REPRESENTASI SOSIAL TENTANG KONSEP SEHAT DAN SAKIT …1].pdf · 2018. 6. 26. · REPRESENTASI...
Transcript of REPRESENTASI SOSIAL TENTANG KONSEP SEHAT DAN SAKIT …1].pdf · 2018. 6. 26. · REPRESENTASI...
REPRESENTASI SOSIAL TENTANG KONSEP SEHAT DAN SAKIT
PADA ORANG JAWA YANG TINGGAL DI YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Irene Kusuma Palmarani
NIM : 059114032
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
iii
iv
Aku takut akan kegagalan...
Sampai aku menyadari bahwa aku hanya akan gagal saat aku tidak mencoba...
Aku takut akan nasib...
Sampai aku menyadari bahwa aku mempunyai kekuatan untuk mengubah hidupku...
Aku takut menjadi tua...
Sampai aku menyadari bahwa dengan bertambahnya hari, aku semakin bijaksana...
Aku takut akan masa depan...
Sampai aku menyadari bahwa tujuan hidup adalah mencari hal-hal yang lebih baik...
Aku takut akan masa lalu...
Sampai aku menyadari bahwa hal tersebut, tidak akan lagi menyakitiku...
Aku takut akan perubahan...
Sampai aku melihat saat kupu-kupu yang cantik harus mengalami metamorfosa
sebelum ia dapat terbang...
Bobbete Bryan
v
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yang Maha Esa,
kedua orangtuaku tersayang,
kakakku tersayang,
dan sahabat-sahabatku terkasih.
vi
vii
ABSTRAK
REPRESENTASI SOSIAL TENTANG KONSEP SEHAT DAN SAKIT
PADA ORANG JAWA YANG TINGGAL DI YOGYAKARTA
Oleh : Irene Kusuma Palmarani
Indonesia mengenal dua cara pengobatan yang masih eksis, yaitu pengobatan tradisional dan pengobatan modern. Pengobatan modern memperoleh banyak keluhan terkait dengan pelayanan yang kurang baik, sementara pengobatan tradisional, meskipun masih banyak ditempuh, hampir selalu dilekatkan dengan ciri negatif. Bahkan ada masyarakat yang menempuh kedua cara pengobatan tersebut dalam waktu bersamaan. Di sisi lain, masyarakat juga memiliki akses yang minim untuk memperoleh kesehatan. Kondisi tersebut memunculkan pertanyaan bagaimana sebenarnya konsep sehat dan sakit pada masyarakat sehingga pelaku kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.
Representasi sosial, dengan anchoring dan objectification, memungkinkan untuk melihat konsep sehat dan sakit pada masyarakat. Teori ini memperlihatkan bagaimana praktek hidup sehari-hari, sikap, gagasan, nilai, kebudayaan, atau bahkan mitologi mempengaruhi pembentukan makna sosial (Moscovici, 2001). Representasi tidak diperoleh secara replika, tetapi diciptakan oleh ruang sosial.
Pengambilan data dilakukan pada 30 responden yang berdomisili di Yogyakarta, bekerja dan atau sudah menikah, serta bersuku-kebangsaan Jawa. Data diambil dengan cara memberikan angket terbuka dan dilanjutkan dengan wawancara semi-terstruktur.
Representasi sehat, berarti tercapainya harmonisasi antara fisik dan mental sehingga semangat dalam beraktivitas. Representasi sakit, berarti kondisi fisik dan/atau mental terganggu sehingga timbul rasa malas untuk beraktivitas. Kondisi fisik yang terganggu dapat mempengaruhi kondisi mental, begitu pula sebaliknya.
Orang Jawa di Yogyakarta akan menjaga kesehatan dengan menjaga keteraturan pola hidup sehari-hari (makan, minum, istirahat, olahraga) dan mengkonsumsi suplemen ketika badan terasa tidak enak. Sementara jika sakit, mereka akan mengkonsumsi obat pasar atau mengobati dengan caranya sendiri. Pengetahuan tentang cara pengobatan tersebut diperoleh melalui kemasan obat, pengalaman orang lain, cocok-cocokan, dan turun-temurun. Kata kunci : sehat, sakit, representasi sosial
viii
ABSTRACTION
SOCIAL REPRESENTATION ABOUT THE CONCEPT OF HEALTHY AND SICK
AMONG JAVANESE PEOPLE WHO LIVE IN YOGYAKARTA
Irene Kusuma Palmarani
Indonesia knows two ways for curing diseases that still exist, namely traditional therapies and modern medicine. Modern medicine has many criticisms about the un-satisfaction health services, while traditional therapies, though still popular on curing diseases, almost always correlated with negative characteristics. On the other hand, people also have minimal access for gaining health. A question appeared of how exactly the concept of healthy and sick among people so that health actors can provide appropriate health services.
Social representation, with its anchoring and objectification, enables us to see the concept of healthy and sick among people. The theory shows how everyday life practices, attitudes, ideas, values, culture, or even mythologies influence the forming of social meaning ( Moscovici, 2001). Representation is not hereditary but it is created by social space.
The data was retrieved from 30 Javanese who are living in Yogyakarta, worked and or getting married. The data is taken by giving open questionnaires and followed with semi-structured interview.
Healthy representations, mean the achievement of harmonization between the physical and mentally conditions, so activities have to be done with spirits. Representations of sick, mean the physical and/or mentally conditions were disturbed, so appearing lazy feeling to do the activities. Disturbed physical conditions can affect the mentally conditions, as well as reverse.
The Javanese people in Yogyakarta will care the health by keeping the order patterns of daily living (eating, drinking, rest, exercise) and take supplements when the body feels uncomfortable. If getting sick, they will take the drug market or treating in their own way. Knowledge about how to obtain this medication through the drug packaging, the experience of others, fit-skewer, and down through the generations.
Keywords : healthy, sick, social representation
ix
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya yang telah dikaruniakan kepada penulis, terutama selama penelitian
dan penulisan skripsi. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai Konsep Sehat
dan Sakit Pada Masyarakat Yogyakarta. Melalui representasi sosial, masyarakat
Yogyakarta memaknai konsep sehat dan sakit menurut gagasan, pengetahuan,
pengalaman, dan sikap yang saling dikomunikasikan dalam masyarakat.
Terselesaikannya penelitian ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan
kritik yang membangun dari orang-orang disekitar penulis. Maka pada kesempatan
ini pula, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi.
2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan waktu, dukungan, dan perhatian selama proses penyelesaian skripsi
ini.
3. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Bapak V. Didik Suryo H., S.Psi., M.Si., selaku
dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan lebih baik.
4. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan dukungan dan nasehat-nasehat yang berharga selama proses
perkuliahan di Fakultas Psikologi ini.
xi
5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi, terima kasih telah membantu penulis dalam
memperluas pengetahuan.
6. Karyawan Fakultas Psikologi : Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Mbak Nanik,
dan Pak Giek, atas segala bantuan fasilitas selama proses perkuliahan.
7. Dr. Risa Permanadelli, terima kasih untuk pengetahuan tentang representasi
sosialnya.
8. Bapak, ibu, serta kakak atas dukungan doa dan spiritnya.
9. Mas Angga, untuk setiap rasa sayang dan pengertiannya.
10. Keluarga cemara : Tiwi, Shinta, Arya, Lilo, Mbak Bella, Wida, Lucky, Suster,
Githa, Iin, Wira, dan Mbak Nana, untuk setiap canda-tawa, keluh-kesah, jatuh-
bangun yang telah kita alami bersama.
11. Citra, Ray, dan Lina, terima kasih untuk bantuan dan dukungannya.
12. Teman-teman kuliah, KKN, Masdha FM, AZ crew, P2TKP, Mudika, Eldiva Net,
Karang Taruna, terima kasih atas segala bantuan dan pengertiannya.
13. Terima kasih pula bagi semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian
dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam skripsi
ini. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran
demi hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi yang
membacanya.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN MOTTO iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ix
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 8
xiii
D. Manfaat Penelitian 9
BAB II LANDASAN TEORI 10
A. Konsep Sehat dan Sakit Modern 10
1. Konsep Dualisme 10
2. Pengertian Kesehatan WHO 13
3. Pengertian Kesehatan Dalam Ilmu Psikologi 14
B. Konsep Sehat dan Sakit di Indonesia 16
1. Sejarah Kedokteran di Indonesia Sebagai Awal Pelayanan Kesehatan
Modern 16
2. Pengertian Kesehatan di Indonesia 21
C. Konsep Sehat dan Sakit Orang Jawa 22
1. Nilai-Nilai Lokal Masyarakat Jawa Tentang Kesehatan 22
2. Pengertian dan Konsep Pengobatan Tradisional 26
D. Representasi Sosial Tentang Konsep Sehat dan Sakit 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34
A. Jenis Penelitian 34
B. Batasan Istilah 35
C. Responden Penelitian 36
D. Metode Pengumpulan Data 36
1. Penelitian Pendahuluan 36
2. Pengambilan Data Penelitian 38
E. Metode Analisis Data 41
xiv
F. Pemeriksaan Keabsahan Data 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 45
A. Hasil Penelitian 45
1. Pelaksanaan Penelitian 45
2. Responden Penelitian 45
3. Analisis Data 51
a. Konsep Sehat 52
i. Data Konsep Sehat Menurut Asosiasi Kata 52
ii. Data Konsep Sehat Menurut Hasil Wawancara 56
iii. Data Konsep Sehat Menurut Makna Kata Dalam Asosiasi Kata
dan Hasil Wawancara 59
iv. Konsep Sehat Menurut Responden Percaya dan Tidak Percaya
Dokter 64
b. Konsep Sakit 72
i. Data Konsep Sakit Menurut Asosiasi Kata 72
ii. Data Konsep Sakit Menurut Hasil Wawancara 76
iii. Data Konsep Sakit Menurut Makna Kata Dalam Asosiasi Kata
dan Hasil Wawancara 81
iv. Konsep Sakit Menurut Responden Percaya dan Tidak Percaya
Dokter 85
B. Pembahasan Representasi Sosial Konsep Sehat dan Sakit 95
1. Representasi Sosial Konsep Sehat 95
xv
2. Representasi Sosial Konsep Sakit 98
3. Representasi Sosial Konsep Sehat dan Sakit Pada Responden Percaya
Dokter 101
a. Representasi Sosial Konsep Sehat 101
b. Representasi Sosial Konsep Sakit 103
4. Representasi Sosial Konsep Sehat dan Sakit Pada Responden Tidak
Percaya Dokter 105
a. Representasi Sosial Konsep Sehat 105
b. Representasi Sosial Konsep Sakit 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 111
A. Kesimpulan 111
B. Saran 113
DAFTAR PUSTAKA 115
LAMPIRAN 120
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Contoh Kasus Pengobatan Modern 4
Tabel 2 : Demografi Responden Penelitian 46
Tabel 3 : Deskripsi Kelompok Responden Percaya dan Tidak Percaya Dokter 48
Tabel 4 : Demografi Kelompok Responden Percaya dan Tidak Percaya Dokter 49
Tabel 5 : Asosiasi Kata Sehat 53
Tabel 6 : Prioritas Kata Sehat 55
Tabel 7 : Definisi Sehat 57
Tabel 8 : Menjaga Kesehatan 58
Tabel 9 : Makna Asosiasi Kata Sehat 59
Tabel 10 : Makna Definisi Sehat 61
Tabel 11 : Makna Menjaga Kesehatan 62
Tabel 12 : Perbedaan Asosiasi Kata Sehat Pada Responden Percaya dan Tidak
Percaya Dokter 65
Tabel 13 : Prioritas Kata Sehat Pada Responden Percaya Dokter 66
Tabel 14 : Prioritas Kata Sehat Pada Responden Tidak Percaya Dokter 67
Tabel 15 : Perbedaan Definisi Sehat Pada Responden Percaya dan Tidak Percaya
Dokter 69
Tabel 16 : Perbedaan Menjaga Kesehatan Pada Responden Percaya dan Tidak
Percaya Dokter 70
xvii
Tabel 17 : Asosiasi Kata Sakit 73
Tabel 18 : Prioritas Kata Sakit 75
Tabel 19 : Definisi Sakit 77
Tabel 20 : Apa yang Dilakukan Ketika Sakit 78
Tabel 21 : Sumber Informasi Pengobatan 79
Tabel 22 : Makna Asosiasi Kata Sakit 82
Tabel 23 : Makna Definisi Sakit 84
Tabel 24 : Perbedaan Asosiasi Kata Sakit Pada Responden Percaya dan
Tidak Percaya Dokter 86
Tabel 25 : Prioritas Kata Sakit Pada Responden Percaya Dokter 87
Tabel 26 : Prioritas Kata Sakit Pada Responden Tidak Percaya Dokter 88
Tabel 27 : Perbedaan Definisi Sakit Pada Responden Percaya dan Tidak Percaya
Dokter 91
Tabel 28 : Perbedaan Apa yang Dilakukan Ketika Sakit Pada Responden Percaya
dan Tidak Percaya Dokter 92
Tabel 29 : Perbedaan Sumber Informasi Pengobatan Pada Responden Percaya dan
Tidak Percaya Dokter 94
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Skema konsep sehat dan sakit versi Barat (modern), Indonesia, dan Jawa 33
Gambar 2.
Skema representasi sosial konsep sehat dan sakit pada orang Jawa yang tinggal
di DIY 110
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Panduan Umum Wawancara Penelitian Pendahuluan 120
Lampiran 2 : Contoh Angket Terbuka 121
Lampiran 3 : Deskripsi Demigrafi Responden 123
Lampiran 4 : Tabulasi Asosiasi Kata Sehat 125
Lampiran 5 : Tabulasi Prioritas Kata Sehat 131
Lampiran 6 : Tabulasi Asosiasi Kata Sakit 141
Lampiran 7 : Tabulasi Prioritas Kata Sakit 147
Lampiran 8 : Tabulasi Hasil Wawancara Tentang Konsep Sehat 157
Lampiran 9 : Tabulasi Hasil Wawancara Tentang Menjaga Kesehatan 158
Lampiran 10 : Tabulasi Hasil Wawancara Tentang Konsep Sakit 159
Lampiran 11 : Tabulasi Hasil Wawancara Apa yang Akan Dilakukan Ketika Sakit 160
Lampiran 12 : Tabulasi Hasil Wawancara Sumber Informasi Pengobatan 161
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia mengenal dua cara pengobatan yang masih eksis, yaitu
pengobatan tradisional dan pengobatan modern. Kebudayaan Jawa, pada
khususnya, telah memiliki sistem pengetahuan pengobatan yang sudah ratusan
tahun digunakan oleh masyarakat Jawa, jauh sebelum masuknya teknik-teknik
kedokteran modern (Sudardi, 2002). Sistem pengobatan tersebut disebut sebagai
sistem pengobatan tradisional. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia (Permenkes RI) nomor 246/Menkes/Per/V/1990, yang dimaksud
dengan obat tradisional adalah setiap bahan atau ramuan bahan berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, yang secara tradisional telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Dewasa ini, sistem pengobatan tradisional banyak mendapat perhatian
karena sistem ini masih hidup dalam masyarakat dan berdampingan dengan
sistem pengobatan modern. Beberapa contoh pengobatan tradisional yang masih
digunakan antara lain: orangtua selalu menyarankan, jika kita masuk angin
(gejala flu), maka kita harus kerokan (salah satu metode memperlebar
pembuluh darah tepi yang menutup) (“Kerokan Bikin” , 2009), remaja putri
dianjurkan untuk minum galian putri (salah satu minuman herbal) dan kunir
asem (salah satu minuman herbal) untuk menyehatkan badan, menghilangkan
bau badan, menjaga kelangsingan tubuh, dan memperlancar menstruasi (“Jamu,
2
Obat”, 2006). Pengobatan tradisional ini bersifat non-medis yang kemudian
dikenal sebagai pengobatan alternatif.
