RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

67
PEMERINTAHAN DAERAH Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah Pemerintahan Daerah Dosen : Drs. Irmand Bambang Kusuma, SH, M.Sc, MM Oleh : MUKTI ALI BERUTU NPM : 09.1.0.15.0.031

Transcript of RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Page 1: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

PEMERINTAHAN DAERAH

Disusun untuk memenuhi tugas akhir semesterMata Kuliah Pemerintahan Daerah

Dosen : Drs. Irmand Bambang Kusuma, SH, M.Sc, MM

Oleh :

MUKTI ALI BERUTU

NPM : 09.1.0.15.0.031

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

BANDUNG

2010

Page 2: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

ESENSI DASAR OTONOMI DAERAH

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu

melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan

serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Berdasarkan Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, disebutkan bahwa Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah ada beberapa esensi dasar yang perlu

diketahui agar setiap daerah otonom memiliki persepsi yang sama dalam penyelenggaraan

pemerintahan di daerah. Esensi dasar tersebut adalah :

1. Filosofi yang digunakan tetap “KEANEKARAGAMAN DALAM KESATUAN”.

Otonomi daerah dapat dimaknai bahwa daerah otonom diberikan keleluasaan yang

besar untuk mengatur dan mengurus kepentingan daerah dan masyarakat sesuai

kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Akan tetapi, meskipun diberikan

keleluasaan pemerintah daerah masih tetap menjadi bagian dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Artinya bahwa pemerintah daerah tidaklah dapat lepas dari NKRI

dan masih memiliki hubungan hierarki dengan Pemerintah Pusat. Namun Pemerintah

Pusat mengakui adanya keanekaragaman pada setiap pemerintah daerah.

2. Paradigma politik yang digunakan tetap dalam rangka demokratisasi, pemerataan

dan keadilan. Pada konsep ini dimaknai bahwa secara politis otonomi daerah

dilaksanakan bukan untuk membentuk raja-raja kecil di daerah. Dengan adanya

otonomi daerah diharapkan agar pemerintah dapat melaksanakan proses demokrasi

yang nyata di daerah. Selain itu, tujuan penyelenggaran pemerintahan daerah harus

tetap mengacu pada tujuan pembangunan secara nasional yang berdasarkan UUD 1945

Page 3: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur dengan prinsip pemerataan dan

keadilan.

3. Penambahan paradigma ekonomi dengan menekankan pada daya saing daerah

dalam menghadapi persaingan global melalui pemberdayaan masyarakat. Paradigma

ini didasarkan pada semakin meningkatnya persaingan global. Hal ini menyebabkan

berkembangnya era perdagangan bebas. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah

daerah diharapkan dapat menggali setiap potensi yang ada di daerah melalui

pendekatan pemberdayaan masyarakat.

4. Pemberian kewenangan kepada daerah terutama kab/kota bersifat pengakuan dan

bukan pengaturan;

5. DPRD berkedudukan sejajar dan mitra Kepala Daerah; Hubungan antara pemerintah

daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat

kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara lembaga pemerintahan

daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi.

Hal ini tercermin dalam membuat kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah.

Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara Pemerintah Daerah dan DPRD adalah

sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan

otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga antar kedua lembaga itu

membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung bukan merupakan

lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi masing-masing.

6. Organisasi Pemerintahan mengarah “ramping struktur kaya fungsi”;

7. Empat hak dasar dalam otonomi daerah:

a. Memilih pemimpinnya sendiri secara bebas dan langsung; Hal ini merupakan

bentuk implementasi dari desentralisasi politik.

b. Memiliki dan mengelola kekayaan sendiri secara bebas;

c. Membuat peraturan daerah secara bebas; Kebebasan Pemerintah Daerah dalam

membuat Perda harus dimaknai bahwa Pemerintah daerah merupakan bagian dari

NKRI. Dengan demikian diharapkan kebebasan dalam membuat Perda tetap

berpegang pada aturan yang berlaku di Indonesia.

d. Pengaturan tertentu dalam pengangkatan, penempatan, pemindahan, penggajian

dan pemberhentian pegawai daerah. Dalam hal kepegawaian, Kepala Daerah

merupakan Pembina Kepegawaian Daerah. Dengan demikian, Kepala daerah

memiliki kewenangan penuh untuk mengelola pegawai yang ada di daerahnya.

Page 4: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Akan tetapi dalam hal pengelolaan kepegawaian tersebut Kepala Daerah tetap

mengacu pada peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

8. Simplifikasi penggunaan asas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam bentuk

penguatan asas desentralisasi dan pengurangan asas dekonsentrasi di wilayah

kab/kota.

MASALAH BANGSA (NASIONAL, REGIONAL DAN LOKAL)

Perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dari

sentralistik ke arah desentralistik pada era otonomi daerah bukanlah sebuah kebetulan dan

ajang coba-coba. Ada beberapa hal mendasar yang disebabkan oleh permasalahan yang

dihadapi Bangsa Indonesia sehingga perlunya diadakan perubahan paradigma tersebut.

Permasalahan bangsa yang menjadi dasar dalam perubahan tersebut adalah :

1. Gejala dan fakta disintegrasi bangsa serta terjadinya konflik sosial yang cenderung

laten ketingkat lokal;

2. Lemah dan mandegnya penegakan hukum dan HAM;

3. Multi krisis dan lambatnya recovery/pemulihan dibidang ekonomi serta aspek

kehidupan lainnya;

4. Masih rendahnya kesejahteraan rakyat serta meningkatnya penyakit sosial dan

lemahnya ketahanan budaya nasional/daerah;

5. Kurang berkembangnya potensi pembangunan daerah dan masyarakat.

POTRET INDONESIAKU

• Berpenduduk “empat besar dunia” setelah Cina, India, USA dan negara demokratis

terbesar “ketiga” setelah USA dan India;

• Masyarakat multi kultural dengan multi karakter dan memiliki lebih dari 300

kelompok etnis;

• “Mega Geografis” dengan luas dataran >1,9 juta M2 meliputi 17.506 pulau besar kecil

(11.013 pulau belum punya nama), negara terluas ke 8 setelah Australia, Kanada,

Brazil, USA, Cina, India, dan Nigeria.

DESENTRALIZATION

Page 5: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

IS THE TRANSFER OF AUTHORITY AND RESPONSIBILITY FOR PUBLIC FUNCTION

FROM CENTRAL GOVERNMENT TO SUBORDINATE OR QUASI INDEPENDENT

ORGANIZATION OR THE PRIVATE SECTOR.

TIPE DESENTRALISASI

A. DESENTRALISASI POLITIK

Semangat demokrasi yang berkembang di masyarakat dapat tersalur secara positif,

masyarakat luas dapat berpartisipasi aktif dalam proses perumusan, pembuatan,

implementasi dan evaluasi kebijakan publik serta memanfaatkan hasilnya (bukan

hanya berpartisipasi pada tataran implementasinya) dan melalui desentralisasi politik

dibentuk badan-badan perwakilan yang dipilih rakyat yang bertugas menjalankan

fungsi perwakilan, pembuatan kebijakan serta fungsi pengawasan politik terhadap

badan penyelenggara pemerintahan.

B. DESENTRALISASI ADMINISTRASI

Bertujuan agar penyelenggaraan pemerintahan dapat lebih efektif dan efisien, dipilah

dan dipilih aktivitas-aktivitas pemerintahan yang dapat ditransfer kepada pejabat-

pejabat lain diluar pejabat pemerintahan.

Kesimpulan :

Pada perkuliahan ini membahas tentang esensi dan pengertian dari Pemerintahan Daerah.

Disini lebih banyak menjelaskan pengertian yang berhubungan dengan pemerintahan

daerah, seperti pengertian otonomi daerah, Pemerintah Daerah, Pemerintahan Daerah,

Desentralisasi, Dekosentrasi, tugas pembantuan. Yang dimaksud pemerintah daerah adalah

kepala daerah dan perangkat daerah, sedangkan pemerintahan daerah adalah

penyelenggara pemerintah daerah dan DPRD.

Esensi Dasar Otonomi Daerah adalah keaneka ragaman dalam kesatuan dimana daerah

kabupaten/ kota diberikan wewenang bersifat pengakuan diikuti dengan hak dan kewajiban

daerah yang bertujuan untuk kedaulatan rakyat, pemberdayaan masyarakat serta

pemerataan dan keadilan. Pengembangan otonomi daerah bersimplifikasi penguatan asas

desentralisasi dan pengurangan asas dekosentrasi .

Perlunya pemahaman terhadap pengertian dan apa yang menjadi tujuan dasar berdampak

pada fokusnya kita terhadap materi, terjadinya persamaan persepsi dan pegangan dalam

pembahasan materi berikutnya. Hal ini sangat menjadi penting karena perbedaan persepsi

terhadap pengertian maka mengakibatkan kerancuan dalam pembelajaran. Seperti

Page 6: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

perbedaan pemerintahan daerah dan pemerintah daerah seperti yang di jelaskan diatas,

hanya perbedaan akhiran “an” terjadi perubahan pengertian yang sangat mendasar.

