tataniaga patukk
-
Upload
banu-asmoro -
Category
Documents
-
view
97 -
download
8
Transcript of tataniaga patukk
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk
menjual barang/jasa dan pembeli yang melakukan uang untuk membeli barang dengan
harga tertentu. Permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bersifat fluktuatif yang
sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan sekitar. Syarat suatu tempat untuk dikatakan
sebagai pasar adalah apabila terdapat tempat untuk berniaga, barang dan jasa yang akan
diperdagangkan, penjual barang tertentu, pembeli barang dan adanya hubungan dalam
transaksi jual beli. Oleh karena itu, pasar berfungsi sebagai sarana distribusi yaitu
terjadinya hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan
hasil produksinya antara produsen kepada konsumen. Sebagai pembentuk harga, pasar
berperan dalam proses terjadinya tawar menawar antara penjual dan pembeli sehingga
terbentuklah harga dan sebagai sarana promosi, dengan berbagai macam cara para
produsen memperkenalkan hasil produksi kepada konsumen sehingga para konsumen
berniat membeli barang tersebut (anonim, 2010).
Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki potensi pasar yang cukup besar.
Baik pasar modal, pertanian, perikanan dan pasar barang dan jasa lainnya. Sebagai salah
satu daerah yang memiliki potensi perikanan, Yogyakarta memiliki beberapa pasar
tradisional yang di dalamnya memperjualbelikan produk-produk perikanan. Pasar
tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik yang
menerapkan sistem transaksi tawar menawar dimana fungsi utamanya adalah untuk
melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan atau daerah disekitarnya
( Sinaga, 2008). Pasar Patuk merupakan salah satu dari beberapa pasar tradisional yang
terdapat di Yogyakarta dan menyediakan tempat bagi para pedagang ikan untuk menjual
produk hasil perikanan baik yang berasal dari hasil budidaya maupun dari perikanan
tangkap. Karena letaknya yang berada di tengah kota, maka akses menuju pasar tersebut
sangatlah mudah.
Sifat atau kebiasaan hidup konsumen akan berpengaruh terhadap pasar.
Konsumen yang berpendapatan tinggi dan memiliki kebiasaan hidup yang sangat
konsumtif akan sangat menguntungkan penjual karena semakin memudahkan dalam
1
penjualan barang. Lokasi pasar yang mudah dijangkau adalah salah satu faktor yang
dapat mempengaruh banyak sedikitnya pembeli ataupun pemasok barang. Lokasi pasar
yang mudah dijangkau dengan alat transportasi akan semakin memudahkan para
pembeli untuk memperoleh barang pemuas kebutuhan mereka. Demikian pula pada
pemasok, adanya ketermudahan dalam mencapai lokasi pasar akan semakin
memudahkan para pemasok dalam mengirimkan barang yang dibutuhkan oleh pedagang
di pasar tersebut. Kemudahan transportasi ini juga akan semakin menurunkan biaya
operasional sehingga barang yang dijual memiliki harga yang tidak memberatkan
konsumen sebagai pihak ketiga.
Dilihat dari segi konsumen, pasar perikanan di Yogyakarta dipengaruhi oleh
tingkat konsumsi ikan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta masih sangat rendah,
mencapai sekitar 4 kg/kapita/tahun (Anonim, 2009). Pola konsumsi ikan juga tidak
merata di samping rendahnya konsumsi ikan. Rendahnya konsumsi ikan di Daerah
Istimewa Yogyakarta diduga antara lain disebabkan oleh rendahnya produksi perikanan,
sosial budaya, dan rendahnya pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, keberadaan
pedagang ikan di pasar-pasar tradisional khususnya di Pasar Patuk merupakan salah satu
cara untuk mengatasi kurangnya ketersediaan produk perikanan budidaya maupun
produk perikanan tangkap.
