Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

23
Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia Diajukan untuk Memenuhi Tugas Individu Dalam Mata Kuliah Studi Kawasan Australia & Pasifik Oleh: Muhammad Darmawan Ardiansyah NIM: 1112113000007 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

Transcript of Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

Page 1: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu

Islamophobia

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Individu Dalam

Mata Kuliah Studi Kawasan Australia & Pasifik

Oleh:

Muhammad Darmawan Ardiansyah

NIM: 1112113000007

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014/2015

Page 2: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Dinamika globalisasi yang santer terdengar sejak berakhirnya perang dingin antara

Amerika Serikat dan Uni Soviet mulai mengubah wajah konstelasi dunia internasional. Dunia

internasional yang semula didominasi oleh aktor negara selama era sebelum dan ketika

perang dingin berubah total. Perubahan tersebut ditunjukkan dengan mulai munculnya aktor-

aktor baru non-negara dalam sistem internasional.

Titik tolak perubahan ini mulai memuncak pada saat terjadinya peristiwa serangan 9/11

ke daratan AS. Sejak saat itu terjadi rotasi kebijakan luar negeri dalam skala besar bagi

seluruh negara di dunia, untuk menyesuaikan dirinya dengan doktrin ‘War Against

Terrorism’ yang dicanangkan oleh AS sejak peristiwa serangan tersebut. Kegiatan terorisme

berlandaskan pemahaman jihad yang salah kaprah, membuat umat Islam di seluruh dunia

merasakan penderitaan yang luar biasa, baik itu dalam bentuk fisik maupun psikologis.

Dikaitkannya gerakan terorisme dengan ajaran-ajaran yang ada di dalam agama Islam,

khususnya jihad, memberikan dampak negatif yang sangat signifikan terhadap muslim di

seluruh penjuru dunia. Dampak terbesar dari hal tersebut dirasakan oleh para penduduk

muslim yang menjadi minoritas di sebuah negara, khususnya negara-negara Barat. Banyak

sekali diskriminasi yang dilakukan terhadap kaum muslim minoritas di negara-negara

tersebut, baik itu dilakukan oleh aparatur negara ataupun rakyat sipil.

Timbulnya berbagai tindak diskriminasi di negara-negara Barat terhadap umat Islam

minoritas memunculkan fenomena Islamophobia.1 Definisi dari Islamophobia itu sendiri

adalah ketakutan atau kebencian terhadap Islam, dan segala hal yang berkaitan dengannya.

Dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa terdapat diskriminasi terhadap pihak muslim,

baik itu dalam segi sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini didasarkan pada

pemahaman bahwa Islam adalah ideologi yang keras dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang

dianut oleh Barat.

Tidak terkecuali di belahan bumi Australia, di mana mayoritas penduduknya

merupakan para imigran Barat yang telah menetap lama di wilayah tersebut. Walaupun

secara geografis wilayah ini terletak sangat jauh dari belahan bumi Eropa, akan tetapi

1 Quraishi, Muzammil, ”Muslims and Crime: A Comparative Study”, Asghate Publishing Ltd, United Kingdom, 2005, hal. 60.

Page 3: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

warisan-warisan budaya Barat yang telah melekat dalam diri mereka tidak terhapuskan begitu

saja. Adanya keterikatan historis ini menjadikan wilayah ini secara tidak langsung menjadi

Barat-nya Eropa di wilayah Asia-Pasifik.

Hal ini akan menyebabkan fenomena Islamophobia yang menjangkiti belahan bumi

Eropa akan menyebar juga di wilayah Australia yang notabene merupakan bekas

pembuangan orang-orang Eropa di Asia-Pasifik. Tentunya sejak booming-nya fenomena

Islamophobia di Australia, memberikan dampak buruk bagi kehidupan umat Islam yang

tinggal di sana. Dampak buruk tersebut dapat berupa bentuk-bentuk diskriminasi yang telah

saya sebutkan di atas.

Banyak sekali pemberitaan media lokal Australia maupun media internasional yang

tidak henti-hentinya memberikan pemberitaan mengenai hal tersebut. Seperti pemberitaan

yang dilakukan oleh The Guardian mengenai perusakan masjid-masjid di Australia,

pelecehan baik psikis maupun fisik terhadap perempuan muslim yang menggunakan hijab,

serta ancaman pembunuhan terhadap tokoh-tokoh muslim di negara tersebut.2

Seharusnya hal ini menjadi perhatian bagi pemerintah Australia untuk ikut turut campur

dalam menangani kasus diskriminasi terhadap penduduk muslim. Akan tetapi, yang tejadi

malah pemerintah cenderung menekan, bahkan membatasi ruang gerak penduduk muslim

melalui aturan-aturan yang diberlakukan oleh pemerintah Australia sendiri. Bahkan penduduk

muslim hanya dijadikan alat pendongkrak suara pada saat pemilihan umum dilakukan.