I. Rabu, 10 februari 2010

Pada pertemuan kedua perkuliahan membahas tentang Birokrasi, mulai dari kepengurusan,

pembinaan, fungsi sampai kepada aturan – aturan yang berlaku bagi birokrat, dilanjutkan

dengan materi baru yaitu tentang Pemilihan dan Pemberhentian Kepala Daerah serta

sebab-sebab berhentinya Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah. yang kesemuanya

dapat dilihat pada UU No. 32 Th 2004 pada pasal 27 ayat (2), pasal 29 ayat (1,2,3,4), pasal

56, pasal 57 (1,2).

Materi Perkuliahan:

C. DESENTRALISASI FISCAL

Merupakan komponen inti dari desentralisasi, untuk menjalankan kewenangan yang

telah ditransfer diperlukan sumber-sumber pembiayaan sendiri (self financing) dengan

mengadakan pungutan pembiayaan bersama (co-financing) perluasan sumber-sumber

lokal melalui pajak/retribusi, transfer antar pemerintah serta pinjaman atau bantuan.

D. DESENTRALISASI EKONOMI/PASAR

Dilakukan dalam bentuk privatisasi atau deregulasi dengan mengalihkan

tanggungjawab berbagai fungsi dari sektor publik ke sektor privat.

FUNGSI BIROKRASI

1. INSTRUMENTAL

Menjabarkan perundang – udangan dan kebijakan publik dalam kegiatan rutin untuk

meningkatkan produksi jasa, pelayanan, komoditi atau mewujudkan situasi tertentu;

2. POLITIK

Memberikan/menyiapkan input berupa saran, informasi, visi, Misi dan langkah

profesionalisme untuk mempengaruhi sosok kebijaksanaan;

3. KATALIS PUBLIK INTEREST

Mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan publik dan mengintegrasikan atau

menginkorporasikan didalam kebijaksanaan dan keputusan pemerintah;

4. ENTREPRENEURIAL

Page 7: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Memberi inspirasi bagi kegiatan-kegiatan inovatif dan non rutin. Mengaktifkan

sumber-sumber potensial yang IDLE serta menciptakan resources mix yang optimal

dalam upaya pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara secara propfesional.

PRINSIP PEMBIDANGAN KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT &

PEMERINTAH DAERAH

KEWENANGAN PENGATURAN

Mencakup kewenangan untuk membuat aturan, pedoman, norma maupun standar.

Pemerintah pusat membuat pengaturan hal-hal berskala nasional dan internasional.

Pemerintah propinsi memiliki kewenangan pengaturan yang bersifat regional sedangkan

pemerintah kab/kota memiliki kewenangan pengaturan yang bersifat lokal.

KEWENANGAN PENGURUSAN

Mencakup pemberian pelayanan secara operasional kepada masyarakat yang dapat

diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah propinsi atau pemerintah kab/kota

KEWENANGAN PEMBINAAN

Mencakup upaya pemberdayaan institusi pemerintah, non pemerintah maupun masyarakat

agar menjadi semakin mandiri

KEWENANGAN PENGAWASAN

Mencakup tindakan untuk menegakkan aturan norma serta standar yang telah disepakati

Page 8: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

PEMILIHAN KEPALA DAERAH

a. Kepala dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang

dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia

jujur dan adil;

b. Pasangan calon diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang

memiliki 15% dari kursi DPRD;

c. Pilkada diselenggarakan oleh KPUD yang bertanggungjawab kepada DPRD;

d. Sesuai dengan prinsip “mereka yang dipilih bertanggungjawab kepada yang memilih”

maka KDh tidak bertanggungjawab kepada DPRD melainkan kepada konstituennya;

e. KDh dan Wakil KDh mempunyai kewajiban sesuai pasal 27 UU 32 tahun 2004;

f. KDh menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada

pemerintah dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD

serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kepada

masyarakat (pasal 27 (2) UU 32/2004).

PEMBERHENTIAN KDH & WAKIL KDH

KDH dan/wakil KDH berhenti karena;

PEMERINTA

H PUSA

T

PEMERINTA

H DAER

AH

TRANSFER KEWENANG

ANPERD

A TENTA

NG KEWENANG

AN

`

`

PEMBERIAN PELAYANAN KEPADA

MASYARAK

AT

PERDA TENTA

NG ORGANISASI

PERDA TENTA

NG APBD

PERDA TENTA

NG RENST

RA

PERDA TENTA

NG PAJAK

& RETRIB

USI

PERDA TENTANG LPJPERDA TENTA

NG TATA

RUANGPERD

A INDUK

PERDA INTI

PERDA IMPLEMENTA

SI

KEPUTUSAN

KD (OPERASION

AL)

ALUR PIKIR PENATAAN SUMBER

HUKUMPEMERINTAHAN

DAERAH

Page 9: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

a. Meninggal dunia;

b. Permintaan sendiri, atau

c. Diberhentikan.

(psl 29 (1))

KDH dan/wakil KDH diberhentikan karena:

a. Berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru;

b. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara

berturut-turut selama 6 bulan;

c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai KDH dan/atau wakil KDH;

d. Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan KDH dan/atau Wakil KDH;

e. Tidak melaksanakan kewajiban KDH dan/atau Wakil KDH;

f. Melanggar larangan bagi KDH dan atau/Wakil KDH .

(psl 29 (2)).

Pemberhentian KDH dan/atau Wakil KDH karena:

a. Meninggal dunia;

b. Permintaan sendiri;

c. Berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru;

d. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara

berturut-turut selama 6 (enam) bulan.

Diberitahukan oleh pimpinan DPRD untuk diputuskan dalam Rapat Paripurna dan

diusulkan oleh pimpinan DPRD.

(psl 29 (3))

Pemberhentian KDH dan/atau Wakil KDH karena:

1. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai KDH dan/atau Wakil KDH;

2. Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan KDH dan/atau Wakil KDH;

3. Tidak melaksanakan kewajiban KDH dan/atau Wakil KDH;

4. Melanggar larangan KDH dan/atau Wakil KDH.

Dilakukan dengan cara:

1. Meminta keputusan MA atas pendapat DPRD tentang atau komulatif dari empat hal

diatas (waktunya paling lambat 30 hari dan keputusannya bersifat final);

2. Setelah ada keputusan MA yang menyatakan KDH dan/atau Wakil KDH; terbukti

melanggar sumpah/janji dan/atau tidak melaksanakan kewajibannya, DPRD

Page 10: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

mengusulkan pemberhentian kepada Presiden (keputusan diambil paling lambat 30

hari sejak diusulkan)

(pasal 29 (4))

3. KDH dan/atau wakil KDH diberhentikan sementara oleh Presiden tanpa melalui

usulan DPRD apabila: dinyatakan melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam

dengan penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan keputusan

pengadilan.

(psl 30 (1))

4. KDH dan/atau Wakil KDH diberhentikan oleh Presiden tanpa melalui usulan DPRD

apabila:

Terbukti melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan penjara paling

singkat 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan keputusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

(psl 30 (2))

KDh dan/atau Wakil KDh diberhentikan sementara oleh Presiden tanpa melalui usulan

DPRD karena didakwa:

1. Melakukan tindak pidana korupsi;

2. Tindak pidana terorisme;

3. Makar;

4. Dan/atau tindak piana terhadap keamanan negara.

(pasal 31 (1))

KDh dan/atau Wakil KDh diberhentikan oleh Presiden tanpa melalui usulan DPRD

karena :

Terbukti melakukan makar dan/atau perbuatan lain yang dapat memecah belah NKRI yang

dinyatakan dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap .

(pasal 31 (2)).

17 Februari 2010 Rabu

Pada pertemuan ketiga ini perkuliahan membahas tentang Esensi Otonomi dan

Pembangunan Daerah dengan materi sebagai berikut :

ESENSI OTONOMI DAN PEMBANGUNAN DAERAH

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Dapat memahami;

Page 11: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Makna;

Konsep;

Prinsip;

Permasalahan; dan

Kebijakan.

Otonomi dan pembangunan daerah dalam sistem administrasi negara kesatuan Republik

Indonesia.

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Dapat memahami :

a. Tujuan, prinsip pelaksanaan dan pokok-pokok kebijaksanaan otonomi pembangunan

daerah;

b. Permasalahan otonomi dan pembangunan daerah dalam tugas instansinya;

c. Keterkaitan otonomi daerah dengan pembangunan nasional;

d. Keterkaitan antara otonomi daerah dengan pembangunan daerah.

