Resus Tinea Pedis-pengobatan.
-
Upload
niqko-bayu-prakarsa -
Category
Documents
-
view
82 -
download
0
description
Transcript of Resus Tinea Pedis-pengobatan.
1
REFLEKSI KASUS
PENATALAKSANAAN TINEA PEDIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Diajukan kepada
dr. Nafiah, M.Sc, Sp.KK
Disusun oleh :
Niqko Bayu Prakarsa
2007 031 0007
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
2
REFLEKSI KASUS
PENATALAKSANAAN TINEA PEDIS
A. PENGALAMAN
Seorang perempuan umur 21 tahun datang ke poli penyakit kulit dan
kelamin RS PKU Muhammadiyah, dengan keluhan utama gatal pada sela jari
kaki kanan dan kiri. Rasa gatal pada kedua kaki sejak beberapa minggu yang
lalu. Pada awalnya muncul gelembung-gelembung kecil pada telapak kakinya.
Rasa gatal yang sangat hebat membuat pasien sering menggaruk sehingga
cairan yang ada di dalam gelembung pecah dan mengeluarkan cairan bening.
Pasien mengeluhkan telapak kakinya terasa kering dan muncul sisik-sisik
berbentuk bulat. Pasien adalah seorang mahasiswa yang tinggal di kos. Pasien
mengaku kakinya sering terendam air karena mencuci pakaian sendiri. Setelah
diperiksa, oleh dokter didiagnosis tinea pedis dan diberi obat oles saja.
Riwayat penyakit sekarang :
Keluhan utama : gatal pada sela jari kaki kanan dan kiri
Keluhan tambahan : -
Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit serupa disangkal,
riwayat sakit diabetes disangkal.
Riwayat penyakit keluarga : riwayat keluhan serupa pada keluarga
disangkal.
Pemeriksaan fisik :
Kondisi umum: cukup, tampak rewel. Kesadaran : kompos mentis
Kepala
Bentuk : normocepal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
Thorax dan abdomen : tidak dilakukan
Vital sign :
- Nadi : -
- Suhu tubuh aksilla: afebris
- Respirasi : 16x/ menit, reguler, pola nafas normal
3
Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas
Status Dermatologis :
Lokasi : Regio plantar pedis Dekstra et sinistra
UKK : Tampak kulit kering, banyak lesi skuama putih
koloret dengan ukuran bervariasi dari miliar hingga
numular yang tersebar. Kulit seperti rapuh.
Pada sela jari ke 4 dan 5 kaki kiri tampak plak
hipopigmentasi dengan erosi di sekitarnya.
Diagnosis banding : Tinea pedis, Candidiasis kutis, Scabies
Diagnosis : Tinea pedis
B. MASALAH YANG DIKAJI
Bagaimana penatalaksanaan tinea pedis? Apa alasan dokter hanya
memberikan obat oles luar saja pada pasien?
C. ANALISA KRITIS
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
TERAPI PROMOTIF
Sebagai dokter sebaiknya menanyakan tentang perkembangan penyakit
tinea pedis seperti penggunaan fasilitas olahraga yang dipakai secara umum, tipe
sepatu dan kaos kaki yang sering dipakai, dan pekerjaan yang sehari-hari
dilakukan serta apakah kaki penderita lebih dominan terlibat
dalam pekerjaannya.Terapi promotif pada penderita Tinea Pedis mengutamakan
prinsip pemberian informasi atau penyuluhan baik pada penderita maupun pada
orang-orang disekitar penderita yang diharapkan dapat mencegah penularan,
kekambuhan serta komplikasi lainnya. Upaya ini antara lain :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat atau penderita
tentanggambaran umum tinea pedis.
4
2. Memberikan pengetahuan tentang faktor resiko tinea pedis, sehingga
diharapkan dapat melakukan pencegahan.
3. Melakukan penyuluhan untuk tetap menjaga kebersihan pada tubuh dan
lingkungan dimana penderita lebih sering terpapar (rumah, tempat kerja,
dan lain-lain).
