Isi Tinea Pedis Print

download Isi Tinea Pedis Print

of 22

Transcript of Isi Tinea Pedis Print

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    1/22

    1

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    A. IDENTITAS PASIENNama : Tn. S

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Usia : 65 th

    Pekerjaan : Pensiunan Guru SD

    Agama : Islam

    Suku Bangsa : Jawa

    Alamat : Pasir Lor RT 02 RW 01

    Tanggal Periksa : 23 September 2013

    No. rekam medis : 586349

    B. ANAMNESIS1. Keluhan Utama : Gatal di kedua kaki2. Riwayat Penyakit Sekarang

    Onset : 5 minggu yang lalu

    Lokasi : telapak kaki dan sela jari kaki

    Kronologi : Pasien datang ke poli kulit RSMS dengan

    keluhan adanya rasa gatal pada kedua kaki

    disertai rasa nyeri bila tergesek, keluhan

    dirasakan sejak 5 minggu yang lalu, muncul

    tiba-tiba pada kaki kanan terlebih dahulu

    terutama pada bagian sela-sela jari kaki.Keluhan muncul pada kaki kiri setelah 1

    minggu kemudian. Pasien mengaku telah

    berobat 2 minggu yang lalu ke puskesmas

    terdekat, mendapat obat salep dan minum,

    pasien merasa belum sembuh total tetapi sudah

    ada perbaikan seperti keluhan pada bagian

    diantara ruas-ruas jari kaki. Pasien memiliki

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    2/22

    2

    kebiasaan sering membiarkan kaki dalam

    keadaan lembab dan sering memakai sepatu

    dalam jangka waktu lama.

    Kualitas :Pasien merasa gatal sekali sehingga

    mengganggu aktifitas

    Kuantitas : Keluhan gatal dirasakan setiap hari

    Faktor Memperberat : -

    Faktor Memperingan : obat dari dokter

    Gejala penyerta : -

    3. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat menderita keluhan yang sama : -

    Riwayat hipertensi : -

    Riwayat diabetes : -

    Riwayat penyakit jantung : -

    Riwayat alergi : -

    4. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat menderita keluhan yang sama : -

    Riwayat hipertensi : -

    Riwayat diabetes : -

    Riwayat penyakit jantung :-

    Riwayat alergi : tidak diketahui

    5.

    Riwayat Sosial EkonomiPasien tinggal bersama istrinya. Pasien merupakan seorang pensiunan

    Guru SD. Pendidikan akhir pasien adalah D3. Pendapatan pasien dari

    uang pensiunan, istrinya seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal di

    lingkungan pedesaan yang kebersihannya kurang dijaga, jendela jarang

    dibuka dan lingkungan yang lembab karena disekeliling rumahnya

    adalah pekarangan.

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    3/22

    3

    C. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum : Baik

    Kesadaram : compos mentis

    Tanda Vital

    Tekanan Darah : 130/80 mmHg

    Nadi : 88x/menit

    Respiration rate : 20x/menit

    Suhu : 36 0C

    Tinggi badan : 168 cm

    Berat badan : 61 kg

    IMT : 21, 2 kg/m2= normal weight

    Status Generalis

    Kepala : Simetris, mesochepal, venektasi temporal (-/-)

    Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

    Hidung: Discharge (-), deviasi septum (-)

    Mulut : Lidah sianosis (-), atrofi papil lidah (-)

    Telinga: Kelainan bentuk (-), discharge (-)

    Leher : Deviasi trakhea (-)

    Status Lokalis

    Thorax : tidak dilakukan pemeriksaan

    Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan

    Ekstremitas : tidak dilakukan pemeriksaan

    Status Dermatologikus

    Lokasi : Plantar pedis dex et sin dan interdigitalis pedis dexEfloresensi :

    Inspeksi : Pada plantar pedis tampak bercak eritema, bentuk tidak

    teratur, dengan tepi berbatas tegas, disertai adanya erosi dan

    skuama halus di bagian tepi. Pada interdigitalis terlihat fisura

    sisik halus dan tipis berwarna putih

    Palpasi : Teraba kasar dan berbatas tegas.

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    4/22

    4

    Gambar 1. Gambaran pada Interdigitalis

    Gambar 2. Gambaran pada Plantar Pedis

    D. RESUMEPasien laki-laki, 65 tahun, datang ke poli kulit RSMS dengan

    keluhan adanya rasa gatal pada kedua kaki disertai rasa nyeri bila

    tergesek, keluhan dirasakan sejak 5 minggu yang lalu, muncul tiba-tiba

    pada kaki kanan terlebih dahulu terutama pada bagian sela-sela jari kaki.

