Resume Ekonomi Pembangunan

23
PEMBANGUNAN KOMPARATIF: PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DI ANTARA NEGARA- NEGARA BERKEMBANG RESUME Oleh : 1. Safaris Lutfi Z 125020100111028 2. Adhitya Yudha 125020107111020 3. Logo Hartawan 125020107111032 4. Harwin Muhammad Akrom 125020105111004 Program Studi Ekonomi Pembangunan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Transcript of Resume Ekonomi Pembangunan

Page 1: Resume Ekonomi Pembangunan

PEMBANGUNAN KOMPARATIF: PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DI ANTARA NEGARA- NEGARA

BERKEMBANG

RESUME

Oleh :

1. Safaris Lutfi Z 1250201001110282. Adhitya Yudha 1250201071110203. Logo Hartawan 1250201071110324. Harwin Muhammad Akrom 125020105111004

Program Studi Ekonomi Pembangunan

Jurusan Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya

Malang

2013

Page 2: Resume Ekonomi Pembangunan

RESUME EKONOMI PEMBANGUNAN

PEMBANGUNAN KOMPARATIF: PERBEDAAN DAN PERSAMAAN

DI ANTARA NEGARA- NEGARA BERKEMBANG

Pembangunan yang ada di sebuah negara sengaja dilakukan oleh pihak-pihak terkait terutama oleh pemerintah demi mewujudkan kesejahteraan dari warga negaranya dan bisa mampu secara mandiri memenuhi kebutuhannya. Namun dalam mewujudkan suatu tujuan pasti ada permasalahan yang menghadang. Dalam hal ini, permasalahan yang dihadapi oleh negara berkembang adalah berupa tingginya angka kemiskinan, produktivitas yang rendah, pertumbuhan penduduk yang tinggi, pengangguran, ketergantungan ekspor dari bahan baku primer, dan rapuhnya negara-negara berkembang ini di kancah internasional.

Dari aspek hubungan dengan pihak-pihak luar, negara berkembang memiliki ketergantungan yang tinggi terutama dalam bidang ekonomi, sosial, dan juga politik. Ketergantungan ini ternyata juga berkaitan erat dengan luas wilayah yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan, kemudian juga dipengaruhi oleh adanya sumber daya alam yang melimpah, dan dari perjalanan sejarah politik negara yang bersangkutan. Kebanyakan negara-negara kecil yang sedang berkembang sangat tergantung pada investasi asing dan hubungan perdagangan luar negerinya dengan negara-negara maju. Salah satu bentuk ketergantungan itu adalah ketergantungan negara-negara kecil yang sedang berkembang terhadap teknologi alat produksi yang padat modal dalam memenuhi kegiatan produksinya dari negara maju. Dari sini dapat dilihat bahwa kebaradaan negara-negara maju bisa memainkan perannya untuk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang.

Namun, dibalik manifetasi ketergantungan negara-negara sedang berkembang kepada negara-negara maju di bidang ekonomi yang sedemikian tinggi, berlangsung pula adanya transmisi kelembangaan atau institusional (pada umumnya adalah institusi –institusi yang berkaitan dengan sistem pendidikan dan pemerintahan), nilai-nilai, pola konsumsi, sikap terhadap pekerjaan, saikap dan penilaian terhadap diri sendiri, serta sikap terhadap kehidupan secara keseluruhan. Maka dapat disimpulkan, bahwa kemampuan suatu negara untuk menentukan sendiri tujuan-tujuan ekonomi dan sosialnya jelas sangat dipengaruhi oleh tingkat ketergantungannya terhadap kekuatan-kekuatan dari luar.

Page 3: Resume Ekonomi Pembangunan

STRUKTUR POLITIK, KEKUASAAN, DAN KELOMPOK KEPENTINGAN

Dalam studi analisis akhir, ternyata sering kali bukanlah suatu ketepatan dan kecermatan dari serangkaian kebijakan ekonomi saja yang menentukan hasil-hasil dari usaha nasional dalam rangka mengatasi masalah pembangunan. Namun ternyata, ada beberapa aspek yang ikut menentukan adanya kebijakan diluar dari kegiatan ekonomi secara murni, namun erat kaitannya dalam hal ekonomi yaitu salah satunya adalah kegiatan politik dengan segala macam turunannya dalam pengaruh-mempengaruhi. Dengan adanya struktur politik, aneka kepentingan yang bersifat sepihak dan tersembunyi (vested interets), serta persekongkolan dikalangan elemen-elemen kelas elit (para tuan tanah, kaum indrustrialis perkotaan, kalangan bankir, pengusaha asing, perwira-perwira angkatan bersenjata, dan para pengurus serikat buruh) turut menentukan strategi-strategi apa saja yang bisa dijalankan sekaligus untuk menentukan letak dan intensitas hambatan terhadap proses perubahan-perubahan ekonomi dan sosial yang sedang dan akan dilaksanakan.

Adanya berbagai perimbangan dan kekuasaan yang ada di berbagai kelompok masyarakat di sebagaian besar negara berkembang ini lahir sebagai akibat dari sejarah politik, ekonomi dan sosial masing-masing negara sesuai kecenderungan yang ada berbeda dari negara satu dengan lainnya. Apabila dibandingkan dengan negara maju, meskipun banyak dikuasai oleh penguasa elit dan orang-orang berkepentingan, ternyata pengaruhnya tidak begitu banyak dalam hal kebijakan karena adanya kemajuan dalam sistem demokatisasi daripada di negara-negara berkembang yang kekuasaan kelompoknya jauh lebih besar dan luas.

Karena adanya kondisi yang sedemikian rupa terjadi di negara-negara berkembang, maka mau tidak mau harus ada dukungan dari kelompok-kelompok elit dalam rangka untuk mengadakan perubahan dalam bidang ekonomi dan sosial, baik dengan cara persuasi maupun dengan paksaan. Jika kelompok-kelompok elit itu tidak bisa dibujuk, maka demi melaksanakan adanya perubahan mereka perlu disingkirkan karena mengingat kadar kepentingan yang lebih tinggi dari arti perubahan itu sendiri. Terlepas dari bagaimana cara yang hendak ditempuh, pembangunan ekonomi dan sosial tidak mungkin dilakukan di negara-negara berkembang tanpa mengubah lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi yangn ada di negara bersangkutan. Misalnya seperti pembenahan menyeluruh terhadap sistem-sistem pemanfaatan tanah, bentuk-bentuk pemerintahan, struktur pendidikan, hubungan majikan-pekerja, undang-undang hak milik, distribusi maupun kontrol terhadap aset-aset keuangan dan harta fisik miliki negara, undang-undang perpajakan dan warisan, serta transparansi tatacara penyaluran kredit.

Page 4: Resume Ekonomi Pembangunan

KARAKTERISTIK UMUM NEGARA-NEGARA BERKEMBANG

Setiap negara di dunia pasti memiliki karakteristik masing-masing yang tidak dimiliki oleh negara lain, apalagi untuk tingkat keragaman dari negara-negara berkembang. Namun dari berbagai perbedaan itu, jika dilihat dengan teliti maka negara-negara berkembang pasti memiliki suatu kecenderungan tersendiri yang kondisinya sama antara negara berkembang satu dengan lainnya. Berikut adalah kesamaan-kesamaan karakter perekonomian negara-negara berkembang secara keseluruhan atau sebagai satu kesatuan. Secara singkat dan sederhana, karakteristik umum dari negara-negara berkembang dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori utama sebagai berikut :

1. Standar hidup yang relatif rendah, ditunjukkan oleh tingkat pendapatan yang rendah, ketimpangan pendapatan yang parah, kondisi kesehatan yang buruk, dan kurang memadainya sistem pendidikan.

2. Tingkat produktivitas yang rendah.3. Tingkat pertumbuhan penduduk serta beban ketergantungan yang tinggi.4. Ketergantungan pendapatan yang sangat besar kepada produksi sektor

pertanian serta ekspor produk-produk primer (bahan-bahan mentah).5. Pasar yang tidak sempurna dan terbatasnya informasi yang tersedia.6. Dominasi, ketergantungan, dan kerapuhan yang parah pada hampir semua

aspek hubungan internasional.

A. STANDAR HIDUP YANG RENDAH

Di negara berkembang, standar hidup dari sebagia besar penduduknya cenderung sangat rendah, hal ini tidak hanya dibandingkan dengan standar hidup orang-orang negara kaya, namun juga dengan gaya hidup golongan elit di negara mereka sendiri. Standar hidup yang rendah tersebut dimanifestasikan secara kuantitatif dan kualitatif dalam bentuk tingkat pendapatan yang rendah (kemiskinan), perumahan yang kurang layak, kesehatan yang buruk, bekal pendidikan yang minim atau bahkan tidak ada samasekali, angka kematian bayi yang tinggi, usia harapan hidup yang relatif singkat, peluang mendapatkan pekerjaan yang rendah, dan dalam banyak kasus juga banyak terdapat ketidakpuasan dan ketidakberdayaan secara umum.

Berikut adalah data-data statistik yang berguna untuk membandingkan sejumlah aspek kehidupan di negara-negara terbelakang dengan membandingkan sejumlah aspek yang sama di negara-negara yang lebih maju perekonomiannya. Aspek pertama yang dapat dilihat adalah Pendapatan Nasional Per Kapita. Angka PNB (Pendapatan Naional Bruto) per kapita merupakan konsep yang paling sering dipakai sebagai tolok ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk di

Page 5: Resume Ekonomi Pembangunan

suatu negara. Dari pengertiannya, GNI merupakan nilai tambah atas segenap kegiatan ekonomi yang dimiliki oleh penduduk suatu negara, baik dari aset yang mereka miliki di dalam negeri maupun di luar negeri tanpa dikurangi oleh depresiasi atas stok modal domestik. Konsep GNI itu sendiri merupakan indikator yang paling umum digunakan untuk mengukur besar-kecilnya aktivitas perekonomian secara keseluruhan.