4. Jika terdapat penyakit lain yang menyertai seperti diabetes mellitus,
segera ke dokter. Karena orang dengan penyakit diabetes lebih rentan
terpapar infeksi kulit daripada orang normal.
5. Pada tinea pedis yang kronik dan relapse (kambuh),
membutuhkan perawatan kaki yang intensif dan pengobatan untuk
kesembuhan beberapa minggu.
Prinsip utama untuk upaya pencegahan terhadap tinea pedis adalah tetap
menjaga kaki penderita agar tetap bersih dan kering, antara lain :
1. Mencuci seluruh kaki setiap hari dan menggunakan kaos kaki yang
bersih setelah mandi atau terpapar air (berenang, hujan, banjir, dan lain-
lain).
2. Menjaga agar kaki tetap kering terutama pada setiap sela jari kaki
sehabis mandi atau terpapar air (berenang, hujan, banjir, dan lain-lain).
3. Jika pekerjaan penderita berkaitan dengan penggunaan tempat yang
lembab seperti kolam renang umum, sebaiknya menggunakan sandal atau
alat perlindungan lain agar kaki tidak kontak langsung dengan lantai yang
terkontaminasi dengan jamur lainnya.
4. Memilih sepatu kulit daripada sepatu dari bahan vinyl, karena sepatu
kulit lebih menyerap keringat sehingga menjaga kaki tetap kering.
5. Menggunakan kaos kaki yang dapat menyerap keringat.
6. Jika memungkinkan, jangan menggunakan sepasang sepatu yang sama
dalam dua hari berturut-turut. Karena memberikan kesempatan sepatu
dalam 24 jam agar tetap kering.
7.Jangan bergantian menggunakan sepatu dengan orang lain.
5
TERAPI PREVENTIF
1. Cuci tangan dan kaki secara rutin tiap harinya dengan sabun.
2. Keringkan seluruh kaki setelah dicuci. Jangan mengenakan kaos kaki
dalam keadaan kaki yang basah karena akan menyebabkan jamur mudah
tumbuh.
3. Jangan gunakan handuk yang sama dengan orang lain tanpa terlebih
dahulu dicuci.
4. Ganti kaos kaki setiap hari. Kaos kaki berbahan cotton dan kulit lebih
baik dari pada yang berbahan nilon dan plastik karena keduanya
menyebabkan kaki lebih banyak berkeringat.
5. Gantilah sepatu setiap 2-3 hari dengan sepatu lain agar masing-masing
sepatu benar-benar kering setelah dipakai.
6. Gunakan sandal apabila berkunjung ke tempat pemandian umum atau
tempat ganti umum untuk menghindari kontak kaki dengan lantai yang
mngkin telah terkontaminasi kulit orang yang menderita tinea pedis.
7. Ketika di dirumah, biarkan kaki kontak dengan udara dan jangan
terlalusering menggunakan kaos kaki atau sepatu di dalam rumah.
TERAPI KURATIF SECARA UMUM DERMATOFITOSIS
1. Pengobatan Topikal
Ada dua pedoman dalam pengobatan topikal, yaitu :
a. Basah dengan basah Berarti jika dermatosis basah (eksudatif) diobati dengan
kompres terbuka. Tetapi prinsip ini tidak mutlak,kompres terbuka juga digunakan
pada dermatosis dengan peradangan hebat.
b. Kering dengan kering Berarti jika dermatosis kering diobati dengan vehikulum
yang kering, misalnya salep.