Salah satu fenomena ekstrim mengenai kepercayaan terhadap
pengobatan non-medis yang dilakukan oleh masyarakat adalah fenomena Ponari
(”Dukun Cilik” , 2009).
Muhammad Ponari (10) mendapatkan batu ajaib seusai disambar petir. Ponari menjelma menjadi juru sembuh. Puluhan ribu orang berjejal di rumahnya di Kecamatan Megaluh, Jombang, Jawa Timur. Mereka berdatangan dari berbagai kota di Jawa Timur, bahkan hingga Jawa Tengah. Banyak orang berharap batu ajaib di tangan Ponari bisa menyembuhkan segala macam penyakit.
Fenomena Ponari menuai banyak kontroversi. Banyak penilaian, opini-opini
yang muncul terkait dengan fenomena Ponari ini. Salah satu contohnya, antara
lain :
Eka Lestari SKM, seorang Staf Pengajar STIKes Muhammadiyah Banjarmasin (2009) : “Zaman yang makin canggih, ternyata tidak membuat masyarakat kita berpikir lebih modern dan bertindak lebih rasional dalam menghadapi setiap masalah. Tidak peduli masuk akal atau tidak, yang penting sakitnya sembuh dengan meminum air yang dicelupi ‘batu ajaib’.”
Opini yang ada pada masyarakat menunjukkan bahwa fenomena Ponari
dikaitkan dengan ciri-ciri negatif. Masyarakat yang masih menempuh
pengobatan non-medis dinilai tidak rasional dan tidak masuk akal.
Sekalipun demikian, fenomena Ponari tersebut dinilai sebagai potret
masyarakat yang masih memegang teguh pemikiran tradisional (Ridjal dalam
Ilmie, 2009). Masyarakat menghidupkan kembali mitos lama yang telah lama
punah. Golongan masyarakat ini disebut penganut romantisme mistis (Ridjal
dalam Ilmie, 2009). Mitos lama tersebut adalah Legenda Ki Ageng Selo dan
kembali dihidupkan di tengah masyarakat dengan menampilkan sosok Ponari.
Dalam tinjauan sosiologi dan kebudayaan, kedua sosok ini sama-sama
3
memiliki power (kekuatan) yang digambarkan oleh masyarakat sebagai bentuk
kesaktian (Ridjal dalam Ilmie, 2009). Oleh karena itu, masyarakat beranggapan
bahwa Ponari juga memiliki kesaktian.
Fenomena-fenomena tersebut menunjukkan bahwa pengobatan
tradisional masih ditempuh oleh masyarakat meskipun semakin dipandang
negatif. Hal ini juga menggambarkan masyarakat yang masih memiliki
kepercayaan bahwa pengobatan tradisional (non-medis) dapat menyembuhkan
penyakit. Kepercayaan ini terkait pula dengan hal-hal mistis, misalnya
memunculkan sosok dari mitos lama.
Kepercayaan mistis ini merupakan konsep personalistik pada pengobatan
tradisional (Sudardi, 2002). Personalistik beranggapan bahwa kesehatan
dipengaruhi oleh agen-agen aktif di luar diri manusia (jin, roh, makhluk halus)
sehingga pengobatan yang ditempuh adalah dukun, kyai, atau tukang sihir
(Sudardi, 2002). Akan tetapi, pengobatan tradisional juga menganut konsep
naturalistik, dimana sakit diakibatkan oleh cuaca, kebiasaan hidup, makanan,
dan penyakit bawaan. Oleh karena itu, untuk pengobatan dapat digunakan ramu-
ramuan, pijat, pantangan makan, obat-obatan, dan tenaga kesehatan.
Masyarakat tidak hanya mengenal pengobatan tradisional tetapi juga
pengobatan modern. Akan tetapi, pengobatan modern hanya mengobati sakit
secara naturalistik. Selain itu, pengobatan modern dinilai tidak memberikan
pelayanan kesehatan yang baik pada masyarakat. Respon yang diterima oleh
masyarakat menimbulkan ketidakpuasan terhadap pelayanan rumah sakit dan
dokter. Beberapa contoh bentuk ketidakpuasan masyarakat dimuat dalam sebuah
rubrik suara konsumen di antaranya adalah :
4
Tabel 1 Contoh Kasus Pengobatan Modern
No Kota (tahun)
Konsumen Kasus Keterangan
1. Bogor (2007)
Y (Perempuan)
Kata-kata dokter sulit diterima pasien
Dokter terang-terangan menyatakan langsung di depan pasien bahwa ia menderita kanker
2. Banyumas (2007)
YT (Pria)
Kurang responsif dan ada biaya konsultasi dengan dokter
Respon perawat untuk melakukan pengecekan infus lama padahal tangan sudah membengkak dan ada biaya administrasi membayar konsultasi dengan dokter
3. Tangerang (2007)
F (Pria)
Malpraktek Dokter memberikan suntikan bersumber babi dan menolak melakukan pemeriksaan rutin
Sumber : Pelayanan kelas 1 RS Hermina Bekasi mengecewakan. (2007). Dipungut 27 September, 2008, dari http://www.mediakonsumen.com/Artikel1648.html;Pelayanan dokter di RSUD Cibinong – Bogor. (2007). Dipungut 27 September, 2008, dari http://www.mediakonsumen.com/Artikel2291.html; Malpraktek oleh dokter Tedjasukmana di RS. Mitra Int’l Jatinegara. (2007). Dipungut 27 September, 2008, dari http://www.mediakonsumen.com/Artikel1032.html.
Fenomena-fenomena tersebut menunjukkan bahwa masyarakat tidak puas
dengan pelayanan kesehatan dari dokter, perawat, dan rumah sakit. Pelayanan
kesehatan modern memang mengobati penyakit, tapi pasien masih mengeluh
sakit walaupun dokter sudah menyatakan sehat berdasarkan hasil laboratorium.
Hal ini menggambarkan bahwa pengobatan modern dapat mengobati penyakit,
namun tidak memberikan kepuasan kepada masyarakat.
Pada kenyataannya, masyarakat yang menderita sakit, baik secara
personalistik maupun naturalistitik, tetap ada yang meminta pengobatan ke
dukun atau kyai. Ada pula masyarakat yang menempuh pengobatan tradisional
dan pengobatan modern secara bersamaan untuk mengobati penyakit. Ketika
berada dalam kondisi sakit, masyarakat dihadapkan pada pilihan cara-cara
pengobatan yang ada. Pengobatan tradisional dinilai tidak rasional namun masih
5
ditempuh dan dipercaya dapat menyembuhkan penyakit, sementara pengobatan
modern memang mengobati sakit namun pelayanannya tidak memuaskan.
Keberagaman cara pengobatan yang dilakukan memunculkan pertanyaan
bagaimana sebenarnya konsep sakit pada masyarakat.
Di sisi lain, masyarakat juga memiliki banyak akses untuk bergaya hidup
tidak sehat. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kejadian yang ada
belakangan ini. Indonesia berada dalam urutan tertinggi ke-lima di antara
negara-negara di dunia dalam hal konsumsi rokok, sementara rokok terjual
bebas di pasaran (Rachmawati, 2004). Konsumsi Narkoba juga kian marak,
bahkan pemakai Narkoba di DIY telah mencapai 68.980 orang (Prasetyo, 2009).
Sementara itu produsen makanan justru banyak menawarkan produk makanan
instan dan ternyata digemari oleh masyarakat (Damayanti, 2009). Padahal
terlalu sering mengkonsumsi makanan instan dapat mengakibatkan gangguan
pencernaan hingga penyakit diabetes. Selain itu, pedagang bakso menggunakan
formalin dan boraks untuk mengawetkan makanan (“Pedagang Bakso”, 2006).
Formalin dan boraks adalah pengawet jenazah dan bila dikonsumsi dapat
mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia hingga kematian (Handayani,
2006). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki akses yang minim
untuk memperoleh kondisi sehat.
Setiap individu, pasti mengalami sehat dan mengalami sakit secara
bergantian dan terus-menerus (Notosoedirdjo & Latipun, 2001). Oleh karena itu,
sehat dan sakit merupakan dua hal yang tidak terpisah. Ketika berada dalam
kondisi sakit, individu akan melakukan hal-hal yang sekiranya dapat mengubah
kondisi sakit menjadi sehat, misalnya melalui pengobatan. Sementara ketika
6
sehat, individu akan berupaya untuk menjaga kondisinya supaya tetap sehat.
Dengan demikian, penting untuk mengungkap bagaimana konsep sehat
sekaligus sakit pada masyarakat sehingga para pelaku atau pelayan kesehatan
dapat mengkonstruksi model pelayanan kesehatan tertentu yang sesuai dengan
konsep sehat dan sakit pada masyarakat.
Konsep sehat dan sakit ini juga penting untuk diungkap karena
penelitian-penelitian mengenai kesehatan di Indonesia, lebih banyak kepada
penelitian yang melihat bagaimana pelayanan kesehatan yang diterima oleh
masyarakat. Seperti penelitian Adhinata (2008) yang mengungkap tentang
kualitas pelayanan Ruang Isolasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Penelitian
yang lain adalah mengenai bagaimana kepuasan pasien terhadap resep di
Apotek Kopkar Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta (Harianto, Khasanah, &
Supardi, 2005). Rustiano (2007), seorang pengamat Manajemen Rumah Sakit,
menyebutkan apa saja keluhan ketidakpuasan masyarakat terhadap rumah sakit.
Sejauh ini, penelitian kesehatan lebih ditujukan untuk pelaku kesehatan. Oleh
karena itu, penting pula untuk melihat kesehatan dari sisi masyarakat itu sendiri,
dalam hal ini konsep sehat dan sakit.
Pengertian sehat dan sakit berdimensi subjektif dan kulturalistik
sehingga setiap masyarakat mempunyai pengertian sendiri tentang sehat dan
sakit sesuai dengan pengalaman dan kebudayaannya (Notosoedirdjo & Latipun,
2001). Setiap kelompok masyarakat akan memiliki perbedaan dalam memahami
kondisi sehat atau sakit, penyebab sakit, memberi kewenangan orang yang dapat
menetapkan kondisi sehat atau sakit, merespon terhadap kesakitan, dan
menetapkan klasifikasi kesakitan. Konsep sehat dan sakit dapat diungkap
7
melalui pemahaman, gagasan, sikap, perilaku individu-individu dalam
masyarakat terkait dengan konsep tersebut.
Pemahaman, gagasan, sikap, dan perilaku individu-individu dalam
masyarakat mengenai konsep sehat dan sakit merupakan representasi sosial
masyarakat mengenai konsep tersebut. Moscovici (2001), mendefinisikan
representasi sosial sebagai sistem nilai, ide, sikap, perilaku, dan praktik-praktik
yang membangun sebuah pemaknaan sosial. Dalam hal ini, pemaknaan sosial
tersebut berkaitan dengan konsep sehat dan sakit. Dengan demikian,
representasi konsep sehat dan sakit merupakan pemaknaan dan penilaian
masyarakat atas nilai, ide, sikap, perilaku, dan praktik-praktik terkait dengan
kesehatan yang merupakan produk sosial (Moscovici, 2001).
Masyarakat saling berdialog tentang sesuatu yang tampil dalam ruang
sosial, lalu ruang sosial menangkap sebagai wacana tentang sehat dan sakit dari
masyarakat dan kembali dikonsumsi oleh masyarakat, begitu seterusnya (lihat
Ardiningtiyas, 2004). Wacana tentang sehat dan sakit yang ada dan beredar di
masyarakat adalah suatu proses respresentasi sosial yang berjalan membentuk
wacana dalam alam kognisi individu. Dari individu-individu tersebut, wacana
tentang konsep sehat dan sakit kembali dikomunikasikan dalam masyarakat dan
muncul menjadi representasi sosial, begitu seterusnya (lihat Ardiningtiyas,
2004).
Secara khusus penelitian ini akan dilakukan di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Di satu sisi, Yogyakarta memiliki budaya tradisional Jawa yang
tercermin pada praktik-praktik menjaga kesehatan dan pengobatan tradisional,
seperti kerokan, pijat, pergi ke ahli spiritual, jamu, dan lain-lain (Woodward
8
dalam Boomgard, Sciortino, & Smyth, 1996). Namun di sisi lain, data dari
Badan Pusat Statistik DIY menunjukkan bahwa pada tahun 2007 sarana
kesehatan yang ada sudah sebanyak 44 unit rumah sakit, 22 unit rumah bersalin,
35 unit balai pengobatan, dan 118 unit puskesmas induk. Hal ini menunjukkan
bahwa Yogyakarta masih menggunakan cara tradisional dalam menjaga
kesehatan dan menangani sakit, namun cara modern juga semakin banyak.
Dengan demikian, Yogyakarta menjadi salah satu tempat yang tepat untuk
mengungkap representasi sosial dari sehat dan sakit di tengah-tengah
perkembangan pengobatan tradisional dan modern yang sama-sama
berkembang.
