RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

109
RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP PT. Multimedika Digital Indonesia Penulis Editor : Rizki Nur Rachman Putra Gofur, dr. : Lutifta Hilwana, dr.

Transcript of RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

Page 1: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

RESUME WEBINAR

TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

PT. MultimedikaDigital Indonesia

PenulisEditor

: Rizki Nur Rachman Putra Gofur, dr.: Lutifta Hilwana, dr.

Page 2: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

i

RESUM WEBINAR DIAGNOSIS DAN

TATALAKSANA COVID-19 DI FKTP Rizki Nur Rachman Putra Gofur, dr.

DAFTAR ISI

1. Diagnosis dan Tatalaksana Covid 19 1

di FKTP

2. Screening dan Triage Pasien Curiga

Covid-19 12

3. Gejala Klinis dan Pemeriksaan

Penunjang pada Covid – 19 22

4. Aplikasi Klinis Rapid Test Covid-19 34

5. Konseling dan Edukasi Pasien dan

Keluarga Mengenai Covid 19 48

6. Dukungan Nutrisi Pasien dan Tenaga

Medis dalam Upaya Pencegahan Covid 19 56

7. Program Pengendalian Infeksi dan

Surveilans Covid – 19 65

8. Alat Pelindung Diri di FKTP:

Pemakaian, Pelepasan dan Penyimpanan 78

9. Pemulasaran Jenazah Pasien Covid 19 97

Page 3: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

1

Diagnosis dan Tatalaksana

Covid 19 di FKTP

Coronavirus Disease – 19 atau biasa dising-

kat menjadi Covid – 19 telah menyebar ke selu-

ruh Indonesia, ke hampir semua provinsi dan

tidak mengenal lokasi. Covid-19 dapat menye-

rang penduduk kota, penduduk desa, kaya atau

miskin dan dari berbagai latar belakang. Dokter

umum adalah garda terdepan dalam menghadapi

Covid – 19 karena dokter umum adalah penjaga

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

FKTP menjadi garda terdepan penanganan Covid

terutama untuk fungsi promotif preventif serta

sebagai screener sebelum merujuk pasien ke

fasilitas kesehatan tingkat lanjut.

Covid – 19 adalah sebuah penyakit yang

baru saja menyebar dan saat ini menjadi

pandemi, secara umum, dokter masih terus

mencari cara paling mudah namun akurat untuk

mendiagnosis penyakit ini. Apalagi dengan latar

belakang FKTP yang tidak memiliki berbagai

macam perangkat diagnosis canggih, sehingga

mempersulit dokter umum untuk melakukan

Page 4: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

2

diagnosis Covid-19. Untuk itu artikel ini mencoba

membantu mempertajam kemampuan anamne-

sis dan pemeriksaan fisik dari dokter umum agar

dapat menegakkan dan melakukan tatalaksana

Covid dengan baik.

Gejala Klinis

Gejala Covid 19 adalah gejala yang juga

muncul pada infeksi saluran pernapasan atas

akibat virus lainnya. Umumnya ditandai dengan

batuk pilek, panas, dan sesak. Namun terkadang

juga dapat diikuti oleh gejala-gejala lain seperti

gejala gastrointestinal dan munculnya ruam pada

tubuh. Berikut ini adalah data yang dikumpulkan

dari beberapa penelitian yang telah dilaukan di

Cina mengenai gejala Covid 19.

Data pertama datang dari Huang et al.

Studi ini memiliki sampel 41 orang. Studi ini

melaporan gejala yang paling banyak muncul

adalah demam (98%), batuk (76%), nyeri otot

dan kelelahan (44%), produksi sputum (28%),

nyeri kepala (5%), hemoptysis (5%), diare (3%),

dan dyspnea (55%).

Page 5: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

3

Selanjutnya adalah studi oleh Chen et al.

Studi yang dilakukan di Wuhan ini memiliki

sampel lebih banyak yaitu 99 pasien. Gejala yang

dilaporkan pada studi ini adalah demam (83%),

batuk (82%), sesak napas (31%), nyeri kepala

(8%), nyeri tenggorokan (5%), dan nyeri dada

(2%).

Data ketiga merupakan studi yang

dilakukan Song et al. dengan jumlah pasien

sebanyak 51 pasien. Gejala yang ditunjukan

adalah demam (96%), batuk (47%), nyeri otot

dan kelelahan (31%), nyeri kepala (16%), sesak

dan nyeri dada (14%), diare (10%), dan nyeri

tenggorokan (6%), serta mual muntah (6%).

Diagnosis

Menegakkan diagnosis Covid-19 dilakukan

dengan menggunakan rapid test (sensitivitas

lebih rendah) dan swab nasofaring untuk

kemudian diperiksa di laboratorium dengan

metode polymerase chain reaction (PCR).

Namun, tentu saja alat ini tidak tersedia di FKTP.

Namun FKTP memang tidak ditugaskan untuk

melakukan hal ini, FKTP dalam upaya kesehatan

perorangan bertugas untuk mengkategorikan

Page 6: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

4

pasien (yang datang dengan gejala) menjadi

Orang Dalam Pengawasan (ODP) atau Pasien

Dalam Pengawasan (PDP). Berikut ini adalah

kriteria ODP :

1. Orang yang mengalami demam (≥380C) atau

riwayat demam; atau gejala gangguan sistem

pernapasan seperti pilek/sakit tenggoro-

kan/batuk DAN tidak ada penyebab lain

berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan

DAN

pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala

memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di

negara/wilayah yang melaporkan transmisi

lokal.

2. Orang yang mengalami gejala gangguan

sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggo-

rokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir

sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak

dengan kasus konfirmasi Covid-19.

Sedangkan untuk kriteria PDP adalah

sebagai berikut :

1) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA) yaitu demam (≥38oC) atau

riwayat demam; disertai salah satu

Page 7: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

5

gejala/tanda penyakit pernapasan seperti:

batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan / pilek /

pneumonia ringan hingga berat

DAN

tidak ada penyebab lain berdasarkan

gambaran klinis yang meyakinkan

DAN

pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala

memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di

negara/wilayah yang melaporkan transmisi

lokal.

2) Orang dengan demam (≥380C) atau riwayat

demam atau ISPA

DAN

pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala

memiliki riwayat kontak dengan kasus

konfirmasi Covid-19.

3) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat**

yang membutuhkan perawatan di rumah

sakit

DAN

tidak ada penyebab lain berdasarkan

gambaran klinis yang meyakinkan.

Page 8: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

6

Pedoman diagnosis dan tatalaksana dari

Kementrian Kesehatan menyebutkan bahwa

diagnosis awal harus dilakukan dengan alat rapid

test. Baik ODP maupun PDP harus dilakukan

rapid test (jika tersedia) dengan panduan hasil

seperti ini.

Jika hasil negatif, tatalaksana selanjutnya

adalah sesuai kondisi: ringan (isolasi diri di

rumah), sedang (rujuk ke RS Darurat), berat

(rujuk ke RS Rujukan); pemeriksaan ulang pada

10 hari berikutnya. Jika hasil pemeriksaan ulang

positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan RT

PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut,

di laboratorium pemeriksa yang mampu

melakukan pemeriksaan RT PCR.

Jika hasil positif, tatalaksana selanjutnya

adalah adalah sesuai kondisi: ringan (isolasi diri

di rumah), sedang (rujuk ke RS Darurat), berat

(rujuk ke RS Rujukan). Pada kelompok ini juga

akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR

sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di

laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan

pemeriksaan RT PCR.

Page 9: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

7

Tatalaksana

Tatalaksana Covid-19 didasarkan pada

keadaan pasien. Umumnya pasien yang memiliki

gejala ringan diwajibkan melakukan isolasi

mandiri di rumah hingga proses pengawasan

selesai dan pasien dinyatakan negatif. Pasien

disarankan untuk makan cukup dan bergizi,

minum yang cukup serta istirahat. Untuk

mengatasi gejala, dapat diberikan terapi

simptomatis. World Health Organization

merekomendasikan menggunakan paracetamol

sebagai terapi untuk meredakan demam dan

nyeri. Dosis yang dapat diberikan tidak melebihi

3000 mg dalam sehari. Tidak disarankan untuk

memberikan obat antiviral karena sampai artikel

ini ditulis, (13 April 2020) belum ada bukti yang

kuat akan efektivitas kerjanya.

Jika terjadi perburukan, pasien dapat

dirujuk ke rumah sakit yang dapat menangani

pasien Covid-19. Beberapa pasien yang

membutuhkan perujukan adalah pasien dengan

pneumonia berat. Kriteria yang termasuk

pneumonia berat adalah :

Page 10: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

8

1. Pasien remaja atau dewasa dengan demam

atau dalam pengawasan infeksi saluran

napas, ditambah satu dari: frekuensi napas

>30 x/menit, distress pernapasan berat, atau

saturasi oksigen (SpO2) <90% pada udara

kamar.

2. Pasien anak dengan batuk atau kesulitan

bernapas, ditambah setidaknya satu dari

berikut ini:

- sianosis sentral atau SpO2 <90%;

- distres pernapasan berat (seperti

mendengkur, tarikan dinding dada yang

berat);

- tanda pneumonia berat: ketidakmampuan

menyusui atau minum, letargi atau

penurunan kesadaran, atau kejang.

Tanda lain dari pneumonia yaitu adanya

tarikan dinding dada.

Takipnea pada anak didasarkan pada

frekuensi pernafasan sesuai umur, sebagai

berikut:

<2 bulan ≥60x/menit;

2–11 bulan, ≥50x/menit;

1–5 tahun, ≥40x/menit;

Page 11: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

9

>5 tahun, ≥30x/menit.

Tatalaksana Covid-19 didasarkan pada

gejala yang sedang diderita, baik ODP maupun

PDP. Kriteria untuk gejala Covid-19 adalah

sebagai berikut.

Page 12: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

10

Jika gejala ringan maka pasien dapat

diterapi dengan terapi simptomatis sambil

menjalankan isolasi mandiri di rumah, sedangkan

untuk gejala sedang dapat dirujuk ke RS darurat.

Sementara itu, pasien dengan gejala berat perlu

dirujuk ke rumah sakit rujukan covid 19.

Daftar Pustaka

Chen N, Zhou M, Dong X, et al. Epidemiological

and clinical characteristics

of 99 cases of 2019 novel coronavirus

pneumonia inWuhan, China:

a descriptive study. Lancet. 2020; pii:

S0140-6736(20)30211-7. https://

doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30211-7.

[Epub ahead of print]

Harvard Medical School Publishing. Treatments

for Covid 19. March 2020. Accessed 13th

April 2020. Available online at :

https://www.health.harvard.edu/diseases-

and-conditions/treatments-for-covid-19.

Huang C, Wang Y, Li X, et al. Clinical features of

patients infected with

Page 13: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

11

2019 novel coronavirus in Wuhan, China.

Lancet. 2020; pii: S0140-6736(20)30183-5.

https://doi.org/10.1016/S01406736(20)301

83-5. [Epub ahead of print]

Jiang, F. et al. (2020) ‘Review of the Clinical

Characteristics of Coronavirus Disease 2019

(COVID-19)’, Journal of General Internal

Medicine. Journal of General Internal

Medicine, 2019. doi: 10.1007/s11606-020-

05762-w.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020.

Pedoman Pencegahan Pengendalian Covid

19. Jakarta : Kementrian Kesehatan

Wang D, Hu B, Hu C, et al. Clinical

Characteristics of 138 Hospitalized

Patients With 2019 Novel Coronavirus-

Infected Pneumonia in Wuhan,

China. JAMA. 2020.

https://doi.org/10.1001/jama.2020.1585.