PERKEMBANGAN OTONOMI

A. Sebelum tahun 1945

Desentralisasi Wet 1903, hanya berlaku di Jawa dan Madura.

Swapraja; Kekuasaan raja-raja pribumi yang diakui dan tunduk pada kekuasaan

kolonial.

B. Setelah tahun 1945

Undang-undang ini masih meneruskan sistem Pemerintah Kolonial Belanda;

Desentralisasi dan demokrasi dengan penekanan pada prinsip dekonsentrasi.

C. UU No. 6/1959

a. Sebagai tindak lanjut dekrit Presiden ;

b. Pemda = KDh + DPRD;

c. KDh melaksanakan dwi fungsi ;

d. KDh juga sebagai ketua DPRD;

e. KDh bertanggungjawab kepada DPRD tapi tidak dapat dipecat DPRD;

f. Penekanan pada asas dekonsentrasi.

F. UU No. 18/1965

a. Dilatarbelakangi semangat naskom;

b. KDh tetap berperan dwifungsi;

c. KDh tidak lagi sebagai ketua DPRD;

d. Ada tiga daerah otonom (I,II,III);

Page 12: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

e. Sifat otonomi nyata adan seluas-luasnya.

G. UU No. 5/1974

a. Asas : Desentralisai, dekonsentrasi dan tugas pembantuan;

b. Dua tingkat daerah otonom dengan titik berat otonomi di Dati II;

c. KDh dipilih DPRD diusulkan ke pusat ditetapkan Presiden/Mendagri tanpa

terpengaruh perolehan suara;

d. Pemda = KDh + DPRD;

e. Sistem kepegawaian menganut sistem karir yang bersifat nasional;

f. Keuangan Pemda meliputi : PAD (UU 5/1974), Pajak Daerah (11/Drt/1957),

Retribusi Daerah (UU 12/Drt/1957).

H. UU No. 22/1999

a. Elemen-elemen pembentuk Pemda;

b. Urusan yang otonom;

c. Kelembagaan;

d. Personal;

e. Sumber Keuangan;

f. Unsur Perkawinan;

g. Manajemen Pelayanan Umum;

h. Dalam menjalankan tupoksinya, harus: Ekonomis, Efektif, Tujuan terukur,

Standar jelas, Efisiensi dan Akuntansi.

I. UU No. 5/2001

a. Tentang otonomi khusus bagi propinsi Papua;

b. Alasan utama dikeluarkan UU ini adalah untuk mempercepat pembangunan

Propinsi Papua sehingga sejajar dengan propinsi yang lain;

c. Dewan Perwakilan Rakyat Papua adalah DPRD Propinsi Papua;

d. Majelis Rakyat Papua adalah representasi kultural orang asli Papua;

e. Gubernur dan Wakil Gubernur harus orang asli Papua;

f. Propinsi Papua adalah Propinsi Irian Jaya yang diberi Otonomi Khusus.

J. UU No. 32/2004

a. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan oleh Pemda dan DPRD;

b. Tujuan : Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Pelayanan umum dan

daya saing daerah;

c. Pemda adalah Kepala Daerah dan Perangkat Daerah.

Page 13: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Kewenangan pemerintah daerah propinsi pada dasarnya sama dengan kewenangan

pemerintah kab/kota, dengan catatan untuk urusan:

a. Pendidikan, termasuk alokasi SDM potensial;

b. Masalah sosial, naker, koperasi dan UKM pertanahan serta penanaman modal

termasuk lintas kab/kota;

c. Termasuk pelayanan dasar yang belum ditangani kab/kota.

Sebelumnya ini kewenangan propinsi hanya diatur dengan peraturan pemerintah (PP

25/2000).

ESENSI UU TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PENGGANTI UU 22/1999

1. Filosofi yang digunakan tetap “KEANEKARAGAMAN DALAM KESATUAN”;

2. Paradigma politik yang digunakan tetap dalam rangka demokratisasi, pemerataan dan

keadilan;

3. Penambahan paradigma ekonomi dengan menekankan pada daya saing daerah dalam

menghadapi persaingan global melalui pemberdayaan masyarakat;

4. Penambahan paradigma administrasi dengan menekankan pada perlunya efektivitas

dan efisiensi;

5. Memberi tekanan pada pelayanan masyarakat sebagai fokus untuk mencapai hasil

akhir berupa kesejahteraan masyarakat.

ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA

1. Asas kepastian hukum;

2. Asas tertib penyelenggaraan negara;

3. Asas kepentingan umum;

4. Asas keterbukaan;

5. Asas proporsionalitas;

6. Asas akuntabilitas;

7. Asas efisiensi;

8. Asas efektifitas.

(pasal 20 (1) UU No.n 32/2004)

PRINSIP OTONOMI YANG DIGUNAKAN

Otonomi yang seluas-luasnya, nyata dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan keseimbangan hubungan antar

pemerintahan>DESENTRALISASI BERKESEIMBANGAN;

Page 14: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Daerah Otonom menjalankan otonomi seluas-luasnya menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan, untuk :

1. Mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat;

2. Melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat;

3. Peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip: Demokrasi,

Pemerataan, Keadilan.

PERGESERAN PENDULUM DESENTRALISASI ANTARA UU 5/1974, UU

22/1999 DAN UU 32/2004

S = Sentralisasi D = Desentralisasi

Penyelenggaraan Otonomi Daerah Berorientasi pada :

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan kepentingan dan

aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat;

2. Mampu menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya;

3. Mampu menjamin hubungan yang serasi antara daerah dengan pemerintah;

4 Untuk menjaga keutuhan wilayah negara dan tetap tegaknya NKRI.

Terdapat urusan yang mutlak menjadi kewenangan Pemerintah Pusat serta adanya

bagian urusan pemerintah yang bersifat concurrent artinya urusan pemerintahan

yang penanganan bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara

Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dengan demikian setiap urusan yang bersifat

concurrent akan ada bagian urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah, ada

bagian urusan yang diserahkan kepada kab/kota.

Kesimpulan :

UU No. 5/1974

D S

Sentralistik

UU No. 22/1999

D S

Desentralistik

UU No. 32/2004

D S

Berkeseimbangan

Page 15: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Dalam perkembangannya otonomi daerah yang juga sering juga disebut dengan

desentralisasi, memiliki tipe desentralisasi yakni :

a. Desentralisasi Politik : melalui desentralisasi politik dibentuk badan-badan

perwakilan yang dipilih oleh rakyat yang bertugas menjalankan fungsi-fungsi

perwakilan, pembuatan kebijakan serta fungsi pengawasan terhadap badan

penyelenggaraan pemerintahaan.

b. Desentralisasi Administrasi : bertujuan agar penyelenggaraan pemerintahan dapat

lebih efektif dan efisien. Pemerintahaan merupakan organisasi yang bergerak di

sektor pblik dimana banyak terjadinya proses administrasi (baik penata usahaan

atau Fungsi-fungsi manajemen), Dengan otonomi daerah terjadinya pembagian

tugas sehingga dapat melayani masyakat lebih cepat, mudah dan murah.

c. Desentralisasi fiscal : untuk menjalankan kewenangan yang telah di transfer

diperlukan sumber2 pembiayaan yang memadai.

d. Desentralisasi ekonomi / Pasar : dilakukan dalam bentuk Privatisasi atau

deregulasi dengan mengalihkan tanggung jawab berbagai fungsi dari sektor

publik ke sektor privat.

Perkembangan Otonomi dimulai semenjak sebelum kemerdekaan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Sampai dengan sekarang indonesia telah memiliki 8 (delapan)

Undang-undang yang mengatur secara menyeluruh tentang pemerintahan daerah yakni

:

1. Desentralisasi Wet Tahun 1903

2. UU No.1 / tahun 1945 Sentralistis

3. UU No. 22 / tahun 1948

4. UU No. 1 / tahun 1957 Desentralisasi tapi masih condong ke

dekonsentrasi

5. UU No. 18 / tahun 1965

6. UU No.5 / tahun 1974 Sentralistis

7. UU No.22 / tahun 1999 Desentralisasi, tetapi tidak adanya jenjang

hirarki di pemerintahan atasan.

8. UU No.32/tahun 2004 Desentralisasi berkesinambungan

Materi perkuliahan hari ini berkenaan dengan Pasal 20 ayat (3), pasal 10 dan

pasal 150 UU No. 32/2004.

Page 16: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Sabtu, 20 Februari 2010

Pada pertemuan yang ke empat ini perkuliahan membahas tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan dan Tata Kerja Prosedur Sistem dengan materi sebagai

berikut :

PEMENCARAN URUSAN PEMERINTAHAN

ANATOMI URUSAN PEMERINTAH

DEKONSENTRASI

PEMERINTAH PUSAT

DESENTRALISASI

PRIVATISASI

SWASTA MURNI

BOTBOOBOLDLL

PEMERINTAH

ADMINISTRATIF/

WILAYAHKANWIL/KANDEP

KEPALA WILAYAH

DLLDELEGASI

OTORITASBUMNNUSA

KAMBANGAN

DLLDAERAH OTONOMPROPINSI

KABUPATEN/

KOTA

Page 17: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN

Urusan Pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah (Pusat) yaitu :

a. Politik luar negeri;

b. Pertahanan;

c. Keamanan;

d. Yustisi;

e. Moneter dan Fiskal nasional;

f. Agama.