Responden penelitian adalah orang dewasa yang sudah bekerja dan/atau
berkeluarga. Hal ini dimaksudkan bahwa mereka telah memiliki tanggungjawab
untuk mengambil keputusan dan kemandirian secara ekonomi. Oleh karena itu,
peneliti mengambil judul ”Representasi Sosial Tentang Konsep Sehat dan Sakit
Pada Orang Jawa yang Tinggal Di Daerah Istimewa Yogyakarta”.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa representasi sosial orang Jawa yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta
tentang konsep sehat dan sakit ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui nilai, ide, pengetahuan, sikap, dan praktik-praktik yang
berhubungan dengan konsep sehat dan sakit pada orang Jawa, yang tinggal di
9
Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai representasi sosial tentang konsep sehat
dan sakit.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan gambaran tentang konsep sehat dan sakit orang Jawa
untuk teori-teori kesehatan.
b. Referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
Melihat konsep sehat dan sakit secara lebih kontekstual pada orang
Jawa sehingga para pelaku atau pelayan kesehatan dapat mengkonstruksi
model pelayanan kesehatan tertentu yang sesuai dengan konsep sehat dan
sakit pada masyarakat Jawa.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KONSEP SEHAT DAN SAKIT MODERN
1. Konsep Dualisme
Dualisme adalah konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi,
yaitu jiwa dan raga. Dalam pandangan tentang hubungan antara jiwa dan
raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah entitas non-
fisik. Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga mulai muncul sejak jaman
Plato dan Aristoteles dan berhubungan dengan spekulasi tentang eksistensi
jiwa yang terkait dengan kecerdasan dan kebijakan (dalam Wozniak,
1995). Plato dan Aristoteles (dalam Wozniak, 1995) berpendapat, dengan
alasan berbeda, bahwa "kecerdasan" seseorang (bagian dari pikiran atau
jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan dengan fisik.
Plato menyebutkan bahwa jiwa berusaha keluar dari tubuh. Mungkin
diperlukan waktu beberapa reinkarnasi sebelum ini tercapai. Salah satu
masalah dari dualisme Plato adalah walaupun dia berbicara tentang jiwa
yang dipenjarakan dalam tubuh, ia tidak menjelaskan apa yang mengikat
jiwa tersebut di dalam tubuh. Oleh karena itu, perbedaan ini dinilai bersifat
misteri (“Dualism” , 2007).
Aristoteles tidak sependapat dengan Plato. Aristoteles lebih
memungkinkan untuk menjelaskan kesatuan tubuh dan jiwa. Ia
mengatakan bahwa jiwa adalah bentuk tubuh. Ini berarti jiwa seseorang
11
tidak lebih dari sifatnya sebagai manusia karena jiwa tampak menjadi
milik tubuh. Jiwa memberikan banyak interpretasi, baik kuno dan
modern. Hal ini ia tafsirkan sebagai teori materialistis. Interpretasi dari
filosofi Aristoteles ini terus dipercaya hingga kematiannya. Namun
demikian, Aristoteles percaya bahwa kecerdasan, meskipun bagian dari
jiwa, berbeda dari bagian lain yang tidak memiliki organ tubuh
(“Dualism” , 2007).
Versi dari dualisme yang dikenal secara umum diperkenalkan oleh
Descartes (dalam Wozniak, 1995). Ia adalah seorang ahli matematika
Perancis, filsuf, fisiologis, dan orang pertama yang secara sistematis
memunculkan tentang hubungan mind dan body. Mind dan body,
merupakan entitas yang terpisah. Bila kita dalam keadaan sadar, sensasi
kesadaran kita diwakilkan oleh pancaindera (Eliasmith, 2006). Hal ini
berarti body mempengaruhi mind. Sebaliknya, dalam tindakan tidak sadar,
mind akan mempengaruhi body. Dengan demikian, mind and body
memang entitas yang berbeda, akan tetapi saling mempengaruhi (dalam
Wozniak, 1995).
Pada abad ke-17, berkembang aliran Cartesian yang berorientasi
pada kesehatan fisik-organik (dalam Wozniak, 1995). Sehat diartikan tidak
ditemukan disfungsi alat tubuh, sedangkan mental dan roh bukan urusan
dokter. Pandangan dualisme Cartesian ini mendorong profesi kedokteran
terbagi menjadi dua kelompok yang hampir tidak berkomunikasi satu
dengan yang lainnya (Joesoef & Sutanto, 1990). Di satu sisi, dokter
menangani pelayanan medis terhadap badan, di sisi lain psikiater dan
12
psikolog menangani gangguan jiwa. Hal ini mencegah peneliti-peneliti
kedokteran mempelajari peranan stress dan keadaan emosional dalam
perkembangan penyakit. Oleh karena itu, kaitan antara keadaan emosional
dan penyakit, walaupun sudah diketahui sejak dulu, mendapat perhatian
yang sedikit sekali dari profesi kedokteran (Joesoef & Sutanto, 1990).
Konsep tentang pemisahan antara mind dan body ini terus
berkembang hingga abad ke-19. Banyak ilmuwan-ilmuwan memunculkan
gagasan dan reaksi mereka terhadap perumusan Descartes. Sampai pada
akhir abad ke-19, konsepsi pemisahan antara pikiran dan tubuh kembali
diperbincangkan. William James (1842-1010), seorang filsuf-psikolog
Amerika, memunculkan istilah ‘perasaan’ yang menjadi penghubung
antara tubuh dan pikiran sehingga keduanya memiliki hubungan kausal
(dalam Wozniak, 1995).
Mengenai agama, William James mengungkapkan bahwa agama
terletak di dalam pengalaman masing-masing orang. Seseorang bisa
melakukan transformasi pengalaman mistis ke luar sehingga muncul baik
sementara maupun pasif. Ketika hasil transformasi agama ini muncul,
kepribadian telah diubah secara permanen. Akan tetapi, adekuasi dari
pengalaman ini, hanya dapat diuji dalam istilah buah-buah dari kehidupan
mereka (dalam Wozniak, 1995).
Konsepsi William James ini disambut hangat oleh masyarakat. Sejak
saat itu, dualisme mulai hangat diperbincangkan kembali di Amerika.
Dualisme mulai merambah masuk, tidak hanya dalam ilmu meta-fisika,
13
akan tetapi juga masuk ke dalam disiplin ilmu lainnya, terutama psikologi
(dalam Wozniak, 1995).
Konsep dualisme yang diperkenalkan oleh Barat menyebutkan
bahwa antara tubuh dan pikiran memang terpisah. Akan tetapi, tubuh dan
pikiran dihubungkan oleh ‘perasaan’. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh
dan pikiran memang terpisah tetapi keduanya memiliki hubungan kausal
yang diakibatkan oleh ‘perasaan’.
2. Pengertian Kesehatan WHO
Dunia, memiliki konsep kesehatan yang dirumuskan oleh WHO
(World Health Organization). Menurut WHO (1950), ”Health is a state of
complete physical, mental and social well being not merely the absence of
disease or infirmity”. Pengertian kesehatan ini, menunjukkan bahwa sakit
mengandung dimensi biopsikososial, yaitu disease, illness, dan sickness
(Calhoun dalam Notosoedirdjo dan Latipun, 2001).
Disease merupakan dimensi biologis, dimana gejala diketahui
melalui diagnosis medis. Illness merupakan dimensi psikologis, dimana
pengalaman subjektif seseorang tentang kondisi sakit (ketidaknyamanan)
ada pada dimensi ini. Sickness merupakan dimensi sosiologis,
menggambarkan bagaimana penerimaan sosial terhadap seseorang sebagai
orang yang sakit. Dengan demikian, muncul dua istilah untuk
menggambarkan sakit, yaitu gangguan dan deviasi. Gangguan merupakan
konsep medis dan psikologis yang secara klinis dijumpai ada penyakit atau
ketidaknormalan atau terganggunya fungsi tertentu. Sementara deviasi
14
merupakan penyimpangan dari norma sosial (Notosoedirdjo & Latipun,
2001).
Dengan demikian, konsep kesehatan yang diberikan oleh WHO
menggambarkan sehat sebagai kondisi sejahtera baik dari fisik, mental,
maupun sosialnya.
3. Pengertian Kesehatan dalam Ilmu Psikologi
Pengertian kesehatan WHO juga diterapkan dalam ilmu Psikologi.
Psikologi Abnormal, misalnya, memberikan batasan perilaku abnormal.
Secara klinis, orang sakit disebut abnormal. Perilaku abnormal ini disebut
juga psikopatologi (menurut Kamus Psikologi). Batasan perilaku abnormal
menurut Wakefield (1992, dalam Wilson et al., 1996) antara lain sebagai
pelanggaran norma sosial, gangguan yang ditangani oleh profesional,
penyimpangan statistik, kemunduran biologis, distress atau
ketidakmampuan yang tidak diharapkan, dan disfungsi yang
membahayakan. Oleh Nevid, Rathnus, dan Greene (2005), batasan
perilaku abnormal ini ditambahkan dua poin, yaitu mengandung persepsi
atau interpretasi yang salah terhadap realita dan merupakan perilaku yang
maladaptif atau ’self defeating’.
Di samping Psikologi Abnormal, terdapat pula Psikologi Kesehatan
yang ditujukan untuk memahami pengaruh psikologis pada bagaimana
individu tetap sehat, mengapa mereka sakit, dan bagaimana tanggapan
mereka ketika sakit (Taylor, 2003). Psikologi Kesehatan fokus pada
promosi dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan penanganan
15
penyakit, identifikasi penyebab sehat, penyakit, dan disfungsi, serta
meningkatkan sistem pemeliharaan kesehatan dan perumusan kebijakan
kesehatan (Matarazzo dalam Taylor, 2003).
Oleh karena psikologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari
jiwa, maka kesehatan dalam ilmu psikologi lebih banyak berbicara tentang
kesehatan mental. Secara umum, kesehatan mental ditandai dengan
keefektifan dalam menyesuaikan diri, yaitu menjalankan tuntutan hidup
sehari-hari, sehingga menimbulkan perasaan puas dan bahagia
(Supratiknya, 2005). Kesehatan mental memiliki hubungan dengan
beberapa ilmu lain (Notosoedirdjo & Latipun, 2001). Kesehatan mental
memberikan sumbangan dalam dunia kedokteran, terutama kedokteran
jiwa. Dalam ilmu psikologi, Kesehatan Mental membantu melihat proses
psikis yang berpengaruh pada perilaku sehat dan tidak sehat. Sementara
dalam ilmu Sosio-Antropologi, intervensi Kesehatan Mental akan berhasil
jika mempertimbangkan dimensi sosial dan budayanya.
Sekalipun demikian, kesehatan secara psikologis ini tidak hanya
semata-mata kondisi mental yang dilihat secara klinis, akan tetapi juga
penilaian dari kondisi lingkungan individu (ruang sosial). Hal ini
menunjukkan bahwa sehat dan sakit di dalam ilmu Psikologi masih
menggunakan konsep kesehatan WHO yang menyangkut dimensi bio-
psiko-sosial.
Melihat konsep dualisme dari Barat, konsep sehat dan sakit
digambarkan melalui kondisi tubuh dan kondisi pikiran. Untuk kondisi tubuh,
16
sehat berarti tubuh tidak mengidap penyakit, sementara sakit berarti ada
penyakit di dalam tubuh. Akan tetapi, kondisi tubuh dan pikiran ini saling
mempengaruhi. Sakit atau sehat yang dialami oleh tubuh bisa jadi merupakan
akibat dari kondisi pikiran. Sebaliknya, jika tubuh dalam keadaan sehat atau
sakit juga bisa mengakibatkan kondisi pikiran tertentu. Misalnya : karena
terlalu banyak hal yang dipikirkan maka kepala merasa pusing, atau karena
sakit tubuh yang diderita maka pikiran menjadi stres.
WHO (World Health Organization) memberikan definisi kesehatan
yang diberlakukan di seluruh dunia. Definisi kesehatan dari WHO ini diadopsi
oleh ilmu-ilmu dan bidang-bidang pengetahuan, tak terkecuali psikologi.
Konsep kesehatan dari WHO memiliki dimensi bio-psiko-sosial. Sehat
dikatakan sebagai kondisi sejahtera dari bio-psiko-sosial, sementara sakit
dikatakan sebagai kondisi adanya gangguan dan/atau deviasi.
B. KONSEP SEHAT DAN SAKIT DI INDONESIA
1. Sejarah Kedokteran di Indonesia Sebagai Awal Pelayanan Kesehatan
Modern
Pendidikan kedokteran di Indonesia dimulai sejak tahun 1851
(Khumaidi, 2008; Almazini, 2007). Pendirian sekolah keahlian di bidang
kedokteran berawal dari terjadinya epidemi penyakit menular yang
menyerang tenaga kerja pribumi di perkebunan-perkebunan Belanda.
Pemerintah kolonial mengkhawatirkan terjadinya kerugian akibat epidemi
tersebut. Oleh karena itu, pemerintah kolonial Belanda mendirikan
Sekolah Dokter Djawa pada tanggal 1 Januari 1851, guna mencetak kaum
17
pribumi sebagai tenaga kesehatan yang murah dan siap pakai (Almazini,
2007). Penyakit-penyakit menular tersebut antara lain cacar di Ternate
(1558), cacar di Ambon (1564), kolera muncul pertama kali di Jawa
(1821), cacar di Bali (1828), dan tipus merebak di Jawa (1826).
Bulan Juni 1853, dengan Surat Keputusan Gubernemen tanggal 5
Juni 1853 no. 10, ditetapkan bahwa lulusan Sekolah Dokter Djawa diberi
gelar Dokter Djawa, tetapi di pekerjakan sebagai Mantri Cacar. Pada tahun
1875, lama pendidikan diperpanjang menjadi 7 tahun dan pada tahun 1902
menjadi 9 tahun, terdiri atas 3 tahun bagian persiapan dan 6 tahun bagian
kedokteran. Pada saat itu, nama sekolah diganti menjadi “School tot
Opleiding van Inlanndsche Artsen”, disingkat STOVIA. STOVIA hanya
menerima calon murid yang lulus Sekolah Dasar Belanda. Akan tetapi,
nama STOVIA tidak bertahan lama (Almazini, 2007).
Pada tahun 1911, didirikanlah sebuah perhimpunan yang bernama
Vereniging van lndische Artsen, dengan tokohnya adalah dr. J.A. Kayadu
yang lama menjabat sebagai ketua dari perkumpulan ini. Perhimpunan ini
merupakan cikal bakal lkatan Dokter Indonesia. Selain itu, tercatat nama-
nama tokoh seperti dr. Wahidin, dr. Soetomo dan dr Tjipto
Mangunkusumo, yang bergerak dalam lapangan sosial dan politik.
Kemudian dikenal pula dr. Mangkoewinoto, dr. Soesilo dan dr. Kodijat
yang berjuang dibidang penyakit menular, juga dr. Kawilarang, dr.
Sitanala, dr. Asikin Widjajakusumah, dan dr. Sardjito. Nama yang terakhir
ini terkenal dengan majalahnya Medische Berichten yang diterbitkan di
Semarang bersama-sama dr. A. Moechtar dan dr. Boentaran.