Janji-janji manis dari beberapa partai Australia kepada muslim hanya digunakan untuk

mengamankan jumlah perolehan kursi mereka di parlemen. Akan tetapi, keberhasilan mereka

dalam mengamankan kursi di parlemen tidak diiringi dengan penepatan janji-janji yang telah

mereka berikan pada kelompok-kelompok Islam.3 Tentunya hal ini menimbulkan

kekecewaan bagi umat Islam di Australia, akibat ketiadaan representasi suara mereka di

dalam parlemen untuk menjaga kepentingan umat Islam di Australia (Dalam hal ini

persamaan dan kebebasan hak sesuai HAM). Sehingga diskriminasi-diskriminasi sosial

terhadap muslim cenderung susah untuk dihilangkan. Bahkan ada beberapa anggota parlemen

2 Oliver Milman, ”Islamophobia: Tony Abbott urged to speak out against attacks on Muslims”, http://www.theguardian.com/world/2014/sep/23/islamophobia-tony-abbott-urged-to-speak-out-against-attacks-on-muslims. Diakses pada tanggal 2 Januari 2015, pukul 14:12.3 Sally Neighbour, ”Muslim lobby group backs Libs in Labor strongholds”, http://www.theaustralian.com.au/national-affairs/state-politics/muslim-lobby-group-backs-libs-in-labor-strongholds/story-e6frgczx-1226010987975. Diakses pada tanggal 2 Januari 2015, pukul 15:19.

Page 4: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

Australia yang aktif bersuara dalam pembentukan kebijakan-kebijakan yang cenderung anti-

Islam.4

B. Metodologi Penelitian.

Dalam makalah ini, penulis menggunakan perspektif Liberalisme. Adapun perspektif

Liberalisme itu sendiri memiliki asumsi yaitu, bahwa dalam sistem internasional terdapat

aktor negara dan non-negara yang keduanya bisa saja saling mempengaruhi.5 Dengan kata

lain, Liberalisme menyatakan bahwa aktor non-negara juga memiliki porsi yang sama

pentingnya seperti yang dimiliki oleh aktor negara.

Dalam konteks ini penulis ingin menggunakan kerangka pemikiran Liberalisme sebagai

landasan dalam menjelaskan berbagai fenomena terkait Islamophobia yang melanda negara-

negara Barat dan sekutunya, khususnya Australia. Dapat dilihat bahwa pengaruh terorisme

sangat kuat sekali dalam mempengaruhi perubahan kebijakan luar negeri suatu negara. Hal

ini dikarenakan ancaman serta dampak dari terorisme yang sangat besar. Sehingga sebuah

negara, khususnya Australia memberikan porsi perhatian yang khusus bagi permasalahan ini

untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan.

C. Pertanyaan Penelitian.

Dalam penulisan makalah ini, penulis bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

potensi anti-Islam yang ada di negara Australia. Penulis juga ingin mengetahui respon atau

reaksi dari pemerintah Australia, dalam hal ini parlemen Australia terkait fenomena

Islamophobia yang terjadi di negara tersebut. Maka dari itu, penulis mengajukan pertanyaan

masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana kondisi umat Islam di Australia?

2) Seberapa besar potensi anti-Islam di Australia?

3) Bagaimana respon pemerintah Australia terkait fenomena tersebut?

4 Helen Davidson, ”Burqa wearers banned from Australian parliament’s public galleries”, http://www.theguardian.com/australia-news/2014/oct/02/new-rules-ban-burqa-wearers-from-parliaments-open-public-galleries. Diakses pada tanggal 2 Januari 2014, pukul 15:42.5 Robert Jackson & Georg Sorensen, ”Pengantar Studi Hubungan Internasional”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009, hal. 144.

Page 5: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

PEMBAHASAN

A. Sejarah kedatangan Imigran muslim ke Australia.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai permasalahan penduduk imigran, khususnya

imigran muslim di Australia. Penulis ingin terlebih dahulu mengenalkan sejarah awal

kedatangan imigran muslim ke negara ini. Umat muslim mulai memasuki wilayah Australia

di akhir abad ke-19. Tepatnya pada tahun 1870 para Imigran muslim ini berdatangan untuk

bekerja sebagai penunggang unta. Keahlian tersebut digunakan oleh para imigran muslim

untuk membangun fasilitas-fasilitas di daerah semi-gurun untuk para tuan tanah pada saat

itu.6

Kekuatan dan ketahanan unta dalam mengakses wilayah-wilayah yang sulit dijangkau

tersebut menjadi pintu pembuka bagi kedatangan imigran muslim lainnya ke negara ini.