Sedangkan Produk Domestik Bruto (GDP) adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian baik yang dilakukan oleh penduduk lokal maupun orang-orang dari negara lain yang bermukim di negara yang bersangkutan. Jadi, GNI sama dengan GDP ditambah pendapatan miliki penduduk domestik yang dikirim dari negara lain berkat kepemilikina mereka atas faktor-faktor produksi diluar negeri dikurangi dengan pendapatan milik orang asing (lebih tepatnya perusahaan-perusahaan asing) berkat kepemilikannya terhadap faktor-faktor produksi yang ada di negara tersebut.

Aspek berikutnya adalah Tingkat Pertumbuhan Relatif Pendapatan Nasional dan Per Kapita. Disamping memiliki tingkat pendapatan per kapita yang begitu rendah, pertumbuhan Pendapatan Nasional (GNI) di banyak negara-negara berkembang lebih rendah daripada yang dicapai oleh negara-negara maju. Bagi negara-negara industri saat ini, tingkat pertumbuhan tahunan selama periode ini rata-rata hampir 2% untuk output per kapita dan 1% untuk populasi, atau 3% untuk total output (GNI riil). Tingkat pertumbuhan tersebut menyiratkan secara tidak langsung bahwa output per kapita akan berlipat ganda setiap 35 tahun, populasi berlipat ganda setiap 70 tahun, dan GNI riil setiap 23 tahun.

Kesenjangan Pendapatan (income gap) antara negara kaya dan negara miskin semakin lebar dalam kecepatan yang sangat tinggi, paling tinggi selama tiga dekade terakhir. Berbagai dampak negatif dari semakin melebarnya kesenjangan pendapatan antarnegara itu sendiri sangat mengejutkan. Seandainya, sebagai contoh, kita meninjau tingkat pendapatan dari 20% penduduk dunia yang paling kaya serta membandingkannya dengan pendapatan 20% penduduk dunia yang paling miskin, maka rasio pendapatan yang pada tahun 1960 baru mencapai 30:1 (artinya pendapatan mereka yang terkaya 30 kali lipat lebih besar daripada pendapatan mereka yang paling miskin), pada tahun 2000 perbandingannya telah berubah menjadi 70:1, itu berarti pendapatan mereka yang paling kaya 70 kali lipat lebih besar daripada pendapatan penduduk dunia yang paling miskin. 1% orang terkaya di dunia memiliki pendapatan setara dengan jumlah pendapatan 57% penduduk dunia termiskin, artinya kurang dari 50 juta penduduk dunia menerima pendapatan sama banyak dengan 7 miliar penduduk lainnya.

Terus melebarnya kesenjangan tingkat pendapatan per kapita antara negara-negara kaya atas negara-negara miskin bukan satu-satunya menifestasi atas

Page 6: Resume Ekonomi Pembangunan

melebarnya disparitas ekonomi antara kelompok negara-negara kaya dan miskin. Untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut dari arti kesenjangan bagi negara-negara berkembang, kita perlu mengetahui proses melebarnya kesenjangan antara negara kaya dan miskin terutama yang berada di dalam negara-negara berkembang.

Hal penting pertama yang perlu diketahui adalah tingkat pendapatan di setiap negara pasti berbeda dan sampai batas tertentu pasti terdapat ketimpangan pendapatan (income inequality). Baik di negara maju maupun negara berkembang, pasti terdapat perbedaan atau ketimpangan pendapatan yang besar. Hanya saja ketimpangan di negara-negara berkembangan ternyata jauh lebih besar daripada yang ada di negara-negara maju. Sebagai contoh, apabila kita membandingkan sumbangan dalam pendapatan nasional yang berasal dari 40% penduduk termiskin di suatu negara dengan sumbangan dari 20% penduduk terkaya sebagai ukuran arbriter atas tinggi-rendahnya tingkat ketidakmerataan itu, maka terlihat bahwa distribusi pendapatan di negara-negara seperti Brazil, Ekuador, Kolombia, Nikaragua, Jamaika, Meksiko, Venezuela, Kenya, Afrika Selatan, dan Guatemala sangat tidak merata.

Hal penting berikutnya adalah ternyata tidak ada korelasi yang searah dan baku antara tingkat pendapatan per kapita dengan dengan derajat ketimpangan. Seperti Kuwait yang memiliki tingkat pendapatan per kapita sama dengan Portugal ternyata derajat ketimpangannya cukup tinggi, porsi pendapatan yang dinikmati oleh 40% penduduknya yang termiskin relatif sangat sedikit. Dari adanya fenomena ini, maka dapat dilihat bahwa adanya tingkat pendapatan per kapita yang tinggi masih belum mencerminkan kesejahteraan masyarakat secara luas, namun masih ada ukuran sejauh mana bagaimana tingginya pendapatan itu sudah terdistribusi secara merata ke seluruh lapisan masyarakat.