Secara tidak langsung kondisi sosial ekonomi para pedagang ikan dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik faktor produsi maupun faktor konsumen. Kehidupan sosial
ekonomi sendiri adalah perilaku sosial masyarakat yang menyangkut interaksinya dan
perilaku ekonomi dari masyarakat yang berhubungan dengan pendapatan dan
pemanfaatannya (Sembiring,2009). Oleh karena itu, untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi para pedagang ikan di Pasar Patuk, maka
dilakukan pengamatan, observasi dan wawancara lapangan di Pasar Patuk Yogyakarta
yang telah terlaksana pada tanggal 13 Desember 2011.
2
B. Tujuan
1. Mengetahui Harga produk perikanan di Pasar Pathuk
2. Mengetahui permasalahan - permasalahan yang dihadapi pedagang ikan di
Pasar Patuk
3. Mengetahui Saluran Pemasaran produk perikanan di Pasar Pathuk
C. Manfaat
1. Mampu mengembangkan kemampuan dalam menganalisis permasalahan yang
dihadapi para pedagang ikan di Pasar Patuk
2. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan solusi-solusi yang sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi para pedagang ikan di Pasar Patuk
3. Mampu memberikan Informasi terhadap harga produk perikanan di Pasar
Pathuk
D. Waktu dan Tempat
Praktikum ini telah kami dilaksanakan pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 13 Desember 2011
Waktu : 06.00 – 08.00 WIB
Tempat : Pasar Patuk Yogyakarta
3
BAB II
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
A. Observasi
a. Pengertian Observasi
Menurut Nawawi & Hadari (1992) observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-
gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses
terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.
Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek
selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan
sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Observasi barangkali menjadi metode yang paling dasar dan paling tua dari ilmu-
ilmu sosial, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati.
Observasi adalah suatu aktivitas dalam mengenal tingkah laku individu dan biasanya
diakhiri dengan mencatat hal-hal yang penting dan merupakan studi yang dilakukan
dengan sengaja dan secara sistematis melalui proses pengamatan atau gejala-gejala
spontan yang terjadi pada saat itu (Poerwandari, 2007).
Banister dkk (dalam Poerwandari, 2007) mengatakan bahwa observasi selalu
menjadi bagian dalam penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam konteks
laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah. Sedangkan menurut
Patton (dalam Poerwandari, 2007) observasi merupakan metode pengumpulan data
esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif.
b. Tujuan Observasi
Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-
aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna
kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati
tersebut. Deskripsi harus akurat, faktual sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai
4
catatan panjang lebar yang tidak relevan. Patton (dalam Poerwandari, 2007) mengatakan
data hasil observasi menjadi data penting karena:
1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dimana
suatu hal yang diteliti ada atau terjadi.
2. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada
penemuan daripada pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk
mendekati masalah secara induktif.
3. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh partisipan atau
subjek penelitian sendiri kurng disadari.
4. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang
karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka
dalam wawancara.
5. Observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif
yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak-pihak lain.
6. Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap intospektif
terhadap penelitian yang dilakukannya.
Patton (dalam Poerwandari, 2007) menjelaskan bahwa data hasil penelitian
menjadi penting karena peneliti akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
konteks dimana hal itu terjadi. Peneliti akan dapat bersikap terbuka, berorientasi pada
penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah
secara induktif.
c. Bentuk-bentuk Observasi
Menurut Moleong (1998), observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Keterlibatan pengamat dalam kegiatan orang-orang yang diamati, yaitu :
a. Observasi Partisipan
Suatu observasi dimana pengamat ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh subyek yang diteliti atau diamati seolah-olah pengamat
merupakan bagian dari mereka.
b. Observasi Non Partisipan
Observasi dimana pengamat berada di luar subjek yang diteliti dan tidak
ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.
5
2. Cara pengamatan dibedakan atas :
a. Observasi Berstruktur
Observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya
menggunakan pedoman pengamatan.
b. Observasi Tidak Berstruktur
Observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya melakukan
pengamatan secara bebas.
