tataniaga patukk

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang melakukan uang untuk membeli barang dengan harga tertentu. Permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bersifat fluktuatif yang sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan sekitar. Syarat suatu tempat untuk dikatakan sebagai pasar adalah apabila terdapat tempat untuk berniaga, barang dan jasa yang akan diperdagangkan, penjual barang tertentu, pembeli barang dan adanya hubungan dalam transaksi jual beli. Oleh karena itu, pasar berfungsi sebagai sarana distribusi yaitu terjadinya hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya antara produsen kepada konsumen. Sebagai pembentuk harga, pasar berperan dalam proses terjadinya tawar menawar antara penjual dan pembeli sehingga terbentuklah harga dan sebagai sarana promosi, dengan berbagai macam cara para produsen memperkenalkan hasil produksi kepada konsumen sehingga para konsumen berniat membeli barang tersebut (anonim, 2010). Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki potensi pasar yang cukup besar. Baik pasar modal, pertanian, perikanan dan pasar barang dan jasa lainnya. Sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi perikanan, Yogyakarta memiliki beberapa pasar tradisional yang di dalamnya 1

Transcript of tataniaga patukk

Page 1: tataniaga patukk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk

menjual barang/jasa dan pembeli yang melakukan uang untuk membeli barang dengan

harga tertentu. Permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bersifat fluktuatif yang

sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan sekitar. Syarat suatu tempat untuk dikatakan

sebagai pasar adalah apabila terdapat tempat untuk berniaga, barang dan jasa yang akan

diperdagangkan, penjual barang tertentu, pembeli barang dan adanya hubungan dalam

transaksi jual beli. Oleh karena itu, pasar berfungsi sebagai sarana distribusi yaitu

terjadinya hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan

hasil produksinya antara produsen kepada konsumen. Sebagai pembentuk harga, pasar

berperan dalam proses terjadinya tawar menawar antara penjual dan pembeli sehingga

terbentuklah harga dan sebagai sarana promosi, dengan berbagai macam cara para

produsen memperkenalkan hasil produksi kepada konsumen sehingga para konsumen

berniat membeli barang tersebut (anonim, 2010).

Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki potensi pasar yang cukup besar.

Baik pasar modal, pertanian, perikanan dan pasar barang dan jasa lainnya. Sebagai salah

satu daerah yang memiliki potensi perikanan, Yogyakarta memiliki beberapa pasar

tradisional yang di dalamnya memperjualbelikan produk-produk perikanan. Pasar

tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik yang

menerapkan sistem transaksi tawar menawar dimana fungsi utamanya adalah untuk

melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan atau daerah disekitarnya

( Sinaga, 2008). Pasar Patuk merupakan salah satu dari beberapa pasar tradisional yang

terdapat di Yogyakarta dan menyediakan tempat bagi para pedagang ikan untuk menjual

produk hasil perikanan baik yang berasal dari hasil budidaya maupun dari perikanan

tangkap. Karena letaknya yang berada di tengah kota, maka akses menuju pasar tersebut

sangatlah mudah.

Sifat atau kebiasaan hidup konsumen akan berpengaruh terhadap pasar.

Konsumen yang berpendapatan tinggi dan memiliki kebiasaan hidup yang sangat

konsumtif akan sangat menguntungkan penjual karena semakin memudahkan dalam

1

Page 2: tataniaga patukk

penjualan barang. Lokasi pasar yang mudah dijangkau adalah salah satu faktor yang

dapat mempengaruh banyak sedikitnya pembeli ataupun pemasok barang. Lokasi pasar

yang mudah dijangkau dengan alat transportasi akan semakin memudahkan para

pembeli untuk memperoleh barang pemuas kebutuhan mereka. Demikian pula pada

pemasok, adanya ketermudahan dalam mencapai lokasi pasar akan semakin

memudahkan para pemasok dalam mengirimkan barang yang dibutuhkan oleh pedagang

di pasar tersebut. Kemudahan transportasi ini juga akan semakin menurunkan biaya

operasional sehingga barang yang dijual memiliki harga yang tidak memberatkan

konsumen sebagai pihak ketiga.

Dilihat dari segi konsumen, pasar perikanan di Yogyakarta dipengaruhi oleh

tingkat konsumsi ikan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta masih sangat rendah,

mencapai sekitar 4 kg/kapita/tahun (Anonim, 2009). Pola konsumsi ikan juga tidak

merata di samping rendahnya konsumsi ikan. Rendahnya konsumsi ikan di Daerah

Istimewa Yogyakarta diduga antara lain disebabkan oleh rendahnya produksi perikanan,

sosial budaya, dan rendahnya pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, keberadaan

pedagang ikan di pasar-pasar tradisional khususnya di Pasar Patuk merupakan salah satu

cara untuk mengatasi kurangnya ketersediaan produk perikanan budidaya maupun

produk perikanan tangkap.

Secara tidak langsung kondisi sosial ekonomi para pedagang ikan dipengaruhi

oleh beberapa faktor baik faktor produsi maupun faktor konsumen. Kehidupan sosial

ekonomi sendiri adalah perilaku sosial masyarakat yang menyangkut interaksinya dan

perilaku ekonomi dari masyarakat yang berhubungan dengan pendapatan dan

pemanfaatannya (Sembiring,2009). Oleh karena itu, untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi para pedagang ikan di Pasar Patuk, maka

dilakukan pengamatan, observasi dan wawancara lapangan di Pasar Patuk Yogyakarta

yang telah terlaksana pada tanggal 13 Desember 2011.

2

Page 3: tataniaga patukk

B. Tujuan

1. Mengetahui Harga produk perikanan di Pasar Pathuk

2. Mengetahui permasalahan - permasalahan yang dihadapi pedagang ikan di

Pasar Patuk

3. Mengetahui Saluran Pemasaran produk perikanan di Pasar Pathuk

C. Manfaat

1. Mampu mengembangkan kemampuan dalam menganalisis permasalahan yang

dihadapi para pedagang ikan di Pasar Patuk

2. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan solusi-solusi yang sesuai

dengan permasalahan yang dihadapi para pedagang ikan di Pasar Patuk

3. Mampu memberikan Informasi terhadap harga produk perikanan di Pasar

Pathuk

D. Waktu dan Tempat

Praktikum ini telah kami dilaksanakan pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 13 Desember 2011

Waktu : 06.00 – 08.00 WIB

Tempat : Pasar Patuk Yogyakarta

3

Page 4: tataniaga patukk

BAB II

PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

A. Observasi

a. Pengertian Observasi

Menurut Nawawi & Hadari (1992) observasi adalah pengamatan dan pencatatan

secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-

gejala dalam objek penelitian.

Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses

terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.

Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek

selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan

sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

Observasi barangkali menjadi metode yang paling dasar dan paling tua dari ilmu-

ilmu sosial, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati.

Observasi adalah suatu aktivitas dalam mengenal tingkah laku individu dan biasanya

diakhiri dengan mencatat hal-hal yang penting dan merupakan studi yang dilakukan

dengan sengaja dan secara sistematis melalui proses pengamatan atau gejala-gejala

spontan yang terjadi pada saat itu (Poerwandari, 2007).

Banister dkk (dalam Poerwandari, 2007) mengatakan bahwa observasi selalu

menjadi bagian dalam penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam konteks

laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah. Sedangkan menurut

Patton (dalam Poerwandari, 2007) observasi merupakan metode pengumpulan data

esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif.

b. Tujuan Observasi

Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-

aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna

kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati

tersebut. Deskripsi harus akurat, faktual sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai

4

Page 5: tataniaga patukk

catatan panjang lebar yang tidak relevan. Patton (dalam Poerwandari, 2007) mengatakan

data hasil observasi menjadi data penting karena:

1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dimana

suatu hal yang diteliti ada atau terjadi.

2. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada

penemuan daripada pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk

mendekati masalah secara induktif.

3. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh partisipan atau

subjek penelitian sendiri kurng disadari.

4. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang

karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka

dalam wawancara.

5. Observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif

yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak-pihak lain.

6. Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap intospektif

terhadap penelitian yang dilakukannya.

