Resume Budidaya, Pemasaran Dan Tataniaga Sawit
-
Upload
fadilla-fitriana -
Category
Documents
-
view
141 -
download
12
description
Transcript of Resume Budidaya, Pemasaran Dan Tataniaga Sawit
Resume Teknik Budidaya dan Pengolahan (Industri Hilir)
Pemasaran dan Kelembagaan Tataniaga Kelapa Sawit
Mata Kuliah : Agribisnis Tanaman Perkebunan
Disusun Oleh :
Fadilla Fitriana 150610100094
Rosa Trismawaty Munthe 150610100118
M.Fakriguswandi 150610100031
Dosen :
Dr. Ir. Dini Rochdiani, MS
Agribisnis B
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
A. Klasifikasi dan Morfologi
Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Sub – Famili : Cocoidae
Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq (Kelapa sawit Afrika)
2. Elaeis melanococca atau Corozo oleifera (kelapasawit Amerika Latin)
Varietas/Tipe : Digolongkan berdasarkan :
1. Tebal tipisnya cangkang (endocarp) : dikenal ada tiga varietas/tipe, yaitu
Dura, Pisifera, dan Tenera.
2. Warna buah : dikenal tiga tipe yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil
minyak nabati yang sangat penting. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia di pelopori oleh
Adrien Hallet, berkebangsaan Belgia, yang telah mempunyai pengalaman menanam kelapa
sawit di Afrika. Penanaman kelapa sawit yang pertama di Indonesia dilakukan oleh beberapa
perusahaan perkebunan kelapa sawit seperti pembukaan kebun di Tanah Itam Ulu oleh
Maskapai Oliepalmen Cultuur, di Pulau Raja oleh Maskapai Huilleries de Sumatra – RCMA,
dan di sungai Liput oleh Palmbomen Cultuur Mij.
Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi
beberapa jenis sebagai berikut :
1. Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-
17%.
2. Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen
minyak 21-23%.
3. Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya
kecil. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnyahampir selalu
gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.
B. Syarat Tumbuh
Iklim
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang
130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika
Latin.
2
1. Curah Hujan
Tanaman Kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500 – 4.000 mm per tahun, tetapi curah
hujan optimal 2.000 – 3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180
hari per tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan
kebun karena mengganggu kegiatan di kebun seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran
transportasi, pembakaran sisa-sisa tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya erosi.
2. Suhu dan Tinggi Tempat
3. Kelembapan dan Penyinaran Matahari
Sifat Kimia Tanah
Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang
tinggi juga. Selain itu, pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0 – 6,0 dan
ber – pH optimum 5,0 – 5,5.
C. Teknologi perbanyakan Tanaman
Teknologi perbanyakan tanaman yang dapat dilakukan pada tanaman kelapa sawit
adalah dengan kultur jaringan dan pembibitan untuk perbanyakan secara konvensional.
Pembiakan Secara Kultur Jaringan
Pada pembiakan secara kultur jaringan, bahan tanaman kelapa sawit dapat diperoleh
dalam bentuk bibit atu klon hasil pembiakan secara kultur jaringan (tissue culture).
Pengembangan kelapa sawit sistem kultur jaringan dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan
yang terdapat pada bahan tanaman kelapa sawit yang berasal dari biji yang umumnya
memiliki keragaman dalam produksi, kualitas minyak, pertumbuhan vegatatif, dan ketahanan
terhadap hama – penyakit. Bibit kelapa sawit yang diperoleh dengan sistem kultur jaringan
ini disebut dengan klon kelapa sawit.
Pembuatan bibit klon dengan sistem kultur jaringan menggunakan bahan pembiakan
yang berasal dari tanaman hasil persilangan antara Deli Dura dan Pisifera yang memiliki sifat
– sifat unggul, yakni produksinya tinggi, pertumbuhan vegetatif seragam, kualitas minyak
baik, dan toleran terhadap hama dan penyakit.
Pembiakan Secara Pembibitan
Pembibitan klon meliputi pembibitan awal (pre nursery) selama 3 bulan dan
pembibitan utama (main nursery) selama 9 bulan. Sebelum pembibitan awal dilakukan,
3
planlet (tanaman baru) perlu melewati fase aklimatisasi, yaitu proses adaptasi planlet dari
kondisi laboratorium menjadi kondisi lingkungan alami di luar.