Metode observasi yang dilakukan pada praktikum Pengantar Ekonomi Perikanan
adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara survey langsung terhadap
sejumlah responden dari pedagang ikan di Pasar Demangan dan Pasar Patuk yang dapat
mewakili keseluruhan pedagang ikan di kedua pasar tersebut. Sebelum pelaksanaan
praktikum dilakukan, diadakan koordinasi dengan pengurus pasar dan para pedagang
ikan agar pelaksanaan praktikum dapat berjalan lancar. Observasi dilakukan dengan
cara peninjauan dan pengamatan langsung ke lapangan menggunakan kuisioner berupa
wawancara (tanya jawab), pengambilan video dan pengambilan gambar(foto). Pengisian
kuisioner dilakukan oleh praktikan sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh
responden.
B. Wawancara
1. Pengertian Wawancara
Moleong (1998) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan
itu. Sedangkan menurut Poerwandari (2007) wawancara adalah percakapan dan tanya
jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara sendiri merupakan
suatu teknik dalam mengali informasi yang diinginkan dalam suatu proses tanya jawab
(Arismunandar, 2006).
2. Bentuk-bentuk Wawancara
Menurut Moleong (1998) metode wawancara dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
6
a. Wawancara berstruktur
Merupakan metode wawancara dimana pewawancara menggunakan
(mempersiapkan) daftar pertanyaan atau daftar isian sebagai penuntun selama
proses wawancara.
b. Wawancara semi terstruktur
Proses wawancara yang menggunakan panduan wawancara yang berasal
dari pengembangan topik. Sistem yang digunakan dalam menggajukan pertanyaan
dan penggunaan terminology lebih fleksibel daripada wawancara terstruktur.
c. Wawancara tidak terstruktur
Merupakan metode wawancara dimana pewawancara tidak menggunakan
(mempersiapkan) daftar pertanyaan atau isian sebagai penuntun selama proses
wawancara. Sedangkan Patton (dalam Poerwandari, 2007) membedakan tiga
pendekatan dasar dalam memperoleh data kualitatif melalui wawancara, yaitu :
a. Wawancara Informal
Proses wawancara didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya
pertanyaan-pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah. Tipe wawancara
demikian umumnya dilakukan peneliti yang melakukan observasi partisipatif.
Dalam situasi demikian, orang-orang yang diajak berbicara mungkin tidak
menyadari bahwa ia sedang diwawancarai secara sistematis untuk menggali data.
b. Wawancara dengan Pedoman Umum
Dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi pedoman wawancara
yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa
menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan
eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai
aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist)
apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau dipertanyakan.
Wawancara dengan pedoman sangat umum ini dapat berbentuk wawancara
terfokus, yakni wawancara yang mengarahkan pembicaraan pada hal-hal atau
aspek-aspek tertentu dari kehidupan atau pengalaman subjek.
7
c. Wawancara dengan Pedoman Terstandar yang Terbuka
Dalam bentuk wawancara ini, pedoman wawancara ditulis secara rinci,
lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat. Peneliti
diharapkan dapat melaksanakan wawancara sesuai sekuensi yang tercantum, serta
menanyakannya dengan cara yang sama pada responden-responden yang berbeda.
Wawancara pada praktikum kali ini dilakukan selama satu hari yaitu tanggal 13
Desember 2011 di Pasar Patuk pukul 06.00 pagi hari. Wawancara dilakukan pada pagi
hari untuk menyesuaikan kegiatan para pedagang ikan di pasar agar informasi yang
didapatkan sesuai dengan kegiatan sehari-hari responden. Alat yang digunakan dalam
pengambilan data berupa alat tulis dan lembar kuisioner. Wawancara dan tanya jawab
dilakukan sesuai kesepakatan antara responden dengan pewawancara agar tidak
mengganggu kegiatan perdagangan para responden.
8
Gambar 3. Pasar Patuk Yogyakarta
BAB III
KEADAAN LOKASI & SISTEM PEMASARAN PRODUK
PERIKANAN DI PASAR PATUK YOGYAKARTA
A. Keadaan Lokasi
Pasar Patuk merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di Yogyakarta.