Inilah awal mula kedatangan umat muslim di tanah Australia. Sejak saat itu, mulai terjadi

gelombang besar kedatangan penduduk Imigran muslim. Tujuan mereka bermigrasi ke

Australia tentunya adalah mencari kehidupan yang lebih baik. Akan tetapi, hal yang

terpenting adalah mencari wilayah yang aman dan jauh dari potensi terjadinya konflik.

Selain itu, sesuai dengan asumsi yang diberikan oleh Tariq Ramadan,7 keinginan

muslim untuk bermigrasi ke negara-negara Barat, termasuk Australia adalah karena negara-

negara Barat dapat memenuhi kriteria HAM lebih baik daripada negara-negara muslim

sendiri. Kriteria tersebut yakni:

1) Hak untuk hidup.

2) Hak untuk berkeluarga.

3) Hak untuk mendapat tempat tinggal.

4) Hak atas pendidikan.

5) Hak untuk bekerja.

6) Hak dalam memperoleh keadilan.

7) Hak untuk berasosiasi.

Tingginya penghargaan HAM di negara-negara Barat (Australia) memberikan daya

tarik tersendiri bagi para imigran yang berasal dari negara muslim untuk menetap disana. Hal

6 Bilal Cleland, ”Muslims In Australia: A Brief History”, The Islamic Council of Victoria Website Journal, hal 15.7 Salih Yucel,”Is Islam Part of the Problem or Solution: An Australian Immigrant Experience”, Monash University, Turkish Journal of Politics, Vol. 2, No. 1, 2011, hal 104.

Page 6: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

ini dikarenakan kondisi serta rezim pemerintahan di negara muslim yang cenderung otoriter

dan kurangnya perhatian pemerintah dalam memenuhi hak-hak masyarakatnya.

B. Kebijakan pemerintah Australia terhadap Imigran pasca 9/11.

Seperti yang telah kita ketahui, peristiwa 9/11 menjadikan negara-negara di dunia,

khususnya barat dan sekutu, cenderung untuk lebih meningkatkan keamanan negaranya

masing-masing, tidak terkecuali Australia. Sebagai sekutu AS tentunya Australia memiliki

alasan yang sama untuk segera meningkatkan keamanan negaranya dari ancaman-ancaman

yang tidak diinginkan, terutama ancaman terorisme.

Perlu diketahui bahwa sebelum terjadinya peristiwa 9/11, Australia cenderung lebih

fleksibel dan terbuka terhadap kedatangan para imigran di negara tersebut. Akan tetapi, pasca

terjadinya peristiwa tersebut, pemerintah Australia cenderung lebih selektif terhadap para

imigran yang datang. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan pengetatan dan penjagaan di

wilayah-wilayah perbatasan serta menelusuri asal-usul identitas para imigran yang ingin

menjadi warga negara Australia. Tentunya pemerintah Australia memprioritaskan

pengamanan wilayah perbatasan dalam rangka untuk mencegah ancaman yang mungkin saja

berasal dari para imigran tersebut.8

Selain itu juga pemerintah Australia juga membentuk lembaga khusus yang menangani

perihal terorisme. Australian Secret Intelligence Organisation (ASIO) dan Australian

Federal Police (AFP) menjadi andalan pemerintah Australia dalam menangani kasus

terorisme sekaligus menjadi sorotan atas tindakan dan perlakuannya yang cenderung

mengabaikan nilai-nilai HAM.9 Hal ini dapat kita lihat dari undang-undang terorisme

Australia (Terrorism Bill) yang memperketat pengawasan terhadap organisasi atau siapapun

seperti, petani, serikat/organisasi, mahasiswa, aktivis lingkungan, dan bahkan demonstran

yang terlibat protes jika diduga terlibat jaringan tersebut bisa di penjara seumur hidup.10

Memprihatinkan sekali melihat perluasan otoritas pihak terkait yang melanggar batas-

batas kehidupan normal masyarakat Australia. Di mana tindakan-tindakan tersebut

diperbolehkan walaupun harus melanggar nilai-nilai HAM atas dasar pencegahan bahaya

8 Matt McDonald, “Constructing Insecurity: Australian Security Discourse and Policy InternationalRelations Post – 2001”, Journal of International Relation, Vol. 19, No. 3, 2005, hal 297. 9 Jenny Hocking, “Counter-Terrorism and the Criminalisation of Politics: Australia’s New Security Powers of Detention, Proscription and Control”, Australian Journal of Politics and History, Vol. 49, No. 3, hal. 356. 10 George Williams, “Australian Values and the War against Terrorism”, University of New South Wales Law Journal, Vol. 26, No. 1, 2003, hal. 194.