Persemaian dan Pembibitan
Benih kelapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan oleh
lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah. Proses pengecambahan umumnya dilakukan
sebagai berikut.
a. Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
b. Tandan buah diperam selama 3 hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari
tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
c. Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci
biji dengan air, lalu rendam dalam air selama 6-7 hari. Ganti air rendaman setiap hari.
Selanjutnya rendam biji tadi dalam Dithane M-45 konsentrasi 0,2 % selama 2 menit,
lalu keringanginkan.
d. Masukkan biji kelapa sawit tersebut ke dalam kaleng pengecambahan dan simpan di
dalam ruangan bertemperatur 39oC dengan kelembaban 60-70% selama 60 hari.
Setiap 7 hari, benih dikeringanginkan selama 3 menit.
e. Setelah 60 hari, rendam benih dalam air sampai kadar air 20-30% dan
dikeringanginkan lagi. Masukkan benih ke dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama
1-2 menit. Simpan benih di ruangan bertemperatur 270 C. Setelah 10 hari, benih
berkecambah pada hari ke-30 tidak digunakan lagi.
D. Persiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari pohon-pohon besar menggunakan parang, gergaji atau
sejenisnya, setelah dibersihkan pohon tersebut di bakar atau di angkut.
E. Pengajiran
Pengajiran dilakukan setelah areal/lahan sudah bersih dari pohon dan semak-semak.
Pengajiran dilakukan sesuai jarak yang kita inginkan bisa 9,4 x 9,4 m, 9 x 9 m dan 9,1 x 7,7
m. Pengukuran dilakukan menggunakan water pass sedangkan bahan yang digunakan sebagai
ajir yaitu bambu atau kayu kecil dengan ukuran kurang lebih 1 m.
F. Pembuatan Lobang Tanam
Pembuatan lubang tanam dikerjakan 1 minggu sebelum kelapa sawit di tanam dengan ukuran
60 x 60 x 60 cm. Cara pembuatan lobang tanam adalah sebagai berikut:
4
Tanah digali dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm
Lapisan tanah bagian atas (top soil) di pisahkan sebelah kanan dan bagian bawah sebelah
kiri.
G. Persiapan Bibit
Bibit yang dipersiapkan dengan usia siap tanam yaitu 10-12 bulan setelah dilakukan
penyeleksian. Untuk bibit tua dilakukan pemangkasan pada pelepah dengan ketinggian 1 - 1,5
m pangkal pelepah.
H. Pengangkutan
Sebelum di angkut bibit harus disiram terlebih dahulu selanjutnya bibit diangkut dengan truk
sampai kelokasi kemudian dilakukan penjejeran dibeberapa tempat sesuai dengan kebutuhan.
I. Penanaman
Setelah melakukan penjejeran lakukan penanaman dengan cara:
1. Taburkan pupuk awal dengan menggunakan pupuk TSP 400 gr diberi ½ dari dosis
kemudian taburkan ke dalam lobang tanam.
2. Bibit dimiringkan, sisi polybag di sayat dari bawah ke atas selanjutnya polibag
ditarik kemudian bibit dimasukkan ke dasar lubang sesuai dengan baris tanaman.
3. Masukkan tanah lapisan atas (top soil) terlebih dahulu kira-kira setengah dari
lubang tanam. Selanjutnya masukkan tanah lapisan bawah (sub soil) sampai
kepermukaan kemudian dipadatkan.
4. Selanjutnya buat piringan disekeliling tanaman dengan diameter 1 m dan parit
keliling sedalam kurang lebih 5-7 cm.
5. Taburkan sisa pupuk tersebut secara merata dilingkaran piringan.Tancapkan ajir
disisi tanaman dan bekas polibag diletakkan diujung polibag.
J. Pemeliharaan
Penyulaman
Penyulaman yaitu mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhannya yang abnormal
dengan tanaman yang baru. Penyulaman dilakukan setalah penanaman bibit di lapangan
dengan waktu tanaman berumur 1 bulan setelah tanam.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
5
1) Mekanik
Yaitu pengendalian dengan menggunakan alat seperti parang, mesin rumput dan sejenisnya.