Lokasi Pasar Patuk cukup jauh dari sisi Barat Malioboro. Letaknya yang dekat daerah
pecinan kota Yogyakarta menyebabkan
banyak makanan khas warga keturunan
Cina dijual disini. Berdasarkan informasi
dari pengurus Pasar, Pasar patuk berdiri
tahun 1979, pada awalnya pasar tersebut
merupakan daerah perkampungan yang
dekat dengan Bioskop Samurai. Kemudian
setelah terjadi kebakaran, maka lahan
tersebut diambil alih oleh pemerintah dan dijadikan pasar yang sekarang dikenal dengan
Pasar Patuk.
Aktivitas di Pasar Patuk dimulai pukul 04.30 pagi hingga 17.00. Penataan kios
pedagang di pasar ini sudah cukup baik, di bagian kanan pasar terdapat para penjual
sayuran, pedagang makanan di bagian kiri dan los daging ayam serta ikan berada di
bagian belakang pasar, sedangkan kios penjual daging sapi berada di bagian depan
pasar. Jika dilihat dari kebersihan pasar, Pasar Patuk termasuk pasar tradisional yang
cukup bersih dan tertib. Karena pasar ini merupakan pasar di dekat daerah pecinan,
maka sebagian besar pembeli merupakan warga keturunan cina.
Pasar Patuk memiliki struktur organisasi resmi dari pemerintah (slampiran 2).
Organisasi pasar ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu; ketua, sekretaris, bendahara,
dan keamanan. Posisi ketua dijabat oleh Bapak Sugeng, beliau bertugas untuk
mengkoordinasikan serta memantau segala kegiatan yang berlangsung di pasar dan
menghadiri kegiatan-kegiatan di luar pasar yang berasal dari pemerintah yang
kemudian diinformasikan kepada para pedagang di pasar. Ibu Sri Lestari sebagai
sekretaris bertugas untuk mengurus segala jenis administrasi dan surat-menyurat yang
9
melibatkan pihak pasar. Sedangkan bendahara menangani keuangan yang keluar masuk
pasar baik dari biaya sewa kios, atau pengelolaan dana pemerintah untuk pembangunan
Pasar. Bendahara Pasar Patuk dijabat oleh Ibu Mini. Bagian keamanan berfungsi untuk
menjaga stabilitas kegiatan pasar, baik dari segi regulasi pasar ataupun kebersihan
pasar. Sehingga, keadaan pasar bisa kondusif dan nyaman bagi konsumen ataupun para
pedagang.
B. Sistem Pemasaran Produk Perikanan
a. Profil Responden
Teknik pengambilan data pengamatan praktikum pengantar ekonomi perikanan
dilakukan dengan melakukan wawancara secara langsung dengan para pedagang ikan di
Pasar Patuk. Wawancara dengan enam responden diharapkan dapat mewakili data
pengamatan di pasar tersebut. Hasil wawancara terhadap enam responden adalah
sebagai berikut:
1. Nama : Partin
Umur : 57
Alamat : Jati Mulyo
Ibu Suti merupakan penjual komoditas perikanan yang unik. Beliau hanya
menjual daging kodok saja. Jenis kodok yang dijual adalah kodok hijau Pendapatan
yang didapatkan setiap harinya tidak menentu tergantung pada permintaan daging
kodok dari konsumen langganannya. Harga yang dipasang Bu Suti sekitar Rp.25.000,00
per kilo. Dalam satu hari dapat terjual sebanyak 20 kg. Sehingga dengan jumlah anggota
keluarga empat orang dari hasil berjualan sudah dapat mencukupi kebutuhan sehari-
hari.