Page 7: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

terorisme. Tentunya hal ini akan membuat pihak umat muslim merasa diintai setiap waktu,

menimbulkan kecemasan berlebihan yang berdampak pada kesehatan psikologis.

Adanya rotasi kebijakan luar negeri serta kebijakan keamanan yang sangat signifikan

dari pemerintah Australia dapat kita lihat dari terjadinya insiden kapal Tampa.11 Dengan

alasan keamanan nasional, Perdana Menteri John Howard, melakukan pelanggaran HAM

terhadap para penumpang kapal Tampa yang ingin bermigrasi ke Australia. Pelanggaran yang

dilakukan oleh pihak Australia cenderung mengabaikan keselamatan penumpang, sehingga

menimbulkan indikasi terjadinya pelanggaran HAM pada saat peristiwa itu terjadi.

Jika kita perhatikan lebih lanjut, respon Australia terhadap permasalahan migrasi ilegal

atau bisa disebut juga people smuggling, lebih ditujukan dalam upaya meminimalisir

ancaman-ancaman terorisme yang mungkin saja datang sewaktu-waktu. Berdasarkan asumsi

tersebut, pemerintah Australia melakukan segala upaya dalam menangani permasalahan-

permasalahan berkaitan dengan keamanan negara yang berpotensi menjadi celah bagi pihak-

pihak terorisme untuk melancarkan aksinya.

Selain ancaman terorisme, migrasi ilegal juga memiliki potensi dalam menimbulkan

permasalahan lainnya, seperti:

1) Stabilitas sosial: meningkatnya fenomena Islamophobia di Australia akan menjadi

pemicu yang kuat bagi terciptanya gangguan stabilitas sosial di negara tersebut.

Kebencian atau ketakutan terhadap para imigran muslim akan memberikan dampak

sosial berupa diskriminasi sosial terhadap pihak muslim minoritas, ataupun adanya

upaya balas dendam dari pihak muslim terhadap warga Australia. Hal-hal di atas

dapat saja terjadi jika pemerintah Australia tidak tanggap dalam merespon

permasalahan tersebut.

2) Budaya: Bentrokan budaya atau kultur mungkin saja dapat terjadi antara pihak

pendatang dengan pihak pribumi. Akan ada anggapan bagi penduduk pribumi bahwa

mereka memiliki otoritas yang lebih tinggi daripada pihak pendatang berdasarkan

identitas asli mereka sebagai warga negara. Selain itu, perbedaan budaya, bahasa,

agama, adat kebiasaan, dan lain sebagainya bisa menjadi pemantik yang efektif dalam

menciptakan bentrokan tersebut.

11 Annabel Crabb, ”Tampa Enters Australian Waters With 433 Asylum Seekers On Board”, http://www.abc.net.au/archives/80days/stories/2012/01/19/3412121.htm. Diakses pada tanggal 3 Januari 2015, pukul 15:50.

Page 8: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

3) Keamanan sosial: Seperti yang telah kita ketahui, bahwa dimanapun imigran gelap

susah untuk mencari pekerjaan yang tetap di negara tujuannya. Hal ini dikarenakan

mereka tidak memiliki identitas yang sah, sehingga untuk mencari pekerjaan pasti

akan mengalami hambatan yang luar biasa. Bukan tidak mungkin jika para imigran

tersebut cenderung untuk berbuat kriminal akibat dari sulitnya mereka dalam

mengakses pekerjaan.12

C. Sentimen pemerintah Australia terhadap imigran Muslim.

Pasca terjadinya serangan 9/11 dan pemboman di London, Perdana Menteri Australia,

John Howard menegaskan bahwa para imigran harus memahami dan menganut nilai-nilai

kehidupan yang ada di Australia.13 Dia juga berkomentar: “There is a fragment [of the

Muslim community] which is utterly antagonistic to our kind of society you can’t find any

equivalent in Italian, or Greek, or Lebanese, or Chinese or Baltic immigration to Australia.