[Epub ahead of print]

Page 14: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

12

Screening dan Triage

Pasien Curiga Covid-19

Triage adalah proses untuk memilah pasien

untuk menentukan prioritas dan tempat

pelayanan yang tepat. Pada pandemi Corona-

virus Disease 19 atau Covid-19 atau outbreak

penyakit infeksi lain, triage memainkan peran

penting. Triage berperan untuk memisahkan

pasien yang dicurigai menderita penyakit infeksi

dan yang bukan. Triage ini bukan untuk

menggantikan sistem triage yang sudah ada di

fasilitas kesehatan, namun hanya menjadi

tambahan dalam konteks pandemi Covid 19.

Artikel ini membahas cara untuk melakukan dan

menyiapkan triage, terutama di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama. Artikel ini ber-

sumber dari arahan Center for Disease Control

and Prevention, sebuah lembaga nasional

pencegahan infeksi dari Amerika Serikat. Artikel

ini dimaksudkan untuk membantu memberikan

gambaran bagi para tenaga medis untuk

mendirikan dan menjalankan triage saat pandemi

Page 15: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

13

dan bukan untuk menggantikan sistem-sistem

sebelumnya yang sudah berjalan.

Mendirikan dan Menyiapkan Triage

Untuk menyiapkan triage dalam kaitan

teknis dan alur, ada beberapa hal yang perlu

disiapkan. Langkah langkah untuk menyiapkan

triage adalah:

Berikan tanda yang jelas di bagian depan

fasilitas kesehatan. Tanda ini menginstruksikan

pasien dengan gejala ISPA seperti batuk pilek,

demam, dan sesak untuk melapor pada

petugas administrasi. Fasilitas kesehatan

sebaiknya membedakan meja registrasi pasien

ISPA dengan pasien non ISPA. Tanda jelas ini

mengarahkan pasien dengan gejala ISPA ke

meja registrasi khusus pasien ISPA.

Sediakan masker dan tissue pada meja

registrasi pasien ISPA. Seidakan hand rub

dengan bahan dasar alkohol atau tempat cuci

tangan dengan air mengalir dan sabun.

Tempat sampah medis dan non medis juga

harus disediakan di lokasi ini

Page 16: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

14

Pasang pelindung fisik seperti kaca atau

pelindung plastik untuk meja registrasi untuk

membatasi kontak dengan petugas

administrasi dengan pasien ISPA.

Pastikan ada sarana cuci tangan untuk area

triage dan ruang tunggu pasien.

Pasang berbagai poster soal etika batuk di

ruang tunggu dan area lain yang strategis soal

etika batuk, physical distancing, dan perilaku

hidup bersih sehat. Materi lain yang juga bisa

dimasukkan adalah cara menutup mulut dan

hidung ketika batuk dan bersin, dan

membuang barang-barang terkontaminasi

seperti tisu di tempat sampah yang benar.

Tentukan tenaga medis untuk melakukan

triage dan pemeriksaan fisik pada pasien ISPA.

Tenaga medis ini harus terlatih untuk

melakukan pemeriksaan awal dan familiar

dengan kasus Covid-19. Tenaga medis yang

bertugas di triage harus menggunakan alat

pelindung diri seperti masker, gown, googles,

dan sarung tangan.

Page 17: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

15

Latih tenaga administrasi yang bekerja di meja

registrasi ISPA untuk melakukan cuci tangan,

menjaga jarak aman, dan mengajarkan pada

pasien untuk mencuci tangan, menggunakan

masker, dan menjaga jarak dengan pasien

lain.

Sediakan kuisioner dan algoritma standar

dalam melakukan triage, untuk menentukan

apakah seorang pasien memiliki kemungkinan

tinggi terinfeksi Covid 19.

Menyiapkan Ruang Tunggu Covid-19

Untuk pasien yang dicurigai menderita

Covid-19, jika memungkinkan, disediakan ruang

tunggu tersendiri, Hal ini dilakukan untuk

meminimalkan terjadinya infeksi. Menyiapkan

ruang tunggu ini dapat dilakukan dalam

beberapa cara, di antaranya sebagai berikut:

Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki

ruang isolasi tunggal atau yang berada di

area transmisi lokal sebaiknya menye-

diakan ruang tunggu terpisah dengan

ventilasi yang baik. Area ini harus memiliki

Page 18: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

16

kursi atau bangku panjang yang bisa

diduduki dengan jarak 1 meter. Ruangan

ini juga harus memiliki tempat cuci tangan

dan toilet tersendiri.

Tempel di dinding yang dapat terlihat

orang banyak tanda bahwa ruangan

tersebut adalah “Ruang Tunggu Pasien

ISPA”. Latih petugas administrasi yang

menjaga meja registrasi untuk

mengarahkan pasien pada ruang tunggu

tersebut.

Sediakan tisu, hand rub berbasis alkohol,

dan tempat sampah untuk ruang tunggu

pasien ISPA.

Lakukan hal-hal yang dapat mengurangi

waktu tunggu pasien di ruang tunggu ISPA

dengan menambah jumlah staf yang

bertugas di area tersebut dan membuat

sistem yang menyebabkan pasien dapat

menunggu di luar untuk menjaga physical

distancing.

Page 19: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

17

Proses Triage

Setelah fasilitas kesehatan siap mulai dari

meja registrasi hingga ruang tunggu pasien

ISPA, sekarang saatnya memulai proses triage.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

proses triage. Beberapa hal tersebut adalah:

Masker harus diberikan pada pasien ISPA

sesegera mungkin sebelum mereka

memasuki fasilitas kesehatan jika pasien

ISPA sebelumnya tidak menggunakannya.

Semua pasien yang berada di ruang

tunggu ISPA harus menggunakan masker.

Jika masker tidak tersedia maka sediakan

tisu atau minta pasien menutup mulut

dengan selendang, bandana, sapu tangan,

atau baju selama proses triage. Masker

yang dibuat dari kain juga dapat digunakan

jika pasien memiliki. Ingatkan pasien

bahwa benda-benda tadi dapat menjadi

sumber infeksi dan dapat menularkan

penyakit pada orang di rumah. Minta

pasien untuk segera mencuci benda-benda

Page 20: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

18

tersebut dengan deterjen sesegera

mungkin.

Ikuti prosedur protokol triage (dijelaskan

pada gambar di bawah) dan segera

pisahkan pasien dengan risiko tinggi Covid-

19 pada ruang tunggu isolasi tunggal

(berisi satu orang) atau jika tidak ada

dapat diletakkan pada ruang tunggu ISPA.

Batasi penunggu pasien atau keluarga

pasien yang menuggu di Ruang Tunggu

ISPA. Larang anak-anak di bawah usia 18

tahun untuk berada di ruangan tersebut

kecuali pasien. Siapapun di area ini harus

menggunakan masker.

Area triage dan ruang tunggu ISPA harus

dibersihkan dua hari sekali dan berfokus

pada tempat-tempat yang disentuh orang

banyak. Pembersihan dapat dilakukan

dengan larutan klorin 0,5 % atau alkohol

70% pada lapisan-lapisan yang rusak jika

dibersihkan dengan klorin.

Page 21: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

19

Alur triage yang disarankan adalah jika

menemui pasien dengan demam di atas 38

derajat Celsius DAN satu saja gejala ISPA seperti

batuk atau sesak, segera pasang masker pada

pasien dan pisahkan pasien dengan pasien yang

lain. Jika tidak ada gejala tersebut maka

lanjutkan triage sebagaiamana dilakukan

menurut sistem yang ada.

Page 22: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

20

Persiapan Tenaga Medis

Tenaga medis juga perlu melakukan

persiapan sebelum menjalankan triage. Beberapa

langkah yang dapat dilakukan adalah:

Tenaga medis harus menjalakan standard

precautions yang berupa cuci tangan,

memilih APD berdasarkan risiko terpapar,

dan desinfeksi yang tepat.

Tenaga medis yang bekerja di triage

ataupun terlibat dalam penanganan pasien

curiga Covid-19 harus sudah dilatih

mengenai program pengendalian infeksi,

cuci tangan, memakai dan melepas APD

serta familiar dengan kasus-kasus Covid-

19.

Tenaga kesehatan yang kontak dengan

pasien curiga Covid-19 harus

menggunakan gown, sarung tangan,

masker medis, dan proteksi mata

(menggunakan googles atau face shield).

Petugas kebersihan yang membersihkan

area triage atau ruang tunggu ISPA harus

menggunakan gown, sarung tangan,

Page 23: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

21

masker medis, dan pelindung mata, boots

atau sepatu kerja yang tertutup untuk

meminimalisasi risiko terpapar.

Tenaga medis yang mengalami gejala ISPA

seperti batuk dan sesak tidak boleh

bekerja, berada pada area triage, atau

mengerjakan tugas lain di fasilitas

kesehatan. Tenaga medis yang mengalami

gejala ISPA harus berada di rumah dan

melakukan isolasi mandiri jika gejala

ringan.

Daftar Pustaka

Center for Disease Control and Prevention.

Triage of Suspected Covid-19 Patients in

non US – Healthcare Settings. 27th of

March 2020. Accesed at 15th of April 2020.

Available online at

https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-

ncov/hcp/non-us-settings/sop-triage-

prevent-transmission.html

Page 24: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

22

Gejala Klinis dan Pemeriksaan Penunjang

pada Covid – 19

Coronavirus Disease – 19 atau biasa

disingkat menjadi Covid – 19 telah menyebar

hingga seluruh provinsi di Indonesia. Sebanyak

9771 orang telah terjangkit virus ini dan telah

menyebabkan kematian pada 784 orang (per 30

April 2020). Angka ini pun diprediksi lebih rendah

dari keadaan di lapangan akibat terjadinya

bottleneck karena kapasitas tes yang cukup

terbatas. Berkaca dari keadaan ini, dapat

diprediksi bahwa pasien dengan positif Covid –

19, namun tidak terdiagnosis, masih berada di

luar sana akibat minimnya sarana untuk

menegakkan diagnosis dan rumah sakit rujukan.

Oleh karena itu, pasien Covid – 19 kemungkinan

masih tersebar di berbagai rumah sakit maupun

fasilitas kesehatan lain yang bukan merupakan

rumah sakit rujukan Covid – 19.

Covid – 19 adalah sebuah penyakit yang

baru. Secara umum, dokter masih terus meraba-

raba akan metode diagnostik yang paling akurat

untuk mendiagnosis penyakit ini. Selain itu,

Page 25: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

23

variasi gejala dan tanda yang muncul juga

terkadang dapat meneyebabkan penegakan

diagnosis menjadi abu-abu, apalagi jika disertai

dengan penyakit penyerta lainnya. Artikel ini

berusaha merangkum berbagai literatur terbaru

mengenai gejala klinis dan pemeriksaan

penunjang untuk menegakkan diagnosis, atau

paling tidak meningkatkan kecurigaan terhadap

Covid – 19 sehingga bisa dilakukan perujukan ke

fasilitas kesehatan yang merupakan rujukan

Covid – 19.

Gejala Klinis

Gejala klinis dari Covid – 19 umumnya

memang seperti infeksi saluran pernapasan atas

seperti batuk, sesak, dan demam. Sebagian

besar pasien akan datang dengan keluhan

tersebut. Namun terkadang, pasien akan muncul

dengan gejala lain seperti adanya rash atau

gejala gastrointestinal. Gejala-gejala di luar

gejala ISPA tersebut perlu diwaspadai dan

sebaiknya tidak lengah. Berikut akan disajikan

data mengenai beberapa studi literatur yang

melaporkan kasus-kasus awal dari Covid – 19.

Page 26: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

24

Data pertama datang dari penelitian oleh

Huang et al. Studi ini memiliki sampel sebanyak

41 orang. Studi ini melaporkan gejala yang

paling banyak muncul adalah demam (98%),

batuk (76%), nyeri otot dan kelelahan (44%),

produksi sputum (28%), nyeri kepala (5%),

hemoptysis (5%), diare (3%), dan dyspnea

(55%). Studi ini juga melaporkan adanya

bilateral ground glass opacity pada CT Scan dada

dan foto toraks.

Selanjutnya adalah studi oleh Chen et al.

Studi yang dilakukan di Wuhan ini memiliki

sampel lebih banyak yaitu 99 pasien. Gejala yang

dilaporkan pada studi ini adalah demam (83%),

batuk (82%), sesak napas (31%), nyeri kepala

(8%), nyeri tenggorokan (5%), nyeri dada (2%).

Sedangkan dari CT Scan dada dan foto toraks

ditemukan adanya ground glass opacity pada

14% pasien.

Data ketiga merupakan studi yang

dilakukan Song et al. dengan jumlah pasien

sebanyak 51 pasien. Gejala yang ditunjukkan

adalah demam (96%), batuk (47%), nyeri otot

Page 27: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

25

dan kelelahan (31%), nyeri kepala (16%), sesak

dan nyeri dada (14%), diare (10%), dan nyeri

tenggorokan (6%), serta mual muntah (6%).

Pada studi ini juga didapatkan adanya ground

glass opacity pada CT Scan dada serta foto

toraks pada 77% pasien.

Wang et al. melaporkan sebanyak 138

pasien yang menjadi subjek penelitian,

diantaranya menunjukkan adanya demam

(98%), kelelahan (69%), anoresia (39%), nyeri

otot (34,8%), sesak (31,2%), diare (10,1%),

nyeri epala (6,5%), muntah (3,6%), nyeri perut

(2,2%). Pada studi ini juga dilaporkan adanya

ground glass opacity pada 100% pasien yang

menjalani pemeriksaan foto toraks dan CT Scan

dada.

Dapat disimpulkan bahwa demam, batuk,

serta sesak napas adalah gejala-gejala yang

perlu diwaspadai. Gejala ini tidak selalu muncul

bersamaan, dapat muncul secara bertahap, atau

dapat muncul sendiri-sendiri. Sebagian kecil

pasien juga datang dengan gejala

gastrointestinal. Hal ini juga sering menyebabkan

Page 28: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

26

ke abu-abuan dalam mendiagnostik karena

pasien tidak datang dengan gejala klasik Covid-

19. Untuk pasien-pasien seperti ini, apalagi

dengan riwayat kontak atau riwayat bepergian

ke zona transmisi lokal, penulis menyarankan

untuk tetap melakukan pemeriksaan screening

Covid -19 pada umumnya menggunakan fasilitas

yang ada di layanan kesehatan. Minimal lakukan

pemeriksaan darah lengkap serta foto toraks.

Selanjutnya, muncul studi terbaru yang

dilakukan oleh Dr. Sebastiano Recalcati yang

menyelidiki manifestasi kulit dari Covid – 19.

Studi ini adalah studi pertama yang membahas

manifestasi kulit pada Covid – 19. Dr. Recalcati

melaporkan dari 88 pasien yang menjadi subyek

penelitian, terdapat 18 pasien (20,4%) yang

menunjukkan adanya manifestasi pada kulit.

Sebanyak 8 pasien menunjukan gejala kulit dari

awal sakit, sedangkan 10 pasien baru

menunjukkan gejala setelah masuk ke rumah

sakit. Terdapat 14 pasien yang menderita ruam

kemerahan, 3 pasien mengalami urtikaria yang

menyebar, sedangkan 1 pasien mengalami gejala

vesikel yang mirip seperti cacar. Dada dan

Page 29: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

27

punggung adalah bagian yang paling umum

terkena. Gatal dilaporkan hanya minimal atau

tidak ada sama sekali. Biasanya lesi menghilang

dalam beberapa hari, dan tidak ada

hubungannya dengan keparahan dari penyakit.

Dr. Recalcati kemudian menarik kesimpulan

bahwa manifestasi kulit mirip dengan manifestasi

yang muncul pada serangan virus pada

umumnya.

Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan Covid – 19 perlu

dilakukan pemeriksaan swab untuk kemudian

dilakukan pemeriksaan dengan polymerase chain

reaction (PCR). Namun, tentu saja pemeriksaan

ini tidak tersedia di berbagai fasilitas Kesehatan,

hanya pada beberapa fasilitas kesehatan tertentu

saja. Pemeriksaan darah lengkap merupakan

pemeriksaan yang cepat, murah, dan dapat

membantu menguatkan kecurigaan terhadap

Covid – 19. Menurut beberapa literatur, ada

beberapa biomarker yang dapat digunakan untuk

meguatkan kecurigaan terhadap Covid – 19

melalui pemeriksaan darah lengkap.

Page 30: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

28

Biomarker yang pertama adalah limfosit.

Pada Covid – 19 limfositopenia telah disarankan

untuk dapat digunakan sebagai salah satu

prediktor keparahan gejala. Limfosit memiliki

peran sentral untuk mempertahankan sistem

imun. Beberapa mekanisme terjadinya

limfositopenia adalah virus dapat diserang

langsung oleh limfosit. Kedua, virus dapat

menghancurkan organ-organ limfati. Ketiga,

sitokin inflamasi dapat terus rusak sehingga

menyebabkan apoptosis limfosit. Terakhir,

penghambat limfosit dapat muncul karena

kelainan metabolik seperti keadaan yang asam

akibat laktat. Presentasi limfosit (LYM%)

merupakan sebuah parameter yang signifikan

dan konsisten serta dapat menunjukan

progresivitas penyakit.

Biomarker kedua yang juga dapat

digunakan adalah trombosit. Trombosit sudah

banyak digunakan terutama di unit-unit intensif

sebagai prediktor prognosis penyakit.

Trombositopenia dikaitkan dengan malfungsi

organ dan dekompensasi fisiologis.

Trombositopenia dikaitkan dengan bentuk infeksi

Page 31: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

29

Covid – 19 yang parah dan dikaitkan dengan

mortalitas yang tinggi terutama pada pasien-

pasien kritis di unit intensif.

Gambaran Radiologis

Sebuah studi yang dilakukan oleh Wong et

al. berusaha menjawab gambaran foto toraks

pada Covid -19. Namun perlu diingat bahwa

sensitivitas foto toraks untuk Covid – 19 hanya

sekitar 69%, hal ini menunjukkan bahwa masih

terdapat kemungkinan pasien yang terinfeksi

Covid – 19 menunjukkan gambaran foto toraks

yang normal. Wong mendeskripsikan bahwa

terdapat 69% pasien yang datang dengan foto

thoras tidak normal, dan 31% yang datang

dengan dengan foto toraks normal. Sebanyak

11% pasien yang memiliki foto toraks normal

kemudian berubah menjadi tidak normal.

Sedangkan untuk gambaran opasitas,

sekitar 59% pasien menunjukkan konsolidasi dan

41% menunjukkan ground glass opacity. Untuk

distribusi kelainan yang paling sering ditemukan

adalah predominan perifer, yang kemudian

disusul pada lokasi tidak perifer maupun

Page 32: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

30

perihilar, dan terakhir pada perihilar. Kemudian

kelainan kebanyakan ditemukan bilateral dan

predominan zona bawah. Berikut adalah salah

satu gambaran foto toraks pada pasien Covid –

19

Sumber gambar :

https://radiologyassistant.nl/chest/lk-jg-1

Page 33: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

31

Pada gambar tersebut ditemukan adanya

ground glass opacity serta konsolidasi yang

bilateral dan perifer, serta predominan di bawah,

walaupun juga ditemukan sedikit opasitas di

atas.

Hingga saat ini, penelitian terhadap Covid –

19 masih terus dilakukan dan dikembangkan

untuk mengetahui dengan lebih baik mengenai

penyakit ini.

Daftar Pustaka

Chen N, Zhou M, Dong X, et al. Epidemiological

and clinical characteristics of 99 cases of 2019 novel coronavirus pneumonia inWuhan, China: a descriptive study. Lancet. 2020; pii: S0140-6736(20)30211-7. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30211-7. [Epub ahead of print]

Huang C, Wang Y, Li X, et al. Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet. 2020; pii: S0140-6736(20)30183-5. https://doi.org/10.1016/S0140-

6736(20)30183-5.[Epub ahead of print]

Page 34: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

32

Jiang, F. et al. (2020) ‘Review of the Clinical Characteristics of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)’, Journal of General Internal Medicine. Journal of General Internal Medicine, 2019. doi: 10.1007/s11606-020-05762-w.

Kanal, E., Tweedle, M. and Pan, X. (2016) ‘This copy is for personal use only. To order printed copies, contact reprints@ rsna. org’, Imaging, 279(3), pp. 849–858.

Lippi, G., Plebani, M. and Michael Henry, B. (2020) ‘Thrombocytopenia is associated with severe coronavirus disease 2019

(COVID-19) infections: A meta-analysis’, Clinica Chimica Acta. Elsevier, 506(March), pp. 145–148. doi: 10.1016/j.cca.2020.03.022.

Recalcati, S. (2020) ‘Cutaneous manifestations in COVID-19: a first perspective’, Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology, n/a(n/a), pp. 0–1. doi: 10.1111/jdv.16387.

Tan, L. et al. (2020) ‘Lymphopenia predicts disease severity of COVID-19: a descriptive and predictive study’, medRxiv, (627), p. 2020.03.01.20029074. doi: 10.1101/2020.03.01.20029074.

Page 35: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

33

Song F, Shi N, Shan F, et al. Emerging Coronavirus 2019-nCoV Pneumonia. Radiology. 2020; 6:200274.

https://doi.org/10.1148/radiol.2020200274. Wang D, Hu B, Hu C, et al. Clinical

Characteristics of 138 Hospitalized Patients With 2019 Novel Coronavirus-Infected

Pneumonia in Wuhan, China. JAMA. 2020. https://doi.org/10.1001/jama.2020.1585. [Epubahead of print]

Sumber Gambar https://radiologyassistant.nl/chest/lk-jg-1

Page 36: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

34

Aplikasi Klinis Rapid Test Covid-19

Coronavirus Disease 19, bukan hanya

mimpi buruk bagi masyarakat umum. Namun,

juga bagi tenaga medis. Coronavirus Disease 19

atau Covid-19 adalah varian dari virus

Coronavirus yang ditemukan pertama kali di kota

Wuhan, Cina, pada Desember 2019. Secara

umum, dokter di seluruh dunia sudah mengenal

varian lain dari Covid-19 yaitu Middle East

Respiratory Syndrome atau kadang disebut MERS

Cov, dan Severe Acute Respiratory Syndrome

atau SARS. SARS sendiri sebelumnya juga telah

menyebabkan outbreak di Cina pada tahun 2002.

Menegakkan diagnosis Covid-19 merupakan hal

yang sulit karena virus ini relatif baru sehingga

gejala fisik, anamnesis, serta pemeriksaan

laboratorium dari Covid-19 belum dikenali

dengan baik. Untuk menegakkan diagnosis pasti

suatu penyakit seperti Covid-19 dapat digunakan

tiga cara yaitu kultur (merupakan pemeriksaan

yang paling tinggi), swab tenggorokan yang

dilanjutkan dengan pemeriksaan polymerase

chain reaction (PCR), dan rapid test untuk

Page 37: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

35

mendeteksi antibodi di tubuh pasien. Kultur

Covid-19 masih belum ditemukan caranya, untuk

itu penegakkan diagnosis selama ini masih

menggunakan swab tenggorokan yang dilanjut-

kan dengan pemeriksaan PCR. Sayangnya,

pemeriksaan PCR ini terbatas karena masih

minimnya laboratorium dan alat yang tersedia

untuk melakukan metode ini. Belum lagi tidak

semua daerah di Indonesia dapat melakukannya

karena keterbatasan sarana dan prasarana.

Pemerintah kemudian memberikan solusi

dengan melakukan impor alat rapid test bagi

masyarakat yang terindikasi menderita Covid-19.

Pengguna-an alat ini tentunya tidak bisa

dilakukan sem-barangan karena memiliki banyak

kekurangan, namun, alat ini memiliki kelebihan

yaitu dapat memberikan hasil yang cepat dan

dapat dilakukan di berbagai daerah di Indonesia.

