Review buku hubungan diplomatik republik indonesia (bab i)

25
OLEH NOVIARY SASTRA ASMARA 124284038 REVIEW BAB I (ASAS-ASAS HUBUNGAN DIPLOMATIK)

Transcript of Review buku hubungan diplomatik republik indonesia (bab i)

OLEH

NOVIARY SASTRA ASMARA

124284038

REVIEW BAB I (ASAS-ASAS HUBUNGAN

DIPLOMATIK)

Judul Buku : Hubungan Diplomatik Republik Indonesia

Pengarang : Drs. C.S.T. Kansil, S.H.

Penerbit : Balai Pustaka

Tahun Terbit : 1989

Tebal Buku : 374 lembar

Tebal Resensi : 26

Judul Bab Resensi : Asas-asas Hubungan Diplomatik

IDENTITAS BUKU

Hukum Internasional : a. Hukum perdata internasional

hukum yang mengatur hubungan hukum antara warganegara-warganegara sesuatu negara dengan warganegara-warganegara dari negara lain dalam hubungan internasional/hubungan antar bangsa

b. Hukum publik internasional/hukum antar negara

hukum yang mengatur hubungan antara negara yang satu dengan negara-negara yang lain dalam hubungan internasional

1. Definisi Hukum Internasional

Sumber-sumber formal hukum internasional ialah sumber yang dipergunakan oleh Mahkamah Internasional (tercantum dalam Piagam Mahkamah Innternasional pasal 38), yaitu :

a. Perjanjian Internasional (Traktat = Treaty)b. Kebiasaan Internasionalc. Asas-asas umum hukum yang diakui bangsa-

bangsa beradabd. Keputusan-keputusan hakim dan ajaran-ajaran

para ahli hukum internasional dari berbagai negara sebagai alat tambahan untuk menentukan hukum

2. Sumber-sumber Formal Hukum Internasional

Yang menjadi subyek hukum internasional adalah :

a. Negara yang berdaulat dan merdeka (bukan koloni)

b. Gabungan negara-negara (misalnya Bond Jerman terdahulu)

c. Vatikan, yang dikepalai Pausd. Organisasi-organisasi Internasional (LBB,

PBB)e. Manusia pribadi

3. Subyek Hukum Internasional

Perwakilan negara-negara dibagi menjadi dua golongan :a. Perwakilan Diplomatik (tetap, sementara, khusus, istimewa)b. Perwakilan konsuler

ad. a. Menurut ketentuan dari Vienna Convention dan Kongres di Aix-la Chapelle . Kepala Perwakilan Diplomatik dibagi dalam tiga kategori, yaitu :1. Ambassador (Duta besar)2. Envoy (Duta)3. Charge d’Affaires (Kuasa Usaha)a). Charge d’Affaires en pied (Kuasa Usaha Tetap)b). Charge d’Affaires ad Interim (Kuasa Usaha Sementara)c). Charge d’Affaires (Kuasa usaha)ad. b. Konsul dibagi dalam 5 golongan, yaitu : Konsul Jenderal, Konsul, Konsul Muda (berdasarkan karier), Konsul Muda (tidak berdasarkan karier, Agen Konsuler.

4. Perwakilan Negara di Luar Negeri (Perwakilan Diplomatik)

Anggota-anggota diplomatik (wakil-wakil tertentu dari suatu negara di negara yang lain) mempunyai hak eksteritorialitas, yang berarti bahwa walaupun mereka berada di luar wilayah negaranya sendiri, bagi mereka tetap berlaku hukum negara yang diwakilinya dan mereka tidak terkena pelaksanaan kekuasaan peradilan sipil dan pidana dari negara dimana mereka ditempatkan jadi wakil. Tugas perwakilan suatu negara di negara lain :

a. Jadi wakil negara yang diwakili dalam arti yang seluas-luasnya

b. Jadi penghubung antara negara yang diwakili dan negara di mana mereka ditempatkan

c. Memelihara kepentingan negaranya di negara yang ditempati dengan memperhatikan pula kepentingan negara yang ditempati itu

5. Hak Eksteritorialitas

Dalam UUD 1945 pasal 11 ditegaskan bahwa Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. Kemudian dalam pasal 13 dinyatakan bahwa Presiden mengangkat Duta dan Konsul, Presiden juga menerima duta negara lain.