2. Makin akut suatu dermatosis, makin lemah bahan aktif yang dipakai.
Berarti pada dermatosis yang akut jangan diberi terapi dengan bahan aktif yang
kuat, yakni dengan konsentrasi yang tinggi karena akan menghebat. Prinsip obat
topikal secara umum terdiri atas dua bagian yaitu bahan dasar (vehikulum) dan
bahan aktif dengan penjelasan sebagai berikut :
6
1. Bahan dasar (vehikulum).
Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topikal merupakan langkah awal
dan terpenting yang harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada
umumnya sebagai pegangan ialah pada keadaan yang membasah dipakai bahan
dasar yang cair atau basah, misalnya kompres; dan pada keadaan kering
dipakai bahan dasar padat atau kering, misalnya salep. Secara sederhana bahan
dasar dibagi menjadi tiga yaitu cairan, bedak dan salep. Disamping itu ada dua
campuran atau lebih bahan dasar, yaitu bedak kocok (lotion), krim, pasta, dan
linimen.
a. Cairan
Cairan terdiri atas solusio (larutan dalam air) dan tinctura (larutandalam alkohol).
Solusio dibagi dalam kompres, rendam (bath) dan mandi (full bath). Prinsip
pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta
dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai. Disamping itu
terjadi perlunakan atau pecahnya vesikel, bula dan pustula. Hasil akhir
pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi
bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses
epitelisasi. Pengobatan cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala, misalnya
rasa gatal, rasa terbakar, parestesi oleh bermacam-macam dermatosis. Harus
diingat bahwa pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu
kering. Jadi pengobatan cairan harus dipantau secara teliti. Kalau keadaan sudah
mulai kering,maka pemakaiannya dikurangi dan kalau perlu dihentikan
untuk diganti dengan bentuk pengobatan lainnya. Cara kompres lebih disukai dari
pada cara rendam dan mandi, karena pada kompres terdapat pendinginan dengan
adanya penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses maserasi.
Bahan aktif yang dipakai dalam kompres ialah biasanya bersifat astringen dan
antimikrobial. Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein. Kompres
terdiri daridua macam, yaitu kompres terbuka dan kompres tertutup. Kompres
terbuka dasarnya adalah penguapan cairan kompres disusul oleh absorbsi eksudat
atau pus. Indikasinya meliputi dermatosis madidans, infeksi kulit dengan eritem
7
yang mencolok (misalnya erisipelas) dan ulkus kotor yang mengandung pus dan
krusta. Cara kompres bekerja pada radang akut melalui:
1) Penguapan air akan menarik kalor dari lesi, sehingga terjadi vasokonstriksi
yang mengakibatkan eritem berkurang.
2) Vasokonstriksi memperbaiki permeabilitas vaskuler, sehingga pengeluaran
serum dan udem berkurang.
3) Air melunakkan dan melarutkan krusta pada permukaan kulit,sehingga mudah
terangkat bersama kain kasa. Pembersihan krusta ini akan mengurangi sarang
makanan untuk bakteri dari cairan yang
terperangkap di bawah krusta. Kompres tertutup (kompres impermeabel) dasarnya
adalah vasodilatasi, bukan untuk penguapan. Indikasinya ialah kelainan yang
dalam, misalnya limfogranuloma venereum.
b. Bedak
Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak
melekat erat sehingga penetresinya sedikit sekali. Efek bedak ialah mendinginkan,
antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi, antipruritus lemah,
mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat (intertrigo) dan proteksi mekanis.
Pengobatan dengan bedak yang diharapkan terutama ialah efek fisis. Bahan
dasarnya ialah talkum venetum. Bedak biasanya dicampur dengan seng oksida,
sebab zat ini bersifat mengabsorbsi air dan sebum, astringen, antiseptik lemah dan
antipruritus lemah. Indikasi pemberian bedak ialah dermatosis yang kering dan
superfisial, mempertahankan vesikel atau bula agar tidak pecah.
Kontraindikasinya adalah dermatitis yang basah,terutama bila disertai dengan
infeksi sekunder. Jika terjadi eksudat atau pus, maka campuran bedak dengan
eksudat merupakan adonan yang memudahkan terjadinya infeksi.
c. Salep
Salep ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu
kamar berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat
pula lanolin atau minyak. Indikasinya adalah dermatosis yang kering dan kronik,
8
dermatosis yang dalam dan kronik dan dermatosis yang bersisik dan berkrusta.