There is no equivalent of raving on about jihad”.14

Dapat kita pahami dari pernyataan Howard di atas bahwa ada sebagian dari masyarakat

Australia (umat muslim) untuk menentang nilai-nilai yang ada di Australia. Menurutnya,

kaum muslim cenderung bersifat antagonis terhadap nilai-nilai kehidupan yang ada di

Australia. Sifat tersebut ditunjukkan dengan adanya keinginan dari pihak muslim untuk

menegakkan syariat Islam di wilayah Australia.

Sebenarnya isu muslim menjadi ancaman bagi nilai-nilai Australia sudah didengungkan

oleh beberapa pihak yang anti-Islam jauh sebelum terjadinya peristiwa 9/11. Di mana pihak

ini melihat bahwa imigran muslim berpotensi menimbulkan ancaman terhadap nilai-nilai

yang ada di Australia.15 Akan tetapi, suara anti-Islam mereka belum terdengar kencang

sampai terjadinya serangan 9/11.

Sentimen pemerintah Australia yang lain juga ditunjukkan oleh menteri pendidikan

Australia pada saat itu, Brendan Nelson yang menyatakan: ”We want them to understand our

history and our culture, the extent to which we believe in mateship and giving another person

12 Janet Phillips, ”Muslim Australians”, http://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/Publications_Archive/archive/MuslimAustralians. Diakses pada tanggal 3 Desember 2014, pukul 16:30.13 Jennifer E. Cheng, ”Promoting ‘National Values’ In Citizenship Tests In Germany & Australia. A Response To The Current Discourse On Muslims?”, Macquarie University, Hal 57. 14 Ibid.15 Salih Yucel, ”Is Islam Part of the Problem or Solution: An Australian Immigrant Experience?”, Monash University, Turkish Journal of Politics, Vol. 2, No. 1, 2011, hal 100.

Page 9: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

a fair go if people don’t want to support and accept and adopt and teach Australian values

then, they should clear off”.16

Jika kita perhatikan lebih lanjut, argumen-argumen di atas yang dikemukakan oleh para

pejabat pemerintahan Australia menunjukkan bahwa isu sentimen terhadap muslim sangat

tinggi sekali pada saat itu. Ketakutan terhadap gerakan Islam fundamentalis yang berlebihan

membuat pemerintah Australia memonitor aspek-aspek kehidupan umat muslim di

wilayahnya. Salah satunya pendidikan, di mana sekolah-sekolah Islam wajib memberikan

pemahaman terhadap murid-muridnya mengenai nilai-nilai kehidupan di Australia.

Alasan pemerintah Australia menyasar aspek pendidikan adalah karena aspek tersebut

merupakan sisi yang sangat strategis dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan di Australia.

Dengan menanamkan nilai-nilai Australia sejak kecil, maka diharapkan pengaruh-pengaruh

Islam fundamentalis yang ada dalam darah mereka dapat diminimalisir, sehingga tidak

menimbulkan ancaman yang besar bagi rakyat Australia secara keseluruhan.

Selain daripada itu, Danna Vale, anggota parlemen federal Australia memberikan

pernyataan yang sangat mengejutkan terkait masalah imigrasi. Menurutnya, jika kebijakan

keimigrasian tidak diubah dan dibiarkan seperti itu, dia memprediksi bahwa tidak lama lagi,

sekitar kurang lebih 50 tahun, Australia akan menjadi negara Muslim.17 Tentunya pernyataan

tersebut mengejutkan bagi kalangan pejabat di parlemen. Apalagi asumsi yang dikemukakan

berkaitan dengan Islamophobia yang bisa saja menimbulkan diskriminasi kebijakan terhadap

para imigran muslim di negara tersebut.

Beberapa politikus dari partai Liberal, seperti Bronwyn Bishop dan Sophie Panopoulus

memberikan pernyataan terkait pelarangan hijab di sekolah.18 Mereka berpendapat bahwa

penggunaan hijab di sekolah-sekolah harus dilarang. Menurut keduanya, penggunaan hijab

tidak merepresentasikan pendidikan di sekolah. Di mana sekolah mengajarkan kebebasan

berpikir sedangkan orang yang memakai hijab menurut mereka masih belum bisa

mengekspresikan kebebasan yang sebenarnya.

16 Alice Aslan, ”Islamophobia in Australia”, Agora Press, Australia, 2009, hal 5.17 Mark Chipperfield, ”Will be Muslim in 50 Years”, http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/australiaandthepacific/australia/1510565/Australia-will-be-Muslim-in-50-years.html. Diakses pada tanggal 3 Januari 2015, pukul 13:01.18 Louise Yaxley, ”Bronwyn Bishop calls for hijab ban in school”, http://www.abc.net.au/worldtoday/content/2005/s1448343.htm. Diakses pada tanggal 3 Januari 2015, pukul 13:21.

