respon+mangrove+terhadap+kondisi+tanah+(kelompok+3)

6
TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH EKOLOGI MANGROVE RESPON MANGROVE TERHADAP KONDISI TANAH Disusun oleh : Kelompok III Sovia Dewi Indriati B1J007030 Lutfi Hadi Gunawan B1J006189 Bahtiar Efendi B1J006191 Arisman B1J007107 Fristi Kristiana B1J006081 Romzul Huda B1J006097 Arif Surakhman B1J006060 Biyan Tabritantyo P. B1J006032 Atik Nurchayati B1J007088 Lusiyandari B1J006131

description

respon mangrup terhadap kondisi tanaman yang berada disekitar mangroov

Transcript of respon+mangrove+terhadap+kondisi+tanah+(kelompok+3)

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH EKOLOGI MANGROVE

RESPON MANGROVE TERHADAP KONDISI TANAH

Disusun oleh :

Kelompok III

Sovia Dewi IndriatiB1J007030

Lutfi Hadi GunawanB1J006189

Bahtiar EfendiB1J006191

ArismanB1J007107

Fristi KristianaB1J006081

Romzul HudaB1J006097

Arif SurakhmanB1J006060

Biyan Tabritantyo P.B1J006032

Atik NurchayatiB1J007088

LusiyandariB1J006131

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO

2009

Pantai mangrove berkembang dengan baik apabila aliran sungai membawa lumpur dan pasir ke dasar laut yang kemudian bercampur kembali dan terangkut oleh ombak, pasang dan aliran air. Pada dasarnya karakteristik dari ekosistem mangrove adalah berkaitan dengan keadaan tanah, salinitas, penggenangan, pasang surut dan kandungan oksigen tanah. Dalam tugas ini, kelompok Kami akan membahas secara khusus tentang respon mangrove terhadap kondisi tanah.Tanah mangrove merupakan tanah sedimen alluvial yang dibawa dan diendapkan oleh sungai dan laut. Tanah ini dapat diklasifikasikan sebagai pasir (send), lumpur/debu halus (silt) dan lempung/tanah liat (clay). Tanah disusun oleh ketiganya dengan komposisi yang berbeda-beda. Topsoil tanah mangrove biasanya bertipe pasir atau lempung. Topsoil pasir berwarna lebih terang, porous, dapat dilewati air pada saat pasang dan mengalami aerasi pada saat surut, sedangkan topsoil lempung berwarna lebih gelap, kurang porous dan tidak teraerasi dengan baik. Tanah subsoil selalu jenuh air atau tergenang, sehingga hanya teraerasi sedikit, sangat kaya bahan organik, namun terurai sangat lambat. Bahan organik yang ada di hutan mangrove berasal dari perombakan sisia tumbuhan yang diproduksi oleh mangrove itu senidiri. Adanya serasah secara lambat hancur di bawah kondisi sedikit asam oleh mikroorganisme (bakteri, jamur dan microalgae).Tanah mangrove berwarna abu-abu gelap atau hitam (gleying) dan menghasilkan bau menyengat menunjukkan adanya hidrogen sulfida (H2S), hasil kegiatan bakteri anaerob pereduksi belerang (e.g. Desulfovibrio). Variasi setempat dapat terjadi karena adanya hewan-hewan liang seperti udang dan kepiting, yang menyebabkan udara masuk melalui lubang-lubang di tanah. Kondisi tanah merupakan penyebab terbentuknya zonasi hewan dan tumbuhan, misalnya kepiting yang berbeda menempati kondisi tanah yang berbeda pula, di sisi lain pada tanah berpasir, sedangkan Rhizophora lebih menyukai lumpur lembut, adapun Bruguierra menyukai tanah lempung yang mengandung sedikit bahan organik. Menurut Lear dan Turner (1977), pembentukan tanah mangrove ada beberapa faktor, yaitu :1. Faktor fisik : transport nutrien oleh arus pasang, aliran air laut, gelombang dan aliran air sungai.

2. Faktor fisika-kimia : penggabungan dari beberapa partikel oleh penggumpalan dan presipitasi.

3. Faktor biotik : produksi dan perombakan senyawa-senyawa organik.

Adaptasi anatomi mangrove yang berkaitan dengan keadaan tanah, salinitas, penggenangan pasang surut dan kandungan oksigen tanah adalah :a. Adanya kelenjar garam pada golongan sekreter dan kulit yang mengelupas pada golongan non-sekreter sebagai tanggapan terhadap lingkungan yang salin,

b. Sistem perakaran yang khas dan lentisel sebagai tanggapan terhadap tanah yang jenuh air, dan

c. Struktur dan posisi daun yang khas sebagai tanggapan terhadap radiasi sinar matahari dan suhu yang tinggi.

Adaptasi tumbuhan mangrove secara anatomi terhadap keadaan tanah dan kekurangan oksigen adalah melalui sistem perakaran yang khas dan lentisel pada akar napas, batang dan organ lain. Tumbuhan mangrove memiliki adaptasi khusus untuk tumbuh di tanah yang lembut, asin dan kekurangan oksigen, dimana kebanyakan tumbuhan tidak mampu. Suplai oksigen ke akar sangat penting bagi pertumbhan dan penyerapan nutrien. Karena tanah mangrove seringkali anaerob, maka beberapa tumbuhan mangrove membentuk struktur khusus pneumatophora (akar napas). Akar yang menjulang di atas tanah dipenuhi dengan jaringan parenkim spons (aerenkim) dan memiliki banyak pori-pori kecil di kulit kayu sehingga oksigen dapat masuk dan diangkut ke sistem akar di bawah tanah. Akar ini juga berfungsi sebagai struktur penyokong pohon di tanah lumpur yang lembut. Tumbuhan mangrove memiliki bentuk akar napas yang berbeda-beda.Akar horizontal yang menyebar luas, dimana pneumatophore tumbuh vertikal ke atas merupakan jangkar untuk mengait pada lumpur. Terdapat empat tipe pneumatophore, yaitu akar penyangga (stilt, kmop), akar pasak (snorkel, peg, pencil), akar lutu (knee, knop) dan akar papan (ribbon, plank). Tipe akar pasak, akar lutut dan akar papan dapat berkombinasi dengan akar tunjang pada pangkal pohon. Sedangkan akar penyangga akan mengangkat pangkal batang ke atas tanah.

Akar penyangga pada Rhizophora dapat membantu tegaknya pohon karena memiliki pangkal yang luas untuk mendukung di lumpur yang lembut dan tidak stabil, selain itu akar penyangga juga dapat membantu aerasi ketika terekspons pada saat laut surut. Akar pasak pada Avicennia dan Sonneratia, pneumatophore merupakan cabang tegak dari akar horizontal yang tumbuh di bawah tanah. Akar lutut pada Bruguierra dan Ceriops, di bagian atas tanah (lutut) membantu aerasi dan menjadi tempat bertahan di lumpur yang tidak stabil. Trpaparnya bagian vertikal dari akar papan pada Xylocarpus granatum memudahkan aerasi dan tersebarnya akar secara luas membantu berpijak di lumpur yang tidak stabil.Selain dengan adanya akar napas (pneumatophore), seperti yang telah dijelaskan di awal pembahasan, tumbuhan mangrove juga dapat beradaptasi dalam hal mencukupi kandungan oksigen yaitu dengan adanya lubang-lubang dalam tanah yang dibuat oleh hewan-hewan yang dapat mengatasi kekurangan oksigen. Hewan tersebut diantaranya adalah kepiting dan udang. Dengan adanya lubang-lubang di sekitar tumbuhan mangrove maka sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik.