ada beberapa perbedaan yang cukup signifikan antara proses perdamaian di Jailolo Tobelo dan Temate Untuk wilayah Jailolo peran tokoh agama lebih sentral dibanding dengan tokoh adat Hal ini berbeda dengan di Tobelo yang peran tokoh adat justru lebih didengar karena pada dasarnya pemangku adat di Tobelo adalah wakil dari tokoh-tokoh agama dari kedua belah pihak Hal ini pun tercermin pada tradisi yang selama ini berkembang dan hidup di Tobelo di baw ah payung Hibualamo Perbedaan ini tidak m engherankan karena di Jailo lo tidak mengenal rumah besar yang dijadikan tempat pertem uan adat seperti H ibualam o sebagaimana dijumpai dan dipelihara di Tobelo Memang di Jailolo semacam rumah adat ada yang bernama Saboa tetapi rumah ini hanya ditemukan di kampung-kampung terutama yang beragama Nasrani Rumah Saboa tidak lebih hanya merupakan rumah adat kecil yang menaungi satu komunitas

7 Kesediaan secara ikhlas untuk melupakan dendam dan menerima kenyataan serta bersikap tidak lagi menoleh ke belakang membuat proses perdamaian di Maluku Utara cepat terwujud Di samping itu perasaan lelah berkonflik dan kesadaran bahwa tidak ada yang diuntungkan dengan konflik ini membuat mereka mau duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi untuk melaksanakan perdamaian Walau terdapat semacam rasa curiga dan kekhawatiran ketika pertama kali bertemu setelah peristiwa kerusuhan akan tetapi pada akhirnya mereka dapat saling menerima kembali

(Nasrani) saja8 Proses damai di Jailolo ditandai pula

dengan pembentukan Pasar Kaget Akadiri Jailolo Pasar sebagai transaksi pertukaran kebutuhan manusia secara tak disengaja justru mempercepat proses perdamaian di kalangan m asyarakat Jailolo Pasar ini awalnya hanya terbatas digunakan oleh pihak N asrani yang m em butuhkan kebutuhan pokok karena pasar resmi yang didirikan oleh pemerintah tidak beroperasi selama konflik terjadi Pasar yang terletak di kompleks asrama militer muncul pertama kali sekitar tahun 2002 sebagai jawaban akan kebutuhan para pengungsi akan bahan pokok Perlahan- lahan dengan semakin berkembangnya rasa aman dan kepercayaan yang timbul di antara kedua komunitas membuat pasar ini semakin ramai dan interaksi kedua komunitas semakin terjalin lancar

Proses resolusi konflik yang agak berbeda dapat dilihat di Tobelo Masyarakat Muslim dan non-Muslim Kecamatan Tobelo Halmahera Utara Maluku Utara akhirnya sepakat m engakhiri perm usuhan yang d iw ujudkan dalam dek larasi dam ai masyarakat pada 19 April 2001 di Lapangan A dat H ibualam o Perjan jian dam ai ini dimotori oleh 12 tokoh agama (6 orang wakil dari Nasrani dan 6 orang wakil dari Muslim) Inti dari deklarasi damai ini antara lain sepakat untuk menghentikan permusuhan tidak saling m enghina m elecehkan mempermalukan menghormati menjaga dan melindungi tempat ibadah dan umatnya serta

8 Peran yang sentral antara tokoh adat dan agama ini tidak kita temui pada proses perdamaian di Temate Temate merupakan ibu kota provinsi yang kontrol pemerintah (daerah dan pusat) cenderung dominan sehingga proses perdamaian cenderung lebih efektif dilaksanakan oleh pemerintah tanpa bantuan tokoh adat dan agama Peran yang seharusnya diemban oleh Sultan Temate sebagai sim bol pemersatu adat dan agama ternyata gagal disandang oleh Sultan Temate dalam menghadapi konflik di Maluku Utara pada waktu itu Hal ini dapat kita lihat pada waktu Sultan Temate gagal berdiri secara netral dalam kasus perebutan wilayah antara Kao dengan Malifut Sikap Sultan ini cenderung dibaca sebagai ketakutan Sultan akan kehilangan basis dukungantradisionalnya

S U

mengupayakan kehidupan yang harmonis serta tidak mengenang dan melupakan masa lalu serta tidak saling menyalahkan atau membenarkan diri dan orang lain9

Prospek Perdamaian di Tanah Bergolak

A Poso

Saat ini cenderung telah memasuki m asa rek o n silia si kon flik w alaupun pembunuhan sporadis masih teijadi Perang terbuka berskala besar sudah tidak ada lagi Momentum de-eskalasi terutama teijadi sejak disepakatinya deklarasi M alino Namun demikian dalam konstelasi kehidupan Poso ke jad ian yang berupa penem bakan pemboman dan juga kekerasan individual secara sporadis ternyata masih muncul Apa dan mengapa hal itu teijadi Apakah hal itu masih merupakan bagian perpanjangan dari konflik Untuk mendapatkan jawaban secara pasti hal ini terlalu sulit Sebab analisis yang muncul memang beraneka ragam Suatu analisis melontarkan tuduhan pada aparat keam anan yang d isebu t tidak re la membiarkan Poso menjadi aman kembali dan berusaha mempertahan status quo berupa Poso yang ldquoAman Tapi Mencekamrdquo (ATM) sehingga proyek ldquokeamananrdquo bagi Poso dapat terus dinikmati Namun analisis lain menilai kekerasan sporadis dapat pula dilakukan oleh para korban konflik Poso yang merasa tidak puas terhadap penanganan dan penegakan hukum pemerintah

K ekerasan sporad is dapat pula dianalisis sebagai sebuah rekayasa yang dilakukan oleh kelompok elite yang terancam oleh tangan-tangan hukum Di antara mereka terutama mencakup para pelaku penyimpangshyan dana bantuan yang disalurkan untuk

9 Mereka juga sepakat untuk tidak lagi menggunakan simbol agama apabila terjadi perkelahian antar penduduk sebaliknya saling menolong dan bekerja sama dalam mencari nafkah Deklarasi damai ini kemudian ditindaklanjuti melalui program pemulangan pengungsi Muslim Tobelo yang selama setahun terkatung-katung nasibnya di Temate ke Tobelo Ribuan pengungsi Muslim berasal dari Desa Gamsungi Guruwa Popilo dan Desa Luari lalu disambut oleh pihak sebelah (Kristen) di lapangan Hibualamo

membangun kembali Poso Sebagai upaya penyelamatan mereka melakukan berbagai langkah kekerasan un tuk m em ancing kembali teijadinya konflik antarkomunitas sehingga aparat akan lebih terkonsentrasi lagi menangani persoalan konflik10

B Ambon

Kurang maksimalnya peran negara dalam manajemen de-eskalasi konflik dan intervensi kemanusiaan di Ambon Maluku cenderung m erupakan kesalahan fatal Apalagi pemerintah daerah terkesan hanya menunggu program-program dan dana dari P em erin tah Pusat O leh karena itu penyelesaian konflik di Am bon dapat dikatakan masih ldquosetengah hatirdquo dan belum m enyentuh secara tun tas akar-akar masalahnya Namun di lain pihak suatu kesadaran di kalangan masyarakat Ambon (baik Islam maupun Kristen) telah tumbuh untuk berdamai dan hidup kembali secara normal karena ldquosudah lelahrdquo berperang Proses pem belajaran dari konflik telah mereka dapatkan sekarang sebagaimana pepatah mengatakan bahwa ldquomenang jadi arang kalah jadi aburdquo

Meskipun denyut kehidupan kota Ambon saat ini sudah semakin ldquonormalrdquo pemerintah tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya begitu saja Komitmen pemerintah untuk melaksanakan janji Inpres No62003 untuk m embantu pem bangunan kembali Ambon Maluku serta ikut menyelesaikan

10 Analisis lain memaparkan bahwa kekerasan teijadi sebagai perpanjangan dari dinamika politik lokal Jika di era sebelum konflik didominasi oleh kelompok Islam maka pada era pascakonflik yang teijadi justru sebaliknya yakni dominasi kelompok Nasrani Penjungkirbalikan penguasaan sumber-sumber politik teijadi terutama seiring dengan diberlakukannya kebijakan pemekaran daerah Poso sehingga mengubah komposisi kependudukan yang di era sistem politik berdasar pemilihan langsung sangat berimplikasi pada struktur penjabat di lingkungan legislatif dan eksekutif Memang pengalaman traumatis akibat konflik menyebabkan kedua kelompok sangat berhati-hati untuk mencegah meletusnya konflik yang baru Namun power sharing yang muncul di Poso ldquobarurdquo pascapemilu legislatif 2004 dan Pilkada Juni 2005 jika tidak dikelola sangat dengan mudah memunculkan konflik baru dengan substansi seperti yang lama

8 2

masalah pengungsi masalah kepemilikan tanah bangunan m antan pengungsi pengangguran dan penciptaan lapangan keija serta tugas pemda mewujudkan good local governance tidak bisa ditunda-tunda dalam rangka mengisi dan memelihara momentum rekonsiliasi Bila tidak stabilitas yang masih rapuh saat ini akan kembali hancur Isu ekonomi di Ambon saat ini cenderung telah m ulai m enggeser isu p o litik dan isu kekerasaan

C Maluku Utara

Masa depan perdamaian di Maluku Utara boleh dikatakan masih tetap terbuka Setelah hampir dua tahun saling bunuh telah m em buat m asyarakat le lah Sebagian pengungsi mulai kem bali ke desa yang mereka tinggalkan dan beberapa desa yang tercabik mulai m elakukan upaya-upaya pemulihan Kecuali Tidore di semua wilayah bekas konflik di Malut sebenarnya telah tercapai suatu po la pem ukim an yang memunculkan semacam pembauran relatif Setidaknya hal ini dilihat secara fisik di mana di dalam sebuah desa antara pemeluk Islam dan N asrani sudah dapat hidup berdampingan Pembauran secara fisik dalam pola pemukiman maupun di lingkungan kerja tesebut telah mendorong mulai terjalinnya kontak sosial dan komunikasi sosial yang lebih intens di antara Muslim dan Nasrani walaupun di sisi lain secara umum ada konfigurasi wilayah yang berubah

Perubahan konfigurasi dimaksud ialah kalau dulu konsentrasi pemukiman Nasrani dijumpai di Temate sebelah Utara dan atau di Indonesia di samping tentunya banyak terdapat di Halmahera Utara tetapi kini konfigurasinya berubah dan pusat pemukiman Nasrani berpindah dan lebih terkonsentrasi di Tobelo-Galela atau ke Jailolo Tobelo-Galela kini praktis lebih merupakan daerah yang didominasi oleh mayoritas penduduk Nasrani baik dilihat dari jumlah penduduk maupun penguasaan atas kehidupan ekonomi dan politik setempat Kecenderungan berbeda kita jumpai di Tidore kini Tidore menjadi semakin homogen dan mungkin menambah kesan eksklusif sebagai sebuah wilayah Muslim Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa sebagian besar warga Nasrani memilih tidak kembali ke Tidore karena masyarakat Nasrani Tidore kini terbuka peluang untuk kembali ke tempat yang dirasa lebih ldquonyamanrdquo yakni di Tobelo- Galela-Jailolo kendati di wilayah-wilayah itu antara Muslim dan Nasrani telah belajar untuk kembali hidup bersama secara berdampingan

Resolusi konflik merupakan suatu term ino log i ilm iah yang m enekankan kebutuhan untuk melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka dan membagi proses penyelesaian konflik dalam beberapa tahap sesuai dengan dinamika siklus konflik yakni tahapan de-eskalasi konflik dan intervensi kemanusian dan negosiasi politik Persiapan dan pelaksanaan tahapan problem-solving approach dan tahapan peace building di ketiga wilayah cenderung belum tercapai terutama untuk kasus Poso yang masih lsquojalan di tem p atrsquo pada tahap de-eskalasi dan intervensi keamanan

D alam kon teks te rten tu power sharing keterwakilan etnisitasagama selain kem am puan dalam penetapan bupati (pilkada) di Maluku dan Maluku Utara bisa jadi dianggap sebagai upaya problem-solving approach Upaya menghidupkan Hibualamo program untuk anak di daerah konflik LSM Save The Children di Halut model desa multikultural Wayame di Ambon program focal-point Depsos dan Depag Jembatan Perdam aian dan Forum K om unikasi A ntarum at Beragam a diharapkan bisa menjadi embrio tahapan peace building yang operasional dan berdam pak nyata di kemudian hari

Catatan Penutup

Keterlibatan negara dan masyarakat dalam proses resolusi konflik di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara relatif beragam sesuai keadaan setempat ketika mengalami status darurat militer darurat sipil dan tertib sipil Poso di Sulteng sampai tahun 2005 (era P residen SBY) masih m engalam i kond isi pem bunuhan penembakan dan pengeboman sporadis Hal ini menunjukkan masih ada gejala weak state (negara lemah) atau failure state (negara gagal) de-eskalasi konflik di Poso Langkah perlucu tan sen ja ta dan penghentian kekerasan tampaknya relatif belum berhasil d ilakukan A parat yang m estinya m em adam kan konflik pada aw alnya

8 3

cenderung tidak netra l atau berp ihak membela satu kelompok Bisnis persenjataan dan rasa aman cenderung terasa ada dan tiada Keadaan seolah-olah telah aman tetapi masih mencekam Entry-point pihak ketiga untuk mendamaikan masih belum berhasil

Kondisi Ambon Maluku pun awalnya demikian Bila ditinjau dari tahapan resolusi konflik kondisi pada saat penelitian dilakukan masih dalam tahap persiapan untuk menuju peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Beberapa indikator kondisi konflik masih belum sepenuhnya menuju ke arah peace building karena tahap intervensi konflik masih terlalu banyak persoalan Baru disebut ldquoawalrdquo karena pengaturan hubungan sosial dalam bentuk segregasi tempat tinggal berdasarkan agama masih sangat jelas dan kemampuan pelibatan untuk masuk lewat program rekonsiliasi relatif kurang berjalan maksimal dan dampaknya cenderung belum terlalu besar Namun segregasi tersebut bisa pula dilihat sebagai salah satu upaya jangka pendek untuk mendukung resolusi konflik itu sendiri12

Peran negara dan m asyarakat di Maluku Utara relatif berhasil dalam de- eskalasi konflik dan negosiasi perlucutan senjata re la tif berhasil di Kao Ternate Tidore Tobelo dan Jailolo Pendekatan budaya Hibualamo pun sudah dilakukan di

12 Suatu kecenderungan peralihan kekuasaan dari masa otoritarian dari Soeharto ke BJ Habibie membutuhkan adaptasi karena persoalan-persoalan krisis politik dan ekonomi yang mereka hadapi terlalu besar dengan kapasitas pemerintahan yang rendah dan legitimasi politik yang kurang Bahwasanya penanganan konflik diserahkan ldquosepenuhnyardquo kepada aparat keamanan dengan kontrol yang amat rendah Peran Pemerintah Pusat yang kurang maksimal dalam de-eskalasi konflik tidak ditopang oleh peran pemerintah daerah yang seharusnya dapat menjadi aktor implementasi atas kebijakan-kebijakan de-eskalasi konflik Namun peran ini tampaknya kurang dimaksimalkan karena koordinasi penanganan konflik dikendalikan oleh pihak militer Lemahnya koordinasi dan strategi dalam penanganan konflik dengan alasan bahwa TNI dan Polri takut dianggap melanggar hukum Faktor ini menandai bahwa Indonesia belum memiliki ldquotools of lawrdquo atau perangkat hukum yang mengatur bagaimana TNI dan Polri difungsikan untuk melakukan pengamanan konflik Akibatnya aparat keamanan kurang maksimal berperan dan kelihatan tidak profesional sebagai syarat untuk melakukan de-eskalasi konflik dalam pengertian membuka jalan bagi adanya perdamaian

Halmahera Utara Namun demikian hal ini menim bulkan m asalah dalam intervensi kemanusiaan yaitu penanganan relokasi dan rehabilitasi pengungsi Malut Malut dan Poso di Temate Manado dan Bitung belum tuntas walaupun status pengungsi dinyatakan sudah tidak ada lagi K ebijakan dan program pemberdayaan ekonomi transformasi skills oflife atau kemandirian untuk para pengungsi belum maksimal

Selanjutnya pola relasi masyarakat dan negara dalam tahap pertama dan kedua resolusi konflik bisa pula dijelaskan lebih mendalam dengan mengacu pada elaborasi teori Strategic Choices dari Sung Hee Kim dan kondisi lapangan di daerah13

K elim a indikator tersebut mulai tampak secara berangsur-angsur untuk kasus Ambon di Maluku dan Tobelo-Jailolo di Maluku Utara Untuk Poso Tidore Temate Bitung dan Manado berdasarkan temuan data peneliti di lapangan daerah-daerah itu m asih m engalam i berbagai m asalah pengelolaan pembenahan Desa Wayame di Ambon Maluku secara relatif tampaknya adalah sebuah contoh pelajaran model reso lu si konflik yang am at baik bagi pem erin tah dalam m engem bangkan kebijakan politik (stateplanning) khususnya penataan tata mang di daerah-daerah yang mengalami masalah segregasi sosial dan kependudukan K asus D esa W ayame cenderung m em ilik i ketahanan sosial terhadap konflik dan tidak terseret arus dahsyat konflik karena desa ini adalah sebuah desa yang multietnik dan multikultur serta multiagama Hal ini disebabkan adanya pengaturan dan kesepakatan hubungan sosial (regulate social relationships) M asyarakatnya yang berla tar belakang berbeda tetapi berpendidikan ternyata tidak terimbas oleh konflik yang terjadi Di desa ini konsep pembauran sosial teijadi melalui

13 Lihat Sung Hee Kim etal Sosial Conflict Escalation Stalemate Deescalation (Mc Graw-Hill 2nd Edition 1986) hlm 30

8 4

Tabel P o la H u bu ngan N eg a ra dan M asyarakat da lam R eso lu s i K o n flik

PeranNegara

PeranM asyarakat

Pola Hub Neg- Masy

Kecenderungan Status Daerah

Keterangan

Strong (kuat) Dominan

Strong (kuat) partis ipatif

Trust (saling percaya)

Dem okratis

Am bon Tobelo Ternate (era tertib sipil)

-P ow er sharing p ilkada- Segregasi jk pendek- Desa W ayam e dan kebangkitan H ibuolam o di Halut-Forum Kom unikasi Antar Umat -Jurnalism e damai

Strong (kuat) Dom inan

W eak (lemah) Subordinat

D is-trust (tdk sa ling percaya)

Elitis

Am bon (era darurat m iliter

dan sipil) T idore (era tertib

sipil)

- Segregasi pem ukim an -Kom unitas re la tif homogen

W eak(lemah)Failure(gagal)

Strong (kuat) trust (percaya)

Partis ipatif

D is tn is t (saling curiga)

Volountary (kem andirian)

Jailo lo (darurat m iliter darurat sipil dan tertib

sip il)

- Tentarapolis i m enghilang saat konflik pecah-E n try p o in t oleh TNI re la tif belum berhasil sam pai terbentuk Kelom pok 30 di Ja ilo lo- R e-segregasi re latif berhasil -M ental-healing belum tuntas -Program Jem batan Perdamaian

Weak(lemah)Failure

___(gaga)___

W eak (lemah) Subordinat

D istrust (saling curiga)

Om mision (kekosongan)

Poso Sulteng (Habibie Gus

Dur Mega SBY)

-Perlucutan senjata belum tuntas -P ow er sharing p ilkada belum m em buahkan rasa aman

Diolah dari mengelaborasi teori Joel Migdal oleh Syafuan Rozi amp Septi Satriani P2P LIPI Desember 2005

Catatan Indikator yang digunakan untuk mengukur kuat atau lemahnya peran negara dan masyarakat adalah kriteria1 Zearfersipkepemimpinan negara dan masyarakat2 Statepannmgperencanaan negara dan partisipasi masyarakat3 Capacities to penefrafekemampuan pelibatan untuk masuk (entry point)4 Regulate social relationshipspengaturan hubungan sosial5 Extract resources and appropriate or use resources in determined wayspengelolaan sumber daya yang langka dan

diperebutkan dalam bentuk keadilan dan sharing (berbagi)

interaksi sosial yang tidak bersifat simbolik tetapi lebih pada interaksi sosial yang semestinya Ketika konflik terjadi kesadaran tum buh di antara m ereka untuk saling berbagi menjaga dan melindungi di antara kedua komunitas Islam dan Kristen yang ada di sana (extract resources and appropriate or use resources in determined ways)

Kebangkitan budaya ldquorumah besarrdquo Hibuolamo dan power sharing Kristen-Islam dalam jabatan bupati hasil pilkada langsung di H alut pun b isa d ijad ikan m odel rekonsiliasi di Maluku Utara Hubungan negara dan masyarakat di Tobelo era tertib sipil misalnya cenderung berangsur menuju pola saling percaya (trust) Berikut ini bagan kecenderungan peran negara masyarakat dan pola hubungannya pada tahapan de- eskalasi dan intervensi kemanusiaan

Upaya-upaya pemulihan keamanan yang dilaksanakan oleh aparat keamanan di Poso cenderung menemui beberapa kendala Kendala pertama berkaitan dengan masih adanya dendam di kalangan para kelompok radikal Kelompok yang dimaksud adalah kelompok yang dulu pernah terlibat konflik dan juga dulu pernah m enjadi korban Kelompok ini tidak berada pada masyarakat secara um um nam un hanya pada sekelom pok kecil m asyarakat saja Kelompok ini umumnya bersikap pasif dan tidak mau bekerja sama dengan aparat keamanan dalam mencari pelaku

K endala yang kedua berkaitan dengan sistem kependudukan yang tidak diatur dengan baik Semenjak meletusnya konflik Poso hingga ke masa pascakonflik sistem kependudukan Poso belum ada penataan Pada saat terjadinya konflik

8 5

Tabel D ua Tahap R esolusi K onflik Peran dan H ubungan N egara-M asyarakat

TahapanResolusiKonflik

W ilayah State Position Society Position State-SocletyRelation

De-eskalasi Sulteng (Poso) Weak (lemah) Failure (gagal)

Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

ContendingMaluku (Ambon) Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

ContendingMaluku UtaraTobelo-Galela Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

Temate Weak (lemah) Failure (gagal)

Weak (lemah) Subordinat pasif

DiffusedDistrust (Kabur saling

curiga)

Jailolo Weak (lemah) Failure (gagal)

Weak (lemah) Subordinat pasif

DiffusedDistrust (Kabur saling

curiga)

Tidore Weak (lemah) Distrust Weak (lemah)

Subordinat pasif

DiffusedDistrust (saling curiga)

ContendingIntervensi kemanusiaan dan negosiasi

Sulteng (Poso) Weak (lemah) Failure (gagal)

Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

DiffusedDistrust (saling curiga)

Contendingpolitik Maluku (Ambon) Patronage

Menyediakan penengah (provide mediation) Trust

Semi-PartisipatifTrust

PyramidaiElitis

Problem Solving

Maluku UtaraTobelo-Galela Patronage

Menyediakan penengah (provide mediation) Trust

Mengangkat identitas bersama

(Foster shared identities)

Problem Solving

Temate Patronage Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

PyramidaiElitis

Jailolo Menyediakan penengah (provide

mediation)

Semi-Partisipatifinisiatif

Volountary(kemandirian)

Trust

Problem Solving

Tidore Patronage Weak (lemah)

Distrust salah satu pihakkeduanya

mengundurkan diri

PyramidaiElitis

Withdrawal

Diolah oleh Syafuan Rozi Emilia Yustiningrum amp Septi Satriani P2P LIPI Desember 2005Keterangan Trust = saling percaya Distrust = masih saling tidak percaya Contending = saling bersaing Problem Solving= sama-sama berupaya memecahkan masalah Yielding= sama-sama memberi konsensimengalah Withdrawal = salah satu pihak keduanya mengundurkan diri

86

beberapa kepala desa mengungsi ada pula yang te tap tinggal di w ilayah ini Permasalahan muncul ketika datangnya para pengungsi dari daerah lain yang menempati wilayah tersebut dan belum didaftar dengan baik Akibatnya orang menjadi sangat mudah masuk dan keluar dari wilayah Poso dan kesulitan dalam melacak pelaku bila teijadi kekerasan Sistem siskamling juga tidak dijalankan sehingga tidak bisa mendukung kinerja aparat keamanan14

Faktor trauma di kalangan anggota masyarakat masih begitu kuat karena konflik yang pemah teijadi Hancurnya sarana ibadah baik Muslim dan Kristen belum diperbaiki daerah kosong karena penduduknya yang mengungsi dan belum berani kembali ke tempat asal Selain itu hal ini berkenaan dengan m asalah hak-hak perdata m ilik pengungsi yang belum diperbaiki karena mereka yang mengungsi ini meninggalkan rumah dan tanah perkebunan sehingga pemilik tidak lagi menguasai rumah yang ditinggalkan dan lahan perkebunan yang telantar

Konflik yang berlangsung antara 1999-2000 telah mengubah pola hubungan konfigurasi etnik-agama di Maluku Utara Pusat pemukiman Nasrani kini cenderung lebih terkonsentrasi di Tobelo-Galela atau ke Jailolo baik dilihat dari jumlah penduduk maupun penguasaan atas kehidupan ekonomi dan politik setempat Kecenderungan berbeda kita jumpai di Tidore Kini Tidore menjadi semakin homogen dan mungkin menambah kesan eksklusif sebagai sebuah wilayah Muslim Dengan kata lain walaupun kalau dilihat dari pemukiman penduduk telah terjadi pembauran antara Muslim-Nasrani

14 Masih banyak sisa-sisa amunisi dan senjata api yang disimpan oleh masyarakat Senjata tersebut masih banyak yang disimpan meskipun sudah banyak juga yang telah diserahkan kepada aparat keamanan Aparat keamanan sendiri sudah berusaha memancing dengan pemberian hadiah-hadiah untuk anggota masyarakat yang bersedia menyerahkan senjatanya namun sebagian kelompok masyarakat ini tidak mau menyerahkan senjata mereka Kelompok ini masih memiliki ketakutan apabila nanti sewaktu-waktu diserang dan mereka tidak bisa membela diri

namun pascakonflik masyarakat berada pada titik di mana hubungan antara Islam-Kristen berupa saling menguatkan identitas ideologis masing-masing Kecenderungan demikian ten tu harus d ike lo la dengan baik dan d iperhatikan oleh pem erintah Hal ini disebabkan beberapa wilayah khususnya di Tobelo masih memperlihatkan kecenderungshyan tiap -tiap p ihak un tuk m enggalang kekuatan di bidang ekonomi dan politik

Tahapan rekonsialiasi di M aluku U tara akan terganggu b ila pem erintah m engabaikan un tuk m engem bangkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pascapengem balian ke daerah asal Pengungsi masih menginginkan program relokasi dan rumah tinggal tetap walaupun dengan program kredit murah Kerusuhan te lah m em buat lahan-lahan pertan ian perkebunan perikanan alat-alat produksi menjadi hancur sementara masyarakat masih mengandalkan mata pencahariannya dari sektor-sektor tersebut Pemerintah perlu memberi perhatian untuk pemberdayaan masyarakat agar bisa melanjutkan hidup misalnya untuk petani bagaimana pemerintah bisa membantu alat-alat pertanian dan alat- alat produksi Peran dan pola hubungan masyarakat dan negara yang semula kabur arogan dan kurang partisipatif (diffused elitis-pyramidal) bisa menimbulkan kendala dalam resolusi konflik di waktu mendatang15

15 Program intervensi kemanusiaan sebagai bagian resolusi konflik di Maluku Utara dan Maluku masih menghadapi kendala besar berhubung fakta adanya benang kusut masalah penanganan pengungsi di mana ribuan pengungsi masih tertahan di Kota Temate Banyak pengungsi belum menerima BBR (Biaya Bangun Rumah) dan bekal hidup Pengungsi sendiri menolak pulang bila BBR dan bekal hidup belum diberikan Kisruh masalah ini terkait erat dengan terjadinya banyak penyimpangan dan tidak seriusnya pemerintah daerah mdashdalam hal ini khususnya Dinas Sosial Provinsimdashdalam menangani program pemulangan pengungsi Penyimpangan yang banyak teijadi adalah akibat negara belum tegas dalam hukum dan tokoh pengungsi tidak dilibatkan secara partisipatif duduk satu meja membuat rencana ke depan dan membuka pendanaan yang transparan Alokasi dana pengungsi bagaikan sebuah bagi-bagi proyek di lapangan Begitu pula penanganan pengungsi di Ambon Maluku masih dalam keadaan yang relatif sama Butuh keseriusan dan koordinasi berbagai pihak yang lebih baik untuk kepentingan bersama

8 7

Usulan Rekomendasi

Ada beberapa langkah yang sebenarnya dapat dilakukan sebagai langkah awal m erentas ja lan pan jang perdam aian pascakonflik sebagai berikut

1) Pertama pembagian kekuasaan secara bergilir Sentimen perebutan jabatan politik birokrasi berdasar garis komunal mdash bagi daerah yang baru saja te rliba t konflik komunalmdash perlu segera diredam dengan power-sharing atau keterw akilan atau pergiliran etnisitas dalam kekuasaan Suatu kota yang m ayoritas didom inasi agama tertentu bisa saja pejabatpegawai yang diangkat sebagaim ana garis keagamaan penduduknya sedangkan yang seimbang perlu ada perimbangan dan pergiliran agar tidak terjadi eskalasi konflik Kedua peran pem erin tah daerah m em bangun early warning system menjadi penting karena berdasarkan pengalaman konflik yang pemah ada dan juga masih beragamnya potensi konflik yang bisa muncul bisa dideteksi lebih dini

2) Kasus desa Wayame Saparua Maluku cenderung bisa m enjadi sebuah contoh pelajaran model resolusi konflik yang baik bagi pemerintah dalam mengembangkan kebijakan politik khususnya penataan tata ruang di daerah-daerah yang mengalami masalah segregasi sosial dan kependudukan Desa Wayame memiliki ketahanan sosial terhadap konflik dan tidak terseret arus dahsyat konflik yang te rjad i karena m ultie tn ik dalam ku ltu r serta agam a penghuninya Di desa ini konsep pembauran sosial teijadi melalui interaksi-interaksi sosial yang tidak bersifat simbolik tetapi lebih pada interaksi sosial yang semestinya Ketika konflik terjadi kesadaran tumbuh di antara mereka untuk saling menjaga dan melindungi di antara kedua komunitas Islam dan Kristen yang ada di sana Kesadaran bukan tumbuh sesaat tetapi melalui proses interaksi sosial yang panjang Pendidikan menjadi salah satu

faktornya hanya dapat dibangun melalui penciptaan masyarakat yang membaur lewat pendidikan multikultural sebagai instrumen katalisator untuk saling menghormati

3) Perlu dibangun kesadaran masyarakat agar tidak mudah diprovokasi oleh pihak lain yang ingin mencari keuntungan sendiri di samping upaya penegakan hukum serta perlunya jaminan kesejahteraan bagi aparat keamanan agar tidak menyalahgunakan posisinya untuk kepentingan pribadi Di samping itu perlu juga dipikirkan kesejahteraan secara ekonomi masyarakat sebab kemiskinan merupakan ladang empuk bagi orang-orang yang tidak bertanggung jaw ab (provokator) untuk menjadikan mereka (orang-orang miskin tersebut) sebagai a lat pencapai tujuan provokator Program membangun Malut sebagai tujuan wisata memerlukan pelibatan masyarakat menyediakan penginapan home stay di rumah keluarga Untuk daya tariknya pemda dan masyarakat bersinergi membuat festival rakyat berkala dengan berbagai tema sentra kerajinan pasar seni pasar jajanan dan oleh-oleh budi daya hasil kelautan wisata dan olahraga bahari

4) Untuk menangani pengungsi kembalikan w ew enang kepengurusan pengungsi di tangan pemerintah daerah tingkat kabupaten dan d ihapus w ew enang p ihak ketiga (kontraktor) dalam hal ini melibatkan tokoh pengungsi sebagai team-work Pemberian dana bantuan BBR dan biaya lauk pauk agar bersam aan seh ingga dana yang sudah disalurkan tidak dialihkan untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari Hal ini memerlukan koordinasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten dalam hal data sehingga tidak ada lagi kesimpangsiuran di lapangan Kalau perlu masalah pengembalian pengungsi tidak hanya d ilakukan secara sepihak oleh pem erintah dan harus mulai melibatkan tokoh-tokoh masyarakat baik adat dan agama sehingga kem ungkinan m enjadikanpengungsi untuk komoditas dapat dihindari

8 8

Daftar Pustaka

Chauvel Richard 1990 Nationalists Soldiers and Separatists Leiden KITLV Press

Sung Hee Kim et al 1986 Sosial Conflict Escalation Stalemate Deescalation Mc Graw-Hill 2nd Edition

Kriesberg Louis 2003 Constructive Conflicts From Escalation to Resolution Maryland Rowman and Littlefield Publisher Inc

Varshney Asutosh 2002 Ethnic Conflict and Civic Life Hindus and Muslim in India New York Yale University Press

R esu m e

MINORITAS MUSLIM DI AUSTRALIA DAN INGGRIS

Indriana Kartini

Abstract

The w ar against terrorism has becom e the main topic and spread a ll over the w orld since the bombing o f WTC building in Septem ber 11 2001 The issue is that rather fighting terrorist as the actor o f terrorism the war is blured with fighting M oslem peop le as the most victim ized as the actor o f terrorism M oslem s in Australia and United Kingdom two countries that becom e close supporter o f USA in the w ar against terrorism has suffered o f negative pu blic perception It is interesting to analyse po licy in those two U S rsquo close allies The research that has been conduct com pares p o licy o f Australia and Britain after the bombing Im age o f M oslem community in those countries is shaped by the role o f mass media as the source o f opinion The w ar against terrorism has negative

effect that it is victimizing M oslem community as the source o f terror

Isu terorisme merebak ke penjuru dunia khususnya pascatragedi pengeboman WTC di New York pada 11 September

2001 Tujuan m endasar dari ldquoperang melawan terorismerdquo yang dikumandangkan Amerika Serikat menyusul peristiwa 11 September akhirnya menjadi kabur yakni antara memerangi terorisme atau memerangi Islam Penggalangan dukungan dari negara- negara lain yang diprakarsai AS untuk melakukan perang melawan terorisme lebih tampak sebagai penggalangan sikap untuk turut mencurigai setiap kelompok Muslim Oleh sebab itu sikap an ti-Islam yang diwujudkan melalui teror dan intimidasi terhadap kelom pok m inoritas M uslim m uncul di beberapa negara term asuk Australia dan Inggris khususnya mereka yang diduga mempunyai keterkaitan dengan jaringan teroris internasional

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Indriana Kartini (koordinator) Afadlal Hamdan Basyar Riza Sihbudi Sri Nuryanti Dhuroruddin Mashad

Penulis adalah peneliti pada Bidang Penelitian Politik Internasional P2P LIPI Jakarta

Hubungan Muslim dan Non-Muslim di Australia Tataran Masyarakat

Hubungan Muslim dan non-Muslim di Australia mengalami pasang surut Hal ini diakibatkan oleh banyak faktor misalnya soal kesejarahan perkembangan situasi yang kom pleks dengan adanya isu-isu baik nasional m aupun in te rnasional dan generalisasi yang berlebihan atas eksistensi komunitas Muslim di Australia

Dari sisi sejarah datangnya Islam di A ustralia diyakini dibaw a oleh pelaut Makassar pemburu tripang pada tahun 1750 kemudian terjalin hubungan dagang dan perkawinan campuran Fase berikutnya pem erin tah A ustra lia m endatangkan pengendara unta dari Afghanistan yang awalnya dipakai untuk mengatasi keadaan alam yang sangat sulit Pada perkembangan berikutnya m ereka diberdayakan untuk membangun jalur telegraf dan jalur kereta yang disebut Ghan Train Fase selanjutnya banyak berdatangan imigran dari negara- negara Eropa dan Timur Tengah Imigran dari negara Eropa memang tidak signifikan bagi

91

perkem bangan kom unitas M uslim di Australia Namun demikian kedatangan imigran dari negara-negara Arab dan Timur Tengah sangat signifikan dalam sejarah perkembangan Islam di Australia

Beberapa hal yang m empengaruhi hubungan antara masyarakat Muslim dan non -Muslim di Australia yaitu dilihat dari jumlah kelom pok keagam aan (relative size o f groups) tidak adanya overlapping antara agam a yang berbeda tidak adanya ghettoisasi dan tidak adanya politisasi atas perbedaan yang ada yang pada dasarnya m em pengaruhi pasang surut hubungan antarmasyarakat itu Dari hal-hal tersebut suatu kesim pulan dapat d itarik bahwa meskipun hubungan antara Muslim dan non- Muslim terkadang mengalami fluktuasi namun masih dikatakan wajar yang artinya tidak mengarah kepada pengucilan permanen atas kelompok Muslim

Pesatnya perkembangan komunitas Islam di Australia pada gilirannya tidak lagi d ianggap sebagai fak to r yang tu ru t menggerakkan perekonomian di Australia tetapi kemudian dilihat sebagai bagian yang ldquom em bahayakanrdquo kelangsungan hidup komunitas kulit putih di Australia yang didominasi budaya Anglo-Saxon Sebagai akibatnya hal ini memunculkan kebijakan yang membatasi perkembangan komunitas Muslim dengan dikeluarkannya kebijakan White A ustralia Policy 1901

Kebijakan ini berpengaruh terhadap menyurutnya kedatangan imigran dari Timur Tengah dan negara Arab Setelah kebijakan tersebut d irev isi pada tahun 1958 dan akhirnya dihapus sama sekali pada tahun 1972 barulah komunitas Islam di Australia menggeliat lagi dengan banyaknya imigran dari negara-negara Arab dan Timur Tengah

Sebagaim ana disinggung di atas hubungan an tarm asyarakat m engalam i pasang surut tergantung pada isu-isu yang mewarnai perkembangannya Hubungan antarm asyarakat pada dasarnya terjalin dengan baik Selam a ini pem erin tah

A u stra lia dan m asyarakat A ustralia menghormati pelaksanaan asas multikultur A ustralia Nam un dem ikian hubungan memburuk manakala ada isu internasional yang merupakan generalisasi berlebihan atas suatu persoalan atau stigma atas kelompok M uslim A u stra lia yang kem ungkinan dipengaruhi oleh opini-opini yang dibangun m edia m assa Stigm a kedekatan Islam dengan terorisme Arab dan lain-lain yang menyudutkan umat Islam di Australia pada beberapa peristiw a telah memunculkan tindakan diskrim inatif bahkan kekerasan seperti ketika dilakukan sweeping pada komunitas Muslim Australia pascapeledakan Bom WTC dan Bom Bali

Media massa memegang peran penting dalam pembentukan opini publik khususnya yang berkaitan dengan eksistensi kelompok Muslim Meskipun dalam perkembangannya kelompok Muslim ini mengorganisasi diri dalam berbagai bentuk organisasi dari organisasi formal yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan sampai organisasi radikal diskursus yang berkembang dalam m asyarakat A u stra lia khususnya yang berkaitan dengan fundam entalism e atau terorisme tidak harus dihubungkan dengan keberadaan organisasi Islam ini Sayangnya m edia m assa te rkadang bias dalam pemberitaannya sehingga sikap masyarakat yang tidak berlebihan atas suatu hal diekspos besar-besaran oleh media Hal ini sering m enim bulkan salah persepsi mengenai eksistensi komunitas Muslim di Australia dan keterkaitannya dengan isu-isu terorisme D engan sem angat m ultiku ltu ra lism e seharusnya bisa dibangun kondisi yang lebih kondusif bagi munculnya pemahaman yang komprehensif mengenai komunitas Muslim di Australia

Kebijakan Pemerintah Australia terhadap Minoritas Muslim

r

K ebijakan pem erin tah federal Australia terhadap minoritas Muslim beijalan dalam ruang politik yang dikuasai oleh dua

9 2

kekuatan politik yaitu gerakan konservatif dan gerakan progresif Kedua kekuatan politik itu sesuai dengan sistem yang berlaku di Australia selalu berusaha membangun keb ijakan serasi seh ingga ben tuknya merupakan pelbagai variasi penerapan nilai- nilai liberalisme Persamaan sikap kedua kekuatan politik yang paling menonjol adalah konsistensi m ereka dalam m enjalankan prinsip sekularisme dan praktik pemerintahan Westminster Kedua konsistensi ini telah menempatkan komunitas Muslim Australia sebagai objek yang harus m engalam i sosialisasi nilai-nilai liberal dan peradaban Barat

Kedua kekuatan politik yang dalam praktik kenegaraan terwakili oleh Partai Liberal dan Partai Buruh selalu berusaha m enegakkan n ila i-n ila i seku ler dalam masyarakat Manifestasinya ialah memegang teguh peradaban Barat yang memisahkan kegiatan-kegiatan sosial politik dari kegiatan- kegiatan keagam aan Peradaban Barat m enganggap keg iatan sosia l po litik m asyarakat sebagai urusan m asyarakat sendiri Oleh karena itu kedua kekuatan po litik te rseb u t akan sela lu m elihat komunitas Muslim sebagai komunitas yang tidak mengunggulkan identitas keagamaan dalam pergaulan kemasyarakatan Program multikulturalisme tampak sebagai koleksi budaya dan bukan koleksi cita-cita kelompok sosial beragama Kelompok sosial Islam dianggap sebagai bagian dari koleksi budaya tersebut

Kedua kekuatan politik juga sepakat menjaga sistem politik yang merupakan warisan Inggris di mana parlemen memiliki otoritas tertinggi dalam penyelenggaraan pemerintahan Sementara itu pemerintah merupakan bagian dari parlemen tersebut Konsekuensinya semua undang-undang harus bersumber pada aspirasi masyarakat dan tidak boleh m engam bil ru jukan keagamaan Mereka menganggap kedaulatan Tuhan tidak bisa hidup dalam praktik politik di A ustralia M ereka ju g a cenderung

melakukan liberalisasi komunitas Muslim dengan tujuan menanamkan nilai-nilai liberal dan peradaban Barat

Percaturan kekuatan politik yang melibatkan kedua gerakan tersebut telah m elandasi kebijakan pem erintah federal melakukan pengawasan yang amat ketat kepada kelompok-kelompok sosial Islam yang d ituduh te ro ris U ndang-undang antiterorism e m enjadi beban psikologis komunitas Muslim karena merasa selalu menjadi sasaran operasi intelijen dan polisi federal Akan tetapi percaturan kekuatan politik juga melandasi persamaan hak-hak kom unitas M uslim serta m endapatkan jaminan hidup sesuai prinsip welfare state Misalnya pemerintah memberikan subsidi kepada lembaga-lembaga pendidikan dan kemasyarakatan Islam

Minoritas Muslim di InggrisTataran Sosial

Meski tak ada informasi pasti kapan tepatnya agama Islam masuk ke Inggris tetapi setidaknya terdapat catatan yang menyebutkan bahwa pada abad ke-10 telah ada Muslim yang menginjakkan kakinya di negeri yang disebut Al Bartun itu Kaum Muslim kian banyak dijumpai di Inggris terutama terjadi di era imperialisme dan kolonialisme Inggris yang mencaplok banyak wilayah Timur yang komunitasnya mayoritas Islam termasuk khususnya dari Asia Selatan Seiring dengan hadirnya ldquokomunitas baru in irdquo sejak 1919-an m ulai berm unculan boarding-house (rumah kontrakan) yang didirikan sekaligus dihuni oleh komunitas Islam

B erdasar data yang d iterb itkan Minority Rights Group International pada Agustus 2002 tergambar bahwa komunitas Muslim tersebar Muslim terbanyak tinggal di London (1 juta) lalu Bradford (82750) Scotland (60000) Wales (50000) Leeds(3 0 0 0 0 ) O ldham (25 000) L ecester(25000) Birmingham (150000) dan Irlandia

9 3

U tara (4000) Dari seluruh kom unitas Muslim sebagian besar berasal dari sub kon tinen Ind ia Turki serta sebagian keturunan Timur Tengah dan atau Afrika

Generasi awal Muslim Inggris tidak semuanya kaum pendatang Shaikh Abdullah Quilliam adalah salah satunya Keislaman mualaf yang intelektual dan aktivis ini diikuti banyak orang termasuk sejumlah ilmuwan bereputasi Sebagai intelektual Quilliam sangat produktif dalam menulis tentang Islam Bahkan tulisannya berjudul ldquoThe Faith of Islamrdquo diterjemahkan ke dalam 13 bahasa Tak sedikit komunitas Inggris pada tahun 1880-an tertarik menjadi Islam lantaran terpengaruh tulisan dan aktivitas Quilliam ini Tahun 1891 Quilliam mendirikan masjid dan akademi yang mengelola bermacam-macam kegiatan seperti sekolah literary society oriental library museum serta menerbitkan jurnal The Crescent (terbit mingguan) dan Islamic World (terbit bulanan)

Salah satu organisasi yang sangat berjasa dalam pengembangan Islam Inggris adalah Pan-Islamic Society (PIS) yang didirikan Dr Abdullah Suharawardy yang berusaha m enghilangkan salah persepsi tentang Islam di lingkungan masyarakat non- Muslim Sebagai upaya memperkokoh PIS akhir abad k e-19 Dr Leitner mendirikan Woking Mosque m enjadi tonggak awal hadirnya sebuah masjid di London Woking Mosque ini punya pengaruh reg ional melakukan korespondensi sangat intensif dengan m uslim di luar Inggris seperti Belanda Norwegia Swedia Hungaria dan lain-lain yang dipublikasikan pula dalam Islamic Review

Dalam konteks kekinian strategi pendidikan dalam mempersiapkan generasi muslim modem dalam konstelasi dunia Barat tetap berlanjut Sekolah model ini bukan saja berguna untuk m em bangun kesadaran keberagam aan an tara M uslim dengan penganut agama lain tapi juga dengan sesama Muslim lain yang sebagian besar datang sebagai imigran dari banyak negara

Karena ada ldquolampu hijaurdquo dari pemerintah institusi pendidikan Islam berkem bang bahkan sampai tingkat perguruan tinggi seperti The Muslim College di London atau Markfteld Institute ofHigher Education The Institute o f Higher Islamic Daruul Uloom (L eiceste r) B ahkan di lingkungan pendid ikan k o n serv a tif seperti Oxford University telah berdiri Oxford Centre Islamic Studies (OCIS)

Dalam konteks ekonomi Muslim hal ini semula mengalami problem di dunia perbankan dengan sistem konvensional Setelah melalui lobi bertahun-tahun akhirnya HSBC mulai Juli 2003 mengadopsi sistem pendanaan Syariah lalu menyusul Islamic Bank ofBritain di London (September 2004) dan pada Maret 2005 diikuti Lyods TSB bank terkemuka di Inggris Memang beberapa kasus perlakukan tidak adil terhadap Muslim m asih te rjad i ba ik dalam hubungan antarindividu dunia usaha ataupun seputar isu jilbab di lembaga pendidikan Namun demikian problem itu dapat diselesaikan melalui jalur hukum secara relatif adil

Sebagian besar m igran M uslim berasal dari pedesaan asal negaranya suatu lokasi mdashyang berbeda dengan perkotaanmdash yang pengaruh w esternisasi dalam ide norma gaya dan cara hidup belum masuk secara intensif dalam kehidupan mereka K etika berm igrasi ke Inggris m ereka mengalami sebuah keterkejutan budaya sebagai akibat menghadapi sebuah komunitas baru yang sangat berbeda Terkait dengan persoalan ini mereka setidaknya meliputi tiga kelompok Muslim Pertama ldquokelompok fanatikrdquo Realitas politik internasional yang sangat tidak menguntungkan Islam adanya p o litik s tandar ganda dari kekuatan hegemoni dan adanya semangat kebangkitan Islam di seluruh dunia ikut mempengaruhi pem ikiran sebagian M uslim Inggris ini Kedua kelompok yang masih mencampurshyadukkan ajaran Islam dengan kultur sesuai dengan garis etnisitasnya Sebagai bagian terbesar dari komunitas Muslim Inggris

9 4

mereka cenderung longgar terhadap sebagian kultur Barat namun sangat anti pada bagian lain Ketiga kelompok muslim kebarat- baratan yang jumlahnya sangat kecil

Terutama bagi kelompok Muslim fanatik problematika sosial yang sering kali muncul antara lain (a) Soal pendidikan gaya Barat (inggris) yang tak ada aturan apalagi batasan hubungan beda kelam in dinilai bertentangan dengan nilai Islam dan kultur asal mereka Realitas ini mendorong mereka berusaha m ewujudkan institusi sekolah tersendiri (b) Mainstream media massa serta dunia hiburan menurut parameter mereka dinilai te rla lu vulgar m enjadi fak tor penyebab penyim pangan tingkah laku generasi muda (c) A turan hukum legal form al Inggris belum m am pu m engshyakomodasi syariah dalam kehidupan umat Islam (d) Mereka terkadang dihadapkan larangan pelaksanaan salat (apalagi Jumat dan hari besar Islam) pada jam-jam kantor jam sekolah jam pabrik (e) Fasilitas-fasilitas umum (seperti pem andian umum) sulit dimanfaatkan kaum muslimah tanpa harus melanggar keyakinan kultural keagamaanshynya Realitas-realitas tadi menyebabkan kaum M uslim sebagai warga m inoritas keagamaan terbesar tetap merasa diabaikan pemerintah bahkan oleh masyarakatnya

Di tengah upaya konsolidasi umat ini komunitas Muslim juga menghadapi problem in ternal ak ibat faksionalism e dalam kehidupan keagamaan seperti (1) Isu-isu kemurnian ajaran agama seperti Barelvi (pengaruh Asia Selatan) vs Wahabi (pengaruh Arab Saudi) (2) Isu-isu sosial politik seperti antara pengikut Jamaah Tabligh yang ldquoa- politisrdquo vs Jam aat Islami dan Ikhwanul Muslimin yang kental dengan politik (3) Isu regionalisme akibat beda asal negara asal wilayah dengan latar belakang bahasa etnis kultur dan kebiasaan berbeda M ereka m erasa lebih sreg berhubungan dengan komunitas Muslim yang sama latar belakang asalnya (4) Ghetto Komunitas Muslim tinggal mengelompok dalam komunitas

Muslim sendiri guna mencegah lahirnya generasi Muslim yang asing terhadap Islam

Persepsi tentang Islam di dunia Barat termasuk Inggris telah terbentuk selama berabad-abad Meskipun selama waktu itu telah terjadi suatu proses untuk memahami Islam di dalam komunitas Barat namun realitas konflik sering kali masih terjadi Dalam konteks ini peran berita-berita di banyak media secara krusial terlibat dalam realitas ini bahkan ikut bertanggung jawab terhadap terbangunnya apa yang disebut ldquothe elite racismrdquo di Inggris di mana Muslim sering kali terkonotasi dengan barbar ignoran berpandangan sempit semi-citizen teroris gila penganut agama yang sangat tidak toleran Diskursus media massa Inggris yang secara ideo log is bernuansa anti- Muslim menjadi sangat mengental terutama sejak Revolusi Iran tahun 1979 Sejak saat itu terutama sejak terungkap dalam banyak berita is tilah fundam entalism e terus disejajarkan dengan Islam tentu saja dalam pemaknaan negatif

Sikap media seperti itu makin parah seiring dengan polemik buku The Satanic Verses tulisan Salman Rushdi Demonstrasi dengan membakar buku oleh Muslim sebagai s im bolitas ke terlukaan hati akibat penghinaan oleh m edia diliput dengan komentar-komentar yang lebih merefleksikan penilaian tentang karakter keagamaan yang m eletup-letup di kalangan Islam Sifat tersebut dilabeli sebagai membahayakan peradaban Barat Fokus komentar lebih terfokus pada isu-isu emosional Muslim ancaman kem atian fundam entalis abad pertengahan fanatisme serta militanisme Bahkan istilah-istilah ldquoMad Mullahs Iranian terrorist Mad Dog Gadaffirdquo yang sering kali m ew arnai m edia ikut m enyuburkan terbangunnya image negatif bagi komunitas Muslim1 Dalam konteks ini suara Muslim 1

1 Tahir Ababas ldquoMedia Capital and the Representation of South Asian Muslims in the British Press an Ideological Analysisrdquo Institute o f Muslim Minority affairs 2001 hlm 254

9 5

tak dapat ditangkap secara ldquojernihrdquo oleh komunitas Inggris pada umumnya Mereka tak memiliki kemampuan dan platform untuk mengajukan keberatan apalagi menjelaskan tentang berbagai hal yang secara distortif diberitakan media Problem seperti ini makin akut bagi Muslim Inggris terutama setelah tragedi WTC 9 September 2001 yang diikuti pula oleh tragedi Bom London 7 Juli 2005

K ebijakan Pem erintah Inggris terhadap M inoritas Muslim

Sejak awal Inggris Raya (Great Britain) terdiri dari masyarakat yang berasal dari empat kebangsaan yang berbeda yakni Inggris Skotlandia Wales dan Irlandia M ereka m enjadi sebuah negara ldquomultinasionalrdquo Mereka bersatu dalam satu identitas po litik dengan budaya yang berbeda Multikultural adalah slogan yang dikembangkan oleh Inggris

Konsep kewarganegaraan Inggris sebagai identitas politik dengan perbedaan berbagai bangsa tersebut menyebabkan para imigran dari bekas wilayah jajahan Inggris yang datang ke sana diperlakukan dengan baik dan diterima dalam sistem politik yang ada M ereka diperlakukan sebagaim ana bangsa Wales Irlandia maupun Skotlandia Kondisi itu telah menciptakan bangsa Inggris dengan kultur masing-masing Akan tetapi ketika ternyata para imigran tersebut banyak berdatangan ke sana maka ada kebijakan yang membatasinya Hal ini kemudian bershykembang pula apa yang disebut dengan sebutan ldquopatrialrdquo Istilah itu mengacu kepada orang-orang Inggris (British) asli yaitu yang berasal dari Inggris (England) W ales Skotlandia dan Irlandia serta keturunan mereka Istilah itu menimbulkan konotasi diskriminasi Warga yang bukan ldquopatrialrdquo tidak diperlakukan sama dengan warga yang ldquopatrialrdquo

Walaupun secara formal Inggris m enerapkan keb ijakan yang no n shydiskriminasi tetapi pada kenyataannya istilah tersebut telah menim bulkan sikap yang

diskriminatif Dalam kehidupan sehari-hari para ldquopatrialrdquo memperoleh hak istimewa sedangkan nonpatrial menjadi warga negara ldquokelas duardquo

Sikap tersebut juga muncul terhadap para M uslim di Inggris M ereka yang kebanyakan berasa l dari para im igran dianggap nonpatrial yang berarti tidak diutamakan dalam kehidupan di Inggris M ereka m engalam i d isk rim inasi yang berkaitan dengan pengamalan agama Islam

P aling tidak dua a tu ran hukum Inggris m em punyai dam pak signifikan terhadap keh idupan M uslim di sana Pertam a the Race Relations Act Undang- undang te rseb u t m elarang adanya diskriminasi berdasarkan ras dan etnis dalam berbagai kegiatan tetapi hak beragama tidak termasuk dalam undang-undang tersebut Dengan demikian Muslim di Inggris tidak m em punyai p ijakan hukum untuk mempertahankan haknya sebagai Muslim bila ada pihak lain yang melarang mereka ketika tengah m enjalankan kehidupan keberagam aannya M isalnya pada hari Jumat laki-laki M uslim dilarang untuk m elakukan salat Jum at atau M uslim ah dilarang mengenakan hijab (jilbab)

Kedua the Public Order Act yang dibuat pada tahun 1986 Undang-undang ini mencegah adanya dorongan kebencian rasial Selain itu the Crime andDisorderAct dibuat pada tahun 1998 U ndang-undang ini menciptakan kategori baru dalam tindakan rasial yang tidak menyenangkan termasuk penyerangan perusakan dan pelecehan Akan tetapi berbagai tindakan kebencian keagamaan yang ditujukan kepada para Muslim kembali belum tercakup dalam aturan-aturan tersebut Kondisi itu dapat m elah irkan perasaan te ra lien asi dan terpinggirkan di kalangan Muslim di sana Akibatnya mereka tidak dapat melakukan keh idupan secara ldquon o rm alrdquo dalam bermasyarakat

Sebenarnya masyarakat Muslim di Inggris m enging inkan pengakuan dan perlakuan yang sama dengan warga negara

9 6

lain Mereka ingin dianggap sebagai bagian masyarakat dari negara tersebut Hal itu berkaitan dengan hak asasi warga negara yang semestinya diperlakukan sama Hak asasi itu harus diterapkan kepada siapa pun tanpa melihat latar belakang warna kulit maupun keyakinan yang dianutnya Praktik keagamaan semestinya dapat dilakukan oleh penganut Yahudi Kristen maupun Islam

Memang di antara Muslim Inggris ada yang berkiprah dalam dunia politik Ada dua warga Muslim Inggris yang menjadi anggota parlemen (Majelis Rendah) Ada empat orang Muslim yang menjadi peers Ada satu orang Muslim Inggris yang menjadi anggota Parlemen Eropa Di tingkat lokal partisipasi M uslim Inggris m engalam i peningkatan yang cukup signifikan Pada pemilihan tahun 1996 160 Muslim menjadi anggota Dewan Kota (Councillors) Pada tahun 2001 jumlah anggota Dewan Kota yang Muslim berjumlah 217 orang Para anggota Dewan Kota tersebut mewakili daerah-daerah yang penduduk Muslim cukup besar seperti London Birmingham dan Bradford Keikutsertaan M uslim Inggris dalam kancah politik tersebut diharapkan dapat memberikan harapan yang lebih baik bagi kehidupan Muslim Inggris

Mtaslim di Australia dan Inggris Dimensi Internasional

K ehidupan m inoritas M uslim di Australia dan Inggris senantiasa terkait dengan peristiwa internasional Bahkan tidak jarang peristiwa kekerasan internasional berimbas terhadap kehidupan Muslim di dua negara tersebut M anakala terjadi aksi kekerasan internasional yang melibatkan Muslim maka minoritas Muslim di Australia dan Inggris langsung terkena imbasnya Misalnya saja pasca-Perang Teluk 1991 di mana Irak menginvasi Kuwait yang berujung pada penyerangan sekutu ke Irak aksi kekerasan terhadap minoritas Muslim di A ustralia pun terjad i K em udian aksi

terorisme 11 September 2001 di New York juga menimbulkan aksi kekerasan terhadap Muslim di Australia dan Inggris

P a sc a -11 Septem ber ldquoperang melawan terorismerdquo menjadi agenda utama kebijakan luar negeri AS Agenda tersebut juga diadopsi oleh Australia dan Inggris yang m erupakan sekutu terdekat AS Hal ini menciptakan koalisi triangular (baca AS Australia dan Inggris) dengan AS sebagai pemegang tongkat komando Ketiga negara tersebut juga mengeluarkan produk hukum yakni UU antiterorism e yang bertujuan memerangi terorisme Akan tetapi dalam kenyataannya komunitas Muslim menjadi target utama pelaksanaan UU tersebut Atas nama perang melawan terorisme beberapa warga M uslim di A ustralia dan Inggris ditangkap dengan menggunakan payung hukum tersebut Hal ini justru menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat Muslim bahwa tanpa bukti yang kuat bisa saja m ereka d itangkap dengan dalih memerangi terorisme Hal ini dapat dikatakan bahwa gerakan antiteror yang dilakukan pemerintah Australia dan Inggris justru m enim bulkan tero r terhadap m inoritas Muslim

Oleh karena itu kebijakan standar ganda yang dilancarkan pemerintah AS Inggris dan Australia justru menumbuhshysuburkan radikalisme di kalangan Muslim Laporan dari Royal Institute o f International Affairs a tau d ikenal Chatham House menyimpulkan bahwa invasi ke Irak oleh AS bersam a Inggris dan A u stra lia ju s tru m elahirkan perekru tan m ilitan M uslim sekaligus m eningkatkan propaganda perekrutan dan pengumpulan dana bagi gerakan al-Qaida Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pelaku pengeboman di London adalah para pemuda Muslim berkewarganegaraan Inggris Sementara di Australia terdapat pula pemuda Muslim yang berniat melakukan aksi bom bunuh diri di Lebanon pada 2002 Para pemuda tersebut merupakan bagian dari masyarakat Muslim

9 7

yang tidak menyetujui kebijakan luar negeri Inggris dan Australia yang agresif terhadap dunia Islam Hal ini terutama berkenaan dengan keikutsertaan Inggris dan Australia bersama AS dalam serangan ke Afghanistan dan Irak

Tatkala serangan m ilite r ke Afghanistan diluncurkan BBC melakukan polling pada November 2001 yang hasilnya sekitar 80 Muslim Inggris memandang aksi m ilite r AS dan Inggris tidak dapat dibenarkan Sementara pada saat perang Irak sekitar 66 Muslim Inggris menentang aksi militer ke Irak Sikap Muslim Australia juga menentang keikutsertaan militer Australia dalam serangan ke Afghanistan dan Irak Menarik untuk dicermati pernyataan Aziza Abdel Halim Presiden Muslim Women rsquos National Netwprk Australia yang mengungkapkan bahwa banyaknya pemuda Islam yang berpandangan radikal sebenarnya dampak kebijakan luar negeri Australia Aziza menegaskan bahwa pandangan radikal akan memudar bila pemerintah Australia dan Barat (baca Inggris dan AS) menarik mundur pasukannya dari Irak maupun Afghanistan sehingga serangan bom ke negara-negara Barat akan berkurang dengan sendirinya Oleh karena itu sudah saatnya pemerintah A ustralia dan Inggris m engkaji ulang kebijakan luar negeri terhadap dunia Islam yang justru kontraproduktif

M inoritas M uslim di A u stra lia dan Inggris Catatan Perbandingan

Australia dan Inggris merupakan dua negara yang didominasi kaum ldquokulit putihrdquo yang mengaku menganut sistem demokrasi liberal yang dalam hal ini kedua negara tersebut sama-sama m enerapkan sistem demokrasi parlementer Australia adalah anggota Persemakmuran yang dipimpin oleh Ratu Inggris Dengan kata lain Australia berada ldquodi bawahrdquo kekuasaan Ratu Inggris B ahkan j ik a k ita p erha tikan bendera A ustralia terlihat je las adanya gam bar

bendera Inggris di pojok kiri atas Oleh sebab itulah hal ini dapat dipahami jika kebijakan luar negeri Australia cenderung ldquomengekorrdquo pada kebijakan luar negeri Inggris

Begitu pula dalam hal kebijakan politik Australia terhadap Islam baik dalam skala makro (yaitu kebijakan luar negeri mereka terhadap Dunia Islam) maupun dalam skala mikro (yaitu kebijakan terhadap kaum minoritas muslim) cenderung mengikuti apa yang dilakukan Inggris Setidaknya hal ini terlihat jelas dalam hal pandangan mereka atas m asalah Irak A fghan istan dan terorisme

Dari aspek historis Islam masuk ke kedua negara tersebut pada sekitar abad ke- 18 Bedanya jika di Inggris kaum Muslim didom inasi para w arga keturunan dari kawasan Asia Selatan (India Pakistan dan Bangladesh) yang pada awalnya masuk ke negara ini sebagai pekerja sedangkan di Australia sebagian besar kaum Muslim berasal dari kawasan Afghanistan Turki dan Timur Tengah khususnya Lebanon

Hubungan antar-sesama kelompok Muslim baik di Inggris maupun di Australia secara umum tidak mengalami permasalahan Memang suatu kecenderungan pengelomshypokan atas dasar asal-usul (ras dan etnis) tetap ada namun ini tidak mengganggu interaksi sosial di kalangan mereka Di kedua negara ini sejumlah organisasi kaum muslim berdiri seperti Muslim Council ofBritain (MCB) dan Muslim Association o f Britain (MAB) di Inggris atau Australian Federation o f Islamic Council (AFIC) di Australia Organisasi- organisasi ini memainkan peranan penting dalam rangka memelihara hubungan baik (silaturahmi) di antara sesama komunitas Muslim serta dalam rangka memperjuangshykan kepentingan kaum minoritas Muslim

Di Inggris dan A ustra lia p ershytumbuhan jumlah kaum Muslim tergolong cukup pesat Bahkan di Inggris Islam menjadi agama minoritas terbesar (dibanding agama Yahudi atau Hindu) Sementara di Australia Islam merupakan agama minoritas

9 8

S

terbesar kedua (di bawah agama Hindu Budha) Sebagai minoritas kaum Muslim m endapatkan kebebasan dalam hal menjalankan ibadah keagamaannya (salat puasa maupun pergi haji) namun dalam hal hubungan dengan kaum non-Muslim bisa dikatakan m engalam i fluktuasi Secara umum hubungan tersebut relatif cukup baik nam un kadangkala m uncul perlakuan diskriminatif Hal ini sekaligus membuktikan bahw a kendati Inggris dan A ustra lia mengklaim dirinya sebagai ldquopenganut sistem demokrasirdquo dalam realitasnya tidak semua w arga negara m ereka benar-benar menampilkan diri sebagai ldquodemokrat sejatirdquo Di A ustra lia kaum M uslim sering m enghadapi kesu litan ketika hendak membangun tem pat ibadah (khususnya masjid)

Sikap negatif warga mayoritas non- Muslim terhadap kaum minoritas Muslim di kedua negara ini tidak lepas dari peranan media massa dalam membentuk opini yang dipenuhi prasangka negatif terhadap kaum Muslim Dalam kasus Salman Rushdie penulis novel Ayat-Ayat Setan yang jelas-jelas menampilkan penghinaan terhadap Islam misalnya media massa di Inggrismdashatas nama ldquokebebasan berekspresirdquomdash mengambil sikap yang merugikan kaum Muslim Media juga hampir selalu menampilkan hal-hal yang negatif dalam pemberitaan mereka tentang dunia Islam yang pada ujungnya ikut membentuk persepsi yang negatif dari kaum non-M uslim terhadap kaum m inoritas Muslim Hal ini dapat dimengerti mengingat

sebagian besar media massa di Inggris dan A ustralia dikuasai para pem ilik modal keturunan Yahudi

Dari sisi kebijakan resmi penguasa sendiri memang sering kali menyatakan bahwa semua warga negara di sana atas nama demokrasi dan hak-hak asasi manusia diperlakukan secara sama apa pun agama yang dianut oleh warga negara mereka Dalam konteks pelaksanaan bidang hukum m isalnya tidak ja rang kaum m inoritas M uslim m endapat perlakuan yang sama dengan warga non-Muslim Tidak jarang dalam beberapa kasus soal jilbab kaum minoritas Muslim memperoleh kemenangan di pengadilan

Akan tetapi sejak terjadinya kasus serangan te ro ris di A m erika pada 11 Septem ber 2001 (911) kecenderungan perlakuan yang sangat diskriminatif tampak ditujukan kepada kaum Muslim Bahkan beberapa saat setelah terjadinya kasus 911 (juga Bom Bali 2002 dan Bom London 2005) sejum lah m asjid di Inggris dan A ustralia d irusak atau dibakar massa Beberapa warga Muslim juga mengalami nasib yang mengenaskan karena dikeroyok massa Beberapa di antara mereka ada yang sampai meninggal dunia Hal ini sekaligus m em buktikan bahw a ldquoperang melawan terorismerdquo yang dikobarkan Amerika Serikat di baw ah rezim GW Bush m embawa dam pak n e g a tif te rhadap nasib kaum minoritas Muslim di negara-negara Barat termasuk di Inggris dan Australia

9 9

Resume

KEBIJAKAN PERTAHANAN AUSTRALIA DAN RESPONS NEGARA-NEGARA ASIA TIMUR DAN

SELANDIA BARU

Athiqah Nur Alami

Abstract

Australiarsquos position in Asia Pacific has a significant consideration on their policy making primarily defense policy Their close relationship with The United States o f America and the United Kingdom sometimes becomes impediment in building relations with neighbor countries in Asia The Australia s defense policy more or less reflects the big countries interest in Asia Pacific including Proliferation Security Initiatives SM-3 andAMIZ policies Those policies bring about various reactions from the East Asian Countries and New Zealand The different reactions are related strongly with their interest and cooperation with Australia

Australia merupakan suatu negara sekaligus benua yang m em iliki k a rak te ris tik cukup m enarik

dibanding negara lain Kebijakan Australia yang lebih condong ke Barat ternyata kerap menimbulkan ketegangan dengan negara- negara tetangganya di kawasan Asia Pasifik Pasalnya kebijakan pemerintahan Australia sedikit banyak tidak jauh berbeda bahkan sejalan dengan Inggris dan Amerika Serikat Termasuk di dalamnya kebijakan pertahanan Australia yang cenderung selalu memerlukan payung pertahanan dari negara besar dalam hal ini terjadi pergeseran dari Inggris ke Amerika yang dikenal dengan pergeseran dari Pax Britanica ke Pax Americana pada Desember 1941

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri darTri Nuke Pudjiastuti (koordinator) Ikrar Nusa Bhakti Japanton Sitohang Mohamad Rum Athiqah Nur Alami Adriana Elisabeth Kusnanto Anggoro

Penulis adalah peneliti pada Bidang Politik Internasional P2P LIPI

Di dalam laporan penelitian tahun ini tim peneliti Australia berupaya menjelaskan bagaimana kebijakan pertahanan Australia tahun 2000-2005 termasuk perkembangan atau evolusi yang teijadi mulai pada tahun 1986 hingga 2005 dan isu-isu strategis yang muncul dalam kebijakan tersebut Kebijakan pertahanan Australia ini tentu saja akan memberikan implikasi ataupun pengaruh terhadap negara-negara tetangganya Oleh karena itu menganalisis respons dari negara- negara tetangga Australia dan juga negara- negara besar di A siamdash m eskipun tidak berbatasan langsung dengan Australiamdash terhadap kebijakan pertahanan Australia tersebut menjadi penting untuk dilakukan dalam penelitian ini N egara-negara di kaw asan A sia T im ur yang kam i p ilih berdasarkan signifikansi negara-negara tersebut dengan Australia dan juga terhadap politik internasional di wilayah Asia Pasifik yaitu Cina dan Jepang Sementara negara di Asia Tenggara yang juga dianalisis yaitu Indonesia Singapura Malaysia Filipina dan

101

Thailand Selandia Baru sebagai negara tetangga di selatan Australia juga menjadi bag ian an alisis atas respons terhadap kebijakan pertahanan Australia tersebut

Pengaruh Lingkungan Strategis dalam Kebijakan Pertahanan Australia

Sebagai negara rdquokulit putihrdquo yang berada di wilayah Asia membuat Australia merasa perlu mengembangkan kebijakan pertahanan salah satunya dengan membangun jaring-jaring pertahanan dengan negara-negara di Asia Tenggara Selain itu menjaga kepentingan Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik merupakan salah satu bentuk wujud aliansi abadi Australia kepada Amerika Serikat

Dua penekanan dalam kebijakan pertahanan itu lah yang terkadang m enim bulkan dilem a dalam kebijakan pemerintah Australia Di satu sisi Australia m embutuhkan Amerika Serikat sebagai penjamin keamanan negaranya Tetapi di sisi lain keberadaan Australia sebagai kaki tangan Amerika Serikat dianggap menghambat Australia dalam membina hubungan dengan negara-negara Asia

Oleh karena itu Australia berupaya merumuskan kebijakan pertahanan yang telah mengalami evolusi sejak 1986 hingga saat ini untuk mencari format yang paling tepat dalam m enjaga hubungan dengan Amerika Serikat sekaligus membangun hubungan baik dengan negara-negara tetangganya

Jauh sebelum Australia merdeka pada tahun 1901 h ingga tahun 1941 ketergantungan Australia kepada Inggris sangatlah besar karena sebagai salah satu negara Persemakmuran Inggris Australia merasa masih memiliki keterikatan historis dan politis dengan Inggris Namun perang dunia kedua membuat Inggris harus lebih memperhatikan kelangsungan eksistensinya di Eropa ketimbang menjaga keamanan negara-negara jajahannya di Asia Tenggara Terlebih dengan jatuhnya Singapura mdash

sebagai salah satu negara Persemakmuran Inggrismdashke tangan Jepang menyebabkan A ustra lia m em ik irkan kem bali k e te rshygantungannya dengan Inggris Karena itulah demi keamanan negara Australia beralih ke A m erika Serikat yang d iyak in i dapat memberikan jaminan keamanan dan payung perlindungan pertahanan kepadanya

K onsekuensi dari bentuk pengabdian-nya kepada Amerika Serikat A ustralia diwajibkan untuk mendukung bahkan berjuang bersama dalam berbagai kebijakan Amerika Serikat Misalnya pasca- tumbangnya Uni Soviet Amerika Serikat sedang giat memerangi komunisme di Asia Pasifik maka Australia pun melakukan hal serupa Dengan mengedepankan Forward Defence Strategy Australia bersama Amerika Serikat berupaya membendung penyebaran komunisme dalam Perang Korea dan Perang Vietnam Selain itu tergabung dalam South East Asia Treaty Organization (SEATO) British Commonwealth Far East Strategic Reserve (FESR) dan ANZUS bersam a Amerika Serikat menjadi pilihan Australia saat itu

Ketergantungan Australia terhadap Amerika Serikat dan juga Inggris tampaknya tidak cukup dapat bertahan lama paling tidak untuk sementara waktu pada akhir tahun 1960-an karena adanya perubahan lingkungan stra teg is di A sia saat itu Akibatnya Australia mengalihkan kebijakan pertahanannya m enjadi Self-Defence Strategy Perubahan inilah yang kemudian membuat Australia perlu untuk merumuskan format kebijakan pertahanan sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang dan karakter bangsa Australia

Untuk itu pada tahun 1986 Menteri Pertahanan Australia saat itu Kim Beazley menugaskan Paul Dibb seorang mantan personel Departemen Pertahanan Australia untuk mengevaluasi pelaksanaan Forward Defence Strategy dan memberikan masukan tentang kemampuan apa yang tepat bagi instrumen pertahanan Australia Hasilnya

1 0 2

Dibbrsquos Report mengusulkan suatu strategi penangkalan bagi pertahanan Australia yang terdiri dari empat lapis2 Lapis pertama meliputi intelligence dan surveillance yang komprehensif dengan memberikan prioritas pada pengawasan sejauh 1000mdash 1500 mil ke luar w ilayah A ustra lia S trateg i ini d im aksudkan un tuk m endeteksi para penyusup di wilayah laut dan udara Lapis kedua m enekankan pada kem am puan kekuatan laut dan udara dalam melakukan penyerangan untuk mengatasi ancaman yang melintas di wilayah laut dan udara Australia Lapis yang ketiga m em fokuskan pada kemampuan defensif untuk mencegah musuh mendekat ke wilayah penting di antaranya di ja lur pelayaran Australia Lapis terakhir mengandalkan mobile ground forces guna menumpas ancaman yang berhasil melewati laut dan udara yang dianggap membahayakan aset-aset penting dan pemukiman penduduk

Masukan dari Paul Dibb ini ternyata m enuai berbagai k ritik di an taranya kebijakan ini cenderung terlalu defensif dan isolasionis selain pembebanan anggaran yang tidak sedikit jika memang strategi ini diterapkan Australia Namun terlepas dari itu sem ua tidak dapat d ipungk iri bahw a masukan Dibb ini menjadi dasar dalam me- review kekuatan pertahanan Australia bahkan hingga Buku Putih Pertahanan Australia tahun 2000

Setahun kemudian dikeluarkanlah Buku Putih Pertahanan A ustralia rdquoThe Defence of Australiardquo Buku putih tahun 1987 yang merupakan kali pertama terwujudnya secara je la s artiku lasi s tra teg i m iliter A ustra lia in i m enekankan pada pengembangan ikatan-ikatan keamanan yang

1 Alex Tewes Australiarsquos Maritime Strategy in the 21st Century Research Brief No4 2004-05 Foreign Affairs Defence and Trade Sections Canberra Parliament o f A ustralia Parliam entary Library dalam http wwwaphgovaulibrarvpubsRB2004-0505rb04htm hal 10mdash 12

2 Review o f Australiarsquos Defence Capabilities Report to the Minister for Defence by Mr Paul Dibb Maret 1986 Canberra Australian Government Publishing Service

lebih dekat dengan kaw asan sekaligus menegaskan kembali pentingnya aliansi- aliansi militer Strategi penangkalan yang diusulkan Paul Dibb sedikit banyak diadopsi dalam buku putih tersebut terlihat dengan te tap adanya em pat lap is strateg i penangkalan Namun perbedaannya strategi tersebut lebih bersifat ofensif

Setelah berakhirnya perang dingin dan juga teijadi berbagai persoalan politik domestik di beberapa negara di Asia Pasifik3 Australia mulai memperbaharui lagi strategi pertahanan dan keamanan sebagai respons dari perubahan lingkungan strategis saat itu A khirnya pada tahun 1994 A ustra lia m engeluarkan B uku Putih Pertahanan A ustralia rdquoD efending A ustra liardquo4 yang memberikan perhatian lebih pada kerja sama pertahanan dengan negara-negara tetangga dan kurang m enekankan pada ikatan pertahanan Australia dan Amerika Serikat5 dan mengubah strategi pertahanan menjadi rdquomencari keamanan di dalam Asiardquo Dengan ini berarti Australia telah mengubah cara pandang tentang bahaya kuning (Jepang) dan bahaya m erah (RRC dan kom unism e) dengan m enjadikan m ereka m itra demi keamanan dan kemakmuran bersama di Asia dan meletakkan hubungan mereka dalam empat pilar utama yaitu politik ekonomi sosial-budaya dan pertahanan-keamanan6

3 Misalnya dalam konflik intern berbagai faksi di Kamboja gerakan etnonasionalisme suku Karen di Myanmar persoalan Moro di Filipina persoalan Bougenville di Papua Nugini persoalan emis India di Fiji persoalan Aborigin di Australia Gerakan Kemerdekaan Kanak di Kaledonia Baru persoalan GAM OPM dan integrasi Timor Timur di Indonesia

4 Commonwealth of Australia Australia rsquos Defence White Paper 1994 Defending Australia ACT AGPS 1994

5 Pengenduran ikatan pertahanan dengan Amerika Serikat merupakan bentuk dari independensi politik luar negeri Australia di bawah pemerintahan Partai Buruh

6 Makalah resmi yang dibawakan oleh PM Australia Bob Hawke Australia rsquos Security in Asia The Asia Lecture organized bay the Asia-Australia Institute University of New South Wales Sydney 24 Maret 1991 dalam Ikrar Nusa Bhakti dkk Persetujuan Pemeliharaan Keamanan Republik Indonesia-Australia Kaitannya dengan Stabilitas danKeamanan Regional Asia Tenggara Suatu TinjauanStrategis Politis Keija sama PPW-LIPI dengan Balitbang Deplu RI 1997 hlm 97

1 0 3

Pergantian tampuk kepemimpinan di Australia dari Partai Buruh kepada Partai Liberal-Nasional di bawah John Howard tentu saja mempengaruhi konsep pertahanan keamanan sebelumnya Dengan mengeluarshykan rdquo Australiarsquos Strategic Policyrdquo7 pada tahun 1997 menunjukkan bahwa PM John Howard lebih cenderung mendekat pada Inggris dan Amerika Serikat ketimbang dengan negara- negara tetangganya Strategi ini menekankan pada strategi kontinental dengan orientasi utam a pada kekuatan m atra laut yang ditunjang dengan kekuatan matra udara

Perubahan lingkungan di sekitar Australia kembali terjadi pada akhir tahun 1990-an di antaranya referendum dan akhirnya lepasnya T im or Tim ur dari Indonesia Peristiwa ini sempat menimbulkan ketegangan diplomatik antara Indonesia dan A ustra lia karena A ustra lia d ianggap m endukung kem erdekaan Timor Timur melalui operasi tentara Australia di sana Dari operasi di Timor Timur menunjukkan bahwa Australia membutuhkan kekuatan angkatan laut yang lebih andal bukan hanya untuk m engangkut pasukan tapi ju g a untuk melakukan penyerangan Selain itu juga dibutuhkan angkatan udara yang tangguh guna m enghalau musuh yang masuk ke negara-negara te tangga A ustra lia dan mengusir musuh jauh dari wilayah Australia Hal tersebut dituangkan dalam Buku Putih Pertahanan tahun 2000 rdquoOur Future Defence Forcerdquo8

Tragedi serangan terhadap menara kem bar WTC di W ashington pada 11 September 2001 oleh sekelompok teroris yang hingga kini belum terungkap kembali membuat Australia memperbarui strategi pertahanannya Sebagai salah satu sekutu Amerika Serikat Australia kembali beijuang bersama Amerika Serikat dalam memerangi

7 Commonwealth o f Australia Australia s Strategic Policy Canberra ACT Department o f Defence 1997

Commonwealth o f Australia Defence White Paper 2000 Defence 2000 Our Future Defence Force Canberra ACT Department o f Defence 2001

terorism e yang dikenal dengan Global Coalition Against Terrorism Ini termaktub dalam rdquoD efence W hite Paper 2003 A D efence U p d a terdquo9 yang berhasil mengidentifikasi tiga area ketidakpastian dan risiko ya itu te ro rism e g lobal senjata pemusnah massal dan kawasan bermasalah Perubahan s tra teg i pertahanan ini sesungguhnya amat terkait dengan perubahan strategi m aritim Amerika Serikat dalam memerangi terorisme di antaranya dengan kebijakan Proliferation Security Initiatives (PSI) yang dicetuskan George W Bush pada 31 Mei 2003

Berdasarkan berbagai buku putih yang dikeluarkan Australia menunjukkan bahwa A ustralia belum sepenuhnya dan tampaknya tidak akan pernah rdquobertarungrdquo secara mandiri Koalisi dengan Amerika Serikat justru semakin erat dan tercermin dalam keb ijakan pertahanan A ustralia berikutnya Salah satu bentuk konkret koalisi Amerika Serikat dan Australia ditambah dengan berbagai negara lain dunia dalam rangka m enggalang koa lis i m elaw an terorisme terlihat dalam berbagai latihan operasi m iliter dalam program PSI yang sering m elakukan latihan bersama PSI d itu jukan un tuk m encegah terjad inya perdagangan atau transfer ilegal senjata pemusnah massal antamegara atau dari suatu negara ke ak tor-ak tor nonnegara yang melanggar aturan dan norma internasional10

Sampai dengan tahun 2005 PSI telah didukung oleh lebih dari 60 negara dunia dari berbagai kawasan Meskipun PSI bukanlah sebuah o rgan isasi dan tidak m em iliki sekretariat atau markas besar kerja sama informal ini telah terbukti mampu mencegah pengem bangb iakan sen ja ta pem usnah massal

9 Commonwealth o f Australia Australia rsquos National Security A Defence Update Canberra ACT Department o f Defence 2003

10 C om m onw ealth o f A ustralia Weapons o f Mass Destruction Australia rsquos Role in Fighting Proliferation Practical Responses to New Challenges Canberra ACT Australian Government 2005

104

Bentuk kerja sama lain dalam rangka aliansi Amerika Serikat-Australia adalah penandatanganan nota kesepahaman dalam hal pertahanan missil pada Juli 2004 di antaranya diwujudkan melalui kerja sama pengembangan Standard Missile 3 (SM-3) yang merupakan pengembangan dari SM-1 dan SM-2 Kekuatan senjata yang ditujukan untuk memerangi terorism e inilah yang m endapatkan pertentangan dan respons beragam dari n eg ara-negara te tangga Australia khususnya negara-negara Asia Tenggara dengan adanya indikasi akan m unculnya p erta rungan rdquo The Son o f Starwars

Selain itu un tuk m endukung pengamanan maritim pada 15 Desember 2004 PM A u stra lia John H ow ard mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan negara tetangga dengan akan menerapkan pengawasan sejauh 1000 nm (1850 km) terhadap kapal yang akan menuju Australia melalui kebijakan Australia rsquos Maritime Identification Zone (AMIZ)11 Kebijakan ini kembali mengundang respons beragam dari negara tetangga yang terkena imbas dari kebijakan ini khususnya Indonesia Sejauh 1850 km tersebut untuk wilayah Indonesia berarti telah menjangkau sebagian besar wilayah Jawa dan melampaui laut Arafuru Akibat reaksi dari berbagai negara maka kebijakan ini berganti menjadi Australiarsquos Maritime Identification System (AMIS) Perlu kita cermati sesungguhnya perubahan kata zone m enjadi rdquosystem memiliki makna yang tidak jauh berbeda Bahkan penggunaan kata rdquosystem m em buat A ustralia lebih bebas m enterjem ahkan konsep kebijakan tersebut seluas-luasnya yang berarti bukan tidak mungkin lebih dari sekadar zone yang dikritik oleh berbagai negara karena melanggar kedaulatan negara yang bersangkutan

11 Press Release Strenghtening Ojfshore Maritime SecurityPrime Minister Howardrsquos Announcement Perth 15 Desember 2004

Isu S trategis dalam K ebijakan Pertahanan Australia

Selain membangun pertahanan missil bersama Amerika Serikat dalam PSI yang secara langsung maupun tidak langsung berw ujud SM-3 atau A M IZS strategi pertahanan Australia juga menekankan pada persoalan migrasi internasional Tidak dapat dipungkiri bahwa Australia adalah sebuah negara yang dibangun oleh para migran yang datang dari berbagai belahan dunia mulai dari benua Eropa Asia dan Amerika Akibat perbedaan latar belakang sosial budaya ekonomi antarw arga inilah yang kerap memunculkan persoalan dalam membangun iden titas negara A ustra lia Selain itu kehadiran para imigran yang tiap tahun kian bertambah jelas menimbulkan tambahan persoalan bagi Australia Pasalnya kehadiran m ereka d ianggap m enjadi penyebab munculkan ketidakamanan di bumi Australia akibat aksi-aksi radikal mereka Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa sebagian besar mereka merupakan imigran ilegal

Sebagai akibat semakin banyaknya migran ilegal yang masuk ke Australia maka pada September 2001 Parlemen Federal A u stra lia m elo loskan Migration Amandement (Excision from Migration Zone) Act 200712 yang ditujukan untuk mengurangi insentif bagi para migran yang masuk secara ilegal Untuk menangani persoalan migran ini Australia juga menerjunkan Australian Defence Forces (ADF) dengan menggelar operasi militer rdquoRelexrdquo yang melibatkan 5 buah kapal perang dan 4 pesawat pengintai dari sebelah barat pulau Christmas hingga Ashmore Reef

Isu pertahanan keamanan yang juga m enjadi penekanan A ustra lia adalah pengam anan atas gas lepas pantai dan eksplorasi minyak di North-West Shelf yang

12 Moira Coombs Excision from the Migration Zone Policy and Practice Research Note No 42 2003-04 1 Maret 2004 dalam httpwwwaphgovaulibrarypubsrn 2003-0404m42htm

1 0 5

terletak di pantai Australia Barat dan laut Timor yang pada tahun 2003 terjad i penyerangan atas pelabuhan kilang minyak A ustralia oleh sekelom pok teroris Ini kem bali m enunjukkan kekhaw atiran Australia atas terganggunya aset-aset vital negaranya oleh serangan teroris

U ntuk m engatasi persoalan pengam anan di kaw asan lepas pantai Australia juga melibatkan perusahaan terkait dengan melakukan amandemen terhadap the Maritime Transport Security Act 2003 (M TSA ) dengan m enugaskan peng- koord inasiannya kepada D epartem en Transport dan Pelayanan regional yang direncanakan tugas itu akan selesai dan dapat dilaksanakan terhitung mulai 30 September 200513

Selain itu isu terorisme pasca Tragedi 11 September 2001 dan Bom Bali I pada Oktober 2002 semakin menjadi perhatian lebih bagi A ustralia D itam bah dengan peledakan bom yang dibawa oleh sebuah mobil yang berhenti di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada September 2004 kembali membuat Australia lebih waspada terhadap keamanan negaranya termasuk keamanan warga negaranya di negara lain

Respons atas K ebijakan Pertahanan Australia

Dalam menganalisis respons negara- negara tetangga dan juga negara-negara yang memiliki relevansi dengan Australia dan perpolitikan internasional kami menetapkan Cina Filipina Jepang Malaysia Indonesia Selandia Baru Singapura dan Thailand

Terkait dengan perubahan lingkungan strategis dan perkembangan isu terorisme yang merebak di dunia internasional di mana negara-negara berlom ba-lom ba secara m ultilateral m elakukan latihan m iliter bersama dalam forum PSI guna memerangi

13 Interview with the Australian A ssociated PressNovember 17 2004 hlm 19

penyebaran senjata pemusnah massal Cina justru memilih untuk tidak bergabung dalam aliansi pimpinan Amerika Serikat tersebut Alasannya selain tidak sesuai dengan arah kebijakan luar negeri Cina PSI juga dianggap m elanggar hukum internasional dengan adanya aksi interdiction yang dilakukan oleh negara anggota yang berarti juga melanggar supremasi suatu negara Diperkuat dengan kedudukan Cina sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB Cina merasa memiliki tanggung jaw ab khusus untuk mewujudkan perdam aian dan keamanan internasional Cina hanya mengharapkan adanya keija sama yang erat dengan negara anggota inti PSI dan memainkan peran k o n s tru k tif dalam m engatasi m asalah tersebut14 Namun ternyata di pihak lain Cina bersama Rusia justru melakukan latihan militer bersama pada Agustus 2005 dalam rdquoPeace Mission 2005rdquo yang didasarkan pada nota kesepahaman yang ditandatangani Juli 2004 Lalu terkait dengan hubungan Australia dan Cina memang lebih signifikan dalam bidang perdagangan ketimbang pertahanan Dan persoalan keb ijakan pertahanan Australia tidak akan menjadi masalah bagi Cina selama Australia mendukung rdquoone china policy

Sementara itu hubungan Australia dan Jepang kaitannya dengan keterlibatan kedua negara dalam PSI dinilai cukup signifikan Dengan menjadi bagian dari latihan bersam a PSI Jepang mendapat keun tungan berupa pengem bangan kemampuan Pasukan Bela Dirinya dalam mencegah penyebaran senjata pemusnah massal sekaligus mengamankan kepentingan jalur laut yang dilalui kapal-kapal tanker Jepang yang membawa minyak mentah dari Timur Tengah Pengangkutan minyak mentah tersebut m elalui Terusan Suez Lautan Hindia Selat Malaka Laut Cina Selatan dan Terusan Taiwan Sedangkan kebijakan SM- 3 yang menurut pernyataan Australia baru

14 East Asia Strategic Review 2005 hlm 28

1 0 6

akan dikembangkan pada tahun 201315 justru sudah lebih dahulu dikembangkan Jepang sehingga jika Australia nanti benar-benar akan mengembangkan SM-3 akan sangat membantu Jepang dan Am erika Serikat dalam mengatasi persoalan di antaranya krisis nuklir di Semenanjung Korea

Reaksi yang cukup unik ditunjukkan oleh Selandia Baru dalam m enanggapi kebijakan pertahanan Australia terkait dengan AMIS dan SM-3 Sebagai negara di selatan Australia tentu saja radar pengamanan sejauh 1850 km akan mencapai wilayah Selandia baru Pada awalnya Menteri Luar Negeri Selandia Baru Phil Goffbereaksi cukup keras terhadap keb ijakan te rsebu t karena melanggar kedaulatan Namun beberapa waktu kem udian pihak Selandia Baru mengaku telah meminta klarifikasi terhadap Australia dan menyatakan bahwa telah terjadi kesalahan komunikasi antara Selandia Baru dan A ustra lia atas keb ijakan m aritim Australia tersebut Sejak itu ketegangan kedua negara seolah mereda dan memang perlu disadari bahwa membangun hubungan bilateral yang kondusif antara mereka lebih penting ketimbang mengedepankan konflik baik bersenjata maupun diplomatik

Sebagai kawasan yang terletak di utara Australia dan kerap dianggap sebagai ancaman bagi Australia negara-negara di Asia Tenggara dalam hal ini F ilipina Malaysia Singapura Thailand termasuk Indonesia memberikan reaksi yang cukup beragam terhadap kebijakan AMIS Reaksi yang cukup keras muncul dari Malaysia dan Indonesia karena dianggap m elanggar kedaulatan Sementara Filipina Thailand dan Singapura tidak memberikan pernyataan atau reaksi yang terbuka terkait dengan sikap mereka atas kebijakan Australia tersebut

Khususnya Indonesia berdasarkan diskusi terfokus yang dilakukan oleh tim peneliti dan juga pemberitaan di berbagai

15 Australian Defense Section-Jakarta Responses to Issues from LIPI Seminar 16 Mei 2005

media massa menunjukkan bahwa terdapat reaksi yang berbeda antarinstansi atau departemen di jajaran pemerintah Indonesia dalam menyikapi kebijakan AMIZ dan SM- 3 Pernyataan Menteri Pertahanan Indonesia Juwono Sudarsono yang terkesan keras sebenarnya cukup kondisional Sementara di bawah permukaan reaksi elite Indonesia jauh lebih keras B ahkan dalam berbagai pertem uan te rtu tu p kalangan m iliter menggunakan istilah-istilah yang tidak kalah kerasnya R eaksi berleb ihan Indonesia terhadap AMIZ selain merupakan bentuk penolakan terhadap supremasi Barat juga m enjadi salah satu cara Indonesia menunjukkan nasionalismenya dalam rangka mengukuhkan identitas nasional Namun secara umum dilihat dari awal sejarah hubungan diplomatik Indonesia-Australia hingga kini memang kerap mengalami pasang surut Keterlibatan tentara Australia dalam lepasnya Timor Timur dari Indonesia menjadi isu santer yang sempat membekukan hubungan kedua negara Selain itu perbedaan m odel kepem im pinan antara PM John Howard dengan para pendahulunya dalam menyikapi hubungannya dengan Indonesia juga m enjadi salah satu penyebab yang memperkeruh hubungan bilateral kedua negara Kasus pemberian visa terhadap 42 orang warga Papua pada awal tahun 2006 ini juga kembali menguji kekokohan hubungan kedua negara

Penutup

Perkembangan kebijakan pertahanan Australia sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan strategis khususnya di kawasan Asia Pasifik Pertahanan dan keamanan kon tinen ta l m enjadi dasar kebijakan pertahanan A ustra lia d ibandingkan pertahanan m aritim Padahal w ilayah A ustralia yang d ikeliling i oleh lautan seharusnya m enjad ikan pen ting bagi A u stra lia un tuk m em perkuat arm ada maritimnya Namun perubahan lingkungan strategis khususnya pasca-perang dingin

1 0 7

membuat Australia mulai mengalihkan fokus perhatian pertahanan keamanannya pada pertahanan maritim

Pergeseran fokus perhatian tersebut telah dimulai sejak Buku Putih Pertahanan tahun 1987 berdasarkan masukan dari Paul Dibb yang term uat dalam Dibb Report hingga Defence Update tahun 2003 pasca- tragedi 11 September 2001 yang menimpa Am erika Serikat Di dalam periodisasi kebijakan tersebut tidak terlalu terlihat pergeseran kebijakan yang signifikan tapi tetap ada penekanan-penekanan pada hal-hal tertentu Isu-isu strategis yang juga turut m em pengaruhi keb ijakan pertahanan A ustralia terkait erat dengan persoalan m igrasi ilegal yang kerap m em banjiri Australia juga pengamanan terhadap aset vital Australia di gas lepas pantai dan kilang minyak dari serangan teroris Kesemua isu strategis tersebut sesungguhnya bermuara pada ketakutan Australia terhadap serangan terorisme yang terus membayangi Australia

U paya konkre t dalam rangka m em perkuat arm ada m aritim nya dari serangan teroris pada akhir tahun 2004 A ustra lia m engeluarkan keb ijakan Australia rsquos Maritime Identification Zone yang bertujukan untuk memeriksa kapal- kapal yang akan menuju Australia dalam identitas kapal awak kapal kargo lokasi dan pelabuhan tujuan di Australia Kebijakan yang menerapkan cakupan sejauh 1850 km ini kontan mengundang reaksi keras dan berbagai respons dari negara-negara sekitarnya khususnya negara-negara yang berbatasan langsung dengan Australia di antaranya Indonesia Malaysia dan Selandia Baru Adapun rencana pengembangan SM-3 yang d iakui A u stra lia baru akan dikembangkan tahun 2013 tidak mendapat respons secara langsung yang signifikan Kekhawatiran muncul dari Cina dan negara- negara Asia Tenggara terhadap kemungkinan munculnya perlombaan senjata antamegara yang memiliki nuklir yang tentu saja akan mengancam perdamaian dunia Sementara

Jepang ju s tru te lah leb ih dahulu mengembangkan SM-3 ini bersama Amerika Serikat

Oleh karena itu sebagai bagian dari jaring-jaring pertahanan Amerika Serikat sekaligus sekutu abadi Amerika Serikat di Asia Pasifik A ustralia saat ini menjadi p e rha tian n eg ara-n eg ara tetangganya Kepentingan Amerika Serikat dianggap telah berm ain di kaw asan te rseb u t m elalui Australia dan negara Asia sekutu Amerika Serikat seperti Jepang dan Korea Selatan

D aftar Pustaka

Australian Defense Section-Jakarta Responses to Issues from LIPI Seminar 16 Mei 2005

Bhakti Ikrar Nusa dkk 1997 Persetujuan P em elih araan K eam anan R epublik Indonesia-Australia Kaitannya dengan Stabilitas dan Keamanan Regional Asia Tenggara Suatu Tinjauan Strategis Politis Kerja sama PPW-LIPI dengan Balitbang Deplu RI

Commonwealth o f Australia 1994 A ustraliarsquos D efence White P aper 1994 Defending Australia ACT AGPS

------------------- 1997 Australia s Strategic PolicyCanberra ACT Department o f Defence

-------------------- 2001 Defence White Paper 2000Defence 2000 Our Future Defence Force Canberra ACT Department o f Defence

2003 A u stra lia rsquos N ationalSecurity A Defence Update Canberra ACT Department o f Defence

2005 W eapons o f M assDestruction Australia rsquos Role in Fighting Proliferation Practical Responses to New Challenges Canberra ACT Australian Government

Coombs Moira Excision from the Migration Zone Policy and Practice 1 Maret 2004 Research N ote N o 42 20 0 3 -0 4 dalam http wwwaphgovaulibrarypubsm2003-04 04m42htm

East Asia Strategic Review 2005

Interview with the Australian Associated Press November 17 2004 hlm 19

1 0 8

Prime Minister Howardrsquos Announcement 15 Desem ber 2004 Press Release ldquoStrenghtening Offshore Maritime Securityrdquo

Review o f Australia s Defence Capabilities 1986 Report to the Minister for Defence by Mr Paul Dibb Canberra AustralianGovernment Publishing Service

Tewes Alex 2005 Australia rsquos Maritime Strategy in the 21st Century Research Brief No4 2004-05 Foreign Affairs Defence and Trade Sections Canberra Parliament o f Australia Parliamentary Library dalam http wwwaphgovaulibrarypubsRB2004-05 05rb04htm

1 0 9

Review Buku

KEKERASAN A LA KAPITALISMESebuah Telaah atas Buku Violence and D em ocratic Society

Athiqah Nur Alami (Kandidiat Peneliti P2P-LIPI)

Judul BukuPenulisPenerjemahPenerbitHalaman

Violence and Democratic Society Prof DR Jamil Salmi PhD Slamet Raharjo Kelompok Pilar Media Februari 2005 292 halaman

Abstract

The rise o f capitalism at the present does not mark it as a glorious ideology Capitalism has many dark sides that we should aware One o f the dark sides that is worth to be noticed is the emergence o f violence against human that happened to maintain the existence o f Capitalism itself The Violence has various forms direct violence and indirect violence Each form o f the violence brings conseguence that is often disrespect the universal human rights

Istilah kekerasan dan kapitalisme berasal dari dua akar ilmu sosial yang berbeda Kekerasan m erupakan istilah dalam

sosiologi sedangkan kapitalisme muncul dalam ilmu ekonomi Namun demikian kedua istilah tersebut memiliki keterkaitan karena ternyata paham kapitalisme yang kemudian berkembang tidak hanya di bidang ekonomi tapi juga politik mempengaruhi berbagai sendi kehidupan masyarakat dunia saat ini term asuk m enjadi salah satu penyebab te rjad in y a kekerasan baik langsung maupun tidak langsung

Teori-teori tentang kapitalisme yang berkembang pada abad ke-18 19 dan 20 berada dalam konteks revolusi industri dan imperialisme Eropa serta perang dingin Para teoritisi tersebut menggambarkan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonom i yang

bercirikan modal dim iliki oleh individu swasta dan keputusan ekonomi ditentukan oleh pasar1

Konstelasi perpolitikan dunia pascashyperang dingin mengalami perubahan yang cukup signifikan Runtuhnya komunisme di Uni Soviet dan pertumbuhan ekonomi pasar sosialis di Cina serta globalisasi semakin memperkuat paham kapitalisme dunia Tesis F rancis Fukuyam a yang m entakdirkan kapitalisme sebagai ldquopemenang tunggalrdquo semakin membuat yakin dunia bahwa tidak ada ideologi lain yang bisa bertahan selain kap ita lism e K em enangan liberalism e ekonomi dan politik serta demokrasi liberal Barat yang gemilang membuktikan bahwa

1 Capitalism-Wikipedia the free encyclopedia yang diakses pada 3 Juli 2006

111

liberalisme merupakan satu-satunya ideologi pemerintah yang paling tepat

N am un di ba lik kejayaannya kapitalisme ternyata menyimpan wajah gelap yang perlu kita kritisi bersama Jurang pemisah masih menganga di antara retorika kem enangan kapitalism e dan sisi gelap kehidupan sehari-hari umat manusia

Di balik jargon-jargon kapitalisme yaitu kemajuan (progress) pertumbuhan (growth) dan kemakmuran (prosperity) terdapat m asalah-m asalah dunia seperti kelaparan kemiskinan tuna wisma buta huruf rendahnya tin g k a t kesehatan pengangguran ketim pangan sosia l peredaran obat terlarang dan segala bentuk kekerasan

Violence and Democratic Society yang ditulis oleh Prof Dr Jamil Salmi PhD ini berusaha untuk menguak segala tabir gelap kapitalisme tersebut dan membuka m ata p ik iran k ita bahw a kap ita lism e bukanlah sebuah ideologi pemenang seperti yang dilontarkan oleh Fukuyama Buku ini m engkaji ke terkaitan langsung antara berbagai aspek dalam tindak kekerasan yang terjadi akibat biasnya pandangan kapitalisme terhadap kekerasan tersebut Kategorisasi bentuk kekerasan sebagai modus pelanggaran hak asasi m anusia perangkaian secara struktural dan etis mengenai peran dan ldquokeberm aknaanrdquo kekerasan m erupakan dampak akumulasi modal dalam sistem kapitalisme

Istilah kekerasan dalam ranah kapitalisme yang terdapat dalam buku ini bermakna kekerasan bukanlah kecelakaan atau kesalahan tapi justru diperlukan demi keberlangsungan kapitalisme Kekerasan dilihat bukan dari kacamata pemerintah tapi dari kacamata korban kekerasan Definisi korban kekerasan baik perorangan maupun kelom pok ada baiknya m engacu pada Deklarasi Prinsip-Prinsip Dasar Keadilan bagi Korban Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan terutama pada paragraf 1 dan 2 yaitu ldquoKorban berarti orang yang secara

pero rangan dan kelom pok m enderita kerugian termasuk cedera fisik dan mental penderitaan emosional kerugian ekonomi atau perampasan nyata terhadap hak dasar merekardquo2

Kritik atas Pendekatan dalam Memandang Kapitalisme

Profesor asal Maroko dari Institute o f Educational Panning di Rabat ini mengawali uraiannya dengan membeberkan lima jenis k a rak teristik pendekatan persepsi dan perhatian masyarakat demokratis-kapitalis yang bias tidak benar saling berkaitan dan saling m elengkapi dalam m em andang kekerasan

Pertama ia mengungkapkan adanya analisis yang dangkal atau superficial atas m akna kekerasan M edia m assa hanya memberitakan aspek-aspek kekerasan yang paling mudah dilihat secara visual sedangkan bentuk-bentuk kekerasan atau pelanggaran hak asasi manusia yang menurut mereka tidak layak d iberitakan tidak akan dim uat meskipun kekerasan itu sangat dramatis Perhatian pub lik hanya terfokus pada kekerasan yang instan dan sensasional yang digembar-gemborkan media massa seperti perampokan bank pembajakan pesawat Namun demikian tidak menaruh perhatian pada seorang kondisi im igran dari suku Indian Barat di London atau Puerto Rico di New York atau Arab di Paris yang menjadi korban kekerasan

Kedua adanya analisis yang kurang proporsional oleh masyarakat Barat Mereka melebih-lebihkan wilayah dan intensitas kekerasan yang sebenarnya tidak begitu serius atau mereka mereduksi suatu tindak kekerasan sehingga dampaknya menjadi minimal Ketika orang membandingkan jumlah korban teroris sikapnya terhadap pelaku terorisme di Eropa seperti IRA Action Directe Brigade M erah atau Al-Qaeda

2 Theo van Boven Mereka yang Menjadi Korban ELSAM Jakarta 2002 hlm 6

1 1 2

tidak lah sam a sikap m ereka terhadap serangan yang dilakukan pemerintah Israel terhadap bangsa Palestina Lebanon Tunisia dan Irak

Setelah m em bandingkan sikap masyarakat Barat terhadap kasus kekerasan terlihat adanya ketidakproporsionalan sikap Barat terhadap kekerasan Tidak proporsional ini te rjad i karena konsep ten tang perlindungan hak asasi m anusia yang dimaknai sempit Ketika parlemen Prancis m em bahas kem ungkinan penghapusan perbudakan selam a abad k e -19 top ik utamanya yaitu berapa banyak kompensasi yang harus diterim a pem ilik budak jika perbudakan d ihapuskan bukan pada kompensasi yang harus diterima oleh para budak yang sekian tahun menderita dan dibelenggu kebebasannya

Ketiga adanya analisis individualis- tik yang keterlaluan Maksudnya yaitu hanya memperhitungkan faktor-faktor individu yang pada kenyataannya dianggap sebagai pendekatan yang objektif Hubungan kausal antara kekerasan yang diamati dan struktur sosial yang m elingkupinya dilenyapkan secara sistematis Konsekuensinya analisis te rsebu t gagal m enelusuri hubungan- hubungan logis antara seorang individu sebagai pelaku atau korban dan kelompok atau kelas sosial darimana dia berasal

Di masa lampau ketika Afrika dijajah Prancis Inggris Spanyol dan Portugal kaum nasionalis yang berjuang melawan penjajah digambarkan dan dituduh sebagai gangster agitator ekstremis pemimpin gerombolan atau pembunuh bukannya sebagai pejuang kebebasan Kini ketika kelompok oposan menentang rezim-rezim brutal di El Salvador Guatemala atau Afrika Selatan yang terpaksa m enggunakan kekerasan m ereka tidak pernah dianggap sebagai pa trio t yang menentang tatanan sosial yang represif dan tidak adil namun sebagai teroris fanatik yang hanya bertujuan menciptakan anarki dan keporakporandaan

M enurut Salm i kelem ahan dari analisis individualistik ini adalah kenyataan analitis yang mengesampingkan sepenuhnya bentuk-bentuk kekerasan institusional terutama yang dilakukan oleh negara itu send iri Ind iv idu yang m elaksanakan kekerasan dipersalahkan tapi tidak ada seorang pun yang mendakwa pihak lain di balik layar atau dalang dari state terrorism ini T erlihat m isa lnya k e tika sejarah memutuskan hanya ada satu tertuduh dalam pembunuhan massal My Lai yang dilakukan oleh pasukan Amerika Serikat secara biadab terhadap 450 orang penduduk desa di Vietnam Selatan yaitu Letnan W illiam Calley Sem entara kitapun tidak pernah menentang keterlibatan AS di Vietnam

Tuduhan atas pelaku terorisme yang selam a ini berkem bang leb ih banyak diarahkan pada non-state actors dan jarang mengungkap pelaku state actor Padahal m enurut Prof Igo r P rim oratz dalam tulisannya berjudul State Terrorism and Counterterrorismrdquo3 state terrorism justru lebih berbahaya daripada non-state terrorism Alasan pertam a dalam berbagai cara state terrorism merupakan gabungan dari aksi yang penuh kerahasiaan tipu daya dan kemunafikan Ketika terlibat dalam suatu aksi terorisme mdash apakah pelakunya negara itu sendiri atau negara proxinyamdashsebuah negara akan bertindak sembunyi-sembunyi Suatu negara tid ak m engakui segala bentuk keterlibatan dan mengaku taat pada nilai-nilai dan prinsip yang m engaturnya Bahkan alasan yang digunakan ketika melakukan tindakan terorisme adalah sebagai legitimasi tindakan perang atau dalam rangka menjaga pertahanan dan keamanan negara Kedua Primoratz mengutip tulisan Walter Laquer dalam buku The Age o f Terrorism yang m enyatakan bahwa tindakan teror yang

3 Prof Igor Prim oratz State Terrorism and Counterterrorism Working Paper Number 20023 Centre for Apply Philosophy and Public Ethics dalam httpeprintsunimelbeduauarchive0000013701 Primoratpdf

1 1 3

dilakukan oleh negara po lisi dan pemerintahan tirani bertanggung jawab atas ribuan kali leb ih banyak korban dan kesengsaraan ketimbang tindakan terorisme individu yang dilakukan bersama-sama

K ritikan terak h ir Salm i atas pendekatan dalam memahami kekerasan bahwa kekerasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia sering ditampilkan hanya dengan analisis sepihak atau satu sisi pandangan ideologis Ini terlihat dalam kekhawatiran pemerintah Amerika Serikat terhadap upaya pelaksanaan hak asasi manusia di negerinya Ayatollah Khomeini Iran akan tampak lebih diakui dan absah jika sikap penghargaan atas pelaksanaan hak asasi manusia tersebut diberikan kepada Syah Iran yang m enyiksa law an-law an politiknya melalui tangan-tangan polisi rahasianya di saat Syah berkuasa Kekerasan yang bias dan sengaja juga tampak dalam pilihan kata dan ungkapan yang digunakan oleh media massa Perlakuan terhadap gerakan pemberontakan Palestina (Intifadha) selama akhir tahun 1980-an adalah contoh lain yang jelas-jelas d iberitakan secara b ias O pini pub lik A m erika Serikat yang diarahkan lebih bersimpati kepada Israel terlihat sangat nyata dalam pemberitaan media Ketika ratusan orang Palestina dibunuh oleh tentara Israel yang ditempatkan di Tepi Barat dan Jalur G aza pers A m erika Serikat hanya m em beritakannya di halam an pojok Sementara itu kematian seorang warga Israel menjadi headline dan diliput di halaman muka Pemberitaan tentang kematian Tirzah Poret seorang korban ldquoterorismerdquo Palestina yang tidak berdosa yang dimasukkan dalam tajuk rencana Washington Post tertanggal 8 April 1988 berlawanan dengan pemberitaan yang kering dan sangat tidak berimbang tentang meninggalnya 130 orang Palestina lanjut usia di Tepi Barat

Bentuk-Bentuk Kekerasan

Bagian berikutnya dalam buku ini yang sem akin m enarik ya itu setelah menelaah berbagai pendekatan masyarakat kapitalis dalam m em andang kekerasan Salm i berupaya m engkategorisasikan berbagai kekerasan tersebut ke dalam empat bentuk kekerasan Di dalam merumuskan em pat ben tuk kekerasan te rsebu t dia mensyaratkan harus memenuhi dua kriteria yang d idasarkan pada ben tuk-ben tuk kekerasan yang analitis tidak parsial dan teliti yaitu objektivitas (objectivity) dan kelengkapan yang mendalam (exhaustivity) Bentuk kekerasan tersebut adalah kekerasan langsung kekerasan tidak langsung kekerasan represif dan kekerasan alienatif

Bentuk kekerasan yang pertama yaitu kekerasan langsung Kekerasan ini merujuk pada tindakan yang menyerang fisik atau psikologis orang secara langsung Penggunaan kekerasan langsung ini menurut Salmi mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai cara untuk mengakses sumber daya alam sebagai cara yang efektif untuk mencari tenaga keija dan sebagai cara untuk menjaga kelangsungan kapitalisme hingga sekarang ini Sepanjang catatan sejarah suatu bentuk kegiatan ekonomi kapitalisme tidak bisa berkembang di lingkungan yang sumber daya alamnya masih perawan dan tersedia secara bebas untuk sem ua orang Kapitalism e membutuhkan persediaan sumber daya alam (tanah air minyak dan bahan mineral) yang dimiliki oleh sektor privat (swasta) atau penguasaan sumber daya alam oleh swasta sebagai ben tuk peno lakan terhadap kepemilikan atau penguasaan sumber daya alam secara kelompok

Sejarah Amerika Serikat sepanjang abad ke-18 diwarnai tindakan perampasan tanah-tanah bangsa asli orang kulit berwarna (suku Indian) oleh orang kulit putih Sebelum

114

tahun 1860 penduduk Indian telah berkurang hampir dua pertiga M impi suku Indian berakhir pada 18 Desember 1890 ketika pasukan Amerika Serikat membunuh 200 orang laki-laki perempuan dan anak-anak di Wounded Knee

Penggunaan kekerasan untuk mengontrol sumber daya alam bukan hanya terjadi di masa lampau Di Amerika Serikat juga suku Navajo Indian di bagian barat daya dan suku Sioux di D akota terusik oleh perusahaan-perusahaan pertambangan besar yang sangat bernafsu mengeruk batu bara dan uranium yang ada di daerah kekuasaan suku Indian itu Begitu juga yang teijadi pada suku Aborigin di Australia Tasmania Selandia Baru dan Tahiti

Fungsi untuk mencari tenaga kerja juga diyakini Salmi sebagai tujuan dari kekerasan langsung Banyak pekeija di Haiti setiap tahunnya d irekru t dengan ja lan ldquoditangkap dirazia dan dipaksardquo kemudian dik irim ke R epublik D om inica untuk dipekerjakan di perkebunan tebu Fungsi ini memang banyak ditemukan di negara Dunia Ketiga Bentuknya antara lain pertama perbudakan hutang Di banyak negara ketika dalam keadaan sulit misalnya gagal panen maka untuk bertahan hidup para petani terpaksa meminjam uang dari rentenir Jika panen beriku tnya gagal lag i m ereka memasuki pintu perbudakan karena jeratan hutang Fenomena ini banyak berkembang di India dan Bangladesh Bentuk kedua dari keija paksa berhubungan dengan penggunaan tahanan atau narapidana sebagai tenaga keija yang ldquod ik o n trak rdquo oleh perusahaan- perusahaan sw asta Di K olom bia perusahaan-perusahaan Amerika Serikat menggunakan beribu-ribu tahanan sebagai tenaga kerja dengan gaji yang tidak masuk akal B entuk ketiga yaitu beberapa pemerintah mengambil tenaga kerja secara paksa dan menggunakannya untuk bekeija di sektor publik tanpa digaji Praktik ini banyak teijadi di Indonesia Liberia dan Pakistan

Fungsi kekerasan langsung yang terakhir terletak pada upaya melestarikan tatanan orde kapitalism e Pada tingkat internasional sebagian besar negara dengan sistem ekonomi kapitalis rezim politiknya bersifat otoriter Kecuali di negara-negara Barat yang demokratis dan beberapa negara Dunia Ketiga yang belakangan ini telah mengganti pemerintahan diktatornya dapat d iam ati bahw a pem bunuhan dengan kepentingan politik pembunuhan massal masyarakat sipil penahanan yang semaunya sendiri penculikan dan ldquopenghilangan o rangrdquo m erupakan m etode yang biasa digunakan di seluruh dunia untuk meredakan tuntu tan kebebasan dan keadilan yang berlebih

Salmi dapat menyimpulkan bahwa dim ensi ekonom i turut berperan dalam sebagian besar perang dan konflik yang pecah mulai abad ke-15 Di antaranya terlihat dalam konflik Utara-Selatan Bentuknya antara lain perdagangan budak perang m elaw an pen jajah perang un tuk m em peroleh kemerdekaan dan intervensi m iliter saat perang dingin Jelas bahwa semua konflik itu tujuan pokoknya adalah untuk memenuhi tu juan-tu juan ekonom is seperti upaya perluasan wilayah kekuasaan upaya untuk mengendalikan sumber daya alam pencarian pasar-pasar baru atau peluang investasi atau kebutuhan untuk mencari tenaga keija murah Dan penggunaan senjata dalam kekerasan langsung bukanlah sekadar cerita yang mengada-ada dalam sejarah kapitalisme Bahkan hal ini merupakan cara yang wajar untuk m enciptakan m elestarikan atau mengubah hubungan-hubungan ekonomi dan sosial yang menjadi ciri sistem produksinya

B entuk kekerasan k e d u a yaitu kekerasan tidak langsung yang bermakna tindakan yang membahayakan manusia juga tetapi tidak melibatkan hubungan langsung antara korban dan pihak yang bertanggung jawab atas tindak kekerasan tersebut

Salmi mengkategorikan kekerasan tidak langsung ke dalam dua jenis yaitu

1 1 5

kekerasan yang dimediasi atau termediasi dan kekerasan dengan atau karena pembiaran

K ekerasan yang d im ediasi atau term ediasi m erupakan hasil intervensi manusia secara sengaja terhadap lingkungan alam atau sosial yang membawa pengaruh secara tidak langsung pada manusia lain Pokok kajian dari bentuk kekerasan ini ada em pat ya itu pengaruh ko lon ialism e pengaruh fisik proses produksi pengaruh sifat hasil-hasil produksi dan pengaruh kemajuan teknologi

Selain tindakan m iliterism e kolonialism e m em iliki pengaruh pada kehidupan m asyarakat te rja jah yang memburuk M isalnya berupa penyebaran epidemi penyakit yang berbahaya rusaknya keseimbangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat dan wabah kelaparan akibat supply makanan yang minim

Contoh lain dari kekerasan yang term ediasi dapat d item ukan dalam berjalannya proses produksi Di banyak industri para pekerja setiap hari melakukan kontak dengan limbah produksi atau mesin yang mengancam keselamatan dan kesehatan mereka karena mengakibatkan keracunan alergi kulit keguguran atau mutasi genetik dan penyakit kronis Proses produksi secara fisik tidak hanya berdampak pada pekeija tapi ju g a m em baw a konsekuensi bagi lingkungan di luar perusahaan tersebut K erusakan eko log is ini dapat berupa kerusakan lingkungan alam dan penipisan sumber daya alam yang dapat diperbaharui

S ifa t-s ifa t hasil produksi m enciptakan bentuk kekerasan yang termediasi yang lain dalam sistem ekonomi kapitalis Karena tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan sebanyak- banyaknya maka mereka menjual semua yang diproduksi Ini berarti bahwa kemampuan menjual sebuah produk menjadi kriteria pokok dalam menentukan barang dan usaha produksi Sehingga produk yang dijual kurang memperhitungkan dampak negatif atau positif produk tersebut bagi kesehatan

dan keselam atan konsum en Di negara- negara industri terdapat hubungan yang jelas antara produk yang dikonsumsi masyarakat dan penyakit yang mereka derita Konsumsi daging dan lemak yang berlebihan dapat menyebabkan penyakit jantung hepatitis dan sebagainya

Bentuk kekerasan termediasi lainnya terlihat pada dampak kemajuan teknologi Selam a m asa p en ja jahan kehidupan masyarakat tradisional pedesaan di banyak negara secara b ru ta l berubah dengan d iperkenalkannya ldquopertan ian untuk p erdaganganrdquo dan seiring dengan menurunnya hasil pertanian dengan sistem trad is io n a l R evolusi e lek tron ik ju g a berdam pak n eg a tif bagi negara-negara berkem bang ya itu m enam bah jum lah pengangguran dan memperdalam jurang kaya miskin Namun ini tidak berarti bahwa kemajuan teknologi itu buruk Keburukannya tidak terletak pada teknologinya saja tapi ju g a cara m enggunakannya untuk berproduksi dan bidang apa yang seharusnya m enggunakan teknolog i canggih serta teknologi apa yang harus dikembangkan atau ditunda

Kategori kedua dari kekerasan tidak langsung menurut Salmi yaitu kekerasan karena pembiaran Jenis ini digambarkan dengan seseorang yang berada dalam keadaan bahaya nam un tid ak ada orang yang m enolongnya B entuknya antara lain kem iskinan isu kelaparan penderitaan karena sak it serta lingkungan kerja masyarakat miskin

Kemiskinan dan ketidakadilan sosial di negara-negara kapitalis adalah bentuk paling jelas dari kekerasan karena pembiaran Kesenjangan pendapatan ekonomi antara negara kaya dan berkembang merupakan aspek pertama dalam kekerasan jenis ini Implikasi dari tingkat ketidakadilan yang tinggi ini yang telah diteliti di sebagian besar negera-negara tersebut adalah ternyata sebagian besar m anusia hidup dalam kemiskinan mutlak Untuk mengetahui asal

116

usul k e tidakad ilan di dalam ekonom i kapitalis kita perlu melihat faktor determinan yang mempengaruhi distribusi pendapatan Distribusi pendapatan sangat terkait dengan proses produksi Salmi m enyitir prinsip distribusi pendapatan yang diutarakan oleh Milton Friedman dalam buku Capitalism and Freedom bahwa setiap orang seharusnya m enerim a sesuai dengan apa yang diproduksinya berikut alat-alat produksi yang dimilikinya Menurut prinsip ini pendapatan setiap individu ditentukan oleh kuantitas fak tor p roduksi yang d im ilik inya dan besarnya keuntungan yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi tersebut Namun perm asalahannya te rn y a ta d is tribusi kepem ilikan modal tidaklah adil Agar ekonomi kapitalis dapat beroperasi maka harus memiliki pasar buruh di mana tenaga mereka dapat ditukar dengan upah Jika alat produksi (tanah dan modal) terdistribusi secara adil tidak akan ada perbedaan antara buruh dan pemilik alat produksi sehingga tidak ada orang yang merasa terpaksa bekeija untuk m endapatkan upah Sum ber ke tidakad ilan beriku tnya ya itu tidak setaranya keuntungan yang diperoleh dari modal dan buruh Perbedaan ini disebabkan pem ilik a la t-a la t p roduksilah yang memutuskan pembayaran untuk setiap faktor produksi

K rim inalitas dengan kekerasan langsung ju g a m erupakan ak ibat dari kem iskinan di banyak negara Salm i menyatakan dalam sebuah studi tentang kriminalitas menyebutkan bahwa masyarakat dengan distribusi kesehatan dan kekuasaan yang tidak adil cenderung menghadapi m asalah k rim inalitas yang besar dan sebaliknya Lingkungan kerja masyarakat miskin sering kali juga diwarnai dengan kekerasan karena pembiaran

B entuk kekerasan yang ketiga menurut Salmi yaitu kekerasan represif Kekerasan ini merupakan kekerasan yang dilegalkan atau tidak dikenakan sanksi atas pelanggaran terhadap hak-hak dasar

masyarakat yang umumnya dilakukan oleh negara atau pemerintah Bentuk kekerasan ini terkait dengan 3 macam hak dasar manusia yaitu hak sipil hak politik dan hak sosial

Untuk sem akin m engkonkretkan bentuk kekerasan ini Salmi menjabarkannya ke dalam studi kasus yang berbeda-beda di berbagai negara seperti Inggris India Republik Federal Jerman Swiss Jepang Australia Kanada Prancis dan Amerika Serikat Salah satu contohnya adalah yang terjadi di A ustralia K esejahteraan dan demokrasi di Australia ternodai oleh praktik rasis dan re p re s if te rhadap penduduk Aborigin Suku Aborigin secara historis dicabut hak-hak tradisionalnya dan hak atas tanah leluhurnya Kehidupan keseharian dan hak-hak politik mereka dibatasi

Bentuk kekerasan keempat akibat paham kapitalisme yaitu kekerasan alienatif Kekerasan ini merujuk pada pencabutan hak- hak individu yang lebih tinggi Konsep kekerasan ini memiliki makna objektif dan makna subjektif Dalam makna objektif alienasi merupakan sebuah fenomena sosial dimana seorang individu tercabut haknya untuk menentukan nasib sendiri misalnya ditolak hak atau kesem patannya untuk berperan ak tif dalam proses pembuatan keputusan tentang karakter dan orientasi kehidupan profesional serta sosial dirinya Sedangkan dalam makna subjektif alienasi secara esensial memiliki makna psikologis dan mengacu pada situasi dimana individu m erasa asing dengan d irinya sendiri kebudayaannya atau komunitasnya

Kekerasan alienatif memiliki dampak di berbagai bidang Di antaranya pada organisasi keija modem Di dalam organisasi yang seperti ini setiap pekerja memiliki kekuasaan dan tanggung jawab yang sempit sehingga keterlibatan dan partisipasi nyata m ereka di dalam proses pengam bilan keputusan yang bersifat global menjadi terpinggirkan

Jenis kekerasan yang diakibatkan oleh ekonomi kapitalis ini tidak hanya

1 1 7

mempengaruhi orang yang bekerja di pabrik- pabrik dan kantor modem tapi juga orang dan komunitas yang hidup di pinggir-pinggir sistem ekonomi modem Hal ini teijadi setiap kali perusahaan kapitalis berbenturan dengan sebuah sistem ekonomi tradisional yang sedemikian hingga membatasi dan mencegah kegiatan-kegiatan produksi dimana pola kehidupan kultural dan sosial masyarakat yang bersangkutan tergantung padanya

Dimensi lain dari kekerasan alienatif yaitu rasisme Rasisme bukan hanya berupa kebencian untuk mengisolasikan beberapa orang pinggiran yang mempunyai ide-ide yang menyimpang tapi esensinya merupakan sebuah fenomena sosial dan perannya sama dengan ideologi dalam masyarakat kapitalis

Seksism e dapat ju g a dianggap sebagai sebuah bentuk rasisme Dengan dalih adanya perbedaan psikologis dan biologis yang fundam ental antara laki-laki dan perempuan hierarki sosial telah berkembang jauh sehingga menguntungkan kaum laki- laki Perempuan khususnya ditempatkan sebagai subordinat yang berakibat pada semua aspek kehidupan sehari-hari yang biasanya berorientasi domestik Bentuk lain dari kekerasan a lienatif yaitu adanya pemujaan terhadap perilaku konsumtif yang terjadi di negara-negara industri maju

Bagian akhir buku ini disimpulkan oleh Salmi bahwa kekerasan merupakan fenomena multisegi yang berkaitan dengan sebab-sebab khusus dan akibat-akibatnya serta merefleksikan adanya keyakinan penuh bahwa terdapat nilai-nilai hak asasi manusia yang universal

Bila sedikit membandingkan dengan teori peradaban yang dikemukakan oleh Johan Galtung4 kategori kekerasan dibagi menjadi kekerasan langsung kekerasan struktural dan kekerasan kultural Khususnya tentang kekerasan kultural yang tampaknya tidak secara eksplisit dikemukakan oleh

4 Johan Galtung Studi Perdamaian Pustaka Eureka 2003 hlm 431

Salm i G altung berpendapat bahw a kekerasan kultural terjadi ketika aspek budaya ranah simbolik kita dapat digunakan untuk m enjustifikasi atau m elegitim asi kekerasan langsung atau struk tural Kekerasan kultural merupakan kekerasan langsung yang dilegitim asi dan dengan demikian dapat diterima di tengah-tengah masyarakat Misalnya asumsi yang dibangun bahwa pembunuhan atas nama negara adalah benar sedangkan atas nama individu adalah salah sesungguhnya dapat mengaburkan realita yang teijadi

Akhir kata buku setebal 292 halaman ini kaya akan referensi peristiwa sejarah konkret yang pernah terjadi di berbagai negara sebagai ben tuk dari berbagai kekerasan b eserta fak to r-fak to r yang m elatarbelakanginya S truktur buku ini sangat sistematis dan dalam beberapa hal cukup netral dalam menilai bentuk-bentuk kekerasan yang pernah terjad i dalam peradaban manusia Meskipun subjektivitas yang menggambarkan tuntutan kesetaraan dan keadilan yang proporsional antara negara maju dan negara berkembang bahkan dengan negara Dunia Ketiga kerap muncul dalam pemikiran Salmi Kemudian yang menarik buku ini dapat dijadikan kerangka berpikir untuk melakukan studi tentang kekerasan di segala lapisan masyarakat dalam situasi apa pun

Daftar Pustaka

Galtung Johan 2003 Studi Perdamaian Jakarta Pustaka Eureka

Primoratz Igor Sta te Terrorism and Counterterrorism Working Paper Number 20023 Melbourne Centre for Apply Philosophy and Public Ethics dalam http eprintsunimelbeduauarchive00000137 01Primoratpdf

Van Boven Theo 2002 Mereka yang Menjadi Korban Jakarta ELSAM

Wikipedia Capitalism Yang diakses pada 3 Juli 2006

118

Tentang Penulis

Adriana Elisabeth Peneliti Bidang Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Ia memperoleh gelar Master o f Social Sciences in International Relation dari University o f Tazmania Bidang kajian yang ia tekuni antara lain adalah ekonomi politik

Amiruddin al Rahab adalah inisiator Pokja Papua dan Peneliti di ELSAM-Jakarta Peneliti berdarah Temate dengan fokus kajian mengenai Papua ini sedang melanjutkan studi S2-nya pada proram Pascasaijana Universitas Indonesia

Athiqah Nur Alami kandidat peneliti pada Bidang Politik Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Ia menamatkan SI dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Ia mendalami bidang kajian Australia dan bidang gender

Indriana Kartini saijana Hubungan Internasional FISIP Unpad yang lulus pada tahun 2002 ini adalah peneliti Bidang Politik Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Kontributor bukuSaddam Melawan Amerika (2003) ini aktif di ISMES the Indonesian Society for Middle East Studies) Saat ini tengah melanjutkan studi S2 di University o f Melboume Australia

Lili Romli lahir di Serang-Banten Ia merupakan peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI Selain itu ia juga mengajar di almamaternya pada Jurusan Ilmu Politik FISIP UI Saat ini ia sedang melanjutkan program doktor ilmu politik di Universitas Indonesia Menulis di beberapa jumal ilmiah dan aktif melakukan penelitian berkaitan dengan pemilu partai politik lembaga perwakilan dan otonomi daerah

Syafuan Rozi Peneliti Bidang Politik Nasional Pusat Penelitian Politik LIPI ini mendapatkan gelar SI dan S2-nya dari Universitas Indonesia Fokus kajian peneliti kelahiran Bengkulu ini adalah mengenai konflik dan birokrasi Selain sebagai peneliti ia juga aktif mengajar di IISIP Jakarta

Syamsuddin Haris Ahli Peneliti Utama Pusat Penelitian Politik LIPI Lahir di Bima menyelesaikan SI dari FISIP Unas S2 dari FISIP UI dan tengah menyelesaikan doktoral di FISIP UI Sejumlah karyanya yang telah diterbitkan adalah Demokrasi di Indonesia Gagasan dan Pengalaman (1995) Menggugat Politik Orde Baru (1998) Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru (editor 1998) Reformasi Setengah Hati (1999) dan Desentralisasi dan Otonomi Daerah (editor 2005)

1 1 9

Beberapa Karya Peneliti P2P-LIPI

S tra te g i ASEANdalam P erluasan ASEAN+3 Indonesia-Rusia

Reformasi

pWniirsquoiWSl feTafiAe

E d ito r Lili Romli

Selain karya tersebut masih terdapat karya-karya lain Untuk informasi lebih lanjut hubungi Pusat Dokumentasi dan Informasi P2P-LIPI Widya Graha Lt III Jl Jend Gatot Subroto No 10 Jakarta

InformasiHasil Penelitian Terpilih

Auslraliadan inggris1K a su s S u j i K S i T e n ga h M alu ku i raquo M ata ku U ta ra

w i

zm PMinoritasMuslim

w y - i

PERTAHANAN AUSTRALIA ~ 2000-2005

H mdash 0AN

laquopraquo

r- ASIA

ldquo SPONS NEGARA-NEGARA ASIA TIMUR DAN SELANDIA BARU

m j

ilm u Pe n g e ta h u a n ifittenesia

Page 2: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id

Jurnal Penelitian

Vol 3 No 1 2006

DAFTAR ISI

Catatan Redaksi Artikel

bull Operasi-Operasi Militer di Papua Pagar Makan TanamanAmiruddin a l Rahab

bull Pro-Kontra Pemekaran Papua Sebuah Pelajaran bagi Pemerintah Pusat

Lili Romlibull Dimensi Internasional Kasus Papua

Adriana Elisabethbull Demokratisasi Partai dan Dilema Sistem Kepartaian

di IndonesiaSyamsuddin Haris

1

3-23

25-41

43-65

67-76

Penelitianbull Merentas Jalan Panjang Perdamaian

Negara dan Masyarakat dalam Resolusi KonflikSyafuan Rozi 77-89

bull Minoritas Muslim di Australia dan Inggrislndriana Kartini 91-99

bull Kebijakan Pertahanan Australia dan Respons Negara- Negara Asia Timur dan Selandia Baru

Athiqah Nur Alami 101-109Review Buku

bull Kekerasan ala KapitalismeSebuah Telaah atas Buku Violence and Democratic Society

Athigah Nur Alami 111-118

Tentang Penulis 119

Catatan Redaksi

Sebagai negara nusantara Indonesia memiliki banyak pulau besar dan kecil Secara kiasan hal ini diungkap dalam sebuah petikan lagu ldquodari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau Sambung-menyambung menjadi satu itulah Indonesiardquo Sepanjang sejarahnya Indonesia

mengalami pasang surut dalam pola hubungan pusat-daerah seperti beberapa pemberontakan di daerah terhadap apa yang disebut sebagai pusat

Tampaknya pola hubungan kedaerahan sekarang ini menyisakan satu daerah yang belum tuntas penyelesaiannya Daerah itu tidak lain dan tidak bukan adalah Papua Sejak awal upaya penyelesaian Papua sudah memperlihatkan dimensi internasional Namun dalam perkembangannya dimensi internasional ini semakin lama kian termobilisasi sehingga memaijinalkan posisi Papua di antara sejumlah pihak berkepentingan Satu di antara pihak yang berkepentingan itu adalah militer Baik dimensi internasional maupun pertaruhan militer dengan jajarannya di pusat dan di daerah berujung kepada fenomena Papua Menggugat Fenomena ini dihadapkan kepada kita semua bahwa Papua secara keseluruhan tengah berusaha untuk memahami dan menempatkan identitas lokalnya dalam kerangka NKRI atau perspektif lainnya

Dalam kerangka inilah fenomena Papua Menggugat menjadi topik utama dalam Jurnal Penelitian Politik edisi kali ini Serangkaian artikel yang bersifat empirik maupun teoritik dikupas oleh penulis yang berkompeten

Satu artikel membahas perkembangan dimensi internasional untuk kasus Papua baik aktor negara maupun nonnegara Seperti dalam suatu medan setiap aktor beijuang untuk memperoleh hasil yang maksimal Memang tidak semua aktor akan dibahas secara khusus dalam edisi kali ini Jumal edisi ini lebih memfokuskan pada satu aktor yakni militer Sorotan terhadapnya memang bukan tanpa alasan Militer mengemban amanat konstitusi untuk menjaga keutuhan negara di wilayah ujung Timur Indonesia ini yang masuknya ke dalam lingkungan NKRI dapat dikatakan belakangan Sementara itu pada tingkat lokal mereka memperlihatkan kontradiksi khususnya dalam hal pemekaran Papua Adanya pro-kontra jelas menunjukkan faksionalisasi masyarakat Papua terhadap gagasan dari Jakarta Berdasar ketiga sorotan ini apakah kita sebagai bangsa merasa malu atas kegagalan dalam membangun kebangsaan atau justru bangga dengan segala atribut kelokalan ini sehingga seenaknya kita sinis kepada yang lainnya

Pembahasan berikutnya adalah kajian teoritik tentang demokratisasi dan dilema sistem kepartaian Kajian teoritik ini menekankan pada partai politik sehingga isu yang disorot adalah pelembagaannya agar dalam tubuh partai politik sungguh-sungguh bercirikan demokrasi Selain itu isu yang juga penting adalah soal model sistem kepartaian

Sebagaimana biasa Jurnal Penelitian Politik edisi kali ini juga menyuguhkan laporan hasil penelitian yaitu tentang konflik kebijakan pertahanan Australia dan respons negara-negara Asia Timur dan Selandia Baru dan minoritas Muslim Studi empirik tentang konflik memfokuskan pada upaya negara dan masyarakat di daerah-daerah konflik horizontal untuk menuju resolusi konflik Karakteristik keagamaan disadari begitu dominan pada ketiga daerah konflik yang diteliti Dalam konteks lain studi tentang minoritas Muslim di luar negeri diungkapkan untuk memberi gambaran yang tepat tentang posisi kelompok Muslim di tengah kehidupan masyarakat Barat Sementara itu studi tentang politik luar negeri berkenaan dengan pertahanan Australia yang menimbulkan respons tertentu dari sejumlah negara kawasan di Asia Timur dan negara tetangga lainnya

Kami berharap tema-tema yang disajikan dalam Jurnal Penelitian Politik edisi kali ini dapat memberi pencerahan kepada masyarakat ilmiah Lebih-lebih lagi hal ini akan memberikan kontribusi bagi perbaikan kehidupan perpolitikan kita Selamat membaca

1

OPERASI-OPERASI MILITER DI PAPUAPAGAR MAKAN TANAMAN

Amiruddin al Rahab

AbstractThe aim o f this paper is to describe military operations in Papua undertaken by Kodam Tjendrawasih

The operations conducted by the Kodam based on security approach have caused thousands o f civilian victims Therefore Kodam that suppose to be the protector o f the people and the State has triggered bigger problem for unity o f the nations separating movement in the region The problem o f Papua has to be solved by targeting the roots o f the problem which is the role o f military as a tool for solving conflict in Papua After all the main problem in Papua has to be identified and solved by an approach that reaches the basic problem in that region self esteem and the welfare o f the people o f Papua

1 Pengantar

Rezim m iliter Orde Baru Soeharto menjadikan Papua sebagai daerah kekuasaan m iliter teru tam a

Angkatan Darat (AD) Kesan seperti itu sangat terasa karena instansi militer dan para petinggi militer di Kodam dan jajarannya mendominasi ranah politik dan jalannya pemerintahan di Papua Cengkraman AD atas Papua kian kuat karena adanya dwifungsi ABRI dan dijadikannya Papua sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) 1 2

Dengan semangat berdwifungsi obsesi u tam a sem ua p im pinan m ilite r Indonesia khususnya di ja jaran Kodam Trikora dan di Pem da Papua adalah

Peneliti di ELSAM Jakarta dan Inisiator Pokja Papua yang mendalami masalah hak asasi manusia dan militer serta politik lokal spesialisasi masalah separatisme dan gerakan perlawanan di Papua

1 Dalam tulisan ini Papua dipakai untuk mengaju kepada masa kini Sementara untuk mengacu ke masa lalu di pakai Irian Barat atau Irian Jaya Namun istilah itu dipakai secara bergantian dalam tulisan ini Di samping itu untuk menunjukkan orang selalu dipakai istilah Papua

2 Pemakaian istilah ABRI atau TNI sangat terkait kontekswaktunya Dalam tulisan ini istilah itu dipakai salingbergantian Bahkan juga dipakai istilah insitusi militer atau insituasi keamanan

m enghancurkan apa yang mereka sebut gerom bolan b ersen ja ta O PM 3 O bsesi penghancuran OPM itu juga dimotivasi oleh kepetingan ekonomi dan politik Secara po litik petinggi AD seperti Pangdam Danrem dan Dandim adalah juga Ketua Pembina Golkar di w ilayahnya4 Secara ekonomi semua perusahaan besar di Papua dikategorikan sebagai objek vital nasional Artinya perusahaan-perusahaan itu berada di bawah naungan militer untuk keamanannya Untuk itu perusahaan-perusahaan harus menyetor sejumlah uang

Pada gilirannya dalam setiap kepala pimpinan dan anggota ABRI semua orang Papua adalah separatis kecuali orang itu bisa menunjukkan dirinya bukan separatis Untuk m otivasi in i OPM yang sela lu kecil

3 Obsesi pimpinan militer untuk menghancurkan gerombolan bersenjata di Papua dapat dilihat dalam Mayjen Samsudin Pergolakan di Perbatasan Operasi Pembebasan Sandera Tanpa Pertumpahan Daerah Gramedia Jakarta 1994 hlm 59mdash 60

4 Hal ini berlangsung sampai Pemilu 1997 Obsesi politik itu adalah mengupayakan Golkar harus menang dalam setiap Pemilu di Papua Bahkan Pangdam juga merupakan anggota MPR dari fraksi utusan daerah

3

kekuatannya selalu dikampanyekan sebagai ancaman serius bagi NKRI Obsesi itu tumbuh dari cara pandang yang melihat gerakan menuntut pengakuan identitas politik Papua sekadar masalah ldquobom waktu yang ditinggalkan Belandardquo atau buah dari hasutan kelom pok separatis bukan m erupakan persoalan mendasar yang berkaitan dengan rasa keadilan dan harga diri orang Papua Maka dari itu untuk mengenyahkan ldquohantu OPMrdquo itu kebijakan yang diambil di Papua adalah menghancurkan OPM secara fisik (membunuh)5 dengan menggelar operasi militer berkesinambungan (DOM) dari tahun ke tahun

Dr Benny Giyai seorang rohaniwan dan intelektual Papua m encatat bahwa pengalaman di bawah cengkraman militer itu merupakan pengalaman pahit yang tak akan pernah terlupakan oleh orang-orang Papua Benny menuliskan bahwa dalam seluruh pengalaman pahit itu orang Papua merasa d iperlakukan bukan sebagai m anusia melainkan hanya sebagai objek yaitu objek operasi militer6

Sejarah sebagai objek kekerasan itushylah yang selalu diingkari oleh Indonesia sampai hari ini Pihak-pihak m iliter atau aparat keamanan di Papua sama sekali tidak pernah merasa melakukan kejahatan terhadap siapa pun di Papua karena operasi-operasi m ilite r yang m ereka lancarkan atau penangkapan-penangkapan serta penyiksaan

5 Membunuh di Papua sungguh dalam artian harfiah Pembunuhan terhadap Arnold Ap tahun 1984 atau pembunuhan terhadap Theis H Eluay tahun 2002 adalah contoh dari kebijakan itu Bahkan Kasad Jenderal Ryamizar Ryakudu menyatakan para anggota Kopassus yang telah divonis oleh Pengadilan Tinggi Militer Surabaya terbukti membunuh Theis sebagai Pahlawan NKRI

6 Benny Giyai Menuju Papua Baru Beberapa Pokok Pikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham- Dieyai 2000 Dalam pandangan Benny hari merdeka itu adalah hari datangnya kebahagian sehingga penderitaaan tidak lagi menjadi hari-hari orang Papua Selain itu Benny juga meyakini bahwa hari itu akan datang sebagaimana kosmologi orang Papua yang meyakini bahwa waktu berputar antara susah menuju senang dalambabakan-babakan tertentu Hlm 8mdash 9

atau pembunuhan dengan segala bentuknya di Papua hanyalah dalam rangka menjalankan tugas sebagai pe lindung NKRI dari rongrongan organisasi yang disebut sebagai OPM

Tulisan ini berusaha membeberkan operasi-operasi m iliter yang digelar oleh Kodam yang berpataka ldquoPraja Ghupta Virardquo (Ksatria Pelindung Masyarakat) di Papua Dalam pandangan orang-orang Papua ABRI alih-alih menjadi pelindung malah menjadi seperti pagar makan tanam an Operasi- operasi militer mendatangkan kesengsaraan lahir dan batin bagi orang-orang Papua Pandangan orang Papua itu masih bertahan sampai saat ini sehingga mendorong mereka m enuntu t m erdeka karena rendahnya kepercayaan terhadap instansi pemerintah yang ada di Papua

Dalam keperluan tulisan ini operasi- operasi militer yang berjalan terus-menerus dilihat sebagai kemenangan politik ABRI dalam melakukan bargaining dengan aktor- ak to r negara la in dalam m engam bil kebijakan Dwifungsi ABRI membuat aktor- aktor politik lainnya kehilangan kendali terhadap ABRI Hal itu terjadi karena kuatnya pengaruh perwira militer dalam politik lokal Papua baik dalam badan legislatif Papua maupun dalam lembaga eksekutif di Papua7

2 ABRI Wajah Indonesia di Papua

Sampai saat ini argumen Indonesia bahwa proses penggabungan Papua ke dalam Indonesia adalah suatu ldquokehendak dan panggilan sejarahrdquo dari sikap patriotisme para sukarelawan terasa tidak memadai lagi

7 Konsepsi dwifungsi ABRI membuat cara pandang aktor- aktor politik lainnya terkesampingkan Selain itu selama operasi m iliter itu berlangsung jajaran birokrasi dikendalikan pula oleh para perwira aktif mulai dari Ketua DPRD I dan II se-Papua wakil gubernur bupati dan atau wakil bupati se-Papua Institusi strategis juga dikendalikan oleh perwira ABRI aktif yaitu Kantor Direktorat Sospol Provinsi dan Kabupaten se-Papua dan Mawil Hansip Provinsi dan Mawil Hansip Kabupaten se-Papua

4

kekuatannya selalu dikampanyekan sebagai ancam an serius bagi NKRI Obsesi itu tumbuh dari cara pandang yang melihat gerakan menuntut pengakuan identitas politik Papua sekadar masalah ldquobom waktu yang ditinggalkan Belandardquo atau buah dari hasutan kelom pok separatis bukan m erupakan persoalan mendasar yang berkaitan dengan rasa keadilan dan harga diri orang Papua Maka dari itu untuk mengenyahkan ldquohantu OPMrdquo itu kebijakan yang diambil di Papua adalah menghancurkan OPM secara fisik (membunuh)5 dengan menggelar operasi militer berkesinambungan (DOM) dari tahun ke tahun

Dr Benny Giyai seorang rohaniwan dan intelektual Papua mencatat bahwa pengalaman di bawah cengkraman militer itu merupakan pengalaman pahit yang tak akan pernah terlupakan oleh orang-orang Papua Benny menuliskan bahwa dalam seluruh pengalaman pahit itu orang Papua merasa d iperlakukan bukan sebagai m anusia melainkan hanya sebagai objek yaitu objek operasi militer6

Sejarah sebagai objek kekerasan itushylah yang selalu diingkari oleh Indonesia sampai hari ini Pihak-pihak militer atau aparat keamanan di Papua sama sekali tidak pernah merasa melakukan kejahatan terhadap siapa pun di Papua karena operasi-operasi m ilite r yang m ereka lancarkan atau penangkapan-penangkapan serta penyiksaan

5 Membunuh di Papua sungguh dalam artian harfiah Pembunuhan terhadap Arnold Ap tahun 1984 atau pembunuhan terhadap Theis H Eluay tahun 2002 adalah contoh dari kebijakan itu Bahkan Kasad Jenderal Ryamizar Ryakudu menyatakan para anggota Kopassus yang telah divonis oleh Pengadilan Tinggi Militer Surabaya terbukti membunuh Theis sebagai Pahlawan NKRI

6 Benny Giyai Menuju Papua Baru Beberapa PokokPikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham- Dieyai 2000 Dalam pandangan Benny hari merdeka itu adalah hari datangnya kebahagian sehingga penderitaaan tidak lagi menjadi hari-hari orang Papua Selain itu Benny juga meyakini bahwa hari itu akan datang sebagaimana kosmologi orang Papua yang meyakini bahwa waktu berputar antara susah menuju senang dalam babakan-babakan tertentu Hlm 8mdash 9

atau pembunuhan dengan segala bentuknya di Papua hanyalah dalam rangka menjalankan tugas sebagai p e lindung NKRI dari rongrongan organisasi yang disebut sebagai OPM

Tulisan ini berusaha membeberkan operasi-operasi militer yang digelar oleh Kodam yang berpataka ldquoPraja Ghupta Virardquo (Ksatria Pelindung Masyarakat) di Papua Dalam pandangan orang-orang Papua ABRI alih-alih menjadi pelindung malah menjadi seperti pagar makan tanam an Operasi- operasi militer mendatangkan kesengsaraan lahir dan batin bagi orang-orang Papua Pandangan orang Papua itu masih bertahan sampai saat ini sehingga mendorong mereka menuntut merdeka karena rendahnya kepercayaan terhadap instansi pemerintah yang ada di Papua

Dalam keperluan tulisan ini operasi- operasi militer yang berjalan terus-menerus dilihat sebagai kemenangan politik ABRI dalam melakukan bargaining dengan aktor- ak to r negara la in dalam m engam bil kebijakan Dwifungsi ABRI membuat aktor- aktor politik lainnya kehilangan kendali terhadap ABRI Hal itu teijadi karena kuatnya pengaruh perwira militer dalam politik lokal Papua baik dalam badan legislatif Papua maupun dalam lembaga eksekutif di Papua7

2 ABRI Wajah Indonesia di Papua

Sampai saat ini argumen Indonesia bahwa proses penggabungan Papua ke dalam Indonesia adalah suatu ldquokehendak dan panggilan sejarahrdquo dari sikap patriotisme para sukarelawan terasa tidak memadai lagi

7 Konsepsi dwifungsi ABRI membuat cara pandang aktor- aktor politik lainnya terkesampingkan Selain itu selama operasi m iliter itu berlangsung jajaran birokrasi dikendalikan pula oleh para perwira aktif mulai dari Ketua DPRD I dan II se-Papua wakil gubernur bupati dan atau wakil bupati se-Papua Institusi strategis juga dikendalikan oleh perwira ABRI aktif yaitu Kantor Direktorat Sospol Provinsi dan Kabupaten se-Papua dan Mawil Hansip Provinsi dan Mawil Hansip Kabupaten se-Papua

4

Apalagi argumentasi yang menyatakan bahwa Papua telah menjadi bagian dari Indonesia sejak alam terbentang karena terdapatnya persamaan adanya kapak batu persegi dan adanya persamaan relief lukisan di dinding gua batu

Lebih tak berarti lagi apabila klaim Indonesia itu sem ata disandarkan pada penguasaan Papua oleh kerajaan kuno seperti Sriwijaya Majapahit sampai Sultan Tidore8 Klaim atas Papua yang disandarkan pada argumen bahwa Papua adalah wilayah jajahan B elanda mdash sejak tahun 1828 berkat keberhasilan Belanda mendirikan benteng Fort du Buis di Teluk Triton Kaimanamdash secara otomatis menjadi wilayah Indonesia ju g a tidak m em bantu banyak dalam menyakinkan orang Papua bahwa mereka adalah bagian sah dari Republik Indonesia9

Semua argumen itu terasa hambar karena tidak berasal dari pengalaman nyata orang-orang Papua sendiri dalam berintegrasi dengan negara Republik Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 Lebih tepatnya orang Papua berinteraksi secara nyata dengan entitas negara Indonesia adalah melalui sebuah peijanjian internasional yang ditandatangani pada tanggal 12 Agustus 1962 di New York dan d ilan ju tkan dengan referendum tu juh tahun kem udian Referendum itu disebut oleh Indonesia sebagai Pepera yang dijalankan secara musyawarah antara 1025 orang mewakili seluruh orang Papua yang ada kala itu Baru setelah Pepera di tahun 1969 itulah Papua berintegrasi dengan Indonesia dengan tulang punggungnya pemerintahan militer

Operasi militer untuk memaksa Papua berintegarasi ke dalam Indonesia secara faktual dirintis mulai tahun 1961 dengan masuknya bala tentara Indonesia ke Papua

8 Sejarah yang menguntai jauh ke belakang sebagai legitimasi Indonesia atas Papua seperti ini dapat dibaca dalam Irian Barat dari Masa ke Masa Sejarah Militer Kodam XVII Tjendrawasih Puserjarah ABRI 1971 Hlm 9mdash 16

9 Argumentasi Papua adalah wilayah Indonesia karena bagian dari jajahan Belanda dipakai oleh Deplu Indonesia lihat brosur Sejarah Kembalinya Irian Jaya ke Pangkuan Republik Indonesia Deplu RI 1998

dengan sebutan sukarelawan dalam rangka m elakukan in filtra si un tuk m enguasai sebagian wilayah Papua dari Belanda dan kemudian daerah itu dimanfaatkan untuk m engacaukan ja lan n y a pem erin tahan Belanda atas Papua10 11 Sejak tahun 1961 itulah masyarakat Papua mengenal Indonesia secara nyata berkat adanya pasukan-pasukan ABRI yang menyusup ke Papua Artinya wajah pertama Indonesia di Papua diwakili oleh sepak terjang para pasukan infiltran ini

Fase infiltrasi ini ditujukan untuk m em bentuk b asis -b as is gerilya dan mempersiapkan pembentukan pos terdepan bagi upaya penyerbuan Papua oleh Indonesia Dalam fase ini dimasukkan lebih kurang 10 kompi prajurit ABRI ke Papua Fase kedua adalah m elakukan serangan terbuka di beberapa daerah seperti Biak Fak-fak Sorong Kaimana dan Merauke Fase ketiga adalah konsolidasi pasukan sebagai kekuatan militer Indonesia di Papua11

Salah satu perw ira ABRI yang menjadi infiltran ini adalah Kapten Benny Moerdani (kemudian menjadi Menghankam Paftgab 1983mdash 1988 Menhankam 1988mdash 193) dengan pasukan berkekuatan 206 yang berasal dari RPKAD dan Kompi II Batalyon 530Para dari Kodam Brawijaya Pasukan ini diterjunkan di Merauke dengan sandi Operasi Naga Operasi penyusupan di Papua ini secara kese lu ruhan d iberi sandi O perasi Djayawijaya Setelah New York Agreement disetujui Benny dipindahkan ke Holandia (Jayapura) menjadi komandan sementara seluruh pasukan infiltran Indonesia di Irian Barat12

Seluruh pasukan infiltran ini sebagaimana d isyaratkan oleh New York Agreement kemudian diorganisasi ke dalam Kontingen Indonesia (Kotindo) sebagai pasukan keamanan UNTE A Konsentrasi dari pasukan Indonesia ini awalnya adalah Merauke Kaimana Fak-fak

10 Drs M Cholil Sejarah Operasi-Operasi Pembebasan Irian Barat Puserjarah ABRI - Dephankam 1971

11 Julius Pour Benny Mordani op cit hlm 19812 Ibid hlm 224mdash 226

5

dan Sorong Semua pasukan Indonesia ini kemudian dibagi ke dalam empat datasemen yaitu Datasemen Adi Merauke Datasemen B di Kaimana Detasemen C di Fak-fak dan Detasemen D di Sorong

Pasukan-pasukan Indonesia ini kemudian diperbantukan kepada United Nation Security Force (U N SF) yang m erupakan aparat keam anan UNTEA Meskipun demikian seluruh komando tetap berada di bawah Panglima Mandala Artinya pasukan K otindo secara organik tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ABRI Maka dari itu segala tanggung jawab organisatoris dan administratif tetap menjadi tanggung jawab Indonesia

Dengan posisi yang demikian ABRI di Papua m em ilik i dua m isi form al merupakan alat kelengkapan dari UNTEA dalam UNSF sementara infomal adalah untuk melanjutkan komando Trikora Maka dari itu ABRI dalam K otindo lebih mementingkan tugas informalnya yaitu mengawasi UNTEA agar tidak merugikan Indonesia dan menekan kekuatan-kekuatan sosial po litik orang-orang Papua yang menentang Indonesia

Kehadiran dan sepak terjang ABRI yang kerap melakukan kekerasan di Papua di kemudian melahirkan satu sikap yang khas Papua pula yaitu Indonesia diasosiasikan dengan kekerasan U ntuk ke luar dari kekerasan o rang-orang Papua m ulai membangun identitas Papua sebagai reaksi untuk menentang kekerasan yang dilakukan oleh para anggota ABRI yang menjadi representasi Indonesia bertahun-tahun di Papua13 Makna yang terbangun di balik itu adalah menolak menjadi Indonesia berarti menolak menjadi korban kekerasan dari ABRI Sikap ABRI atas reaksi orang-orang Papua bukannya mencari jalan penyelesaian secara damai melainkan mengintensifkan kekerasan dengan skala yang

13 Amiruddin ldquoGerakan Papua MerdekarPenciptaan Identitas Ke-Papuan versus Ke-Indonesia-anrdquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIIINol Tahun 2005

lebih besar melalui operasi militer dengan menjadikan Papua sebagai DOM Akibatnya kekerasan menjadi lingkaran yang tiada putus di Papua selama puluhan tahun14

Sejak itu secara perlahan orang-orang Papua baik elit maupun jelata juga mulai mengenal Indonesia dalam arti sesungguhshynya Singkatnya dalam pandangan orang Papua ABRI adalah Indonesia Indonesia adalah A B R I15 A kibatnya perlaw anan terhadap Indonesia yang mulai buncah sejak tahun 1963 sampai hari ini tidak pernah berhenti Selalu ada pemimpin baru dengan pengikut yang juga potensial terus tumbuh16

3 Kodam Tulang Punggung Security Approach

Tahun 1963 MenPangad Jend A Yani mengeluarkan perintah Operasi Wisnumurti untuk mendatangkan pasukan dari divisi-divisi di Jaw a M akassar dan M aluku untuk mengembangkan kekuatan tempur dan staf Kodam XVII Tugas pokok Kodam ini adalah m enegakkan kew ibaw aan Pem erintah Indonesia menjamin keamanan dan ketertiban serta m embantu pem erintah sipil dalam membangun Irian Barat17 Para infiltran yang tergabung dalam Kotindo adalah inti kekuatan ABRI di Papua k e tik a K odam X V II Tjendrawasih dibentuk

14 Muridhan S W idjojo ldquoSeparatisme - Hak Asasi M anusia- Separatisme Siklus Kekerasan di Papua Indonesiardquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIIINol Tahun 2005

15 Mengenai wajah Indonesia itu adalah seluruh aksi kekerasan yang dilakukan oleh para prajurit ABRI ini dapat ditelusuri dalam Decki Natalis Pigai BIK Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua Sinar Harapan Jakarta 2001

16 Mengenai terus tumbuhnya perlawanan dan munculnya pemimpin-pemimpin baru dari setiap fase perlawanan itu lihat Yorris TH Raweyai Mengapa Papua Ingin Merdeka PDP Jayapura 2002 Yorris tercatat sebagai anggota PDP yang memperjuangkan kemerdekaan bagi Papua Hal ini menunjukkan bahwa regenerasi perlawanan terus berlanjut selama kekerasan terus terjadi

17 Irian Barat Op cit hlm 104

6

Sesunguhnya Kodam XVII yang awalnya bernama Kodam XVIIIrian Barat dibentuk melalui Surat MenPangadNo Kpts- 105881962 pada tanggal 17 Agustus 196218 atau 2 hari setelah New York Agreement ditandatangani Karena masa itu Indonesia belum memiliki kewenangan pemerintahan di Papua Kodam ini hanya berada secara bayangan dengan fungsi mengawasi UNTEA dan gerak-gerik politik orang-orang Papua terutama yang pro-kemerdekaan Papua Brigjen U Rukm ana yang kom andan K otindo merangkap sebagai Pangdam pertama di Papua19

Kodam ini kemudian direalisasikan secara nyata baru 12 Januari 1963 mendekati hari penyerahan adm in istrasi ke pem erin tahan Papua dari UNTEA ke Indonesia Kodam ini kemudian membentuk komando teritorialnya yang terdiri dari 3 Korem dan 23 Kodim Kemudian komando teritorial ini diubah pada tanggal 3 Maret 1963 menjadi 3 Korem20 dan 8 Kodim 70 Puterpa dan 20 K ooterpa21 K om ando- komando ini berfungsi sebagai gelar pasukan dan sekaligus penguasaan teritorial dalam rangka fungsi sosial politik secara nyata22 Di samping itu juga ditambah dengan dua batalion infantri Kodam mulai berfungsi secara riil 17 Mei 1963 setelah UNTEA mengalihkan tanggung jawab administrasi kepemerintahan ke Indonesia

18 Namun ulang tahun Kodam selalu diperingati tgl 17 Mei 1963 Hal ini mulai terjadi sejak tahun 1967

19 Irian Barat dari Masa ke Masa op cit hlm 100-10120 Sejak tanggal 5 Agustus 1964 jumlah Korem di Irian

Barat dikurangi menjadi 2 yaitu Korem 171 dengan markas di Manokwari dan Korem 172 dengan markas di Merauke Dua Korem ini bertahan sampai sekarang

21 Dari 8 Kodim ini dua Kodim langsung di bawah Kodam yaitu Kodim 1701 Jayapura dan Kodim 1702 Wamena Sementara 4 Kodim berada di bawah Korem 171 yaitu Kodim 1711 Manokwari Kodim 1712 Sorong Kodim 1713 Seruai dan Kodim 1714 Fak-fak Dua Kodim lainnya berada di bawah Korem 172 yaitu Kodim 1721 Merauke dan Kodim 1722 Tanah Merah PUTERPA (Perwira Urusan Perlawanan Rakyat) sekarang setingkat dengan Koramil Kooterpa (Koordinator Perlawanan Rakyat) sekarang Babinsa

22 Pusat Sejarah Kodam XVII op cit

K odam X V IIIrian Barat pada tanggal 30 Juni 1964 berganti nama menjadi Kodam XVIITjendrawasih dengan pataka-nya Praja Ghupta Vira yang berarti Ksatria Pelindung Masyarakat Sejak tahun 1964 inti kekuatan Kodam XVIITjendrawasih terus berkembang dengan dibentuknya batalion- ba ta lion baru ya itu B atalion 751 Tjendrawasih di Manokwari yang berasal dari K odam V IID iponegoro Y onif 752 Tjendrawasih di Sorong berasal dari Kodam VlSiliwangi dan Yonif753Tjendrawasih di Jayapura K etiga y o n if ini m erupakan pembaharuan dari yonif sebelumnya yaitu Yonif 641Tjendrawasih I yang berasal dari Diponegoro dan Yonif 642Tjendrawasih II yang berasal dari Siliwangi Ke dalam kedua batalion ini telah bergabung unsur dari Papua yaitu para gerilyawan KasuariTrikora dan anggota eks-PVK (Papuan Vrywillingers Korp) setelah mereka dididik di Siliwangi dan di Diponegoro23 Jumlah seluruh pasukan ABRI pada awal kehadiran Kodam ini sekitar 2000 prajurit lebih

Peran m ilitermdash terutam a ADmdash menjadi kian dominan di Papua ketika terjadi reo rgan isasi m ilite r Indonesia setelah kekuasaan beralih dari tangan Soekarno ke tangan Soeharto Dominasi militer di Papua itu sejalan dengan menguatnya militer dalam kekuasaan di Indonesia MenhankamPangab Benny Moerdani yang juga anggota MPR dalam sidang MPR tahun 1988 pernah menyatakan kekuatan militer dalam politik itu tak ubahnya sebagai partai politik Di era Benny Moerdani menjadi MenhankamPangab inilah peranan Kodam menjadi komando yang dominan di daerah dan sekaligus satu-satunya kekuatan militer yang mengendalikan kondisi keamanan dan ketertiban sekaligus kondisi sosial-politik daerah24 Dalam menjalankan fungsi sosial- politik ini ABRI aktif dalam menggalang

23 Irian Barat dari Masa ke Masa hlm 11524 Lihat Julius Pour Benny Mordani Profil Prajurit

Negarawan Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman Jakarta 1993 hlm 469mdash 474 dan hlm 543mdash 543

7

kekuatan politik bersama dengan Golkar25 Sejak orang Papua ikut Pemilu Indonesia di tahun 1971 sampai Pemilu tahun 1997 Golkar tetap merupakan partai politik dominan di Papua dengan perolehan suara di atas 80

Sejalan dengan kebijakan itu kemudian Kodam XVIITjendarawasih digabung dengan Kodam XVPatimura menjadi KodamXVII Trikora26 yang menjadi kekuatan hankam dan sosial politik utama pula di Papua Sebagai kekuatan hankam dan sosial-politik titik berat tugas ABRI di Papua adalah mengatasi gangguan kamtibmas dan menangkal subversi dalam negeri Dengan titik berat tugas militer seperti itu Kodam akhirnya menjadi institusi yang dikuasai oleh AD27

Seiring dengan itu rangkaian kekerasan dan pelanggaran HAM terjadi Pengalaman buruk di baw ah DOM ini kem udian membangkitkan pengalaman buruk rakyat Papua selama proses awal integrasi dan Pepera Pengalaman buruk itu kemudian tampil ke permukaan secara terbuka di kala kekuasaan m iliter dalam pemerintahan surut ketika reformasi politik terjadi tahun 1998 Di era reform asi di Papua tumbuh keberanian mempersoalkan seluruh kekuasaan Indonesia di Papua yang didominasi oleh m iliter itu Keberanian itu kian buncah ketika Panglima ABRI Jenderal Wiranto di bulan Agustus 1998 menyatakan minta maaf dan mencabut status Papua sebagai daerah DOM28

Dengan latar sejarah dan posisi politik seperti itu m iliter di Papua merasa dan melihat dirinya sebagai satu-satunya institusi yang menjaga keutuhan Indonesia di Papua Pada

25 Sejak orang Papua ikut Pemilu Indonesia di tahun 1971 sampai pemilu tahun 1999 Golkar selalu menang telak di atas 80 di Papua

26 Penggabungan terjadi bulan April 1985 berdasarkan surat perintah operasi KASAD NolSeptember 1984

27 Ibid hlm 47228 Kapan awal Papua bertatus DOM sampai saat ini belum

ada informasi yang pasti Namun dengan diumumkanya pencabutan status DOM oleh Jenderal Wiranto 8 Agustus 1998 menandakan bahwa Papua pernah berstatus DOM Setelah status DOM dicabut Pangdam Papua menyatakan Papua berstatus daerah rawan

gilirannya militer di Papua selalu bertindak keras terhadap segala bentuk gerakan atau opini yang mempertanyakan atau memprotes keadaan yang dirasakan kurang adil oleh tokoh-tokoh Papua Pada gilirannya militer Indonesia di Papua sangat mudah memvonis seluruh bentuk protes orang Papua sebagai gerakan separatis

K etika cap separa tis sudah dialamatkan oleh militer kepada seseorang di Papua maka orang itu akan bisa menjadi korban dalam sekejap Baik menjadi korban pencu likan peny iksaan bahkan pem shybunuhan Aksi kekerasan itu berlangsung bertahun-tahun dengan ribuan korban jiwa Para korban dan keluarganya inilah bersama- sama dengan kalangan muda dan mahasiswa serta tokoh-tokoh terpelajar Papua di era reform asi m ulai m enyuarakan perlunya Indonesia mempertanggungjawabkan seluruh kekerasan itu Untuk meminta pertanggungshyjaw aban itu wacana hak asasi manusia menjadi wacana yang paling dominan di Papua

Kian menghujamnya cengkraman militer terhadap kehidupan sosial politik di Papua ju g a tidak terlepas dari potensi ekonomi daerah ini yang begitu besar Hal itu te rlih a t k e tika PT F reepo rt m ulai menanamkan investasinya di Papua Untuk melindungi PT Freeport militer di Papua mulai mengembangkan pengaruhnya dalam politik lokal dengan cara yang lebih keras29 Selain itu m ilite r ju g a m em perbesar kekuasaanya dengan m enem patkan diri sebagai pelindung dari mengalirnya ribuan para imigran dan transmigran dari luar Papua Semuanya ini disebut oleh para petinggi militer sebagai tugas nasional dalam rangka menjaga integritas teritorial Indonesia di Papua

Seluruh sepak terjang militer yang mendatangkan luka di hati orang Papua inilah

29 Mengenai perlindungan militer terhadap PT Freeport lihat Amiruddin dan Aderito Soarea Perjuangan Amungme Antara Freeport dan Militer ELSAM Jakarta 2003 Lihat juga Denise Leith The Politics o f Power Freeport in Seharto rsquos Indonesia University of Hawaii Press Honolulu 2003

8

yang hendak diperbaiki dengan diberikan status otonomi khusus terhadap Papua Pada bagian Menimbang dari UU Otsus menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua selama ini belum sepenuhnya memenuhi rasa keadilan memenuhi kesejahteraan rakyat penegakan hukum dan belum sepenuhnya menghormati hak asasi manusia khususnya hak asasi masyarakat Papua

4 Operasi-Operasi Militer Penderitaan Rakyat Papua

Untuk mendapatkan perhatian OPM kerap melancarkan gerakan bersenjata secara sporadis Hal itu ditempuh OPM karena terbatasnya kem am puan tem pur akibat sedikitnya jumlah persenjataan Selain itu juga karena tidak mudahnya medan Papua untuk membangun kekuatan besar yang terorganisasi secara baik30 Selain gerakan bersenjata secara umum usaha OPM untuk menunjukkan diri mereka tetap eksis adalah aksi pencu likan aksi penyergapan peng ibaran bendera B in tang K ejora penyebaran propaganda m elalui media selebaran dan mobilisasi demonstrasi atau rapat umum di daerah-daerah terpencil Selain itu kerap pula ditempuh aksi lintas batas terutama ke PNG

OPM pada awalnya adalah reaksi orang- orang Papua atas sikap pejabat-pejabat asal Indonesia yang mengecewakan mereka sejak tahun 196331 Perlawanan secara bersenjata pertama kali diluncurkan di Kebar Manokwari 26 Juli 1965 Perlawanan di Kebar ini dipimpin oleh Johannes Djambuani dengan kekuatan 400 orang yang berasal dari suku Karun dan Ayamaru Seiring dengan itu suku Arfak di Arfai

30 Seluruh uraian mengenai OPM ini disandarkan pada John RG Djoparai Pemberontakan Organisasi Papua Medeka Grasindo Jakarta 1993 dan Robin Osbom Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Elsam Jakarta 2001

31 Richard Chauvel and Ikrar Nusa Bhakti The PapuaConflict Jakarta rsquos Perceptions and Policies East-West

Manokwari melancarkan pula perlawanan yang dipim pin oleh M ayor T ituler Lodewijk Mandatjan yang diikuti oleh Kapten Tituler Barent Mandatjan dan Lettu Tituler Irogi Maedogda dengan mengajak penduduk lari ke hutan

Sementara di Manokwari 28 Juli 1965 juga teijadi perlawanan yang dipimpin oleh Permanas Ferry Awom dengan pengikutnya sekitar 400 orang yang berasal dari suku Biak Ajamaru Serui dan Num for menyerang asrama Yonif 641Tjendrawasih I Dalam penyerangan ini 3 anggota ABRI tew as32

Setelah teijadi penyerangan ABRI m elancarkan O perasi Sadar di baw ah komando Pangdam Brigjen R Kartidjo untuk m enghancurkan kelom pok perlaw anan Operasi Sadar ini tidak saja bertujuan untuk mematahkan perlawanan yang terjadi di M anokw ari te tap i ju g a m enegaskan kekuasaan Kodam XVII atas seluruh wilayah Papua Tugas pokok operasi adalah m elakukan penghancuran terhadap gerom bolan yang bergerak di sek itar Manokwari dan Kebar sekaligus minimum m enangkap Ferry Awom dan Julianus Wanma baik mati maupun hidup sebelum tanggal 17 Agustus 1965 Operasi ini sejak 10 Agustus dilancarkan secara intensif dan terus-menerus ke kampung-kampung yang menjadi basis-basis perlawanan Dalam operasi pengejaran terhadap kelompok perlawanan 36

Center Washington 2004 Hlm 22mdash 23 Sikap pejabat Indonesia yang mengecewakan itu dideskripsikan pula oleh Djopari Misalnya membakar buku dan dokumen yang berbahasa Belanda mengintimidasi dan menodong tokoh-tokoh Papua yang memiliki bacaan dalam bahasa Belanda sebagai pro-Belanda mengambil rumah-rumah penduduk dengan menyatakan rumah itu milik Belanda serta mengambil berbagai barang dalam rumah penduduk atau penjabat lokal kemudian dibawa keluar Papua

Djopari hlm 82mdash 8432 Seluruh uraian mengenai OPM ini disandarkan pada John

RG Djoparai Pemberontakan Organisasi Papua Medeka Grasindo Jakarta 1993 dan Robin Osbom Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Elsam Jakarta 2001

9

orang penduduk yang disebut sebagai anggota OPM tewas33

Sejalan dengan operasi pengejaran ini Operasi Sadar dikembangkan ke seluruh wilayah Irian Barat pada tanggal 25 Agustus 1965 Sejak ini Operasi Sadar langsung d ip im pin oleh Pangdam B erdasarkan perintah operasi ini wilayah Papua kemudian dibagi ke dalam 4 sektor Sektor I adalah daerah yang m elipu ti M anokw ari dan sekitarnya menjadi pos terdepan operasi Untuk daerah ini dilancarkan operasi intelijen dan teritorial untuk mendukung operasi fisik (tempur) Di sektor lainnya yang belum menujukan adanya perlawanan fisik hanya dilancarkan operasi intelijen dan teritorial dengan tujuan untuk mencegah meluasnya pengikut perlawanan34

Operasi ini dilanjutkan oleh Pangdam yang baru ya itu B rig jen R B in toro Sepanjang tahun 1966mdash 1967 operasi tempur ABRI kian m ass if un tuk m enghadapi kelom pok-kelom pok perlaw anan yang tumbuh dari suku Arfak di Manokwari di bawah pimpinan Lodewijk Mandatjan dan Ferry Awom dan juga di daerah sekitar Jayapura dan Merauke Nama operasi kali ini adalah O perasi B aratayudha dengan mendatangkan pasukan dari Yonif 314 Siliwangi dengan 2 kompi Yon 700RIT dan 2 kompi Yon 935Brimob Selain itu dalam operasi ini juga dilibatkan 2 Ton KKOALRI 1 Ton Kopasgat dan 1 tim RPKAD Pasukan tempur ini juga diperkuat dengan 2 pesawat Bomber B-26 dan 1 Pesawat Dakota dan 1 Kapal Perang35

O perasi B aratayudha bertu juan menghancurkan perlawanan dan mempershysiapkan pemenangan Pepera Operasi ini bersifat tempur dengan dibantu oleh operasi intelijen dan teritorial yang disiapkan dalam tiga fase yang fase terakhirnya adalah tahun 1968

53 Lihat Jopari op cit 110-111 dan bandingkan dengan Irian Barat op cit hlm 125-128

14 Irian Barat op cit hlm 130-134 35 Irian Barat op cit hlm 141

10

Fase ketiga ini ditujukan untuk konsoliasi persiapan memenangkan Pepera

Operasi Baratayudha yang banyak menelan korban jiw a membuat kelompok perlawanan terpecah menjadi kecil-kecil dan surut Untuk mengintensifkan kemenangan dalam Pepera kelompok-kelompok kecil ini kemudian dikejar terus-menerus Inti dari pasukan yang mengejar ini adalah dari RPKAD Sejalan dengan ini show offorce dari kekuatan yang diiringi dengan operasi intelijen dan teritorial dilancarkan di daerah yang perlawanan kecil dan m elem ah un tuk m em enangkan situasi psikologis36 Sepanjang tahun 1967 operasi berhasil m enem bak m ati 73 orang dan menangkap 60 orang dengan menyita 39 pucuk senjata Adapun yang menyerahkan diri 3539 orang Operasi Barathayuda ini menggetarkan hati banyak orang Papua karena mereka tidak mengira Indonesia akan melancarkan perang terbuka yang banyak m endatangkan p en deritaan fis ik dan psik is dalam menghadapi protes mereka

Ketika Brigjen Sarwo Edi menjadi Pangdam digelar operasi baru yaitu operasi W ibaw a dengan tugas u tam a adalah m em enangkan Pepera untuk Indonesia Tugas pokok dari operasi ini adalah m enghancurkan kelom pok perlaw anan mengamankan usaha memenangkan Pepera serta m enum buhkan dan m em elihara kewibawaan pemerintah Untuk tujuan itu Kodam m elakukan sinkronisasi operasi tempur intelijen dan teritorial Sejalan dengan ini Pangdam memerintahkan di setiap Kodim disiapkan kekuatan tempur agar bisa digunakan jika diperlukan

D alam kerangka m em enangkan Pepera OPSUS di bawah pimpinan Mayor Ali Moertopo37 yang bergerak dalam bidang intelijen dan sosial-ekonomi berperan dominan dalam melakukan operasi teritorial untuk penggalangan Dalam kerangka Operasi

36 Ibid hlm 144mdash 14537 Ali Moertopo sejak tahun 1962 telah berada di Papua

dengan jabatan Asisten I Dan Kotindo dan kemudianmenjadi Asisten I Kodam Asisten I adalah bidang intelijen Kodam

Wibawa pemenangan Pepera ke Kodam diperbantukan intelijen dari Den Dipiad dan intelijen dari Tim Karsa YudhaRPKAD Untuk memenangkan Pepera itu intimidasi dan kekerasan telah memaksa sebagian orang memilih menjadi Indonesia Secara keseluruhan dalam operasi ini dilibatkan 6220 orang pasukan

O perasi pem enangan Pepera ini dibagi ke dalam 4 fase Fase pertama adalah menghancurkan kelompok perlawanan dan sekaligus memperluas sebaran pasukan ABRI ke daerah-daerah yang telah dikuasai Selain itu di setiap Puterpa disiapkan 1 regu pasukan infantri untuk melakukan operasi teritorial Fase kedua adalah memastikan di daerah-daerah K epala B urung Pepera dimenangkan oleh Indonesia Untuk ini segenap unsur ABRI d ilibatkan untuk mengeliminir kelompok perlawanan Fase ketiga dan keempat adalah memastikan kem enangan pada hari H -nya dan mengamankan hasilnya38

M eski pun fase-fase itu telah disiapkan ternyata upaya memastikan Pepera bisa dim enangkan oleh Indonesia tidak berjalan secara mulus Di daerah Erambo (Merauke) DubuUbrub (dekat perbatasan) Enaratoli dan W ahgete (Paniai) terjadi penolakan oleh masyarakat setempat Para utusan pemerintah dan unsur ABRI yang ada di daerah itu dilawan oleh penduduk

Di Enarotali perlawanan lebih hebat dengan melancarkan gerakan bersenjata serta terang-terangan m enolak bergabung ke Indonesia yang d ip im pin oleh AR Wamafma Senen Mote Maphia Mote dan Thomas Douw Perlawanan ini juga didukung oleh beberapa orang polisi asal Papua yang berpihak kepada kelompok perlawanan Untuk menghentikan gerakan ini Pangdam Sarwo Edi memerintahkan menghancurkan kelompok perlawanan Untuk itu pasukan Kopashanda dan pasukan dari Kompi 3

38 Ibid hlm 170mdash 174

Batalyon 724Hasanuddin diterjunkan di Enarotali untuk membantu pasukan yang ada di Kodim 1705Nabire Pasukan ini dalam operasinya didukung pula oleh Dipiad (Dinas Pelaksana Intelijen AD) dan Satgas AURI yang dilengkapi pesawat B 26 Dakota dan Hercules Pasukan Yon 724Hasanuddin ini kemudian bergerak melancarkan operasi ke berbagai daerah di sekitar Paniai39 Operasi yang dipimpin oleh Mayor Mochtar Jahja dan Mayor Sitompul ini tidak mudah dilupakan oleh rakyat Paniai karena dalam operasi ini militer bertindak secara kasar dan membabi buta itu Ditengarai ada sekitar 634 orang penduduk terbunuh sepanjang operasi itu40

Aksi perlawanan menjelang Pepera ini juga pecah di Piramid Wamena Dua orang anggota ABRI dibunuh oleh penduduk ABRI dalam peristiwa Piramid ini melancarkan operasi intelijen dan teritorial untuk mencari pelakunya Pasukan dari Satgas 3Hasanuddin dikerahkan untuk menguasai kampung-kampung dan mencari pelaku

Gencarnya operasi-operasi militer yang diperintahkan oleh Pangdam Sarwo Edi tidak terlepas dari fungsinya sebagai Ketua Proyek Pelaksana Daerah Sesuai dengan surat Mendagri No 301969 Pangdam bertanggung jawab atas pengendalian penggerakan dan koordinasi kegiatan semua aparatur pemerintah daerah sipil dan swasta dan ABRI di Papua Dengan lain kata Pangdam adalah penguasa tertingg i di Papua dalam m enjalankan pemerintahan dan bertanggung jawab penuh untuk memenang-kan Pepera Dalam posisinya sebagai Ketua Proyek Pangdam melancarkan usaha-usaha peningkatan operasi tempur di semua lini untuk menghancurkan perlawanan melakukan operasi teritorial untuk penggalangan kondisi bagi pem enangan Pepera dan m engintensifkan operasi intelijen untuk mematahkan sisa-sisa gerakan separatis Selain

39 Ibid hlm 182mdash 18340 Mengenai korban dari penduduk Paniai ini lihat Pigay

op cit hlm 343mdash 344

11

itu melakukan operasi pengamanan objek vital dan tempat-tempat sidang Dewan Pepera41

Sejalan dengan kemenangan Indonesia dalam Pepera ABRI melakukan pula fungsi- fungsi sosial-politiknya Untuk itu Kodam melancarkan program penggantian para pejabat kabupaten dan dinas-dinas yang dilihat diragukan loyalitasnya pada Indonesia Bersamaan dengan ini keanggotaan DPRD I dan II melakukan penyusunan ulang dengan memasukan anggota ABRI menjadi anggota atau pimpinan dewan Dalam konteks ini pasukan ABRI juga dirapatkan di kam pung-kam pung untuk mengawasi kehidupan masyarakat secara langsung Di samping itu juga melancarkan proyek civilisasi dan kesehatan bekerja sama dengan zending dan misi yang telah ada Dalam bidang ekonomi Kodam juga turut serta melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi dengan mengontrol arus dan harga barang Semua kegiatan ini disebut sebagai kegiatan civic mission ABRI di Papua42

Setelah memenangkan Pepera 29 Januari 1970 Brigjen Acub Zainal ditunjuk menjabat Pangdam Tjendrawasih Di tangan Pandam baru ini organisasi Kodam menjadi 3 Korem 9 Kodim dan 3 Yonif Yonif 751 Tjendrawasih di Arfai Manokwari berasal dari Kodam Diponegoro dengan status tugas jangka panjang Yonif 752Tjendrawasih di Sorong berasal dari Kodam Siliwangi dan Yonif 753Tjendrawasih di Ifar Gunung Jayapura berasal dari Brawijaya ditambah prajurit asli orang Papua Ketiga Yonif ini dikembangkan menjadi pasukan organik Kodam Tjendrawasih Sementara pasukan- pasukan ABRI dari kesatuan lainnya yang berasal dari luar Papua mengalami rotasi penugasan Pasukan lama pulang dan diganti dengan pasukan baru dari asal kesatuan yang sama Reorganisasi ini juga sejalan dengan reorganisasi Kopkamtibda di Irian Jaya Semua ini dipersiapkan untuk menyambut pelaksanaan Pemilu 1971

41 Irian Barat op cit 202mdash 20342 Ibid 217mdash 218

Pemilu 1971 ini merupakan pemilu pertama Indonesia di bawah kekuasaan rezim O rde B aru S oeharto P em ilu ini ju g a merupakan pemilu pertama bagi orang Papua dalam kekuasaan Indonesia D alam mempersiapkan Pemilu 1971 ini Kodam juga menghadapi perlawanan terutama di Biak Utara dan Barat serta di kepala burung M anokw ari U ntuk m enghentikan perlawanan tersebut dilancarkan operasi m iliter Sandi operasi adalah O perasi Pamungkas dengan pendekatan pada operasi teritorial yang dibantu tempur dan intelijen Pelaksana Operasi adalah Kodim Biak yang dibantu pasukan tempur dari Yonif 753 dan 752Tjendrawasih serta Dipiad Operasi di Biak ini dipimpin oleh Dandim Biak Mayor R A Hendrik dan Mayor Puspito yang juga Komandan Yon 753 43

Bulan Juli 1971 ini Kodam juga m elancarkan O perasi Pam ungkas di Manokwari untuk mengejar Ferri Awom yang belum menyerah Operasi ini dipimpin oleh D anyongab Satgas 3 M erdeka M ayor Ahmad Kemudian digantikan oleh Letkol S Mardjan Dalam Operasi ini terlibat pasukan dari Satgas 3Merdeka dan 1 peleton dari Yon 751 dan 1 peleton dari Kompi 753 Batalion- ba ta lion bertugas m engejar kelom pok perlawanan sepanjang hari selama berbulan- bulan siang dan malam Dalam pengejaran ini K apten Sahala R ajaguguk berhasil m em bujuk F erry Awom untuk turun menyerah dengan 400 orang anggotanya44

Operasi militer yang masif di tahun 1971 ini alih-alih membuat sentimen anti Indonesia su ru t m alah perlaw anan berkembang ke berbagai kota dalam bentuk penyerangan terhadap pos-pos ABRI dan pemerintahan Melihat perlawanan menguat Kodam kian memperkuat kekuasaannya di Papua dengan menutup Papua bagi media Suasana ketakutan merajalela di seantero Papua Selam a m enjelang dan sesudah Pemilu 1971 tidak ada satu pun orang di

43 Ibid hlm 239 dan 241mdash 24344 Ibid hlm 245

12

Papua berani mempersoalan ketidakadilan atau tindakan-tindakan anggota m iliter yang menyakitkan hati mereka

Atmosfer ketakutan itu muncul dari tindakan m iliter Indonesia yang selalu melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap daerah-daerah yang ditengarai sebagai basis OPM Dalam melakukan serangan ABRI kerap melibatkan pasukan dalam jumlah besar dengan dibantu oleh pesawat pembom Bronco dan helikopter bersenjata Serangan besar- besaran itu tidak saja mengejar anggota OPM yang mencoba menyerang pos-pos ABRI melainkan kerap kali menelan korban jiwa dari penduduk kampung yang tidak terlibat dalam OPM

Banyaknya korban jiwa di akhir tahun 1970-an ini juga disebabkan oleh sikap militer Indonesia sendiri yang tidak pernah secara jelas memposisikan OPM sebagai gerakan kemerdekaan OPM hanya dilihat sebagai gerakan krim inal yang disebut sebagai Gerakan Pengacau Liar (GPL) atau G erakan Pengacau K eam anan (G PK ) Dengan cara seperti ini setiap korban jiwa yang jatuh dari kalangan orang-orang Papua dengan mudah diklaim oleh militer sebagai anggota OPM45

M enjelang Pem ilu 1977 kem bali perlawanan dilancarkan oleh kelompok- kelompok OPM di Papua terutama di daerah Kobagma Bokondini Mulia Ilaga Piramid Kabupaten Jayawijaya Perlawanan ini dipicu oleh penempatan kesatuan-kesatuan ABRI di hampir seluruh wilayah Papua Operasi- operasi m ilite r un tuk m em atahkan perlawanan menjelang Pemilu 1977 dan Sidang Umum MPR 1978 ditingkatkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif Selain itu perlawanan juga pecah di Enarotali Biak dan Mimika serta di sepanjang daerah perbatasan dengan PNG Era ini dianggap oleh orang Papua

45 Mengenai ini lihat Ikrar Nusa Bhakti ldquoHak Menentukan Diri Sendiri Jenis Baru di Papua Pilihan Antara Kemerdekaan dan Otonomirdquo dalam Dewi Fortuna Anwar (EdJ Konflik Kekerasan Internal Obor Jakarta 2005 hlm 255mdash 256

sebagai era awal status Daerah Operasi Militer bagi Papua d ite rap k an 46 Pangdam Tjendrawasih waktu ini dijabat oleh Brigjen Imam Munandar

Di Jayawijaya terutama di daerah sekitar Tiom dan Kwiyawage yang merupakan lembah- lembah di Baliem dilangsungkan pula operasi militer untuk menghentikan perlawanan dan m em persiap-kan Pem ilu 1977 Operasi dilancarkan di bulan April dan Juni Perlawanan orang Ndani di daerah ini diawali oleh perasaan tidak suka Suku Ndani terhadap kebijakan Indonesia yang memaksa mereka berganti pakaian Sekitar 15000 orang berkumpul melakukan protes Perlawanan ini diawali oleh Operasi Koteka yang dilancarkan untuk mengadabkan orang-orang di daerah itu Di Tiom sekitar 4000 orang melawan dengan cara menyerang pos pemerintah di daerah itu Kemudian ke daerah ini diterjunkan pasukan khusus dari RPKAD dengan didrop dari helikopter Selain itu para penduduk yang mencoba menyelamatkan diri ke hutan-hutan dihujani tembakan dari udara47

Di areal PT Freeport di Timika bulan Juli 1977juga teijadi gejolak Penduduk setempat yang ditengarai digerakkan oleh OPM juga melancarkan serangan terhadap pipa-pipa dan fasilitas PT Freeport karena merasa kecewa atas kehadiran perusahaan itu ABRI membalas aksi penduduk itu dengan melakukan penembakan dari udara menggunakan pesawat Bronco48 Setelah itu ke berbagai deretan kampung di sekitar Agimuga diteijukan pasukan infantri dari Batalion 753Tjendrawasih untuk mengejar penduduk dan membakar perkampungan Implikasi dari aksi kekerasan ini penyelengaraan

46 Kesan Papua sebagai DOM terlihat dalam tulisan Pastor N eles Kebadabi Tebay Pr ldquoOrang Papua Menuju K epunahanrdquo makalah dalam sem inar yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Gaise Keuskupan Bandung dan Lembaga Penelitian Universitas Katolik Parahiyangan Bandung tanggal 12mdash 13 November 1999

47 Ibid hlm 139mdash 144 Bandingkan dengan Yorris TH R aw eyai Mengapa Papua Ingin Merdeka PDP Jayapura 2002 hlm 121mdash 122

48 Samsudin op cit hlm 51mdash 52

13

Pemilu 1977 di beberapa kampung di daerah pegunungan ini terpaksa ditunda49

Robin Osbome mencatat operasi militer di tahun 1977mdash 1978 adalah operasi militer paling buruk Dalam setiap operasi pengejaran terhadap mereka yang disebut kelompok OPM diterjunkan pasukan dalam jumlah besar yang berintikan kesatuan RPKAD dan pasukan angkatan darat lainnya Di daerah selatan Jayapura yang berdekatan dengan perbatasan yang dikenal sebagai daerah Markas OPM diterjukan 10000 orang tentara setelah daerah itu dibombardir dari udara oleh dua pesawat Bronco Dalam penyerangan ini diperkirakan 1605 orang para pendukung OPM dan penduduk di wilayah itu tewas50 Operasi militer di tahun-tahun ini selalu diingat oleh orang-orang tua di daerah itu sebagai kenyataan paling pahit dalam hidup mereka51

Sepanjang tahun 1977mdash 1978 itu Dubes Indonesia untuk PNG memperkirakan 1800 orang pasukan dikerahkan beroperasi di hutan-hutan untuk melakukan pengejaran dan 3000 orang siaga berada di Jayapura untuk setiap saat menggantikan52 Menyadari operasi m ilite r itu te lah m encip takan ketakutan dan menelan banyak korban jiwa yang tidak perlu Panglima ABRI kala itu Jenderal M Yusuf mengumumkan akan mengurangi operasi militer di Papua dengan mengintrodusir kebijakan baru yang dikenal dengan kebijakan Operasi Senyum Dalam Operasi Senyum ini dinyatakan Indonesia tidak akan m elancarkan operasi besar- besaran karena OPM mulai dilihat kecil dan tidak membahayakan ABRI hanya akan

49 Ibid hlm 149mdash 15050 Robin Osbome Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan

OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat ELSAM Jakarta 2001 hlm 134mdash 135

51 Operasi militer di tahun 1977 ini selalu dijadikan patokan oleh orang di Mimika dan Jayawija serta Enarotali sebagai awal mereka menjadi korban dari kekerasan militer (Pembicaraan pribadi dengan Mama Yosepha tahun 1996 dan Pendeta Perminus Kogoya di Wamena tahun 2003)

52 Ibid hlm 152

melancarkan patroli di perbatasan dan tugas keamanan rutin53

Gejolak kembali membuncah di tahun 1980-an terutama sekitar tahun 1984 Di tahun 1980-an Kodam telah dinyatakan sebagai Kotama dalam jajaran AD Panglima Kodam menjadi pimpinan di daerah untuk seluruh jajaran komando Pangdam dalam reorganisasi organisasi ABRI ini langsung berada di bawah Panglima ABRI Sejalan dengan itu Panglima ABRI juga memiliki komando langsung kepada Kotama AD lainnya yaitu Kostrad dan Kopassus Oleh karena itu di era ini kerap kali operasi militer melibatkan pasukan-pasukan dari Kostrad dan Kapassus dengan perintahnya langsung dari Panglima ABRI dan Kodam hanya memfasilitasi Kenyataan ini kemudian dikenal dengan nama pasukan BKO (bawah kendali operasi)54 Di era ini Papua juga tertutup bagi media sehingga banyak operasi yang dilancarkan oleh militer tidak diketahui oleh orang luar Robin Osbome menyebut keadaan ini sebagai perang rahasia Indonesia di Papua

Di awal tahun 1980-an Kopkamtib mengeluarkan analisis bahwa kekuatan OPM telah mengecil dan terpencar-pencar ke dalam kelompok kecil-kecil dengan senjata yang sangat te rba tas M eskipun dem ikian Laksusda Irian Jaya kala itu juga melihat gerakan kelom pok-kelom pok OPM itu kem bali m ulai a k tif setelah m enerim a pukulan telak sepanjang tahun 1977mdash 1978 Gerakan OPM itu aktif sepanjang daerah perbatasan dengan PNG Antara bulan Maret dan Juni 1984 pasukan dari Kopasandha (Kopassus) mulai melakukan penyusupan ke daerah-daerah sekitar perbatasan

Aksi pasukan baret merah ini adalah dengan melakukan penangkapan terhadap setiap orang yang d icu rig a i O sborne m encata t gerakan pasukan ini sangat menakutkan penduduk sekitar perbatasan karena perlakuan buruknya terhadap

53 Bhakti op cit hlm 256 Lihat juga Osbome op cit hlm 153

54 Reorganisasi ini dilakukan oleh Panglima ABRI Benny Moerdani setelah menggantikan M Yusuf di tahun 1983

14

penduduk Akibatnya ratusan orang melarikan diri ke daerah PNG karena takut Pengungsian ke PNG di tahun 1984 ini kian banyak ketika Suku Muyu di Mindiptana Woropko dan Merauke juga masuk ke PNG Pengungsian Suku Muyu ini dipicu oleh kehadiran pasukan ABRI yaitu intelijen Kopassus di daerah itu untuk mencari anggota OPM setelah teijadinya penyerangan pos ABRI di desa Kanggewot dan Kakuna tanggal 11mdash 12 April 1984 Gerakan suku Muyu ini kemudian juga diikuti oleh penduduk dari daerah lainnya yaitu dari Jayapura W am ena Sorong M im ika (A m ungm e) M anokw ari dan Fak-fak Seluruh pengungsi asal Papua yang masuk ke PNG ini diperkirakan mencapai 10000 orang55 Sementara Yafet Kambai mencatat dari seluruh pengungsi itu hanya sekitar 7500 berhasil masuk ke PNG dan 1900 orang berdiam diri di hu tan -hu tan sek itar perbatasan Seluruh pengungsi ini ditempatkan di kamp East Aswin dan Western Province PNG56

Gerakan pengungsian ke PNG selain faktor operasi militer di daerah perbatasan itu juga disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu aktifnya OPM di daerah itu munculnya rasa kecewa karena macetnya pembangunan banyaknya operasi intelijen dan masuknya arus transmigrasi secara besar-besaran ke Papua terutama di sekitar daerah perbatasan57 Transmigrasi yang di dalamnya juga masuk keluarga ABRI dan para pensiunan ABRI kian membuat orang takut sekaligus merasa tanahnya dirampas Para purnaw iraw an ABRI yang ikut dalam pemukiman transmigrasi sekaligus menjadi intel Kodam dalam mengawasi daerah itu58 Daerah-

55 Osbome hlm 23656 Theo van den Broek Returnees from PNG to Irian jaya

Dealing in Particular with Returnees to Woropko- Mindiptana Area SKP Jayapura Januari 1999 Juga lihat Yafet Kambai Gerakan Papua Merdeka di Bawah Bayang- Bayang Mega-Haz ELSHAM Jayapura 2003 hlm 29mdash 30

57 Van den Broek ibid hlm 458 Kodam menyebut tugas para purnawirawan dalam

pemukiman itu adalah menjadi mata dan telingga Kodamdalam bidang keamanan Lihat Sejarah Kodam VIIITrikora Priode 1982mdash 1990 hlm 82mdash 83

daerah transmigrasi ini seperti di Arso dan Koya atau di beberapa daerah di Merauke dijadikan pula sebagai daerah penyangga bagi OPM dan memudahkan ABRI untuk melakukan patroli di daerah itu 59

Pengungsian ke PNG di tahun 1983mdash 1984 juga dipicu oleh banyaknya terjadi penangkapan-penangkapan di kota-kota Papua terutama Jayapura oleh intelijen Kopasandha Mereka yang ditangkap ada 20 orang yang berasal dari Uncen dan pegawai Gubemuran Irian Jaya Salah seorang dari mereka adalah Amold Ap yang menjabat sebagai Kepala Museum Antropologi Uncen Penangkapan ini menimbulkan keresahan di Jayapura Akibatnya banyak dari para mahasiswa Uncen dan pegawai di pemerintah daerah lari ke PNG Bahkan di Jakarta tiga orang sahabat Amol Ap yang memprotes penangkapan dan pembunuhan Amold oleh Kapassus ke DPR-RI terpaksa meninggalkan Jakarta60

Setelah pelarian besar-besaran ke PNG tahun 1984 ini gerakan perlawanan dari OPM betul-betul surut Namun ABRI yang kian m erasa berkuasa atas Papua tidak bisa meninggalkan cara-cara kekerasan untuk menunjukkan dominasinya Stigma OPM d iek p lo itasi sedem ik ian rupa untuk melumpuhkan siapa saja yang dianggap menentang Indonesia Tindakan kekerasan itu kerap pula dipakai setiap menjelang pemilu demi memenangkan Golkar di Papua

Operasi militer setelah tahun 1984 berjalan secara lebih masif namun aksi kekerasan dalam operasi itu tidak diketahui oleh publik di luar Papua karena media massa dilarang m em beritakannya Kem asifan operasi itu ditopang oleh kebijakan ABRI yang menjadikan yonif sebagai kekuatan inti tem pur dengan pasukan tam bahan dari Jakarta atau Makassar dan Maluku yang di- BKO-kan ke kodam Di tahun 1984 ini kodam memilik 6 yonif 3 di Papua dan 3 yonif

59 Bhakti op cit hlm 257 dan Osbome hlm 28060 George J Aditjondro Cahaya Bintang Kejora ELSAM

Jakarta 2000 hlm 24mdash 25

15

di Maluku sebagai hasil penggabungan kodam Dari 3 yonif di Maluku satunya adalah Yonif Linud 733 di Ambon yang berkualifikasi para Yonif dari Maluku ditugaskan melakukan operasi secara bergantian sementara yonif di Papua melakukan operasi sepanjang tahun di bawah kendali korem61

Papua sebagai daerah operasi satuan intelijen kodam dan jajarannya memegang peranan yang besar untuk menghancurkan gerakan yang disebut separatis Oleh karena itu peranan intelijen dan operasi kontra intelijen selalu aktif sepajang tahun Para intelijen dari kodam dan korem direkrut dari anggota satuan tempur yang memiliki naluri intelijen dan kemudian dilatih 3 sampai 10 hari sebelum diterjunkan mengumpulkan informasi Selain itu anggota intelijen ini latihan sambil bertugas bersama dengan intelijen tempur yang datang dari Kopassus

Operasi-operasi di masa ini adalah O perasi G agak I (1985mdash 1986) yang dipim pin oleh Pangdam M ayjen H Simanjuntak Dalam operasi ini pasukan operasi d ibagi ke dalam sek to r A di perbatasan B di tengah dan C kepala burung dengan komando Korem masing-masing Danrem adalah komandan sektor operasi Kodim menjadi subsektor dengan Dandim sebagai Dansubsektor Titik tekan operasi adalah teritorial dengan didukung oleh operasi intelijen dan tempur serta kamtibmas

Sektor A l meliputi daerah Kodim 1701Jayapura yaitu M embramo Arso Waris Senggi Kemtuk dan Demta Pasukan yang dikerahkan di daerah ini adalah Yonif733 BS satu kompi dari Yonif 7519 tim intelijen aparat teritorial setempat serta dibantu oleh 2 SSK Wanra Sementara A2 meliputi daerah Kodim 1702W amena dengan kekuatan pasukan dari 1 regu Yonif 751 2 peleton KiZipur-4Diponegro 2 peleton Senzipur 10 serta pasukan teritorial setempat berserta 2 SST wanrahansip A3 adalah daerah Kodim 1707

01 Sejarah Kodam VIlITrikora Priode 1982mdash 1990 Kodam Jayapura 1990 hlm 76

Merauke dengan sasaran utama adalah desa Mendiptana dan Waropko Pasukan yang diterjunkan di daerah ini adalah 1 kompi Yonif 7511 peleton Zipur4Diponegoro 1 peleton Denzipur 10 dan aparat teritorial yang dibantu oleh 2 SST wanrahansip

Daerah operasi sektor B adalah meliputi daerah Korem 173PVB dengan hot spot operasi di Nabire Sasaran utama adalah Enarotali dan Kebo Ilaga Operasi ini bertujuan memburu pimpinan OPM yaitu Daniel Kogoya Tadius Yogi dan Simon Kogoya Pasukan yang dikerahkan ke daerah ini adalah 1 pleton Yonif7531 peleton Zipur 4Dip dan Apter setempat dan dibantu oleh 2 SST hansipwanra

Sektor C adalah daerah Fak-fak dengan fokus operasi di daerah C3 yaitu daerah kompleks Tembagapura Agimuga dan Timika Pimpinan OPM yang hendak dikejar di daerah tambang PT Freeport ini adalah V icktus W angm ang dengan mengerahkan pasukan dari Yonif752 dengan kekuatan 2 kompi dibantu Apter dan 2 SST hansipwanra62 Dalam Operasi Gagak I ini Kodam mencatat 14 orang yang diduga OPM berhasil dibunuh dan 8 orang ditangkap dengan menyita 2 pucuk senjata

Memasuki tahun 1986 operasi ini dilanjutkan Pangdam Mayjen Setiana dengan sandi Operasi Gagak II (1986mdash 1987) dengan tugas pokok penghancuran GPK Titik tekan operasi adalah operasi teritorial dan intelijen untuk memisahkan GPK dari rakyat serta melakukan deteksi loyalitas rakyat terhadap pemerintah Operasi intelijen melakukan penggalangan agar loya litas rakyat meningkat Operasi tempur terus dijalankan dengan menggelar patroli untuk mengejar dan menghancurkan Operasi dilancarkan dengan tetap membagi daerah operasi ke dalam 3 sektor Pasukan yang dilibatkan dalam Operasi Gagak II ini adalah seluruh pasukan organik tempur dan teritorial Kodam VIII Trikora Serta pasukan BKO dari Satgas

62 Kodam VIIITrikora op cit hlm 108mdash 109

16

Yonif 321Kostrad 6 Tim Intelpur Kostrad 1 Kompi YonzipurDip 1 Kompi Yon Zipur Brawijaya satuan dari TNI AL dan AU serta Penerbad Selam a operasi in i ABRI melaporkan 21 orang berhasil dibunuh 5 ditangkap dan menyerah 12 orang dengan menyita 13 pucuk senjata63

K etika M ayjen W ism oyo Arismunandar menjadi Pangdam Trikora digelar operasi dengan sandi Operasi Kasuari 01 (1987mdash 1988) yaitu Juni 1987 sampai M ei 1988 dengan tugas utam a menghancurkan GPK secara fisik terutama di sekitar daerah perbatasan Selain itu operasi ju g a d itekankan di K abupaten Jayapura Paniai Fak-fak dan Biak Perkiraan ABRI waktu ini kekuatan OPM hanya 222 orang dengan 64 pucuk senjata campuran Akan tetapi operasi digelar dalam 3 sektor dengan Danrem tetap sebagai komandan sektor Untuk daerah subsektor A l yang meliputi perbatasan di Kabupaten Jayapura dikerahkan pasukan dari Satgas Yonif 321 Kostrad Satgas Patimura II 2 peleton Yonif 751 tim Yonif752 tim analis Kopassus tim Intelpur Kostrad Satgas Intel Laksusda satu peleton Kizipur4Diponegoro 1 kompi Zipur 5Brawijaya dengan dibantu 4 SSK wanra sebagai TBO Sementara untuk Subsektor A2 Wamena dikerahkan 1 Ton Yon 751 1 Ton Zipur 5B raw ijaya 1 tim Intelpur Kostrad 1 Ton Plus Satgas 642Tanjungpura dan dibantu SST wanra Sementara di sektor A3 yaitu Merauke dikerahkan pasukan 1 Ton Yonif 751 dan 1 Ton Zipur 5Brawijaya Satgas Intel Laksusda dan Tim Intelpur Kostrad dan 2 SST wanra64

Di daerah operasi subsektor B I Nabire sasaran adalah Enarotali dan Sugapa dengan menerjunkan pasukan dari Yonif753 Intel Laksusda K izipur 4D iponegoro peleton Intelrem 173 Ru Marinir 1 peleton KopaskhasAU 1 Tim Khusus Kodim Nabire dan 2 SSK wanra Kampung yang menjadi

61 Ibid hlm 111

64 Ibid Kodam hlm 114mdash 115

sasaran adalah Kampung Tagitakaida Seruai Kampung Swaipak Ampobukar Supriori dan Swainober Biak Barat Selain itu juga di desa Hitadipa Kecamatan Komopa Kecamatan Sing Desa Sapolinik Kecamatan Sinak dan Lereh Nabire Begitu juga Desa Tamakuni Waropen Pimpinan OPM yang dikejar di daerah ini adalah Tadius Yogi dan Simon Kogoya

Sementara itu di sektor C pasukan dikonsentrasikan untuk patroli tempur dan penjagaan areal PT Freeport serta Kecamatan Agimuga dan kampung Jila Pasukan yang dikerahkan adalah berasal dari Yonif752 satu kompi Yonif753 satu regu Ton Intelrem 171 Satgas Intel Laksusda dibantu satu SSK wanra Semua pasukan di-BKO-kan kepada Kodim 1706Fak-fak65

O perasi m ilite r ini kem udian dilanjutkan dengan Operasi Kasuari 02 (1988mdash 1989) O perasi d itekankan di sepanjang perbatasan dengan PNG dengan titik tekan operasi teritorial intelijen dan tempur serta kamtibmas Operasi teritorial diarahkan untuk membentuk desa binaan agar rakyat berpihak pada ABRI Pasukan yang bertugas dan sektor operasi sama dengan Operasi Kasuari 01 Kelly Kwalik muncul sebagai pimpinan OPM di daerah Agimuka dan Tembagapura di masa Operasi Kasuari 02 ini

Mayjen Abinowo setelah meng-gantikan Wismoyo Arismunandar mengelar Operasi Rajawali 01 ( 1989mdash 1990) dan Operasi Rajawali 02 (1990mdash 1991) Operasi tetap ditujukan untuk penghancuran OPM di sepanjang perbatasan dengan PNG Jenis operasi adalah teritoril intelijen dan tempur secara terpadu dan serentak Operasi teritorial diarahkan untuk pembentukan desa binaan dengan tujuan memisahkan rakyat dari GPK Sementara operasi intelijen ditujukan untuk m eng iden tifikasi gerakan GPK dan menetralisir pengaruhnya Sementara itu operasi tempur melancarkan patroli pengejaran dan

ldquo Ibid hlm 116mdash 117

17

penghancuran Pasukan yang terlibat dalam operasi ini adalah pasukan organik Kodam VIII ditambah Yonif 621Tanjungpura Yonif 431 Brawijaya (diganti Yonif 310Siliwangi) 1 tim In te lpur K ostrad Satgas D am pak XX Kopassus Satgas Udara 3 Heli Puma 1 Cassa AL dan 32 Polsek dan 6 SSK wanra Di masa inilah Thomas Wangai mengibarkan Bendera Melanesia Barat di Jayapura

Memasuki tahun 1990 kekuatan OPM diperkirakan hanya 215 orang dengan 69 pucuk senjata campuran Konsentrasi gerakan berada di sepanjang perbatasan dan sebagian tersebar di Kabupaten Jayapura Biak Yapen-Waropen Fak-fak Merauke Pada periode ini ABRI telah membagai empat kelompok GPK yaitu politis orang hutan rakyat pendukung dan clandestine yang berada dalam Pemda I dan II perguruan tinggi dan SLTA66 Pasukan pendukung operasi ini adalah pasukan organik Kodam tambah 32 Koramil rawan yaitu Satgas Yonif 732 asal Maluku Satgas Ki Denzipur 101 Ki Yon 751 752 753 Satgas Intel dan ditambah pasukan nonorganik yaitu Satgas Yonif 621 431 310 tim Intelpur Kostrad Den Kopassus dan Satgas Udara

Di tahun 1990 inilah operasi intelijen militer yang berintikan pasukan Kopassus di Papua meningkat Penangkapan-penangkapan yang disertai pembunuhan terhadap orang- orang yang dicurigai sebagai OPM kerap terjadi di berbagai tempat

Operasi jenis ini kemudian terkuak ketika teijadi serangkaian pembunuhan terhadap penduduk kampung di desa Wea Tembagapura di bulan Oktober sampai Desember 1995 Dalam aksi ini pasukan dari Yonif 752 melakukan penembakan membabi buta terhadap penduduk yang sedang berada dalam rumah- rumah mereka Tindakan ABRI itu diawali oleh adanya demontrasi beberapa bulan sebelumnya dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora Dalam peristiwa ini 11 orang terbunuh dan bebeberapa orang lainnya ditangkap dan kemudian disekap di kontainer milik PT

66 Kodam VIII hlm 126

Freeport Sebagian dari penduduk di kampung- kampung itu juga mengalami penyiksaan67 Aksi kekerasan yang sam a ju g a te rjad i di M apendum a ketika pasukan K opassus mencoba membebaskan orang-orang yang disandera oleh kelompok Yudas Kogoya dan Kelly Kwalik

Operasi militer dengan tujuan untuk mem buru kelom pok yang disebut OPM kembali teijadi di tahun 2003 tepatnya antara bulan April sampai Juni dan kemudian terus bertahan sampai O ktober68 di Wamena Dalam operasi pengejaran di tahun 2003 ini diterjunkan pasukan dari Kopassus dan Kostrad yang di BKO-kan kepada Korem 171Jayapura

O perasi m ilite r ini d iaw ali oleh terjad inya pem bobolan gudang senjata Kodim 1702 Wamena oleh sekelompok orang bersenjata dini hari tangal 4 April 2003 Untuk mengejar kelompok bersejata itulah operasi ke kampung-kampung di seputaran kota W amena d ilancarkan Pengejaran bahkan sam pai ke daerah Kwiyawage M ereka yang ditangkap di sekitar kota Wamena ditahan di Kodim dan kemudian mengalami penyiksaan yang luar biasa

Di kampung-kampung yang dilewati pasukan TNI ini terjadi rangkaian kekerasan terhadap penduduk N am un tindakan kekerasan yang luar biasa dilakukan pasukan TNI terjad i di K w iyaw age Kampung- kampung yang diperkirakan berpenduduk hampir 7000jiwa ini dihujani tembakan dan rumah-rumahnya dibakar Ribuan pendudukshynya yang berhasil ditangkap mengalami penyiksaan dan beberapa orang di antaranya d ibunuh 69 K etika penu lis datang ke

67 Amiruddin op cit68 Pada bulan Oktober TNI berhasil membunuh Justinus

Murib bersama 6 orang pengawalnya di Kampung Bolakme Wamena Justinus diangapa sebagai Pimpinan OPM di Wamena dan memimpin pembobolan gundang senjata Kodim dan membunuh dua orang anggota TNI di areal Kodim

69 Lihat Laporan Lengkap Tim Pengkajian PermasalahanH AM di Papua Komnas HAM 2003

18

Kampung Kwiyawage ini di bulan September 2003 kampung ini masih kosong dan sisa-sisa pembakaran dan pengrusakan masih terlihat jelas70

Operasi militer yang paling mengejutkan setelah DOM dicabut di Papua adalah tindakan Kopassus di tahun 2001 yaitu membunuh Theis H Eluay di Jayapura Pembunuhan itu dilakukan setelah Theis diundang Kopassus ke markasnya di Hamadi Jayapura Mayatnya kemudian dibuang di jurang pingir jalan di daerah Koya Sampai hari ini pembunuhan Theis ini belum terungkap siapa yang memerintahkannya Yang jelas seorang letkol dan seorang mayor Kapassus divonis oleh Makamah M iliter Tinggi III Surabaya sebagai penanggungshyjawabnya Metode pembunuhan terhadap Theis bukanlah m etode baru di Papua Ratusan orang di Papua dibunuh dengan cara seperti itu baik di kam pung-kam pung maupun di kota di seluruh Papua

Sebenarnya ketika memasuki era reformasi politik Indonesia di tahun 1998 OPM tidak berarti lagi secara politik karena tidak m em iliki kekuatan sen ja ta yang memadai Bahkan para anggotanya terpecah- pecah dan banyak yang bertalian dengan aparat TNI Maka dari itu ketika menjabat M enkopolkam SBY m enyatakan OPM bukanlah ancaman yang serius Namun aksi kekerasan oleh TNI di Papua tidak pernah surut

5 Penutup Hak Asasi Manusia Agenda yang Tersisa

R angkaian operasi m ilite r yang terpapar di atas jika disimak dalam literatur resmi Indonesia terdapat kesan bahwa operasi itu berjalan mulus tanpa cela Seluruh operasi itu digelar semata-mata untuk mematahkan perlawanan Gerakan Pengacau Liar atau Gerakan Pengacau Keamanan Tetapi banyak saksi di Papua menyatakan dalam seluruh

70 Kwiyawage berjarak sekitar 45 menit terbang dengan helikopter Penulis datang ke kampung ini sebagai anggota penyelidik ad hoc KPP-HAM Komnas HAM

operasi itu banyak korban jiw a jatuh dari penduduk biasa di kampung-kampung serta pu luhan orang Papua yang te rpe la jar dipenjarakan71

Ketika situasi politik berubah rangkaian Operasi Militer di Papua digugat oleh orang- orang Papua karena mereka mencatatnya sebagai pelanggaran terhadap hak-hak asasi mereka Ternyata dalam operasi militer yang tiada putus itu yang dibunuh disiksa dan dihilangkan atau diperkosa bukanlah sekadar musuh negara melainkan ratusan penduduk kampung yang daerahnya menjadi sasaran operasi militer tersebut

Antara tahun 1963mdash 1969 korban orang Papua oleh operasi militer diperkirakan oleh Osborne dengan mengutip Hasting berjum lah 2 000 sam pai 3 000 orang Sementara Eliaser Bonay mantan Gubernur Papua di tahun 1981 pernah menyatakan korban berkisar 30000 jiwa72 Jan Warinussy D irektur E kseku tif LP3BH M anokwari m em perkirakan jum lah korban ham pir 100000jiwa sejak Pepera sampai sekarang73

Namun jumlah korban yang moderat ditulis oleh Agus Sumule ketika merumuskan perlunya Pengadilan HAM serta Komisi K ebenaran dan R ek onsiliasi dijam in pembentukannya dalam UU Otonomi Khusus untuk Papua Sumule merinci jumlah korban tersebut adalah antara tahun 1969mdash 1997 di Paniai 614 orang dibunuh Hilang 13 orang dan diperkosa 80 orang (1980mdash 1995) Tahun 1979 Kelila (Jayawijaya) 201 dibunuh serta tahun 1977 di Asologaiman 126 dibunuh dan Wasi 148 orang dibunuh74 Jumlah korban pembunuhan oleh aparat dalam rangkaian operasi militer itu belum teridentifikasi secara jelas sampai saat ini Meskipun demikian

71 M endesaknya masalah hak asasi manusia untuk diselesaikan di Papua lihat Adriana Elisabeth Agenda dan Potensi Damai di Papua LIPI Jakarta 2005

72 Osbome op cit hlm 10973 Lihat wawancaranya dalam Majalah Sampan edisi 02

Februari 2006 hlm 11mdash 1374 Agus Sumule Mencari Jalan Tengah Otonomi Khusus

Provinsi Papua Gramedia Jakarta hlm 233mdash 234

19

masalah hak asasi manusia yang serius telah tejadi di Papua

Menyikapi masalah hak asasi manusia yang serius itu ketika fajar tahun 2000 merekah Presiden Abdurrahman Wahid yang kala itu berada di Jayapura mengubah nama provinsi Irian Jaya menjadi Provinsi Papua Seiring dengan perubahan nama itu Presiden juga memperbolehkan pengibaran bendera B intang K ejora dan m em inta TNI mengunakan jalan damai dan meninggalkan cara-cara kekerasan dalam m enyikapi masalah di Papua Setahun kemudian status Otonomi Khusus juga disetujui oleh Presiden Megawati kepada Papua melalui UU No 21 2001

Jalan dialog ini mulai terbuka karena munculnya gelombang protes yang tiada henti di Papua sepajang tahun 1998 Gelombang itu dimulai oleh para kalangan mahasiwa di Jayapura dan kemudian menjalar ke hampir semua kota di Papua Titik cetusnya terjadi di Biak bulan Juli 1999 Ribuan orang berdemonstrasi dan mengibarkan bendera B intang K ejora di Pelabuhan Biak Demonstrasi kemudian juga menyebar ke kota-kota Papua lainnya seperti Manokwari Wamena Merauke Timika dan Jayapura Sayang dalam berbagai aksi demonstrasi yang diikuti pengibaran bendera Bintang Kejora ini lagi-lagi aparat keamanan bertindak secara kasar75 Sepanjang tahun 2000 demonstrasi-demonstrasi yang menuntut keadilan dengan m engibarkan bendera Bintang Kejora juga mengalami tindakan kekerasan oleh aparat keamanan Sepanjang tahun 1999mdash 2000 puluhan orang tewas tertembak oleh aparat76

Sayangnya seluruh jalan dialog itu dan status Otonomi Khusus belum menyentuh persoalan mendasar di Papua yaitu pemulihan

75 Theo PA van den Broek Ofm dan J Budi Hemawan Ofm Memoria Passionis di Papua Kondisi Hak Asasi Manusia dan Gerakan Aspirasi Merdeka Gambaran 1999 Keuskupan Jayapura Jakarta 2001

76 Yafet Kambai op cit hlm 34mdash 36

harga diri orang Papua Bagi orang-orang Papua pengalaman bersama Indonesia terutama selama rezim militer Soeharto berkuasa dirasakan begitu melecehkan harkat dan martabat mereka Seluruh pelecehan itu kemudian dikatakan oleh orang-orang Papua sebagai realitas pelanggaran hak asasi manusia baik yang berupa tindak kekerasan seperti pembunuhan penyiksaan penangkapan dan pemerkosaan

Pelecehan yang lain adalah Indonesia te lah m em biarkan o rang-o rang Papua terperangkap dalam kemiskinan yang kronis tanpa infrastruktur kesehatan pendidikan dan transportasi serta kom unikasi yang memadai Kondisi ini dalam data yang dilansir oleh harian Kompas sekitar 80 orang asli Papua berada dalam gelimang kemiskinan77

Belum adanya ja lan keluar bagi m asalah kem isk inan dan kelangkaan infrastruktur serta belum adanya upaya pertanggung jaw aban atas te rjad inya pelanggaran bera t hak asasi m anusia membuat Papua tetap bergejolak meskipun Otonomi Khusus telah diberikan Pada hal Otonomi Khusus dirancang sebagai jalan k e lu ar bagi selu ruh persoalan yang mengganjal dalam hubungan Jakarta dengan Jayapura

Belum efektifnya Otsus sebagai jalan keluar tidak terlepas dari realita politik di Papua itu sendiri Para perancang Otonomi Khusus hanya mengandaikan bahwa dengan adanya Otonomi Khusus maka semua pihak akan suka rela mendukungnya Namun dalam kenyataanya belum semua pihak mendukung Salah satu pihak yang belum mendukung sepenunya adalah pihak-pihak dari kalangan militer

M aka dari itu sam pai saat ini Pengadilan HAM dan KKR yang diwajibkan oleh UU Otonomi Khusus untuk meminta pertanggungjawaban dari mereka yang terlibat belum terwujud di Papua Pada hal dua instansi ini d iharapkan m enjadi sarana untuk membongkar masalah kejahatan terhadap kemanusian di Papua

20

Dengan demikian membicarakan masalah Papua saat ini yang paling pokok adalah menjelaskan peran dan posisi militer dalam keseluruhan konflik di Papua tersebut Sikap pemerintah yang selalu membantah dan menutup mata atas terjadinya berbagai bentuk kekerasan yang dilancarkan oleh anggota ABRI akan merugikan Indonesia sendiri Selain itu sikap merasa tak pemah bersalah dari pem erin tah Indonesia ju g a akan menjauhkan orang Papua dari Indonesia

Gam baran yang terpapar di atas adalah merupakan kenyataan-kenyataan yang pernah dialami oleh orang-orang Papua Dengan membuka seluruh pengalaman itu dan memberikan ruang bagi pengalaman orang-orang Papua untuk menjadi bagian darinya akan lebih mem udahkan dalam mencari jalan keluar bagi persoalan Papua yang kini kian rumit Singkatnya peranan ABRI atau TNI dan Polri di Papua sejak tahun 1960-an sampai tahun 2000 harus dibuka Sementara itu seluruh pengalaman pahit orang-orang Papua mesti diakomodasi pula di dalamnya sebagai bagian yang utuh

M aka dari itu pem bentukan pengadilan HAM dan KKR di Papua sebagaimana diamatkan oleh UU Otonomi Khusus menjadi agenda mendesak di Papua Tanpa kedua sarana itu membicarakan masalah Papua seperti jalan di tempat Jika itu yang terjadi kekecewan dan perasaan tidak diangap sebagai bagian dari keindonesiaan akan kian meluas di Papua

Daftar Pustaka

Aditjondro George J 2000 Cahaya Bintang Kejora Jakarta ELSAM

Amiruddin 2005 ldquoGerakan Papua Merdeka Penciptaan Identitas Ke-Papua-an versus Ke- Indonesia-anrdquo dalam Jurnal Hak A sasi Manusia Dignitas VolIIINo 1 Tahun 2005

Amiruddin dan Aderito Soarea 2003 Perjuangan Amungme Antara Freeport dan Militer Jakarta ELSAM

Bhakti Ikrar Nusa 2005 ldquoHak Menentukan Diri Sendiri Jenis Baru di Papua Pilihan Antara Kemerdekaan dan Otonomirdquo Dalam Dewi Fortuna Anwar (Ed) Konflik Kekerasan Internal Jakarta Obor Hlm 255mdash 256

Chauvel Richard dan Ikrar Nusa Bhakti 2004 The Papua Conflict Jakarta s Perceptions and Policies East-West Center Washington

C holil 1971 Sejarah O p era si-O p era si Pembebasan Irian Barat Puserjarah ABRI- Dephankam

Deplu RI 1998 Sejarah Kembalinya Irian Jaya ke Pangkuan Republik Indonesia Jakarta Deplu RI

Djoparai John RG 1993 Pem berontakan O rgan isasi P apua M erdeka Jakarta Grasindo

Elisabeth Adriana dan Muridan S Widjojo 2004 Pemetaan Peran dan Kepentingan Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

Elisabeth Adriana dkk (2005) Agenda dan Potensi Damai di Papua Jakarta LIPI

G iyai Benny 2000 M enuju P apua Baru Beberapa Pokok Pikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham-Dieyai

Kambai Yafet 2003 Gerakan Papua Merdeka di Bawah B ayan g-B ayan g M ega-H az Jayapura ELSHAM Hlm 29mdash 30

Kodam XVIITjendrawasih 1971 Irian Barat dari Masa ke Masa Sejarah Militer Kodam XVII Tjendrawasih Puserjarah ABRI

Laporan Tim Pengkajian Komnas HAM tentang Permasalahan HAM di Papua (Wamena dan Wasior) Oktober 2003

Leith Denise 2003 The P olitics o f Power Freeport in Seharto s Indonesia Honolulu Universiti o f Hawaii Press

Majalah Sampari edisi 02Februari 2006

M ayjen Samsudin 1994 P ergolakan di Perbatasan Operasi Pembebasan Sandera Tanpa Pertum pahan D aerah Jakarta Gramedia

Osbome Robin 2001 Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Jakarta Elsam

Pigai D ecki N atalis BIK 2001 E volusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua Jakarta Sinar Harapan

21

Pour Julius 1993 Benny Mordani Profil Prajurit Negarawan Jakarta Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman

Raweyai Yorris TH 2002 Mengapa Papua Ingin Merdeka Jayapura PDP

Sejarah Kodam VIIITrikora Priode 1982-1990

Sumule Agus 2004 M encari Jalan Tengah Otonomi Khusus Provinsi Papua Jakarta Gramedia

Tebay Neles Kebadabi 1999 ldquoOrang Papua Menuju K epunahanrdquo makalah dalam Seminar yang diselengarakan oleh Kelompok Studi Gaise Keuskupan Bandung dan Lembaga Penelitian Universitas Katolik Parahiyangan Bandung tanggal 12mdash 13 November 1999

Van den Broek Ofm Theo PA dan J Budi Hemawan Ofm 2001 Memoria Passionis di Papua Kondisi Hak Asasi Manusia dan Gerakan A spirasi M erdeka Gambaran 1999 Jakarta Keuskupan Jayapura

Van den Broek Theo 1999 Returnees from PNG to Irian jaya Dealing in Particular with Returnees to Woropko-Mindiptana Area Jayapura SKP

Widjojo Muridhan S 2005 ldquoSeparatisme - Hak Asasi M anusia - Separatisme Siklus Kekerasan di Papua Indonesiardquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIII N ol Tahun 2005

22

Lampiran

Tabel Nama Pangdam XVIITjendrawasih dan Operasi-Operasi yang Dipimpinnya

No Nama Lama Tugas Keterangan

1 Brigjen U R ukm an M ei 1 9 6 3 mdash 17 April 1 9 6 4

O peras i W isnum urti I d an II

2 Brigjen Inf Kartidjo 17 April 1 9 6 4 mdash

O peras i W isnum urti III d an IV O perasi G ia t dan T an g k as O peras i S a d a r O p e ra s i ini d ipim pin oleh D a n rem 171 M an o kw ari Letkol D jaka W a rg a d in a ta

3 Brigjen T N I R Bintoro 2 3 M a re t 1 9 6 6

O peras i B ra th ayud ha operas i penghancuran p erlw an an d an untuk m e m e n a n g ka n P ep e ra

4Brigjen T N I S arw o Edi W ibow o

2 5 Juni 1 9 6 8O peras i S a d a r d an B ratayudha O peras i W ib a w a (P ers iap an P e n y e len g a ra an P e p e ra )

5 Brigjen A cub Za ina l2 6 Januari 19 70 mdash 1 9 7 4

O peras i P am un g kas

6Brigjen Im am M u n a n d ar

1 9 7 7 mdash 19 78 O peras i di S ep a n jan g P erb a tas an

7 Brigjen C l S an to sa 1 9 7 8 mdash 1 9 8 2

8Brigjen RK S em biring M elia la

1 9 8 2 mdash 1 9 8 5

9M ay jen H S im anjuntak

1 9 8 5 mdash 19 86 O peras i G a g a k I

10 M ay jen S etia n a 1 9 8 6 mdash 1987 O peras i G a g a k II

11M ay jen W is m o ya A rism u nand ar

1 9 8 7 mdash 19 89 O peras i K asuari I d an II

12 M ay jen A binow o 1 9 8 9 mdash 1991 O peras i R a jaw ali I dan II

13M ay jen I Ketut W ard h an a

1 9 9 4 mdash 1 9 9 5

14 M ay jen Joni Lum intang 1 9 9 5 mdash 1 9 9 6

15M ay jen A m ir S em biring

1 9 9 8 mdash 1999 P e n g a m a n a n D a erah R a w a n

16M ay jen M ahidin Sim bolon

1 9 9 9 mdash 2 0 0 2O peras i P en g en d a lian P eng ibaran B end era

17 M ay jen Nurdin Z a ina l 2 0 0 2 mdash 2 0 0 4 O peras i P enyis iran di W a m e n a

Sejak April 1985 Kodam XVlITjendrawasih di gabung dengan Kodam XVPatimura Gabungan kedua Kodam ini menjadi Kodam VIIITrikora dengan pusat komandonya tetap di Jayapura

Kodam VIIITrikora kembali dipecah menjadi dua yaitu Kodam Trikora di Jayapura dan Kodam Patimura untuk Maluku

23

PRO-KONTRA PEMEKARAN PAPUASEBUAH PELAJARAN BAGI PEMERINTAH PUSAT

Lili Romli

Abstract

The division ofthe Province o f Papua is an interesting case in pos t reform era in which local government autonomy is a hot topic in local politics in Indonesia The decision to divide the province comes from Central Government in Jakarta not provincial government in Jayapura The decision raises dispute argument in pro or contra on the necessary o f the division between people o f Papua The paper aims is to describe the discord between the problem o f the Division ofPapua in the level offormal rule and the pro and contra to the decision To solve the problem ofpro and contra this paper argues that it is necessary to give more room for people ofPapua to decide what it need By involving local institution that has been legally approved as representatives o f Papuan people such as Papuan People Assembly (Majelis Rakyat Papua MRP) and DPRD the pro and contra to the division among people and government will be solved in dialogic decision

Pendahuluan

Dalam era reform asi dan otonomi daerah ini salah satu fenomena yang muncul di daerah-daerah adalah

tuntutan pemekaran daerah Di beberapa daerah sebagai contoh kasus m ereka berlomba-lomba agar daerahnya dimekarkan atau minta pemekaran 1 Kondisi itu kontras dengan kasus di Papua Apabila daerah- daerah lain berlomba-lomba agar daerahnya dimekarkan tidak demikian halnya dengan Papua atau Irian Jaya Tampaknya kasus Papua berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kasus-kasus pemekaran daerah lain selama ini Jika pemekaran daerah yang terjadi selama ini yang ngotot adalah orang- orang daerah agar secepatnya daerahnya d im ekarkan sem entara un tuk kasus pem ekaran Papua yang ngo to t adalah

Peneliti Bidang Politik Nasional Pusat Penelitian Politik1 Agar daerahnya dimekarkan mereka kerap melakukan demonstrasi baik kepada daerah induk maupun ke Pemerintah Pusat Contoh kasus adalah saat pemekaran Provinsi Banten yang ingin pisah dari Provinsi Jawa Barat

Pemerintah PusatSebagaimana diketahui Pemerintah

Pusat menerbitkan UU No 45 Tahun 1999 un tuk pem ekaran Papua N am un UU tersebut ditolak oleh masyarakat Papua Meskipun sudah ditolak tampaknya jalannya cerita belum usai Empat tahun kemudian keing inan P em erin tah Pusat untuk memekarkan Papua dilanjutkan kembali K ini Pem erintah Pusat m enghidupkan kembali UU No 45 Tahun 1999 melalui Inpres No 1 Tahun 2003 Inpres tersebut menginstruksikan untuk mempercepat antara lain pemekaran Papua menjadi 3 provinsi yaitu Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur

Tentu saja dengan adanya Inpres tersebut mengagetkan rakyat Papua Sebab bukankah dulu UU No 45 Tahun 1999 tentang Pemekaran Papua sudah ditolak Tetapi mengapa sekarang keluar Inpres No 1 Tahun 2003 untuk mempercepat pemekaran Papua Bukankah untuk pemekaran Papua

25

harus dilakukan melalui Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagaimana diamanatkan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan itu sebagian besar rakyat Papua m enolak pemekaran Papua

D engan dem ikian dalam kasus pemekaran Papua sebagaimana dikatakan di atas tam paknya yang ngoto t untuk memekarkaan Papua adalah Pemerintah Pusat sedangkan Pem erin tah D aerah P rovinsi Papua tidak ngo to t bahkan menolaknya Inilah yang saya katakan sebagai fenomena khusus yang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan pemekaran- pemekaran daerah dalam kasus-kasus daerah lain seperti pemekaran Provinsi Banten Pemekaran Provinsi Bangka Belitung dan Pemekaran Provinsi Gorontalo

Dampak sikap ngotot Pemerintah Pusat tersebut menimbulkan benturan dan konflik antara mereka yang pro-Pemerintah Pusat (dengan demikian setuju pemekaran) dan yang menolak keinginan Pemerintah Pusat (dengan dem ikian m enolak pem ekaran) Sikap pro-kontra tersebut sesungguhnya apabila kita amati dipicu oleh sikap elite terhadap kebijakan Pemerintah Pusat tentang pemekaran Papua Sikap elite yang berbeda itu lalu merembet ke masing-masing pendukung di antara elite-elite tersebut sehingga yang teijadi kemudian konflik horizontal di antara pendukung pemekaran dan penolak pemekaran Antiklimaks dari konflik tersebut adalah peristiwa Mimika saat dideklarasikan Provinsi Irian Jaya Timur

Tulisan ini mencoba untuk membahas tentang fenomena pro-kontra pemekaran Papua tersebut Namun sebelumnya terlebih dahulu membahas tentang latar belakang pemekaran Papua keluarnya UU No 45 Tahun 1999 dan Inpres No 1 Tahun 2001

Latar Belakang Pemekaran

Ide tentang pemekaran Irian Jaya sudah lama Jauh sebelum Irian Jaya menjadi bagian Indonesia di zaman pemerintahan

Hindia Belanda pemerintah kolonial saat itu membagi wilayah Netherlands New Guinea (sebuah nama untuk Irian Barat atau Irian Jaya pada waktu masa penjajahan Belanda) dalam enam karisedanan yaitu (1) Hollandia (sekarang namanya Jayapura) dengan ibu kota Hollandia (2) Geelvinkbaai (sekarang Teluk Cendrawasi) dengan ibu kota Biak (3) N ew G uinea Tengah dengan ibu kota Enarotali (4) New Guinea Selatan dengan ibu kota Merauke (5) New Guinea Selatan dengan ibu kota Fakfak dan (6) New Guinea Barat dengan ibu kota Sorong2

Tentu pembagian keenam wilayah tersebut ada alasannya Pemerintah Hindia Belanda tidak asal saja membagi wilayah Netherland New Guinea atas enam wilayah M enurut Ik rar N usa B hakti alasan pembagian enam wilayah itu didasarkan atas (1) kedekatan w ilayah (2) efektiv itas pemerintahan dan (3) pertalian adatsuku di antara penduduk di wilayah itu3

Pada tahun 1963 ketika Netherland N ew G uinea m enjadi bag ian w ilayah Indonesia yang kemudian berubah menjadi Irian Barat pembagian enam wilayah tersebut tetap dipertahankan oleh Indonesia Namun dalam perkembangan kemudian yaitu pada tahun 1969 dari enam karesidenan itu diciutkan menjadi tiga karesidenan baru yaitu (1) Karesidenan Paniai (2) Karesidenan Sorong dan (3) Karesidenan Yapen Waropen Karesidenan di Irian Barat terus berkembang dan ada yang d iberi nam a baru yaitu kabupaten m enjadi 14 kabupaten dan terakhir 28 kabupaten4

Pada masa Pemerintahan Orde Baru tepatnya tahun 1983 yaitu pada masa Gubernur Irian Jaya dipimpin oleh Busyiri Suryowinoto dan M enteri Dalam Negeri Supardjo Rustam ide tentang pemekaran muncul kembali Ide pemekaran ini berawal dari Seminar ldquoPembangunan Pemerintahan

2 Ikrar Nusa Bhakti ldquoMencari Titik Temu Pemekaran Provinsi Papuardquo Kompas 25 Agustus 2003

3 Ibid4 Ibid

26

Daerahrdquo dalam rangka Dies Natalis Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) ke-16 di Jakarta tanggal 3 Mei 1983 Pada seminar tersebut muncul gagasan perlunya pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga wilayah dan pembentukan- pembentukan kabupaten-kabupaten5

Namun dalam seminar itu terdapat dua pendapat yang berbeda satu sisi ada yang berpendapat bahwa pemekaran dimulai dari bawah dulu yaitu dengan m em bentuk kapubaten-kabupaten dulu tetapi di sisi lain ada yang berpendapat sebaiknya dimulai dari atas dulu yaitu dengan m em bentuk pemekaran provinsi dulu

Sehubungan dengan adanya polemik tersebut Gubernur Irian Jaya yaitu Busyiri memanggil orang-orang Irian Jaya yang berpolemik tersebut yaitu JRG Jopari 3 mahasiswa IIP asal Irian Jaya (M ichael Menufandu Obednego Rumkorem Martinus Howay) dan beberapa anggota DPR yang mewakili Irian Jaya antara lain MC Da Lopez Izaac H indom Izaac Saujay M ocham m ad W asaraka dan Sudarko M ereka d ipanggil dalam rangka membicarakan rencana pemekaran wilayah Irian Jaya Untuk itu mereka diwajibkan untuk memberikan masukan tertulis kepada gubernur

Ide ten tang pem ekaran terus berkembang dengan diadakannya Seminar Nasional ldquoPercepatan Pembangunan di Irian Jayardquo yang d ilakukan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Dalam seminar itu dibicarakan juga tentang kemungkinan pemekaran wilayah Irian Jaya Hasil seminar lalu direkom endasikan kepada M enteri Dalam Negeri yakni Supardjo Rustam

Dalam perkem bangan kemudian Menteri Dalam Negeri memerintahkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Dalam Negeri untuk melakukan penelitian di Irian Jaya selama enam bulan

5 JRG Djopari ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo Sinar Harapan 5 Maret 2003

tentang kemungkinan pemekaran wilayah Irian Jaya Hasil penelitian ini kemudian disampaikan kepada Presiden Soeharto yang isinya apabila kondisi ekonomi negara memungkinkan dan proses kaderisasi aparat pemerintah asal putra daerah telah mencukupi untuk struktur minimal birokrasi pem erintahan tingkat provinsi pemekaran wilayah dapat dilaksanakan Pemekaran dapat dimulai dengan tiga provinsi dan kemudian menjadi enam provinsi sesuai enam karisedanan sewaktu pemerintahan Hindia Belanda di Irian Jaya

Gagasan tentang pemekaran Irian Jaya tersebut ternyata tidak kunjung tiba sampai akhirnya Presiden Soeharto jatuh Entah alasan apa ide pemekaran itu tidak kunjung terwujud Mungkin rekomendasi tentang perlunya pemekaran yang diajukan oleh B alitbang D epdagri belum juga terpenuhi sehingga tidak memungkinkan pemekaran Irian Jaya dilaksanakan Atau alasan lain entahlah Yang jelas selama masa Presiden Soeharto kendali Jakarta atas Irian Jaya begitu ketat dengan diberlakukannya Daerah Operasi Militer (DOM) Dan dampak dari DOM tersebut membuat rakyat Irian Jaya m akin sengsara ak ibat te rjad inya pelanggaran-pelanggaran HAM

Pemekaran Irian Jaya Berdasarkan UU No 45 Tahun 1999

K etika te rjad i pergan tian pemerintahan dari Soeharto ke B J Habibie gagasan pem ekaran Irian Jaya muncul kem bali G ubernur Irian Jaya Freddy Numberi mengusulkan pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga wilayah Kemudian usul ini ditanggapi oleh pemerintah dengan mengajukan RUU tentang pemekaran Irian Jaya dan pembentukan kabupaten-kabupaten lainnya di Irian Jaya Singkat kata lalu keluarlah UU No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat Kabupaten Paniai Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Dengan adanya UU itu

27

berarti Irian Jaya terbagi atas 3 provinsi yaitu Irian Jaya Barat dengan Ibu Kota Manokwari Irian Jaya Tengah dengan Ibu Kota Timika dan Irian Jaya Timur dengan Ibu Kota Jayapura

U ntuk m engetahui apa dasar pertimbangan keluarnya UU No 45 Tahun 1999 tersebut di sini saya kutipkan dasar pertimbangan sebagaimana dinyatakan dalam poin menimbang UU No 45 Tahun 1999 yaitu6a bahwa berhubung dengan perkembangan

dan kemajuan Provinsi Irian Jaya serta adanya aspirasi yang berkembang dalam m asyarakat d ipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerinshytahan pelaksanaan pembangunan dan pem binaan kem asyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan dimaksud pada masa mendatang

b bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dan memperhatikan perkembangan jumlah penduduk luas wilayah potensi ekonomi sosial budaya sosial politik dan peningkatan beban tugas serta volume kerja di bidang pem erintahan pem shybangunan dan kemasyarakatan di Irian Jaya d ipandang perlu m em bentuk Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat sebagai pemekaran dari Irian Jaya

c bahwa pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya B ara t akan dapat mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah

Pertimbangan-pertimbangan yang diajukan tersebut kemudian lebih jauh dijelaskan dalam Penjelasan Umum dari UU No 45 Tahun 1999 ini Di sini lagi-lagi saya kutipkan bunyi Penjelasan Umum tersebut yaitu

6 Lihat UU No 45 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

Provinsi Irian Jaya mempunyai wilayah seluas 404669 km2 dengan geografis yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit dalam perkembangannya walaupun telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan masih diperlukan peningkatan Provinsi Irian Jaya juga memiliki makna yang khas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Makna khas tersebut terdapat di dalam dinamika budaya struktur pranata adat istiadat potensi wilayah dan struktur sosial kemasyarakatan serta tantangan dan kendala yang dihadapi beserta lingkungan strategis yang mempengaruhinya

Perkembangan Provinsi Irian Jaya tersebut diikuti pula dengan peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat dengan laju pertumbuhan rata-rata 241 per tahun Pada tahun 1990 jumlah penduduk Provinsi Irian Jaya berjumlah 1436439jiwa dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 2225102 jiwa Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volum e kerja penyelenggaraan pem erin tahan pem shybangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Provinsi Irian Jaya

Provinsi Irian Jaya memiliki sumber daya pertanian tanaman pangan perkebunan kehutanan pertambangan dan pariwisata yang cukup potensial untuk dikembangkan serta memiliki prospek yang cukup baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri karena memiliki letak yang sangat strategis yaitu merupakan pintu gerbang ke arah lingkar Pasifik

Berdasarkan hal-hal tersebut dan memperhatikan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat sejak tahun 1982 yang selanjutnya dituangkan secara formal dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Irian Jaya tanggal 10 Juli 1999 Nomor 10DPRD1999 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I Irian Jaya dan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan

28

pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat dan sesuai aspirasi masyarakat sejalan dengan kebutuhan pembangunan dan pemerintahan di Provinsi Irian Jaya maka Provinsi Irian Jaya perlu dimekarkan menjadi tiga provinsi yaitu dengan membentuk Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat

Untuk m eningkatkan dan m em shyperkuat peranan putra daerah asli Irian Jaya dalam formasi kepegawaian dan jabatan negeri diberikan prioritas kepada putra daerah tersebut sedem ikian rupa dalam mendapatkan pendidikan dan pelatihan Di samping itu hak adat dalam komunitas budaya suku-suku asli Irian Jaya termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi dan dijamin pengem bangan serta pem berdayaannya secara dinam is dan selaras dengan perkembangan zaman

Untuk m elaksanakan UU No 45 Tahun 1999 tersebut Presiden BJ Habibie kemudian mengeluarkan Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 pada tanggal 12 Oktober 1999 Dalam Dekrit tersebut Presiden BJ H abibie m engangkat W akil G ubernur Herman Monim dan Bram Atururi masing- masing sebagai Gubernur Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya B arat N am un dalam perkembangan baik UU No 45 Tahun 1999 maupun Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 ditolak oleh Dewan Perw akilan Rakyat Daerah Provinsi Irian Jaya melalui SK No 11 DPRD1999 tanggal 16 Oktober 1999 Isi SK DPRD Provinsi Irian Jaya tersebut menolak pemekaran Irian Jaya karena atas desakan rakyat Irian Jaya

Dengan adanya penolakan DPRD Provinsi Irian Jaya tersebut kem udian m uncul pertanyaan m engapa dalam Penjelasan Umum UU No 45 Tahun 1999 sebagaimana dikutip di atas dinyatakan bahwa keluarnya UU ini tidak lepas dari aspirasi masyarakat yang lalu dituangkan dalam Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya No 10 DPRD1999 Kalau benar berdasarkan aspirasi

masyarakat seharusnya UU No 45 Tahun 1999 diterima bukan ditolak Tetapi yang terjadi adalah rakyat Irian Jaya menolak dan DPRD Irian Jaya m endukungnya Pertanyaan selanjutnya ada apa sebenarnya di balik itu semua Benarkah UU No 45 Tahun 1999 benar-benar berdasarkan aspirasi masyarakat Irian Jaya atau sesungguhnya hasil rekayasa Jakarta (Pemerintah Pusat)

Jawaban yang muncul cenderung bahwa UU No 45 Tahun 1999 tidak lepas dari kepentingan Pemerintah Pusat dalam upaya meredam atau memecah gerakan Papua M erdeka D engan Irian Jaya d im ekarkan m aka dukungan terhadap gerakan Papua Merdeka akan terpecah-pecah yang pada gilirannya nanti akan melemahkan gerakan itu sendiri karena Irian Jaya tidak lagi satu tetapi sudah menjadi tiga yaitu Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur C ara seperti ini memang dapat d ilakukan te tap i persoalan waktu dan kondisinya tidak pas Mengapa tidak jauh- jauh sebelum itu katakanlah seharusnya direalisasikan ketika masa Soeharto di mana negara kuat Sementara sekarang pada era reformasi ini di mana semua orang menuntut kebebasan dan ada ruang kebebasan ditambah kondisi negara yang lemah maka kebijakan itu tidak pas Maka menjadi wajar apab ila kem udian rakyat Irian Jaya m enolaknya karena m em ang yang d ibu tuhkan adalah kead ilan bukan pemekaran

Mungkin berdasarkan pertimbangan tersebut Presiden BJ Habibie menerima tuntutan rakyat Irian Jaya tersebut yaitu menunda pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dan membatalkan Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 karena tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat Irian Jaya

Dalam perkembangan selanjutnya ketika BJ Habibie digantikan oleh Presiden A bdurahm an W ahid pendekatan yang diterapkan dalam menangani Irian Jaya berbeda dengan kebijakan sebelumnya Di sini Presiden Abdurahman Wahid bukan saja

29

memberikan dana bagi diadakannya Kongres Nasional Papua II pada bulan Mei 2000 tetapi juga mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua pada tanggal 25 Desember 2000 Nama Papua merupakan keinginan rakyat Papua sendiri bukan pemberian nama dari Pemerintah Pusat Dengan persetujuan pemberian nama Papua untuk mengganti nama Irian Jaya diharapkan rakyat Papua akan mengubah tuntutan yang selama ini diajukan terutama kelompok OPM dan Presediun Dewan Papua

Ketika Presiden Abdurahman Wahid ja tu h dan d igan tikan oleh M egaw ati diberikan kebijakan terhadap Papua dengan apa yang dinamakan sebagai pemberian otonomi khusus melalui UU No 21 Tahun 2001 Kebijakan yang sama yaitu Otonomi K husus d iberikan ju g a kepada Aceh K ebijakan pem berian otonom i khusus sesungguhnya merupakan bentuk win-win solution sem ua p ihak m em peroleh kemenangan

Perlu dikemukakan di sini kebijakan otonomi khusus ini berbeda dengan kebijakan otonomi berdasarkan UU No 22 Tahun 1999 Pada UU No 22 Tahun 1999 titik berat otonomi ada pada tingkat kabupaten atau kota Antara kabupatenkota dengan provinsi tidak ada hierarki Sementara UU Otonomi Khusus titik berat otonomi berada di tingkat provinsi bukan pada kabupaten atau kota

B erkaitan dengan pem ekaran wilayah UU Otonomi Khusus menyatakan bahwa apabila akan diadakan pemekaran harus terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Majelis Rakyat Papua (MRP) Pasal 76 UUNo 21 Tahun 2001 menyebutkan bahwa ldquoPem ekaran P rov insi Papua m enjadi provinsi-provinsi dilakukan atas persetujuan MRP dan DPR Papua setelah memperhatikan dengan sungguh-sungguh kesatuan sosial budaya kesiapan sumber daya manusia serta kemampuan ekonomi dan perkembangan di masa mendatangrdquo

Lalu siapa itu M RP MRP merupakan reperesentasi kultural orang asli Papua Orang asli Papua adalah orang yang

berasal dari rumpun ras Melanesia yang terdiri dari suku-suku asli di Provinsi Papua danatau orang yang diterima dan diakui sebagai orang asli Papua oleh masyarakat adat Papua Sampai saat ini entah mengapa MRP belum terbentuk Karena belum terbentuknya MRP dapat dikatakan Otonomi Khusus Papua belum berjalan secara maksimal meski dana untuk pelaksanaan Otonomi Khusus sudah diberikan oleh Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Inpres No 1 Tahun 2003

Setelah keluarnya UU Otonom i Khusus tentang Papua tersebut seharusnya persoalan Papua selesai minimal berkaitan dengan masalah pemekaran Papua Mengapa mengingat saat UU tentang Pemekaran Papua No 45 Tahun 1999 ditolak oleh masyarakat Papua lalu sebagai ja lan tengah untuk m engatasi pe rso a lan Papua lah ir UU Otonomi Khusus maka berkaitan dengan persoalan pemekaran harus berdasarkan UU Otonomi Khusus tersebut

N am un entah kenapa dan latar belakang apa pada tanggal 27 Januari 2003 Presiden Megawati mengeluarkan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2003 Instruksi itu berisi tentang Percepatan Pelaksanaan UU No 45 tentang Pembetukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat K abupaten Pania K abupaten M im ika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Dalam diktum menimbang disebutkana Bahwa untuk pelaksanaan Undang-

Undang No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat Kabupaten Paniai Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong dipandang perlu dilakukan percepatan penyiapan sarana dan prasarana pem bentukan organisasi perangkat daerah dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah

b B ahw a sesuai tun tu tan dan perkembangan aspirasi masyarakat serta

30

kondisi politik nasional yang kondusif pada saat ini maka penyelenggaraan pemerintahan daerah di Provinsi Irian Jaya Barat perlu direalisasikan secara terarah terpadu terkoordinasi dan berkesinambungan

Instruksi presiden ini ditu jukan kepada (1) M enteri Dalam N egeri (2) Menteri Keuangan (3) Gubernur Provinsi Papua dan BupatiWali Kota se-Provinsi Papua

Pertam a M enteri D alam N egeri melakukan percepatan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dengan tugas1) M elaksanakan pem binaan dan

pengawasan penyelenggaraan pemerinshytahan daerah di Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

2) M em persiapkan penetapan dan penyesuaian ba tas-b a tas w ilayah Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat dan Prdvinsi Irian Jaya

3) M em berikan pem binaan dan pengshyawasan kepada Provinsi Irian Jaya Barat dan Provinsi Irian Jaya Tengah dalam rangka pem bentukan O rganisasi Perangkat Daerah

4) M em berikan pem binaan dan pengshyawasan kepada Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat dalam rangka pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

5) Mengaktifkan pejabat gubernur para pejabat dan penataan aparatu r Pemerintah Provinsi Irian Jaya Barat dan P rovinsi Irian Jaya Tengah serta mengupayakan dukungan sarana dan prasarana yang memadai

6) Melakukan koordinasi dengan menteri pim pinan lem baga nondepartem en terkait dan m engadakan pertem uan dengan pejabat pemerintah daerah

Kedua memberikan tugas kepada M enteri K euangan un tuk m enyiapkan anggaran yang diperlukan dalam rangka

pelaksanaan langkah komprehensif yang belum tertampung dalam APBN

K etiga G ubernur m em berikan dukungan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dengan tugas1) Pengalihan personel pembiayaan aset

dan dokumen2) S uperv isi dan dukungan pada

pembentukan dan penataan penyelengshygaraan pem erintahan daerah otonom baru

Keem pat bupatiw ali kota m enshydukung untuk memperlancar pengalihan dan penataan penyelenggaraan pemerintahan seperti dimaksud UU No 45 Tahun 1999

K elim a un tuk m em perlancar percepatan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 M enteri D alam N egeri dapat membentuk Tim Asistensi untuk memberikan dukunganbimbingan teknis penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada gubernur dan bupatiw ali ko ta dalam kaitan p e shynyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

Setelah adanya instruksi presiden tersebut pada tanggal 6 Februari 2003 dengan dihadiri ribuan orang dari sembilan kabupaten P rov insi Irian Jaya B arat diresmikan oleh pejabat Gubernur Irian Jaya Barat yaitu Abraham Octavianus Atururi di Manokwari Acara peresmian provinsi baru ini juga digelar di Sorong Fakfak dan Jayapura

Pada tanggal 11 Maret 2003 Menteri Dalam Negeri mengharapkan agar Gubernur Papua menyampaikan perkembangan tertulis mengenai respons masyarakat Papua atas pemekaran Papua Laporan tersebut diperlukan oleh Departemen Dalam Negeri sebagai salah satu pertimbangan untuk mengefektifkan pemekaran Papua menjadi tiga provinsi Kemudian pada tanggal 23 Mei 2003 Menteri Dalam Negeri meminta gubernur DPRD dan Bupati Manokwari segera mengimplementasikan Inpres No 1 Tahun 2003

31

Beberapa kalangan menilai bahwa Inpres No 1 Tahun 2003 tentang percepatan pemekaran tersebut menjadi titik balik bagi berjalannya UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonom i K husus Papua K ondisi ini menunjukkan bahwa nasib Otonomi Khusus Papua berada pada posisi di persimpangan jalan Betapa tidak di satu sisi bahwa pemekaran di tanah Papua dilakukan oleh MRP namun di sisi lain dengan adanya Inpres No 1 Tahun 2003 tersebu t m enunjukkan bahw a pem ekaran Papua ternyata dilakukan oleh Pemerintah Pusat bukan oleh MRP sebagai representasi rakyat Papua

Pro-Kontra Pemekaran Papua

Saat pendeklarasian Provinsi Irian Jaya Barat tanggal 6 Februari 2003 oleh Pejabat Gubernur Irjabar (Irian Jaya Barat) di Manokrawi yang dihadiri oleh kurang lebih 15 ribu orang dari Kabupaten Manokwari Sorong dan Fakfak berlangsung secara damai dan aman Tidak ada gejolak konflik dan penentangan Semuanya berjalan lancar dan aman Namun suasana serupa tidak teijadi saat pendeklarasian Provinsi Irian Jaya Tengah (Irjateng) yang dilakukan pada tanggal 23

Agustus 2003 Provinsi Irian Jaya Tengah dideklarasikan di Timika oleh keenam bupati dan ketua DPRD yang ada di wilayah provinsi itu Saat pendeklarasian ternyata diwarnai oleh aksi penolakan sekelom pok pendukung dan penentang pemekaran provinsi Bentrokan antara yang pro dan kontra ini membawa korban meninggal dunia sebanyak empat orang yaitu 2 orang dari pihak penolak dan 2 orang dari pihak pendukung

Pada perkem bangan kem udian karena situasi makin tegang pada tanggal 27 Agustus 2003 Pemerintah menunda atau m em pertahankan dalam status quo pemekaran daerah di Provinsi Papua kecuali Irian Jaya Barat Pada masa status quo ini pemerintah akan meninjau kembali UU No 45 Tahun 1999 UU No 21 Tahun 2001 dan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2003

Sikap pem erin tah dengan m em shyberlakukan status quo berkaitan dengan pemekaran Papua tersebut merupakan suatu sikap yang bijak dan arif dalam menyikapi perkembangan yang terjadi di tanah Papua Untuk itu kita sangat menghargai dan menghormatinya karena memang persoalan Papua begitu kompleks dan rumit yang penyelesaiannya butuh waktu dan pemikiran yang mendalam termasuk persoalan tentang pemekaran Apakah pemekaran merupakan

Tabel 1 Perbandingan Indikator Ekonomi dan Sosial Provinsi Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya

Indikator Prov Irian Jaya Barat

Prov Irian Jaya Tengah

Provinsi Irian Jaya

Ibu Kota Manokwari T im ika JayapuraLuas (km 2) 10 5 073 5 8 7 7 9 2 4 9 6 3 0Jum lah Penduduk 57 1 1 0 7 5 0 6 0 2 6 1 1 5 6 3 9 7Kepadatan (O rg K m 2) 5 4 8 6 4 6Luas Hutan (ha) 10 173 8 7 5 2 9 8 2 4 3 2 4 8Panjanq Jin Aspal (km ) 1 3 07 58 1 3 5 1 3 5 2 086 01Jum lah P N S 97 18 17 417 20511Rasio Penduduk P er P N S 159 19 156Jumlah Guru S D 38 69 4 3 6 2 6 3 3 0Jumlah Murid S D 5 2 569 14 9 672 1 4 3 94 7Rasio Guru per murid S D 14 134 123Jum lah Dokter 6 7 62 171Rasio Penduduk P er Dokter 18254 18 162 16763Penerim aan PBB 2001 1 5 1 26 8 5 1 0 9 4 0 3 7 102816 1Partai Pilihan 1999 G olkar (42 )

P D IP (33 )G olkar (43 ) P D IP (29 )

G olkar (34 ) P D IP (32 )

Sumber Kompas 23 September 2003

32

jalan satu-satunya penyelesaian masalah Papua atau bukan Perlu perenungan yang mendalam

Namun terlepas dari itu persoalan pemekaran dan tentang Inpres No 1 Tahun 2003 tentang Percepatan Pemekaran telah terjadi konflik antara yang pro dan kontra Salah seorang yang pro terhadap pemekaran Papua mengemukakan beberapa argumentasi yaitu71) Aspek pemerintahan Rentang kendali

pemerintahan Papua sangat jauh atau panjang sehingga seorang Gubernur tidak m am pu m engendalikan w ilayah administratif pemerintahannya Dengan 14 wilayah setingkat kabupaten sulit dikoordinasikan oleh seorang gubernur Luas 4 kali pulau Jawa m aka akan bertam bah su lit dan bera t dengan tambahan 14 kabupaten baru tahun 2003 K onflik p rov insi (gubernur) dan kabupaten maupun kota di Irian Jaya pada tahun 2002 perlu d icerm ati atas pembagian dana 18 triliun rupiah bagian dari dana otonomi khusus yang hanya 20 sampai ke 14 wilayah Kabupaten (termasuk 2 kota) sedangkan 8 berada dan dikendalikan di provinsi

2) Aspek Politik Pembagian Papua menjadi 3 provinsi m em berikan kesem patan kepada tiga putra yang terbaik untuk menjadi gubernur Dari segi pendidikan dan komunikasi politik wilayah menjadi semakin kecil sehingga bagi pemerintah maupun partai politik dapat dengan mudah sampai ke desakam pung untuk m elakukan kewajibannya karena isolasi sudah menjadi p rio ritas utam a untuk dibuka demi pembangunan

3) Aspek Hukum Dilihat dari tata urutan dan kebiasaan perundang-undangan maka Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya Nomor 11 Tahun 1999 tidak bisa membatalkan UU No 45 Tahun 1999juga tidak mencabut pasal-pasal pemekaran

7 JRG Djopari ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo dalam Sinar Harapan 5 Maret 2003

wilayah Papua berdasarkan UU No 45 Tahun 1999 Inpres No 1 Tahun 2003 tanggal 27 Januari 2003 secara hukum adalah benar dan tepat

4) A spek E konom i K etiga w ilayah mempunyai potensi sumber alam yang sama yaitu pertam bangan W ilayah Tengah ada PT Freeport Wilayah Barat ada Pertamina dan Proyek Tangguh BP W ilayah T im ur ada ju g a tam bang tembagaemas di Okisibil (PT Inggold) dan minyak bumi (PT Connoco) di Kouh Tanah Merah Di wilayah Timur belum dieksploitasi karena alasan gangguan keam anan T iga w ilayah itu akan membuka peluang besar bagi investasi modal baik dari dalam maupun luar negeri

5) Aspek Sosial Budaya Dengan tiga wilayah provinsi baru maka pembinaan dan pengembangan budaya serta adat istiadat akan lebih efektif dilakukan sebab kemampuan untuk itu ada dan ditunjang dengan jangkauan pelayanan pemerintah yang pendek serta prioritas yang jelas bila dibandingkan dengan kenyataan sekarang ini Pelayanan- pelayanan sosial seperti pendidikan dan agama sarana dan prasarananya dapat diperbaiki Bantuan kepada lembaga- lembaga sosial swadaya masyarakat dan keagamaan serta pendidikan (swasta) akan lebih efektifbila dibandingkan dengan sekarang ini

6) Aspek Pertahanan dan KeamananDari segi pertahanan keamanan dan ketertiban wilayah tidak ada alasan yang kuat untuk m elakukan penam bahan aparat keamanan melalui pembentukan Kodam dan Polda provinsi yang baru karena yang ada sekarang ini telah mencukupi untuk menangani persoalan yang ada selama ini Ketertiban dan keamanan di provinsi semakin terus membaik apalagi telah terjadi saling p engertian yang m endalam an tarshypemerintah Indonesia dan Papua New

33

Guinea bahwa keamanan dan ketertiban di sepanjang perbatasan kedua negara m erupakan p rio rita s u tam a bagi kepentingan hubungan kedua negara agar masyarakatnya dapat berkunjung dengan berbagai tujuan apakah itu kunjungan-kunjungan sosial dagang w isata budaya adat is tiad at dan sebagainya dengan aman dan nyaman sebagai layaknya kehidupan bertetangga dengan baik

Apa yang dikemukan oleh Djopari tersebut yang merupakan salah seorang putra te rbaik Papua sepertinya persoalan pemekaran Papua dilihat dari aspek mana pun (dia menyebutkan enam aspek) tidak ada satu pun aspek yang merugikan tetapi sebaliknya menguntungkan Oleh karena menurut dia tidak ada persoalan dengan pemekaran Papua karena pemekaran Papua membawa dampak yang positif bagi rakyat Papua berdasarkan tinjauan enam aspek di atas

Pertanyaan yang segera m uncul kemudian apakah memang demikian Ini menjadi pertanyaan besar karena mengingat pemekaran Papua telah memicu konflik horizontal di antara m asyarakat Papua Tercatat hanya Irian Jaya Barat yang tidak berkebaratan bahkan katanya gembira () dengan adanya pemekaran tersebut Adapun dua provinsi lainnya menolak pemekaran secara tegas

Namun terlepas setuju-tidak setuju dengan pendapat Djopari tersebut ada satu hal yang perlu dikritisi yaitu berkaitan dengan ldquotidak akan dibentuk Kodim dan Polda Provinsirdquo pada pembentukan provinsi baru B enarkah dem ikian Saya k ira bukankah salah satu alasan mereka yang menolak pemekaran Papua berkaitan dengan pembentukan Kodim dan Polda baru apabila ada pemekaran provinsi baru Sepanjang saya ketahui setiap provinsi pasti ada Kodim dan Poldanya hatta provinsi baru Apalagi nanti di Papua yang nota bene keadaan

keamanannya masih terganggu dengan masih adanya Gerakan Papua Merdeka atau OPM

Baiklah kita lanjutkan berkaitan dengan pro-kontra pemekaran Papua Berbeda dengan pendapat Djopari di atas pengamat politik dari CSIS Indra J Piliang seperti dalam tulisannya di Kompas dengan judul ldquoSolusi Damai Untuk Papuardquo mengajukan gugatan berkaitan dengan Inpres No 1 Tahun 2003 yaitu81) Pemerintah tidak pernah menjelaskan dasar

dari pengam bilan keputusan yang berkenaan dengan keluarnya Inpres No 1 Tahun 2003 juga bagaimana kaitan dengan pemberlakuan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Pertanyaannya apakah status otonomi khusus akan berlaku di ketiga provinsi baru ataukah hanya di Provinsi Papua saja

2) Dengan berlakunya inpres tersebut berarti Papua kini terdiri tiga provinsi yakni Provinsi Irian Jaya Tengah Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Timur Lalu bagaim ana dengan Provinsi Papua Tidak jelas sekarang provinsi mana yang d isebu t sebagai p rov insi asal atau provinsi induk karena nama Provinsi Papua tidak ada lagi Juga menyangkut MRP apakah akan dibentuk di tiga provinsi itu atau ldquoprovinsi asalrdquo yang tidak ada

3) Pem berlakuan inpres tersebu t menyebabkan sebuah preseden baru telah dimulai yakni adanya tiga provinsi baru yang m enghilangkan atau memakan provinsi induknya

Berkaitan dengan Inpres No 1 Tahun 2003 tersebut Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno m engatakan bahw a tidak ada pertentangan yuridis antara Inpres No 1 Tahun 2003 yang didasarkan pada UU No 45 Tahun 1999 dengan UU No 21 Tahun 2001 Menurutnya UU No 45 Tahun 1999

34

8 Indra J Piliang ldquoSolusi Damai Untuk Papuardquo dalam Kompas Agustus 2003

yang terbit lebih dahulu telah membagi Papua menjadi tiga provinsi sementara UU No 21 Tahun 2001 memberikan jiwa pada kekhususan Papua Kekhususan itu adalah alokasi dana MRP dan pemilihan kepala daerah Jadi katanya sebenarnya tidak ada pertentangan dan saling melengkapi9

Selanjutnya Menteri Dalam Negeri dalam dengar pendapat dengan DPR memberikan penjelasan tentang persoalan pemekaran Papua ini Berikut penjelasan Mendagri tersebut

Pada prinsipnya kebijakan Pemerintah dan DPR dalam pananganan masalah Papua bermuara pada pemberian kesejahteraan bagi masyarakat Papua dalam rangka NKRI baik yang diterapkan melalui UU No 451999 maupun melalui UU No 212001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Kalau disikapi lebih mendalam dan bijaksana substansi kedua UU tidak bertentangan tapi justru saling melengkapi

UU No 451999 lebih menekankan pendekatan untuk mengakomodasi adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat Di sisi lain untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan memperpendek rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat

Sedangkan UU No 212001 lebih m enekankan pada pengakuan dan penghorm atan terhadap satuan-sa tuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus dalam wadah NKRI dengan menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat Papua UU yang bersifat khusus ini d ite tapkan dalam rangka m engurangi kesenjangan antara Provinsi Papua dan provinsi lain dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di P rovinsi Papua serta m em berikan kesempatan yang luas kepada penduduk asli Papua untuk membangun dirinya

Dengan demikian pembentukan 3 provinsi (Provinsi Irian Jaya Timur Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat) secara yuridis telah sah semenjak ditetapkan UU No 45 Tahun 1999 (lihat

rsquo Lihat Kompas Cyber Media 27 Agustus 2003

Pasal 29) Keberadaan ketiga Provinsi tersebut juga diakui oleh UU No 21 (lihat Pasal 1 butir a junto Pasal 74) Namun ternyata ada kelalaian dalam penyusunan UU No 21 Tahun 2001 yang tetap menyebut ldquoProvinsi Papuardquo padahal seharusnya sebagai ldquoProvinsi Irian Jaya Timurrdquo

UU No 451999 hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal karena adanya penolakan oleh sebagian masyarakat Meskipun demikian secara yuridis formal UU No 45199 masih tetap berlaku dan untuk mengaktifkan penyelenggaraan Pemerintah Provinsi Irian Barat dengan mempertimbangkan iklim yang kondusif di Irian Jaya Barat telah diterbitkan Inpres No 12003 yaitu untuk mempercepat pelaksanaan UU No 451999

Pernyataan Menteri Dalam Negeri dalam Rapat Dengar Pendapat dengan DPR tersebut menarik sekali paling tidak ada dua hal yang m esti d iperhatikan Pertam a pernyataan bahwa penyebutan ldquoProvinsi P apuardquo m erupakan ben tuk kelalaian penyusun dan pembahas UU No 212001 yang seharusnya menyebut ldquoProvinsi Irian Jaya Tim urrdquo Pertanyaannya benarkah demikian Pasal 1 butir a UU No 212001 mengatakan ldquoProvinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi otonomi khusus dalam kerangka N egara K esatuan R epublik Indonesiardquo Kalaupun pernyataan Papua itu sesungguhnya mengacu kepada Provinsi Irian Jaya Timur berarti yang mendapat otonomi khusus adalah Provinsi Irian Jaya Timur dengan ibu kota Jayapura Dengan demikian Provinsi Irian Jaya Tengah dan Barat tidak m emperoleh otonomi khusus Benarkah demikian entahlah Lalu bagaimana dengan pasal yang mengatur tentang pemekaran Papua harus dapat persetujuan MRP Apakah memang MRP untuk mengurus pemekaran Irian Jaya Timur yang wilayah semakin kecil dan penduduknya semakin sedikit Benarkah demikian entahlah Pertanyaan kemudian benarkah orang-orang di DPR itu lupa semua tentang hal tersebut Entahlah juga

Saya pribadi berpendapat bahwa pernyataan Menteri Dalam Negeri tersebut

35

hanya bersifat politis dan apologia yang sulit sekali dipertanggungjawabkan bahwa mereka para anggota dew an tersebu t lupa mencantumkan nama ldquoIrian Jaya Timurrdquo bukan ldquoPapuardquo Pertanyaan sederhana bukankah nam a Irian Jaya pada m asa pemerintahan Abdurahman Wahid sudah berubah menjadi Papua Papua adalah Irian Jaya yang merupakan satu kesatuan seluruh wilayah dan batas-batas wilayah yang ada di Papua atau Irian Jaya tidak hanya Irian Jaya Timur dan tidak termasuk Irian Jaya Tengah dan Barat

Kedua berkaitan dengan pernyataan bahwa UU Pemekaran ldquosecara yuridis sahrdquo Ini memang menjadi perdebatan karena memang di dalam UU Otonomi Khusus tidak ada klausul yang menyatakan bahwa UU Pemekaran dinyatakan tidak berlaku Dengan tidak adanya klausul seperti itu maka kedua UU (UU Otsus dan UU Pemekaran) memang sam a-sam a berlaku Namun salah satu anggota dewan mengusulkan agar ada klausul tentang pencabutan UU Pem ekaran Di bawah ini saya kutipkan dialog anggota dew an saat pem bahasan UU O tonom i Khusus bagi Papua sebagaimana dikutip oleh wartawan Pembaruan Marcellus Widiarto

ldquoRisalah pembahasan RUU Otsus Papua menunjukkan bahwa status UU Pemekaran dibicarakan pada rapat ke-8 Pansus DPR tentang Otsus Papua yang berlangsung pada Sabtu 20 Oktober 2001 dari Jam 1400 sampai 2230 WIB di Ruang Rapat Pansus D Gedung Nusantara II DPR Dalam rapat itu dipimpin oleh Ferry Mursidan Baldan dan dihadiri oleh 21 dari 50 anggota Pansus dan para pejabat eselon I inter-departemen dan staf mewakili Pemerintah Pusat Dalam risalah tersebut Antonius Rahail dari Fraksi KKI mengusulkan agar dimasukkan suatu klausul bahwa dengan berlakunya UU Otsus maka UU Pemekaran dan UU No 52000 dinyatakan tidak berlaku kecuali ketentuan mengenai pembentukan Kabupaten Paniae Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Tetapi Prof Dr Abdul Gani Dirjen Perundang-Undangan Depkeh dan HAM yang mewakili pemerintah pusat menganggap usulan itu tidak perlu dimasukkan secara eksplisit ke dalam UU Otsus karena sudah terpenuhi secara sistematisrdquo

Sementara itu pakar Hukum Tata Negara Prof Dr Harun Al Rasyid mengatakan bahwa UU Pemekaran cacat hukum Hal ini selain karena masyarakat Papua sendiri teijadi penolakan terhadap kebijakan pemekaran Papua menjadi tiga tetapi juga usulan pemekaran itu adalah dari DPR dan pemerintah bukan atas usulan gubernur dan DPRD Papua Padahal dalam UU Otonomi Daerah pemekaran daerah itu harus atas usulan gubernur yang disetujui DPRD baru kemudian diusulkan kepada presiden10

Inpres No 1 Tahun 2003 ternyata membawa dampak besar bagi rakyat Irian Jaya Di antara dampak yang muncul akibat Inpres tersebut adalah terjadinya konflik elite dan kon flik h o rizon ta l di kalangan masyarakat Irian Jaya Elite di Irian Jaya terpecah dua yaitu yang pro-pemekaran dan yang menolak pemekaran Sementara di kalangan masyarakat juga terpecah mengikuti polarisasi elite tersebut yang pro dan yang kontra Kenyataan ini jelas terlihat ketika deklarasi Provinsi Irian Jaya Tengah di mana teijadi insiden yang membawa korban meninggal dunia sebanyak 4 orang dari kedua belah pihak

Akibat konflik tersebut kemudian pemerintah mengambil sikap yang arif yaitu dengan menunda pemekaran Irian Jaya dalam kondisi status quo Dalam Rapat Dengar Pendapat Menteri Dalam Negeri mengatakan

ldquoBerdasarkan pertimbangan politik dan pemerintahan pemekaran daerah di Provinsi Irian Jaya Tengah ditunda atau dipertahankan dalam statusquo Pada masa statusquo ini perlu meninjau kembali UU No 451999 UU No 212001 dan Instruksi Presiden No 12003 serta mencari solusi penyelesaian masalah-masalah fundamental yang merintangi implementasi dari pemekaran wilayah yang tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat

Apabila telah tercipta iklim yang kondusif ke depan masih perlu diantisipasi dan dipertimbangkan adanya aspirasi masyarakat yang diwakili oleh 6 (enam) bupati dan 6 (enam) ketua DPRD di wilayah Irian Jaya Tengah yang tetap

10 Lihat Harus Alrasid ldquoPemekaran Papua Cacat Hukumrdquo

Tempo Interaktif 20 Februari 2003

36

menginginkan pemekaran provinsi sebagaimana diatur dalam UU No 451999rdquo

Analisis Pro-Kontra Pemekaran Papua

Konflik pro-kontra pemekaran Papua awalnya berasal dari Inpres No 1 Tahun 2003 Apabila tidak ada inpres tersebut besar kemungkinan konflik tidak akan terjadi Hal ini karena mengingat UU No 45 Tahun 1999 sudah ditolak oleh DPRD Papua dan sudah ditangguhkan oleh Pemerintahan Presiden H abib ie Pem erin tah pada w aktu itu memahami keberatan rakyat Papua tentang pemekaran Provinsi Papua Namun sayang entah kenapa pemerintah dan DPR tidak mencabut UU No 45 Tahun 1999 tersebut saat membahas dan menetapkan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua

Sesungguhnya dengan adanya UU No 21 Tahun 2001 te rsebu t yang di dalamnya mengatur juga tentang persoalan pemekaran menurut kebiasaan maka UU yang sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi Tetapi itu memang hanya soal kebiasaan sehingga lemah secara hukum Dengan kata lain meski sudah ada UU No 21 Tahun 2001 UU No 45 Tahun 1999 juga tetap berlaku Akibatnya kedua UU tersebut terlihat saling bertabrakan di mana UU No 45 Tahun 1999 memerintahkan perlunya pemekaran Papua sedangkan UU No 21 Tahun 2001 mengatur tentang pemekaran Papua yang harus berdasarkan Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagai representasi rakyat Papua

Celakanya UU No 21 Tahun 2001 belum dilaksanakan sementara itu muncul Inpres No 1 Tahun 2003 yang memerintahshykan menteri terkait untuk melaksanakan UU No 45 Tahun 1999 yang sudah ditolak oleh rakyat Papua itu Yang terjadi kemudian instruksi itu mendapat perlawanan tetapi Pemerintah Pusat tampaknya bersikeras untuk tetap memekarkan Provinsi Papua Akibat sikap ngotot Pemerintah Pusat ini masyarakat Papua kemudian terbelah dua sebagian yang mendukung pemekaran dan

sebagian yang menolak pemekaran Dengan sikap ngotot Pem erintah Pusat muncul anggapan di kalangan masyarakat Papua bahwa pemerintah sengaja ingin memecah belah rakyat Papua Betapa tidak Seharusnya Pem erin tah P usat konsisten saja m elaksanakan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua tanpa mengeluarkan instruksi No 1 Tahun 2003 Tetapi mengapa kemudian pemerintah tetap saja ingin melaksanakan UU No 45 Tahun 1999

Ada beberapa analisis berkaitan dengan hal tersebut sebagaimana berikut1) Bahwa pemerintah mengeluarkan inpres

tersebut dalam upaya untuk memberikan pelayanan pada masyarakat (mendekatshykan rentang kendali pelayanan) dan m em fasilitasi dan m eningkatkan pembangunan ekonomi Karena banyakshynya kabupaten (28 kabupaten dan rencana akan dikembangkan menjadi 40 kabupaten) tidak mungkin hanya dilayani oleh satu provinsi atau gubernur Jadi perlu adanya beberapa provinsi

2) Keluarnya inpres tersebut berkaitan dengan masalah keamanan Provinsi Irian Jaya atau Papua dipecah menjadi beberapa provinsi adalah dalam rangka untuk melemahkan gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia Pemekaran Papua dilakukan dalam upaya untuk memecah aspirasi Papua Merdeka

3) Keluarnya inpres berkaitan dengan tujuan untuk melemahkan posisi Golkar di Irian Jaya Pada Pemilu 1999 Partai Golkar menguasai perolehan suara di Irian Jaya Dengan adanya pemekaran Irian Jaya diharapkan pada Pemilu 2004 kekuatan Partai Golkar akan berkurang dan beralih kepada PDI-P karena dengan diangkatnya gubernur baru akan menjadi patron baru bagi PDI-P yang nanti pada gilirannya akan memberikan dukungan kepada PDI-P

Apabila kita kelompokkan mereka yang pro-kontra terhadap pemekaran Papua maka terdiri dari (1) Elite Jakarta (2) Elite

37

Pertanyaannya mengapa hal tersebut terjadi Ada beberapa kemungkinan dan penjelasan terhadap sikap mereka tersebut Untuk Provinsi Irian Jaya Barat mereka yang mendukung pem ekaran mem iliki alasan bahwa dengan adanya pemekaran merupakan kesempatan yang baik untuk memajukan daerah yang selama ini tertinggal dari daerah- daerah lain di Irian Jaya Dengan adanya pemekaran maka daerah Irian Jaya Barat akan dapat mengejar ketertinggalan dan mengatasi kemiskinan yang dialami masyarakat selama ini Untuk memperbesar kewenangan dalam pem erintahan dan untuk memperbanyak posisi-posisi jabatan politik bagi rakyat Papua Selain itu dan ini yang penting untuk mempertahankan integrasi Papua agar tetap dalam pangkuan NKRI

A lasan m ereka yang m enolak pemekaran adalah karena pemekaran tidak dilakukan dalam kerangka otonomi khusus sesuai dengan UU No 21 Tahun 2001 sehingga pemekaran yang dilakukan saat ini tidak m em iliki dasar hukum yang kuat Pemekaran dilakukan karena kepentingan elite- elite pusat dan kepentingan pemerintah Pusat untuk mengontrol Papua Dengan Papua dibagi

tiga provinsi maka kontrol terhadap Papua lebih mudah dibandingkan dengan satu provinsi Dengan adanya tiga provinsi maka akan lahir tiga Kodam dan tiga Polda Institusi inilah yang akan mengawasi gerak-gerik sebagian rakyat Papua yang ingin memisahkan diri dari Indonesia Mereka menolak pemekaran juga karena tidak dilibatkannya masyarakat sehingga masyarakat merasa tidak diperhatikan padahal mereka merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan Akibatnya muncul anggapan bahwa pemekaran Papua hanya untuk memecah belah rakyat Papua