Menggunakan Prinsip ;

General Competence Principle

Penyelenggaraan urusan pemerintahan terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah meliputi :

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

4. Penyediaan Sarana dan Prasarana Umum;

5. Penanganan bidang kesehatan.

6. Penyelenggaraan pendidikan >untuk propinsi ditambah dengan alokasi sumber

daya manusia potensial;

URUSAN PEMERINTAH

AN

PILIHAN/OPTIONAL

(Sektor Unggulan)

CONCURRENT(Kewenangan

bersamaPusat, Propinsi dan

Kab/KotaWAJIB/OBLIGATOR

Y(Pelayanan

Daerah)

PILIHAN/OPTIONAL

(Sektor Unggulan)

HankamMoneter dan Fiskal NasionalYustisiPolitik Luar NegeriAgama

SPMStandard Pelayanan Minimal

Page 18: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

7. Penanggulangan masalah sosial > untuk propinsi ditambah yang bersifat lintas

kabupaten/kota;

8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan > untuk propinsi yang bersifat lintas

kabupaten/kota;

9. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah > untuk propinsi

ditambah yang bersifat lintas kabupaten/kota.

10. Pengendalian Lingkungan Hidup;

11. Pelayanan pertahanan > untuk propinsi yang bersifat lintas kabupaten/kota;

12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;

14. Pelayanan administrasi penanaman modal > untuk propinsi yang belum dapat

diselenggarakan oleh kab/kota;

15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya > untuk propinsi yang belum dapat

diselenggarakan oleh kab/kota;

16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Pembagian Urusan Pemerintahan didasarkan pada kriteria :

a. Eksternalitas;

b. Akuntabilitas;

c. Efisiensi.

Dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan :

a. Hubungan kewenangan pemerintahan dalam menjalankan urusan bersifat terkait,

tergantung, sinergis sebagai suatu sistem pemerintahan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib berpedoman pada

Standar Pelayanan Minimal;

c. Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber

pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, didesentralisasikan;

Pasal 14 (13) Diatur dengan PP > harus terbuka dan melibatkan stakeholder karena

akan menjadi sumber konflik antar satuan pemerintahan.

TATA KERJA PROSEDUR SISTEM

Tata Kerja

Prosedur

Sistem

Page 19: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

T : Cara pelaksanaan kerja yang seefisien mungkin atas suatu tugas yang

diperoleh dengan mengingat segi tujuan, peralatan, fasilitas, tenaga kerja,

waktu, ruang dan biaya.

P : Rangkaian daripada tata kerja yang berhubungan sehingga menunjukkan

adanya suatu urutan, tahap demi tahap sebagai jalan yang harus ditempuh

dalam rangka penyelesaian suatu bidang pekerjaan.

S : Rangkaian daripada T dan P kerja yang membentuk suatu kebulatan atau pola

tertentu dalam rangka melaksanakan fungsi tertentu.

1. ADMINISTRASI : Keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau

lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya;

2. MANAGEMENT : Kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu

hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.

3. KEPEMIMPINAN : motor atau daya penggerak daripada semua sumber-sumber

dan alat-alat yang tersedia bagi suatu organisasi.

5. HUMAN RELATION : Keseluruhan rangkaian hubungan baik yang bersifat

formal maupun non-formal antara atasan dengan bawahan, atasan dengan atasan,

bawahan dengan bawahan yang harus dibina dan dipelihara sehingga tercipta

Alurnya : Sistem

Prosedur

Tata KerjaMetoda

CaraTeknik

KiatSistem

Page 20: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

teamwork dan suasana kerja yang intim/ harmonis dalam upaya pencapaian

tujuan.

6. ORGANISASI : Setiap bentuk persekutuan dua orang atau lebih yang

bekerjasama serta secara formal terikat dalam upaya pencapaian sesuatu tujuan

yang telah ditentukan.

KEPEGAWAIAN DAERAH

a. Pemerintah melaksanakan pembinaan manajemen pegawai negeri daerah dalam

satu kesatuan penyelenggaraan manajemen Pegawai Negeri Sipil secara nasional;

b. Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dari/dalam jabatan eselon II pada

pemerintah daerah propinsi ditetapkan oleh Gubernur;

c. Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dari/dalam jabatan eselon II pada

pemerintah daerah Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota setelah

berkonsultasi kepada Gubernur;

d. Perpindahan pegawai negeri sipil antar Kabupaten/Kota dalam satu propinsi

ditetapkan oleh Gubernur.

e. Perpindahan pegawai negeri sipil antar kabupaten/kota antar propinsi ditetapkan

oleh Menteri Dalam Negeri;

f. Perpindahan pegawai negeri sipil propinsi/ kabupaten/kota ke departemen atau

sebaliknya, ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri;

g. Sekretaris daerah propinsi diangkat dan diberhentikan presiden atas usul

gubernur;

h. Sekretaris daerah kab/kota diangkat dan diberhentikan oleh gubernur atas usul

bupati/walikota;

PEMBENTUKAN WILAYAH

Page 21: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

SYARAT ADMINISTRASI

1. Propinsi : Persetujuan DPR kab/kota dan Bupati/Walikota yang

menjadi cakupan wilayahnya, persetujuan gubernur

dan DPRD propinsi induk.

2. Kabupaten/Kota : Persetujuan DPRD kab/Kota dan bupati/walikota yang

bersangkutan, persetujuan DPRD propinsi dan

Gubernur, rekomendasi Mendagri.

Syarat fisik kewilayahan dalam pembentukan daerah :

1. Propinsi minimal 5 kabupaten/kota;

2. Kabupaten minimal 5 kecamatan;

3. Kota minimal 4 kecamatan;

4. Batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan untuk bisa dimekarkan;

5. Propinsi 10 tahun;

6. Kabupaten/Kota 7 tahun;

7. Kecamatan 5 tahun.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah

yang meliputi :

Pembentukan Daerah

Penggabungan

DaerahPemekaran Daerah

Administrasi

Teknis

Fisik Wilayah

Syarat Pembentuk

an

Page 22: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

1. Koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan;

2. Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan;

3. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan

pemerintahan;

4. Pendidikan dan Pelatihan;

5. Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

urusan pemerintahan.

Kesimpulan :

Esensi dari dasar otonomi daerah adalah keanekaragaman dalam kesatuan dimana

daerah kabupaten/ kota diberikan wewenang bersifat pengakuan diikuti dengan hak dan

kewajiban daerah yang bertujuan untuk kedaulatan rakyat, pemberdayaan masyarakat

serta pemerataan dan keadilan. Pengembangan otonomi daerah bersimplifikasi

penguatan asas desentralisasi dan pengurang asas dekosentrasi. Maksudnya adalah

walaupun daerah mempunyai kewenangan dalam menjalankan rumahtangganya tetapi

masih dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah juga

bertujuan untuk penyelengaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, dimana

organisasi pemerintahan mengarah “ Ramping struktur kaya Fungsi” sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan daerah bersangkutan. Dengan otonomi daerah DPRD

berkedudukan sejajar dan Mitra kepala daerah.

Rabu, 24 Februari 2010

Pada pertemuan ke lima ini perkuliahan beranjak pada pembahasan Koordinasi, dengan

sajian materi sebagai berikut :

KOORDINASI

Pengaturan hubungan kerjasama dari beberapa instansi/pejabat yang mempunyai tugas

dan wewenang yang saling berhubungan dengan tujuan untuk menghindarkan

kesimpangsiuran dan duplikasi;

* Dari aspek manajemen > merupakan upaya untuk menserasikan langkah-langkah

dan kegiatan antar berbagai fungsi manajemen guna pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan;

* Efisiensi koordinasi dalam pemerintahan dan pembangunan :

Page 23: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Pencapaian daya dan hasil guna sebesar-sebesarnya dalam tertib pemerintahan,

pertumbuhan dan pemerataan hasil pembangunan serta didukung stabilitas nasional

yang dinamis dan perspektif.

PENDEKATAN SISTEM

a. Pendekatan antar disiplin yang berperan masing-masing sebagai subsistem;

b. Pendekatan multi fungsi;

c. Pendekatan lintas sektoral.