Di dalam pengendalian harus dilihat dari jenis gulma yang akan dimusnakan, apabila gulma
berupa kayu dilakukan sampai keakar dan apabila rumput dilakukan hanya sekedar
merobohkan batang tanaman tersebut.
2) Kimiawi
Yaitu pengendalian dengan menggunakan herbisida yang disemprotkan ke gulma tersebut.
Dalam kegiatan ini gulma yang ditemukan adalah ilalang dan pasar piku. Pengendaliannya
dapat menggunakan insektisida Gramoxone, Roundrap dengan dosis 100 cc/10 ltr air.
3) Sanitasi
Yaitu pembuangan pelepah pohon kelapa sawit yang melebihi standar pelepah, karena
standar pelepah yang diperlukan pada tanaman kelapa sawit yaitu 48 - 66 pelepah.
Jumlah songgoh yang diperlukan dalam pembuangan pelepah tanaman kelapa sawit yaitu
berjumlah 1 dan 2 songgoh. Adapun alat yang digunakan dalam pembuangan pelepah yaitu
dodos dan egrek, jarak pemotongan pelepah yaitu 5 cm. Tujuan dari sanitasi adalah sebagai
berikut:
Meningkatkan produktivitas tanaman.
Melancarkan proses fotosintesis dan respirasi.
K. Kastrusi (pembuangan)
Yaitu membuang bunga jantan dan bunga betina karena buah yang jadi belum
ekonomis dipanen karena belum merata. Kegiatan ini dilakukan mulai saat tanaman berbunga
umur 14-18 bulan sampai 26-30 bulan karean bila jumlah hasil monotoring suatu blok sudah
mencapai 50%.
Cara kerjanya : Semua bunga jantan dan bunga betina kurang lebih 30 cm diatas tanah
dibuang tanpa membuang pelepah bunga yang masih kecil dipatahkan dengan pengait.
Sedangkan bunga betina yang sudah besar dipotong dengan alat dodos, bunga-bunga
dikumpulkan, dikeringkan dan dibakar.
L. Pemupukan
Yaitu perlakuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Jarak
pemupukan dari batang tanaman adalah 1,5 - 2 m teknik pemupukan di bagi menjadi dua
yaitu ditugal dan ditabur.
Sebelum melakukan pemupukan dilakukan pemasangan SPB (Suplai Penempatan
Pupuk Besar) dengan dosis 5-6 sak dan SPK (Penempatan Pupuk Kecil). 1 SPK yaitu 5
6
pokok atau 2 baris 10 pokok, tujuannya untuk mengetahui tempat peletakkan/ tempat
pemberian pupuk.
Jenis-jenis pupuk yang sering digunakan pada pemeliharaan kelapa sawit yaitu :
Urea dengan kadar 46 %
ZA denagn kadar 21 %
TSP dengan kadar 36 %
Rokphos Pane CRP TSP dengan kadar 30 %
Klesent dengan kadar 26 - 27 % Mgo
Dolomite dengan kadar 18 % Mgo
M. Hama dan Penyakit
Hama-hama tanaman kelapa sawit yaitu :
1. Ulat Api dan Ulat Kantong
Pengendalian : dengan cara dibunuh menggunakan tangan dan dapat juga menggunakan
bahan kimia seperti Insektisida.
2. Babi
Pengendalian pemagaran terhadap tanaman yang baru disulam. Jenis-jenis pagar :
Pagar Kawat : bentuk lingkaran
Pagar Pelepah : bentuk segitiga
Pagar Bambu : bentuk lingkaran
3. Tikus
Pengendalian membongkar sarang tikus, menggunakan racun seperti klerat
Penyakit
1. Busuk pangkal batang
Penyebab jamur Genoderma Guinensis yang ditular melalui akar.
2. Busuk tandan
Gejala permukaan tandan terdapat benang jamur putih mengkilat dan lama-lama
miselium masuk ke daging buah sehingga buah busuk.