Artikel ini akan membahas mengenai aplikasi

klinis rapid test Covid-19 dan beberapa rambu-

rambu yang harus dipatuhi.

Page 38: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

36

Kekurangan dan Kewaspadaan

Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi

Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia

atau PDS PatKlin telah melakukan konferensi

pers mengenai kehati-hatian dalam

menggunakan rapid test sebagai alat diagnostik

untuk Covid-19. Menurut keterangan yang

diambil dari laman resmi PDS PatKlin

(www.pdspatklin.or.id), ada beberapa poin yang

perlu diwaspadai sebagai berikut:

Rapid test adalah metode diagnostik

terendah di bawah kultur dan metode PCR.

Jika dapat dilakukan metode PCR

sebaiknya lakukan metode tersebut dan

tidak bergantung pada rapid test.

Penjelasan kinetika antibodi untuk Covid-19

belum ada. Melakukan tes dengan metode

immunokromatografi (rapid test) harus

dilakukan secara hati-hati karena antibodi

belum diketahui waktu terbentuknya pada

kasus Covid-19. Satu studi mengatakan

bahwa antibodi paling awal terdeteksi

dengan metode immunofluoresensi pada

Page 39: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

37

hari ke–6 dan mencapai level maksimal

pada hari ke-8 – 12.

Antibodi SARS–Cov-2 (penyebab infeksi

Covid-19) belum dapat dijadikan patokan

adanya infeksi akut, sehingga tidak bisa

dijadikan acuan diagnostik. Contohnya

infeksi dengue dinyatakan akut jika

terdapat peningkatan 4x dari level normal.

Hal ini belum ditemukan pada Covid-19.

Berbagai rapid test (terdapat beberapa

perusahaan dan negara yang

memproduksinya) belum diketahui cara

kerjanya, batas deteksi, batasan

pengambilan spesimen, dan berbagai

kondisi yang dapat menyebabkan positif

palsu (false positive) dan negative palsu

(false negative).

Hasil positif tidak bisa memastikan bahwa

seseorang terkena Covid-19, sedangkan

hasil negatif belum tentu dapat

menyingkirkan infeksi Covid-19 sehingga

masih dapat menularkan ke orang lain.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan

Page 40: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

38

negatif palsu adalah antibody yang belum

terbentuk saat pengambilan sampel atau

pasien masuk dalam kategori immuno-

compromised.

Pasien yang memiliki hasil rapid test positif

harus dikonfirmasi dengan metode PCR.

Jika hasil negatif harus dilakukan

pemeriksaan ulang dengan selang waktu 7-

10 hari.

Melakukan Rapid Test

Berikut merupakan pedoman tatalaksana

yang dikeluarkan oleh PDS PatKlin. Ada beberapa

langkah yang harus dilakukan saat melakukan

rapid test, langkah tersebut adalah sebagai

berikut:

Rapid test diperuntukkan kepada Orang

Tanpa Gejala, ODP, dan PDP. Orang Tanpa

Gejala (OTG) adalah orang yang sedang

tidak memiliki gejala namun memiliki

riwayat kontak dengan pasien terkonfirmasi

Covid-19 atau memiliki risiko tertular

Covid-19.

Page 41: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

39

Pengerjaan rapid test harus disupervisi dan

diinterpretasi oleh dokter spesialis patologi

klinik.

Tenaga medis yang melakukan

pemeriksaan wajib menggunakan alat

pelindung diri, minimal sarung tangan,

masker bedah, dan jas laboratorium.

Fasilitas kesehatan yang memeriksa

diwajibkan meneyediakan tempat sampah

infeksius. Tenaga medis yang memeriksa

disarankan menggunakan face shield.

Pengambilan darah sebaiknya dilakukan

dengan closed system, jadi darah langsung

dialirkan via tabung vakum. Namun bila

tidak memungkinkan, jarum suntik dapat

digunakan dengan kewaspadaan tinggi.

Disarankan menggunakan spesimen whole

blood, namun, spesimen juga dapat

menggunakan EDTA, heparin, atau sitrat.

Spesimen kemudian langsung diperiksa.

Spesimen darah kapiler dapat diambil

menggunakan lancet.

Page 42: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

40

Pelaporan Hasil Rapid Test

Hasil rapid test dinyatakan reaktif jika salah

satu dari:

Anti SARS-COV–2 IgM reaktif, Anti SARS-

COV–2 IgG non reaktif

Anti SARS-COV–2 non IgM reaktif, Anti

SARS-COV–2 IgG reaktif

Anti SARS-COV–2 IgM reaktif, Anti SARS-

COV–2 IgG reaktif

Hasil ini tidak dapat digunakan sebagai

metode monitoring atau penentuan terapi. Hasil

ini dapat bertahan berbulan-bulan lamanya.

Hasil rapid test dinyatakan non reaktif jika

Anti SARS-COV–2 IgM non reaktif, Anti

SARS-COV–2 IgG non reaktif. Untuk

pasien-pasien dalam kondisi ini sebaiknya

lakukan pemeriksaan rapid test antibody

ulang dalam waktu 7 – 10 hari.

Page 43: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

41

Setelah pengulangan rapid test antibody

selang waktu 7-10 hari. Langkah yang harus

dilakukan selanjutnya adalah:

Jika reaktif, maka dilakukan Langkah

selanjutnya menurut tatalaksana pasien

reaktif di atas.

Jika hasil non reaktif, maka nyatakan Anti

SARS-COV–2 IgM non reaktif, Anti SARS-

COV–2 IgG non reaktif. Hal tersebut

memiliki makna bahwa:

o Pasien tidak terpapar pada infeksi

Covid-19

o Pasien dalam keadaan immunocom-

promised sehingga tidak terbentuk

antibodi karena pasien mengalami

gangguan antibodi.

Tatalaksana rapid test menurut PDS PatKlin

dirangkum dalam tabel dan algoritma di bawah

ini :

Page 44: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

42

Pemeriksaan Pertama Kali

Anti SARS–

COV–2

IgM

Anti

SARS–

COV–2

IgG

Interp

retasi Saran

(+) (+) Reaktif Pasien dalam

kategori OTG dan

ODP lakukan

physical distancing

dan perilaku hidup

bersih sehat.

Pasien dalam

kategori PDP,

lakukan sesuai

gejala, yaitu:

o Gejala ringan

isolasi mandiri di

rumah.

o Gejala sedang,

lakukan isolasi di

rumah sakit

darurat.

o Gejala memberat

lakukan isolasi di

rumah sakit

(+) (-) Reaktif

(-) (+) Reaktif

Page 45: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

43

rujukan dan

konfirmasi

dengan

menggunakan

metode PCR.

(-) (-) Non

Reaktif

Lakukan Karantina

Mandiri dengan

menerapkan

perilaku hidup

bersih sehat dan

physical

distancing.

Rapid test antibodi

ulang dalam waktu

7-10 hari.

Pemeriksaan Ulang

Anti

SARS–

COV–2

IgM

Anti

SARS–

COV–2

IgG

Interpretasi Saran

(+) (+) Reaktif Pasien dalam

kategori OTG

dan ODP (+) (-) Reaktif

Page 46: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

44

(-) (+) Reaktif

lakukan physical

distancing dan

perilaku hidup

bersih sehat.

Pasien dalam

kategori PDP,

lakukan sesuai

gejala, yaitu:

o Gejala ringan

isolasi mandiri

di rumah

o Gejala sedang,

lakukan isolasi

di rumah sakit

darurat

o Gejala

memberat

lakukan isolasi

di rumah sakit

rujukan dan

konfirmasi

dengan

menggunakan

metode PCR

Page 47: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

45

(-) (-) Non Reaktif

Pasien tidak

terpapar infeksi

SARS–COV–2

Pasien

immunocompro

mised sehingga

antibodi tidak

terbentuk akibat

adanya

gangguan

pembentukan

antibodi

Untuk pasien

immunocompro

mised lakukan

pemeriksaan

PCR.

Page 48: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

46

Page 49: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

47

Daftar Pustaka

Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia. 21 Maret 2020. Diakses Tanggal 17 April 2020. Panduan Tatalaksana Rapid Test SARS – COV – 2. Tersedia online di :https://www.pdspatklin.or.id/post/pandua

n-tata-laksana-px-rapid-test-ab-sars-cov-2-metode-ict

Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia. 19 Maret 2020. Diakses Tanggal 17 April 2020. Press Release Kewaspadaan Tes Cepat (Rapid Test) Covid 19 IgM/IgG Berbasis Serologi. Tersedia online di : https://www.pdspatklin.or.id/post/kewaspadaan-rapid-test-covid-19

Page 50: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

48

Konseling dan Edukasi Pasien dan

Keluarga Mengenai Covid 19

Konseling dan edukasi merupakan salah

satu bagian penting dalam praktik kedokteran.

Ilmu kedokteran tidak melulu tentang anamnesis

dan pemeriksaan penunjang saja, namun juga

harus disertai dengan konseling dan edukasi

mengenai keadaan pasien. Konseling dan

edukasi penting untuk memberikan transparansi

mengenai kondisi pasien dan terapi yang sedang

dijalankan. Konseling dan edukasi yang baik

dapat menyebabkan pasien menjadi lebih

tenang. Konseling dan edukasi fungsinya menjadi

semakin mendasar terutama saat adanya

pandemic Coronavirus Disease 19 atau yang

biasa disebut Covid-19. Saat pandemi, pasien

merasa kebingungan dan tidak jarang dapat

menyebabkan keadaan pasien menjadi mudah

stress, depresi, dan cemas. Konseling dan

edukasi yang baik dapat mengurangi ketakutan

pasien dan menyebaban kepatuhan akan

pengobatan menjadi baik. Artikel ini berusaha

menjelasakan poin-poin edukasi yang perlu

disampaikan pada pasien Covid 19 dan keluarga.

Page 51: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

49

Coronavirus Disease 19

Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus. Virus ini masuk dalam keluarga

coronavirus yang juga bertanggungjawab

terhadap Middle East Respiratory Syndrome dan

Severe Acute Respiratory Syndrome yang juga

menyebabkan kehebohan dunia beberapa waktu

lalu. Penyebab munculnya Covid 19 belum

diketahui, namun outbreak pertama terjadi di

Wuhan, Republik Rakyat Cina pada Desember

2019.

Gejala dan Tanda Covid 19

Gejala paling umum dari Covid 19 adalah

batuk kering, panas, dan kelelahan. Beberapa

pasien juga menunjukkan gejala gastroinsteinal

seperti mual muntah dan diare. Selain itu

beberapa gejala penyerta juga dapat muncul

seperti hidung berair, hidung buntu, dan nyeri

tenggorokan. Gejala-gejala ini umumnya ringan.

Sebagian orang dapat terinfeksi, namun, tidak

menunjukkan gejala sama sekali, dan dapat

menularkan ke orang lain. Sebagian besar pasien

yang tertular Covid 19 (sekitar 80%) tidak

membutuhan perawatan di rumah sakit. Namun

Page 52: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

50

sekitar 1 dari 6 pasien akan menderita sakit

berat dan sesak napas. Pasien usia tua dengan

penyakit penyerta seperti tekanan darah tinggi,

penyakit jantung, dan diabetes memiliki risiko

tinggi untuk menderita sakit berat akibat Covid-

19. Pasien yang batuk, demam, dan sesak dan

mengalami perburukan keadaan harap segera

mencari bantuan medis di rumah sakit.

Penularan Covid-19

Sejauh ini Covid-19 tercatat hanya menular

dari manusia ke manusia. Covid-19 menular dari

seseorang yang sudah tertular penyakit ini

sebelumnya. Penularan terjadi melalui droplet

yaitu titik-titik air yang keluar dari mulut atau

hidung ketika seseorang batuk, bersin, atau

bernapas. Droplet dapat menempel pada

berbagai benda-benda dan permukaan seperti

gagang pintu, pegangan pada tangga, hingga

tombol elevator. Orang lain yang menyentuh

permukaan-permukaan ini dapat tertular jika

setelahnya mereka menyentuh mata, hidung,

atau mulut. Seseorang juga dapat tertular jika

menghirup droplet dari pasien Covid-19.