Kesimpulan dan Rekomendasi

Persoalan tentang pemekaran Papua telah membelah masyarakat Papua itu sendiri menjadi sikap yang mendukung dan menolak (pro-kontra) Akibat sikap pro-kontra ini dampak yang nyata adalah terjadi konflik horizontal di antara kedua kelompok tersebut Dengan adanya konflik tersebut terutama setelah teijadi peristiwa Timika pemerintah mengambil sikap status quo tentang pemekaran Papua Salah satu kebijakan yang akan diambil

Tabel 3 Sikap Pro-Kontra Elit Pemda dan MasyarakatTerhadap Pemekaran Papua

Sikap E lit Variabel Internal Variabel EksternalElit Pemda

P ro P e m ek aran K epentin gan Publik (S osia l B u d aya E konom i Politik) K epentingan Ind iv idu K elom pok

K epentingan P usat (integrasi H a n k am Politik)K epentinqan Kelom pok

K ontra P em ek ara n K epentingan Publik (S osia l B udaya Politik)

O tonom i Khusus (E konom i Politik)

Elit MasyarakatPro P e m e k a ra n K epentingan Ind iv idu K elom pok K epentingan P usat dan

K epentingan Kelom pok

K ontra P em ek ara n K epentin gan Publik O tonom i Khusus dan K epentin gan Internasional (P a p u a M e rd e k a )

Sumber Diolah dari berbagai sumber pemberitaan media massa

38

Pemda dan (3) Elite Masyarakat B erdasarkan hal te rsebu t m aka dapat dikelompokkan mereka yang pro dan kontra sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini

Elite-elite tersebut memiliki alasan mengapa mereka menerima atau menolak terhadap pemekaran Papua Bagi elite pemda khususnya pemda dari kabupaten yang terkena pemekaran dan menjadi provinsi setuju terhadap pem ekaran karena dalam upaya untuk memperpendek rentang kendali sehingga optimal dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat meningkatkan kesejahteraan masyarakat memperbesar kewenangan dalam pemerintahan mem-peroleh posisi jabatan- jab a tan p o litik dan dalam upaya mempertahankan integrasi NKRI Alasan-alasan tersebut bisa masuk dalam kategori kepentingan publik dan atau kepentingan kelompok atau individu

Elite yang menolak pemekaran memiliki argumentasi bahwa pemekaran tersebut tidak sesuai dengan UU No 21 Tahun 2001 yang menghendaki bahwa pemekaran harus melalui MRP pemekaran harus memperhatikan aspirasi dan kultur masyarakat Papua serta dibicarakan terlebih dahulu dengan Pemda Provinsi Papua dan DPRD provinsi Dalam konteks ini Ketua DPRD Provinsi Jhon Ibo mengatakan

ldquoPihak DPRD Papua sama sekali tidak tahu tentang isi Inpres No 1 Tahun 2001 Salinan inpres yang kami dapat pun ternyata diperoleh dari faksimile Ana Wartel yang katanya terletak

di Plaza Indonesia Jadi kami dapat dokumen negara yang bersejarah itu bukan dikirim dari Sekretaris Presiden atau Staf Presiden di Jakarta Soal pemekaran Papua sebenarnya sudah ditolak oleh D PRD P rovinsi O ktober 1999 lew at Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya No 11 DPRD1999 tanggal 16 Oktober 1999rdquo

Sementara di kalangan elite masyarakat yang setuju terhadap pem ekaran Papua berdasarkan alasan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mempercepat pembangunan memperoleh posisi j abatan bagi putra asli Papua dan untuk mempertahankan integrasi nasional Adapun elite masyarakat yang menolak pemekaran berdasarkan alasan bahwa pemekaran dilakukan untuk kepentingan elite- elite politik di Jakarta untuk memevag aspirasi Papua Merdeka meningkatkan ruang kontrol Jakarta terhadap Papua melalui pembentukan Kodim dan Polda di provinsi-provinsi baru tidak melibatkan masyarakat Papua khususnya kalangan adat dan gereja

Elite-elite tersebut baik yang pro maupun yang kontra terhadap pemekaran Papua mengekspresikan sikapnya berbeda- beda pada setiap provinsi baru yang mengalami pemekaran Di Provinsi Irian Jaya Barat sebagian besar elite dan masyarakat setuju terhadap pemekaran sedangkan di Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur sebagian besar elite dan m asyarakatnya menolak pemekaran

Tabel 2 K elom pok Yang Pro-Kontra Pemekaran Papua

Sikap E lit E lit Pusat E lit Pem da Elit M asyarakat

P ro P e m e k a ra n B irokras i B irokrasi K e lo m p o k yang d e k a t d e n g a n P u sa t

Politisi A n g g o ta D P R D

K ontra P e m e k a ra n Politisi B irokrasi Provinsi L S ML S M A ngg D P R D P rovinsi G e re ja A g a m aA k a d e m is i A d a t

Sumber Diolah dari berbagai sumber pemberitaan media massa

Lihat ldquoApa Kata Merekardquo dalam Fokus Kompas 23 Pebruari 2003

39

oleh pemerintah akan berusaha mensinkronkan antara UU No 45 Tahun 1999 dengan UU No 21 Tahun 2001

Tampaknya dengan sikap pemerintah tersebut secara implisit maupun eksplisit pemekaran Papua harus ada Kesimpulan ini diambil dan didukung dengan pernyataan pemerintah bahwa ia tetap mengakui Irian Jaya Barat sebagai provinsi baru di Papua Persoalan yang belum terselesaikan bagi pemerintah berkaitan dengan dua provinsi lainnya yaitu Irian Jaya Timur dan Irian Jaya (Tengah) Dalam konteks itu pemerintah akan mensinkronkan kedua UU di atas

M enurut hem at saya tam paknya persoalan konflik masalah pemekaran Papua berpangkal dari kepentingan-kepentingan elite lokal yang terpecah dan elite pusat yang terpecah pula Artinya ada kepentingan yang sama antara elite pusat dan elite lokal yang pro pemekaran berhadapan dengan elite lokal dan elite pusat (terutama elite yang dirugikan dengan adanya pem ekaran te rsebu t) yang m enentang pemekaran Papua Dampak dari konflik tersebut kemudian menjalar ke masyarakat atau arus bawah yang sesungguhnya mereka tidak seharusnya dilibatkan Tetapi yang teijadi antara kedua kelompok tersebut membawa-bawa masyarakat Akibatnya seperti dikemukakan sebelum nya terjadi konflik horizontal konflik antara sesama rakyat Papua

Pem ekaran Papua m em ang merupakan suatu keharusan karena sejumlah alasan yaitu1) Dari segi politik pembagian Provinsi

Papua menjadi tiga wilayah provinsi (bahkan bisa enam provinsi pen) memberikan kesempatan kepada tiga putera terbaik Papua untuk menjadi gubernur

2) Dari segi ekonomi ketiga wilayah tersebut mempunyai potensi sumber alam yang sama yaitu pertambangan

3) Dari aspek sosial budaya pembinaan dan pengembangan budaya serta adat- istiadat akan lebih efektif dilakukan

Pelayanan-pelayanan sosial seperti pendidikan dan agama sarana dan prasarananya dapat diperbaiki

M eskipun pem ekaran merupakan suatu keharusan dengan sejumlah alasan di atas akan te tap i proses dan prosedur pem ekaran Papua harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Proses pem ekaran Papua selain harus mengacu kepada UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah juga mengacu kepada UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua di mana dalam proses pemekaran harus dibicarakan dulu melalui Majelis Rakyat Papua dan DPRD Papua

Untuk itu dalam proses percepatan pemekaran Papua pemerintah Pusat harus melakukan sosialisasi melalui pendekatan- pendekatan secara persuasif melalui dialog dan musyawarah Sekarang tidak lagi jamannya kebijakan yang bersifat top-down Setiap kebijakan harus bersifat bottom-up yang m em perhatikan asp irasi dan keinginan masyarakat daerah Dalam dialog tersebut semua pihak harus dilibatkan dan didengarkan suaranya Paling tidak dalam dialog tersebut unsur yang dilibatkan adalah1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

Papua2 Pemerintah Daerah yang dikepalai oleh

gubernur3 Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan

Masyarakat Papua4 Komisi HAM Papua5 Majelis Rakyat Papua (MRP)6 Badan Perwakilan Desa yang ada di Papua7 Dewan Adat Papua8 Pimpinan Adat9 Gereja Katolik10 Organisasi Non-PemerintahLSM

Mengapa lembaga-lembaga di atas harus dilibatkan Setuju atau tidak setuju lem abaga-lem baga tersebut m erupakan

40

representasi dari m asyarakat Papua dan merupakan jem batan penghubung antara kepentingan Pem erintah Pusat dengan kepentingan masyarakat Papua Oleh karena itu sudah seharusnya lembaga-lembaga tersebut dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat Selama ini kerap Pemerintah Pusat enggan untuk melakukan dialog dengan lembaga-lembaga di atas Kalaupun ada dan dilakukan adalah dialog dengan mereka yang setuju dengan ide Pemerintah Pusat Padahal persoalan bukan di situ tetapi adalah mencari titik temu di antara perbedaan-perbedaan yang ada untuk mencari penyelesaiannya

Daftar Pustaka

ldquoApa Kata Merekardquo dalam Fokus Kompas 23 Februari 2003

Al Rasyid Harun Pem ekaran Papua Cacat Hukum Tempo Interaktif 20 Februari 2003

Bhakti Ikrar Nusa ldquoMencari Titik Temu Pemekaran Provinsi Papuardquo Kompas 25 Agustus 2003

Djopari JRG ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo dalam Sinar Harapan 5 Maret 2003

Piliang Indra J ldquoSolusi Damai untuk Papuardquo dalam Kompas Agustus 2003

UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua

UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

UU No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

41

DIMENSI INTERNASIONAL KASUS PAPUA

Adriana Elisabeth

Abstract

Issue on Papua has a strong international dimension It will remain critical for Indonesian political bargaining when political violence and human rights abuse continue in Papua The existence o f multinational companies contributes to the international dimension o f the Papuan case Although most foreign countries stick on their commitment to support the integrity o f Indonesian territory the future o f Papua depends on how the political and economic problems would be resolved

I Pengantar

Kasus Papua ibarat bom waktu bagi Indonesia B anyak fak to r yang mampu memicu isu Papua menjadi

isu besar dan terbuka yakni p o litik keamanan sosial dan ekonomi Dimensi persoalan Papua yang sangat beragam - lokal nasional dan internasional -berpotensi kuat m engubah m asalah yang bersifat lokal menjadi nasional begitu pun sebaliknya Lebih dari itu dimensi lokal dan nasional persoalan Papua sangat mungkin menjadi isu internasional manakala hal itu melibatkan peran dan kepentingan politik dan ekonomi pihak asing

K arak teris tik a tau dim ensi ^ te rn a s io n a l kasus Papua ditentukan oleh operan aktor negara (state actor) dan aktor non-negara (non-state actor) yang secara konsisten dan terus-m enerus te lah ldquom en g in te rn asio n a lisas irdquo isu Papua misalnya melalui lobi dan diplomasi baik yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia maupun pihak-pihak yang berseberangan dengan Pemerintah Indonesia antara lain O rganisasi Papua M erdeka (OPM ) dan

Peneliti Bidang Politik Internasional P2P LIPI amp Koordinator Tim Kajian Papua 2006 LIPI

beberapa anggota Presidium Dewan Papua (PDP)

Tulisan ini akan membahas dimensi internasional isu Papua dengan menganalisis peran dan kepentingan beberapa aktor internasional yang terlibat dalam persoalan di Papua Kemudian juga membahas langkah atau strategi Pemerintah Indonesia dalam menangani persoalan di Papua khususnya berkaitan dengan upaya Indonesia untuk menjaga hubungan luar negerinya dengan negara-negara asing m aupun komunitas internasional terutama dengan Australia dan negara-negara Pasifik Selatan

II Peran dan K epentingan A ktor Internasional dalam Kasus Papua

Pada m asa Perang D ingin peta politik global lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan antamegarapemerintahan Namun setelah berakhirnya Perang Dingin politik dunia d itandai dengan berkem bangnya organisasi-organisasi antarpemerintahan di berbagai level Sebagai contoh beberapa organisasi antarpem erintahan di tingkat global adalah World Bank (Bank Dunia) World Trade Organisation (W TO) International Labour Organisation (ILO) dan

43

International Atomic amp Energy Agency (IAEA) Beberapa organisasi di tingkat regional misalnya Association o f South East Asian Nations (A SEA N ) O rganisasi Konferensi Islam (OKI) Gerakan Non-Blok (G N B ) OPEC North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Kelompok G-7

Selain organisasi antarpemerintahan berkembang pula organisasi internasional nonpemerintahan dan nonperusahaan atau International Non-Governmental Organisations (INGO) seperti Greenpeace Human Rights Watch Refugee International dan sebagainya kemudian juga terdapat organ isasi rahasia seperti in te lijen terorism e1 Secara lebih luas organisasi kejahatan lintas negara ( Transnational Organised CrimeTOC) mencakup bukan hanya kegiatan terorisme melainkan juga penyelundupan senjata (arms smuggling) obat-obat terlarang (ilicit drugs trafficking) dan perdagangan m anusia (human trafficking) khususnya perempuan dan anak- anak

A ktor nonnegara yang berperan sangat dominan dalam peta politik global saat ini adalah perusahaan global yang dikenal dengan Multinational Corporations (MNC) Transnational Corporations atau Global Firms Dengan kata lain perkembangan politik di tingkat nasional maupun regional internasional harus memperhitungkan peran dan kepentingan perusahaan-perusahaan berskala dunia ini

B ertam bahnya ju m lah aktor nonnegara yang terlibat dalam hubungan antamegara dan antarbangsa menyebabkan peran ak tor negara tidak lagi bersifa t dominan Perkembangan politik internasional ini menjadi salah satu faktor penting dalam analisis persoalan di Papua Aspek politik dan ekonom i yang berkaitan dengan upaya penyelesaian isu Papua harus memperhatikan peran dan kepentingan aktor internasional

1 Herb Feith ldquoGlobalisasi Politik Dunia dan Keharusan R eform asi P B B rdquo h ttp fis ip u n m u lac id globalisationhtml h 2 amp 3

terutama organisasi nonpemerintahan atau LSM dan perusahaan internasional yang (masih dan akan) beroperasi di wilayah Papua

Menurut hasil penelitian tim kajian Papua LIPI tahun 2004 secara garis besar terdapat tiga aktor utama yang terlibat dalam konflik di Papua dan berada di level lokal nasional dan internasional yakni negara pemerintah state) masyarakat (society) dan pebisnis (market)2 Peran dan kepentingan ketiga aktor utama tersebut relatif berhasil dan m udah d ipetakan N am un tidak demikian dengan pemetaan pola hubungan di antara para aktor tersebut Selain karena banyaknya jumlah aktor yang terlibat (baik langsung maupun tidak langsung) kesulitan te rsebu t ju g a d isebabkan setiap aktor memiliki lebih dari satu kepentingan dan antara satu kepentingan dengan kepentingan lain cenderung saling berhubungan

Berdasarkan pola hubungan tersebut tidaklah mudah memisahkan secara tegas apakah seorang aktor lokal hanya berperan secara lokal karena dalam mempertahankan kepentingannya dia pun bergerak di tingkat nasional bahkan in te rnasional Selain kepentingan yang saling berkait peran para aktor ditentukan pula oleh pola hubungan atau hubungan kekuasaan (power relations) antara ketiganya yang cenderung bersifat tidak sim etris (asymmetrical) misalnya posisi masyarakat Papua di tingkat lokal dan nasional tam pak atau cenderung lemah (powerless) dibandingkan dengan kekuasaan pem erintah (pusat dan daerah) Namun demikian di level internasional elemen- elemen yang ada dalam masyarakat Papua seperti kelompok pro-m erdeka di Papua banyak mendapatkan dukungansimpati dari p ihak in te rn asio n a l M ereka berhasil mengusung ideologi merdeka dalam rangka m endapatkan sim pati dan dukungan internasional Dengan kata lain meskipun secara lokal dan nasional masyarakat Papua

2 Adriana Elisabeth dkk (2004) Peran dan Kepentingan Para Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

44

cenderung menjadi kelompok marginal di tingkat internasional ldquom arginalisasirdquo ini justru menguntungkan mereka Bahkan mereka memiliki posisi tawar yang cukup tinggi bila berhadapan dengan Pemerintah Indonesia karena simpati dan dukungan pihak internasional pada gerakankelompok pro- m erdeka di Papua Lobi dan diplom asi kelompok pro-merdeka ini bertujuan untuk memperoleh dukungan internasional baik yang berasal dari pemerintahan negara asing maupun masyarakat internasional termasuk organisasi nonpem erintahan di tingkat internasional dan lembaga dunia

D ukungan in ternasional kepada kelom pok p ro -m erdeka di Papua m enimbulkan kom pleksitas yang cukup serius bagi Pemerintah Indonesia dalam berdiplom asi dengan pihak luar negeri Meskipun Pemerintah Indonesia memiliki legitimasi politik yang kuat (kedaulatan yang sah) di Papua posisi tawar Indonesia menjadi lemah ketika berhadapan dengan komunitas internasional berkaitan dengan persoalan demokratisasi hak asasi manusia (HAM) dan lingkungan di Papua Hal ini dikarenakan isu- isu tersebut merupakan agenda global yang kerap dipakai untuk m engukur ataupun m enila i tingka t k eberhasilan ataupun kegagalan sebuah pemerintahan di negara- negara berkembang Bagi kelompok pro- merdeka khususnya OPM agenda global tersebut menjadi isu-isu strategis yang sangat m enguntungkan bagi posisi atau ldquoperjuanganrdquo mereka di forum internasional

Dukungan internasional diperlukan untuk mencapaimewujudkan kepentingan po litik jangka panjang kelom pok pro- m erdeka yakni m em isahkan diri dari Indonesia Diplomasi dan tuntutan politik m erdeka inilah yang diberi label oleh Pem erintah Indonesia sebagai gerakan separatis Papua (separatisme Papua) Bagi Pemerintah Indonesia kedaulatan Indonesia di Papua sudah menjadi keputusan final Untuk m enghadapi sikap dan tindakan kelom pok pro -m erdeka Pem erin tah Indonesia pun melakukan lobi dan diplomasi

guna m em peroleh dan mempertahankan kom itm en in te rn asio n a l un tuk tetap m endukung keu tuhan w ilayah N egara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di mana Papua merupakan bagian integral dari NKRI

U paya in te rn asio n a lisa s i untuk m enarik pe rh a tian in te rn asio n al atau mendukung kemerdekaan Papua sebenarnya mulai dijalankan sejak tahun 19623 sebagai bentuk perlawanan terhadap Perjanjian New York (New YorkAgreementNYA) tahun 1962 yang mengakui masuknya wilayah Papua menjadi bagian wilayah Republik Indonesia (RI) Gerakan kemerdekaan Papua mendapat peluang besar sejak bergulirnya reformasi di Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1998 di mana kelompok pro-merdeka (dan kelompok pro-demokrasi di Papua) leb ih beran i dan terbuka dalam mengemukakan tuntutan politik mereka Apalagi dengan lepasnya wilayah Timor Timur dari Indonesia dan menjadi negara merdeka pada tahun 19994 maka peristiwa politik tersebut menjadi spirit baru bagi perjuangan OPM un tuk m ew ujudkan kemerdekaan Papua

Gagasan untuk menginternasionalishysasi Papua adalah salah satu rekomendasi yang dihasilkan dalam Kongres Rakyat Papua II yakni pembentukan sebuah tim untuk melobi m asyarakat internasional term asuk m em inta ban tuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dalam kaitannya dengan peran DK PBB sebagai pen jaga k e tertiban dan perdamaian dunia termasuk untuk menjaga m em elihara keam anan di Papua sampai terbentuk pemerintahan yang tetap Selain itu kongres juga meminta PDP melakukan dialog dengan Indonesia Belanda Amerika Serikat (AS) dan PB B 5

3 Upaya internasionalisasi kasus Papua dilakukan oleh kelompok anti-integrasi atau menolak hasil Pepera 1969 karena dianggap tidak adil Untuk itu mereka kemudian membentuk OPM di luar negeri terutama di PNG

4 httpwwwkotekanet West Papua is the next East Timor5 Kompas (4 Juni 2000) ldquoKongres Rakyat Papua Sepakati

Keluar dari NKRIrdquo

45

Lobi internasional oleh kelompok pendukung kemerdekaan Papua dilakukan secara bilateral antamegara maupun di forum regionalintemasional dan dengan LSM Lobi bilateral dijalankan melalui pendekatan p e rsu as if kepada pem egang sim pul pemerintahan di berbagai negara Upaya bilateral juga dilakukan dengan membuka kantor perwakilan dan konsulat Hasilnya adalah beberapa negara di Pasifik Selatan secara tegas m endukung perjuangan kelompok pro-merdeka di Papua6 Namun demikian haruslah diingat bahwa dukungan dari pemerintahan negara asing terhadap kelom pok pro-m erdeka di Papua tidak bersifat konstan tetapi cenderung fluktuatif bergantung pada siapa pemimpin negara yang sedang berkuasa pada saat tertentu

Lobi secara b ila te ra l kem udian d itin d ak lan ju ti di forum reg ional dan internasional seperti di PBB dan Forum Negara Pasifik untuk memperoleh dukungan secara terbuka Dukungan ini merupakan second voice untuk memudahkan upaya menggalang simpati internasional melalui perwakilan negara asing yang mendukung kemerdekaan Papua Beberapa isu yang biasanya diangkat dalam forum regional internasional adalah sejarah politik Papua keabsahan Pepera masalah HAM peran dan dominasi militer Indonesia ketidakadilan sosial dan ekonom i m asyarakat Papua diskrim inasi rasial (ras M elanesia) dan kerusakan lingkungan

Berikut ini adalah posisi negara- negara asing dalam isu Papua

1) Amerika Serikat (AS)

AS memainkan peran yang signifikan dalam konflik di Papua Untuk itu Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirayuda dalam siaran pers ldquoR efleksi tahun 2002rdquo menyatakan bahwa Indonesia secara khusus melakukan pendekatan dengan Pemerintah

6 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo

AS untuk mempertahankan dukungannya terhadap integritas wilayah Indonesia Posisi atau peran AS sulit dipisahkan dari sejarah panjang dan proses politik di Papua Menurut John Roberts AS mendukung kebijakan Indonesia untuk ldquomengembalikanrdquo wilayah Papua m elalu i aksi d ip lom asi dan mendukung Pepera (Act o f Free Choice) tahun 1969 yang kem udian m elahirkan keputusan PBB yang menyatakan Papua merupakan bagian dari wilayah Indonesia7 Tindakan AS di Papua juga berhubungan dengan keberadaan PT Freeport Indonesia (PTFI) sebagai perusahaan tambang tembaga terbesar di dunia Kehadirannya didukung oleh keputusan politik Pemerintah Orde Baru (Orba) melalui kesepakatan Kontrak Karya I tahun 1967 kemudian mulai beroperasi pada tahun 1970 dan berproduksi untuk pertama kalinya pada tahun 1973 Keberadaan PTFI di T im ika K abupaten M im ika Papua diperpanjang dengan penandatanganan K ontrak K arya II tahun 1991 Dengan demikian perusahaan multinasional ini dapat beroperasi di Papua sampai tahun 2021 dan kesepakatan kerja tersebut masih dapat diperpanjang dua kali masing-masing dalam waktu sepuluh tahun

Berkaitan dengan kebijakan AS di Papua Pemerintah AS menegaskan tidak akan mendukung separatism e di Papua sebaliknya tetap m endukung keutuhan negara RI dan pemberlakuan otonomi khusus di Papua8 Selain itu Pemerintah AS melalui USAID dan lembaga bantuan keuangan AS juga membiayai berbagai program di Papua seperti m anajem en sum ber daya alam (S D A )9 term asuk program -program pengem bangan m asyarakat (community development) seperti yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia

7 httpwwwwswsorgarticles2004aug20Q4papua- a30shtml Lihat John Roberts Documents confirm US colluded in Indonesia s 1969 Incorporation o f Papua

8 Pem erintah A S m ela lu i Presiden G oerge Bush menyampaikan komitmen pemerintahannya kepada mantan Presiden RI Megawati pada Juli 2002

9 www Bappenasgoid

46

Hubungan bilateral Indonesia-AS terpengaruh oleh peristiwa pembunuhan dua warga negara AS di Timika pada tahun 200210 Sebagai akibatnya AS melakukan embargo militer dan memutuskan keija sama militernya dengan Indonesia yang mendapat persetujuan dari Kongres A S Namun demikian tiga tahun kemudian (pada tahun 2005) kerja sama di bidang pelatihan militer kedua negara dilanjutkan kembali 12

2) Australia

Posisi Australia dalam kasus Papua sangat penting karena Australia mempunyai pengaruh politik di kalangan negara-negara Pasifik Selatan Selain itu Australia juga cukup berperan dalam pem bangunan di Indonesia terutama melalui program bantuan berupa hibah kepada Indonesia meliputi berbagai sektor D alam kaitan dengan penanganan kasus Papua hubungan bilateral Indonesia-Australia tidak hanya bertujuan untuk menghadapi sikap dan reaksi negara- negara Pasifik Selatan dalam kasus Papua yang secara tegas beberapa negara sudah memberikan dukungan mereka pada gerakan kem erdekaan Papua namun juga untuk meredam dukungan LSM Australia yang juga secara lugas mendukung kelompok pro- merdeka di Papua

Kekhawatiran Indonesia terhadap A ustra lia cukuplah bera lasan apab ila dikaitkan dengan peristiwa politik di Timor Tim ur tahun 1999 di m ana sikap dan dukungan Pemerintah dan LSM Australia akhirnya berhasil mewujudkan kemerdekaan Timor Timur (Timor Leste) Apalagi dengan adanya in form asi bahw a A ustra lia membentuk Task Force Papua yang diketuai oleh Chief o f Defence Force Jenderal Peter

10 Pembunuhan itu diduga dilakukan oleh oknum militer TNI

11 httpwwwatimescomatimesSoutheast_Asia FG03Ae06html

12 John Roberts dalam makalah lsquo Ambush near US-owned mine in Papua suggests Indonesian army involvementrsquo mengemukakan bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh oknum TNI

C osgrove yang sedang m engkaji perm asalahan di Papua dan prospek kem erdekaan Papua13 M eskipun hal itu belum tentu benar Pemerintah Indonesia te tap b e rh a ti-h a ti dalam m enjalankan hubungannya dengan Australia Meskipun Australia mendukung langkah yang diambil Indonesia untuk menyelesaikan persoalan di Papua dengan otonom i khusus namun A ustra lia m enging inkan Indonesia m enghorm ati penegakan hukum dan penghormatan HAM di Papua14 Walaupun dem ikian dukungan dari P em erin tah A u stra lia tidak serta-m erta m endapat dukungan dari semua elemen pemerintahan Di Parlemen Australia m isalnya Partai Buruh dan Fraksi Kiri sering kali menjadikan isu separatisme di Papua sebagai bahan perdebatan15

Pebisnis Australia juga melakukan aktivitas penambangan di Papua seperti Dominion Mining BHP Cudgen RZ dan Cudgen RA Australia pun memiliki sebagian saham PT Freeport McMoran sekitar 40 persen (Rio Tinto) dari total saham yang dimiliki PT Freeport McMoran di bursa saham di New York

3) Kanada

Kebijakan Pemerintah Kanada secara eksplisit mendukung implementasi otonomi khusus di Papua secara konsekuen berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2001 dengan menghormati hak rakyat Papua Kanada membantu Papua juga melalui Canada Fund berdasarkan prioritas geografis dan program p rio ritas pem bangunan sosial di em pat bidang kesehatan dan g izi pendid ikan dasar penanganan HIVAIDS dan perlindungan a n ak 16 Di sek to r b isn is K anada pun

13 httpw w w kom pascoid kom pas-cetak030919 nasional572042htm

14 Kompas (9 Desember 2000)15 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya

Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo16 http wwwdfait-maecigcca

47

memiliki usaha pertambangan (emas) di Papua yaitu PT Ingold dan mengembangkan eksplorasi minyak di Teluk Bintuni

4) Senegal

Salah satu negara A frika yang mendukung kem erdekaan Papua adalah Senegal A frika Selatan Dukungannya d idasarkan pada paham N e g ritu d e - solidaritas antara ras kulit hitam di seluruh dunia17 Tujuannya adalah untuk menentang ko lon ia lism e dan dukungan bagi ras M elanesia serta gerakan pem bebasan Papua18 Sikap ini diikuti dengan usaha membangun keija sama ekonomi militer dan memerangi diskriminasi rasial Gerakan ini leb ih d ikenal gerakan P an-A frico id ( lsquoG erakan P an -N eg ro rsquo) yang memperjuangkan korban dari konspirasi rasism e dunia genosida dan pengambilalihan tanah di seluruh dunia term asuk di P ap u a 19 D alam p e rshykem bangannya gerakan ini sem akin mendapatkan dukungan luas terbukti sekitar 15 negara-negara di Afrika Barat dan Afrika Tengah menolak hasil Pepera di Papua dan berharap akan adanya implementasi hak penentuan nasib sendiri (self-determination) di Papua

Gerakan mendukung kemerdekaan Papua dari negara Afrika dimulai sejak 1969 saat penentuan voting Act o f Free Choice (AFC) di Sidang Umum PBB negara-negara tersebut menuduh bahwa AFC merupakan salah satu bentuk penjajahan dan bentuk ketidakdemokratisan terhadap saudara kulit h itam di Papua B arat Sebagai tindak lanjutnya Organisasi Afrika-Amerika yang tergabung dalam National Association for the

17 w3rz-berlinmpgde~wmPAPGJA-bin-kejorahtml - 48k Lihat juga Goerge J Adijondro dalam Bintang Kejora di Tengah Kegelapan Malam amp Penggelapan N asionalism e Orang Irian dalam H istroriografi Indonesia

18 http wwwraceandhistorvcomcgi-binforum webbbs configplnoframesread106

19 Pianke Nubivang Honour and Truth in West Papua http communitv webtvnetpaulnubiaempire

Advancement o f Colored People (NAACP) mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal PBB U Thant sebagai bentuk protes atas AFC dan meminta PBB merevisi kebijakan tersebut20 Meskipun demikian hingga saat ini belum ada p ernya taan resm i yang m endukung Papua hanya berasa l dari sebagian kecil tokoh di Senegal Ghana dan Afrika Selatan

5) Negara-Negara Asia

Berkaitan dengan Papua beberapa negara di Asia yang memiliki perhatian khusus adalah M alaysia Filipina Korea Selatan Jepang India dan Cina Bagi Malaysia dan Filipina Papua adalah pemasok kayu terbesar bagi kebutuhan impor kedua negara atau sekitar 70 persen berasal dari Papua21 Bagi Jepang Cina Korea Selatan dan India ladang di sekitar kawasan Teluk B in tuni Proyek LNG Tangguh) menyediakan cadangan LNG mencapai 237 triliun kaki kubik Indonesia berkomitmen untuk mengekspor LNG ke Asia rata-rata enam sampai tujuh ton per tahun

Khusus bagi Cina wilayah Papua m em ilik i SDA yang dapat m em enuhi sebagian kebutuhan kayu dan LNG Tidaklah mengherankan apabila hasil penebangan liar di wilayah Papua disinyalir dibawa ke Cina seperti dalam kasus penemuan dua buah kapal yang berisi kayu berasal dari wilayah Papua dan berada di daratan Cina Untuk mengatasinya Pemerintah Indonesia telah mengupayakannya melalui jalur diplomatik22 U ntuk m em enuhi kebu tuhan LNG Pemerintah Indonesia (Pertamina) dan Cina (Petrochina) m em buat perjan jian yang menyangkut pengiriman LNG dari Teluk Bintuni ke Provinsi Guangdong dan Fujian

20 Lihat John Saltford United Nations Involvement withthe Act ofSelf- Determination In West Irian (Indonesian West New Guinea) 1968 to 1969

21 Sugiharto (10 M ei 2005) ldquoBUM N dan Prospek Persaingan Dunia Usahardquo Jakarta Hotel Borobudur

22 Kompas (6 April 2005)

48

dengan terlebih dahulu melakukan investasi sebesar US$ 2 miliar untuk pembangunan infrastruktur23 PT Petrochina memiliki dua blok wilayah pengeboran di Teluk Bintuni dan Biak yang terdiri lebih dari sepuluh ladang minyak yang siap dieksplorasi24

Untuk mencapai kepentingannya di Papua Pemerintah Cina juga membangun hubungan dengan negara-negara Pasifik Selatan guna memperkuat perannya di Papua Kondisi ini pun telah menjadi perhatian OPM yang ingin membangun hubungan dengan C ina khususnya untuk kepen tingan po litiknya di m asa depan Di dalam pertemuan tahunan Forum Pasifik yang diselenggarakan di Kiribati tahun 2000 misalnya sejumlah tokoh penting Papua yang hadir sebagai peninjau telah melakukan pendekatan dengan para pejabat dari Cina yang hadir dalam forum itu25 Cina kemudian memfasilitasi pertemuan yang diselenggarashykan oleh OPM di luar wilayah Indonesia

6) Negara-Negara Pasifik Selatan

Posisi negara-negara Pasifik Selatan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok sebagai berikut

a Kelompok Pendukung Papua Merdeka

- Negara Kepulauan Cook (Cook Island)

Pemerintah Negara Kepulauan Cook m endukung kem erdekaan Papua yang disam paikannya dalam KTT Milennium PBB M eskipun dukungannya tidak signifikan tindakan ini memiliki pertalian erat dengan sikap Pemerintah New Zealand dalam kasus Papua

22 httpwwwglobalpolicyorgnationssovereignsover emerg20020430papuahtm Indonesia Gas Project Promises Income West Papuans not Excited ny Prangtip Daorueng Inter Press Service News Agency

24 Wawancara Nur Agus Susanto dengan Meryka P Public Affair Manager for Government PT Petro China

25 Deplu RI (2001) Opcit

- Nauru

Pemerintahan Nauru secara tegas mendukung kemerdekaan Papua Hal ini disam paikan dalam KTT Forum Pasifik Selatan di Kiribati Oktober 2000 Selain itu N auru ju g a m endukung reso lusi PBB mengenai penentuan nasib bagi rakyat Papua Barat26 Sebelumnya Bem ard Dowiyogo MP (Presiden Republik Nauru) dalam Millenium Summit PBB yang diselenggarashykan pada September 2000 mengemukakan m engenai kem erdekaan Papua dan menganggap bahwa selama ini Papua berada di bawah dominasi penjajah dan kontrol luar negeri Namun pernyataan tersebut ini tidak langsung merujuk pada Indonesia

- Tuvalu

Pemerintah Tuvalu juga mendukung kemerdekaaan Papua 27 meskipun dalam kapasitas yang terbatas

- Vanuatu

Pemerintahan Vanuatu mendukung kemerdekaan Papua Barat Argumentasi Pemerintah Vanuatu tak jauh berbeda dari Nauru yaitu karena faktor-faktor sejarah dan kedekatan secara geografis28 Di Vanuatu terdapat kantor perwakilan rakyat Papua B arat yang d iketuai o leh Dr John Ondowame Kemudian Pemerintah Vanuatu m em punyai kom itm en untuk m em shypromosikan identitas dan hak dasar Ras M elanesia di w ilayah A sia-P asifik khususnya bagi Papua Barat Pemerintah Vanuatu juga mendorong dibukanya kasus- kasus ketidakadilan yang selama ini teijadi di Papua dan memperjuangkan kesejahterashyan sosial bagi masyarakat Papua29

26 httpwestpapuaactionbuzorgrecent- evelopmentshtm+Tuvalu+and+west+papua+amphl=id

27 httpwwwunorgmillenniumwebcaststatementstuvalu28 Pacific Concern Resource Centre (PCRC) (27 Oktober

2000) Press Release Forum Pasifik Selatan29 httpwwwunorgNewsPressdocs2000

20000908ga9758doc amp httpwwwunpoorgnews detailphpara 56amppar= 1890

49

b Kelompok Negara yang Abstain

- Papua Nugini (PNG)

Beberapa daerah di PNG seperti Port Moresby Black Water Sepik Sowampa dan Amanaf juga digunakan oleh OPM untuk melakukan aksinya30 Posisi PNG dan Papua adalah berbatasan darat secara langsung Posisi perbatasan PNG ini sangat strategis bagi para pelintas batas termasuk kelompok merdeka dari Papua yang ingin melepaskan diri dari kejaran TNI dan Polri Namun demikian Pemerintah Indonesia sampai saat ini pun belum m elakukan p erjan jian ekstradisi dengan Pemerintah PNG untuk mengatasi masalah perbatasan ini

PNG secara tegas m enyatakan dukungan terhadap keutuhan NKRI seperti dalam joint statement yang disampaikan oleh Perdana Menteri PNG M ekere Morouta kepada Megawati Sukarnoputri (sebagai wakil presiden Indonesia saat itu) Kendati demikian Pemerintah PNG masih bersikap gamang terutama karena banyaknya anggota m asyarakat dan lem baga di PNG yang mendukung kemerdekaan Papua seperti Gubernur Sandaun John Tekwi Politisi Tei Abai Mereka tidak dikenakan sanksi oleh Pemerintahan Nasional di PNG31 Sebaliknya m ereka terus-m enerus berusaha m em shypengaruhi kebijakan pem erintahan PNG untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Papua

- New Zealand (NZ)

Sikap Pem erin tahan NZ adalah mendukung keutuhan NKRI Pemerintah NZ ju g a m em iliki program bantuan untuk pembangunan di Indonesia (program the New Zealand A id AgencylN ZA lD ) yang mencakup wilayah timur Indonesia termasuk Papua Meskipun demikian salah satu partai

10 ibid31 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya

Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo

di NZ yaitu Green Party mendukung bahkan mengupayakan kemerdekaan Papua dan terus mendorong internasionalisasi isu Papua Green Party berkedudukan di Wellington dan memiliki cabang yang tersebar hampir di selu ruh p rov in siw ilay ah Partai ini mendapatkan dukungan dari partai lain seperti Partai Buruh Partai Nasional Partai Warisan Kristen Partai Aliansi dan Partai Nasional

Dalam pernyataan resminya di Forum Negara Pasifik Selatan partai ini meminta masalah Papua Barat dijadikan salah satu agenda sidang pertemuan yang kemudian diharapkan akan m emberikan dukungan secara institusional untuk kemerdekaan Papua Dalam berbagai kesempatan Keith Locke sebagai juru bicara hubungan luar partai secara tegas menginginkan nasib Papua adalah masalah yang harus menjadi perhatian negara-negara Pasifik Selatan dan mengingatkan negara yang tergabung dalam forum tersebu t un tuk m endukung dan m engikuti langkah V anuatu dalam m em perjuangkan kem erdekaan rakyat Papua32 Sedangkan di dalam negeri Keith Locke juga berusaha keras menyakinkan Perdana Menteri NZ Helen Clark agar Papua dijadikan salah satu fokus dan agenda pemerintahannya33 Hal ini dijadikan prioritas dukungan resmi kenegaraan

c Kelompok Negara Pendukung NKRI

Kepulauan Salomon Republik Fiji K iriba ti dan Sam oa B arat yang ju g a tergabung dengan Forum Negara Pasifik Selatan adalah negara-negara yang m endukung N K RI N am un kelom pok kemerdekaan Papua secara terus-menerus membangun komunikasi dengan beberapa negara ini untuk mendukung tuntutan politik mereka

32 Press Release Green Party (14 Agustus 2003) http wwwscoopconz

33 httpwwwgreensorgnz

50

7) Negara-negara Uni Eropa

Beberapa negara Uni Eropa memiliki perhatian lebih banyak terhadap Papua34 Sebagai contoh delegasi Uni Eropa yang diwakili oleh para duta besar negara-negara tersebut berkunjung ke Papua pada bulan Maret 2002 Dalam kunjungan tersebut secara ekplisit negara yang tergabung Uni Eropa tersebut m endukung sepenuhnya integritas Papua ke dalam NKRI Dukungan juga diberikan bagi pelaksanaan Otonomi Khusus (Otsus) yang sebenar-benarnya di Papua dan m em berikan perhatian pada masalah HAM di Papua35 Berikut ini adalah sikap Parlemen Uni Eropa dalam kasus Papua pertama secara mendasar mengakui Indonesia sebagai suatu negara kesatuan dan wilayah Papua termasuk di dalamnya Kedua melihat berbagai kasus pelanggaran HAM meminta kepada Indonesia untuk membentuk suatu badan pengadilan pelanggaran hak-hak asasi m anusia Ketiga m elihat kondisi masyarakat Papua Parlemen melihat bahwa Papua adalah provinsi yang kaya raya tetapi penduduknya hidup dalam kemiskinan dan dari 17000 pegawai yang bekerja di Papua kurang dari 10 persen adalah orang asli Papua K e-em pat Parlem en Uni Eropa m endukung O tsus yang m em berikan persetujuan kepada Pem erintah Daerah Papua untuk mendapat 80 persen dari pajak dari bidang perikanan dan kehutanan dan 70 persen dari perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan minyak bum i36

Posisi organisasi antar pemerintahan di berbagai level dalam kasus Papua dapat diketahui sebagai berikut

1) ASEAN

ASEAN sebagai organisasi regional di w ilayah Asia Tenggara secara resmi

34 Inggris Italia Portugal Jerman Austria Denmark Belanda Spanyol Swedia Yunani Belgia Finlandia

35 Memoria Passionis di Papua (2004) Kondisi Sosial- Politik dan HAM 2 0 0 2-2003 rsquo (cetakan pertama) Jayapura LSPP dan Keuskupan Jayapura

36 httpwwwinfidbeeurohamhtml

menyatakan dukungan atas kesatuan wilayah Indonesia dan menolak segala bentuk usaha untuk m engganggu keu tuhan w ilayah Indonesia37 Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip dasar ASEAN yaitu tidak akan ikut cam pur dalam persoalan internal (non- interference principle) tiap-tiap negara Berdasarkan prinsip ini isu Papua dianggap sebagai m asalah in te rna l Indonesia meskipun permasalahan di Papua memiliki dimensi internasional

2) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)

Peran PBB di Papua menjadi faktor sejarah yang sangat penting Lembaga dunia inilah yang ikut ldquomenyelesaikanrdquo masalah wilayah Papua terutama sengketa antara Indonesia dan Belanda PBB terlibat mulai dari pem bentukan kom isi PBB untuk Indonesia yang m erancang adanya Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949 yang menyatakan bahwa akan menyetujui adanya transfer kedaulatan dari Pemerintah Belanda ke Pemerintah Indonesia Kemudian dibentuk Komisi Administrasi PBB untuk penanda-tanganan Perjanjian New York tahun 1962 yang menyatakan bahwa Irian Jaya (sekarang Papua) menjadi bagian dari w ilayah Indonesia hingga pengawasan terhadap pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Papua tahun 196938

Pada tahun 1968 PBB ju g a membentuk tim peninjau mengenai kondisi di Papua yang diketuai oleh Femando Ortiz Sanz seorang d ip lom at B olivia Kemenangan Pemerintah Indonesia dalam Perjanjian New York inilah yang menjadi salah satu persoalan mendasar bagi tuntutan kemerdekaan rakyat Papua yang menuduh bahw a PBB dan Indonesia m elakukan rekayasa perjanjian tersebut dan menuntut adanya reformasi di PBB

37 wwwaseansec38 John Saltford the UN and Indonesian Collaboration

United Nations Involvement With The Act O f Self- Determination In West Irian

51

3) Lembaga Keuangan Internasional

Lembaga keuangan selain menyediashykan layanan perbankan bagi masyarakat Papua juga mem iliki program -program pengem bangan m asyarakat (social development program) seperti World Bank Asian Development Bank (ADB) IMF dan Inter-Governmental Group on Indonesia (IG G I)39 atau Consultative Group on Indonesia (CGI) Program Bank Dunia di Papua bekerja sama dengan the Melanesia Interest Group40 m elipu ti program pembangunan ekonomi di bidang trasmigrasi ke wilayah Papua Program ini ditentang oleh sebagian m asyarakat Papua karena transm igrasi m erupakan bagian dari ekploitasi SDA Papua Tuduhan serupa juga dialam atkan pada ADB dan IMF yang memberikan pinjaman untuk melakukan ekploitasi SDA karena pinjaman ini juga digunakan untuk membiayai militer yang menjalankan fungsi keamanan di Papua41

Beberapa organisasi nonpemerintah yang berkepentingan dalam isu Papua adalah

1) TAPOL (the Indonesian Human Rights Campaign)

TAPOL m erupakan Lem baga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berbasis di In g g ris 42 TAPOL bertu juan memperjuangkan program-program HAM dengan m enyebarluaskan persoalan kekerasan HAM termasuk persoalan HAM di Indonesia khususnya di Papua Barat dan A ceh Sebelum nya TAPOL m em iliki program serupa di Timor Timur

Salah satu TAPOL mengenai Papua adalah data dan in form asi m engenai kekerasan HAM di Irian Barat yang dikirim ke pertemuan ke-57 Komisi HAM PBB yang diselenggarakan di Geneva Swiss pada

39 httpwwwcwisorg40 httpwwwwestpapuanet (or wwwwestpapuaorg)41 httpwwwnadirorg42 TAPOL memberikan informasi secara terbuka melalui

website httptaDo1enapcorg

tanggal 29 M aret-27 April 2001 Dalam pernyataannya TAPOL meminta Komisi HAM PBB untuk melakukan tindakan nyata terhadap Pemerintah Indonesia karena tetap melakukan kekerasan dan pelanggaran HAM di Aceh dan Papua43 Dalam kesempatan yang lain lembaga ini menulis artikel dalam jumal online (Tapol 176 Agustus 2004) berjudul ldquoPapua Menghadapi Masa Depan yang Tidak Jelasrdquo Artikel itu menjelaskan dilema masa depan Papua karena persoalan HAM yang serius namun menyinggung pula mengenai tawaran otonomi khusus bagi Papua44

2) Forum Asia

Forum Asia merupakan organisasi regional HAM yang berada di Bangkok Thailand45 sebagai salah satu keputusan hasil pertemuan organisasi HAM di Asia pada tahun 1992 Forum Asia ini mefokuskan diri pada wahana proteksi terhadap tindakan kekerasan yang terjadi di wilayah Asia Lembaga ini juga merupakan wadah untuk m elakukan sharing in form asi tentang perkembangan HAM di Asia Aktivitas yang dijalankan meliputi pelatihan HAM dengan standar PBB Masalah HAM di Papua juga menjadi kajian serius yang diidentifikasikan sebagai salah satu fokus pembahasan di Forum Asia Forum ini juga mengeluarkan artikel mengenai persoalan HAM di Papua dan mengadakan pelatihan HAM di Papua

3) Caritas Australia

Caritas Australia atau the Catholic Agency for Overseas Aid and Development merupakan lembaga bantuan pembangunan yang dikelola G ereja K atholik Dalam m enjalankan bantuannya lem baga ini didasarkan pada prinsip kebebasan bagi mereka yang tertindas Caritas Australia bekerja sama dengan sekitar 154 organisasi

43 wwwcampeaceorgwparchivestatements_onhtm - 49k44 httptapolgnapcorg45 Lihat httpwwwforumasiaorg

52

di berbagai negara dan wilayah di seluruh dunia

Program pembangunan kemanusiaan Caritas m eliputi kesehatan mengurangi dampak kerusakan alam konservasi nilai budaya dan pelatihan bidang pertanian Caritas juga membantu sektor pendidikan dan keagamaan di Papua seperti workshop ke-em pat ten tang Peace Building and Development in West Papua bertem a ldquoM enjawab K ekerasan di Papua Barat D engar Pendapat Dengan Suara Lainrdquo Dalam kasus Papua Caritas tidak menolak atau mendukung kemerdekaan Papua namun menjalankan program bantuannya di Papua berdasarkan p rin sip keagam aan dan kemanusiaan46

Namun demikian dalam pernyataan resmi lembaga ini diindikasikan adanya dukungan pada kemerdekaan Papua secara tidak langsung karena pertanyaan mereka mengenai sejarah dan keabsahan Indonesia di Papua K em udian ju g a keberadaan pendatang (amber) sebagai suatu ancaman yang semakin mendesak posisi rakyat Papua serta keberadaan dan peran militer di Papua yang mengakibatkan pelanggaran HAM dan penjarahan SDA secara masif47 yang akan merugikan masyarakat Papua di kemudian hari

4) Inside Indonesia

Lembaga ini didirikan sejak tahun 1983 dan berkantor pusat di Australia Inside berkosen trasi pada b idang penerb itan berkaitan dengan w ilayah Indonesia khususnya yang terkena dampak konflik berkepanjangan Inside menerbitkan jumal em pat bulanan yang leb ih b e rs ifa t akadem is48 T ulisan yang pernah dipublikasikan antara lain ldquoWhy West Papua Deserves Another Chance West Papua in

46 httpwwwcaritasorgau47 Peter Zwart caritas Aotearoa http

wwwconvergeorgnzpmawp011204doc+cari tas48 Lihat wwwinsideindonesiaorg

1999 Whisky Friends-PNG Military and TNI Get Together Raising the West Papua Flag- Eyewitness Account Demonstrations dan Pemberontakan Organisasi Papua Merdekardquo W alaupun tu lisan te rseb u t te rkesan mendiskreditkan Indonesia sebagai institusi yang berlandaskan pada nilai-nilai akademis dan jurnalistik lembaga ini tidak bersikap pro ataupun kontra dalam isu Papua Lembaga ini memberikan informasi mengenai wilayah Papua seperti dalam Health Care in Irian Jaya yang tidak ada sangkut-pautnya dengan persoalan politik

5) ICM IC A (G erakan In te lek tu al K ath olik untuk In te lek k tu a l amp Hubungan Budaya)

ICMICA (Pax Romana) merupakan sebuah asosiasi internasional terdiri dari berbagai kalangan profesional dan intelektual Katholik Lembaga ini berpusat di Genewa Swiss49 Institusi ini terbuka bagi individul dan kelompok beragama Katholik dengan berbagai aktivitas berupa tukar pendapat dan dialog kebudayaan dari profesi dan generasi A gam a K atho lik L em baga ini ju g a menjalankan aktivitas yang bersifat sosial untuk pemberdayaan masyarakat advokasi dan solidaritas perdamaian dan sebagai jaringan pemikiran

Masalah di Papua juga tidak luput dari perhatian asosiasi ini Dalam pertemuan kom isi HAM PBB di G enew a SwiSs lem baga ini secara tidak langsung menyebutkan bahwa kekerasan di berbagai dunia termasuk di Papua harus diambil tindakan yang tegas50

6) Pusat Sumber Daya Pembangunan [Dev-Zone amp GEC]

Pusat Sumber Daya Pembangunan atau Dev-Zone amp GEC mengkhususkan kegiatannya pada pendidikan dan menjadi

49 Lihat wwwpaxromanaorg 50httpwwwcampeaceorgwparchive

statements onhtm+ICMICA

53

pusat informasi Lembaga ini berpusat di Aotearoa New Zealand Lembaga ini tidak memiliki sikap yang jelas dalam isu Papua namun memiliki banyak informasi tentang ja rin g an dan lem baga-lem baga yang mendukung kemerdekaan Papua seperti the Diary o f Online Papua Mouthpiece (Do- OPM) Free WestPapua International Action for West Papua Papua Press Agency the Free Papuan MovementOPM WestPapuan Action serta lembaga-lembaga lain yang mendukung perjuangan rakyat Papua51

D ev-Zone amp GEC ju g a mem- publikasikan tulisan yang berjudul Irian Jaya United Nations Involvement with the Act o f Self-Determination in West Irian (Indonesian West New Guinea) 1968 to 1969 Tulisan ini mempertanyakan masuknya Irian Jaya ke Indonesia dan kesalahan PBB dalam proses politik di Papua

7) Pan-African Coallition for the Liberation of West Papua (PACLWP)

Koalisi Pan-Afrika untuk Kebebasan Papua Barat terdapat di Afrika PACLWP merupakan bagian dari sebuah institusi yang bernama theAfrican Diaspora Lembaga ini secara tegas mendukung kemerdekaan Papua melalui hak penentuan nasib sendiri bagi rakya t Papua Lem baga ini ju g a mempertanyakan Pepera di Papua yang hanya dihadiri oleh 1025 penduduk dari total penduduk di Papua sekitar 700 ribu orang pada saat itu Hal itu merupakan bentuk pengkebirian hak penduduk Papua

B eberapa fokus persoalan yang menjadi dasar tuntutan PACLWP adalah kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Papua sebagai salah satu bentuk dari genosida kekerasan yang d ilakukan oleh TNI eksplorasi dan ekploitasi SDA Papua dan terdesaknya populasi penduduk asli Papua dengan pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia Salah satu aktivitas PACLWP

51 httpwwwdev-zoneorg

dalam mendukung Papua merdeka adalah mengorganisasi demonstrasi di depan kantor konsulat Indonesia di Los Angeles pada tanggal 28 November 2003 dan 1 Desember 2003 Namun keberadaan lembaga ini sulit dilacak apakah berada di Afrika atau di Amerika Serikat

8) Organisasi Papua Merdeka di Belanda

OPM di Den Hag Belanda dengan je la s m endukung ldquop e rju an g an rdquo Papua m erdeka Fokus OPM ini adalah untuk mendapatkan dukungan internasional 52 khususnya dari Eropa Dalam salah satu dokumennya kelompok ini menyebutkan bahwa Papua bukan merupakan wilayah Indonesia adalah karena faktor budaya- perbedaan budaya antara penduduk asli Papua dan penduduk Indonesia lainnya K elom pok ini ju g a m enggunakan isu kerusakan lingkungan akibat dari eksplorasi dan ekploitasi SDA Papua sebagai salah satu propaganda dalam perjuangannya

9) The Uniting Church Australia

The Uniting Church Australia dibentuk sejak tahun 1997 terdiri dari Gereja Kongregasion Gereja Methodis dan Gereja P resb iterian yang berpusat di Sydney Australia Lembaga ini memiliki komitmen terhadap persoalan lingkungan dukungan terhadap persamaan nasib membantu etnis minoritas dan orang-orang yang terpinggir- kan di berbagai belahan dunia Organisasi ini juga menjalankan programnya di wilayah Papua dan berkeija sama dengan gereja lokal seperti Gereja Kristen Evangelis Program dipusatkan pada penanganan persoalan kesehatan te ru tam a HIV (A ID S) dan masalah pendidikan di Papua53

52 httpwww fas orgirpworldparapapua htm53 httpwwwnatucaorgau

54

10) Indonesian House

Indonesian House adalah sebuah kantor berita yang fokus pemberitaannya mengenai kondisi dan berbagai persoalan di Indonesia termasuk di Papua Lembaga ini berada di Amsterdam Belanda54 Sebagai kantor berita lembaga ini tidak memiliki posisi m endukung a taupun m enolak kem erdekaan Papua Indonesian House memberikan informasi secara terbuka kepada semua pihak di seluruh dunia termasuk m em berikan kesem patan kepada John Rumbiak tokoh pro-merdeka yang juga supervisor ELSAM dalam artikel berisi hasil wawancaranya dengan Parlemen Eropa pada tanggal 1 Oktober 2003 berjudul Papua Developments Affecting Conflict Resolution55

11) Minority Rights Group International

Lembaga yang berbasis di Inggris ini mengkhususkan perjuangannya terhadap hak-hak kelom pok m inoritas di seluruh dunia yakni memastikan hak kelompok minoritas berdasarkan etnik agama dan bahasa di seluruh dunia56 Lembaga ini sudah bekerja di 60 negara di seluruh dunia Lembaga ini pernah m enjadi konsultan ECOSOC dan peninjau di Komisi HAM di Afrika Aktivitasnya yang berkaitan dengan Papua adalah mempromosikan kelompok minoritas dan penduduk asli Papua di forum internasional melakukan advokasi mengenai kebutuhan hak-hak kelompok minoritas di Papua Pada 18 Mei 2001 MRG menyatakan akan memperjuangkan keberadaan dan hak penduduk asli P apua57 sebagai akibat dari keb ijakan Pem erin tah Indonesia dan pengaruh globalisasi

54 Lihat httpwwwindonesia-houseorg55 Ibid56 Lembaga ini berpusat di London Inggris dengan e-mail

minoritvrightsmrgmailorg57 httpwwwcampeaceorgwparchive

minority rightshtm

MRG juga mempeijuangkan wilayah Papua sebagai zona damai58 dari berbagai aksi tindakan militer yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bertikai untuk itu MRG m em pertanyakan kepada pem erin tah Indonesia tentang keberadaan dan peran m iliter di Papua yang dianggap sebagai ancaman bagi penduduk asli dan menolak pembagian Papua menjadi beberapa provinsi dan mengembalikan kembali menjadi satu kesatuan wilayah

12) Kantor Informasi Internasional OPM

K eberadaan lem baga ini tidak d iketahu i secara p asti N am un dalam konferensi pers pada 1 Februari 2000 J H Prai Direktur Kantor Informasi Internasional OPM di Swedia menyerukan penghentian pelanggaran dan kejahatan HAM yang d ilakukan oleh TNI kepada penduduk Papua59 Pernyataan tersebut beijudul ldquo West Papuan rsquos Desire Autonomy and End to Indonesian Military Operations

13) Unrepresented Nations and Peoples Organization (UNPO)

UNPO berpusat di Den Hag Belanda Lembaga ini merupakan wadah bagi para penduduk asli negara ja jah an negara berdaulat dan m inoritas serta w ilayah- w ilayah pro teksi atas hak budaya dan kemanusiaan yang tidak memiliki perwakilan di forum in te rn asio n a l UNPO m engshygolongkan m asyarakat Papua sebagai penduduk yang terpinggirkan dan yang perlu diperhatikan Untuk itu UNPO memberikan berbagai informasi atau artikel seperti West Papua Indonesia rsquos 1969 Takeover o f West Papua Not by ldquoFree Choicerdquo dan West Papua Amnesty International Report 2004

UNPO ju g a m elihat persoalan masuknya wilayah Papua ke Indonesia akibat dari dukungan AS kepada Indonesia untuk

58 httpwwwminoritvriEhtsorg59 httpwwwcampeaceorgWParchiveOPM_IIOhtm

55

mengambil-alih wilayah Irian Barat dari B elanda Selain itu UNPO ju g a mempertanyakan validitas Indonesia dan menyebutkan proses integrasi sebagai bentuk okupasi w ilayah yang d isertai dengan pelanggaran HAM di Papua60

14) WestPapua Action

WestPapua Action berm arkas di Irlandia61 dan lem baga ini secara tegas mendukung kemerdekaan dan perjuangan rakyat Papua D alam salah satu kampanyenya koordinator lembaga aksi ini Mark Doris menyebutkan bahwa masuknya Papua ke Indonesia adalah sebuah peristiwa yang digalang oleh PBB dan negara yang berkepentingan untuk memaksakan Papua m asuk ke w ilayah Indonesia D engan demikian pelaksanaan Pepera yang hanya dihadiri oleh 1025 orang adalah peristiwa yang tidak adil dan karena adanya intimidasi

WestPapua Action ju g a m engshyungkapkan terjadinya pelanggaran HAM di Papua selama ini yang sudah menewaskan lebih dari 300000 jiwa rakyat Papua yang memerlukan perhatian internasional untuk menghentikannya WestPapua Action juga m enganggap transm ig rasi m erupakan ancaman terhadap masa depan penduduk asli Papua62 Untuk m endapatkan dukungan internasionalnya WestPapua Action berusaha mendapatkan dukungan Pemerintah Irlandia dan beberapa anggota Parlemen Irlandia serta Perleman Eropa Lembaga ini bekerja sama dengan PaVO (Belanda) dan TAPOL untuk mendukung perjuangan rakyat Papua Pada tahun 2001 organisasi ini m engadakan pertemuan internasional atas Solidaritas Papua Barat di Jerm an63

60 Dokum en Press R elease ldquo35th A nniversary o f Controversial Vote and Annexation Secret Files Show US Support for Indonesia Human Rights Abuses by Indonesian Military Brand Symson (ed) dikirim pada9 Juli 2004

61 Lihat httpwestpapuaactionbuzorg62 httpwestpapuaactionbuzorg63 Ibid

15) The Pacific Concerns Resource Centre (PCRC)

PCRC adalah lem baga yang m enfokuskan diri pada persoalan dem ilitarisasi dekolonisasi konservasi lingkungan pengembangan SDM HAM dan pembangunan pemerintah yang bersih dan berwibawa Lembaga yang berpusat di Fiji64 didirikan pada tahun 1980 di Hawai Papua menjadi salah satu fokus daerah kajian nam un lem baga ini tidak dalam posisi m em ihak atau m enolak tuntu tan kemerdekaan Papua Perhatian pada kasus Papua sesuai dengan prinsip aktivitasnya PCRC pernah menyelenggarakan worskhop dengan tema ldquoThe Dynamics o f Conflict in West Papua Prospects for the Future yang bekerja sam a dengan South Pacific University dan Universitas Nasional Papua pada bulan Oktober 200465

16) Asosiasi Papua Barat Australia

A sosiasi Papua B arat A ustralia merupakan salah satu lembaga terbesar yang mem iliki perhatian terhadap Papua dan memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Australia Belanda dan Amerika Serikat Lembaga ini merupakan lembaga nonpolitik dan nonagam a K om itm ennya adalah m endukung pem berdayaan m asyarakat Papua m elalui penyebaran informasi di berbagai media massa Meskipun demikian dalam kenyataannya lem baga ini tidak sepenuhnya berpegang teguh pada asas organisasi yaitu nonagama dan nonpolitik sebagai contoh lem baga ini berusaha m enekan P em erin tah A ustra lia dalam kaitannya dengan pem bentukan tim investigasi peristiwa pembunuhan di Timika dan kasus kekerasan di Papua66 Selanjutnya kelom pok ini juga berusaha membawa persoalan Papua ke lembaga PBB seperti

64 Lembaga ini berkantor di Suva wilayah Fiji sejak tahun 1993 Namun sebelumnya berada di Auckland NZ

65 httpwwwpcrcorgfl66 httpwwwzulenetcomawpawpgluehtml

56

K om isi HAM K elom pok K erja PBB m engenai populasi penduduk asli dan Komite Dekolonialisasi PBB67 yakni untuk m engkaji m asalah Papua secara lebih mendalam

17) Cambridge Campaign and Peace (Campeace)

Campeace berpusat di Cambridge Inggris dan didirikan pada M aret 1999 sebagai respons atas konflik internasional yang terjadi di berbagai wilayah dunia Saat ini Cam peace m em iliki perw akilan di Australia Sebagai lembaga yang meng- kam panyekan perdam aian di berbagai belahan dunia Campeace juga mengulas persoalan yang ada di Papua terutama hal- hal yang berkaitan dengan pelaksanaan HAM di Papua68

20) West Papua Action NetWork (Westpan)

Westpan adalah lembaga yang secara je las dan tegas m endukung perjuangan kemerdekaan Papua Westpan berpusat di Kanada69 Tujuannya adalah mendukung perjuangan hak-hak rakyat papua melakukan lobi di tingkat internasional untuk merevisi kem bali ldquoAct o f Fee Choicerdquo dan mempengaruhi Pemerintah Kanada dan LSM yang berada di Kanada untuk mendukung perjuangan rakya t P ap u a 70 W estpan m enekankan kesadaran publik tentang ketidakadilan ekonomi dan sosial yang terjadi di Papua selama ini

III Peran dan Kepentingan Aktor Internasional di Papua

Berdasarkan peran dan kepentingan para aktor asing di Papua persoalan- persoalan yang menjadi perhatian mereka

67 www cs utexas eduusersclinepapualetter htm18 httpwwwcamDeaceorgwestpapuahtml 69 Westpan memiliki dua lokasi di Kanada Pacific Peoplersquos

Partnership Suite 407 620 View Street Victoria dan KAIROS Canada 129 St Clair Ave West Toronto

70 httpwestpapuaouvatonorg

dapat dibagi ke dalam empat kategori isu utama yaitu politik (sejarah integrasi dan identitas politik Papua) keamanan (siklus kekerasan p o litik dan kasus-kasus pelanggaran HAM bera t) budaya (diskriminasi ras dan budaya - Papuanisasi vs Indonesianisasi) ekonomi (penguasaan dan ek sp lo itasi po tensi dan kekayaan ekonomi Papua oleh orang non-Papua) K om pleksitas kasus Papua sem akin bertambah karena adanya korelasi erat antara satu masalah dengan masalah lain seperti isu politik dan keamanan maupun isu politik dan ekonomi Namun berdasarkan laporan tim kajian Papua LIPI terdapat satu persoalan lagi dalam kasus Papua yaitu masalah psikologis atau trauma yang disebabkan oleh tindakan kekerasan atau pendekatan militer yang sangat dominan di Papua Hal ini telah membentuk trauma kolektif yang dikenal dengan istilah memoria passionis

O perasi m ilite r di Papua diindikasikan telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran HAM di Papua baik dalam ben tuk in tim id asi peny iksaan dan pembunuhan Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Papua yang secara keseluruhan masih dalam keadaan tidak sejahtera atau miskin telah menjadi fakta yang menarik perha tian pihal asing Perlakuandiskriminatif baik secara rasial maupun budaya turut memberikan justifikasi atas te rjad inya aksi-aksi p o litik m enuntut kemerdekaan bagi Papua dan mendapatkan simpati dari pihak internasional Demikian juga dalam isu sejarah politik Papua di mana proses in teg rasi o leh kelom pok yang menentang hasil Pepera dianggap cacat hukum dan tidak memenuhi kaidah-kaidah hukum internasional yang adil Selanjutnya kerusakan alam akibat eksploitasi SDA secara besar-besaran baik di sektor tambang maupun hutan telah menyebabkan publikasi isu Papua tersebar secara luas di dunia

Pemberian visa sementara kepada 42 Warga Negara Indonesia (WNI) asal Papua beberapa bulan lalu merupakan bukti betapa kompleksnya persoalan Papua karena faktor

57

politik dan keamanan yang dijadikan alasan oleh para pencari suaka tersebut Kejadian itu ju g a m enunjukkan betapa kuatnya dimensi internasional kasus Papua Alasan 42 orang Papua untuk m endapatkan suaka politik dari Pemerintah Australia adalah karena m asalah kekerasan po litik dan genosida yang terjadi di Papua Sebaliknya Pemerintah Indonesia mengatakan bahwa keperg ian m ereka ke A ustra lia lebih disebabkan oleh faktor ekonomi atau untuk m eningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi Adapun Pem erintah A ustralia beralasan bahwa pemberian visa sementara tersebut karena alasan kemanusiaan karena orang-orang Papua yang datang ke Australia dikategorikan sebagai pengungsi

Persoalan ekonomi di Papua terkait erat dengan masalah kemiskinan disparitas ekonomi dan pembangunan antara daerah Papua dengan daerah-daerah la in di Indonesia Di bidang pengelolaan SDA Papua kebijakan pemerintah dinilai lebih berp ihak pada pebisn ispem odal besar ketim bang pada m asyarakat Papua Akibatnya dalam kepentingan bisnis asing masyarakat Papua sering kali terabaikan misalnya dalam pengam bilan keputusan menyangkut kepemilikan atas tanah adat mereka tidak dilibatkan dalam proses dan kontrak bisnis yang dilakukan padahal mereka adalah pemilik tanah adat di Papua Sebaliknya P em erin tah (P usat) dan pengusaha memberi label pada orang Papua sebagai p rim itif dan trad isional (tidak modern) A kibatnya orang Papua justru dianggap sebagai beban pemerintah

Penguasaan dan pengelolaan sumber tam bang dan hutan Papua baik oleh pengusaha nasional maupun yang bekerja sam a dengan pengusaha in ternasional mengakibatkan pembagian hasilimbalan yang tidak layak antara orang Papua dengan para peb isn is te rsebu t P erusahaan intemasionalmultinasional di Papua seperti PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan pem bayar pajak terbesar di Indonesia

Pemasukan dari pajak yang diterima oleh negarapemerintah dari PTFI mencapai antara US$ 700-USS 800 setiap tahun Secara keseluruhan daerah Papua menyumbang sekitar 24 triliun rupiah untuk devisa negara dari sektor tambang Namun masyarakat Papua tetap tergolong masyarakat miskin (sangat miskin) secara ekonomi Masalah kemiskinan dan kelaparan di Papua mungkin bukan menjadi tanggung jawab Freeport nam un dem ikian karena Freeport ikut menikmati hasil bumi Papua maka Freeport kerap d itud ing sebagai p ihak yang bertanggung jaw ab dalam persoalan ketidakadilan ekonomi dan rendahnya tingkat kesejahteraan hidup orang Papua Tudingan kepada F reepo rt sebagai penyebab ketidaksejahteraan orang Papua berkaitan juga dengan masalah kerusakan lingkungan hidup akibat limbah tambang (tailings) yang mencemari danau dan sungai-sungai karena penum pukan lim bah te rseb u t (Sungai Aghawaghon)71 Tuntutan penutupan PT Freeport beberapa waktu lalu dipicu oleh larangan bagi para penam bang liar menambang di daerah limbah

Kerugian lainnya adalah kerusakan lingkungan sulit sekali diperbaiki Kerusakan ini berkaitan dengan kepercayaan tradisional suku Amungme mengenai gunung tersebut yang masih dianggap keramat oleh mereka Eksploitasi SDA di sektor hutan (pembalakan liar) secara besar-besaran oleh perusahaan kayu yang dikuasai oleh Mr Wong Group dari Malaysia telah menyebabkan kerusakan pencemaran lingkungan termasuk punahnya sebagian flora dan fauna asli Papua yang merupakan sumber hidup utama orang Papua secara tradisional seperti sagu damar dan ikan

Dimensi ekonomi konflik di Papua m enjadi sem akin kom pleks dengan kehadiran dan keterlibatan TNI dan Polri yang bukan hanya bertujuan untuk menjaga

71 Lihat Benedetti (10 Januari 2005) ldquoThe Ecological Tragedy o f Resource Extraction in West Papuardquo WestPAN Canadarsquos West Papua Action NetWork h 1-2

58

keamanan di Papua melainkan juga untuk melakukan aktivitas bisnis di Papua Terdapat ju s tif ik a s i ten tang kore lasi an tara kepentingan m em pertahankan keutuhan NKRI dan kepentingan mempertahankan keuntungan ekonomi aparat militer dan polisi di Papua Selain karena keuntungan finansial yang diperoleh dari aktivitas bisnis (legal m aupun ileg a l) dalam kenyataannya kehad iran m ereka m akin kuat karena d ikehendaki oleh para pelaku b isn is (pengusaha tam bang dan kayu) untuk m elancarkan ak tiv ita s b isn is m ereka misalnya dengan ldquomendatangkanrdquo petugas keam anan untuk m enghadapi tuntu tan m asyarakat trad is io n a l U ntuk biaya keamanan ini PT Freeport misalnya harus mengeluarkan uang sebesar 47 juta dollar Amerika pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 56 juta dollar Amerika pada tahun 200272

Dimensi ekonomi konflik di Papua juga terkait dengan perdagangan hasil budaya dan kesenian trad is io n a l Papua yang menguntungkan bagi para pemodalpebisnis non-Papua Perdagangan hasil kesenian dan budaya tradisional Papua melanggar HAM Papua karena sebagai pemilik budaya dan kesenian tradisional Papua seharusnya merekalah yang paling berhak menikmati keuntungan ekonomi tersebut

IV Strategi Indon esia M enghadapi K em ungkinan T erburuk dalam Kasus Papua

M erujuk pada salah satu definisi kebijakan luar negeri sebagai sesuatu yang sama dengan atau paralel dengan prioritas- prioritas domestik maka penanganan konflik dan pembangunan di Papua harus menjadi bagian dari perjuangan dan diplom asi Indonesia dalam jangka panjang Dukungan internasional dan pengakuan atas negara merupakan salah satu fondasi dasar dalam hubungan dip lom atik O leh sebab itu

72 Ibid h 2

dukungan negara asing atas integrasi wilayah NKRI akan menjadi indikator yang penting dalam p enyelesa ian isu Papua secara internasional Namun demikian langkah d ip lom asi ini harus d iiku ti dengan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan daerah Papua secara tepat dan nyata

Politik luar negeri memiliki dua hal utama yaitu kepentingan nasional dan etika moral Berdasarkan hal ini tiap negara hendaknya m em perhatikan etikam oral dalam membina hubungan antamegara yang sehat sehingga kepentingan nasional dapat tercapai Dem ikian pula dalam menjaga hubungan bilateral Indonesia dengan negara- negara asing harus memperhatikan etika hubungan antamegara yang semakin lama semakin tidak diperhatikan terutama karena a lasan m em pertahankan kepen tingan nasional Australia misalnya sebagai negara besar (major power) sudah selayaknya membantu proses pembangunan ekonomi daerah Papua apalagi Papua sudah memiliki Undang-Undang (UU) Otonomi Khusus dan Majelis Rakyat Papua (MRP) Pembangunan empat sektor - pendidikan kesehatan dan g izi in fras tru k tu r dan pem berdayaan ekonomi rakyat - menjadi prioritas utama sesuai dengan UU O tonom i K husus Australia sendiri menjadi salah satu pemberi bantuan dana otonomi khusus selain negara- negara Uni Eropa

Secara formal hampir semua negara- negara asing tetap mendukung keutuhan NKRI kecuali empat negara di Pasifik (Vanuatu Nauru Tuvalu dan Kepulauan Cook) meskipun dukungan tersebut tidak bersifat permanen Australia sebagai ldquodeputy sheriff di Asia Pasifik seharusnya dapat meyakinkan masyarakat di negara-negara di P asifik Selatan te rseb u t term asuk m asyarakatnya send iri un tuk tidak mendukung gerakan Papua merdeka apalagi sebagian negara-negara di Pasifik Selatan banyak yang tergolong sebagai failed States

B erdasarkan posisi s tra teg is Indonesia bagi kepen tingan ekonom i

59

Australia maka dapat diperkirakan bahwa Pemerintah Australia tidak akan membiarkan hubungan politik dalam kasus Papua ini b e rla ru t-la ru t Posisi geografis (geo- ekonom i) Indonesia m em punyai n ilai strategis bagi Australia terutama jalur Selat Makassar di bagian timur Indonesia yang m erupakan ja lu r u tam a perdagangan Australia menuju dan dari Asia Timur dan Timur Tengah Hubungan bilateral Indonesia- Australia di bidang ekonomi meliputi sektor perdagangan dan investasi meskipun tidak te rla lu sign ifikan volum enya b ila dibandingkan Jepang dan Singapura Ekspor Australia ke Indonesia berkembang dalam sektor perdagangan jasa pendidikan dan pariwisata Investasi Australia di Indonesia terdapat di sektor tam bang nonminyak industri kimia logam dan pabrikan hotel resto ran dan tran sp o rtasi Indonesia merupakan pasar cukup besar bagi jasa dan produk mewah dari Australia terutama bagi sek itar 3 0 -4 0 orang Indonesia yang berpenghasilan sangat tinggi Namun bagi Indonesia pasar Australia hanya terbatas pada properti portofolio investasi pakaian pembuatan baterai dan ekspor ternak

Di b idang investasi tam bang Perusahaan R io Tinto dari A ustra lia menguasai saham Freeport McMoran sebesar 40 persen di bursa saham di New York Selain memiliki saham di Freeport perusahaan A ustralia - W oodside Petroleum L td - m enjadi salah satu perusahaan dalam konsorsium LNG Tangguh di Teluk Bintuni untuk memasok kebutuhan LNG di provinsi Guangdong China selama lebih dari 25 tahun Adapun Pertamina Indonesia dan BP Plc (Perusahaan Inggris-Am erika) men- supply LNG ke provinsi Fujian China

Di bidang kesehatan Pemerintah A ustralia m elalui AusAID memberikan bantuan di bidang penanganan penyebaran virus HIV A ID S baik secara nasional maupun secara khusus di Papua karena Papua tercatat sebagai daerah yang memiliki tingkat penyebaran atau angka penderita HIVAIDS

tertinggi di Indonesia Adapun di sektor pendidikan Australia memberikan beasiswa kepada orang-orang Indonesia untuk belajar di un iversitas-un iversitas di A ustralia term asuk kepada perw ira m iliter untuk m engikuti pend id ikan dan la tihan di Australia

Pada A pril 1997 Pem erintah Indonesia dan Australia meresmikan kerja sama pembangunan bernama ldquoAustralia- Indonesia Development Area rdquo (AIDA) yang m eliputi D arw in dan beberapa kota di wilayah Indonesian bagian timur seperti Kupang Ambon dan Jayapura yang masih sangat terbatas perkembangannya Apalagi dengan teijadinya konflik komunal di Ambon pada 1998 keija sama tersebut boleh dibilang tidak menghasilkan manfaat apa pun baik bagi Indonesia maupun Australia

Untuk menghadapi internasionalisasi kasus Papua maka Pemerintah Indonesia harus melakukan antisipasi secara nasional maupun dengan memperkuat diplomasi baik secara bilateral (antamegara ataupun lembaga internasional) dan secara multilateral yakni melalui forum regional dan internasional Pemerintah Indonesia sendiri harus memiliki pemahaman yang akurat mengenai persoalan yang mendasar di Papua Hal ini penting untuk dapat m encapai keputusan yang terpadu dalam m enyelesaikan persoalan politik dan ekonomi di Papua Selain itu pem aham an yang akura t m engenai perkembangan situasi politik dan ekonomi di Papua akan meningkatkan bobot diplomasi Indonesia di luar negeri Selanjutnya Pemerintah harus melakukan pembenahan ke dalam (self-correction) terutama dalam hal koordinasi dan evaluasi kebijakan dan im plem entasinya di Papua A khirnya Pemerintah perlu menentukan langkah untuk m enyelesaikan konflik di Papua dalam jan g k a pan jang m isa lnya dengan membicarakan kesepakatan kerja dengan PT Freeport Selanjutnya dipublikasikan agar semakin banyak pihak yang memahami duduk persoalan di Freeport term asuk

60

keterlibatan Australia di Freeport maupun di LNG Tangguh

Dimensi internasional kasus Papua bukan hanya karena keberadaan PT Freeport Indonesia di Timika Kabupaten Mimika yang kepemilikan sahamya sebagian besar dikuasai oleh AS namun terdapat beberapa hal lain yang menambah derajat internasional persoalan di Papua yakni letak Papua Barat (West Papua) yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini (PNG) Perbatasan darat dimanfaatkan oleh para pelintas batas pencari suaka dari Papua ke Australia melalui PNG Antara 1984-1986 terdapat lebih dari 12 ribu pencari suaka (asylum seekers) asal Papua yang tinggal di di kamp pengungsian di East Awin PNG Namun masih ada sekitar 8000 pengungsi dan pencari suaka dari Papua yang tinggal di daerah East Awin PNG namun tidak diberitakan oleh media73

K eam anan w ilayah perbatasan menjadi persoalan penting bagi Indonesia terutama dikaitkan dengan keberadaan OPM Pemberian visa sementara kepada 42 WNI asal Papua tidak lepas dari dukungan LSM Australia Green Party dan jaringan OPM di Australia Kelompok pro-demokrasi di Papua yang memperjuangkan Zona Damai ikut memperkuat diplomasi Papua di tingkat internasional terutama melalui pemaparan tentang sejarah integrasi Papua ke wilayah Indonesia (Pepera 1969) Perjuangan melalui jalur diplomasi luar negeri ini dilakukan oleh PDP

Pem berian v isa sem entara berdampak pada memburuknya hubungan bilateral Indonesia-Australia Meskipun ada upaya di tingkat pemerintahan kedua negara untuk membicarakannya kembali namun publik sudah mengetahui bahwa Indonesia dan Australia selama ini gagal menciptakan kom unikasi po litik yang efektif Bagi Pemerintah Indonesia harus diakui bahwa ada persoalan di Papua yang belum ditangani

secara menyeluruh sehingga menyimpan potensi yang besar untuk m eledak dan menjadi isu besar Pemberian visa sementara kepada 42 WNI asal Papua bukanlah yang pertam a terjad i term asuk para korban kerusuhan politik Mei 1998 yang melarikan diri ke Australia kemudian mendapatkan Permanent Residence (PR) Australia

Selain persoalan komunikasi politik yang buruk te rn y a ta A ustra lia lebih mementingkan stabilitas politik di dalam negerinya Tekanan dari Partai Hijau dan para ak tifis HAM di A ustra lia m am pu m engalahkan kepen tingan Pem erintah Australia untuk menjaga hubungan baiknya dengan Indonesia sebagai te tangga terdekatnya Tindakan A ustralia tampak sangat tidak bersahabat dan tidak sensitif namun bagaim anapun perbedaan sistem p o litik an tara kedua negara sangat berpengaruh dalam memahami persoalan ini

Memburuknya hubungan Indonesia- Australia akhir-akhir ini merupakan bukti bahwa kedua negara memang memiliki sistem politik dan budaya politik yang sangat berbeda Namun Indonesia dan Australia tidak dapat menghindari fakta bahwa mereka bertetangga bahkan sangat dekat secara geografis Selain itu Australia belum dapat mengurangi kedekatan dan ketergantunganshynya terhadap Amerika Serikat Sepak terjang AS di Asia termasuk kebijakannya terhadap Indonesia dalam kasus pelanggaran HAM di Timor Timur dan masalah terorisme telah membuat Australia bersikap dan bertindak agresif terhadap Indonesia

Kawasan Asia Pasifik memiliki peran yang stategis dengan wilayah Papua karena kedekatan geografis kedekatan sejarah persam aan budaya dan persaudaraan Melanesia (Melanesian Brotherhood) Hal inilah yang menjadikan hubungan dengan negara-negara di Pasifik Selatan memiliki arti khusus bagi OPM karena beberapa negara di kawasan tersebut mendukung perjuangan rakyat Papua untuk merdeka

73 Institute for Social Research Swinbume University of Technology (13 April 2006) wwwapoorgau h 1

61

Mengingat pentingnya peran negara- negara Pasifik Selatan dalam persoalan Papua maka Pemerintah RI juga telah mengirimkan wakil dalam pertemuan KTT Pacific Islands Forum ke-31 pada akhir Oktober 2000 di Tarawa K iribati Pem erintah Indonesia berusaha mendekati negara-negara anggota Forum Pasifik Selatan (Australia Kepulauan Cook Negara Federasi M ikronesia Fiji Kiribati Nauru Selandia Baru Nieu Palau Papua N ugin i R epublik K epulauan Marshall Samoa Solomon Tonga Tuvalu dan Vanuatu) Melalui forum ini Pemerintah Indonedia berusaha meredam upaya PDP dalam meng-intemasionalisasikan isu Papua Forum pertem uan te rseb u t akh irnya mengeluarkan pernyataan yang positif bagi Indonesia yakni pernyataan dukungan integritas teritorial Indonesia dan menetapkan PDP sebagai kelompok separatis Dalam forum itu Menteri Luar Negeri (Menlu) RI menyampaikan permintaan resmi Pemerintah RI untuk menjadi mitra dialog pada forum pertem uan PIF yang diharapkan dapat membuka jaringan institusional dengan negara-negara di Pasifik Selatan74

Secara b ila te ra l Pem erin tah Indonesia juga melakukan lobi dan meminta negara-negara asing untuk tetap menjaga kom itm en m ereka dalam m endukung kedaulatan Indonesia di Papua Adapun secara multilateral dilakukan melalui forum- forum seperti ASEAN ASEAN Regional Forum (ARF) pertemuan tingkat Menteri ASEAN-EU PBB dan GNB

V Beberapa Catatan Akhir

Internasionalisasi persoalan lokal di Papua sulit dicegah karena derasnya arus in form asi dan kem ajuan teknolog i komunikasi Peristiwa di suatu negara dapat dengan m udah m enjadi m otivasi bagi munculnya gerakan politik serupa di negara lain Kedatangan 42 WNI asal Papua ke

74 Pernyataan pers Menteri Luar Negeri RI (2002) Refleksi Departemen Luar Negeri tahun 2002

A ustralia pun m em anfaatkan kem ajuan in form asi dan tekno log i kom unikasi terutama dengan keberadaan kelompok pro merdeka di Negeri Kanguru itu Namun hubungan an tam eg ara bukan hanya ditentukan oleh pemerintah melainkan juga oleh masyarakat (people to people relations) yang selama ini sudah teijalin erat

Namun Pemerintah Indonesia pun harus mampu membuktikan bahwa Papua tidak akan lagi menjadi ldquodaerah tertinggalrdquo di Indonesia Kondisi riil di Papua harus dimengerti secara benar baik oleh pemerintah (pusat dan daerah) masyarakat Papua dan pebinis (asing) Ketiga aktor utama tersebut harus membuka komunikasi secara reguler untuk membicarakan masalah-masalah yang berpotensi menimbulkan konflik baru di Papua Peran MRP dapat dilibatkan dalam proses kom unikasi m engenai problem - problem yang ada dan berkembang di Papua E fektivitas MRP m erupakan salah satu indikator keberhasilan penerapan otonomi khusus di Papua

P erbedaan pem aham an dan kepentingan antara Pemerintah (pro-NKRI) dan M asyarakat Papua (pro-m erdeka) janganlah dipertentangkan terus-menerus melainkan harus dicari alasan setiap pihak mengapa mereka sampai pada posisi yang ekstrem itu Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan m eningkatkan komunikasi yang intensif misalnya melalui dialog Selanjutnya persoalan di Papua harus dapat diselesaikan secara damai karena selain akan m erugikan posisi dan citra politik Indonesia di tingkat internasional juga akan semakin sulit mencegah campur tangan pihak asing dalam persoalan domestik Indonesia di Papua Sebagai contoh rancangan undang- undang (bill) - HR 2601 yang dikeluarkan oleh Kongres AS adalah satu bukti adanya kepentingan negara adidaya itu di Papua Rancangan undang-undang (RUU) tersebut an tara la in m enyinggung m engenai keabsahan P epera m asalah HAM

62

demiliterisasi kerusakan lingkungan hidup dan pelaksanaan otonomi khusus di Papua

D engan dem ikian kem am puan diplomasi Indonesia sangat menentukan tingkat keberhasilan penyelesaian masalah internal terutam a dengan m enjelaskan persoalan sesungguhnya termasuk persoalan politik dan ekonomi di Papua Selanjutnya Pemerintah Indonesia ldquomengajakrdquo pihak internasional untuk membantu Indonesia dalam m enciptakan peace and order di daerah-daerah kon flik di Indonesia Bagaimanapun keamanan dan stabilitas domestik Indonesia akan berpengaruh pada keam anan dan s tab ilita s reg ional dan internasional termasuk bagi kepentingan ekonomi Australia

Suasana politik dan keamanan di Indonesia khususnya di Papua akan selalu berpo tensi m engundang perhatian in ternasional U ntuk itu Pem erin tah Indonesia dituntut untuk dapat mengatasi setiap persoalan yang terjadi terutama akibat pecahnya konflik kekerasan Terbengkalainya penyelesaian masalah-masalah yang muncul pada masa pascakonflik seperti masalah pengungsi dan pem berdayaan ekonomi rakyat akan kian mempersulit pemerintah

Kemerdekaan Papua tentu sangat tidak d iharapkan m eskipun dem ikian skenario terburuk tetap harus diperhitungkan Tanpa kesungguhan dalam berdiplomasi dan koordinasi yang terpadu di antara institusi pemerintahan di Jakarta maka tidak mustahil Papua akan menjadi Timor Timur kedua Hubungan dengan negara-negara asing terutama yang berdekatan secara geografis harus diperbaiki dan dijaga agar dapat mendatangkan manfaat yang maksimal bagi Indonesia khususnya hubungan dengan Australia

Daftar Pustaka

Aryani Gusti NC 13 April 2006 ldquoPoliticalAsylum between Rights and CoveringNuancerdquo httpwwwantaracoiden

Astbury Sid 10 April 2006 ldquoPapua Snaps Australia-Indonesia Happy Spellrdquo http n e w s m o n s t e r s a n d e r i t i c s c o m asiapacificcprinter_1153987php

E lisabeth Adriana dkk 2004 P eran dan Kepentingan Para Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

Elisabeth Adriana dkk 2005 Agenda amp Potensi Damai di Papua Jakarta LIPI Press

Elisabeth Adriana 2 April 2006 ldquoPemerintah Australia Tidak S en sitifrsquo Wawancara dengan Suara Merdeka

Fitzpatrick Stephen dan Cath Hart 18 April 2006 ldquoD o n rsquot Toy With Us Indonesian Presidentrdquo The Australian

Fitzpatrick Stephen 19 April 2006 ldquoUN Raises Concems Over Asylum Policyrdquo http w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191885679200html

Head Mike 4 April 2006 ldquoTensions Between Australia and Indonesia over asylum for Papuan A ctiv istsrdquo httpw sw sorg articles2006papu-a04_pmshtml

h t t p e n w i k i n e w s o r g w i k i _ 4 2 _ W e s t _ P a p u a n _ a s y l u m _ seekers_get_temporary_Australian_visas (24 Maret 2006) ldquo42 West Papuan A sylum Seekers Get Temporary Australian Visasrdquo

httpkomunitaspapuacommodulesphpop= modloadampname=Newsampfile=articleamp sid=923ampPOSTNUKESID=15166c280923fe 193ca7f3834baa0 24 Maret 2006 ldquoDibal ik Pemberian Suaka Politik Terhadap Orang Papuardquo

httpnewsmonstersanderiticscomasiapacificc printer_l 156274php 18 April 2006 ldquoAutralian Premier Stands Firm on Indonesian Refugeesrdquo

httpnewsmonstersanderiticscomasiapacificc pr i nt er l 156595php 19 April 2006 ldquoAustralians Belie Canberrarsquos Support for Indonesian Unityrdquo

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau newsnewsitems 7 April 2006 ldquoIndonesia Welcomes Australian Review o f Asylum Seeker Processrdquo

63

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau newsitem 9 April 2006 ldquoGovt Criticised Over H andling o f Papuan A sylum Seekersrdquo

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau pm 13 April 2006 ldquoPM -Indonesia W elcom es M oving A sylum Seekers Offshorerdquo

h t t p s i e v x c o m a r t i c l e s w e s t p a p u a 20060409NationalInteresthtml 9 April 2006 Transcript ldquoAustralia on Papuardquo

httpwwwantaracoid 2006 ldquoDefence Minister Call For Transparency o f NGOSrdquo

httpwwwantaracoidenseenwsid=2699530 Januari 2006 ldquoAustralia Belum Buat Keputusan Terkait Suaka 43 Warga Papuardquo

httpwwwantaracoidenseenwsid=l 123412 April 2006 ldquoAustralia Should Back Papua Autonomy to Head O ff Crisis Analystsrdquo

httpwwwadnkicomprintPopUpphploid=80284053004 5 April 2006 ldquoIndonesia-Australia More Papuan Refugees More Tensionrdquo

httpwwwapoorgau 13 April 2006 ldquoInstitute for Social Research Swinburne University o f Technologyrdquo

h t t p w w w c h i l o u t o r g i n f o r m a t i o n west_papuanshtml 22 Maret 2006 ldquoWest Papuansrdquo

httpwwwcsutexasedu ldquoStatement o f Aimsrdquo

httpwwwdetiknewscom 2006 ldquoSBY Telpon Howard Soal Suaka Politik Warga Papuardquo

httpwwwkapanlagieomh000111539_printhtml (2006) ldquoDPD-RI Bentuk Pansus Bahas Persoalan di Papuardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191873983700html 7 April 2006 ldquoLabor Backs Papua Stancerdquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18882084 00html 21 April 2006 ldquoPNG Mum Not Back in Indonesiardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18884766 00htm l 21 April 2006 ldquoTalks Underway in Indonesiardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18922550 00html 25 April 2006 ldquoU phold R ights Indonesians Urgedrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4213 2006 ldquoWest Papua Australia Wams Off West Papuan Refugeesrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4263 2006 ldquoWest Papua Australia Toughtens Asylum Rulesrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amppar=42176 2006 ldquoWest Papua Papuan Refugees Highlight Struggle for Independencerdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4287 2006 ldquoWest Papua International Focus on New West Papua Refugee Bidrdquo

httpwwwwestpapuanet 2000 ldquoAustralian NGOs Support Separatism in Papuardquo

httpwwwwestpapuanetnews ldquoAustralia Indonesia Wins Multibillion Chinese LNG Contractsrdquo

In stitu te f o r S o cia l R esearch Swinburne University o f Technology 13 April 2006 wwwapoorgau

Kompas 2006 ldquoLSM Waspadai Sikap Australiardquo

_________ 6 April 2006 ldquoAustralia CenderungMemperoleh Informasi Sepihakrdquo

_________ 6 April 2006 ldquoIndonesia TinjauHubungan dengan Australiardquo

_________6 April 2006 ldquoHoward Jejak PendapatBukan Sikap Rakyat Australiardquo

L ipu tan6 SCTV 10 April 2006 ldquoAustralia Bimbang Mencabut Visa Pencari Suakardquo

_________ 10 April 2006 ldquoPresiden YudhoyonoM engingatkan Soal Toleransi antar Negarardquo

________ 12 April 2006 ldquoNettle Tak MendukungGerakan Separatis Papuardquo

64

________ 21 April 2006 ldquoMenlu Bertemu UtusanPM Australiardquo

Leggatt Johanna 21 April 2006 ldquoAustralia Caved in on Papua H audenrdquo httpw w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191888259300html

Media Indonesia Online 8 April 2006 ldquoIndonesia Tunggu Penjelasan Resmi dari Australiardquo

Pilger John 9 Maret 2006 ldquoThe Secret War Against the Defenseless People o f West Papuardquo TruthoutPerspective

Piliang Indra J 29 Maret 2006 ldquoJalan Bisu Papuardquo httpw w w infopapuacom modulesphpop=modloadampname=Newsamp file=articleampsid=3969ampmode=threadamp order= 0ampthold=0

Raiston Nick 19 April 2006 ldquoPapua Rift Needs Serious Diplomacyrdquo The Australian

Ramelan Rahardi 12 April 2006 ldquoMenyikapi Australia 1999 dan 2 0 0 6 rdquo http wwwicmiorid

Rayfield Alex 20 Mei 2004 ldquoAustralia amp West Papuardquo ZNetActivism

Republika 24 Januari 2006 ldquoRI Telah Identifikasi 43 Warga Papua Pencari Suaka Politik di Australiardquo

Riyanto Geger 3 April 2006 ldquoPapua dan Pragmatisme Australiardquo dalam PikiranRakyat

Sheehan Paul 23 April 2006 ldquoIndonesia is Right to be Wary o f Australian Supporters if Papuan Independencerdquo Sidney Morning Herald

Suara Pem baruan D aily 21 Januari 2006 ldquoAustralia Merahasiakan Identitas 43 Warga Papuardquo

__________27 Januari 2006 ldquoPemberian SuakaPolitik Tak Mudah Berpotensi Timbulkan Konflik Bilateralrdquo

__________ 6 April 2006 ldquoSelesaikan MasalahPapua Secara A rifrsquo

The Australian 18 April 2006 ldquoPM Rules Out Jakarta Apologyrdquo

_________26 April 2006 ldquoEnvoyrsquos IndonesianVisit lsquoUsefulrdquo

The Guardian 12 April 2006 ldquoAustralia Howard Government A ttackes West Papuan Independencerdquo httppoliticalaffairsnet

Tobing Maruli 24 April 2006 ldquoPolitik Bermuka Dua Negara Tetanggardquo dalam Kompas

Walters Patrick and Davis Nason 13 April 2006 ldquoPrime M inister Slams Door on Boatpeoplerdquo The Austalian

Wanggai Velix 29 Maret 2006 ldquoKemesraan Cepat Berlalurdquo Republika Online

6 5

DEMOKRATISASI PARTAI DAN DILEMA SISTEM KEPARTAIAN DI INDONESIA

Svamsuddin Haris

Abstract

Politicalparties are integralpart o f process of democratization in Indonesia But rather be the solution of the problem in democratization o f the country Indonesian political parties are still part o f the problem The paper is aim to identify problem o f the parties in Indonesia and the party system The paper describes that the parties have at leastfour shortcomings as its basicproblem ie institutionalproblem leadershipproblem structural problem and ideological problem This paper argues that to make political parties become the solution ofpolitical problem in Indonesia it has to be modernized In the context o f revision o f Decree o f Political Party the party system has to be fitted in with other system in Indonesian political system The choice is not only to choose between multi-party or bi-party system but to choose the system that coherence with the whole political system in Indonesia

Pengantar

Tak seorang pun membantah bahwa partai politik merupakan salah satu pilar dan institusi demokrasi yang

penting selain lembaga parlemen pemilihan umum eksekutif yudikatif dan pers yang bebas Melalui fungsi tradisionalnya dalam partisipasi politik kom unikasi politik sosialisasi politik artikulasi dan agregasi kepentingan bahkan sebagai m ediator konflik partai adalah ldquojem batanrdquo antara rakyat dan pemerintah Namun demikian tidak semua partai politik bisa memberikan kontribusi p o s itif bagi perkem bangan demokrasi Samuel P Huntington misalnya menggarisbawahi bahwa hanya partai-partai yang kuat dan terinstitusionalisasi yang menjanjikan terbangunnya demokrasi yang lebih baik

Makalah ini telah dipaparkan pada Seminar Nasional Mencari Format Baru Pemilu dalam Rangka Penyempurnaan Undang-Undang Bidang PolitikrdquoHotel Borobudur Jakarta 10 Mei 2006

rsquo Penulis adalah Peneliti Utama pada Bidang Penelitian Politik Nasional P2P LIPI Jakarta

1 Huntington Political Order in Changing Societies New Haven and London Yale University Press 1968

Oleh karena itu hal yang tidak mengherankan di negara-negara demokrasi yang relatif baru adalah bahwa partai-partai lebih m erupakan ldquobebanrdquo atau masalah ketimbang inisiator bagi solusi permasalahan rakyat Diakui atau tidak partai-partai yang lebih merupakan ldquomasalahrdquo ketimbang solusi itu pula yang tengah dialami Indonesia dalam era transisi demokrasi pascarezim otoriter O rde Baru S inyalem en Transparency International bahw a partai m erupakan institusi terkorup di Indonesia dan parpol (politisi) sebagai aktor terkorup 1 2 je las mengindikasikan hal itu Begitu pula jika dilihat tingkat kepercayaan atas partai politik yang ternyata paling rendah dibandingkan kepercayaan terhadap militer pemerintah (pusat dan daerah) sistem hukum kepolisian dan parlemen3 Indikasi yang sama dapat

2 Lihat ldquoCatatan Akhir Tahun ICW Pemberantasan Korupsi 2005rdquo dalam wwwantikorupsiorg

3 Dikutip dari Riswandha Imawan ldquoBirokrasi Politik dan Perilaku Korupsirdquo makalah dalam Seminar NasionalXXAIPI di Medan tanggal 3 -4 Mei 2006 hal 6

6 7

ditemukan baik dari terungkapnya berbagai kasus penyalahgunaan dana APBD oleh para politisi partai di DPRD maupun persepsi umum masyarakat tentang kinerja partai- partai pasca-Orde Baru yang tidak lebih baik dari periode sebelumnya4

Mengapa partai-partai masih lebih merupakan masalah ketimbang solusi Apa yang salah pada partai-partai dan sistem kepartaian di Indonesia pasca-Soeharto Reformasi institusional semacam apa yang diperlukan untuk membangun partai dan sistem kepartaian yang lebih aspiratif akuntabel serta menghasilkan demokrasi yang produktif

Dalam kaitan itu tulisan pendek ini m encoba m engidentifikasi problem atik partai-partai dan sistem kepartaian dan atas dasar itu menawarkan sejumlah gagasan pembaharuan partai menuju suatu sistem keparta ian yang d iharapkan dapat m em berikan k o n tribusi bagi c ita -c ita keadilan dan demokrasi di satu pihak dan kesejahteraan rakyat di pihak lain

Dilema Partai dan Sistem Kepartaian

Secara historis partai-partai politik di Indonesia sebenarnya lahir tumbuh dan besar bersam aan dengan pertum buhan identitas keindonesiaan pada awal abad ke- 20 Meskipun menjadi wadah aspirasi dari kelompok dan atau golongan ideologis yang berbeda-beda partai-partai pada era kolonial turut memberikan kontribusi bagi pencarian sekaligus ldquopenemuanrdquo identitas keindonesiashyan yang mendasari pembentukan republik Sebagian besar pendiri bangsa seperti HOS Tjokroam inoto Tjipto M angunkusumo Soekarno dan Hatta adalah juga pendiri sekaligus pemimpin partai pada zamannya

4 Lihat misalnya hasil-hasil penelitian Pusat Penelitian Politik LIPI di antaranya Lili Romli (Ed) Potret Partai Politik Pasca-Orde Baru Jakarta P2P-LIPI 2003 Syamsuddin Haris (Ed) Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Jakarta Gramedia 2005 serta juga berbagai hasil survei dan polling seperti yang dilakukan oleh LP3ES LSI dan Litbang Kompas

Walaupun demikian ketika Indonesia benar-benar merdeka dari kekuasaan kolonial pada 1945 hal ini segera pula disadari bahwa terdapat perbedaan-perbedaan mendasar di antara para founding fathers tentang arah sistem kepartaian Hal itu tampak jelas tatkala gagasan Soekarno tentang suatu partai negara yang bersifa t tunggal di baw ah sistem pemerintahan presidensial ternyata hanya seumur jagung karena dengan keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945mdash yang ditandatangani Wakil Presiden M oham m ad H atta dan b eris i anjuran pembentukan partai-partaimdashharus digantikan oleh suatu sistem multipartai di bawah sistem pemerintahan parlementer

M eskipun pada akhirnya sistem multipartai menjadi realitas politik pada era Demokrasi Parlementer namun kehadiran partai dan bahkan pemerintahan partai-partai yang menjadi ciri era ini ternyata tidak begitu d isukai o leh Soekarno dan ten tara Pemerintahan hasil Pemilu 1955 yang semula diharapkan dapat menjadi solusi berbagai konflik ideologis gejolak daerah dan aneka persoalan politik serta ekonomi lainnya pada akhirnya kandas dan berumur tak sampai setahun Terlepas dari cerita sukses di balik penyelenggaraan Pem ilu 1955 dan juga produktivitas DPR dalam menghasilkan UU partai-partai dan sistem m ultipartai era Demokrasi Parlementer sebenarnya sejak awal telah mewarisi berbagai kelemahan struktural mulai dari tradisi konflik tidak adanya d is ip lin o rgan isasi e litis kepemimpinan yang cenderung personal kecenderungan pemimpin-pemimpin partai yang hanya m au ben ar send iri dan kesenjangan yang besar antara elite partai dan massa pendukungnya di tingkat bawah5 Selain itu bagi umumnya partai-partai ideo log i leb ih berfungsi untukmengintegrasikan massa pendukung partai

5 Tentang partai-partai era Demokrasi Parlementer lihatmisalnya Herbert Feith The Decline o f ConstitutionalDemocracy in Indonesia Ithaca NY Comell ModemIndonesia Project 1962 juga Feith Pemilihan Umum1955 Jakarta Penerbit Kompas 1999

6 8

kelangsungan kekuasaan pribadi dan vested interest kelompok akhirnya mengalahkan komitmen mereka terhadap ideologi Pada akhirnya kepentingan pribadi dan kelompok itulah yang menjadi ldquoideologirdquo para politisi partai kita dewasa ini Sementara itu dalam konteks taktik dan strategi pada umumnya parta i-p a rta i te rperangkap upaya memperjuangkan jabatan-jabatan publik ketim bang perjuangan m em enangkan kebijakan publik10

Sementara itu fungsi pendidikan politik bagi masyarakat hampir tidak pernah disentuh dan menjadi agenda partai-partai politik Sebaliknya partai-partai politik kita cenderung bersembunyi di balik baju yang bersifat ideologis di belakang kharisma pribadi para elitenya serta di balik isu-isu besar yang tak pernah diterjemahkan secara kontekstual-operasional Sebagai akibatnya kompetisi partai-partai cenderung lebih bersifa t fisik (m elalu i kem am puan pengerahan massa mobilisasi simbol-simbol dan sejenisnya) ketimbang kompetisi atas dasar keunggulan visi platform dan program politik

Ironisnya hampir tidak ada upaya serius para pem im pin parta i pada era reformasi dewasa ini untuk membenahi diri Para politisi partai justru makin melestarikan problem atik struktural partai-partai dan ldquomenikmatirdquo situasi tidak sehat tersebut demi kelangsungan kekuasaan pribadi dan atau kelompok Kecenderungan serupa tampak pula dalam konteks sistem kepartaian sehingga tidak jelas arah dan formatnyamdash kecuali sekadar banyak dari segi jumlahmdash apakah koheren dengan pilihan terhadap sistem pemerintahan sistem perwakilan dan sistem pemilu Hampir tidak pernah ada perdebatan serius di kalangan elite partai- partai di DPR ke mana sesungguhnya arah sistem kepartaian kita pasca-Orde Baru sehingga yang muncul kemudian adalah UU No 2 Tahun 1999 dan UU No 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik yang tidak visioner dan

10 Arbi Sanit ldquoPerubahan Mendasarrdquo hal 20mdash 23

cenderung m em biarkan parta i-p a rta i merumuskan dirinya sendiri

Menuju Pelembagaan dan Demokratisasi Partai

Sebagai organisasi modem partai- parta i sudah ten tu d itu n tu t untuk m engem bangkan etika berpartai secara modem pula Hal ini termasuk di dalamnya etika kepemimpinan yang demokratis dan kolegial etika berorganisasi atas dasar distribusi kekuasaan yang terdiferensiasi dan etika pertanggungjawaban secara publik yang sem uanya dilem bagakan m elalui mekanisme internal partai yang disepakati bersam a M elalu i pelem bagaan etika berpartai semacam itu partai-partai tidak hanya diharapkan menjadi wadah pendidikan politik dan pembentukan kepemimpinan tetapi juga bisa menjadi basis sekaligus fondasi bagi pelembagaan demokrasi ke arah yang lebih substansial

Potret buram partai-partai dan sistem kepartaian tidak akan pemah berubah apabila tidak ada upaya serius untuk mengubahnya menjadi lebih baik Dalam hubungan ini paling kurang tiga jalur dapat ditempuh untuk m engubah p a rta i-p a rta i dan sistem kepartaian yaitu ja lu r masyarakat jalur institusional dan jalur partai itu sendiri- dalam arti kesadaran para politisi untuk m engubah dirinya sendiri Pengalam an selama ini menunjukkan bahwa hampir tidak ada harapan jika kita menunggu datangnya inisiatif perubahan dari partai Oleh karena itu gabungan jalur masyarakat dan jalur institusional tampaknya tetap merupakan a lte rn a tif te rb a ik un tuk ldquom em aksardquo berlangsungnya perubahan mendasar atas partai-partai kita

M elalui ja lu r m asyarakat partai- partai dan para po litis i secara berkala diseleksi dipilih (kembali) atau ldquodihukumrdquo mdash tidak dipilihmdashdalam pemilihan umum Selain itu berbagai elemen masyarakat juga dapat mendesakkan reformasi institusional atas partai-partai terutama melalui perangkat

7 0

regu lasi yang dapat m endorong dan memfasilitasi partai-partai ke arah format yang d ikehendaki o leh sebuah sistem demokrasi yang sehat Urgensi perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik pada umumnya dan UU Partai Politik pada khususnya terletak di sini

Oleh karena itu urgensinya paling kurang terwujud pada dua konteks penting pem baharuan UU Partai Politik yakni pertam a terbentuknya sebuah UU yang dapat m endorong mdash dan kalau perlu mewajibkanmdashpartai-partai untuk mengubah karakter internalnya sehingga terwujud partai-partai yang demokratis dan terlembaga (institutionalized) Konteks kedua dari urgensi pem baharuan UU Partai Politik adalah terciptanya sebuah UU yang bukan hanya menjadi dasar bagi pem bentukan sistem kepartaian yang dianggap tepat bagi Indonesia m elainkan ju g a m em ilik i koherensi dengan sistem pem erintahan sistem perwakilan dan sistem pemilu yang berlaku

B erkaitan dengan pelem bagaan partai Huntington mengidentifikasi empat aspek yang bisa digunakan untuk menilai

Tabel 1 Aspek-aspek Institusionalisasi Partai

apakah sebuah organisasi termasuk partai politik telah terinstitusionalisasi atau tidak Aspek-aspek itu menurut Huntington adalah adaptability complexity autonomy dan coherence Tentang institusionalisasi secara sederhana H untington m erum uskannya ldquoInstitutionalization is the process by which organizations and procedures acquire value and stabilityrdquo11 Sedikit berbeda dengan itu Randall dan Svasand mengatakan bahwa institusionalisasi partai mencakup dimensi internal dan eksternal yang mencakup empat elem en ya itu systemness decisional autonomy value infusion dan reification2 Sementara itu Netherlands Institute for Multiparty Democracy (IMD) merumuskan lima aspek pelembagaan partai yang saling terkait yaitu pengem bangan demokrasi internal keutuhan internal identitas politik (ideologi) ketangguhan organisasi dan kapasitas berkampanye13

Dalam konteks Indonesia pasca- Soeharto aspek-aspek institusionalisasi partai baik yang dikemukakan Huntington Randall dan Svasand serta IMD jelas tetap re levan jik a d ihubungkan dengan problematik struktural partai yang sudah

Sum ber A spek-aspek institusionalisasi partaiHuntington (19 68 ) Adaptability

Com plexityAutonom yC oherence

Randall dan Svasand (2 0 0 2 ) Structural-internal -gt system ness Structural-external -gt decisional autonom y Attitudinal-internal -gt value infusion Attitudinal-external -gt reification

IM D (2 0 0 6 ) Dem okrasi internal Keutuhan internal Identitas politik (ideologi) Ketangguhan organisasi Kapasitas berkam panye

Sumber Randall dan Svasand (2002) dan IMD (2006)

Huntington Political Order hal 1212 Lihat Vicky Randall dan Lars Svasand ldquoParty

Institutionalization in New Democraciesrdquo dalam Party Politics Vol 8 No 1 2002 hal 13

13 IMD Suatu Kerangka Kerja Pengembangan Partai Politik yang Demokratis 2006 hal 12mdash 15

71

terwariskan sejak era 1950-an Hanya saja jika kita belajar dari pengalaman jatuh- bangunnya partai-partai sejak awal abad ke- 20 aspek kepemimpinan agaknya kurang ditekankan di dalam tiga perspektif yang dikutip di atas M em ang benar bahw a kepemimpinan personal dan kepemimpinan oligarkis bisa dipandang sebagai by product dari partai-partai yang tidak demokratis dan tidak terlembaga Akan tetapi perubahan m endasar te rhadap p a rta i-p a rta i k ita barangkali tidak akan pernah terjadi tanpa dukungan dan in is ia tif perubahan yang datang dari pemimpin-pemimpin partai yang memiliki komitmen demokratis pula

Mencari Model Sistem Kepartaian

Pembicaraan dan juga praktik tentang sistem kepartaian di Indonesia hampir selalu terjebak pada diskusi mengenai pencarian jum lah partai Ketika Soekarno akhirnya ldquomenguburrdquo partai-partai yang berkuasa pada era Demokrasi Parlementer salah satu upaya pertam a yang d ilakukannya adalah penyederhanaan partai dari segi jumlah dari 28 parta i o rgan isasi kelom pok dan perorangan yang memperoleh kursi dalam Pemilu 1955 menjadi sekitar 10 partai Partai Masyumi dan PSI yang dianggap turut terlibat dalam pem beron takan daerah serta merintangi jalannya ldquorevolusi yang belum selesairdquo disingkirkan dari panggung politik nasional di era D em okrasi Terpim pin sementara PKI dan partai-partai loyalis lainnya dirangkul

Penyederhanaan serupa diperkuat dan makin dipertajam oleh rezim Orde Baru m elalui kebijakan fusi (penggabungan) partai-partai pada 1973 dari sepuluh partai (termasuk Sekber Golkar) kontestan Pemilu 1971 menjadi hanya tiga partai politik -PPP PDI dan Golkar (yang tak pernah mau disebut sebagai partai) Setelah Soeharto dan Orde Baru tumbang menjelang Pemilu 1999 muncul 148 partai (48 di antaranya ikut pemilu) dan menjelang Pemilu 2004 tercatat 261 partai terdaftar di Departemen Hukum

dan HAM meskipun hanya 24 partai saja yang m em enuhi syarat sebagai peserta pemilu14

Apakah sistem kepartaian hanya berkaitan dengan soal jumlah partai belaka Teoritisi klasik seperti Maurice Duverger (1954) m em ang cenderung m engshyklasifikasikan tipe sistem kepartaian atas dasar jum lah Duverger m isalnya memshybedakan sistem kepartaian atas sistem dua parta i dan sistem m ultiparta i Nam un demikian berbeda dengan Duverger RobertA Dahi cenderung mengidentifikasi sistem kepartaian atas dasar tingkat kompetisi dan oposisinya di dalam serta terhadap struktur politik yang berlaku Terlepas dari jumlahnya D ahi m em bedakan em pat tipe sistem kepartaian yaitu (1) yang bersifat persaingan sepenuhnya (2) bekerja sam a bersifat persaingan (3) saling bergabung bersifat persaingan dan (4) saling bergabung sepenuhnya (Dahi 1966)

Sementara itu Jean Blondel Stein Rokkan dan Sartori selain menggunakan variabel jum lah untuk m engidentifikasi sistem kepartaian namun juga menambahkan variabel-variabel lainnya seperti ldquoukuran re la tifrsquo dari partai-partai (Blondel 1968) distribusi kekuatan minoritas di dalam partai (Rokkan 1968) dan variabel jarak ideologis antarpartai di dalam sistem kepartaian (Sartori 1976)15 Berbagai variabel tambahan tersebut menghasilkan varian atau tipe sistem kepartaian yang berbeda dan beraneka ragam sesuai dengan titik tekan sifat persaingan

14 Tentang profil partai-partai peserta Pemilu 2004 lihat Partai-Partai Politik Indonesia Ideologi dan Program 2004mdash 2009 Jakarta Penerbit Buku Kompas 2004 Dari 261 partai politik yang terdaftar di Dephukham tersebut selain 24 partai lolos sebagai peserta pemilu selebihnya mencakup 26 partai yang tidak lolos verifikasi oleh KPU 153 partai yang dibatalkan sebagai badan hukum dan 58 partai lainnya dinyatakan tidak memenuhi persyaratan UU Partai Politik No 31 tahun 2002

15 Selanjutnya lihat Peter Mair ldquoParty Systems and Structures o f Competitionrdquo dalam Lawrence LeDuc Richard GNiem i dan Pippa Norris (Eds) Comparing D em ocracies E lections and Voting in G lobal Perspective California Sage Publication Inc 1996

7 2

kecenderungan ideo log is po la re lasi antarpartai dan karakter partai-partai yang saling berinteraksi tersebut

Pertanyaannya kem udian sistem kepartaian seperti apa yang dianggap tepat bagi bangsa Indonesia dalam pengertian tak hanya koheren dengan pilihan terhadap sistem pemerintahan dan sistem perwakilan serta sistem pemilihan melainkan juga dapat m em berikan kon tribusi bagi c ita -c ita keadilan dem okrasi dan kesejahteraan rakyat

Apabila disepakati bahwa semangat sistem pemerintahan yang dikehendaki oleh UUD 1945 hasil amandemen adalah sistem presidensial maka semestinya berlaku pula sistem perw ak ilan b ikam eral sebagai konsekuensi logisnya Sebagai konsekuensi logis beriku tnya adalah bahw a sistem perw akilan b ikam eral m engharuskan berlakunya sistem pemilu distrik dan sistem distrik meniscayakan diterapkannya sistem dua-partai Praktik dem okrasi Am erika Serikat hampir selalu dirujuk sebagai contoh terbaik koherensi an tara sistem pemerintahan sistem perwakilan sistem pemilihan dan sistem kepartaian seperti ini

Tabel 2 Berbagai Tipe Sistem Kepartaian

Namun demikian hal itu tidak berarti pula bahwa model serupa benar-benar tepat bagi kebutuhan dan kondisi objektif bangsa Indonesia Pilihan terhadap sistem pemilu d is trik dan sistem d u a-parta i sebagai konsekuensi berikut dari pilihan atas sistem pemerintahan dan perwakilan tidak harus dipandang sebagai satu-satunya alternatif dalam rangka membangun demokrasi dan tata pemerintahan yang stabil efektif dan produktif Pengalam an sejum lah negara dem okrasi yang m engadopsi cam puran antara sistem distrik dan sistem proporsional serta relatif banyaknya perspektif teoritis tentang sistem kepartaian seperti dikutip di atas barangkali bisa membawa kita pada alternatif pilihan yang tidak sekadar hitam- putih Artinya meskipun koherensi antara sistem pemerintahan sistem perwakilan sistem pemilihan dan sistem kepartaian merupakan acuan dasar yang penting namun pilihan terhadap sistem pemilihan dan sistem kepartaian bisa saja berbeda atau sedikit menyimpang dari ldquokeharusanrdquo teoritis seperti dikemukakan di atas

Author Principal Criteria for Classification Principal Types of Party System Identified

Duverger (1954) Numbers of parties Two-party systems Multlparty systems

Dahi (1966) Competitiveness of opposition Strickly competitive Cooperative-competitive Coalescent-competitive Strickly coalescent

Blondel (1968) Numbers of parties Relative size of parties

Two-party systems Two-and-a-half-party systems Multiparty systems with one dominant partyMultiparty systems without dominant party

Rokkan (1968) Numbers of partiesLikelihood of single-party majoritiesDistribution of minority partystrengths

The British-German ldquo1 vs 1 + 1rdquo system The Scandinavian ldquo1 vs 3-4 system Even multiparty systems ldquo1 vs 1 vs 1 + 2-3rdquo

Sartori (1976) Numbers of parties Ideological distance

Two-party systems Moderate pluralism Polarized pluralism Predominant-party systems

Sumber Peter Mair ldquoParty Systemsrdquo dalam LeDuc Niemi dan Norris 1996 hal 86

7 3

Faktor sejarah keterbelahan kultural perpecahan politik disparitas demografis dan sensitivitas isu mayoritas-minoritas adalah variabel-variabel penting lain yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan pilihan terhadap sistem pemilihan dan sistem kepartaian Begitu pula keterbelakangan sosia l-ekonom i tidak adanya trad isi konsensus dan belum terbangunnya kultur liberal adalah variabel-variabel yang tak kalah pentingnya berkaitan dengan pilihan terhadap sistem pem ilihan dan sistem kepartaian Kegagalan sistem presidensial di sejumlah negara Amerika Latin antara lain disebabkan karena terabaikannya berbagai faktor objektif yang bersifat lokal tersebut16

O leh karena itu dalam konteks Indonesia m odel sistem m ultiparta i sederhana dengan dua parta i dom inan barangkali bisa m enjadi a lte rn a tif jik a diasumsikan bahwa pilihan terhadap sistem pemilu pun kelak akan bergerak dari sistem proporsional terbuka (sepenuhnya) untuk jangka pendek dan gabungan sistem distrik dan proporsional untuk jangka menengah dan panjang Namun demikian untuk sampai kepada sistem ldquomultipartai sederhana dengan dua partai dominanrdquo tersebut jelas tetap diperlukan reform asi institusional yang bersifat mendasar atas partai-partai politik sehingga watak dan karakternya pun secara berangsur-angsur dapat didorong untuk berubah

Arah dan Cakupan Revisi UU Partai Politik

S eperti te lah d ikem ukakansebelum nya urgensi rev isi ataupenyempurnaan UU bidang politik pada um um nya dan UU Partai P o litik pada khususnya bukan hanya dalam rangka

16 Tentang kritik terhadap sistem presidensial dan juga parlementer lihat misalnya Richard Gunther ldquoOpening a D ialogue on Institutional C hoice in Indonesia Presidential Parliamentary and Semipresidential System srdquo dalam R William Liddle ed Crafting Indonesian Democracy Bandung Mizan 2001 hal 149-178

menciptakan tata pemerintahan yang lebih efektif dan stabil melainkan juga dalam upaya menghasilkan demokrasi yang lebih produktif Bagaimanapun institusi-institusi dem okrasi seperti parta i po litik dan pemilihan umum tidaklah diciptakan untuk dan demi demokrasi itu sendiri tetapi justru sebagai alat untuk mewujudkan cita-cita keadilan dan kesejahteraan rakyat Dalam kaitan ini partai-partai yang bekerja dan terlembaga (institutionalized) dalam suatu sistem kepartaian yang efektif dengan tingkat fragm entasi sedang leb ih d iperlukan ketim bang p a rta i-p a rta i yang tidak terlembaga dalam suatu sistem kepartaian dengan tingkat fragmentasi tinggi seperti berlaku pasca-Orde Baru

Tingkat fragmentasi partai adalah produk dari pilihan terhadap sistem pemilu Seperti diketahui sistem distrik (first-pas- the-post) cenderung menghasilkan sistem kepartaian yang jauh lebih sederhana dengan dua parta i u tam a sedangkan sistem proporsional cenderung menghasilkan sistem multipartai Apabila sistem distrik dianggap rentan bagi bangsa Indonesia yang multietnik dan m u ltik u ltu ra l serta cenderung mengancam keberadaan golongan minoritas maka mekanisme koalisi bisa menjadi jalan keluar untuk menghindari sistem multipartai dengan tingkat fragm entasi yang terlalu tinggi Mekanisme koalisi yang terbentuk secara relatif permanen dapat mendorong terbentuknya budaya konsensus yang sangat diperlukan bagi efektivitas dan stabilitas pemerintahan Selain itu melalui mekanisme koalisi pa rta i-p a rta i kecil yang gagal memenuhi ketentuan electoral threshold tidak harus memaksakan diri untuk rdquolahir kembalirdquo dalam pemilu berikutnya tetapi cukup bergabung dengan partai besar yang dianggap dekat secara ideologis

Selain mekanisme koalisi tingkat fragm entasi pa rta i yang tingg i dapat dikurangi pula melalui pengaturan electoral threshold yang relatif tinggi dibandingkan yang telah berlaku dalam UU Pemilu No 12

7 4

Tahun 2003 Pengenaan electoral threshold yang tinggi m em ang tidak o tom atis m engurangi nafsurdquo elite politik untuk m em bentuk parta i baru pada pem ilu berikutnya namun setidak-tidaknya jumlah partai baru yang benar-benar baru ataupun partai lama yang rdquodipermakrdquo menjadi baru tidak akan sebanyak jika batasan electoral threshold terlalu rendah seperti dianut UU Pemilu yang berlaku dewasa ini

Berkaitan dengan upaya meningkatshykan demokratisasi internal sudah waktunya sebagian kewenangan partai tingkat pusat d idesentralisasikan ke tingkat w ilayah (provinsi) dan cabang-cabang (kabupaten kota) parta i di daerah D esen tra lisasi kekuasaan partai ini tidak hanya penting dalam hubungannya dengan upaya meningkatkan kapasitas dan kemandirian elite politik lokal melainkan juga dalam rangka m endukung agenda nasional desentralisasi dan otonomi daerah Dalam konteks pencalonan anggota leg is la tif misalnya otonomi partai di tingkat daerah dalam penen tuan caleg berpeluang mendorong para kandidat lebih bertanggung jaw ab di daerah pem ilihannya m asing- masing

Selain berbagai usulan perubahan di atas pembaharuan partai mestinya juga berkaitan dengan pengatu ran orm as onderbouw sistem keanggotaan dan pengkaderan yang lebih jelas pengaturan pendanaan partai yang lebih transparan dan akuntabel akomodasi keberadaan partai lokal serta penguatan keterwakilan kaum perempuan dalam kepengurusan partai

Dengan demikian arah revisi UU Partai P o litik m encakup sekurang- kurangnyabull Pertama penyempurnaan regulasi yang

dapat m endorong parta i-p a rta i m em perkuat kapasitas kelem bagaan ketangguhan o rgan isasi keutuhan internal penguatan identitas atau ideologi politik serta demokratisasi internal

bull Kedua penyempurnaan regulasi yang memfasilitasi berlangsungnya mekanisshy

me kerja sama dan koalisi antarpartai sehingga mengurangi niat elite politik membentuk partai baru setiap kali pemilu akan berlangsung

bull Ketiga penyempurnaan regulasi dalam kerangka membangun sistem multipartai kompetitif-sederhana melalui ketentuan electoral threshold yang relatif tinggi

bull Keempat penyempurnaan regulasi dalam rangka m engakom odasi keberadaan partai-partai lokal sebagai kontestan pemilu daerah dan partai-partai nasional sebagai kontestan pemilu nasional dan pemilu daerah

bull Kelima penyempurnaan regulasi dalam rangka desentralisasi kekuasaan partai di satu pihak dan penguatan kedaulatan anggota partai di pihak lain

Penutup

Terlepas dari pandangan setuju atau tidak setuju terhadap berbagai gagasan dan usu lan reform asi keparta ian yang dikemukakan di atas namun pesan utama yang ingin disampaikan melalui makalah pendek ini adalah pertam a penataan kehidupan politik ke depan hendaknya lebih terarah konsepsional dan konsisten sehingga perubahan yang bersifat tambal-sulam bisa dihindari Kedua setiap pilihan terhadap perubahan politik hampir pasti membawa dampak dan risiko politik Oleh karena itu hal ini diperlukan suatu desain besar yang bersifat komprehensif dan koheren tentang arah penataan kehidupan politik sehingga dampak dan risikonya bisa diperhitungkan serta diantisipasi lebih dini Ketiga dalam konteks perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik desain besar serupa d iperlukan agar p ilihan atas sistem kepartaian misalnya koheren dengan pilihan atas sistem pemilu sistem perwakilan serta sistem pemerintahan kendati penting juga untuk segera dicatat bahwa koherensi tidak selalu bisa menjamin bahwa setiap pilihan benar-benar sesuai dengan kebutuhan objektif bangsa kita

7 5

Lampiran

Beberapa Usulan Revisi UU Partai Politik)

Materiisu Praktik Problematik Ideal Usulan PerbaikanSistemkepartaian

Partai m assa multipartai

Tidak disiplin kesulitan dana konflik internal

Multipartai dengan dua partai dominan

Penyederhanaan partai m elalui koalisi perm anen atau pemilu sistem distrik

Partai pesertapemiluberikutnya

Mem enuhi electoral threshold 3

Kekuatan di parlem en tidak signifikan untuk kem enangan politik

Multipartaisederhana

Perlu peningkatan electora l threshold m enjadi 5 -10

Struktur danorganisasikepartaian

Sentralistik Tidak demokratis Desentralisasi Perlu desentralisasi partai nasional Pem bentukan partai lokal

Onderbouwpartai

Tidak diatur tapi setiap partai memiliki organisasi onderbouw

Responsibilitas dan akuntabilitas ormas onderbouw rentan

Pem isahan antara politica l soclety dengan clv il society

Perlu diatur dalam UU pem bedaan antara orm as pada um um nya dan onderbouw partai khususnya

Sistemkeanggotaan

Terlalu longgar dan bersifat pasif

Tidak disiplin jum lah anggota partai tidak jelas

Keanggotaan partai terdata dgn jelas dan bersifat aktif

Keanggotaan partai terdataPeningkatan kualitas keanggotaan partai

Kepengurusanpartai

Tidakprofesionalkarenaperangkapanjabatan partaidan jabatanpublik

Kinerja partai tidak efektif akibat konflik kepentingan

Jabatan di partai dan jabatan publik mestinya bersifat profesional

Perlu ada larangan perangkapan jabatan partai dan jabatan publik

Keuanganpartai

Sum berpenggunaan dan pelaporan tidak transparan

Manipulasi dana publik

Transparansidanakuntabilitas

Perlu pengaturan transparansi dan akuntabilitas partai lebih

Koalisi partai Tidak ada dlm regulasi tapi ada dlm praktek

Instabilitas daninefektifitaspemerintahan

Tradisi koalisi terlem baga

Perlu pengaturan tentang koalisi

Ideologi partai Partai dengan banyak ideologi

Am bivalensi dan manipulasi ideologi visi dan platform partai tidak jelas

Satu partai satu ideologi

Regulasi perlu m em bedakan ideologi negara dengan ideologi partai

Partai nasional dan partai lokal

T idak diatur Tidak ada payung hukum bagi partai lokal di Aceh

Pem ilu nasional diikuti partai nasional pemilu daerah diikuti partai nasional dan partai lokal

Perlu diatur dalam regulasi klasifikasi partai nasional dan partai lokal

) Keterangan M atriks revisi UU Partai Politik ini adalah salah satu produk tim Pusat Penelitian Politik LIPI selain matriks revisi UU bidang politik lainnya (UU Pem ilu UU Pilpres UU Susduk UU Pem da) dalam rangka

perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik m enjelang Pem ilu 2009

7 6

R e su m e

MERENTAS JALAN PANJANG PERDAMAIANNEGARA amp MASYARAKAT DALAM RESOLUSI KONFLIK

Syafuan Rozi

Abstract

H orizontal conflicts that occured in Central Sulawesi Maluku and North Maluku have caused more than f iv e thousands casualties and more than f iv e hundred thousands IDPs in North Sulawesi The conflict has segregated the society into separa ted communities that live base on religion Islam and Christian Research on anatomy o f violence in Indonesia has show ed a great developm ent since 1990s The research was only focu sed on dominant actors and groups The research seldom included religious leaders local leader and youth leader neither had it involved IDPs as research object Therefore this research suggests a developm ent o f people economic model that create cooperation between each members o f society The model itselfcan generatefam ily base economic empowerments thatprom ote communalization am ongand intra-society Base on that idea fo lksfestiva l been held periodically with each villages can produce its special craft andproduct F o lk rsquos fes tiva l can act as peacem aker in annihilating reason fo r conflict Local wisdom such as panas pela hibualam o need to be introduced arnong generations o f people

Pendahuluan

Keterlibatan negara dan masyarakat dalam resolusi konflik di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara

relatif beragam sesuai keadaan setempat saat darurat militer darurat sipil dan tertib sipil Untuk kasus Poso di Sulteng sampai tahun 2006 (era Presiden SBY) daerah ini masih m engalam i kondisi pem bunuhan penembakan dan pengeboman sporadis Daerah ini pun masih ada gejala weak state (lemah) atau failure state (gagal) de-eskalasi konflik di Poso Langkah perlucutan senjata dan penghentian kekerasan tampaknya relatif belum berhasil dituntaskan Kondisi Ambon Maluku pun awalnya demikian Bila ditinjau

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Syafuan Rozi (koordinator) Dhuroruddin Mashad Emilia Yustiningrum Moch Nurhasim Tri Ratnawati Heru Cahyono dan Septi Satriani dengan fokus kasus Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara

Penulis adalah peneliti pada Bidang Penelitian Politik Nasional P2P LIPI Jakarta

dari tahapan resolusi konflik kondisi Ambon saat ini masih dalam tahap persiapan untuk menuju peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Beberapa indikator kondisi konflik masih belum sepenuhnya menuju ke arah peace building karena tahap intervensi konflik masih terlalu banyak persoalan untuk bisa dilalui

Penelitian ini mengkaji keterlibatan negara dan masyarakat dalam proses resolusi konflik dan bagaimana pola hubungan negara dan masyarakat yang berlangsung dalam resolusi konflik tersebut Data menunjukkan resolusi konflik baru melewati de-eskalasi konflik untuk kasus Poso (Sulteng) dan tahap intervensi kemanusiaan untuk kasus Ambon di Maluku (Temate Tidore Jailolo Tobelo) dan di Maluku Utara Walaupun begitu suatu program sudah mulai diletakkan sebagai dasar bagi tahap problem solving orientation dan peace building dengan indikasi d ih idupkan kem bali adat dan ikatan

7 7

persaudaran (hibuolamo panas-pela baku- bae Sintuwu Maroso) Masalah relokasi pengungsi trauma healing pascakonflik dan pem berdayaan ekonom i lokal belum mencapai titik yang menggembirakan1

Catatan Penyembuhan Luka Bangsa

Terjadinya konflik horizontal di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara telah berdampak lebih kurang lima ribuan orang meninggal dunia dan sekitar lima ratus ribu orang menjadi pengungsi ke Sulawesi U tara dan sekitarnya K onflik itu telah membelah masyarakat (segregasi pemukimshyan) menjadi komunitas yang tinggal berpisah mengelompok berdasarkan agama Islam dan K risten P en e litian ten tang anatom i kekerasan di Indonesia telah mengalami banyak perkembangan sejak tahun 1990 S tudi-studi yang pernah d ilakukan sebelum nya m enunjukkan bahw a penanganan konflik di daerah-daerah yang dilanda konflik horizontal memperlihatkan kecenderungan yang masih elitis dengan keterlibatan aktor atau kelompok dominan tertentu saja dengan tidak m elibatkan masyarakat (tokoh adat tokoh agama tokoh muda laki-perempuan para pengungsi) yang justru paling menderita akibat konflik

Konflik Poso umpamanya terlalu kompleks jika dianalisis hanya berdasar urutan peristiwa mengingat intensitas dan ekstensitas wilayah dan pelaku konflik antarperistiwa memperlihatkan perbedaan sangat mendasar Pada konflik Desember 1998 dan April 2000 intensitas dan wilayah konflik sangat terbatas di sebagian kecil kecamatan kota Namun mulai bulan M ei- 1

1 Lemahnya koordinasi dan strategi dalam penanganan konflik dengan alasan bahwa TNI dan Polri takut dianggap melanggar hukum dan HAM Faktor ini menandai bahwa Indonesia belum memiliki ldquotoolsrdquo atau perangkat hukum dan operasional yang mengatur bagaimana TNI dan Polri difungsikan untuk melakukan pengamanan konflik Akibatnya aparat keamanan kurang maksimal berperan dan kelihatan tidak profesional sebagai syarat untuk melakukan de-eskalasi konflik dalampengertian membuka jalan bagi adanya perdamaian

Juni 2000 d ilan ju tk an Juli 2001 dan November-Desember 2001 konflik menjadi sangat akut di Poso dan mengarah pada upaya menihilkan eksistensi lawan terlihat dari realitas korban tanpa pandang bulu termasuk perempuan dan anak-anak Telah terbangun solidaritas kelompok secara tegas melalui ideologisasi konflik berdasar isu agama dan etnisitas sehingga konflik menjadi bersifat sangat in tensif (kekerasan dan korban) dan ekstensif (wilayah dan pelaku)

Sementara konflik yang meletus di Maluku Utara 1999-2000 dapat dikatakan merupakan dampak atau rentetan konflik yang sebelumnya pecah di Ambon Kecuali itu pembentukan dan pemekaran kecamatan Malifut turut memiliki andil dalam memicu konflik karena kebijakan tersebut telah m enim bulkan ke tidaksenangan dari masyarakat suku Kao (beragama Kristen) yang merupakan penduduk asli terhadap suku M akian (beragam a Islam ) yang pendatang Kerusuhan horizontal yang telah menjadi pertempuran massal ini memakan korban jiw a sangat besar K onflik berlangsung secara bergelombang dengan identitas agama yang kuat Pelajaran dari kebijakan pemekaran wilayah di saat negara melemah (weak state) ini menjadi mahal Kegagalan ldquopem biaranrdquo dan kelemahan negara dalam melakukan de-eskalasi konflik perlucutan senjata penegakan hukum mengawal akuntabilitas dana intervensi kemanusian untuk tidak dikorupsi membuat peran negara yang baik dalam resolusi konflik cenderung belum mudah untuk dicapai

Di Poso sejak awal konflik meletus tahun 1998 sebagian besar elem en masyarakat telah secara mandiri membangun in is ia tif untuk m engakhiri konflik dan berusaha mencegah terjadinya konflik yang lebih besar Para tokoh dua kom unitas mengadakan pertemuan Tagolu dan sepakat untuk berusaha menghentikan konflik dan bersam a-sam a m em berantas penjualan minuman keras yang mereka nilai sebagai

7 8

ldquobiang-kerokrdquo penyulut konflik Namun provokasi dari yang berkepentingan bagi terjadinya konflik (conflict by design) lebih in ten s if d iso sia lisasik an di lapangan sehingga hal itu termentahkan dan berulang Mengimbangi provokasi ini ada sebanyak 129 tokoh masyarakat dan tokoh agama antikonflik mengadakan kesepakatan Poso tanggal 8 Januari 1999 Mereka menyerukan agar masyarakat menghentikan segala bentuk perselisihan Bahkan pertemuan tersebut ju g a m enyepakati un tuk m enyerukan pengadilan bagi penggerak kerusuhan di Poso

Namun akar problematika Poso tidak tersentuh dalam kesepakatan bahkan oleh kebijakan negara dalam mencegah konflik yang lebih luas Akibat realitas ini konflik laten masih mengkristal dan mereka yang berkepen tingan terus m em provokasi m asyarakat m elalui celah berbagai isu Herman Parimo hanyalah satu dari aktor yang muncul ke permukaan tetapi aktor-aktor di belakang layar masih tetap melanjutkan ldquokasak-kusukrdquo Sekecil apa pun persoalan yang terjadi hal ini terlalu gampang di-blow- up sebab sentimen komunitas keagamaan sudah te rlan ju r d ijad ikan a la t dalam mengeksploitasi konflik2

2 Melihat realitas bahwa konflik antarkomunitas keagamaan ini terlalu mudah disulut suatu inisiatif yang bersifat mikro memang ada untuk mencegah melebarnya konflik ke wilayah mereka Salah satunya adalah Kesepakatan Tokorondo antara kepala Desa Tokorondo (Muslim) dengan kepala Desa Masani (Kristen) pada tanggal 25 Mei 2000 Mereka sepakat untuk saling melindungi kedua desa bila salah satu diserang Namun kesepakatan tersebut tidak mampu menahan gempuran provokasi Warga Desa Masani (Kristen) tidak mampu membantu membendung serangan ke Desa Tokorondo 27-28 Mei 2000 Kesepakatan mikro lintas komunitas Islam-Kristen telah dihancurkan oleh kekuatan lain (massa) dari luar kedua desa yang akhirnya memaksa mereka terlibat atau setidaknya kena imbas dari konflik Upaya-upaya damai skala mikro memang banyak dilakukan tetapi tak mampu bertahan dari pemaksaan pelibatan konflik oleh massa yang terprovokasi Bahkan pada Mei -Juni 2000 konflik mencapai puncak eskalasi baik dari segi wilayah konflik jumlah pelaku konflik maupun dari segi korban kekerasan Dalam konteks ini sesuatu telah terjadi dengan apa yang disebut tragedi kemanusiaan di Poso Solidaritas lintas wilayah mulai bermunculan dan segi ideologis konflik telah mengkristal Di kalangan Kristen solidaritas ini meliputi Laskar Manguni Laskar Kristen dan lain-lain yang tak teridentifikasi Di kalangan Islam sejak Juni 2001 hal ini berkenaan dengan kedatangan pendukung dari orang-orang yang tergabung dalam Laskar Jihad

N am un elem en-elem en pro- perdamaian di lingkungan masyarakat tidak putus harapan Inisiatif tetap bermunculan Rujuk Sintuwu Maroso yang dihadiri tokoh adat dari 13 kecamatan yang ada di Poso merupakan contohnya Jadi hal ini berbeda dengan inisiatif-inisiatif kesepakatan yang lebih dipijakkan pada perspektif komunitas keagam aan sehingga basis pesertanya m ewakili dua kom unitas agama Islam - K risten Pada R ujuk Sintuw u M aroso pijakannya berada pada perspektif adat Bahkan untuk menekankan perspektif adat kesepakatan pun dirumuskan dalam bahasa lokal Pamona Namun inisiatif penyelesaian konflik melalui pendekatan adat ini ternyata tak mampu menghentikan kekerasan Ketika realitas konflik lebih diideologisasi secara kental oleh isu kom unitas keagam aan pendekatan kultural dalam situasi konflik yang masih berada pada puncak eskalasi menjadi tidak terlalu berarti

Ketika Deklarasi Malino (Desember 2001) dikumandangkan dan ternyata berhasil menjadi momentum bagi terjadinya de- eskalasi konflik upaya-upaya damai yang digerakkan oleh inisiatif masyarakat baru memperlihatkan efektivitasnya Di berbagai tempat dilakukan inisiatif perdamaian yang dilakukan atas inisiatif masyarakat meski berbagai kegiatan itu memang bermuara pada upaya mengimplementasikan kesepakatan Malino Kegiatan-kegiatan yang berasal dari akar rumput ini meliputi bermacam-macam kegiatan mulai dari pertandingan olah raga kesenian maupun berbagai kegiatan kultural Kriesberg berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat interaksi dan saling-ketergantungan antara pihak-pihak yang tadinya berkonflik akan semakin membatasi munculnya konflik baru M unculnya saling pengertian dan berkembangnya norma-norma bersama juga akan dapat mencegah konflik3 Pendapat tersebut senada dengan Asutosh Varshney

3 Louis Kriesberg Constructive Conflicts From Escalationto Resolution (Maryland Rowman and Littlefield Publisher Inc 2003) hlm 384

7 9

yang mempelajari konflik antara penganut Islam dan H indu di India V arshney m engatakan bahw a ik a tan p erta lian hubungan antara etnispemeluk agama yang berbeda dapat mencegah konflik4

Civil society (CS) kemudian cukup berperan dalam membuka ruang publik dan interaksi sosial yang re la tif ink lusif di A m bon K hususnya kelom pok LSM akademisi dan tokoh-tokoh agamaadat tokoh masyarakat yang berorientasi dan berinteraksi lintas agamasuku sejak awal m unculnya konflik h ingga de-eskalasi konflik dan rekonsiliasi lewat panas pela bisa sangat berperan Pembukaan dan perluasan ruang-ruang publik public spaces) dalam rangka saling berbaikan (baku bae) seperti pasar-pasar terminal-terminal kantor-kantor pem erintah lapangangedung olahraga sekolah-sekolah di Ambon Maluku yang saat ini bisa diakses baik oleh kelompok Islam maupun Kristen -d i tempat-tempat tersebut mereka tidak lagi eksklusif tapi mulai mencairrelatif inklusif- sebelumnya cukup banyak d ifa s ilita s i o leh LSM (term asuk dengan dukungan LSM in ternasional) dan para tokoh lokal Pem erin tah (pusat dan daerah) ikut membantu inisiatif tersebut sehingga nampak di sini adanya sinergi dari pelbagai kekuatan (negara dan masyarakat) Adanya relasi yang signifikan antara hadirnya public space dengan mencaimyameningkatnya interaksi sosial lintas agamasuku di Ambon tersebut menunjukkan kebenaran teori Kriesbeg dan Varshney

Bila ditinjau dari tahapan resolusi konflik kondisi Am bon saat ini sudah m encapai tahap peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Disebut ldquoawalrdquo karena segregasi tempat tinggal berdasarkan agam a m asih sangat terasa Segregasi pemukiman bisa pula dilihat sebagai salah satu upaya jangka pendek untuk mendukung

4 Asutosh Varshney Ethnic Conflict and Civic Life Hindus and Muslim in India ( New York Yale University Press 2002) hlm 363

resolusi konflik itu sendiri Hal ini mengingat secara h is to ris m ulai zam an kolonial Belanda masyarakat Ambon Islam-Kristen telah ldquoterbiasardquo hidup terpisah berdasarkan pem ilahan agam a (w arisan keb ijakan diskriminatif dan devide et impera Belanda di M aluku)5 Nam un untuk ke depan m asyarakat A m bon yang ideal adalah masyarakat yang plural dan demokratis yang diikat oleh kearifan lokal yang mereka bangun Masyarakat Ambon saat ini terlihat te lah m em ilik i sem acam daya tahan (resilience) terhadap provokasi Kondisi ini lahir antara lain karena difasilitasi dengan kinerja aparat pemerintah (TNIPolri dan pemda) yang semakin profesional dan mulai adanya usaha-usaha penegakan hukum6

Bila dibandingkan dengan Ambon dan Poso wilayah Maluku Utara melewati proses resolusi konflik yang lebih cepat kendati proses menuju perdamaian sejati tetap harus dilaksanakan secara perlahan Proses resolusi konfliknya ditandai dengan relatif kuatnya dukungan masyarakat kepada negara dan p ihak yang m engupayakan perdamaian ditambah lagi sikap terbuka pemangku adat dan agama terhadap konsep perdamaian yang dimotori oleh militer dan pem erin tah Di Ja ilo lo m asyarakat menyambut baik pembentukan Tim 30 yang cenderung diprakarsai oleh pihak militer Begitu pula di Tobelo masyarakat merespons positif prosesi awal penjemputan pengungsi Muslim yang diprakarsai oleh pemerintah daerah

Hasilnya terlihat dengan jelas di Tobelo Resolusi konflik tergolong beijalan dengan cepat padahal pada kenyataannya Tobelo (dan juga Galela) merupakan wilayah

5 Richard Chauvel Nationalists Soldiers and Separatists (Leiden KITLV Press 1990)

6 Pemilu leg isla tif 2004 dan pilpres langsung telahberlangsung dengan sukses di Ambon Hasil pemilu tersebut juga bisa dipandang sebagai bentuk lain dari resolusi konflik Hal ini merupakan langkah awal penciptaan kestabilan baru dan demokratisasi di daerah bekas konflik tersebut Pilkades juga telah berlangsung di beberapa tempat di Pulau Ambon dan Lease (Maluku Tengah)

8 0

konflik terpanas Faktor terpenting yang membuat proses perdamaian di Maluku Utara berbeda dan lebih maju dibandingkan dengan di Ambon dan di Poso ialah menyangkut struktur sosial masyarakat setempat di mana antara Muslim dan Nasrani praktis terdapat hubungan kekeluargaan dalam satu marga Hal ini terutama dijumpai di tiga wilayah yakni Tobelo-Jailolo-Bacan di mana di dalam satu marga ada yang beragama Islam dan ada yang Nasrani Walau agak kurang menonjol hubungan kekeluargaan marga antara yang M uslim dan N asrani juga terdapat di Galela dan Halmahera Barat7

P enelitian ini m enem ukan ada beberapa perbedaan yang cukup signifikan antara proses perdamaian di Jailolo Tobelo dan Temate Untuk wilayah Jailolo peran tokoh agama lebih sentral dibanding dengan tokoh adat Hal ini berbeda dengan di Tobelo yang peran tokoh adat justru lebih didengar karena pada dasarnya pemangku adat di Tobelo adalah wakil dari tokoh-tokoh agama dari kedua belah pihak Hal ini pun tercermin pada tradisi yang selama ini berkembang dan hidup di Tobelo di baw ah payung Hibualamo Perbedaan ini tidak m engherankan karena di Jailo lo tidak mengenal rumah besar yang dijadikan tempat pertem uan adat seperti H ibualam o sebagaimana dijumpai dan dipelihara di Tobelo Memang di Jailolo semacam rumah adat ada yang bernama Saboa tetapi rumah ini hanya ditemukan di kampung-kampung terutama yang beragama Nasrani Rumah Saboa tidak lebih hanya merupakan rumah adat kecil yang menaungi satu komunitas

7 Kesediaan secara ikhlas untuk melupakan dendam dan menerima kenyataan serta bersikap tidak lagi menoleh ke belakang membuat proses perdamaian di Maluku Utara cepat terwujud Di samping itu perasaan lelah berkonflik dan kesadaran bahwa tidak ada yang diuntungkan dengan konflik ini membuat mereka mau duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi untuk melaksanakan perdamaian Walau terdapat semacam rasa curiga dan kekhawatiran ketika pertama kali bertemu setelah peristiwa kerusuhan akan tetapi pada akhirnya mereka dapat saling menerima kembali

(Nasrani) saja8 Proses damai di Jailolo ditandai pula

dengan pembentukan Pasar Kaget Akadiri Jailolo Pasar sebagai transaksi pertukaran kebutuhan manusia secara tak disengaja justru mempercepat proses perdamaian di kalangan m asyarakat Jailolo Pasar ini awalnya hanya terbatas digunakan oleh pihak N asrani yang m em butuhkan kebutuhan pokok karena pasar resmi yang didirikan oleh pemerintah tidak beroperasi selama konflik terjadi Pasar yang terletak di kompleks asrama militer muncul pertama kali sekitar tahun 2002 sebagai jawaban akan kebutuhan para pengungsi akan bahan pokok Perlahan- lahan dengan semakin berkembangnya rasa aman dan kepercayaan yang timbul di antara kedua komunitas membuat pasar ini semakin ramai dan interaksi kedua komunitas semakin terjalin lancar

Proses resolusi konflik yang agak berbeda dapat dilihat di Tobelo Masyarakat Muslim dan non-Muslim Kecamatan Tobelo Halmahera Utara Maluku Utara akhirnya sepakat m engakhiri perm usuhan yang d iw ujudkan dalam dek larasi dam ai masyarakat pada 19 April 2001 di Lapangan A dat H ibualam o Perjan jian dam ai ini dimotori oleh 12 tokoh agama (6 orang wakil dari Nasrani dan 6 orang wakil dari Muslim) Inti dari deklarasi damai ini antara lain sepakat untuk menghentikan permusuhan tidak saling m enghina m elecehkan mempermalukan menghormati menjaga dan melindungi tempat ibadah dan umatnya serta

8 Peran yang sentral antara tokoh adat dan agama ini tidak kita temui pada proses perdamaian di Temate Temate merupakan ibu kota provinsi yang kontrol pemerintah (daerah dan pusat) cenderung dominan sehingga proses perdamaian cenderung lebih efektif dilaksanakan oleh pemerintah tanpa bantuan tokoh adat dan agama Peran yang seharusnya diemban oleh Sultan Temate sebagai sim bol pemersatu adat dan agama ternyata gagal disandang oleh Sultan Temate dalam menghadapi konflik di Maluku Utara pada waktu itu Hal ini dapat kita lihat pada waktu Sultan Temate gagal berdiri secara netral dalam kasus perebutan wilayah antara Kao dengan Malifut Sikap Sultan ini cenderung dibaca sebagai ketakutan Sultan akan kehilangan basis dukungantradisionalnya

S U

mengupayakan kehidupan yang harmonis serta tidak mengenang dan melupakan masa lalu serta tidak saling menyalahkan atau membenarkan diri dan orang lain9

Prospek Perdamaian di Tanah Bergolak

A Poso

Saat ini cenderung telah memasuki m asa rek o n silia si kon flik w alaupun pembunuhan sporadis masih teijadi Perang terbuka berskala besar sudah tidak ada lagi Momentum de-eskalasi terutama teijadi sejak disepakatinya deklarasi M alino Namun demikian dalam konstelasi kehidupan Poso ke jad ian yang berupa penem bakan pemboman dan juga kekerasan individual secara sporadis ternyata masih muncul Apa dan mengapa hal itu teijadi Apakah hal itu masih merupakan bagian perpanjangan dari konflik Untuk mendapatkan jawaban secara pasti hal ini terlalu sulit Sebab analisis yang muncul memang beraneka ragam Suatu analisis melontarkan tuduhan pada aparat keam anan yang d isebu t tidak re la membiarkan Poso menjadi aman kembali dan berusaha mempertahan status quo berupa Poso yang ldquoAman Tapi Mencekamrdquo (ATM) sehingga proyek ldquokeamananrdquo bagi Poso dapat terus dinikmati Namun analisis lain menilai kekerasan sporadis dapat pula dilakukan oleh para korban konflik Poso yang merasa tidak puas terhadap penanganan dan penegakan hukum pemerintah

K ekerasan sporad is dapat pula dianalisis sebagai sebuah rekayasa yang dilakukan oleh kelompok elite yang terancam oleh tangan-tangan hukum Di antara mereka terutama mencakup para pelaku penyimpangshyan dana bantuan yang disalurkan untuk

9 Mereka juga sepakat untuk tidak lagi menggunakan simbol agama apabila terjadi perkelahian antar penduduk sebaliknya saling menolong dan bekerja sama dalam mencari nafkah Deklarasi damai ini kemudian ditindaklanjuti melalui program pemulangan pengungsi Muslim Tobelo yang selama setahun terkatung-katung nasibnya di Temate ke Tobelo Ribuan pengungsi Muslim berasal dari Desa Gamsungi Guruwa Popilo dan Desa Luari lalu disambut oleh pihak sebelah (Kristen) di lapangan Hibualamo

membangun kembali Poso Sebagai upaya penyelamatan mereka melakukan berbagai langkah kekerasan un tuk m em ancing kembali teijadinya konflik antarkomunitas sehingga aparat akan lebih terkonsentrasi lagi menangani persoalan konflik10

B Ambon

Kurang maksimalnya peran negara dalam manajemen de-eskalasi konflik dan intervensi kemanusiaan di Ambon Maluku cenderung m erupakan kesalahan fatal Apalagi pemerintah daerah terkesan hanya menunggu program-program dan dana dari P em erin tah Pusat O leh karena itu penyelesaian konflik di Am bon dapat dikatakan masih ldquosetengah hatirdquo dan belum m enyentuh secara tun tas akar-akar masalahnya Namun di lain pihak suatu kesadaran di kalangan masyarakat Ambon (baik Islam maupun Kristen) telah tumbuh untuk berdamai dan hidup kembali secara normal karena ldquosudah lelahrdquo berperang Proses pem belajaran dari konflik telah mereka dapatkan sekarang sebagaimana pepatah mengatakan bahwa ldquomenang jadi arang kalah jadi aburdquo

Meskipun denyut kehidupan kota Ambon saat ini sudah semakin ldquonormalrdquo pemerintah tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya begitu saja Komitmen pemerintah untuk melaksanakan janji Inpres No62003 untuk m embantu pem bangunan kembali Ambon Maluku serta ikut menyelesaikan

10 Analisis lain memaparkan bahwa kekerasan teijadi sebagai perpanjangan dari dinamika politik lokal Jika di era sebelum konflik didominasi oleh kelompok Islam maka pada era pascakonflik yang teijadi justru sebaliknya yakni dominasi kelompok Nasrani Penjungkirbalikan penguasaan sumber-sumber politik teijadi terutama seiring dengan diberlakukannya kebijakan pemekaran daerah Poso sehingga mengubah komposisi kependudukan yang di era sistem politik berdasar pemilihan langsung sangat berimplikasi pada struktur penjabat di lingkungan legislatif dan eksekutif Memang pengalaman traumatis akibat konflik menyebabkan kedua kelompok sangat berhati-hati untuk mencegah meletusnya konflik yang baru Namun power sharing yang muncul di Poso ldquobarurdquo pascapemilu legislatif 2004 dan Pilkada Juni 2005 jika tidak dikelola sangat dengan mudah memunculkan konflik baru dengan substansi seperti yang lama

8 2

masalah pengungsi masalah kepemilikan tanah bangunan m antan pengungsi pengangguran dan penciptaan lapangan keija serta tugas pemda mewujudkan good local governance tidak bisa ditunda-tunda dalam rangka mengisi dan memelihara momentum rekonsiliasi Bila tidak stabilitas yang masih rapuh saat ini akan kembali hancur Isu ekonomi di Ambon saat ini cenderung telah m ulai m enggeser isu p o litik dan isu kekerasaan

C Maluku Utara

Masa depan perdamaian di Maluku Utara boleh dikatakan masih tetap terbuka Setelah hampir dua tahun saling bunuh telah m em buat m asyarakat le lah Sebagian pengungsi mulai kem bali ke desa yang mereka tinggalkan dan beberapa desa yang tercabik mulai m elakukan upaya-upaya pemulihan Kecuali Tidore di semua wilayah bekas konflik di Malut sebenarnya telah tercapai suatu po la pem ukim an yang memunculkan semacam pembauran relatif Setidaknya hal ini dilihat secara fisik di mana di dalam sebuah desa antara pemeluk Islam dan N asrani sudah dapat hidup berdampingan Pembauran secara fisik dalam pola pemukiman maupun di lingkungan kerja tesebut telah mendorong mulai terjalinnya kontak sosial dan komunikasi sosial yang lebih intens di antara Muslim dan Nasrani walaupun di sisi lain secara umum ada konfigurasi wilayah yang berubah

Perubahan konfigurasi dimaksud ialah kalau dulu konsentrasi pemukiman Nasrani dijumpai di Temate sebelah Utara dan atau di Indonesia di samping tentunya banyak terdapat di Halmahera Utara tetapi kini konfigurasinya berubah dan pusat pemukiman Nasrani berpindah dan lebih terkonsentrasi di Tobelo-Galela atau ke Jailolo Tobelo-Galela kini praktis lebih merupakan daerah yang didominasi oleh mayoritas penduduk Nasrani baik dilihat dari jumlah penduduk maupun penguasaan atas kehidupan ekonomi dan politik setempat Kecenderungan berbeda kita jumpai di Tidore kini Tidore menjadi semakin homogen dan mungkin menambah kesan eksklusif sebagai sebuah wilayah Muslim Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa sebagian besar warga Nasrani memilih tidak kembali ke Tidore karena masyarakat Nasrani Tidore kini terbuka peluang untuk kembali ke tempat yang dirasa lebih ldquonyamanrdquo yakni di Tobelo- Galela-Jailolo kendati di wilayah-wilayah itu antara Muslim dan Nasrani telah belajar untuk kembali hidup bersama secara berdampingan

Resolusi konflik merupakan suatu term ino log i ilm iah yang m enekankan kebutuhan untuk melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka dan membagi proses penyelesaian konflik dalam beberapa tahap sesuai dengan dinamika siklus konflik yakni tahapan de-eskalasi konflik dan intervensi kemanusian dan negosiasi politik Persiapan dan pelaksanaan tahapan problem-solving approach dan tahapan peace building di ketiga wilayah cenderung belum tercapai terutama untuk kasus Poso yang masih lsquojalan di tem p atrsquo pada tahap de-eskalasi dan intervensi keamanan

D alam kon teks te rten tu power sharing keterwakilan etnisitasagama selain kem am puan dalam penetapan bupati (pilkada) di Maluku dan Maluku Utara bisa jadi dianggap sebagai upaya problem-solving approach Upaya menghidupkan Hibualamo program untuk anak di daerah konflik LSM Save The Children di Halut model desa multikultural Wayame di Ambon program focal-point Depsos dan Depag Jembatan Perdam aian dan Forum K om unikasi A ntarum at Beragam a diharapkan bisa menjadi embrio tahapan peace building yang operasional dan berdam pak nyata di kemudian hari

Catatan Penutup

Keterlibatan negara dan masyarakat dalam proses resolusi konflik di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara relatif beragam sesuai keadaan setempat ketika mengalami status darurat militer darurat sipil dan tertib sipil Poso di Sulteng sampai tahun 2005 (era P residen SBY) masih m engalam i kond isi pem bunuhan penembakan dan pengeboman sporadis Hal ini menunjukkan masih ada gejala weak state (negara lemah) atau failure state (negara gagal) de-eskalasi konflik di Poso Langkah perlucu tan sen ja ta dan penghentian kekerasan tampaknya relatif belum berhasil d ilakukan A parat yang m estinya m em adam kan konflik pada aw alnya

8 3

cenderung tidak netra l atau berp ihak membela satu kelompok Bisnis persenjataan dan rasa aman cenderung terasa ada dan tiada Keadaan seolah-olah telah aman tetapi masih mencekam Entry-point pihak ketiga untuk mendamaikan masih belum berhasil

Kondisi Ambon Maluku pun awalnya demikian Bila ditinjau dari tahapan resolusi konflik kondisi pada saat penelitian dilakukan masih dalam tahap persiapan untuk menuju peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Beberapa indikator kondisi konflik masih belum sepenuhnya menuju ke arah peace building karena tahap intervensi konflik masih terlalu banyak persoalan Baru disebut ldquoawalrdquo karena pengaturan hubungan sosial dalam bentuk segregasi tempat tinggal berdasarkan agama masih sangat jelas dan kemampuan pelibatan untuk masuk lewat program rekonsiliasi relatif kurang berjalan maksimal dan dampaknya cenderung belum terlalu besar Namun segregasi tersebut bisa pula dilihat sebagai salah satu upaya jangka pendek untuk mendukung resolusi konflik itu sendiri12

Peran negara dan m asyarakat di Maluku Utara relatif berhasil dalam de- eskalasi konflik dan negosiasi perlucutan senjata re la tif berhasil di Kao Ternate Tidore Tobelo dan Jailolo Pendekatan budaya Hibualamo pun sudah dilakukan di

12 Suatu kecenderungan peralihan kekuasaan dari masa otoritarian dari Soeharto ke BJ Habibie membutuhkan adaptasi karena persoalan-persoalan krisis politik dan ekonomi yang mereka hadapi terlalu besar dengan kapasitas pemerintahan yang rendah dan legitimasi politik yang kurang Bahwasanya penanganan konflik diserahkan ldquosepenuhnyardquo kepada aparat keamanan dengan kontrol yang amat rendah Peran Pemerintah Pusat yang kurang maksimal dalam de-eskalasi konflik tidak ditopang oleh peran pemerintah daerah yang seharusnya dapat menjadi aktor implementasi atas kebijakan-kebijakan de-eskalasi konflik Namun peran ini tampaknya kurang dimaksimalkan karena koordinasi penanganan konflik dikendalikan oleh pihak militer Lemahnya koordinasi dan strategi dalam penanganan konflik dengan alasan bahwa TNI dan Polri takut dianggap melanggar hukum Faktor ini menandai bahwa Indonesia belum memiliki ldquotools of lawrdquo atau perangkat hukum yang mengatur bagaimana TNI dan Polri difungsikan untuk melakukan pengamanan konflik Akibatnya aparat keamanan kurang maksimal berperan dan kelihatan tidak profesional sebagai syarat untuk melakukan de-eskalasi konflik dalam pengertian membuka jalan bagi adanya perdamaian

Halmahera Utara Namun demikian hal ini menim bulkan m asalah dalam intervensi kemanusiaan yaitu penanganan relokasi dan rehabilitasi pengungsi Malut Malut dan Poso di Temate Manado dan Bitung belum tuntas walaupun status pengungsi dinyatakan sudah tidak ada lagi K ebijakan dan program pemberdayaan ekonomi transformasi skills oflife atau kemandirian untuk para pengungsi belum maksimal

Selanjutnya pola relasi masyarakat dan negara dalam tahap pertama dan kedua resolusi konflik bisa pula dijelaskan lebih mendalam dengan mengacu pada elaborasi teori Strategic Choices dari Sung Hee Kim dan kondisi lapangan di daerah13

K elim a indikator tersebut mulai tampak secara berangsur-angsur untuk kasus Ambon di Maluku dan Tobelo-Jailolo di Maluku Utara Untuk Poso Tidore Temate Bitung dan Manado berdasarkan temuan data peneliti di lapangan daerah-daerah itu m asih m engalam i berbagai m asalah pengelolaan pembenahan Desa Wayame di Ambon Maluku secara relatif tampaknya adalah sebuah contoh pelajaran model reso lu si konflik yang am at baik bagi pem erin tah dalam m engem bangkan kebijakan politik (stateplanning) khususnya penataan tata mang di daerah-daerah yang mengalami masalah segregasi sosial dan kependudukan K asus D esa W ayame cenderung m em ilik i ketahanan sosial terhadap konflik dan tidak terseret arus dahsyat konflik karena desa ini adalah sebuah desa yang multietnik dan multikultur serta multiagama Hal ini disebabkan adanya pengaturan dan kesepakatan hubungan sosial (regulate social relationships) M asyarakatnya yang berla tar belakang berbeda tetapi berpendidikan ternyata tidak terimbas oleh konflik yang terjadi Di desa ini konsep pembauran sosial teijadi melalui

13 Lihat Sung Hee Kim etal Sosial Conflict Escalation Stalemate Deescalation (Mc Graw-Hill 2nd Edition 1986) hlm 30

8 4

Tabel P o la H u bu ngan N eg a ra dan M asyarakat da lam R eso lu s i K o n flik

PeranNegara

PeranM asyarakat

Pola Hub Neg- Masy

Kecenderungan Status Daerah

Keterangan

Strong (kuat) Dominan

Strong (kuat) partis ipatif

Trust (saling percaya)

Dem okratis

Am bon Tobelo Ternate (era tertib sipil)

-P ow er sharing p ilkada- Segregasi jk pendek- Desa W ayam e dan kebangkitan H ibuolam o di Halut-Forum Kom unikasi Antar Umat -Jurnalism e damai

Strong (kuat) Dom inan

W eak (lemah) Subordinat

D is-trust (tdk sa ling percaya)

Elitis

Am bon (era darurat m iliter

dan sipil) T idore (era tertib

sipil)

- Segregasi pem ukim an -Kom unitas re la tif homogen

W eak(lemah)Failure(gagal)

Strong (kuat) trust (percaya)

Partis ipatif

D is tn is t (saling curiga)

Volountary (kem andirian)

Jailo lo (darurat m iliter darurat sipil dan tertib

sip il)

- Tentarapolis i m enghilang saat konflik pecah-E n try p o in t oleh TNI re la tif belum berhasil sam pai terbentuk Kelom pok 30 di Ja ilo lo- R e-segregasi re latif berhasil -M ental-healing belum tuntas -Program Jem batan Perdamaian

Weak(lemah)Failure

___(gaga)___

W eak (lemah) Subordinat

D istrust (saling curiga)

Om mision (kekosongan)

Poso Sulteng (Habibie Gus

Dur Mega SBY)

-Perlucutan senjata belum tuntas -P ow er sharing p ilkada belum m em buahkan rasa aman

Diolah dari mengelaborasi teori Joel Migdal oleh Syafuan Rozi amp Septi Satriani P2P LIPI Desember 2005

Catatan Indikator yang digunakan untuk mengukur kuat atau lemahnya peran negara dan masyarakat adalah kriteria1 Zearfersipkepemimpinan negara dan masyarakat2 Statepannmgperencanaan negara dan partisipasi masyarakat3 Capacities to penefrafekemampuan pelibatan untuk masuk (entry point)4 Regulate social relationshipspengaturan hubungan sosial5 Extract resources and appropriate or use resources in determined wayspengelolaan sumber daya yang langka dan

diperebutkan dalam bentuk keadilan dan sharing (berbagi)

interaksi sosial yang tidak bersifat simbolik tetapi lebih pada interaksi sosial yang semestinya Ketika konflik terjadi kesadaran tum buh di antara m ereka untuk saling berbagi menjaga dan melindungi di antara kedua komunitas Islam dan Kristen yang ada di sana (extract resources and appropriate or use resources in determined ways)

Kebangkitan budaya ldquorumah besarrdquo Hibuolamo dan power sharing Kristen-Islam dalam jabatan bupati hasil pilkada langsung di H alut pun b isa d ijad ikan m odel rekonsiliasi di Maluku Utara Hubungan negara dan masyarakat di Tobelo era tertib sipil misalnya cenderung berangsur menuju pola saling percaya (trust) Berikut ini bagan kecenderungan peran negara masyarakat dan pola hubungannya pada tahapan de- eskalasi dan intervensi kemanusiaan

Upaya-upaya pemulihan keamanan yang dilaksanakan oleh aparat keamanan di Poso cenderung menemui beberapa kendala Kendala pertama berkaitan dengan masih adanya dendam di kalangan para kelompok radikal Kelompok yang dimaksud adalah kelompok yang dulu pernah terlibat konflik dan juga dulu pernah m enjadi korban Kelompok ini tidak berada pada masyarakat secara um um nam un hanya pada sekelom pok kecil m asyarakat saja Kelompok ini umumnya bersikap pasif dan tidak mau bekerja sama dengan aparat keamanan dalam mencari pelaku

K endala yang kedua berkaitan dengan sistem kependudukan yang tidak diatur dengan baik Semenjak meletusnya konflik Poso hingga ke masa pascakonflik sistem kependudukan Poso belum ada penataan Pada saat terjadinya konflik

8 5

Tabel D ua Tahap R esolusi K onflik Peran dan H ubungan N egara-M asyarakat

TahapanResolusiKonflik

W ilayah State Position Society Position State-SocletyRelation

De-eskalasi Sulteng (Poso) Weak (lemah) Failure (gagal)

Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

ContendingMaluku (Ambon) Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

ContendingMaluku UtaraTobelo-Galela Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

Temate Weak (lemah) Failure (gagal)

Weak (lemah) Subordinat pasif

DiffusedDistrust (Kabur saling

curiga)

Jailolo Weak (lemah) Failure (gagal)

Weak (lemah) Subordinat pasif

DiffusedDistrust (Kabur saling

curiga)

Tidore Weak (lemah) Distrust Weak (lemah)

Subordinat pasif

DiffusedDistrust (saling curiga)

ContendingIntervensi kemanusiaan dan negosiasi

Sulteng (Poso) Weak (lemah) Failure (gagal)

Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

DiffusedDistrust (saling curiga)

Contendingpolitik Maluku (Ambon) Patronage

Menyediakan penengah (provide mediation) Trust

Semi-PartisipatifTrust

PyramidaiElitis

Problem Solving

Maluku UtaraTobelo-Galela Patronage

Menyediakan penengah (provide mediation) Trust

Mengangkat identitas bersama

(Foster shared identities)

Problem Solving

Temate Patronage Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

PyramidaiElitis

Jailolo Menyediakan penengah (provide

mediation)

Semi-Partisipatifinisiatif

Volountary(kemandirian)

Trust

Problem Solving

Tidore Patronage Weak (lemah)

Distrust salah satu pihakkeduanya

mengundurkan diri

PyramidaiElitis

Withdrawal

Diolah oleh Syafuan Rozi Emilia Yustiningrum amp Septi Satriani P2P LIPI Desember 2005Keterangan Trust = saling percaya Distrust = masih saling tidak percaya Contending = saling bersaing Problem Solving= sama-sama berupaya memecahkan masalah Yielding= sama-sama memberi konsensimengalah Withdrawal = salah satu pihak keduanya mengundurkan diri

86

beberapa kepala desa mengungsi ada pula yang te tap tinggal di w ilayah ini Permasalahan muncul ketika datangnya para pengungsi dari daerah lain yang menempati wilayah tersebut dan belum didaftar dengan baik Akibatnya orang menjadi sangat mudah masuk dan keluar dari wilayah Poso dan kesulitan dalam melacak pelaku bila teijadi kekerasan Sistem siskamling juga tidak dijalankan sehingga tidak bisa mendukung kinerja aparat keamanan14

Faktor trauma di kalangan anggota masyarakat masih begitu kuat karena konflik yang pemah teijadi Hancurnya sarana ibadah baik Muslim dan Kristen belum diperbaiki daerah kosong karena penduduknya yang mengungsi dan belum berani kembali ke tempat asal Selain itu hal ini berkenaan dengan m asalah hak-hak perdata m ilik pengungsi yang belum diperbaiki karena mereka yang mengungsi ini meninggalkan rumah dan tanah perkebunan sehingga pemilik tidak lagi menguasai rumah yang ditinggalkan dan lahan perkebunan yang telantar

Konflik yang berlangsung antara 1999-2000 telah mengubah pola hubungan konfigurasi etnik-agama di Maluku Utara Pusat pemukiman Nasrani kini cenderung lebih terkonsentrasi di Tobelo-Galela atau ke Jailolo baik dilihat dari jumlah penduduk maupun penguasaan atas kehidupan ekonomi dan politik setempat Kecenderungan berbeda kita jumpai di Tidore Kini Tidore menjadi semakin homogen dan mungkin menambah kesan eksklusif sebagai sebuah wilayah Muslim Dengan kata lain walaupun kalau dilihat dari pemukiman penduduk telah terjadi pembauran antara Muslim-Nasrani

14 Masih banyak sisa-sisa amunisi dan senjata api yang disimpan oleh masyarakat Senjata tersebut masih banyak yang disimpan meskipun sudah banyak juga yang telah diserahkan kepada aparat keamanan Aparat keamanan sendiri sudah berusaha memancing dengan pemberian hadiah-hadiah untuk anggota masyarakat yang bersedia menyerahkan senjatanya namun sebagian kelompok masyarakat ini tidak mau menyerahkan senjata mereka Kelompok ini masih memiliki ketakutan apabila nanti sewaktu-waktu diserang dan mereka tidak bisa membela diri

namun pascakonflik masyarakat berada pada titik di mana hubungan antara Islam-Kristen berupa saling menguatkan identitas ideologis masing-masing Kecenderungan demikian ten tu harus d ike lo la dengan baik dan d iperhatikan oleh pem erintah Hal ini disebabkan beberapa wilayah khususnya di Tobelo masih memperlihatkan kecenderungshyan tiap -tiap p ihak un tuk m enggalang kekuatan di bidang ekonomi dan politik

Tahapan rekonsialiasi di M aluku U tara akan terganggu b ila pem erintah m engabaikan un tuk m engem bangkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pascapengem balian ke daerah asal Pengungsi masih menginginkan program relokasi dan rumah tinggal tetap walaupun dengan program kredit murah Kerusuhan te lah m em buat lahan-lahan pertan ian perkebunan perikanan alat-alat produksi menjadi hancur sementara masyarakat masih mengandalkan mata pencahariannya dari sektor-sektor tersebut Pemerintah perlu memberi perhatian untuk pemberdayaan masyarakat agar bisa melanjutkan hidup misalnya untuk petani bagaimana pemerintah bisa membantu alat-alat pertanian dan alat- alat produksi Peran dan pola hubungan masyarakat dan negara yang semula kabur arogan dan kurang partisipatif (diffused elitis-pyramidal) bisa menimbulkan kendala dalam resolusi konflik di waktu mendatang15

15 Program intervensi kemanusiaan sebagai bagian resolusi konflik di Maluku Utara dan Maluku masih menghadapi kendala besar berhubung fakta adanya benang kusut masalah penanganan pengungsi di mana ribuan pengungsi masih tertahan di Kota Temate Banyak pengungsi belum menerima BBR (Biaya Bangun Rumah) dan bekal hidup Pengungsi sendiri menolak pulang bila BBR dan bekal hidup belum diberikan Kisruh masalah ini terkait erat dengan terjadinya banyak penyimpangan dan tidak seriusnya pemerintah daerah mdashdalam hal ini khususnya Dinas Sosial Provinsimdashdalam menangani program pemulangan pengungsi Penyimpangan yang banyak teijadi adalah akibat negara belum tegas dalam hukum dan tokoh pengungsi tidak dilibatkan secara partisipatif duduk satu meja membuat rencana ke depan dan membuka pendanaan yang transparan Alokasi dana pengungsi bagaikan sebuah bagi-bagi proyek di lapangan Begitu pula penanganan pengungsi di Ambon Maluku masih dalam keadaan yang relatif sama Butuh keseriusan dan koordinasi berbagai pihak yang lebih baik untuk kepentingan bersama

8 7

Usulan Rekomendasi

Ada beberapa langkah yang sebenarnya dapat dilakukan sebagai langkah awal m erentas ja lan pan jang perdam aian pascakonflik sebagai berikut

1) Pertama pembagian kekuasaan secara bergilir Sentimen perebutan jabatan politik birokrasi berdasar garis komunal mdash bagi daerah yang baru saja te rliba t konflik komunalmdash perlu segera diredam dengan power-sharing atau keterw akilan atau pergiliran etnisitas dalam kekuasaan Suatu kota yang m ayoritas didom inasi agama tertentu bisa saja pejabatpegawai yang diangkat sebagaim ana garis keagamaan penduduknya sedangkan yang seimbang perlu ada perimbangan dan pergiliran agar tidak terjadi eskalasi konflik Kedua peran pem erin tah daerah m em bangun early warning system menjadi penting karena berdasarkan pengalaman konflik yang pemah ada dan juga masih beragamnya potensi konflik yang bisa muncul bisa dideteksi lebih dini

2) Kasus desa Wayame Saparua Maluku cenderung bisa m enjadi sebuah contoh pelajaran model resolusi konflik yang baik bagi pemerintah dalam mengembangkan kebijakan politik khususnya penataan tata ruang di daerah-daerah yang mengalami masalah segregasi sosial dan kependudukan Desa Wayame memiliki ketahanan sosial terhadap konflik dan tidak terseret arus dahsyat konflik yang te rjad i karena m ultie tn ik dalam ku ltu r serta agam a penghuninya Di desa ini konsep pembauran sosial teijadi melalui interaksi-interaksi sosial yang tidak bersifat simbolik tetapi lebih pada interaksi sosial yang semestinya Ketika konflik terjadi kesadaran tumbuh di antara mereka untuk saling menjaga dan melindungi di antara kedua komunitas Islam dan Kristen yang ada di sana Kesadaran bukan tumbuh sesaat tetapi melalui proses interaksi sosial yang panjang Pendidikan menjadi salah satu

faktornya hanya dapat dibangun melalui penciptaan masyarakat yang membaur lewat pendidikan multikultural sebagai instrumen katalisator untuk saling menghormati

3) Perlu dibangun kesadaran masyarakat agar tidak mudah diprovokasi oleh pihak lain yang ingin mencari keuntungan sendiri di samping upaya penegakan hukum serta perlunya jaminan kesejahteraan bagi aparat keamanan agar tidak menyalahgunakan posisinya untuk kepentingan pribadi Di samping itu perlu juga dipikirkan kesejahteraan secara ekonomi masyarakat sebab kemiskinan merupakan ladang empuk bagi orang-orang yang tidak bertanggung jaw ab (provokator) untuk menjadikan mereka (orang-orang miskin tersebut) sebagai a lat pencapai tujuan provokator Program membangun Malut sebagai tujuan wisata memerlukan pelibatan masyarakat menyediakan penginapan home stay di rumah keluarga Untuk daya tariknya pemda dan masyarakat bersinergi membuat festival rakyat berkala dengan berbagai tema sentra kerajinan pasar seni pasar jajanan dan oleh-oleh budi daya hasil kelautan wisata dan olahraga bahari

4) Untuk menangani pengungsi kembalikan w ew enang kepengurusan pengungsi di tangan pemerintah daerah tingkat kabupaten dan d ihapus w ew enang p ihak ketiga (kontraktor) dalam hal ini melibatkan tokoh pengungsi sebagai team-work Pemberian dana bantuan BBR dan biaya lauk pauk agar bersam aan seh ingga dana yang sudah disalurkan tidak dialihkan untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari Hal ini memerlukan koordinasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten dalam hal data sehingga tidak ada lagi kesimpangsiuran di lapangan Kalau perlu masalah pengembalian pengungsi tidak hanya d ilakukan secara sepihak oleh pem erintah dan harus mulai melibatkan tokoh-tokoh masyarakat baik adat dan agama sehingga kem ungkinan m enjadikanpengungsi untuk komoditas dapat dihindari

8 8

Daftar Pustaka

Chauvel Richard 1990 Nationalists Soldiers and Separatists Leiden KITLV Press

Sung Hee Kim et al 1986 Sosial Conflict Escalation Stalemate Deescalation Mc Graw-Hill 2nd Edition

Kriesberg Louis 2003 Constructive Conflicts From Escalation to Resolution Maryland Rowman and Littlefield Publisher Inc

Varshney Asutosh 2002 Ethnic Conflict and Civic Life Hindus and Muslim in India New York Yale University Press

R esu m e

MINORITAS MUSLIM DI AUSTRALIA DAN INGGRIS

Indriana Kartini

Abstract

The w ar against terrorism has becom e the main topic and spread a ll over the w orld since the bombing o f WTC building in Septem ber 11 2001 The issue is that rather fighting terrorist as the actor o f terrorism the war is blured with fighting M oslem peop le as the most victim ized as the actor o f terrorism M oslem s in Australia and United Kingdom two countries that becom e close supporter o f USA in the w ar against terrorism has suffered o f negative pu blic perception It is interesting to analyse po licy in those two U S rsquo close allies The research that has been conduct com pares p o licy o f Australia and Britain after the bombing Im age o f M oslem community in those countries is shaped by the role o f mass media as the source o f opinion The w ar against terrorism has negative

effect that it is victimizing M oslem community as the source o f terror

Isu terorisme merebak ke penjuru dunia khususnya pascatragedi pengeboman WTC di New York pada 11 September

2001 Tujuan m endasar dari ldquoperang melawan terorismerdquo yang dikumandangkan Amerika Serikat menyusul peristiwa 11 September akhirnya menjadi kabur yakni antara memerangi terorisme atau memerangi Islam Penggalangan dukungan dari negara- negara lain yang diprakarsai AS untuk melakukan perang melawan terorisme lebih tampak sebagai penggalangan sikap untuk turut mencurigai setiap kelompok Muslim Oleh sebab itu sikap an ti-Islam yang diwujudkan melalui teror dan intimidasi terhadap kelom pok m inoritas M uslim m uncul di beberapa negara term asuk Australia dan Inggris khususnya mereka yang diduga mempunyai keterkaitan dengan jaringan teroris internasional

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Indriana Kartini (koordinator) Afadlal Hamdan Basyar Riza Sihbudi Sri Nuryanti Dhuroruddin Mashad

Penulis adalah peneliti pada Bidang Penelitian Politik Internasional P2P LIPI Jakarta

Hubungan Muslim dan Non-Muslim di Australia Tataran Masyarakat

Hubungan Muslim dan non-Muslim di Australia mengalami pasang surut Hal ini diakibatkan oleh banyak faktor misalnya soal kesejarahan perkembangan situasi yang kom pleks dengan adanya isu-isu baik nasional m aupun in te rnasional dan generalisasi yang berlebihan atas eksistensi komunitas Muslim di Australia

Dari sisi sejarah datangnya Islam di A ustralia diyakini dibaw a oleh pelaut Makassar pemburu tripang pada tahun 1750 kemudian terjalin hubungan dagang dan perkawinan campuran Fase berikutnya pem erin tah A ustra lia m endatangkan pengendara unta dari Afghanistan yang awalnya dipakai untuk mengatasi keadaan alam yang sangat sulit Pada perkembangan berikutnya m ereka diberdayakan untuk membangun jalur telegraf dan jalur kereta yang disebut Ghan Train Fase selanjutnya banyak berdatangan imigran dari negara- negara Eropa dan Timur Tengah Imigran dari negara Eropa memang tidak signifikan bagi

91

perkem bangan kom unitas M uslim di Australia Namun demikian kedatangan imigran dari negara-negara Arab dan Timur Tengah sangat signifikan dalam sejarah perkembangan Islam di Australia

Beberapa hal yang m empengaruhi hubungan antara masyarakat Muslim dan non -Muslim di Australia yaitu dilihat dari jumlah kelom pok keagam aan (relative size o f groups) tidak adanya overlapping antara agam a yang berbeda tidak adanya ghettoisasi dan tidak adanya politisasi atas perbedaan yang ada yang pada dasarnya m em pengaruhi pasang surut hubungan antarmasyarakat itu Dari hal-hal tersebut suatu kesim pulan dapat d itarik bahwa meskipun hubungan antara Muslim dan non- Muslim terkadang mengalami fluktuasi namun masih dikatakan wajar yang artinya tidak mengarah kepada pengucilan permanen atas kelompok Muslim

Pesatnya perkembangan komunitas Islam di Australia pada gilirannya tidak lagi d ianggap sebagai fak to r yang tu ru t menggerakkan perekonomian di Australia tetapi kemudian dilihat sebagai bagian yang ldquom em bahayakanrdquo kelangsungan hidup komunitas kulit putih di Australia yang didominasi budaya Anglo-Saxon Sebagai akibatnya hal ini memunculkan kebijakan yang membatasi perkembangan komunitas Muslim dengan dikeluarkannya kebijakan White A ustralia Policy 1901

Kebijakan ini berpengaruh terhadap menyurutnya kedatangan imigran dari Timur Tengah dan negara Arab Setelah kebijakan tersebut d irev isi pada tahun 1958 dan akhirnya dihapus sama sekali pada tahun 1972 barulah komunitas Islam di Australia menggeliat lagi dengan banyaknya imigran dari negara-negara Arab dan Timur Tengah

Sebagaim ana disinggung di atas hubungan an tarm asyarakat m engalam i pasang surut tergantung pada isu-isu yang mewarnai perkembangannya Hubungan antarm asyarakat pada dasarnya terjalin dengan baik Selam a ini pem erin tah

A u stra lia dan m asyarakat A ustralia menghormati pelaksanaan asas multikultur A ustralia Nam un dem ikian hubungan memburuk manakala ada isu internasional yang merupakan generalisasi berlebihan atas suatu persoalan atau stigma atas kelompok M uslim A u stra lia yang kem ungkinan dipengaruhi oleh opini-opini yang dibangun m edia m assa Stigm a kedekatan Islam dengan terorisme Arab dan lain-lain yang menyudutkan umat Islam di Australia pada beberapa peristiw a telah memunculkan tindakan diskrim inatif bahkan kekerasan seperti ketika dilakukan sweeping pada komunitas Muslim Australia pascapeledakan Bom WTC dan Bom Bali

Media massa memegang peran penting dalam pembentukan opini publik khususnya yang berkaitan dengan eksistensi kelompok Muslim Meskipun dalam perkembangannya kelompok Muslim ini mengorganisasi diri dalam berbagai bentuk organisasi dari organisasi formal yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan sampai organisasi radikal diskursus yang berkembang dalam m asyarakat A u stra lia khususnya yang berkaitan dengan fundam entalism e atau terorisme tidak harus dihubungkan dengan keberadaan organisasi Islam ini Sayangnya m edia m assa te rkadang bias dalam pemberitaannya sehingga sikap masyarakat yang tidak berlebihan atas suatu hal diekspos besar-besaran oleh media Hal ini sering m enim bulkan salah persepsi mengenai eksistensi komunitas Muslim di Australia dan keterkaitannya dengan isu-isu terorisme D engan sem angat m ultiku ltu ra lism e seharusnya bisa dibangun kondisi yang lebih kondusif bagi munculnya pemahaman yang komprehensif mengenai komunitas Muslim di Australia

Kebijakan Pemerintah Australia terhadap Minoritas Muslim

r

K ebijakan pem erin tah federal Australia terhadap minoritas Muslim beijalan dalam ruang politik yang dikuasai oleh dua

9 2

kekuatan politik yaitu gerakan konservatif dan gerakan progresif Kedua kekuatan politik itu sesuai dengan sistem yang berlaku di Australia selalu berusaha membangun keb ijakan serasi seh ingga ben tuknya merupakan pelbagai variasi penerapan nilai- nilai liberalisme Persamaan sikap kedua kekuatan politik yang paling menonjol adalah konsistensi m ereka dalam m enjalankan prinsip sekularisme dan praktik pemerintahan Westminster Kedua konsistensi ini telah menempatkan komunitas Muslim Australia sebagai objek yang harus m engalam i sosialisasi nilai-nilai liberal dan peradaban Barat

Kedua kekuatan politik yang dalam praktik kenegaraan terwakili oleh Partai Liberal dan Partai Buruh selalu berusaha m enegakkan n ila i-n ila i seku ler dalam masyarakat Manifestasinya ialah memegang teguh peradaban Barat yang memisahkan kegiatan-kegiatan sosial politik dari kegiatan- kegiatan keagam aan Peradaban Barat m enganggap keg iatan sosia l po litik m asyarakat sebagai urusan m asyarakat sendiri Oleh karena itu kedua kekuatan po litik te rseb u t akan sela lu m elihat komunitas Muslim sebagai komunitas yang tidak mengunggulkan identitas keagamaan dalam pergaulan kemasyarakatan Program multikulturalisme tampak sebagai koleksi budaya dan bukan koleksi cita-cita kelompok sosial beragama Kelompok sosial Islam dianggap sebagai bagian dari koleksi budaya tersebut

Kedua kekuatan politik juga sepakat menjaga sistem politik yang merupakan warisan Inggris di mana parlemen memiliki otoritas tertinggi dalam penyelenggaraan pemerintahan Sementara itu pemerintah merupakan bagian dari parlemen tersebut Konsekuensinya semua undang-undang harus bersumber pada aspirasi masyarakat dan tidak boleh m engam bil ru jukan keagamaan Mereka menganggap kedaulatan Tuhan tidak bisa hidup dalam praktik politik di A ustralia M ereka ju g a cenderung

melakukan liberalisasi komunitas Muslim dengan tujuan menanamkan nilai-nilai liberal dan peradaban Barat

Percaturan kekuatan politik yang melibatkan kedua gerakan tersebut telah m elandasi kebijakan pem erintah federal melakukan pengawasan yang amat ketat kepada kelompok-kelompok sosial Islam yang d ituduh te ro ris U ndang-undang antiterorism e m enjadi beban psikologis komunitas Muslim karena merasa selalu menjadi sasaran operasi intelijen dan polisi federal Akan tetapi percaturan kekuatan politik juga melandasi persamaan hak-hak kom unitas M uslim serta m endapatkan jaminan hidup sesuai prinsip welfare state Misalnya pemerintah memberikan subsidi kepada lembaga-lembaga pendidikan dan kemasyarakatan Islam

Minoritas Muslim di InggrisTataran Sosial

Meski tak ada informasi pasti kapan tepatnya agama Islam masuk ke Inggris tetapi setidaknya terdapat catatan yang menyebutkan bahwa pada abad ke-10 telah ada Muslim yang menginjakkan kakinya di negeri yang disebut Al Bartun itu Kaum Muslim kian banyak dijumpai di Inggris terutama terjadi di era imperialisme dan kolonialisme Inggris yang mencaplok banyak wilayah Timur yang komunitasnya mayoritas Islam termasuk khususnya dari Asia Selatan Seiring dengan hadirnya ldquokomunitas baru in irdquo sejak 1919-an m ulai berm unculan boarding-house (rumah kontrakan) yang didirikan sekaligus dihuni oleh komunitas Islam

B erdasar data yang d iterb itkan Minority Rights Group International pada Agustus 2002 tergambar bahwa komunitas Muslim tersebar Muslim terbanyak tinggal di London (1 juta) lalu Bradford (82750) Scotland (60000) Wales (50000) Leeds(3 0 0 0 0 ) O ldham (25 000) L ecester(25000) Birmingham (150000) dan Irlandia

9 3

U tara (4000) Dari seluruh kom unitas Muslim sebagian besar berasal dari sub kon tinen Ind ia Turki serta sebagian keturunan Timur Tengah dan atau Afrika

Generasi awal Muslim Inggris tidak semuanya kaum pendatang Shaikh Abdullah Quilliam adalah salah satunya Keislaman mualaf yang intelektual dan aktivis ini diikuti banyak orang termasuk sejumlah ilmuwan bereputasi Sebagai intelektual Quilliam sangat produktif dalam menulis tentang Islam Bahkan tulisannya berjudul ldquoThe Faith of Islamrdquo diterjemahkan ke dalam 13 bahasa Tak sedikit komunitas Inggris pada tahun 1880-an tertarik menjadi Islam lantaran terpengaruh tulisan dan aktivitas Quilliam ini Tahun 1891 Quilliam mendirikan masjid dan akademi yang mengelola bermacam-macam kegiatan seperti sekolah literary society oriental library museum serta menerbitkan jurnal The Crescent (terbit mingguan) dan Islamic World (terbit bulanan)

Salah satu organisasi yang sangat berjasa dalam pengembangan Islam Inggris adalah Pan-Islamic Society (PIS) yang didirikan Dr Abdullah Suharawardy yang berusaha m enghilangkan salah persepsi tentang Islam di lingkungan masyarakat non- Muslim Sebagai upaya memperkokoh PIS akhir abad k e-19 Dr Leitner mendirikan Woking Mosque m enjadi tonggak awal hadirnya sebuah masjid di London Woking Mosque ini punya pengaruh reg ional melakukan korespondensi sangat intensif dengan m uslim di luar Inggris seperti Belanda Norwegia Swedia Hungaria dan lain-lain yang dipublikasikan pula dalam Islamic Review

Dalam konteks kekinian strategi pendidikan dalam mempersiapkan generasi muslim modem dalam konstelasi dunia Barat tetap berlanjut Sekolah model ini bukan saja berguna untuk m em bangun kesadaran keberagam aan an tara M uslim dengan penganut agama lain tapi juga dengan sesama Muslim lain yang sebagian besar datang sebagai imigran dari banyak negara

Karena ada ldquolampu hijaurdquo dari pemerintah institusi pendidikan Islam berkem bang bahkan sampai tingkat perguruan tinggi seperti The Muslim College di London atau Markfteld Institute ofHigher Education The Institute o f Higher Islamic Daruul Uloom (L eiceste r) B ahkan di lingkungan pendid ikan k o n serv a tif seperti Oxford University telah berdiri Oxford Centre Islamic Studies (OCIS)

Dalam konteks ekonomi Muslim hal ini semula mengalami problem di dunia perbankan dengan sistem konvensional Setelah melalui lobi bertahun-tahun akhirnya HSBC mulai Juli 2003 mengadopsi sistem pendanaan Syariah lalu menyusul Islamic Bank ofBritain di London (September 2004) dan pada Maret 2005 diikuti Lyods TSB bank terkemuka di Inggris Memang beberapa kasus perlakukan tidak adil terhadap Muslim m asih te rjad i ba ik dalam hubungan antarindividu dunia usaha ataupun seputar isu jilbab di lembaga pendidikan Namun demikian problem itu dapat diselesaikan melalui jalur hukum secara relatif adil

Sebagian besar m igran M uslim berasal dari pedesaan asal negaranya suatu lokasi mdashyang berbeda dengan perkotaanmdash yang pengaruh w esternisasi dalam ide norma gaya dan cara hidup belum masuk secara intensif dalam kehidupan mereka K etika berm igrasi ke Inggris m ereka mengalami sebuah keterkejutan budaya sebagai akibat menghadapi sebuah komunitas baru yang sangat berbeda Terkait dengan persoalan ini mereka setidaknya meliputi tiga kelompok Muslim Pertama ldquokelompok fanatikrdquo Realitas politik internasional yang sangat tidak menguntungkan Islam adanya p o litik s tandar ganda dari kekuatan hegemoni dan adanya semangat kebangkitan Islam di seluruh dunia ikut mempengaruhi pem ikiran sebagian M uslim Inggris ini Kedua kelompok yang masih mencampurshyadukkan ajaran Islam dengan kultur sesuai dengan garis etnisitasnya Sebagai bagian terbesar dari komunitas Muslim Inggris

9 4

mereka cenderung longgar terhadap sebagian kultur Barat namun sangat anti pada bagian lain Ketiga kelompok muslim kebarat- baratan yang jumlahnya sangat kecil

Terutama bagi kelompok Muslim fanatik problematika sosial yang sering kali muncul antara lain (a) Soal pendidikan gaya Barat (inggris) yang tak ada aturan apalagi batasan hubungan beda kelam in dinilai bertentangan dengan nilai Islam dan kultur asal mereka Realitas ini mendorong mereka berusaha m ewujudkan institusi sekolah tersendiri (b) Mainstream media massa serta dunia hiburan menurut parameter mereka dinilai te rla lu vulgar m enjadi fak tor penyebab penyim pangan tingkah laku generasi muda (c) A turan hukum legal form al Inggris belum m am pu m engshyakomodasi syariah dalam kehidupan umat Islam (d) Mereka terkadang dihadapkan larangan pelaksanaan salat (apalagi Jumat dan hari besar Islam) pada jam-jam kantor jam sekolah jam pabrik (e) Fasilitas-fasilitas umum (seperti pem andian umum) sulit dimanfaatkan kaum muslimah tanpa harus melanggar keyakinan kultural keagamaanshynya Realitas-realitas tadi menyebabkan kaum M uslim sebagai warga m inoritas keagamaan terbesar tetap merasa diabaikan pemerintah bahkan oleh masyarakatnya

Di tengah upaya konsolidasi umat ini komunitas Muslim juga menghadapi problem in ternal ak ibat faksionalism e dalam kehidupan keagamaan seperti (1) Isu-isu kemurnian ajaran agama seperti Barelvi (pengaruh Asia Selatan) vs Wahabi (pengaruh Arab Saudi) (2) Isu-isu sosial politik seperti antara pengikut Jamaah Tabligh yang ldquoa- politisrdquo vs Jam aat Islami dan Ikhwanul Muslimin yang kental dengan politik (3) Isu regionalisme akibat beda asal negara asal wilayah dengan latar belakang bahasa etnis kultur dan kebiasaan berbeda M ereka m erasa lebih sreg berhubungan dengan komunitas Muslim yang sama latar belakang asalnya (4) Ghetto Komunitas Muslim tinggal mengelompok dalam komunitas

Muslim sendiri guna mencegah lahirnya generasi Muslim yang asing terhadap Islam

Persepsi tentang Islam di dunia Barat termasuk Inggris telah terbentuk selama berabad-abad Meskipun selama waktu itu telah terjadi suatu proses untuk memahami Islam di dalam komunitas Barat namun realitas konflik sering kali masih terjadi Dalam konteks ini peran berita-berita di banyak media secara krusial terlibat dalam realitas ini bahkan ikut bertanggung jawab terhadap terbangunnya apa yang disebut ldquothe elite racismrdquo di Inggris di mana Muslim sering kali terkonotasi dengan barbar ignoran berpandangan sempit semi-citizen teroris gila penganut agama yang sangat tidak toleran Diskursus media massa Inggris yang secara ideo log is bernuansa anti- Muslim menjadi sangat mengental terutama sejak Revolusi Iran tahun 1979 Sejak saat itu terutama sejak terungkap dalam banyak berita is tilah fundam entalism e terus disejajarkan dengan Islam tentu saja dalam pemaknaan negatif

Sikap media seperti itu makin parah seiring dengan polemik buku The Satanic Verses tulisan Salman Rushdi Demonstrasi dengan membakar buku oleh Muslim sebagai s im bolitas ke terlukaan hati akibat penghinaan oleh m edia diliput dengan komentar-komentar yang lebih merefleksikan penilaian tentang karakter keagamaan yang m eletup-letup di kalangan Islam Sifat tersebut dilabeli sebagai membahayakan peradaban Barat Fokus komentar lebih terfokus pada isu-isu emosional Muslim ancaman kem atian fundam entalis abad pertengahan fanatisme serta militanisme Bahkan istilah-istilah ldquoMad Mullahs Iranian terrorist Mad Dog Gadaffirdquo yang sering kali m ew arnai m edia ikut m enyuburkan terbangunnya image negatif bagi komunitas Muslim1 Dalam konteks ini suara Muslim 1

1 Tahir Ababas ldquoMedia Capital and the Representation of South Asian Muslims in the British Press an Ideological Analysisrdquo Institute o f Muslim Minority affairs 2001 hlm 254

9 5

tak dapat ditangkap secara ldquojernihrdquo oleh komunitas Inggris pada umumnya Mereka tak memiliki kemampuan dan platform untuk mengajukan keberatan apalagi menjelaskan tentang berbagai hal yang secara distortif diberitakan media Problem seperti ini makin akut bagi Muslim Inggris terutama setelah tragedi WTC 9 September 2001 yang diikuti pula oleh tragedi Bom London 7 Juli 2005

K ebijakan Pem erintah Inggris terhadap M inoritas Muslim

Sejak awal Inggris Raya (Great Britain) terdiri dari masyarakat yang berasal dari empat kebangsaan yang berbeda yakni Inggris Skotlandia Wales dan Irlandia M ereka m enjadi sebuah negara ldquomultinasionalrdquo Mereka bersatu dalam satu identitas po litik dengan budaya yang berbeda Multikultural adalah slogan yang dikembangkan oleh Inggris

Konsep kewarganegaraan Inggris sebagai identitas politik dengan perbedaan berbagai bangsa tersebut menyebabkan para imigran dari bekas wilayah jajahan Inggris yang datang ke sana diperlakukan dengan baik dan diterima dalam sistem politik yang ada M ereka diperlakukan sebagaim ana bangsa Wales Irlandia maupun Skotlandia Kondisi itu telah menciptakan bangsa Inggris dengan kultur masing-masing Akan tetapi ketika ternyata para imigran tersebut banyak berdatangan ke sana maka ada kebijakan yang membatasinya Hal ini kemudian bershykembang pula apa yang disebut dengan sebutan ldquopatrialrdquo Istilah itu mengacu kepada orang-orang Inggris (British) asli yaitu yang berasal dari Inggris (England) W ales Skotlandia dan Irlandia serta keturunan mereka Istilah itu menimbulkan konotasi diskriminasi Warga yang bukan ldquopatrialrdquo tidak diperlakukan sama dengan warga yang ldquopatrialrdquo

Walaupun secara formal Inggris m enerapkan keb ijakan yang no n shydiskriminasi tetapi pada kenyataannya istilah tersebut telah menim bulkan sikap yang

diskriminatif Dalam kehidupan sehari-hari para ldquopatrialrdquo memperoleh hak istimewa sedangkan nonpatrial menjadi warga negara ldquokelas duardquo

Sikap tersebut juga muncul terhadap para M uslim di Inggris M ereka yang kebanyakan berasa l dari para im igran dianggap nonpatrial yang berarti tidak diutamakan dalam kehidupan di Inggris M ereka m engalam i d isk rim inasi yang berkaitan dengan pengamalan agama Islam

P aling tidak dua a tu ran hukum Inggris m em punyai dam pak signifikan terhadap keh idupan M uslim di sana Pertam a the Race Relations Act Undang- undang te rseb u t m elarang adanya diskriminasi berdasarkan ras dan etnis dalam berbagai kegiatan tetapi hak beragama tidak termasuk dalam undang-undang tersebut Dengan demikian Muslim di Inggris tidak m em punyai p ijakan hukum untuk mempertahankan haknya sebagai Muslim bila ada pihak lain yang melarang mereka ketika tengah m enjalankan kehidupan keberagam aannya M isalnya pada hari Jumat laki-laki M uslim dilarang untuk m elakukan salat Jum at atau M uslim ah dilarang mengenakan hijab (jilbab)

Kedua the Public Order Act yang dibuat pada tahun 1986 Undang-undang ini mencegah adanya dorongan kebencian rasial Selain itu the Crime andDisorderAct dibuat pada tahun 1998 U ndang-undang ini menciptakan kategori baru dalam tindakan rasial yang tidak menyenangkan termasuk penyerangan perusakan dan pelecehan Akan tetapi berbagai tindakan kebencian keagamaan yang ditujukan kepada para Muslim kembali belum tercakup dalam aturan-aturan tersebut Kondisi itu dapat m elah irkan perasaan te ra lien asi dan terpinggirkan di kalangan Muslim di sana Akibatnya mereka tidak dapat melakukan keh idupan secara ldquon o rm alrdquo dalam bermasyarakat

Sebenarnya masyarakat Muslim di Inggris m enging inkan pengakuan dan perlakuan yang sama dengan warga negara

9 6

lain Mereka ingin dianggap sebagai bagian masyarakat dari negara tersebut Hal itu berkaitan dengan hak asasi warga negara yang semestinya diperlakukan sama Hak asasi itu harus diterapkan kepada siapa pun tanpa melihat latar belakang warna kulit maupun keyakinan yang dianutnya Praktik keagamaan semestinya dapat dilakukan oleh penganut Yahudi Kristen maupun Islam

Memang di antara Muslim Inggris ada yang berkiprah dalam dunia politik Ada dua warga Muslim Inggris yang menjadi anggota parlemen (Majelis Rendah) Ada empat orang Muslim yang menjadi peers Ada satu orang Muslim Inggris yang menjadi anggota Parlemen Eropa Di tingkat lokal partisipasi M uslim Inggris m engalam i peningkatan yang cukup signifikan Pada pemilihan tahun 1996 160 Muslim menjadi anggota Dewan Kota (Councillors) Pada tahun 2001 jumlah anggota Dewan Kota yang Muslim berjumlah 217 orang Para anggota Dewan Kota tersebut mewakili daerah-daerah yang penduduk Muslim cukup besar seperti London Birmingham dan Bradford Keikutsertaan M uslim Inggris dalam kancah politik tersebut diharapkan dapat memberikan harapan yang lebih baik bagi kehidupan Muslim Inggris

Mtaslim di Australia dan Inggris Dimensi Internasional

K ehidupan m inoritas M uslim di Australia dan Inggris senantiasa terkait dengan peristiwa internasional Bahkan tidak jarang peristiwa kekerasan internasional berimbas terhadap kehidupan Muslim di dua negara tersebut M anakala terjadi aksi kekerasan internasional yang melibatkan Muslim maka minoritas Muslim di Australia dan Inggris langsung terkena imbasnya Misalnya saja pasca-Perang Teluk 1991 di mana Irak menginvasi Kuwait yang berujung pada penyerangan sekutu ke Irak aksi kekerasan terhadap minoritas Muslim di A ustralia pun terjad i K em udian aksi

terorisme 11 September 2001 di New York juga menimbulkan aksi kekerasan terhadap Muslim di Australia dan Inggris

P a sc a -11 Septem ber ldquoperang melawan terorismerdquo menjadi agenda utama kebijakan luar negeri AS Agenda tersebut juga diadopsi oleh Australia dan Inggris yang m erupakan sekutu terdekat AS Hal ini menciptakan koalisi triangular (baca AS Australia dan Inggris) dengan AS sebagai pemegang tongkat komando Ketiga negara tersebut juga mengeluarkan produk hukum yakni UU antiterorism e yang bertujuan memerangi terorisme Akan tetapi dalam kenyataannya komunitas Muslim menjadi target utama pelaksanaan UU tersebut Atas nama perang melawan terorisme beberapa warga M uslim di A ustralia dan Inggris ditangkap dengan menggunakan payung hukum tersebut Hal ini justru menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat Muslim bahwa tanpa bukti yang kuat bisa saja m ereka d itangkap dengan dalih memerangi terorisme Hal ini dapat dikatakan bahwa gerakan antiteror yang dilakukan pemerintah Australia dan Inggris justru m enim bulkan tero r terhadap m inoritas Muslim

Oleh karena itu kebijakan standar ganda yang dilancarkan pemerintah AS Inggris dan Australia justru menumbuhshysuburkan radikalisme di kalangan Muslim Laporan dari Royal Institute o f International Affairs a tau d ikenal Chatham House menyimpulkan bahwa invasi ke Irak oleh AS bersam a Inggris dan A u stra lia ju s tru m elahirkan perekru tan m ilitan M uslim sekaligus m eningkatkan propaganda perekrutan dan pengumpulan dana bagi gerakan al-Qaida Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pelaku pengeboman di London adalah para pemuda Muslim berkewarganegaraan Inggris Sementara di Australia terdapat pula pemuda Muslim yang berniat melakukan aksi bom bunuh diri di Lebanon pada 2002 Para pemuda tersebut merupakan bagian dari masyarakat Muslim

9 7

yang tidak menyetujui kebijakan luar negeri Inggris dan Australia yang agresif terhadap dunia Islam Hal ini terutama berkenaan dengan keikutsertaan Inggris dan Australia bersama AS dalam serangan ke Afghanistan dan Irak

Tatkala serangan m ilite r ke Afghanistan diluncurkan BBC melakukan polling pada November 2001 yang hasilnya sekitar 80 Muslim Inggris memandang aksi m ilite r AS dan Inggris tidak dapat dibenarkan Sementara pada saat perang Irak sekitar 66 Muslim Inggris menentang aksi militer ke Irak Sikap Muslim Australia juga menentang keikutsertaan militer Australia dalam serangan ke Afghanistan dan Irak Menarik untuk dicermati pernyataan Aziza Abdel Halim Presiden Muslim Women rsquos National Netwprk Australia yang mengungkapkan bahwa banyaknya pemuda Islam yang berpandangan radikal sebenarnya dampak kebijakan luar negeri Australia Aziza menegaskan bahwa pandangan radikal akan memudar bila pemerintah Australia dan Barat (baca Inggris dan AS) menarik mundur pasukannya dari Irak maupun Afghanistan sehingga serangan bom ke negara-negara Barat akan berkurang dengan sendirinya Oleh karena itu sudah saatnya pemerintah A ustralia dan Inggris m engkaji ulang kebijakan luar negeri terhadap dunia Islam yang justru kontraproduktif

M inoritas M uslim di A u stra lia dan Inggris Catatan Perbandingan

Australia dan Inggris merupakan dua negara yang didominasi kaum ldquokulit putihrdquo yang mengaku menganut sistem demokrasi liberal yang dalam hal ini kedua negara tersebut sama-sama m enerapkan sistem demokrasi parlementer Australia adalah anggota Persemakmuran yang dipimpin oleh Ratu Inggris Dengan kata lain Australia berada ldquodi bawahrdquo kekuasaan Ratu Inggris B ahkan j ik a k ita p erha tikan bendera A ustralia terlihat je las adanya gam bar

bendera Inggris di pojok kiri atas Oleh sebab itulah hal ini dapat dipahami jika kebijakan luar negeri Australia cenderung ldquomengekorrdquo pada kebijakan luar negeri Inggris

Begitu pula dalam hal kebijakan politik Australia terhadap Islam baik dalam skala makro (yaitu kebijakan luar negeri mereka terhadap Dunia Islam) maupun dalam skala mikro (yaitu kebijakan terhadap kaum minoritas muslim) cenderung mengikuti apa yang dilakukan Inggris Setidaknya hal ini terlihat jelas dalam hal pandangan mereka atas m asalah Irak A fghan istan dan terorisme

Dari aspek historis Islam masuk ke kedua negara tersebut pada sekitar abad ke- 18 Bedanya jika di Inggris kaum Muslim didom inasi para w arga keturunan dari kawasan Asia Selatan (India Pakistan dan Bangladesh) yang pada awalnya masuk ke negara ini sebagai pekerja sedangkan di Australia sebagian besar kaum Muslim berasal dari kawasan Afghanistan Turki dan Timur Tengah khususnya Lebanon

Hubungan antar-sesama kelompok Muslim baik di Inggris maupun di Australia secara umum tidak mengalami permasalahan Memang suatu kecenderungan pengelomshypokan atas dasar asal-usul (ras dan etnis) tetap ada namun ini tidak mengganggu interaksi sosial di kalangan mereka Di kedua negara ini sejumlah organisasi kaum muslim berdiri seperti Muslim Council ofBritain (MCB) dan Muslim Association o f Britain (MAB) di Inggris atau Australian Federation o f Islamic Council (AFIC) di Australia Organisasi- organisasi ini memainkan peranan penting dalam rangka memelihara hubungan baik (silaturahmi) di antara sesama komunitas Muslim serta dalam rangka memperjuangshykan kepentingan kaum minoritas Muslim

Di Inggris dan A ustra lia p ershytumbuhan jumlah kaum Muslim tergolong cukup pesat Bahkan di Inggris Islam menjadi agama minoritas terbesar (dibanding agama Yahudi atau Hindu) Sementara di Australia Islam merupakan agama minoritas

9 8

S

terbesar kedua (di bawah agama Hindu Budha) Sebagai minoritas kaum Muslim m endapatkan kebebasan dalam hal menjalankan ibadah keagamaannya (salat puasa maupun pergi haji) namun dalam hal hubungan dengan kaum non-Muslim bisa dikatakan m engalam i fluktuasi Secara umum hubungan tersebut relatif cukup baik nam un kadangkala m uncul perlakuan diskriminatif Hal ini sekaligus membuktikan bahw a kendati Inggris dan A ustra lia mengklaim dirinya sebagai ldquopenganut sistem demokrasirdquo dalam realitasnya tidak semua w arga negara m ereka benar-benar menampilkan diri sebagai ldquodemokrat sejatirdquo Di A ustra lia kaum M uslim sering m enghadapi kesu litan ketika hendak membangun tem pat ibadah (khususnya masjid)

Sikap negatif warga mayoritas non- Muslim terhadap kaum minoritas Muslim di kedua negara ini tidak lepas dari peranan media massa dalam membentuk opini yang dipenuhi prasangka negatif terhadap kaum Muslim Dalam kasus Salman Rushdie penulis novel Ayat-Ayat Setan yang jelas-jelas menampilkan penghinaan terhadap Islam misalnya media massa di Inggrismdashatas nama ldquokebebasan berekspresirdquomdash mengambil sikap yang merugikan kaum Muslim Media juga hampir selalu menampilkan hal-hal yang negatif dalam pemberitaan mereka tentang dunia Islam yang pada ujungnya ikut membentuk persepsi yang negatif dari kaum non-M uslim terhadap kaum m inoritas Muslim Hal ini dapat dimengerti mengingat

sebagian besar media massa di Inggris dan A ustralia dikuasai para pem ilik modal keturunan Yahudi

Dari sisi kebijakan resmi penguasa sendiri memang sering kali menyatakan bahwa semua warga negara di sana atas nama demokrasi dan hak-hak asasi manusia diperlakukan secara sama apa pun agama yang dianut oleh warga negara mereka Dalam konteks pelaksanaan bidang hukum m isalnya tidak ja rang kaum m inoritas M uslim m endapat perlakuan yang sama dengan warga non-Muslim Tidak jarang dalam beberapa kasus soal jilbab kaum minoritas Muslim memperoleh kemenangan di pengadilan

Akan tetapi sejak terjadinya kasus serangan te ro ris di A m erika pada 11 Septem ber 2001 (911) kecenderungan perlakuan yang sangat diskriminatif tampak ditujukan kepada kaum Muslim Bahkan beberapa saat setelah terjadinya kasus 911 (juga Bom Bali 2002 dan Bom London 2005) sejum lah m asjid di Inggris dan A ustralia d irusak atau dibakar massa Beberapa warga Muslim juga mengalami nasib yang mengenaskan karena dikeroyok massa Beberapa di antara mereka ada yang sampai meninggal dunia Hal ini sekaligus m em buktikan bahw a ldquoperang melawan terorismerdquo yang dikobarkan Amerika Serikat di baw ah rezim GW Bush m embawa dam pak n e g a tif te rhadap nasib kaum minoritas Muslim di negara-negara Barat termasuk di Inggris dan Australia

9 9

Resume

KEBIJAKAN PERTAHANAN AUSTRALIA DAN RESPONS NEGARA-NEGARA ASIA TIMUR DAN

SELANDIA BARU

Athiqah Nur Alami

Abstract

Australiarsquos position in Asia Pacific has a significant consideration on their policy making primarily defense policy Their close relationship with The United States o f America and the United Kingdom sometimes becomes impediment in building relations with neighbor countries in Asia The Australia s defense policy more or less reflects the big countries interest in Asia Pacific including Proliferation Security Initiatives SM-3 andAMIZ policies Those policies bring about various reactions from the East Asian Countries and New Zealand The different reactions are related strongly with their interest and cooperation with Australia

Australia merupakan suatu negara sekaligus benua yang m em iliki k a rak te ris tik cukup m enarik

dibanding negara lain Kebijakan Australia yang lebih condong ke Barat ternyata kerap menimbulkan ketegangan dengan negara- negara tetangganya di kawasan Asia Pasifik Pasalnya kebijakan pemerintahan Australia sedikit banyak tidak jauh berbeda bahkan sejalan dengan Inggris dan Amerika Serikat Termasuk di dalamnya kebijakan pertahanan Australia yang cenderung selalu memerlukan payung pertahanan dari negara besar dalam hal ini terjadi pergeseran dari Inggris ke Amerika yang dikenal dengan pergeseran dari Pax Britanica ke Pax Americana pada Desember 1941

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri darTri Nuke Pudjiastuti (koordinator) Ikrar Nusa Bhakti Japanton Sitohang Mohamad Rum Athiqah Nur Alami Adriana Elisabeth Kusnanto Anggoro

Penulis adalah peneliti pada Bidang Politik Internasional P2P LIPI

Di dalam laporan penelitian tahun ini tim peneliti Australia berupaya menjelaskan bagaimana kebijakan pertahanan Australia tahun 2000-2005 termasuk perkembangan atau evolusi yang teijadi mulai pada tahun 1986 hingga 2005 dan isu-isu strategis yang muncul dalam kebijakan tersebut Kebijakan pertahanan Australia ini tentu saja akan memberikan implikasi ataupun pengaruh terhadap negara-negara tetangganya Oleh karena itu menganalisis respons dari negara- negara tetangga Australia dan juga negara- negara besar di A siamdash m eskipun tidak berbatasan langsung dengan Australiamdash terhadap kebijakan pertahanan Australia tersebut menjadi penting untuk dilakukan dalam penelitian ini N egara-negara di kaw asan A sia T im ur yang kam i p ilih berdasarkan signifikansi negara-negara tersebut dengan Australia dan juga terhadap politik internasional di wilayah Asia Pasifik yaitu Cina dan Jepang Sementara negara di Asia Tenggara yang juga dianalisis yaitu Indonesia Singapura Malaysia Filipina dan

101

Thailand Selandia Baru sebagai negara tetangga di selatan Australia juga menjadi bag ian an alisis atas respons terhadap kebijakan pertahanan Australia tersebut

Pengaruh Lingkungan Strategis dalam Kebijakan Pertahanan Australia

Sebagai negara rdquokulit putihrdquo yang berada di wilayah Asia membuat Australia merasa perlu mengembangkan kebijakan pertahanan salah satunya dengan membangun jaring-jaring pertahanan dengan negara-negara di Asia Tenggara Selain itu menjaga kepentingan Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik merupakan salah satu bentuk wujud aliansi abadi Australia kepada Amerika Serikat

Dua penekanan dalam kebijakan pertahanan itu lah yang terkadang m enim bulkan dilem a dalam kebijakan pemerintah Australia Di satu sisi Australia m embutuhkan Amerika Serikat sebagai penjamin keamanan negaranya Tetapi di sisi lain keberadaan Australia sebagai kaki tangan Amerika Serikat dianggap menghambat Australia dalam membina hubungan dengan negara-negara Asia

Oleh karena itu Australia berupaya merumuskan kebijakan pertahanan yang telah mengalami evolusi sejak 1986 hingga saat ini untuk mencari format yang paling tepat dalam m enjaga hubungan dengan Amerika Serikat sekaligus membangun hubungan baik dengan negara-negara tetangganya

Jauh sebelum Australia merdeka pada tahun 1901 h ingga tahun 1941 ketergantungan Australia kepada Inggris sangatlah besar karena sebagai salah satu negara Persemakmuran Inggris Australia merasa masih memiliki keterikatan historis dan politis dengan Inggris Namun perang dunia kedua membuat Inggris harus lebih memperhatikan kelangsungan eksistensinya di Eropa ketimbang menjaga keamanan negara-negara jajahannya di Asia Tenggara Terlebih dengan jatuhnya Singapura mdash

sebagai salah satu negara Persemakmuran Inggrismdashke tangan Jepang menyebabkan A ustra lia m em ik irkan kem bali k e te rshygantungannya dengan Inggris Karena itulah demi keamanan negara Australia beralih ke A m erika Serikat yang d iyak in i dapat memberikan jaminan keamanan dan payung perlindungan pertahanan kepadanya

K onsekuensi dari bentuk pengabdian-nya kepada Amerika Serikat A ustralia diwajibkan untuk mendukung bahkan berjuang bersama dalam berbagai kebijakan Amerika Serikat Misalnya pasca- tumbangnya Uni Soviet Amerika Serikat sedang giat memerangi komunisme di Asia Pasifik maka Australia pun melakukan hal serupa Dengan mengedepankan Forward Defence Strategy Australia bersama Amerika Serikat berupaya membendung penyebaran komunisme dalam Perang Korea dan Perang Vietnam Selain itu tergabung dalam South East Asia Treaty Organization (SEATO) British Commonwealth Far East Strategic Reserve (FESR) dan ANZUS bersam a Amerika Serikat menjadi pilihan Australia saat itu

Ketergantungan Australia terhadap Amerika Serikat dan juga Inggris tampaknya tidak cukup dapat bertahan lama paling tidak untuk sementara waktu pada akhir tahun 1960-an karena adanya perubahan lingkungan stra teg is di A sia saat itu Akibatnya Australia mengalihkan kebijakan pertahanannya m enjadi Self-Defence Strategy Perubahan inilah yang kemudian membuat Australia perlu untuk merumuskan format kebijakan pertahanan sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang dan karakter bangsa Australia

Untuk itu pada tahun 1986 Menteri Pertahanan Australia saat itu Kim Beazley menugaskan Paul Dibb seorang mantan personel Departemen Pertahanan Australia untuk mengevaluasi pelaksanaan Forward Defence Strategy dan memberikan masukan tentang kemampuan apa yang tepat bagi instrumen pertahanan Australia Hasilnya

1 0 2

Dibbrsquos Report mengusulkan suatu strategi penangkalan bagi pertahanan Australia yang terdiri dari empat lapis2 Lapis pertama meliputi intelligence dan surveillance yang komprehensif dengan memberikan prioritas pada pengawasan sejauh 1000mdash 1500 mil ke luar w ilayah A ustra lia S trateg i ini d im aksudkan un tuk m endeteksi para penyusup di wilayah laut dan udara Lapis kedua m enekankan pada kem am puan kekuatan laut dan udara dalam melakukan penyerangan untuk mengatasi ancaman yang melintas di wilayah laut dan udara Australia Lapis yang ketiga m em fokuskan pada kemampuan defensif untuk mencegah musuh mendekat ke wilayah penting di antaranya di ja lur pelayaran Australia Lapis terakhir mengandalkan mobile ground forces guna menumpas ancaman yang berhasil melewati laut dan udara yang dianggap membahayakan aset-aset penting dan pemukiman penduduk

Masukan dari Paul Dibb ini ternyata m enuai berbagai k ritik di an taranya kebijakan ini cenderung terlalu defensif dan isolasionis selain pembebanan anggaran yang tidak sedikit jika memang strategi ini diterapkan Australia Namun terlepas dari itu sem ua tidak dapat d ipungk iri bahw a masukan Dibb ini menjadi dasar dalam me- review kekuatan pertahanan Australia bahkan hingga Buku Putih Pertahanan Australia tahun 2000

Setahun kemudian dikeluarkanlah Buku Putih Pertahanan A ustralia rdquoThe Defence of Australiardquo Buku putih tahun 1987 yang merupakan kali pertama terwujudnya secara je la s artiku lasi s tra teg i m iliter A ustra lia in i m enekankan pada pengembangan ikatan-ikatan keamanan yang

1 Alex Tewes Australiarsquos Maritime Strategy in the 21st Century Research Brief No4 2004-05 Foreign Affairs Defence and Trade Sections Canberra Parliament o f A ustralia Parliam entary Library dalam http wwwaphgovaulibrarvpubsRB2004-0505rb04htm hal 10mdash 12

2 Review o f Australiarsquos Defence Capabilities Report to the Minister for Defence by Mr Paul Dibb Maret 1986 Canberra Australian Government Publishing Service

lebih dekat dengan kaw asan sekaligus menegaskan kembali pentingnya aliansi- aliansi militer Strategi penangkalan yang diusulkan Paul Dibb sedikit banyak diadopsi dalam buku putih tersebut terlihat dengan te tap adanya em pat lap is strateg i penangkalan Namun perbedaannya strategi tersebut lebih bersifat ofensif

Setelah berakhirnya perang dingin dan juga teijadi berbagai persoalan politik domestik di beberapa negara di Asia Pasifik3 Australia mulai memperbaharui lagi strategi pertahanan dan keamanan sebagai respons dari perubahan lingkungan strategis saat itu A khirnya pada tahun 1994 A ustra lia m engeluarkan B uku Putih Pertahanan A ustralia rdquoD efending A ustra liardquo4 yang memberikan perhatian lebih pada kerja sama pertahanan dengan negara-negara tetangga dan kurang m enekankan pada ikatan pertahanan Australia dan Amerika Serikat5 dan mengubah strategi pertahanan menjadi rdquomencari keamanan di dalam Asiardquo Dengan ini berarti Australia telah mengubah cara pandang tentang bahaya kuning (Jepang) dan bahaya m erah (RRC dan kom unism e) dengan m enjadikan m ereka m itra demi keamanan dan kemakmuran bersama di Asia dan meletakkan hubungan mereka dalam empat pilar utama yaitu politik ekonomi sosial-budaya dan pertahanan-keamanan6

3 Misalnya dalam konflik intern berbagai faksi di Kamboja gerakan etnonasionalisme suku Karen di Myanmar persoalan Moro di Filipina persoalan Bougenville di Papua Nugini persoalan emis India di Fiji persoalan Aborigin di Australia Gerakan Kemerdekaan Kanak di Kaledonia Baru persoalan GAM OPM dan integrasi Timor Timur di Indonesia

4 Commonwealth of Australia Australia rsquos Defence White Paper 1994 Defending Australia ACT AGPS 1994

5 Pengenduran ikatan pertahanan dengan Amerika Serikat merupakan bentuk dari independensi politik luar negeri Australia di bawah pemerintahan Partai Buruh

6 Makalah resmi yang dibawakan oleh PM Australia Bob Hawke Australia rsquos Security in Asia The Asia Lecture organized bay the Asia-Australia Institute University of New South Wales Sydney 24 Maret 1991 dalam Ikrar Nusa Bhakti dkk Persetujuan Pemeliharaan Keamanan Republik Indonesia-Australia Kaitannya dengan Stabilitas danKeamanan Regional Asia Tenggara Suatu TinjauanStrategis Politis Keija sama PPW-LIPI dengan Balitbang Deplu RI 1997 hlm 97

1 0 3

Pergantian tampuk kepemimpinan di Australia dari Partai Buruh kepada Partai Liberal-Nasional di bawah John Howard tentu saja mempengaruhi konsep pertahanan keamanan sebelumnya Dengan mengeluarshykan rdquo Australiarsquos Strategic Policyrdquo7 pada tahun 1997 menunjukkan bahwa PM John Howard lebih cenderung mendekat pada Inggris dan Amerika Serikat ketimbang dengan negara- negara tetangganya Strategi ini menekankan pada strategi kontinental dengan orientasi utam a pada kekuatan m atra laut yang ditunjang dengan kekuatan matra udara

Perubahan lingkungan di sekitar Australia kembali terjadi pada akhir tahun 1990-an di antaranya referendum dan akhirnya lepasnya T im or Tim ur dari Indonesia Peristiwa ini sempat menimbulkan ketegangan diplomatik antara Indonesia dan A ustra lia karena A ustra lia d ianggap m endukung kem erdekaan Timor Timur melalui operasi tentara Australia di sana Dari operasi di Timor Timur menunjukkan bahwa Australia membutuhkan kekuatan angkatan laut yang lebih andal bukan hanya untuk m engangkut pasukan tapi ju g a untuk melakukan penyerangan Selain itu juga dibutuhkan angkatan udara yang tangguh guna m enghalau musuh yang masuk ke negara-negara te tangga A ustra lia dan mengusir musuh jauh dari wilayah Australia Hal tersebut dituangkan dalam Buku Putih Pertahanan tahun 2000 rdquoOur Future Defence Forcerdquo8

Tragedi serangan terhadap menara kem bar WTC di W ashington pada 11 September 2001 oleh sekelompok teroris yang hingga kini belum terungkap kembali membuat Australia memperbarui strategi pertahanannya Sebagai salah satu sekutu Amerika Serikat Australia kembali beijuang bersama Amerika Serikat dalam memerangi

7 Commonwealth o f Australia Australia s Strategic Policy Canberra ACT Department o f Defence 1997

Commonwealth o f Australia Defence White Paper 2000 Defence 2000 Our Future Defence Force Canberra ACT Department o f Defence 2001

terorism e yang dikenal dengan Global Coalition Against Terrorism Ini termaktub dalam rdquoD efence W hite Paper 2003 A D efence U p d a terdquo9 yang berhasil mengidentifikasi tiga area ketidakpastian dan risiko ya itu te ro rism e g lobal senjata pemusnah massal dan kawasan bermasalah Perubahan s tra teg i pertahanan ini sesungguhnya amat terkait dengan perubahan strategi m aritim Amerika Serikat dalam memerangi terorisme di antaranya dengan kebijakan Proliferation Security Initiatives (PSI) yang dicetuskan George W Bush pada 31 Mei 2003

Berdasarkan berbagai buku putih yang dikeluarkan Australia menunjukkan bahwa A ustralia belum sepenuhnya dan tampaknya tidak akan pernah rdquobertarungrdquo secara mandiri Koalisi dengan Amerika Serikat justru semakin erat dan tercermin dalam keb ijakan pertahanan A ustralia berikutnya Salah satu bentuk konkret koalisi Amerika Serikat dan Australia ditambah dengan berbagai negara lain dunia dalam rangka m enggalang koa lis i m elaw an terorisme terlihat dalam berbagai latihan operasi m iliter dalam program PSI yang sering m elakukan latihan bersama PSI d itu jukan un tuk m encegah terjad inya perdagangan atau transfer ilegal senjata pemusnah massal antamegara atau dari suatu negara ke ak tor-ak tor nonnegara yang melanggar aturan dan norma internasional10

Sampai dengan tahun 2005 PSI telah didukung oleh lebih dari 60 negara dunia dari berbagai kawasan Meskipun PSI bukanlah sebuah o rgan isasi dan tidak m em iliki sekretariat atau markas besar kerja sama informal ini telah terbukti mampu mencegah pengem bangb iakan sen ja ta pem usnah massal

9 Commonwealth o f Australia Australia rsquos National Security A Defence Update Canberra ACT Department o f Defence 2003

10 C om m onw ealth o f A ustralia Weapons o f Mass Destruction Australia rsquos Role in Fighting Proliferation Practical Responses to New Challenges Canberra ACT Australian Government 2005

104

Bentuk kerja sama lain dalam rangka aliansi Amerika Serikat-Australia adalah penandatanganan nota kesepahaman dalam hal pertahanan missil pada Juli 2004 di antaranya diwujudkan melalui kerja sama pengembangan Standard Missile 3 (SM-3) yang merupakan pengembangan dari SM-1 dan SM-2 Kekuatan senjata yang ditujukan untuk memerangi terorism e inilah yang m endapatkan pertentangan dan respons beragam dari n eg ara-negara te tangga Australia khususnya negara-negara Asia Tenggara dengan adanya indikasi akan m unculnya p erta rungan rdquo The Son o f Starwars

Selain itu un tuk m endukung pengamanan maritim pada 15 Desember 2004 PM A u stra lia John H ow ard mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan negara tetangga dengan akan menerapkan pengawasan sejauh 1000 nm (1850 km) terhadap kapal yang akan menuju Australia melalui kebijakan Australia rsquos Maritime Identification Zone (AMIZ)11 Kebijakan ini kembali mengundang respons beragam dari negara tetangga yang terkena imbas dari kebijakan ini khususnya Indonesia Sejauh 1850 km tersebut untuk wilayah Indonesia berarti telah menjangkau sebagian besar wilayah Jawa dan melampaui laut Arafuru Akibat reaksi dari berbagai negara maka kebijakan ini berganti menjadi Australiarsquos Maritime Identification System (AMIS) Perlu kita cermati sesungguhnya perubahan kata zone m enjadi rdquosystem memiliki makna yang tidak jauh berbeda Bahkan penggunaan kata rdquosystem m em buat A ustralia lebih bebas m enterjem ahkan konsep kebijakan tersebut seluas-luasnya yang berarti bukan tidak mungkin lebih dari sekadar zone yang dikritik oleh berbagai negara karena melanggar kedaulatan negara yang bersangkutan

11 Press Release Strenghtening Ojfshore Maritime SecurityPrime Minister Howardrsquos Announcement Perth 15 Desember 2004

Isu S trategis dalam K ebijakan Pertahanan Australia

Selain membangun pertahanan missil bersama Amerika Serikat dalam PSI yang secara langsung maupun tidak langsung berw ujud SM-3 atau A M IZS strategi pertahanan Australia juga menekankan pada persoalan migrasi internasional Tidak dapat dipungkiri bahwa Australia adalah sebuah negara yang dibangun oleh para migran yang datang dari berbagai belahan dunia mulai dari benua Eropa Asia dan Amerika Akibat perbedaan latar belakang sosial budaya ekonomi antarw arga inilah yang kerap memunculkan persoalan dalam membangun iden titas negara A ustra lia Selain itu kehadiran para imigran yang tiap tahun kian bertambah jelas menimbulkan tambahan persoalan bagi Australia Pasalnya kehadiran m ereka d ianggap m enjadi penyebab munculkan ketidakamanan di bumi Australia akibat aksi-aksi radikal mereka Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa sebagian besar mereka merupakan imigran ilegal

Sebagai akibat semakin banyaknya migran ilegal yang masuk ke Australia maka pada September 2001 Parlemen Federal A u stra lia m elo loskan Migration Amandement (Excision from Migration Zone) Act 200712 yang ditujukan untuk mengurangi insentif bagi para migran yang masuk secara ilegal Untuk menangani persoalan migran ini Australia juga menerjunkan Australian Defence Forces (ADF) dengan menggelar operasi militer rdquoRelexrdquo yang melibatkan 5 buah kapal perang dan 4 pesawat pengintai dari sebelah barat pulau Christmas hingga Ashmore Reef

Isu pertahanan keamanan yang juga m enjadi penekanan A ustra lia adalah pengam anan atas gas lepas pantai dan eksplorasi minyak di North-West Shelf yang

12 Moira Coombs Excision from the Migration Zone Policy and Practice Research Note No 42 2003-04 1 Maret 2004 dalam httpwwwaphgovaulibrarypubsrn 2003-0404m42htm

1 0 5

terletak di pantai Australia Barat dan laut Timor yang pada tahun 2003 terjad i penyerangan atas pelabuhan kilang minyak A ustralia oleh sekelom pok teroris Ini kem bali m enunjukkan kekhaw atiran Australia atas terganggunya aset-aset vital negaranya oleh serangan teroris

U ntuk m engatasi persoalan pengam anan di kaw asan lepas pantai Australia juga melibatkan perusahaan terkait dengan melakukan amandemen terhadap the Maritime Transport Security Act 2003 (M TSA ) dengan m enugaskan peng- koord inasiannya kepada D epartem en Transport dan Pelayanan regional yang direncanakan tugas itu akan selesai dan dapat dilaksanakan terhitung mulai 30 September 200513

Selain itu isu terorisme pasca Tragedi 11 September 2001 dan Bom Bali I pada Oktober 2002 semakin menjadi perhatian lebih bagi A ustralia D itam bah dengan peledakan bom yang dibawa oleh sebuah mobil yang berhenti di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada September 2004 kembali membuat Australia lebih waspada terhadap keamanan negaranya termasuk keamanan warga negaranya di negara lain

Respons atas K ebijakan Pertahanan Australia

Dalam menganalisis respons negara- negara tetangga dan juga negara-negara yang memiliki relevansi dengan Australia dan perpolitikan internasional kami menetapkan Cina Filipina Jepang Malaysia Indonesia Selandia Baru Singapura dan Thailand

Terkait dengan perubahan lingkungan strategis dan perkembangan isu terorisme yang merebak di dunia internasional di mana negara-negara berlom ba-lom ba secara m ultilateral m elakukan latihan m iliter bersama dalam forum PSI guna memerangi

13 Interview with the Australian A ssociated PressNovember 17 2004 hlm 19

penyebaran senjata pemusnah massal Cina justru memilih untuk tidak bergabung dalam aliansi pimpinan Amerika Serikat tersebut Alasannya selain tidak sesuai dengan arah kebijakan luar negeri Cina PSI juga dianggap m elanggar hukum internasional dengan adanya aksi interdiction yang dilakukan oleh negara anggota yang berarti juga melanggar supremasi suatu negara Diperkuat dengan kedudukan Cina sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB Cina merasa memiliki tanggung jaw ab khusus untuk mewujudkan perdam aian dan keamanan internasional Cina hanya mengharapkan adanya keija sama yang erat dengan negara anggota inti PSI dan memainkan peran k o n s tru k tif dalam m engatasi m asalah tersebut14 Namun ternyata di pihak lain Cina bersama Rusia justru melakukan latihan militer bersama pada Agustus 2005 dalam rdquoPeace Mission 2005rdquo yang didasarkan pada nota kesepahaman yang ditandatangani Juli 2004 Lalu terkait dengan hubungan Australia dan Cina memang lebih signifikan dalam bidang perdagangan ketimbang pertahanan Dan persoalan keb ijakan pertahanan Australia tidak akan menjadi masalah bagi Cina selama Australia mendukung rdquoone china policy

Sementara itu hubungan Australia dan Jepang kaitannya dengan keterlibatan kedua negara dalam PSI dinilai cukup signifikan Dengan menjadi bagian dari latihan bersam a PSI Jepang mendapat keun tungan berupa pengem bangan kemampuan Pasukan Bela Dirinya dalam mencegah penyebaran senjata pemusnah massal sekaligus mengamankan kepentingan jalur laut yang dilalui kapal-kapal tanker Jepang yang membawa minyak mentah dari Timur Tengah Pengangkutan minyak mentah tersebut m elalui Terusan Suez Lautan Hindia Selat Malaka Laut Cina Selatan dan Terusan Taiwan Sedangkan kebijakan SM- 3 yang menurut pernyataan Australia baru

14 East Asia Strategic Review 2005 hlm 28

1 0 6

akan dikembangkan pada tahun 201315 justru sudah lebih dahulu dikembangkan Jepang sehingga jika Australia nanti benar-benar akan mengembangkan SM-3 akan sangat membantu Jepang dan Am erika Serikat dalam mengatasi persoalan di antaranya krisis nuklir di Semenanjung Korea

Reaksi yang cukup unik ditunjukkan oleh Selandia Baru dalam m enanggapi kebijakan pertahanan Australia terkait dengan AMIS dan SM-3 Sebagai negara di selatan Australia tentu saja radar pengamanan sejauh 1850 km akan mencapai wilayah Selandia baru Pada awalnya Menteri Luar Negeri Selandia Baru Phil Goffbereaksi cukup keras terhadap keb ijakan te rsebu t karena melanggar kedaulatan Namun beberapa waktu kem udian pihak Selandia Baru mengaku telah meminta klarifikasi terhadap Australia dan menyatakan bahwa telah terjadi kesalahan komunikasi antara Selandia Baru dan A ustra lia atas keb ijakan m aritim Australia tersebut Sejak itu ketegangan kedua negara seolah mereda dan memang perlu disadari bahwa membangun hubungan bilateral yang kondusif antara mereka lebih penting ketimbang mengedepankan konflik baik bersenjata maupun diplomatik

Sebagai kawasan yang terletak di utara Australia dan kerap dianggap sebagai ancaman bagi Australia negara-negara di Asia Tenggara dalam hal ini F ilipina Malaysia Singapura Thailand termasuk Indonesia memberikan reaksi yang cukup beragam terhadap kebijakan AMIS Reaksi yang cukup keras muncul dari Malaysia dan Indonesia karena dianggap m elanggar kedaulatan Sementara Filipina Thailand dan Singapura tidak memberikan pernyataan atau reaksi yang terbuka terkait dengan sikap mereka atas kebijakan Australia tersebut

Khususnya Indonesia berdasarkan diskusi terfokus yang dilakukan oleh tim peneliti dan juga pemberitaan di berbagai

15 Australian Defense Section-Jakarta Responses to Issues from LIPI Seminar 16 Mei 2005

media massa menunjukkan bahwa terdapat reaksi yang berbeda antarinstansi atau departemen di jajaran pemerintah Indonesia dalam menyikapi kebijakan AMIZ dan SM- 3 Pernyataan Menteri Pertahanan Indonesia Juwono Sudarsono yang terkesan keras sebenarnya cukup kondisional Sementara di bawah permukaan reaksi elite Indonesia jauh lebih keras B ahkan dalam berbagai pertem uan te rtu tu p kalangan m iliter menggunakan istilah-istilah yang tidak kalah kerasnya R eaksi berleb ihan Indonesia terhadap AMIZ selain merupakan bentuk penolakan terhadap supremasi Barat juga m enjadi salah satu cara Indonesia menunjukkan nasionalismenya dalam rangka mengukuhkan identitas nasional Namun secara umum dilihat dari awal sejarah hubungan diplomatik Indonesia-Australia hingga kini memang kerap mengalami pasang surut Keterlibatan tentara Australia dalam lepasnya Timor Timur dari Indonesia menjadi isu santer yang sempat membekukan hubungan kedua negara Selain itu perbedaan m odel kepem im pinan antara PM John Howard dengan para pendahulunya dalam menyikapi hubungannya dengan Indonesia juga m enjadi salah satu penyebab yang memperkeruh hubungan bilateral kedua negara Kasus pemberian visa terhadap 42 orang warga Papua pada awal tahun 2006 ini juga kembali menguji kekokohan hubungan kedua negara

Penutup

Perkembangan kebijakan pertahanan Australia sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan strategis khususnya di kawasan Asia Pasifik Pertahanan dan keamanan kon tinen ta l m enjadi dasar kebijakan pertahanan A ustra lia d ibandingkan pertahanan m aritim Padahal w ilayah A ustralia yang d ikeliling i oleh lautan seharusnya m enjad ikan pen ting bagi A u stra lia un tuk m em perkuat arm ada maritimnya Namun perubahan lingkungan strategis khususnya pasca-perang dingin

1 0 7

membuat Australia mulai mengalihkan fokus perhatian pertahanan keamanannya pada pertahanan maritim

Pergeseran fokus perhatian tersebut telah dimulai sejak Buku Putih Pertahanan tahun 1987 berdasarkan masukan dari Paul Dibb yang term uat dalam Dibb Report hingga Defence Update tahun 2003 pasca- tragedi 11 September 2001 yang menimpa Am erika Serikat Di dalam periodisasi kebijakan tersebut tidak terlalu terlihat pergeseran kebijakan yang signifikan tapi tetap ada penekanan-penekanan pada hal-hal tertentu Isu-isu strategis yang juga turut m em pengaruhi keb ijakan pertahanan A ustralia terkait erat dengan persoalan m igrasi ilegal yang kerap m em banjiri Australia juga pengamanan terhadap aset vital Australia di gas lepas pantai dan kilang minyak dari serangan teroris Kesemua isu strategis tersebut sesungguhnya bermuara pada ketakutan Australia terhadap serangan terorisme yang terus membayangi Australia

U paya konkre t dalam rangka m em perkuat arm ada m aritim nya dari serangan teroris pada akhir tahun 2004 A ustra lia m engeluarkan keb ijakan Australia rsquos Maritime Identification Zone yang bertujukan untuk memeriksa kapal- kapal yang akan menuju Australia dalam identitas kapal awak kapal kargo lokasi dan pelabuhan tujuan di Australia Kebijakan yang menerapkan cakupan sejauh 1850 km ini kontan mengundang reaksi keras dan berbagai respons dari negara-negara sekitarnya khususnya negara-negara yang berbatasan langsung dengan Australia di antaranya Indonesia Malaysia dan Selandia Baru Adapun rencana pengembangan SM-3 yang d iakui A u stra lia baru akan dikembangkan tahun 2013 tidak mendapat respons secara langsung yang signifikan Kekhawatiran muncul dari Cina dan negara- negara Asia Tenggara terhadap kemungkinan munculnya perlombaan senjata antamegara yang memiliki nuklir yang tentu saja akan mengancam perdamaian dunia Sementara

Jepang ju s tru te lah leb ih dahulu mengembangkan SM-3 ini bersama Amerika Serikat

Oleh karena itu sebagai bagian dari jaring-jaring pertahanan Amerika Serikat sekaligus sekutu abadi Amerika Serikat di Asia Pasifik A ustralia saat ini menjadi p e rha tian n eg ara-n eg ara tetangganya Kepentingan Amerika Serikat dianggap telah berm ain di kaw asan te rseb u t m elalui Australia dan negara Asia sekutu Amerika Serikat seperti Jepang dan Korea Selatan

D aftar Pustaka

Australian Defense Section-Jakarta Responses to Issues from LIPI Seminar 16 Mei 2005

Bhakti Ikrar Nusa dkk 1997 Persetujuan P em elih araan K eam anan R epublik Indonesia-Australia Kaitannya dengan Stabilitas dan Keamanan Regional Asia Tenggara Suatu Tinjauan Strategis Politis Kerja sama PPW-LIPI dengan Balitbang Deplu RI

Commonwealth o f Australia 1994 A ustraliarsquos D efence White P aper 1994 Defending Australia ACT AGPS

------------------- 1997 Australia s Strategic PolicyCanberra ACT Department o f Defence

-------------------- 2001 Defence White Paper 2000Defence 2000 Our Future Defence Force Canberra ACT Department o f Defence

2003 A u stra lia rsquos N ationalSecurity A Defence Update Canberra ACT Department o f Defence

2005 W eapons o f M assDestruction Australia rsquos Role in Fighting Proliferation Practical Responses to New Challenges Canberra ACT Australian Government

Coombs Moira Excision from the Migration Zone Policy and Practice 1 Maret 2004 Research N ote N o 42 20 0 3 -0 4 dalam http wwwaphgovaulibrarypubsm2003-04 04m42htm

East Asia Strategic Review 2005

Interview with the Australian Associated Press November 17 2004 hlm 19

1 0 8

Prime Minister Howardrsquos Announcement 15 Desem ber 2004 Press Release ldquoStrenghtening Offshore Maritime Securityrdquo

Review o f Australia s Defence Capabilities 1986 Report to the Minister for Defence by Mr Paul Dibb Canberra AustralianGovernment Publishing Service

Tewes Alex 2005 Australia rsquos Maritime Strategy in the 21st Century Research Brief No4 2004-05 Foreign Affairs Defence and Trade Sections Canberra Parliament o f Australia Parliamentary Library dalam http wwwaphgovaulibrarypubsRB2004-05 05rb04htm

1 0 9

Review Buku

KEKERASAN A LA KAPITALISMESebuah Telaah atas Buku Violence and D em ocratic Society

Athiqah Nur Alami (Kandidiat Peneliti P2P-LIPI)

Judul BukuPenulisPenerjemahPenerbitHalaman

Violence and Democratic Society Prof DR Jamil Salmi PhD Slamet Raharjo Kelompok Pilar Media Februari 2005 292 halaman

Abstract

The rise o f capitalism at the present does not mark it as a glorious ideology Capitalism has many dark sides that we should aware One o f the dark sides that is worth to be noticed is the emergence o f violence against human that happened to maintain the existence o f Capitalism itself The Violence has various forms direct violence and indirect violence Each form o f the violence brings conseguence that is often disrespect the universal human rights

Istilah kekerasan dan kapitalisme berasal dari dua akar ilmu sosial yang berbeda Kekerasan m erupakan istilah dalam

sosiologi sedangkan kapitalisme muncul dalam ilmu ekonomi Namun demikian kedua istilah tersebut memiliki keterkaitan karena ternyata paham kapitalisme yang kemudian berkembang tidak hanya di bidang ekonomi tapi juga politik mempengaruhi berbagai sendi kehidupan masyarakat dunia saat ini term asuk m enjadi salah satu penyebab te rjad in y a kekerasan baik langsung maupun tidak langsung

Teori-teori tentang kapitalisme yang berkembang pada abad ke-18 19 dan 20 berada dalam konteks revolusi industri dan imperialisme Eropa serta perang dingin Para teoritisi tersebut menggambarkan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonom i yang

bercirikan modal dim iliki oleh individu swasta dan keputusan ekonomi ditentukan oleh pasar1

Konstelasi perpolitikan dunia pascashyperang dingin mengalami perubahan yang cukup signifikan Runtuhnya komunisme di Uni Soviet dan pertumbuhan ekonomi pasar sosialis di Cina serta globalisasi semakin memperkuat paham kapitalisme dunia Tesis F rancis Fukuyam a yang m entakdirkan kapitalisme sebagai ldquopemenang tunggalrdquo semakin membuat yakin dunia bahwa tidak ada ideologi lain yang bisa bertahan selain kap ita lism e K em enangan liberalism e ekonomi dan politik serta demokrasi liberal Barat yang gemilang membuktikan bahwa

1 Capitalism-Wikipedia the free encyclopedia yang diakses pada 3 Juli 2006

111

liberalisme merupakan satu-satunya ideologi pemerintah yang paling tepat

N am un di ba lik kejayaannya kapitalisme ternyata menyimpan wajah gelap yang perlu kita kritisi bersama Jurang pemisah masih menganga di antara retorika kem enangan kapitalism e dan sisi gelap kehidupan sehari-hari umat manusia

Di balik jargon-jargon kapitalisme yaitu kemajuan (progress) pertumbuhan (growth) dan kemakmuran (prosperity) terdapat m asalah-m asalah dunia seperti kelaparan kemiskinan tuna wisma buta huruf rendahnya tin g k a t kesehatan pengangguran ketim pangan sosia l peredaran obat terlarang dan segala bentuk kekerasan

Violence and Democratic Society yang ditulis oleh Prof Dr Jamil Salmi PhD ini berusaha untuk menguak segala tabir gelap kapitalisme tersebut dan membuka m ata p ik iran k ita bahw a kap ita lism e bukanlah sebuah ideologi pemenang seperti yang dilontarkan oleh Fukuyama Buku ini m engkaji ke terkaitan langsung antara berbagai aspek dalam tindak kekerasan yang terjadi akibat biasnya pandangan kapitalisme terhadap kekerasan tersebut Kategorisasi bentuk kekerasan sebagai modus pelanggaran hak asasi m anusia perangkaian secara struktural dan etis mengenai peran dan ldquokeberm aknaanrdquo kekerasan m erupakan dampak akumulasi modal dalam sistem kapitalisme

Istilah kekerasan dalam ranah kapitalisme yang terdapat dalam buku ini bermakna kekerasan bukanlah kecelakaan atau kesalahan tapi justru diperlukan demi keberlangsungan kapitalisme Kekerasan dilihat bukan dari kacamata pemerintah tapi dari kacamata korban kekerasan Definisi korban kekerasan baik perorangan maupun kelom pok ada baiknya m engacu pada Deklarasi Prinsip-Prinsip Dasar Keadilan bagi Korban Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan terutama pada paragraf 1 dan 2 yaitu ldquoKorban berarti orang yang secara

pero rangan dan kelom pok m enderita kerugian termasuk cedera fisik dan mental penderitaan emosional kerugian ekonomi atau perampasan nyata terhadap hak dasar merekardquo2

Kritik atas Pendekatan dalam Memandang Kapitalisme

Profesor asal Maroko dari Institute o f Educational Panning di Rabat ini mengawali uraiannya dengan membeberkan lima jenis k a rak teristik pendekatan persepsi dan perhatian masyarakat demokratis-kapitalis yang bias tidak benar saling berkaitan dan saling m elengkapi dalam m em andang kekerasan

Pertama ia mengungkapkan adanya analisis yang dangkal atau superficial atas m akna kekerasan M edia m assa hanya memberitakan aspek-aspek kekerasan yang paling mudah dilihat secara visual sedangkan bentuk-bentuk kekerasan atau pelanggaran hak asasi manusia yang menurut mereka tidak layak d iberitakan tidak akan dim uat meskipun kekerasan itu sangat dramatis Perhatian pub lik hanya terfokus pada kekerasan yang instan dan sensasional yang digembar-gemborkan media massa seperti perampokan bank pembajakan pesawat Namun demikian tidak menaruh perhatian pada seorang kondisi im igran dari suku Indian Barat di London atau Puerto Rico di New York atau Arab di Paris yang menjadi korban kekerasan

Kedua adanya analisis yang kurang proporsional oleh masyarakat Barat Mereka melebih-lebihkan wilayah dan intensitas kekerasan yang sebenarnya tidak begitu serius atau mereka mereduksi suatu tindak kekerasan sehingga dampaknya menjadi minimal Ketika orang membandingkan jumlah korban teroris sikapnya terhadap pelaku terorisme di Eropa seperti IRA Action Directe Brigade M erah atau Al-Qaeda

2 Theo van Boven Mereka yang Menjadi Korban ELSAM Jakarta 2002 hlm 6

1 1 2

tidak lah sam a sikap m ereka terhadap serangan yang dilakukan pemerintah Israel terhadap bangsa Palestina Lebanon Tunisia dan Irak

Setelah m em bandingkan sikap masyarakat Barat terhadap kasus kekerasan terlihat adanya ketidakproporsionalan sikap Barat terhadap kekerasan Tidak proporsional ini te rjad i karena konsep ten tang perlindungan hak asasi m anusia yang dimaknai sempit Ketika parlemen Prancis m em bahas kem ungkinan penghapusan perbudakan selam a abad k e -19 top ik utamanya yaitu berapa banyak kompensasi yang harus diterim a pem ilik budak jika perbudakan d ihapuskan bukan pada kompensasi yang harus diterima oleh para budak yang sekian tahun menderita dan dibelenggu kebebasannya

Ketiga adanya analisis individualis- tik yang keterlaluan Maksudnya yaitu hanya memperhitungkan faktor-faktor individu yang pada kenyataannya dianggap sebagai pendekatan yang objektif Hubungan kausal antara kekerasan yang diamati dan struktur sosial yang m elingkupinya dilenyapkan secara sistematis Konsekuensinya analisis te rsebu t gagal m enelusuri hubungan- hubungan logis antara seorang individu sebagai pelaku atau korban dan kelompok atau kelas sosial darimana dia berasal

Di masa lampau ketika Afrika dijajah Prancis Inggris Spanyol dan Portugal kaum nasionalis yang berjuang melawan penjajah digambarkan dan dituduh sebagai gangster agitator ekstremis pemimpin gerombolan atau pembunuh bukannya sebagai pejuang kebebasan Kini ketika kelompok oposan menentang rezim-rezim brutal di El Salvador Guatemala atau Afrika Selatan yang terpaksa m enggunakan kekerasan m ereka tidak pernah dianggap sebagai pa trio t yang menentang tatanan sosial yang represif dan tidak adil namun sebagai teroris fanatik yang hanya bertujuan menciptakan anarki dan keporakporandaan

M enurut Salm i kelem ahan dari analisis individualistik ini adalah kenyataan analitis yang mengesampingkan sepenuhnya bentuk-bentuk kekerasan institusional terutama yang dilakukan oleh negara itu send iri Ind iv idu yang m elaksanakan kekerasan dipersalahkan tapi tidak ada seorang pun yang mendakwa pihak lain di balik layar atau dalang dari state terrorism ini T erlihat m isa lnya k e tika sejarah memutuskan hanya ada satu tertuduh dalam pembunuhan massal My Lai yang dilakukan oleh pasukan Amerika Serikat secara biadab terhadap 450 orang penduduk desa di Vietnam Selatan yaitu Letnan W illiam Calley Sem entara kitapun tidak pernah menentang keterlibatan AS di Vietnam

Tuduhan atas pelaku terorisme yang selam a ini berkem bang leb ih banyak diarahkan pada non-state actors dan jarang mengungkap pelaku state actor Padahal m enurut Prof Igo r P rim oratz dalam tulisannya berjudul State Terrorism and Counterterrorismrdquo3 state terrorism justru lebih berbahaya daripada non-state terrorism Alasan pertam a dalam berbagai cara state terrorism merupakan gabungan dari aksi yang penuh kerahasiaan tipu daya dan kemunafikan Ketika terlibat dalam suatu aksi terorisme mdash apakah pelakunya negara itu sendiri atau negara proxinyamdashsebuah negara akan bertindak sembunyi-sembunyi Suatu negara tid ak m engakui segala bentuk keterlibatan dan mengaku taat pada nilai-nilai dan prinsip yang m engaturnya Bahkan alasan yang digunakan ketika melakukan tindakan terorisme adalah sebagai legitimasi tindakan perang atau dalam rangka menjaga pertahanan dan keamanan negara Kedua Primoratz mengutip tulisan Walter Laquer dalam buku The Age o f Terrorism yang m enyatakan bahwa tindakan teror yang

3 Prof Igor Prim oratz State Terrorism and Counterterrorism Working Paper Number 20023 Centre for Apply Philosophy and Public Ethics dalam httpeprintsunimelbeduauarchive0000013701 Primoratpdf

1 1 3

dilakukan oleh negara po lisi dan pemerintahan tirani bertanggung jawab atas ribuan kali leb ih banyak korban dan kesengsaraan ketimbang tindakan terorisme individu yang dilakukan bersama-sama

K ritikan terak h ir Salm i atas pendekatan dalam memahami kekerasan bahwa kekerasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia sering ditampilkan hanya dengan analisis sepihak atau satu sisi pandangan ideologis Ini terlihat dalam kekhawatiran pemerintah Amerika Serikat terhadap upaya pelaksanaan hak asasi manusia di negerinya Ayatollah Khomeini Iran akan tampak lebih diakui dan absah jika sikap penghargaan atas pelaksanaan hak asasi manusia tersebut diberikan kepada Syah Iran yang m enyiksa law an-law an politiknya melalui tangan-tangan polisi rahasianya di saat Syah berkuasa Kekerasan yang bias dan sengaja juga tampak dalam pilihan kata dan ungkapan yang digunakan oleh media massa Perlakuan terhadap gerakan pemberontakan Palestina (Intifadha) selama akhir tahun 1980-an adalah contoh lain yang jelas-jelas d iberitakan secara b ias O pini pub lik A m erika Serikat yang diarahkan lebih bersimpati kepada Israel terlihat sangat nyata dalam pemberitaan media Ketika ratusan orang Palestina dibunuh oleh tentara Israel yang ditempatkan di Tepi Barat dan Jalur G aza pers A m erika Serikat hanya m em beritakannya di halam an pojok Sementara itu kematian seorang warga Israel menjadi headline dan diliput di halaman muka Pemberitaan tentang kematian Tirzah Poret seorang korban ldquoterorismerdquo Palestina yang tidak berdosa yang dimasukkan dalam tajuk rencana Washington Post tertanggal 8 April 1988 berlawanan dengan pemberitaan yang kering dan sangat tidak berimbang tentang meninggalnya 130 orang Palestina lanjut usia di Tepi Barat

Bentuk-Bentuk Kekerasan

Bagian berikutnya dalam buku ini yang sem akin m enarik ya itu setelah menelaah berbagai pendekatan masyarakat kapitalis dalam m em andang kekerasan Salm i berupaya m engkategorisasikan berbagai kekerasan tersebut ke dalam empat bentuk kekerasan Di dalam merumuskan em pat ben tuk kekerasan te rsebu t dia mensyaratkan harus memenuhi dua kriteria yang d idasarkan pada ben tuk-ben tuk kekerasan yang analitis tidak parsial dan teliti yaitu objektivitas (objectivity) dan kelengkapan yang mendalam (exhaustivity) Bentuk kekerasan tersebut adalah kekerasan langsung kekerasan tidak langsung kekerasan represif dan kekerasan alienatif

Bentuk kekerasan yang pertama yaitu kekerasan langsung Kekerasan ini merujuk pada tindakan yang menyerang fisik atau psikologis orang secara langsung Penggunaan kekerasan langsung ini menurut Salmi mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai cara untuk mengakses sumber daya alam sebagai cara yang efektif untuk mencari tenaga keija dan sebagai cara untuk menjaga kelangsungan kapitalisme hingga sekarang ini Sepanjang catatan sejarah suatu bentuk kegiatan ekonomi kapitalisme tidak bisa berkembang di lingkungan yang sumber daya alamnya masih perawan dan tersedia secara bebas untuk sem ua orang Kapitalism e membutuhkan persediaan sumber daya alam (tanah air minyak dan bahan mineral) yang dimiliki oleh sektor privat (swasta) atau penguasaan sumber daya alam oleh swasta sebagai ben tuk peno lakan terhadap kepemilikan atau penguasaan sumber daya alam secara kelompok

Sejarah Amerika Serikat sepanjang abad ke-18 diwarnai tindakan perampasan tanah-tanah bangsa asli orang kulit berwarna (suku Indian) oleh orang kulit putih Sebelum

114

tahun 1860 penduduk Indian telah berkurang hampir dua pertiga M impi suku Indian berakhir pada 18 Desember 1890 ketika pasukan Amerika Serikat membunuh 200 orang laki-laki perempuan dan anak-anak di Wounded Knee

Penggunaan kekerasan untuk mengontrol sumber daya alam bukan hanya terjadi di masa lampau Di Amerika Serikat juga suku Navajo Indian di bagian barat daya dan suku Sioux di D akota terusik oleh perusahaan-perusahaan pertambangan besar yang sangat bernafsu mengeruk batu bara dan uranium yang ada di daerah kekuasaan suku Indian itu Begitu juga yang teijadi pada suku Aborigin di Australia Tasmania Selandia Baru dan Tahiti

Fungsi untuk mencari tenaga kerja juga diyakini Salmi sebagai tujuan dari kekerasan langsung Banyak pekeija di Haiti setiap tahunnya d irekru t dengan ja lan ldquoditangkap dirazia dan dipaksardquo kemudian dik irim ke R epublik D om inica untuk dipekerjakan di perkebunan tebu Fungsi ini memang banyak ditemukan di negara Dunia Ketiga Bentuknya antara lain pertama perbudakan hutang Di banyak negara ketika dalam keadaan sulit misalnya gagal panen maka untuk bertahan hidup para petani terpaksa meminjam uang dari rentenir Jika panen beriku tnya gagal lag i m ereka memasuki pintu perbudakan karena jeratan hutang Fenomena ini banyak berkembang di India dan Bangladesh Bentuk kedua dari keija paksa berhubungan dengan penggunaan tahanan atau narapidana sebagai tenaga keija yang ldquod ik o n trak rdquo oleh perusahaan- perusahaan sw asta Di K olom bia perusahaan-perusahaan Amerika Serikat menggunakan beribu-ribu tahanan sebagai tenaga kerja dengan gaji yang tidak masuk akal B entuk ketiga yaitu beberapa pemerintah mengambil tenaga kerja secara paksa dan menggunakannya untuk bekeija di sektor publik tanpa digaji Praktik ini banyak teijadi di Indonesia Liberia dan Pakistan

Fungsi kekerasan langsung yang terakhir terletak pada upaya melestarikan tatanan orde kapitalism e Pada tingkat internasional sebagian besar negara dengan sistem ekonomi kapitalis rezim politiknya bersifat otoriter Kecuali di negara-negara Barat yang demokratis dan beberapa negara Dunia Ketiga yang belakangan ini telah mengganti pemerintahan diktatornya dapat d iam ati bahw a pem bunuhan dengan kepentingan politik pembunuhan massal masyarakat sipil penahanan yang semaunya sendiri penculikan dan ldquopenghilangan o rangrdquo m erupakan m etode yang biasa digunakan di seluruh dunia untuk meredakan tuntu tan kebebasan dan keadilan yang berlebih

Salmi dapat menyimpulkan bahwa dim ensi ekonom i turut berperan dalam sebagian besar perang dan konflik yang pecah mulai abad ke-15 Di antaranya terlihat dalam konflik Utara-Selatan Bentuknya antara lain perdagangan budak perang m elaw an pen jajah perang un tuk m em peroleh kemerdekaan dan intervensi m iliter saat perang dingin Jelas bahwa semua konflik itu tujuan pokoknya adalah untuk memenuhi tu juan-tu juan ekonom is seperti upaya perluasan wilayah kekuasaan upaya untuk mengendalikan sumber daya alam pencarian pasar-pasar baru atau peluang investasi atau kebutuhan untuk mencari tenaga keija murah Dan penggunaan senjata dalam kekerasan langsung bukanlah sekadar cerita yang mengada-ada dalam sejarah kapitalisme Bahkan hal ini merupakan cara yang wajar untuk m enciptakan m elestarikan atau mengubah hubungan-hubungan ekonomi dan sosial yang menjadi ciri sistem produksinya

B entuk kekerasan k e d u a yaitu kekerasan tidak langsung yang bermakna tindakan yang membahayakan manusia juga tetapi tidak melibatkan hubungan langsung antara korban dan pihak yang bertanggung jawab atas tindak kekerasan tersebut

Salmi mengkategorikan kekerasan tidak langsung ke dalam dua jenis yaitu

1 1 5

kekerasan yang dimediasi atau termediasi dan kekerasan dengan atau karena pembiaran

K ekerasan yang d im ediasi atau term ediasi m erupakan hasil intervensi manusia secara sengaja terhadap lingkungan alam atau sosial yang membawa pengaruh secara tidak langsung pada manusia lain Pokok kajian dari bentuk kekerasan ini ada em pat ya itu pengaruh ko lon ialism e pengaruh fisik proses produksi pengaruh sifat hasil-hasil produksi dan pengaruh kemajuan teknologi

Selain tindakan m iliterism e kolonialism e m em iliki pengaruh pada kehidupan m asyarakat te rja jah yang memburuk M isalnya berupa penyebaran epidemi penyakit yang berbahaya rusaknya keseimbangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat dan wabah kelaparan akibat supply makanan yang minim

Contoh lain dari kekerasan yang term ediasi dapat d item ukan dalam berjalannya proses produksi Di banyak industri para pekerja setiap hari melakukan kontak dengan limbah produksi atau mesin yang mengancam keselamatan dan kesehatan mereka karena mengakibatkan keracunan alergi kulit keguguran atau mutasi genetik dan penyakit kronis Proses produksi secara fisik tidak hanya berdampak pada pekeija tapi ju g a m em baw a konsekuensi bagi lingkungan di luar perusahaan tersebut K erusakan eko log is ini dapat berupa kerusakan lingkungan alam dan penipisan sumber daya alam yang dapat diperbaharui

S ifa t-s ifa t hasil produksi m enciptakan bentuk kekerasan yang termediasi yang lain dalam sistem ekonomi kapitalis Karena tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan sebanyak- banyaknya maka mereka menjual semua yang diproduksi Ini berarti bahwa kemampuan menjual sebuah produk menjadi kriteria pokok dalam menentukan barang dan usaha produksi Sehingga produk yang dijual kurang memperhitungkan dampak negatif atau positif produk tersebut bagi kesehatan

dan keselam atan konsum en Di negara- negara industri terdapat hubungan yang jelas antara produk yang dikonsumsi masyarakat dan penyakit yang mereka derita Konsumsi daging dan lemak yang berlebihan dapat menyebabkan penyakit jantung hepatitis dan sebagainya

Bentuk kekerasan termediasi lainnya terlihat pada dampak kemajuan teknologi Selam a m asa p en ja jahan kehidupan masyarakat tradisional pedesaan di banyak negara secara b ru ta l berubah dengan d iperkenalkannya ldquopertan ian untuk p erdaganganrdquo dan seiring dengan menurunnya hasil pertanian dengan sistem trad is io n a l R evolusi e lek tron ik ju g a berdam pak n eg a tif bagi negara-negara berkem bang ya itu m enam bah jum lah pengangguran dan memperdalam jurang kaya miskin Namun ini tidak berarti bahwa kemajuan teknologi itu buruk Keburukannya tidak terletak pada teknologinya saja tapi ju g a cara m enggunakannya untuk berproduksi dan bidang apa yang seharusnya m enggunakan teknolog i canggih serta teknologi apa yang harus dikembangkan atau ditunda

Kategori kedua dari kekerasan tidak langsung menurut Salmi yaitu kekerasan karena pembiaran Jenis ini digambarkan dengan seseorang yang berada dalam keadaan bahaya nam un tid ak ada orang yang m enolongnya B entuknya antara lain kem iskinan isu kelaparan penderitaan karena sak it serta lingkungan kerja masyarakat miskin

Kemiskinan dan ketidakadilan sosial di negara-negara kapitalis adalah bentuk paling jelas dari kekerasan karena pembiaran Kesenjangan pendapatan ekonomi antara negara kaya dan berkembang merupakan aspek pertama dalam kekerasan jenis ini Implikasi dari tingkat ketidakadilan yang tinggi ini yang telah diteliti di sebagian besar negera-negara tersebut adalah ternyata sebagian besar m anusia hidup dalam kemiskinan mutlak Untuk mengetahui asal

116

usul k e tidakad ilan di dalam ekonom i kapitalis kita perlu melihat faktor determinan yang mempengaruhi distribusi pendapatan Distribusi pendapatan sangat terkait dengan proses produksi Salmi m enyitir prinsip distribusi pendapatan yang diutarakan oleh Milton Friedman dalam buku Capitalism and Freedom bahwa setiap orang seharusnya m enerim a sesuai dengan apa yang diproduksinya berikut alat-alat produksi yang dimilikinya Menurut prinsip ini pendapatan setiap individu ditentukan oleh kuantitas fak tor p roduksi yang d im ilik inya dan besarnya keuntungan yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi tersebut Namun perm asalahannya te rn y a ta d is tribusi kepem ilikan modal tidaklah adil Agar ekonomi kapitalis dapat beroperasi maka harus memiliki pasar buruh di mana tenaga mereka dapat ditukar dengan upah Jika alat produksi (tanah dan modal) terdistribusi secara adil tidak akan ada perbedaan antara buruh dan pemilik alat produksi sehingga tidak ada orang yang merasa terpaksa bekeija untuk m endapatkan upah Sum ber ke tidakad ilan beriku tnya ya itu tidak setaranya keuntungan yang diperoleh dari modal dan buruh Perbedaan ini disebabkan pem ilik a la t-a la t p roduksilah yang memutuskan pembayaran untuk setiap faktor produksi

K rim inalitas dengan kekerasan langsung ju g a m erupakan ak ibat dari kem iskinan di banyak negara Salm i menyatakan dalam sebuah studi tentang kriminalitas menyebutkan bahwa masyarakat dengan distribusi kesehatan dan kekuasaan yang tidak adil cenderung menghadapi m asalah k rim inalitas yang besar dan sebaliknya Lingkungan kerja masyarakat miskin sering kali juga diwarnai dengan kekerasan karena pembiaran

B entuk kekerasan yang ketiga menurut Salmi yaitu kekerasan represif Kekerasan ini merupakan kekerasan yang dilegalkan atau tidak dikenakan sanksi atas pelanggaran terhadap hak-hak dasar

masyarakat yang umumnya dilakukan oleh negara atau pemerintah Bentuk kekerasan ini terkait dengan 3 macam hak dasar manusia yaitu hak sipil hak politik dan hak sosial

Untuk sem akin m engkonkretkan bentuk kekerasan ini Salmi menjabarkannya ke dalam studi kasus yang berbeda-beda di berbagai negara seperti Inggris India Republik Federal Jerman Swiss Jepang Australia Kanada Prancis dan Amerika Serikat Salah satu contohnya adalah yang terjadi di A ustralia K esejahteraan dan demokrasi di Australia ternodai oleh praktik rasis dan re p re s if te rhadap penduduk Aborigin Suku Aborigin secara historis dicabut hak-hak tradisionalnya dan hak atas tanah leluhurnya Kehidupan keseharian dan hak-hak politik mereka dibatasi

Bentuk kekerasan keempat akibat paham kapitalisme yaitu kekerasan alienatif Kekerasan ini merujuk pada pencabutan hak- hak individu yang lebih tinggi Konsep kekerasan ini memiliki makna objektif dan makna subjektif Dalam makna objektif alienasi merupakan sebuah fenomena sosial dimana seorang individu tercabut haknya untuk menentukan nasib sendiri misalnya ditolak hak atau kesem patannya untuk berperan ak tif dalam proses pembuatan keputusan tentang karakter dan orientasi kehidupan profesional serta sosial dirinya Sedangkan dalam makna subjektif alienasi secara esensial memiliki makna psikologis dan mengacu pada situasi dimana individu m erasa asing dengan d irinya sendiri kebudayaannya atau komunitasnya

Kekerasan alienatif memiliki dampak di berbagai bidang Di antaranya pada organisasi keija modem Di dalam organisasi yang seperti ini setiap pekerja memiliki kekuasaan dan tanggung jawab yang sempit sehingga keterlibatan dan partisipasi nyata m ereka di dalam proses pengam bilan keputusan yang bersifat global menjadi terpinggirkan

Jenis kekerasan yang diakibatkan oleh ekonomi kapitalis ini tidak hanya

1 1 7

mempengaruhi orang yang bekerja di pabrik- pabrik dan kantor modem tapi juga orang dan komunitas yang hidup di pinggir-pinggir sistem ekonomi modem Hal ini teijadi setiap kali perusahaan kapitalis berbenturan dengan sebuah sistem ekonomi tradisional yang sedemikian hingga membatasi dan mencegah kegiatan-kegiatan produksi dimana pola kehidupan kultural dan sosial masyarakat yang bersangkutan tergantung padanya

Dimensi lain dari kekerasan alienatif yaitu rasisme Rasisme bukan hanya berupa kebencian untuk mengisolasikan beberapa orang pinggiran yang mempunyai ide-ide yang menyimpang tapi esensinya merupakan sebuah fenomena sosial dan perannya sama dengan ideologi dalam masyarakat kapitalis

Seksism e dapat ju g a dianggap sebagai sebuah bentuk rasisme Dengan dalih adanya perbedaan psikologis dan biologis yang fundam ental antara laki-laki dan perempuan hierarki sosial telah berkembang jauh sehingga menguntungkan kaum laki- laki Perempuan khususnya ditempatkan sebagai subordinat yang berakibat pada semua aspek kehidupan sehari-hari yang biasanya berorientasi domestik Bentuk lain dari kekerasan a lienatif yaitu adanya pemujaan terhadap perilaku konsumtif yang terjadi di negara-negara industri maju

Bagian akhir buku ini disimpulkan oleh Salmi bahwa kekerasan merupakan fenomena multisegi yang berkaitan dengan sebab-sebab khusus dan akibat-akibatnya serta merefleksikan adanya keyakinan penuh bahwa terdapat nilai-nilai hak asasi manusia yang universal

Bila sedikit membandingkan dengan teori peradaban yang dikemukakan oleh Johan Galtung4 kategori kekerasan dibagi menjadi kekerasan langsung kekerasan struktural dan kekerasan kultural Khususnya tentang kekerasan kultural yang tampaknya tidak secara eksplisit dikemukakan oleh

4 Johan Galtung Studi Perdamaian Pustaka Eureka 2003 hlm 431

Salm i G altung berpendapat bahw a kekerasan kultural terjadi ketika aspek budaya ranah simbolik kita dapat digunakan untuk m enjustifikasi atau m elegitim asi kekerasan langsung atau struk tural Kekerasan kultural merupakan kekerasan langsung yang dilegitim asi dan dengan demikian dapat diterima di tengah-tengah masyarakat Misalnya asumsi yang dibangun bahwa pembunuhan atas nama negara adalah benar sedangkan atas nama individu adalah salah sesungguhnya dapat mengaburkan realita yang teijadi

Akhir kata buku setebal 292 halaman ini kaya akan referensi peristiwa sejarah konkret yang pernah terjadi di berbagai negara sebagai ben tuk dari berbagai kekerasan b eserta fak to r-fak to r yang m elatarbelakanginya S truktur buku ini sangat sistematis dan dalam beberapa hal cukup netral dalam menilai bentuk-bentuk kekerasan yang pernah terjad i dalam peradaban manusia Meskipun subjektivitas yang menggambarkan tuntutan kesetaraan dan keadilan yang proporsional antara negara maju dan negara berkembang bahkan dengan negara Dunia Ketiga kerap muncul dalam pemikiran Salmi Kemudian yang menarik buku ini dapat dijadikan kerangka berpikir untuk melakukan studi tentang kekerasan di segala lapisan masyarakat dalam situasi apa pun

Daftar Pustaka

Galtung Johan 2003 Studi Perdamaian Jakarta Pustaka Eureka

Primoratz Igor Sta te Terrorism and Counterterrorism Working Paper Number 20023 Melbourne Centre for Apply Philosophy and Public Ethics dalam http eprintsunimelbeduauarchive00000137 01Primoratpdf

Van Boven Theo 2002 Mereka yang Menjadi Korban Jakarta ELSAM

Wikipedia Capitalism Yang diakses pada 3 Juli 2006

118

Tentang Penulis

Adriana Elisabeth Peneliti Bidang Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Ia memperoleh gelar Master o f Social Sciences in International Relation dari University o f Tazmania Bidang kajian yang ia tekuni antara lain adalah ekonomi politik

Amiruddin al Rahab adalah inisiator Pokja Papua dan Peneliti di ELSAM-Jakarta Peneliti berdarah Temate dengan fokus kajian mengenai Papua ini sedang melanjutkan studi S2-nya pada proram Pascasaijana Universitas Indonesia

Athiqah Nur Alami kandidat peneliti pada Bidang Politik Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Ia menamatkan SI dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Ia mendalami bidang kajian Australia dan bidang gender

Indriana Kartini saijana Hubungan Internasional FISIP Unpad yang lulus pada tahun 2002 ini adalah peneliti Bidang Politik Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Kontributor bukuSaddam Melawan Amerika (2003) ini aktif di ISMES the Indonesian Society for Middle East Studies) Saat ini tengah melanjutkan studi S2 di University o f Melboume Australia

Lili Romli lahir di Serang-Banten Ia merupakan peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI Selain itu ia juga mengajar di almamaternya pada Jurusan Ilmu Politik FISIP UI Saat ini ia sedang melanjutkan program doktor ilmu politik di Universitas Indonesia Menulis di beberapa jumal ilmiah dan aktif melakukan penelitian berkaitan dengan pemilu partai politik lembaga perwakilan dan otonomi daerah

Syafuan Rozi Peneliti Bidang Politik Nasional Pusat Penelitian Politik LIPI ini mendapatkan gelar SI dan S2-nya dari Universitas Indonesia Fokus kajian peneliti kelahiran Bengkulu ini adalah mengenai konflik dan birokrasi Selain sebagai peneliti ia juga aktif mengajar di IISIP Jakarta

Syamsuddin Haris Ahli Peneliti Utama Pusat Penelitian Politik LIPI Lahir di Bima menyelesaikan SI dari FISIP Unas S2 dari FISIP UI dan tengah menyelesaikan doktoral di FISIP UI Sejumlah karyanya yang telah diterbitkan adalah Demokrasi di Indonesia Gagasan dan Pengalaman (1995) Menggugat Politik Orde Baru (1998) Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru (editor 1998) Reformasi Setengah Hati (1999) dan Desentralisasi dan Otonomi Daerah (editor 2005)

1 1 9

Beberapa Karya Peneliti P2P-LIPI

S tra te g i ASEANdalam P erluasan ASEAN+3 Indonesia-Rusia

Reformasi

pWniirsquoiWSl feTafiAe

E d ito r Lili Romli

Selain karya tersebut masih terdapat karya-karya lain Untuk informasi lebih lanjut hubungi Pusat Dokumentasi dan Informasi P2P-LIPI Widya Graha Lt III Jl Jend Gatot Subroto No 10 Jakarta

InformasiHasil Penelitian Terpilih

Auslraliadan inggris1K a su s S u j i K S i T e n ga h M alu ku i raquo M ata ku U ta ra

w i

zm PMinoritasMuslim

w y - i

PERTAHANAN AUSTRALIA ~ 2000-2005

H mdash 0AN

laquopraquo

r- ASIA

ldquo SPONS NEGARA-NEGARA ASIA TIMUR DAN SELANDIA BARU

m j

ilm u Pe n g e ta h u a n ifittenesia

Page 3: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id

Catatan Redaksi

Sebagai negara nusantara Indonesia memiliki banyak pulau besar dan kecil Secara kiasan hal ini diungkap dalam sebuah petikan lagu ldquodari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau Sambung-menyambung menjadi satu itulah Indonesiardquo Sepanjang sejarahnya Indonesia

mengalami pasang surut dalam pola hubungan pusat-daerah seperti beberapa pemberontakan di daerah terhadap apa yang disebut sebagai pusat

Tampaknya pola hubungan kedaerahan sekarang ini menyisakan satu daerah yang belum tuntas penyelesaiannya Daerah itu tidak lain dan tidak bukan adalah Papua Sejak awal upaya penyelesaian Papua sudah memperlihatkan dimensi internasional Namun dalam perkembangannya dimensi internasional ini semakin lama kian termobilisasi sehingga memaijinalkan posisi Papua di antara sejumlah pihak berkepentingan Satu di antara pihak yang berkepentingan itu adalah militer Baik dimensi internasional maupun pertaruhan militer dengan jajarannya di pusat dan di daerah berujung kepada fenomena Papua Menggugat Fenomena ini dihadapkan kepada kita semua bahwa Papua secara keseluruhan tengah berusaha untuk memahami dan menempatkan identitas lokalnya dalam kerangka NKRI atau perspektif lainnya