18
Akhir tahun 1919, didirikanlah Centraal Bugerlijk Ziekenhuis
(CBZ) sekarang disebut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dokter
Ciptomangunkusumo (RSUPNCM) yang dipakai sebagai Rumah Sakit
Pendidikan oleh siswa STOVIA. Rumah sakit ini sekaligus menjadi
rumah sakit pertama di Indonesia. Pada tahun 1926 perkumpulan
Vereniging van lndische Artsen berubah namanya menjadi Vereniging van
lndonesische Geneeskundige (VIG) (Khumaidi, 2008).
Pada tahun 1927, dibuka Geneeskundige Hoogeschool (Sekolah
Tinggi Kedokteran) di Salemba untuk mengganti STOVIA.
Geneeskundige Hoogeschool hanya menerima siswa lulusan Sekolah
Menengah Atas (AMS) atau Sekolah Menengah Belanda (HBS). Setelah
menjalani pendidikan selama 8 tahun, lulusan Geneeskundige
Hoogeschool dianggap setara dengan fakultas-fakultas kedokteran di
Belanda (Almazini, 2007).
Setelah kedatangan tentara pendudukan Jepang pada tahun 1942,
Geneeskundige Hoogeschool diganti nama menjadi Ika Daigaku
(Perguruan Tinggi Kedokteran) (Almazini, 2007). Pada tahun 1943, VIG
dibubarkan dan diganti menjadi Jawa Izi Hooko Kai (Khumaidi,
2008). Pada masa perjuangan merebut kemerdekaan, proses pendidikan di
Ika Daigaku sempat terhenti karena kegiatan mahasiswa terlibat dalam
perjuangan kemerdekaan. Namun, meskipun Jepang kalah pada tahun
1945, pendidikan di Ika Daigaku kembali berlangsung (Almazini, 2007).
Februari 1946, setelah kemerdekaan Republik Indonesia nama
sekolah Ika Daigaku diubah menjadi nama Perguruan Tinggi Kedokteran
19
Republik Indonesia (Khumaidi, 2008). Akan tetapi, di bulan Februari
1947, pada jaman pendudukan Belanda, oleh pemerintah Belanda
diadakan juga kegiatan pendidikan kedokteran dengan nama
Geneeskundige Faculteit, Nood-Universiteit van Indonesie. Namun,
pendidikan kedokteran pada Perguruan Tinggi Kedokteran Republik
Indonesia tetap dilaksanakan (Khumaidi, 2008).
Pada tahun 1948, didirikan Perkumpulan Dokter Indonesia (PDI),
yang dimotori kalangan dokter-dokter muda di bawah pimpinan dr. Darma
Setiawan Notohadmojo. Hampir bersamaan, berkembang pula Persatuan
Thabib Indonesia (Perthabin) cabang Yogya yang dianggap sebagai
kelanjutan VIG masa tersebut. Tidaklah mungkin bahwa Perthabin dan
PDI sekaligus merupakan wadah dokter di Indonesia, maka dicapai
mufakat antara Perthabin dan Dewan Pimpinan PDI untuk mendirikan
suatu perhimpunan dokter baru (Khumaidi, 2008).
Pada tanggal 2 Februari 1950, setelah penyerahan kedaulatan
kepada Pemerintah Republik Indonesia kedua jenis institusi pendidikan
kedokteran tersebut, yaitu Perguruan Tinggi Kedokteran Republik
Indonesia dan Geneeskundige Faculteit, Nood-Universiteit van Indonesie,
digabung dan disatukan dengan memakai nama Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Selain itu, kiprah dokter setelah kemerdekaan
Indonesia mulai merambah ke dunia politik. Banyak dokter menjadi
menteri-menteri dari kabinet presiden Soekarno (Khumaidi, 2008).
Dokter, sebagai pelayan kesehatan modern, memiliki catatan pola-
pola pelayanan yang terus berkembang. Jewson (dalam Laksmono, 2009)
20
menyatakan bahwa semula, pelayanan kesehatan berpola bedside medicine
(Sciortino, 1992), yakni para dokter dan perawat adalah pelayan dari para
bangsawan yang memiliki uang. Pelayanan kemudian bergeser menjadi
hospital medicine di abad ke-19, di mana spesialisasi telah berkembang
dan pengobatan difokuskan pada gejala penyakit. Hal ini didukung oleh
perkembangan teknologi kedokteran, seperti : stetoskop dan alat untuk
mengukur tekanan darah diciptakan serta teknologi pembedahan menjadi
semakin canggih (Joesoef & Sutanto, 1990). Dengan demikian, perhatian
para dokter berangsur-angsur beralih dari pasien ke penyakit. Kini,
pengobatan kontemporer telah masuk pada tahap laboratory medicine
(Sciortino, 1992). Pada tahap yang disebut terakhir, peran dokter dan
khususnya kesempatan pasien untuk menyampaikan pandangan dan
keluhan dikesampingkan. Ruang yang lebih besar telah diberikan kepada
hasil tes laboratorium. Artinya, sedikit-sedikit, pasien harus lari ke
laboratorium dan tidak sekali-dua kali. Prosedur ini tentunya merepotkan
pasien dan mahal. Kini, dokter semakin mengandalkan lembar hasil
laboratorium dan tidak lagi mengandalkan informasi dan simtom pasien.
Dengan demikian, awal mula pelayanan kesehatan modern di
Indonesia diawali dengan mulai dikenalnya dokter. Dokter masuk ke
Indonesia dikarenakan oleh penyakit fisik, yaitu cacar, malaria, dan kolera.
Sementara dokter, sebagai pelayan kesehatan modern, memiliki
perkembangan pelayanan kesehatan yang pada akhirnya semakin
mengabaikan keluhan pasien. Dokter lebih mempercayai hasil-hasil
diagnostik laboratorium dan semakin mengabaikan informasi atau keluhan
21
dari pasien. Hal ini menunjukkan bahwa sakit, menurut pelayanan
kesehatan modern yaitu dokter, merupakan adanya penyakit pada fisik
atau tubuh yang dapat didiagnosa di dalam laboratorium.
2. Pengertian Kesehatan di Indonesia
Sementara di Indonesia, konsep sehat WHO diadopsi ke dalam
Undang-Undang No.23,1992 tentang Kesehatan, yang menyatakan bahwa,
“Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.” Dalam
pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang
utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya
kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Definisi sakit, seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita
penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang
menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang
sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak
terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit
(Soejoeti, 2005). Akan tetapi, konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak
terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan
klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Marks, Murray, Evans, dan Billig
(2000) di mana definisi kesehatan dari WHO perlu direvisi karena belum
memasukkan unsur budaya. Masalah sehat dan sakit merupakan proses
yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia
22
beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun
sosio budaya. Misalnya , WHO (1973) memberikan tanda-tanda penderita
gangguan ialah kekurangan wawasan, halusinasi pendengaran, delusi
referensi, dan afeksi yang datar. Sementara Murphy (1982) mengusulkan
budaya dapat mempengaruhi definisi, pengenalan, penerimaan, dan
simtomatologi penderita gangguan. Hal ini juga mempengaruhi perjalanan
gangguan dan respon pada penderita gangguan terhadap pemberian
perlakuan (dalam Berry, Poortinga, Segall, & Dasen, 1999).
Pengertian kesehatan di Indonesia masih menggunakan definisi yang
diberikan oleh WHO. Akan tetapi, definisi kesehatan dari WHO yang diadopsi
di Indonesia belum tentu sesuai dengan konsep sehat dan sakit masyarakat
Indonesia. Hal ini dikarenakan pengertian sehat dan sakit berdimensi subjektif
dan kulturalistik sehingga setiap masyarakat memiliki pengertian sendiri
tentang sehat dan sakit sesuai dengan pengalaman dan kebudayaannya
(Notosoedirdjo & Latipun, 2001). Selain itu, definisi WHO yang memperoleh
banyak masukan juga belum direvisi sampai sekarang.
C. KONSEP SEHAT DAN SAKIT ORANG JAWA
1. Nilai-Nilai Lokal Masyarakat Jawa Tentang Kesehatan
Manusia terdiri atas bagian batiniah dan lahiriah (de Jong, 1976).
Bagian batiniah ialah rohnya, sukma atau pribadinya. Bagian ini
merupakan kenyataan yang sejati karena bagian batiniah berhubungan
dengan sesuatu yang ilahi. Sementara bagian lahiriah dari diri manusia
23
ialah badannya, yang merupakan kerajaan rohnya (de Jong, 1976). Bila
manusia dapat menguasai badannya ini, yakni dirinya sendiri, maka dia
telah menjadi seorang ksatrya pinandita (ibarat seorang raja merangkap
pendeta, seorang pujangga yang maklum akan hal-hal rahasia). Dengan
demikian, dalam dirinya sendiri telah mencapai kesatuan, dimana badan
dibentuk menurut kehendak roh ilahi dan telah dimulai suatu
perkembangan yang harmonis (de Jong, 1976).
Konsep kesatuan dari bagian batiniah dan lahiriah tersebut
menunjukkan bahwa pembagian tubuh dan batin itu masih asing bagi
masyarakat Jawa (Magnis-Suseno, 2001). Alam lahiriah merupakan
makrokosmos (jagad gedhe), sementara alam batiniah merupakan
mikrokosmos (jagad cilik) (Stange, 1998). Akan tetapi, pandangan Barat
menyatakan bahwa istilah makrokosmos digunakan untuk menunjukkan
alam semesta, sementara mikrokosmos merupakan semesta kecil atau
dunia manusia. Dengan demikian, dunia makrokosmos dan mikrokosmos
dalam pandangan Jawa, berada dalam diri manusia (Magnis-Suseno,
2001). Berbeda dengan pandangan Barat yang menyatakan bahwa dunia
makrokosmos adalah dunia di luar diri manusia dan dunia mikrokosmos
adalah dunia di dalam diri manusia.
Perbedaan dengan pandangan Barat juga tampak dalam hal mencari
kebenaran. Kebenaran dalam arti Barat adalah dunia objektif yang
ditemukan dengan pikiran, sedangkan kebenaran dalam arti Jawa adalah
dunia subjektif yang ditemukan melalui ’rasa’ (Magnis-Suseno, 2001).
Stange (1998) menyebutkan bahwa ’rasa’ adalah kemampuan kognitif
24
yang digunakan untuk mengetahui aspek-aspek intuitif terhadap realitas.
’Rasa’ adalah alat yang digunakan untuk menangkap kebenaran-kebenaran
alam batiniah, sedangkan ’pikiran’ (mind) adalah sarana yang digunakan
untuk menerima dan mengolah informasi yang diterima melalui
pancaindera dari alam lahiriah. Batin, di kalangan orang Jawa,
dihubungkan dengan hal-hal yang mistis, roh misalnya. Contoh yang
dilakukan masyarakat Jawa ialah mengunjungi makam dengan membawa
bunga, memberi sesaji, kemenyan, atau bahkan bersemedi untuk
berhubungan dengan nenek moyang untuk meningkatkan status spiritual.
Salah satu nilai Jawa, yang berkaitan dengan kesatuan batiniah dan
lahiriah, adalah kewajiban memelihara badan dan kesehatan jasmani (de
Jong, 1976). Hal ini dikarenakan oleh badan manusia, meskipun tidak
berharga dan hanya merupakan materi, tetapi badan berfungsi sebagai
’kereta’ bagi roh. Beragam cara dilakukan masyarakat dalam menjalankan
kewajiban memelihara badan dan kesehatan jasmani tersebut.
Untuk mencapai kesatuan yang harmonis dari batiniah dan lahiriah,
masyarakat melakukan tapa brata (de Jong, 1976) atau meditasi
(Woodward dalam Boomgaard, Sciortino, & Smyth, 1996). Tapa brata
atau meditasi dilakukan untuk menghubungkan diri dengan para dewa
(roh). Selain itu, kebiasaan rutin slametan yang dilakukan di desa-desa,
juga dimaksudkan untuk merukunkan hubungan dengan alam roh (Stange,
1998). Magnis-Suseno (2001) menyebutkan bahwa bentuk slametan saat
ini adalah suatu perjamuan makan seremonial sederhana, dengan
mengundang tetangga untuk menjalin keselerasan dengan tetangga. Geertz
25
(dalam Pemberton, 2003) juga menyebutkan bahwa slametan
melambangkan kesatuan sosial dan mistis dari mereka yang mengikutinya
supaya terhindar dari celaka atau kekacauan. Hal lain yang dilakukan
adalah pencak silat (ilmu bela diri), ramu-ramuan herbal, doa, mantra,
ataupun ziarah (Woodward dalam Boomgaard et al., 1996). Pencak silat,
selain digunakan sebagai ilmu bela diri juga digunakan sebagai salah satu
cara untuk menjaga kesehatan badan. Badan yang sehat disebut juga
bergas, yang berarti badan tegap dan segar sehingga kuat dan sigap untuk
melakukan akivitas (de Jong, 1976).
Selain tapa brata, slametan, dan pencak silat, menjaga kesehatan
juga dilakukan dengan meminum ramu-ramuan herbal. Bahan yang
digunakan adalah bahan-bahan alam, seperti : karang laut (dihubungkan
dengan kepercayaan terhadap Ratu Pantai Selatan), jamu dari bahan
rempah-rempah dan temulawak, dan lain-lain. Sementara doa diperoleh
melalui pemuka agama, mantra diperoleh dari dukun (ahli supranatural dan
ilmu gaib atau ilmu hitam), dan melakukan ziarah, misalnya dengan
memberikan sesaji atau membawa bunga ke makam.
Menjaga kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa diartikan
menjaga hubungan dengan roh. Hal ini dikarenakan oleh adanya kesatuan
harmonis antara batiniah dan lahiriah sehingga menjaga kesehatan berarti
menjaga harmonisasi batiniah dan lahiriah. Roh menunjukkan bahwa
terdapat hal-hal di luar diri individu, ditangkap oleh alam batiniah
manusia, kemudian akan digerakkan oleh alam lahiriah yang sama-sama
berada dalam diri individu. Hal-hal yang terdapat di luar diri individu
26
tersebut merupakan lingkungan di sekitar manusia. Oleh karena itu, sehat
menurut masyarakat Jawa berarti harmonisasi atau keseimbangan antara
batin (jiwa) dan lahir (raga) yang ditunjukkan dengan keselarasan antara
diri manusia dengan lingkungannya.