Penularan jarak dekat ini terjadi jika berdekatan

Page 53: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

51

dengan pasien Covid-19 (jarak 1 meter). Maka

itu penting sekali untuk menjaga jarak atau

physical distancing. Namun, bukan berarti harus

mengusir pasien keluar dari rumah, yang penting

menjaga jarak dan tidak menyentuh benda-

benda sekitar pasien, niscaya tidak akan tertular.

Masih belum diketahui secara jelas berapa

lama Covid 19 dapat bertahan pada berbagai

permukaan seperti coronavirus yang lain. Studi-

studi yang dilakukan para peneliti menunjukkan

bahwa berbagai varian coronavirus dapat

bertahan beberapa jam hingga beberapa hari di

berbagai permukaan. Walaupun begitu hal ini

bervariasi tergantung permukaan, suhu,

kelembaban dan kondisi lingkungan lain. Untuk

menghindari hal ini, bersihkan permukaan-

permukaan seperti meja, kursi, gagang pintu,

dan tempat-tempat lain di rumah yang umumnya

dilalui dan disentuh banyak orang. Pembersihan

dapat dilakukan dengan desinfektan yang banyak

ditemukan di pasaran, sebagian besar desin-

fektan tersebut efektif untuk membunuh virus

corona yang menempel di permukaaan benda.

Setelah membersihkan, cuci tangan dengan air

Page 54: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

52

dan sabun atau dengan hand rub berbasis

alkohol. Hindari menyentuh mulut, hidung, dan

mata.

Melindungi Diri dari Covid-19

Ada beberapa langkah yang dapat

dilakukan untuk mencegah tertular Covid-19.

Langkah-langkah ini penting dilakukan agar

keluarga tetap sehat dan dapat menjalani masa-

masa pandemi dengan selamat. Beberapa

langkah tersebut adalah:

Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

atau menggunakan hand rub berbasis

alkohol. Mencuci tangan berulang dapat

membunuh virus dan memutus rantai

penularan.

Pertahankan jarak minimal satu meter

antara Anda dan seseorang yang sedang

batuk atau bersin. Seseorang yang sedang

batuk atau bersin dapat menularkan

penyakitnya melalui droplet yang keluar

melalui bersin dan batuk.

Hindari menyentuh mulut, mata, dan

hidung. Tangan kita cenderung menyentuh

Page 55: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

53

banyak permukaan selama aktivitas. Hal ini

dapat menularkan virus jika setelah

menyentuh banyak permukaan, kemudian

menyentuh mata, mulut, dan hidung.

Pastikan (terutama jika sakit) Anda dan

keluarga memahami etika batuk. Gunakan

masker bedah jika ada, namun jika tidak

tersedia dapat menggunakan masker kain.

Tutupi mulut dan hidung ketika batuk

menggunakan masker. Jika tidak ada

masker, tutup dengan tisu, dan buang tisu

setelah digunakan kemudian cuci tangan.

Jika tidak ada tisu, tutupi mulut dan hidung

menggunakan siku. Dengan melakukan

etika batuk yang benar dapat mencegah

penularan Covid-19.

Jika merasa sakit, tidak enak badan,

dengan gejala ringan, isolasi mandiri di

rumah. Redakan gejala-gejala dengan

minum obat yang dapat dibeli tanpa resep

dokter, namun tetap perlu memperhatikan

indikasi, kontraindikasi, serta dosis. Jika

gejala memburuk seperti adanya demam,

batuk kering, dan sesak napas, segera cari

Page 56: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

54

bantuan medis. Jika memungkinkan

sebaiknya hubungi dulu fasilitas kesehatan

via telepon atau perangkat lain untuk

menentukan langkah selanjutnya.

Tetaplah update informasi dari sumber-

sumber resmi Covid-19 seperti WHO dan

Kementrian Kesehatan. Terlalu banyak

informasi yang diserap dapat menyebabkan

perasaan takut dan cemas, namun jika

tidak mengkonsumsi informasi sama sekali

dapat menyebabkan abai pada keadaan

sekitar.

Hal yang Perlu Dilakukan Saat Timbul

Gejala Covid-19

Ikuti langkah - langkah yang sudah dijelas-

kan di atas mengenai pencegahan penu-

laran

Karantina mandiri/isolasi mandiri di rumah

selama 14 hari sejak timbulnya gejala. Jika

ada gejala ringan seperti demam, batuk,

dan pilek dapat diobati dengan obat yang

dapat dibeli tanpa resep dokter, namun

tetap harus memperhatikan indikasi,

kontraindikasi, dan dosis obat. Jika gejala

Page 57: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

55

memburuk dan timbul sesak napas,

hubungi fasilitas kesehatan terdekat untuk

langkah selanjutnya, atau langsung

memperiksakan diri jika memungkinkan.

Saat memperiksakan diri di fasilitas

kesehatan, tetap perhatikan physical

distancing, cuci tangan, dan etika batuk.

Sampaikan gejala, riwayat bepergian,

riwayat kontak dengan sejujur-jujurnya

agar tenaga medis dapat melaksanakan

tatalaksana dengan tepat.

Daftar Pustaka

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020.

Pedoman Pencegahan Pengendalian Covid

19. Jakarta : Kementrian Kesehatan

WHO. Q and A on Coronaviruses. 2020. 8th April

2020. Accesed on 15th April 2020. Available

online at : https://www.who.int/news-

room/q-a-detail/q-a-coronaviruses

Page 58: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

56

Dukungan Nutrisi Pasien dan Tenaga Medis

dalam Upaya Pencegahan Covid 19

Infeksi virus Severe Acute Respiratory

Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2) yang

menyebabkan Covid-19 (Coronavirus Disease-

2019) telah menjadi pandemi dan menjangkiti

banyak negara termasuk Indonesia. Virus ini

telah menyebar ke seluruh pelosok negeri di 34

provinsi.

Seperti penyakit infeksi saluran nafas atas

(ISPA) lainnya, Covid-19 menyebabkan gejala

seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, demam

hingga pneumonia. Pada sebagian besar kasus

(sekitar 80%) mereka yang terinfeksi dapat tidak

bergejala atau hanya mengalami gejala ringan

seperti batuk, pilek, meriang dan dapat pulih

tanpa perlu perawatan khusus. Namun 20%

sisanya mungkin akan menderita sakit yang

parah dan dapat juga disertai pneumonia

sehingga membutuhkan perawatan intensif

bahkan sampai dengan menggunakan ventilator.

Secara global angka kematian Covid-19 sekitar

6,2%. Kelompok yang sangat mungkin

Page 59: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

57

mengalami gejala berat biasanya adalah orang

berusia lanjut atau orang-orang yang memiliki

penyakit komorbid sebelumnya seperti diabetes

mellitus, tekanan darah tinggi, penyakit jantung,

atau asma.

Covid-19 menular melalui droplet yang

dikeluarkan dari seseorang yang terinfeksi–baik

bergejala maupun tidak—saat mereka batuk atau

bersin. Penyebaran Covid-19 begitu cepat,

namun belum diikuti dengan penemuan obat

ataupun vaksin. Oleh karena itu, pencegahan

agar tidak terinfeksi Covid-19 adalah pilihan yang

paling tepat untuk dijalankan saat ini.

Konsumsi Makanan untuk

Mencegah Covid 19

Sebenarnya kita tidak dapat "meningkat-

kan" sistem kekebalan tubuh melalui diet. Tidak

ada makanan atau suplemen spesifik yang

mampu mencegah kita dari infeksi Covid-19.

Melakukan pola hidup yang sehat dan bersih dan

mengkonsumsi makanan yang seimbang tetap

menjadi cara terbaik untuk menghindari infeksi.

Page 60: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

58

Ada banyak nutrisi yang harus terpenuhi

agar sistem kekebalan tubuh bisa berfungsi

menjadi baik. Inilah mengapa diet seimbang

dengan mengkonsumsi berbagai jenis makanan

yang sehat dianjurkan agar kebutuhan vitamin

dan mineral yang membantu kekebalan tubuh

(seperti copper, folate, iron, selenium, zinc and

vitamins A, B6, B12, C and D) dapat terpenuhi

semuanya.

Konsumsi makanan segar dan tidak

diproses

Makanan yang segar dan tidak diproses

memiliki kandungan vitamin, mineral, serat

makanan, protein, dan antioksidan yang

dibutuhkan oleh tubuh. Komposisi makanan yang

disarankan oleh WHO untuk menjaga daya tahan

tubuh di masa pandemi Covid-19 adalah :

- 2 cangkir buah (4 porsi)

- 2,5 cangkir sayuran (5 porsi)

- 180 g biji-bijian (misalnya jagung yang

belum diolah, gandum, beras merah

atau umbi-umbian seperti kentang, ubi,

talas atau singkong)

Page 61: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

59

- 160 g daging dan kacang-kacangan.

Daging putih seperti unggas dan ikan

umumnya lebih rendah lemak daripada

daging merah. Daging merah

dikonsumsi 1-2 kali/minggu, dan unggas

2 −3 kali/minggu. Hindari daging olahan

karena biasanya lebih tinggi lemak dan

garam.

- Batasi asupan garam harian hingga

kurang dari 5 g (1 sendok teh)/hari, dan

gunakan garam beryodium. Salah satu

cara yang bisa diterapkan adalah batasi

jumlah garam dan bumbu natrium tinggi

seperti kecap asin dan kecap ikan saat

memasak dan menyiapkan makanan

- Batasi jumlah total gula harian. WHO

merekomendasikan idealnya jumlah gula

yang dikonsumsi kurang dari 5% dari

total asupan energi untuk orang dewasa

(sekitar 6 sendok teh). Bila ingin

mengkonsumsi yang manis, utamakan

untuk memakan buah segar.

Page 62: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

60

- Batasi lemak dan minyak. Konsumsi

lemak tak jenuh (ada pada ikan,

alpukat, kacang-kacangan, minyak

zaitun, kedelai, kanola, minyak bunga

matahari dan jagung) lebih disarankan

daripada lemak jenuh (ada pada daging

berlemak, mentega, minyak kelapa dan

kelapa, krim, keju). Lemak yang

diproduksi secara massal juga sebaiknya

dihindari. Lemak jenis ini sering

ditemukan pada makanan olahan seperti

makanan cepat saji, makanan ringan,

makanan yang digoreng, pizza beku,

pai, kue, margarine.

- Jika memungkinkan pilih produk susu

yang rendah lemak.

Minum air putih 8-10 gelas setiap hari

Dua pertiga tubuh manusia terdiri dari air.

Kebutuhan cairan tubuh akan terpenuhi dengan

minum air yang cukup sebanyak 8-10 gelas

setiap hari. Air yang cukup akan berguna untuk

mengangkut nutrisi dan senyawa dalam darah,

mengatur suhu tubuh, mentransport sisa

Page 63: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

61

metabolisme hingga melumasi persendi.

Pemenuhan kebutuahan air dengan air putih

lebih disarankan. Kebutuhan cairan juga bisa

dipenuhi melalui konsumsi buah-buahan atau

sayuran yang mengandung banyak air seperti

timun, semangka, jus lemon yang diencerkan

dalam air dan tanpa pemanis, teh dan kopi tanpa

pemanis. Perlu diingat untuk membatasi jumlah

kafein karena efek diuresis yang dapat

menyebabkan dehidrasi dan memiliki dampak

negatif pada pola tidur. Sebaiknya hindari

minuman dengan kandungan gula yang tinggi

seperti jus buah yang manis, sirup, konsentrat

jus buah atau minuman bersoda.