    Keluhan muncul pada kaki kiri setelah 1 minggu kemudian. Pasien

    mengaku telah berobat 2 minggu yang lalu ke puskesmas terdekat,

    mendapat obat salep dan minum, pasien merasa belum sembuh total tetapi

    sudah ada perbaikan seperti keluhan pada bagian diantara ruas-ruas jari

    kaki. Pasien memiliki kebiasaan sering membiarkan kaki dalam keadaan

    lembab dan sering memakai sepatu dalam jangka waktu lama. Pada

    pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan status

    dermatologis di plantar pedis ditemukan bercak eritema, bentuk tidak

    teratur, dengan tepi berbatas tegas, disertai adanya erosi dan skuama halus

    di bagian tepi. Pada interdigitalis terlihat fisura sisik halus dan tipis

    berwarna putih.

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    5/22

    5

    E. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan lampu wood2. Kerokan kulit dengan KOH 10%3. Biakan agar Saboroud

    F. DIAGNOSIS1. Diagnosis Kerja : Tinea Pedis2. Diagnosis Banding

    a. Dermatitis Kontak AlergikaTinea pedis harus dibedakan dengan dermatitis, yang

    biasanya batasnya tidak jelas, bagian tepi tidak lebih aktif daripada

    bagian tengah. Predileksinya pada bagian yang kontak dengan

    dengan sepatu, kaos kaki, bedak kaki dan sebagainya. Adanya

    riwayat pengunaan sepatu baru. Tidak ditemukan jamur pada

    kultur tetapi hanya tanda-tanda peradangan. Dermatitis kontak

    akan memberikan tes tempel positif, sedangkan pada tinea pedis

    hasilnya negatif.

    Gambar 3. Dermatitis kontak

    b. Kandidiasis (Erosio Interdigitalis Blastomisetika)Tinea Pedis murni agak sulit dibedakan dengan kandidiasis

    ini. Pemeriksaan sediaan langsung dengan larutan KOH dan

    pembiakan dapat membantu. Infeksi sekunder dengan spesies

    Candida atau bakteri lain sering menyertai tinea pedis.

    http://2.bp.blogspot.com/-vRro_HNcQRg/T7wWolDD90I/AAAAAAAAAFA/DXR-AdCRlzg/s1600/rgvesrverve.png
  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    6/22

    6

    c. PomfolixPomfolix umumnya terjadi pada dorsum jari-jari kaki pada

    anak-anak, agak kronik, sering pada musim dingin, sangat gatal

    dan ada riwayat keluarga yang atopi. Kulit di dorsum pedis tidak

    ditemukan jamur.

    Gambar 4. Pomfolik

    d. PsoriasisMengenai telapak kaki; jarang terdapat pustul, menebal,

    lesi yang batas jelas; psoriasis dapat ditemukan pada bagian tubuh

    yang lain dan pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin,

    Auspitz dan Kobner. Tidak didapatkan jamur pada pemeriksaan

    kulit.

    Gambar 5. Psoriasis

    G. PENATALAKSANAAN1. Non farmakologis

    a. Jaga kebersihan kaki.b. Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering

    http://4.bp.blogspot.com/-28gU2ezAiKg/T7wWVntW5rI/AAAAAAAAAEQ/v1ouYmhXwKY/s1600/cdcc.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-exPLez3vlJI/T7wWdEtuXsI/AAAAAAAAAEg/PhTUIk6-cVU/s1600/fcaewcawec.pnghttp://3.bp.blogspot.com/-wCYg4AQKeG8/T7wWYaVU3hI/AAAAAAAAAEY/rToAh6Qn_Sk/s1600/ervv.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-28gU2ezAiKg/T7wWVntW5rI/AAAAAAAAAEQ/v1ouYmhXwKY/s1600/cdcc.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-exPLez3vlJI/T7wWdEtuXsI/AAAAAAAAAEg/PhTUIk6-cVU/s1600/fcaewcawec.pnghttp://3.bp.blogspot.com/-wCYg4AQKeG8/T7wWYaVU3hI/AAAAAAAAAEY/rToAh6Qn_Sk/s1600/ervv.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-28gU2ezAiKg/T7wWVntW5rI/AAAAAAAAAEQ/v1ouYmhXwKY/s1600/cdcc.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-exPLez3vlJI/T7wWdEtuXsI/AAAAAAAAAEg/PhTUIk6-cVU/s1600/fcaewcawec.pnghttp://3.bp.blogspot.com/-wCYg4AQKeG8/T7wWYaVU3hI/AAAAAAAAAEY/rToAh6Qn_Sk/s1600/ervv.png
  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    7/22