Patton (dalam Poerwandari, 2007) menjelaskan bahwa data hasil penelitian

menjadi penting karena peneliti akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang

konteks dimana hal itu terjadi. Peneliti akan dapat bersikap terbuka, berorientasi pada

penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah

secara induktif.

c. Bentuk-bentuk Observasi

Menurut Moleong (1998), observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Keterlibatan pengamat dalam kegiatan orang-orang yang diamati, yaitu :

a. Observasi Partisipan

Suatu observasi dimana pengamat ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh subyek yang diteliti atau diamati seolah-olah pengamat

merupakan bagian dari mereka.

b. Observasi Non Partisipan

Observasi dimana pengamat berada di luar subjek yang diteliti dan tidak

ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.

5

Page 6: tataniaga patukk

2. Cara pengamatan dibedakan atas :

a. Observasi Berstruktur

Observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya

menggunakan pedoman pengamatan.

b. Observasi Tidak Berstruktur

Observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya melakukan

pengamatan secara bebas.

Metode observasi yang dilakukan pada praktikum Pengantar Ekonomi Perikanan

adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara survey langsung terhadap

sejumlah responden dari pedagang ikan di Pasar Demangan dan Pasar Patuk yang dapat

mewakili keseluruhan pedagang ikan di kedua pasar tersebut. Sebelum pelaksanaan

praktikum dilakukan, diadakan koordinasi dengan pengurus pasar dan para pedagang

ikan agar pelaksanaan praktikum dapat berjalan lancar. Observasi dilakukan dengan

cara peninjauan dan pengamatan langsung ke lapangan menggunakan kuisioner berupa

wawancara (tanya jawab), pengambilan video dan pengambilan gambar(foto). Pengisian

kuisioner dilakukan oleh praktikan sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh

responden.

B. Wawancara

1. Pengertian Wawancara

Moleong (1998) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan

itu. Sedangkan menurut Poerwandari (2007) wawancara adalah percakapan dan tanya

jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara sendiri merupakan

suatu teknik dalam mengali informasi yang diinginkan dalam suatu proses tanya jawab

(Arismunandar, 2006).

2. Bentuk-bentuk Wawancara

Menurut Moleong (1998) metode wawancara dapat dibedakan menjadi tiga

macam, yaitu :

6

Page 7: tataniaga patukk

a. Wawancara berstruktur

Merupakan metode wawancara dimana pewawancara menggunakan

(mempersiapkan) daftar pertanyaan atau daftar isian sebagai penuntun selama

proses wawancara.

b. Wawancara semi terstruktur

Proses wawancara yang menggunakan panduan wawancara yang berasal

dari pengembangan topik. Sistem yang digunakan dalam menggajukan pertanyaan

dan penggunaan terminology lebih fleksibel daripada wawancara terstruktur.

c. Wawancara tidak terstruktur

Merupakan metode wawancara dimana pewawancara tidak menggunakan

(mempersiapkan) daftar pertanyaan atau isian sebagai penuntun selama proses

wawancara. Sedangkan Patton (dalam Poerwandari, 2007) membedakan tiga

pendekatan dasar dalam memperoleh data kualitatif melalui wawancara, yaitu :

a. Wawancara Informal

Proses wawancara didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya

pertanyaan-pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah. Tipe wawancara

demikian umumnya dilakukan peneliti yang melakukan observasi partisipatif.

Dalam situasi demikian, orang-orang yang diajak berbicara mungkin tidak

menyadari bahwa ia sedang diwawancarai secara sistematis untuk menggali data.

b. Wawancara dengan Pedoman Umum

Dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi pedoman wawancara

yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa

menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan

eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai

aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist)

apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau dipertanyakan.

Wawancara dengan pedoman sangat umum ini dapat berbentuk wawancara

terfokus, yakni wawancara yang mengarahkan pembicaraan pada hal-hal atau

aspek-aspek tertentu dari kehidupan atau pengalaman subjek.

7

Page 8: tataniaga patukk

c. Wawancara dengan Pedoman Terstandar yang Terbuka

Dalam bentuk wawancara ini, pedoman wawancara ditulis secara rinci,

lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat. Peneliti

diharapkan dapat melaksanakan wawancara sesuai sekuensi yang tercantum, serta

menanyakannya dengan cara yang sama pada responden-responden yang berbeda.