Kudapan sehat dengan mengindari gula,

lemak dan garam berlebihan

Pembatasan konsumsi gula, lemak, dan

garam secara signifikan dapat menurunkan risiko

kelebihan berat badan, obesitas, penyakit

jantung, stroke, diabetes, dan jenis kanker

tertentu. Perlu diingat bahwa orang yang

memiliki penyakit jantung, diabetes mellitus bila

terinfeksi Covid-19 memiliki kecenderungan

untuk mengalami gejala yang berat bahkan

Page 64: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

62

sampai membutuhkan bantuan ventilator. Ganti

camilan yang memiliki kandungan gula, lemak,

atau garam berlebih seperti kue, cokelat,

makanan cepat saji dengan sayuran mentah dan

buah segar. Bila pilihan buah dan sayur hanya

ada kalengan, pilihlah yang tidak memiliki garam

atau gula tambahan.

Hindari makan di luar

Makan di rumah lebih dianjurkan karena

dapat mengurangi kontak dengan orang lain dan

menurunkan peluang terkena Covid-19. Makan

bersama di rumah bisa menjadi media untuk

memperkuat hubungan keluarga. Bila terpaksa

dan tidak dapat memasak sendiri, lebih baik

gunakan layanan pesan antar. Bila layanan

pesan antar makanan tidak tersedia dan harus

membeli makan di luar, tetap lakukan jaga jarak

setidaknya 1 meter dengan orang lain dan

sebaiknya makanan dibawa pulang. Jangan lupa

untuk melakukan desinfeksi diri setelah sampai

di rumah dan cuci tangan dengan langkah yang

benar sebelum makan.

Page 65: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

63

Konsumsi Vitamin C dalam pencegahan

Covid-19

Sebagian pasien kritis akibat Covid 19

diterapi menggunakan dosis tinggi vitamin C

intravena, hal ini dimaksudkan untuk memper-

cepat penyembuhan pasien. Namun, tidak ada

bukti saintifik yang jelas bahwa terapi ini

berguna bagi pasien dengan infeksi Covid-19,

dan sampai artikel ini ditulis (15 April 2020), hal

tersebut bukan merupakan standar terapi untuk

Covid-19. Berbagai macam studi telah dilakukan

dan sedang berjalan untuk meneliti efektivitas

terapi menggunakan vitamin C.

Mengenai apakah konsumsi vitamin C

dapat mencegah Covid-19, sampai saat ini belum

ada bukti ilmiah bahwa konsumsi vitamin C

dapat membantu mencegah covid 19. Dosis

vitamin C harian yang ideal untuk dewasa adalah

sekitar 75-100 mg. Dosis vitamin c harian ini

umumnya tidak berbahaya, namun jika

dkonsumsi pada dosis tinggi, vitamin C dapat

menyebabkan batu ginjal, mual muntah, dan

kram.

Page 66: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

64

Daftar Pustaka

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/

http://www.emro.who.int/nutrition/nutrition-

infocus/nutrition-advice-for-adults-during-

the-covid-19-outbreak.html

https://www.bda.uk.com/resource/covid-19-

corona-virus-advice-for-the-general-

public.html

https://nutrition.org/making-health-and-

nutrition-a-priority-during-the-coronavirus-

covid-19-pandemic/

http://www.euro.who.int/en/health-

topics/health-emergencies/coronavirus-

covid-19/novel-coronavirus-2019-ncov-

technical-guidance/food-and-nutrition-tips-

during-self-quarantine

https://www.health.harvard.edu/diseases-and-

conditions/treatments-for-covid-19

Page 67: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

65

Program Pengendalian Infeksi dan

Surveilans Covid – 19

Coronavirus Disease 19 adalah pandemi

yang sekarang sudah menyebar ke hampir

seluruh negara di dunia, tidak terkecuali di

Indonesia. Saat artikel ini ditulis (14 April 2020)

Covid -19 telah menyebar ke seluruh provinsi di

Indonesia dan telah menyebabkan kematian

pada ratusan pasien. Infeksi ini menyebar

dengan sangat cepat dan sejauh ini hanya

menular dari manusia ke manusia. Oleh karena

itu, manusia yang sedang kontak erat dengan

pasien Covid-19 memiliki risiko tinggi untuk

tertular, termasuk para tenaga medis. Artikel ini

mencoba menjawab tantangan tersebut dengan

membahas mengenai Program Pengendalian

Infeksi pada Covid-19, dan sedikit akan dibahas

mengenai Surveilans Covid-19. Artikel ini

sebagian besar diambil dari Pedoman Pence-

gahan Pengendalian Covid 19 yang dikeluarkan

oleh Kementrian Kesehatan, dengan sedikit

modifikasi agar nyaman dibaca, serta guideline

oleh World Health Organization (WHO).

Page 68: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

66

Pencegahan Infeksi pada Seluruh Pasien

Bukan berarti saat Indonesia sedang

bersiap menghadapi Covid-19, pasien dengan

penyakit lain akan sembuh dengan sendirinya.

Pasien dengan berbagai kondisi akan tetap

datang di fasilitas Kesehatan tingkat pertama

(FKTP), sebagian dengan gejala yang mirip

dengan Covid-19. Oleh karena itu, pencegahan

infeksi pada seluruh pasien juga tidak boleh

dilupakan. Untuk memastikan pencegahan infeksi

pada seluruh pasien ada beberapa langkah yang

bisa dilakukan, beberapa langkah tersebut

adalah:

Pastikan semua pasien melakukan

kebersihan respirasi dan etika batuk yang

benar.

Pasien diminta untuk menutup mulut dan

hidung menggunakan tisu dan siku ketika

batuk, dan meminta pasien menggunakan

masker jika tersedia.

Pada pasien yang dicurigai menderita

Covid-19 berikan masker medis apabila

Page 69: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

67

mereka sedang menunggu di area publik

atau ruangan sementara.

Minta pasien untuk selalu melakukan cuci

tangan atau membersihkan tangan

menggunakan hand rub terutama jika telah

kontak dengan sekret pernapasan.

Tenaga kesehatan juga harus selalu

melakukan perilaku hidup bersih sehat sebelum

memegang pasien, terutama mencuci tangan.

Mencuci tangan harus dilakukan sebelum dan

sesudah menyentuh pasien, sebelum suatu

prosedur, setelah menyentuh sekitar pasien, atau

setelah kontak dengan cairan tubuh. Mencuci

tangan harus dilakukan lima langkah sesuai

petunjuk WHO, dan dilakukan dengan hand rub

yang berbahan dasar alkohol atau dengan sabun

dan air. Cuci tangan dengan hand rub lebih baik

jika tangan tidak terlihat kotor. Jika tangan

terlihat kotor, bersihkan tangan dengan sabun

dan air mengalir.

Selain itu alat pelindung diri (APD) harus

digunakan dengan baik, rasional, serta konsisten.

Pemakaian APD juga hendaknya dilakukan pada

Page 70: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

68

tenaga kesehatan yang sedang bekerja, dan

sebelum pemakaian perlu dilakukan pelatihan

terlebih dahulu. Poin lain yang juga sering

dilupakan adalah pembersihan lingkungan

fasilitas kesehatan. Prosedur desinfeksi yang

tepat harus dilakukan menggunakan desinfektan

yang sering digunakan seperti sodium hipoklorit.

Desinfektan yang dijual bebas umumnya cukup

efektif.

Pencegahan Terhadap Droplet

Selain pencegahan pada seluruh pasien,

sekarang perlu dibahas pencegahan pada pasien

yang menjadi suspek Covid-19. Penunggu atau

pengantar pasien, dan tenaga kesehatan perlu

berhati-hati dan melindungi diri dari droplet

sebelum memasuki ruangan pasien yang

dicurigai menderita Covid-19. Beberapa hal itu

dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

Pasien harus diletakan pada ruangan

individu berventilasi baik. Untuk ruangan

rawat inap umum dengan ventilasi natural,

ventilasi baik jika ruangan memiliki 60 liter

oksigen per menit untuk satu pasien.

Page 71: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

69

Jika ruangan individu tidak ada, pasien

yang dicurigai menderita Covid-19 dapat

dikelompokkan menjadi satu ruangan.

Dalam kondisi seperti ini masing-masing

bed pasien harus diletakkan dengan jarak

satu meter.

Jika dimungkinkan, satu tim tenaga

kesehatan sebaiknya ditunjuk untuk

bertanggung jawab secara eksklusif pada

pasien Covid-19 agar menurunkan risiko

penularan.

Tenaga medis harus menggunakan masker

medis.

Tenaga medis harus menggunakan

proteksi mata seeerti googles atau face

shield untuk menghindari kontaminasi dari

membran mucus.

Tenaga medis harus menggunakan gown

lengan panjang non-steril yang bersih.

Tenaga medis harus menggunakan gloves

atau handscoen.

Page 72: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

70

Penggunaan boots, coverall, dan apron

tidak diperlukan untuk perawatan rutin.

Setelah menangani pasien, APD harus

dibuang sebagaimana mestinya dan cuci

tangan harus dilakukan.

Alat dan bahan yang single use harus

dibuang, dan alat yang bisa dibersihkan,

maka dibersihkan dengan desinfektan

seperti stetoskop, spingomanometer, dan

termometer. Jika alat harus digunakan oleh

banyak pasien, sebelum berpindah pasien

alat dibersihkan dengan etil alkohol.

Pencegahan Infeksi dalam Prosedur yang

Menghasilkan Aerosol

Suatu prosedur dikatakan menimbulkan

aerosol jika menghasilkan aerosol dalam

berbagai ukuran termasuk berbagai partikel kecil

yang memiliki ukuran < 5 mikrometer. Tindakan

ini harus dilakukan secara waspada dan hati-hati

karena dapat menciptakan paparan Covid-19

dalam bentuk aerosol. Beberapa prosedur yang

dapat menyebabkan terjadinya aerosol adalah

Page 73: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

71

intubasi trakea, ventilasi non-invasive, trakeos-

tomi, resusitasi jantung paru, ventilasi manual

sebelum intubasi dan bronkoskopi.

Tindakan kewaspadaan saat melakukan prosedur

medis yang menimbulkan

aerosol:

• Memakai respirator partikulat seperti N95

sertifikasi NIOSH, EU FFP2 atau setara.

Ketika mengenakan respirator partikulat

disposable, periksa selalu kerapatannya (fit

tes).

• Memakai pelindung mata (yaitu kacamata

atau pelindung wajah).

• Memakai gaun lengan panjang dan sarung

tangan bersih, tidak steril,

(beberapa prosedur ini membutuhkan sarung

tangan steril).

• Memakai celemek kedap air untuk beberapa

prosedur dengan volume cairan yang tinggi

diperkirakan mungkin dapat menembus gaun.

• Melakukan prosedur di ruang berventilasi

cukup, yaitu di sarana-sarana yang dilengkapi

ventilasi mekanik, minimal terjadi 6 sampai

12 kali pertukaran udara setiap jam dan

Page 74: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

72

setidaknya 160 liter/ detik/ pasien di sarana–

sarana dengan ventilasi alamiah.

• Membatasi jumlah orang yang berada di

ruang pasien sesuai jumlah minimum yang

diperlukan untuk memberi dukungan

perawatan pasien. Kewaspadaan isolasi juga

harus dilakukan terhadap pasien PDP dan

terkonfirmasi Covid- 19 sampai hasil

pemeriksaan laboratorium rujukan negatif.

Surveilans dan Karantina

Surveilans merupakan pemantuan yang

terjadi terus menerus terhadap kelompok yang

memiliki risiko tinggi. Surveilans biasanya diikuti

dengan karantina. Karantina adalah pembatasan

seseorang atau kelompok orang dalam suatu

wilayah yang dicurigai menderita suatu penyakit

dan/atau untuk mencegah kemungkinan

penyebaran penyakit atau kontaminasi.

Page 75: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

73

Status

Orang

Tanpa

Gejala

ODP PDP

Waku

Karantina 14 hari 14 hari 14 hari

RT PCR Pada hari 1

dan 14

Pada hari

1 dan 2

Pada hari

1 dan 2

Rapid Test

(jika tidak

ada RT PCR)

Negatif:

Karantina

mandiri,

periksa

ulang 10

hari

berikutnya.