2. Nama : Kong Lo
Umur : 26
Alamat : Gamping
Kong Lo merupakan pedagang muda yang belum berkeluarga. Beliau sudah
berjualan selama 3 tahun. Jenis ikan yang dijual adalah udang, cumi-cumi, gurame dan
bandeng. Pendapatan kotor yang didapatkan setiap harinya sekitar Rp 1.000.000,00 –
Rp 2.000.000,00 dengan pendapatan bersih sebesar Rp 200.000,00 – Rp 300.000,00.
10
Kong Lo sudah memiliki tempat yang paten dan cukup bersih untuk berjualan sehinga
ikan yang dijual cukup higienis. Penghasilan sebesar Rp 200.000,00 - Rp 300.000,00
sangat cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari untuk seorang yang masih
lajang.
3. Nama : Pak Sugianto
Umur : 34
Alamat : Jatimuyo, Yogyakarta
Pak Sugianto adalah pedagang asal Yogyakarta tepatnya daerah Jatimuyo.
Komoditas perikanan yang ditawarkan antara lain adalah cumi-cumi, udang, tengiri,
gurame dan tongkol. Dalam satu hari didapatkan Rp 350.000,00 untuk pendapatan
kotornya. Sedangkan pendapatan bersihnya sekitar Rp 200.000,00. Kios tempatnya
berjualan merupakan kios yang di sewa dengan biaya Rp 4000,00 per harinya.
4. Nama : Pak Joko
Umur : 43
Alamat : Jogonegaran
Keluarga Joko adalah salah satu pedagang ikan di Pasar Patuk. Bapak dan Ibu
Joko berjualan di dua tempat yang berbeda. Jenis ikan yang dijual adalah gurameh,
udang, cumi dan kakap. Sehari mereka reta-rata mendapatkan penghasilan kotor sekitar
Rp.2.000.000,00 – Rp.3.000.000,00. Setelah dipotong biaya lain-lain maka didapatkan
keuntungan sebanyak Rp 300.000,00 – Rp 600.000,00 per harinya.
5. Nama : Siswono
Umur : 33
Alamat : Samodaran
Pak Siswono berasal dari Samodaran Yogyakarta. Jenis ikan yang dijual antara
lain adalah tengiri, udang, kakap, gurameh, cumi-cumi dan barakuda. Beliau sudah
memiliki langganan yang membeli ikan-ikan yang dijualnya, sehingga hampir setiap
hari barang dagangannya laku terjual. Menurut beliau tidak ada kebijakan pemerintah
yang merugikan bagi pedagang. Kendala yang beliau hadapi adalah saat terang bulan
dan stok ikan sedikit, maka beliau harus mengurangi jatah pesanan para pelanggannya
11
Produsen dari Semarang
DistributorPedagang ikan
Pasar PatukKonsumen
Produsen dari Pati
Restoran/ rumah makan
Perorangan
dan membaginya secara merata agar tidak ada pelanggan yang kecewa karena tidak
mendapat barang pesanannya.
6. Nama : Pak Wanto
Umur : 45
Alamat : Gamping
Pak Wanto adalah pedagang asli Yogyakarta. Barang dagangannya adalah udang,
kakap, gurame, cumi setiap hari pasti habis, karena sudah dipesan oleh restoran yang
berlangganan. Pendapatan kotor dalam satu hari sekitar Rp 2.000.000,00 dengan
pendapatan bersih sekitar Rp 100.000,00. Biaya produksi biasanya dihabiskan untuk
biaya pembelian es, transportasi dan biaya-biaya lain yang mencapai sekitar Rp
500.000,00 – Rp.800.000,00. Dengan pendapatan yang didapatkan setiap hari, beliau
mampu menghidupi kehidupan sehari-harinya.
b. Aktivitas Perdagangan
Pasar Patuk mulai beraktivitas pukul 04.30 pagi. Pada jam tersebut keadaan pasar
masih sepi karena baru sedikit pedagang yang menjajakan dagangannya. Distributor
ikan Pasar Patuk berasal dari Semarang dan Pati yang diantarkan sekitar pukul 03.30
atau 04.00. Ikan yang disetorkan sesuai dengan pesanan pedagang. Pasar Patuk
merupakan pasar kelima yang didatangi distributor. Sebagian pedagang sudah memiliki
konsumen langganan baik restoran maupun perorangan, sehingga barang dagangan
mereka habis setiap hari. Para pedagang mulai menjual ikan pukul 05.30 hingga siang
sekitar pukul 12.30 wib karena konsumen mulai berdatangan pada jam-jam tersebut.