Kontraindikasinya adalah dermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada
bagian badan yang berambut, penggunaan salep tidak dianjurkan dan salep jangan
dipakaidi seluruh tubuh.
d. Bedak kocok
Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak yang biasanya ditambah dengan
gliserin sebagai bahan perekat, supaya bedak tidak terlalu kental dan cepat
menjadi kering maka jumlah zat padat maksimal 40 % dan jumlah gliserin 10 – 15
%. Hal ini berarti jika beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka prosentase
tersebut jangan terlampaui. Indikasi digunakan bedak kocok adalah dermatosis
yang kering, superfisial dan agak luas, serta dermatosis pada keadaan subakut.
Kontraindikasinya ialah dermatitis madidans dan daerah badan yang berambut.
e. Krim
Krim adalah emulsi O/W (oil in water) atau W/O (water in oil).Kombinasi antara
minyak dengan air ditambah emulgator menghasilkan emulsi W/O atau O/W,
bergantung pada susunan komponen di atas. Krim W/O (cold cream) lebih cocok
dipakai waktu malam karena melengket lebih lama di kulit. Krim O/W
(vanishingcream) lebih cocok dipakai waktu siang karena lebih cair dan
tidak lengket. Indikasi digunakan krim ialah indikasi kosmetik, dermatosis yang
subakut dan luas, dan boleh digunakan di daerah yang berambut. Kontraindikasi
untuk krim W/O ialah dermatitis madidans.
f. Pasta
Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif dan
mengeringkan. Indikasi penggunaan pasta ialah dermatosis yang agak basah.
Kontraindikasinya ialah dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut.
Untuk daerah genital eksterna dan lipatan-lipatan badan, pasta tidak dianjurkan
karena terlalu melekat. Sekarang pasta jarang dipakai karena pengolesan
dan pembersihannya lebih sulit.
9
g. Linimen
Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak dan salep. Indikasi
penggunaanya yaitu pada dermatosis yang subakut. Kontraindikasinya yaitu
dermatosis madidans. Ada vehikulum lainyaitu gel. Gel ialah sediaan hidrokoloid
atau hidrofilik berupa suspense yang dibuat dari senyawa organik. Zat untuk
membuat gel di antaranya ialah karbomer, metilselulosa dan tragakan. Bila zat-zat
tersebut dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu akan terbentuk gel.
Karbomer akan membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel segera mencair,
jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorbsi per kutan lebih
baik daripada krim.
2. Bahan aktif.
Pemilihan obat topikal selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang
dimasukkan ke dalam vehikulum, yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai
untuk pengobatan topikal. Khasiat bahan aktif topikal dipengaruhi oleh keadaan
fisiko-kimia permukaan kulit, disamping komposisi formulasi zat yang dipakai.
Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk
konsentrasi obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas dan
efek vehikulum terhadap kulit. Bahan-bahan aktif yang biasadigunakan pada
penyakit kulit secara umum di antaranya ialah alumunium asetat, asam asetat,
asam benzoat, asam borat, asamsalisilat, asam undesilenat, asam vitamin A
(tretionin, asam retinoat), benzokain, benzil benzoat, camphora, kortikosteroid
topikal, mentol, padofilin, selenium disulfid, sulfur, ter, tiosulfas natrikus, urea,
zat antiseptik, antibiotik dan antifungal.
Obat Antijamur Topikal , obat antijamur topikal yang ideal adalah obat yang
aktif pada konsentrasi sangat rendah, mempunyai formula yang beragam, efek
samping minimal atau bahkan tidak ada, dengan formula yang spesifik (misalnya
untuk kuku dan mukosa) dan mempunyai manfaat tambahan untuk kelainan yang
biasa menyertai infeksi jamur (misalnya antiinflamasi, keratolitik
dan antibakteri). Obat topikal yang diperuntukkan pada infeksi dermatofita
berdasarkan mekanisme kerjanya meliputi :
10
1. Bahan kimia antiseptic mempunyai sifat antibakteri dan antijamur ringan
serta bersifat mengeringkan, misalnya Cestallani paint(solusio carbol fuchsin)
dapat digunakan untuk kasus tinea kruris dan kandidosis intertriginosa. Selain itu
juga dapat diindikasikan untuk tinea unguium, tinea imbrikata dan tinea korporis.