Jika pada

periksa

ulang positif,

lakukan RT

PCR dua

kali.

Positif:

Negatif:

Karantina

mandiri,

periksa

ulang 10

hari

berikutnya

. Jika pada

periksa

ulang

positif,

lakukan

RT PCR

dua kali.

Negatif:

Sesuai

gejala

(lihat

kolom

perujukan)

Periksa

ulang 10

hari

berikutnya

. Jika pada

periksa

ulang

positif,

lakukan

Page 76: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

74

Karantina

mandiri,

konfirmasi

dengan RT

PCR dua

kali.

Positif:

Karantina

mandiri,

konfirmasi

dengan RT

PCR dua

kali.

RT PCR

dua kali.

Positif:

Sesuai

gejala,

konfirmasi

dengan RT

PCR dua

kali.

Bentuk

Pemantauan

Kunjungan

harian atau

via telepon

berupa

anamnesis

gejala dan

pemeriksaan

suhu tubuh

Kunjungan

harian

atau via

telepon

berupa

anamnesis

gejala dan

pemeriksa

an suhu

tubuh

Kunjungan

harian

atau via

telepon

berupa

anamnesis

gejala dan

pemeriksa

an suhu

tubuh

Perujukan Gejala

Ringan:

isolasi

Gejala

Sedang:

isolasi di

Gejala

Ringan:

isolasi

Page 77: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

75

mandiri

Gejala

Sedang:

isolasi di RS

darurat

Gejala Berat:

isolasi di RS

Rujukan

RS darurat

Gejala

Berat:

isolasi di

RS

Rujukan

mandiri

Gejala

Sedang:

isolasi di

RS darurat

Gejala

Berat:

isolasi di

RS

Rujukan

Bentuk

Karantina

Karantina

Rumah

(Isolasi Diri)

Karantina

Fasilitas

Khusus /RS

Darurat

Covid 19

Karantina

Rumah

Sakit

Status

OTG, ODP,

PDP, Gejala

ringan

ODP usia 60

tahun

penyakit

penyerta

yang

terkontrol

PDP Gejala

Berat

Page 78: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

76

PDP Gejala

Sedang

PDP ringan

tanpa

fasiltias

karantina

rumah yang

tidak

memadai

Tempat

Rumah

sendiri/fasilitas

sendiri

Tempat

yang

disediakan

Pemerintah

(Rumah

Sakit

Darurat

Covid-19)

Rumah

Sakit

Pengawasan

Dokter,

perawat

dan/atau

tenaga

kesehatan lain

Dapat dibantu

oleh bhabin-

kabtibnas,

babinsa dan

atau relawan

Dokter

perawat

dan atau

tenaga

kesehan

lain

Dokter

perawat

dan atau

tenaga

kesehatan

lain

Page 79: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

77

Pembiaayaan

Mandiri

Pihak lain yang

dapat

membantu

(filantropi)

Pemerintah

BNPB,

Gubernur,

Bupati,

Walikota,

Camat,

ades

Pemerintah

BNPB,

gubernur,

walikota,

camat, dan

kades

Monitoring

dan Evaluasi

Dilakukan oleh

Dinas

Kesehatan

setempat

Dilakukan

oleh Dinas

Kesehatan

Setempat

Dilakukan

oleh Dinas

Kesehatan

Setempat

Demikian program pengendalian infeksi

dan surveilans Covid-19. Dengan mengetahui hal

ini, diharapkan dapat diterapkan sehingga dapat

memutus rantai penularan Covid-19.

Daftar Pustaka

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020.

Pedoman Pencegahan Pengendalian Covid

19. Jakarta : Kementrian Kesehatan

WHO. 2020. Infection prevention and control

during health care when COVID-19 is

suspected. Geneva: WHO

Page 80: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

78

Alat Pelindung Diri di FKTP: Pemakaian,

Pelepasan dan Penyimpanan

Coronavirus Disease 19 adalah pandemi

yang sekarang sudah menyebar ke hampir

seluruh negara di dunia, tidak terkecuali di

Indonesia. Saat artikel ini ditulis (14 April 2020)

Covid -19 telah menyebar ke seluruh provinsi di

Indonesia dan telah menyebabkan kematian

ratusan pasien. Infeksi ini menyebar dengan

sangat cepat dan sejauh ini hanya menular dari

manusia ke manusia. Oleh karena itu, manusia

yang kontak erat dengan pasien Covid-19

memiliki risiko tinggi untuk tertular, termasuk

para tenaga medis. Alat pelindung diri (APD)

adalah satu jenis alat yang dapat mencegah

penularan penyakit dari pasien ke tenaga medis.

Alat ini harus selalu digunakan selama

menangani pasien Covid 19. Namun tidak semua

orang familiar dengan cara menggunakan,

melepas, dan menyimpan APD. Artikel ini akan

berusaha menjelaskan hal tersebut.

Sebelum menggunakan APD untuk

menangani pasien dengan Covid-19, mencuci

Page 81: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

79

tangan adalah hal yang sangat penting dan

harus dilakukan dengan baik sesuai dengan

arahan dari WHO atau standar internasional

yang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan larutan

alkohol sesuai dengan petunjuk pabrikan, atau

menggunakan sabun dan air mengalir kemudian

dikeringkan dengan tisu atau kain bersih.

APD yang pertama kali digunakan adalah

gown. Gown ini memiliki banyak bentuk dan tipe.

Ada yang bersifat sekali pakai lalu dibuang atau

single use, dan ada yang bisa digunakan

kembali. APD yang ada dalam artikel ini bersifat

reusable atau dapat digunakan kembali. Gown

yang digunakan sebaiknya memiliki tipe lengan

panjang dan tahan air. Saat menggunakan gown

dengan tali/kancing belakang, seorang asisten

sebaiknya membantu pemakaian. Foto yang ada

pada guideline ini diambil dari European Centre

for Disease Prevention and Control tentang

pemakaian dan pelepasan APD.

Page 82: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

80

Gambar 1. Menggunakan Gown lengan panjang

(ECDC, 2020)

Gambar 2. Asisten membantu mengancing

(ECDC, 2020)

Page 83: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

81

Setelah menggunakan gown, disarankan

untuk menggunakan masker (N95, atau masker

bedah, tergantung ketersediaan) untuk

melindungi tubuh dari droplet dan partikel. ECDC

menyarankan bahwa semua prosedur harus

menggunakan masker N95 (atau yang sejenis)

dalam penanganan pasien Covid 19. Sebelum

melakukan pemasangan masker, pastikan

masker memiliki ukuran yang cukup untuk

tenaga medis, sesuai dengan instruksi pabrik.

Klip besi yang ada pada bagian hidung

harus diatur dengan baik, dan karet strap harus

dikencangkan hingga masker tidak mudah lepas

dan nyaman dipakai. Jika menggunakan masker

bedah (saat ketiadaan masker N95), klip hidung

juga perlu untuk diatur dengan baik hingga

posisi yang nyaman. Pastikan masker menutupi

hidung dan mulut dan terpasang secara

sempurna.

Page 84: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

82

Gambar 3. Memakai masker dengan memegang

bagian karet

Gambar 4. Membetulkan klip besi pada hidung

Page 85: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

83

Saat masker sudah dipasang dengan baik,

pakailah googles untuk melindungi mata.

Googles memilki dua tipe, yang dipasang dengan

strap karet di belakang kepala dan yang

berbentuk seperti kaca mata dan dipasang di

telinga. Pastikan karet terpasang dengan baik

dan tidak terlalu ketat.

Gambar 5. Menggunakan

kaca mata dengan strap karet

Page 86: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

84

Gambar 6. Menggunakan kaca mata dan masker

Setelah kacamata, sarung tangan adalah

APD terakhir. Pastikan sraung tangan panjang

dan dapat menutupi seluruh bagian pergelangan

tangan hingga mencapai bagian lengan panjang

dari gown. Untuk tenaga medis yang alergi

dengan lateks, dapat menggunakan sarung

tangan nitrile jika tersedia.

Page 87: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

85

Gambar 7. Menggunakan Sarung Tangan

Menggunakan APD dengan benar dapat

melindungi tenaga medis dari tertular Covid-19.

Setelah pelayanan medis dilakukan, pelepasan

APD juga merupakan hal yang penting untuk

mencegah penularan Covid-19. Perlu dipikirkan

bahwa semua permukaan APD bagian luar

adalah bagian yang telah terkontaminasi.

Sebelum melepas sarung tangan, gunakan

disinfektan berbasis alkohol pada tangan.

Lakukan langkah melepas sarung tangan dengan

langkah berikut.

Page 88: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

86

1. Cubit dan pegang bagian sarung tangan

(dengan tangan lain yang masih

menggunakan sarung tangan) antara

bagian palm dan pergelangan tangan (lihat

gambar)

2. Tarik sarung tangan menjauhi pergelangan

3. Lanjutkan hingga bagian sebelum jari-jari

4. Dengan tangan yang sekarang hanya

separuh terlindung sarung tangan, lakukan

langkah 1 pada tangan lain yang masih

menggunakan sarung tangan secara penuh

5. Tarik sarung tangan menjauhi pergelangan

tangan

6. Lanjutkan hingga bagian dalam menutupi

bagian luar, sekarang kedua tangan hanya

separuh terlindung sarung tangan

7. Lepas seluruh bagian sarung tangan

dengan memegang bagian dalam dari

sarung tangan dan lakukan ini pada kedua

tangan

8. Buang sarung tangan di tempat sampah

medis

Page 89: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

87

Gambar 8. Melepas Sarung Tangan

Setelah melepas sarung tangan, lakukan

cuci tangan menggunakan sabun atau cairan

berbasis alkohol. Lalu gunakan sarung tangan

baru untuk mencegah kontaminasi. Dengan

sarung tangan baru, lepas gown. Jika menggu-

nakan gown dengan tali/kancing bagian

Page 90: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

88

belakang, minta asisten untuk melepas ikatan.

Asisten harus menggunakan sarung tangan dan

masker bedah, yang juga harus dibuang setelah

melepas gown. Asisten kemudian melakukan cuci

tangan menggunakan sabun dan air atau larutan

berbasis alkohol. Setelah bagian ikatan dilepas

gown dapat dilepas dengan memegang bagian

belakang luar gown, untuk kemudian ditarik

menjauhi tubuh dengan bagian luar berada di

dalam gown. Kemudian buang gown jika gown

bersifat sekali pakai. Letakkan gown pada

tempat disinfeksi jika dapat digunakan lagi.

Gambar 9. Asisten Membantu membuka

kancing/tali gown

Page 91: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

89

Gambar 10. Memegang gown bagian luar untuk dilepas

Gambar 11 Menarik gown jauh dari tubuh dan membuang gown di tempat sampah

medis/dekontaminasi

Page 92: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

90

Setelah gown, googles harus dilepas dan

dibuang (jika bersifat sekali pakai) atau

diletakkan pada bak disinfeksi jika dapat

digunakan lagi. Jempol tangan harus diletakkan

pada karet googles di belakang kepala, kemudian

satu jari lagi diletakkan di karet googles bagian

samping kemudian dilepas. Langkah ini dilakukan

tanpa menyentuh bagian luar dari googles.

Gambar 12. Melepas googles dengan menari

bagian karet dengan jempol dan telunjuk

Page 93: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

91

Gambar 13. Melepas googles dengan gagang

Masker adalah APD selanjutnya yang harus

di lepas. Mirip dengan melepas googles, bagian

karet di belakang kepala harus ditarik ke

belakang kemudian satu jari lagi diletakkan di

bagian samping kepala kemudian masker dapat

dilepas. Pastikan saat melepas masker tidak

menyentuh bagian luar masker karena

merupakan area yang sudah terkontaminasi.