Wawancara pada praktikum kali ini dilakukan selama satu hari yaitu tanggal 13

Desember 2011 di Pasar Patuk pukul 06.00 pagi hari. Wawancara dilakukan pada pagi

hari untuk menyesuaikan kegiatan para pedagang ikan di pasar agar informasi yang

didapatkan sesuai dengan kegiatan sehari-hari responden. Alat yang digunakan dalam

pengambilan data berupa alat tulis dan lembar kuisioner. Wawancara dan tanya jawab

dilakukan sesuai kesepakatan antara responden dengan pewawancara agar tidak

mengganggu kegiatan perdagangan para responden.

8

Page 9: tataniaga patukk

Gambar 3. Pasar Patuk Yogyakarta

BAB III

KEADAAN LOKASI & SISTEM PEMASARAN PRODUK

PERIKANAN DI PASAR PATUK YOGYAKARTA

A. Keadaan Lokasi

Pasar Patuk merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di Yogyakarta.

Lokasi Pasar Patuk cukup jauh dari sisi Barat Malioboro. Letaknya yang dekat daerah

pecinan kota Yogyakarta menyebabkan

banyak makanan khas warga keturunan

Cina dijual disini. Berdasarkan informasi

dari pengurus Pasar, Pasar patuk berdiri

tahun 1979, pada awalnya pasar tersebut

merupakan daerah perkampungan yang

dekat dengan Bioskop Samurai. Kemudian

setelah terjadi kebakaran, maka lahan

tersebut diambil alih oleh pemerintah dan dijadikan pasar yang sekarang dikenal dengan

Pasar Patuk.

Aktivitas di Pasar Patuk dimulai pukul 04.30 pagi hingga 17.00. Penataan kios

pedagang di pasar ini sudah cukup baik, di bagian kanan pasar terdapat para penjual

sayuran, pedagang makanan di bagian kiri dan los daging ayam serta ikan berada di

bagian belakang pasar, sedangkan kios penjual daging sapi berada di bagian depan

pasar. Jika dilihat dari kebersihan pasar, Pasar Patuk termasuk pasar tradisional yang

cukup bersih dan tertib. Karena pasar ini merupakan pasar di dekat daerah pecinan,

maka sebagian besar pembeli merupakan warga keturunan cina.

Pasar Patuk memiliki struktur organisasi resmi dari pemerintah (slampiran 2).

Organisasi pasar ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu; ketua, sekretaris, bendahara,

dan keamanan. Posisi ketua dijabat oleh Bapak Sugeng, beliau bertugas untuk

mengkoordinasikan serta memantau segala kegiatan yang berlangsung di pasar dan

menghadiri kegiatan-kegiatan di luar pasar yang berasal dari pemerintah yang

kemudian diinformasikan kepada para pedagang di pasar. Ibu Sri Lestari sebagai

sekretaris bertugas untuk mengurus segala jenis administrasi dan surat-menyurat yang

9

Page 10: tataniaga patukk

melibatkan pihak pasar. Sedangkan bendahara menangani keuangan yang keluar masuk

pasar baik dari biaya sewa kios, atau pengelolaan dana pemerintah untuk pembangunan

Pasar. Bendahara Pasar Patuk dijabat oleh Ibu Mini. Bagian keamanan berfungsi untuk

menjaga stabilitas kegiatan pasar, baik dari segi regulasi pasar ataupun kebersihan

pasar. Sehingga, keadaan pasar bisa kondusif dan nyaman bagi konsumen ataupun para

pedagang.

B. Sistem Pemasaran Produk Perikanan

a. Profil Responden

Teknik pengambilan data pengamatan praktikum pengantar ekonomi perikanan

dilakukan dengan melakukan wawancara secara langsung dengan para pedagang ikan di

Pasar Patuk. Wawancara dengan enam responden diharapkan dapat mewakili data

pengamatan di pasar tersebut. Hasil wawancara terhadap enam responden adalah

sebagai berikut:

1. Nama : Partin

Umur : 57

Alamat : Jati Mulyo

Ibu Suti merupakan penjual komoditas perikanan yang unik. Beliau hanya

menjual daging kodok saja. Jenis kodok yang dijual adalah kodok hijau Pendapatan

yang didapatkan setiap harinya tidak menentu tergantung pada permintaan daging

kodok dari konsumen langganannya. Harga yang dipasang Bu Suti sekitar Rp.25.000,00

per kilo. Dalam satu hari dapat terjual sebanyak 20 kg. Sehingga dengan jumlah anggota

keluarga empat orang dari hasil berjualan sudah dapat mencukupi kebutuhan sehari-

hari.