2. Bahan keratolitik yaitu bahan yang meningkatkan eksfoliasi
stratumkorneum. Misalnya salep Whitefield mengandung asam salisilat 3 %,asam
benzoat 6 % dalam petrolatum, dikatakan efektif bagi tinea pedis dan asam
undesilenat krim dan bedak 3 %. Asam salisilat padakonsentrasi rendah (1 – 2 %)
berefek keratoplastik, konsentrasi tinggi (3 – 20 %) berefek keratolitik dan dipakai
pada keadaan dermatosis yang hiperkeratotik dan pada konsentrasi sangat
tinggi(40 %) dipakai untuk kelainan-kelainan yang dalam. Asam
salisilat berkhasiat fungisid terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3 – 6 %
dalam salep, selain itu berkhasiat bakteriostasis lemah. Asam salisilat tidak dapat
dikombinasikan dengan seng oksida karena akan terbentuk garam sengsalisilat
yang tidak aktif. Asam benzoate mempunyai sifat antiseptik terutama fungisidal.
Salep Whitefield dapat juga berguna untuk pengobatan topikal pada tinea kruris,
tinea unguium dan tinea korporis. Asam undesilenat dalam bentuk cairan dapat
digunakan pada tinea unguium.
3. Golongan allilamin, Golongan ini bekerja dengan menghambat enzim
epoksidase skualen pada proses pembentukan ergosterol membran sel jamur.
Allilamin memiliki efektivitas klinis yang tinggi dengan angka kesembuhan
berkisar 70 – 100 %. Naftitin merupakan obat antijamur berspektrum luas dan
derivat allilamin yang sintetis. Dapat menurunkan ergosterol yang menghambat
pertumbuhan sel jamur. Pada konsentrasi 1 % memiliki daya antiinflamasi.
Tersedia dalam bentuk krim, gel atau solusio 1 %. Penderita tinea korporis dewasa
maupun anak-anak cukup dioleskan 4 kali sehari pada sekitar lesi selama 2
minggu dalam bentuk krim 1 %. Tinea kruris 4 kali sehari selama 2 – 4 minggu
dalam bentuk krim 1 %. Tinea pedisdioleskan 4 kali sehari dalam bentuk krim 1
% atau 2 kali seharidalam bentuk gel 1 %. Terbinafin merupakan derivat allilamin
yang sintetis yang menghambat epoksidase skualen, sebuah enzim penting dalam
biosintesis sterol pada jamur yang menghasilkan defisiensiergosterol, penyebab
11
kematian sel jamur. Penelitian menemukan bahwa obat ini efektif dan tertoleransi
dengan baik oleh anak-anak. Terbinafin dioleskan 4 kali sehari pada penderita
tinea kruris dan tinea korporis baik dewasa maupun anak-anak dalam waktu 1 –
4minggu. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak (>12 tahun) diberikan
olesan sebanyak 2 kali sehari dalam bentuk krim. Contoh nama merk dagang obat
naftitin yaitu exoderil dan contohnama merk dagang obat terbinafin yaitu interbi,
lamisil dan termisil. Golongan benzilamin, Butenafin merupakan obat anti jamur
baru,termasuk golongan benzilamin yang bersifat fungisidik terhadapdermatofit,
seperti Trichophyton mentagrophytes, Microsporumcanis dan Trichophyton
rubrum yang menyebabkan infeksi-infeksitinea. Butenafin bekerja pada stadium
yang lebih dini dalam alur metabolisme sehingga menyebabkan terjadinya
akumulasi skualendan kematian sel jamur. Sifat fungisidik butenafin
menyebabkanmasa pengobatan yang pendek dengan angka kesembuhan
yangtinggi dan angka kekambuhan yang rendah. Penderita tinea korporisdewasa
dan anak-anak (> 12 tahun) dioleskan sebanyak 4 kali sehariselama 2 minggu
dalam bentuk krim 1 %. Penderita tinea krurisdewasa dan anak-anak (> 12 tahun)
dioleskan sebanyak 4 kali sehariselama 2 – 4 minggu dalam bentuk krim 1 %.