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    8/22

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    9/22

    9

    Kemungkinan infeksi berkaitan dengan paparan ulangan dermatofita sehingga

    orang yang menggunakan fasilitas mandi umum seperti pancuran, kolam

    renang, kamar mandi lebih cenderung terinfeksi (Perea, 2000).

    C. ETIOLOGIJamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialah Trichophyton rubrum

    (paling sering), T. interdigitale, T. tonsurans (sering pada anak) dan

    Epidermophyton floccosum.(22) T. rubrum lazimnya menyebabkan lesi yang

    hiperkeratotik, kering menyerupai bentuk sepatu sandal (mocassinlike) pada

    kaki; T. mentagrophyte seringkali menimbulkan lesi yang vesikular dan lebih

    meradang sedangkan E. floccosum bisa menyebabkan salah satu diantara dua

    pola lesi diatas (Hapcioglu, 2006).

    D. PATOGENESISJamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi

    jaringan keratin. Jamur harus tahan terhadap efek sinarultraviolet, variasi suhu

    dan kelembaban, persaingan dengan flora normal, asam lemak fungistatik dan

    sphingosines yang diproduksi oleh keratinosit. Setelah proses adheren, spora

    harus tumbuh dan menembus stratum korneum dengan kecepatan lebih cepat

    daripada proses proses deskuamasi. Proses penetrasi ini dilakukan melalui

    sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga memberikan

    nutrisi. Trauma dan maserasi juga membantu terjadinya penetrasi. Mekanisme

    pertahanan baru muncul setelah lapisan epidermis yang lebih dalam telah

    dicapai, termasuk kompetisi dengan zat besi oleh transferin tidak tersaturasi

    dan juga penghambatan pertumbuhan jamur oleh progesteron. Di tingkat ini,derajat peradangan sangat tergantung pada aktivasi sistem kekebalan tubuh

    (Hapcioglu, 2006).

    Keadaan basah dan hangat dalam sepatu memainkan peran penting dalam

    pertumbuhan jamur. Selain itu hiperhidrosis, akrosianosis dan maserasi sela

    jari merupakan faktor predisposisi timbulnya infeksi jamur pada kulit. Sekitar

    60-80% dari seluruh penderita dengan gangguan sirkulasi (arteri dan vena)

    kronik akibat onikomikosis dan/atau tinea pedis. Jamur penyebab ada di mana-

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    10/22

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    11/22

    11

    2) Moccasin foot (plantar)Tinea pedis tipe moccasin atau Squamous-Hyperkeratotic Type

    umumnya bersifat hiperkeratosis yang bersisik dan biasanya asimetris

    yang disebut foci. Seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki

    terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama

    terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul

    dan kadang-kadang vesikel. Tipe ini adalah bentuk kronik tinea yang

    biasanya resisten terhadap pengobatan (Unandar, 2007).

    Gambar 7. Tine Pedis pada Telapak Kaki

    3) Lesi VesikobulosaBentuk ini adalah subakut yang terlihat vesikel, vesiko-pustul dan

    kadang-kadang bula yang terisi cairan jernih. Kelainan ini dapat mulai

    pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak

    kaki. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk

    lingkaran yang disebut koleret. Keadaan tersebut menimbulkan gatal yang

    sangat hebat. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk selulitis,

    limfangitis dan kadang-kadang menyerupai erisipelas. Jamur juga didapati

    pada atap vesikel (Unandar, 2007).

    Gambar 8. Tinea pedis; vesikel yang meluas ke punggung kaki

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    12/22

    12

    4) Tipe UlseratifTipe ini merupakan penyebaran dari tipe interdigiti yang meluas ke

    dermis akibat maserasi dan infeksi sekunder (bakteri); ulkus dan erosi

    pada sela-sela jari; dapat dilihat pada pasien yang imunokompromais dan

    pasien diabetes (Unandar, 2007).