2. Nama : Kong Lo

Umur : 26

Alamat : Gamping

Kong Lo merupakan pedagang muda yang belum berkeluarga. Beliau sudah

berjualan selama 3 tahun. Jenis ikan yang dijual adalah udang, cumi-cumi, gurame dan

bandeng. Pendapatan kotor yang didapatkan setiap harinya sekitar Rp 1.000.000,00 –

Rp 2.000.000,00 dengan pendapatan bersih sebesar Rp 200.000,00 – Rp 300.000,00.

10

Page 11: tataniaga patukk

Kong Lo sudah memiliki tempat yang paten dan cukup bersih untuk berjualan sehinga

ikan yang dijual cukup higienis. Penghasilan sebesar Rp 200.000,00 - Rp 300.000,00

sangat cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari untuk seorang yang masih

lajang.

3. Nama : Pak Sugianto

Umur : 34

Alamat : Jatimuyo, Yogyakarta

Pak Sugianto adalah pedagang asal Yogyakarta tepatnya daerah Jatimuyo.

Komoditas perikanan yang ditawarkan antara lain adalah cumi-cumi, udang, tengiri,

gurame dan tongkol. Dalam satu hari didapatkan Rp 350.000,00 untuk pendapatan

kotornya. Sedangkan pendapatan bersihnya sekitar Rp 200.000,00. Kios tempatnya

berjualan merupakan kios yang di sewa dengan biaya Rp 4000,00 per harinya.

4. Nama : Pak Joko

Umur : 43

Alamat : Jogonegaran

Keluarga Joko adalah salah satu pedagang ikan di Pasar Patuk. Bapak dan Ibu

Joko berjualan di dua tempat yang berbeda. Jenis ikan yang dijual adalah gurameh,

udang, cumi dan kakap. Sehari mereka reta-rata mendapatkan penghasilan kotor sekitar

Rp.2.000.000,00 – Rp.3.000.000,00. Setelah dipotong biaya lain-lain maka didapatkan

keuntungan sebanyak Rp 300.000,00 – Rp 600.000,00 per harinya.

5. Nama : Siswono

Umur : 33

Alamat : Samodaran

Pak Siswono berasal dari Samodaran Yogyakarta. Jenis ikan yang dijual antara

lain adalah tengiri, udang, kakap, gurameh, cumi-cumi dan barakuda. Beliau sudah

memiliki langganan yang membeli ikan-ikan yang dijualnya, sehingga hampir setiap

hari barang dagangannya laku terjual. Menurut beliau tidak ada kebijakan pemerintah

yang merugikan bagi pedagang. Kendala yang beliau hadapi adalah saat terang bulan

dan stok ikan sedikit, maka beliau harus mengurangi jatah pesanan para pelanggannya

11

Page 12: tataniaga patukk

Produsen dari Semarang

DistributorPedagang ikan

Pasar PatukKonsumen

Produsen dari Pati

Restoran/ rumah makan

Perorangan

dan membaginya secara merata agar tidak ada pelanggan yang kecewa karena tidak

mendapat barang pesanannya.

6. Nama : Pak Wanto

Umur : 45

Alamat : Gamping

Pak Wanto adalah pedagang asli Yogyakarta. Barang dagangannya adalah udang,

kakap, gurame, cumi setiap hari pasti habis, karena sudah dipesan oleh restoran yang

berlangganan. Pendapatan kotor dalam satu hari sekitar Rp 2.000.000,00 dengan

pendapatan bersih sekitar Rp 100.000,00. Biaya produksi biasanya dihabiskan untuk

biaya pembelian es, transportasi dan biaya-biaya lain yang mencapai sekitar Rp

500.000,00 – Rp.800.000,00. Dengan pendapatan yang didapatkan setiap hari, beliau

mampu menghidupi kehidupan sehari-harinya.