Dalam kerangka inilah fenomena Papua Menggugat menjadi topik utama dalam Jurnal Penelitian Politik edisi kali ini Serangkaian artikel yang bersifat empirik maupun teoritik dikupas oleh penulis yang berkompeten

Satu artikel membahas perkembangan dimensi internasional untuk kasus Papua baik aktor negara maupun nonnegara Seperti dalam suatu medan setiap aktor beijuang untuk memperoleh hasil yang maksimal Memang tidak semua aktor akan dibahas secara khusus dalam edisi kali ini Jumal edisi ini lebih memfokuskan pada satu aktor yakni militer Sorotan terhadapnya memang bukan tanpa alasan Militer mengemban amanat konstitusi untuk menjaga keutuhan negara di wilayah ujung Timur Indonesia ini yang masuknya ke dalam lingkungan NKRI dapat dikatakan belakangan Sementara itu pada tingkat lokal mereka memperlihatkan kontradiksi khususnya dalam hal pemekaran Papua Adanya pro-kontra jelas menunjukkan faksionalisasi masyarakat Papua terhadap gagasan dari Jakarta Berdasar ketiga sorotan ini apakah kita sebagai bangsa merasa malu atas kegagalan dalam membangun kebangsaan atau justru bangga dengan segala atribut kelokalan ini sehingga seenaknya kita sinis kepada yang lainnya

Pembahasan berikutnya adalah kajian teoritik tentang demokratisasi dan dilema sistem kepartaian Kajian teoritik ini menekankan pada partai politik sehingga isu yang disorot adalah pelembagaannya agar dalam tubuh partai politik sungguh-sungguh bercirikan demokrasi Selain itu isu yang juga penting adalah soal model sistem kepartaian

Sebagaimana biasa Jurnal Penelitian Politik edisi kali ini juga menyuguhkan laporan hasil penelitian yaitu tentang konflik kebijakan pertahanan Australia dan respons negara-negara Asia Timur dan Selandia Baru dan minoritas Muslim Studi empirik tentang konflik memfokuskan pada upaya negara dan masyarakat di daerah-daerah konflik horizontal untuk menuju resolusi konflik Karakteristik keagamaan disadari begitu dominan pada ketiga daerah konflik yang diteliti Dalam konteks lain studi tentang minoritas Muslim di luar negeri diungkapkan untuk memberi gambaran yang tepat tentang posisi kelompok Muslim di tengah kehidupan masyarakat Barat Sementara itu studi tentang politik luar negeri berkenaan dengan pertahanan Australia yang menimbulkan respons tertentu dari sejumlah negara kawasan di Asia Timur dan negara tetangga lainnya

Kami berharap tema-tema yang disajikan dalam Jurnal Penelitian Politik edisi kali ini dapat memberi pencerahan kepada masyarakat ilmiah Lebih-lebih lagi hal ini akan memberikan kontribusi bagi perbaikan kehidupan perpolitikan kita Selamat membaca

1

OPERASI-OPERASI MILITER DI PAPUAPAGAR MAKAN TANAMAN

Amiruddin al Rahab

AbstractThe aim o f this paper is to describe military operations in Papua undertaken by Kodam Tjendrawasih

The operations conducted by the Kodam based on security approach have caused thousands o f civilian victims Therefore Kodam that suppose to be the protector o f the people and the State has triggered bigger problem for unity o f the nations separating movement in the region The problem o f Papua has to be solved by targeting the roots o f the problem which is the role o f military as a tool for solving conflict in Papua After all the main problem in Papua has to be identified and solved by an approach that reaches the basic problem in that region self esteem and the welfare o f the people o f Papua

1 Pengantar

Rezim m iliter Orde Baru Soeharto menjadikan Papua sebagai daerah kekuasaan m iliter teru tam a

Angkatan Darat (AD) Kesan seperti itu sangat terasa karena instansi militer dan para petinggi militer di Kodam dan jajarannya mendominasi ranah politik dan jalannya pemerintahan di Papua Cengkraman AD atas Papua kian kuat karena adanya dwifungsi ABRI dan dijadikannya Papua sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) 1 2

Dengan semangat berdwifungsi obsesi u tam a sem ua p im pinan m ilite r Indonesia khususnya di ja jaran Kodam Trikora dan di Pem da Papua adalah

Peneliti di ELSAM Jakarta dan Inisiator Pokja Papua yang mendalami masalah hak asasi manusia dan militer serta politik lokal spesialisasi masalah separatisme dan gerakan perlawanan di Papua

1 Dalam tulisan ini Papua dipakai untuk mengaju kepada masa kini Sementara untuk mengacu ke masa lalu di pakai Irian Barat atau Irian Jaya Namun istilah itu dipakai secara bergantian dalam tulisan ini Di samping itu untuk menunjukkan orang selalu dipakai istilah Papua

2 Pemakaian istilah ABRI atau TNI sangat terkait kontekswaktunya Dalam tulisan ini istilah itu dipakai salingbergantian Bahkan juga dipakai istilah insitusi militer atau insituasi keamanan

m enghancurkan apa yang mereka sebut gerom bolan b ersen ja ta O PM 3 O bsesi penghancuran OPM itu juga dimotivasi oleh kepetingan ekonomi dan politik Secara po litik petinggi AD seperti Pangdam Danrem dan Dandim adalah juga Ketua Pembina Golkar di w ilayahnya4 Secara ekonomi semua perusahaan besar di Papua dikategorikan sebagai objek vital nasional Artinya perusahaan-perusahaan itu berada di bawah naungan militer untuk keamanannya Untuk itu perusahaan-perusahaan harus menyetor sejumlah uang

Pada gilirannya dalam setiap kepala pimpinan dan anggota ABRI semua orang Papua adalah separatis kecuali orang itu bisa menunjukkan dirinya bukan separatis Untuk m otivasi in i OPM yang sela lu kecil

3 Obsesi pimpinan militer untuk menghancurkan gerombolan bersenjata di Papua dapat dilihat dalam Mayjen Samsudin Pergolakan di Perbatasan Operasi Pembebasan Sandera Tanpa Pertumpahan Daerah Gramedia Jakarta 1994 hlm 59mdash 60

4 Hal ini berlangsung sampai Pemilu 1997 Obsesi politik itu adalah mengupayakan Golkar harus menang dalam setiap Pemilu di Papua Bahkan Pangdam juga merupakan anggota MPR dari fraksi utusan daerah

3

kekuatannya selalu dikampanyekan sebagai ancaman serius bagi NKRI Obsesi itu tumbuh dari cara pandang yang melihat gerakan menuntut pengakuan identitas politik Papua sekadar masalah ldquobom waktu yang ditinggalkan Belandardquo atau buah dari hasutan kelom pok separatis bukan m erupakan persoalan mendasar yang berkaitan dengan rasa keadilan dan harga diri orang Papua Maka dari itu untuk mengenyahkan ldquohantu OPMrdquo itu kebijakan yang diambil di Papua adalah menghancurkan OPM secara fisik (membunuh)5 dengan menggelar operasi militer berkesinambungan (DOM) dari tahun ke tahun

Dr Benny Giyai seorang rohaniwan dan intelektual Papua m encatat bahwa pengalaman di bawah cengkraman militer itu merupakan pengalaman pahit yang tak akan pernah terlupakan oleh orang-orang Papua Benny menuliskan bahwa dalam seluruh pengalaman pahit itu orang Papua merasa d iperlakukan bukan sebagai m anusia melainkan hanya sebagai objek yaitu objek operasi militer6

Sejarah sebagai objek kekerasan itushylah yang selalu diingkari oleh Indonesia sampai hari ini Pihak-pihak m iliter atau aparat keamanan di Papua sama sekali tidak pernah merasa melakukan kejahatan terhadap siapa pun di Papua karena operasi-operasi m ilite r yang m ereka lancarkan atau penangkapan-penangkapan serta penyiksaan

5 Membunuh di Papua sungguh dalam artian harfiah Pembunuhan terhadap Arnold Ap tahun 1984 atau pembunuhan terhadap Theis H Eluay tahun 2002 adalah contoh dari kebijakan itu Bahkan Kasad Jenderal Ryamizar Ryakudu menyatakan para anggota Kopassus yang telah divonis oleh Pengadilan Tinggi Militer Surabaya terbukti membunuh Theis sebagai Pahlawan NKRI

6 Benny Giyai Menuju Papua Baru Beberapa Pokok Pikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham- Dieyai 2000 Dalam pandangan Benny hari merdeka itu adalah hari datangnya kebahagian sehingga penderitaaan tidak lagi menjadi hari-hari orang Papua Selain itu Benny juga meyakini bahwa hari itu akan datang sebagaimana kosmologi orang Papua yang meyakini bahwa waktu berputar antara susah menuju senang dalambabakan-babakan tertentu Hlm 8mdash 9

atau pembunuhan dengan segala bentuknya di Papua hanyalah dalam rangka menjalankan tugas sebagai pe lindung NKRI dari rongrongan organisasi yang disebut sebagai OPM

Tulisan ini berusaha membeberkan operasi-operasi m iliter yang digelar oleh Kodam yang berpataka ldquoPraja Ghupta Virardquo (Ksatria Pelindung Masyarakat) di Papua Dalam pandangan orang-orang Papua ABRI alih-alih menjadi pelindung malah menjadi seperti pagar makan tanam an Operasi- operasi militer mendatangkan kesengsaraan lahir dan batin bagi orang-orang Papua Pandangan orang Papua itu masih bertahan sampai saat ini sehingga mendorong mereka m enuntu t m erdeka karena rendahnya kepercayaan terhadap instansi pemerintah yang ada di Papua

Dalam keperluan tulisan ini operasi- operasi militer yang berjalan terus-menerus dilihat sebagai kemenangan politik ABRI dalam melakukan bargaining dengan aktor- ak to r negara la in dalam m engam bil kebijakan Dwifungsi ABRI membuat aktor- aktor politik lainnya kehilangan kendali terhadap ABRI Hal itu terjadi karena kuatnya pengaruh perwira militer dalam politik lokal Papua baik dalam badan legislatif Papua maupun dalam lembaga eksekutif di Papua7

2 ABRI Wajah Indonesia di Papua

Sampai saat ini argumen Indonesia bahwa proses penggabungan Papua ke dalam Indonesia adalah suatu ldquokehendak dan panggilan sejarahrdquo dari sikap patriotisme para sukarelawan terasa tidak memadai lagi

7 Konsepsi dwifungsi ABRI membuat cara pandang aktor- aktor politik lainnya terkesampingkan Selain itu selama operasi m iliter itu berlangsung jajaran birokrasi dikendalikan pula oleh para perwira aktif mulai dari Ketua DPRD I dan II se-Papua wakil gubernur bupati dan atau wakil bupati se-Papua Institusi strategis juga dikendalikan oleh perwira ABRI aktif yaitu Kantor Direktorat Sospol Provinsi dan Kabupaten se-Papua dan Mawil Hansip Provinsi dan Mawil Hansip Kabupaten se-Papua

4

kekuatannya selalu dikampanyekan sebagai ancam an serius bagi NKRI Obsesi itu tumbuh dari cara pandang yang melihat gerakan menuntut pengakuan identitas politik Papua sekadar masalah ldquobom waktu yang ditinggalkan Belandardquo atau buah dari hasutan kelom pok separatis bukan m erupakan persoalan mendasar yang berkaitan dengan rasa keadilan dan harga diri orang Papua Maka dari itu untuk mengenyahkan ldquohantu OPMrdquo itu kebijakan yang diambil di Papua adalah menghancurkan OPM secara fisik (membunuh)5 dengan menggelar operasi militer berkesinambungan (DOM) dari tahun ke tahun

Dr Benny Giyai seorang rohaniwan dan intelektual Papua mencatat bahwa pengalaman di bawah cengkraman militer itu merupakan pengalaman pahit yang tak akan pernah terlupakan oleh orang-orang Papua Benny menuliskan bahwa dalam seluruh pengalaman pahit itu orang Papua merasa d iperlakukan bukan sebagai m anusia melainkan hanya sebagai objek yaitu objek operasi militer6

Sejarah sebagai objek kekerasan itushylah yang selalu diingkari oleh Indonesia sampai hari ini Pihak-pihak militer atau aparat keamanan di Papua sama sekali tidak pernah merasa melakukan kejahatan terhadap siapa pun di Papua karena operasi-operasi m ilite r yang m ereka lancarkan atau penangkapan-penangkapan serta penyiksaan

5 Membunuh di Papua sungguh dalam artian harfiah Pembunuhan terhadap Arnold Ap tahun 1984 atau pembunuhan terhadap Theis H Eluay tahun 2002 adalah contoh dari kebijakan itu Bahkan Kasad Jenderal Ryamizar Ryakudu menyatakan para anggota Kopassus yang telah divonis oleh Pengadilan Tinggi Militer Surabaya terbukti membunuh Theis sebagai Pahlawan NKRI

6 Benny Giyai Menuju Papua Baru Beberapa PokokPikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham- Dieyai 2000 Dalam pandangan Benny hari merdeka itu adalah hari datangnya kebahagian sehingga penderitaaan tidak lagi menjadi hari-hari orang Papua Selain itu Benny juga meyakini bahwa hari itu akan datang sebagaimana kosmologi orang Papua yang meyakini bahwa waktu berputar antara susah menuju senang dalam babakan-babakan tertentu Hlm 8mdash 9

atau pembunuhan dengan segala bentuknya di Papua hanyalah dalam rangka menjalankan tugas sebagai p e lindung NKRI dari rongrongan organisasi yang disebut sebagai OPM

Tulisan ini berusaha membeberkan operasi-operasi militer yang digelar oleh Kodam yang berpataka ldquoPraja Ghupta Virardquo (Ksatria Pelindung Masyarakat) di Papua Dalam pandangan orang-orang Papua ABRI alih-alih menjadi pelindung malah menjadi seperti pagar makan tanam an Operasi- operasi militer mendatangkan kesengsaraan lahir dan batin bagi orang-orang Papua Pandangan orang Papua itu masih bertahan sampai saat ini sehingga mendorong mereka menuntut merdeka karena rendahnya kepercayaan terhadap instansi pemerintah yang ada di Papua

Dalam keperluan tulisan ini operasi- operasi militer yang berjalan terus-menerus dilihat sebagai kemenangan politik ABRI dalam melakukan bargaining dengan aktor- ak to r negara la in dalam m engam bil kebijakan Dwifungsi ABRI membuat aktor- aktor politik lainnya kehilangan kendali terhadap ABRI Hal itu teijadi karena kuatnya pengaruh perwira militer dalam politik lokal Papua baik dalam badan legislatif Papua maupun dalam lembaga eksekutif di Papua7

2 ABRI Wajah Indonesia di Papua

Sampai saat ini argumen Indonesia bahwa proses penggabungan Papua ke dalam Indonesia adalah suatu ldquokehendak dan panggilan sejarahrdquo dari sikap patriotisme para sukarelawan terasa tidak memadai lagi

7 Konsepsi dwifungsi ABRI membuat cara pandang aktor- aktor politik lainnya terkesampingkan Selain itu selama operasi m iliter itu berlangsung jajaran birokrasi dikendalikan pula oleh para perwira aktif mulai dari Ketua DPRD I dan II se-Papua wakil gubernur bupati dan atau wakil bupati se-Papua Institusi strategis juga dikendalikan oleh perwira ABRI aktif yaitu Kantor Direktorat Sospol Provinsi dan Kabupaten se-Papua dan Mawil Hansip Provinsi dan Mawil Hansip Kabupaten se-Papua

4

Apalagi argumentasi yang menyatakan bahwa Papua telah menjadi bagian dari Indonesia sejak alam terbentang karena terdapatnya persamaan adanya kapak batu persegi dan adanya persamaan relief lukisan di dinding gua batu

Lebih tak berarti lagi apabila klaim Indonesia itu sem ata disandarkan pada penguasaan Papua oleh kerajaan kuno seperti Sriwijaya Majapahit sampai Sultan Tidore8 Klaim atas Papua yang disandarkan pada argumen bahwa Papua adalah wilayah jajahan B elanda mdash sejak tahun 1828 berkat keberhasilan Belanda mendirikan benteng Fort du Buis di Teluk Triton Kaimanamdash secara otomatis menjadi wilayah Indonesia ju g a tidak m em bantu banyak dalam menyakinkan orang Papua bahwa mereka adalah bagian sah dari Republik Indonesia9

Semua argumen itu terasa hambar karena tidak berasal dari pengalaman nyata orang-orang Papua sendiri dalam berintegrasi dengan negara Republik Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 Lebih tepatnya orang Papua berinteraksi secara nyata dengan entitas negara Indonesia adalah melalui sebuah peijanjian internasional yang ditandatangani pada tanggal 12 Agustus 1962 di New York dan d ilan ju tkan dengan referendum tu juh tahun kem udian Referendum itu disebut oleh Indonesia sebagai Pepera yang dijalankan secara musyawarah antara 1025 orang mewakili seluruh orang Papua yang ada kala itu Baru setelah Pepera di tahun 1969 itulah Papua berintegrasi dengan Indonesia dengan tulang punggungnya pemerintahan militer

Operasi militer untuk memaksa Papua berintegarasi ke dalam Indonesia secara faktual dirintis mulai tahun 1961 dengan masuknya bala tentara Indonesia ke Papua

8 Sejarah yang menguntai jauh ke belakang sebagai legitimasi Indonesia atas Papua seperti ini dapat dibaca dalam Irian Barat dari Masa ke Masa Sejarah Militer Kodam XVII Tjendrawasih Puserjarah ABRI 1971 Hlm 9mdash 16

9 Argumentasi Papua adalah wilayah Indonesia karena bagian dari jajahan Belanda dipakai oleh Deplu Indonesia lihat brosur Sejarah Kembalinya Irian Jaya ke Pangkuan Republik Indonesia Deplu RI 1998

dengan sebutan sukarelawan dalam rangka m elakukan in filtra si un tuk m enguasai sebagian wilayah Papua dari Belanda dan kemudian daerah itu dimanfaatkan untuk m engacaukan ja lan n y a pem erin tahan Belanda atas Papua10 11 Sejak tahun 1961 itulah masyarakat Papua mengenal Indonesia secara nyata berkat adanya pasukan-pasukan ABRI yang menyusup ke Papua Artinya wajah pertama Indonesia di Papua diwakili oleh sepak terjang para pasukan infiltran ini

Fase infiltrasi ini ditujukan untuk m em bentuk b asis -b as is gerilya dan mempersiapkan pembentukan pos terdepan bagi upaya penyerbuan Papua oleh Indonesia Dalam fase ini dimasukkan lebih kurang 10 kompi prajurit ABRI ke Papua Fase kedua adalah m elakukan serangan terbuka di beberapa daerah seperti Biak Fak-fak Sorong Kaimana dan Merauke Fase ketiga adalah konsolidasi pasukan sebagai kekuatan militer Indonesia di Papua11

Salah satu perw ira ABRI yang menjadi infiltran ini adalah Kapten Benny Moerdani (kemudian menjadi Menghankam Paftgab 1983mdash 1988 Menhankam 1988mdash 193) dengan pasukan berkekuatan 206 yang berasal dari RPKAD dan Kompi II Batalyon 530Para dari Kodam Brawijaya Pasukan ini diterjunkan di Merauke dengan sandi Operasi Naga Operasi penyusupan di Papua ini secara kese lu ruhan d iberi sandi O perasi Djayawijaya Setelah New York Agreement disetujui Benny dipindahkan ke Holandia (Jayapura) menjadi komandan sementara seluruh pasukan infiltran Indonesia di Irian Barat12

Seluruh pasukan infiltran ini sebagaimana d isyaratkan oleh New York Agreement kemudian diorganisasi ke dalam Kontingen Indonesia (Kotindo) sebagai pasukan keamanan UNTE A Konsentrasi dari pasukan Indonesia ini awalnya adalah Merauke Kaimana Fak-fak

10 Drs M Cholil Sejarah Operasi-Operasi Pembebasan Irian Barat Puserjarah ABRI - Dephankam 1971

11 Julius Pour Benny Mordani op cit hlm 19812 Ibid hlm 224mdash 226

5

dan Sorong Semua pasukan Indonesia ini kemudian dibagi ke dalam empat datasemen yaitu Datasemen Adi Merauke Datasemen B di Kaimana Detasemen C di Fak-fak dan Detasemen D di Sorong

Pasukan-pasukan Indonesia ini kemudian diperbantukan kepada United Nation Security Force (U N SF) yang m erupakan aparat keam anan UNTEA Meskipun demikian seluruh komando tetap berada di bawah Panglima Mandala Artinya pasukan K otindo secara organik tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ABRI Maka dari itu segala tanggung jawab organisatoris dan administratif tetap menjadi tanggung jawab Indonesia

Dengan posisi yang demikian ABRI di Papua m em ilik i dua m isi form al merupakan alat kelengkapan dari UNTEA dalam UNSF sementara infomal adalah untuk melanjutkan komando Trikora Maka dari itu ABRI dalam K otindo lebih mementingkan tugas informalnya yaitu mengawasi UNTEA agar tidak merugikan Indonesia dan menekan kekuatan-kekuatan sosial po litik orang-orang Papua yang menentang Indonesia

Kehadiran dan sepak terjang ABRI yang kerap melakukan kekerasan di Papua di kemudian melahirkan satu sikap yang khas Papua pula yaitu Indonesia diasosiasikan dengan kekerasan U ntuk ke luar dari kekerasan o rang-orang Papua m ulai membangun identitas Papua sebagai reaksi untuk menentang kekerasan yang dilakukan oleh para anggota ABRI yang menjadi representasi Indonesia bertahun-tahun di Papua13 Makna yang terbangun di balik itu adalah menolak menjadi Indonesia berarti menolak menjadi korban kekerasan dari ABRI Sikap ABRI atas reaksi orang-orang Papua bukannya mencari jalan penyelesaian secara damai melainkan mengintensifkan kekerasan dengan skala yang

13 Amiruddin ldquoGerakan Papua MerdekarPenciptaan Identitas Ke-Papuan versus Ke-Indonesia-anrdquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIIINol Tahun 2005

lebih besar melalui operasi militer dengan menjadikan Papua sebagai DOM Akibatnya kekerasan menjadi lingkaran yang tiada putus di Papua selama puluhan tahun14

Sejak itu secara perlahan orang-orang Papua baik elit maupun jelata juga mulai mengenal Indonesia dalam arti sesungguhshynya Singkatnya dalam pandangan orang Papua ABRI adalah Indonesia Indonesia adalah A B R I15 A kibatnya perlaw anan terhadap Indonesia yang mulai buncah sejak tahun 1963 sampai hari ini tidak pernah berhenti Selalu ada pemimpin baru dengan pengikut yang juga potensial terus tumbuh16

3 Kodam Tulang Punggung Security Approach

Tahun 1963 MenPangad Jend A Yani mengeluarkan perintah Operasi Wisnumurti untuk mendatangkan pasukan dari divisi-divisi di Jaw a M akassar dan M aluku untuk mengembangkan kekuatan tempur dan staf Kodam XVII Tugas pokok Kodam ini adalah m enegakkan kew ibaw aan Pem erintah Indonesia menjamin keamanan dan ketertiban serta m embantu pem erintah sipil dalam membangun Irian Barat17 Para infiltran yang tergabung dalam Kotindo adalah inti kekuatan ABRI di Papua k e tik a K odam X V II Tjendrawasih dibentuk

14 Muridhan S W idjojo ldquoSeparatisme - Hak Asasi M anusia- Separatisme Siklus Kekerasan di Papua Indonesiardquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIIINol Tahun 2005

15 Mengenai wajah Indonesia itu adalah seluruh aksi kekerasan yang dilakukan oleh para prajurit ABRI ini dapat ditelusuri dalam Decki Natalis Pigai BIK Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua Sinar Harapan Jakarta 2001

16 Mengenai terus tumbuhnya perlawanan dan munculnya pemimpin-pemimpin baru dari setiap fase perlawanan itu lihat Yorris TH Raweyai Mengapa Papua Ingin Merdeka PDP Jayapura 2002 Yorris tercatat sebagai anggota PDP yang memperjuangkan kemerdekaan bagi Papua Hal ini menunjukkan bahwa regenerasi perlawanan terus berlanjut selama kekerasan terus terjadi

17 Irian Barat Op cit hlm 104

6

Sesunguhnya Kodam XVII yang awalnya bernama Kodam XVIIIrian Barat dibentuk melalui Surat MenPangadNo Kpts- 105881962 pada tanggal 17 Agustus 196218 atau 2 hari setelah New York Agreement ditandatangani Karena masa itu Indonesia belum memiliki kewenangan pemerintahan di Papua Kodam ini hanya berada secara bayangan dengan fungsi mengawasi UNTEA dan gerak-gerik politik orang-orang Papua terutama yang pro-kemerdekaan Papua Brigjen U Rukm ana yang kom andan K otindo merangkap sebagai Pangdam pertama di Papua19

Kodam ini kemudian direalisasikan secara nyata baru 12 Januari 1963 mendekati hari penyerahan adm in istrasi ke pem erin tahan Papua dari UNTEA ke Indonesia Kodam ini kemudian membentuk komando teritorialnya yang terdiri dari 3 Korem dan 23 Kodim Kemudian komando teritorial ini diubah pada tanggal 3 Maret 1963 menjadi 3 Korem20 dan 8 Kodim 70 Puterpa dan 20 K ooterpa21 K om ando- komando ini berfungsi sebagai gelar pasukan dan sekaligus penguasaan teritorial dalam rangka fungsi sosial politik secara nyata22 Di samping itu juga ditambah dengan dua batalion infantri Kodam mulai berfungsi secara riil 17 Mei 1963 setelah UNTEA mengalihkan tanggung jawab administrasi kepemerintahan ke Indonesia

18 Namun ulang tahun Kodam selalu diperingati tgl 17 Mei 1963 Hal ini mulai terjadi sejak tahun 1967

19 Irian Barat dari Masa ke Masa op cit hlm 100-10120 Sejak tanggal 5 Agustus 1964 jumlah Korem di Irian

Barat dikurangi menjadi 2 yaitu Korem 171 dengan markas di Manokwari dan Korem 172 dengan markas di Merauke Dua Korem ini bertahan sampai sekarang

21 Dari 8 Kodim ini dua Kodim langsung di bawah Kodam yaitu Kodim 1701 Jayapura dan Kodim 1702 Wamena Sementara 4 Kodim berada di bawah Korem 171 yaitu Kodim 1711 Manokwari Kodim 1712 Sorong Kodim 1713 Seruai dan Kodim 1714 Fak-fak Dua Kodim lainnya berada di bawah Korem 172 yaitu Kodim 1721 Merauke dan Kodim 1722 Tanah Merah PUTERPA (Perwira Urusan Perlawanan Rakyat) sekarang setingkat dengan Koramil Kooterpa (Koordinator Perlawanan Rakyat) sekarang Babinsa

22 Pusat Sejarah Kodam XVII op cit

K odam X V IIIrian Barat pada tanggal 30 Juni 1964 berganti nama menjadi Kodam XVIITjendrawasih dengan pataka-nya Praja Ghupta Vira yang berarti Ksatria Pelindung Masyarakat Sejak tahun 1964 inti kekuatan Kodam XVIITjendrawasih terus berkembang dengan dibentuknya batalion- ba ta lion baru ya itu B atalion 751 Tjendrawasih di Manokwari yang berasal dari K odam V IID iponegoro Y onif 752 Tjendrawasih di Sorong berasal dari Kodam VlSiliwangi dan Yonif753Tjendrawasih di Jayapura K etiga y o n if ini m erupakan pembaharuan dari yonif sebelumnya yaitu Yonif 641Tjendrawasih I yang berasal dari Diponegoro dan Yonif 642Tjendrawasih II yang berasal dari Siliwangi Ke dalam kedua batalion ini telah bergabung unsur dari Papua yaitu para gerilyawan KasuariTrikora dan anggota eks-PVK (Papuan Vrywillingers Korp) setelah mereka dididik di Siliwangi dan di Diponegoro23 Jumlah seluruh pasukan ABRI pada awal kehadiran Kodam ini sekitar 2000 prajurit lebih

Peran m ilitermdash terutam a ADmdash menjadi kian dominan di Papua ketika terjadi reo rgan isasi m ilite r Indonesia setelah kekuasaan beralih dari tangan Soekarno ke tangan Soeharto Dominasi militer di Papua itu sejalan dengan menguatnya militer dalam kekuasaan di Indonesia MenhankamPangab Benny Moerdani yang juga anggota MPR dalam sidang MPR tahun 1988 pernah menyatakan kekuatan militer dalam politik itu tak ubahnya sebagai partai politik Di era Benny Moerdani menjadi MenhankamPangab inilah peranan Kodam menjadi komando yang dominan di daerah dan sekaligus satu-satunya kekuatan militer yang mengendalikan kondisi keamanan dan ketertiban sekaligus kondisi sosial-politik daerah24 Dalam menjalankan fungsi sosial- politik ini ABRI aktif dalam menggalang

23 Irian Barat dari Masa ke Masa hlm 11524 Lihat Julius Pour Benny Mordani Profil Prajurit

Negarawan Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman Jakarta 1993 hlm 469mdash 474 dan hlm 543mdash 543

7

kekuatan politik bersama dengan Golkar25 Sejak orang Papua ikut Pemilu Indonesia di tahun 1971 sampai Pemilu tahun 1997 Golkar tetap merupakan partai politik dominan di Papua dengan perolehan suara di atas 80

Sejalan dengan kebijakan itu kemudian Kodam XVIITjendarawasih digabung dengan Kodam XVPatimura menjadi KodamXVII Trikora26 yang menjadi kekuatan hankam dan sosial politik utama pula di Papua Sebagai kekuatan hankam dan sosial-politik titik berat tugas ABRI di Papua adalah mengatasi gangguan kamtibmas dan menangkal subversi dalam negeri Dengan titik berat tugas militer seperti itu Kodam akhirnya menjadi institusi yang dikuasai oleh AD27

Seiring dengan itu rangkaian kekerasan dan pelanggaran HAM terjadi Pengalaman buruk di baw ah DOM ini kem udian membangkitkan pengalaman buruk rakyat Papua selama proses awal integrasi dan Pepera Pengalaman buruk itu kemudian tampil ke permukaan secara terbuka di kala kekuasaan m iliter dalam pemerintahan surut ketika reformasi politik terjadi tahun 1998 Di era reform asi di Papua tumbuh keberanian mempersoalkan seluruh kekuasaan Indonesia di Papua yang didominasi oleh m iliter itu Keberanian itu kian buncah ketika Panglima ABRI Jenderal Wiranto di bulan Agustus 1998 menyatakan minta maaf dan mencabut status Papua sebagai daerah DOM28

Dengan latar sejarah dan posisi politik seperti itu m iliter di Papua merasa dan melihat dirinya sebagai satu-satunya institusi yang menjaga keutuhan Indonesia di Papua Pada

25 Sejak orang Papua ikut Pemilu Indonesia di tahun 1971 sampai pemilu tahun 1999 Golkar selalu menang telak di atas 80 di Papua

26 Penggabungan terjadi bulan April 1985 berdasarkan surat perintah operasi KASAD NolSeptember 1984

27 Ibid hlm 47228 Kapan awal Papua bertatus DOM sampai saat ini belum

ada informasi yang pasti Namun dengan diumumkanya pencabutan status DOM oleh Jenderal Wiranto 8 Agustus 1998 menandakan bahwa Papua pernah berstatus DOM Setelah status DOM dicabut Pangdam Papua menyatakan Papua berstatus daerah rawan

gilirannya militer di Papua selalu bertindak keras terhadap segala bentuk gerakan atau opini yang mempertanyakan atau memprotes keadaan yang dirasakan kurang adil oleh tokoh-tokoh Papua Pada gilirannya militer Indonesia di Papua sangat mudah memvonis seluruh bentuk protes orang Papua sebagai gerakan separatis

K etika cap separa tis sudah dialamatkan oleh militer kepada seseorang di Papua maka orang itu akan bisa menjadi korban dalam sekejap Baik menjadi korban pencu likan peny iksaan bahkan pem shybunuhan Aksi kekerasan itu berlangsung bertahun-tahun dengan ribuan korban jiwa Para korban dan keluarganya inilah bersama- sama dengan kalangan muda dan mahasiswa serta tokoh-tokoh terpelajar Papua di era reform asi m ulai m enyuarakan perlunya Indonesia mempertanggungjawabkan seluruh kekerasan itu Untuk meminta pertanggungshyjaw aban itu wacana hak asasi manusia menjadi wacana yang paling dominan di Papua

Kian menghujamnya cengkraman militer terhadap kehidupan sosial politik di Papua ju g a tidak terlepas dari potensi ekonomi daerah ini yang begitu besar Hal itu te rlih a t k e tika PT F reepo rt m ulai menanamkan investasinya di Papua Untuk melindungi PT Freeport militer di Papua mulai mengembangkan pengaruhnya dalam politik lokal dengan cara yang lebih keras29 Selain itu m ilite r ju g a m em perbesar kekuasaanya dengan m enem patkan diri sebagai pelindung dari mengalirnya ribuan para imigran dan transmigran dari luar Papua Semuanya ini disebut oleh para petinggi militer sebagai tugas nasional dalam rangka menjaga integritas teritorial Indonesia di Papua

Seluruh sepak terjang militer yang mendatangkan luka di hati orang Papua inilah

29 Mengenai perlindungan militer terhadap PT Freeport lihat Amiruddin dan Aderito Soarea Perjuangan Amungme Antara Freeport dan Militer ELSAM Jakarta 2003 Lihat juga Denise Leith The Politics o f Power Freeport in Seharto rsquos Indonesia University of Hawaii Press Honolulu 2003

8

yang hendak diperbaiki dengan diberikan status otonomi khusus terhadap Papua Pada bagian Menimbang dari UU Otsus menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua selama ini belum sepenuhnya memenuhi rasa keadilan memenuhi kesejahteraan rakyat penegakan hukum dan belum sepenuhnya menghormati hak asasi manusia khususnya hak asasi masyarakat Papua

4 Operasi-Operasi Militer Penderitaan Rakyat Papua

Untuk mendapatkan perhatian OPM kerap melancarkan gerakan bersenjata secara sporadis Hal itu ditempuh OPM karena terbatasnya kem am puan tem pur akibat sedikitnya jumlah persenjataan Selain itu juga karena tidak mudahnya medan Papua untuk membangun kekuatan besar yang terorganisasi secara baik30 Selain gerakan bersenjata secara umum usaha OPM untuk menunjukkan diri mereka tetap eksis adalah aksi pencu likan aksi penyergapan peng ibaran bendera B in tang K ejora penyebaran propaganda m elalui media selebaran dan mobilisasi demonstrasi atau rapat umum di daerah-daerah terpencil Selain itu kerap pula ditempuh aksi lintas batas terutama ke PNG

OPM pada awalnya adalah reaksi orang- orang Papua atas sikap pejabat-pejabat asal Indonesia yang mengecewakan mereka sejak tahun 196331 Perlawanan secara bersenjata pertama kali diluncurkan di Kebar Manokwari 26 Juli 1965 Perlawanan di Kebar ini dipimpin oleh Johannes Djambuani dengan kekuatan 400 orang yang berasal dari suku Karun dan Ayamaru Seiring dengan itu suku Arfak di Arfai

30 Seluruh uraian mengenai OPM ini disandarkan pada John RG Djoparai Pemberontakan Organisasi Papua Medeka Grasindo Jakarta 1993 dan Robin Osbom Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Elsam Jakarta 2001

31 Richard Chauvel and Ikrar Nusa Bhakti The PapuaConflict Jakarta rsquos Perceptions and Policies East-West

Manokwari melancarkan pula perlawanan yang dipim pin oleh M ayor T ituler Lodewijk Mandatjan yang diikuti oleh Kapten Tituler Barent Mandatjan dan Lettu Tituler Irogi Maedogda dengan mengajak penduduk lari ke hutan

Sementara di Manokwari 28 Juli 1965 juga teijadi perlawanan yang dipimpin oleh Permanas Ferry Awom dengan pengikutnya sekitar 400 orang yang berasal dari suku Biak Ajamaru Serui dan Num for menyerang asrama Yonif 641Tjendrawasih I Dalam penyerangan ini 3 anggota ABRI tew as32

Setelah teijadi penyerangan ABRI m elancarkan O perasi Sadar di baw ah komando Pangdam Brigjen R Kartidjo untuk m enghancurkan kelom pok perlaw anan Operasi Sadar ini tidak saja bertujuan untuk mematahkan perlawanan yang terjadi di M anokw ari te tap i ju g a m enegaskan kekuasaan Kodam XVII atas seluruh wilayah Papua Tugas pokok operasi adalah m elakukan penghancuran terhadap gerom bolan yang bergerak di sek itar Manokwari dan Kebar sekaligus minimum m enangkap Ferry Awom dan Julianus Wanma baik mati maupun hidup sebelum tanggal 17 Agustus 1965 Operasi ini sejak 10 Agustus dilancarkan secara intensif dan terus-menerus ke kampung-kampung yang menjadi basis-basis perlawanan Dalam operasi pengejaran terhadap kelompok perlawanan 36

Center Washington 2004 Hlm 22mdash 23 Sikap pejabat Indonesia yang mengecewakan itu dideskripsikan pula oleh Djopari Misalnya membakar buku dan dokumen yang berbahasa Belanda mengintimidasi dan menodong tokoh-tokoh Papua yang memiliki bacaan dalam bahasa Belanda sebagai pro-Belanda mengambil rumah-rumah penduduk dengan menyatakan rumah itu milik Belanda serta mengambil berbagai barang dalam rumah penduduk atau penjabat lokal kemudian dibawa keluar Papua

Djopari hlm 82mdash 8432 Seluruh uraian mengenai OPM ini disandarkan pada John

RG Djoparai Pemberontakan Organisasi Papua Medeka Grasindo Jakarta 1993 dan Robin Osbom Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Elsam Jakarta 2001

9

orang penduduk yang disebut sebagai anggota OPM tewas33

Sejalan dengan operasi pengejaran ini Operasi Sadar dikembangkan ke seluruh wilayah Irian Barat pada tanggal 25 Agustus 1965 Sejak ini Operasi Sadar langsung d ip im pin oleh Pangdam B erdasarkan perintah operasi ini wilayah Papua kemudian dibagi ke dalam 4 sektor Sektor I adalah daerah yang m elipu ti M anokw ari dan sekitarnya menjadi pos terdepan operasi Untuk daerah ini dilancarkan operasi intelijen dan teritorial untuk mendukung operasi fisik (tempur) Di sektor lainnya yang belum menujukan adanya perlawanan fisik hanya dilancarkan operasi intelijen dan teritorial dengan tujuan untuk mencegah meluasnya pengikut perlawanan34

Operasi ini dilanjutkan oleh Pangdam yang baru ya itu B rig jen R B in toro Sepanjang tahun 1966mdash 1967 operasi tempur ABRI kian m ass if un tuk m enghadapi kelom pok-kelom pok perlaw anan yang tumbuh dari suku Arfak di Manokwari di bawah pimpinan Lodewijk Mandatjan dan Ferry Awom dan juga di daerah sekitar Jayapura dan Merauke Nama operasi kali ini adalah O perasi B aratayudha dengan mendatangkan pasukan dari Yonif 314 Siliwangi dengan 2 kompi Yon 700RIT dan 2 kompi Yon 935Brimob Selain itu dalam operasi ini juga dilibatkan 2 Ton KKOALRI 1 Ton Kopasgat dan 1 tim RPKAD Pasukan tempur ini juga diperkuat dengan 2 pesawat Bomber B-26 dan 1 Pesawat Dakota dan 1 Kapal Perang35

O perasi B aratayudha bertu juan menghancurkan perlawanan dan mempershysiapkan pemenangan Pepera Operasi ini bersifat tempur dengan dibantu oleh operasi intelijen dan teritorial yang disiapkan dalam tiga fase yang fase terakhirnya adalah tahun 1968

53 Lihat Jopari op cit 110-111 dan bandingkan dengan Irian Barat op cit hlm 125-128

14 Irian Barat op cit hlm 130-134 35 Irian Barat op cit hlm 141

10

Fase ketiga ini ditujukan untuk konsoliasi persiapan memenangkan Pepera

Operasi Baratayudha yang banyak menelan korban jiw a membuat kelompok perlawanan terpecah menjadi kecil-kecil dan surut Untuk mengintensifkan kemenangan dalam Pepera kelompok-kelompok kecil ini kemudian dikejar terus-menerus Inti dari pasukan yang mengejar ini adalah dari RPKAD Sejalan dengan ini show offorce dari kekuatan yang diiringi dengan operasi intelijen dan teritorial dilancarkan di daerah yang perlawanan kecil dan m elem ah un tuk m em enangkan situasi psikologis36 Sepanjang tahun 1967 operasi berhasil m enem bak m ati 73 orang dan menangkap 60 orang dengan menyita 39 pucuk senjata Adapun yang menyerahkan diri 3539 orang Operasi Barathayuda ini menggetarkan hati banyak orang Papua karena mereka tidak mengira Indonesia akan melancarkan perang terbuka yang banyak m endatangkan p en deritaan fis ik dan psik is dalam menghadapi protes mereka

Ketika Brigjen Sarwo Edi menjadi Pangdam digelar operasi baru yaitu operasi W ibaw a dengan tugas u tam a adalah m em enangkan Pepera untuk Indonesia Tugas pokok dari operasi ini adalah m enghancurkan kelom pok perlaw anan mengamankan usaha memenangkan Pepera serta m enum buhkan dan m em elihara kewibawaan pemerintah Untuk tujuan itu Kodam m elakukan sinkronisasi operasi tempur intelijen dan teritorial Sejalan dengan ini Pangdam memerintahkan di setiap Kodim disiapkan kekuatan tempur agar bisa digunakan jika diperlukan

D alam kerangka m em enangkan Pepera OPSUS di bawah pimpinan Mayor Ali Moertopo37 yang bergerak dalam bidang intelijen dan sosial-ekonomi berperan dominan dalam melakukan operasi teritorial untuk penggalangan Dalam kerangka Operasi

36 Ibid hlm 144mdash 14537 Ali Moertopo sejak tahun 1962 telah berada di Papua

dengan jabatan Asisten I Dan Kotindo dan kemudianmenjadi Asisten I Kodam Asisten I adalah bidang intelijen Kodam

Wibawa pemenangan Pepera ke Kodam diperbantukan intelijen dari Den Dipiad dan intelijen dari Tim Karsa YudhaRPKAD Untuk memenangkan Pepera itu intimidasi dan kekerasan telah memaksa sebagian orang memilih menjadi Indonesia Secara keseluruhan dalam operasi ini dilibatkan 6220 orang pasukan

O perasi pem enangan Pepera ini dibagi ke dalam 4 fase Fase pertama adalah menghancurkan kelompok perlawanan dan sekaligus memperluas sebaran pasukan ABRI ke daerah-daerah yang telah dikuasai Selain itu di setiap Puterpa disiapkan 1 regu pasukan infantri untuk melakukan operasi teritorial Fase kedua adalah memastikan di daerah-daerah K epala B urung Pepera dimenangkan oleh Indonesia Untuk ini segenap unsur ABRI d ilibatkan untuk mengeliminir kelompok perlawanan Fase ketiga dan keempat adalah memastikan kem enangan pada hari H -nya dan mengamankan hasilnya38

M eski pun fase-fase itu telah disiapkan ternyata upaya memastikan Pepera bisa dim enangkan oleh Indonesia tidak berjalan secara mulus Di daerah Erambo (Merauke) DubuUbrub (dekat perbatasan) Enaratoli dan W ahgete (Paniai) terjadi penolakan oleh masyarakat setempat Para utusan pemerintah dan unsur ABRI yang ada di daerah itu dilawan oleh penduduk

Di Enarotali perlawanan lebih hebat dengan melancarkan gerakan bersenjata serta terang-terangan m enolak bergabung ke Indonesia yang d ip im pin oleh AR Wamafma Senen Mote Maphia Mote dan Thomas Douw Perlawanan ini juga didukung oleh beberapa orang polisi asal Papua yang berpihak kepada kelompok perlawanan Untuk menghentikan gerakan ini Pangdam Sarwo Edi memerintahkan menghancurkan kelompok perlawanan Untuk itu pasukan Kopashanda dan pasukan dari Kompi 3

38 Ibid hlm 170mdash 174

Batalyon 724Hasanuddin diterjunkan di Enarotali untuk membantu pasukan yang ada di Kodim 1705Nabire Pasukan ini dalam operasinya didukung pula oleh Dipiad (Dinas Pelaksana Intelijen AD) dan Satgas AURI yang dilengkapi pesawat B 26 Dakota dan Hercules Pasukan Yon 724Hasanuddin ini kemudian bergerak melancarkan operasi ke berbagai daerah di sekitar Paniai39 Operasi yang dipimpin oleh Mayor Mochtar Jahja dan Mayor Sitompul ini tidak mudah dilupakan oleh rakyat Paniai karena dalam operasi ini militer bertindak secara kasar dan membabi buta itu Ditengarai ada sekitar 634 orang penduduk terbunuh sepanjang operasi itu40

Aksi perlawanan menjelang Pepera ini juga pecah di Piramid Wamena Dua orang anggota ABRI dibunuh oleh penduduk ABRI dalam peristiwa Piramid ini melancarkan operasi intelijen dan teritorial untuk mencari pelakunya Pasukan dari Satgas 3Hasanuddin dikerahkan untuk menguasai kampung-kampung dan mencari pelaku

Gencarnya operasi-operasi militer yang diperintahkan oleh Pangdam Sarwo Edi tidak terlepas dari fungsinya sebagai Ketua Proyek Pelaksana Daerah Sesuai dengan surat Mendagri No 301969 Pangdam bertanggung jawab atas pengendalian penggerakan dan koordinasi kegiatan semua aparatur pemerintah daerah sipil dan swasta dan ABRI di Papua Dengan lain kata Pangdam adalah penguasa tertingg i di Papua dalam m enjalankan pemerintahan dan bertanggung jawab penuh untuk memenang-kan Pepera Dalam posisinya sebagai Ketua Proyek Pangdam melancarkan usaha-usaha peningkatan operasi tempur di semua lini untuk menghancurkan perlawanan melakukan operasi teritorial untuk penggalangan kondisi bagi pem enangan Pepera dan m engintensifkan operasi intelijen untuk mematahkan sisa-sisa gerakan separatis Selain

39 Ibid hlm 182mdash 18340 Mengenai korban dari penduduk Paniai ini lihat Pigay

op cit hlm 343mdash 344

11

itu melakukan operasi pengamanan objek vital dan tempat-tempat sidang Dewan Pepera41

Sejalan dengan kemenangan Indonesia dalam Pepera ABRI melakukan pula fungsi- fungsi sosial-politiknya Untuk itu Kodam melancarkan program penggantian para pejabat kabupaten dan dinas-dinas yang dilihat diragukan loyalitasnya pada Indonesia Bersamaan dengan ini keanggotaan DPRD I dan II melakukan penyusunan ulang dengan memasukan anggota ABRI menjadi anggota atau pimpinan dewan Dalam konteks ini pasukan ABRI juga dirapatkan di kam pung-kam pung untuk mengawasi kehidupan masyarakat secara langsung Di samping itu juga melancarkan proyek civilisasi dan kesehatan bekerja sama dengan zending dan misi yang telah ada Dalam bidang ekonomi Kodam juga turut serta melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi dengan mengontrol arus dan harga barang Semua kegiatan ini disebut sebagai kegiatan civic mission ABRI di Papua42

Setelah memenangkan Pepera 29 Januari 1970 Brigjen Acub Zainal ditunjuk menjabat Pangdam Tjendrawasih Di tangan Pandam baru ini organisasi Kodam menjadi 3 Korem 9 Kodim dan 3 Yonif Yonif 751 Tjendrawasih di Arfai Manokwari berasal dari Kodam Diponegoro dengan status tugas jangka panjang Yonif 752Tjendrawasih di Sorong berasal dari Kodam Siliwangi dan Yonif 753Tjendrawasih di Ifar Gunung Jayapura berasal dari Brawijaya ditambah prajurit asli orang Papua Ketiga Yonif ini dikembangkan menjadi pasukan organik Kodam Tjendrawasih Sementara pasukan- pasukan ABRI dari kesatuan lainnya yang berasal dari luar Papua mengalami rotasi penugasan Pasukan lama pulang dan diganti dengan pasukan baru dari asal kesatuan yang sama Reorganisasi ini juga sejalan dengan reorganisasi Kopkamtibda di Irian Jaya Semua ini dipersiapkan untuk menyambut pelaksanaan Pemilu 1971

41 Irian Barat op cit 202mdash 20342 Ibid 217mdash 218

Pemilu 1971 ini merupakan pemilu pertama Indonesia di bawah kekuasaan rezim O rde B aru S oeharto P em ilu ini ju g a merupakan pemilu pertama bagi orang Papua dalam kekuasaan Indonesia D alam mempersiapkan Pemilu 1971 ini Kodam juga menghadapi perlawanan terutama di Biak Utara dan Barat serta di kepala burung M anokw ari U ntuk m enghentikan perlawanan tersebut dilancarkan operasi m iliter Sandi operasi adalah O perasi Pamungkas dengan pendekatan pada operasi teritorial yang dibantu tempur dan intelijen Pelaksana Operasi adalah Kodim Biak yang dibantu pasukan tempur dari Yonif 753 dan 752Tjendrawasih serta Dipiad Operasi di Biak ini dipimpin oleh Dandim Biak Mayor R A Hendrik dan Mayor Puspito yang juga Komandan Yon 753 43

Bulan Juli 1971 ini Kodam juga m elancarkan O perasi Pam ungkas di Manokwari untuk mengejar Ferri Awom yang belum menyerah Operasi ini dipimpin oleh D anyongab Satgas 3 M erdeka M ayor Ahmad Kemudian digantikan oleh Letkol S Mardjan Dalam Operasi ini terlibat pasukan dari Satgas 3Merdeka dan 1 peleton dari Yon 751 dan 1 peleton dari Kompi 753 Batalion- ba ta lion bertugas m engejar kelom pok perlawanan sepanjang hari selama berbulan- bulan siang dan malam Dalam pengejaran ini K apten Sahala R ajaguguk berhasil m em bujuk F erry Awom untuk turun menyerah dengan 400 orang anggotanya44

Operasi militer yang masif di tahun 1971 ini alih-alih membuat sentimen anti Indonesia su ru t m alah perlaw anan berkembang ke berbagai kota dalam bentuk penyerangan terhadap pos-pos ABRI dan pemerintahan Melihat perlawanan menguat Kodam kian memperkuat kekuasaannya di Papua dengan menutup Papua bagi media Suasana ketakutan merajalela di seantero Papua Selam a m enjelang dan sesudah Pemilu 1971 tidak ada satu pun orang di

43 Ibid hlm 239 dan 241mdash 24344 Ibid hlm 245

12

Papua berani mempersoalan ketidakadilan atau tindakan-tindakan anggota m iliter yang menyakitkan hati mereka

Atmosfer ketakutan itu muncul dari tindakan m iliter Indonesia yang selalu melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap daerah-daerah yang ditengarai sebagai basis OPM Dalam melakukan serangan ABRI kerap melibatkan pasukan dalam jumlah besar dengan dibantu oleh pesawat pembom Bronco dan helikopter bersenjata Serangan besar- besaran itu tidak saja mengejar anggota OPM yang mencoba menyerang pos-pos ABRI melainkan kerap kali menelan korban jiwa dari penduduk kampung yang tidak terlibat dalam OPM

Banyaknya korban jiwa di akhir tahun 1970-an ini juga disebabkan oleh sikap militer Indonesia sendiri yang tidak pernah secara jelas memposisikan OPM sebagai gerakan kemerdekaan OPM hanya dilihat sebagai gerakan krim inal yang disebut sebagai Gerakan Pengacau Liar (GPL) atau G erakan Pengacau K eam anan (G PK ) Dengan cara seperti ini setiap korban jiwa yang jatuh dari kalangan orang-orang Papua dengan mudah diklaim oleh militer sebagai anggota OPM45

M enjelang Pem ilu 1977 kem bali perlawanan dilancarkan oleh kelompok- kelompok OPM di Papua terutama di daerah Kobagma Bokondini Mulia Ilaga Piramid Kabupaten Jayawijaya Perlawanan ini dipicu oleh penempatan kesatuan-kesatuan ABRI di hampir seluruh wilayah Papua Operasi- operasi m ilite r un tuk m em atahkan perlawanan menjelang Pemilu 1977 dan Sidang Umum MPR 1978 ditingkatkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif Selain itu perlawanan juga pecah di Enarotali Biak dan Mimika serta di sepanjang daerah perbatasan dengan PNG Era ini dianggap oleh orang Papua

45 Mengenai ini lihat Ikrar Nusa Bhakti ldquoHak Menentukan Diri Sendiri Jenis Baru di Papua Pilihan Antara Kemerdekaan dan Otonomirdquo dalam Dewi Fortuna Anwar (EdJ Konflik Kekerasan Internal Obor Jakarta 2005 hlm 255mdash 256

sebagai era awal status Daerah Operasi Militer bagi Papua d ite rap k an 46 Pangdam Tjendrawasih waktu ini dijabat oleh Brigjen Imam Munandar

Di Jayawijaya terutama di daerah sekitar Tiom dan Kwiyawage yang merupakan lembah- lembah di Baliem dilangsungkan pula operasi militer untuk menghentikan perlawanan dan m em persiap-kan Pem ilu 1977 Operasi dilancarkan di bulan April dan Juni Perlawanan orang Ndani di daerah ini diawali oleh perasaan tidak suka Suku Ndani terhadap kebijakan Indonesia yang memaksa mereka berganti pakaian Sekitar 15000 orang berkumpul melakukan protes Perlawanan ini diawali oleh Operasi Koteka yang dilancarkan untuk mengadabkan orang-orang di daerah itu Di Tiom sekitar 4000 orang melawan dengan cara menyerang pos pemerintah di daerah itu Kemudian ke daerah ini diterjunkan pasukan khusus dari RPKAD dengan didrop dari helikopter Selain itu para penduduk yang mencoba menyelamatkan diri ke hutan-hutan dihujani tembakan dari udara47

Di areal PT Freeport di Timika bulan Juli 1977juga teijadi gejolak Penduduk setempat yang ditengarai digerakkan oleh OPM juga melancarkan serangan terhadap pipa-pipa dan fasilitas PT Freeport karena merasa kecewa atas kehadiran perusahaan itu ABRI membalas aksi penduduk itu dengan melakukan penembakan dari udara menggunakan pesawat Bronco48 Setelah itu ke berbagai deretan kampung di sekitar Agimuga diteijukan pasukan infantri dari Batalion 753Tjendrawasih untuk mengejar penduduk dan membakar perkampungan Implikasi dari aksi kekerasan ini penyelengaraan

46 Kesan Papua sebagai DOM terlihat dalam tulisan Pastor N eles Kebadabi Tebay Pr ldquoOrang Papua Menuju K epunahanrdquo makalah dalam sem inar yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Gaise Keuskupan Bandung dan Lembaga Penelitian Universitas Katolik Parahiyangan Bandung tanggal 12mdash 13 November 1999

47 Ibid hlm 139mdash 144 Bandingkan dengan Yorris TH R aw eyai Mengapa Papua Ingin Merdeka PDP Jayapura 2002 hlm 121mdash 122

48 Samsudin op cit hlm 51mdash 52

13

Pemilu 1977 di beberapa kampung di daerah pegunungan ini terpaksa ditunda49

Robin Osbome mencatat operasi militer di tahun 1977mdash 1978 adalah operasi militer paling buruk Dalam setiap operasi pengejaran terhadap mereka yang disebut kelompok OPM diterjunkan pasukan dalam jumlah besar yang berintikan kesatuan RPKAD dan pasukan angkatan darat lainnya Di daerah selatan Jayapura yang berdekatan dengan perbatasan yang dikenal sebagai daerah Markas OPM diterjukan 10000 orang tentara setelah daerah itu dibombardir dari udara oleh dua pesawat Bronco Dalam penyerangan ini diperkirakan 1605 orang para pendukung OPM dan penduduk di wilayah itu tewas50 Operasi militer di tahun-tahun ini selalu diingat oleh orang-orang tua di daerah itu sebagai kenyataan paling pahit dalam hidup mereka51

Sepanjang tahun 1977mdash 1978 itu Dubes Indonesia untuk PNG memperkirakan 1800 orang pasukan dikerahkan beroperasi di hutan-hutan untuk melakukan pengejaran dan 3000 orang siaga berada di Jayapura untuk setiap saat menggantikan52 Menyadari operasi m ilite r itu te lah m encip takan ketakutan dan menelan banyak korban jiwa yang tidak perlu Panglima ABRI kala itu Jenderal M Yusuf mengumumkan akan mengurangi operasi militer di Papua dengan mengintrodusir kebijakan baru yang dikenal dengan kebijakan Operasi Senyum Dalam Operasi Senyum ini dinyatakan Indonesia tidak akan m elancarkan operasi besar- besaran karena OPM mulai dilihat kecil dan tidak membahayakan ABRI hanya akan

49 Ibid hlm 149mdash 15050 Robin Osbome Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan

OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat ELSAM Jakarta 2001 hlm 134mdash 135

51 Operasi militer di tahun 1977 ini selalu dijadikan patokan oleh orang di Mimika dan Jayawija serta Enarotali sebagai awal mereka menjadi korban dari kekerasan militer (Pembicaraan pribadi dengan Mama Yosepha tahun 1996 dan Pendeta Perminus Kogoya di Wamena tahun 2003)

52 Ibid hlm 152

melancarkan patroli di perbatasan dan tugas keamanan rutin53

Gejolak kembali membuncah di tahun 1980-an terutama sekitar tahun 1984 Di tahun 1980-an Kodam telah dinyatakan sebagai Kotama dalam jajaran AD Panglima Kodam menjadi pimpinan di daerah untuk seluruh jajaran komando Pangdam dalam reorganisasi organisasi ABRI ini langsung berada di bawah Panglima ABRI Sejalan dengan itu Panglima ABRI juga memiliki komando langsung kepada Kotama AD lainnya yaitu Kostrad dan Kopassus Oleh karena itu di era ini kerap kali operasi militer melibatkan pasukan-pasukan dari Kostrad dan Kapassus dengan perintahnya langsung dari Panglima ABRI dan Kodam hanya memfasilitasi Kenyataan ini kemudian dikenal dengan nama pasukan BKO (bawah kendali operasi)54 Di era ini Papua juga tertutup bagi media sehingga banyak operasi yang dilancarkan oleh militer tidak diketahui oleh orang luar Robin Osbome menyebut keadaan ini sebagai perang rahasia Indonesia di Papua

Di awal tahun 1980-an Kopkamtib mengeluarkan analisis bahwa kekuatan OPM telah mengecil dan terpencar-pencar ke dalam kelompok kecil-kecil dengan senjata yang sangat te rba tas M eskipun dem ikian Laksusda Irian Jaya kala itu juga melihat gerakan kelom pok-kelom pok OPM itu kem bali m ulai a k tif setelah m enerim a pukulan telak sepanjang tahun 1977mdash 1978 Gerakan OPM itu aktif sepanjang daerah perbatasan dengan PNG Antara bulan Maret dan Juni 1984 pasukan dari Kopasandha (Kopassus) mulai melakukan penyusupan ke daerah-daerah sekitar perbatasan

Aksi pasukan baret merah ini adalah dengan melakukan penangkapan terhadap setiap orang yang d icu rig a i O sborne m encata t gerakan pasukan ini sangat menakutkan penduduk sekitar perbatasan karena perlakuan buruknya terhadap

53 Bhakti op cit hlm 256 Lihat juga Osbome op cit hlm 153

54 Reorganisasi ini dilakukan oleh Panglima ABRI Benny Moerdani setelah menggantikan M Yusuf di tahun 1983

14

penduduk Akibatnya ratusan orang melarikan diri ke daerah PNG karena takut Pengungsian ke PNG di tahun 1984 ini kian banyak ketika Suku Muyu di Mindiptana Woropko dan Merauke juga masuk ke PNG Pengungsian Suku Muyu ini dipicu oleh kehadiran pasukan ABRI yaitu intelijen Kopassus di daerah itu untuk mencari anggota OPM setelah teijadinya penyerangan pos ABRI di desa Kanggewot dan Kakuna tanggal 11mdash 12 April 1984 Gerakan suku Muyu ini kemudian juga diikuti oleh penduduk dari daerah lainnya yaitu dari Jayapura W am ena Sorong M im ika (A m ungm e) M anokw ari dan Fak-fak Seluruh pengungsi asal Papua yang masuk ke PNG ini diperkirakan mencapai 10000 orang55 Sementara Yafet Kambai mencatat dari seluruh pengungsi itu hanya sekitar 7500 berhasil masuk ke PNG dan 1900 orang berdiam diri di hu tan -hu tan sek itar perbatasan Seluruh pengungsi ini ditempatkan di kamp East Aswin dan Western Province PNG56

Gerakan pengungsian ke PNG selain faktor operasi militer di daerah perbatasan itu juga disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu aktifnya OPM di daerah itu munculnya rasa kecewa karena macetnya pembangunan banyaknya operasi intelijen dan masuknya arus transmigrasi secara besar-besaran ke Papua terutama di sekitar daerah perbatasan57 Transmigrasi yang di dalamnya juga masuk keluarga ABRI dan para pensiunan ABRI kian membuat orang takut sekaligus merasa tanahnya dirampas Para purnaw iraw an ABRI yang ikut dalam pemukiman transmigrasi sekaligus menjadi intel Kodam dalam mengawasi daerah itu58 Daerah-

55 Osbome hlm 23656 Theo van den Broek Returnees from PNG to Irian jaya

Dealing in Particular with Returnees to Woropko- Mindiptana Area SKP Jayapura Januari 1999 Juga lihat Yafet Kambai Gerakan Papua Merdeka di Bawah Bayang- Bayang Mega-Haz ELSHAM Jayapura 2003 hlm 29mdash 30

57 Van den Broek ibid hlm 458 Kodam menyebut tugas para purnawirawan dalam

pemukiman itu adalah menjadi mata dan telingga Kodamdalam bidang keamanan Lihat Sejarah Kodam VIIITrikora Priode 1982mdash 1990 hlm 82mdash 83

daerah transmigrasi ini seperti di Arso dan Koya atau di beberapa daerah di Merauke dijadikan pula sebagai daerah penyangga bagi OPM dan memudahkan ABRI untuk melakukan patroli di daerah itu 59

Pengungsian ke PNG di tahun 1983mdash 1984 juga dipicu oleh banyaknya terjadi penangkapan-penangkapan di kota-kota Papua terutama Jayapura oleh intelijen Kopasandha Mereka yang ditangkap ada 20 orang yang berasal dari Uncen dan pegawai Gubemuran Irian Jaya Salah seorang dari mereka adalah Amold Ap yang menjabat sebagai Kepala Museum Antropologi Uncen Penangkapan ini menimbulkan keresahan di Jayapura Akibatnya banyak dari para mahasiswa Uncen dan pegawai di pemerintah daerah lari ke PNG Bahkan di Jakarta tiga orang sahabat Amol Ap yang memprotes penangkapan dan pembunuhan Amold oleh Kapassus ke DPR-RI terpaksa meninggalkan Jakarta60

Setelah pelarian besar-besaran ke PNG tahun 1984 ini gerakan perlawanan dari OPM betul-betul surut Namun ABRI yang kian m erasa berkuasa atas Papua tidak bisa meninggalkan cara-cara kekerasan untuk menunjukkan dominasinya Stigma OPM d iek p lo itasi sedem ik ian rupa untuk melumpuhkan siapa saja yang dianggap menentang Indonesia Tindakan kekerasan itu kerap pula dipakai setiap menjelang pemilu demi memenangkan Golkar di Papua

Operasi militer setelah tahun 1984 berjalan secara lebih masif namun aksi kekerasan dalam operasi itu tidak diketahui oleh publik di luar Papua karena media massa dilarang m em beritakannya Kem asifan operasi itu ditopang oleh kebijakan ABRI yang menjadikan yonif sebagai kekuatan inti tem pur dengan pasukan tam bahan dari Jakarta atau Makassar dan Maluku yang di- BKO-kan ke kodam Di tahun 1984 ini kodam memilik 6 yonif 3 di Papua dan 3 yonif

59 Bhakti op cit hlm 257 dan Osbome hlm 28060 George J Aditjondro Cahaya Bintang Kejora ELSAM

Jakarta 2000 hlm 24mdash 25

15

di Maluku sebagai hasil penggabungan kodam Dari 3 yonif di Maluku satunya adalah Yonif Linud 733 di Ambon yang berkualifikasi para Yonif dari Maluku ditugaskan melakukan operasi secara bergantian sementara yonif di Papua melakukan operasi sepanjang tahun di bawah kendali korem61

Papua sebagai daerah operasi satuan intelijen kodam dan jajarannya memegang peranan yang besar untuk menghancurkan gerakan yang disebut separatis Oleh karena itu peranan intelijen dan operasi kontra intelijen selalu aktif sepajang tahun Para intelijen dari kodam dan korem direkrut dari anggota satuan tempur yang memiliki naluri intelijen dan kemudian dilatih 3 sampai 10 hari sebelum diterjunkan mengumpulkan informasi Selain itu anggota intelijen ini latihan sambil bertugas bersama dengan intelijen tempur yang datang dari Kopassus

Operasi-operasi di masa ini adalah O perasi G agak I (1985mdash 1986) yang dipim pin oleh Pangdam M ayjen H Simanjuntak Dalam operasi ini pasukan operasi d ibagi ke dalam sek to r A di perbatasan B di tengah dan C kepala burung dengan komando Korem masing-masing Danrem adalah komandan sektor operasi Kodim menjadi subsektor dengan Dandim sebagai Dansubsektor Titik tekan operasi adalah teritorial dengan didukung oleh operasi intelijen dan tempur serta kamtibmas

Sektor A l meliputi daerah Kodim 1701Jayapura yaitu M embramo Arso Waris Senggi Kemtuk dan Demta Pasukan yang dikerahkan di daerah ini adalah Yonif733 BS satu kompi dari Yonif 7519 tim intelijen aparat teritorial setempat serta dibantu oleh 2 SSK Wanra Sementara A2 meliputi daerah Kodim 1702W amena dengan kekuatan pasukan dari 1 regu Yonif 751 2 peleton KiZipur-4Diponegro 2 peleton Senzipur 10 serta pasukan teritorial setempat berserta 2 SST wanrahansip A3 adalah daerah Kodim 1707

01 Sejarah Kodam VIlITrikora Priode 1982mdash 1990 Kodam Jayapura 1990 hlm 76

Merauke dengan sasaran utama adalah desa Mendiptana dan Waropko Pasukan yang diterjunkan di daerah ini adalah 1 kompi Yonif 7511 peleton Zipur4Diponegoro 1 peleton Denzipur 10 dan aparat teritorial yang dibantu oleh 2 SST wanrahansip

Daerah operasi sektor B adalah meliputi daerah Korem 173PVB dengan hot spot operasi di Nabire Sasaran utama adalah Enarotali dan Kebo Ilaga Operasi ini bertujuan memburu pimpinan OPM yaitu Daniel Kogoya Tadius Yogi dan Simon Kogoya Pasukan yang dikerahkan ke daerah ini adalah 1 pleton Yonif7531 peleton Zipur 4Dip dan Apter setempat dan dibantu oleh 2 SST hansipwanra

Sektor C adalah daerah Fak-fak dengan fokus operasi di daerah C3 yaitu daerah kompleks Tembagapura Agimuga dan Timika Pimpinan OPM yang hendak dikejar di daerah tambang PT Freeport ini adalah V icktus W angm ang dengan mengerahkan pasukan dari Yonif752 dengan kekuatan 2 kompi dibantu Apter dan 2 SST hansipwanra62 Dalam Operasi Gagak I ini Kodam mencatat 14 orang yang diduga OPM berhasil dibunuh dan 8 orang ditangkap dengan menyita 2 pucuk senjata

Memasuki tahun 1986 operasi ini dilanjutkan Pangdam Mayjen Setiana dengan sandi Operasi Gagak II (1986mdash 1987) dengan tugas pokok penghancuran GPK Titik tekan operasi adalah operasi teritorial dan intelijen untuk memisahkan GPK dari rakyat serta melakukan deteksi loyalitas rakyat terhadap pemerintah Operasi intelijen melakukan penggalangan agar loya litas rakyat meningkat Operasi tempur terus dijalankan dengan menggelar patroli untuk mengejar dan menghancurkan Operasi dilancarkan dengan tetap membagi daerah operasi ke dalam 3 sektor Pasukan yang dilibatkan dalam Operasi Gagak II ini adalah seluruh pasukan organik tempur dan teritorial Kodam VIII Trikora Serta pasukan BKO dari Satgas

62 Kodam VIIITrikora op cit hlm 108mdash 109

16

Yonif 321Kostrad 6 Tim Intelpur Kostrad 1 Kompi YonzipurDip 1 Kompi Yon Zipur Brawijaya satuan dari TNI AL dan AU serta Penerbad Selam a operasi in i ABRI melaporkan 21 orang berhasil dibunuh 5 ditangkap dan menyerah 12 orang dengan menyita 13 pucuk senjata63

K etika M ayjen W ism oyo Arismunandar menjadi Pangdam Trikora digelar operasi dengan sandi Operasi Kasuari 01 (1987mdash 1988) yaitu Juni 1987 sampai M ei 1988 dengan tugas utam a menghancurkan GPK secara fisik terutama di sekitar daerah perbatasan Selain itu operasi ju g a d itekankan di K abupaten Jayapura Paniai Fak-fak dan Biak Perkiraan ABRI waktu ini kekuatan OPM hanya 222 orang dengan 64 pucuk senjata campuran Akan tetapi operasi digelar dalam 3 sektor dengan Danrem tetap sebagai komandan sektor Untuk daerah subsektor A l yang meliputi perbatasan di Kabupaten Jayapura dikerahkan pasukan dari Satgas Yonif 321 Kostrad Satgas Patimura II 2 peleton Yonif 751 tim Yonif752 tim analis Kopassus tim Intelpur Kostrad Satgas Intel Laksusda satu peleton Kizipur4Diponegoro 1 kompi Zipur 5Brawijaya dengan dibantu 4 SSK wanra sebagai TBO Sementara untuk Subsektor A2 Wamena dikerahkan 1 Ton Yon 751 1 Ton Zipur 5B raw ijaya 1 tim Intelpur Kostrad 1 Ton Plus Satgas 642Tanjungpura dan dibantu SST wanra Sementara di sektor A3 yaitu Merauke dikerahkan pasukan 1 Ton Yonif 751 dan 1 Ton Zipur 5Brawijaya Satgas Intel Laksusda dan Tim Intelpur Kostrad dan 2 SST wanra64

Di daerah operasi subsektor B I Nabire sasaran adalah Enarotali dan Sugapa dengan menerjunkan pasukan dari Yonif753 Intel Laksusda K izipur 4D iponegoro peleton Intelrem 173 Ru Marinir 1 peleton KopaskhasAU 1 Tim Khusus Kodim Nabire dan 2 SSK wanra Kampung yang menjadi

61 Ibid hlm 111

64 Ibid Kodam hlm 114mdash 115

sasaran adalah Kampung Tagitakaida Seruai Kampung Swaipak Ampobukar Supriori dan Swainober Biak Barat Selain itu juga di desa Hitadipa Kecamatan Komopa Kecamatan Sing Desa Sapolinik Kecamatan Sinak dan Lereh Nabire Begitu juga Desa Tamakuni Waropen Pimpinan OPM yang dikejar di daerah ini adalah Tadius Yogi dan Simon Kogoya

Sementara itu di sektor C pasukan dikonsentrasikan untuk patroli tempur dan penjagaan areal PT Freeport serta Kecamatan Agimuga dan kampung Jila Pasukan yang dikerahkan adalah berasal dari Yonif752 satu kompi Yonif753 satu regu Ton Intelrem 171 Satgas Intel Laksusda dibantu satu SSK wanra Semua pasukan di-BKO-kan kepada Kodim 1706Fak-fak65

O perasi m ilite r ini kem udian dilanjutkan dengan Operasi Kasuari 02 (1988mdash 1989) O perasi d itekankan di sepanjang perbatasan dengan PNG dengan titik tekan operasi teritorial intelijen dan tempur serta kamtibmas Operasi teritorial diarahkan untuk membentuk desa binaan agar rakyat berpihak pada ABRI Pasukan yang bertugas dan sektor operasi sama dengan Operasi Kasuari 01 Kelly Kwalik muncul sebagai pimpinan OPM di daerah Agimuka dan Tembagapura di masa Operasi Kasuari 02 ini

Mayjen Abinowo setelah meng-gantikan Wismoyo Arismunandar mengelar Operasi Rajawali 01 ( 1989mdash 1990) dan Operasi Rajawali 02 (1990mdash 1991) Operasi tetap ditujukan untuk penghancuran OPM di sepanjang perbatasan dengan PNG Jenis operasi adalah teritoril intelijen dan tempur secara terpadu dan serentak Operasi teritorial diarahkan untuk pembentukan desa binaan dengan tujuan memisahkan rakyat dari GPK Sementara operasi intelijen ditujukan untuk m eng iden tifikasi gerakan GPK dan menetralisir pengaruhnya Sementara itu operasi tempur melancarkan patroli pengejaran dan

ldquo Ibid hlm 116mdash 117

17

penghancuran Pasukan yang terlibat dalam operasi ini adalah pasukan organik Kodam VIII ditambah Yonif 621Tanjungpura Yonif 431 Brawijaya (diganti Yonif 310Siliwangi) 1 tim In te lpur K ostrad Satgas D am pak XX Kopassus Satgas Udara 3 Heli Puma 1 Cassa AL dan 32 Polsek dan 6 SSK wanra Di masa inilah Thomas Wangai mengibarkan Bendera Melanesia Barat di Jayapura

Memasuki tahun 1990 kekuatan OPM diperkirakan hanya 215 orang dengan 69 pucuk senjata campuran Konsentrasi gerakan berada di sepanjang perbatasan dan sebagian tersebar di Kabupaten Jayapura Biak Yapen-Waropen Fak-fak Merauke Pada periode ini ABRI telah membagai empat kelompok GPK yaitu politis orang hutan rakyat pendukung dan clandestine yang berada dalam Pemda I dan II perguruan tinggi dan SLTA66 Pasukan pendukung operasi ini adalah pasukan organik Kodam tambah 32 Koramil rawan yaitu Satgas Yonif 732 asal Maluku Satgas Ki Denzipur 101 Ki Yon 751 752 753 Satgas Intel dan ditambah pasukan nonorganik yaitu Satgas Yonif 621 431 310 tim Intelpur Kostrad Den Kopassus dan Satgas Udara

Di tahun 1990 inilah operasi intelijen militer yang berintikan pasukan Kopassus di Papua meningkat Penangkapan-penangkapan yang disertai pembunuhan terhadap orang- orang yang dicurigai sebagai OPM kerap terjadi di berbagai tempat

Operasi jenis ini kemudian terkuak ketika teijadi serangkaian pembunuhan terhadap penduduk kampung di desa Wea Tembagapura di bulan Oktober sampai Desember 1995 Dalam aksi ini pasukan dari Yonif 752 melakukan penembakan membabi buta terhadap penduduk yang sedang berada dalam rumah- rumah mereka Tindakan ABRI itu diawali oleh adanya demontrasi beberapa bulan sebelumnya dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora Dalam peristiwa ini 11 orang terbunuh dan bebeberapa orang lainnya ditangkap dan kemudian disekap di kontainer milik PT

66 Kodam VIII hlm 126

Freeport Sebagian dari penduduk di kampung- kampung itu juga mengalami penyiksaan67 Aksi kekerasan yang sam a ju g a te rjad i di M apendum a ketika pasukan K opassus mencoba membebaskan orang-orang yang disandera oleh kelompok Yudas Kogoya dan Kelly Kwalik

Operasi militer dengan tujuan untuk mem buru kelom pok yang disebut OPM kembali teijadi di tahun 2003 tepatnya antara bulan April sampai Juni dan kemudian terus bertahan sampai O ktober68 di Wamena Dalam operasi pengejaran di tahun 2003 ini diterjunkan pasukan dari Kopassus dan Kostrad yang di BKO-kan kepada Korem 171Jayapura

O perasi m ilite r ini d iaw ali oleh terjad inya pem bobolan gudang senjata Kodim 1702 Wamena oleh sekelompok orang bersenjata dini hari tangal 4 April 2003 Untuk mengejar kelompok bersejata itulah operasi ke kampung-kampung di seputaran kota W amena d ilancarkan Pengejaran bahkan sam pai ke daerah Kwiyawage M ereka yang ditangkap di sekitar kota Wamena ditahan di Kodim dan kemudian mengalami penyiksaan yang luar biasa

Di kampung-kampung yang dilewati pasukan TNI ini terjadi rangkaian kekerasan terhadap penduduk N am un tindakan kekerasan yang luar biasa dilakukan pasukan TNI terjad i di K w iyaw age Kampung- kampung yang diperkirakan berpenduduk hampir 7000jiwa ini dihujani tembakan dan rumah-rumahnya dibakar Ribuan pendudukshynya yang berhasil ditangkap mengalami penyiksaan dan beberapa orang di antaranya d ibunuh 69 K etika penu lis datang ke

67 Amiruddin op cit68 Pada bulan Oktober TNI berhasil membunuh Justinus

Murib bersama 6 orang pengawalnya di Kampung Bolakme Wamena Justinus diangapa sebagai Pimpinan OPM di Wamena dan memimpin pembobolan gundang senjata Kodim dan membunuh dua orang anggota TNI di areal Kodim

69 Lihat Laporan Lengkap Tim Pengkajian PermasalahanH AM di Papua Komnas HAM 2003

18

Kampung Kwiyawage ini di bulan September 2003 kampung ini masih kosong dan sisa-sisa pembakaran dan pengrusakan masih terlihat jelas70

Operasi militer yang paling mengejutkan setelah DOM dicabut di Papua adalah tindakan Kopassus di tahun 2001 yaitu membunuh Theis H Eluay di Jayapura Pembunuhan itu dilakukan setelah Theis diundang Kopassus ke markasnya di Hamadi Jayapura Mayatnya kemudian dibuang di jurang pingir jalan di daerah Koya Sampai hari ini pembunuhan Theis ini belum terungkap siapa yang memerintahkannya Yang jelas seorang letkol dan seorang mayor Kapassus divonis oleh Makamah M iliter Tinggi III Surabaya sebagai penanggungshyjawabnya Metode pembunuhan terhadap Theis bukanlah m etode baru di Papua Ratusan orang di Papua dibunuh dengan cara seperti itu baik di kam pung-kam pung maupun di kota di seluruh Papua

Sebenarnya ketika memasuki era reformasi politik Indonesia di tahun 1998 OPM tidak berarti lagi secara politik karena tidak m em iliki kekuatan sen ja ta yang memadai Bahkan para anggotanya terpecah- pecah dan banyak yang bertalian dengan aparat TNI Maka dari itu ketika menjabat M enkopolkam SBY m enyatakan OPM bukanlah ancaman yang serius Namun aksi kekerasan oleh TNI di Papua tidak pernah surut

5 Penutup Hak Asasi Manusia Agenda yang Tersisa

R angkaian operasi m ilite r yang terpapar di atas jika disimak dalam literatur resmi Indonesia terdapat kesan bahwa operasi itu berjalan mulus tanpa cela Seluruh operasi itu digelar semata-mata untuk mematahkan perlawanan Gerakan Pengacau Liar atau Gerakan Pengacau Keamanan Tetapi banyak saksi di Papua menyatakan dalam seluruh

70 Kwiyawage berjarak sekitar 45 menit terbang dengan helikopter Penulis datang ke kampung ini sebagai anggota penyelidik ad hoc KPP-HAM Komnas HAM

operasi itu banyak korban jiw a jatuh dari penduduk biasa di kampung-kampung serta pu luhan orang Papua yang te rpe la jar dipenjarakan71

Ketika situasi politik berubah rangkaian Operasi Militer di Papua digugat oleh orang- orang Papua karena mereka mencatatnya sebagai pelanggaran terhadap hak-hak asasi mereka Ternyata dalam operasi militer yang tiada putus itu yang dibunuh disiksa dan dihilangkan atau diperkosa bukanlah sekadar musuh negara melainkan ratusan penduduk kampung yang daerahnya menjadi sasaran operasi militer tersebut

Antara tahun 1963mdash 1969 korban orang Papua oleh operasi militer diperkirakan oleh Osborne dengan mengutip Hasting berjum lah 2 000 sam pai 3 000 orang Sementara Eliaser Bonay mantan Gubernur Papua di tahun 1981 pernah menyatakan korban berkisar 30000 jiwa72 Jan Warinussy D irektur E kseku tif LP3BH M anokwari m em perkirakan jum lah korban ham pir 100000jiwa sejak Pepera sampai sekarang73

Namun jumlah korban yang moderat ditulis oleh Agus Sumule ketika merumuskan perlunya Pengadilan HAM serta Komisi K ebenaran dan R ek onsiliasi dijam in pembentukannya dalam UU Otonomi Khusus untuk Papua Sumule merinci jumlah korban tersebut adalah antara tahun 1969mdash 1997 di Paniai 614 orang dibunuh Hilang 13 orang dan diperkosa 80 orang (1980mdash 1995) Tahun 1979 Kelila (Jayawijaya) 201 dibunuh serta tahun 1977 di Asologaiman 126 dibunuh dan Wasi 148 orang dibunuh74 Jumlah korban pembunuhan oleh aparat dalam rangkaian operasi militer itu belum teridentifikasi secara jelas sampai saat ini Meskipun demikian

71 M endesaknya masalah hak asasi manusia untuk diselesaikan di Papua lihat Adriana Elisabeth Agenda dan Potensi Damai di Papua LIPI Jakarta 2005

72 Osbome op cit hlm 10973 Lihat wawancaranya dalam Majalah Sampan edisi 02

Februari 2006 hlm 11mdash 1374 Agus Sumule Mencari Jalan Tengah Otonomi Khusus

Provinsi Papua Gramedia Jakarta hlm 233mdash 234

19

masalah hak asasi manusia yang serius telah tejadi di Papua

Menyikapi masalah hak asasi manusia yang serius itu ketika fajar tahun 2000 merekah Presiden Abdurrahman Wahid yang kala itu berada di Jayapura mengubah nama provinsi Irian Jaya menjadi Provinsi Papua Seiring dengan perubahan nama itu Presiden juga memperbolehkan pengibaran bendera B intang K ejora dan m em inta TNI mengunakan jalan damai dan meninggalkan cara-cara kekerasan dalam m enyikapi masalah di Papua Setahun kemudian status Otonomi Khusus juga disetujui oleh Presiden Megawati kepada Papua melalui UU No 21 2001

Jalan dialog ini mulai terbuka karena munculnya gelombang protes yang tiada henti di Papua sepajang tahun 1998 Gelombang itu dimulai oleh para kalangan mahasiwa di Jayapura dan kemudian menjalar ke hampir semua kota di Papua Titik cetusnya terjadi di Biak bulan Juli 1999 Ribuan orang berdemonstrasi dan mengibarkan bendera B intang K ejora di Pelabuhan Biak Demonstrasi kemudian juga menyebar ke kota-kota Papua lainnya seperti Manokwari Wamena Merauke Timika dan Jayapura Sayang dalam berbagai aksi demonstrasi yang diikuti pengibaran bendera Bintang Kejora ini lagi-lagi aparat keamanan bertindak secara kasar75 Sepanjang tahun 2000 demonstrasi-demonstrasi yang menuntut keadilan dengan m engibarkan bendera Bintang Kejora juga mengalami tindakan kekerasan oleh aparat keamanan Sepanjang tahun 1999mdash 2000 puluhan orang tewas tertembak oleh aparat76

Sayangnya seluruh jalan dialog itu dan status Otonomi Khusus belum menyentuh persoalan mendasar di Papua yaitu pemulihan

75 Theo PA van den Broek Ofm dan J Budi Hemawan Ofm Memoria Passionis di Papua Kondisi Hak Asasi Manusia dan Gerakan Aspirasi Merdeka Gambaran 1999 Keuskupan Jayapura Jakarta 2001

76 Yafet Kambai op cit hlm 34mdash 36

harga diri orang Papua Bagi orang-orang Papua pengalaman bersama Indonesia terutama selama rezim militer Soeharto berkuasa dirasakan begitu melecehkan harkat dan martabat mereka Seluruh pelecehan itu kemudian dikatakan oleh orang-orang Papua sebagai realitas pelanggaran hak asasi manusia baik yang berupa tindak kekerasan seperti pembunuhan penyiksaan penangkapan dan pemerkosaan

Pelecehan yang lain adalah Indonesia te lah m em biarkan o rang-o rang Papua terperangkap dalam kemiskinan yang kronis tanpa infrastruktur kesehatan pendidikan dan transportasi serta kom unikasi yang memadai Kondisi ini dalam data yang dilansir oleh harian Kompas sekitar 80 orang asli Papua berada dalam gelimang kemiskinan77

Belum adanya ja lan keluar bagi m asalah kem isk inan dan kelangkaan infrastruktur serta belum adanya upaya pertanggung jaw aban atas te rjad inya pelanggaran bera t hak asasi m anusia membuat Papua tetap bergejolak meskipun Otonomi Khusus telah diberikan Pada hal Otonomi Khusus dirancang sebagai jalan k e lu ar bagi selu ruh persoalan yang mengganjal dalam hubungan Jakarta dengan Jayapura

Belum efektifnya Otsus sebagai jalan keluar tidak terlepas dari realita politik di Papua itu sendiri Para perancang Otonomi Khusus hanya mengandaikan bahwa dengan adanya Otonomi Khusus maka semua pihak akan suka rela mendukungnya Namun dalam kenyataanya belum semua pihak mendukung Salah satu pihak yang belum mendukung sepenunya adalah pihak-pihak dari kalangan militer

M aka dari itu sam pai saat ini Pengadilan HAM dan KKR yang diwajibkan oleh UU Otonomi Khusus untuk meminta pertanggungjawaban dari mereka yang terlibat belum terwujud di Papua Pada hal dua instansi ini d iharapkan m enjadi sarana untuk membongkar masalah kejahatan terhadap kemanusian di Papua

20

Dengan demikian membicarakan masalah Papua saat ini yang paling pokok adalah menjelaskan peran dan posisi militer dalam keseluruhan konflik di Papua tersebut Sikap pemerintah yang selalu membantah dan menutup mata atas terjadinya berbagai bentuk kekerasan yang dilancarkan oleh anggota ABRI akan merugikan Indonesia sendiri Selain itu sikap merasa tak pemah bersalah dari pem erin tah Indonesia ju g a akan menjauhkan orang Papua dari Indonesia

Gam baran yang terpapar di atas adalah merupakan kenyataan-kenyataan yang pernah dialami oleh orang-orang Papua Dengan membuka seluruh pengalaman itu dan memberikan ruang bagi pengalaman orang-orang Papua untuk menjadi bagian darinya akan lebih mem udahkan dalam mencari jalan keluar bagi persoalan Papua yang kini kian rumit Singkatnya peranan ABRI atau TNI dan Polri di Papua sejak tahun 1960-an sampai tahun 2000 harus dibuka Sementara itu seluruh pengalaman pahit orang-orang Papua mesti diakomodasi pula di dalamnya sebagai bagian yang utuh

M aka dari itu pem bentukan pengadilan HAM dan KKR di Papua sebagaimana diamatkan oleh UU Otonomi Khusus menjadi agenda mendesak di Papua Tanpa kedua sarana itu membicarakan masalah Papua seperti jalan di tempat Jika itu yang terjadi kekecewan dan perasaan tidak diangap sebagai bagian dari keindonesiaan akan kian meluas di Papua

Daftar Pustaka

Aditjondro George J 2000 Cahaya Bintang Kejora Jakarta ELSAM

Amiruddin 2005 ldquoGerakan Papua Merdeka Penciptaan Identitas Ke-Papua-an versus Ke- Indonesia-anrdquo dalam Jurnal Hak A sasi Manusia Dignitas VolIIINo 1 Tahun 2005

Amiruddin dan Aderito Soarea 2003 Perjuangan Amungme Antara Freeport dan Militer Jakarta ELSAM

Bhakti Ikrar Nusa 2005 ldquoHak Menentukan Diri Sendiri Jenis Baru di Papua Pilihan Antara Kemerdekaan dan Otonomirdquo Dalam Dewi Fortuna Anwar (Ed) Konflik Kekerasan Internal Jakarta Obor Hlm 255mdash 256

Chauvel Richard dan Ikrar Nusa Bhakti 2004 The Papua Conflict Jakarta s Perceptions and Policies East-West Center Washington

C holil 1971 Sejarah O p era si-O p era si Pembebasan Irian Barat Puserjarah ABRI- Dephankam

Deplu RI 1998 Sejarah Kembalinya Irian Jaya ke Pangkuan Republik Indonesia Jakarta Deplu RI

Djoparai John RG 1993 Pem berontakan O rgan isasi P apua M erdeka Jakarta Grasindo

Elisabeth Adriana dan Muridan S Widjojo 2004 Pemetaan Peran dan Kepentingan Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

Elisabeth Adriana dkk (2005) Agenda dan Potensi Damai di Papua Jakarta LIPI

G iyai Benny 2000 M enuju P apua Baru Beberapa Pokok Pikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham-Dieyai

Kambai Yafet 2003 Gerakan Papua Merdeka di Bawah B ayan g-B ayan g M ega-H az Jayapura ELSHAM Hlm 29mdash 30

Kodam XVIITjendrawasih 1971 Irian Barat dari Masa ke Masa Sejarah Militer Kodam XVII Tjendrawasih Puserjarah ABRI

Laporan Tim Pengkajian Komnas HAM tentang Permasalahan HAM di Papua (Wamena dan Wasior) Oktober 2003

Leith Denise 2003 The P olitics o f Power Freeport in Seharto s Indonesia Honolulu Universiti o f Hawaii Press

Majalah Sampari edisi 02Februari 2006

M ayjen Samsudin 1994 P ergolakan di Perbatasan Operasi Pembebasan Sandera Tanpa Pertum pahan D aerah Jakarta Gramedia

Osbome Robin 2001 Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Jakarta Elsam

Pigai D ecki N atalis BIK 2001 E volusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua Jakarta Sinar Harapan

21

Pour Julius 1993 Benny Mordani Profil Prajurit Negarawan Jakarta Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman

Raweyai Yorris TH 2002 Mengapa Papua Ingin Merdeka Jayapura PDP

Sejarah Kodam VIIITrikora Priode 1982-1990

Sumule Agus 2004 M encari Jalan Tengah Otonomi Khusus Provinsi Papua Jakarta Gramedia

Tebay Neles Kebadabi 1999 ldquoOrang Papua Menuju K epunahanrdquo makalah dalam Seminar yang diselengarakan oleh Kelompok Studi Gaise Keuskupan Bandung dan Lembaga Penelitian Universitas Katolik Parahiyangan Bandung tanggal 12mdash 13 November 1999

Van den Broek Ofm Theo PA dan J Budi Hemawan Ofm 2001 Memoria Passionis di Papua Kondisi Hak Asasi Manusia dan Gerakan A spirasi M erdeka Gambaran 1999 Jakarta Keuskupan Jayapura

Van den Broek Theo 1999 Returnees from PNG to Irian jaya Dealing in Particular with Returnees to Woropko-Mindiptana Area Jayapura SKP

Widjojo Muridhan S 2005 ldquoSeparatisme - Hak Asasi M anusia - Separatisme Siklus Kekerasan di Papua Indonesiardquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIII N ol Tahun 2005

22

Lampiran

Tabel Nama Pangdam XVIITjendrawasih dan Operasi-Operasi yang Dipimpinnya

No Nama Lama Tugas Keterangan

1 Brigjen U R ukm an M ei 1 9 6 3 mdash 17 April 1 9 6 4

O peras i W isnum urti I d an II

2 Brigjen Inf Kartidjo 17 April 1 9 6 4 mdash

O peras i W isnum urti III d an IV O perasi G ia t dan T an g k as O peras i S a d a r O p e ra s i ini d ipim pin oleh D a n rem 171 M an o kw ari Letkol D jaka W a rg a d in a ta

3 Brigjen T N I R Bintoro 2 3 M a re t 1 9 6 6

O peras i B ra th ayud ha operas i penghancuran p erlw an an d an untuk m e m e n a n g ka n P ep e ra

4Brigjen T N I S arw o Edi W ibow o

2 5 Juni 1 9 6 8O peras i S a d a r d an B ratayudha O peras i W ib a w a (P ers iap an P e n y e len g a ra an P e p e ra )

5 Brigjen A cub Za ina l2 6 Januari 19 70 mdash 1 9 7 4

O peras i P am un g kas

6Brigjen Im am M u n a n d ar

1 9 7 7 mdash 19 78 O peras i di S ep a n jan g P erb a tas an

7 Brigjen C l S an to sa 1 9 7 8 mdash 1 9 8 2

8Brigjen RK S em biring M elia la

1 9 8 2 mdash 1 9 8 5

9M ay jen H S im anjuntak

1 9 8 5 mdash 19 86 O peras i G a g a k I

10 M ay jen S etia n a 1 9 8 6 mdash 1987 O peras i G a g a k II

11M ay jen W is m o ya A rism u nand ar

1 9 8 7 mdash 19 89 O peras i K asuari I d an II

12 M ay jen A binow o 1 9 8 9 mdash 1991 O peras i R a jaw ali I dan II

13M ay jen I Ketut W ard h an a

1 9 9 4 mdash 1 9 9 5

14 M ay jen Joni Lum intang 1 9 9 5 mdash 1 9 9 6

15M ay jen A m ir S em biring

1 9 9 8 mdash 1999 P e n g a m a n a n D a erah R a w a n

16M ay jen M ahidin Sim bolon

1 9 9 9 mdash 2 0 0 2O peras i P en g en d a lian P eng ibaran B end era

17 M ay jen Nurdin Z a ina l 2 0 0 2 mdash 2 0 0 4 O peras i P enyis iran di W a m e n a

Sejak April 1985 Kodam XVlITjendrawasih di gabung dengan Kodam XVPatimura Gabungan kedua Kodam ini menjadi Kodam VIIITrikora dengan pusat komandonya tetap di Jayapura

Kodam VIIITrikora kembali dipecah menjadi dua yaitu Kodam Trikora di Jayapura dan Kodam Patimura untuk Maluku

23

PRO-KONTRA PEMEKARAN PAPUASEBUAH PELAJARAN BAGI PEMERINTAH PUSAT

Lili Romli

Abstract

The division ofthe Province o f Papua is an interesting case in pos t reform era in which local government autonomy is a hot topic in local politics in Indonesia The decision to divide the province comes from Central Government in Jakarta not provincial government in Jayapura The decision raises dispute argument in pro or contra on the necessary o f the division between people o f Papua The paper aims is to describe the discord between the problem o f the Division ofPapua in the level offormal rule and the pro and contra to the decision To solve the problem ofpro and contra this paper argues that it is necessary to give more room for people ofPapua to decide what it need By involving local institution that has been legally approved as representatives o f Papuan people such as Papuan People Assembly (Majelis Rakyat Papua MRP) and DPRD the pro and contra to the division among people and government will be solved in dialogic decision

Pendahuluan

Dalam era reform asi dan otonomi daerah ini salah satu fenomena yang muncul di daerah-daerah adalah

tuntutan pemekaran daerah Di beberapa daerah sebagai contoh kasus m ereka berlomba-lomba agar daerahnya dimekarkan atau minta pemekaran 1 Kondisi itu kontras dengan kasus di Papua Apabila daerah- daerah lain berlomba-lomba agar daerahnya dimekarkan tidak demikian halnya dengan Papua atau Irian Jaya Tampaknya kasus Papua berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kasus-kasus pemekaran daerah lain selama ini Jika pemekaran daerah yang terjadi selama ini yang ngotot adalah orang- orang daerah agar secepatnya daerahnya d im ekarkan sem entara un tuk kasus pem ekaran Papua yang ngo to t adalah

Peneliti Bidang Politik Nasional Pusat Penelitian Politik1 Agar daerahnya dimekarkan mereka kerap melakukan demonstrasi baik kepada daerah induk maupun ke Pemerintah Pusat Contoh kasus adalah saat pemekaran Provinsi Banten yang ingin pisah dari Provinsi Jawa Barat

Pemerintah PusatSebagaimana diketahui Pemerintah

Pusat menerbitkan UU No 45 Tahun 1999 un tuk pem ekaran Papua N am un UU tersebut ditolak oleh masyarakat Papua Meskipun sudah ditolak tampaknya jalannya cerita belum usai Empat tahun kemudian keing inan P em erin tah Pusat untuk memekarkan Papua dilanjutkan kembali K ini Pem erintah Pusat m enghidupkan kembali UU No 45 Tahun 1999 melalui Inpres No 1 Tahun 2003 Inpres tersebut menginstruksikan untuk mempercepat antara lain pemekaran Papua menjadi 3 provinsi yaitu Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur

Tentu saja dengan adanya Inpres tersebut mengagetkan rakyat Papua Sebab bukankah dulu UU No 45 Tahun 1999 tentang Pemekaran Papua sudah ditolak Tetapi mengapa sekarang keluar Inpres No 1 Tahun 2003 untuk mempercepat pemekaran Papua Bukankah untuk pemekaran Papua

25

harus dilakukan melalui Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagaimana diamanatkan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan itu sebagian besar rakyat Papua m enolak pemekaran Papua

D engan dem ikian dalam kasus pemekaran Papua sebagaimana dikatakan di atas tam paknya yang ngoto t untuk memekarkaan Papua adalah Pemerintah Pusat sedangkan Pem erin tah D aerah P rovinsi Papua tidak ngo to t bahkan menolaknya Inilah yang saya katakan sebagai fenomena khusus yang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan pemekaran- pemekaran daerah dalam kasus-kasus daerah lain seperti pemekaran Provinsi Banten Pemekaran Provinsi Bangka Belitung dan Pemekaran Provinsi Gorontalo

Dampak sikap ngotot Pemerintah Pusat tersebut menimbulkan benturan dan konflik antara mereka yang pro-Pemerintah Pusat (dengan demikian setuju pemekaran) dan yang menolak keinginan Pemerintah Pusat (dengan dem ikian m enolak pem ekaran) Sikap pro-kontra tersebut sesungguhnya apabila kita amati dipicu oleh sikap elite terhadap kebijakan Pemerintah Pusat tentang pemekaran Papua Sikap elite yang berbeda itu lalu merembet ke masing-masing pendukung di antara elite-elite tersebut sehingga yang teijadi kemudian konflik horizontal di antara pendukung pemekaran dan penolak pemekaran Antiklimaks dari konflik tersebut adalah peristiwa Mimika saat dideklarasikan Provinsi Irian Jaya Timur

Tulisan ini mencoba untuk membahas tentang fenomena pro-kontra pemekaran Papua tersebut Namun sebelumnya terlebih dahulu membahas tentang latar belakang pemekaran Papua keluarnya UU No 45 Tahun 1999 dan Inpres No 1 Tahun 2001

Latar Belakang Pemekaran

Ide tentang pemekaran Irian Jaya sudah lama Jauh sebelum Irian Jaya menjadi bagian Indonesia di zaman pemerintahan

Hindia Belanda pemerintah kolonial saat itu membagi wilayah Netherlands New Guinea (sebuah nama untuk Irian Barat atau Irian Jaya pada waktu masa penjajahan Belanda) dalam enam karisedanan yaitu (1) Hollandia (sekarang namanya Jayapura) dengan ibu kota Hollandia (2) Geelvinkbaai (sekarang Teluk Cendrawasi) dengan ibu kota Biak (3) N ew G uinea Tengah dengan ibu kota Enarotali (4) New Guinea Selatan dengan ibu kota Merauke (5) New Guinea Selatan dengan ibu kota Fakfak dan (6) New Guinea Barat dengan ibu kota Sorong2

Tentu pembagian keenam wilayah tersebut ada alasannya Pemerintah Hindia Belanda tidak asal saja membagi wilayah Netherland New Guinea atas enam wilayah M enurut Ik rar N usa B hakti alasan pembagian enam wilayah itu didasarkan atas (1) kedekatan w ilayah (2) efektiv itas pemerintahan dan (3) pertalian adatsuku di antara penduduk di wilayah itu3

Pada tahun 1963 ketika Netherland N ew G uinea m enjadi bag ian w ilayah Indonesia yang kemudian berubah menjadi Irian Barat pembagian enam wilayah tersebut tetap dipertahankan oleh Indonesia Namun dalam perkembangan kemudian yaitu pada tahun 1969 dari enam karesidenan itu diciutkan menjadi tiga karesidenan baru yaitu (1) Karesidenan Paniai (2) Karesidenan Sorong dan (3) Karesidenan Yapen Waropen Karesidenan di Irian Barat terus berkembang dan ada yang d iberi nam a baru yaitu kabupaten m enjadi 14 kabupaten dan terakhir 28 kabupaten4

Pada masa Pemerintahan Orde Baru tepatnya tahun 1983 yaitu pada masa Gubernur Irian Jaya dipimpin oleh Busyiri Suryowinoto dan M enteri Dalam Negeri Supardjo Rustam ide tentang pemekaran muncul kembali Ide pemekaran ini berawal dari Seminar ldquoPembangunan Pemerintahan

2 Ikrar Nusa Bhakti ldquoMencari Titik Temu Pemekaran Provinsi Papuardquo Kompas 25 Agustus 2003

3 Ibid4 Ibid

26

Daerahrdquo dalam rangka Dies Natalis Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) ke-16 di Jakarta tanggal 3 Mei 1983 Pada seminar tersebut muncul gagasan perlunya pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga wilayah dan pembentukan- pembentukan kabupaten-kabupaten5

Namun dalam seminar itu terdapat dua pendapat yang berbeda satu sisi ada yang berpendapat bahwa pemekaran dimulai dari bawah dulu yaitu dengan m em bentuk kapubaten-kabupaten dulu tetapi di sisi lain ada yang berpendapat sebaiknya dimulai dari atas dulu yaitu dengan m em bentuk pemekaran provinsi dulu

Sehubungan dengan adanya polemik tersebut Gubernur Irian Jaya yaitu Busyiri memanggil orang-orang Irian Jaya yang berpolemik tersebut yaitu JRG Jopari 3 mahasiswa IIP asal Irian Jaya (M ichael Menufandu Obednego Rumkorem Martinus Howay) dan beberapa anggota DPR yang mewakili Irian Jaya antara lain MC Da Lopez Izaac H indom Izaac Saujay M ocham m ad W asaraka dan Sudarko M ereka d ipanggil dalam rangka membicarakan rencana pemekaran wilayah Irian Jaya Untuk itu mereka diwajibkan untuk memberikan masukan tertulis kepada gubernur

Ide ten tang pem ekaran terus berkembang dengan diadakannya Seminar Nasional ldquoPercepatan Pembangunan di Irian Jayardquo yang d ilakukan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Dalam seminar itu dibicarakan juga tentang kemungkinan pemekaran wilayah Irian Jaya Hasil seminar lalu direkom endasikan kepada M enteri Dalam Negeri yakni Supardjo Rustam

Dalam perkem bangan kemudian Menteri Dalam Negeri memerintahkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Dalam Negeri untuk melakukan penelitian di Irian Jaya selama enam bulan

5 JRG Djopari ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo Sinar Harapan 5 Maret 2003

tentang kemungkinan pemekaran wilayah Irian Jaya Hasil penelitian ini kemudian disampaikan kepada Presiden Soeharto yang isinya apabila kondisi ekonomi negara memungkinkan dan proses kaderisasi aparat pemerintah asal putra daerah telah mencukupi untuk struktur minimal birokrasi pem erintahan tingkat provinsi pemekaran wilayah dapat dilaksanakan Pemekaran dapat dimulai dengan tiga provinsi dan kemudian menjadi enam provinsi sesuai enam karisedanan sewaktu pemerintahan Hindia Belanda di Irian Jaya

Gagasan tentang pemekaran Irian Jaya tersebut ternyata tidak kunjung tiba sampai akhirnya Presiden Soeharto jatuh Entah alasan apa ide pemekaran itu tidak kunjung terwujud Mungkin rekomendasi tentang perlunya pemekaran yang diajukan oleh B alitbang D epdagri belum juga terpenuhi sehingga tidak memungkinkan pemekaran Irian Jaya dilaksanakan Atau alasan lain entahlah Yang jelas selama masa Presiden Soeharto kendali Jakarta atas Irian Jaya begitu ketat dengan diberlakukannya Daerah Operasi Militer (DOM) Dan dampak dari DOM tersebut membuat rakyat Irian Jaya m akin sengsara ak ibat te rjad inya pelanggaran-pelanggaran HAM

Pemekaran Irian Jaya Berdasarkan UU No 45 Tahun 1999

K etika te rjad i pergan tian pemerintahan dari Soeharto ke B J Habibie gagasan pem ekaran Irian Jaya muncul kem bali G ubernur Irian Jaya Freddy Numberi mengusulkan pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga wilayah Kemudian usul ini ditanggapi oleh pemerintah dengan mengajukan RUU tentang pemekaran Irian Jaya dan pembentukan kabupaten-kabupaten lainnya di Irian Jaya Singkat kata lalu keluarlah UU No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat Kabupaten Paniai Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Dengan adanya UU itu

27

berarti Irian Jaya terbagi atas 3 provinsi yaitu Irian Jaya Barat dengan Ibu Kota Manokwari Irian Jaya Tengah dengan Ibu Kota Timika dan Irian Jaya Timur dengan Ibu Kota Jayapura

U ntuk m engetahui apa dasar pertimbangan keluarnya UU No 45 Tahun 1999 tersebut di sini saya kutipkan dasar pertimbangan sebagaimana dinyatakan dalam poin menimbang UU No 45 Tahun 1999 yaitu6a bahwa berhubung dengan perkembangan

dan kemajuan Provinsi Irian Jaya serta adanya aspirasi yang berkembang dalam m asyarakat d ipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerinshytahan pelaksanaan pembangunan dan pem binaan kem asyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan dimaksud pada masa mendatang

b bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dan memperhatikan perkembangan jumlah penduduk luas wilayah potensi ekonomi sosial budaya sosial politik dan peningkatan beban tugas serta volume kerja di bidang pem erintahan pem shybangunan dan kemasyarakatan di Irian Jaya d ipandang perlu m em bentuk Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat sebagai pemekaran dari Irian Jaya

c bahwa pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya B ara t akan dapat mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah

Pertimbangan-pertimbangan yang diajukan tersebut kemudian lebih jauh dijelaskan dalam Penjelasan Umum dari UU No 45 Tahun 1999 ini Di sini lagi-lagi saya kutipkan bunyi Penjelasan Umum tersebut yaitu

6 Lihat UU No 45 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

Provinsi Irian Jaya mempunyai wilayah seluas 404669 km2 dengan geografis yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit dalam perkembangannya walaupun telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan masih diperlukan peningkatan Provinsi Irian Jaya juga memiliki makna yang khas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Makna khas tersebut terdapat di dalam dinamika budaya struktur pranata adat istiadat potensi wilayah dan struktur sosial kemasyarakatan serta tantangan dan kendala yang dihadapi beserta lingkungan strategis yang mempengaruhinya

Perkembangan Provinsi Irian Jaya tersebut diikuti pula dengan peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat dengan laju pertumbuhan rata-rata 241 per tahun Pada tahun 1990 jumlah penduduk Provinsi Irian Jaya berjumlah 1436439jiwa dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 2225102 jiwa Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volum e kerja penyelenggaraan pem erin tahan pem shybangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Provinsi Irian Jaya

Provinsi Irian Jaya memiliki sumber daya pertanian tanaman pangan perkebunan kehutanan pertambangan dan pariwisata yang cukup potensial untuk dikembangkan serta memiliki prospek yang cukup baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri karena memiliki letak yang sangat strategis yaitu merupakan pintu gerbang ke arah lingkar Pasifik

Berdasarkan hal-hal tersebut dan memperhatikan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat sejak tahun 1982 yang selanjutnya dituangkan secara formal dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Irian Jaya tanggal 10 Juli 1999 Nomor 10DPRD1999 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I Irian Jaya dan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan

28

pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat dan sesuai aspirasi masyarakat sejalan dengan kebutuhan pembangunan dan pemerintahan di Provinsi Irian Jaya maka Provinsi Irian Jaya perlu dimekarkan menjadi tiga provinsi yaitu dengan membentuk Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat

Untuk m eningkatkan dan m em shyperkuat peranan putra daerah asli Irian Jaya dalam formasi kepegawaian dan jabatan negeri diberikan prioritas kepada putra daerah tersebut sedem ikian rupa dalam mendapatkan pendidikan dan pelatihan Di samping itu hak adat dalam komunitas budaya suku-suku asli Irian Jaya termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi dan dijamin pengem bangan serta pem berdayaannya secara dinam is dan selaras dengan perkembangan zaman

Untuk m elaksanakan UU No 45 Tahun 1999 tersebut Presiden BJ Habibie kemudian mengeluarkan Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 pada tanggal 12 Oktober 1999 Dalam Dekrit tersebut Presiden BJ H abibie m engangkat W akil G ubernur Herman Monim dan Bram Atururi masing- masing sebagai Gubernur Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya B arat N am un dalam perkembangan baik UU No 45 Tahun 1999 maupun Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 ditolak oleh Dewan Perw akilan Rakyat Daerah Provinsi Irian Jaya melalui SK No 11 DPRD1999 tanggal 16 Oktober 1999 Isi SK DPRD Provinsi Irian Jaya tersebut menolak pemekaran Irian Jaya karena atas desakan rakyat Irian Jaya

Dengan adanya penolakan DPRD Provinsi Irian Jaya tersebut kem udian m uncul pertanyaan m engapa dalam Penjelasan Umum UU No 45 Tahun 1999 sebagaimana dikutip di atas dinyatakan bahwa keluarnya UU ini tidak lepas dari aspirasi masyarakat yang lalu dituangkan dalam Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya No 10 DPRD1999 Kalau benar berdasarkan aspirasi

masyarakat seharusnya UU No 45 Tahun 1999 diterima bukan ditolak Tetapi yang terjadi adalah rakyat Irian Jaya menolak dan DPRD Irian Jaya m endukungnya Pertanyaan selanjutnya ada apa sebenarnya di balik itu semua Benarkah UU No 45 Tahun 1999 benar-benar berdasarkan aspirasi masyarakat Irian Jaya atau sesungguhnya hasil rekayasa Jakarta (Pemerintah Pusat)

Jawaban yang muncul cenderung bahwa UU No 45 Tahun 1999 tidak lepas dari kepentingan Pemerintah Pusat dalam upaya meredam atau memecah gerakan Papua M erdeka D engan Irian Jaya d im ekarkan m aka dukungan terhadap gerakan Papua Merdeka akan terpecah-pecah yang pada gilirannya nanti akan melemahkan gerakan itu sendiri karena Irian Jaya tidak lagi satu tetapi sudah menjadi tiga yaitu Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur C ara seperti ini memang dapat d ilakukan te tap i persoalan waktu dan kondisinya tidak pas Mengapa tidak jauh- jauh sebelum itu katakanlah seharusnya direalisasikan ketika masa Soeharto di mana negara kuat Sementara sekarang pada era reformasi ini di mana semua orang menuntut kebebasan dan ada ruang kebebasan ditambah kondisi negara yang lemah maka kebijakan itu tidak pas Maka menjadi wajar apab ila kem udian rakyat Irian Jaya m enolaknya karena m em ang yang d ibu tuhkan adalah kead ilan bukan pemekaran

Mungkin berdasarkan pertimbangan tersebut Presiden BJ Habibie menerima tuntutan rakyat Irian Jaya tersebut yaitu menunda pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dan membatalkan Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 karena tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat Irian Jaya

Dalam perkembangan selanjutnya ketika BJ Habibie digantikan oleh Presiden A bdurahm an W ahid pendekatan yang diterapkan dalam menangani Irian Jaya berbeda dengan kebijakan sebelumnya Di sini Presiden Abdurahman Wahid bukan saja

29

memberikan dana bagi diadakannya Kongres Nasional Papua II pada bulan Mei 2000 tetapi juga mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua pada tanggal 25 Desember 2000 Nama Papua merupakan keinginan rakyat Papua sendiri bukan pemberian nama dari Pemerintah Pusat Dengan persetujuan pemberian nama Papua untuk mengganti nama Irian Jaya diharapkan rakyat Papua akan mengubah tuntutan yang selama ini diajukan terutama kelompok OPM dan Presediun Dewan Papua

Ketika Presiden Abdurahman Wahid ja tu h dan d igan tikan oleh M egaw ati diberikan kebijakan terhadap Papua dengan apa yang dinamakan sebagai pemberian otonomi khusus melalui UU No 21 Tahun 2001 Kebijakan yang sama yaitu Otonomi K husus d iberikan ju g a kepada Aceh K ebijakan pem berian otonom i khusus sesungguhnya merupakan bentuk win-win solution sem ua p ihak m em peroleh kemenangan

Perlu dikemukakan di sini kebijakan otonomi khusus ini berbeda dengan kebijakan otonomi berdasarkan UU No 22 Tahun 1999 Pada UU No 22 Tahun 1999 titik berat otonomi ada pada tingkat kabupaten atau kota Antara kabupatenkota dengan provinsi tidak ada hierarki Sementara UU Otonomi Khusus titik berat otonomi berada di tingkat provinsi bukan pada kabupaten atau kota

B erkaitan dengan pem ekaran wilayah UU Otonomi Khusus menyatakan bahwa apabila akan diadakan pemekaran harus terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Majelis Rakyat Papua (MRP) Pasal 76 UUNo 21 Tahun 2001 menyebutkan bahwa ldquoPem ekaran P rov insi Papua m enjadi provinsi-provinsi dilakukan atas persetujuan MRP dan DPR Papua setelah memperhatikan dengan sungguh-sungguh kesatuan sosial budaya kesiapan sumber daya manusia serta kemampuan ekonomi dan perkembangan di masa mendatangrdquo

Lalu siapa itu M RP MRP merupakan reperesentasi kultural orang asli Papua Orang asli Papua adalah orang yang

berasal dari rumpun ras Melanesia yang terdiri dari suku-suku asli di Provinsi Papua danatau orang yang diterima dan diakui sebagai orang asli Papua oleh masyarakat adat Papua Sampai saat ini entah mengapa MRP belum terbentuk Karena belum terbentuknya MRP dapat dikatakan Otonomi Khusus Papua belum berjalan secara maksimal meski dana untuk pelaksanaan Otonomi Khusus sudah diberikan oleh Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Inpres No 1 Tahun 2003

Setelah keluarnya UU Otonom i Khusus tentang Papua tersebut seharusnya persoalan Papua selesai minimal berkaitan dengan masalah pemekaran Papua Mengapa mengingat saat UU tentang Pemekaran Papua No 45 Tahun 1999 ditolak oleh masyarakat Papua lalu sebagai ja lan tengah untuk m engatasi pe rso a lan Papua lah ir UU Otonomi Khusus maka berkaitan dengan persoalan pemekaran harus berdasarkan UU Otonomi Khusus tersebut

N am un entah kenapa dan latar belakang apa pada tanggal 27 Januari 2003 Presiden Megawati mengeluarkan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2003 Instruksi itu berisi tentang Percepatan Pelaksanaan UU No 45 tentang Pembetukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat K abupaten Pania K abupaten M im ika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Dalam diktum menimbang disebutkana Bahwa untuk pelaksanaan Undang-

Undang No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat Kabupaten Paniai Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong dipandang perlu dilakukan percepatan penyiapan sarana dan prasarana pem bentukan organisasi perangkat daerah dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah

b B ahw a sesuai tun tu tan dan perkembangan aspirasi masyarakat serta

30

kondisi politik nasional yang kondusif pada saat ini maka penyelenggaraan pemerintahan daerah di Provinsi Irian Jaya Barat perlu direalisasikan secara terarah terpadu terkoordinasi dan berkesinambungan

Instruksi presiden ini ditu jukan kepada (1) M enteri Dalam N egeri (2) Menteri Keuangan (3) Gubernur Provinsi Papua dan BupatiWali Kota se-Provinsi Papua

Pertam a M enteri D alam N egeri melakukan percepatan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dengan tugas1) M elaksanakan pem binaan dan

pengawasan penyelenggaraan pemerinshytahan daerah di Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

2) M em persiapkan penetapan dan penyesuaian ba tas-b a tas w ilayah Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat dan Prdvinsi Irian Jaya

3) M em berikan pem binaan dan pengshyawasan kepada Provinsi Irian Jaya Barat dan Provinsi Irian Jaya Tengah dalam rangka pem bentukan O rganisasi Perangkat Daerah

4) M em berikan pem binaan dan pengshyawasan kepada Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat dalam rangka pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

5) Mengaktifkan pejabat gubernur para pejabat dan penataan aparatu r Pemerintah Provinsi Irian Jaya Barat dan P rovinsi Irian Jaya Tengah serta mengupayakan dukungan sarana dan prasarana yang memadai

6) Melakukan koordinasi dengan menteri pim pinan lem baga nondepartem en terkait dan m engadakan pertem uan dengan pejabat pemerintah daerah

Kedua memberikan tugas kepada M enteri K euangan un tuk m enyiapkan anggaran yang diperlukan dalam rangka

pelaksanaan langkah komprehensif yang belum tertampung dalam APBN

K etiga G ubernur m em berikan dukungan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dengan tugas1) Pengalihan personel pembiayaan aset

dan dokumen2) S uperv isi dan dukungan pada

pembentukan dan penataan penyelengshygaraan pem erintahan daerah otonom baru

Keem pat bupatiw ali kota m enshydukung untuk memperlancar pengalihan dan penataan penyelenggaraan pemerintahan seperti dimaksud UU No 45 Tahun 1999

K elim a un tuk m em perlancar percepatan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 M enteri D alam N egeri dapat membentuk Tim Asistensi untuk memberikan dukunganbimbingan teknis penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada gubernur dan bupatiw ali ko ta dalam kaitan p e shynyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

Setelah adanya instruksi presiden tersebut pada tanggal 6 Februari 2003 dengan dihadiri ribuan orang dari sembilan kabupaten P rov insi Irian Jaya B arat diresmikan oleh pejabat Gubernur Irian Jaya Barat yaitu Abraham Octavianus Atururi di Manokwari Acara peresmian provinsi baru ini juga digelar di Sorong Fakfak dan Jayapura

Pada tanggal 11 Maret 2003 Menteri Dalam Negeri mengharapkan agar Gubernur Papua menyampaikan perkembangan tertulis mengenai respons masyarakat Papua atas pemekaran Papua Laporan tersebut diperlukan oleh Departemen Dalam Negeri sebagai salah satu pertimbangan untuk mengefektifkan pemekaran Papua menjadi tiga provinsi Kemudian pada tanggal 23 Mei 2003 Menteri Dalam Negeri meminta gubernur DPRD dan Bupati Manokwari segera mengimplementasikan Inpres No 1 Tahun 2003

31

Beberapa kalangan menilai bahwa Inpres No 1 Tahun 2003 tentang percepatan pemekaran tersebut menjadi titik balik bagi berjalannya UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonom i K husus Papua K ondisi ini menunjukkan bahwa nasib Otonomi Khusus Papua berada pada posisi di persimpangan jalan Betapa tidak di satu sisi bahwa pemekaran di tanah Papua dilakukan oleh MRP namun di sisi lain dengan adanya Inpres No 1 Tahun 2003 tersebu t m enunjukkan bahw a pem ekaran Papua ternyata dilakukan oleh Pemerintah Pusat bukan oleh MRP sebagai representasi rakyat Papua

Pro-Kontra Pemekaran Papua

Saat pendeklarasian Provinsi Irian Jaya Barat tanggal 6 Februari 2003 oleh Pejabat Gubernur Irjabar (Irian Jaya Barat) di Manokrawi yang dihadiri oleh kurang lebih 15 ribu orang dari Kabupaten Manokwari Sorong dan Fakfak berlangsung secara damai dan aman Tidak ada gejolak konflik dan penentangan Semuanya berjalan lancar dan aman Namun suasana serupa tidak teijadi saat pendeklarasian Provinsi Irian Jaya Tengah (Irjateng) yang dilakukan pada tanggal 23

Agustus 2003 Provinsi Irian Jaya Tengah dideklarasikan di Timika oleh keenam bupati dan ketua DPRD yang ada di wilayah provinsi itu Saat pendeklarasian ternyata diwarnai oleh aksi penolakan sekelom pok pendukung dan penentang pemekaran provinsi Bentrokan antara yang pro dan kontra ini membawa korban meninggal dunia sebanyak empat orang yaitu 2 orang dari pihak penolak dan 2 orang dari pihak pendukung

Pada perkem bangan kem udian karena situasi makin tegang pada tanggal 27 Agustus 2003 Pemerintah menunda atau m em pertahankan dalam status quo pemekaran daerah di Provinsi Papua kecuali Irian Jaya Barat Pada masa status quo ini pemerintah akan meninjau kembali UU No 45 Tahun 1999 UU No 21 Tahun 2001 dan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2003

Sikap pem erin tah dengan m em shyberlakukan status quo berkaitan dengan pemekaran Papua tersebut merupakan suatu sikap yang bijak dan arif dalam menyikapi perkembangan yang terjadi di tanah Papua Untuk itu kita sangat menghargai dan menghormatinya karena memang persoalan Papua begitu kompleks dan rumit yang penyelesaiannya butuh waktu dan pemikiran yang mendalam termasuk persoalan tentang pemekaran Apakah pemekaran merupakan

Tabel 1 Perbandingan Indikator Ekonomi dan Sosial Provinsi Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya

Indikator Prov Irian Jaya Barat

Prov Irian Jaya Tengah

Provinsi Irian Jaya

Ibu Kota Manokwari T im ika JayapuraLuas (km 2) 10 5 073 5 8 7 7 9 2 4 9 6 3 0Jum lah Penduduk 57 1 1 0 7 5 0 6 0 2 6 1 1 5 6 3 9 7Kepadatan (O rg K m 2) 5 4 8 6 4 6Luas Hutan (ha) 10 173 8 7 5 2 9 8 2 4 3 2 4 8Panjanq Jin Aspal (km ) 1 3 07 58 1 3 5 1 3 5 2 086 01Jum lah P N S 97 18 17 417 20511Rasio Penduduk P er P N S 159 19 156Jumlah Guru S D 38 69 4 3 6 2 6 3 3 0Jumlah Murid S D 5 2 569 14 9 672 1 4 3 94 7Rasio Guru per murid S D 14 134 123Jum lah Dokter 6 7 62 171Rasio Penduduk P er Dokter 18254 18 162 16763Penerim aan PBB 2001 1 5 1 26 8 5 1 0 9 4 0 3 7 102816 1Partai Pilihan 1999 G olkar (42 )

P D IP (33 )G olkar (43 ) P D IP (29 )

G olkar (34 ) P D IP (32 )

Sumber Kompas 23 September 2003

32

jalan satu-satunya penyelesaian masalah Papua atau bukan Perlu perenungan yang mendalam

Namun terlepas dari itu persoalan pemekaran dan tentang Inpres No 1 Tahun 2003 tentang Percepatan Pemekaran telah terjadi konflik antara yang pro dan kontra Salah seorang yang pro terhadap pemekaran Papua mengemukakan beberapa argumentasi yaitu71) Aspek pemerintahan Rentang kendali

pemerintahan Papua sangat jauh atau panjang sehingga seorang Gubernur tidak m am pu m engendalikan w ilayah administratif pemerintahannya Dengan 14 wilayah setingkat kabupaten sulit dikoordinasikan oleh seorang gubernur Luas 4 kali pulau Jawa m aka akan bertam bah su lit dan bera t dengan tambahan 14 kabupaten baru tahun 2003 K onflik p rov insi (gubernur) dan kabupaten maupun kota di Irian Jaya pada tahun 2002 perlu d icerm ati atas pembagian dana 18 triliun rupiah bagian dari dana otonomi khusus yang hanya 20 sampai ke 14 wilayah Kabupaten (termasuk 2 kota) sedangkan 8 berada dan dikendalikan di provinsi

2) Aspek Politik Pembagian Papua menjadi 3 provinsi m em berikan kesem patan kepada tiga putra yang terbaik untuk menjadi gubernur Dari segi pendidikan dan komunikasi politik wilayah menjadi semakin kecil sehingga bagi pemerintah maupun partai politik dapat dengan mudah sampai ke desakam pung untuk m elakukan kewajibannya karena isolasi sudah menjadi p rio ritas utam a untuk dibuka demi pembangunan

3) Aspek Hukum Dilihat dari tata urutan dan kebiasaan perundang-undangan maka Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya Nomor 11 Tahun 1999 tidak bisa membatalkan UU No 45 Tahun 1999juga tidak mencabut pasal-pasal pemekaran

7 JRG Djopari ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo dalam Sinar Harapan 5 Maret 2003

wilayah Papua berdasarkan UU No 45 Tahun 1999 Inpres No 1 Tahun 2003 tanggal 27 Januari 2003 secara hukum adalah benar dan tepat

4) A spek E konom i K etiga w ilayah mempunyai potensi sumber alam yang sama yaitu pertam bangan W ilayah Tengah ada PT Freeport Wilayah Barat ada Pertamina dan Proyek Tangguh BP W ilayah T im ur ada ju g a tam bang tembagaemas di Okisibil (PT Inggold) dan minyak bumi (PT Connoco) di Kouh Tanah Merah Di wilayah Timur belum dieksploitasi karena alasan gangguan keam anan T iga w ilayah itu akan membuka peluang besar bagi investasi modal baik dari dalam maupun luar negeri

5) Aspek Sosial Budaya Dengan tiga wilayah provinsi baru maka pembinaan dan pengembangan budaya serta adat istiadat akan lebih efektif dilakukan sebab kemampuan untuk itu ada dan ditunjang dengan jangkauan pelayanan pemerintah yang pendek serta prioritas yang jelas bila dibandingkan dengan kenyataan sekarang ini Pelayanan- pelayanan sosial seperti pendidikan dan agama sarana dan prasarananya dapat diperbaiki Bantuan kepada lembaga- lembaga sosial swadaya masyarakat dan keagamaan serta pendidikan (swasta) akan lebih efektifbila dibandingkan dengan sekarang ini

6) Aspek Pertahanan dan KeamananDari segi pertahanan keamanan dan ketertiban wilayah tidak ada alasan yang kuat untuk m elakukan penam bahan aparat keamanan melalui pembentukan Kodam dan Polda provinsi yang baru karena yang ada sekarang ini telah mencukupi untuk menangani persoalan yang ada selama ini Ketertiban dan keamanan di provinsi semakin terus membaik apalagi telah terjadi saling p engertian yang m endalam an tarshypemerintah Indonesia dan Papua New

33

Guinea bahwa keamanan dan ketertiban di sepanjang perbatasan kedua negara m erupakan p rio rita s u tam a bagi kepentingan hubungan kedua negara agar masyarakatnya dapat berkunjung dengan berbagai tujuan apakah itu kunjungan-kunjungan sosial dagang w isata budaya adat is tiad at dan sebagainya dengan aman dan nyaman sebagai layaknya kehidupan bertetangga dengan baik

Apa yang dikemukan oleh Djopari tersebut yang merupakan salah seorang putra te rbaik Papua sepertinya persoalan pemekaran Papua dilihat dari aspek mana pun (dia menyebutkan enam aspek) tidak ada satu pun aspek yang merugikan tetapi sebaliknya menguntungkan Oleh karena menurut dia tidak ada persoalan dengan pemekaran Papua karena pemekaran Papua membawa dampak yang positif bagi rakyat Papua berdasarkan tinjauan enam aspek di atas

Pertanyaan yang segera m uncul kemudian apakah memang demikian Ini menjadi pertanyaan besar karena mengingat pemekaran Papua telah memicu konflik horizontal di antara m asyarakat Papua Tercatat hanya Irian Jaya Barat yang tidak berkebaratan bahkan katanya gembira () dengan adanya pemekaran tersebut Adapun dua provinsi lainnya menolak pemekaran secara tegas

Namun terlepas setuju-tidak setuju dengan pendapat Djopari tersebut ada satu hal yang perlu dikritisi yaitu berkaitan dengan ldquotidak akan dibentuk Kodim dan Polda Provinsirdquo pada pembentukan provinsi baru B enarkah dem ikian Saya k ira bukankah salah satu alasan mereka yang menolak pemekaran Papua berkaitan dengan pembentukan Kodim dan Polda baru apabila ada pemekaran provinsi baru Sepanjang saya ketahui setiap provinsi pasti ada Kodim dan Poldanya hatta provinsi baru Apalagi nanti di Papua yang nota bene keadaan

keamanannya masih terganggu dengan masih adanya Gerakan Papua Merdeka atau OPM

Baiklah kita lanjutkan berkaitan dengan pro-kontra pemekaran Papua Berbeda dengan pendapat Djopari di atas pengamat politik dari CSIS Indra J Piliang seperti dalam tulisannya di Kompas dengan judul ldquoSolusi Damai Untuk Papuardquo mengajukan gugatan berkaitan dengan Inpres No 1 Tahun 2003 yaitu81) Pemerintah tidak pernah menjelaskan dasar

dari pengam bilan keputusan yang berkenaan dengan keluarnya Inpres No 1 Tahun 2003 juga bagaimana kaitan dengan pemberlakuan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Pertanyaannya apakah status otonomi khusus akan berlaku di ketiga provinsi baru ataukah hanya di Provinsi Papua saja

2) Dengan berlakunya inpres tersebut berarti Papua kini terdiri tiga provinsi yakni Provinsi Irian Jaya Tengah Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Timur Lalu bagaim ana dengan Provinsi Papua Tidak jelas sekarang provinsi mana yang d isebu t sebagai p rov insi asal atau provinsi induk karena nama Provinsi Papua tidak ada lagi Juga menyangkut MRP apakah akan dibentuk di tiga provinsi itu atau ldquoprovinsi asalrdquo yang tidak ada

3) Pem berlakuan inpres tersebu t menyebabkan sebuah preseden baru telah dimulai yakni adanya tiga provinsi baru yang m enghilangkan atau memakan provinsi induknya

Berkaitan dengan Inpres No 1 Tahun 2003 tersebut Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno m engatakan bahw a tidak ada pertentangan yuridis antara Inpres No 1 Tahun 2003 yang didasarkan pada UU No 45 Tahun 1999 dengan UU No 21 Tahun 2001 Menurutnya UU No 45 Tahun 1999

34

8 Indra J Piliang ldquoSolusi Damai Untuk Papuardquo dalam Kompas Agustus 2003

yang terbit lebih dahulu telah membagi Papua menjadi tiga provinsi sementara UU No 21 Tahun 2001 memberikan jiwa pada kekhususan Papua Kekhususan itu adalah alokasi dana MRP dan pemilihan kepala daerah Jadi katanya sebenarnya tidak ada pertentangan dan saling melengkapi9

Selanjutnya Menteri Dalam Negeri dalam dengar pendapat dengan DPR memberikan penjelasan tentang persoalan pemekaran Papua ini Berikut penjelasan Mendagri tersebut

Pada prinsipnya kebijakan Pemerintah dan DPR dalam pananganan masalah Papua bermuara pada pemberian kesejahteraan bagi masyarakat Papua dalam rangka NKRI baik yang diterapkan melalui UU No 451999 maupun melalui UU No 212001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Kalau disikapi lebih mendalam dan bijaksana substansi kedua UU tidak bertentangan tapi justru saling melengkapi

UU No 451999 lebih menekankan pendekatan untuk mengakomodasi adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat Di sisi lain untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan memperpendek rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat

Sedangkan UU No 212001 lebih m enekankan pada pengakuan dan penghorm atan terhadap satuan-sa tuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus dalam wadah NKRI dengan menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat Papua UU yang bersifat khusus ini d ite tapkan dalam rangka m engurangi kesenjangan antara Provinsi Papua dan provinsi lain dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di P rovinsi Papua serta m em berikan kesempatan yang luas kepada penduduk asli Papua untuk membangun dirinya

Dengan demikian pembentukan 3 provinsi (Provinsi Irian Jaya Timur Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat) secara yuridis telah sah semenjak ditetapkan UU No 45 Tahun 1999 (lihat

rsquo Lihat Kompas Cyber Media 27 Agustus 2003

Pasal 29) Keberadaan ketiga Provinsi tersebut juga diakui oleh UU No 21 (lihat Pasal 1 butir a junto Pasal 74) Namun ternyata ada kelalaian dalam penyusunan UU No 21 Tahun 2001 yang tetap menyebut ldquoProvinsi Papuardquo padahal seharusnya sebagai ldquoProvinsi Irian Jaya Timurrdquo

UU No 451999 hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal karena adanya penolakan oleh sebagian masyarakat Meskipun demikian secara yuridis formal UU No 45199 masih tetap berlaku dan untuk mengaktifkan penyelenggaraan Pemerintah Provinsi Irian Barat dengan mempertimbangkan iklim yang kondusif di Irian Jaya Barat telah diterbitkan Inpres No 12003 yaitu untuk mempercepat pelaksanaan UU No 451999

Pernyataan Menteri Dalam Negeri dalam Rapat Dengar Pendapat dengan DPR tersebut menarik sekali paling tidak ada dua hal yang m esti d iperhatikan Pertam a pernyataan bahwa penyebutan ldquoProvinsi P apuardquo m erupakan ben tuk kelalaian penyusun dan pembahas UU No 212001 yang seharusnya menyebut ldquoProvinsi Irian Jaya Tim urrdquo Pertanyaannya benarkah demikian Pasal 1 butir a UU No 212001 mengatakan ldquoProvinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi otonomi khusus dalam kerangka N egara K esatuan R epublik Indonesiardquo Kalaupun pernyataan Papua itu sesungguhnya mengacu kepada Provinsi Irian Jaya Timur berarti yang mendapat otonomi khusus adalah Provinsi Irian Jaya Timur dengan ibu kota Jayapura Dengan demikian Provinsi Irian Jaya Tengah dan Barat tidak m emperoleh otonomi khusus Benarkah demikian entahlah Lalu bagaimana dengan pasal yang mengatur tentang pemekaran Papua harus dapat persetujuan MRP Apakah memang MRP untuk mengurus pemekaran Irian Jaya Timur yang wilayah semakin kecil dan penduduknya semakin sedikit Benarkah demikian entahlah Pertanyaan kemudian benarkah orang-orang di DPR itu lupa semua tentang hal tersebut Entahlah juga

Saya pribadi berpendapat bahwa pernyataan Menteri Dalam Negeri tersebut

35

hanya bersifat politis dan apologia yang sulit sekali dipertanggungjawabkan bahwa mereka para anggota dew an tersebu t lupa mencantumkan nama ldquoIrian Jaya Timurrdquo bukan ldquoPapuardquo Pertanyaan sederhana bukankah nam a Irian Jaya pada m asa pemerintahan Abdurahman Wahid sudah berubah menjadi Papua Papua adalah Irian Jaya yang merupakan satu kesatuan seluruh wilayah dan batas-batas wilayah yang ada di Papua atau Irian Jaya tidak hanya Irian Jaya Timur dan tidak termasuk Irian Jaya Tengah dan Barat

Kedua berkaitan dengan pernyataan bahwa UU Pemekaran ldquosecara yuridis sahrdquo Ini memang menjadi perdebatan karena memang di dalam UU Otonomi Khusus tidak ada klausul yang menyatakan bahwa UU Pemekaran dinyatakan tidak berlaku Dengan tidak adanya klausul seperti itu maka kedua UU (UU Otsus dan UU Pemekaran) memang sam a-sam a berlaku Namun salah satu anggota dewan mengusulkan agar ada klausul tentang pencabutan UU Pem ekaran Di bawah ini saya kutipkan dialog anggota dew an saat pem bahasan UU O tonom i Khusus bagi Papua sebagaimana dikutip oleh wartawan Pembaruan Marcellus Widiarto

ldquoRisalah pembahasan RUU Otsus Papua menunjukkan bahwa status UU Pemekaran dibicarakan pada rapat ke-8 Pansus DPR tentang Otsus Papua yang berlangsung pada Sabtu 20 Oktober 2001 dari Jam 1400 sampai 2230 WIB di Ruang Rapat Pansus D Gedung Nusantara II DPR Dalam rapat itu dipimpin oleh Ferry Mursidan Baldan dan dihadiri oleh 21 dari 50 anggota Pansus dan para pejabat eselon I inter-departemen dan staf mewakili Pemerintah Pusat Dalam risalah tersebut Antonius Rahail dari Fraksi KKI mengusulkan agar dimasukkan suatu klausul bahwa dengan berlakunya UU Otsus maka UU Pemekaran dan UU No 52000 dinyatakan tidak berlaku kecuali ketentuan mengenai pembentukan Kabupaten Paniae Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Tetapi Prof Dr Abdul Gani Dirjen Perundang-Undangan Depkeh dan HAM yang mewakili pemerintah pusat menganggap usulan itu tidak perlu dimasukkan secara eksplisit ke dalam UU Otsus karena sudah terpenuhi secara sistematisrdquo

Sementara itu pakar Hukum Tata Negara Prof Dr Harun Al Rasyid mengatakan bahwa UU Pemekaran cacat hukum Hal ini selain karena masyarakat Papua sendiri teijadi penolakan terhadap kebijakan pemekaran Papua menjadi tiga tetapi juga usulan pemekaran itu adalah dari DPR dan pemerintah bukan atas usulan gubernur dan DPRD Papua Padahal dalam UU Otonomi Daerah pemekaran daerah itu harus atas usulan gubernur yang disetujui DPRD baru kemudian diusulkan kepada presiden10

Inpres No 1 Tahun 2003 ternyata membawa dampak besar bagi rakyat Irian Jaya Di antara dampak yang muncul akibat Inpres tersebut adalah terjadinya konflik elite dan kon flik h o rizon ta l di kalangan masyarakat Irian Jaya Elite di Irian Jaya terpecah dua yaitu yang pro-pemekaran dan yang menolak pemekaran Sementara di kalangan masyarakat juga terpecah mengikuti polarisasi elite tersebut yang pro dan yang kontra Kenyataan ini jelas terlihat ketika deklarasi Provinsi Irian Jaya Tengah di mana teijadi insiden yang membawa korban meninggal dunia sebanyak 4 orang dari kedua belah pihak

Akibat konflik tersebut kemudian pemerintah mengambil sikap yang arif yaitu dengan menunda pemekaran Irian Jaya dalam kondisi status quo Dalam Rapat Dengar Pendapat Menteri Dalam Negeri mengatakan

ldquoBerdasarkan pertimbangan politik dan pemerintahan pemekaran daerah di Provinsi Irian Jaya Tengah ditunda atau dipertahankan dalam statusquo Pada masa statusquo ini perlu meninjau kembali UU No 451999 UU No 212001 dan Instruksi Presiden No 12003 serta mencari solusi penyelesaian masalah-masalah fundamental yang merintangi implementasi dari pemekaran wilayah yang tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat

Apabila telah tercipta iklim yang kondusif ke depan masih perlu diantisipasi dan dipertimbangkan adanya aspirasi masyarakat yang diwakili oleh 6 (enam) bupati dan 6 (enam) ketua DPRD di wilayah Irian Jaya Tengah yang tetap

10 Lihat Harus Alrasid ldquoPemekaran Papua Cacat Hukumrdquo

Tempo Interaktif 20 Februari 2003

36

menginginkan pemekaran provinsi sebagaimana diatur dalam UU No 451999rdquo

Analisis Pro-Kontra Pemekaran Papua

Konflik pro-kontra pemekaran Papua awalnya berasal dari Inpres No 1 Tahun 2003 Apabila tidak ada inpres tersebut besar kemungkinan konflik tidak akan terjadi Hal ini karena mengingat UU No 45 Tahun 1999 sudah ditolak oleh DPRD Papua dan sudah ditangguhkan oleh Pemerintahan Presiden H abib ie Pem erin tah pada w aktu itu memahami keberatan rakyat Papua tentang pemekaran Provinsi Papua Namun sayang entah kenapa pemerintah dan DPR tidak mencabut UU No 45 Tahun 1999 tersebut saat membahas dan menetapkan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua

Sesungguhnya dengan adanya UU No 21 Tahun 2001 te rsebu t yang di dalamnya mengatur juga tentang persoalan pemekaran menurut kebiasaan maka UU yang sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi Tetapi itu memang hanya soal kebiasaan sehingga lemah secara hukum Dengan kata lain meski sudah ada UU No 21 Tahun 2001 UU No 45 Tahun 1999 juga tetap berlaku Akibatnya kedua UU tersebut terlihat saling bertabrakan di mana UU No 45 Tahun 1999 memerintahkan perlunya pemekaran Papua sedangkan UU No 21 Tahun 2001 mengatur tentang pemekaran Papua yang harus berdasarkan Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagai representasi rakyat Papua

Celakanya UU No 21 Tahun 2001 belum dilaksanakan sementara itu muncul Inpres No 1 Tahun 2003 yang memerintahshykan menteri terkait untuk melaksanakan UU No 45 Tahun 1999 yang sudah ditolak oleh rakyat Papua itu Yang terjadi kemudian instruksi itu mendapat perlawanan tetapi Pemerintah Pusat tampaknya bersikeras untuk tetap memekarkan Provinsi Papua Akibat sikap ngotot Pemerintah Pusat ini masyarakat Papua kemudian terbelah dua sebagian yang mendukung pemekaran dan

sebagian yang menolak pemekaran Dengan sikap ngotot Pem erintah Pusat muncul anggapan di kalangan masyarakat Papua bahwa pemerintah sengaja ingin memecah belah rakyat Papua Betapa tidak Seharusnya Pem erin tah P usat konsisten saja m elaksanakan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua tanpa mengeluarkan instruksi No 1 Tahun 2003 Tetapi mengapa kemudian pemerintah tetap saja ingin melaksanakan UU No 45 Tahun 1999

Ada beberapa analisis berkaitan dengan hal tersebut sebagaimana berikut1) Bahwa pemerintah mengeluarkan inpres

tersebut dalam upaya untuk memberikan pelayanan pada masyarakat (mendekatshykan rentang kendali pelayanan) dan m em fasilitasi dan m eningkatkan pembangunan ekonomi Karena banyakshynya kabupaten (28 kabupaten dan rencana akan dikembangkan menjadi 40 kabupaten) tidak mungkin hanya dilayani oleh satu provinsi atau gubernur Jadi perlu adanya beberapa provinsi

2) Keluarnya inpres tersebut berkaitan dengan masalah keamanan Provinsi Irian Jaya atau Papua dipecah menjadi beberapa provinsi adalah dalam rangka untuk melemahkan gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia Pemekaran Papua dilakukan dalam upaya untuk memecah aspirasi Papua Merdeka

3) Keluarnya inpres berkaitan dengan tujuan untuk melemahkan posisi Golkar di Irian Jaya Pada Pemilu 1999 Partai Golkar menguasai perolehan suara di Irian Jaya Dengan adanya pemekaran Irian Jaya diharapkan pada Pemilu 2004 kekuatan Partai Golkar akan berkurang dan beralih kepada PDI-P karena dengan diangkatnya gubernur baru akan menjadi patron baru bagi PDI-P yang nanti pada gilirannya akan memberikan dukungan kepada PDI-P

Apabila kita kelompokkan mereka yang pro-kontra terhadap pemekaran Papua maka terdiri dari (1) Elite Jakarta (2) Elite

37

Pertanyaannya mengapa hal tersebut terjadi Ada beberapa kemungkinan dan penjelasan terhadap sikap mereka tersebut Untuk Provinsi Irian Jaya Barat mereka yang mendukung pem ekaran mem iliki alasan bahwa dengan adanya pemekaran merupakan kesempatan yang baik untuk memajukan daerah yang selama ini tertinggal dari daerah- daerah lain di Irian Jaya Dengan adanya pemekaran maka daerah Irian Jaya Barat akan dapat mengejar ketertinggalan dan mengatasi kemiskinan yang dialami masyarakat selama ini Untuk memperbesar kewenangan dalam pem erintahan dan untuk memperbanyak posisi-posisi jabatan politik bagi rakyat Papua Selain itu dan ini yang penting untuk mempertahankan integrasi Papua agar tetap dalam pangkuan NKRI

A lasan m ereka yang m enolak pemekaran adalah karena pemekaran tidak dilakukan dalam kerangka otonomi khusus sesuai dengan UU No 21 Tahun 2001 sehingga pemekaran yang dilakukan saat ini tidak m em iliki dasar hukum yang kuat Pemekaran dilakukan karena kepentingan elite- elite pusat dan kepentingan pemerintah Pusat untuk mengontrol Papua Dengan Papua dibagi

tiga provinsi maka kontrol terhadap Papua lebih mudah dibandingkan dengan satu provinsi Dengan adanya tiga provinsi maka akan lahir tiga Kodam dan tiga Polda Institusi inilah yang akan mengawasi gerak-gerik sebagian rakyat Papua yang ingin memisahkan diri dari Indonesia Mereka menolak pemekaran juga karena tidak dilibatkannya masyarakat sehingga masyarakat merasa tidak diperhatikan padahal mereka merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan Akibatnya muncul anggapan bahwa pemekaran Papua hanya untuk memecah belah rakyat Papua

Kesimpulan dan Rekomendasi

Persoalan tentang pemekaran Papua telah membelah masyarakat Papua itu sendiri menjadi sikap yang mendukung dan menolak (pro-kontra) Akibat sikap pro-kontra ini dampak yang nyata adalah terjadi konflik horizontal di antara kedua kelompok tersebut Dengan adanya konflik tersebut terutama setelah teijadi peristiwa Timika pemerintah mengambil sikap status quo tentang pemekaran Papua Salah satu kebijakan yang akan diambil

Tabel 3 Sikap Pro-Kontra Elit Pemda dan MasyarakatTerhadap Pemekaran Papua

Sikap E lit Variabel Internal Variabel EksternalElit Pemda

P ro P e m ek aran K epentin gan Publik (S osia l B u d aya E konom i Politik) K epentingan Ind iv idu K elom pok

K epentingan P usat (integrasi H a n k am Politik)K epentinqan Kelom pok

K ontra P em ek ara n K epentingan Publik (S osia l B udaya Politik)

O tonom i Khusus (E konom i Politik)

Elit MasyarakatPro P e m e k a ra n K epentingan Ind iv idu K elom pok K epentingan P usat dan

K epentingan Kelom pok

K ontra P em ek ara n K epentin gan Publik O tonom i Khusus dan K epentin gan Internasional (P a p u a M e rd e k a )

Sumber Diolah dari berbagai sumber pemberitaan media massa

38

Pemda dan (3) Elite Masyarakat B erdasarkan hal te rsebu t m aka dapat dikelompokkan mereka yang pro dan kontra sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini

Elite-elite tersebut memiliki alasan mengapa mereka menerima atau menolak terhadap pemekaran Papua Bagi elite pemda khususnya pemda dari kabupaten yang terkena pemekaran dan menjadi provinsi setuju terhadap pem ekaran karena dalam upaya untuk memperpendek rentang kendali sehingga optimal dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat meningkatkan kesejahteraan masyarakat memperbesar kewenangan dalam pemerintahan mem-peroleh posisi jabatan- jab a tan p o litik dan dalam upaya mempertahankan integrasi NKRI Alasan-alasan tersebut bisa masuk dalam kategori kepentingan publik dan atau kepentingan kelompok atau individu

Elite yang menolak pemekaran memiliki argumentasi bahwa pemekaran tersebut tidak sesuai dengan UU No 21 Tahun 2001 yang menghendaki bahwa pemekaran harus melalui MRP pemekaran harus memperhatikan aspirasi dan kultur masyarakat Papua serta dibicarakan terlebih dahulu dengan Pemda Provinsi Papua dan DPRD provinsi Dalam konteks ini Ketua DPRD Provinsi Jhon Ibo mengatakan

ldquoPihak DPRD Papua sama sekali tidak tahu tentang isi Inpres No 1 Tahun 2001 Salinan inpres yang kami dapat pun ternyata diperoleh dari faksimile Ana Wartel yang katanya terletak

di Plaza Indonesia Jadi kami dapat dokumen negara yang bersejarah itu bukan dikirim dari Sekretaris Presiden atau Staf Presiden di Jakarta Soal pemekaran Papua sebenarnya sudah ditolak oleh D PRD P rovinsi O ktober 1999 lew at Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya No 11 DPRD1999 tanggal 16 Oktober 1999rdquo

Sementara di kalangan elite masyarakat yang setuju terhadap pem ekaran Papua berdasarkan alasan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mempercepat pembangunan memperoleh posisi j abatan bagi putra asli Papua dan untuk mempertahankan integrasi nasional Adapun elite masyarakat yang menolak pemekaran berdasarkan alasan bahwa pemekaran dilakukan untuk kepentingan elite- elite politik di Jakarta untuk memevag aspirasi Papua Merdeka meningkatkan ruang kontrol Jakarta terhadap Papua melalui pembentukan Kodim dan Polda di provinsi-provinsi baru tidak melibatkan masyarakat Papua khususnya kalangan adat dan gereja

Elite-elite tersebut baik yang pro maupun yang kontra terhadap pemekaran Papua mengekspresikan sikapnya berbeda- beda pada setiap provinsi baru yang mengalami pemekaran Di Provinsi Irian Jaya Barat sebagian besar elite dan masyarakat setuju terhadap pemekaran sedangkan di Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur sebagian besar elite dan m asyarakatnya menolak pemekaran

Tabel 2 K elom pok Yang Pro-Kontra Pemekaran Papua

Sikap E lit E lit Pusat E lit Pem da Elit M asyarakat

P ro P e m e k a ra n B irokras i B irokrasi K e lo m p o k yang d e k a t d e n g a n P u sa t

Politisi A n g g o ta D P R D

K ontra P e m e k a ra n Politisi B irokrasi Provinsi L S ML S M A ngg D P R D P rovinsi G e re ja A g a m aA k a d e m is i A d a t

Sumber Diolah dari berbagai sumber pemberitaan media massa

Lihat ldquoApa Kata Merekardquo dalam Fokus Kompas 23 Pebruari 2003

39

oleh pemerintah akan berusaha mensinkronkan antara UU No 45 Tahun 1999 dengan UU No 21 Tahun 2001

Tampaknya dengan sikap pemerintah tersebut secara implisit maupun eksplisit pemekaran Papua harus ada Kesimpulan ini diambil dan didukung dengan pernyataan pemerintah bahwa ia tetap mengakui Irian Jaya Barat sebagai provinsi baru di Papua Persoalan yang belum terselesaikan bagi pemerintah berkaitan dengan dua provinsi lainnya yaitu Irian Jaya Timur dan Irian Jaya (Tengah) Dalam konteks itu pemerintah akan mensinkronkan kedua UU di atas

M enurut hem at saya tam paknya persoalan konflik masalah pemekaran Papua berpangkal dari kepentingan-kepentingan elite lokal yang terpecah dan elite pusat yang terpecah pula Artinya ada kepentingan yang sama antara elite pusat dan elite lokal yang pro pemekaran berhadapan dengan elite lokal dan elite pusat (terutama elite yang dirugikan dengan adanya pem ekaran te rsebu t) yang m enentang pemekaran Papua Dampak dari konflik tersebut kemudian menjalar ke masyarakat atau arus bawah yang sesungguhnya mereka tidak seharusnya dilibatkan Tetapi yang teijadi antara kedua kelompok tersebut membawa-bawa masyarakat Akibatnya seperti dikemukakan sebelum nya terjadi konflik horizontal konflik antara sesama rakyat Papua

Pem ekaran Papua m em ang merupakan suatu keharusan karena sejumlah alasan yaitu1) Dari segi politik pembagian Provinsi

Papua menjadi tiga wilayah provinsi (bahkan bisa enam provinsi pen) memberikan kesempatan kepada tiga putera terbaik Papua untuk menjadi gubernur

2) Dari segi ekonomi ketiga wilayah tersebut mempunyai potensi sumber alam yang sama yaitu pertambangan

3) Dari aspek sosial budaya pembinaan dan pengembangan budaya serta adat- istiadat akan lebih efektif dilakukan

Pelayanan-pelayanan sosial seperti pendidikan dan agama sarana dan prasarananya dapat diperbaiki

M eskipun pem ekaran merupakan suatu keharusan dengan sejumlah alasan di atas akan te tap i proses dan prosedur pem ekaran Papua harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Proses pem ekaran Papua selain harus mengacu kepada UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah juga mengacu kepada UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua di mana dalam proses pemekaran harus dibicarakan dulu melalui Majelis Rakyat Papua dan DPRD Papua

Untuk itu dalam proses percepatan pemekaran Papua pemerintah Pusat harus melakukan sosialisasi melalui pendekatan- pendekatan secara persuasif melalui dialog dan musyawarah Sekarang tidak lagi jamannya kebijakan yang bersifat top-down Setiap kebijakan harus bersifat bottom-up yang m em perhatikan asp irasi dan keinginan masyarakat daerah Dalam dialog tersebut semua pihak harus dilibatkan dan didengarkan suaranya Paling tidak dalam dialog tersebut unsur yang dilibatkan adalah1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

Papua2 Pemerintah Daerah yang dikepalai oleh

gubernur3 Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan

Masyarakat Papua4 Komisi HAM Papua5 Majelis Rakyat Papua (MRP)6 Badan Perwakilan Desa yang ada di Papua7 Dewan Adat Papua8 Pimpinan Adat9 Gereja Katolik10 Organisasi Non-PemerintahLSM

Mengapa lembaga-lembaga di atas harus dilibatkan Setuju atau tidak setuju lem abaga-lem baga tersebut m erupakan

40

representasi dari m asyarakat Papua dan merupakan jem batan penghubung antara kepentingan Pem erintah Pusat dengan kepentingan masyarakat Papua Oleh karena itu sudah seharusnya lembaga-lembaga tersebut dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat Selama ini kerap Pemerintah Pusat enggan untuk melakukan dialog dengan lembaga-lembaga di atas Kalaupun ada dan dilakukan adalah dialog dengan mereka yang setuju dengan ide Pemerintah Pusat Padahal persoalan bukan di situ tetapi adalah mencari titik temu di antara perbedaan-perbedaan yang ada untuk mencari penyelesaiannya

Daftar Pustaka

ldquoApa Kata Merekardquo dalam Fokus Kompas 23 Februari 2003

Al Rasyid Harun Pem ekaran Papua Cacat Hukum Tempo Interaktif 20 Februari 2003

Bhakti Ikrar Nusa ldquoMencari Titik Temu Pemekaran Provinsi Papuardquo Kompas 25 Agustus 2003

Djopari JRG ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo dalam Sinar Harapan 5 Maret 2003

Piliang Indra J ldquoSolusi Damai untuk Papuardquo dalam Kompas Agustus 2003

UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua

UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

UU No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

41

DIMENSI INTERNASIONAL KASUS PAPUA

Adriana Elisabeth

Abstract

Issue on Papua has a strong international dimension It will remain critical for Indonesian political bargaining when political violence and human rights abuse continue in Papua The existence o f multinational companies contributes to the international dimension o f the Papuan case Although most foreign countries stick on their commitment to support the integrity o f Indonesian territory the future o f Papua depends on how the political and economic problems would be resolved

I Pengantar

Kasus Papua ibarat bom waktu bagi Indonesia B anyak fak to r yang mampu memicu isu Papua menjadi

isu besar dan terbuka yakni p o litik keamanan sosial dan ekonomi Dimensi persoalan Papua yang sangat beragam - lokal nasional dan internasional -berpotensi kuat m engubah m asalah yang bersifat lokal menjadi nasional begitu pun sebaliknya Lebih dari itu dimensi lokal dan nasional persoalan Papua sangat mungkin menjadi isu internasional manakala hal itu melibatkan peran dan kepentingan politik dan ekonomi pihak asing

K arak teris tik a tau dim ensi ^ te rn a s io n a l kasus Papua ditentukan oleh operan aktor negara (state actor) dan aktor non-negara (non-state actor) yang secara konsisten dan terus-m enerus te lah ldquom en g in te rn asio n a lisas irdquo isu Papua misalnya melalui lobi dan diplomasi baik yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia maupun pihak-pihak yang berseberangan dengan Pemerintah Indonesia antara lain O rganisasi Papua M erdeka (OPM ) dan

Peneliti Bidang Politik Internasional P2P LIPI amp Koordinator Tim Kajian Papua 2006 LIPI

beberapa anggota Presidium Dewan Papua (PDP)

Tulisan ini akan membahas dimensi internasional isu Papua dengan menganalisis peran dan kepentingan beberapa aktor internasional yang terlibat dalam persoalan di Papua Kemudian juga membahas langkah atau strategi Pemerintah Indonesia dalam menangani persoalan di Papua khususnya berkaitan dengan upaya Indonesia untuk menjaga hubungan luar negerinya dengan negara-negara asing m aupun komunitas internasional terutama dengan Australia dan negara-negara Pasifik Selatan

II Peran dan K epentingan A ktor Internasional dalam Kasus Papua

Pada m asa Perang D ingin peta politik global lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan antamegarapemerintahan Namun setelah berakhirnya Perang Dingin politik dunia d itandai dengan berkem bangnya organisasi-organisasi antarpemerintahan di berbagai level Sebagai contoh beberapa organisasi antarpem erintahan di tingkat global adalah World Bank (Bank Dunia) World Trade Organisation (W TO) International Labour Organisation (ILO) dan

43

International Atomic amp Energy Agency (IAEA) Beberapa organisasi di tingkat regional misalnya Association o f South East Asian Nations (A SEA N ) O rganisasi Konferensi Islam (OKI) Gerakan Non-Blok (G N B ) OPEC North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Kelompok G-7

Selain organisasi antarpemerintahan berkembang pula organisasi internasional nonpemerintahan dan nonperusahaan atau International Non-Governmental Organisations (INGO) seperti Greenpeace Human Rights Watch Refugee International dan sebagainya kemudian juga terdapat organ isasi rahasia seperti in te lijen terorism e1 Secara lebih luas organisasi kejahatan lintas negara ( Transnational Organised CrimeTOC) mencakup bukan hanya kegiatan terorisme melainkan juga penyelundupan senjata (arms smuggling) obat-obat terlarang (ilicit drugs trafficking) dan perdagangan m anusia (human trafficking) khususnya perempuan dan anak- anak

A ktor nonnegara yang berperan sangat dominan dalam peta politik global saat ini adalah perusahaan global yang dikenal dengan Multinational Corporations (MNC) Transnational Corporations atau Global Firms Dengan kata lain perkembangan politik di tingkat nasional maupun regional internasional harus memperhitungkan peran dan kepentingan perusahaan-perusahaan berskala dunia ini

B ertam bahnya ju m lah aktor nonnegara yang terlibat dalam hubungan antamegara dan antarbangsa menyebabkan peran ak tor negara tidak lagi bersifa t dominan Perkembangan politik internasional ini menjadi salah satu faktor penting dalam analisis persoalan di Papua Aspek politik dan ekonom i yang berkaitan dengan upaya penyelesaian isu Papua harus memperhatikan peran dan kepentingan aktor internasional

1 Herb Feith ldquoGlobalisasi Politik Dunia dan Keharusan R eform asi P B B rdquo h ttp fis ip u n m u lac id globalisationhtml h 2 amp 3

terutama organisasi nonpemerintahan atau LSM dan perusahaan internasional yang (masih dan akan) beroperasi di wilayah Papua

Menurut hasil penelitian tim kajian Papua LIPI tahun 2004 secara garis besar terdapat tiga aktor utama yang terlibat dalam konflik di Papua dan berada di level lokal nasional dan internasional yakni negara pemerintah state) masyarakat (society) dan pebisnis (market)2 Peran dan kepentingan ketiga aktor utama tersebut relatif berhasil dan m udah d ipetakan N am un tidak demikian dengan pemetaan pola hubungan di antara para aktor tersebut Selain karena banyaknya jumlah aktor yang terlibat (baik langsung maupun tidak langsung) kesulitan te rsebu t ju g a d isebabkan setiap aktor memiliki lebih dari satu kepentingan dan antara satu kepentingan dengan kepentingan lain cenderung saling berhubungan

Berdasarkan pola hubungan tersebut tidaklah mudah memisahkan secara tegas apakah seorang aktor lokal hanya berperan secara lokal karena dalam mempertahankan kepentingannya dia pun bergerak di tingkat nasional bahkan in te rnasional Selain kepentingan yang saling berkait peran para aktor ditentukan pula oleh pola hubungan atau hubungan kekuasaan (power relations) antara ketiganya yang cenderung bersifat tidak sim etris (asymmetrical) misalnya posisi masyarakat Papua di tingkat lokal dan nasional tam pak atau cenderung lemah (powerless) dibandingkan dengan kekuasaan pem erintah (pusat dan daerah) Namun demikian di level internasional elemen- elemen yang ada dalam masyarakat Papua seperti kelompok pro-m erdeka di Papua banyak mendapatkan dukungansimpati dari p ihak in te rn asio n a l M ereka berhasil mengusung ideologi merdeka dalam rangka m endapatkan sim pati dan dukungan internasional Dengan kata lain meskipun secara lokal dan nasional masyarakat Papua

2 Adriana Elisabeth dkk (2004) Peran dan Kepentingan Para Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

44

cenderung menjadi kelompok marginal di tingkat internasional ldquom arginalisasirdquo ini justru menguntungkan mereka Bahkan mereka memiliki posisi tawar yang cukup tinggi bila berhadapan dengan Pemerintah Indonesia karena simpati dan dukungan pihak internasional pada gerakankelompok pro- m erdeka di Papua Lobi dan diplom asi kelompok pro-merdeka ini bertujuan untuk memperoleh dukungan internasional baik yang berasal dari pemerintahan negara asing maupun masyarakat internasional termasuk organisasi nonpem erintahan di tingkat internasional dan lembaga dunia

D ukungan in ternasional kepada kelom pok p ro -m erdeka di Papua m enimbulkan kom pleksitas yang cukup serius bagi Pemerintah Indonesia dalam berdiplom asi dengan pihak luar negeri Meskipun Pemerintah Indonesia memiliki legitimasi politik yang kuat (kedaulatan yang sah) di Papua posisi tawar Indonesia menjadi lemah ketika berhadapan dengan komunitas internasional berkaitan dengan persoalan demokratisasi hak asasi manusia (HAM) dan lingkungan di Papua Hal ini dikarenakan isu- isu tersebut merupakan agenda global yang kerap dipakai untuk m engukur ataupun m enila i tingka t k eberhasilan ataupun kegagalan sebuah pemerintahan di negara- negara berkembang Bagi kelompok pro- merdeka khususnya OPM agenda global tersebut menjadi isu-isu strategis yang sangat m enguntungkan bagi posisi atau ldquoperjuanganrdquo mereka di forum internasional

Dukungan internasional diperlukan untuk mencapaimewujudkan kepentingan po litik jangka panjang kelom pok pro- m erdeka yakni m em isahkan diri dari Indonesia Diplomasi dan tuntutan politik m erdeka inilah yang diberi label oleh Pem erintah Indonesia sebagai gerakan separatis Papua (separatisme Papua) Bagi Pemerintah Indonesia kedaulatan Indonesia di Papua sudah menjadi keputusan final Untuk m enghadapi sikap dan tindakan kelom pok pro -m erdeka Pem erin tah Indonesia pun melakukan lobi dan diplomasi

guna m em peroleh dan mempertahankan kom itm en in te rn asio n a l un tuk tetap m endukung keu tuhan w ilayah N egara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di mana Papua merupakan bagian integral dari NKRI

U paya in te rn asio n a lisa s i untuk m enarik pe rh a tian in te rn asio n al atau mendukung kemerdekaan Papua sebenarnya mulai dijalankan sejak tahun 19623 sebagai bentuk perlawanan terhadap Perjanjian New York (New YorkAgreementNYA) tahun 1962 yang mengakui masuknya wilayah Papua menjadi bagian wilayah Republik Indonesia (RI) Gerakan kemerdekaan Papua mendapat peluang besar sejak bergulirnya reformasi di Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1998 di mana kelompok pro-merdeka (dan kelompok pro-demokrasi di Papua) leb ih beran i dan terbuka dalam mengemukakan tuntutan politik mereka Apalagi dengan lepasnya wilayah Timor Timur dari Indonesia dan menjadi negara merdeka pada tahun 19994 maka peristiwa politik tersebut menjadi spirit baru bagi perjuangan OPM un tuk m ew ujudkan kemerdekaan Papua

Gagasan untuk menginternasionalishysasi Papua adalah salah satu rekomendasi yang dihasilkan dalam Kongres Rakyat Papua II yakni pembentukan sebuah tim untuk melobi m asyarakat internasional term asuk m em inta ban tuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dalam kaitannya dengan peran DK PBB sebagai pen jaga k e tertiban dan perdamaian dunia termasuk untuk menjaga m em elihara keam anan di Papua sampai terbentuk pemerintahan yang tetap Selain itu kongres juga meminta PDP melakukan dialog dengan Indonesia Belanda Amerika Serikat (AS) dan PB B 5

3 Upaya internasionalisasi kasus Papua dilakukan oleh kelompok anti-integrasi atau menolak hasil Pepera 1969 karena dianggap tidak adil Untuk itu mereka kemudian membentuk OPM di luar negeri terutama di PNG

4 httpwwwkotekanet West Papua is the next East Timor5 Kompas (4 Juni 2000) ldquoKongres Rakyat Papua Sepakati

Keluar dari NKRIrdquo

45

Lobi internasional oleh kelompok pendukung kemerdekaan Papua dilakukan secara bilateral antamegara maupun di forum regionalintemasional dan dengan LSM Lobi bilateral dijalankan melalui pendekatan p e rsu as if kepada pem egang sim pul pemerintahan di berbagai negara Upaya bilateral juga dilakukan dengan membuka kantor perwakilan dan konsulat Hasilnya adalah beberapa negara di Pasifik Selatan secara tegas m endukung perjuangan kelompok pro-merdeka di Papua6 Namun demikian haruslah diingat bahwa dukungan dari pemerintahan negara asing terhadap kelom pok pro-m erdeka di Papua tidak bersifat konstan tetapi cenderung fluktuatif bergantung pada siapa pemimpin negara yang sedang berkuasa pada saat tertentu

Lobi secara b ila te ra l kem udian d itin d ak lan ju ti di forum reg ional dan internasional seperti di PBB dan Forum Negara Pasifik untuk memperoleh dukungan secara terbuka Dukungan ini merupakan second voice untuk memudahkan upaya menggalang simpati internasional melalui perwakilan negara asing yang mendukung kemerdekaan Papua Beberapa isu yang biasanya diangkat dalam forum regional internasional adalah sejarah politik Papua keabsahan Pepera masalah HAM peran dan dominasi militer Indonesia ketidakadilan sosial dan ekonom i m asyarakat Papua diskrim inasi rasial (ras M elanesia) dan kerusakan lingkungan

Berikut ini adalah posisi negara- negara asing dalam isu Papua

1) Amerika Serikat (AS)

AS memainkan peran yang signifikan dalam konflik di Papua Untuk itu Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirayuda dalam siaran pers ldquoR efleksi tahun 2002rdquo menyatakan bahwa Indonesia secara khusus melakukan pendekatan dengan Pemerintah

6 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo

AS untuk mempertahankan dukungannya terhadap integritas wilayah Indonesia Posisi atau peran AS sulit dipisahkan dari sejarah panjang dan proses politik di Papua Menurut John Roberts AS mendukung kebijakan Indonesia untuk ldquomengembalikanrdquo wilayah Papua m elalu i aksi d ip lom asi dan mendukung Pepera (Act o f Free Choice) tahun 1969 yang kem udian m elahirkan keputusan PBB yang menyatakan Papua merupakan bagian dari wilayah Indonesia7 Tindakan AS di Papua juga berhubungan dengan keberadaan PT Freeport Indonesia (PTFI) sebagai perusahaan tambang tembaga terbesar di dunia Kehadirannya didukung oleh keputusan politik Pemerintah Orde Baru (Orba) melalui kesepakatan Kontrak Karya I tahun 1967 kemudian mulai beroperasi pada tahun 1970 dan berproduksi untuk pertama kalinya pada tahun 1973 Keberadaan PTFI di T im ika K abupaten M im ika Papua diperpanjang dengan penandatanganan K ontrak K arya II tahun 1991 Dengan demikian perusahaan multinasional ini dapat beroperasi di Papua sampai tahun 2021 dan kesepakatan kerja tersebut masih dapat diperpanjang dua kali masing-masing dalam waktu sepuluh tahun

Berkaitan dengan kebijakan AS di Papua Pemerintah AS menegaskan tidak akan mendukung separatism e di Papua sebaliknya tetap m endukung keutuhan negara RI dan pemberlakuan otonomi khusus di Papua8 Selain itu Pemerintah AS melalui USAID dan lembaga bantuan keuangan AS juga membiayai berbagai program di Papua seperti m anajem en sum ber daya alam (S D A )9 term asuk program -program pengem bangan m asyarakat (community development) seperti yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia

7 httpwwwwswsorgarticles2004aug20Q4papua- a30shtml Lihat John Roberts Documents confirm US colluded in Indonesia s 1969 Incorporation o f Papua

8 Pem erintah A S m ela lu i Presiden G oerge Bush menyampaikan komitmen pemerintahannya kepada mantan Presiden RI Megawati pada Juli 2002

9 www Bappenasgoid

46

Hubungan bilateral Indonesia-AS terpengaruh oleh peristiwa pembunuhan dua warga negara AS di Timika pada tahun 200210 Sebagai akibatnya AS melakukan embargo militer dan memutuskan keija sama militernya dengan Indonesia yang mendapat persetujuan dari Kongres A S Namun demikian tiga tahun kemudian (pada tahun 2005) kerja sama di bidang pelatihan militer kedua negara dilanjutkan kembali 12

2) Australia

Posisi Australia dalam kasus Papua sangat penting karena Australia mempunyai pengaruh politik di kalangan negara-negara Pasifik Selatan Selain itu Australia juga cukup berperan dalam pem bangunan di Indonesia terutama melalui program bantuan berupa hibah kepada Indonesia meliputi berbagai sektor D alam kaitan dengan penanganan kasus Papua hubungan bilateral Indonesia-Australia tidak hanya bertujuan untuk menghadapi sikap dan reaksi negara- negara Pasifik Selatan dalam kasus Papua yang secara tegas beberapa negara sudah memberikan dukungan mereka pada gerakan kem erdekaan Papua namun juga untuk meredam dukungan LSM Australia yang juga secara lugas mendukung kelompok pro- merdeka di Papua

Kekhawatiran Indonesia terhadap A ustra lia cukuplah bera lasan apab ila dikaitkan dengan peristiwa politik di Timor Tim ur tahun 1999 di m ana sikap dan dukungan Pemerintah dan LSM Australia akhirnya berhasil mewujudkan kemerdekaan Timor Timur (Timor Leste) Apalagi dengan adanya in form asi bahw a A ustra lia membentuk Task Force Papua yang diketuai oleh Chief o f Defence Force Jenderal Peter

10 Pembunuhan itu diduga dilakukan oleh oknum militer TNI

11 httpwwwatimescomatimesSoutheast_Asia FG03Ae06html

12 John Roberts dalam makalah lsquo Ambush near US-owned mine in Papua suggests Indonesian army involvementrsquo mengemukakan bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh oknum TNI

C osgrove yang sedang m engkaji perm asalahan di Papua dan prospek kem erdekaan Papua13 M eskipun hal itu belum tentu benar Pemerintah Indonesia te tap b e rh a ti-h a ti dalam m enjalankan hubungannya dengan Australia Meskipun Australia mendukung langkah yang diambil Indonesia untuk menyelesaikan persoalan di Papua dengan otonom i khusus namun A ustra lia m enging inkan Indonesia m enghorm ati penegakan hukum dan penghormatan HAM di Papua14 Walaupun dem ikian dukungan dari P em erin tah A u stra lia tidak serta-m erta m endapat dukungan dari semua elemen pemerintahan Di Parlemen Australia m isalnya Partai Buruh dan Fraksi Kiri sering kali menjadikan isu separatisme di Papua sebagai bahan perdebatan15

Pebisnis Australia juga melakukan aktivitas penambangan di Papua seperti Dominion Mining BHP Cudgen RZ dan Cudgen RA Australia pun memiliki sebagian saham PT Freeport McMoran sekitar 40 persen (Rio Tinto) dari total saham yang dimiliki PT Freeport McMoran di bursa saham di New York

3) Kanada

Kebijakan Pemerintah Kanada secara eksplisit mendukung implementasi otonomi khusus di Papua secara konsekuen berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2001 dengan menghormati hak rakyat Papua Kanada membantu Papua juga melalui Canada Fund berdasarkan prioritas geografis dan program p rio ritas pem bangunan sosial di em pat bidang kesehatan dan g izi pendid ikan dasar penanganan HIVAIDS dan perlindungan a n ak 16 Di sek to r b isn is K anada pun

13 httpw w w kom pascoid kom pas-cetak030919 nasional572042htm

14 Kompas (9 Desember 2000)15 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya

Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo16 http wwwdfait-maecigcca

47

memiliki usaha pertambangan (emas) di Papua yaitu PT Ingold dan mengembangkan eksplorasi minyak di Teluk Bintuni

4) Senegal

Salah satu negara A frika yang mendukung kem erdekaan Papua adalah Senegal A frika Selatan Dukungannya d idasarkan pada paham N e g ritu d e - solidaritas antara ras kulit hitam di seluruh dunia17 Tujuannya adalah untuk menentang ko lon ia lism e dan dukungan bagi ras M elanesia serta gerakan pem bebasan Papua18 Sikap ini diikuti dengan usaha membangun keija sama ekonomi militer dan memerangi diskriminasi rasial Gerakan ini leb ih d ikenal gerakan P an-A frico id ( lsquoG erakan P an -N eg ro rsquo) yang memperjuangkan korban dari konspirasi rasism e dunia genosida dan pengambilalihan tanah di seluruh dunia term asuk di P ap u a 19 D alam p e rshykem bangannya gerakan ini sem akin mendapatkan dukungan luas terbukti sekitar 15 negara-negara di Afrika Barat dan Afrika Tengah menolak hasil Pepera di Papua dan berharap akan adanya implementasi hak penentuan nasib sendiri (self-determination) di Papua

Gerakan mendukung kemerdekaan Papua dari negara Afrika dimulai sejak 1969 saat penentuan voting Act o f Free Choice (AFC) di Sidang Umum PBB negara-negara tersebut menuduh bahwa AFC merupakan salah satu bentuk penjajahan dan bentuk ketidakdemokratisan terhadap saudara kulit h itam di Papua B arat Sebagai tindak lanjutnya Organisasi Afrika-Amerika yang tergabung dalam National Association for the

17 w3rz-berlinmpgde~wmPAPGJA-bin-kejorahtml - 48k Lihat juga Goerge J Adijondro dalam Bintang Kejora di Tengah Kegelapan Malam amp Penggelapan N asionalism e Orang Irian dalam H istroriografi Indonesia

18 http wwwraceandhistorvcomcgi-binforum webbbs configplnoframesread106

19 Pianke Nubivang Honour and Truth in West Papua http communitv webtvnetpaulnubiaempire

Advancement o f Colored People (NAACP) mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal PBB U Thant sebagai bentuk protes atas AFC dan meminta PBB merevisi kebijakan tersebut20 Meskipun demikian hingga saat ini belum ada p ernya taan resm i yang m endukung Papua hanya berasa l dari sebagian kecil tokoh di Senegal Ghana dan Afrika Selatan

5) Negara-Negara Asia

Berkaitan dengan Papua beberapa negara di Asia yang memiliki perhatian khusus adalah M alaysia Filipina Korea Selatan Jepang India dan Cina Bagi Malaysia dan Filipina Papua adalah pemasok kayu terbesar bagi kebutuhan impor kedua negara atau sekitar 70 persen berasal dari Papua21 Bagi Jepang Cina Korea Selatan dan India ladang di sekitar kawasan Teluk B in tuni Proyek LNG Tangguh) menyediakan cadangan LNG mencapai 237 triliun kaki kubik Indonesia berkomitmen untuk mengekspor LNG ke Asia rata-rata enam sampai tujuh ton per tahun

Khusus bagi Cina wilayah Papua m em ilik i SDA yang dapat m em enuhi sebagian kebutuhan kayu dan LNG Tidaklah mengherankan apabila hasil penebangan liar di wilayah Papua disinyalir dibawa ke Cina seperti dalam kasus penemuan dua buah kapal yang berisi kayu berasal dari wilayah Papua dan berada di daratan Cina Untuk mengatasinya Pemerintah Indonesia telah mengupayakannya melalui jalur diplomatik22 U ntuk m em enuhi kebu tuhan LNG Pemerintah Indonesia (Pertamina) dan Cina (Petrochina) m em buat perjan jian yang menyangkut pengiriman LNG dari Teluk Bintuni ke Provinsi Guangdong dan Fujian

20 Lihat John Saltford United Nations Involvement withthe Act ofSelf- Determination In West Irian (Indonesian West New Guinea) 1968 to 1969

21 Sugiharto (10 M ei 2005) ldquoBUM N dan Prospek Persaingan Dunia Usahardquo Jakarta Hotel Borobudur

22 Kompas (6 April 2005)

48

dengan terlebih dahulu melakukan investasi sebesar US$ 2 miliar untuk pembangunan infrastruktur23 PT Petrochina memiliki dua blok wilayah pengeboran di Teluk Bintuni dan Biak yang terdiri lebih dari sepuluh ladang minyak yang siap dieksplorasi24

Untuk mencapai kepentingannya di Papua Pemerintah Cina juga membangun hubungan dengan negara-negara Pasifik Selatan guna memperkuat perannya di Papua Kondisi ini pun telah menjadi perhatian OPM yang ingin membangun hubungan dengan C ina khususnya untuk kepen tingan po litiknya di m asa depan Di dalam pertemuan tahunan Forum Pasifik yang diselenggarakan di Kiribati tahun 2000 misalnya sejumlah tokoh penting Papua yang hadir sebagai peninjau telah melakukan pendekatan dengan para pejabat dari Cina yang hadir dalam forum itu25 Cina kemudian memfasilitasi pertemuan yang diselenggarashykan oleh OPM di luar wilayah Indonesia

6) Negara-Negara Pasifik Selatan

Posisi negara-negara Pasifik Selatan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok sebagai berikut

a Kelompok Pendukung Papua Merdeka

- Negara Kepulauan Cook (Cook Island)

Pemerintah Negara Kepulauan Cook m endukung kem erdekaan Papua yang disam paikannya dalam KTT Milennium PBB M eskipun dukungannya tidak signifikan tindakan ini memiliki pertalian erat dengan sikap Pemerintah New Zealand dalam kasus Papua

22 httpwwwglobalpolicyorgnationssovereignsover emerg20020430papuahtm Indonesia Gas Project Promises Income West Papuans not Excited ny Prangtip Daorueng Inter Press Service News Agency

24 Wawancara Nur Agus Susanto dengan Meryka P Public Affair Manager for Government PT Petro China

25 Deplu RI (2001) Opcit

- Nauru

Pemerintahan Nauru secara tegas mendukung kemerdekaan Papua Hal ini disam paikan dalam KTT Forum Pasifik Selatan di Kiribati Oktober 2000 Selain itu N auru ju g a m endukung reso lusi PBB mengenai penentuan nasib bagi rakyat Papua Barat26 Sebelumnya Bem ard Dowiyogo MP (Presiden Republik Nauru) dalam Millenium Summit PBB yang diselenggarashykan pada September 2000 mengemukakan m engenai kem erdekaan Papua dan menganggap bahwa selama ini Papua berada di bawah dominasi penjajah dan kontrol luar negeri Namun pernyataan tersebut ini tidak langsung merujuk pada Indonesia

- Tuvalu

Pemerintah Tuvalu juga mendukung kemerdekaaan Papua 27 meskipun dalam kapasitas yang terbatas

- Vanuatu

Pemerintahan Vanuatu mendukung kemerdekaan Papua Barat Argumentasi Pemerintah Vanuatu tak jauh berbeda dari Nauru yaitu karena faktor-faktor sejarah dan kedekatan secara geografis28 Di Vanuatu terdapat kantor perwakilan rakyat Papua B arat yang d iketuai o leh Dr John Ondowame Kemudian Pemerintah Vanuatu m em punyai kom itm en untuk m em shypromosikan identitas dan hak dasar Ras M elanesia di w ilayah A sia-P asifik khususnya bagi Papua Barat Pemerintah Vanuatu juga mendorong dibukanya kasus- kasus ketidakadilan yang selama ini teijadi di Papua dan memperjuangkan kesejahterashyan sosial bagi masyarakat Papua29

26 httpwestpapuaactionbuzorgrecent- evelopmentshtm+Tuvalu+and+west+papua+amphl=id

27 httpwwwunorgmillenniumwebcaststatementstuvalu28 Pacific Concern Resource Centre (PCRC) (27 Oktober

2000) Press Release Forum Pasifik Selatan29 httpwwwunorgNewsPressdocs2000

20000908ga9758doc amp httpwwwunpoorgnews detailphpara 56amppar= 1890

49

b Kelompok Negara yang Abstain

- Papua Nugini (PNG)

Beberapa daerah di PNG seperti Port Moresby Black Water Sepik Sowampa dan Amanaf juga digunakan oleh OPM untuk melakukan aksinya30 Posisi PNG dan Papua adalah berbatasan darat secara langsung Posisi perbatasan PNG ini sangat strategis bagi para pelintas batas termasuk kelompok merdeka dari Papua yang ingin melepaskan diri dari kejaran TNI dan Polri Namun demikian Pemerintah Indonesia sampai saat ini pun belum m elakukan p erjan jian ekstradisi dengan Pemerintah PNG untuk mengatasi masalah perbatasan ini

PNG secara tegas m enyatakan dukungan terhadap keutuhan NKRI seperti dalam joint statement yang disampaikan oleh Perdana Menteri PNG M ekere Morouta kepada Megawati Sukarnoputri (sebagai wakil presiden Indonesia saat itu) Kendati demikian Pemerintah PNG masih bersikap gamang terutama karena banyaknya anggota m asyarakat dan lem baga di PNG yang mendukung kemerdekaan Papua seperti Gubernur Sandaun John Tekwi Politisi Tei Abai Mereka tidak dikenakan sanksi oleh Pemerintahan Nasional di PNG31 Sebaliknya m ereka terus-m enerus berusaha m em shypengaruhi kebijakan pem erintahan PNG untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Papua

- New Zealand (NZ)

Sikap Pem erin tahan NZ adalah mendukung keutuhan NKRI Pemerintah NZ ju g a m em iliki program bantuan untuk pembangunan di Indonesia (program the New Zealand A id AgencylN ZA lD ) yang mencakup wilayah timur Indonesia termasuk Papua Meskipun demikian salah satu partai

10 ibid31 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya

Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo

di NZ yaitu Green Party mendukung bahkan mengupayakan kemerdekaan Papua dan terus mendorong internasionalisasi isu Papua Green Party berkedudukan di Wellington dan memiliki cabang yang tersebar hampir di selu ruh p rov in siw ilay ah Partai ini mendapatkan dukungan dari partai lain seperti Partai Buruh Partai Nasional Partai Warisan Kristen Partai Aliansi dan Partai Nasional

Dalam pernyataan resminya di Forum Negara Pasifik Selatan partai ini meminta masalah Papua Barat dijadikan salah satu agenda sidang pertemuan yang kemudian diharapkan akan m emberikan dukungan secara institusional untuk kemerdekaan Papua Dalam berbagai kesempatan Keith Locke sebagai juru bicara hubungan luar partai secara tegas menginginkan nasib Papua adalah masalah yang harus menjadi perhatian negara-negara Pasifik Selatan dan mengingatkan negara yang tergabung dalam forum tersebu t un tuk m endukung dan m engikuti langkah V anuatu dalam m em perjuangkan kem erdekaan rakyat Papua32 Sedangkan di dalam negeri Keith Locke juga berusaha keras menyakinkan Perdana Menteri NZ Helen Clark agar Papua dijadikan salah satu fokus dan agenda pemerintahannya33 Hal ini dijadikan prioritas dukungan resmi kenegaraan

c Kelompok Negara Pendukung NKRI

Kepulauan Salomon Republik Fiji K iriba ti dan Sam oa B arat yang ju g a tergabung dengan Forum Negara Pasifik Selatan adalah negara-negara yang m endukung N K RI N am un kelom pok kemerdekaan Papua secara terus-menerus membangun komunikasi dengan beberapa negara ini untuk mendukung tuntutan politik mereka

32 Press Release Green Party (14 Agustus 2003) http wwwscoopconz

33 httpwwwgreensorgnz

50

7) Negara-negara Uni Eropa

Beberapa negara Uni Eropa memiliki perhatian lebih banyak terhadap Papua34 Sebagai contoh delegasi Uni Eropa yang diwakili oleh para duta besar negara-negara tersebut berkunjung ke Papua pada bulan Maret 2002 Dalam kunjungan tersebut secara ekplisit negara yang tergabung Uni Eropa tersebut m endukung sepenuhnya integritas Papua ke dalam NKRI Dukungan juga diberikan bagi pelaksanaan Otonomi Khusus (Otsus) yang sebenar-benarnya di Papua dan m em berikan perhatian pada masalah HAM di Papua35 Berikut ini adalah sikap Parlemen Uni Eropa dalam kasus Papua pertama secara mendasar mengakui Indonesia sebagai suatu negara kesatuan dan wilayah Papua termasuk di dalamnya Kedua melihat berbagai kasus pelanggaran HAM meminta kepada Indonesia untuk membentuk suatu badan pengadilan pelanggaran hak-hak asasi m anusia Ketiga m elihat kondisi masyarakat Papua Parlemen melihat bahwa Papua adalah provinsi yang kaya raya tetapi penduduknya hidup dalam kemiskinan dan dari 17000 pegawai yang bekerja di Papua kurang dari 10 persen adalah orang asli Papua K e-em pat Parlem en Uni Eropa m endukung O tsus yang m em berikan persetujuan kepada Pem erintah Daerah Papua untuk mendapat 80 persen dari pajak dari bidang perikanan dan kehutanan dan 70 persen dari perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan minyak bum i36

Posisi organisasi antar pemerintahan di berbagai level dalam kasus Papua dapat diketahui sebagai berikut

1) ASEAN

ASEAN sebagai organisasi regional di w ilayah Asia Tenggara secara resmi

34 Inggris Italia Portugal Jerman Austria Denmark Belanda Spanyol Swedia Yunani Belgia Finlandia

35 Memoria Passionis di Papua (2004) Kondisi Sosial- Politik dan HAM 2 0 0 2-2003 rsquo (cetakan pertama) Jayapura LSPP dan Keuskupan Jayapura

36 httpwwwinfidbeeurohamhtml

menyatakan dukungan atas kesatuan wilayah Indonesia dan menolak segala bentuk usaha untuk m engganggu keu tuhan w ilayah Indonesia37 Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip dasar ASEAN yaitu tidak akan ikut cam pur dalam persoalan internal (non- interference principle) tiap-tiap negara Berdasarkan prinsip ini isu Papua dianggap sebagai m asalah in te rna l Indonesia meskipun permasalahan di Papua memiliki dimensi internasional

2) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)

Peran PBB di Papua menjadi faktor sejarah yang sangat penting Lembaga dunia inilah yang ikut ldquomenyelesaikanrdquo masalah wilayah Papua terutama sengketa antara Indonesia dan Belanda PBB terlibat mulai dari pem bentukan kom isi PBB untuk Indonesia yang m erancang adanya Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949 yang menyatakan bahwa akan menyetujui adanya transfer kedaulatan dari Pemerintah Belanda ke Pemerintah Indonesia Kemudian dibentuk Komisi Administrasi PBB untuk penanda-tanganan Perjanjian New York tahun 1962 yang menyatakan bahwa Irian Jaya (sekarang Papua) menjadi bagian dari w ilayah Indonesia hingga pengawasan terhadap pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Papua tahun 196938

Pada tahun 1968 PBB ju g a membentuk tim peninjau mengenai kondisi di Papua yang diketuai oleh Femando Ortiz Sanz seorang d ip lom at B olivia Kemenangan Pemerintah Indonesia dalam Perjanjian New York inilah yang menjadi salah satu persoalan mendasar bagi tuntutan kemerdekaan rakyat Papua yang menuduh bahw a PBB dan Indonesia m elakukan rekayasa perjanjian tersebut dan menuntut adanya reformasi di PBB

37 wwwaseansec38 John Saltford the UN and Indonesian Collaboration

United Nations Involvement With The Act O f Self- Determination In West Irian

51

3) Lembaga Keuangan Internasional

Lembaga keuangan selain menyediashykan layanan perbankan bagi masyarakat Papua juga mem iliki program -program pengem bangan m asyarakat (social development program) seperti World Bank Asian Development Bank (ADB) IMF dan Inter-Governmental Group on Indonesia (IG G I)39 atau Consultative Group on Indonesia (CGI) Program Bank Dunia di Papua bekerja sama dengan the Melanesia Interest Group40 m elipu ti program pembangunan ekonomi di bidang trasmigrasi ke wilayah Papua Program ini ditentang oleh sebagian m asyarakat Papua karena transm igrasi m erupakan bagian dari ekploitasi SDA Papua Tuduhan serupa juga dialam atkan pada ADB dan IMF yang memberikan pinjaman untuk melakukan ekploitasi SDA karena pinjaman ini juga digunakan untuk membiayai militer yang menjalankan fungsi keamanan di Papua41

Beberapa organisasi nonpemerintah yang berkepentingan dalam isu Papua adalah

1) TAPOL (the Indonesian Human Rights Campaign)

TAPOL m erupakan Lem baga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berbasis di In g g ris 42 TAPOL bertu juan memperjuangkan program-program HAM dengan m enyebarluaskan persoalan kekerasan HAM termasuk persoalan HAM di Indonesia khususnya di Papua Barat dan A ceh Sebelum nya TAPOL m em iliki program serupa di Timor Timur

Salah satu TAPOL mengenai Papua adalah data dan in form asi m engenai kekerasan HAM di Irian Barat yang dikirim ke pertemuan ke-57 Komisi HAM PBB yang diselenggarakan di Geneva Swiss pada

39 httpwwwcwisorg40 httpwwwwestpapuanet (or wwwwestpapuaorg)41 httpwwwnadirorg42 TAPOL memberikan informasi secara terbuka melalui

website httptaDo1enapcorg

tanggal 29 M aret-27 April 2001 Dalam pernyataannya TAPOL meminta Komisi HAM PBB untuk melakukan tindakan nyata terhadap Pemerintah Indonesia karena tetap melakukan kekerasan dan pelanggaran HAM di Aceh dan Papua43 Dalam kesempatan yang lain lembaga ini menulis artikel dalam jumal online (Tapol 176 Agustus 2004) berjudul ldquoPapua Menghadapi Masa Depan yang Tidak Jelasrdquo Artikel itu menjelaskan dilema masa depan Papua karena persoalan HAM yang serius namun menyinggung pula mengenai tawaran otonomi khusus bagi Papua44

2) Forum Asia

Forum Asia merupakan organisasi regional HAM yang berada di Bangkok Thailand45 sebagai salah satu keputusan hasil pertemuan organisasi HAM di Asia pada tahun 1992 Forum Asia ini mefokuskan diri pada wahana proteksi terhadap tindakan kekerasan yang terjadi di wilayah Asia Lembaga ini juga merupakan wadah untuk m elakukan sharing in form asi tentang perkembangan HAM di Asia Aktivitas yang dijalankan meliputi pelatihan HAM dengan standar PBB Masalah HAM di Papua juga menjadi kajian serius yang diidentifikasikan sebagai salah satu fokus pembahasan di Forum Asia Forum ini juga mengeluarkan artikel mengenai persoalan HAM di Papua dan mengadakan pelatihan HAM di Papua

3) Caritas Australia

Caritas Australia atau the Catholic Agency for Overseas Aid and Development merupakan lembaga bantuan pembangunan yang dikelola G ereja K atholik Dalam m enjalankan bantuannya lem baga ini didasarkan pada prinsip kebebasan bagi mereka yang tertindas Caritas Australia bekerja sama dengan sekitar 154 organisasi

43 wwwcampeaceorgwparchivestatements_onhtm - 49k44 httptapolgnapcorg45 Lihat httpwwwforumasiaorg

52

di berbagai negara dan wilayah di seluruh dunia

Program pembangunan kemanusiaan Caritas m eliputi kesehatan mengurangi dampak kerusakan alam konservasi nilai budaya dan pelatihan bidang pertanian Caritas juga membantu sektor pendidikan dan keagamaan di Papua seperti workshop ke-em pat ten tang Peace Building and Development in West Papua bertem a ldquoM enjawab K ekerasan di Papua Barat D engar Pendapat Dengan Suara Lainrdquo Dalam kasus Papua Caritas tidak menolak atau mendukung kemerdekaan Papua namun menjalankan program bantuannya di Papua berdasarkan p rin sip keagam aan dan kemanusiaan46

Namun demikian dalam pernyataan resmi lembaga ini diindikasikan adanya dukungan pada kemerdekaan Papua secara tidak langsung karena pertanyaan mereka mengenai sejarah dan keabsahan Indonesia di Papua K em udian ju g a keberadaan pendatang (amber) sebagai suatu ancaman yang semakin mendesak posisi rakyat Papua serta keberadaan dan peran militer di Papua yang mengakibatkan pelanggaran HAM dan penjarahan SDA secara masif47 yang akan merugikan masyarakat Papua di kemudian hari

4) Inside Indonesia

Lembaga ini didirikan sejak tahun 1983 dan berkantor pusat di Australia Inside berkosen trasi pada b idang penerb itan berkaitan dengan w ilayah Indonesia khususnya yang terkena dampak konflik berkepanjangan Inside menerbitkan jumal em pat bulanan yang leb ih b e rs ifa t akadem is48 T ulisan yang pernah dipublikasikan antara lain ldquoWhy West Papua Deserves Another Chance West Papua in

46 httpwwwcaritasorgau47 Peter Zwart caritas Aotearoa http

wwwconvergeorgnzpmawp011204doc+cari tas48 Lihat wwwinsideindonesiaorg

1999 Whisky Friends-PNG Military and TNI Get Together Raising the West Papua Flag- Eyewitness Account Demonstrations dan Pemberontakan Organisasi Papua Merdekardquo W alaupun tu lisan te rseb u t te rkesan mendiskreditkan Indonesia sebagai institusi yang berlandaskan pada nilai-nilai akademis dan jurnalistik lembaga ini tidak bersikap pro ataupun kontra dalam isu Papua Lembaga ini memberikan informasi mengenai wilayah Papua seperti dalam Health Care in Irian Jaya yang tidak ada sangkut-pautnya dengan persoalan politik

5) ICM IC A (G erakan In te lek tu al K ath olik untuk In te lek k tu a l amp Hubungan Budaya)

ICMICA (Pax Romana) merupakan sebuah asosiasi internasional terdiri dari berbagai kalangan profesional dan intelektual Katholik Lembaga ini berpusat di Genewa Swiss49 Institusi ini terbuka bagi individul dan kelompok beragama Katholik dengan berbagai aktivitas berupa tukar pendapat dan dialog kebudayaan dari profesi dan generasi A gam a K atho lik L em baga ini ju g a menjalankan aktivitas yang bersifat sosial untuk pemberdayaan masyarakat advokasi dan solidaritas perdamaian dan sebagai jaringan pemikiran

Masalah di Papua juga tidak luput dari perhatian asosiasi ini Dalam pertemuan kom isi HAM PBB di G enew a SwiSs lem baga ini secara tidak langsung menyebutkan bahwa kekerasan di berbagai dunia termasuk di Papua harus diambil tindakan yang tegas50

6) Pusat Sumber Daya Pembangunan [Dev-Zone amp GEC]

Pusat Sumber Daya Pembangunan atau Dev-Zone amp GEC mengkhususkan kegiatannya pada pendidikan dan menjadi

49 Lihat wwwpaxromanaorg 50httpwwwcampeaceorgwparchive

statements onhtm+ICMICA

53

pusat informasi Lembaga ini berpusat di Aotearoa New Zealand Lembaga ini tidak memiliki sikap yang jelas dalam isu Papua namun memiliki banyak informasi tentang ja rin g an dan lem baga-lem baga yang mendukung kemerdekaan Papua seperti the Diary o f Online Papua Mouthpiece (Do- OPM) Free WestPapua International Action for West Papua Papua Press Agency the Free Papuan MovementOPM WestPapuan Action serta lembaga-lembaga lain yang mendukung perjuangan rakyat Papua51

D ev-Zone amp GEC ju g a mem- publikasikan tulisan yang berjudul Irian Jaya United Nations Involvement with the Act o f Self-Determination in West Irian (Indonesian West New Guinea) 1968 to 1969 Tulisan ini mempertanyakan masuknya Irian Jaya ke Indonesia dan kesalahan PBB dalam proses politik di Papua

7) Pan-African Coallition for the Liberation of West Papua (PACLWP)

Koalisi Pan-Afrika untuk Kebebasan Papua Barat terdapat di Afrika PACLWP merupakan bagian dari sebuah institusi yang bernama theAfrican Diaspora Lembaga ini secara tegas mendukung kemerdekaan Papua melalui hak penentuan nasib sendiri bagi rakya t Papua Lem baga ini ju g a mempertanyakan Pepera di Papua yang hanya dihadiri oleh 1025 penduduk dari total penduduk di Papua sekitar 700 ribu orang pada saat itu Hal itu merupakan bentuk pengkebirian hak penduduk Papua

B eberapa fokus persoalan yang menjadi dasar tuntutan PACLWP adalah kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Papua sebagai salah satu bentuk dari genosida kekerasan yang d ilakukan oleh TNI eksplorasi dan ekploitasi SDA Papua dan terdesaknya populasi penduduk asli Papua dengan pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia Salah satu aktivitas PACLWP

51 httpwwwdev-zoneorg

dalam mendukung Papua merdeka adalah mengorganisasi demonstrasi di depan kantor konsulat Indonesia di Los Angeles pada tanggal 28 November 2003 dan 1 Desember 2003 Namun keberadaan lembaga ini sulit dilacak apakah berada di Afrika atau di Amerika Serikat

8) Organisasi Papua Merdeka di Belanda

OPM di Den Hag Belanda dengan je la s m endukung ldquop e rju an g an rdquo Papua m erdeka Fokus OPM ini adalah untuk mendapatkan dukungan internasional 52 khususnya dari Eropa Dalam salah satu dokumennya kelompok ini menyebutkan bahwa Papua bukan merupakan wilayah Indonesia adalah karena faktor budaya- perbedaan budaya antara penduduk asli Papua dan penduduk Indonesia lainnya K elom pok ini ju g a m enggunakan isu kerusakan lingkungan akibat dari eksplorasi dan ekploitasi SDA Papua sebagai salah satu propaganda dalam perjuangannya

9) The Uniting Church Australia

The Uniting Church Australia dibentuk sejak tahun 1997 terdiri dari Gereja Kongregasion Gereja Methodis dan Gereja P resb iterian yang berpusat di Sydney Australia Lembaga ini memiliki komitmen terhadap persoalan lingkungan dukungan terhadap persamaan nasib membantu etnis minoritas dan orang-orang yang terpinggir- kan di berbagai belahan dunia Organisasi ini juga menjalankan programnya di wilayah Papua dan berkeija sama dengan gereja lokal seperti Gereja Kristen Evangelis Program dipusatkan pada penanganan persoalan kesehatan te ru tam a HIV (A ID S) dan masalah pendidikan di Papua53

52 httpwww fas orgirpworldparapapua htm53 httpwwwnatucaorgau

54

10) Indonesian House

Indonesian House adalah sebuah kantor berita yang fokus pemberitaannya mengenai kondisi dan berbagai persoalan di Indonesia termasuk di Papua Lembaga ini berada di Amsterdam Belanda54 Sebagai kantor berita lembaga ini tidak memiliki posisi m endukung a taupun m enolak kem erdekaan Papua Indonesian House memberikan informasi secara terbuka kepada semua pihak di seluruh dunia termasuk m em berikan kesem patan kepada John Rumbiak tokoh pro-merdeka yang juga supervisor ELSAM dalam artikel berisi hasil wawancaranya dengan Parlemen Eropa pada tanggal 1 Oktober 2003 berjudul Papua Developments Affecting Conflict Resolution55

11) Minority Rights Group International

Lembaga yang berbasis di Inggris ini mengkhususkan perjuangannya terhadap hak-hak kelom pok m inoritas di seluruh dunia yakni memastikan hak kelompok minoritas berdasarkan etnik agama dan bahasa di seluruh dunia56 Lembaga ini sudah bekerja di 60 negara di seluruh dunia Lembaga ini pernah m enjadi konsultan ECOSOC dan peninjau di Komisi HAM di Afrika Aktivitasnya yang berkaitan dengan Papua adalah mempromosikan kelompok minoritas dan penduduk asli Papua di forum internasional melakukan advokasi mengenai kebutuhan hak-hak kelompok minoritas di Papua Pada 18 Mei 2001 MRG menyatakan akan memperjuangkan keberadaan dan hak penduduk asli P apua57 sebagai akibat dari keb ijakan Pem erin tah Indonesia dan pengaruh globalisasi

54 Lihat httpwwwindonesia-houseorg55 Ibid56 Lembaga ini berpusat di London Inggris dengan e-mail

minoritvrightsmrgmailorg57 httpwwwcampeaceorgwparchive

minority rightshtm

MRG juga mempeijuangkan wilayah Papua sebagai zona damai58 dari berbagai aksi tindakan militer yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bertikai untuk itu MRG m em pertanyakan kepada pem erin tah Indonesia tentang keberadaan dan peran m iliter di Papua yang dianggap sebagai ancaman bagi penduduk asli dan menolak pembagian Papua menjadi beberapa provinsi dan mengembalikan kembali menjadi satu kesatuan wilayah

12) Kantor Informasi Internasional OPM

K eberadaan lem baga ini tidak d iketahu i secara p asti N am un dalam konferensi pers pada 1 Februari 2000 J H Prai Direktur Kantor Informasi Internasional OPM di Swedia menyerukan penghentian pelanggaran dan kejahatan HAM yang d ilakukan oleh TNI kepada penduduk Papua59 Pernyataan tersebut beijudul ldquo West Papuan rsquos Desire Autonomy and End to Indonesian Military Operations

13) Unrepresented Nations and Peoples Organization (UNPO)

UNPO berpusat di Den Hag Belanda Lembaga ini merupakan wadah bagi para penduduk asli negara ja jah an negara berdaulat dan m inoritas serta w ilayah- w ilayah pro teksi atas hak budaya dan kemanusiaan yang tidak memiliki perwakilan di forum in te rn asio n a l UNPO m engshygolongkan m asyarakat Papua sebagai penduduk yang terpinggirkan dan yang perlu diperhatikan Untuk itu UNPO memberikan berbagai informasi atau artikel seperti West Papua Indonesia rsquos 1969 Takeover o f West Papua Not by ldquoFree Choicerdquo dan West Papua Amnesty International Report 2004

UNPO ju g a m elihat persoalan masuknya wilayah Papua ke Indonesia akibat dari dukungan AS kepada Indonesia untuk

58 httpwwwminoritvriEhtsorg59 httpwwwcampeaceorgWParchiveOPM_IIOhtm

55

mengambil-alih wilayah Irian Barat dari B elanda Selain itu UNPO ju g a mempertanyakan validitas Indonesia dan menyebutkan proses integrasi sebagai bentuk okupasi w ilayah yang d isertai dengan pelanggaran HAM di Papua60

14) WestPapua Action

WestPapua Action berm arkas di Irlandia61 dan lem baga ini secara tegas mendukung kemerdekaan dan perjuangan rakyat Papua D alam salah satu kampanyenya koordinator lembaga aksi ini Mark Doris menyebutkan bahwa masuknya Papua ke Indonesia adalah sebuah peristiwa yang digalang oleh PBB dan negara yang berkepentingan untuk memaksakan Papua m asuk ke w ilayah Indonesia D engan demikian pelaksanaan Pepera yang hanya dihadiri oleh 1025 orang adalah peristiwa yang tidak adil dan karena adanya intimidasi

WestPapua Action ju g a m engshyungkapkan terjadinya pelanggaran HAM di Papua selama ini yang sudah menewaskan lebih dari 300000 jiwa rakyat Papua yang memerlukan perhatian internasional untuk menghentikannya WestPapua Action juga m enganggap transm ig rasi m erupakan ancaman terhadap masa depan penduduk asli Papua62 Untuk m endapatkan dukungan internasionalnya WestPapua Action berusaha mendapatkan dukungan Pemerintah Irlandia dan beberapa anggota Parlemen Irlandia serta Perleman Eropa Lembaga ini bekerja sama dengan PaVO (Belanda) dan TAPOL untuk mendukung perjuangan rakyat Papua Pada tahun 2001 organisasi ini m engadakan pertemuan internasional atas Solidaritas Papua Barat di Jerm an63

60 Dokum en Press R elease ldquo35th A nniversary o f Controversial Vote and Annexation Secret Files Show US Support for Indonesia Human Rights Abuses by Indonesian Military Brand Symson (ed) dikirim pada9 Juli 2004

61 Lihat httpwestpapuaactionbuzorg62 httpwestpapuaactionbuzorg63 Ibid

15) The Pacific Concerns Resource Centre (PCRC)

PCRC adalah lem baga yang m enfokuskan diri pada persoalan dem ilitarisasi dekolonisasi konservasi lingkungan pengembangan SDM HAM dan pembangunan pemerintah yang bersih dan berwibawa Lembaga yang berpusat di Fiji64 didirikan pada tahun 1980 di Hawai Papua menjadi salah satu fokus daerah kajian nam un lem baga ini tidak dalam posisi m em ihak atau m enolak tuntu tan kemerdekaan Papua Perhatian pada kasus Papua sesuai dengan prinsip aktivitasnya PCRC pernah menyelenggarakan worskhop dengan tema ldquoThe Dynamics o f Conflict in West Papua Prospects for the Future yang bekerja sam a dengan South Pacific University dan Universitas Nasional Papua pada bulan Oktober 200465

16) Asosiasi Papua Barat Australia

A sosiasi Papua B arat A ustralia merupakan salah satu lembaga terbesar yang mem iliki perhatian terhadap Papua dan memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Australia Belanda dan Amerika Serikat Lembaga ini merupakan lembaga nonpolitik dan nonagam a K om itm ennya adalah m endukung pem berdayaan m asyarakat Papua m elalui penyebaran informasi di berbagai media massa Meskipun demikian dalam kenyataannya lem baga ini tidak sepenuhnya berpegang teguh pada asas organisasi yaitu nonagama dan nonpolitik sebagai contoh lem baga ini berusaha m enekan P em erin tah A ustra lia dalam kaitannya dengan pem bentukan tim investigasi peristiwa pembunuhan di Timika dan kasus kekerasan di Papua66 Selanjutnya kelom pok ini juga berusaha membawa persoalan Papua ke lembaga PBB seperti

64 Lembaga ini berkantor di Suva wilayah Fiji sejak tahun 1993 Namun sebelumnya berada di Auckland NZ

65 httpwwwpcrcorgfl66 httpwwwzulenetcomawpawpgluehtml

56

K om isi HAM K elom pok K erja PBB m engenai populasi penduduk asli dan Komite Dekolonialisasi PBB67 yakni untuk m engkaji m asalah Papua secara lebih mendalam

17) Cambridge Campaign and Peace (Campeace)

Campeace berpusat di Cambridge Inggris dan didirikan pada M aret 1999 sebagai respons atas konflik internasional yang terjadi di berbagai wilayah dunia Saat ini Cam peace m em iliki perw akilan di Australia Sebagai lembaga yang meng- kam panyekan perdam aian di berbagai belahan dunia Campeace juga mengulas persoalan yang ada di Papua terutama hal- hal yang berkaitan dengan pelaksanaan HAM di Papua68

20) West Papua Action NetWork (Westpan)

Westpan adalah lembaga yang secara je las dan tegas m endukung perjuangan kemerdekaan Papua Westpan berpusat di Kanada69 Tujuannya adalah mendukung perjuangan hak-hak rakyat papua melakukan lobi di tingkat internasional untuk merevisi kem bali ldquoAct o f Fee Choicerdquo dan mempengaruhi Pemerintah Kanada dan LSM yang berada di Kanada untuk mendukung perjuangan rakya t P ap u a 70 W estpan m enekankan kesadaran publik tentang ketidakadilan ekonomi dan sosial yang terjadi di Papua selama ini

III Peran dan Kepentingan Aktor Internasional di Papua

Berdasarkan peran dan kepentingan para aktor asing di Papua persoalan- persoalan yang menjadi perhatian mereka

67 www cs utexas eduusersclinepapualetter htm18 httpwwwcamDeaceorgwestpapuahtml 69 Westpan memiliki dua lokasi di Kanada Pacific Peoplersquos

Partnership Suite 407 620 View Street Victoria dan KAIROS Canada 129 St Clair Ave West Toronto

70 httpwestpapuaouvatonorg

dapat dibagi ke dalam empat kategori isu utama yaitu politik (sejarah integrasi dan identitas politik Papua) keamanan (siklus kekerasan p o litik dan kasus-kasus pelanggaran HAM bera t) budaya (diskriminasi ras dan budaya - Papuanisasi vs Indonesianisasi) ekonomi (penguasaan dan ek sp lo itasi po tensi dan kekayaan ekonomi Papua oleh orang non-Papua) K om pleksitas kasus Papua sem akin bertambah karena adanya korelasi erat antara satu masalah dengan masalah lain seperti isu politik dan keamanan maupun isu politik dan ekonomi Namun berdasarkan laporan tim kajian Papua LIPI terdapat satu persoalan lagi dalam kasus Papua yaitu masalah psikologis atau trauma yang disebabkan oleh tindakan kekerasan atau pendekatan militer yang sangat dominan di Papua Hal ini telah membentuk trauma kolektif yang dikenal dengan istilah memoria passionis

O perasi m ilite r di Papua diindikasikan telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran HAM di Papua baik dalam ben tuk in tim id asi peny iksaan dan pembunuhan Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Papua yang secara keseluruhan masih dalam keadaan tidak sejahtera atau miskin telah menjadi fakta yang menarik perha tian pihal asing Perlakuandiskriminatif baik secara rasial maupun budaya turut memberikan justifikasi atas te rjad inya aksi-aksi p o litik m enuntut kemerdekaan bagi Papua dan mendapatkan simpati dari pihak internasional Demikian juga dalam isu sejarah politik Papua di mana proses in teg rasi o leh kelom pok yang menentang hasil Pepera dianggap cacat hukum dan tidak memenuhi kaidah-kaidah hukum internasional yang adil Selanjutnya kerusakan alam akibat eksploitasi SDA secara besar-besaran baik di sektor tambang maupun hutan telah menyebabkan publikasi isu Papua tersebar secara luas di dunia

Pemberian visa sementara kepada 42 Warga Negara Indonesia (WNI) asal Papua beberapa bulan lalu merupakan bukti betapa kompleksnya persoalan Papua karena faktor

57

politik dan keamanan yang dijadikan alasan oleh para pencari suaka tersebut Kejadian itu ju g a m enunjukkan betapa kuatnya dimensi internasional kasus Papua Alasan 42 orang Papua untuk m endapatkan suaka politik dari Pemerintah Australia adalah karena m asalah kekerasan po litik dan genosida yang terjadi di Papua Sebaliknya Pemerintah Indonesia mengatakan bahwa keperg ian m ereka ke A ustra lia lebih disebabkan oleh faktor ekonomi atau untuk m eningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi Adapun Pem erintah A ustralia beralasan bahwa pemberian visa sementara tersebut karena alasan kemanusiaan karena orang-orang Papua yang datang ke Australia dikategorikan sebagai pengungsi

Persoalan ekonomi di Papua terkait erat dengan masalah kemiskinan disparitas ekonomi dan pembangunan antara daerah Papua dengan daerah-daerah la in di Indonesia Di bidang pengelolaan SDA Papua kebijakan pemerintah dinilai lebih berp ihak pada pebisn ispem odal besar ketim bang pada m asyarakat Papua Akibatnya dalam kepentingan bisnis asing masyarakat Papua sering kali terabaikan misalnya dalam pengam bilan keputusan menyangkut kepemilikan atas tanah adat mereka tidak dilibatkan dalam proses dan kontrak bisnis yang dilakukan padahal mereka adalah pemilik tanah adat di Papua Sebaliknya P em erin tah (P usat) dan pengusaha memberi label pada orang Papua sebagai p rim itif dan trad isional (tidak modern) A kibatnya orang Papua justru dianggap sebagai beban pemerintah

Penguasaan dan pengelolaan sumber tam bang dan hutan Papua baik oleh pengusaha nasional maupun yang bekerja sam a dengan pengusaha in ternasional mengakibatkan pembagian hasilimbalan yang tidak layak antara orang Papua dengan para peb isn is te rsebu t P erusahaan intemasionalmultinasional di Papua seperti PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan pem bayar pajak terbesar di Indonesia

Pemasukan dari pajak yang diterima oleh negarapemerintah dari PTFI mencapai antara US$ 700-USS 800 setiap tahun Secara keseluruhan daerah Papua menyumbang sekitar 24 triliun rupiah untuk devisa negara dari sektor tambang Namun masyarakat Papua tetap tergolong masyarakat miskin (sangat miskin) secara ekonomi Masalah kemiskinan dan kelaparan di Papua mungkin bukan menjadi tanggung jawab Freeport nam un dem ikian karena Freeport ikut menikmati hasil bumi Papua maka Freeport kerap d itud ing sebagai p ihak yang bertanggung jaw ab dalam persoalan ketidakadilan ekonomi dan rendahnya tingkat kesejahteraan hidup orang Papua Tudingan kepada F reepo rt sebagai penyebab ketidaksejahteraan orang Papua berkaitan juga dengan masalah kerusakan lingkungan hidup akibat limbah tambang (tailings) yang mencemari danau dan sungai-sungai karena penum pukan lim bah te rseb u t (Sungai Aghawaghon)71 Tuntutan penutupan PT Freeport beberapa waktu lalu dipicu oleh larangan bagi para penam bang liar menambang di daerah limbah

Kerugian lainnya adalah kerusakan lingkungan sulit sekali diperbaiki Kerusakan ini berkaitan dengan kepercayaan tradisional suku Amungme mengenai gunung tersebut yang masih dianggap keramat oleh mereka Eksploitasi SDA di sektor hutan (pembalakan liar) secara besar-besaran oleh perusahaan kayu yang dikuasai oleh Mr Wong Group dari Malaysia telah menyebabkan kerusakan pencemaran lingkungan termasuk punahnya sebagian flora dan fauna asli Papua yang merupakan sumber hidup utama orang Papua secara tradisional seperti sagu damar dan ikan

Dimensi ekonomi konflik di Papua m enjadi sem akin kom pleks dengan kehadiran dan keterlibatan TNI dan Polri yang bukan hanya bertujuan untuk menjaga

71 Lihat Benedetti (10 Januari 2005) ldquoThe Ecological Tragedy o f Resource Extraction in West Papuardquo WestPAN Canadarsquos West Papua Action NetWork h 1-2

58

keamanan di Papua melainkan juga untuk melakukan aktivitas bisnis di Papua Terdapat ju s tif ik a s i ten tang kore lasi an tara kepentingan m em pertahankan keutuhan NKRI dan kepentingan mempertahankan keuntungan ekonomi aparat militer dan polisi di Papua Selain karena keuntungan finansial yang diperoleh dari aktivitas bisnis (legal m aupun ileg a l) dalam kenyataannya kehad iran m ereka m akin kuat karena d ikehendaki oleh para pelaku b isn is (pengusaha tam bang dan kayu) untuk m elancarkan ak tiv ita s b isn is m ereka misalnya dengan ldquomendatangkanrdquo petugas keam anan untuk m enghadapi tuntu tan m asyarakat trad is io n a l U ntuk biaya keamanan ini PT Freeport misalnya harus mengeluarkan uang sebesar 47 juta dollar Amerika pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 56 juta dollar Amerika pada tahun 200272

Dimensi ekonomi konflik di Papua juga terkait dengan perdagangan hasil budaya dan kesenian trad is io n a l Papua yang menguntungkan bagi para pemodalpebisnis non-Papua Perdagangan hasil kesenian dan budaya tradisional Papua melanggar HAM Papua karena sebagai pemilik budaya dan kesenian tradisional Papua seharusnya merekalah yang paling berhak menikmati keuntungan ekonomi tersebut

IV Strategi Indon esia M enghadapi K em ungkinan T erburuk dalam Kasus Papua

M erujuk pada salah satu definisi kebijakan luar negeri sebagai sesuatu yang sama dengan atau paralel dengan prioritas- prioritas domestik maka penanganan konflik dan pembangunan di Papua harus menjadi bagian dari perjuangan dan diplom asi Indonesia dalam jangka panjang Dukungan internasional dan pengakuan atas negara merupakan salah satu fondasi dasar dalam hubungan dip lom atik O leh sebab itu

72 Ibid h 2

dukungan negara asing atas integrasi wilayah NKRI akan menjadi indikator yang penting dalam p enyelesa ian isu Papua secara internasional Namun demikian langkah d ip lom asi ini harus d iiku ti dengan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan daerah Papua secara tepat dan nyata

Politik luar negeri memiliki dua hal utama yaitu kepentingan nasional dan etika moral Berdasarkan hal ini tiap negara hendaknya m em perhatikan etikam oral dalam membina hubungan antamegara yang sehat sehingga kepentingan nasional dapat tercapai Dem ikian pula dalam menjaga hubungan bilateral Indonesia dengan negara- negara asing harus memperhatikan etika hubungan antamegara yang semakin lama semakin tidak diperhatikan terutama karena a lasan m em pertahankan kepen tingan nasional Australia misalnya sebagai negara besar (major power) sudah selayaknya membantu proses pembangunan ekonomi daerah Papua apalagi Papua sudah memiliki Undang-Undang (UU) Otonomi Khusus dan Majelis Rakyat Papua (MRP) Pembangunan empat sektor - pendidikan kesehatan dan g izi in fras tru k tu r dan pem berdayaan ekonomi rakyat - menjadi prioritas utama sesuai dengan UU O tonom i K husus Australia sendiri menjadi salah satu pemberi bantuan dana otonomi khusus selain negara- negara Uni Eropa

Secara formal hampir semua negara- negara asing tetap mendukung keutuhan NKRI kecuali empat negara di Pasifik (Vanuatu Nauru Tuvalu dan Kepulauan Cook) meskipun dukungan tersebut tidak bersifat permanen Australia sebagai ldquodeputy sheriff di Asia Pasifik seharusnya dapat meyakinkan masyarakat di negara-negara di P asifik Selatan te rseb u t term asuk m asyarakatnya send iri un tuk tidak mendukung gerakan Papua merdeka apalagi sebagian negara-negara di Pasifik Selatan banyak yang tergolong sebagai failed States

B erdasarkan posisi s tra teg is Indonesia bagi kepen tingan ekonom i

59

Australia maka dapat diperkirakan bahwa Pemerintah Australia tidak akan membiarkan hubungan politik dalam kasus Papua ini b e rla ru t-la ru t Posisi geografis (geo- ekonom i) Indonesia m em punyai n ilai strategis bagi Australia terutama jalur Selat Makassar di bagian timur Indonesia yang m erupakan ja lu r u tam a perdagangan Australia menuju dan dari Asia Timur dan Timur Tengah Hubungan bilateral Indonesia- Australia di bidang ekonomi meliputi sektor perdagangan dan investasi meskipun tidak te rla lu sign ifikan volum enya b ila dibandingkan Jepang dan Singapura Ekspor Australia ke Indonesia berkembang dalam sektor perdagangan jasa pendidikan dan pariwisata Investasi Australia di Indonesia terdapat di sektor tam bang nonminyak industri kimia logam dan pabrikan hotel resto ran dan tran sp o rtasi Indonesia merupakan pasar cukup besar bagi jasa dan produk mewah dari Australia terutama bagi sek itar 3 0 -4 0 orang Indonesia yang berpenghasilan sangat tinggi Namun bagi Indonesia pasar Australia hanya terbatas pada properti portofolio investasi pakaian pembuatan baterai dan ekspor ternak

Di b idang investasi tam bang Perusahaan R io Tinto dari A ustra lia menguasai saham Freeport McMoran sebesar 40 persen di bursa saham di New York Selain memiliki saham di Freeport perusahaan A ustralia - W oodside Petroleum L td - m enjadi salah satu perusahaan dalam konsorsium LNG Tangguh di Teluk Bintuni untuk memasok kebutuhan LNG di provinsi Guangdong China selama lebih dari 25 tahun Adapun Pertamina Indonesia dan BP Plc (Perusahaan Inggris-Am erika) men- supply LNG ke provinsi Fujian China

Di bidang kesehatan Pemerintah A ustralia m elalui AusAID memberikan bantuan di bidang penanganan penyebaran virus HIV A ID S baik secara nasional maupun secara khusus di Papua karena Papua tercatat sebagai daerah yang memiliki tingkat penyebaran atau angka penderita HIVAIDS

tertinggi di Indonesia Adapun di sektor pendidikan Australia memberikan beasiswa kepada orang-orang Indonesia untuk belajar di un iversitas-un iversitas di A ustralia term asuk kepada perw ira m iliter untuk m engikuti pend id ikan dan la tihan di Australia

Pada A pril 1997 Pem erintah Indonesia dan Australia meresmikan kerja sama pembangunan bernama ldquoAustralia- Indonesia Development Area rdquo (AIDA) yang m eliputi D arw in dan beberapa kota di wilayah Indonesian bagian timur seperti Kupang Ambon dan Jayapura yang masih sangat terbatas perkembangannya Apalagi dengan teijadinya konflik komunal di Ambon pada 1998 keija sama tersebut boleh dibilang tidak menghasilkan manfaat apa pun baik bagi Indonesia maupun Australia

Untuk menghadapi internasionalisasi kasus Papua maka Pemerintah Indonesia harus melakukan antisipasi secara nasional maupun dengan memperkuat diplomasi baik secara bilateral (antamegara ataupun lembaga internasional) dan secara multilateral yakni melalui forum regional dan internasional Pemerintah Indonesia sendiri harus memiliki pemahaman yang akurat mengenai persoalan yang mendasar di Papua Hal ini penting untuk dapat m encapai keputusan yang terpadu dalam m enyelesaikan persoalan politik dan ekonomi di Papua Selain itu pem aham an yang akura t m engenai perkembangan situasi politik dan ekonomi di Papua akan meningkatkan bobot diplomasi Indonesia di luar negeri Selanjutnya Pemerintah harus melakukan pembenahan ke dalam (self-correction) terutama dalam hal koordinasi dan evaluasi kebijakan dan im plem entasinya di Papua A khirnya Pemerintah perlu menentukan langkah untuk m enyelesaikan konflik di Papua dalam jan g k a pan jang m isa lnya dengan membicarakan kesepakatan kerja dengan PT Freeport Selanjutnya dipublikasikan agar semakin banyak pihak yang memahami duduk persoalan di Freeport term asuk

60

keterlibatan Australia di Freeport maupun di LNG Tangguh

Dimensi internasional kasus Papua bukan hanya karena keberadaan PT Freeport Indonesia di Timika Kabupaten Mimika yang kepemilikan sahamya sebagian besar dikuasai oleh AS namun terdapat beberapa hal lain yang menambah derajat internasional persoalan di Papua yakni letak Papua Barat (West Papua) yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini (PNG) Perbatasan darat dimanfaatkan oleh para pelintas batas pencari suaka dari Papua ke Australia melalui PNG Antara 1984-1986 terdapat lebih dari 12 ribu pencari suaka (asylum seekers) asal Papua yang tinggal di di kamp pengungsian di East Awin PNG Namun masih ada sekitar 8000 pengungsi dan pencari suaka dari Papua yang tinggal di daerah East Awin PNG namun tidak diberitakan oleh media73

K eam anan w ilayah perbatasan menjadi persoalan penting bagi Indonesia terutama dikaitkan dengan keberadaan OPM Pemberian visa sementara kepada 42 WNI asal Papua tidak lepas dari dukungan LSM Australia Green Party dan jaringan OPM di Australia Kelompok pro-demokrasi di Papua yang memperjuangkan Zona Damai ikut memperkuat diplomasi Papua di tingkat internasional terutama melalui pemaparan tentang sejarah integrasi Papua ke wilayah Indonesia (Pepera 1969) Perjuangan melalui jalur diplomasi luar negeri ini dilakukan oleh PDP

Pem berian v isa sem entara berdampak pada memburuknya hubungan bilateral Indonesia-Australia Meskipun ada upaya di tingkat pemerintahan kedua negara untuk membicarakannya kembali namun publik sudah mengetahui bahwa Indonesia dan Australia selama ini gagal menciptakan kom unikasi po litik yang efektif Bagi Pemerintah Indonesia harus diakui bahwa ada persoalan di Papua yang belum ditangani

secara menyeluruh sehingga menyimpan potensi yang besar untuk m eledak dan menjadi isu besar Pemberian visa sementara kepada 42 WNI asal Papua bukanlah yang pertam a terjad i term asuk para korban kerusuhan politik Mei 1998 yang melarikan diri ke Australia kemudian mendapatkan Permanent Residence (PR) Australia

Selain persoalan komunikasi politik yang buruk te rn y a ta A ustra lia lebih mementingkan stabilitas politik di dalam negerinya Tekanan dari Partai Hijau dan para ak tifis HAM di A ustra lia m am pu m engalahkan kepen tingan Pem erintah Australia untuk menjaga hubungan baiknya dengan Indonesia sebagai te tangga terdekatnya Tindakan A ustralia tampak sangat tidak bersahabat dan tidak sensitif namun bagaim anapun perbedaan sistem p o litik an tara kedua negara sangat berpengaruh dalam memahami persoalan ini

Memburuknya hubungan Indonesia- Australia akhir-akhir ini merupakan bukti bahwa kedua negara memang memiliki sistem politik dan budaya politik yang sangat berbeda Namun Indonesia dan Australia tidak dapat menghindari fakta bahwa mereka bertetangga bahkan sangat dekat secara geografis Selain itu Australia belum dapat mengurangi kedekatan dan ketergantunganshynya terhadap Amerika Serikat Sepak terjang AS di Asia termasuk kebijakannya terhadap Indonesia dalam kasus pelanggaran HAM di Timor Timur dan masalah terorisme telah membuat Australia bersikap dan bertindak agresif terhadap Indonesia

Kawasan Asia Pasifik memiliki peran yang stategis dengan wilayah Papua karena kedekatan geografis kedekatan sejarah persam aan budaya dan persaudaraan Melanesia (Melanesian Brotherhood) Hal inilah yang menjadikan hubungan dengan negara-negara di Pasifik Selatan memiliki arti khusus bagi OPM karena beberapa negara di kawasan tersebut mendukung perjuangan rakyat Papua untuk merdeka

73 Institute for Social Research Swinbume University of Technology (13 April 2006) wwwapoorgau h 1

61

Mengingat pentingnya peran negara- negara Pasifik Selatan dalam persoalan Papua maka Pemerintah RI juga telah mengirimkan wakil dalam pertemuan KTT Pacific Islands Forum ke-31 pada akhir Oktober 2000 di Tarawa K iribati Pem erintah Indonesia berusaha mendekati negara-negara anggota Forum Pasifik Selatan (Australia Kepulauan Cook Negara Federasi M ikronesia Fiji Kiribati Nauru Selandia Baru Nieu Palau Papua N ugin i R epublik K epulauan Marshall Samoa Solomon Tonga Tuvalu dan Vanuatu) Melalui forum ini Pemerintah Indonedia berusaha meredam upaya PDP dalam meng-intemasionalisasikan isu Papua Forum pertem uan te rseb u t akh irnya mengeluarkan pernyataan yang positif bagi Indonesia yakni pernyataan dukungan integritas teritorial Indonesia dan menetapkan PDP sebagai kelompok separatis Dalam forum itu Menteri Luar Negeri (Menlu) RI menyampaikan permintaan resmi Pemerintah RI untuk menjadi mitra dialog pada forum pertem uan PIF yang diharapkan dapat membuka jaringan institusional dengan negara-negara di Pasifik Selatan74

Secara b ila te ra l Pem erin tah Indonesia juga melakukan lobi dan meminta negara-negara asing untuk tetap menjaga kom itm en m ereka dalam m endukung kedaulatan Indonesia di Papua Adapun secara multilateral dilakukan melalui forum- forum seperti ASEAN ASEAN Regional Forum (ARF) pertemuan tingkat Menteri ASEAN-EU PBB dan GNB

V Beberapa Catatan Akhir

Internasionalisasi persoalan lokal di Papua sulit dicegah karena derasnya arus in form asi dan kem ajuan teknolog i komunikasi Peristiwa di suatu negara dapat dengan m udah m enjadi m otivasi bagi munculnya gerakan politik serupa di negara lain Kedatangan 42 WNI asal Papua ke

74 Pernyataan pers Menteri Luar Negeri RI (2002) Refleksi Departemen Luar Negeri tahun 2002

A ustralia pun m em anfaatkan kem ajuan in form asi dan tekno log i kom unikasi terutama dengan keberadaan kelompok pro merdeka di Negeri Kanguru itu Namun hubungan an tam eg ara bukan hanya ditentukan oleh pemerintah melainkan juga oleh masyarakat (people to people relations) yang selama ini sudah teijalin erat

Namun Pemerintah Indonesia pun harus mampu membuktikan bahwa Papua tidak akan lagi menjadi ldquodaerah tertinggalrdquo di Indonesia Kondisi riil di Papua harus dimengerti secara benar baik oleh pemerintah (pusat dan daerah) masyarakat Papua dan pebinis (asing) Ketiga aktor utama tersebut harus membuka komunikasi secara reguler untuk membicarakan masalah-masalah yang berpotensi menimbulkan konflik baru di Papua Peran MRP dapat dilibatkan dalam proses kom unikasi m engenai problem - problem yang ada dan berkembang di Papua E fektivitas MRP m erupakan salah satu indikator keberhasilan penerapan otonomi khusus di Papua

P erbedaan pem aham an dan kepentingan antara Pemerintah (pro-NKRI) dan M asyarakat Papua (pro-m erdeka) janganlah dipertentangkan terus-menerus melainkan harus dicari alasan setiap pihak mengapa mereka sampai pada posisi yang ekstrem itu Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan m eningkatkan komunikasi yang intensif misalnya melalui dialog Selanjutnya persoalan di Papua harus dapat diselesaikan secara damai karena selain akan m erugikan posisi dan citra politik Indonesia di tingkat internasional juga akan semakin sulit mencegah campur tangan pihak asing dalam persoalan domestik Indonesia di Papua Sebagai contoh rancangan undang- undang (bill) - HR 2601 yang dikeluarkan oleh Kongres AS adalah satu bukti adanya kepentingan negara adidaya itu di Papua Rancangan undang-undang (RUU) tersebut an tara la in m enyinggung m engenai keabsahan P epera m asalah HAM

62

demiliterisasi kerusakan lingkungan hidup dan pelaksanaan otonomi khusus di Papua

D engan dem ikian kem am puan diplomasi Indonesia sangat menentukan tingkat keberhasilan penyelesaian masalah internal terutam a dengan m enjelaskan persoalan sesungguhnya termasuk persoalan politik dan ekonomi di Papua Selanjutnya Pemerintah Indonesia ldquomengajakrdquo pihak internasional untuk membantu Indonesia dalam m enciptakan peace and order di daerah-daerah kon flik di Indonesia Bagaimanapun keamanan dan stabilitas domestik Indonesia akan berpengaruh pada keam anan dan s tab ilita s reg ional dan internasional termasuk bagi kepentingan ekonomi Australia

Suasana politik dan keamanan di Indonesia khususnya di Papua akan selalu berpo tensi m engundang perhatian in ternasional U ntuk itu Pem erin tah Indonesia dituntut untuk dapat mengatasi setiap persoalan yang terjadi terutama akibat pecahnya konflik kekerasan Terbengkalainya penyelesaian masalah-masalah yang muncul pada masa pascakonflik seperti masalah pengungsi dan pem berdayaan ekonomi rakyat akan kian mempersulit pemerintah

Kemerdekaan Papua tentu sangat tidak d iharapkan m eskipun dem ikian skenario terburuk tetap harus diperhitungkan Tanpa kesungguhan dalam berdiplomasi dan koordinasi yang terpadu di antara institusi pemerintahan di Jakarta maka tidak mustahil Papua akan menjadi Timor Timur kedua Hubungan dengan negara-negara asing terutama yang berdekatan secara geografis harus diperbaiki dan dijaga agar dapat mendatangkan manfaat yang maksimal bagi Indonesia khususnya hubungan dengan Australia

Daftar Pustaka

Aryani Gusti NC 13 April 2006 ldquoPoliticalAsylum between Rights and CoveringNuancerdquo httpwwwantaracoiden

Astbury Sid 10 April 2006 ldquoPapua Snaps Australia-Indonesia Happy Spellrdquo http n e w s m o n s t e r s a n d e r i t i c s c o m asiapacificcprinter_1153987php

E lisabeth Adriana dkk 2004 P eran dan Kepentingan Para Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

Elisabeth Adriana dkk 2005 Agenda amp Potensi Damai di Papua Jakarta LIPI Press

Elisabeth Adriana 2 April 2006 ldquoPemerintah Australia Tidak S en sitifrsquo Wawancara dengan Suara Merdeka

Fitzpatrick Stephen dan Cath Hart 18 April 2006 ldquoD o n rsquot Toy With Us Indonesian Presidentrdquo The Australian

Fitzpatrick Stephen 19 April 2006 ldquoUN Raises Concems Over Asylum Policyrdquo http w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191885679200html

Head Mike 4 April 2006 ldquoTensions Between Australia and Indonesia over asylum for Papuan A ctiv istsrdquo httpw sw sorg articles2006papu-a04_pmshtml

h t t p e n w i k i n e w s o r g w i k i _ 4 2 _ W e s t _ P a p u a n _ a s y l u m _ seekers_get_temporary_Australian_visas (24 Maret 2006) ldquo42 West Papuan A sylum Seekers Get Temporary Australian Visasrdquo

httpkomunitaspapuacommodulesphpop= modloadampname=Newsampfile=articleamp sid=923ampPOSTNUKESID=15166c280923fe 193ca7f3834baa0 24 Maret 2006 ldquoDibal ik Pemberian Suaka Politik Terhadap Orang Papuardquo

httpnewsmonstersanderiticscomasiapacificc printer_l 156274php 18 April 2006 ldquoAutralian Premier Stands Firm on Indonesian Refugeesrdquo

httpnewsmonstersanderiticscomasiapacificc pr i nt er l 156595php 19 April 2006 ldquoAustralians Belie Canberrarsquos Support for Indonesian Unityrdquo

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau newsnewsitems 7 April 2006 ldquoIndonesia Welcomes Australian Review o f Asylum Seeker Processrdquo

63

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau newsitem 9 April 2006 ldquoGovt Criticised Over H andling o f Papuan A sylum Seekersrdquo

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau pm 13 April 2006 ldquoPM -Indonesia W elcom es M oving A sylum Seekers Offshorerdquo

h t t p s i e v x c o m a r t i c l e s w e s t p a p u a 20060409NationalInteresthtml 9 April 2006 Transcript ldquoAustralia on Papuardquo

httpwwwantaracoid 2006 ldquoDefence Minister Call For Transparency o f NGOSrdquo

httpwwwantaracoidenseenwsid=2699530 Januari 2006 ldquoAustralia Belum Buat Keputusan Terkait Suaka 43 Warga Papuardquo

httpwwwantaracoidenseenwsid=l 123412 April 2006 ldquoAustralia Should Back Papua Autonomy to Head O ff Crisis Analystsrdquo

httpwwwadnkicomprintPopUpphploid=80284053004 5 April 2006 ldquoIndonesia-Australia More Papuan Refugees More Tensionrdquo

httpwwwapoorgau 13 April 2006 ldquoInstitute for Social Research Swinburne University o f Technologyrdquo

h t t p w w w c h i l o u t o r g i n f o r m a t i o n west_papuanshtml 22 Maret 2006 ldquoWest Papuansrdquo

httpwwwcsutexasedu ldquoStatement o f Aimsrdquo

httpwwwdetiknewscom 2006 ldquoSBY Telpon Howard Soal Suaka Politik Warga Papuardquo

httpwwwkapanlagieomh000111539_printhtml (2006) ldquoDPD-RI Bentuk Pansus Bahas Persoalan di Papuardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191873983700html 7 April 2006 ldquoLabor Backs Papua Stancerdquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18882084 00html 21 April 2006 ldquoPNG Mum Not Back in Indonesiardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18884766 00htm l 21 April 2006 ldquoTalks Underway in Indonesiardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18922550 00html 25 April 2006 ldquoU phold R ights Indonesians Urgedrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4213 2006 ldquoWest Papua Australia Wams Off West Papuan Refugeesrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4263 2006 ldquoWest Papua Australia Toughtens Asylum Rulesrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amppar=42176 2006 ldquoWest Papua Papuan Refugees Highlight Struggle for Independencerdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4287 2006 ldquoWest Papua International Focus on New West Papua Refugee Bidrdquo

httpwwwwestpapuanet 2000 ldquoAustralian NGOs Support Separatism in Papuardquo

httpwwwwestpapuanetnews ldquoAustralia Indonesia Wins Multibillion Chinese LNG Contractsrdquo

In stitu te f o r S o cia l R esearch Swinburne University o f Technology 13 April 2006 wwwapoorgau

Kompas 2006 ldquoLSM Waspadai Sikap Australiardquo

_________ 6 April 2006 ldquoAustralia CenderungMemperoleh Informasi Sepihakrdquo

_________ 6 April 2006 ldquoIndonesia TinjauHubungan dengan Australiardquo

_________6 April 2006 ldquoHoward Jejak PendapatBukan Sikap Rakyat Australiardquo

L ipu tan6 SCTV 10 April 2006 ldquoAustralia Bimbang Mencabut Visa Pencari Suakardquo

_________ 10 April 2006 ldquoPresiden YudhoyonoM engingatkan Soal Toleransi antar Negarardquo

________ 12 April 2006 ldquoNettle Tak MendukungGerakan Separatis Papuardquo

64

________ 21 April 2006 ldquoMenlu Bertemu UtusanPM Australiardquo

Leggatt Johanna 21 April 2006 ldquoAustralia Caved in on Papua H audenrdquo httpw w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191888259300html

Media Indonesia Online 8 April 2006 ldquoIndonesia Tunggu Penjelasan Resmi dari Australiardquo

Pilger John 9 Maret 2006 ldquoThe Secret War Against the Defenseless People o f West Papuardquo TruthoutPerspective

Piliang Indra J 29 Maret 2006 ldquoJalan Bisu Papuardquo httpw w w infopapuacom modulesphpop=modloadampname=Newsamp file=articleampsid=3969ampmode=threadamp order= 0ampthold=0

Raiston Nick 19 April 2006 ldquoPapua Rift Needs Serious Diplomacyrdquo The Australian

Ramelan Rahardi 12 April 2006 ldquoMenyikapi Australia 1999 dan 2 0 0 6 rdquo http wwwicmiorid

Rayfield Alex 20 Mei 2004 ldquoAustralia amp West Papuardquo ZNetActivism

Republika 24 Januari 2006 ldquoRI Telah Identifikasi 43 Warga Papua Pencari Suaka Politik di Australiardquo

Riyanto Geger 3 April 2006 ldquoPapua dan Pragmatisme Australiardquo dalam PikiranRakyat

Sheehan Paul 23 April 2006 ldquoIndonesia is Right to be Wary o f Australian Supporters if Papuan Independencerdquo Sidney Morning Herald

Suara Pem baruan D aily 21 Januari 2006 ldquoAustralia Merahasiakan Identitas 43 Warga Papuardquo

__________27 Januari 2006 ldquoPemberian SuakaPolitik Tak Mudah Berpotensi Timbulkan Konflik Bilateralrdquo

__________ 6 April 2006 ldquoSelesaikan MasalahPapua Secara A rifrsquo

The Australian 18 April 2006 ldquoPM Rules Out Jakarta Apologyrdquo

_________26 April 2006 ldquoEnvoyrsquos IndonesianVisit lsquoUsefulrdquo

The Guardian 12 April 2006 ldquoAustralia Howard Government A ttackes West Papuan Independencerdquo httppoliticalaffairsnet

Tobing Maruli 24 April 2006 ldquoPolitik Bermuka Dua Negara Tetanggardquo dalam Kompas

Walters Patrick and Davis Nason 13 April 2006 ldquoPrime M inister Slams Door on Boatpeoplerdquo The Austalian

Wanggai Velix 29 Maret 2006 ldquoKemesraan Cepat Berlalurdquo Republika Online

6 5

DEMOKRATISASI PARTAI DAN DILEMA SISTEM KEPARTAIAN DI INDONESIA

Svamsuddin Haris

Abstract

Politicalparties are integralpart o f process of democratization in Indonesia But rather be the solution of the problem in democratization o f the country Indonesian political parties are still part o f the problem The paper is aim to identify problem o f the parties in Indonesia and the party system The paper describes that the parties have at leastfour shortcomings as its basicproblem ie institutionalproblem leadershipproblem structural problem and ideological problem This paper argues that to make political parties become the solution ofpolitical problem in Indonesia it has to be modernized In the context o f revision o f Decree o f Political Party the party system has to be fitted in with other system in Indonesian political system The choice is not only to choose between multi-party or bi-party system but to choose the system that coherence with the whole political system in Indonesia

Pengantar

Tak seorang pun membantah bahwa partai politik merupakan salah satu pilar dan institusi demokrasi yang

penting selain lembaga parlemen pemilihan umum eksekutif yudikatif dan pers yang bebas Melalui fungsi tradisionalnya dalam partisipasi politik kom unikasi politik sosialisasi politik artikulasi dan agregasi kepentingan bahkan sebagai m ediator konflik partai adalah ldquojem batanrdquo antara rakyat dan pemerintah Namun demikian tidak semua partai politik bisa memberikan kontribusi p o s itif bagi perkem bangan demokrasi Samuel P Huntington misalnya menggarisbawahi bahwa hanya partai-partai yang kuat dan terinstitusionalisasi yang menjanjikan terbangunnya demokrasi yang lebih baik

Makalah ini telah dipaparkan pada Seminar Nasional Mencari Format Baru Pemilu dalam Rangka Penyempurnaan Undang-Undang Bidang PolitikrdquoHotel Borobudur Jakarta 10 Mei 2006

rsquo Penulis adalah Peneliti Utama pada Bidang Penelitian Politik Nasional P2P LIPI Jakarta

1 Huntington Political Order in Changing Societies New Haven and London Yale University Press 1968

Oleh karena itu hal yang tidak mengherankan di negara-negara demokrasi yang relatif baru adalah bahwa partai-partai lebih m erupakan ldquobebanrdquo atau masalah ketimbang inisiator bagi solusi permasalahan rakyat Diakui atau tidak partai-partai yang lebih merupakan ldquomasalahrdquo ketimbang solusi itu pula yang tengah dialami Indonesia dalam era transisi demokrasi pascarezim otoriter O rde Baru S inyalem en Transparency International bahw a partai m erupakan institusi terkorup di Indonesia dan parpol (politisi) sebagai aktor terkorup 1 2 je las mengindikasikan hal itu Begitu pula jika dilihat tingkat kepercayaan atas partai politik yang ternyata paling rendah dibandingkan kepercayaan terhadap militer pemerintah (pusat dan daerah) sistem hukum kepolisian dan parlemen3 Indikasi yang sama dapat

2 Lihat ldquoCatatan Akhir Tahun ICW Pemberantasan Korupsi 2005rdquo dalam wwwantikorupsiorg

3 Dikutip dari Riswandha Imawan ldquoBirokrasi Politik dan Perilaku Korupsirdquo makalah dalam Seminar NasionalXXAIPI di Medan tanggal 3 -4 Mei 2006 hal 6

6 7

ditemukan baik dari terungkapnya berbagai kasus penyalahgunaan dana APBD oleh para politisi partai di DPRD maupun persepsi umum masyarakat tentang kinerja partai- partai pasca-Orde Baru yang tidak lebih baik dari periode sebelumnya4

Mengapa partai-partai masih lebih merupakan masalah ketimbang solusi Apa yang salah pada partai-partai dan sistem kepartaian di Indonesia pasca-Soeharto Reformasi institusional semacam apa yang diperlukan untuk membangun partai dan sistem kepartaian yang lebih aspiratif akuntabel serta menghasilkan demokrasi yang produktif

Dalam kaitan itu tulisan pendek ini m encoba m engidentifikasi problem atik partai-partai dan sistem kepartaian dan atas dasar itu menawarkan sejumlah gagasan pembaharuan partai menuju suatu sistem keparta ian yang d iharapkan dapat m em berikan k o n tribusi bagi c ita -c ita keadilan dan demokrasi di satu pihak dan kesejahteraan rakyat di pihak lain

Dilema Partai dan Sistem Kepartaian

Secara historis partai-partai politik di Indonesia sebenarnya lahir tumbuh dan besar bersam aan dengan pertum buhan identitas keindonesiaan pada awal abad ke- 20 Meskipun menjadi wadah aspirasi dari kelompok dan atau golongan ideologis yang berbeda-beda partai-partai pada era kolonial turut memberikan kontribusi bagi pencarian sekaligus ldquopenemuanrdquo identitas keindonesiashyan yang mendasari pembentukan republik Sebagian besar pendiri bangsa seperti HOS Tjokroam inoto Tjipto M angunkusumo Soekarno dan Hatta adalah juga pendiri sekaligus pemimpin partai pada zamannya

4 Lihat misalnya hasil-hasil penelitian Pusat Penelitian Politik LIPI di antaranya Lili Romli (Ed) Potret Partai Politik Pasca-Orde Baru Jakarta P2P-LIPI 2003 Syamsuddin Haris (Ed) Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Jakarta Gramedia 2005 serta juga berbagai hasil survei dan polling seperti yang dilakukan oleh LP3ES LSI dan Litbang Kompas

Walaupun demikian ketika Indonesia benar-benar merdeka dari kekuasaan kolonial pada 1945 hal ini segera pula disadari bahwa terdapat perbedaan-perbedaan mendasar di antara para founding fathers tentang arah sistem kepartaian Hal itu tampak jelas tatkala gagasan Soekarno tentang suatu partai negara yang bersifa t tunggal di baw ah sistem pemerintahan presidensial ternyata hanya seumur jagung karena dengan keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945mdash yang ditandatangani Wakil Presiden M oham m ad H atta dan b eris i anjuran pembentukan partai-partaimdashharus digantikan oleh suatu sistem multipartai di bawah sistem pemerintahan parlementer

M eskipun pada akhirnya sistem multipartai menjadi realitas politik pada era Demokrasi Parlementer namun kehadiran partai dan bahkan pemerintahan partai-partai yang menjadi ciri era ini ternyata tidak begitu d isukai o leh Soekarno dan ten tara Pemerintahan hasil Pemilu 1955 yang semula diharapkan dapat menjadi solusi berbagai konflik ideologis gejolak daerah dan aneka persoalan politik serta ekonomi lainnya pada akhirnya kandas dan berumur tak sampai setahun Terlepas dari cerita sukses di balik penyelenggaraan Pem ilu 1955 dan juga produktivitas DPR dalam menghasilkan UU partai-partai dan sistem m ultipartai era Demokrasi Parlementer sebenarnya sejak awal telah mewarisi berbagai kelemahan struktural mulai dari tradisi konflik tidak adanya d is ip lin o rgan isasi e litis kepemimpinan yang cenderung personal kecenderungan pemimpin-pemimpin partai yang hanya m au ben ar send iri dan kesenjangan yang besar antara elite partai dan massa pendukungnya di tingkat bawah5 Selain itu bagi umumnya partai-partai ideo log i leb ih berfungsi untukmengintegrasikan massa pendukung partai

5 Tentang partai-partai era Demokrasi Parlementer lihatmisalnya Herbert Feith The Decline o f ConstitutionalDemocracy in Indonesia Ithaca NY Comell ModemIndonesia Project 1962 juga Feith Pemilihan Umum1955 Jakarta Penerbit Kompas 1999

6 8

kelangsungan kekuasaan pribadi dan vested interest kelompok akhirnya mengalahkan komitmen mereka terhadap ideologi Pada akhirnya kepentingan pribadi dan kelompok itulah yang menjadi ldquoideologirdquo para politisi partai kita dewasa ini Sementara itu dalam konteks taktik dan strategi pada umumnya parta i-p a rta i te rperangkap upaya memperjuangkan jabatan-jabatan publik ketim bang perjuangan m em enangkan kebijakan publik10

Sementara itu fungsi pendidikan politik bagi masyarakat hampir tidak pernah disentuh dan menjadi agenda partai-partai politik Sebaliknya partai-partai politik kita cenderung bersembunyi di balik baju yang bersifat ideologis di belakang kharisma pribadi para elitenya serta di balik isu-isu besar yang tak pernah diterjemahkan secara kontekstual-operasional Sebagai akibatnya kompetisi partai-partai cenderung lebih bersifa t fisik (m elalu i kem am puan pengerahan massa mobilisasi simbol-simbol dan sejenisnya) ketimbang kompetisi atas dasar keunggulan visi platform dan program politik

Ironisnya hampir tidak ada upaya serius para pem im pin parta i pada era reformasi dewasa ini untuk membenahi diri Para politisi partai justru makin melestarikan problem atik struktural partai-partai dan ldquomenikmatirdquo situasi tidak sehat tersebut demi kelangsungan kekuasaan pribadi dan atau kelompok Kecenderungan serupa tampak pula dalam konteks sistem kepartaian sehingga tidak jelas arah dan formatnyamdash kecuali sekadar banyak dari segi jumlahmdash apakah koheren dengan pilihan terhadap sistem pemerintahan sistem perwakilan dan sistem pemilu Hampir tidak pernah ada perdebatan serius di kalangan elite partai- partai di DPR ke mana sesungguhnya arah sistem kepartaian kita pasca-Orde Baru sehingga yang muncul kemudian adalah UU No 2 Tahun 1999 dan UU No 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik yang tidak visioner dan

10 Arbi Sanit ldquoPerubahan Mendasarrdquo hal 20mdash 23

cenderung m em biarkan parta i-p a rta i merumuskan dirinya sendiri

Menuju Pelembagaan dan Demokratisasi Partai

Sebagai organisasi modem partai- parta i sudah ten tu d itu n tu t untuk m engem bangkan etika berpartai secara modem pula Hal ini termasuk di dalamnya etika kepemimpinan yang demokratis dan kolegial etika berorganisasi atas dasar distribusi kekuasaan yang terdiferensiasi dan etika pertanggungjawaban secara publik yang sem uanya dilem bagakan m elalui mekanisme internal partai yang disepakati bersam a M elalu i pelem bagaan etika berpartai semacam itu partai-partai tidak hanya diharapkan menjadi wadah pendidikan politik dan pembentukan kepemimpinan tetapi juga bisa menjadi basis sekaligus fondasi bagi pelembagaan demokrasi ke arah yang lebih substansial

Potret buram partai-partai dan sistem kepartaian tidak akan pemah berubah apabila tidak ada upaya serius untuk mengubahnya menjadi lebih baik Dalam hubungan ini paling kurang tiga jalur dapat ditempuh untuk m engubah p a rta i-p a rta i dan sistem kepartaian yaitu ja lu r masyarakat jalur institusional dan jalur partai itu sendiri- dalam arti kesadaran para politisi untuk m engubah dirinya sendiri Pengalam an selama ini menunjukkan bahwa hampir tidak ada harapan jika kita menunggu datangnya inisiatif perubahan dari partai Oleh karena itu gabungan jalur masyarakat dan jalur institusional tampaknya tetap merupakan a lte rn a tif te rb a ik un tuk ldquom em aksardquo berlangsungnya perubahan mendasar atas partai-partai kita

M elalui ja lu r m asyarakat partai- partai dan para po litis i secara berkala diseleksi dipilih (kembali) atau ldquodihukumrdquo mdash tidak dipilihmdashdalam pemilihan umum Selain itu berbagai elemen masyarakat juga dapat mendesakkan reformasi institusional atas partai-partai terutama melalui perangkat

7 0

regu lasi yang dapat m endorong dan memfasilitasi partai-partai ke arah format yang d ikehendaki o leh sebuah sistem demokrasi yang sehat Urgensi perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik pada umumnya dan UU Partai Politik pada khususnya terletak di sini

Oleh karena itu urgensinya paling kurang terwujud pada dua konteks penting pem baharuan UU Partai Politik yakni pertam a terbentuknya sebuah UU yang dapat m endorong mdash dan kalau perlu mewajibkanmdashpartai-partai untuk mengubah karakter internalnya sehingga terwujud partai-partai yang demokratis dan terlembaga (institutionalized) Konteks kedua dari urgensi pem baharuan UU Partai Politik adalah terciptanya sebuah UU yang bukan hanya menjadi dasar bagi pem bentukan sistem kepartaian yang dianggap tepat bagi Indonesia m elainkan ju g a m em ilik i koherensi dengan sistem pem erintahan sistem perwakilan dan sistem pemilu yang berlaku

B erkaitan dengan pelem bagaan partai Huntington mengidentifikasi empat aspek yang bisa digunakan untuk menilai

Tabel 1 Aspek-aspek Institusionalisasi Partai

apakah sebuah organisasi termasuk partai politik telah terinstitusionalisasi atau tidak Aspek-aspek itu menurut Huntington adalah adaptability complexity autonomy dan coherence Tentang institusionalisasi secara sederhana H untington m erum uskannya ldquoInstitutionalization is the process by which organizations and procedures acquire value and stabilityrdquo11 Sedikit berbeda dengan itu Randall dan Svasand mengatakan bahwa institusionalisasi partai mencakup dimensi internal dan eksternal yang mencakup empat elem en ya itu systemness decisional autonomy value infusion dan reification2 Sementara itu Netherlands Institute for Multiparty Democracy (IMD) merumuskan lima aspek pelembagaan partai yang saling terkait yaitu pengem bangan demokrasi internal keutuhan internal identitas politik (ideologi) ketangguhan organisasi dan kapasitas berkampanye13

Dalam konteks Indonesia pasca- Soeharto aspek-aspek institusionalisasi partai baik yang dikemukakan Huntington Randall dan Svasand serta IMD jelas tetap re levan jik a d ihubungkan dengan problematik struktural partai yang sudah

Sum ber A spek-aspek institusionalisasi partaiHuntington (19 68 ) Adaptability

Com plexityAutonom yC oherence

Randall dan Svasand (2 0 0 2 ) Structural-internal -gt system ness Structural-external -gt decisional autonom y Attitudinal-internal -gt value infusion Attitudinal-external -gt reification

IM D (2 0 0 6 ) Dem okrasi internal Keutuhan internal Identitas politik (ideologi) Ketangguhan organisasi Kapasitas berkam panye

Sumber Randall dan Svasand (2002) dan IMD (2006)

Huntington Political Order hal 1212 Lihat Vicky Randall dan Lars Svasand ldquoParty

Institutionalization in New Democraciesrdquo dalam Party Politics Vol 8 No 1 2002 hal 13

13 IMD Suatu Kerangka Kerja Pengembangan Partai Politik yang Demokratis 2006 hal 12mdash 15

71

terwariskan sejak era 1950-an Hanya saja jika kita belajar dari pengalaman jatuh- bangunnya partai-partai sejak awal abad ke- 20 aspek kepemimpinan agaknya kurang ditekankan di dalam tiga perspektif yang dikutip di atas M em ang benar bahw a kepemimpinan personal dan kepemimpinan oligarkis bisa dipandang sebagai by product dari partai-partai yang tidak demokratis dan tidak terlembaga Akan tetapi perubahan m endasar te rhadap p a rta i-p a rta i k ita barangkali tidak akan pernah terjadi tanpa dukungan dan in is ia tif perubahan yang datang dari pemimpin-pemimpin partai yang memiliki komitmen demokratis pula

Mencari Model Sistem Kepartaian

Pembicaraan dan juga praktik tentang sistem kepartaian di Indonesia hampir selalu terjebak pada diskusi mengenai pencarian jum lah partai Ketika Soekarno akhirnya ldquomenguburrdquo partai-partai yang berkuasa pada era Demokrasi Parlementer salah satu upaya pertam a yang d ilakukannya adalah penyederhanaan partai dari segi jumlah dari 28 parta i o rgan isasi kelom pok dan perorangan yang memperoleh kursi dalam Pemilu 1955 menjadi sekitar 10 partai Partai Masyumi dan PSI yang dianggap turut terlibat dalam pem beron takan daerah serta merintangi jalannya ldquorevolusi yang belum selesairdquo disingkirkan dari panggung politik nasional di era D em okrasi Terpim pin sementara PKI dan partai-partai loyalis lainnya dirangkul

Penyederhanaan serupa diperkuat dan makin dipertajam oleh rezim Orde Baru m elalui kebijakan fusi (penggabungan) partai-partai pada 1973 dari sepuluh partai (termasuk Sekber Golkar) kontestan Pemilu 1971 menjadi hanya tiga partai politik -PPP PDI dan Golkar (yang tak pernah mau disebut sebagai partai) Setelah Soeharto dan Orde Baru tumbang menjelang Pemilu 1999 muncul 148 partai (48 di antaranya ikut pemilu) dan menjelang Pemilu 2004 tercatat 261 partai terdaftar di Departemen Hukum

dan HAM meskipun hanya 24 partai saja yang m em enuhi syarat sebagai peserta pemilu14

Apakah sistem kepartaian hanya berkaitan dengan soal jumlah partai belaka Teoritisi klasik seperti Maurice Duverger (1954) m em ang cenderung m engshyklasifikasikan tipe sistem kepartaian atas dasar jum lah Duverger m isalnya memshybedakan sistem kepartaian atas sistem dua parta i dan sistem m ultiparta i Nam un demikian berbeda dengan Duverger RobertA Dahi cenderung mengidentifikasi sistem kepartaian atas dasar tingkat kompetisi dan oposisinya di dalam serta terhadap struktur politik yang berlaku Terlepas dari jumlahnya D ahi m em bedakan em pat tipe sistem kepartaian yaitu (1) yang bersifat persaingan sepenuhnya (2) bekerja sam a bersifat persaingan (3) saling bergabung bersifat persaingan dan (4) saling bergabung sepenuhnya (Dahi 1966)

Sementara itu Jean Blondel Stein Rokkan dan Sartori selain menggunakan variabel jum lah untuk m engidentifikasi sistem kepartaian namun juga menambahkan variabel-variabel lainnya seperti ldquoukuran re la tifrsquo dari partai-partai (Blondel 1968) distribusi kekuatan minoritas di dalam partai (Rokkan 1968) dan variabel jarak ideologis antarpartai di dalam sistem kepartaian (Sartori 1976)15 Berbagai variabel tambahan tersebut menghasilkan varian atau tipe sistem kepartaian yang berbeda dan beraneka ragam sesuai dengan titik tekan sifat persaingan

14 Tentang profil partai-partai peserta Pemilu 2004 lihat Partai-Partai Politik Indonesia Ideologi dan Program 2004mdash 2009 Jakarta Penerbit Buku Kompas 2004 Dari 261 partai politik yang terdaftar di Dephukham tersebut selain 24 partai lolos sebagai peserta pemilu selebihnya mencakup 26 partai yang tidak lolos verifikasi oleh KPU 153 partai yang dibatalkan sebagai badan hukum dan 58 partai lainnya dinyatakan tidak memenuhi persyaratan UU Partai Politik No 31 tahun 2002

15 Selanjutnya lihat Peter Mair ldquoParty Systems and Structures o f Competitionrdquo dalam Lawrence LeDuc Richard GNiem i dan Pippa Norris (Eds) Comparing D em ocracies E lections and Voting in G lobal Perspective California Sage Publication Inc 1996

7 2

kecenderungan ideo log is po la re lasi antarpartai dan karakter partai-partai yang saling berinteraksi tersebut

Pertanyaannya kem udian sistem kepartaian seperti apa yang dianggap tepat bagi bangsa Indonesia dalam pengertian tak hanya koheren dengan pilihan terhadap sistem pemerintahan dan sistem perwakilan serta sistem pemilihan melainkan juga dapat m em berikan kon tribusi bagi c ita -c ita keadilan dem okrasi dan kesejahteraan rakyat

Apabila disepakati bahwa semangat sistem pemerintahan yang dikehendaki oleh UUD 1945 hasil amandemen adalah sistem presidensial maka semestinya berlaku pula sistem perw ak ilan b ikam eral sebagai konsekuensi logisnya Sebagai konsekuensi logis beriku tnya adalah bahw a sistem perw akilan b ikam eral m engharuskan berlakunya sistem pemilu distrik dan sistem distrik meniscayakan diterapkannya sistem dua-partai Praktik dem okrasi Am erika Serikat hampir selalu dirujuk sebagai contoh terbaik koherensi an tara sistem pemerintahan sistem perwakilan sistem pemilihan dan sistem kepartaian seperti ini

Tabel 2 Berbagai Tipe Sistem Kepartaian

Namun demikian hal itu tidak berarti pula bahwa model serupa benar-benar tepat bagi kebutuhan dan kondisi objektif bangsa Indonesia Pilihan terhadap sistem pemilu d is trik dan sistem d u a-parta i sebagai konsekuensi berikut dari pilihan atas sistem pemerintahan dan perwakilan tidak harus dipandang sebagai satu-satunya alternatif dalam rangka membangun demokrasi dan tata pemerintahan yang stabil efektif dan produktif Pengalam an sejum lah negara dem okrasi yang m engadopsi cam puran antara sistem distrik dan sistem proporsional serta relatif banyaknya perspektif teoritis tentang sistem kepartaian seperti dikutip di atas barangkali bisa membawa kita pada alternatif pilihan yang tidak sekadar hitam- putih Artinya meskipun koherensi antara sistem pemerintahan sistem perwakilan sistem pemilihan dan sistem kepartaian merupakan acuan dasar yang penting namun pilihan terhadap sistem pemilihan dan sistem kepartaian bisa saja berbeda atau sedikit menyimpang dari ldquokeharusanrdquo teoritis seperti dikemukakan di atas

Author Principal Criteria for Classification Principal Types of Party System Identified

Duverger (1954) Numbers of parties Two-party systems Multlparty systems

Dahi (1966) Competitiveness of opposition Strickly competitive Cooperative-competitive Coalescent-competitive Strickly coalescent

Blondel (1968) Numbers of parties Relative size of parties

Two-party systems Two-and-a-half-party systems Multiparty systems with one dominant partyMultiparty systems without dominant party

Rokkan (1968) Numbers of partiesLikelihood of single-party majoritiesDistribution of minority partystrengths

The British-German ldquo1 vs 1 + 1rdquo system The Scandinavian ldquo1 vs 3-4 system Even multiparty systems ldquo1 vs 1 vs 1 + 2-3rdquo

Sartori (1976) Numbers of parties Ideological distance

Two-party systems Moderate pluralism Polarized pluralism Predominant-party systems

Sumber Peter Mair ldquoParty Systemsrdquo dalam LeDuc Niemi dan Norris 1996 hal 86

7 3

Faktor sejarah keterbelahan kultural perpecahan politik disparitas demografis dan sensitivitas isu mayoritas-minoritas adalah variabel-variabel penting lain yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan pilihan terhadap sistem pemilihan dan sistem kepartaian Begitu pula keterbelakangan sosia l-ekonom i tidak adanya trad isi konsensus dan belum terbangunnya kultur liberal adalah variabel-variabel yang tak kalah pentingnya berkaitan dengan pilihan terhadap sistem pem ilihan dan sistem kepartaian Kegagalan sistem presidensial di sejumlah negara Amerika Latin antara lain disebabkan karena terabaikannya berbagai faktor objektif yang bersifat lokal tersebut16

O leh karena itu dalam konteks Indonesia m odel sistem m ultiparta i sederhana dengan dua parta i dom inan barangkali bisa m enjadi a lte rn a tif jik a diasumsikan bahwa pilihan terhadap sistem pemilu pun kelak akan bergerak dari sistem proporsional terbuka (sepenuhnya) untuk jangka pendek dan gabungan sistem distrik dan proporsional untuk jangka menengah dan panjang Namun demikian untuk sampai kepada sistem ldquomultipartai sederhana dengan dua partai dominanrdquo tersebut jelas tetap diperlukan reform asi institusional yang bersifat mendasar atas partai-partai politik sehingga watak dan karakternya pun secara berangsur-angsur dapat didorong untuk berubah

Arah dan Cakupan Revisi UU Partai Politik

S eperti te lah d ikem ukakansebelum nya urgensi rev isi ataupenyempurnaan UU bidang politik pada um um nya dan UU Partai P o litik pada khususnya bukan hanya dalam rangka

16 Tentang kritik terhadap sistem presidensial dan juga parlementer lihat misalnya Richard Gunther ldquoOpening a D ialogue on Institutional C hoice in Indonesia Presidential Parliamentary and Semipresidential System srdquo dalam R William Liddle ed Crafting Indonesian Democracy Bandung Mizan 2001 hal 149-178

menciptakan tata pemerintahan yang lebih efektif dan stabil melainkan juga dalam upaya menghasilkan demokrasi yang lebih produktif Bagaimanapun institusi-institusi dem okrasi seperti parta i po litik dan pemilihan umum tidaklah diciptakan untuk dan demi demokrasi itu sendiri tetapi justru sebagai alat untuk mewujudkan cita-cita keadilan dan kesejahteraan rakyat Dalam kaitan ini partai-partai yang bekerja dan terlembaga (institutionalized) dalam suatu sistem kepartaian yang efektif dengan tingkat fragm entasi sedang leb ih d iperlukan ketim bang p a rta i-p a rta i yang tidak terlembaga dalam suatu sistem kepartaian dengan tingkat fragmentasi tinggi seperti berlaku pasca-Orde Baru

Tingkat fragmentasi partai adalah produk dari pilihan terhadap sistem pemilu Seperti diketahui sistem distrik (first-pas- the-post) cenderung menghasilkan sistem kepartaian yang jauh lebih sederhana dengan dua parta i u tam a sedangkan sistem proporsional cenderung menghasilkan sistem multipartai Apabila sistem distrik dianggap rentan bagi bangsa Indonesia yang multietnik dan m u ltik u ltu ra l serta cenderung mengancam keberadaan golongan minoritas maka mekanisme koalisi bisa menjadi jalan keluar untuk menghindari sistem multipartai dengan tingkat fragm entasi yang terlalu tinggi Mekanisme koalisi yang terbentuk secara relatif permanen dapat mendorong terbentuknya budaya konsensus yang sangat diperlukan bagi efektivitas dan stabilitas pemerintahan Selain itu melalui mekanisme koalisi pa rta i-p a rta i kecil yang gagal memenuhi ketentuan electoral threshold tidak harus memaksakan diri untuk rdquolahir kembalirdquo dalam pemilu berikutnya tetapi cukup bergabung dengan partai besar yang dianggap dekat secara ideologis

Selain mekanisme koalisi tingkat fragm entasi pa rta i yang tingg i dapat dikurangi pula melalui pengaturan electoral threshold yang relatif tinggi dibandingkan yang telah berlaku dalam UU Pemilu No 12

7 4

Tahun 2003 Pengenaan electoral threshold yang tinggi m em ang tidak o tom atis m engurangi nafsurdquo elite politik untuk m em bentuk parta i baru pada pem ilu berikutnya namun setidak-tidaknya jumlah partai baru yang benar-benar baru ataupun partai lama yang rdquodipermakrdquo menjadi baru tidak akan sebanyak jika batasan electoral threshold terlalu rendah seperti dianut UU Pemilu yang berlaku dewasa ini

Berkaitan dengan upaya meningkatshykan demokratisasi internal sudah waktunya sebagian kewenangan partai tingkat pusat d idesentralisasikan ke tingkat w ilayah (provinsi) dan cabang-cabang (kabupaten kota) parta i di daerah D esen tra lisasi kekuasaan partai ini tidak hanya penting dalam hubungannya dengan upaya meningkatkan kapasitas dan kemandirian elite politik lokal melainkan juga dalam rangka m endukung agenda nasional desentralisasi dan otonomi daerah Dalam konteks pencalonan anggota leg is la tif misalnya otonomi partai di tingkat daerah dalam penen tuan caleg berpeluang mendorong para kandidat lebih bertanggung jaw ab di daerah pem ilihannya m asing- masing

Selain berbagai usulan perubahan di atas pembaharuan partai mestinya juga berkaitan dengan pengatu ran orm as onderbouw sistem keanggotaan dan pengkaderan yang lebih jelas pengaturan pendanaan partai yang lebih transparan dan akuntabel akomodasi keberadaan partai lokal serta penguatan keterwakilan kaum perempuan dalam kepengurusan partai

Dengan demikian arah revisi UU Partai P o litik m encakup sekurang- kurangnyabull Pertama penyempurnaan regulasi yang

dapat m endorong parta i-p a rta i m em perkuat kapasitas kelem bagaan ketangguhan o rgan isasi keutuhan internal penguatan identitas atau ideologi politik serta demokratisasi internal

bull Kedua penyempurnaan regulasi yang memfasilitasi berlangsungnya mekanisshy

me kerja sama dan koalisi antarpartai sehingga mengurangi niat elite politik membentuk partai baru setiap kali pemilu akan berlangsung

bull Ketiga penyempurnaan regulasi dalam kerangka membangun sistem multipartai kompetitif-sederhana melalui ketentuan electoral threshold yang relatif tinggi

bull Keempat penyempurnaan regulasi dalam rangka m engakom odasi keberadaan partai-partai lokal sebagai kontestan pemilu daerah dan partai-partai nasional sebagai kontestan pemilu nasional dan pemilu daerah

bull Kelima penyempurnaan regulasi dalam rangka desentralisasi kekuasaan partai di satu pihak dan penguatan kedaulatan anggota partai di pihak lain

Penutup

Terlepas dari pandangan setuju atau tidak setuju terhadap berbagai gagasan dan usu lan reform asi keparta ian yang dikemukakan di atas namun pesan utama yang ingin disampaikan melalui makalah pendek ini adalah pertam a penataan kehidupan politik ke depan hendaknya lebih terarah konsepsional dan konsisten sehingga perubahan yang bersifat tambal-sulam bisa dihindari Kedua setiap pilihan terhadap perubahan politik hampir pasti membawa dampak dan risiko politik Oleh karena itu hal ini diperlukan suatu desain besar yang bersifat komprehensif dan koheren tentang arah penataan kehidupan politik sehingga dampak dan risikonya bisa diperhitungkan serta diantisipasi lebih dini Ketiga dalam konteks perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik desain besar serupa d iperlukan agar p ilihan atas sistem kepartaian misalnya koheren dengan pilihan atas sistem pemilu sistem perwakilan serta sistem pemerintahan kendati penting juga untuk segera dicatat bahwa koherensi tidak selalu bisa menjamin bahwa setiap pilihan benar-benar sesuai dengan kebutuhan objektif bangsa kita

7 5

Lampiran

Beberapa Usulan Revisi UU Partai Politik)

Materiisu Praktik Problematik Ideal Usulan PerbaikanSistemkepartaian

Partai m assa multipartai

Tidak disiplin kesulitan dana konflik internal

Multipartai dengan dua partai dominan

Penyederhanaan partai m elalui koalisi perm anen atau pemilu sistem distrik

Partai pesertapemiluberikutnya

Mem enuhi electoral threshold 3

Kekuatan di parlem en tidak signifikan untuk kem enangan politik

Multipartaisederhana

Perlu peningkatan electora l threshold m enjadi 5 -10

Struktur danorganisasikepartaian

Sentralistik Tidak demokratis Desentralisasi Perlu desentralisasi partai nasional Pem bentukan partai lokal

Onderbouwpartai

Tidak diatur tapi setiap partai memiliki organisasi onderbouw

Responsibilitas dan akuntabilitas ormas onderbouw rentan

Pem isahan antara politica l soclety dengan clv il society

Perlu diatur dalam UU pem bedaan antara orm as pada um um nya dan onderbouw partai khususnya

Sistemkeanggotaan

Terlalu longgar dan bersifat pasif

Tidak disiplin jum lah anggota partai tidak jelas

Keanggotaan partai terdata dgn jelas dan bersifat aktif

Keanggotaan partai terdataPeningkatan kualitas keanggotaan partai

Kepengurusanpartai

Tidakprofesionalkarenaperangkapanjabatan partaidan jabatanpublik

Kinerja partai tidak efektif akibat konflik kepentingan

Jabatan di partai dan jabatan publik mestinya bersifat profesional

Perlu ada larangan perangkapan jabatan partai dan jabatan publik

Keuanganpartai

Sum berpenggunaan dan pelaporan tidak transparan

Manipulasi dana publik

Transparansidanakuntabilitas

Perlu pengaturan transparansi dan akuntabilitas partai lebih

Koalisi partai Tidak ada dlm regulasi tapi ada dlm praktek

Instabilitas daninefektifitaspemerintahan

Tradisi koalisi terlem baga

Perlu pengaturan tentang koalisi

Ideologi partai Partai dengan banyak ideologi

Am bivalensi dan manipulasi ideologi visi dan platform partai tidak jelas

Satu partai satu ideologi

Regulasi perlu m em bedakan ideologi negara dengan ideologi partai

Partai nasional dan partai lokal

T idak diatur Tidak ada payung hukum bagi partai lokal di Aceh

Pem ilu nasional diikuti partai nasional pemilu daerah diikuti partai nasional dan partai lokal

Perlu diatur dalam regulasi klasifikasi partai nasional dan partai lokal

) Keterangan M atriks revisi UU Partai Politik ini adalah salah satu produk tim Pusat Penelitian Politik LIPI selain matriks revisi UU bidang politik lainnya (UU Pem ilu UU Pilpres UU Susduk UU Pem da) dalam rangka

perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik m enjelang Pem ilu 2009

7 6

R e su m e

MERENTAS JALAN PANJANG PERDAMAIANNEGARA amp MASYARAKAT DALAM RESOLUSI KONFLIK

Syafuan Rozi

Abstract

H orizontal conflicts that occured in Central Sulawesi Maluku and North Maluku have caused more than f iv e thousands casualties and more than f iv e hundred thousands IDPs in North Sulawesi The conflict has segregated the society into separa ted communities that live base on religion Islam and Christian Research on anatomy o f violence in Indonesia has show ed a great developm ent since 1990s The research was only focu sed on dominant actors and groups The research seldom included religious leaders local leader and youth leader neither had it involved IDPs as research object Therefore this research suggests a developm ent o f people economic model that create cooperation between each members o f society The model itselfcan generatefam ily base economic empowerments thatprom ote communalization am ongand intra-society Base on that idea fo lksfestiva l been held periodically with each villages can produce its special craft andproduct F o lk rsquos fes tiva l can act as peacem aker in annihilating reason fo r conflict Local wisdom such as panas pela hibualam o need to be introduced arnong generations o f people

Pendahuluan

Keterlibatan negara dan masyarakat dalam resolusi konflik di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara

relatif beragam sesuai keadaan setempat saat darurat militer darurat sipil dan tertib sipil Untuk kasus Poso di Sulteng sampai tahun 2006 (era Presiden SBY) daerah ini masih m engalam i kondisi pem bunuhan penembakan dan pengeboman sporadis Daerah ini pun masih ada gejala weak state (lemah) atau failure state (gagal) de-eskalasi konflik di Poso Langkah perlucutan senjata dan penghentian kekerasan tampaknya relatif belum berhasil dituntaskan Kondisi Ambon Maluku pun awalnya demikian Bila ditinjau

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Syafuan Rozi (koordinator) Dhuroruddin Mashad Emilia Yustiningrum Moch Nurhasim Tri Ratnawati Heru Cahyono dan Septi Satriani dengan fokus kasus Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara

Penulis adalah peneliti pada Bidang Penelitian Politik Nasional P2P LIPI Jakarta

dari tahapan resolusi konflik kondisi Ambon saat ini masih dalam tahap persiapan untuk menuju peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Beberapa indikator kondisi konflik masih belum sepenuhnya menuju ke arah peace building karena tahap intervensi konflik masih terlalu banyak persoalan untuk bisa dilalui

Penelitian ini mengkaji keterlibatan negara dan masyarakat dalam proses resolusi konflik dan bagaimana pola hubungan negara dan masyarakat yang berlangsung dalam resolusi konflik tersebut Data menunjukkan resolusi konflik baru melewati de-eskalasi konflik untuk kasus Poso (Sulteng) dan tahap intervensi kemanusiaan untuk kasus Ambon di Maluku (Temate Tidore Jailolo Tobelo) dan di Maluku Utara Walaupun begitu suatu program sudah mulai diletakkan sebagai dasar bagi tahap problem solving orientation dan peace building dengan indikasi d ih idupkan kem bali adat dan ikatan

7 7

persaudaran (hibuolamo panas-pela baku- bae Sintuwu Maroso) Masalah relokasi pengungsi trauma healing pascakonflik dan pem berdayaan ekonom i lokal belum mencapai titik yang menggembirakan1

Catatan Penyembuhan Luka Bangsa

Terjadinya konflik horizontal di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara telah berdampak lebih kurang lima ribuan orang meninggal dunia dan sekitar lima ratus ribu orang menjadi pengungsi ke Sulawesi U tara dan sekitarnya K onflik itu telah membelah masyarakat (segregasi pemukimshyan) menjadi komunitas yang tinggal berpisah mengelompok berdasarkan agama Islam dan K risten P en e litian ten tang anatom i kekerasan di Indonesia telah mengalami banyak perkembangan sejak tahun 1990 S tudi-studi yang pernah d ilakukan sebelum nya m enunjukkan bahw a penanganan konflik di daerah-daerah yang dilanda konflik horizontal memperlihatkan kecenderungan yang masih elitis dengan keterlibatan aktor atau kelompok dominan tertentu saja dengan tidak m elibatkan masyarakat (tokoh adat tokoh agama tokoh muda laki-perempuan para pengungsi) yang justru paling menderita akibat konflik

Konflik Poso umpamanya terlalu kompleks jika dianalisis hanya berdasar urutan peristiwa mengingat intensitas dan ekstensitas wilayah dan pelaku konflik antarperistiwa memperlihatkan perbedaan sangat mendasar Pada konflik Desember 1998 dan April 2000 intensitas dan wilayah konflik sangat terbatas di sebagian kecil kecamatan kota Namun mulai bulan M ei- 1

1 Lemahnya koordinasi dan strategi dalam penanganan konflik dengan alasan bahwa TNI dan Polri takut dianggap melanggar hukum dan HAM Faktor ini menandai bahwa Indonesia belum memiliki ldquotoolsrdquo atau perangkat hukum dan operasional yang mengatur bagaimana TNI dan Polri difungsikan untuk melakukan pengamanan konflik Akibatnya aparat keamanan kurang maksimal berperan dan kelihatan tidak profesional sebagai syarat untuk melakukan de-eskalasi konflik dalampengertian membuka jalan bagi adanya perdamaian