    Gambar 9. Tinea pedis tipe ulseratif

    F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1) Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH) pada kerokan sisik kulit akan

    terlihat hifa bersepta. Pemeriksaan ini sangat menunjang diagnosis

    dermatofitosis. KOH digunakan untuk mengencerkan jaringan epitel

    sehingga hifa akan jelas kelihatan di bawah mikroskop. Kulit dari bagian

    tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit

    dikerok dengan pisau tumpul steril dan diletakkan di atas gelas kaca,

    kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH dan ditunggu selama 15-20

    menit untuk melarutkan jaringan, setelah itu dilakukan pemanasan. Tinea

    pedis tipe vesikobulosa, kerokan diambil pada atap bula untuk mendeteksi

    hifa (Perea, 2000).

    Gambar 10. KOH: Tampak hifa dan spora (mikrokonidia)

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    13/22

    13

    2) Kultur jamur dapat dilakukan untuk menyokong pemeriksaan danmenentukan spesis jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanam

    bahan klinis pada media buatan, yang dianggap paling baik adalah

    medium agar dekstrosa Sabouraud. Media agar ini ditambahkan dengan

    antibiotik (kloramfenikol atau sikloheksimid) (Perea, 2000).

    Gambar 11. Tr ichophyton rubrum; koloni Downy

    3) Pemeriksaan histopatologi, karakteristik dari tinea pedis atau tinea manumadalah adanya akantosis, hiperkeratosis dan celah (infiltrasi perivaskuler

    superfisialis kronik pada dermis) (Perea, 2000).

    Gambar 12. Gambaran histopatologi dari tinea pedis; hifa

    pada lapisan superfisial dari epidermis

    4) Pemeriksaan lampu Wood pada tinea pedis umumnya tidak terlalubermakna karena banyak dermatofita tidak menunjukkan fluoresensi

    kecuali pada tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum sp.

    Pemeriksaan ini dilakukan sebelum kulit di daerah tersebut dikerok untuk

    mengetahui lebih jelas daerah yang terinfeksi (Perea, 2000).

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    14/22

    14

    G. DIAGNOSISDiagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis khas.

    Pemeriksaaan laboratorium berupa a) Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-

    20% ditemukan hifa yaitu double conture (dua garis lurus sejajar dan

    transparan), dikotomi (bercabang dua) dan bersepta. Selain itu di dapatkan

    artrokonidia yaitu deretan spora di ujung hifa. Hasil KOH (-) tidak

    menyingkirkan diagnosis bila klinis menyokong. b) Kultur ditemukan

    dermatofit (Unandar, 2007).

    H. DIAGNOSIS BANDING1. Dermatitis Kontak Alergika

    Tinea pedis harus dibedakan dengan dermatitis, yang biasanya

    batasnya tidak jelas, bagian tepi tidak lebih aktif daripada bagian tengah.

    Predileksinya pada bagian yang kontak dengan dengan sepatu, kaos kaki,

    bedak kaki dan sebagainya. Adanya riwayat pengunaan sepatu baru. Tidak

    ditemukan jamur pada kultur tetapi hanya tanda-tanda peradangan.

    Dermatitis kontak akan memberikan tes tempel positif, sedangkan pada

    tinea pedis hasilnya negative (Szepietowski, 2006). .

    2. Kandidiasis (Erosio Interdigitalis Blastomisetika)Tinea Pedis murni agak sulit dibedakan dengan kandidiasis ini.

    Pemeriksaan sediaan langsung dengan larutan KOH dan pembiakan dapat

    membantu. Infeksi sekunder dengan spesies Candida atau bakteri lain

    sering menyertai tinea pedis (Szepietowski, 2006).

    3. PomfolixPomfolix umumnya terjadi pada dorsum jari-jari kaki pada anak-

    anak, agak kronik, sering pada musim dingin, sangat gatal dan ada riwayat

    keluarga yang atopi. Kulit di dorsum pedis tidak ditemukan jamur

    (Szepietowski, 2006).

    4. PsoriasisMengenai telapak kaki; jarang terdapat pustul, menebal, lesi yang

    batas jelas; psoriasis dapat ditemukan pada bagian tubuh yang lain dan

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    15/22

    15

    pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Tidak

    didapatkan jamur pada pemeriksaan kulit (Szepietowski, 2006). .

    5. HiperhidrosisLesi dapat memburuk dan berwarna putih, erosi disertai maserasi

    pada telapak kaki dan bau yang sangat busuk (Szepietowski, 2006).