2. Pengertian dan Konsep Pengobatan Tradisional
Djojosugito (dalam Sudardi, 2002) memberikan kerangka
pemikiran tentang obat-obat tradisional yang menyangkut dua hal : obat
atau ramuan obat tradisional dan cara pengobatan tradisional. Definisi obat
tradisional adalah obat yang turun-temurun digunakan oleh masyarakat
untuk mengobati beberapa penyakit tertentu dan dapat diperoleh secara
bebas (dalam Sudardi, 2002). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia (Permenkes RI) nomor 246/Menkes/Per/V/1990, yang
dimaksud dengan obat tradisional adalah setiap bahan atau ramuan bahan
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik
atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Foster dan Anderson (dalam Sudardi, 2002) menyebutkan bahwa
masyarakat dan pengobatan tradisional menganut dua konsep penyebab
sakit, yaitu: naturalistik dan personalistik. Penyebab naturalistik yaitu
seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah
makan), kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk
sensasi merasakan panas-dingin tubuh seperti masuk angin (gejala flu) dan
penyakit bawaan. Sedangkan konsep personalistik menganggap
27
munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif
yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh
jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung). Selanjutnya,
Foster dan Anderson (dalam Sudardi, 2002) menjelaskan untuk mengobati
sakit yang disebabkan oleh naturalistik, dapat digunakan obat-obatan,
ramuan-ramuan, pijat, kerokan (salah satu metode memperlebar pembuluh
darah tepi yang menutup), pantangan makan, dan bantuan tenaga
kesehatan. Untuk penyebab sakit personalistik harus dimintakan bantuan
dukun, kyai, dan lain-lain.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sciortino (1992) di mana
pengobatan tradisional Jawa pada khususnya, terbagi ke dalam dua
kategori, yaitu ilmu lahir dan ilmu batin. Untuk penyakit secara lahir,
pengobatan yang ditempuh antara lain pengobatan sendiri dengan pijat
atau ramuan herbal, dukun bayi, tukang pijat, dan tukang jamu. Sementara
untuk penyakit secara batin, pengobatan dilakukan kepada mereka yang
memiliki kekuatan spiritual atau magis, seperti : orang tua sebagai orang
yang bijak, dukun prewangan, dukun kebatinan, dan pemuka agama.
Pemahaman tentang penyakit ini mempengaruhi pola pengobatan
dan pemilihan alternatif pengobatan (Yitno dalam Sudardi, 2002). Konsep
pengobatan tradisional Jawa yang memiliki pandangan kosmologis tentang
penyakit, memandang bahwa penyakit tidak saja pada apa yang
menyebabkan sakit, melainkan juga bagaimana dan mengapa seseorang
menjadi sakit. Seperti yang diungkapkan oleh Sciortino (1992) yang
mendefinisikan sakit dalam pengobatan tradisional Jawa sebagai
28
ketidakseimbangan atau ketidakharmonisan antara fisik dan elemen
spiritual, sehingga pengobatan akan mengembalikannya menjadi seimbang
dan harmoni. Hal senada juga diungkapkan oleh Magnis-Suseno (2001),
ketika masyarakat Jawa tidak harmonis dengan lingkungan, maka mereka
akan sakit. Hal ini terkait dengan kepercayaan masyarakat Jawa akan
‘roh’. Roh ini yang akan menimbulkan kecelakaan atau penyakit apabila
roh dibuat marah atau masyarakat yang kurang hati-hati. Roh adalah hal-
hal di luar manusia, yaitu lingkungan sekitar manusia.
Dengan demikian, sakit menurut masyarakat Jawa adalah
ketidakharmonisan diri dengan lingkungannya. Misalnya ada istilah Jawa :
wong ora lumrah, ketika orang atau warga masyarakat yang melakukan
pelanggaran adat-istiadat dan norma-norma yang berlaku (Sagimun &
Abu, 1981). Hal ini menunjukkan bahwa wong ora lumrah tersebut adalah
orang yang tidak sehat. Sakit dikarenakan melanggar aturan di tempat
angker, misal : membuang hajat di pohon keramat.
Sehat dan sakit pada masyarakat Jawa selalu berbicara tentang
harmonisasi diri dengan lingkungannya. Hal ini dikarenakan oleh orang Jawa
mengenal lahir dan batin sebagai sebuah kesatuan yang harmonis di dalam diri
individu. Batin ditangkap oleh ’rasa’ dan dikaitkan dengan hal-hal mistis
(roh). Sementara hal-hal mistis tersebut berada di luar diri manusia
(lingkungan). Dengan demikian, sehat adalah ketika individu menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan dan sakit adalah ketika individu
tidak harmonis dengan lingkungan. Selain itu, sehat dan sakit juga disebabkan
29
oleh lingkungan sehingga pelayanan kesehatan tradisional Jawa akan
mengembalikan harmonisasi individu dengan lingkungannya.
D. REPRESENTASI SOSIAL TENTANG KONSEP SEHAT DAN SAKIT
Setiap masyarakat mempunyai pengertian sendiri tentang sehat dan
sakit sesuai dengan pengalaman dan kebudayaannya (Notosoedirdjo &
Latipun, 2001). Perbedaan pengertian sehat dan sakit tiap kelompok
masyarakat terdapat dalam memahami kondisi sehat atau sakit, penyebab
sakit, memberi kewenangan orang yang dapat menetapkan kondisi sehat atau
sakit, merespon terhadap kesakitan, dan menetapkan klasifikasi kesakitan.
Oleh karena itu konsep sehat dan sakit dapat diungkap melalui pemahaman,
gagasan, sikap, perilaku individu-individu dalam kelompok masyarakat terkait
dengan konsep tersebut.
Representasi sosial akan membantu mengkaji konsep sehat dan sakit
ini karena representasi sosial merupakan sistem nilai, ide, dan praktik-praktik
yang membangun sebuah pemaknaan sosial (Moscovici, 2001). Representasi
sosial merupakan sistem nilai, ide, dan praktek-praktek yang membangun
sebuah makna sosial dari fenomena dan memungkinkan terjadinya komunikasi
antar anggota kelompok (Moscovici, 2001; Walmsley, 2004). Paradigma ini
merupakan kerangka berpikir konsep-konsep dan ide-ide psikologis di dalam
ruang sosial untuk mempelajari berbagai fenomena-fenomena sosial (Wagner,
Duveen, Farr and Jovchelovitch, Lorenzi-Cioldi , Marková, & Rose, 1999).
Representasi sosial merupakan produk sosial. Representasi tidak
diperoleh secara replika, tetapi diciptakan oleh ruang sosial. Moscovici (dalam
30
Walmsley, 2004) mengatakan bahwa representasi sosial dirumuskan melalui
tindakan dan komunikasi di masyarakat dan memahami serta
mengkomunikasikan apa yang sudah dipahami dengan cara tertentu.
Tujuannya yakni untuk mempelajari hubungan yang terjadi antara
pengetahuan yang bersifat opini umum dan pengetahuan keilmuan;
menjelaskan proses terjadinya pemikiran sosial; pembiasaan akan hal-hal baru
dan pemahaman kebaruan tersebut berdasarkan pengalaman sosial yang
berfungsi untuk mengarahkan perilaku, berkomunikasi dalam dinamika sosial
(Jodelet, 2006). Dengan kata lain, sistem representasi sosial menunjukkan
adanya relasi antara individu-lingkungan-sistem budaya (Purkhardt, 1993).
Relasi tersebut mempengaruhi kepercayaan, nilai-nilai, interaksi sosial, dan
interaksi masyarakat dengan lingkungan itu sendiri. Oleh karena itu,
representasi sosial dilihat sebagai bagian dari realitas sosial.
Moscovici (2001) mendeskripsikan dua proses besar dalam
pembentukan representasi sosial, yaitu anchoring dan objectivication. Proses
anchoring mengacu pada pemaknaan suatu fenomena (objek, relasi,
pengalaman, praktik, dan lain-lain), yang diintegrasikan dengan makna yang
telah ada (familiar) sebelumnya mengenai objek yang direpresentasikan
tersebut. Sementara proses objectivication akan mengubah sesuatu yang masih
abstrak menjadi lebih konkrit. Dalam hal ini, objek yang akan
direpresentasikan adalah sehat dan sakit. Sehat dan sakit merupakan suatu
objek yang masih abstrak dan tidak familiar. Oleh karena itu, sehat dan sakit
akan direpresentasikan ke dalam suatu penggambaran objek yang lebih
konkrit dan familiar.
31
Teori representasi sosial menekankan pentingnya melihat keberagaman
pengalaman individu dan bagaimana pengalaman diorganisasikan dan
dipahami dalam masyarakat. Dalam hal ini tetang konsep sehat dan sakit.
Segala macam gagasan, pengetahuan, pengalaman, dan sikap tentang sehat
dan sakit akan saling dikomunikasikan dalam masyarakat sehingga
masyarakat memiliki wacana mengenai sehat dan sakit dalam kognisinya.
Wacana ini kembali dikonsumsi dalam masyarakat, begitu seterusnya menjadi
sebuah representasi sosial. Dengan demikian, representasi sosial akan
mengungkap bagaimana konsep sehat dan sakit pada masyarakat.
Secara khusus, penelitian ini akan dilakukan pada orang dewasa,
bersuku-kebangsaan Jawa dan tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris adalah paling
sedikit berusia 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah. Usia ini
dimaksudkan bahwa responden telah memiliki kemandirian untuk mengambil
suatu keputusan. Sementara itu, usia kerja dimaksudkan untuk menunjukkan
bahwa responden memiliki kemandirian ekonomi. Undang- Undang Nomor
20 Tahun 1999 bahwa yang boleh dipekerjakan berusia 18 tahun ke atas. Oleh
karena itu, usia orang dewasa yang menjadi responden dalam penelitian ini
berusia 21 – 58 tahun, dengan catatan bahwa mereka sudah menikah dan atau
bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa usia dewasa-pekerja ini telah memiliki
kemandirian secara ekonomi dan kemandirian dalam mengambil keputusan.
Sementara itu, Daerah Istimewa Yogyakarta masih menempuh
pengobatan tradisional dan pengobatan modern. Di satu sisi, Yogyakarta
memiliki budaya tradisional Jawa yang tercermin pada praktik-praktik
32
pengobatan tradisional, seperti kerokan, pijat, pergi ke ahli spiritual, jamu, dan
lain-lain (Woodward dalam Boomgard et al., 1996). Namun di sisi lain,
Yogyakarta juga mengalami modernisasi dengan semakin banyaknya pusat
perbelanjaan, bioskop, dan teknologi-teknologi yang semakin canggih
terutama digunakan dalam bidang kesehatan. Terkait dengan kesehatan ini,
data dari Badan Pusat Statistik DIY menunjukkan bahwa pada tahun 2007
sarana kesehatan yang ada sebanyak 44 unit rumah sakit, 22 unit rumah
bersalin, 35 unit balai pengobatan, dan 118 unit puskesmas induk. Hal ini
menunjukkan bahwa DIY masih menggunakan pengobatan tradisional, namun
pengobatan modern juga semakin banyak. Dengan demikian, DIY menjadi
salah satu tempat yang tepat untuk mengungkap makna sosial dari sehat dan
sakit pada orang Jawa.
33
Dualisme : Sehat/sakit : kondisi fisik dokter, psikolog Barat Hubungan kausal dan pikiran dalam keadaan (Joesoef dan Sutanto, 1990) (Modern) mind dan body baik atau tidak, keduanya saling
(Wozniak, 1995) mempengaruhi (Wozniak, 1995)
WHO (1948)
UU No. 23 / 1999 tentang Kesehatan Indonesia Dokter masuk ke Indonesia Sehat/sakit : ada/tidaknya Pendidikan Dokter Djawa (sejak 1558) (Almazini, 2007) penyakit pada tubuh didirikan oleh Belanda (1851) misal : cacar, kolera (Khumaidi, 208; Almazini, 2007)
Monisme : jiwa dan raga Sehat : harmonisasi diri slametan, tapa brata, meditasi adalah satu kesatuan dengan lingkungan (roh) pencak silat, ramuan herbal, (Magnis-Suseno, 2001; Stange, 1998; (Magnis-Suseno, 2001; kyai, ziarah
Jawa Sciortino, 1992) Stange, 1998)
Konsep pengobatan tradisional : Sakit : ketidakseimbangan dalam ramu-ramuan, pijat, kerok, Naturalistik dan Personalistik tubuh, disharmoni diri dengan pantang, kyai, dukun, atau
(Sudardi, 2002) lingkungan (roh) tenaga kesehatan Gambar 1. Skema konsep sehat dan sakit versi Barat (modern), Indonesia, dan Jawa
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deksriptif dengan
menggunakan paradigma representasi sosial. Penelitian kualitatif merupakan
penelitian dengan konteks ilmiah yang lebih berfokus pada variasi
pengalaman subjek penelitian (Danim, 2002).
Suryabrata (2002) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah
penelitian dengan tujuan utama membuat pendeskripsian sistematis, faktual,
dan akurat mengenai kenyataan yang ada atau fakta-fakta dan sifat-sifat
populasi atau daerah tertentu. Pada penelitian deskriptif jenis data yang
dikumpulkan adalah data yang sifatnya deskriptif seperti transkrip wawancara,
catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video, dan sebagainya (Poerwandari,
2005). Peneliti dalam melakukan penelitian menyusun suatu gambaran yang
menyeluruh dan kompleks, menganalisis kata-kata, melaporkan secara detail
pendapat atau pandangan informan dan melaksanakan penelitian tersebut
dalam lingkungan alamiahnya.
Untuk menggambarkan atau melukiskan pendapat atau pandangan
informan ini dapat diungkap dengan menggunakan representasi sosial dimana
masyarakat akan membentuk sebuah pemaknaan sosial dari permasalahan-
permasalahan yang muncul. Pemaknaan sosial ini merupakan perspektif yang
terdiri dari sistem nilai, ide, gagasan, pengetahuan, sikap, dan praktek-praktek
yang saling dikomunikasikan satu sama lain (Moscovici dalam Walmsley,
35
2004). Oleh karena itu, representasi sosial akan mengungkap ide, gagasan, dan
praktek-praktek terkait dengan permasalahan tertentu yang ada dalam
masyarakat.
Dengan demikian, pemaknaan sosial masyarakat mengenai sehat dan
sakit dapat diungkap dengan representasi sosial, melalui ide, gagasan,
pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap konsep sehat dan sakit. Namun,
untuk mempermudah membaca data dan menemukan representasi sosial
masyarakat tentang sehat dan sakit, data kualitatif tersebut dianalisis dan
disajikan secara kuantitatif.
B. BATASAN ISTILAH
Representasi sosial tentang konsep sehat dan sakit adalah segala
sesuatu yang dipahami mengenai kondisi sehat dan sakit yang diperoleh
melalui iteraksi sosial. Segala sesuatu yang dipahami ini meliputi : gagasan,
pengetahuan, dan sikap yang saling dikomunikasikan di dalam masyarakat
tentang sehat dan sakit sehingga membangun sebuah makna sosial dari konsep
sehat dan sakit.