Juni 2000 d ilan ju tk an Juli 2001 dan November-Desember 2001 konflik menjadi sangat akut di Poso dan mengarah pada upaya menihilkan eksistensi lawan terlihat dari realitas korban tanpa pandang bulu termasuk perempuan dan anak-anak Telah terbangun solidaritas kelompok secara tegas melalui ideologisasi konflik berdasar isu agama dan etnisitas sehingga konflik menjadi bersifat sangat in tensif (kekerasan dan korban) dan ekstensif (wilayah dan pelaku)

Sementara konflik yang meletus di Maluku Utara 1999-2000 dapat dikatakan merupakan dampak atau rentetan konflik yang sebelumnya pecah di Ambon Kecuali itu pembentukan dan pemekaran kecamatan Malifut turut memiliki andil dalam memicu konflik karena kebijakan tersebut telah m enim bulkan ke tidaksenangan dari masyarakat suku Kao (beragama Kristen) yang merupakan penduduk asli terhadap suku M akian (beragam a Islam ) yang pendatang Kerusuhan horizontal yang telah menjadi pertempuran massal ini memakan korban jiw a sangat besar K onflik berlangsung secara bergelombang dengan identitas agama yang kuat Pelajaran dari kebijakan pemekaran wilayah di saat negara melemah (weak state) ini menjadi mahal Kegagalan ldquopem biaranrdquo dan kelemahan negara dalam melakukan de-eskalasi konflik perlucutan senjata penegakan hukum mengawal akuntabilitas dana intervensi kemanusian untuk tidak dikorupsi membuat peran negara yang baik dalam resolusi konflik cenderung belum mudah untuk dicapai

Di Poso sejak awal konflik meletus tahun 1998 sebagian besar elem en masyarakat telah secara mandiri membangun in is ia tif untuk m engakhiri konflik dan berusaha mencegah terjadinya konflik yang lebih besar Para tokoh dua kom unitas mengadakan pertemuan Tagolu dan sepakat untuk berusaha menghentikan konflik dan bersam a-sam a m em berantas penjualan minuman keras yang mereka nilai sebagai

7 8

ldquobiang-kerokrdquo penyulut konflik Namun provokasi dari yang berkepentingan bagi terjadinya konflik (conflict by design) lebih in ten s if d iso sia lisasik an di lapangan sehingga hal itu termentahkan dan berulang Mengimbangi provokasi ini ada sebanyak 129 tokoh masyarakat dan tokoh agama antikonflik mengadakan kesepakatan Poso tanggal 8 Januari 1999 Mereka menyerukan agar masyarakat menghentikan segala bentuk perselisihan Bahkan pertemuan tersebut ju g a m enyepakati un tuk m enyerukan pengadilan bagi penggerak kerusuhan di Poso

Namun akar problematika Poso tidak tersentuh dalam kesepakatan bahkan oleh kebijakan negara dalam mencegah konflik yang lebih luas Akibat realitas ini konflik laten masih mengkristal dan mereka yang berkepen tingan terus m em provokasi m asyarakat m elalui celah berbagai isu Herman Parimo hanyalah satu dari aktor yang muncul ke permukaan tetapi aktor-aktor di belakang layar masih tetap melanjutkan ldquokasak-kusukrdquo Sekecil apa pun persoalan yang terjadi hal ini terlalu gampang di-blow- up sebab sentimen komunitas keagamaan sudah te rlan ju r d ijad ikan a la t dalam mengeksploitasi konflik2

2 Melihat realitas bahwa konflik antarkomunitas keagamaan ini terlalu mudah disulut suatu inisiatif yang bersifat mikro memang ada untuk mencegah melebarnya konflik ke wilayah mereka Salah satunya adalah Kesepakatan Tokorondo antara kepala Desa Tokorondo (Muslim) dengan kepala Desa Masani (Kristen) pada tanggal 25 Mei 2000 Mereka sepakat untuk saling melindungi kedua desa bila salah satu diserang Namun kesepakatan tersebut tidak mampu menahan gempuran provokasi Warga Desa Masani (Kristen) tidak mampu membantu membendung serangan ke Desa Tokorondo 27-28 Mei 2000 Kesepakatan mikro lintas komunitas Islam-Kristen telah dihancurkan oleh kekuatan lain (massa) dari luar kedua desa yang akhirnya memaksa mereka terlibat atau setidaknya kena imbas dari konflik Upaya-upaya damai skala mikro memang banyak dilakukan tetapi tak mampu bertahan dari pemaksaan pelibatan konflik oleh massa yang terprovokasi Bahkan pada Mei -Juni 2000 konflik mencapai puncak eskalasi baik dari segi wilayah konflik jumlah pelaku konflik maupun dari segi korban kekerasan Dalam konteks ini sesuatu telah terjadi dengan apa yang disebut tragedi kemanusiaan di Poso Solidaritas lintas wilayah mulai bermunculan dan segi ideologis konflik telah mengkristal Di kalangan Kristen solidaritas ini meliputi Laskar Manguni Laskar Kristen dan lain-lain yang tak teridentifikasi Di kalangan Islam sejak Juni 2001 hal ini berkenaan dengan kedatangan pendukung dari orang-orang yang tergabung dalam Laskar Jihad

N am un elem en-elem en pro- perdamaian di lingkungan masyarakat tidak putus harapan Inisiatif tetap bermunculan Rujuk Sintuwu Maroso yang dihadiri tokoh adat dari 13 kecamatan yang ada di Poso merupakan contohnya Jadi hal ini berbeda dengan inisiatif-inisiatif kesepakatan yang lebih dipijakkan pada perspektif komunitas keagam aan sehingga basis pesertanya m ewakili dua kom unitas agama Islam - K risten Pada R ujuk Sintuw u M aroso pijakannya berada pada perspektif adat Bahkan untuk menekankan perspektif adat kesepakatan pun dirumuskan dalam bahasa lokal Pamona Namun inisiatif penyelesaian konflik melalui pendekatan adat ini ternyata tak mampu menghentikan kekerasan Ketika realitas konflik lebih diideologisasi secara kental oleh isu kom unitas keagam aan pendekatan kultural dalam situasi konflik yang masih berada pada puncak eskalasi menjadi tidak terlalu berarti

Ketika Deklarasi Malino (Desember 2001) dikumandangkan dan ternyata berhasil menjadi momentum bagi terjadinya de- eskalasi konflik upaya-upaya damai yang digerakkan oleh inisiatif masyarakat baru memperlihatkan efektivitasnya Di berbagai tempat dilakukan inisiatif perdamaian yang dilakukan atas inisiatif masyarakat meski berbagai kegiatan itu memang bermuara pada upaya mengimplementasikan kesepakatan Malino Kegiatan-kegiatan yang berasal dari akar rumput ini meliputi bermacam-macam kegiatan mulai dari pertandingan olah raga kesenian maupun berbagai kegiatan kultural Kriesberg berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat interaksi dan saling-ketergantungan antara pihak-pihak yang tadinya berkonflik akan semakin membatasi munculnya konflik baru M unculnya saling pengertian dan berkembangnya norma-norma bersama juga akan dapat mencegah konflik3 Pendapat tersebut senada dengan Asutosh Varshney

3 Louis Kriesberg Constructive Conflicts From Escalationto Resolution (Maryland Rowman and Littlefield Publisher Inc 2003) hlm 384

7 9

yang mempelajari konflik antara penganut Islam dan H indu di India V arshney m engatakan bahw a ik a tan p erta lian hubungan antara etnispemeluk agama yang berbeda dapat mencegah konflik4

Civil society (CS) kemudian cukup berperan dalam membuka ruang publik dan interaksi sosial yang re la tif ink lusif di A m bon K hususnya kelom pok LSM akademisi dan tokoh-tokoh agamaadat tokoh masyarakat yang berorientasi dan berinteraksi lintas agamasuku sejak awal m unculnya konflik h ingga de-eskalasi konflik dan rekonsiliasi lewat panas pela bisa sangat berperan Pembukaan dan perluasan ruang-ruang publik public spaces) dalam rangka saling berbaikan (baku bae) seperti pasar-pasar terminal-terminal kantor-kantor pem erintah lapangangedung olahraga sekolah-sekolah di Ambon Maluku yang saat ini bisa diakses baik oleh kelompok Islam maupun Kristen -d i tempat-tempat tersebut mereka tidak lagi eksklusif tapi mulai mencairrelatif inklusif- sebelumnya cukup banyak d ifa s ilita s i o leh LSM (term asuk dengan dukungan LSM in ternasional) dan para tokoh lokal Pem erin tah (pusat dan daerah) ikut membantu inisiatif tersebut sehingga nampak di sini adanya sinergi dari pelbagai kekuatan (negara dan masyarakat) Adanya relasi yang signifikan antara hadirnya public space dengan mencaimyameningkatnya interaksi sosial lintas agamasuku di Ambon tersebut menunjukkan kebenaran teori Kriesbeg dan Varshney

Bila ditinjau dari tahapan resolusi konflik kondisi Am bon saat ini sudah m encapai tahap peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Disebut ldquoawalrdquo karena segregasi tempat tinggal berdasarkan agam a m asih sangat terasa Segregasi pemukiman bisa pula dilihat sebagai salah satu upaya jangka pendek untuk mendukung

4 Asutosh Varshney Ethnic Conflict and Civic Life Hindus and Muslim in India ( New York Yale University Press 2002) hlm 363

resolusi konflik itu sendiri Hal ini mengingat secara h is to ris m ulai zam an kolonial Belanda masyarakat Ambon Islam-Kristen telah ldquoterbiasardquo hidup terpisah berdasarkan pem ilahan agam a (w arisan keb ijakan diskriminatif dan devide et impera Belanda di M aluku)5 Nam un untuk ke depan m asyarakat A m bon yang ideal adalah masyarakat yang plural dan demokratis yang diikat oleh kearifan lokal yang mereka bangun Masyarakat Ambon saat ini terlihat te lah m em ilik i sem acam daya tahan (resilience) terhadap provokasi Kondisi ini lahir antara lain karena difasilitasi dengan kinerja aparat pemerintah (TNIPolri dan pemda) yang semakin profesional dan mulai adanya usaha-usaha penegakan hukum6

Bila dibandingkan dengan Ambon dan Poso wilayah Maluku Utara melewati proses resolusi konflik yang lebih cepat kendati proses menuju perdamaian sejati tetap harus dilaksanakan secara perlahan Proses resolusi konfliknya ditandai dengan relatif kuatnya dukungan masyarakat kepada negara dan p ihak yang m engupayakan perdamaian ditambah lagi sikap terbuka pemangku adat dan agama terhadap konsep perdamaian yang dimotori oleh militer dan pem erin tah Di Ja ilo lo m asyarakat menyambut baik pembentukan Tim 30 yang cenderung diprakarsai oleh pihak militer Begitu pula di Tobelo masyarakat merespons positif prosesi awal penjemputan pengungsi Muslim yang diprakarsai oleh pemerintah daerah

Hasilnya terlihat dengan jelas di Tobelo Resolusi konflik tergolong beijalan dengan cepat padahal pada kenyataannya Tobelo (dan juga Galela) merupakan wilayah

5 Richard Chauvel Nationalists Soldiers and Separatists (Leiden KITLV Press 1990)

6 Pemilu leg isla tif 2004 dan pilpres langsung telahberlangsung dengan sukses di Ambon Hasil pemilu tersebut juga bisa dipandang sebagai bentuk lain dari resolusi konflik Hal ini merupakan langkah awal penciptaan kestabilan baru dan demokratisasi di daerah bekas konflik tersebut Pilkades juga telah berlangsung di beberapa tempat di Pulau Ambon dan Lease (Maluku Tengah)

8 0

konflik terpanas Faktor terpenting yang membuat proses perdamaian di Maluku Utara berbeda dan lebih maju dibandingkan dengan di Ambon dan di Poso ialah menyangkut struktur sosial masyarakat setempat di mana antara Muslim dan Nasrani praktis terdapat hubungan kekeluargaan dalam satu marga Hal ini terutama dijumpai di tiga wilayah yakni Tobelo-Jailolo-Bacan di mana di dalam satu marga ada yang beragama Islam dan ada yang Nasrani Walau agak kurang menonjol hubungan kekeluargaan marga antara yang M uslim dan N asrani juga terdapat di Galela dan Halmahera Barat7

P enelitian ini m enem ukan ada beberapa perbedaan yang cukup signifikan antara proses perdamaian di Jailolo Tobelo dan Temate Untuk wilayah Jailolo peran tokoh agama lebih sentral dibanding dengan tokoh adat Hal ini berbeda dengan di Tobelo yang peran tokoh adat justru lebih didengar karena pada dasarnya pemangku adat di Tobelo adalah wakil dari tokoh-tokoh agama dari kedua belah pihak Hal ini pun tercermin pada tradisi yang selama ini berkembang dan hidup di Tobelo di baw ah payung Hibualamo Perbedaan ini tidak m engherankan karena di Jailo lo tidak mengenal rumah besar yang dijadikan tempat pertem uan adat seperti H ibualam o sebagaimana dijumpai dan dipelihara di Tobelo Memang di Jailolo semacam rumah adat ada yang bernama Saboa tetapi rumah ini hanya ditemukan di kampung-kampung terutama yang beragama Nasrani Rumah Saboa tidak lebih hanya merupakan rumah adat kecil yang menaungi satu komunitas

7 Kesediaan secara ikhlas untuk melupakan dendam dan menerima kenyataan serta bersikap tidak lagi menoleh ke belakang membuat proses perdamaian di Maluku Utara cepat terwujud Di samping itu perasaan lelah berkonflik dan kesadaran bahwa tidak ada yang diuntungkan dengan konflik ini membuat mereka mau duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi untuk melaksanakan perdamaian Walau terdapat semacam rasa curiga dan kekhawatiran ketika pertama kali bertemu setelah peristiwa kerusuhan akan tetapi pada akhirnya mereka dapat saling menerima kembali

(Nasrani) saja8 Proses damai di Jailolo ditandai pula

dengan pembentukan Pasar Kaget Akadiri Jailolo Pasar sebagai transaksi pertukaran kebutuhan manusia secara tak disengaja justru mempercepat proses perdamaian di kalangan m asyarakat Jailolo Pasar ini awalnya hanya terbatas digunakan oleh pihak N asrani yang m em butuhkan kebutuhan pokok karena pasar resmi yang didirikan oleh pemerintah tidak beroperasi selama konflik terjadi Pasar yang terletak di kompleks asrama militer muncul pertama kali sekitar tahun 2002 sebagai jawaban akan kebutuhan para pengungsi akan bahan pokok Perlahan- lahan dengan semakin berkembangnya rasa aman dan kepercayaan yang timbul di antara kedua komunitas membuat pasar ini semakin ramai dan interaksi kedua komunitas semakin terjalin lancar

Proses resolusi konflik yang agak berbeda dapat dilihat di Tobelo Masyarakat Muslim dan non-Muslim Kecamatan Tobelo Halmahera Utara Maluku Utara akhirnya sepakat m engakhiri perm usuhan yang d iw ujudkan dalam dek larasi dam ai masyarakat pada 19 April 2001 di Lapangan A dat H ibualam o Perjan jian dam ai ini dimotori oleh 12 tokoh agama (6 orang wakil dari Nasrani dan 6 orang wakil dari Muslim) Inti dari deklarasi damai ini antara lain sepakat untuk menghentikan permusuhan tidak saling m enghina m elecehkan mempermalukan menghormati menjaga dan melindungi tempat ibadah dan umatnya serta

8 Peran yang sentral antara tokoh adat dan agama ini tidak kita temui pada proses perdamaian di Temate Temate merupakan ibu kota provinsi yang kontrol pemerintah (daerah dan pusat) cenderung dominan sehingga proses perdamaian cenderung lebih efektif dilaksanakan oleh pemerintah tanpa bantuan tokoh adat dan agama Peran yang seharusnya diemban oleh Sultan Temate sebagai sim bol pemersatu adat dan agama ternyata gagal disandang oleh Sultan Temate dalam menghadapi konflik di Maluku Utara pada waktu itu Hal ini dapat kita lihat pada waktu Sultan Temate gagal berdiri secara netral dalam kasus perebutan wilayah antara Kao dengan Malifut Sikap Sultan ini cenderung dibaca sebagai ketakutan Sultan akan kehilangan basis dukungantradisionalnya

S U

mengupayakan kehidupan yang harmonis serta tidak mengenang dan melupakan masa lalu serta tidak saling menyalahkan atau membenarkan diri dan orang lain9

Prospek Perdamaian di Tanah Bergolak

A Poso

Saat ini cenderung telah memasuki m asa rek o n silia si kon flik w alaupun pembunuhan sporadis masih teijadi Perang terbuka berskala besar sudah tidak ada lagi Momentum de-eskalasi terutama teijadi sejak disepakatinya deklarasi M alino Namun demikian dalam konstelasi kehidupan Poso ke jad ian yang berupa penem bakan pemboman dan juga kekerasan individual secara sporadis ternyata masih muncul Apa dan mengapa hal itu teijadi Apakah hal itu masih merupakan bagian perpanjangan dari konflik Untuk mendapatkan jawaban secara pasti hal ini terlalu sulit Sebab analisis yang muncul memang beraneka ragam Suatu analisis melontarkan tuduhan pada aparat keam anan yang d isebu t tidak re la membiarkan Poso menjadi aman kembali dan berusaha mempertahan status quo berupa Poso yang ldquoAman Tapi Mencekamrdquo (ATM) sehingga proyek ldquokeamananrdquo bagi Poso dapat terus dinikmati Namun analisis lain menilai kekerasan sporadis dapat pula dilakukan oleh para korban konflik Poso yang merasa tidak puas terhadap penanganan dan penegakan hukum pemerintah

K ekerasan sporad is dapat pula dianalisis sebagai sebuah rekayasa yang dilakukan oleh kelompok elite yang terancam oleh tangan-tangan hukum Di antara mereka terutama mencakup para pelaku penyimpangshyan dana bantuan yang disalurkan untuk

9 Mereka juga sepakat untuk tidak lagi menggunakan simbol agama apabila terjadi perkelahian antar penduduk sebaliknya saling menolong dan bekerja sama dalam mencari nafkah Deklarasi damai ini kemudian ditindaklanjuti melalui program pemulangan pengungsi Muslim Tobelo yang selama setahun terkatung-katung nasibnya di Temate ke Tobelo Ribuan pengungsi Muslim berasal dari Desa Gamsungi Guruwa Popilo dan Desa Luari lalu disambut oleh pihak sebelah (Kristen) di lapangan Hibualamo

membangun kembali Poso Sebagai upaya penyelamatan mereka melakukan berbagai langkah kekerasan un tuk m em ancing kembali teijadinya konflik antarkomunitas sehingga aparat akan lebih terkonsentrasi lagi menangani persoalan konflik10

B Ambon

Kurang maksimalnya peran negara dalam manajemen de-eskalasi konflik dan intervensi kemanusiaan di Ambon Maluku cenderung m erupakan kesalahan fatal Apalagi pemerintah daerah terkesan hanya menunggu program-program dan dana dari P em erin tah Pusat O leh karena itu penyelesaian konflik di Am bon dapat dikatakan masih ldquosetengah hatirdquo dan belum m enyentuh secara tun tas akar-akar masalahnya Namun di lain pihak suatu kesadaran di kalangan masyarakat Ambon (baik Islam maupun Kristen) telah tumbuh untuk berdamai dan hidup kembali secara normal karena ldquosudah lelahrdquo berperang Proses pem belajaran dari konflik telah mereka dapatkan sekarang sebagaimana pepatah mengatakan bahwa ldquomenang jadi arang kalah jadi aburdquo

Meskipun denyut kehidupan kota Ambon saat ini sudah semakin ldquonormalrdquo pemerintah tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya begitu saja Komitmen pemerintah untuk melaksanakan janji Inpres No62003 untuk m embantu pem bangunan kembali Ambon Maluku serta ikut menyelesaikan

10 Analisis lain memaparkan bahwa kekerasan teijadi sebagai perpanjangan dari dinamika politik lokal Jika di era sebelum konflik didominasi oleh kelompok Islam maka pada era pascakonflik yang teijadi justru sebaliknya yakni dominasi kelompok Nasrani Penjungkirbalikan penguasaan sumber-sumber politik teijadi terutama seiring dengan diberlakukannya kebijakan pemekaran daerah Poso sehingga mengubah komposisi kependudukan yang di era sistem politik berdasar pemilihan langsung sangat berimplikasi pada struktur penjabat di lingkungan legislatif dan eksekutif Memang pengalaman traumatis akibat konflik menyebabkan kedua kelompok sangat berhati-hati untuk mencegah meletusnya konflik yang baru Namun power sharing yang muncul di Poso ldquobarurdquo pascapemilu legislatif 2004 dan Pilkada Juni 2005 jika tidak dikelola sangat dengan mudah memunculkan konflik baru dengan substansi seperti yang lama

8 2

masalah pengungsi masalah kepemilikan tanah bangunan m antan pengungsi pengangguran dan penciptaan lapangan keija serta tugas pemda mewujudkan good local governance tidak bisa ditunda-tunda dalam rangka mengisi dan memelihara momentum rekonsiliasi Bila tidak stabilitas yang masih rapuh saat ini akan kembali hancur Isu ekonomi di Ambon saat ini cenderung telah m ulai m enggeser isu p o litik dan isu kekerasaan

C Maluku Utara

Masa depan perdamaian di Maluku Utara boleh dikatakan masih tetap terbuka Setelah hampir dua tahun saling bunuh telah m em buat m asyarakat le lah Sebagian pengungsi mulai kem bali ke desa yang mereka tinggalkan dan beberapa desa yang tercabik mulai m elakukan upaya-upaya pemulihan Kecuali Tidore di semua wilayah bekas konflik di Malut sebenarnya telah tercapai suatu po la pem ukim an yang memunculkan semacam pembauran relatif Setidaknya hal ini dilihat secara fisik di mana di dalam sebuah desa antara pemeluk Islam dan N asrani sudah dapat hidup berdampingan Pembauran secara fisik dalam pola pemukiman maupun di lingkungan kerja tesebut telah mendorong mulai terjalinnya kontak sosial dan komunikasi sosial yang lebih intens di antara Muslim dan Nasrani walaupun di sisi lain secara umum ada konfigurasi wilayah yang berubah

Perubahan konfigurasi dimaksud ialah kalau dulu konsentrasi pemukiman Nasrani dijumpai di Temate sebelah Utara dan atau di Indonesia di samping tentunya banyak terdapat di Halmahera Utara tetapi kini konfigurasinya berubah dan pusat pemukiman Nasrani berpindah dan lebih terkonsentrasi di Tobelo-Galela atau ke Jailolo Tobelo-Galela kini praktis lebih merupakan daerah yang didominasi oleh mayoritas penduduk Nasrani baik dilihat dari jumlah penduduk maupun penguasaan atas kehidupan ekonomi dan politik setempat Kecenderungan berbeda kita jumpai di Tidore kini Tidore menjadi semakin homogen dan mungkin menambah kesan eksklusif sebagai sebuah wilayah Muslim Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa sebagian besar warga Nasrani memilih tidak kembali ke Tidore karena masyarakat Nasrani Tidore kini terbuka peluang untuk kembali ke tempat yang dirasa lebih ldquonyamanrdquo yakni di Tobelo- Galela-Jailolo kendati di wilayah-wilayah itu antara Muslim dan Nasrani telah belajar untuk kembali hidup bersama secara berdampingan

Resolusi konflik merupakan suatu term ino log i ilm iah yang m enekankan kebutuhan untuk melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka dan membagi proses penyelesaian konflik dalam beberapa tahap sesuai dengan dinamika siklus konflik yakni tahapan de-eskalasi konflik dan intervensi kemanusian dan negosiasi politik Persiapan dan pelaksanaan tahapan problem-solving approach dan tahapan peace building di ketiga wilayah cenderung belum tercapai terutama untuk kasus Poso yang masih lsquojalan di tem p atrsquo pada tahap de-eskalasi dan intervensi keamanan

D alam kon teks te rten tu power sharing keterwakilan etnisitasagama selain kem am puan dalam penetapan bupati (pilkada) di Maluku dan Maluku Utara bisa jadi dianggap sebagai upaya problem-solving approach Upaya menghidupkan Hibualamo program untuk anak di daerah konflik LSM Save The Children di Halut model desa multikultural Wayame di Ambon program focal-point Depsos dan Depag Jembatan Perdam aian dan Forum K om unikasi A ntarum at Beragam a diharapkan bisa menjadi embrio tahapan peace building yang operasional dan berdam pak nyata di kemudian hari

Catatan Penutup

Keterlibatan negara dan masyarakat dalam proses resolusi konflik di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara relatif beragam sesuai keadaan setempat ketika mengalami status darurat militer darurat sipil dan tertib sipil Poso di Sulteng sampai tahun 2005 (era P residen SBY) masih m engalam i kond isi pem bunuhan penembakan dan pengeboman sporadis Hal ini menunjukkan masih ada gejala weak state (negara lemah) atau failure state (negara gagal) de-eskalasi konflik di Poso Langkah perlucu tan sen ja ta dan penghentian kekerasan tampaknya relatif belum berhasil d ilakukan A parat yang m estinya m em adam kan konflik pada aw alnya

8 3

cenderung tidak netra l atau berp ihak membela satu kelompok Bisnis persenjataan dan rasa aman cenderung terasa ada dan tiada Keadaan seolah-olah telah aman tetapi masih mencekam Entry-point pihak ketiga untuk mendamaikan masih belum berhasil

Kondisi Ambon Maluku pun awalnya demikian Bila ditinjau dari tahapan resolusi konflik kondisi pada saat penelitian dilakukan masih dalam tahap persiapan untuk menuju peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Beberapa indikator kondisi konflik masih belum sepenuhnya menuju ke arah peace building karena tahap intervensi konflik masih terlalu banyak persoalan Baru disebut ldquoawalrdquo karena pengaturan hubungan sosial dalam bentuk segregasi tempat tinggal berdasarkan agama masih sangat jelas dan kemampuan pelibatan untuk masuk lewat program rekonsiliasi relatif kurang berjalan maksimal dan dampaknya cenderung belum terlalu besar Namun segregasi tersebut bisa pula dilihat sebagai salah satu upaya jangka pendek untuk mendukung resolusi konflik itu sendiri12

Peran negara dan m asyarakat di Maluku Utara relatif berhasil dalam de- eskalasi konflik dan negosiasi perlucutan senjata re la tif berhasil di Kao Ternate Tidore Tobelo dan Jailolo Pendekatan budaya Hibualamo pun sudah dilakukan di

12 Suatu kecenderungan peralihan kekuasaan dari masa otoritarian dari Soeharto ke BJ Habibie membutuhkan adaptasi karena persoalan-persoalan krisis politik dan ekonomi yang mereka hadapi terlalu besar dengan kapasitas pemerintahan yang rendah dan legitimasi politik yang kurang Bahwasanya penanganan konflik diserahkan ldquosepenuhnyardquo kepada aparat keamanan dengan kontrol yang amat rendah Peran Pemerintah Pusat yang kurang maksimal dalam de-eskalasi konflik tidak ditopang oleh peran pemerintah daerah yang seharusnya dapat menjadi aktor implementasi atas kebijakan-kebijakan de-eskalasi konflik Namun peran ini tampaknya kurang dimaksimalkan karena koordinasi penanganan konflik dikendalikan oleh pihak militer Lemahnya koordinasi dan strategi dalam penanganan konflik dengan alasan bahwa TNI dan Polri takut dianggap melanggar hukum Faktor ini menandai bahwa Indonesia belum memiliki ldquotools of lawrdquo atau perangkat hukum yang mengatur bagaimana TNI dan Polri difungsikan untuk melakukan pengamanan konflik Akibatnya aparat keamanan kurang maksimal berperan dan kelihatan tidak profesional sebagai syarat untuk melakukan de-eskalasi konflik dalam pengertian membuka jalan bagi adanya perdamaian

Halmahera Utara Namun demikian hal ini menim bulkan m asalah dalam intervensi kemanusiaan yaitu penanganan relokasi dan rehabilitasi pengungsi Malut Malut dan Poso di Temate Manado dan Bitung belum tuntas walaupun status pengungsi dinyatakan sudah tidak ada lagi K ebijakan dan program pemberdayaan ekonomi transformasi skills oflife atau kemandirian untuk para pengungsi belum maksimal

Selanjutnya pola relasi masyarakat dan negara dalam tahap pertama dan kedua resolusi konflik bisa pula dijelaskan lebih mendalam dengan mengacu pada elaborasi teori Strategic Choices dari Sung Hee Kim dan kondisi lapangan di daerah13

K elim a indikator tersebut mulai tampak secara berangsur-angsur untuk kasus Ambon di Maluku dan Tobelo-Jailolo di Maluku Utara Untuk Poso Tidore Temate Bitung dan Manado berdasarkan temuan data peneliti di lapangan daerah-daerah itu m asih m engalam i berbagai m asalah pengelolaan pembenahan Desa Wayame di Ambon Maluku secara relatif tampaknya adalah sebuah contoh pelajaran model reso lu si konflik yang am at baik bagi pem erin tah dalam m engem bangkan kebijakan politik (stateplanning) khususnya penataan tata mang di daerah-daerah yang mengalami masalah segregasi sosial dan kependudukan K asus D esa W ayame cenderung m em ilik i ketahanan sosial terhadap konflik dan tidak terseret arus dahsyat konflik karena desa ini adalah sebuah desa yang multietnik dan multikultur serta multiagama Hal ini disebabkan adanya pengaturan dan kesepakatan hubungan sosial (regulate social relationships) M asyarakatnya yang berla tar belakang berbeda tetapi berpendidikan ternyata tidak terimbas oleh konflik yang terjadi Di desa ini konsep pembauran sosial teijadi melalui

13 Lihat Sung Hee Kim etal Sosial Conflict Escalation Stalemate Deescalation (Mc Graw-Hill 2nd Edition 1986) hlm 30

8 4

Tabel P o la H u bu ngan N eg a ra dan M asyarakat da lam R eso lu s i K o n flik

PeranNegara

PeranM asyarakat

Pola Hub Neg- Masy

Kecenderungan Status Daerah

Keterangan

Strong (kuat) Dominan

Strong (kuat) partis ipatif

Trust (saling percaya)

Dem okratis

Am bon Tobelo Ternate (era tertib sipil)

-P ow er sharing p ilkada- Segregasi jk pendek- Desa W ayam e dan kebangkitan H ibuolam o di Halut-Forum Kom unikasi Antar Umat -Jurnalism e damai

Strong (kuat) Dom inan

W eak (lemah) Subordinat

D is-trust (tdk sa ling percaya)

Elitis

Am bon (era darurat m iliter

dan sipil) T idore (era tertib

sipil)

- Segregasi pem ukim an -Kom unitas re la tif homogen

W eak(lemah)Failure(gagal)

Strong (kuat) trust (percaya)

Partis ipatif

D is tn is t (saling curiga)

Volountary (kem andirian)

Jailo lo (darurat m iliter darurat sipil dan tertib

sip il)

- Tentarapolis i m enghilang saat konflik pecah-E n try p o in t oleh TNI re la tif belum berhasil sam pai terbentuk Kelom pok 30 di Ja ilo lo- R e-segregasi re latif berhasil -M ental-healing belum tuntas -Program Jem batan Perdamaian

Weak(lemah)Failure

___(gaga)___

W eak (lemah) Subordinat

D istrust (saling curiga)

Om mision (kekosongan)

Poso Sulteng (Habibie Gus

Dur Mega SBY)

-Perlucutan senjata belum tuntas -P ow er sharing p ilkada belum m em buahkan rasa aman

Diolah dari mengelaborasi teori Joel Migdal oleh Syafuan Rozi amp Septi Satriani P2P LIPI Desember 2005

Catatan Indikator yang digunakan untuk mengukur kuat atau lemahnya peran negara dan masyarakat adalah kriteria1 Zearfersipkepemimpinan negara dan masyarakat2 Statepannmgperencanaan negara dan partisipasi masyarakat3 Capacities to penefrafekemampuan pelibatan untuk masuk (entry point)4 Regulate social relationshipspengaturan hubungan sosial5 Extract resources and appropriate or use resources in determined wayspengelolaan sumber daya yang langka dan

diperebutkan dalam bentuk keadilan dan sharing (berbagi)

interaksi sosial yang tidak bersifat simbolik tetapi lebih pada interaksi sosial yang semestinya Ketika konflik terjadi kesadaran tum buh di antara m ereka untuk saling berbagi menjaga dan melindungi di antara kedua komunitas Islam dan Kristen yang ada di sana (extract resources and appropriate or use resources in determined ways)

Kebangkitan budaya ldquorumah besarrdquo Hibuolamo dan power sharing Kristen-Islam dalam jabatan bupati hasil pilkada langsung di H alut pun b isa d ijad ikan m odel rekonsiliasi di Maluku Utara Hubungan negara dan masyarakat di Tobelo era tertib sipil misalnya cenderung berangsur menuju pola saling percaya (trust) Berikut ini bagan kecenderungan peran negara masyarakat dan pola hubungannya pada tahapan de- eskalasi dan intervensi kemanusiaan

Upaya-upaya pemulihan keamanan yang dilaksanakan oleh aparat keamanan di Poso cenderung menemui beberapa kendala Kendala pertama berkaitan dengan masih adanya dendam di kalangan para kelompok radikal Kelompok yang dimaksud adalah kelompok yang dulu pernah terlibat konflik dan juga dulu pernah m enjadi korban Kelompok ini tidak berada pada masyarakat secara um um nam un hanya pada sekelom pok kecil m asyarakat saja Kelompok ini umumnya bersikap pasif dan tidak mau bekerja sama dengan aparat keamanan dalam mencari pelaku

K endala yang kedua berkaitan dengan sistem kependudukan yang tidak diatur dengan baik Semenjak meletusnya konflik Poso hingga ke masa pascakonflik sistem kependudukan Poso belum ada penataan Pada saat terjadinya konflik

8 5

Tabel D ua Tahap R esolusi K onflik Peran dan H ubungan N egara-M asyarakat

TahapanResolusiKonflik

W ilayah State Position Society Position State-SocletyRelation

De-eskalasi Sulteng (Poso) Weak (lemah) Failure (gagal)

Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

ContendingMaluku (Ambon) Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

ContendingMaluku UtaraTobelo-Galela Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

Temate Weak (lemah) Failure (gagal)

Weak (lemah) Subordinat pasif

DiffusedDistrust (Kabur saling

curiga)

Jailolo Weak (lemah) Failure (gagal)

Weak (lemah) Subordinat pasif

DiffusedDistrust (Kabur saling

curiga)

Tidore Weak (lemah) Distrust Weak (lemah)

Subordinat pasif

DiffusedDistrust (saling curiga)

ContendingIntervensi kemanusiaan dan negosiasi

Sulteng (Poso) Weak (lemah) Failure (gagal)

Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

DiffusedDistrust (saling curiga)

Contendingpolitik Maluku (Ambon) Patronage

Menyediakan penengah (provide mediation) Trust

Semi-PartisipatifTrust

PyramidaiElitis

Problem Solving

Maluku UtaraTobelo-Galela Patronage

Menyediakan penengah (provide mediation) Trust

Mengangkat identitas bersama

(Foster shared identities)

Problem Solving

Temate Patronage Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

PyramidaiElitis

Jailolo Menyediakan penengah (provide

mediation)

Semi-Partisipatifinisiatif

Volountary(kemandirian)

Trust

Problem Solving

Tidore Patronage Weak (lemah)

Distrust salah satu pihakkeduanya

mengundurkan diri

PyramidaiElitis

Withdrawal

Diolah oleh Syafuan Rozi Emilia Yustiningrum amp Septi Satriani P2P LIPI Desember 2005Keterangan Trust = saling percaya Distrust = masih saling tidak percaya Contending = saling bersaing Problem Solving= sama-sama berupaya memecahkan masalah Yielding= sama-sama memberi konsensimengalah Withdrawal = salah satu pihak keduanya mengundurkan diri

86

beberapa kepala desa mengungsi ada pula yang te tap tinggal di w ilayah ini Permasalahan muncul ketika datangnya para pengungsi dari daerah lain yang menempati wilayah tersebut dan belum didaftar dengan baik Akibatnya orang menjadi sangat mudah masuk dan keluar dari wilayah Poso dan kesulitan dalam melacak pelaku bila teijadi kekerasan Sistem siskamling juga tidak dijalankan sehingga tidak bisa mendukung kinerja aparat keamanan14

Faktor trauma di kalangan anggota masyarakat masih begitu kuat karena konflik yang pemah teijadi Hancurnya sarana ibadah baik Muslim dan Kristen belum diperbaiki daerah kosong karena penduduknya yang mengungsi dan belum berani kembali ke tempat asal Selain itu hal ini berkenaan dengan m asalah hak-hak perdata m ilik pengungsi yang belum diperbaiki karena mereka yang mengungsi ini meninggalkan rumah dan tanah perkebunan sehingga pemilik tidak lagi menguasai rumah yang ditinggalkan dan lahan perkebunan yang telantar

Konflik yang berlangsung antara 1999-2000 telah mengubah pola hubungan konfigurasi etnik-agama di Maluku Utara Pusat pemukiman Nasrani kini cenderung lebih terkonsentrasi di Tobelo-Galela atau ke Jailolo baik dilihat dari jumlah penduduk maupun penguasaan atas kehidupan ekonomi dan politik setempat Kecenderungan berbeda kita jumpai di Tidore Kini Tidore menjadi semakin homogen dan mungkin menambah kesan eksklusif sebagai sebuah wilayah Muslim Dengan kata lain walaupun kalau dilihat dari pemukiman penduduk telah terjadi pembauran antara Muslim-Nasrani

14 Masih banyak sisa-sisa amunisi dan senjata api yang disimpan oleh masyarakat Senjata tersebut masih banyak yang disimpan meskipun sudah banyak juga yang telah diserahkan kepada aparat keamanan Aparat keamanan sendiri sudah berusaha memancing dengan pemberian hadiah-hadiah untuk anggota masyarakat yang bersedia menyerahkan senjatanya namun sebagian kelompok masyarakat ini tidak mau menyerahkan senjata mereka Kelompok ini masih memiliki ketakutan apabila nanti sewaktu-waktu diserang dan mereka tidak bisa membela diri

namun pascakonflik masyarakat berada pada titik di mana hubungan antara Islam-Kristen berupa saling menguatkan identitas ideologis masing-masing Kecenderungan demikian ten tu harus d ike lo la dengan baik dan d iperhatikan oleh pem erintah Hal ini disebabkan beberapa wilayah khususnya di Tobelo masih memperlihatkan kecenderungshyan tiap -tiap p ihak un tuk m enggalang kekuatan di bidang ekonomi dan politik

Tahapan rekonsialiasi di M aluku U tara akan terganggu b ila pem erintah m engabaikan un tuk m engem bangkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pascapengem balian ke daerah asal Pengungsi masih menginginkan program relokasi dan rumah tinggal tetap walaupun dengan program kredit murah Kerusuhan te lah m em buat lahan-lahan pertan ian perkebunan perikanan alat-alat produksi menjadi hancur sementara masyarakat masih mengandalkan mata pencahariannya dari sektor-sektor tersebut Pemerintah perlu memberi perhatian untuk pemberdayaan masyarakat agar bisa melanjutkan hidup misalnya untuk petani bagaimana pemerintah bisa membantu alat-alat pertanian dan alat- alat produksi Peran dan pola hubungan masyarakat dan negara yang semula kabur arogan dan kurang partisipatif (diffused elitis-pyramidal) bisa menimbulkan kendala dalam resolusi konflik di waktu mendatang15

15 Program intervensi kemanusiaan sebagai bagian resolusi konflik di Maluku Utara dan Maluku masih menghadapi kendala besar berhubung fakta adanya benang kusut masalah penanganan pengungsi di mana ribuan pengungsi masih tertahan di Kota Temate Banyak pengungsi belum menerima BBR (Biaya Bangun Rumah) dan bekal hidup Pengungsi sendiri menolak pulang bila BBR dan bekal hidup belum diberikan Kisruh masalah ini terkait erat dengan terjadinya banyak penyimpangan dan tidak seriusnya pemerintah daerah mdashdalam hal ini khususnya Dinas Sosial Provinsimdashdalam menangani program pemulangan pengungsi Penyimpangan yang banyak teijadi adalah akibat negara belum tegas dalam hukum dan tokoh pengungsi tidak dilibatkan secara partisipatif duduk satu meja membuat rencana ke depan dan membuka pendanaan yang transparan Alokasi dana pengungsi bagaikan sebuah bagi-bagi proyek di lapangan Begitu pula penanganan pengungsi di Ambon Maluku masih dalam keadaan yang relatif sama Butuh keseriusan dan koordinasi berbagai pihak yang lebih baik untuk kepentingan bersama

8 7

Usulan Rekomendasi

Ada beberapa langkah yang sebenarnya dapat dilakukan sebagai langkah awal m erentas ja lan pan jang perdam aian pascakonflik sebagai berikut

1) Pertama pembagian kekuasaan secara bergilir Sentimen perebutan jabatan politik birokrasi berdasar garis komunal mdash bagi daerah yang baru saja te rliba t konflik komunalmdash perlu segera diredam dengan power-sharing atau keterw akilan atau pergiliran etnisitas dalam kekuasaan Suatu kota yang m ayoritas didom inasi agama tertentu bisa saja pejabatpegawai yang diangkat sebagaim ana garis keagamaan penduduknya sedangkan yang seimbang perlu ada perimbangan dan pergiliran agar tidak terjadi eskalasi konflik Kedua peran pem erin tah daerah m em bangun early warning system menjadi penting karena berdasarkan pengalaman konflik yang pemah ada dan juga masih beragamnya potensi konflik yang bisa muncul bisa dideteksi lebih dini

2) Kasus desa Wayame Saparua Maluku cenderung bisa m enjadi sebuah contoh pelajaran model resolusi konflik yang baik bagi pemerintah dalam mengembangkan kebijakan politik khususnya penataan tata ruang di daerah-daerah yang mengalami masalah segregasi sosial dan kependudukan Desa Wayame memiliki ketahanan sosial terhadap konflik dan tidak terseret arus dahsyat konflik yang te rjad i karena m ultie tn ik dalam ku ltu r serta agam a penghuninya Di desa ini konsep pembauran sosial teijadi melalui interaksi-interaksi sosial yang tidak bersifat simbolik tetapi lebih pada interaksi sosial yang semestinya Ketika konflik terjadi kesadaran tumbuh di antara mereka untuk saling menjaga dan melindungi di antara kedua komunitas Islam dan Kristen yang ada di sana Kesadaran bukan tumbuh sesaat tetapi melalui proses interaksi sosial yang panjang Pendidikan menjadi salah satu

faktornya hanya dapat dibangun melalui penciptaan masyarakat yang membaur lewat pendidikan multikultural sebagai instrumen katalisator untuk saling menghormati

3) Perlu dibangun kesadaran masyarakat agar tidak mudah diprovokasi oleh pihak lain yang ingin mencari keuntungan sendiri di samping upaya penegakan hukum serta perlunya jaminan kesejahteraan bagi aparat keamanan agar tidak menyalahgunakan posisinya untuk kepentingan pribadi Di samping itu perlu juga dipikirkan kesejahteraan secara ekonomi masyarakat sebab kemiskinan merupakan ladang empuk bagi orang-orang yang tidak bertanggung jaw ab (provokator) untuk menjadikan mereka (orang-orang miskin tersebut) sebagai a lat pencapai tujuan provokator Program membangun Malut sebagai tujuan wisata memerlukan pelibatan masyarakat menyediakan penginapan home stay di rumah keluarga Untuk daya tariknya pemda dan masyarakat bersinergi membuat festival rakyat berkala dengan berbagai tema sentra kerajinan pasar seni pasar jajanan dan oleh-oleh budi daya hasil kelautan wisata dan olahraga bahari

4) Untuk menangani pengungsi kembalikan w ew enang kepengurusan pengungsi di tangan pemerintah daerah tingkat kabupaten dan d ihapus w ew enang p ihak ketiga (kontraktor) dalam hal ini melibatkan tokoh pengungsi sebagai team-work Pemberian dana bantuan BBR dan biaya lauk pauk agar bersam aan seh ingga dana yang sudah disalurkan tidak dialihkan untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari Hal ini memerlukan koordinasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten dalam hal data sehingga tidak ada lagi kesimpangsiuran di lapangan Kalau perlu masalah pengembalian pengungsi tidak hanya d ilakukan secara sepihak oleh pem erintah dan harus mulai melibatkan tokoh-tokoh masyarakat baik adat dan agama sehingga kem ungkinan m enjadikanpengungsi untuk komoditas dapat dihindari

8 8

Daftar Pustaka

Chauvel Richard 1990 Nationalists Soldiers and Separatists Leiden KITLV Press

Sung Hee Kim et al 1986 Sosial Conflict Escalation Stalemate Deescalation Mc Graw-Hill 2nd Edition

Kriesberg Louis 2003 Constructive Conflicts From Escalation to Resolution Maryland Rowman and Littlefield Publisher Inc

Varshney Asutosh 2002 Ethnic Conflict and Civic Life Hindus and Muslim in India New York Yale University Press

R esu m e

MINORITAS MUSLIM DI AUSTRALIA DAN INGGRIS

Indriana Kartini

Abstract

The w ar against terrorism has becom e the main topic and spread a ll over the w orld since the bombing o f WTC building in Septem ber 11 2001 The issue is that rather fighting terrorist as the actor o f terrorism the war is blured with fighting M oslem peop le as the most victim ized as the actor o f terrorism M oslem s in Australia and United Kingdom two countries that becom e close supporter o f USA in the w ar against terrorism has suffered o f negative pu blic perception It is interesting to analyse po licy in those two U S rsquo close allies The research that has been conduct com pares p o licy o f Australia and Britain after the bombing Im age o f M oslem community in those countries is shaped by the role o f mass media as the source o f opinion The w ar against terrorism has negative

effect that it is victimizing M oslem community as the source o f terror

Isu terorisme merebak ke penjuru dunia khususnya pascatragedi pengeboman WTC di New York pada 11 September

2001 Tujuan m endasar dari ldquoperang melawan terorismerdquo yang dikumandangkan Amerika Serikat menyusul peristiwa 11 September akhirnya menjadi kabur yakni antara memerangi terorisme atau memerangi Islam Penggalangan dukungan dari negara- negara lain yang diprakarsai AS untuk melakukan perang melawan terorisme lebih tampak sebagai penggalangan sikap untuk turut mencurigai setiap kelompok Muslim Oleh sebab itu sikap an ti-Islam yang diwujudkan melalui teror dan intimidasi terhadap kelom pok m inoritas M uslim m uncul di beberapa negara term asuk Australia dan Inggris khususnya mereka yang diduga mempunyai keterkaitan dengan jaringan teroris internasional

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Indriana Kartini (koordinator) Afadlal Hamdan Basyar Riza Sihbudi Sri Nuryanti Dhuroruddin Mashad

Penulis adalah peneliti pada Bidang Penelitian Politik Internasional P2P LIPI Jakarta

Hubungan Muslim dan Non-Muslim di Australia Tataran Masyarakat

Hubungan Muslim dan non-Muslim di Australia mengalami pasang surut Hal ini diakibatkan oleh banyak faktor misalnya soal kesejarahan perkembangan situasi yang kom pleks dengan adanya isu-isu baik nasional m aupun in te rnasional dan generalisasi yang berlebihan atas eksistensi komunitas Muslim di Australia

Dari sisi sejarah datangnya Islam di A ustralia diyakini dibaw a oleh pelaut Makassar pemburu tripang pada tahun 1750 kemudian terjalin hubungan dagang dan perkawinan campuran Fase berikutnya pem erin tah A ustra lia m endatangkan pengendara unta dari Afghanistan yang awalnya dipakai untuk mengatasi keadaan alam yang sangat sulit Pada perkembangan berikutnya m ereka diberdayakan untuk membangun jalur telegraf dan jalur kereta yang disebut Ghan Train Fase selanjutnya banyak berdatangan imigran dari negara- negara Eropa dan Timur Tengah Imigran dari negara Eropa memang tidak signifikan bagi

91

perkem bangan kom unitas M uslim di Australia Namun demikian kedatangan imigran dari negara-negara Arab dan Timur Tengah sangat signifikan dalam sejarah perkembangan Islam di Australia

Beberapa hal yang m empengaruhi hubungan antara masyarakat Muslim dan non -Muslim di Australia yaitu dilihat dari jumlah kelom pok keagam aan (relative size o f groups) tidak adanya overlapping antara agam a yang berbeda tidak adanya ghettoisasi dan tidak adanya politisasi atas perbedaan yang ada yang pada dasarnya m em pengaruhi pasang surut hubungan antarmasyarakat itu Dari hal-hal tersebut suatu kesim pulan dapat d itarik bahwa meskipun hubungan antara Muslim dan non- Muslim terkadang mengalami fluktuasi namun masih dikatakan wajar yang artinya tidak mengarah kepada pengucilan permanen atas kelompok Muslim

Pesatnya perkembangan komunitas Islam di Australia pada gilirannya tidak lagi d ianggap sebagai fak to r yang tu ru t menggerakkan perekonomian di Australia tetapi kemudian dilihat sebagai bagian yang ldquom em bahayakanrdquo kelangsungan hidup komunitas kulit putih di Australia yang didominasi budaya Anglo-Saxon Sebagai akibatnya hal ini memunculkan kebijakan yang membatasi perkembangan komunitas Muslim dengan dikeluarkannya kebijakan White A ustralia Policy 1901

Kebijakan ini berpengaruh terhadap menyurutnya kedatangan imigran dari Timur Tengah dan negara Arab Setelah kebijakan tersebut d irev isi pada tahun 1958 dan akhirnya dihapus sama sekali pada tahun 1972 barulah komunitas Islam di Australia menggeliat lagi dengan banyaknya imigran dari negara-negara Arab dan Timur Tengah

Sebagaim ana disinggung di atas hubungan an tarm asyarakat m engalam i pasang surut tergantung pada isu-isu yang mewarnai perkembangannya Hubungan antarm asyarakat pada dasarnya terjalin dengan baik Selam a ini pem erin tah

A u stra lia dan m asyarakat A ustralia menghormati pelaksanaan asas multikultur A ustralia Nam un dem ikian hubungan memburuk manakala ada isu internasional yang merupakan generalisasi berlebihan atas suatu persoalan atau stigma atas kelompok M uslim A u stra lia yang kem ungkinan dipengaruhi oleh opini-opini yang dibangun m edia m assa Stigm a kedekatan Islam dengan terorisme Arab dan lain-lain yang menyudutkan umat Islam di Australia pada beberapa peristiw a telah memunculkan tindakan diskrim inatif bahkan kekerasan seperti ketika dilakukan sweeping pada komunitas Muslim Australia pascapeledakan Bom WTC dan Bom Bali

Media massa memegang peran penting dalam pembentukan opini publik khususnya yang berkaitan dengan eksistensi kelompok Muslim Meskipun dalam perkembangannya kelompok Muslim ini mengorganisasi diri dalam berbagai bentuk organisasi dari organisasi formal yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan sampai organisasi radikal diskursus yang berkembang dalam m asyarakat A u stra lia khususnya yang berkaitan dengan fundam entalism e atau terorisme tidak harus dihubungkan dengan keberadaan organisasi Islam ini Sayangnya m edia m assa te rkadang bias dalam pemberitaannya sehingga sikap masyarakat yang tidak berlebihan atas suatu hal diekspos besar-besaran oleh media Hal ini sering m enim bulkan salah persepsi mengenai eksistensi komunitas Muslim di Australia dan keterkaitannya dengan isu-isu terorisme D engan sem angat m ultiku ltu ra lism e seharusnya bisa dibangun kondisi yang lebih kondusif bagi munculnya pemahaman yang komprehensif mengenai komunitas Muslim di Australia

Kebijakan Pemerintah Australia terhadap Minoritas Muslim

r

K ebijakan pem erin tah federal Australia terhadap minoritas Muslim beijalan dalam ruang politik yang dikuasai oleh dua

9 2

kekuatan politik yaitu gerakan konservatif dan gerakan progresif Kedua kekuatan politik itu sesuai dengan sistem yang berlaku di Australia selalu berusaha membangun keb ijakan serasi seh ingga ben tuknya merupakan pelbagai variasi penerapan nilai- nilai liberalisme Persamaan sikap kedua kekuatan politik yang paling menonjol adalah konsistensi m ereka dalam m enjalankan prinsip sekularisme dan praktik pemerintahan Westminster Kedua konsistensi ini telah menempatkan komunitas Muslim Australia sebagai objek yang harus m engalam i sosialisasi nilai-nilai liberal dan peradaban Barat

Kedua kekuatan politik yang dalam praktik kenegaraan terwakili oleh Partai Liberal dan Partai Buruh selalu berusaha m enegakkan n ila i-n ila i seku ler dalam masyarakat Manifestasinya ialah memegang teguh peradaban Barat yang memisahkan kegiatan-kegiatan sosial politik dari kegiatan- kegiatan keagam aan Peradaban Barat m enganggap keg iatan sosia l po litik m asyarakat sebagai urusan m asyarakat sendiri Oleh karena itu kedua kekuatan po litik te rseb u t akan sela lu m elihat komunitas Muslim sebagai komunitas yang tidak mengunggulkan identitas keagamaan dalam pergaulan kemasyarakatan Program multikulturalisme tampak sebagai koleksi budaya dan bukan koleksi cita-cita kelompok sosial beragama Kelompok sosial Islam dianggap sebagai bagian dari koleksi budaya tersebut

Kedua kekuatan politik juga sepakat menjaga sistem politik yang merupakan warisan Inggris di mana parlemen memiliki otoritas tertinggi dalam penyelenggaraan pemerintahan Sementara itu pemerintah merupakan bagian dari parlemen tersebut Konsekuensinya semua undang-undang harus bersumber pada aspirasi masyarakat dan tidak boleh m engam bil ru jukan keagamaan Mereka menganggap kedaulatan Tuhan tidak bisa hidup dalam praktik politik di A ustralia M ereka ju g a cenderung

melakukan liberalisasi komunitas Muslim dengan tujuan menanamkan nilai-nilai liberal dan peradaban Barat

Percaturan kekuatan politik yang melibatkan kedua gerakan tersebut telah m elandasi kebijakan pem erintah federal melakukan pengawasan yang amat ketat kepada kelompok-kelompok sosial Islam yang d ituduh te ro ris U ndang-undang antiterorism e m enjadi beban psikologis komunitas Muslim karena merasa selalu menjadi sasaran operasi intelijen dan polisi federal Akan tetapi percaturan kekuatan politik juga melandasi persamaan hak-hak kom unitas M uslim serta m endapatkan jaminan hidup sesuai prinsip welfare state Misalnya pemerintah memberikan subsidi kepada lembaga-lembaga pendidikan dan kemasyarakatan Islam

Minoritas Muslim di InggrisTataran Sosial

Meski tak ada informasi pasti kapan tepatnya agama Islam masuk ke Inggris tetapi setidaknya terdapat catatan yang menyebutkan bahwa pada abad ke-10 telah ada Muslim yang menginjakkan kakinya di negeri yang disebut Al Bartun itu Kaum Muslim kian banyak dijumpai di Inggris terutama terjadi di era imperialisme dan kolonialisme Inggris yang mencaplok banyak wilayah Timur yang komunitasnya mayoritas Islam termasuk khususnya dari Asia Selatan Seiring dengan hadirnya ldquokomunitas baru in irdquo sejak 1919-an m ulai berm unculan boarding-house (rumah kontrakan) yang didirikan sekaligus dihuni oleh komunitas Islam

B erdasar data yang d iterb itkan Minority Rights Group International pada Agustus 2002 tergambar bahwa komunitas Muslim tersebar Muslim terbanyak tinggal di London (1 juta) lalu Bradford (82750) Scotland (60000) Wales (50000) Leeds(3 0 0 0 0 ) O ldham (25 000) L ecester(25000) Birmingham (150000) dan Irlandia

9 3

U tara (4000) Dari seluruh kom unitas Muslim sebagian besar berasal dari sub kon tinen Ind ia Turki serta sebagian keturunan Timur Tengah dan atau Afrika

Generasi awal Muslim Inggris tidak semuanya kaum pendatang Shaikh Abdullah Quilliam adalah salah satunya Keislaman mualaf yang intelektual dan aktivis ini diikuti banyak orang termasuk sejumlah ilmuwan bereputasi Sebagai intelektual Quilliam sangat produktif dalam menulis tentang Islam Bahkan tulisannya berjudul ldquoThe Faith of Islamrdquo diterjemahkan ke dalam 13 bahasa Tak sedikit komunitas Inggris pada tahun 1880-an tertarik menjadi Islam lantaran terpengaruh tulisan dan aktivitas Quilliam ini Tahun 1891 Quilliam mendirikan masjid dan akademi yang mengelola bermacam-macam kegiatan seperti sekolah literary society oriental library museum serta menerbitkan jurnal The Crescent (terbit mingguan) dan Islamic World (terbit bulanan)

Salah satu organisasi yang sangat berjasa dalam pengembangan Islam Inggris adalah Pan-Islamic Society (PIS) yang didirikan Dr Abdullah Suharawardy yang berusaha m enghilangkan salah persepsi tentang Islam di lingkungan masyarakat non- Muslim Sebagai upaya memperkokoh PIS akhir abad k e-19 Dr Leitner mendirikan Woking Mosque m enjadi tonggak awal hadirnya sebuah masjid di London Woking Mosque ini punya pengaruh reg ional melakukan korespondensi sangat intensif dengan m uslim di luar Inggris seperti Belanda Norwegia Swedia Hungaria dan lain-lain yang dipublikasikan pula dalam Islamic Review

Dalam konteks kekinian strategi pendidikan dalam mempersiapkan generasi muslim modem dalam konstelasi dunia Barat tetap berlanjut Sekolah model ini bukan saja berguna untuk m em bangun kesadaran keberagam aan an tara M uslim dengan penganut agama lain tapi juga dengan sesama Muslim lain yang sebagian besar datang sebagai imigran dari banyak negara

Karena ada ldquolampu hijaurdquo dari pemerintah institusi pendidikan Islam berkem bang bahkan sampai tingkat perguruan tinggi seperti The Muslim College di London atau Markfteld Institute ofHigher Education The Institute o f Higher Islamic Daruul Uloom (L eiceste r) B ahkan di lingkungan pendid ikan k o n serv a tif seperti Oxford University telah berdiri Oxford Centre Islamic Studies (OCIS)

Dalam konteks ekonomi Muslim hal ini semula mengalami problem di dunia perbankan dengan sistem konvensional Setelah melalui lobi bertahun-tahun akhirnya HSBC mulai Juli 2003 mengadopsi sistem pendanaan Syariah lalu menyusul Islamic Bank ofBritain di London (September 2004) dan pada Maret 2005 diikuti Lyods TSB bank terkemuka di Inggris Memang beberapa kasus perlakukan tidak adil terhadap Muslim m asih te rjad i ba ik dalam hubungan antarindividu dunia usaha ataupun seputar isu jilbab di lembaga pendidikan Namun demikian problem itu dapat diselesaikan melalui jalur hukum secara relatif adil

Sebagian besar m igran M uslim berasal dari pedesaan asal negaranya suatu lokasi mdashyang berbeda dengan perkotaanmdash yang pengaruh w esternisasi dalam ide norma gaya dan cara hidup belum masuk secara intensif dalam kehidupan mereka K etika berm igrasi ke Inggris m ereka mengalami sebuah keterkejutan budaya sebagai akibat menghadapi sebuah komunitas baru yang sangat berbeda Terkait dengan persoalan ini mereka setidaknya meliputi tiga kelompok Muslim Pertama ldquokelompok fanatikrdquo Realitas politik internasional yang sangat tidak menguntungkan Islam adanya p o litik s tandar ganda dari kekuatan hegemoni dan adanya semangat kebangkitan Islam di seluruh dunia ikut mempengaruhi pem ikiran sebagian M uslim Inggris ini Kedua kelompok yang masih mencampurshyadukkan ajaran Islam dengan kultur sesuai dengan garis etnisitasnya Sebagai bagian terbesar dari komunitas Muslim Inggris

9 4

mereka cenderung longgar terhadap sebagian kultur Barat namun sangat anti pada bagian lain Ketiga kelompok muslim kebarat- baratan yang jumlahnya sangat kecil

Terutama bagi kelompok Muslim fanatik problematika sosial yang sering kali muncul antara lain (a) Soal pendidikan gaya Barat (inggris) yang tak ada aturan apalagi batasan hubungan beda kelam in dinilai bertentangan dengan nilai Islam dan kultur asal mereka Realitas ini mendorong mereka berusaha m ewujudkan institusi sekolah tersendiri (b) Mainstream media massa serta dunia hiburan menurut parameter mereka dinilai te rla lu vulgar m enjadi fak tor penyebab penyim pangan tingkah laku generasi muda (c) A turan hukum legal form al Inggris belum m am pu m engshyakomodasi syariah dalam kehidupan umat Islam (d) Mereka terkadang dihadapkan larangan pelaksanaan salat (apalagi Jumat dan hari besar Islam) pada jam-jam kantor jam sekolah jam pabrik (e) Fasilitas-fasilitas umum (seperti pem andian umum) sulit dimanfaatkan kaum muslimah tanpa harus melanggar keyakinan kultural keagamaanshynya Realitas-realitas tadi menyebabkan kaum M uslim sebagai warga m inoritas keagamaan terbesar tetap merasa diabaikan pemerintah bahkan oleh masyarakatnya

Di tengah upaya konsolidasi umat ini komunitas Muslim juga menghadapi problem in ternal ak ibat faksionalism e dalam kehidupan keagamaan seperti (1) Isu-isu kemurnian ajaran agama seperti Barelvi (pengaruh Asia Selatan) vs Wahabi (pengaruh Arab Saudi) (2) Isu-isu sosial politik seperti antara pengikut Jamaah Tabligh yang ldquoa- politisrdquo vs Jam aat Islami dan Ikhwanul Muslimin yang kental dengan politik (3) Isu regionalisme akibat beda asal negara asal wilayah dengan latar belakang bahasa etnis kultur dan kebiasaan berbeda M ereka m erasa lebih sreg berhubungan dengan komunitas Muslim yang sama latar belakang asalnya (4) Ghetto Komunitas Muslim tinggal mengelompok dalam komunitas

Muslim sendiri guna mencegah lahirnya generasi Muslim yang asing terhadap Islam

Persepsi tentang Islam di dunia Barat termasuk Inggris telah terbentuk selama berabad-abad Meskipun selama waktu itu telah terjadi suatu proses untuk memahami Islam di dalam komunitas Barat namun realitas konflik sering kali masih terjadi Dalam konteks ini peran berita-berita di banyak media secara krusial terlibat dalam realitas ini bahkan ikut bertanggung jawab terhadap terbangunnya apa yang disebut ldquothe elite racismrdquo di Inggris di mana Muslim sering kali terkonotasi dengan barbar ignoran berpandangan sempit semi-citizen teroris gila penganut agama yang sangat tidak toleran Diskursus media massa Inggris yang secara ideo log is bernuansa anti- Muslim menjadi sangat mengental terutama sejak Revolusi Iran tahun 1979 Sejak saat itu terutama sejak terungkap dalam banyak berita is tilah fundam entalism e terus disejajarkan dengan Islam tentu saja dalam pemaknaan negatif

Sikap media seperti itu makin parah seiring dengan polemik buku The Satanic Verses tulisan Salman Rushdi Demonstrasi dengan membakar buku oleh Muslim sebagai s im bolitas ke terlukaan hati akibat penghinaan oleh m edia diliput dengan komentar-komentar yang lebih merefleksikan penilaian tentang karakter keagamaan yang m eletup-letup di kalangan Islam Sifat tersebut dilabeli sebagai membahayakan peradaban Barat Fokus komentar lebih terfokus pada isu-isu emosional Muslim ancaman kem atian fundam entalis abad pertengahan fanatisme serta militanisme Bahkan istilah-istilah ldquoMad Mullahs Iranian terrorist Mad Dog Gadaffirdquo yang sering kali m ew arnai m edia ikut m enyuburkan terbangunnya image negatif bagi komunitas Muslim1 Dalam konteks ini suara Muslim 1

1 Tahir Ababas ldquoMedia Capital and the Representation of South Asian Muslims in the British Press an Ideological Analysisrdquo Institute o f Muslim Minority affairs 2001 hlm 254

9 5

tak dapat ditangkap secara ldquojernihrdquo oleh komunitas Inggris pada umumnya Mereka tak memiliki kemampuan dan platform untuk mengajukan keberatan apalagi menjelaskan tentang berbagai hal yang secara distortif diberitakan media Problem seperti ini makin akut bagi Muslim Inggris terutama setelah tragedi WTC 9 September 2001 yang diikuti pula oleh tragedi Bom London 7 Juli 2005

K ebijakan Pem erintah Inggris terhadap M inoritas Muslim

Sejak awal Inggris Raya (Great Britain) terdiri dari masyarakat yang berasal dari empat kebangsaan yang berbeda yakni Inggris Skotlandia Wales dan Irlandia M ereka m enjadi sebuah negara ldquomultinasionalrdquo Mereka bersatu dalam satu identitas po litik dengan budaya yang berbeda Multikultural adalah slogan yang dikembangkan oleh Inggris

Konsep kewarganegaraan Inggris sebagai identitas politik dengan perbedaan berbagai bangsa tersebut menyebabkan para imigran dari bekas wilayah jajahan Inggris yang datang ke sana diperlakukan dengan baik dan diterima dalam sistem politik yang ada M ereka diperlakukan sebagaim ana bangsa Wales Irlandia maupun Skotlandia Kondisi itu telah menciptakan bangsa Inggris dengan kultur masing-masing Akan tetapi ketika ternyata para imigran tersebut banyak berdatangan ke sana maka ada kebijakan yang membatasinya Hal ini kemudian bershykembang pula apa yang disebut dengan sebutan ldquopatrialrdquo Istilah itu mengacu kepada orang-orang Inggris (British) asli yaitu yang berasal dari Inggris (England) W ales Skotlandia dan Irlandia serta keturunan mereka Istilah itu menimbulkan konotasi diskriminasi Warga yang bukan ldquopatrialrdquo tidak diperlakukan sama dengan warga yang ldquopatrialrdquo

Walaupun secara formal Inggris m enerapkan keb ijakan yang no n shydiskriminasi tetapi pada kenyataannya istilah tersebut telah menim bulkan sikap yang

diskriminatif Dalam kehidupan sehari-hari para ldquopatrialrdquo memperoleh hak istimewa sedangkan nonpatrial menjadi warga negara ldquokelas duardquo

Sikap tersebut juga muncul terhadap para M uslim di Inggris M ereka yang kebanyakan berasa l dari para im igran dianggap nonpatrial yang berarti tidak diutamakan dalam kehidupan di Inggris M ereka m engalam i d isk rim inasi yang berkaitan dengan pengamalan agama Islam

P aling tidak dua a tu ran hukum Inggris m em punyai dam pak signifikan terhadap keh idupan M uslim di sana Pertam a the Race Relations Act Undang- undang te rseb u t m elarang adanya diskriminasi berdasarkan ras dan etnis dalam berbagai kegiatan tetapi hak beragama tidak termasuk dalam undang-undang tersebut Dengan demikian Muslim di Inggris tidak m em punyai p ijakan hukum untuk mempertahankan haknya sebagai Muslim bila ada pihak lain yang melarang mereka ketika tengah m enjalankan kehidupan keberagam aannya M isalnya pada hari Jumat laki-laki M uslim dilarang untuk m elakukan salat Jum at atau M uslim ah dilarang mengenakan hijab (jilbab)

Kedua the Public Order Act yang dibuat pada tahun 1986 Undang-undang ini mencegah adanya dorongan kebencian rasial Selain itu the Crime andDisorderAct dibuat pada tahun 1998 U ndang-undang ini menciptakan kategori baru dalam tindakan rasial yang tidak menyenangkan termasuk penyerangan perusakan dan pelecehan Akan tetapi berbagai tindakan kebencian keagamaan yang ditujukan kepada para Muslim kembali belum tercakup dalam aturan-aturan tersebut Kondisi itu dapat m elah irkan perasaan te ra lien asi dan terpinggirkan di kalangan Muslim di sana Akibatnya mereka tidak dapat melakukan keh idupan secara ldquon o rm alrdquo dalam bermasyarakat

Sebenarnya masyarakat Muslim di Inggris m enging inkan pengakuan dan perlakuan yang sama dengan warga negara

9 6

lain Mereka ingin dianggap sebagai bagian masyarakat dari negara tersebut Hal itu berkaitan dengan hak asasi warga negara yang semestinya diperlakukan sama Hak asasi itu harus diterapkan kepada siapa pun tanpa melihat latar belakang warna kulit maupun keyakinan yang dianutnya Praktik keagamaan semestinya dapat dilakukan oleh penganut Yahudi Kristen maupun Islam

Memang di antara Muslim Inggris ada yang berkiprah dalam dunia politik Ada dua warga Muslim Inggris yang menjadi anggota parlemen (Majelis Rendah) Ada empat orang Muslim yang menjadi peers Ada satu orang Muslim Inggris yang menjadi anggota Parlemen Eropa Di tingkat lokal partisipasi M uslim Inggris m engalam i peningkatan yang cukup signifikan Pada pemilihan tahun 1996 160 Muslim menjadi anggota Dewan Kota (Councillors) Pada tahun 2001 jumlah anggota Dewan Kota yang Muslim berjumlah 217 orang Para anggota Dewan Kota tersebut mewakili daerah-daerah yang penduduk Muslim cukup besar seperti London Birmingham dan Bradford Keikutsertaan M uslim Inggris dalam kancah politik tersebut diharapkan dapat memberikan harapan yang lebih baik bagi kehidupan Muslim Inggris

Mtaslim di Australia dan Inggris Dimensi Internasional

K ehidupan m inoritas M uslim di Australia dan Inggris senantiasa terkait dengan peristiwa internasional Bahkan tidak jarang peristiwa kekerasan internasional berimbas terhadap kehidupan Muslim di dua negara tersebut M anakala terjadi aksi kekerasan internasional yang melibatkan Muslim maka minoritas Muslim di Australia dan Inggris langsung terkena imbasnya Misalnya saja pasca-Perang Teluk 1991 di mana Irak menginvasi Kuwait yang berujung pada penyerangan sekutu ke Irak aksi kekerasan terhadap minoritas Muslim di A ustralia pun terjad i K em udian aksi

terorisme 11 September 2001 di New York juga menimbulkan aksi kekerasan terhadap Muslim di Australia dan Inggris

P a sc a -11 Septem ber ldquoperang melawan terorismerdquo menjadi agenda utama kebijakan luar negeri AS Agenda tersebut juga diadopsi oleh Australia dan Inggris yang m erupakan sekutu terdekat AS Hal ini menciptakan koalisi triangular (baca AS Australia dan Inggris) dengan AS sebagai pemegang tongkat komando Ketiga negara tersebut juga mengeluarkan produk hukum yakni UU antiterorism e yang bertujuan memerangi terorisme Akan tetapi dalam kenyataannya komunitas Muslim menjadi target utama pelaksanaan UU tersebut Atas nama perang melawan terorisme beberapa warga M uslim di A ustralia dan Inggris ditangkap dengan menggunakan payung hukum tersebut Hal ini justru menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat Muslim bahwa tanpa bukti yang kuat bisa saja m ereka d itangkap dengan dalih memerangi terorisme Hal ini dapat dikatakan bahwa gerakan antiteror yang dilakukan pemerintah Australia dan Inggris justru m enim bulkan tero r terhadap m inoritas Muslim

Oleh karena itu kebijakan standar ganda yang dilancarkan pemerintah AS Inggris dan Australia justru menumbuhshysuburkan radikalisme di kalangan Muslim Laporan dari Royal Institute o f International Affairs a tau d ikenal Chatham House menyimpulkan bahwa invasi ke Irak oleh AS bersam a Inggris dan A u stra lia ju s tru m elahirkan perekru tan m ilitan M uslim sekaligus m eningkatkan propaganda perekrutan dan pengumpulan dana bagi gerakan al-Qaida Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pelaku pengeboman di London adalah para pemuda Muslim berkewarganegaraan Inggris Sementara di Australia terdapat pula pemuda Muslim yang berniat melakukan aksi bom bunuh diri di Lebanon pada 2002 Para pemuda tersebut merupakan bagian dari masyarakat Muslim

9 7

yang tidak menyetujui kebijakan luar negeri Inggris dan Australia yang agresif terhadap dunia Islam Hal ini terutama berkenaan dengan keikutsertaan Inggris dan Australia bersama AS dalam serangan ke Afghanistan dan Irak

Tatkala serangan m ilite r ke Afghanistan diluncurkan BBC melakukan polling pada November 2001 yang hasilnya sekitar 80 Muslim Inggris memandang aksi m ilite r AS dan Inggris tidak dapat dibenarkan Sementara pada saat perang Irak sekitar 66 Muslim Inggris menentang aksi militer ke Irak Sikap Muslim Australia juga menentang keikutsertaan militer Australia dalam serangan ke Afghanistan dan Irak Menarik untuk dicermati pernyataan Aziza Abdel Halim Presiden Muslim Women rsquos National Netwprk Australia yang mengungkapkan bahwa banyaknya pemuda Islam yang berpandangan radikal sebenarnya dampak kebijakan luar negeri Australia Aziza menegaskan bahwa pandangan radikal akan memudar bila pemerintah Australia dan Barat (baca Inggris dan AS) menarik mundur pasukannya dari Irak maupun Afghanistan sehingga serangan bom ke negara-negara Barat akan berkurang dengan sendirinya Oleh karena itu sudah saatnya pemerintah A ustralia dan Inggris m engkaji ulang kebijakan luar negeri terhadap dunia Islam yang justru kontraproduktif

M inoritas M uslim di A u stra lia dan Inggris Catatan Perbandingan

Australia dan Inggris merupakan dua negara yang didominasi kaum ldquokulit putihrdquo yang mengaku menganut sistem demokrasi liberal yang dalam hal ini kedua negara tersebut sama-sama m enerapkan sistem demokrasi parlementer Australia adalah anggota Persemakmuran yang dipimpin oleh Ratu Inggris Dengan kata lain Australia berada ldquodi bawahrdquo kekuasaan Ratu Inggris B ahkan j ik a k ita p erha tikan bendera A ustralia terlihat je las adanya gam bar

bendera Inggris di pojok kiri atas Oleh sebab itulah hal ini dapat dipahami jika kebijakan luar negeri Australia cenderung ldquomengekorrdquo pada kebijakan luar negeri Inggris

Begitu pula dalam hal kebijakan politik Australia terhadap Islam baik dalam skala makro (yaitu kebijakan luar negeri mereka terhadap Dunia Islam) maupun dalam skala mikro (yaitu kebijakan terhadap kaum minoritas muslim) cenderung mengikuti apa yang dilakukan Inggris Setidaknya hal ini terlihat jelas dalam hal pandangan mereka atas m asalah Irak A fghan istan dan terorisme

Dari aspek historis Islam masuk ke kedua negara tersebut pada sekitar abad ke- 18 Bedanya jika di Inggris kaum Muslim didom inasi para w arga keturunan dari kawasan Asia Selatan (India Pakistan dan Bangladesh) yang pada awalnya masuk ke negara ini sebagai pekerja sedangkan di Australia sebagian besar kaum Muslim berasal dari kawasan Afghanistan Turki dan Timur Tengah khususnya Lebanon

Hubungan antar-sesama kelompok Muslim baik di Inggris maupun di Australia secara umum tidak mengalami permasalahan Memang suatu kecenderungan pengelomshypokan atas dasar asal-usul (ras dan etnis) tetap ada namun ini tidak mengganggu interaksi sosial di kalangan mereka Di kedua negara ini sejumlah organisasi kaum muslim berdiri seperti Muslim Council ofBritain (MCB) dan Muslim Association o f Britain (MAB) di Inggris atau Australian Federation o f Islamic Council (AFIC) di Australia Organisasi- organisasi ini memainkan peranan penting dalam rangka memelihara hubungan baik (silaturahmi) di antara sesama komunitas Muslim serta dalam rangka memperjuangshykan kepentingan kaum minoritas Muslim

Di Inggris dan A ustra lia p ershytumbuhan jumlah kaum Muslim tergolong cukup pesat Bahkan di Inggris Islam menjadi agama minoritas terbesar (dibanding agama Yahudi atau Hindu) Sementara di Australia Islam merupakan agama minoritas

9 8

S

terbesar kedua (di bawah agama Hindu Budha) Sebagai minoritas kaum Muslim m endapatkan kebebasan dalam hal menjalankan ibadah keagamaannya (salat puasa maupun pergi haji) namun dalam hal hubungan dengan kaum non-Muslim bisa dikatakan m engalam i fluktuasi Secara umum hubungan tersebut relatif cukup baik nam un kadangkala m uncul perlakuan diskriminatif Hal ini sekaligus membuktikan bahw a kendati Inggris dan A ustra lia mengklaim dirinya sebagai ldquopenganut sistem demokrasirdquo dalam realitasnya tidak semua w arga negara m ereka benar-benar menampilkan diri sebagai ldquodemokrat sejatirdquo Di A ustra lia kaum M uslim sering m enghadapi kesu litan ketika hendak membangun tem pat ibadah (khususnya masjid)

Sikap negatif warga mayoritas non- Muslim terhadap kaum minoritas Muslim di kedua negara ini tidak lepas dari peranan media massa dalam membentuk opini yang dipenuhi prasangka negatif terhadap kaum Muslim Dalam kasus Salman Rushdie penulis novel Ayat-Ayat Setan yang jelas-jelas menampilkan penghinaan terhadap Islam misalnya media massa di Inggrismdashatas nama ldquokebebasan berekspresirdquomdash mengambil sikap yang merugikan kaum Muslim Media juga hampir selalu menampilkan hal-hal yang negatif dalam pemberitaan mereka tentang dunia Islam yang pada ujungnya ikut membentuk persepsi yang negatif dari kaum non-M uslim terhadap kaum m inoritas Muslim Hal ini dapat dimengerti mengingat

sebagian besar media massa di Inggris dan A ustralia dikuasai para pem ilik modal keturunan Yahudi

Dari sisi kebijakan resmi penguasa sendiri memang sering kali menyatakan bahwa semua warga negara di sana atas nama demokrasi dan hak-hak asasi manusia diperlakukan secara sama apa pun agama yang dianut oleh warga negara mereka Dalam konteks pelaksanaan bidang hukum m isalnya tidak ja rang kaum m inoritas M uslim m endapat perlakuan yang sama dengan warga non-Muslim Tidak jarang dalam beberapa kasus soal jilbab kaum minoritas Muslim memperoleh kemenangan di pengadilan

Akan tetapi sejak terjadinya kasus serangan te ro ris di A m erika pada 11 Septem ber 2001 (911) kecenderungan perlakuan yang sangat diskriminatif tampak ditujukan kepada kaum Muslim Bahkan beberapa saat setelah terjadinya kasus 911 (juga Bom Bali 2002 dan Bom London 2005) sejum lah m asjid di Inggris dan A ustralia d irusak atau dibakar massa Beberapa warga Muslim juga mengalami nasib yang mengenaskan karena dikeroyok massa Beberapa di antara mereka ada yang sampai meninggal dunia Hal ini sekaligus m em buktikan bahw a ldquoperang melawan terorismerdquo yang dikobarkan Amerika Serikat di baw ah rezim GW Bush m embawa dam pak n e g a tif te rhadap nasib kaum minoritas Muslim di negara-negara Barat termasuk di Inggris dan Australia

9 9

Resume

KEBIJAKAN PERTAHANAN AUSTRALIA DAN RESPONS NEGARA-NEGARA ASIA TIMUR DAN

SELANDIA BARU

Athiqah Nur Alami

Abstract

Australiarsquos position in Asia Pacific has a significant consideration on their policy making primarily defense policy Their close relationship with The United States o f America and the United Kingdom sometimes becomes impediment in building relations with neighbor countries in Asia The Australia s defense policy more or less reflects the big countries interest in Asia Pacific including Proliferation Security Initiatives SM-3 andAMIZ policies Those policies bring about various reactions from the East Asian Countries and New Zealand The different reactions are related strongly with their interest and cooperation with Australia

Australia merupakan suatu negara sekaligus benua yang m em iliki k a rak te ris tik cukup m enarik

dibanding negara lain Kebijakan Australia yang lebih condong ke Barat ternyata kerap menimbulkan ketegangan dengan negara- negara tetangganya di kawasan Asia Pasifik Pasalnya kebijakan pemerintahan Australia sedikit banyak tidak jauh berbeda bahkan sejalan dengan Inggris dan Amerika Serikat Termasuk di dalamnya kebijakan pertahanan Australia yang cenderung selalu memerlukan payung pertahanan dari negara besar dalam hal ini terjadi pergeseran dari Inggris ke Amerika yang dikenal dengan pergeseran dari Pax Britanica ke Pax Americana pada Desember 1941

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri darTri Nuke Pudjiastuti (koordinator) Ikrar Nusa Bhakti Japanton Sitohang Mohamad Rum Athiqah Nur Alami Adriana Elisabeth Kusnanto Anggoro

Penulis adalah peneliti pada Bidang Politik Internasional P2P LIPI

Di dalam laporan penelitian tahun ini tim peneliti Australia berupaya menjelaskan bagaimana kebijakan pertahanan Australia tahun 2000-2005 termasuk perkembangan atau evolusi yang teijadi mulai pada tahun 1986 hingga 2005 dan isu-isu strategis yang muncul dalam kebijakan tersebut Kebijakan pertahanan Australia ini tentu saja akan memberikan implikasi ataupun pengaruh terhadap negara-negara tetangganya Oleh karena itu menganalisis respons dari negara- negara tetangga Australia dan juga negara- negara besar di A siamdash m eskipun tidak berbatasan langsung dengan Australiamdash terhadap kebijakan pertahanan Australia tersebut menjadi penting untuk dilakukan dalam penelitian ini N egara-negara di kaw asan A sia T im ur yang kam i p ilih berdasarkan signifikansi negara-negara tersebut dengan Australia dan juga terhadap politik internasional di wilayah Asia Pasifik yaitu Cina dan Jepang Sementara negara di Asia Tenggara yang juga dianalisis yaitu Indonesia Singapura Malaysia Filipina dan

101

Thailand Selandia Baru sebagai negara tetangga di selatan Australia juga menjadi bag ian an alisis atas respons terhadap kebijakan pertahanan Australia tersebut

Pengaruh Lingkungan Strategis dalam Kebijakan Pertahanan Australia

Sebagai negara rdquokulit putihrdquo yang berada di wilayah Asia membuat Australia merasa perlu mengembangkan kebijakan pertahanan salah satunya dengan membangun jaring-jaring pertahanan dengan negara-negara di Asia Tenggara Selain itu menjaga kepentingan Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik merupakan salah satu bentuk wujud aliansi abadi Australia kepada Amerika Serikat

Dua penekanan dalam kebijakan pertahanan itu lah yang terkadang m enim bulkan dilem a dalam kebijakan pemerintah Australia Di satu sisi Australia m embutuhkan Amerika Serikat sebagai penjamin keamanan negaranya Tetapi di sisi lain keberadaan Australia sebagai kaki tangan Amerika Serikat dianggap menghambat Australia dalam membina hubungan dengan negara-negara Asia

Oleh karena itu Australia berupaya merumuskan kebijakan pertahanan yang telah mengalami evolusi sejak 1986 hingga saat ini untuk mencari format yang paling tepat dalam m enjaga hubungan dengan Amerika Serikat sekaligus membangun hubungan baik dengan negara-negara tetangganya

Jauh sebelum Australia merdeka pada tahun 1901 h ingga tahun 1941 ketergantungan Australia kepada Inggris sangatlah besar karena sebagai salah satu negara Persemakmuran Inggris Australia merasa masih memiliki keterikatan historis dan politis dengan Inggris Namun perang dunia kedua membuat Inggris harus lebih memperhatikan kelangsungan eksistensinya di Eropa ketimbang menjaga keamanan negara-negara jajahannya di Asia Tenggara Terlebih dengan jatuhnya Singapura mdash

sebagai salah satu negara Persemakmuran Inggrismdashke tangan Jepang menyebabkan A ustra lia m em ik irkan kem bali k e te rshygantungannya dengan Inggris Karena itulah demi keamanan negara Australia beralih ke A m erika Serikat yang d iyak in i dapat memberikan jaminan keamanan dan payung perlindungan pertahanan kepadanya

K onsekuensi dari bentuk pengabdian-nya kepada Amerika Serikat A ustralia diwajibkan untuk mendukung bahkan berjuang bersama dalam berbagai kebijakan Amerika Serikat Misalnya pasca- tumbangnya Uni Soviet Amerika Serikat sedang giat memerangi komunisme di Asia Pasifik maka Australia pun melakukan hal serupa Dengan mengedepankan Forward Defence Strategy Australia bersama Amerika Serikat berupaya membendung penyebaran komunisme dalam Perang Korea dan Perang Vietnam Selain itu tergabung dalam South East Asia Treaty Organization (SEATO) British Commonwealth Far East Strategic Reserve (FESR) dan ANZUS bersam a Amerika Serikat menjadi pilihan Australia saat itu

Ketergantungan Australia terhadap Amerika Serikat dan juga Inggris tampaknya tidak cukup dapat bertahan lama paling tidak untuk sementara waktu pada akhir tahun 1960-an karena adanya perubahan lingkungan stra teg is di A sia saat itu Akibatnya Australia mengalihkan kebijakan pertahanannya m enjadi Self-Defence Strategy Perubahan inilah yang kemudian membuat Australia perlu untuk merumuskan format kebijakan pertahanan sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang dan karakter bangsa Australia

Untuk itu pada tahun 1986 Menteri Pertahanan Australia saat itu Kim Beazley menugaskan Paul Dibb seorang mantan personel Departemen Pertahanan Australia untuk mengevaluasi pelaksanaan Forward Defence Strategy dan memberikan masukan tentang kemampuan apa yang tepat bagi instrumen pertahanan Australia Hasilnya

1 0 2

Dibbrsquos Report mengusulkan suatu strategi penangkalan bagi pertahanan Australia yang terdiri dari empat lapis2 Lapis pertama meliputi intelligence dan surveillance yang komprehensif dengan memberikan prioritas pada pengawasan sejauh 1000mdash 1500 mil ke luar w ilayah A ustra lia S trateg i ini d im aksudkan un tuk m endeteksi para penyusup di wilayah laut dan udara Lapis kedua m enekankan pada kem am puan kekuatan laut dan udara dalam melakukan penyerangan untuk mengatasi ancaman yang melintas di wilayah laut dan udara Australia Lapis yang ketiga m em fokuskan pada kemampuan defensif untuk mencegah musuh mendekat ke wilayah penting di antaranya di ja lur pelayaran Australia Lapis terakhir mengandalkan mobile ground forces guna menumpas ancaman yang berhasil melewati laut dan udara yang dianggap membahayakan aset-aset penting dan pemukiman penduduk

Masukan dari Paul Dibb ini ternyata m enuai berbagai k ritik di an taranya kebijakan ini cenderung terlalu defensif dan isolasionis selain pembebanan anggaran yang tidak sedikit jika memang strategi ini diterapkan Australia Namun terlepas dari itu sem ua tidak dapat d ipungk iri bahw a masukan Dibb ini menjadi dasar dalam me- review kekuatan pertahanan Australia bahkan hingga Buku Putih Pertahanan Australia tahun 2000

Setahun kemudian dikeluarkanlah Buku Putih Pertahanan A ustralia rdquoThe Defence of Australiardquo Buku putih tahun 1987 yang merupakan kali pertama terwujudnya secara je la s artiku lasi s tra teg i m iliter A ustra lia in i m enekankan pada pengembangan ikatan-ikatan keamanan yang

1 Alex Tewes Australiarsquos Maritime Strategy in the 21st Century Research Brief No4 2004-05 Foreign Affairs Defence and Trade Sections Canberra Parliament o f A ustralia Parliam entary Library dalam http wwwaphgovaulibrarvpubsRB2004-0505rb04htm hal 10mdash 12

2 Review o f Australiarsquos Defence Capabilities Report to the Minister for Defence by Mr Paul Dibb Maret 1986 Canberra Australian Government Publishing Service

lebih dekat dengan kaw asan sekaligus menegaskan kembali pentingnya aliansi- aliansi militer Strategi penangkalan yang diusulkan Paul Dibb sedikit banyak diadopsi dalam buku putih tersebut terlihat dengan te tap adanya em pat lap is strateg i penangkalan Namun perbedaannya strategi tersebut lebih bersifat ofensif

Setelah berakhirnya perang dingin dan juga teijadi berbagai persoalan politik domestik di beberapa negara di Asia Pasifik3 Australia mulai memperbaharui lagi strategi pertahanan dan keamanan sebagai respons dari perubahan lingkungan strategis saat itu A khirnya pada tahun 1994 A ustra lia m engeluarkan B uku Putih Pertahanan A ustralia rdquoD efending A ustra liardquo4 yang memberikan perhatian lebih pada kerja sama pertahanan dengan negara-negara tetangga dan kurang m enekankan pada ikatan pertahanan Australia dan Amerika Serikat5 dan mengubah strategi pertahanan menjadi rdquomencari keamanan di dalam Asiardquo Dengan ini berarti Australia telah mengubah cara pandang tentang bahaya kuning (Jepang) dan bahaya m erah (RRC dan kom unism e) dengan m enjadikan m ereka m itra demi keamanan dan kemakmuran bersama di Asia dan meletakkan hubungan mereka dalam empat pilar utama yaitu politik ekonomi sosial-budaya dan pertahanan-keamanan6

3 Misalnya dalam konflik intern berbagai faksi di Kamboja gerakan etnonasionalisme suku Karen di Myanmar persoalan Moro di Filipina persoalan Bougenville di Papua Nugini persoalan emis India di Fiji persoalan Aborigin di Australia Gerakan Kemerdekaan Kanak di Kaledonia Baru persoalan GAM OPM dan integrasi Timor Timur di Indonesia

4 Commonwealth of Australia Australia rsquos Defence White Paper 1994 Defending Australia ACT AGPS 1994

5 Pengenduran ikatan pertahanan dengan Amerika Serikat merupakan bentuk dari independensi politik luar negeri Australia di bawah pemerintahan Partai Buruh

6 Makalah resmi yang dibawakan oleh PM Australia Bob Hawke Australia rsquos Security in Asia The Asia Lecture organized bay the Asia-Australia Institute University of New South Wales Sydney 24 Maret 1991 dalam Ikrar Nusa Bhakti dkk Persetujuan Pemeliharaan Keamanan Republik Indonesia-Australia Kaitannya dengan Stabilitas danKeamanan Regional Asia Tenggara Suatu TinjauanStrategis Politis Keija sama PPW-LIPI dengan Balitbang Deplu RI 1997 hlm 97

1 0 3

Pergantian tampuk kepemimpinan di Australia dari Partai Buruh kepada Partai Liberal-Nasional di bawah John Howard tentu saja mempengaruhi konsep pertahanan keamanan sebelumnya Dengan mengeluarshykan rdquo Australiarsquos Strategic Policyrdquo7 pada tahun 1997 menunjukkan bahwa PM John Howard lebih cenderung mendekat pada Inggris dan Amerika Serikat ketimbang dengan negara- negara tetangganya Strategi ini menekankan pada strategi kontinental dengan orientasi utam a pada kekuatan m atra laut yang ditunjang dengan kekuatan matra udara

Perubahan lingkungan di sekitar Australia kembali terjadi pada akhir tahun 1990-an di antaranya referendum dan akhirnya lepasnya T im or Tim ur dari Indonesia Peristiwa ini sempat menimbulkan ketegangan diplomatik antara Indonesia dan A ustra lia karena A ustra lia d ianggap m endukung kem erdekaan Timor Timur melalui operasi tentara Australia di sana Dari operasi di Timor Timur menunjukkan bahwa Australia membutuhkan kekuatan angkatan laut yang lebih andal bukan hanya untuk m engangkut pasukan tapi ju g a untuk melakukan penyerangan Selain itu juga dibutuhkan angkatan udara yang tangguh guna m enghalau musuh yang masuk ke negara-negara te tangga A ustra lia dan mengusir musuh jauh dari wilayah Australia Hal tersebut dituangkan dalam Buku Putih Pertahanan tahun 2000 rdquoOur Future Defence Forcerdquo8

Tragedi serangan terhadap menara kem bar WTC di W ashington pada 11 September 2001 oleh sekelompok teroris yang hingga kini belum terungkap kembali membuat Australia memperbarui strategi pertahanannya Sebagai salah satu sekutu Amerika Serikat Australia kembali beijuang bersama Amerika Serikat dalam memerangi

7 Commonwealth o f Australia Australia s Strategic Policy Canberra ACT Department o f Defence 1997

Commonwealth o f Australia Defence White Paper 2000 Defence 2000 Our Future Defence Force Canberra ACT Department o f Defence 2001

terorism e yang dikenal dengan Global Coalition Against Terrorism Ini termaktub dalam rdquoD efence W hite Paper 2003 A D efence U p d a terdquo9 yang berhasil mengidentifikasi tiga area ketidakpastian dan risiko ya itu te ro rism e g lobal senjata pemusnah massal dan kawasan bermasalah Perubahan s tra teg i pertahanan ini sesungguhnya amat terkait dengan perubahan strategi m aritim Amerika Serikat dalam memerangi terorisme di antaranya dengan kebijakan Proliferation Security Initiatives (PSI) yang dicetuskan George W Bush pada 31 Mei 2003

Berdasarkan berbagai buku putih yang dikeluarkan Australia menunjukkan bahwa A ustralia belum sepenuhnya dan tampaknya tidak akan pernah rdquobertarungrdquo secara mandiri Koalisi dengan Amerika Serikat justru semakin erat dan tercermin dalam keb ijakan pertahanan A ustralia berikutnya Salah satu bentuk konkret koalisi Amerika Serikat dan Australia ditambah dengan berbagai negara lain dunia dalam rangka m enggalang koa lis i m elaw an terorisme terlihat dalam berbagai latihan operasi m iliter dalam program PSI yang sering m elakukan latihan bersama PSI d itu jukan un tuk m encegah terjad inya perdagangan atau transfer ilegal senjata pemusnah massal antamegara atau dari suatu negara ke ak tor-ak tor nonnegara yang melanggar aturan dan norma internasional10

Sampai dengan tahun 2005 PSI telah didukung oleh lebih dari 60 negara dunia dari berbagai kawasan Meskipun PSI bukanlah sebuah o rgan isasi dan tidak m em iliki sekretariat atau markas besar kerja sama informal ini telah terbukti mampu mencegah pengem bangb iakan sen ja ta pem usnah massal

9 Commonwealth o f Australia Australia rsquos National Security A Defence Update Canberra ACT Department o f Defence 2003

10 C om m onw ealth o f A ustralia Weapons o f Mass Destruction Australia rsquos Role in Fighting Proliferation Practical Responses to New Challenges Canberra ACT Australian Government 2005

104

Bentuk kerja sama lain dalam rangka aliansi Amerika Serikat-Australia adalah penandatanganan nota kesepahaman dalam hal pertahanan missil pada Juli 2004 di antaranya diwujudkan melalui kerja sama pengembangan Standard Missile 3 (SM-3) yang merupakan pengembangan dari SM-1 dan SM-2 Kekuatan senjata yang ditujukan untuk memerangi terorism e inilah yang m endapatkan pertentangan dan respons beragam dari n eg ara-negara te tangga Australia khususnya negara-negara Asia Tenggara dengan adanya indikasi akan m unculnya p erta rungan rdquo The Son o f Starwars

Selain itu un tuk m endukung pengamanan maritim pada 15 Desember 2004 PM A u stra lia John H ow ard mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan negara tetangga dengan akan menerapkan pengawasan sejauh 1000 nm (1850 km) terhadap kapal yang akan menuju Australia melalui kebijakan Australia rsquos Maritime Identification Zone (AMIZ)11 Kebijakan ini kembali mengundang respons beragam dari negara tetangga yang terkena imbas dari kebijakan ini khususnya Indonesia Sejauh 1850 km tersebut untuk wilayah Indonesia berarti telah menjangkau sebagian besar wilayah Jawa dan melampaui laut Arafuru Akibat reaksi dari berbagai negara maka kebijakan ini berganti menjadi Australiarsquos Maritime Identification System (AMIS) Perlu kita cermati sesungguhnya perubahan kata zone m enjadi rdquosystem memiliki makna yang tidak jauh berbeda Bahkan penggunaan kata rdquosystem m em buat A ustralia lebih bebas m enterjem ahkan konsep kebijakan tersebut seluas-luasnya yang berarti bukan tidak mungkin lebih dari sekadar zone yang dikritik oleh berbagai negara karena melanggar kedaulatan negara yang bersangkutan

11 Press Release Strenghtening Ojfshore Maritime SecurityPrime Minister Howardrsquos Announcement Perth 15 Desember 2004

Isu S trategis dalam K ebijakan Pertahanan Australia

Selain membangun pertahanan missil bersama Amerika Serikat dalam PSI yang secara langsung maupun tidak langsung berw ujud SM-3 atau A M IZS strategi pertahanan Australia juga menekankan pada persoalan migrasi internasional Tidak dapat dipungkiri bahwa Australia adalah sebuah negara yang dibangun oleh para migran yang datang dari berbagai belahan dunia mulai dari benua Eropa Asia dan Amerika Akibat perbedaan latar belakang sosial budaya ekonomi antarw arga inilah yang kerap memunculkan persoalan dalam membangun iden titas negara A ustra lia Selain itu kehadiran para imigran yang tiap tahun kian bertambah jelas menimbulkan tambahan persoalan bagi Australia Pasalnya kehadiran m ereka d ianggap m enjadi penyebab munculkan ketidakamanan di bumi Australia akibat aksi-aksi radikal mereka Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa sebagian besar mereka merupakan imigran ilegal

Sebagai akibat semakin banyaknya migran ilegal yang masuk ke Australia maka pada September 2001 Parlemen Federal A u stra lia m elo loskan Migration Amandement (Excision from Migration Zone) Act 200712 yang ditujukan untuk mengurangi insentif bagi para migran yang masuk secara ilegal Untuk menangani persoalan migran ini Australia juga menerjunkan Australian Defence Forces (ADF) dengan menggelar operasi militer rdquoRelexrdquo yang melibatkan 5 buah kapal perang dan 4 pesawat pengintai dari sebelah barat pulau Christmas hingga Ashmore Reef

Isu pertahanan keamanan yang juga m enjadi penekanan A ustra lia adalah pengam anan atas gas lepas pantai dan eksplorasi minyak di North-West Shelf yang

12 Moira Coombs Excision from the Migration Zone Policy and Practice Research Note No 42 2003-04 1 Maret 2004 dalam httpwwwaphgovaulibrarypubsrn 2003-0404m42htm

1 0 5

terletak di pantai Australia Barat dan laut Timor yang pada tahun 2003 terjad i penyerangan atas pelabuhan kilang minyak A ustralia oleh sekelom pok teroris Ini kem bali m enunjukkan kekhaw atiran Australia atas terganggunya aset-aset vital negaranya oleh serangan teroris

U ntuk m engatasi persoalan pengam anan di kaw asan lepas pantai Australia juga melibatkan perusahaan terkait dengan melakukan amandemen terhadap the Maritime Transport Security Act 2003 (M TSA ) dengan m enugaskan peng- koord inasiannya kepada D epartem en Transport dan Pelayanan regional yang direncanakan tugas itu akan selesai dan dapat dilaksanakan terhitung mulai 30 September 200513

Selain itu isu terorisme pasca Tragedi 11 September 2001 dan Bom Bali I pada Oktober 2002 semakin menjadi perhatian lebih bagi A ustralia D itam bah dengan peledakan bom yang dibawa oleh sebuah mobil yang berhenti di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada September 2004 kembali membuat Australia lebih waspada terhadap keamanan negaranya termasuk keamanan warga negaranya di negara lain

Respons atas K ebijakan Pertahanan Australia

Dalam menganalisis respons negara- negara tetangga dan juga negara-negara yang memiliki relevansi dengan Australia dan perpolitikan internasional kami menetapkan Cina Filipina Jepang Malaysia Indonesia Selandia Baru Singapura dan Thailand

Terkait dengan perubahan lingkungan strategis dan perkembangan isu terorisme yang merebak di dunia internasional di mana negara-negara berlom ba-lom ba secara m ultilateral m elakukan latihan m iliter bersama dalam forum PSI guna memerangi

13 Interview with the Australian A ssociated PressNovember 17 2004 hlm 19

penyebaran senjata pemusnah massal Cina justru memilih untuk tidak bergabung dalam aliansi pimpinan Amerika Serikat tersebut Alasannya selain tidak sesuai dengan arah kebijakan luar negeri Cina PSI juga dianggap m elanggar hukum internasional dengan adanya aksi interdiction yang dilakukan oleh negara anggota yang berarti juga melanggar supremasi suatu negara Diperkuat dengan kedudukan Cina sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB Cina merasa memiliki tanggung jaw ab khusus untuk mewujudkan perdam aian dan keamanan internasional Cina hanya mengharapkan adanya keija sama yang erat dengan negara anggota inti PSI dan memainkan peran k o n s tru k tif dalam m engatasi m asalah tersebut14 Namun ternyata di pihak lain Cina bersama Rusia justru melakukan latihan militer bersama pada Agustus 2005 dalam rdquoPeace Mission 2005rdquo yang didasarkan pada nota kesepahaman yang ditandatangani Juli 2004 Lalu terkait dengan hubungan Australia dan Cina memang lebih signifikan dalam bidang perdagangan ketimbang pertahanan Dan persoalan keb ijakan pertahanan Australia tidak akan menjadi masalah bagi Cina selama Australia mendukung rdquoone china policy

Sementara itu hubungan Australia dan Jepang kaitannya dengan keterlibatan kedua negara dalam PSI dinilai cukup signifikan Dengan menjadi bagian dari latihan bersam a PSI Jepang mendapat keun tungan berupa pengem bangan kemampuan Pasukan Bela Dirinya dalam mencegah penyebaran senjata pemusnah massal sekaligus mengamankan kepentingan jalur laut yang dilalui kapal-kapal tanker Jepang yang membawa minyak mentah dari Timur Tengah Pengangkutan minyak mentah tersebut m elalui Terusan Suez Lautan Hindia Selat Malaka Laut Cina Selatan dan Terusan Taiwan Sedangkan kebijakan SM- 3 yang menurut pernyataan Australia baru

14 East Asia Strategic Review 2005 hlm 28

1 0 6

akan dikembangkan pada tahun 201315 justru sudah lebih dahulu dikembangkan Jepang sehingga jika Australia nanti benar-benar akan mengembangkan SM-3 akan sangat membantu Jepang dan Am erika Serikat dalam mengatasi persoalan di antaranya krisis nuklir di Semenanjung Korea

Reaksi yang cukup unik ditunjukkan oleh Selandia Baru dalam m enanggapi kebijakan pertahanan Australia terkait dengan AMIS dan SM-3 Sebagai negara di selatan Australia tentu saja radar pengamanan sejauh 1850 km akan mencapai wilayah Selandia baru Pada awalnya Menteri Luar Negeri Selandia Baru Phil Goffbereaksi cukup keras terhadap keb ijakan te rsebu t karena melanggar kedaulatan Namun beberapa waktu kem udian pihak Selandia Baru mengaku telah meminta klarifikasi terhadap Australia dan menyatakan bahwa telah terjadi kesalahan komunikasi antara Selandia Baru dan A ustra lia atas keb ijakan m aritim Australia tersebut Sejak itu ketegangan kedua negara seolah mereda dan memang perlu disadari bahwa membangun hubungan bilateral yang kondusif antara mereka lebih penting ketimbang mengedepankan konflik baik bersenjata maupun diplomatik

Sebagai kawasan yang terletak di utara Australia dan kerap dianggap sebagai ancaman bagi Australia negara-negara di Asia Tenggara dalam hal ini F ilipina Malaysia Singapura Thailand termasuk Indonesia memberikan reaksi yang cukup beragam terhadap kebijakan AMIS Reaksi yang cukup keras muncul dari Malaysia dan Indonesia karena dianggap m elanggar kedaulatan Sementara Filipina Thailand dan Singapura tidak memberikan pernyataan atau reaksi yang terbuka terkait dengan sikap mereka atas kebijakan Australia tersebut

Khususnya Indonesia berdasarkan diskusi terfokus yang dilakukan oleh tim peneliti dan juga pemberitaan di berbagai

15 Australian Defense Section-Jakarta Responses to Issues from LIPI Seminar 16 Mei 2005

media massa menunjukkan bahwa terdapat reaksi yang berbeda antarinstansi atau departemen di jajaran pemerintah Indonesia dalam menyikapi kebijakan AMIZ dan SM- 3 Pernyataan Menteri Pertahanan Indonesia Juwono Sudarsono yang terkesan keras sebenarnya cukup kondisional Sementara di bawah permukaan reaksi elite Indonesia jauh lebih keras B ahkan dalam berbagai pertem uan te rtu tu p kalangan m iliter menggunakan istilah-istilah yang tidak kalah kerasnya R eaksi berleb ihan Indonesia terhadap AMIZ selain merupakan bentuk penolakan terhadap supremasi Barat juga m enjadi salah satu cara Indonesia menunjukkan nasionalismenya dalam rangka mengukuhkan identitas nasional Namun secara umum dilihat dari awal sejarah hubungan diplomatik Indonesia-Australia hingga kini memang kerap mengalami pasang surut Keterlibatan tentara Australia dalam lepasnya Timor Timur dari Indonesia menjadi isu santer yang sempat membekukan hubungan kedua negara Selain itu perbedaan m odel kepem im pinan antara PM John Howard dengan para pendahulunya dalam menyikapi hubungannya dengan Indonesia juga m enjadi salah satu penyebab yang memperkeruh hubungan bilateral kedua negara Kasus pemberian visa terhadap 42 orang warga Papua pada awal tahun 2006 ini juga kembali menguji kekokohan hubungan kedua negara

Penutup

Perkembangan kebijakan pertahanan Australia sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan strategis khususnya di kawasan Asia Pasifik Pertahanan dan keamanan kon tinen ta l m enjadi dasar kebijakan pertahanan A ustra lia d ibandingkan pertahanan m aritim Padahal w ilayah A ustralia yang d ikeliling i oleh lautan seharusnya m enjad ikan pen ting bagi A u stra lia un tuk m em perkuat arm ada maritimnya Namun perubahan lingkungan strategis khususnya pasca-perang dingin

1 0 7

membuat Australia mulai mengalihkan fokus perhatian pertahanan keamanannya pada pertahanan maritim

Pergeseran fokus perhatian tersebut telah dimulai sejak Buku Putih Pertahanan tahun 1987 berdasarkan masukan dari Paul Dibb yang term uat dalam Dibb Report hingga Defence Update tahun 2003 pasca- tragedi 11 September 2001 yang menimpa Am erika Serikat Di dalam periodisasi kebijakan tersebut tidak terlalu terlihat pergeseran kebijakan yang signifikan tapi tetap ada penekanan-penekanan pada hal-hal tertentu Isu-isu strategis yang juga turut m em pengaruhi keb ijakan pertahanan A ustralia terkait erat dengan persoalan m igrasi ilegal yang kerap m em banjiri Australia juga pengamanan terhadap aset vital Australia di gas lepas pantai dan kilang minyak dari serangan teroris Kesemua isu strategis tersebut sesungguhnya bermuara pada ketakutan Australia terhadap serangan terorisme yang terus membayangi Australia

U paya konkre t dalam rangka m em perkuat arm ada m aritim nya dari serangan teroris pada akhir tahun 2004 A ustra lia m engeluarkan keb ijakan Australia rsquos Maritime Identification Zone yang bertujukan untuk memeriksa kapal- kapal yang akan menuju Australia dalam identitas kapal awak kapal kargo lokasi dan pelabuhan tujuan di Australia Kebijakan yang menerapkan cakupan sejauh 1850 km ini kontan mengundang reaksi keras dan berbagai respons dari negara-negara sekitarnya khususnya negara-negara yang berbatasan langsung dengan Australia di antaranya Indonesia Malaysia dan Selandia Baru Adapun rencana pengembangan SM-3 yang d iakui A u stra lia baru akan dikembangkan tahun 2013 tidak mendapat respons secara langsung yang signifikan Kekhawatiran muncul dari Cina dan negara- negara Asia Tenggara terhadap kemungkinan munculnya perlombaan senjata antamegara yang memiliki nuklir yang tentu saja akan mengancam perdamaian dunia Sementara

Jepang ju s tru te lah leb ih dahulu mengembangkan SM-3 ini bersama Amerika Serikat

Oleh karena itu sebagai bagian dari jaring-jaring pertahanan Amerika Serikat sekaligus sekutu abadi Amerika Serikat di Asia Pasifik A ustralia saat ini menjadi p e rha tian n eg ara-n eg ara tetangganya Kepentingan Amerika Serikat dianggap telah berm ain di kaw asan te rseb u t m elalui Australia dan negara Asia sekutu Amerika Serikat seperti Jepang dan Korea Selatan

D aftar Pustaka

Australian Defense Section-Jakarta Responses to Issues from LIPI Seminar 16 Mei 2005

Bhakti Ikrar Nusa dkk 1997 Persetujuan P em elih araan K eam anan R epublik Indonesia-Australia Kaitannya dengan Stabilitas dan Keamanan Regional Asia Tenggara Suatu Tinjauan Strategis Politis Kerja sama PPW-LIPI dengan Balitbang Deplu RI

Commonwealth o f Australia 1994 A ustraliarsquos D efence White P aper 1994 Defending Australia ACT AGPS

------------------- 1997 Australia s Strategic PolicyCanberra ACT Department o f Defence

-------------------- 2001 Defence White Paper 2000Defence 2000 Our Future Defence Force Canberra ACT Department o f Defence

2003 A u stra lia rsquos N ationalSecurity A Defence Update Canberra ACT Department o f Defence

2005 W eapons o f M assDestruction Australia rsquos Role in Fighting Proliferation Practical Responses to New Challenges Canberra ACT Australian Government

Coombs Moira Excision from the Migration Zone Policy and Practice 1 Maret 2004 Research N ote N o 42 20 0 3 -0 4 dalam http wwwaphgovaulibrarypubsm2003-04 04m42htm

East Asia Strategic Review 2005

Interview with the Australian Associated Press November 17 2004 hlm 19

1 0 8

Prime Minister Howardrsquos Announcement 15 Desem ber 2004 Press Release ldquoStrenghtening Offshore Maritime Securityrdquo

Review o f Australia s Defence Capabilities 1986 Report to the Minister for Defence by Mr Paul Dibb Canberra AustralianGovernment Publishing Service

Tewes Alex 2005 Australia rsquos Maritime Strategy in the 21st Century Research Brief No4 2004-05 Foreign Affairs Defence and Trade Sections Canberra Parliament o f Australia Parliamentary Library dalam http wwwaphgovaulibrarypubsRB2004-05 05rb04htm

1 0 9

Review Buku

KEKERASAN A LA KAPITALISMESebuah Telaah atas Buku Violence and D em ocratic Society

Athiqah Nur Alami (Kandidiat Peneliti P2P-LIPI)

Judul BukuPenulisPenerjemahPenerbitHalaman

Violence and Democratic Society Prof DR Jamil Salmi PhD Slamet Raharjo Kelompok Pilar Media Februari 2005 292 halaman

Abstract

The rise o f capitalism at the present does not mark it as a glorious ideology Capitalism has many dark sides that we should aware One o f the dark sides that is worth to be noticed is the emergence o f violence against human that happened to maintain the existence o f Capitalism itself The Violence has various forms direct violence and indirect violence Each form o f the violence brings conseguence that is often disrespect the universal human rights

Istilah kekerasan dan kapitalisme berasal dari dua akar ilmu sosial yang berbeda Kekerasan m erupakan istilah dalam

sosiologi sedangkan kapitalisme muncul dalam ilmu ekonomi Namun demikian kedua istilah tersebut memiliki keterkaitan karena ternyata paham kapitalisme yang kemudian berkembang tidak hanya di bidang ekonomi tapi juga politik mempengaruhi berbagai sendi kehidupan masyarakat dunia saat ini term asuk m enjadi salah satu penyebab te rjad in y a kekerasan baik langsung maupun tidak langsung

Teori-teori tentang kapitalisme yang berkembang pada abad ke-18 19 dan 20 berada dalam konteks revolusi industri dan imperialisme Eropa serta perang dingin Para teoritisi tersebut menggambarkan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonom i yang

bercirikan modal dim iliki oleh individu swasta dan keputusan ekonomi ditentukan oleh pasar1

Konstelasi perpolitikan dunia pascashyperang dingin mengalami perubahan yang cukup signifikan Runtuhnya komunisme di Uni Soviet dan pertumbuhan ekonomi pasar sosialis di Cina serta globalisasi semakin memperkuat paham kapitalisme dunia Tesis F rancis Fukuyam a yang m entakdirkan kapitalisme sebagai ldquopemenang tunggalrdquo semakin membuat yakin dunia bahwa tidak ada ideologi lain yang bisa bertahan selain kap ita lism e K em enangan liberalism e ekonomi dan politik serta demokrasi liberal Barat yang gemilang membuktikan bahwa

1 Capitalism-Wikipedia the free encyclopedia yang diakses pada 3 Juli 2006

111

liberalisme merupakan satu-satunya ideologi pemerintah yang paling tepat

N am un di ba lik kejayaannya kapitalisme ternyata menyimpan wajah gelap yang perlu kita kritisi bersama Jurang pemisah masih menganga di antara retorika kem enangan kapitalism e dan sisi gelap kehidupan sehari-hari umat manusia

Di balik jargon-jargon kapitalisme yaitu kemajuan (progress) pertumbuhan (growth) dan kemakmuran (prosperity) terdapat m asalah-m asalah dunia seperti kelaparan kemiskinan tuna wisma buta huruf rendahnya tin g k a t kesehatan pengangguran ketim pangan sosia l peredaran obat terlarang dan segala bentuk kekerasan

Violence and Democratic Society yang ditulis oleh Prof Dr Jamil Salmi PhD ini berusaha untuk menguak segala tabir gelap kapitalisme tersebut dan membuka m ata p ik iran k ita bahw a kap ita lism e bukanlah sebuah ideologi pemenang seperti yang dilontarkan oleh Fukuyama Buku ini m engkaji ke terkaitan langsung antara berbagai aspek dalam tindak kekerasan yang terjadi akibat biasnya pandangan kapitalisme terhadap kekerasan tersebut Kategorisasi bentuk kekerasan sebagai modus pelanggaran hak asasi m anusia perangkaian secara struktural dan etis mengenai peran dan ldquokeberm aknaanrdquo kekerasan m erupakan dampak akumulasi modal dalam sistem kapitalisme

Istilah kekerasan dalam ranah kapitalisme yang terdapat dalam buku ini bermakna kekerasan bukanlah kecelakaan atau kesalahan tapi justru diperlukan demi keberlangsungan kapitalisme Kekerasan dilihat bukan dari kacamata pemerintah tapi dari kacamata korban kekerasan Definisi korban kekerasan baik perorangan maupun kelom pok ada baiknya m engacu pada Deklarasi Prinsip-Prinsip Dasar Keadilan bagi Korban Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan terutama pada paragraf 1 dan 2 yaitu ldquoKorban berarti orang yang secara

pero rangan dan kelom pok m enderita kerugian termasuk cedera fisik dan mental penderitaan emosional kerugian ekonomi atau perampasan nyata terhadap hak dasar merekardquo2

Kritik atas Pendekatan dalam Memandang Kapitalisme

Profesor asal Maroko dari Institute o f Educational Panning di Rabat ini mengawali uraiannya dengan membeberkan lima jenis k a rak teristik pendekatan persepsi dan perhatian masyarakat demokratis-kapitalis yang bias tidak benar saling berkaitan dan saling m elengkapi dalam m em andang kekerasan

Pertama ia mengungkapkan adanya analisis yang dangkal atau superficial atas m akna kekerasan M edia m assa hanya memberitakan aspek-aspek kekerasan yang paling mudah dilihat secara visual sedangkan bentuk-bentuk kekerasan atau pelanggaran hak asasi manusia yang menurut mereka tidak layak d iberitakan tidak akan dim uat meskipun kekerasan itu sangat dramatis Perhatian pub lik hanya terfokus pada kekerasan yang instan dan sensasional yang digembar-gemborkan media massa seperti perampokan bank pembajakan pesawat Namun demikian tidak menaruh perhatian pada seorang kondisi im igran dari suku Indian Barat di London atau Puerto Rico di New York atau Arab di Paris yang menjadi korban kekerasan

Kedua adanya analisis yang kurang proporsional oleh masyarakat Barat Mereka melebih-lebihkan wilayah dan intensitas kekerasan yang sebenarnya tidak begitu serius atau mereka mereduksi suatu tindak kekerasan sehingga dampaknya menjadi minimal Ketika orang membandingkan jumlah korban teroris sikapnya terhadap pelaku terorisme di Eropa seperti IRA Action Directe Brigade M erah atau Al-Qaeda

2 Theo van Boven Mereka yang Menjadi Korban ELSAM Jakarta 2002 hlm 6

1 1 2

tidak lah sam a sikap m ereka terhadap serangan yang dilakukan pemerintah Israel terhadap bangsa Palestina Lebanon Tunisia dan Irak

Setelah m em bandingkan sikap masyarakat Barat terhadap kasus kekerasan terlihat adanya ketidakproporsionalan sikap Barat terhadap kekerasan Tidak proporsional ini te rjad i karena konsep ten tang perlindungan hak asasi m anusia yang dimaknai sempit Ketika parlemen Prancis m em bahas kem ungkinan penghapusan perbudakan selam a abad k e -19 top ik utamanya yaitu berapa banyak kompensasi yang harus diterim a pem ilik budak jika perbudakan d ihapuskan bukan pada kompensasi yang harus diterima oleh para budak yang sekian tahun menderita dan dibelenggu kebebasannya

Ketiga adanya analisis individualis- tik yang keterlaluan Maksudnya yaitu hanya memperhitungkan faktor-faktor individu yang pada kenyataannya dianggap sebagai pendekatan yang objektif Hubungan kausal antara kekerasan yang diamati dan struktur sosial yang m elingkupinya dilenyapkan secara sistematis Konsekuensinya analisis te rsebu t gagal m enelusuri hubungan- hubungan logis antara seorang individu sebagai pelaku atau korban dan kelompok atau kelas sosial darimana dia berasal

Di masa lampau ketika Afrika dijajah Prancis Inggris Spanyol dan Portugal kaum nasionalis yang berjuang melawan penjajah digambarkan dan dituduh sebagai gangster agitator ekstremis pemimpin gerombolan atau pembunuh bukannya sebagai pejuang kebebasan Kini ketika kelompok oposan menentang rezim-rezim brutal di El Salvador Guatemala atau Afrika Selatan yang terpaksa m enggunakan kekerasan m ereka tidak pernah dianggap sebagai pa trio t yang menentang tatanan sosial yang represif dan tidak adil namun sebagai teroris fanatik yang hanya bertujuan menciptakan anarki dan keporakporandaan

M enurut Salm i kelem ahan dari analisis individualistik ini adalah kenyataan analitis yang mengesampingkan sepenuhnya bentuk-bentuk kekerasan institusional terutama yang dilakukan oleh negara itu send iri Ind iv idu yang m elaksanakan kekerasan dipersalahkan tapi tidak ada seorang pun yang mendakwa pihak lain di balik layar atau dalang dari state terrorism ini T erlihat m isa lnya k e tika sejarah memutuskan hanya ada satu tertuduh dalam pembunuhan massal My Lai yang dilakukan oleh pasukan Amerika Serikat secara biadab terhadap 450 orang penduduk desa di Vietnam Selatan yaitu Letnan W illiam Calley Sem entara kitapun tidak pernah menentang keterlibatan AS di Vietnam

Tuduhan atas pelaku terorisme yang selam a ini berkem bang leb ih banyak diarahkan pada non-state actors dan jarang mengungkap pelaku state actor Padahal m enurut Prof Igo r P rim oratz dalam tulisannya berjudul State Terrorism and Counterterrorismrdquo3 state terrorism justru lebih berbahaya daripada non-state terrorism Alasan pertam a dalam berbagai cara state terrorism merupakan gabungan dari aksi yang penuh kerahasiaan tipu daya dan kemunafikan Ketika terlibat dalam suatu aksi terorisme mdash apakah pelakunya negara itu sendiri atau negara proxinyamdashsebuah negara akan bertindak sembunyi-sembunyi Suatu negara tid ak m engakui segala bentuk keterlibatan dan mengaku taat pada nilai-nilai dan prinsip yang m engaturnya Bahkan alasan yang digunakan ketika melakukan tindakan terorisme adalah sebagai legitimasi tindakan perang atau dalam rangka menjaga pertahanan dan keamanan negara Kedua Primoratz mengutip tulisan Walter Laquer dalam buku The Age o f Terrorism yang m enyatakan bahwa tindakan teror yang

3 Prof Igor Prim oratz State Terrorism and Counterterrorism Working Paper Number 20023 Centre for Apply Philosophy and Public Ethics dalam httpeprintsunimelbeduauarchive0000013701 Primoratpdf

1 1 3

dilakukan oleh negara po lisi dan pemerintahan tirani bertanggung jawab atas ribuan kali leb ih banyak korban dan kesengsaraan ketimbang tindakan terorisme individu yang dilakukan bersama-sama

K ritikan terak h ir Salm i atas pendekatan dalam memahami kekerasan bahwa kekerasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia sering ditampilkan hanya dengan analisis sepihak atau satu sisi pandangan ideologis Ini terlihat dalam kekhawatiran pemerintah Amerika Serikat terhadap upaya pelaksanaan hak asasi manusia di negerinya Ayatollah Khomeini Iran akan tampak lebih diakui dan absah jika sikap penghargaan atas pelaksanaan hak asasi manusia tersebut diberikan kepada Syah Iran yang m enyiksa law an-law an politiknya melalui tangan-tangan polisi rahasianya di saat Syah berkuasa Kekerasan yang bias dan sengaja juga tampak dalam pilihan kata dan ungkapan yang digunakan oleh media massa Perlakuan terhadap gerakan pemberontakan Palestina (Intifadha) selama akhir tahun 1980-an adalah contoh lain yang jelas-jelas d iberitakan secara b ias O pini pub lik A m erika Serikat yang diarahkan lebih bersimpati kepada Israel terlihat sangat nyata dalam pemberitaan media Ketika ratusan orang Palestina dibunuh oleh tentara Israel yang ditempatkan di Tepi Barat dan Jalur G aza pers A m erika Serikat hanya m em beritakannya di halam an pojok Sementara itu kematian seorang warga Israel menjadi headline dan diliput di halaman muka Pemberitaan tentang kematian Tirzah Poret seorang korban ldquoterorismerdquo Palestina yang tidak berdosa yang dimasukkan dalam tajuk rencana Washington Post tertanggal 8 April 1988 berlawanan dengan pemberitaan yang kering dan sangat tidak berimbang tentang meninggalnya 130 orang Palestina lanjut usia di Tepi Barat

Bentuk-Bentuk Kekerasan

Bagian berikutnya dalam buku ini yang sem akin m enarik ya itu setelah menelaah berbagai pendekatan masyarakat kapitalis dalam m em andang kekerasan Salm i berupaya m engkategorisasikan berbagai kekerasan tersebut ke dalam empat bentuk kekerasan Di dalam merumuskan em pat ben tuk kekerasan te rsebu t dia mensyaratkan harus memenuhi dua kriteria yang d idasarkan pada ben tuk-ben tuk kekerasan yang analitis tidak parsial dan teliti yaitu objektivitas (objectivity) dan kelengkapan yang mendalam (exhaustivity) Bentuk kekerasan tersebut adalah kekerasan langsung kekerasan tidak langsung kekerasan represif dan kekerasan alienatif

Bentuk kekerasan yang pertama yaitu kekerasan langsung Kekerasan ini merujuk pada tindakan yang menyerang fisik atau psikologis orang secara langsung Penggunaan kekerasan langsung ini menurut Salmi mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai cara untuk mengakses sumber daya alam sebagai cara yang efektif untuk mencari tenaga keija dan sebagai cara untuk menjaga kelangsungan kapitalisme hingga sekarang ini Sepanjang catatan sejarah suatu bentuk kegiatan ekonomi kapitalisme tidak bisa berkembang di lingkungan yang sumber daya alamnya masih perawan dan tersedia secara bebas untuk sem ua orang Kapitalism e membutuhkan persediaan sumber daya alam (tanah air minyak dan bahan mineral) yang dimiliki oleh sektor privat (swasta) atau penguasaan sumber daya alam oleh swasta sebagai ben tuk peno lakan terhadap kepemilikan atau penguasaan sumber daya alam secara kelompok

Sejarah Amerika Serikat sepanjang abad ke-18 diwarnai tindakan perampasan tanah-tanah bangsa asli orang kulit berwarna (suku Indian) oleh orang kulit putih Sebelum

114

tahun 1860 penduduk Indian telah berkurang hampir dua pertiga M impi suku Indian berakhir pada 18 Desember 1890 ketika pasukan Amerika Serikat membunuh 200 orang laki-laki perempuan dan anak-anak di Wounded Knee

Penggunaan kekerasan untuk mengontrol sumber daya alam bukan hanya terjadi di masa lampau Di Amerika Serikat juga suku Navajo Indian di bagian barat daya dan suku Sioux di D akota terusik oleh perusahaan-perusahaan pertambangan besar yang sangat bernafsu mengeruk batu bara dan uranium yang ada di daerah kekuasaan suku Indian itu Begitu juga yang teijadi pada suku Aborigin di Australia Tasmania Selandia Baru dan Tahiti

Fungsi untuk mencari tenaga kerja juga diyakini Salmi sebagai tujuan dari kekerasan langsung Banyak pekeija di Haiti setiap tahunnya d irekru t dengan ja lan ldquoditangkap dirazia dan dipaksardquo kemudian dik irim ke R epublik D om inica untuk dipekerjakan di perkebunan tebu Fungsi ini memang banyak ditemukan di negara Dunia Ketiga Bentuknya antara lain pertama perbudakan hutang Di banyak negara ketika dalam keadaan sulit misalnya gagal panen maka untuk bertahan hidup para petani terpaksa meminjam uang dari rentenir Jika panen beriku tnya gagal lag i m ereka memasuki pintu perbudakan karena jeratan hutang Fenomena ini banyak berkembang di India dan Bangladesh Bentuk kedua dari keija paksa berhubungan dengan penggunaan tahanan atau narapidana sebagai tenaga keija yang ldquod ik o n trak rdquo oleh perusahaan- perusahaan sw asta Di K olom bia perusahaan-perusahaan Amerika Serikat menggunakan beribu-ribu tahanan sebagai tenaga kerja dengan gaji yang tidak masuk akal B entuk ketiga yaitu beberapa pemerintah mengambil tenaga kerja secara paksa dan menggunakannya untuk bekeija di sektor publik tanpa digaji Praktik ini banyak teijadi di Indonesia Liberia dan Pakistan

Fungsi kekerasan langsung yang terakhir terletak pada upaya melestarikan tatanan orde kapitalism e Pada tingkat internasional sebagian besar negara dengan sistem ekonomi kapitalis rezim politiknya bersifat otoriter Kecuali di negara-negara Barat yang demokratis dan beberapa negara Dunia Ketiga yang belakangan ini telah mengganti pemerintahan diktatornya dapat d iam ati bahw a pem bunuhan dengan kepentingan politik pembunuhan massal masyarakat sipil penahanan yang semaunya sendiri penculikan dan ldquopenghilangan o rangrdquo m erupakan m etode yang biasa digunakan di seluruh dunia untuk meredakan tuntu tan kebebasan dan keadilan yang berlebih

Salmi dapat menyimpulkan bahwa dim ensi ekonom i turut berperan dalam sebagian besar perang dan konflik yang pecah mulai abad ke-15 Di antaranya terlihat dalam konflik Utara-Selatan Bentuknya antara lain perdagangan budak perang m elaw an pen jajah perang un tuk m em peroleh kemerdekaan dan intervensi m iliter saat perang dingin Jelas bahwa semua konflik itu tujuan pokoknya adalah untuk memenuhi tu juan-tu juan ekonom is seperti upaya perluasan wilayah kekuasaan upaya untuk mengendalikan sumber daya alam pencarian pasar-pasar baru atau peluang investasi atau kebutuhan untuk mencari tenaga keija murah Dan penggunaan senjata dalam kekerasan langsung bukanlah sekadar cerita yang mengada-ada dalam sejarah kapitalisme Bahkan hal ini merupakan cara yang wajar untuk m enciptakan m elestarikan atau mengubah hubungan-hubungan ekonomi dan sosial yang menjadi ciri sistem produksinya

B entuk kekerasan k e d u a yaitu kekerasan tidak langsung yang bermakna tindakan yang membahayakan manusia juga tetapi tidak melibatkan hubungan langsung antara korban dan pihak yang bertanggung jawab atas tindak kekerasan tersebut

Salmi mengkategorikan kekerasan tidak langsung ke dalam dua jenis yaitu

1 1 5

kekerasan yang dimediasi atau termediasi dan kekerasan dengan atau karena pembiaran

K ekerasan yang d im ediasi atau term ediasi m erupakan hasil intervensi manusia secara sengaja terhadap lingkungan alam atau sosial yang membawa pengaruh secara tidak langsung pada manusia lain Pokok kajian dari bentuk kekerasan ini ada em pat ya itu pengaruh ko lon ialism e pengaruh fisik proses produksi pengaruh sifat hasil-hasil produksi dan pengaruh kemajuan teknologi

Selain tindakan m iliterism e kolonialism e m em iliki pengaruh pada kehidupan m asyarakat te rja jah yang memburuk M isalnya berupa penyebaran epidemi penyakit yang berbahaya rusaknya keseimbangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat dan wabah kelaparan akibat supply makanan yang minim

Contoh lain dari kekerasan yang term ediasi dapat d item ukan dalam berjalannya proses produksi Di banyak industri para pekerja setiap hari melakukan kontak dengan limbah produksi atau mesin yang mengancam keselamatan dan kesehatan mereka karena mengakibatkan keracunan alergi kulit keguguran atau mutasi genetik dan penyakit kronis Proses produksi secara fisik tidak hanya berdampak pada pekeija tapi ju g a m em baw a konsekuensi bagi lingkungan di luar perusahaan tersebut K erusakan eko log is ini dapat berupa kerusakan lingkungan alam dan penipisan sumber daya alam yang dapat diperbaharui

S ifa t-s ifa t hasil produksi m enciptakan bentuk kekerasan yang termediasi yang lain dalam sistem ekonomi kapitalis Karena tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan sebanyak- banyaknya maka mereka menjual semua yang diproduksi Ini berarti bahwa kemampuan menjual sebuah produk menjadi kriteria pokok dalam menentukan barang dan usaha produksi Sehingga produk yang dijual kurang memperhitungkan dampak negatif atau positif produk tersebut bagi kesehatan

dan keselam atan konsum en Di negara- negara industri terdapat hubungan yang jelas antara produk yang dikonsumsi masyarakat dan penyakit yang mereka derita Konsumsi daging dan lemak yang berlebihan dapat menyebabkan penyakit jantung hepatitis dan sebagainya

Bentuk kekerasan termediasi lainnya terlihat pada dampak kemajuan teknologi Selam a m asa p en ja jahan kehidupan masyarakat tradisional pedesaan di banyak negara secara b ru ta l berubah dengan d iperkenalkannya ldquopertan ian untuk p erdaganganrdquo dan seiring dengan menurunnya hasil pertanian dengan sistem trad is io n a l R evolusi e lek tron ik ju g a berdam pak n eg a tif bagi negara-negara berkem bang ya itu m enam bah jum lah pengangguran dan memperdalam jurang kaya miskin Namun ini tidak berarti bahwa kemajuan teknologi itu buruk Keburukannya tidak terletak pada teknologinya saja tapi ju g a cara m enggunakannya untuk berproduksi dan bidang apa yang seharusnya m enggunakan teknolog i canggih serta teknologi apa yang harus dikembangkan atau ditunda

Kategori kedua dari kekerasan tidak langsung menurut Salmi yaitu kekerasan karena pembiaran Jenis ini digambarkan dengan seseorang yang berada dalam keadaan bahaya nam un tid ak ada orang yang m enolongnya B entuknya antara lain kem iskinan isu kelaparan penderitaan karena sak it serta lingkungan kerja masyarakat miskin

Kemiskinan dan ketidakadilan sosial di negara-negara kapitalis adalah bentuk paling jelas dari kekerasan karena pembiaran Kesenjangan pendapatan ekonomi antara negara kaya dan berkembang merupakan aspek pertama dalam kekerasan jenis ini Implikasi dari tingkat ketidakadilan yang tinggi ini yang telah diteliti di sebagian besar negera-negara tersebut adalah ternyata sebagian besar m anusia hidup dalam kemiskinan mutlak Untuk mengetahui asal

116

usul k e tidakad ilan di dalam ekonom i kapitalis kita perlu melihat faktor determinan yang mempengaruhi distribusi pendapatan Distribusi pendapatan sangat terkait dengan proses produksi Salmi m enyitir prinsip distribusi pendapatan yang diutarakan oleh Milton Friedman dalam buku Capitalism and Freedom bahwa setiap orang seharusnya m enerim a sesuai dengan apa yang diproduksinya berikut alat-alat produksi yang dimilikinya Menurut prinsip ini pendapatan setiap individu ditentukan oleh kuantitas fak tor p roduksi yang d im ilik inya dan besarnya keuntungan yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi tersebut Namun perm asalahannya te rn y a ta d is tribusi kepem ilikan modal tidaklah adil Agar ekonomi kapitalis dapat beroperasi maka harus memiliki pasar buruh di mana tenaga mereka dapat ditukar dengan upah Jika alat produksi (tanah dan modal) terdistribusi secara adil tidak akan ada perbedaan antara buruh dan pemilik alat produksi sehingga tidak ada orang yang merasa terpaksa bekeija untuk m endapatkan upah Sum ber ke tidakad ilan beriku tnya ya itu tidak setaranya keuntungan yang diperoleh dari modal dan buruh Perbedaan ini disebabkan pem ilik a la t-a la t p roduksilah yang memutuskan pembayaran untuk setiap faktor produksi

K rim inalitas dengan kekerasan langsung ju g a m erupakan ak ibat dari kem iskinan di banyak negara Salm i menyatakan dalam sebuah studi tentang kriminalitas menyebutkan bahwa masyarakat dengan distribusi kesehatan dan kekuasaan yang tidak adil cenderung menghadapi m asalah k rim inalitas yang besar dan sebaliknya Lingkungan kerja masyarakat miskin sering kali juga diwarnai dengan kekerasan karena pembiaran

B entuk kekerasan yang ketiga menurut Salmi yaitu kekerasan represif Kekerasan ini merupakan kekerasan yang dilegalkan atau tidak dikenakan sanksi atas pelanggaran terhadap hak-hak dasar

masyarakat yang umumnya dilakukan oleh negara atau pemerintah Bentuk kekerasan ini terkait dengan 3 macam hak dasar manusia yaitu hak sipil hak politik dan hak sosial

Untuk sem akin m engkonkretkan bentuk kekerasan ini Salmi menjabarkannya ke dalam studi kasus yang berbeda-beda di berbagai negara seperti Inggris India Republik Federal Jerman Swiss Jepang Australia Kanada Prancis dan Amerika Serikat Salah satu contohnya adalah yang terjadi di A ustralia K esejahteraan dan demokrasi di Australia ternodai oleh praktik rasis dan re p re s if te rhadap penduduk Aborigin Suku Aborigin secara historis dicabut hak-hak tradisionalnya dan hak atas tanah leluhurnya Kehidupan keseharian dan hak-hak politik mereka dibatasi

Bentuk kekerasan keempat akibat paham kapitalisme yaitu kekerasan alienatif Kekerasan ini merujuk pada pencabutan hak- hak individu yang lebih tinggi Konsep kekerasan ini memiliki makna objektif dan makna subjektif Dalam makna objektif alienasi merupakan sebuah fenomena sosial dimana seorang individu tercabut haknya untuk menentukan nasib sendiri misalnya ditolak hak atau kesem patannya untuk berperan ak tif dalam proses pembuatan keputusan tentang karakter dan orientasi kehidupan profesional serta sosial dirinya Sedangkan dalam makna subjektif alienasi secara esensial memiliki makna psikologis dan mengacu pada situasi dimana individu m erasa asing dengan d irinya sendiri kebudayaannya atau komunitasnya

Kekerasan alienatif memiliki dampak di berbagai bidang Di antaranya pada organisasi keija modem Di dalam organisasi yang seperti ini setiap pekerja memiliki kekuasaan dan tanggung jawab yang sempit sehingga keterlibatan dan partisipasi nyata m ereka di dalam proses pengam bilan keputusan yang bersifat global menjadi terpinggirkan

Jenis kekerasan yang diakibatkan oleh ekonomi kapitalis ini tidak hanya

1 1 7

mempengaruhi orang yang bekerja di pabrik- pabrik dan kantor modem tapi juga orang dan komunitas yang hidup di pinggir-pinggir sistem ekonomi modem Hal ini teijadi setiap kali perusahaan kapitalis berbenturan dengan sebuah sistem ekonomi tradisional yang sedemikian hingga membatasi dan mencegah kegiatan-kegiatan produksi dimana pola kehidupan kultural dan sosial masyarakat yang bersangkutan tergantung padanya

Dimensi lain dari kekerasan alienatif yaitu rasisme Rasisme bukan hanya berupa kebencian untuk mengisolasikan beberapa orang pinggiran yang mempunyai ide-ide yang menyimpang tapi esensinya merupakan sebuah fenomena sosial dan perannya sama dengan ideologi dalam masyarakat kapitalis

Seksism e dapat ju g a dianggap sebagai sebuah bentuk rasisme Dengan dalih adanya perbedaan psikologis dan biologis yang fundam ental antara laki-laki dan perempuan hierarki sosial telah berkembang jauh sehingga menguntungkan kaum laki- laki Perempuan khususnya ditempatkan sebagai subordinat yang berakibat pada semua aspek kehidupan sehari-hari yang biasanya berorientasi domestik Bentuk lain dari kekerasan a lienatif yaitu adanya pemujaan terhadap perilaku konsumtif yang terjadi di negara-negara industri maju

Bagian akhir buku ini disimpulkan oleh Salmi bahwa kekerasan merupakan fenomena multisegi yang berkaitan dengan sebab-sebab khusus dan akibat-akibatnya serta merefleksikan adanya keyakinan penuh bahwa terdapat nilai-nilai hak asasi manusia yang universal

Bila sedikit membandingkan dengan teori peradaban yang dikemukakan oleh Johan Galtung4 kategori kekerasan dibagi menjadi kekerasan langsung kekerasan struktural dan kekerasan kultural Khususnya tentang kekerasan kultural yang tampaknya tidak secara eksplisit dikemukakan oleh

4 Johan Galtung Studi Perdamaian Pustaka Eureka 2003 hlm 431

Salm i G altung berpendapat bahw a kekerasan kultural terjadi ketika aspek budaya ranah simbolik kita dapat digunakan untuk m enjustifikasi atau m elegitim asi kekerasan langsung atau struk tural Kekerasan kultural merupakan kekerasan langsung yang dilegitim asi dan dengan demikian dapat diterima di tengah-tengah masyarakat Misalnya asumsi yang dibangun bahwa pembunuhan atas nama negara adalah benar sedangkan atas nama individu adalah salah sesungguhnya dapat mengaburkan realita yang teijadi

Akhir kata buku setebal 292 halaman ini kaya akan referensi peristiwa sejarah konkret yang pernah terjadi di berbagai negara sebagai ben tuk dari berbagai kekerasan b eserta fak to r-fak to r yang m elatarbelakanginya S truktur buku ini sangat sistematis dan dalam beberapa hal cukup netral dalam menilai bentuk-bentuk kekerasan yang pernah terjad i dalam peradaban manusia Meskipun subjektivitas yang menggambarkan tuntutan kesetaraan dan keadilan yang proporsional antara negara maju dan negara berkembang bahkan dengan negara Dunia Ketiga kerap muncul dalam pemikiran Salmi Kemudian yang menarik buku ini dapat dijadikan kerangka berpikir untuk melakukan studi tentang kekerasan di segala lapisan masyarakat dalam situasi apa pun

Daftar Pustaka

Galtung Johan 2003 Studi Perdamaian Jakarta Pustaka Eureka

Primoratz Igor Sta te Terrorism and Counterterrorism Working Paper Number 20023 Melbourne Centre for Apply Philosophy and Public Ethics dalam http eprintsunimelbeduauarchive00000137 01Primoratpdf

Van Boven Theo 2002 Mereka yang Menjadi Korban Jakarta ELSAM

Wikipedia Capitalism Yang diakses pada 3 Juli 2006

118

Tentang Penulis

Adriana Elisabeth Peneliti Bidang Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Ia memperoleh gelar Master o f Social Sciences in International Relation dari University o f Tazmania Bidang kajian yang ia tekuni antara lain adalah ekonomi politik

Amiruddin al Rahab adalah inisiator Pokja Papua dan Peneliti di ELSAM-Jakarta Peneliti berdarah Temate dengan fokus kajian mengenai Papua ini sedang melanjutkan studi S2-nya pada proram Pascasaijana Universitas Indonesia

Athiqah Nur Alami kandidat peneliti pada Bidang Politik Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Ia menamatkan SI dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Ia mendalami bidang kajian Australia dan bidang gender

Indriana Kartini saijana Hubungan Internasional FISIP Unpad yang lulus pada tahun 2002 ini adalah peneliti Bidang Politik Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Kontributor bukuSaddam Melawan Amerika (2003) ini aktif di ISMES the Indonesian Society for Middle East Studies) Saat ini tengah melanjutkan studi S2 di University o f Melboume Australia

Lili Romli lahir di Serang-Banten Ia merupakan peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI Selain itu ia juga mengajar di almamaternya pada Jurusan Ilmu Politik FISIP UI Saat ini ia sedang melanjutkan program doktor ilmu politik di Universitas Indonesia Menulis di beberapa jumal ilmiah dan aktif melakukan penelitian berkaitan dengan pemilu partai politik lembaga perwakilan dan otonomi daerah

Syafuan Rozi Peneliti Bidang Politik Nasional Pusat Penelitian Politik LIPI ini mendapatkan gelar SI dan S2-nya dari Universitas Indonesia Fokus kajian peneliti kelahiran Bengkulu ini adalah mengenai konflik dan birokrasi Selain sebagai peneliti ia juga aktif mengajar di IISIP Jakarta

Syamsuddin Haris Ahli Peneliti Utama Pusat Penelitian Politik LIPI Lahir di Bima menyelesaikan SI dari FISIP Unas S2 dari FISIP UI dan tengah menyelesaikan doktoral di FISIP UI Sejumlah karyanya yang telah diterbitkan adalah Demokrasi di Indonesia Gagasan dan Pengalaman (1995) Menggugat Politik Orde Baru (1998) Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru (editor 1998) Reformasi Setengah Hati (1999) dan Desentralisasi dan Otonomi Daerah (editor 2005)

1 1 9

Beberapa Karya Peneliti P2P-LIPI

S tra te g i ASEANdalam P erluasan ASEAN+3 Indonesia-Rusia

Reformasi

pWniirsquoiWSl feTafiAe

E d ito r Lili Romli

Selain karya tersebut masih terdapat karya-karya lain Untuk informasi lebih lanjut hubungi Pusat Dokumentasi dan Informasi P2P-LIPI Widya Graha Lt III Jl Jend Gatot Subroto No 10 Jakarta

InformasiHasil Penelitian Terpilih

Auslraliadan inggris1K a su s S u j i K S i T e n ga h M alu ku i raquo M ata ku U ta ra

w i

zm PMinoritasMuslim

w y - i

PERTAHANAN AUSTRALIA ~ 2000-2005

H mdash 0AN

laquopraquo

r- ASIA

ldquo SPONS NEGARA-NEGARA ASIA TIMUR DAN SELANDIA BARU

m j

ilm u Pe n g e ta h u a n ifittenesia

Page 4: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id

OPERASI-OPERASI MILITER DI PAPUAPAGAR MAKAN TANAMAN

Amiruddin al Rahab

AbstractThe aim o f this paper is to describe military operations in Papua undertaken by Kodam Tjendrawasih

The operations conducted by the Kodam based on security approach have caused thousands o f civilian victims Therefore Kodam that suppose to be the protector o f the people and the State has triggered bigger problem for unity o f the nations separating movement in the region The problem o f Papua has to be solved by targeting the roots o f the problem which is the role o f military as a tool for solving conflict in Papua After all the main problem in Papua has to be identified and solved by an approach that reaches the basic problem in that region self esteem and the welfare o f the people o f Papua

1 Pengantar

Rezim m iliter Orde Baru Soeharto menjadikan Papua sebagai daerah kekuasaan m iliter teru tam a

Angkatan Darat (AD) Kesan seperti itu sangat terasa karena instansi militer dan para petinggi militer di Kodam dan jajarannya mendominasi ranah politik dan jalannya pemerintahan di Papua Cengkraman AD atas Papua kian kuat karena adanya dwifungsi ABRI dan dijadikannya Papua sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) 1 2

Dengan semangat berdwifungsi obsesi u tam a sem ua p im pinan m ilite r Indonesia khususnya di ja jaran Kodam Trikora dan di Pem da Papua adalah

Peneliti di ELSAM Jakarta dan Inisiator Pokja Papua yang mendalami masalah hak asasi manusia dan militer serta politik lokal spesialisasi masalah separatisme dan gerakan perlawanan di Papua

1 Dalam tulisan ini Papua dipakai untuk mengaju kepada masa kini Sementara untuk mengacu ke masa lalu di pakai Irian Barat atau Irian Jaya Namun istilah itu dipakai secara bergantian dalam tulisan ini Di samping itu untuk menunjukkan orang selalu dipakai istilah Papua

2 Pemakaian istilah ABRI atau TNI sangat terkait kontekswaktunya Dalam tulisan ini istilah itu dipakai salingbergantian Bahkan juga dipakai istilah insitusi militer atau insituasi keamanan

m enghancurkan apa yang mereka sebut gerom bolan b ersen ja ta O PM 3 O bsesi penghancuran OPM itu juga dimotivasi oleh kepetingan ekonomi dan politik Secara po litik petinggi AD seperti Pangdam Danrem dan Dandim adalah juga Ketua Pembina Golkar di w ilayahnya4 Secara ekonomi semua perusahaan besar di Papua dikategorikan sebagai objek vital nasional Artinya perusahaan-perusahaan itu berada di bawah naungan militer untuk keamanannya Untuk itu perusahaan-perusahaan harus menyetor sejumlah uang

Pada gilirannya dalam setiap kepala pimpinan dan anggota ABRI semua orang Papua adalah separatis kecuali orang itu bisa menunjukkan dirinya bukan separatis Untuk m otivasi in i OPM yang sela lu kecil

3 Obsesi pimpinan militer untuk menghancurkan gerombolan bersenjata di Papua dapat dilihat dalam Mayjen Samsudin Pergolakan di Perbatasan Operasi Pembebasan Sandera Tanpa Pertumpahan Daerah Gramedia Jakarta 1994 hlm 59mdash 60

4 Hal ini berlangsung sampai Pemilu 1997 Obsesi politik itu adalah mengupayakan Golkar harus menang dalam setiap Pemilu di Papua Bahkan Pangdam juga merupakan anggota MPR dari fraksi utusan daerah

3

kekuatannya selalu dikampanyekan sebagai ancaman serius bagi NKRI Obsesi itu tumbuh dari cara pandang yang melihat gerakan menuntut pengakuan identitas politik Papua sekadar masalah ldquobom waktu yang ditinggalkan Belandardquo atau buah dari hasutan kelom pok separatis bukan m erupakan persoalan mendasar yang berkaitan dengan rasa keadilan dan harga diri orang Papua Maka dari itu untuk mengenyahkan ldquohantu OPMrdquo itu kebijakan yang diambil di Papua adalah menghancurkan OPM secara fisik (membunuh)5 dengan menggelar operasi militer berkesinambungan (DOM) dari tahun ke tahun

Dr Benny Giyai seorang rohaniwan dan intelektual Papua m encatat bahwa pengalaman di bawah cengkraman militer itu merupakan pengalaman pahit yang tak akan pernah terlupakan oleh orang-orang Papua Benny menuliskan bahwa dalam seluruh pengalaman pahit itu orang Papua merasa d iperlakukan bukan sebagai m anusia melainkan hanya sebagai objek yaitu objek operasi militer6

Sejarah sebagai objek kekerasan itushylah yang selalu diingkari oleh Indonesia sampai hari ini Pihak-pihak m iliter atau aparat keamanan di Papua sama sekali tidak pernah merasa melakukan kejahatan terhadap siapa pun di Papua karena operasi-operasi m ilite r yang m ereka lancarkan atau penangkapan-penangkapan serta penyiksaan

5 Membunuh di Papua sungguh dalam artian harfiah Pembunuhan terhadap Arnold Ap tahun 1984 atau pembunuhan terhadap Theis H Eluay tahun 2002 adalah contoh dari kebijakan itu Bahkan Kasad Jenderal Ryamizar Ryakudu menyatakan para anggota Kopassus yang telah divonis oleh Pengadilan Tinggi Militer Surabaya terbukti membunuh Theis sebagai Pahlawan NKRI

6 Benny Giyai Menuju Papua Baru Beberapa Pokok Pikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham- Dieyai 2000 Dalam pandangan Benny hari merdeka itu adalah hari datangnya kebahagian sehingga penderitaaan tidak lagi menjadi hari-hari orang Papua Selain itu Benny juga meyakini bahwa hari itu akan datang sebagaimana kosmologi orang Papua yang meyakini bahwa waktu berputar antara susah menuju senang dalambabakan-babakan tertentu Hlm 8mdash 9

atau pembunuhan dengan segala bentuknya di Papua hanyalah dalam rangka menjalankan tugas sebagai pe lindung NKRI dari rongrongan organisasi yang disebut sebagai OPM

Tulisan ini berusaha membeberkan operasi-operasi m iliter yang digelar oleh Kodam yang berpataka ldquoPraja Ghupta Virardquo (Ksatria Pelindung Masyarakat) di Papua Dalam pandangan orang-orang Papua ABRI alih-alih menjadi pelindung malah menjadi seperti pagar makan tanam an Operasi- operasi militer mendatangkan kesengsaraan lahir dan batin bagi orang-orang Papua Pandangan orang Papua itu masih bertahan sampai saat ini sehingga mendorong mereka m enuntu t m erdeka karena rendahnya kepercayaan terhadap instansi pemerintah yang ada di Papua

Dalam keperluan tulisan ini operasi- operasi militer yang berjalan terus-menerus dilihat sebagai kemenangan politik ABRI dalam melakukan bargaining dengan aktor- ak to r negara la in dalam m engam bil kebijakan Dwifungsi ABRI membuat aktor- aktor politik lainnya kehilangan kendali terhadap ABRI Hal itu terjadi karena kuatnya pengaruh perwira militer dalam politik lokal Papua baik dalam badan legislatif Papua maupun dalam lembaga eksekutif di Papua7

2 ABRI Wajah Indonesia di Papua

Sampai saat ini argumen Indonesia bahwa proses penggabungan Papua ke dalam Indonesia adalah suatu ldquokehendak dan panggilan sejarahrdquo dari sikap patriotisme para sukarelawan terasa tidak memadai lagi

7 Konsepsi dwifungsi ABRI membuat cara pandang aktor- aktor politik lainnya terkesampingkan Selain itu selama operasi m iliter itu berlangsung jajaran birokrasi dikendalikan pula oleh para perwira aktif mulai dari Ketua DPRD I dan II se-Papua wakil gubernur bupati dan atau wakil bupati se-Papua Institusi strategis juga dikendalikan oleh perwira ABRI aktif yaitu Kantor Direktorat Sospol Provinsi dan Kabupaten se-Papua dan Mawil Hansip Provinsi dan Mawil Hansip Kabupaten se-Papua

4

kekuatannya selalu dikampanyekan sebagai ancam an serius bagi NKRI Obsesi itu tumbuh dari cara pandang yang melihat gerakan menuntut pengakuan identitas politik Papua sekadar masalah ldquobom waktu yang ditinggalkan Belandardquo atau buah dari hasutan kelom pok separatis bukan m erupakan persoalan mendasar yang berkaitan dengan rasa keadilan dan harga diri orang Papua Maka dari itu untuk mengenyahkan ldquohantu OPMrdquo itu kebijakan yang diambil di Papua adalah menghancurkan OPM secara fisik (membunuh)5 dengan menggelar operasi militer berkesinambungan (DOM) dari tahun ke tahun

Dr Benny Giyai seorang rohaniwan dan intelektual Papua mencatat bahwa pengalaman di bawah cengkraman militer itu merupakan pengalaman pahit yang tak akan pernah terlupakan oleh orang-orang Papua Benny menuliskan bahwa dalam seluruh pengalaman pahit itu orang Papua merasa d iperlakukan bukan sebagai m anusia melainkan hanya sebagai objek yaitu objek operasi militer6

Sejarah sebagai objek kekerasan itushylah yang selalu diingkari oleh Indonesia sampai hari ini Pihak-pihak militer atau aparat keamanan di Papua sama sekali tidak pernah merasa melakukan kejahatan terhadap siapa pun di Papua karena operasi-operasi m ilite r yang m ereka lancarkan atau penangkapan-penangkapan serta penyiksaan

5 Membunuh di Papua sungguh dalam artian harfiah Pembunuhan terhadap Arnold Ap tahun 1984 atau pembunuhan terhadap Theis H Eluay tahun 2002 adalah contoh dari kebijakan itu Bahkan Kasad Jenderal Ryamizar Ryakudu menyatakan para anggota Kopassus yang telah divonis oleh Pengadilan Tinggi Militer Surabaya terbukti membunuh Theis sebagai Pahlawan NKRI

6 Benny Giyai Menuju Papua Baru Beberapa PokokPikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham- Dieyai 2000 Dalam pandangan Benny hari merdeka itu adalah hari datangnya kebahagian sehingga penderitaaan tidak lagi menjadi hari-hari orang Papua Selain itu Benny juga meyakini bahwa hari itu akan datang sebagaimana kosmologi orang Papua yang meyakini bahwa waktu berputar antara susah menuju senang dalam babakan-babakan tertentu Hlm 8mdash 9

atau pembunuhan dengan segala bentuknya di Papua hanyalah dalam rangka menjalankan tugas sebagai p e lindung NKRI dari rongrongan organisasi yang disebut sebagai OPM

Tulisan ini berusaha membeberkan operasi-operasi militer yang digelar oleh Kodam yang berpataka ldquoPraja Ghupta Virardquo (Ksatria Pelindung Masyarakat) di Papua Dalam pandangan orang-orang Papua ABRI alih-alih menjadi pelindung malah menjadi seperti pagar makan tanam an Operasi- operasi militer mendatangkan kesengsaraan lahir dan batin bagi orang-orang Papua Pandangan orang Papua itu masih bertahan sampai saat ini sehingga mendorong mereka menuntut merdeka karena rendahnya kepercayaan terhadap instansi pemerintah yang ada di Papua

Dalam keperluan tulisan ini operasi- operasi militer yang berjalan terus-menerus dilihat sebagai kemenangan politik ABRI dalam melakukan bargaining dengan aktor- ak to r negara la in dalam m engam bil kebijakan Dwifungsi ABRI membuat aktor- aktor politik lainnya kehilangan kendali terhadap ABRI Hal itu teijadi karena kuatnya pengaruh perwira militer dalam politik lokal Papua baik dalam badan legislatif Papua maupun dalam lembaga eksekutif di Papua7

2 ABRI Wajah Indonesia di Papua

Sampai saat ini argumen Indonesia bahwa proses penggabungan Papua ke dalam Indonesia adalah suatu ldquokehendak dan panggilan sejarahrdquo dari sikap patriotisme para sukarelawan terasa tidak memadai lagi

7 Konsepsi dwifungsi ABRI membuat cara pandang aktor- aktor politik lainnya terkesampingkan Selain itu selama operasi m iliter itu berlangsung jajaran birokrasi dikendalikan pula oleh para perwira aktif mulai dari Ketua DPRD I dan II se-Papua wakil gubernur bupati dan atau wakil bupati se-Papua Institusi strategis juga dikendalikan oleh perwira ABRI aktif yaitu Kantor Direktorat Sospol Provinsi dan Kabupaten se-Papua dan Mawil Hansip Provinsi dan Mawil Hansip Kabupaten se-Papua

4

Apalagi argumentasi yang menyatakan bahwa Papua telah menjadi bagian dari Indonesia sejak alam terbentang karena terdapatnya persamaan adanya kapak batu persegi dan adanya persamaan relief lukisan di dinding gua batu

Lebih tak berarti lagi apabila klaim Indonesia itu sem ata disandarkan pada penguasaan Papua oleh kerajaan kuno seperti Sriwijaya Majapahit sampai Sultan Tidore8 Klaim atas Papua yang disandarkan pada argumen bahwa Papua adalah wilayah jajahan B elanda mdash sejak tahun 1828 berkat keberhasilan Belanda mendirikan benteng Fort du Buis di Teluk Triton Kaimanamdash secara otomatis menjadi wilayah Indonesia ju g a tidak m em bantu banyak dalam menyakinkan orang Papua bahwa mereka adalah bagian sah dari Republik Indonesia9

Semua argumen itu terasa hambar karena tidak berasal dari pengalaman nyata orang-orang Papua sendiri dalam berintegrasi dengan negara Republik Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 Lebih tepatnya orang Papua berinteraksi secara nyata dengan entitas negara Indonesia adalah melalui sebuah peijanjian internasional yang ditandatangani pada tanggal 12 Agustus 1962 di New York dan d ilan ju tkan dengan referendum tu juh tahun kem udian Referendum itu disebut oleh Indonesia sebagai Pepera yang dijalankan secara musyawarah antara 1025 orang mewakili seluruh orang Papua yang ada kala itu Baru setelah Pepera di tahun 1969 itulah Papua berintegrasi dengan Indonesia dengan tulang punggungnya pemerintahan militer

Operasi militer untuk memaksa Papua berintegarasi ke dalam Indonesia secara faktual dirintis mulai tahun 1961 dengan masuknya bala tentara Indonesia ke Papua

8 Sejarah yang menguntai jauh ke belakang sebagai legitimasi Indonesia atas Papua seperti ini dapat dibaca dalam Irian Barat dari Masa ke Masa Sejarah Militer Kodam XVII Tjendrawasih Puserjarah ABRI 1971 Hlm 9mdash 16

9 Argumentasi Papua adalah wilayah Indonesia karena bagian dari jajahan Belanda dipakai oleh Deplu Indonesia lihat brosur Sejarah Kembalinya Irian Jaya ke Pangkuan Republik Indonesia Deplu RI 1998

dengan sebutan sukarelawan dalam rangka m elakukan in filtra si un tuk m enguasai sebagian wilayah Papua dari Belanda dan kemudian daerah itu dimanfaatkan untuk m engacaukan ja lan n y a pem erin tahan Belanda atas Papua10 11 Sejak tahun 1961 itulah masyarakat Papua mengenal Indonesia secara nyata berkat adanya pasukan-pasukan ABRI yang menyusup ke Papua Artinya wajah pertama Indonesia di Papua diwakili oleh sepak terjang para pasukan infiltran ini

Fase infiltrasi ini ditujukan untuk m em bentuk b asis -b as is gerilya dan mempersiapkan pembentukan pos terdepan bagi upaya penyerbuan Papua oleh Indonesia Dalam fase ini dimasukkan lebih kurang 10 kompi prajurit ABRI ke Papua Fase kedua adalah m elakukan serangan terbuka di beberapa daerah seperti Biak Fak-fak Sorong Kaimana dan Merauke Fase ketiga adalah konsolidasi pasukan sebagai kekuatan militer Indonesia di Papua11

Salah satu perw ira ABRI yang menjadi infiltran ini adalah Kapten Benny Moerdani (kemudian menjadi Menghankam Paftgab 1983mdash 1988 Menhankam 1988mdash 193) dengan pasukan berkekuatan 206 yang berasal dari RPKAD dan Kompi II Batalyon 530Para dari Kodam Brawijaya Pasukan ini diterjunkan di Merauke dengan sandi Operasi Naga Operasi penyusupan di Papua ini secara kese lu ruhan d iberi sandi O perasi Djayawijaya Setelah New York Agreement disetujui Benny dipindahkan ke Holandia (Jayapura) menjadi komandan sementara seluruh pasukan infiltran Indonesia di Irian Barat12

Seluruh pasukan infiltran ini sebagaimana d isyaratkan oleh New York Agreement kemudian diorganisasi ke dalam Kontingen Indonesia (Kotindo) sebagai pasukan keamanan UNTE A Konsentrasi dari pasukan Indonesia ini awalnya adalah Merauke Kaimana Fak-fak

10 Drs M Cholil Sejarah Operasi-Operasi Pembebasan Irian Barat Puserjarah ABRI - Dephankam 1971

11 Julius Pour Benny Mordani op cit hlm 19812 Ibid hlm 224mdash 226

5

dan Sorong Semua pasukan Indonesia ini kemudian dibagi ke dalam empat datasemen yaitu Datasemen Adi Merauke Datasemen B di Kaimana Detasemen C di Fak-fak dan Detasemen D di Sorong

Pasukan-pasukan Indonesia ini kemudian diperbantukan kepada United Nation Security Force (U N SF) yang m erupakan aparat keam anan UNTEA Meskipun demikian seluruh komando tetap berada di bawah Panglima Mandala Artinya pasukan K otindo secara organik tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ABRI Maka dari itu segala tanggung jawab organisatoris dan administratif tetap menjadi tanggung jawab Indonesia

Dengan posisi yang demikian ABRI di Papua m em ilik i dua m isi form al merupakan alat kelengkapan dari UNTEA dalam UNSF sementara infomal adalah untuk melanjutkan komando Trikora Maka dari itu ABRI dalam K otindo lebih mementingkan tugas informalnya yaitu mengawasi UNTEA agar tidak merugikan Indonesia dan menekan kekuatan-kekuatan sosial po litik orang-orang Papua yang menentang Indonesia

Kehadiran dan sepak terjang ABRI yang kerap melakukan kekerasan di Papua di kemudian melahirkan satu sikap yang khas Papua pula yaitu Indonesia diasosiasikan dengan kekerasan U ntuk ke luar dari kekerasan o rang-orang Papua m ulai membangun identitas Papua sebagai reaksi untuk menentang kekerasan yang dilakukan oleh para anggota ABRI yang menjadi representasi Indonesia bertahun-tahun di Papua13 Makna yang terbangun di balik itu adalah menolak menjadi Indonesia berarti menolak menjadi korban kekerasan dari ABRI Sikap ABRI atas reaksi orang-orang Papua bukannya mencari jalan penyelesaian secara damai melainkan mengintensifkan kekerasan dengan skala yang

13 Amiruddin ldquoGerakan Papua MerdekarPenciptaan Identitas Ke-Papuan versus Ke-Indonesia-anrdquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIIINol Tahun 2005

lebih besar melalui operasi militer dengan menjadikan Papua sebagai DOM Akibatnya kekerasan menjadi lingkaran yang tiada putus di Papua selama puluhan tahun14

Sejak itu secara perlahan orang-orang Papua baik elit maupun jelata juga mulai mengenal Indonesia dalam arti sesungguhshynya Singkatnya dalam pandangan orang Papua ABRI adalah Indonesia Indonesia adalah A B R I15 A kibatnya perlaw anan terhadap Indonesia yang mulai buncah sejak tahun 1963 sampai hari ini tidak pernah berhenti Selalu ada pemimpin baru dengan pengikut yang juga potensial terus tumbuh16

3 Kodam Tulang Punggung Security Approach

Tahun 1963 MenPangad Jend A Yani mengeluarkan perintah Operasi Wisnumurti untuk mendatangkan pasukan dari divisi-divisi di Jaw a M akassar dan M aluku untuk mengembangkan kekuatan tempur dan staf Kodam XVII Tugas pokok Kodam ini adalah m enegakkan kew ibaw aan Pem erintah Indonesia menjamin keamanan dan ketertiban serta m embantu pem erintah sipil dalam membangun Irian Barat17 Para infiltran yang tergabung dalam Kotindo adalah inti kekuatan ABRI di Papua k e tik a K odam X V II Tjendrawasih dibentuk

14 Muridhan S W idjojo ldquoSeparatisme - Hak Asasi M anusia- Separatisme Siklus Kekerasan di Papua Indonesiardquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIIINol Tahun 2005

15 Mengenai wajah Indonesia itu adalah seluruh aksi kekerasan yang dilakukan oleh para prajurit ABRI ini dapat ditelusuri dalam Decki Natalis Pigai BIK Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua Sinar Harapan Jakarta 2001

16 Mengenai terus tumbuhnya perlawanan dan munculnya pemimpin-pemimpin baru dari setiap fase perlawanan itu lihat Yorris TH Raweyai Mengapa Papua Ingin Merdeka PDP Jayapura 2002 Yorris tercatat sebagai anggota PDP yang memperjuangkan kemerdekaan bagi Papua Hal ini menunjukkan bahwa regenerasi perlawanan terus berlanjut selama kekerasan terus terjadi

17 Irian Barat Op cit hlm 104

6

Sesunguhnya Kodam XVII yang awalnya bernama Kodam XVIIIrian Barat dibentuk melalui Surat MenPangadNo Kpts- 105881962 pada tanggal 17 Agustus 196218 atau 2 hari setelah New York Agreement ditandatangani Karena masa itu Indonesia belum memiliki kewenangan pemerintahan di Papua Kodam ini hanya berada secara bayangan dengan fungsi mengawasi UNTEA dan gerak-gerik politik orang-orang Papua terutama yang pro-kemerdekaan Papua Brigjen U Rukm ana yang kom andan K otindo merangkap sebagai Pangdam pertama di Papua19

Kodam ini kemudian direalisasikan secara nyata baru 12 Januari 1963 mendekati hari penyerahan adm in istrasi ke pem erin tahan Papua dari UNTEA ke Indonesia Kodam ini kemudian membentuk komando teritorialnya yang terdiri dari 3 Korem dan 23 Kodim Kemudian komando teritorial ini diubah pada tanggal 3 Maret 1963 menjadi 3 Korem20 dan 8 Kodim 70 Puterpa dan 20 K ooterpa21 K om ando- komando ini berfungsi sebagai gelar pasukan dan sekaligus penguasaan teritorial dalam rangka fungsi sosial politik secara nyata22 Di samping itu juga ditambah dengan dua batalion infantri Kodam mulai berfungsi secara riil 17 Mei 1963 setelah UNTEA mengalihkan tanggung jawab administrasi kepemerintahan ke Indonesia

18 Namun ulang tahun Kodam selalu diperingati tgl 17 Mei 1963 Hal ini mulai terjadi sejak tahun 1967

19 Irian Barat dari Masa ke Masa op cit hlm 100-10120 Sejak tanggal 5 Agustus 1964 jumlah Korem di Irian

Barat dikurangi menjadi 2 yaitu Korem 171 dengan markas di Manokwari dan Korem 172 dengan markas di Merauke Dua Korem ini bertahan sampai sekarang

21 Dari 8 Kodim ini dua Kodim langsung di bawah Kodam yaitu Kodim 1701 Jayapura dan Kodim 1702 Wamena Sementara 4 Kodim berada di bawah Korem 171 yaitu Kodim 1711 Manokwari Kodim 1712 Sorong Kodim 1713 Seruai dan Kodim 1714 Fak-fak Dua Kodim lainnya berada di bawah Korem 172 yaitu Kodim 1721 Merauke dan Kodim 1722 Tanah Merah PUTERPA (Perwira Urusan Perlawanan Rakyat) sekarang setingkat dengan Koramil Kooterpa (Koordinator Perlawanan Rakyat) sekarang Babinsa

22 Pusat Sejarah Kodam XVII op cit

K odam X V IIIrian Barat pada tanggal 30 Juni 1964 berganti nama menjadi Kodam XVIITjendrawasih dengan pataka-nya Praja Ghupta Vira yang berarti Ksatria Pelindung Masyarakat Sejak tahun 1964 inti kekuatan Kodam XVIITjendrawasih terus berkembang dengan dibentuknya batalion- ba ta lion baru ya itu B atalion 751 Tjendrawasih di Manokwari yang berasal dari K odam V IID iponegoro Y onif 752 Tjendrawasih di Sorong berasal dari Kodam VlSiliwangi dan Yonif753Tjendrawasih di Jayapura K etiga y o n if ini m erupakan pembaharuan dari yonif sebelumnya yaitu Yonif 641Tjendrawasih I yang berasal dari Diponegoro dan Yonif 642Tjendrawasih II yang berasal dari Siliwangi Ke dalam kedua batalion ini telah bergabung unsur dari Papua yaitu para gerilyawan KasuariTrikora dan anggota eks-PVK (Papuan Vrywillingers Korp) setelah mereka dididik di Siliwangi dan di Diponegoro23 Jumlah seluruh pasukan ABRI pada awal kehadiran Kodam ini sekitar 2000 prajurit lebih

Peran m ilitermdash terutam a ADmdash menjadi kian dominan di Papua ketika terjadi reo rgan isasi m ilite r Indonesia setelah kekuasaan beralih dari tangan Soekarno ke tangan Soeharto Dominasi militer di Papua itu sejalan dengan menguatnya militer dalam kekuasaan di Indonesia MenhankamPangab Benny Moerdani yang juga anggota MPR dalam sidang MPR tahun 1988 pernah menyatakan kekuatan militer dalam politik itu tak ubahnya sebagai partai politik Di era Benny Moerdani menjadi MenhankamPangab inilah peranan Kodam menjadi komando yang dominan di daerah dan sekaligus satu-satunya kekuatan militer yang mengendalikan kondisi keamanan dan ketertiban sekaligus kondisi sosial-politik daerah24 Dalam menjalankan fungsi sosial- politik ini ABRI aktif dalam menggalang

23 Irian Barat dari Masa ke Masa hlm 11524 Lihat Julius Pour Benny Mordani Profil Prajurit

Negarawan Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman Jakarta 1993 hlm 469mdash 474 dan hlm 543mdash 543

7

kekuatan politik bersama dengan Golkar25 Sejak orang Papua ikut Pemilu Indonesia di tahun 1971 sampai Pemilu tahun 1997 Golkar tetap merupakan partai politik dominan di Papua dengan perolehan suara di atas 80

Sejalan dengan kebijakan itu kemudian Kodam XVIITjendarawasih digabung dengan Kodam XVPatimura menjadi KodamXVII Trikora26 yang menjadi kekuatan hankam dan sosial politik utama pula di Papua Sebagai kekuatan hankam dan sosial-politik titik berat tugas ABRI di Papua adalah mengatasi gangguan kamtibmas dan menangkal subversi dalam negeri Dengan titik berat tugas militer seperti itu Kodam akhirnya menjadi institusi yang dikuasai oleh AD27

Seiring dengan itu rangkaian kekerasan dan pelanggaran HAM terjadi Pengalaman buruk di baw ah DOM ini kem udian membangkitkan pengalaman buruk rakyat Papua selama proses awal integrasi dan Pepera Pengalaman buruk itu kemudian tampil ke permukaan secara terbuka di kala kekuasaan m iliter dalam pemerintahan surut ketika reformasi politik terjadi tahun 1998 Di era reform asi di Papua tumbuh keberanian mempersoalkan seluruh kekuasaan Indonesia di Papua yang didominasi oleh m iliter itu Keberanian itu kian buncah ketika Panglima ABRI Jenderal Wiranto di bulan Agustus 1998 menyatakan minta maaf dan mencabut status Papua sebagai daerah DOM28

Dengan latar sejarah dan posisi politik seperti itu m iliter di Papua merasa dan melihat dirinya sebagai satu-satunya institusi yang menjaga keutuhan Indonesia di Papua Pada

25 Sejak orang Papua ikut Pemilu Indonesia di tahun 1971 sampai pemilu tahun 1999 Golkar selalu menang telak di atas 80 di Papua

26 Penggabungan terjadi bulan April 1985 berdasarkan surat perintah operasi KASAD NolSeptember 1984

27 Ibid hlm 47228 Kapan awal Papua bertatus DOM sampai saat ini belum

ada informasi yang pasti Namun dengan diumumkanya pencabutan status DOM oleh Jenderal Wiranto 8 Agustus 1998 menandakan bahwa Papua pernah berstatus DOM Setelah status DOM dicabut Pangdam Papua menyatakan Papua berstatus daerah rawan

gilirannya militer di Papua selalu bertindak keras terhadap segala bentuk gerakan atau opini yang mempertanyakan atau memprotes keadaan yang dirasakan kurang adil oleh tokoh-tokoh Papua Pada gilirannya militer Indonesia di Papua sangat mudah memvonis seluruh bentuk protes orang Papua sebagai gerakan separatis

K etika cap separa tis sudah dialamatkan oleh militer kepada seseorang di Papua maka orang itu akan bisa menjadi korban dalam sekejap Baik menjadi korban pencu likan peny iksaan bahkan pem shybunuhan Aksi kekerasan itu berlangsung bertahun-tahun dengan ribuan korban jiwa Para korban dan keluarganya inilah bersama- sama dengan kalangan muda dan mahasiswa serta tokoh-tokoh terpelajar Papua di era reform asi m ulai m enyuarakan perlunya Indonesia mempertanggungjawabkan seluruh kekerasan itu Untuk meminta pertanggungshyjaw aban itu wacana hak asasi manusia menjadi wacana yang paling dominan di Papua

Kian menghujamnya cengkraman militer terhadap kehidupan sosial politik di Papua ju g a tidak terlepas dari potensi ekonomi daerah ini yang begitu besar Hal itu te rlih a t k e tika PT F reepo rt m ulai menanamkan investasinya di Papua Untuk melindungi PT Freeport militer di Papua mulai mengembangkan pengaruhnya dalam politik lokal dengan cara yang lebih keras29 Selain itu m ilite r ju g a m em perbesar kekuasaanya dengan m enem patkan diri sebagai pelindung dari mengalirnya ribuan para imigran dan transmigran dari luar Papua Semuanya ini disebut oleh para petinggi militer sebagai tugas nasional dalam rangka menjaga integritas teritorial Indonesia di Papua

Seluruh sepak terjang militer yang mendatangkan luka di hati orang Papua inilah

29 Mengenai perlindungan militer terhadap PT Freeport lihat Amiruddin dan Aderito Soarea Perjuangan Amungme Antara Freeport dan Militer ELSAM Jakarta 2003 Lihat juga Denise Leith The Politics o f Power Freeport in Seharto rsquos Indonesia University of Hawaii Press Honolulu 2003

8

yang hendak diperbaiki dengan diberikan status otonomi khusus terhadap Papua Pada bagian Menimbang dari UU Otsus menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua selama ini belum sepenuhnya memenuhi rasa keadilan memenuhi kesejahteraan rakyat penegakan hukum dan belum sepenuhnya menghormati hak asasi manusia khususnya hak asasi masyarakat Papua

4 Operasi-Operasi Militer Penderitaan Rakyat Papua

Untuk mendapatkan perhatian OPM kerap melancarkan gerakan bersenjata secara sporadis Hal itu ditempuh OPM karena terbatasnya kem am puan tem pur akibat sedikitnya jumlah persenjataan Selain itu juga karena tidak mudahnya medan Papua untuk membangun kekuatan besar yang terorganisasi secara baik30 Selain gerakan bersenjata secara umum usaha OPM untuk menunjukkan diri mereka tetap eksis adalah aksi pencu likan aksi penyergapan peng ibaran bendera B in tang K ejora penyebaran propaganda m elalui media selebaran dan mobilisasi demonstrasi atau rapat umum di daerah-daerah terpencil Selain itu kerap pula ditempuh aksi lintas batas terutama ke PNG

OPM pada awalnya adalah reaksi orang- orang Papua atas sikap pejabat-pejabat asal Indonesia yang mengecewakan mereka sejak tahun 196331 Perlawanan secara bersenjata pertama kali diluncurkan di Kebar Manokwari 26 Juli 1965 Perlawanan di Kebar ini dipimpin oleh Johannes Djambuani dengan kekuatan 400 orang yang berasal dari suku Karun dan Ayamaru Seiring dengan itu suku Arfak di Arfai

30 Seluruh uraian mengenai OPM ini disandarkan pada John RG Djoparai Pemberontakan Organisasi Papua Medeka Grasindo Jakarta 1993 dan Robin Osbom Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Elsam Jakarta 2001

31 Richard Chauvel and Ikrar Nusa Bhakti The PapuaConflict Jakarta rsquos Perceptions and Policies East-West

Manokwari melancarkan pula perlawanan yang dipim pin oleh M ayor T ituler Lodewijk Mandatjan yang diikuti oleh Kapten Tituler Barent Mandatjan dan Lettu Tituler Irogi Maedogda dengan mengajak penduduk lari ke hutan

Sementara di Manokwari 28 Juli 1965 juga teijadi perlawanan yang dipimpin oleh Permanas Ferry Awom dengan pengikutnya sekitar 400 orang yang berasal dari suku Biak Ajamaru Serui dan Num for menyerang asrama Yonif 641Tjendrawasih I Dalam penyerangan ini 3 anggota ABRI tew as32

Setelah teijadi penyerangan ABRI m elancarkan O perasi Sadar di baw ah komando Pangdam Brigjen R Kartidjo untuk m enghancurkan kelom pok perlaw anan Operasi Sadar ini tidak saja bertujuan untuk mematahkan perlawanan yang terjadi di M anokw ari te tap i ju g a m enegaskan kekuasaan Kodam XVII atas seluruh wilayah Papua Tugas pokok operasi adalah m elakukan penghancuran terhadap gerom bolan yang bergerak di sek itar Manokwari dan Kebar sekaligus minimum m enangkap Ferry Awom dan Julianus Wanma baik mati maupun hidup sebelum tanggal 17 Agustus 1965 Operasi ini sejak 10 Agustus dilancarkan secara intensif dan terus-menerus ke kampung-kampung yang menjadi basis-basis perlawanan Dalam operasi pengejaran terhadap kelompok perlawanan 36

Center Washington 2004 Hlm 22mdash 23 Sikap pejabat Indonesia yang mengecewakan itu dideskripsikan pula oleh Djopari Misalnya membakar buku dan dokumen yang berbahasa Belanda mengintimidasi dan menodong tokoh-tokoh Papua yang memiliki bacaan dalam bahasa Belanda sebagai pro-Belanda mengambil rumah-rumah penduduk dengan menyatakan rumah itu milik Belanda serta mengambil berbagai barang dalam rumah penduduk atau penjabat lokal kemudian dibawa keluar Papua

Djopari hlm 82mdash 8432 Seluruh uraian mengenai OPM ini disandarkan pada John

RG Djoparai Pemberontakan Organisasi Papua Medeka Grasindo Jakarta 1993 dan Robin Osbom Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Elsam Jakarta 2001

9

orang penduduk yang disebut sebagai anggota OPM tewas33

Sejalan dengan operasi pengejaran ini Operasi Sadar dikembangkan ke seluruh wilayah Irian Barat pada tanggal 25 Agustus 1965 Sejak ini Operasi Sadar langsung d ip im pin oleh Pangdam B erdasarkan perintah operasi ini wilayah Papua kemudian dibagi ke dalam 4 sektor Sektor I adalah daerah yang m elipu ti M anokw ari dan sekitarnya menjadi pos terdepan operasi Untuk daerah ini dilancarkan operasi intelijen dan teritorial untuk mendukung operasi fisik (tempur) Di sektor lainnya yang belum menujukan adanya perlawanan fisik hanya dilancarkan operasi intelijen dan teritorial dengan tujuan untuk mencegah meluasnya pengikut perlawanan34

Operasi ini dilanjutkan oleh Pangdam yang baru ya itu B rig jen R B in toro Sepanjang tahun 1966mdash 1967 operasi tempur ABRI kian m ass if un tuk m enghadapi kelom pok-kelom pok perlaw anan yang tumbuh dari suku Arfak di Manokwari di bawah pimpinan Lodewijk Mandatjan dan Ferry Awom dan juga di daerah sekitar Jayapura dan Merauke Nama operasi kali ini adalah O perasi B aratayudha dengan mendatangkan pasukan dari Yonif 314 Siliwangi dengan 2 kompi Yon 700RIT dan 2 kompi Yon 935Brimob Selain itu dalam operasi ini juga dilibatkan 2 Ton KKOALRI 1 Ton Kopasgat dan 1 tim RPKAD Pasukan tempur ini juga diperkuat dengan 2 pesawat Bomber B-26 dan 1 Pesawat Dakota dan 1 Kapal Perang35

O perasi B aratayudha bertu juan menghancurkan perlawanan dan mempershysiapkan pemenangan Pepera Operasi ini bersifat tempur dengan dibantu oleh operasi intelijen dan teritorial yang disiapkan dalam tiga fase yang fase terakhirnya adalah tahun 1968

53 Lihat Jopari op cit 110-111 dan bandingkan dengan Irian Barat op cit hlm 125-128

14 Irian Barat op cit hlm 130-134 35 Irian Barat op cit hlm 141

10

Fase ketiga ini ditujukan untuk konsoliasi persiapan memenangkan Pepera

Operasi Baratayudha yang banyak menelan korban jiw a membuat kelompok perlawanan terpecah menjadi kecil-kecil dan surut Untuk mengintensifkan kemenangan dalam Pepera kelompok-kelompok kecil ini kemudian dikejar terus-menerus Inti dari pasukan yang mengejar ini adalah dari RPKAD Sejalan dengan ini show offorce dari kekuatan yang diiringi dengan operasi intelijen dan teritorial dilancarkan di daerah yang perlawanan kecil dan m elem ah un tuk m em enangkan situasi psikologis36 Sepanjang tahun 1967 operasi berhasil m enem bak m ati 73 orang dan menangkap 60 orang dengan menyita 39 pucuk senjata Adapun yang menyerahkan diri 3539 orang Operasi Barathayuda ini menggetarkan hati banyak orang Papua karena mereka tidak mengira Indonesia akan melancarkan perang terbuka yang banyak m endatangkan p en deritaan fis ik dan psik is dalam menghadapi protes mereka

Ketika Brigjen Sarwo Edi menjadi Pangdam digelar operasi baru yaitu operasi W ibaw a dengan tugas u tam a adalah m em enangkan Pepera untuk Indonesia Tugas pokok dari operasi ini adalah m enghancurkan kelom pok perlaw anan mengamankan usaha memenangkan Pepera serta m enum buhkan dan m em elihara kewibawaan pemerintah Untuk tujuan itu Kodam m elakukan sinkronisasi operasi tempur intelijen dan teritorial Sejalan dengan ini Pangdam memerintahkan di setiap Kodim disiapkan kekuatan tempur agar bisa digunakan jika diperlukan

D alam kerangka m em enangkan Pepera OPSUS di bawah pimpinan Mayor Ali Moertopo37 yang bergerak dalam bidang intelijen dan sosial-ekonomi berperan dominan dalam melakukan operasi teritorial untuk penggalangan Dalam kerangka Operasi

36 Ibid hlm 144mdash 14537 Ali Moertopo sejak tahun 1962 telah berada di Papua

dengan jabatan Asisten I Dan Kotindo dan kemudianmenjadi Asisten I Kodam Asisten I adalah bidang intelijen Kodam

Wibawa pemenangan Pepera ke Kodam diperbantukan intelijen dari Den Dipiad dan intelijen dari Tim Karsa YudhaRPKAD Untuk memenangkan Pepera itu intimidasi dan kekerasan telah memaksa sebagian orang memilih menjadi Indonesia Secara keseluruhan dalam operasi ini dilibatkan 6220 orang pasukan

O perasi pem enangan Pepera ini dibagi ke dalam 4 fase Fase pertama adalah menghancurkan kelompok perlawanan dan sekaligus memperluas sebaran pasukan ABRI ke daerah-daerah yang telah dikuasai Selain itu di setiap Puterpa disiapkan 1 regu pasukan infantri untuk melakukan operasi teritorial Fase kedua adalah memastikan di daerah-daerah K epala B urung Pepera dimenangkan oleh Indonesia Untuk ini segenap unsur ABRI d ilibatkan untuk mengeliminir kelompok perlawanan Fase ketiga dan keempat adalah memastikan kem enangan pada hari H -nya dan mengamankan hasilnya38

M eski pun fase-fase itu telah disiapkan ternyata upaya memastikan Pepera bisa dim enangkan oleh Indonesia tidak berjalan secara mulus Di daerah Erambo (Merauke) DubuUbrub (dekat perbatasan) Enaratoli dan W ahgete (Paniai) terjadi penolakan oleh masyarakat setempat Para utusan pemerintah dan unsur ABRI yang ada di daerah itu dilawan oleh penduduk

Di Enarotali perlawanan lebih hebat dengan melancarkan gerakan bersenjata serta terang-terangan m enolak bergabung ke Indonesia yang d ip im pin oleh AR Wamafma Senen Mote Maphia Mote dan Thomas Douw Perlawanan ini juga didukung oleh beberapa orang polisi asal Papua yang berpihak kepada kelompok perlawanan Untuk menghentikan gerakan ini Pangdam Sarwo Edi memerintahkan menghancurkan kelompok perlawanan Untuk itu pasukan Kopashanda dan pasukan dari Kompi 3

38 Ibid hlm 170mdash 174

Batalyon 724Hasanuddin diterjunkan di Enarotali untuk membantu pasukan yang ada di Kodim 1705Nabire Pasukan ini dalam operasinya didukung pula oleh Dipiad (Dinas Pelaksana Intelijen AD) dan Satgas AURI yang dilengkapi pesawat B 26 Dakota dan Hercules Pasukan Yon 724Hasanuddin ini kemudian bergerak melancarkan operasi ke berbagai daerah di sekitar Paniai39 Operasi yang dipimpin oleh Mayor Mochtar Jahja dan Mayor Sitompul ini tidak mudah dilupakan oleh rakyat Paniai karena dalam operasi ini militer bertindak secara kasar dan membabi buta itu Ditengarai ada sekitar 634 orang penduduk terbunuh sepanjang operasi itu40

Aksi perlawanan menjelang Pepera ini juga pecah di Piramid Wamena Dua orang anggota ABRI dibunuh oleh penduduk ABRI dalam peristiwa Piramid ini melancarkan operasi intelijen dan teritorial untuk mencari pelakunya Pasukan dari Satgas 3Hasanuddin dikerahkan untuk menguasai kampung-kampung dan mencari pelaku

Gencarnya operasi-operasi militer yang diperintahkan oleh Pangdam Sarwo Edi tidak terlepas dari fungsinya sebagai Ketua Proyek Pelaksana Daerah Sesuai dengan surat Mendagri No 301969 Pangdam bertanggung jawab atas pengendalian penggerakan dan koordinasi kegiatan semua aparatur pemerintah daerah sipil dan swasta dan ABRI di Papua Dengan lain kata Pangdam adalah penguasa tertingg i di Papua dalam m enjalankan pemerintahan dan bertanggung jawab penuh untuk memenang-kan Pepera Dalam posisinya sebagai Ketua Proyek Pangdam melancarkan usaha-usaha peningkatan operasi tempur di semua lini untuk menghancurkan perlawanan melakukan operasi teritorial untuk penggalangan kondisi bagi pem enangan Pepera dan m engintensifkan operasi intelijen untuk mematahkan sisa-sisa gerakan separatis Selain

39 Ibid hlm 182mdash 18340 Mengenai korban dari penduduk Paniai ini lihat Pigay

op cit hlm 343mdash 344

11

itu melakukan operasi pengamanan objek vital dan tempat-tempat sidang Dewan Pepera41

Sejalan dengan kemenangan Indonesia dalam Pepera ABRI melakukan pula fungsi- fungsi sosial-politiknya Untuk itu Kodam melancarkan program penggantian para pejabat kabupaten dan dinas-dinas yang dilihat diragukan loyalitasnya pada Indonesia Bersamaan dengan ini keanggotaan DPRD I dan II melakukan penyusunan ulang dengan memasukan anggota ABRI menjadi anggota atau pimpinan dewan Dalam konteks ini pasukan ABRI juga dirapatkan di kam pung-kam pung untuk mengawasi kehidupan masyarakat secara langsung Di samping itu juga melancarkan proyek civilisasi dan kesehatan bekerja sama dengan zending dan misi yang telah ada Dalam bidang ekonomi Kodam juga turut serta melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi dengan mengontrol arus dan harga barang Semua kegiatan ini disebut sebagai kegiatan civic mission ABRI di Papua42

Setelah memenangkan Pepera 29 Januari 1970 Brigjen Acub Zainal ditunjuk menjabat Pangdam Tjendrawasih Di tangan Pandam baru ini organisasi Kodam menjadi 3 Korem 9 Kodim dan 3 Yonif Yonif 751 Tjendrawasih di Arfai Manokwari berasal dari Kodam Diponegoro dengan status tugas jangka panjang Yonif 752Tjendrawasih di Sorong berasal dari Kodam Siliwangi dan Yonif 753Tjendrawasih di Ifar Gunung Jayapura berasal dari Brawijaya ditambah prajurit asli orang Papua Ketiga Yonif ini dikembangkan menjadi pasukan organik Kodam Tjendrawasih Sementara pasukan- pasukan ABRI dari kesatuan lainnya yang berasal dari luar Papua mengalami rotasi penugasan Pasukan lama pulang dan diganti dengan pasukan baru dari asal kesatuan yang sama Reorganisasi ini juga sejalan dengan reorganisasi Kopkamtibda di Irian Jaya Semua ini dipersiapkan untuk menyambut pelaksanaan Pemilu 1971

41 Irian Barat op cit 202mdash 20342 Ibid 217mdash 218

Pemilu 1971 ini merupakan pemilu pertama Indonesia di bawah kekuasaan rezim O rde B aru S oeharto P em ilu ini ju g a merupakan pemilu pertama bagi orang Papua dalam kekuasaan Indonesia D alam mempersiapkan Pemilu 1971 ini Kodam juga menghadapi perlawanan terutama di Biak Utara dan Barat serta di kepala burung M anokw ari U ntuk m enghentikan perlawanan tersebut dilancarkan operasi m iliter Sandi operasi adalah O perasi Pamungkas dengan pendekatan pada operasi teritorial yang dibantu tempur dan intelijen Pelaksana Operasi adalah Kodim Biak yang dibantu pasukan tempur dari Yonif 753 dan 752Tjendrawasih serta Dipiad Operasi di Biak ini dipimpin oleh Dandim Biak Mayor R A Hendrik dan Mayor Puspito yang juga Komandan Yon 753 43

Bulan Juli 1971 ini Kodam juga m elancarkan O perasi Pam ungkas di Manokwari untuk mengejar Ferri Awom yang belum menyerah Operasi ini dipimpin oleh D anyongab Satgas 3 M erdeka M ayor Ahmad Kemudian digantikan oleh Letkol S Mardjan Dalam Operasi ini terlibat pasukan dari Satgas 3Merdeka dan 1 peleton dari Yon 751 dan 1 peleton dari Kompi 753 Batalion- ba ta lion bertugas m engejar kelom pok perlawanan sepanjang hari selama berbulan- bulan siang dan malam Dalam pengejaran ini K apten Sahala R ajaguguk berhasil m em bujuk F erry Awom untuk turun menyerah dengan 400 orang anggotanya44

Operasi militer yang masif di tahun 1971 ini alih-alih membuat sentimen anti Indonesia su ru t m alah perlaw anan berkembang ke berbagai kota dalam bentuk penyerangan terhadap pos-pos ABRI dan pemerintahan Melihat perlawanan menguat Kodam kian memperkuat kekuasaannya di Papua dengan menutup Papua bagi media Suasana ketakutan merajalela di seantero Papua Selam a m enjelang dan sesudah Pemilu 1971 tidak ada satu pun orang di

43 Ibid hlm 239 dan 241mdash 24344 Ibid hlm 245

12

Papua berani mempersoalan ketidakadilan atau tindakan-tindakan anggota m iliter yang menyakitkan hati mereka

Atmosfer ketakutan itu muncul dari tindakan m iliter Indonesia yang selalu melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap daerah-daerah yang ditengarai sebagai basis OPM Dalam melakukan serangan ABRI kerap melibatkan pasukan dalam jumlah besar dengan dibantu oleh pesawat pembom Bronco dan helikopter bersenjata Serangan besar- besaran itu tidak saja mengejar anggota OPM yang mencoba menyerang pos-pos ABRI melainkan kerap kali menelan korban jiwa dari penduduk kampung yang tidak terlibat dalam OPM

Banyaknya korban jiwa di akhir tahun 1970-an ini juga disebabkan oleh sikap militer Indonesia sendiri yang tidak pernah secara jelas memposisikan OPM sebagai gerakan kemerdekaan OPM hanya dilihat sebagai gerakan krim inal yang disebut sebagai Gerakan Pengacau Liar (GPL) atau G erakan Pengacau K eam anan (G PK ) Dengan cara seperti ini setiap korban jiwa yang jatuh dari kalangan orang-orang Papua dengan mudah diklaim oleh militer sebagai anggota OPM45

M enjelang Pem ilu 1977 kem bali perlawanan dilancarkan oleh kelompok- kelompok OPM di Papua terutama di daerah Kobagma Bokondini Mulia Ilaga Piramid Kabupaten Jayawijaya Perlawanan ini dipicu oleh penempatan kesatuan-kesatuan ABRI di hampir seluruh wilayah Papua Operasi- operasi m ilite r un tuk m em atahkan perlawanan menjelang Pemilu 1977 dan Sidang Umum MPR 1978 ditingkatkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif Selain itu perlawanan juga pecah di Enarotali Biak dan Mimika serta di sepanjang daerah perbatasan dengan PNG Era ini dianggap oleh orang Papua

45 Mengenai ini lihat Ikrar Nusa Bhakti ldquoHak Menentukan Diri Sendiri Jenis Baru di Papua Pilihan Antara Kemerdekaan dan Otonomirdquo dalam Dewi Fortuna Anwar (EdJ Konflik Kekerasan Internal Obor Jakarta 2005 hlm 255mdash 256

sebagai era awal status Daerah Operasi Militer bagi Papua d ite rap k an 46 Pangdam Tjendrawasih waktu ini dijabat oleh Brigjen Imam Munandar

Di Jayawijaya terutama di daerah sekitar Tiom dan Kwiyawage yang merupakan lembah- lembah di Baliem dilangsungkan pula operasi militer untuk menghentikan perlawanan dan m em persiap-kan Pem ilu 1977 Operasi dilancarkan di bulan April dan Juni Perlawanan orang Ndani di daerah ini diawali oleh perasaan tidak suka Suku Ndani terhadap kebijakan Indonesia yang memaksa mereka berganti pakaian Sekitar 15000 orang berkumpul melakukan protes Perlawanan ini diawali oleh Operasi Koteka yang dilancarkan untuk mengadabkan orang-orang di daerah itu Di Tiom sekitar 4000 orang melawan dengan cara menyerang pos pemerintah di daerah itu Kemudian ke daerah ini diterjunkan pasukan khusus dari RPKAD dengan didrop dari helikopter Selain itu para penduduk yang mencoba menyelamatkan diri ke hutan-hutan dihujani tembakan dari udara47

Di areal PT Freeport di Timika bulan Juli 1977juga teijadi gejolak Penduduk setempat yang ditengarai digerakkan oleh OPM juga melancarkan serangan terhadap pipa-pipa dan fasilitas PT Freeport karena merasa kecewa atas kehadiran perusahaan itu ABRI membalas aksi penduduk itu dengan melakukan penembakan dari udara menggunakan pesawat Bronco48 Setelah itu ke berbagai deretan kampung di sekitar Agimuga diteijukan pasukan infantri dari Batalion 753Tjendrawasih untuk mengejar penduduk dan membakar perkampungan Implikasi dari aksi kekerasan ini penyelengaraan

46 Kesan Papua sebagai DOM terlihat dalam tulisan Pastor N eles Kebadabi Tebay Pr ldquoOrang Papua Menuju K epunahanrdquo makalah dalam sem inar yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Gaise Keuskupan Bandung dan Lembaga Penelitian Universitas Katolik Parahiyangan Bandung tanggal 12mdash 13 November 1999

47 Ibid hlm 139mdash 144 Bandingkan dengan Yorris TH R aw eyai Mengapa Papua Ingin Merdeka PDP Jayapura 2002 hlm 121mdash 122

48 Samsudin op cit hlm 51mdash 52

13

Pemilu 1977 di beberapa kampung di daerah pegunungan ini terpaksa ditunda49

Robin Osbome mencatat operasi militer di tahun 1977mdash 1978 adalah operasi militer paling buruk Dalam setiap operasi pengejaran terhadap mereka yang disebut kelompok OPM diterjunkan pasukan dalam jumlah besar yang berintikan kesatuan RPKAD dan pasukan angkatan darat lainnya Di daerah selatan Jayapura yang berdekatan dengan perbatasan yang dikenal sebagai daerah Markas OPM diterjukan 10000 orang tentara setelah daerah itu dibombardir dari udara oleh dua pesawat Bronco Dalam penyerangan ini diperkirakan 1605 orang para pendukung OPM dan penduduk di wilayah itu tewas50 Operasi militer di tahun-tahun ini selalu diingat oleh orang-orang tua di daerah itu sebagai kenyataan paling pahit dalam hidup mereka51

Sepanjang tahun 1977mdash 1978 itu Dubes Indonesia untuk PNG memperkirakan 1800 orang pasukan dikerahkan beroperasi di hutan-hutan untuk melakukan pengejaran dan 3000 orang siaga berada di Jayapura untuk setiap saat menggantikan52 Menyadari operasi m ilite r itu te lah m encip takan ketakutan dan menelan banyak korban jiwa yang tidak perlu Panglima ABRI kala itu Jenderal M Yusuf mengumumkan akan mengurangi operasi militer di Papua dengan mengintrodusir kebijakan baru yang dikenal dengan kebijakan Operasi Senyum Dalam Operasi Senyum ini dinyatakan Indonesia tidak akan m elancarkan operasi besar- besaran karena OPM mulai dilihat kecil dan tidak membahayakan ABRI hanya akan

49 Ibid hlm 149mdash 15050 Robin Osbome Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan

OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat ELSAM Jakarta 2001 hlm 134mdash 135

51 Operasi militer di tahun 1977 ini selalu dijadikan patokan oleh orang di Mimika dan Jayawija serta Enarotali sebagai awal mereka menjadi korban dari kekerasan militer (Pembicaraan pribadi dengan Mama Yosepha tahun 1996 dan Pendeta Perminus Kogoya di Wamena tahun 2003)

52 Ibid hlm 152

melancarkan patroli di perbatasan dan tugas keamanan rutin53

Gejolak kembali membuncah di tahun 1980-an terutama sekitar tahun 1984 Di tahun 1980-an Kodam telah dinyatakan sebagai Kotama dalam jajaran AD Panglima Kodam menjadi pimpinan di daerah untuk seluruh jajaran komando Pangdam dalam reorganisasi organisasi ABRI ini langsung berada di bawah Panglima ABRI Sejalan dengan itu Panglima ABRI juga memiliki komando langsung kepada Kotama AD lainnya yaitu Kostrad dan Kopassus Oleh karena itu di era ini kerap kali operasi militer melibatkan pasukan-pasukan dari Kostrad dan Kapassus dengan perintahnya langsung dari Panglima ABRI dan Kodam hanya memfasilitasi Kenyataan ini kemudian dikenal dengan nama pasukan BKO (bawah kendali operasi)54 Di era ini Papua juga tertutup bagi media sehingga banyak operasi yang dilancarkan oleh militer tidak diketahui oleh orang luar Robin Osbome menyebut keadaan ini sebagai perang rahasia Indonesia di Papua

Di awal tahun 1980-an Kopkamtib mengeluarkan analisis bahwa kekuatan OPM telah mengecil dan terpencar-pencar ke dalam kelompok kecil-kecil dengan senjata yang sangat te rba tas M eskipun dem ikian Laksusda Irian Jaya kala itu juga melihat gerakan kelom pok-kelom pok OPM itu kem bali m ulai a k tif setelah m enerim a pukulan telak sepanjang tahun 1977mdash 1978 Gerakan OPM itu aktif sepanjang daerah perbatasan dengan PNG Antara bulan Maret dan Juni 1984 pasukan dari Kopasandha (Kopassus) mulai melakukan penyusupan ke daerah-daerah sekitar perbatasan

Aksi pasukan baret merah ini adalah dengan melakukan penangkapan terhadap setiap orang yang d icu rig a i O sborne m encata t gerakan pasukan ini sangat menakutkan penduduk sekitar perbatasan karena perlakuan buruknya terhadap

53 Bhakti op cit hlm 256 Lihat juga Osbome op cit hlm 153

54 Reorganisasi ini dilakukan oleh Panglima ABRI Benny Moerdani setelah menggantikan M Yusuf di tahun 1983

14

penduduk Akibatnya ratusan orang melarikan diri ke daerah PNG karena takut Pengungsian ke PNG di tahun 1984 ini kian banyak ketika Suku Muyu di Mindiptana Woropko dan Merauke juga masuk ke PNG Pengungsian Suku Muyu ini dipicu oleh kehadiran pasukan ABRI yaitu intelijen Kopassus di daerah itu untuk mencari anggota OPM setelah teijadinya penyerangan pos ABRI di desa Kanggewot dan Kakuna tanggal 11mdash 12 April 1984 Gerakan suku Muyu ini kemudian juga diikuti oleh penduduk dari daerah lainnya yaitu dari Jayapura W am ena Sorong M im ika (A m ungm e) M anokw ari dan Fak-fak Seluruh pengungsi asal Papua yang masuk ke PNG ini diperkirakan mencapai 10000 orang55 Sementara Yafet Kambai mencatat dari seluruh pengungsi itu hanya sekitar 7500 berhasil masuk ke PNG dan 1900 orang berdiam diri di hu tan -hu tan sek itar perbatasan Seluruh pengungsi ini ditempatkan di kamp East Aswin dan Western Province PNG56

Gerakan pengungsian ke PNG selain faktor operasi militer di daerah perbatasan itu juga disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu aktifnya OPM di daerah itu munculnya rasa kecewa karena macetnya pembangunan banyaknya operasi intelijen dan masuknya arus transmigrasi secara besar-besaran ke Papua terutama di sekitar daerah perbatasan57 Transmigrasi yang di dalamnya juga masuk keluarga ABRI dan para pensiunan ABRI kian membuat orang takut sekaligus merasa tanahnya dirampas Para purnaw iraw an ABRI yang ikut dalam pemukiman transmigrasi sekaligus menjadi intel Kodam dalam mengawasi daerah itu58 Daerah-

55 Osbome hlm 23656 Theo van den Broek Returnees from PNG to Irian jaya

Dealing in Particular with Returnees to Woropko- Mindiptana Area SKP Jayapura Januari 1999 Juga lihat Yafet Kambai Gerakan Papua Merdeka di Bawah Bayang- Bayang Mega-Haz ELSHAM Jayapura 2003 hlm 29mdash 30

57 Van den Broek ibid hlm 458 Kodam menyebut tugas para purnawirawan dalam

pemukiman itu adalah menjadi mata dan telingga Kodamdalam bidang keamanan Lihat Sejarah Kodam VIIITrikora Priode 1982mdash 1990 hlm 82mdash 83

daerah transmigrasi ini seperti di Arso dan Koya atau di beberapa daerah di Merauke dijadikan pula sebagai daerah penyangga bagi OPM dan memudahkan ABRI untuk melakukan patroli di daerah itu 59

Pengungsian ke PNG di tahun 1983mdash 1984 juga dipicu oleh banyaknya terjadi penangkapan-penangkapan di kota-kota Papua terutama Jayapura oleh intelijen Kopasandha Mereka yang ditangkap ada 20 orang yang berasal dari Uncen dan pegawai Gubemuran Irian Jaya Salah seorang dari mereka adalah Amold Ap yang menjabat sebagai Kepala Museum Antropologi Uncen Penangkapan ini menimbulkan keresahan di Jayapura Akibatnya banyak dari para mahasiswa Uncen dan pegawai di pemerintah daerah lari ke PNG Bahkan di Jakarta tiga orang sahabat Amol Ap yang memprotes penangkapan dan pembunuhan Amold oleh Kapassus ke DPR-RI terpaksa meninggalkan Jakarta60

Setelah pelarian besar-besaran ke PNG tahun 1984 ini gerakan perlawanan dari OPM betul-betul surut Namun ABRI yang kian m erasa berkuasa atas Papua tidak bisa meninggalkan cara-cara kekerasan untuk menunjukkan dominasinya Stigma OPM d iek p lo itasi sedem ik ian rupa untuk melumpuhkan siapa saja yang dianggap menentang Indonesia Tindakan kekerasan itu kerap pula dipakai setiap menjelang pemilu demi memenangkan Golkar di Papua

Operasi militer setelah tahun 1984 berjalan secara lebih masif namun aksi kekerasan dalam operasi itu tidak diketahui oleh publik di luar Papua karena media massa dilarang m em beritakannya Kem asifan operasi itu ditopang oleh kebijakan ABRI yang menjadikan yonif sebagai kekuatan inti tem pur dengan pasukan tam bahan dari Jakarta atau Makassar dan Maluku yang di- BKO-kan ke kodam Di tahun 1984 ini kodam memilik 6 yonif 3 di Papua dan 3 yonif

59 Bhakti op cit hlm 257 dan Osbome hlm 28060 George J Aditjondro Cahaya Bintang Kejora ELSAM

Jakarta 2000 hlm 24mdash 25

15

di Maluku sebagai hasil penggabungan kodam Dari 3 yonif di Maluku satunya adalah Yonif Linud 733 di Ambon yang berkualifikasi para Yonif dari Maluku ditugaskan melakukan operasi secara bergantian sementara yonif di Papua melakukan operasi sepanjang tahun di bawah kendali korem61

Papua sebagai daerah operasi satuan intelijen kodam dan jajarannya memegang peranan yang besar untuk menghancurkan gerakan yang disebut separatis Oleh karena itu peranan intelijen dan operasi kontra intelijen selalu aktif sepajang tahun Para intelijen dari kodam dan korem direkrut dari anggota satuan tempur yang memiliki naluri intelijen dan kemudian dilatih 3 sampai 10 hari sebelum diterjunkan mengumpulkan informasi Selain itu anggota intelijen ini latihan sambil bertugas bersama dengan intelijen tempur yang datang dari Kopassus

Operasi-operasi di masa ini adalah O perasi G agak I (1985mdash 1986) yang dipim pin oleh Pangdam M ayjen H Simanjuntak Dalam operasi ini pasukan operasi d ibagi ke dalam sek to r A di perbatasan B di tengah dan C kepala burung dengan komando Korem masing-masing Danrem adalah komandan sektor operasi Kodim menjadi subsektor dengan Dandim sebagai Dansubsektor Titik tekan operasi adalah teritorial dengan didukung oleh operasi intelijen dan tempur serta kamtibmas

Sektor A l meliputi daerah Kodim 1701Jayapura yaitu M embramo Arso Waris Senggi Kemtuk dan Demta Pasukan yang dikerahkan di daerah ini adalah Yonif733 BS satu kompi dari Yonif 7519 tim intelijen aparat teritorial setempat serta dibantu oleh 2 SSK Wanra Sementara A2 meliputi daerah Kodim 1702W amena dengan kekuatan pasukan dari 1 regu Yonif 751 2 peleton KiZipur-4Diponegro 2 peleton Senzipur 10 serta pasukan teritorial setempat berserta 2 SST wanrahansip A3 adalah daerah Kodim 1707

01 Sejarah Kodam VIlITrikora Priode 1982mdash 1990 Kodam Jayapura 1990 hlm 76

Merauke dengan sasaran utama adalah desa Mendiptana dan Waropko Pasukan yang diterjunkan di daerah ini adalah 1 kompi Yonif 7511 peleton Zipur4Diponegoro 1 peleton Denzipur 10 dan aparat teritorial yang dibantu oleh 2 SST wanrahansip

Daerah operasi sektor B adalah meliputi daerah Korem 173PVB dengan hot spot operasi di Nabire Sasaran utama adalah Enarotali dan Kebo Ilaga Operasi ini bertujuan memburu pimpinan OPM yaitu Daniel Kogoya Tadius Yogi dan Simon Kogoya Pasukan yang dikerahkan ke daerah ini adalah 1 pleton Yonif7531 peleton Zipur 4Dip dan Apter setempat dan dibantu oleh 2 SST hansipwanra

Sektor C adalah daerah Fak-fak dengan fokus operasi di daerah C3 yaitu daerah kompleks Tembagapura Agimuga dan Timika Pimpinan OPM yang hendak dikejar di daerah tambang PT Freeport ini adalah V icktus W angm ang dengan mengerahkan pasukan dari Yonif752 dengan kekuatan 2 kompi dibantu Apter dan 2 SST hansipwanra62 Dalam Operasi Gagak I ini Kodam mencatat 14 orang yang diduga OPM berhasil dibunuh dan 8 orang ditangkap dengan menyita 2 pucuk senjata

Memasuki tahun 1986 operasi ini dilanjutkan Pangdam Mayjen Setiana dengan sandi Operasi Gagak II (1986mdash 1987) dengan tugas pokok penghancuran GPK Titik tekan operasi adalah operasi teritorial dan intelijen untuk memisahkan GPK dari rakyat serta melakukan deteksi loyalitas rakyat terhadap pemerintah Operasi intelijen melakukan penggalangan agar loya litas rakyat meningkat Operasi tempur terus dijalankan dengan menggelar patroli untuk mengejar dan menghancurkan Operasi dilancarkan dengan tetap membagi daerah operasi ke dalam 3 sektor Pasukan yang dilibatkan dalam Operasi Gagak II ini adalah seluruh pasukan organik tempur dan teritorial Kodam VIII Trikora Serta pasukan BKO dari Satgas

62 Kodam VIIITrikora op cit hlm 108mdash 109

16

Yonif 321Kostrad 6 Tim Intelpur Kostrad 1 Kompi YonzipurDip 1 Kompi Yon Zipur Brawijaya satuan dari TNI AL dan AU serta Penerbad Selam a operasi in i ABRI melaporkan 21 orang berhasil dibunuh 5 ditangkap dan menyerah 12 orang dengan menyita 13 pucuk senjata63

K etika M ayjen W ism oyo Arismunandar menjadi Pangdam Trikora digelar operasi dengan sandi Operasi Kasuari 01 (1987mdash 1988) yaitu Juni 1987 sampai M ei 1988 dengan tugas utam a menghancurkan GPK secara fisik terutama di sekitar daerah perbatasan Selain itu operasi ju g a d itekankan di K abupaten Jayapura Paniai Fak-fak dan Biak Perkiraan ABRI waktu ini kekuatan OPM hanya 222 orang dengan 64 pucuk senjata campuran Akan tetapi operasi digelar dalam 3 sektor dengan Danrem tetap sebagai komandan sektor Untuk daerah subsektor A l yang meliputi perbatasan di Kabupaten Jayapura dikerahkan pasukan dari Satgas Yonif 321 Kostrad Satgas Patimura II 2 peleton Yonif 751 tim Yonif752 tim analis Kopassus tim Intelpur Kostrad Satgas Intel Laksusda satu peleton Kizipur4Diponegoro 1 kompi Zipur 5Brawijaya dengan dibantu 4 SSK wanra sebagai TBO Sementara untuk Subsektor A2 Wamena dikerahkan 1 Ton Yon 751 1 Ton Zipur 5B raw ijaya 1 tim Intelpur Kostrad 1 Ton Plus Satgas 642Tanjungpura dan dibantu SST wanra Sementara di sektor A3 yaitu Merauke dikerahkan pasukan 1 Ton Yonif 751 dan 1 Ton Zipur 5Brawijaya Satgas Intel Laksusda dan Tim Intelpur Kostrad dan 2 SST wanra64

Di daerah operasi subsektor B I Nabire sasaran adalah Enarotali dan Sugapa dengan menerjunkan pasukan dari Yonif753 Intel Laksusda K izipur 4D iponegoro peleton Intelrem 173 Ru Marinir 1 peleton KopaskhasAU 1 Tim Khusus Kodim Nabire dan 2 SSK wanra Kampung yang menjadi

61 Ibid hlm 111

64 Ibid Kodam hlm 114mdash 115

sasaran adalah Kampung Tagitakaida Seruai Kampung Swaipak Ampobukar Supriori dan Swainober Biak Barat Selain itu juga di desa Hitadipa Kecamatan Komopa Kecamatan Sing Desa Sapolinik Kecamatan Sinak dan Lereh Nabire Begitu juga Desa Tamakuni Waropen Pimpinan OPM yang dikejar di daerah ini adalah Tadius Yogi dan Simon Kogoya

Sementara itu di sektor C pasukan dikonsentrasikan untuk patroli tempur dan penjagaan areal PT Freeport serta Kecamatan Agimuga dan kampung Jila Pasukan yang dikerahkan adalah berasal dari Yonif752 satu kompi Yonif753 satu regu Ton Intelrem 171 Satgas Intel Laksusda dibantu satu SSK wanra Semua pasukan di-BKO-kan kepada Kodim 1706Fak-fak65

O perasi m ilite r ini kem udian dilanjutkan dengan Operasi Kasuari 02 (1988mdash 1989) O perasi d itekankan di sepanjang perbatasan dengan PNG dengan titik tekan operasi teritorial intelijen dan tempur serta kamtibmas Operasi teritorial diarahkan untuk membentuk desa binaan agar rakyat berpihak pada ABRI Pasukan yang bertugas dan sektor operasi sama dengan Operasi Kasuari 01 Kelly Kwalik muncul sebagai pimpinan OPM di daerah Agimuka dan Tembagapura di masa Operasi Kasuari 02 ini

Mayjen Abinowo setelah meng-gantikan Wismoyo Arismunandar mengelar Operasi Rajawali 01 ( 1989mdash 1990) dan Operasi Rajawali 02 (1990mdash 1991) Operasi tetap ditujukan untuk penghancuran OPM di sepanjang perbatasan dengan PNG Jenis operasi adalah teritoril intelijen dan tempur secara terpadu dan serentak Operasi teritorial diarahkan untuk pembentukan desa binaan dengan tujuan memisahkan rakyat dari GPK Sementara operasi intelijen ditujukan untuk m eng iden tifikasi gerakan GPK dan menetralisir pengaruhnya Sementara itu operasi tempur melancarkan patroli pengejaran dan

ldquo Ibid hlm 116mdash 117

17

penghancuran Pasukan yang terlibat dalam operasi ini adalah pasukan organik Kodam VIII ditambah Yonif 621Tanjungpura Yonif 431 Brawijaya (diganti Yonif 310Siliwangi) 1 tim In te lpur K ostrad Satgas D am pak XX Kopassus Satgas Udara 3 Heli Puma 1 Cassa AL dan 32 Polsek dan 6 SSK wanra Di masa inilah Thomas Wangai mengibarkan Bendera Melanesia Barat di Jayapura

Memasuki tahun 1990 kekuatan OPM diperkirakan hanya 215 orang dengan 69 pucuk senjata campuran Konsentrasi gerakan berada di sepanjang perbatasan dan sebagian tersebar di Kabupaten Jayapura Biak Yapen-Waropen Fak-fak Merauke Pada periode ini ABRI telah membagai empat kelompok GPK yaitu politis orang hutan rakyat pendukung dan clandestine yang berada dalam Pemda I dan II perguruan tinggi dan SLTA66 Pasukan pendukung operasi ini adalah pasukan organik Kodam tambah 32 Koramil rawan yaitu Satgas Yonif 732 asal Maluku Satgas Ki Denzipur 101 Ki Yon 751 752 753 Satgas Intel dan ditambah pasukan nonorganik yaitu Satgas Yonif 621 431 310 tim Intelpur Kostrad Den Kopassus dan Satgas Udara

Di tahun 1990 inilah operasi intelijen militer yang berintikan pasukan Kopassus di Papua meningkat Penangkapan-penangkapan yang disertai pembunuhan terhadap orang- orang yang dicurigai sebagai OPM kerap terjadi di berbagai tempat

Operasi jenis ini kemudian terkuak ketika teijadi serangkaian pembunuhan terhadap penduduk kampung di desa Wea Tembagapura di bulan Oktober sampai Desember 1995 Dalam aksi ini pasukan dari Yonif 752 melakukan penembakan membabi buta terhadap penduduk yang sedang berada dalam rumah- rumah mereka Tindakan ABRI itu diawali oleh adanya demontrasi beberapa bulan sebelumnya dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora Dalam peristiwa ini 11 orang terbunuh dan bebeberapa orang lainnya ditangkap dan kemudian disekap di kontainer milik PT

66 Kodam VIII hlm 126

Freeport Sebagian dari penduduk di kampung- kampung itu juga mengalami penyiksaan67 Aksi kekerasan yang sam a ju g a te rjad i di M apendum a ketika pasukan K opassus mencoba membebaskan orang-orang yang disandera oleh kelompok Yudas Kogoya dan Kelly Kwalik

Operasi militer dengan tujuan untuk mem buru kelom pok yang disebut OPM kembali teijadi di tahun 2003 tepatnya antara bulan April sampai Juni dan kemudian terus bertahan sampai O ktober68 di Wamena Dalam operasi pengejaran di tahun 2003 ini diterjunkan pasukan dari Kopassus dan Kostrad yang di BKO-kan kepada Korem 171Jayapura

O perasi m ilite r ini d iaw ali oleh terjad inya pem bobolan gudang senjata Kodim 1702 Wamena oleh sekelompok orang bersenjata dini hari tangal 4 April 2003 Untuk mengejar kelompok bersejata itulah operasi ke kampung-kampung di seputaran kota W amena d ilancarkan Pengejaran bahkan sam pai ke daerah Kwiyawage M ereka yang ditangkap di sekitar kota Wamena ditahan di Kodim dan kemudian mengalami penyiksaan yang luar biasa

Di kampung-kampung yang dilewati pasukan TNI ini terjadi rangkaian kekerasan terhadap penduduk N am un tindakan kekerasan yang luar biasa dilakukan pasukan TNI terjad i di K w iyaw age Kampung- kampung yang diperkirakan berpenduduk hampir 7000jiwa ini dihujani tembakan dan rumah-rumahnya dibakar Ribuan pendudukshynya yang berhasil ditangkap mengalami penyiksaan dan beberapa orang di antaranya d ibunuh 69 K etika penu lis datang ke

67 Amiruddin op cit68 Pada bulan Oktober TNI berhasil membunuh Justinus

Murib bersama 6 orang pengawalnya di Kampung Bolakme Wamena Justinus diangapa sebagai Pimpinan OPM di Wamena dan memimpin pembobolan gundang senjata Kodim dan membunuh dua orang anggota TNI di areal Kodim

69 Lihat Laporan Lengkap Tim Pengkajian PermasalahanH AM di Papua Komnas HAM 2003

18

Kampung Kwiyawage ini di bulan September 2003 kampung ini masih kosong dan sisa-sisa pembakaran dan pengrusakan masih terlihat jelas70

Operasi militer yang paling mengejutkan setelah DOM dicabut di Papua adalah tindakan Kopassus di tahun 2001 yaitu membunuh Theis H Eluay di Jayapura Pembunuhan itu dilakukan setelah Theis diundang Kopassus ke markasnya di Hamadi Jayapura Mayatnya kemudian dibuang di jurang pingir jalan di daerah Koya Sampai hari ini pembunuhan Theis ini belum terungkap siapa yang memerintahkannya Yang jelas seorang letkol dan seorang mayor Kapassus divonis oleh Makamah M iliter Tinggi III Surabaya sebagai penanggungshyjawabnya Metode pembunuhan terhadap Theis bukanlah m etode baru di Papua Ratusan orang di Papua dibunuh dengan cara seperti itu baik di kam pung-kam pung maupun di kota di seluruh Papua

Sebenarnya ketika memasuki era reformasi politik Indonesia di tahun 1998 OPM tidak berarti lagi secara politik karena tidak m em iliki kekuatan sen ja ta yang memadai Bahkan para anggotanya terpecah- pecah dan banyak yang bertalian dengan aparat TNI Maka dari itu ketika menjabat M enkopolkam SBY m enyatakan OPM bukanlah ancaman yang serius Namun aksi kekerasan oleh TNI di Papua tidak pernah surut

5 Penutup Hak Asasi Manusia Agenda yang Tersisa

R angkaian operasi m ilite r yang terpapar di atas jika disimak dalam literatur resmi Indonesia terdapat kesan bahwa operasi itu berjalan mulus tanpa cela Seluruh operasi itu digelar semata-mata untuk mematahkan perlawanan Gerakan Pengacau Liar atau Gerakan Pengacau Keamanan Tetapi banyak saksi di Papua menyatakan dalam seluruh

70 Kwiyawage berjarak sekitar 45 menit terbang dengan helikopter Penulis datang ke kampung ini sebagai anggota penyelidik ad hoc KPP-HAM Komnas HAM

operasi itu banyak korban jiw a jatuh dari penduduk biasa di kampung-kampung serta pu luhan orang Papua yang te rpe la jar dipenjarakan71

Ketika situasi politik berubah rangkaian Operasi Militer di Papua digugat oleh orang- orang Papua karena mereka mencatatnya sebagai pelanggaran terhadap hak-hak asasi mereka Ternyata dalam operasi militer yang tiada putus itu yang dibunuh disiksa dan dihilangkan atau diperkosa bukanlah sekadar musuh negara melainkan ratusan penduduk kampung yang daerahnya menjadi sasaran operasi militer tersebut

Antara tahun 1963mdash 1969 korban orang Papua oleh operasi militer diperkirakan oleh Osborne dengan mengutip Hasting berjum lah 2 000 sam pai 3 000 orang Sementara Eliaser Bonay mantan Gubernur Papua di tahun 1981 pernah menyatakan korban berkisar 30000 jiwa72 Jan Warinussy D irektur E kseku tif LP3BH M anokwari m em perkirakan jum lah korban ham pir 100000jiwa sejak Pepera sampai sekarang73

Namun jumlah korban yang moderat ditulis oleh Agus Sumule ketika merumuskan perlunya Pengadilan HAM serta Komisi K ebenaran dan R ek onsiliasi dijam in pembentukannya dalam UU Otonomi Khusus untuk Papua Sumule merinci jumlah korban tersebut adalah antara tahun 1969mdash 1997 di Paniai 614 orang dibunuh Hilang 13 orang dan diperkosa 80 orang (1980mdash 1995) Tahun 1979 Kelila (Jayawijaya) 201 dibunuh serta tahun 1977 di Asologaiman 126 dibunuh dan Wasi 148 orang dibunuh74 Jumlah korban pembunuhan oleh aparat dalam rangkaian operasi militer itu belum teridentifikasi secara jelas sampai saat ini Meskipun demikian

71 M endesaknya masalah hak asasi manusia untuk diselesaikan di Papua lihat Adriana Elisabeth Agenda dan Potensi Damai di Papua LIPI Jakarta 2005

72 Osbome op cit hlm 10973 Lihat wawancaranya dalam Majalah Sampan edisi 02

Februari 2006 hlm 11mdash 1374 Agus Sumule Mencari Jalan Tengah Otonomi Khusus

Provinsi Papua Gramedia Jakarta hlm 233mdash 234

19

masalah hak asasi manusia yang serius telah tejadi di Papua

Menyikapi masalah hak asasi manusia yang serius itu ketika fajar tahun 2000 merekah Presiden Abdurrahman Wahid yang kala itu berada di Jayapura mengubah nama provinsi Irian Jaya menjadi Provinsi Papua Seiring dengan perubahan nama itu Presiden juga memperbolehkan pengibaran bendera B intang K ejora dan m em inta TNI mengunakan jalan damai dan meninggalkan cara-cara kekerasan dalam m enyikapi masalah di Papua Setahun kemudian status Otonomi Khusus juga disetujui oleh Presiden Megawati kepada Papua melalui UU No 21 2001

Jalan dialog ini mulai terbuka karena munculnya gelombang protes yang tiada henti di Papua sepajang tahun 1998 Gelombang itu dimulai oleh para kalangan mahasiwa di Jayapura dan kemudian menjalar ke hampir semua kota di Papua Titik cetusnya terjadi di Biak bulan Juli 1999 Ribuan orang berdemonstrasi dan mengibarkan bendera B intang K ejora di Pelabuhan Biak Demonstrasi kemudian juga menyebar ke kota-kota Papua lainnya seperti Manokwari Wamena Merauke Timika dan Jayapura Sayang dalam berbagai aksi demonstrasi yang diikuti pengibaran bendera Bintang Kejora ini lagi-lagi aparat keamanan bertindak secara kasar75 Sepanjang tahun 2000 demonstrasi-demonstrasi yang menuntut keadilan dengan m engibarkan bendera Bintang Kejora juga mengalami tindakan kekerasan oleh aparat keamanan Sepanjang tahun 1999mdash 2000 puluhan orang tewas tertembak oleh aparat76

Sayangnya seluruh jalan dialog itu dan status Otonomi Khusus belum menyentuh persoalan mendasar di Papua yaitu pemulihan

75 Theo PA van den Broek Ofm dan J Budi Hemawan Ofm Memoria Passionis di Papua Kondisi Hak Asasi Manusia dan Gerakan Aspirasi Merdeka Gambaran 1999 Keuskupan Jayapura Jakarta 2001

76 Yafet Kambai op cit hlm 34mdash 36

harga diri orang Papua Bagi orang-orang Papua pengalaman bersama Indonesia terutama selama rezim militer Soeharto berkuasa dirasakan begitu melecehkan harkat dan martabat mereka Seluruh pelecehan itu kemudian dikatakan oleh orang-orang Papua sebagai realitas pelanggaran hak asasi manusia baik yang berupa tindak kekerasan seperti pembunuhan penyiksaan penangkapan dan pemerkosaan

Pelecehan yang lain adalah Indonesia te lah m em biarkan o rang-o rang Papua terperangkap dalam kemiskinan yang kronis tanpa infrastruktur kesehatan pendidikan dan transportasi serta kom unikasi yang memadai Kondisi ini dalam data yang dilansir oleh harian Kompas sekitar 80 orang asli Papua berada dalam gelimang kemiskinan77

Belum adanya ja lan keluar bagi m asalah kem isk inan dan kelangkaan infrastruktur serta belum adanya upaya pertanggung jaw aban atas te rjad inya pelanggaran bera t hak asasi m anusia membuat Papua tetap bergejolak meskipun Otonomi Khusus telah diberikan Pada hal Otonomi Khusus dirancang sebagai jalan k e lu ar bagi selu ruh persoalan yang mengganjal dalam hubungan Jakarta dengan Jayapura

Belum efektifnya Otsus sebagai jalan keluar tidak terlepas dari realita politik di Papua itu sendiri Para perancang Otonomi Khusus hanya mengandaikan bahwa dengan adanya Otonomi Khusus maka semua pihak akan suka rela mendukungnya Namun dalam kenyataanya belum semua pihak mendukung Salah satu pihak yang belum mendukung sepenunya adalah pihak-pihak dari kalangan militer

M aka dari itu sam pai saat ini Pengadilan HAM dan KKR yang diwajibkan oleh UU Otonomi Khusus untuk meminta pertanggungjawaban dari mereka yang terlibat belum terwujud di Papua Pada hal dua instansi ini d iharapkan m enjadi sarana untuk membongkar masalah kejahatan terhadap kemanusian di Papua

20

Dengan demikian membicarakan masalah Papua saat ini yang paling pokok adalah menjelaskan peran dan posisi militer dalam keseluruhan konflik di Papua tersebut Sikap pemerintah yang selalu membantah dan menutup mata atas terjadinya berbagai bentuk kekerasan yang dilancarkan oleh anggota ABRI akan merugikan Indonesia sendiri Selain itu sikap merasa tak pemah bersalah dari pem erin tah Indonesia ju g a akan menjauhkan orang Papua dari Indonesia

Gam baran yang terpapar di atas adalah merupakan kenyataan-kenyataan yang pernah dialami oleh orang-orang Papua Dengan membuka seluruh pengalaman itu dan memberikan ruang bagi pengalaman orang-orang Papua untuk menjadi bagian darinya akan lebih mem udahkan dalam mencari jalan keluar bagi persoalan Papua yang kini kian rumit Singkatnya peranan ABRI atau TNI dan Polri di Papua sejak tahun 1960-an sampai tahun 2000 harus dibuka Sementara itu seluruh pengalaman pahit orang-orang Papua mesti diakomodasi pula di dalamnya sebagai bagian yang utuh

M aka dari itu pem bentukan pengadilan HAM dan KKR di Papua sebagaimana diamatkan oleh UU Otonomi Khusus menjadi agenda mendesak di Papua Tanpa kedua sarana itu membicarakan masalah Papua seperti jalan di tempat Jika itu yang terjadi kekecewan dan perasaan tidak diangap sebagai bagian dari keindonesiaan akan kian meluas di Papua

Daftar Pustaka

Aditjondro George J 2000 Cahaya Bintang Kejora Jakarta ELSAM

Amiruddin 2005 ldquoGerakan Papua Merdeka Penciptaan Identitas Ke-Papua-an versus Ke- Indonesia-anrdquo dalam Jurnal Hak A sasi Manusia Dignitas VolIIINo 1 Tahun 2005

Amiruddin dan Aderito Soarea 2003 Perjuangan Amungme Antara Freeport dan Militer Jakarta ELSAM

Bhakti Ikrar Nusa 2005 ldquoHak Menentukan Diri Sendiri Jenis Baru di Papua Pilihan Antara Kemerdekaan dan Otonomirdquo Dalam Dewi Fortuna Anwar (Ed) Konflik Kekerasan Internal Jakarta Obor Hlm 255mdash 256

Chauvel Richard dan Ikrar Nusa Bhakti 2004 The Papua Conflict Jakarta s Perceptions and Policies East-West Center Washington

C holil 1971 Sejarah O p era si-O p era si Pembebasan Irian Barat Puserjarah ABRI- Dephankam

Deplu RI 1998 Sejarah Kembalinya Irian Jaya ke Pangkuan Republik Indonesia Jakarta Deplu RI

Djoparai John RG 1993 Pem berontakan O rgan isasi P apua M erdeka Jakarta Grasindo

Elisabeth Adriana dan Muridan S Widjojo 2004 Pemetaan Peran dan Kepentingan Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

Elisabeth Adriana dkk (2005) Agenda dan Potensi Damai di Papua Jakarta LIPI

G iyai Benny 2000 M enuju P apua Baru Beberapa Pokok Pikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham-Dieyai

Kambai Yafet 2003 Gerakan Papua Merdeka di Bawah B ayan g-B ayan g M ega-H az Jayapura ELSHAM Hlm 29mdash 30

Kodam XVIITjendrawasih 1971 Irian Barat dari Masa ke Masa Sejarah Militer Kodam XVII Tjendrawasih Puserjarah ABRI

Laporan Tim Pengkajian Komnas HAM tentang Permasalahan HAM di Papua (Wamena dan Wasior) Oktober 2003

Leith Denise 2003 The P olitics o f Power Freeport in Seharto s Indonesia Honolulu Universiti o f Hawaii Press

Majalah Sampari edisi 02Februari 2006

M ayjen Samsudin 1994 P ergolakan di Perbatasan Operasi Pembebasan Sandera Tanpa Pertum pahan D aerah Jakarta Gramedia

Osbome Robin 2001 Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Jakarta Elsam

Pigai D ecki N atalis BIK 2001 E volusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua Jakarta Sinar Harapan

21

Pour Julius 1993 Benny Mordani Profil Prajurit Negarawan Jakarta Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman

Raweyai Yorris TH 2002 Mengapa Papua Ingin Merdeka Jayapura PDP

Sejarah Kodam VIIITrikora Priode 1982-1990

Sumule Agus 2004 M encari Jalan Tengah Otonomi Khusus Provinsi Papua Jakarta Gramedia

Tebay Neles Kebadabi 1999 ldquoOrang Papua Menuju K epunahanrdquo makalah dalam Seminar yang diselengarakan oleh Kelompok Studi Gaise Keuskupan Bandung dan Lembaga Penelitian Universitas Katolik Parahiyangan Bandung tanggal 12mdash 13 November 1999

Van den Broek Ofm Theo PA dan J Budi Hemawan Ofm 2001 Memoria Passionis di Papua Kondisi Hak Asasi Manusia dan Gerakan A spirasi M erdeka Gambaran 1999 Jakarta Keuskupan Jayapura

Van den Broek Theo 1999 Returnees from PNG to Irian jaya Dealing in Particular with Returnees to Woropko-Mindiptana Area Jayapura SKP

Widjojo Muridhan S 2005 ldquoSeparatisme - Hak Asasi M anusia - Separatisme Siklus Kekerasan di Papua Indonesiardquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIII N ol Tahun 2005

22

Lampiran

Tabel Nama Pangdam XVIITjendrawasih dan Operasi-Operasi yang Dipimpinnya

No Nama Lama Tugas Keterangan

1 Brigjen U R ukm an M ei 1 9 6 3 mdash 17 April 1 9 6 4

O peras i W isnum urti I d an II

2 Brigjen Inf Kartidjo 17 April 1 9 6 4 mdash

O peras i W isnum urti III d an IV O perasi G ia t dan T an g k as O peras i S a d a r O p e ra s i ini d ipim pin oleh D a n rem 171 M an o kw ari Letkol D jaka W a rg a d in a ta

3 Brigjen T N I R Bintoro 2 3 M a re t 1 9 6 6

O peras i B ra th ayud ha operas i penghancuran p erlw an an d an untuk m e m e n a n g ka n P ep e ra

4Brigjen T N I S arw o Edi W ibow o

2 5 Juni 1 9 6 8O peras i S a d a r d an B ratayudha O peras i W ib a w a (P ers iap an P e n y e len g a ra an P e p e ra )

5 Brigjen A cub Za ina l2 6 Januari 19 70 mdash 1 9 7 4

O peras i P am un g kas

6Brigjen Im am M u n a n d ar

1 9 7 7 mdash 19 78 O peras i di S ep a n jan g P erb a tas an

7 Brigjen C l S an to sa 1 9 7 8 mdash 1 9 8 2

8Brigjen RK S em biring M elia la

1 9 8 2 mdash 1 9 8 5

9M ay jen H S im anjuntak

1 9 8 5 mdash 19 86 O peras i G a g a k I

10 M ay jen S etia n a 1 9 8 6 mdash 1987 O peras i G a g a k II

11M ay jen W is m o ya A rism u nand ar

1 9 8 7 mdash 19 89 O peras i K asuari I d an II

12 M ay jen A binow o 1 9 8 9 mdash 1991 O peras i R a jaw ali I dan II

13M ay jen I Ketut W ard h an a

1 9 9 4 mdash 1 9 9 5

14 M ay jen Joni Lum intang 1 9 9 5 mdash 1 9 9 6

15M ay jen A m ir S em biring

1 9 9 8 mdash 1999 P e n g a m a n a n D a erah R a w a n

16M ay jen M ahidin Sim bolon

1 9 9 9 mdash 2 0 0 2O peras i P en g en d a lian P eng ibaran B end era

17 M ay jen Nurdin Z a ina l 2 0 0 2 mdash 2 0 0 4 O peras i P enyis iran di W a m e n a

Sejak April 1985 Kodam XVlITjendrawasih di gabung dengan Kodam XVPatimura Gabungan kedua Kodam ini menjadi Kodam VIIITrikora dengan pusat komandonya tetap di Jayapura

Kodam VIIITrikora kembali dipecah menjadi dua yaitu Kodam Trikora di Jayapura dan Kodam Patimura untuk Maluku

23

PRO-KONTRA PEMEKARAN PAPUASEBUAH PELAJARAN BAGI PEMERINTAH PUSAT

Lili Romli

Abstract

The division ofthe Province o f Papua is an interesting case in pos t reform era in which local government autonomy is a hot topic in local politics in Indonesia The decision to divide the province comes from Central Government in Jakarta not provincial government in Jayapura The decision raises dispute argument in pro or contra on the necessary o f the division between people o f Papua The paper aims is to describe the discord between the problem o f the Division ofPapua in the level offormal rule and the pro and contra to the decision To solve the problem ofpro and contra this paper argues that it is necessary to give more room for people ofPapua to decide what it need By involving local institution that has been legally approved as representatives o f Papuan people such as Papuan People Assembly (Majelis Rakyat Papua MRP) and DPRD the pro and contra to the division among people and government will be solved in dialogic decision

Pendahuluan

Dalam era reform asi dan otonomi daerah ini salah satu fenomena yang muncul di daerah-daerah adalah

tuntutan pemekaran daerah Di beberapa daerah sebagai contoh kasus m ereka berlomba-lomba agar daerahnya dimekarkan atau minta pemekaran 1 Kondisi itu kontras dengan kasus di Papua Apabila daerah- daerah lain berlomba-lomba agar daerahnya dimekarkan tidak demikian halnya dengan Papua atau Irian Jaya Tampaknya kasus Papua berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kasus-kasus pemekaran daerah lain selama ini Jika pemekaran daerah yang terjadi selama ini yang ngotot adalah orang- orang daerah agar secepatnya daerahnya d im ekarkan sem entara un tuk kasus pem ekaran Papua yang ngo to t adalah

Peneliti Bidang Politik Nasional Pusat Penelitian Politik1 Agar daerahnya dimekarkan mereka kerap melakukan demonstrasi baik kepada daerah induk maupun ke Pemerintah Pusat Contoh kasus adalah saat pemekaran Provinsi Banten yang ingin pisah dari Provinsi Jawa Barat

Pemerintah PusatSebagaimana diketahui Pemerintah

Pusat menerbitkan UU No 45 Tahun 1999 un tuk pem ekaran Papua N am un UU tersebut ditolak oleh masyarakat Papua Meskipun sudah ditolak tampaknya jalannya cerita belum usai Empat tahun kemudian keing inan P em erin tah Pusat untuk memekarkan Papua dilanjutkan kembali K ini Pem erintah Pusat m enghidupkan kembali UU No 45 Tahun 1999 melalui Inpres No 1 Tahun 2003 Inpres tersebut menginstruksikan untuk mempercepat antara lain pemekaran Papua menjadi 3 provinsi yaitu Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur

Tentu saja dengan adanya Inpres tersebut mengagetkan rakyat Papua Sebab bukankah dulu UU No 45 Tahun 1999 tentang Pemekaran Papua sudah ditolak Tetapi mengapa sekarang keluar Inpres No 1 Tahun 2003 untuk mempercepat pemekaran Papua Bukankah untuk pemekaran Papua

25

harus dilakukan melalui Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagaimana diamanatkan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan itu sebagian besar rakyat Papua m enolak pemekaran Papua

D engan dem ikian dalam kasus pemekaran Papua sebagaimana dikatakan di atas tam paknya yang ngoto t untuk memekarkaan Papua adalah Pemerintah Pusat sedangkan Pem erin tah D aerah P rovinsi Papua tidak ngo to t bahkan menolaknya Inilah yang saya katakan sebagai fenomena khusus yang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan pemekaran- pemekaran daerah dalam kasus-kasus daerah lain seperti pemekaran Provinsi Banten Pemekaran Provinsi Bangka Belitung dan Pemekaran Provinsi Gorontalo

Dampak sikap ngotot Pemerintah Pusat tersebut menimbulkan benturan dan konflik antara mereka yang pro-Pemerintah Pusat (dengan demikian setuju pemekaran) dan yang menolak keinginan Pemerintah Pusat (dengan dem ikian m enolak pem ekaran) Sikap pro-kontra tersebut sesungguhnya apabila kita amati dipicu oleh sikap elite terhadap kebijakan Pemerintah Pusat tentang pemekaran Papua Sikap elite yang berbeda itu lalu merembet ke masing-masing pendukung di antara elite-elite tersebut sehingga yang teijadi kemudian konflik horizontal di antara pendukung pemekaran dan penolak pemekaran Antiklimaks dari konflik tersebut adalah peristiwa Mimika saat dideklarasikan Provinsi Irian Jaya Timur

Tulisan ini mencoba untuk membahas tentang fenomena pro-kontra pemekaran Papua tersebut Namun sebelumnya terlebih dahulu membahas tentang latar belakang pemekaran Papua keluarnya UU No 45 Tahun 1999 dan Inpres No 1 Tahun 2001

Latar Belakang Pemekaran

Ide tentang pemekaran Irian Jaya sudah lama Jauh sebelum Irian Jaya menjadi bagian Indonesia di zaman pemerintahan

Hindia Belanda pemerintah kolonial saat itu membagi wilayah Netherlands New Guinea (sebuah nama untuk Irian Barat atau Irian Jaya pada waktu masa penjajahan Belanda) dalam enam karisedanan yaitu (1) Hollandia (sekarang namanya Jayapura) dengan ibu kota Hollandia (2) Geelvinkbaai (sekarang Teluk Cendrawasi) dengan ibu kota Biak (3) N ew G uinea Tengah dengan ibu kota Enarotali (4) New Guinea Selatan dengan ibu kota Merauke (5) New Guinea Selatan dengan ibu kota Fakfak dan (6) New Guinea Barat dengan ibu kota Sorong2

Tentu pembagian keenam wilayah tersebut ada alasannya Pemerintah Hindia Belanda tidak asal saja membagi wilayah Netherland New Guinea atas enam wilayah M enurut Ik rar N usa B hakti alasan pembagian enam wilayah itu didasarkan atas (1) kedekatan w ilayah (2) efektiv itas pemerintahan dan (3) pertalian adatsuku di antara penduduk di wilayah itu3

Pada tahun 1963 ketika Netherland N ew G uinea m enjadi bag ian w ilayah Indonesia yang kemudian berubah menjadi Irian Barat pembagian enam wilayah tersebut tetap dipertahankan oleh Indonesia Namun dalam perkembangan kemudian yaitu pada tahun 1969 dari enam karesidenan itu diciutkan menjadi tiga karesidenan baru yaitu (1) Karesidenan Paniai (2) Karesidenan Sorong dan (3) Karesidenan Yapen Waropen Karesidenan di Irian Barat terus berkembang dan ada yang d iberi nam a baru yaitu kabupaten m enjadi 14 kabupaten dan terakhir 28 kabupaten4

Pada masa Pemerintahan Orde Baru tepatnya tahun 1983 yaitu pada masa Gubernur Irian Jaya dipimpin oleh Busyiri Suryowinoto dan M enteri Dalam Negeri Supardjo Rustam ide tentang pemekaran muncul kembali Ide pemekaran ini berawal dari Seminar ldquoPembangunan Pemerintahan

2 Ikrar Nusa Bhakti ldquoMencari Titik Temu Pemekaran Provinsi Papuardquo Kompas 25 Agustus 2003

3 Ibid4 Ibid

26

Daerahrdquo dalam rangka Dies Natalis Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) ke-16 di Jakarta tanggal 3 Mei 1983 Pada seminar tersebut muncul gagasan perlunya pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga wilayah dan pembentukan- pembentukan kabupaten-kabupaten5

Namun dalam seminar itu terdapat dua pendapat yang berbeda satu sisi ada yang berpendapat bahwa pemekaran dimulai dari bawah dulu yaitu dengan m em bentuk kapubaten-kabupaten dulu tetapi di sisi lain ada yang berpendapat sebaiknya dimulai dari atas dulu yaitu dengan m em bentuk pemekaran provinsi dulu

Sehubungan dengan adanya polemik tersebut Gubernur Irian Jaya yaitu Busyiri memanggil orang-orang Irian Jaya yang berpolemik tersebut yaitu JRG Jopari 3 mahasiswa IIP asal Irian Jaya (M ichael Menufandu Obednego Rumkorem Martinus Howay) dan beberapa anggota DPR yang mewakili Irian Jaya antara lain MC Da Lopez Izaac H indom Izaac Saujay M ocham m ad W asaraka dan Sudarko M ereka d ipanggil dalam rangka membicarakan rencana pemekaran wilayah Irian Jaya Untuk itu mereka diwajibkan untuk memberikan masukan tertulis kepada gubernur

Ide ten tang pem ekaran terus berkembang dengan diadakannya Seminar Nasional ldquoPercepatan Pembangunan di Irian Jayardquo yang d ilakukan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Dalam seminar itu dibicarakan juga tentang kemungkinan pemekaran wilayah Irian Jaya Hasil seminar lalu direkom endasikan kepada M enteri Dalam Negeri yakni Supardjo Rustam

Dalam perkem bangan kemudian Menteri Dalam Negeri memerintahkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Dalam Negeri untuk melakukan penelitian di Irian Jaya selama enam bulan

5 JRG Djopari ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo Sinar Harapan 5 Maret 2003

tentang kemungkinan pemekaran wilayah Irian Jaya Hasil penelitian ini kemudian disampaikan kepada Presiden Soeharto yang isinya apabila kondisi ekonomi negara memungkinkan dan proses kaderisasi aparat pemerintah asal putra daerah telah mencukupi untuk struktur minimal birokrasi pem erintahan tingkat provinsi pemekaran wilayah dapat dilaksanakan Pemekaran dapat dimulai dengan tiga provinsi dan kemudian menjadi enam provinsi sesuai enam karisedanan sewaktu pemerintahan Hindia Belanda di Irian Jaya

Gagasan tentang pemekaran Irian Jaya tersebut ternyata tidak kunjung tiba sampai akhirnya Presiden Soeharto jatuh Entah alasan apa ide pemekaran itu tidak kunjung terwujud Mungkin rekomendasi tentang perlunya pemekaran yang diajukan oleh B alitbang D epdagri belum juga terpenuhi sehingga tidak memungkinkan pemekaran Irian Jaya dilaksanakan Atau alasan lain entahlah Yang jelas selama masa Presiden Soeharto kendali Jakarta atas Irian Jaya begitu ketat dengan diberlakukannya Daerah Operasi Militer (DOM) Dan dampak dari DOM tersebut membuat rakyat Irian Jaya m akin sengsara ak ibat te rjad inya pelanggaran-pelanggaran HAM

Pemekaran Irian Jaya Berdasarkan UU No 45 Tahun 1999

K etika te rjad i pergan tian pemerintahan dari Soeharto ke B J Habibie gagasan pem ekaran Irian Jaya muncul kem bali G ubernur Irian Jaya Freddy Numberi mengusulkan pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga wilayah Kemudian usul ini ditanggapi oleh pemerintah dengan mengajukan RUU tentang pemekaran Irian Jaya dan pembentukan kabupaten-kabupaten lainnya di Irian Jaya Singkat kata lalu keluarlah UU No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat Kabupaten Paniai Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Dengan adanya UU itu

27

berarti Irian Jaya terbagi atas 3 provinsi yaitu Irian Jaya Barat dengan Ibu Kota Manokwari Irian Jaya Tengah dengan Ibu Kota Timika dan Irian Jaya Timur dengan Ibu Kota Jayapura

U ntuk m engetahui apa dasar pertimbangan keluarnya UU No 45 Tahun 1999 tersebut di sini saya kutipkan dasar pertimbangan sebagaimana dinyatakan dalam poin menimbang UU No 45 Tahun 1999 yaitu6a bahwa berhubung dengan perkembangan

dan kemajuan Provinsi Irian Jaya serta adanya aspirasi yang berkembang dalam m asyarakat d ipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerinshytahan pelaksanaan pembangunan dan pem binaan kem asyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan dimaksud pada masa mendatang

b bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dan memperhatikan perkembangan jumlah penduduk luas wilayah potensi ekonomi sosial budaya sosial politik dan peningkatan beban tugas serta volume kerja di bidang pem erintahan pem shybangunan dan kemasyarakatan di Irian Jaya d ipandang perlu m em bentuk Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat sebagai pemekaran dari Irian Jaya

c bahwa pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya B ara t akan dapat mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah

Pertimbangan-pertimbangan yang diajukan tersebut kemudian lebih jauh dijelaskan dalam Penjelasan Umum dari UU No 45 Tahun 1999 ini Di sini lagi-lagi saya kutipkan bunyi Penjelasan Umum tersebut yaitu

6 Lihat UU No 45 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

Provinsi Irian Jaya mempunyai wilayah seluas 404669 km2 dengan geografis yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit dalam perkembangannya walaupun telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan masih diperlukan peningkatan Provinsi Irian Jaya juga memiliki makna yang khas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Makna khas tersebut terdapat di dalam dinamika budaya struktur pranata adat istiadat potensi wilayah dan struktur sosial kemasyarakatan serta tantangan dan kendala yang dihadapi beserta lingkungan strategis yang mempengaruhinya

Perkembangan Provinsi Irian Jaya tersebut diikuti pula dengan peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat dengan laju pertumbuhan rata-rata 241 per tahun Pada tahun 1990 jumlah penduduk Provinsi Irian Jaya berjumlah 1436439jiwa dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 2225102 jiwa Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volum e kerja penyelenggaraan pem erin tahan pem shybangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Provinsi Irian Jaya

Provinsi Irian Jaya memiliki sumber daya pertanian tanaman pangan perkebunan kehutanan pertambangan dan pariwisata yang cukup potensial untuk dikembangkan serta memiliki prospek yang cukup baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri karena memiliki letak yang sangat strategis yaitu merupakan pintu gerbang ke arah lingkar Pasifik

Berdasarkan hal-hal tersebut dan memperhatikan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat sejak tahun 1982 yang selanjutnya dituangkan secara formal dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Irian Jaya tanggal 10 Juli 1999 Nomor 10DPRD1999 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I Irian Jaya dan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan

28

pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat dan sesuai aspirasi masyarakat sejalan dengan kebutuhan pembangunan dan pemerintahan di Provinsi Irian Jaya maka Provinsi Irian Jaya perlu dimekarkan menjadi tiga provinsi yaitu dengan membentuk Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat

Untuk m eningkatkan dan m em shyperkuat peranan putra daerah asli Irian Jaya dalam formasi kepegawaian dan jabatan negeri diberikan prioritas kepada putra daerah tersebut sedem ikian rupa dalam mendapatkan pendidikan dan pelatihan Di samping itu hak adat dalam komunitas budaya suku-suku asli Irian Jaya termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi dan dijamin pengem bangan serta pem berdayaannya secara dinam is dan selaras dengan perkembangan zaman

Untuk m elaksanakan UU No 45 Tahun 1999 tersebut Presiden BJ Habibie kemudian mengeluarkan Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 pada tanggal 12 Oktober 1999 Dalam Dekrit tersebut Presiden BJ H abibie m engangkat W akil G ubernur Herman Monim dan Bram Atururi masing- masing sebagai Gubernur Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya B arat N am un dalam perkembangan baik UU No 45 Tahun 1999 maupun Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 ditolak oleh Dewan Perw akilan Rakyat Daerah Provinsi Irian Jaya melalui SK No 11 DPRD1999 tanggal 16 Oktober 1999 Isi SK DPRD Provinsi Irian Jaya tersebut menolak pemekaran Irian Jaya karena atas desakan rakyat Irian Jaya

Dengan adanya penolakan DPRD Provinsi Irian Jaya tersebut kem udian m uncul pertanyaan m engapa dalam Penjelasan Umum UU No 45 Tahun 1999 sebagaimana dikutip di atas dinyatakan bahwa keluarnya UU ini tidak lepas dari aspirasi masyarakat yang lalu dituangkan dalam Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya No 10 DPRD1999 Kalau benar berdasarkan aspirasi

masyarakat seharusnya UU No 45 Tahun 1999 diterima bukan ditolak Tetapi yang terjadi adalah rakyat Irian Jaya menolak dan DPRD Irian Jaya m endukungnya Pertanyaan selanjutnya ada apa sebenarnya di balik itu semua Benarkah UU No 45 Tahun 1999 benar-benar berdasarkan aspirasi masyarakat Irian Jaya atau sesungguhnya hasil rekayasa Jakarta (Pemerintah Pusat)

Jawaban yang muncul cenderung bahwa UU No 45 Tahun 1999 tidak lepas dari kepentingan Pemerintah Pusat dalam upaya meredam atau memecah gerakan Papua M erdeka D engan Irian Jaya d im ekarkan m aka dukungan terhadap gerakan Papua Merdeka akan terpecah-pecah yang pada gilirannya nanti akan melemahkan gerakan itu sendiri karena Irian Jaya tidak lagi satu tetapi sudah menjadi tiga yaitu Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur C ara seperti ini memang dapat d ilakukan te tap i persoalan waktu dan kondisinya tidak pas Mengapa tidak jauh- jauh sebelum itu katakanlah seharusnya direalisasikan ketika masa Soeharto di mana negara kuat Sementara sekarang pada era reformasi ini di mana semua orang menuntut kebebasan dan ada ruang kebebasan ditambah kondisi negara yang lemah maka kebijakan itu tidak pas Maka menjadi wajar apab ila kem udian rakyat Irian Jaya m enolaknya karena m em ang yang d ibu tuhkan adalah kead ilan bukan pemekaran

Mungkin berdasarkan pertimbangan tersebut Presiden BJ Habibie menerima tuntutan rakyat Irian Jaya tersebut yaitu menunda pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dan membatalkan Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 karena tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat Irian Jaya

Dalam perkembangan selanjutnya ketika BJ Habibie digantikan oleh Presiden A bdurahm an W ahid pendekatan yang diterapkan dalam menangani Irian Jaya berbeda dengan kebijakan sebelumnya Di sini Presiden Abdurahman Wahid bukan saja

29

memberikan dana bagi diadakannya Kongres Nasional Papua II pada bulan Mei 2000 tetapi juga mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua pada tanggal 25 Desember 2000 Nama Papua merupakan keinginan rakyat Papua sendiri bukan pemberian nama dari Pemerintah Pusat Dengan persetujuan pemberian nama Papua untuk mengganti nama Irian Jaya diharapkan rakyat Papua akan mengubah tuntutan yang selama ini diajukan terutama kelompok OPM dan Presediun Dewan Papua

Ketika Presiden Abdurahman Wahid ja tu h dan d igan tikan oleh M egaw ati diberikan kebijakan terhadap Papua dengan apa yang dinamakan sebagai pemberian otonomi khusus melalui UU No 21 Tahun 2001 Kebijakan yang sama yaitu Otonomi K husus d iberikan ju g a kepada Aceh K ebijakan pem berian otonom i khusus sesungguhnya merupakan bentuk win-win solution sem ua p ihak m em peroleh kemenangan

Perlu dikemukakan di sini kebijakan otonomi khusus ini berbeda dengan kebijakan otonomi berdasarkan UU No 22 Tahun 1999 Pada UU No 22 Tahun 1999 titik berat otonomi ada pada tingkat kabupaten atau kota Antara kabupatenkota dengan provinsi tidak ada hierarki Sementara UU Otonomi Khusus titik berat otonomi berada di tingkat provinsi bukan pada kabupaten atau kota

B erkaitan dengan pem ekaran wilayah UU Otonomi Khusus menyatakan bahwa apabila akan diadakan pemekaran harus terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Majelis Rakyat Papua (MRP) Pasal 76 UUNo 21 Tahun 2001 menyebutkan bahwa ldquoPem ekaran P rov insi Papua m enjadi provinsi-provinsi dilakukan atas persetujuan MRP dan DPR Papua setelah memperhatikan dengan sungguh-sungguh kesatuan sosial budaya kesiapan sumber daya manusia serta kemampuan ekonomi dan perkembangan di masa mendatangrdquo

Lalu siapa itu M RP MRP merupakan reperesentasi kultural orang asli Papua Orang asli Papua adalah orang yang

berasal dari rumpun ras Melanesia yang terdiri dari suku-suku asli di Provinsi Papua danatau orang yang diterima dan diakui sebagai orang asli Papua oleh masyarakat adat Papua Sampai saat ini entah mengapa MRP belum terbentuk Karena belum terbentuknya MRP dapat dikatakan Otonomi Khusus Papua belum berjalan secara maksimal meski dana untuk pelaksanaan Otonomi Khusus sudah diberikan oleh Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Inpres No 1 Tahun 2003

Setelah keluarnya UU Otonom i Khusus tentang Papua tersebut seharusnya persoalan Papua selesai minimal berkaitan dengan masalah pemekaran Papua Mengapa mengingat saat UU tentang Pemekaran Papua No 45 Tahun 1999 ditolak oleh masyarakat Papua lalu sebagai ja lan tengah untuk m engatasi pe rso a lan Papua lah ir UU Otonomi Khusus maka berkaitan dengan persoalan pemekaran harus berdasarkan UU Otonomi Khusus tersebut

N am un entah kenapa dan latar belakang apa pada tanggal 27 Januari 2003 Presiden Megawati mengeluarkan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2003 Instruksi itu berisi tentang Percepatan Pelaksanaan UU No 45 tentang Pembetukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat K abupaten Pania K abupaten M im ika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Dalam diktum menimbang disebutkana Bahwa untuk pelaksanaan Undang-

Undang No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat Kabupaten Paniai Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong dipandang perlu dilakukan percepatan penyiapan sarana dan prasarana pem bentukan organisasi perangkat daerah dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah

b B ahw a sesuai tun tu tan dan perkembangan aspirasi masyarakat serta

30

kondisi politik nasional yang kondusif pada saat ini maka penyelenggaraan pemerintahan daerah di Provinsi Irian Jaya Barat perlu direalisasikan secara terarah terpadu terkoordinasi dan berkesinambungan

Instruksi presiden ini ditu jukan kepada (1) M enteri Dalam N egeri (2) Menteri Keuangan (3) Gubernur Provinsi Papua dan BupatiWali Kota se-Provinsi Papua

Pertam a M enteri D alam N egeri melakukan percepatan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dengan tugas1) M elaksanakan pem binaan dan

pengawasan penyelenggaraan pemerinshytahan daerah di Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

2) M em persiapkan penetapan dan penyesuaian ba tas-b a tas w ilayah Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat dan Prdvinsi Irian Jaya

3) M em berikan pem binaan dan pengshyawasan kepada Provinsi Irian Jaya Barat dan Provinsi Irian Jaya Tengah dalam rangka pem bentukan O rganisasi Perangkat Daerah

4) M em berikan pem binaan dan pengshyawasan kepada Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat dalam rangka pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

5) Mengaktifkan pejabat gubernur para pejabat dan penataan aparatu r Pemerintah Provinsi Irian Jaya Barat dan P rovinsi Irian Jaya Tengah serta mengupayakan dukungan sarana dan prasarana yang memadai

6) Melakukan koordinasi dengan menteri pim pinan lem baga nondepartem en terkait dan m engadakan pertem uan dengan pejabat pemerintah daerah

Kedua memberikan tugas kepada M enteri K euangan un tuk m enyiapkan anggaran yang diperlukan dalam rangka

pelaksanaan langkah komprehensif yang belum tertampung dalam APBN

K etiga G ubernur m em berikan dukungan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dengan tugas1) Pengalihan personel pembiayaan aset

dan dokumen2) S uperv isi dan dukungan pada

pembentukan dan penataan penyelengshygaraan pem erintahan daerah otonom baru

Keem pat bupatiw ali kota m enshydukung untuk memperlancar pengalihan dan penataan penyelenggaraan pemerintahan seperti dimaksud UU No 45 Tahun 1999

K elim a un tuk m em perlancar percepatan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 M enteri D alam N egeri dapat membentuk Tim Asistensi untuk memberikan dukunganbimbingan teknis penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada gubernur dan bupatiw ali ko ta dalam kaitan p e shynyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

Setelah adanya instruksi presiden tersebut pada tanggal 6 Februari 2003 dengan dihadiri ribuan orang dari sembilan kabupaten P rov insi Irian Jaya B arat diresmikan oleh pejabat Gubernur Irian Jaya Barat yaitu Abraham Octavianus Atururi di Manokwari Acara peresmian provinsi baru ini juga digelar di Sorong Fakfak dan Jayapura

Pada tanggal 11 Maret 2003 Menteri Dalam Negeri mengharapkan agar Gubernur Papua menyampaikan perkembangan tertulis mengenai respons masyarakat Papua atas pemekaran Papua Laporan tersebut diperlukan oleh Departemen Dalam Negeri sebagai salah satu pertimbangan untuk mengefektifkan pemekaran Papua menjadi tiga provinsi Kemudian pada tanggal 23 Mei 2003 Menteri Dalam Negeri meminta gubernur DPRD dan Bupati Manokwari segera mengimplementasikan Inpres No 1 Tahun 2003

31

Beberapa kalangan menilai bahwa Inpres No 1 Tahun 2003 tentang percepatan pemekaran tersebut menjadi titik balik bagi berjalannya UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonom i K husus Papua K ondisi ini menunjukkan bahwa nasib Otonomi Khusus Papua berada pada posisi di persimpangan jalan Betapa tidak di satu sisi bahwa pemekaran di tanah Papua dilakukan oleh MRP namun di sisi lain dengan adanya Inpres No 1 Tahun 2003 tersebu t m enunjukkan bahw a pem ekaran Papua ternyata dilakukan oleh Pemerintah Pusat bukan oleh MRP sebagai representasi rakyat Papua

Pro-Kontra Pemekaran Papua

Saat pendeklarasian Provinsi Irian Jaya Barat tanggal 6 Februari 2003 oleh Pejabat Gubernur Irjabar (Irian Jaya Barat) di Manokrawi yang dihadiri oleh kurang lebih 15 ribu orang dari Kabupaten Manokwari Sorong dan Fakfak berlangsung secara damai dan aman Tidak ada gejolak konflik dan penentangan Semuanya berjalan lancar dan aman Namun suasana serupa tidak teijadi saat pendeklarasian Provinsi Irian Jaya Tengah (Irjateng) yang dilakukan pada tanggal 23

Agustus 2003 Provinsi Irian Jaya Tengah dideklarasikan di Timika oleh keenam bupati dan ketua DPRD yang ada di wilayah provinsi itu Saat pendeklarasian ternyata diwarnai oleh aksi penolakan sekelom pok pendukung dan penentang pemekaran provinsi Bentrokan antara yang pro dan kontra ini membawa korban meninggal dunia sebanyak empat orang yaitu 2 orang dari pihak penolak dan 2 orang dari pihak pendukung

Pada perkem bangan kem udian karena situasi makin tegang pada tanggal 27 Agustus 2003 Pemerintah menunda atau m em pertahankan dalam status quo pemekaran daerah di Provinsi Papua kecuali Irian Jaya Barat Pada masa status quo ini pemerintah akan meninjau kembali UU No 45 Tahun 1999 UU No 21 Tahun 2001 dan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2003

Sikap pem erin tah dengan m em shyberlakukan status quo berkaitan dengan pemekaran Papua tersebut merupakan suatu sikap yang bijak dan arif dalam menyikapi perkembangan yang terjadi di tanah Papua Untuk itu kita sangat menghargai dan menghormatinya karena memang persoalan Papua begitu kompleks dan rumit yang penyelesaiannya butuh waktu dan pemikiran yang mendalam termasuk persoalan tentang pemekaran Apakah pemekaran merupakan

Tabel 1 Perbandingan Indikator Ekonomi dan Sosial Provinsi Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya

Indikator Prov Irian Jaya Barat

Prov Irian Jaya Tengah

Provinsi Irian Jaya

Ibu Kota Manokwari T im ika JayapuraLuas (km 2) 10 5 073 5 8 7 7 9 2 4 9 6 3 0Jum lah Penduduk 57 1 1 0 7 5 0 6 0 2 6 1 1 5 6 3 9 7Kepadatan (O rg K m 2) 5 4 8 6 4 6Luas Hutan (ha) 10 173 8 7 5 2 9 8 2 4 3 2 4 8Panjanq Jin Aspal (km ) 1 3 07 58 1 3 5 1 3 5 2 086 01Jum lah P N S 97 18 17 417 20511Rasio Penduduk P er P N S 159 19 156Jumlah Guru S D 38 69 4 3 6 2 6 3 3 0Jumlah Murid S D 5 2 569 14 9 672 1 4 3 94 7Rasio Guru per murid S D 14 134 123Jum lah Dokter 6 7 62 171Rasio Penduduk P er Dokter 18254 18 162 16763Penerim aan PBB 2001 1 5 1 26 8 5 1 0 9 4 0 3 7 102816 1Partai Pilihan 1999 G olkar (42 )

P D IP (33 )G olkar (43 ) P D IP (29 )

G olkar (34 ) P D IP (32 )

Sumber Kompas 23 September 2003

32

jalan satu-satunya penyelesaian masalah Papua atau bukan Perlu perenungan yang mendalam

Namun terlepas dari itu persoalan pemekaran dan tentang Inpres No 1 Tahun 2003 tentang Percepatan Pemekaran telah terjadi konflik antara yang pro dan kontra Salah seorang yang pro terhadap pemekaran Papua mengemukakan beberapa argumentasi yaitu71) Aspek pemerintahan Rentang kendali

pemerintahan Papua sangat jauh atau panjang sehingga seorang Gubernur tidak m am pu m engendalikan w ilayah administratif pemerintahannya Dengan 14 wilayah setingkat kabupaten sulit dikoordinasikan oleh seorang gubernur Luas 4 kali pulau Jawa m aka akan bertam bah su lit dan bera t dengan tambahan 14 kabupaten baru tahun 2003 K onflik p rov insi (gubernur) dan kabupaten maupun kota di Irian Jaya pada tahun 2002 perlu d icerm ati atas pembagian dana 18 triliun rupiah bagian dari dana otonomi khusus yang hanya 20 sampai ke 14 wilayah Kabupaten (termasuk 2 kota) sedangkan 8 berada dan dikendalikan di provinsi

2) Aspek Politik Pembagian Papua menjadi 3 provinsi m em berikan kesem patan kepada tiga putra yang terbaik untuk menjadi gubernur Dari segi pendidikan dan komunikasi politik wilayah menjadi semakin kecil sehingga bagi pemerintah maupun partai politik dapat dengan mudah sampai ke desakam pung untuk m elakukan kewajibannya karena isolasi sudah menjadi p rio ritas utam a untuk dibuka demi pembangunan

3) Aspek Hukum Dilihat dari tata urutan dan kebiasaan perundang-undangan maka Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya Nomor 11 Tahun 1999 tidak bisa membatalkan UU No 45 Tahun 1999juga tidak mencabut pasal-pasal pemekaran

7 JRG Djopari ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo dalam Sinar Harapan 5 Maret 2003

wilayah Papua berdasarkan UU No 45 Tahun 1999 Inpres No 1 Tahun 2003 tanggal 27 Januari 2003 secara hukum adalah benar dan tepat

4) A spek E konom i K etiga w ilayah mempunyai potensi sumber alam yang sama yaitu pertam bangan W ilayah Tengah ada PT Freeport Wilayah Barat ada Pertamina dan Proyek Tangguh BP W ilayah T im ur ada ju g a tam bang tembagaemas di Okisibil (PT Inggold) dan minyak bumi (PT Connoco) di Kouh Tanah Merah Di wilayah Timur belum dieksploitasi karena alasan gangguan keam anan T iga w ilayah itu akan membuka peluang besar bagi investasi modal baik dari dalam maupun luar negeri

5) Aspek Sosial Budaya Dengan tiga wilayah provinsi baru maka pembinaan dan pengembangan budaya serta adat istiadat akan lebih efektif dilakukan sebab kemampuan untuk itu ada dan ditunjang dengan jangkauan pelayanan pemerintah yang pendek serta prioritas yang jelas bila dibandingkan dengan kenyataan sekarang ini Pelayanan- pelayanan sosial seperti pendidikan dan agama sarana dan prasarananya dapat diperbaiki Bantuan kepada lembaga- lembaga sosial swadaya masyarakat dan keagamaan serta pendidikan (swasta) akan lebih efektifbila dibandingkan dengan sekarang ini

6) Aspek Pertahanan dan KeamananDari segi pertahanan keamanan dan ketertiban wilayah tidak ada alasan yang kuat untuk m elakukan penam bahan aparat keamanan melalui pembentukan Kodam dan Polda provinsi yang baru karena yang ada sekarang ini telah mencukupi untuk menangani persoalan yang ada selama ini Ketertiban dan keamanan di provinsi semakin terus membaik apalagi telah terjadi saling p engertian yang m endalam an tarshypemerintah Indonesia dan Papua New

33

Guinea bahwa keamanan dan ketertiban di sepanjang perbatasan kedua negara m erupakan p rio rita s u tam a bagi kepentingan hubungan kedua negara agar masyarakatnya dapat berkunjung dengan berbagai tujuan apakah itu kunjungan-kunjungan sosial dagang w isata budaya adat is tiad at dan sebagainya dengan aman dan nyaman sebagai layaknya kehidupan bertetangga dengan baik

Apa yang dikemukan oleh Djopari tersebut yang merupakan salah seorang putra te rbaik Papua sepertinya persoalan pemekaran Papua dilihat dari aspek mana pun (dia menyebutkan enam aspek) tidak ada satu pun aspek yang merugikan tetapi sebaliknya menguntungkan Oleh karena menurut dia tidak ada persoalan dengan pemekaran Papua karena pemekaran Papua membawa dampak yang positif bagi rakyat Papua berdasarkan tinjauan enam aspek di atas

Pertanyaan yang segera m uncul kemudian apakah memang demikian Ini menjadi pertanyaan besar karena mengingat pemekaran Papua telah memicu konflik horizontal di antara m asyarakat Papua Tercatat hanya Irian Jaya Barat yang tidak berkebaratan bahkan katanya gembira () dengan adanya pemekaran tersebut Adapun dua provinsi lainnya menolak pemekaran secara tegas

Namun terlepas setuju-tidak setuju dengan pendapat Djopari tersebut ada satu hal yang perlu dikritisi yaitu berkaitan dengan ldquotidak akan dibentuk Kodim dan Polda Provinsirdquo pada pembentukan provinsi baru B enarkah dem ikian Saya k ira bukankah salah satu alasan mereka yang menolak pemekaran Papua berkaitan dengan pembentukan Kodim dan Polda baru apabila ada pemekaran provinsi baru Sepanjang saya ketahui setiap provinsi pasti ada Kodim dan Poldanya hatta provinsi baru Apalagi nanti di Papua yang nota bene keadaan

keamanannya masih terganggu dengan masih adanya Gerakan Papua Merdeka atau OPM

Baiklah kita lanjutkan berkaitan dengan pro-kontra pemekaran Papua Berbeda dengan pendapat Djopari di atas pengamat politik dari CSIS Indra J Piliang seperti dalam tulisannya di Kompas dengan judul ldquoSolusi Damai Untuk Papuardquo mengajukan gugatan berkaitan dengan Inpres No 1 Tahun 2003 yaitu81) Pemerintah tidak pernah menjelaskan dasar

dari pengam bilan keputusan yang berkenaan dengan keluarnya Inpres No 1 Tahun 2003 juga bagaimana kaitan dengan pemberlakuan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Pertanyaannya apakah status otonomi khusus akan berlaku di ketiga provinsi baru ataukah hanya di Provinsi Papua saja

2) Dengan berlakunya inpres tersebut berarti Papua kini terdiri tiga provinsi yakni Provinsi Irian Jaya Tengah Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Timur Lalu bagaim ana dengan Provinsi Papua Tidak jelas sekarang provinsi mana yang d isebu t sebagai p rov insi asal atau provinsi induk karena nama Provinsi Papua tidak ada lagi Juga menyangkut MRP apakah akan dibentuk di tiga provinsi itu atau ldquoprovinsi asalrdquo yang tidak ada

3) Pem berlakuan inpres tersebu t menyebabkan sebuah preseden baru telah dimulai yakni adanya tiga provinsi baru yang m enghilangkan atau memakan provinsi induknya

Berkaitan dengan Inpres No 1 Tahun 2003 tersebut Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno m engatakan bahw a tidak ada pertentangan yuridis antara Inpres No 1 Tahun 2003 yang didasarkan pada UU No 45 Tahun 1999 dengan UU No 21 Tahun 2001 Menurutnya UU No 45 Tahun 1999

34

8 Indra J Piliang ldquoSolusi Damai Untuk Papuardquo dalam Kompas Agustus 2003

yang terbit lebih dahulu telah membagi Papua menjadi tiga provinsi sementara UU No 21 Tahun 2001 memberikan jiwa pada kekhususan Papua Kekhususan itu adalah alokasi dana MRP dan pemilihan kepala daerah Jadi katanya sebenarnya tidak ada pertentangan dan saling melengkapi9

Selanjutnya Menteri Dalam Negeri dalam dengar pendapat dengan DPR memberikan penjelasan tentang persoalan pemekaran Papua ini Berikut penjelasan Mendagri tersebut

Pada prinsipnya kebijakan Pemerintah dan DPR dalam pananganan masalah Papua bermuara pada pemberian kesejahteraan bagi masyarakat Papua dalam rangka NKRI baik yang diterapkan melalui UU No 451999 maupun melalui UU No 212001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Kalau disikapi lebih mendalam dan bijaksana substansi kedua UU tidak bertentangan tapi justru saling melengkapi

UU No 451999 lebih menekankan pendekatan untuk mengakomodasi adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat Di sisi lain untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan memperpendek rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat

Sedangkan UU No 212001 lebih m enekankan pada pengakuan dan penghorm atan terhadap satuan-sa tuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus dalam wadah NKRI dengan menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat Papua UU yang bersifat khusus ini d ite tapkan dalam rangka m engurangi kesenjangan antara Provinsi Papua dan provinsi lain dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di P rovinsi Papua serta m em berikan kesempatan yang luas kepada penduduk asli Papua untuk membangun dirinya

Dengan demikian pembentukan 3 provinsi (Provinsi Irian Jaya Timur Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat) secara yuridis telah sah semenjak ditetapkan UU No 45 Tahun 1999 (lihat

rsquo Lihat Kompas Cyber Media 27 Agustus 2003

Pasal 29) Keberadaan ketiga Provinsi tersebut juga diakui oleh UU No 21 (lihat Pasal 1 butir a junto Pasal 74) Namun ternyata ada kelalaian dalam penyusunan UU No 21 Tahun 2001 yang tetap menyebut ldquoProvinsi Papuardquo padahal seharusnya sebagai ldquoProvinsi Irian Jaya Timurrdquo

UU No 451999 hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal karena adanya penolakan oleh sebagian masyarakat Meskipun demikian secara yuridis formal UU No 45199 masih tetap berlaku dan untuk mengaktifkan penyelenggaraan Pemerintah Provinsi Irian Barat dengan mempertimbangkan iklim yang kondusif di Irian Jaya Barat telah diterbitkan Inpres No 12003 yaitu untuk mempercepat pelaksanaan UU No 451999

Pernyataan Menteri Dalam Negeri dalam Rapat Dengar Pendapat dengan DPR tersebut menarik sekali paling tidak ada dua hal yang m esti d iperhatikan Pertam a pernyataan bahwa penyebutan ldquoProvinsi P apuardquo m erupakan ben tuk kelalaian penyusun dan pembahas UU No 212001 yang seharusnya menyebut ldquoProvinsi Irian Jaya Tim urrdquo Pertanyaannya benarkah demikian Pasal 1 butir a UU No 212001 mengatakan ldquoProvinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi otonomi khusus dalam kerangka N egara K esatuan R epublik Indonesiardquo Kalaupun pernyataan Papua itu sesungguhnya mengacu kepada Provinsi Irian Jaya Timur berarti yang mendapat otonomi khusus adalah Provinsi Irian Jaya Timur dengan ibu kota Jayapura Dengan demikian Provinsi Irian Jaya Tengah dan Barat tidak m emperoleh otonomi khusus Benarkah demikian entahlah Lalu bagaimana dengan pasal yang mengatur tentang pemekaran Papua harus dapat persetujuan MRP Apakah memang MRP untuk mengurus pemekaran Irian Jaya Timur yang wilayah semakin kecil dan penduduknya semakin sedikit Benarkah demikian entahlah Pertanyaan kemudian benarkah orang-orang di DPR itu lupa semua tentang hal tersebut Entahlah juga

Saya pribadi berpendapat bahwa pernyataan Menteri Dalam Negeri tersebut

35

hanya bersifat politis dan apologia yang sulit sekali dipertanggungjawabkan bahwa mereka para anggota dew an tersebu t lupa mencantumkan nama ldquoIrian Jaya Timurrdquo bukan ldquoPapuardquo Pertanyaan sederhana bukankah nam a Irian Jaya pada m asa pemerintahan Abdurahman Wahid sudah berubah menjadi Papua Papua adalah Irian Jaya yang merupakan satu kesatuan seluruh wilayah dan batas-batas wilayah yang ada di Papua atau Irian Jaya tidak hanya Irian Jaya Timur dan tidak termasuk Irian Jaya Tengah dan Barat

Kedua berkaitan dengan pernyataan bahwa UU Pemekaran ldquosecara yuridis sahrdquo Ini memang menjadi perdebatan karena memang di dalam UU Otonomi Khusus tidak ada klausul yang menyatakan bahwa UU Pemekaran dinyatakan tidak berlaku Dengan tidak adanya klausul seperti itu maka kedua UU (UU Otsus dan UU Pemekaran) memang sam a-sam a berlaku Namun salah satu anggota dewan mengusulkan agar ada klausul tentang pencabutan UU Pem ekaran Di bawah ini saya kutipkan dialog anggota dew an saat pem bahasan UU O tonom i Khusus bagi Papua sebagaimana dikutip oleh wartawan Pembaruan Marcellus Widiarto

ldquoRisalah pembahasan RUU Otsus Papua menunjukkan bahwa status UU Pemekaran dibicarakan pada rapat ke-8 Pansus DPR tentang Otsus Papua yang berlangsung pada Sabtu 20 Oktober 2001 dari Jam 1400 sampai 2230 WIB di Ruang Rapat Pansus D Gedung Nusantara II DPR Dalam rapat itu dipimpin oleh Ferry Mursidan Baldan dan dihadiri oleh 21 dari 50 anggota Pansus dan para pejabat eselon I inter-departemen dan staf mewakili Pemerintah Pusat Dalam risalah tersebut Antonius Rahail dari Fraksi KKI mengusulkan agar dimasukkan suatu klausul bahwa dengan berlakunya UU Otsus maka UU Pemekaran dan UU No 52000 dinyatakan tidak berlaku kecuali ketentuan mengenai pembentukan Kabupaten Paniae Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Tetapi Prof Dr Abdul Gani Dirjen Perundang-Undangan Depkeh dan HAM yang mewakili pemerintah pusat menganggap usulan itu tidak perlu dimasukkan secara eksplisit ke dalam UU Otsus karena sudah terpenuhi secara sistematisrdquo

Sementara itu pakar Hukum Tata Negara Prof Dr Harun Al Rasyid mengatakan bahwa UU Pemekaran cacat hukum Hal ini selain karena masyarakat Papua sendiri teijadi penolakan terhadap kebijakan pemekaran Papua menjadi tiga tetapi juga usulan pemekaran itu adalah dari DPR dan pemerintah bukan atas usulan gubernur dan DPRD Papua Padahal dalam UU Otonomi Daerah pemekaran daerah itu harus atas usulan gubernur yang disetujui DPRD baru kemudian diusulkan kepada presiden10