Selanjutnya adalah mengenai Tingkat Kemiskinan, tinggi-rendahnya tingkat kemiskinan di suatu negara tergantung pada dua faktor utama, yaitu (1) tingkat pendapatan nasional rata-rata, dan (2) lebar-sempitnya kesenjangan distribusi pendapatan. Dari beberapa penjelasan jelas terlihat bahwa setinggi apapun tingkat pendapatan nasional per kapitanya, jika tidak dibarengi dengan adanya distribusi yang merata maka akan terjadi ketimpangan pendapatan yang menimbulkan kemiskinan. Kemudian sebaliknya, meskipun semerata apapun distribusi pendapatan suatu negara namun jika pendapatan nasional per kapitanya rendah tetap saja akan menimbulkan kemiskinan.

Pengukuran kuantitas atas kadar kemiskinan telah dilakukan oleh pada ekonom pembangunan dengan menggunakan konsep kemiskinan absolut (absolute poverty) yaitu pengukuran tingkat standar kemiskinan dengan menggunakan acuan beberapa kebutuhan fisik dasar seperti makanan, pakaian,

Page 7: Resume Ekonomi Pembangunan

dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Namun yang menjadi persoalan adalah sulitnya menentukan strandarisasi kebutuhan tersebut karena adanya perbedaan-perbedaan antara satu negara dengan negara lain bahkan antara satu daerah dengan daerah lain. Oleh karena itu para ahli ekonomi cenderung membuat perkiraan-perkiraan yang serba konservatif atau sederhana mengenai tingkat kemiskinan dunia dalam rangka menghindari perkiraan-perkiraan yang berlebihan. Dan perkiraan itu sendiri didasarkan pada metodologi umum yang sudah populer dengan sebutan garis kemiskinan internasional (international poverty line). Secara berkala para ahli mereka-reka sejumlah uang yang dianggap minimal untuk dapat memenuhi beberapa kebutuhan dasar misalnya saja US$370. Dari nilai tersebut maka dapat diterapkan lebih lanjut untuk mengetahui dan memperkirakan kadar daya beli atas sejumlah uang yang diukur berdasarkan satuan nilai mata uang dari masing-masing negara berkembang.

Kesehatan Selain berkutat di masalah rendahnya penghasilan, sebagianbesar penduduk yang berada di negara berkembang juga masih berjuang dalam melawan kondisi kekurangan gizi, penyakit, dan kesehatan yang buruk. Meski kondisi kesehatan di banyak negara berkembang sudah banyak mengalami perbaikansejak tahun 1960, namun pada kenyataannya pada tahun 2002, rata-rata usia harapan hidup negara-negara paling terbelakang di dunia hanya mencapai 50 tahun, sementara usia harapan hidup di negara-negara berkembang atau disebut negara ketiga di dunia adalah mencapai usia 64 tahun, dan mencapai usia 78 tahun yang ada pada negara-negara maju. Selain masalah angka usia harapan hidup, indikator kesehatan yang juga penting adalah mengenai Tingkat Kamatian Bayi (infant mortality rates). Jumlah anak yang mati sebelum usia 1 tahun untuk setiap 1000 kelahiran, di negara-negara terbelakang adalah rata-rata mencapai 96, sedangkan di banyak negara berkembang mencapai jumlah 64 dan hanya 8 di negara-negara maju.

Dari sebagian data yang di rangkum, manyatakan bahwa pada dekade 1990-an dan awal dekade 2000-an keadaan yang buruk terjadi pada kawasan Afrika sub-Sahara. Dimana penduduk di kawasan ini bahkan sering tidak memiliki sesuatu untuk sekedar mengganjal perut. Di Asia dan Afrika, lebih dari 60 persen penduduknya tidak bisa memenuhi kebutuhan kalori minimum yang diperlukan untuk hidup sehat. Diperkirakan bahwa kekurangan kalori tersebut sebenarnya bisa ditutupi hanya dengan 2 persen total produksi padi-padian dunia. Hal ini bertentangan dengan adanya asumsi bahwa kekurangan gizi diakibatkan oleh terbatasnya produksi bahan pangan dunia, padahal pada kenyataannya yang menjadi penyebab timbulnya kekurangan gizi adalah ketimpangan distribusi pagan dunia. Secara umum dapat dilatakan bahwa masalah kekurangan gizi dan buruknya kondisi kesehatan di negara-negara berkembangan lebih disebabkan oleh kemiskinan, dan bukannya oleh kelangkaan produksi makanan.

Page 8: Resume Ekonomi Pembangunan

Pentingnya ketersediaan air minum bersih juga merupakan salah satu unsur yang terpenting dari masalah sanitasi (kesehatan lingkungan), juga tidak bisa diabaikan. Padahal dari masalah ini bisa menimbulkan berbagai penyakit yang bersumber dari air kotor seperti tifus, kolera dan disentri yang mudah sekali berjangkit jika tidak diperhatikan. Penyakit-penyakit ini pula yang menyebabkan 35 persen kematian anak-anak di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Hal penting yang menjadi titik penekanan di sini adalah pentingnya penyediaan pelayanan kesehatan secara memadai sebagai bagian dari paket pelayanan sosial yang umumnya masih sangat jarang ditemui di negara-negara berkembang atau negara ketiga dunia. Data terakhir mengungkapkan bahwa pada tahun 1995, jumlah dokter yang terdapat di negara-negara terbelakang rata-rata hanya sekitar 4,4 untuk setiap 100.000 penduduk, berbeda jauh dengan jumlah 217 yang ada di negara-negara maju dalam jumlah penduduk yang sama. Selain itu masih banyak lagi aspek ketimpangan di bidang kesehatan antara negara-negara maju dan tertinggal, seperti jumlah layanan rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang sangat mencolok ketimpangannya.