Penderita tinea pedisdewasa dan anak-anak (> 12 tahun) dioleskan sebanyak 2
kali sehariselama 1 minggu atau 4 kali sehari selama 2 – 4 minggu dalam bentuk
krim 1 %. Contoh nama merk dagang obat butenafin adalahmentax.
4. Golongan imidazol Umumnya senyawa imidazol ini berkhasiat
fungistatis dan pada dosis tinggi bekerja fungisid terhadap fungi tertentu. Imidazol
memiliki efektivitas klinis yang tinggi dengan angka kesembuhan berkisar 70 –
100 %. Mekanisme kerjanya dengan menghambat sintesis ergosterol, suatu unsur
penting untuk integritas membran sel. Golongan imidazol meliputi :
a. Mikonazol.
Derivat mikonazol ini berkhasiat fungisid kuat dengan spektrum kerjalebar
sekali. Lebih aktif dan efektif terhadap dermatofit biasa dan kandida daripada
fungistatika lainnya. Zat juga bekerja bakterisid pada dosis terapi terhadap
sejumlah kuman Gram positif kecuali basil-basil Doderlein yang terdapat dalam
vagina. Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak diberikan sebanyak 2 kali
12
sehari selama 4 minggu dalam bentuk krim 2 %, bedak kocok ataupun bedak.
Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak diberikan sebanyak 2 kali sehari
selama 2 – 6 minggu dalam bentuk krim 2%atau bedak kocok. Jika
menggunakan bedak, maka cukup ditaburkan 2kali sehari selama 2 – 4 minggu.
Contoh nama merk dagang obat mikonazol yaitu micoskin, mexoderm dan
daktarin.
b. Klotrimazol.
Derivat imidazol ini memiliki spektrum fungistatis yang relatif lebih
sempit daripada mikonazol. Pada konsentrasi tinggi, zat ini juga
berdaya bakteriostatis terhadap kuman Gram positif. Penderita tinea pedis dan
tinea korporis dewasa diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 2 – 6 minggu
dalam bentuk krim 1 % atau solusio, sedangkan pada anak-anak tidak tersedia.
Penderita tinea kruris dewasa dan anak-anak diberikan sebanyak 2kali sehari
selama 4 minggu dalam bentuk krim 1 %, solusio ataupun bedak kocok.
Contoh nama merk dagang obat klotrimazol yaitu canesten,lotremin dan
fungiderm.
c. Ketokonazol.
Fungistatikum imidazol pertama yang digunakan per oral (1981).
Spektrum kerjanya mirip dengan mikonazol dan meliputi banyak fungi patogen.
Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 2kali atau 4 kali
sehari selama 2 – 4 minggu dalam bentuk krim 1 %.Penderita tinea kruris dewasa
dan anak-anak dioleskan sebanyak 2 kaliatau 4 kali sehari selama 2 – 4 minggu
dalam bentuk krim 2 %. Penderita tinea korporis dewasa dan anak-anak dioleskan
sebanyak 4 kali sehariselama 2 minggu dalam bentuk krim 2 %. MIMS tahun
2005 menyebutkan contoh nama merk dagang obat ketokonazol yaitu formyco,
nizoral dan mycozid.
d. Ekonazol.
Ekonazol adalah derivat mikonazol, tetapi satu dari empat atom
klor diganti oleh atom H. Spektrum kerjanya lebih kurang sama, hanya lebihaktif
terhadap Aspergillus. Obat ini efektif untuk infeksi kutaneus. Titik tangkapnya
berhubungan dengan metabolisme sintesis RNA dan protein,mengganggu
13
permeabilitas dinding sel jamur sehingga menyebabkankematian sel jamur.
Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak dioleskansebanyak 2 kali atau 4 kali
sehari selama 4 minggu dalam bentuk krim 1%. Penderita tinea kruris dewasa dan
anak-anak dioleskan sebanyak 2 kaliatau 4 kali sehari dalam bentuk krim 1 %.
Contoh nama merk dagang obatekonazol adalah pevaryl.
e. Oksikonazol
Oksikonazol merupakan obat jamur yang memiliki spetrum luas.
Titik tangkapnya yaitu menghambat sintesis ergosterol yang akan
menyebabkankematian sel jamur. Penderita tinea pedis dewasa dan anak-anak
dioleskan sebanyak 4 kali sehari selama 2 minggu dalam bentuk krim 1 %.
Penderitatinea kruris dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 4 kali sehari
selama 2–4 minggu da l am ben tuk k r im 1 % a t au
bedak kocok . Con toh nama merk dagang obat oksikonazol adalah oxistat.
f. Sulkonazol
Sulkonazol merupakan obat jamur yang memiliki spektrum luas.
Titik tangkapnya yaitu menghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkan
kebocoran komponen sel, sehingga menyebabkan kematian sel jamur.Penderita
tinea kruris dewasa dan anak-anak (> 12 tahun) dioleskan sebanyak 4 kali sehari
selama 2 – 4 minggu dalam bentuk krim 1 % atausolusio. Contoh nama merk
dagang obat sulkonazol adalah exelderm.g. Sertakonazol.Bentuk krim
sertakonazol nitrat merupakan antijamur yang aktif melawanTrichophyton
rubrum, Trichophyton mentagrophytes dan Epidermophytonfloccosum.
Diindikasikan untuk tinea pedis dengan dioleskan 2 kali sehari baik dewasa
maupun anak-anak (> 12 tahun). Contoh nama merk dagangobat sertakonazol
adalah ertaczo.h. BifonazolBifonazol merupakan derivat imidazol yang berkhasiat
terhadap beberapa jenis jamur dan ragi yang patogen terhadap manusia serta
terhadap beberapa kuman Gram positif. Bifonazol bermanfaat pada
pengobatantinea unguium dalam bentuk losio atau krim yang
dikombinasikan bersama urea 40 % dengan bebat. Contoh nama merk dagang
obat bifonazol yaitu mycospor.
6. Golongan lainnyaa.
14
a. Siklopiroks.
Senyawa hidroksipiridon ini berspektrum luas. Senyawa ini berkhasiat
fungisid terhadap Candida albican dan Trichophyton rubrum, fungistatis terhadap
Malassezia furfur (panu), lagi pula bekerja bakteriostatis lemah.Walaupun struktur
kimianya berbeda dengan zat-zat imidazol, tetapimekanisme kerjanya
diperkirakan sama, yaitu terhadap membran plasmasel jamur. Mungkin juga
mekanisme kerjanya berdasarkan perintah transpor dari asam-asam amino dan
ion-ion melalui membran sel. Daya kerjanya diperkuat bila dibuat ester oalmin.
Siklopiroks khusus digunakansecara dermal. Penderita tinea pedis dewasa dan
anak-anak (> 10 tahun)dioleskan sebanyak 2 kali sehari dalam bentuk krim 1 %,
jika tidak ada perbaikan setelah 4 minggu maka perlu dievaluasi lagi. Hal tersebut
juga berlaku pada penderita tinea kruris dan tinea kapitis. Solusio siklopiroks telah
dilaporkan dapat berpenetrasi melalui semua lapisan kuku pada kasustinea
unguium namun memiliki efikasi yang rendah sehingga perlukombinasi dengan
obat antijamur oral. MIMS tahun 2005 menyebutkancontoh nama merk dagang
obat siklopiroks yaitu batrafen dan loprox naillacquer.
b. Tolnaftat
Tonaftat termasuk golongan tiokarbonat dan merupakan antijamur yang
sangat efektif terhadap dermatofitosis dan infeksi Pityrosporum orbicularetetapi
tidak terhadap Candida. Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat
epoksidasi skualen pada membran sel jamur. Biasanya digunakan 2 kali sehari
selama 2 – 4 minggu dan dilanjutkan 2 minggu setelah gejala klinis hilang.