HAKEKAT KOORDINASI

1. Akibat logis dari prinsip pembagian habis tugas;

2. Timbul dari dianutnya prinsip fungsionalisasi;

3. Sebagai akibat dari rentang kendali yang mewajibkan pimpinan untuk membina,

membimbing, mengarahkan dan mengendalikan berbagai kegiatan;

4. Diperlukan mutlak dalam organisasi yang benar dan kompleks > sinkronisasi;

5. Menunjang bentuk organisasi dengan prinsip jalur lini dan staf;

6. Sangat terkait dengan kelancaran komunikasi kerja;

7. Ukuran perwujudan kerjasama pro-aktif karena saling ketergantungan satu sama

lain.

MANFAAT KOORDINASI

a. Adanya keselarasan antara rencana dengan tujuan yang akan dicapai;

b. Ada prosedur dan metoda kerja;

c. Dimungkinkan terselenggaranya komunikasi timbal balik;

d. Ada kesadaran untuk kebersamaan.

JENIS KOORDINASI

Vertikal

Horizontal

Diagonal

CIRI – CIRI KOORDINASI

1. Tanggungjawab kelancaran koordinasi terletak pada pimpinan;

2. Koordinasi sebagai upaya kerjasama berproses secara terus menerus;

3. Berlaku sebagai pengaturan upaya kelompok secara teratur;

4. Sebagai konsep kesatuan tindakan/inti daripada koordinasi;

5. Sasaran adalah pencapaian tujuan bersama.

Page 24: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Kesimpulan :

Dalam pelaksanaan tugas dalam sebuah organisasi terkadang terjadi tumpah tindih

tugas yang mengakibatkan pemborosan dan pekerjaan menjadi tidak efektif, maka

untuk mencegah hal tersebut perlu dilakukan koordinasi diantara bagian-bagian dalam

organisasi. Koordinasi bisa dilakukan secara vertical yaitu instruksi dari atasan kepada

bawahan, horizontal yaitu koordinasi antar bagian yang selevel, ataupun secara

diagonal yaitu atasan dari satu bidang berkoordinasi dengan seorang bawahan dari

bidang yang berbeda.

Rabu, 3 Maret 2010

Dilanjutkan pada pertemuan ke enam yang membahas tentang Paradigma Baru

Berpemerintahan dengan materi sebagai berikut :

A. PARADIGMA BARU BERPEMERINTAHAN

1. Hubungan antara Pemerintah dengan masyarakat bersifat sangat dinamis,

bergerak seperti pendulum antara kutub sangat berkuasa ke kutub yang

sangat lemah;

2. Fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat;

3. Dalam perjalanan waktu, pemerintah menjadi sangat berkuasa dan

“menelan” masyarakat (studi kasus sebelum abad 19: pemerintah

kolonialisme/monarkhi absolut);

4. Munculnya paham demokrasi (pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat)

pada awal abad 20, masyarakat menuntut hak untuk lebih banyak

memegang peran dalam pembuatan kebijakan publik, walaupun banyak

menemui hambatan;

5. Hambatan-hambatan pelaksanaan proses demokrasi : pimpinan politik dan

pemerintah yang dipilih rakyat seringkali menyalahgunakan kepercayaan,

sehingga menimbulkan ketidakpercayaan (distrust). Menurut Fukuyama,

untuk membangun bangsa diperlukan kondisi “high trust”.

Beberapa pendapat ahli tentang kegagalan pemerintah :

1. Peter F. Drucker (1968) dalam “The Age Of Discontinuity” Kemungkinan

bangkrutnya birokrasi;

2. Barzelay (1982) dalam “Breaking Trough Bureaucracy” Masyarakat bosan

dan muak pada birokrasi yang rakus dan kerja lamban;

Page 25: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

3. Osbome dan Gaebler (1992) dalam “Reinventing Government”

Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan

manajemennya, buka pada apa yang dikerjakan pemerintah melainkan

bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya;

4. Osbome dan Plastrik (1996) dalam “Banishing Bureucracy” agar

birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, “the least government

is the best government”;

5. E. S Savas (1987) Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi,

pemilahan dan pemilihan fungsi publik;

6. Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis

multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya salah

urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan terutama

pemerintahan.

7. Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua tahapan,

mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan

evaluasi;

8. Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya membangun

filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara lebih

transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat (stakeholder

and shareholder);

9. Diantara komponen bangsa, setelah terjadinya reformasi, ternyata birokrasi

merupakan sektor yang paling lamban berubahnya.

B. KONSEP GOOD GOVERNANCE

Menurut World Bank, Governance diartikan sebagai “The way state power is

used in managing economic and social resources for development society”.

Dengan demikian, governance adalah cara bagaimana kekuasaan negara

digunakan untuk mengelola sumber-sumber daya ekonomi dan sosial guna

pembangunan masyarakat.

UNDP mengartikan governance sebagai “the exercise of political, economic and

administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”, kata governance

diartikan sebagai penggunaan/pelaksanaan yakni penggunaan kewenangan

politik, ekonomi dan administratif untuk mengelola masalah-masalah nasional

pada semua tingkatan.

Page 26: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Governance memiliki tiga domain:

1. Negara/Pemerintah : sebagai pembuat kebijakan, pengendali dan

pengawas;

2. Swasta/Dunia usaha : sebagai penggerak aktivitas bidang

ekonomi;

3. Masyarakat : Sebagai subjek dan objek dari sektor

pemerintah dan swasta.

Tiga Domain Sektor

1. Sektor Pemerintah;

2. Sektor Masyarakat;

3. Sektor Swasta.

Posisi Tiga Domain (pemerintah, swasta dan masyarakat) dalam konsep Good

Governance bersifat Heterarkhis :

Governance didukung oleh TIGA elemen

1. Politik

Proses pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan publik, yang

dilakukan oleh birokrasi dan bersama dengan politisi;

2. Ekonomi

Page 27: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Proses pembuatan keputusan untuk memfasilitasi aktivitas ekonomi didalam

negeri dan interaksi diantara penyelenggara ekonomi;

3. Administrasi

Implementasi proses kebijakan yang telah diputuskan oleh institusi politik.

Kesimpulan :

Pentingnya sebuah teori dalam pelaksanaan pembangunan sangatlah penting, walaupun

kebanyakan teori amat sulit diterapkan dalam praktek khususnya dalam pemerintahan

tapi teori sendiri merupakan hasil pengamatan, penelitian, dan analisis seorang pakar

yang kemudian di kemukakan dengan pendapat. Adapun beberapa pengertian teori

yakni :

a. Suatu hasil penelitian yang sudah teruji atau terbukti kebenarannya dan

bersifat universal sehingga dijadikan acuan baku dan menerangkan suatau

kejadian peristiwa;

b. Berlaku sebagai asas dan hukum-hukum umum yang menjadi dasar suatu

ilmu pengetahuan;

c. Merupakan suatu cara/sistem/metode yang berlaku sebagai aturan/pegangan

baku untuk melakukan sesuatu proses pencapaian tujuan secara efisien dan

efektif.

Mengapa teori dalam penyelenggaraan sangat penting, karena penyelenggaraan

pemerintahan tanpa teori akibatnya penyalahgunaan wewenang. Penyalahgunaan

yang terus menerus kedepan dianggap bukan kesalahan, dan bila terus berlanjut

pada gilirannya menjadi penyalahgunaan kekuasaan.

Terori-teori yang berhubungan tentang pemerintahan daerah sangatlah banyak,

membahas mulai pengertian, landasan filosofis, pelaksanaan otda, maupun

masalah masalahnya. Dalam penerapan teori ini diperlukan penyesuaian antara

teori yang akan di gunakan dengan kondisi real suatu daerah. Karena kesalahan

pengggunaan teori dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat

mengakibatkan keluarnya kebijakan/ keputusan publik yang tidak sesuai dengan

rencana awal arah pembangunan.

Rabu, 10 Maret 2010

Page 28: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Pada pertemuan ini perkuliahan membahas tentang Good Governance dengan sajian

materi sebagai berikut :

THE ELEMEN DALAM GOOD GOVERNANCE

Perbandingan Istilah Government dengan Governance

NO UNSUR

PERBANDINGAN GOVERNMENT GOVERNANCE

1. Pengertian

Dapat berarti

Badan/Lembaga /Fungsi yang

dijalankan oleh suatu organ

tertinggi dalam suatu Negara

Dapat berarti cara menggunakan

atau pelaksanaan

2. Sifat Hubungan

Hirarkis, dalam arti yang

memerintah berada diatas,

sedangkan warga negara yang

diperintah ada dibawah

Hiterarkhis dalam arti ada

kesetaraan kedudukan dan hanya

berbeda dalam fungsi

3. Komponen yang

terlibat

Sebagai subjek hanya ada

satu yaitu institusi pemerintah

Ada tiga komponen yang

terlibat:

1. Sektor publik

2. Sektor swasta

GG

ADMINISTRASI

EKONOMI

POLITIK

Page 29: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

3. Sektor masyarakat

4. Pemegang Peran

Dominan Sektor Pemerintah

Semua memegang peran sesuai

dengan fungsinya masing-

masing

5. Efek yang

diharapkan Kepatuhan warga negara Partisipasi warga negara

6. Hasil akhir yang

diharapkan

Pencapaian tujuan negara

melalui kepatuhan warga

negara

Pencapaian tujuan negara dan

tujuan masyarakat melalui

partisipasi sebagai warga negara

maupun sebagai warga

masyarakat

CIRI-CIRI TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK

1. Mengikut sertakan semua;

2. Transparan dan bertanggung jawab;

3. Efektif dan adil;

4. Menjamin adanya supremasi hukum;

5. Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik, sosial dan ekonomi didasarkan pada

konsensus masyarakat;

6. Memperhatikan kepentingan/mereka yang paling miskin dan lemah dalam proses

pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya pembangunan.