Gagasan, pengetahuan, dan sikap masyarakat Yogyakarta terhadap
konsep sehat dan sakit tersebut diungkap melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan dalam angket terbuka dan wawancara. Respon-respon yang
diberikan terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan produk sosial
dari representasi masyarakat tentang konsep sehat dan sakit. Angket
wawancara terbuka dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 120 dan panduan
wawancara dapat dilihat pada halaman 41.
36
C. RESPONDEN PENELITIAN
Penentuan responden penelitian dilakukan dengan tujuan tertentu,
yaitu orang dewasa yang berada dalam usia kerja, menikah ataupun belum
menikah. Hal ini betujuan bahwa responden adalah orang yang telah memiliki
kemandirian dalam mengambil keputusan dan kemandirian secara ekonomi.
Selain itu, responden berdomisili di Daerah Istiwewa Yogyakarta. DIY
menjadi tempat yang sesuai untuk penelitian karena DIY, tidak hanya masih
mengenal pelayanan kesehatan tradisional (Jawa), tetapi juga pelayanan
kesehatan modern berkembang dengan pesat.
Dalam penelitian ini, usia responden berkisar 21 – 58 tahun, telah
menikah dan/atau belum menikah tetapi sudah bekerja. Selain itu, semua
responden bersuku-kebangsaan Jawa dan berdomisili di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jumlah responden tidak ditentukan sebelumnya,
melainkan dengan melihat ada/tidaknya variasi respon baru yang muncul pada
saat pengambilan data. Jika penambahan responden tidak memunculkan
respon baru dan hanya mengulang respon yang telah diperoleh sebelumnya,
maka penambahan responden dihentikan.
D. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan data
sementara yang digunakan sebagai objek kajian penelitian, menentukan
metode, dan responden untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan wawancara semi-terstruktur. Pengambilan
37
data dilakukan pada 8 responden, berusia dewasa (22-90 tahun), dan/atau
memiliki pekerjaan. Mereka adalah orang-orang yang telah lebih dari 15
tahun berdomisili di Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 2 bulan
(Oktober – November 2008). Panduan umum wawancara dapat dilihat
pada Lampiran 1 halaman 119.
Hasil penelitian pendahuluan mengungkapkan bahwa :
a. Metode yang digunakan pada penelitian selanjutnya adalah angket
terbuka dan wawancara semi-terstruktur.
Metode wawancara semi-terstruktur dapat mengungkap
pemahaman responden terkait kondisi sehat. Pada wawancara semi-
terstuktur ini terdapat pula pertanyaan mengenai asosiasi kata.
Responden dapat bercerita dengan bebas terkait dengan pengalaman
dan pemahaman mereka tentang kondisi sehat. Oleh karena itu,
metode ini digunakan pada penelitian selanjutnya. Akan tetapi,
asosiasi kata dibedakan dengan wawancara semi-terstruktur. Teknik
asosiasi kata disajikan dalam berupa angket terbuka, kemudian
dilanjutkan dengan wawancara semi-terstruktur.
b. Kata yang akan dijadikan stimuli pada metode pengambilan data
selanjutnya adalah sehat dan sakit.
Oleh karena tidak ada variasi jawaban responden ketika
memaknai sehat, maka sehat ini dijadikan kata yang akan digunakan
dalam pengambilan data berikutnya. Sehat dan sakit merupakan suatu
kondisi yang kontinum, jadi kata sehat akan digunakan bersamaan
dengan kata sakit pada pengambilan data berikutnya.
38
c. Responden penelitian berusia dewasa namun bukan usia dewasa lanjut
(di atas 60 tahun).
Dalam penelitian pendahuluan ini, terdapat dua responden
berusia lanjut, yaitu usia 70 tahun dan 90 tahun. Informasi dari
responden yang berusia lanjut ini cukup sulit digali. Respon yang
diberikan oleh responden sangat singkat dan sulit diminta untuk
bercerita. Oleh karena itu, dalam penelitian selanjutnya, peneliti tidak
menggunakan responden berusia lanjut.
2. Pengambilan Data Penelitian
Pengambilan data dilakukan dengan dua cara, yaitu angket terbuka
dan wawancara semi-terstruktur.
a) Angket Terbuka
Menurut Arikunto (2002), angket (kuesioner) adalah sebuah
daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden). Dengan kata lain angket merupakan metode pengumpulan
data untuk mencari informasi menggunakan pertanyaan yang dijawab
oleh orang yang menjadi sasaran angket tersebut.
Berdasarkan bentuknya angket dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu angket terbuka dan angket tertutup (Arikunto, 2002).
Angket terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa
sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Angket
tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan
39
jawaban lengkap sehingga pengisiannya tinggal memberi tanda pada
jawaban yang dipilih.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket terbuka
dimana responden tidak diberikan pilihan jawaban melainkan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada angket secara
bebas. Angket terbuka ini sekaligus menjadi stimulus awal untuk mulai
membicarakan tentang sehat dan sakit.
Pertama-tama, responden diminta untuk memberikan lima buah
kata yang secara spontan terlintas ketika mendengar kata sehat dan
kata sakit. Selanjutnya, responden diminta untuk memberikan makna
dari tiap-tiap kata yang telah diberikan. Terakhir, responden diminta
untuk memprioritaskan dari lima kata yang diberikan, mana yang
paling menggambarkan kata sehat dan kata sakit.
Teknik asosiasi kata digunakan untuk memperoleh reaksi
spontan dan mengajak responden untuk membicarakan sehat dan sakit
dimulai dari area ketidaksadarannya. Ketika responden diminta untuk
memberikan lima kata secara spontan, berarti responden memberikan
apa yang ada di ketidaksadaran mereka (tanpa pikir panjang).
Selanjutnya, ketika responden diminta untuk memberikan makna dan
prioritas, ketidaksadaran yang semula dimunculkan dibawa ke
kedasaran dengan cara berpikir. Sementara pemberian makna
responden terkait dengan kata-kata yang diasosiasikan dengan kata
sehat dan sakit, bertujuan bahwa peneliti akan memiliki pemaknaan
yang sama dengan pemaknaan yang diberikan oleh responden terkait
40
dengan kata-kata tersebut. Contoh angket dapat dilihat pada Lampiran
2 halaman 120.
b) Wawancara Semi-terstruktur
Poerwandari (2005) menyebutkan bahwa wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Tujuan wawancara menurut Guba
dan Lincoln (1981) seperti dikutip Moleong (2002) adalah
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntunan, kepedulian, dan lain-lain. Wawancara
kualitatif dilakukan dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan
tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkaitan
dengan topik yang diteliti.
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan
perpaduan dari wawancara terstruktur dan tidak terstruktur, atau sering
disebut wawancara semi terstruktur. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan suatu panduan umum atau daftar pertanyaan yang akan
diajukan dan dapat digunakan untuk menemukan informasi yang
bukan baku atau informasi tunggal dan berbeda dalam hal waktu
bertanya dan cara memberikan respon, yaitu jauh lebih bebas iramanya
(Moleong, 2002).
Wawancara dilakukan untuk semakin memperjelas kata-kata
dan makna yang telah diberikan pada angket terbuka sekaligus untuk
mengkonfirmasi ulang pemaknaan responden tentang konsep sehat dan
sakit.
41
Berikut adalah panduan umum wawancara :
1. Apa itu sehat ?
2. Bagaimana cara Anda menjaga kesehatan ?
3. Apa itu sakit ?
4. Ke mana atau apa yang akan Anda lakukan ketika sakit ?
5. Dari mana Anda tahu tentang hal tersebut (terkait dengan
pertanyaan nomor 4) ?
6. Siapa ahli yang dipercaya ketika sakit ? Mengapa ?
E. METODE ANALISIS DATA
Data dianalisis dalam dua tahap, yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Tahap pertama adalah menganalisis data secara kualitatif. Analisis
data yang dilakukan adalah dengan melihat pola-pola pada data-data yang
telah dikumpulkan di awal. Pengumpulan data dihentikan ketika respon yang
diberikan oleh responden tidak memiliki variasi lagi (Adriana, 2009).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kata-kata dari angket
terbuka serta data-data naratif yang berasal dari transkrip wawancara semi
terstruktur, maka metode analisis data yang digunakan adalah analisis isi atau
analisis konten. Barelson (dalam Zuchdi, 1993) menyatakan bahwa analisis isi
merupakan salah satu teknik penelitian untuk mengasilkan deskripsi yang
objektif dan sistematik mengenai isi yang terungkap dalam komunikasi.
Data berupa kata-kata dari angket terbuka menggunakan metode
clustering, yaitu salah satu metode yang mengelompokkan respon-respon ke
dalam kategori-kategori yang sama. Pengelompokkan kategori respon-respon
42
didasarkan pada arti yang diberikan dari masing-masing kata tersebut. Metode
ini digunakan untuk melihat respon-respon mana yang paling dominan
merepresentasikan objek kajian.
Analisis isi yang dilakukan untuk data-data naratif hasil wawancara
menggunakan analisis tematik atas transkrip wawancara. Hasil dari analisis ini
berupa tema-tema khusus yang mendeskripsikan pemaknaan sosial atas sehat
dan sakit. Analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Organisasi Data
Data hasil wawancara disusun dalam sebuah transkrip verbatim.
Segala sesuatu yang diucapkan oleh peneliti dan subjek dilaporkan secara
tertulis. Di sini, peneliti mulai merefleksikan makna-makna dari kata-kata
subjek.
2. Koding
Koding adalah pemberian label pada kata-kata subjek yang
mengungkapkan makna tertentu terkait dengan tema yang diteliti. Koding
dimaksudkan untuk dapat mengkategorisasikan dan mensistematisasi data
secara lengkap dan mendetail sehingga dapat memunculkan gambaran
tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 2005).
3. Kategorisasi
Kategorisasi ini adalah tahap mengklasifikasikan kode-kode yang
sama dalam proses koding. Kode yang sama dijadikan menjadi satu
kategori yang selanjutnya kategori-kategori yang ada di susun sebagai
bagian dari aspek yang ingin diteliti.
43
Tahap yang ke-dua, kategori-kategori atau tema-tema dari hasil angket
terbuka dan wawancara yang telah terkumpul, disajikan secara kuantitatif.
Penyajian kuantitatif ini dilakukan dengan memberikan jumlah respon dan
responden pada tiap-tiap tema atau kategori yang ada. Jumlah respon dan
responden pada tiap-tiap tema atau kategori ini selanjutnya diprosentasekan.
Prosentase dilakukan berdasarkan tingkat jumlah respon dan responden yang
ingin dilihat, misalnya perbandingan respon dan responden setiap tema atau
kategori dengan respon dan responden keseluruhan. Jumlah respon yang
memiliki prosentase paling tinggi merupakan respon yang paling diingat oleh
responden, sementara jumlah responden yang memiliki prosentase paling
tinggi menunjukkan bahwa tingkat persebaran respon yang diberikan tinggi
pada responden. Dengan demikian, semakin tinggi prosentase respon dan
responden maka semakin tinggi pula respon tersebut merepresentasikan
responden.
F. PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA
Untuk meningkatkan derajat kepercayaan data maka dalam penelitian
ini dilakukan teknik pemeriksaan data dengan cara triangulasi. Moleong
(2006) memberikan istilah trangulasi untuk pemeriksaan keabsahan data.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Denzin (dalam Moleong, 2006) membedakan empat macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyidik, dan teori.
44
Dalam hal ini, peneliti menggunakan triangulasi metode, dimana
peneliti menggunakan metode angket terbuka dan wawancara semi-terstruktur.
Menurut Patton (dalam Moleong, 2006), terdapat dua strategi dalam
triangulasi metode, yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan selama 4 bulan,
yaitu bulan Februari – Mei 2009. Data di kumpulkan melalui pengisian
angket terbuka dan wawacara oleh peneliti. Pengambilan data dilakukan
pada 30 orang dewasa yang berdomisili di Yogyakarta.
Setiap responden membutuhkan waktu 1 – 1,5 jam untuk mengisi
angket dan wawancara. Setelah responden selesai mengisi angket, peneliti
mengkonfirmasi kembali jawaban pada angket kepada responden. Setelah
itu, dilakukan wawancara.
Lokasi pengambilan data ada yang dilakukan di kediaman
responden, di tempat kerja responden, atau di tempat umum. Hal ini
disesuaikan dengan waktu luang dari masing-masing responden sesuai
dengan waktu dan tempat yang telah disepakati sebelumnya. Kesepakatan
ini berlaku untuk pengambilan data di tempat kerja dan di kediaman
responden. Untuk pengambilan data di tempat umum, responden dipilih
secara acak.
2. Responden Penelitian
Berikut adalah data demografi responden dalam penelitian ini :
46
Tabel 2 Demografi Responden Penelitian Demografi Kriteria Total Prosentase
(N=30) Usia 21 – 30 tahun 18 60.00 31 – 40 tahun 4 13.33 41 – 50 tahun 4 13.33 51 – 60 tahun 4 13.33 Jenis Laki-Laki 19 63.33 Kelamin Perempuan 11 36.67 Status Menikah 19 63.33 Pernikahan Belum Menikah 11 36.67 Pendidikan SD 1 3.33 Terakhir SMP 4 13.33 SMA/SMK 10 33.33 Diploma 4 13.33 S1 11 36.67 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 4 13.33 Karyawan Swasta 18 60.00 Wiraswasta 3 10.00 Lain-Lain 5 16.67 Pendapatan a. > 500.000 rupiah 10 33.33 Per Bulan b. 500.000 – 1.000.000
rupiah 6 20.00
c. 1.000.000 – 1.500.000
rupiah
9 30.00
d. 1.500.000 - 2.000.000 rupiah
1 3.33
e. < 2.000.000 rupiah 4 13.33 Daerah Kabupaten Sleman 23 76.67 Tempat Kabupaten Bantul 4 13.33 Tinggal Kabupaten Gunung Kidul 1 3.33 Kotamadya Yogyakarta 2 6.67 Agama Kristiani 16 53.33 Muslim 14 46.67
Responden penelitian ini adalah 30 orang bersuku-bangsa Jawa
yang berdomisili di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Responden
dominan tinggal di Kabupaten Sleman (76.67% responden). Selain
Kabupaten Sleman, 13.33% responden tinggal di Kabupaten Bantul,
47
6.67% responden di Kotamadya Yogyakarta dan hanya 3.33% yang
bertempat tinggal di Kabupaten Gunung Kidul. Responden lebih
didominasi oleh laki-laki (63.33% responden) daripada perempuan
(36.67% responden). Usia responden memiliki rentang 21-58 tahun. Jika
dibagi ke dalam 4 dekade, 60% responden berusia 21-30 tahun. Sementara
responden yang berusia 31-40 tahun, 41-50 tahun, dan 51-60 tahun,
masing-masing terdapat 13.33% responden. Selain itu, 63.33% responden
sudah menikah, sementara 36.67% responden lainnya belum menikah.