    I. PENATALAKSANAAN1. Antifungal Topikal

    Obat topikal digunakan untuk mengobati penyakit jamur yang terlokalisir.

    Efek samping dari obat-obatan ini sangat minimal, biasanya terjadidermatitis kontak alergi, yang biasanya terbuat dari alkohol atau

    komponen yang lain (Cheung, 2012).

    a. Imidazol Topikal. Efektif untuk semua jenis tinea pedis tetapi lebihcocok pada pengobatan tinea pedis interdigitalis karena efektif pada

    dermatofit dan kandida.

    1) Klotrimazole 1 %. Antifungal yang berspektrum luas denganmenghambat pertumbuhan bentukyeastjamur. Obat dioleskan dua

    kali sehari dan diberikan sampai waktu 2-4 minggu. Efek samping

    obat ini dapat terjadi rasa terbakar, eritema, edema dan gatal.

    2) Ketokonazole 2 % krim merupakan antifungal berspektrum luasgolongan Imidazol; menghambat sintesis ergosterol, menyebabkan

    komponen sel yang mengecil hingga menyebabkan kematian sel

    jamur. Obat diberikan selama 2-4 minggu.

    3) Mikonazol krim, bekerja merusak membran sel jamur denganmenghambat biosintesis ergosterol sehingga permeabilitas sel

    meningkat yang menyebabkan keluarnya zat nutrisi jamur hingga

    berakibat pada kematian sel jamur. Lotion 2 % bekerja pada

    daerah-daerah intertriginosa. Pengobatan umumnya dalam jangka

    waktu 2-6 minggu (Cheung, 2012).

    b. Tolnaftat 1% merupakan suatu tiokarbamat yang efektif untuksebagian besar dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap kandida.

    Digunakan secara lokal 2-3 kali sehari. Rasa gatal akan hilang dalam

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    16/22

    16

    24-72 jam. Lesi interdigital oleh jamur yang rentan dapat sembuh

    antara 7-21 hari. Pada lesi dengan hiperkeratosis, tolnaftat sebaiknya

    diberikan bergantian dengan salep asam salisilat 10 %.

    c. Piridones Topikal merupakan antifungal yang bersifat spektrum luasdengan antidermatofit, antibakteri dan antijamur sehingga dapat

    digunakan dalam berbagai jenis jamur.

    Sikolopiroksolamin. Pengunaan kliniknya untuk dermatofitosis,

    kandidiasis dan tinea versikolor. Sikolopiroksolamin tersedia dalam

    bentuk krim 1 % yang dioleskan pada lesi 2 kali sehari. Reaksi iritatif

    dapat terjadi walaupun jarang terjadi.

    d. Alilamin Topikal. Efektif terhadap berbagai jenis jamur. Obat ini jugaberguna pada tinea pedis yang sifatnya berulang (seperi hiperkeratotik

    kronik).

    Terbinafine (Lamisil), menurunkan sintesis ergosterol, yang

    mengakibatkan kematian sel jamur. Jangka waktu pengobatan 1

    sampai 4 minggu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa

    terbinafine 1% memiliki keefektifan yang sama dengan terbinafine

    10% dalam mengobati tine pedis namun dalam dosis yang lebih kecil

    dan lebih aman.

    e. Antijamur Topikal Lainnya.1) Asam benzoat dan asam salisilat. Kombinasi asam benzoat dan

    asam salisilat dalam perbandingan 2 : 1 (biasanya 6 % dan 3 %) ini

    dikenal sebagai salep Whitfield. Asam benzoat memberikan efek

    fungistatik sedangkan asam salisilat memberikan efek keratolitik.

    Asam benzoat hanya bersifat fungistatik maka penyembuhan barutercapai setelah lapisan tanduk yang menderita infeksi terkelupas

    seluruhnya. Dapat terjadi iritasi ringan pada tempat pemakaian,

    juga ada keluhan yang kurang menyenangkan dari para

    pemakainya karena salep ini berlemak.

    2) Asam Undesilenat. Dosis dari asam ini hanya menimbulkan efekfungistatik tetapi dalam dosis tinggi dan pemakaian yang lama

    dapat memberikan efek fungisidal. Obat ini tersedia dalam bentuk

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    17/22

    17

    salep campuran yang mengangung 5 % undesilenat dan 20% seng

    undesilenat.