Sama seperti pedagang di Pasar Demangan, pedagang ikan disini juga mengambil
untung sekitar 5-10% dari harga yang di tetapkan distributor.
Alur aliran ikan yang terjadi di Pasar Patuk dapat digambarkan dengan flowchart
di bawah ini :
12
Produk Ikan Harga Beli/Kg (Rp.) Harga Jual/Kg (Rp.)
Margin/Kg (Rp.)Volume
Pembelian/pedangang (Kg)
Udang 35.000 38.000 3.000 50Udang Windu 75.000 85.000 10.000 50Kakap 28.000 32.000 4.000 50Gurame 28.000 32.000 4.000 50Tengiri 37.000 40.000 3.000 50Cumi 33.000 38.000 5.000 50Bandeng 25.000 28.000 3.000 50Bawal Putih 50.000 55.000 5.000 50Kepiting 25.000 30.000 5.000 50
Tabel rata-rata harga jual dan beli produk ikan di pasar Pathuk
c. Analisis Pendapatan
Ilmu usaha tani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai
ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani
menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor
produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan
pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2008).
Berhasilnya suatu usaha dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh
pedagang/pelaku usaha dalam mengelola aliran dana yang dimilikinya. Pendapatan
sendiri merupakan sisa dari pengurangan nilai penerimaan dan biaya yang dikeluarkan.
Pendapatan yang diharapkan adalah pendapatan yang bernilai positif.
Soekatarwi (2002) mengemukakan bahwa penerimaan usaha tani adalah perkalian
antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.
TR = Y . Py ,dimana : TR = Total Penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh
Py = Harga Y
13
Gambar 4. Flowchart aliran produksi ikan dari distributor ke konsumen di Pasar Patuk
Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.
Pd = TR – TC ,dimana : Pd = Pendapatan Usaha tani
TR = Total Penerimaan
TC = Total biaya
Salah satu ukuran yang bisa dijadikan indikator untuk mengetahui keuntungan
usaha tani yang dilihat dari segi pendapatan adalah perbandingan antara penerimaan
(Return) denga biaya (cost) atau R/C. Jika nilai R/C>1 berarti penerimaan yang
diperoleh akan lebih besar dari pada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
penerimaan tersebut sehingga kegiatan usaha tani efisien untuk dilakukan. Sebaliknya,
jika R/C<1 maka tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari pada
penerimaan yang diperoleh sehingga usaha yang dilakukan tidak efisien. Alat yang
digunakan untuk menganalisis keuntungan usaha tani adalah R/C atas biaya tunai dan
R/C atas biaya total. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut :
A = R/C ,dimana : R = Penerimaan
R = Py. Y C = Biaya
C = FC + VC Py = Harga Output
A = {( Py.Y ) / ( FC + VC )} Y = Biaya Tetap
FC = Biaya tidak tetap
Beberapa kendala yang mempengaruhi produksi usahatani adalah faktor intern
dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri dari kondisi (kuantitas dan kualitas) unsur-unsur
produksi seperti lahan, tenaga kerja dan modal. Sedangkan faktor kendala ekstern
meliputi adanya pasar bagi produksi yang dihasilkan, tingkat harga baik sarana produksi
maupun hasil, termasuk tenaga kerja buruh dan sumber kredit, tersedianya informasi
teknologi yang mutakhir dan kebijaksanaan pemerintah yang menunjang.