b. Aktivitas Perdagangan

Pasar Patuk mulai beraktivitas pukul 04.30 pagi. Pada jam tersebut keadaan pasar

masih sepi karena baru sedikit pedagang yang menjajakan dagangannya. Distributor

ikan Pasar Patuk berasal dari Semarang dan Pati yang diantarkan sekitar pukul 03.30

atau 04.00. Ikan yang disetorkan sesuai dengan pesanan pedagang. Pasar Patuk

merupakan pasar kelima yang didatangi distributor. Sebagian pedagang sudah memiliki

konsumen langganan baik restoran maupun perorangan, sehingga barang dagangan

mereka habis setiap hari. Para pedagang mulai menjual ikan pukul 05.30 hingga siang

sekitar pukul 12.30 wib karena konsumen mulai berdatangan pada jam-jam tersebut.

Sama seperti pedagang di Pasar Demangan, pedagang ikan disini juga mengambil

untung sekitar 5-10% dari harga yang di tetapkan distributor.

Alur aliran ikan yang terjadi di Pasar Patuk dapat digambarkan dengan flowchart

di bawah ini :

12

Page 13: tataniaga patukk

Produk Ikan Harga Beli/Kg (Rp.) Harga Jual/Kg (Rp.)

Margin/Kg (Rp.)Volume

Pembelian/pedangang (Kg)

Udang 35.000 38.000 3.000 50Udang Windu 75.000 85.000 10.000 50Kakap 28.000 32.000 4.000 50Gurame 28.000 32.000 4.000 50Tengiri 37.000 40.000 3.000 50Cumi 33.000 38.000 5.000 50Bandeng 25.000 28.000 3.000 50Bawal Putih 50.000 55.000 5.000 50Kepiting 25.000 30.000 5.000 50

Tabel rata-rata harga jual dan beli produk ikan di pasar Pathuk

c. Analisis Pendapatan

Ilmu usaha tani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam

sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai

ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani

menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor

produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan

pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2008).

Berhasilnya suatu usaha dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh

pedagang/pelaku usaha dalam mengelola aliran dana yang dimilikinya. Pendapatan

sendiri merupakan sisa dari pengurangan nilai penerimaan dan biaya yang dikeluarkan.

Pendapatan yang diharapkan adalah pendapatan yang bernilai positif.

Soekatarwi (2002) mengemukakan bahwa penerimaan usaha tani adalah perkalian

antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

TR = Y . Py ,dimana : TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh

Py = Harga Y

13

Gambar 4. Flowchart aliran produksi ikan dari distributor ke konsumen di Pasar Patuk

Page 14: tataniaga patukk

Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.

Pd = TR – TC ,dimana : Pd = Pendapatan Usaha tani

TR = Total Penerimaan

TC = Total biaya

Salah satu ukuran yang bisa dijadikan indikator untuk mengetahui keuntungan

usaha tani yang dilihat dari segi pendapatan adalah perbandingan antara penerimaan

(Return) denga biaya (cost) atau R/C. Jika nilai R/C>1 berarti penerimaan yang

diperoleh akan lebih besar dari pada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

penerimaan tersebut sehingga kegiatan usaha tani efisien untuk dilakukan. Sebaliknya,

jika R/C<1 maka tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari pada

penerimaan yang diperoleh sehingga usaha yang dilakukan tidak efisien. Alat yang

digunakan untuk menganalisis keuntungan usaha tani adalah R/C atas biaya tunai dan

R/C atas biaya total. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut :

A = R/C ,dimana : R = Penerimaan

R = Py. Y C = Biaya

C = FC + VC Py = Harga Output

A = {( Py.Y ) / ( FC + VC )} Y = Biaya Tetap

FC = Biaya tidak tetap

Beberapa kendala yang mempengaruhi produksi usahatani adalah faktor intern

dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri dari kondisi (kuantitas dan kualitas) unsur-unsur

produksi seperti lahan, tenaga kerja dan modal. Sedangkan faktor kendala ekstern

meliputi adanya pasar bagi produksi yang dihasilkan, tingkat harga baik sarana produksi

maupun hasil, termasuk tenaga kerja buruh dan sumber kredit, tersedianya informasi

teknologi yang mutakhir dan kebijaksanaan pemerintah yang menunjang.