Masalah perbedaan keyakinan, hanya ada dua keyakinan yang dianut oleh
respoden, yaitu 53.33% responden beragama Kristiani dan 46.67%
beragama Muslim.
Sebanyak 36.67% responden merupakan lulusan Strata 1 (S1)
dan 33.33% responden merupakan lulusan SMA/SMK. Responden untuk
lulusan SMP dan Diploma, masing-masing 13.33% responden, dan hanya
ada 3.33% responden lulusan SD. Selain itu, 60% responden merupakan
karyawan swasta, 13.33% responden adalah Ibu Rumah Tangga, 10%
responden wiraswasta, dan 16.67% responden memiliki pekerjaan lain.
Pendapatan yang diperoleh responden setiap bulannya, sebesar kurang dari
Rp. 500.000,00 ada 33.33% responden. Sebanyak 30% responden
memiliki pendapatan Rp. 1.000.000,00 – Rp. 1.500.000,00 per bulan, 20%
responden berpendapatan Rp. 500.000,00 – Rp.1.000.000,00 setiap bulan,
13.33% responden memiliki pendapatan di atas Rp. 2.000.000,00 setiap
bulan, dan hanya ada 3.33% responden yang berpendapatan Rp.
1.500.000,00 – Rp. 2.000.000,00 per bulan.
48
Dalam analisis data, responden akan dibagi pula ke dalam dua
kelompok. Pembagian kelompok ini berdasarkan atas jawaban responden
untuk pertanyaan pada wawancara. Pertanyaan tersebut adalah, “ Ada
tidak ahli yang dipercaya ketika sedang sakit? Jika ada, sebutkan!
Mengapa ?”. Berikut adalah deskripsi spesifik dari responden-responden
yang tergabung dalam kelompok responden percaya dokter dan kelompok
responden tidak percaya dokter.
Tabel 3 Deskripsi Kelompok Responden Percaya dan Tidak Percaya Dokter
No Deskripsi Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah
1. Responden R1, R2, R3, R10, R12, R13, R14, R15, R18, R19, R20, R23, R27, R30
14
(46.67%)
R4, R5, R6, R7, R8, R9, R11, R16, R17, R21, R22, R24, R25, R26, R28, R29
16
(53.33%)
2. Alasan Dokter ahli yang mempelajari
11 (78.57%)
Tidak ada tanpa alasan
5 (31.25%)
Tanpa alasan 2
(14.29%)
Ada hal atau orang lain yang dipercaya
5 (31.25%)
Ada di puskesmas
1 (7.14%)
Obat tidak sib, biaya mahal, tidak minta sakit
2 (12.50%)
Ke dokter kalau penyakitnya gak sembuh atau peyakit dalam
2 (12.50%)
Kalau ada niat baru ke dokter
1 (6.25%)
Masih belum menemukan
1 (6.25%)
49
Responden yang masuk ke dalam kelompok percaya dokter
sebesar 46.67% responden. Selebihnya, yaitu 53.33% responden masuk ke
dalam kelompok tidak percaya dokter. Responden- responden dominan
beralasan percaya dokter karena dokter adalah ahli yang memang
mempelajari tentang sakit (78.57% responden). Semetara itu, responden-
responden yang tidak percaya pada dokter tidak memberikan alasan atau
memiliki hal lain yang dipercaya (masing-masing 31.25% respon). Hal
lain yang dipercaya ini misalnya Tuhan.
Berikut ini adalah deskripsi demografi dari responden-responden
pada kelompok percaya dokter dan kelompok tidak percaya dokter.
Tabel 4 Demografi Responden Kelompok Percaya dan Tidak Percaya Dokter Demografi Kriteria Percaya Dokter Tidak Percaya
Dokter N %
(N=14) N %
(N=16) Usia 21 – 30 tahun 9 64.29 9 56.25 31 – 40 tahun 0 0.00 4 25.00 41 – 50 tahun 3 21.43 1 6.25 51 – 60 tahun 2 14.29 2 12.50 Jenis Laki-Laki 8 57.14 11 68.75 Kelamin Perempuan 6 42.86 5 31.25 Status Menikah 7 50.00 12 75.00 Pernikahan Belum Menikah 7 50.00 4 25.00 SD 0 0.00 1 6.25 Pendidikan SMP 1 7.14 3 18.75 Terakhir SMA/SMK 5 35.71 5 31.25 Diploma 2 14.29 2 12.50 S1 6 42.86 5 31.25 Ibu Rumah Tangga 2 14.29 2 12.50 Pekerjaan Karyawan Swasta 9 64.29 9 56.25 Wiraswasta 1 7.14 2 12.50 Lain-Lain 2 14.29 3 18.75
50
Demografi Kriteria Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter
N % (N=14)
N % (N=16)
Pendapatan a. > 500.000 rupiah 3 21.43 7 43.75 Per Bulan b. 500.000 –
1.000.000 rupiah 2 14.29
4 25.00
c. 1.000.000 – 1.500.000 rupiah
7 50.00
2 12.50
d. 1.500.000 - 2.000.000 rupiah
0 0.00
1 6.25
e. < 2.000.000 rupiah
2 14.29
2 12.50
Daerah Kabupaten Sleman 11 78.57 12 75.00 Tempat Kabupaten Bantul 1 7.14 3 18.75 Tinggal Kabupaten Gunung
Kidul 0 0.00
1 6.25
Kotamadya Yogyakarta
2 14.29
0 0.00
Agama Kristiani 8 57.14 8 50.00 Muslim 6 42.86 8 50.00
Catatan. N = jumlah responden tiap demografi per kelompok; % = prosentase jumlah responden tiap demografi per kelompok
Kelompok responden yang percaya pada dokter didominasi oleh
responden dengan kelompok usia 21-30 tahun (64.29%), laki-laki
(57.14%), berpendidikan terakhir S1 (42.86%) dan SMA/SMK (35.71%),
memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta (64.29%), pendapatan per
bulan Rp. 1.000.000,00 – Rp. 1.500.00,00 (50%), berdomisili di
Kabupaten Sleman (78.57%), dan beragama Kristiani (57.14%). Baik
responden yang sudah menikah maupun belum, memiliki jumlah yang
sama yaitu masing-masing 50% responden.
Kelompok responden yang tidak percaya dokter didominasi oleh
responden dengan kelompok usia 21-30 tahun (56.25%), laki-laki
(68.75%), sudah menikah (75%), berpendidikan terakhir S1 dan
51
SMA/SMK (masing-masing 31.25%), memiliki pekerjaan sebagai
karyawan swasta (56.25%), berpendapatan kurang dari Rp. 500.000,00
setiap bulannya (43.75%), dan bertempat tinggal di Kabupaten Sleman
(75%). Sementara untuk masalah keyakinan, baik agama Kristiani maupun
Muslim memperoleh porsi yang sama, yaitu masing-masing 50%
responden.
Perbedaan yang mencolok dari ke-dua kelompok responden
terletak pada pendapatan yang diperoleh setiap bulannya. Kelompok
responden yang percaya pada dokter memiliki rata-rata pendapatan yang
lebih tinggi daripada kelompok responden yang tidak percaya dokter. Hal
ini menunjukkan bahwa ada permasalahan secara ekonomi terkait dengan
percaya/tidaknya responden kepada dokter. Selain itu, responden sudah
menikah lebih tidak percaya pada dokter daripada yang belum menikah.
Sementara itu, responden yang berdomisili di Kotamadya Yogyakarta,
semuanya percaya dokter.
3. Analisis Data
Data diambil dengan dua cara, yaitu angket terbuka dan
wawancara. Angket terbuka menghasilkan asosiasi kata, sementara
wawancara memberikan deskripsi. Masing-masing data disajikan ke dalam
tabel-tabel dengan memberikan prosentase untuk mengetahui derajat
banyak/tidaknya data tersebut jika dibandingkan dengan data yang lain.
Analisis data dilakukan dengan melihat frekuensi respon dan
responden (Putra, Wardhani, & Muwardani, 2009). Respon merupakan
52
kata-kata yang diberikan oleh responden. Semakin sering atau banyak
kata-kata yang sama diucapkan berarti semakin mendalam (ingat)
pemahaman responden tentang kata tersebut. Sementara responden adalah
banyak orang yang mengucapkan kata tertentu. Semakin banyak orang
yang mengucapkan kata yang sama berarti semakin tinggi tingkat
penyebaran kata tersebut (Wagner et al., 1999).
Analisis data dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu : sehat,
sakit, dan representasi sehat dan sakit. Bagian sehat dan sakit, masing-
masing menunjukkan penjabaran data dari angket terbuka dan hasil
wawancara terkait dengan sehat atau sakit. Bagian terakhir, representasi
sehat dan sakit, merupakan rangkuman hasil dari bagian sehat dan sakit.
a. Konsep Sehat
Analisis data untuk representasi sehat ini dibagi ke dalam empat
bagian, yaitu : asosiasi kata, hasil wawancara, makna, dan konsep sehat
pada responden percaya dan tidak percaya dokter. Asosiasi kata terdiri dari
kata-kata yang diasosiasikan dengan kata sehat dalam angket terbuka.
Hasil wawancara merupakan kategori-kategori respon yang telah diberikan
oleh responden. Pada bagian makna, dapat dilihat makna dari asosiasi kata
dan hasil wawancara. Bagian terakhir merupakan perbandingan respon
antara responden percaya dokter dan tidak percaya dokter.
i. Data Konsep Sehat Menurut Asosiasi Kata
Responden diberikan angket terbuka yang terdiri dari 6 buah
pertanyaan. Pada tugas yang pertama, responden diminta menuliskan 5
53
buah kata yang segera terlintas di pikiran, ketika mendengar kata sehat.
Tugas pertama ini dimaksudkan supaya responden dapat memberikan
responnya secara spontan. Berikut adalah hasil dari kata-kata dari
responden yang diasosiasikan dengan kata sehat.
Tabel 5 Kata – Kata Diasosiasikan dengan Kata Sehat
No Tema Kata Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
Respon Respon Responden Responden
(N=139) (N=30) 1
Hal-hal menyenangkan
senang, ceria, bahagia, gembira, tersenyum, 36 25.90 22 73.33
berseri-seri, banyak senyum, tidak murung,
panjang umur, awet muda, tenang, baik, sejahtera
2
Semangat dalam Beraktivitas
segar, seger, bugar, cantik, nyaman, percaya diri, indah, 30 21.58 20 66.67
sexy, semangat, tidak loyo
aktif, dapat beraktivitas, lincah, cekatan, bekerja,
aktivitas lancar, produktif 3
Berpikir positif
berpikir jernih, berpikir sehat, cemerlang, berpikir positif, 23 16.55 12 40.00
pikiran jernih, akal sehat,
pikiran, responsif, jiwa, bicara, perilaku, syukur, sehat rohani,
rohani, mudah sosialisasi 4
Jauh dari sakit dan badan kuat
kuat, badan kuat, tenaga tambah, energik, jasmani, 17 12.23 13 43.33
tubuh, badan, jauh dari sakit,
tidak sakit-sakitan, cacat mental
5
Upaya memperoleh
olahraga, makan, teratur, jalan-jalan, senam, air putih, 33 23.74 15 50.00
kesehatan vitamin C, alami, enak, proporsional, makanan,
banyak makan, menjaga stamina, menjaga, gemuk,
Menjaga pola makan, steril,
mahal, rumah sakit, dokter, hemat, bersih
Kata sehat paling banyak diasosiasikan dengan kata-kata yang
menggambarkan hal-hal menyenangkan, seperti : senang, bahagia,
gembira, tersenyum, dan lain-lain (25,90%). Kata sehat juga diasosiakan
dengan kata-kata yang berhubungan dengan upaya memperoleh
kesehatan, seperti : olahraga, makan teratur, bersih, dan lain-lain
54
(23,74%). Selain itu, kata-kata yang menunjukkan semangat beraktivitas,
seperti : segar, semangat, tidak loyo, dan lain-lain juga digunakan untuk
menggambarkan kata sehat (21,58%).
Melihat dari banyaknya responden yang memberikan jawaban,
responden paling banyak memberikan respon pada kata-kata yang
menggambarkan hal-hal menyenangkan, seperti : senang, bahagia,
gembira, dan lain-lain (73,33%). Responden juga banyak memberikan
respon pada kata-kata semangat dalam beraktivitas, seperti : aktif,
semangat, tidak loyo, dan lain-lain (66,67%) untuk menggambarkan kata
sehat. Selain itu, respon yang berkaitan dengan upaya memperoleh
kesehatan, seperti : olahraga, senam, makan teratur, dan lain-lain juga
diberikan oleh banyak responden (50%).
Dengan demikian, kata sehat diasosiasikan dengan kata-kata
yang berkaitan dengan hal-hal menyenangkan, seperti : senang, gembira,
senyum, dan lain-lain ; semangat dalam beraktivitas, seperti : semangat,
segar, aktif, dan lain-lain ; dan upaya memperoleh kesehata, seperti :
olahraga, senam, makan teratur, dan lain-lain.
Setelah memberikan 5 buah kata yang diasosiasikan dengan kata
sehat, pada tugas yang ke-tiga, responden diminta untuk mengurutkan
atau memberikan prioritas. Prioritas pertama sampai ke-lima dimulai
dari kata mana yang paling menggambarkan kata sehat dari kata-kata
yang diberikan responden tersebut. Tugas ke-tiga ini mengajak
responden untuk berpikir kembali tentang kata-kata yang telah
55
disebutkan secara spontan pada tugas pertama. Berikut adalah hasil dari
prioritas-prioritas kata-kata yang diberikan responden untuk
menggambarkan kata sehat.
Tabel 6 Prioritas Kata Sehat
No Tema P1 P2 P3 P4 P5
N = 30 N=29 N=28 N=26 N=26
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 Menyenangkan 6 20.00 9 31.03 6 21.43 8 30.77 7 26.92 2
Semangat dalam beraktivitas 4 13.33 5 17.24 7 25 7 26.92 8 30.77
3 Berpikir positif 8 26.67 5 17.24 8 28.57 4 15.38 2 7.69 4
Jauh dari sakit dan badan kuat 3 10.00 4 13.79 3 10.71 1 3.85 3 11.54
5
Upaya memperoleh kesehatan 9 30.00 6 20.69 5 17.86 6 23.08 6 23.08
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; P1 = Prioritas pertama; P2 = Prioritas ke-dua; P3 = Prioritas ke-tiga; P4 = Prioritas ke-empat; P5 = Prioritas ke-lima; N = Jumlah respon/responden total tiap prioritas; Jml = Jumlah respon/responden yang diberikan tiap tema respon; % = Prosentase respon/responden yang diberikan tiap tema respon
Kata-kata yang menggambarkan upaya memperoleh kesehatan
menjadi kata-kata yang pertama diutamakan responden dalam
menggambarkan kata sehat (30%). Kata-kata yang berkaitan dengan
hal-hal menyenangkan di tempatkan pada prioritas ke-dua (31,03%)
dan ke-empat (30,77%). Prioritas ke-tiga kata-kata yang
menggambarkan kata sehat adalah kata-kata yang berhubungan dengan
berpikir positif (28,57%). Sementara itu, kata-kata yang
menggambarkan semangat dalam beraktivitas ditempatkan pada
prioritas ke-lima (30,77%).