Berhasilnya suatu usaha tani, dalam hal ini pedagang ikan juga dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan dalam diagram
dibawah ini:
14
Dari berbagai teori mengenai analisis pendapatan di atas, maka analisis
pendapatan yang dapat dilakukan dari hasil wawancara adalah sebagai berikut :
1) Kong Lo
Pendapatan ( /hari)
- Penerimaan : Rp 2.000.000,00
- Cost : Rp 1.700.000,00
- Pendapatan ;Rp 300.000,00
Revenue Cost Ratio ( R/C )
2.000.000,00 = 1,17
1.700.000,00
Benefit Cost Ratio ( B/C )
300.000,00 = 0,17
1.700.000,00
2) Sugianto
Pendapatan ( /hari)
- Penerimaan : Rp 350.000,00
- Cost : Rp 150.000,00
15
Gambar 3. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha tani ...............
- Pendapatan ;Rp 200.000,00
Revenue Cost Ratio ( R/C )
350.000,00 = 2,3
150.000,00
Benefit Cost Ratio ( B/C )
200.000,00 = 1,3
150.000,00
3) Joko
Pendapatan ( /hari)
- Penerimaan : Rp 3.000.000,00
- Cost : Rp 2.400.000,00
- Pendapatan ;Rp 600.000,00
Revenue Cost Ratio ( R/C )
3.000.000,00 = 1,25
2.400.000,00
Benefit Cost Ratio ( B/C )
600.000,00 = 0,25
2.400.000,00
4) Pak Wanto
Pendapatan ( /hari)
- Penerimaan : Rp 2.000.000,00
- Cost : Rp 1.900.000,00
- Pendapatan ;Rp 100.000,00
Revenue Cost Ratio ( R/C )
2.000.000,00 = 1,05
1.900.000,00
Benefit Cost Ratio ( B/C )
100.000,00 = 0,05
1.900.000,00
16
Analisis pendapatan tidak dapat dilakukan kepada semua responden, karena
tidak semua responden mau meberikan keterangan mengenai pendapatan yang
didapatnya setiap hari. Oleh karena itu, analisis pendapatan hanya dilakukan kepada
responden yang meberikan data lengkap. Cost yang dikeluarkan para pedagang adalah
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menunjang proses jual beli. Kegiatan pemasaran
ikan oleh para pedagang ikan di Pasar Demangan dan Patuk membutuhkan beberapa
alat dan bahan pembantu aktivitas berdagang. Adapun alat yang dibutuhkan dalam
penjualan ikan berupa timbangan meja, pisau, talenan (alas untuk memotong daging),
ember, baskom, gentong plastik, gayung, kantong plastik, batu asah pisau, dan
keranjang. Sementara bahan-bahan pendukung adalah air bersih dan es batu. Semua
biaya tersebut dimasukkan sebagai biaya operasional ( Cost).
d. Permasalahan dan Solusi
Berdasarkan data hasil pengamatan dan wawancara dapat disimpulkan bahwa
pedagang ikan di Pasar Patuk sebagian besar berasal dari daerah Yogyakarta dan
merupakan penduduk lokal saja. Pedagang yang berjualan ikan di Pasar Patuk mayoritas
adalah pekerjaan utama mereka dan telah lama digeluti oleh mereka.
Hasil wawancara dengan para pedagang menunjukan bahwa ada beberapa
permasalahan yang dirasakan. Permasalahan-permasalah tersebut antara lain :
1. Berkurangnya pasokan ikan air laut saat terang bulan.
2. Adanya isu ikan berformalin yang menyebabkan berkurangnya kepercayaan
konsumen.
3. Kurangnya penanganan ikan sehingga ikan lebih cepat mengalami
kemunduran kualitas.
4. Perlu biaya lebih untuk penyimpanan ikan yang tidak habis terjual.
Saat terang bulan, jumlah stok ikan air laut menurun sehingga pendapatan para
pedagang juga ikut berkurang. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut para
pedagang menyiasati dengan memperbanyak jenis ikan air tawar atau saling berbagi
stok antar pedagang. Karena permasalahan musim ikan, harga jadi naik sekitar 10 %.