    3) Haloprogin. Haloprogin merupakan suatu antijamur sintetik,berbentuk kristal kekuningan, sukar larut dalam air tetapi larut

    dalam alkohol. Haloprogin tersedia dalam bentuk krim dan larutan

    dengan kadar 1 % (Cheung, 2012).

    2. Antifungal SistemikPemberian antifungal oral dilakukan setelah pengobatan topikal

    gagal dilakukan. Secara umum, dermatofitosis pada umumnya dapat

    diatasi dengan pemberian beberapa obat antifungal di bawah ini antara lain

    (Cheung, 2012).:

    a. Griseofulvin merupakan obat yang bersifat fungistatik. Griseofulvindalam bentuk partikel utuh dapat diberikan dengan dosis 0,5 1 g

    untuk orang dewasa dan 0,25 - 0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25

    mg/kg BB. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit,

    penyebab penyakit, dan imunitas penderita. Setelah sembuh klinis

    dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif. Dosis harian yang dianjurkan

    dibagi menjadi 4 kali sehari. Di dalam klinik cara pemberian dengan

    dosis tunggal harian memberi hasil yang cukup baik pada sebagian

    besar penderita. Griseofulvin diteruskan selama 2 minggu setelah

    penyembuhan klinis. Efek samping dari griseofulvin jarang dijumpai,

    yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15 %

    penderita. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan traktus

    digestivus yaitu nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut juga dapat

    bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.b. Ketokonazole. Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis

    yaitu ketokonazole yang bersifat fungistatik. Kasus-kasusyang resisten

    terhadap griseofulvin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg

    per hari selama 10 hari 2 minggu pada pagi hari setelah makan.

    Ketokonazole merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan

    hepar.

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    18/22

    18

    c. Itrakonazole. Itrakonazole merupakan suatu antifungal yangdapatdigunakan sebagai pengganti ketokonazole yang bersifat hepatotoksik

    terutama bila diberikan lebih dari sepuluh hari. Itrakonazole berfungsi

    dalam menghambat pertumbuhan jamur dengan mengahambat

    sitokorm P-45 yang dibutuhkan dalam sintesis ergosterol yang

    merupakan komponen penting dalam sela membran jamur. Pemberian

    obat tersebut untuk penyakit kulit dan selaput lendir oleh penyakit

    jamur biasanya cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam selaput kapsul

    selama 3 hari. Interaksi dengan obat lain seperti antasida (dapat

    memperlambat reabsorpsi di usus), amilodipin, nifedipin (dapat

    menimbulkan terjadinya edema), sulfonilurea (dapat meningkatkan

    resiko hipoglikemia). Itrakonazole diindikasikan pada tinea pedis tipe

    moccasion.

    d. Terbinafin. Terbinafin berfungsi sebagai fungisidal juga dapatdiberikan sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya

    62,5 mg 250 mg sehari bergantung berat badan. Mekanisme sebagai

    antifungal yaitu menghambat epoksidase sehingga sintesis ergosterol

    menurun. Efek samping terbinafin ditemukan pada kira-kira 10 %

    penderita, yang tersering gangguan gastrointestinal di antaranya

    nausea, vomitus, nyeri lambung, diare dan konstipasi yang umumnya

    ringan. Efek samping lainnyadapat berupa gangguan pengecapan

    dengan presentasinya yang kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian

    atau seluruhnya setelah beberapa minggu makan obat dan bersifat

    sementara. Sefalgia ringan dapat pula terjadi. Gangguan fungsi hepar

    dilaporkan pada 3,3 % - 7 % kasus. Terbinafin baik digunakan padapasien tinea pedis tipe moccasion yang sifatnya kronik. Pada suatu

    penelitian ternyata ditemukan bahwa pengobatan tinea pedis dengan

    terbinafine lebih efektif dibandingkan dengan pengobatan griseofulvin

    (Cheung, 2012).

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    19/22

    19

    J. PENCEGAHANSalah satu pencegahan terhadap reinfeksi tinea pedis yaitu menjaga kaki

    tetap dalam keadaan kering dan bersih, menghindari lingkungan yang lembab,

    menghindari pemakaian sepatu yang terlalu lama, tidak berjalan dengan kaki

    telanjang di tempat-tempat umum seperti kolam renang serta menghindari

    hindari kontak dengan pasien yang sama. Penularan jamur ini biasanya

    asimptomatik, sehingga umumnya tidak terlihat. Eradikasi jamur merupakan

    suatu hal yang sulit dan membutuhkan proses yang panjang. Setelah mandi

    sebaiknya kaki dicuci dengan benzoil peroksidase (Wahab, 2010).