Page 94: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

92

Gambar 13. Melepas masker

Langkah terakhir adalah melepas sarung

tangan kedua. Sebelum melepas sarung tangan

gunakan cairan berbasis alkohol. Lakukan

langkah yang sama sebagaimana melepas

sarung tangan, kemudian cuci tangan dengan air

bersih dan sabun atau cairan berbasis alkohol.

Penyimpanan APD

APD harus disimpan di tempat yang bersih

dan kering seperti lemari jika tidak digunakan.

Jika APD bersifat reusable (dapat digunakan

Page 95: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

93

kembali) harus dibersihkan dan diletakkan di

tempat yang baik. Jika APD rusak, selalu

gunakan merk dan perangkat yang serupa untuk

mengganti. Pastikan selalu ada cadangan untuk

APD yang siap sedia, yang sewaktu-waktu dapat

digunakan. Sedangkan untuk setting FKTP,

pastikan ada petugas yang bertanggungjawab

serta cakap dalam mengelola APD. Pastikan

semua orang yang menggunakan APD dapat

melaporkan jika APD rusak atau cacat.

Perhatikan APD dan cek secara berkala jika

APD tidak digunakan. Letakkan gambar langkah-

langkah penggunaan APD pada tempat yang

dapat dilihat oleh tenaga kesehatan. Pastikan

juga APD terdata dengan baik mengenai

penggunaan, siapa yang menggunakan, kapan

digunakan, dan kondisi APD saat digunakan.

Sedangkan versi dari Kementerian

Kesehatan mengadopsi sistem pemakaian dan

pelepasan APD versi WHO. Berikut ini dirangkum

dalam gambar-gambar yang diambil dari

Guideline yang dikeluarkan oleh Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Page 96: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

94

Page 97: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

95

Page 98: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

96

Daftar Pustaka

European Centre for Disease Prevention and

Control. Guidance for wearing and

removing personal protective equipment in

healthcare settings for the care of patients

with suspected or confirmed COVID-19.

Stockholm: ECDC; 2020

HSE. 2020. Risk at Work Personal

Protective Equipment. 14th April 2020.

Available Online :

https://www.hse.gov.uk/toolbox/ppe.htm

Kementrian Kesehatan RI. 2020. Pedoman

Pencegahan Pengendalian Coronavirus

Diesase Revisi ke-4. Jakarta : Kementrian

Kesehatan

Page 99: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

97

Pemulasaran Jenazah Pasien Covid 19

Perlu diakui bahwa dalam pandemi

Coronavirus Disease 19 atau Covid-19 mengubah

berbagai sistem kesehatan. Mulai dari perubahan

sistem triage, isolasi pasien, hingga rawat

jenazah. Virus umumnya tidak bisa bertahan

lama di luar tubuh inang. Namun, tentu saja ada

pertimbangan-pertimbangan khusus mengenai

rawat jenazah pasien Covid-19. Rawat jenazah

pasien memang tidak selalu dilakukan oleh

dokter umum, namun di setting-setting lokasi

perifer informasi mengenai rawat jenazah yang

benar merupakan hal yang esensial. Rawat

jenazah harus dilakukan dengan baik agar dapat

memutus rantai penularan. Artikel ini akan

membahas mengenai rawat jenazah pasien

Covid-19. Sumber yang digunakan adalah

guideline Kementrian Kesehatan mengenai

Covid-19, dan guideline rawat jenazah yang

dikeluarkan oleh World Health Organization.

Menurut Kementrian Kesehatan, ada

beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam

Page 100: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

98

pemulasaran jenazah pasien Covid 19, Langkah-

langkah tersebut adalah:

Tanamkan kewasapadaan bahwa pasien

yang sudah meninggal adalah pasien yang

meninggal akibat penyakit menular

sehingga perlu penanganan yang hati-hati.

APD harus digunakan semua petugas yang

kontak dekat dengan jenazah. Penggunaan

APD dapat dilihat pada artikel mengenai

APD.

Jenazah harus dibungkus dalam kantong

jenazah yang tidak mudah rusak sebelum

dipindahkan ke kamar jenazah.

Pastikan tidak ada cairan tubuh yang bocor

dan keluar mencemari bagian luar kantong

jenazah.

Rawat jenazah harus dilakukan dalam

waktu yang cepat, sebaiknya tidak ada

penundaaan kecuali memang sangat

diperlukan.

Jika pasien ingin melihat jenazah sebelum

dimasukkan ke kantong jenazah, hal ini

diperbolehkan. Keluarga dapat dibekali

dengan APD jika tersedia. Namun jika tidak

Page 101: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

99

tersedia atau tidak memungkinkan maka

keluarga tidak dapat melihat jenazah

Edukasi harus diberikan kepada keluarga

pasien bahwa rawat jenazah yang sedang

dilakukan adalah proses rawat jenazah

penyakit menular dan bertujuan untuk

memutus rantai penularan. Selama

melakukan edukasi harus dilakukan dengan

penuh empati dan memperhatikan faktor

agama, sosial budaya, dan adat idtiadat

yang berlaku.

Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik

dengan pegawet.

Otopsi harus diakukan oleh petugas khusus

dan harus sesuai izin keluarga dan direktur

rumah sakit.

Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh

dibuka lagi.

Jenazah diantar oleh mobil jenazah khusus.

Waktu yang diberikan untuk disemayamkan

di pemulasaran jenazah sebaiknya tidak

lebih dari 4 jam.

Langkah-langah di atas juga harus

dilakukan pada pasien dengan status PDP

Page 102: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

100

walaupun belum terkonfirmasi Covid-19

melalui pemeriksaan laboratorium.

Selanjutnya artikel ini akan membahas

mengenai langkah-langkah pemulasaran jenazah

menurut WHO. WHO memberikan beberapa

saran dan larangan yang tidak dimuat oleh

Kementrian Kesehatan dan dapat dijadikan

acuan, terutama untuk kondisi-kondisi yang tida

umum.

Transportasi Jenazah

Sebelum melakukan pemindahan jenazah

ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Langkah

tersebut adalah :

Pastikan semua petugas yang berinteraksi

dengan jenazah harus melakukan

precaution seperti mencuci tangan

sebelum dan sesudah tindakan,

menggunaan APD tergantung dari interaksi

dengan jenazah termasuk gown dan

sarung tangan. Jika terdapat risiko adanya

cipratan dari cairan tubuh atau sekret,

petugas harus menggunakan face shield

dan masker.

Page 103: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

101

Lepas seluruh perangkat medis yang

menempel seperti infus, kateter, dan alat-

alat lain.

Pastikan tidak ada cairan tubuh yang

bocor.

Lakukan pemulasaran jenazah dengan

manipulasi yang se-minimal mungkin pada

jenazah.

Segera bungkus jenazah dan transfer ke

kamar jenazah secepat mungkin. Body bag

atau kantong jenazah tidak selalu

diperlukan kecuali terdapat kondisi

tertentu seperti keluarnya cairan tubuh

secara terus menerus.

Transfer ke kamar jenazah tidak

membutuhkan kendaraan khusus.

Jika jenazah dilakukan perawatan seperti

dimandikan, memotong kuku, atau

rambut, maka petugas yang melakukan

perlu melakukan standard precaution

seperti menggunakaan sarung tangan,

gown, masker, dan proteksi mata.

Keluarga diizinkan untuk melihat jenazah

namun tidak boleh disentuh. Cuci tangan

Page 104: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

102

harus dilakukan setelah melihat jenazah.

Berikan keluarga larangan yang keras agar

tidak menyentuh atau mencium jenazah

Embalming tidak direkomendasikan karena

menyebabkan manipulasi yang besar pada

jenazah. Hal ini sebaiknya dihindari.

Lansia dan pasien yang memiliki sistem

imun yang terganggu sebaiknya tidak

kontak langsung dengan jenazah.

Persiapan Penguburan

Pasien yang meninggal akibat Covid-19

dapat dikubur atau dikremasi

Perhatikan guideline lokal dan nasional

dalam cara penguburan jenazah

Keluarga boleh melihat jenazah setelah

dipersiapkan untuk dikubur, dan menurut

keadaan sosial budaya, namun dilarang

keras untuk memegang dan mencium

jenazah dan diharuskan mencuci tangan

dengan air dan sabun setelah melihat

jenazah.

Petugas yang menguburkan harus

menggunakan sarung tangan dan setelah

Page 105: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

103

selesai melakukan tugasnya melakukan

cuci tangan dengan air dan sabun.

Jika pemakaman dilakukan tanpa petugas

atau tiadanya jasa pemakaman/relawan maka

dapat dikuuburkan sendiri oleh keluarga atau

masyarakat sekitar dengan mematuhi beberapa

aturan, yaitu :

Pastikan semua petugas yang berinteraksi

dengan jenazah harus melakukan

precaution seperti mencuci tangan

sebelum dan sesudah tindakan,

menggunaan APD tergantung dari interaksi

dengan jenazah termasuk gown dan

sarung tangan. Jika terdapat risiko adanya

cipratan dari cairan tubuh atau sekret,

petugas harus menggunakan face shield

dan masker.

Siapapun yang membantu dalam proses

pemakaman harus mencuci tangan dengan

sabun ketika selesai.

Dengan mempertahankan masalah sosial,

budaya, dan agama, pastikan keluarga

sesedikit mungkin kontak dengan jenazah.

Anak-anak, lansia, atau masyarakat de-

Page 106: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

104

[gngan penyakit penyerta seperti penyakit

jantung, paru, diabetes, atau sistem imun

rendah tidak boleh terlibat dalam proses

pemakaman. Pemakaman harus dilakukan

denan orang yang sesedikit mungkin.

Keluarga boleh melihat tanpa mencium

dan menyentuh jenazah dan menjaga

jarak dengan jarak minimal 1 meter.

Keluarga, teman, dan kolega dapat melihat

jenazah setelah dipersiapkan untuk

dimakamkan menurut budaya setempat.

Namun tetap tidak boleh menyentuh dan

mencium jenazah dan harus mencuci

tangan dengan sabun dan air setelah

melihat jenazah. Pastikan saat melihat

jenazah, aturan physical distancing tetap

berlaku dengan jarak 1 meter antar orang.

Pasien dengan gejala infeksi saluran

pernapasan atas sebaiknya tidak ikut hadir

di acara pemakaman atau jika terpaksa

harus menggunakan masker medis untuk

mencegah penularan.

Petugas yang bertugas untuk memakam-

kan jenazah harus menggunakan sarung

Page 107: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

105

tangan dan mencuci tangan dengan sabun

dan air ketika selesai.

Pembersihan dan penggunaan kembali

APD harus dilakukan menurut instruksi

pabrik pembuat APD.

Anak-anak, lansia, pasien dengan sistem

imun yang buruk sebaiknya tidak kontak

langsung dengan jenazah.

Upacara-upacara pemakaman sebaiknya

ditunda hingga pandemi selesai. Namun

jika terpaksa dilakukan, jumlah pelayat

harus sangat dibatas dan aturan-aturan

physical distancing tetap harus dijalankan,

begitu juga dengan etika batuk dan cuci

tangan

Barang-barang pasien yang meninggal

tidak perlu dibuang atau dibakar, namun

dapat dibersihkan dengan desinfeksi

menggunakan alkohol 70% dan petugas

yang membersihkan barang tersebut tetap

menggunakan APD sesuai dengan kondisi.

Page 108: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

106

Daftar Pustaka

Kementrian Kesehatan RI. 2020. Pedoman

Pencegahan Pengendalian Covid 19.

Jakarta : Kementrian Kesehatan.

WHO (2020) ‘Infection Prevention and Control

for the safe management of a dead body in

the context of COVID-19’, (March), pp.

1–6.

Page 109: RESUME WEBINAR TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

RESUME WEBINAR

TATALAKSANA COVID-19 di FKTP

Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia

PenulisEditor

: Rizki Nur Rachman Putra Gofur, dr.: Lutifta Hilwana, dr.