A. KARAKTERISTIK GOOD GOVERNANCE (UNDP)

1. Partisipasi (Partisipation)

Syarat utama warga dalam berpartisipasi :

a. Rasa kesukarelaan dalam berpartisipasi;

b. Keterlibatan secara emosional;

c. Memperoleh manfaat, secara langsung dan tidak langsung dari

keterlibatannya.

2. Penegakan hukum (Rule of Law)

Page 30: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Membangun sistem hukum yang sehat, baik perangkat lunaknya (software),

perangkat keras (hardware) maupun sumber daya manusianya

(humanware);

3. Transparansi (Transparancy)

Keterbukaan mencakup semua aspek aktivitas yang menyangkut

kepentingan publik, mulai dari proses pengambilan keputusan, penggunaan

dana publik sampai pada tahapan evaluasi;

4. Daya Tanggap (Responsiveness)

Sektor publik selama ini dianggap tertutup, arogan dan berorientasi pada

kekuasaan. Untuk mengetahui kepuasan masyarakat sebagai konsumen,

perlu dilakukan survey secara periodik. (Lihat Kep. Menpan No.

25/M.Pan/2004 tentang indeks kepuasan konsumen (IKM));

5. Orientasi pada konsensus (Consensus Orientation)

Aktivitas politik berisi dua hal pokok yaitu konflik dan konsensus. Dalam

pengambilan keputusan lebih menitikberatkan konsensus. Musyawarah

merupakan proses, sedangkan mufakat merupakan hasil.

6. Keadilan/Kesetaraan (equity)

Setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh

kesejahteraan, walaupun kemampuan individu berlainan namun sektor

publik harus berperan optimal agar kesejahteraan dan keadilan seiring

sejalan.

7. Keefektifan dan efisiensi (Effectiveness dan Efficiency)

Perlunya kompetisi untuk menciptakan keefektifan dan efisiensi pada sektor

publik.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Pertanggungjawaban setiap aktivitas menyeluruh kepada publik/masyarakat

luas, disamping kepada atasan, Akuntabilitas meliputi:

a. Akuntabilitas organisasional/administratif;

b. Akuntabilitas legal;

c. Akuntabilitas politik;

d. Akuntabilitas profesional;

e. Akuntabilitas moral;

9. Visi strategis (strategic Vision).

Page 31: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Perlunya visi jangka pendek (short term vision) dan visi jangka panjang

(Long Term Vision)

B. IMPLEMENTASI PARADIGMA GOOD GOVERNANCE DALAM

OTONOMI DAERAH

1. Meskipun tidak secara resmi diumumkan penggunaan paradigma good

governance, namun secara implisit paradigma tersebut, nampak dalam

berbagai peraturan perundang-undangan baru yang terbaik pada era

reformasi. Termasuk berbagai peraturan yang mengatur tentang otonomi

daerah. Hal ini tidak terlepas dari tekanan negara dan lembaga donor yang

memberikan pinjaman maupun hibah kepada Indonesia.

2. Dalam hal partisipasi, telah dicoba dibuka pintu yang lebih lebar untuk

melibatkan masyarakat dalam proses perumusan, implementasi serta

evaluasi kebijakan publik melalui berbagai peraturan perundang-undangan,

meskipun seringkali terjadi penolakan dari tubuh birokrasi.

3. Penegakan hukum juga mulai lebih digiatkan antara lain dengan

memperkuat posisi mahkamah agung serta meletakkan jajaran pengadilan

dibawahnya bukan lagi dibawah Presiden. Demikian pula dengan

terbentuknya KPK, Tipikor dan meningkatnya peran serta masyarakat serta

peran berbagai media lainnya.

4. Sudah mulai banyak pejabat publik baik Gubernur, Bupati/Walikota

maupun anggota DPRD/DPR yang diperiksa dan dijatuhi hukuman dengan

dakwaan terlibat KKN. Dalam Undang-Undang 32 tahun 2004 juga dimuat

ketentuan kemungkinan pemberhentian Kepala Daerah dan /atau Wakil

Kepala daerah yang lebih tegas.

5. Telah dikembangkan transparansi dibidang keuangan daerah, antara lain

melalui keharusan diaudit oleh BPK dan menyampaikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada publik. Contoh best practice

di Kabupaten Sleman yang sejak tahun 2004 telah membuat neraca yang

diaudit oleh akuntan publik independen dan dimuat di harian kompas.

6. Telah mulai dikembangkan mekanisme untuk mengetahui pandangan

masyarakat terhadap kinerja pemberian pelayanan publik oleh pemerintah

daerah seperti mulai dirintis oleh Pemerintah Kota Palangkaraya.

7. Pengembangan konsensus sebenarnya bukan hal yang baru, karena sudah

merupakan budaya nasional Indonesia sebagaimana tercermin pada sila ke-

Page 32: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

4 dari Pancasila. Tetapi budaya konsensus tersebut justru mulai

ditinggalkan dan digantikan dengan model pemungutan suara untuk setiap

pengambilan keputusan yang mengakibatkan muncul antagonitas kubu pro

dan kontra.

8. Pengembangan kesetaraan dalam bidang politik sudah mulai dijalankan,

tetapi kesetaraan di bidang ekkonomi masih tersendat-sendat karena

birokrasi tampaknya masih lebih banyak berpihak pada kelompok ekonomi

kuat (issue neo liberalism) dibandingkan pada kelompok ekonomi lemah.

Hal tersebut nampak dari pembuatan kebijakan publik maupun dalam

alokasi anggaran publik.

9. Undang undang No. 32 tahun 2004 telah menempatkan efektivitas dan

efisiensi sebagai nilai yang diutamakan, tetapi dalam prakteknya masih

menghadapi berbagai kendala/kesulitan untuk dilaksanakan. Birokrasi tidak

atau belum siap untuk menjalankan prinsip tersebut sehingga diperlukan

kepemimpinan visioner untuk melakukan percepatan perubahan seperti

mulai dirintis di Kabupaten Jembrana, Sragen dan Tanah Datar.

10. Prinsip akuntabilitas secara berharap sudah mulai diterapkan dalam

implementasi otonomi daerah di berbagai kabupaten/kota, meskipun tingkat

kemajuannya relatif masih terbatas. KILLGAARD mengingatkan bahwa :

Corruption IS Discretion PLUS Monopoly MINUS Accountability. Dengan

demikian apabila tanpa akuntabilitas terutama dalam penggunaan dana

publik, niscaya akan terjadi korupsi berjamaah.

11. Keharusan menyiapkan visi stratejik bagi setiap instansi pemerintah sudah

diatur dengan Inpres No. 7 tahun 1999 tentang AKIP. Begitu pula dengan

kewajiban calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah untuk

memaparkan visi, misi dan programnya dihadapan sidang DPRD telah

diatur didalam Pasal 66 ayat (3) huruf f UU No. 32 tahun 2004. meskipun

demikian masih banyak terjadi visi daerah, visi pemerintah daerah serta visi

perangkat daerah yang disusun secara tidak benar serta tidak dilaksanakan

secara konsisten dan berlanjut.

12. Dengan keluarnya UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, setidaknya memberi acuan mengenai perlunya

penyusunan pembangunan nasional secara hierarkhis dan berkelanjutan

Page 33: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

guna mencapai tujuan nasional serta tujuan daerah secara bersama-sama

efektif.

Kesimpulan ;

Good Governance akan terlaksana dengan baik jika ada kerjasama yang baik antara

stakeholder (eksekutif, legislative dan masyarakat) dalam pembangunan.