Penyebab Jamur Marasmius Palmivoras akibat suasana kelembaban yang tinggi.
Pengendalian : mengurangi kelembaban lingkungan dengan perbaikkan grainase dan kastrasi
(pembuangan bunga jantan dan bunga betina) sesuai jadwal.
Hindarkan buah/tandan yang busuk dipohon.
7
Semprot dengan fungisida
N. Panen
Kriteria panen adalah tanaman yang sudah berumur 30 bulan di lapangan, maka tanaman
itu sudah bisa dipanen dengan kriteria sebagai berikut :
60 % tanaman sudah mempunyai buah yang siap panen
Berat TBS > 3 kg
Penyebaran panen minimal 1 : 5 atau setiap satu baris ada 5 pokok yang sudah
dipanen.
Tandan matang dapat dilihat dengan warna buah orange kemerahan, buah sudah mulai
berjatuhan. Tingkat kematangan yang baik adalah berondolan maksimal 12,5 %.
O. Pengolahan Kelapa Sawit
Tandan buah sawit dari kebun akan langsung diolah. Proses yang dilakukan meliputi
proses sterilisasi, perontokan, pencacahan, dan pengepresan untuk mendapatkan minyak
sawit. Dari proses pengepresan akan dihasilkan fase cair (minyak) dan fase padat berupa
ampas. Fase cair merupakan fase minyak yang masih banyak mengandung pengotor seperti
serat-serat maupun pasir sehingga perlu dilakukan penyaringan dan klarifikasi untuk
memisahkan pengotor-pengotor tersebut.
Pemulusan/Pemurnian Minyak
Proses pemulusan/pemurnian merupakan langkah yang perlu dilakukan dalam
produksi edible oil dan produk berbasis lemak. Tujuan dari proses ini adalah untuk
mengilangkan pengotor dan komponen lain yang akan mempengaruhi kualitas dari produk
akhir/jadi. Kualitas produk akhir yang perlu diawasi adalah bau, stabilitas daya simpan, dan
warna produk (Leong, 1992).
Proses pemurnian yang tepat sangat penting dilakukan dalam rangka untuk
memproduksi produk akhir yang berkualitas tinggi dalam rentang spesifikasi yang telah
ditentukan dan sesuai keinginan pelanggan. Ada 2 tipe dasar teknologi pembersihan yang
tersedia untuk minyak:
(i) Pembersihan secara kimia (alkali)
(ii) Pembersihan secara fisik
Perbedaan diantara kedua tipe tersebut didasarkan pada jenis bahan kimia yang
digunakan dan cara penghilangan FFA. Pembersihan secara fisik tampaknya pada prakteknya
menggantikan penggunakan teknik pembersihan menggunakan bahan kimia (alkali) karena
8
tingginya asam lemak bebas (FFA) pada minyak yang dibersihkan dengan cara kimia. Proses
deasidifikasi (deodorisasi) pada proses pembersihan secara fisik mampu mengatasi masalah
tersebut. Terpisah dari hal tersebut, menurut literatur, metode ini disarankan karena diketahui
cocok untuk minyak tumbuhan dengan kadar fosfat yang rendah seperti minyak sawit.
Dengan demikian, Pembersihan secara fisik terbukti memiliki efisiensi yang lebih tinggi,
kehilangan yang lebih sedikit (refining factor (RF) < 1.3), biaya operasi yang lebih rendah,
modal yang lebih rendah dan lebih sedikit bahan untuk ditangani (Yusoff dan Thiagarajan,
1993).
Refining Factor (RF) adalah parameter yang digunakan untuk memperkirakan
berbagai tahap pada proses pemurnian. Faktor ini tergantung pada hasil produk dan kualitas
dari input dan dihitung yaitu :
RF = oil loss %FFA %
RF biasanya dikuantifikasi untuk berbagai tahap dalam proses pemurnian secara
sendiri-sendiri dan pengawasan RF dalam pemurnian biasanya berdasarkan berat yang
dihitung dari pengukuran volumetrik yang disesuaikan dengan temperatur atau menggunakan
accurate cross-checked flow meters (Leong, 1992). Secara umum, pemurnian secara kimia
memerlukan tahap proses, peralatan dan bahan kimia yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan pemurnian secara fisik.