Berhasilnya suatu usaha tani, dalam hal ini pedagang ikan juga dipengaruhi oleh

faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan dalam diagram

dibawah ini:

14

Page 15: tataniaga patukk

Dari berbagai teori mengenai analisis pendapatan di atas, maka analisis

pendapatan yang dapat dilakukan dari hasil wawancara adalah sebagai berikut :

1) Kong Lo

Pendapatan ( /hari)

- Penerimaan : Rp 2.000.000,00

- Cost : Rp 1.700.000,00

- Pendapatan ;Rp 300.000,00

Revenue Cost Ratio ( R/C )

2.000.000,00 = 1,17

1.700.000,00

Benefit Cost Ratio ( B/C )

300.000,00 = 0,17

1.700.000,00

2) Sugianto

Pendapatan ( /hari)

- Penerimaan : Rp 350.000,00

- Cost : Rp 150.000,00

15

Gambar 3. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha tani ...............

Page 16: tataniaga patukk

- Pendapatan ;Rp 200.000,00

Revenue Cost Ratio ( R/C )

350.000,00 = 2,3

150.000,00

Benefit Cost Ratio ( B/C )

200.000,00 = 1,3

150.000,00

3) Joko

Pendapatan ( /hari)

- Penerimaan : Rp 3.000.000,00

- Cost : Rp 2.400.000,00

- Pendapatan ;Rp 600.000,00

Revenue Cost Ratio ( R/C )

3.000.000,00 = 1,25

2.400.000,00

Benefit Cost Ratio ( B/C )

600.000,00 = 0,25

2.400.000,00

4) Pak Wanto

Pendapatan ( /hari)

- Penerimaan : Rp 2.000.000,00

- Cost : Rp 1.900.000,00

- Pendapatan ;Rp 100.000,00

Revenue Cost Ratio ( R/C )

2.000.000,00 = 1,05

1.900.000,00

Benefit Cost Ratio ( B/C )

100.000,00 = 0,05

1.900.000,00

16

Page 17: tataniaga patukk

Analisis pendapatan tidak dapat dilakukan kepada semua responden, karena

tidak semua responden mau meberikan keterangan mengenai pendapatan yang

didapatnya setiap hari. Oleh karena itu, analisis pendapatan hanya dilakukan kepada

responden yang meberikan data lengkap. Cost yang dikeluarkan para pedagang adalah

biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menunjang proses jual beli. Kegiatan pemasaran

ikan oleh para pedagang ikan di Pasar Demangan dan Patuk membutuhkan beberapa

alat dan bahan pembantu aktivitas berdagang. Adapun alat yang dibutuhkan dalam

penjualan ikan berupa timbangan meja, pisau, talenan (alas untuk memotong daging),

ember, baskom, gentong plastik, gayung, kantong plastik, batu asah pisau, dan

keranjang. Sementara bahan-bahan pendukung adalah air bersih dan es batu. Semua

biaya tersebut dimasukkan sebagai biaya operasional ( Cost).

d. Permasalahan dan Solusi

Berdasarkan data hasil pengamatan dan wawancara dapat disimpulkan bahwa

pedagang ikan di Pasar Patuk sebagian besar berasal dari daerah Yogyakarta dan

merupakan penduduk lokal saja. Pedagang yang berjualan ikan di Pasar Patuk mayoritas

adalah pekerjaan utama mereka dan telah lama digeluti oleh mereka.

Hasil wawancara dengan para pedagang menunjukan bahwa ada beberapa

permasalahan yang dirasakan. Permasalahan-permasalah tersebut antara lain :

1. Berkurangnya pasokan ikan air laut saat terang bulan.

2. Adanya isu ikan berformalin yang menyebabkan berkurangnya kepercayaan

konsumen.

3. Kurangnya penanganan ikan sehingga ikan lebih cepat mengalami

kemunduran kualitas.

4. Perlu biaya lebih untuk penyimpanan ikan yang tidak habis terjual.

Saat terang bulan, jumlah stok ikan air laut menurun sehingga pendapatan para

pedagang juga ikut berkurang. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut para

pedagang menyiasati dengan memperbanyak jenis ikan air tawar atau saling berbagi

stok antar pedagang. Karena permasalahan musim ikan, harga jadi naik sekitar 10 %.