Rabu, 31 Maret 2010

Dalam pertemuan ini perkuliahan membahas tentang Birokrasi dengan materi

sebagai berikut :

PERUBAHAN SIKAP DALAM BIROKRASI DALAM PEMBANGUNAN

1. Birokrasi harus mampu membangun dan menggerakkan partisipasi

masyarakat;

2. Birokrasi harus mampu bertindak adil dalam arti tidak cenderung memihak

kepada pihak yang kuat tetapi harus lebih melindungi mempertahankan

masyarakat yang lemah tidak berdaya;

3. Peran birokrasi harus bergeser dari “MENGENDALIKAN” menjadi

“MENGARAHKAN” dan dari memberi menjadi memberdayakan;

4. Mengembangkan keterbukaan dan kebertanggungjawaban (transparansi dan

akuntabilitas);

5. Birokrasi harus menjadi pelopor perubahan dan pembaharuan yang

dilakukan secara terarah dan sistematis dengan dukungan political willyan

kuat serta dilaksanakan konsisten.

FUNGSI BIROKRASI

1. INSTRUMENTAL : Menjabarkan perundang undangan dan

kebijakan publik dalam kegiatan rutin untuk

meningkatkan produksi jasa, pelayanan, komoditi

atau mewujudkan situasi tertentu;

2. POLITIK : Memberi/menyiapkan input berupa saran,

informasi, visi misi dan langkah profesionalisme

untuk mempengaruhi sosok kebijaksanaan;

3. KATALIS PUBLIC INTEREST: Mengartikulasikan aspirasi dan

kepentingan publik dan

mengintegrasikan atau

Page 34: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

menginkorporasikan didalam

kebijaksanaan dan keputusan

pemerintah.

4. ENTERPRENEURIAL : Memberi inspirasi bagi kegiatan-

kegiatan inovatif dan non rutin

mengaktifkan sumber-sumber potensial

yang IDLE serta menciptakan resources

mix yang optimal dalam upaya

pencapaian tujuan berbangsa dan

bernegara secara profesional.

Rabu, 7 April 2010

KONDISI VITAL KUNCI KEBERHASILAN PELAKSANAAN

DESENTRALISASI

1. Kerangka kerja desentralisasi harus memperlihatkan kaitan antara

pembiayaan lokal dan kewenangan fiscal dengan fungsi dan tanggungjawab

pemberian pelayanan oleh pemerintah daerah;

2. Masyarakat setempat harus diberi informasi mengenai kemungkinan biaya

pelayanan dan penyampaian serta sumber-sumbernya dengan harapan

keputusan yang diambil pemerintah daerah menjadi bermakna;

3. Masyarakat memerlukan mekanisme untuk menyampaikan pandangannya

yang dapat mengikat politikus, sebagai upaya mendorong masyarakat untuk

berpartisipasi;

4. Harus ada sistem akuntabilitas yang berbasis pada publik dan reformasi

yang transparan yang memungkinkan masyarakat memonitor efektivitas

kinerja pemerintah daerah yang mendorong politikus dan aparatur daerah

menjadi responsif;

5. Instrumen desentralisasi seperti kerangka kerja institusional yang sah,

struktur tanggungjawab pemberian pelayanan dan sistem fiscal antar

pemerintah harus didesain untuk mendorong sasaran-sasaran politikus.

Page 35: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Sabtu, 17 April 2010

UNSUR-UNSUR TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK

a. Partisipasi

Semua pria dan wanita mempunyai suara dalam pengambilan keutusan baik

secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan yang sah

yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut

dibangun berdasarkan kebebasan berserikat berkumpul dan mengungkapkan

pendapat serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.

b. Supremasi hukum

Kerangka hukum yang adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu terutama

hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.

c. Transparansi

Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas seluruh proses

pemerintahan lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat akses oleh pihak-

pihak yang berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai dan

dapat dimengerti dan dipantau.

d. Cepat tanggap

Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha

melayani semua pihak yang berkepentingan.

e. Membangun konsensus

Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang

berada demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang

terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus

dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.

f. Kesetaraan

Semua pria dan wanita mempunyai kesempatan memperbaiki atau

mempertahankan kesejahteraan mereka.

g. Efektif dan efisien

Proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai

kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber

daya yang ada dan seoptimal mungkin.

h. Bertanggungjawab

Pada pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-

organisasi masyarakat bertanggungjawab baik kepada masyarakat maupun

Page 36: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk

pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tegantung dari

jenis organisasi yang bersangkutan dan dari apakah bagi organisasi itu

keputusan tersebut bersifat kedalam atau keluar.

i. Visi strategik

Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke

depan atas tata pemerintahan yang baik dan membangun manusia serta

kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan

tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas

kompleksitas kesejahteraan budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi

perspektif tesebut.

Rabu, 21 April 2010

Pada pertemuan ke dua belas ini perkuliahan membahas tentang Perbandingan UU

No. 22/1999 dan 32/2004,

PERBANDINGAN UU 22/1999 DAN 32/2004

NO DIMENSI

PERBANDINGANUU NO. 22/1999 UU N0. 32/2004

1. Dasar Filosofi Keaneka ragaman dalam

kesatuan

Keaneka ragaman dalam

kesatuan

2. Pembagian Satuan

Pemerintahan

Pendekatan besaran dan isi

otonomi (size and content)

ada daerah besar dan daerah

kecil yang masing-masing

mandiri, ada daerah dengan

isi otonomi terbatas dan ada

yang otonominya luas.

Pendekatan besaran dan isi

otonomi (size and content

approach) dengan

menekankan pada pembagian

urusan yang

berkeseimbangan

berdasarkan asas

eksternalitas, akuntabilitas,

efisiensi

Page 37: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

3. Fungsi Utama

Pemerintah Daerah

Pemberi Pelayanan

Masyarakat

Pemberi Pelayanan

Masyarakat

4. Penggunaan azas

Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah

• Desentralisasi Terbatas

pada Daerah Propinsi,

dan luas pada Daerah

Kab/Kota;

• Dekonsentrasi terbatas

pada Kab/Kota dan luas

pada propinsi;

• Tugas pembantuan yang

berimbang pada semua

tingkatan pemerintahan.

• Desentralisasi diatur

berkeseimbangan antar

daerah propinsi,

Kab/Kota;

• Dekonsentrasi terbatas

pada Kab/Kota dan luas

pada Propinsi;

• Tugas pembantuan yang

berimbang pada semua

tingkatan pemerintahan.

5. Pola Otonomi A – Simetris A – Simetris

6. Model Organisasi

Pemerintahan

Daerah

Local Democratic Model Perpaduan Local Democratic

Model dengan structural

efficiency model

7. Unsur Pemerintah

Daerah

Kepala Daerah dan

Perangkat Daerah

Kepala Daerah dan

Perangkat Daerah

8. Mekanisme

Transfer

Kewenangan

Pengaturan dilakukan

dengan pengakuan

kewenangan, isi

kewenangan, pemerintah

pusat dan propinsi sebagai

daerah otonom terbatas,

sedangkan isi kewenangan

daerah Kab/Kota luas

(General Competence

principle)

Tidak menggunakan

pendekatan kewenangan

melainkan pendekatan

urusan, yang didalamnya

terkandung adanya aktivitas,

hak dan wewenang,

kewajiban dan

tanggungjawab (General

Competence principle)

9. Unsur pemerintah

daerah yang

Badan Legislatif Daerah

(Legislative Heavy)

Menggunakan prinsip check

and balances antara pemda

Page 38: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

memegang peranan

dominan

dengan DPRD

10. Pola Pemberian

Dana/Anggaran

Uang mengikuti fungsi

(Money Follow Function)

Uang mengikuti fungsi

(Money Follow Function)

11. Sistem

Kepegawaian

Sistem Terpisah (Separated

System)

Mixed System, dengan

memadukan antara

integrated system dengan

separated system

12. Sistem

pertanggungjawaba

n pemerintahan

Pertanggungjawaban

pemerintahan kesamping

Pertanggungan jawab kepada

konstituen, ke pemerintah

pusat dengan laporan ke

DPRD dengan keterangan

pertanggungjawaban, kepada

rakyat berupa informasi

13. Sistem pengelolaan

antar azas

pemerintahan

Pengolahan masing-masing

azas secara terpisah

Pengolahan masing-masing

azas secara terpisah

14. Kedudukan

Kecamatan

Sebagai Satuan Kerja

Perangkat Daerah

Sebagai Satuan Kerja

Perangkat Daerah

15. Kedudukan Camat Sebagai Perangkat Daerah Sebagai Perangkat Daerah

16. Kedudukan Desa Relatif mandiri berarti tidak

mandiri sepenuhnya

Relatif mandiri berarti tidak

mandiri sepenuhnya

17. Pertanggungan

Jawab Kepala Desa

Kepada Rakyat melalui

BPD

Tidak diatur secara khusus

dalam UU tetapi diatur

dalam peraturan daerah

dengan berpedoman kepada

peraturan pemerintah

Page 39: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

KOMUNIKASI YANG KOMUNIKATIF

Kiat dalam memberikan umpan balik

a. Berikan secara spesifik, jangan terlalu umum sehingga tidak/sulit

terpahami;

b. Berikan penjelasan dengan cukup dasar pertimbangan atau alasan mengapa

saudara membuat umpan balik demikian;

c. Pusatkan pada perilaku yang dapat diubah, yang berada dalam kendali

orang yang bersangkutan. Hindari umpan balik yang menyinggung pribadi

dan bersifat melecehkan yang bersangkutan;

d. Berikan uraian tentang kenyataan berdasarkan data obyektif dan bukan

penilaian;

e. Ungkapkan pendapat (opini) sebagai opini, bukan fakta yang menyudutkan;

f. Berikan umpan balik yang konstruktif, bukan yang destruktif;

g. Hindari ungkapan-ungkapan yang menyerang dan dapat menimbulkan

reaksi yang emosional.

h. Berikan pujian yang jujur dan tulus serta apa adanya tanpa menimbulkan

reaksi yang emosional;

i. Berikan kritik tanpa merendahkan dan mempermalukan yang bersangkutan;

j. Berikan informasi secara jelas, benar, lengkap dan cukup untuk

menghindari kesalahpahaman.