    K. PROGNOSISTinea pedis pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Beberapa

    minggu setelah pengobatan dapat menyembuhkan tinea pedis, baik akut

    maupun kronik. Kasus yang lebih berat dapat diobati dengan pengobatan oral.

    Walaupun dengan pengobatan yang baik, tetapi bila tidak dilakukan

    pencegahan maka pasien dapat terkena reinfeksi (Wahab, 2010).

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    20/22

    20

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Dari anamnesis didapatkan keluhan adanya rasa gatal pada kedua kaki

    disertai rasa nyeri bila tergesek, keluhan dirasakan sejak 5 minggu yang lalu,

    muncul tiba-tiba pada kaki kanan terlebih dahulu terutama pada bagian sela-sela

    jari kaki. Keluhan muncul pada kaki kiri setelah 1 minggu kemudian. Pasien

    mengaku telah berobat 2 minggu yang lalu ke puskesmas terdekat, mendapat obat

    salep dan minum, pasien merasa belum sembuh total tetapi sudah ada perbaikan

    seperti keluhan pada bagian diantara ruas-ruas jari kaki. Pasien memilikikebiasaan sering membiarkan kaki dalam keadaan lembab dan sering memakai

    sepatu dalam jangka waktu lama.

    Pada pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan

    status dermatologis di plantar pedis ditemukan bercak eritema, bentuk tidak

    teratur, dengan tepi berbatas tegas, disertai adanya erosi dan skuama halus di

    bagian tepi. Pada interdigitalis terlihat fisura sisik halus dan tipis berwarna putih.

    Hal ini sesuai teori untuk klinis dari tinea pedis. Bentuk interdigitalis

    adalah yang tersering terjadi pada pasien tinea pedis. Di antara jari IV dan V

    terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke

    bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini

    lembab, maka sering terdapat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih

    dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit

    baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Jika perspirasi

    berlebihan (memakai sepatu karet/boot, mobil yang terlalu panas) maka inflamasi

    akut akan terjadi sehingga pasien terasa sangat gatal.

    Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan

    obat secara topikal dan sistemik. Tetapi yang paling utama adalah memberikan

    edukasi kepada pasien. Untuk pengobatan topikal dan sitemik dapat diberikan

    Antihistamin : loratadin 10 mg 2x1 tab untuk mengurangi rasa gatal, Ketoconazol

    200mg 1x1 tab sebagai fungistatik, dan Miconazol cream 2% 3 x oles.

    Prognosis dari tinea pedis yang diderita pasien pada umumnya baik bila

    diobati dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi,

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    21/22

    21

    demikian juga sebaliknya. Selain itu, perlu dilakukan pencegahan, karena

    walaupun dengan pengobatan yang baik, tetapi bila tidak dilakukan pencegahan

    maka pasien dapat terkena reinfeksi.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/22/2019 Isi Tinea Pedis Print

    22/22

    22

    Cheung, H.C. 2012. Management of tinea pedis in a private clinic Hong Kong J.

    Dermatol. Venereol;20, 21-22

    Hapcioglu, B., Yegenoglu Y., Disci R. 2006. Epidemiology of superficial

    mycosis (tinea pedis, onychomycosis) in elementary school children in

    Istanbul, Turkey. Coll Antropol; 30: 119-24.

    Perea, S., Ramos MJ., Garau M., Gonzalez A., Noriega AR., Palacio AD . 2000.

    Prevalence and risk factors of tinea ungium and tinea pedis in the general

    population in Spain.J Clin Microbiolog ; 38:3226-30.

    Szepietowski, JC., Reich A, Garlowska E etal. Factors influencing coexistence of

    toenail onychomycosis with tinea pedis and other dermatomycoses. Arch

    Dermatol 2006; 142:1279-84.

    Unandar, B. Mikosis. In. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. 2007. Ilmu

    penyakit kulit dan kelamin. 5th ed. Jakarta: Balai penerbitan FKUI.

    Wahab, M. A., Rokeya Begum., Biswas Shaheen Hassan. 2010. Tinea pedis: a

    clinical dilemma in Bangladeshi population. Journal of Pakistan

    Association of Dermatologists; 20: 23-7.