6. Politik luar negeri Republik Indonesia

Dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 tentang Garis Garis Besar Haluan Negara, ditegaskan sebagai berikut

a. Pelaksanaan politik luar negeri bebas aktifb. Usaha & peranan Indonesia dalam ikut serta melaksanakan ketertiban duniac. Dalam rangka itu perlu dilanjutkan & ditingkatkan usaha serta peranan indonesia dalam

ikut serta menyelesaikan persoalan duniad. Meningkatkan kerjasama diantara negara-negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik

Baratdayae. Dalam rangka kerjasama Asean perlu makin ditingkatkan kerjasama di bidang ekonomi,

sosial dan kebudayaanf. Meningkatkan peranan Indonesia di dunia Internasional dalam membina dan memperat

persahabatan dan kerjasama yang saling bermanfaat antara bangsa-bangsag. Dalam rangka perjuangan mewujudkan tatanan dunia baru, perlu ditingkatkan usaha-

usaha penggalangan dan pemupukan solidaritas dan kesatuan sikap, serta kerjasama diantara negara-negara berkembang

h. Khususnya dalam rangka mewujudkan Tata Ekonomi Dunia Baru perlu ditunjukkan langkah-langkah, bersama-sama negara berkembang lainnya.

i. Setiap perkembangan dan kemungkinan gejolak dunia, baik politik maupun ekonomi, harus diikuti secara seksama agar dapat diketahui pada waktunya kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempengaruhi stabilitas nasional dan menghambat pelaksanan pembangunan.

7. Kebijaksanaan Hubungan Luar Negeri Republik Indonesia

Dalam sejarah perkembangann manusia tak terdapat seorang pun yang hidup menyendiri, terpisah dari kelompok manusia lainnya, kecuali dalam keadaan terpaksa dan itupun hanya untuk sementara waktu.

Aristoteles (384-322 SM), menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON, artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yang suka bermasyarakat.

Manusia sebagai individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri, namun manusia sebagai mahkluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup, berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat

8. Manusia Sebagai Mahluk Sosial

Hasrat untuk hidup bersama memang telah menjadi pembawaan manusia, merupakan suatu keharusan badaniah untuk melangsungkan hidupnya. Kehidupan bersama itu dapat berbentuk desa, kota, daerah, negara dan Perserikatan Bangsa-bangsa.

Persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama itu lazim disebut “masyarakat”. Jadi masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup bersama, sehingga dalam pergaulan hidup itu timbul pelbagai hubungan atau pertalian yang mengakibatkan bahwa yang seseorang dan yang lain saling kenal mengenal dan pengaruh-mempengaruhi

9. Masyarakat

Sebagaimana halnya dengan orang perseorangan yang memerlukan hubungan dengan orang lain, demikian pula seuatu negara tidak dapat melepaskan dirinya dari pergaulan sesama bangsa-bangsa, hubungan internasional. Selalu saja dua atau beberapa negara bertetangga mengadakan perundingan tentang batas atau rakyat kedua negara. Biarpun tidak selamanya dapat dirundingkan segera, karena adakalanya disusul dengan mengadakan kekerasan dan peperangan, tetapi pada taraf akhirnya dibawa ke meja peundingan, yang hasilnya pihak yang kuat sedapat mungkin memaksakan kehendaknya. Sebaliknya yang merasa kurang kekuatannya akan mengekang keinginan lawannya dengan mengemukakan dalil-dalil kepantasan yang patut diindahkan.

10. Bangsa dan Negara

Hubungan sesama manusia diatur oleh Hukum baik berupa Hukum Publik, maupun Hukum Perdata supaya jelas, hak dan kewajiban masing-masing . Kepentingan seseorang dilindungi, sebaliknya kewajiban hendaklah dilaksanakan agar terlindungi pula kepentingan orang lain.