Page 10: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

Akan tetapi, usulan ini segera ditolak oleh perdana menteri John Howard.19 Menurutnya

penggunaan hijab bukanlah isu yang harus dipermasalahkan. Karena setiap orang di Australia

berhak untuk mengekspresikan dirinya selama itu tidak mengganggu pihak lain. Dan

penggunaan hijab adalah menunjukkan kebebasan seorang muslimah untuk mengekspresikan

kehendak yang diinginkannya.

Jika kita perhatikan lebih lanjut, dapat kita simpulkan bahwa tidak semua pejabat

pemerintah anti terhadap Islam. Walaupun mereka berasal dari satu partai, itu tidak menjamin

mereka memiliki pandangan yang sama. Tentunya perdana menteri John Howard pasti

mempertimbangkan terlebih dahulu sebuah usulan sebelum menolak atau menyetujui usulan

tersebut. Apalagi terkait masalah sensitif seperti diskriminasi agama terhadap muslim. Jika

perdana menteri John Howard menyutujui usulan-usulan di atas, secara tidak langsung dia

telah mengkhianati nilai-nilai Australia yang multikulturalisme dan penuh toleransi.

D. Kondisi umat Muslim di Australia saat ini.

Berita internasional akhir-akhir ini diwarnai dengan kasus penyanderaan yang terjadi di

sebuah cafe di Sydney.20 Penyanderaan pengunjung cafe dilakukan oleh seorang imigran

muslim yang berasal dari Iran. Kejadian tersebut telah menewaskan dua korban sandera serta

pelaku sendiri. Peristiwa ini tentunya telah mencoreng nama Islam kembali di daratan

Australia. Padahal Islam tidak pernah mengajarkan untuk melakukan tindakan-tindakan

terorisme terhadap penduduk sipil. Stigma negatif terhadap Islam yang mulai memudar sejak

terjadinya rangkaian peristiwa terorisme di tahun 2000-an, muncul kembali akibat terjadinya

peristiwa tersebut.

Serangan 9/11 yang telah melibatkan pihak kepolisian, militer, aspek politik, hukum,

dan ideologi dalam melawan terorisme, khususnya terorisme Islam, menjadikan Islam

momok yang menakutkan hingga saat ini.21 Apalagi dengan terjadinya peristiwa di atas yang

melibatkan identitas Islam di dalam aksinya. Hal ini memberikan kontribusi yang besar

dalam memunculkan kembali Islamophobia di Australia.

19 Brendan Nicholson, ”PM rejects headscarves ban”, http://www.theage.com.au/news/national/pm-rejects-headscarves-ban/2005/08/29/1125302511538.html. Diakses pada tanggal 3 Januari 2015, pukul 13:32.20 Ben Doherty, ”Hostages in the Sydney cafe siege: ‘We’re not getting out of here’”, http://www.theguardian.com/australia-news/2014/dec/16/hostages-in-the-sydney-siege-were-not-getting-out-of-here. Diakses pada tanggal 3 Januari 2015, pukul 19:32.21 Rohan Davis, ”Civil Aviation Security: The ideologies the Australian Government subscribes to when identifying terrorists”, International Journal of Criminal Justice Sciences, Vol. 5, No. 2, 2010, hal 252.

Page 11: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

Akan tetapi, tragedi tersebut tidak membuat perdana menteri Tony Abbot untuk

menyalahkan Islam sebagai dalang dalam aksi terorisme ini.22 Walaupun kejadian ini

meningkatkan wacana anti-Islam di negara tersebut,23 tidak membuat warga Australia

seluruhnya membenci Islam dan mendiskriminasi mereka dari kehidupan sosial masyarakat

Australia. Hal ini ditunjukkan dengan adanya dukungan dari rakyat Australia terhadap

komunitas Muslim Australia dengan menolak isu Islamophobia dengan hashtag

#illridewithyou di berbagai media sosial, khususnya twitter.24

Kepedulian masyarakat Australia terhadap komunitas muslim di negara tersebut

menunjukkan bahwa tingkat toleransi terhadap muslim sudah mulai meningkat. Dengan

adanya dukungan-dukungan dari masyarakat Australia yang masif memberikan harapan besar

bagi masyarakat muslim untuk selalu menyuarakan kebenaran tentang apa itu Islam.

Walaupun ruang gerak Muslim Australia terbatas, dengan memanfaatkan dukungan dari

masyarakat Australia di atas diharapkan pemahaman mengenai Islam bukanlah agama teroris

dapat segera tertanam di benak masyarakat Australia secara kesuluruhan. Sehingga isu

Islamophobia tidak terus-menerus menghantui komunitas muslim di negara tersebut.