P. Pemasaran dan Tata Niaga Kelapa sawit
Secara umum, ada dua sumber permintaan (peluang pasar) untuk CPO Indonesia yaitu
konsumsi domestik dan eksport. Setelah sebelumnya meningkat sekitar 8% per tahun,
peluang konsumsi CPO di dalam negeri diperkirakan meningkat dengan laju antara 6% pada
tahap awal dan menurun menjadi sekitar 4%. Selain mengandalkan pasar domestik, pasar
eksport merupakan pasar utama CPO Indonesia. Eksport CPO Indonesia pada dekade terakhir
meningkat dengan laju antara 7 – 8 % pertahun. Selain dipengaruhi oleh harga dipasar
internasional dan tingkat produksi, kinerja eksport CPO Indonesia juga sangat dipengaruhi
oleh kebijakan pemerintah. Berdasarkan peluang pasar tersebut, maka peluang investasi dari
sisi perluasan areal diperkirakan masih cukup terbuka. Pada tahun 2003-2005 perluasan areal
adalah antara 3,5%per tahun, sedangkan periode 2006-2010 adalah sekitar 2% per tahun.
Dengan asumsi tersebut peluang investasi dari sisi perluasan areal diperkirakan sekitar
11.700 ha per tahunpada periode 2003-2005 dan 70.000 ha per tahun untuk periode 2006-
2010. Untuk mewujudkan hal tersebut, dana investasi yang dibutuhkan adalah sekitar 1,7
9
triliun per tahun pada periode pertama dan sekitar 1,1 triliun per tahun pada periode kedua.
Pada tahun 2007 produksi Indonesia akan tumbuh pesat dan mencapai 14 juta ton,sedangkan
produksi Malaysia cenderung bergerak lambat yang mencapai 15 juta ton. Perkiraan ini
didasarkan asumsi produktivitas kelapa sawit Indonesia 4,3 ton/ha sementara Malaysia 4
ton/ha. Sehingga dalam 10 tahun kedepan Indonesia akan menjadi produsen CPO terbesar
dunia Bila melihat sumberdaya alam dan manusia yang dimiliki Indonesia saat iniyang secara
kuantitatif relatif jauh lebih unggul dibanding Malaysia, Indonesia tampaknyaberpeluang
cukup besar untuk menjadi produsen kelapa sawit terbesar dunia.
Dari sisi sumberdaya alam, Indonesia masih memiliki luas lahan untuk
pengembangan perkebunankelapa sawit yang masih sangat luas yang mencapai 9 juta hektar
lebih. Sementara dari sisisumberdaya manusia, jumlah sumberdaya manusia yang dimiliki
Indonesia masih sangatbesar untuk perkebunan kelapa sawit yang kebutuhan tenaga kerja
sangat besar. Disamping itu, dengan tingkat produktivitas tanaman yang ada saat ini,
Indonesia masih berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanamannya dengan
penggunaan bibit unggul dan pengelolaan produksi yang lebih profesional. Prospek
pengembangan kelapa sawit juga relatif baik. Dari sisi permintaan, diperkirakan permintaan
terhadap produk kelapa sawit akan tetap tinggi di masa-masa mendatang. Ini disebabkan,
dibanding produk substitusinya seperti minyak kedelai, minyakjagung dan minyak bunga
matahari, preferensi terhadap minyak kelapa sawit diperkirakanmasih relatif tinggi.
Relatif tingginya preferensi terhadap minyak kelapa sawit disebabkanminyak sawit
memiliki banyak keunggulan dibanding produk substitusinya. Keunggulan tersebut antara
lain adalah relatif lebih tahan lama disimpan, tahan terhadap tekanan dan suhutinggi, tidak
cepat bau, memiliki kandungan gizi yang relatif tinggi, serta bermanfaat sebagaibahan baku
berbagai jenis industri. Saat ini, Malaysia telah berhasil mengembangkan produk turunan
kelapa sawit menjadi sekitar 34 jenis turunan yang memperluas pangsa pasar minyaksawit di
negara tersebut.
10