Adanya isu ikan berformalin cukup berpengaruh terhadap penjualan ikan. Isu

tersebut menyebabkan permintaan berkurang. Oleh karena itu, para pedagang

17

Page 18: tataniaga patukk

mengaharapkan pemerintah serius menangani ikan berformalin. Selain itu, perlu adanya

aturan yang lebih tegas terhadap para pedagang yang tidak memiliki ijin berjualan di

pasar agar pedagang-pedagang liar yang tidak mempunyai ijin dapat ditertibkan.

Pemasaran hasil produksi ikan dan penanganannya juga merupakan salah satu

permasalahan yang dihadapi oleh para penjual ikan. Penjual ikan menginginkan agar

ikan tetap segar sampai di tangan konsumen. Hasil tangkapan ikan itu selalu mengalami

perubahan fisik dan kimia dan secara bertahap mengarah ke pembusukan apabila tidak

ditangani dengan baik. Ada dua cara untuk menghambat pembusukan ikan, yaitu

penanganan hasil perikanan dengan bersih dan perlakuan pendinginan. Pendinginan

ikan harus dilakukan dengan benar, karena apabila terlalu dingin akan mengakibatkan

penurunan kualitas ikan. Peningkatan produksi perikanan perlu diimbangi dengan

perbaikan dan peningkatan cara-cara penanganan serta pengawetan, karena dalam usaha

perikanan kedua hal tersebut memegang peranan penting. Beberapa faktor penting

dalam penanganan hal tersebut yaitu pendinginan dan pengendalian kualitas, sejak ikan

diangkut dari tempat hidupnya sampai ke tempat pengolahan, serta tersedianya bahan-

bahan penolong seperti air bersih, es, dan peralatan pengangkutan agar produk terjaga

kualitasnya (anonim,2009).

18

Page 19: tataniaga patukk

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Permasalahan yang dihadapi pedagang ikan dari Pasar Demangan dan Patuk

adalah kurangnya pasokan saat terang bulan, barang dagangan yang berupa

ikan tidak habis terjual, isu ikan berformalin dan penanganan ikan yang

kurang baik.

2. Sebagian besar produk perikanan dibeli dari Semarang dan pati

B. Saran

Sebaiknya pihak pengurus Pasar Patuk menyediakan tempat penyimpanan ikan

(cold storage) sebagai bentuk fasilitas yang diberikan kepada para pedagang. Sehingga

pedagang tidak perlu mengeluarkan biaya terlalu besar untuk melakukan penyimpanan

terhadap barang dagangan mereka yang tidak habis terjual.

19

Page 20: tataniaga patukk

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2009. Penanganan Pemasaran Ikan. <http://www.iptekda.lipi .co.id/root/

buletin_detail.asp?Berita_id=100>. Diakses tanggal 13 Desember 2011.

Anonim. 2010. Implementasi Kebijakan Perenovasian Pasar Demangan, Jalan Gejayan

Untuk Menangani PKL Di Sekitarnya. Tugas mata kuliah Kebijakan Publik pada

semester genap tahun akademik 2006/2007, FISIPOL UGM.

Arismuanadar,S.2006.TeknikWawancara.<http://satrioarismunandar6.blogspot.com/

2009/06/teknikwawancara.htm. >. Diakses tanggal 13 Desember 2011.

Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta.

Kompas. 2010. Menelusuri Kembali Pasar Patuk.<

http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/23/menelusuri-kembali-pasar-patuk-

yogyakarta/>. Diakses tanggal 13 Desember 2011.

Moleong, L. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). PT. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Nawawi, H dan Hadari, M. M. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Poerwandari, E. K. 2007. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. LPSP3.

Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia. Depok.

Sembiring, K. 2009. Skripsi : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas (

Aron ) di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe kabupaten Karo.

Fakultas Isipol. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sinaga, P. 2008. Menuju Pasar Yang Berorientasi Konsumen. Bahan paper Pertemuan

Nasional yang Membahas Pengembangan Pasar Tradisional oleh Koperasi dan

UKM di Puncak tanggal 12-18 Agustus 2008.

Soekartawi, dkk. 2002.Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani.

20