22 Lenore Taylor, “Sydney siege: Abbot refuses to blame Islam for Man Haron Monis’s actions”, http://www.theguardian.com/australia-news/2014/dec/17/sydney-siege-abbott-refuses-to-blame-islam-for-man-haron-moniss-actions. Diakses pada tanggal 3 Januari 2015, pukul 19:54.23 Mohamed Taha, “’No-one sits next to me anymore’: Australian Muslim women on how their lives have changed”, http://www.abc.net.au/news/2014-10-02/australian-muslim-women-talk-about-how-their-lives-have-changed/5786374. Diakses pada tanggal 3 Januari 2015, pukul 20:09.24 Mairi Mackay, “Hostage siege: Australians stand up to Islamophobia with #illridewithyou”, http://www.cnn.com/2014/12/15/world/asia/australia-hostage-illridewithyou/. Diakses pada tanggal 3 Januari 2014, pukul 20:16.

Page 12: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

KESIMPULAN

Peristiwa 9/11 memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap toleransi muslim

di seluruh dunia, khususnya di Australia. Munculnya wacana Islamophobia di negara-negara

Barat tentunya sangat merugikan sekali bagi umat Islam di dunia. Menurunnya toleransi

beragama, terutama terhadap umat Islam akibat peristiwa 9/11 menimbulkan diskriminasi

dalam berbagai aspek bagi muslim-muslim yang tinggal di negara-negara Barat.

Di Australia sendiri, isu Islamophobia juga meningkat dengan pesat. Pemerintah

Australia mulai melakukan kegiatan monitoring yang sangat ketat terhadap kelompok-

kelompok yang berpotensi memberikan ancaman terhadap negara tersebut, khususnya

kelompok/komunitas muslim yang tinggal di sana. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan

bagi komunitas muslim di negara tersebut, karena tidak bisa bebas dalam melakukan kegiatan

mereka sehari-hari.

Walaupun pemerintah Australia melancarkan kebijakan-kebijakan yang sangat ketat

dalam rangka membatasi pergerakan kelompok teroris di negara tersebut, akan tetapi secara

eksplisit pemerintah Australia tidak memberlakukan kebijakan yang diskriminatif terhadap

umat Islam di negaranya. Banyaknya komentar negatif yang keluar dari mulut pejabat

Australia yang ditujukan kepada umat Muslim, tidak berarti pemerintah Australia

menerapkan kebijakan-kebijakan publik yang diskriminatif terhadap umat Muslim.

Bila pemerintah Australia menerapkan kebijakan-kebijakan yang cenderung

diskriminatif terhadap umat Muslim, tentunya akan mencederai nilai-nilai kehidupan yang

ada di Australia sendiri. Sehingga secara tidak langsung pemerintah Australia menyatakan

bahwa Australia bukanlah tempat yang pas bagi multikulturalisme dan kehidupan sosial yang

penuh toleransi. Banyak sekali usulan kebijakan-kebijakan yang cenderung diskriminatif

terhadap Islam ditolak. Akan tetapi hal ini tidak menyurutkan masyarakat Australia untuk

melakukan tindakan yang diskriminatif terhadap muslim di kehidupan sosial.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat Australia mulai sadar akan perbedaan Islam dan

terorisme. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak terjadi diskriminasi-

diskriminasi sosial terhadap umat Islam di negara tersebut. Dengan kenyataan sosial yang ada

di negara-negara Barat, khususnya Australia, mengenai perlakuan masyarakat terhadap umat

Islam, seharusnya organisasi-organisasi internasional Islam seperti OKI, memberikan

penyuluhan mengenai apa itu Islam, agar isu Islamophobia tidak berkembang terus menerus.

Page 13: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

Sehingga umat muslim di seluruh dunia dapat hidup dengan aman dan nyaman tanpa takut

akan adanya diskriminasi sosial terhadap mereka.

Page 14: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Aslan Alice, ”Islamophobia in Australia”, Agora Press, Australia, 2009.

Jackson Robert & Sorensen Georg, ”Pengantar Studi Hubungan Internasional”, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, 2009.

Quraishi, Muzammil, ”Muslims and Crime: A Comparative Study”, Asghate Publishing Ltd,

United Kingdom, 2005.

Jurnal:

Cleland Bilal, ”Muslims In Australia: A Brief History”, The Islamic Council of Victoria

Website Journal, 2002.