Inpres No 1 Tahun 2003 ternyata membawa dampak besar bagi rakyat Irian Jaya Di antara dampak yang muncul akibat Inpres tersebut adalah terjadinya konflik elite dan kon flik h o rizon ta l di kalangan masyarakat Irian Jaya Elite di Irian Jaya terpecah dua yaitu yang pro-pemekaran dan yang menolak pemekaran Sementara di kalangan masyarakat juga terpecah mengikuti polarisasi elite tersebut yang pro dan yang kontra Kenyataan ini jelas terlihat ketika deklarasi Provinsi Irian Jaya Tengah di mana teijadi insiden yang membawa korban meninggal dunia sebanyak 4 orang dari kedua belah pihak

Akibat konflik tersebut kemudian pemerintah mengambil sikap yang arif yaitu dengan menunda pemekaran Irian Jaya dalam kondisi status quo Dalam Rapat Dengar Pendapat Menteri Dalam Negeri mengatakan

ldquoBerdasarkan pertimbangan politik dan pemerintahan pemekaran daerah di Provinsi Irian Jaya Tengah ditunda atau dipertahankan dalam statusquo Pada masa statusquo ini perlu meninjau kembali UU No 451999 UU No 212001 dan Instruksi Presiden No 12003 serta mencari solusi penyelesaian masalah-masalah fundamental yang merintangi implementasi dari pemekaran wilayah yang tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat

Apabila telah tercipta iklim yang kondusif ke depan masih perlu diantisipasi dan dipertimbangkan adanya aspirasi masyarakat yang diwakili oleh 6 (enam) bupati dan 6 (enam) ketua DPRD di wilayah Irian Jaya Tengah yang tetap

10 Lihat Harus Alrasid ldquoPemekaran Papua Cacat Hukumrdquo

Tempo Interaktif 20 Februari 2003

36

menginginkan pemekaran provinsi sebagaimana diatur dalam UU No 451999rdquo

Analisis Pro-Kontra Pemekaran Papua

Konflik pro-kontra pemekaran Papua awalnya berasal dari Inpres No 1 Tahun 2003 Apabila tidak ada inpres tersebut besar kemungkinan konflik tidak akan terjadi Hal ini karena mengingat UU No 45 Tahun 1999 sudah ditolak oleh DPRD Papua dan sudah ditangguhkan oleh Pemerintahan Presiden H abib ie Pem erin tah pada w aktu itu memahami keberatan rakyat Papua tentang pemekaran Provinsi Papua Namun sayang entah kenapa pemerintah dan DPR tidak mencabut UU No 45 Tahun 1999 tersebut saat membahas dan menetapkan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua

Sesungguhnya dengan adanya UU No 21 Tahun 2001 te rsebu t yang di dalamnya mengatur juga tentang persoalan pemekaran menurut kebiasaan maka UU yang sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi Tetapi itu memang hanya soal kebiasaan sehingga lemah secara hukum Dengan kata lain meski sudah ada UU No 21 Tahun 2001 UU No 45 Tahun 1999 juga tetap berlaku Akibatnya kedua UU tersebut terlihat saling bertabrakan di mana UU No 45 Tahun 1999 memerintahkan perlunya pemekaran Papua sedangkan UU No 21 Tahun 2001 mengatur tentang pemekaran Papua yang harus berdasarkan Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagai representasi rakyat Papua

Celakanya UU No 21 Tahun 2001 belum dilaksanakan sementara itu muncul Inpres No 1 Tahun 2003 yang memerintahshykan menteri terkait untuk melaksanakan UU No 45 Tahun 1999 yang sudah ditolak oleh rakyat Papua itu Yang terjadi kemudian instruksi itu mendapat perlawanan tetapi Pemerintah Pusat tampaknya bersikeras untuk tetap memekarkan Provinsi Papua Akibat sikap ngotot Pemerintah Pusat ini masyarakat Papua kemudian terbelah dua sebagian yang mendukung pemekaran dan

sebagian yang menolak pemekaran Dengan sikap ngotot Pem erintah Pusat muncul anggapan di kalangan masyarakat Papua bahwa pemerintah sengaja ingin memecah belah rakyat Papua Betapa tidak Seharusnya Pem erin tah P usat konsisten saja m elaksanakan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua tanpa mengeluarkan instruksi No 1 Tahun 2003 Tetapi mengapa kemudian pemerintah tetap saja ingin melaksanakan UU No 45 Tahun 1999

Ada beberapa analisis berkaitan dengan hal tersebut sebagaimana berikut1) Bahwa pemerintah mengeluarkan inpres

tersebut dalam upaya untuk memberikan pelayanan pada masyarakat (mendekatshykan rentang kendali pelayanan) dan m em fasilitasi dan m eningkatkan pembangunan ekonomi Karena banyakshynya kabupaten (28 kabupaten dan rencana akan dikembangkan menjadi 40 kabupaten) tidak mungkin hanya dilayani oleh satu provinsi atau gubernur Jadi perlu adanya beberapa provinsi

2) Keluarnya inpres tersebut berkaitan dengan masalah keamanan Provinsi Irian Jaya atau Papua dipecah menjadi beberapa provinsi adalah dalam rangka untuk melemahkan gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia Pemekaran Papua dilakukan dalam upaya untuk memecah aspirasi Papua Merdeka

3) Keluarnya inpres berkaitan dengan tujuan untuk melemahkan posisi Golkar di Irian Jaya Pada Pemilu 1999 Partai Golkar menguasai perolehan suara di Irian Jaya Dengan adanya pemekaran Irian Jaya diharapkan pada Pemilu 2004 kekuatan Partai Golkar akan berkurang dan beralih kepada PDI-P karena dengan diangkatnya gubernur baru akan menjadi patron baru bagi PDI-P yang nanti pada gilirannya akan memberikan dukungan kepada PDI-P

Apabila kita kelompokkan mereka yang pro-kontra terhadap pemekaran Papua maka terdiri dari (1) Elite Jakarta (2) Elite

37

Pertanyaannya mengapa hal tersebut terjadi Ada beberapa kemungkinan dan penjelasan terhadap sikap mereka tersebut Untuk Provinsi Irian Jaya Barat mereka yang mendukung pem ekaran mem iliki alasan bahwa dengan adanya pemekaran merupakan kesempatan yang baik untuk memajukan daerah yang selama ini tertinggal dari daerah- daerah lain di Irian Jaya Dengan adanya pemekaran maka daerah Irian Jaya Barat akan dapat mengejar ketertinggalan dan mengatasi kemiskinan yang dialami masyarakat selama ini Untuk memperbesar kewenangan dalam pem erintahan dan untuk memperbanyak posisi-posisi jabatan politik bagi rakyat Papua Selain itu dan ini yang penting untuk mempertahankan integrasi Papua agar tetap dalam pangkuan NKRI

A lasan m ereka yang m enolak pemekaran adalah karena pemekaran tidak dilakukan dalam kerangka otonomi khusus sesuai dengan UU No 21 Tahun 2001 sehingga pemekaran yang dilakukan saat ini tidak m em iliki dasar hukum yang kuat Pemekaran dilakukan karena kepentingan elite- elite pusat dan kepentingan pemerintah Pusat untuk mengontrol Papua Dengan Papua dibagi

tiga provinsi maka kontrol terhadap Papua lebih mudah dibandingkan dengan satu provinsi Dengan adanya tiga provinsi maka akan lahir tiga Kodam dan tiga Polda Institusi inilah yang akan mengawasi gerak-gerik sebagian rakyat Papua yang ingin memisahkan diri dari Indonesia Mereka menolak pemekaran juga karena tidak dilibatkannya masyarakat sehingga masyarakat merasa tidak diperhatikan padahal mereka merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan Akibatnya muncul anggapan bahwa pemekaran Papua hanya untuk memecah belah rakyat Papua

Kesimpulan dan Rekomendasi

Persoalan tentang pemekaran Papua telah membelah masyarakat Papua itu sendiri menjadi sikap yang mendukung dan menolak (pro-kontra) Akibat sikap pro-kontra ini dampak yang nyata adalah terjadi konflik horizontal di antara kedua kelompok tersebut Dengan adanya konflik tersebut terutama setelah teijadi peristiwa Timika pemerintah mengambil sikap status quo tentang pemekaran Papua Salah satu kebijakan yang akan diambil

Tabel 3 Sikap Pro-Kontra Elit Pemda dan MasyarakatTerhadap Pemekaran Papua

Sikap E lit Variabel Internal Variabel EksternalElit Pemda

P ro P e m ek aran K epentin gan Publik (S osia l B u d aya E konom i Politik) K epentingan Ind iv idu K elom pok

K epentingan P usat (integrasi H a n k am Politik)K epentinqan Kelom pok

K ontra P em ek ara n K epentingan Publik (S osia l B udaya Politik)

O tonom i Khusus (E konom i Politik)

Elit MasyarakatPro P e m e k a ra n K epentingan Ind iv idu K elom pok K epentingan P usat dan

K epentingan Kelom pok

K ontra P em ek ara n K epentin gan Publik O tonom i Khusus dan K epentin gan Internasional (P a p u a M e rd e k a )

Sumber Diolah dari berbagai sumber pemberitaan media massa

38

Pemda dan (3) Elite Masyarakat B erdasarkan hal te rsebu t m aka dapat dikelompokkan mereka yang pro dan kontra sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini

Elite-elite tersebut memiliki alasan mengapa mereka menerima atau menolak terhadap pemekaran Papua Bagi elite pemda khususnya pemda dari kabupaten yang terkena pemekaran dan menjadi provinsi setuju terhadap pem ekaran karena dalam upaya untuk memperpendek rentang kendali sehingga optimal dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat meningkatkan kesejahteraan masyarakat memperbesar kewenangan dalam pemerintahan mem-peroleh posisi jabatan- jab a tan p o litik dan dalam upaya mempertahankan integrasi NKRI Alasan-alasan tersebut bisa masuk dalam kategori kepentingan publik dan atau kepentingan kelompok atau individu

Elite yang menolak pemekaran memiliki argumentasi bahwa pemekaran tersebut tidak sesuai dengan UU No 21 Tahun 2001 yang menghendaki bahwa pemekaran harus melalui MRP pemekaran harus memperhatikan aspirasi dan kultur masyarakat Papua serta dibicarakan terlebih dahulu dengan Pemda Provinsi Papua dan DPRD provinsi Dalam konteks ini Ketua DPRD Provinsi Jhon Ibo mengatakan

ldquoPihak DPRD Papua sama sekali tidak tahu tentang isi Inpres No 1 Tahun 2001 Salinan inpres yang kami dapat pun ternyata diperoleh dari faksimile Ana Wartel yang katanya terletak

di Plaza Indonesia Jadi kami dapat dokumen negara yang bersejarah itu bukan dikirim dari Sekretaris Presiden atau Staf Presiden di Jakarta Soal pemekaran Papua sebenarnya sudah ditolak oleh D PRD P rovinsi O ktober 1999 lew at Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya No 11 DPRD1999 tanggal 16 Oktober 1999rdquo

Sementara di kalangan elite masyarakat yang setuju terhadap pem ekaran Papua berdasarkan alasan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mempercepat pembangunan memperoleh posisi j abatan bagi putra asli Papua dan untuk mempertahankan integrasi nasional Adapun elite masyarakat yang menolak pemekaran berdasarkan alasan bahwa pemekaran dilakukan untuk kepentingan elite- elite politik di Jakarta untuk memevag aspirasi Papua Merdeka meningkatkan ruang kontrol Jakarta terhadap Papua melalui pembentukan Kodim dan Polda di provinsi-provinsi baru tidak melibatkan masyarakat Papua khususnya kalangan adat dan gereja

Elite-elite tersebut baik yang pro maupun yang kontra terhadap pemekaran Papua mengekspresikan sikapnya berbeda- beda pada setiap provinsi baru yang mengalami pemekaran Di Provinsi Irian Jaya Barat sebagian besar elite dan masyarakat setuju terhadap pemekaran sedangkan di Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur sebagian besar elite dan m asyarakatnya menolak pemekaran

Tabel 2 K elom pok Yang Pro-Kontra Pemekaran Papua

Sikap E lit E lit Pusat E lit Pem da Elit M asyarakat

P ro P e m e k a ra n B irokras i B irokrasi K e lo m p o k yang d e k a t d e n g a n P u sa t

Politisi A n g g o ta D P R D

K ontra P e m e k a ra n Politisi B irokrasi Provinsi L S ML S M A ngg D P R D P rovinsi G e re ja A g a m aA k a d e m is i A d a t

Sumber Diolah dari berbagai sumber pemberitaan media massa

Lihat ldquoApa Kata Merekardquo dalam Fokus Kompas 23 Pebruari 2003

39

oleh pemerintah akan berusaha mensinkronkan antara UU No 45 Tahun 1999 dengan UU No 21 Tahun 2001

Tampaknya dengan sikap pemerintah tersebut secara implisit maupun eksplisit pemekaran Papua harus ada Kesimpulan ini diambil dan didukung dengan pernyataan pemerintah bahwa ia tetap mengakui Irian Jaya Barat sebagai provinsi baru di Papua Persoalan yang belum terselesaikan bagi pemerintah berkaitan dengan dua provinsi lainnya yaitu Irian Jaya Timur dan Irian Jaya (Tengah) Dalam konteks itu pemerintah akan mensinkronkan kedua UU di atas

M enurut hem at saya tam paknya persoalan konflik masalah pemekaran Papua berpangkal dari kepentingan-kepentingan elite lokal yang terpecah dan elite pusat yang terpecah pula Artinya ada kepentingan yang sama antara elite pusat dan elite lokal yang pro pemekaran berhadapan dengan elite lokal dan elite pusat (terutama elite yang dirugikan dengan adanya pem ekaran te rsebu t) yang m enentang pemekaran Papua Dampak dari konflik tersebut kemudian menjalar ke masyarakat atau arus bawah yang sesungguhnya mereka tidak seharusnya dilibatkan Tetapi yang teijadi antara kedua kelompok tersebut membawa-bawa masyarakat Akibatnya seperti dikemukakan sebelum nya terjadi konflik horizontal konflik antara sesama rakyat Papua

Pem ekaran Papua m em ang merupakan suatu keharusan karena sejumlah alasan yaitu1) Dari segi politik pembagian Provinsi

Papua menjadi tiga wilayah provinsi (bahkan bisa enam provinsi pen) memberikan kesempatan kepada tiga putera terbaik Papua untuk menjadi gubernur

2) Dari segi ekonomi ketiga wilayah tersebut mempunyai potensi sumber alam yang sama yaitu pertambangan

3) Dari aspek sosial budaya pembinaan dan pengembangan budaya serta adat- istiadat akan lebih efektif dilakukan

Pelayanan-pelayanan sosial seperti pendidikan dan agama sarana dan prasarananya dapat diperbaiki

M eskipun pem ekaran merupakan suatu keharusan dengan sejumlah alasan di atas akan te tap i proses dan prosedur pem ekaran Papua harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Proses pem ekaran Papua selain harus mengacu kepada UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah juga mengacu kepada UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua di mana dalam proses pemekaran harus dibicarakan dulu melalui Majelis Rakyat Papua dan DPRD Papua

Untuk itu dalam proses percepatan pemekaran Papua pemerintah Pusat harus melakukan sosialisasi melalui pendekatan- pendekatan secara persuasif melalui dialog dan musyawarah Sekarang tidak lagi jamannya kebijakan yang bersifat top-down Setiap kebijakan harus bersifat bottom-up yang m em perhatikan asp irasi dan keinginan masyarakat daerah Dalam dialog tersebut semua pihak harus dilibatkan dan didengarkan suaranya Paling tidak dalam dialog tersebut unsur yang dilibatkan adalah1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

Papua2 Pemerintah Daerah yang dikepalai oleh

gubernur3 Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan

Masyarakat Papua4 Komisi HAM Papua5 Majelis Rakyat Papua (MRP)6 Badan Perwakilan Desa yang ada di Papua7 Dewan Adat Papua8 Pimpinan Adat9 Gereja Katolik10 Organisasi Non-PemerintahLSM

Mengapa lembaga-lembaga di atas harus dilibatkan Setuju atau tidak setuju lem abaga-lem baga tersebut m erupakan

40

representasi dari m asyarakat Papua dan merupakan jem batan penghubung antara kepentingan Pem erintah Pusat dengan kepentingan masyarakat Papua Oleh karena itu sudah seharusnya lembaga-lembaga tersebut dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat Selama ini kerap Pemerintah Pusat enggan untuk melakukan dialog dengan lembaga-lembaga di atas Kalaupun ada dan dilakukan adalah dialog dengan mereka yang setuju dengan ide Pemerintah Pusat Padahal persoalan bukan di situ tetapi adalah mencari titik temu di antara perbedaan-perbedaan yang ada untuk mencari penyelesaiannya

Daftar Pustaka

ldquoApa Kata Merekardquo dalam Fokus Kompas 23 Februari 2003

Al Rasyid Harun Pem ekaran Papua Cacat Hukum Tempo Interaktif 20 Februari 2003

Bhakti Ikrar Nusa ldquoMencari Titik Temu Pemekaran Provinsi Papuardquo Kompas 25 Agustus 2003

Djopari JRG ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo dalam Sinar Harapan 5 Maret 2003

Piliang Indra J ldquoSolusi Damai untuk Papuardquo dalam Kompas Agustus 2003

UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua

UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

UU No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

41

DIMENSI INTERNASIONAL KASUS PAPUA

Adriana Elisabeth

Abstract

Issue on Papua has a strong international dimension It will remain critical for Indonesian political bargaining when political violence and human rights abuse continue in Papua The existence o f multinational companies contributes to the international dimension o f the Papuan case Although most foreign countries stick on their commitment to support the integrity o f Indonesian territory the future o f Papua depends on how the political and economic problems would be resolved

I Pengantar

Kasus Papua ibarat bom waktu bagi Indonesia B anyak fak to r yang mampu memicu isu Papua menjadi

isu besar dan terbuka yakni p o litik keamanan sosial dan ekonomi Dimensi persoalan Papua yang sangat beragam - lokal nasional dan internasional -berpotensi kuat m engubah m asalah yang bersifat lokal menjadi nasional begitu pun sebaliknya Lebih dari itu dimensi lokal dan nasional persoalan Papua sangat mungkin menjadi isu internasional manakala hal itu melibatkan peran dan kepentingan politik dan ekonomi pihak asing

K arak teris tik a tau dim ensi ^ te rn a s io n a l kasus Papua ditentukan oleh operan aktor negara (state actor) dan aktor non-negara (non-state actor) yang secara konsisten dan terus-m enerus te lah ldquom en g in te rn asio n a lisas irdquo isu Papua misalnya melalui lobi dan diplomasi baik yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia maupun pihak-pihak yang berseberangan dengan Pemerintah Indonesia antara lain O rganisasi Papua M erdeka (OPM ) dan

Peneliti Bidang Politik Internasional P2P LIPI amp Koordinator Tim Kajian Papua 2006 LIPI

beberapa anggota Presidium Dewan Papua (PDP)

Tulisan ini akan membahas dimensi internasional isu Papua dengan menganalisis peran dan kepentingan beberapa aktor internasional yang terlibat dalam persoalan di Papua Kemudian juga membahas langkah atau strategi Pemerintah Indonesia dalam menangani persoalan di Papua khususnya berkaitan dengan upaya Indonesia untuk menjaga hubungan luar negerinya dengan negara-negara asing m aupun komunitas internasional terutama dengan Australia dan negara-negara Pasifik Selatan

II Peran dan K epentingan A ktor Internasional dalam Kasus Papua

Pada m asa Perang D ingin peta politik global lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan antamegarapemerintahan Namun setelah berakhirnya Perang Dingin politik dunia d itandai dengan berkem bangnya organisasi-organisasi antarpemerintahan di berbagai level Sebagai contoh beberapa organisasi antarpem erintahan di tingkat global adalah World Bank (Bank Dunia) World Trade Organisation (W TO) International Labour Organisation (ILO) dan

43

International Atomic amp Energy Agency (IAEA) Beberapa organisasi di tingkat regional misalnya Association o f South East Asian Nations (A SEA N ) O rganisasi Konferensi Islam (OKI) Gerakan Non-Blok (G N B ) OPEC North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Kelompok G-7

Selain organisasi antarpemerintahan berkembang pula organisasi internasional nonpemerintahan dan nonperusahaan atau International Non-Governmental Organisations (INGO) seperti Greenpeace Human Rights Watch Refugee International dan sebagainya kemudian juga terdapat organ isasi rahasia seperti in te lijen terorism e1 Secara lebih luas organisasi kejahatan lintas negara ( Transnational Organised CrimeTOC) mencakup bukan hanya kegiatan terorisme melainkan juga penyelundupan senjata (arms smuggling) obat-obat terlarang (ilicit drugs trafficking) dan perdagangan m anusia (human trafficking) khususnya perempuan dan anak- anak

A ktor nonnegara yang berperan sangat dominan dalam peta politik global saat ini adalah perusahaan global yang dikenal dengan Multinational Corporations (MNC) Transnational Corporations atau Global Firms Dengan kata lain perkembangan politik di tingkat nasional maupun regional internasional harus memperhitungkan peran dan kepentingan perusahaan-perusahaan berskala dunia ini

B ertam bahnya ju m lah aktor nonnegara yang terlibat dalam hubungan antamegara dan antarbangsa menyebabkan peran ak tor negara tidak lagi bersifa t dominan Perkembangan politik internasional ini menjadi salah satu faktor penting dalam analisis persoalan di Papua Aspek politik dan ekonom i yang berkaitan dengan upaya penyelesaian isu Papua harus memperhatikan peran dan kepentingan aktor internasional

1 Herb Feith ldquoGlobalisasi Politik Dunia dan Keharusan R eform asi P B B rdquo h ttp fis ip u n m u lac id globalisationhtml h 2 amp 3

terutama organisasi nonpemerintahan atau LSM dan perusahaan internasional yang (masih dan akan) beroperasi di wilayah Papua

Menurut hasil penelitian tim kajian Papua LIPI tahun 2004 secara garis besar terdapat tiga aktor utama yang terlibat dalam konflik di Papua dan berada di level lokal nasional dan internasional yakni negara pemerintah state) masyarakat (society) dan pebisnis (market)2 Peran dan kepentingan ketiga aktor utama tersebut relatif berhasil dan m udah d ipetakan N am un tidak demikian dengan pemetaan pola hubungan di antara para aktor tersebut Selain karena banyaknya jumlah aktor yang terlibat (baik langsung maupun tidak langsung) kesulitan te rsebu t ju g a d isebabkan setiap aktor memiliki lebih dari satu kepentingan dan antara satu kepentingan dengan kepentingan lain cenderung saling berhubungan

Berdasarkan pola hubungan tersebut tidaklah mudah memisahkan secara tegas apakah seorang aktor lokal hanya berperan secara lokal karena dalam mempertahankan kepentingannya dia pun bergerak di tingkat nasional bahkan in te rnasional Selain kepentingan yang saling berkait peran para aktor ditentukan pula oleh pola hubungan atau hubungan kekuasaan (power relations) antara ketiganya yang cenderung bersifat tidak sim etris (asymmetrical) misalnya posisi masyarakat Papua di tingkat lokal dan nasional tam pak atau cenderung lemah (powerless) dibandingkan dengan kekuasaan pem erintah (pusat dan daerah) Namun demikian di level internasional elemen- elemen yang ada dalam masyarakat Papua seperti kelompok pro-m erdeka di Papua banyak mendapatkan dukungansimpati dari p ihak in te rn asio n a l M ereka berhasil mengusung ideologi merdeka dalam rangka m endapatkan sim pati dan dukungan internasional Dengan kata lain meskipun secara lokal dan nasional masyarakat Papua

2 Adriana Elisabeth dkk (2004) Peran dan Kepentingan Para Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

44

cenderung menjadi kelompok marginal di tingkat internasional ldquom arginalisasirdquo ini justru menguntungkan mereka Bahkan mereka memiliki posisi tawar yang cukup tinggi bila berhadapan dengan Pemerintah Indonesia karena simpati dan dukungan pihak internasional pada gerakankelompok pro- m erdeka di Papua Lobi dan diplom asi kelompok pro-merdeka ini bertujuan untuk memperoleh dukungan internasional baik yang berasal dari pemerintahan negara asing maupun masyarakat internasional termasuk organisasi nonpem erintahan di tingkat internasional dan lembaga dunia

D ukungan in ternasional kepada kelom pok p ro -m erdeka di Papua m enimbulkan kom pleksitas yang cukup serius bagi Pemerintah Indonesia dalam berdiplom asi dengan pihak luar negeri Meskipun Pemerintah Indonesia memiliki legitimasi politik yang kuat (kedaulatan yang sah) di Papua posisi tawar Indonesia menjadi lemah ketika berhadapan dengan komunitas internasional berkaitan dengan persoalan demokratisasi hak asasi manusia (HAM) dan lingkungan di Papua Hal ini dikarenakan isu- isu tersebut merupakan agenda global yang kerap dipakai untuk m engukur ataupun m enila i tingka t k eberhasilan ataupun kegagalan sebuah pemerintahan di negara- negara berkembang Bagi kelompok pro- merdeka khususnya OPM agenda global tersebut menjadi isu-isu strategis yang sangat m enguntungkan bagi posisi atau ldquoperjuanganrdquo mereka di forum internasional

Dukungan internasional diperlukan untuk mencapaimewujudkan kepentingan po litik jangka panjang kelom pok pro- m erdeka yakni m em isahkan diri dari Indonesia Diplomasi dan tuntutan politik m erdeka inilah yang diberi label oleh Pem erintah Indonesia sebagai gerakan separatis Papua (separatisme Papua) Bagi Pemerintah Indonesia kedaulatan Indonesia di Papua sudah menjadi keputusan final Untuk m enghadapi sikap dan tindakan kelom pok pro -m erdeka Pem erin tah Indonesia pun melakukan lobi dan diplomasi

guna m em peroleh dan mempertahankan kom itm en in te rn asio n a l un tuk tetap m endukung keu tuhan w ilayah N egara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di mana Papua merupakan bagian integral dari NKRI

U paya in te rn asio n a lisa s i untuk m enarik pe rh a tian in te rn asio n al atau mendukung kemerdekaan Papua sebenarnya mulai dijalankan sejak tahun 19623 sebagai bentuk perlawanan terhadap Perjanjian New York (New YorkAgreementNYA) tahun 1962 yang mengakui masuknya wilayah Papua menjadi bagian wilayah Republik Indonesia (RI) Gerakan kemerdekaan Papua mendapat peluang besar sejak bergulirnya reformasi di Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1998 di mana kelompok pro-merdeka (dan kelompok pro-demokrasi di Papua) leb ih beran i dan terbuka dalam mengemukakan tuntutan politik mereka Apalagi dengan lepasnya wilayah Timor Timur dari Indonesia dan menjadi negara merdeka pada tahun 19994 maka peristiwa politik tersebut menjadi spirit baru bagi perjuangan OPM un tuk m ew ujudkan kemerdekaan Papua

Gagasan untuk menginternasionalishysasi Papua adalah salah satu rekomendasi yang dihasilkan dalam Kongres Rakyat Papua II yakni pembentukan sebuah tim untuk melobi m asyarakat internasional term asuk m em inta ban tuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dalam kaitannya dengan peran DK PBB sebagai pen jaga k e tertiban dan perdamaian dunia termasuk untuk menjaga m em elihara keam anan di Papua sampai terbentuk pemerintahan yang tetap Selain itu kongres juga meminta PDP melakukan dialog dengan Indonesia Belanda Amerika Serikat (AS) dan PB B 5

3 Upaya internasionalisasi kasus Papua dilakukan oleh kelompok anti-integrasi atau menolak hasil Pepera 1969 karena dianggap tidak adil Untuk itu mereka kemudian membentuk OPM di luar negeri terutama di PNG

4 httpwwwkotekanet West Papua is the next East Timor5 Kompas (4 Juni 2000) ldquoKongres Rakyat Papua Sepakati

Keluar dari NKRIrdquo

45

Lobi internasional oleh kelompok pendukung kemerdekaan Papua dilakukan secara bilateral antamegara maupun di forum regionalintemasional dan dengan LSM Lobi bilateral dijalankan melalui pendekatan p e rsu as if kepada pem egang sim pul pemerintahan di berbagai negara Upaya bilateral juga dilakukan dengan membuka kantor perwakilan dan konsulat Hasilnya adalah beberapa negara di Pasifik Selatan secara tegas m endukung perjuangan kelompok pro-merdeka di Papua6 Namun demikian haruslah diingat bahwa dukungan dari pemerintahan negara asing terhadap kelom pok pro-m erdeka di Papua tidak bersifat konstan tetapi cenderung fluktuatif bergantung pada siapa pemimpin negara yang sedang berkuasa pada saat tertentu

Lobi secara b ila te ra l kem udian d itin d ak lan ju ti di forum reg ional dan internasional seperti di PBB dan Forum Negara Pasifik untuk memperoleh dukungan secara terbuka Dukungan ini merupakan second voice untuk memudahkan upaya menggalang simpati internasional melalui perwakilan negara asing yang mendukung kemerdekaan Papua Beberapa isu yang biasanya diangkat dalam forum regional internasional adalah sejarah politik Papua keabsahan Pepera masalah HAM peran dan dominasi militer Indonesia ketidakadilan sosial dan ekonom i m asyarakat Papua diskrim inasi rasial (ras M elanesia) dan kerusakan lingkungan

Berikut ini adalah posisi negara- negara asing dalam isu Papua

1) Amerika Serikat (AS)

AS memainkan peran yang signifikan dalam konflik di Papua Untuk itu Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirayuda dalam siaran pers ldquoR efleksi tahun 2002rdquo menyatakan bahwa Indonesia secara khusus melakukan pendekatan dengan Pemerintah

6 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo

AS untuk mempertahankan dukungannya terhadap integritas wilayah Indonesia Posisi atau peran AS sulit dipisahkan dari sejarah panjang dan proses politik di Papua Menurut John Roberts AS mendukung kebijakan Indonesia untuk ldquomengembalikanrdquo wilayah Papua m elalu i aksi d ip lom asi dan mendukung Pepera (Act o f Free Choice) tahun 1969 yang kem udian m elahirkan keputusan PBB yang menyatakan Papua merupakan bagian dari wilayah Indonesia7 Tindakan AS di Papua juga berhubungan dengan keberadaan PT Freeport Indonesia (PTFI) sebagai perusahaan tambang tembaga terbesar di dunia Kehadirannya didukung oleh keputusan politik Pemerintah Orde Baru (Orba) melalui kesepakatan Kontrak Karya I tahun 1967 kemudian mulai beroperasi pada tahun 1970 dan berproduksi untuk pertama kalinya pada tahun 1973 Keberadaan PTFI di T im ika K abupaten M im ika Papua diperpanjang dengan penandatanganan K ontrak K arya II tahun 1991 Dengan demikian perusahaan multinasional ini dapat beroperasi di Papua sampai tahun 2021 dan kesepakatan kerja tersebut masih dapat diperpanjang dua kali masing-masing dalam waktu sepuluh tahun

Berkaitan dengan kebijakan AS di Papua Pemerintah AS menegaskan tidak akan mendukung separatism e di Papua sebaliknya tetap m endukung keutuhan negara RI dan pemberlakuan otonomi khusus di Papua8 Selain itu Pemerintah AS melalui USAID dan lembaga bantuan keuangan AS juga membiayai berbagai program di Papua seperti m anajem en sum ber daya alam (S D A )9 term asuk program -program pengem bangan m asyarakat (community development) seperti yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia

7 httpwwwwswsorgarticles2004aug20Q4papua- a30shtml Lihat John Roberts Documents confirm US colluded in Indonesia s 1969 Incorporation o f Papua

8 Pem erintah A S m ela lu i Presiden G oerge Bush menyampaikan komitmen pemerintahannya kepada mantan Presiden RI Megawati pada Juli 2002

9 www Bappenasgoid

46

Hubungan bilateral Indonesia-AS terpengaruh oleh peristiwa pembunuhan dua warga negara AS di Timika pada tahun 200210 Sebagai akibatnya AS melakukan embargo militer dan memutuskan keija sama militernya dengan Indonesia yang mendapat persetujuan dari Kongres A S Namun demikian tiga tahun kemudian (pada tahun 2005) kerja sama di bidang pelatihan militer kedua negara dilanjutkan kembali 12

2) Australia

Posisi Australia dalam kasus Papua sangat penting karena Australia mempunyai pengaruh politik di kalangan negara-negara Pasifik Selatan Selain itu Australia juga cukup berperan dalam pem bangunan di Indonesia terutama melalui program bantuan berupa hibah kepada Indonesia meliputi berbagai sektor D alam kaitan dengan penanganan kasus Papua hubungan bilateral Indonesia-Australia tidak hanya bertujuan untuk menghadapi sikap dan reaksi negara- negara Pasifik Selatan dalam kasus Papua yang secara tegas beberapa negara sudah memberikan dukungan mereka pada gerakan kem erdekaan Papua namun juga untuk meredam dukungan LSM Australia yang juga secara lugas mendukung kelompok pro- merdeka di Papua

Kekhawatiran Indonesia terhadap A ustra lia cukuplah bera lasan apab ila dikaitkan dengan peristiwa politik di Timor Tim ur tahun 1999 di m ana sikap dan dukungan Pemerintah dan LSM Australia akhirnya berhasil mewujudkan kemerdekaan Timor Timur (Timor Leste) Apalagi dengan adanya in form asi bahw a A ustra lia membentuk Task Force Papua yang diketuai oleh Chief o f Defence Force Jenderal Peter

10 Pembunuhan itu diduga dilakukan oleh oknum militer TNI

11 httpwwwatimescomatimesSoutheast_Asia FG03Ae06html

12 John Roberts dalam makalah lsquo Ambush near US-owned mine in Papua suggests Indonesian army involvementrsquo mengemukakan bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh oknum TNI

C osgrove yang sedang m engkaji perm asalahan di Papua dan prospek kem erdekaan Papua13 M eskipun hal itu belum tentu benar Pemerintah Indonesia te tap b e rh a ti-h a ti dalam m enjalankan hubungannya dengan Australia Meskipun Australia mendukung langkah yang diambil Indonesia untuk menyelesaikan persoalan di Papua dengan otonom i khusus namun A ustra lia m enging inkan Indonesia m enghorm ati penegakan hukum dan penghormatan HAM di Papua14 Walaupun dem ikian dukungan dari P em erin tah A u stra lia tidak serta-m erta m endapat dukungan dari semua elemen pemerintahan Di Parlemen Australia m isalnya Partai Buruh dan Fraksi Kiri sering kali menjadikan isu separatisme di Papua sebagai bahan perdebatan15

Pebisnis Australia juga melakukan aktivitas penambangan di Papua seperti Dominion Mining BHP Cudgen RZ dan Cudgen RA Australia pun memiliki sebagian saham PT Freeport McMoran sekitar 40 persen (Rio Tinto) dari total saham yang dimiliki PT Freeport McMoran di bursa saham di New York

3) Kanada

Kebijakan Pemerintah Kanada secara eksplisit mendukung implementasi otonomi khusus di Papua secara konsekuen berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2001 dengan menghormati hak rakyat Papua Kanada membantu Papua juga melalui Canada Fund berdasarkan prioritas geografis dan program p rio ritas pem bangunan sosial di em pat bidang kesehatan dan g izi pendid ikan dasar penanganan HIVAIDS dan perlindungan a n ak 16 Di sek to r b isn is K anada pun

13 httpw w w kom pascoid kom pas-cetak030919 nasional572042htm

14 Kompas (9 Desember 2000)15 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya

Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo16 http wwwdfait-maecigcca

47

memiliki usaha pertambangan (emas) di Papua yaitu PT Ingold dan mengembangkan eksplorasi minyak di Teluk Bintuni

4) Senegal

Salah satu negara A frika yang mendukung kem erdekaan Papua adalah Senegal A frika Selatan Dukungannya d idasarkan pada paham N e g ritu d e - solidaritas antara ras kulit hitam di seluruh dunia17 Tujuannya adalah untuk menentang ko lon ia lism e dan dukungan bagi ras M elanesia serta gerakan pem bebasan Papua18 Sikap ini diikuti dengan usaha membangun keija sama ekonomi militer dan memerangi diskriminasi rasial Gerakan ini leb ih d ikenal gerakan P an-A frico id ( lsquoG erakan P an -N eg ro rsquo) yang memperjuangkan korban dari konspirasi rasism e dunia genosida dan pengambilalihan tanah di seluruh dunia term asuk di P ap u a 19 D alam p e rshykem bangannya gerakan ini sem akin mendapatkan dukungan luas terbukti sekitar 15 negara-negara di Afrika Barat dan Afrika Tengah menolak hasil Pepera di Papua dan berharap akan adanya implementasi hak penentuan nasib sendiri (self-determination) di Papua

Gerakan mendukung kemerdekaan Papua dari negara Afrika dimulai sejak 1969 saat penentuan voting Act o f Free Choice (AFC) di Sidang Umum PBB negara-negara tersebut menuduh bahwa AFC merupakan salah satu bentuk penjajahan dan bentuk ketidakdemokratisan terhadap saudara kulit h itam di Papua B arat Sebagai tindak lanjutnya Organisasi Afrika-Amerika yang tergabung dalam National Association for the

17 w3rz-berlinmpgde~wmPAPGJA-bin-kejorahtml - 48k Lihat juga Goerge J Adijondro dalam Bintang Kejora di Tengah Kegelapan Malam amp Penggelapan N asionalism e Orang Irian dalam H istroriografi Indonesia

18 http wwwraceandhistorvcomcgi-binforum webbbs configplnoframesread106

19 Pianke Nubivang Honour and Truth in West Papua http communitv webtvnetpaulnubiaempire

Advancement o f Colored People (NAACP) mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal PBB U Thant sebagai bentuk protes atas AFC dan meminta PBB merevisi kebijakan tersebut20 Meskipun demikian hingga saat ini belum ada p ernya taan resm i yang m endukung Papua hanya berasa l dari sebagian kecil tokoh di Senegal Ghana dan Afrika Selatan

5) Negara-Negara Asia

Berkaitan dengan Papua beberapa negara di Asia yang memiliki perhatian khusus adalah M alaysia Filipina Korea Selatan Jepang India dan Cina Bagi Malaysia dan Filipina Papua adalah pemasok kayu terbesar bagi kebutuhan impor kedua negara atau sekitar 70 persen berasal dari Papua21 Bagi Jepang Cina Korea Selatan dan India ladang di sekitar kawasan Teluk B in tuni Proyek LNG Tangguh) menyediakan cadangan LNG mencapai 237 triliun kaki kubik Indonesia berkomitmen untuk mengekspor LNG ke Asia rata-rata enam sampai tujuh ton per tahun

Khusus bagi Cina wilayah Papua m em ilik i SDA yang dapat m em enuhi sebagian kebutuhan kayu dan LNG Tidaklah mengherankan apabila hasil penebangan liar di wilayah Papua disinyalir dibawa ke Cina seperti dalam kasus penemuan dua buah kapal yang berisi kayu berasal dari wilayah Papua dan berada di daratan Cina Untuk mengatasinya Pemerintah Indonesia telah mengupayakannya melalui jalur diplomatik22 U ntuk m em enuhi kebu tuhan LNG Pemerintah Indonesia (Pertamina) dan Cina (Petrochina) m em buat perjan jian yang menyangkut pengiriman LNG dari Teluk Bintuni ke Provinsi Guangdong dan Fujian

20 Lihat John Saltford United Nations Involvement withthe Act ofSelf- Determination In West Irian (Indonesian West New Guinea) 1968 to 1969

21 Sugiharto (10 M ei 2005) ldquoBUM N dan Prospek Persaingan Dunia Usahardquo Jakarta Hotel Borobudur

22 Kompas (6 April 2005)

48

dengan terlebih dahulu melakukan investasi sebesar US$ 2 miliar untuk pembangunan infrastruktur23 PT Petrochina memiliki dua blok wilayah pengeboran di Teluk Bintuni dan Biak yang terdiri lebih dari sepuluh ladang minyak yang siap dieksplorasi24

Untuk mencapai kepentingannya di Papua Pemerintah Cina juga membangun hubungan dengan negara-negara Pasifik Selatan guna memperkuat perannya di Papua Kondisi ini pun telah menjadi perhatian OPM yang ingin membangun hubungan dengan C ina khususnya untuk kepen tingan po litiknya di m asa depan Di dalam pertemuan tahunan Forum Pasifik yang diselenggarakan di Kiribati tahun 2000 misalnya sejumlah tokoh penting Papua yang hadir sebagai peninjau telah melakukan pendekatan dengan para pejabat dari Cina yang hadir dalam forum itu25 Cina kemudian memfasilitasi pertemuan yang diselenggarashykan oleh OPM di luar wilayah Indonesia

6) Negara-Negara Pasifik Selatan

Posisi negara-negara Pasifik Selatan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok sebagai berikut

a Kelompok Pendukung Papua Merdeka

- Negara Kepulauan Cook (Cook Island)

Pemerintah Negara Kepulauan Cook m endukung kem erdekaan Papua yang disam paikannya dalam KTT Milennium PBB M eskipun dukungannya tidak signifikan tindakan ini memiliki pertalian erat dengan sikap Pemerintah New Zealand dalam kasus Papua

22 httpwwwglobalpolicyorgnationssovereignsover emerg20020430papuahtm Indonesia Gas Project Promises Income West Papuans not Excited ny Prangtip Daorueng Inter Press Service News Agency

24 Wawancara Nur Agus Susanto dengan Meryka P Public Affair Manager for Government PT Petro China

25 Deplu RI (2001) Opcit

- Nauru

Pemerintahan Nauru secara tegas mendukung kemerdekaan Papua Hal ini disam paikan dalam KTT Forum Pasifik Selatan di Kiribati Oktober 2000 Selain itu N auru ju g a m endukung reso lusi PBB mengenai penentuan nasib bagi rakyat Papua Barat26 Sebelumnya Bem ard Dowiyogo MP (Presiden Republik Nauru) dalam Millenium Summit PBB yang diselenggarashykan pada September 2000 mengemukakan m engenai kem erdekaan Papua dan menganggap bahwa selama ini Papua berada di bawah dominasi penjajah dan kontrol luar negeri Namun pernyataan tersebut ini tidak langsung merujuk pada Indonesia

- Tuvalu

Pemerintah Tuvalu juga mendukung kemerdekaaan Papua 27 meskipun dalam kapasitas yang terbatas

- Vanuatu

Pemerintahan Vanuatu mendukung kemerdekaan Papua Barat Argumentasi Pemerintah Vanuatu tak jauh berbeda dari Nauru yaitu karena faktor-faktor sejarah dan kedekatan secara geografis28 Di Vanuatu terdapat kantor perwakilan rakyat Papua B arat yang d iketuai o leh Dr John Ondowame Kemudian Pemerintah Vanuatu m em punyai kom itm en untuk m em shypromosikan identitas dan hak dasar Ras M elanesia di w ilayah A sia-P asifik khususnya bagi Papua Barat Pemerintah Vanuatu juga mendorong dibukanya kasus- kasus ketidakadilan yang selama ini teijadi di Papua dan memperjuangkan kesejahterashyan sosial bagi masyarakat Papua29

26 httpwestpapuaactionbuzorgrecent- evelopmentshtm+Tuvalu+and+west+papua+amphl=id

27 httpwwwunorgmillenniumwebcaststatementstuvalu28 Pacific Concern Resource Centre (PCRC) (27 Oktober

2000) Press Release Forum Pasifik Selatan29 httpwwwunorgNewsPressdocs2000

20000908ga9758doc amp httpwwwunpoorgnews detailphpara 56amppar= 1890

49

b Kelompok Negara yang Abstain

- Papua Nugini (PNG)

Beberapa daerah di PNG seperti Port Moresby Black Water Sepik Sowampa dan Amanaf juga digunakan oleh OPM untuk melakukan aksinya30 Posisi PNG dan Papua adalah berbatasan darat secara langsung Posisi perbatasan PNG ini sangat strategis bagi para pelintas batas termasuk kelompok merdeka dari Papua yang ingin melepaskan diri dari kejaran TNI dan Polri Namun demikian Pemerintah Indonesia sampai saat ini pun belum m elakukan p erjan jian ekstradisi dengan Pemerintah PNG untuk mengatasi masalah perbatasan ini

PNG secara tegas m enyatakan dukungan terhadap keutuhan NKRI seperti dalam joint statement yang disampaikan oleh Perdana Menteri PNG M ekere Morouta kepada Megawati Sukarnoputri (sebagai wakil presiden Indonesia saat itu) Kendati demikian Pemerintah PNG masih bersikap gamang terutama karena banyaknya anggota m asyarakat dan lem baga di PNG yang mendukung kemerdekaan Papua seperti Gubernur Sandaun John Tekwi Politisi Tei Abai Mereka tidak dikenakan sanksi oleh Pemerintahan Nasional di PNG31 Sebaliknya m ereka terus-m enerus berusaha m em shypengaruhi kebijakan pem erintahan PNG untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Papua

- New Zealand (NZ)

Sikap Pem erin tahan NZ adalah mendukung keutuhan NKRI Pemerintah NZ ju g a m em iliki program bantuan untuk pembangunan di Indonesia (program the New Zealand A id AgencylN ZA lD ) yang mencakup wilayah timur Indonesia termasuk Papua Meskipun demikian salah satu partai

10 ibid31 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya

Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo

di NZ yaitu Green Party mendukung bahkan mengupayakan kemerdekaan Papua dan terus mendorong internasionalisasi isu Papua Green Party berkedudukan di Wellington dan memiliki cabang yang tersebar hampir di selu ruh p rov in siw ilay ah Partai ini mendapatkan dukungan dari partai lain seperti Partai Buruh Partai Nasional Partai Warisan Kristen Partai Aliansi dan Partai Nasional

Dalam pernyataan resminya di Forum Negara Pasifik Selatan partai ini meminta masalah Papua Barat dijadikan salah satu agenda sidang pertemuan yang kemudian diharapkan akan m emberikan dukungan secara institusional untuk kemerdekaan Papua Dalam berbagai kesempatan Keith Locke sebagai juru bicara hubungan luar partai secara tegas menginginkan nasib Papua adalah masalah yang harus menjadi perhatian negara-negara Pasifik Selatan dan mengingatkan negara yang tergabung dalam forum tersebu t un tuk m endukung dan m engikuti langkah V anuatu dalam m em perjuangkan kem erdekaan rakyat Papua32 Sedangkan di dalam negeri Keith Locke juga berusaha keras menyakinkan Perdana Menteri NZ Helen Clark agar Papua dijadikan salah satu fokus dan agenda pemerintahannya33 Hal ini dijadikan prioritas dukungan resmi kenegaraan

c Kelompok Negara Pendukung NKRI

Kepulauan Salomon Republik Fiji K iriba ti dan Sam oa B arat yang ju g a tergabung dengan Forum Negara Pasifik Selatan adalah negara-negara yang m endukung N K RI N am un kelom pok kemerdekaan Papua secara terus-menerus membangun komunikasi dengan beberapa negara ini untuk mendukung tuntutan politik mereka

32 Press Release Green Party (14 Agustus 2003) http wwwscoopconz

33 httpwwwgreensorgnz

50

7) Negara-negara Uni Eropa

Beberapa negara Uni Eropa memiliki perhatian lebih banyak terhadap Papua34 Sebagai contoh delegasi Uni Eropa yang diwakili oleh para duta besar negara-negara tersebut berkunjung ke Papua pada bulan Maret 2002 Dalam kunjungan tersebut secara ekplisit negara yang tergabung Uni Eropa tersebut m endukung sepenuhnya integritas Papua ke dalam NKRI Dukungan juga diberikan bagi pelaksanaan Otonomi Khusus (Otsus) yang sebenar-benarnya di Papua dan m em berikan perhatian pada masalah HAM di Papua35 Berikut ini adalah sikap Parlemen Uni Eropa dalam kasus Papua pertama secara mendasar mengakui Indonesia sebagai suatu negara kesatuan dan wilayah Papua termasuk di dalamnya Kedua melihat berbagai kasus pelanggaran HAM meminta kepada Indonesia untuk membentuk suatu badan pengadilan pelanggaran hak-hak asasi m anusia Ketiga m elihat kondisi masyarakat Papua Parlemen melihat bahwa Papua adalah provinsi yang kaya raya tetapi penduduknya hidup dalam kemiskinan dan dari 17000 pegawai yang bekerja di Papua kurang dari 10 persen adalah orang asli Papua K e-em pat Parlem en Uni Eropa m endukung O tsus yang m em berikan persetujuan kepada Pem erintah Daerah Papua untuk mendapat 80 persen dari pajak dari bidang perikanan dan kehutanan dan 70 persen dari perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan minyak bum i36

Posisi organisasi antar pemerintahan di berbagai level dalam kasus Papua dapat diketahui sebagai berikut

1) ASEAN

ASEAN sebagai organisasi regional di w ilayah Asia Tenggara secara resmi

34 Inggris Italia Portugal Jerman Austria Denmark Belanda Spanyol Swedia Yunani Belgia Finlandia

35 Memoria Passionis di Papua (2004) Kondisi Sosial- Politik dan HAM 2 0 0 2-2003 rsquo (cetakan pertama) Jayapura LSPP dan Keuskupan Jayapura

36 httpwwwinfidbeeurohamhtml

menyatakan dukungan atas kesatuan wilayah Indonesia dan menolak segala bentuk usaha untuk m engganggu keu tuhan w ilayah Indonesia37 Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip dasar ASEAN yaitu tidak akan ikut cam pur dalam persoalan internal (non- interference principle) tiap-tiap negara Berdasarkan prinsip ini isu Papua dianggap sebagai m asalah in te rna l Indonesia meskipun permasalahan di Papua memiliki dimensi internasional

2) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)

Peran PBB di Papua menjadi faktor sejarah yang sangat penting Lembaga dunia inilah yang ikut ldquomenyelesaikanrdquo masalah wilayah Papua terutama sengketa antara Indonesia dan Belanda PBB terlibat mulai dari pem bentukan kom isi PBB untuk Indonesia yang m erancang adanya Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949 yang menyatakan bahwa akan menyetujui adanya transfer kedaulatan dari Pemerintah Belanda ke Pemerintah Indonesia Kemudian dibentuk Komisi Administrasi PBB untuk penanda-tanganan Perjanjian New York tahun 1962 yang menyatakan bahwa Irian Jaya (sekarang Papua) menjadi bagian dari w ilayah Indonesia hingga pengawasan terhadap pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Papua tahun 196938

Pada tahun 1968 PBB ju g a membentuk tim peninjau mengenai kondisi di Papua yang diketuai oleh Femando Ortiz Sanz seorang d ip lom at B olivia Kemenangan Pemerintah Indonesia dalam Perjanjian New York inilah yang menjadi salah satu persoalan mendasar bagi tuntutan kemerdekaan rakyat Papua yang menuduh bahw a PBB dan Indonesia m elakukan rekayasa perjanjian tersebut dan menuntut adanya reformasi di PBB

37 wwwaseansec38 John Saltford the UN and Indonesian Collaboration

United Nations Involvement With The Act O f Self- Determination In West Irian

51

3) Lembaga Keuangan Internasional

Lembaga keuangan selain menyediashykan layanan perbankan bagi masyarakat Papua juga mem iliki program -program pengem bangan m asyarakat (social development program) seperti World Bank Asian Development Bank (ADB) IMF dan Inter-Governmental Group on Indonesia (IG G I)39 atau Consultative Group on Indonesia (CGI) Program Bank Dunia di Papua bekerja sama dengan the Melanesia Interest Group40 m elipu ti program pembangunan ekonomi di bidang trasmigrasi ke wilayah Papua Program ini ditentang oleh sebagian m asyarakat Papua karena transm igrasi m erupakan bagian dari ekploitasi SDA Papua Tuduhan serupa juga dialam atkan pada ADB dan IMF yang memberikan pinjaman untuk melakukan ekploitasi SDA karena pinjaman ini juga digunakan untuk membiayai militer yang menjalankan fungsi keamanan di Papua41

Beberapa organisasi nonpemerintah yang berkepentingan dalam isu Papua adalah

1) TAPOL (the Indonesian Human Rights Campaign)

TAPOL m erupakan Lem baga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berbasis di In g g ris 42 TAPOL bertu juan memperjuangkan program-program HAM dengan m enyebarluaskan persoalan kekerasan HAM termasuk persoalan HAM di Indonesia khususnya di Papua Barat dan A ceh Sebelum nya TAPOL m em iliki program serupa di Timor Timur

Salah satu TAPOL mengenai Papua adalah data dan in form asi m engenai kekerasan HAM di Irian Barat yang dikirim ke pertemuan ke-57 Komisi HAM PBB yang diselenggarakan di Geneva Swiss pada

39 httpwwwcwisorg40 httpwwwwestpapuanet (or wwwwestpapuaorg)41 httpwwwnadirorg42 TAPOL memberikan informasi secara terbuka melalui

website httptaDo1enapcorg

tanggal 29 M aret-27 April 2001 Dalam pernyataannya TAPOL meminta Komisi HAM PBB untuk melakukan tindakan nyata terhadap Pemerintah Indonesia karena tetap melakukan kekerasan dan pelanggaran HAM di Aceh dan Papua43 Dalam kesempatan yang lain lembaga ini menulis artikel dalam jumal online (Tapol 176 Agustus 2004) berjudul ldquoPapua Menghadapi Masa Depan yang Tidak Jelasrdquo Artikel itu menjelaskan dilema masa depan Papua karena persoalan HAM yang serius namun menyinggung pula mengenai tawaran otonomi khusus bagi Papua44

2) Forum Asia

Forum Asia merupakan organisasi regional HAM yang berada di Bangkok Thailand45 sebagai salah satu keputusan hasil pertemuan organisasi HAM di Asia pada tahun 1992 Forum Asia ini mefokuskan diri pada wahana proteksi terhadap tindakan kekerasan yang terjadi di wilayah Asia Lembaga ini juga merupakan wadah untuk m elakukan sharing in form asi tentang perkembangan HAM di Asia Aktivitas yang dijalankan meliputi pelatihan HAM dengan standar PBB Masalah HAM di Papua juga menjadi kajian serius yang diidentifikasikan sebagai salah satu fokus pembahasan di Forum Asia Forum ini juga mengeluarkan artikel mengenai persoalan HAM di Papua dan mengadakan pelatihan HAM di Papua

3) Caritas Australia

Caritas Australia atau the Catholic Agency for Overseas Aid and Development merupakan lembaga bantuan pembangunan yang dikelola G ereja K atholik Dalam m enjalankan bantuannya lem baga ini didasarkan pada prinsip kebebasan bagi mereka yang tertindas Caritas Australia bekerja sama dengan sekitar 154 organisasi

43 wwwcampeaceorgwparchivestatements_onhtm - 49k44 httptapolgnapcorg45 Lihat httpwwwforumasiaorg

52

di berbagai negara dan wilayah di seluruh dunia

Program pembangunan kemanusiaan Caritas m eliputi kesehatan mengurangi dampak kerusakan alam konservasi nilai budaya dan pelatihan bidang pertanian Caritas juga membantu sektor pendidikan dan keagamaan di Papua seperti workshop ke-em pat ten tang Peace Building and Development in West Papua bertem a ldquoM enjawab K ekerasan di Papua Barat D engar Pendapat Dengan Suara Lainrdquo Dalam kasus Papua Caritas tidak menolak atau mendukung kemerdekaan Papua namun menjalankan program bantuannya di Papua berdasarkan p rin sip keagam aan dan kemanusiaan46

Namun demikian dalam pernyataan resmi lembaga ini diindikasikan adanya dukungan pada kemerdekaan Papua secara tidak langsung karena pertanyaan mereka mengenai sejarah dan keabsahan Indonesia di Papua K em udian ju g a keberadaan pendatang (amber) sebagai suatu ancaman yang semakin mendesak posisi rakyat Papua serta keberadaan dan peran militer di Papua yang mengakibatkan pelanggaran HAM dan penjarahan SDA secara masif47 yang akan merugikan masyarakat Papua di kemudian hari

4) Inside Indonesia

Lembaga ini didirikan sejak tahun 1983 dan berkantor pusat di Australia Inside berkosen trasi pada b idang penerb itan berkaitan dengan w ilayah Indonesia khususnya yang terkena dampak konflik berkepanjangan Inside menerbitkan jumal em pat bulanan yang leb ih b e rs ifa t akadem is48 T ulisan yang pernah dipublikasikan antara lain ldquoWhy West Papua Deserves Another Chance West Papua in

46 httpwwwcaritasorgau47 Peter Zwart caritas Aotearoa http

wwwconvergeorgnzpmawp011204doc+cari tas48 Lihat wwwinsideindonesiaorg

1999 Whisky Friends-PNG Military and TNI Get Together Raising the West Papua Flag- Eyewitness Account Demonstrations dan Pemberontakan Organisasi Papua Merdekardquo W alaupun tu lisan te rseb u t te rkesan mendiskreditkan Indonesia sebagai institusi yang berlandaskan pada nilai-nilai akademis dan jurnalistik lembaga ini tidak bersikap pro ataupun kontra dalam isu Papua Lembaga ini memberikan informasi mengenai wilayah Papua seperti dalam Health Care in Irian Jaya yang tidak ada sangkut-pautnya dengan persoalan politik

5) ICM IC A (G erakan In te lek tu al K ath olik untuk In te lek k tu a l amp Hubungan Budaya)

ICMICA (Pax Romana) merupakan sebuah asosiasi internasional terdiri dari berbagai kalangan profesional dan intelektual Katholik Lembaga ini berpusat di Genewa Swiss49 Institusi ini terbuka bagi individul dan kelompok beragama Katholik dengan berbagai aktivitas berupa tukar pendapat dan dialog kebudayaan dari profesi dan generasi A gam a K atho lik L em baga ini ju g a menjalankan aktivitas yang bersifat sosial untuk pemberdayaan masyarakat advokasi dan solidaritas perdamaian dan sebagai jaringan pemikiran

Masalah di Papua juga tidak luput dari perhatian asosiasi ini Dalam pertemuan kom isi HAM PBB di G enew a SwiSs lem baga ini secara tidak langsung menyebutkan bahwa kekerasan di berbagai dunia termasuk di Papua harus diambil tindakan yang tegas50

6) Pusat Sumber Daya Pembangunan [Dev-Zone amp GEC]

Pusat Sumber Daya Pembangunan atau Dev-Zone amp GEC mengkhususkan kegiatannya pada pendidikan dan menjadi

49 Lihat wwwpaxromanaorg 50httpwwwcampeaceorgwparchive

statements onhtm+ICMICA

53

pusat informasi Lembaga ini berpusat di Aotearoa New Zealand Lembaga ini tidak memiliki sikap yang jelas dalam isu Papua namun memiliki banyak informasi tentang ja rin g an dan lem baga-lem baga yang mendukung kemerdekaan Papua seperti the Diary o f Online Papua Mouthpiece (Do- OPM) Free WestPapua International Action for West Papua Papua Press Agency the Free Papuan MovementOPM WestPapuan Action serta lembaga-lembaga lain yang mendukung perjuangan rakyat Papua51

D ev-Zone amp GEC ju g a mem- publikasikan tulisan yang berjudul Irian Jaya United Nations Involvement with the Act o f Self-Determination in West Irian (Indonesian West New Guinea) 1968 to 1969 Tulisan ini mempertanyakan masuknya Irian Jaya ke Indonesia dan kesalahan PBB dalam proses politik di Papua

7) Pan-African Coallition for the Liberation of West Papua (PACLWP)

Koalisi Pan-Afrika untuk Kebebasan Papua Barat terdapat di Afrika PACLWP merupakan bagian dari sebuah institusi yang bernama theAfrican Diaspora Lembaga ini secara tegas mendukung kemerdekaan Papua melalui hak penentuan nasib sendiri bagi rakya t Papua Lem baga ini ju g a mempertanyakan Pepera di Papua yang hanya dihadiri oleh 1025 penduduk dari total penduduk di Papua sekitar 700 ribu orang pada saat itu Hal itu merupakan bentuk pengkebirian hak penduduk Papua

B eberapa fokus persoalan yang menjadi dasar tuntutan PACLWP adalah kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Papua sebagai salah satu bentuk dari genosida kekerasan yang d ilakukan oleh TNI eksplorasi dan ekploitasi SDA Papua dan terdesaknya populasi penduduk asli Papua dengan pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia Salah satu aktivitas PACLWP

51 httpwwwdev-zoneorg

dalam mendukung Papua merdeka adalah mengorganisasi demonstrasi di depan kantor konsulat Indonesia di Los Angeles pada tanggal 28 November 2003 dan 1 Desember 2003 Namun keberadaan lembaga ini sulit dilacak apakah berada di Afrika atau di Amerika Serikat

8) Organisasi Papua Merdeka di Belanda

OPM di Den Hag Belanda dengan je la s m endukung ldquop e rju an g an rdquo Papua m erdeka Fokus OPM ini adalah untuk mendapatkan dukungan internasional 52 khususnya dari Eropa Dalam salah satu dokumennya kelompok ini menyebutkan bahwa Papua bukan merupakan wilayah Indonesia adalah karena faktor budaya- perbedaan budaya antara penduduk asli Papua dan penduduk Indonesia lainnya K elom pok ini ju g a m enggunakan isu kerusakan lingkungan akibat dari eksplorasi dan ekploitasi SDA Papua sebagai salah satu propaganda dalam perjuangannya

9) The Uniting Church Australia

The Uniting Church Australia dibentuk sejak tahun 1997 terdiri dari Gereja Kongregasion Gereja Methodis dan Gereja P resb iterian yang berpusat di Sydney Australia Lembaga ini memiliki komitmen terhadap persoalan lingkungan dukungan terhadap persamaan nasib membantu etnis minoritas dan orang-orang yang terpinggir- kan di berbagai belahan dunia Organisasi ini juga menjalankan programnya di wilayah Papua dan berkeija sama dengan gereja lokal seperti Gereja Kristen Evangelis Program dipusatkan pada penanganan persoalan kesehatan te ru tam a HIV (A ID S) dan masalah pendidikan di Papua53

52 httpwww fas orgirpworldparapapua htm53 httpwwwnatucaorgau

54

10) Indonesian House

Indonesian House adalah sebuah kantor berita yang fokus pemberitaannya mengenai kondisi dan berbagai persoalan di Indonesia termasuk di Papua Lembaga ini berada di Amsterdam Belanda54 Sebagai kantor berita lembaga ini tidak memiliki posisi m endukung a taupun m enolak kem erdekaan Papua Indonesian House memberikan informasi secara terbuka kepada semua pihak di seluruh dunia termasuk m em berikan kesem patan kepada John Rumbiak tokoh pro-merdeka yang juga supervisor ELSAM dalam artikel berisi hasil wawancaranya dengan Parlemen Eropa pada tanggal 1 Oktober 2003 berjudul Papua Developments Affecting Conflict Resolution55

11) Minority Rights Group International

Lembaga yang berbasis di Inggris ini mengkhususkan perjuangannya terhadap hak-hak kelom pok m inoritas di seluruh dunia yakni memastikan hak kelompok minoritas berdasarkan etnik agama dan bahasa di seluruh dunia56 Lembaga ini sudah bekerja di 60 negara di seluruh dunia Lembaga ini pernah m enjadi konsultan ECOSOC dan peninjau di Komisi HAM di Afrika Aktivitasnya yang berkaitan dengan Papua adalah mempromosikan kelompok minoritas dan penduduk asli Papua di forum internasional melakukan advokasi mengenai kebutuhan hak-hak kelompok minoritas di Papua Pada 18 Mei 2001 MRG menyatakan akan memperjuangkan keberadaan dan hak penduduk asli P apua57 sebagai akibat dari keb ijakan Pem erin tah Indonesia dan pengaruh globalisasi

54 Lihat httpwwwindonesia-houseorg55 Ibid56 Lembaga ini berpusat di London Inggris dengan e-mail

minoritvrightsmrgmailorg57 httpwwwcampeaceorgwparchive

minority rightshtm

MRG juga mempeijuangkan wilayah Papua sebagai zona damai58 dari berbagai aksi tindakan militer yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bertikai untuk itu MRG m em pertanyakan kepada pem erin tah Indonesia tentang keberadaan dan peran m iliter di Papua yang dianggap sebagai ancaman bagi penduduk asli dan menolak pembagian Papua menjadi beberapa provinsi dan mengembalikan kembali menjadi satu kesatuan wilayah

12) Kantor Informasi Internasional OPM

K eberadaan lem baga ini tidak d iketahu i secara p asti N am un dalam konferensi pers pada 1 Februari 2000 J H Prai Direktur Kantor Informasi Internasional OPM di Swedia menyerukan penghentian pelanggaran dan kejahatan HAM yang d ilakukan oleh TNI kepada penduduk Papua59 Pernyataan tersebut beijudul ldquo West Papuan rsquos Desire Autonomy and End to Indonesian Military Operations

13) Unrepresented Nations and Peoples Organization (UNPO)

UNPO berpusat di Den Hag Belanda Lembaga ini merupakan wadah bagi para penduduk asli negara ja jah an negara berdaulat dan m inoritas serta w ilayah- w ilayah pro teksi atas hak budaya dan kemanusiaan yang tidak memiliki perwakilan di forum in te rn asio n a l UNPO m engshygolongkan m asyarakat Papua sebagai penduduk yang terpinggirkan dan yang perlu diperhatikan Untuk itu UNPO memberikan berbagai informasi atau artikel seperti West Papua Indonesia rsquos 1969 Takeover o f West Papua Not by ldquoFree Choicerdquo dan West Papua Amnesty International Report 2004

UNPO ju g a m elihat persoalan masuknya wilayah Papua ke Indonesia akibat dari dukungan AS kepada Indonesia untuk

58 httpwwwminoritvriEhtsorg59 httpwwwcampeaceorgWParchiveOPM_IIOhtm

55

mengambil-alih wilayah Irian Barat dari B elanda Selain itu UNPO ju g a mempertanyakan validitas Indonesia dan menyebutkan proses integrasi sebagai bentuk okupasi w ilayah yang d isertai dengan pelanggaran HAM di Papua60

14) WestPapua Action

WestPapua Action berm arkas di Irlandia61 dan lem baga ini secara tegas mendukung kemerdekaan dan perjuangan rakyat Papua D alam salah satu kampanyenya koordinator lembaga aksi ini Mark Doris menyebutkan bahwa masuknya Papua ke Indonesia adalah sebuah peristiwa yang digalang oleh PBB dan negara yang berkepentingan untuk memaksakan Papua m asuk ke w ilayah Indonesia D engan demikian pelaksanaan Pepera yang hanya dihadiri oleh 1025 orang adalah peristiwa yang tidak adil dan karena adanya intimidasi

WestPapua Action ju g a m engshyungkapkan terjadinya pelanggaran HAM di Papua selama ini yang sudah menewaskan lebih dari 300000 jiwa rakyat Papua yang memerlukan perhatian internasional untuk menghentikannya WestPapua Action juga m enganggap transm ig rasi m erupakan ancaman terhadap masa depan penduduk asli Papua62 Untuk m endapatkan dukungan internasionalnya WestPapua Action berusaha mendapatkan dukungan Pemerintah Irlandia dan beberapa anggota Parlemen Irlandia serta Perleman Eropa Lembaga ini bekerja sama dengan PaVO (Belanda) dan TAPOL untuk mendukung perjuangan rakyat Papua Pada tahun 2001 organisasi ini m engadakan pertemuan internasional atas Solidaritas Papua Barat di Jerm an63

60 Dokum en Press R elease ldquo35th A nniversary o f Controversial Vote and Annexation Secret Files Show US Support for Indonesia Human Rights Abuses by Indonesian Military Brand Symson (ed) dikirim pada9 Juli 2004

61 Lihat httpwestpapuaactionbuzorg62 httpwestpapuaactionbuzorg63 Ibid

15) The Pacific Concerns Resource Centre (PCRC)

PCRC adalah lem baga yang m enfokuskan diri pada persoalan dem ilitarisasi dekolonisasi konservasi lingkungan pengembangan SDM HAM dan pembangunan pemerintah yang bersih dan berwibawa Lembaga yang berpusat di Fiji64 didirikan pada tahun 1980 di Hawai Papua menjadi salah satu fokus daerah kajian nam un lem baga ini tidak dalam posisi m em ihak atau m enolak tuntu tan kemerdekaan Papua Perhatian pada kasus Papua sesuai dengan prinsip aktivitasnya PCRC pernah menyelenggarakan worskhop dengan tema ldquoThe Dynamics o f Conflict in West Papua Prospects for the Future yang bekerja sam a dengan South Pacific University dan Universitas Nasional Papua pada bulan Oktober 200465

16) Asosiasi Papua Barat Australia

A sosiasi Papua B arat A ustralia merupakan salah satu lembaga terbesar yang mem iliki perhatian terhadap Papua dan memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Australia Belanda dan Amerika Serikat Lembaga ini merupakan lembaga nonpolitik dan nonagam a K om itm ennya adalah m endukung pem berdayaan m asyarakat Papua m elalui penyebaran informasi di berbagai media massa Meskipun demikian dalam kenyataannya lem baga ini tidak sepenuhnya berpegang teguh pada asas organisasi yaitu nonagama dan nonpolitik sebagai contoh lem baga ini berusaha m enekan P em erin tah A ustra lia dalam kaitannya dengan pem bentukan tim investigasi peristiwa pembunuhan di Timika dan kasus kekerasan di Papua66 Selanjutnya kelom pok ini juga berusaha membawa persoalan Papua ke lembaga PBB seperti

64 Lembaga ini berkantor di Suva wilayah Fiji sejak tahun 1993 Namun sebelumnya berada di Auckland NZ

65 httpwwwpcrcorgfl66 httpwwwzulenetcomawpawpgluehtml

56

K om isi HAM K elom pok K erja PBB m engenai populasi penduduk asli dan Komite Dekolonialisasi PBB67 yakni untuk m engkaji m asalah Papua secara lebih mendalam

17) Cambridge Campaign and Peace (Campeace)

Campeace berpusat di Cambridge Inggris dan didirikan pada M aret 1999 sebagai respons atas konflik internasional yang terjadi di berbagai wilayah dunia Saat ini Cam peace m em iliki perw akilan di Australia Sebagai lembaga yang meng- kam panyekan perdam aian di berbagai belahan dunia Campeace juga mengulas persoalan yang ada di Papua terutama hal- hal yang berkaitan dengan pelaksanaan HAM di Papua68

20) West Papua Action NetWork (Westpan)

Westpan adalah lembaga yang secara je las dan tegas m endukung perjuangan kemerdekaan Papua Westpan berpusat di Kanada69 Tujuannya adalah mendukung perjuangan hak-hak rakyat papua melakukan lobi di tingkat internasional untuk merevisi kem bali ldquoAct o f Fee Choicerdquo dan mempengaruhi Pemerintah Kanada dan LSM yang berada di Kanada untuk mendukung perjuangan rakya t P ap u a 70 W estpan m enekankan kesadaran publik tentang ketidakadilan ekonomi dan sosial yang terjadi di Papua selama ini

III Peran dan Kepentingan Aktor Internasional di Papua

Berdasarkan peran dan kepentingan para aktor asing di Papua persoalan- persoalan yang menjadi perhatian mereka

67 www cs utexas eduusersclinepapualetter htm18 httpwwwcamDeaceorgwestpapuahtml 69 Westpan memiliki dua lokasi di Kanada Pacific Peoplersquos

Partnership Suite 407 620 View Street Victoria dan KAIROS Canada 129 St Clair Ave West Toronto

70 httpwestpapuaouvatonorg

dapat dibagi ke dalam empat kategori isu utama yaitu politik (sejarah integrasi dan identitas politik Papua) keamanan (siklus kekerasan p o litik dan kasus-kasus pelanggaran HAM bera t) budaya (diskriminasi ras dan budaya - Papuanisasi vs Indonesianisasi) ekonomi (penguasaan dan ek sp lo itasi po tensi dan kekayaan ekonomi Papua oleh orang non-Papua) K om pleksitas kasus Papua sem akin bertambah karena adanya korelasi erat antara satu masalah dengan masalah lain seperti isu politik dan keamanan maupun isu politik dan ekonomi Namun berdasarkan laporan tim kajian Papua LIPI terdapat satu persoalan lagi dalam kasus Papua yaitu masalah psikologis atau trauma yang disebabkan oleh tindakan kekerasan atau pendekatan militer yang sangat dominan di Papua Hal ini telah membentuk trauma kolektif yang dikenal dengan istilah memoria passionis

O perasi m ilite r di Papua diindikasikan telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran HAM di Papua baik dalam ben tuk in tim id asi peny iksaan dan pembunuhan Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Papua yang secara keseluruhan masih dalam keadaan tidak sejahtera atau miskin telah menjadi fakta yang menarik perha tian pihal asing Perlakuandiskriminatif baik secara rasial maupun budaya turut memberikan justifikasi atas te rjad inya aksi-aksi p o litik m enuntut kemerdekaan bagi Papua dan mendapatkan simpati dari pihak internasional Demikian juga dalam isu sejarah politik Papua di mana proses in teg rasi o leh kelom pok yang menentang hasil Pepera dianggap cacat hukum dan tidak memenuhi kaidah-kaidah hukum internasional yang adil Selanjutnya kerusakan alam akibat eksploitasi SDA secara besar-besaran baik di sektor tambang maupun hutan telah menyebabkan publikasi isu Papua tersebar secara luas di dunia

Pemberian visa sementara kepada 42 Warga Negara Indonesia (WNI) asal Papua beberapa bulan lalu merupakan bukti betapa kompleksnya persoalan Papua karena faktor

57

politik dan keamanan yang dijadikan alasan oleh para pencari suaka tersebut Kejadian itu ju g a m enunjukkan betapa kuatnya dimensi internasional kasus Papua Alasan 42 orang Papua untuk m endapatkan suaka politik dari Pemerintah Australia adalah karena m asalah kekerasan po litik dan genosida yang terjadi di Papua Sebaliknya Pemerintah Indonesia mengatakan bahwa keperg ian m ereka ke A ustra lia lebih disebabkan oleh faktor ekonomi atau untuk m eningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi Adapun Pem erintah A ustralia beralasan bahwa pemberian visa sementara tersebut karena alasan kemanusiaan karena orang-orang Papua yang datang ke Australia dikategorikan sebagai pengungsi

Persoalan ekonomi di Papua terkait erat dengan masalah kemiskinan disparitas ekonomi dan pembangunan antara daerah Papua dengan daerah-daerah la in di Indonesia Di bidang pengelolaan SDA Papua kebijakan pemerintah dinilai lebih berp ihak pada pebisn ispem odal besar ketim bang pada m asyarakat Papua Akibatnya dalam kepentingan bisnis asing masyarakat Papua sering kali terabaikan misalnya dalam pengam bilan keputusan menyangkut kepemilikan atas tanah adat mereka tidak dilibatkan dalam proses dan kontrak bisnis yang dilakukan padahal mereka adalah pemilik tanah adat di Papua Sebaliknya P em erin tah (P usat) dan pengusaha memberi label pada orang Papua sebagai p rim itif dan trad isional (tidak modern) A kibatnya orang Papua justru dianggap sebagai beban pemerintah

Penguasaan dan pengelolaan sumber tam bang dan hutan Papua baik oleh pengusaha nasional maupun yang bekerja sam a dengan pengusaha in ternasional mengakibatkan pembagian hasilimbalan yang tidak layak antara orang Papua dengan para peb isn is te rsebu t P erusahaan intemasionalmultinasional di Papua seperti PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan pem bayar pajak terbesar di Indonesia

Pemasukan dari pajak yang diterima oleh negarapemerintah dari PTFI mencapai antara US$ 700-USS 800 setiap tahun Secara keseluruhan daerah Papua menyumbang sekitar 24 triliun rupiah untuk devisa negara dari sektor tambang Namun masyarakat Papua tetap tergolong masyarakat miskin (sangat miskin) secara ekonomi Masalah kemiskinan dan kelaparan di Papua mungkin bukan menjadi tanggung jawab Freeport nam un dem ikian karena Freeport ikut menikmati hasil bumi Papua maka Freeport kerap d itud ing sebagai p ihak yang bertanggung jaw ab dalam persoalan ketidakadilan ekonomi dan rendahnya tingkat kesejahteraan hidup orang Papua Tudingan kepada F reepo rt sebagai penyebab ketidaksejahteraan orang Papua berkaitan juga dengan masalah kerusakan lingkungan hidup akibat limbah tambang (tailings) yang mencemari danau dan sungai-sungai karena penum pukan lim bah te rseb u t (Sungai Aghawaghon)71 Tuntutan penutupan PT Freeport beberapa waktu lalu dipicu oleh larangan bagi para penam bang liar menambang di daerah limbah

Kerugian lainnya adalah kerusakan lingkungan sulit sekali diperbaiki Kerusakan ini berkaitan dengan kepercayaan tradisional suku Amungme mengenai gunung tersebut yang masih dianggap keramat oleh mereka Eksploitasi SDA di sektor hutan (pembalakan liar) secara besar-besaran oleh perusahaan kayu yang dikuasai oleh Mr Wong Group dari Malaysia telah menyebabkan kerusakan pencemaran lingkungan termasuk punahnya sebagian flora dan fauna asli Papua yang merupakan sumber hidup utama orang Papua secara tradisional seperti sagu damar dan ikan

Dimensi ekonomi konflik di Papua m enjadi sem akin kom pleks dengan kehadiran dan keterlibatan TNI dan Polri yang bukan hanya bertujuan untuk menjaga

71 Lihat Benedetti (10 Januari 2005) ldquoThe Ecological Tragedy o f Resource Extraction in West Papuardquo WestPAN Canadarsquos West Papua Action NetWork h 1-2

58

keamanan di Papua melainkan juga untuk melakukan aktivitas bisnis di Papua Terdapat ju s tif ik a s i ten tang kore lasi an tara kepentingan m em pertahankan keutuhan NKRI dan kepentingan mempertahankan keuntungan ekonomi aparat militer dan polisi di Papua Selain karena keuntungan finansial yang diperoleh dari aktivitas bisnis (legal m aupun ileg a l) dalam kenyataannya kehad iran m ereka m akin kuat karena d ikehendaki oleh para pelaku b isn is (pengusaha tam bang dan kayu) untuk m elancarkan ak tiv ita s b isn is m ereka misalnya dengan ldquomendatangkanrdquo petugas keam anan untuk m enghadapi tuntu tan m asyarakat trad is io n a l U ntuk biaya keamanan ini PT Freeport misalnya harus mengeluarkan uang sebesar 47 juta dollar Amerika pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 56 juta dollar Amerika pada tahun 200272

Dimensi ekonomi konflik di Papua juga terkait dengan perdagangan hasil budaya dan kesenian trad is io n a l Papua yang menguntungkan bagi para pemodalpebisnis non-Papua Perdagangan hasil kesenian dan budaya tradisional Papua melanggar HAM Papua karena sebagai pemilik budaya dan kesenian tradisional Papua seharusnya merekalah yang paling berhak menikmati keuntungan ekonomi tersebut

IV Strategi Indon esia M enghadapi K em ungkinan T erburuk dalam Kasus Papua

M erujuk pada salah satu definisi kebijakan luar negeri sebagai sesuatu yang sama dengan atau paralel dengan prioritas- prioritas domestik maka penanganan konflik dan pembangunan di Papua harus menjadi bagian dari perjuangan dan diplom asi Indonesia dalam jangka panjang Dukungan internasional dan pengakuan atas negara merupakan salah satu fondasi dasar dalam hubungan dip lom atik O leh sebab itu

72 Ibid h 2

dukungan negara asing atas integrasi wilayah NKRI akan menjadi indikator yang penting dalam p enyelesa ian isu Papua secara internasional Namun demikian langkah d ip lom asi ini harus d iiku ti dengan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan daerah Papua secara tepat dan nyata

Politik luar negeri memiliki dua hal utama yaitu kepentingan nasional dan etika moral Berdasarkan hal ini tiap negara hendaknya m em perhatikan etikam oral dalam membina hubungan antamegara yang sehat sehingga kepentingan nasional dapat tercapai Dem ikian pula dalam menjaga hubungan bilateral Indonesia dengan negara- negara asing harus memperhatikan etika hubungan antamegara yang semakin lama semakin tidak diperhatikan terutama karena a lasan m em pertahankan kepen tingan nasional Australia misalnya sebagai negara besar (major power) sudah selayaknya membantu proses pembangunan ekonomi daerah Papua apalagi Papua sudah memiliki Undang-Undang (UU) Otonomi Khusus dan Majelis Rakyat Papua (MRP) Pembangunan empat sektor - pendidikan kesehatan dan g izi in fras tru k tu r dan pem berdayaan ekonomi rakyat - menjadi prioritas utama sesuai dengan UU O tonom i K husus Australia sendiri menjadi salah satu pemberi bantuan dana otonomi khusus selain negara- negara Uni Eropa

Secara formal hampir semua negara- negara asing tetap mendukung keutuhan NKRI kecuali empat negara di Pasifik (Vanuatu Nauru Tuvalu dan Kepulauan Cook) meskipun dukungan tersebut tidak bersifat permanen Australia sebagai ldquodeputy sheriff di Asia Pasifik seharusnya dapat meyakinkan masyarakat di negara-negara di P asifik Selatan te rseb u t term asuk m asyarakatnya send iri un tuk tidak mendukung gerakan Papua merdeka apalagi sebagian negara-negara di Pasifik Selatan banyak yang tergolong sebagai failed States

B erdasarkan posisi s tra teg is Indonesia bagi kepen tingan ekonom i

59

Australia maka dapat diperkirakan bahwa Pemerintah Australia tidak akan membiarkan hubungan politik dalam kasus Papua ini b e rla ru t-la ru t Posisi geografis (geo- ekonom i) Indonesia m em punyai n ilai strategis bagi Australia terutama jalur Selat Makassar di bagian timur Indonesia yang m erupakan ja lu r u tam a perdagangan Australia menuju dan dari Asia Timur dan Timur Tengah Hubungan bilateral Indonesia- Australia di bidang ekonomi meliputi sektor perdagangan dan investasi meskipun tidak te rla lu sign ifikan volum enya b ila dibandingkan Jepang dan Singapura Ekspor Australia ke Indonesia berkembang dalam sektor perdagangan jasa pendidikan dan pariwisata Investasi Australia di Indonesia terdapat di sektor tam bang nonminyak industri kimia logam dan pabrikan hotel resto ran dan tran sp o rtasi Indonesia merupakan pasar cukup besar bagi jasa dan produk mewah dari Australia terutama bagi sek itar 3 0 -4 0 orang Indonesia yang berpenghasilan sangat tinggi Namun bagi Indonesia pasar Australia hanya terbatas pada properti portofolio investasi pakaian pembuatan baterai dan ekspor ternak

Di b idang investasi tam bang Perusahaan R io Tinto dari A ustra lia menguasai saham Freeport McMoran sebesar 40 persen di bursa saham di New York Selain memiliki saham di Freeport perusahaan A ustralia - W oodside Petroleum L td - m enjadi salah satu perusahaan dalam konsorsium LNG Tangguh di Teluk Bintuni untuk memasok kebutuhan LNG di provinsi Guangdong China selama lebih dari 25 tahun Adapun Pertamina Indonesia dan BP Plc (Perusahaan Inggris-Am erika) men- supply LNG ke provinsi Fujian China

Di bidang kesehatan Pemerintah A ustralia m elalui AusAID memberikan bantuan di bidang penanganan penyebaran virus HIV A ID S baik secara nasional maupun secara khusus di Papua karena Papua tercatat sebagai daerah yang memiliki tingkat penyebaran atau angka penderita HIVAIDS

tertinggi di Indonesia Adapun di sektor pendidikan Australia memberikan beasiswa kepada orang-orang Indonesia untuk belajar di un iversitas-un iversitas di A ustralia term asuk kepada perw ira m iliter untuk m engikuti pend id ikan dan la tihan di Australia

Pada A pril 1997 Pem erintah Indonesia dan Australia meresmikan kerja sama pembangunan bernama ldquoAustralia- Indonesia Development Area rdquo (AIDA) yang m eliputi D arw in dan beberapa kota di wilayah Indonesian bagian timur seperti Kupang Ambon dan Jayapura yang masih sangat terbatas perkembangannya Apalagi dengan teijadinya konflik komunal di Ambon pada 1998 keija sama tersebut boleh dibilang tidak menghasilkan manfaat apa pun baik bagi Indonesia maupun Australia

Untuk menghadapi internasionalisasi kasus Papua maka Pemerintah Indonesia harus melakukan antisipasi secara nasional maupun dengan memperkuat diplomasi baik secara bilateral (antamegara ataupun lembaga internasional) dan secara multilateral yakni melalui forum regional dan internasional Pemerintah Indonesia sendiri harus memiliki pemahaman yang akurat mengenai persoalan yang mendasar di Papua Hal ini penting untuk dapat m encapai keputusan yang terpadu dalam m enyelesaikan persoalan politik dan ekonomi di Papua Selain itu pem aham an yang akura t m engenai perkembangan situasi politik dan ekonomi di Papua akan meningkatkan bobot diplomasi Indonesia di luar negeri Selanjutnya Pemerintah harus melakukan pembenahan ke dalam (self-correction) terutama dalam hal koordinasi dan evaluasi kebijakan dan im plem entasinya di Papua A khirnya Pemerintah perlu menentukan langkah untuk m enyelesaikan konflik di Papua dalam jan g k a pan jang m isa lnya dengan membicarakan kesepakatan kerja dengan PT Freeport Selanjutnya dipublikasikan agar semakin banyak pihak yang memahami duduk persoalan di Freeport term asuk

60

keterlibatan Australia di Freeport maupun di LNG Tangguh

Dimensi internasional kasus Papua bukan hanya karena keberadaan PT Freeport Indonesia di Timika Kabupaten Mimika yang kepemilikan sahamya sebagian besar dikuasai oleh AS namun terdapat beberapa hal lain yang menambah derajat internasional persoalan di Papua yakni letak Papua Barat (West Papua) yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini (PNG) Perbatasan darat dimanfaatkan oleh para pelintas batas pencari suaka dari Papua ke Australia melalui PNG Antara 1984-1986 terdapat lebih dari 12 ribu pencari suaka (asylum seekers) asal Papua yang tinggal di di kamp pengungsian di East Awin PNG Namun masih ada sekitar 8000 pengungsi dan pencari suaka dari Papua yang tinggal di daerah East Awin PNG namun tidak diberitakan oleh media73

K eam anan w ilayah perbatasan menjadi persoalan penting bagi Indonesia terutama dikaitkan dengan keberadaan OPM Pemberian visa sementara kepada 42 WNI asal Papua tidak lepas dari dukungan LSM Australia Green Party dan jaringan OPM di Australia Kelompok pro-demokrasi di Papua yang memperjuangkan Zona Damai ikut memperkuat diplomasi Papua di tingkat internasional terutama melalui pemaparan tentang sejarah integrasi Papua ke wilayah Indonesia (Pepera 1969) Perjuangan melalui jalur diplomasi luar negeri ini dilakukan oleh PDP

Pem berian v isa sem entara berdampak pada memburuknya hubungan bilateral Indonesia-Australia Meskipun ada upaya di tingkat pemerintahan kedua negara untuk membicarakannya kembali namun publik sudah mengetahui bahwa Indonesia dan Australia selama ini gagal menciptakan kom unikasi po litik yang efektif Bagi Pemerintah Indonesia harus diakui bahwa ada persoalan di Papua yang belum ditangani

secara menyeluruh sehingga menyimpan potensi yang besar untuk m eledak dan menjadi isu besar Pemberian visa sementara kepada 42 WNI asal Papua bukanlah yang pertam a terjad i term asuk para korban kerusuhan politik Mei 1998 yang melarikan diri ke Australia kemudian mendapatkan Permanent Residence (PR) Australia

Selain persoalan komunikasi politik yang buruk te rn y a ta A ustra lia lebih mementingkan stabilitas politik di dalam negerinya Tekanan dari Partai Hijau dan para ak tifis HAM di A ustra lia m am pu m engalahkan kepen tingan Pem erintah Australia untuk menjaga hubungan baiknya dengan Indonesia sebagai te tangga terdekatnya Tindakan A ustralia tampak sangat tidak bersahabat dan tidak sensitif namun bagaim anapun perbedaan sistem p o litik an tara kedua negara sangat berpengaruh dalam memahami persoalan ini

Memburuknya hubungan Indonesia- Australia akhir-akhir ini merupakan bukti bahwa kedua negara memang memiliki sistem politik dan budaya politik yang sangat berbeda Namun Indonesia dan Australia tidak dapat menghindari fakta bahwa mereka bertetangga bahkan sangat dekat secara geografis Selain itu Australia belum dapat mengurangi kedekatan dan ketergantunganshynya terhadap Amerika Serikat Sepak terjang AS di Asia termasuk kebijakannya terhadap Indonesia dalam kasus pelanggaran HAM di Timor Timur dan masalah terorisme telah membuat Australia bersikap dan bertindak agresif terhadap Indonesia

Kawasan Asia Pasifik memiliki peran yang stategis dengan wilayah Papua karena kedekatan geografis kedekatan sejarah persam aan budaya dan persaudaraan Melanesia (Melanesian Brotherhood) Hal inilah yang menjadikan hubungan dengan negara-negara di Pasifik Selatan memiliki arti khusus bagi OPM karena beberapa negara di kawasan tersebut mendukung perjuangan rakyat Papua untuk merdeka

73 Institute for Social Research Swinbume University of Technology (13 April 2006) wwwapoorgau h 1

61

Mengingat pentingnya peran negara- negara Pasifik Selatan dalam persoalan Papua maka Pemerintah RI juga telah mengirimkan wakil dalam pertemuan KTT Pacific Islands Forum ke-31 pada akhir Oktober 2000 di Tarawa K iribati Pem erintah Indonesia berusaha mendekati negara-negara anggota Forum Pasifik Selatan (Australia Kepulauan Cook Negara Federasi M ikronesia Fiji Kiribati Nauru Selandia Baru Nieu Palau Papua N ugin i R epublik K epulauan Marshall Samoa Solomon Tonga Tuvalu dan Vanuatu) Melalui forum ini Pemerintah Indonedia berusaha meredam upaya PDP dalam meng-intemasionalisasikan isu Papua Forum pertem uan te rseb u t akh irnya mengeluarkan pernyataan yang positif bagi Indonesia yakni pernyataan dukungan integritas teritorial Indonesia dan menetapkan PDP sebagai kelompok separatis Dalam forum itu Menteri Luar Negeri (Menlu) RI menyampaikan permintaan resmi Pemerintah RI untuk menjadi mitra dialog pada forum pertem uan PIF yang diharapkan dapat membuka jaringan institusional dengan negara-negara di Pasifik Selatan74

Secara b ila te ra l Pem erin tah Indonesia juga melakukan lobi dan meminta negara-negara asing untuk tetap menjaga kom itm en m ereka dalam m endukung kedaulatan Indonesia di Papua Adapun secara multilateral dilakukan melalui forum- forum seperti ASEAN ASEAN Regional Forum (ARF) pertemuan tingkat Menteri ASEAN-EU PBB dan GNB

V Beberapa Catatan Akhir

Internasionalisasi persoalan lokal di Papua sulit dicegah karena derasnya arus in form asi dan kem ajuan teknolog i komunikasi Peristiwa di suatu negara dapat dengan m udah m enjadi m otivasi bagi munculnya gerakan politik serupa di negara lain Kedatangan 42 WNI asal Papua ke

74 Pernyataan pers Menteri Luar Negeri RI (2002) Refleksi Departemen Luar Negeri tahun 2002

A ustralia pun m em anfaatkan kem ajuan in form asi dan tekno log i kom unikasi terutama dengan keberadaan kelompok pro merdeka di Negeri Kanguru itu Namun hubungan an tam eg ara bukan hanya ditentukan oleh pemerintah melainkan juga oleh masyarakat (people to people relations) yang selama ini sudah teijalin erat

Namun Pemerintah Indonesia pun harus mampu membuktikan bahwa Papua tidak akan lagi menjadi ldquodaerah tertinggalrdquo di Indonesia Kondisi riil di Papua harus dimengerti secara benar baik oleh pemerintah (pusat dan daerah) masyarakat Papua dan pebinis (asing) Ketiga aktor utama tersebut harus membuka komunikasi secara reguler untuk membicarakan masalah-masalah yang berpotensi menimbulkan konflik baru di Papua Peran MRP dapat dilibatkan dalam proses kom unikasi m engenai problem - problem yang ada dan berkembang di Papua E fektivitas MRP m erupakan salah satu indikator keberhasilan penerapan otonomi khusus di Papua

P erbedaan pem aham an dan kepentingan antara Pemerintah (pro-NKRI) dan M asyarakat Papua (pro-m erdeka) janganlah dipertentangkan terus-menerus melainkan harus dicari alasan setiap pihak mengapa mereka sampai pada posisi yang ekstrem itu Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan m eningkatkan komunikasi yang intensif misalnya melalui dialog Selanjutnya persoalan di Papua harus dapat diselesaikan secara damai karena selain akan m erugikan posisi dan citra politik Indonesia di tingkat internasional juga akan semakin sulit mencegah campur tangan pihak asing dalam persoalan domestik Indonesia di Papua Sebagai contoh rancangan undang- undang (bill) - HR 2601 yang dikeluarkan oleh Kongres AS adalah satu bukti adanya kepentingan negara adidaya itu di Papua Rancangan undang-undang (RUU) tersebut an tara la in m enyinggung m engenai keabsahan P epera m asalah HAM

62

demiliterisasi kerusakan lingkungan hidup dan pelaksanaan otonomi khusus di Papua

D engan dem ikian kem am puan diplomasi Indonesia sangat menentukan tingkat keberhasilan penyelesaian masalah internal terutam a dengan m enjelaskan persoalan sesungguhnya termasuk persoalan politik dan ekonomi di Papua Selanjutnya Pemerintah Indonesia ldquomengajakrdquo pihak internasional untuk membantu Indonesia dalam m enciptakan peace and order di daerah-daerah kon flik di Indonesia Bagaimanapun keamanan dan stabilitas domestik Indonesia akan berpengaruh pada keam anan dan s tab ilita s reg ional dan internasional termasuk bagi kepentingan ekonomi Australia

Suasana politik dan keamanan di Indonesia khususnya di Papua akan selalu berpo tensi m engundang perhatian in ternasional U ntuk itu Pem erin tah Indonesia dituntut untuk dapat mengatasi setiap persoalan yang terjadi terutama akibat pecahnya konflik kekerasan Terbengkalainya penyelesaian masalah-masalah yang muncul pada masa pascakonflik seperti masalah pengungsi dan pem berdayaan ekonomi rakyat akan kian mempersulit pemerintah

Kemerdekaan Papua tentu sangat tidak d iharapkan m eskipun dem ikian skenario terburuk tetap harus diperhitungkan Tanpa kesungguhan dalam berdiplomasi dan koordinasi yang terpadu di antara institusi pemerintahan di Jakarta maka tidak mustahil Papua akan menjadi Timor Timur kedua Hubungan dengan negara-negara asing terutama yang berdekatan secara geografis harus diperbaiki dan dijaga agar dapat mendatangkan manfaat yang maksimal bagi Indonesia khususnya hubungan dengan Australia

Daftar Pustaka

Aryani Gusti NC 13 April 2006 ldquoPoliticalAsylum between Rights and CoveringNuancerdquo httpwwwantaracoiden

Astbury Sid 10 April 2006 ldquoPapua Snaps Australia-Indonesia Happy Spellrdquo http n e w s m o n s t e r s a n d e r i t i c s c o m asiapacificcprinter_1153987php

E lisabeth Adriana dkk 2004 P eran dan Kepentingan Para Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

Elisabeth Adriana dkk 2005 Agenda amp Potensi Damai di Papua Jakarta LIPI Press

Elisabeth Adriana 2 April 2006 ldquoPemerintah Australia Tidak S en sitifrsquo Wawancara dengan Suara Merdeka

Fitzpatrick Stephen dan Cath Hart 18 April 2006 ldquoD o n rsquot Toy With Us Indonesian Presidentrdquo The Australian

Fitzpatrick Stephen 19 April 2006 ldquoUN Raises Concems Over Asylum Policyrdquo http w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191885679200html

Head Mike 4 April 2006 ldquoTensions Between Australia and Indonesia over asylum for Papuan A ctiv istsrdquo httpw sw sorg articles2006papu-a04_pmshtml

h t t p e n w i k i n e w s o r g w i k i _ 4 2 _ W e s t _ P a p u a n _ a s y l u m _ seekers_get_temporary_Australian_visas (24 Maret 2006) ldquo42 West Papuan A sylum Seekers Get Temporary Australian Visasrdquo

httpkomunitaspapuacommodulesphpop= modloadampname=Newsampfile=articleamp sid=923ampPOSTNUKESID=15166c280923fe 193ca7f3834baa0 24 Maret 2006 ldquoDibal ik Pemberian Suaka Politik Terhadap Orang Papuardquo

httpnewsmonstersanderiticscomasiapacificc printer_l 156274php 18 April 2006 ldquoAutralian Premier Stands Firm on Indonesian Refugeesrdquo

httpnewsmonstersanderiticscomasiapacificc pr i nt er l 156595php 19 April 2006 ldquoAustralians Belie Canberrarsquos Support for Indonesian Unityrdquo

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau newsnewsitems 7 April 2006 ldquoIndonesia Welcomes Australian Review o f Asylum Seeker Processrdquo

63

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau newsitem 9 April 2006 ldquoGovt Criticised Over H andling o f Papuan A sylum Seekersrdquo

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau pm 13 April 2006 ldquoPM -Indonesia W elcom es M oving A sylum Seekers Offshorerdquo

h t t p s i e v x c o m a r t i c l e s w e s t p a p u a 20060409NationalInteresthtml 9 April 2006 Transcript ldquoAustralia on Papuardquo

httpwwwantaracoid 2006 ldquoDefence Minister Call For Transparency o f NGOSrdquo

httpwwwantaracoidenseenwsid=2699530 Januari 2006 ldquoAustralia Belum Buat Keputusan Terkait Suaka 43 Warga Papuardquo

httpwwwantaracoidenseenwsid=l 123412 April 2006 ldquoAustralia Should Back Papua Autonomy to Head O ff Crisis Analystsrdquo

httpwwwadnkicomprintPopUpphploid=80284053004 5 April 2006 ldquoIndonesia-Australia More Papuan Refugees More Tensionrdquo

httpwwwapoorgau 13 April 2006 ldquoInstitute for Social Research Swinburne University o f Technologyrdquo

h t t p w w w c h i l o u t o r g i n f o r m a t i o n west_papuanshtml 22 Maret 2006 ldquoWest Papuansrdquo

httpwwwcsutexasedu ldquoStatement o f Aimsrdquo

httpwwwdetiknewscom 2006 ldquoSBY Telpon Howard Soal Suaka Politik Warga Papuardquo

httpwwwkapanlagieomh000111539_printhtml (2006) ldquoDPD-RI Bentuk Pansus Bahas Persoalan di Papuardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191873983700html 7 April 2006 ldquoLabor Backs Papua Stancerdquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18882084 00html 21 April 2006 ldquoPNG Mum Not Back in Indonesiardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18884766 00htm l 21 April 2006 ldquoTalks Underway in Indonesiardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18922550 00html 25 April 2006 ldquoU phold R ights Indonesians Urgedrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4213 2006 ldquoWest Papua Australia Wams Off West Papuan Refugeesrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4263 2006 ldquoWest Papua Australia Toughtens Asylum Rulesrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amppar=42176 2006 ldquoWest Papua Papuan Refugees Highlight Struggle for Independencerdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4287 2006 ldquoWest Papua International Focus on New West Papua Refugee Bidrdquo

httpwwwwestpapuanet 2000 ldquoAustralian NGOs Support Separatism in Papuardquo

httpwwwwestpapuanetnews ldquoAustralia Indonesia Wins Multibillion Chinese LNG Contractsrdquo

In stitu te f o r S o cia l R esearch Swinburne University o f Technology 13 April 2006 wwwapoorgau

Kompas 2006 ldquoLSM Waspadai Sikap Australiardquo

_________ 6 April 2006 ldquoAustralia CenderungMemperoleh Informasi Sepihakrdquo

_________ 6 April 2006 ldquoIndonesia TinjauHubungan dengan Australiardquo

_________6 April 2006 ldquoHoward Jejak PendapatBukan Sikap Rakyat Australiardquo

L ipu tan6 SCTV 10 April 2006 ldquoAustralia Bimbang Mencabut Visa Pencari Suakardquo

_________ 10 April 2006 ldquoPresiden YudhoyonoM engingatkan Soal Toleransi antar Negarardquo

________ 12 April 2006 ldquoNettle Tak MendukungGerakan Separatis Papuardquo

64

________ 21 April 2006 ldquoMenlu Bertemu UtusanPM Australiardquo

Leggatt Johanna 21 April 2006 ldquoAustralia Caved in on Papua H audenrdquo httpw w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191888259300html

Media Indonesia Online 8 April 2006 ldquoIndonesia Tunggu Penjelasan Resmi dari Australiardquo

Pilger John 9 Maret 2006 ldquoThe Secret War Against the Defenseless People o f West Papuardquo TruthoutPerspective

Piliang Indra J 29 Maret 2006 ldquoJalan Bisu Papuardquo httpw w w infopapuacom modulesphpop=modloadampname=Newsamp file=articleampsid=3969ampmode=threadamp order= 0ampthold=0

Raiston Nick 19 April 2006 ldquoPapua Rift Needs Serious Diplomacyrdquo The Australian

Ramelan Rahardi 12 April 2006 ldquoMenyikapi Australia 1999 dan 2 0 0 6 rdquo http wwwicmiorid

Rayfield Alex 20 Mei 2004 ldquoAustralia amp West Papuardquo ZNetActivism

Republika 24 Januari 2006 ldquoRI Telah Identifikasi 43 Warga Papua Pencari Suaka Politik di Australiardquo

Riyanto Geger 3 April 2006 ldquoPapua dan Pragmatisme Australiardquo dalam PikiranRakyat

Sheehan Paul 23 April 2006 ldquoIndonesia is Right to be Wary o f Australian Supporters if Papuan Independencerdquo Sidney Morning Herald

Suara Pem baruan D aily 21 Januari 2006 ldquoAustralia Merahasiakan Identitas 43 Warga Papuardquo

__________27 Januari 2006 ldquoPemberian SuakaPolitik Tak Mudah Berpotensi Timbulkan Konflik Bilateralrdquo

__________ 6 April 2006 ldquoSelesaikan MasalahPapua Secara A rifrsquo

The Australian 18 April 2006 ldquoPM Rules Out Jakarta Apologyrdquo

_________26 April 2006 ldquoEnvoyrsquos IndonesianVisit lsquoUsefulrdquo

The Guardian 12 April 2006 ldquoAustralia Howard Government A ttackes West Papuan Independencerdquo httppoliticalaffairsnet

Tobing Maruli 24 April 2006 ldquoPolitik Bermuka Dua Negara Tetanggardquo dalam Kompas

Walters Patrick and Davis Nason 13 April 2006 ldquoPrime M inister Slams Door on Boatpeoplerdquo The Austalian

Wanggai Velix 29 Maret 2006 ldquoKemesraan Cepat Berlalurdquo Republika Online

6 5

DEMOKRATISASI PARTAI DAN DILEMA SISTEM KEPARTAIAN DI INDONESIA

Svamsuddin Haris

Abstract

Politicalparties are integralpart o f process of democratization in Indonesia But rather be the solution of the problem in democratization o f the country Indonesian political parties are still part o f the problem The paper is aim to identify problem o f the parties in Indonesia and the party system The paper describes that the parties have at leastfour shortcomings as its basicproblem ie institutionalproblem leadershipproblem structural problem and ideological problem This paper argues that to make political parties become the solution ofpolitical problem in Indonesia it has to be modernized In the context o f revision o f Decree o f Political Party the party system has to be fitted in with other system in Indonesian political system The choice is not only to choose between multi-party or bi-party system but to choose the system that coherence with the whole political system in Indonesia

Pengantar

Tak seorang pun membantah bahwa partai politik merupakan salah satu pilar dan institusi demokrasi yang

penting selain lembaga parlemen pemilihan umum eksekutif yudikatif dan pers yang bebas Melalui fungsi tradisionalnya dalam partisipasi politik kom unikasi politik sosialisasi politik artikulasi dan agregasi kepentingan bahkan sebagai m ediator konflik partai adalah ldquojem batanrdquo antara rakyat dan pemerintah Namun demikian tidak semua partai politik bisa memberikan kontribusi p o s itif bagi perkem bangan demokrasi Samuel P Huntington misalnya menggarisbawahi bahwa hanya partai-partai yang kuat dan terinstitusionalisasi yang menjanjikan terbangunnya demokrasi yang lebih baik

Makalah ini telah dipaparkan pada Seminar Nasional Mencari Format Baru Pemilu dalam Rangka Penyempurnaan Undang-Undang Bidang PolitikrdquoHotel Borobudur Jakarta 10 Mei 2006

rsquo Penulis adalah Peneliti Utama pada Bidang Penelitian Politik Nasional P2P LIPI Jakarta

1 Huntington Political Order in Changing Societies New Haven and London Yale University Press 1968

Oleh karena itu hal yang tidak mengherankan di negara-negara demokrasi yang relatif baru adalah bahwa partai-partai lebih m erupakan ldquobebanrdquo atau masalah ketimbang inisiator bagi solusi permasalahan rakyat Diakui atau tidak partai-partai yang lebih merupakan ldquomasalahrdquo ketimbang solusi itu pula yang tengah dialami Indonesia dalam era transisi demokrasi pascarezim otoriter O rde Baru S inyalem en Transparency International bahw a partai m erupakan institusi terkorup di Indonesia dan parpol (politisi) sebagai aktor terkorup 1 2 je las mengindikasikan hal itu Begitu pula jika dilihat tingkat kepercayaan atas partai politik yang ternyata paling rendah dibandingkan kepercayaan terhadap militer pemerintah (pusat dan daerah) sistem hukum kepolisian dan parlemen3 Indikasi yang sama dapat

2 Lihat ldquoCatatan Akhir Tahun ICW Pemberantasan Korupsi 2005rdquo dalam wwwantikorupsiorg

3 Dikutip dari Riswandha Imawan ldquoBirokrasi Politik dan Perilaku Korupsirdquo makalah dalam Seminar NasionalXXAIPI di Medan tanggal 3 -4 Mei 2006 hal 6

6 7

ditemukan baik dari terungkapnya berbagai kasus penyalahgunaan dana APBD oleh para politisi partai di DPRD maupun persepsi umum masyarakat tentang kinerja partai- partai pasca-Orde Baru yang tidak lebih baik dari periode sebelumnya4

Mengapa partai-partai masih lebih merupakan masalah ketimbang solusi Apa yang salah pada partai-partai dan sistem kepartaian di Indonesia pasca-Soeharto Reformasi institusional semacam apa yang diperlukan untuk membangun partai dan sistem kepartaian yang lebih aspiratif akuntabel serta menghasilkan demokrasi yang produktif

Dalam kaitan itu tulisan pendek ini m encoba m engidentifikasi problem atik partai-partai dan sistem kepartaian dan atas dasar itu menawarkan sejumlah gagasan pembaharuan partai menuju suatu sistem keparta ian yang d iharapkan dapat m em berikan k o n tribusi bagi c ita -c ita keadilan dan demokrasi di satu pihak dan kesejahteraan rakyat di pihak lain

Dilema Partai dan Sistem Kepartaian

Secara historis partai-partai politik di Indonesia sebenarnya lahir tumbuh dan besar bersam aan dengan pertum buhan identitas keindonesiaan pada awal abad ke- 20 Meskipun menjadi wadah aspirasi dari kelompok dan atau golongan ideologis yang berbeda-beda partai-partai pada era kolonial turut memberikan kontribusi bagi pencarian sekaligus ldquopenemuanrdquo identitas keindonesiashyan yang mendasari pembentukan republik Sebagian besar pendiri bangsa seperti HOS Tjokroam inoto Tjipto M angunkusumo Soekarno dan Hatta adalah juga pendiri sekaligus pemimpin partai pada zamannya

4 Lihat misalnya hasil-hasil penelitian Pusat Penelitian Politik LIPI di antaranya Lili Romli (Ed) Potret Partai Politik Pasca-Orde Baru Jakarta P2P-LIPI 2003 Syamsuddin Haris (Ed) Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Jakarta Gramedia 2005 serta juga berbagai hasil survei dan polling seperti yang dilakukan oleh LP3ES LSI dan Litbang Kompas

Walaupun demikian ketika Indonesia benar-benar merdeka dari kekuasaan kolonial pada 1945 hal ini segera pula disadari bahwa terdapat perbedaan-perbedaan mendasar di antara para founding fathers tentang arah sistem kepartaian Hal itu tampak jelas tatkala gagasan Soekarno tentang suatu partai negara yang bersifa t tunggal di baw ah sistem pemerintahan presidensial ternyata hanya seumur jagung karena dengan keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945mdash yang ditandatangani Wakil Presiden M oham m ad H atta dan b eris i anjuran pembentukan partai-partaimdashharus digantikan oleh suatu sistem multipartai di bawah sistem pemerintahan parlementer

M eskipun pada akhirnya sistem multipartai menjadi realitas politik pada era Demokrasi Parlementer namun kehadiran partai dan bahkan pemerintahan partai-partai yang menjadi ciri era ini ternyata tidak begitu d isukai o leh Soekarno dan ten tara Pemerintahan hasil Pemilu 1955 yang semula diharapkan dapat menjadi solusi berbagai konflik ideologis gejolak daerah dan aneka persoalan politik serta ekonomi lainnya pada akhirnya kandas dan berumur tak sampai setahun Terlepas dari cerita sukses di balik penyelenggaraan Pem ilu 1955 dan juga produktivitas DPR dalam menghasilkan UU partai-partai dan sistem m ultipartai era Demokrasi Parlementer sebenarnya sejak awal telah mewarisi berbagai kelemahan struktural mulai dari tradisi konflik tidak adanya d is ip lin o rgan isasi e litis kepemimpinan yang cenderung personal kecenderungan pemimpin-pemimpin partai yang hanya m au ben ar send iri dan kesenjangan yang besar antara elite partai dan massa pendukungnya di tingkat bawah5 Selain itu bagi umumnya partai-partai ideo log i leb ih berfungsi untukmengintegrasikan massa pendukung partai

5 Tentang partai-partai era Demokrasi Parlementer lihatmisalnya Herbert Feith The Decline o f ConstitutionalDemocracy in Indonesia Ithaca NY Comell ModemIndonesia Project 1962 juga Feith Pemilihan Umum1955 Jakarta Penerbit Kompas 1999

6 8

kelangsungan kekuasaan pribadi dan vested interest kelompok akhirnya mengalahkan komitmen mereka terhadap ideologi Pada akhirnya kepentingan pribadi dan kelompok itulah yang menjadi ldquoideologirdquo para politisi partai kita dewasa ini Sementara itu dalam konteks taktik dan strategi pada umumnya parta i-p a rta i te rperangkap upaya memperjuangkan jabatan-jabatan publik ketim bang perjuangan m em enangkan kebijakan publik10

Sementara itu fungsi pendidikan politik bagi masyarakat hampir tidak pernah disentuh dan menjadi agenda partai-partai politik Sebaliknya partai-partai politik kita cenderung bersembunyi di balik baju yang bersifat ideologis di belakang kharisma pribadi para elitenya serta di balik isu-isu besar yang tak pernah diterjemahkan secara kontekstual-operasional Sebagai akibatnya kompetisi partai-partai cenderung lebih bersifa t fisik (m elalu i kem am puan pengerahan massa mobilisasi simbol-simbol dan sejenisnya) ketimbang kompetisi atas dasar keunggulan visi platform dan program politik

Ironisnya hampir tidak ada upaya serius para pem im pin parta i pada era reformasi dewasa ini untuk membenahi diri Para politisi partai justru makin melestarikan problem atik struktural partai-partai dan ldquomenikmatirdquo situasi tidak sehat tersebut demi kelangsungan kekuasaan pribadi dan atau kelompok Kecenderungan serupa tampak pula dalam konteks sistem kepartaian sehingga tidak jelas arah dan formatnyamdash kecuali sekadar banyak dari segi jumlahmdash apakah koheren dengan pilihan terhadap sistem pemerintahan sistem perwakilan dan sistem pemilu Hampir tidak pernah ada perdebatan serius di kalangan elite partai- partai di DPR ke mana sesungguhnya arah sistem kepartaian kita pasca-Orde Baru sehingga yang muncul kemudian adalah UU No 2 Tahun 1999 dan UU No 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik yang tidak visioner dan

10 Arbi Sanit ldquoPerubahan Mendasarrdquo hal 20mdash 23

cenderung m em biarkan parta i-p a rta i merumuskan dirinya sendiri

Menuju Pelembagaan dan Demokratisasi Partai

Sebagai organisasi modem partai- parta i sudah ten tu d itu n tu t untuk m engem bangkan etika berpartai secara modem pula Hal ini termasuk di dalamnya etika kepemimpinan yang demokratis dan kolegial etika berorganisasi atas dasar distribusi kekuasaan yang terdiferensiasi dan etika pertanggungjawaban secara publik yang sem uanya dilem bagakan m elalui mekanisme internal partai yang disepakati bersam a M elalu i pelem bagaan etika berpartai semacam itu partai-partai tidak hanya diharapkan menjadi wadah pendidikan politik dan pembentukan kepemimpinan tetapi juga bisa menjadi basis sekaligus fondasi bagi pelembagaan demokrasi ke arah yang lebih substansial

Potret buram partai-partai dan sistem kepartaian tidak akan pemah berubah apabila tidak ada upaya serius untuk mengubahnya menjadi lebih baik Dalam hubungan ini paling kurang tiga jalur dapat ditempuh untuk m engubah p a rta i-p a rta i dan sistem kepartaian yaitu ja lu r masyarakat jalur institusional dan jalur partai itu sendiri- dalam arti kesadaran para politisi untuk m engubah dirinya sendiri Pengalam an selama ini menunjukkan bahwa hampir tidak ada harapan jika kita menunggu datangnya inisiatif perubahan dari partai Oleh karena itu gabungan jalur masyarakat dan jalur institusional tampaknya tetap merupakan a lte rn a tif te rb a ik un tuk ldquom em aksardquo berlangsungnya perubahan mendasar atas partai-partai kita

M elalui ja lu r m asyarakat partai- partai dan para po litis i secara berkala diseleksi dipilih (kembali) atau ldquodihukumrdquo mdash tidak dipilihmdashdalam pemilihan umum Selain itu berbagai elemen masyarakat juga dapat mendesakkan reformasi institusional atas partai-partai terutama melalui perangkat

7 0

regu lasi yang dapat m endorong dan memfasilitasi partai-partai ke arah format yang d ikehendaki o leh sebuah sistem demokrasi yang sehat Urgensi perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik pada umumnya dan UU Partai Politik pada khususnya terletak di sini

Oleh karena itu urgensinya paling kurang terwujud pada dua konteks penting pem baharuan UU Partai Politik yakni pertam a terbentuknya sebuah UU yang dapat m endorong mdash dan kalau perlu mewajibkanmdashpartai-partai untuk mengubah karakter internalnya sehingga terwujud partai-partai yang demokratis dan terlembaga (institutionalized) Konteks kedua dari urgensi pem baharuan UU Partai Politik adalah terciptanya sebuah UU yang bukan hanya menjadi dasar bagi pem bentukan sistem kepartaian yang dianggap tepat bagi Indonesia m elainkan ju g a m em ilik i koherensi dengan sistem pem erintahan sistem perwakilan dan sistem pemilu yang berlaku

B erkaitan dengan pelem bagaan partai Huntington mengidentifikasi empat aspek yang bisa digunakan untuk menilai

Tabel 1 Aspek-aspek Institusionalisasi Partai

apakah sebuah organisasi termasuk partai politik telah terinstitusionalisasi atau tidak Aspek-aspek itu menurut Huntington adalah adaptability complexity autonomy dan coherence Tentang institusionalisasi secara sederhana H untington m erum uskannya ldquoInstitutionalization is the process by which organizations and procedures acquire value and stabilityrdquo11 Sedikit berbeda dengan itu Randall dan Svasand mengatakan bahwa institusionalisasi partai mencakup dimensi internal dan eksternal yang mencakup empat elem en ya itu systemness decisional autonomy value infusion dan reification2 Sementara itu Netherlands Institute for Multiparty Democracy (IMD) merumuskan lima aspek pelembagaan partai yang saling terkait yaitu pengem bangan demokrasi internal keutuhan internal identitas politik (ideologi) ketangguhan organisasi dan kapasitas berkampanye13

Dalam konteks Indonesia pasca- Soeharto aspek-aspek institusionalisasi partai baik yang dikemukakan Huntington Randall dan Svasand serta IMD jelas tetap re levan jik a d ihubungkan dengan problematik struktural partai yang sudah

Sum ber A spek-aspek institusionalisasi partaiHuntington (19 68 ) Adaptability

Com plexityAutonom yC oherence

Randall dan Svasand (2 0 0 2 ) Structural-internal -gt system ness Structural-external -gt decisional autonom y Attitudinal-internal -gt value infusion Attitudinal-external -gt reification

IM D (2 0 0 6 ) Dem okrasi internal Keutuhan internal Identitas politik (ideologi) Ketangguhan organisasi Kapasitas berkam panye

Sumber Randall dan Svasand (2002) dan IMD (2006)

Huntington Political Order hal 1212 Lihat Vicky Randall dan Lars Svasand ldquoParty

Institutionalization in New Democraciesrdquo dalam Party Politics Vol 8 No 1 2002 hal 13

13 IMD Suatu Kerangka Kerja Pengembangan Partai Politik yang Demokratis 2006 hal 12mdash 15

71

terwariskan sejak era 1950-an Hanya saja jika kita belajar dari pengalaman jatuh- bangunnya partai-partai sejak awal abad ke- 20 aspek kepemimpinan agaknya kurang ditekankan di dalam tiga perspektif yang dikutip di atas M em ang benar bahw a kepemimpinan personal dan kepemimpinan oligarkis bisa dipandang sebagai by product dari partai-partai yang tidak demokratis dan tidak terlembaga Akan tetapi perubahan m endasar te rhadap p a rta i-p a rta i k ita barangkali tidak akan pernah terjadi tanpa dukungan dan in is ia tif perubahan yang datang dari pemimpin-pemimpin partai yang memiliki komitmen demokratis pula

Mencari Model Sistem Kepartaian

Pembicaraan dan juga praktik tentang sistem kepartaian di Indonesia hampir selalu terjebak pada diskusi mengenai pencarian jum lah partai Ketika Soekarno akhirnya ldquomenguburrdquo partai-partai yang berkuasa pada era Demokrasi Parlementer salah satu upaya pertam a yang d ilakukannya adalah penyederhanaan partai dari segi jumlah dari 28 parta i o rgan isasi kelom pok dan perorangan yang memperoleh kursi dalam Pemilu 1955 menjadi sekitar 10 partai Partai Masyumi dan PSI yang dianggap turut terlibat dalam pem beron takan daerah serta merintangi jalannya ldquorevolusi yang belum selesairdquo disingkirkan dari panggung politik nasional di era D em okrasi Terpim pin sementara PKI dan partai-partai loyalis lainnya dirangkul

Penyederhanaan serupa diperkuat dan makin dipertajam oleh rezim Orde Baru m elalui kebijakan fusi (penggabungan) partai-partai pada 1973 dari sepuluh partai (termasuk Sekber Golkar) kontestan Pemilu 1971 menjadi hanya tiga partai politik -PPP PDI dan Golkar (yang tak pernah mau disebut sebagai partai) Setelah Soeharto dan Orde Baru tumbang menjelang Pemilu 1999 muncul 148 partai (48 di antaranya ikut pemilu) dan menjelang Pemilu 2004 tercatat 261 partai terdaftar di Departemen Hukum

dan HAM meskipun hanya 24 partai saja yang m em enuhi syarat sebagai peserta pemilu14

Apakah sistem kepartaian hanya berkaitan dengan soal jumlah partai belaka Teoritisi klasik seperti Maurice Duverger (1954) m em ang cenderung m engshyklasifikasikan tipe sistem kepartaian atas dasar jum lah Duverger m isalnya memshybedakan sistem kepartaian atas sistem dua parta i dan sistem m ultiparta i Nam un demikian berbeda dengan Duverger RobertA Dahi cenderung mengidentifikasi sistem kepartaian atas dasar tingkat kompetisi dan oposisinya di dalam serta terhadap struktur politik yang berlaku Terlepas dari jumlahnya D ahi m em bedakan em pat tipe sistem kepartaian yaitu (1) yang bersifat persaingan sepenuhnya (2) bekerja sam a bersifat persaingan (3) saling bergabung bersifat persaingan dan (4) saling bergabung sepenuhnya (Dahi 1966)

Sementara itu Jean Blondel Stein Rokkan dan Sartori selain menggunakan variabel jum lah untuk m engidentifikasi sistem kepartaian namun juga menambahkan variabel-variabel lainnya seperti ldquoukuran re la tifrsquo dari partai-partai (Blondel 1968) distribusi kekuatan minoritas di dalam partai (Rokkan 1968) dan variabel jarak ideologis antarpartai di dalam sistem kepartaian (Sartori 1976)15 Berbagai variabel tambahan tersebut menghasilkan varian atau tipe sistem kepartaian yang berbeda dan beraneka ragam sesuai dengan titik tekan sifat persaingan

14 Tentang profil partai-partai peserta Pemilu 2004 lihat Partai-Partai Politik Indonesia Ideologi dan Program 2004mdash 2009 Jakarta Penerbit Buku Kompas 2004 Dari 261 partai politik yang terdaftar di Dephukham tersebut selain 24 partai lolos sebagai peserta pemilu selebihnya mencakup 26 partai yang tidak lolos verifikasi oleh KPU 153 partai yang dibatalkan sebagai badan hukum dan 58 partai lainnya dinyatakan tidak memenuhi persyaratan UU Partai Politik No 31 tahun 2002

15 Selanjutnya lihat Peter Mair ldquoParty Systems and Structures o f Competitionrdquo dalam Lawrence LeDuc Richard GNiem i dan Pippa Norris (Eds) Comparing D em ocracies E lections and Voting in G lobal Perspective California Sage Publication Inc 1996

7 2

kecenderungan ideo log is po la re lasi antarpartai dan karakter partai-partai yang saling berinteraksi tersebut

Pertanyaannya kem udian sistem kepartaian seperti apa yang dianggap tepat bagi bangsa Indonesia dalam pengertian tak hanya koheren dengan pilihan terhadap sistem pemerintahan dan sistem perwakilan serta sistem pemilihan melainkan juga dapat m em berikan kon tribusi bagi c ita -c ita keadilan dem okrasi dan kesejahteraan rakyat

Apabila disepakati bahwa semangat sistem pemerintahan yang dikehendaki oleh UUD 1945 hasil amandemen adalah sistem presidensial maka semestinya berlaku pula sistem perw ak ilan b ikam eral sebagai konsekuensi logisnya Sebagai konsekuensi logis beriku tnya adalah bahw a sistem perw akilan b ikam eral m engharuskan berlakunya sistem pemilu distrik dan sistem distrik meniscayakan diterapkannya sistem dua-partai Praktik dem okrasi Am erika Serikat hampir selalu dirujuk sebagai contoh terbaik koherensi an tara sistem pemerintahan sistem perwakilan sistem pemilihan dan sistem kepartaian seperti ini

Tabel 2 Berbagai Tipe Sistem Kepartaian

Namun demikian hal itu tidak berarti pula bahwa model serupa benar-benar tepat bagi kebutuhan dan kondisi objektif bangsa Indonesia Pilihan terhadap sistem pemilu d is trik dan sistem d u a-parta i sebagai konsekuensi berikut dari pilihan atas sistem pemerintahan dan perwakilan tidak harus dipandang sebagai satu-satunya alternatif dalam rangka membangun demokrasi dan tata pemerintahan yang stabil efektif dan produktif Pengalam an sejum lah negara dem okrasi yang m engadopsi cam puran antara sistem distrik dan sistem proporsional serta relatif banyaknya perspektif teoritis tentang sistem kepartaian seperti dikutip di atas barangkali bisa membawa kita pada alternatif pilihan yang tidak sekadar hitam- putih Artinya meskipun koherensi antara sistem pemerintahan sistem perwakilan sistem pemilihan dan sistem kepartaian merupakan acuan dasar yang penting namun pilihan terhadap sistem pemilihan dan sistem kepartaian bisa saja berbeda atau sedikit menyimpang dari ldquokeharusanrdquo teoritis seperti dikemukakan di atas

Author Principal Criteria for Classification Principal Types of Party System Identified

Duverger (1954) Numbers of parties Two-party systems Multlparty systems

Dahi (1966) Competitiveness of opposition Strickly competitive Cooperative-competitive Coalescent-competitive Strickly coalescent

Blondel (1968) Numbers of parties Relative size of parties

Two-party systems Two-and-a-half-party systems Multiparty systems with one dominant partyMultiparty systems without dominant party

Rokkan (1968) Numbers of partiesLikelihood of single-party majoritiesDistribution of minority partystrengths

The British-German ldquo1 vs 1 + 1rdquo system The Scandinavian ldquo1 vs 3-4 system Even multiparty systems ldquo1 vs 1 vs 1 + 2-3rdquo

Sartori (1976) Numbers of parties Ideological distance

Two-party systems Moderate pluralism Polarized pluralism Predominant-party systems

Sumber Peter Mair ldquoParty Systemsrdquo dalam LeDuc Niemi dan Norris 1996 hal 86

7 3

Faktor sejarah keterbelahan kultural perpecahan politik disparitas demografis dan sensitivitas isu mayoritas-minoritas adalah variabel-variabel penting lain yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan pilihan terhadap sistem pemilihan dan sistem kepartaian Begitu pula keterbelakangan sosia l-ekonom i tidak adanya trad isi konsensus dan belum terbangunnya kultur liberal adalah variabel-variabel yang tak kalah pentingnya berkaitan dengan pilihan terhadap sistem pem ilihan dan sistem kepartaian Kegagalan sistem presidensial di sejumlah negara Amerika Latin antara lain disebabkan karena terabaikannya berbagai faktor objektif yang bersifat lokal tersebut16

O leh karena itu dalam konteks Indonesia m odel sistem m ultiparta i sederhana dengan dua parta i dom inan barangkali bisa m enjadi a lte rn a tif jik a diasumsikan bahwa pilihan terhadap sistem pemilu pun kelak akan bergerak dari sistem proporsional terbuka (sepenuhnya) untuk jangka pendek dan gabungan sistem distrik dan proporsional untuk jangka menengah dan panjang Namun demikian untuk sampai kepada sistem ldquomultipartai sederhana dengan dua partai dominanrdquo tersebut jelas tetap diperlukan reform asi institusional yang bersifat mendasar atas partai-partai politik sehingga watak dan karakternya pun secara berangsur-angsur dapat didorong untuk berubah

Arah dan Cakupan Revisi UU Partai Politik

S eperti te lah d ikem ukakansebelum nya urgensi rev isi ataupenyempurnaan UU bidang politik pada um um nya dan UU Partai P o litik pada khususnya bukan hanya dalam rangka

16 Tentang kritik terhadap sistem presidensial dan juga parlementer lihat misalnya Richard Gunther ldquoOpening a D ialogue on Institutional C hoice in Indonesia Presidential Parliamentary and Semipresidential System srdquo dalam R William Liddle ed Crafting Indonesian Democracy Bandung Mizan 2001 hal 149-178

menciptakan tata pemerintahan yang lebih efektif dan stabil melainkan juga dalam upaya menghasilkan demokrasi yang lebih produktif Bagaimanapun institusi-institusi dem okrasi seperti parta i po litik dan pemilihan umum tidaklah diciptakan untuk dan demi demokrasi itu sendiri tetapi justru sebagai alat untuk mewujudkan cita-cita keadilan dan kesejahteraan rakyat Dalam kaitan ini partai-partai yang bekerja dan terlembaga (institutionalized) dalam suatu sistem kepartaian yang efektif dengan tingkat fragm entasi sedang leb ih d iperlukan ketim bang p a rta i-p a rta i yang tidak terlembaga dalam suatu sistem kepartaian dengan tingkat fragmentasi tinggi seperti berlaku pasca-Orde Baru

Tingkat fragmentasi partai adalah produk dari pilihan terhadap sistem pemilu Seperti diketahui sistem distrik (first-pas- the-post) cenderung menghasilkan sistem kepartaian yang jauh lebih sederhana dengan dua parta i u tam a sedangkan sistem proporsional cenderung menghasilkan sistem multipartai Apabila sistem distrik dianggap rentan bagi bangsa Indonesia yang multietnik dan m u ltik u ltu ra l serta cenderung mengancam keberadaan golongan minoritas maka mekanisme koalisi bisa menjadi jalan keluar untuk menghindari sistem multipartai dengan tingkat fragm entasi yang terlalu tinggi Mekanisme koalisi yang terbentuk secara relatif permanen dapat mendorong terbentuknya budaya konsensus yang sangat diperlukan bagi efektivitas dan stabilitas pemerintahan Selain itu melalui mekanisme koalisi pa rta i-p a rta i kecil yang gagal memenuhi ketentuan electoral threshold tidak harus memaksakan diri untuk rdquolahir kembalirdquo dalam pemilu berikutnya tetapi cukup bergabung dengan partai besar yang dianggap dekat secara ideologis

Selain mekanisme koalisi tingkat fragm entasi pa rta i yang tingg i dapat dikurangi pula melalui pengaturan electoral threshold yang relatif tinggi dibandingkan yang telah berlaku dalam UU Pemilu No 12

7 4

Tahun 2003 Pengenaan electoral threshold yang tinggi m em ang tidak o tom atis m engurangi nafsurdquo elite politik untuk m em bentuk parta i baru pada pem ilu berikutnya namun setidak-tidaknya jumlah partai baru yang benar-benar baru ataupun partai lama yang rdquodipermakrdquo menjadi baru tidak akan sebanyak jika batasan electoral threshold terlalu rendah seperti dianut UU Pemilu yang berlaku dewasa ini

Berkaitan dengan upaya meningkatshykan demokratisasi internal sudah waktunya sebagian kewenangan partai tingkat pusat d idesentralisasikan ke tingkat w ilayah (provinsi) dan cabang-cabang (kabupaten kota) parta i di daerah D esen tra lisasi kekuasaan partai ini tidak hanya penting dalam hubungannya dengan upaya meningkatkan kapasitas dan kemandirian elite politik lokal melainkan juga dalam rangka m endukung agenda nasional desentralisasi dan otonomi daerah Dalam konteks pencalonan anggota leg is la tif misalnya otonomi partai di tingkat daerah dalam penen tuan caleg berpeluang mendorong para kandidat lebih bertanggung jaw ab di daerah pem ilihannya m asing- masing

Selain berbagai usulan perubahan di atas pembaharuan partai mestinya juga berkaitan dengan pengatu ran orm as onderbouw sistem keanggotaan dan pengkaderan yang lebih jelas pengaturan pendanaan partai yang lebih transparan dan akuntabel akomodasi keberadaan partai lokal serta penguatan keterwakilan kaum perempuan dalam kepengurusan partai

Dengan demikian arah revisi UU Partai P o litik m encakup sekurang- kurangnyabull Pertama penyempurnaan regulasi yang

dapat m endorong parta i-p a rta i m em perkuat kapasitas kelem bagaan ketangguhan o rgan isasi keutuhan internal penguatan identitas atau ideologi politik serta demokratisasi internal

bull Kedua penyempurnaan regulasi yang memfasilitasi berlangsungnya mekanisshy

me kerja sama dan koalisi antarpartai sehingga mengurangi niat elite politik membentuk partai baru setiap kali pemilu akan berlangsung

bull Ketiga penyempurnaan regulasi dalam kerangka membangun sistem multipartai kompetitif-sederhana melalui ketentuan electoral threshold yang relatif tinggi

bull Keempat penyempurnaan regulasi dalam rangka m engakom odasi keberadaan partai-partai lokal sebagai kontestan pemilu daerah dan partai-partai nasional sebagai kontestan pemilu nasional dan pemilu daerah

bull Kelima penyempurnaan regulasi dalam rangka desentralisasi kekuasaan partai di satu pihak dan penguatan kedaulatan anggota partai di pihak lain

Penutup

Terlepas dari pandangan setuju atau tidak setuju terhadap berbagai gagasan dan usu lan reform asi keparta ian yang dikemukakan di atas namun pesan utama yang ingin disampaikan melalui makalah pendek ini adalah pertam a penataan kehidupan politik ke depan hendaknya lebih terarah konsepsional dan konsisten sehingga perubahan yang bersifat tambal-sulam bisa dihindari Kedua setiap pilihan terhadap perubahan politik hampir pasti membawa dampak dan risiko politik Oleh karena itu hal ini diperlukan suatu desain besar yang bersifat komprehensif dan koheren tentang arah penataan kehidupan politik sehingga dampak dan risikonya bisa diperhitungkan serta diantisipasi lebih dini Ketiga dalam konteks perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik desain besar serupa d iperlukan agar p ilihan atas sistem kepartaian misalnya koheren dengan pilihan atas sistem pemilu sistem perwakilan serta sistem pemerintahan kendati penting juga untuk segera dicatat bahwa koherensi tidak selalu bisa menjamin bahwa setiap pilihan benar-benar sesuai dengan kebutuhan objektif bangsa kita

7 5

Lampiran

Beberapa Usulan Revisi UU Partai Politik)

Materiisu Praktik Problematik Ideal Usulan PerbaikanSistemkepartaian

Partai m assa multipartai

Tidak disiplin kesulitan dana konflik internal

Multipartai dengan dua partai dominan

Penyederhanaan partai m elalui koalisi perm anen atau pemilu sistem distrik

Partai pesertapemiluberikutnya

Mem enuhi electoral threshold 3

Kekuatan di parlem en tidak signifikan untuk kem enangan politik

Multipartaisederhana

Perlu peningkatan electora l threshold m enjadi 5 -10

Struktur danorganisasikepartaian

Sentralistik Tidak demokratis Desentralisasi Perlu desentralisasi partai nasional Pem bentukan partai lokal

Onderbouwpartai

Tidak diatur tapi setiap partai memiliki organisasi onderbouw

Responsibilitas dan akuntabilitas ormas onderbouw rentan

Pem isahan antara politica l soclety dengan clv il society

Perlu diatur dalam UU pem bedaan antara orm as pada um um nya dan onderbouw partai khususnya

Sistemkeanggotaan

Terlalu longgar dan bersifat pasif

Tidak disiplin jum lah anggota partai tidak jelas

Keanggotaan partai terdata dgn jelas dan bersifat aktif

Keanggotaan partai terdataPeningkatan kualitas keanggotaan partai

Kepengurusanpartai

Tidakprofesionalkarenaperangkapanjabatan partaidan jabatanpublik

Kinerja partai tidak efektif akibat konflik kepentingan

Jabatan di partai dan jabatan publik mestinya bersifat profesional

Perlu ada larangan perangkapan jabatan partai dan jabatan publik

Keuanganpartai

Sum berpenggunaan dan pelaporan tidak transparan

Manipulasi dana publik

Transparansidanakuntabilitas

Perlu pengaturan transparansi dan akuntabilitas partai lebih

Koalisi partai Tidak ada dlm regulasi tapi ada dlm praktek

Instabilitas daninefektifitaspemerintahan

Tradisi koalisi terlem baga

Perlu pengaturan tentang koalisi

Ideologi partai Partai dengan banyak ideologi

Am bivalensi dan manipulasi ideologi visi dan platform partai tidak jelas

Satu partai satu ideologi

Regulasi perlu m em bedakan ideologi negara dengan ideologi partai

Partai nasional dan partai lokal

T idak diatur Tidak ada payung hukum bagi partai lokal di Aceh

Pem ilu nasional diikuti partai nasional pemilu daerah diikuti partai nasional dan partai lokal

Perlu diatur dalam regulasi klasifikasi partai nasional dan partai lokal

) Keterangan M atriks revisi UU Partai Politik ini adalah salah satu produk tim Pusat Penelitian Politik LIPI selain matriks revisi UU bidang politik lainnya (UU Pem ilu UU Pilpres UU Susduk UU Pem da) dalam rangka

perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik m enjelang Pem ilu 2009

7 6

R e su m e

MERENTAS JALAN PANJANG PERDAMAIANNEGARA amp MASYARAKAT DALAM RESOLUSI KONFLIK

Syafuan Rozi

Abstract

H orizontal conflicts that occured in Central Sulawesi Maluku and North Maluku have caused more than f iv e thousands casualties and more than f iv e hundred thousands IDPs in North Sulawesi The conflict has segregated the society into separa ted communities that live base on religion Islam and Christian Research on anatomy o f violence in Indonesia has show ed a great developm ent since 1990s The research was only focu sed on dominant actors and groups The research seldom included religious leaders local leader and youth leader neither had it involved IDPs as research object Therefore this research suggests a developm ent o f people economic model that create cooperation between each members o f society The model itselfcan generatefam ily base economic empowerments thatprom ote communalization am ongand intra-society Base on that idea fo lksfestiva l been held periodically with each villages can produce its special craft andproduct F o lk rsquos fes tiva l can act as peacem aker in annihilating reason fo r conflict Local wisdom such as panas pela hibualam o need to be introduced arnong generations o f people

Pendahuluan

Keterlibatan negara dan masyarakat dalam resolusi konflik di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara

relatif beragam sesuai keadaan setempat saat darurat militer darurat sipil dan tertib sipil Untuk kasus Poso di Sulteng sampai tahun 2006 (era Presiden SBY) daerah ini masih m engalam i kondisi pem bunuhan penembakan dan pengeboman sporadis Daerah ini pun masih ada gejala weak state (lemah) atau failure state (gagal) de-eskalasi konflik di Poso Langkah perlucutan senjata dan penghentian kekerasan tampaknya relatif belum berhasil dituntaskan Kondisi Ambon Maluku pun awalnya demikian Bila ditinjau

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Syafuan Rozi (koordinator) Dhuroruddin Mashad Emilia Yustiningrum Moch Nurhasim Tri Ratnawati Heru Cahyono dan Septi Satriani dengan fokus kasus Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara

Penulis adalah peneliti pada Bidang Penelitian Politik Nasional P2P LIPI Jakarta

dari tahapan resolusi konflik kondisi Ambon saat ini masih dalam tahap persiapan untuk menuju peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Beberapa indikator kondisi konflik masih belum sepenuhnya menuju ke arah peace building karena tahap intervensi konflik masih terlalu banyak persoalan untuk bisa dilalui

Penelitian ini mengkaji keterlibatan negara dan masyarakat dalam proses resolusi konflik dan bagaimana pola hubungan negara dan masyarakat yang berlangsung dalam resolusi konflik tersebut Data menunjukkan resolusi konflik baru melewati de-eskalasi konflik untuk kasus Poso (Sulteng) dan tahap intervensi kemanusiaan untuk kasus Ambon di Maluku (Temate Tidore Jailolo Tobelo) dan di Maluku Utara Walaupun begitu suatu program sudah mulai diletakkan sebagai dasar bagi tahap problem solving orientation dan peace building dengan indikasi d ih idupkan kem bali adat dan ikatan

7 7

persaudaran (hibuolamo panas-pela baku- bae Sintuwu Maroso) Masalah relokasi pengungsi trauma healing pascakonflik dan pem berdayaan ekonom i lokal belum mencapai titik yang menggembirakan1

Catatan Penyembuhan Luka Bangsa

Terjadinya konflik horizontal di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara telah berdampak lebih kurang lima ribuan orang meninggal dunia dan sekitar lima ratus ribu orang menjadi pengungsi ke Sulawesi U tara dan sekitarnya K onflik itu telah membelah masyarakat (segregasi pemukimshyan) menjadi komunitas yang tinggal berpisah mengelompok berdasarkan agama Islam dan K risten P en e litian ten tang anatom i kekerasan di Indonesia telah mengalami banyak perkembangan sejak tahun 1990 S tudi-studi yang pernah d ilakukan sebelum nya m enunjukkan bahw a penanganan konflik di daerah-daerah yang dilanda konflik horizontal memperlihatkan kecenderungan yang masih elitis dengan keterlibatan aktor atau kelompok dominan tertentu saja dengan tidak m elibatkan masyarakat (tokoh adat tokoh agama tokoh muda laki-perempuan para pengungsi) yang justru paling menderita akibat konflik

Konflik Poso umpamanya terlalu kompleks jika dianalisis hanya berdasar urutan peristiwa mengingat intensitas dan ekstensitas wilayah dan pelaku konflik antarperistiwa memperlihatkan perbedaan sangat mendasar Pada konflik Desember 1998 dan April 2000 intensitas dan wilayah konflik sangat terbatas di sebagian kecil kecamatan kota Namun mulai bulan M ei- 1

1 Lemahnya koordinasi dan strategi dalam penanganan konflik dengan alasan bahwa TNI dan Polri takut dianggap melanggar hukum dan HAM Faktor ini menandai bahwa Indonesia belum memiliki ldquotoolsrdquo atau perangkat hukum dan operasional yang mengatur bagaimana TNI dan Polri difungsikan untuk melakukan pengamanan konflik Akibatnya aparat keamanan kurang maksimal berperan dan kelihatan tidak profesional sebagai syarat untuk melakukan de-eskalasi konflik dalampengertian membuka jalan bagi adanya perdamaian

Juni 2000 d ilan ju tk an Juli 2001 dan November-Desember 2001 konflik menjadi sangat akut di Poso dan mengarah pada upaya menihilkan eksistensi lawan terlihat dari realitas korban tanpa pandang bulu termasuk perempuan dan anak-anak Telah terbangun solidaritas kelompok secara tegas melalui ideologisasi konflik berdasar isu agama dan etnisitas sehingga konflik menjadi bersifat sangat in tensif (kekerasan dan korban) dan ekstensif (wilayah dan pelaku)

Sementara konflik yang meletus di Maluku Utara 1999-2000 dapat dikatakan merupakan dampak atau rentetan konflik yang sebelumnya pecah di Ambon Kecuali itu pembentukan dan pemekaran kecamatan Malifut turut memiliki andil dalam memicu konflik karena kebijakan tersebut telah m enim bulkan ke tidaksenangan dari masyarakat suku Kao (beragama Kristen) yang merupakan penduduk asli terhadap suku M akian (beragam a Islam ) yang pendatang Kerusuhan horizontal yang telah menjadi pertempuran massal ini memakan korban jiw a sangat besar K onflik berlangsung secara bergelombang dengan identitas agama yang kuat Pelajaran dari kebijakan pemekaran wilayah di saat negara melemah (weak state) ini menjadi mahal Kegagalan ldquopem biaranrdquo dan kelemahan negara dalam melakukan de-eskalasi konflik perlucutan senjata penegakan hukum mengawal akuntabilitas dana intervensi kemanusian untuk tidak dikorupsi membuat peran negara yang baik dalam resolusi konflik cenderung belum mudah untuk dicapai

Di Poso sejak awal konflik meletus tahun 1998 sebagian besar elem en masyarakat telah secara mandiri membangun in is ia tif untuk m engakhiri konflik dan berusaha mencegah terjadinya konflik yang lebih besar Para tokoh dua kom unitas mengadakan pertemuan Tagolu dan sepakat untuk berusaha menghentikan konflik dan bersam a-sam a m em berantas penjualan minuman keras yang mereka nilai sebagai

7 8

ldquobiang-kerokrdquo penyulut konflik Namun provokasi dari yang berkepentingan bagi terjadinya konflik (conflict by design) lebih in ten s if d iso sia lisasik an di lapangan sehingga hal itu termentahkan dan berulang Mengimbangi provokasi ini ada sebanyak 129 tokoh masyarakat dan tokoh agama antikonflik mengadakan kesepakatan Poso tanggal 8 Januari 1999 Mereka menyerukan agar masyarakat menghentikan segala bentuk perselisihan Bahkan pertemuan tersebut ju g a m enyepakati un tuk m enyerukan pengadilan bagi penggerak kerusuhan di Poso

Namun akar problematika Poso tidak tersentuh dalam kesepakatan bahkan oleh kebijakan negara dalam mencegah konflik yang lebih luas Akibat realitas ini konflik laten masih mengkristal dan mereka yang berkepen tingan terus m em provokasi m asyarakat m elalui celah berbagai isu Herman Parimo hanyalah satu dari aktor yang muncul ke permukaan tetapi aktor-aktor di belakang layar masih tetap melanjutkan ldquokasak-kusukrdquo Sekecil apa pun persoalan yang terjadi hal ini terlalu gampang di-blow- up sebab sentimen komunitas keagamaan sudah te rlan ju r d ijad ikan a la t dalam mengeksploitasi konflik2

2 Melihat realitas bahwa konflik antarkomunitas keagamaan ini terlalu mudah disulut suatu inisiatif yang bersifat mikro memang ada untuk mencegah melebarnya konflik ke wilayah mereka Salah satunya adalah Kesepakatan Tokorondo antara kepala Desa Tokorondo (Muslim) dengan kepala Desa Masani (Kristen) pada tanggal 25 Mei 2000 Mereka sepakat untuk saling melindungi kedua desa bila salah satu diserang Namun kesepakatan tersebut tidak mampu menahan gempuran provokasi Warga Desa Masani (Kristen) tidak mampu membantu membendung serangan ke Desa Tokorondo 27-28 Mei 2000 Kesepakatan mikro lintas komunitas Islam-Kristen telah dihancurkan oleh kekuatan lain (massa) dari luar kedua desa yang akhirnya memaksa mereka terlibat atau setidaknya kena imbas dari konflik Upaya-upaya damai skala mikro memang banyak dilakukan tetapi tak mampu bertahan dari pemaksaan pelibatan konflik oleh massa yang terprovokasi Bahkan pada Mei -Juni 2000 konflik mencapai puncak eskalasi baik dari segi wilayah konflik jumlah pelaku konflik maupun dari segi korban kekerasan Dalam konteks ini sesuatu telah terjadi dengan apa yang disebut tragedi kemanusiaan di Poso Solidaritas lintas wilayah mulai bermunculan dan segi ideologis konflik telah mengkristal Di kalangan Kristen solidaritas ini meliputi Laskar Manguni Laskar Kristen dan lain-lain yang tak teridentifikasi Di kalangan Islam sejak Juni 2001 hal ini berkenaan dengan kedatangan pendukung dari orang-orang yang tergabung dalam Laskar Jihad

N am un elem en-elem en pro- perdamaian di lingkungan masyarakat tidak putus harapan Inisiatif tetap bermunculan Rujuk Sintuwu Maroso yang dihadiri tokoh adat dari 13 kecamatan yang ada di Poso merupakan contohnya Jadi hal ini berbeda dengan inisiatif-inisiatif kesepakatan yang lebih dipijakkan pada perspektif komunitas keagam aan sehingga basis pesertanya m ewakili dua kom unitas agama Islam - K risten Pada R ujuk Sintuw u M aroso pijakannya berada pada perspektif adat Bahkan untuk menekankan perspektif adat kesepakatan pun dirumuskan dalam bahasa lokal Pamona Namun inisiatif penyelesaian konflik melalui pendekatan adat ini ternyata tak mampu menghentikan kekerasan Ketika realitas konflik lebih diideologisasi secara kental oleh isu kom unitas keagam aan pendekatan kultural dalam situasi konflik yang masih berada pada puncak eskalasi menjadi tidak terlalu berarti

Ketika Deklarasi Malino (Desember 2001) dikumandangkan dan ternyata berhasil menjadi momentum bagi terjadinya de- eskalasi konflik upaya-upaya damai yang digerakkan oleh inisiatif masyarakat baru memperlihatkan efektivitasnya Di berbagai tempat dilakukan inisiatif perdamaian yang dilakukan atas inisiatif masyarakat meski berbagai kegiatan itu memang bermuara pada upaya mengimplementasikan kesepakatan Malino Kegiatan-kegiatan yang berasal dari akar rumput ini meliputi bermacam-macam kegiatan mulai dari pertandingan olah raga kesenian maupun berbagai kegiatan kultural Kriesberg berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat interaksi dan saling-ketergantungan antara pihak-pihak yang tadinya berkonflik akan semakin membatasi munculnya konflik baru M unculnya saling pengertian dan berkembangnya norma-norma bersama juga akan dapat mencegah konflik3 Pendapat tersebut senada dengan Asutosh Varshney

3 Louis Kriesberg Constructive Conflicts From Escalationto Resolution (Maryland Rowman and Littlefield Publisher Inc 2003) hlm 384

7 9

yang mempelajari konflik antara penganut Islam dan H indu di India V arshney m engatakan bahw a ik a tan p erta lian hubungan antara etnispemeluk agama yang berbeda dapat mencegah konflik4

Civil society (CS) kemudian cukup berperan dalam membuka ruang publik dan interaksi sosial yang re la tif ink lusif di A m bon K hususnya kelom pok LSM akademisi dan tokoh-tokoh agamaadat tokoh masyarakat yang berorientasi dan berinteraksi lintas agamasuku sejak awal m unculnya konflik h ingga de-eskalasi konflik dan rekonsiliasi lewat panas pela bisa sangat berperan Pembukaan dan perluasan ruang-ruang publik public spaces) dalam rangka saling berbaikan (baku bae) seperti pasar-pasar terminal-terminal kantor-kantor pem erintah lapangangedung olahraga sekolah-sekolah di Ambon Maluku yang saat ini bisa diakses baik oleh kelompok Islam maupun Kristen -d i tempat-tempat tersebut mereka tidak lagi eksklusif tapi mulai mencairrelatif inklusif- sebelumnya cukup banyak d ifa s ilita s i o leh LSM (term asuk dengan dukungan LSM in ternasional) dan para tokoh lokal Pem erin tah (pusat dan daerah) ikut membantu inisiatif tersebut sehingga nampak di sini adanya sinergi dari pelbagai kekuatan (negara dan masyarakat) Adanya relasi yang signifikan antara hadirnya public space dengan mencaimyameningkatnya interaksi sosial lintas agamasuku di Ambon tersebut menunjukkan kebenaran teori Kriesbeg dan Varshney

Bila ditinjau dari tahapan resolusi konflik kondisi Am bon saat ini sudah m encapai tahap peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Disebut ldquoawalrdquo karena segregasi tempat tinggal berdasarkan agam a m asih sangat terasa Segregasi pemukiman bisa pula dilihat sebagai salah satu upaya jangka pendek untuk mendukung

4 Asutosh Varshney Ethnic Conflict and Civic Life Hindus and Muslim in India ( New York Yale University Press 2002) hlm 363

resolusi konflik itu sendiri Hal ini mengingat secara h is to ris m ulai zam an kolonial Belanda masyarakat Ambon Islam-Kristen telah ldquoterbiasardquo hidup terpisah berdasarkan pem ilahan agam a (w arisan keb ijakan diskriminatif dan devide et impera Belanda di M aluku)5 Nam un untuk ke depan m asyarakat A m bon yang ideal adalah masyarakat yang plural dan demokratis yang diikat oleh kearifan lokal yang mereka bangun Masyarakat Ambon saat ini terlihat te lah m em ilik i sem acam daya tahan (resilience) terhadap provokasi Kondisi ini lahir antara lain karena difasilitasi dengan kinerja aparat pemerintah (TNIPolri dan pemda) yang semakin profesional dan mulai adanya usaha-usaha penegakan hukum6

Bila dibandingkan dengan Ambon dan Poso wilayah Maluku Utara melewati proses resolusi konflik yang lebih cepat kendati proses menuju perdamaian sejati tetap harus dilaksanakan secara perlahan Proses resolusi konfliknya ditandai dengan relatif kuatnya dukungan masyarakat kepada negara dan p ihak yang m engupayakan perdamaian ditambah lagi sikap terbuka pemangku adat dan agama terhadap konsep perdamaian yang dimotori oleh militer dan pem erin tah Di Ja ilo lo m asyarakat menyambut baik pembentukan Tim 30 yang cenderung diprakarsai oleh pihak militer Begitu pula di Tobelo masyarakat merespons positif prosesi awal penjemputan pengungsi Muslim yang diprakarsai oleh pemerintah daerah

Hasilnya terlihat dengan jelas di Tobelo Resolusi konflik tergolong beijalan dengan cepat padahal pada kenyataannya Tobelo (dan juga Galela) merupakan wilayah

5 Richard Chauvel Nationalists Soldiers and Separatists (Leiden KITLV Press 1990)

6 Pemilu leg isla tif 2004 dan pilpres langsung telahberlangsung dengan sukses di Ambon Hasil pemilu tersebut juga bisa dipandang sebagai bentuk lain dari resolusi konflik Hal ini merupakan langkah awal penciptaan kestabilan baru dan demokratisasi di daerah bekas konflik tersebut Pilkades juga telah berlangsung di beberapa tempat di Pulau Ambon dan Lease (Maluku Tengah)

8 0

konflik terpanas Faktor terpenting yang membuat proses perdamaian di Maluku Utara berbeda dan lebih maju dibandingkan dengan di Ambon dan di Poso ialah menyangkut struktur sosial masyarakat setempat di mana antara Muslim dan Nasrani praktis terdapat hubungan kekeluargaan dalam satu marga Hal ini terutama dijumpai di tiga wilayah yakni Tobelo-Jailolo-Bacan di mana di dalam satu marga ada yang beragama Islam dan ada yang Nasrani Walau agak kurang menonjol hubungan kekeluargaan marga antara yang M uslim dan N asrani juga terdapat di Galela dan Halmahera Barat7

P enelitian ini m enem ukan ada beberapa perbedaan yang cukup signifikan antara proses perdamaian di Jailolo Tobelo dan Temate Untuk wilayah Jailolo peran tokoh agama lebih sentral dibanding dengan tokoh adat Hal ini berbeda dengan di Tobelo yang peran tokoh adat justru lebih didengar karena pada dasarnya pemangku adat di Tobelo adalah wakil dari tokoh-tokoh agama dari kedua belah pihak Hal ini pun tercermin pada tradisi yang selama ini berkembang dan hidup di Tobelo di baw ah payung Hibualamo Perbedaan ini tidak m engherankan karena di Jailo lo tidak mengenal rumah besar yang dijadikan tempat pertem uan adat seperti H ibualam o sebagaimana dijumpai dan dipelihara di Tobelo Memang di Jailolo semacam rumah adat ada yang bernama Saboa tetapi rumah ini hanya ditemukan di kampung-kampung terutama yang beragama Nasrani Rumah Saboa tidak lebih hanya merupakan rumah adat kecil yang menaungi satu komunitas

7 Kesediaan secara ikhlas untuk melupakan dendam dan menerima kenyataan serta bersikap tidak lagi menoleh ke belakang membuat proses perdamaian di Maluku Utara cepat terwujud Di samping itu perasaan lelah berkonflik dan kesadaran bahwa tidak ada yang diuntungkan dengan konflik ini membuat mereka mau duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi untuk melaksanakan perdamaian Walau terdapat semacam rasa curiga dan kekhawatiran ketika pertama kali bertemu setelah peristiwa kerusuhan akan tetapi pada akhirnya mereka dapat saling menerima kembali

(Nasrani) saja8 Proses damai di Jailolo ditandai pula

dengan pembentukan Pasar Kaget Akadiri Jailolo Pasar sebagai transaksi pertukaran kebutuhan manusia secara tak disengaja justru mempercepat proses perdamaian di kalangan m asyarakat Jailolo Pasar ini awalnya hanya terbatas digunakan oleh pihak N asrani yang m em butuhkan kebutuhan pokok karena pasar resmi yang didirikan oleh pemerintah tidak beroperasi selama konflik terjadi Pasar yang terletak di kompleks asrama militer muncul pertama kali sekitar tahun 2002 sebagai jawaban akan kebutuhan para pengungsi akan bahan pokok Perlahan- lahan dengan semakin berkembangnya rasa aman dan kepercayaan yang timbul di antara kedua komunitas membuat pasar ini semakin ramai dan interaksi kedua komunitas semakin terjalin lancar

Proses resolusi konflik yang agak berbeda dapat dilihat di Tobelo Masyarakat Muslim dan non-Muslim Kecamatan Tobelo Halmahera Utara Maluku Utara akhirnya sepakat m engakhiri perm usuhan yang d iw ujudkan dalam dek larasi dam ai masyarakat pada 19 April 2001 di Lapangan A dat H ibualam o Perjan jian dam ai ini dimotori oleh 12 tokoh agama (6 orang wakil dari Nasrani dan 6 orang wakil dari Muslim) Inti dari deklarasi damai ini antara lain sepakat untuk menghentikan permusuhan tidak saling m enghina m elecehkan mempermalukan menghormati menjaga dan melindungi tempat ibadah dan umatnya serta

8 Peran yang sentral antara tokoh adat dan agama ini tidak kita temui pada proses perdamaian di Temate Temate merupakan ibu kota provinsi yang kontrol pemerintah (daerah dan pusat) cenderung dominan sehingga proses perdamaian cenderung lebih efektif dilaksanakan oleh pemerintah tanpa bantuan tokoh adat dan agama Peran yang seharusnya diemban oleh Sultan Temate sebagai sim bol pemersatu adat dan agama ternyata gagal disandang oleh Sultan Temate dalam menghadapi konflik di Maluku Utara pada waktu itu Hal ini dapat kita lihat pada waktu Sultan Temate gagal berdiri secara netral dalam kasus perebutan wilayah antara Kao dengan Malifut Sikap Sultan ini cenderung dibaca sebagai ketakutan Sultan akan kehilangan basis dukungantradisionalnya

S U

mengupayakan kehidupan yang harmonis serta tidak mengenang dan melupakan masa lalu serta tidak saling menyalahkan atau membenarkan diri dan orang lain9

Prospek Perdamaian di Tanah Bergolak

A Poso

Saat ini cenderung telah memasuki m asa rek o n silia si kon flik w alaupun pembunuhan sporadis masih teijadi Perang terbuka berskala besar sudah tidak ada lagi Momentum de-eskalasi terutama teijadi sejak disepakatinya deklarasi M alino Namun demikian dalam konstelasi kehidupan Poso ke jad ian yang berupa penem bakan pemboman dan juga kekerasan individual secara sporadis ternyata masih muncul Apa dan mengapa hal itu teijadi Apakah hal itu masih merupakan bagian perpanjangan dari konflik Untuk mendapatkan jawaban secara pasti hal ini terlalu sulit Sebab analisis yang muncul memang beraneka ragam Suatu analisis melontarkan tuduhan pada aparat keam anan yang d isebu t tidak re la membiarkan Poso menjadi aman kembali dan berusaha mempertahan status quo berupa Poso yang ldquoAman Tapi Mencekamrdquo (ATM) sehingga proyek ldquokeamananrdquo bagi Poso dapat terus dinikmati Namun analisis lain menilai kekerasan sporadis dapat pula dilakukan oleh para korban konflik Poso yang merasa tidak puas terhadap penanganan dan penegakan hukum pemerintah

K ekerasan sporad is dapat pula dianalisis sebagai sebuah rekayasa yang dilakukan oleh kelompok elite yang terancam oleh tangan-tangan hukum Di antara mereka terutama mencakup para pelaku penyimpangshyan dana bantuan yang disalurkan untuk

9 Mereka juga sepakat untuk tidak lagi menggunakan simbol agama apabila terjadi perkelahian antar penduduk sebaliknya saling menolong dan bekerja sama dalam mencari nafkah Deklarasi damai ini kemudian ditindaklanjuti melalui program pemulangan pengungsi Muslim Tobelo yang selama setahun terkatung-katung nasibnya di Temate ke Tobelo Ribuan pengungsi Muslim berasal dari Desa Gamsungi Guruwa Popilo dan Desa Luari lalu disambut oleh pihak sebelah (Kristen) di lapangan Hibualamo

membangun kembali Poso Sebagai upaya penyelamatan mereka melakukan berbagai langkah kekerasan un tuk m em ancing kembali teijadinya konflik antarkomunitas sehingga aparat akan lebih terkonsentrasi lagi menangani persoalan konflik10

B Ambon

Kurang maksimalnya peran negara dalam manajemen de-eskalasi konflik dan intervensi kemanusiaan di Ambon Maluku cenderung m erupakan kesalahan fatal Apalagi pemerintah daerah terkesan hanya menunggu program-program dan dana dari P em erin tah Pusat O leh karena itu penyelesaian konflik di Am bon dapat dikatakan masih ldquosetengah hatirdquo dan belum m enyentuh secara tun tas akar-akar masalahnya Namun di lain pihak suatu kesadaran di kalangan masyarakat Ambon (baik Islam maupun Kristen) telah tumbuh untuk berdamai dan hidup kembali secara normal karena ldquosudah lelahrdquo berperang Proses pem belajaran dari konflik telah mereka dapatkan sekarang sebagaimana pepatah mengatakan bahwa ldquomenang jadi arang kalah jadi aburdquo

Meskipun denyut kehidupan kota Ambon saat ini sudah semakin ldquonormalrdquo pemerintah tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya begitu saja Komitmen pemerintah untuk melaksanakan janji Inpres No62003 untuk m embantu pem bangunan kembali Ambon Maluku serta ikut menyelesaikan

10 Analisis lain memaparkan bahwa kekerasan teijadi sebagai perpanjangan dari dinamika politik lokal Jika di era sebelum konflik didominasi oleh kelompok Islam maka pada era pascakonflik yang teijadi justru sebaliknya yakni dominasi kelompok Nasrani Penjungkirbalikan penguasaan sumber-sumber politik teijadi terutama seiring dengan diberlakukannya kebijakan pemekaran daerah Poso sehingga mengubah komposisi kependudukan yang di era sistem politik berdasar pemilihan langsung sangat berimplikasi pada struktur penjabat di lingkungan legislatif dan eksekutif Memang pengalaman traumatis akibat konflik menyebabkan kedua kelompok sangat berhati-hati untuk mencegah meletusnya konflik yang baru Namun power sharing yang muncul di Poso ldquobarurdquo pascapemilu legislatif 2004 dan Pilkada Juni 2005 jika tidak dikelola sangat dengan mudah memunculkan konflik baru dengan substansi seperti yang lama

8 2

masalah pengungsi masalah kepemilikan tanah bangunan m antan pengungsi pengangguran dan penciptaan lapangan keija serta tugas pemda mewujudkan good local governance tidak bisa ditunda-tunda dalam rangka mengisi dan memelihara momentum rekonsiliasi Bila tidak stabilitas yang masih rapuh saat ini akan kembali hancur Isu ekonomi di Ambon saat ini cenderung telah m ulai m enggeser isu p o litik dan isu kekerasaan

C Maluku Utara

Masa depan perdamaian di Maluku Utara boleh dikatakan masih tetap terbuka Setelah hampir dua tahun saling bunuh telah m em buat m asyarakat le lah Sebagian pengungsi mulai kem bali ke desa yang mereka tinggalkan dan beberapa desa yang tercabik mulai m elakukan upaya-upaya pemulihan Kecuali Tidore di semua wilayah bekas konflik di Malut sebenarnya telah tercapai suatu po la pem ukim an yang memunculkan semacam pembauran relatif Setidaknya hal ini dilihat secara fisik di mana di dalam sebuah desa antara pemeluk Islam dan N asrani sudah dapat hidup berdampingan Pembauran secara fisik dalam pola pemukiman maupun di lingkungan kerja tesebut telah mendorong mulai terjalinnya kontak sosial dan komunikasi sosial yang lebih intens di antara Muslim dan Nasrani walaupun di sisi lain secara umum ada konfigurasi wilayah yang berubah

Perubahan konfigurasi dimaksud ialah kalau dulu konsentrasi pemukiman Nasrani dijumpai di Temate sebelah Utara dan atau di Indonesia di samping tentunya banyak terdapat di Halmahera Utara tetapi kini konfigurasinya berubah dan pusat pemukiman Nasrani berpindah dan lebih terkonsentrasi di Tobelo-Galela atau ke Jailolo Tobelo-Galela kini praktis lebih merupakan daerah yang didominasi oleh mayoritas penduduk Nasrani baik dilihat dari jumlah penduduk maupun penguasaan atas kehidupan ekonomi dan politik setempat Kecenderungan berbeda kita jumpai di Tidore kini Tidore menjadi semakin homogen dan mungkin menambah kesan eksklusif sebagai sebuah wilayah Muslim Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa sebagian besar warga Nasrani memilih tidak kembali ke Tidore karena masyarakat Nasrani Tidore kini terbuka peluang untuk kembali ke tempat yang dirasa lebih ldquonyamanrdquo yakni di Tobelo- Galela-Jailolo kendati di wilayah-wilayah itu antara Muslim dan Nasrani telah belajar untuk kembali hidup bersama secara berdampingan

Resolusi konflik merupakan suatu term ino log i ilm iah yang m enekankan kebutuhan untuk melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka dan membagi proses penyelesaian konflik dalam beberapa tahap sesuai dengan dinamika siklus konflik yakni tahapan de-eskalasi konflik dan intervensi kemanusian dan negosiasi politik Persiapan dan pelaksanaan tahapan problem-solving approach dan tahapan peace building di ketiga wilayah cenderung belum tercapai terutama untuk kasus Poso yang masih lsquojalan di tem p atrsquo pada tahap de-eskalasi dan intervensi keamanan

D alam kon teks te rten tu power sharing keterwakilan etnisitasagama selain kem am puan dalam penetapan bupati (pilkada) di Maluku dan Maluku Utara bisa jadi dianggap sebagai upaya problem-solving approach Upaya menghidupkan Hibualamo program untuk anak di daerah konflik LSM Save The Children di Halut model desa multikultural Wayame di Ambon program focal-point Depsos dan Depag Jembatan Perdam aian dan Forum K om unikasi A ntarum at Beragam a diharapkan bisa menjadi embrio tahapan peace building yang operasional dan berdam pak nyata di kemudian hari

Catatan Penutup

Keterlibatan negara dan masyarakat dalam proses resolusi konflik di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara relatif beragam sesuai keadaan setempat ketika mengalami status darurat militer darurat sipil dan tertib sipil Poso di Sulteng sampai tahun 2005 (era P residen SBY) masih m engalam i kond isi pem bunuhan penembakan dan pengeboman sporadis Hal ini menunjukkan masih ada gejala weak state (negara lemah) atau failure state (negara gagal) de-eskalasi konflik di Poso Langkah perlucu tan sen ja ta dan penghentian kekerasan tampaknya relatif belum berhasil d ilakukan A parat yang m estinya m em adam kan konflik pada aw alnya

8 3

cenderung tidak netra l atau berp ihak membela satu kelompok Bisnis persenjataan dan rasa aman cenderung terasa ada dan tiada Keadaan seolah-olah telah aman tetapi masih mencekam Entry-point pihak ketiga untuk mendamaikan masih belum berhasil

Kondisi Ambon Maluku pun awalnya demikian Bila ditinjau dari tahapan resolusi konflik kondisi pada saat penelitian dilakukan masih dalam tahap persiapan untuk menuju peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Beberapa indikator kondisi konflik masih belum sepenuhnya menuju ke arah peace building karena tahap intervensi konflik masih terlalu banyak persoalan Baru disebut ldquoawalrdquo karena pengaturan hubungan sosial dalam bentuk segregasi tempat tinggal berdasarkan agama masih sangat jelas dan kemampuan pelibatan untuk masuk lewat program rekonsiliasi relatif kurang berjalan maksimal dan dampaknya cenderung belum terlalu besar Namun segregasi tersebut bisa pula dilihat sebagai salah satu upaya jangka pendek untuk mendukung resolusi konflik itu sendiri12

Peran negara dan m asyarakat di Maluku Utara relatif berhasil dalam de- eskalasi konflik dan negosiasi perlucutan senjata re la tif berhasil di Kao Ternate Tidore Tobelo dan Jailolo Pendekatan budaya Hibualamo pun sudah dilakukan di

12 Suatu kecenderungan peralihan kekuasaan dari masa otoritarian dari Soeharto ke BJ Habibie membutuhkan adaptasi karena persoalan-persoalan krisis politik dan ekonomi yang mereka hadapi terlalu besar dengan kapasitas pemerintahan yang rendah dan legitimasi politik yang kurang Bahwasanya penanganan konflik diserahkan ldquosepenuhnyardquo kepada aparat keamanan dengan kontrol yang amat rendah Peran Pemerintah Pusat yang kurang maksimal dalam de-eskalasi konflik tidak ditopang oleh peran pemerintah daerah yang seharusnya dapat menjadi aktor implementasi atas kebijakan-kebijakan de-eskalasi konflik Namun peran ini tampaknya kurang dimaksimalkan karena koordinasi penanganan konflik dikendalikan oleh pihak militer Lemahnya koordinasi dan strategi dalam penanganan konflik dengan alasan bahwa TNI dan Polri takut dianggap melanggar hukum Faktor ini menandai bahwa Indonesia belum memiliki ldquotools of lawrdquo atau perangkat hukum yang mengatur bagaimana TNI dan Polri difungsikan untuk melakukan pengamanan konflik Akibatnya aparat keamanan kurang maksimal berperan dan kelihatan tidak profesional sebagai syarat untuk melakukan de-eskalasi konflik dalam pengertian membuka jalan bagi adanya perdamaian

Halmahera Utara Namun demikian hal ini menim bulkan m asalah dalam intervensi kemanusiaan yaitu penanganan relokasi dan rehabilitasi pengungsi Malut Malut dan Poso di Temate Manado dan Bitung belum tuntas walaupun status pengungsi dinyatakan sudah tidak ada lagi K ebijakan dan program pemberdayaan ekonomi transformasi skills oflife atau kemandirian untuk para pengungsi belum maksimal

Selanjutnya pola relasi masyarakat dan negara dalam tahap pertama dan kedua resolusi konflik bisa pula dijelaskan lebih mendalam dengan mengacu pada elaborasi teori Strategic Choices dari Sung Hee Kim dan kondisi lapangan di daerah13

K elim a indikator tersebut mulai tampak secara berangsur-angsur untuk kasus Ambon di Maluku dan Tobelo-Jailolo di Maluku Utara Untuk Poso Tidore Temate Bitung dan Manado berdasarkan temuan data peneliti di lapangan daerah-daerah itu m asih m engalam i berbagai m asalah pengelolaan pembenahan Desa Wayame di Ambon Maluku secara relatif tampaknya adalah sebuah contoh pelajaran model reso lu si konflik yang am at baik bagi pem erin tah dalam m engem bangkan kebijakan politik (stateplanning) khususnya penataan tata mang di daerah-daerah yang mengalami masalah segregasi sosial dan kependudukan K asus D esa W ayame cenderung m em ilik i ketahanan sosial terhadap konflik dan tidak terseret arus dahsyat konflik karena desa ini adalah sebuah desa yang multietnik dan multikultur serta multiagama Hal ini disebabkan adanya pengaturan dan kesepakatan hubungan sosial (regulate social relationships) M asyarakatnya yang berla tar belakang berbeda tetapi berpendidikan ternyata tidak terimbas oleh konflik yang terjadi Di desa ini konsep pembauran sosial teijadi melalui

13 Lihat Sung Hee Kim etal Sosial Conflict Escalation Stalemate Deescalation (Mc Graw-Hill 2nd Edition 1986) hlm 30

8 4

Tabel P o la H u bu ngan N eg a ra dan M asyarakat da lam R eso lu s i K o n flik

PeranNegara

PeranM asyarakat

Pola Hub Neg- Masy

Kecenderungan Status Daerah

Keterangan

Strong (kuat) Dominan

Strong (kuat) partis ipatif

Trust (saling percaya)

Dem okratis

Am bon Tobelo Ternate (era tertib sipil)

-P ow er sharing p ilkada- Segregasi jk pendek- Desa W ayam e dan kebangkitan H ibuolam o di Halut-Forum Kom unikasi Antar Umat -Jurnalism e damai

Strong (kuat) Dom inan

W eak (lemah) Subordinat

D is-trust (tdk sa ling percaya)

Elitis

Am bon (era darurat m iliter

dan sipil) T idore (era tertib

sipil)

- Segregasi pem ukim an -Kom unitas re la tif homogen

W eak(lemah)Failure(gagal)

Strong (kuat) trust (percaya)

Partis ipatif

D is tn is t (saling curiga)

Volountary (kem andirian)

Jailo lo (darurat m iliter darurat sipil dan tertib

sip il)

- Tentarapolis i m enghilang saat konflik pecah-E n try p o in t oleh TNI re la tif belum berhasil sam pai terbentuk Kelom pok 30 di Ja ilo lo- R e-segregasi re latif berhasil -M ental-healing belum tuntas -Program Jem batan Perdamaian

Weak(lemah)Failure

___(gaga)___

W eak (lemah) Subordinat

D istrust (saling curiga)

Om mision (kekosongan)

Poso Sulteng (Habibie Gus

Dur Mega SBY)

-Perlucutan senjata belum tuntas -P ow er sharing p ilkada belum m em buahkan rasa aman

Diolah dari mengelaborasi teori Joel Migdal oleh Syafuan Rozi amp Septi Satriani P2P LIPI Desember 2005

Catatan Indikator yang digunakan untuk mengukur kuat atau lemahnya peran negara dan masyarakat adalah kriteria1 Zearfersipkepemimpinan negara dan masyarakat2 Statepannmgperencanaan negara dan partisipasi masyarakat3 Capacities to penefrafekemampuan pelibatan untuk masuk (entry point)4 Regulate social relationshipspengaturan hubungan sosial5 Extract resources and appropriate or use resources in determined wayspengelolaan sumber daya yang langka dan

diperebutkan dalam bentuk keadilan dan sharing (berbagi)

interaksi sosial yang tidak bersifat simbolik tetapi lebih pada interaksi sosial yang semestinya Ketika konflik terjadi kesadaran tum buh di antara m ereka untuk saling berbagi menjaga dan melindungi di antara kedua komunitas Islam dan Kristen yang ada di sana (extract resources and appropriate or use resources in determined ways)

Kebangkitan budaya ldquorumah besarrdquo Hibuolamo dan power sharing Kristen-Islam dalam jabatan bupati hasil pilkada langsung di H alut pun b isa d ijad ikan m odel rekonsiliasi di Maluku Utara Hubungan negara dan masyarakat di Tobelo era tertib sipil misalnya cenderung berangsur menuju pola saling percaya (trust) Berikut ini bagan kecenderungan peran negara masyarakat dan pola hubungannya pada tahapan de- eskalasi dan intervensi kemanusiaan

Upaya-upaya pemulihan keamanan yang dilaksanakan oleh aparat keamanan di Poso cenderung menemui beberapa kendala Kendala pertama berkaitan dengan masih adanya dendam di kalangan para kelompok radikal Kelompok yang dimaksud adalah kelompok yang dulu pernah terlibat konflik dan juga dulu pernah m enjadi korban Kelompok ini tidak berada pada masyarakat secara um um nam un hanya pada sekelom pok kecil m asyarakat saja Kelompok ini umumnya bersikap pasif dan tidak mau bekerja sama dengan aparat keamanan dalam mencari pelaku

K endala yang kedua berkaitan dengan sistem kependudukan yang tidak diatur dengan baik Semenjak meletusnya konflik Poso hingga ke masa pascakonflik sistem kependudukan Poso belum ada penataan Pada saat terjadinya konflik

8 5

Tabel D ua Tahap R esolusi K onflik Peran dan H ubungan N egara-M asyarakat

TahapanResolusiKonflik

W ilayah State Position Society Position State-SocletyRelation

De-eskalasi Sulteng (Poso) Weak (lemah) Failure (gagal)

Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

ContendingMaluku (Ambon) Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

ContendingMaluku UtaraTobelo-Galela Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

Temate Weak (lemah) Failure (gagal)

Weak (lemah) Subordinat pasif

DiffusedDistrust (Kabur saling

curiga)

Jailolo Weak (lemah) Failure (gagal)

Weak (lemah) Subordinat pasif

DiffusedDistrust (Kabur saling

curiga)

Tidore Weak (lemah) Distrust Weak (lemah)

Subordinat pasif

DiffusedDistrust (saling curiga)

ContendingIntervensi kemanusiaan dan negosiasi

Sulteng (Poso) Weak (lemah) Failure (gagal)

Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

DiffusedDistrust (saling curiga)

Contendingpolitik Maluku (Ambon) Patronage

Menyediakan penengah (provide mediation) Trust

Semi-PartisipatifTrust

PyramidaiElitis

Problem Solving

Maluku UtaraTobelo-Galela Patronage

Menyediakan penengah (provide mediation) Trust

Mengangkat identitas bersama

(Foster shared identities)

Problem Solving

Temate Patronage Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

PyramidaiElitis

Jailolo Menyediakan penengah (provide

mediation)

Semi-Partisipatifinisiatif

Volountary(kemandirian)

Trust

Problem Solving

Tidore Patronage Weak (lemah)

Distrust salah satu pihakkeduanya

mengundurkan diri

PyramidaiElitis

Withdrawal

Diolah oleh Syafuan Rozi Emilia Yustiningrum amp Septi Satriani P2P LIPI Desember 2005Keterangan Trust = saling percaya Distrust = masih saling tidak percaya Contending = saling bersaing Problem Solving= sama-sama berupaya memecahkan masalah Yielding= sama-sama memberi konsensimengalah Withdrawal = salah satu pihak keduanya mengundurkan diri

86

beberapa kepala desa mengungsi ada pula yang te tap tinggal di w ilayah ini Permasalahan muncul ketika datangnya para pengungsi dari daerah lain yang menempati wilayah tersebut dan belum didaftar dengan baik Akibatnya orang menjadi sangat mudah masuk dan keluar dari wilayah Poso dan kesulitan dalam melacak pelaku bila teijadi kekerasan Sistem siskamling juga tidak dijalankan sehingga tidak bisa mendukung kinerja aparat keamanan14

Faktor trauma di kalangan anggota masyarakat masih begitu kuat karena konflik yang pemah teijadi Hancurnya sarana ibadah baik Muslim dan Kristen belum diperbaiki daerah kosong karena penduduknya yang mengungsi dan belum berani kembali ke tempat asal Selain itu hal ini berkenaan dengan m asalah hak-hak perdata m ilik pengungsi yang belum diperbaiki karena mereka yang mengungsi ini meninggalkan rumah dan tanah perkebunan sehingga pemilik tidak lagi menguasai rumah yang ditinggalkan dan lahan perkebunan yang telantar

Konflik yang berlangsung antara 1999-2000 telah mengubah pola hubungan konfigurasi etnik-agama di Maluku Utara Pusat pemukiman Nasrani kini cenderung lebih terkonsentrasi di Tobelo-Galela atau ke Jailolo baik dilihat dari jumlah penduduk maupun penguasaan atas kehidupan ekonomi dan politik setempat Kecenderungan berbeda kita jumpai di Tidore Kini Tidore menjadi semakin homogen dan mungkin menambah kesan eksklusif sebagai sebuah wilayah Muslim Dengan kata lain walaupun kalau dilihat dari pemukiman penduduk telah terjadi pembauran antara Muslim-Nasrani

14 Masih banyak sisa-sisa amunisi dan senjata api yang disimpan oleh masyarakat Senjata tersebut masih banyak yang disimpan meskipun sudah banyak juga yang telah diserahkan kepada aparat keamanan Aparat keamanan sendiri sudah berusaha memancing dengan pemberian hadiah-hadiah untuk anggota masyarakat yang bersedia menyerahkan senjatanya namun sebagian kelompok masyarakat ini tidak mau menyerahkan senjata mereka Kelompok ini masih memiliki ketakutan apabila nanti sewaktu-waktu diserang dan mereka tidak bisa membela diri

namun pascakonflik masyarakat berada pada titik di mana hubungan antara Islam-Kristen berupa saling menguatkan identitas ideologis masing-masing Kecenderungan demikian ten tu harus d ike lo la dengan baik dan d iperhatikan oleh pem erintah Hal ini disebabkan beberapa wilayah khususnya di Tobelo masih memperlihatkan kecenderungshyan tiap -tiap p ihak un tuk m enggalang kekuatan di bidang ekonomi dan politik

Tahapan rekonsialiasi di M aluku U tara akan terganggu b ila pem erintah m engabaikan un tuk m engem bangkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pascapengem balian ke daerah asal Pengungsi masih menginginkan program relokasi dan rumah tinggal tetap walaupun dengan program kredit murah Kerusuhan te lah m em buat lahan-lahan pertan ian perkebunan perikanan alat-alat produksi menjadi hancur sementara masyarakat masih mengandalkan mata pencahariannya dari sektor-sektor tersebut Pemerintah perlu memberi perhatian untuk pemberdayaan masyarakat agar bisa melanjutkan hidup misalnya untuk petani bagaimana pemerintah bisa membantu alat-alat pertanian dan alat- alat produksi Peran dan pola hubungan masyarakat dan negara yang semula kabur arogan dan kurang partisipatif (diffused elitis-pyramidal) bisa menimbulkan kendala dalam resolusi konflik di waktu mendatang15

15 Program intervensi kemanusiaan sebagai bagian resolusi konflik di Maluku Utara dan Maluku masih menghadapi kendala besar berhubung fakta adanya benang kusut masalah penanganan pengungsi di mana ribuan pengungsi masih tertahan di Kota Temate Banyak pengungsi belum menerima BBR (Biaya Bangun Rumah) dan bekal hidup Pengungsi sendiri menolak pulang bila BBR dan bekal hidup belum diberikan Kisruh masalah ini terkait erat dengan terjadinya banyak penyimpangan dan tidak seriusnya pemerintah daerah mdashdalam hal ini khususnya Dinas Sosial Provinsimdashdalam menangani program pemulangan pengungsi Penyimpangan yang banyak teijadi adalah akibat negara belum tegas dalam hukum dan tokoh pengungsi tidak dilibatkan secara partisipatif duduk satu meja membuat rencana ke depan dan membuka pendanaan yang transparan Alokasi dana pengungsi bagaikan sebuah bagi-bagi proyek di lapangan Begitu pula penanganan pengungsi di Ambon Maluku masih dalam keadaan yang relatif sama Butuh keseriusan dan koordinasi berbagai pihak yang lebih baik untuk kepentingan bersama

8 7

Usulan Rekomendasi

Ada beberapa langkah yang sebenarnya dapat dilakukan sebagai langkah awal m erentas ja lan pan jang perdam aian pascakonflik sebagai berikut

1) Pertama pembagian kekuasaan secara bergilir Sentimen perebutan jabatan politik birokrasi berdasar garis komunal mdash bagi daerah yang baru saja te rliba t konflik komunalmdash perlu segera diredam dengan power-sharing atau keterw akilan atau pergiliran etnisitas dalam kekuasaan Suatu kota yang m ayoritas didom inasi agama tertentu bisa saja pejabatpegawai yang diangkat sebagaim ana garis keagamaan penduduknya sedangkan yang seimbang perlu ada perimbangan dan pergiliran agar tidak terjadi eskalasi konflik Kedua peran pem erin tah daerah m em bangun early warning system menjadi penting karena berdasarkan pengalaman konflik yang pemah ada dan juga masih beragamnya potensi konflik yang bisa muncul bisa dideteksi lebih dini

2) Kasus desa Wayame Saparua Maluku cenderung bisa m enjadi sebuah contoh pelajaran model resolusi konflik yang baik bagi pemerintah dalam mengembangkan kebijakan politik khususnya penataan tata ruang di daerah-daerah yang mengalami masalah segregasi sosial dan kependudukan Desa Wayame memiliki ketahanan sosial terhadap konflik dan tidak terseret arus dahsyat konflik yang te rjad i karena m ultie tn ik dalam ku ltu r serta agam a penghuninya Di desa ini konsep pembauran sosial teijadi melalui interaksi-interaksi sosial yang tidak bersifat simbolik tetapi lebih pada interaksi sosial yang semestinya Ketika konflik terjadi kesadaran tumbuh di antara mereka untuk saling menjaga dan melindungi di antara kedua komunitas Islam dan Kristen yang ada di sana Kesadaran bukan tumbuh sesaat tetapi melalui proses interaksi sosial yang panjang Pendidikan menjadi salah satu

faktornya hanya dapat dibangun melalui penciptaan masyarakat yang membaur lewat pendidikan multikultural sebagai instrumen katalisator untuk saling menghormati

3) Perlu dibangun kesadaran masyarakat agar tidak mudah diprovokasi oleh pihak lain yang ingin mencari keuntungan sendiri di samping upaya penegakan hukum serta perlunya jaminan kesejahteraan bagi aparat keamanan agar tidak menyalahgunakan posisinya untuk kepentingan pribadi Di samping itu perlu juga dipikirkan kesejahteraan secara ekonomi masyarakat sebab kemiskinan merupakan ladang empuk bagi orang-orang yang tidak bertanggung jaw ab (provokator) untuk menjadikan mereka (orang-orang miskin tersebut) sebagai a lat pencapai tujuan provokator Program membangun Malut sebagai tujuan wisata memerlukan pelibatan masyarakat menyediakan penginapan home stay di rumah keluarga Untuk daya tariknya pemda dan masyarakat bersinergi membuat festival rakyat berkala dengan berbagai tema sentra kerajinan pasar seni pasar jajanan dan oleh-oleh budi daya hasil kelautan wisata dan olahraga bahari

4) Untuk menangani pengungsi kembalikan w ew enang kepengurusan pengungsi di tangan pemerintah daerah tingkat kabupaten dan d ihapus w ew enang p ihak ketiga (kontraktor) dalam hal ini melibatkan tokoh pengungsi sebagai team-work Pemberian dana bantuan BBR dan biaya lauk pauk agar bersam aan seh ingga dana yang sudah disalurkan tidak dialihkan untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari Hal ini memerlukan koordinasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten dalam hal data sehingga tidak ada lagi kesimpangsiuran di lapangan Kalau perlu masalah pengembalian pengungsi tidak hanya d ilakukan secara sepihak oleh pem erintah dan harus mulai melibatkan tokoh-tokoh masyarakat baik adat dan agama sehingga kem ungkinan m enjadikanpengungsi untuk komoditas dapat dihindari

8 8

Daftar Pustaka

Chauvel Richard 1990 Nationalists Soldiers and Separatists Leiden KITLV Press

Sung Hee Kim et al 1986 Sosial Conflict Escalation Stalemate Deescalation Mc Graw-Hill 2nd Edition

Kriesberg Louis 2003 Constructive Conflicts From Escalation to Resolution Maryland Rowman and Littlefield Publisher Inc

Varshney Asutosh 2002 Ethnic Conflict and Civic Life Hindus and Muslim in India New York Yale University Press

R esu m e

MINORITAS MUSLIM DI AUSTRALIA DAN INGGRIS

Indriana Kartini

Abstract

The w ar against terrorism has becom e the main topic and spread a ll over the w orld since the bombing o f WTC building in Septem ber 11 2001 The issue is that rather fighting terrorist as the actor o f terrorism the war is blured with fighting M oslem peop le as the most victim ized as the actor o f terrorism M oslem s in Australia and United Kingdom two countries that becom e close supporter o f USA in the w ar against terrorism has suffered o f negative pu blic perception It is interesting to analyse po licy in those two U S rsquo close allies The research that has been conduct com pares p o licy o f Australia and Britain after the bombing Im age o f M oslem community in those countries is shaped by the role o f mass media as the source o f opinion The w ar against terrorism has negative

effect that it is victimizing M oslem community as the source o f terror

Isu terorisme merebak ke penjuru dunia khususnya pascatragedi pengeboman WTC di New York pada 11 September

2001 Tujuan m endasar dari ldquoperang melawan terorismerdquo yang dikumandangkan Amerika Serikat menyusul peristiwa 11 September akhirnya menjadi kabur yakni antara memerangi terorisme atau memerangi Islam Penggalangan dukungan dari negara- negara lain yang diprakarsai AS untuk melakukan perang melawan terorisme lebih tampak sebagai penggalangan sikap untuk turut mencurigai setiap kelompok Muslim Oleh sebab itu sikap an ti-Islam yang diwujudkan melalui teror dan intimidasi terhadap kelom pok m inoritas M uslim m uncul di beberapa negara term asuk Australia dan Inggris khususnya mereka yang diduga mempunyai keterkaitan dengan jaringan teroris internasional

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Indriana Kartini (koordinator) Afadlal Hamdan Basyar Riza Sihbudi Sri Nuryanti Dhuroruddin Mashad

Penulis adalah peneliti pada Bidang Penelitian Politik Internasional P2P LIPI Jakarta

Hubungan Muslim dan Non-Muslim di Australia Tataran Masyarakat

Hubungan Muslim dan non-Muslim di Australia mengalami pasang surut Hal ini diakibatkan oleh banyak faktor misalnya soal kesejarahan perkembangan situasi yang kom pleks dengan adanya isu-isu baik nasional m aupun in te rnasional dan generalisasi yang berlebihan atas eksistensi komunitas Muslim di Australia

Dari sisi sejarah datangnya Islam di A ustralia diyakini dibaw a oleh pelaut Makassar pemburu tripang pada tahun 1750 kemudian terjalin hubungan dagang dan perkawinan campuran Fase berikutnya pem erin tah A ustra lia m endatangkan pengendara unta dari Afghanistan yang awalnya dipakai untuk mengatasi keadaan alam yang sangat sulit Pada perkembangan berikutnya m ereka diberdayakan untuk membangun jalur telegraf dan jalur kereta yang disebut Ghan Train Fase selanjutnya banyak berdatangan imigran dari negara- negara Eropa dan Timur Tengah Imigran dari negara Eropa memang tidak signifikan bagi

91

perkem bangan kom unitas M uslim di Australia Namun demikian kedatangan imigran dari negara-negara Arab dan Timur Tengah sangat signifikan dalam sejarah perkembangan Islam di Australia

Beberapa hal yang m empengaruhi hubungan antara masyarakat Muslim dan non -Muslim di Australia yaitu dilihat dari jumlah kelom pok keagam aan (relative size o f groups) tidak adanya overlapping antara agam a yang berbeda tidak adanya ghettoisasi dan tidak adanya politisasi atas perbedaan yang ada yang pada dasarnya m em pengaruhi pasang surut hubungan antarmasyarakat itu Dari hal-hal tersebut suatu kesim pulan dapat d itarik bahwa meskipun hubungan antara Muslim dan non- Muslim terkadang mengalami fluktuasi namun masih dikatakan wajar yang artinya tidak mengarah kepada pengucilan permanen atas kelompok Muslim

Pesatnya perkembangan komunitas Islam di Australia pada gilirannya tidak lagi d ianggap sebagai fak to r yang tu ru t menggerakkan perekonomian di Australia tetapi kemudian dilihat sebagai bagian yang ldquom em bahayakanrdquo kelangsungan hidup komunitas kulit putih di Australia yang didominasi budaya Anglo-Saxon Sebagai akibatnya hal ini memunculkan kebijakan yang membatasi perkembangan komunitas Muslim dengan dikeluarkannya kebijakan White A ustralia Policy 1901

Kebijakan ini berpengaruh terhadap menyurutnya kedatangan imigran dari Timur Tengah dan negara Arab Setelah kebijakan tersebut d irev isi pada tahun 1958 dan akhirnya dihapus sama sekali pada tahun 1972 barulah komunitas Islam di Australia menggeliat lagi dengan banyaknya imigran dari negara-negara Arab dan Timur Tengah

Sebagaim ana disinggung di atas hubungan an tarm asyarakat m engalam i pasang surut tergantung pada isu-isu yang mewarnai perkembangannya Hubungan antarm asyarakat pada dasarnya terjalin dengan baik Selam a ini pem erin tah

A u stra lia dan m asyarakat A ustralia menghormati pelaksanaan asas multikultur A ustralia Nam un dem ikian hubungan memburuk manakala ada isu internasional yang merupakan generalisasi berlebihan atas suatu persoalan atau stigma atas kelompok M uslim A u stra lia yang kem ungkinan dipengaruhi oleh opini-opini yang dibangun m edia m assa Stigm a kedekatan Islam dengan terorisme Arab dan lain-lain yang menyudutkan umat Islam di Australia pada beberapa peristiw a telah memunculkan tindakan diskrim inatif bahkan kekerasan seperti ketika dilakukan sweeping pada komunitas Muslim Australia pascapeledakan Bom WTC dan Bom Bali

Media massa memegang peran penting dalam pembentukan opini publik khususnya yang berkaitan dengan eksistensi kelompok Muslim Meskipun dalam perkembangannya kelompok Muslim ini mengorganisasi diri dalam berbagai bentuk organisasi dari organisasi formal yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan sampai organisasi radikal diskursus yang berkembang dalam m asyarakat A u stra lia khususnya yang berkaitan dengan fundam entalism e atau terorisme tidak harus dihubungkan dengan keberadaan organisasi Islam ini Sayangnya m edia m assa te rkadang bias dalam pemberitaannya sehingga sikap masyarakat yang tidak berlebihan atas suatu hal diekspos besar-besaran oleh media Hal ini sering m enim bulkan salah persepsi mengenai eksistensi komunitas Muslim di Australia dan keterkaitannya dengan isu-isu terorisme D engan sem angat m ultiku ltu ra lism e seharusnya bisa dibangun kondisi yang lebih kondusif bagi munculnya pemahaman yang komprehensif mengenai komunitas Muslim di Australia

Kebijakan Pemerintah Australia terhadap Minoritas Muslim

r

K ebijakan pem erin tah federal Australia terhadap minoritas Muslim beijalan dalam ruang politik yang dikuasai oleh dua

9 2

kekuatan politik yaitu gerakan konservatif dan gerakan progresif Kedua kekuatan politik itu sesuai dengan sistem yang berlaku di Australia selalu berusaha membangun keb ijakan serasi seh ingga ben tuknya merupakan pelbagai variasi penerapan nilai- nilai liberalisme Persamaan sikap kedua kekuatan politik yang paling menonjol adalah konsistensi m ereka dalam m enjalankan prinsip sekularisme dan praktik pemerintahan Westminster Kedua konsistensi ini telah menempatkan komunitas Muslim Australia sebagai objek yang harus m engalam i sosialisasi nilai-nilai liberal dan peradaban Barat

Kedua kekuatan politik yang dalam praktik kenegaraan terwakili oleh Partai Liberal dan Partai Buruh selalu berusaha m enegakkan n ila i-n ila i seku ler dalam masyarakat Manifestasinya ialah memegang teguh peradaban Barat yang memisahkan kegiatan-kegiatan sosial politik dari kegiatan- kegiatan keagam aan Peradaban Barat m enganggap keg iatan sosia l po litik m asyarakat sebagai urusan m asyarakat sendiri Oleh karena itu kedua kekuatan po litik te rseb u t akan sela lu m elihat komunitas Muslim sebagai komunitas yang tidak mengunggulkan identitas keagamaan dalam pergaulan kemasyarakatan Program multikulturalisme tampak sebagai koleksi budaya dan bukan koleksi cita-cita kelompok sosial beragama Kelompok sosial Islam dianggap sebagai bagian dari koleksi budaya tersebut

Kedua kekuatan politik juga sepakat menjaga sistem politik yang merupakan warisan Inggris di mana parlemen memiliki otoritas tertinggi dalam penyelenggaraan pemerintahan Sementara itu pemerintah merupakan bagian dari parlemen tersebut Konsekuensinya semua undang-undang harus bersumber pada aspirasi masyarakat dan tidak boleh m engam bil ru jukan keagamaan Mereka menganggap kedaulatan Tuhan tidak bisa hidup dalam praktik politik di A ustralia M ereka ju g a cenderung

melakukan liberalisasi komunitas Muslim dengan tujuan menanamkan nilai-nilai liberal dan peradaban Barat

Percaturan kekuatan politik yang melibatkan kedua gerakan tersebut telah m elandasi kebijakan pem erintah federal melakukan pengawasan yang amat ketat kepada kelompok-kelompok sosial Islam yang d ituduh te ro ris U ndang-undang antiterorism e m enjadi beban psikologis komunitas Muslim karena merasa selalu menjadi sasaran operasi intelijen dan polisi federal Akan tetapi percaturan kekuatan politik juga melandasi persamaan hak-hak kom unitas M uslim serta m endapatkan jaminan hidup sesuai prinsip welfare state Misalnya pemerintah memberikan subsidi kepada lembaga-lembaga pendidikan dan kemasyarakatan Islam

Minoritas Muslim di InggrisTataran Sosial

Meski tak ada informasi pasti kapan tepatnya agama Islam masuk ke Inggris tetapi setidaknya terdapat catatan yang menyebutkan bahwa pada abad ke-10 telah ada Muslim yang menginjakkan kakinya di negeri yang disebut Al Bartun itu Kaum Muslim kian banyak dijumpai di Inggris terutama terjadi di era imperialisme dan kolonialisme Inggris yang mencaplok banyak wilayah Timur yang komunitasnya mayoritas Islam termasuk khususnya dari Asia Selatan Seiring dengan hadirnya ldquokomunitas baru in irdquo sejak 1919-an m ulai berm unculan boarding-house (rumah kontrakan) yang didirikan sekaligus dihuni oleh komunitas Islam

B erdasar data yang d iterb itkan Minority Rights Group International pada Agustus 2002 tergambar bahwa komunitas Muslim tersebar Muslim terbanyak tinggal di London (1 juta) lalu Bradford (82750) Scotland (60000) Wales (50000) Leeds(3 0 0 0 0 ) O ldham (25 000) L ecester(25000) Birmingham (150000) dan Irlandia

9 3

U tara (4000) Dari seluruh kom unitas Muslim sebagian besar berasal dari sub kon tinen Ind ia Turki serta sebagian keturunan Timur Tengah dan atau Afrika

Generasi awal Muslim Inggris tidak semuanya kaum pendatang Shaikh Abdullah Quilliam adalah salah satunya Keislaman mualaf yang intelektual dan aktivis ini diikuti banyak orang termasuk sejumlah ilmuwan bereputasi Sebagai intelektual Quilliam sangat produktif dalam menulis tentang Islam Bahkan tulisannya berjudul ldquoThe Faith of Islamrdquo diterjemahkan ke dalam 13 bahasa Tak sedikit komunitas Inggris pada tahun 1880-an tertarik menjadi Islam lantaran terpengaruh tulisan dan aktivitas Quilliam ini Tahun 1891 Quilliam mendirikan masjid dan akademi yang mengelola bermacam-macam kegiatan seperti sekolah literary society oriental library museum serta menerbitkan jurnal The Crescent (terbit mingguan) dan Islamic World (terbit bulanan)

Salah satu organisasi yang sangat berjasa dalam pengembangan Islam Inggris adalah Pan-Islamic Society (PIS) yang didirikan Dr Abdullah Suharawardy yang berusaha m enghilangkan salah persepsi tentang Islam di lingkungan masyarakat non- Muslim Sebagai upaya memperkokoh PIS akhir abad k e-19 Dr Leitner mendirikan Woking Mosque m enjadi tonggak awal hadirnya sebuah masjid di London Woking Mosque ini punya pengaruh reg ional melakukan korespondensi sangat intensif dengan m uslim di luar Inggris seperti Belanda Norwegia Swedia Hungaria dan lain-lain yang dipublikasikan pula dalam Islamic Review

Dalam konteks kekinian strategi pendidikan dalam mempersiapkan generasi muslim modem dalam konstelasi dunia Barat tetap berlanjut Sekolah model ini bukan saja berguna untuk m em bangun kesadaran keberagam aan an tara M uslim dengan penganut agama lain tapi juga dengan sesama Muslim lain yang sebagian besar datang sebagai imigran dari banyak negara

Karena ada ldquolampu hijaurdquo dari pemerintah institusi pendidikan Islam berkem bang bahkan sampai tingkat perguruan tinggi seperti The Muslim College di London atau Markfteld Institute ofHigher Education The Institute o f Higher Islamic Daruul Uloom (L eiceste r) B ahkan di lingkungan pendid ikan k o n serv a tif seperti Oxford University telah berdiri Oxford Centre Islamic Studies (OCIS)

Dalam konteks ekonomi Muslim hal ini semula mengalami problem di dunia perbankan dengan sistem konvensional Setelah melalui lobi bertahun-tahun akhirnya HSBC mulai Juli 2003 mengadopsi sistem pendanaan Syariah lalu menyusul Islamic Bank ofBritain di London (September 2004) dan pada Maret 2005 diikuti Lyods TSB bank terkemuka di Inggris Memang beberapa kasus perlakukan tidak adil terhadap Muslim m asih te rjad i ba ik dalam hubungan antarindividu dunia usaha ataupun seputar isu jilbab di lembaga pendidikan Namun demikian problem itu dapat diselesaikan melalui jalur hukum secara relatif adil

Sebagian besar m igran M uslim berasal dari pedesaan asal negaranya suatu lokasi mdashyang berbeda dengan perkotaanmdash yang pengaruh w esternisasi dalam ide norma gaya dan cara hidup belum masuk secara intensif dalam kehidupan mereka K etika berm igrasi ke Inggris m ereka mengalami sebuah keterkejutan budaya sebagai akibat menghadapi sebuah komunitas baru yang sangat berbeda Terkait dengan persoalan ini mereka setidaknya meliputi tiga kelompok Muslim Pertama ldquokelompok fanatikrdquo Realitas politik internasional yang sangat tidak menguntungkan Islam adanya p o litik s tandar ganda dari kekuatan hegemoni dan adanya semangat kebangkitan Islam di seluruh dunia ikut mempengaruhi pem ikiran sebagian M uslim Inggris ini Kedua kelompok yang masih mencampurshyadukkan ajaran Islam dengan kultur sesuai dengan garis etnisitasnya Sebagai bagian terbesar dari komunitas Muslim Inggris

9 4

mereka cenderung longgar terhadap sebagian kultur Barat namun sangat anti pada bagian lain Ketiga kelompok muslim kebarat- baratan yang jumlahnya sangat kecil

Terutama bagi kelompok Muslim fanatik problematika sosial yang sering kali muncul antara lain (a) Soal pendidikan gaya Barat (inggris) yang tak ada aturan apalagi batasan hubungan beda kelam in dinilai bertentangan dengan nilai Islam dan kultur asal mereka Realitas ini mendorong mereka berusaha m ewujudkan institusi sekolah tersendiri (b) Mainstream media massa serta dunia hiburan menurut parameter mereka dinilai te rla lu vulgar m enjadi fak tor penyebab penyim pangan tingkah laku generasi muda (c) A turan hukum legal form al Inggris belum m am pu m engshyakomodasi syariah dalam kehidupan umat Islam (d) Mereka terkadang dihadapkan larangan pelaksanaan salat (apalagi Jumat dan hari besar Islam) pada jam-jam kantor jam sekolah jam pabrik (e) Fasilitas-fasilitas umum (seperti pem andian umum) sulit dimanfaatkan kaum muslimah tanpa harus melanggar keyakinan kultural keagamaanshynya Realitas-realitas tadi menyebabkan kaum M uslim sebagai warga m inoritas keagamaan terbesar tetap merasa diabaikan pemerintah bahkan oleh masyarakatnya

Di tengah upaya konsolidasi umat ini komunitas Muslim juga menghadapi problem in ternal ak ibat faksionalism e dalam kehidupan keagamaan seperti (1) Isu-isu kemurnian ajaran agama seperti Barelvi (pengaruh Asia Selatan) vs Wahabi (pengaruh Arab Saudi) (2) Isu-isu sosial politik seperti antara pengikut Jamaah Tabligh yang ldquoa- politisrdquo vs Jam aat Islami dan Ikhwanul Muslimin yang kental dengan politik (3) Isu regionalisme akibat beda asal negara asal wilayah dengan latar belakang bahasa etnis kultur dan kebiasaan berbeda M ereka m erasa lebih sreg berhubungan dengan komunitas Muslim yang sama latar belakang asalnya (4) Ghetto Komunitas Muslim tinggal mengelompok dalam komunitas

Muslim sendiri guna mencegah lahirnya generasi Muslim yang asing terhadap Islam

Persepsi tentang Islam di dunia Barat termasuk Inggris telah terbentuk selama berabad-abad Meskipun selama waktu itu telah terjadi suatu proses untuk memahami Islam di dalam komunitas Barat namun realitas konflik sering kali masih terjadi Dalam konteks ini peran berita-berita di banyak media secara krusial terlibat dalam realitas ini bahkan ikut bertanggung jawab terhadap terbangunnya apa yang disebut ldquothe elite racismrdquo di Inggris di mana Muslim sering kali terkonotasi dengan barbar ignoran berpandangan sempit semi-citizen teroris gila penganut agama yang sangat tidak toleran Diskursus media massa Inggris yang secara ideo log is bernuansa anti- Muslim menjadi sangat mengental terutama sejak Revolusi Iran tahun 1979 Sejak saat itu terutama sejak terungkap dalam banyak berita is tilah fundam entalism e terus disejajarkan dengan Islam tentu saja dalam pemaknaan negatif

Sikap media seperti itu makin parah seiring dengan polemik buku The Satanic Verses tulisan Salman Rushdi Demonstrasi dengan membakar buku oleh Muslim sebagai s im bolitas ke terlukaan hati akibat penghinaan oleh m edia diliput dengan komentar-komentar yang lebih merefleksikan penilaian tentang karakter keagamaan yang m eletup-letup di kalangan Islam Sifat tersebut dilabeli sebagai membahayakan peradaban Barat Fokus komentar lebih terfokus pada isu-isu emosional Muslim ancaman kem atian fundam entalis abad pertengahan fanatisme serta militanisme Bahkan istilah-istilah ldquoMad Mullahs Iranian terrorist Mad Dog Gadaffirdquo yang sering kali m ew arnai m edia ikut m enyuburkan terbangunnya image negatif bagi komunitas Muslim1 Dalam konteks ini suara Muslim 1

1 Tahir Ababas ldquoMedia Capital and the Representation of South Asian Muslims in the British Press an Ideological Analysisrdquo Institute o f Muslim Minority affairs 2001 hlm 254

9 5

tak dapat ditangkap secara ldquojernihrdquo oleh komunitas Inggris pada umumnya Mereka tak memiliki kemampuan dan platform untuk mengajukan keberatan apalagi menjelaskan tentang berbagai hal yang secara distortif diberitakan media Problem seperti ini makin akut bagi Muslim Inggris terutama setelah tragedi WTC 9 September 2001 yang diikuti pula oleh tragedi Bom London 7 Juli 2005

K ebijakan Pem erintah Inggris terhadap M inoritas Muslim

Sejak awal Inggris Raya (Great Britain) terdiri dari masyarakat yang berasal dari empat kebangsaan yang berbeda yakni Inggris Skotlandia Wales dan Irlandia M ereka m enjadi sebuah negara ldquomultinasionalrdquo Mereka bersatu dalam satu identitas po litik dengan budaya yang berbeda Multikultural adalah slogan yang dikembangkan oleh Inggris

Konsep kewarganegaraan Inggris sebagai identitas politik dengan perbedaan berbagai bangsa tersebut menyebabkan para imigran dari bekas wilayah jajahan Inggris yang datang ke sana diperlakukan dengan baik dan diterima dalam sistem politik yang ada M ereka diperlakukan sebagaim ana bangsa Wales Irlandia maupun Skotlandia Kondisi itu telah menciptakan bangsa Inggris dengan kultur masing-masing Akan tetapi ketika ternyata para imigran tersebut banyak berdatangan ke sana maka ada kebijakan yang membatasinya Hal ini kemudian bershykembang pula apa yang disebut dengan sebutan ldquopatrialrdquo Istilah itu mengacu kepada orang-orang Inggris (British) asli yaitu yang berasal dari Inggris (England) W ales Skotlandia dan Irlandia serta keturunan mereka Istilah itu menimbulkan konotasi diskriminasi Warga yang bukan ldquopatrialrdquo tidak diperlakukan sama dengan warga yang ldquopatrialrdquo

Walaupun secara formal Inggris m enerapkan keb ijakan yang no n shydiskriminasi tetapi pada kenyataannya istilah tersebut telah menim bulkan sikap yang

diskriminatif Dalam kehidupan sehari-hari para ldquopatrialrdquo memperoleh hak istimewa sedangkan nonpatrial menjadi warga negara ldquokelas duardquo

Sikap tersebut juga muncul terhadap para M uslim di Inggris M ereka yang kebanyakan berasa l dari para im igran dianggap nonpatrial yang berarti tidak diutamakan dalam kehidupan di Inggris M ereka m engalam i d isk rim inasi yang berkaitan dengan pengamalan agama Islam

P aling tidak dua a tu ran hukum Inggris m em punyai dam pak signifikan terhadap keh idupan M uslim di sana Pertam a the Race Relations Act Undang- undang te rseb u t m elarang adanya diskriminasi berdasarkan ras dan etnis dalam berbagai kegiatan tetapi hak beragama tidak termasuk dalam undang-undang tersebut Dengan demikian Muslim di Inggris tidak m em punyai p ijakan hukum untuk mempertahankan haknya sebagai Muslim bila ada pihak lain yang melarang mereka ketika tengah m enjalankan kehidupan keberagam aannya M isalnya pada hari Jumat laki-laki M uslim dilarang untuk m elakukan salat Jum at atau M uslim ah dilarang mengenakan hijab (jilbab)

Kedua the Public Order Act yang dibuat pada tahun 1986 Undang-undang ini mencegah adanya dorongan kebencian rasial Selain itu the Crime andDisorderAct dibuat pada tahun 1998 U ndang-undang ini menciptakan kategori baru dalam tindakan rasial yang tidak menyenangkan termasuk penyerangan perusakan dan pelecehan Akan tetapi berbagai tindakan kebencian keagamaan yang ditujukan kepada para Muslim kembali belum tercakup dalam aturan-aturan tersebut Kondisi itu dapat m elah irkan perasaan te ra lien asi dan terpinggirkan di kalangan Muslim di sana Akibatnya mereka tidak dapat melakukan keh idupan secara ldquon o rm alrdquo dalam bermasyarakat

Sebenarnya masyarakat Muslim di Inggris m enging inkan pengakuan dan perlakuan yang sama dengan warga negara

9 6

lain Mereka ingin dianggap sebagai bagian masyarakat dari negara tersebut Hal itu berkaitan dengan hak asasi warga negara yang semestinya diperlakukan sama Hak asasi itu harus diterapkan kepada siapa pun tanpa melihat latar belakang warna kulit maupun keyakinan yang dianutnya Praktik keagamaan semestinya dapat dilakukan oleh penganut Yahudi Kristen maupun Islam

Memang di antara Muslim Inggris ada yang berkiprah dalam dunia politik Ada dua warga Muslim Inggris yang menjadi anggota parlemen (Majelis Rendah) Ada empat orang Muslim yang menjadi peers Ada satu orang Muslim Inggris yang menjadi anggota Parlemen Eropa Di tingkat lokal partisipasi M uslim Inggris m engalam i peningkatan yang cukup signifikan Pada pemilihan tahun 1996 160 Muslim menjadi anggota Dewan Kota (Councillors) Pada tahun 2001 jumlah anggota Dewan Kota yang Muslim berjumlah 217 orang Para anggota Dewan Kota tersebut mewakili daerah-daerah yang penduduk Muslim cukup besar seperti London Birmingham dan Bradford Keikutsertaan M uslim Inggris dalam kancah politik tersebut diharapkan dapat memberikan harapan yang lebih baik bagi kehidupan Muslim Inggris

Mtaslim di Australia dan Inggris Dimensi Internasional

K ehidupan m inoritas M uslim di Australia dan Inggris senantiasa terkait dengan peristiwa internasional Bahkan tidak jarang peristiwa kekerasan internasional berimbas terhadap kehidupan Muslim di dua negara tersebut M anakala terjadi aksi kekerasan internasional yang melibatkan Muslim maka minoritas Muslim di Australia dan Inggris langsung terkena imbasnya Misalnya saja pasca-Perang Teluk 1991 di mana Irak menginvasi Kuwait yang berujung pada penyerangan sekutu ke Irak aksi kekerasan terhadap minoritas Muslim di A ustralia pun terjad i K em udian aksi

terorisme 11 September 2001 di New York juga menimbulkan aksi kekerasan terhadap Muslim di Australia dan Inggris

P a sc a -11 Septem ber ldquoperang melawan terorismerdquo menjadi agenda utama kebijakan luar negeri AS Agenda tersebut juga diadopsi oleh Australia dan Inggris yang m erupakan sekutu terdekat AS Hal ini menciptakan koalisi triangular (baca AS Australia dan Inggris) dengan AS sebagai pemegang tongkat komando Ketiga negara tersebut juga mengeluarkan produk hukum yakni UU antiterorism e yang bertujuan memerangi terorisme Akan tetapi dalam kenyataannya komunitas Muslim menjadi target utama pelaksanaan UU tersebut Atas nama perang melawan terorisme beberapa warga M uslim di A ustralia dan Inggris ditangkap dengan menggunakan payung hukum tersebut Hal ini justru menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat Muslim bahwa tanpa bukti yang kuat bisa saja m ereka d itangkap dengan dalih memerangi terorisme Hal ini dapat dikatakan bahwa gerakan antiteror yang dilakukan pemerintah Australia dan Inggris justru m enim bulkan tero r terhadap m inoritas Muslim

Oleh karena itu kebijakan standar ganda yang dilancarkan pemerintah AS Inggris dan Australia justru menumbuhshysuburkan radikalisme di kalangan Muslim Laporan dari Royal Institute o f International Affairs a tau d ikenal Chatham House menyimpulkan bahwa invasi ke Irak oleh AS bersam a Inggris dan A u stra lia ju s tru m elahirkan perekru tan m ilitan M uslim sekaligus m eningkatkan propaganda perekrutan dan pengumpulan dana bagi gerakan al-Qaida Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pelaku pengeboman di London adalah para pemuda Muslim berkewarganegaraan Inggris Sementara di Australia terdapat pula pemuda Muslim yang berniat melakukan aksi bom bunuh diri di Lebanon pada 2002 Para pemuda tersebut merupakan bagian dari masyarakat Muslim

9 7

yang tidak menyetujui kebijakan luar negeri Inggris dan Australia yang agresif terhadap dunia Islam Hal ini terutama berkenaan dengan keikutsertaan Inggris dan Australia bersama AS dalam serangan ke Afghanistan dan Irak

Tatkala serangan m ilite r ke Afghanistan diluncurkan BBC melakukan polling pada November 2001 yang hasilnya sekitar 80 Muslim Inggris memandang aksi m ilite r AS dan Inggris tidak dapat dibenarkan Sementara pada saat perang Irak sekitar 66 Muslim Inggris menentang aksi militer ke Irak Sikap Muslim Australia juga menentang keikutsertaan militer Australia dalam serangan ke Afghanistan dan Irak Menarik untuk dicermati pernyataan Aziza Abdel Halim Presiden Muslim Women rsquos National Netwprk Australia yang mengungkapkan bahwa banyaknya pemuda Islam yang berpandangan radikal sebenarnya dampak kebijakan luar negeri Australia Aziza menegaskan bahwa pandangan radikal akan memudar bila pemerintah Australia dan Barat (baca Inggris dan AS) menarik mundur pasukannya dari Irak maupun Afghanistan sehingga serangan bom ke negara-negara Barat akan berkurang dengan sendirinya Oleh karena itu sudah saatnya pemerintah A ustralia dan Inggris m engkaji ulang kebijakan luar negeri terhadap dunia Islam yang justru kontraproduktif

M inoritas M uslim di A u stra lia dan Inggris Catatan Perbandingan

Australia dan Inggris merupakan dua negara yang didominasi kaum ldquokulit putihrdquo yang mengaku menganut sistem demokrasi liberal yang dalam hal ini kedua negara tersebut sama-sama m enerapkan sistem demokrasi parlementer Australia adalah anggota Persemakmuran yang dipimpin oleh Ratu Inggris Dengan kata lain Australia berada ldquodi bawahrdquo kekuasaan Ratu Inggris B ahkan j ik a k ita p erha tikan bendera A ustralia terlihat je las adanya gam bar

bendera Inggris di pojok kiri atas Oleh sebab itulah hal ini dapat dipahami jika kebijakan luar negeri Australia cenderung ldquomengekorrdquo pada kebijakan luar negeri Inggris

Begitu pula dalam hal kebijakan politik Australia terhadap Islam baik dalam skala makro (yaitu kebijakan luar negeri mereka terhadap Dunia Islam) maupun dalam skala mikro (yaitu kebijakan terhadap kaum minoritas muslim) cenderung mengikuti apa yang dilakukan Inggris Setidaknya hal ini terlihat jelas dalam hal pandangan mereka atas m asalah Irak A fghan istan dan terorisme

Dari aspek historis Islam masuk ke kedua negara tersebut pada sekitar abad ke- 18 Bedanya jika di Inggris kaum Muslim didom inasi para w arga keturunan dari kawasan Asia Selatan (India Pakistan dan Bangladesh) yang pada awalnya masuk ke negara ini sebagai pekerja sedangkan di Australia sebagian besar kaum Muslim berasal dari kawasan Afghanistan Turki dan Timur Tengah khususnya Lebanon

Hubungan antar-sesama kelompok Muslim baik di Inggris maupun di Australia secara umum tidak mengalami permasalahan Memang suatu kecenderungan pengelomshypokan atas dasar asal-usul (ras dan etnis) tetap ada namun ini tidak mengganggu interaksi sosial di kalangan mereka Di kedua negara ini sejumlah organisasi kaum muslim berdiri seperti Muslim Council ofBritain (MCB) dan Muslim Association o f Britain (MAB) di Inggris atau Australian Federation o f Islamic Council (AFIC) di Australia Organisasi- organisasi ini memainkan peranan penting dalam rangka memelihara hubungan baik (silaturahmi) di antara sesama komunitas Muslim serta dalam rangka memperjuangshykan kepentingan kaum minoritas Muslim

Di Inggris dan A ustra lia p ershytumbuhan jumlah kaum Muslim tergolong cukup pesat Bahkan di Inggris Islam menjadi agama minoritas terbesar (dibanding agama Yahudi atau Hindu) Sementara di Australia Islam merupakan agama minoritas

9 8

S

terbesar kedua (di bawah agama Hindu Budha) Sebagai minoritas kaum Muslim m endapatkan kebebasan dalam hal menjalankan ibadah keagamaannya (salat puasa maupun pergi haji) namun dalam hal hubungan dengan kaum non-Muslim bisa dikatakan m engalam i fluktuasi Secara umum hubungan tersebut relatif cukup baik nam un kadangkala m uncul perlakuan diskriminatif Hal ini sekaligus membuktikan bahw a kendati Inggris dan A ustra lia mengklaim dirinya sebagai ldquopenganut sistem demokrasirdquo dalam realitasnya tidak semua w arga negara m ereka benar-benar menampilkan diri sebagai ldquodemokrat sejatirdquo Di A ustra lia kaum M uslim sering m enghadapi kesu litan ketika hendak membangun tem pat ibadah (khususnya masjid)

Sikap negatif warga mayoritas non- Muslim terhadap kaum minoritas Muslim di kedua negara ini tidak lepas dari peranan media massa dalam membentuk opini yang dipenuhi prasangka negatif terhadap kaum Muslim Dalam kasus Salman Rushdie penulis novel Ayat-Ayat Setan yang jelas-jelas menampilkan penghinaan terhadap Islam misalnya media massa di Inggrismdashatas nama ldquokebebasan berekspresirdquomdash mengambil sikap yang merugikan kaum Muslim Media juga hampir selalu menampilkan hal-hal yang negatif dalam pemberitaan mereka tentang dunia Islam yang pada ujungnya ikut membentuk persepsi yang negatif dari kaum non-M uslim terhadap kaum m inoritas Muslim Hal ini dapat dimengerti mengingat

sebagian besar media massa di Inggris dan A ustralia dikuasai para pem ilik modal keturunan Yahudi

Dari sisi kebijakan resmi penguasa sendiri memang sering kali menyatakan bahwa semua warga negara di sana atas nama demokrasi dan hak-hak asasi manusia diperlakukan secara sama apa pun agama yang dianut oleh warga negara mereka Dalam konteks pelaksanaan bidang hukum m isalnya tidak ja rang kaum m inoritas M uslim m endapat perlakuan yang sama dengan warga non-Muslim Tidak jarang dalam beberapa kasus soal jilbab kaum minoritas Muslim memperoleh kemenangan di pengadilan

Akan tetapi sejak terjadinya kasus serangan te ro ris di A m erika pada 11 Septem ber 2001 (911) kecenderungan perlakuan yang sangat diskriminatif tampak ditujukan kepada kaum Muslim Bahkan beberapa saat setelah terjadinya kasus 911 (juga Bom Bali 2002 dan Bom London 2005) sejum lah m asjid di Inggris dan A ustralia d irusak atau dibakar massa Beberapa warga Muslim juga mengalami nasib yang mengenaskan karena dikeroyok massa Beberapa di antara mereka ada yang sampai meninggal dunia Hal ini sekaligus m em buktikan bahw a ldquoperang melawan terorismerdquo yang dikobarkan Amerika Serikat di baw ah rezim GW Bush m embawa dam pak n e g a tif te rhadap nasib kaum minoritas Muslim di negara-negara Barat termasuk di Inggris dan Australia

9 9

Resume

KEBIJAKAN PERTAHANAN AUSTRALIA DAN RESPONS NEGARA-NEGARA ASIA TIMUR DAN

SELANDIA BARU

Athiqah Nur Alami

Abstract

Australiarsquos position in Asia Pacific has a significant consideration on their policy making primarily defense policy Their close relationship with The United States o f America and the United Kingdom sometimes becomes impediment in building relations with neighbor countries in Asia The Australia s defense policy more or less reflects the big countries interest in Asia Pacific including Proliferation Security Initiatives SM-3 andAMIZ policies Those policies bring about various reactions from the East Asian Countries and New Zealand The different reactions are related strongly with their interest and cooperation with Australia

Australia merupakan suatu negara sekaligus benua yang m em iliki k a rak te ris tik cukup m enarik

dibanding negara lain Kebijakan Australia yang lebih condong ke Barat ternyata kerap menimbulkan ketegangan dengan negara- negara tetangganya di kawasan Asia Pasifik Pasalnya kebijakan pemerintahan Australia sedikit banyak tidak jauh berbeda bahkan sejalan dengan Inggris dan Amerika Serikat Termasuk di dalamnya kebijakan pertahanan Australia yang cenderung selalu memerlukan payung pertahanan dari negara besar dalam hal ini terjadi pergeseran dari Inggris ke Amerika yang dikenal dengan pergeseran dari Pax Britanica ke Pax Americana pada Desember 1941

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri darTri Nuke Pudjiastuti (koordinator) Ikrar Nusa Bhakti Japanton Sitohang Mohamad Rum Athiqah Nur Alami Adriana Elisabeth Kusnanto Anggoro

Penulis adalah peneliti pada Bidang Politik Internasional P2P LIPI

Di dalam laporan penelitian tahun ini tim peneliti Australia berupaya menjelaskan bagaimana kebijakan pertahanan Australia tahun 2000-2005 termasuk perkembangan atau evolusi yang teijadi mulai pada tahun 1986 hingga 2005 dan isu-isu strategis yang muncul dalam kebijakan tersebut Kebijakan pertahanan Australia ini tentu saja akan memberikan implikasi ataupun pengaruh terhadap negara-negara tetangganya Oleh karena itu menganalisis respons dari negara- negara tetangga Australia dan juga negara- negara besar di A siamdash m eskipun tidak berbatasan langsung dengan Australiamdash terhadap kebijakan pertahanan Australia tersebut menjadi penting untuk dilakukan dalam penelitian ini N egara-negara di kaw asan A sia T im ur yang kam i p ilih berdasarkan signifikansi negara-negara tersebut dengan Australia dan juga terhadap politik internasional di wilayah Asia Pasifik yaitu Cina dan Jepang Sementara negara di Asia Tenggara yang juga dianalisis yaitu Indonesia Singapura Malaysia Filipina dan

101

Thailand Selandia Baru sebagai negara tetangga di selatan Australia juga menjadi bag ian an alisis atas respons terhadap kebijakan pertahanan Australia tersebut

Pengaruh Lingkungan Strategis dalam Kebijakan Pertahanan Australia

Sebagai negara rdquokulit putihrdquo yang berada di wilayah Asia membuat Australia merasa perlu mengembangkan kebijakan pertahanan salah satunya dengan membangun jaring-jaring pertahanan dengan negara-negara di Asia Tenggara Selain itu menjaga kepentingan Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik merupakan salah satu bentuk wujud aliansi abadi Australia kepada Amerika Serikat

Dua penekanan dalam kebijakan pertahanan itu lah yang terkadang m enim bulkan dilem a dalam kebijakan pemerintah Australia Di satu sisi Australia m embutuhkan Amerika Serikat sebagai penjamin keamanan negaranya Tetapi di sisi lain keberadaan Australia sebagai kaki tangan Amerika Serikat dianggap menghambat Australia dalam membina hubungan dengan negara-negara Asia

Oleh karena itu Australia berupaya merumuskan kebijakan pertahanan yang telah mengalami evolusi sejak 1986 hingga saat ini untuk mencari format yang paling tepat dalam m enjaga hubungan dengan Amerika Serikat sekaligus membangun hubungan baik dengan negara-negara tetangganya

Jauh sebelum Australia merdeka pada tahun 1901 h ingga tahun 1941 ketergantungan Australia kepada Inggris sangatlah besar karena sebagai salah satu negara Persemakmuran Inggris Australia merasa masih memiliki keterikatan historis dan politis dengan Inggris Namun perang dunia kedua membuat Inggris harus lebih memperhatikan kelangsungan eksistensinya di Eropa ketimbang menjaga keamanan negara-negara jajahannya di Asia Tenggara Terlebih dengan jatuhnya Singapura mdash

sebagai salah satu negara Persemakmuran Inggrismdashke tangan Jepang menyebabkan A ustra lia m em ik irkan kem bali k e te rshygantungannya dengan Inggris Karena itulah demi keamanan negara Australia beralih ke A m erika Serikat yang d iyak in i dapat memberikan jaminan keamanan dan payung perlindungan pertahanan kepadanya

K onsekuensi dari bentuk pengabdian-nya kepada Amerika Serikat A ustralia diwajibkan untuk mendukung bahkan berjuang bersama dalam berbagai kebijakan Amerika Serikat Misalnya pasca- tumbangnya Uni Soviet Amerika Serikat sedang giat memerangi komunisme di Asia Pasifik maka Australia pun melakukan hal serupa Dengan mengedepankan Forward Defence Strategy Australia bersama Amerika Serikat berupaya membendung penyebaran komunisme dalam Perang Korea dan Perang Vietnam Selain itu tergabung dalam South East Asia Treaty Organization (SEATO) British Commonwealth Far East Strategic Reserve (FESR) dan ANZUS bersam a Amerika Serikat menjadi pilihan Australia saat itu

Ketergantungan Australia terhadap Amerika Serikat dan juga Inggris tampaknya tidak cukup dapat bertahan lama paling tidak untuk sementara waktu pada akhir tahun 1960-an karena adanya perubahan lingkungan stra teg is di A sia saat itu Akibatnya Australia mengalihkan kebijakan pertahanannya m enjadi Self-Defence Strategy Perubahan inilah yang kemudian membuat Australia perlu untuk merumuskan format kebijakan pertahanan sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang dan karakter bangsa Australia

Untuk itu pada tahun 1986 Menteri Pertahanan Australia saat itu Kim Beazley menugaskan Paul Dibb seorang mantan personel Departemen Pertahanan Australia untuk mengevaluasi pelaksanaan Forward Defence Strategy dan memberikan masukan tentang kemampuan apa yang tepat bagi instrumen pertahanan Australia Hasilnya

1 0 2

Dibbrsquos Report mengusulkan suatu strategi penangkalan bagi pertahanan Australia yang terdiri dari empat lapis2 Lapis pertama meliputi intelligence dan surveillance yang komprehensif dengan memberikan prioritas pada pengawasan sejauh 1000mdash 1500 mil ke luar w ilayah A ustra lia S trateg i ini d im aksudkan un tuk m endeteksi para penyusup di wilayah laut dan udara Lapis kedua m enekankan pada kem am puan kekuatan laut dan udara dalam melakukan penyerangan untuk mengatasi ancaman yang melintas di wilayah laut dan udara Australia Lapis yang ketiga m em fokuskan pada kemampuan defensif untuk mencegah musuh mendekat ke wilayah penting di antaranya di ja lur pelayaran Australia Lapis terakhir mengandalkan mobile ground forces guna menumpas ancaman yang berhasil melewati laut dan udara yang dianggap membahayakan aset-aset penting dan pemukiman penduduk

Masukan dari Paul Dibb ini ternyata m enuai berbagai k ritik di an taranya kebijakan ini cenderung terlalu defensif dan isolasionis selain pembebanan anggaran yang tidak sedikit jika memang strategi ini diterapkan Australia Namun terlepas dari itu sem ua tidak dapat d ipungk iri bahw a masukan Dibb ini menjadi dasar dalam me- review kekuatan pertahanan Australia bahkan hingga Buku Putih Pertahanan Australia tahun 2000

Setahun kemudian dikeluarkanlah Buku Putih Pertahanan A ustralia rdquoThe Defence of Australiardquo Buku putih tahun 1987 yang merupakan kali pertama terwujudnya secara je la s artiku lasi s tra teg i m iliter A ustra lia in i m enekankan pada pengembangan ikatan-ikatan keamanan yang

1 Alex Tewes Australiarsquos Maritime Strategy in the 21st Century Research Brief No4 2004-05 Foreign Affairs Defence and Trade Sections Canberra Parliament o f A ustralia Parliam entary Library dalam http wwwaphgovaulibrarvpubsRB2004-0505rb04htm hal 10mdash 12

2 Review o f Australiarsquos Defence Capabilities Report to the Minister for Defence by Mr Paul Dibb Maret 1986 Canberra Australian Government Publishing Service

lebih dekat dengan kaw asan sekaligus menegaskan kembali pentingnya aliansi- aliansi militer Strategi penangkalan yang diusulkan Paul Dibb sedikit banyak diadopsi dalam buku putih tersebut terlihat dengan te tap adanya em pat lap is strateg i penangkalan Namun perbedaannya strategi tersebut lebih bersifat ofensif

Setelah berakhirnya perang dingin dan juga teijadi berbagai persoalan politik domestik di beberapa negara di Asia Pasifik3 Australia mulai memperbaharui lagi strategi pertahanan dan keamanan sebagai respons dari perubahan lingkungan strategis saat itu A khirnya pada tahun 1994 A ustra lia m engeluarkan B uku Putih Pertahanan A ustralia rdquoD efending A ustra liardquo4 yang memberikan perhatian lebih pada kerja sama pertahanan dengan negara-negara tetangga dan kurang m enekankan pada ikatan pertahanan Australia dan Amerika Serikat5 dan mengubah strategi pertahanan menjadi rdquomencari keamanan di dalam Asiardquo Dengan ini berarti Australia telah mengubah cara pandang tentang bahaya kuning (Jepang) dan bahaya m erah (RRC dan kom unism e) dengan m enjadikan m ereka m itra demi keamanan dan kemakmuran bersama di Asia dan meletakkan hubungan mereka dalam empat pilar utama yaitu politik ekonomi sosial-budaya dan pertahanan-keamanan6

3 Misalnya dalam konflik intern berbagai faksi di Kamboja gerakan etnonasionalisme suku Karen di Myanmar persoalan Moro di Filipina persoalan Bougenville di Papua Nugini persoalan emis India di Fiji persoalan Aborigin di Australia Gerakan Kemerdekaan Kanak di Kaledonia Baru persoalan GAM OPM dan integrasi Timor Timur di Indonesia

4 Commonwealth of Australia Australia rsquos Defence White Paper 1994 Defending Australia ACT AGPS 1994

5 Pengenduran ikatan pertahanan dengan Amerika Serikat merupakan bentuk dari independensi politik luar negeri Australia di bawah pemerintahan Partai Buruh

6 Makalah resmi yang dibawakan oleh PM Australia Bob Hawke Australia rsquos Security in Asia The Asia Lecture organized bay the Asia-Australia Institute University of New South Wales Sydney 24 Maret 1991 dalam Ikrar Nusa Bhakti dkk Persetujuan Pemeliharaan Keamanan Republik Indonesia-Australia Kaitannya dengan Stabilitas danKeamanan Regional Asia Tenggara Suatu TinjauanStrategis Politis Keija sama PPW-LIPI dengan Balitbang Deplu RI 1997 hlm 97

1 0 3

Pergantian tampuk kepemimpinan di Australia dari Partai Buruh kepada Partai Liberal-Nasional di bawah John Howard tentu saja mempengaruhi konsep pertahanan keamanan sebelumnya Dengan mengeluarshykan rdquo Australiarsquos Strategic Policyrdquo7 pada tahun 1997 menunjukkan bahwa PM John Howard lebih cenderung mendekat pada Inggris dan Amerika Serikat ketimbang dengan negara- negara tetangganya Strategi ini menekankan pada strategi kontinental dengan orientasi utam a pada kekuatan m atra laut yang ditunjang dengan kekuatan matra udara

Perubahan lingkungan di sekitar Australia kembali terjadi pada akhir tahun 1990-an di antaranya referendum dan akhirnya lepasnya T im or Tim ur dari Indonesia Peristiwa ini sempat menimbulkan ketegangan diplomatik antara Indonesia dan A ustra lia karena A ustra lia d ianggap m endukung kem erdekaan Timor Timur melalui operasi tentara Australia di sana Dari operasi di Timor Timur menunjukkan bahwa Australia membutuhkan kekuatan angkatan laut yang lebih andal bukan hanya untuk m engangkut pasukan tapi ju g a untuk melakukan penyerangan Selain itu juga dibutuhkan angkatan udara yang tangguh guna m enghalau musuh yang masuk ke negara-negara te tangga A ustra lia dan mengusir musuh jauh dari wilayah Australia Hal tersebut dituangkan dalam Buku Putih Pertahanan tahun 2000 rdquoOur Future Defence Forcerdquo8

Tragedi serangan terhadap menara kem bar WTC di W ashington pada 11 September 2001 oleh sekelompok teroris yang hingga kini belum terungkap kembali membuat Australia memperbarui strategi pertahanannya Sebagai salah satu sekutu Amerika Serikat Australia kembali beijuang bersama Amerika Serikat dalam memerangi

7 Commonwealth o f Australia Australia s Strategic Policy Canberra ACT Department o f Defence 1997

Commonwealth o f Australia Defence White Paper 2000 Defence 2000 Our Future Defence Force Canberra ACT Department o f Defence 2001

terorism e yang dikenal dengan Global Coalition Against Terrorism Ini termaktub dalam rdquoD efence W hite Paper 2003 A D efence U p d a terdquo9 yang berhasil mengidentifikasi tiga area ketidakpastian dan risiko ya itu te ro rism e g lobal senjata pemusnah massal dan kawasan bermasalah Perubahan s tra teg i pertahanan ini sesungguhnya amat terkait dengan perubahan strategi m aritim Amerika Serikat dalam memerangi terorisme di antaranya dengan kebijakan Proliferation Security Initiatives (PSI) yang dicetuskan George W Bush pada 31 Mei 2003

Berdasarkan berbagai buku putih yang dikeluarkan Australia menunjukkan bahwa A ustralia belum sepenuhnya dan tampaknya tidak akan pernah rdquobertarungrdquo secara mandiri Koalisi dengan Amerika Serikat justru semakin erat dan tercermin dalam keb ijakan pertahanan A ustralia berikutnya Salah satu bentuk konkret koalisi Amerika Serikat dan Australia ditambah dengan berbagai negara lain dunia dalam rangka m enggalang koa lis i m elaw an terorisme terlihat dalam berbagai latihan operasi m iliter dalam program PSI yang sering m elakukan latihan bersama PSI d itu jukan un tuk m encegah terjad inya perdagangan atau transfer ilegal senjata pemusnah massal antamegara atau dari suatu negara ke ak tor-ak tor nonnegara yang melanggar aturan dan norma internasional10

Sampai dengan tahun 2005 PSI telah didukung oleh lebih dari 60 negara dunia dari berbagai kawasan Meskipun PSI bukanlah sebuah o rgan isasi dan tidak m em iliki sekretariat atau markas besar kerja sama informal ini telah terbukti mampu mencegah pengem bangb iakan sen ja ta pem usnah massal

9 Commonwealth o f Australia Australia rsquos National Security A Defence Update Canberra ACT Department o f Defence 2003

10 C om m onw ealth o f A ustralia Weapons o f Mass Destruction Australia rsquos Role in Fighting Proliferation Practical Responses to New Challenges Canberra ACT Australian Government 2005

104

Bentuk kerja sama lain dalam rangka aliansi Amerika Serikat-Australia adalah penandatanganan nota kesepahaman dalam hal pertahanan missil pada Juli 2004 di antaranya diwujudkan melalui kerja sama pengembangan Standard Missile 3 (SM-3) yang merupakan pengembangan dari SM-1 dan SM-2 Kekuatan senjata yang ditujukan untuk memerangi terorism e inilah yang m endapatkan pertentangan dan respons beragam dari n eg ara-negara te tangga Australia khususnya negara-negara Asia Tenggara dengan adanya indikasi akan m unculnya p erta rungan rdquo The Son o f Starwars

Selain itu un tuk m endukung pengamanan maritim pada 15 Desember 2004 PM A u stra lia John H ow ard mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan negara tetangga dengan akan menerapkan pengawasan sejauh 1000 nm (1850 km) terhadap kapal yang akan menuju Australia melalui kebijakan Australia rsquos Maritime Identification Zone (AMIZ)11 Kebijakan ini kembali mengundang respons beragam dari negara tetangga yang terkena imbas dari kebijakan ini khususnya Indonesia Sejauh 1850 km tersebut untuk wilayah Indonesia berarti telah menjangkau sebagian besar wilayah Jawa dan melampaui laut Arafuru Akibat reaksi dari berbagai negara maka kebijakan ini berganti menjadi Australiarsquos Maritime Identification System (AMIS) Perlu kita cermati sesungguhnya perubahan kata zone m enjadi rdquosystem memiliki makna yang tidak jauh berbeda Bahkan penggunaan kata rdquosystem m em buat A ustralia lebih bebas m enterjem ahkan konsep kebijakan tersebut seluas-luasnya yang berarti bukan tidak mungkin lebih dari sekadar zone yang dikritik oleh berbagai negara karena melanggar kedaulatan negara yang bersangkutan

11 Press Release Strenghtening Ojfshore Maritime SecurityPrime Minister Howardrsquos Announcement Perth 15 Desember 2004

Isu S trategis dalam K ebijakan Pertahanan Australia

Selain membangun pertahanan missil bersama Amerika Serikat dalam PSI yang secara langsung maupun tidak langsung berw ujud SM-3 atau A M IZS strategi pertahanan Australia juga menekankan pada persoalan migrasi internasional Tidak dapat dipungkiri bahwa Australia adalah sebuah negara yang dibangun oleh para migran yang datang dari berbagai belahan dunia mulai dari benua Eropa Asia dan Amerika Akibat perbedaan latar belakang sosial budaya ekonomi antarw arga inilah yang kerap memunculkan persoalan dalam membangun iden titas negara A ustra lia Selain itu kehadiran para imigran yang tiap tahun kian bertambah jelas menimbulkan tambahan persoalan bagi Australia Pasalnya kehadiran m ereka d ianggap m enjadi penyebab munculkan ketidakamanan di bumi Australia akibat aksi-aksi radikal mereka Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa sebagian besar mereka merupakan imigran ilegal

Sebagai akibat semakin banyaknya migran ilegal yang masuk ke Australia maka pada September 2001 Parlemen Federal A u stra lia m elo loskan Migration Amandement (Excision from Migration Zone) Act 200712 yang ditujukan untuk mengurangi insentif bagi para migran yang masuk secara ilegal Untuk menangani persoalan migran ini Australia juga menerjunkan Australian Defence Forces (ADF) dengan menggelar operasi militer rdquoRelexrdquo yang melibatkan 5 buah kapal perang dan 4 pesawat pengintai dari sebelah barat pulau Christmas hingga Ashmore Reef

Isu pertahanan keamanan yang juga m enjadi penekanan A ustra lia adalah pengam anan atas gas lepas pantai dan eksplorasi minyak di North-West Shelf yang

12 Moira Coombs Excision from the Migration Zone Policy and Practice Research Note No 42 2003-04 1 Maret 2004 dalam httpwwwaphgovaulibrarypubsrn 2003-0404m42htm

1 0 5

terletak di pantai Australia Barat dan laut Timor yang pada tahun 2003 terjad i penyerangan atas pelabuhan kilang minyak A ustralia oleh sekelom pok teroris Ini kem bali m enunjukkan kekhaw atiran Australia atas terganggunya aset-aset vital negaranya oleh serangan teroris

U ntuk m engatasi persoalan pengam anan di kaw asan lepas pantai Australia juga melibatkan perusahaan terkait dengan melakukan amandemen terhadap the Maritime Transport Security Act 2003 (M TSA ) dengan m enugaskan peng- koord inasiannya kepada D epartem en Transport dan Pelayanan regional yang direncanakan tugas itu akan selesai dan dapat dilaksanakan terhitung mulai 30 September 200513

Selain itu isu terorisme pasca Tragedi 11 September 2001 dan Bom Bali I pada Oktober 2002 semakin menjadi perhatian lebih bagi A ustralia D itam bah dengan peledakan bom yang dibawa oleh sebuah mobil yang berhenti di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada September 2004 kembali membuat Australia lebih waspada terhadap keamanan negaranya termasuk keamanan warga negaranya di negara lain

Respons atas K ebijakan Pertahanan Australia

Dalam menganalisis respons negara- negara tetangga dan juga negara-negara yang memiliki relevansi dengan Australia dan perpolitikan internasional kami menetapkan Cina Filipina Jepang Malaysia Indonesia Selandia Baru Singapura dan Thailand

Terkait dengan perubahan lingkungan strategis dan perkembangan isu terorisme yang merebak di dunia internasional di mana negara-negara berlom ba-lom ba secara m ultilateral m elakukan latihan m iliter bersama dalam forum PSI guna memerangi

13 Interview with the Australian A ssociated PressNovember 17 2004 hlm 19

penyebaran senjata pemusnah massal Cina justru memilih untuk tidak bergabung dalam aliansi pimpinan Amerika Serikat tersebut Alasannya selain tidak sesuai dengan arah kebijakan luar negeri Cina PSI juga dianggap m elanggar hukum internasional dengan adanya aksi interdiction yang dilakukan oleh negara anggota yang berarti juga melanggar supremasi suatu negara Diperkuat dengan kedudukan Cina sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB Cina merasa memiliki tanggung jaw ab khusus untuk mewujudkan perdam aian dan keamanan internasional Cina hanya mengharapkan adanya keija sama yang erat dengan negara anggota inti PSI dan memainkan peran k o n s tru k tif dalam m engatasi m asalah tersebut14 Namun ternyata di pihak lain Cina bersama Rusia justru melakukan latihan militer bersama pada Agustus 2005 dalam rdquoPeace Mission 2005rdquo yang didasarkan pada nota kesepahaman yang ditandatangani Juli 2004 Lalu terkait dengan hubungan Australia dan Cina memang lebih signifikan dalam bidang perdagangan ketimbang pertahanan Dan persoalan keb ijakan pertahanan Australia tidak akan menjadi masalah bagi Cina selama Australia mendukung rdquoone china policy

Sementara itu hubungan Australia dan Jepang kaitannya dengan keterlibatan kedua negara dalam PSI dinilai cukup signifikan Dengan menjadi bagian dari latihan bersam a PSI Jepang mendapat keun tungan berupa pengem bangan kemampuan Pasukan Bela Dirinya dalam mencegah penyebaran senjata pemusnah massal sekaligus mengamankan kepentingan jalur laut yang dilalui kapal-kapal tanker Jepang yang membawa minyak mentah dari Timur Tengah Pengangkutan minyak mentah tersebut m elalui Terusan Suez Lautan Hindia Selat Malaka Laut Cina Selatan dan Terusan Taiwan Sedangkan kebijakan SM- 3 yang menurut pernyataan Australia baru

14 East Asia Strategic Review 2005 hlm 28

1 0 6

akan dikembangkan pada tahun 201315 justru sudah lebih dahulu dikembangkan Jepang sehingga jika Australia nanti benar-benar akan mengembangkan SM-3 akan sangat membantu Jepang dan Am erika Serikat dalam mengatasi persoalan di antaranya krisis nuklir di Semenanjung Korea

Reaksi yang cukup unik ditunjukkan oleh Selandia Baru dalam m enanggapi kebijakan pertahanan Australia terkait dengan AMIS dan SM-3 Sebagai negara di selatan Australia tentu saja radar pengamanan sejauh 1850 km akan mencapai wilayah Selandia baru Pada awalnya Menteri Luar Negeri Selandia Baru Phil Goffbereaksi cukup keras terhadap keb ijakan te rsebu t karena melanggar kedaulatan Namun beberapa waktu kem udian pihak Selandia Baru mengaku telah meminta klarifikasi terhadap Australia dan menyatakan bahwa telah terjadi kesalahan komunikasi antara Selandia Baru dan A ustra lia atas keb ijakan m aritim Australia tersebut Sejak itu ketegangan kedua negara seolah mereda dan memang perlu disadari bahwa membangun hubungan bilateral yang kondusif antara mereka lebih penting ketimbang mengedepankan konflik baik bersenjata maupun diplomatik

Sebagai kawasan yang terletak di utara Australia dan kerap dianggap sebagai ancaman bagi Australia negara-negara di Asia Tenggara dalam hal ini F ilipina Malaysia Singapura Thailand termasuk Indonesia memberikan reaksi yang cukup beragam terhadap kebijakan AMIS Reaksi yang cukup keras muncul dari Malaysia dan Indonesia karena dianggap m elanggar kedaulatan Sementara Filipina Thailand dan Singapura tidak memberikan pernyataan atau reaksi yang terbuka terkait dengan sikap mereka atas kebijakan Australia tersebut

Khususnya Indonesia berdasarkan diskusi terfokus yang dilakukan oleh tim peneliti dan juga pemberitaan di berbagai

15 Australian Defense Section-Jakarta Responses to Issues from LIPI Seminar 16 Mei 2005

media massa menunjukkan bahwa terdapat reaksi yang berbeda antarinstansi atau departemen di jajaran pemerintah Indonesia dalam menyikapi kebijakan AMIZ dan SM- 3 Pernyataan Menteri Pertahanan Indonesia Juwono Sudarsono yang terkesan keras sebenarnya cukup kondisional Sementara di bawah permukaan reaksi elite Indonesia jauh lebih keras B ahkan dalam berbagai pertem uan te rtu tu p kalangan m iliter menggunakan istilah-istilah yang tidak kalah kerasnya R eaksi berleb ihan Indonesia terhadap AMIZ selain merupakan bentuk penolakan terhadap supremasi Barat juga m enjadi salah satu cara Indonesia menunjukkan nasionalismenya dalam rangka mengukuhkan identitas nasional Namun secara umum dilihat dari awal sejarah hubungan diplomatik Indonesia-Australia hingga kini memang kerap mengalami pasang surut Keterlibatan tentara Australia dalam lepasnya Timor Timur dari Indonesia menjadi isu santer yang sempat membekukan hubungan kedua negara Selain itu perbedaan m odel kepem im pinan antara PM John Howard dengan para pendahulunya dalam menyikapi hubungannya dengan Indonesia juga m enjadi salah satu penyebab yang memperkeruh hubungan bilateral kedua negara Kasus pemberian visa terhadap 42 orang warga Papua pada awal tahun 2006 ini juga kembali menguji kekokohan hubungan kedua negara

Penutup

Perkembangan kebijakan pertahanan Australia sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan strategis khususnya di kawasan Asia Pasifik Pertahanan dan keamanan kon tinen ta l m enjadi dasar kebijakan pertahanan A ustra lia d ibandingkan pertahanan m aritim Padahal w ilayah A ustralia yang d ikeliling i oleh lautan seharusnya m enjad ikan pen ting bagi A u stra lia un tuk m em perkuat arm ada maritimnya Namun perubahan lingkungan strategis khususnya pasca-perang dingin

1 0 7

membuat Australia mulai mengalihkan fokus perhatian pertahanan keamanannya pada pertahanan maritim

Pergeseran fokus perhatian tersebut telah dimulai sejak Buku Putih Pertahanan tahun 1987 berdasarkan masukan dari Paul Dibb yang term uat dalam Dibb Report hingga Defence Update tahun 2003 pasca- tragedi 11 September 2001 yang menimpa Am erika Serikat Di dalam periodisasi kebijakan tersebut tidak terlalu terlihat pergeseran kebijakan yang signifikan tapi tetap ada penekanan-penekanan pada hal-hal tertentu Isu-isu strategis yang juga turut m em pengaruhi keb ijakan pertahanan A ustralia terkait erat dengan persoalan m igrasi ilegal yang kerap m em banjiri Australia juga pengamanan terhadap aset vital Australia di gas lepas pantai dan kilang minyak dari serangan teroris Kesemua isu strategis tersebut sesungguhnya bermuara pada ketakutan Australia terhadap serangan terorisme yang terus membayangi Australia

U paya konkre t dalam rangka m em perkuat arm ada m aritim nya dari serangan teroris pada akhir tahun 2004 A ustra lia m engeluarkan keb ijakan Australia rsquos Maritime Identification Zone yang bertujukan untuk memeriksa kapal- kapal yang akan menuju Australia dalam identitas kapal awak kapal kargo lokasi dan pelabuhan tujuan di Australia Kebijakan yang menerapkan cakupan sejauh 1850 km ini kontan mengundang reaksi keras dan berbagai respons dari negara-negara sekitarnya khususnya negara-negara yang berbatasan langsung dengan Australia di antaranya Indonesia Malaysia dan Selandia Baru Adapun rencana pengembangan SM-3 yang d iakui A u stra lia baru akan dikembangkan tahun 2013 tidak mendapat respons secara langsung yang signifikan Kekhawatiran muncul dari Cina dan negara- negara Asia Tenggara terhadap kemungkinan munculnya perlombaan senjata antamegara yang memiliki nuklir yang tentu saja akan mengancam perdamaian dunia Sementara

Jepang ju s tru te lah leb ih dahulu mengembangkan SM-3 ini bersama Amerika Serikat

Oleh karena itu sebagai bagian dari jaring-jaring pertahanan Amerika Serikat sekaligus sekutu abadi Amerika Serikat di Asia Pasifik A ustralia saat ini menjadi p e rha tian n eg ara-n eg ara tetangganya Kepentingan Amerika Serikat dianggap telah berm ain di kaw asan te rseb u t m elalui Australia dan negara Asia sekutu Amerika Serikat seperti Jepang dan Korea Selatan

D aftar Pustaka

Australian Defense Section-Jakarta Responses to Issues from LIPI Seminar 16 Mei 2005

Bhakti Ikrar Nusa dkk 1997 Persetujuan P em elih araan K eam anan R epublik Indonesia-Australia Kaitannya dengan Stabilitas dan Keamanan Regional Asia Tenggara Suatu Tinjauan Strategis Politis Kerja sama PPW-LIPI dengan Balitbang Deplu RI

Commonwealth o f Australia 1994 A ustraliarsquos D efence White P aper 1994 Defending Australia ACT AGPS

------------------- 1997 Australia s Strategic PolicyCanberra ACT Department o f Defence

-------------------- 2001 Defence White Paper 2000Defence 2000 Our Future Defence Force Canberra ACT Department o f Defence

2003 A u stra lia rsquos N ationalSecurity A Defence Update Canberra ACT Department o f Defence

2005 W eapons o f M assDestruction Australia rsquos Role in Fighting Proliferation Practical Responses to New Challenges Canberra ACT Australian Government

Coombs Moira Excision from the Migration Zone Policy and Practice 1 Maret 2004 Research N ote N o 42 20 0 3 -0 4 dalam http wwwaphgovaulibrarypubsm2003-04 04m42htm

East Asia Strategic Review 2005

Interview with the Australian Associated Press November 17 2004 hlm 19

1 0 8

Prime Minister Howardrsquos Announcement 15 Desem ber 2004 Press Release ldquoStrenghtening Offshore Maritime Securityrdquo

Review o f Australia s Defence Capabilities 1986 Report to the Minister for Defence by Mr Paul Dibb Canberra AustralianGovernment Publishing Service

Tewes Alex 2005 Australia rsquos Maritime Strategy in the 21st Century Research Brief No4 2004-05 Foreign Affairs Defence and Trade Sections Canberra Parliament o f Australia Parliamentary Library dalam http wwwaphgovaulibrarypubsRB2004-05 05rb04htm

1 0 9

Review Buku

KEKERASAN A LA KAPITALISMESebuah Telaah atas Buku Violence and D em ocratic Society

Athiqah Nur Alami (Kandidiat Peneliti P2P-LIPI)

Judul BukuPenulisPenerjemahPenerbitHalaman

Violence and Democratic Society Prof DR Jamil Salmi PhD Slamet Raharjo Kelompok Pilar Media Februari 2005 292 halaman

Abstract

The rise o f capitalism at the present does not mark it as a glorious ideology Capitalism has many dark sides that we should aware One o f the dark sides that is worth to be noticed is the emergence o f violence against human that happened to maintain the existence o f Capitalism itself The Violence has various forms direct violence and indirect violence Each form o f the violence brings conseguence that is often disrespect the universal human rights

Istilah kekerasan dan kapitalisme berasal dari dua akar ilmu sosial yang berbeda Kekerasan m erupakan istilah dalam

sosiologi sedangkan kapitalisme muncul dalam ilmu ekonomi Namun demikian kedua istilah tersebut memiliki keterkaitan karena ternyata paham kapitalisme yang kemudian berkembang tidak hanya di bidang ekonomi tapi juga politik mempengaruhi berbagai sendi kehidupan masyarakat dunia saat ini term asuk m enjadi salah satu penyebab te rjad in y a kekerasan baik langsung maupun tidak langsung

Teori-teori tentang kapitalisme yang berkembang pada abad ke-18 19 dan 20 berada dalam konteks revolusi industri dan imperialisme Eropa serta perang dingin Para teoritisi tersebut menggambarkan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonom i yang

bercirikan modal dim iliki oleh individu swasta dan keputusan ekonomi ditentukan oleh pasar1

Konstelasi perpolitikan dunia pascashyperang dingin mengalami perubahan yang cukup signifikan Runtuhnya komunisme di Uni Soviet dan pertumbuhan ekonomi pasar sosialis di Cina serta globalisasi semakin memperkuat paham kapitalisme dunia Tesis F rancis Fukuyam a yang m entakdirkan kapitalisme sebagai ldquopemenang tunggalrdquo semakin membuat yakin dunia bahwa tidak ada ideologi lain yang bisa bertahan selain kap ita lism e K em enangan liberalism e ekonomi dan politik serta demokrasi liberal Barat yang gemilang membuktikan bahwa

1 Capitalism-Wikipedia the free encyclopedia yang diakses pada 3 Juli 2006

111

liberalisme merupakan satu-satunya ideologi pemerintah yang paling tepat

N am un di ba lik kejayaannya kapitalisme ternyata menyimpan wajah gelap yang perlu kita kritisi bersama Jurang pemisah masih menganga di antara retorika kem enangan kapitalism e dan sisi gelap kehidupan sehari-hari umat manusia

Di balik jargon-jargon kapitalisme yaitu kemajuan (progress) pertumbuhan (growth) dan kemakmuran (prosperity) terdapat m asalah-m asalah dunia seperti kelaparan kemiskinan tuna wisma buta huruf rendahnya tin g k a t kesehatan pengangguran ketim pangan sosia l peredaran obat terlarang dan segala bentuk kekerasan

Violence and Democratic Society yang ditulis oleh Prof Dr Jamil Salmi PhD ini berusaha untuk menguak segala tabir gelap kapitalisme tersebut dan membuka m ata p ik iran k ita bahw a kap ita lism e bukanlah sebuah ideologi pemenang seperti yang dilontarkan oleh Fukuyama Buku ini m engkaji ke terkaitan langsung antara berbagai aspek dalam tindak kekerasan yang terjadi akibat biasnya pandangan kapitalisme terhadap kekerasan tersebut Kategorisasi bentuk kekerasan sebagai modus pelanggaran hak asasi m anusia perangkaian secara struktural dan etis mengenai peran dan ldquokeberm aknaanrdquo kekerasan m erupakan dampak akumulasi modal dalam sistem kapitalisme

Istilah kekerasan dalam ranah kapitalisme yang terdapat dalam buku ini bermakna kekerasan bukanlah kecelakaan atau kesalahan tapi justru diperlukan demi keberlangsungan kapitalisme Kekerasan dilihat bukan dari kacamata pemerintah tapi dari kacamata korban kekerasan Definisi korban kekerasan baik perorangan maupun kelom pok ada baiknya m engacu pada Deklarasi Prinsip-Prinsip Dasar Keadilan bagi Korban Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan terutama pada paragraf 1 dan 2 yaitu ldquoKorban berarti orang yang secara

pero rangan dan kelom pok m enderita kerugian termasuk cedera fisik dan mental penderitaan emosional kerugian ekonomi atau perampasan nyata terhadap hak dasar merekardquo2

Kritik atas Pendekatan dalam Memandang Kapitalisme

Profesor asal Maroko dari Institute o f Educational Panning di Rabat ini mengawali uraiannya dengan membeberkan lima jenis k a rak teristik pendekatan persepsi dan perhatian masyarakat demokratis-kapitalis yang bias tidak benar saling berkaitan dan saling m elengkapi dalam m em andang kekerasan

Pertama ia mengungkapkan adanya analisis yang dangkal atau superficial atas m akna kekerasan M edia m assa hanya memberitakan aspek-aspek kekerasan yang paling mudah dilihat secara visual sedangkan bentuk-bentuk kekerasan atau pelanggaran hak asasi manusia yang menurut mereka tidak layak d iberitakan tidak akan dim uat meskipun kekerasan itu sangat dramatis Perhatian pub lik hanya terfokus pada kekerasan yang instan dan sensasional yang digembar-gemborkan media massa seperti perampokan bank pembajakan pesawat Namun demikian tidak menaruh perhatian pada seorang kondisi im igran dari suku Indian Barat di London atau Puerto Rico di New York atau Arab di Paris yang menjadi korban kekerasan

Kedua adanya analisis yang kurang proporsional oleh masyarakat Barat Mereka melebih-lebihkan wilayah dan intensitas kekerasan yang sebenarnya tidak begitu serius atau mereka mereduksi suatu tindak kekerasan sehingga dampaknya menjadi minimal Ketika orang membandingkan jumlah korban teroris sikapnya terhadap pelaku terorisme di Eropa seperti IRA Action Directe Brigade M erah atau Al-Qaeda

2 Theo van Boven Mereka yang Menjadi Korban ELSAM Jakarta 2002 hlm 6

1 1 2

tidak lah sam a sikap m ereka terhadap serangan yang dilakukan pemerintah Israel terhadap bangsa Palestina Lebanon Tunisia dan Irak

Setelah m em bandingkan sikap masyarakat Barat terhadap kasus kekerasan terlihat adanya ketidakproporsionalan sikap Barat terhadap kekerasan Tidak proporsional ini te rjad i karena konsep ten tang perlindungan hak asasi m anusia yang dimaknai sempit Ketika parlemen Prancis m em bahas kem ungkinan penghapusan perbudakan selam a abad k e -19 top ik utamanya yaitu berapa banyak kompensasi yang harus diterim a pem ilik budak jika perbudakan d ihapuskan bukan pada kompensasi yang harus diterima oleh para budak yang sekian tahun menderita dan dibelenggu kebebasannya

Ketiga adanya analisis individualis- tik yang keterlaluan Maksudnya yaitu hanya memperhitungkan faktor-faktor individu yang pada kenyataannya dianggap sebagai pendekatan yang objektif Hubungan kausal antara kekerasan yang diamati dan struktur sosial yang m elingkupinya dilenyapkan secara sistematis Konsekuensinya analisis te rsebu t gagal m enelusuri hubungan- hubungan logis antara seorang individu sebagai pelaku atau korban dan kelompok atau kelas sosial darimana dia berasal

Di masa lampau ketika Afrika dijajah Prancis Inggris Spanyol dan Portugal kaum nasionalis yang berjuang melawan penjajah digambarkan dan dituduh sebagai gangster agitator ekstremis pemimpin gerombolan atau pembunuh bukannya sebagai pejuang kebebasan Kini ketika kelompok oposan menentang rezim-rezim brutal di El Salvador Guatemala atau Afrika Selatan yang terpaksa m enggunakan kekerasan m ereka tidak pernah dianggap sebagai pa trio t yang menentang tatanan sosial yang represif dan tidak adil namun sebagai teroris fanatik yang hanya bertujuan menciptakan anarki dan keporakporandaan

M enurut Salm i kelem ahan dari analisis individualistik ini adalah kenyataan analitis yang mengesampingkan sepenuhnya bentuk-bentuk kekerasan institusional terutama yang dilakukan oleh negara itu send iri Ind iv idu yang m elaksanakan kekerasan dipersalahkan tapi tidak ada seorang pun yang mendakwa pihak lain di balik layar atau dalang dari state terrorism ini T erlihat m isa lnya k e tika sejarah memutuskan hanya ada satu tertuduh dalam pembunuhan massal My Lai yang dilakukan oleh pasukan Amerika Serikat secara biadab terhadap 450 orang penduduk desa di Vietnam Selatan yaitu Letnan W illiam Calley Sem entara kitapun tidak pernah menentang keterlibatan AS di Vietnam

Tuduhan atas pelaku terorisme yang selam a ini berkem bang leb ih banyak diarahkan pada non-state actors dan jarang mengungkap pelaku state actor Padahal m enurut Prof Igo r P rim oratz dalam tulisannya berjudul State Terrorism and Counterterrorismrdquo3 state terrorism justru lebih berbahaya daripada non-state terrorism Alasan pertam a dalam berbagai cara state terrorism merupakan gabungan dari aksi yang penuh kerahasiaan tipu daya dan kemunafikan Ketika terlibat dalam suatu aksi terorisme mdash apakah pelakunya negara itu sendiri atau negara proxinyamdashsebuah negara akan bertindak sembunyi-sembunyi Suatu negara tid ak m engakui segala bentuk keterlibatan dan mengaku taat pada nilai-nilai dan prinsip yang m engaturnya Bahkan alasan yang digunakan ketika melakukan tindakan terorisme adalah sebagai legitimasi tindakan perang atau dalam rangka menjaga pertahanan dan keamanan negara Kedua Primoratz mengutip tulisan Walter Laquer dalam buku The Age o f Terrorism yang m enyatakan bahwa tindakan teror yang

3 Prof Igor Prim oratz State Terrorism and Counterterrorism Working Paper Number 20023 Centre for Apply Philosophy and Public Ethics dalam httpeprintsunimelbeduauarchive0000013701 Primoratpdf

1 1 3

dilakukan oleh negara po lisi dan pemerintahan tirani bertanggung jawab atas ribuan kali leb ih banyak korban dan kesengsaraan ketimbang tindakan terorisme individu yang dilakukan bersama-sama

K ritikan terak h ir Salm i atas pendekatan dalam memahami kekerasan bahwa kekerasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia sering ditampilkan hanya dengan analisis sepihak atau satu sisi pandangan ideologis Ini terlihat dalam kekhawatiran pemerintah Amerika Serikat terhadap upaya pelaksanaan hak asasi manusia di negerinya Ayatollah Khomeini Iran akan tampak lebih diakui dan absah jika sikap penghargaan atas pelaksanaan hak asasi manusia tersebut diberikan kepada Syah Iran yang m enyiksa law an-law an politiknya melalui tangan-tangan polisi rahasianya di saat Syah berkuasa Kekerasan yang bias dan sengaja juga tampak dalam pilihan kata dan ungkapan yang digunakan oleh media massa Perlakuan terhadap gerakan pemberontakan Palestina (Intifadha) selama akhir tahun 1980-an adalah contoh lain yang jelas-jelas d iberitakan secara b ias O pini pub lik A m erika Serikat yang diarahkan lebih bersimpati kepada Israel terlihat sangat nyata dalam pemberitaan media Ketika ratusan orang Palestina dibunuh oleh tentara Israel yang ditempatkan di Tepi Barat dan Jalur G aza pers A m erika Serikat hanya m em beritakannya di halam an pojok Sementara itu kematian seorang warga Israel menjadi headline dan diliput di halaman muka Pemberitaan tentang kematian Tirzah Poret seorang korban ldquoterorismerdquo Palestina yang tidak berdosa yang dimasukkan dalam tajuk rencana Washington Post tertanggal 8 April 1988 berlawanan dengan pemberitaan yang kering dan sangat tidak berimbang tentang meninggalnya 130 orang Palestina lanjut usia di Tepi Barat

Bentuk-Bentuk Kekerasan

Bagian berikutnya dalam buku ini yang sem akin m enarik ya itu setelah menelaah berbagai pendekatan masyarakat kapitalis dalam m em andang kekerasan Salm i berupaya m engkategorisasikan berbagai kekerasan tersebut ke dalam empat bentuk kekerasan Di dalam merumuskan em pat ben tuk kekerasan te rsebu t dia mensyaratkan harus memenuhi dua kriteria yang d idasarkan pada ben tuk-ben tuk kekerasan yang analitis tidak parsial dan teliti yaitu objektivitas (objectivity) dan kelengkapan yang mendalam (exhaustivity) Bentuk kekerasan tersebut adalah kekerasan langsung kekerasan tidak langsung kekerasan represif dan kekerasan alienatif

Bentuk kekerasan yang pertama yaitu kekerasan langsung Kekerasan ini merujuk pada tindakan yang menyerang fisik atau psikologis orang secara langsung Penggunaan kekerasan langsung ini menurut Salmi mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai cara untuk mengakses sumber daya alam sebagai cara yang efektif untuk mencari tenaga keija dan sebagai cara untuk menjaga kelangsungan kapitalisme hingga sekarang ini Sepanjang catatan sejarah suatu bentuk kegiatan ekonomi kapitalisme tidak bisa berkembang di lingkungan yang sumber daya alamnya masih perawan dan tersedia secara bebas untuk sem ua orang Kapitalism e membutuhkan persediaan sumber daya alam (tanah air minyak dan bahan mineral) yang dimiliki oleh sektor privat (swasta) atau penguasaan sumber daya alam oleh swasta sebagai ben tuk peno lakan terhadap kepemilikan atau penguasaan sumber daya alam secara kelompok

Sejarah Amerika Serikat sepanjang abad ke-18 diwarnai tindakan perampasan tanah-tanah bangsa asli orang kulit berwarna (suku Indian) oleh orang kulit putih Sebelum

114

tahun 1860 penduduk Indian telah berkurang hampir dua pertiga M impi suku Indian berakhir pada 18 Desember 1890 ketika pasukan Amerika Serikat membunuh 200 orang laki-laki perempuan dan anak-anak di Wounded Knee

Penggunaan kekerasan untuk mengontrol sumber daya alam bukan hanya terjadi di masa lampau Di Amerika Serikat juga suku Navajo Indian di bagian barat daya dan suku Sioux di D akota terusik oleh perusahaan-perusahaan pertambangan besar yang sangat bernafsu mengeruk batu bara dan uranium yang ada di daerah kekuasaan suku Indian itu Begitu juga yang teijadi pada suku Aborigin di Australia Tasmania Selandia Baru dan Tahiti

Fungsi untuk mencari tenaga kerja juga diyakini Salmi sebagai tujuan dari kekerasan langsung Banyak pekeija di Haiti setiap tahunnya d irekru t dengan ja lan ldquoditangkap dirazia dan dipaksardquo kemudian dik irim ke R epublik D om inica untuk dipekerjakan di perkebunan tebu Fungsi ini memang banyak ditemukan di negara Dunia Ketiga Bentuknya antara lain pertama perbudakan hutang Di banyak negara ketika dalam keadaan sulit misalnya gagal panen maka untuk bertahan hidup para petani terpaksa meminjam uang dari rentenir Jika panen beriku tnya gagal lag i m ereka memasuki pintu perbudakan karena jeratan hutang Fenomena ini banyak berkembang di India dan Bangladesh Bentuk kedua dari keija paksa berhubungan dengan penggunaan tahanan atau narapidana sebagai tenaga keija yang ldquod ik o n trak rdquo oleh perusahaan- perusahaan sw asta Di K olom bia perusahaan-perusahaan Amerika Serikat menggunakan beribu-ribu tahanan sebagai tenaga kerja dengan gaji yang tidak masuk akal B entuk ketiga yaitu beberapa pemerintah mengambil tenaga kerja secara paksa dan menggunakannya untuk bekeija di sektor publik tanpa digaji Praktik ini banyak teijadi di Indonesia Liberia dan Pakistan

Fungsi kekerasan langsung yang terakhir terletak pada upaya melestarikan tatanan orde kapitalism e Pada tingkat internasional sebagian besar negara dengan sistem ekonomi kapitalis rezim politiknya bersifat otoriter Kecuali di negara-negara Barat yang demokratis dan beberapa negara Dunia Ketiga yang belakangan ini telah mengganti pemerintahan diktatornya dapat d iam ati bahw a pem bunuhan dengan kepentingan politik pembunuhan massal masyarakat sipil penahanan yang semaunya sendiri penculikan dan ldquopenghilangan o rangrdquo m erupakan m etode yang biasa digunakan di seluruh dunia untuk meredakan tuntu tan kebebasan dan keadilan yang berlebih

Salmi dapat menyimpulkan bahwa dim ensi ekonom i turut berperan dalam sebagian besar perang dan konflik yang pecah mulai abad ke-15 Di antaranya terlihat dalam konflik Utara-Selatan Bentuknya antara lain perdagangan budak perang m elaw an pen jajah perang un tuk m em peroleh kemerdekaan dan intervensi m iliter saat perang dingin Jelas bahwa semua konflik itu tujuan pokoknya adalah untuk memenuhi tu juan-tu juan ekonom is seperti upaya perluasan wilayah kekuasaan upaya untuk mengendalikan sumber daya alam pencarian pasar-pasar baru atau peluang investasi atau kebutuhan untuk mencari tenaga keija murah Dan penggunaan senjata dalam kekerasan langsung bukanlah sekadar cerita yang mengada-ada dalam sejarah kapitalisme Bahkan hal ini merupakan cara yang wajar untuk m enciptakan m elestarikan atau mengubah hubungan-hubungan ekonomi dan sosial yang menjadi ciri sistem produksinya

B entuk kekerasan k e d u a yaitu kekerasan tidak langsung yang bermakna tindakan yang membahayakan manusia juga tetapi tidak melibatkan hubungan langsung antara korban dan pihak yang bertanggung jawab atas tindak kekerasan tersebut

Salmi mengkategorikan kekerasan tidak langsung ke dalam dua jenis yaitu

1 1 5

kekerasan yang dimediasi atau termediasi dan kekerasan dengan atau karena pembiaran

K ekerasan yang d im ediasi atau term ediasi m erupakan hasil intervensi manusia secara sengaja terhadap lingkungan alam atau sosial yang membawa pengaruh secara tidak langsung pada manusia lain Pokok kajian dari bentuk kekerasan ini ada em pat ya itu pengaruh ko lon ialism e pengaruh fisik proses produksi pengaruh sifat hasil-hasil produksi dan pengaruh kemajuan teknologi

Selain tindakan m iliterism e kolonialism e m em iliki pengaruh pada kehidupan m asyarakat te rja jah yang memburuk M isalnya berupa penyebaran epidemi penyakit yang berbahaya rusaknya keseimbangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat dan wabah kelaparan akibat supply makanan yang minim

Contoh lain dari kekerasan yang term ediasi dapat d item ukan dalam berjalannya proses produksi Di banyak industri para pekerja setiap hari melakukan kontak dengan limbah produksi atau mesin yang mengancam keselamatan dan kesehatan mereka karena mengakibatkan keracunan alergi kulit keguguran atau mutasi genetik dan penyakit kronis Proses produksi secara fisik tidak hanya berdampak pada pekeija tapi ju g a m em baw a konsekuensi bagi lingkungan di luar perusahaan tersebut K erusakan eko log is ini dapat berupa kerusakan lingkungan alam dan penipisan sumber daya alam yang dapat diperbaharui

S ifa t-s ifa t hasil produksi m enciptakan bentuk kekerasan yang termediasi yang lain dalam sistem ekonomi kapitalis Karena tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan sebanyak- banyaknya maka mereka menjual semua yang diproduksi Ini berarti bahwa kemampuan menjual sebuah produk menjadi kriteria pokok dalam menentukan barang dan usaha produksi Sehingga produk yang dijual kurang memperhitungkan dampak negatif atau positif produk tersebut bagi kesehatan

dan keselam atan konsum en Di negara- negara industri terdapat hubungan yang jelas antara produk yang dikonsumsi masyarakat dan penyakit yang mereka derita Konsumsi daging dan lemak yang berlebihan dapat menyebabkan penyakit jantung hepatitis dan sebagainya

Bentuk kekerasan termediasi lainnya terlihat pada dampak kemajuan teknologi Selam a m asa p en ja jahan kehidupan masyarakat tradisional pedesaan di banyak negara secara b ru ta l berubah dengan d iperkenalkannya ldquopertan ian untuk p erdaganganrdquo dan seiring dengan menurunnya hasil pertanian dengan sistem trad is io n a l R evolusi e lek tron ik ju g a berdam pak n eg a tif bagi negara-negara berkem bang ya itu m enam bah jum lah pengangguran dan memperdalam jurang kaya miskin Namun ini tidak berarti bahwa kemajuan teknologi itu buruk Keburukannya tidak terletak pada teknologinya saja tapi ju g a cara m enggunakannya untuk berproduksi dan bidang apa yang seharusnya m enggunakan teknolog i canggih serta teknologi apa yang harus dikembangkan atau ditunda

Kategori kedua dari kekerasan tidak langsung menurut Salmi yaitu kekerasan karena pembiaran Jenis ini digambarkan dengan seseorang yang berada dalam keadaan bahaya nam un tid ak ada orang yang m enolongnya B entuknya antara lain kem iskinan isu kelaparan penderitaan karena sak it serta lingkungan kerja masyarakat miskin

Kemiskinan dan ketidakadilan sosial di negara-negara kapitalis adalah bentuk paling jelas dari kekerasan karena pembiaran Kesenjangan pendapatan ekonomi antara negara kaya dan berkembang merupakan aspek pertama dalam kekerasan jenis ini Implikasi dari tingkat ketidakadilan yang tinggi ini yang telah diteliti di sebagian besar negera-negara tersebut adalah ternyata sebagian besar m anusia hidup dalam kemiskinan mutlak Untuk mengetahui asal

116

usul k e tidakad ilan di dalam ekonom i kapitalis kita perlu melihat faktor determinan yang mempengaruhi distribusi pendapatan Distribusi pendapatan sangat terkait dengan proses produksi Salmi m enyitir prinsip distribusi pendapatan yang diutarakan oleh Milton Friedman dalam buku Capitalism and Freedom bahwa setiap orang seharusnya m enerim a sesuai dengan apa yang diproduksinya berikut alat-alat produksi yang dimilikinya Menurut prinsip ini pendapatan setiap individu ditentukan oleh kuantitas fak tor p roduksi yang d im ilik inya dan besarnya keuntungan yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi tersebut Namun perm asalahannya te rn y a ta d is tribusi kepem ilikan modal tidaklah adil Agar ekonomi kapitalis dapat beroperasi maka harus memiliki pasar buruh di mana tenaga mereka dapat ditukar dengan upah Jika alat produksi (tanah dan modal) terdistribusi secara adil tidak akan ada perbedaan antara buruh dan pemilik alat produksi sehingga tidak ada orang yang merasa terpaksa bekeija untuk m endapatkan upah Sum ber ke tidakad ilan beriku tnya ya itu tidak setaranya keuntungan yang diperoleh dari modal dan buruh Perbedaan ini disebabkan pem ilik a la t-a la t p roduksilah yang memutuskan pembayaran untuk setiap faktor produksi

K rim inalitas dengan kekerasan langsung ju g a m erupakan ak ibat dari kem iskinan di banyak negara Salm i menyatakan dalam sebuah studi tentang kriminalitas menyebutkan bahwa masyarakat dengan distribusi kesehatan dan kekuasaan yang tidak adil cenderung menghadapi m asalah k rim inalitas yang besar dan sebaliknya Lingkungan kerja masyarakat miskin sering kali juga diwarnai dengan kekerasan karena pembiaran

B entuk kekerasan yang ketiga menurut Salmi yaitu kekerasan represif Kekerasan ini merupakan kekerasan yang dilegalkan atau tidak dikenakan sanksi atas pelanggaran terhadap hak-hak dasar

masyarakat yang umumnya dilakukan oleh negara atau pemerintah Bentuk kekerasan ini terkait dengan 3 macam hak dasar manusia yaitu hak sipil hak politik dan hak sosial

Untuk sem akin m engkonkretkan bentuk kekerasan ini Salmi menjabarkannya ke dalam studi kasus yang berbeda-beda di berbagai negara seperti Inggris India Republik Federal Jerman Swiss Jepang Australia Kanada Prancis dan Amerika Serikat Salah satu contohnya adalah yang terjadi di A ustralia K esejahteraan dan demokrasi di Australia ternodai oleh praktik rasis dan re p re s if te rhadap penduduk Aborigin Suku Aborigin secara historis dicabut hak-hak tradisionalnya dan hak atas tanah leluhurnya Kehidupan keseharian dan hak-hak politik mereka dibatasi

Bentuk kekerasan keempat akibat paham kapitalisme yaitu kekerasan alienatif Kekerasan ini merujuk pada pencabutan hak- hak individu yang lebih tinggi Konsep kekerasan ini memiliki makna objektif dan makna subjektif Dalam makna objektif alienasi merupakan sebuah fenomena sosial dimana seorang individu tercabut haknya untuk menentukan nasib sendiri misalnya ditolak hak atau kesem patannya untuk berperan ak tif dalam proses pembuatan keputusan tentang karakter dan orientasi kehidupan profesional serta sosial dirinya Sedangkan dalam makna subjektif alienasi secara esensial memiliki makna psikologis dan mengacu pada situasi dimana individu m erasa asing dengan d irinya sendiri kebudayaannya atau komunitasnya

Kekerasan alienatif memiliki dampak di berbagai bidang Di antaranya pada organisasi keija modem Di dalam organisasi yang seperti ini setiap pekerja memiliki kekuasaan dan tanggung jawab yang sempit sehingga keterlibatan dan partisipasi nyata m ereka di dalam proses pengam bilan keputusan yang bersifat global menjadi terpinggirkan

Jenis kekerasan yang diakibatkan oleh ekonomi kapitalis ini tidak hanya

1 1 7

mempengaruhi orang yang bekerja di pabrik- pabrik dan kantor modem tapi juga orang dan komunitas yang hidup di pinggir-pinggir sistem ekonomi modem Hal ini teijadi setiap kali perusahaan kapitalis berbenturan dengan sebuah sistem ekonomi tradisional yang sedemikian hingga membatasi dan mencegah kegiatan-kegiatan produksi dimana pola kehidupan kultural dan sosial masyarakat yang bersangkutan tergantung padanya

Dimensi lain dari kekerasan alienatif yaitu rasisme Rasisme bukan hanya berupa kebencian untuk mengisolasikan beberapa orang pinggiran yang mempunyai ide-ide yang menyimpang tapi esensinya merupakan sebuah fenomena sosial dan perannya sama dengan ideologi dalam masyarakat kapitalis