Dan pembahasan terakhir dari aspek kesehatan adalah mengenai penyebaran dan korban dari penyakit AIDS yang terjadi di negara-negara berkembang. Sampai tahun 2003, diperkirakan lebih dari 20 juta penduduk dunia telah mati akibat AIDS dan lebih dari 38 juta orang telah terkena virus HIV. Sebanyak 90 persen dari seluruh penduduk yang terkena virus HIV ini tinggal di negara-negara berkembang, dari jumlah itu sekitar setengah dari total penduduk yang terjangkit virus HIV adalah penduduk wanita. Sedangkan lebih dari 2 juta anak juga diperkirakan telah terkena virus HIV ini. Pada akhir tahun 2004, jumlah terbesar korban HIV/AIDS yaitu sebanyak 25 juta orang berada di wilayah Afrika sub-Sahara, 8 juta berada di Asia, dan 2 juta berada di negara-negara Amerika Latin.

Pendidikan Selanjutnya sebagai salah satu indikator dari rendahnya standar hidup di negara-negara berkembang adalah minimnya pendidikan. Penyediaan fasilitas pendidikan dasar merupakan prioritas utama bagi semua negara-negara berkembang. Namun yang menjadi pesoalan adalah meskipun jumlah penduduk usia sekolah yang telah menikmati pendidikan sudah mulai banyak meningkat, tetapi tingkat buta huruf masih sangat tinggi, apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Sebagai contoh negara-negara paling terbelakang tingkat penduduk yang melek huruf (kebalikan dari buta huruf) adalah rata-rata hanya mencapai 45 persen dari jumlah penduduk, yang artinya tingkat buta huruf masih berkisar 55 persen. Kemudian dewasa ini di berbagai penjuru negara-negara Dunia Ketiga, diperkirakan lebih dari 325 juta anak-anak terpaka keluar dari bangku sekolah dasar dan menengah karena berbagai alasan. Selain itu sekitar 854 juta penduduk negara-negara Dunia Ketiga berusia dewasa masih buta huruf, dan 60 persen diantaranya adalah wanita. Hal lain yang patut dicatat adalah materi-

Page 9: Resume Ekonomi Pembangunan

materi pendidikan yang diberikan kepada anak-anak itupun seringkali kurang relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional di negara mereka.

Selanjutnya, berdasarkan dari semua pembahasan diatas kita dapat membuat bebeapa rangkuman mengenai kesamaan karakteristik negara-negara berkembang, yaitu sebagai berikut :

1. Pada umumnya, tingkat pendapatan nasional negara-negara berkembang terbilang rendah, dan laju pertumbuhan ekonominya pun tergolong lambat.

2. Pendapatan per kapita negara-negara Ketiga Dunia juga masih rendah dan pertumbuhannya sangat lambat, bahkan ada beberapa negara yang mengalami stagnasi (kemacetan).

3. Distribusi pendapatan sangat timpang atau sangat tidak merata, 20 persen penduduk yang paling kaya menerima 5 hingga 10 kali lipat pendapatan yang diterima oleh 40 persen golongan yang paling miskin.

4. Konsekuansinya, mayoritas penduduk negara-negara Dunia Ketiga harus hidup dibawah tekanan kemiskinan absolut. Jumlah mereka sekarang ini berkisar 1,2 miliar jiwa, dan pendapatan total mereka kurang dari US$370 pertahun berdasarkan PPP.

5. Sebagian besar penduduk masih amat menderita akibat dari fasilitas-fasilitas dan pelayanan kesehatan yang serba buruk dan sangat terbatas, malnutrisi (kekurangan gizi), dan banyaknya wabah penyakit sehingga tingkat kematian bayi di negara-negara Ketiga Dunia sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di negara-negara maju.

6. Fasilitas-fasilitas pendidikan di kebanyakan negara-negara berkembang maupun isi kurikulumnya relatif masih kurang relevan dan kurang memadai. Di samping itu, tingkat kegagalan penyelesaian pendidikan relatif tinggi, sedangkan tingkat melek huruf relatif masih sangat rendah.

Hal yang lebih penting adalah interaksi antara keenam karakteristik tersebut. Karena ternyata interaksi itulah yang sesungguhnya mengakibatkan berlarut-larutnya masalah “kemiskinan, keacuhan, dan penyakit” yang mencekik begitu banyak manusia yang tinggal di negara-negara berkembang.