Kiat dalam menerima umpan balik

a. Dengarkan semua tanggapan dengan sabar dan cermat serta tunjukkan

kesan bahwa saudara sangat memperhatikannya;

b. Upayakan hati dan pikiran tetap dingin jangan membangun tembok

(menutup diri total/cuek) ataupun seakan menantang;

c. Perhatikan hal-hal penting yang menjadi isu utama dari tanggapan yang

masuk;

d. Ungkapkan kembali dengan kata-kata sendiri, untuk men”cek” apakah

saudara dapat dapat menangkap umpan balik dengan benar dan baik;

e. Pastikan apakah penangkapan dan persepsi saudara sudah benar menurut

pihak pemberi umpan balik;

Page 40: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

f. Bila perlu minta contoh dan penjelasan seperlunya secara konkrit ;

g. Jangan berlebihan dalam memberi reaksi terhadap umpan balik yang

saudara terima, lebih baik saudara tetap tenang sambil mencari makna

optimal dari umpan balik tersebut;

h. Kaji manfaat secara potensial dari umpan balik tersebut bagi kepentingan

saudara dan lingkungan yang lebih luas;

i. Terima setiap umpan balik yang bersifat kritik sebagai pertolongan yang

tulus.

COMMUNICATION IS THE PROCESS OF PASSING INFORMATION AND

UNDERSTANDING FROM ONE PERSON TO ANOTHER

KOMUNIKASI ADALAH PROSES PENYAMPAIAN KETERANGAN DAN

PENGERTIAN DARI SESEORANG KEPADA ORANG LAIN

P R O F E S I O N A L

a. Memiliki wawasan jauh kedepan (knowledge);

b. Memiliki keahlian dibidang tertentu (specifik) skill/mahir (know how);

c. Memiliki daya saing tinggi;

d. Memiliki moral tinggi yang dicerminkan dalam perilaku keseharian

(attitude);

e. Memiliki kesetiaan kepada etika profesi (integrity);

f. Memiliki sifat kreatif dan inovatif.

KUNCI KEBERHASILAN SDM PROFESIONAL

a. Meningkatkan disipliln diri (waktu, perilaku, kinerja);

b. Mentaati peraturan;

c. Mentaati janji (trust dan integritas);

d. Mengembangkan semangat keterbukaan (pembaharuan, reformasi dan

transformasi);

e. Melancarkan komunikasi (sosialisasi program, meredam konflik,

menampung/menyalurkan aspirasi, membangun kemitraan/kebersamaan.

Tuntutan Abad 21 Atas Organisasi

a. Harus menjadi organisasi pembelajaran (harus dimulai dari perorangan

yang ditingkatkan belajar menjadi pembelajaran);

Page 41: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

b. Harus mampu menyelenggarakan “AD HOC MANAGEMENT” (bagian

dari manajemen dan harus dilibatkan didalamnya);

c. Harus gesit bermitra (sederajat dalam bekerjasama), beraliansi

(kepentingan-kepEntingan tertentu tidak usah bergabung/bersama untuk

kepentingan tertentu), serta berkolaborasi (bekerjasama dalam waktu yang

singkat, tanpa ada kesepakatan yang bersifat formal);

d. Harus langsing tanpa beban yang tidak perlu (ramping struktural kaya

fungsi);

e. Harus lebih banyak pada SDM;

f. Harus semakin kreatif dan inovatif (lebih bermakna dalam menemukan ide-

ide baru);

g. Harus semakin serius membina sistem dan budaya melayani pelayanan

prima, gugus kendali mutu, contoh (setiap akhir tahun diadakan evaluasi).

PERBANDINGAN LINGKUP ORIENTASI PEMERINTAHAN/ OTONOMI

DAERAH

1. Azas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang digunakan :

a. Dekonsentrasi;

Pasal 1 butir 8 UU No. 32/2004

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh

Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau

kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

b. Desentralisasi;

Pasal 1 butir 7 UU No. 32/2004

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

c. Tugas Pembantuan/Medewebind.

Pasal 1 butir 9 UU No. 32/2004

Page 42: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah

dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota

dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa

untuk melaksanakan tugas tertentu.

2. Ajaran rumah tangga yang digunakan :

a. Art Riil (luas, nyata dan bertanggungjawab);

b. Art Formal;

c. Art Materiil.

3. Pola pembagian kewenangan yang digunakan:

a. UU pembentukan/PP penyerahan urusan/ kewenangan;

Pasal 10 ayat (1) UU No. 32/2004

Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh

Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah.

b. Kewenangan Pemerintah Pusat Limitatif;

Pasal 10 ayat (3) UU No. 32/2004

Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. politik luar negeri;

b. pertahanan;

c. keamanan;

d. yustisi;

e. moneter dan fiskal nasional; dan

f. agama.

c. Kewenangan Pemerintah Propinsi Limitatif;

Pasal 13 ayat (1) UU No. 32/2004

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah

provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi:

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

Page 43: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat;

d. penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. penanganan bidang kesehatan;

f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia

potensial;

g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;

h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;

i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah

termasuk lintas kabupaten/kota;

j. pengendalian lingkungan hidup;

k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;

l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;

n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas

kabupaten/kota;

o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat

dilaksanakan oleh kabupaten/kota; dan

p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan

perundang-undangan.

d. Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota (Pengakuan).

Pasal 14 ayat (1) UU No. 32/2004

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk

kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota

meliputi:

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat;

d. penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. penanganan bidang kesehatan;

f. penyelenggaraan pendidikan;

g. penanggulangan masalah sosial;

Page 44: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;

i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;

j. pengendalian lingkungan hidup;

k. pelayanan pertanahan;

l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;

n. pelayanan administrasi penanaman modal;

o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan

p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan

perundang-undangan.

4. Pola pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan daerah:

a. Hierarkis keatas;

b. Hierarkis kesamping/DPRD;

Pasal 184 ayat (1) UU No. 32/2004

Kepala daerah menyampaikan rancangan Perda tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa

laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa

Keuangan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran

berakhir.

c. Akuntabilitas hukum, politik, administrasi dan tehnis.

5. Pola pembagian sumber-sumber keuangan:

a. Desentralisasi politik dan administrasi diimbangi desentralisasi

fiscal;

b. Prinsip “function follow money” “money follow function”.

6. Pola susunan organisasi dan tata kerja;

a. Seragam Keanekaragaman sesuai kebutuhan dan potensi;

b. Ramping struktur kaya fungsi;

c. Fungsi wadah dan proses sistem kerjasama mencapai tujuan.

7. Pola hubungan kerja antar satuan pemerintahan

a. Hierarkis Heterarkis;

Pasal 195 UU No.32/2004

Page 45: RESUME PERKULIAHAN PEMERINTAHAN DAERAH 2010

(1) Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah

dapat mengadakan kerja sama dengan daerah lain yang

didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas

pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan.

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diwujudkan dalam bentuk badan kerja sama antar daerah yang

diatur dengan keputusan bersama;

(3) Dalam penyediaan pelayanan pubik, daerah dapat bekerja

sama dengan pihak ketiga.

(4) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)

yang membebani masyarakat dan daerah harus mendapatkan

persetujuan DPRD.

b. Hierarki kepentingan masayarakat yang lebih besar.

Pasal 196 UU No. 32/2004

(1) Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak

lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait.

(2) Untuk menciptakan efisiensi, daerah wajib mengelola pelayanan

publik secara bersama dengan daerah sekitarrnya untuk

kepentingan masyarakat.

(3) Untuk pengelolaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2), daerah membentuk badan kerja sama.

(4) Apabila daerah tidak melaksanakan kerja sama sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), pengelolaan pelayanan

publik tersebut dapat dilaksanakan oleh Pemerintah.

8. Jumlah jenjang pemerintahan:

a. Hanya satu jenjang;

b. Datom ukuran besar dan datom ukuran lebih kecil.