Seksism e dapat ju g a dianggap sebagai sebuah bentuk rasisme Dengan dalih adanya perbedaan psikologis dan biologis yang fundam ental antara laki-laki dan perempuan hierarki sosial telah berkembang jauh sehingga menguntungkan kaum laki- laki Perempuan khususnya ditempatkan sebagai subordinat yang berakibat pada semua aspek kehidupan sehari-hari yang biasanya berorientasi domestik Bentuk lain dari kekerasan a lienatif yaitu adanya pemujaan terhadap perilaku konsumtif yang terjadi di negara-negara industri maju

Bagian akhir buku ini disimpulkan oleh Salmi bahwa kekerasan merupakan fenomena multisegi yang berkaitan dengan sebab-sebab khusus dan akibat-akibatnya serta merefleksikan adanya keyakinan penuh bahwa terdapat nilai-nilai hak asasi manusia yang universal

Bila sedikit membandingkan dengan teori peradaban yang dikemukakan oleh Johan Galtung4 kategori kekerasan dibagi menjadi kekerasan langsung kekerasan struktural dan kekerasan kultural Khususnya tentang kekerasan kultural yang tampaknya tidak secara eksplisit dikemukakan oleh

4 Johan Galtung Studi Perdamaian Pustaka Eureka 2003 hlm 431

Salm i G altung berpendapat bahw a kekerasan kultural terjadi ketika aspek budaya ranah simbolik kita dapat digunakan untuk m enjustifikasi atau m elegitim asi kekerasan langsung atau struk tural Kekerasan kultural merupakan kekerasan langsung yang dilegitim asi dan dengan demikian dapat diterima di tengah-tengah masyarakat Misalnya asumsi yang dibangun bahwa pembunuhan atas nama negara adalah benar sedangkan atas nama individu adalah salah sesungguhnya dapat mengaburkan realita yang teijadi

Akhir kata buku setebal 292 halaman ini kaya akan referensi peristiwa sejarah konkret yang pernah terjadi di berbagai negara sebagai ben tuk dari berbagai kekerasan b eserta fak to r-fak to r yang m elatarbelakanginya S truktur buku ini sangat sistematis dan dalam beberapa hal cukup netral dalam menilai bentuk-bentuk kekerasan yang pernah terjad i dalam peradaban manusia Meskipun subjektivitas yang menggambarkan tuntutan kesetaraan dan keadilan yang proporsional antara negara maju dan negara berkembang bahkan dengan negara Dunia Ketiga kerap muncul dalam pemikiran Salmi Kemudian yang menarik buku ini dapat dijadikan kerangka berpikir untuk melakukan studi tentang kekerasan di segala lapisan masyarakat dalam situasi apa pun

Daftar Pustaka

Galtung Johan 2003 Studi Perdamaian Jakarta Pustaka Eureka

Primoratz Igor Sta te Terrorism and Counterterrorism Working Paper Number 20023 Melbourne Centre for Apply Philosophy and Public Ethics dalam http eprintsunimelbeduauarchive00000137 01Primoratpdf

Van Boven Theo 2002 Mereka yang Menjadi Korban Jakarta ELSAM

Wikipedia Capitalism Yang diakses pada 3 Juli 2006

118

Tentang Penulis

Adriana Elisabeth Peneliti Bidang Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Ia memperoleh gelar Master o f Social Sciences in International Relation dari University o f Tazmania Bidang kajian yang ia tekuni antara lain adalah ekonomi politik

Amiruddin al Rahab adalah inisiator Pokja Papua dan Peneliti di ELSAM-Jakarta Peneliti berdarah Temate dengan fokus kajian mengenai Papua ini sedang melanjutkan studi S2-nya pada proram Pascasaijana Universitas Indonesia

Athiqah Nur Alami kandidat peneliti pada Bidang Politik Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Ia menamatkan SI dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Ia mendalami bidang kajian Australia dan bidang gender

Indriana Kartini saijana Hubungan Internasional FISIP Unpad yang lulus pada tahun 2002 ini adalah peneliti Bidang Politik Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Kontributor bukuSaddam Melawan Amerika (2003) ini aktif di ISMES the Indonesian Society for Middle East Studies) Saat ini tengah melanjutkan studi S2 di University o f Melboume Australia

Lili Romli lahir di Serang-Banten Ia merupakan peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI Selain itu ia juga mengajar di almamaternya pada Jurusan Ilmu Politik FISIP UI Saat ini ia sedang melanjutkan program doktor ilmu politik di Universitas Indonesia Menulis di beberapa jumal ilmiah dan aktif melakukan penelitian berkaitan dengan pemilu partai politik lembaga perwakilan dan otonomi daerah

Syafuan Rozi Peneliti Bidang Politik Nasional Pusat Penelitian Politik LIPI ini mendapatkan gelar SI dan S2-nya dari Universitas Indonesia Fokus kajian peneliti kelahiran Bengkulu ini adalah mengenai konflik dan birokrasi Selain sebagai peneliti ia juga aktif mengajar di IISIP Jakarta

Syamsuddin Haris Ahli Peneliti Utama Pusat Penelitian Politik LIPI Lahir di Bima menyelesaikan SI dari FISIP Unas S2 dari FISIP UI dan tengah menyelesaikan doktoral di FISIP UI Sejumlah karyanya yang telah diterbitkan adalah Demokrasi di Indonesia Gagasan dan Pengalaman (1995) Menggugat Politik Orde Baru (1998) Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru (editor 1998) Reformasi Setengah Hati (1999) dan Desentralisasi dan Otonomi Daerah (editor 2005)

1 1 9

Beberapa Karya Peneliti P2P-LIPI

S tra te g i ASEANdalam P erluasan ASEAN+3 Indonesia-Rusia

Reformasi

pWniirsquoiWSl feTafiAe

E d ito r Lili Romli

Selain karya tersebut masih terdapat karya-karya lain Untuk informasi lebih lanjut hubungi Pusat Dokumentasi dan Informasi P2P-LIPI Widya Graha Lt III Jl Jend Gatot Subroto No 10 Jakarta

InformasiHasil Penelitian Terpilih

Auslraliadan inggris1K a su s S u j i K S i T e n ga h M alu ku i raquo M ata ku U ta ra

w i

zm PMinoritasMuslim

w y - i

PERTAHANAN AUSTRALIA ~ 2000-2005

H mdash 0AN

laquopraquo

r- ASIA

ldquo SPONS NEGARA-NEGARA ASIA TIMUR DAN SELANDIA BARU

m j

ilm u Pe n g e ta h u a n ifittenesia

Page 5: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id

kekuatannya selalu dikampanyekan sebagai ancaman serius bagi NKRI Obsesi itu tumbuh dari cara pandang yang melihat gerakan menuntut pengakuan identitas politik Papua sekadar masalah ldquobom waktu yang ditinggalkan Belandardquo atau buah dari hasutan kelom pok separatis bukan m erupakan persoalan mendasar yang berkaitan dengan rasa keadilan dan harga diri orang Papua Maka dari itu untuk mengenyahkan ldquohantu OPMrdquo itu kebijakan yang diambil di Papua adalah menghancurkan OPM secara fisik (membunuh)5 dengan menggelar operasi militer berkesinambungan (DOM) dari tahun ke tahun

Dr Benny Giyai seorang rohaniwan dan intelektual Papua m encatat bahwa pengalaman di bawah cengkraman militer itu merupakan pengalaman pahit yang tak akan pernah terlupakan oleh orang-orang Papua Benny menuliskan bahwa dalam seluruh pengalaman pahit itu orang Papua merasa d iperlakukan bukan sebagai m anusia melainkan hanya sebagai objek yaitu objek operasi militer6

Sejarah sebagai objek kekerasan itushylah yang selalu diingkari oleh Indonesia sampai hari ini Pihak-pihak m iliter atau aparat keamanan di Papua sama sekali tidak pernah merasa melakukan kejahatan terhadap siapa pun di Papua karena operasi-operasi m ilite r yang m ereka lancarkan atau penangkapan-penangkapan serta penyiksaan

5 Membunuh di Papua sungguh dalam artian harfiah Pembunuhan terhadap Arnold Ap tahun 1984 atau pembunuhan terhadap Theis H Eluay tahun 2002 adalah contoh dari kebijakan itu Bahkan Kasad Jenderal Ryamizar Ryakudu menyatakan para anggota Kopassus yang telah divonis oleh Pengadilan Tinggi Militer Surabaya terbukti membunuh Theis sebagai Pahlawan NKRI

6 Benny Giyai Menuju Papua Baru Beberapa Pokok Pikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham- Dieyai 2000 Dalam pandangan Benny hari merdeka itu adalah hari datangnya kebahagian sehingga penderitaaan tidak lagi menjadi hari-hari orang Papua Selain itu Benny juga meyakini bahwa hari itu akan datang sebagaimana kosmologi orang Papua yang meyakini bahwa waktu berputar antara susah menuju senang dalambabakan-babakan tertentu Hlm 8mdash 9

atau pembunuhan dengan segala bentuknya di Papua hanyalah dalam rangka menjalankan tugas sebagai pe lindung NKRI dari rongrongan organisasi yang disebut sebagai OPM

Tulisan ini berusaha membeberkan operasi-operasi m iliter yang digelar oleh Kodam yang berpataka ldquoPraja Ghupta Virardquo (Ksatria Pelindung Masyarakat) di Papua Dalam pandangan orang-orang Papua ABRI alih-alih menjadi pelindung malah menjadi seperti pagar makan tanam an Operasi- operasi militer mendatangkan kesengsaraan lahir dan batin bagi orang-orang Papua Pandangan orang Papua itu masih bertahan sampai saat ini sehingga mendorong mereka m enuntu t m erdeka karena rendahnya kepercayaan terhadap instansi pemerintah yang ada di Papua

Dalam keperluan tulisan ini operasi- operasi militer yang berjalan terus-menerus dilihat sebagai kemenangan politik ABRI dalam melakukan bargaining dengan aktor- ak to r negara la in dalam m engam bil kebijakan Dwifungsi ABRI membuat aktor- aktor politik lainnya kehilangan kendali terhadap ABRI Hal itu terjadi karena kuatnya pengaruh perwira militer dalam politik lokal Papua baik dalam badan legislatif Papua maupun dalam lembaga eksekutif di Papua7

2 ABRI Wajah Indonesia di Papua

Sampai saat ini argumen Indonesia bahwa proses penggabungan Papua ke dalam Indonesia adalah suatu ldquokehendak dan panggilan sejarahrdquo dari sikap patriotisme para sukarelawan terasa tidak memadai lagi

7 Konsepsi dwifungsi ABRI membuat cara pandang aktor- aktor politik lainnya terkesampingkan Selain itu selama operasi m iliter itu berlangsung jajaran birokrasi dikendalikan pula oleh para perwira aktif mulai dari Ketua DPRD I dan II se-Papua wakil gubernur bupati dan atau wakil bupati se-Papua Institusi strategis juga dikendalikan oleh perwira ABRI aktif yaitu Kantor Direktorat Sospol Provinsi dan Kabupaten se-Papua dan Mawil Hansip Provinsi dan Mawil Hansip Kabupaten se-Papua

4

kekuatannya selalu dikampanyekan sebagai ancam an serius bagi NKRI Obsesi itu tumbuh dari cara pandang yang melihat gerakan menuntut pengakuan identitas politik Papua sekadar masalah ldquobom waktu yang ditinggalkan Belandardquo atau buah dari hasutan kelom pok separatis bukan m erupakan persoalan mendasar yang berkaitan dengan rasa keadilan dan harga diri orang Papua Maka dari itu untuk mengenyahkan ldquohantu OPMrdquo itu kebijakan yang diambil di Papua adalah menghancurkan OPM secara fisik (membunuh)5 dengan menggelar operasi militer berkesinambungan (DOM) dari tahun ke tahun

Dr Benny Giyai seorang rohaniwan dan intelektual Papua mencatat bahwa pengalaman di bawah cengkraman militer itu merupakan pengalaman pahit yang tak akan pernah terlupakan oleh orang-orang Papua Benny menuliskan bahwa dalam seluruh pengalaman pahit itu orang Papua merasa d iperlakukan bukan sebagai m anusia melainkan hanya sebagai objek yaitu objek operasi militer6

Sejarah sebagai objek kekerasan itushylah yang selalu diingkari oleh Indonesia sampai hari ini Pihak-pihak militer atau aparat keamanan di Papua sama sekali tidak pernah merasa melakukan kejahatan terhadap siapa pun di Papua karena operasi-operasi m ilite r yang m ereka lancarkan atau penangkapan-penangkapan serta penyiksaan

5 Membunuh di Papua sungguh dalam artian harfiah Pembunuhan terhadap Arnold Ap tahun 1984 atau pembunuhan terhadap Theis H Eluay tahun 2002 adalah contoh dari kebijakan itu Bahkan Kasad Jenderal Ryamizar Ryakudu menyatakan para anggota Kopassus yang telah divonis oleh Pengadilan Tinggi Militer Surabaya terbukti membunuh Theis sebagai Pahlawan NKRI

6 Benny Giyai Menuju Papua Baru Beberapa PokokPikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham- Dieyai 2000 Dalam pandangan Benny hari merdeka itu adalah hari datangnya kebahagian sehingga penderitaaan tidak lagi menjadi hari-hari orang Papua Selain itu Benny juga meyakini bahwa hari itu akan datang sebagaimana kosmologi orang Papua yang meyakini bahwa waktu berputar antara susah menuju senang dalam babakan-babakan tertentu Hlm 8mdash 9

atau pembunuhan dengan segala bentuknya di Papua hanyalah dalam rangka menjalankan tugas sebagai p e lindung NKRI dari rongrongan organisasi yang disebut sebagai OPM

Tulisan ini berusaha membeberkan operasi-operasi militer yang digelar oleh Kodam yang berpataka ldquoPraja Ghupta Virardquo (Ksatria Pelindung Masyarakat) di Papua Dalam pandangan orang-orang Papua ABRI alih-alih menjadi pelindung malah menjadi seperti pagar makan tanam an Operasi- operasi militer mendatangkan kesengsaraan lahir dan batin bagi orang-orang Papua Pandangan orang Papua itu masih bertahan sampai saat ini sehingga mendorong mereka menuntut merdeka karena rendahnya kepercayaan terhadap instansi pemerintah yang ada di Papua

Dalam keperluan tulisan ini operasi- operasi militer yang berjalan terus-menerus dilihat sebagai kemenangan politik ABRI dalam melakukan bargaining dengan aktor- ak to r negara la in dalam m engam bil kebijakan Dwifungsi ABRI membuat aktor- aktor politik lainnya kehilangan kendali terhadap ABRI Hal itu teijadi karena kuatnya pengaruh perwira militer dalam politik lokal Papua baik dalam badan legislatif Papua maupun dalam lembaga eksekutif di Papua7

2 ABRI Wajah Indonesia di Papua

Sampai saat ini argumen Indonesia bahwa proses penggabungan Papua ke dalam Indonesia adalah suatu ldquokehendak dan panggilan sejarahrdquo dari sikap patriotisme para sukarelawan terasa tidak memadai lagi

7 Konsepsi dwifungsi ABRI membuat cara pandang aktor- aktor politik lainnya terkesampingkan Selain itu selama operasi m iliter itu berlangsung jajaran birokrasi dikendalikan pula oleh para perwira aktif mulai dari Ketua DPRD I dan II se-Papua wakil gubernur bupati dan atau wakil bupati se-Papua Institusi strategis juga dikendalikan oleh perwira ABRI aktif yaitu Kantor Direktorat Sospol Provinsi dan Kabupaten se-Papua dan Mawil Hansip Provinsi dan Mawil Hansip Kabupaten se-Papua

4

Apalagi argumentasi yang menyatakan bahwa Papua telah menjadi bagian dari Indonesia sejak alam terbentang karena terdapatnya persamaan adanya kapak batu persegi dan adanya persamaan relief lukisan di dinding gua batu

Lebih tak berarti lagi apabila klaim Indonesia itu sem ata disandarkan pada penguasaan Papua oleh kerajaan kuno seperti Sriwijaya Majapahit sampai Sultan Tidore8 Klaim atas Papua yang disandarkan pada argumen bahwa Papua adalah wilayah jajahan B elanda mdash sejak tahun 1828 berkat keberhasilan Belanda mendirikan benteng Fort du Buis di Teluk Triton Kaimanamdash secara otomatis menjadi wilayah Indonesia ju g a tidak m em bantu banyak dalam menyakinkan orang Papua bahwa mereka adalah bagian sah dari Republik Indonesia9

Semua argumen itu terasa hambar karena tidak berasal dari pengalaman nyata orang-orang Papua sendiri dalam berintegrasi dengan negara Republik Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 Lebih tepatnya orang Papua berinteraksi secara nyata dengan entitas negara Indonesia adalah melalui sebuah peijanjian internasional yang ditandatangani pada tanggal 12 Agustus 1962 di New York dan d ilan ju tkan dengan referendum tu juh tahun kem udian Referendum itu disebut oleh Indonesia sebagai Pepera yang dijalankan secara musyawarah antara 1025 orang mewakili seluruh orang Papua yang ada kala itu Baru setelah Pepera di tahun 1969 itulah Papua berintegrasi dengan Indonesia dengan tulang punggungnya pemerintahan militer

Operasi militer untuk memaksa Papua berintegarasi ke dalam Indonesia secara faktual dirintis mulai tahun 1961 dengan masuknya bala tentara Indonesia ke Papua

8 Sejarah yang menguntai jauh ke belakang sebagai legitimasi Indonesia atas Papua seperti ini dapat dibaca dalam Irian Barat dari Masa ke Masa Sejarah Militer Kodam XVII Tjendrawasih Puserjarah ABRI 1971 Hlm 9mdash 16

9 Argumentasi Papua adalah wilayah Indonesia karena bagian dari jajahan Belanda dipakai oleh Deplu Indonesia lihat brosur Sejarah Kembalinya Irian Jaya ke Pangkuan Republik Indonesia Deplu RI 1998

dengan sebutan sukarelawan dalam rangka m elakukan in filtra si un tuk m enguasai sebagian wilayah Papua dari Belanda dan kemudian daerah itu dimanfaatkan untuk m engacaukan ja lan n y a pem erin tahan Belanda atas Papua10 11 Sejak tahun 1961 itulah masyarakat Papua mengenal Indonesia secara nyata berkat adanya pasukan-pasukan ABRI yang menyusup ke Papua Artinya wajah pertama Indonesia di Papua diwakili oleh sepak terjang para pasukan infiltran ini

Fase infiltrasi ini ditujukan untuk m em bentuk b asis -b as is gerilya dan mempersiapkan pembentukan pos terdepan bagi upaya penyerbuan Papua oleh Indonesia Dalam fase ini dimasukkan lebih kurang 10 kompi prajurit ABRI ke Papua Fase kedua adalah m elakukan serangan terbuka di beberapa daerah seperti Biak Fak-fak Sorong Kaimana dan Merauke Fase ketiga adalah konsolidasi pasukan sebagai kekuatan militer Indonesia di Papua11

Salah satu perw ira ABRI yang menjadi infiltran ini adalah Kapten Benny Moerdani (kemudian menjadi Menghankam Paftgab 1983mdash 1988 Menhankam 1988mdash 193) dengan pasukan berkekuatan 206 yang berasal dari RPKAD dan Kompi II Batalyon 530Para dari Kodam Brawijaya Pasukan ini diterjunkan di Merauke dengan sandi Operasi Naga Operasi penyusupan di Papua ini secara kese lu ruhan d iberi sandi O perasi Djayawijaya Setelah New York Agreement disetujui Benny dipindahkan ke Holandia (Jayapura) menjadi komandan sementara seluruh pasukan infiltran Indonesia di Irian Barat12

Seluruh pasukan infiltran ini sebagaimana d isyaratkan oleh New York Agreement kemudian diorganisasi ke dalam Kontingen Indonesia (Kotindo) sebagai pasukan keamanan UNTE A Konsentrasi dari pasukan Indonesia ini awalnya adalah Merauke Kaimana Fak-fak

10 Drs M Cholil Sejarah Operasi-Operasi Pembebasan Irian Barat Puserjarah ABRI - Dephankam 1971

11 Julius Pour Benny Mordani op cit hlm 19812 Ibid hlm 224mdash 226

5

dan Sorong Semua pasukan Indonesia ini kemudian dibagi ke dalam empat datasemen yaitu Datasemen Adi Merauke Datasemen B di Kaimana Detasemen C di Fak-fak dan Detasemen D di Sorong

Pasukan-pasukan Indonesia ini kemudian diperbantukan kepada United Nation Security Force (U N SF) yang m erupakan aparat keam anan UNTEA Meskipun demikian seluruh komando tetap berada di bawah Panglima Mandala Artinya pasukan K otindo secara organik tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ABRI Maka dari itu segala tanggung jawab organisatoris dan administratif tetap menjadi tanggung jawab Indonesia

Dengan posisi yang demikian ABRI di Papua m em ilik i dua m isi form al merupakan alat kelengkapan dari UNTEA dalam UNSF sementara infomal adalah untuk melanjutkan komando Trikora Maka dari itu ABRI dalam K otindo lebih mementingkan tugas informalnya yaitu mengawasi UNTEA agar tidak merugikan Indonesia dan menekan kekuatan-kekuatan sosial po litik orang-orang Papua yang menentang Indonesia

Kehadiran dan sepak terjang ABRI yang kerap melakukan kekerasan di Papua di kemudian melahirkan satu sikap yang khas Papua pula yaitu Indonesia diasosiasikan dengan kekerasan U ntuk ke luar dari kekerasan o rang-orang Papua m ulai membangun identitas Papua sebagai reaksi untuk menentang kekerasan yang dilakukan oleh para anggota ABRI yang menjadi representasi Indonesia bertahun-tahun di Papua13 Makna yang terbangun di balik itu adalah menolak menjadi Indonesia berarti menolak menjadi korban kekerasan dari ABRI Sikap ABRI atas reaksi orang-orang Papua bukannya mencari jalan penyelesaian secara damai melainkan mengintensifkan kekerasan dengan skala yang

13 Amiruddin ldquoGerakan Papua MerdekarPenciptaan Identitas Ke-Papuan versus Ke-Indonesia-anrdquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIIINol Tahun 2005

lebih besar melalui operasi militer dengan menjadikan Papua sebagai DOM Akibatnya kekerasan menjadi lingkaran yang tiada putus di Papua selama puluhan tahun14

Sejak itu secara perlahan orang-orang Papua baik elit maupun jelata juga mulai mengenal Indonesia dalam arti sesungguhshynya Singkatnya dalam pandangan orang Papua ABRI adalah Indonesia Indonesia adalah A B R I15 A kibatnya perlaw anan terhadap Indonesia yang mulai buncah sejak tahun 1963 sampai hari ini tidak pernah berhenti Selalu ada pemimpin baru dengan pengikut yang juga potensial terus tumbuh16

3 Kodam Tulang Punggung Security Approach

Tahun 1963 MenPangad Jend A Yani mengeluarkan perintah Operasi Wisnumurti untuk mendatangkan pasukan dari divisi-divisi di Jaw a M akassar dan M aluku untuk mengembangkan kekuatan tempur dan staf Kodam XVII Tugas pokok Kodam ini adalah m enegakkan kew ibaw aan Pem erintah Indonesia menjamin keamanan dan ketertiban serta m embantu pem erintah sipil dalam membangun Irian Barat17 Para infiltran yang tergabung dalam Kotindo adalah inti kekuatan ABRI di Papua k e tik a K odam X V II Tjendrawasih dibentuk

14 Muridhan S W idjojo ldquoSeparatisme - Hak Asasi M anusia- Separatisme Siklus Kekerasan di Papua Indonesiardquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIIINol Tahun 2005

15 Mengenai wajah Indonesia itu adalah seluruh aksi kekerasan yang dilakukan oleh para prajurit ABRI ini dapat ditelusuri dalam Decki Natalis Pigai BIK Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua Sinar Harapan Jakarta 2001

16 Mengenai terus tumbuhnya perlawanan dan munculnya pemimpin-pemimpin baru dari setiap fase perlawanan itu lihat Yorris TH Raweyai Mengapa Papua Ingin Merdeka PDP Jayapura 2002 Yorris tercatat sebagai anggota PDP yang memperjuangkan kemerdekaan bagi Papua Hal ini menunjukkan bahwa regenerasi perlawanan terus berlanjut selama kekerasan terus terjadi

17 Irian Barat Op cit hlm 104

6

Sesunguhnya Kodam XVII yang awalnya bernama Kodam XVIIIrian Barat dibentuk melalui Surat MenPangadNo Kpts- 105881962 pada tanggal 17 Agustus 196218 atau 2 hari setelah New York Agreement ditandatangani Karena masa itu Indonesia belum memiliki kewenangan pemerintahan di Papua Kodam ini hanya berada secara bayangan dengan fungsi mengawasi UNTEA dan gerak-gerik politik orang-orang Papua terutama yang pro-kemerdekaan Papua Brigjen U Rukm ana yang kom andan K otindo merangkap sebagai Pangdam pertama di Papua19

Kodam ini kemudian direalisasikan secara nyata baru 12 Januari 1963 mendekati hari penyerahan adm in istrasi ke pem erin tahan Papua dari UNTEA ke Indonesia Kodam ini kemudian membentuk komando teritorialnya yang terdiri dari 3 Korem dan 23 Kodim Kemudian komando teritorial ini diubah pada tanggal 3 Maret 1963 menjadi 3 Korem20 dan 8 Kodim 70 Puterpa dan 20 K ooterpa21 K om ando- komando ini berfungsi sebagai gelar pasukan dan sekaligus penguasaan teritorial dalam rangka fungsi sosial politik secara nyata22 Di samping itu juga ditambah dengan dua batalion infantri Kodam mulai berfungsi secara riil 17 Mei 1963 setelah UNTEA mengalihkan tanggung jawab administrasi kepemerintahan ke Indonesia

18 Namun ulang tahun Kodam selalu diperingati tgl 17 Mei 1963 Hal ini mulai terjadi sejak tahun 1967

19 Irian Barat dari Masa ke Masa op cit hlm 100-10120 Sejak tanggal 5 Agustus 1964 jumlah Korem di Irian

Barat dikurangi menjadi 2 yaitu Korem 171 dengan markas di Manokwari dan Korem 172 dengan markas di Merauke Dua Korem ini bertahan sampai sekarang

21 Dari 8 Kodim ini dua Kodim langsung di bawah Kodam yaitu Kodim 1701 Jayapura dan Kodim 1702 Wamena Sementara 4 Kodim berada di bawah Korem 171 yaitu Kodim 1711 Manokwari Kodim 1712 Sorong Kodim 1713 Seruai dan Kodim 1714 Fak-fak Dua Kodim lainnya berada di bawah Korem 172 yaitu Kodim 1721 Merauke dan Kodim 1722 Tanah Merah PUTERPA (Perwira Urusan Perlawanan Rakyat) sekarang setingkat dengan Koramil Kooterpa (Koordinator Perlawanan Rakyat) sekarang Babinsa

22 Pusat Sejarah Kodam XVII op cit

K odam X V IIIrian Barat pada tanggal 30 Juni 1964 berganti nama menjadi Kodam XVIITjendrawasih dengan pataka-nya Praja Ghupta Vira yang berarti Ksatria Pelindung Masyarakat Sejak tahun 1964 inti kekuatan Kodam XVIITjendrawasih terus berkembang dengan dibentuknya batalion- ba ta lion baru ya itu B atalion 751 Tjendrawasih di Manokwari yang berasal dari K odam V IID iponegoro Y onif 752 Tjendrawasih di Sorong berasal dari Kodam VlSiliwangi dan Yonif753Tjendrawasih di Jayapura K etiga y o n if ini m erupakan pembaharuan dari yonif sebelumnya yaitu Yonif 641Tjendrawasih I yang berasal dari Diponegoro dan Yonif 642Tjendrawasih II yang berasal dari Siliwangi Ke dalam kedua batalion ini telah bergabung unsur dari Papua yaitu para gerilyawan KasuariTrikora dan anggota eks-PVK (Papuan Vrywillingers Korp) setelah mereka dididik di Siliwangi dan di Diponegoro23 Jumlah seluruh pasukan ABRI pada awal kehadiran Kodam ini sekitar 2000 prajurit lebih

Peran m ilitermdash terutam a ADmdash menjadi kian dominan di Papua ketika terjadi reo rgan isasi m ilite r Indonesia setelah kekuasaan beralih dari tangan Soekarno ke tangan Soeharto Dominasi militer di Papua itu sejalan dengan menguatnya militer dalam kekuasaan di Indonesia MenhankamPangab Benny Moerdani yang juga anggota MPR dalam sidang MPR tahun 1988 pernah menyatakan kekuatan militer dalam politik itu tak ubahnya sebagai partai politik Di era Benny Moerdani menjadi MenhankamPangab inilah peranan Kodam menjadi komando yang dominan di daerah dan sekaligus satu-satunya kekuatan militer yang mengendalikan kondisi keamanan dan ketertiban sekaligus kondisi sosial-politik daerah24 Dalam menjalankan fungsi sosial- politik ini ABRI aktif dalam menggalang

23 Irian Barat dari Masa ke Masa hlm 11524 Lihat Julius Pour Benny Mordani Profil Prajurit

Negarawan Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman Jakarta 1993 hlm 469mdash 474 dan hlm 543mdash 543

7

kekuatan politik bersama dengan Golkar25 Sejak orang Papua ikut Pemilu Indonesia di tahun 1971 sampai Pemilu tahun 1997 Golkar tetap merupakan partai politik dominan di Papua dengan perolehan suara di atas 80

Sejalan dengan kebijakan itu kemudian Kodam XVIITjendarawasih digabung dengan Kodam XVPatimura menjadi KodamXVII Trikora26 yang menjadi kekuatan hankam dan sosial politik utama pula di Papua Sebagai kekuatan hankam dan sosial-politik titik berat tugas ABRI di Papua adalah mengatasi gangguan kamtibmas dan menangkal subversi dalam negeri Dengan titik berat tugas militer seperti itu Kodam akhirnya menjadi institusi yang dikuasai oleh AD27

Seiring dengan itu rangkaian kekerasan dan pelanggaran HAM terjadi Pengalaman buruk di baw ah DOM ini kem udian membangkitkan pengalaman buruk rakyat Papua selama proses awal integrasi dan Pepera Pengalaman buruk itu kemudian tampil ke permukaan secara terbuka di kala kekuasaan m iliter dalam pemerintahan surut ketika reformasi politik terjadi tahun 1998 Di era reform asi di Papua tumbuh keberanian mempersoalkan seluruh kekuasaan Indonesia di Papua yang didominasi oleh m iliter itu Keberanian itu kian buncah ketika Panglima ABRI Jenderal Wiranto di bulan Agustus 1998 menyatakan minta maaf dan mencabut status Papua sebagai daerah DOM28

Dengan latar sejarah dan posisi politik seperti itu m iliter di Papua merasa dan melihat dirinya sebagai satu-satunya institusi yang menjaga keutuhan Indonesia di Papua Pada

25 Sejak orang Papua ikut Pemilu Indonesia di tahun 1971 sampai pemilu tahun 1999 Golkar selalu menang telak di atas 80 di Papua

26 Penggabungan terjadi bulan April 1985 berdasarkan surat perintah operasi KASAD NolSeptember 1984

27 Ibid hlm 47228 Kapan awal Papua bertatus DOM sampai saat ini belum

ada informasi yang pasti Namun dengan diumumkanya pencabutan status DOM oleh Jenderal Wiranto 8 Agustus 1998 menandakan bahwa Papua pernah berstatus DOM Setelah status DOM dicabut Pangdam Papua menyatakan Papua berstatus daerah rawan

gilirannya militer di Papua selalu bertindak keras terhadap segala bentuk gerakan atau opini yang mempertanyakan atau memprotes keadaan yang dirasakan kurang adil oleh tokoh-tokoh Papua Pada gilirannya militer Indonesia di Papua sangat mudah memvonis seluruh bentuk protes orang Papua sebagai gerakan separatis

K etika cap separa tis sudah dialamatkan oleh militer kepada seseorang di Papua maka orang itu akan bisa menjadi korban dalam sekejap Baik menjadi korban pencu likan peny iksaan bahkan pem shybunuhan Aksi kekerasan itu berlangsung bertahun-tahun dengan ribuan korban jiwa Para korban dan keluarganya inilah bersama- sama dengan kalangan muda dan mahasiswa serta tokoh-tokoh terpelajar Papua di era reform asi m ulai m enyuarakan perlunya Indonesia mempertanggungjawabkan seluruh kekerasan itu Untuk meminta pertanggungshyjaw aban itu wacana hak asasi manusia menjadi wacana yang paling dominan di Papua

Kian menghujamnya cengkraman militer terhadap kehidupan sosial politik di Papua ju g a tidak terlepas dari potensi ekonomi daerah ini yang begitu besar Hal itu te rlih a t k e tika PT F reepo rt m ulai menanamkan investasinya di Papua Untuk melindungi PT Freeport militer di Papua mulai mengembangkan pengaruhnya dalam politik lokal dengan cara yang lebih keras29 Selain itu m ilite r ju g a m em perbesar kekuasaanya dengan m enem patkan diri sebagai pelindung dari mengalirnya ribuan para imigran dan transmigran dari luar Papua Semuanya ini disebut oleh para petinggi militer sebagai tugas nasional dalam rangka menjaga integritas teritorial Indonesia di Papua

Seluruh sepak terjang militer yang mendatangkan luka di hati orang Papua inilah

29 Mengenai perlindungan militer terhadap PT Freeport lihat Amiruddin dan Aderito Soarea Perjuangan Amungme Antara Freeport dan Militer ELSAM Jakarta 2003 Lihat juga Denise Leith The Politics o f Power Freeport in Seharto rsquos Indonesia University of Hawaii Press Honolulu 2003

8

yang hendak diperbaiki dengan diberikan status otonomi khusus terhadap Papua Pada bagian Menimbang dari UU Otsus menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua selama ini belum sepenuhnya memenuhi rasa keadilan memenuhi kesejahteraan rakyat penegakan hukum dan belum sepenuhnya menghormati hak asasi manusia khususnya hak asasi masyarakat Papua

4 Operasi-Operasi Militer Penderitaan Rakyat Papua

Untuk mendapatkan perhatian OPM kerap melancarkan gerakan bersenjata secara sporadis Hal itu ditempuh OPM karena terbatasnya kem am puan tem pur akibat sedikitnya jumlah persenjataan Selain itu juga karena tidak mudahnya medan Papua untuk membangun kekuatan besar yang terorganisasi secara baik30 Selain gerakan bersenjata secara umum usaha OPM untuk menunjukkan diri mereka tetap eksis adalah aksi pencu likan aksi penyergapan peng ibaran bendera B in tang K ejora penyebaran propaganda m elalui media selebaran dan mobilisasi demonstrasi atau rapat umum di daerah-daerah terpencil Selain itu kerap pula ditempuh aksi lintas batas terutama ke PNG

OPM pada awalnya adalah reaksi orang- orang Papua atas sikap pejabat-pejabat asal Indonesia yang mengecewakan mereka sejak tahun 196331 Perlawanan secara bersenjata pertama kali diluncurkan di Kebar Manokwari 26 Juli 1965 Perlawanan di Kebar ini dipimpin oleh Johannes Djambuani dengan kekuatan 400 orang yang berasal dari suku Karun dan Ayamaru Seiring dengan itu suku Arfak di Arfai

30 Seluruh uraian mengenai OPM ini disandarkan pada John RG Djoparai Pemberontakan Organisasi Papua Medeka Grasindo Jakarta 1993 dan Robin Osbom Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Elsam Jakarta 2001

31 Richard Chauvel and Ikrar Nusa Bhakti The PapuaConflict Jakarta rsquos Perceptions and Policies East-West

Manokwari melancarkan pula perlawanan yang dipim pin oleh M ayor T ituler Lodewijk Mandatjan yang diikuti oleh Kapten Tituler Barent Mandatjan dan Lettu Tituler Irogi Maedogda dengan mengajak penduduk lari ke hutan

Sementara di Manokwari 28 Juli 1965 juga teijadi perlawanan yang dipimpin oleh Permanas Ferry Awom dengan pengikutnya sekitar 400 orang yang berasal dari suku Biak Ajamaru Serui dan Num for menyerang asrama Yonif 641Tjendrawasih I Dalam penyerangan ini 3 anggota ABRI tew as32

Setelah teijadi penyerangan ABRI m elancarkan O perasi Sadar di baw ah komando Pangdam Brigjen R Kartidjo untuk m enghancurkan kelom pok perlaw anan Operasi Sadar ini tidak saja bertujuan untuk mematahkan perlawanan yang terjadi di M anokw ari te tap i ju g a m enegaskan kekuasaan Kodam XVII atas seluruh wilayah Papua Tugas pokok operasi adalah m elakukan penghancuran terhadap gerom bolan yang bergerak di sek itar Manokwari dan Kebar sekaligus minimum m enangkap Ferry Awom dan Julianus Wanma baik mati maupun hidup sebelum tanggal 17 Agustus 1965 Operasi ini sejak 10 Agustus dilancarkan secara intensif dan terus-menerus ke kampung-kampung yang menjadi basis-basis perlawanan Dalam operasi pengejaran terhadap kelompok perlawanan 36

Center Washington 2004 Hlm 22mdash 23 Sikap pejabat Indonesia yang mengecewakan itu dideskripsikan pula oleh Djopari Misalnya membakar buku dan dokumen yang berbahasa Belanda mengintimidasi dan menodong tokoh-tokoh Papua yang memiliki bacaan dalam bahasa Belanda sebagai pro-Belanda mengambil rumah-rumah penduduk dengan menyatakan rumah itu milik Belanda serta mengambil berbagai barang dalam rumah penduduk atau penjabat lokal kemudian dibawa keluar Papua

Djopari hlm 82mdash 8432 Seluruh uraian mengenai OPM ini disandarkan pada John

RG Djoparai Pemberontakan Organisasi Papua Medeka Grasindo Jakarta 1993 dan Robin Osbom Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Elsam Jakarta 2001

9

orang penduduk yang disebut sebagai anggota OPM tewas33

Sejalan dengan operasi pengejaran ini Operasi Sadar dikembangkan ke seluruh wilayah Irian Barat pada tanggal 25 Agustus 1965 Sejak ini Operasi Sadar langsung d ip im pin oleh Pangdam B erdasarkan perintah operasi ini wilayah Papua kemudian dibagi ke dalam 4 sektor Sektor I adalah daerah yang m elipu ti M anokw ari dan sekitarnya menjadi pos terdepan operasi Untuk daerah ini dilancarkan operasi intelijen dan teritorial untuk mendukung operasi fisik (tempur) Di sektor lainnya yang belum menujukan adanya perlawanan fisik hanya dilancarkan operasi intelijen dan teritorial dengan tujuan untuk mencegah meluasnya pengikut perlawanan34

Operasi ini dilanjutkan oleh Pangdam yang baru ya itu B rig jen R B in toro Sepanjang tahun 1966mdash 1967 operasi tempur ABRI kian m ass if un tuk m enghadapi kelom pok-kelom pok perlaw anan yang tumbuh dari suku Arfak di Manokwari di bawah pimpinan Lodewijk Mandatjan dan Ferry Awom dan juga di daerah sekitar Jayapura dan Merauke Nama operasi kali ini adalah O perasi B aratayudha dengan mendatangkan pasukan dari Yonif 314 Siliwangi dengan 2 kompi Yon 700RIT dan 2 kompi Yon 935Brimob Selain itu dalam operasi ini juga dilibatkan 2 Ton KKOALRI 1 Ton Kopasgat dan 1 tim RPKAD Pasukan tempur ini juga diperkuat dengan 2 pesawat Bomber B-26 dan 1 Pesawat Dakota dan 1 Kapal Perang35

O perasi B aratayudha bertu juan menghancurkan perlawanan dan mempershysiapkan pemenangan Pepera Operasi ini bersifat tempur dengan dibantu oleh operasi intelijen dan teritorial yang disiapkan dalam tiga fase yang fase terakhirnya adalah tahun 1968

53 Lihat Jopari op cit 110-111 dan bandingkan dengan Irian Barat op cit hlm 125-128

14 Irian Barat op cit hlm 130-134 35 Irian Barat op cit hlm 141

10

Fase ketiga ini ditujukan untuk konsoliasi persiapan memenangkan Pepera

Operasi Baratayudha yang banyak menelan korban jiw a membuat kelompok perlawanan terpecah menjadi kecil-kecil dan surut Untuk mengintensifkan kemenangan dalam Pepera kelompok-kelompok kecil ini kemudian dikejar terus-menerus Inti dari pasukan yang mengejar ini adalah dari RPKAD Sejalan dengan ini show offorce dari kekuatan yang diiringi dengan operasi intelijen dan teritorial dilancarkan di daerah yang perlawanan kecil dan m elem ah un tuk m em enangkan situasi psikologis36 Sepanjang tahun 1967 operasi berhasil m enem bak m ati 73 orang dan menangkap 60 orang dengan menyita 39 pucuk senjata Adapun yang menyerahkan diri 3539 orang Operasi Barathayuda ini menggetarkan hati banyak orang Papua karena mereka tidak mengira Indonesia akan melancarkan perang terbuka yang banyak m endatangkan p en deritaan fis ik dan psik is dalam menghadapi protes mereka

Ketika Brigjen Sarwo Edi menjadi Pangdam digelar operasi baru yaitu operasi W ibaw a dengan tugas u tam a adalah m em enangkan Pepera untuk Indonesia Tugas pokok dari operasi ini adalah m enghancurkan kelom pok perlaw anan mengamankan usaha memenangkan Pepera serta m enum buhkan dan m em elihara kewibawaan pemerintah Untuk tujuan itu Kodam m elakukan sinkronisasi operasi tempur intelijen dan teritorial Sejalan dengan ini Pangdam memerintahkan di setiap Kodim disiapkan kekuatan tempur agar bisa digunakan jika diperlukan

D alam kerangka m em enangkan Pepera OPSUS di bawah pimpinan Mayor Ali Moertopo37 yang bergerak dalam bidang intelijen dan sosial-ekonomi berperan dominan dalam melakukan operasi teritorial untuk penggalangan Dalam kerangka Operasi

36 Ibid hlm 144mdash 14537 Ali Moertopo sejak tahun 1962 telah berada di Papua

dengan jabatan Asisten I Dan Kotindo dan kemudianmenjadi Asisten I Kodam Asisten I adalah bidang intelijen Kodam

Wibawa pemenangan Pepera ke Kodam diperbantukan intelijen dari Den Dipiad dan intelijen dari Tim Karsa YudhaRPKAD Untuk memenangkan Pepera itu intimidasi dan kekerasan telah memaksa sebagian orang memilih menjadi Indonesia Secara keseluruhan dalam operasi ini dilibatkan 6220 orang pasukan

O perasi pem enangan Pepera ini dibagi ke dalam 4 fase Fase pertama adalah menghancurkan kelompok perlawanan dan sekaligus memperluas sebaran pasukan ABRI ke daerah-daerah yang telah dikuasai Selain itu di setiap Puterpa disiapkan 1 regu pasukan infantri untuk melakukan operasi teritorial Fase kedua adalah memastikan di daerah-daerah K epala B urung Pepera dimenangkan oleh Indonesia Untuk ini segenap unsur ABRI d ilibatkan untuk mengeliminir kelompok perlawanan Fase ketiga dan keempat adalah memastikan kem enangan pada hari H -nya dan mengamankan hasilnya38

M eski pun fase-fase itu telah disiapkan ternyata upaya memastikan Pepera bisa dim enangkan oleh Indonesia tidak berjalan secara mulus Di daerah Erambo (Merauke) DubuUbrub (dekat perbatasan) Enaratoli dan W ahgete (Paniai) terjadi penolakan oleh masyarakat setempat Para utusan pemerintah dan unsur ABRI yang ada di daerah itu dilawan oleh penduduk

Di Enarotali perlawanan lebih hebat dengan melancarkan gerakan bersenjata serta terang-terangan m enolak bergabung ke Indonesia yang d ip im pin oleh AR Wamafma Senen Mote Maphia Mote dan Thomas Douw Perlawanan ini juga didukung oleh beberapa orang polisi asal Papua yang berpihak kepada kelompok perlawanan Untuk menghentikan gerakan ini Pangdam Sarwo Edi memerintahkan menghancurkan kelompok perlawanan Untuk itu pasukan Kopashanda dan pasukan dari Kompi 3

38 Ibid hlm 170mdash 174

Batalyon 724Hasanuddin diterjunkan di Enarotali untuk membantu pasukan yang ada di Kodim 1705Nabire Pasukan ini dalam operasinya didukung pula oleh Dipiad (Dinas Pelaksana Intelijen AD) dan Satgas AURI yang dilengkapi pesawat B 26 Dakota dan Hercules Pasukan Yon 724Hasanuddin ini kemudian bergerak melancarkan operasi ke berbagai daerah di sekitar Paniai39 Operasi yang dipimpin oleh Mayor Mochtar Jahja dan Mayor Sitompul ini tidak mudah dilupakan oleh rakyat Paniai karena dalam operasi ini militer bertindak secara kasar dan membabi buta itu Ditengarai ada sekitar 634 orang penduduk terbunuh sepanjang operasi itu40

Aksi perlawanan menjelang Pepera ini juga pecah di Piramid Wamena Dua orang anggota ABRI dibunuh oleh penduduk ABRI dalam peristiwa Piramid ini melancarkan operasi intelijen dan teritorial untuk mencari pelakunya Pasukan dari Satgas 3Hasanuddin dikerahkan untuk menguasai kampung-kampung dan mencari pelaku

Gencarnya operasi-operasi militer yang diperintahkan oleh Pangdam Sarwo Edi tidak terlepas dari fungsinya sebagai Ketua Proyek Pelaksana Daerah Sesuai dengan surat Mendagri No 301969 Pangdam bertanggung jawab atas pengendalian penggerakan dan koordinasi kegiatan semua aparatur pemerintah daerah sipil dan swasta dan ABRI di Papua Dengan lain kata Pangdam adalah penguasa tertingg i di Papua dalam m enjalankan pemerintahan dan bertanggung jawab penuh untuk memenang-kan Pepera Dalam posisinya sebagai Ketua Proyek Pangdam melancarkan usaha-usaha peningkatan operasi tempur di semua lini untuk menghancurkan perlawanan melakukan operasi teritorial untuk penggalangan kondisi bagi pem enangan Pepera dan m engintensifkan operasi intelijen untuk mematahkan sisa-sisa gerakan separatis Selain

39 Ibid hlm 182mdash 18340 Mengenai korban dari penduduk Paniai ini lihat Pigay

op cit hlm 343mdash 344

11

itu melakukan operasi pengamanan objek vital dan tempat-tempat sidang Dewan Pepera41

Sejalan dengan kemenangan Indonesia dalam Pepera ABRI melakukan pula fungsi- fungsi sosial-politiknya Untuk itu Kodam melancarkan program penggantian para pejabat kabupaten dan dinas-dinas yang dilihat diragukan loyalitasnya pada Indonesia Bersamaan dengan ini keanggotaan DPRD I dan II melakukan penyusunan ulang dengan memasukan anggota ABRI menjadi anggota atau pimpinan dewan Dalam konteks ini pasukan ABRI juga dirapatkan di kam pung-kam pung untuk mengawasi kehidupan masyarakat secara langsung Di samping itu juga melancarkan proyek civilisasi dan kesehatan bekerja sama dengan zending dan misi yang telah ada Dalam bidang ekonomi Kodam juga turut serta melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi dengan mengontrol arus dan harga barang Semua kegiatan ini disebut sebagai kegiatan civic mission ABRI di Papua42

Setelah memenangkan Pepera 29 Januari 1970 Brigjen Acub Zainal ditunjuk menjabat Pangdam Tjendrawasih Di tangan Pandam baru ini organisasi Kodam menjadi 3 Korem 9 Kodim dan 3 Yonif Yonif 751 Tjendrawasih di Arfai Manokwari berasal dari Kodam Diponegoro dengan status tugas jangka panjang Yonif 752Tjendrawasih di Sorong berasal dari Kodam Siliwangi dan Yonif 753Tjendrawasih di Ifar Gunung Jayapura berasal dari Brawijaya ditambah prajurit asli orang Papua Ketiga Yonif ini dikembangkan menjadi pasukan organik Kodam Tjendrawasih Sementara pasukan- pasukan ABRI dari kesatuan lainnya yang berasal dari luar Papua mengalami rotasi penugasan Pasukan lama pulang dan diganti dengan pasukan baru dari asal kesatuan yang sama Reorganisasi ini juga sejalan dengan reorganisasi Kopkamtibda di Irian Jaya Semua ini dipersiapkan untuk menyambut pelaksanaan Pemilu 1971

41 Irian Barat op cit 202mdash 20342 Ibid 217mdash 218

Pemilu 1971 ini merupakan pemilu pertama Indonesia di bawah kekuasaan rezim O rde B aru S oeharto P em ilu ini ju g a merupakan pemilu pertama bagi orang Papua dalam kekuasaan Indonesia D alam mempersiapkan Pemilu 1971 ini Kodam juga menghadapi perlawanan terutama di Biak Utara dan Barat serta di kepala burung M anokw ari U ntuk m enghentikan perlawanan tersebut dilancarkan operasi m iliter Sandi operasi adalah O perasi Pamungkas dengan pendekatan pada operasi teritorial yang dibantu tempur dan intelijen Pelaksana Operasi adalah Kodim Biak yang dibantu pasukan tempur dari Yonif 753 dan 752Tjendrawasih serta Dipiad Operasi di Biak ini dipimpin oleh Dandim Biak Mayor R A Hendrik dan Mayor Puspito yang juga Komandan Yon 753 43

Bulan Juli 1971 ini Kodam juga m elancarkan O perasi Pam ungkas di Manokwari untuk mengejar Ferri Awom yang belum menyerah Operasi ini dipimpin oleh D anyongab Satgas 3 M erdeka M ayor Ahmad Kemudian digantikan oleh Letkol S Mardjan Dalam Operasi ini terlibat pasukan dari Satgas 3Merdeka dan 1 peleton dari Yon 751 dan 1 peleton dari Kompi 753 Batalion- ba ta lion bertugas m engejar kelom pok perlawanan sepanjang hari selama berbulan- bulan siang dan malam Dalam pengejaran ini K apten Sahala R ajaguguk berhasil m em bujuk F erry Awom untuk turun menyerah dengan 400 orang anggotanya44

Operasi militer yang masif di tahun 1971 ini alih-alih membuat sentimen anti Indonesia su ru t m alah perlaw anan berkembang ke berbagai kota dalam bentuk penyerangan terhadap pos-pos ABRI dan pemerintahan Melihat perlawanan menguat Kodam kian memperkuat kekuasaannya di Papua dengan menutup Papua bagi media Suasana ketakutan merajalela di seantero Papua Selam a m enjelang dan sesudah Pemilu 1971 tidak ada satu pun orang di

43 Ibid hlm 239 dan 241mdash 24344 Ibid hlm 245

12

Papua berani mempersoalan ketidakadilan atau tindakan-tindakan anggota m iliter yang menyakitkan hati mereka

Atmosfer ketakutan itu muncul dari tindakan m iliter Indonesia yang selalu melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap daerah-daerah yang ditengarai sebagai basis OPM Dalam melakukan serangan ABRI kerap melibatkan pasukan dalam jumlah besar dengan dibantu oleh pesawat pembom Bronco dan helikopter bersenjata Serangan besar- besaran itu tidak saja mengejar anggota OPM yang mencoba menyerang pos-pos ABRI melainkan kerap kali menelan korban jiwa dari penduduk kampung yang tidak terlibat dalam OPM

Banyaknya korban jiwa di akhir tahun 1970-an ini juga disebabkan oleh sikap militer Indonesia sendiri yang tidak pernah secara jelas memposisikan OPM sebagai gerakan kemerdekaan OPM hanya dilihat sebagai gerakan krim inal yang disebut sebagai Gerakan Pengacau Liar (GPL) atau G erakan Pengacau K eam anan (G PK ) Dengan cara seperti ini setiap korban jiwa yang jatuh dari kalangan orang-orang Papua dengan mudah diklaim oleh militer sebagai anggota OPM45

M enjelang Pem ilu 1977 kem bali perlawanan dilancarkan oleh kelompok- kelompok OPM di Papua terutama di daerah Kobagma Bokondini Mulia Ilaga Piramid Kabupaten Jayawijaya Perlawanan ini dipicu oleh penempatan kesatuan-kesatuan ABRI di hampir seluruh wilayah Papua Operasi- operasi m ilite r un tuk m em atahkan perlawanan menjelang Pemilu 1977 dan Sidang Umum MPR 1978 ditingkatkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif Selain itu perlawanan juga pecah di Enarotali Biak dan Mimika serta di sepanjang daerah perbatasan dengan PNG Era ini dianggap oleh orang Papua

45 Mengenai ini lihat Ikrar Nusa Bhakti ldquoHak Menentukan Diri Sendiri Jenis Baru di Papua Pilihan Antara Kemerdekaan dan Otonomirdquo dalam Dewi Fortuna Anwar (EdJ Konflik Kekerasan Internal Obor Jakarta 2005 hlm 255mdash 256

sebagai era awal status Daerah Operasi Militer bagi Papua d ite rap k an 46 Pangdam Tjendrawasih waktu ini dijabat oleh Brigjen Imam Munandar

Di Jayawijaya terutama di daerah sekitar Tiom dan Kwiyawage yang merupakan lembah- lembah di Baliem dilangsungkan pula operasi militer untuk menghentikan perlawanan dan m em persiap-kan Pem ilu 1977 Operasi dilancarkan di bulan April dan Juni Perlawanan orang Ndani di daerah ini diawali oleh perasaan tidak suka Suku Ndani terhadap kebijakan Indonesia yang memaksa mereka berganti pakaian Sekitar 15000 orang berkumpul melakukan protes Perlawanan ini diawali oleh Operasi Koteka yang dilancarkan untuk mengadabkan orang-orang di daerah itu Di Tiom sekitar 4000 orang melawan dengan cara menyerang pos pemerintah di daerah itu Kemudian ke daerah ini diterjunkan pasukan khusus dari RPKAD dengan didrop dari helikopter Selain itu para penduduk yang mencoba menyelamatkan diri ke hutan-hutan dihujani tembakan dari udara47

Di areal PT Freeport di Timika bulan Juli 1977juga teijadi gejolak Penduduk setempat yang ditengarai digerakkan oleh OPM juga melancarkan serangan terhadap pipa-pipa dan fasilitas PT Freeport karena merasa kecewa atas kehadiran perusahaan itu ABRI membalas aksi penduduk itu dengan melakukan penembakan dari udara menggunakan pesawat Bronco48 Setelah itu ke berbagai deretan kampung di sekitar Agimuga diteijukan pasukan infantri dari Batalion 753Tjendrawasih untuk mengejar penduduk dan membakar perkampungan Implikasi dari aksi kekerasan ini penyelengaraan

46 Kesan Papua sebagai DOM terlihat dalam tulisan Pastor N eles Kebadabi Tebay Pr ldquoOrang Papua Menuju K epunahanrdquo makalah dalam sem inar yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Gaise Keuskupan Bandung dan Lembaga Penelitian Universitas Katolik Parahiyangan Bandung tanggal 12mdash 13 November 1999

47 Ibid hlm 139mdash 144 Bandingkan dengan Yorris TH R aw eyai Mengapa Papua Ingin Merdeka PDP Jayapura 2002 hlm 121mdash 122

48 Samsudin op cit hlm 51mdash 52

13

Pemilu 1977 di beberapa kampung di daerah pegunungan ini terpaksa ditunda49

Robin Osbome mencatat operasi militer di tahun 1977mdash 1978 adalah operasi militer paling buruk Dalam setiap operasi pengejaran terhadap mereka yang disebut kelompok OPM diterjunkan pasukan dalam jumlah besar yang berintikan kesatuan RPKAD dan pasukan angkatan darat lainnya Di daerah selatan Jayapura yang berdekatan dengan perbatasan yang dikenal sebagai daerah Markas OPM diterjukan 10000 orang tentara setelah daerah itu dibombardir dari udara oleh dua pesawat Bronco Dalam penyerangan ini diperkirakan 1605 orang para pendukung OPM dan penduduk di wilayah itu tewas50 Operasi militer di tahun-tahun ini selalu diingat oleh orang-orang tua di daerah itu sebagai kenyataan paling pahit dalam hidup mereka51

Sepanjang tahun 1977mdash 1978 itu Dubes Indonesia untuk PNG memperkirakan 1800 orang pasukan dikerahkan beroperasi di hutan-hutan untuk melakukan pengejaran dan 3000 orang siaga berada di Jayapura untuk setiap saat menggantikan52 Menyadari operasi m ilite r itu te lah m encip takan ketakutan dan menelan banyak korban jiwa yang tidak perlu Panglima ABRI kala itu Jenderal M Yusuf mengumumkan akan mengurangi operasi militer di Papua dengan mengintrodusir kebijakan baru yang dikenal dengan kebijakan Operasi Senyum Dalam Operasi Senyum ini dinyatakan Indonesia tidak akan m elancarkan operasi besar- besaran karena OPM mulai dilihat kecil dan tidak membahayakan ABRI hanya akan

49 Ibid hlm 149mdash 15050 Robin Osbome Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan

OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat ELSAM Jakarta 2001 hlm 134mdash 135

51 Operasi militer di tahun 1977 ini selalu dijadikan patokan oleh orang di Mimika dan Jayawija serta Enarotali sebagai awal mereka menjadi korban dari kekerasan militer (Pembicaraan pribadi dengan Mama Yosepha tahun 1996 dan Pendeta Perminus Kogoya di Wamena tahun 2003)

52 Ibid hlm 152

melancarkan patroli di perbatasan dan tugas keamanan rutin53

Gejolak kembali membuncah di tahun 1980-an terutama sekitar tahun 1984 Di tahun 1980-an Kodam telah dinyatakan sebagai Kotama dalam jajaran AD Panglima Kodam menjadi pimpinan di daerah untuk seluruh jajaran komando Pangdam dalam reorganisasi organisasi ABRI ini langsung berada di bawah Panglima ABRI Sejalan dengan itu Panglima ABRI juga memiliki komando langsung kepada Kotama AD lainnya yaitu Kostrad dan Kopassus Oleh karena itu di era ini kerap kali operasi militer melibatkan pasukan-pasukan dari Kostrad dan Kapassus dengan perintahnya langsung dari Panglima ABRI dan Kodam hanya memfasilitasi Kenyataan ini kemudian dikenal dengan nama pasukan BKO (bawah kendali operasi)54 Di era ini Papua juga tertutup bagi media sehingga banyak operasi yang dilancarkan oleh militer tidak diketahui oleh orang luar Robin Osbome menyebut keadaan ini sebagai perang rahasia Indonesia di Papua

Di awal tahun 1980-an Kopkamtib mengeluarkan analisis bahwa kekuatan OPM telah mengecil dan terpencar-pencar ke dalam kelompok kecil-kecil dengan senjata yang sangat te rba tas M eskipun dem ikian Laksusda Irian Jaya kala itu juga melihat gerakan kelom pok-kelom pok OPM itu kem bali m ulai a k tif setelah m enerim a pukulan telak sepanjang tahun 1977mdash 1978 Gerakan OPM itu aktif sepanjang daerah perbatasan dengan PNG Antara bulan Maret dan Juni 1984 pasukan dari Kopasandha (Kopassus) mulai melakukan penyusupan ke daerah-daerah sekitar perbatasan

Aksi pasukan baret merah ini adalah dengan melakukan penangkapan terhadap setiap orang yang d icu rig a i O sborne m encata t gerakan pasukan ini sangat menakutkan penduduk sekitar perbatasan karena perlakuan buruknya terhadap

53 Bhakti op cit hlm 256 Lihat juga Osbome op cit hlm 153

54 Reorganisasi ini dilakukan oleh Panglima ABRI Benny Moerdani setelah menggantikan M Yusuf di tahun 1983

14

penduduk Akibatnya ratusan orang melarikan diri ke daerah PNG karena takut Pengungsian ke PNG di tahun 1984 ini kian banyak ketika Suku Muyu di Mindiptana Woropko dan Merauke juga masuk ke PNG Pengungsian Suku Muyu ini dipicu oleh kehadiran pasukan ABRI yaitu intelijen Kopassus di daerah itu untuk mencari anggota OPM setelah teijadinya penyerangan pos ABRI di desa Kanggewot dan Kakuna tanggal 11mdash 12 April 1984 Gerakan suku Muyu ini kemudian juga diikuti oleh penduduk dari daerah lainnya yaitu dari Jayapura W am ena Sorong M im ika (A m ungm e) M anokw ari dan Fak-fak Seluruh pengungsi asal Papua yang masuk ke PNG ini diperkirakan mencapai 10000 orang55 Sementara Yafet Kambai mencatat dari seluruh pengungsi itu hanya sekitar 7500 berhasil masuk ke PNG dan 1900 orang berdiam diri di hu tan -hu tan sek itar perbatasan Seluruh pengungsi ini ditempatkan di kamp East Aswin dan Western Province PNG56

Gerakan pengungsian ke PNG selain faktor operasi militer di daerah perbatasan itu juga disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu aktifnya OPM di daerah itu munculnya rasa kecewa karena macetnya pembangunan banyaknya operasi intelijen dan masuknya arus transmigrasi secara besar-besaran ke Papua terutama di sekitar daerah perbatasan57 Transmigrasi yang di dalamnya juga masuk keluarga ABRI dan para pensiunan ABRI kian membuat orang takut sekaligus merasa tanahnya dirampas Para purnaw iraw an ABRI yang ikut dalam pemukiman transmigrasi sekaligus menjadi intel Kodam dalam mengawasi daerah itu58 Daerah-

55 Osbome hlm 23656 Theo van den Broek Returnees from PNG to Irian jaya

Dealing in Particular with Returnees to Woropko- Mindiptana Area SKP Jayapura Januari 1999 Juga lihat Yafet Kambai Gerakan Papua Merdeka di Bawah Bayang- Bayang Mega-Haz ELSHAM Jayapura 2003 hlm 29mdash 30

57 Van den Broek ibid hlm 458 Kodam menyebut tugas para purnawirawan dalam

pemukiman itu adalah menjadi mata dan telingga Kodamdalam bidang keamanan Lihat Sejarah Kodam VIIITrikora Priode 1982mdash 1990 hlm 82mdash 83

daerah transmigrasi ini seperti di Arso dan Koya atau di beberapa daerah di Merauke dijadikan pula sebagai daerah penyangga bagi OPM dan memudahkan ABRI untuk melakukan patroli di daerah itu 59

Pengungsian ke PNG di tahun 1983mdash 1984 juga dipicu oleh banyaknya terjadi penangkapan-penangkapan di kota-kota Papua terutama Jayapura oleh intelijen Kopasandha Mereka yang ditangkap ada 20 orang yang berasal dari Uncen dan pegawai Gubemuran Irian Jaya Salah seorang dari mereka adalah Amold Ap yang menjabat sebagai Kepala Museum Antropologi Uncen Penangkapan ini menimbulkan keresahan di Jayapura Akibatnya banyak dari para mahasiswa Uncen dan pegawai di pemerintah daerah lari ke PNG Bahkan di Jakarta tiga orang sahabat Amol Ap yang memprotes penangkapan dan pembunuhan Amold oleh Kapassus ke DPR-RI terpaksa meninggalkan Jakarta60

Setelah pelarian besar-besaran ke PNG tahun 1984 ini gerakan perlawanan dari OPM betul-betul surut Namun ABRI yang kian m erasa berkuasa atas Papua tidak bisa meninggalkan cara-cara kekerasan untuk menunjukkan dominasinya Stigma OPM d iek p lo itasi sedem ik ian rupa untuk melumpuhkan siapa saja yang dianggap menentang Indonesia Tindakan kekerasan itu kerap pula dipakai setiap menjelang pemilu demi memenangkan Golkar di Papua

Operasi militer setelah tahun 1984 berjalan secara lebih masif namun aksi kekerasan dalam operasi itu tidak diketahui oleh publik di luar Papua karena media massa dilarang m em beritakannya Kem asifan operasi itu ditopang oleh kebijakan ABRI yang menjadikan yonif sebagai kekuatan inti tem pur dengan pasukan tam bahan dari Jakarta atau Makassar dan Maluku yang di- BKO-kan ke kodam Di tahun 1984 ini kodam memilik 6 yonif 3 di Papua dan 3 yonif

59 Bhakti op cit hlm 257 dan Osbome hlm 28060 George J Aditjondro Cahaya Bintang Kejora ELSAM

Jakarta 2000 hlm 24mdash 25

15

di Maluku sebagai hasil penggabungan kodam Dari 3 yonif di Maluku satunya adalah Yonif Linud 733 di Ambon yang berkualifikasi para Yonif dari Maluku ditugaskan melakukan operasi secara bergantian sementara yonif di Papua melakukan operasi sepanjang tahun di bawah kendali korem61

Papua sebagai daerah operasi satuan intelijen kodam dan jajarannya memegang peranan yang besar untuk menghancurkan gerakan yang disebut separatis Oleh karena itu peranan intelijen dan operasi kontra intelijen selalu aktif sepajang tahun Para intelijen dari kodam dan korem direkrut dari anggota satuan tempur yang memiliki naluri intelijen dan kemudian dilatih 3 sampai 10 hari sebelum diterjunkan mengumpulkan informasi Selain itu anggota intelijen ini latihan sambil bertugas bersama dengan intelijen tempur yang datang dari Kopassus

Operasi-operasi di masa ini adalah O perasi G agak I (1985mdash 1986) yang dipim pin oleh Pangdam M ayjen H Simanjuntak Dalam operasi ini pasukan operasi d ibagi ke dalam sek to r A di perbatasan B di tengah dan C kepala burung dengan komando Korem masing-masing Danrem adalah komandan sektor operasi Kodim menjadi subsektor dengan Dandim sebagai Dansubsektor Titik tekan operasi adalah teritorial dengan didukung oleh operasi intelijen dan tempur serta kamtibmas

Sektor A l meliputi daerah Kodim 1701Jayapura yaitu M embramo Arso Waris Senggi Kemtuk dan Demta Pasukan yang dikerahkan di daerah ini adalah Yonif733 BS satu kompi dari Yonif 7519 tim intelijen aparat teritorial setempat serta dibantu oleh 2 SSK Wanra Sementara A2 meliputi daerah Kodim 1702W amena dengan kekuatan pasukan dari 1 regu Yonif 751 2 peleton KiZipur-4Diponegro 2 peleton Senzipur 10 serta pasukan teritorial setempat berserta 2 SST wanrahansip A3 adalah daerah Kodim 1707

01 Sejarah Kodam VIlITrikora Priode 1982mdash 1990 Kodam Jayapura 1990 hlm 76

Merauke dengan sasaran utama adalah desa Mendiptana dan Waropko Pasukan yang diterjunkan di daerah ini adalah 1 kompi Yonif 7511 peleton Zipur4Diponegoro 1 peleton Denzipur 10 dan aparat teritorial yang dibantu oleh 2 SST wanrahansip

Daerah operasi sektor B adalah meliputi daerah Korem 173PVB dengan hot spot operasi di Nabire Sasaran utama adalah Enarotali dan Kebo Ilaga Operasi ini bertujuan memburu pimpinan OPM yaitu Daniel Kogoya Tadius Yogi dan Simon Kogoya Pasukan yang dikerahkan ke daerah ini adalah 1 pleton Yonif7531 peleton Zipur 4Dip dan Apter setempat dan dibantu oleh 2 SST hansipwanra

Sektor C adalah daerah Fak-fak dengan fokus operasi di daerah C3 yaitu daerah kompleks Tembagapura Agimuga dan Timika Pimpinan OPM yang hendak dikejar di daerah tambang PT Freeport ini adalah V icktus W angm ang dengan mengerahkan pasukan dari Yonif752 dengan kekuatan 2 kompi dibantu Apter dan 2 SST hansipwanra62 Dalam Operasi Gagak I ini Kodam mencatat 14 orang yang diduga OPM berhasil dibunuh dan 8 orang ditangkap dengan menyita 2 pucuk senjata

Memasuki tahun 1986 operasi ini dilanjutkan Pangdam Mayjen Setiana dengan sandi Operasi Gagak II (1986mdash 1987) dengan tugas pokok penghancuran GPK Titik tekan operasi adalah operasi teritorial dan intelijen untuk memisahkan GPK dari rakyat serta melakukan deteksi loyalitas rakyat terhadap pemerintah Operasi intelijen melakukan penggalangan agar loya litas rakyat meningkat Operasi tempur terus dijalankan dengan menggelar patroli untuk mengejar dan menghancurkan Operasi dilancarkan dengan tetap membagi daerah operasi ke dalam 3 sektor Pasukan yang dilibatkan dalam Operasi Gagak II ini adalah seluruh pasukan organik tempur dan teritorial Kodam VIII Trikora Serta pasukan BKO dari Satgas

62 Kodam VIIITrikora op cit hlm 108mdash 109

16

Yonif 321Kostrad 6 Tim Intelpur Kostrad 1 Kompi YonzipurDip 1 Kompi Yon Zipur Brawijaya satuan dari TNI AL dan AU serta Penerbad Selam a operasi in i ABRI melaporkan 21 orang berhasil dibunuh 5 ditangkap dan menyerah 12 orang dengan menyita 13 pucuk senjata63

K etika M ayjen W ism oyo Arismunandar menjadi Pangdam Trikora digelar operasi dengan sandi Operasi Kasuari 01 (1987mdash 1988) yaitu Juni 1987 sampai M ei 1988 dengan tugas utam a menghancurkan GPK secara fisik terutama di sekitar daerah perbatasan Selain itu operasi ju g a d itekankan di K abupaten Jayapura Paniai Fak-fak dan Biak Perkiraan ABRI waktu ini kekuatan OPM hanya 222 orang dengan 64 pucuk senjata campuran Akan tetapi operasi digelar dalam 3 sektor dengan Danrem tetap sebagai komandan sektor Untuk daerah subsektor A l yang meliputi perbatasan di Kabupaten Jayapura dikerahkan pasukan dari Satgas Yonif 321 Kostrad Satgas Patimura II 2 peleton Yonif 751 tim Yonif752 tim analis Kopassus tim Intelpur Kostrad Satgas Intel Laksusda satu peleton Kizipur4Diponegoro 1 kompi Zipur 5Brawijaya dengan dibantu 4 SSK wanra sebagai TBO Sementara untuk Subsektor A2 Wamena dikerahkan 1 Ton Yon 751 1 Ton Zipur 5B raw ijaya 1 tim Intelpur Kostrad 1 Ton Plus Satgas 642Tanjungpura dan dibantu SST wanra Sementara di sektor A3 yaitu Merauke dikerahkan pasukan 1 Ton Yonif 751 dan 1 Ton Zipur 5Brawijaya Satgas Intel Laksusda dan Tim Intelpur Kostrad dan 2 SST wanra64

Di daerah operasi subsektor B I Nabire sasaran adalah Enarotali dan Sugapa dengan menerjunkan pasukan dari Yonif753 Intel Laksusda K izipur 4D iponegoro peleton Intelrem 173 Ru Marinir 1 peleton KopaskhasAU 1 Tim Khusus Kodim Nabire dan 2 SSK wanra Kampung yang menjadi

61 Ibid hlm 111

64 Ibid Kodam hlm 114mdash 115

sasaran adalah Kampung Tagitakaida Seruai Kampung Swaipak Ampobukar Supriori dan Swainober Biak Barat Selain itu juga di desa Hitadipa Kecamatan Komopa Kecamatan Sing Desa Sapolinik Kecamatan Sinak dan Lereh Nabire Begitu juga Desa Tamakuni Waropen Pimpinan OPM yang dikejar di daerah ini adalah Tadius Yogi dan Simon Kogoya

Sementara itu di sektor C pasukan dikonsentrasikan untuk patroli tempur dan penjagaan areal PT Freeport serta Kecamatan Agimuga dan kampung Jila Pasukan yang dikerahkan adalah berasal dari Yonif752 satu kompi Yonif753 satu regu Ton Intelrem 171 Satgas Intel Laksusda dibantu satu SSK wanra Semua pasukan di-BKO-kan kepada Kodim 1706Fak-fak65

O perasi m ilite r ini kem udian dilanjutkan dengan Operasi Kasuari 02 (1988mdash 1989) O perasi d itekankan di sepanjang perbatasan dengan PNG dengan titik tekan operasi teritorial intelijen dan tempur serta kamtibmas Operasi teritorial diarahkan untuk membentuk desa binaan agar rakyat berpihak pada ABRI Pasukan yang bertugas dan sektor operasi sama dengan Operasi Kasuari 01 Kelly Kwalik muncul sebagai pimpinan OPM di daerah Agimuka dan Tembagapura di masa Operasi Kasuari 02 ini

Mayjen Abinowo setelah meng-gantikan Wismoyo Arismunandar mengelar Operasi Rajawali 01 ( 1989mdash 1990) dan Operasi Rajawali 02 (1990mdash 1991) Operasi tetap ditujukan untuk penghancuran OPM di sepanjang perbatasan dengan PNG Jenis operasi adalah teritoril intelijen dan tempur secara terpadu dan serentak Operasi teritorial diarahkan untuk pembentukan desa binaan dengan tujuan memisahkan rakyat dari GPK Sementara operasi intelijen ditujukan untuk m eng iden tifikasi gerakan GPK dan menetralisir pengaruhnya Sementara itu operasi tempur melancarkan patroli pengejaran dan

ldquo Ibid hlm 116mdash 117

17

penghancuran Pasukan yang terlibat dalam operasi ini adalah pasukan organik Kodam VIII ditambah Yonif 621Tanjungpura Yonif 431 Brawijaya (diganti Yonif 310Siliwangi) 1 tim In te lpur K ostrad Satgas D am pak XX Kopassus Satgas Udara 3 Heli Puma 1 Cassa AL dan 32 Polsek dan 6 SSK wanra Di masa inilah Thomas Wangai mengibarkan Bendera Melanesia Barat di Jayapura

Memasuki tahun 1990 kekuatan OPM diperkirakan hanya 215 orang dengan 69 pucuk senjata campuran Konsentrasi gerakan berada di sepanjang perbatasan dan sebagian tersebar di Kabupaten Jayapura Biak Yapen-Waropen Fak-fak Merauke Pada periode ini ABRI telah membagai empat kelompok GPK yaitu politis orang hutan rakyat pendukung dan clandestine yang berada dalam Pemda I dan II perguruan tinggi dan SLTA66 Pasukan pendukung operasi ini adalah pasukan organik Kodam tambah 32 Koramil rawan yaitu Satgas Yonif 732 asal Maluku Satgas Ki Denzipur 101 Ki Yon 751 752 753 Satgas Intel dan ditambah pasukan nonorganik yaitu Satgas Yonif 621 431 310 tim Intelpur Kostrad Den Kopassus dan Satgas Udara

Di tahun 1990 inilah operasi intelijen militer yang berintikan pasukan Kopassus di Papua meningkat Penangkapan-penangkapan yang disertai pembunuhan terhadap orang- orang yang dicurigai sebagai OPM kerap terjadi di berbagai tempat

Operasi jenis ini kemudian terkuak ketika teijadi serangkaian pembunuhan terhadap penduduk kampung di desa Wea Tembagapura di bulan Oktober sampai Desember 1995 Dalam aksi ini pasukan dari Yonif 752 melakukan penembakan membabi buta terhadap penduduk yang sedang berada dalam rumah- rumah mereka Tindakan ABRI itu diawali oleh adanya demontrasi beberapa bulan sebelumnya dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora Dalam peristiwa ini 11 orang terbunuh dan bebeberapa orang lainnya ditangkap dan kemudian disekap di kontainer milik PT

66 Kodam VIII hlm 126

Freeport Sebagian dari penduduk di kampung- kampung itu juga mengalami penyiksaan67 Aksi kekerasan yang sam a ju g a te rjad i di M apendum a ketika pasukan K opassus mencoba membebaskan orang-orang yang disandera oleh kelompok Yudas Kogoya dan Kelly Kwalik

Operasi militer dengan tujuan untuk mem buru kelom pok yang disebut OPM kembali teijadi di tahun 2003 tepatnya antara bulan April sampai Juni dan kemudian terus bertahan sampai O ktober68 di Wamena Dalam operasi pengejaran di tahun 2003 ini diterjunkan pasukan dari Kopassus dan Kostrad yang di BKO-kan kepada Korem 171Jayapura

O perasi m ilite r ini d iaw ali oleh terjad inya pem bobolan gudang senjata Kodim 1702 Wamena oleh sekelompok orang bersenjata dini hari tangal 4 April 2003 Untuk mengejar kelompok bersejata itulah operasi ke kampung-kampung di seputaran kota W amena d ilancarkan Pengejaran bahkan sam pai ke daerah Kwiyawage M ereka yang ditangkap di sekitar kota Wamena ditahan di Kodim dan kemudian mengalami penyiksaan yang luar biasa

Di kampung-kampung yang dilewati pasukan TNI ini terjadi rangkaian kekerasan terhadap penduduk N am un tindakan kekerasan yang luar biasa dilakukan pasukan TNI terjad i di K w iyaw age Kampung- kampung yang diperkirakan berpenduduk hampir 7000jiwa ini dihujani tembakan dan rumah-rumahnya dibakar Ribuan pendudukshynya yang berhasil ditangkap mengalami penyiksaan dan beberapa orang di antaranya d ibunuh 69 K etika penu lis datang ke

67 Amiruddin op cit68 Pada bulan Oktober TNI berhasil membunuh Justinus

Murib bersama 6 orang pengawalnya di Kampung Bolakme Wamena Justinus diangapa sebagai Pimpinan OPM di Wamena dan memimpin pembobolan gundang senjata Kodim dan membunuh dua orang anggota TNI di areal Kodim

69 Lihat Laporan Lengkap Tim Pengkajian PermasalahanH AM di Papua Komnas HAM 2003

18

Kampung Kwiyawage ini di bulan September 2003 kampung ini masih kosong dan sisa-sisa pembakaran dan pengrusakan masih terlihat jelas70

Operasi militer yang paling mengejutkan setelah DOM dicabut di Papua adalah tindakan Kopassus di tahun 2001 yaitu membunuh Theis H Eluay di Jayapura Pembunuhan itu dilakukan setelah Theis diundang Kopassus ke markasnya di Hamadi Jayapura Mayatnya kemudian dibuang di jurang pingir jalan di daerah Koya Sampai hari ini pembunuhan Theis ini belum terungkap siapa yang memerintahkannya Yang jelas seorang letkol dan seorang mayor Kapassus divonis oleh Makamah M iliter Tinggi III Surabaya sebagai penanggungshyjawabnya Metode pembunuhan terhadap Theis bukanlah m etode baru di Papua Ratusan orang di Papua dibunuh dengan cara seperti itu baik di kam pung-kam pung maupun di kota di seluruh Papua

Sebenarnya ketika memasuki era reformasi politik Indonesia di tahun 1998 OPM tidak berarti lagi secara politik karena tidak m em iliki kekuatan sen ja ta yang memadai Bahkan para anggotanya terpecah- pecah dan banyak yang bertalian dengan aparat TNI Maka dari itu ketika menjabat M enkopolkam SBY m enyatakan OPM bukanlah ancaman yang serius Namun aksi kekerasan oleh TNI di Papua tidak pernah surut

5 Penutup Hak Asasi Manusia Agenda yang Tersisa

R angkaian operasi m ilite r yang terpapar di atas jika disimak dalam literatur resmi Indonesia terdapat kesan bahwa operasi itu berjalan mulus tanpa cela Seluruh operasi itu digelar semata-mata untuk mematahkan perlawanan Gerakan Pengacau Liar atau Gerakan Pengacau Keamanan Tetapi banyak saksi di Papua menyatakan dalam seluruh

70 Kwiyawage berjarak sekitar 45 menit terbang dengan helikopter Penulis datang ke kampung ini sebagai anggota penyelidik ad hoc KPP-HAM Komnas HAM

operasi itu banyak korban jiw a jatuh dari penduduk biasa di kampung-kampung serta pu luhan orang Papua yang te rpe la jar dipenjarakan71

Ketika situasi politik berubah rangkaian Operasi Militer di Papua digugat oleh orang- orang Papua karena mereka mencatatnya sebagai pelanggaran terhadap hak-hak asasi mereka Ternyata dalam operasi militer yang tiada putus itu yang dibunuh disiksa dan dihilangkan atau diperkosa bukanlah sekadar musuh negara melainkan ratusan penduduk kampung yang daerahnya menjadi sasaran operasi militer tersebut

Antara tahun 1963mdash 1969 korban orang Papua oleh operasi militer diperkirakan oleh Osborne dengan mengutip Hasting berjum lah 2 000 sam pai 3 000 orang Sementara Eliaser Bonay mantan Gubernur Papua di tahun 1981 pernah menyatakan korban berkisar 30000 jiwa72 Jan Warinussy D irektur E kseku tif LP3BH M anokwari m em perkirakan jum lah korban ham pir 100000jiwa sejak Pepera sampai sekarang73

Namun jumlah korban yang moderat ditulis oleh Agus Sumule ketika merumuskan perlunya Pengadilan HAM serta Komisi K ebenaran dan R ek onsiliasi dijam in pembentukannya dalam UU Otonomi Khusus untuk Papua Sumule merinci jumlah korban tersebut adalah antara tahun 1969mdash 1997 di Paniai 614 orang dibunuh Hilang 13 orang dan diperkosa 80 orang (1980mdash 1995) Tahun 1979 Kelila (Jayawijaya) 201 dibunuh serta tahun 1977 di Asologaiman 126 dibunuh dan Wasi 148 orang dibunuh74 Jumlah korban pembunuhan oleh aparat dalam rangkaian operasi militer itu belum teridentifikasi secara jelas sampai saat ini Meskipun demikian

71 M endesaknya masalah hak asasi manusia untuk diselesaikan di Papua lihat Adriana Elisabeth Agenda dan Potensi Damai di Papua LIPI Jakarta 2005

72 Osbome op cit hlm 10973 Lihat wawancaranya dalam Majalah Sampan edisi 02

Februari 2006 hlm 11mdash 1374 Agus Sumule Mencari Jalan Tengah Otonomi Khusus

Provinsi Papua Gramedia Jakarta hlm 233mdash 234

19

masalah hak asasi manusia yang serius telah tejadi di Papua

Menyikapi masalah hak asasi manusia yang serius itu ketika fajar tahun 2000 merekah Presiden Abdurrahman Wahid yang kala itu berada di Jayapura mengubah nama provinsi Irian Jaya menjadi Provinsi Papua Seiring dengan perubahan nama itu Presiden juga memperbolehkan pengibaran bendera B intang K ejora dan m em inta TNI mengunakan jalan damai dan meninggalkan cara-cara kekerasan dalam m enyikapi masalah di Papua Setahun kemudian status Otonomi Khusus juga disetujui oleh Presiden Megawati kepada Papua melalui UU No 21 2001

Jalan dialog ini mulai terbuka karena munculnya gelombang protes yang tiada henti di Papua sepajang tahun 1998 Gelombang itu dimulai oleh para kalangan mahasiwa di Jayapura dan kemudian menjalar ke hampir semua kota di Papua Titik cetusnya terjadi di Biak bulan Juli 1999 Ribuan orang berdemonstrasi dan mengibarkan bendera B intang K ejora di Pelabuhan Biak Demonstrasi kemudian juga menyebar ke kota-kota Papua lainnya seperti Manokwari Wamena Merauke Timika dan Jayapura Sayang dalam berbagai aksi demonstrasi yang diikuti pengibaran bendera Bintang Kejora ini lagi-lagi aparat keamanan bertindak secara kasar75 Sepanjang tahun 2000 demonstrasi-demonstrasi yang menuntut keadilan dengan m engibarkan bendera Bintang Kejora juga mengalami tindakan kekerasan oleh aparat keamanan Sepanjang tahun 1999mdash 2000 puluhan orang tewas tertembak oleh aparat76

Sayangnya seluruh jalan dialog itu dan status Otonomi Khusus belum menyentuh persoalan mendasar di Papua yaitu pemulihan

75 Theo PA van den Broek Ofm dan J Budi Hemawan Ofm Memoria Passionis di Papua Kondisi Hak Asasi Manusia dan Gerakan Aspirasi Merdeka Gambaran 1999 Keuskupan Jayapura Jakarta 2001

76 Yafet Kambai op cit hlm 34mdash 36

harga diri orang Papua Bagi orang-orang Papua pengalaman bersama Indonesia terutama selama rezim militer Soeharto berkuasa dirasakan begitu melecehkan harkat dan martabat mereka Seluruh pelecehan itu kemudian dikatakan oleh orang-orang Papua sebagai realitas pelanggaran hak asasi manusia baik yang berupa tindak kekerasan seperti pembunuhan penyiksaan penangkapan dan pemerkosaan

Pelecehan yang lain adalah Indonesia te lah m em biarkan o rang-o rang Papua terperangkap dalam kemiskinan yang kronis tanpa infrastruktur kesehatan pendidikan dan transportasi serta kom unikasi yang memadai Kondisi ini dalam data yang dilansir oleh harian Kompas sekitar 80 orang asli Papua berada dalam gelimang kemiskinan77

Belum adanya ja lan keluar bagi m asalah kem isk inan dan kelangkaan infrastruktur serta belum adanya upaya pertanggung jaw aban atas te rjad inya pelanggaran bera t hak asasi m anusia membuat Papua tetap bergejolak meskipun Otonomi Khusus telah diberikan Pada hal Otonomi Khusus dirancang sebagai jalan k e lu ar bagi selu ruh persoalan yang mengganjal dalam hubungan Jakarta dengan Jayapura

Belum efektifnya Otsus sebagai jalan keluar tidak terlepas dari realita politik di Papua itu sendiri Para perancang Otonomi Khusus hanya mengandaikan bahwa dengan adanya Otonomi Khusus maka semua pihak akan suka rela mendukungnya Namun dalam kenyataanya belum semua pihak mendukung Salah satu pihak yang belum mendukung sepenunya adalah pihak-pihak dari kalangan militer

M aka dari itu sam pai saat ini Pengadilan HAM dan KKR yang diwajibkan oleh UU Otonomi Khusus untuk meminta pertanggungjawaban dari mereka yang terlibat belum terwujud di Papua Pada hal dua instansi ini d iharapkan m enjadi sarana untuk membongkar masalah kejahatan terhadap kemanusian di Papua

20

Dengan demikian membicarakan masalah Papua saat ini yang paling pokok adalah menjelaskan peran dan posisi militer dalam keseluruhan konflik di Papua tersebut Sikap pemerintah yang selalu membantah dan menutup mata atas terjadinya berbagai bentuk kekerasan yang dilancarkan oleh anggota ABRI akan merugikan Indonesia sendiri Selain itu sikap merasa tak pemah bersalah dari pem erin tah Indonesia ju g a akan menjauhkan orang Papua dari Indonesia

Gam baran yang terpapar di atas adalah merupakan kenyataan-kenyataan yang pernah dialami oleh orang-orang Papua Dengan membuka seluruh pengalaman itu dan memberikan ruang bagi pengalaman orang-orang Papua untuk menjadi bagian darinya akan lebih mem udahkan dalam mencari jalan keluar bagi persoalan Papua yang kini kian rumit Singkatnya peranan ABRI atau TNI dan Polri di Papua sejak tahun 1960-an sampai tahun 2000 harus dibuka Sementara itu seluruh pengalaman pahit orang-orang Papua mesti diakomodasi pula di dalamnya sebagai bagian yang utuh

M aka dari itu pem bentukan pengadilan HAM dan KKR di Papua sebagaimana diamatkan oleh UU Otonomi Khusus menjadi agenda mendesak di Papua Tanpa kedua sarana itu membicarakan masalah Papua seperti jalan di tempat Jika itu yang terjadi kekecewan dan perasaan tidak diangap sebagai bagian dari keindonesiaan akan kian meluas di Papua

Daftar Pustaka

Aditjondro George J 2000 Cahaya Bintang Kejora Jakarta ELSAM

Amiruddin 2005 ldquoGerakan Papua Merdeka Penciptaan Identitas Ke-Papua-an versus Ke- Indonesia-anrdquo dalam Jurnal Hak A sasi Manusia Dignitas VolIIINo 1 Tahun 2005

Amiruddin dan Aderito Soarea 2003 Perjuangan Amungme Antara Freeport dan Militer Jakarta ELSAM

Bhakti Ikrar Nusa 2005 ldquoHak Menentukan Diri Sendiri Jenis Baru di Papua Pilihan Antara Kemerdekaan dan Otonomirdquo Dalam Dewi Fortuna Anwar (Ed) Konflik Kekerasan Internal Jakarta Obor Hlm 255mdash 256

Chauvel Richard dan Ikrar Nusa Bhakti 2004 The Papua Conflict Jakarta s Perceptions and Policies East-West Center Washington

C holil 1971 Sejarah O p era si-O p era si Pembebasan Irian Barat Puserjarah ABRI- Dephankam

Deplu RI 1998 Sejarah Kembalinya Irian Jaya ke Pangkuan Republik Indonesia Jakarta Deplu RI

Djoparai John RG 1993 Pem berontakan O rgan isasi P apua M erdeka Jakarta Grasindo

Elisabeth Adriana dan Muridan S Widjojo 2004 Pemetaan Peran dan Kepentingan Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

Elisabeth Adriana dkk (2005) Agenda dan Potensi Damai di Papua Jakarta LIPI

G iyai Benny 2000 M enuju P apua Baru Beberapa Pokok Pikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham-Dieyai

Kambai Yafet 2003 Gerakan Papua Merdeka di Bawah B ayan g-B ayan g M ega-H az Jayapura ELSHAM Hlm 29mdash 30

Kodam XVIITjendrawasih 1971 Irian Barat dari Masa ke Masa Sejarah Militer Kodam XVII Tjendrawasih Puserjarah ABRI

Laporan Tim Pengkajian Komnas HAM tentang Permasalahan HAM di Papua (Wamena dan Wasior) Oktober 2003

Leith Denise 2003 The P olitics o f Power Freeport in Seharto s Indonesia Honolulu Universiti o f Hawaii Press

Majalah Sampari edisi 02Februari 2006

M ayjen Samsudin 1994 P ergolakan di Perbatasan Operasi Pembebasan Sandera Tanpa Pertum pahan D aerah Jakarta Gramedia

Osbome Robin 2001 Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Jakarta Elsam

Pigai D ecki N atalis BIK 2001 E volusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua Jakarta Sinar Harapan

21

Pour Julius 1993 Benny Mordani Profil Prajurit Negarawan Jakarta Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman

Raweyai Yorris TH 2002 Mengapa Papua Ingin Merdeka Jayapura PDP

Sejarah Kodam VIIITrikora Priode 1982-1990

Sumule Agus 2004 M encari Jalan Tengah Otonomi Khusus Provinsi Papua Jakarta Gramedia

Tebay Neles Kebadabi 1999 ldquoOrang Papua Menuju K epunahanrdquo makalah dalam Seminar yang diselengarakan oleh Kelompok Studi Gaise Keuskupan Bandung dan Lembaga Penelitian Universitas Katolik Parahiyangan Bandung tanggal 12mdash 13 November 1999

Van den Broek Ofm Theo PA dan J Budi Hemawan Ofm 2001 Memoria Passionis di Papua Kondisi Hak Asasi Manusia dan Gerakan A spirasi M erdeka Gambaran 1999 Jakarta Keuskupan Jayapura

Van den Broek Theo 1999 Returnees from PNG to Irian jaya Dealing in Particular with Returnees to Woropko-Mindiptana Area Jayapura SKP

Widjojo Muridhan S 2005 ldquoSeparatisme - Hak Asasi M anusia - Separatisme Siklus Kekerasan di Papua Indonesiardquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIII N ol Tahun 2005

22

Lampiran

Tabel Nama Pangdam XVIITjendrawasih dan Operasi-Operasi yang Dipimpinnya

No Nama Lama Tugas Keterangan

1 Brigjen U R ukm an M ei 1 9 6 3 mdash 17 April 1 9 6 4

O peras i W isnum urti I d an II

2 Brigjen Inf Kartidjo 17 April 1 9 6 4 mdash

O peras i W isnum urti III d an IV O perasi G ia t dan T an g k as O peras i S a d a r O p e ra s i ini d ipim pin oleh D a n rem 171 M an o kw ari Letkol D jaka W a rg a d in a ta

3 Brigjen T N I R Bintoro 2 3 M a re t 1 9 6 6

O peras i B ra th ayud ha operas i penghancuran p erlw an an d an untuk m e m e n a n g ka n P ep e ra

4Brigjen T N I S arw o Edi W ibow o

2 5 Juni 1 9 6 8O peras i S a d a r d an B ratayudha O peras i W ib a w a (P ers iap an P e n y e len g a ra an P e p e ra )

5 Brigjen A cub Za ina l2 6 Januari 19 70 mdash 1 9 7 4

O peras i P am un g kas

6Brigjen Im am M u n a n d ar

1 9 7 7 mdash 19 78 O peras i di S ep a n jan g P erb a tas an

7 Brigjen C l S an to sa 1 9 7 8 mdash 1 9 8 2

8Brigjen RK S em biring M elia la

1 9 8 2 mdash 1 9 8 5

9M ay jen H S im anjuntak

1 9 8 5 mdash 19 86 O peras i G a g a k I

10 M ay jen S etia n a 1 9 8 6 mdash 1987 O peras i G a g a k II

11M ay jen W is m o ya A rism u nand ar

1 9 8 7 mdash 19 89 O peras i K asuari I d an II

12 M ay jen A binow o 1 9 8 9 mdash 1991 O peras i R a jaw ali I dan II

13M ay jen I Ketut W ard h an a

1 9 9 4 mdash 1 9 9 5

14 M ay jen Joni Lum intang 1 9 9 5 mdash 1 9 9 6

15M ay jen A m ir S em biring

1 9 9 8 mdash 1999 P e n g a m a n a n D a erah R a w a n

16M ay jen M ahidin Sim bolon

1 9 9 9 mdash 2 0 0 2O peras i P en g en d a lian P eng ibaran B end era

17 M ay jen Nurdin Z a ina l 2 0 0 2 mdash 2 0 0 4 O peras i P enyis iran di W a m e n a

Sejak April 1985 Kodam XVlITjendrawasih di gabung dengan Kodam XVPatimura Gabungan kedua Kodam ini menjadi Kodam VIIITrikora dengan pusat komandonya tetap di Jayapura

Kodam VIIITrikora kembali dipecah menjadi dua yaitu Kodam Trikora di Jayapura dan Kodam Patimura untuk Maluku

23

PRO-KONTRA PEMEKARAN PAPUASEBUAH PELAJARAN BAGI PEMERINTAH PUSAT

Lili Romli

Abstract

The division ofthe Province o f Papua is an interesting case in pos t reform era in which local government autonomy is a hot topic in local politics in Indonesia The decision to divide the province comes from Central Government in Jakarta not provincial government in Jayapura The decision raises dispute argument in pro or contra on the necessary o f the division between people o f Papua The paper aims is to describe the discord between the problem o f the Division ofPapua in the level offormal rule and the pro and contra to the decision To solve the problem ofpro and contra this paper argues that it is necessary to give more room for people ofPapua to decide what it need By involving local institution that has been legally approved as representatives o f Papuan people such as Papuan People Assembly (Majelis Rakyat Papua MRP) and DPRD the pro and contra to the division among people and government will be solved in dialogic decision

Pendahuluan

Dalam era reform asi dan otonomi daerah ini salah satu fenomena yang muncul di daerah-daerah adalah

tuntutan pemekaran daerah Di beberapa daerah sebagai contoh kasus m ereka berlomba-lomba agar daerahnya dimekarkan atau minta pemekaran 1 Kondisi itu kontras dengan kasus di Papua Apabila daerah- daerah lain berlomba-lomba agar daerahnya dimekarkan tidak demikian halnya dengan Papua atau Irian Jaya Tampaknya kasus Papua berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kasus-kasus pemekaran daerah lain selama ini Jika pemekaran daerah yang terjadi selama ini yang ngotot adalah orang- orang daerah agar secepatnya daerahnya d im ekarkan sem entara un tuk kasus pem ekaran Papua yang ngo to t adalah

Peneliti Bidang Politik Nasional Pusat Penelitian Politik1 Agar daerahnya dimekarkan mereka kerap melakukan demonstrasi baik kepada daerah induk maupun ke Pemerintah Pusat Contoh kasus adalah saat pemekaran Provinsi Banten yang ingin pisah dari Provinsi Jawa Barat

Pemerintah PusatSebagaimana diketahui Pemerintah

Pusat menerbitkan UU No 45 Tahun 1999 un tuk pem ekaran Papua N am un UU tersebut ditolak oleh masyarakat Papua Meskipun sudah ditolak tampaknya jalannya cerita belum usai Empat tahun kemudian keing inan P em erin tah Pusat untuk memekarkan Papua dilanjutkan kembali K ini Pem erintah Pusat m enghidupkan kembali UU No 45 Tahun 1999 melalui Inpres No 1 Tahun 2003 Inpres tersebut menginstruksikan untuk mempercepat antara lain pemekaran Papua menjadi 3 provinsi yaitu Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur

Tentu saja dengan adanya Inpres tersebut mengagetkan rakyat Papua Sebab bukankah dulu UU No 45 Tahun 1999 tentang Pemekaran Papua sudah ditolak Tetapi mengapa sekarang keluar Inpres No 1 Tahun 2003 untuk mempercepat pemekaran Papua Bukankah untuk pemekaran Papua

25

harus dilakukan melalui Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagaimana diamanatkan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan itu sebagian besar rakyat Papua m enolak pemekaran Papua

D engan dem ikian dalam kasus pemekaran Papua sebagaimana dikatakan di atas tam paknya yang ngoto t untuk memekarkaan Papua adalah Pemerintah Pusat sedangkan Pem erin tah D aerah P rovinsi Papua tidak ngo to t bahkan menolaknya Inilah yang saya katakan sebagai fenomena khusus yang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan pemekaran- pemekaran daerah dalam kasus-kasus daerah lain seperti pemekaran Provinsi Banten Pemekaran Provinsi Bangka Belitung dan Pemekaran Provinsi Gorontalo

Dampak sikap ngotot Pemerintah Pusat tersebut menimbulkan benturan dan konflik antara mereka yang pro-Pemerintah Pusat (dengan demikian setuju pemekaran) dan yang menolak keinginan Pemerintah Pusat (dengan dem ikian m enolak pem ekaran) Sikap pro-kontra tersebut sesungguhnya apabila kita amati dipicu oleh sikap elite terhadap kebijakan Pemerintah Pusat tentang pemekaran Papua Sikap elite yang berbeda itu lalu merembet ke masing-masing pendukung di antara elite-elite tersebut sehingga yang teijadi kemudian konflik horizontal di antara pendukung pemekaran dan penolak pemekaran Antiklimaks dari konflik tersebut adalah peristiwa Mimika saat dideklarasikan Provinsi Irian Jaya Timur

Tulisan ini mencoba untuk membahas tentang fenomena pro-kontra pemekaran Papua tersebut Namun sebelumnya terlebih dahulu membahas tentang latar belakang pemekaran Papua keluarnya UU No 45 Tahun 1999 dan Inpres No 1 Tahun 2001

Latar Belakang Pemekaran

Ide tentang pemekaran Irian Jaya sudah lama Jauh sebelum Irian Jaya menjadi bagian Indonesia di zaman pemerintahan

Hindia Belanda pemerintah kolonial saat itu membagi wilayah Netherlands New Guinea (sebuah nama untuk Irian Barat atau Irian Jaya pada waktu masa penjajahan Belanda) dalam enam karisedanan yaitu (1) Hollandia (sekarang namanya Jayapura) dengan ibu kota Hollandia (2) Geelvinkbaai (sekarang Teluk Cendrawasi) dengan ibu kota Biak (3) N ew G uinea Tengah dengan ibu kota Enarotali (4) New Guinea Selatan dengan ibu kota Merauke (5) New Guinea Selatan dengan ibu kota Fakfak dan (6) New Guinea Barat dengan ibu kota Sorong2

Tentu pembagian keenam wilayah tersebut ada alasannya Pemerintah Hindia Belanda tidak asal saja membagi wilayah Netherland New Guinea atas enam wilayah M enurut Ik rar N usa B hakti alasan pembagian enam wilayah itu didasarkan atas (1) kedekatan w ilayah (2) efektiv itas pemerintahan dan (3) pertalian adatsuku di antara penduduk di wilayah itu3

Pada tahun 1963 ketika Netherland N ew G uinea m enjadi bag ian w ilayah Indonesia yang kemudian berubah menjadi Irian Barat pembagian enam wilayah tersebut tetap dipertahankan oleh Indonesia Namun dalam perkembangan kemudian yaitu pada tahun 1969 dari enam karesidenan itu diciutkan menjadi tiga karesidenan baru yaitu (1) Karesidenan Paniai (2) Karesidenan Sorong dan (3) Karesidenan Yapen Waropen Karesidenan di Irian Barat terus berkembang dan ada yang d iberi nam a baru yaitu kabupaten m enjadi 14 kabupaten dan terakhir 28 kabupaten4

Pada masa Pemerintahan Orde Baru tepatnya tahun 1983 yaitu pada masa Gubernur Irian Jaya dipimpin oleh Busyiri Suryowinoto dan M enteri Dalam Negeri Supardjo Rustam ide tentang pemekaran muncul kembali Ide pemekaran ini berawal dari Seminar ldquoPembangunan Pemerintahan

2 Ikrar Nusa Bhakti ldquoMencari Titik Temu Pemekaran Provinsi Papuardquo Kompas 25 Agustus 2003

3 Ibid4 Ibid

26

Daerahrdquo dalam rangka Dies Natalis Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) ke-16 di Jakarta tanggal 3 Mei 1983 Pada seminar tersebut muncul gagasan perlunya pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga wilayah dan pembentukan- pembentukan kabupaten-kabupaten5

Namun dalam seminar itu terdapat dua pendapat yang berbeda satu sisi ada yang berpendapat bahwa pemekaran dimulai dari bawah dulu yaitu dengan m em bentuk kapubaten-kabupaten dulu tetapi di sisi lain ada yang berpendapat sebaiknya dimulai dari atas dulu yaitu dengan m em bentuk pemekaran provinsi dulu

Sehubungan dengan adanya polemik tersebut Gubernur Irian Jaya yaitu Busyiri memanggil orang-orang Irian Jaya yang berpolemik tersebut yaitu JRG Jopari 3 mahasiswa IIP asal Irian Jaya (M ichael Menufandu Obednego Rumkorem Martinus Howay) dan beberapa anggota DPR yang mewakili Irian Jaya antara lain MC Da Lopez Izaac H indom Izaac Saujay M ocham m ad W asaraka dan Sudarko M ereka d ipanggil dalam rangka membicarakan rencana pemekaran wilayah Irian Jaya Untuk itu mereka diwajibkan untuk memberikan masukan tertulis kepada gubernur

Ide ten tang pem ekaran terus berkembang dengan diadakannya Seminar Nasional ldquoPercepatan Pembangunan di Irian Jayardquo yang d ilakukan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Dalam seminar itu dibicarakan juga tentang kemungkinan pemekaran wilayah Irian Jaya Hasil seminar lalu direkom endasikan kepada M enteri Dalam Negeri yakni Supardjo Rustam

Dalam perkem bangan kemudian Menteri Dalam Negeri memerintahkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Dalam Negeri untuk melakukan penelitian di Irian Jaya selama enam bulan

5 JRG Djopari ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo Sinar Harapan 5 Maret 2003

tentang kemungkinan pemekaran wilayah Irian Jaya Hasil penelitian ini kemudian disampaikan kepada Presiden Soeharto yang isinya apabila kondisi ekonomi negara memungkinkan dan proses kaderisasi aparat pemerintah asal putra daerah telah mencukupi untuk struktur minimal birokrasi pem erintahan tingkat provinsi pemekaran wilayah dapat dilaksanakan Pemekaran dapat dimulai dengan tiga provinsi dan kemudian menjadi enam provinsi sesuai enam karisedanan sewaktu pemerintahan Hindia Belanda di Irian Jaya

Gagasan tentang pemekaran Irian Jaya tersebut ternyata tidak kunjung tiba sampai akhirnya Presiden Soeharto jatuh Entah alasan apa ide pemekaran itu tidak kunjung terwujud Mungkin rekomendasi tentang perlunya pemekaran yang diajukan oleh B alitbang D epdagri belum juga terpenuhi sehingga tidak memungkinkan pemekaran Irian Jaya dilaksanakan Atau alasan lain entahlah Yang jelas selama masa Presiden Soeharto kendali Jakarta atas Irian Jaya begitu ketat dengan diberlakukannya Daerah Operasi Militer (DOM) Dan dampak dari DOM tersebut membuat rakyat Irian Jaya m akin sengsara ak ibat te rjad inya pelanggaran-pelanggaran HAM

Pemekaran Irian Jaya Berdasarkan UU No 45 Tahun 1999

K etika te rjad i pergan tian pemerintahan dari Soeharto ke B J Habibie gagasan pem ekaran Irian Jaya muncul kem bali G ubernur Irian Jaya Freddy Numberi mengusulkan pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga wilayah Kemudian usul ini ditanggapi oleh pemerintah dengan mengajukan RUU tentang pemekaran Irian Jaya dan pembentukan kabupaten-kabupaten lainnya di Irian Jaya Singkat kata lalu keluarlah UU No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat Kabupaten Paniai Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Dengan adanya UU itu

27

berarti Irian Jaya terbagi atas 3 provinsi yaitu Irian Jaya Barat dengan Ibu Kota Manokwari Irian Jaya Tengah dengan Ibu Kota Timika dan Irian Jaya Timur dengan Ibu Kota Jayapura

U ntuk m engetahui apa dasar pertimbangan keluarnya UU No 45 Tahun 1999 tersebut di sini saya kutipkan dasar pertimbangan sebagaimana dinyatakan dalam poin menimbang UU No 45 Tahun 1999 yaitu6a bahwa berhubung dengan perkembangan

dan kemajuan Provinsi Irian Jaya serta adanya aspirasi yang berkembang dalam m asyarakat d ipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerinshytahan pelaksanaan pembangunan dan pem binaan kem asyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan dimaksud pada masa mendatang

b bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dan memperhatikan perkembangan jumlah penduduk luas wilayah potensi ekonomi sosial budaya sosial politik dan peningkatan beban tugas serta volume kerja di bidang pem erintahan pem shybangunan dan kemasyarakatan di Irian Jaya d ipandang perlu m em bentuk Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat sebagai pemekaran dari Irian Jaya

c bahwa pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya B ara t akan dapat mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah

Pertimbangan-pertimbangan yang diajukan tersebut kemudian lebih jauh dijelaskan dalam Penjelasan Umum dari UU No 45 Tahun 1999 ini Di sini lagi-lagi saya kutipkan bunyi Penjelasan Umum tersebut yaitu

6 Lihat UU No 45 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

Provinsi Irian Jaya mempunyai wilayah seluas 404669 km2 dengan geografis yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit dalam perkembangannya walaupun telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan masih diperlukan peningkatan Provinsi Irian Jaya juga memiliki makna yang khas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Makna khas tersebut terdapat di dalam dinamika budaya struktur pranata adat istiadat potensi wilayah dan struktur sosial kemasyarakatan serta tantangan dan kendala yang dihadapi beserta lingkungan strategis yang mempengaruhinya

Perkembangan Provinsi Irian Jaya tersebut diikuti pula dengan peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat dengan laju pertumbuhan rata-rata 241 per tahun Pada tahun 1990 jumlah penduduk Provinsi Irian Jaya berjumlah 1436439jiwa dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 2225102 jiwa Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volum e kerja penyelenggaraan pem erin tahan pem shybangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Provinsi Irian Jaya

Provinsi Irian Jaya memiliki sumber daya pertanian tanaman pangan perkebunan kehutanan pertambangan dan pariwisata yang cukup potensial untuk dikembangkan serta memiliki prospek yang cukup baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri karena memiliki letak yang sangat strategis yaitu merupakan pintu gerbang ke arah lingkar Pasifik

Berdasarkan hal-hal tersebut dan memperhatikan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat sejak tahun 1982 yang selanjutnya dituangkan secara formal dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Irian Jaya tanggal 10 Juli 1999 Nomor 10DPRD1999 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I Irian Jaya dan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan

28

pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat dan sesuai aspirasi masyarakat sejalan dengan kebutuhan pembangunan dan pemerintahan di Provinsi Irian Jaya maka Provinsi Irian Jaya perlu dimekarkan menjadi tiga provinsi yaitu dengan membentuk Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat

Untuk m eningkatkan dan m em shyperkuat peranan putra daerah asli Irian Jaya dalam formasi kepegawaian dan jabatan negeri diberikan prioritas kepada putra daerah tersebut sedem ikian rupa dalam mendapatkan pendidikan dan pelatihan Di samping itu hak adat dalam komunitas budaya suku-suku asli Irian Jaya termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi dan dijamin pengem bangan serta pem berdayaannya secara dinam is dan selaras dengan perkembangan zaman

Untuk m elaksanakan UU No 45 Tahun 1999 tersebut Presiden BJ Habibie kemudian mengeluarkan Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 pada tanggal 12 Oktober 1999 Dalam Dekrit tersebut Presiden BJ H abibie m engangkat W akil G ubernur Herman Monim dan Bram Atururi masing- masing sebagai Gubernur Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya B arat N am un dalam perkembangan baik UU No 45 Tahun 1999 maupun Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 ditolak oleh Dewan Perw akilan Rakyat Daerah Provinsi Irian Jaya melalui SK No 11 DPRD1999 tanggal 16 Oktober 1999 Isi SK DPRD Provinsi Irian Jaya tersebut menolak pemekaran Irian Jaya karena atas desakan rakyat Irian Jaya

Dengan adanya penolakan DPRD Provinsi Irian Jaya tersebut kem udian m uncul pertanyaan m engapa dalam Penjelasan Umum UU No 45 Tahun 1999 sebagaimana dikutip di atas dinyatakan bahwa keluarnya UU ini tidak lepas dari aspirasi masyarakat yang lalu dituangkan dalam Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya No 10 DPRD1999 Kalau benar berdasarkan aspirasi

masyarakat seharusnya UU No 45 Tahun 1999 diterima bukan ditolak Tetapi yang terjadi adalah rakyat Irian Jaya menolak dan DPRD Irian Jaya m endukungnya Pertanyaan selanjutnya ada apa sebenarnya di balik itu semua Benarkah UU No 45 Tahun 1999 benar-benar berdasarkan aspirasi masyarakat Irian Jaya atau sesungguhnya hasil rekayasa Jakarta (Pemerintah Pusat)

Jawaban yang muncul cenderung bahwa UU No 45 Tahun 1999 tidak lepas dari kepentingan Pemerintah Pusat dalam upaya meredam atau memecah gerakan Papua M erdeka D engan Irian Jaya d im ekarkan m aka dukungan terhadap gerakan Papua Merdeka akan terpecah-pecah yang pada gilirannya nanti akan melemahkan gerakan itu sendiri karena Irian Jaya tidak lagi satu tetapi sudah menjadi tiga yaitu Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur C ara seperti ini memang dapat d ilakukan te tap i persoalan waktu dan kondisinya tidak pas Mengapa tidak jauh- jauh sebelum itu katakanlah seharusnya direalisasikan ketika masa Soeharto di mana negara kuat Sementara sekarang pada era reformasi ini di mana semua orang menuntut kebebasan dan ada ruang kebebasan ditambah kondisi negara yang lemah maka kebijakan itu tidak pas Maka menjadi wajar apab ila kem udian rakyat Irian Jaya m enolaknya karena m em ang yang d ibu tuhkan adalah kead ilan bukan pemekaran

Mungkin berdasarkan pertimbangan tersebut Presiden BJ Habibie menerima tuntutan rakyat Irian Jaya tersebut yaitu menunda pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dan membatalkan Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 karena tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat Irian Jaya

Dalam perkembangan selanjutnya ketika BJ Habibie digantikan oleh Presiden A bdurahm an W ahid pendekatan yang diterapkan dalam menangani Irian Jaya berbeda dengan kebijakan sebelumnya Di sini Presiden Abdurahman Wahid bukan saja

29

memberikan dana bagi diadakannya Kongres Nasional Papua II pada bulan Mei 2000 tetapi juga mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua pada tanggal 25 Desember 2000 Nama Papua merupakan keinginan rakyat Papua sendiri bukan pemberian nama dari Pemerintah Pusat Dengan persetujuan pemberian nama Papua untuk mengganti nama Irian Jaya diharapkan rakyat Papua akan mengubah tuntutan yang selama ini diajukan terutama kelompok OPM dan Presediun Dewan Papua

Ketika Presiden Abdurahman Wahid ja tu h dan d igan tikan oleh M egaw ati diberikan kebijakan terhadap Papua dengan apa yang dinamakan sebagai pemberian otonomi khusus melalui UU No 21 Tahun 2001 Kebijakan yang sama yaitu Otonomi K husus d iberikan ju g a kepada Aceh K ebijakan pem berian otonom i khusus sesungguhnya merupakan bentuk win-win solution sem ua p ihak m em peroleh kemenangan

Perlu dikemukakan di sini kebijakan otonomi khusus ini berbeda dengan kebijakan otonomi berdasarkan UU No 22 Tahun 1999 Pada UU No 22 Tahun 1999 titik berat otonomi ada pada tingkat kabupaten atau kota Antara kabupatenkota dengan provinsi tidak ada hierarki Sementara UU Otonomi Khusus titik berat otonomi berada di tingkat provinsi bukan pada kabupaten atau kota

B erkaitan dengan pem ekaran wilayah UU Otonomi Khusus menyatakan bahwa apabila akan diadakan pemekaran harus terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Majelis Rakyat Papua (MRP) Pasal 76 UUNo 21 Tahun 2001 menyebutkan bahwa ldquoPem ekaran P rov insi Papua m enjadi provinsi-provinsi dilakukan atas persetujuan MRP dan DPR Papua setelah memperhatikan dengan sungguh-sungguh kesatuan sosial budaya kesiapan sumber daya manusia serta kemampuan ekonomi dan perkembangan di masa mendatangrdquo

Lalu siapa itu M RP MRP merupakan reperesentasi kultural orang asli Papua Orang asli Papua adalah orang yang

berasal dari rumpun ras Melanesia yang terdiri dari suku-suku asli di Provinsi Papua danatau orang yang diterima dan diakui sebagai orang asli Papua oleh masyarakat adat Papua Sampai saat ini entah mengapa MRP belum terbentuk Karena belum terbentuknya MRP dapat dikatakan Otonomi Khusus Papua belum berjalan secara maksimal meski dana untuk pelaksanaan Otonomi Khusus sudah diberikan oleh Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Inpres No 1 Tahun 2003

Setelah keluarnya UU Otonom i Khusus tentang Papua tersebut seharusnya persoalan Papua selesai minimal berkaitan dengan masalah pemekaran Papua Mengapa mengingat saat UU tentang Pemekaran Papua No 45 Tahun 1999 ditolak oleh masyarakat Papua lalu sebagai ja lan tengah untuk m engatasi pe rso a lan Papua lah ir UU Otonomi Khusus maka berkaitan dengan persoalan pemekaran harus berdasarkan UU Otonomi Khusus tersebut

N am un entah kenapa dan latar belakang apa pada tanggal 27 Januari 2003 Presiden Megawati mengeluarkan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2003 Instruksi itu berisi tentang Percepatan Pelaksanaan UU No 45 tentang Pembetukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat K abupaten Pania K abupaten M im ika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Dalam diktum menimbang disebutkana Bahwa untuk pelaksanaan Undang-

Undang No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat Kabupaten Paniai Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong dipandang perlu dilakukan percepatan penyiapan sarana dan prasarana pem bentukan organisasi perangkat daerah dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah

b B ahw a sesuai tun tu tan dan perkembangan aspirasi masyarakat serta

30

kondisi politik nasional yang kondusif pada saat ini maka penyelenggaraan pemerintahan daerah di Provinsi Irian Jaya Barat perlu direalisasikan secara terarah terpadu terkoordinasi dan berkesinambungan

Instruksi presiden ini ditu jukan kepada (1) M enteri Dalam N egeri (2) Menteri Keuangan (3) Gubernur Provinsi Papua dan BupatiWali Kota se-Provinsi Papua

Pertam a M enteri D alam N egeri melakukan percepatan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dengan tugas1) M elaksanakan pem binaan dan

pengawasan penyelenggaraan pemerinshytahan daerah di Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

2) M em persiapkan penetapan dan penyesuaian ba tas-b a tas w ilayah Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat dan Prdvinsi Irian Jaya

3) M em berikan pem binaan dan pengshyawasan kepada Provinsi Irian Jaya Barat dan Provinsi Irian Jaya Tengah dalam rangka pem bentukan O rganisasi Perangkat Daerah

4) M em berikan pem binaan dan pengshyawasan kepada Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat dalam rangka pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

5) Mengaktifkan pejabat gubernur para pejabat dan penataan aparatu r Pemerintah Provinsi Irian Jaya Barat dan P rovinsi Irian Jaya Tengah serta mengupayakan dukungan sarana dan prasarana yang memadai

6) Melakukan koordinasi dengan menteri pim pinan lem baga nondepartem en terkait dan m engadakan pertem uan dengan pejabat pemerintah daerah

Kedua memberikan tugas kepada M enteri K euangan un tuk m enyiapkan anggaran yang diperlukan dalam rangka

pelaksanaan langkah komprehensif yang belum tertampung dalam APBN

K etiga G ubernur m em berikan dukungan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dengan tugas1) Pengalihan personel pembiayaan aset

dan dokumen2) S uperv isi dan dukungan pada

pembentukan dan penataan penyelengshygaraan pem erintahan daerah otonom baru

Keem pat bupatiw ali kota m enshydukung untuk memperlancar pengalihan dan penataan penyelenggaraan pemerintahan seperti dimaksud UU No 45 Tahun 1999

K elim a un tuk m em perlancar percepatan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 M enteri D alam N egeri dapat membentuk Tim Asistensi untuk memberikan dukunganbimbingan teknis penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada gubernur dan bupatiw ali ko ta dalam kaitan p e shynyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

Setelah adanya instruksi presiden tersebut pada tanggal 6 Februari 2003 dengan dihadiri ribuan orang dari sembilan kabupaten P rov insi Irian Jaya B arat diresmikan oleh pejabat Gubernur Irian Jaya Barat yaitu Abraham Octavianus Atururi di Manokwari Acara peresmian provinsi baru ini juga digelar di Sorong Fakfak dan Jayapura

Pada tanggal 11 Maret 2003 Menteri Dalam Negeri mengharapkan agar Gubernur Papua menyampaikan perkembangan tertulis mengenai respons masyarakat Papua atas pemekaran Papua Laporan tersebut diperlukan oleh Departemen Dalam Negeri sebagai salah satu pertimbangan untuk mengefektifkan pemekaran Papua menjadi tiga provinsi Kemudian pada tanggal 23 Mei 2003 Menteri Dalam Negeri meminta gubernur DPRD dan Bupati Manokwari segera mengimplementasikan Inpres No 1 Tahun 2003

31

Beberapa kalangan menilai bahwa Inpres No 1 Tahun 2003 tentang percepatan pemekaran tersebut menjadi titik balik bagi berjalannya UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonom i K husus Papua K ondisi ini menunjukkan bahwa nasib Otonomi Khusus Papua berada pada posisi di persimpangan jalan Betapa tidak di satu sisi bahwa pemekaran di tanah Papua dilakukan oleh MRP namun di sisi lain dengan adanya Inpres No 1 Tahun 2003 tersebu t m enunjukkan bahw a pem ekaran Papua ternyata dilakukan oleh Pemerintah Pusat bukan oleh MRP sebagai representasi rakyat Papua

Pro-Kontra Pemekaran Papua

Saat pendeklarasian Provinsi Irian Jaya Barat tanggal 6 Februari 2003 oleh Pejabat Gubernur Irjabar (Irian Jaya Barat) di Manokrawi yang dihadiri oleh kurang lebih 15 ribu orang dari Kabupaten Manokwari Sorong dan Fakfak berlangsung secara damai dan aman Tidak ada gejolak konflik dan penentangan Semuanya berjalan lancar dan aman Namun suasana serupa tidak teijadi saat pendeklarasian Provinsi Irian Jaya Tengah (Irjateng) yang dilakukan pada tanggal 23

Agustus 2003 Provinsi Irian Jaya Tengah dideklarasikan di Timika oleh keenam bupati dan ketua DPRD yang ada di wilayah provinsi itu Saat pendeklarasian ternyata diwarnai oleh aksi penolakan sekelom pok pendukung dan penentang pemekaran provinsi Bentrokan antara yang pro dan kontra ini membawa korban meninggal dunia sebanyak empat orang yaitu 2 orang dari pihak penolak dan 2 orang dari pihak pendukung

Pada perkem bangan kem udian karena situasi makin tegang pada tanggal 27 Agustus 2003 Pemerintah menunda atau m em pertahankan dalam status quo pemekaran daerah di Provinsi Papua kecuali Irian Jaya Barat Pada masa status quo ini pemerintah akan meninjau kembali UU No 45 Tahun 1999 UU No 21 Tahun 2001 dan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2003

Sikap pem erin tah dengan m em shyberlakukan status quo berkaitan dengan pemekaran Papua tersebut merupakan suatu sikap yang bijak dan arif dalam menyikapi perkembangan yang terjadi di tanah Papua Untuk itu kita sangat menghargai dan menghormatinya karena memang persoalan Papua begitu kompleks dan rumit yang penyelesaiannya butuh waktu dan pemikiran yang mendalam termasuk persoalan tentang pemekaran Apakah pemekaran merupakan

Tabel 1 Perbandingan Indikator Ekonomi dan Sosial Provinsi Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya

Indikator Prov Irian Jaya Barat

Prov Irian Jaya Tengah

Provinsi Irian Jaya

Ibu Kota Manokwari T im ika JayapuraLuas (km 2) 10 5 073 5 8 7 7 9 2 4 9 6 3 0Jum lah Penduduk 57 1 1 0 7 5 0 6 0 2 6 1 1 5 6 3 9 7Kepadatan (O rg K m 2) 5 4 8 6 4 6Luas Hutan (ha) 10 173 8 7 5 2 9 8 2 4 3 2 4 8Panjanq Jin Aspal (km ) 1 3 07 58 1 3 5 1 3 5 2 086 01Jum lah P N S 97 18 17 417 20511Rasio Penduduk P er P N S 159 19 156Jumlah Guru S D 38 69 4 3 6 2 6 3 3 0Jumlah Murid S D 5 2 569 14 9 672 1 4 3 94 7Rasio Guru per murid S D 14 134 123Jum lah Dokter 6 7 62 171Rasio Penduduk P er Dokter 18254 18 162 16763Penerim aan PBB 2001 1 5 1 26 8 5 1 0 9 4 0 3 7 102816 1Partai Pilihan 1999 G olkar (42 )

P D IP (33 )G olkar (43 ) P D IP (29 )

G olkar (34 ) P D IP (32 )

Sumber Kompas 23 September 2003

32

jalan satu-satunya penyelesaian masalah Papua atau bukan Perlu perenungan yang mendalam

Namun terlepas dari itu persoalan pemekaran dan tentang Inpres No 1 Tahun 2003 tentang Percepatan Pemekaran telah terjadi konflik antara yang pro dan kontra Salah seorang yang pro terhadap pemekaran Papua mengemukakan beberapa argumentasi yaitu71) Aspek pemerintahan Rentang kendali

pemerintahan Papua sangat jauh atau panjang sehingga seorang Gubernur tidak m am pu m engendalikan w ilayah administratif pemerintahannya Dengan 14 wilayah setingkat kabupaten sulit dikoordinasikan oleh seorang gubernur Luas 4 kali pulau Jawa m aka akan bertam bah su lit dan bera t dengan tambahan 14 kabupaten baru tahun 2003 K onflik p rov insi (gubernur) dan kabupaten maupun kota di Irian Jaya pada tahun 2002 perlu d icerm ati atas pembagian dana 18 triliun rupiah bagian dari dana otonomi khusus yang hanya 20 sampai ke 14 wilayah Kabupaten (termasuk 2 kota) sedangkan 8 berada dan dikendalikan di provinsi

2) Aspek Politik Pembagian Papua menjadi 3 provinsi m em berikan kesem patan kepada tiga putra yang terbaik untuk menjadi gubernur Dari segi pendidikan dan komunikasi politik wilayah menjadi semakin kecil sehingga bagi pemerintah maupun partai politik dapat dengan mudah sampai ke desakam pung untuk m elakukan kewajibannya karena isolasi sudah menjadi p rio ritas utam a untuk dibuka demi pembangunan

3) Aspek Hukum Dilihat dari tata urutan dan kebiasaan perundang-undangan maka Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya Nomor 11 Tahun 1999 tidak bisa membatalkan UU No 45 Tahun 1999juga tidak mencabut pasal-pasal pemekaran

7 JRG Djopari ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo dalam Sinar Harapan 5 Maret 2003

wilayah Papua berdasarkan UU No 45 Tahun 1999 Inpres No 1 Tahun 2003 tanggal 27 Januari 2003 secara hukum adalah benar dan tepat

4) A spek E konom i K etiga w ilayah mempunyai potensi sumber alam yang sama yaitu pertam bangan W ilayah Tengah ada PT Freeport Wilayah Barat ada Pertamina dan Proyek Tangguh BP W ilayah T im ur ada ju g a tam bang tembagaemas di Okisibil (PT Inggold) dan minyak bumi (PT Connoco) di Kouh Tanah Merah Di wilayah Timur belum dieksploitasi karena alasan gangguan keam anan T iga w ilayah itu akan membuka peluang besar bagi investasi modal baik dari dalam maupun luar negeri

5) Aspek Sosial Budaya Dengan tiga wilayah provinsi baru maka pembinaan dan pengembangan budaya serta adat istiadat akan lebih efektif dilakukan sebab kemampuan untuk itu ada dan ditunjang dengan jangkauan pelayanan pemerintah yang pendek serta prioritas yang jelas bila dibandingkan dengan kenyataan sekarang ini Pelayanan- pelayanan sosial seperti pendidikan dan agama sarana dan prasarananya dapat diperbaiki Bantuan kepada lembaga- lembaga sosial swadaya masyarakat dan keagamaan serta pendidikan (swasta) akan lebih efektifbila dibandingkan dengan sekarang ini

6) Aspek Pertahanan dan KeamananDari segi pertahanan keamanan dan ketertiban wilayah tidak ada alasan yang kuat untuk m elakukan penam bahan aparat keamanan melalui pembentukan Kodam dan Polda provinsi yang baru karena yang ada sekarang ini telah mencukupi untuk menangani persoalan yang ada selama ini Ketertiban dan keamanan di provinsi semakin terus membaik apalagi telah terjadi saling p engertian yang m endalam an tarshypemerintah Indonesia dan Papua New

33

Guinea bahwa keamanan dan ketertiban di sepanjang perbatasan kedua negara m erupakan p rio rita s u tam a bagi kepentingan hubungan kedua negara agar masyarakatnya dapat berkunjung dengan berbagai tujuan apakah itu kunjungan-kunjungan sosial dagang w isata budaya adat is tiad at dan sebagainya dengan aman dan nyaman sebagai layaknya kehidupan bertetangga dengan baik

Apa yang dikemukan oleh Djopari tersebut yang merupakan salah seorang putra te rbaik Papua sepertinya persoalan pemekaran Papua dilihat dari aspek mana pun (dia menyebutkan enam aspek) tidak ada satu pun aspek yang merugikan tetapi sebaliknya menguntungkan Oleh karena menurut dia tidak ada persoalan dengan pemekaran Papua karena pemekaran Papua membawa dampak yang positif bagi rakyat Papua berdasarkan tinjauan enam aspek di atas

Pertanyaan yang segera m uncul kemudian apakah memang demikian Ini menjadi pertanyaan besar karena mengingat pemekaran Papua telah memicu konflik horizontal di antara m asyarakat Papua Tercatat hanya Irian Jaya Barat yang tidak berkebaratan bahkan katanya gembira () dengan adanya pemekaran tersebut Adapun dua provinsi lainnya menolak pemekaran secara tegas

Namun terlepas setuju-tidak setuju dengan pendapat Djopari tersebut ada satu hal yang perlu dikritisi yaitu berkaitan dengan ldquotidak akan dibentuk Kodim dan Polda Provinsirdquo pada pembentukan provinsi baru B enarkah dem ikian Saya k ira bukankah salah satu alasan mereka yang menolak pemekaran Papua berkaitan dengan pembentukan Kodim dan Polda baru apabila ada pemekaran provinsi baru Sepanjang saya ketahui setiap provinsi pasti ada Kodim dan Poldanya hatta provinsi baru Apalagi nanti di Papua yang nota bene keadaan

keamanannya masih terganggu dengan masih adanya Gerakan Papua Merdeka atau OPM

Baiklah kita lanjutkan berkaitan dengan pro-kontra pemekaran Papua Berbeda dengan pendapat Djopari di atas pengamat politik dari CSIS Indra J Piliang seperti dalam tulisannya di Kompas dengan judul ldquoSolusi Damai Untuk Papuardquo mengajukan gugatan berkaitan dengan Inpres No 1 Tahun 2003 yaitu81) Pemerintah tidak pernah menjelaskan dasar

dari pengam bilan keputusan yang berkenaan dengan keluarnya Inpres No 1 Tahun 2003 juga bagaimana kaitan dengan pemberlakuan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Pertanyaannya apakah status otonomi khusus akan berlaku di ketiga provinsi baru ataukah hanya di Provinsi Papua saja

2) Dengan berlakunya inpres tersebut berarti Papua kini terdiri tiga provinsi yakni Provinsi Irian Jaya Tengah Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Timur Lalu bagaim ana dengan Provinsi Papua Tidak jelas sekarang provinsi mana yang d isebu t sebagai p rov insi asal atau provinsi induk karena nama Provinsi Papua tidak ada lagi Juga menyangkut MRP apakah akan dibentuk di tiga provinsi itu atau ldquoprovinsi asalrdquo yang tidak ada

3) Pem berlakuan inpres tersebu t menyebabkan sebuah preseden baru telah dimulai yakni adanya tiga provinsi baru yang m enghilangkan atau memakan provinsi induknya

Berkaitan dengan Inpres No 1 Tahun 2003 tersebut Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno m engatakan bahw a tidak ada pertentangan yuridis antara Inpres No 1 Tahun 2003 yang didasarkan pada UU No 45 Tahun 1999 dengan UU No 21 Tahun 2001 Menurutnya UU No 45 Tahun 1999

34

8 Indra J Piliang ldquoSolusi Damai Untuk Papuardquo dalam Kompas Agustus 2003

yang terbit lebih dahulu telah membagi Papua menjadi tiga provinsi sementara UU No 21 Tahun 2001 memberikan jiwa pada kekhususan Papua Kekhususan itu adalah alokasi dana MRP dan pemilihan kepala daerah Jadi katanya sebenarnya tidak ada pertentangan dan saling melengkapi9

Selanjutnya Menteri Dalam Negeri dalam dengar pendapat dengan DPR memberikan penjelasan tentang persoalan pemekaran Papua ini Berikut penjelasan Mendagri tersebut

Pada prinsipnya kebijakan Pemerintah dan DPR dalam pananganan masalah Papua bermuara pada pemberian kesejahteraan bagi masyarakat Papua dalam rangka NKRI baik yang diterapkan melalui UU No 451999 maupun melalui UU No 212001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Kalau disikapi lebih mendalam dan bijaksana substansi kedua UU tidak bertentangan tapi justru saling melengkapi

UU No 451999 lebih menekankan pendekatan untuk mengakomodasi adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat Di sisi lain untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan memperpendek rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat

Sedangkan UU No 212001 lebih m enekankan pada pengakuan dan penghorm atan terhadap satuan-sa tuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus dalam wadah NKRI dengan menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat Papua UU yang bersifat khusus ini d ite tapkan dalam rangka m engurangi kesenjangan antara Provinsi Papua dan provinsi lain dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di P rovinsi Papua serta m em berikan kesempatan yang luas kepada penduduk asli Papua untuk membangun dirinya

Dengan demikian pembentukan 3 provinsi (Provinsi Irian Jaya Timur Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat) secara yuridis telah sah semenjak ditetapkan UU No 45 Tahun 1999 (lihat

rsquo Lihat Kompas Cyber Media 27 Agustus 2003

Pasal 29) Keberadaan ketiga Provinsi tersebut juga diakui oleh UU No 21 (lihat Pasal 1 butir a junto Pasal 74) Namun ternyata ada kelalaian dalam penyusunan UU No 21 Tahun 2001 yang tetap menyebut ldquoProvinsi Papuardquo padahal seharusnya sebagai ldquoProvinsi Irian Jaya Timurrdquo

UU No 451999 hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal karena adanya penolakan oleh sebagian masyarakat Meskipun demikian secara yuridis formal UU No 45199 masih tetap berlaku dan untuk mengaktifkan penyelenggaraan Pemerintah Provinsi Irian Barat dengan mempertimbangkan iklim yang kondusif di Irian Jaya Barat telah diterbitkan Inpres No 12003 yaitu untuk mempercepat pelaksanaan UU No 451999

Pernyataan Menteri Dalam Negeri dalam Rapat Dengar Pendapat dengan DPR tersebut menarik sekali paling tidak ada dua hal yang m esti d iperhatikan Pertam a pernyataan bahwa penyebutan ldquoProvinsi P apuardquo m erupakan ben tuk kelalaian penyusun dan pembahas UU No 212001 yang seharusnya menyebut ldquoProvinsi Irian Jaya Tim urrdquo Pertanyaannya benarkah demikian Pasal 1 butir a UU No 212001 mengatakan ldquoProvinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi otonomi khusus dalam kerangka N egara K esatuan R epublik Indonesiardquo Kalaupun pernyataan Papua itu sesungguhnya mengacu kepada Provinsi Irian Jaya Timur berarti yang mendapat otonomi khusus adalah Provinsi Irian Jaya Timur dengan ibu kota Jayapura Dengan demikian Provinsi Irian Jaya Tengah dan Barat tidak m emperoleh otonomi khusus Benarkah demikian entahlah Lalu bagaimana dengan pasal yang mengatur tentang pemekaran Papua harus dapat persetujuan MRP Apakah memang MRP untuk mengurus pemekaran Irian Jaya Timur yang wilayah semakin kecil dan penduduknya semakin sedikit Benarkah demikian entahlah Pertanyaan kemudian benarkah orang-orang di DPR itu lupa semua tentang hal tersebut Entahlah juga

Saya pribadi berpendapat bahwa pernyataan Menteri Dalam Negeri tersebut

35

hanya bersifat politis dan apologia yang sulit sekali dipertanggungjawabkan bahwa mereka para anggota dew an tersebu t lupa mencantumkan nama ldquoIrian Jaya Timurrdquo bukan ldquoPapuardquo Pertanyaan sederhana bukankah nam a Irian Jaya pada m asa pemerintahan Abdurahman Wahid sudah berubah menjadi Papua Papua adalah Irian Jaya yang merupakan satu kesatuan seluruh wilayah dan batas-batas wilayah yang ada di Papua atau Irian Jaya tidak hanya Irian Jaya Timur dan tidak termasuk Irian Jaya Tengah dan Barat

Kedua berkaitan dengan pernyataan bahwa UU Pemekaran ldquosecara yuridis sahrdquo Ini memang menjadi perdebatan karena memang di dalam UU Otonomi Khusus tidak ada klausul yang menyatakan bahwa UU Pemekaran dinyatakan tidak berlaku Dengan tidak adanya klausul seperti itu maka kedua UU (UU Otsus dan UU Pemekaran) memang sam a-sam a berlaku Namun salah satu anggota dewan mengusulkan agar ada klausul tentang pencabutan UU Pem ekaran Di bawah ini saya kutipkan dialog anggota dew an saat pem bahasan UU O tonom i Khusus bagi Papua sebagaimana dikutip oleh wartawan Pembaruan Marcellus Widiarto

ldquoRisalah pembahasan RUU Otsus Papua menunjukkan bahwa status UU Pemekaran dibicarakan pada rapat ke-8 Pansus DPR tentang Otsus Papua yang berlangsung pada Sabtu 20 Oktober 2001 dari Jam 1400 sampai 2230 WIB di Ruang Rapat Pansus D Gedung Nusantara II DPR Dalam rapat itu dipimpin oleh Ferry Mursidan Baldan dan dihadiri oleh 21 dari 50 anggota Pansus dan para pejabat eselon I inter-departemen dan staf mewakili Pemerintah Pusat Dalam risalah tersebut Antonius Rahail dari Fraksi KKI mengusulkan agar dimasukkan suatu klausul bahwa dengan berlakunya UU Otsus maka UU Pemekaran dan UU No 52000 dinyatakan tidak berlaku kecuali ketentuan mengenai pembentukan Kabupaten Paniae Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Tetapi Prof Dr Abdul Gani Dirjen Perundang-Undangan Depkeh dan HAM yang mewakili pemerintah pusat menganggap usulan itu tidak perlu dimasukkan secara eksplisit ke dalam UU Otsus karena sudah terpenuhi secara sistematisrdquo

Sementara itu pakar Hukum Tata Negara Prof Dr Harun Al Rasyid mengatakan bahwa UU Pemekaran cacat hukum Hal ini selain karena masyarakat Papua sendiri teijadi penolakan terhadap kebijakan pemekaran Papua menjadi tiga tetapi juga usulan pemekaran itu adalah dari DPR dan pemerintah bukan atas usulan gubernur dan DPRD Papua Padahal dalam UU Otonomi Daerah pemekaran daerah itu harus atas usulan gubernur yang disetujui DPRD baru kemudian diusulkan kepada presiden10

Inpres No 1 Tahun 2003 ternyata membawa dampak besar bagi rakyat Irian Jaya Di antara dampak yang muncul akibat Inpres tersebut adalah terjadinya konflik elite dan kon flik h o rizon ta l di kalangan masyarakat Irian Jaya Elite di Irian Jaya terpecah dua yaitu yang pro-pemekaran dan yang menolak pemekaran Sementara di kalangan masyarakat juga terpecah mengikuti polarisasi elite tersebut yang pro dan yang kontra Kenyataan ini jelas terlihat ketika deklarasi Provinsi Irian Jaya Tengah di mana teijadi insiden yang membawa korban meninggal dunia sebanyak 4 orang dari kedua belah pihak

Akibat konflik tersebut kemudian pemerintah mengambil sikap yang arif yaitu dengan menunda pemekaran Irian Jaya dalam kondisi status quo Dalam Rapat Dengar Pendapat Menteri Dalam Negeri mengatakan

ldquoBerdasarkan pertimbangan politik dan pemerintahan pemekaran daerah di Provinsi Irian Jaya Tengah ditunda atau dipertahankan dalam statusquo Pada masa statusquo ini perlu meninjau kembali UU No 451999 UU No 212001 dan Instruksi Presiden No 12003 serta mencari solusi penyelesaian masalah-masalah fundamental yang merintangi implementasi dari pemekaran wilayah yang tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat

Apabila telah tercipta iklim yang kondusif ke depan masih perlu diantisipasi dan dipertimbangkan adanya aspirasi masyarakat yang diwakili oleh 6 (enam) bupati dan 6 (enam) ketua DPRD di wilayah Irian Jaya Tengah yang tetap

10 Lihat Harus Alrasid ldquoPemekaran Papua Cacat Hukumrdquo

Tempo Interaktif 20 Februari 2003

36

menginginkan pemekaran provinsi sebagaimana diatur dalam UU No 451999rdquo

Analisis Pro-Kontra Pemekaran Papua

Konflik pro-kontra pemekaran Papua awalnya berasal dari Inpres No 1 Tahun 2003 Apabila tidak ada inpres tersebut besar kemungkinan konflik tidak akan terjadi Hal ini karena mengingat UU No 45 Tahun 1999 sudah ditolak oleh DPRD Papua dan sudah ditangguhkan oleh Pemerintahan Presiden H abib ie Pem erin tah pada w aktu itu memahami keberatan rakyat Papua tentang pemekaran Provinsi Papua Namun sayang entah kenapa pemerintah dan DPR tidak mencabut UU No 45 Tahun 1999 tersebut saat membahas dan menetapkan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua

Sesungguhnya dengan adanya UU No 21 Tahun 2001 te rsebu t yang di dalamnya mengatur juga tentang persoalan pemekaran menurut kebiasaan maka UU yang sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi Tetapi itu memang hanya soal kebiasaan sehingga lemah secara hukum Dengan kata lain meski sudah ada UU No 21 Tahun 2001 UU No 45 Tahun 1999 juga tetap berlaku Akibatnya kedua UU tersebut terlihat saling bertabrakan di mana UU No 45 Tahun 1999 memerintahkan perlunya pemekaran Papua sedangkan UU No 21 Tahun 2001 mengatur tentang pemekaran Papua yang harus berdasarkan Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagai representasi rakyat Papua

Celakanya UU No 21 Tahun 2001 belum dilaksanakan sementara itu muncul Inpres No 1 Tahun 2003 yang memerintahshykan menteri terkait untuk melaksanakan UU No 45 Tahun 1999 yang sudah ditolak oleh rakyat Papua itu Yang terjadi kemudian instruksi itu mendapat perlawanan tetapi Pemerintah Pusat tampaknya bersikeras untuk tetap memekarkan Provinsi Papua Akibat sikap ngotot Pemerintah Pusat ini masyarakat Papua kemudian terbelah dua sebagian yang mendukung pemekaran dan

sebagian yang menolak pemekaran Dengan sikap ngotot Pem erintah Pusat muncul anggapan di kalangan masyarakat Papua bahwa pemerintah sengaja ingin memecah belah rakyat Papua Betapa tidak Seharusnya Pem erin tah P usat konsisten saja m elaksanakan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua tanpa mengeluarkan instruksi No 1 Tahun 2003 Tetapi mengapa kemudian pemerintah tetap saja ingin melaksanakan UU No 45 Tahun 1999

Ada beberapa analisis berkaitan dengan hal tersebut sebagaimana berikut1) Bahwa pemerintah mengeluarkan inpres

tersebut dalam upaya untuk memberikan pelayanan pada masyarakat (mendekatshykan rentang kendali pelayanan) dan m em fasilitasi dan m eningkatkan pembangunan ekonomi Karena banyakshynya kabupaten (28 kabupaten dan rencana akan dikembangkan menjadi 40 kabupaten) tidak mungkin hanya dilayani oleh satu provinsi atau gubernur Jadi perlu adanya beberapa provinsi

2) Keluarnya inpres tersebut berkaitan dengan masalah keamanan Provinsi Irian Jaya atau Papua dipecah menjadi beberapa provinsi adalah dalam rangka untuk melemahkan gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia Pemekaran Papua dilakukan dalam upaya untuk memecah aspirasi Papua Merdeka

3) Keluarnya inpres berkaitan dengan tujuan untuk melemahkan posisi Golkar di Irian Jaya Pada Pemilu 1999 Partai Golkar menguasai perolehan suara di Irian Jaya Dengan adanya pemekaran Irian Jaya diharapkan pada Pemilu 2004 kekuatan Partai Golkar akan berkurang dan beralih kepada PDI-P karena dengan diangkatnya gubernur baru akan menjadi patron baru bagi PDI-P yang nanti pada gilirannya akan memberikan dukungan kepada PDI-P

Apabila kita kelompokkan mereka yang pro-kontra terhadap pemekaran Papua maka terdiri dari (1) Elite Jakarta (2) Elite

37

Pertanyaannya mengapa hal tersebut terjadi Ada beberapa kemungkinan dan penjelasan terhadap sikap mereka tersebut Untuk Provinsi Irian Jaya Barat mereka yang mendukung pem ekaran mem iliki alasan bahwa dengan adanya pemekaran merupakan kesempatan yang baik untuk memajukan daerah yang selama ini tertinggal dari daerah- daerah lain di Irian Jaya Dengan adanya pemekaran maka daerah Irian Jaya Barat akan dapat mengejar ketertinggalan dan mengatasi kemiskinan yang dialami masyarakat selama ini Untuk memperbesar kewenangan dalam pem erintahan dan untuk memperbanyak posisi-posisi jabatan politik bagi rakyat Papua Selain itu dan ini yang penting untuk mempertahankan integrasi Papua agar tetap dalam pangkuan NKRI

A lasan m ereka yang m enolak pemekaran adalah karena pemekaran tidak dilakukan dalam kerangka otonomi khusus sesuai dengan UU No 21 Tahun 2001 sehingga pemekaran yang dilakukan saat ini tidak m em iliki dasar hukum yang kuat Pemekaran dilakukan karena kepentingan elite- elite pusat dan kepentingan pemerintah Pusat untuk mengontrol Papua Dengan Papua dibagi

tiga provinsi maka kontrol terhadap Papua lebih mudah dibandingkan dengan satu provinsi Dengan adanya tiga provinsi maka akan lahir tiga Kodam dan tiga Polda Institusi inilah yang akan mengawasi gerak-gerik sebagian rakyat Papua yang ingin memisahkan diri dari Indonesia Mereka menolak pemekaran juga karena tidak dilibatkannya masyarakat sehingga masyarakat merasa tidak diperhatikan padahal mereka merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan Akibatnya muncul anggapan bahwa pemekaran Papua hanya untuk memecah belah rakyat Papua

Kesimpulan dan Rekomendasi

Persoalan tentang pemekaran Papua telah membelah masyarakat Papua itu sendiri menjadi sikap yang mendukung dan menolak (pro-kontra) Akibat sikap pro-kontra ini dampak yang nyata adalah terjadi konflik horizontal di antara kedua kelompok tersebut Dengan adanya konflik tersebut terutama setelah teijadi peristiwa Timika pemerintah mengambil sikap status quo tentang pemekaran Papua Salah satu kebijakan yang akan diambil

Tabel 3 Sikap Pro-Kontra Elit Pemda dan MasyarakatTerhadap Pemekaran Papua

Sikap E lit Variabel Internal Variabel EksternalElit Pemda

P ro P e m ek aran K epentin gan Publik (S osia l B u d aya E konom i Politik) K epentingan Ind iv idu K elom pok

K epentingan P usat (integrasi H a n k am Politik)K epentinqan Kelom pok

K ontra P em ek ara n K epentingan Publik (S osia l B udaya Politik)

O tonom i Khusus (E konom i Politik)

Elit MasyarakatPro P e m e k a ra n K epentingan Ind iv idu K elom pok K epentingan P usat dan

K epentingan Kelom pok

K ontra P em ek ara n K epentin gan Publik O tonom i Khusus dan K epentin gan Internasional (P a p u a M e rd e k a )

Sumber Diolah dari berbagai sumber pemberitaan media massa

38

Pemda dan (3) Elite Masyarakat B erdasarkan hal te rsebu t m aka dapat dikelompokkan mereka yang pro dan kontra sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini

Elite-elite tersebut memiliki alasan mengapa mereka menerima atau menolak terhadap pemekaran Papua Bagi elite pemda khususnya pemda dari kabupaten yang terkena pemekaran dan menjadi provinsi setuju terhadap pem ekaran karena dalam upaya untuk memperpendek rentang kendali sehingga optimal dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat meningkatkan kesejahteraan masyarakat memperbesar kewenangan dalam pemerintahan mem-peroleh posisi jabatan- jab a tan p o litik dan dalam upaya mempertahankan integrasi NKRI Alasan-alasan tersebut bisa masuk dalam kategori kepentingan publik dan atau kepentingan kelompok atau individu

Elite yang menolak pemekaran memiliki argumentasi bahwa pemekaran tersebut tidak sesuai dengan UU No 21 Tahun 2001 yang menghendaki bahwa pemekaran harus melalui MRP pemekaran harus memperhatikan aspirasi dan kultur masyarakat Papua serta dibicarakan terlebih dahulu dengan Pemda Provinsi Papua dan DPRD provinsi Dalam konteks ini Ketua DPRD Provinsi Jhon Ibo mengatakan

ldquoPihak DPRD Papua sama sekali tidak tahu tentang isi Inpres No 1 Tahun 2001 Salinan inpres yang kami dapat pun ternyata diperoleh dari faksimile Ana Wartel yang katanya terletak

di Plaza Indonesia Jadi kami dapat dokumen negara yang bersejarah itu bukan dikirim dari Sekretaris Presiden atau Staf Presiden di Jakarta Soal pemekaran Papua sebenarnya sudah ditolak oleh D PRD P rovinsi O ktober 1999 lew at Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya No 11 DPRD1999 tanggal 16 Oktober 1999rdquo

Sementara di kalangan elite masyarakat yang setuju terhadap pem ekaran Papua berdasarkan alasan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mempercepat pembangunan memperoleh posisi j abatan bagi putra asli Papua dan untuk mempertahankan integrasi nasional Adapun elite masyarakat yang menolak pemekaran berdasarkan alasan bahwa pemekaran dilakukan untuk kepentingan elite- elite politik di Jakarta untuk memevag aspirasi Papua Merdeka meningkatkan ruang kontrol Jakarta terhadap Papua melalui pembentukan Kodim dan Polda di provinsi-provinsi baru tidak melibatkan masyarakat Papua khususnya kalangan adat dan gereja

Elite-elite tersebut baik yang pro maupun yang kontra terhadap pemekaran Papua mengekspresikan sikapnya berbeda- beda pada setiap provinsi baru yang mengalami pemekaran Di Provinsi Irian Jaya Barat sebagian besar elite dan masyarakat setuju terhadap pemekaran sedangkan di Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur sebagian besar elite dan m asyarakatnya menolak pemekaran

Tabel 2 K elom pok Yang Pro-Kontra Pemekaran Papua

Sikap E lit E lit Pusat E lit Pem da Elit M asyarakat

P ro P e m e k a ra n B irokras i B irokrasi K e lo m p o k yang d e k a t d e n g a n P u sa t

Politisi A n g g o ta D P R D

K ontra P e m e k a ra n Politisi B irokrasi Provinsi L S ML S M A ngg D P R D P rovinsi G e re ja A g a m aA k a d e m is i A d a t

Sumber Diolah dari berbagai sumber pemberitaan media massa

Lihat ldquoApa Kata Merekardquo dalam Fokus Kompas 23 Pebruari 2003

39

oleh pemerintah akan berusaha mensinkronkan antara UU No 45 Tahun 1999 dengan UU No 21 Tahun 2001

Tampaknya dengan sikap pemerintah tersebut secara implisit maupun eksplisit pemekaran Papua harus ada Kesimpulan ini diambil dan didukung dengan pernyataan pemerintah bahwa ia tetap mengakui Irian Jaya Barat sebagai provinsi baru di Papua Persoalan yang belum terselesaikan bagi pemerintah berkaitan dengan dua provinsi lainnya yaitu Irian Jaya Timur dan Irian Jaya (Tengah) Dalam konteks itu pemerintah akan mensinkronkan kedua UU di atas

M enurut hem at saya tam paknya persoalan konflik masalah pemekaran Papua berpangkal dari kepentingan-kepentingan elite lokal yang terpecah dan elite pusat yang terpecah pula Artinya ada kepentingan yang sama antara elite pusat dan elite lokal yang pro pemekaran berhadapan dengan elite lokal dan elite pusat (terutama elite yang dirugikan dengan adanya pem ekaran te rsebu t) yang m enentang pemekaran Papua Dampak dari konflik tersebut kemudian menjalar ke masyarakat atau arus bawah yang sesungguhnya mereka tidak seharusnya dilibatkan Tetapi yang teijadi antara kedua kelompok tersebut membawa-bawa masyarakat Akibatnya seperti dikemukakan sebelum nya terjadi konflik horizontal konflik antara sesama rakyat Papua

Pem ekaran Papua m em ang merupakan suatu keharusan karena sejumlah alasan yaitu1) Dari segi politik pembagian Provinsi

Papua menjadi tiga wilayah provinsi (bahkan bisa enam provinsi pen) memberikan kesempatan kepada tiga putera terbaik Papua untuk menjadi gubernur

2) Dari segi ekonomi ketiga wilayah tersebut mempunyai potensi sumber alam yang sama yaitu pertambangan

3) Dari aspek sosial budaya pembinaan dan pengembangan budaya serta adat- istiadat akan lebih efektif dilakukan

Pelayanan-pelayanan sosial seperti pendidikan dan agama sarana dan prasarananya dapat diperbaiki

M eskipun pem ekaran merupakan suatu keharusan dengan sejumlah alasan di atas akan te tap i proses dan prosedur pem ekaran Papua harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Proses pem ekaran Papua selain harus mengacu kepada UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah juga mengacu kepada UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua di mana dalam proses pemekaran harus dibicarakan dulu melalui Majelis Rakyat Papua dan DPRD Papua

Untuk itu dalam proses percepatan pemekaran Papua pemerintah Pusat harus melakukan sosialisasi melalui pendekatan- pendekatan secara persuasif melalui dialog dan musyawarah Sekarang tidak lagi jamannya kebijakan yang bersifat top-down Setiap kebijakan harus bersifat bottom-up yang m em perhatikan asp irasi dan keinginan masyarakat daerah Dalam dialog tersebut semua pihak harus dilibatkan dan didengarkan suaranya Paling tidak dalam dialog tersebut unsur yang dilibatkan adalah1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

Papua2 Pemerintah Daerah yang dikepalai oleh

gubernur3 Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan

Masyarakat Papua4 Komisi HAM Papua5 Majelis Rakyat Papua (MRP)6 Badan Perwakilan Desa yang ada di Papua7 Dewan Adat Papua8 Pimpinan Adat9 Gereja Katolik10 Organisasi Non-PemerintahLSM

Mengapa lembaga-lembaga di atas harus dilibatkan Setuju atau tidak setuju lem abaga-lem baga tersebut m erupakan

40

representasi dari m asyarakat Papua dan merupakan jem batan penghubung antara kepentingan Pem erintah Pusat dengan kepentingan masyarakat Papua Oleh karena itu sudah seharusnya lembaga-lembaga tersebut dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat Selama ini kerap Pemerintah Pusat enggan untuk melakukan dialog dengan lembaga-lembaga di atas Kalaupun ada dan dilakukan adalah dialog dengan mereka yang setuju dengan ide Pemerintah Pusat Padahal persoalan bukan di situ tetapi adalah mencari titik temu di antara perbedaan-perbedaan yang ada untuk mencari penyelesaiannya

Daftar Pustaka

ldquoApa Kata Merekardquo dalam Fokus Kompas 23 Februari 2003

Al Rasyid Harun Pem ekaran Papua Cacat Hukum Tempo Interaktif 20 Februari 2003

Bhakti Ikrar Nusa ldquoMencari Titik Temu Pemekaran Provinsi Papuardquo Kompas 25 Agustus 2003

Djopari JRG ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo dalam Sinar Harapan 5 Maret 2003

Piliang Indra J ldquoSolusi Damai untuk Papuardquo dalam Kompas Agustus 2003

UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua

UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

UU No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

41

DIMENSI INTERNASIONAL KASUS PAPUA

Adriana Elisabeth

Abstract

Issue on Papua has a strong international dimension It will remain critical for Indonesian political bargaining when political violence and human rights abuse continue in Papua The existence o f multinational companies contributes to the international dimension o f the Papuan case Although most foreign countries stick on their commitment to support the integrity o f Indonesian territory the future o f Papua depends on how the political and economic problems would be resolved

I Pengantar

Kasus Papua ibarat bom waktu bagi Indonesia B anyak fak to r yang mampu memicu isu Papua menjadi

isu besar dan terbuka yakni p o litik keamanan sosial dan ekonomi Dimensi persoalan Papua yang sangat beragam - lokal nasional dan internasional -berpotensi kuat m engubah m asalah yang bersifat lokal menjadi nasional begitu pun sebaliknya Lebih dari itu dimensi lokal dan nasional persoalan Papua sangat mungkin menjadi isu internasional manakala hal itu melibatkan peran dan kepentingan politik dan ekonomi pihak asing

K arak teris tik a tau dim ensi ^ te rn a s io n a l kasus Papua ditentukan oleh operan aktor negara (state actor) dan aktor non-negara (non-state actor) yang secara konsisten dan terus-m enerus te lah ldquom en g in te rn asio n a lisas irdquo isu Papua misalnya melalui lobi dan diplomasi baik yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia maupun pihak-pihak yang berseberangan dengan Pemerintah Indonesia antara lain O rganisasi Papua M erdeka (OPM ) dan

Peneliti Bidang Politik Internasional P2P LIPI amp Koordinator Tim Kajian Papua 2006 LIPI

beberapa anggota Presidium Dewan Papua (PDP)

Tulisan ini akan membahas dimensi internasional isu Papua dengan menganalisis peran dan kepentingan beberapa aktor internasional yang terlibat dalam persoalan di Papua Kemudian juga membahas langkah atau strategi Pemerintah Indonesia dalam menangani persoalan di Papua khususnya berkaitan dengan upaya Indonesia untuk menjaga hubungan luar negerinya dengan negara-negara asing m aupun komunitas internasional terutama dengan Australia dan negara-negara Pasifik Selatan

II Peran dan K epentingan A ktor Internasional dalam Kasus Papua

Pada m asa Perang D ingin peta politik global lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan antamegarapemerintahan Namun setelah berakhirnya Perang Dingin politik dunia d itandai dengan berkem bangnya organisasi-organisasi antarpemerintahan di berbagai level Sebagai contoh beberapa organisasi antarpem erintahan di tingkat global adalah World Bank (Bank Dunia) World Trade Organisation (W TO) International Labour Organisation (ILO) dan

43

International Atomic amp Energy Agency (IAEA) Beberapa organisasi di tingkat regional misalnya Association o f South East Asian Nations (A SEA N ) O rganisasi Konferensi Islam (OKI) Gerakan Non-Blok (G N B ) OPEC North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Kelompok G-7

Selain organisasi antarpemerintahan berkembang pula organisasi internasional nonpemerintahan dan nonperusahaan atau International Non-Governmental Organisations (INGO) seperti Greenpeace Human Rights Watch Refugee International dan sebagainya kemudian juga terdapat organ isasi rahasia seperti in te lijen terorism e1 Secara lebih luas organisasi kejahatan lintas negara ( Transnational Organised CrimeTOC) mencakup bukan hanya kegiatan terorisme melainkan juga penyelundupan senjata (arms smuggling) obat-obat terlarang (ilicit drugs trafficking) dan perdagangan m anusia (human trafficking) khususnya perempuan dan anak- anak

A ktor nonnegara yang berperan sangat dominan dalam peta politik global saat ini adalah perusahaan global yang dikenal dengan Multinational Corporations (MNC) Transnational Corporations atau Global Firms Dengan kata lain perkembangan politik di tingkat nasional maupun regional internasional harus memperhitungkan peran dan kepentingan perusahaan-perusahaan berskala dunia ini

B ertam bahnya ju m lah aktor nonnegara yang terlibat dalam hubungan antamegara dan antarbangsa menyebabkan peran ak tor negara tidak lagi bersifa t dominan Perkembangan politik internasional ini menjadi salah satu faktor penting dalam analisis persoalan di Papua Aspek politik dan ekonom i yang berkaitan dengan upaya penyelesaian isu Papua harus memperhatikan peran dan kepentingan aktor internasional

1 Herb Feith ldquoGlobalisasi Politik Dunia dan Keharusan R eform asi P B B rdquo h ttp fis ip u n m u lac id globalisationhtml h 2 amp 3

terutama organisasi nonpemerintahan atau LSM dan perusahaan internasional yang (masih dan akan) beroperasi di wilayah Papua

Menurut hasil penelitian tim kajian Papua LIPI tahun 2004 secara garis besar terdapat tiga aktor utama yang terlibat dalam konflik di Papua dan berada di level lokal nasional dan internasional yakni negara pemerintah state) masyarakat (society) dan pebisnis (market)2 Peran dan kepentingan ketiga aktor utama tersebut relatif berhasil dan m udah d ipetakan N am un tidak demikian dengan pemetaan pola hubungan di antara para aktor tersebut Selain karena banyaknya jumlah aktor yang terlibat (baik langsung maupun tidak langsung) kesulitan te rsebu t ju g a d isebabkan setiap aktor memiliki lebih dari satu kepentingan dan antara satu kepentingan dengan kepentingan lain cenderung saling berhubungan

Berdasarkan pola hubungan tersebut tidaklah mudah memisahkan secara tegas apakah seorang aktor lokal hanya berperan secara lokal karena dalam mempertahankan kepentingannya dia pun bergerak di tingkat nasional bahkan in te rnasional Selain kepentingan yang saling berkait peran para aktor ditentukan pula oleh pola hubungan atau hubungan kekuasaan (power relations) antara ketiganya yang cenderung bersifat tidak sim etris (asymmetrical) misalnya posisi masyarakat Papua di tingkat lokal dan nasional tam pak atau cenderung lemah (powerless) dibandingkan dengan kekuasaan pem erintah (pusat dan daerah) Namun demikian di level internasional elemen- elemen yang ada dalam masyarakat Papua seperti kelompok pro-m erdeka di Papua banyak mendapatkan dukungansimpati dari p ihak in te rn asio n a l M ereka berhasil mengusung ideologi merdeka dalam rangka m endapatkan sim pati dan dukungan internasional Dengan kata lain meskipun secara lokal dan nasional masyarakat Papua

2 Adriana Elisabeth dkk (2004) Peran dan Kepentingan Para Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

44

cenderung menjadi kelompok marginal di tingkat internasional ldquom arginalisasirdquo ini justru menguntungkan mereka Bahkan mereka memiliki posisi tawar yang cukup tinggi bila berhadapan dengan Pemerintah Indonesia karena simpati dan dukungan pihak internasional pada gerakankelompok pro- m erdeka di Papua Lobi dan diplom asi kelompok pro-merdeka ini bertujuan untuk memperoleh dukungan internasional baik yang berasal dari pemerintahan negara asing maupun masyarakat internasional termasuk organisasi nonpem erintahan di tingkat internasional dan lembaga dunia

D ukungan in ternasional kepada kelom pok p ro -m erdeka di Papua m enimbulkan kom pleksitas yang cukup serius bagi Pemerintah Indonesia dalam berdiplom asi dengan pihak luar negeri Meskipun Pemerintah Indonesia memiliki legitimasi politik yang kuat (kedaulatan yang sah) di Papua posisi tawar Indonesia menjadi lemah ketika berhadapan dengan komunitas internasional berkaitan dengan persoalan demokratisasi hak asasi manusia (HAM) dan lingkungan di Papua Hal ini dikarenakan isu- isu tersebut merupakan agenda global yang kerap dipakai untuk m engukur ataupun m enila i tingka t k eberhasilan ataupun kegagalan sebuah pemerintahan di negara- negara berkembang Bagi kelompok pro- merdeka khususnya OPM agenda global tersebut menjadi isu-isu strategis yang sangat m enguntungkan bagi posisi atau ldquoperjuanganrdquo mereka di forum internasional

Dukungan internasional diperlukan untuk mencapaimewujudkan kepentingan po litik jangka panjang kelom pok pro- m erdeka yakni m em isahkan diri dari Indonesia Diplomasi dan tuntutan politik m erdeka inilah yang diberi label oleh Pem erintah Indonesia sebagai gerakan separatis Papua (separatisme Papua) Bagi Pemerintah Indonesia kedaulatan Indonesia di Papua sudah menjadi keputusan final Untuk m enghadapi sikap dan tindakan kelom pok pro -m erdeka Pem erin tah Indonesia pun melakukan lobi dan diplomasi

guna m em peroleh dan mempertahankan kom itm en in te rn asio n a l un tuk tetap m endukung keu tuhan w ilayah N egara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di mana Papua merupakan bagian integral dari NKRI

U paya in te rn asio n a lisa s i untuk m enarik pe rh a tian in te rn asio n al atau mendukung kemerdekaan Papua sebenarnya mulai dijalankan sejak tahun 19623 sebagai bentuk perlawanan terhadap Perjanjian New York (New YorkAgreementNYA) tahun 1962 yang mengakui masuknya wilayah Papua menjadi bagian wilayah Republik Indonesia (RI) Gerakan kemerdekaan Papua mendapat peluang besar sejak bergulirnya reformasi di Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1998 di mana kelompok pro-merdeka (dan kelompok pro-demokrasi di Papua) leb ih beran i dan terbuka dalam mengemukakan tuntutan politik mereka Apalagi dengan lepasnya wilayah Timor Timur dari Indonesia dan menjadi negara merdeka pada tahun 19994 maka peristiwa politik tersebut menjadi spirit baru bagi perjuangan OPM un tuk m ew ujudkan kemerdekaan Papua

Gagasan untuk menginternasionalishysasi Papua adalah salah satu rekomendasi yang dihasilkan dalam Kongres Rakyat Papua II yakni pembentukan sebuah tim untuk melobi m asyarakat internasional term asuk m em inta ban tuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dalam kaitannya dengan peran DK PBB sebagai pen jaga k e tertiban dan perdamaian dunia termasuk untuk menjaga m em elihara keam anan di Papua sampai terbentuk pemerintahan yang tetap Selain itu kongres juga meminta PDP melakukan dialog dengan Indonesia Belanda Amerika Serikat (AS) dan PB B 5

3 Upaya internasionalisasi kasus Papua dilakukan oleh kelompok anti-integrasi atau menolak hasil Pepera 1969 karena dianggap tidak adil Untuk itu mereka kemudian membentuk OPM di luar negeri terutama di PNG

4 httpwwwkotekanet West Papua is the next East Timor5 Kompas (4 Juni 2000) ldquoKongres Rakyat Papua Sepakati

Keluar dari NKRIrdquo

45

Lobi internasional oleh kelompok pendukung kemerdekaan Papua dilakukan secara bilateral antamegara maupun di forum regionalintemasional dan dengan LSM Lobi bilateral dijalankan melalui pendekatan p e rsu as if kepada pem egang sim pul pemerintahan di berbagai negara Upaya bilateral juga dilakukan dengan membuka kantor perwakilan dan konsulat Hasilnya adalah beberapa negara di Pasifik Selatan secara tegas m endukung perjuangan kelompok pro-merdeka di Papua6 Namun demikian haruslah diingat bahwa dukungan dari pemerintahan negara asing terhadap kelom pok pro-m erdeka di Papua tidak bersifat konstan tetapi cenderung fluktuatif bergantung pada siapa pemimpin negara yang sedang berkuasa pada saat tertentu

Lobi secara b ila te ra l kem udian d itin d ak lan ju ti di forum reg ional dan internasional seperti di PBB dan Forum Negara Pasifik untuk memperoleh dukungan secara terbuka Dukungan ini merupakan second voice untuk memudahkan upaya menggalang simpati internasional melalui perwakilan negara asing yang mendukung kemerdekaan Papua Beberapa isu yang biasanya diangkat dalam forum regional internasional adalah sejarah politik Papua keabsahan Pepera masalah HAM peran dan dominasi militer Indonesia ketidakadilan sosial dan ekonom i m asyarakat Papua diskrim inasi rasial (ras M elanesia) dan kerusakan lingkungan

Berikut ini adalah posisi negara- negara asing dalam isu Papua

1) Amerika Serikat (AS)

AS memainkan peran yang signifikan dalam konflik di Papua Untuk itu Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirayuda dalam siaran pers ldquoR efleksi tahun 2002rdquo menyatakan bahwa Indonesia secara khusus melakukan pendekatan dengan Pemerintah

6 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo

AS untuk mempertahankan dukungannya terhadap integritas wilayah Indonesia Posisi atau peran AS sulit dipisahkan dari sejarah panjang dan proses politik di Papua Menurut John Roberts AS mendukung kebijakan Indonesia untuk ldquomengembalikanrdquo wilayah Papua m elalu i aksi d ip lom asi dan mendukung Pepera (Act o f Free Choice) tahun 1969 yang kem udian m elahirkan keputusan PBB yang menyatakan Papua merupakan bagian dari wilayah Indonesia7 Tindakan AS di Papua juga berhubungan dengan keberadaan PT Freeport Indonesia (PTFI) sebagai perusahaan tambang tembaga terbesar di dunia Kehadirannya didukung oleh keputusan politik Pemerintah Orde Baru (Orba) melalui kesepakatan Kontrak Karya I tahun 1967 kemudian mulai beroperasi pada tahun 1970 dan berproduksi untuk pertama kalinya pada tahun 1973 Keberadaan PTFI di T im ika K abupaten M im ika Papua diperpanjang dengan penandatanganan K ontrak K arya II tahun 1991 Dengan demikian perusahaan multinasional ini dapat beroperasi di Papua sampai tahun 2021 dan kesepakatan kerja tersebut masih dapat diperpanjang dua kali masing-masing dalam waktu sepuluh tahun

Berkaitan dengan kebijakan AS di Papua Pemerintah AS menegaskan tidak akan mendukung separatism e di Papua sebaliknya tetap m endukung keutuhan negara RI dan pemberlakuan otonomi khusus di Papua8 Selain itu Pemerintah AS melalui USAID dan lembaga bantuan keuangan AS juga membiayai berbagai program di Papua seperti m anajem en sum ber daya alam (S D A )9 term asuk program -program pengem bangan m asyarakat (community development) seperti yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia

7 httpwwwwswsorgarticles2004aug20Q4papua- a30shtml Lihat John Roberts Documents confirm US colluded in Indonesia s 1969 Incorporation o f Papua

8 Pem erintah A S m ela lu i Presiden G oerge Bush menyampaikan komitmen pemerintahannya kepada mantan Presiden RI Megawati pada Juli 2002

9 www Bappenasgoid

46

Hubungan bilateral Indonesia-AS terpengaruh oleh peristiwa pembunuhan dua warga negara AS di Timika pada tahun 200210 Sebagai akibatnya AS melakukan embargo militer dan memutuskan keija sama militernya dengan Indonesia yang mendapat persetujuan dari Kongres A S Namun demikian tiga tahun kemudian (pada tahun 2005) kerja sama di bidang pelatihan militer kedua negara dilanjutkan kembali 12

2) Australia

Posisi Australia dalam kasus Papua sangat penting karena Australia mempunyai pengaruh politik di kalangan negara-negara Pasifik Selatan Selain itu Australia juga cukup berperan dalam pem bangunan di Indonesia terutama melalui program bantuan berupa hibah kepada Indonesia meliputi berbagai sektor D alam kaitan dengan penanganan kasus Papua hubungan bilateral Indonesia-Australia tidak hanya bertujuan untuk menghadapi sikap dan reaksi negara- negara Pasifik Selatan dalam kasus Papua yang secara tegas beberapa negara sudah memberikan dukungan mereka pada gerakan kem erdekaan Papua namun juga untuk meredam dukungan LSM Australia yang juga secara lugas mendukung kelompok pro- merdeka di Papua

Kekhawatiran Indonesia terhadap A ustra lia cukuplah bera lasan apab ila dikaitkan dengan peristiwa politik di Timor Tim ur tahun 1999 di m ana sikap dan dukungan Pemerintah dan LSM Australia akhirnya berhasil mewujudkan kemerdekaan Timor Timur (Timor Leste) Apalagi dengan adanya in form asi bahw a A ustra lia membentuk Task Force Papua yang diketuai oleh Chief o f Defence Force Jenderal Peter

10 Pembunuhan itu diduga dilakukan oleh oknum militer TNI

11 httpwwwatimescomatimesSoutheast_Asia FG03Ae06html

12 John Roberts dalam makalah lsquo Ambush near US-owned mine in Papua suggests Indonesian army involvementrsquo mengemukakan bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh oknum TNI

C osgrove yang sedang m engkaji perm asalahan di Papua dan prospek kem erdekaan Papua13 M eskipun hal itu belum tentu benar Pemerintah Indonesia te tap b e rh a ti-h a ti dalam m enjalankan hubungannya dengan Australia Meskipun Australia mendukung langkah yang diambil Indonesia untuk menyelesaikan persoalan di Papua dengan otonom i khusus namun A ustra lia m enging inkan Indonesia m enghorm ati penegakan hukum dan penghormatan HAM di Papua14 Walaupun dem ikian dukungan dari P em erin tah A u stra lia tidak serta-m erta m endapat dukungan dari semua elemen pemerintahan Di Parlemen Australia m isalnya Partai Buruh dan Fraksi Kiri sering kali menjadikan isu separatisme di Papua sebagai bahan perdebatan15

Pebisnis Australia juga melakukan aktivitas penambangan di Papua seperti Dominion Mining BHP Cudgen RZ dan Cudgen RA Australia pun memiliki sebagian saham PT Freeport McMoran sekitar 40 persen (Rio Tinto) dari total saham yang dimiliki PT Freeport McMoran di bursa saham di New York

3) Kanada

Kebijakan Pemerintah Kanada secara eksplisit mendukung implementasi otonomi khusus di Papua secara konsekuen berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2001 dengan menghormati hak rakyat Papua Kanada membantu Papua juga melalui Canada Fund berdasarkan prioritas geografis dan program p rio ritas pem bangunan sosial di em pat bidang kesehatan dan g izi pendid ikan dasar penanganan HIVAIDS dan perlindungan a n ak 16 Di sek to r b isn is K anada pun

13 httpw w w kom pascoid kom pas-cetak030919 nasional572042htm

14 Kompas (9 Desember 2000)15 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya

Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo16 http wwwdfait-maecigcca

47

memiliki usaha pertambangan (emas) di Papua yaitu PT Ingold dan mengembangkan eksplorasi minyak di Teluk Bintuni

4) Senegal

Salah satu negara A frika yang mendukung kem erdekaan Papua adalah Senegal A frika Selatan Dukungannya d idasarkan pada paham N e g ritu d e - solidaritas antara ras kulit hitam di seluruh dunia17 Tujuannya adalah untuk menentang ko lon ia lism e dan dukungan bagi ras M elanesia serta gerakan pem bebasan Papua18 Sikap ini diikuti dengan usaha membangun keija sama ekonomi militer dan memerangi diskriminasi rasial Gerakan ini leb ih d ikenal gerakan P an-A frico id ( lsquoG erakan P an -N eg ro rsquo) yang memperjuangkan korban dari konspirasi rasism e dunia genosida dan pengambilalihan tanah di seluruh dunia term asuk di P ap u a 19 D alam p e rshykem bangannya gerakan ini sem akin mendapatkan dukungan luas terbukti sekitar 15 negara-negara di Afrika Barat dan Afrika Tengah menolak hasil Pepera di Papua dan berharap akan adanya implementasi hak penentuan nasib sendiri (self-determination) di Papua

Gerakan mendukung kemerdekaan Papua dari negara Afrika dimulai sejak 1969 saat penentuan voting Act o f Free Choice (AFC) di Sidang Umum PBB negara-negara tersebut menuduh bahwa AFC merupakan salah satu bentuk penjajahan dan bentuk ketidakdemokratisan terhadap saudara kulit h itam di Papua B arat Sebagai tindak lanjutnya Organisasi Afrika-Amerika yang tergabung dalam National Association for the

17 w3rz-berlinmpgde~wmPAPGJA-bin-kejorahtml - 48k Lihat juga Goerge J Adijondro dalam Bintang Kejora di Tengah Kegelapan Malam amp Penggelapan N asionalism e Orang Irian dalam H istroriografi Indonesia

18 http wwwraceandhistorvcomcgi-binforum webbbs configplnoframesread106

19 Pianke Nubivang Honour and Truth in West Papua http communitv webtvnetpaulnubiaempire

Advancement o f Colored People (NAACP) mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal PBB U Thant sebagai bentuk protes atas AFC dan meminta PBB merevisi kebijakan tersebut20 Meskipun demikian hingga saat ini belum ada p ernya taan resm i yang m endukung Papua hanya berasa l dari sebagian kecil tokoh di Senegal Ghana dan Afrika Selatan

5) Negara-Negara Asia

Berkaitan dengan Papua beberapa negara di Asia yang memiliki perhatian khusus adalah M alaysia Filipina Korea Selatan Jepang India dan Cina Bagi Malaysia dan Filipina Papua adalah pemasok kayu terbesar bagi kebutuhan impor kedua negara atau sekitar 70 persen berasal dari Papua21 Bagi Jepang Cina Korea Selatan dan India ladang di sekitar kawasan Teluk B in tuni Proyek LNG Tangguh) menyediakan cadangan LNG mencapai 237 triliun kaki kubik Indonesia berkomitmen untuk mengekspor LNG ke Asia rata-rata enam sampai tujuh ton per tahun

Khusus bagi Cina wilayah Papua m em ilik i SDA yang dapat m em enuhi sebagian kebutuhan kayu dan LNG Tidaklah mengherankan apabila hasil penebangan liar di wilayah Papua disinyalir dibawa ke Cina seperti dalam kasus penemuan dua buah kapal yang berisi kayu berasal dari wilayah Papua dan berada di daratan Cina Untuk mengatasinya Pemerintah Indonesia telah mengupayakannya melalui jalur diplomatik22 U ntuk m em enuhi kebu tuhan LNG Pemerintah Indonesia (Pertamina) dan Cina (Petrochina) m em buat perjan jian yang menyangkut pengiriman LNG dari Teluk Bintuni ke Provinsi Guangdong dan Fujian

20 Lihat John Saltford United Nations Involvement withthe Act ofSelf- Determination In West Irian (Indonesian West New Guinea) 1968 to 1969

21 Sugiharto (10 M ei 2005) ldquoBUM N dan Prospek Persaingan Dunia Usahardquo Jakarta Hotel Borobudur

22 Kompas (6 April 2005)

48

dengan terlebih dahulu melakukan investasi sebesar US$ 2 miliar untuk pembangunan infrastruktur23 PT Petrochina memiliki dua blok wilayah pengeboran di Teluk Bintuni dan Biak yang terdiri lebih dari sepuluh ladang minyak yang siap dieksplorasi24

Untuk mencapai kepentingannya di Papua Pemerintah Cina juga membangun hubungan dengan negara-negara Pasifik Selatan guna memperkuat perannya di Papua Kondisi ini pun telah menjadi perhatian OPM yang ingin membangun hubungan dengan C ina khususnya untuk kepen tingan po litiknya di m asa depan Di dalam pertemuan tahunan Forum Pasifik yang diselenggarakan di Kiribati tahun 2000 misalnya sejumlah tokoh penting Papua yang hadir sebagai peninjau telah melakukan pendekatan dengan para pejabat dari Cina yang hadir dalam forum itu25 Cina kemudian memfasilitasi pertemuan yang diselenggarashykan oleh OPM di luar wilayah Indonesia

6) Negara-Negara Pasifik Selatan

Posisi negara-negara Pasifik Selatan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok sebagai berikut

a Kelompok Pendukung Papua Merdeka

- Negara Kepulauan Cook (Cook Island)

Pemerintah Negara Kepulauan Cook m endukung kem erdekaan Papua yang disam paikannya dalam KTT Milennium PBB M eskipun dukungannya tidak signifikan tindakan ini memiliki pertalian erat dengan sikap Pemerintah New Zealand dalam kasus Papua

22 httpwwwglobalpolicyorgnationssovereignsover emerg20020430papuahtm Indonesia Gas Project Promises Income West Papuans not Excited ny Prangtip Daorueng Inter Press Service News Agency

24 Wawancara Nur Agus Susanto dengan Meryka P Public Affair Manager for Government PT Petro China

25 Deplu RI (2001) Opcit

- Nauru

Pemerintahan Nauru secara tegas mendukung kemerdekaan Papua Hal ini disam paikan dalam KTT Forum Pasifik Selatan di Kiribati Oktober 2000 Selain itu N auru ju g a m endukung reso lusi PBB mengenai penentuan nasib bagi rakyat Papua Barat26 Sebelumnya Bem ard Dowiyogo MP (Presiden Republik Nauru) dalam Millenium Summit PBB yang diselenggarashykan pada September 2000 mengemukakan m engenai kem erdekaan Papua dan menganggap bahwa selama ini Papua berada di bawah dominasi penjajah dan kontrol luar negeri Namun pernyataan tersebut ini tidak langsung merujuk pada Indonesia

- Tuvalu

Pemerintah Tuvalu juga mendukung kemerdekaaan Papua 27 meskipun dalam kapasitas yang terbatas

- Vanuatu

Pemerintahan Vanuatu mendukung kemerdekaan Papua Barat Argumentasi Pemerintah Vanuatu tak jauh berbeda dari Nauru yaitu karena faktor-faktor sejarah dan kedekatan secara geografis28 Di Vanuatu terdapat kantor perwakilan rakyat Papua B arat yang d iketuai o leh Dr John Ondowame Kemudian Pemerintah Vanuatu m em punyai kom itm en untuk m em shypromosikan identitas dan hak dasar Ras M elanesia di w ilayah A sia-P asifik khususnya bagi Papua Barat Pemerintah Vanuatu juga mendorong dibukanya kasus- kasus ketidakadilan yang selama ini teijadi di Papua dan memperjuangkan kesejahterashyan sosial bagi masyarakat Papua29

26 httpwestpapuaactionbuzorgrecent- evelopmentshtm+Tuvalu+and+west+papua+amphl=id

27 httpwwwunorgmillenniumwebcaststatementstuvalu28 Pacific Concern Resource Centre (PCRC) (27 Oktober

2000) Press Release Forum Pasifik Selatan29 httpwwwunorgNewsPressdocs2000

20000908ga9758doc amp httpwwwunpoorgnews detailphpara 56amppar= 1890

49

b Kelompok Negara yang Abstain

- Papua Nugini (PNG)

Beberapa daerah di PNG seperti Port Moresby Black Water Sepik Sowampa dan Amanaf juga digunakan oleh OPM untuk melakukan aksinya30 Posisi PNG dan Papua adalah berbatasan darat secara langsung Posisi perbatasan PNG ini sangat strategis bagi para pelintas batas termasuk kelompok merdeka dari Papua yang ingin melepaskan diri dari kejaran TNI dan Polri Namun demikian Pemerintah Indonesia sampai saat ini pun belum m elakukan p erjan jian ekstradisi dengan Pemerintah PNG untuk mengatasi masalah perbatasan ini

PNG secara tegas m enyatakan dukungan terhadap keutuhan NKRI seperti dalam joint statement yang disampaikan oleh Perdana Menteri PNG M ekere Morouta kepada Megawati Sukarnoputri (sebagai wakil presiden Indonesia saat itu) Kendati demikian Pemerintah PNG masih bersikap gamang terutama karena banyaknya anggota m asyarakat dan lem baga di PNG yang mendukung kemerdekaan Papua seperti Gubernur Sandaun John Tekwi Politisi Tei Abai Mereka tidak dikenakan sanksi oleh Pemerintahan Nasional di PNG31 Sebaliknya m ereka terus-m enerus berusaha m em shypengaruhi kebijakan pem erintahan PNG untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Papua

- New Zealand (NZ)

Sikap Pem erin tahan NZ adalah mendukung keutuhan NKRI Pemerintah NZ ju g a m em iliki program bantuan untuk pembangunan di Indonesia (program the New Zealand A id AgencylN ZA lD ) yang mencakup wilayah timur Indonesia termasuk Papua Meskipun demikian salah satu partai

10 ibid31 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya

Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo

di NZ yaitu Green Party mendukung bahkan mengupayakan kemerdekaan Papua dan terus mendorong internasionalisasi isu Papua Green Party berkedudukan di Wellington dan memiliki cabang yang tersebar hampir di selu ruh p rov in siw ilay ah Partai ini mendapatkan dukungan dari partai lain seperti Partai Buruh Partai Nasional Partai Warisan Kristen Partai Aliansi dan Partai Nasional

Dalam pernyataan resminya di Forum Negara Pasifik Selatan partai ini meminta masalah Papua Barat dijadikan salah satu agenda sidang pertemuan yang kemudian diharapkan akan m emberikan dukungan secara institusional untuk kemerdekaan Papua Dalam berbagai kesempatan Keith Locke sebagai juru bicara hubungan luar partai secara tegas menginginkan nasib Papua adalah masalah yang harus menjadi perhatian negara-negara Pasifik Selatan dan mengingatkan negara yang tergabung dalam forum tersebu t un tuk m endukung dan m engikuti langkah V anuatu dalam m em perjuangkan kem erdekaan rakyat Papua32 Sedangkan di dalam negeri Keith Locke juga berusaha keras menyakinkan Perdana Menteri NZ Helen Clark agar Papua dijadikan salah satu fokus dan agenda pemerintahannya33 Hal ini dijadikan prioritas dukungan resmi kenegaraan

c Kelompok Negara Pendukung NKRI

Kepulauan Salomon Republik Fiji K iriba ti dan Sam oa B arat yang ju g a tergabung dengan Forum Negara Pasifik Selatan adalah negara-negara yang m endukung N K RI N am un kelom pok kemerdekaan Papua secara terus-menerus membangun komunikasi dengan beberapa negara ini untuk mendukung tuntutan politik mereka

32 Press Release Green Party (14 Agustus 2003) http wwwscoopconz

33 httpwwwgreensorgnz

50

7) Negara-negara Uni Eropa

Beberapa negara Uni Eropa memiliki perhatian lebih banyak terhadap Papua34 Sebagai contoh delegasi Uni Eropa yang diwakili oleh para duta besar negara-negara tersebut berkunjung ke Papua pada bulan Maret 2002 Dalam kunjungan tersebut secara ekplisit negara yang tergabung Uni Eropa tersebut m endukung sepenuhnya integritas Papua ke dalam NKRI Dukungan juga diberikan bagi pelaksanaan Otonomi Khusus (Otsus) yang sebenar-benarnya di Papua dan m em berikan perhatian pada masalah HAM di Papua35 Berikut ini adalah sikap Parlemen Uni Eropa dalam kasus Papua pertama secara mendasar mengakui Indonesia sebagai suatu negara kesatuan dan wilayah Papua termasuk di dalamnya Kedua melihat berbagai kasus pelanggaran HAM meminta kepada Indonesia untuk membentuk suatu badan pengadilan pelanggaran hak-hak asasi m anusia Ketiga m elihat kondisi masyarakat Papua Parlemen melihat bahwa Papua adalah provinsi yang kaya raya tetapi penduduknya hidup dalam kemiskinan dan dari 17000 pegawai yang bekerja di Papua kurang dari 10 persen adalah orang asli Papua K e-em pat Parlem en Uni Eropa m endukung O tsus yang m em berikan persetujuan kepada Pem erintah Daerah Papua untuk mendapat 80 persen dari pajak dari bidang perikanan dan kehutanan dan 70 persen dari perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan minyak bum i36

Posisi organisasi antar pemerintahan di berbagai level dalam kasus Papua dapat diketahui sebagai berikut

1) ASEAN

ASEAN sebagai organisasi regional di w ilayah Asia Tenggara secara resmi

34 Inggris Italia Portugal Jerman Austria Denmark Belanda Spanyol Swedia Yunani Belgia Finlandia

35 Memoria Passionis di Papua (2004) Kondisi Sosial- Politik dan HAM 2 0 0 2-2003 rsquo (cetakan pertama) Jayapura LSPP dan Keuskupan Jayapura

36 httpwwwinfidbeeurohamhtml

menyatakan dukungan atas kesatuan wilayah Indonesia dan menolak segala bentuk usaha untuk m engganggu keu tuhan w ilayah Indonesia37 Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip dasar ASEAN yaitu tidak akan ikut cam pur dalam persoalan internal (non- interference principle) tiap-tiap negara Berdasarkan prinsip ini isu Papua dianggap sebagai m asalah in te rna l Indonesia meskipun permasalahan di Papua memiliki dimensi internasional

2) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)

Peran PBB di Papua menjadi faktor sejarah yang sangat penting Lembaga dunia inilah yang ikut ldquomenyelesaikanrdquo masalah wilayah Papua terutama sengketa antara Indonesia dan Belanda PBB terlibat mulai dari pem bentukan kom isi PBB untuk Indonesia yang m erancang adanya Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949 yang menyatakan bahwa akan menyetujui adanya transfer kedaulatan dari Pemerintah Belanda ke Pemerintah Indonesia Kemudian dibentuk Komisi Administrasi PBB untuk penanda-tanganan Perjanjian New York tahun 1962 yang menyatakan bahwa Irian Jaya (sekarang Papua) menjadi bagian dari w ilayah Indonesia hingga pengawasan terhadap pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Papua tahun 196938

Pada tahun 1968 PBB ju g a membentuk tim peninjau mengenai kondisi di Papua yang diketuai oleh Femando Ortiz Sanz seorang d ip lom at B olivia Kemenangan Pemerintah Indonesia dalam Perjanjian New York inilah yang menjadi salah satu persoalan mendasar bagi tuntutan kemerdekaan rakyat Papua yang menuduh bahw a PBB dan Indonesia m elakukan rekayasa perjanjian tersebut dan menuntut adanya reformasi di PBB

37 wwwaseansec38 John Saltford the UN and Indonesian Collaboration

United Nations Involvement With The Act O f Self- Determination In West Irian

51

3) Lembaga Keuangan Internasional

Lembaga keuangan selain menyediashykan layanan perbankan bagi masyarakat Papua juga mem iliki program -program pengem bangan m asyarakat (social development program) seperti World Bank Asian Development Bank (ADB) IMF dan Inter-Governmental Group on Indonesia (IG G I)39 atau Consultative Group on Indonesia (CGI) Program Bank Dunia di Papua bekerja sama dengan the Melanesia Interest Group40 m elipu ti program pembangunan ekonomi di bidang trasmigrasi ke wilayah Papua Program ini ditentang oleh sebagian m asyarakat Papua karena transm igrasi m erupakan bagian dari ekploitasi SDA Papua Tuduhan serupa juga dialam atkan pada ADB dan IMF yang memberikan pinjaman untuk melakukan ekploitasi SDA karena pinjaman ini juga digunakan untuk membiayai militer yang menjalankan fungsi keamanan di Papua41

Beberapa organisasi nonpemerintah yang berkepentingan dalam isu Papua adalah

1) TAPOL (the Indonesian Human Rights Campaign)

TAPOL m erupakan Lem baga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berbasis di In g g ris 42 TAPOL bertu juan memperjuangkan program-program HAM dengan m enyebarluaskan persoalan kekerasan HAM termasuk persoalan HAM di Indonesia khususnya di Papua Barat dan A ceh Sebelum nya TAPOL m em iliki program serupa di Timor Timur

Salah satu TAPOL mengenai Papua adalah data dan in form asi m engenai kekerasan HAM di Irian Barat yang dikirim ke pertemuan ke-57 Komisi HAM PBB yang diselenggarakan di Geneva Swiss pada

39 httpwwwcwisorg40 httpwwwwestpapuanet (or wwwwestpapuaorg)41 httpwwwnadirorg42 TAPOL memberikan informasi secara terbuka melalui

website httptaDo1enapcorg

tanggal 29 M aret-27 April 2001 Dalam pernyataannya TAPOL meminta Komisi HAM PBB untuk melakukan tindakan nyata terhadap Pemerintah Indonesia karena tetap melakukan kekerasan dan pelanggaran HAM di Aceh dan Papua43 Dalam kesempatan yang lain lembaga ini menulis artikel dalam jumal online (Tapol 176 Agustus 2004) berjudul ldquoPapua Menghadapi Masa Depan yang Tidak Jelasrdquo Artikel itu menjelaskan dilema masa depan Papua karena persoalan HAM yang serius namun menyinggung pula mengenai tawaran otonomi khusus bagi Papua44

2) Forum Asia

Forum Asia merupakan organisasi regional HAM yang berada di Bangkok Thailand45 sebagai salah satu keputusan hasil pertemuan organisasi HAM di Asia pada tahun 1992 Forum Asia ini mefokuskan diri pada wahana proteksi terhadap tindakan kekerasan yang terjadi di wilayah Asia Lembaga ini juga merupakan wadah untuk m elakukan sharing in form asi tentang perkembangan HAM di Asia Aktivitas yang dijalankan meliputi pelatihan HAM dengan standar PBB Masalah HAM di Papua juga menjadi kajian serius yang diidentifikasikan sebagai salah satu fokus pembahasan di Forum Asia Forum ini juga mengeluarkan artikel mengenai persoalan HAM di Papua dan mengadakan pelatihan HAM di Papua

3) Caritas Australia

Caritas Australia atau the Catholic Agency for Overseas Aid and Development merupakan lembaga bantuan pembangunan yang dikelola G ereja K atholik Dalam m enjalankan bantuannya lem baga ini didasarkan pada prinsip kebebasan bagi mereka yang tertindas Caritas Australia bekerja sama dengan sekitar 154 organisasi

43 wwwcampeaceorgwparchivestatements_onhtm - 49k44 httptapolgnapcorg45 Lihat httpwwwforumasiaorg

52

di berbagai negara dan wilayah di seluruh dunia

Program pembangunan kemanusiaan Caritas m eliputi kesehatan mengurangi dampak kerusakan alam konservasi nilai budaya dan pelatihan bidang pertanian Caritas juga membantu sektor pendidikan dan keagamaan di Papua seperti workshop ke-em pat ten tang Peace Building and Development in West Papua bertem a ldquoM enjawab K ekerasan di Papua Barat D engar Pendapat Dengan Suara Lainrdquo Dalam kasus Papua Caritas tidak menolak atau mendukung kemerdekaan Papua namun menjalankan program bantuannya di Papua berdasarkan p rin sip keagam aan dan kemanusiaan46

Namun demikian dalam pernyataan resmi lembaga ini diindikasikan adanya dukungan pada kemerdekaan Papua secara tidak langsung karena pertanyaan mereka mengenai sejarah dan keabsahan Indonesia di Papua K em udian ju g a keberadaan pendatang (amber) sebagai suatu ancaman yang semakin mendesak posisi rakyat Papua serta keberadaan dan peran militer di Papua yang mengakibatkan pelanggaran HAM dan penjarahan SDA secara masif47 yang akan merugikan masyarakat Papua di kemudian hari

4) Inside Indonesia

Lembaga ini didirikan sejak tahun 1983 dan berkantor pusat di Australia Inside berkosen trasi pada b idang penerb itan berkaitan dengan w ilayah Indonesia khususnya yang terkena dampak konflik berkepanjangan Inside menerbitkan jumal em pat bulanan yang leb ih b e rs ifa t akadem is48 T ulisan yang pernah dipublikasikan antara lain ldquoWhy West Papua Deserves Another Chance West Papua in

46 httpwwwcaritasorgau47 Peter Zwart caritas Aotearoa http

wwwconvergeorgnzpmawp011204doc+cari tas48 Lihat wwwinsideindonesiaorg

1999 Whisky Friends-PNG Military and TNI Get Together Raising the West Papua Flag- Eyewitness Account Demonstrations dan Pemberontakan Organisasi Papua Merdekardquo W alaupun tu lisan te rseb u t te rkesan mendiskreditkan Indonesia sebagai institusi yang berlandaskan pada nilai-nilai akademis dan jurnalistik lembaga ini tidak bersikap pro ataupun kontra dalam isu Papua Lembaga ini memberikan informasi mengenai wilayah Papua seperti dalam Health Care in Irian Jaya yang tidak ada sangkut-pautnya dengan persoalan politik

5) ICM IC A (G erakan In te lek tu al K ath olik untuk In te lek k tu a l amp Hubungan Budaya)

ICMICA (Pax Romana) merupakan sebuah asosiasi internasional terdiri dari berbagai kalangan profesional dan intelektual Katholik Lembaga ini berpusat di Genewa Swiss49 Institusi ini terbuka bagi individul dan kelompok beragama Katholik dengan berbagai aktivitas berupa tukar pendapat dan dialog kebudayaan dari profesi dan generasi A gam a K atho lik L em baga ini ju g a menjalankan aktivitas yang bersifat sosial untuk pemberdayaan masyarakat advokasi dan solidaritas perdamaian dan sebagai jaringan pemikiran

Masalah di Papua juga tidak luput dari perhatian asosiasi ini Dalam pertemuan kom isi HAM PBB di G enew a SwiSs lem baga ini secara tidak langsung menyebutkan bahwa kekerasan di berbagai dunia termasuk di Papua harus diambil tindakan yang tegas50

6) Pusat Sumber Daya Pembangunan [Dev-Zone amp GEC]

Pusat Sumber Daya Pembangunan atau Dev-Zone amp GEC mengkhususkan kegiatannya pada pendidikan dan menjadi

49 Lihat wwwpaxromanaorg 50httpwwwcampeaceorgwparchive

statements onhtm+ICMICA

53

pusat informasi Lembaga ini berpusat di Aotearoa New Zealand Lembaga ini tidak memiliki sikap yang jelas dalam isu Papua namun memiliki banyak informasi tentang ja rin g an dan lem baga-lem baga yang mendukung kemerdekaan Papua seperti the Diary o f Online Papua Mouthpiece (Do- OPM) Free WestPapua International Action for West Papua Papua Press Agency the Free Papuan MovementOPM WestPapuan Action serta lembaga-lembaga lain yang mendukung perjuangan rakyat Papua51

D ev-Zone amp GEC ju g a mem- publikasikan tulisan yang berjudul Irian Jaya United Nations Involvement with the Act o f Self-Determination in West Irian (Indonesian West New Guinea) 1968 to 1969 Tulisan ini mempertanyakan masuknya Irian Jaya ke Indonesia dan kesalahan PBB dalam proses politik di Papua

7) Pan-African Coallition for the Liberation of West Papua (PACLWP)

Koalisi Pan-Afrika untuk Kebebasan Papua Barat terdapat di Afrika PACLWP merupakan bagian dari sebuah institusi yang bernama theAfrican Diaspora Lembaga ini secara tegas mendukung kemerdekaan Papua melalui hak penentuan nasib sendiri bagi rakya t Papua Lem baga ini ju g a mempertanyakan Pepera di Papua yang hanya dihadiri oleh 1025 penduduk dari total penduduk di Papua sekitar 700 ribu orang pada saat itu Hal itu merupakan bentuk pengkebirian hak penduduk Papua

B eberapa fokus persoalan yang menjadi dasar tuntutan PACLWP adalah kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Papua sebagai salah satu bentuk dari genosida kekerasan yang d ilakukan oleh TNI eksplorasi dan ekploitasi SDA Papua dan terdesaknya populasi penduduk asli Papua dengan pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia Salah satu aktivitas PACLWP

51 httpwwwdev-zoneorg

dalam mendukung Papua merdeka adalah mengorganisasi demonstrasi di depan kantor konsulat Indonesia di Los Angeles pada tanggal 28 November 2003 dan 1 Desember 2003 Namun keberadaan lembaga ini sulit dilacak apakah berada di Afrika atau di Amerika Serikat

8) Organisasi Papua Merdeka di Belanda

OPM di Den Hag Belanda dengan je la s m endukung ldquop e rju an g an rdquo Papua m erdeka Fokus OPM ini adalah untuk mendapatkan dukungan internasional 52 khususnya dari Eropa Dalam salah satu dokumennya kelompok ini menyebutkan bahwa Papua bukan merupakan wilayah Indonesia adalah karena faktor budaya- perbedaan budaya antara penduduk asli Papua dan penduduk Indonesia lainnya K elom pok ini ju g a m enggunakan isu kerusakan lingkungan akibat dari eksplorasi dan ekploitasi SDA Papua sebagai salah satu propaganda dalam perjuangannya

9) The Uniting Church Australia

The Uniting Church Australia dibentuk sejak tahun 1997 terdiri dari Gereja Kongregasion Gereja Methodis dan Gereja P resb iterian yang berpusat di Sydney Australia Lembaga ini memiliki komitmen terhadap persoalan lingkungan dukungan terhadap persamaan nasib membantu etnis minoritas dan orang-orang yang terpinggir- kan di berbagai belahan dunia Organisasi ini juga menjalankan programnya di wilayah Papua dan berkeija sama dengan gereja lokal seperti Gereja Kristen Evangelis Program dipusatkan pada penanganan persoalan kesehatan te ru tam a HIV (A ID S) dan masalah pendidikan di Papua53

52 httpwww fas orgirpworldparapapua htm53 httpwwwnatucaorgau

54

10) Indonesian House

Indonesian House adalah sebuah kantor berita yang fokus pemberitaannya mengenai kondisi dan berbagai persoalan di Indonesia termasuk di Papua Lembaga ini berada di Amsterdam Belanda54 Sebagai kantor berita lembaga ini tidak memiliki posisi m endukung a taupun m enolak kem erdekaan Papua Indonesian House memberikan informasi secara terbuka kepada semua pihak di seluruh dunia termasuk m em berikan kesem patan kepada John Rumbiak tokoh pro-merdeka yang juga supervisor ELSAM dalam artikel berisi hasil wawancaranya dengan Parlemen Eropa pada tanggal 1 Oktober 2003 berjudul Papua Developments Affecting Conflict Resolution55

11) Minority Rights Group International

Lembaga yang berbasis di Inggris ini mengkhususkan perjuangannya terhadap hak-hak kelom pok m inoritas di seluruh dunia yakni memastikan hak kelompok minoritas berdasarkan etnik agama dan bahasa di seluruh dunia56 Lembaga ini sudah bekerja di 60 negara di seluruh dunia Lembaga ini pernah m enjadi konsultan ECOSOC dan peninjau di Komisi HAM di Afrika Aktivitasnya yang berkaitan dengan Papua adalah mempromosikan kelompok minoritas dan penduduk asli Papua di forum internasional melakukan advokasi mengenai kebutuhan hak-hak kelompok minoritas di Papua Pada 18 Mei 2001 MRG menyatakan akan memperjuangkan keberadaan dan hak penduduk asli P apua57 sebagai akibat dari keb ijakan Pem erin tah Indonesia dan pengaruh globalisasi

54 Lihat httpwwwindonesia-houseorg55 Ibid56 Lembaga ini berpusat di London Inggris dengan e-mail

minoritvrightsmrgmailorg57 httpwwwcampeaceorgwparchive

minority rightshtm

MRG juga mempeijuangkan wilayah Papua sebagai zona damai58 dari berbagai aksi tindakan militer yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bertikai untuk itu MRG m em pertanyakan kepada pem erin tah Indonesia tentang keberadaan dan peran m iliter di Papua yang dianggap sebagai ancaman bagi penduduk asli dan menolak pembagian Papua menjadi beberapa provinsi dan mengembalikan kembali menjadi satu kesatuan wilayah

12) Kantor Informasi Internasional OPM

K eberadaan lem baga ini tidak d iketahu i secara p asti N am un dalam konferensi pers pada 1 Februari 2000 J H Prai Direktur Kantor Informasi Internasional OPM di Swedia menyerukan penghentian pelanggaran dan kejahatan HAM yang d ilakukan oleh TNI kepada penduduk Papua59 Pernyataan tersebut beijudul ldquo West Papuan rsquos Desire Autonomy and End to Indonesian Military Operations

13) Unrepresented Nations and Peoples Organization (UNPO)

UNPO berpusat di Den Hag Belanda Lembaga ini merupakan wadah bagi para penduduk asli negara ja jah an negara berdaulat dan m inoritas serta w ilayah- w ilayah pro teksi atas hak budaya dan kemanusiaan yang tidak memiliki perwakilan di forum in te rn asio n a l UNPO m engshygolongkan m asyarakat Papua sebagai penduduk yang terpinggirkan dan yang perlu diperhatikan Untuk itu UNPO memberikan berbagai informasi atau artikel seperti West Papua Indonesia rsquos 1969 Takeover o f West Papua Not by ldquoFree Choicerdquo dan West Papua Amnesty International Report 2004

UNPO ju g a m elihat persoalan masuknya wilayah Papua ke Indonesia akibat dari dukungan AS kepada Indonesia untuk

58 httpwwwminoritvriEhtsorg59 httpwwwcampeaceorgWParchiveOPM_IIOhtm

55

mengambil-alih wilayah Irian Barat dari B elanda Selain itu UNPO ju g a mempertanyakan validitas Indonesia dan menyebutkan proses integrasi sebagai bentuk okupasi w ilayah yang d isertai dengan pelanggaran HAM di Papua60

14) WestPapua Action

WestPapua Action berm arkas di Irlandia61 dan lem baga ini secara tegas mendukung kemerdekaan dan perjuangan rakyat Papua D alam salah satu kampanyenya koordinator lembaga aksi ini Mark Doris menyebutkan bahwa masuknya Papua ke Indonesia adalah sebuah peristiwa yang digalang oleh PBB dan negara yang berkepentingan untuk memaksakan Papua m asuk ke w ilayah Indonesia D engan demikian pelaksanaan Pepera yang hanya dihadiri oleh 1025 orang adalah peristiwa yang tidak adil dan karena adanya intimidasi

WestPapua Action ju g a m engshyungkapkan terjadinya pelanggaran HAM di Papua selama ini yang sudah menewaskan lebih dari 300000 jiwa rakyat Papua yang memerlukan perhatian internasional untuk menghentikannya WestPapua Action juga m enganggap transm ig rasi m erupakan ancaman terhadap masa depan penduduk asli Papua62 Untuk m endapatkan dukungan internasionalnya WestPapua Action berusaha mendapatkan dukungan Pemerintah Irlandia dan beberapa anggota Parlemen Irlandia serta Perleman Eropa Lembaga ini bekerja sama dengan PaVO (Belanda) dan TAPOL untuk mendukung perjuangan rakyat Papua Pada tahun 2001 organisasi ini m engadakan pertemuan internasional atas Solidaritas Papua Barat di Jerm an63

60 Dokum en Press R elease ldquo35th A nniversary o f Controversial Vote and Annexation Secret Files Show US Support for Indonesia Human Rights Abuses by Indonesian Military Brand Symson (ed) dikirim pada9 Juli 2004

61 Lihat httpwestpapuaactionbuzorg62 httpwestpapuaactionbuzorg63 Ibid

15) The Pacific Concerns Resource Centre (PCRC)

PCRC adalah lem baga yang m enfokuskan diri pada persoalan dem ilitarisasi dekolonisasi konservasi lingkungan pengembangan SDM HAM dan pembangunan pemerintah yang bersih dan berwibawa Lembaga yang berpusat di Fiji64 didirikan pada tahun 1980 di Hawai Papua menjadi salah satu fokus daerah kajian nam un lem baga ini tidak dalam posisi m em ihak atau m enolak tuntu tan kemerdekaan Papua Perhatian pada kasus Papua sesuai dengan prinsip aktivitasnya PCRC pernah menyelenggarakan worskhop dengan tema ldquoThe Dynamics o f Conflict in West Papua Prospects for the Future yang bekerja sam a dengan South Pacific University dan Universitas Nasional Papua pada bulan Oktober 200465

16) Asosiasi Papua Barat Australia

A sosiasi Papua B arat A ustralia merupakan salah satu lembaga terbesar yang mem iliki perhatian terhadap Papua dan memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Australia Belanda dan Amerika Serikat Lembaga ini merupakan lembaga nonpolitik dan nonagam a K om itm ennya adalah m endukung pem berdayaan m asyarakat Papua m elalui penyebaran informasi di berbagai media massa Meskipun demikian dalam kenyataannya lem baga ini tidak sepenuhnya berpegang teguh pada asas organisasi yaitu nonagama dan nonpolitik sebagai contoh lem baga ini berusaha m enekan P em erin tah A ustra lia dalam kaitannya dengan pem bentukan tim investigasi peristiwa pembunuhan di Timika dan kasus kekerasan di Papua66 Selanjutnya kelom pok ini juga berusaha membawa persoalan Papua ke lembaga PBB seperti

64 Lembaga ini berkantor di Suva wilayah Fiji sejak tahun 1993 Namun sebelumnya berada di Auckland NZ

65 httpwwwpcrcorgfl66 httpwwwzulenetcomawpawpgluehtml

56

K om isi HAM K elom pok K erja PBB m engenai populasi penduduk asli dan Komite Dekolonialisasi PBB67 yakni untuk m engkaji m asalah Papua secara lebih mendalam

17) Cambridge Campaign and Peace (Campeace)

Campeace berpusat di Cambridge Inggris dan didirikan pada M aret 1999 sebagai respons atas konflik internasional yang terjadi di berbagai wilayah dunia Saat ini Cam peace m em iliki perw akilan di Australia Sebagai lembaga yang meng- kam panyekan perdam aian di berbagai belahan dunia Campeace juga mengulas persoalan yang ada di Papua terutama hal- hal yang berkaitan dengan pelaksanaan HAM di Papua68

20) West Papua Action NetWork (Westpan)

Westpan adalah lembaga yang secara je las dan tegas m endukung perjuangan kemerdekaan Papua Westpan berpusat di Kanada69 Tujuannya adalah mendukung perjuangan hak-hak rakyat papua melakukan lobi di tingkat internasional untuk merevisi kem bali ldquoAct o f Fee Choicerdquo dan mempengaruhi Pemerintah Kanada dan LSM yang berada di Kanada untuk mendukung perjuangan rakya t P ap u a 70 W estpan m enekankan kesadaran publik tentang ketidakadilan ekonomi dan sosial yang terjadi di Papua selama ini

III Peran dan Kepentingan Aktor Internasional di Papua

Berdasarkan peran dan kepentingan para aktor asing di Papua persoalan- persoalan yang menjadi perhatian mereka

67 www cs utexas eduusersclinepapualetter htm18 httpwwwcamDeaceorgwestpapuahtml 69 Westpan memiliki dua lokasi di Kanada Pacific Peoplersquos

Partnership Suite 407 620 View Street Victoria dan KAIROS Canada 129 St Clair Ave West Toronto

70 httpwestpapuaouvatonorg

dapat dibagi ke dalam empat kategori isu utama yaitu politik (sejarah integrasi dan identitas politik Papua) keamanan (siklus kekerasan p o litik dan kasus-kasus pelanggaran HAM bera t) budaya (diskriminasi ras dan budaya - Papuanisasi vs Indonesianisasi) ekonomi (penguasaan dan ek sp lo itasi po tensi dan kekayaan ekonomi Papua oleh orang non-Papua) K om pleksitas kasus Papua sem akin bertambah karena adanya korelasi erat antara satu masalah dengan masalah lain seperti isu politik dan keamanan maupun isu politik dan ekonomi Namun berdasarkan laporan tim kajian Papua LIPI terdapat satu persoalan lagi dalam kasus Papua yaitu masalah psikologis atau trauma yang disebabkan oleh tindakan kekerasan atau pendekatan militer yang sangat dominan di Papua Hal ini telah membentuk trauma kolektif yang dikenal dengan istilah memoria passionis

O perasi m ilite r di Papua diindikasikan telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran HAM di Papua baik dalam ben tuk in tim id asi peny iksaan dan pembunuhan Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Papua yang secara keseluruhan masih dalam keadaan tidak sejahtera atau miskin telah menjadi fakta yang menarik perha tian pihal asing Perlakuandiskriminatif baik secara rasial maupun budaya turut memberikan justifikasi atas te rjad inya aksi-aksi p o litik m enuntut kemerdekaan bagi Papua dan mendapatkan simpati dari pihak internasional Demikian juga dalam isu sejarah politik Papua di mana proses in teg rasi o leh kelom pok yang menentang hasil Pepera dianggap cacat hukum dan tidak memenuhi kaidah-kaidah hukum internasional yang adil Selanjutnya kerusakan alam akibat eksploitasi SDA secara besar-besaran baik di sektor tambang maupun hutan telah menyebabkan publikasi isu Papua tersebar secara luas di dunia

Pemberian visa sementara kepada 42 Warga Negara Indonesia (WNI) asal Papua beberapa bulan lalu merupakan bukti betapa kompleksnya persoalan Papua karena faktor

57

politik dan keamanan yang dijadikan alasan oleh para pencari suaka tersebut Kejadian itu ju g a m enunjukkan betapa kuatnya dimensi internasional kasus Papua Alasan 42 orang Papua untuk m endapatkan suaka politik dari Pemerintah Australia adalah karena m asalah kekerasan po litik dan genosida yang terjadi di Papua Sebaliknya Pemerintah Indonesia mengatakan bahwa keperg ian m ereka ke A ustra lia lebih disebabkan oleh faktor ekonomi atau untuk m eningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi Adapun Pem erintah A ustralia beralasan bahwa pemberian visa sementara tersebut karena alasan kemanusiaan karena orang-orang Papua yang datang ke Australia dikategorikan sebagai pengungsi

Persoalan ekonomi di Papua terkait erat dengan masalah kemiskinan disparitas ekonomi dan pembangunan antara daerah Papua dengan daerah-daerah la in di Indonesia Di bidang pengelolaan SDA Papua kebijakan pemerintah dinilai lebih berp ihak pada pebisn ispem odal besar ketim bang pada m asyarakat Papua Akibatnya dalam kepentingan bisnis asing masyarakat Papua sering kali terabaikan misalnya dalam pengam bilan keputusan menyangkut kepemilikan atas tanah adat mereka tidak dilibatkan dalam proses dan kontrak bisnis yang dilakukan padahal mereka adalah pemilik tanah adat di Papua Sebaliknya P em erin tah (P usat) dan pengusaha memberi label pada orang Papua sebagai p rim itif dan trad isional (tidak modern) A kibatnya orang Papua justru dianggap sebagai beban pemerintah

Penguasaan dan pengelolaan sumber tam bang dan hutan Papua baik oleh pengusaha nasional maupun yang bekerja sam a dengan pengusaha in ternasional mengakibatkan pembagian hasilimbalan yang tidak layak antara orang Papua dengan para peb isn is te rsebu t P erusahaan intemasionalmultinasional di Papua seperti PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan pem bayar pajak terbesar di Indonesia

Pemasukan dari pajak yang diterima oleh negarapemerintah dari PTFI mencapai antara US$ 700-USS 800 setiap tahun Secara keseluruhan daerah Papua menyumbang sekitar 24 triliun rupiah untuk devisa negara dari sektor tambang Namun masyarakat Papua tetap tergolong masyarakat miskin (sangat miskin) secara ekonomi Masalah kemiskinan dan kelaparan di Papua mungkin bukan menjadi tanggung jawab Freeport nam un dem ikian karena Freeport ikut menikmati hasil bumi Papua maka Freeport kerap d itud ing sebagai p ihak yang bertanggung jaw ab dalam persoalan ketidakadilan ekonomi dan rendahnya tingkat kesejahteraan hidup orang Papua Tudingan kepada F reepo rt sebagai penyebab ketidaksejahteraan orang Papua berkaitan juga dengan masalah kerusakan lingkungan hidup akibat limbah tambang (tailings) yang mencemari danau dan sungai-sungai karena penum pukan lim bah te rseb u t (Sungai Aghawaghon)71 Tuntutan penutupan PT Freeport beberapa waktu lalu dipicu oleh larangan bagi para penam bang liar menambang di daerah limbah

Kerugian lainnya adalah kerusakan lingkungan sulit sekali diperbaiki Kerusakan ini berkaitan dengan kepercayaan tradisional suku Amungme mengenai gunung tersebut yang masih dianggap keramat oleh mereka Eksploitasi SDA di sektor hutan (pembalakan liar) secara besar-besaran oleh perusahaan kayu yang dikuasai oleh Mr Wong Group dari Malaysia telah menyebabkan kerusakan pencemaran lingkungan termasuk punahnya sebagian flora dan fauna asli Papua yang merupakan sumber hidup utama orang Papua secara tradisional seperti sagu damar dan ikan

Dimensi ekonomi konflik di Papua m enjadi sem akin kom pleks dengan kehadiran dan keterlibatan TNI dan Polri yang bukan hanya bertujuan untuk menjaga

71 Lihat Benedetti (10 Januari 2005) ldquoThe Ecological Tragedy o f Resource Extraction in West Papuardquo WestPAN Canadarsquos West Papua Action NetWork h 1-2

58

keamanan di Papua melainkan juga untuk melakukan aktivitas bisnis di Papua Terdapat ju s tif ik a s i ten tang kore lasi an tara kepentingan m em pertahankan keutuhan NKRI dan kepentingan mempertahankan keuntungan ekonomi aparat militer dan polisi di Papua Selain karena keuntungan finansial yang diperoleh dari aktivitas bisnis (legal m aupun ileg a l) dalam kenyataannya kehad iran m ereka m akin kuat karena d ikehendaki oleh para pelaku b isn is (pengusaha tam bang dan kayu) untuk m elancarkan ak tiv ita s b isn is m ereka misalnya dengan ldquomendatangkanrdquo petugas keam anan untuk m enghadapi tuntu tan m asyarakat trad is io n a l U ntuk biaya keamanan ini PT Freeport misalnya harus mengeluarkan uang sebesar 47 juta dollar Amerika pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 56 juta dollar Amerika pada tahun 200272

Dimensi ekonomi konflik di Papua juga terkait dengan perdagangan hasil budaya dan kesenian trad is io n a l Papua yang menguntungkan bagi para pemodalpebisnis non-Papua Perdagangan hasil kesenian dan budaya tradisional Papua melanggar HAM Papua karena sebagai pemilik budaya dan kesenian tradisional Papua seharusnya merekalah yang paling berhak menikmati keuntungan ekonomi tersebut

IV Strategi Indon esia M enghadapi K em ungkinan T erburuk dalam Kasus Papua

M erujuk pada salah satu definisi kebijakan luar negeri sebagai sesuatu yang sama dengan atau paralel dengan prioritas- prioritas domestik maka penanganan konflik dan pembangunan di Papua harus menjadi bagian dari perjuangan dan diplom asi Indonesia dalam jangka panjang Dukungan internasional dan pengakuan atas negara merupakan salah satu fondasi dasar dalam hubungan dip lom atik O leh sebab itu

72 Ibid h 2

dukungan negara asing atas integrasi wilayah NKRI akan menjadi indikator yang penting dalam p enyelesa ian isu Papua secara internasional Namun demikian langkah d ip lom asi ini harus d iiku ti dengan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan daerah Papua secara tepat dan nyata

Politik luar negeri memiliki dua hal utama yaitu kepentingan nasional dan etika moral Berdasarkan hal ini tiap negara hendaknya m em perhatikan etikam oral dalam membina hubungan antamegara yang sehat sehingga kepentingan nasional dapat tercapai Dem ikian pula dalam menjaga hubungan bilateral Indonesia dengan negara- negara asing harus memperhatikan etika hubungan antamegara yang semakin lama semakin tidak diperhatikan terutama karena a lasan m em pertahankan kepen tingan nasional Australia misalnya sebagai negara besar (major power) sudah selayaknya membantu proses pembangunan ekonomi daerah Papua apalagi Papua sudah memiliki Undang-Undang (UU) Otonomi Khusus dan Majelis Rakyat Papua (MRP) Pembangunan empat sektor - pendidikan kesehatan dan g izi in fras tru k tu r dan pem berdayaan ekonomi rakyat - menjadi prioritas utama sesuai dengan UU O tonom i K husus Australia sendiri menjadi salah satu pemberi bantuan dana otonomi khusus selain negara- negara Uni Eropa

Secara formal hampir semua negara- negara asing tetap mendukung keutuhan NKRI kecuali empat negara di Pasifik (Vanuatu Nauru Tuvalu dan Kepulauan Cook) meskipun dukungan tersebut tidak bersifat permanen Australia sebagai ldquodeputy sheriff di Asia Pasifik seharusnya dapat meyakinkan masyarakat di negara-negara di P asifik Selatan te rseb u t term asuk m asyarakatnya send iri un tuk tidak mendukung gerakan Papua merdeka apalagi sebagian negara-negara di Pasifik Selatan banyak yang tergolong sebagai failed States

B erdasarkan posisi s tra teg is Indonesia bagi kepen tingan ekonom i

59

Australia maka dapat diperkirakan bahwa Pemerintah Australia tidak akan membiarkan hubungan politik dalam kasus Papua ini b e rla ru t-la ru t Posisi geografis (geo- ekonom i) Indonesia m em punyai n ilai strategis bagi Australia terutama jalur Selat Makassar di bagian timur Indonesia yang m erupakan ja lu r u tam a perdagangan Australia menuju dan dari Asia Timur dan Timur Tengah Hubungan bilateral Indonesia- Australia di bidang ekonomi meliputi sektor perdagangan dan investasi meskipun tidak te rla lu sign ifikan volum enya b ila dibandingkan Jepang dan Singapura Ekspor Australia ke Indonesia berkembang dalam sektor perdagangan jasa pendidikan dan pariwisata Investasi Australia di Indonesia terdapat di sektor tam bang nonminyak industri kimia logam dan pabrikan hotel resto ran dan tran sp o rtasi Indonesia merupakan pasar cukup besar bagi jasa dan produk mewah dari Australia terutama bagi sek itar 3 0 -4 0 orang Indonesia yang berpenghasilan sangat tinggi Namun bagi Indonesia pasar Australia hanya terbatas pada properti portofolio investasi pakaian pembuatan baterai dan ekspor ternak

Di b idang investasi tam bang Perusahaan R io Tinto dari A ustra lia menguasai saham Freeport McMoran sebesar 40 persen di bursa saham di New York Selain memiliki saham di Freeport perusahaan A ustralia - W oodside Petroleum L td - m enjadi salah satu perusahaan dalam konsorsium LNG Tangguh di Teluk Bintuni untuk memasok kebutuhan LNG di provinsi Guangdong China selama lebih dari 25 tahun Adapun Pertamina Indonesia dan BP Plc (Perusahaan Inggris-Am erika) men- supply LNG ke provinsi Fujian China

Di bidang kesehatan Pemerintah A ustralia m elalui AusAID memberikan bantuan di bidang penanganan penyebaran virus HIV A ID S baik secara nasional maupun secara khusus di Papua karena Papua tercatat sebagai daerah yang memiliki tingkat penyebaran atau angka penderita HIVAIDS

tertinggi di Indonesia Adapun di sektor pendidikan Australia memberikan beasiswa kepada orang-orang Indonesia untuk belajar di un iversitas-un iversitas di A ustralia term asuk kepada perw ira m iliter untuk m engikuti pend id ikan dan la tihan di Australia

Pada A pril 1997 Pem erintah Indonesia dan Australia meresmikan kerja sama pembangunan bernama ldquoAustralia- Indonesia Development Area rdquo (AIDA) yang m eliputi D arw in dan beberapa kota di wilayah Indonesian bagian timur seperti Kupang Ambon dan Jayapura yang masih sangat terbatas perkembangannya Apalagi dengan teijadinya konflik komunal di Ambon pada 1998 keija sama tersebut boleh dibilang tidak menghasilkan manfaat apa pun baik bagi Indonesia maupun Australia

Untuk menghadapi internasionalisasi kasus Papua maka Pemerintah Indonesia harus melakukan antisipasi secara nasional maupun dengan memperkuat diplomasi baik secara bilateral (antamegara ataupun lembaga internasional) dan secara multilateral yakni melalui forum regional dan internasional Pemerintah Indonesia sendiri harus memiliki pemahaman yang akurat mengenai persoalan yang mendasar di Papua Hal ini penting untuk dapat m encapai keputusan yang terpadu dalam m enyelesaikan persoalan politik dan ekonomi di Papua Selain itu pem aham an yang akura t m engenai perkembangan situasi politik dan ekonomi di Papua akan meningkatkan bobot diplomasi Indonesia di luar negeri Selanjutnya Pemerintah harus melakukan pembenahan ke dalam (self-correction) terutama dalam hal koordinasi dan evaluasi kebijakan dan im plem entasinya di Papua A khirnya Pemerintah perlu menentukan langkah untuk m enyelesaikan konflik di Papua dalam jan g k a pan jang m isa lnya dengan membicarakan kesepakatan kerja dengan PT Freeport Selanjutnya dipublikasikan agar semakin banyak pihak yang memahami duduk persoalan di Freeport term asuk

60

keterlibatan Australia di Freeport maupun di LNG Tangguh

Dimensi internasional kasus Papua bukan hanya karena keberadaan PT Freeport Indonesia di Timika Kabupaten Mimika yang kepemilikan sahamya sebagian besar dikuasai oleh AS namun terdapat beberapa hal lain yang menambah derajat internasional persoalan di Papua yakni letak Papua Barat (West Papua) yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini (PNG) Perbatasan darat dimanfaatkan oleh para pelintas batas pencari suaka dari Papua ke Australia melalui PNG Antara 1984-1986 terdapat lebih dari 12 ribu pencari suaka (asylum seekers) asal Papua yang tinggal di di kamp pengungsian di East Awin PNG Namun masih ada sekitar 8000 pengungsi dan pencari suaka dari Papua yang tinggal di daerah East Awin PNG namun tidak diberitakan oleh media73

K eam anan w ilayah perbatasan menjadi persoalan penting bagi Indonesia terutama dikaitkan dengan keberadaan OPM Pemberian visa sementara kepada 42 WNI asal Papua tidak lepas dari dukungan LSM Australia Green Party dan jaringan OPM di Australia Kelompok pro-demokrasi di Papua yang memperjuangkan Zona Damai ikut memperkuat diplomasi Papua di tingkat internasional terutama melalui pemaparan tentang sejarah integrasi Papua ke wilayah Indonesia (Pepera 1969) Perjuangan melalui jalur diplomasi luar negeri ini dilakukan oleh PDP

Pem berian v isa sem entara berdampak pada memburuknya hubungan bilateral Indonesia-Australia Meskipun ada upaya di tingkat pemerintahan kedua negara untuk membicarakannya kembali namun publik sudah mengetahui bahwa Indonesia dan Australia selama ini gagal menciptakan kom unikasi po litik yang efektif Bagi Pemerintah Indonesia harus diakui bahwa ada persoalan di Papua yang belum ditangani

secara menyeluruh sehingga menyimpan potensi yang besar untuk m eledak dan menjadi isu besar Pemberian visa sementara kepada 42 WNI asal Papua bukanlah yang pertam a terjad i term asuk para korban kerusuhan politik Mei 1998 yang melarikan diri ke Australia kemudian mendapatkan Permanent Residence (PR) Australia

Selain persoalan komunikasi politik yang buruk te rn y a ta A ustra lia lebih mementingkan stabilitas politik di dalam negerinya Tekanan dari Partai Hijau dan para ak tifis HAM di A ustra lia m am pu m engalahkan kepen tingan Pem erintah Australia untuk menjaga hubungan baiknya dengan Indonesia sebagai te tangga terdekatnya Tindakan A ustralia tampak sangat tidak bersahabat dan tidak sensitif namun bagaim anapun perbedaan sistem p o litik an tara kedua negara sangat berpengaruh dalam memahami persoalan ini

Memburuknya hubungan Indonesia- Australia akhir-akhir ini merupakan bukti bahwa kedua negara memang memiliki sistem politik dan budaya politik yang sangat berbeda Namun Indonesia dan Australia tidak dapat menghindari fakta bahwa mereka bertetangga bahkan sangat dekat secara geografis Selain itu Australia belum dapat mengurangi kedekatan dan ketergantunganshynya terhadap Amerika Serikat Sepak terjang AS di Asia termasuk kebijakannya terhadap Indonesia dalam kasus pelanggaran HAM di Timor Timur dan masalah terorisme telah membuat Australia bersikap dan bertindak agresif terhadap Indonesia

Kawasan Asia Pasifik memiliki peran yang stategis dengan wilayah Papua karena kedekatan geografis kedekatan sejarah persam aan budaya dan persaudaraan Melanesia (Melanesian Brotherhood) Hal inilah yang menjadikan hubungan dengan negara-negara di Pasifik Selatan memiliki arti khusus bagi OPM karena beberapa negara di kawasan tersebut mendukung perjuangan rakyat Papua untuk merdeka

73 Institute for Social Research Swinbume University of Technology (13 April 2006) wwwapoorgau h 1

61

Mengingat pentingnya peran negara- negara Pasifik Selatan dalam persoalan Papua maka Pemerintah RI juga telah mengirimkan wakil dalam pertemuan KTT Pacific Islands Forum ke-31 pada akhir Oktober 2000 di Tarawa K iribati Pem erintah Indonesia berusaha mendekati negara-negara anggota Forum Pasifik Selatan (Australia Kepulauan Cook Negara Federasi M ikronesia Fiji Kiribati Nauru Selandia Baru Nieu Palau Papua N ugin i R epublik K epulauan Marshall Samoa Solomon Tonga Tuvalu dan Vanuatu) Melalui forum ini Pemerintah Indonedia berusaha meredam upaya PDP dalam meng-intemasionalisasikan isu Papua Forum pertem uan te rseb u t akh irnya mengeluarkan pernyataan yang positif bagi Indonesia yakni pernyataan dukungan integritas teritorial Indonesia dan menetapkan PDP sebagai kelompok separatis Dalam forum itu Menteri Luar Negeri (Menlu) RI menyampaikan permintaan resmi Pemerintah RI untuk menjadi mitra dialog pada forum pertem uan PIF yang diharapkan dapat membuka jaringan institusional dengan negara-negara di Pasifik Selatan74

Secara b ila te ra l Pem erin tah Indonesia juga melakukan lobi dan meminta negara-negara asing untuk tetap menjaga kom itm en m ereka dalam m endukung kedaulatan Indonesia di Papua Adapun secara multilateral dilakukan melalui forum- forum seperti ASEAN ASEAN Regional Forum (ARF) pertemuan tingkat Menteri ASEAN-EU PBB dan GNB

V Beberapa Catatan Akhir

Internasionalisasi persoalan lokal di Papua sulit dicegah karena derasnya arus in form asi dan kem ajuan teknolog i komunikasi Peristiwa di suatu negara dapat dengan m udah m enjadi m otivasi bagi munculnya gerakan politik serupa di negara lain Kedatangan 42 WNI asal Papua ke

74 Pernyataan pers Menteri Luar Negeri RI (2002) Refleksi Departemen Luar Negeri tahun 2002

A ustralia pun m em anfaatkan kem ajuan in form asi dan tekno log i kom unikasi terutama dengan keberadaan kelompok pro merdeka di Negeri Kanguru itu Namun hubungan an tam eg ara bukan hanya ditentukan oleh pemerintah melainkan juga oleh masyarakat (people to people relations) yang selama ini sudah teijalin erat

Namun Pemerintah Indonesia pun harus mampu membuktikan bahwa Papua tidak akan lagi menjadi ldquodaerah tertinggalrdquo di Indonesia Kondisi riil di Papua harus dimengerti secara benar baik oleh pemerintah (pusat dan daerah) masyarakat Papua dan pebinis (asing) Ketiga aktor utama tersebut harus membuka komunikasi secara reguler untuk membicarakan masalah-masalah yang berpotensi menimbulkan konflik baru di Papua Peran MRP dapat dilibatkan dalam proses kom unikasi m engenai problem - problem yang ada dan berkembang di Papua E fektivitas MRP m erupakan salah satu indikator keberhasilan penerapan otonomi khusus di Papua

P erbedaan pem aham an dan kepentingan antara Pemerintah (pro-NKRI) dan M asyarakat Papua (pro-m erdeka) janganlah dipertentangkan terus-menerus melainkan harus dicari alasan setiap pihak mengapa mereka sampai pada posisi yang ekstrem itu Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan m eningkatkan komunikasi yang intensif misalnya melalui dialog Selanjutnya persoalan di Papua harus dapat diselesaikan secara damai karena selain akan m erugikan posisi dan citra politik Indonesia di tingkat internasional juga akan semakin sulit mencegah campur tangan pihak asing dalam persoalan domestik Indonesia di Papua Sebagai contoh rancangan undang- undang (bill) - HR 2601 yang dikeluarkan oleh Kongres AS adalah satu bukti adanya kepentingan negara adidaya itu di Papua Rancangan undang-undang (RUU) tersebut an tara la in m enyinggung m engenai keabsahan P epera m asalah HAM

62

demiliterisasi kerusakan lingkungan hidup dan pelaksanaan otonomi khusus di Papua

D engan dem ikian kem am puan diplomasi Indonesia sangat menentukan tingkat keberhasilan penyelesaian masalah internal terutam a dengan m enjelaskan persoalan sesungguhnya termasuk persoalan politik dan ekonomi di Papua Selanjutnya Pemerintah Indonesia ldquomengajakrdquo pihak internasional untuk membantu Indonesia dalam m enciptakan peace and order di daerah-daerah kon flik di Indonesia Bagaimanapun keamanan dan stabilitas domestik Indonesia akan berpengaruh pada keam anan dan s tab ilita s reg ional dan internasional termasuk bagi kepentingan ekonomi Australia

Suasana politik dan keamanan di Indonesia khususnya di Papua akan selalu berpo tensi m engundang perhatian in ternasional U ntuk itu Pem erin tah Indonesia dituntut untuk dapat mengatasi setiap persoalan yang terjadi terutama akibat pecahnya konflik kekerasan Terbengkalainya penyelesaian masalah-masalah yang muncul pada masa pascakonflik seperti masalah pengungsi dan pem berdayaan ekonomi rakyat akan kian mempersulit pemerintah

Kemerdekaan Papua tentu sangat tidak d iharapkan m eskipun dem ikian skenario terburuk tetap harus diperhitungkan Tanpa kesungguhan dalam berdiplomasi dan koordinasi yang terpadu di antara institusi pemerintahan di Jakarta maka tidak mustahil Papua akan menjadi Timor Timur kedua Hubungan dengan negara-negara asing terutama yang berdekatan secara geografis harus diperbaiki dan dijaga agar dapat mendatangkan manfaat yang maksimal bagi Indonesia khususnya hubungan dengan Australia

Daftar Pustaka

Aryani Gusti NC 13 April 2006 ldquoPoliticalAsylum between Rights and CoveringNuancerdquo httpwwwantaracoiden

Astbury Sid 10 April 2006 ldquoPapua Snaps Australia-Indonesia Happy Spellrdquo http n e w s m o n s t e r s a n d e r i t i c s c o m asiapacificcprinter_1153987php

E lisabeth Adriana dkk 2004 P eran dan Kepentingan Para Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

Elisabeth Adriana dkk 2005 Agenda amp Potensi Damai di Papua Jakarta LIPI Press

Elisabeth Adriana 2 April 2006 ldquoPemerintah Australia Tidak S en sitifrsquo Wawancara dengan Suara Merdeka

Fitzpatrick Stephen dan Cath Hart 18 April 2006 ldquoD o n rsquot Toy With Us Indonesian Presidentrdquo The Australian

Fitzpatrick Stephen 19 April 2006 ldquoUN Raises Concems Over Asylum Policyrdquo http w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191885679200html

Head Mike 4 April 2006 ldquoTensions Between Australia and Indonesia over asylum for Papuan A ctiv istsrdquo httpw sw sorg articles2006papu-a04_pmshtml

h t t p e n w i k i n e w s o r g w i k i _ 4 2 _ W e s t _ P a p u a n _ a s y l u m _ seekers_get_temporary_Australian_visas (24 Maret 2006) ldquo42 West Papuan A sylum Seekers Get Temporary Australian Visasrdquo

httpkomunitaspapuacommodulesphpop= modloadampname=Newsampfile=articleamp sid=923ampPOSTNUKESID=15166c280923fe 193ca7f3834baa0 24 Maret 2006 ldquoDibal ik Pemberian Suaka Politik Terhadap Orang Papuardquo

httpnewsmonstersanderiticscomasiapacificc printer_l 156274php 18 April 2006 ldquoAutralian Premier Stands Firm on Indonesian Refugeesrdquo

httpnewsmonstersanderiticscomasiapacificc pr i nt er l 156595php 19 April 2006 ldquoAustralians Belie Canberrarsquos Support for Indonesian Unityrdquo

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau newsnewsitems 7 April 2006 ldquoIndonesia Welcomes Australian Review o f Asylum Seeker Processrdquo

63

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau newsitem 9 April 2006 ldquoGovt Criticised Over H andling o f Papuan A sylum Seekersrdquo

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau pm 13 April 2006 ldquoPM -Indonesia W elcom es M oving A sylum Seekers Offshorerdquo

h t t p s i e v x c o m a r t i c l e s w e s t p a p u a 20060409NationalInteresthtml 9 April 2006 Transcript ldquoAustralia on Papuardquo

httpwwwantaracoid 2006 ldquoDefence Minister Call For Transparency o f NGOSrdquo

httpwwwantaracoidenseenwsid=2699530 Januari 2006 ldquoAustralia Belum Buat Keputusan Terkait Suaka 43 Warga Papuardquo

httpwwwantaracoidenseenwsid=l 123412 April 2006 ldquoAustralia Should Back Papua Autonomy to Head O ff Crisis Analystsrdquo

httpwwwadnkicomprintPopUpphploid=80284053004 5 April 2006 ldquoIndonesia-Australia More Papuan Refugees More Tensionrdquo

httpwwwapoorgau 13 April 2006 ldquoInstitute for Social Research Swinburne University o f Technologyrdquo

h t t p w w w c h i l o u t o r g i n f o r m a t i o n west_papuanshtml 22 Maret 2006 ldquoWest Papuansrdquo

httpwwwcsutexasedu ldquoStatement o f Aimsrdquo

httpwwwdetiknewscom 2006 ldquoSBY Telpon Howard Soal Suaka Politik Warga Papuardquo

httpwwwkapanlagieomh000111539_printhtml (2006) ldquoDPD-RI Bentuk Pansus Bahas Persoalan di Papuardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191873983700html 7 April 2006 ldquoLabor Backs Papua Stancerdquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18882084 00html 21 April 2006 ldquoPNG Mum Not Back in Indonesiardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18884766 00htm l 21 April 2006 ldquoTalks Underway in Indonesiardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18922550 00html 25 April 2006 ldquoU phold R ights Indonesians Urgedrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4213 2006 ldquoWest Papua Australia Wams Off West Papuan Refugeesrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4263 2006 ldquoWest Papua Australia Toughtens Asylum Rulesrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amppar=42176 2006 ldquoWest Papua Papuan Refugees Highlight Struggle for Independencerdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4287 2006 ldquoWest Papua International Focus on New West Papua Refugee Bidrdquo

httpwwwwestpapuanet 2000 ldquoAustralian NGOs Support Separatism in Papuardquo

httpwwwwestpapuanetnews ldquoAustralia Indonesia Wins Multibillion Chinese LNG Contractsrdquo

In stitu te f o r S o cia l R esearch Swinburne University o f Technology 13 April 2006 wwwapoorgau

Kompas 2006 ldquoLSM Waspadai Sikap Australiardquo

_________ 6 April 2006 ldquoAustralia CenderungMemperoleh Informasi Sepihakrdquo

_________ 6 April 2006 ldquoIndonesia TinjauHubungan dengan Australiardquo

_________6 April 2006 ldquoHoward Jejak PendapatBukan Sikap Rakyat Australiardquo

L ipu tan6 SCTV 10 April 2006 ldquoAustralia Bimbang Mencabut Visa Pencari Suakardquo

_________ 10 April 2006 ldquoPresiden YudhoyonoM engingatkan Soal Toleransi antar Negarardquo

________ 12 April 2006 ldquoNettle Tak MendukungGerakan Separatis Papuardquo

64

________ 21 April 2006 ldquoMenlu Bertemu UtusanPM Australiardquo

Leggatt Johanna 21 April 2006 ldquoAustralia Caved in on Papua H audenrdquo httpw w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191888259300html

Media Indonesia Online 8 April 2006 ldquoIndonesia Tunggu Penjelasan Resmi dari Australiardquo

Pilger John 9 Maret 2006 ldquoThe Secret War Against the Defenseless People o f West Papuardquo TruthoutPerspective

Piliang Indra J 29 Maret 2006 ldquoJalan Bisu Papuardquo httpw w w infopapuacom modulesphpop=modloadampname=Newsamp file=articleampsid=3969ampmode=threadamp order= 0ampthold=0

Raiston Nick 19 April 2006 ldquoPapua Rift Needs Serious Diplomacyrdquo The Australian

Ramelan Rahardi 12 April 2006 ldquoMenyikapi Australia 1999 dan 2 0 0 6 rdquo http wwwicmiorid

Rayfield Alex 20 Mei 2004 ldquoAustralia amp West Papuardquo ZNetActivism

Republika 24 Januari 2006 ldquoRI Telah Identifikasi 43 Warga Papua Pencari Suaka Politik di Australiardquo

Riyanto Geger 3 April 2006 ldquoPapua dan Pragmatisme Australiardquo dalam PikiranRakyat

Sheehan Paul 23 April 2006 ldquoIndonesia is Right to be Wary o f Australian Supporters if Papuan Independencerdquo Sidney Morning Herald

Suara Pem baruan D aily 21 Januari 2006 ldquoAustralia Merahasiakan Identitas 43 Warga Papuardquo

__________27 Januari 2006 ldquoPemberian SuakaPolitik Tak Mudah Berpotensi Timbulkan Konflik Bilateralrdquo

__________ 6 April 2006 ldquoSelesaikan MasalahPapua Secara A rifrsquo

The Australian 18 April 2006 ldquoPM Rules Out Jakarta Apologyrdquo

_________26 April 2006 ldquoEnvoyrsquos IndonesianVisit lsquoUsefulrdquo

The Guardian 12 April 2006 ldquoAustralia Howard Government A ttackes West Papuan Independencerdquo httppoliticalaffairsnet

Tobing Maruli 24 April 2006 ldquoPolitik Bermuka Dua Negara Tetanggardquo dalam Kompas

Walters Patrick and Davis Nason 13 April 2006 ldquoPrime M inister Slams Door on Boatpeoplerdquo The Austalian

Wanggai Velix 29 Maret 2006 ldquoKemesraan Cepat Berlalurdquo Republika Online

6 5

DEMOKRATISASI PARTAI DAN DILEMA SISTEM KEPARTAIAN DI INDONESIA

Svamsuddin Haris

Abstract

Politicalparties are integralpart o f process of democratization in Indonesia But rather be the solution of the problem in democratization o f the country Indonesian political parties are still part o f the problem The paper is aim to identify problem o f the parties in Indonesia and the party system The paper describes that the parties have at leastfour shortcomings as its basicproblem ie institutionalproblem leadershipproblem structural problem and ideological problem This paper argues that to make political parties become the solution ofpolitical problem in Indonesia it has to be modernized In the context o f revision o f Decree o f Political Party the party system has to be fitted in with other system in Indonesian political system The choice is not only to choose between multi-party or bi-party system but to choose the system that coherence with the whole political system in Indonesia

Pengantar

Tak seorang pun membantah bahwa partai politik merupakan salah satu pilar dan institusi demokrasi yang

penting selain lembaga parlemen pemilihan umum eksekutif yudikatif dan pers yang bebas Melalui fungsi tradisionalnya dalam partisipasi politik kom unikasi politik sosialisasi politik artikulasi dan agregasi kepentingan bahkan sebagai m ediator konflik partai adalah ldquojem batanrdquo antara rakyat dan pemerintah Namun demikian tidak semua partai politik bisa memberikan kontribusi p o s itif bagi perkem bangan demokrasi Samuel P Huntington misalnya menggarisbawahi bahwa hanya partai-partai yang kuat dan terinstitusionalisasi yang menjanjikan terbangunnya demokrasi yang lebih baik

Makalah ini telah dipaparkan pada Seminar Nasional Mencari Format Baru Pemilu dalam Rangka Penyempurnaan Undang-Undang Bidang PolitikrdquoHotel Borobudur Jakarta 10 Mei 2006

rsquo Penulis adalah Peneliti Utama pada Bidang Penelitian Politik Nasional P2P LIPI Jakarta

1 Huntington Political Order in Changing Societies New Haven and London Yale University Press 1968

Oleh karena itu hal yang tidak mengherankan di negara-negara demokrasi yang relatif baru adalah bahwa partai-partai lebih m erupakan ldquobebanrdquo atau masalah ketimbang inisiator bagi solusi permasalahan rakyat Diakui atau tidak partai-partai yang lebih merupakan ldquomasalahrdquo ketimbang solusi itu pula yang tengah dialami Indonesia dalam era transisi demokrasi pascarezim otoriter O rde Baru S inyalem en Transparency International bahw a partai m erupakan institusi terkorup di Indonesia dan parpol (politisi) sebagai aktor terkorup 1 2 je las mengindikasikan hal itu Begitu pula jika dilihat tingkat kepercayaan atas partai politik yang ternyata paling rendah dibandingkan kepercayaan terhadap militer pemerintah (pusat dan daerah) sistem hukum kepolisian dan parlemen3 Indikasi yang sama dapat

2 Lihat ldquoCatatan Akhir Tahun ICW Pemberantasan Korupsi 2005rdquo dalam wwwantikorupsiorg

3 Dikutip dari Riswandha Imawan ldquoBirokrasi Politik dan Perilaku Korupsirdquo makalah dalam Seminar NasionalXXAIPI di Medan tanggal 3 -4 Mei 2006 hal 6

6 7

ditemukan baik dari terungkapnya berbagai kasus penyalahgunaan dana APBD oleh para politisi partai di DPRD maupun persepsi umum masyarakat tentang kinerja partai- partai pasca-Orde Baru yang tidak lebih baik dari periode sebelumnya4

Mengapa partai-partai masih lebih merupakan masalah ketimbang solusi Apa yang salah pada partai-partai dan sistem kepartaian di Indonesia pasca-Soeharto Reformasi institusional semacam apa yang diperlukan untuk membangun partai dan sistem kepartaian yang lebih aspiratif akuntabel serta menghasilkan demokrasi yang produktif

Dalam kaitan itu tulisan pendek ini m encoba m engidentifikasi problem atik partai-partai dan sistem kepartaian dan atas dasar itu menawarkan sejumlah gagasan pembaharuan partai menuju suatu sistem keparta ian yang d iharapkan dapat m em berikan k o n tribusi bagi c ita -c ita keadilan dan demokrasi di satu pihak dan kesejahteraan rakyat di pihak lain

Dilema Partai dan Sistem Kepartaian

Secara historis partai-partai politik di Indonesia sebenarnya lahir tumbuh dan besar bersam aan dengan pertum buhan identitas keindonesiaan pada awal abad ke- 20 Meskipun menjadi wadah aspirasi dari kelompok dan atau golongan ideologis yang berbeda-beda partai-partai pada era kolonial turut memberikan kontribusi bagi pencarian sekaligus ldquopenemuanrdquo identitas keindonesiashyan yang mendasari pembentukan republik Sebagian besar pendiri bangsa seperti HOS Tjokroam inoto Tjipto M angunkusumo Soekarno dan Hatta adalah juga pendiri sekaligus pemimpin partai pada zamannya

4 Lihat misalnya hasil-hasil penelitian Pusat Penelitian Politik LIPI di antaranya Lili Romli (Ed) Potret Partai Politik Pasca-Orde Baru Jakarta P2P-LIPI 2003 Syamsuddin Haris (Ed) Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Jakarta Gramedia 2005 serta juga berbagai hasil survei dan polling seperti yang dilakukan oleh LP3ES LSI dan Litbang Kompas

Walaupun demikian ketika Indonesia benar-benar merdeka dari kekuasaan kolonial pada 1945 hal ini segera pula disadari bahwa terdapat perbedaan-perbedaan mendasar di antara para founding fathers tentang arah sistem kepartaian Hal itu tampak jelas tatkala gagasan Soekarno tentang suatu partai negara yang bersifa t tunggal di baw ah sistem pemerintahan presidensial ternyata hanya seumur jagung karena dengan keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945mdash yang ditandatangani Wakil Presiden M oham m ad H atta dan b eris i anjuran pembentukan partai-partaimdashharus digantikan oleh suatu sistem multipartai di bawah sistem pemerintahan parlementer

M eskipun pada akhirnya sistem multipartai menjadi realitas politik pada era Demokrasi Parlementer namun kehadiran partai dan bahkan pemerintahan partai-partai yang menjadi ciri era ini ternyata tidak begitu d isukai o leh Soekarno dan ten tara Pemerintahan hasil Pemilu 1955 yang semula diharapkan dapat menjadi solusi berbagai konflik ideologis gejolak daerah dan aneka persoalan politik serta ekonomi lainnya pada akhirnya kandas dan berumur tak sampai setahun Terlepas dari cerita sukses di balik penyelenggaraan Pem ilu 1955 dan juga produktivitas DPR dalam menghasilkan UU partai-partai dan sistem m ultipartai era Demokrasi Parlementer sebenarnya sejak awal telah mewarisi berbagai kelemahan struktural mulai dari tradisi konflik tidak adanya d is ip lin o rgan isasi e litis kepemimpinan yang cenderung personal kecenderungan pemimpin-pemimpin partai yang hanya m au ben ar send iri dan kesenjangan yang besar antara elite partai dan massa pendukungnya di tingkat bawah5 Selain itu bagi umumnya partai-partai ideo log i leb ih berfungsi untukmengintegrasikan massa pendukung partai

5 Tentang partai-partai era Demokrasi Parlementer lihatmisalnya Herbert Feith The Decline o f ConstitutionalDemocracy in Indonesia Ithaca NY Comell ModemIndonesia Project 1962 juga Feith Pemilihan Umum1955 Jakarta Penerbit Kompas 1999

6 8

kelangsungan kekuasaan pribadi dan vested interest kelompok akhirnya mengalahkan komitmen mereka terhadap ideologi Pada akhirnya kepentingan pribadi dan kelompok itulah yang menjadi ldquoideologirdquo para politisi partai kita dewasa ini Sementara itu dalam konteks taktik dan strategi pada umumnya parta i-p a rta i te rperangkap upaya memperjuangkan jabatan-jabatan publik ketim bang perjuangan m em enangkan kebijakan publik10

Sementara itu fungsi pendidikan politik bagi masyarakat hampir tidak pernah disentuh dan menjadi agenda partai-partai politik Sebaliknya partai-partai politik kita cenderung bersembunyi di balik baju yang bersifat ideologis di belakang kharisma pribadi para elitenya serta di balik isu-isu besar yang tak pernah diterjemahkan secara kontekstual-operasional Sebagai akibatnya kompetisi partai-partai cenderung lebih bersifa t fisik (m elalu i kem am puan pengerahan massa mobilisasi simbol-simbol dan sejenisnya) ketimbang kompetisi atas dasar keunggulan visi platform dan program politik

Ironisnya hampir tidak ada upaya serius para pem im pin parta i pada era reformasi dewasa ini untuk membenahi diri Para politisi partai justru makin melestarikan problem atik struktural partai-partai dan ldquomenikmatirdquo situasi tidak sehat tersebut demi kelangsungan kekuasaan pribadi dan atau kelompok Kecenderungan serupa tampak pula dalam konteks sistem kepartaian sehingga tidak jelas arah dan formatnyamdash kecuali sekadar banyak dari segi jumlahmdash apakah koheren dengan pilihan terhadap sistem pemerintahan sistem perwakilan dan sistem pemilu Hampir tidak pernah ada perdebatan serius di kalangan elite partai- partai di DPR ke mana sesungguhnya arah sistem kepartaian kita pasca-Orde Baru sehingga yang muncul kemudian adalah UU No 2 Tahun 1999 dan UU No 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik yang tidak visioner dan

10 Arbi Sanit ldquoPerubahan Mendasarrdquo hal 20mdash 23

cenderung m em biarkan parta i-p a rta i merumuskan dirinya sendiri

Menuju Pelembagaan dan Demokratisasi Partai

Sebagai organisasi modem partai- parta i sudah ten tu d itu n tu t untuk m engem bangkan etika berpartai secara modem pula Hal ini termasuk di dalamnya etika kepemimpinan yang demokratis dan kolegial etika berorganisasi atas dasar distribusi kekuasaan yang terdiferensiasi dan etika pertanggungjawaban secara publik yang sem uanya dilem bagakan m elalui mekanisme internal partai yang disepakati bersam a M elalu i pelem bagaan etika berpartai semacam itu partai-partai tidak hanya diharapkan menjadi wadah pendidikan politik dan pembentukan kepemimpinan tetapi juga bisa menjadi basis sekaligus fondasi bagi pelembagaan demokrasi ke arah yang lebih substansial

Potret buram partai-partai dan sistem kepartaian tidak akan pemah berubah apabila tidak ada upaya serius untuk mengubahnya menjadi lebih baik Dalam hubungan ini paling kurang tiga jalur dapat ditempuh untuk m engubah p a rta i-p a rta i dan sistem kepartaian yaitu ja lu r masyarakat jalur institusional dan jalur partai itu sendiri- dalam arti kesadaran para politisi untuk m engubah dirinya sendiri Pengalam an selama ini menunjukkan bahwa hampir tidak ada harapan jika kita menunggu datangnya inisiatif perubahan dari partai Oleh karena itu gabungan jalur masyarakat dan jalur institusional tampaknya tetap merupakan a lte rn a tif te rb a ik un tuk ldquom em aksardquo berlangsungnya perubahan mendasar atas partai-partai kita

M elalui ja lu r m asyarakat partai- partai dan para po litis i secara berkala diseleksi dipilih (kembali) atau ldquodihukumrdquo mdash tidak dipilihmdashdalam pemilihan umum Selain itu berbagai elemen masyarakat juga dapat mendesakkan reformasi institusional atas partai-partai terutama melalui perangkat

7 0

regu lasi yang dapat m endorong dan memfasilitasi partai-partai ke arah format yang d ikehendaki o leh sebuah sistem demokrasi yang sehat Urgensi perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik pada umumnya dan UU Partai Politik pada khususnya terletak di sini

Oleh karena itu urgensinya paling kurang terwujud pada dua konteks penting pem baharuan UU Partai Politik yakni pertam a terbentuknya sebuah UU yang dapat m endorong mdash dan kalau perlu mewajibkanmdashpartai-partai untuk mengubah karakter internalnya sehingga terwujud partai-partai yang demokratis dan terlembaga (institutionalized) Konteks kedua dari urgensi pem baharuan UU Partai Politik adalah terciptanya sebuah UU yang bukan hanya menjadi dasar bagi pem bentukan sistem kepartaian yang dianggap tepat bagi Indonesia m elainkan ju g a m em ilik i koherensi dengan sistem pem erintahan sistem perwakilan dan sistem pemilu yang berlaku

B erkaitan dengan pelem bagaan partai Huntington mengidentifikasi empat aspek yang bisa digunakan untuk menilai

Tabel 1 Aspek-aspek Institusionalisasi Partai

apakah sebuah organisasi termasuk partai politik telah terinstitusionalisasi atau tidak Aspek-aspek itu menurut Huntington adalah adaptability complexity autonomy dan coherence Tentang institusionalisasi secara sederhana H untington m erum uskannya ldquoInstitutionalization is the process by which organizations and procedures acquire value and stabilityrdquo11 Sedikit berbeda dengan itu Randall dan Svasand mengatakan bahwa institusionalisasi partai mencakup dimensi internal dan eksternal yang mencakup empat elem en ya itu systemness decisional autonomy value infusion dan reification2 Sementara itu Netherlands Institute for Multiparty Democracy (IMD) merumuskan lima aspek pelembagaan partai yang saling terkait yaitu pengem bangan demokrasi internal keutuhan internal identitas politik (ideologi) ketangguhan organisasi dan kapasitas berkampanye13

Dalam konteks Indonesia pasca- Soeharto aspek-aspek institusionalisasi partai baik yang dikemukakan Huntington Randall dan Svasand serta IMD jelas tetap re levan jik a d ihubungkan dengan problematik struktural partai yang sudah

Sum ber A spek-aspek institusionalisasi partaiHuntington (19 68 ) Adaptability

Com plexityAutonom yC oherence

Randall dan Svasand (2 0 0 2 ) Structural-internal -gt system ness Structural-external -gt decisional autonom y Attitudinal-internal -gt value infusion Attitudinal-external -gt reification

IM D (2 0 0 6 ) Dem okrasi internal Keutuhan internal Identitas politik (ideologi) Ketangguhan organisasi Kapasitas berkam panye

Sumber Randall dan Svasand (2002) dan IMD (2006)

Huntington Political Order hal 1212 Lihat Vicky Randall dan Lars Svasand ldquoParty

Institutionalization in New Democraciesrdquo dalam Party Politics Vol 8 No 1 2002 hal 13

13 IMD Suatu Kerangka Kerja Pengembangan Partai Politik yang Demokratis 2006 hal 12mdash 15

71

terwariskan sejak era 1950-an Hanya saja jika kita belajar dari pengalaman jatuh- bangunnya partai-partai sejak awal abad ke- 20 aspek kepemimpinan agaknya kurang ditekankan di dalam tiga perspektif yang dikutip di atas M em ang benar bahw a kepemimpinan personal dan kepemimpinan oligarkis bisa dipandang sebagai by product dari partai-partai yang tidak demokratis dan tidak terlembaga Akan tetapi perubahan m endasar te rhadap p a rta i-p a rta i k ita barangkali tidak akan pernah terjadi tanpa dukungan dan in is ia tif perubahan yang datang dari pemimpin-pemimpin partai yang memiliki komitmen demokratis pula

Mencari Model Sistem Kepartaian

Pembicaraan dan juga praktik tentang sistem kepartaian di Indonesia hampir selalu terjebak pada diskusi mengenai pencarian jum lah partai Ketika Soekarno akhirnya ldquomenguburrdquo partai-partai yang berkuasa pada era Demokrasi Parlementer salah satu upaya pertam a yang d ilakukannya adalah penyederhanaan partai dari segi jumlah dari 28 parta i o rgan isasi kelom pok dan perorangan yang memperoleh kursi dalam Pemilu 1955 menjadi sekitar 10 partai Partai Masyumi dan PSI yang dianggap turut terlibat dalam pem beron takan daerah serta merintangi jalannya ldquorevolusi yang belum selesairdquo disingkirkan dari panggung politik nasional di era D em okrasi Terpim pin sementara PKI dan partai-partai loyalis lainnya dirangkul

Penyederhanaan serupa diperkuat dan makin dipertajam oleh rezim Orde Baru m elalui kebijakan fusi (penggabungan) partai-partai pada 1973 dari sepuluh partai (termasuk Sekber Golkar) kontestan Pemilu 1971 menjadi hanya tiga partai politik -PPP PDI dan Golkar (yang tak pernah mau disebut sebagai partai) Setelah Soeharto dan Orde Baru tumbang menjelang Pemilu 1999 muncul 148 partai (48 di antaranya ikut pemilu) dan menjelang Pemilu 2004 tercatat 261 partai terdaftar di Departemen Hukum

dan HAM meskipun hanya 24 partai saja yang m em enuhi syarat sebagai peserta pemilu14

Apakah sistem kepartaian hanya berkaitan dengan soal jumlah partai belaka Teoritisi klasik seperti Maurice Duverger (1954) m em ang cenderung m engshyklasifikasikan tipe sistem kepartaian atas dasar jum lah Duverger m isalnya memshybedakan sistem kepartaian atas sistem dua parta i dan sistem m ultiparta i Nam un demikian berbeda dengan Duverger RobertA Dahi cenderung mengidentifikasi sistem kepartaian atas dasar tingkat kompetisi dan oposisinya di dalam serta terhadap struktur politik yang berlaku Terlepas dari jumlahnya D ahi m em bedakan em pat tipe sistem kepartaian yaitu (1) yang bersifat persaingan sepenuhnya (2) bekerja sam a bersifat persaingan (3) saling bergabung bersifat persaingan dan (4) saling bergabung sepenuhnya (Dahi 1966)

Sementara itu Jean Blondel Stein Rokkan dan Sartori selain menggunakan variabel jum lah untuk m engidentifikasi sistem kepartaian namun juga menambahkan variabel-variabel lainnya seperti ldquoukuran re la tifrsquo dari partai-partai (Blondel 1968) distribusi kekuatan minoritas di dalam partai (Rokkan 1968) dan variabel jarak ideologis antarpartai di dalam sistem kepartaian (Sartori 1976)15 Berbagai variabel tambahan tersebut menghasilkan varian atau tipe sistem kepartaian yang berbeda dan beraneka ragam sesuai dengan titik tekan sifat persaingan

14 Tentang profil partai-partai peserta Pemilu 2004 lihat Partai-Partai Politik Indonesia Ideologi dan Program 2004mdash 2009 Jakarta Penerbit Buku Kompas 2004 Dari 261 partai politik yang terdaftar di Dephukham tersebut selain 24 partai lolos sebagai peserta pemilu selebihnya mencakup 26 partai yang tidak lolos verifikasi oleh KPU 153 partai yang dibatalkan sebagai badan hukum dan 58 partai lainnya dinyatakan tidak memenuhi persyaratan UU Partai Politik No 31 tahun 2002

15 Selanjutnya lihat Peter Mair ldquoParty Systems and Structures o f Competitionrdquo dalam Lawrence LeDuc Richard GNiem i dan Pippa Norris (Eds) Comparing D em ocracies E lections and Voting in G lobal Perspective California Sage Publication Inc 1996

7 2

kecenderungan ideo log is po la re lasi antarpartai dan karakter partai-partai yang saling berinteraksi tersebut

Pertanyaannya kem udian sistem kepartaian seperti apa yang dianggap tepat bagi bangsa Indonesia dalam pengertian tak hanya koheren dengan pilihan terhadap sistem pemerintahan dan sistem perwakilan serta sistem pemilihan melainkan juga dapat m em berikan kon tribusi bagi c ita -c ita keadilan dem okrasi dan kesejahteraan rakyat

Apabila disepakati bahwa semangat sistem pemerintahan yang dikehendaki oleh UUD 1945 hasil amandemen adalah sistem presidensial maka semestinya berlaku pula sistem perw ak ilan b ikam eral sebagai konsekuensi logisnya Sebagai konsekuensi logis beriku tnya adalah bahw a sistem perw akilan b ikam eral m engharuskan berlakunya sistem pemilu distrik dan sistem distrik meniscayakan diterapkannya sistem dua-partai Praktik dem okrasi Am erika Serikat hampir selalu dirujuk sebagai contoh terbaik koherensi an tara sistem pemerintahan sistem perwakilan sistem pemilihan dan sistem kepartaian seperti ini

Tabel 2 Berbagai Tipe Sistem Kepartaian

Namun demikian hal itu tidak berarti pula bahwa model serupa benar-benar tepat bagi kebutuhan dan kondisi objektif bangsa Indonesia Pilihan terhadap sistem pemilu d is trik dan sistem d u a-parta i sebagai konsekuensi berikut dari pilihan atas sistem pemerintahan dan perwakilan tidak harus dipandang sebagai satu-satunya alternatif dalam rangka membangun demokrasi dan tata pemerintahan yang stabil efektif dan produktif Pengalam an sejum lah negara dem okrasi yang m engadopsi cam puran antara sistem distrik dan sistem proporsional serta relatif banyaknya perspektif teoritis tentang sistem kepartaian seperti dikutip di atas barangkali bisa membawa kita pada alternatif pilihan yang tidak sekadar hitam- putih Artinya meskipun koherensi antara sistem pemerintahan sistem perwakilan sistem pemilihan dan sistem kepartaian merupakan acuan dasar yang penting namun pilihan terhadap sistem pemilihan dan sistem kepartaian bisa saja berbeda atau sedikit menyimpang dari ldquokeharusanrdquo teoritis seperti dikemukakan di atas

Author Principal Criteria for Classification Principal Types of Party System Identified

Duverger (1954) Numbers of parties Two-party systems Multlparty systems

Dahi (1966) Competitiveness of opposition Strickly competitive Cooperative-competitive Coalescent-competitive Strickly coalescent

Blondel (1968) Numbers of parties Relative size of parties

Two-party systems Two-and-a-half-party systems Multiparty systems with one dominant partyMultiparty systems without dominant party

Rokkan (1968) Numbers of partiesLikelihood of single-party majoritiesDistribution of minority partystrengths

The British-German ldquo1 vs 1 + 1rdquo system The Scandinavian ldquo1 vs 3-4 system Even multiparty systems ldquo1 vs 1 vs 1 + 2-3rdquo

Sartori (1976) Numbers of parties Ideological distance

Two-party systems Moderate pluralism Polarized pluralism Predominant-party systems

Sumber Peter Mair ldquoParty Systemsrdquo dalam LeDuc Niemi dan Norris 1996 hal 86

7 3

Faktor sejarah keterbelahan kultural perpecahan politik disparitas demografis dan sensitivitas isu mayoritas-minoritas adalah variabel-variabel penting lain yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan pilihan terhadap sistem pemilihan dan sistem kepartaian Begitu pula keterbelakangan sosia l-ekonom i tidak adanya trad isi konsensus dan belum terbangunnya kultur liberal adalah variabel-variabel yang tak kalah pentingnya berkaitan dengan pilihan terhadap sistem pem ilihan dan sistem kepartaian Kegagalan sistem presidensial di sejumlah negara Amerika Latin antara lain disebabkan karena terabaikannya berbagai faktor objektif yang bersifat lokal tersebut16

O leh karena itu dalam konteks Indonesia m odel sistem m ultiparta i sederhana dengan dua parta i dom inan barangkali bisa m enjadi a lte rn a tif jik a diasumsikan bahwa pilihan terhadap sistem pemilu pun kelak akan bergerak dari sistem proporsional terbuka (sepenuhnya) untuk jangka pendek dan gabungan sistem distrik dan proporsional untuk jangka menengah dan panjang Namun demikian untuk sampai kepada sistem ldquomultipartai sederhana dengan dua partai dominanrdquo tersebut jelas tetap diperlukan reform asi institusional yang bersifat mendasar atas partai-partai politik sehingga watak dan karakternya pun secara berangsur-angsur dapat didorong untuk berubah

Arah dan Cakupan Revisi UU Partai Politik

S eperti te lah d ikem ukakansebelum nya urgensi rev isi ataupenyempurnaan UU bidang politik pada um um nya dan UU Partai P o litik pada khususnya bukan hanya dalam rangka

16 Tentang kritik terhadap sistem presidensial dan juga parlementer lihat misalnya Richard Gunther ldquoOpening a D ialogue on Institutional C hoice in Indonesia Presidential Parliamentary and Semipresidential System srdquo dalam R William Liddle ed Crafting Indonesian Democracy Bandung Mizan 2001 hal 149-178

menciptakan tata pemerintahan yang lebih efektif dan stabil melainkan juga dalam upaya menghasilkan demokrasi yang lebih produktif Bagaimanapun institusi-institusi dem okrasi seperti parta i po litik dan pemilihan umum tidaklah diciptakan untuk dan demi demokrasi itu sendiri tetapi justru sebagai alat untuk mewujudkan cita-cita keadilan dan kesejahteraan rakyat Dalam kaitan ini partai-partai yang bekerja dan terlembaga (institutionalized) dalam suatu sistem kepartaian yang efektif dengan tingkat fragm entasi sedang leb ih d iperlukan ketim bang p a rta i-p a rta i yang tidak terlembaga dalam suatu sistem kepartaian dengan tingkat fragmentasi tinggi seperti berlaku pasca-Orde Baru

Tingkat fragmentasi partai adalah produk dari pilihan terhadap sistem pemilu Seperti diketahui sistem distrik (first-pas- the-post) cenderung menghasilkan sistem kepartaian yang jauh lebih sederhana dengan dua parta i u tam a sedangkan sistem proporsional cenderung menghasilkan sistem multipartai Apabila sistem distrik dianggap rentan bagi bangsa Indonesia yang multietnik dan m u ltik u ltu ra l serta cenderung mengancam keberadaan golongan minoritas maka mekanisme koalisi bisa menjadi jalan keluar untuk menghindari sistem multipartai dengan tingkat fragm entasi yang terlalu tinggi Mekanisme koalisi yang terbentuk secara relatif permanen dapat mendorong terbentuknya budaya konsensus yang sangat diperlukan bagi efektivitas dan stabilitas pemerintahan Selain itu melalui mekanisme koalisi pa rta i-p a rta i kecil yang gagal memenuhi ketentuan electoral threshold tidak harus memaksakan diri untuk rdquolahir kembalirdquo dalam pemilu berikutnya tetapi cukup bergabung dengan partai besar yang dianggap dekat secara ideologis

Selain mekanisme koalisi tingkat fragm entasi pa rta i yang tingg i dapat dikurangi pula melalui pengaturan electoral threshold yang relatif tinggi dibandingkan yang telah berlaku dalam UU Pemilu No 12

7 4

Tahun 2003 Pengenaan electoral threshold yang tinggi m em ang tidak o tom atis m engurangi nafsurdquo elite politik untuk m em bentuk parta i baru pada pem ilu berikutnya namun setidak-tidaknya jumlah partai baru yang benar-benar baru ataupun partai lama yang rdquodipermakrdquo menjadi baru tidak akan sebanyak jika batasan electoral threshold terlalu rendah seperti dianut UU Pemilu yang berlaku dewasa ini

Berkaitan dengan upaya meningkatshykan demokratisasi internal sudah waktunya sebagian kewenangan partai tingkat pusat d idesentralisasikan ke tingkat w ilayah (provinsi) dan cabang-cabang (kabupaten kota) parta i di daerah D esen tra lisasi kekuasaan partai ini tidak hanya penting dalam hubungannya dengan upaya meningkatkan kapasitas dan kemandirian elite politik lokal melainkan juga dalam rangka m endukung agenda nasional desentralisasi dan otonomi daerah Dalam konteks pencalonan anggota leg is la tif misalnya otonomi partai di tingkat daerah dalam penen tuan caleg berpeluang mendorong para kandidat lebih bertanggung jaw ab di daerah pem ilihannya m asing- masing

Selain berbagai usulan perubahan di atas pembaharuan partai mestinya juga berkaitan dengan pengatu ran orm as onderbouw sistem keanggotaan dan pengkaderan yang lebih jelas pengaturan pendanaan partai yang lebih transparan dan akuntabel akomodasi keberadaan partai lokal serta penguatan keterwakilan kaum perempuan dalam kepengurusan partai

Dengan demikian arah revisi UU Partai P o litik m encakup sekurang- kurangnyabull Pertama penyempurnaan regulasi yang

dapat m endorong parta i-p a rta i m em perkuat kapasitas kelem bagaan ketangguhan o rgan isasi keutuhan internal penguatan identitas atau ideologi politik serta demokratisasi internal

bull Kedua penyempurnaan regulasi yang memfasilitasi berlangsungnya mekanisshy

me kerja sama dan koalisi antarpartai sehingga mengurangi niat elite politik membentuk partai baru setiap kali pemilu akan berlangsung

bull Ketiga penyempurnaan regulasi dalam kerangka membangun sistem multipartai kompetitif-sederhana melalui ketentuan electoral threshold yang relatif tinggi

bull Keempat penyempurnaan regulasi dalam rangka m engakom odasi keberadaan partai-partai lokal sebagai kontestan pemilu daerah dan partai-partai nasional sebagai kontestan pemilu nasional dan pemilu daerah

bull Kelima penyempurnaan regulasi dalam rangka desentralisasi kekuasaan partai di satu pihak dan penguatan kedaulatan anggota partai di pihak lain

Penutup

Terlepas dari pandangan setuju atau tidak setuju terhadap berbagai gagasan dan usu lan reform asi keparta ian yang dikemukakan di atas namun pesan utama yang ingin disampaikan melalui makalah pendek ini adalah pertam a penataan kehidupan politik ke depan hendaknya lebih terarah konsepsional dan konsisten sehingga perubahan yang bersifat tambal-sulam bisa dihindari Kedua setiap pilihan terhadap perubahan politik hampir pasti membawa dampak dan risiko politik Oleh karena itu hal ini diperlukan suatu desain besar yang bersifat komprehensif dan koheren tentang arah penataan kehidupan politik sehingga dampak dan risikonya bisa diperhitungkan serta diantisipasi lebih dini Ketiga dalam konteks perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik desain besar serupa d iperlukan agar p ilihan atas sistem kepartaian misalnya koheren dengan pilihan atas sistem pemilu sistem perwakilan serta sistem pemerintahan kendati penting juga untuk segera dicatat bahwa koherensi tidak selalu bisa menjamin bahwa setiap pilihan benar-benar sesuai dengan kebutuhan objektif bangsa kita

7 5

Lampiran

Beberapa Usulan Revisi UU Partai Politik)

Materiisu Praktik Problematik Ideal Usulan PerbaikanSistemkepartaian

Partai m assa multipartai

Tidak disiplin kesulitan dana konflik internal

Multipartai dengan dua partai dominan

Penyederhanaan partai m elalui koalisi perm anen atau pemilu sistem distrik

Partai pesertapemiluberikutnya

Mem enuhi electoral threshold 3

Kekuatan di parlem en tidak signifikan untuk kem enangan politik

Multipartaisederhana

Perlu peningkatan electora l threshold m enjadi 5 -10

Struktur danorganisasikepartaian

Sentralistik Tidak demokratis Desentralisasi Perlu desentralisasi partai nasional Pem bentukan partai lokal

Onderbouwpartai

Tidak diatur tapi setiap partai memiliki organisasi onderbouw

Responsibilitas dan akuntabilitas ormas onderbouw rentan

Pem isahan antara politica l soclety dengan clv il society

Perlu diatur dalam UU pem bedaan antara orm as pada um um nya dan onderbouw partai khususnya

Sistemkeanggotaan

Terlalu longgar dan bersifat pasif

Tidak disiplin jum lah anggota partai tidak jelas

Keanggotaan partai terdata dgn jelas dan bersifat aktif

Keanggotaan partai terdataPeningkatan kualitas keanggotaan partai

Kepengurusanpartai

Tidakprofesionalkarenaperangkapanjabatan partaidan jabatanpublik

Kinerja partai tidak efektif akibat konflik kepentingan

Jabatan di partai dan jabatan publik mestinya bersifat profesional

Perlu ada larangan perangkapan jabatan partai dan jabatan publik

Keuanganpartai

Sum berpenggunaan dan pelaporan tidak transparan

Manipulasi dana publik

Transparansidanakuntabilitas

Perlu pengaturan transparansi dan akuntabilitas partai lebih

Koalisi partai Tidak ada dlm regulasi tapi ada dlm praktek

Instabilitas daninefektifitaspemerintahan

Tradisi koalisi terlem baga

Perlu pengaturan tentang koalisi

Ideologi partai Partai dengan banyak ideologi

Am bivalensi dan manipulasi ideologi visi dan platform partai tidak jelas

Satu partai satu ideologi

Regulasi perlu m em bedakan ideologi negara dengan ideologi partai

Partai nasional dan partai lokal

T idak diatur Tidak ada payung hukum bagi partai lokal di Aceh

Pem ilu nasional diikuti partai nasional pemilu daerah diikuti partai nasional dan partai lokal

Perlu diatur dalam regulasi klasifikasi partai nasional dan partai lokal

) Keterangan M atriks revisi UU Partai Politik ini adalah salah satu produk tim Pusat Penelitian Politik LIPI selain matriks revisi UU bidang politik lainnya (UU Pem ilu UU Pilpres UU Susduk UU Pem da) dalam rangka

perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik m enjelang Pem ilu 2009

7 6

R e su m e

MERENTAS JALAN PANJANG PERDAMAIANNEGARA amp MASYARAKAT DALAM RESOLUSI KONFLIK

Syafuan Rozi

Abstract

H orizontal conflicts that occured in Central Sulawesi Maluku and North Maluku have caused more than f iv e thousands casualties and more than f iv e hundred thousands IDPs in North Sulawesi The conflict has segregated the society into separa ted communities that live base on religion Islam and Christian Research on anatomy o f violence in Indonesia has show ed a great developm ent since 1990s The research was only focu sed on dominant actors and groups The research seldom included religious leaders local leader and youth leader neither had it involved IDPs as research object Therefore this research suggests a developm ent o f people economic model that create cooperation between each members o f society The model itselfcan generatefam ily base economic empowerments thatprom ote communalization am ongand intra-society Base on that idea fo lksfestiva l been held periodically with each villages can produce its special craft andproduct F o lk rsquos fes tiva l can act as peacem aker in annihilating reason fo r conflict Local wisdom such as panas pela hibualam o need to be introduced arnong generations o f people

Pendahuluan

Keterlibatan negara dan masyarakat dalam resolusi konflik di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara

relatif beragam sesuai keadaan setempat saat darurat militer darurat sipil dan tertib sipil Untuk kasus Poso di Sulteng sampai tahun 2006 (era Presiden SBY) daerah ini masih m engalam i kondisi pem bunuhan penembakan dan pengeboman sporadis Daerah ini pun masih ada gejala weak state (lemah) atau failure state (gagal) de-eskalasi konflik di Poso Langkah perlucutan senjata dan penghentian kekerasan tampaknya relatif belum berhasil dituntaskan Kondisi Ambon Maluku pun awalnya demikian Bila ditinjau

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Syafuan Rozi (koordinator) Dhuroruddin Mashad Emilia Yustiningrum Moch Nurhasim Tri Ratnawati Heru Cahyono dan Septi Satriani dengan fokus kasus Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara

Penulis adalah peneliti pada Bidang Penelitian Politik Nasional P2P LIPI Jakarta

dari tahapan resolusi konflik kondisi Ambon saat ini masih dalam tahap persiapan untuk menuju peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Beberapa indikator kondisi konflik masih belum sepenuhnya menuju ke arah peace building karena tahap intervensi konflik masih terlalu banyak persoalan untuk bisa dilalui

Penelitian ini mengkaji keterlibatan negara dan masyarakat dalam proses resolusi konflik dan bagaimana pola hubungan negara dan masyarakat yang berlangsung dalam resolusi konflik tersebut Data menunjukkan resolusi konflik baru melewati de-eskalasi konflik untuk kasus Poso (Sulteng) dan tahap intervensi kemanusiaan untuk kasus Ambon di Maluku (Temate Tidore Jailolo Tobelo) dan di Maluku Utara Walaupun begitu suatu program sudah mulai diletakkan sebagai dasar bagi tahap problem solving orientation dan peace building dengan indikasi d ih idupkan kem bali adat dan ikatan

7 7

persaudaran (hibuolamo panas-pela baku- bae Sintuwu Maroso) Masalah relokasi pengungsi trauma healing pascakonflik dan pem berdayaan ekonom i lokal belum mencapai titik yang menggembirakan1

Catatan Penyembuhan Luka Bangsa

Terjadinya konflik horizontal di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara telah berdampak lebih kurang lima ribuan orang meninggal dunia dan sekitar lima ratus ribu orang menjadi pengungsi ke Sulawesi U tara dan sekitarnya K onflik itu telah membelah masyarakat (segregasi pemukimshyan) menjadi komunitas yang tinggal berpisah mengelompok berdasarkan agama Islam dan K risten P en e litian ten tang anatom i kekerasan di Indonesia telah mengalami banyak perkembangan sejak tahun 1990 S tudi-studi yang pernah d ilakukan sebelum nya m enunjukkan bahw a penanganan konflik di daerah-daerah yang dilanda konflik horizontal memperlihatkan kecenderungan yang masih elitis dengan keterlibatan aktor atau kelompok dominan tertentu saja dengan tidak m elibatkan masyarakat (tokoh adat tokoh agama tokoh muda laki-perempuan para pengungsi) yang justru paling menderita akibat konflik

Konflik Poso umpamanya terlalu kompleks jika dianalisis hanya berdasar urutan peristiwa mengingat intensitas dan ekstensitas wilayah dan pelaku konflik antarperistiwa memperlihatkan perbedaan sangat mendasar Pada konflik Desember 1998 dan April 2000 intensitas dan wilayah konflik sangat terbatas di sebagian kecil kecamatan kota Namun mulai bulan M ei- 1

1 Lemahnya koordinasi dan strategi dalam penanganan konflik dengan alasan bahwa TNI dan Polri takut dianggap melanggar hukum dan HAM Faktor ini menandai bahwa Indonesia belum memiliki ldquotoolsrdquo atau perangkat hukum dan operasional yang mengatur bagaimana TNI dan Polri difungsikan untuk melakukan pengamanan konflik Akibatnya aparat keamanan kurang maksimal berperan dan kelihatan tidak profesional sebagai syarat untuk melakukan de-eskalasi konflik dalampengertian membuka jalan bagi adanya perdamaian

Juni 2000 d ilan ju tk an Juli 2001 dan November-Desember 2001 konflik menjadi sangat akut di Poso dan mengarah pada upaya menihilkan eksistensi lawan terlihat dari realitas korban tanpa pandang bulu termasuk perempuan dan anak-anak Telah terbangun solidaritas kelompok secara tegas melalui ideologisasi konflik berdasar isu agama dan etnisitas sehingga konflik menjadi bersifat sangat in tensif (kekerasan dan korban) dan ekstensif (wilayah dan pelaku)

