Resus 2 Penyakit Kawasaki

8
REFLEKSI KASUS PENYAKIT KAWASAKI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Kesehatan Ilmu Anak Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun Oleh: Ario Achwanu Shafa 20090310162 Diajukan Kepada: dr. Handayani, M.Sc., Sp.A i

description

stase anak

Transcript of Resus 2 Penyakit Kawasaki

Page 1: Resus 2 Penyakit Kawasaki

REFLEKSI KASUS

PENYAKIT KAWASAKI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Kesehatan Ilmu Anak

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:Ario Achwanu Shafa

20090310162

Diajukan Kepada:dr. Handayani, M.Sc., Sp.A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKRSUD SETJONEGORO WONOSOBO

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

i

Page 2: Resus 2 Penyakit Kawasaki

DaftarIsi

REFLEKSI KASUS..................................................................................................i

DaftarIsi...................................................................................................................ii

Penyakit Kawasaki...................................................................................................1

A. Definisi......................................................................................................1

B. Kemungkinan penyebab............................................................................1

C. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan..................................................1

Daftar Pustaka..........................................................................................................4

ii

Page 3: Resus 2 Penyakit Kawasaki

Penyakit Kawasaki

A. Definisi

Penyakit Kawasaki (PK) juga dikenal sebagai mucocutaneous lymph node

syndrome. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Tomisaku Kawasaki tahun

1967 di Jepang sehingga dinamakan penyakit Kawasaki. Angka kejadian di

Indonesia diperkirakan 5000 kasus per tahun. Penyakit yang menimbulkan

vaskulitis sistemik ini belum diketahui etiologinya hingga saat ini dan terutama

menyerang balita. Komplikasi yang ditakutkan adalah dilatasi atau aneurisma

aarteri koroner yang dapat terjadi pada sekitar 25-40 % penderita dengan segala

konsekuensinya seperti trombosis arteri koroner, stenosis arteri koroner daninfark

miokard yang dapat berakhir pada kematian. 1

Kriteria diagnostik adalah demam lebih dari 5 hari dan terdapat 4 dari 5

keadaan : (1) bilateral, tanpa rasa sakit konjungtivitis noneksudatif; (2) bibir

atau perubahan rongga mulut (misalnya, bibir pecah-pecah dan retak, lidah

strawberry, dan peradangan mukosa mulut); (3) limfadenopati servikal lebih

besar dari atau sama dengan 1,5 cm dengan diameter dan biasanya unilateral;

(4) eksantema porlimorf; dan (5) perubahan ekstremitas (kemerahan dan

pembengkakan pada tangan dan kaki dengan deskuamasi).2

B. Kemungkinan penyebab

Hingga saat ini penyebab pasti belum dapat diketahui, meskipun gambaran

klinis, laboratorium, epidemiologi mengarah kepada penyakit infeksi. Diduga

penyakit ini dipicu oleh gangguan imun yang didahului oleh proses infeksi.3

C. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang patognomonik untuk PK. Hasil

laboratorium konsisten dengan proses inflamasi akut. Kelainan yang dapat

dijumpai adalah :

- Darah

- Leukosistosis dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis

- Terdapat peningkatan reaktan fase akut : CRP (C Reactive-Protein), laju

endap darah

- Trombositosis dijumpai pada fase subakut

1

Page 4: Resus 2 Penyakit Kawasaki

- SGOT/SGPT dapat menigkat

- Albumin serum dapat menurun

- Peningkatan enzim miokardium seperti creatin phospokinasi MB (CPK

MB) menunjukkan adanya infark miokard

- Urin

- Dapat ditemukan piuria yang steril (akibat urethritis) : pada urin

ditemukan jumlah sel lekosit di atas normal

- EKG

- Rekaman EKG dapat menunjukkan voltase QRS rendah, interval PR

memanjang, ST elevasi atau depresi, QTc memanjang. Gelombang Q yang

dalam dan lebar pada antaran ekstremitas atau prekordial menunjukkan adanya

infark miokard.

- Ekokardiografi

- Ekokardiografi mutlak dilakukan untuk mendeteksi kelainan arteri

koroner, lesi katup,m efusi perikardium dan gangguan fungsi jantung.

- Ekokardiografi pertama dilakukan saat diiagnosis ditegakkan; selain

untuk mencari kemungkinan terdapatnya kelainan koroner, dicari juga adanya

kelainan katup, gangguan fungsi ventrikel kiri, serta efusi perikardium.

- Jika tidak ditemukan kelainan koroner, ekokardiografi diulang 2

minggu setelah awitan dankemudian 6 minggu setelah awitan. Jika hasil

ekokardiografi pada 6 minggu setelah waitan normal dan laju endap darah

sudah normal maka ekokardiografi tidak harus diulang lagi.

- Jika ditemukan kelainan pada fase akut, ekokardiografi ulangan

selanjutnya tergantung pada derajat kelainan.

- Foto dada

- Foto dada umunya tidak banyak memberi informasi. Sering dijumpai

infiltrat ringan pada kedua lapangan paru. Dapat ditemukan kardiomegali jika

terjadi kelainan katup.

- Kateterisasi jantung

- Kateterosasi dan amgiografi jantung diperlukan pada kondisi berikut:

2

Page 5: Resus 2 Penyakit Kawasaki

- Pada pemeriksaan ekokardiografi ditemukan aneurisma yang besar (>8

mm, giant aneurysm) atau multipel

- Terdapat tanda iskemia secara klinis atau pada rekaman EKG

- Pada pemantauan jangka panjang pasien dengan risiko lesi koroner

stenosis atau oklusif.1

3

Page 6: Resus 2 Penyakit Kawasaki

Daftar Pustaka

1. Pudjiaji, Antonius H., 2010, Pedoman Pelayanan Medis. IDAI jilid 2.

Jakarta, 250, 23.

2. Newburger JW, et al, Diagnosis, treatment and long term Managementof Kawasaki Disease. A statement for health professionals from the Committee on Rheumatic Fever, Endocarditis and Kawasaki disease. Council of cardiovascular Disease in the young. American Heart Association , 2004

3. Advani N. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit kawasaki dalam Buku Naskah Lengkap: Hot Topics in pediatrics IDAI cabang Kalimantan Timur 2006

4