Retinoblastoma

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retinoblastoma adalah tumor masa anak – anak yang jarang tetapi dapat fatal. Neoplasma berasal dari neuroretina ( sel batang dan sel kerucut) atau sel glia yang bersifat ganas. Di antara insiden kasus tumor pada anak, retinoblastoma adalah tumor dengan insiden yang rendah yakni 3% dari keganasan pada anak dibawah 15 tahun, tetapi merupakan keganasan primer intraokuler yang paling sering pada anak. 1,2 Retinoblastoma disebabkan mutasi pada gen RB1 yang berlokasi pada lengan panjang dari kromosom 13 lokus 14 (13q14). Kedua kopi gen RB1 ini harus bermutasi supaya dapat terbentuk tumor. Retinoblastoma menunjukkan berbagai macam pola pertumbuhan, yaitu endofilik, eksofilik dan iniltrat difus. 2,3 Pemeriksaan penunjang pada retinoblastoma meliputi pemeriksaan laboratorium, pencitraan dan histopatologis, yang mana semuanya dapat memperkuat diagnosis untuk retinoblastoma ini. Tatalaksana pada retinoblastoma ini tergantung pada masing – masing stadium retinoblastoma. 3 1.2 Batasan Masalah

description

.

Transcript of Retinoblastoma

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangRetinoblastoma adalah tumor masa anak anak yang jarang tetapi dapat fatal. Neoplasma berasal dari neuroretina ( sel batang dan sel kerucut) atau sel glia yang bersifat ganas. Di antara insiden kasus tumor pada anak, retinoblastoma adalah tumor dengan insiden yang rendah yakni 3% dari keganasan pada anak dibawah 15 tahun, tetapi merupakan keganasan primer intraokuler yang paling sering pada anak.1,2Retinoblastoma disebabkan mutasi pada gen RB1 yang berlokasi pada lengan panjang dari kromosom 13 lokus 14 (13q14). Kedua kopi gen RB1 ini harus bermutasi supaya dapat terbentuk tumor. Retinoblastoma menunjukkan berbagai macam pola pertumbuhan, yaitu endofilik, eksofilik dan iniltrat difus.2,3 Pemeriksaan penunjang pada retinoblastoma meliputi pemeriksaan laboratorium, pencitraan dan histopatologis, yang mana semuanya dapat memperkuat diagnosis untuk retinoblastoma ini. Tatalaksana pada retinoblastoma ini tergantung pada masing masing stadium retinoblastoma.3

1.2 Batasan MasalahCRS ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patogenesis, diagnosis, tatalaksana, prognosis dan komplikasi dari retinoblastoma.

1.3 Tujuan PenulisanCRS ini disusun untuk lebih memahami mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patogenesis, diagnosis, tatalaksana, prognosis dan komplikasi dari retinoblastoma sekaligus sebagai pemenuhan sesi pembelajaran kepaniteraan klinik dokter muda bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP DR. M. Djamil Padang.

1.4 Metode PenulisanMakalah ini disusun dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literature.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Histologi RetinaRetina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan dan yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare dan berakhir di tepi ora serrata. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga bertumpuk dengan membrana Bruch, khoroid dan sklera. Di sebagian besar tempat, retina dan epithelium pigmen retina mudah terpisah, sehingga membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasio retina. Tetapi pada diskus optikus dan ora serrata, retina dan epithelium pigmen retina saling melekat kuat, sehingga membatasi perluasan cairan subretina pada ablasio retina.1

Gambar 1. Anatomi Mata

Permukaan dalam retina menghadap ke vitreus. Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi luarnya, adalah sebagai berikut:41. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapisan terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.3. Lapisan nukleus luar, merupakan susunan lapis nuleus sel kerucut dan batang. Ketiga lapisan di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.4. Lapisan pleksiform luar, merupakan lapisan aselular dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.5. Lapisan nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller. Lapisan ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.6. Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapisan aselular tempat sinap sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.7. Lapisan sel ganglion yang merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua.8. Lapisan serabut saraf, merupakan lapisan akson sel ganglion menuju ke arah saraf optic. Di dalam lapisan lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan vitreus. Gambar 2. Gambaran funduskopi normal retina posterior dan histologik lapisan retina

Gambar 3. Lapisan sel-sel di retina

Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis, makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil), yang berdiameter 1,5 mm. Definisi alternatif secara histologis adalah bagian retina yang lapisan ganglionnya mempunyai lebih dari satu sel. Di tengah makula, sekitar 3,5 mm di sebelah lateral diskus optikus, terdapat fovea, merupakan suatu cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. Fovea merupakan zona avaskular di retina pada angiografi flurosens. Secara histologis, fovea ditandai dengan menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan-lapisan parenkim karena akson akson sel fotoreseptor berjalan obliq dan pergeseran secara sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina. Foveola adalah bagian paling tengah pada fovea, di sini fotoreseptornya adalah sel kerucut, dan merupakan bagian retina yang paling tipis.1