Dalam menentukan hak dan kewajiban itu, terasa sekali ada norma-norma yang mesti diindahkan siapa saja. Dengan begitu diharapkan akan terjamin keadilan serta kepatutan dalam hubungan sesama manusia

11. Hubungan Antarnegara

Hugo de Groot adalah seorang ahli hukum Belanda yang terkenal, juga dikenal dengan nama Hugo Grotius. Pada umur 11 tahun ia telah menjadi mahasiswa di Leiden. Memperoleh gelar doktor dalam ilmu hukum di Orleans. Menulis berbagai buku tentang gereja, sejarah dan hukum. Bertentangan dengan kemauannya, ia menjadi pengacara di Den Haag pada Desember 1599. karena pertentangan politik dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di loevestein (1619), meloloskan diri dalam peti buku, dan bekerja denga kerajaan Swedia debagai dutanya di Paris. Hasil tulisannya antara lain: Adamus exul (Adam dalam pembangunan), de jure praedae (Tentang Hukum Harta Rampasan), Mare Liberum (Lautan Bebas) dan paling terkenal de Jure Belli ac Pacts (Hukum Perang dan Damai) yang sampai dewasa ini terus menjadi bahan mempelajari Hukum Antar Bangsa-Bangsa.

12. Bapak Hukum Bangsa-Bangsa, Hugo de Groot (1583-1645)

Adapun kegiatan melangsungkan hubungan baik di antara negara-negara di dunia ini, berasal dari kata “diploma” (dari bahsa Latin dan Yunani) yang dapat diartikan surat kepercayaan. Perkataan “diplomasi” kemudian menjelma menjadi istilah “diplomat”, “diplomasi” dan “diplomatik”.

13. Pengertian Diplomasi dan Diplomatik

Menurut tingkatannya perwakilan di luar negeri dapat disusun sebagai berikut:

a. Duta Besar (Ambassador)b. Duta Istimewa dan menteri Berkuasa penuhc. Menteri Residend. Kuasa Usaha

14. Tingkat Perwakilan di luar Negeri

Sebelum Perang Dunia I : Bahasa Perancis & InggrisSetelah Perang Dunia II dan beberapa abad terakhir :

Bahasa Inggris (yang diakui sebagai bahasa dunia), namun ada beberapa negera yang tetap menggunakan bahasanya sendiri dalam surat-menyurat

Pada peraturan terakhir dari piagam perdamaian Versailles dicantumkan bahasa Perancis dan Inggris sebagai bahasa yang dipergunakan untuk bahasa otentik

Piagam dari UNO ditulis dalam lima bahasa kerja, yaitu Perancis, Inggris, Spanyol, Soyvet, dan Cina

Dalam perkembangan internasional selanjutnya, selain kelima bahasa tersebut, bahasa Arab juga dipakai sebagai bahasa resmi dari berbagai negara anggota UNO

15. Bahasa Diplomatik

Konsul adalah perwakilan negara di luar negeri untuk mengurus dan melindungi kepentingan warganya serta akan memberikan bantuan dalam memajukan usaha bangsanya

Sejarah penamaan konsul dari adanya para pedagang yang meninggalkan negaranya. Perselisihan yang mungkin timbul dengan usahawan asing atau sesama bangsa, diselesaikan peradilan dagang dengan “consoli” di kota itu, untuk itu diangkat petugas dengan pangkat “console d’oltre mare”

Perbedaan dengan diplomat: Duta dikirim hanya seorang untuk sesuatu negara, tetapi konsul berkedudukan

di beberapa tempat, yang dianggap perlu terutama kota-kota pelabuhan dan pusat perdagangan

Persoalan politik pada umumnya dan perwakilan negara, yang dapat bertindak atas nama negaranya ditugaskan kepada perwakilan diplomatik, sedangkan konsul diberikan wewenang untuk mengurus kepentingan warganya, atau pun negaranya di bidang ekonomi pada umumnya.

Untuk melaksanakan tugas nya, duta dapat berurusan langsung dengan Kepala Negara dimana ia ditempatkan, sedangkan konsul tidak memerlukannya

• Konsul resmi dikirim oleh negaranya kepada negara yang menerimanya, sebagaimana halnya dengan pegawai diplomatik. Tugasnya membela kepentingan negara, tetapi tidak mempunyai eksteritorialitas Konsul ini mendapat keistimewaan berdasarkan convention atau kebiasaan yang telah berlaku dalam hubungan antar bangsa-bangsa

16. Konsul

Pada umumnya, kantor konsul dengan arsipnya tidak dapat diganggu gugat. Jika terjadi peperangan dengan negara yang menerimanya, arsip konsul akan disimpan pada satu kedutaan atau pun konsulat dari negara sahabat

Kepada penguasa setempat, konsul bukan saja dapat meminta perlindungan istimewa terhadap pribadinya, tetapi juga terhadap gedung konsulat. Jika terjadi keributan, dapat meminta bantuan kepolisian agar diadakan penjagaan istimewa terutama terhadap penyingkiran lambang dan penurunan bendera