B. PRODUKTIVITAS YANG RENDAH

Disamping tingkat standar hidup yang rendah dan kurangnya peningkatan kualitas sumber daya manusia, negara-negara berkembang juga menghadapi masalah rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja. Salah satu dari sekian banyak konsep dasar ekonomi adalah prinsip produktivitas marjinal yang semakin menurun (diminishing marginal productivity). Dimana menurut konsep ini jika terjadi peningkatan jumlah salah satu faktor produksi yang jumlah ketersediaan dan pemakaiannya bisa berubah-ubah, ketika melewati titik tertentu tambahan marjinal produk yang bersumber dari penambahan faktor variabel tersebut akan

Page 10: Resume Ekonomi Pembangunan

menurun. Atas dasar prinsip ini, kita dapat menebak bahwa rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja di negara-negara berkembang disebabkan oleh kurangnya faktor-faktor atau input komplementer (faktor produksi selain tenaga kerja) seperti modal dan/ atau kecakapan manajemen yang berpengalaman.

Berdasarkan argumen tersebut, kita dapat menduga bahwa tingkat produktivitas dapat dinaikkan dengan cara memobilisasi tabungan domestik dan penarikan bantuan modal asing guna meningkatkan investasi baru berupa pengadaan barang-barang modal serta investasi baru dibidang pendidikan dan pelatihan untuk menambah keterampilan pengelolaan setiap tenaga kerja yang terlibat. Disamping itu diperlukan pula serangkaian langkah penyesuaian kelembagaan guna memaksimumkan potensi investasi manusia dan fisik tersebut. Serangkaian langkah penyesuaian kelembagaan itu bisa meliputi banyak hal, yakni reformasi sistem pemanfaatan tanah, penyaluran kredit, dan penyempurnaan struktur perbankan; penciptaan atau perbaikan lembaga-lembaga administrasi agar lebih independen, jujur dan efisien; perbaikan struktur pendidikan dan program latihan secara keseluruhan agar lebih sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional.

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah dampak dari sikap kaum pekerja dan pihak manajemen atau pihak pemilik perusahaan itu semua terhadap usaha-usaha memperbaiki diri, khususnya yang berkenaan dengan tingkat kesigapan dalam bekerja, kemauan dan kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri, pemupukan ambisi untuk maju, semangat juang, hasrat untuk menciptakan hal baru dan bereksperimen, pandangan-pandangan mereka terhadap pekerjaan seperti sikap disiplin, bertanggungjawab, dan eksploitasi, serta kapasitas fisik dan mental yang memadai dari setiap individu agar mereka dapat melaksanakan setiap pekerjaan dengan baik dan dapat membuahkan hasil yang memuaskan.

Sampai saat ini dapat diambil kesimpulan bahwa rendahnya tingkat produktivitas maupun standar hidup di negara-negara berkembang merupakan suatu fenomena sosial, sekaligus fenomena ekonomi. Karena kedua hal tersebut merupakan sebab dan akibat dari keterbelakangan.

C. TINGKAT PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN BEBAN KETERGANTUNGAN YANG TINGGI

Pada tahun 2004, total penduduk dunia telah melebihi 6,4 miliar jiwa, dan lebih dari lima per enam dari jumlah tersebut hidup di negara-negara berkembang, dan yang menghuni negara-negara maju hanya sekitar seperenamnya. Namun, diantara dua kelompok negara tersebut terdapat perbedaan mencolok mengenai tingkat kelahiran kasar, dan tingkat kematian yang terjadi, sehingga berdampak pada dinamika-dinamika sosial lainnya.

Page 11: Resume Ekonomi Pembangunan

Dari tingkat kelahiran di negara-negara berkembang pada umumnya sangat tinggi yaitu mencapai 30-40 untuk setiap 1000 penduduk, sedangkan di negara-negara maju jumlahnya kurang dari setengahnya. Kemudian dilihat dari tingkat kematian, jumlah orang yang meninggal dari 1000 penduduk per tahun, di negara-negara berkembang jumlahnya relatif tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara maju. Namun untuk lama-kelamaan sudah ada langkah antisipasi berupa usaha memperbaiki kondisi kesehatan dan pemberantasan penyakit menular berbahaya sehingga mampu mengurangi selisih perbedaan yang tinggi antara negara berkembang dengan negara maju. Namun hal itu mengakibatkan tingginya angka petumbuhan penduduk di negara berkembang yang mencapai 1,6 persen per tahun, sedangkan di negara maju jumlahnya hanya sekitar 0,7 per tahun.

Salah satu implikasi dari tingginya angka kelahiran di negara-negara berkembang adalah hampir 40 persen penduduknya terdiri dari anak-anak yang berumur kurang dari 15 tahun, sedangkan di negara-negara maju tidak sampai 20 persen. Jadi jumlah angkatan kerja produktif di negara-negara berkembang harus menanggung beban yang lebih banyak untuk menghidupi anak-anak. Di sisi lain proporsi jumlah penduduk usia diatas 65 tahun di negara-negara berkembang jumlahnya jauh lebih banyak daripada di negara-negara maju. Penduduk yang berusia lanjut dan usia anak-anak inilah yang secara ekonomis disebut sebagai beban ketergantungan. Artinya mereka merupakan anggota masyarakat yang tidak produktif, sehingga menjadi tanggungan dari angkatan kerja yang produktif.