Gambar 4. histologik lapisan retina

2.2. Fisiologi Retina

Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optik, sebagai transduser yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling tajam. Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama, dan diperlukan sistem pemancar yang kompleks. Akibat dari susunan seperti itu adalah bahwa makula terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan warna ( penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik).1,4Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskular pada retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mencetuskan proses penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung rodopsin, yang merupakan suatu pigmen penglihatan fotosensitif yang terbentuk sewaktu molekul protein opsin bergabung dengan 11-sis-retinal. Sewaktu foton cahaya diserap oleh rodopsin, 11-sis-retinal segera mengalami isomerisasi menjadi bentuk all-trans. Rodopsin adalah suatu glikolipid membrane yang separuh terbenam di lempeng membran lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor. Penyerapan cahaya puncak oleh rodopsin terjadi pada panjang gelombang sekitar 500 nm, yang terletak di daerah biru-hijau pada spektrum cahaya. Penelitian-penelitian sensitivitas spektrum fotopigmen kerucut memperlihatkan puncak penyerapan panjang gelombang di 430, 540 dan 575 nm masing-masing untuk sel kerucut peka biru, hijau, merah. Fotopigmen sel kerucut terdiri dari 11-sis-retinal yang terikat ke berbagai protein opsin. 1,4Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor sel batang. Pada bentuk penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat bermacam-macam nuansa abu-abu, tetapi warna ini tidak dapat dibedakan. Sewaktu retina telah beradaptasi penuh terhadap cahaya, sensitivitas spectral retina bergeser dari puncak dominasi rodopsin 500 nm ke sekitar 560 nm, dan muncul sensasi warna. Suatu benda akan berwarna apabila benda tersebut mengandung fotopigmen yang menyerap panjang-panjang gelombang tertentu dan secara selektif memantulkan atau menyalurkan panjang-panjang gelombang tertentu di dalam spektrum sinar tampak (400-700 nm). Penglihatan siang hari terutama diperantarai oleh fotoreseptor kerucut, penglihatan senja oleh kombinasi sel kerucut dan sel batang, dan penglihatan malam oleh fotoreseptor batang.1

2.3. DefinisiRetinoblastoma adalah tumor masa anak anak yang jarang tetapi dapat fatal. Neoplasma berasal dari neuroretina ( sel batang dan sel kerucut), atau sel glia yang bersifat ganas. Di antara insiden kasus tumor pada anak, retinoblastoma adalah tumor dengan insiden yang rendah yakni 3% dari keganasan pada anak dibawah 15 tahun, tetapi merupakan keganasan primer intraokuler yang paling sering pada anak.1,2

2.4. EpidemiologiRetinoblastoma terjadi 1 dalam 14.000-20.000 dari kelahiran hidup, tergantung pada negara masing-masing. Diperkirakan 250-300 kasus baru muncul di Amerika serikat setiap tahunnya. Di Mexico, ada 6.8 kasus setiap 1 juta penduduk telah dilaporkan dibandingkan dengan 4 kasus per 1 juta penduduk di Amerika serikat.2Walaupun retinoblastoma dapat terjadi pada semua usia, penyakit ini paling sering terjadi pada anak berusia kecil dari 2 tahun. 95% kasus didiagnosis pada anak usia kurang dari 5 tahun. Retinoblastoma yang didiagnosis pada anak usia di atas 5 tahun memiliki prognosis yang lebih buruk.3Insiden antara laki-laki dan perempuan sama. Kasus yang terjadi pada kedua mata atau bilateral sekitar 30-40% kasus, sedangkan unilateral 60-70% kasus.2

2.5.EtiologiRetinoblastoma disebabkan mutasi pada gen RB1 yang berlokasi pada lengan panjang dari kromosom 13 lokus 14 (13q14). Kedua kopi gen RB1 ini harus bermutasi supaya dapat terbentuk tumor. RB1 yang cacat ini dapat diwariskan dari salah satu orang tua, biasanya mengenai kedua mata dan cenderung berkembang pada usia yang muda. Namun, pada beberapa kasus lain mutasi baru terjadi pada tahap awal perkembangan janin berupa kesalahan pada proses penyalinan ketika sel membelah.2,3

2.6 Klasifikasi RetinoblastomaKlasifikasi retinoblastoma yang disusun oleh The International Intraocular Retinoblastoma Classification (IIRC) dipakai untuk retinoblastoma intraokuler dan memprediksi prognosis terapi yang tersedia. Klasifikasinya sebagai berikut :Tabel 1. Klasifikasi IIRC untuk Retinoblastoma5Group ATumor kecil (3mm) di retina; >3mm dari fovea; >1.5mm diskus optikus

Group BTumor (>3mm) di retina di bagian manapun, dengan cairan subretinal jernih 6mm dari tepi tumor

Group CPenyebaran di vitreus atau subretinal yang terlokalisir (