Penderita tinea kruris dewasa dan anak anak dioleskan sebanyak 2 kali sehari.
Tersedia dalam bentuk krim 1 %, solusiodan bedak. Tolnaftat dapat diindikasikan
pada pengobatan topikal untuk tinea korporis dan tinea unguium. Contoh nama
merk dagang obattolnaftat adalah tinactin.
c. Haloprogin.
Haloprogin berkhasiat fungisid terhadap Epidermophyton,
Pityrosporum,Trichophyton dan Candida. Kadang-kadang terjadi sensitasi
dengantimbulnya gatal gatal, perasaan terbakar dan iritasi kulit. Penderita tinea
kruris dewasa dan anak-anak dioleskan sebanyak 3 kali sehari. Tersediadalam
15
bentuk krim 1 % dan solusio. Biasanya digunakan dalam waktu 2
– 4minggu. Contoh nama merk dagang obat haloprogin adalah halotex.
Pengobatan pada tinea unguium sangat memerlukan kombinasi denganobat
antijamur oral terutama generasi baru seperti itrakonazol danterbinafin, karena
jika hanya mengandalkan obat topikal saja maka daya penetrasi terhadap kuku
sangat terbatas sehingga tidak efektif. Pengobatantinea manus pada prinsipnya
sama dengan pengobatan yang dilakukan pada tinea pedis.
Pemberian obat oral dapat diberikan:
1. Griseofulfin
Dosis pemberian griseofulvin pada dewasa 0,5-1 gram per hari, sedangkan
pada anak-anak adalah 0,25-0,5 gram per hari atau 10-15 mg/kg berat badan.
Pemberian griseofulfin diberikan sampai tinea pedis sembuh ditambah pemberian
lanjutan selama 2 minggu untuk mencegah kekambuhan. Efek samping pada
penggunaan obat ini dilaporkan meliputi sakit kepala (15%), nausea, diare,
vomitus. Pemakaian obat ini juga bisa mengakibatkan terganggunya fungsi hepar.
2. Ketokonazpl
Dosis ketokonazol adalah dosis tunggal 200 mg per hari selama 10-14
hari. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan hepar.
3. Itrakonazol
Itrakonazol bisa sebagai obat pengganti ketokonazol pada penderita tinea
pedis dengan gangguan hepar. Dosis penggunaannya 2 x 100-200 mg/hari selama
3 hari.
4. Terbitafin
Dosis terbitafin adalah 62,5-250mg/hari selama 2-3 minggu.
Pada pasien ini cukup diberikan pengobatan topical antijamur karena lesi
tinea pedis dinilai tidak parah dan tidak ada resiko infeksi sekunder. Bisa juga
diusulkan pemberian antihistamin untuk mengurangi gatal-gatal pada pasien.
16
D .DAFTAR PUSTAKA
Abbas Ali Mansour dan Khalil Il Hamdi. (2007). Tinea Pedis among
Diabetics in Basrah: Prevalence and Predictors. Journal of Chinese
Clinical Medicine 2,9.
Hardjanto. (1990). Antijamur dalam Dermatologi. Dalam Ednawati dan
Soedarmadi (eds), Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin,
Laboratorium Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin.
Yogyakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Hal. 41-
58
H Hamzah. (2005), Dermatoterapi, dalam Djuanda, A., Hamzah, M., dan
Aisyah , S. (eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. 4 th ed,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Diperiksa dan disahkan oleh:
Dokter Pembimbing Koasisten
dr. Nafiah, M.Sc, Sp.KK Niqko Bayu P