Kesimpulannya, negara-negara berkembang tidak hanya dibebani oelh tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, namun juga harus menanggung beban ketergantungan yang lebih berat daripada negara-negara kaya. Situasi dan kondisi inilah yang menjadikan salah satu faktor penghambat pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang.

D. KETERGANTUNGAN PADA PRODUKSI PERTANIAN DAN EKSPOR BARANG-BARANG PRIMER

Lebih dari 65 persen penduduk di negara-negara berkembang hidup secara permanen bahkan secara turun temurun. Kemudian selain itu sebagian besar dari penduduk negara-negara berkembang juga hidup di daerah pedesaan. Sedangkan penduduk negara-negara maju tinggal di desa-desa kurang dari 27 persen. Demikian pula, sekitar 58 persen dari penduduk negara berkembang mecari nafkah dari sektor pertanian sedangkan di negara-negara meju hanya sekitar 5 persen jumlahnya. Sumbangan sektor pertanian terhadap GNI di negara-negara berkembang secara keseluruhan masih berkisar pada angka 14 persen berbeda jauh dengan sumbangan di negara-negara maju yang hanya mencapai 3 persen.

Alasan mendasar dari terjadinya pemusatan penduduk dan kegiatan produksi di sektor pertanian serta produksi di sektor primer atau bahan-bahan mentah

Page 12: Resume Ekonomi Pembangunan

lainnya yang ada di negara-negara berkembang adalah karena kenyataan bahwa pada tingkat pendapatan yang rendah prioritas pertama setiap orang adalah pangan, pakaian, dan tempat tinggal. Rendahnya produktivitas pertanian tidak hanya disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk dibandingkan dengan tanah yang tersedia, tetapi juga karena teknologi yang digunakan oleh pertanian negara-negara berkembang itu sering kali masih rendah, organisasi pengelolaannya masih buruk, dan kualitas input dan manusianya masih terbatas.

Oleh karena mayoritas jumlah penduduk yang mencari penghidupan di sektor pertanian banyak, akhirnya komoditas ekspor pun kebanyakan diliputi oleh produk-produk primer dari pertanian, bahan bakar, hasil hutan, dan bahan-bahan lain.

E. PASAR YANG TIDAK SEMPURNA DAN INFORMASI YANG TIDAK MEMADAI

Dalam analisis pasar, ternyata efektivitas pasar ternyata memerlukan adanya dukungan institusional, kultural, dan legal tertentu, yang kebanyakan dilupakan oleh masyarakat industri. Kebanyakan negara berkembang tidak memiliki perangkat hukum institusional, dan kalau adapun pati masih sangat lemah. Termasuk adanya sistem yang mendorong adanya kontrak/ perjanjian atau validasi atas hak cipta; kurs mata uang yang stabil dan terpercaya; insfrastruktur jalan dan utilitas lain yang mendorong biaya transportasi serta komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan antar negara menjadi lebih rendah; sistem perbankan dan asuransi yang kuat; pasar kredit formal yang melakukan seleksi dan alokasi dana-dana pinjaman berdasarkan profitabilitas ekonomi relatif serta menerapkan aturan pembayaran kembali; informasi pasar yang mencukupi bagi konsumen aupun produsen mengenai harga, kualitas, kuantitas, produk serta sumber daya seperti creditworthiness para peminjam potensial dan sikap atau perilaku yang dapat mendukung keberlangsungan hubungan bisnis yang baik.

F. KETERGANTUNGAN DAN KERAPUHAN DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL

Bagi negara-negara berkembang pada umumnya, salah satu faktor yang mengakibatkan rendahnya standar hidup masyarakat mereka, meningkatnya pengangguran serta kian mencoloknya ketimpangan distribusi pendapatan internasional adalah distribusi kekuatan politik dan ekonomi yang sangat tidak merata antara negara-negara kaya dan miskin. Perimbangan kekuatan yang sangat timpang tersebut tidak hanya terwujud pada kekuasaan negara kaya dalam mengatur pola perdagangan internasional dan kesepakatan yang mengatur hal itu, namun juga pada kemampuan mereka untuk mendikte syarat-syarat transfer teknologi, pemberian pinjaman, dan pelaksanaan investasi luar negeri kepada negara-negara sedang berkembang.

Page 13: Resume Ekonomi Pembangunan

Kemudian ada lagi salah satu faktor yang menyebabkan kesulitan usaha-usaha pembangunan ekonomi negara-negara miskin. Yaitu transfer nilai-nilai, sikap, kelembagaan, dan strandar perilaku, dari negara-negara dunia pertama dan kedua ke negara-negara ketiga dunia. Faktor lain yang tak kalah penting adalah munculnya pengaruh standar sosial dan ekonomi negara-negara maju terhadap skala gaji, gaya kehidupan elit, dan sikap individualistis untuk menumpuk kekayaan di negara-negara berkembang.