Sementara konflik yang meletus di Maluku Utara 1999-2000 dapat dikatakan merupakan dampak atau rentetan konflik yang sebelumnya pecah di Ambon Kecuali itu pembentukan dan pemekaran kecamatan Malifut turut memiliki andil dalam memicu konflik karena kebijakan tersebut telah m enim bulkan ke tidaksenangan dari masyarakat suku Kao (beragama Kristen) yang merupakan penduduk asli terhadap suku M akian (beragam a Islam ) yang pendatang Kerusuhan horizontal yang telah menjadi pertempuran massal ini memakan korban jiw a sangat besar K onflik berlangsung secara bergelombang dengan identitas agama yang kuat Pelajaran dari kebijakan pemekaran wilayah di saat negara melemah (weak state) ini menjadi mahal Kegagalan ldquopem biaranrdquo dan kelemahan negara dalam melakukan de-eskalasi konflik perlucutan senjata penegakan hukum mengawal akuntabilitas dana intervensi kemanusian untuk tidak dikorupsi membuat peran negara yang baik dalam resolusi konflik cenderung belum mudah untuk dicapai

Di Poso sejak awal konflik meletus tahun 1998 sebagian besar elem en masyarakat telah secara mandiri membangun in is ia tif untuk m engakhiri konflik dan berusaha mencegah terjadinya konflik yang lebih besar Para tokoh dua kom unitas mengadakan pertemuan Tagolu dan sepakat untuk berusaha menghentikan konflik dan bersam a-sam a m em berantas penjualan minuman keras yang mereka nilai sebagai

7 8

ldquobiang-kerokrdquo penyulut konflik Namun provokasi dari yang berkepentingan bagi terjadinya konflik (conflict by design) lebih in ten s if d iso sia lisasik an di lapangan sehingga hal itu termentahkan dan berulang Mengimbangi provokasi ini ada sebanyak 129 tokoh masyarakat dan tokoh agama antikonflik mengadakan kesepakatan Poso tanggal 8 Januari 1999 Mereka menyerukan agar masyarakat menghentikan segala bentuk perselisihan Bahkan pertemuan tersebut ju g a m enyepakati un tuk m enyerukan pengadilan bagi penggerak kerusuhan di Poso

Namun akar problematika Poso tidak tersentuh dalam kesepakatan bahkan oleh kebijakan negara dalam mencegah konflik yang lebih luas Akibat realitas ini konflik laten masih mengkristal dan mereka yang berkepen tingan terus m em provokasi m asyarakat m elalui celah berbagai isu Herman Parimo hanyalah satu dari aktor yang muncul ke permukaan tetapi aktor-aktor di belakang layar masih tetap melanjutkan ldquokasak-kusukrdquo Sekecil apa pun persoalan yang terjadi hal ini terlalu gampang di-blow- up sebab sentimen komunitas keagamaan sudah te rlan ju r d ijad ikan a la t dalam mengeksploitasi konflik2

2 Melihat realitas bahwa konflik antarkomunitas keagamaan ini terlalu mudah disulut suatu inisiatif yang bersifat mikro memang ada untuk mencegah melebarnya konflik ke wilayah mereka Salah satunya adalah Kesepakatan Tokorondo antara kepala Desa Tokorondo (Muslim) dengan kepala Desa Masani (Kristen) pada tanggal 25 Mei 2000 Mereka sepakat untuk saling melindungi kedua desa bila salah satu diserang Namun kesepakatan tersebut tidak mampu menahan gempuran provokasi Warga Desa Masani (Kristen) tidak mampu membantu membendung serangan ke Desa Tokorondo 27-28 Mei 2000 Kesepakatan mikro lintas komunitas Islam-Kristen telah dihancurkan oleh kekuatan lain (massa) dari luar kedua desa yang akhirnya memaksa mereka terlibat atau setidaknya kena imbas dari konflik Upaya-upaya damai skala mikro memang banyak dilakukan tetapi tak mampu bertahan dari pemaksaan pelibatan konflik oleh massa yang terprovokasi Bahkan pada Mei -Juni 2000 konflik mencapai puncak eskalasi baik dari segi wilayah konflik jumlah pelaku konflik maupun dari segi korban kekerasan Dalam konteks ini sesuatu telah terjadi dengan apa yang disebut tragedi kemanusiaan di Poso Solidaritas lintas wilayah mulai bermunculan dan segi ideologis konflik telah mengkristal Di kalangan Kristen solidaritas ini meliputi Laskar Manguni Laskar Kristen dan lain-lain yang tak teridentifikasi Di kalangan Islam sejak Juni 2001 hal ini berkenaan dengan kedatangan pendukung dari orang-orang yang tergabung dalam Laskar Jihad

N am un elem en-elem en pro- perdamaian di lingkungan masyarakat tidak putus harapan Inisiatif tetap bermunculan Rujuk Sintuwu Maroso yang dihadiri tokoh adat dari 13 kecamatan yang ada di Poso merupakan contohnya Jadi hal ini berbeda dengan inisiatif-inisiatif kesepakatan yang lebih dipijakkan pada perspektif komunitas keagam aan sehingga basis pesertanya m ewakili dua kom unitas agama Islam - K risten Pada R ujuk Sintuw u M aroso pijakannya berada pada perspektif adat Bahkan untuk menekankan perspektif adat kesepakatan pun dirumuskan dalam bahasa lokal Pamona Namun inisiatif penyelesaian konflik melalui pendekatan adat ini ternyata tak mampu menghentikan kekerasan Ketika realitas konflik lebih diideologisasi secara kental oleh isu kom unitas keagam aan pendekatan kultural dalam situasi konflik yang masih berada pada puncak eskalasi menjadi tidak terlalu berarti

Ketika Deklarasi Malino (Desember 2001) dikumandangkan dan ternyata berhasil menjadi momentum bagi terjadinya de- eskalasi konflik upaya-upaya damai yang digerakkan oleh inisiatif masyarakat baru memperlihatkan efektivitasnya Di berbagai tempat dilakukan inisiatif perdamaian yang dilakukan atas inisiatif masyarakat meski berbagai kegiatan itu memang bermuara pada upaya mengimplementasikan kesepakatan Malino Kegiatan-kegiatan yang berasal dari akar rumput ini meliputi bermacam-macam kegiatan mulai dari pertandingan olah raga kesenian maupun berbagai kegiatan kultural Kriesberg berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat interaksi dan saling-ketergantungan antara pihak-pihak yang tadinya berkonflik akan semakin membatasi munculnya konflik baru M unculnya saling pengertian dan berkembangnya norma-norma bersama juga akan dapat mencegah konflik3 Pendapat tersebut senada dengan Asutosh Varshney

3 Louis Kriesberg Constructive Conflicts From Escalationto Resolution (Maryland Rowman and Littlefield Publisher Inc 2003) hlm 384

7 9

yang mempelajari konflik antara penganut Islam dan H indu di India V arshney m engatakan bahw a ik a tan p erta lian hubungan antara etnispemeluk agama yang berbeda dapat mencegah konflik4

Civil society (CS) kemudian cukup berperan dalam membuka ruang publik dan interaksi sosial yang re la tif ink lusif di A m bon K hususnya kelom pok LSM akademisi dan tokoh-tokoh agamaadat tokoh masyarakat yang berorientasi dan berinteraksi lintas agamasuku sejak awal m unculnya konflik h ingga de-eskalasi konflik dan rekonsiliasi lewat panas pela bisa sangat berperan Pembukaan dan perluasan ruang-ruang publik public spaces) dalam rangka saling berbaikan (baku bae) seperti pasar-pasar terminal-terminal kantor-kantor pem erintah lapangangedung olahraga sekolah-sekolah di Ambon Maluku yang saat ini bisa diakses baik oleh kelompok Islam maupun Kristen -d i tempat-tempat tersebut mereka tidak lagi eksklusif tapi mulai mencairrelatif inklusif- sebelumnya cukup banyak d ifa s ilita s i o leh LSM (term asuk dengan dukungan LSM in ternasional) dan para tokoh lokal Pem erin tah (pusat dan daerah) ikut membantu inisiatif tersebut sehingga nampak di sini adanya sinergi dari pelbagai kekuatan (negara dan masyarakat) Adanya relasi yang signifikan antara hadirnya public space dengan mencaimyameningkatnya interaksi sosial lintas agamasuku di Ambon tersebut menunjukkan kebenaran teori Kriesbeg dan Varshney

Bila ditinjau dari tahapan resolusi konflik kondisi Am bon saat ini sudah m encapai tahap peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Disebut ldquoawalrdquo karena segregasi tempat tinggal berdasarkan agam a m asih sangat terasa Segregasi pemukiman bisa pula dilihat sebagai salah satu upaya jangka pendek untuk mendukung

4 Asutosh Varshney Ethnic Conflict and Civic Life Hindus and Muslim in India ( New York Yale University Press 2002) hlm 363

resolusi konflik itu sendiri Hal ini mengingat secara h is to ris m ulai zam an kolonial Belanda masyarakat Ambon Islam-Kristen telah ldquoterbiasardquo hidup terpisah berdasarkan pem ilahan agam a (w arisan keb ijakan diskriminatif dan devide et impera Belanda di M aluku)5 Nam un untuk ke depan m asyarakat A m bon yang ideal adalah masyarakat yang plural dan demokratis yang diikat oleh kearifan lokal yang mereka bangun Masyarakat Ambon saat ini terlihat te lah m em ilik i sem acam daya tahan (resilience) terhadap provokasi Kondisi ini lahir antara lain karena difasilitasi dengan kinerja aparat pemerintah (TNIPolri dan pemda) yang semakin profesional dan mulai adanya usaha-usaha penegakan hukum6

Bila dibandingkan dengan Ambon dan Poso wilayah Maluku Utara melewati proses resolusi konflik yang lebih cepat kendati proses menuju perdamaian sejati tetap harus dilaksanakan secara perlahan Proses resolusi konfliknya ditandai dengan relatif kuatnya dukungan masyarakat kepada negara dan p ihak yang m engupayakan perdamaian ditambah lagi sikap terbuka pemangku adat dan agama terhadap konsep perdamaian yang dimotori oleh militer dan pem erin tah Di Ja ilo lo m asyarakat menyambut baik pembentukan Tim 30 yang cenderung diprakarsai oleh pihak militer Begitu pula di Tobelo masyarakat merespons positif prosesi awal penjemputan pengungsi Muslim yang diprakarsai oleh pemerintah daerah

Hasilnya terlihat dengan jelas di Tobelo Resolusi konflik tergolong beijalan dengan cepat padahal pada kenyataannya Tobelo (dan juga Galela) merupakan wilayah

5 Richard Chauvel Nationalists Soldiers and Separatists (Leiden KITLV Press 1990)

6 Pemilu leg isla tif 2004 dan pilpres langsung telahberlangsung dengan sukses di Ambon Hasil pemilu tersebut juga bisa dipandang sebagai bentuk lain dari resolusi konflik Hal ini merupakan langkah awal penciptaan kestabilan baru dan demokratisasi di daerah bekas konflik tersebut Pilkades juga telah berlangsung di beberapa tempat di Pulau Ambon dan Lease (Maluku Tengah)

8 0

konflik terpanas Faktor terpenting yang membuat proses perdamaian di Maluku Utara berbeda dan lebih maju dibandingkan dengan di Ambon dan di Poso ialah menyangkut struktur sosial masyarakat setempat di mana antara Muslim dan Nasrani praktis terdapat hubungan kekeluargaan dalam satu marga Hal ini terutama dijumpai di tiga wilayah yakni Tobelo-Jailolo-Bacan di mana di dalam satu marga ada yang beragama Islam dan ada yang Nasrani Walau agak kurang menonjol hubungan kekeluargaan marga antara yang M uslim dan N asrani juga terdapat di Galela dan Halmahera Barat7

P enelitian ini m enem ukan ada beberapa perbedaan yang cukup signifikan antara proses perdamaian di Jailolo Tobelo dan Temate Untuk wilayah Jailolo peran tokoh agama lebih sentral dibanding dengan tokoh adat Hal ini berbeda dengan di Tobelo yang peran tokoh adat justru lebih didengar karena pada dasarnya pemangku adat di Tobelo adalah wakil dari tokoh-tokoh agama dari kedua belah pihak Hal ini pun tercermin pada tradisi yang selama ini berkembang dan hidup di Tobelo di baw ah payung Hibualamo Perbedaan ini tidak m engherankan karena di Jailo lo tidak mengenal rumah besar yang dijadikan tempat pertem uan adat seperti H ibualam o sebagaimana dijumpai dan dipelihara di Tobelo Memang di Jailolo semacam rumah adat ada yang bernama Saboa tetapi rumah ini hanya ditemukan di kampung-kampung terutama yang beragama Nasrani Rumah Saboa tidak lebih hanya merupakan rumah adat kecil yang menaungi satu komunitas

7 Kesediaan secara ikhlas untuk melupakan dendam dan menerima kenyataan serta bersikap tidak lagi menoleh ke belakang membuat proses perdamaian di Maluku Utara cepat terwujud Di samping itu perasaan lelah berkonflik dan kesadaran bahwa tidak ada yang diuntungkan dengan konflik ini membuat mereka mau duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi untuk melaksanakan perdamaian Walau terdapat semacam rasa curiga dan kekhawatiran ketika pertama kali bertemu setelah peristiwa kerusuhan akan tetapi pada akhirnya mereka dapat saling menerima kembali

(Nasrani) saja8 Proses damai di Jailolo ditandai pula

dengan pembentukan Pasar Kaget Akadiri Jailolo Pasar sebagai transaksi pertukaran kebutuhan manusia secara tak disengaja justru mempercepat proses perdamaian di kalangan m asyarakat Jailolo Pasar ini awalnya hanya terbatas digunakan oleh pihak N asrani yang m em butuhkan kebutuhan pokok karena pasar resmi yang didirikan oleh pemerintah tidak beroperasi selama konflik terjadi Pasar yang terletak di kompleks asrama militer muncul pertama kali sekitar tahun 2002 sebagai jawaban akan kebutuhan para pengungsi akan bahan pokok Perlahan- lahan dengan semakin berkembangnya rasa aman dan kepercayaan yang timbul di antara kedua komunitas membuat pasar ini semakin ramai dan interaksi kedua komunitas semakin terjalin lancar

Proses resolusi konflik yang agak berbeda dapat dilihat di Tobelo Masyarakat Muslim dan non-Muslim Kecamatan Tobelo Halmahera Utara Maluku Utara akhirnya sepakat m engakhiri perm usuhan yang d iw ujudkan dalam dek larasi dam ai masyarakat pada 19 April 2001 di Lapangan A dat H ibualam o Perjan jian dam ai ini dimotori oleh 12 tokoh agama (6 orang wakil dari Nasrani dan 6 orang wakil dari Muslim) Inti dari deklarasi damai ini antara lain sepakat untuk menghentikan permusuhan tidak saling m enghina m elecehkan mempermalukan menghormati menjaga dan melindungi tempat ibadah dan umatnya serta

8 Peran yang sentral antara tokoh adat dan agama ini tidak kita temui pada proses perdamaian di Temate Temate merupakan ibu kota provinsi yang kontrol pemerintah (daerah dan pusat) cenderung dominan sehingga proses perdamaian cenderung lebih efektif dilaksanakan oleh pemerintah tanpa bantuan tokoh adat dan agama Peran yang seharusnya diemban oleh Sultan Temate sebagai sim bol pemersatu adat dan agama ternyata gagal disandang oleh Sultan Temate dalam menghadapi konflik di Maluku Utara pada waktu itu Hal ini dapat kita lihat pada waktu Sultan Temate gagal berdiri secara netral dalam kasus perebutan wilayah antara Kao dengan Malifut Sikap Sultan ini cenderung dibaca sebagai ketakutan Sultan akan kehilangan basis dukungantradisionalnya

S U

mengupayakan kehidupan yang harmonis serta tidak mengenang dan melupakan masa lalu serta tidak saling menyalahkan atau membenarkan diri dan orang lain9

Prospek Perdamaian di Tanah Bergolak

A Poso

Saat ini cenderung telah memasuki m asa rek o n silia si kon flik w alaupun pembunuhan sporadis masih teijadi Perang terbuka berskala besar sudah tidak ada lagi Momentum de-eskalasi terutama teijadi sejak disepakatinya deklarasi M alino Namun demikian dalam konstelasi kehidupan Poso ke jad ian yang berupa penem bakan pemboman dan juga kekerasan individual secara sporadis ternyata masih muncul Apa dan mengapa hal itu teijadi Apakah hal itu masih merupakan bagian perpanjangan dari konflik Untuk mendapatkan jawaban secara pasti hal ini terlalu sulit Sebab analisis yang muncul memang beraneka ragam Suatu analisis melontarkan tuduhan pada aparat keam anan yang d isebu t tidak re la membiarkan Poso menjadi aman kembali dan berusaha mempertahan status quo berupa Poso yang ldquoAman Tapi Mencekamrdquo (ATM) sehingga proyek ldquokeamananrdquo bagi Poso dapat terus dinikmati Namun analisis lain menilai kekerasan sporadis dapat pula dilakukan oleh para korban konflik Poso yang merasa tidak puas terhadap penanganan dan penegakan hukum pemerintah

K ekerasan sporad is dapat pula dianalisis sebagai sebuah rekayasa yang dilakukan oleh kelompok elite yang terancam oleh tangan-tangan hukum Di antara mereka terutama mencakup para pelaku penyimpangshyan dana bantuan yang disalurkan untuk

9 Mereka juga sepakat untuk tidak lagi menggunakan simbol agama apabila terjadi perkelahian antar penduduk sebaliknya saling menolong dan bekerja sama dalam mencari nafkah Deklarasi damai ini kemudian ditindaklanjuti melalui program pemulangan pengungsi Muslim Tobelo yang selama setahun terkatung-katung nasibnya di Temate ke Tobelo Ribuan pengungsi Muslim berasal dari Desa Gamsungi Guruwa Popilo dan Desa Luari lalu disambut oleh pihak sebelah (Kristen) di lapangan Hibualamo

membangun kembali Poso Sebagai upaya penyelamatan mereka melakukan berbagai langkah kekerasan un tuk m em ancing kembali teijadinya konflik antarkomunitas sehingga aparat akan lebih terkonsentrasi lagi menangani persoalan konflik10

B Ambon

Kurang maksimalnya peran negara dalam manajemen de-eskalasi konflik dan intervensi kemanusiaan di Ambon Maluku cenderung m erupakan kesalahan fatal Apalagi pemerintah daerah terkesan hanya menunggu program-program dan dana dari P em erin tah Pusat O leh karena itu penyelesaian konflik di Am bon dapat dikatakan masih ldquosetengah hatirdquo dan belum m enyentuh secara tun tas akar-akar masalahnya Namun di lain pihak suatu kesadaran di kalangan masyarakat Ambon (baik Islam maupun Kristen) telah tumbuh untuk berdamai dan hidup kembali secara normal karena ldquosudah lelahrdquo berperang Proses pem belajaran dari konflik telah mereka dapatkan sekarang sebagaimana pepatah mengatakan bahwa ldquomenang jadi arang kalah jadi aburdquo

Meskipun denyut kehidupan kota Ambon saat ini sudah semakin ldquonormalrdquo pemerintah tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya begitu saja Komitmen pemerintah untuk melaksanakan janji Inpres No62003 untuk m embantu pem bangunan kembali Ambon Maluku serta ikut menyelesaikan

10 Analisis lain memaparkan bahwa kekerasan teijadi sebagai perpanjangan dari dinamika politik lokal Jika di era sebelum konflik didominasi oleh kelompok Islam maka pada era pascakonflik yang teijadi justru sebaliknya yakni dominasi kelompok Nasrani Penjungkirbalikan penguasaan sumber-sumber politik teijadi terutama seiring dengan diberlakukannya kebijakan pemekaran daerah Poso sehingga mengubah komposisi kependudukan yang di era sistem politik berdasar pemilihan langsung sangat berimplikasi pada struktur penjabat di lingkungan legislatif dan eksekutif Memang pengalaman traumatis akibat konflik menyebabkan kedua kelompok sangat berhati-hati untuk mencegah meletusnya konflik yang baru Namun power sharing yang muncul di Poso ldquobarurdquo pascapemilu legislatif 2004 dan Pilkada Juni 2005 jika tidak dikelola sangat dengan mudah memunculkan konflik baru dengan substansi seperti yang lama

8 2

masalah pengungsi masalah kepemilikan tanah bangunan m antan pengungsi pengangguran dan penciptaan lapangan keija serta tugas pemda mewujudkan good local governance tidak bisa ditunda-tunda dalam rangka mengisi dan memelihara momentum rekonsiliasi Bila tidak stabilitas yang masih rapuh saat ini akan kembali hancur Isu ekonomi di Ambon saat ini cenderung telah m ulai m enggeser isu p o litik dan isu kekerasaan

C Maluku Utara

Masa depan perdamaian di Maluku Utara boleh dikatakan masih tetap terbuka Setelah hampir dua tahun saling bunuh telah m em buat m asyarakat le lah Sebagian pengungsi mulai kem bali ke desa yang mereka tinggalkan dan beberapa desa yang tercabik mulai m elakukan upaya-upaya pemulihan Kecuali Tidore di semua wilayah bekas konflik di Malut sebenarnya telah tercapai suatu po la pem ukim an yang memunculkan semacam pembauran relatif Setidaknya hal ini dilihat secara fisik di mana di dalam sebuah desa antara pemeluk Islam dan N asrani sudah dapat hidup berdampingan Pembauran secara fisik dalam pola pemukiman maupun di lingkungan kerja tesebut telah mendorong mulai terjalinnya kontak sosial dan komunikasi sosial yang lebih intens di antara Muslim dan Nasrani walaupun di sisi lain secara umum ada konfigurasi wilayah yang berubah

Perubahan konfigurasi dimaksud ialah kalau dulu konsentrasi pemukiman Nasrani dijumpai di Temate sebelah Utara dan atau di Indonesia di samping tentunya banyak terdapat di Halmahera Utara tetapi kini konfigurasinya berubah dan pusat pemukiman Nasrani berpindah dan lebih terkonsentrasi di Tobelo-Galela atau ke Jailolo Tobelo-Galela kini praktis lebih merupakan daerah yang didominasi oleh mayoritas penduduk Nasrani baik dilihat dari jumlah penduduk maupun penguasaan atas kehidupan ekonomi dan politik setempat Kecenderungan berbeda kita jumpai di Tidore kini Tidore menjadi semakin homogen dan mungkin menambah kesan eksklusif sebagai sebuah wilayah Muslim Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa sebagian besar warga Nasrani memilih tidak kembali ke Tidore karena masyarakat Nasrani Tidore kini terbuka peluang untuk kembali ke tempat yang dirasa lebih ldquonyamanrdquo yakni di Tobelo- Galela-Jailolo kendati di wilayah-wilayah itu antara Muslim dan Nasrani telah belajar untuk kembali hidup bersama secara berdampingan

Resolusi konflik merupakan suatu term ino log i ilm iah yang m enekankan kebutuhan untuk melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka dan membagi proses penyelesaian konflik dalam beberapa tahap sesuai dengan dinamika siklus konflik yakni tahapan de-eskalasi konflik dan intervensi kemanusian dan negosiasi politik Persiapan dan pelaksanaan tahapan problem-solving approach dan tahapan peace building di ketiga wilayah cenderung belum tercapai terutama untuk kasus Poso yang masih lsquojalan di tem p atrsquo pada tahap de-eskalasi dan intervensi keamanan

D alam kon teks te rten tu power sharing keterwakilan etnisitasagama selain kem am puan dalam penetapan bupati (pilkada) di Maluku dan Maluku Utara bisa jadi dianggap sebagai upaya problem-solving approach Upaya menghidupkan Hibualamo program untuk anak di daerah konflik LSM Save The Children di Halut model desa multikultural Wayame di Ambon program focal-point Depsos dan Depag Jembatan Perdam aian dan Forum K om unikasi A ntarum at Beragam a diharapkan bisa menjadi embrio tahapan peace building yang operasional dan berdam pak nyata di kemudian hari

Catatan Penutup

Keterlibatan negara dan masyarakat dalam proses resolusi konflik di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara relatif beragam sesuai keadaan setempat ketika mengalami status darurat militer darurat sipil dan tertib sipil Poso di Sulteng sampai tahun 2005 (era P residen SBY) masih m engalam i kond isi pem bunuhan penembakan dan pengeboman sporadis Hal ini menunjukkan masih ada gejala weak state (negara lemah) atau failure state (negara gagal) de-eskalasi konflik di Poso Langkah perlucu tan sen ja ta dan penghentian kekerasan tampaknya relatif belum berhasil d ilakukan A parat yang m estinya m em adam kan konflik pada aw alnya

8 3

cenderung tidak netra l atau berp ihak membela satu kelompok Bisnis persenjataan dan rasa aman cenderung terasa ada dan tiada Keadaan seolah-olah telah aman tetapi masih mencekam Entry-point pihak ketiga untuk mendamaikan masih belum berhasil

Kondisi Ambon Maluku pun awalnya demikian Bila ditinjau dari tahapan resolusi konflik kondisi pada saat penelitian dilakukan masih dalam tahap persiapan untuk menuju peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Beberapa indikator kondisi konflik masih belum sepenuhnya menuju ke arah peace building karena tahap intervensi konflik masih terlalu banyak persoalan Baru disebut ldquoawalrdquo karena pengaturan hubungan sosial dalam bentuk segregasi tempat tinggal berdasarkan agama masih sangat jelas dan kemampuan pelibatan untuk masuk lewat program rekonsiliasi relatif kurang berjalan maksimal dan dampaknya cenderung belum terlalu besar Namun segregasi tersebut bisa pula dilihat sebagai salah satu upaya jangka pendek untuk mendukung resolusi konflik itu sendiri12

Peran negara dan m asyarakat di Maluku Utara relatif berhasil dalam de- eskalasi konflik dan negosiasi perlucutan senjata re la tif berhasil di Kao Ternate Tidore Tobelo dan Jailolo Pendekatan budaya Hibualamo pun sudah dilakukan di

12 Suatu kecenderungan peralihan kekuasaan dari masa otoritarian dari Soeharto ke BJ Habibie membutuhkan adaptasi karena persoalan-persoalan krisis politik dan ekonomi yang mereka hadapi terlalu besar dengan kapasitas pemerintahan yang rendah dan legitimasi politik yang kurang Bahwasanya penanganan konflik diserahkan ldquosepenuhnyardquo kepada aparat keamanan dengan kontrol yang amat rendah Peran Pemerintah Pusat yang kurang maksimal dalam de-eskalasi konflik tidak ditopang oleh peran pemerintah daerah yang seharusnya dapat menjadi aktor implementasi atas kebijakan-kebijakan de-eskalasi konflik Namun peran ini tampaknya kurang dimaksimalkan karena koordinasi penanganan konflik dikendalikan oleh pihak militer Lemahnya koordinasi dan strategi dalam penanganan konflik dengan alasan bahwa TNI dan Polri takut dianggap melanggar hukum Faktor ini menandai bahwa Indonesia belum memiliki ldquotools of lawrdquo atau perangkat hukum yang mengatur bagaimana TNI dan Polri difungsikan untuk melakukan pengamanan konflik Akibatnya aparat keamanan kurang maksimal berperan dan kelihatan tidak profesional sebagai syarat untuk melakukan de-eskalasi konflik dalam pengertian membuka jalan bagi adanya perdamaian

Halmahera Utara Namun demikian hal ini menim bulkan m asalah dalam intervensi kemanusiaan yaitu penanganan relokasi dan rehabilitasi pengungsi Malut Malut dan Poso di Temate Manado dan Bitung belum tuntas walaupun status pengungsi dinyatakan sudah tidak ada lagi K ebijakan dan program pemberdayaan ekonomi transformasi skills oflife atau kemandirian untuk para pengungsi belum maksimal

Selanjutnya pola relasi masyarakat dan negara dalam tahap pertama dan kedua resolusi konflik bisa pula dijelaskan lebih mendalam dengan mengacu pada elaborasi teori Strategic Choices dari Sung Hee Kim dan kondisi lapangan di daerah13

K elim a indikator tersebut mulai tampak secara berangsur-angsur untuk kasus Ambon di Maluku dan Tobelo-Jailolo di Maluku Utara Untuk Poso Tidore Temate Bitung dan Manado berdasarkan temuan data peneliti di lapangan daerah-daerah itu m asih m engalam i berbagai m asalah pengelolaan pembenahan Desa Wayame di Ambon Maluku secara relatif tampaknya adalah sebuah contoh pelajaran model reso lu si konflik yang am at baik bagi pem erin tah dalam m engem bangkan kebijakan politik (stateplanning) khususnya penataan tata mang di daerah-daerah yang mengalami masalah segregasi sosial dan kependudukan K asus D esa W ayame cenderung m em ilik i ketahanan sosial terhadap konflik dan tidak terseret arus dahsyat konflik karena desa ini adalah sebuah desa yang multietnik dan multikultur serta multiagama Hal ini disebabkan adanya pengaturan dan kesepakatan hubungan sosial (regulate social relationships) M asyarakatnya yang berla tar belakang berbeda tetapi berpendidikan ternyata tidak terimbas oleh konflik yang terjadi Di desa ini konsep pembauran sosial teijadi melalui

13 Lihat Sung Hee Kim etal Sosial Conflict Escalation Stalemate Deescalation (Mc Graw-Hill 2nd Edition 1986) hlm 30

8 4

Tabel P o la H u bu ngan N eg a ra dan M asyarakat da lam R eso lu s i K o n flik

PeranNegara

PeranM asyarakat

Pola Hub Neg- Masy

Kecenderungan Status Daerah

Keterangan

Strong (kuat) Dominan

Strong (kuat) partis ipatif

Trust (saling percaya)

Dem okratis

Am bon Tobelo Ternate (era tertib sipil)

-P ow er sharing p ilkada- Segregasi jk pendek- Desa W ayam e dan kebangkitan H ibuolam o di Halut-Forum Kom unikasi Antar Umat -Jurnalism e damai

Strong (kuat) Dom inan

W eak (lemah) Subordinat

D is-trust (tdk sa ling percaya)

Elitis

Am bon (era darurat m iliter

dan sipil) T idore (era tertib

sipil)

- Segregasi pem ukim an -Kom unitas re la tif homogen

W eak(lemah)Failure(gagal)

Strong (kuat) trust (percaya)

Partis ipatif

D is tn is t (saling curiga)

Volountary (kem andirian)

Jailo lo (darurat m iliter darurat sipil dan tertib

sip il)

- Tentarapolis i m enghilang saat konflik pecah-E n try p o in t oleh TNI re la tif belum berhasil sam pai terbentuk Kelom pok 30 di Ja ilo lo- R e-segregasi re latif berhasil -M ental-healing belum tuntas -Program Jem batan Perdamaian

Weak(lemah)Failure

___(gaga)___

W eak (lemah) Subordinat

D istrust (saling curiga)

Om mision (kekosongan)

Poso Sulteng (Habibie Gus

Dur Mega SBY)

-Perlucutan senjata belum tuntas -P ow er sharing p ilkada belum m em buahkan rasa aman

Diolah dari mengelaborasi teori Joel Migdal oleh Syafuan Rozi amp Septi Satriani P2P LIPI Desember 2005

Catatan Indikator yang digunakan untuk mengukur kuat atau lemahnya peran negara dan masyarakat adalah kriteria1 Zearfersipkepemimpinan negara dan masyarakat2 Statepannmgperencanaan negara dan partisipasi masyarakat3 Capacities to penefrafekemampuan pelibatan untuk masuk (entry point)4 Regulate social relationshipspengaturan hubungan sosial5 Extract resources and appropriate or use resources in determined wayspengelolaan sumber daya yang langka dan

diperebutkan dalam bentuk keadilan dan sharing (berbagi)

interaksi sosial yang tidak bersifat simbolik tetapi lebih pada interaksi sosial yang semestinya Ketika konflik terjadi kesadaran tum buh di antara m ereka untuk saling berbagi menjaga dan melindungi di antara kedua komunitas Islam dan Kristen yang ada di sana (extract resources and appropriate or use resources in determined ways)

Kebangkitan budaya ldquorumah besarrdquo Hibuolamo dan power sharing Kristen-Islam dalam jabatan bupati hasil pilkada langsung di H alut pun b isa d ijad ikan m odel rekonsiliasi di Maluku Utara Hubungan negara dan masyarakat di Tobelo era tertib sipil misalnya cenderung berangsur menuju pola saling percaya (trust) Berikut ini bagan kecenderungan peran negara masyarakat dan pola hubungannya pada tahapan de- eskalasi dan intervensi kemanusiaan

Upaya-upaya pemulihan keamanan yang dilaksanakan oleh aparat keamanan di Poso cenderung menemui beberapa kendala Kendala pertama berkaitan dengan masih adanya dendam di kalangan para kelompok radikal Kelompok yang dimaksud adalah kelompok yang dulu pernah terlibat konflik dan juga dulu pernah m enjadi korban Kelompok ini tidak berada pada masyarakat secara um um nam un hanya pada sekelom pok kecil m asyarakat saja Kelompok ini umumnya bersikap pasif dan tidak mau bekerja sama dengan aparat keamanan dalam mencari pelaku

K endala yang kedua berkaitan dengan sistem kependudukan yang tidak diatur dengan baik Semenjak meletusnya konflik Poso hingga ke masa pascakonflik sistem kependudukan Poso belum ada penataan Pada saat terjadinya konflik

8 5

Tabel D ua Tahap R esolusi K onflik Peran dan H ubungan N egara-M asyarakat

TahapanResolusiKonflik

W ilayah State Position Society Position State-SocletyRelation

De-eskalasi Sulteng (Poso) Weak (lemah) Failure (gagal)

Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

ContendingMaluku (Ambon) Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

ContendingMaluku UtaraTobelo-Galela Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

Temate Weak (lemah) Failure (gagal)

Weak (lemah) Subordinat pasif

DiffusedDistrust (Kabur saling

curiga)

Jailolo Weak (lemah) Failure (gagal)

Weak (lemah) Subordinat pasif

DiffusedDistrust (Kabur saling

curiga)

Tidore Weak (lemah) Distrust Weak (lemah)

Subordinat pasif

DiffusedDistrust (saling curiga)

ContendingIntervensi kemanusiaan dan negosiasi

Sulteng (Poso) Weak (lemah) Failure (gagal)

Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

DiffusedDistrust (saling curiga)

Contendingpolitik Maluku (Ambon) Patronage

Menyediakan penengah (provide mediation) Trust

Semi-PartisipatifTrust

PyramidaiElitis

Problem Solving

Maluku UtaraTobelo-Galela Patronage

Menyediakan penengah (provide mediation) Trust

Mengangkat identitas bersama

(Foster shared identities)

Problem Solving

Temate Patronage Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

PyramidaiElitis

Jailolo Menyediakan penengah (provide

mediation)

Semi-Partisipatifinisiatif

Volountary(kemandirian)

Trust

Problem Solving

Tidore Patronage Weak (lemah)

Distrust salah satu pihakkeduanya

mengundurkan diri

PyramidaiElitis

Withdrawal

Diolah oleh Syafuan Rozi Emilia Yustiningrum amp Septi Satriani P2P LIPI Desember 2005Keterangan Trust = saling percaya Distrust = masih saling tidak percaya Contending = saling bersaing Problem Solving= sama-sama berupaya memecahkan masalah Yielding= sama-sama memberi konsensimengalah Withdrawal = salah satu pihak keduanya mengundurkan diri

86

beberapa kepala desa mengungsi ada pula yang te tap tinggal di w ilayah ini Permasalahan muncul ketika datangnya para pengungsi dari daerah lain yang menempati wilayah tersebut dan belum didaftar dengan baik Akibatnya orang menjadi sangat mudah masuk dan keluar dari wilayah Poso dan kesulitan dalam melacak pelaku bila teijadi kekerasan Sistem siskamling juga tidak dijalankan sehingga tidak bisa mendukung kinerja aparat keamanan14

Faktor trauma di kalangan anggota masyarakat masih begitu kuat karena konflik yang pemah teijadi Hancurnya sarana ibadah baik Muslim dan Kristen belum diperbaiki daerah kosong karena penduduknya yang mengungsi dan belum berani kembali ke tempat asal Selain itu hal ini berkenaan dengan m asalah hak-hak perdata m ilik pengungsi yang belum diperbaiki karena mereka yang mengungsi ini meninggalkan rumah dan tanah perkebunan sehingga pemilik tidak lagi menguasai rumah yang ditinggalkan dan lahan perkebunan yang telantar

Konflik yang berlangsung antara 1999-2000 telah mengubah pola hubungan konfigurasi etnik-agama di Maluku Utara Pusat pemukiman Nasrani kini cenderung lebih terkonsentrasi di Tobelo-Galela atau ke Jailolo baik dilihat dari jumlah penduduk maupun penguasaan atas kehidupan ekonomi dan politik setempat Kecenderungan berbeda kita jumpai di Tidore Kini Tidore menjadi semakin homogen dan mungkin menambah kesan eksklusif sebagai sebuah wilayah Muslim Dengan kata lain walaupun kalau dilihat dari pemukiman penduduk telah terjadi pembauran antara Muslim-Nasrani

14 Masih banyak sisa-sisa amunisi dan senjata api yang disimpan oleh masyarakat Senjata tersebut masih banyak yang disimpan meskipun sudah banyak juga yang telah diserahkan kepada aparat keamanan Aparat keamanan sendiri sudah berusaha memancing dengan pemberian hadiah-hadiah untuk anggota masyarakat yang bersedia menyerahkan senjatanya namun sebagian kelompok masyarakat ini tidak mau menyerahkan senjata mereka Kelompok ini masih memiliki ketakutan apabila nanti sewaktu-waktu diserang dan mereka tidak bisa membela diri

namun pascakonflik masyarakat berada pada titik di mana hubungan antara Islam-Kristen berupa saling menguatkan identitas ideologis masing-masing Kecenderungan demikian ten tu harus d ike lo la dengan baik dan d iperhatikan oleh pem erintah Hal ini disebabkan beberapa wilayah khususnya di Tobelo masih memperlihatkan kecenderungshyan tiap -tiap p ihak un tuk m enggalang kekuatan di bidang ekonomi dan politik

Tahapan rekonsialiasi di M aluku U tara akan terganggu b ila pem erintah m engabaikan un tuk m engem bangkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pascapengem balian ke daerah asal Pengungsi masih menginginkan program relokasi dan rumah tinggal tetap walaupun dengan program kredit murah Kerusuhan te lah m em buat lahan-lahan pertan ian perkebunan perikanan alat-alat produksi menjadi hancur sementara masyarakat masih mengandalkan mata pencahariannya dari sektor-sektor tersebut Pemerintah perlu memberi perhatian untuk pemberdayaan masyarakat agar bisa melanjutkan hidup misalnya untuk petani bagaimana pemerintah bisa membantu alat-alat pertanian dan alat- alat produksi Peran dan pola hubungan masyarakat dan negara yang semula kabur arogan dan kurang partisipatif (diffused elitis-pyramidal) bisa menimbulkan kendala dalam resolusi konflik di waktu mendatang15

15 Program intervensi kemanusiaan sebagai bagian resolusi konflik di Maluku Utara dan Maluku masih menghadapi kendala besar berhubung fakta adanya benang kusut masalah penanganan pengungsi di mana ribuan pengungsi masih tertahan di Kota Temate Banyak pengungsi belum menerima BBR (Biaya Bangun Rumah) dan bekal hidup Pengungsi sendiri menolak pulang bila BBR dan bekal hidup belum diberikan Kisruh masalah ini terkait erat dengan terjadinya banyak penyimpangan dan tidak seriusnya pemerintah daerah mdashdalam hal ini khususnya Dinas Sosial Provinsimdashdalam menangani program pemulangan pengungsi Penyimpangan yang banyak teijadi adalah akibat negara belum tegas dalam hukum dan tokoh pengungsi tidak dilibatkan secara partisipatif duduk satu meja membuat rencana ke depan dan membuka pendanaan yang transparan Alokasi dana pengungsi bagaikan sebuah bagi-bagi proyek di lapangan Begitu pula penanganan pengungsi di Ambon Maluku masih dalam keadaan yang relatif sama Butuh keseriusan dan koordinasi berbagai pihak yang lebih baik untuk kepentingan bersama

8 7

Usulan Rekomendasi

Ada beberapa langkah yang sebenarnya dapat dilakukan sebagai langkah awal m erentas ja lan pan jang perdam aian pascakonflik sebagai berikut

1) Pertama pembagian kekuasaan secara bergilir Sentimen perebutan jabatan politik birokrasi berdasar garis komunal mdash bagi daerah yang baru saja te rliba t konflik komunalmdash perlu segera diredam dengan power-sharing atau keterw akilan atau pergiliran etnisitas dalam kekuasaan Suatu kota yang m ayoritas didom inasi agama tertentu bisa saja pejabatpegawai yang diangkat sebagaim ana garis keagamaan penduduknya sedangkan yang seimbang perlu ada perimbangan dan pergiliran agar tidak terjadi eskalasi konflik Kedua peran pem erin tah daerah m em bangun early warning system menjadi penting karena berdasarkan pengalaman konflik yang pemah ada dan juga masih beragamnya potensi konflik yang bisa muncul bisa dideteksi lebih dini

2) Kasus desa Wayame Saparua Maluku cenderung bisa m enjadi sebuah contoh pelajaran model resolusi konflik yang baik bagi pemerintah dalam mengembangkan kebijakan politik khususnya penataan tata ruang di daerah-daerah yang mengalami masalah segregasi sosial dan kependudukan Desa Wayame memiliki ketahanan sosial terhadap konflik dan tidak terseret arus dahsyat konflik yang te rjad i karena m ultie tn ik dalam ku ltu r serta agam a penghuninya Di desa ini konsep pembauran sosial teijadi melalui interaksi-interaksi sosial yang tidak bersifat simbolik tetapi lebih pada interaksi sosial yang semestinya Ketika konflik terjadi kesadaran tumbuh di antara mereka untuk saling menjaga dan melindungi di antara kedua komunitas Islam dan Kristen yang ada di sana Kesadaran bukan tumbuh sesaat tetapi melalui proses interaksi sosial yang panjang Pendidikan menjadi salah satu

faktornya hanya dapat dibangun melalui penciptaan masyarakat yang membaur lewat pendidikan multikultural sebagai instrumen katalisator untuk saling menghormati

3) Perlu dibangun kesadaran masyarakat agar tidak mudah diprovokasi oleh pihak lain yang ingin mencari keuntungan sendiri di samping upaya penegakan hukum serta perlunya jaminan kesejahteraan bagi aparat keamanan agar tidak menyalahgunakan posisinya untuk kepentingan pribadi Di samping itu perlu juga dipikirkan kesejahteraan secara ekonomi masyarakat sebab kemiskinan merupakan ladang empuk bagi orang-orang yang tidak bertanggung jaw ab (provokator) untuk menjadikan mereka (orang-orang miskin tersebut) sebagai a lat pencapai tujuan provokator Program membangun Malut sebagai tujuan wisata memerlukan pelibatan masyarakat menyediakan penginapan home stay di rumah keluarga Untuk daya tariknya pemda dan masyarakat bersinergi membuat festival rakyat berkala dengan berbagai tema sentra kerajinan pasar seni pasar jajanan dan oleh-oleh budi daya hasil kelautan wisata dan olahraga bahari

4) Untuk menangani pengungsi kembalikan w ew enang kepengurusan pengungsi di tangan pemerintah daerah tingkat kabupaten dan d ihapus w ew enang p ihak ketiga (kontraktor) dalam hal ini melibatkan tokoh pengungsi sebagai team-work Pemberian dana bantuan BBR dan biaya lauk pauk agar bersam aan seh ingga dana yang sudah disalurkan tidak dialihkan untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari Hal ini memerlukan koordinasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten dalam hal data sehingga tidak ada lagi kesimpangsiuran di lapangan Kalau perlu masalah pengembalian pengungsi tidak hanya d ilakukan secara sepihak oleh pem erintah dan harus mulai melibatkan tokoh-tokoh masyarakat baik adat dan agama sehingga kem ungkinan m enjadikanpengungsi untuk komoditas dapat dihindari

8 8

Daftar Pustaka

Chauvel Richard 1990 Nationalists Soldiers and Separatists Leiden KITLV Press

Sung Hee Kim et al 1986 Sosial Conflict Escalation Stalemate Deescalation Mc Graw-Hill 2nd Edition

Kriesberg Louis 2003 Constructive Conflicts From Escalation to Resolution Maryland Rowman and Littlefield Publisher Inc

Varshney Asutosh 2002 Ethnic Conflict and Civic Life Hindus and Muslim in India New York Yale University Press

R esu m e

MINORITAS MUSLIM DI AUSTRALIA DAN INGGRIS

Indriana Kartini

Abstract

The w ar against terrorism has becom e the main topic and spread a ll over the w orld since the bombing o f WTC building in Septem ber 11 2001 The issue is that rather fighting terrorist as the actor o f terrorism the war is blured with fighting M oslem peop le as the most victim ized as the actor o f terrorism M oslem s in Australia and United Kingdom two countries that becom e close supporter o f USA in the w ar against terrorism has suffered o f negative pu blic perception It is interesting to analyse po licy in those two U S rsquo close allies The research that has been conduct com pares p o licy o f Australia and Britain after the bombing Im age o f M oslem community in those countries is shaped by the role o f mass media as the source o f opinion The w ar against terrorism has negative

effect that it is victimizing M oslem community as the source o f terror

Isu terorisme merebak ke penjuru dunia khususnya pascatragedi pengeboman WTC di New York pada 11 September

2001 Tujuan m endasar dari ldquoperang melawan terorismerdquo yang dikumandangkan Amerika Serikat menyusul peristiwa 11 September akhirnya menjadi kabur yakni antara memerangi terorisme atau memerangi Islam Penggalangan dukungan dari negara- negara lain yang diprakarsai AS untuk melakukan perang melawan terorisme lebih tampak sebagai penggalangan sikap untuk turut mencurigai setiap kelompok Muslim Oleh sebab itu sikap an ti-Islam yang diwujudkan melalui teror dan intimidasi terhadap kelom pok m inoritas M uslim m uncul di beberapa negara term asuk Australia dan Inggris khususnya mereka yang diduga mempunyai keterkaitan dengan jaringan teroris internasional

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Indriana Kartini (koordinator) Afadlal Hamdan Basyar Riza Sihbudi Sri Nuryanti Dhuroruddin Mashad

Penulis adalah peneliti pada Bidang Penelitian Politik Internasional P2P LIPI Jakarta

Hubungan Muslim dan Non-Muslim di Australia Tataran Masyarakat

Hubungan Muslim dan non-Muslim di Australia mengalami pasang surut Hal ini diakibatkan oleh banyak faktor misalnya soal kesejarahan perkembangan situasi yang kom pleks dengan adanya isu-isu baik nasional m aupun in te rnasional dan generalisasi yang berlebihan atas eksistensi komunitas Muslim di Australia

Dari sisi sejarah datangnya Islam di A ustralia diyakini dibaw a oleh pelaut Makassar pemburu tripang pada tahun 1750 kemudian terjalin hubungan dagang dan perkawinan campuran Fase berikutnya pem erin tah A ustra lia m endatangkan pengendara unta dari Afghanistan yang awalnya dipakai untuk mengatasi keadaan alam yang sangat sulit Pada perkembangan berikutnya m ereka diberdayakan untuk membangun jalur telegraf dan jalur kereta yang disebut Ghan Train Fase selanjutnya banyak berdatangan imigran dari negara- negara Eropa dan Timur Tengah Imigran dari negara Eropa memang tidak signifikan bagi

91

perkem bangan kom unitas M uslim di Australia Namun demikian kedatangan imigran dari negara-negara Arab dan Timur Tengah sangat signifikan dalam sejarah perkembangan Islam di Australia

Beberapa hal yang m empengaruhi hubungan antara masyarakat Muslim dan non -Muslim di Australia yaitu dilihat dari jumlah kelom pok keagam aan (relative size o f groups) tidak adanya overlapping antara agam a yang berbeda tidak adanya ghettoisasi dan tidak adanya politisasi atas perbedaan yang ada yang pada dasarnya m em pengaruhi pasang surut hubungan antarmasyarakat itu Dari hal-hal tersebut suatu kesim pulan dapat d itarik bahwa meskipun hubungan antara Muslim dan non- Muslim terkadang mengalami fluktuasi namun masih dikatakan wajar yang artinya tidak mengarah kepada pengucilan permanen atas kelompok Muslim

Pesatnya perkembangan komunitas Islam di Australia pada gilirannya tidak lagi d ianggap sebagai fak to r yang tu ru t menggerakkan perekonomian di Australia tetapi kemudian dilihat sebagai bagian yang ldquom em bahayakanrdquo kelangsungan hidup komunitas kulit putih di Australia yang didominasi budaya Anglo-Saxon Sebagai akibatnya hal ini memunculkan kebijakan yang membatasi perkembangan komunitas Muslim dengan dikeluarkannya kebijakan White A ustralia Policy 1901

Kebijakan ini berpengaruh terhadap menyurutnya kedatangan imigran dari Timur Tengah dan negara Arab Setelah kebijakan tersebut d irev isi pada tahun 1958 dan akhirnya dihapus sama sekali pada tahun 1972 barulah komunitas Islam di Australia menggeliat lagi dengan banyaknya imigran dari negara-negara Arab dan Timur Tengah

Sebagaim ana disinggung di atas hubungan an tarm asyarakat m engalam i pasang surut tergantung pada isu-isu yang mewarnai perkembangannya Hubungan antarm asyarakat pada dasarnya terjalin dengan baik Selam a ini pem erin tah

A u stra lia dan m asyarakat A ustralia menghormati pelaksanaan asas multikultur A ustralia Nam un dem ikian hubungan memburuk manakala ada isu internasional yang merupakan generalisasi berlebihan atas suatu persoalan atau stigma atas kelompok M uslim A u stra lia yang kem ungkinan dipengaruhi oleh opini-opini yang dibangun m edia m assa Stigm a kedekatan Islam dengan terorisme Arab dan lain-lain yang menyudutkan umat Islam di Australia pada beberapa peristiw a telah memunculkan tindakan diskrim inatif bahkan kekerasan seperti ketika dilakukan sweeping pada komunitas Muslim Australia pascapeledakan Bom WTC dan Bom Bali

Media massa memegang peran penting dalam pembentukan opini publik khususnya yang berkaitan dengan eksistensi kelompok Muslim Meskipun dalam perkembangannya kelompok Muslim ini mengorganisasi diri dalam berbagai bentuk organisasi dari organisasi formal yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan sampai organisasi radikal diskursus yang berkembang dalam m asyarakat A u stra lia khususnya yang berkaitan dengan fundam entalism e atau terorisme tidak harus dihubungkan dengan keberadaan organisasi Islam ini Sayangnya m edia m assa te rkadang bias dalam pemberitaannya sehingga sikap masyarakat yang tidak berlebihan atas suatu hal diekspos besar-besaran oleh media Hal ini sering m enim bulkan salah persepsi mengenai eksistensi komunitas Muslim di Australia dan keterkaitannya dengan isu-isu terorisme D engan sem angat m ultiku ltu ra lism e seharusnya bisa dibangun kondisi yang lebih kondusif bagi munculnya pemahaman yang komprehensif mengenai komunitas Muslim di Australia

Kebijakan Pemerintah Australia terhadap Minoritas Muslim

r

K ebijakan pem erin tah federal Australia terhadap minoritas Muslim beijalan dalam ruang politik yang dikuasai oleh dua

9 2

kekuatan politik yaitu gerakan konservatif dan gerakan progresif Kedua kekuatan politik itu sesuai dengan sistem yang berlaku di Australia selalu berusaha membangun keb ijakan serasi seh ingga ben tuknya merupakan pelbagai variasi penerapan nilai- nilai liberalisme Persamaan sikap kedua kekuatan politik yang paling menonjol adalah konsistensi m ereka dalam m enjalankan prinsip sekularisme dan praktik pemerintahan Westminster Kedua konsistensi ini telah menempatkan komunitas Muslim Australia sebagai objek yang harus m engalam i sosialisasi nilai-nilai liberal dan peradaban Barat

Kedua kekuatan politik yang dalam praktik kenegaraan terwakili oleh Partai Liberal dan Partai Buruh selalu berusaha m enegakkan n ila i-n ila i seku ler dalam masyarakat Manifestasinya ialah memegang teguh peradaban Barat yang memisahkan kegiatan-kegiatan sosial politik dari kegiatan- kegiatan keagam aan Peradaban Barat m enganggap keg iatan sosia l po litik m asyarakat sebagai urusan m asyarakat sendiri Oleh karena itu kedua kekuatan po litik te rseb u t akan sela lu m elihat komunitas Muslim sebagai komunitas yang tidak mengunggulkan identitas keagamaan dalam pergaulan kemasyarakatan Program multikulturalisme tampak sebagai koleksi budaya dan bukan koleksi cita-cita kelompok sosial beragama Kelompok sosial Islam dianggap sebagai bagian dari koleksi budaya tersebut

Kedua kekuatan politik juga sepakat menjaga sistem politik yang merupakan warisan Inggris di mana parlemen memiliki otoritas tertinggi dalam penyelenggaraan pemerintahan Sementara itu pemerintah merupakan bagian dari parlemen tersebut Konsekuensinya semua undang-undang harus bersumber pada aspirasi masyarakat dan tidak boleh m engam bil ru jukan keagamaan Mereka menganggap kedaulatan Tuhan tidak bisa hidup dalam praktik politik di A ustralia M ereka ju g a cenderung

melakukan liberalisasi komunitas Muslim dengan tujuan menanamkan nilai-nilai liberal dan peradaban Barat

Percaturan kekuatan politik yang melibatkan kedua gerakan tersebut telah m elandasi kebijakan pem erintah federal melakukan pengawasan yang amat ketat kepada kelompok-kelompok sosial Islam yang d ituduh te ro ris U ndang-undang antiterorism e m enjadi beban psikologis komunitas Muslim karena merasa selalu menjadi sasaran operasi intelijen dan polisi federal Akan tetapi percaturan kekuatan politik juga melandasi persamaan hak-hak kom unitas M uslim serta m endapatkan jaminan hidup sesuai prinsip welfare state Misalnya pemerintah memberikan subsidi kepada lembaga-lembaga pendidikan dan kemasyarakatan Islam

Minoritas Muslim di InggrisTataran Sosial

Meski tak ada informasi pasti kapan tepatnya agama Islam masuk ke Inggris tetapi setidaknya terdapat catatan yang menyebutkan bahwa pada abad ke-10 telah ada Muslim yang menginjakkan kakinya di negeri yang disebut Al Bartun itu Kaum Muslim kian banyak dijumpai di Inggris terutama terjadi di era imperialisme dan kolonialisme Inggris yang mencaplok banyak wilayah Timur yang komunitasnya mayoritas Islam termasuk khususnya dari Asia Selatan Seiring dengan hadirnya ldquokomunitas baru in irdquo sejak 1919-an m ulai berm unculan boarding-house (rumah kontrakan) yang didirikan sekaligus dihuni oleh komunitas Islam

B erdasar data yang d iterb itkan Minority Rights Group International pada Agustus 2002 tergambar bahwa komunitas Muslim tersebar Muslim terbanyak tinggal di London (1 juta) lalu Bradford (82750) Scotland (60000) Wales (50000) Leeds(3 0 0 0 0 ) O ldham (25 000) L ecester(25000) Birmingham (150000) dan Irlandia

9 3

U tara (4000) Dari seluruh kom unitas Muslim sebagian besar berasal dari sub kon tinen Ind ia Turki serta sebagian keturunan Timur Tengah dan atau Afrika

Generasi awal Muslim Inggris tidak semuanya kaum pendatang Shaikh Abdullah Quilliam adalah salah satunya Keislaman mualaf yang intelektual dan aktivis ini diikuti banyak orang termasuk sejumlah ilmuwan bereputasi Sebagai intelektual Quilliam sangat produktif dalam menulis tentang Islam Bahkan tulisannya berjudul ldquoThe Faith of Islamrdquo diterjemahkan ke dalam 13 bahasa Tak sedikit komunitas Inggris pada tahun 1880-an tertarik menjadi Islam lantaran terpengaruh tulisan dan aktivitas Quilliam ini Tahun 1891 Quilliam mendirikan masjid dan akademi yang mengelola bermacam-macam kegiatan seperti sekolah literary society oriental library museum serta menerbitkan jurnal The Crescent (terbit mingguan) dan Islamic World (terbit bulanan)

Salah satu organisasi yang sangat berjasa dalam pengembangan Islam Inggris adalah Pan-Islamic Society (PIS) yang didirikan Dr Abdullah Suharawardy yang berusaha m enghilangkan salah persepsi tentang Islam di lingkungan masyarakat non- Muslim Sebagai upaya memperkokoh PIS akhir abad k e-19 Dr Leitner mendirikan Woking Mosque m enjadi tonggak awal hadirnya sebuah masjid di London Woking Mosque ini punya pengaruh reg ional melakukan korespondensi sangat intensif dengan m uslim di luar Inggris seperti Belanda Norwegia Swedia Hungaria dan lain-lain yang dipublikasikan pula dalam Islamic Review

Dalam konteks kekinian strategi pendidikan dalam mempersiapkan generasi muslim modem dalam konstelasi dunia Barat tetap berlanjut Sekolah model ini bukan saja berguna untuk m em bangun kesadaran keberagam aan an tara M uslim dengan penganut agama lain tapi juga dengan sesama Muslim lain yang sebagian besar datang sebagai imigran dari banyak negara

Karena ada ldquolampu hijaurdquo dari pemerintah institusi pendidikan Islam berkem bang bahkan sampai tingkat perguruan tinggi seperti The Muslim College di London atau Markfteld Institute ofHigher Education The Institute o f Higher Islamic Daruul Uloom (L eiceste r) B ahkan di lingkungan pendid ikan k o n serv a tif seperti Oxford University telah berdiri Oxford Centre Islamic Studies (OCIS)

Dalam konteks ekonomi Muslim hal ini semula mengalami problem di dunia perbankan dengan sistem konvensional Setelah melalui lobi bertahun-tahun akhirnya HSBC mulai Juli 2003 mengadopsi sistem pendanaan Syariah lalu menyusul Islamic Bank ofBritain di London (September 2004) dan pada Maret 2005 diikuti Lyods TSB bank terkemuka di Inggris Memang beberapa kasus perlakukan tidak adil terhadap Muslim m asih te rjad i ba ik dalam hubungan antarindividu dunia usaha ataupun seputar isu jilbab di lembaga pendidikan Namun demikian problem itu dapat diselesaikan melalui jalur hukum secara relatif adil

Sebagian besar m igran M uslim berasal dari pedesaan asal negaranya suatu lokasi mdashyang berbeda dengan perkotaanmdash yang pengaruh w esternisasi dalam ide norma gaya dan cara hidup belum masuk secara intensif dalam kehidupan mereka K etika berm igrasi ke Inggris m ereka mengalami sebuah keterkejutan budaya sebagai akibat menghadapi sebuah komunitas baru yang sangat berbeda Terkait dengan persoalan ini mereka setidaknya meliputi tiga kelompok Muslim Pertama ldquokelompok fanatikrdquo Realitas politik internasional yang sangat tidak menguntungkan Islam adanya p o litik s tandar ganda dari kekuatan hegemoni dan adanya semangat kebangkitan Islam di seluruh dunia ikut mempengaruhi pem ikiran sebagian M uslim Inggris ini Kedua kelompok yang masih mencampurshyadukkan ajaran Islam dengan kultur sesuai dengan garis etnisitasnya Sebagai bagian terbesar dari komunitas Muslim Inggris

9 4

mereka cenderung longgar terhadap sebagian kultur Barat namun sangat anti pada bagian lain Ketiga kelompok muslim kebarat- baratan yang jumlahnya sangat kecil

Terutama bagi kelompok Muslim fanatik problematika sosial yang sering kali muncul antara lain (a) Soal pendidikan gaya Barat (inggris) yang tak ada aturan apalagi batasan hubungan beda kelam in dinilai bertentangan dengan nilai Islam dan kultur asal mereka Realitas ini mendorong mereka berusaha m ewujudkan institusi sekolah tersendiri (b) Mainstream media massa serta dunia hiburan menurut parameter mereka dinilai te rla lu vulgar m enjadi fak tor penyebab penyim pangan tingkah laku generasi muda (c) A turan hukum legal form al Inggris belum m am pu m engshyakomodasi syariah dalam kehidupan umat Islam (d) Mereka terkadang dihadapkan larangan pelaksanaan salat (apalagi Jumat dan hari besar Islam) pada jam-jam kantor jam sekolah jam pabrik (e) Fasilitas-fasilitas umum (seperti pem andian umum) sulit dimanfaatkan kaum muslimah tanpa harus melanggar keyakinan kultural keagamaanshynya Realitas-realitas tadi menyebabkan kaum M uslim sebagai warga m inoritas keagamaan terbesar tetap merasa diabaikan pemerintah bahkan oleh masyarakatnya

Di tengah upaya konsolidasi umat ini komunitas Muslim juga menghadapi problem in ternal ak ibat faksionalism e dalam kehidupan keagamaan seperti (1) Isu-isu kemurnian ajaran agama seperti Barelvi (pengaruh Asia Selatan) vs Wahabi (pengaruh Arab Saudi) (2) Isu-isu sosial politik seperti antara pengikut Jamaah Tabligh yang ldquoa- politisrdquo vs Jam aat Islami dan Ikhwanul Muslimin yang kental dengan politik (3) Isu regionalisme akibat beda asal negara asal wilayah dengan latar belakang bahasa etnis kultur dan kebiasaan berbeda M ereka m erasa lebih sreg berhubungan dengan komunitas Muslim yang sama latar belakang asalnya (4) Ghetto Komunitas Muslim tinggal mengelompok dalam komunitas

Muslim sendiri guna mencegah lahirnya generasi Muslim yang asing terhadap Islam

Persepsi tentang Islam di dunia Barat termasuk Inggris telah terbentuk selama berabad-abad Meskipun selama waktu itu telah terjadi suatu proses untuk memahami Islam di dalam komunitas Barat namun realitas konflik sering kali masih terjadi Dalam konteks ini peran berita-berita di banyak media secara krusial terlibat dalam realitas ini bahkan ikut bertanggung jawab terhadap terbangunnya apa yang disebut ldquothe elite racismrdquo di Inggris di mana Muslim sering kali terkonotasi dengan barbar ignoran berpandangan sempit semi-citizen teroris gila penganut agama yang sangat tidak toleran Diskursus media massa Inggris yang secara ideo log is bernuansa anti- Muslim menjadi sangat mengental terutama sejak Revolusi Iran tahun 1979 Sejak saat itu terutama sejak terungkap dalam banyak berita is tilah fundam entalism e terus disejajarkan dengan Islam tentu saja dalam pemaknaan negatif

Sikap media seperti itu makin parah seiring dengan polemik buku The Satanic Verses tulisan Salman Rushdi Demonstrasi dengan membakar buku oleh Muslim sebagai s im bolitas ke terlukaan hati akibat penghinaan oleh m edia diliput dengan komentar-komentar yang lebih merefleksikan penilaian tentang karakter keagamaan yang m eletup-letup di kalangan Islam Sifat tersebut dilabeli sebagai membahayakan peradaban Barat Fokus komentar lebih terfokus pada isu-isu emosional Muslim ancaman kem atian fundam entalis abad pertengahan fanatisme serta militanisme Bahkan istilah-istilah ldquoMad Mullahs Iranian terrorist Mad Dog Gadaffirdquo yang sering kali m ew arnai m edia ikut m enyuburkan terbangunnya image negatif bagi komunitas Muslim1 Dalam konteks ini suara Muslim 1

1 Tahir Ababas ldquoMedia Capital and the Representation of South Asian Muslims in the British Press an Ideological Analysisrdquo Institute o f Muslim Minority affairs 2001 hlm 254

9 5

tak dapat ditangkap secara ldquojernihrdquo oleh komunitas Inggris pada umumnya Mereka tak memiliki kemampuan dan platform untuk mengajukan keberatan apalagi menjelaskan tentang berbagai hal yang secara distortif diberitakan media Problem seperti ini makin akut bagi Muslim Inggris terutama setelah tragedi WTC 9 September 2001 yang diikuti pula oleh tragedi Bom London 7 Juli 2005

K ebijakan Pem erintah Inggris terhadap M inoritas Muslim

Sejak awal Inggris Raya (Great Britain) terdiri dari masyarakat yang berasal dari empat kebangsaan yang berbeda yakni Inggris Skotlandia Wales dan Irlandia M ereka m enjadi sebuah negara ldquomultinasionalrdquo Mereka bersatu dalam satu identitas po litik dengan budaya yang berbeda Multikultural adalah slogan yang dikembangkan oleh Inggris

Konsep kewarganegaraan Inggris sebagai identitas politik dengan perbedaan berbagai bangsa tersebut menyebabkan para imigran dari bekas wilayah jajahan Inggris yang datang ke sana diperlakukan dengan baik dan diterima dalam sistem politik yang ada M ereka diperlakukan sebagaim ana bangsa Wales Irlandia maupun Skotlandia Kondisi itu telah menciptakan bangsa Inggris dengan kultur masing-masing Akan tetapi ketika ternyata para imigran tersebut banyak berdatangan ke sana maka ada kebijakan yang membatasinya Hal ini kemudian bershykembang pula apa yang disebut dengan sebutan ldquopatrialrdquo Istilah itu mengacu kepada orang-orang Inggris (British) asli yaitu yang berasal dari Inggris (England) W ales Skotlandia dan Irlandia serta keturunan mereka Istilah itu menimbulkan konotasi diskriminasi Warga yang bukan ldquopatrialrdquo tidak diperlakukan sama dengan warga yang ldquopatrialrdquo

Walaupun secara formal Inggris m enerapkan keb ijakan yang no n shydiskriminasi tetapi pada kenyataannya istilah tersebut telah menim bulkan sikap yang

diskriminatif Dalam kehidupan sehari-hari para ldquopatrialrdquo memperoleh hak istimewa sedangkan nonpatrial menjadi warga negara ldquokelas duardquo

Sikap tersebut juga muncul terhadap para M uslim di Inggris M ereka yang kebanyakan berasa l dari para im igran dianggap nonpatrial yang berarti tidak diutamakan dalam kehidupan di Inggris M ereka m engalam i d isk rim inasi yang berkaitan dengan pengamalan agama Islam

P aling tidak dua a tu ran hukum Inggris m em punyai dam pak signifikan terhadap keh idupan M uslim di sana Pertam a the Race Relations Act Undang- undang te rseb u t m elarang adanya diskriminasi berdasarkan ras dan etnis dalam berbagai kegiatan tetapi hak beragama tidak termasuk dalam undang-undang tersebut Dengan demikian Muslim di Inggris tidak m em punyai p ijakan hukum untuk mempertahankan haknya sebagai Muslim bila ada pihak lain yang melarang mereka ketika tengah m enjalankan kehidupan keberagam aannya M isalnya pada hari Jumat laki-laki M uslim dilarang untuk m elakukan salat Jum at atau M uslim ah dilarang mengenakan hijab (jilbab)

Kedua the Public Order Act yang dibuat pada tahun 1986 Undang-undang ini mencegah adanya dorongan kebencian rasial Selain itu the Crime andDisorderAct dibuat pada tahun 1998 U ndang-undang ini menciptakan kategori baru dalam tindakan rasial yang tidak menyenangkan termasuk penyerangan perusakan dan pelecehan Akan tetapi berbagai tindakan kebencian keagamaan yang ditujukan kepada para Muslim kembali belum tercakup dalam aturan-aturan tersebut Kondisi itu dapat m elah irkan perasaan te ra lien asi dan terpinggirkan di kalangan Muslim di sana Akibatnya mereka tidak dapat melakukan keh idupan secara ldquon o rm alrdquo dalam bermasyarakat

Sebenarnya masyarakat Muslim di Inggris m enging inkan pengakuan dan perlakuan yang sama dengan warga negara

9 6

lain Mereka ingin dianggap sebagai bagian masyarakat dari negara tersebut Hal itu berkaitan dengan hak asasi warga negara yang semestinya diperlakukan sama Hak asasi itu harus diterapkan kepada siapa pun tanpa melihat latar belakang warna kulit maupun keyakinan yang dianutnya Praktik keagamaan semestinya dapat dilakukan oleh penganut Yahudi Kristen maupun Islam

Memang di antara Muslim Inggris ada yang berkiprah dalam dunia politik Ada dua warga Muslim Inggris yang menjadi anggota parlemen (Majelis Rendah) Ada empat orang Muslim yang menjadi peers Ada satu orang Muslim Inggris yang menjadi anggota Parlemen Eropa Di tingkat lokal partisipasi M uslim Inggris m engalam i peningkatan yang cukup signifikan Pada pemilihan tahun 1996 160 Muslim menjadi anggota Dewan Kota (Councillors) Pada tahun 2001 jumlah anggota Dewan Kota yang Muslim berjumlah 217 orang Para anggota Dewan Kota tersebut mewakili daerah-daerah yang penduduk Muslim cukup besar seperti London Birmingham dan Bradford Keikutsertaan M uslim Inggris dalam kancah politik tersebut diharapkan dapat memberikan harapan yang lebih baik bagi kehidupan Muslim Inggris

Mtaslim di Australia dan Inggris Dimensi Internasional

K ehidupan m inoritas M uslim di Australia dan Inggris senantiasa terkait dengan peristiwa internasional Bahkan tidak jarang peristiwa kekerasan internasional berimbas terhadap kehidupan Muslim di dua negara tersebut M anakala terjadi aksi kekerasan internasional yang melibatkan Muslim maka minoritas Muslim di Australia dan Inggris langsung terkena imbasnya Misalnya saja pasca-Perang Teluk 1991 di mana Irak menginvasi Kuwait yang berujung pada penyerangan sekutu ke Irak aksi kekerasan terhadap minoritas Muslim di A ustralia pun terjad i K em udian aksi

terorisme 11 September 2001 di New York juga menimbulkan aksi kekerasan terhadap Muslim di Australia dan Inggris

P a sc a -11 Septem ber ldquoperang melawan terorismerdquo menjadi agenda utama kebijakan luar negeri AS Agenda tersebut juga diadopsi oleh Australia dan Inggris yang m erupakan sekutu terdekat AS Hal ini menciptakan koalisi triangular (baca AS Australia dan Inggris) dengan AS sebagai pemegang tongkat komando Ketiga negara tersebut juga mengeluarkan produk hukum yakni UU antiterorism e yang bertujuan memerangi terorisme Akan tetapi dalam kenyataannya komunitas Muslim menjadi target utama pelaksanaan UU tersebut Atas nama perang melawan terorisme beberapa warga M uslim di A ustralia dan Inggris ditangkap dengan menggunakan payung hukum tersebut Hal ini justru menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat Muslim bahwa tanpa bukti yang kuat bisa saja m ereka d itangkap dengan dalih memerangi terorisme Hal ini dapat dikatakan bahwa gerakan antiteror yang dilakukan pemerintah Australia dan Inggris justru m enim bulkan tero r terhadap m inoritas Muslim

Oleh karena itu kebijakan standar ganda yang dilancarkan pemerintah AS Inggris dan Australia justru menumbuhshysuburkan radikalisme di kalangan Muslim Laporan dari Royal Institute o f International Affairs a tau d ikenal Chatham House menyimpulkan bahwa invasi ke Irak oleh AS bersam a Inggris dan A u stra lia ju s tru m elahirkan perekru tan m ilitan M uslim sekaligus m eningkatkan propaganda perekrutan dan pengumpulan dana bagi gerakan al-Qaida Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pelaku pengeboman di London adalah para pemuda Muslim berkewarganegaraan Inggris Sementara di Australia terdapat pula pemuda Muslim yang berniat melakukan aksi bom bunuh diri di Lebanon pada 2002 Para pemuda tersebut merupakan bagian dari masyarakat Muslim

9 7

yang tidak menyetujui kebijakan luar negeri Inggris dan Australia yang agresif terhadap dunia Islam Hal ini terutama berkenaan dengan keikutsertaan Inggris dan Australia bersama AS dalam serangan ke Afghanistan dan Irak

Tatkala serangan m ilite r ke Afghanistan diluncurkan BBC melakukan polling pada November 2001 yang hasilnya sekitar 80 Muslim Inggris memandang aksi m ilite r AS dan Inggris tidak dapat dibenarkan Sementara pada saat perang Irak sekitar 66 Muslim Inggris menentang aksi militer ke Irak Sikap Muslim Australia juga menentang keikutsertaan militer Australia dalam serangan ke Afghanistan dan Irak Menarik untuk dicermati pernyataan Aziza Abdel Halim Presiden Muslim Women rsquos National Netwprk Australia yang mengungkapkan bahwa banyaknya pemuda Islam yang berpandangan radikal sebenarnya dampak kebijakan luar negeri Australia Aziza menegaskan bahwa pandangan radikal akan memudar bila pemerintah Australia dan Barat (baca Inggris dan AS) menarik mundur pasukannya dari Irak maupun Afghanistan sehingga serangan bom ke negara-negara Barat akan berkurang dengan sendirinya Oleh karena itu sudah saatnya pemerintah A ustralia dan Inggris m engkaji ulang kebijakan luar negeri terhadap dunia Islam yang justru kontraproduktif

M inoritas M uslim di A u stra lia dan Inggris Catatan Perbandingan

Australia dan Inggris merupakan dua negara yang didominasi kaum ldquokulit putihrdquo yang mengaku menganut sistem demokrasi liberal yang dalam hal ini kedua negara tersebut sama-sama m enerapkan sistem demokrasi parlementer Australia adalah anggota Persemakmuran yang dipimpin oleh Ratu Inggris Dengan kata lain Australia berada ldquodi bawahrdquo kekuasaan Ratu Inggris B ahkan j ik a k ita p erha tikan bendera A ustralia terlihat je las adanya gam bar

bendera Inggris di pojok kiri atas Oleh sebab itulah hal ini dapat dipahami jika kebijakan luar negeri Australia cenderung ldquomengekorrdquo pada kebijakan luar negeri Inggris

Begitu pula dalam hal kebijakan politik Australia terhadap Islam baik dalam skala makro (yaitu kebijakan luar negeri mereka terhadap Dunia Islam) maupun dalam skala mikro (yaitu kebijakan terhadap kaum minoritas muslim) cenderung mengikuti apa yang dilakukan Inggris Setidaknya hal ini terlihat jelas dalam hal pandangan mereka atas m asalah Irak A fghan istan dan terorisme

Dari aspek historis Islam masuk ke kedua negara tersebut pada sekitar abad ke- 18 Bedanya jika di Inggris kaum Muslim didom inasi para w arga keturunan dari kawasan Asia Selatan (India Pakistan dan Bangladesh) yang pada awalnya masuk ke negara ini sebagai pekerja sedangkan di Australia sebagian besar kaum Muslim berasal dari kawasan Afghanistan Turki dan Timur Tengah khususnya Lebanon

Hubungan antar-sesama kelompok Muslim baik di Inggris maupun di Australia secara umum tidak mengalami permasalahan Memang suatu kecenderungan pengelomshypokan atas dasar asal-usul (ras dan etnis) tetap ada namun ini tidak mengganggu interaksi sosial di kalangan mereka Di kedua negara ini sejumlah organisasi kaum muslim berdiri seperti Muslim Council ofBritain (MCB) dan Muslim Association o f Britain (MAB) di Inggris atau Australian Federation o f Islamic Council (AFIC) di Australia Organisasi- organisasi ini memainkan peranan penting dalam rangka memelihara hubungan baik (silaturahmi) di antara sesama komunitas Muslim serta dalam rangka memperjuangshykan kepentingan kaum minoritas Muslim

Di Inggris dan A ustra lia p ershytumbuhan jumlah kaum Muslim tergolong cukup pesat Bahkan di Inggris Islam menjadi agama minoritas terbesar (dibanding agama Yahudi atau Hindu) Sementara di Australia Islam merupakan agama minoritas

9 8

S

terbesar kedua (di bawah agama Hindu Budha) Sebagai minoritas kaum Muslim m endapatkan kebebasan dalam hal menjalankan ibadah keagamaannya (salat puasa maupun pergi haji) namun dalam hal hubungan dengan kaum non-Muslim bisa dikatakan m engalam i fluktuasi Secara umum hubungan tersebut relatif cukup baik nam un kadangkala m uncul perlakuan diskriminatif Hal ini sekaligus membuktikan bahw a kendati Inggris dan A ustra lia mengklaim dirinya sebagai ldquopenganut sistem demokrasirdquo dalam realitasnya tidak semua w arga negara m ereka benar-benar menampilkan diri sebagai ldquodemokrat sejatirdquo Di A ustra lia kaum M uslim sering m enghadapi kesu litan ketika hendak membangun tem pat ibadah (khususnya masjid)

Sikap negatif warga mayoritas non- Muslim terhadap kaum minoritas Muslim di kedua negara ini tidak lepas dari peranan media massa dalam membentuk opini yang dipenuhi prasangka negatif terhadap kaum Muslim Dalam kasus Salman Rushdie penulis novel Ayat-Ayat Setan yang jelas-jelas menampilkan penghinaan terhadap Islam misalnya media massa di Inggrismdashatas nama ldquokebebasan berekspresirdquomdash mengambil sikap yang merugikan kaum Muslim Media juga hampir selalu menampilkan hal-hal yang negatif dalam pemberitaan mereka tentang dunia Islam yang pada ujungnya ikut membentuk persepsi yang negatif dari kaum non-M uslim terhadap kaum m inoritas Muslim Hal ini dapat dimengerti mengingat

sebagian besar media massa di Inggris dan A ustralia dikuasai para pem ilik modal keturunan Yahudi

Dari sisi kebijakan resmi penguasa sendiri memang sering kali menyatakan bahwa semua warga negara di sana atas nama demokrasi dan hak-hak asasi manusia diperlakukan secara sama apa pun agama yang dianut oleh warga negara mereka Dalam konteks pelaksanaan bidang hukum m isalnya tidak ja rang kaum m inoritas M uslim m endapat perlakuan yang sama dengan warga non-Muslim Tidak jarang dalam beberapa kasus soal jilbab kaum minoritas Muslim memperoleh kemenangan di pengadilan

Akan tetapi sejak terjadinya kasus serangan te ro ris di A m erika pada 11 Septem ber 2001 (911) kecenderungan perlakuan yang sangat diskriminatif tampak ditujukan kepada kaum Muslim Bahkan beberapa saat setelah terjadinya kasus 911 (juga Bom Bali 2002 dan Bom London 2005) sejum lah m asjid di Inggris dan A ustralia d irusak atau dibakar massa Beberapa warga Muslim juga mengalami nasib yang mengenaskan karena dikeroyok massa Beberapa di antara mereka ada yang sampai meninggal dunia Hal ini sekaligus m em buktikan bahw a ldquoperang melawan terorismerdquo yang dikobarkan Amerika Serikat di baw ah rezim GW Bush m embawa dam pak n e g a tif te rhadap nasib kaum minoritas Muslim di negara-negara Barat termasuk di Inggris dan Australia

9 9

Resume

KEBIJAKAN PERTAHANAN AUSTRALIA DAN RESPONS NEGARA-NEGARA ASIA TIMUR DAN

SELANDIA BARU

Athiqah Nur Alami

Abstract

Australiarsquos position in Asia Pacific has a significant consideration on their policy making primarily defense policy Their close relationship with The United States o f America and the United Kingdom sometimes becomes impediment in building relations with neighbor countries in Asia The Australia s defense policy more or less reflects the big countries interest in Asia Pacific including Proliferation Security Initiatives SM-3 andAMIZ policies Those policies bring about various reactions from the East Asian Countries and New Zealand The different reactions are related strongly with their interest and cooperation with Australia

Australia merupakan suatu negara sekaligus benua yang m em iliki k a rak te ris tik cukup m enarik

dibanding negara lain Kebijakan Australia yang lebih condong ke Barat ternyata kerap menimbulkan ketegangan dengan negara- negara tetangganya di kawasan Asia Pasifik Pasalnya kebijakan pemerintahan Australia sedikit banyak tidak jauh berbeda bahkan sejalan dengan Inggris dan Amerika Serikat Termasuk di dalamnya kebijakan pertahanan Australia yang cenderung selalu memerlukan payung pertahanan dari negara besar dalam hal ini terjadi pergeseran dari Inggris ke Amerika yang dikenal dengan pergeseran dari Pax Britanica ke Pax Americana pada Desember 1941

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri darTri Nuke Pudjiastuti (koordinator) Ikrar Nusa Bhakti Japanton Sitohang Mohamad Rum Athiqah Nur Alami Adriana Elisabeth Kusnanto Anggoro

Penulis adalah peneliti pada Bidang Politik Internasional P2P LIPI

Di dalam laporan penelitian tahun ini tim peneliti Australia berupaya menjelaskan bagaimana kebijakan pertahanan Australia tahun 2000-2005 termasuk perkembangan atau evolusi yang teijadi mulai pada tahun 1986 hingga 2005 dan isu-isu strategis yang muncul dalam kebijakan tersebut Kebijakan pertahanan Australia ini tentu saja akan memberikan implikasi ataupun pengaruh terhadap negara-negara tetangganya Oleh karena itu menganalisis respons dari negara- negara tetangga Australia dan juga negara- negara besar di A siamdash m eskipun tidak berbatasan langsung dengan Australiamdash terhadap kebijakan pertahanan Australia tersebut menjadi penting untuk dilakukan dalam penelitian ini N egara-negara di kaw asan A sia T im ur yang kam i p ilih berdasarkan signifikansi negara-negara tersebut dengan Australia dan juga terhadap politik internasional di wilayah Asia Pasifik yaitu Cina dan Jepang Sementara negara di Asia Tenggara yang juga dianalisis yaitu Indonesia Singapura Malaysia Filipina dan

101

Thailand Selandia Baru sebagai negara tetangga di selatan Australia juga menjadi bag ian an alisis atas respons terhadap kebijakan pertahanan Australia tersebut

Pengaruh Lingkungan Strategis dalam Kebijakan Pertahanan Australia

Sebagai negara rdquokulit putihrdquo yang berada di wilayah Asia membuat Australia merasa perlu mengembangkan kebijakan pertahanan salah satunya dengan membangun jaring-jaring pertahanan dengan negara-negara di Asia Tenggara Selain itu menjaga kepentingan Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik merupakan salah satu bentuk wujud aliansi abadi Australia kepada Amerika Serikat

Dua penekanan dalam kebijakan pertahanan itu lah yang terkadang m enim bulkan dilem a dalam kebijakan pemerintah Australia Di satu sisi Australia m embutuhkan Amerika Serikat sebagai penjamin keamanan negaranya Tetapi di sisi lain keberadaan Australia sebagai kaki tangan Amerika Serikat dianggap menghambat Australia dalam membina hubungan dengan negara-negara Asia

Oleh karena itu Australia berupaya merumuskan kebijakan pertahanan yang telah mengalami evolusi sejak 1986 hingga saat ini untuk mencari format yang paling tepat dalam m enjaga hubungan dengan Amerika Serikat sekaligus membangun hubungan baik dengan negara-negara tetangganya

Jauh sebelum Australia merdeka pada tahun 1901 h ingga tahun 1941 ketergantungan Australia kepada Inggris sangatlah besar karena sebagai salah satu negara Persemakmuran Inggris Australia merasa masih memiliki keterikatan historis dan politis dengan Inggris Namun perang dunia kedua membuat Inggris harus lebih memperhatikan kelangsungan eksistensinya di Eropa ketimbang menjaga keamanan negara-negara jajahannya di Asia Tenggara Terlebih dengan jatuhnya Singapura mdash

sebagai salah satu negara Persemakmuran Inggrismdashke tangan Jepang menyebabkan A ustra lia m em ik irkan kem bali k e te rshygantungannya dengan Inggris Karena itulah demi keamanan negara Australia beralih ke A m erika Serikat yang d iyak in i dapat memberikan jaminan keamanan dan payung perlindungan pertahanan kepadanya

K onsekuensi dari bentuk pengabdian-nya kepada Amerika Serikat A ustralia diwajibkan untuk mendukung bahkan berjuang bersama dalam berbagai kebijakan Amerika Serikat Misalnya pasca- tumbangnya Uni Soviet Amerika Serikat sedang giat memerangi komunisme di Asia Pasifik maka Australia pun melakukan hal serupa Dengan mengedepankan Forward Defence Strategy Australia bersama Amerika Serikat berupaya membendung penyebaran komunisme dalam Perang Korea dan Perang Vietnam Selain itu tergabung dalam South East Asia Treaty Organization (SEATO) British Commonwealth Far East Strategic Reserve (FESR) dan ANZUS bersam a Amerika Serikat menjadi pilihan Australia saat itu

Ketergantungan Australia terhadap Amerika Serikat dan juga Inggris tampaknya tidak cukup dapat bertahan lama paling tidak untuk sementara waktu pada akhir tahun 1960-an karena adanya perubahan lingkungan stra teg is di A sia saat itu Akibatnya Australia mengalihkan kebijakan pertahanannya m enjadi Self-Defence Strategy Perubahan inilah yang kemudian membuat Australia perlu untuk merumuskan format kebijakan pertahanan sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang dan karakter bangsa Australia

Untuk itu pada tahun 1986 Menteri Pertahanan Australia saat itu Kim Beazley menugaskan Paul Dibb seorang mantan personel Departemen Pertahanan Australia untuk mengevaluasi pelaksanaan Forward Defence Strategy dan memberikan masukan tentang kemampuan apa yang tepat bagi instrumen pertahanan Australia Hasilnya

1 0 2

Dibbrsquos Report mengusulkan suatu strategi penangkalan bagi pertahanan Australia yang terdiri dari empat lapis2 Lapis pertama meliputi intelligence dan surveillance yang komprehensif dengan memberikan prioritas pada pengawasan sejauh 1000mdash 1500 mil ke luar w ilayah A ustra lia S trateg i ini d im aksudkan un tuk m endeteksi para penyusup di wilayah laut dan udara Lapis kedua m enekankan pada kem am puan kekuatan laut dan udara dalam melakukan penyerangan untuk mengatasi ancaman yang melintas di wilayah laut dan udara Australia Lapis yang ketiga m em fokuskan pada kemampuan defensif untuk mencegah musuh mendekat ke wilayah penting di antaranya di ja lur pelayaran Australia Lapis terakhir mengandalkan mobile ground forces guna menumpas ancaman yang berhasil melewati laut dan udara yang dianggap membahayakan aset-aset penting dan pemukiman penduduk

Masukan dari Paul Dibb ini ternyata m enuai berbagai k ritik di an taranya kebijakan ini cenderung terlalu defensif dan isolasionis selain pembebanan anggaran yang tidak sedikit jika memang strategi ini diterapkan Australia Namun terlepas dari itu sem ua tidak dapat d ipungk iri bahw a masukan Dibb ini menjadi dasar dalam me- review kekuatan pertahanan Australia bahkan hingga Buku Putih Pertahanan Australia tahun 2000

Setahun kemudian dikeluarkanlah Buku Putih Pertahanan A ustralia rdquoThe Defence of Australiardquo Buku putih tahun 1987 yang merupakan kali pertama terwujudnya secara je la s artiku lasi s tra teg i m iliter A ustra lia in i m enekankan pada pengembangan ikatan-ikatan keamanan yang

1 Alex Tewes Australiarsquos Maritime Strategy in the 21st Century Research Brief No4 2004-05 Foreign Affairs Defence and Trade Sections Canberra Parliament o f A ustralia Parliam entary Library dalam http wwwaphgovaulibrarvpubsRB2004-0505rb04htm hal 10mdash 12

2 Review o f Australiarsquos Defence Capabilities Report to the Minister for Defence by Mr Paul Dibb Maret 1986 Canberra Australian Government Publishing Service

lebih dekat dengan kaw asan sekaligus menegaskan kembali pentingnya aliansi- aliansi militer Strategi penangkalan yang diusulkan Paul Dibb sedikit banyak diadopsi dalam buku putih tersebut terlihat dengan te tap adanya em pat lap is strateg i penangkalan Namun perbedaannya strategi tersebut lebih bersifat ofensif

Setelah berakhirnya perang dingin dan juga teijadi berbagai persoalan politik domestik di beberapa negara di Asia Pasifik3 Australia mulai memperbaharui lagi strategi pertahanan dan keamanan sebagai respons dari perubahan lingkungan strategis saat itu A khirnya pada tahun 1994 A ustra lia m engeluarkan B uku Putih Pertahanan A ustralia rdquoD efending A ustra liardquo4 yang memberikan perhatian lebih pada kerja sama pertahanan dengan negara-negara tetangga dan kurang m enekankan pada ikatan pertahanan Australia dan Amerika Serikat5 dan mengubah strategi pertahanan menjadi rdquomencari keamanan di dalam Asiardquo Dengan ini berarti Australia telah mengubah cara pandang tentang bahaya kuning (Jepang) dan bahaya m erah (RRC dan kom unism e) dengan m enjadikan m ereka m itra demi keamanan dan kemakmuran bersama di Asia dan meletakkan hubungan mereka dalam empat pilar utama yaitu politik ekonomi sosial-budaya dan pertahanan-keamanan6

3 Misalnya dalam konflik intern berbagai faksi di Kamboja gerakan etnonasionalisme suku Karen di Myanmar persoalan Moro di Filipina persoalan Bougenville di Papua Nugini persoalan emis India di Fiji persoalan Aborigin di Australia Gerakan Kemerdekaan Kanak di Kaledonia Baru persoalan GAM OPM dan integrasi Timor Timur di Indonesia

4 Commonwealth of Australia Australia rsquos Defence White Paper 1994 Defending Australia ACT AGPS 1994

5 Pengenduran ikatan pertahanan dengan Amerika Serikat merupakan bentuk dari independensi politik luar negeri Australia di bawah pemerintahan Partai Buruh

6 Makalah resmi yang dibawakan oleh PM Australia Bob Hawke Australia rsquos Security in Asia The Asia Lecture organized bay the Asia-Australia Institute University of New South Wales Sydney 24 Maret 1991 dalam Ikrar Nusa Bhakti dkk Persetujuan Pemeliharaan Keamanan Republik Indonesia-Australia Kaitannya dengan Stabilitas danKeamanan Regional Asia Tenggara Suatu TinjauanStrategis Politis Keija sama PPW-LIPI dengan Balitbang Deplu RI 1997 hlm 97

1 0 3

Pergantian tampuk kepemimpinan di Australia dari Partai Buruh kepada Partai Liberal-Nasional di bawah John Howard tentu saja mempengaruhi konsep pertahanan keamanan sebelumnya Dengan mengeluarshykan rdquo Australiarsquos Strategic Policyrdquo7 pada tahun 1997 menunjukkan bahwa PM John Howard lebih cenderung mendekat pada Inggris dan Amerika Serikat ketimbang dengan negara- negara tetangganya Strategi ini menekankan pada strategi kontinental dengan orientasi utam a pada kekuatan m atra laut yang ditunjang dengan kekuatan matra udara

Perubahan lingkungan di sekitar Australia kembali terjadi pada akhir tahun 1990-an di antaranya referendum dan akhirnya lepasnya T im or Tim ur dari Indonesia Peristiwa ini sempat menimbulkan ketegangan diplomatik antara Indonesia dan A ustra lia karena A ustra lia d ianggap m endukung kem erdekaan Timor Timur melalui operasi tentara Australia di sana Dari operasi di Timor Timur menunjukkan bahwa Australia membutuhkan kekuatan angkatan laut yang lebih andal bukan hanya untuk m engangkut pasukan tapi ju g a untuk melakukan penyerangan Selain itu juga dibutuhkan angkatan udara yang tangguh guna m enghalau musuh yang masuk ke negara-negara te tangga A ustra lia dan mengusir musuh jauh dari wilayah Australia Hal tersebut dituangkan dalam Buku Putih Pertahanan tahun 2000 rdquoOur Future Defence Forcerdquo8

Tragedi serangan terhadap menara kem bar WTC di W ashington pada 11 September 2001 oleh sekelompok teroris yang hingga kini belum terungkap kembali membuat Australia memperbarui strategi pertahanannya Sebagai salah satu sekutu Amerika Serikat Australia kembali beijuang bersama Amerika Serikat dalam memerangi

7 Commonwealth o f Australia Australia s Strategic Policy Canberra ACT Department o f Defence 1997

Commonwealth o f Australia Defence White Paper 2000 Defence 2000 Our Future Defence Force Canberra ACT Department o f Defence 2001

terorism e yang dikenal dengan Global Coalition Against Terrorism Ini termaktub dalam rdquoD efence W hite Paper 2003 A D efence U p d a terdquo9 yang berhasil mengidentifikasi tiga area ketidakpastian dan risiko ya itu te ro rism e g lobal senjata pemusnah massal dan kawasan bermasalah Perubahan s tra teg i pertahanan ini sesungguhnya amat terkait dengan perubahan strategi m aritim Amerika Serikat dalam memerangi terorisme di antaranya dengan kebijakan Proliferation Security Initiatives (PSI) yang dicetuskan George W Bush pada 31 Mei 2003

Berdasarkan berbagai buku putih yang dikeluarkan Australia menunjukkan bahwa A ustralia belum sepenuhnya dan tampaknya tidak akan pernah rdquobertarungrdquo secara mandiri Koalisi dengan Amerika Serikat justru semakin erat dan tercermin dalam keb ijakan pertahanan A ustralia berikutnya Salah satu bentuk konkret koalisi Amerika Serikat dan Australia ditambah dengan berbagai negara lain dunia dalam rangka m enggalang koa lis i m elaw an terorisme terlihat dalam berbagai latihan operasi m iliter dalam program PSI yang sering m elakukan latihan bersama PSI d itu jukan un tuk m encegah terjad inya perdagangan atau transfer ilegal senjata pemusnah massal antamegara atau dari suatu negara ke ak tor-ak tor nonnegara yang melanggar aturan dan norma internasional10

Sampai dengan tahun 2005 PSI telah didukung oleh lebih dari 60 negara dunia dari berbagai kawasan Meskipun PSI bukanlah sebuah o rgan isasi dan tidak m em iliki sekretariat atau markas besar kerja sama informal ini telah terbukti mampu mencegah pengem bangb iakan sen ja ta pem usnah massal

9 Commonwealth o f Australia Australia rsquos National Security A Defence Update Canberra ACT Department o f Defence 2003

10 C om m onw ealth o f A ustralia Weapons o f Mass Destruction Australia rsquos Role in Fighting Proliferation Practical Responses to New Challenges Canberra ACT Australian Government 2005

104

Bentuk kerja sama lain dalam rangka aliansi Amerika Serikat-Australia adalah penandatanganan nota kesepahaman dalam hal pertahanan missil pada Juli 2004 di antaranya diwujudkan melalui kerja sama pengembangan Standard Missile 3 (SM-3) yang merupakan pengembangan dari SM-1 dan SM-2 Kekuatan senjata yang ditujukan untuk memerangi terorism e inilah yang m endapatkan pertentangan dan respons beragam dari n eg ara-negara te tangga Australia khususnya negara-negara Asia Tenggara dengan adanya indikasi akan m unculnya p erta rungan rdquo The Son o f Starwars

Selain itu un tuk m endukung pengamanan maritim pada 15 Desember 2004 PM A u stra lia John H ow ard mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan negara tetangga dengan akan menerapkan pengawasan sejauh 1000 nm (1850 km) terhadap kapal yang akan menuju Australia melalui kebijakan Australia rsquos Maritime Identification Zone (AMIZ)11 Kebijakan ini kembali mengundang respons beragam dari negara tetangga yang terkena imbas dari kebijakan ini khususnya Indonesia Sejauh 1850 km tersebut untuk wilayah Indonesia berarti telah menjangkau sebagian besar wilayah Jawa dan melampaui laut Arafuru Akibat reaksi dari berbagai negara maka kebijakan ini berganti menjadi Australiarsquos Maritime Identification System (AMIS) Perlu kita cermati sesungguhnya perubahan kata zone m enjadi rdquosystem memiliki makna yang tidak jauh berbeda Bahkan penggunaan kata rdquosystem m em buat A ustralia lebih bebas m enterjem ahkan konsep kebijakan tersebut seluas-luasnya yang berarti bukan tidak mungkin lebih dari sekadar zone yang dikritik oleh berbagai negara karena melanggar kedaulatan negara yang bersangkutan

11 Press Release Strenghtening Ojfshore Maritime SecurityPrime Minister Howardrsquos Announcement Perth 15 Desember 2004

Isu S trategis dalam K ebijakan Pertahanan Australia

Selain membangun pertahanan missil bersama Amerika Serikat dalam PSI yang secara langsung maupun tidak langsung berw ujud SM-3 atau A M IZS strategi pertahanan Australia juga menekankan pada persoalan migrasi internasional Tidak dapat dipungkiri bahwa Australia adalah sebuah negara yang dibangun oleh para migran yang datang dari berbagai belahan dunia mulai dari benua Eropa Asia dan Amerika Akibat perbedaan latar belakang sosial budaya ekonomi antarw arga inilah yang kerap memunculkan persoalan dalam membangun iden titas negara A ustra lia Selain itu kehadiran para imigran yang tiap tahun kian bertambah jelas menimbulkan tambahan persoalan bagi Australia Pasalnya kehadiran m ereka d ianggap m enjadi penyebab munculkan ketidakamanan di bumi Australia akibat aksi-aksi radikal mereka Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa sebagian besar mereka merupakan imigran ilegal

Sebagai akibat semakin banyaknya migran ilegal yang masuk ke Australia maka pada September 2001 Parlemen Federal A u stra lia m elo loskan Migration Amandement (Excision from Migration Zone) Act 200712 yang ditujukan untuk mengurangi insentif bagi para migran yang masuk secara ilegal Untuk menangani persoalan migran ini Australia juga menerjunkan Australian Defence Forces (ADF) dengan menggelar operasi militer rdquoRelexrdquo yang melibatkan 5 buah kapal perang dan 4 pesawat pengintai dari sebelah barat pulau Christmas hingga Ashmore Reef

Isu pertahanan keamanan yang juga m enjadi penekanan A ustra lia adalah pengam anan atas gas lepas pantai dan eksplorasi minyak di North-West Shelf yang

12 Moira Coombs Excision from the Migration Zone Policy and Practice Research Note No 42 2003-04 1 Maret 2004 dalam httpwwwaphgovaulibrarypubsrn 2003-0404m42htm

1 0 5

terletak di pantai Australia Barat dan laut Timor yang pada tahun 2003 terjad i penyerangan atas pelabuhan kilang minyak A ustralia oleh sekelom pok teroris Ini kem bali m enunjukkan kekhaw atiran Australia atas terganggunya aset-aset vital negaranya oleh serangan teroris

U ntuk m engatasi persoalan pengam anan di kaw asan lepas pantai Australia juga melibatkan perusahaan terkait dengan melakukan amandemen terhadap the Maritime Transport Security Act 2003 (M TSA ) dengan m enugaskan peng- koord inasiannya kepada D epartem en Transport dan Pelayanan regional yang direncanakan tugas itu akan selesai dan dapat dilaksanakan terhitung mulai 30 September 200513

Selain itu isu terorisme pasca Tragedi 11 September 2001 dan Bom Bali I pada Oktober 2002 semakin menjadi perhatian lebih bagi A ustralia D itam bah dengan peledakan bom yang dibawa oleh sebuah mobil yang berhenti di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada September 2004 kembali membuat Australia lebih waspada terhadap keamanan negaranya termasuk keamanan warga negaranya di negara lain

Respons atas K ebijakan Pertahanan Australia

Dalam menganalisis respons negara- negara tetangga dan juga negara-negara yang memiliki relevansi dengan Australia dan perpolitikan internasional kami menetapkan Cina Filipina Jepang Malaysia Indonesia Selandia Baru Singapura dan Thailand

Terkait dengan perubahan lingkungan strategis dan perkembangan isu terorisme yang merebak di dunia internasional di mana negara-negara berlom ba-lom ba secara m ultilateral m elakukan latihan m iliter bersama dalam forum PSI guna memerangi

13 Interview with the Australian A ssociated PressNovember 17 2004 hlm 19

penyebaran senjata pemusnah massal Cina justru memilih untuk tidak bergabung dalam aliansi pimpinan Amerika Serikat tersebut Alasannya selain tidak sesuai dengan arah kebijakan luar negeri Cina PSI juga dianggap m elanggar hukum internasional dengan adanya aksi interdiction yang dilakukan oleh negara anggota yang berarti juga melanggar supremasi suatu negara Diperkuat dengan kedudukan Cina sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB Cina merasa memiliki tanggung jaw ab khusus untuk mewujudkan perdam aian dan keamanan internasional Cina hanya mengharapkan adanya keija sama yang erat dengan negara anggota inti PSI dan memainkan peran k o n s tru k tif dalam m engatasi m asalah tersebut14 Namun ternyata di pihak lain Cina bersama Rusia justru melakukan latihan militer bersama pada Agustus 2005 dalam rdquoPeace Mission 2005rdquo yang didasarkan pada nota kesepahaman yang ditandatangani Juli 2004 Lalu terkait dengan hubungan Australia dan Cina memang lebih signifikan dalam bidang perdagangan ketimbang pertahanan Dan persoalan keb ijakan pertahanan Australia tidak akan menjadi masalah bagi Cina selama Australia mendukung rdquoone china policy

Sementara itu hubungan Australia dan Jepang kaitannya dengan keterlibatan kedua negara dalam PSI dinilai cukup signifikan Dengan menjadi bagian dari latihan bersam a PSI Jepang mendapat keun tungan berupa pengem bangan kemampuan Pasukan Bela Dirinya dalam mencegah penyebaran senjata pemusnah massal sekaligus mengamankan kepentingan jalur laut yang dilalui kapal-kapal tanker Jepang yang membawa minyak mentah dari Timur Tengah Pengangkutan minyak mentah tersebut m elalui Terusan Suez Lautan Hindia Selat Malaka Laut Cina Selatan dan Terusan Taiwan Sedangkan kebijakan SM- 3 yang menurut pernyataan Australia baru

14 East Asia Strategic Review 2005 hlm 28

1 0 6

akan dikembangkan pada tahun 201315 justru sudah lebih dahulu dikembangkan Jepang sehingga jika Australia nanti benar-benar akan mengembangkan SM-3 akan sangat membantu Jepang dan Am erika Serikat dalam mengatasi persoalan di antaranya krisis nuklir di Semenanjung Korea

Reaksi yang cukup unik ditunjukkan oleh Selandia Baru dalam m enanggapi kebijakan pertahanan Australia terkait dengan AMIS dan SM-3 Sebagai negara di selatan Australia tentu saja radar pengamanan sejauh 1850 km akan mencapai wilayah Selandia baru Pada awalnya Menteri Luar Negeri Selandia Baru Phil Goffbereaksi cukup keras terhadap keb ijakan te rsebu t karena melanggar kedaulatan Namun beberapa waktu kem udian pihak Selandia Baru mengaku telah meminta klarifikasi terhadap Australia dan menyatakan bahwa telah terjadi kesalahan komunikasi antara Selandia Baru dan A ustra lia atas keb ijakan m aritim Australia tersebut Sejak itu ketegangan kedua negara seolah mereda dan memang perlu disadari bahwa membangun hubungan bilateral yang kondusif antara mereka lebih penting ketimbang mengedepankan konflik baik bersenjata maupun diplomatik

Sebagai kawasan yang terletak di utara Australia dan kerap dianggap sebagai ancaman bagi Australia negara-negara di Asia Tenggara dalam hal ini F ilipina Malaysia Singapura Thailand termasuk Indonesia memberikan reaksi yang cukup beragam terhadap kebijakan AMIS Reaksi yang cukup keras muncul dari Malaysia dan Indonesia karena dianggap m elanggar kedaulatan Sementara Filipina Thailand dan Singapura tidak memberikan pernyataan atau reaksi yang terbuka terkait dengan sikap mereka atas kebijakan Australia tersebut

Khususnya Indonesia berdasarkan diskusi terfokus yang dilakukan oleh tim peneliti dan juga pemberitaan di berbagai

15 Australian Defense Section-Jakarta Responses to Issues from LIPI Seminar 16 Mei 2005

media massa menunjukkan bahwa terdapat reaksi yang berbeda antarinstansi atau departemen di jajaran pemerintah Indonesia dalam menyikapi kebijakan AMIZ dan SM- 3 Pernyataan Menteri Pertahanan Indonesia Juwono Sudarsono yang terkesan keras sebenarnya cukup kondisional Sementara di bawah permukaan reaksi elite Indonesia jauh lebih keras B ahkan dalam berbagai pertem uan te rtu tu p kalangan m iliter menggunakan istilah-istilah yang tidak kalah kerasnya R eaksi berleb ihan Indonesia terhadap AMIZ selain merupakan bentuk penolakan terhadap supremasi Barat juga m enjadi salah satu cara Indonesia menunjukkan nasionalismenya dalam rangka mengukuhkan identitas nasional Namun secara umum dilihat dari awal sejarah hubungan diplomatik Indonesia-Australia hingga kini memang kerap mengalami pasang surut Keterlibatan tentara Australia dalam lepasnya Timor Timur dari Indonesia menjadi isu santer yang sempat membekukan hubungan kedua negara Selain itu perbedaan m odel kepem im pinan antara PM John Howard dengan para pendahulunya dalam menyikapi hubungannya dengan Indonesia juga m enjadi salah satu penyebab yang memperkeruh hubungan bilateral kedua negara Kasus pemberian visa terhadap 42 orang warga Papua pada awal tahun 2006 ini juga kembali menguji kekokohan hubungan kedua negara

Penutup

Perkembangan kebijakan pertahanan Australia sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan strategis khususnya di kawasan Asia Pasifik Pertahanan dan keamanan kon tinen ta l m enjadi dasar kebijakan pertahanan A ustra lia d ibandingkan pertahanan m aritim Padahal w ilayah A ustralia yang d ikeliling i oleh lautan seharusnya m enjad ikan pen ting bagi A u stra lia un tuk m em perkuat arm ada maritimnya Namun perubahan lingkungan strategis khususnya pasca-perang dingin

1 0 7

membuat Australia mulai mengalihkan fokus perhatian pertahanan keamanannya pada pertahanan maritim

Pergeseran fokus perhatian tersebut telah dimulai sejak Buku Putih Pertahanan tahun 1987 berdasarkan masukan dari Paul Dibb yang term uat dalam Dibb Report hingga Defence Update tahun 2003 pasca- tragedi 11 September 2001 yang menimpa Am erika Serikat Di dalam periodisasi kebijakan tersebut tidak terlalu terlihat pergeseran kebijakan yang signifikan tapi tetap ada penekanan-penekanan pada hal-hal tertentu Isu-isu strategis yang juga turut m em pengaruhi keb ijakan pertahanan A ustralia terkait erat dengan persoalan m igrasi ilegal yang kerap m em banjiri Australia juga pengamanan terhadap aset vital Australia di gas lepas pantai dan kilang minyak dari serangan teroris Kesemua isu strategis tersebut sesungguhnya bermuara pada ketakutan Australia terhadap serangan terorisme yang terus membayangi Australia

U paya konkre t dalam rangka m em perkuat arm ada m aritim nya dari serangan teroris pada akhir tahun 2004 A ustra lia m engeluarkan keb ijakan Australia rsquos Maritime Identification Zone yang bertujukan untuk memeriksa kapal- kapal yang akan menuju Australia dalam identitas kapal awak kapal kargo lokasi dan pelabuhan tujuan di Australia Kebijakan yang menerapkan cakupan sejauh 1850 km ini kontan mengundang reaksi keras dan berbagai respons dari negara-negara sekitarnya khususnya negara-negara yang berbatasan langsung dengan Australia di antaranya Indonesia Malaysia dan Selandia Baru Adapun rencana pengembangan SM-3 yang d iakui A u stra lia baru akan dikembangkan tahun 2013 tidak mendapat respons secara langsung yang signifikan Kekhawatiran muncul dari Cina dan negara- negara Asia Tenggara terhadap kemungkinan munculnya perlombaan senjata antamegara yang memiliki nuklir yang tentu saja akan mengancam perdamaian dunia Sementara

Jepang ju s tru te lah leb ih dahulu mengembangkan SM-3 ini bersama Amerika Serikat

Oleh karena itu sebagai bagian dari jaring-jaring pertahanan Amerika Serikat sekaligus sekutu abadi Amerika Serikat di Asia Pasifik A ustralia saat ini menjadi p e rha tian n eg ara-n eg ara tetangganya Kepentingan Amerika Serikat dianggap telah berm ain di kaw asan te rseb u t m elalui Australia dan negara Asia sekutu Amerika Serikat seperti Jepang dan Korea Selatan

D aftar Pustaka

Australian Defense Section-Jakarta Responses to Issues from LIPI Seminar 16 Mei 2005

Bhakti Ikrar Nusa dkk 1997 Persetujuan P em elih araan K eam anan R epublik Indonesia-Australia Kaitannya dengan Stabilitas dan Keamanan Regional Asia Tenggara Suatu Tinjauan Strategis Politis Kerja sama PPW-LIPI dengan Balitbang Deplu RI

Commonwealth o f Australia 1994 A ustraliarsquos D efence White P aper 1994 Defending Australia ACT AGPS

------------------- 1997 Australia s Strategic PolicyCanberra ACT Department o f Defence

-------------------- 2001 Defence White Paper 2000Defence 2000 Our Future Defence Force Canberra ACT Department o f Defence

2003 A u stra lia rsquos N ationalSecurity A Defence Update Canberra ACT Department o f Defence

2005 W eapons o f M assDestruction Australia rsquos Role in Fighting Proliferation Practical Responses to New Challenges Canberra ACT Australian Government

Coombs Moira Excision from the Migration Zone Policy and Practice 1 Maret 2004 Research N ote N o 42 20 0 3 -0 4 dalam http wwwaphgovaulibrarypubsm2003-04 04m42htm

East Asia Strategic Review 2005

Interview with the Australian Associated Press November 17 2004 hlm 19

1 0 8

Prime Minister Howardrsquos Announcement 15 Desem ber 2004 Press Release ldquoStrenghtening Offshore Maritime Securityrdquo

Review o f Australia s Defence Capabilities 1986 Report to the Minister for Defence by Mr Paul Dibb Canberra AustralianGovernment Publishing Service

Tewes Alex 2005 Australia rsquos Maritime Strategy in the 21st Century Research Brief No4 2004-05 Foreign Affairs Defence and Trade Sections Canberra Parliament o f Australia Parliamentary Library dalam http wwwaphgovaulibrarypubsRB2004-05 05rb04htm

1 0 9

Review Buku

KEKERASAN A LA KAPITALISMESebuah Telaah atas Buku Violence and D em ocratic Society

Athiqah Nur Alami (Kandidiat Peneliti P2P-LIPI)

Judul BukuPenulisPenerjemahPenerbitHalaman

Violence and Democratic Society Prof DR Jamil Salmi PhD Slamet Raharjo Kelompok Pilar Media Februari 2005 292 halaman

Abstract

The rise o f capitalism at the present does not mark it as a glorious ideology Capitalism has many dark sides that we should aware One o f the dark sides that is worth to be noticed is the emergence o f violence against human that happened to maintain the existence o f Capitalism itself The Violence has various forms direct violence and indirect violence Each form o f the violence brings conseguence that is often disrespect the universal human rights

Istilah kekerasan dan kapitalisme berasal dari dua akar ilmu sosial yang berbeda Kekerasan m erupakan istilah dalam

sosiologi sedangkan kapitalisme muncul dalam ilmu ekonomi Namun demikian kedua istilah tersebut memiliki keterkaitan karena ternyata paham kapitalisme yang kemudian berkembang tidak hanya di bidang ekonomi tapi juga politik mempengaruhi berbagai sendi kehidupan masyarakat dunia saat ini term asuk m enjadi salah satu penyebab te rjad in y a kekerasan baik langsung maupun tidak langsung

Teori-teori tentang kapitalisme yang berkembang pada abad ke-18 19 dan 20 berada dalam konteks revolusi industri dan imperialisme Eropa serta perang dingin Para teoritisi tersebut menggambarkan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonom i yang

bercirikan modal dim iliki oleh individu swasta dan keputusan ekonomi ditentukan oleh pasar1

Konstelasi perpolitikan dunia pascashyperang dingin mengalami perubahan yang cukup signifikan Runtuhnya komunisme di Uni Soviet dan pertumbuhan ekonomi pasar sosialis di Cina serta globalisasi semakin memperkuat paham kapitalisme dunia Tesis F rancis Fukuyam a yang m entakdirkan kapitalisme sebagai ldquopemenang tunggalrdquo semakin membuat yakin dunia bahwa tidak ada ideologi lain yang bisa bertahan selain kap ita lism e K em enangan liberalism e ekonomi dan politik serta demokrasi liberal Barat yang gemilang membuktikan bahwa

1 Capitalism-Wikipedia the free encyclopedia yang diakses pada 3 Juli 2006

111

liberalisme merupakan satu-satunya ideologi pemerintah yang paling tepat

N am un di ba lik kejayaannya kapitalisme ternyata menyimpan wajah gelap yang perlu kita kritisi bersama Jurang pemisah masih menganga di antara retorika kem enangan kapitalism e dan sisi gelap kehidupan sehari-hari umat manusia

Di balik jargon-jargon kapitalisme yaitu kemajuan (progress) pertumbuhan (growth) dan kemakmuran (prosperity) terdapat m asalah-m asalah dunia seperti kelaparan kemiskinan tuna wisma buta huruf rendahnya tin g k a t kesehatan pengangguran ketim pangan sosia l peredaran obat terlarang dan segala bentuk kekerasan

Violence and Democratic Society yang ditulis oleh Prof Dr Jamil Salmi PhD ini berusaha untuk menguak segala tabir gelap kapitalisme tersebut dan membuka m ata p ik iran k ita bahw a kap ita lism e bukanlah sebuah ideologi pemenang seperti yang dilontarkan oleh Fukuyama Buku ini m engkaji ke terkaitan langsung antara berbagai aspek dalam tindak kekerasan yang terjadi akibat biasnya pandangan kapitalisme terhadap kekerasan tersebut Kategorisasi bentuk kekerasan sebagai modus pelanggaran hak asasi m anusia perangkaian secara struktural dan etis mengenai peran dan ldquokeberm aknaanrdquo kekerasan m erupakan dampak akumulasi modal dalam sistem kapitalisme

Istilah kekerasan dalam ranah kapitalisme yang terdapat dalam buku ini bermakna kekerasan bukanlah kecelakaan atau kesalahan tapi justru diperlukan demi keberlangsungan kapitalisme Kekerasan dilihat bukan dari kacamata pemerintah tapi dari kacamata korban kekerasan Definisi korban kekerasan baik perorangan maupun kelom pok ada baiknya m engacu pada Deklarasi Prinsip-Prinsip Dasar Keadilan bagi Korban Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan terutama pada paragraf 1 dan 2 yaitu ldquoKorban berarti orang yang secara

pero rangan dan kelom pok m enderita kerugian termasuk cedera fisik dan mental penderitaan emosional kerugian ekonomi atau perampasan nyata terhadap hak dasar merekardquo2

Kritik atas Pendekatan dalam Memandang Kapitalisme

Profesor asal Maroko dari Institute o f Educational Panning di Rabat ini mengawali uraiannya dengan membeberkan lima jenis k a rak teristik pendekatan persepsi dan perhatian masyarakat demokratis-kapitalis yang bias tidak benar saling berkaitan dan saling m elengkapi dalam m em andang kekerasan

Pertama ia mengungkapkan adanya analisis yang dangkal atau superficial atas m akna kekerasan M edia m assa hanya memberitakan aspek-aspek kekerasan yang paling mudah dilihat secara visual sedangkan bentuk-bentuk kekerasan atau pelanggaran hak asasi manusia yang menurut mereka tidak layak d iberitakan tidak akan dim uat meskipun kekerasan itu sangat dramatis Perhatian pub lik hanya terfokus pada kekerasan yang instan dan sensasional yang digembar-gemborkan media massa seperti perampokan bank pembajakan pesawat Namun demikian tidak menaruh perhatian pada seorang kondisi im igran dari suku Indian Barat di London atau Puerto Rico di New York atau Arab di Paris yang menjadi korban kekerasan

Kedua adanya analisis yang kurang proporsional oleh masyarakat Barat Mereka melebih-lebihkan wilayah dan intensitas kekerasan yang sebenarnya tidak begitu serius atau mereka mereduksi suatu tindak kekerasan sehingga dampaknya menjadi minimal Ketika orang membandingkan jumlah korban teroris sikapnya terhadap pelaku terorisme di Eropa seperti IRA Action Directe Brigade M erah atau Al-Qaeda

2 Theo van Boven Mereka yang Menjadi Korban ELSAM Jakarta 2002 hlm 6

1 1 2

tidak lah sam a sikap m ereka terhadap serangan yang dilakukan pemerintah Israel terhadap bangsa Palestina Lebanon Tunisia dan Irak

Setelah m em bandingkan sikap masyarakat Barat terhadap kasus kekerasan terlihat adanya ketidakproporsionalan sikap Barat terhadap kekerasan Tidak proporsional ini te rjad i karena konsep ten tang perlindungan hak asasi m anusia yang dimaknai sempit Ketika parlemen Prancis m em bahas kem ungkinan penghapusan perbudakan selam a abad k e -19 top ik utamanya yaitu berapa banyak kompensasi yang harus diterim a pem ilik budak jika perbudakan d ihapuskan bukan pada kompensasi yang harus diterima oleh para budak yang sekian tahun menderita dan dibelenggu kebebasannya

Ketiga adanya analisis individualis- tik yang keterlaluan Maksudnya yaitu hanya memperhitungkan faktor-faktor individu yang pada kenyataannya dianggap sebagai pendekatan yang objektif Hubungan kausal antara kekerasan yang diamati dan struktur sosial yang m elingkupinya dilenyapkan secara sistematis Konsekuensinya analisis te rsebu t gagal m enelusuri hubungan- hubungan logis antara seorang individu sebagai pelaku atau korban dan kelompok atau kelas sosial darimana dia berasal

Di masa lampau ketika Afrika dijajah Prancis Inggris Spanyol dan Portugal kaum nasionalis yang berjuang melawan penjajah digambarkan dan dituduh sebagai gangster agitator ekstremis pemimpin gerombolan atau pembunuh bukannya sebagai pejuang kebebasan Kini ketika kelompok oposan menentang rezim-rezim brutal di El Salvador Guatemala atau Afrika Selatan yang terpaksa m enggunakan kekerasan m ereka tidak pernah dianggap sebagai pa trio t yang menentang tatanan sosial yang represif dan tidak adil namun sebagai teroris fanatik yang hanya bertujuan menciptakan anarki dan keporakporandaan

M enurut Salm i kelem ahan dari analisis individualistik ini adalah kenyataan analitis yang mengesampingkan sepenuhnya bentuk-bentuk kekerasan institusional terutama yang dilakukan oleh negara itu send iri Ind iv idu yang m elaksanakan kekerasan dipersalahkan tapi tidak ada seorang pun yang mendakwa pihak lain di balik layar atau dalang dari state terrorism ini T erlihat m isa lnya k e tika sejarah memutuskan hanya ada satu tertuduh dalam pembunuhan massal My Lai yang dilakukan oleh pasukan Amerika Serikat secara biadab terhadap 450 orang penduduk desa di Vietnam Selatan yaitu Letnan W illiam Calley Sem entara kitapun tidak pernah menentang keterlibatan AS di Vietnam

Tuduhan atas pelaku terorisme yang selam a ini berkem bang leb ih banyak diarahkan pada non-state actors dan jarang mengungkap pelaku state actor Padahal m enurut Prof Igo r P rim oratz dalam tulisannya berjudul State Terrorism and Counterterrorismrdquo3 state terrorism justru lebih berbahaya daripada non-state terrorism Alasan pertam a dalam berbagai cara state terrorism merupakan gabungan dari aksi yang penuh kerahasiaan tipu daya dan kemunafikan Ketika terlibat dalam suatu aksi terorisme mdash apakah pelakunya negara itu sendiri atau negara proxinyamdashsebuah negara akan bertindak sembunyi-sembunyi Suatu negara tid ak m engakui segala bentuk keterlibatan dan mengaku taat pada nilai-nilai dan prinsip yang m engaturnya Bahkan alasan yang digunakan ketika melakukan tindakan terorisme adalah sebagai legitimasi tindakan perang atau dalam rangka menjaga pertahanan dan keamanan negara Kedua Primoratz mengutip tulisan Walter Laquer dalam buku The Age o f Terrorism yang m enyatakan bahwa tindakan teror yang

3 Prof Igor Prim oratz State Terrorism and Counterterrorism Working Paper Number 20023 Centre for Apply Philosophy and Public Ethics dalam httpeprintsunimelbeduauarchive0000013701 Primoratpdf

1 1 3

dilakukan oleh negara po lisi dan pemerintahan tirani bertanggung jawab atas ribuan kali leb ih banyak korban dan kesengsaraan ketimbang tindakan terorisme individu yang dilakukan bersama-sama

K ritikan terak h ir Salm i atas pendekatan dalam memahami kekerasan bahwa kekerasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia sering ditampilkan hanya dengan analisis sepihak atau satu sisi pandangan ideologis Ini terlihat dalam kekhawatiran pemerintah Amerika Serikat terhadap upaya pelaksanaan hak asasi manusia di negerinya Ayatollah Khomeini Iran akan tampak lebih diakui dan absah jika sikap penghargaan atas pelaksanaan hak asasi manusia tersebut diberikan kepada Syah Iran yang m enyiksa law an-law an politiknya melalui tangan-tangan polisi rahasianya di saat Syah berkuasa Kekerasan yang bias dan sengaja juga tampak dalam pilihan kata dan ungkapan yang digunakan oleh media massa Perlakuan terhadap gerakan pemberontakan Palestina (Intifadha) selama akhir tahun 1980-an adalah contoh lain yang jelas-jelas d iberitakan secara b ias O pini pub lik A m erika Serikat yang diarahkan lebih bersimpati kepada Israel terlihat sangat nyata dalam pemberitaan media Ketika ratusan orang Palestina dibunuh oleh tentara Israel yang ditempatkan di Tepi Barat dan Jalur G aza pers A m erika Serikat hanya m em beritakannya di halam an pojok Sementara itu kematian seorang warga Israel menjadi headline dan diliput di halaman muka Pemberitaan tentang kematian Tirzah Poret seorang korban ldquoterorismerdquo Palestina yang tidak berdosa yang dimasukkan dalam tajuk rencana Washington Post tertanggal 8 April 1988 berlawanan dengan pemberitaan yang kering dan sangat tidak berimbang tentang meninggalnya 130 orang Palestina lanjut usia di Tepi Barat

Bentuk-Bentuk Kekerasan

Bagian berikutnya dalam buku ini yang sem akin m enarik ya itu setelah menelaah berbagai pendekatan masyarakat kapitalis dalam m em andang kekerasan Salm i berupaya m engkategorisasikan berbagai kekerasan tersebut ke dalam empat bentuk kekerasan Di dalam merumuskan em pat ben tuk kekerasan te rsebu t dia mensyaratkan harus memenuhi dua kriteria yang d idasarkan pada ben tuk-ben tuk kekerasan yang analitis tidak parsial dan teliti yaitu objektivitas (objectivity) dan kelengkapan yang mendalam (exhaustivity) Bentuk kekerasan tersebut adalah kekerasan langsung kekerasan tidak langsung kekerasan represif dan kekerasan alienatif

Bentuk kekerasan yang pertama yaitu kekerasan langsung Kekerasan ini merujuk pada tindakan yang menyerang fisik atau psikologis orang secara langsung Penggunaan kekerasan langsung ini menurut Salmi mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai cara untuk mengakses sumber daya alam sebagai cara yang efektif untuk mencari tenaga keija dan sebagai cara untuk menjaga kelangsungan kapitalisme hingga sekarang ini Sepanjang catatan sejarah suatu bentuk kegiatan ekonomi kapitalisme tidak bisa berkembang di lingkungan yang sumber daya alamnya masih perawan dan tersedia secara bebas untuk sem ua orang Kapitalism e membutuhkan persediaan sumber daya alam (tanah air minyak dan bahan mineral) yang dimiliki oleh sektor privat (swasta) atau penguasaan sumber daya alam oleh swasta sebagai ben tuk peno lakan terhadap kepemilikan atau penguasaan sumber daya alam secara kelompok

Sejarah Amerika Serikat sepanjang abad ke-18 diwarnai tindakan perampasan tanah-tanah bangsa asli orang kulit berwarna (suku Indian) oleh orang kulit putih Sebelum

114

tahun 1860 penduduk Indian telah berkurang hampir dua pertiga M impi suku Indian berakhir pada 18 Desember 1890 ketika pasukan Amerika Serikat membunuh 200 orang laki-laki perempuan dan anak-anak di Wounded Knee

Penggunaan kekerasan untuk mengontrol sumber daya alam bukan hanya terjadi di masa lampau Di Amerika Serikat juga suku Navajo Indian di bagian barat daya dan suku Sioux di D akota terusik oleh perusahaan-perusahaan pertambangan besar yang sangat bernafsu mengeruk batu bara dan uranium yang ada di daerah kekuasaan suku Indian itu Begitu juga yang teijadi pada suku Aborigin di Australia Tasmania Selandia Baru dan Tahiti

Fungsi untuk mencari tenaga kerja juga diyakini Salmi sebagai tujuan dari kekerasan langsung Banyak pekeija di Haiti setiap tahunnya d irekru t dengan ja lan ldquoditangkap dirazia dan dipaksardquo kemudian dik irim ke R epublik D om inica untuk dipekerjakan di perkebunan tebu Fungsi ini memang banyak ditemukan di negara Dunia Ketiga Bentuknya antara lain pertama perbudakan hutang Di banyak negara ketika dalam keadaan sulit misalnya gagal panen maka untuk bertahan hidup para petani terpaksa meminjam uang dari rentenir Jika panen beriku tnya gagal lag i m ereka memasuki pintu perbudakan karena jeratan hutang Fenomena ini banyak berkembang di India dan Bangladesh Bentuk kedua dari keija paksa berhubungan dengan penggunaan tahanan atau narapidana sebagai tenaga keija yang ldquod ik o n trak rdquo oleh perusahaan- perusahaan sw asta Di K olom bia perusahaan-perusahaan Amerika Serikat menggunakan beribu-ribu tahanan sebagai tenaga kerja dengan gaji yang tidak masuk akal B entuk ketiga yaitu beberapa pemerintah mengambil tenaga kerja secara paksa dan menggunakannya untuk bekeija di sektor publik tanpa digaji Praktik ini banyak teijadi di Indonesia Liberia dan Pakistan

Fungsi kekerasan langsung yang terakhir terletak pada upaya melestarikan tatanan orde kapitalism e Pada tingkat internasional sebagian besar negara dengan sistem ekonomi kapitalis rezim politiknya bersifat otoriter Kecuali di negara-negara Barat yang demokratis dan beberapa negara Dunia Ketiga yang belakangan ini telah mengganti pemerintahan diktatornya dapat d iam ati bahw a pem bunuhan dengan kepentingan politik pembunuhan massal masyarakat sipil penahanan yang semaunya sendiri penculikan dan ldquopenghilangan o rangrdquo m erupakan m etode yang biasa digunakan di seluruh dunia untuk meredakan tuntu tan kebebasan dan keadilan yang berlebih

Salmi dapat menyimpulkan bahwa dim ensi ekonom i turut berperan dalam sebagian besar perang dan konflik yang pecah mulai abad ke-15 Di antaranya terlihat dalam konflik Utara-Selatan Bentuknya antara lain perdagangan budak perang m elaw an pen jajah perang un tuk m em peroleh kemerdekaan dan intervensi m iliter saat perang dingin Jelas bahwa semua konflik itu tujuan pokoknya adalah untuk memenuhi tu juan-tu juan ekonom is seperti upaya perluasan wilayah kekuasaan upaya untuk mengendalikan sumber daya alam pencarian pasar-pasar baru atau peluang investasi atau kebutuhan untuk mencari tenaga keija murah Dan penggunaan senjata dalam kekerasan langsung bukanlah sekadar cerita yang mengada-ada dalam sejarah kapitalisme Bahkan hal ini merupakan cara yang wajar untuk m enciptakan m elestarikan atau mengubah hubungan-hubungan ekonomi dan sosial yang menjadi ciri sistem produksinya

B entuk kekerasan k e d u a yaitu kekerasan tidak langsung yang bermakna tindakan yang membahayakan manusia juga tetapi tidak melibatkan hubungan langsung antara korban dan pihak yang bertanggung jawab atas tindak kekerasan tersebut

Salmi mengkategorikan kekerasan tidak langsung ke dalam dua jenis yaitu

1 1 5

kekerasan yang dimediasi atau termediasi dan kekerasan dengan atau karena pembiaran

K ekerasan yang d im ediasi atau term ediasi m erupakan hasil intervensi manusia secara sengaja terhadap lingkungan alam atau sosial yang membawa pengaruh secara tidak langsung pada manusia lain Pokok kajian dari bentuk kekerasan ini ada em pat ya itu pengaruh ko lon ialism e pengaruh fisik proses produksi pengaruh sifat hasil-hasil produksi dan pengaruh kemajuan teknologi

Selain tindakan m iliterism e kolonialism e m em iliki pengaruh pada kehidupan m asyarakat te rja jah yang memburuk M isalnya berupa penyebaran epidemi penyakit yang berbahaya rusaknya keseimbangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat dan wabah kelaparan akibat supply makanan yang minim

Contoh lain dari kekerasan yang term ediasi dapat d item ukan dalam berjalannya proses produksi Di banyak industri para pekerja setiap hari melakukan kontak dengan limbah produksi atau mesin yang mengancam keselamatan dan kesehatan mereka karena mengakibatkan keracunan alergi kulit keguguran atau mutasi genetik dan penyakit kronis Proses produksi secara fisik tidak hanya berdampak pada pekeija tapi ju g a m em baw a konsekuensi bagi lingkungan di luar perusahaan tersebut K erusakan eko log is ini dapat berupa kerusakan lingkungan alam dan penipisan sumber daya alam yang dapat diperbaharui

S ifa t-s ifa t hasil produksi m enciptakan bentuk kekerasan yang termediasi yang lain dalam sistem ekonomi kapitalis Karena tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan sebanyak- banyaknya maka mereka menjual semua yang diproduksi Ini berarti bahwa kemampuan menjual sebuah produk menjadi kriteria pokok dalam menentukan barang dan usaha produksi Sehingga produk yang dijual kurang memperhitungkan dampak negatif atau positif produk tersebut bagi kesehatan

dan keselam atan konsum en Di negara- negara industri terdapat hubungan yang jelas antara produk yang dikonsumsi masyarakat dan penyakit yang mereka derita Konsumsi daging dan lemak yang berlebihan dapat menyebabkan penyakit jantung hepatitis dan sebagainya

Bentuk kekerasan termediasi lainnya terlihat pada dampak kemajuan teknologi Selam a m asa p en ja jahan kehidupan masyarakat tradisional pedesaan di banyak negara secara b ru ta l berubah dengan d iperkenalkannya ldquopertan ian untuk p erdaganganrdquo dan seiring dengan menurunnya hasil pertanian dengan sistem trad is io n a l R evolusi e lek tron ik ju g a berdam pak n eg a tif bagi negara-negara berkem bang ya itu m enam bah jum lah pengangguran dan memperdalam jurang kaya miskin Namun ini tidak berarti bahwa kemajuan teknologi itu buruk Keburukannya tidak terletak pada teknologinya saja tapi ju g a cara m enggunakannya untuk berproduksi dan bidang apa yang seharusnya m enggunakan teknolog i canggih serta teknologi apa yang harus dikembangkan atau ditunda

Kategori kedua dari kekerasan tidak langsung menurut Salmi yaitu kekerasan karena pembiaran Jenis ini digambarkan dengan seseorang yang berada dalam keadaan bahaya nam un tid ak ada orang yang m enolongnya B entuknya antara lain kem iskinan isu kelaparan penderitaan karena sak it serta lingkungan kerja masyarakat miskin

Kemiskinan dan ketidakadilan sosial di negara-negara kapitalis adalah bentuk paling jelas dari kekerasan karena pembiaran Kesenjangan pendapatan ekonomi antara negara kaya dan berkembang merupakan aspek pertama dalam kekerasan jenis ini Implikasi dari tingkat ketidakadilan yang tinggi ini yang telah diteliti di sebagian besar negera-negara tersebut adalah ternyata sebagian besar m anusia hidup dalam kemiskinan mutlak Untuk mengetahui asal

116

usul k e tidakad ilan di dalam ekonom i kapitalis kita perlu melihat faktor determinan yang mempengaruhi distribusi pendapatan Distribusi pendapatan sangat terkait dengan proses produksi Salmi m enyitir prinsip distribusi pendapatan yang diutarakan oleh Milton Friedman dalam buku Capitalism and Freedom bahwa setiap orang seharusnya m enerim a sesuai dengan apa yang diproduksinya berikut alat-alat produksi yang dimilikinya Menurut prinsip ini pendapatan setiap individu ditentukan oleh kuantitas fak tor p roduksi yang d im ilik inya dan besarnya keuntungan yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi tersebut Namun perm asalahannya te rn y a ta d is tribusi kepem ilikan modal tidaklah adil Agar ekonomi kapitalis dapat beroperasi maka harus memiliki pasar buruh di mana tenaga mereka dapat ditukar dengan upah Jika alat produksi (tanah dan modal) terdistribusi secara adil tidak akan ada perbedaan antara buruh dan pemilik alat produksi sehingga tidak ada orang yang merasa terpaksa bekeija untuk m endapatkan upah Sum ber ke tidakad ilan beriku tnya ya itu tidak setaranya keuntungan yang diperoleh dari modal dan buruh Perbedaan ini disebabkan pem ilik a la t-a la t p roduksilah yang memutuskan pembayaran untuk setiap faktor produksi

K rim inalitas dengan kekerasan langsung ju g a m erupakan ak ibat dari kem iskinan di banyak negara Salm i menyatakan dalam sebuah studi tentang kriminalitas menyebutkan bahwa masyarakat dengan distribusi kesehatan dan kekuasaan yang tidak adil cenderung menghadapi m asalah k rim inalitas yang besar dan sebaliknya Lingkungan kerja masyarakat miskin sering kali juga diwarnai dengan kekerasan karena pembiaran

B entuk kekerasan yang ketiga menurut Salmi yaitu kekerasan represif Kekerasan ini merupakan kekerasan yang dilegalkan atau tidak dikenakan sanksi atas pelanggaran terhadap hak-hak dasar

masyarakat yang umumnya dilakukan oleh negara atau pemerintah Bentuk kekerasan ini terkait dengan 3 macam hak dasar manusia yaitu hak sipil hak politik dan hak sosial

Untuk sem akin m engkonkretkan bentuk kekerasan ini Salmi menjabarkannya ke dalam studi kasus yang berbeda-beda di berbagai negara seperti Inggris India Republik Federal Jerman Swiss Jepang Australia Kanada Prancis dan Amerika Serikat Salah satu contohnya adalah yang terjadi di A ustralia K esejahteraan dan demokrasi di Australia ternodai oleh praktik rasis dan re p re s if te rhadap penduduk Aborigin Suku Aborigin secara historis dicabut hak-hak tradisionalnya dan hak atas tanah leluhurnya Kehidupan keseharian dan hak-hak politik mereka dibatasi

Bentuk kekerasan keempat akibat paham kapitalisme yaitu kekerasan alienatif Kekerasan ini merujuk pada pencabutan hak- hak individu yang lebih tinggi Konsep kekerasan ini memiliki makna objektif dan makna subjektif Dalam makna objektif alienasi merupakan sebuah fenomena sosial dimana seorang individu tercabut haknya untuk menentukan nasib sendiri misalnya ditolak hak atau kesem patannya untuk berperan ak tif dalam proses pembuatan keputusan tentang karakter dan orientasi kehidupan profesional serta sosial dirinya Sedangkan dalam makna subjektif alienasi secara esensial memiliki makna psikologis dan mengacu pada situasi dimana individu m erasa asing dengan d irinya sendiri kebudayaannya atau komunitasnya

Kekerasan alienatif memiliki dampak di berbagai bidang Di antaranya pada organisasi keija modem Di dalam organisasi yang seperti ini setiap pekerja memiliki kekuasaan dan tanggung jawab yang sempit sehingga keterlibatan dan partisipasi nyata m ereka di dalam proses pengam bilan keputusan yang bersifat global menjadi terpinggirkan

Jenis kekerasan yang diakibatkan oleh ekonomi kapitalis ini tidak hanya

1 1 7

mempengaruhi orang yang bekerja di pabrik- pabrik dan kantor modem tapi juga orang dan komunitas yang hidup di pinggir-pinggir sistem ekonomi modem Hal ini teijadi setiap kali perusahaan kapitalis berbenturan dengan sebuah sistem ekonomi tradisional yang sedemikian hingga membatasi dan mencegah kegiatan-kegiatan produksi dimana pola kehidupan kultural dan sosial masyarakat yang bersangkutan tergantung padanya

Dimensi lain dari kekerasan alienatif yaitu rasisme Rasisme bukan hanya berupa kebencian untuk mengisolasikan beberapa orang pinggiran yang mempunyai ide-ide yang menyimpang tapi esensinya merupakan sebuah fenomena sosial dan perannya sama dengan ideologi dalam masyarakat kapitalis

Seksism e dapat ju g a dianggap sebagai sebuah bentuk rasisme Dengan dalih adanya perbedaan psikologis dan biologis yang fundam ental antara laki-laki dan perempuan hierarki sosial telah berkembang jauh sehingga menguntungkan kaum laki- laki Perempuan khususnya ditempatkan sebagai subordinat yang berakibat pada semua aspek kehidupan sehari-hari yang biasanya berorientasi domestik Bentuk lain dari kekerasan a lienatif yaitu adanya pemujaan terhadap perilaku konsumtif yang terjadi di negara-negara industri maju

Bagian akhir buku ini disimpulkan oleh Salmi bahwa kekerasan merupakan fenomena multisegi yang berkaitan dengan sebab-sebab khusus dan akibat-akibatnya serta merefleksikan adanya keyakinan penuh bahwa terdapat nilai-nilai hak asasi manusia yang universal

Bila sedikit membandingkan dengan teori peradaban yang dikemukakan oleh Johan Galtung4 kategori kekerasan dibagi menjadi kekerasan langsung kekerasan struktural dan kekerasan kultural Khususnya tentang kekerasan kultural yang tampaknya tidak secara eksplisit dikemukakan oleh

4 Johan Galtung Studi Perdamaian Pustaka Eureka 2003 hlm 431

Salm i G altung berpendapat bahw a kekerasan kultural terjadi ketika aspek budaya ranah simbolik kita dapat digunakan untuk m enjustifikasi atau m elegitim asi kekerasan langsung atau struk tural Kekerasan kultural merupakan kekerasan langsung yang dilegitim asi dan dengan demikian dapat diterima di tengah-tengah masyarakat Misalnya asumsi yang dibangun bahwa pembunuhan atas nama negara adalah benar sedangkan atas nama individu adalah salah sesungguhnya dapat mengaburkan realita yang teijadi

Akhir kata buku setebal 292 halaman ini kaya akan referensi peristiwa sejarah konkret yang pernah terjadi di berbagai negara sebagai ben tuk dari berbagai kekerasan b eserta fak to r-fak to r yang m elatarbelakanginya S truktur buku ini sangat sistematis dan dalam beberapa hal cukup netral dalam menilai bentuk-bentuk kekerasan yang pernah terjad i dalam peradaban manusia Meskipun subjektivitas yang menggambarkan tuntutan kesetaraan dan keadilan yang proporsional antara negara maju dan negara berkembang bahkan dengan negara Dunia Ketiga kerap muncul dalam pemikiran Salmi Kemudian yang menarik buku ini dapat dijadikan kerangka berpikir untuk melakukan studi tentang kekerasan di segala lapisan masyarakat dalam situasi apa pun

Daftar Pustaka

Galtung Johan 2003 Studi Perdamaian Jakarta Pustaka Eureka

Primoratz Igor Sta te Terrorism and Counterterrorism Working Paper Number 20023 Melbourne Centre for Apply Philosophy and Public Ethics dalam http eprintsunimelbeduauarchive00000137 01Primoratpdf

Van Boven Theo 2002 Mereka yang Menjadi Korban Jakarta ELSAM

Wikipedia Capitalism Yang diakses pada 3 Juli 2006

118

Tentang Penulis

Adriana Elisabeth Peneliti Bidang Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Ia memperoleh gelar Master o f Social Sciences in International Relation dari University o f Tazmania Bidang kajian yang ia tekuni antara lain adalah ekonomi politik

Amiruddin al Rahab adalah inisiator Pokja Papua dan Peneliti di ELSAM-Jakarta Peneliti berdarah Temate dengan fokus kajian mengenai Papua ini sedang melanjutkan studi S2-nya pada proram Pascasaijana Universitas Indonesia

Athiqah Nur Alami kandidat peneliti pada Bidang Politik Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Ia menamatkan SI dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Ia mendalami bidang kajian Australia dan bidang gender

Indriana Kartini saijana Hubungan Internasional FISIP Unpad yang lulus pada tahun 2002 ini adalah peneliti Bidang Politik Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Kontributor bukuSaddam Melawan Amerika (2003) ini aktif di ISMES the Indonesian Society for Middle East Studies) Saat ini tengah melanjutkan studi S2 di University o f Melboume Australia

Lili Romli lahir di Serang-Banten Ia merupakan peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI Selain itu ia juga mengajar di almamaternya pada Jurusan Ilmu Politik FISIP UI Saat ini ia sedang melanjutkan program doktor ilmu politik di Universitas Indonesia Menulis di beberapa jumal ilmiah dan aktif melakukan penelitian berkaitan dengan pemilu partai politik lembaga perwakilan dan otonomi daerah

Syafuan Rozi Peneliti Bidang Politik Nasional Pusat Penelitian Politik LIPI ini mendapatkan gelar SI dan S2-nya dari Universitas Indonesia Fokus kajian peneliti kelahiran Bengkulu ini adalah mengenai konflik dan birokrasi Selain sebagai peneliti ia juga aktif mengajar di IISIP Jakarta

Syamsuddin Haris Ahli Peneliti Utama Pusat Penelitian Politik LIPI Lahir di Bima menyelesaikan SI dari FISIP Unas S2 dari FISIP UI dan tengah menyelesaikan doktoral di FISIP UI Sejumlah karyanya yang telah diterbitkan adalah Demokrasi di Indonesia Gagasan dan Pengalaman (1995) Menggugat Politik Orde Baru (1998) Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru (editor 1998) Reformasi Setengah Hati (1999) dan Desentralisasi dan Otonomi Daerah (editor 2005)

1 1 9

Beberapa Karya Peneliti P2P-LIPI

S tra te g i ASEANdalam P erluasan ASEAN+3 Indonesia-Rusia

Reformasi

pWniirsquoiWSl feTafiAe

E d ito r Lili Romli

Selain karya tersebut masih terdapat karya-karya lain Untuk informasi lebih lanjut hubungi Pusat Dokumentasi dan Informasi P2P-LIPI Widya Graha Lt III Jl Jend Gatot Subroto No 10 Jakarta

InformasiHasil Penelitian Terpilih

Auslraliadan inggris1K a su s S u j i K S i T e n ga h M alu ku i raquo M ata ku U ta ra

w i

zm PMinoritasMuslim

w y - i

PERTAHANAN AUSTRALIA ~ 2000-2005

H mdash 0AN

laquopraquo

r- ASIA

ldquo SPONS NEGARA-NEGARA ASIA TIMUR DAN SELANDIA BARU

m j

ilm u Pe n g e ta h u a n ifittenesia

Page 6: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id

kekuatannya selalu dikampanyekan sebagai ancam an serius bagi NKRI Obsesi itu tumbuh dari cara pandang yang melihat gerakan menuntut pengakuan identitas politik Papua sekadar masalah ldquobom waktu yang ditinggalkan Belandardquo atau buah dari hasutan kelom pok separatis bukan m erupakan persoalan mendasar yang berkaitan dengan rasa keadilan dan harga diri orang Papua Maka dari itu untuk mengenyahkan ldquohantu OPMrdquo itu kebijakan yang diambil di Papua adalah menghancurkan OPM secara fisik (membunuh)5 dengan menggelar operasi militer berkesinambungan (DOM) dari tahun ke tahun

Dr Benny Giyai seorang rohaniwan dan intelektual Papua mencatat bahwa pengalaman di bawah cengkraman militer itu merupakan pengalaman pahit yang tak akan pernah terlupakan oleh orang-orang Papua Benny menuliskan bahwa dalam seluruh pengalaman pahit itu orang Papua merasa d iperlakukan bukan sebagai m anusia melainkan hanya sebagai objek yaitu objek operasi militer6

Sejarah sebagai objek kekerasan itushylah yang selalu diingkari oleh Indonesia sampai hari ini Pihak-pihak militer atau aparat keamanan di Papua sama sekali tidak pernah merasa melakukan kejahatan terhadap siapa pun di Papua karena operasi-operasi m ilite r yang m ereka lancarkan atau penangkapan-penangkapan serta penyiksaan

5 Membunuh di Papua sungguh dalam artian harfiah Pembunuhan terhadap Arnold Ap tahun 1984 atau pembunuhan terhadap Theis H Eluay tahun 2002 adalah contoh dari kebijakan itu Bahkan Kasad Jenderal Ryamizar Ryakudu menyatakan para anggota Kopassus yang telah divonis oleh Pengadilan Tinggi Militer Surabaya terbukti membunuh Theis sebagai Pahlawan NKRI

6 Benny Giyai Menuju Papua Baru Beberapa PokokPikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham- Dieyai 2000 Dalam pandangan Benny hari merdeka itu adalah hari datangnya kebahagian sehingga penderitaaan tidak lagi menjadi hari-hari orang Papua Selain itu Benny juga meyakini bahwa hari itu akan datang sebagaimana kosmologi orang Papua yang meyakini bahwa waktu berputar antara susah menuju senang dalam babakan-babakan tertentu Hlm 8mdash 9

atau pembunuhan dengan segala bentuknya di Papua hanyalah dalam rangka menjalankan tugas sebagai p e lindung NKRI dari rongrongan organisasi yang disebut sebagai OPM

Tulisan ini berusaha membeberkan operasi-operasi militer yang digelar oleh Kodam yang berpataka ldquoPraja Ghupta Virardquo (Ksatria Pelindung Masyarakat) di Papua Dalam pandangan orang-orang Papua ABRI alih-alih menjadi pelindung malah menjadi seperti pagar makan tanam an Operasi- operasi militer mendatangkan kesengsaraan lahir dan batin bagi orang-orang Papua Pandangan orang Papua itu masih bertahan sampai saat ini sehingga mendorong mereka menuntut merdeka karena rendahnya kepercayaan terhadap instansi pemerintah yang ada di Papua

Dalam keperluan tulisan ini operasi- operasi militer yang berjalan terus-menerus dilihat sebagai kemenangan politik ABRI dalam melakukan bargaining dengan aktor- ak to r negara la in dalam m engam bil kebijakan Dwifungsi ABRI membuat aktor- aktor politik lainnya kehilangan kendali terhadap ABRI Hal itu teijadi karena kuatnya pengaruh perwira militer dalam politik lokal Papua baik dalam badan legislatif Papua maupun dalam lembaga eksekutif di Papua7

2 ABRI Wajah Indonesia di Papua

Sampai saat ini argumen Indonesia bahwa proses penggabungan Papua ke dalam Indonesia adalah suatu ldquokehendak dan panggilan sejarahrdquo dari sikap patriotisme para sukarelawan terasa tidak memadai lagi

7 Konsepsi dwifungsi ABRI membuat cara pandang aktor- aktor politik lainnya terkesampingkan Selain itu selama operasi m iliter itu berlangsung jajaran birokrasi dikendalikan pula oleh para perwira aktif mulai dari Ketua DPRD I dan II se-Papua wakil gubernur bupati dan atau wakil bupati se-Papua Institusi strategis juga dikendalikan oleh perwira ABRI aktif yaitu Kantor Direktorat Sospol Provinsi dan Kabupaten se-Papua dan Mawil Hansip Provinsi dan Mawil Hansip Kabupaten se-Papua

4

Apalagi argumentasi yang menyatakan bahwa Papua telah menjadi bagian dari Indonesia sejak alam terbentang karena terdapatnya persamaan adanya kapak batu persegi dan adanya persamaan relief lukisan di dinding gua batu

Lebih tak berarti lagi apabila klaim Indonesia itu sem ata disandarkan pada penguasaan Papua oleh kerajaan kuno seperti Sriwijaya Majapahit sampai Sultan Tidore8 Klaim atas Papua yang disandarkan pada argumen bahwa Papua adalah wilayah jajahan B elanda mdash sejak tahun 1828 berkat keberhasilan Belanda mendirikan benteng Fort du Buis di Teluk Triton Kaimanamdash secara otomatis menjadi wilayah Indonesia ju g a tidak m em bantu banyak dalam menyakinkan orang Papua bahwa mereka adalah bagian sah dari Republik Indonesia9

Semua argumen itu terasa hambar karena tidak berasal dari pengalaman nyata orang-orang Papua sendiri dalam berintegrasi dengan negara Republik Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 Lebih tepatnya orang Papua berinteraksi secara nyata dengan entitas negara Indonesia adalah melalui sebuah peijanjian internasional yang ditandatangani pada tanggal 12 Agustus 1962 di New York dan d ilan ju tkan dengan referendum tu juh tahun kem udian Referendum itu disebut oleh Indonesia sebagai Pepera yang dijalankan secara musyawarah antara 1025 orang mewakili seluruh orang Papua yang ada kala itu Baru setelah Pepera di tahun 1969 itulah Papua berintegrasi dengan Indonesia dengan tulang punggungnya pemerintahan militer

Operasi militer untuk memaksa Papua berintegarasi ke dalam Indonesia secara faktual dirintis mulai tahun 1961 dengan masuknya bala tentara Indonesia ke Papua

8 Sejarah yang menguntai jauh ke belakang sebagai legitimasi Indonesia atas Papua seperti ini dapat dibaca dalam Irian Barat dari Masa ke Masa Sejarah Militer Kodam XVII Tjendrawasih Puserjarah ABRI 1971 Hlm 9mdash 16

9 Argumentasi Papua adalah wilayah Indonesia karena bagian dari jajahan Belanda dipakai oleh Deplu Indonesia lihat brosur Sejarah Kembalinya Irian Jaya ke Pangkuan Republik Indonesia Deplu RI 1998

dengan sebutan sukarelawan dalam rangka m elakukan in filtra si un tuk m enguasai sebagian wilayah Papua dari Belanda dan kemudian daerah itu dimanfaatkan untuk m engacaukan ja lan n y a pem erin tahan Belanda atas Papua10 11 Sejak tahun 1961 itulah masyarakat Papua mengenal Indonesia secara nyata berkat adanya pasukan-pasukan ABRI yang menyusup ke Papua Artinya wajah pertama Indonesia di Papua diwakili oleh sepak terjang para pasukan infiltran ini

Fase infiltrasi ini ditujukan untuk m em bentuk b asis -b as is gerilya dan mempersiapkan pembentukan pos terdepan bagi upaya penyerbuan Papua oleh Indonesia Dalam fase ini dimasukkan lebih kurang 10 kompi prajurit ABRI ke Papua Fase kedua adalah m elakukan serangan terbuka di beberapa daerah seperti Biak Fak-fak Sorong Kaimana dan Merauke Fase ketiga adalah konsolidasi pasukan sebagai kekuatan militer Indonesia di Papua11

Salah satu perw ira ABRI yang menjadi infiltran ini adalah Kapten Benny Moerdani (kemudian menjadi Menghankam Paftgab 1983mdash 1988 Menhankam 1988mdash 193) dengan pasukan berkekuatan 206 yang berasal dari RPKAD dan Kompi II Batalyon 530Para dari Kodam Brawijaya Pasukan ini diterjunkan di Merauke dengan sandi Operasi Naga Operasi penyusupan di Papua ini secara kese lu ruhan d iberi sandi O perasi Djayawijaya Setelah New York Agreement disetujui Benny dipindahkan ke Holandia (Jayapura) menjadi komandan sementara seluruh pasukan infiltran Indonesia di Irian Barat12

Seluruh pasukan infiltran ini sebagaimana d isyaratkan oleh New York Agreement kemudian diorganisasi ke dalam Kontingen Indonesia (Kotindo) sebagai pasukan keamanan UNTE A Konsentrasi dari pasukan Indonesia ini awalnya adalah Merauke Kaimana Fak-fak

10 Drs M Cholil Sejarah Operasi-Operasi Pembebasan Irian Barat Puserjarah ABRI - Dephankam 1971

11 Julius Pour Benny Mordani op cit hlm 19812 Ibid hlm 224mdash 226

5

dan Sorong Semua pasukan Indonesia ini kemudian dibagi ke dalam empat datasemen yaitu Datasemen Adi Merauke Datasemen B di Kaimana Detasemen C di Fak-fak dan Detasemen D di Sorong

Pasukan-pasukan Indonesia ini kemudian diperbantukan kepada United Nation Security Force (U N SF) yang m erupakan aparat keam anan UNTEA Meskipun demikian seluruh komando tetap berada di bawah Panglima Mandala Artinya pasukan K otindo secara organik tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ABRI Maka dari itu segala tanggung jawab organisatoris dan administratif tetap menjadi tanggung jawab Indonesia

Dengan posisi yang demikian ABRI di Papua m em ilik i dua m isi form al merupakan alat kelengkapan dari UNTEA dalam UNSF sementara infomal adalah untuk melanjutkan komando Trikora Maka dari itu ABRI dalam K otindo lebih mementingkan tugas informalnya yaitu mengawasi UNTEA agar tidak merugikan Indonesia dan menekan kekuatan-kekuatan sosial po litik orang-orang Papua yang menentang Indonesia

Kehadiran dan sepak terjang ABRI yang kerap melakukan kekerasan di Papua di kemudian melahirkan satu sikap yang khas Papua pula yaitu Indonesia diasosiasikan dengan kekerasan U ntuk ke luar dari kekerasan o rang-orang Papua m ulai membangun identitas Papua sebagai reaksi untuk menentang kekerasan yang dilakukan oleh para anggota ABRI yang menjadi representasi Indonesia bertahun-tahun di Papua13 Makna yang terbangun di balik itu adalah menolak menjadi Indonesia berarti menolak menjadi korban kekerasan dari ABRI Sikap ABRI atas reaksi orang-orang Papua bukannya mencari jalan penyelesaian secara damai melainkan mengintensifkan kekerasan dengan skala yang

13 Amiruddin ldquoGerakan Papua MerdekarPenciptaan Identitas Ke-Papuan versus Ke-Indonesia-anrdquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIIINol Tahun 2005

lebih besar melalui operasi militer dengan menjadikan Papua sebagai DOM Akibatnya kekerasan menjadi lingkaran yang tiada putus di Papua selama puluhan tahun14

Sejak itu secara perlahan orang-orang Papua baik elit maupun jelata juga mulai mengenal Indonesia dalam arti sesungguhshynya Singkatnya dalam pandangan orang Papua ABRI adalah Indonesia Indonesia adalah A B R I15 A kibatnya perlaw anan terhadap Indonesia yang mulai buncah sejak tahun 1963 sampai hari ini tidak pernah berhenti Selalu ada pemimpin baru dengan pengikut yang juga potensial terus tumbuh16

3 Kodam Tulang Punggung Security Approach

Tahun 1963 MenPangad Jend A Yani mengeluarkan perintah Operasi Wisnumurti untuk mendatangkan pasukan dari divisi-divisi di Jaw a M akassar dan M aluku untuk mengembangkan kekuatan tempur dan staf Kodam XVII Tugas pokok Kodam ini adalah m enegakkan kew ibaw aan Pem erintah Indonesia menjamin keamanan dan ketertiban serta m embantu pem erintah sipil dalam membangun Irian Barat17 Para infiltran yang tergabung dalam Kotindo adalah inti kekuatan ABRI di Papua k e tik a K odam X V II Tjendrawasih dibentuk

14 Muridhan S W idjojo ldquoSeparatisme - Hak Asasi M anusia- Separatisme Siklus Kekerasan di Papua Indonesiardquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIIINol Tahun 2005

15 Mengenai wajah Indonesia itu adalah seluruh aksi kekerasan yang dilakukan oleh para prajurit ABRI ini dapat ditelusuri dalam Decki Natalis Pigai BIK Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua Sinar Harapan Jakarta 2001

16 Mengenai terus tumbuhnya perlawanan dan munculnya pemimpin-pemimpin baru dari setiap fase perlawanan itu lihat Yorris TH Raweyai Mengapa Papua Ingin Merdeka PDP Jayapura 2002 Yorris tercatat sebagai anggota PDP yang memperjuangkan kemerdekaan bagi Papua Hal ini menunjukkan bahwa regenerasi perlawanan terus berlanjut selama kekerasan terus terjadi

17 Irian Barat Op cit hlm 104

6

Sesunguhnya Kodam XVII yang awalnya bernama Kodam XVIIIrian Barat dibentuk melalui Surat MenPangadNo Kpts- 105881962 pada tanggal 17 Agustus 196218 atau 2 hari setelah New York Agreement ditandatangani Karena masa itu Indonesia belum memiliki kewenangan pemerintahan di Papua Kodam ini hanya berada secara bayangan dengan fungsi mengawasi UNTEA dan gerak-gerik politik orang-orang Papua terutama yang pro-kemerdekaan Papua Brigjen U Rukm ana yang kom andan K otindo merangkap sebagai Pangdam pertama di Papua19

Kodam ini kemudian direalisasikan secara nyata baru 12 Januari 1963 mendekati hari penyerahan adm in istrasi ke pem erin tahan Papua dari UNTEA ke Indonesia Kodam ini kemudian membentuk komando teritorialnya yang terdiri dari 3 Korem dan 23 Kodim Kemudian komando teritorial ini diubah pada tanggal 3 Maret 1963 menjadi 3 Korem20 dan 8 Kodim 70 Puterpa dan 20 K ooterpa21 K om ando- komando ini berfungsi sebagai gelar pasukan dan sekaligus penguasaan teritorial dalam rangka fungsi sosial politik secara nyata22 Di samping itu juga ditambah dengan dua batalion infantri Kodam mulai berfungsi secara riil 17 Mei 1963 setelah UNTEA mengalihkan tanggung jawab administrasi kepemerintahan ke Indonesia

18 Namun ulang tahun Kodam selalu diperingati tgl 17 Mei 1963 Hal ini mulai terjadi sejak tahun 1967

19 Irian Barat dari Masa ke Masa op cit hlm 100-10120 Sejak tanggal 5 Agustus 1964 jumlah Korem di Irian

Barat dikurangi menjadi 2 yaitu Korem 171 dengan markas di Manokwari dan Korem 172 dengan markas di Merauke Dua Korem ini bertahan sampai sekarang

21 Dari 8 Kodim ini dua Kodim langsung di bawah Kodam yaitu Kodim 1701 Jayapura dan Kodim 1702 Wamena Sementara 4 Kodim berada di bawah Korem 171 yaitu Kodim 1711 Manokwari Kodim 1712 Sorong Kodim 1713 Seruai dan Kodim 1714 Fak-fak Dua Kodim lainnya berada di bawah Korem 172 yaitu Kodim 1721 Merauke dan Kodim 1722 Tanah Merah PUTERPA (Perwira Urusan Perlawanan Rakyat) sekarang setingkat dengan Koramil Kooterpa (Koordinator Perlawanan Rakyat) sekarang Babinsa

22 Pusat Sejarah Kodam XVII op cit

K odam X V IIIrian Barat pada tanggal 30 Juni 1964 berganti nama menjadi Kodam XVIITjendrawasih dengan pataka-nya Praja Ghupta Vira yang berarti Ksatria Pelindung Masyarakat Sejak tahun 1964 inti kekuatan Kodam XVIITjendrawasih terus berkembang dengan dibentuknya batalion- ba ta lion baru ya itu B atalion 751 Tjendrawasih di Manokwari yang berasal dari K odam V IID iponegoro Y onif 752 Tjendrawasih di Sorong berasal dari Kodam VlSiliwangi dan Yonif753Tjendrawasih di Jayapura K etiga y o n if ini m erupakan pembaharuan dari yonif sebelumnya yaitu Yonif 641Tjendrawasih I yang berasal dari Diponegoro dan Yonif 642Tjendrawasih II yang berasal dari Siliwangi Ke dalam kedua batalion ini telah bergabung unsur dari Papua yaitu para gerilyawan KasuariTrikora dan anggota eks-PVK (Papuan Vrywillingers Korp) setelah mereka dididik di Siliwangi dan di Diponegoro23 Jumlah seluruh pasukan ABRI pada awal kehadiran Kodam ini sekitar 2000 prajurit lebih

Peran m ilitermdash terutam a ADmdash menjadi kian dominan di Papua ketika terjadi reo rgan isasi m ilite r Indonesia setelah kekuasaan beralih dari tangan Soekarno ke tangan Soeharto Dominasi militer di Papua itu sejalan dengan menguatnya militer dalam kekuasaan di Indonesia MenhankamPangab Benny Moerdani yang juga anggota MPR dalam sidang MPR tahun 1988 pernah menyatakan kekuatan militer dalam politik itu tak ubahnya sebagai partai politik Di era Benny Moerdani menjadi MenhankamPangab inilah peranan Kodam menjadi komando yang dominan di daerah dan sekaligus satu-satunya kekuatan militer yang mengendalikan kondisi keamanan dan ketertiban sekaligus kondisi sosial-politik daerah24 Dalam menjalankan fungsi sosial- politik ini ABRI aktif dalam menggalang

23 Irian Barat dari Masa ke Masa hlm 11524 Lihat Julius Pour Benny Mordani Profil Prajurit

Negarawan Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman Jakarta 1993 hlm 469mdash 474 dan hlm 543mdash 543

7

kekuatan politik bersama dengan Golkar25 Sejak orang Papua ikut Pemilu Indonesia di tahun 1971 sampai Pemilu tahun 1997 Golkar tetap merupakan partai politik dominan di Papua dengan perolehan suara di atas 80

Sejalan dengan kebijakan itu kemudian Kodam XVIITjendarawasih digabung dengan Kodam XVPatimura menjadi KodamXVII Trikora26 yang menjadi kekuatan hankam dan sosial politik utama pula di Papua Sebagai kekuatan hankam dan sosial-politik titik berat tugas ABRI di Papua adalah mengatasi gangguan kamtibmas dan menangkal subversi dalam negeri Dengan titik berat tugas militer seperti itu Kodam akhirnya menjadi institusi yang dikuasai oleh AD27

Seiring dengan itu rangkaian kekerasan dan pelanggaran HAM terjadi Pengalaman buruk di baw ah DOM ini kem udian membangkitkan pengalaman buruk rakyat Papua selama proses awal integrasi dan Pepera Pengalaman buruk itu kemudian tampil ke permukaan secara terbuka di kala kekuasaan m iliter dalam pemerintahan surut ketika reformasi politik terjadi tahun 1998 Di era reform asi di Papua tumbuh keberanian mempersoalkan seluruh kekuasaan Indonesia di Papua yang didominasi oleh m iliter itu Keberanian itu kian buncah ketika Panglima ABRI Jenderal Wiranto di bulan Agustus 1998 menyatakan minta maaf dan mencabut status Papua sebagai daerah DOM28

Dengan latar sejarah dan posisi politik seperti itu m iliter di Papua merasa dan melihat dirinya sebagai satu-satunya institusi yang menjaga keutuhan Indonesia di Papua Pada

25 Sejak orang Papua ikut Pemilu Indonesia di tahun 1971 sampai pemilu tahun 1999 Golkar selalu menang telak di atas 80 di Papua

26 Penggabungan terjadi bulan April 1985 berdasarkan surat perintah operasi KASAD NolSeptember 1984

27 Ibid hlm 47228 Kapan awal Papua bertatus DOM sampai saat ini belum

ada informasi yang pasti Namun dengan diumumkanya pencabutan status DOM oleh Jenderal Wiranto 8 Agustus 1998 menandakan bahwa Papua pernah berstatus DOM Setelah status DOM dicabut Pangdam Papua menyatakan Papua berstatus daerah rawan

gilirannya militer di Papua selalu bertindak keras terhadap segala bentuk gerakan atau opini yang mempertanyakan atau memprotes keadaan yang dirasakan kurang adil oleh tokoh-tokoh Papua Pada gilirannya militer Indonesia di Papua sangat mudah memvonis seluruh bentuk protes orang Papua sebagai gerakan separatis

K etika cap separa tis sudah dialamatkan oleh militer kepada seseorang di Papua maka orang itu akan bisa menjadi korban dalam sekejap Baik menjadi korban pencu likan peny iksaan bahkan pem shybunuhan Aksi kekerasan itu berlangsung bertahun-tahun dengan ribuan korban jiwa Para korban dan keluarganya inilah bersama- sama dengan kalangan muda dan mahasiswa serta tokoh-tokoh terpelajar Papua di era reform asi m ulai m enyuarakan perlunya Indonesia mempertanggungjawabkan seluruh kekerasan itu Untuk meminta pertanggungshyjaw aban itu wacana hak asasi manusia menjadi wacana yang paling dominan di Papua

Kian menghujamnya cengkraman militer terhadap kehidupan sosial politik di Papua ju g a tidak terlepas dari potensi ekonomi daerah ini yang begitu besar Hal itu te rlih a t k e tika PT F reepo rt m ulai menanamkan investasinya di Papua Untuk melindungi PT Freeport militer di Papua mulai mengembangkan pengaruhnya dalam politik lokal dengan cara yang lebih keras29 Selain itu m ilite r ju g a m em perbesar kekuasaanya dengan m enem patkan diri sebagai pelindung dari mengalirnya ribuan para imigran dan transmigran dari luar Papua Semuanya ini disebut oleh para petinggi militer sebagai tugas nasional dalam rangka menjaga integritas teritorial Indonesia di Papua

Seluruh sepak terjang militer yang mendatangkan luka di hati orang Papua inilah

29 Mengenai perlindungan militer terhadap PT Freeport lihat Amiruddin dan Aderito Soarea Perjuangan Amungme Antara Freeport dan Militer ELSAM Jakarta 2003 Lihat juga Denise Leith The Politics o f Power Freeport in Seharto rsquos Indonesia University of Hawaii Press Honolulu 2003

8

yang hendak diperbaiki dengan diberikan status otonomi khusus terhadap Papua Pada bagian Menimbang dari UU Otsus menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua selama ini belum sepenuhnya memenuhi rasa keadilan memenuhi kesejahteraan rakyat penegakan hukum dan belum sepenuhnya menghormati hak asasi manusia khususnya hak asasi masyarakat Papua

4 Operasi-Operasi Militer Penderitaan Rakyat Papua

Untuk mendapatkan perhatian OPM kerap melancarkan gerakan bersenjata secara sporadis Hal itu ditempuh OPM karena terbatasnya kem am puan tem pur akibat sedikitnya jumlah persenjataan Selain itu juga karena tidak mudahnya medan Papua untuk membangun kekuatan besar yang terorganisasi secara baik30 Selain gerakan bersenjata secara umum usaha OPM untuk menunjukkan diri mereka tetap eksis adalah aksi pencu likan aksi penyergapan peng ibaran bendera B in tang K ejora penyebaran propaganda m elalui media selebaran dan mobilisasi demonstrasi atau rapat umum di daerah-daerah terpencil Selain itu kerap pula ditempuh aksi lintas batas terutama ke PNG

OPM pada awalnya adalah reaksi orang- orang Papua atas sikap pejabat-pejabat asal Indonesia yang mengecewakan mereka sejak tahun 196331 Perlawanan secara bersenjata pertama kali diluncurkan di Kebar Manokwari 26 Juli 1965 Perlawanan di Kebar ini dipimpin oleh Johannes Djambuani dengan kekuatan 400 orang yang berasal dari suku Karun dan Ayamaru Seiring dengan itu suku Arfak di Arfai

30 Seluruh uraian mengenai OPM ini disandarkan pada John RG Djoparai Pemberontakan Organisasi Papua Medeka Grasindo Jakarta 1993 dan Robin Osbom Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Elsam Jakarta 2001

31 Richard Chauvel and Ikrar Nusa Bhakti The PapuaConflict Jakarta rsquos Perceptions and Policies East-West

Manokwari melancarkan pula perlawanan yang dipim pin oleh M ayor T ituler Lodewijk Mandatjan yang diikuti oleh Kapten Tituler Barent Mandatjan dan Lettu Tituler Irogi Maedogda dengan mengajak penduduk lari ke hutan

Sementara di Manokwari 28 Juli 1965 juga teijadi perlawanan yang dipimpin oleh Permanas Ferry Awom dengan pengikutnya sekitar 400 orang yang berasal dari suku Biak Ajamaru Serui dan Num for menyerang asrama Yonif 641Tjendrawasih I Dalam penyerangan ini 3 anggota ABRI tew as32

Setelah teijadi penyerangan ABRI m elancarkan O perasi Sadar di baw ah komando Pangdam Brigjen R Kartidjo untuk m enghancurkan kelom pok perlaw anan Operasi Sadar ini tidak saja bertujuan untuk mematahkan perlawanan yang terjadi di M anokw ari te tap i ju g a m enegaskan kekuasaan Kodam XVII atas seluruh wilayah Papua Tugas pokok operasi adalah m elakukan penghancuran terhadap gerom bolan yang bergerak di sek itar Manokwari dan Kebar sekaligus minimum m enangkap Ferry Awom dan Julianus Wanma baik mati maupun hidup sebelum tanggal 17 Agustus 1965 Operasi ini sejak 10 Agustus dilancarkan secara intensif dan terus-menerus ke kampung-kampung yang menjadi basis-basis perlawanan Dalam operasi pengejaran terhadap kelompok perlawanan 36

Center Washington 2004 Hlm 22mdash 23 Sikap pejabat Indonesia yang mengecewakan itu dideskripsikan pula oleh Djopari Misalnya membakar buku dan dokumen yang berbahasa Belanda mengintimidasi dan menodong tokoh-tokoh Papua yang memiliki bacaan dalam bahasa Belanda sebagai pro-Belanda mengambil rumah-rumah penduduk dengan menyatakan rumah itu milik Belanda serta mengambil berbagai barang dalam rumah penduduk atau penjabat lokal kemudian dibawa keluar Papua

Djopari hlm 82mdash 8432 Seluruh uraian mengenai OPM ini disandarkan pada John

RG Djoparai Pemberontakan Organisasi Papua Medeka Grasindo Jakarta 1993 dan Robin Osbom Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Elsam Jakarta 2001

9

orang penduduk yang disebut sebagai anggota OPM tewas33

Sejalan dengan operasi pengejaran ini Operasi Sadar dikembangkan ke seluruh wilayah Irian Barat pada tanggal 25 Agustus 1965 Sejak ini Operasi Sadar langsung d ip im pin oleh Pangdam B erdasarkan perintah operasi ini wilayah Papua kemudian dibagi ke dalam 4 sektor Sektor I adalah daerah yang m elipu ti M anokw ari dan sekitarnya menjadi pos terdepan operasi Untuk daerah ini dilancarkan operasi intelijen dan teritorial untuk mendukung operasi fisik (tempur) Di sektor lainnya yang belum menujukan adanya perlawanan fisik hanya dilancarkan operasi intelijen dan teritorial dengan tujuan untuk mencegah meluasnya pengikut perlawanan34

Operasi ini dilanjutkan oleh Pangdam yang baru ya itu B rig jen R B in toro Sepanjang tahun 1966mdash 1967 operasi tempur ABRI kian m ass if un tuk m enghadapi kelom pok-kelom pok perlaw anan yang tumbuh dari suku Arfak di Manokwari di bawah pimpinan Lodewijk Mandatjan dan Ferry Awom dan juga di daerah sekitar Jayapura dan Merauke Nama operasi kali ini adalah O perasi B aratayudha dengan mendatangkan pasukan dari Yonif 314 Siliwangi dengan 2 kompi Yon 700RIT dan 2 kompi Yon 935Brimob Selain itu dalam operasi ini juga dilibatkan 2 Ton KKOALRI 1 Ton Kopasgat dan 1 tim RPKAD Pasukan tempur ini juga diperkuat dengan 2 pesawat Bomber B-26 dan 1 Pesawat Dakota dan 1 Kapal Perang35

O perasi B aratayudha bertu juan menghancurkan perlawanan dan mempershysiapkan pemenangan Pepera Operasi ini bersifat tempur dengan dibantu oleh operasi intelijen dan teritorial yang disiapkan dalam tiga fase yang fase terakhirnya adalah tahun 1968

53 Lihat Jopari op cit 110-111 dan bandingkan dengan Irian Barat op cit hlm 125-128

14 Irian Barat op cit hlm 130-134 35 Irian Barat op cit hlm 141

10

Fase ketiga ini ditujukan untuk konsoliasi persiapan memenangkan Pepera

Operasi Baratayudha yang banyak menelan korban jiw a membuat kelompok perlawanan terpecah menjadi kecil-kecil dan surut Untuk mengintensifkan kemenangan dalam Pepera kelompok-kelompok kecil ini kemudian dikejar terus-menerus Inti dari pasukan yang mengejar ini adalah dari RPKAD Sejalan dengan ini show offorce dari kekuatan yang diiringi dengan operasi intelijen dan teritorial dilancarkan di daerah yang perlawanan kecil dan m elem ah un tuk m em enangkan situasi psikologis36 Sepanjang tahun 1967 operasi berhasil m enem bak m ati 73 orang dan menangkap 60 orang dengan menyita 39 pucuk senjata Adapun yang menyerahkan diri 3539 orang Operasi Barathayuda ini menggetarkan hati banyak orang Papua karena mereka tidak mengira Indonesia akan melancarkan perang terbuka yang banyak m endatangkan p en deritaan fis ik dan psik is dalam menghadapi protes mereka

Ketika Brigjen Sarwo Edi menjadi Pangdam digelar operasi baru yaitu operasi W ibaw a dengan tugas u tam a adalah m em enangkan Pepera untuk Indonesia Tugas pokok dari operasi ini adalah m enghancurkan kelom pok perlaw anan mengamankan usaha memenangkan Pepera serta m enum buhkan dan m em elihara kewibawaan pemerintah Untuk tujuan itu Kodam m elakukan sinkronisasi operasi tempur intelijen dan teritorial Sejalan dengan ini Pangdam memerintahkan di setiap Kodim disiapkan kekuatan tempur agar bisa digunakan jika diperlukan

D alam kerangka m em enangkan Pepera OPSUS di bawah pimpinan Mayor Ali Moertopo37 yang bergerak dalam bidang intelijen dan sosial-ekonomi berperan dominan dalam melakukan operasi teritorial untuk penggalangan Dalam kerangka Operasi

36 Ibid hlm 144mdash 14537 Ali Moertopo sejak tahun 1962 telah berada di Papua

dengan jabatan Asisten I Dan Kotindo dan kemudianmenjadi Asisten I Kodam Asisten I adalah bidang intelijen Kodam

Wibawa pemenangan Pepera ke Kodam diperbantukan intelijen dari Den Dipiad dan intelijen dari Tim Karsa YudhaRPKAD Untuk memenangkan Pepera itu intimidasi dan kekerasan telah memaksa sebagian orang memilih menjadi Indonesia Secara keseluruhan dalam operasi ini dilibatkan 6220 orang pasukan

O perasi pem enangan Pepera ini dibagi ke dalam 4 fase Fase pertama adalah menghancurkan kelompok perlawanan dan sekaligus memperluas sebaran pasukan ABRI ke daerah-daerah yang telah dikuasai Selain itu di setiap Puterpa disiapkan 1 regu pasukan infantri untuk melakukan operasi teritorial Fase kedua adalah memastikan di daerah-daerah K epala B urung Pepera dimenangkan oleh Indonesia Untuk ini segenap unsur ABRI d ilibatkan untuk mengeliminir kelompok perlawanan Fase ketiga dan keempat adalah memastikan kem enangan pada hari H -nya dan mengamankan hasilnya38

M eski pun fase-fase itu telah disiapkan ternyata upaya memastikan Pepera bisa dim enangkan oleh Indonesia tidak berjalan secara mulus Di daerah Erambo (Merauke) DubuUbrub (dekat perbatasan) Enaratoli dan W ahgete (Paniai) terjadi penolakan oleh masyarakat setempat Para utusan pemerintah dan unsur ABRI yang ada di daerah itu dilawan oleh penduduk

Di Enarotali perlawanan lebih hebat dengan melancarkan gerakan bersenjata serta terang-terangan m enolak bergabung ke Indonesia yang d ip im pin oleh AR Wamafma Senen Mote Maphia Mote dan Thomas Douw Perlawanan ini juga didukung oleh beberapa orang polisi asal Papua yang berpihak kepada kelompok perlawanan Untuk menghentikan gerakan ini Pangdam Sarwo Edi memerintahkan menghancurkan kelompok perlawanan Untuk itu pasukan Kopashanda dan pasukan dari Kompi 3

38 Ibid hlm 170mdash 174

Batalyon 724Hasanuddin diterjunkan di Enarotali untuk membantu pasukan yang ada di Kodim 1705Nabire Pasukan ini dalam operasinya didukung pula oleh Dipiad (Dinas Pelaksana Intelijen AD) dan Satgas AURI yang dilengkapi pesawat B 26 Dakota dan Hercules Pasukan Yon 724Hasanuddin ini kemudian bergerak melancarkan operasi ke berbagai daerah di sekitar Paniai39 Operasi yang dipimpin oleh Mayor Mochtar Jahja dan Mayor Sitompul ini tidak mudah dilupakan oleh rakyat Paniai karena dalam operasi ini militer bertindak secara kasar dan membabi buta itu Ditengarai ada sekitar 634 orang penduduk terbunuh sepanjang operasi itu40

Aksi perlawanan menjelang Pepera ini juga pecah di Piramid Wamena Dua orang anggota ABRI dibunuh oleh penduduk ABRI dalam peristiwa Piramid ini melancarkan operasi intelijen dan teritorial untuk mencari pelakunya Pasukan dari Satgas 3Hasanuddin dikerahkan untuk menguasai kampung-kampung dan mencari pelaku

Gencarnya operasi-operasi militer yang diperintahkan oleh Pangdam Sarwo Edi tidak terlepas dari fungsinya sebagai Ketua Proyek Pelaksana Daerah Sesuai dengan surat Mendagri No 301969 Pangdam bertanggung jawab atas pengendalian penggerakan dan koordinasi kegiatan semua aparatur pemerintah daerah sipil dan swasta dan ABRI di Papua Dengan lain kata Pangdam adalah penguasa tertingg i di Papua dalam m enjalankan pemerintahan dan bertanggung jawab penuh untuk memenang-kan Pepera Dalam posisinya sebagai Ketua Proyek Pangdam melancarkan usaha-usaha peningkatan operasi tempur di semua lini untuk menghancurkan perlawanan melakukan operasi teritorial untuk penggalangan kondisi bagi pem enangan Pepera dan m engintensifkan operasi intelijen untuk mematahkan sisa-sisa gerakan separatis Selain

39 Ibid hlm 182mdash 18340 Mengenai korban dari penduduk Paniai ini lihat Pigay

op cit hlm 343mdash 344

11

itu melakukan operasi pengamanan objek vital dan tempat-tempat sidang Dewan Pepera41

Sejalan dengan kemenangan Indonesia dalam Pepera ABRI melakukan pula fungsi- fungsi sosial-politiknya Untuk itu Kodam melancarkan program penggantian para pejabat kabupaten dan dinas-dinas yang dilihat diragukan loyalitasnya pada Indonesia Bersamaan dengan ini keanggotaan DPRD I dan II melakukan penyusunan ulang dengan memasukan anggota ABRI menjadi anggota atau pimpinan dewan Dalam konteks ini pasukan ABRI juga dirapatkan di kam pung-kam pung untuk mengawasi kehidupan masyarakat secara langsung Di samping itu juga melancarkan proyek civilisasi dan kesehatan bekerja sama dengan zending dan misi yang telah ada Dalam bidang ekonomi Kodam juga turut serta melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi dengan mengontrol arus dan harga barang Semua kegiatan ini disebut sebagai kegiatan civic mission ABRI di Papua42

Setelah memenangkan Pepera 29 Januari 1970 Brigjen Acub Zainal ditunjuk menjabat Pangdam Tjendrawasih Di tangan Pandam baru ini organisasi Kodam menjadi 3 Korem 9 Kodim dan 3 Yonif Yonif 751 Tjendrawasih di Arfai Manokwari berasal dari Kodam Diponegoro dengan status tugas jangka panjang Yonif 752Tjendrawasih di Sorong berasal dari Kodam Siliwangi dan Yonif 753Tjendrawasih di Ifar Gunung Jayapura berasal dari Brawijaya ditambah prajurit asli orang Papua Ketiga Yonif ini dikembangkan menjadi pasukan organik Kodam Tjendrawasih Sementara pasukan- pasukan ABRI dari kesatuan lainnya yang berasal dari luar Papua mengalami rotasi penugasan Pasukan lama pulang dan diganti dengan pasukan baru dari asal kesatuan yang sama Reorganisasi ini juga sejalan dengan reorganisasi Kopkamtibda di Irian Jaya Semua ini dipersiapkan untuk menyambut pelaksanaan Pemilu 1971

41 Irian Barat op cit 202mdash 20342 Ibid 217mdash 218

Pemilu 1971 ini merupakan pemilu pertama Indonesia di bawah kekuasaan rezim O rde B aru S oeharto P em ilu ini ju g a merupakan pemilu pertama bagi orang Papua dalam kekuasaan Indonesia D alam mempersiapkan Pemilu 1971 ini Kodam juga menghadapi perlawanan terutama di Biak Utara dan Barat serta di kepala burung M anokw ari U ntuk m enghentikan perlawanan tersebut dilancarkan operasi m iliter Sandi operasi adalah O perasi Pamungkas dengan pendekatan pada operasi teritorial yang dibantu tempur dan intelijen Pelaksana Operasi adalah Kodim Biak yang dibantu pasukan tempur dari Yonif 753 dan 752Tjendrawasih serta Dipiad Operasi di Biak ini dipimpin oleh Dandim Biak Mayor R A Hendrik dan Mayor Puspito yang juga Komandan Yon 753 43

Bulan Juli 1971 ini Kodam juga m elancarkan O perasi Pam ungkas di Manokwari untuk mengejar Ferri Awom yang belum menyerah Operasi ini dipimpin oleh D anyongab Satgas 3 M erdeka M ayor Ahmad Kemudian digantikan oleh Letkol S Mardjan Dalam Operasi ini terlibat pasukan dari Satgas 3Merdeka dan 1 peleton dari Yon 751 dan 1 peleton dari Kompi 753 Batalion- ba ta lion bertugas m engejar kelom pok perlawanan sepanjang hari selama berbulan- bulan siang dan malam Dalam pengejaran ini K apten Sahala R ajaguguk berhasil m em bujuk F erry Awom untuk turun menyerah dengan 400 orang anggotanya44

Operasi militer yang masif di tahun 1971 ini alih-alih membuat sentimen anti Indonesia su ru t m alah perlaw anan berkembang ke berbagai kota dalam bentuk penyerangan terhadap pos-pos ABRI dan pemerintahan Melihat perlawanan menguat Kodam kian memperkuat kekuasaannya di Papua dengan menutup Papua bagi media Suasana ketakutan merajalela di seantero Papua Selam a m enjelang dan sesudah Pemilu 1971 tidak ada satu pun orang di

43 Ibid hlm 239 dan 241mdash 24344 Ibid hlm 245

12

Papua berani mempersoalan ketidakadilan atau tindakan-tindakan anggota m iliter yang menyakitkan hati mereka

Atmosfer ketakutan itu muncul dari tindakan m iliter Indonesia yang selalu melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap daerah-daerah yang ditengarai sebagai basis OPM Dalam melakukan serangan ABRI kerap melibatkan pasukan dalam jumlah besar dengan dibantu oleh pesawat pembom Bronco dan helikopter bersenjata Serangan besar- besaran itu tidak saja mengejar anggota OPM yang mencoba menyerang pos-pos ABRI melainkan kerap kali menelan korban jiwa dari penduduk kampung yang tidak terlibat dalam OPM

Banyaknya korban jiwa di akhir tahun 1970-an ini juga disebabkan oleh sikap militer Indonesia sendiri yang tidak pernah secara jelas memposisikan OPM sebagai gerakan kemerdekaan OPM hanya dilihat sebagai gerakan krim inal yang disebut sebagai Gerakan Pengacau Liar (GPL) atau G erakan Pengacau K eam anan (G PK ) Dengan cara seperti ini setiap korban jiwa yang jatuh dari kalangan orang-orang Papua dengan mudah diklaim oleh militer sebagai anggota OPM45

M enjelang Pem ilu 1977 kem bali perlawanan dilancarkan oleh kelompok- kelompok OPM di Papua terutama di daerah Kobagma Bokondini Mulia Ilaga Piramid Kabupaten Jayawijaya Perlawanan ini dipicu oleh penempatan kesatuan-kesatuan ABRI di hampir seluruh wilayah Papua Operasi- operasi m ilite r un tuk m em atahkan perlawanan menjelang Pemilu 1977 dan Sidang Umum MPR 1978 ditingkatkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif Selain itu perlawanan juga pecah di Enarotali Biak dan Mimika serta di sepanjang daerah perbatasan dengan PNG Era ini dianggap oleh orang Papua

45 Mengenai ini lihat Ikrar Nusa Bhakti ldquoHak Menentukan Diri Sendiri Jenis Baru di Papua Pilihan Antara Kemerdekaan dan Otonomirdquo dalam Dewi Fortuna Anwar (EdJ Konflik Kekerasan Internal Obor Jakarta 2005 hlm 255mdash 256

sebagai era awal status Daerah Operasi Militer bagi Papua d ite rap k an 46 Pangdam Tjendrawasih waktu ini dijabat oleh Brigjen Imam Munandar

Di Jayawijaya terutama di daerah sekitar Tiom dan Kwiyawage yang merupakan lembah- lembah di Baliem dilangsungkan pula operasi militer untuk menghentikan perlawanan dan m em persiap-kan Pem ilu 1977 Operasi dilancarkan di bulan April dan Juni Perlawanan orang Ndani di daerah ini diawali oleh perasaan tidak suka Suku Ndani terhadap kebijakan Indonesia yang memaksa mereka berganti pakaian Sekitar 15000 orang berkumpul melakukan protes Perlawanan ini diawali oleh Operasi Koteka yang dilancarkan untuk mengadabkan orang-orang di daerah itu Di Tiom sekitar 4000 orang melawan dengan cara menyerang pos pemerintah di daerah itu Kemudian ke daerah ini diterjunkan pasukan khusus dari RPKAD dengan didrop dari helikopter Selain itu para penduduk yang mencoba menyelamatkan diri ke hutan-hutan dihujani tembakan dari udara47

Di areal PT Freeport di Timika bulan Juli 1977juga teijadi gejolak Penduduk setempat yang ditengarai digerakkan oleh OPM juga melancarkan serangan terhadap pipa-pipa dan fasilitas PT Freeport karena merasa kecewa atas kehadiran perusahaan itu ABRI membalas aksi penduduk itu dengan melakukan penembakan dari udara menggunakan pesawat Bronco48 Setelah itu ke berbagai deretan kampung di sekitar Agimuga diteijukan pasukan infantri dari Batalion 753Tjendrawasih untuk mengejar penduduk dan membakar perkampungan Implikasi dari aksi kekerasan ini penyelengaraan

46 Kesan Papua sebagai DOM terlihat dalam tulisan Pastor N eles Kebadabi Tebay Pr ldquoOrang Papua Menuju K epunahanrdquo makalah dalam sem inar yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Gaise Keuskupan Bandung dan Lembaga Penelitian Universitas Katolik Parahiyangan Bandung tanggal 12mdash 13 November 1999

47 Ibid hlm 139mdash 144 Bandingkan dengan Yorris TH R aw eyai Mengapa Papua Ingin Merdeka PDP Jayapura 2002 hlm 121mdash 122

48 Samsudin op cit hlm 51mdash 52

13

Pemilu 1977 di beberapa kampung di daerah pegunungan ini terpaksa ditunda49

Robin Osbome mencatat operasi militer di tahun 1977mdash 1978 adalah operasi militer paling buruk Dalam setiap operasi pengejaran terhadap mereka yang disebut kelompok OPM diterjunkan pasukan dalam jumlah besar yang berintikan kesatuan RPKAD dan pasukan angkatan darat lainnya Di daerah selatan Jayapura yang berdekatan dengan perbatasan yang dikenal sebagai daerah Markas OPM diterjukan 10000 orang tentara setelah daerah itu dibombardir dari udara oleh dua pesawat Bronco Dalam penyerangan ini diperkirakan 1605 orang para pendukung OPM dan penduduk di wilayah itu tewas50 Operasi militer di tahun-tahun ini selalu diingat oleh orang-orang tua di daerah itu sebagai kenyataan paling pahit dalam hidup mereka51

Sepanjang tahun 1977mdash 1978 itu Dubes Indonesia untuk PNG memperkirakan 1800 orang pasukan dikerahkan beroperasi di hutan-hutan untuk melakukan pengejaran dan 3000 orang siaga berada di Jayapura untuk setiap saat menggantikan52 Menyadari operasi m ilite r itu te lah m encip takan ketakutan dan menelan banyak korban jiwa yang tidak perlu Panglima ABRI kala itu Jenderal M Yusuf mengumumkan akan mengurangi operasi militer di Papua dengan mengintrodusir kebijakan baru yang dikenal dengan kebijakan Operasi Senyum Dalam Operasi Senyum ini dinyatakan Indonesia tidak akan m elancarkan operasi besar- besaran karena OPM mulai dilihat kecil dan tidak membahayakan ABRI hanya akan

49 Ibid hlm 149mdash 15050 Robin Osbome Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan

OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat ELSAM Jakarta 2001 hlm 134mdash 135

51 Operasi militer di tahun 1977 ini selalu dijadikan patokan oleh orang di Mimika dan Jayawija serta Enarotali sebagai awal mereka menjadi korban dari kekerasan militer (Pembicaraan pribadi dengan Mama Yosepha tahun 1996 dan Pendeta Perminus Kogoya di Wamena tahun 2003)

52 Ibid hlm 152

melancarkan patroli di perbatasan dan tugas keamanan rutin53

Gejolak kembali membuncah di tahun 1980-an terutama sekitar tahun 1984 Di tahun 1980-an Kodam telah dinyatakan sebagai Kotama dalam jajaran AD Panglima Kodam menjadi pimpinan di daerah untuk seluruh jajaran komando Pangdam dalam reorganisasi organisasi ABRI ini langsung berada di bawah Panglima ABRI Sejalan dengan itu Panglima ABRI juga memiliki komando langsung kepada Kotama AD lainnya yaitu Kostrad dan Kopassus Oleh karena itu di era ini kerap kali operasi militer melibatkan pasukan-pasukan dari Kostrad dan Kapassus dengan perintahnya langsung dari Panglima ABRI dan Kodam hanya memfasilitasi Kenyataan ini kemudian dikenal dengan nama pasukan BKO (bawah kendali operasi)54 Di era ini Papua juga tertutup bagi media sehingga banyak operasi yang dilancarkan oleh militer tidak diketahui oleh orang luar Robin Osbome menyebut keadaan ini sebagai perang rahasia Indonesia di Papua

Di awal tahun 1980-an Kopkamtib mengeluarkan analisis bahwa kekuatan OPM telah mengecil dan terpencar-pencar ke dalam kelompok kecil-kecil dengan senjata yang sangat te rba tas M eskipun dem ikian Laksusda Irian Jaya kala itu juga melihat gerakan kelom pok-kelom pok OPM itu kem bali m ulai a k tif setelah m enerim a pukulan telak sepanjang tahun 1977mdash 1978 Gerakan OPM itu aktif sepanjang daerah perbatasan dengan PNG Antara bulan Maret dan Juni 1984 pasukan dari Kopasandha (Kopassus) mulai melakukan penyusupan ke daerah-daerah sekitar perbatasan

Aksi pasukan baret merah ini adalah dengan melakukan penangkapan terhadap setiap orang yang d icu rig a i O sborne m encata t gerakan pasukan ini sangat menakutkan penduduk sekitar perbatasan karena perlakuan buruknya terhadap

53 Bhakti op cit hlm 256 Lihat juga Osbome op cit hlm 153

54 Reorganisasi ini dilakukan oleh Panglima ABRI Benny Moerdani setelah menggantikan M Yusuf di tahun 1983

14

penduduk Akibatnya ratusan orang melarikan diri ke daerah PNG karena takut Pengungsian ke PNG di tahun 1984 ini kian banyak ketika Suku Muyu di Mindiptana Woropko dan Merauke juga masuk ke PNG Pengungsian Suku Muyu ini dipicu oleh kehadiran pasukan ABRI yaitu intelijen Kopassus di daerah itu untuk mencari anggota OPM setelah teijadinya penyerangan pos ABRI di desa Kanggewot dan Kakuna tanggal 11mdash 12 April 1984 Gerakan suku Muyu ini kemudian juga diikuti oleh penduduk dari daerah lainnya yaitu dari Jayapura W am ena Sorong M im ika (A m ungm e) M anokw ari dan Fak-fak Seluruh pengungsi asal Papua yang masuk ke PNG ini diperkirakan mencapai 10000 orang55 Sementara Yafet Kambai mencatat dari seluruh pengungsi itu hanya sekitar 7500 berhasil masuk ke PNG dan 1900 orang berdiam diri di hu tan -hu tan sek itar perbatasan Seluruh pengungsi ini ditempatkan di kamp East Aswin dan Western Province PNG56

Gerakan pengungsian ke PNG selain faktor operasi militer di daerah perbatasan itu juga disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu aktifnya OPM di daerah itu munculnya rasa kecewa karena macetnya pembangunan banyaknya operasi intelijen dan masuknya arus transmigrasi secara besar-besaran ke Papua terutama di sekitar daerah perbatasan57 Transmigrasi yang di dalamnya juga masuk keluarga ABRI dan para pensiunan ABRI kian membuat orang takut sekaligus merasa tanahnya dirampas Para purnaw iraw an ABRI yang ikut dalam pemukiman transmigrasi sekaligus menjadi intel Kodam dalam mengawasi daerah itu58 Daerah-

55 Osbome hlm 23656 Theo van den Broek Returnees from PNG to Irian jaya

Dealing in Particular with Returnees to Woropko- Mindiptana Area SKP Jayapura Januari 1999 Juga lihat Yafet Kambai Gerakan Papua Merdeka di Bawah Bayang- Bayang Mega-Haz ELSHAM Jayapura 2003 hlm 29mdash 30

57 Van den Broek ibid hlm 458 Kodam menyebut tugas para purnawirawan dalam

pemukiman itu adalah menjadi mata dan telingga Kodamdalam bidang keamanan Lihat Sejarah Kodam VIIITrikora Priode 1982mdash 1990 hlm 82mdash 83

daerah transmigrasi ini seperti di Arso dan Koya atau di beberapa daerah di Merauke dijadikan pula sebagai daerah penyangga bagi OPM dan memudahkan ABRI untuk melakukan patroli di daerah itu 59

Pengungsian ke PNG di tahun 1983mdash 1984 juga dipicu oleh banyaknya terjadi penangkapan-penangkapan di kota-kota Papua terutama Jayapura oleh intelijen Kopasandha Mereka yang ditangkap ada 20 orang yang berasal dari Uncen dan pegawai Gubemuran Irian Jaya Salah seorang dari mereka adalah Amold Ap yang menjabat sebagai Kepala Museum Antropologi Uncen Penangkapan ini menimbulkan keresahan di Jayapura Akibatnya banyak dari para mahasiswa Uncen dan pegawai di pemerintah daerah lari ke PNG Bahkan di Jakarta tiga orang sahabat Amol Ap yang memprotes penangkapan dan pembunuhan Amold oleh Kapassus ke DPR-RI terpaksa meninggalkan Jakarta60

Setelah pelarian besar-besaran ke PNG tahun 1984 ini gerakan perlawanan dari OPM betul-betul surut Namun ABRI yang kian m erasa berkuasa atas Papua tidak bisa meninggalkan cara-cara kekerasan untuk menunjukkan dominasinya Stigma OPM d iek p lo itasi sedem ik ian rupa untuk melumpuhkan siapa saja yang dianggap menentang Indonesia Tindakan kekerasan itu kerap pula dipakai setiap menjelang pemilu demi memenangkan Golkar di Papua

Operasi militer setelah tahun 1984 berjalan secara lebih masif namun aksi kekerasan dalam operasi itu tidak diketahui oleh publik di luar Papua karena media massa dilarang m em beritakannya Kem asifan operasi itu ditopang oleh kebijakan ABRI yang menjadikan yonif sebagai kekuatan inti tem pur dengan pasukan tam bahan dari Jakarta atau Makassar dan Maluku yang di- BKO-kan ke kodam Di tahun 1984 ini kodam memilik 6 yonif 3 di Papua dan 3 yonif

59 Bhakti op cit hlm 257 dan Osbome hlm 28060 George J Aditjondro Cahaya Bintang Kejora ELSAM

Jakarta 2000 hlm 24mdash 25

15

di Maluku sebagai hasil penggabungan kodam Dari 3 yonif di Maluku satunya adalah Yonif Linud 733 di Ambon yang berkualifikasi para Yonif dari Maluku ditugaskan melakukan operasi secara bergantian sementara yonif di Papua melakukan operasi sepanjang tahun di bawah kendali korem61

Papua sebagai daerah operasi satuan intelijen kodam dan jajarannya memegang peranan yang besar untuk menghancurkan gerakan yang disebut separatis Oleh karena itu peranan intelijen dan operasi kontra intelijen selalu aktif sepajang tahun Para intelijen dari kodam dan korem direkrut dari anggota satuan tempur yang memiliki naluri intelijen dan kemudian dilatih 3 sampai 10 hari sebelum diterjunkan mengumpulkan informasi Selain itu anggota intelijen ini latihan sambil bertugas bersama dengan intelijen tempur yang datang dari Kopassus

Operasi-operasi di masa ini adalah O perasi G agak I (1985mdash 1986) yang dipim pin oleh Pangdam M ayjen H Simanjuntak Dalam operasi ini pasukan operasi d ibagi ke dalam sek to r A di perbatasan B di tengah dan C kepala burung dengan komando Korem masing-masing Danrem adalah komandan sektor operasi Kodim menjadi subsektor dengan Dandim sebagai Dansubsektor Titik tekan operasi adalah teritorial dengan didukung oleh operasi intelijen dan tempur serta kamtibmas

Sektor A l meliputi daerah Kodim 1701Jayapura yaitu M embramo Arso Waris Senggi Kemtuk dan Demta Pasukan yang dikerahkan di daerah ini adalah Yonif733 BS satu kompi dari Yonif 7519 tim intelijen aparat teritorial setempat serta dibantu oleh 2 SSK Wanra Sementara A2 meliputi daerah Kodim 1702W amena dengan kekuatan pasukan dari 1 regu Yonif 751 2 peleton KiZipur-4Diponegro 2 peleton Senzipur 10 serta pasukan teritorial setempat berserta 2 SST wanrahansip A3 adalah daerah Kodim 1707

01 Sejarah Kodam VIlITrikora Priode 1982mdash 1990 Kodam Jayapura 1990 hlm 76

Merauke dengan sasaran utama adalah desa Mendiptana dan Waropko Pasukan yang diterjunkan di daerah ini adalah 1 kompi Yonif 7511 peleton Zipur4Diponegoro 1 peleton Denzipur 10 dan aparat teritorial yang dibantu oleh 2 SST wanrahansip

Daerah operasi sektor B adalah meliputi daerah Korem 173PVB dengan hot spot operasi di Nabire Sasaran utama adalah Enarotali dan Kebo Ilaga Operasi ini bertujuan memburu pimpinan OPM yaitu Daniel Kogoya Tadius Yogi dan Simon Kogoya Pasukan yang dikerahkan ke daerah ini adalah 1 pleton Yonif7531 peleton Zipur 4Dip dan Apter setempat dan dibantu oleh 2 SST hansipwanra

Sektor C adalah daerah Fak-fak dengan fokus operasi di daerah C3 yaitu daerah kompleks Tembagapura Agimuga dan Timika Pimpinan OPM yang hendak dikejar di daerah tambang PT Freeport ini adalah V icktus W angm ang dengan mengerahkan pasukan dari Yonif752 dengan kekuatan 2 kompi dibantu Apter dan 2 SST hansipwanra62 Dalam Operasi Gagak I ini Kodam mencatat 14 orang yang diduga OPM berhasil dibunuh dan 8 orang ditangkap dengan menyita 2 pucuk senjata

Memasuki tahun 1986 operasi ini dilanjutkan Pangdam Mayjen Setiana dengan sandi Operasi Gagak II (1986mdash 1987) dengan tugas pokok penghancuran GPK Titik tekan operasi adalah operasi teritorial dan intelijen untuk memisahkan GPK dari rakyat serta melakukan deteksi loyalitas rakyat terhadap pemerintah Operasi intelijen melakukan penggalangan agar loya litas rakyat meningkat Operasi tempur terus dijalankan dengan menggelar patroli untuk mengejar dan menghancurkan Operasi dilancarkan dengan tetap membagi daerah operasi ke dalam 3 sektor Pasukan yang dilibatkan dalam Operasi Gagak II ini adalah seluruh pasukan organik tempur dan teritorial Kodam VIII Trikora Serta pasukan BKO dari Satgas

62 Kodam VIIITrikora op cit hlm 108mdash 109

16

Yonif 321Kostrad 6 Tim Intelpur Kostrad 1 Kompi YonzipurDip 1 Kompi Yon Zipur Brawijaya satuan dari TNI AL dan AU serta Penerbad Selam a operasi in i ABRI melaporkan 21 orang berhasil dibunuh 5 ditangkap dan menyerah 12 orang dengan menyita 13 pucuk senjata63

K etika M ayjen W ism oyo Arismunandar menjadi Pangdam Trikora digelar operasi dengan sandi Operasi Kasuari 01 (1987mdash 1988) yaitu Juni 1987 sampai M ei 1988 dengan tugas utam a menghancurkan GPK secara fisik terutama di sekitar daerah perbatasan Selain itu operasi ju g a d itekankan di K abupaten Jayapura Paniai Fak-fak dan Biak Perkiraan ABRI waktu ini kekuatan OPM hanya 222 orang dengan 64 pucuk senjata campuran Akan tetapi operasi digelar dalam 3 sektor dengan Danrem tetap sebagai komandan sektor Untuk daerah subsektor A l yang meliputi perbatasan di Kabupaten Jayapura dikerahkan pasukan dari Satgas Yonif 321 Kostrad Satgas Patimura II 2 peleton Yonif 751 tim Yonif752 tim analis Kopassus tim Intelpur Kostrad Satgas Intel Laksusda satu peleton Kizipur4Diponegoro 1 kompi Zipur 5Brawijaya dengan dibantu 4 SSK wanra sebagai TBO Sementara untuk Subsektor A2 Wamena dikerahkan 1 Ton Yon 751 1 Ton Zipur 5B raw ijaya 1 tim Intelpur Kostrad 1 Ton Plus Satgas 642Tanjungpura dan dibantu SST wanra Sementara di sektor A3 yaitu Merauke dikerahkan pasukan 1 Ton Yonif 751 dan 1 Ton Zipur 5Brawijaya Satgas Intel Laksusda dan Tim Intelpur Kostrad dan 2 SST wanra64

Di daerah operasi subsektor B I Nabire sasaran adalah Enarotali dan Sugapa dengan menerjunkan pasukan dari Yonif753 Intel Laksusda K izipur 4D iponegoro peleton Intelrem 173 Ru Marinir 1 peleton KopaskhasAU 1 Tim Khusus Kodim Nabire dan 2 SSK wanra Kampung yang menjadi

61 Ibid hlm 111

64 Ibid Kodam hlm 114mdash 115

sasaran adalah Kampung Tagitakaida Seruai Kampung Swaipak Ampobukar Supriori dan Swainober Biak Barat Selain itu juga di desa Hitadipa Kecamatan Komopa Kecamatan Sing Desa Sapolinik Kecamatan Sinak dan Lereh Nabire Begitu juga Desa Tamakuni Waropen Pimpinan OPM yang dikejar di daerah ini adalah Tadius Yogi dan Simon Kogoya

Sementara itu di sektor C pasukan dikonsentrasikan untuk patroli tempur dan penjagaan areal PT Freeport serta Kecamatan Agimuga dan kampung Jila Pasukan yang dikerahkan adalah berasal dari Yonif752 satu kompi Yonif753 satu regu Ton Intelrem 171 Satgas Intel Laksusda dibantu satu SSK wanra Semua pasukan di-BKO-kan kepada Kodim 1706Fak-fak65

O perasi m ilite r ini kem udian dilanjutkan dengan Operasi Kasuari 02 (1988mdash 1989) O perasi d itekankan di sepanjang perbatasan dengan PNG dengan titik tekan operasi teritorial intelijen dan tempur serta kamtibmas Operasi teritorial diarahkan untuk membentuk desa binaan agar rakyat berpihak pada ABRI Pasukan yang bertugas dan sektor operasi sama dengan Operasi Kasuari 01 Kelly Kwalik muncul sebagai pimpinan OPM di daerah Agimuka dan Tembagapura di masa Operasi Kasuari 02 ini

Mayjen Abinowo setelah meng-gantikan Wismoyo Arismunandar mengelar Operasi Rajawali 01 ( 1989mdash 1990) dan Operasi Rajawali 02 (1990mdash 1991) Operasi tetap ditujukan untuk penghancuran OPM di sepanjang perbatasan dengan PNG Jenis operasi adalah teritoril intelijen dan tempur secara terpadu dan serentak Operasi teritorial diarahkan untuk pembentukan desa binaan dengan tujuan memisahkan rakyat dari GPK Sementara operasi intelijen ditujukan untuk m eng iden tifikasi gerakan GPK dan menetralisir pengaruhnya Sementara itu operasi tempur melancarkan patroli pengejaran dan

ldquo Ibid hlm 116mdash 117

17

penghancuran Pasukan yang terlibat dalam operasi ini adalah pasukan organik Kodam VIII ditambah Yonif 621Tanjungpura Yonif 431 Brawijaya (diganti Yonif 310Siliwangi) 1 tim In te lpur K ostrad Satgas D am pak XX Kopassus Satgas Udara 3 Heli Puma 1 Cassa AL dan 32 Polsek dan 6 SSK wanra Di masa inilah Thomas Wangai mengibarkan Bendera Melanesia Barat di Jayapura

Memasuki tahun 1990 kekuatan OPM diperkirakan hanya 215 orang dengan 69 pucuk senjata campuran Konsentrasi gerakan berada di sepanjang perbatasan dan sebagian tersebar di Kabupaten Jayapura Biak Yapen-Waropen Fak-fak Merauke Pada periode ini ABRI telah membagai empat kelompok GPK yaitu politis orang hutan rakyat pendukung dan clandestine yang berada dalam Pemda I dan II perguruan tinggi dan SLTA66 Pasukan pendukung operasi ini adalah pasukan organik Kodam tambah 32 Koramil rawan yaitu Satgas Yonif 732 asal Maluku Satgas Ki Denzipur 101 Ki Yon 751 752 753 Satgas Intel dan ditambah pasukan nonorganik yaitu Satgas Yonif 621 431 310 tim Intelpur Kostrad Den Kopassus dan Satgas Udara

Di tahun 1990 inilah operasi intelijen militer yang berintikan pasukan Kopassus di Papua meningkat Penangkapan-penangkapan yang disertai pembunuhan terhadap orang- orang yang dicurigai sebagai OPM kerap terjadi di berbagai tempat

Operasi jenis ini kemudian terkuak ketika teijadi serangkaian pembunuhan terhadap penduduk kampung di desa Wea Tembagapura di bulan Oktober sampai Desember 1995 Dalam aksi ini pasukan dari Yonif 752 melakukan penembakan membabi buta terhadap penduduk yang sedang berada dalam rumah- rumah mereka Tindakan ABRI itu diawali oleh adanya demontrasi beberapa bulan sebelumnya dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora Dalam peristiwa ini 11 orang terbunuh dan bebeberapa orang lainnya ditangkap dan kemudian disekap di kontainer milik PT

66 Kodam VIII hlm 126

Freeport Sebagian dari penduduk di kampung- kampung itu juga mengalami penyiksaan67 Aksi kekerasan yang sam a ju g a te rjad i di M apendum a ketika pasukan K opassus mencoba membebaskan orang-orang yang disandera oleh kelompok Yudas Kogoya dan Kelly Kwalik

Operasi militer dengan tujuan untuk mem buru kelom pok yang disebut OPM kembali teijadi di tahun 2003 tepatnya antara bulan April sampai Juni dan kemudian terus bertahan sampai O ktober68 di Wamena Dalam operasi pengejaran di tahun 2003 ini diterjunkan pasukan dari Kopassus dan Kostrad yang di BKO-kan kepada Korem 171Jayapura

O perasi m ilite r ini d iaw ali oleh terjad inya pem bobolan gudang senjata Kodim 1702 Wamena oleh sekelompok orang bersenjata dini hari tangal 4 April 2003 Untuk mengejar kelompok bersejata itulah operasi ke kampung-kampung di seputaran kota W amena d ilancarkan Pengejaran bahkan sam pai ke daerah Kwiyawage M ereka yang ditangkap di sekitar kota Wamena ditahan di Kodim dan kemudian mengalami penyiksaan yang luar biasa

Di kampung-kampung yang dilewati pasukan TNI ini terjadi rangkaian kekerasan terhadap penduduk N am un tindakan kekerasan yang luar biasa dilakukan pasukan TNI terjad i di K w iyaw age Kampung- kampung yang diperkirakan berpenduduk hampir 7000jiwa ini dihujani tembakan dan rumah-rumahnya dibakar Ribuan pendudukshynya yang berhasil ditangkap mengalami penyiksaan dan beberapa orang di antaranya d ibunuh 69 K etika penu lis datang ke

67 Amiruddin op cit68 Pada bulan Oktober TNI berhasil membunuh Justinus

Murib bersama 6 orang pengawalnya di Kampung Bolakme Wamena Justinus diangapa sebagai Pimpinan OPM di Wamena dan memimpin pembobolan gundang senjata Kodim dan membunuh dua orang anggota TNI di areal Kodim

69 Lihat Laporan Lengkap Tim Pengkajian PermasalahanH AM di Papua Komnas HAM 2003

18

Kampung Kwiyawage ini di bulan September 2003 kampung ini masih kosong dan sisa-sisa pembakaran dan pengrusakan masih terlihat jelas70

Operasi militer yang paling mengejutkan setelah DOM dicabut di Papua adalah tindakan Kopassus di tahun 2001 yaitu membunuh Theis H Eluay di Jayapura Pembunuhan itu dilakukan setelah Theis diundang Kopassus ke markasnya di Hamadi Jayapura Mayatnya kemudian dibuang di jurang pingir jalan di daerah Koya Sampai hari ini pembunuhan Theis ini belum terungkap siapa yang memerintahkannya Yang jelas seorang letkol dan seorang mayor Kapassus divonis oleh Makamah M iliter Tinggi III Surabaya sebagai penanggungshyjawabnya Metode pembunuhan terhadap Theis bukanlah m etode baru di Papua Ratusan orang di Papua dibunuh dengan cara seperti itu baik di kam pung-kam pung maupun di kota di seluruh Papua

Sebenarnya ketika memasuki era reformasi politik Indonesia di tahun 1998 OPM tidak berarti lagi secara politik karena tidak m em iliki kekuatan sen ja ta yang memadai Bahkan para anggotanya terpecah- pecah dan banyak yang bertalian dengan aparat TNI Maka dari itu ketika menjabat M enkopolkam SBY m enyatakan OPM bukanlah ancaman yang serius Namun aksi kekerasan oleh TNI di Papua tidak pernah surut

5 Penutup Hak Asasi Manusia Agenda yang Tersisa

R angkaian operasi m ilite r yang terpapar di atas jika disimak dalam literatur resmi Indonesia terdapat kesan bahwa operasi itu berjalan mulus tanpa cela Seluruh operasi itu digelar semata-mata untuk mematahkan perlawanan Gerakan Pengacau Liar atau Gerakan Pengacau Keamanan Tetapi banyak saksi di Papua menyatakan dalam seluruh

70 Kwiyawage berjarak sekitar 45 menit terbang dengan helikopter Penulis datang ke kampung ini sebagai anggota penyelidik ad hoc KPP-HAM Komnas HAM

operasi itu banyak korban jiw a jatuh dari penduduk biasa di kampung-kampung serta pu luhan orang Papua yang te rpe la jar dipenjarakan71

Ketika situasi politik berubah rangkaian Operasi Militer di Papua digugat oleh orang- orang Papua karena mereka mencatatnya sebagai pelanggaran terhadap hak-hak asasi mereka Ternyata dalam operasi militer yang tiada putus itu yang dibunuh disiksa dan dihilangkan atau diperkosa bukanlah sekadar musuh negara melainkan ratusan penduduk kampung yang daerahnya menjadi sasaran operasi militer tersebut

Antara tahun 1963mdash 1969 korban orang Papua oleh operasi militer diperkirakan oleh Osborne dengan mengutip Hasting berjum lah 2 000 sam pai 3 000 orang Sementara Eliaser Bonay mantan Gubernur Papua di tahun 1981 pernah menyatakan korban berkisar 30000 jiwa72 Jan Warinussy D irektur E kseku tif LP3BH M anokwari m em perkirakan jum lah korban ham pir 100000jiwa sejak Pepera sampai sekarang73

Namun jumlah korban yang moderat ditulis oleh Agus Sumule ketika merumuskan perlunya Pengadilan HAM serta Komisi K ebenaran dan R ek onsiliasi dijam in pembentukannya dalam UU Otonomi Khusus untuk Papua Sumule merinci jumlah korban tersebut adalah antara tahun 1969mdash 1997 di Paniai 614 orang dibunuh Hilang 13 orang dan diperkosa 80 orang (1980mdash 1995) Tahun 1979 Kelila (Jayawijaya) 201 dibunuh serta tahun 1977 di Asologaiman 126 dibunuh dan Wasi 148 orang dibunuh74 Jumlah korban pembunuhan oleh aparat dalam rangkaian operasi militer itu belum teridentifikasi secara jelas sampai saat ini Meskipun demikian

71 M endesaknya masalah hak asasi manusia untuk diselesaikan di Papua lihat Adriana Elisabeth Agenda dan Potensi Damai di Papua LIPI Jakarta 2005

72 Osbome op cit hlm 10973 Lihat wawancaranya dalam Majalah Sampan edisi 02

Februari 2006 hlm 11mdash 1374 Agus Sumule Mencari Jalan Tengah Otonomi Khusus

Provinsi Papua Gramedia Jakarta hlm 233mdash 234

19

masalah hak asasi manusia yang serius telah tejadi di Papua

Menyikapi masalah hak asasi manusia yang serius itu ketika fajar tahun 2000 merekah Presiden Abdurrahman Wahid yang kala itu berada di Jayapura mengubah nama provinsi Irian Jaya menjadi Provinsi Papua Seiring dengan perubahan nama itu Presiden juga memperbolehkan pengibaran bendera B intang K ejora dan m em inta TNI mengunakan jalan damai dan meninggalkan cara-cara kekerasan dalam m enyikapi masalah di Papua Setahun kemudian status Otonomi Khusus juga disetujui oleh Presiden Megawati kepada Papua melalui UU No 21 2001

Jalan dialog ini mulai terbuka karena munculnya gelombang protes yang tiada henti di Papua sepajang tahun 1998 Gelombang itu dimulai oleh para kalangan mahasiwa di Jayapura dan kemudian menjalar ke hampir semua kota di Papua Titik cetusnya terjadi di Biak bulan Juli 1999 Ribuan orang berdemonstrasi dan mengibarkan bendera B intang K ejora di Pelabuhan Biak Demonstrasi kemudian juga menyebar ke kota-kota Papua lainnya seperti Manokwari Wamena Merauke Timika dan Jayapura Sayang dalam berbagai aksi demonstrasi yang diikuti pengibaran bendera Bintang Kejora ini lagi-lagi aparat keamanan bertindak secara kasar75 Sepanjang tahun 2000 demonstrasi-demonstrasi yang menuntut keadilan dengan m engibarkan bendera Bintang Kejora juga mengalami tindakan kekerasan oleh aparat keamanan Sepanjang tahun 1999mdash 2000 puluhan orang tewas tertembak oleh aparat76

Sayangnya seluruh jalan dialog itu dan status Otonomi Khusus belum menyentuh persoalan mendasar di Papua yaitu pemulihan

75 Theo PA van den Broek Ofm dan J Budi Hemawan Ofm Memoria Passionis di Papua Kondisi Hak Asasi Manusia dan Gerakan Aspirasi Merdeka Gambaran 1999 Keuskupan Jayapura Jakarta 2001

76 Yafet Kambai op cit hlm 34mdash 36

harga diri orang Papua Bagi orang-orang Papua pengalaman bersama Indonesia terutama selama rezim militer Soeharto berkuasa dirasakan begitu melecehkan harkat dan martabat mereka Seluruh pelecehan itu kemudian dikatakan oleh orang-orang Papua sebagai realitas pelanggaran hak asasi manusia baik yang berupa tindak kekerasan seperti pembunuhan penyiksaan penangkapan dan pemerkosaan

Pelecehan yang lain adalah Indonesia te lah m em biarkan o rang-o rang Papua terperangkap dalam kemiskinan yang kronis tanpa infrastruktur kesehatan pendidikan dan transportasi serta kom unikasi yang memadai Kondisi ini dalam data yang dilansir oleh harian Kompas sekitar 80 orang asli Papua berada dalam gelimang kemiskinan77

Belum adanya ja lan keluar bagi m asalah kem isk inan dan kelangkaan infrastruktur serta belum adanya upaya pertanggung jaw aban atas te rjad inya pelanggaran bera t hak asasi m anusia membuat Papua tetap bergejolak meskipun Otonomi Khusus telah diberikan Pada hal Otonomi Khusus dirancang sebagai jalan k e lu ar bagi selu ruh persoalan yang mengganjal dalam hubungan Jakarta dengan Jayapura

Belum efektifnya Otsus sebagai jalan keluar tidak terlepas dari realita politik di Papua itu sendiri Para perancang Otonomi Khusus hanya mengandaikan bahwa dengan adanya Otonomi Khusus maka semua pihak akan suka rela mendukungnya Namun dalam kenyataanya belum semua pihak mendukung Salah satu pihak yang belum mendukung sepenunya adalah pihak-pihak dari kalangan militer

M aka dari itu sam pai saat ini Pengadilan HAM dan KKR yang diwajibkan oleh UU Otonomi Khusus untuk meminta pertanggungjawaban dari mereka yang terlibat belum terwujud di Papua Pada hal dua instansi ini d iharapkan m enjadi sarana untuk membongkar masalah kejahatan terhadap kemanusian di Papua

20

Dengan demikian membicarakan masalah Papua saat ini yang paling pokok adalah menjelaskan peran dan posisi militer dalam keseluruhan konflik di Papua tersebut Sikap pemerintah yang selalu membantah dan menutup mata atas terjadinya berbagai bentuk kekerasan yang dilancarkan oleh anggota ABRI akan merugikan Indonesia sendiri Selain itu sikap merasa tak pemah bersalah dari pem erin tah Indonesia ju g a akan menjauhkan orang Papua dari Indonesia

Gam baran yang terpapar di atas adalah merupakan kenyataan-kenyataan yang pernah dialami oleh orang-orang Papua Dengan membuka seluruh pengalaman itu dan memberikan ruang bagi pengalaman orang-orang Papua untuk menjadi bagian darinya akan lebih mem udahkan dalam mencari jalan keluar bagi persoalan Papua yang kini kian rumit Singkatnya peranan ABRI atau TNI dan Polri di Papua sejak tahun 1960-an sampai tahun 2000 harus dibuka Sementara itu seluruh pengalaman pahit orang-orang Papua mesti diakomodasi pula di dalamnya sebagai bagian yang utuh

M aka dari itu pem bentukan pengadilan HAM dan KKR di Papua sebagaimana diamatkan oleh UU Otonomi Khusus menjadi agenda mendesak di Papua Tanpa kedua sarana itu membicarakan masalah Papua seperti jalan di tempat Jika itu yang terjadi kekecewan dan perasaan tidak diangap sebagai bagian dari keindonesiaan akan kian meluas di Papua

Daftar Pustaka

Aditjondro George J 2000 Cahaya Bintang Kejora Jakarta ELSAM

Amiruddin 2005 ldquoGerakan Papua Merdeka Penciptaan Identitas Ke-Papua-an versus Ke- Indonesia-anrdquo dalam Jurnal Hak A sasi Manusia Dignitas VolIIINo 1 Tahun 2005

Amiruddin dan Aderito Soarea 2003 Perjuangan Amungme Antara Freeport dan Militer Jakarta ELSAM

Bhakti Ikrar Nusa 2005 ldquoHak Menentukan Diri Sendiri Jenis Baru di Papua Pilihan Antara Kemerdekaan dan Otonomirdquo Dalam Dewi Fortuna Anwar (Ed) Konflik Kekerasan Internal Jakarta Obor Hlm 255mdash 256

Chauvel Richard dan Ikrar Nusa Bhakti 2004 The Papua Conflict Jakarta s Perceptions and Policies East-West Center Washington

C holil 1971 Sejarah O p era si-O p era si Pembebasan Irian Barat Puserjarah ABRI- Dephankam

Deplu RI 1998 Sejarah Kembalinya Irian Jaya ke Pangkuan Republik Indonesia Jakarta Deplu RI

Djoparai John RG 1993 Pem berontakan O rgan isasi P apua M erdeka Jakarta Grasindo

Elisabeth Adriana dan Muridan S Widjojo 2004 Pemetaan Peran dan Kepentingan Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

Elisabeth Adriana dkk (2005) Agenda dan Potensi Damai di Papua Jakarta LIPI

G iyai Benny 2000 M enuju P apua Baru Beberapa Pokok Pikiran Sekitar Emansipasi Orang Papua Elsham-Dieyai

Kambai Yafet 2003 Gerakan Papua Merdeka di Bawah B ayan g-B ayan g M ega-H az Jayapura ELSHAM Hlm 29mdash 30

Kodam XVIITjendrawasih 1971 Irian Barat dari Masa ke Masa Sejarah Militer Kodam XVII Tjendrawasih Puserjarah ABRI

Laporan Tim Pengkajian Komnas HAM tentang Permasalahan HAM di Papua (Wamena dan Wasior) Oktober 2003

Leith Denise 2003 The P olitics o f Power Freeport in Seharto s Indonesia Honolulu Universiti o f Hawaii Press

Majalah Sampari edisi 02Februari 2006

M ayjen Samsudin 1994 P ergolakan di Perbatasan Operasi Pembebasan Sandera Tanpa Pertum pahan D aerah Jakarta Gramedia

Osbome Robin 2001 Kibaran Sampari Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia di Papua Barat (terj) Jakarta Elsam

Pigai D ecki N atalis BIK 2001 E volusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua Jakarta Sinar Harapan

21

Pour Julius 1993 Benny Mordani Profil Prajurit Negarawan Jakarta Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman

Raweyai Yorris TH 2002 Mengapa Papua Ingin Merdeka Jayapura PDP

Sejarah Kodam VIIITrikora Priode 1982-1990

Sumule Agus 2004 M encari Jalan Tengah Otonomi Khusus Provinsi Papua Jakarta Gramedia

Tebay Neles Kebadabi 1999 ldquoOrang Papua Menuju K epunahanrdquo makalah dalam Seminar yang diselengarakan oleh Kelompok Studi Gaise Keuskupan Bandung dan Lembaga Penelitian Universitas Katolik Parahiyangan Bandung tanggal 12mdash 13 November 1999

Van den Broek Ofm Theo PA dan J Budi Hemawan Ofm 2001 Memoria Passionis di Papua Kondisi Hak Asasi Manusia dan Gerakan A spirasi M erdeka Gambaran 1999 Jakarta Keuskupan Jayapura

Van den Broek Theo 1999 Returnees from PNG to Irian jaya Dealing in Particular with Returnees to Woropko-Mindiptana Area Jayapura SKP

Widjojo Muridhan S 2005 ldquoSeparatisme - Hak Asasi M anusia - Separatisme Siklus Kekerasan di Papua Indonesiardquo dalam Jurnal Hak Asasi Manusia Dignitas VolIII N ol Tahun 2005

22

Lampiran

Tabel Nama Pangdam XVIITjendrawasih dan Operasi-Operasi yang Dipimpinnya

No Nama Lama Tugas Keterangan

1 Brigjen U R ukm an M ei 1 9 6 3 mdash 17 April 1 9 6 4

O peras i W isnum urti I d an II

2 Brigjen Inf Kartidjo 17 April 1 9 6 4 mdash

O peras i W isnum urti III d an IV O perasi G ia t dan T an g k as O peras i S a d a r O p e ra s i ini d ipim pin oleh D a n rem 171 M an o kw ari Letkol D jaka W a rg a d in a ta

3 Brigjen T N I R Bintoro 2 3 M a re t 1 9 6 6

O peras i B ra th ayud ha operas i penghancuran p erlw an an d an untuk m e m e n a n g ka n P ep e ra

4Brigjen T N I S arw o Edi W ibow o

2 5 Juni 1 9 6 8O peras i S a d a r d an B ratayudha O peras i W ib a w a (P ers iap an P e n y e len g a ra an P e p e ra )

5 Brigjen A cub Za ina l2 6 Januari 19 70 mdash 1 9 7 4

O peras i P am un g kas

6Brigjen Im am M u n a n d ar

1 9 7 7 mdash 19 78 O peras i di S ep a n jan g P erb a tas an

7 Brigjen C l S an to sa 1 9 7 8 mdash 1 9 8 2

8Brigjen RK S em biring M elia la

1 9 8 2 mdash 1 9 8 5

9M ay jen H S im anjuntak

1 9 8 5 mdash 19 86 O peras i G a g a k I

10 M ay jen S etia n a 1 9 8 6 mdash 1987 O peras i G a g a k II

11M ay jen W is m o ya A rism u nand ar

1 9 8 7 mdash 19 89 O peras i K asuari I d an II

12 M ay jen A binow o 1 9 8 9 mdash 1991 O peras i R a jaw ali I dan II

13M ay jen I Ketut W ard h an a

1 9 9 4 mdash 1 9 9 5

14 M ay jen Joni Lum intang 1 9 9 5 mdash 1 9 9 6

15M ay jen A m ir S em biring

1 9 9 8 mdash 1999 P e n g a m a n a n D a erah R a w a n

16M ay jen M ahidin Sim bolon

1 9 9 9 mdash 2 0 0 2O peras i P en g en d a lian P eng ibaran B end era

17 M ay jen Nurdin Z a ina l 2 0 0 2 mdash 2 0 0 4 O peras i P enyis iran di W a m e n a

Sejak April 1985 Kodam XVlITjendrawasih di gabung dengan Kodam XVPatimura Gabungan kedua Kodam ini menjadi Kodam VIIITrikora dengan pusat komandonya tetap di Jayapura

Kodam VIIITrikora kembali dipecah menjadi dua yaitu Kodam Trikora di Jayapura dan Kodam Patimura untuk Maluku

23

PRO-KONTRA PEMEKARAN PAPUASEBUAH PELAJARAN BAGI PEMERINTAH PUSAT

Lili Romli

Abstract

The division ofthe Province o f Papua is an interesting case in pos t reform era in which local government autonomy is a hot topic in local politics in Indonesia The decision to divide the province comes from Central Government in Jakarta not provincial government in Jayapura The decision raises dispute argument in pro or contra on the necessary o f the division between people o f Papua The paper aims is to describe the discord between the problem o f the Division ofPapua in the level offormal rule and the pro and contra to the decision To solve the problem ofpro and contra this paper argues that it is necessary to give more room for people ofPapua to decide what it need By involving local institution that has been legally approved as representatives o f Papuan people such as Papuan People Assembly (Majelis Rakyat Papua MRP) and DPRD the pro and contra to the division among people and government will be solved in dialogic decision

Pendahuluan

Dalam era reform asi dan otonomi daerah ini salah satu fenomena yang muncul di daerah-daerah adalah

tuntutan pemekaran daerah Di beberapa daerah sebagai contoh kasus m ereka berlomba-lomba agar daerahnya dimekarkan atau minta pemekaran 1 Kondisi itu kontras dengan kasus di Papua Apabila daerah- daerah lain berlomba-lomba agar daerahnya dimekarkan tidak demikian halnya dengan Papua atau Irian Jaya Tampaknya kasus Papua berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kasus-kasus pemekaran daerah lain selama ini Jika pemekaran daerah yang terjadi selama ini yang ngotot adalah orang- orang daerah agar secepatnya daerahnya d im ekarkan sem entara un tuk kasus pem ekaran Papua yang ngo to t adalah

Peneliti Bidang Politik Nasional Pusat Penelitian Politik1 Agar daerahnya dimekarkan mereka kerap melakukan demonstrasi baik kepada daerah induk maupun ke Pemerintah Pusat Contoh kasus adalah saat pemekaran Provinsi Banten yang ingin pisah dari Provinsi Jawa Barat

Pemerintah PusatSebagaimana diketahui Pemerintah

Pusat menerbitkan UU No 45 Tahun 1999 un tuk pem ekaran Papua N am un UU tersebut ditolak oleh masyarakat Papua Meskipun sudah ditolak tampaknya jalannya cerita belum usai Empat tahun kemudian keing inan P em erin tah Pusat untuk memekarkan Papua dilanjutkan kembali K ini Pem erintah Pusat m enghidupkan kembali UU No 45 Tahun 1999 melalui Inpres No 1 Tahun 2003 Inpres tersebut menginstruksikan untuk mempercepat antara lain pemekaran Papua menjadi 3 provinsi yaitu Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur

Tentu saja dengan adanya Inpres tersebut mengagetkan rakyat Papua Sebab bukankah dulu UU No 45 Tahun 1999 tentang Pemekaran Papua sudah ditolak Tetapi mengapa sekarang keluar Inpres No 1 Tahun 2003 untuk mempercepat pemekaran Papua Bukankah untuk pemekaran Papua

25

harus dilakukan melalui Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagaimana diamanatkan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan itu sebagian besar rakyat Papua m enolak pemekaran Papua

D engan dem ikian dalam kasus pemekaran Papua sebagaimana dikatakan di atas tam paknya yang ngoto t untuk memekarkaan Papua adalah Pemerintah Pusat sedangkan Pem erin tah D aerah P rovinsi Papua tidak ngo to t bahkan menolaknya Inilah yang saya katakan sebagai fenomena khusus yang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan pemekaran- pemekaran daerah dalam kasus-kasus daerah lain seperti pemekaran Provinsi Banten Pemekaran Provinsi Bangka Belitung dan Pemekaran Provinsi Gorontalo

Dampak sikap ngotot Pemerintah Pusat tersebut menimbulkan benturan dan konflik antara mereka yang pro-Pemerintah Pusat (dengan demikian setuju pemekaran) dan yang menolak keinginan Pemerintah Pusat (dengan dem ikian m enolak pem ekaran) Sikap pro-kontra tersebut sesungguhnya apabila kita amati dipicu oleh sikap elite terhadap kebijakan Pemerintah Pusat tentang pemekaran Papua Sikap elite yang berbeda itu lalu merembet ke masing-masing pendukung di antara elite-elite tersebut sehingga yang teijadi kemudian konflik horizontal di antara pendukung pemekaran dan penolak pemekaran Antiklimaks dari konflik tersebut adalah peristiwa Mimika saat dideklarasikan Provinsi Irian Jaya Timur

Tulisan ini mencoba untuk membahas tentang fenomena pro-kontra pemekaran Papua tersebut Namun sebelumnya terlebih dahulu membahas tentang latar belakang pemekaran Papua keluarnya UU No 45 Tahun 1999 dan Inpres No 1 Tahun 2001

Latar Belakang Pemekaran

Ide tentang pemekaran Irian Jaya sudah lama Jauh sebelum Irian Jaya menjadi bagian Indonesia di zaman pemerintahan

Hindia Belanda pemerintah kolonial saat itu membagi wilayah Netherlands New Guinea (sebuah nama untuk Irian Barat atau Irian Jaya pada waktu masa penjajahan Belanda) dalam enam karisedanan yaitu (1) Hollandia (sekarang namanya Jayapura) dengan ibu kota Hollandia (2) Geelvinkbaai (sekarang Teluk Cendrawasi) dengan ibu kota Biak (3) N ew G uinea Tengah dengan ibu kota Enarotali (4) New Guinea Selatan dengan ibu kota Merauke (5) New Guinea Selatan dengan ibu kota Fakfak dan (6) New Guinea Barat dengan ibu kota Sorong2

Tentu pembagian keenam wilayah tersebut ada alasannya Pemerintah Hindia Belanda tidak asal saja membagi wilayah Netherland New Guinea atas enam wilayah M enurut Ik rar N usa B hakti alasan pembagian enam wilayah itu didasarkan atas (1) kedekatan w ilayah (2) efektiv itas pemerintahan dan (3) pertalian adatsuku di antara penduduk di wilayah itu3

Pada tahun 1963 ketika Netherland N ew G uinea m enjadi bag ian w ilayah Indonesia yang kemudian berubah menjadi Irian Barat pembagian enam wilayah tersebut tetap dipertahankan oleh Indonesia Namun dalam perkembangan kemudian yaitu pada tahun 1969 dari enam karesidenan itu diciutkan menjadi tiga karesidenan baru yaitu (1) Karesidenan Paniai (2) Karesidenan Sorong dan (3) Karesidenan Yapen Waropen Karesidenan di Irian Barat terus berkembang dan ada yang d iberi nam a baru yaitu kabupaten m enjadi 14 kabupaten dan terakhir 28 kabupaten4

Pada masa Pemerintahan Orde Baru tepatnya tahun 1983 yaitu pada masa Gubernur Irian Jaya dipimpin oleh Busyiri Suryowinoto dan M enteri Dalam Negeri Supardjo Rustam ide tentang pemekaran muncul kembali Ide pemekaran ini berawal dari Seminar ldquoPembangunan Pemerintahan

2 Ikrar Nusa Bhakti ldquoMencari Titik Temu Pemekaran Provinsi Papuardquo Kompas 25 Agustus 2003

3 Ibid4 Ibid

26

Daerahrdquo dalam rangka Dies Natalis Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) ke-16 di Jakarta tanggal 3 Mei 1983 Pada seminar tersebut muncul gagasan perlunya pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga wilayah dan pembentukan- pembentukan kabupaten-kabupaten5

Namun dalam seminar itu terdapat dua pendapat yang berbeda satu sisi ada yang berpendapat bahwa pemekaran dimulai dari bawah dulu yaitu dengan m em bentuk kapubaten-kabupaten dulu tetapi di sisi lain ada yang berpendapat sebaiknya dimulai dari atas dulu yaitu dengan m em bentuk pemekaran provinsi dulu

Sehubungan dengan adanya polemik tersebut Gubernur Irian Jaya yaitu Busyiri memanggil orang-orang Irian Jaya yang berpolemik tersebut yaitu JRG Jopari 3 mahasiswa IIP asal Irian Jaya (M ichael Menufandu Obednego Rumkorem Martinus Howay) dan beberapa anggota DPR yang mewakili Irian Jaya antara lain MC Da Lopez Izaac H indom Izaac Saujay M ocham m ad W asaraka dan Sudarko M ereka d ipanggil dalam rangka membicarakan rencana pemekaran wilayah Irian Jaya Untuk itu mereka diwajibkan untuk memberikan masukan tertulis kepada gubernur

Ide ten tang pem ekaran terus berkembang dengan diadakannya Seminar Nasional ldquoPercepatan Pembangunan di Irian Jayardquo yang d ilakukan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Dalam seminar itu dibicarakan juga tentang kemungkinan pemekaran wilayah Irian Jaya Hasil seminar lalu direkom endasikan kepada M enteri Dalam Negeri yakni Supardjo Rustam

Dalam perkem bangan kemudian Menteri Dalam Negeri memerintahkan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Dalam Negeri untuk melakukan penelitian di Irian Jaya selama enam bulan

5 JRG Djopari ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo Sinar Harapan 5 Maret 2003

tentang kemungkinan pemekaran wilayah Irian Jaya Hasil penelitian ini kemudian disampaikan kepada Presiden Soeharto yang isinya apabila kondisi ekonomi negara memungkinkan dan proses kaderisasi aparat pemerintah asal putra daerah telah mencukupi untuk struktur minimal birokrasi pem erintahan tingkat provinsi pemekaran wilayah dapat dilaksanakan Pemekaran dapat dimulai dengan tiga provinsi dan kemudian menjadi enam provinsi sesuai enam karisedanan sewaktu pemerintahan Hindia Belanda di Irian Jaya

Gagasan tentang pemekaran Irian Jaya tersebut ternyata tidak kunjung tiba sampai akhirnya Presiden Soeharto jatuh Entah alasan apa ide pemekaran itu tidak kunjung terwujud Mungkin rekomendasi tentang perlunya pemekaran yang diajukan oleh B alitbang D epdagri belum juga terpenuhi sehingga tidak memungkinkan pemekaran Irian Jaya dilaksanakan Atau alasan lain entahlah Yang jelas selama masa Presiden Soeharto kendali Jakarta atas Irian Jaya begitu ketat dengan diberlakukannya Daerah Operasi Militer (DOM) Dan dampak dari DOM tersebut membuat rakyat Irian Jaya m akin sengsara ak ibat te rjad inya pelanggaran-pelanggaran HAM

Pemekaran Irian Jaya Berdasarkan UU No 45 Tahun 1999

K etika te rjad i pergan tian pemerintahan dari Soeharto ke B J Habibie gagasan pem ekaran Irian Jaya muncul kem bali G ubernur Irian Jaya Freddy Numberi mengusulkan pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga wilayah Kemudian usul ini ditanggapi oleh pemerintah dengan mengajukan RUU tentang pemekaran Irian Jaya dan pembentukan kabupaten-kabupaten lainnya di Irian Jaya Singkat kata lalu keluarlah UU No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat Kabupaten Paniai Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Dengan adanya UU itu

27

berarti Irian Jaya terbagi atas 3 provinsi yaitu Irian Jaya Barat dengan Ibu Kota Manokwari Irian Jaya Tengah dengan Ibu Kota Timika dan Irian Jaya Timur dengan Ibu Kota Jayapura

U ntuk m engetahui apa dasar pertimbangan keluarnya UU No 45 Tahun 1999 tersebut di sini saya kutipkan dasar pertimbangan sebagaimana dinyatakan dalam poin menimbang UU No 45 Tahun 1999 yaitu6a bahwa berhubung dengan perkembangan

dan kemajuan Provinsi Irian Jaya serta adanya aspirasi yang berkembang dalam m asyarakat d ipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerinshytahan pelaksanaan pembangunan dan pem binaan kem asyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan dimaksud pada masa mendatang

b bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dan memperhatikan perkembangan jumlah penduduk luas wilayah potensi ekonomi sosial budaya sosial politik dan peningkatan beban tugas serta volume kerja di bidang pem erintahan pem shybangunan dan kemasyarakatan di Irian Jaya d ipandang perlu m em bentuk Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat sebagai pemekaran dari Irian Jaya

c bahwa pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya B ara t akan dapat mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah

Pertimbangan-pertimbangan yang diajukan tersebut kemudian lebih jauh dijelaskan dalam Penjelasan Umum dari UU No 45 Tahun 1999 ini Di sini lagi-lagi saya kutipkan bunyi Penjelasan Umum tersebut yaitu

6 Lihat UU No 45 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

Provinsi Irian Jaya mempunyai wilayah seluas 404669 km2 dengan geografis yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit dalam perkembangannya walaupun telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan masih diperlukan peningkatan Provinsi Irian Jaya juga memiliki makna yang khas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Makna khas tersebut terdapat di dalam dinamika budaya struktur pranata adat istiadat potensi wilayah dan struktur sosial kemasyarakatan serta tantangan dan kendala yang dihadapi beserta lingkungan strategis yang mempengaruhinya

Perkembangan Provinsi Irian Jaya tersebut diikuti pula dengan peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat dengan laju pertumbuhan rata-rata 241 per tahun Pada tahun 1990 jumlah penduduk Provinsi Irian Jaya berjumlah 1436439jiwa dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 2225102 jiwa Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volum e kerja penyelenggaraan pem erin tahan pem shybangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Provinsi Irian Jaya

Provinsi Irian Jaya memiliki sumber daya pertanian tanaman pangan perkebunan kehutanan pertambangan dan pariwisata yang cukup potensial untuk dikembangkan serta memiliki prospek yang cukup baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri karena memiliki letak yang sangat strategis yaitu merupakan pintu gerbang ke arah lingkar Pasifik

Berdasarkan hal-hal tersebut dan memperhatikan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat sejak tahun 1982 yang selanjutnya dituangkan secara formal dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Irian Jaya tanggal 10 Juli 1999 Nomor 10DPRD1999 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I Irian Jaya dan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan

28

pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat dan sesuai aspirasi masyarakat sejalan dengan kebutuhan pembangunan dan pemerintahan di Provinsi Irian Jaya maka Provinsi Irian Jaya perlu dimekarkan menjadi tiga provinsi yaitu dengan membentuk Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat

Untuk m eningkatkan dan m em shyperkuat peranan putra daerah asli Irian Jaya dalam formasi kepegawaian dan jabatan negeri diberikan prioritas kepada putra daerah tersebut sedem ikian rupa dalam mendapatkan pendidikan dan pelatihan Di samping itu hak adat dalam komunitas budaya suku-suku asli Irian Jaya termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi dan dijamin pengem bangan serta pem berdayaannya secara dinam is dan selaras dengan perkembangan zaman

Untuk m elaksanakan UU No 45 Tahun 1999 tersebut Presiden BJ Habibie kemudian mengeluarkan Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 pada tanggal 12 Oktober 1999 Dalam Dekrit tersebut Presiden BJ H abibie m engangkat W akil G ubernur Herman Monim dan Bram Atururi masing- masing sebagai Gubernur Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya B arat N am un dalam perkembangan baik UU No 45 Tahun 1999 maupun Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 ditolak oleh Dewan Perw akilan Rakyat Daerah Provinsi Irian Jaya melalui SK No 11 DPRD1999 tanggal 16 Oktober 1999 Isi SK DPRD Provinsi Irian Jaya tersebut menolak pemekaran Irian Jaya karena atas desakan rakyat Irian Jaya

Dengan adanya penolakan DPRD Provinsi Irian Jaya tersebut kem udian m uncul pertanyaan m engapa dalam Penjelasan Umum UU No 45 Tahun 1999 sebagaimana dikutip di atas dinyatakan bahwa keluarnya UU ini tidak lepas dari aspirasi masyarakat yang lalu dituangkan dalam Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya No 10 DPRD1999 Kalau benar berdasarkan aspirasi

masyarakat seharusnya UU No 45 Tahun 1999 diterima bukan ditolak Tetapi yang terjadi adalah rakyat Irian Jaya menolak dan DPRD Irian Jaya m endukungnya Pertanyaan selanjutnya ada apa sebenarnya di balik itu semua Benarkah UU No 45 Tahun 1999 benar-benar berdasarkan aspirasi masyarakat Irian Jaya atau sesungguhnya hasil rekayasa Jakarta (Pemerintah Pusat)

Jawaban yang muncul cenderung bahwa UU No 45 Tahun 1999 tidak lepas dari kepentingan Pemerintah Pusat dalam upaya meredam atau memecah gerakan Papua M erdeka D engan Irian Jaya d im ekarkan m aka dukungan terhadap gerakan Papua Merdeka akan terpecah-pecah yang pada gilirannya nanti akan melemahkan gerakan itu sendiri karena Irian Jaya tidak lagi satu tetapi sudah menjadi tiga yaitu Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur C ara seperti ini memang dapat d ilakukan te tap i persoalan waktu dan kondisinya tidak pas Mengapa tidak jauh- jauh sebelum itu katakanlah seharusnya direalisasikan ketika masa Soeharto di mana negara kuat Sementara sekarang pada era reformasi ini di mana semua orang menuntut kebebasan dan ada ruang kebebasan ditambah kondisi negara yang lemah maka kebijakan itu tidak pas Maka menjadi wajar apab ila kem udian rakyat Irian Jaya m enolaknya karena m em ang yang d ibu tuhkan adalah kead ilan bukan pemekaran

Mungkin berdasarkan pertimbangan tersebut Presiden BJ Habibie menerima tuntutan rakyat Irian Jaya tersebut yaitu menunda pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dan membatalkan Dekrit Presiden No 327 Tahun 1999 karena tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat Irian Jaya

Dalam perkembangan selanjutnya ketika BJ Habibie digantikan oleh Presiden A bdurahm an W ahid pendekatan yang diterapkan dalam menangani Irian Jaya berbeda dengan kebijakan sebelumnya Di sini Presiden Abdurahman Wahid bukan saja

29

memberikan dana bagi diadakannya Kongres Nasional Papua II pada bulan Mei 2000 tetapi juga mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua pada tanggal 25 Desember 2000 Nama Papua merupakan keinginan rakyat Papua sendiri bukan pemberian nama dari Pemerintah Pusat Dengan persetujuan pemberian nama Papua untuk mengganti nama Irian Jaya diharapkan rakyat Papua akan mengubah tuntutan yang selama ini diajukan terutama kelompok OPM dan Presediun Dewan Papua

Ketika Presiden Abdurahman Wahid ja tu h dan d igan tikan oleh M egaw ati diberikan kebijakan terhadap Papua dengan apa yang dinamakan sebagai pemberian otonomi khusus melalui UU No 21 Tahun 2001 Kebijakan yang sama yaitu Otonomi K husus d iberikan ju g a kepada Aceh K ebijakan pem berian otonom i khusus sesungguhnya merupakan bentuk win-win solution sem ua p ihak m em peroleh kemenangan

Perlu dikemukakan di sini kebijakan otonomi khusus ini berbeda dengan kebijakan otonomi berdasarkan UU No 22 Tahun 1999 Pada UU No 22 Tahun 1999 titik berat otonomi ada pada tingkat kabupaten atau kota Antara kabupatenkota dengan provinsi tidak ada hierarki Sementara UU Otonomi Khusus titik berat otonomi berada di tingkat provinsi bukan pada kabupaten atau kota

B erkaitan dengan pem ekaran wilayah UU Otonomi Khusus menyatakan bahwa apabila akan diadakan pemekaran harus terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Majelis Rakyat Papua (MRP) Pasal 76 UUNo 21 Tahun 2001 menyebutkan bahwa ldquoPem ekaran P rov insi Papua m enjadi provinsi-provinsi dilakukan atas persetujuan MRP dan DPR Papua setelah memperhatikan dengan sungguh-sungguh kesatuan sosial budaya kesiapan sumber daya manusia serta kemampuan ekonomi dan perkembangan di masa mendatangrdquo

Lalu siapa itu M RP MRP merupakan reperesentasi kultural orang asli Papua Orang asli Papua adalah orang yang

berasal dari rumpun ras Melanesia yang terdiri dari suku-suku asli di Provinsi Papua danatau orang yang diterima dan diakui sebagai orang asli Papua oleh masyarakat adat Papua Sampai saat ini entah mengapa MRP belum terbentuk Karena belum terbentuknya MRP dapat dikatakan Otonomi Khusus Papua belum berjalan secara maksimal meski dana untuk pelaksanaan Otonomi Khusus sudah diberikan oleh Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah Provinsi Papua

Inpres No 1 Tahun 2003

Setelah keluarnya UU Otonom i Khusus tentang Papua tersebut seharusnya persoalan Papua selesai minimal berkaitan dengan masalah pemekaran Papua Mengapa mengingat saat UU tentang Pemekaran Papua No 45 Tahun 1999 ditolak oleh masyarakat Papua lalu sebagai ja lan tengah untuk m engatasi pe rso a lan Papua lah ir UU Otonomi Khusus maka berkaitan dengan persoalan pemekaran harus berdasarkan UU Otonomi Khusus tersebut

N am un entah kenapa dan latar belakang apa pada tanggal 27 Januari 2003 Presiden Megawati mengeluarkan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2003 Instruksi itu berisi tentang Percepatan Pelaksanaan UU No 45 tentang Pembetukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat K abupaten Pania K abupaten M im ika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Dalam diktum menimbang disebutkana Bahwa untuk pelaksanaan Undang-

Undang No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat Kabupaten Paniai Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong dipandang perlu dilakukan percepatan penyiapan sarana dan prasarana pem bentukan organisasi perangkat daerah dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah

b B ahw a sesuai tun tu tan dan perkembangan aspirasi masyarakat serta

30

kondisi politik nasional yang kondusif pada saat ini maka penyelenggaraan pemerintahan daerah di Provinsi Irian Jaya Barat perlu direalisasikan secara terarah terpadu terkoordinasi dan berkesinambungan

Instruksi presiden ini ditu jukan kepada (1) M enteri Dalam N egeri (2) Menteri Keuangan (3) Gubernur Provinsi Papua dan BupatiWali Kota se-Provinsi Papua

Pertam a M enteri D alam N egeri melakukan percepatan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dengan tugas1) M elaksanakan pem binaan dan

pengawasan penyelenggaraan pemerinshytahan daerah di Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

2) M em persiapkan penetapan dan penyesuaian ba tas-b a tas w ilayah Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat dan Prdvinsi Irian Jaya

3) M em berikan pem binaan dan pengshyawasan kepada Provinsi Irian Jaya Barat dan Provinsi Irian Jaya Tengah dalam rangka pem bentukan O rganisasi Perangkat Daerah

4) M em berikan pem binaan dan pengshyawasan kepada Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat dalam rangka pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

5) Mengaktifkan pejabat gubernur para pejabat dan penataan aparatu r Pemerintah Provinsi Irian Jaya Barat dan P rovinsi Irian Jaya Tengah serta mengupayakan dukungan sarana dan prasarana yang memadai

6) Melakukan koordinasi dengan menteri pim pinan lem baga nondepartem en terkait dan m engadakan pertem uan dengan pejabat pemerintah daerah

Kedua memberikan tugas kepada M enteri K euangan un tuk m enyiapkan anggaran yang diperlukan dalam rangka

pelaksanaan langkah komprehensif yang belum tertampung dalam APBN

K etiga G ubernur m em berikan dukungan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 dengan tugas1) Pengalihan personel pembiayaan aset

dan dokumen2) S uperv isi dan dukungan pada

pembentukan dan penataan penyelengshygaraan pem erintahan daerah otonom baru

Keem pat bupatiw ali kota m enshydukung untuk memperlancar pengalihan dan penataan penyelenggaraan pemerintahan seperti dimaksud UU No 45 Tahun 1999

K elim a un tuk m em perlancar percepatan pelaksanaan UU No 45 Tahun 1999 M enteri D alam N egeri dapat membentuk Tim Asistensi untuk memberikan dukunganbimbingan teknis penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada gubernur dan bupatiw ali ko ta dalam kaitan p e shynyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

Setelah adanya instruksi presiden tersebut pada tanggal 6 Februari 2003 dengan dihadiri ribuan orang dari sembilan kabupaten P rov insi Irian Jaya B arat diresmikan oleh pejabat Gubernur Irian Jaya Barat yaitu Abraham Octavianus Atururi di Manokwari Acara peresmian provinsi baru ini juga digelar di Sorong Fakfak dan Jayapura

Pada tanggal 11 Maret 2003 Menteri Dalam Negeri mengharapkan agar Gubernur Papua menyampaikan perkembangan tertulis mengenai respons masyarakat Papua atas pemekaran Papua Laporan tersebut diperlukan oleh Departemen Dalam Negeri sebagai salah satu pertimbangan untuk mengefektifkan pemekaran Papua menjadi tiga provinsi Kemudian pada tanggal 23 Mei 2003 Menteri Dalam Negeri meminta gubernur DPRD dan Bupati Manokwari segera mengimplementasikan Inpres No 1 Tahun 2003

31

Beberapa kalangan menilai bahwa Inpres No 1 Tahun 2003 tentang percepatan pemekaran tersebut menjadi titik balik bagi berjalannya UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonom i K husus Papua K ondisi ini menunjukkan bahwa nasib Otonomi Khusus Papua berada pada posisi di persimpangan jalan Betapa tidak di satu sisi bahwa pemekaran di tanah Papua dilakukan oleh MRP namun di sisi lain dengan adanya Inpres No 1 Tahun 2003 tersebu t m enunjukkan bahw a pem ekaran Papua ternyata dilakukan oleh Pemerintah Pusat bukan oleh MRP sebagai representasi rakyat Papua

Pro-Kontra Pemekaran Papua

Saat pendeklarasian Provinsi Irian Jaya Barat tanggal 6 Februari 2003 oleh Pejabat Gubernur Irjabar (Irian Jaya Barat) di Manokrawi yang dihadiri oleh kurang lebih 15 ribu orang dari Kabupaten Manokwari Sorong dan Fakfak berlangsung secara damai dan aman Tidak ada gejolak konflik dan penentangan Semuanya berjalan lancar dan aman Namun suasana serupa tidak teijadi saat pendeklarasian Provinsi Irian Jaya Tengah (Irjateng) yang dilakukan pada tanggal 23

Agustus 2003 Provinsi Irian Jaya Tengah dideklarasikan di Timika oleh keenam bupati dan ketua DPRD yang ada di wilayah provinsi itu Saat pendeklarasian ternyata diwarnai oleh aksi penolakan sekelom pok pendukung dan penentang pemekaran provinsi Bentrokan antara yang pro dan kontra ini membawa korban meninggal dunia sebanyak empat orang yaitu 2 orang dari pihak penolak dan 2 orang dari pihak pendukung

Pada perkem bangan kem udian karena situasi makin tegang pada tanggal 27 Agustus 2003 Pemerintah menunda atau m em pertahankan dalam status quo pemekaran daerah di Provinsi Papua kecuali Irian Jaya Barat Pada masa status quo ini pemerintah akan meninjau kembali UU No 45 Tahun 1999 UU No 21 Tahun 2001 dan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2003

Sikap pem erin tah dengan m em shyberlakukan status quo berkaitan dengan pemekaran Papua tersebut merupakan suatu sikap yang bijak dan arif dalam menyikapi perkembangan yang terjadi di tanah Papua Untuk itu kita sangat menghargai dan menghormatinya karena memang persoalan Papua begitu kompleks dan rumit yang penyelesaiannya butuh waktu dan pemikiran yang mendalam termasuk persoalan tentang pemekaran Apakah pemekaran merupakan

Tabel 1 Perbandingan Indikator Ekonomi dan Sosial Provinsi Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya

Indikator Prov Irian Jaya Barat

Prov Irian Jaya Tengah

Provinsi Irian Jaya

Ibu Kota Manokwari T im ika JayapuraLuas (km 2) 10 5 073 5 8 7 7 9 2 4 9 6 3 0Jum lah Penduduk 57 1 1 0 7 5 0 6 0 2 6 1 1 5 6 3 9 7Kepadatan (O rg K m 2) 5 4 8 6 4 6Luas Hutan (ha) 10 173 8 7 5 2 9 8 2 4 3 2 4 8Panjanq Jin Aspal (km ) 1 3 07 58 1 3 5 1 3 5 2 086 01Jum lah P N S 97 18 17 417 20511Rasio Penduduk P er P N S 159 19 156Jumlah Guru S D 38 69 4 3 6 2 6 3 3 0Jumlah Murid S D 5 2 569 14 9 672 1 4 3 94 7Rasio Guru per murid S D 14 134 123Jum lah Dokter 6 7 62 171Rasio Penduduk P er Dokter 18254 18 162 16763Penerim aan PBB 2001 1 5 1 26 8 5 1 0 9 4 0 3 7 102816 1Partai Pilihan 1999 G olkar (42 )

P D IP (33 )G olkar (43 ) P D IP (29 )

G olkar (34 ) P D IP (32 )

Sumber Kompas 23 September 2003

32

jalan satu-satunya penyelesaian masalah Papua atau bukan Perlu perenungan yang mendalam

Namun terlepas dari itu persoalan pemekaran dan tentang Inpres No 1 Tahun 2003 tentang Percepatan Pemekaran telah terjadi konflik antara yang pro dan kontra Salah seorang yang pro terhadap pemekaran Papua mengemukakan beberapa argumentasi yaitu71) Aspek pemerintahan Rentang kendali

pemerintahan Papua sangat jauh atau panjang sehingga seorang Gubernur tidak m am pu m engendalikan w ilayah administratif pemerintahannya Dengan 14 wilayah setingkat kabupaten sulit dikoordinasikan oleh seorang gubernur Luas 4 kali pulau Jawa m aka akan bertam bah su lit dan bera t dengan tambahan 14 kabupaten baru tahun 2003 K onflik p rov insi (gubernur) dan kabupaten maupun kota di Irian Jaya pada tahun 2002 perlu d icerm ati atas pembagian dana 18 triliun rupiah bagian dari dana otonomi khusus yang hanya 20 sampai ke 14 wilayah Kabupaten (termasuk 2 kota) sedangkan 8 berada dan dikendalikan di provinsi

2) Aspek Politik Pembagian Papua menjadi 3 provinsi m em berikan kesem patan kepada tiga putra yang terbaik untuk menjadi gubernur Dari segi pendidikan dan komunikasi politik wilayah menjadi semakin kecil sehingga bagi pemerintah maupun partai politik dapat dengan mudah sampai ke desakam pung untuk m elakukan kewajibannya karena isolasi sudah menjadi p rio ritas utam a untuk dibuka demi pembangunan

3) Aspek Hukum Dilihat dari tata urutan dan kebiasaan perundang-undangan maka Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya Nomor 11 Tahun 1999 tidak bisa membatalkan UU No 45 Tahun 1999juga tidak mencabut pasal-pasal pemekaran

7 JRG Djopari ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo dalam Sinar Harapan 5 Maret 2003

wilayah Papua berdasarkan UU No 45 Tahun 1999 Inpres No 1 Tahun 2003 tanggal 27 Januari 2003 secara hukum adalah benar dan tepat

4) A spek E konom i K etiga w ilayah mempunyai potensi sumber alam yang sama yaitu pertam bangan W ilayah Tengah ada PT Freeport Wilayah Barat ada Pertamina dan Proyek Tangguh BP W ilayah T im ur ada ju g a tam bang tembagaemas di Okisibil (PT Inggold) dan minyak bumi (PT Connoco) di Kouh Tanah Merah Di wilayah Timur belum dieksploitasi karena alasan gangguan keam anan T iga w ilayah itu akan membuka peluang besar bagi investasi modal baik dari dalam maupun luar negeri

5) Aspek Sosial Budaya Dengan tiga wilayah provinsi baru maka pembinaan dan pengembangan budaya serta adat istiadat akan lebih efektif dilakukan sebab kemampuan untuk itu ada dan ditunjang dengan jangkauan pelayanan pemerintah yang pendek serta prioritas yang jelas bila dibandingkan dengan kenyataan sekarang ini Pelayanan- pelayanan sosial seperti pendidikan dan agama sarana dan prasarananya dapat diperbaiki Bantuan kepada lembaga- lembaga sosial swadaya masyarakat dan keagamaan serta pendidikan (swasta) akan lebih efektifbila dibandingkan dengan sekarang ini

6) Aspek Pertahanan dan KeamananDari segi pertahanan keamanan dan ketertiban wilayah tidak ada alasan yang kuat untuk m elakukan penam bahan aparat keamanan melalui pembentukan Kodam dan Polda provinsi yang baru karena yang ada sekarang ini telah mencukupi untuk menangani persoalan yang ada selama ini Ketertiban dan keamanan di provinsi semakin terus membaik apalagi telah terjadi saling p engertian yang m endalam an tarshypemerintah Indonesia dan Papua New

33

Guinea bahwa keamanan dan ketertiban di sepanjang perbatasan kedua negara m erupakan p rio rita s u tam a bagi kepentingan hubungan kedua negara agar masyarakatnya dapat berkunjung dengan berbagai tujuan apakah itu kunjungan-kunjungan sosial dagang w isata budaya adat is tiad at dan sebagainya dengan aman dan nyaman sebagai layaknya kehidupan bertetangga dengan baik

Apa yang dikemukan oleh Djopari tersebut yang merupakan salah seorang putra te rbaik Papua sepertinya persoalan pemekaran Papua dilihat dari aspek mana pun (dia menyebutkan enam aspek) tidak ada satu pun aspek yang merugikan tetapi sebaliknya menguntungkan Oleh karena menurut dia tidak ada persoalan dengan pemekaran Papua karena pemekaran Papua membawa dampak yang positif bagi rakyat Papua berdasarkan tinjauan enam aspek di atas

Pertanyaan yang segera m uncul kemudian apakah memang demikian Ini menjadi pertanyaan besar karena mengingat pemekaran Papua telah memicu konflik horizontal di antara m asyarakat Papua Tercatat hanya Irian Jaya Barat yang tidak berkebaratan bahkan katanya gembira () dengan adanya pemekaran tersebut Adapun dua provinsi lainnya menolak pemekaran secara tegas

Namun terlepas setuju-tidak setuju dengan pendapat Djopari tersebut ada satu hal yang perlu dikritisi yaitu berkaitan dengan ldquotidak akan dibentuk Kodim dan Polda Provinsirdquo pada pembentukan provinsi baru B enarkah dem ikian Saya k ira bukankah salah satu alasan mereka yang menolak pemekaran Papua berkaitan dengan pembentukan Kodim dan Polda baru apabila ada pemekaran provinsi baru Sepanjang saya ketahui setiap provinsi pasti ada Kodim dan Poldanya hatta provinsi baru Apalagi nanti di Papua yang nota bene keadaan

keamanannya masih terganggu dengan masih adanya Gerakan Papua Merdeka atau OPM

Baiklah kita lanjutkan berkaitan dengan pro-kontra pemekaran Papua Berbeda dengan pendapat Djopari di atas pengamat politik dari CSIS Indra J Piliang seperti dalam tulisannya di Kompas dengan judul ldquoSolusi Damai Untuk Papuardquo mengajukan gugatan berkaitan dengan Inpres No 1 Tahun 2003 yaitu81) Pemerintah tidak pernah menjelaskan dasar

dari pengam bilan keputusan yang berkenaan dengan keluarnya Inpres No 1 Tahun 2003 juga bagaimana kaitan dengan pemberlakuan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Pertanyaannya apakah status otonomi khusus akan berlaku di ketiga provinsi baru ataukah hanya di Provinsi Papua saja

2) Dengan berlakunya inpres tersebut berarti Papua kini terdiri tiga provinsi yakni Provinsi Irian Jaya Tengah Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Timur Lalu bagaim ana dengan Provinsi Papua Tidak jelas sekarang provinsi mana yang d isebu t sebagai p rov insi asal atau provinsi induk karena nama Provinsi Papua tidak ada lagi Juga menyangkut MRP apakah akan dibentuk di tiga provinsi itu atau ldquoprovinsi asalrdquo yang tidak ada

3) Pem berlakuan inpres tersebu t menyebabkan sebuah preseden baru telah dimulai yakni adanya tiga provinsi baru yang m enghilangkan atau memakan provinsi induknya

Berkaitan dengan Inpres No 1 Tahun 2003 tersebut Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno m engatakan bahw a tidak ada pertentangan yuridis antara Inpres No 1 Tahun 2003 yang didasarkan pada UU No 45 Tahun 1999 dengan UU No 21 Tahun 2001 Menurutnya UU No 45 Tahun 1999

34

8 Indra J Piliang ldquoSolusi Damai Untuk Papuardquo dalam Kompas Agustus 2003

yang terbit lebih dahulu telah membagi Papua menjadi tiga provinsi sementara UU No 21 Tahun 2001 memberikan jiwa pada kekhususan Papua Kekhususan itu adalah alokasi dana MRP dan pemilihan kepala daerah Jadi katanya sebenarnya tidak ada pertentangan dan saling melengkapi9

Selanjutnya Menteri Dalam Negeri dalam dengar pendapat dengan DPR memberikan penjelasan tentang persoalan pemekaran Papua ini Berikut penjelasan Mendagri tersebut

Pada prinsipnya kebijakan Pemerintah dan DPR dalam pananganan masalah Papua bermuara pada pemberian kesejahteraan bagi masyarakat Papua dalam rangka NKRI baik yang diterapkan melalui UU No 451999 maupun melalui UU No 212001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Kalau disikapi lebih mendalam dan bijaksana substansi kedua UU tidak bertentangan tapi justru saling melengkapi

UU No 451999 lebih menekankan pendekatan untuk mengakomodasi adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat Di sisi lain untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan memperpendek rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat

Sedangkan UU No 212001 lebih m enekankan pada pengakuan dan penghorm atan terhadap satuan-sa tuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus dalam wadah NKRI dengan menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat Papua UU yang bersifat khusus ini d ite tapkan dalam rangka m engurangi kesenjangan antara Provinsi Papua dan provinsi lain dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di P rovinsi Papua serta m em berikan kesempatan yang luas kepada penduduk asli Papua untuk membangun dirinya

Dengan demikian pembentukan 3 provinsi (Provinsi Irian Jaya Timur Provinsi Irian Jaya Tengah Provinsi Irian Jaya Barat) secara yuridis telah sah semenjak ditetapkan UU No 45 Tahun 1999 (lihat

rsquo Lihat Kompas Cyber Media 27 Agustus 2003

Pasal 29) Keberadaan ketiga Provinsi tersebut juga diakui oleh UU No 21 (lihat Pasal 1 butir a junto Pasal 74) Namun ternyata ada kelalaian dalam penyusunan UU No 21 Tahun 2001 yang tetap menyebut ldquoProvinsi Papuardquo padahal seharusnya sebagai ldquoProvinsi Irian Jaya Timurrdquo

UU No 451999 hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal karena adanya penolakan oleh sebagian masyarakat Meskipun demikian secara yuridis formal UU No 45199 masih tetap berlaku dan untuk mengaktifkan penyelenggaraan Pemerintah Provinsi Irian Barat dengan mempertimbangkan iklim yang kondusif di Irian Jaya Barat telah diterbitkan Inpres No 12003 yaitu untuk mempercepat pelaksanaan UU No 451999

Pernyataan Menteri Dalam Negeri dalam Rapat Dengar Pendapat dengan DPR tersebut menarik sekali paling tidak ada dua hal yang m esti d iperhatikan Pertam a pernyataan bahwa penyebutan ldquoProvinsi P apuardquo m erupakan ben tuk kelalaian penyusun dan pembahas UU No 212001 yang seharusnya menyebut ldquoProvinsi Irian Jaya Tim urrdquo Pertanyaannya benarkah demikian Pasal 1 butir a UU No 212001 mengatakan ldquoProvinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi otonomi khusus dalam kerangka N egara K esatuan R epublik Indonesiardquo Kalaupun pernyataan Papua itu sesungguhnya mengacu kepada Provinsi Irian Jaya Timur berarti yang mendapat otonomi khusus adalah Provinsi Irian Jaya Timur dengan ibu kota Jayapura Dengan demikian Provinsi Irian Jaya Tengah dan Barat tidak m emperoleh otonomi khusus Benarkah demikian entahlah Lalu bagaimana dengan pasal yang mengatur tentang pemekaran Papua harus dapat persetujuan MRP Apakah memang MRP untuk mengurus pemekaran Irian Jaya Timur yang wilayah semakin kecil dan penduduknya semakin sedikit Benarkah demikian entahlah Pertanyaan kemudian benarkah orang-orang di DPR itu lupa semua tentang hal tersebut Entahlah juga

Saya pribadi berpendapat bahwa pernyataan Menteri Dalam Negeri tersebut

35

hanya bersifat politis dan apologia yang sulit sekali dipertanggungjawabkan bahwa mereka para anggota dew an tersebu t lupa mencantumkan nama ldquoIrian Jaya Timurrdquo bukan ldquoPapuardquo Pertanyaan sederhana bukankah nam a Irian Jaya pada m asa pemerintahan Abdurahman Wahid sudah berubah menjadi Papua Papua adalah Irian Jaya yang merupakan satu kesatuan seluruh wilayah dan batas-batas wilayah yang ada di Papua atau Irian Jaya tidak hanya Irian Jaya Timur dan tidak termasuk Irian Jaya Tengah dan Barat

Kedua berkaitan dengan pernyataan bahwa UU Pemekaran ldquosecara yuridis sahrdquo Ini memang menjadi perdebatan karena memang di dalam UU Otonomi Khusus tidak ada klausul yang menyatakan bahwa UU Pemekaran dinyatakan tidak berlaku Dengan tidak adanya klausul seperti itu maka kedua UU (UU Otsus dan UU Pemekaran) memang sam a-sam a berlaku Namun salah satu anggota dewan mengusulkan agar ada klausul tentang pencabutan UU Pem ekaran Di bawah ini saya kutipkan dialog anggota dew an saat pem bahasan UU O tonom i Khusus bagi Papua sebagaimana dikutip oleh wartawan Pembaruan Marcellus Widiarto

ldquoRisalah pembahasan RUU Otsus Papua menunjukkan bahwa status UU Pemekaran dibicarakan pada rapat ke-8 Pansus DPR tentang Otsus Papua yang berlangsung pada Sabtu 20 Oktober 2001 dari Jam 1400 sampai 2230 WIB di Ruang Rapat Pansus D Gedung Nusantara II DPR Dalam rapat itu dipimpin oleh Ferry Mursidan Baldan dan dihadiri oleh 21 dari 50 anggota Pansus dan para pejabat eselon I inter-departemen dan staf mewakili Pemerintah Pusat Dalam risalah tersebut Antonius Rahail dari Fraksi KKI mengusulkan agar dimasukkan suatu klausul bahwa dengan berlakunya UU Otsus maka UU Pemekaran dan UU No 52000 dinyatakan tidak berlaku kecuali ketentuan mengenai pembentukan Kabupaten Paniae Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong Tetapi Prof Dr Abdul Gani Dirjen Perundang-Undangan Depkeh dan HAM yang mewakili pemerintah pusat menganggap usulan itu tidak perlu dimasukkan secara eksplisit ke dalam UU Otsus karena sudah terpenuhi secara sistematisrdquo

Sementara itu pakar Hukum Tata Negara Prof Dr Harun Al Rasyid mengatakan bahwa UU Pemekaran cacat hukum Hal ini selain karena masyarakat Papua sendiri teijadi penolakan terhadap kebijakan pemekaran Papua menjadi tiga tetapi juga usulan pemekaran itu adalah dari DPR dan pemerintah bukan atas usulan gubernur dan DPRD Papua Padahal dalam UU Otonomi Daerah pemekaran daerah itu harus atas usulan gubernur yang disetujui DPRD baru kemudian diusulkan kepada presiden10

Inpres No 1 Tahun 2003 ternyata membawa dampak besar bagi rakyat Irian Jaya Di antara dampak yang muncul akibat Inpres tersebut adalah terjadinya konflik elite dan kon flik h o rizon ta l di kalangan masyarakat Irian Jaya Elite di Irian Jaya terpecah dua yaitu yang pro-pemekaran dan yang menolak pemekaran Sementara di kalangan masyarakat juga terpecah mengikuti polarisasi elite tersebut yang pro dan yang kontra Kenyataan ini jelas terlihat ketika deklarasi Provinsi Irian Jaya Tengah di mana teijadi insiden yang membawa korban meninggal dunia sebanyak 4 orang dari kedua belah pihak

Akibat konflik tersebut kemudian pemerintah mengambil sikap yang arif yaitu dengan menunda pemekaran Irian Jaya dalam kondisi status quo Dalam Rapat Dengar Pendapat Menteri Dalam Negeri mengatakan

ldquoBerdasarkan pertimbangan politik dan pemerintahan pemekaran daerah di Provinsi Irian Jaya Tengah ditunda atau dipertahankan dalam statusquo Pada masa statusquo ini perlu meninjau kembali UU No 451999 UU No 212001 dan Instruksi Presiden No 12003 serta mencari solusi penyelesaian masalah-masalah fundamental yang merintangi implementasi dari pemekaran wilayah yang tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat

Apabila telah tercipta iklim yang kondusif ke depan masih perlu diantisipasi dan dipertimbangkan adanya aspirasi masyarakat yang diwakili oleh 6 (enam) bupati dan 6 (enam) ketua DPRD di wilayah Irian Jaya Tengah yang tetap

10 Lihat Harus Alrasid ldquoPemekaran Papua Cacat Hukumrdquo

Tempo Interaktif 20 Februari 2003

36

menginginkan pemekaran provinsi sebagaimana diatur dalam UU No 451999rdquo

Analisis Pro-Kontra Pemekaran Papua

Konflik pro-kontra pemekaran Papua awalnya berasal dari Inpres No 1 Tahun 2003 Apabila tidak ada inpres tersebut besar kemungkinan konflik tidak akan terjadi Hal ini karena mengingat UU No 45 Tahun 1999 sudah ditolak oleh DPRD Papua dan sudah ditangguhkan oleh Pemerintahan Presiden H abib ie Pem erin tah pada w aktu itu memahami keberatan rakyat Papua tentang pemekaran Provinsi Papua Namun sayang entah kenapa pemerintah dan DPR tidak mencabut UU No 45 Tahun 1999 tersebut saat membahas dan menetapkan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua

Sesungguhnya dengan adanya UU No 21 Tahun 2001 te rsebu t yang di dalamnya mengatur juga tentang persoalan pemekaran menurut kebiasaan maka UU yang sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi Tetapi itu memang hanya soal kebiasaan sehingga lemah secara hukum Dengan kata lain meski sudah ada UU No 21 Tahun 2001 UU No 45 Tahun 1999 juga tetap berlaku Akibatnya kedua UU tersebut terlihat saling bertabrakan di mana UU No 45 Tahun 1999 memerintahkan perlunya pemekaran Papua sedangkan UU No 21 Tahun 2001 mengatur tentang pemekaran Papua yang harus berdasarkan Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagai representasi rakyat Papua

Celakanya UU No 21 Tahun 2001 belum dilaksanakan sementara itu muncul Inpres No 1 Tahun 2003 yang memerintahshykan menteri terkait untuk melaksanakan UU No 45 Tahun 1999 yang sudah ditolak oleh rakyat Papua itu Yang terjadi kemudian instruksi itu mendapat perlawanan tetapi Pemerintah Pusat tampaknya bersikeras untuk tetap memekarkan Provinsi Papua Akibat sikap ngotot Pemerintah Pusat ini masyarakat Papua kemudian terbelah dua sebagian yang mendukung pemekaran dan

sebagian yang menolak pemekaran Dengan sikap ngotot Pem erintah Pusat muncul anggapan di kalangan masyarakat Papua bahwa pemerintah sengaja ingin memecah belah rakyat Papua Betapa tidak Seharusnya Pem erin tah P usat konsisten saja m elaksanakan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua tanpa mengeluarkan instruksi No 1 Tahun 2003 Tetapi mengapa kemudian pemerintah tetap saja ingin melaksanakan UU No 45 Tahun 1999

Ada beberapa analisis berkaitan dengan hal tersebut sebagaimana berikut1) Bahwa pemerintah mengeluarkan inpres

tersebut dalam upaya untuk memberikan pelayanan pada masyarakat (mendekatshykan rentang kendali pelayanan) dan m em fasilitasi dan m eningkatkan pembangunan ekonomi Karena banyakshynya kabupaten (28 kabupaten dan rencana akan dikembangkan menjadi 40 kabupaten) tidak mungkin hanya dilayani oleh satu provinsi atau gubernur Jadi perlu adanya beberapa provinsi

2) Keluarnya inpres tersebut berkaitan dengan masalah keamanan Provinsi Irian Jaya atau Papua dipecah menjadi beberapa provinsi adalah dalam rangka untuk melemahkan gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia Pemekaran Papua dilakukan dalam upaya untuk memecah aspirasi Papua Merdeka

3) Keluarnya inpres berkaitan dengan tujuan untuk melemahkan posisi Golkar di Irian Jaya Pada Pemilu 1999 Partai Golkar menguasai perolehan suara di Irian Jaya Dengan adanya pemekaran Irian Jaya diharapkan pada Pemilu 2004 kekuatan Partai Golkar akan berkurang dan beralih kepada PDI-P karena dengan diangkatnya gubernur baru akan menjadi patron baru bagi PDI-P yang nanti pada gilirannya akan memberikan dukungan kepada PDI-P

Apabila kita kelompokkan mereka yang pro-kontra terhadap pemekaran Papua maka terdiri dari (1) Elite Jakarta (2) Elite

37

Pertanyaannya mengapa hal tersebut terjadi Ada beberapa kemungkinan dan penjelasan terhadap sikap mereka tersebut Untuk Provinsi Irian Jaya Barat mereka yang mendukung pem ekaran mem iliki alasan bahwa dengan adanya pemekaran merupakan kesempatan yang baik untuk memajukan daerah yang selama ini tertinggal dari daerah- daerah lain di Irian Jaya Dengan adanya pemekaran maka daerah Irian Jaya Barat akan dapat mengejar ketertinggalan dan mengatasi kemiskinan yang dialami masyarakat selama ini Untuk memperbesar kewenangan dalam pem erintahan dan untuk memperbanyak posisi-posisi jabatan politik bagi rakyat Papua Selain itu dan ini yang penting untuk mempertahankan integrasi Papua agar tetap dalam pangkuan NKRI

A lasan m ereka yang m enolak pemekaran adalah karena pemekaran tidak dilakukan dalam kerangka otonomi khusus sesuai dengan UU No 21 Tahun 2001 sehingga pemekaran yang dilakukan saat ini tidak m em iliki dasar hukum yang kuat Pemekaran dilakukan karena kepentingan elite- elite pusat dan kepentingan pemerintah Pusat untuk mengontrol Papua Dengan Papua dibagi

tiga provinsi maka kontrol terhadap Papua lebih mudah dibandingkan dengan satu provinsi Dengan adanya tiga provinsi maka akan lahir tiga Kodam dan tiga Polda Institusi inilah yang akan mengawasi gerak-gerik sebagian rakyat Papua yang ingin memisahkan diri dari Indonesia Mereka menolak pemekaran juga karena tidak dilibatkannya masyarakat sehingga masyarakat merasa tidak diperhatikan padahal mereka merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan Akibatnya muncul anggapan bahwa pemekaran Papua hanya untuk memecah belah rakyat Papua

Kesimpulan dan Rekomendasi

Persoalan tentang pemekaran Papua telah membelah masyarakat Papua itu sendiri menjadi sikap yang mendukung dan menolak (pro-kontra) Akibat sikap pro-kontra ini dampak yang nyata adalah terjadi konflik horizontal di antara kedua kelompok tersebut Dengan adanya konflik tersebut terutama setelah teijadi peristiwa Timika pemerintah mengambil sikap status quo tentang pemekaran Papua Salah satu kebijakan yang akan diambil

Tabel 3 Sikap Pro-Kontra Elit Pemda dan MasyarakatTerhadap Pemekaran Papua

Sikap E lit Variabel Internal Variabel EksternalElit Pemda

P ro P e m ek aran K epentin gan Publik (S osia l B u d aya E konom i Politik) K epentingan Ind iv idu K elom pok