Kelalaian polisi dalam memberikan penjagaan, dapat dituntut supaya mengganti kerugian

17. Konsulat

Konsul bertugas di bidang pemerintahan, di samping itu melaksanakan Peradilan (perselisihan yang timbul antara nakhoda, perwira, dan awak kapal), menegakkan hukum (tata tertib di dalam kapal dagang, ketentraman sewaktu kecelakaan dilautan menahan para deserteur, mengambil tindakan terhadap pelanggaran Hukum Laut)

18. Tugas Konsulat

Bagi orang tertentu yang berada di luar negeri tidak berlaku hukum negara tempat dia berada, karena kedudukan di negaranya, atau karena tugas negara, seperti kepala negara, duta dan lain-lain. Buat mereka berlaku hukum negaranya sendiri, berdasarkan kovensi, hukum kebiasaan internasional atau traktat

Sebelum Perang Dunia II, di daratan Cina, dijumpai wilayah-wilayah eksteritorial, yang berada di bawah kekuasaan negara asing, seperti: Inggris, Amerika, Perancis, dan lain-lain. Sesudah Perang Dunia II tidak ada lagi kedudukan eksteritorial itu (sudah hilang dengan sendirinya, karena perubahan yang timbul)

19. Eksteritorial

a. Kepala negara, beserta keluarga dan rombongan berikut perlengkapan dan hal-hal yang sehubungan dengan itu, namun tidak termasuk seorang kepala negara yang sedang menyamar (incognito). Dapat dikecualikan dari hak-hak istimewa ini antara lain:(a) Hak kebendaan yang dipunyai seorang kepala negara atas benda tetap di luar negeri(b) Sekiranya Kepala Negara itu secara sukarela agar

diperlakukan menurut hukum negara asing(c) Berkenaan dengan hal yang dapat digolongkan Kejahatan Perang

b. Para diplomat, mereka yang bertugas untuk kepentingan negaranya dalam hubungan internasional seperti duta besar (ambassador), duta biasa (gezant, minister), dll.

20. Kedudukan Eksteritorial

Personil Resmi, meliputi kepala dari kedutaan (ambassade) atau perwakilan (chef de mission), sekertaris, attache, militer, dagang, pendidikan dan kebudayaan, persdan lain-lain seperti penerjemah, rohaniawan, yang bertugas pada ambassade. Eksteritorial hanya berlaku bagi perwakilan diplomatik dari pemerintahan yang de jure atau de facto telah diakui dan bukan bagi perwakilan pemerintahan de facto yang belum mempunyai hubungan diplomatik. Eksteritorialitas diplomatik meliputi :a. Imunitas pribadi 1. Untuk menjaga keselamatan 2. Tidak dapat digugat baik terhadap pribadi 3. Bebas dari peraturan pidana dari negara yang ditunjuk sebagai tempatnya bertugas 4. Peraturan perdata dai negara setempat tidak berlaku 5. Permintaan untuk bertindak sebgai saksi baik di bidang pidana maupun perdata dapat ditolak 6. Seorang duta yang dapat membebaskan dirinya dari eksteritorialitas dalam persoalan pidana dan perdata, menyatakn tunduk kepada peraturan negara tempat dia bertugas seizin pemerintahnya 7. Pembebasan pajakb. Kekebalan rumahc. Kekebalan korespondensid. Isteri dan Keluarga

21. Personil resmi

Pegawai diplomatik yang tidak resmi, biasanya mempunyai kebangsaan dari negara tempat kedudukan itu. Dalam hal yang begini tidak diperlukan eksteritorialitas, begitulah dipraktekan berbagai negara. Personil yang mempunyai kebangsaan lain mendapat imunitas, biarpun tidak sama kebangsaannay dengan diplomat, yang berlaku bagi pribadinya saja, tidak untuk keluarganya.

22. Personil Tidak Resmi

Perwakilan dari organisasi internasional dalam melaksanakan tugasnya memperoleh kekebalan istimewa. Peraturan khusus telah disusun sidang umum (21-11-1947).

Anggota dan petugas dari Mahkamah Internasional dapat dirasakan keperluannya mendapat keadaan yang istimewa agar dapat melaksanakan tugasnya di negara-negara yang didatanginya, terlepas dari kedudukannya sebagai warga dari negara tertentu.

23. Pejabat Organisasi Internasional