Akibat akhir dari adanya faktor-faktor tersebut adalah meningkatnya kerapuhan negara-negara Ketiga Dunia terhadap ancaman dan tekanan kekuatan-kekuatan luar yang memang sangat berpengaruh atau bahkan bisa sangat menentukan tingkat kesejahteraan ekonomi dan sosial mereka, padahal negara Dunia Ketiga merupakan negara-negara kecil yang tingkat ketergantungan ekonominya sangat tinggi dengan prospek sangat minim untuk dapat berdiri sendiri.

Page 14: Resume Ekonomi Pembangunan

Tingkat Relatif GDP dan Pendapatan per kapita

Sekitar empat perlima penduduk dunia menghuni negara-negara sedang berkembang pada abad 19. 50 persen penduduk di 40 negara dunia ketiga harus mempertahankan hidupnya dengan pendapatan yang sangat minimum.

Perbedaan Iklim

Hampir seluruh negara-negara Dunia Ketiga terletak di daerah yang beriklim subtropis.Sejarah membuktikan bahwa hampir setiap negara yang berhasil mengembangkan ekonominya secara modern terletak didaerah beriklim dingin.Salah satu faktor iklim yang secara langsung mempengaruhi produksi umumnya adalah udara panas dan lembab di negara subtropis,yang mengakibatkan penurunan kualitas tanah,penyusutan bahan-bahan alam dan perasaan kurang nyaman bagi para pekerja sehingga menurunkan tingkat produktivitas karena keinginan untuk bekerja keras berkurang.

Jumlah Penduduk,Penyebaran,dan Pertumbuhan

Jumlah penduduk dinegara dunia ketiga,kepadatan dan perkembangannya sangat berbeda dengan negara maju.Pada awal pertumbuhan ekonomi modern, penduduk benua Amerika Utara dan Eropa belum pernah melampaui pertumbuhan penduduk dalam angka 2% pertahun,Sedangkan pertumbuhan penduduk berkembang dalam beberapa dasawarsa meningkat lebih dari 2,5% pertahun.Hal ini menjadi kendala terberat terhadap negara berkembang karena adanya rasio pertumbuhan penduduk yang meningkat terhadap penurunan lahan kawasan industri atau perekonomian tidak seimbang.

Peranan Sejarah Migrasi Internasional

Abad ke 19 lebih dari 60 juta penduduk diseluruh dunia berimigrasi ke beberapa Benua belahan dunia seprti ke Amerika dan Australia.Pada periode tersebut diawali oleh orang-orang Eropa yang mencari kesejahteraan dan berharap menetap ke daerah yang dituju .Hal tersebut dikarenakan daerah asal imigran terjadi ketidak seimbangan perekonomian dan tingkat kemiskinan yang semakin tinggi.Kemudian disusul oleh negara Dunia Ketiga yang juga melakukan imigrasi secara berangsur ,keadaan ini membuat negara yang dituju para imigran menciptakan kebijakan pembatasan jumlah ataupun juga memperketat penambahan jumlah imigran di negara tersebut.Hal ini dikarenakan tenaga kerja domestik miskin tersingkirkan oleh tenaga para Imigran.

Ringkasan Pertumbuhan dari Perdagangan Internasional

Page 15: Resume Ekonomi Pembangunan

Dengan adanya perdagangan bebas pada abad ke 19-20 ,membuat negara-negara maju seperti Amerika Utara dan Eropa yang semakin tinggi perekonomiannya telah memberi kerenggangan tingkat perekonomian terhadap negar berkembang.Masalah yang ada pada negara berkembang yaitu adanya Dasar pertukaran atau nilai tukar perdagangan(harga yang diterima dari ekspor terhadap impor cenderung menurun ).

Stabilitas serta Fleksibilitas Lembaga-Lembaga Politik dan Sosial

Politik yang terjadi pada keaadan dan kepemimpinan suatu negara mempengaruhi perekonomian suatu negara itu sendiri ,dalam kesimpulan para peneliti perekonomian ,tingkat kesejahteraan atau perkembangan perekonomian tergantung oleh rezim negara itu sendiri otoriter atau demokratis .Di dalam kepemerintahan Demokratis para peneliti telah menyatakan bahwa kebanyakan perekonomian dinegara tersebut banyak mengalami pertumbuhan ,karena adanya kebebasan bersuara mengenai perekonomian negara tersebut dan menciptakan prinsip-prinsip baru dalam memajukan perekonomian,Sedang dinegara yang Diktaktor akan sulit mengalami pertumbuhan ekonomi secara cepat,karena kepemimpinan yang demikian Aspirasi terhadap kemajuan perekonomian ditentukan oleh kepempinan yang satu.

Kemampuan melakukan penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dalam perekonomian modern negara maju semakin meningkatkan teknologinya dan mengembangkan penelitian tentang pemecahan masalah perekonomian mereka. Sedang negara miskin relatif sederhana yaitu melakukan,penghematan moda,padat karya dan proses perdagangan yang terbatas akan pasar.Lain halnya dengan negara maju dan miskin ,negara berkembang juga telah sedikit meniru negara maju yang mengembangkan penelitian dan teknologinya ,meski dana yang di dapat dari negara-negara maju.