K epentingan P usat (integrasi H a n k am Politik)K epentinqan Kelom pok

K ontra P em ek ara n K epentingan Publik (S osia l B udaya Politik)

O tonom i Khusus (E konom i Politik)

Elit MasyarakatPro P e m e k a ra n K epentingan Ind iv idu K elom pok K epentingan P usat dan

K epentingan Kelom pok

K ontra P em ek ara n K epentin gan Publik O tonom i Khusus dan K epentin gan Internasional (P a p u a M e rd e k a )

Sumber Diolah dari berbagai sumber pemberitaan media massa

38

Pemda dan (3) Elite Masyarakat B erdasarkan hal te rsebu t m aka dapat dikelompokkan mereka yang pro dan kontra sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini

Elite-elite tersebut memiliki alasan mengapa mereka menerima atau menolak terhadap pemekaran Papua Bagi elite pemda khususnya pemda dari kabupaten yang terkena pemekaran dan menjadi provinsi setuju terhadap pem ekaran karena dalam upaya untuk memperpendek rentang kendali sehingga optimal dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat meningkatkan kesejahteraan masyarakat memperbesar kewenangan dalam pemerintahan mem-peroleh posisi jabatan- jab a tan p o litik dan dalam upaya mempertahankan integrasi NKRI Alasan-alasan tersebut bisa masuk dalam kategori kepentingan publik dan atau kepentingan kelompok atau individu

Elite yang menolak pemekaran memiliki argumentasi bahwa pemekaran tersebut tidak sesuai dengan UU No 21 Tahun 2001 yang menghendaki bahwa pemekaran harus melalui MRP pemekaran harus memperhatikan aspirasi dan kultur masyarakat Papua serta dibicarakan terlebih dahulu dengan Pemda Provinsi Papua dan DPRD provinsi Dalam konteks ini Ketua DPRD Provinsi Jhon Ibo mengatakan

ldquoPihak DPRD Papua sama sekali tidak tahu tentang isi Inpres No 1 Tahun 2001 Salinan inpres yang kami dapat pun ternyata diperoleh dari faksimile Ana Wartel yang katanya terletak

di Plaza Indonesia Jadi kami dapat dokumen negara yang bersejarah itu bukan dikirim dari Sekretaris Presiden atau Staf Presiden di Jakarta Soal pemekaran Papua sebenarnya sudah ditolak oleh D PRD P rovinsi O ktober 1999 lew at Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya No 11 DPRD1999 tanggal 16 Oktober 1999rdquo

Sementara di kalangan elite masyarakat yang setuju terhadap pem ekaran Papua berdasarkan alasan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mempercepat pembangunan memperoleh posisi j abatan bagi putra asli Papua dan untuk mempertahankan integrasi nasional Adapun elite masyarakat yang menolak pemekaran berdasarkan alasan bahwa pemekaran dilakukan untuk kepentingan elite- elite politik di Jakarta untuk memevag aspirasi Papua Merdeka meningkatkan ruang kontrol Jakarta terhadap Papua melalui pembentukan Kodim dan Polda di provinsi-provinsi baru tidak melibatkan masyarakat Papua khususnya kalangan adat dan gereja

Elite-elite tersebut baik yang pro maupun yang kontra terhadap pemekaran Papua mengekspresikan sikapnya berbeda- beda pada setiap provinsi baru yang mengalami pemekaran Di Provinsi Irian Jaya Barat sebagian besar elite dan masyarakat setuju terhadap pemekaran sedangkan di Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Timur sebagian besar elite dan m asyarakatnya menolak pemekaran

Tabel 2 K elom pok Yang Pro-Kontra Pemekaran Papua

Sikap E lit E lit Pusat E lit Pem da Elit M asyarakat

P ro P e m e k a ra n B irokras i B irokrasi K e lo m p o k yang d e k a t d e n g a n P u sa t

Politisi A n g g o ta D P R D

K ontra P e m e k a ra n Politisi B irokrasi Provinsi L S ML S M A ngg D P R D P rovinsi G e re ja A g a m aA k a d e m is i A d a t

Sumber Diolah dari berbagai sumber pemberitaan media massa

Lihat ldquoApa Kata Merekardquo dalam Fokus Kompas 23 Pebruari 2003

39

oleh pemerintah akan berusaha mensinkronkan antara UU No 45 Tahun 1999 dengan UU No 21 Tahun 2001

Tampaknya dengan sikap pemerintah tersebut secara implisit maupun eksplisit pemekaran Papua harus ada Kesimpulan ini diambil dan didukung dengan pernyataan pemerintah bahwa ia tetap mengakui Irian Jaya Barat sebagai provinsi baru di Papua Persoalan yang belum terselesaikan bagi pemerintah berkaitan dengan dua provinsi lainnya yaitu Irian Jaya Timur dan Irian Jaya (Tengah) Dalam konteks itu pemerintah akan mensinkronkan kedua UU di atas

M enurut hem at saya tam paknya persoalan konflik masalah pemekaran Papua berpangkal dari kepentingan-kepentingan elite lokal yang terpecah dan elite pusat yang terpecah pula Artinya ada kepentingan yang sama antara elite pusat dan elite lokal yang pro pemekaran berhadapan dengan elite lokal dan elite pusat (terutama elite yang dirugikan dengan adanya pem ekaran te rsebu t) yang m enentang pemekaran Papua Dampak dari konflik tersebut kemudian menjalar ke masyarakat atau arus bawah yang sesungguhnya mereka tidak seharusnya dilibatkan Tetapi yang teijadi antara kedua kelompok tersebut membawa-bawa masyarakat Akibatnya seperti dikemukakan sebelum nya terjadi konflik horizontal konflik antara sesama rakyat Papua

Pem ekaran Papua m em ang merupakan suatu keharusan karena sejumlah alasan yaitu1) Dari segi politik pembagian Provinsi

Papua menjadi tiga wilayah provinsi (bahkan bisa enam provinsi pen) memberikan kesempatan kepada tiga putera terbaik Papua untuk menjadi gubernur

2) Dari segi ekonomi ketiga wilayah tersebut mempunyai potensi sumber alam yang sama yaitu pertambangan

3) Dari aspek sosial budaya pembinaan dan pengembangan budaya serta adat- istiadat akan lebih efektif dilakukan

Pelayanan-pelayanan sosial seperti pendidikan dan agama sarana dan prasarananya dapat diperbaiki

M eskipun pem ekaran merupakan suatu keharusan dengan sejumlah alasan di atas akan te tap i proses dan prosedur pem ekaran Papua harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Proses pem ekaran Papua selain harus mengacu kepada UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah juga mengacu kepada UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua di mana dalam proses pemekaran harus dibicarakan dulu melalui Majelis Rakyat Papua dan DPRD Papua

Untuk itu dalam proses percepatan pemekaran Papua pemerintah Pusat harus melakukan sosialisasi melalui pendekatan- pendekatan secara persuasif melalui dialog dan musyawarah Sekarang tidak lagi jamannya kebijakan yang bersifat top-down Setiap kebijakan harus bersifat bottom-up yang m em perhatikan asp irasi dan keinginan masyarakat daerah Dalam dialog tersebut semua pihak harus dilibatkan dan didengarkan suaranya Paling tidak dalam dialog tersebut unsur yang dilibatkan adalah1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

Papua2 Pemerintah Daerah yang dikepalai oleh

gubernur3 Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan

Masyarakat Papua4 Komisi HAM Papua5 Majelis Rakyat Papua (MRP)6 Badan Perwakilan Desa yang ada di Papua7 Dewan Adat Papua8 Pimpinan Adat9 Gereja Katolik10 Organisasi Non-PemerintahLSM

Mengapa lembaga-lembaga di atas harus dilibatkan Setuju atau tidak setuju lem abaga-lem baga tersebut m erupakan

40

representasi dari m asyarakat Papua dan merupakan jem batan penghubung antara kepentingan Pem erintah Pusat dengan kepentingan masyarakat Papua Oleh karena itu sudah seharusnya lembaga-lembaga tersebut dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat Selama ini kerap Pemerintah Pusat enggan untuk melakukan dialog dengan lembaga-lembaga di atas Kalaupun ada dan dilakukan adalah dialog dengan mereka yang setuju dengan ide Pemerintah Pusat Padahal persoalan bukan di situ tetapi adalah mencari titik temu di antara perbedaan-perbedaan yang ada untuk mencari penyelesaiannya

Daftar Pustaka

ldquoApa Kata Merekardquo dalam Fokus Kompas 23 Februari 2003

Al Rasyid Harun Pem ekaran Papua Cacat Hukum Tempo Interaktif 20 Februari 2003

Bhakti Ikrar Nusa ldquoMencari Titik Temu Pemekaran Provinsi Papuardquo Kompas 25 Agustus 2003

Djopari JRG ldquoPemekaran Papua Positif bagi Rakyat Papuardquo dalam Sinar Harapan 5 Maret 2003

Piliang Indra J ldquoSolusi Damai untuk Papuardquo dalam Kompas Agustus 2003

UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua

UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

UU No 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah

41

DIMENSI INTERNASIONAL KASUS PAPUA

Adriana Elisabeth

Abstract

Issue on Papua has a strong international dimension It will remain critical for Indonesian political bargaining when political violence and human rights abuse continue in Papua The existence o f multinational companies contributes to the international dimension o f the Papuan case Although most foreign countries stick on their commitment to support the integrity o f Indonesian territory the future o f Papua depends on how the political and economic problems would be resolved

I Pengantar

Kasus Papua ibarat bom waktu bagi Indonesia B anyak fak to r yang mampu memicu isu Papua menjadi

isu besar dan terbuka yakni p o litik keamanan sosial dan ekonomi Dimensi persoalan Papua yang sangat beragam - lokal nasional dan internasional -berpotensi kuat m engubah m asalah yang bersifat lokal menjadi nasional begitu pun sebaliknya Lebih dari itu dimensi lokal dan nasional persoalan Papua sangat mungkin menjadi isu internasional manakala hal itu melibatkan peran dan kepentingan politik dan ekonomi pihak asing

K arak teris tik a tau dim ensi ^ te rn a s io n a l kasus Papua ditentukan oleh operan aktor negara (state actor) dan aktor non-negara (non-state actor) yang secara konsisten dan terus-m enerus te lah ldquom en g in te rn asio n a lisas irdquo isu Papua misalnya melalui lobi dan diplomasi baik yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia maupun pihak-pihak yang berseberangan dengan Pemerintah Indonesia antara lain O rganisasi Papua M erdeka (OPM ) dan

Peneliti Bidang Politik Internasional P2P LIPI amp Koordinator Tim Kajian Papua 2006 LIPI

beberapa anggota Presidium Dewan Papua (PDP)

Tulisan ini akan membahas dimensi internasional isu Papua dengan menganalisis peran dan kepentingan beberapa aktor internasional yang terlibat dalam persoalan di Papua Kemudian juga membahas langkah atau strategi Pemerintah Indonesia dalam menangani persoalan di Papua khususnya berkaitan dengan upaya Indonesia untuk menjaga hubungan luar negerinya dengan negara-negara asing m aupun komunitas internasional terutama dengan Australia dan negara-negara Pasifik Selatan

II Peran dan K epentingan A ktor Internasional dalam Kasus Papua

Pada m asa Perang D ingin peta politik global lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan antamegarapemerintahan Namun setelah berakhirnya Perang Dingin politik dunia d itandai dengan berkem bangnya organisasi-organisasi antarpemerintahan di berbagai level Sebagai contoh beberapa organisasi antarpem erintahan di tingkat global adalah World Bank (Bank Dunia) World Trade Organisation (W TO) International Labour Organisation (ILO) dan

43

International Atomic amp Energy Agency (IAEA) Beberapa organisasi di tingkat regional misalnya Association o f South East Asian Nations (A SEA N ) O rganisasi Konferensi Islam (OKI) Gerakan Non-Blok (G N B ) OPEC North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Kelompok G-7

Selain organisasi antarpemerintahan berkembang pula organisasi internasional nonpemerintahan dan nonperusahaan atau International Non-Governmental Organisations (INGO) seperti Greenpeace Human Rights Watch Refugee International dan sebagainya kemudian juga terdapat organ isasi rahasia seperti in te lijen terorism e1 Secara lebih luas organisasi kejahatan lintas negara ( Transnational Organised CrimeTOC) mencakup bukan hanya kegiatan terorisme melainkan juga penyelundupan senjata (arms smuggling) obat-obat terlarang (ilicit drugs trafficking) dan perdagangan m anusia (human trafficking) khususnya perempuan dan anak- anak

A ktor nonnegara yang berperan sangat dominan dalam peta politik global saat ini adalah perusahaan global yang dikenal dengan Multinational Corporations (MNC) Transnational Corporations atau Global Firms Dengan kata lain perkembangan politik di tingkat nasional maupun regional internasional harus memperhitungkan peran dan kepentingan perusahaan-perusahaan berskala dunia ini

B ertam bahnya ju m lah aktor nonnegara yang terlibat dalam hubungan antamegara dan antarbangsa menyebabkan peran ak tor negara tidak lagi bersifa t dominan Perkembangan politik internasional ini menjadi salah satu faktor penting dalam analisis persoalan di Papua Aspek politik dan ekonom i yang berkaitan dengan upaya penyelesaian isu Papua harus memperhatikan peran dan kepentingan aktor internasional

1 Herb Feith ldquoGlobalisasi Politik Dunia dan Keharusan R eform asi P B B rdquo h ttp fis ip u n m u lac id globalisationhtml h 2 amp 3

terutama organisasi nonpemerintahan atau LSM dan perusahaan internasional yang (masih dan akan) beroperasi di wilayah Papua

Menurut hasil penelitian tim kajian Papua LIPI tahun 2004 secara garis besar terdapat tiga aktor utama yang terlibat dalam konflik di Papua dan berada di level lokal nasional dan internasional yakni negara pemerintah state) masyarakat (society) dan pebisnis (market)2 Peran dan kepentingan ketiga aktor utama tersebut relatif berhasil dan m udah d ipetakan N am un tidak demikian dengan pemetaan pola hubungan di antara para aktor tersebut Selain karena banyaknya jumlah aktor yang terlibat (baik langsung maupun tidak langsung) kesulitan te rsebu t ju g a d isebabkan setiap aktor memiliki lebih dari satu kepentingan dan antara satu kepentingan dengan kepentingan lain cenderung saling berhubungan

Berdasarkan pola hubungan tersebut tidaklah mudah memisahkan secara tegas apakah seorang aktor lokal hanya berperan secara lokal karena dalam mempertahankan kepentingannya dia pun bergerak di tingkat nasional bahkan in te rnasional Selain kepentingan yang saling berkait peran para aktor ditentukan pula oleh pola hubungan atau hubungan kekuasaan (power relations) antara ketiganya yang cenderung bersifat tidak sim etris (asymmetrical) misalnya posisi masyarakat Papua di tingkat lokal dan nasional tam pak atau cenderung lemah (powerless) dibandingkan dengan kekuasaan pem erintah (pusat dan daerah) Namun demikian di level internasional elemen- elemen yang ada dalam masyarakat Papua seperti kelompok pro-m erdeka di Papua banyak mendapatkan dukungansimpati dari p ihak in te rn asio n a l M ereka berhasil mengusung ideologi merdeka dalam rangka m endapatkan sim pati dan dukungan internasional Dengan kata lain meskipun secara lokal dan nasional masyarakat Papua

2 Adriana Elisabeth dkk (2004) Peran dan Kepentingan Para Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

44

cenderung menjadi kelompok marginal di tingkat internasional ldquom arginalisasirdquo ini justru menguntungkan mereka Bahkan mereka memiliki posisi tawar yang cukup tinggi bila berhadapan dengan Pemerintah Indonesia karena simpati dan dukungan pihak internasional pada gerakankelompok pro- m erdeka di Papua Lobi dan diplom asi kelompok pro-merdeka ini bertujuan untuk memperoleh dukungan internasional baik yang berasal dari pemerintahan negara asing maupun masyarakat internasional termasuk organisasi nonpem erintahan di tingkat internasional dan lembaga dunia

D ukungan in ternasional kepada kelom pok p ro -m erdeka di Papua m enimbulkan kom pleksitas yang cukup serius bagi Pemerintah Indonesia dalam berdiplom asi dengan pihak luar negeri Meskipun Pemerintah Indonesia memiliki legitimasi politik yang kuat (kedaulatan yang sah) di Papua posisi tawar Indonesia menjadi lemah ketika berhadapan dengan komunitas internasional berkaitan dengan persoalan demokratisasi hak asasi manusia (HAM) dan lingkungan di Papua Hal ini dikarenakan isu- isu tersebut merupakan agenda global yang kerap dipakai untuk m engukur ataupun m enila i tingka t k eberhasilan ataupun kegagalan sebuah pemerintahan di negara- negara berkembang Bagi kelompok pro- merdeka khususnya OPM agenda global tersebut menjadi isu-isu strategis yang sangat m enguntungkan bagi posisi atau ldquoperjuanganrdquo mereka di forum internasional

Dukungan internasional diperlukan untuk mencapaimewujudkan kepentingan po litik jangka panjang kelom pok pro- m erdeka yakni m em isahkan diri dari Indonesia Diplomasi dan tuntutan politik m erdeka inilah yang diberi label oleh Pem erintah Indonesia sebagai gerakan separatis Papua (separatisme Papua) Bagi Pemerintah Indonesia kedaulatan Indonesia di Papua sudah menjadi keputusan final Untuk m enghadapi sikap dan tindakan kelom pok pro -m erdeka Pem erin tah Indonesia pun melakukan lobi dan diplomasi

guna m em peroleh dan mempertahankan kom itm en in te rn asio n a l un tuk tetap m endukung keu tuhan w ilayah N egara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di mana Papua merupakan bagian integral dari NKRI

U paya in te rn asio n a lisa s i untuk m enarik pe rh a tian in te rn asio n al atau mendukung kemerdekaan Papua sebenarnya mulai dijalankan sejak tahun 19623 sebagai bentuk perlawanan terhadap Perjanjian New York (New YorkAgreementNYA) tahun 1962 yang mengakui masuknya wilayah Papua menjadi bagian wilayah Republik Indonesia (RI) Gerakan kemerdekaan Papua mendapat peluang besar sejak bergulirnya reformasi di Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1998 di mana kelompok pro-merdeka (dan kelompok pro-demokrasi di Papua) leb ih beran i dan terbuka dalam mengemukakan tuntutan politik mereka Apalagi dengan lepasnya wilayah Timor Timur dari Indonesia dan menjadi negara merdeka pada tahun 19994 maka peristiwa politik tersebut menjadi spirit baru bagi perjuangan OPM un tuk m ew ujudkan kemerdekaan Papua

Gagasan untuk menginternasionalishysasi Papua adalah salah satu rekomendasi yang dihasilkan dalam Kongres Rakyat Papua II yakni pembentukan sebuah tim untuk melobi m asyarakat internasional term asuk m em inta ban tuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dalam kaitannya dengan peran DK PBB sebagai pen jaga k e tertiban dan perdamaian dunia termasuk untuk menjaga m em elihara keam anan di Papua sampai terbentuk pemerintahan yang tetap Selain itu kongres juga meminta PDP melakukan dialog dengan Indonesia Belanda Amerika Serikat (AS) dan PB B 5

3 Upaya internasionalisasi kasus Papua dilakukan oleh kelompok anti-integrasi atau menolak hasil Pepera 1969 karena dianggap tidak adil Untuk itu mereka kemudian membentuk OPM di luar negeri terutama di PNG

4 httpwwwkotekanet West Papua is the next East Timor5 Kompas (4 Juni 2000) ldquoKongres Rakyat Papua Sepakati

Keluar dari NKRIrdquo

45

Lobi internasional oleh kelompok pendukung kemerdekaan Papua dilakukan secara bilateral antamegara maupun di forum regionalintemasional dan dengan LSM Lobi bilateral dijalankan melalui pendekatan p e rsu as if kepada pem egang sim pul pemerintahan di berbagai negara Upaya bilateral juga dilakukan dengan membuka kantor perwakilan dan konsulat Hasilnya adalah beberapa negara di Pasifik Selatan secara tegas m endukung perjuangan kelompok pro-merdeka di Papua6 Namun demikian haruslah diingat bahwa dukungan dari pemerintahan negara asing terhadap kelom pok pro-m erdeka di Papua tidak bersifat konstan tetapi cenderung fluktuatif bergantung pada siapa pemimpin negara yang sedang berkuasa pada saat tertentu

Lobi secara b ila te ra l kem udian d itin d ak lan ju ti di forum reg ional dan internasional seperti di PBB dan Forum Negara Pasifik untuk memperoleh dukungan secara terbuka Dukungan ini merupakan second voice untuk memudahkan upaya menggalang simpati internasional melalui perwakilan negara asing yang mendukung kemerdekaan Papua Beberapa isu yang biasanya diangkat dalam forum regional internasional adalah sejarah politik Papua keabsahan Pepera masalah HAM peran dan dominasi militer Indonesia ketidakadilan sosial dan ekonom i m asyarakat Papua diskrim inasi rasial (ras M elanesia) dan kerusakan lingkungan

Berikut ini adalah posisi negara- negara asing dalam isu Papua

1) Amerika Serikat (AS)

AS memainkan peran yang signifikan dalam konflik di Papua Untuk itu Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirayuda dalam siaran pers ldquoR efleksi tahun 2002rdquo menyatakan bahwa Indonesia secara khusus melakukan pendekatan dengan Pemerintah

6 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo

AS untuk mempertahankan dukungannya terhadap integritas wilayah Indonesia Posisi atau peran AS sulit dipisahkan dari sejarah panjang dan proses politik di Papua Menurut John Roberts AS mendukung kebijakan Indonesia untuk ldquomengembalikanrdquo wilayah Papua m elalu i aksi d ip lom asi dan mendukung Pepera (Act o f Free Choice) tahun 1969 yang kem udian m elahirkan keputusan PBB yang menyatakan Papua merupakan bagian dari wilayah Indonesia7 Tindakan AS di Papua juga berhubungan dengan keberadaan PT Freeport Indonesia (PTFI) sebagai perusahaan tambang tembaga terbesar di dunia Kehadirannya didukung oleh keputusan politik Pemerintah Orde Baru (Orba) melalui kesepakatan Kontrak Karya I tahun 1967 kemudian mulai beroperasi pada tahun 1970 dan berproduksi untuk pertama kalinya pada tahun 1973 Keberadaan PTFI di T im ika K abupaten M im ika Papua diperpanjang dengan penandatanganan K ontrak K arya II tahun 1991 Dengan demikian perusahaan multinasional ini dapat beroperasi di Papua sampai tahun 2021 dan kesepakatan kerja tersebut masih dapat diperpanjang dua kali masing-masing dalam waktu sepuluh tahun

Berkaitan dengan kebijakan AS di Papua Pemerintah AS menegaskan tidak akan mendukung separatism e di Papua sebaliknya tetap m endukung keutuhan negara RI dan pemberlakuan otonomi khusus di Papua8 Selain itu Pemerintah AS melalui USAID dan lembaga bantuan keuangan AS juga membiayai berbagai program di Papua seperti m anajem en sum ber daya alam (S D A )9 term asuk program -program pengem bangan m asyarakat (community development) seperti yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia

7 httpwwwwswsorgarticles2004aug20Q4papua- a30shtml Lihat John Roberts Documents confirm US colluded in Indonesia s 1969 Incorporation o f Papua

8 Pem erintah A S m ela lu i Presiden G oerge Bush menyampaikan komitmen pemerintahannya kepada mantan Presiden RI Megawati pada Juli 2002

9 www Bappenasgoid

46

Hubungan bilateral Indonesia-AS terpengaruh oleh peristiwa pembunuhan dua warga negara AS di Timika pada tahun 200210 Sebagai akibatnya AS melakukan embargo militer dan memutuskan keija sama militernya dengan Indonesia yang mendapat persetujuan dari Kongres A S Namun demikian tiga tahun kemudian (pada tahun 2005) kerja sama di bidang pelatihan militer kedua negara dilanjutkan kembali 12

2) Australia

Posisi Australia dalam kasus Papua sangat penting karena Australia mempunyai pengaruh politik di kalangan negara-negara Pasifik Selatan Selain itu Australia juga cukup berperan dalam pem bangunan di Indonesia terutama melalui program bantuan berupa hibah kepada Indonesia meliputi berbagai sektor D alam kaitan dengan penanganan kasus Papua hubungan bilateral Indonesia-Australia tidak hanya bertujuan untuk menghadapi sikap dan reaksi negara- negara Pasifik Selatan dalam kasus Papua yang secara tegas beberapa negara sudah memberikan dukungan mereka pada gerakan kem erdekaan Papua namun juga untuk meredam dukungan LSM Australia yang juga secara lugas mendukung kelompok pro- merdeka di Papua

Kekhawatiran Indonesia terhadap A ustra lia cukuplah bera lasan apab ila dikaitkan dengan peristiwa politik di Timor Tim ur tahun 1999 di m ana sikap dan dukungan Pemerintah dan LSM Australia akhirnya berhasil mewujudkan kemerdekaan Timor Timur (Timor Leste) Apalagi dengan adanya in form asi bahw a A ustra lia membentuk Task Force Papua yang diketuai oleh Chief o f Defence Force Jenderal Peter

10 Pembunuhan itu diduga dilakukan oleh oknum militer TNI

11 httpwwwatimescomatimesSoutheast_Asia FG03Ae06html

12 John Roberts dalam makalah lsquo Ambush near US-owned mine in Papua suggests Indonesian army involvementrsquo mengemukakan bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh oknum TNI

C osgrove yang sedang m engkaji perm asalahan di Papua dan prospek kem erdekaan Papua13 M eskipun hal itu belum tentu benar Pemerintah Indonesia te tap b e rh a ti-h a ti dalam m enjalankan hubungannya dengan Australia Meskipun Australia mendukung langkah yang diambil Indonesia untuk menyelesaikan persoalan di Papua dengan otonom i khusus namun A ustra lia m enging inkan Indonesia m enghorm ati penegakan hukum dan penghormatan HAM di Papua14 Walaupun dem ikian dukungan dari P em erin tah A u stra lia tidak serta-m erta m endapat dukungan dari semua elemen pemerintahan Di Parlemen Australia m isalnya Partai Buruh dan Fraksi Kiri sering kali menjadikan isu separatisme di Papua sebagai bahan perdebatan15

Pebisnis Australia juga melakukan aktivitas penambangan di Papua seperti Dominion Mining BHP Cudgen RZ dan Cudgen RA Australia pun memiliki sebagian saham PT Freeport McMoran sekitar 40 persen (Rio Tinto) dari total saham yang dimiliki PT Freeport McMoran di bursa saham di New York

3) Kanada

Kebijakan Pemerintah Kanada secara eksplisit mendukung implementasi otonomi khusus di Papua secara konsekuen berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2001 dengan menghormati hak rakyat Papua Kanada membantu Papua juga melalui Canada Fund berdasarkan prioritas geografis dan program p rio ritas pem bangunan sosial di em pat bidang kesehatan dan g izi pendid ikan dasar penanganan HIVAIDS dan perlindungan a n ak 16 Di sek to r b isn is K anada pun

13 httpw w w kom pascoid kom pas-cetak030919 nasional572042htm

14 Kompas (9 Desember 2000)15 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya

Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo16 http wwwdfait-maecigcca

47

memiliki usaha pertambangan (emas) di Papua yaitu PT Ingold dan mengembangkan eksplorasi minyak di Teluk Bintuni

4) Senegal

Salah satu negara A frika yang mendukung kem erdekaan Papua adalah Senegal A frika Selatan Dukungannya d idasarkan pada paham N e g ritu d e - solidaritas antara ras kulit hitam di seluruh dunia17 Tujuannya adalah untuk menentang ko lon ia lism e dan dukungan bagi ras M elanesia serta gerakan pem bebasan Papua18 Sikap ini diikuti dengan usaha membangun keija sama ekonomi militer dan memerangi diskriminasi rasial Gerakan ini leb ih d ikenal gerakan P an-A frico id ( lsquoG erakan P an -N eg ro rsquo) yang memperjuangkan korban dari konspirasi rasism e dunia genosida dan pengambilalihan tanah di seluruh dunia term asuk di P ap u a 19 D alam p e rshykem bangannya gerakan ini sem akin mendapatkan dukungan luas terbukti sekitar 15 negara-negara di Afrika Barat dan Afrika Tengah menolak hasil Pepera di Papua dan berharap akan adanya implementasi hak penentuan nasib sendiri (self-determination) di Papua

Gerakan mendukung kemerdekaan Papua dari negara Afrika dimulai sejak 1969 saat penentuan voting Act o f Free Choice (AFC) di Sidang Umum PBB negara-negara tersebut menuduh bahwa AFC merupakan salah satu bentuk penjajahan dan bentuk ketidakdemokratisan terhadap saudara kulit h itam di Papua B arat Sebagai tindak lanjutnya Organisasi Afrika-Amerika yang tergabung dalam National Association for the

17 w3rz-berlinmpgde~wmPAPGJA-bin-kejorahtml - 48k Lihat juga Goerge J Adijondro dalam Bintang Kejora di Tengah Kegelapan Malam amp Penggelapan N asionalism e Orang Irian dalam H istroriografi Indonesia

18 http wwwraceandhistorvcomcgi-binforum webbbs configplnoframesread106

19 Pianke Nubivang Honour and Truth in West Papua http communitv webtvnetpaulnubiaempire

Advancement o f Colored People (NAACP) mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal PBB U Thant sebagai bentuk protes atas AFC dan meminta PBB merevisi kebijakan tersebut20 Meskipun demikian hingga saat ini belum ada p ernya taan resm i yang m endukung Papua hanya berasa l dari sebagian kecil tokoh di Senegal Ghana dan Afrika Selatan

5) Negara-Negara Asia

Berkaitan dengan Papua beberapa negara di Asia yang memiliki perhatian khusus adalah M alaysia Filipina Korea Selatan Jepang India dan Cina Bagi Malaysia dan Filipina Papua adalah pemasok kayu terbesar bagi kebutuhan impor kedua negara atau sekitar 70 persen berasal dari Papua21 Bagi Jepang Cina Korea Selatan dan India ladang di sekitar kawasan Teluk B in tuni Proyek LNG Tangguh) menyediakan cadangan LNG mencapai 237 triliun kaki kubik Indonesia berkomitmen untuk mengekspor LNG ke Asia rata-rata enam sampai tujuh ton per tahun

Khusus bagi Cina wilayah Papua m em ilik i SDA yang dapat m em enuhi sebagian kebutuhan kayu dan LNG Tidaklah mengherankan apabila hasil penebangan liar di wilayah Papua disinyalir dibawa ke Cina seperti dalam kasus penemuan dua buah kapal yang berisi kayu berasal dari wilayah Papua dan berada di daratan Cina Untuk mengatasinya Pemerintah Indonesia telah mengupayakannya melalui jalur diplomatik22 U ntuk m em enuhi kebu tuhan LNG Pemerintah Indonesia (Pertamina) dan Cina (Petrochina) m em buat perjan jian yang menyangkut pengiriman LNG dari Teluk Bintuni ke Provinsi Guangdong dan Fujian

20 Lihat John Saltford United Nations Involvement withthe Act ofSelf- Determination In West Irian (Indonesian West New Guinea) 1968 to 1969

21 Sugiharto (10 M ei 2005) ldquoBUM N dan Prospek Persaingan Dunia Usahardquo Jakarta Hotel Borobudur

22 Kompas (6 April 2005)

48

dengan terlebih dahulu melakukan investasi sebesar US$ 2 miliar untuk pembangunan infrastruktur23 PT Petrochina memiliki dua blok wilayah pengeboran di Teluk Bintuni dan Biak yang terdiri lebih dari sepuluh ladang minyak yang siap dieksplorasi24

Untuk mencapai kepentingannya di Papua Pemerintah Cina juga membangun hubungan dengan negara-negara Pasifik Selatan guna memperkuat perannya di Papua Kondisi ini pun telah menjadi perhatian OPM yang ingin membangun hubungan dengan C ina khususnya untuk kepen tingan po litiknya di m asa depan Di dalam pertemuan tahunan Forum Pasifik yang diselenggarakan di Kiribati tahun 2000 misalnya sejumlah tokoh penting Papua yang hadir sebagai peninjau telah melakukan pendekatan dengan para pejabat dari Cina yang hadir dalam forum itu25 Cina kemudian memfasilitasi pertemuan yang diselenggarashykan oleh OPM di luar wilayah Indonesia

6) Negara-Negara Pasifik Selatan

Posisi negara-negara Pasifik Selatan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok sebagai berikut

a Kelompok Pendukung Papua Merdeka

- Negara Kepulauan Cook (Cook Island)

Pemerintah Negara Kepulauan Cook m endukung kem erdekaan Papua yang disam paikannya dalam KTT Milennium PBB M eskipun dukungannya tidak signifikan tindakan ini memiliki pertalian erat dengan sikap Pemerintah New Zealand dalam kasus Papua

22 httpwwwglobalpolicyorgnationssovereignsover emerg20020430papuahtm Indonesia Gas Project Promises Income West Papuans not Excited ny Prangtip Daorueng Inter Press Service News Agency

24 Wawancara Nur Agus Susanto dengan Meryka P Public Affair Manager for Government PT Petro China

25 Deplu RI (2001) Opcit

- Nauru

Pemerintahan Nauru secara tegas mendukung kemerdekaan Papua Hal ini disam paikan dalam KTT Forum Pasifik Selatan di Kiribati Oktober 2000 Selain itu N auru ju g a m endukung reso lusi PBB mengenai penentuan nasib bagi rakyat Papua Barat26 Sebelumnya Bem ard Dowiyogo MP (Presiden Republik Nauru) dalam Millenium Summit PBB yang diselenggarashykan pada September 2000 mengemukakan m engenai kem erdekaan Papua dan menganggap bahwa selama ini Papua berada di bawah dominasi penjajah dan kontrol luar negeri Namun pernyataan tersebut ini tidak langsung merujuk pada Indonesia

- Tuvalu

Pemerintah Tuvalu juga mendukung kemerdekaaan Papua 27 meskipun dalam kapasitas yang terbatas

- Vanuatu

Pemerintahan Vanuatu mendukung kemerdekaan Papua Barat Argumentasi Pemerintah Vanuatu tak jauh berbeda dari Nauru yaitu karena faktor-faktor sejarah dan kedekatan secara geografis28 Di Vanuatu terdapat kantor perwakilan rakyat Papua B arat yang d iketuai o leh Dr John Ondowame Kemudian Pemerintah Vanuatu m em punyai kom itm en untuk m em shypromosikan identitas dan hak dasar Ras M elanesia di w ilayah A sia-P asifik khususnya bagi Papua Barat Pemerintah Vanuatu juga mendorong dibukanya kasus- kasus ketidakadilan yang selama ini teijadi di Papua dan memperjuangkan kesejahterashyan sosial bagi masyarakat Papua29

26 httpwestpapuaactionbuzorgrecent- evelopmentshtm+Tuvalu+and+west+papua+amphl=id

27 httpwwwunorgmillenniumwebcaststatementstuvalu28 Pacific Concern Resource Centre (PCRC) (27 Oktober

2000) Press Release Forum Pasifik Selatan29 httpwwwunorgNewsPressdocs2000

20000908ga9758doc amp httpwwwunpoorgnews detailphpara 56amppar= 1890

49

b Kelompok Negara yang Abstain

- Papua Nugini (PNG)

Beberapa daerah di PNG seperti Port Moresby Black Water Sepik Sowampa dan Amanaf juga digunakan oleh OPM untuk melakukan aksinya30 Posisi PNG dan Papua adalah berbatasan darat secara langsung Posisi perbatasan PNG ini sangat strategis bagi para pelintas batas termasuk kelompok merdeka dari Papua yang ingin melepaskan diri dari kejaran TNI dan Polri Namun demikian Pemerintah Indonesia sampai saat ini pun belum m elakukan p erjan jian ekstradisi dengan Pemerintah PNG untuk mengatasi masalah perbatasan ini

PNG secara tegas m enyatakan dukungan terhadap keutuhan NKRI seperti dalam joint statement yang disampaikan oleh Perdana Menteri PNG M ekere Morouta kepada Megawati Sukarnoputri (sebagai wakil presiden Indonesia saat itu) Kendati demikian Pemerintah PNG masih bersikap gamang terutama karena banyaknya anggota m asyarakat dan lem baga di PNG yang mendukung kemerdekaan Papua seperti Gubernur Sandaun John Tekwi Politisi Tei Abai Mereka tidak dikenakan sanksi oleh Pemerintahan Nasional di PNG31 Sebaliknya m ereka terus-m enerus berusaha m em shypengaruhi kebijakan pem erintahan PNG untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Papua

- New Zealand (NZ)

Sikap Pem erin tahan NZ adalah mendukung keutuhan NKRI Pemerintah NZ ju g a m em iliki program bantuan untuk pembangunan di Indonesia (program the New Zealand A id AgencylN ZA lD ) yang mencakup wilayah timur Indonesia termasuk Papua Meskipun demikian salah satu partai

10 ibid31 Deplu RI (2001) ldquoKebijakan RI di Pasifik Upaya

Mencegah Separatisme di Irian Jayardquo

di NZ yaitu Green Party mendukung bahkan mengupayakan kemerdekaan Papua dan terus mendorong internasionalisasi isu Papua Green Party berkedudukan di Wellington dan memiliki cabang yang tersebar hampir di selu ruh p rov in siw ilay ah Partai ini mendapatkan dukungan dari partai lain seperti Partai Buruh Partai Nasional Partai Warisan Kristen Partai Aliansi dan Partai Nasional

Dalam pernyataan resminya di Forum Negara Pasifik Selatan partai ini meminta masalah Papua Barat dijadikan salah satu agenda sidang pertemuan yang kemudian diharapkan akan m emberikan dukungan secara institusional untuk kemerdekaan Papua Dalam berbagai kesempatan Keith Locke sebagai juru bicara hubungan luar partai secara tegas menginginkan nasib Papua adalah masalah yang harus menjadi perhatian negara-negara Pasifik Selatan dan mengingatkan negara yang tergabung dalam forum tersebu t un tuk m endukung dan m engikuti langkah V anuatu dalam m em perjuangkan kem erdekaan rakyat Papua32 Sedangkan di dalam negeri Keith Locke juga berusaha keras menyakinkan Perdana Menteri NZ Helen Clark agar Papua dijadikan salah satu fokus dan agenda pemerintahannya33 Hal ini dijadikan prioritas dukungan resmi kenegaraan

c Kelompok Negara Pendukung NKRI

Kepulauan Salomon Republik Fiji K iriba ti dan Sam oa B arat yang ju g a tergabung dengan Forum Negara Pasifik Selatan adalah negara-negara yang m endukung N K RI N am un kelom pok kemerdekaan Papua secara terus-menerus membangun komunikasi dengan beberapa negara ini untuk mendukung tuntutan politik mereka

32 Press Release Green Party (14 Agustus 2003) http wwwscoopconz

33 httpwwwgreensorgnz

50

7) Negara-negara Uni Eropa

Beberapa negara Uni Eropa memiliki perhatian lebih banyak terhadap Papua34 Sebagai contoh delegasi Uni Eropa yang diwakili oleh para duta besar negara-negara tersebut berkunjung ke Papua pada bulan Maret 2002 Dalam kunjungan tersebut secara ekplisit negara yang tergabung Uni Eropa tersebut m endukung sepenuhnya integritas Papua ke dalam NKRI Dukungan juga diberikan bagi pelaksanaan Otonomi Khusus (Otsus) yang sebenar-benarnya di Papua dan m em berikan perhatian pada masalah HAM di Papua35 Berikut ini adalah sikap Parlemen Uni Eropa dalam kasus Papua pertama secara mendasar mengakui Indonesia sebagai suatu negara kesatuan dan wilayah Papua termasuk di dalamnya Kedua melihat berbagai kasus pelanggaran HAM meminta kepada Indonesia untuk membentuk suatu badan pengadilan pelanggaran hak-hak asasi m anusia Ketiga m elihat kondisi masyarakat Papua Parlemen melihat bahwa Papua adalah provinsi yang kaya raya tetapi penduduknya hidup dalam kemiskinan dan dari 17000 pegawai yang bekerja di Papua kurang dari 10 persen adalah orang asli Papua K e-em pat Parlem en Uni Eropa m endukung O tsus yang m em berikan persetujuan kepada Pem erintah Daerah Papua untuk mendapat 80 persen dari pajak dari bidang perikanan dan kehutanan dan 70 persen dari perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan minyak bum i36

Posisi organisasi antar pemerintahan di berbagai level dalam kasus Papua dapat diketahui sebagai berikut

1) ASEAN

ASEAN sebagai organisasi regional di w ilayah Asia Tenggara secara resmi

34 Inggris Italia Portugal Jerman Austria Denmark Belanda Spanyol Swedia Yunani Belgia Finlandia

35 Memoria Passionis di Papua (2004) Kondisi Sosial- Politik dan HAM 2 0 0 2-2003 rsquo (cetakan pertama) Jayapura LSPP dan Keuskupan Jayapura

36 httpwwwinfidbeeurohamhtml

menyatakan dukungan atas kesatuan wilayah Indonesia dan menolak segala bentuk usaha untuk m engganggu keu tuhan w ilayah Indonesia37 Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip dasar ASEAN yaitu tidak akan ikut cam pur dalam persoalan internal (non- interference principle) tiap-tiap negara Berdasarkan prinsip ini isu Papua dianggap sebagai m asalah in te rna l Indonesia meskipun permasalahan di Papua memiliki dimensi internasional

2) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)

Peran PBB di Papua menjadi faktor sejarah yang sangat penting Lembaga dunia inilah yang ikut ldquomenyelesaikanrdquo masalah wilayah Papua terutama sengketa antara Indonesia dan Belanda PBB terlibat mulai dari pem bentukan kom isi PBB untuk Indonesia yang m erancang adanya Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949 yang menyatakan bahwa akan menyetujui adanya transfer kedaulatan dari Pemerintah Belanda ke Pemerintah Indonesia Kemudian dibentuk Komisi Administrasi PBB untuk penanda-tanganan Perjanjian New York tahun 1962 yang menyatakan bahwa Irian Jaya (sekarang Papua) menjadi bagian dari w ilayah Indonesia hingga pengawasan terhadap pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Papua tahun 196938

Pada tahun 1968 PBB ju g a membentuk tim peninjau mengenai kondisi di Papua yang diketuai oleh Femando Ortiz Sanz seorang d ip lom at B olivia Kemenangan Pemerintah Indonesia dalam Perjanjian New York inilah yang menjadi salah satu persoalan mendasar bagi tuntutan kemerdekaan rakyat Papua yang menuduh bahw a PBB dan Indonesia m elakukan rekayasa perjanjian tersebut dan menuntut adanya reformasi di PBB

37 wwwaseansec38 John Saltford the UN and Indonesian Collaboration

United Nations Involvement With The Act O f Self- Determination In West Irian

51

3) Lembaga Keuangan Internasional

Lembaga keuangan selain menyediashykan layanan perbankan bagi masyarakat Papua juga mem iliki program -program pengem bangan m asyarakat (social development program) seperti World Bank Asian Development Bank (ADB) IMF dan Inter-Governmental Group on Indonesia (IG G I)39 atau Consultative Group on Indonesia (CGI) Program Bank Dunia di Papua bekerja sama dengan the Melanesia Interest Group40 m elipu ti program pembangunan ekonomi di bidang trasmigrasi ke wilayah Papua Program ini ditentang oleh sebagian m asyarakat Papua karena transm igrasi m erupakan bagian dari ekploitasi SDA Papua Tuduhan serupa juga dialam atkan pada ADB dan IMF yang memberikan pinjaman untuk melakukan ekploitasi SDA karena pinjaman ini juga digunakan untuk membiayai militer yang menjalankan fungsi keamanan di Papua41

Beberapa organisasi nonpemerintah yang berkepentingan dalam isu Papua adalah

1) TAPOL (the Indonesian Human Rights Campaign)

TAPOL m erupakan Lem baga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berbasis di In g g ris 42 TAPOL bertu juan memperjuangkan program-program HAM dengan m enyebarluaskan persoalan kekerasan HAM termasuk persoalan HAM di Indonesia khususnya di Papua Barat dan A ceh Sebelum nya TAPOL m em iliki program serupa di Timor Timur

Salah satu TAPOL mengenai Papua adalah data dan in form asi m engenai kekerasan HAM di Irian Barat yang dikirim ke pertemuan ke-57 Komisi HAM PBB yang diselenggarakan di Geneva Swiss pada

39 httpwwwcwisorg40 httpwwwwestpapuanet (or wwwwestpapuaorg)41 httpwwwnadirorg42 TAPOL memberikan informasi secara terbuka melalui

website httptaDo1enapcorg

tanggal 29 M aret-27 April 2001 Dalam pernyataannya TAPOL meminta Komisi HAM PBB untuk melakukan tindakan nyata terhadap Pemerintah Indonesia karena tetap melakukan kekerasan dan pelanggaran HAM di Aceh dan Papua43 Dalam kesempatan yang lain lembaga ini menulis artikel dalam jumal online (Tapol 176 Agustus 2004) berjudul ldquoPapua Menghadapi Masa Depan yang Tidak Jelasrdquo Artikel itu menjelaskan dilema masa depan Papua karena persoalan HAM yang serius namun menyinggung pula mengenai tawaran otonomi khusus bagi Papua44

2) Forum Asia

Forum Asia merupakan organisasi regional HAM yang berada di Bangkok Thailand45 sebagai salah satu keputusan hasil pertemuan organisasi HAM di Asia pada tahun 1992 Forum Asia ini mefokuskan diri pada wahana proteksi terhadap tindakan kekerasan yang terjadi di wilayah Asia Lembaga ini juga merupakan wadah untuk m elakukan sharing in form asi tentang perkembangan HAM di Asia Aktivitas yang dijalankan meliputi pelatihan HAM dengan standar PBB Masalah HAM di Papua juga menjadi kajian serius yang diidentifikasikan sebagai salah satu fokus pembahasan di Forum Asia Forum ini juga mengeluarkan artikel mengenai persoalan HAM di Papua dan mengadakan pelatihan HAM di Papua

3) Caritas Australia

Caritas Australia atau the Catholic Agency for Overseas Aid and Development merupakan lembaga bantuan pembangunan yang dikelola G ereja K atholik Dalam m enjalankan bantuannya lem baga ini didasarkan pada prinsip kebebasan bagi mereka yang tertindas Caritas Australia bekerja sama dengan sekitar 154 organisasi

43 wwwcampeaceorgwparchivestatements_onhtm - 49k44 httptapolgnapcorg45 Lihat httpwwwforumasiaorg

52

di berbagai negara dan wilayah di seluruh dunia

Program pembangunan kemanusiaan Caritas m eliputi kesehatan mengurangi dampak kerusakan alam konservasi nilai budaya dan pelatihan bidang pertanian Caritas juga membantu sektor pendidikan dan keagamaan di Papua seperti workshop ke-em pat ten tang Peace Building and Development in West Papua bertem a ldquoM enjawab K ekerasan di Papua Barat D engar Pendapat Dengan Suara Lainrdquo Dalam kasus Papua Caritas tidak menolak atau mendukung kemerdekaan Papua namun menjalankan program bantuannya di Papua berdasarkan p rin sip keagam aan dan kemanusiaan46

Namun demikian dalam pernyataan resmi lembaga ini diindikasikan adanya dukungan pada kemerdekaan Papua secara tidak langsung karena pertanyaan mereka mengenai sejarah dan keabsahan Indonesia di Papua K em udian ju g a keberadaan pendatang (amber) sebagai suatu ancaman yang semakin mendesak posisi rakyat Papua serta keberadaan dan peran militer di Papua yang mengakibatkan pelanggaran HAM dan penjarahan SDA secara masif47 yang akan merugikan masyarakat Papua di kemudian hari

4) Inside Indonesia

Lembaga ini didirikan sejak tahun 1983 dan berkantor pusat di Australia Inside berkosen trasi pada b idang penerb itan berkaitan dengan w ilayah Indonesia khususnya yang terkena dampak konflik berkepanjangan Inside menerbitkan jumal em pat bulanan yang leb ih b e rs ifa t akadem is48 T ulisan yang pernah dipublikasikan antara lain ldquoWhy West Papua Deserves Another Chance West Papua in

46 httpwwwcaritasorgau47 Peter Zwart caritas Aotearoa http

wwwconvergeorgnzpmawp011204doc+cari tas48 Lihat wwwinsideindonesiaorg

1999 Whisky Friends-PNG Military and TNI Get Together Raising the West Papua Flag- Eyewitness Account Demonstrations dan Pemberontakan Organisasi Papua Merdekardquo W alaupun tu lisan te rseb u t te rkesan mendiskreditkan Indonesia sebagai institusi yang berlandaskan pada nilai-nilai akademis dan jurnalistik lembaga ini tidak bersikap pro ataupun kontra dalam isu Papua Lembaga ini memberikan informasi mengenai wilayah Papua seperti dalam Health Care in Irian Jaya yang tidak ada sangkut-pautnya dengan persoalan politik

5) ICM IC A (G erakan In te lek tu al K ath olik untuk In te lek k tu a l amp Hubungan Budaya)

ICMICA (Pax Romana) merupakan sebuah asosiasi internasional terdiri dari berbagai kalangan profesional dan intelektual Katholik Lembaga ini berpusat di Genewa Swiss49 Institusi ini terbuka bagi individul dan kelompok beragama Katholik dengan berbagai aktivitas berupa tukar pendapat dan dialog kebudayaan dari profesi dan generasi A gam a K atho lik L em baga ini ju g a menjalankan aktivitas yang bersifat sosial untuk pemberdayaan masyarakat advokasi dan solidaritas perdamaian dan sebagai jaringan pemikiran

Masalah di Papua juga tidak luput dari perhatian asosiasi ini Dalam pertemuan kom isi HAM PBB di G enew a SwiSs lem baga ini secara tidak langsung menyebutkan bahwa kekerasan di berbagai dunia termasuk di Papua harus diambil tindakan yang tegas50

6) Pusat Sumber Daya Pembangunan [Dev-Zone amp GEC]

Pusat Sumber Daya Pembangunan atau Dev-Zone amp GEC mengkhususkan kegiatannya pada pendidikan dan menjadi

49 Lihat wwwpaxromanaorg 50httpwwwcampeaceorgwparchive

statements onhtm+ICMICA

53

pusat informasi Lembaga ini berpusat di Aotearoa New Zealand Lembaga ini tidak memiliki sikap yang jelas dalam isu Papua namun memiliki banyak informasi tentang ja rin g an dan lem baga-lem baga yang mendukung kemerdekaan Papua seperti the Diary o f Online Papua Mouthpiece (Do- OPM) Free WestPapua International Action for West Papua Papua Press Agency the Free Papuan MovementOPM WestPapuan Action serta lembaga-lembaga lain yang mendukung perjuangan rakyat Papua51

D ev-Zone amp GEC ju g a mem- publikasikan tulisan yang berjudul Irian Jaya United Nations Involvement with the Act o f Self-Determination in West Irian (Indonesian West New Guinea) 1968 to 1969 Tulisan ini mempertanyakan masuknya Irian Jaya ke Indonesia dan kesalahan PBB dalam proses politik di Papua

7) Pan-African Coallition for the Liberation of West Papua (PACLWP)

Koalisi Pan-Afrika untuk Kebebasan Papua Barat terdapat di Afrika PACLWP merupakan bagian dari sebuah institusi yang bernama theAfrican Diaspora Lembaga ini secara tegas mendukung kemerdekaan Papua melalui hak penentuan nasib sendiri bagi rakya t Papua Lem baga ini ju g a mempertanyakan Pepera di Papua yang hanya dihadiri oleh 1025 penduduk dari total penduduk di Papua sekitar 700 ribu orang pada saat itu Hal itu merupakan bentuk pengkebirian hak penduduk Papua

B eberapa fokus persoalan yang menjadi dasar tuntutan PACLWP adalah kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Papua sebagai salah satu bentuk dari genosida kekerasan yang d ilakukan oleh TNI eksplorasi dan ekploitasi SDA Papua dan terdesaknya populasi penduduk asli Papua dengan pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia Salah satu aktivitas PACLWP

51 httpwwwdev-zoneorg

dalam mendukung Papua merdeka adalah mengorganisasi demonstrasi di depan kantor konsulat Indonesia di Los Angeles pada tanggal 28 November 2003 dan 1 Desember 2003 Namun keberadaan lembaga ini sulit dilacak apakah berada di Afrika atau di Amerika Serikat

8) Organisasi Papua Merdeka di Belanda

OPM di Den Hag Belanda dengan je la s m endukung ldquop e rju an g an rdquo Papua m erdeka Fokus OPM ini adalah untuk mendapatkan dukungan internasional 52 khususnya dari Eropa Dalam salah satu dokumennya kelompok ini menyebutkan bahwa Papua bukan merupakan wilayah Indonesia adalah karena faktor budaya- perbedaan budaya antara penduduk asli Papua dan penduduk Indonesia lainnya K elom pok ini ju g a m enggunakan isu kerusakan lingkungan akibat dari eksplorasi dan ekploitasi SDA Papua sebagai salah satu propaganda dalam perjuangannya

9) The Uniting Church Australia

The Uniting Church Australia dibentuk sejak tahun 1997 terdiri dari Gereja Kongregasion Gereja Methodis dan Gereja P resb iterian yang berpusat di Sydney Australia Lembaga ini memiliki komitmen terhadap persoalan lingkungan dukungan terhadap persamaan nasib membantu etnis minoritas dan orang-orang yang terpinggir- kan di berbagai belahan dunia Organisasi ini juga menjalankan programnya di wilayah Papua dan berkeija sama dengan gereja lokal seperti Gereja Kristen Evangelis Program dipusatkan pada penanganan persoalan kesehatan te ru tam a HIV (A ID S) dan masalah pendidikan di Papua53

52 httpwww fas orgirpworldparapapua htm53 httpwwwnatucaorgau

54

10) Indonesian House

Indonesian House adalah sebuah kantor berita yang fokus pemberitaannya mengenai kondisi dan berbagai persoalan di Indonesia termasuk di Papua Lembaga ini berada di Amsterdam Belanda54 Sebagai kantor berita lembaga ini tidak memiliki posisi m endukung a taupun m enolak kem erdekaan Papua Indonesian House memberikan informasi secara terbuka kepada semua pihak di seluruh dunia termasuk m em berikan kesem patan kepada John Rumbiak tokoh pro-merdeka yang juga supervisor ELSAM dalam artikel berisi hasil wawancaranya dengan Parlemen Eropa pada tanggal 1 Oktober 2003 berjudul Papua Developments Affecting Conflict Resolution55

11) Minority Rights Group International

Lembaga yang berbasis di Inggris ini mengkhususkan perjuangannya terhadap hak-hak kelom pok m inoritas di seluruh dunia yakni memastikan hak kelompok minoritas berdasarkan etnik agama dan bahasa di seluruh dunia56 Lembaga ini sudah bekerja di 60 negara di seluruh dunia Lembaga ini pernah m enjadi konsultan ECOSOC dan peninjau di Komisi HAM di Afrika Aktivitasnya yang berkaitan dengan Papua adalah mempromosikan kelompok minoritas dan penduduk asli Papua di forum internasional melakukan advokasi mengenai kebutuhan hak-hak kelompok minoritas di Papua Pada 18 Mei 2001 MRG menyatakan akan memperjuangkan keberadaan dan hak penduduk asli P apua57 sebagai akibat dari keb ijakan Pem erin tah Indonesia dan pengaruh globalisasi

54 Lihat httpwwwindonesia-houseorg55 Ibid56 Lembaga ini berpusat di London Inggris dengan e-mail

minoritvrightsmrgmailorg57 httpwwwcampeaceorgwparchive

minority rightshtm

MRG juga mempeijuangkan wilayah Papua sebagai zona damai58 dari berbagai aksi tindakan militer yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bertikai untuk itu MRG m em pertanyakan kepada pem erin tah Indonesia tentang keberadaan dan peran m iliter di Papua yang dianggap sebagai ancaman bagi penduduk asli dan menolak pembagian Papua menjadi beberapa provinsi dan mengembalikan kembali menjadi satu kesatuan wilayah

12) Kantor Informasi Internasional OPM

K eberadaan lem baga ini tidak d iketahu i secara p asti N am un dalam konferensi pers pada 1 Februari 2000 J H Prai Direktur Kantor Informasi Internasional OPM di Swedia menyerukan penghentian pelanggaran dan kejahatan HAM yang d ilakukan oleh TNI kepada penduduk Papua59 Pernyataan tersebut beijudul ldquo West Papuan rsquos Desire Autonomy and End to Indonesian Military Operations

13) Unrepresented Nations and Peoples Organization (UNPO)

UNPO berpusat di Den Hag Belanda Lembaga ini merupakan wadah bagi para penduduk asli negara ja jah an negara berdaulat dan m inoritas serta w ilayah- w ilayah pro teksi atas hak budaya dan kemanusiaan yang tidak memiliki perwakilan di forum in te rn asio n a l UNPO m engshygolongkan m asyarakat Papua sebagai penduduk yang terpinggirkan dan yang perlu diperhatikan Untuk itu UNPO memberikan berbagai informasi atau artikel seperti West Papua Indonesia rsquos 1969 Takeover o f West Papua Not by ldquoFree Choicerdquo dan West Papua Amnesty International Report 2004

UNPO ju g a m elihat persoalan masuknya wilayah Papua ke Indonesia akibat dari dukungan AS kepada Indonesia untuk

58 httpwwwminoritvriEhtsorg59 httpwwwcampeaceorgWParchiveOPM_IIOhtm

55

mengambil-alih wilayah Irian Barat dari B elanda Selain itu UNPO ju g a mempertanyakan validitas Indonesia dan menyebutkan proses integrasi sebagai bentuk okupasi w ilayah yang d isertai dengan pelanggaran HAM di Papua60

14) WestPapua Action

WestPapua Action berm arkas di Irlandia61 dan lem baga ini secara tegas mendukung kemerdekaan dan perjuangan rakyat Papua D alam salah satu kampanyenya koordinator lembaga aksi ini Mark Doris menyebutkan bahwa masuknya Papua ke Indonesia adalah sebuah peristiwa yang digalang oleh PBB dan negara yang berkepentingan untuk memaksakan Papua m asuk ke w ilayah Indonesia D engan demikian pelaksanaan Pepera yang hanya dihadiri oleh 1025 orang adalah peristiwa yang tidak adil dan karena adanya intimidasi

WestPapua Action ju g a m engshyungkapkan terjadinya pelanggaran HAM di Papua selama ini yang sudah menewaskan lebih dari 300000 jiwa rakyat Papua yang memerlukan perhatian internasional untuk menghentikannya WestPapua Action juga m enganggap transm ig rasi m erupakan ancaman terhadap masa depan penduduk asli Papua62 Untuk m endapatkan dukungan internasionalnya WestPapua Action berusaha mendapatkan dukungan Pemerintah Irlandia dan beberapa anggota Parlemen Irlandia serta Perleman Eropa Lembaga ini bekerja sama dengan PaVO (Belanda) dan TAPOL untuk mendukung perjuangan rakyat Papua Pada tahun 2001 organisasi ini m engadakan pertemuan internasional atas Solidaritas Papua Barat di Jerm an63

60 Dokum en Press R elease ldquo35th A nniversary o f Controversial Vote and Annexation Secret Files Show US Support for Indonesia Human Rights Abuses by Indonesian Military Brand Symson (ed) dikirim pada9 Juli 2004

61 Lihat httpwestpapuaactionbuzorg62 httpwestpapuaactionbuzorg63 Ibid

15) The Pacific Concerns Resource Centre (PCRC)

PCRC adalah lem baga yang m enfokuskan diri pada persoalan dem ilitarisasi dekolonisasi konservasi lingkungan pengembangan SDM HAM dan pembangunan pemerintah yang bersih dan berwibawa Lembaga yang berpusat di Fiji64 didirikan pada tahun 1980 di Hawai Papua menjadi salah satu fokus daerah kajian nam un lem baga ini tidak dalam posisi m em ihak atau m enolak tuntu tan kemerdekaan Papua Perhatian pada kasus Papua sesuai dengan prinsip aktivitasnya PCRC pernah menyelenggarakan worskhop dengan tema ldquoThe Dynamics o f Conflict in West Papua Prospects for the Future yang bekerja sam a dengan South Pacific University dan Universitas Nasional Papua pada bulan Oktober 200465

16) Asosiasi Papua Barat Australia

A sosiasi Papua B arat A ustralia merupakan salah satu lembaga terbesar yang mem iliki perhatian terhadap Papua dan memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Australia Belanda dan Amerika Serikat Lembaga ini merupakan lembaga nonpolitik dan nonagam a K om itm ennya adalah m endukung pem berdayaan m asyarakat Papua m elalui penyebaran informasi di berbagai media massa Meskipun demikian dalam kenyataannya lem baga ini tidak sepenuhnya berpegang teguh pada asas organisasi yaitu nonagama dan nonpolitik sebagai contoh lem baga ini berusaha m enekan P em erin tah A ustra lia dalam kaitannya dengan pem bentukan tim investigasi peristiwa pembunuhan di Timika dan kasus kekerasan di Papua66 Selanjutnya kelom pok ini juga berusaha membawa persoalan Papua ke lembaga PBB seperti

64 Lembaga ini berkantor di Suva wilayah Fiji sejak tahun 1993 Namun sebelumnya berada di Auckland NZ

65 httpwwwpcrcorgfl66 httpwwwzulenetcomawpawpgluehtml

56

K om isi HAM K elom pok K erja PBB m engenai populasi penduduk asli dan Komite Dekolonialisasi PBB67 yakni untuk m engkaji m asalah Papua secara lebih mendalam

17) Cambridge Campaign and Peace (Campeace)

Campeace berpusat di Cambridge Inggris dan didirikan pada M aret 1999 sebagai respons atas konflik internasional yang terjadi di berbagai wilayah dunia Saat ini Cam peace m em iliki perw akilan di Australia Sebagai lembaga yang meng- kam panyekan perdam aian di berbagai belahan dunia Campeace juga mengulas persoalan yang ada di Papua terutama hal- hal yang berkaitan dengan pelaksanaan HAM di Papua68

20) West Papua Action NetWork (Westpan)

Westpan adalah lembaga yang secara je las dan tegas m endukung perjuangan kemerdekaan Papua Westpan berpusat di Kanada69 Tujuannya adalah mendukung perjuangan hak-hak rakyat papua melakukan lobi di tingkat internasional untuk merevisi kem bali ldquoAct o f Fee Choicerdquo dan mempengaruhi Pemerintah Kanada dan LSM yang berada di Kanada untuk mendukung perjuangan rakya t P ap u a 70 W estpan m enekankan kesadaran publik tentang ketidakadilan ekonomi dan sosial yang terjadi di Papua selama ini

III Peran dan Kepentingan Aktor Internasional di Papua

Berdasarkan peran dan kepentingan para aktor asing di Papua persoalan- persoalan yang menjadi perhatian mereka

67 www cs utexas eduusersclinepapualetter htm18 httpwwwcamDeaceorgwestpapuahtml 69 Westpan memiliki dua lokasi di Kanada Pacific Peoplersquos

Partnership Suite 407 620 View Street Victoria dan KAIROS Canada 129 St Clair Ave West Toronto

70 httpwestpapuaouvatonorg

dapat dibagi ke dalam empat kategori isu utama yaitu politik (sejarah integrasi dan identitas politik Papua) keamanan (siklus kekerasan p o litik dan kasus-kasus pelanggaran HAM bera t) budaya (diskriminasi ras dan budaya - Papuanisasi vs Indonesianisasi) ekonomi (penguasaan dan ek sp lo itasi po tensi dan kekayaan ekonomi Papua oleh orang non-Papua) K om pleksitas kasus Papua sem akin bertambah karena adanya korelasi erat antara satu masalah dengan masalah lain seperti isu politik dan keamanan maupun isu politik dan ekonomi Namun berdasarkan laporan tim kajian Papua LIPI terdapat satu persoalan lagi dalam kasus Papua yaitu masalah psikologis atau trauma yang disebabkan oleh tindakan kekerasan atau pendekatan militer yang sangat dominan di Papua Hal ini telah membentuk trauma kolektif yang dikenal dengan istilah memoria passionis

O perasi m ilite r di Papua diindikasikan telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran HAM di Papua baik dalam ben tuk in tim id asi peny iksaan dan pembunuhan Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Papua yang secara keseluruhan masih dalam keadaan tidak sejahtera atau miskin telah menjadi fakta yang menarik perha tian pihal asing Perlakuandiskriminatif baik secara rasial maupun budaya turut memberikan justifikasi atas te rjad inya aksi-aksi p o litik m enuntut kemerdekaan bagi Papua dan mendapatkan simpati dari pihak internasional Demikian juga dalam isu sejarah politik Papua di mana proses in teg rasi o leh kelom pok yang menentang hasil Pepera dianggap cacat hukum dan tidak memenuhi kaidah-kaidah hukum internasional yang adil Selanjutnya kerusakan alam akibat eksploitasi SDA secara besar-besaran baik di sektor tambang maupun hutan telah menyebabkan publikasi isu Papua tersebar secara luas di dunia

Pemberian visa sementara kepada 42 Warga Negara Indonesia (WNI) asal Papua beberapa bulan lalu merupakan bukti betapa kompleksnya persoalan Papua karena faktor

57

politik dan keamanan yang dijadikan alasan oleh para pencari suaka tersebut Kejadian itu ju g a m enunjukkan betapa kuatnya dimensi internasional kasus Papua Alasan 42 orang Papua untuk m endapatkan suaka politik dari Pemerintah Australia adalah karena m asalah kekerasan po litik dan genosida yang terjadi di Papua Sebaliknya Pemerintah Indonesia mengatakan bahwa keperg ian m ereka ke A ustra lia lebih disebabkan oleh faktor ekonomi atau untuk m eningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi Adapun Pem erintah A ustralia beralasan bahwa pemberian visa sementara tersebut karena alasan kemanusiaan karena orang-orang Papua yang datang ke Australia dikategorikan sebagai pengungsi

Persoalan ekonomi di Papua terkait erat dengan masalah kemiskinan disparitas ekonomi dan pembangunan antara daerah Papua dengan daerah-daerah la in di Indonesia Di bidang pengelolaan SDA Papua kebijakan pemerintah dinilai lebih berp ihak pada pebisn ispem odal besar ketim bang pada m asyarakat Papua Akibatnya dalam kepentingan bisnis asing masyarakat Papua sering kali terabaikan misalnya dalam pengam bilan keputusan menyangkut kepemilikan atas tanah adat mereka tidak dilibatkan dalam proses dan kontrak bisnis yang dilakukan padahal mereka adalah pemilik tanah adat di Papua Sebaliknya P em erin tah (P usat) dan pengusaha memberi label pada orang Papua sebagai p rim itif dan trad isional (tidak modern) A kibatnya orang Papua justru dianggap sebagai beban pemerintah

Penguasaan dan pengelolaan sumber tam bang dan hutan Papua baik oleh pengusaha nasional maupun yang bekerja sam a dengan pengusaha in ternasional mengakibatkan pembagian hasilimbalan yang tidak layak antara orang Papua dengan para peb isn is te rsebu t P erusahaan intemasionalmultinasional di Papua seperti PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan pem bayar pajak terbesar di Indonesia

Pemasukan dari pajak yang diterima oleh negarapemerintah dari PTFI mencapai antara US$ 700-USS 800 setiap tahun Secara keseluruhan daerah Papua menyumbang sekitar 24 triliun rupiah untuk devisa negara dari sektor tambang Namun masyarakat Papua tetap tergolong masyarakat miskin (sangat miskin) secara ekonomi Masalah kemiskinan dan kelaparan di Papua mungkin bukan menjadi tanggung jawab Freeport nam un dem ikian karena Freeport ikut menikmati hasil bumi Papua maka Freeport kerap d itud ing sebagai p ihak yang bertanggung jaw ab dalam persoalan ketidakadilan ekonomi dan rendahnya tingkat kesejahteraan hidup orang Papua Tudingan kepada F reepo rt sebagai penyebab ketidaksejahteraan orang Papua berkaitan juga dengan masalah kerusakan lingkungan hidup akibat limbah tambang (tailings) yang mencemari danau dan sungai-sungai karena penum pukan lim bah te rseb u t (Sungai Aghawaghon)71 Tuntutan penutupan PT Freeport beberapa waktu lalu dipicu oleh larangan bagi para penam bang liar menambang di daerah limbah

Kerugian lainnya adalah kerusakan lingkungan sulit sekali diperbaiki Kerusakan ini berkaitan dengan kepercayaan tradisional suku Amungme mengenai gunung tersebut yang masih dianggap keramat oleh mereka Eksploitasi SDA di sektor hutan (pembalakan liar) secara besar-besaran oleh perusahaan kayu yang dikuasai oleh Mr Wong Group dari Malaysia telah menyebabkan kerusakan pencemaran lingkungan termasuk punahnya sebagian flora dan fauna asli Papua yang merupakan sumber hidup utama orang Papua secara tradisional seperti sagu damar dan ikan

Dimensi ekonomi konflik di Papua m enjadi sem akin kom pleks dengan kehadiran dan keterlibatan TNI dan Polri yang bukan hanya bertujuan untuk menjaga

71 Lihat Benedetti (10 Januari 2005) ldquoThe Ecological Tragedy o f Resource Extraction in West Papuardquo WestPAN Canadarsquos West Papua Action NetWork h 1-2

58

keamanan di Papua melainkan juga untuk melakukan aktivitas bisnis di Papua Terdapat ju s tif ik a s i ten tang kore lasi an tara kepentingan m em pertahankan keutuhan NKRI dan kepentingan mempertahankan keuntungan ekonomi aparat militer dan polisi di Papua Selain karena keuntungan finansial yang diperoleh dari aktivitas bisnis (legal m aupun ileg a l) dalam kenyataannya kehad iran m ereka m akin kuat karena d ikehendaki oleh para pelaku b isn is (pengusaha tam bang dan kayu) untuk m elancarkan ak tiv ita s b isn is m ereka misalnya dengan ldquomendatangkanrdquo petugas keam anan untuk m enghadapi tuntu tan m asyarakat trad is io n a l U ntuk biaya keamanan ini PT Freeport misalnya harus mengeluarkan uang sebesar 47 juta dollar Amerika pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 56 juta dollar Amerika pada tahun 200272

Dimensi ekonomi konflik di Papua juga terkait dengan perdagangan hasil budaya dan kesenian trad is io n a l Papua yang menguntungkan bagi para pemodalpebisnis non-Papua Perdagangan hasil kesenian dan budaya tradisional Papua melanggar HAM Papua karena sebagai pemilik budaya dan kesenian tradisional Papua seharusnya merekalah yang paling berhak menikmati keuntungan ekonomi tersebut

IV Strategi Indon esia M enghadapi K em ungkinan T erburuk dalam Kasus Papua

M erujuk pada salah satu definisi kebijakan luar negeri sebagai sesuatu yang sama dengan atau paralel dengan prioritas- prioritas domestik maka penanganan konflik dan pembangunan di Papua harus menjadi bagian dari perjuangan dan diplom asi Indonesia dalam jangka panjang Dukungan internasional dan pengakuan atas negara merupakan salah satu fondasi dasar dalam hubungan dip lom atik O leh sebab itu

72 Ibid h 2

dukungan negara asing atas integrasi wilayah NKRI akan menjadi indikator yang penting dalam p enyelesa ian isu Papua secara internasional Namun demikian langkah d ip lom asi ini harus d iiku ti dengan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan daerah Papua secara tepat dan nyata

Politik luar negeri memiliki dua hal utama yaitu kepentingan nasional dan etika moral Berdasarkan hal ini tiap negara hendaknya m em perhatikan etikam oral dalam membina hubungan antamegara yang sehat sehingga kepentingan nasional dapat tercapai Dem ikian pula dalam menjaga hubungan bilateral Indonesia dengan negara- negara asing harus memperhatikan etika hubungan antamegara yang semakin lama semakin tidak diperhatikan terutama karena a lasan m em pertahankan kepen tingan nasional Australia misalnya sebagai negara besar (major power) sudah selayaknya membantu proses pembangunan ekonomi daerah Papua apalagi Papua sudah memiliki Undang-Undang (UU) Otonomi Khusus dan Majelis Rakyat Papua (MRP) Pembangunan empat sektor - pendidikan kesehatan dan g izi in fras tru k tu r dan pem berdayaan ekonomi rakyat - menjadi prioritas utama sesuai dengan UU O tonom i K husus Australia sendiri menjadi salah satu pemberi bantuan dana otonomi khusus selain negara- negara Uni Eropa

Secara formal hampir semua negara- negara asing tetap mendukung keutuhan NKRI kecuali empat negara di Pasifik (Vanuatu Nauru Tuvalu dan Kepulauan Cook) meskipun dukungan tersebut tidak bersifat permanen Australia sebagai ldquodeputy sheriff di Asia Pasifik seharusnya dapat meyakinkan masyarakat di negara-negara di P asifik Selatan te rseb u t term asuk m asyarakatnya send iri un tuk tidak mendukung gerakan Papua merdeka apalagi sebagian negara-negara di Pasifik Selatan banyak yang tergolong sebagai failed States

B erdasarkan posisi s tra teg is Indonesia bagi kepen tingan ekonom i

59

Australia maka dapat diperkirakan bahwa Pemerintah Australia tidak akan membiarkan hubungan politik dalam kasus Papua ini b e rla ru t-la ru t Posisi geografis (geo- ekonom i) Indonesia m em punyai n ilai strategis bagi Australia terutama jalur Selat Makassar di bagian timur Indonesia yang m erupakan ja lu r u tam a perdagangan Australia menuju dan dari Asia Timur dan Timur Tengah Hubungan bilateral Indonesia- Australia di bidang ekonomi meliputi sektor perdagangan dan investasi meskipun tidak te rla lu sign ifikan volum enya b ila dibandingkan Jepang dan Singapura Ekspor Australia ke Indonesia berkembang dalam sektor perdagangan jasa pendidikan dan pariwisata Investasi Australia di Indonesia terdapat di sektor tam bang nonminyak industri kimia logam dan pabrikan hotel resto ran dan tran sp o rtasi Indonesia merupakan pasar cukup besar bagi jasa dan produk mewah dari Australia terutama bagi sek itar 3 0 -4 0 orang Indonesia yang berpenghasilan sangat tinggi Namun bagi Indonesia pasar Australia hanya terbatas pada properti portofolio investasi pakaian pembuatan baterai dan ekspor ternak

Di b idang investasi tam bang Perusahaan R io Tinto dari A ustra lia menguasai saham Freeport McMoran sebesar 40 persen di bursa saham di New York Selain memiliki saham di Freeport perusahaan A ustralia - W oodside Petroleum L td - m enjadi salah satu perusahaan dalam konsorsium LNG Tangguh di Teluk Bintuni untuk memasok kebutuhan LNG di provinsi Guangdong China selama lebih dari 25 tahun Adapun Pertamina Indonesia dan BP Plc (Perusahaan Inggris-Am erika) men- supply LNG ke provinsi Fujian China

Di bidang kesehatan Pemerintah A ustralia m elalui AusAID memberikan bantuan di bidang penanganan penyebaran virus HIV A ID S baik secara nasional maupun secara khusus di Papua karena Papua tercatat sebagai daerah yang memiliki tingkat penyebaran atau angka penderita HIVAIDS

tertinggi di Indonesia Adapun di sektor pendidikan Australia memberikan beasiswa kepada orang-orang Indonesia untuk belajar di un iversitas-un iversitas di A ustralia term asuk kepada perw ira m iliter untuk m engikuti pend id ikan dan la tihan di Australia

Pada A pril 1997 Pem erintah Indonesia dan Australia meresmikan kerja sama pembangunan bernama ldquoAustralia- Indonesia Development Area rdquo (AIDA) yang m eliputi D arw in dan beberapa kota di wilayah Indonesian bagian timur seperti Kupang Ambon dan Jayapura yang masih sangat terbatas perkembangannya Apalagi dengan teijadinya konflik komunal di Ambon pada 1998 keija sama tersebut boleh dibilang tidak menghasilkan manfaat apa pun baik bagi Indonesia maupun Australia

Untuk menghadapi internasionalisasi kasus Papua maka Pemerintah Indonesia harus melakukan antisipasi secara nasional maupun dengan memperkuat diplomasi baik secara bilateral (antamegara ataupun lembaga internasional) dan secara multilateral yakni melalui forum regional dan internasional Pemerintah Indonesia sendiri harus memiliki pemahaman yang akurat mengenai persoalan yang mendasar di Papua Hal ini penting untuk dapat m encapai keputusan yang terpadu dalam m enyelesaikan persoalan politik dan ekonomi di Papua Selain itu pem aham an yang akura t m engenai perkembangan situasi politik dan ekonomi di Papua akan meningkatkan bobot diplomasi Indonesia di luar negeri Selanjutnya Pemerintah harus melakukan pembenahan ke dalam (self-correction) terutama dalam hal koordinasi dan evaluasi kebijakan dan im plem entasinya di Papua A khirnya Pemerintah perlu menentukan langkah untuk m enyelesaikan konflik di Papua dalam jan g k a pan jang m isa lnya dengan membicarakan kesepakatan kerja dengan PT Freeport Selanjutnya dipublikasikan agar semakin banyak pihak yang memahami duduk persoalan di Freeport term asuk

60

keterlibatan Australia di Freeport maupun di LNG Tangguh

Dimensi internasional kasus Papua bukan hanya karena keberadaan PT Freeport Indonesia di Timika Kabupaten Mimika yang kepemilikan sahamya sebagian besar dikuasai oleh AS namun terdapat beberapa hal lain yang menambah derajat internasional persoalan di Papua yakni letak Papua Barat (West Papua) yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini (PNG) Perbatasan darat dimanfaatkan oleh para pelintas batas pencari suaka dari Papua ke Australia melalui PNG Antara 1984-1986 terdapat lebih dari 12 ribu pencari suaka (asylum seekers) asal Papua yang tinggal di di kamp pengungsian di East Awin PNG Namun masih ada sekitar 8000 pengungsi dan pencari suaka dari Papua yang tinggal di daerah East Awin PNG namun tidak diberitakan oleh media73

K eam anan w ilayah perbatasan menjadi persoalan penting bagi Indonesia terutama dikaitkan dengan keberadaan OPM Pemberian visa sementara kepada 42 WNI asal Papua tidak lepas dari dukungan LSM Australia Green Party dan jaringan OPM di Australia Kelompok pro-demokrasi di Papua yang memperjuangkan Zona Damai ikut memperkuat diplomasi Papua di tingkat internasional terutama melalui pemaparan tentang sejarah integrasi Papua ke wilayah Indonesia (Pepera 1969) Perjuangan melalui jalur diplomasi luar negeri ini dilakukan oleh PDP

Pem berian v isa sem entara berdampak pada memburuknya hubungan bilateral Indonesia-Australia Meskipun ada upaya di tingkat pemerintahan kedua negara untuk membicarakannya kembali namun publik sudah mengetahui bahwa Indonesia dan Australia selama ini gagal menciptakan kom unikasi po litik yang efektif Bagi Pemerintah Indonesia harus diakui bahwa ada persoalan di Papua yang belum ditangani

secara menyeluruh sehingga menyimpan potensi yang besar untuk m eledak dan menjadi isu besar Pemberian visa sementara kepada 42 WNI asal Papua bukanlah yang pertam a terjad i term asuk para korban kerusuhan politik Mei 1998 yang melarikan diri ke Australia kemudian mendapatkan Permanent Residence (PR) Australia

Selain persoalan komunikasi politik yang buruk te rn y a ta A ustra lia lebih mementingkan stabilitas politik di dalam negerinya Tekanan dari Partai Hijau dan para ak tifis HAM di A ustra lia m am pu m engalahkan kepen tingan Pem erintah Australia untuk menjaga hubungan baiknya dengan Indonesia sebagai te tangga terdekatnya Tindakan A ustralia tampak sangat tidak bersahabat dan tidak sensitif namun bagaim anapun perbedaan sistem p o litik an tara kedua negara sangat berpengaruh dalam memahami persoalan ini

Memburuknya hubungan Indonesia- Australia akhir-akhir ini merupakan bukti bahwa kedua negara memang memiliki sistem politik dan budaya politik yang sangat berbeda Namun Indonesia dan Australia tidak dapat menghindari fakta bahwa mereka bertetangga bahkan sangat dekat secara geografis Selain itu Australia belum dapat mengurangi kedekatan dan ketergantunganshynya terhadap Amerika Serikat Sepak terjang AS di Asia termasuk kebijakannya terhadap Indonesia dalam kasus pelanggaran HAM di Timor Timur dan masalah terorisme telah membuat Australia bersikap dan bertindak agresif terhadap Indonesia

Kawasan Asia Pasifik memiliki peran yang stategis dengan wilayah Papua karena kedekatan geografis kedekatan sejarah persam aan budaya dan persaudaraan Melanesia (Melanesian Brotherhood) Hal inilah yang menjadikan hubungan dengan negara-negara di Pasifik Selatan memiliki arti khusus bagi OPM karena beberapa negara di kawasan tersebut mendukung perjuangan rakyat Papua untuk merdeka

73 Institute for Social Research Swinbume University of Technology (13 April 2006) wwwapoorgau h 1

61

Mengingat pentingnya peran negara- negara Pasifik Selatan dalam persoalan Papua maka Pemerintah RI juga telah mengirimkan wakil dalam pertemuan KTT Pacific Islands Forum ke-31 pada akhir Oktober 2000 di Tarawa K iribati Pem erintah Indonesia berusaha mendekati negara-negara anggota Forum Pasifik Selatan (Australia Kepulauan Cook Negara Federasi M ikronesia Fiji Kiribati Nauru Selandia Baru Nieu Palau Papua N ugin i R epublik K epulauan Marshall Samoa Solomon Tonga Tuvalu dan Vanuatu) Melalui forum ini Pemerintah Indonedia berusaha meredam upaya PDP dalam meng-intemasionalisasikan isu Papua Forum pertem uan te rseb u t akh irnya mengeluarkan pernyataan yang positif bagi Indonesia yakni pernyataan dukungan integritas teritorial Indonesia dan menetapkan PDP sebagai kelompok separatis Dalam forum itu Menteri Luar Negeri (Menlu) RI menyampaikan permintaan resmi Pemerintah RI untuk menjadi mitra dialog pada forum pertem uan PIF yang diharapkan dapat membuka jaringan institusional dengan negara-negara di Pasifik Selatan74

Secara b ila te ra l Pem erin tah Indonesia juga melakukan lobi dan meminta negara-negara asing untuk tetap menjaga kom itm en m ereka dalam m endukung kedaulatan Indonesia di Papua Adapun secara multilateral dilakukan melalui forum- forum seperti ASEAN ASEAN Regional Forum (ARF) pertemuan tingkat Menteri ASEAN-EU PBB dan GNB

V Beberapa Catatan Akhir

Internasionalisasi persoalan lokal di Papua sulit dicegah karena derasnya arus in form asi dan kem ajuan teknolog i komunikasi Peristiwa di suatu negara dapat dengan m udah m enjadi m otivasi bagi munculnya gerakan politik serupa di negara lain Kedatangan 42 WNI asal Papua ke

74 Pernyataan pers Menteri Luar Negeri RI (2002) Refleksi Departemen Luar Negeri tahun 2002

A ustralia pun m em anfaatkan kem ajuan in form asi dan tekno log i kom unikasi terutama dengan keberadaan kelompok pro merdeka di Negeri Kanguru itu Namun hubungan an tam eg ara bukan hanya ditentukan oleh pemerintah melainkan juga oleh masyarakat (people to people relations) yang selama ini sudah teijalin erat

Namun Pemerintah Indonesia pun harus mampu membuktikan bahwa Papua tidak akan lagi menjadi ldquodaerah tertinggalrdquo di Indonesia Kondisi riil di Papua harus dimengerti secara benar baik oleh pemerintah (pusat dan daerah) masyarakat Papua dan pebinis (asing) Ketiga aktor utama tersebut harus membuka komunikasi secara reguler untuk membicarakan masalah-masalah yang berpotensi menimbulkan konflik baru di Papua Peran MRP dapat dilibatkan dalam proses kom unikasi m engenai problem - problem yang ada dan berkembang di Papua E fektivitas MRP m erupakan salah satu indikator keberhasilan penerapan otonomi khusus di Papua

P erbedaan pem aham an dan kepentingan antara Pemerintah (pro-NKRI) dan M asyarakat Papua (pro-m erdeka) janganlah dipertentangkan terus-menerus melainkan harus dicari alasan setiap pihak mengapa mereka sampai pada posisi yang ekstrem itu Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan m eningkatkan komunikasi yang intensif misalnya melalui dialog Selanjutnya persoalan di Papua harus dapat diselesaikan secara damai karena selain akan m erugikan posisi dan citra politik Indonesia di tingkat internasional juga akan semakin sulit mencegah campur tangan pihak asing dalam persoalan domestik Indonesia di Papua Sebagai contoh rancangan undang- undang (bill) - HR 2601 yang dikeluarkan oleh Kongres AS adalah satu bukti adanya kepentingan negara adidaya itu di Papua Rancangan undang-undang (RUU) tersebut an tara la in m enyinggung m engenai keabsahan P epera m asalah HAM

62

demiliterisasi kerusakan lingkungan hidup dan pelaksanaan otonomi khusus di Papua

D engan dem ikian kem am puan diplomasi Indonesia sangat menentukan tingkat keberhasilan penyelesaian masalah internal terutam a dengan m enjelaskan persoalan sesungguhnya termasuk persoalan politik dan ekonomi di Papua Selanjutnya Pemerintah Indonesia ldquomengajakrdquo pihak internasional untuk membantu Indonesia dalam m enciptakan peace and order di daerah-daerah kon flik di Indonesia Bagaimanapun keamanan dan stabilitas domestik Indonesia akan berpengaruh pada keam anan dan s tab ilita s reg ional dan internasional termasuk bagi kepentingan ekonomi Australia

Suasana politik dan keamanan di Indonesia khususnya di Papua akan selalu berpo tensi m engundang perhatian in ternasional U ntuk itu Pem erin tah Indonesia dituntut untuk dapat mengatasi setiap persoalan yang terjadi terutama akibat pecahnya konflik kekerasan Terbengkalainya penyelesaian masalah-masalah yang muncul pada masa pascakonflik seperti masalah pengungsi dan pem berdayaan ekonomi rakyat akan kian mempersulit pemerintah

Kemerdekaan Papua tentu sangat tidak d iharapkan m eskipun dem ikian skenario terburuk tetap harus diperhitungkan Tanpa kesungguhan dalam berdiplomasi dan koordinasi yang terpadu di antara institusi pemerintahan di Jakarta maka tidak mustahil Papua akan menjadi Timor Timur kedua Hubungan dengan negara-negara asing terutama yang berdekatan secara geografis harus diperbaiki dan dijaga agar dapat mendatangkan manfaat yang maksimal bagi Indonesia khususnya hubungan dengan Australia

Daftar Pustaka

Aryani Gusti NC 13 April 2006 ldquoPoliticalAsylum between Rights and CoveringNuancerdquo httpwwwantaracoiden

Astbury Sid 10 April 2006 ldquoPapua Snaps Australia-Indonesia Happy Spellrdquo http n e w s m o n s t e r s a n d e r i t i c s c o m asiapacificcprinter_1153987php

E lisabeth Adriana dkk 2004 P eran dan Kepentingan Para Aktor dalam Konflik di Papua Jakarta LIPI

Elisabeth Adriana dkk 2005 Agenda amp Potensi Damai di Papua Jakarta LIPI Press

Elisabeth Adriana 2 April 2006 ldquoPemerintah Australia Tidak S en sitifrsquo Wawancara dengan Suara Merdeka

Fitzpatrick Stephen dan Cath Hart 18 April 2006 ldquoD o n rsquot Toy With Us Indonesian Presidentrdquo The Australian

Fitzpatrick Stephen 19 April 2006 ldquoUN Raises Concems Over Asylum Policyrdquo http w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191885679200html

Head Mike 4 April 2006 ldquoTensions Between Australia and Indonesia over asylum for Papuan A ctiv istsrdquo httpw sw sorg articles2006papu-a04_pmshtml

h t t p e n w i k i n e w s o r g w i k i _ 4 2 _ W e s t _ P a p u a n _ a s y l u m _ seekers_get_temporary_Australian_visas (24 Maret 2006) ldquo42 West Papuan A sylum Seekers Get Temporary Australian Visasrdquo

httpkomunitaspapuacommodulesphpop= modloadampname=Newsampfile=articleamp sid=923ampPOSTNUKESID=15166c280923fe 193ca7f3834baa0 24 Maret 2006 ldquoDibal ik Pemberian Suaka Politik Terhadap Orang Papuardquo

httpnewsmonstersanderiticscomasiapacificc printer_l 156274php 18 April 2006 ldquoAutralian Premier Stands Firm on Indonesian Refugeesrdquo

httpnewsmonstersanderiticscomasiapacificc pr i nt er l 156595php 19 April 2006 ldquoAustralians Belie Canberrarsquos Support for Indonesian Unityrdquo

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau newsnewsitems 7 April 2006 ldquoIndonesia Welcomes Australian Review o f Asylum Seeker Processrdquo

63

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau newsitem 9 April 2006 ldquoGovt Criticised Over H andling o f Papuan A sylum Seekersrdquo

h t t p a b c n e t a u c g i b n c o m m o n printfriendlyplhttpwwwabcnetau pm 13 April 2006 ldquoPM -Indonesia W elcom es M oving A sylum Seekers Offshorerdquo

h t t p s i e v x c o m a r t i c l e s w e s t p a p u a 20060409NationalInteresthtml 9 April 2006 Transcript ldquoAustralia on Papuardquo

httpwwwantaracoid 2006 ldquoDefence Minister Call For Transparency o f NGOSrdquo

httpwwwantaracoidenseenwsid=2699530 Januari 2006 ldquoAustralia Belum Buat Keputusan Terkait Suaka 43 Warga Papuardquo

httpwwwantaracoidenseenwsid=l 123412 April 2006 ldquoAustralia Should Back Papua Autonomy to Head O ff Crisis Analystsrdquo

httpwwwadnkicomprintPopUpphploid=80284053004 5 April 2006 ldquoIndonesia-Australia More Papuan Refugees More Tensionrdquo

httpwwwapoorgau 13 April 2006 ldquoInstitute for Social Research Swinburne University o f Technologyrdquo

h t t p w w w c h i l o u t o r g i n f o r m a t i o n west_papuanshtml 22 Maret 2006 ldquoWest Papuansrdquo

httpwwwcsutexasedu ldquoStatement o f Aimsrdquo

httpwwwdetiknewscom 2006 ldquoSBY Telpon Howard Soal Suaka Politik Warga Papuardquo

httpwwwkapanlagieomh000111539_printhtml (2006) ldquoDPD-RI Bentuk Pansus Bahas Persoalan di Papuardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191873983700html 7 April 2006 ldquoLabor Backs Papua Stancerdquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18882084 00html 21 April 2006 ldquoPNG Mum Not Back in Indonesiardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18884766 00htm l 21 April 2006 ldquoTalks Underway in Indonesiardquo

h t t p w w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0 10119 18922550 00html 25 April 2006 ldquoU phold R ights Indonesians Urgedrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4213 2006 ldquoWest Papua Australia Wams Off West Papuan Refugeesrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4263 2006 ldquoWest Papua Australia Toughtens Asylum Rulesrdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amppar=42176 2006 ldquoWest Papua Papuan Refugees Highlight Struggle for Independencerdquo

h t t p w w w u n p o o r g printphparg=56amp par=4287 2006 ldquoWest Papua International Focus on New West Papua Refugee Bidrdquo

httpwwwwestpapuanet 2000 ldquoAustralian NGOs Support Separatism in Papuardquo

httpwwwwestpapuanetnews ldquoAustralia Indonesia Wins Multibillion Chinese LNG Contractsrdquo

In stitu te f o r S o cia l R esearch Swinburne University o f Technology 13 April 2006 wwwapoorgau

Kompas 2006 ldquoLSM Waspadai Sikap Australiardquo

_________ 6 April 2006 ldquoAustralia CenderungMemperoleh Informasi Sepihakrdquo

_________ 6 April 2006 ldquoIndonesia TinjauHubungan dengan Australiardquo

_________6 April 2006 ldquoHoward Jejak PendapatBukan Sikap Rakyat Australiardquo

L ipu tan6 SCTV 10 April 2006 ldquoAustralia Bimbang Mencabut Visa Pencari Suakardquo

_________ 10 April 2006 ldquoPresiden YudhoyonoM engingatkan Soal Toleransi antar Negarardquo

________ 12 April 2006 ldquoNettle Tak MendukungGerakan Separatis Papuardquo

64

________ 21 April 2006 ldquoMenlu Bertemu UtusanPM Australiardquo

Leggatt Johanna 21 April 2006 ldquoAustralia Caved in on Papua H audenrdquo httpw w w n e w s c o m a u s t o r y p r i n t 0101191888259300html

Media Indonesia Online 8 April 2006 ldquoIndonesia Tunggu Penjelasan Resmi dari Australiardquo

Pilger John 9 Maret 2006 ldquoThe Secret War Against the Defenseless People o f West Papuardquo TruthoutPerspective

Piliang Indra J 29 Maret 2006 ldquoJalan Bisu Papuardquo httpw w w infopapuacom modulesphpop=modloadampname=Newsamp file=articleampsid=3969ampmode=threadamp order= 0ampthold=0

Raiston Nick 19 April 2006 ldquoPapua Rift Needs Serious Diplomacyrdquo The Australian

Ramelan Rahardi 12 April 2006 ldquoMenyikapi Australia 1999 dan 2 0 0 6 rdquo http wwwicmiorid

Rayfield Alex 20 Mei 2004 ldquoAustralia amp West Papuardquo ZNetActivism

Republika 24 Januari 2006 ldquoRI Telah Identifikasi 43 Warga Papua Pencari Suaka Politik di Australiardquo

Riyanto Geger 3 April 2006 ldquoPapua dan Pragmatisme Australiardquo dalam PikiranRakyat

Sheehan Paul 23 April 2006 ldquoIndonesia is Right to be Wary o f Australian Supporters if Papuan Independencerdquo Sidney Morning Herald

Suara Pem baruan D aily 21 Januari 2006 ldquoAustralia Merahasiakan Identitas 43 Warga Papuardquo

__________27 Januari 2006 ldquoPemberian SuakaPolitik Tak Mudah Berpotensi Timbulkan Konflik Bilateralrdquo

__________ 6 April 2006 ldquoSelesaikan MasalahPapua Secara A rifrsquo

The Australian 18 April 2006 ldquoPM Rules Out Jakarta Apologyrdquo

_________26 April 2006 ldquoEnvoyrsquos IndonesianVisit lsquoUsefulrdquo

The Guardian 12 April 2006 ldquoAustralia Howard Government A ttackes West Papuan Independencerdquo httppoliticalaffairsnet

Tobing Maruli 24 April 2006 ldquoPolitik Bermuka Dua Negara Tetanggardquo dalam Kompas

Walters Patrick and Davis Nason 13 April 2006 ldquoPrime M inister Slams Door on Boatpeoplerdquo The Austalian

Wanggai Velix 29 Maret 2006 ldquoKemesraan Cepat Berlalurdquo Republika Online

6 5

DEMOKRATISASI PARTAI DAN DILEMA SISTEM KEPARTAIAN DI INDONESIA

Svamsuddin Haris

Abstract

Politicalparties are integralpart o f process of democratization in Indonesia But rather be the solution of the problem in democratization o f the country Indonesian political parties are still part o f the problem The paper is aim to identify problem o f the parties in Indonesia and the party system The paper describes that the parties have at leastfour shortcomings as its basicproblem ie institutionalproblem leadershipproblem structural problem and ideological problem This paper argues that to make political parties become the solution ofpolitical problem in Indonesia it has to be modernized In the context o f revision o f Decree o f Political Party the party system has to be fitted in with other system in Indonesian political system The choice is not only to choose between multi-party or bi-party system but to choose the system that coherence with the whole political system in Indonesia

Pengantar

Tak seorang pun membantah bahwa partai politik merupakan salah satu pilar dan institusi demokrasi yang

penting selain lembaga parlemen pemilihan umum eksekutif yudikatif dan pers yang bebas Melalui fungsi tradisionalnya dalam partisipasi politik kom unikasi politik sosialisasi politik artikulasi dan agregasi kepentingan bahkan sebagai m ediator konflik partai adalah ldquojem batanrdquo antara rakyat dan pemerintah Namun demikian tidak semua partai politik bisa memberikan kontribusi p o s itif bagi perkem bangan demokrasi Samuel P Huntington misalnya menggarisbawahi bahwa hanya partai-partai yang kuat dan terinstitusionalisasi yang menjanjikan terbangunnya demokrasi yang lebih baik

Makalah ini telah dipaparkan pada Seminar Nasional Mencari Format Baru Pemilu dalam Rangka Penyempurnaan Undang-Undang Bidang PolitikrdquoHotel Borobudur Jakarta 10 Mei 2006

rsquo Penulis adalah Peneliti Utama pada Bidang Penelitian Politik Nasional P2P LIPI Jakarta

1 Huntington Political Order in Changing Societies New Haven and London Yale University Press 1968

Oleh karena itu hal yang tidak mengherankan di negara-negara demokrasi yang relatif baru adalah bahwa partai-partai lebih m erupakan ldquobebanrdquo atau masalah ketimbang inisiator bagi solusi permasalahan rakyat Diakui atau tidak partai-partai yang lebih merupakan ldquomasalahrdquo ketimbang solusi itu pula yang tengah dialami Indonesia dalam era transisi demokrasi pascarezim otoriter O rde Baru S inyalem en Transparency International bahw a partai m erupakan institusi terkorup di Indonesia dan parpol (politisi) sebagai aktor terkorup 1 2 je las mengindikasikan hal itu Begitu pula jika dilihat tingkat kepercayaan atas partai politik yang ternyata paling rendah dibandingkan kepercayaan terhadap militer pemerintah (pusat dan daerah) sistem hukum kepolisian dan parlemen3 Indikasi yang sama dapat

2 Lihat ldquoCatatan Akhir Tahun ICW Pemberantasan Korupsi 2005rdquo dalam wwwantikorupsiorg

3 Dikutip dari Riswandha Imawan ldquoBirokrasi Politik dan Perilaku Korupsirdquo makalah dalam Seminar NasionalXXAIPI di Medan tanggal 3 -4 Mei 2006 hal 6

6 7

ditemukan baik dari terungkapnya berbagai kasus penyalahgunaan dana APBD oleh para politisi partai di DPRD maupun persepsi umum masyarakat tentang kinerja partai- partai pasca-Orde Baru yang tidak lebih baik dari periode sebelumnya4

Mengapa partai-partai masih lebih merupakan masalah ketimbang solusi Apa yang salah pada partai-partai dan sistem kepartaian di Indonesia pasca-Soeharto Reformasi institusional semacam apa yang diperlukan untuk membangun partai dan sistem kepartaian yang lebih aspiratif akuntabel serta menghasilkan demokrasi yang produktif

Dalam kaitan itu tulisan pendek ini m encoba m engidentifikasi problem atik partai-partai dan sistem kepartaian dan atas dasar itu menawarkan sejumlah gagasan pembaharuan partai menuju suatu sistem keparta ian yang d iharapkan dapat m em berikan k o n tribusi bagi c ita -c ita keadilan dan demokrasi di satu pihak dan kesejahteraan rakyat di pihak lain

Dilema Partai dan Sistem Kepartaian

Secara historis partai-partai politik di Indonesia sebenarnya lahir tumbuh dan besar bersam aan dengan pertum buhan identitas keindonesiaan pada awal abad ke- 20 Meskipun menjadi wadah aspirasi dari kelompok dan atau golongan ideologis yang berbeda-beda partai-partai pada era kolonial turut memberikan kontribusi bagi pencarian sekaligus ldquopenemuanrdquo identitas keindonesiashyan yang mendasari pembentukan republik Sebagian besar pendiri bangsa seperti HOS Tjokroam inoto Tjipto M angunkusumo Soekarno dan Hatta adalah juga pendiri sekaligus pemimpin partai pada zamannya

4 Lihat misalnya hasil-hasil penelitian Pusat Penelitian Politik LIPI di antaranya Lili Romli (Ed) Potret Partai Politik Pasca-Orde Baru Jakarta P2P-LIPI 2003 Syamsuddin Haris (Ed) Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Jakarta Gramedia 2005 serta juga berbagai hasil survei dan polling seperti yang dilakukan oleh LP3ES LSI dan Litbang Kompas

Walaupun demikian ketika Indonesia benar-benar merdeka dari kekuasaan kolonial pada 1945 hal ini segera pula disadari bahwa terdapat perbedaan-perbedaan mendasar di antara para founding fathers tentang arah sistem kepartaian Hal itu tampak jelas tatkala gagasan Soekarno tentang suatu partai negara yang bersifa t tunggal di baw ah sistem pemerintahan presidensial ternyata hanya seumur jagung karena dengan keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945mdash yang ditandatangani Wakil Presiden M oham m ad H atta dan b eris i anjuran pembentukan partai-partaimdashharus digantikan oleh suatu sistem multipartai di bawah sistem pemerintahan parlementer

M eskipun pada akhirnya sistem multipartai menjadi realitas politik pada era Demokrasi Parlementer namun kehadiran partai dan bahkan pemerintahan partai-partai yang menjadi ciri era ini ternyata tidak begitu d isukai o leh Soekarno dan ten tara Pemerintahan hasil Pemilu 1955 yang semula diharapkan dapat menjadi solusi berbagai konflik ideologis gejolak daerah dan aneka persoalan politik serta ekonomi lainnya pada akhirnya kandas dan berumur tak sampai setahun Terlepas dari cerita sukses di balik penyelenggaraan Pem ilu 1955 dan juga produktivitas DPR dalam menghasilkan UU partai-partai dan sistem m ultipartai era Demokrasi Parlementer sebenarnya sejak awal telah mewarisi berbagai kelemahan struktural mulai dari tradisi konflik tidak adanya d is ip lin o rgan isasi e litis kepemimpinan yang cenderung personal kecenderungan pemimpin-pemimpin partai yang hanya m au ben ar send iri dan kesenjangan yang besar antara elite partai dan massa pendukungnya di tingkat bawah5 Selain itu bagi umumnya partai-partai ideo log i leb ih berfungsi untukmengintegrasikan massa pendukung partai

5 Tentang partai-partai era Demokrasi Parlementer lihatmisalnya Herbert Feith The Decline o f ConstitutionalDemocracy in Indonesia Ithaca NY Comell ModemIndonesia Project 1962 juga Feith Pemilihan Umum1955 Jakarta Penerbit Kompas 1999

6 8

kelangsungan kekuasaan pribadi dan vested interest kelompok akhirnya mengalahkan komitmen mereka terhadap ideologi Pada akhirnya kepentingan pribadi dan kelompok itulah yang menjadi ldquoideologirdquo para politisi partai kita dewasa ini Sementara itu dalam konteks taktik dan strategi pada umumnya parta i-p a rta i te rperangkap upaya memperjuangkan jabatan-jabatan publik ketim bang perjuangan m em enangkan kebijakan publik10

Sementara itu fungsi pendidikan politik bagi masyarakat hampir tidak pernah disentuh dan menjadi agenda partai-partai politik Sebaliknya partai-partai politik kita cenderung bersembunyi di balik baju yang bersifat ideologis di belakang kharisma pribadi para elitenya serta di balik isu-isu besar yang tak pernah diterjemahkan secara kontekstual-operasional Sebagai akibatnya kompetisi partai-partai cenderung lebih bersifa t fisik (m elalu i kem am puan pengerahan massa mobilisasi simbol-simbol dan sejenisnya) ketimbang kompetisi atas dasar keunggulan visi platform dan program politik

Ironisnya hampir tidak ada upaya serius para pem im pin parta i pada era reformasi dewasa ini untuk membenahi diri Para politisi partai justru makin melestarikan problem atik struktural partai-partai dan ldquomenikmatirdquo situasi tidak sehat tersebut demi kelangsungan kekuasaan pribadi dan atau kelompok Kecenderungan serupa tampak pula dalam konteks sistem kepartaian sehingga tidak jelas arah dan formatnyamdash kecuali sekadar banyak dari segi jumlahmdash apakah koheren dengan pilihan terhadap sistem pemerintahan sistem perwakilan dan sistem pemilu Hampir tidak pernah ada perdebatan serius di kalangan elite partai- partai di DPR ke mana sesungguhnya arah sistem kepartaian kita pasca-Orde Baru sehingga yang muncul kemudian adalah UU No 2 Tahun 1999 dan UU No 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik yang tidak visioner dan

10 Arbi Sanit ldquoPerubahan Mendasarrdquo hal 20mdash 23

cenderung m em biarkan parta i-p a rta i merumuskan dirinya sendiri

Menuju Pelembagaan dan Demokratisasi Partai

Sebagai organisasi modem partai- parta i sudah ten tu d itu n tu t untuk m engem bangkan etika berpartai secara modem pula Hal ini termasuk di dalamnya etika kepemimpinan yang demokratis dan kolegial etika berorganisasi atas dasar distribusi kekuasaan yang terdiferensiasi dan etika pertanggungjawaban secara publik yang sem uanya dilem bagakan m elalui mekanisme internal partai yang disepakati bersam a M elalu i pelem bagaan etika berpartai semacam itu partai-partai tidak hanya diharapkan menjadi wadah pendidikan politik dan pembentukan kepemimpinan tetapi juga bisa menjadi basis sekaligus fondasi bagi pelembagaan demokrasi ke arah yang lebih substansial

Potret buram partai-partai dan sistem kepartaian tidak akan pemah berubah apabila tidak ada upaya serius untuk mengubahnya menjadi lebih baik Dalam hubungan ini paling kurang tiga jalur dapat ditempuh untuk m engubah p a rta i-p a rta i dan sistem kepartaian yaitu ja lu r masyarakat jalur institusional dan jalur partai itu sendiri- dalam arti kesadaran para politisi untuk m engubah dirinya sendiri Pengalam an selama ini menunjukkan bahwa hampir tidak ada harapan jika kita menunggu datangnya inisiatif perubahan dari partai Oleh karena itu gabungan jalur masyarakat dan jalur institusional tampaknya tetap merupakan a lte rn a tif te rb a ik un tuk ldquom em aksardquo berlangsungnya perubahan mendasar atas partai-partai kita

M elalui ja lu r m asyarakat partai- partai dan para po litis i secara berkala diseleksi dipilih (kembali) atau ldquodihukumrdquo mdash tidak dipilihmdashdalam pemilihan umum Selain itu berbagai elemen masyarakat juga dapat mendesakkan reformasi institusional atas partai-partai terutama melalui perangkat

7 0

regu lasi yang dapat m endorong dan memfasilitasi partai-partai ke arah format yang d ikehendaki o leh sebuah sistem demokrasi yang sehat Urgensi perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik pada umumnya dan UU Partai Politik pada khususnya terletak di sini

Oleh karena itu urgensinya paling kurang terwujud pada dua konteks penting pem baharuan UU Partai Politik yakni pertam a terbentuknya sebuah UU yang dapat m endorong mdash dan kalau perlu mewajibkanmdashpartai-partai untuk mengubah karakter internalnya sehingga terwujud partai-partai yang demokratis dan terlembaga (institutionalized) Konteks kedua dari urgensi pem baharuan UU Partai Politik adalah terciptanya sebuah UU yang bukan hanya menjadi dasar bagi pem bentukan sistem kepartaian yang dianggap tepat bagi Indonesia m elainkan ju g a m em ilik i koherensi dengan sistem pem erintahan sistem perwakilan dan sistem pemilu yang berlaku

B erkaitan dengan pelem bagaan partai Huntington mengidentifikasi empat aspek yang bisa digunakan untuk menilai

Tabel 1 Aspek-aspek Institusionalisasi Partai

apakah sebuah organisasi termasuk partai politik telah terinstitusionalisasi atau tidak Aspek-aspek itu menurut Huntington adalah adaptability complexity autonomy dan coherence Tentang institusionalisasi secara sederhana H untington m erum uskannya ldquoInstitutionalization is the process by which organizations and procedures acquire value and stabilityrdquo11 Sedikit berbeda dengan itu Randall dan Svasand mengatakan bahwa institusionalisasi partai mencakup dimensi internal dan eksternal yang mencakup empat elem en ya itu systemness decisional autonomy value infusion dan reification2 Sementara itu Netherlands Institute for Multiparty Democracy (IMD) merumuskan lima aspek pelembagaan partai yang saling terkait yaitu pengem bangan demokrasi internal keutuhan internal identitas politik (ideologi) ketangguhan organisasi dan kapasitas berkampanye13

Dalam konteks Indonesia pasca- Soeharto aspek-aspek institusionalisasi partai baik yang dikemukakan Huntington Randall dan Svasand serta IMD jelas tetap re levan jik a d ihubungkan dengan problematik struktural partai yang sudah

Sum ber A spek-aspek institusionalisasi partaiHuntington (19 68 ) Adaptability

Com plexityAutonom yC oherence

Randall dan Svasand (2 0 0 2 ) Structural-internal -gt system ness Structural-external -gt decisional autonom y Attitudinal-internal -gt value infusion Attitudinal-external -gt reification

IM D (2 0 0 6 ) Dem okrasi internal Keutuhan internal Identitas politik (ideologi) Ketangguhan organisasi Kapasitas berkam panye

Sumber Randall dan Svasand (2002) dan IMD (2006)

Huntington Political Order hal 1212 Lihat Vicky Randall dan Lars Svasand ldquoParty

Institutionalization in New Democraciesrdquo dalam Party Politics Vol 8 No 1 2002 hal 13

13 IMD Suatu Kerangka Kerja Pengembangan Partai Politik yang Demokratis 2006 hal 12mdash 15

71

terwariskan sejak era 1950-an Hanya saja jika kita belajar dari pengalaman jatuh- bangunnya partai-partai sejak awal abad ke- 20 aspek kepemimpinan agaknya kurang ditekankan di dalam tiga perspektif yang dikutip di atas M em ang benar bahw a kepemimpinan personal dan kepemimpinan oligarkis bisa dipandang sebagai by product dari partai-partai yang tidak demokratis dan tidak terlembaga Akan tetapi perubahan m endasar te rhadap p a rta i-p a rta i k ita barangkali tidak akan pernah terjadi tanpa dukungan dan in is ia tif perubahan yang datang dari pemimpin-pemimpin partai yang memiliki komitmen demokratis pula

Mencari Model Sistem Kepartaian

Pembicaraan dan juga praktik tentang sistem kepartaian di Indonesia hampir selalu terjebak pada diskusi mengenai pencarian jum lah partai Ketika Soekarno akhirnya ldquomenguburrdquo partai-partai yang berkuasa pada era Demokrasi Parlementer salah satu upaya pertam a yang d ilakukannya adalah penyederhanaan partai dari segi jumlah dari 28 parta i o rgan isasi kelom pok dan perorangan yang memperoleh kursi dalam Pemilu 1955 menjadi sekitar 10 partai Partai Masyumi dan PSI yang dianggap turut terlibat dalam pem beron takan daerah serta merintangi jalannya ldquorevolusi yang belum selesairdquo disingkirkan dari panggung politik nasional di era D em okrasi Terpim pin sementara PKI dan partai-partai loyalis lainnya dirangkul

Penyederhanaan serupa diperkuat dan makin dipertajam oleh rezim Orde Baru m elalui kebijakan fusi (penggabungan) partai-partai pada 1973 dari sepuluh partai (termasuk Sekber Golkar) kontestan Pemilu 1971 menjadi hanya tiga partai politik -PPP PDI dan Golkar (yang tak pernah mau disebut sebagai partai) Setelah Soeharto dan Orde Baru tumbang menjelang Pemilu 1999 muncul 148 partai (48 di antaranya ikut pemilu) dan menjelang Pemilu 2004 tercatat 261 partai terdaftar di Departemen Hukum

dan HAM meskipun hanya 24 partai saja yang m em enuhi syarat sebagai peserta pemilu14

Apakah sistem kepartaian hanya berkaitan dengan soal jumlah partai belaka Teoritisi klasik seperti Maurice Duverger (1954) m em ang cenderung m engshyklasifikasikan tipe sistem kepartaian atas dasar jum lah Duverger m isalnya memshybedakan sistem kepartaian atas sistem dua parta i dan sistem m ultiparta i Nam un demikian berbeda dengan Duverger RobertA Dahi cenderung mengidentifikasi sistem kepartaian atas dasar tingkat kompetisi dan oposisinya di dalam serta terhadap struktur politik yang berlaku Terlepas dari jumlahnya D ahi m em bedakan em pat tipe sistem kepartaian yaitu (1) yang bersifat persaingan sepenuhnya (2) bekerja sam a bersifat persaingan (3) saling bergabung bersifat persaingan dan (4) saling bergabung sepenuhnya (Dahi 1966)

Sementara itu Jean Blondel Stein Rokkan dan Sartori selain menggunakan variabel jum lah untuk m engidentifikasi sistem kepartaian namun juga menambahkan variabel-variabel lainnya seperti ldquoukuran re la tifrsquo dari partai-partai (Blondel 1968) distribusi kekuatan minoritas di dalam partai (Rokkan 1968) dan variabel jarak ideologis antarpartai di dalam sistem kepartaian (Sartori 1976)15 Berbagai variabel tambahan tersebut menghasilkan varian atau tipe sistem kepartaian yang berbeda dan beraneka ragam sesuai dengan titik tekan sifat persaingan

14 Tentang profil partai-partai peserta Pemilu 2004 lihat Partai-Partai Politik Indonesia Ideologi dan Program 2004mdash 2009 Jakarta Penerbit Buku Kompas 2004 Dari 261 partai politik yang terdaftar di Dephukham tersebut selain 24 partai lolos sebagai peserta pemilu selebihnya mencakup 26 partai yang tidak lolos verifikasi oleh KPU 153 partai yang dibatalkan sebagai badan hukum dan 58 partai lainnya dinyatakan tidak memenuhi persyaratan UU Partai Politik No 31 tahun 2002

15 Selanjutnya lihat Peter Mair ldquoParty Systems and Structures o f Competitionrdquo dalam Lawrence LeDuc Richard GNiem i dan Pippa Norris (Eds) Comparing D em ocracies E lections and Voting in G lobal Perspective California Sage Publication Inc 1996

7 2

kecenderungan ideo log is po la re lasi antarpartai dan karakter partai-partai yang saling berinteraksi tersebut

Pertanyaannya kem udian sistem kepartaian seperti apa yang dianggap tepat bagi bangsa Indonesia dalam pengertian tak hanya koheren dengan pilihan terhadap sistem pemerintahan dan sistem perwakilan serta sistem pemilihan melainkan juga dapat m em berikan kon tribusi bagi c ita -c ita keadilan dem okrasi dan kesejahteraan rakyat

Apabila disepakati bahwa semangat sistem pemerintahan yang dikehendaki oleh UUD 1945 hasil amandemen adalah sistem presidensial maka semestinya berlaku pula sistem perw ak ilan b ikam eral sebagai konsekuensi logisnya Sebagai konsekuensi logis beriku tnya adalah bahw a sistem perw akilan b ikam eral m engharuskan berlakunya sistem pemilu distrik dan sistem distrik meniscayakan diterapkannya sistem dua-partai Praktik dem okrasi Am erika Serikat hampir selalu dirujuk sebagai contoh terbaik koherensi an tara sistem pemerintahan sistem perwakilan sistem pemilihan dan sistem kepartaian seperti ini

Tabel 2 Berbagai Tipe Sistem Kepartaian

Namun demikian hal itu tidak berarti pula bahwa model serupa benar-benar tepat bagi kebutuhan dan kondisi objektif bangsa Indonesia Pilihan terhadap sistem pemilu d is trik dan sistem d u a-parta i sebagai konsekuensi berikut dari pilihan atas sistem pemerintahan dan perwakilan tidak harus dipandang sebagai satu-satunya alternatif dalam rangka membangun demokrasi dan tata pemerintahan yang stabil efektif dan produktif Pengalam an sejum lah negara dem okrasi yang m engadopsi cam puran antara sistem distrik dan sistem proporsional serta relatif banyaknya perspektif teoritis tentang sistem kepartaian seperti dikutip di atas barangkali bisa membawa kita pada alternatif pilihan yang tidak sekadar hitam- putih Artinya meskipun koherensi antara sistem pemerintahan sistem perwakilan sistem pemilihan dan sistem kepartaian merupakan acuan dasar yang penting namun pilihan terhadap sistem pemilihan dan sistem kepartaian bisa saja berbeda atau sedikit menyimpang dari ldquokeharusanrdquo teoritis seperti dikemukakan di atas

Author Principal Criteria for Classification Principal Types of Party System Identified

Duverger (1954) Numbers of parties Two-party systems Multlparty systems

Dahi (1966) Competitiveness of opposition Strickly competitive Cooperative-competitive Coalescent-competitive Strickly coalescent

Blondel (1968) Numbers of parties Relative size of parties

Two-party systems Two-and-a-half-party systems Multiparty systems with one dominant partyMultiparty systems without dominant party

Rokkan (1968) Numbers of partiesLikelihood of single-party majoritiesDistribution of minority partystrengths

The British-German ldquo1 vs 1 + 1rdquo system The Scandinavian ldquo1 vs 3-4 system Even multiparty systems ldquo1 vs 1 vs 1 + 2-3rdquo

Sartori (1976) Numbers of parties Ideological distance

Two-party systems Moderate pluralism Polarized pluralism Predominant-party systems

Sumber Peter Mair ldquoParty Systemsrdquo dalam LeDuc Niemi dan Norris 1996 hal 86

7 3

Faktor sejarah keterbelahan kultural perpecahan politik disparitas demografis dan sensitivitas isu mayoritas-minoritas adalah variabel-variabel penting lain yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan pilihan terhadap sistem pemilihan dan sistem kepartaian Begitu pula keterbelakangan sosia l-ekonom i tidak adanya trad isi konsensus dan belum terbangunnya kultur liberal adalah variabel-variabel yang tak kalah pentingnya berkaitan dengan pilihan terhadap sistem pem ilihan dan sistem kepartaian Kegagalan sistem presidensial di sejumlah negara Amerika Latin antara lain disebabkan karena terabaikannya berbagai faktor objektif yang bersifat lokal tersebut16

O leh karena itu dalam konteks Indonesia m odel sistem m ultiparta i sederhana dengan dua parta i dom inan barangkali bisa m enjadi a lte rn a tif jik a diasumsikan bahwa pilihan terhadap sistem pemilu pun kelak akan bergerak dari sistem proporsional terbuka (sepenuhnya) untuk jangka pendek dan gabungan sistem distrik dan proporsional untuk jangka menengah dan panjang Namun demikian untuk sampai kepada sistem ldquomultipartai sederhana dengan dua partai dominanrdquo tersebut jelas tetap diperlukan reform asi institusional yang bersifat mendasar atas partai-partai politik sehingga watak dan karakternya pun secara berangsur-angsur dapat didorong untuk berubah

Arah dan Cakupan Revisi UU Partai Politik

S eperti te lah d ikem ukakansebelum nya urgensi rev isi ataupenyempurnaan UU bidang politik pada um um nya dan UU Partai P o litik pada khususnya bukan hanya dalam rangka

16 Tentang kritik terhadap sistem presidensial dan juga parlementer lihat misalnya Richard Gunther ldquoOpening a D ialogue on Institutional C hoice in Indonesia Presidential Parliamentary and Semipresidential System srdquo dalam R William Liddle ed Crafting Indonesian Democracy Bandung Mizan 2001 hal 149-178

menciptakan tata pemerintahan yang lebih efektif dan stabil melainkan juga dalam upaya menghasilkan demokrasi yang lebih produktif Bagaimanapun institusi-institusi dem okrasi seperti parta i po litik dan pemilihan umum tidaklah diciptakan untuk dan demi demokrasi itu sendiri tetapi justru sebagai alat untuk mewujudkan cita-cita keadilan dan kesejahteraan rakyat Dalam kaitan ini partai-partai yang bekerja dan terlembaga (institutionalized) dalam suatu sistem kepartaian yang efektif dengan tingkat fragm entasi sedang leb ih d iperlukan ketim bang p a rta i-p a rta i yang tidak terlembaga dalam suatu sistem kepartaian dengan tingkat fragmentasi tinggi seperti berlaku pasca-Orde Baru

Tingkat fragmentasi partai adalah produk dari pilihan terhadap sistem pemilu Seperti diketahui sistem distrik (first-pas- the-post) cenderung menghasilkan sistem kepartaian yang jauh lebih sederhana dengan dua parta i u tam a sedangkan sistem proporsional cenderung menghasilkan sistem multipartai Apabila sistem distrik dianggap rentan bagi bangsa Indonesia yang multietnik dan m u ltik u ltu ra l serta cenderung mengancam keberadaan golongan minoritas maka mekanisme koalisi bisa menjadi jalan keluar untuk menghindari sistem multipartai dengan tingkat fragm entasi yang terlalu tinggi Mekanisme koalisi yang terbentuk secara relatif permanen dapat mendorong terbentuknya budaya konsensus yang sangat diperlukan bagi efektivitas dan stabilitas pemerintahan Selain itu melalui mekanisme koalisi pa rta i-p a rta i kecil yang gagal memenuhi ketentuan electoral threshold tidak harus memaksakan diri untuk rdquolahir kembalirdquo dalam pemilu berikutnya tetapi cukup bergabung dengan partai besar yang dianggap dekat secara ideologis

Selain mekanisme koalisi tingkat fragm entasi pa rta i yang tingg i dapat dikurangi pula melalui pengaturan electoral threshold yang relatif tinggi dibandingkan yang telah berlaku dalam UU Pemilu No 12

7 4

Tahun 2003 Pengenaan electoral threshold yang tinggi m em ang tidak o tom atis m engurangi nafsurdquo elite politik untuk m em bentuk parta i baru pada pem ilu berikutnya namun setidak-tidaknya jumlah partai baru yang benar-benar baru ataupun partai lama yang rdquodipermakrdquo menjadi baru tidak akan sebanyak jika batasan electoral threshold terlalu rendah seperti dianut UU Pemilu yang berlaku dewasa ini

Berkaitan dengan upaya meningkatshykan demokratisasi internal sudah waktunya sebagian kewenangan partai tingkat pusat d idesentralisasikan ke tingkat w ilayah (provinsi) dan cabang-cabang (kabupaten kota) parta i di daerah D esen tra lisasi kekuasaan partai ini tidak hanya penting dalam hubungannya dengan upaya meningkatkan kapasitas dan kemandirian elite politik lokal melainkan juga dalam rangka m endukung agenda nasional desentralisasi dan otonomi daerah Dalam konteks pencalonan anggota leg is la tif misalnya otonomi partai di tingkat daerah dalam penen tuan caleg berpeluang mendorong para kandidat lebih bertanggung jaw ab di daerah pem ilihannya m asing- masing

Selain berbagai usulan perubahan di atas pembaharuan partai mestinya juga berkaitan dengan pengatu ran orm as onderbouw sistem keanggotaan dan pengkaderan yang lebih jelas pengaturan pendanaan partai yang lebih transparan dan akuntabel akomodasi keberadaan partai lokal serta penguatan keterwakilan kaum perempuan dalam kepengurusan partai

Dengan demikian arah revisi UU Partai P o litik m encakup sekurang- kurangnyabull Pertama penyempurnaan regulasi yang

dapat m endorong parta i-p a rta i m em perkuat kapasitas kelem bagaan ketangguhan o rgan isasi keutuhan internal penguatan identitas atau ideologi politik serta demokratisasi internal

bull Kedua penyempurnaan regulasi yang memfasilitasi berlangsungnya mekanisshy

me kerja sama dan koalisi antarpartai sehingga mengurangi niat elite politik membentuk partai baru setiap kali pemilu akan berlangsung

bull Ketiga penyempurnaan regulasi dalam kerangka membangun sistem multipartai kompetitif-sederhana melalui ketentuan electoral threshold yang relatif tinggi

bull Keempat penyempurnaan regulasi dalam rangka m engakom odasi keberadaan partai-partai lokal sebagai kontestan pemilu daerah dan partai-partai nasional sebagai kontestan pemilu nasional dan pemilu daerah

bull Kelima penyempurnaan regulasi dalam rangka desentralisasi kekuasaan partai di satu pihak dan penguatan kedaulatan anggota partai di pihak lain

Penutup

Terlepas dari pandangan setuju atau tidak setuju terhadap berbagai gagasan dan usu lan reform asi keparta ian yang dikemukakan di atas namun pesan utama yang ingin disampaikan melalui makalah pendek ini adalah pertam a penataan kehidupan politik ke depan hendaknya lebih terarah konsepsional dan konsisten sehingga perubahan yang bersifat tambal-sulam bisa dihindari Kedua setiap pilihan terhadap perubahan politik hampir pasti membawa dampak dan risiko politik Oleh karena itu hal ini diperlukan suatu desain besar yang bersifat komprehensif dan koheren tentang arah penataan kehidupan politik sehingga dampak dan risikonya bisa diperhitungkan serta diantisipasi lebih dini Ketiga dalam konteks perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik desain besar serupa d iperlukan agar p ilihan atas sistem kepartaian misalnya koheren dengan pilihan atas sistem pemilu sistem perwakilan serta sistem pemerintahan kendati penting juga untuk segera dicatat bahwa koherensi tidak selalu bisa menjamin bahwa setiap pilihan benar-benar sesuai dengan kebutuhan objektif bangsa kita

7 5

Lampiran

Beberapa Usulan Revisi UU Partai Politik)

Materiisu Praktik Problematik Ideal Usulan PerbaikanSistemkepartaian

Partai m assa multipartai

Tidak disiplin kesulitan dana konflik internal

Multipartai dengan dua partai dominan

Penyederhanaan partai m elalui koalisi perm anen atau pemilu sistem distrik

Partai pesertapemiluberikutnya

Mem enuhi electoral threshold 3

Kekuatan di parlem en tidak signifikan untuk kem enangan politik

Multipartaisederhana

Perlu peningkatan electora l threshold m enjadi 5 -10

Struktur danorganisasikepartaian

Sentralistik Tidak demokratis Desentralisasi Perlu desentralisasi partai nasional Pem bentukan partai lokal

Onderbouwpartai

Tidak diatur tapi setiap partai memiliki organisasi onderbouw

Responsibilitas dan akuntabilitas ormas onderbouw rentan

Pem isahan antara politica l soclety dengan clv il society

Perlu diatur dalam UU pem bedaan antara orm as pada um um nya dan onderbouw partai khususnya

Sistemkeanggotaan

Terlalu longgar dan bersifat pasif

Tidak disiplin jum lah anggota partai tidak jelas

Keanggotaan partai terdata dgn jelas dan bersifat aktif

Keanggotaan partai terdataPeningkatan kualitas keanggotaan partai

Kepengurusanpartai

Tidakprofesionalkarenaperangkapanjabatan partaidan jabatanpublik

Kinerja partai tidak efektif akibat konflik kepentingan

Jabatan di partai dan jabatan publik mestinya bersifat profesional

Perlu ada larangan perangkapan jabatan partai dan jabatan publik

Keuanganpartai

Sum berpenggunaan dan pelaporan tidak transparan

Manipulasi dana publik

Transparansidanakuntabilitas

Perlu pengaturan transparansi dan akuntabilitas partai lebih

Koalisi partai Tidak ada dlm regulasi tapi ada dlm praktek

Instabilitas daninefektifitaspemerintahan

Tradisi koalisi terlem baga

Perlu pengaturan tentang koalisi

Ideologi partai Partai dengan banyak ideologi

Am bivalensi dan manipulasi ideologi visi dan platform partai tidak jelas

Satu partai satu ideologi

Regulasi perlu m em bedakan ideologi negara dengan ideologi partai

Partai nasional dan partai lokal

T idak diatur Tidak ada payung hukum bagi partai lokal di Aceh

Pem ilu nasional diikuti partai nasional pemilu daerah diikuti partai nasional dan partai lokal

Perlu diatur dalam regulasi klasifikasi partai nasional dan partai lokal

) Keterangan M atriks revisi UU Partai Politik ini adalah salah satu produk tim Pusat Penelitian Politik LIPI selain matriks revisi UU bidang politik lainnya (UU Pem ilu UU Pilpres UU Susduk UU Pem da) dalam rangka

perubahan dan atau penyempurnaan UU bidang politik m enjelang Pem ilu 2009

7 6

R e su m e

MERENTAS JALAN PANJANG PERDAMAIANNEGARA amp MASYARAKAT DALAM RESOLUSI KONFLIK

Syafuan Rozi

Abstract

H orizontal conflicts that occured in Central Sulawesi Maluku and North Maluku have caused more than f iv e thousands casualties and more than f iv e hundred thousands IDPs in North Sulawesi The conflict has segregated the society into separa ted communities that live base on religion Islam and Christian Research on anatomy o f violence in Indonesia has show ed a great developm ent since 1990s The research was only focu sed on dominant actors and groups The research seldom included religious leaders local leader and youth leader neither had it involved IDPs as research object Therefore this research suggests a developm ent o f people economic model that create cooperation between each members o f society The model itselfcan generatefam ily base economic empowerments thatprom ote communalization am ongand intra-society Base on that idea fo lksfestiva l been held periodically with each villages can produce its special craft andproduct F o lk rsquos fes tiva l can act as peacem aker in annihilating reason fo r conflict Local wisdom such as panas pela hibualam o need to be introduced arnong generations o f people

Pendahuluan

Keterlibatan negara dan masyarakat dalam resolusi konflik di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara

relatif beragam sesuai keadaan setempat saat darurat militer darurat sipil dan tertib sipil Untuk kasus Poso di Sulteng sampai tahun 2006 (era Presiden SBY) daerah ini masih m engalam i kondisi pem bunuhan penembakan dan pengeboman sporadis Daerah ini pun masih ada gejala weak state (lemah) atau failure state (gagal) de-eskalasi konflik di Poso Langkah perlucutan senjata dan penghentian kekerasan tampaknya relatif belum berhasil dituntaskan Kondisi Ambon Maluku pun awalnya demikian Bila ditinjau

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Syafuan Rozi (koordinator) Dhuroruddin Mashad Emilia Yustiningrum Moch Nurhasim Tri Ratnawati Heru Cahyono dan Septi Satriani dengan fokus kasus Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara

Penulis adalah peneliti pada Bidang Penelitian Politik Nasional P2P LIPI Jakarta

dari tahapan resolusi konflik kondisi Ambon saat ini masih dalam tahap persiapan untuk menuju peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Beberapa indikator kondisi konflik masih belum sepenuhnya menuju ke arah peace building karena tahap intervensi konflik masih terlalu banyak persoalan untuk bisa dilalui

Penelitian ini mengkaji keterlibatan negara dan masyarakat dalam proses resolusi konflik dan bagaimana pola hubungan negara dan masyarakat yang berlangsung dalam resolusi konflik tersebut Data menunjukkan resolusi konflik baru melewati de-eskalasi konflik untuk kasus Poso (Sulteng) dan tahap intervensi kemanusiaan untuk kasus Ambon di Maluku (Temate Tidore Jailolo Tobelo) dan di Maluku Utara Walaupun begitu suatu program sudah mulai diletakkan sebagai dasar bagi tahap problem solving orientation dan peace building dengan indikasi d ih idupkan kem bali adat dan ikatan

7 7

persaudaran (hibuolamo panas-pela baku- bae Sintuwu Maroso) Masalah relokasi pengungsi trauma healing pascakonflik dan pem berdayaan ekonom i lokal belum mencapai titik yang menggembirakan1

Catatan Penyembuhan Luka Bangsa

Terjadinya konflik horizontal di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara telah berdampak lebih kurang lima ribuan orang meninggal dunia dan sekitar lima ratus ribu orang menjadi pengungsi ke Sulawesi U tara dan sekitarnya K onflik itu telah membelah masyarakat (segregasi pemukimshyan) menjadi komunitas yang tinggal berpisah mengelompok berdasarkan agama Islam dan K risten P en e litian ten tang anatom i kekerasan di Indonesia telah mengalami banyak perkembangan sejak tahun 1990 S tudi-studi yang pernah d ilakukan sebelum nya m enunjukkan bahw a penanganan konflik di daerah-daerah yang dilanda konflik horizontal memperlihatkan kecenderungan yang masih elitis dengan keterlibatan aktor atau kelompok dominan tertentu saja dengan tidak m elibatkan masyarakat (tokoh adat tokoh agama tokoh muda laki-perempuan para pengungsi) yang justru paling menderita akibat konflik

Konflik Poso umpamanya terlalu kompleks jika dianalisis hanya berdasar urutan peristiwa mengingat intensitas dan ekstensitas wilayah dan pelaku konflik antarperistiwa memperlihatkan perbedaan sangat mendasar Pada konflik Desember 1998 dan April 2000 intensitas dan wilayah konflik sangat terbatas di sebagian kecil kecamatan kota Namun mulai bulan M ei- 1

1 Lemahnya koordinasi dan strategi dalam penanganan konflik dengan alasan bahwa TNI dan Polri takut dianggap melanggar hukum dan HAM Faktor ini menandai bahwa Indonesia belum memiliki ldquotoolsrdquo atau perangkat hukum dan operasional yang mengatur bagaimana TNI dan Polri difungsikan untuk melakukan pengamanan konflik Akibatnya aparat keamanan kurang maksimal berperan dan kelihatan tidak profesional sebagai syarat untuk melakukan de-eskalasi konflik dalampengertian membuka jalan bagi adanya perdamaian

Juni 2000 d ilan ju tk an Juli 2001 dan November-Desember 2001 konflik menjadi sangat akut di Poso dan mengarah pada upaya menihilkan eksistensi lawan terlihat dari realitas korban tanpa pandang bulu termasuk perempuan dan anak-anak Telah terbangun solidaritas kelompok secara tegas melalui ideologisasi konflik berdasar isu agama dan etnisitas sehingga konflik menjadi bersifat sangat in tensif (kekerasan dan korban) dan ekstensif (wilayah dan pelaku)

Sementara konflik yang meletus di Maluku Utara 1999-2000 dapat dikatakan merupakan dampak atau rentetan konflik yang sebelumnya pecah di Ambon Kecuali itu pembentukan dan pemekaran kecamatan Malifut turut memiliki andil dalam memicu konflik karena kebijakan tersebut telah m enim bulkan ke tidaksenangan dari masyarakat suku Kao (beragama Kristen) yang merupakan penduduk asli terhadap suku M akian (beragam a Islam ) yang pendatang Kerusuhan horizontal yang telah menjadi pertempuran massal ini memakan korban jiw a sangat besar K onflik berlangsung secara bergelombang dengan identitas agama yang kuat Pelajaran dari kebijakan pemekaran wilayah di saat negara melemah (weak state) ini menjadi mahal Kegagalan ldquopem biaranrdquo dan kelemahan negara dalam melakukan de-eskalasi konflik perlucutan senjata penegakan hukum mengawal akuntabilitas dana intervensi kemanusian untuk tidak dikorupsi membuat peran negara yang baik dalam resolusi konflik cenderung belum mudah untuk dicapai

Di Poso sejak awal konflik meletus tahun 1998 sebagian besar elem en masyarakat telah secara mandiri membangun in is ia tif untuk m engakhiri konflik dan berusaha mencegah terjadinya konflik yang lebih besar Para tokoh dua kom unitas mengadakan pertemuan Tagolu dan sepakat untuk berusaha menghentikan konflik dan bersam a-sam a m em berantas penjualan minuman keras yang mereka nilai sebagai

7 8

ldquobiang-kerokrdquo penyulut konflik Namun provokasi dari yang berkepentingan bagi terjadinya konflik (conflict by design) lebih in ten s if d iso sia lisasik an di lapangan sehingga hal itu termentahkan dan berulang Mengimbangi provokasi ini ada sebanyak 129 tokoh masyarakat dan tokoh agama antikonflik mengadakan kesepakatan Poso tanggal 8 Januari 1999 Mereka menyerukan agar masyarakat menghentikan segala bentuk perselisihan Bahkan pertemuan tersebut ju g a m enyepakati un tuk m enyerukan pengadilan bagi penggerak kerusuhan di Poso

Namun akar problematika Poso tidak tersentuh dalam kesepakatan bahkan oleh kebijakan negara dalam mencegah konflik yang lebih luas Akibat realitas ini konflik laten masih mengkristal dan mereka yang berkepen tingan terus m em provokasi m asyarakat m elalui celah berbagai isu Herman Parimo hanyalah satu dari aktor yang muncul ke permukaan tetapi aktor-aktor di belakang layar masih tetap melanjutkan ldquokasak-kusukrdquo Sekecil apa pun persoalan yang terjadi hal ini terlalu gampang di-blow- up sebab sentimen komunitas keagamaan sudah te rlan ju r d ijad ikan a la t dalam mengeksploitasi konflik2

2 Melihat realitas bahwa konflik antarkomunitas keagamaan ini terlalu mudah disulut suatu inisiatif yang bersifat mikro memang ada untuk mencegah melebarnya konflik ke wilayah mereka Salah satunya adalah Kesepakatan Tokorondo antara kepala Desa Tokorondo (Muslim) dengan kepala Desa Masani (Kristen) pada tanggal 25 Mei 2000 Mereka sepakat untuk saling melindungi kedua desa bila salah satu diserang Namun kesepakatan tersebut tidak mampu menahan gempuran provokasi Warga Desa Masani (Kristen) tidak mampu membantu membendung serangan ke Desa Tokorondo 27-28 Mei 2000 Kesepakatan mikro lintas komunitas Islam-Kristen telah dihancurkan oleh kekuatan lain (massa) dari luar kedua desa yang akhirnya memaksa mereka terlibat atau setidaknya kena imbas dari konflik Upaya-upaya damai skala mikro memang banyak dilakukan tetapi tak mampu bertahan dari pemaksaan pelibatan konflik oleh massa yang terprovokasi Bahkan pada Mei -Juni 2000 konflik mencapai puncak eskalasi baik dari segi wilayah konflik jumlah pelaku konflik maupun dari segi korban kekerasan Dalam konteks ini sesuatu telah terjadi dengan apa yang disebut tragedi kemanusiaan di Poso Solidaritas lintas wilayah mulai bermunculan dan segi ideologis konflik telah mengkristal Di kalangan Kristen solidaritas ini meliputi Laskar Manguni Laskar Kristen dan lain-lain yang tak teridentifikasi Di kalangan Islam sejak Juni 2001 hal ini berkenaan dengan kedatangan pendukung dari orang-orang yang tergabung dalam Laskar Jihad

N am un elem en-elem en pro- perdamaian di lingkungan masyarakat tidak putus harapan Inisiatif tetap bermunculan Rujuk Sintuwu Maroso yang dihadiri tokoh adat dari 13 kecamatan yang ada di Poso merupakan contohnya Jadi hal ini berbeda dengan inisiatif-inisiatif kesepakatan yang lebih dipijakkan pada perspektif komunitas keagam aan sehingga basis pesertanya m ewakili dua kom unitas agama Islam - K risten Pada R ujuk Sintuw u M aroso pijakannya berada pada perspektif adat Bahkan untuk menekankan perspektif adat kesepakatan pun dirumuskan dalam bahasa lokal Pamona Namun inisiatif penyelesaian konflik melalui pendekatan adat ini ternyata tak mampu menghentikan kekerasan Ketika realitas konflik lebih diideologisasi secara kental oleh isu kom unitas keagam aan pendekatan kultural dalam situasi konflik yang masih berada pada puncak eskalasi menjadi tidak terlalu berarti

Ketika Deklarasi Malino (Desember 2001) dikumandangkan dan ternyata berhasil menjadi momentum bagi terjadinya de- eskalasi konflik upaya-upaya damai yang digerakkan oleh inisiatif masyarakat baru memperlihatkan efektivitasnya Di berbagai tempat dilakukan inisiatif perdamaian yang dilakukan atas inisiatif masyarakat meski berbagai kegiatan itu memang bermuara pada upaya mengimplementasikan kesepakatan Malino Kegiatan-kegiatan yang berasal dari akar rumput ini meliputi bermacam-macam kegiatan mulai dari pertandingan olah raga kesenian maupun berbagai kegiatan kultural Kriesberg berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat interaksi dan saling-ketergantungan antara pihak-pihak yang tadinya berkonflik akan semakin membatasi munculnya konflik baru M unculnya saling pengertian dan berkembangnya norma-norma bersama juga akan dapat mencegah konflik3 Pendapat tersebut senada dengan Asutosh Varshney

3 Louis Kriesberg Constructive Conflicts From Escalationto Resolution (Maryland Rowman and Littlefield Publisher Inc 2003) hlm 384

7 9

yang mempelajari konflik antara penganut Islam dan H indu di India V arshney m engatakan bahw a ik a tan p erta lian hubungan antara etnispemeluk agama yang berbeda dapat mencegah konflik4

Civil society (CS) kemudian cukup berperan dalam membuka ruang publik dan interaksi sosial yang re la tif ink lusif di A m bon K hususnya kelom pok LSM akademisi dan tokoh-tokoh agamaadat tokoh masyarakat yang berorientasi dan berinteraksi lintas agamasuku sejak awal m unculnya konflik h ingga de-eskalasi konflik dan rekonsiliasi lewat panas pela bisa sangat berperan Pembukaan dan perluasan ruang-ruang publik public spaces) dalam rangka saling berbaikan (baku bae) seperti pasar-pasar terminal-terminal kantor-kantor pem erintah lapangangedung olahraga sekolah-sekolah di Ambon Maluku yang saat ini bisa diakses baik oleh kelompok Islam maupun Kristen -d i tempat-tempat tersebut mereka tidak lagi eksklusif tapi mulai mencairrelatif inklusif- sebelumnya cukup banyak d ifa s ilita s i o leh LSM (term asuk dengan dukungan LSM in ternasional) dan para tokoh lokal Pem erin tah (pusat dan daerah) ikut membantu inisiatif tersebut sehingga nampak di sini adanya sinergi dari pelbagai kekuatan (negara dan masyarakat) Adanya relasi yang signifikan antara hadirnya public space dengan mencaimyameningkatnya interaksi sosial lintas agamasuku di Ambon tersebut menunjukkan kebenaran teori Kriesbeg dan Varshney

Bila ditinjau dari tahapan resolusi konflik kondisi Am bon saat ini sudah m encapai tahap peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Disebut ldquoawalrdquo karena segregasi tempat tinggal berdasarkan agam a m asih sangat terasa Segregasi pemukiman bisa pula dilihat sebagai salah satu upaya jangka pendek untuk mendukung

4 Asutosh Varshney Ethnic Conflict and Civic Life Hindus and Muslim in India ( New York Yale University Press 2002) hlm 363

resolusi konflik itu sendiri Hal ini mengingat secara h is to ris m ulai zam an kolonial Belanda masyarakat Ambon Islam-Kristen telah ldquoterbiasardquo hidup terpisah berdasarkan pem ilahan agam a (w arisan keb ijakan diskriminatif dan devide et impera Belanda di M aluku)5 Nam un untuk ke depan m asyarakat A m bon yang ideal adalah masyarakat yang plural dan demokratis yang diikat oleh kearifan lokal yang mereka bangun Masyarakat Ambon saat ini terlihat te lah m em ilik i sem acam daya tahan (resilience) terhadap provokasi Kondisi ini lahir antara lain karena difasilitasi dengan kinerja aparat pemerintah (TNIPolri dan pemda) yang semakin profesional dan mulai adanya usaha-usaha penegakan hukum6

Bila dibandingkan dengan Ambon dan Poso wilayah Maluku Utara melewati proses resolusi konflik yang lebih cepat kendati proses menuju perdamaian sejati tetap harus dilaksanakan secara perlahan Proses resolusi konfliknya ditandai dengan relatif kuatnya dukungan masyarakat kepada negara dan p ihak yang m engupayakan perdamaian ditambah lagi sikap terbuka pemangku adat dan agama terhadap konsep perdamaian yang dimotori oleh militer dan pem erin tah Di Ja ilo lo m asyarakat menyambut baik pembentukan Tim 30 yang cenderung diprakarsai oleh pihak militer Begitu pula di Tobelo masyarakat merespons positif prosesi awal penjemputan pengungsi Muslim yang diprakarsai oleh pemerintah daerah

Hasilnya terlihat dengan jelas di Tobelo Resolusi konflik tergolong beijalan dengan cepat padahal pada kenyataannya Tobelo (dan juga Galela) merupakan wilayah

5 Richard Chauvel Nationalists Soldiers and Separatists (Leiden KITLV Press 1990)

6 Pemilu leg isla tif 2004 dan pilpres langsung telahberlangsung dengan sukses di Ambon Hasil pemilu tersebut juga bisa dipandang sebagai bentuk lain dari resolusi konflik Hal ini merupakan langkah awal penciptaan kestabilan baru dan demokratisasi di daerah bekas konflik tersebut Pilkades juga telah berlangsung di beberapa tempat di Pulau Ambon dan Lease (Maluku Tengah)

8 0

konflik terpanas Faktor terpenting yang membuat proses perdamaian di Maluku Utara berbeda dan lebih maju dibandingkan dengan di Ambon dan di Poso ialah menyangkut struktur sosial masyarakat setempat di mana antara Muslim dan Nasrani praktis terdapat hubungan kekeluargaan dalam satu marga Hal ini terutama dijumpai di tiga wilayah yakni Tobelo-Jailolo-Bacan di mana di dalam satu marga ada yang beragama Islam dan ada yang Nasrani Walau agak kurang menonjol hubungan kekeluargaan marga antara yang M uslim dan N asrani juga terdapat di Galela dan Halmahera Barat7

P enelitian ini m enem ukan ada beberapa perbedaan yang cukup signifikan antara proses perdamaian di Jailolo Tobelo dan Temate Untuk wilayah Jailolo peran tokoh agama lebih sentral dibanding dengan tokoh adat Hal ini berbeda dengan di Tobelo yang peran tokoh adat justru lebih didengar karena pada dasarnya pemangku adat di Tobelo adalah wakil dari tokoh-tokoh agama dari kedua belah pihak Hal ini pun tercermin pada tradisi yang selama ini berkembang dan hidup di Tobelo di baw ah payung Hibualamo Perbedaan ini tidak m engherankan karena di Jailo lo tidak mengenal rumah besar yang dijadikan tempat pertem uan adat seperti H ibualam o sebagaimana dijumpai dan dipelihara di Tobelo Memang di Jailolo semacam rumah adat ada yang bernama Saboa tetapi rumah ini hanya ditemukan di kampung-kampung terutama yang beragama Nasrani Rumah Saboa tidak lebih hanya merupakan rumah adat kecil yang menaungi satu komunitas

7 Kesediaan secara ikhlas untuk melupakan dendam dan menerima kenyataan serta bersikap tidak lagi menoleh ke belakang membuat proses perdamaian di Maluku Utara cepat terwujud Di samping itu perasaan lelah berkonflik dan kesadaran bahwa tidak ada yang diuntungkan dengan konflik ini membuat mereka mau duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi untuk melaksanakan perdamaian Walau terdapat semacam rasa curiga dan kekhawatiran ketika pertama kali bertemu setelah peristiwa kerusuhan akan tetapi pada akhirnya mereka dapat saling menerima kembali

(Nasrani) saja8 Proses damai di Jailolo ditandai pula

dengan pembentukan Pasar Kaget Akadiri Jailolo Pasar sebagai transaksi pertukaran kebutuhan manusia secara tak disengaja justru mempercepat proses perdamaian di kalangan m asyarakat Jailolo Pasar ini awalnya hanya terbatas digunakan oleh pihak N asrani yang m em butuhkan kebutuhan pokok karena pasar resmi yang didirikan oleh pemerintah tidak beroperasi selama konflik terjadi Pasar yang terletak di kompleks asrama militer muncul pertama kali sekitar tahun 2002 sebagai jawaban akan kebutuhan para pengungsi akan bahan pokok Perlahan- lahan dengan semakin berkembangnya rasa aman dan kepercayaan yang timbul di antara kedua komunitas membuat pasar ini semakin ramai dan interaksi kedua komunitas semakin terjalin lancar

Proses resolusi konflik yang agak berbeda dapat dilihat di Tobelo Masyarakat Muslim dan non-Muslim Kecamatan Tobelo Halmahera Utara Maluku Utara akhirnya sepakat m engakhiri perm usuhan yang d iw ujudkan dalam dek larasi dam ai masyarakat pada 19 April 2001 di Lapangan A dat H ibualam o Perjan jian dam ai ini dimotori oleh 12 tokoh agama (6 orang wakil dari Nasrani dan 6 orang wakil dari Muslim) Inti dari deklarasi damai ini antara lain sepakat untuk menghentikan permusuhan tidak saling m enghina m elecehkan mempermalukan menghormati menjaga dan melindungi tempat ibadah dan umatnya serta

8 Peran yang sentral antara tokoh adat dan agama ini tidak kita temui pada proses perdamaian di Temate Temate merupakan ibu kota provinsi yang kontrol pemerintah (daerah dan pusat) cenderung dominan sehingga proses perdamaian cenderung lebih efektif dilaksanakan oleh pemerintah tanpa bantuan tokoh adat dan agama Peran yang seharusnya diemban oleh Sultan Temate sebagai sim bol pemersatu adat dan agama ternyata gagal disandang oleh Sultan Temate dalam menghadapi konflik di Maluku Utara pada waktu itu Hal ini dapat kita lihat pada waktu Sultan Temate gagal berdiri secara netral dalam kasus perebutan wilayah antara Kao dengan Malifut Sikap Sultan ini cenderung dibaca sebagai ketakutan Sultan akan kehilangan basis dukungantradisionalnya

S U

mengupayakan kehidupan yang harmonis serta tidak mengenang dan melupakan masa lalu serta tidak saling menyalahkan atau membenarkan diri dan orang lain9

Prospek Perdamaian di Tanah Bergolak

A Poso

Saat ini cenderung telah memasuki m asa rek o n silia si kon flik w alaupun pembunuhan sporadis masih teijadi Perang terbuka berskala besar sudah tidak ada lagi Momentum de-eskalasi terutama teijadi sejak disepakatinya deklarasi M alino Namun demikian dalam konstelasi kehidupan Poso ke jad ian yang berupa penem bakan pemboman dan juga kekerasan individual secara sporadis ternyata masih muncul Apa dan mengapa hal itu teijadi Apakah hal itu masih merupakan bagian perpanjangan dari konflik Untuk mendapatkan jawaban secara pasti hal ini terlalu sulit Sebab analisis yang muncul memang beraneka ragam Suatu analisis melontarkan tuduhan pada aparat keam anan yang d isebu t tidak re la membiarkan Poso menjadi aman kembali dan berusaha mempertahan status quo berupa Poso yang ldquoAman Tapi Mencekamrdquo (ATM) sehingga proyek ldquokeamananrdquo bagi Poso dapat terus dinikmati Namun analisis lain menilai kekerasan sporadis dapat pula dilakukan oleh para korban konflik Poso yang merasa tidak puas terhadap penanganan dan penegakan hukum pemerintah

K ekerasan sporad is dapat pula dianalisis sebagai sebuah rekayasa yang dilakukan oleh kelompok elite yang terancam oleh tangan-tangan hukum Di antara mereka terutama mencakup para pelaku penyimpangshyan dana bantuan yang disalurkan untuk

9 Mereka juga sepakat untuk tidak lagi menggunakan simbol agama apabila terjadi perkelahian antar penduduk sebaliknya saling menolong dan bekerja sama dalam mencari nafkah Deklarasi damai ini kemudian ditindaklanjuti melalui program pemulangan pengungsi Muslim Tobelo yang selama setahun terkatung-katung nasibnya di Temate ke Tobelo Ribuan pengungsi Muslim berasal dari Desa Gamsungi Guruwa Popilo dan Desa Luari lalu disambut oleh pihak sebelah (Kristen) di lapangan Hibualamo

membangun kembali Poso Sebagai upaya penyelamatan mereka melakukan berbagai langkah kekerasan un tuk m em ancing kembali teijadinya konflik antarkomunitas sehingga aparat akan lebih terkonsentrasi lagi menangani persoalan konflik10

B Ambon

Kurang maksimalnya peran negara dalam manajemen de-eskalasi konflik dan intervensi kemanusiaan di Ambon Maluku cenderung m erupakan kesalahan fatal Apalagi pemerintah daerah terkesan hanya menunggu program-program dan dana dari P em erin tah Pusat O leh karena itu penyelesaian konflik di Am bon dapat dikatakan masih ldquosetengah hatirdquo dan belum m enyentuh secara tun tas akar-akar masalahnya Namun di lain pihak suatu kesadaran di kalangan masyarakat Ambon (baik Islam maupun Kristen) telah tumbuh untuk berdamai dan hidup kembali secara normal karena ldquosudah lelahrdquo berperang Proses pem belajaran dari konflik telah mereka dapatkan sekarang sebagaimana pepatah mengatakan bahwa ldquomenang jadi arang kalah jadi aburdquo

Meskipun denyut kehidupan kota Ambon saat ini sudah semakin ldquonormalrdquo pemerintah tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya begitu saja Komitmen pemerintah untuk melaksanakan janji Inpres No62003 untuk m embantu pem bangunan kembali Ambon Maluku serta ikut menyelesaikan

10 Analisis lain memaparkan bahwa kekerasan teijadi sebagai perpanjangan dari dinamika politik lokal Jika di era sebelum konflik didominasi oleh kelompok Islam maka pada era pascakonflik yang teijadi justru sebaliknya yakni dominasi kelompok Nasrani Penjungkirbalikan penguasaan sumber-sumber politik teijadi terutama seiring dengan diberlakukannya kebijakan pemekaran daerah Poso sehingga mengubah komposisi kependudukan yang di era sistem politik berdasar pemilihan langsung sangat berimplikasi pada struktur penjabat di lingkungan legislatif dan eksekutif Memang pengalaman traumatis akibat konflik menyebabkan kedua kelompok sangat berhati-hati untuk mencegah meletusnya konflik yang baru Namun power sharing yang muncul di Poso ldquobarurdquo pascapemilu legislatif 2004 dan Pilkada Juni 2005 jika tidak dikelola sangat dengan mudah memunculkan konflik baru dengan substansi seperti yang lama

8 2

masalah pengungsi masalah kepemilikan tanah bangunan m antan pengungsi pengangguran dan penciptaan lapangan keija serta tugas pemda mewujudkan good local governance tidak bisa ditunda-tunda dalam rangka mengisi dan memelihara momentum rekonsiliasi Bila tidak stabilitas yang masih rapuh saat ini akan kembali hancur Isu ekonomi di Ambon saat ini cenderung telah m ulai m enggeser isu p o litik dan isu kekerasaan

C Maluku Utara

Masa depan perdamaian di Maluku Utara boleh dikatakan masih tetap terbuka Setelah hampir dua tahun saling bunuh telah m em buat m asyarakat le lah Sebagian pengungsi mulai kem bali ke desa yang mereka tinggalkan dan beberapa desa yang tercabik mulai m elakukan upaya-upaya pemulihan Kecuali Tidore di semua wilayah bekas konflik di Malut sebenarnya telah tercapai suatu po la pem ukim an yang memunculkan semacam pembauran relatif Setidaknya hal ini dilihat secara fisik di mana di dalam sebuah desa antara pemeluk Islam dan N asrani sudah dapat hidup berdampingan Pembauran secara fisik dalam pola pemukiman maupun di lingkungan kerja tesebut telah mendorong mulai terjalinnya kontak sosial dan komunikasi sosial yang lebih intens di antara Muslim dan Nasrani walaupun di sisi lain secara umum ada konfigurasi wilayah yang berubah

Perubahan konfigurasi dimaksud ialah kalau dulu konsentrasi pemukiman Nasrani dijumpai di Temate sebelah Utara dan atau di Indonesia di samping tentunya banyak terdapat di Halmahera Utara tetapi kini konfigurasinya berubah dan pusat pemukiman Nasrani berpindah dan lebih terkonsentrasi di Tobelo-Galela atau ke Jailolo Tobelo-Galela kini praktis lebih merupakan daerah yang didominasi oleh mayoritas penduduk Nasrani baik dilihat dari jumlah penduduk maupun penguasaan atas kehidupan ekonomi dan politik setempat Kecenderungan berbeda kita jumpai di Tidore kini Tidore menjadi semakin homogen dan mungkin menambah kesan eksklusif sebagai sebuah wilayah Muslim Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa sebagian besar warga Nasrani memilih tidak kembali ke Tidore karena masyarakat Nasrani Tidore kini terbuka peluang untuk kembali ke tempat yang dirasa lebih ldquonyamanrdquo yakni di Tobelo- Galela-Jailolo kendati di wilayah-wilayah itu antara Muslim dan Nasrani telah belajar untuk kembali hidup bersama secara berdampingan

Resolusi konflik merupakan suatu term ino log i ilm iah yang m enekankan kebutuhan untuk melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka dan membagi proses penyelesaian konflik dalam beberapa tahap sesuai dengan dinamika siklus konflik yakni tahapan de-eskalasi konflik dan intervensi kemanusian dan negosiasi politik Persiapan dan pelaksanaan tahapan problem-solving approach dan tahapan peace building di ketiga wilayah cenderung belum tercapai terutama untuk kasus Poso yang masih lsquojalan di tem p atrsquo pada tahap de-eskalasi dan intervensi keamanan

D alam kon teks te rten tu power sharing keterwakilan etnisitasagama selain kem am puan dalam penetapan bupati (pilkada) di Maluku dan Maluku Utara bisa jadi dianggap sebagai upaya problem-solving approach Upaya menghidupkan Hibualamo program untuk anak di daerah konflik LSM Save The Children di Halut model desa multikultural Wayame di Ambon program focal-point Depsos dan Depag Jembatan Perdam aian dan Forum K om unikasi A ntarum at Beragam a diharapkan bisa menjadi embrio tahapan peace building yang operasional dan berdam pak nyata di kemudian hari

Catatan Penutup

Keterlibatan negara dan masyarakat dalam proses resolusi konflik di Sulawesi Tengah Maluku dan Maluku Utara relatif beragam sesuai keadaan setempat ketika mengalami status darurat militer darurat sipil dan tertib sipil Poso di Sulteng sampai tahun 2005 (era P residen SBY) masih m engalam i kond isi pem bunuhan penembakan dan pengeboman sporadis Hal ini menunjukkan masih ada gejala weak state (negara lemah) atau failure state (negara gagal) de-eskalasi konflik di Poso Langkah perlucu tan sen ja ta dan penghentian kekerasan tampaknya relatif belum berhasil d ilakukan A parat yang m estinya m em adam kan konflik pada aw alnya

8 3

cenderung tidak netra l atau berp ihak membela satu kelompok Bisnis persenjataan dan rasa aman cenderung terasa ada dan tiada Keadaan seolah-olah telah aman tetapi masih mencekam Entry-point pihak ketiga untuk mendamaikan masih belum berhasil

Kondisi Ambon Maluku pun awalnya demikian Bila ditinjau dari tahapan resolusi konflik kondisi pada saat penelitian dilakukan masih dalam tahap persiapan untuk menuju peace building yaitu rekonsiliasi pada tahap awal Beberapa indikator kondisi konflik masih belum sepenuhnya menuju ke arah peace building karena tahap intervensi konflik masih terlalu banyak persoalan Baru disebut ldquoawalrdquo karena pengaturan hubungan sosial dalam bentuk segregasi tempat tinggal berdasarkan agama masih sangat jelas dan kemampuan pelibatan untuk masuk lewat program rekonsiliasi relatif kurang berjalan maksimal dan dampaknya cenderung belum terlalu besar Namun segregasi tersebut bisa pula dilihat sebagai salah satu upaya jangka pendek untuk mendukung resolusi konflik itu sendiri12

Peran negara dan m asyarakat di Maluku Utara relatif berhasil dalam de- eskalasi konflik dan negosiasi perlucutan senjata re la tif berhasil di Kao Ternate Tidore Tobelo dan Jailolo Pendekatan budaya Hibualamo pun sudah dilakukan di

12 Suatu kecenderungan peralihan kekuasaan dari masa otoritarian dari Soeharto ke BJ Habibie membutuhkan adaptasi karena persoalan-persoalan krisis politik dan ekonomi yang mereka hadapi terlalu besar dengan kapasitas pemerintahan yang rendah dan legitimasi politik yang kurang Bahwasanya penanganan konflik diserahkan ldquosepenuhnyardquo kepada aparat keamanan dengan kontrol yang amat rendah Peran Pemerintah Pusat yang kurang maksimal dalam de-eskalasi konflik tidak ditopang oleh peran pemerintah daerah yang seharusnya dapat menjadi aktor implementasi atas kebijakan-kebijakan de-eskalasi konflik Namun peran ini tampaknya kurang dimaksimalkan karena koordinasi penanganan konflik dikendalikan oleh pihak militer Lemahnya koordinasi dan strategi dalam penanganan konflik dengan alasan bahwa TNI dan Polri takut dianggap melanggar hukum Faktor ini menandai bahwa Indonesia belum memiliki ldquotools of lawrdquo atau perangkat hukum yang mengatur bagaimana TNI dan Polri difungsikan untuk melakukan pengamanan konflik Akibatnya aparat keamanan kurang maksimal berperan dan kelihatan tidak profesional sebagai syarat untuk melakukan de-eskalasi konflik dalam pengertian membuka jalan bagi adanya perdamaian

Halmahera Utara Namun demikian hal ini menim bulkan m asalah dalam intervensi kemanusiaan yaitu penanganan relokasi dan rehabilitasi pengungsi Malut Malut dan Poso di Temate Manado dan Bitung belum tuntas walaupun status pengungsi dinyatakan sudah tidak ada lagi K ebijakan dan program pemberdayaan ekonomi transformasi skills oflife atau kemandirian untuk para pengungsi belum maksimal

Selanjutnya pola relasi masyarakat dan negara dalam tahap pertama dan kedua resolusi konflik bisa pula dijelaskan lebih mendalam dengan mengacu pada elaborasi teori Strategic Choices dari Sung Hee Kim dan kondisi lapangan di daerah13

K elim a indikator tersebut mulai tampak secara berangsur-angsur untuk kasus Ambon di Maluku dan Tobelo-Jailolo di Maluku Utara Untuk Poso Tidore Temate Bitung dan Manado berdasarkan temuan data peneliti di lapangan daerah-daerah itu m asih m engalam i berbagai m asalah pengelolaan pembenahan Desa Wayame di Ambon Maluku secara relatif tampaknya adalah sebuah contoh pelajaran model reso lu si konflik yang am at baik bagi pem erin tah dalam m engem bangkan kebijakan politik (stateplanning) khususnya penataan tata mang di daerah-daerah yang mengalami masalah segregasi sosial dan kependudukan K asus D esa W ayame cenderung m em ilik i ketahanan sosial terhadap konflik dan tidak terseret arus dahsyat konflik karena desa ini adalah sebuah desa yang multietnik dan multikultur serta multiagama Hal ini disebabkan adanya pengaturan dan kesepakatan hubungan sosial (regulate social relationships) M asyarakatnya yang berla tar belakang berbeda tetapi berpendidikan ternyata tidak terimbas oleh konflik yang terjadi Di desa ini konsep pembauran sosial teijadi melalui

13 Lihat Sung Hee Kim etal Sosial Conflict Escalation Stalemate Deescalation (Mc Graw-Hill 2nd Edition 1986) hlm 30

8 4

Tabel P o la H u bu ngan N eg a ra dan M asyarakat da lam R eso lu s i K o n flik

PeranNegara

PeranM asyarakat

Pola Hub Neg- Masy

Kecenderungan Status Daerah

Keterangan

Strong (kuat) Dominan

Strong (kuat) partis ipatif

Trust (saling percaya)

Dem okratis

Am bon Tobelo Ternate (era tertib sipil)

-P ow er sharing p ilkada- Segregasi jk pendek- Desa W ayam e dan kebangkitan H ibuolam o di Halut-Forum Kom unikasi Antar Umat -Jurnalism e damai

Strong (kuat) Dom inan

W eak (lemah) Subordinat

D is-trust (tdk sa ling percaya)

Elitis

Am bon (era darurat m iliter

dan sipil) T idore (era tertib

sipil)

- Segregasi pem ukim an -Kom unitas re la tif homogen

W eak(lemah)Failure(gagal)

Strong (kuat) trust (percaya)

Partis ipatif

D is tn is t (saling curiga)

Volountary (kem andirian)

Jailo lo (darurat m iliter darurat sipil dan tertib

sip il)

- Tentarapolis i m enghilang saat konflik pecah-E n try p o in t oleh TNI re la tif belum berhasil sam pai terbentuk Kelom pok 30 di Ja ilo lo- R e-segregasi re latif berhasil -M ental-healing belum tuntas -Program Jem batan Perdamaian

Weak(lemah)Failure

___(gaga)___

W eak (lemah) Subordinat

D istrust (saling curiga)

Om mision (kekosongan)

Poso Sulteng (Habibie Gus

Dur Mega SBY)

-Perlucutan senjata belum tuntas -P ow er sharing p ilkada belum m em buahkan rasa aman

Diolah dari mengelaborasi teori Joel Migdal oleh Syafuan Rozi amp Septi Satriani P2P LIPI Desember 2005

Catatan Indikator yang digunakan untuk mengukur kuat atau lemahnya peran negara dan masyarakat adalah kriteria1 Zearfersipkepemimpinan negara dan masyarakat2 Statepannmgperencanaan negara dan partisipasi masyarakat3 Capacities to penefrafekemampuan pelibatan untuk masuk (entry point)4 Regulate social relationshipspengaturan hubungan sosial5 Extract resources and appropriate or use resources in determined wayspengelolaan sumber daya yang langka dan

diperebutkan dalam bentuk keadilan dan sharing (berbagi)

interaksi sosial yang tidak bersifat simbolik tetapi lebih pada interaksi sosial yang semestinya Ketika konflik terjadi kesadaran tum buh di antara m ereka untuk saling berbagi menjaga dan melindungi di antara kedua komunitas Islam dan Kristen yang ada di sana (extract resources and appropriate or use resources in determined ways)

Kebangkitan budaya ldquorumah besarrdquo Hibuolamo dan power sharing Kristen-Islam dalam jabatan bupati hasil pilkada langsung di H alut pun b isa d ijad ikan m odel rekonsiliasi di Maluku Utara Hubungan negara dan masyarakat di Tobelo era tertib sipil misalnya cenderung berangsur menuju pola saling percaya (trust) Berikut ini bagan kecenderungan peran negara masyarakat dan pola hubungannya pada tahapan de- eskalasi dan intervensi kemanusiaan

Upaya-upaya pemulihan keamanan yang dilaksanakan oleh aparat keamanan di Poso cenderung menemui beberapa kendala Kendala pertama berkaitan dengan masih adanya dendam di kalangan para kelompok radikal Kelompok yang dimaksud adalah kelompok yang dulu pernah terlibat konflik dan juga dulu pernah m enjadi korban Kelompok ini tidak berada pada masyarakat secara um um nam un hanya pada sekelom pok kecil m asyarakat saja Kelompok ini umumnya bersikap pasif dan tidak mau bekerja sama dengan aparat keamanan dalam mencari pelaku

K endala yang kedua berkaitan dengan sistem kependudukan yang tidak diatur dengan baik Semenjak meletusnya konflik Poso hingga ke masa pascakonflik sistem kependudukan Poso belum ada penataan Pada saat terjadinya konflik

8 5

Tabel D ua Tahap R esolusi K onflik Peran dan H ubungan N egara-M asyarakat

TahapanResolusiKonflik

W ilayah State Position Society Position State-SocletyRelation

De-eskalasi Sulteng (Poso) Weak (lemah) Failure (gagal)

Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

ContendingMaluku (Ambon) Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

ContendingMaluku UtaraTobelo-Galela Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

AnarchicalDistrust (saling curiga)

Ommision (kekosongan)

Temate Weak (lemah) Failure (gagal)

Weak (lemah) Subordinat pasif

DiffusedDistrust (Kabur saling

curiga)

Jailolo Weak (lemah) Failure (gagal)

Weak (lemah) Subordinat pasif

DiffusedDistrust (Kabur saling

curiga)

Tidore Weak (lemah) Distrust Weak (lemah)

Subordinat pasif

DiffusedDistrust (saling curiga)

ContendingIntervensi kemanusiaan dan negosiasi

Sulteng (Poso) Weak (lemah) Failure (gagal)

Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

DiffusedDistrust (saling curiga)

Contendingpolitik Maluku (Ambon) Patronage

Menyediakan penengah (provide mediation) Trust

Semi-PartisipatifTrust

PyramidaiElitis

Problem Solving

Maluku UtaraTobelo-Galela Patronage

Menyediakan penengah (provide mediation) Trust

Mengangkat identitas bersama

(Foster shared identities)

Problem Solving

Temate Patronage Weak (lemah)

Failure (gagal) Distrust

Weak (lemah) Subordinat pasif

Distrust

PyramidaiElitis

Jailolo Menyediakan penengah (provide

mediation)

Semi-Partisipatifinisiatif

Volountary(kemandirian)

Trust

Problem Solving

Tidore Patronage Weak (lemah)

Distrust salah satu pihakkeduanya

mengundurkan diri

PyramidaiElitis

Withdrawal

Diolah oleh Syafuan Rozi Emilia Yustiningrum amp Septi Satriani P2P LIPI Desember 2005Keterangan Trust = saling percaya Distrust = masih saling tidak percaya Contending = saling bersaing Problem Solving= sama-sama berupaya memecahkan masalah Yielding= sama-sama memberi konsensimengalah Withdrawal = salah satu pihak keduanya mengundurkan diri

86

beberapa kepala desa mengungsi ada pula yang te tap tinggal di w ilayah ini Permasalahan muncul ketika datangnya para pengungsi dari daerah lain yang menempati wilayah tersebut dan belum didaftar dengan baik Akibatnya orang menjadi sangat mudah masuk dan keluar dari wilayah Poso dan kesulitan dalam melacak pelaku bila teijadi kekerasan Sistem siskamling juga tidak dijalankan sehingga tidak bisa mendukung kinerja aparat keamanan14

Faktor trauma di kalangan anggota masyarakat masih begitu kuat karena konflik yang pemah teijadi Hancurnya sarana ibadah baik Muslim dan Kristen belum diperbaiki daerah kosong karena penduduknya yang mengungsi dan belum berani kembali ke tempat asal Selain itu hal ini berkenaan dengan m asalah hak-hak perdata m ilik pengungsi yang belum diperbaiki karena mereka yang mengungsi ini meninggalkan rumah dan tanah perkebunan sehingga pemilik tidak lagi menguasai rumah yang ditinggalkan dan lahan perkebunan yang telantar

Konflik yang berlangsung antara 1999-2000 telah mengubah pola hubungan konfigurasi etnik-agama di Maluku Utara Pusat pemukiman Nasrani kini cenderung lebih terkonsentrasi di Tobelo-Galela atau ke Jailolo baik dilihat dari jumlah penduduk maupun penguasaan atas kehidupan ekonomi dan politik setempat Kecenderungan berbeda kita jumpai di Tidore Kini Tidore menjadi semakin homogen dan mungkin menambah kesan eksklusif sebagai sebuah wilayah Muslim Dengan kata lain walaupun kalau dilihat dari pemukiman penduduk telah terjadi pembauran antara Muslim-Nasrani

14 Masih banyak sisa-sisa amunisi dan senjata api yang disimpan oleh masyarakat Senjata tersebut masih banyak yang disimpan meskipun sudah banyak juga yang telah diserahkan kepada aparat keamanan Aparat keamanan sendiri sudah berusaha memancing dengan pemberian hadiah-hadiah untuk anggota masyarakat yang bersedia menyerahkan senjatanya namun sebagian kelompok masyarakat ini tidak mau menyerahkan senjata mereka Kelompok ini masih memiliki ketakutan apabila nanti sewaktu-waktu diserang dan mereka tidak bisa membela diri

namun pascakonflik masyarakat berada pada titik di mana hubungan antara Islam-Kristen berupa saling menguatkan identitas ideologis masing-masing Kecenderungan demikian ten tu harus d ike lo la dengan baik dan d iperhatikan oleh pem erintah Hal ini disebabkan beberapa wilayah khususnya di Tobelo masih memperlihatkan kecenderungshyan tiap -tiap p ihak un tuk m enggalang kekuatan di bidang ekonomi dan politik

Tahapan rekonsialiasi di M aluku U tara akan terganggu b ila pem erintah m engabaikan un tuk m engem bangkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pascapengem balian ke daerah asal Pengungsi masih menginginkan program relokasi dan rumah tinggal tetap walaupun dengan program kredit murah Kerusuhan te lah m em buat lahan-lahan pertan ian perkebunan perikanan alat-alat produksi menjadi hancur sementara masyarakat masih mengandalkan mata pencahariannya dari sektor-sektor tersebut Pemerintah perlu memberi perhatian untuk pemberdayaan masyarakat agar bisa melanjutkan hidup misalnya untuk petani bagaimana pemerintah bisa membantu alat-alat pertanian dan alat- alat produksi Peran dan pola hubungan masyarakat dan negara yang semula kabur arogan dan kurang partisipatif (diffused elitis-pyramidal) bisa menimbulkan kendala dalam resolusi konflik di waktu mendatang15

15 Program intervensi kemanusiaan sebagai bagian resolusi konflik di Maluku Utara dan Maluku masih menghadapi kendala besar berhubung fakta adanya benang kusut masalah penanganan pengungsi di mana ribuan pengungsi masih tertahan di Kota Temate Banyak pengungsi belum menerima BBR (Biaya Bangun Rumah) dan bekal hidup Pengungsi sendiri menolak pulang bila BBR dan bekal hidup belum diberikan Kisruh masalah ini terkait erat dengan terjadinya banyak penyimpangan dan tidak seriusnya pemerintah daerah mdashdalam hal ini khususnya Dinas Sosial Provinsimdashdalam menangani program pemulangan pengungsi Penyimpangan yang banyak teijadi adalah akibat negara belum tegas dalam hukum dan tokoh pengungsi tidak dilibatkan secara partisipatif duduk satu meja membuat rencana ke depan dan membuka pendanaan yang transparan Alokasi dana pengungsi bagaikan sebuah bagi-bagi proyek di lapangan Begitu pula penanganan pengungsi di Ambon Maluku masih dalam keadaan yang relatif sama Butuh keseriusan dan koordinasi berbagai pihak yang lebih baik untuk kepentingan bersama

8 7

Usulan Rekomendasi

Ada beberapa langkah yang sebenarnya dapat dilakukan sebagai langkah awal m erentas ja lan pan jang perdam aian pascakonflik sebagai berikut

1) Pertama pembagian kekuasaan secara bergilir Sentimen perebutan jabatan politik birokrasi berdasar garis komunal mdash bagi daerah yang baru saja te rliba t konflik komunalmdash perlu segera diredam dengan power-sharing atau keterw akilan atau pergiliran etnisitas dalam kekuasaan Suatu kota yang m ayoritas didom inasi agama tertentu bisa saja pejabatpegawai yang diangkat sebagaim ana garis keagamaan penduduknya sedangkan yang seimbang perlu ada perimbangan dan pergiliran agar tidak terjadi eskalasi konflik Kedua peran pem erin tah daerah m em bangun early warning system menjadi penting karena berdasarkan pengalaman konflik yang pemah ada dan juga masih beragamnya potensi konflik yang bisa muncul bisa dideteksi lebih dini

2) Kasus desa Wayame Saparua Maluku cenderung bisa m enjadi sebuah contoh pelajaran model resolusi konflik yang baik bagi pemerintah dalam mengembangkan kebijakan politik khususnya penataan tata ruang di daerah-daerah yang mengalami masalah segregasi sosial dan kependudukan Desa Wayame memiliki ketahanan sosial terhadap konflik dan tidak terseret arus dahsyat konflik yang te rjad i karena m ultie tn ik dalam ku ltu r serta agam a penghuninya Di desa ini konsep pembauran sosial teijadi melalui interaksi-interaksi sosial yang tidak bersifat simbolik tetapi lebih pada interaksi sosial yang semestinya Ketika konflik terjadi kesadaran tumbuh di antara mereka untuk saling menjaga dan melindungi di antara kedua komunitas Islam dan Kristen yang ada di sana Kesadaran bukan tumbuh sesaat tetapi melalui proses interaksi sosial yang panjang Pendidikan menjadi salah satu

faktornya hanya dapat dibangun melalui penciptaan masyarakat yang membaur lewat pendidikan multikultural sebagai instrumen katalisator untuk saling menghormati

3) Perlu dibangun kesadaran masyarakat agar tidak mudah diprovokasi oleh pihak lain yang ingin mencari keuntungan sendiri di samping upaya penegakan hukum serta perlunya jaminan kesejahteraan bagi aparat keamanan agar tidak menyalahgunakan posisinya untuk kepentingan pribadi Di samping itu perlu juga dipikirkan kesejahteraan secara ekonomi masyarakat sebab kemiskinan merupakan ladang empuk bagi orang-orang yang tidak bertanggung jaw ab (provokator) untuk menjadikan mereka (orang-orang miskin tersebut) sebagai a lat pencapai tujuan provokator Program membangun Malut sebagai tujuan wisata memerlukan pelibatan masyarakat menyediakan penginapan home stay di rumah keluarga Untuk daya tariknya pemda dan masyarakat bersinergi membuat festival rakyat berkala dengan berbagai tema sentra kerajinan pasar seni pasar jajanan dan oleh-oleh budi daya hasil kelautan wisata dan olahraga bahari

4) Untuk menangani pengungsi kembalikan w ew enang kepengurusan pengungsi di tangan pemerintah daerah tingkat kabupaten dan d ihapus w ew enang p ihak ketiga (kontraktor) dalam hal ini melibatkan tokoh pengungsi sebagai team-work Pemberian dana bantuan BBR dan biaya lauk pauk agar bersam aan seh ingga dana yang sudah disalurkan tidak dialihkan untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari Hal ini memerlukan koordinasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten dalam hal data sehingga tidak ada lagi kesimpangsiuran di lapangan Kalau perlu masalah pengembalian pengungsi tidak hanya d ilakukan secara sepihak oleh pem erintah dan harus mulai melibatkan tokoh-tokoh masyarakat baik adat dan agama sehingga kem ungkinan m enjadikanpengungsi untuk komoditas dapat dihindari

8 8

Daftar Pustaka

Chauvel Richard 1990 Nationalists Soldiers and Separatists Leiden KITLV Press

Sung Hee Kim et al 1986 Sosial Conflict Escalation Stalemate Deescalation Mc Graw-Hill 2nd Edition

Kriesberg Louis 2003 Constructive Conflicts From Escalation to Resolution Maryland Rowman and Littlefield Publisher Inc

Varshney Asutosh 2002 Ethnic Conflict and Civic Life Hindus and Muslim in India New York Yale University Press

R esu m e

MINORITAS MUSLIM DI AUSTRALIA DAN INGGRIS

Indriana Kartini

Abstract

The w ar against terrorism has becom e the main topic and spread a ll over the w orld since the bombing o f WTC building in Septem ber 11 2001 The issue is that rather fighting terrorist as the actor o f terrorism the war is blured with fighting M oslem peop le as the most victim ized as the actor o f terrorism M oslem s in Australia and United Kingdom two countries that becom e close supporter o f USA in the w ar against terrorism has suffered o f negative pu blic perception It is interesting to analyse po licy in those two U S rsquo close allies The research that has been conduct com pares p o licy o f Australia and Britain after the bombing Im age o f M oslem community in those countries is shaped by the role o f mass media as the source o f opinion The w ar against terrorism has negative

effect that it is victimizing M oslem community as the source o f terror

Isu terorisme merebak ke penjuru dunia khususnya pascatragedi pengeboman WTC di New York pada 11 September

2001 Tujuan m endasar dari ldquoperang melawan terorismerdquo yang dikumandangkan Amerika Serikat menyusul peristiwa 11 September akhirnya menjadi kabur yakni antara memerangi terorisme atau memerangi Islam Penggalangan dukungan dari negara- negara lain yang diprakarsai AS untuk melakukan perang melawan terorisme lebih tampak sebagai penggalangan sikap untuk turut mencurigai setiap kelompok Muslim Oleh sebab itu sikap an ti-Islam yang diwujudkan melalui teror dan intimidasi terhadap kelom pok m inoritas M uslim m uncul di beberapa negara term asuk Australia dan Inggris khususnya mereka yang diduga mempunyai keterkaitan dengan jaringan teroris internasional

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Indriana Kartini (koordinator) Afadlal Hamdan Basyar Riza Sihbudi Sri Nuryanti Dhuroruddin Mashad

Penulis adalah peneliti pada Bidang Penelitian Politik Internasional P2P LIPI Jakarta

Hubungan Muslim dan Non-Muslim di Australia Tataran Masyarakat

Hubungan Muslim dan non-Muslim di Australia mengalami pasang surut Hal ini diakibatkan oleh banyak faktor misalnya soal kesejarahan perkembangan situasi yang kom pleks dengan adanya isu-isu baik nasional m aupun in te rnasional dan generalisasi yang berlebihan atas eksistensi komunitas Muslim di Australia

Dari sisi sejarah datangnya Islam di A ustralia diyakini dibaw a oleh pelaut Makassar pemburu tripang pada tahun 1750 kemudian terjalin hubungan dagang dan perkawinan campuran Fase berikutnya pem erin tah A ustra lia m endatangkan pengendara unta dari Afghanistan yang awalnya dipakai untuk mengatasi keadaan alam yang sangat sulit Pada perkembangan berikutnya m ereka diberdayakan untuk membangun jalur telegraf dan jalur kereta yang disebut Ghan Train Fase selanjutnya banyak berdatangan imigran dari negara- negara Eropa dan Timur Tengah Imigran dari negara Eropa memang tidak signifikan bagi

91

perkem bangan kom unitas M uslim di Australia Namun demikian kedatangan imigran dari negara-negara Arab dan Timur Tengah sangat signifikan dalam sejarah perkembangan Islam di Australia

Beberapa hal yang m empengaruhi hubungan antara masyarakat Muslim dan non -Muslim di Australia yaitu dilihat dari jumlah kelom pok keagam aan (relative size o f groups) tidak adanya overlapping antara agam a yang berbeda tidak adanya ghettoisasi dan tidak adanya politisasi atas perbedaan yang ada yang pada dasarnya m em pengaruhi pasang surut hubungan antarmasyarakat itu Dari hal-hal tersebut suatu kesim pulan dapat d itarik bahwa meskipun hubungan antara Muslim dan non- Muslim terkadang mengalami fluktuasi namun masih dikatakan wajar yang artinya tidak mengarah kepada pengucilan permanen atas kelompok Muslim

Pesatnya perkembangan komunitas Islam di Australia pada gilirannya tidak lagi d ianggap sebagai fak to r yang tu ru t menggerakkan perekonomian di Australia tetapi kemudian dilihat sebagai bagian yang ldquom em bahayakanrdquo kelangsungan hidup komunitas kulit putih di Australia yang didominasi budaya Anglo-Saxon Sebagai akibatnya hal ini memunculkan kebijakan yang membatasi perkembangan komunitas Muslim dengan dikeluarkannya kebijakan White A ustralia Policy 1901

Kebijakan ini berpengaruh terhadap menyurutnya kedatangan imigran dari Timur Tengah dan negara Arab Setelah kebijakan tersebut d irev isi pada tahun 1958 dan akhirnya dihapus sama sekali pada tahun 1972 barulah komunitas Islam di Australia menggeliat lagi dengan banyaknya imigran dari negara-negara Arab dan Timur Tengah

Sebagaim ana disinggung di atas hubungan an tarm asyarakat m engalam i pasang surut tergantung pada isu-isu yang mewarnai perkembangannya Hubungan antarm asyarakat pada dasarnya terjalin dengan baik Selam a ini pem erin tah

A u stra lia dan m asyarakat A ustralia menghormati pelaksanaan asas multikultur A ustralia Nam un dem ikian hubungan memburuk manakala ada isu internasional yang merupakan generalisasi berlebihan atas suatu persoalan atau stigma atas kelompok M uslim A u stra lia yang kem ungkinan dipengaruhi oleh opini-opini yang dibangun m edia m assa Stigm a kedekatan Islam dengan terorisme Arab dan lain-lain yang menyudutkan umat Islam di Australia pada beberapa peristiw a telah memunculkan tindakan diskrim inatif bahkan kekerasan seperti ketika dilakukan sweeping pada komunitas Muslim Australia pascapeledakan Bom WTC dan Bom Bali

Media massa memegang peran penting dalam pembentukan opini publik khususnya yang berkaitan dengan eksistensi kelompok Muslim Meskipun dalam perkembangannya kelompok Muslim ini mengorganisasi diri dalam berbagai bentuk organisasi dari organisasi formal yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan sampai organisasi radikal diskursus yang berkembang dalam m asyarakat A u stra lia khususnya yang berkaitan dengan fundam entalism e atau terorisme tidak harus dihubungkan dengan keberadaan organisasi Islam ini Sayangnya m edia m assa te rkadang bias dalam pemberitaannya sehingga sikap masyarakat yang tidak berlebihan atas suatu hal diekspos besar-besaran oleh media Hal ini sering m enim bulkan salah persepsi mengenai eksistensi komunitas Muslim di Australia dan keterkaitannya dengan isu-isu terorisme D engan sem angat m ultiku ltu ra lism e seharusnya bisa dibangun kondisi yang lebih kondusif bagi munculnya pemahaman yang komprehensif mengenai komunitas Muslim di Australia

Kebijakan Pemerintah Australia terhadap Minoritas Muslim

r

K ebijakan pem erin tah federal Australia terhadap minoritas Muslim beijalan dalam ruang politik yang dikuasai oleh dua

9 2

kekuatan politik yaitu gerakan konservatif dan gerakan progresif Kedua kekuatan politik itu sesuai dengan sistem yang berlaku di Australia selalu berusaha membangun keb ijakan serasi seh ingga ben tuknya merupakan pelbagai variasi penerapan nilai- nilai liberalisme Persamaan sikap kedua kekuatan politik yang paling menonjol adalah konsistensi m ereka dalam m enjalankan prinsip sekularisme dan praktik pemerintahan Westminster Kedua konsistensi ini telah menempatkan komunitas Muslim Australia sebagai objek yang harus m engalam i sosialisasi nilai-nilai liberal dan peradaban Barat

Kedua kekuatan politik yang dalam praktik kenegaraan terwakili oleh Partai Liberal dan Partai Buruh selalu berusaha m enegakkan n ila i-n ila i seku ler dalam masyarakat Manifestasinya ialah memegang teguh peradaban Barat yang memisahkan kegiatan-kegiatan sosial politik dari kegiatan- kegiatan keagam aan Peradaban Barat m enganggap keg iatan sosia l po litik m asyarakat sebagai urusan m asyarakat sendiri Oleh karena itu kedua kekuatan po litik te rseb u t akan sela lu m elihat komunitas Muslim sebagai komunitas yang tidak mengunggulkan identitas keagamaan dalam pergaulan kemasyarakatan Program multikulturalisme tampak sebagai koleksi budaya dan bukan koleksi cita-cita kelompok sosial beragama Kelompok sosial Islam dianggap sebagai bagian dari koleksi budaya tersebut

Kedua kekuatan politik juga sepakat menjaga sistem politik yang merupakan warisan Inggris di mana parlemen memiliki otoritas tertinggi dalam penyelenggaraan pemerintahan Sementara itu pemerintah merupakan bagian dari parlemen tersebut Konsekuensinya semua undang-undang harus bersumber pada aspirasi masyarakat dan tidak boleh m engam bil ru jukan keagamaan Mereka menganggap kedaulatan Tuhan tidak bisa hidup dalam praktik politik di A ustralia M ereka ju g a cenderung

melakukan liberalisasi komunitas Muslim dengan tujuan menanamkan nilai-nilai liberal dan peradaban Barat

Percaturan kekuatan politik yang melibatkan kedua gerakan tersebut telah m elandasi kebijakan pem erintah federal melakukan pengawasan yang amat ketat kepada kelompok-kelompok sosial Islam yang d ituduh te ro ris U ndang-undang antiterorism e m enjadi beban psikologis komunitas Muslim karena merasa selalu menjadi sasaran operasi intelijen dan polisi federal Akan tetapi percaturan kekuatan politik juga melandasi persamaan hak-hak kom unitas M uslim serta m endapatkan jaminan hidup sesuai prinsip welfare state Misalnya pemerintah memberikan subsidi kepada lembaga-lembaga pendidikan dan kemasyarakatan Islam

Minoritas Muslim di InggrisTataran Sosial

Meski tak ada informasi pasti kapan tepatnya agama Islam masuk ke Inggris tetapi setidaknya terdapat catatan yang menyebutkan bahwa pada abad ke-10 telah ada Muslim yang menginjakkan kakinya di negeri yang disebut Al Bartun itu Kaum Muslim kian banyak dijumpai di Inggris terutama terjadi di era imperialisme dan kolonialisme Inggris yang mencaplok banyak wilayah Timur yang komunitasnya mayoritas Islam termasuk khususnya dari Asia Selatan Seiring dengan hadirnya ldquokomunitas baru in irdquo sejak 1919-an m ulai berm unculan boarding-house (rumah kontrakan) yang didirikan sekaligus dihuni oleh komunitas Islam

B erdasar data yang d iterb itkan Minority Rights Group International pada Agustus 2002 tergambar bahwa komunitas Muslim tersebar Muslim terbanyak tinggal di London (1 juta) lalu Bradford (82750) Scotland (60000) Wales (50000) Leeds(3 0 0 0 0 ) O ldham (25 000) L ecester(25000) Birmingham (150000) dan Irlandia

9 3

U tara (4000) Dari seluruh kom unitas Muslim sebagian besar berasal dari sub kon tinen Ind ia Turki serta sebagian keturunan Timur Tengah dan atau Afrika

Generasi awal Muslim Inggris tidak semuanya kaum pendatang Shaikh Abdullah Quilliam adalah salah satunya Keislaman mualaf yang intelektual dan aktivis ini diikuti banyak orang termasuk sejumlah ilmuwan bereputasi Sebagai intelektual Quilliam sangat produktif dalam menulis tentang Islam Bahkan tulisannya berjudul ldquoThe Faith of Islamrdquo diterjemahkan ke dalam 13 bahasa Tak sedikit komunitas Inggris pada tahun 1880-an tertarik menjadi Islam lantaran terpengaruh tulisan dan aktivitas Quilliam ini Tahun 1891 Quilliam mendirikan masjid dan akademi yang mengelola bermacam-macam kegiatan seperti sekolah literary society oriental library museum serta menerbitkan jurnal The Crescent (terbit mingguan) dan Islamic World (terbit bulanan)

Salah satu organisasi yang sangat berjasa dalam pengembangan Islam Inggris adalah Pan-Islamic Society (PIS) yang didirikan Dr Abdullah Suharawardy yang berusaha m enghilangkan salah persepsi tentang Islam di lingkungan masyarakat non- Muslim Sebagai upaya memperkokoh PIS akhir abad k e-19 Dr Leitner mendirikan Woking Mosque m enjadi tonggak awal hadirnya sebuah masjid di London Woking Mosque ini punya pengaruh reg ional melakukan korespondensi sangat intensif dengan m uslim di luar Inggris seperti Belanda Norwegia Swedia Hungaria dan lain-lain yang dipublikasikan pula dalam Islamic Review

Dalam konteks kekinian strategi pendidikan dalam mempersiapkan generasi muslim modem dalam konstelasi dunia Barat tetap berlanjut Sekolah model ini bukan saja berguna untuk m em bangun kesadaran keberagam aan an tara M uslim dengan penganut agama lain tapi juga dengan sesama Muslim lain yang sebagian besar datang sebagai imigran dari banyak negara

Karena ada ldquolampu hijaurdquo dari pemerintah institusi pendidikan Islam berkem bang bahkan sampai tingkat perguruan tinggi seperti The Muslim College di London atau Markfteld Institute ofHigher Education The Institute o f Higher Islamic Daruul Uloom (L eiceste r) B ahkan di lingkungan pendid ikan k o n serv a tif seperti Oxford University telah berdiri Oxford Centre Islamic Studies (OCIS)

Dalam konteks ekonomi Muslim hal ini semula mengalami problem di dunia perbankan dengan sistem konvensional Setelah melalui lobi bertahun-tahun akhirnya HSBC mulai Juli 2003 mengadopsi sistem pendanaan Syariah lalu menyusul Islamic Bank ofBritain di London (September 2004) dan pada Maret 2005 diikuti Lyods TSB bank terkemuka di Inggris Memang beberapa kasus perlakukan tidak adil terhadap Muslim m asih te rjad i ba ik dalam hubungan antarindividu dunia usaha ataupun seputar isu jilbab di lembaga pendidikan Namun demikian problem itu dapat diselesaikan melalui jalur hukum secara relatif adil

Sebagian besar m igran M uslim berasal dari pedesaan asal negaranya suatu lokasi mdashyang berbeda dengan perkotaanmdash yang pengaruh w esternisasi dalam ide norma gaya dan cara hidup belum masuk secara intensif dalam kehidupan mereka K etika berm igrasi ke Inggris m ereka mengalami sebuah keterkejutan budaya sebagai akibat menghadapi sebuah komunitas baru yang sangat berbeda Terkait dengan persoalan ini mereka setidaknya meliputi tiga kelompok Muslim Pertama ldquokelompok fanatikrdquo Realitas politik internasional yang sangat tidak menguntungkan Islam adanya p o litik s tandar ganda dari kekuatan hegemoni dan adanya semangat kebangkitan Islam di seluruh dunia ikut mempengaruhi pem ikiran sebagian M uslim Inggris ini Kedua kelompok yang masih mencampurshyadukkan ajaran Islam dengan kultur sesuai dengan garis etnisitasnya Sebagai bagian terbesar dari komunitas Muslim Inggris

9 4

mereka cenderung longgar terhadap sebagian kultur Barat namun sangat anti pada bagian lain Ketiga kelompok muslim kebarat- baratan yang jumlahnya sangat kecil

Terutama bagi kelompok Muslim fanatik problematika sosial yang sering kali muncul antara lain (a) Soal pendidikan gaya Barat (inggris) yang tak ada aturan apalagi batasan hubungan beda kelam in dinilai bertentangan dengan nilai Islam dan kultur asal mereka Realitas ini mendorong mereka berusaha m ewujudkan institusi sekolah tersendiri (b) Mainstream media massa serta dunia hiburan menurut parameter mereka dinilai te rla lu vulgar m enjadi fak tor penyebab penyim pangan tingkah laku generasi muda (c) A turan hukum legal form al Inggris belum m am pu m engshyakomodasi syariah dalam kehidupan umat Islam (d) Mereka terkadang dihadapkan larangan pelaksanaan salat (apalagi Jumat dan hari besar Islam) pada jam-jam kantor jam sekolah jam pabrik (e) Fasilitas-fasilitas umum (seperti pem andian umum) sulit dimanfaatkan kaum muslimah tanpa harus melanggar keyakinan kultural keagamaanshynya Realitas-realitas tadi menyebabkan kaum M uslim sebagai warga m inoritas keagamaan terbesar tetap merasa diabaikan pemerintah bahkan oleh masyarakatnya

Di tengah upaya konsolidasi umat ini komunitas Muslim juga menghadapi problem in ternal ak ibat faksionalism e dalam kehidupan keagamaan seperti (1) Isu-isu kemurnian ajaran agama seperti Barelvi (pengaruh Asia Selatan) vs Wahabi (pengaruh Arab Saudi) (2) Isu-isu sosial politik seperti antara pengikut Jamaah Tabligh yang ldquoa- politisrdquo vs Jam aat Islami dan Ikhwanul Muslimin yang kental dengan politik (3) Isu regionalisme akibat beda asal negara asal wilayah dengan latar belakang bahasa etnis kultur dan kebiasaan berbeda M ereka m erasa lebih sreg berhubungan dengan komunitas Muslim yang sama latar belakang asalnya (4) Ghetto Komunitas Muslim tinggal mengelompok dalam komunitas

Muslim sendiri guna mencegah lahirnya generasi Muslim yang asing terhadap Islam

Persepsi tentang Islam di dunia Barat termasuk Inggris telah terbentuk selama berabad-abad Meskipun selama waktu itu telah terjadi suatu proses untuk memahami Islam di dalam komunitas Barat namun realitas konflik sering kali masih terjadi Dalam konteks ini peran berita-berita di banyak media secara krusial terlibat dalam realitas ini bahkan ikut bertanggung jawab terhadap terbangunnya apa yang disebut ldquothe elite racismrdquo di Inggris di mana Muslim sering kali terkonotasi dengan barbar ignoran berpandangan sempit semi-citizen teroris gila penganut agama yang sangat tidak toleran Diskursus media massa Inggris yang secara ideo log is bernuansa anti- Muslim menjadi sangat mengental terutama sejak Revolusi Iran tahun 1979 Sejak saat itu terutama sejak terungkap dalam banyak berita is tilah fundam entalism e terus disejajarkan dengan Islam tentu saja dalam pemaknaan negatif

Sikap media seperti itu makin parah seiring dengan polemik buku The Satanic Verses tulisan Salman Rushdi Demonstrasi dengan membakar buku oleh Muslim sebagai s im bolitas ke terlukaan hati akibat penghinaan oleh m edia diliput dengan komentar-komentar yang lebih merefleksikan penilaian tentang karakter keagamaan yang m eletup-letup di kalangan Islam Sifat tersebut dilabeli sebagai membahayakan peradaban Barat Fokus komentar lebih terfokus pada isu-isu emosional Muslim ancaman kem atian fundam entalis abad pertengahan fanatisme serta militanisme Bahkan istilah-istilah ldquoMad Mullahs Iranian terrorist Mad Dog Gadaffirdquo yang sering kali m ew arnai m edia ikut m enyuburkan terbangunnya image negatif bagi komunitas Muslim1 Dalam konteks ini suara Muslim 1

1 Tahir Ababas ldquoMedia Capital and the Representation of South Asian Muslims in the British Press an Ideological Analysisrdquo Institute o f Muslim Minority affairs 2001 hlm 254

9 5

tak dapat ditangkap secara ldquojernihrdquo oleh komunitas Inggris pada umumnya Mereka tak memiliki kemampuan dan platform untuk mengajukan keberatan apalagi menjelaskan tentang berbagai hal yang secara distortif diberitakan media Problem seperti ini makin akut bagi Muslim Inggris terutama setelah tragedi WTC 9 September 2001 yang diikuti pula oleh tragedi Bom London 7 Juli 2005

K ebijakan Pem erintah Inggris terhadap M inoritas Muslim

Sejak awal Inggris Raya (Great Britain) terdiri dari masyarakat yang berasal dari empat kebangsaan yang berbeda yakni Inggris Skotlandia Wales dan Irlandia M ereka m enjadi sebuah negara ldquomultinasionalrdquo Mereka bersatu dalam satu identitas po litik dengan budaya yang berbeda Multikultural adalah slogan yang dikembangkan oleh Inggris

Konsep kewarganegaraan Inggris sebagai identitas politik dengan perbedaan berbagai bangsa tersebut menyebabkan para imigran dari bekas wilayah jajahan Inggris yang datang ke sana diperlakukan dengan baik dan diterima dalam sistem politik yang ada M ereka diperlakukan sebagaim ana bangsa Wales Irlandia maupun Skotlandia Kondisi itu telah menciptakan bangsa Inggris dengan kultur masing-masing Akan tetapi ketika ternyata para imigran tersebut banyak berdatangan ke sana maka ada kebijakan yang membatasinya Hal ini kemudian bershykembang pula apa yang disebut dengan sebutan ldquopatrialrdquo Istilah itu mengacu kepada orang-orang Inggris (British) asli yaitu yang berasal dari Inggris (England) W ales Skotlandia dan Irlandia serta keturunan mereka Istilah itu menimbulkan konotasi diskriminasi Warga yang bukan ldquopatrialrdquo tidak diperlakukan sama dengan warga yang ldquopatrialrdquo

Walaupun secara formal Inggris m enerapkan keb ijakan yang no n shydiskriminasi tetapi pada kenyataannya istilah tersebut telah menim bulkan sikap yang

diskriminatif Dalam kehidupan sehari-hari para ldquopatrialrdquo memperoleh hak istimewa sedangkan nonpatrial menjadi warga negara ldquokelas duardquo

Sikap tersebut juga muncul terhadap para M uslim di Inggris M ereka yang kebanyakan berasa l dari para im igran dianggap nonpatrial yang berarti tidak diutamakan dalam kehidupan di Inggris M ereka m engalam i d isk rim inasi yang berkaitan dengan pengamalan agama Islam

P aling tidak dua a tu ran hukum Inggris m em punyai dam pak signifikan terhadap keh idupan M uslim di sana Pertam a the Race Relations Act Undang- undang te rseb u t m elarang adanya diskriminasi berdasarkan ras dan etnis dalam berbagai kegiatan tetapi hak beragama tidak termasuk dalam undang-undang tersebut Dengan demikian Muslim di Inggris tidak m em punyai p ijakan hukum untuk mempertahankan haknya sebagai Muslim bila ada pihak lain yang melarang mereka ketika tengah m enjalankan kehidupan keberagam aannya M isalnya pada hari Jumat laki-laki M uslim dilarang untuk m elakukan salat Jum at atau M uslim ah dilarang mengenakan hijab (jilbab)

Kedua the Public Order Act yang dibuat pada tahun 1986 Undang-undang ini mencegah adanya dorongan kebencian rasial Selain itu the Crime andDisorderAct dibuat pada tahun 1998 U ndang-undang ini menciptakan kategori baru dalam tindakan rasial yang tidak menyenangkan termasuk penyerangan perusakan dan pelecehan Akan tetapi berbagai tindakan kebencian keagamaan yang ditujukan kepada para Muslim kembali belum tercakup dalam aturan-aturan tersebut Kondisi itu dapat m elah irkan perasaan te ra lien asi dan terpinggirkan di kalangan Muslim di sana Akibatnya mereka tidak dapat melakukan keh idupan secara ldquon o rm alrdquo dalam bermasyarakat

Sebenarnya masyarakat Muslim di Inggris m enging inkan pengakuan dan perlakuan yang sama dengan warga negara

9 6

lain Mereka ingin dianggap sebagai bagian masyarakat dari negara tersebut Hal itu berkaitan dengan hak asasi warga negara yang semestinya diperlakukan sama Hak asasi itu harus diterapkan kepada siapa pun tanpa melihat latar belakang warna kulit maupun keyakinan yang dianutnya Praktik keagamaan semestinya dapat dilakukan oleh penganut Yahudi Kristen maupun Islam

Memang di antara Muslim Inggris ada yang berkiprah dalam dunia politik Ada dua warga Muslim Inggris yang menjadi anggota parlemen (Majelis Rendah) Ada empat orang Muslim yang menjadi peers Ada satu orang Muslim Inggris yang menjadi anggota Parlemen Eropa Di tingkat lokal partisipasi M uslim Inggris m engalam i peningkatan yang cukup signifikan Pada pemilihan tahun 1996 160 Muslim menjadi anggota Dewan Kota (Councillors) Pada tahun 2001 jumlah anggota Dewan Kota yang Muslim berjumlah 217 orang Para anggota Dewan Kota tersebut mewakili daerah-daerah yang penduduk Muslim cukup besar seperti London Birmingham dan Bradford Keikutsertaan M uslim Inggris dalam kancah politik tersebut diharapkan dapat memberikan harapan yang lebih baik bagi kehidupan Muslim Inggris

Mtaslim di Australia dan Inggris Dimensi Internasional

K ehidupan m inoritas M uslim di Australia dan Inggris senantiasa terkait dengan peristiwa internasional Bahkan tidak jarang peristiwa kekerasan internasional berimbas terhadap kehidupan Muslim di dua negara tersebut M anakala terjadi aksi kekerasan internasional yang melibatkan Muslim maka minoritas Muslim di Australia dan Inggris langsung terkena imbasnya Misalnya saja pasca-Perang Teluk 1991 di mana Irak menginvasi Kuwait yang berujung pada penyerangan sekutu ke Irak aksi kekerasan terhadap minoritas Muslim di A ustralia pun terjad i K em udian aksi

terorisme 11 September 2001 di New York juga menimbulkan aksi kekerasan terhadap Muslim di Australia dan Inggris

P a sc a -11 Septem ber ldquoperang melawan terorismerdquo menjadi agenda utama kebijakan luar negeri AS Agenda tersebut juga diadopsi oleh Australia dan Inggris yang m erupakan sekutu terdekat AS Hal ini menciptakan koalisi triangular (baca AS Australia dan Inggris) dengan AS sebagai pemegang tongkat komando Ketiga negara tersebut juga mengeluarkan produk hukum yakni UU antiterorism e yang bertujuan memerangi terorisme Akan tetapi dalam kenyataannya komunitas Muslim menjadi target utama pelaksanaan UU tersebut Atas nama perang melawan terorisme beberapa warga M uslim di A ustralia dan Inggris ditangkap dengan menggunakan payung hukum tersebut Hal ini justru menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat Muslim bahwa tanpa bukti yang kuat bisa saja m ereka d itangkap dengan dalih memerangi terorisme Hal ini dapat dikatakan bahwa gerakan antiteror yang dilakukan pemerintah Australia dan Inggris justru m enim bulkan tero r terhadap m inoritas Muslim

Oleh karena itu kebijakan standar ganda yang dilancarkan pemerintah AS Inggris dan Australia justru menumbuhshysuburkan radikalisme di kalangan Muslim Laporan dari Royal Institute o f International Affairs a tau d ikenal Chatham House menyimpulkan bahwa invasi ke Irak oleh AS bersam a Inggris dan A u stra lia ju s tru m elahirkan perekru tan m ilitan M uslim sekaligus m eningkatkan propaganda perekrutan dan pengumpulan dana bagi gerakan al-Qaida Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pelaku pengeboman di London adalah para pemuda Muslim berkewarganegaraan Inggris Sementara di Australia terdapat pula pemuda Muslim yang berniat melakukan aksi bom bunuh diri di Lebanon pada 2002 Para pemuda tersebut merupakan bagian dari masyarakat Muslim

9 7

yang tidak menyetujui kebijakan luar negeri Inggris dan Australia yang agresif terhadap dunia Islam Hal ini terutama berkenaan dengan keikutsertaan Inggris dan Australia bersama AS dalam serangan ke Afghanistan dan Irak

Tatkala serangan m ilite r ke Afghanistan diluncurkan BBC melakukan polling pada November 2001 yang hasilnya sekitar 80 Muslim Inggris memandang aksi m ilite r AS dan Inggris tidak dapat dibenarkan Sementara pada saat perang Irak sekitar 66 Muslim Inggris menentang aksi militer ke Irak Sikap Muslim Australia juga menentang keikutsertaan militer Australia dalam serangan ke Afghanistan dan Irak Menarik untuk dicermati pernyataan Aziza Abdel Halim Presiden Muslim Women rsquos National Netwprk Australia yang mengungkapkan bahwa banyaknya pemuda Islam yang berpandangan radikal sebenarnya dampak kebijakan luar negeri Australia Aziza menegaskan bahwa pandangan radikal akan memudar bila pemerintah Australia dan Barat (baca Inggris dan AS) menarik mundur pasukannya dari Irak maupun Afghanistan sehingga serangan bom ke negara-negara Barat akan berkurang dengan sendirinya Oleh karena itu sudah saatnya pemerintah A ustralia dan Inggris m engkaji ulang kebijakan luar negeri terhadap dunia Islam yang justru kontraproduktif

M inoritas M uslim di A u stra lia dan Inggris Catatan Perbandingan

Australia dan Inggris merupakan dua negara yang didominasi kaum ldquokulit putihrdquo yang mengaku menganut sistem demokrasi liberal yang dalam hal ini kedua negara tersebut sama-sama m enerapkan sistem demokrasi parlementer Australia adalah anggota Persemakmuran yang dipimpin oleh Ratu Inggris Dengan kata lain Australia berada ldquodi bawahrdquo kekuasaan Ratu Inggris B ahkan j ik a k ita p erha tikan bendera A ustralia terlihat je las adanya gam bar

bendera Inggris di pojok kiri atas Oleh sebab itulah hal ini dapat dipahami jika kebijakan luar negeri Australia cenderung ldquomengekorrdquo pada kebijakan luar negeri Inggris

Begitu pula dalam hal kebijakan politik Australia terhadap Islam baik dalam skala makro (yaitu kebijakan luar negeri mereka terhadap Dunia Islam) maupun dalam skala mikro (yaitu kebijakan terhadap kaum minoritas muslim) cenderung mengikuti apa yang dilakukan Inggris Setidaknya hal ini terlihat jelas dalam hal pandangan mereka atas m asalah Irak A fghan istan dan terorisme

Dari aspek historis Islam masuk ke kedua negara tersebut pada sekitar abad ke- 18 Bedanya jika di Inggris kaum Muslim didom inasi para w arga keturunan dari kawasan Asia Selatan (India Pakistan dan Bangladesh) yang pada awalnya masuk ke negara ini sebagai pekerja sedangkan di Australia sebagian besar kaum Muslim berasal dari kawasan Afghanistan Turki dan Timur Tengah khususnya Lebanon

Hubungan antar-sesama kelompok Muslim baik di Inggris maupun di Australia secara umum tidak mengalami permasalahan Memang suatu kecenderungan pengelomshypokan atas dasar asal-usul (ras dan etnis) tetap ada namun ini tidak mengganggu interaksi sosial di kalangan mereka Di kedua negara ini sejumlah organisasi kaum muslim berdiri seperti Muslim Council ofBritain (MCB) dan Muslim Association o f Britain (MAB) di Inggris atau Australian Federation o f Islamic Council (AFIC) di Australia Organisasi- organisasi ini memainkan peranan penting dalam rangka memelihara hubungan baik (silaturahmi) di antara sesama komunitas Muslim serta dalam rangka memperjuangshykan kepentingan kaum minoritas Muslim

Di Inggris dan A ustra lia p ershytumbuhan jumlah kaum Muslim tergolong cukup pesat Bahkan di Inggris Islam menjadi agama minoritas terbesar (dibanding agama Yahudi atau Hindu) Sementara di Australia Islam merupakan agama minoritas

9 8

S

terbesar kedua (di bawah agama Hindu Budha) Sebagai minoritas kaum Muslim m endapatkan kebebasan dalam hal menjalankan ibadah keagamaannya (salat puasa maupun pergi haji) namun dalam hal hubungan dengan kaum non-Muslim bisa dikatakan m engalam i fluktuasi Secara umum hubungan tersebut relatif cukup baik nam un kadangkala m uncul perlakuan diskriminatif Hal ini sekaligus membuktikan bahw a kendati Inggris dan A ustra lia mengklaim dirinya sebagai ldquopenganut sistem demokrasirdquo dalam realitasnya tidak semua w arga negara m ereka benar-benar menampilkan diri sebagai ldquodemokrat sejatirdquo Di A ustra lia kaum M uslim sering m enghadapi kesu litan ketika hendak membangun tem pat ibadah (khususnya masjid)

Sikap negatif warga mayoritas non- Muslim terhadap kaum minoritas Muslim di kedua negara ini tidak lepas dari peranan media massa dalam membentuk opini yang dipenuhi prasangka negatif terhadap kaum Muslim Dalam kasus Salman Rushdie penulis novel Ayat-Ayat Setan yang jelas-jelas menampilkan penghinaan terhadap Islam misalnya media massa di Inggrismdashatas nama ldquokebebasan berekspresirdquomdash mengambil sikap yang merugikan kaum Muslim Media juga hampir selalu menampilkan hal-hal yang negatif dalam pemberitaan mereka tentang dunia Islam yang pada ujungnya ikut membentuk persepsi yang negatif dari kaum non-M uslim terhadap kaum m inoritas Muslim Hal ini dapat dimengerti mengingat

sebagian besar media massa di Inggris dan A ustralia dikuasai para pem ilik modal keturunan Yahudi

Dari sisi kebijakan resmi penguasa sendiri memang sering kali menyatakan bahwa semua warga negara di sana atas nama demokrasi dan hak-hak asasi manusia diperlakukan secara sama apa pun agama yang dianut oleh warga negara mereka Dalam konteks pelaksanaan bidang hukum m isalnya tidak ja rang kaum m inoritas M uslim m endapat perlakuan yang sama dengan warga non-Muslim Tidak jarang dalam beberapa kasus soal jilbab kaum minoritas Muslim memperoleh kemenangan di pengadilan

Akan tetapi sejak terjadinya kasus serangan te ro ris di A m erika pada 11 Septem ber 2001 (911) kecenderungan perlakuan yang sangat diskriminatif tampak ditujukan kepada kaum Muslim Bahkan beberapa saat setelah terjadinya kasus 911 (juga Bom Bali 2002 dan Bom London 2005) sejum lah m asjid di Inggris dan A ustralia d irusak atau dibakar massa Beberapa warga Muslim juga mengalami nasib yang mengenaskan karena dikeroyok massa Beberapa di antara mereka ada yang sampai meninggal dunia Hal ini sekaligus m em buktikan bahw a ldquoperang melawan terorismerdquo yang dikobarkan Amerika Serikat di baw ah rezim GW Bush m embawa dam pak n e g a tif te rhadap nasib kaum minoritas Muslim di negara-negara Barat termasuk di Inggris dan Australia

9 9

Resume

KEBIJAKAN PERTAHANAN AUSTRALIA DAN RESPONS NEGARA-NEGARA ASIA TIMUR DAN

SELANDIA BARU

Athiqah Nur Alami

Abstract

Australiarsquos position in Asia Pacific has a significant consideration on their policy making primarily defense policy Their close relationship with The United States o f America and the United Kingdom sometimes becomes impediment in building relations with neighbor countries in Asia The Australia s defense policy more or less reflects the big countries interest in Asia Pacific including Proliferation Security Initiatives SM-3 andAMIZ policies Those policies bring about various reactions from the East Asian Countries and New Zealand The different reactions are related strongly with their interest and cooperation with Australia

Australia merupakan suatu negara sekaligus benua yang m em iliki k a rak te ris tik cukup m enarik

dibanding negara lain Kebijakan Australia yang lebih condong ke Barat ternyata kerap menimbulkan ketegangan dengan negara- negara tetangganya di kawasan Asia Pasifik Pasalnya kebijakan pemerintahan Australia sedikit banyak tidak jauh berbeda bahkan sejalan dengan Inggris dan Amerika Serikat Termasuk di dalamnya kebijakan pertahanan Australia yang cenderung selalu memerlukan payung pertahanan dari negara besar dalam hal ini terjadi pergeseran dari Inggris ke Amerika yang dikenal dengan pergeseran dari Pax Britanica ke Pax Americana pada Desember 1941

Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri darTri Nuke Pudjiastuti (koordinator) Ikrar Nusa Bhakti Japanton Sitohang Mohamad Rum Athiqah Nur Alami Adriana Elisabeth Kusnanto Anggoro

Penulis adalah peneliti pada Bidang Politik Internasional P2P LIPI

Di dalam laporan penelitian tahun ini tim peneliti Australia berupaya menjelaskan bagaimana kebijakan pertahanan Australia tahun 2000-2005 termasuk perkembangan atau evolusi yang teijadi mulai pada tahun 1986 hingga 2005 dan isu-isu strategis yang muncul dalam kebijakan tersebut Kebijakan pertahanan Australia ini tentu saja akan memberikan implikasi ataupun pengaruh terhadap negara-negara tetangganya Oleh karena itu menganalisis respons dari negara- negara tetangga Australia dan juga negara- negara besar di A siamdash m eskipun tidak berbatasan langsung dengan Australiamdash terhadap kebijakan pertahanan Australia tersebut menjadi penting untuk dilakukan dalam penelitian ini N egara-negara di kaw asan A sia T im ur yang kam i p ilih berdasarkan signifikansi negara-negara tersebut dengan Australia dan juga terhadap politik internasional di wilayah Asia Pasifik yaitu Cina dan Jepang Sementara negara di Asia Tenggara yang juga dianalisis yaitu Indonesia Singapura Malaysia Filipina dan

101

Thailand Selandia Baru sebagai negara tetangga di selatan Australia juga menjadi bag ian an alisis atas respons terhadap kebijakan pertahanan Australia tersebut

Pengaruh Lingkungan Strategis dalam Kebijakan Pertahanan Australia

Sebagai negara rdquokulit putihrdquo yang berada di wilayah Asia membuat Australia merasa perlu mengembangkan kebijakan pertahanan salah satunya dengan membangun jaring-jaring pertahanan dengan negara-negara di Asia Tenggara Selain itu menjaga kepentingan Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik merupakan salah satu bentuk wujud aliansi abadi Australia kepada Amerika Serikat

Dua penekanan dalam kebijakan pertahanan itu lah yang terkadang m enim bulkan dilem a dalam kebijakan pemerintah Australia Di satu sisi Australia m embutuhkan Amerika Serikat sebagai penjamin keamanan negaranya Tetapi di sisi lain keberadaan Australia sebagai kaki tangan Amerika Serikat dianggap menghambat Australia dalam membina hubungan dengan negara-negara Asia

Oleh karena itu Australia berupaya merumuskan kebijakan pertahanan yang telah mengalami evolusi sejak 1986 hingga saat ini untuk mencari format yang paling tepat dalam m enjaga hubungan dengan Amerika Serikat sekaligus membangun hubungan baik dengan negara-negara tetangganya

Jauh sebelum Australia merdeka pada tahun 1901 h ingga tahun 1941 ketergantungan Australia kepada Inggris sangatlah besar karena sebagai salah satu negara Persemakmuran Inggris Australia merasa masih memiliki keterikatan historis dan politis dengan Inggris Namun perang dunia kedua membuat Inggris harus lebih memperhatikan kelangsungan eksistensinya di Eropa ketimbang menjaga keamanan negara-negara jajahannya di Asia Tenggara Terlebih dengan jatuhnya Singapura mdash

sebagai salah satu negara Persemakmuran Inggrismdashke tangan Jepang menyebabkan A ustra lia m em ik irkan kem bali k e te rshygantungannya dengan Inggris Karena itulah demi keamanan negara Australia beralih ke A m erika Serikat yang d iyak in i dapat memberikan jaminan keamanan dan payung perlindungan pertahanan kepadanya

K onsekuensi dari bentuk pengabdian-nya kepada Amerika Serikat A ustralia diwajibkan untuk mendukung bahkan berjuang bersama dalam berbagai kebijakan Amerika Serikat Misalnya pasca- tumbangnya Uni Soviet Amerika Serikat sedang giat memerangi komunisme di Asia Pasifik maka Australia pun melakukan hal serupa Dengan mengedepankan Forward Defence Strategy Australia bersama Amerika Serikat berupaya membendung penyebaran komunisme dalam Perang Korea dan Perang Vietnam Selain itu tergabung dalam South East Asia Treaty Organization (SEATO) British Commonwealth Far East Strategic Reserve (FESR) dan ANZUS bersam a Amerika Serikat menjadi pilihan Australia saat itu

Ketergantungan Australia terhadap Amerika Serikat dan juga Inggris tampaknya tidak cukup dapat bertahan lama paling tidak untuk sementara waktu pada akhir tahun 1960-an karena adanya perubahan lingkungan stra teg is di A sia saat itu Akibatnya Australia mengalihkan kebijakan pertahanannya m enjadi Self-Defence Strategy Perubahan inilah yang kemudian membuat Australia perlu untuk merumuskan format kebijakan pertahanan sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang dan karakter bangsa Australia

Untuk itu pada tahun 1986 Menteri Pertahanan Australia saat itu Kim Beazley menugaskan Paul Dibb seorang mantan personel Departemen Pertahanan Australia untuk mengevaluasi pelaksanaan Forward Defence Strategy dan memberikan masukan tentang kemampuan apa yang tepat bagi instrumen pertahanan Australia Hasilnya

1 0 2

Dibbrsquos Report mengusulkan suatu strategi penangkalan bagi pertahanan Australia yang terdiri dari empat lapis2 Lapis pertama meliputi intelligence dan surveillance yang komprehensif dengan memberikan prioritas pada pengawasan sejauh 1000mdash 1500 mil ke luar w ilayah A ustra lia S trateg i ini d im aksudkan un tuk m endeteksi para penyusup di wilayah laut dan udara Lapis kedua m enekankan pada kem am puan kekuatan laut dan udara dalam melakukan penyerangan untuk mengatasi ancaman yang melintas di wilayah laut dan udara Australia Lapis yang ketiga m em fokuskan pada kemampuan defensif untuk mencegah musuh mendekat ke wilayah penting di antaranya di ja lur pelayaran Australia Lapis terakhir mengandalkan mobile ground forces guna menumpas ancaman yang berhasil melewati laut dan udara yang dianggap membahayakan aset-aset penting dan pemukiman penduduk

Masukan dari Paul Dibb ini ternyata m enuai berbagai k ritik di an taranya kebijakan ini cenderung terlalu defensif dan isolasionis selain pembebanan anggaran yang tidak sedikit jika memang strategi ini diterapkan Australia Namun terlepas dari itu sem ua tidak dapat d ipungk iri bahw a masukan Dibb ini menjadi dasar dalam me- review kekuatan pertahanan Australia bahkan hingga Buku Putih Pertahanan Australia tahun 2000

Setahun kemudian dikeluarkanlah Buku Putih Pertahanan A ustralia rdquoThe Defence of Australiardquo Buku putih tahun 1987 yang merupakan kali pertama terwujudnya secara je la s artiku lasi s tra teg i m iliter A ustra lia in i m enekankan pada pengembangan ikatan-ikatan keamanan yang

1 Alex Tewes Australiarsquos Maritime Strategy in the 21st Century Research Brief No4 2004-05 Foreign Affairs Defence and Trade Sections Canberra Parliament o f A ustralia Parliam entary Library dalam http wwwaphgovaulibrarvpubsRB2004-0505rb04htm hal 10mdash 12

2 Review o f Australiarsquos Defence Capabilities Report to the Minister for Defence by Mr Paul Dibb Maret 1986 Canberra Australian Government Publishing Service

lebih dekat dengan kaw asan sekaligus menegaskan kembali pentingnya aliansi- aliansi militer Strategi penangkalan yang diusulkan Paul Dibb sedikit banyak diadopsi dalam buku putih tersebut terlihat dengan te tap adanya em pat lap is strateg i penangkalan Namun perbedaannya strategi tersebut lebih bersifat ofensif

Setelah berakhirnya perang dingin dan juga teijadi berbagai persoalan politik domestik di beberapa negara di Asia Pasifik3 Australia mulai memperbaharui lagi strategi pertahanan dan keamanan sebagai respons dari perubahan lingkungan strategis saat itu A khirnya pada tahun 1994 A ustra lia m engeluarkan B uku Putih Pertahanan A ustralia rdquoD efending A ustra liardquo4 yang memberikan perhatian lebih pada kerja sama pertahanan dengan negara-negara tetangga dan kurang m enekankan pada ikatan pertahanan Australia dan Amerika Serikat5 dan mengubah strategi pertahanan menjadi rdquomencari keamanan di dalam Asiardquo Dengan ini berarti Australia telah mengubah cara pandang tentang bahaya kuning (Jepang) dan bahaya m erah (RRC dan kom unism e) dengan m enjadikan m ereka m itra demi keamanan dan kemakmuran bersama di Asia dan meletakkan hubungan mereka dalam empat pilar utama yaitu politik ekonomi sosial-budaya dan pertahanan-keamanan6

3 Misalnya dalam konflik intern berbagai faksi di Kamboja gerakan etnonasionalisme suku Karen di Myanmar persoalan Moro di Filipina persoalan Bougenville di Papua Nugini persoalan emis India di Fiji persoalan Aborigin di Australia Gerakan Kemerdekaan Kanak di Kaledonia Baru persoalan GAM OPM dan integrasi Timor Timur di Indonesia

4 Commonwealth of Australia Australia rsquos Defence White Paper 1994 Defending Australia ACT AGPS 1994

5 Pengenduran ikatan pertahanan dengan Amerika Serikat merupakan bentuk dari independensi politik luar negeri Australia di bawah pemerintahan Partai Buruh

6 Makalah resmi yang dibawakan oleh PM Australia Bob Hawke Australia rsquos Security in Asia The Asia Lecture organized bay the Asia-Australia Institute University of New South Wales Sydney 24 Maret 1991 dalam Ikrar Nusa Bhakti dkk Persetujuan Pemeliharaan Keamanan Republik Indonesia-Australia Kaitannya dengan Stabilitas danKeamanan Regional Asia Tenggara Suatu TinjauanStrategis Politis Keija sama PPW-LIPI dengan Balitbang Deplu RI 1997 hlm 97

1 0 3

Pergantian tampuk kepemimpinan di Australia dari Partai Buruh kepada Partai Liberal-Nasional di bawah John Howard tentu saja mempengaruhi konsep pertahanan keamanan sebelumnya Dengan mengeluarshykan rdquo Australiarsquos Strategic Policyrdquo7 pada tahun 1997 menunjukkan bahwa PM John Howard lebih cenderung mendekat pada Inggris dan Amerika Serikat ketimbang dengan negara- negara tetangganya Strategi ini menekankan pada strategi kontinental dengan orientasi utam a pada kekuatan m atra laut yang ditunjang dengan kekuatan matra udara

Perubahan lingkungan di sekitar Australia kembali terjadi pada akhir tahun 1990-an di antaranya referendum dan akhirnya lepasnya T im or Tim ur dari Indonesia Peristiwa ini sempat menimbulkan ketegangan diplomatik antara Indonesia dan A ustra lia karena A ustra lia d ianggap m endukung kem erdekaan Timor Timur melalui operasi tentara Australia di sana Dari operasi di Timor Timur menunjukkan bahwa Australia membutuhkan kekuatan angkatan laut yang lebih andal bukan hanya untuk m engangkut pasukan tapi ju g a untuk melakukan penyerangan Selain itu juga dibutuhkan angkatan udara yang tangguh guna m enghalau musuh yang masuk ke negara-negara te tangga A ustra lia dan mengusir musuh jauh dari wilayah Australia Hal tersebut dituangkan dalam Buku Putih Pertahanan tahun 2000 rdquoOur Future Defence Forcerdquo8

Tragedi serangan terhadap menara kem bar WTC di W ashington pada 11 September 2001 oleh sekelompok teroris yang hingga kini belum terungkap kembali membuat Australia memperbarui strategi pertahanannya Sebagai salah satu sekutu Amerika Serikat Australia kembali beijuang bersama Amerika Serikat dalam memerangi

7 Commonwealth o f Australia Australia s Strategic Policy Canberra ACT Department o f Defence 1997

Commonwealth o f Australia Defence White Paper 2000 Defence 2000 Our Future Defence Force Canberra ACT Department o f Defence 2001

terorism e yang dikenal dengan Global Coalition Against Terrorism Ini termaktub dalam rdquoD efence W hite Paper 2003 A D efence U p d a terdquo9 yang berhasil mengidentifikasi tiga area ketidakpastian dan risiko ya itu te ro rism e g lobal senjata pemusnah massal dan kawasan bermasalah Perubahan s tra teg i pertahanan ini sesungguhnya amat terkait dengan perubahan strategi m aritim Amerika Serikat dalam memerangi terorisme di antaranya dengan kebijakan Proliferation Security Initiatives (PSI) yang dicetuskan George W Bush pada 31 Mei 2003

Berdasarkan berbagai buku putih yang dikeluarkan Australia menunjukkan bahwa A ustralia belum sepenuhnya dan tampaknya tidak akan pernah rdquobertarungrdquo secara mandiri Koalisi dengan Amerika Serikat justru semakin erat dan tercermin dalam keb ijakan pertahanan A ustralia berikutnya Salah satu bentuk konkret koalisi Amerika Serikat dan Australia ditambah dengan berbagai negara lain dunia dalam rangka m enggalang koa lis i m elaw an terorisme terlihat dalam berbagai latihan operasi m iliter dalam program PSI yang sering m elakukan latihan bersama PSI d itu jukan un tuk m encegah terjad inya perdagangan atau transfer ilegal senjata pemusnah massal antamegara atau dari suatu negara ke ak tor-ak tor nonnegara yang melanggar aturan dan norma internasional10

Sampai dengan tahun 2005 PSI telah didukung oleh lebih dari 60 negara dunia dari berbagai kawasan Meskipun PSI bukanlah sebuah o rgan isasi dan tidak m em iliki sekretariat atau markas besar kerja sama informal ini telah terbukti mampu mencegah pengem bangb iakan sen ja ta pem usnah massal

9 Commonwealth o f Australia Australia rsquos National Security A Defence Update Canberra ACT Department o f Defence 2003

10 C om m onw ealth o f A ustralia Weapons o f Mass Destruction Australia rsquos Role in Fighting Proliferation Practical Responses to New Challenges Canberra ACT Australian Government 2005

104

Bentuk kerja sama lain dalam rangka aliansi Amerika Serikat-Australia adalah penandatanganan nota kesepahaman dalam hal pertahanan missil pada Juli 2004 di antaranya diwujudkan melalui kerja sama pengembangan Standard Missile 3 (SM-3) yang merupakan pengembangan dari SM-1 dan SM-2 Kekuatan senjata yang ditujukan untuk memerangi terorism e inilah yang m endapatkan pertentangan dan respons beragam dari n eg ara-negara te tangga Australia khususnya negara-negara Asia Tenggara dengan adanya indikasi akan m unculnya p erta rungan rdquo The Son o f Starwars

Selain itu un tuk m endukung pengamanan maritim pada 15 Desember 2004 PM A u stra lia John H ow ard mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan negara tetangga dengan akan menerapkan pengawasan sejauh 1000 nm (1850 km) terhadap kapal yang akan menuju Australia melalui kebijakan Australia rsquos Maritime Identification Zone (AMIZ)11 Kebijakan ini kembali mengundang respons beragam dari negara tetangga yang terkena imbas dari kebijakan ini khususnya Indonesia Sejauh 1850 km tersebut untuk wilayah Indonesia berarti telah menjangkau sebagian besar wilayah Jawa dan melampaui laut Arafuru Akibat reaksi dari berbagai negara maka kebijakan ini berganti menjadi Australiarsquos Maritime Identification System (AMIS) Perlu kita cermati sesungguhnya perubahan kata zone m enjadi rdquosystem memiliki makna yang tidak jauh berbeda Bahkan penggunaan kata rdquosystem m em buat A ustralia lebih bebas m enterjem ahkan konsep kebijakan tersebut seluas-luasnya yang berarti bukan tidak mungkin lebih dari sekadar zone yang dikritik oleh berbagai negara karena melanggar kedaulatan negara yang bersangkutan

11 Press Release Strenghtening Ojfshore Maritime SecurityPrime Minister Howardrsquos Announcement Perth 15 Desember 2004

Isu S trategis dalam K ebijakan Pertahanan Australia

Selain membangun pertahanan missil bersama Amerika Serikat dalam PSI yang secara langsung maupun tidak langsung berw ujud SM-3 atau A M IZS strategi pertahanan Australia juga menekankan pada persoalan migrasi internasional Tidak dapat dipungkiri bahwa Australia adalah sebuah negara yang dibangun oleh para migran yang datang dari berbagai belahan dunia mulai dari benua Eropa Asia dan Amerika Akibat perbedaan latar belakang sosial budaya ekonomi antarw arga inilah yang kerap memunculkan persoalan dalam membangun iden titas negara A ustra lia Selain itu kehadiran para imigran yang tiap tahun kian bertambah jelas menimbulkan tambahan persoalan bagi Australia Pasalnya kehadiran m ereka d ianggap m enjadi penyebab munculkan ketidakamanan di bumi Australia akibat aksi-aksi radikal mereka Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa sebagian besar mereka merupakan imigran ilegal

Sebagai akibat semakin banyaknya migran ilegal yang masuk ke Australia maka pada September 2001 Parlemen Federal A u stra lia m elo loskan Migration Amandement (Excision from Migration Zone) Act 200712 yang ditujukan untuk mengurangi insentif bagi para migran yang masuk secara ilegal Untuk menangani persoalan migran ini Australia juga menerjunkan Australian Defence Forces (ADF) dengan menggelar operasi militer rdquoRelexrdquo yang melibatkan 5 buah kapal perang dan 4 pesawat pengintai dari sebelah barat pulau Christmas hingga Ashmore Reef

Isu pertahanan keamanan yang juga m enjadi penekanan A ustra lia adalah pengam anan atas gas lepas pantai dan eksplorasi minyak di North-West Shelf yang

12 Moira Coombs Excision from the Migration Zone Policy and Practice Research Note No 42 2003-04 1 Maret 2004 dalam httpwwwaphgovaulibrarypubsrn 2003-0404m42htm

1 0 5

terletak di pantai Australia Barat dan laut Timor yang pada tahun 2003 terjad i penyerangan atas pelabuhan kilang minyak A ustralia oleh sekelom pok teroris Ini kem bali m enunjukkan kekhaw atiran Australia atas terganggunya aset-aset vital negaranya oleh serangan teroris

U ntuk m engatasi persoalan pengam anan di kaw asan lepas pantai Australia juga melibatkan perusahaan terkait dengan melakukan amandemen terhadap the Maritime Transport Security Act 2003 (M TSA ) dengan m enugaskan peng- koord inasiannya kepada D epartem en Transport dan Pelayanan regional yang direncanakan tugas itu akan selesai dan dapat dilaksanakan terhitung mulai 30 September 200513

Selain itu isu terorisme pasca Tragedi 11 September 2001 dan Bom Bali I pada Oktober 2002 semakin menjadi perhatian lebih bagi A ustralia D itam bah dengan peledakan bom yang dibawa oleh sebuah mobil yang berhenti di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada September 2004 kembali membuat Australia lebih waspada terhadap keamanan negaranya termasuk keamanan warga negaranya di negara lain

Respons atas K ebijakan Pertahanan Australia

Dalam menganalisis respons negara- negara tetangga dan juga negara-negara yang memiliki relevansi dengan Australia dan perpolitikan internasional kami menetapkan Cina Filipina Jepang Malaysia Indonesia Selandia Baru Singapura dan Thailand

Terkait dengan perubahan lingkungan strategis dan perkembangan isu terorisme yang merebak di dunia internasional di mana negara-negara berlom ba-lom ba secara m ultilateral m elakukan latihan m iliter bersama dalam forum PSI guna memerangi

13 Interview with the Australian A ssociated PressNovember 17 2004 hlm 19

penyebaran senjata pemusnah massal Cina justru memilih untuk tidak bergabung dalam aliansi pimpinan Amerika Serikat tersebut Alasannya selain tidak sesuai dengan arah kebijakan luar negeri Cina PSI juga dianggap m elanggar hukum internasional dengan adanya aksi interdiction yang dilakukan oleh negara anggota yang berarti juga melanggar supremasi suatu negara Diperkuat dengan kedudukan Cina sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB Cina merasa memiliki tanggung jaw ab khusus untuk mewujudkan perdam aian dan keamanan internasional Cina hanya mengharapkan adanya keija sama yang erat dengan negara anggota inti PSI dan memainkan peran k o n s tru k tif dalam m engatasi m asalah tersebut14 Namun ternyata di pihak lain Cina bersama Rusia justru melakukan latihan militer bersama pada Agustus 2005 dalam rdquoPeace Mission 2005rdquo yang didasarkan pada nota kesepahaman yang ditandatangani Juli 2004 Lalu terkait dengan hubungan Australia dan Cina memang lebih signifikan dalam bidang perdagangan ketimbang pertahanan Dan persoalan keb ijakan pertahanan Australia tidak akan menjadi masalah bagi Cina selama Australia mendukung rdquoone china policy

Sementara itu hubungan Australia dan Jepang kaitannya dengan keterlibatan kedua negara dalam PSI dinilai cukup signifikan Dengan menjadi bagian dari latihan bersam a PSI Jepang mendapat keun tungan berupa pengem bangan kemampuan Pasukan Bela Dirinya dalam mencegah penyebaran senjata pemusnah massal sekaligus mengamankan kepentingan jalur laut yang dilalui kapal-kapal tanker Jepang yang membawa minyak mentah dari Timur Tengah Pengangkutan minyak mentah tersebut m elalui Terusan Suez Lautan Hindia Selat Malaka Laut Cina Selatan dan Terusan Taiwan Sedangkan kebijakan SM- 3 yang menurut pernyataan Australia baru

14 East Asia Strategic Review 2005 hlm 28

1 0 6

akan dikembangkan pada tahun 201315 justru sudah lebih dahulu dikembangkan Jepang sehingga jika Australia nanti benar-benar akan mengembangkan SM-3 akan sangat membantu Jepang dan Am erika Serikat dalam mengatasi persoalan di antaranya krisis nuklir di Semenanjung Korea

Reaksi yang cukup unik ditunjukkan oleh Selandia Baru dalam m enanggapi kebijakan pertahanan Australia terkait dengan AMIS dan SM-3 Sebagai negara di selatan Australia tentu saja radar pengamanan sejauh 1850 km akan mencapai wilayah Selandia baru Pada awalnya Menteri Luar Negeri Selandia Baru Phil Goffbereaksi cukup keras terhadap keb ijakan te rsebu t karena melanggar kedaulatan Namun beberapa waktu kem udian pihak Selandia Baru mengaku telah meminta klarifikasi terhadap Australia dan menyatakan bahwa telah terjadi kesalahan komunikasi antara Selandia Baru dan A ustra lia atas keb ijakan m aritim Australia tersebut Sejak itu ketegangan kedua negara seolah mereda dan memang perlu disadari bahwa membangun hubungan bilateral yang kondusif antara mereka lebih penting ketimbang mengedepankan konflik baik bersenjata maupun diplomatik

Sebagai kawasan yang terletak di utara Australia dan kerap dianggap sebagai ancaman bagi Australia negara-negara di Asia Tenggara dalam hal ini F ilipina Malaysia Singapura Thailand termasuk Indonesia memberikan reaksi yang cukup beragam terhadap kebijakan AMIS Reaksi yang cukup keras muncul dari Malaysia dan Indonesia karena dianggap m elanggar kedaulatan Sementara Filipina Thailand dan Singapura tidak memberikan pernyataan atau reaksi yang terbuka terkait dengan sikap mereka atas kebijakan Australia tersebut

Khususnya Indonesia berdasarkan diskusi terfokus yang dilakukan oleh tim peneliti dan juga pemberitaan di berbagai

15 Australian Defense Section-Jakarta Responses to Issues from LIPI Seminar 16 Mei 2005

media massa menunjukkan bahwa terdapat reaksi yang berbeda antarinstansi atau departemen di jajaran pemerintah Indonesia dalam menyikapi kebijakan AMIZ dan SM- 3 Pernyataan Menteri Pertahanan Indonesia Juwono Sudarsono yang terkesan keras sebenarnya cukup kondisional Sementara di bawah permukaan reaksi elite Indonesia jauh lebih keras B ahkan dalam berbagai pertem uan te rtu tu p kalangan m iliter menggunakan istilah-istilah yang tidak kalah kerasnya R eaksi berleb ihan Indonesia terhadap AMIZ selain merupakan bentuk penolakan terhadap supremasi Barat juga m enjadi salah satu cara Indonesia menunjukkan nasionalismenya dalam rangka mengukuhkan identitas nasional Namun secara umum dilihat dari awal sejarah hubungan diplomatik Indonesia-Australia hingga kini memang kerap mengalami pasang surut Keterlibatan tentara Australia dalam lepasnya Timor Timur dari Indonesia menjadi isu santer yang sempat membekukan hubungan kedua negara Selain itu perbedaan m odel kepem im pinan antara PM John Howard dengan para pendahulunya dalam menyikapi hubungannya dengan Indonesia juga m enjadi salah satu penyebab yang memperkeruh hubungan bilateral kedua negara Kasus pemberian visa terhadap 42 orang warga Papua pada awal tahun 2006 ini juga kembali menguji kekokohan hubungan kedua negara

Penutup

Perkembangan kebijakan pertahanan Australia sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan strategis khususnya di kawasan Asia Pasifik Pertahanan dan keamanan kon tinen ta l m enjadi dasar kebijakan pertahanan A ustra lia d ibandingkan pertahanan m aritim Padahal w ilayah A ustralia yang d ikeliling i oleh lautan seharusnya m enjad ikan pen ting bagi A u stra lia un tuk m em perkuat arm ada maritimnya Namun perubahan lingkungan strategis khususnya pasca-perang dingin

1 0 7

membuat Australia mulai mengalihkan fokus perhatian pertahanan keamanannya pada pertahanan maritim

Pergeseran fokus perhatian tersebut telah dimulai sejak Buku Putih Pertahanan tahun 1987 berdasarkan masukan dari Paul Dibb yang term uat dalam Dibb Report hingga Defence Update tahun 2003 pasca- tragedi 11 September 2001 yang menimpa Am erika Serikat Di dalam periodisasi kebijakan tersebut tidak terlalu terlihat pergeseran kebijakan yang signifikan tapi tetap ada penekanan-penekanan pada hal-hal tertentu Isu-isu strategis yang juga turut m em pengaruhi keb ijakan pertahanan A ustralia terkait erat dengan persoalan m igrasi ilegal yang kerap m em banjiri Australia juga pengamanan terhadap aset vital Australia di gas lepas pantai dan kilang minyak dari serangan teroris Kesemua isu strategis tersebut sesungguhnya bermuara pada ketakutan Australia terhadap serangan terorisme yang terus membayangi Australia

U paya konkre t dalam rangka m em perkuat arm ada m aritim nya dari serangan teroris pada akhir tahun 2004 A ustra lia m engeluarkan keb ijakan Australia rsquos Maritime Identification Zone yang bertujukan untuk memeriksa kapal- kapal yang akan menuju Australia dalam identitas kapal awak kapal kargo lokasi dan pelabuhan tujuan di Australia Kebijakan yang menerapkan cakupan sejauh 1850 km ini kontan mengundang reaksi keras dan berbagai respons dari negara-negara sekitarnya khususnya negara-negara yang berbatasan langsung dengan Australia di antaranya Indonesia Malaysia dan Selandia Baru Adapun rencana pengembangan SM-3 yang d iakui A u stra lia baru akan dikembangkan tahun 2013 tidak mendapat respons secara langsung yang signifikan Kekhawatiran muncul dari Cina dan negara- negara Asia Tenggara terhadap kemungkinan munculnya perlombaan senjata antamegara yang memiliki nuklir yang tentu saja akan mengancam perdamaian dunia Sementara

Jepang ju s tru te lah leb ih dahulu mengembangkan SM-3 ini bersama Amerika Serikat

Oleh karena itu sebagai bagian dari jaring-jaring pertahanan Amerika Serikat sekaligus sekutu abadi Amerika Serikat di Asia Pasifik A ustralia saat ini menjadi p e rha tian n eg ara-n eg ara tetangganya Kepentingan Amerika Serikat dianggap telah berm ain di kaw asan te rseb u t m elalui Australia dan negara Asia sekutu Amerika Serikat seperti Jepang dan Korea Selatan

D aftar Pustaka

Australian Defense Section-Jakarta Responses to Issues from LIPI Seminar 16 Mei 2005

Bhakti Ikrar Nusa dkk 1997 Persetujuan P em elih araan K eam anan R epublik Indonesia-Australia Kaitannya dengan Stabilitas dan Keamanan Regional Asia Tenggara Suatu Tinjauan Strategis Politis Kerja sama PPW-LIPI dengan Balitbang Deplu RI

Commonwealth o f Australia 1994 A ustraliarsquos D efence White P aper 1994 Defending Australia ACT AGPS

------------------- 1997 Australia s Strategic PolicyCanberra ACT Department o f Defence

-------------------- 2001 Defence White Paper 2000Defence 2000 Our Future Defence Force Canberra ACT Department o f Defence

2003 A u stra lia rsquos N ationalSecurity A Defence Update Canberra ACT Department o f Defence

2005 W eapons o f M assDestruction Australia rsquos Role in Fighting Proliferation Practical Responses to New Challenges Canberra ACT Australian Government

Coombs Moira Excision from the Migration Zone Policy and Practice 1 Maret 2004 Research N ote N o 42 20 0 3 -0 4 dalam http wwwaphgovaulibrarypubsm2003-04 04m42htm

East Asia Strategic Review 2005

Interview with the Australian Associated Press November 17 2004 hlm 19

1 0 8

Prime Minister Howardrsquos Announcement 15 Desem ber 2004 Press Release ldquoStrenghtening Offshore Maritime Securityrdquo

Review o f Australia s Defence Capabilities 1986 Report to the Minister for Defence by Mr Paul Dibb Canberra AustralianGovernment Publishing Service

Tewes Alex 2005 Australia rsquos Maritime Strategy in the 21st Century Research Brief No4 2004-05 Foreign Affairs Defence and Trade Sections Canberra Parliament o f Australia Parliamentary Library dalam http wwwaphgovaulibrarypubsRB2004-05 05rb04htm

1 0 9

Review Buku

KEKERASAN A LA KAPITALISMESebuah Telaah atas Buku Violence and D em ocratic Society

Athiqah Nur Alami (Kandidiat Peneliti P2P-LIPI)

Judul BukuPenulisPenerjemahPenerbitHalaman

Violence and Democratic Society Prof DR Jamil Salmi PhD Slamet Raharjo Kelompok Pilar Media Februari 2005 292 halaman

Abstract

The rise o f capitalism at the present does not mark it as a glorious ideology Capitalism has many dark sides that we should aware One o f the dark sides that is worth to be noticed is the emergence o f violence against human that happened to maintain the existence o f Capitalism itself The Violence has various forms direct violence and indirect violence Each form o f the violence brings conseguence that is often disrespect the universal human rights

Istilah kekerasan dan kapitalisme berasal dari dua akar ilmu sosial yang berbeda Kekerasan m erupakan istilah dalam

sosiologi sedangkan kapitalisme muncul dalam ilmu ekonomi Namun demikian kedua istilah tersebut memiliki keterkaitan karena ternyata paham kapitalisme yang kemudian berkembang tidak hanya di bidang ekonomi tapi juga politik mempengaruhi berbagai sendi kehidupan masyarakat dunia saat ini term asuk m enjadi salah satu penyebab te rjad in y a kekerasan baik langsung maupun tidak langsung

Teori-teori tentang kapitalisme yang berkembang pada abad ke-18 19 dan 20 berada dalam konteks revolusi industri dan imperialisme Eropa serta perang dingin Para teoritisi tersebut menggambarkan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonom i yang

bercirikan modal dim iliki oleh individu swasta dan keputusan ekonomi ditentukan oleh pasar1

Konstelasi perpolitikan dunia pascashyperang dingin mengalami perubahan yang cukup signifikan Runtuhnya komunisme di Uni Soviet dan pertumbuhan ekonomi pasar sosialis di Cina serta globalisasi semakin memperkuat paham kapitalisme dunia Tesis F rancis Fukuyam a yang m entakdirkan kapitalisme sebagai ldquopemenang tunggalrdquo semakin membuat yakin dunia bahwa tidak ada ideologi lain yang bisa bertahan selain kap ita lism e K em enangan liberalism e ekonomi dan politik serta demokrasi liberal Barat yang gemilang membuktikan bahwa

1 Capitalism-Wikipedia the free encyclopedia yang diakses pada 3 Juli 2006

111

liberalisme merupakan satu-satunya ideologi pemerintah yang paling tepat

N am un di ba lik kejayaannya kapitalisme ternyata menyimpan wajah gelap yang perlu kita kritisi bersama Jurang pemisah masih menganga di antara retorika kem enangan kapitalism e dan sisi gelap kehidupan sehari-hari umat manusia

Di balik jargon-jargon kapitalisme yaitu kemajuan (progress) pertumbuhan (growth) dan kemakmuran (prosperity) terdapat m asalah-m asalah dunia seperti kelaparan kemiskinan tuna wisma buta huruf rendahnya tin g k a t kesehatan pengangguran ketim pangan sosia l peredaran obat terlarang dan segala bentuk kekerasan

Violence and Democratic Society yang ditulis oleh Prof Dr Jamil Salmi PhD ini berusaha untuk menguak segala tabir gelap kapitalisme tersebut dan membuka m ata p ik iran k ita bahw a kap ita lism e bukanlah sebuah ideologi pemenang seperti yang dilontarkan oleh Fukuyama Buku ini m engkaji ke terkaitan langsung antara berbagai aspek dalam tindak kekerasan yang terjadi akibat biasnya pandangan kapitalisme terhadap kekerasan tersebut Kategorisasi bentuk kekerasan sebagai modus pelanggaran hak asasi m anusia perangkaian secara struktural dan etis mengenai peran dan ldquokeberm aknaanrdquo kekerasan m erupakan dampak akumulasi modal dalam sistem kapitalisme

Istilah kekerasan dalam ranah kapitalisme yang terdapat dalam buku ini bermakna kekerasan bukanlah kecelakaan atau kesalahan tapi justru diperlukan demi keberlangsungan kapitalisme Kekerasan dilihat bukan dari kacamata pemerintah tapi dari kacamata korban kekerasan Definisi korban kekerasan baik perorangan maupun kelom pok ada baiknya m engacu pada Deklarasi Prinsip-Prinsip Dasar Keadilan bagi Korban Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan terutama pada paragraf 1 dan 2 yaitu ldquoKorban berarti orang yang secara

pero rangan dan kelom pok m enderita kerugian termasuk cedera fisik dan mental penderitaan emosional kerugian ekonomi atau perampasan nyata terhadap hak dasar merekardquo2

Kritik atas Pendekatan dalam Memandang Kapitalisme

Profesor asal Maroko dari Institute o f Educational Panning di Rabat ini mengawali uraiannya dengan membeberkan lima jenis k a rak teristik pendekatan persepsi dan perhatian masyarakat demokratis-kapitalis yang bias tidak benar saling berkaitan dan saling m elengkapi dalam m em andang kekerasan

Pertama ia mengungkapkan adanya analisis yang dangkal atau superficial atas m akna kekerasan M edia m assa hanya memberitakan aspek-aspek kekerasan yang paling mudah dilihat secara visual sedangkan bentuk-bentuk kekerasan atau pelanggaran hak asasi manusia yang menurut mereka tidak layak d iberitakan tidak akan dim uat meskipun kekerasan itu sangat dramatis Perhatian pub lik hanya terfokus pada kekerasan yang instan dan sensasional yang digembar-gemborkan media massa seperti perampokan bank pembajakan pesawat Namun demikian tidak menaruh perhatian pada seorang kondisi im igran dari suku Indian Barat di London atau Puerto Rico di New York atau Arab di Paris yang menjadi korban kekerasan

Kedua adanya analisis yang kurang proporsional oleh masyarakat Barat Mereka melebih-lebihkan wilayah dan intensitas kekerasan yang sebenarnya tidak begitu serius atau mereka mereduksi suatu tindak kekerasan sehingga dampaknya menjadi minimal Ketika orang membandingkan jumlah korban teroris sikapnya terhadap pelaku terorisme di Eropa seperti IRA Action Directe Brigade M erah atau Al-Qaeda

2 Theo van Boven Mereka yang Menjadi Korban ELSAM Jakarta 2002 hlm 6

1 1 2

tidak lah sam a sikap m ereka terhadap serangan yang dilakukan pemerintah Israel terhadap bangsa Palestina Lebanon Tunisia dan Irak

Setelah m em bandingkan sikap masyarakat Barat terhadap kasus kekerasan terlihat adanya ketidakproporsionalan sikap Barat terhadap kekerasan Tidak proporsional ini te rjad i karena konsep ten tang perlindungan hak asasi m anusia yang dimaknai sempit Ketika parlemen Prancis m em bahas kem ungkinan penghapusan perbudakan selam a abad k e -19 top ik utamanya yaitu berapa banyak kompensasi yang harus diterim a pem ilik budak jika perbudakan d ihapuskan bukan pada kompensasi yang harus diterima oleh para budak yang sekian tahun menderita dan dibelenggu kebebasannya

Ketiga adanya analisis individualis- tik yang keterlaluan Maksudnya yaitu hanya memperhitungkan faktor-faktor individu yang pada kenyataannya dianggap sebagai pendekatan yang objektif Hubungan kausal antara kekerasan yang diamati dan struktur sosial yang m elingkupinya dilenyapkan secara sistematis Konsekuensinya analisis te rsebu t gagal m enelusuri hubungan- hubungan logis antara seorang individu sebagai pelaku atau korban dan kelompok atau kelas sosial darimana dia berasal

Di masa lampau ketika Afrika dijajah Prancis Inggris Spanyol dan Portugal kaum nasionalis yang berjuang melawan penjajah digambarkan dan dituduh sebagai gangster agitator ekstremis pemimpin gerombolan atau pembunuh bukannya sebagai pejuang kebebasan Kini ketika kelompok oposan menentang rezim-rezim brutal di El Salvador Guatemala atau Afrika Selatan yang terpaksa m enggunakan kekerasan m ereka tidak pernah dianggap sebagai pa trio t yang menentang tatanan sosial yang represif dan tidak adil namun sebagai teroris fanatik yang hanya bertujuan menciptakan anarki dan keporakporandaan

M enurut Salm i kelem ahan dari analisis individualistik ini adalah kenyataan analitis yang mengesampingkan sepenuhnya bentuk-bentuk kekerasan institusional terutama yang dilakukan oleh negara itu send iri Ind iv idu yang m elaksanakan kekerasan dipersalahkan tapi tidak ada seorang pun yang mendakwa pihak lain di balik layar atau dalang dari state terrorism ini T erlihat m isa lnya k e tika sejarah memutuskan hanya ada satu tertuduh dalam pembunuhan massal My Lai yang dilakukan oleh pasukan Amerika Serikat secara biadab terhadap 450 orang penduduk desa di Vietnam Selatan yaitu Letnan W illiam Calley Sem entara kitapun tidak pernah menentang keterlibatan AS di Vietnam

Tuduhan atas pelaku terorisme yang selam a ini berkem bang leb ih banyak diarahkan pada non-state actors dan jarang mengungkap pelaku state actor Padahal m enurut Prof Igo r P rim oratz dalam tulisannya berjudul State Terrorism and Counterterrorismrdquo3 state terrorism justru lebih berbahaya daripada non-state terrorism Alasan pertam a dalam berbagai cara state terrorism merupakan gabungan dari aksi yang penuh kerahasiaan tipu daya dan kemunafikan Ketika terlibat dalam suatu aksi terorisme mdash apakah pelakunya negara itu sendiri atau negara proxinyamdashsebuah negara akan bertindak sembunyi-sembunyi Suatu negara tid ak m engakui segala bentuk keterlibatan dan mengaku taat pada nilai-nilai dan prinsip yang m engaturnya Bahkan alasan yang digunakan ketika melakukan tindakan terorisme adalah sebagai legitimasi tindakan perang atau dalam rangka menjaga pertahanan dan keamanan negara Kedua Primoratz mengutip tulisan Walter Laquer dalam buku The Age o f Terrorism yang m enyatakan bahwa tindakan teror yang

3 Prof Igor Prim oratz State Terrorism and Counterterrorism Working Paper Number 20023 Centre for Apply Philosophy and Public Ethics dalam httpeprintsunimelbeduauarchive0000013701 Primoratpdf

1 1 3

dilakukan oleh negara po lisi dan pemerintahan tirani bertanggung jawab atas ribuan kali leb ih banyak korban dan kesengsaraan ketimbang tindakan terorisme individu yang dilakukan bersama-sama

K ritikan terak h ir Salm i atas pendekatan dalam memahami kekerasan bahwa kekerasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia sering ditampilkan hanya dengan analisis sepihak atau satu sisi pandangan ideologis Ini terlihat dalam kekhawatiran pemerintah Amerika Serikat terhadap upaya pelaksanaan hak asasi manusia di negerinya Ayatollah Khomeini Iran akan tampak lebih diakui dan absah jika sikap penghargaan atas pelaksanaan hak asasi manusia tersebut diberikan kepada Syah Iran yang m enyiksa law an-law an politiknya melalui tangan-tangan polisi rahasianya di saat Syah berkuasa Kekerasan yang bias dan sengaja juga tampak dalam pilihan kata dan ungkapan yang digunakan oleh media massa Perlakuan terhadap gerakan pemberontakan Palestina (Intifadha) selama akhir tahun 1980-an adalah contoh lain yang jelas-jelas d iberitakan secara b ias O pini pub lik A m erika Serikat yang diarahkan lebih bersimpati kepada Israel terlihat sangat nyata dalam pemberitaan media Ketika ratusan orang Palestina dibunuh oleh tentara Israel yang ditempatkan di Tepi Barat dan Jalur G aza pers A m erika Serikat hanya m em beritakannya di halam an pojok Sementara itu kematian seorang warga Israel menjadi headline dan diliput di halaman muka Pemberitaan tentang kematian Tirzah Poret seorang korban ldquoterorismerdquo Palestina yang tidak berdosa yang dimasukkan dalam tajuk rencana Washington Post tertanggal 8 April 1988 berlawanan dengan pemberitaan yang kering dan sangat tidak berimbang tentang meninggalnya 130 orang Palestina lanjut usia di Tepi Barat

Bentuk-Bentuk Kekerasan

Bagian berikutnya dalam buku ini yang sem akin m enarik ya itu setelah menelaah berbagai pendekatan masyarakat kapitalis dalam m em andang kekerasan Salm i berupaya m engkategorisasikan berbagai kekerasan tersebut ke dalam empat bentuk kekerasan Di dalam merumuskan em pat ben tuk kekerasan te rsebu t dia mensyaratkan harus memenuhi dua kriteria yang d idasarkan pada ben tuk-ben tuk kekerasan yang analitis tidak parsial dan teliti yaitu objektivitas (objectivity) dan kelengkapan yang mendalam (exhaustivity) Bentuk kekerasan tersebut adalah kekerasan langsung kekerasan tidak langsung kekerasan represif dan kekerasan alienatif

Bentuk kekerasan yang pertama yaitu kekerasan langsung Kekerasan ini merujuk pada tindakan yang menyerang fisik atau psikologis orang secara langsung Penggunaan kekerasan langsung ini menurut Salmi mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai cara untuk mengakses sumber daya alam sebagai cara yang efektif untuk mencari tenaga keija dan sebagai cara untuk menjaga kelangsungan kapitalisme hingga sekarang ini Sepanjang catatan sejarah suatu bentuk kegiatan ekonomi kapitalisme tidak bisa berkembang di lingkungan yang sumber daya alamnya masih perawan dan tersedia secara bebas untuk sem ua orang Kapitalism e membutuhkan persediaan sumber daya alam (tanah air minyak dan bahan mineral) yang dimiliki oleh sektor privat (swasta) atau penguasaan sumber daya alam oleh swasta sebagai ben tuk peno lakan terhadap kepemilikan atau penguasaan sumber daya alam secara kelompok

Sejarah Amerika Serikat sepanjang abad ke-18 diwarnai tindakan perampasan tanah-tanah bangsa asli orang kulit berwarna (suku Indian) oleh orang kulit putih Sebelum

114

tahun 1860 penduduk Indian telah berkurang hampir dua pertiga M impi suku Indian berakhir pada 18 Desember 1890 ketika pasukan Amerika Serikat membunuh 200 orang laki-laki perempuan dan anak-anak di Wounded Knee

Penggunaan kekerasan untuk mengontrol sumber daya alam bukan hanya terjadi di masa lampau Di Amerika Serikat juga suku Navajo Indian di bagian barat daya dan suku Sioux di D akota terusik oleh perusahaan-perusahaan pertambangan besar yang sangat bernafsu mengeruk batu bara dan uranium yang ada di daerah kekuasaan suku Indian itu Begitu juga yang teijadi pada suku Aborigin di Australia Tasmania Selandia Baru dan Tahiti

Fungsi untuk mencari tenaga kerja juga diyakini Salmi sebagai tujuan dari kekerasan langsung Banyak pekeija di Haiti setiap tahunnya d irekru t dengan ja lan ldquoditangkap dirazia dan dipaksardquo kemudian dik irim ke R epublik D om inica untuk dipekerjakan di perkebunan tebu Fungsi ini memang banyak ditemukan di negara Dunia Ketiga Bentuknya antara lain pertama perbudakan hutang Di banyak negara ketika dalam keadaan sulit misalnya gagal panen maka untuk bertahan hidup para petani terpaksa meminjam uang dari rentenir Jika panen beriku tnya gagal lag i m ereka memasuki pintu perbudakan karena jeratan hutang Fenomena ini banyak berkembang di India dan Bangladesh Bentuk kedua dari keija paksa berhubungan dengan penggunaan tahanan atau narapidana sebagai tenaga keija yang ldquod ik o n trak rdquo oleh perusahaan- perusahaan sw asta Di K olom bia perusahaan-perusahaan Amerika Serikat menggunakan beribu-ribu tahanan sebagai tenaga kerja dengan gaji yang tidak masuk akal B entuk ketiga yaitu beberapa pemerintah mengambil tenaga kerja secara paksa dan menggunakannya untuk bekeija di sektor publik tanpa digaji Praktik ini banyak teijadi di Indonesia Liberia dan Pakistan

Fungsi kekerasan langsung yang terakhir terletak pada upaya melestarikan tatanan orde kapitalism e Pada tingkat internasional sebagian besar negara dengan sistem ekonomi kapitalis rezim politiknya bersifat otoriter Kecuali di negara-negara Barat yang demokratis dan beberapa negara Dunia Ketiga yang belakangan ini telah mengganti pemerintahan diktatornya dapat d iam ati bahw a pem bunuhan dengan kepentingan politik pembunuhan massal masyarakat sipil penahanan yang semaunya sendiri penculikan dan ldquopenghilangan o rangrdquo m erupakan m etode yang biasa digunakan di seluruh dunia untuk meredakan tuntu tan kebebasan dan keadilan yang berlebih

Salmi dapat menyimpulkan bahwa dim ensi ekonom i turut berperan dalam sebagian besar perang dan konflik yang pecah mulai abad ke-15 Di antaranya terlihat dalam konflik Utara-Selatan Bentuknya antara lain perdagangan budak perang m elaw an pen jajah perang un tuk m em peroleh kemerdekaan dan intervensi m iliter saat perang dingin Jelas bahwa semua konflik itu tujuan pokoknya adalah untuk memenuhi tu juan-tu juan ekonom is seperti upaya perluasan wilayah kekuasaan upaya untuk mengendalikan sumber daya alam pencarian pasar-pasar baru atau peluang investasi atau kebutuhan untuk mencari tenaga keija murah Dan penggunaan senjata dalam kekerasan langsung bukanlah sekadar cerita yang mengada-ada dalam sejarah kapitalisme Bahkan hal ini merupakan cara yang wajar untuk m enciptakan m elestarikan atau mengubah hubungan-hubungan ekonomi dan sosial yang menjadi ciri sistem produksinya

B entuk kekerasan k e d u a yaitu kekerasan tidak langsung yang bermakna tindakan yang membahayakan manusia juga tetapi tidak melibatkan hubungan langsung antara korban dan pihak yang bertanggung jawab atas tindak kekerasan tersebut

Salmi mengkategorikan kekerasan tidak langsung ke dalam dua jenis yaitu

1 1 5

kekerasan yang dimediasi atau termediasi dan kekerasan dengan atau karena pembiaran

K ekerasan yang d im ediasi atau term ediasi m erupakan hasil intervensi manusia secara sengaja terhadap lingkungan alam atau sosial yang membawa pengaruh secara tidak langsung pada manusia lain Pokok kajian dari bentuk kekerasan ini ada em pat ya itu pengaruh ko lon ialism e pengaruh fisik proses produksi pengaruh sifat hasil-hasil produksi dan pengaruh kemajuan teknologi

Selain tindakan m iliterism e kolonialism e m em iliki pengaruh pada kehidupan m asyarakat te rja jah yang memburuk M isalnya berupa penyebaran epidemi penyakit yang berbahaya rusaknya keseimbangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat dan wabah kelaparan akibat supply makanan yang minim

Contoh lain dari kekerasan yang term ediasi dapat d item ukan dalam berjalannya proses produksi Di banyak industri para pekerja setiap hari melakukan kontak dengan limbah produksi atau mesin yang mengancam keselamatan dan kesehatan mereka karena mengakibatkan keracunan alergi kulit keguguran atau mutasi genetik dan penyakit kronis Proses produksi secara fisik tidak hanya berdampak pada pekeija tapi ju g a m em baw a konsekuensi bagi lingkungan di luar perusahaan tersebut K erusakan eko log is ini dapat berupa kerusakan lingkungan alam dan penipisan sumber daya alam yang dapat diperbaharui

S ifa t-s ifa t hasil produksi m enciptakan bentuk kekerasan yang termediasi yang lain dalam sistem ekonomi kapitalis Karena tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan sebanyak- banyaknya maka mereka menjual semua yang diproduksi Ini berarti bahwa kemampuan menjual sebuah produk menjadi kriteria pokok dalam menentukan barang dan usaha produksi Sehingga produk yang dijual kurang memperhitungkan dampak negatif atau positif produk tersebut bagi kesehatan

dan keselam atan konsum en Di negara- negara industri terdapat hubungan yang jelas antara produk yang dikonsumsi masyarakat dan penyakit yang mereka derita Konsumsi daging dan lemak yang berlebihan dapat menyebabkan penyakit jantung hepatitis dan sebagainya

Bentuk kekerasan termediasi lainnya terlihat pada dampak kemajuan teknologi Selam a m asa p en ja jahan kehidupan masyarakat tradisional pedesaan di banyak negara secara b ru ta l berubah dengan d iperkenalkannya ldquopertan ian untuk p erdaganganrdquo dan seiring dengan menurunnya hasil pertanian dengan sistem trad is io n a l R evolusi e lek tron ik ju g a berdam pak n eg a tif bagi negara-negara berkem bang ya itu m enam bah jum lah pengangguran dan memperdalam jurang kaya miskin Namun ini tidak berarti bahwa kemajuan teknologi itu buruk Keburukannya tidak terletak pada teknologinya saja tapi ju g a cara m enggunakannya untuk berproduksi dan bidang apa yang seharusnya m enggunakan teknolog i canggih serta teknologi apa yang harus dikembangkan atau ditunda

Kategori kedua dari kekerasan tidak langsung menurut Salmi yaitu kekerasan karena pembiaran Jenis ini digambarkan dengan seseorang yang berada dalam keadaan bahaya nam un tid ak ada orang yang m enolongnya B entuknya antara lain kem iskinan isu kelaparan penderitaan karena sak it serta lingkungan kerja masyarakat miskin

Kemiskinan dan ketidakadilan sosial di negara-negara kapitalis adalah bentuk paling jelas dari kekerasan karena pembiaran Kesenjangan pendapatan ekonomi antara negara kaya dan berkembang merupakan aspek pertama dalam kekerasan jenis ini Implikasi dari tingkat ketidakadilan yang tinggi ini yang telah diteliti di sebagian besar negera-negara tersebut adalah ternyata sebagian besar m anusia hidup dalam kemiskinan mutlak Untuk mengetahui asal

116

usul k e tidakad ilan di dalam ekonom i kapitalis kita perlu melihat faktor determinan yang mempengaruhi distribusi pendapatan Distribusi pendapatan sangat terkait dengan proses produksi Salmi m enyitir prinsip distribusi pendapatan yang diutarakan oleh Milton Friedman dalam buku Capitalism and Freedom bahwa setiap orang seharusnya m enerim a sesuai dengan apa yang diproduksinya berikut alat-alat produksi yang dimilikinya Menurut prinsip ini pendapatan setiap individu ditentukan oleh kuantitas fak tor p roduksi yang d im ilik inya dan besarnya keuntungan yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi tersebut Namun perm asalahannya te rn y a ta d is tribusi kepem ilikan modal tidaklah adil Agar ekonomi kapitalis dapat beroperasi maka harus memiliki pasar buruh di mana tenaga mereka dapat ditukar dengan upah Jika alat produksi (tanah dan modal) terdistribusi secara adil tidak akan ada perbedaan antara buruh dan pemilik alat produksi sehingga tidak ada orang yang merasa terpaksa bekeija untuk m endapatkan upah Sum ber ke tidakad ilan beriku tnya ya itu tidak setaranya keuntungan yang diperoleh dari modal dan buruh Perbedaan ini disebabkan pem ilik a la t-a la t p roduksilah yang memutuskan pembayaran untuk setiap faktor produksi

K rim inalitas dengan kekerasan langsung ju g a m erupakan ak ibat dari kem iskinan di banyak negara Salm i menyatakan dalam sebuah studi tentang kriminalitas menyebutkan bahwa masyarakat dengan distribusi kesehatan dan kekuasaan yang tidak adil cenderung menghadapi m asalah k rim inalitas yang besar dan sebaliknya Lingkungan kerja masyarakat miskin sering kali juga diwarnai dengan kekerasan karena pembiaran

B entuk kekerasan yang ketiga menurut Salmi yaitu kekerasan represif Kekerasan ini merupakan kekerasan yang dilegalkan atau tidak dikenakan sanksi atas pelanggaran terhadap hak-hak dasar

masyarakat yang umumnya dilakukan oleh negara atau pemerintah Bentuk kekerasan ini terkait dengan 3 macam hak dasar manusia yaitu hak sipil hak politik dan hak sosial

Untuk sem akin m engkonkretkan bentuk kekerasan ini Salmi menjabarkannya ke dalam studi kasus yang berbeda-beda di berbagai negara seperti Inggris India Republik Federal Jerman Swiss Jepang Australia Kanada Prancis dan Amerika Serikat Salah satu contohnya adalah yang terjadi di A ustralia K esejahteraan dan demokrasi di Australia ternodai oleh praktik rasis dan re p re s if te rhadap penduduk Aborigin Suku Aborigin secara historis dicabut hak-hak tradisionalnya dan hak atas tanah leluhurnya Kehidupan keseharian dan hak-hak politik mereka dibatasi

Bentuk kekerasan keempat akibat paham kapitalisme yaitu kekerasan alienatif Kekerasan ini merujuk pada pencabutan hak- hak individu yang lebih tinggi Konsep kekerasan ini memiliki makna objektif dan makna subjektif Dalam makna objektif alienasi merupakan sebuah fenomena sosial dimana seorang individu tercabut haknya untuk menentukan nasib sendiri misalnya ditolak hak atau kesem patannya untuk berperan ak tif dalam proses pembuatan keputusan tentang karakter dan orientasi kehidupan profesional serta sosial dirinya Sedangkan dalam makna subjektif alienasi secara esensial memiliki makna psikologis dan mengacu pada situasi dimana individu m erasa asing dengan d irinya sendiri kebudayaannya atau komunitasnya

Kekerasan alienatif memiliki dampak di berbagai bidang Di antaranya pada organisasi keija modem Di dalam organisasi yang seperti ini setiap pekerja memiliki kekuasaan dan tanggung jawab yang sempit sehingga keterlibatan dan partisipasi nyata m ereka di dalam proses pengam bilan keputusan yang bersifat global menjadi terpinggirkan

Jenis kekerasan yang diakibatkan oleh ekonomi kapitalis ini tidak hanya

1 1 7

mempengaruhi orang yang bekerja di pabrik- pabrik dan kantor modem tapi juga orang dan komunitas yang hidup di pinggir-pinggir sistem ekonomi modem Hal ini teijadi setiap kali perusahaan kapitalis berbenturan dengan sebuah sistem ekonomi tradisional yang sedemikian hingga membatasi dan mencegah kegiatan-kegiatan produksi dimana pola kehidupan kultural dan sosial masyarakat yang bersangkutan tergantung padanya

Dimensi lain dari kekerasan alienatif yaitu rasisme Rasisme bukan hanya berupa kebencian untuk mengisolasikan beberapa orang pinggiran yang mempunyai ide-ide yang menyimpang tapi esensinya merupakan sebuah fenomena sosial dan perannya sama dengan ideologi dalam masyarakat kapitalis

Seksism e dapat ju g a dianggap sebagai sebuah bentuk rasisme Dengan dalih adanya perbedaan psikologis dan biologis yang fundam ental antara laki-laki dan perempuan hierarki sosial telah berkembang jauh sehingga menguntungkan kaum laki- laki Perempuan khususnya ditempatkan sebagai subordinat yang berakibat pada semua aspek kehidupan sehari-hari yang biasanya berorientasi domestik Bentuk lain dari kekerasan a lienatif yaitu adanya pemujaan terhadap perilaku konsumtif yang terjadi di negara-negara industri maju

Bagian akhir buku ini disimpulkan oleh Salmi bahwa kekerasan merupakan fenomena multisegi yang berkaitan dengan sebab-sebab khusus dan akibat-akibatnya serta merefleksikan adanya keyakinan penuh bahwa terdapat nilai-nilai hak asasi manusia yang universal

Bila sedikit membandingkan dengan teori peradaban yang dikemukakan oleh Johan Galtung4 kategori kekerasan dibagi menjadi kekerasan langsung kekerasan struktural dan kekerasan kultural Khususnya tentang kekerasan kultural yang tampaknya tidak secara eksplisit dikemukakan oleh

4 Johan Galtung Studi Perdamaian Pustaka Eureka 2003 hlm 431

Salm i G altung berpendapat bahw a kekerasan kultural terjadi ketika aspek budaya ranah simbolik kita dapat digunakan untuk m enjustifikasi atau m elegitim asi kekerasan langsung atau struk tural Kekerasan kultural merupakan kekerasan langsung yang dilegitim asi dan dengan demikian dapat diterima di tengah-tengah masyarakat Misalnya asumsi yang dibangun bahwa pembunuhan atas nama negara adalah benar sedangkan atas nama individu adalah salah sesungguhnya dapat mengaburkan realita yang teijadi

Akhir kata buku setebal 292 halaman ini kaya akan referensi peristiwa sejarah konkret yang pernah terjadi di berbagai negara sebagai ben tuk dari berbagai kekerasan b eserta fak to r-fak to r yang m elatarbelakanginya S truktur buku ini sangat sistematis dan dalam beberapa hal cukup netral dalam menilai bentuk-bentuk kekerasan yang pernah terjad i dalam peradaban manusia Meskipun subjektivitas yang menggambarkan tuntutan kesetaraan dan keadilan yang proporsional antara negara maju dan negara berkembang bahkan dengan negara Dunia Ketiga kerap muncul dalam pemikiran Salmi Kemudian yang menarik buku ini dapat dijadikan kerangka berpikir untuk melakukan studi tentang kekerasan di segala lapisan masyarakat dalam situasi apa pun

Daftar Pustaka

Galtung Johan 2003 Studi Perdamaian Jakarta Pustaka Eureka

Primoratz Igor Sta te Terrorism and Counterterrorism Working Paper Number 20023 Melbourne Centre for Apply Philosophy and Public Ethics dalam http eprintsunimelbeduauarchive00000137 01Primoratpdf

Van Boven Theo 2002 Mereka yang Menjadi Korban Jakarta ELSAM

Wikipedia Capitalism Yang diakses pada 3 Juli 2006

118

Tentang Penulis

Adriana Elisabeth Peneliti Bidang Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Ia memperoleh gelar Master o f Social Sciences in International Relation dari University o f Tazmania Bidang kajian yang ia tekuni antara lain adalah ekonomi politik

Amiruddin al Rahab adalah inisiator Pokja Papua dan Peneliti di ELSAM-Jakarta Peneliti berdarah Temate dengan fokus kajian mengenai Papua ini sedang melanjutkan studi S2-nya pada proram Pascasaijana Universitas Indonesia

Athiqah Nur Alami kandidat peneliti pada Bidang Politik Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Ia menamatkan SI dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Ia mendalami bidang kajian Australia dan bidang gender

Indriana Kartini saijana Hubungan Internasional FISIP Unpad yang lulus pada tahun 2002 ini adalah peneliti Bidang Politik Internasional Pusat Penelitian Politik LIPI Kontributor bukuSaddam Melawan Amerika (2003) ini aktif di ISMES the Indonesian Society for Middle East Studies) Saat ini tengah melanjutkan studi S2 di University o f Melboume Australia

Lili Romli lahir di Serang-Banten Ia merupakan peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI Selain itu ia juga mengajar di almamaternya pada Jurusan Ilmu Politik FISIP UI Saat ini ia sedang melanjutkan program doktor ilmu politik di Universitas Indonesia Menulis di beberapa jumal ilmiah dan aktif melakukan penelitian berkaitan dengan pemilu partai politik lembaga perwakilan dan otonomi daerah

Syafuan Rozi Peneliti Bidang Politik Nasional Pusat Penelitian Politik LIPI ini mendapatkan gelar SI dan S2-nya dari Universitas Indonesia Fokus kajian peneliti kelahiran Bengkulu ini adalah mengenai konflik dan birokrasi Selain sebagai peneliti ia juga aktif mengajar di IISIP Jakarta

Syamsuddin Haris Ahli Peneliti Utama Pusat Penelitian Politik LIPI Lahir di Bima menyelesaikan SI dari FISIP Unas S2 dari FISIP UI dan tengah menyelesaikan doktoral di FISIP UI Sejumlah karyanya yang telah diterbitkan adalah Demokrasi di Indonesia Gagasan dan Pengalaman (1995) Menggugat Politik Orde Baru (1998) Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru (editor 1998) Reformasi Setengah Hati (1999) dan Desentralisasi dan Otonomi Daerah (editor 2005)

1 1 9

Beberapa Karya Peneliti P2P-LIPI

S tra te g i ASEANdalam P erluasan ASEAN+3 Indonesia-Rusia

Reformasi

pWniirsquoiWSl feTafiAe

E d ito r Lili Romli

Selain karya tersebut masih terdapat karya-karya lain Untuk informasi lebih lanjut hubungi Pusat Dokumentasi dan Informasi P2P-LIPI Widya Graha Lt III Jl Jend Gatot Subroto No 10 Jakarta

InformasiHasil Penelitian Terpilih

Auslraliadan inggris1K a su s S u j i K S i T e n ga h M alu ku i raquo M ata ku U ta ra

w i

zm PMinoritasMuslim

w y - i

PERTAHANAN AUSTRALIA ~ 2000-2005

H mdash 0AN

laquopraquo

r- ASIA

ldquo SPONS NEGARA-NEGARA ASIA TIMUR DAN SELANDIA BARU

m j

ilm u Pe n g e ta h u a n ifittenesia

Page 7: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 8: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 9: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 10: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 11: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 12: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 13: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 14: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 15: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 16: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 17: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 18: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 19: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 20: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 21: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 22: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 23: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 24: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 25: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 26: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 27: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 28: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 29: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 30: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 31: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 32: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 33: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 34: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 35: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 36: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 37: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 38: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 39: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 40: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 41: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 42: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 43: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 44: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 45: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 46: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 47: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 48: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 49: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 50: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 51: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 52: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 53: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 54: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 55: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 56: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 57: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 58: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 59: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 60: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 61: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 62: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 63: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 64: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 65: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 66: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 67: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 68: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 69: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 70: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 71: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 72: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 73: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 74: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 75: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 76: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 77: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 78: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 79: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 80: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 81: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 82: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 83: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 84: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 85: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 86: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 87: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 88: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 89: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 90: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 91: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 92: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 93: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 94: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 95: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 96: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 97: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 98: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 99: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 100: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 101: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 102: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 103: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 104: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 105: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 106: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 107: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 108: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 109: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 110: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 111: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 112: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 113: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 114: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 115: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id
Page 116: REVIEW BUKU - ejournal.politik.lipi.go.id