Davis Rohan, ”Civil Aviation Security: The ideologies the Australian Government subscribes

to when identifying terrorists”, International Journal of Criminal Justice Sciences, Vol.

5, No. 2, 2010.

E. Cheng Jennifer, ”Promoting ‘National Values’ In Citizenship Tests In Germany &

Australia. A Response To The Current Discourse On Muslims?”, Macquarie

University, 2009.

Hocking Jenny, “Counter-Terrorism and the Criminalisation of Politics: Australia’s New

Security Powers of Detention, Proscription and Control”, Australian Journal of Politics

and History, Vol. 49, No. 3, 2003.

McDonald Matt, “Constructing Insecurity: Australian Security Discourse and Policy

International Relations Post – 2001”, Journal of International Relation, Vol. 19, No. 3,

2005.

Williams George, “Australian Values and the War against Terrorism”, University of New

South Wales Law Journal, Vol. 26, No. 1, 2003.

Yucel Salih,”Is Islam Part of the Problem or Solution: An Australian Immigrant

Experience”, Monash University, Turkish Journal of Politics, Vol. 2, No. 1, 2011.

Website:

Chipperfield Mark, ”Will be Muslim in 50 Years”,

http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/australiaandthepacific/australia/

1510565/Australia-will-be-Muslim-in-50-years.html. Diakses pada tanggal 3 Januari

2015, pukul 13:01.

Page 15: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

Crabb Annabel, ”Tampa Enters Australian Waters With 433 Asylum Seekers On Board”,

http://www.abc.net.au/archives/80days/stories/2012/01/19/3412121.htm. Diakses pada

tanggal 3 Januari 2015, pukul 15:50.

Davidson Helen, ”Burqa wearers banned from Australian parliament’s public galleries”,

http://www.theguardian.com/australia-news/2014/oct/02/new-rules-ban-burqa-wearers-

from-parliaments-open-public-galleries. Diakses pada tanggal 2 Januari 2014, pukul

15:42.

Doherty Ben, ”Hostages in the Sydney cafe siege: ‘We’re not getting out of here’”,

http://www.theguardian.com/australia-news/2014/dec/16/hostages-in-the-sydney-siege-

were-not-getting-out-of-here. Diakses pada tanggal 3 Januari 2015, pukul 19:32.

Mackay Mairi, “Hostage siege: Australians stand up to Islamophobia with #illridewithyou”,

http://www.cnn.com/2014/12/15/world/asia/australia-hostage-illridewithyou/. Diakses

pada tanggal 3 Januari 2014, pukul 20:16.

Milman Oliver, ”Islamophobia: Tony Abbott urged to speak out against attacks on Muslims”,

http://www.theguardian.com/world/2014/sep/23/islamophobia-tony-abbott-urged-to-

speak-out-against-attacks-on-muslims. Diakses pada tanggal 2 Januari 2015, pukul

14:12.

Neighbour Sally, ”Muslim lobby group backs Libs in Labor strongholds”,

http://www.theaustralian.com.au/national-affairs/state-politics/muslim-lobby-group-

backs-libs-in-labor-strongholds/story-e6frgczx-1226010987975. Diakses pada tanggal 2

Januari 2015, pukul 15:19.

Nicholson Brendan, ”PM rejects headscarves ban”,

http://www.theage.com.au/news/national/pm-rejects-headscarves-ban/

2005/08/29/1125302511538.html. Diakses pada tanggal 3 Januari 2015, pukul 13:32.

Phillips Janet, ”Muslim Australians”,

http://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_

Library/Publications_Archive/archive/MuslimAustralians. Diakses pada tanggal 3

Desember 2014, pukul 16:30.

Taha Mohamed, “’No-one sits next to me anymore’: Australian Muslim women on how their

lives have changed”, http://www.abc.net.au/news/2014-10-02/australian-muslim-

women-talk-about-how-their-lives-have-changed/5786374. Diakses pada tanggal 3

Januari 2015, pukul 20:09.

Page 16: Kondisi Muslim & Respon Pemerintah Australia Terhadap Isu Islamophobia

Taylor Lenore, “Sydney siege: Abbot refuses to blame Islam for Man Haron Monis’s

actions”, http://www.theguardian.com/australia-news/2014/dec/17/sydney-siege-

abbott-refuses-to-blame-islam-for-man-haron-moniss-actions. Diakses pada tanggal 3

Januari 2015, pukul 19:54.

Yaxley Louise, ”Bronwyn Bishop calls for hijab ban in school”,

http://www.abc.net.au/worldtoday/content/2005/s1448343.htm. Diakses pada tanggal 3

Januari 2015, pukul 13:21.