Adanya isu ikan berformalin cukup berpengaruh terhadap penjualan ikan. Isu
tersebut menyebabkan permintaan berkurang. Oleh karena itu, para pedagang
17
mengaharapkan pemerintah serius menangani ikan berformalin. Selain itu, perlu adanya
aturan yang lebih tegas terhadap para pedagang yang tidak memiliki ijin berjualan di
pasar agar pedagang-pedagang liar yang tidak mempunyai ijin dapat ditertibkan.
Pemasaran hasil produksi ikan dan penanganannya juga merupakan salah satu
permasalahan yang dihadapi oleh para penjual ikan. Penjual ikan menginginkan agar
ikan tetap segar sampai di tangan konsumen. Hasil tangkapan ikan itu selalu mengalami
perubahan fisik dan kimia dan secara bertahap mengarah ke pembusukan apabila tidak
ditangani dengan baik. Ada dua cara untuk menghambat pembusukan ikan, yaitu
penanganan hasil perikanan dengan bersih dan perlakuan pendinginan. Pendinginan
ikan harus dilakukan dengan benar, karena apabila terlalu dingin akan mengakibatkan
penurunan kualitas ikan. Peningkatan produksi perikanan perlu diimbangi dengan
perbaikan dan peningkatan cara-cara penanganan serta pengawetan, karena dalam usaha
perikanan kedua hal tersebut memegang peranan penting. Beberapa faktor penting
dalam penanganan hal tersebut yaitu pendinginan dan pengendalian kualitas, sejak ikan
diangkut dari tempat hidupnya sampai ke tempat pengolahan, serta tersedianya bahan-
bahan penolong seperti air bersih, es, dan peralatan pengangkutan agar produk terjaga
kualitasnya (anonim,2009).
18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Permasalahan yang dihadapi pedagang ikan dari Pasar Demangan dan Patuk
adalah kurangnya pasokan saat terang bulan, barang dagangan yang berupa
ikan tidak habis terjual, isu ikan berformalin dan penanganan ikan yang
kurang baik.
2. Sebagian besar produk perikanan dibeli dari Semarang dan pati
B. Saran
Sebaiknya pihak pengurus Pasar Patuk menyediakan tempat penyimpanan ikan
(cold storage) sebagai bentuk fasilitas yang diberikan kepada para pedagang. Sehingga
pedagang tidak perlu mengeluarkan biaya terlalu besar untuk melakukan penyimpanan
terhadap barang dagangan mereka yang tidak habis terjual.
19
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2009. Penanganan Pemasaran Ikan. <http://www.iptekda.lipi .co.id/root/
buletin_detail.asp?Berita_id=100>. Diakses tanggal 13 Desember 2011.
Anonim. 2010. Implementasi Kebijakan Perenovasian Pasar Demangan, Jalan Gejayan
Untuk Menangani PKL Di Sekitarnya. Tugas mata kuliah Kebijakan Publik pada
semester genap tahun akademik 2006/2007, FISIPOL UGM.
Arismuanadar,S.2006.TeknikWawancara.<http://satrioarismunandar6.blogspot.com/
2009/06/teknikwawancara.htm. >. Diakses tanggal 13 Desember 2011.
Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kompas. 2010. Menelusuri Kembali Pasar Patuk.<
http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/23/menelusuri-kembali-pasar-patuk-
yogyakarta/>. Diakses tanggal 13 Desember 2011.
Moleong, L. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Nawawi, H dan Hadari, M. M. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Poerwandari, E. K. 2007. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. LPSP3.
Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia. Depok.
Sembiring, K. 2009. Skripsi : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas (
Aron ) di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe kabupaten Karo.
Fakultas Isipol. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sinaga, P. 2008. Menuju Pasar Yang Berorientasi Konsumen. Bahan paper Pertemuan
Nasional yang Membahas Pengembangan Pasar Tradisional oleh Koperasi dan
UKM di Puncak tanggal 12-18 Agustus 2008.
Soekartawi, dkk. 2002.Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani.
20