Dengan demikian, kata-kata yang paling sering diutamakan
untuk menggambarkan kata sehat adalah kata-kata yang berkaitan
56
dengan hal-hal menyenangkan. Sementara kata-kata lain yang
diutamakan adalah kata-kata yang berhubungan dengna upaya
memperoleh kesehatan, berpikir positif, dan semangat dalam
beraktivitas.
Kata sehat diasosiasikan dengan kata-kata yang berhubungan
dengan hal-hal yang menyenangkan, upaya memperoleh kesehatan,
dan semangat beraktivitas. Kata-kata tersebut menjadi kata-kata yang
paling diingat dan memiliki tingkat persebaran yang tinggi pada
responden. Selain itu, kata-kata tersebut juga diutamakan untuk
menggambarkan kata sehat. Akan tetapi, muncul kata-kata lain yang
dijadikan prioritas dalam menggambarkan kata sehat. Kata-kata
tersebut adalah kata-kata yang berhubungan dengan berpikir positif.
ii. Data Konsep Sehat Menurut Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan setelah responden menyelesaikan angket
terbuka. Pertanyaan pertama yang diberikan kepada responden adalah
“Apa itu sehat?”. Pertanyaan ini dimaksudkan supaya responden
memberikan definisi dari ‘sehat’ itu sendiri. Definisi yang diberikan
oleh responden merupakan hasil refleksi terhadap pemaknaan sehat itu
sendiri. Berikut adalah hasil dari definisi sehat yang diberikan oleh
responden.
57
Tabel 7 Definisi Sehat No. Kategori Jumlah Prosentase
Jumlah Respon (N=34)
Prosentase Jumlah
Responden (N=30)
1. Keseimbangan 11 32.35 36.67 2. Bisa beraktivitas 15 44.12 50.00 3. Bebas Penyakit 5 14.71 16.67 4. Menjaga 2 5.88 6.67 5. Syukur 1 2.94 3.33
Berdasarkan hasil wawancara, definisi sehat yang paling
banyak diberikan oleh responden adalah bisa beraktivitas (44,12%
respon dan 50% responden). Selain itu, sehat juga digambarkan
sebagai keseimbangan (32,45% respon dan 36,67% responden).
Dengan demikian, sehat lebih banyak didefinisikan sebagai
kondisi bisa dilakukannya aktivitas dan keadaan yang seimbang.
Definisi sehat tersebut juga memiliki tingkat persebaran respon yang
tinggi pada responden.
Pertanyaan selanjutnya dalam wawancara adalah bagaimana
responden menjaga kesehatannya. Hal ini dimaksudkan supaya peneliti
dapat mengetahui cara-cara yang biasa digunakan oleh responden
untuk menjaga kesehatannya. Berikut adalah hasil cara-cara menjaga
kesehatan yang dilakukan oleh responden.
58
Tabel 8 Menjaga Kesehatan No. Kategori Jumlah Prosentase
Jumlah Respon (N=31)
Prosentase Jumlah
Responden (N=30)
1. Keteraturan 12 38.71 40.00 2. Keteraturan dan
suplemen 12 38.71 40.00
3. Kecukupan 3 9.68 10.00 4. Kecukupan dan
suplemen 3 9.68 10.00
5. Tidak ada 1 3.23 3.33 Tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjaga
kesehatan paling dominan dengan menjaga keteraturan saja dan
keteraturan yang diimbangi dengan dikonsumsinya suplemen (masing-
masing 38.71% respon dan 40% responden).
Jumlah respon yang diberikan setiap kategori sama dengan
jumlah responden yang memberikan respon pada kategori yang sama.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin dalam pemahaman atau ingatan
akan kata-kata yang diberikan untuk menggambarkan cara menjaga
kesehatan maka semakin tinggi pula tingkat penyebaran kata-kata
tersebut pada responden. Dengan demikian, menjaga keteraturan
dengan menggunakan suplemen ataupun tidak merupakan kata yang
paling diingat atau dipahami untuk menggambarkan cara menjaga
kesehatan. Selain itu, keteraturan dengan atau tanpa suplemen juga
memiliki tingkat penyebaran yang paling tinggi pada responden dalam
menjaga kesehatan.
59
Sehat digambarkan sebagai suatu keadaan dapat dilakukannya
aktivitas dan kondisi yang seimbang. Sementara untuk menjaga
kesehatan, responden akan menjaga keteraturan atau dan ditambahkan
dengan dikonsumsinya suplemen.
iii. Data Konsep Sehat Menurut Makna Kata Dalam Asosiasi Kata
dan Hasil Wawancara
Setelah responden memberikan 5 buah kata secara spontan,
yang diasosiasikan dengan kata sehat, responden diminta untuk
memberikan pengertian dari masing-masing kata yang telah diberikan.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pemaknaan responden
mengenai kata-kata yang telah diberikan. Berikut adalah hasil dari
makna-makna kata yang diberikan oleh responden.
Tabel 9 Makna Asosiasi Kata Sehat
No Tema Makna Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
Respon Respon Responden Responden 1
Hal-hal menyenangkan
a. Melakukan segala sesuatu dengan hati senang 8 22.22 8 36.36
b. Gembira, wajah murah senyum, senang jika badan sehat 14 38.89 12 54.55
(36 respon c. Tidak ada sakit 5 13.89 4 18.18
22 responden) d. Positive Thingking 4 11.11 4 18.18
e. Memberi kesenangan kepada orang lain 3 8.33 3 13.64
f. Kesehatan adalah anugerah 1 2.78 1 4.55
g. Peredaran darah sehat 1 2.78 1 4.55 2
Semangat dalam beraktivitas
a. Tidak merasa malas dalam beraktivitas 12 40.00 11 55.00
b. Penampilan menarik dan badan terasa nyaman 10 33.33 8 40.00
(30 respon c. Dapat melakukan aktivitas 5 16.67 4 20.00
20 responden) d. Cepat tanggap 2 6.67 2 10.00
e. Aktivitas menggebu 1 3.33 1 5.00
60
No Tema Makna Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
Respon Respon Responden Responden 3
Berpikir positif
a. Pikiran logis, tidak berkhayal masuk akal, positive thinking 9 39.13 8 66.67
b. Bersyukur karena diberi kesehatan 4 17.39 4 33.33
(23 respon c. Ingat akan Tuhan 4 17.39 4 33.33
12 responden) d. Pikiran sehat membuahkan hal-hal positif 4 17.39 4 33.33
e. Berpikir cepat 1 4.35 1 8.33
f. Gaya bicara mencerminkan pendidikan 1 4.35 1 8.33
4
Jauh dari sakit dan badan kuat
a. Kuat dan berenergi dalam beraktivitas 6 35.29 4 30.77
b. Tidak merasa sakit, badan sehat 8 47.06 8 61.54
(17 respon c. Makan makanan bergizi 1 5.88 1 7.69
13 responden) d. Tidak sakit fisik atau mental 1 5.88 1 7.69
e. Tidak normal 1 5.88 1 7.69 5
Upaya memperoleh
a. Kegiatan-kegiatan untuk menjaga kesehatan 12 36.36 11 73.33
kesehatan b. Makan makanan bergizi 7 21.21 6 40.00
(33 respon c. Bebas dari kuman dan kotoran penyebab sakit 6 18.18 6 40.00
15 responden) d. Fungsi organ tubuh dinormalkan kembali 3 9.09 2 13.33
e. Ada biaya untuk memperoleh kesehatan 3 9.09 3 20.00
f. Ada tempat dan orang untuk orang yang sakit 2 6.06 2 13.33
Berdasarkan makna kata-kata yang diasosiasikan dengan kata
sehat, kata-kata yang berhubungan dengan hal-hal menyenangkan
berarti senang, gembira, wajah murah senyum (38,89% respon dan
54,55% responden). Kata-kata yang berhubungan dengan upaya
memperoleh kesehatan berarti terdapat kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk menjaga kesehatan, seperti : olahraga, makan teratur,
menjaga kebersihan, dan lain-lain (36,36% respon dan 73,33%
responden). Sementara semangat beraktivitas berarti tidak adanya rasa
malas dalam beraktivitas (40% respon dan 55% responden).
Jumlah respon yang tinggi juga menunjukkan jumlah reponden
yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin makna-makna
tersebut diingat untuk menggambarkan kata sakit, semakin tinggi pula
61
tingkat persebaran makna-makna tersebut pada responden. Dengan
demikian, kata sehat digambarkan sebagai wajah yang murah senyum,
senang, melakukan kegiatan-kegiatan untuk menjaga kesehatan, dan
tidak malas dalam melakukan aktivitas.
Sementara untuk definisi sehat yang diberikan oleh responden
dalam wawancara, juga memiliki makna-makna tersendiri. Berikut
adalah hasil dari makna-makna yang diberikan responden untuk
menggambarkan kata sehat.
Tabel 10 Makna Definisi Sehat
No Kategori Makna N % RSP
Kategori 1 Seimbang a. Keadaan yang tidak lebih dan tidak kurang
untuk memenuhi kebutuhan 2 18.18
(11 respon) b. Kondisi jasmani, rohani, jiwa, pikiran yang sehat semua
6 54.54
c. Semua kebutuhan terpenuhi (bio-psiko-sosial dan rohani)
1 9.09
d. Seimbang hidupnya : antara rumah dan kantor, mengerjakan apa jadi enak
1 9.09
e. Badan dan pikiran sehat, ditambah terpenuhinya kebutuhan sehari-hari
1 9.09
2 Bisa Beraktivitas a. Semangat dalam melakukan aktivitas 8 57.14 (14 respon) b. Nyaman dalam melakukan aktivitas 3 21.43 c. Bisa melakukan akivitas yang diinginkan 2 14.29 b. Semangat untuk bisa lebih maju 1 7.14 3 Bebas Penyakit a. Kondisi tubuh tanpa penyakit dan pikiran
wajar, positif 3 60.00
(5 respon) b. Kondisi bebas penyakit untuk tubuh dan rohani
2 40.00
4 Menjaga (2 respon)
a. Hidup teratur, bersih, supaya tidak rugi karena sakit
2 100.00
5 Syukur (1 respon)
a. Bisa dilakukan dengan doa atau pujian-pujian karena diberi kesehatan
1 100.00
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; N = jumlah respon/responden; % RSP Kategori = prosentase jumlah respon/responden dari jumlah respon/responden setiap kategori
62
Berdasarkan makna yang diberikan responden dalam
wawancara, sehat yang digambarkan sebagai bisa beraktivitas berarti
terdapat semangat dalam melakukan aktivitas (57,14%). Sementara
keseimbangan berarti keadaan jasmani, rohani, jiwa, dan pikiran sehat
semua (54,54%).
Jumlah respon sama dengan jumlah responden menunjukkan
bahwa semakin respon tersebut diingat maka semakin tinggi pula
tingkat persebarannya pada responden. Dengan demikian, sehat
didefinisikan sebagai dapat dilakukannya aktivitas dengan semangat
dan dengan kondisi jasmani, rohani, jiwa, dan pikiran yang seimbang
sehat semua.
Hasil wawancara yang lain, terkait dengan kesehatan, adalah
menjaga kesehatan. Tiap responden memiliki cara-cara tersendiri
untuk menjaga kesehatannya. Berikut adalah makna dari cara-cara
yang diberikan responden untuk menjaga kesehatan.
Tabel 11 Makna Menjaga Kesehatan
No Kategori Makna N % 1 Keteraturan a. Makan teratur waktunya, istirahat,
olahraga, air putih 5 41.67
(12 respon) b. Olahraga, makan bergizi,istirahat, berdoa 4 33.33 c. Makan, istirahat, olahraga, pikiran santai 3 25.00
2 Keteraturan dan suplemen
a. Olahraga, pola makan, air putih, istirahat, suplemen ketika kondisi badan kurang baik
6 50.00
(12 respon) b. Olahraga, makan, istirahat, suplemen dikonsumsi setiap hari
3 25.00
c. Olahraga, makan, suplemen ketika sedang ingin, punya uang
3 25.00
63
No Kategori Makna N % 3 Kecukupan
(3respon) a. Makan, olahraga, istirahat, air putih, semuanya sesuai porsi dan kebutuhannya
3 100.00
4 Kecukupan dan suplemen
a. Air putih, olahraga, makan, tidur yang cukup, suplemen ketika pekerjaan berat
1 33.33
(3 respon) b. Olahraga, tidur cukup, pulang makan, suplemen sekali satu hari
1 33.33
c. Pola makan : makan yang sehat, bersih, nasi di masak, sayur di masak, suplemen ketika kondisi badan kurang baik
1 33.33
5 Tidak ada (1 respon)
a. Belum terpikir bagaimana menjaga kesehatan, tapi dulu olahraga lewat mata pelajaran di sekolah
1 100.00
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; N = jumlah respon/responden; % = prosentase jumlah respon/responden dari jumlah respon/responden setiap kategori
Responden menjaga kesehatan dengan memperhatikan
keteraturan dari makan, istirahat, air putih, olahraga (41,67%).
Keteraturan mengacu ke penggunaan waktu untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tersebut. Misalnya, makan tepat waktu tiga kali
sehari : pagi, siang, malam dan stirahat dengan tidur 6-8 jam per hari.
Sementara itu, responden menjaga kesehatan tidak hanya dari segi
keteraturan pola-pola makan, istirahat, dan olahraga akan tetapi
diimbangi pula dengan dikonsumsinya suplemen, seperti vitamin.
Menjaga kesehatan dengan cara keteraturan dan suplemen ini dominan
dilakukan dengan memperhatikan keteraturan tersebut ditambah
dengan dikonsumsinya suplemen hanya pada saat kondisi badan
kurang baik, misalnya merasa mau kena flu (50%).
Hal ini menunjukkan bahwa makna yang paling dipahami
responden dalam menjaga kesehatan adalah dengan menjaga
keteraturan makan, minum, istirahat, dan bahkan ada yang
ditambahkan dengan konsumsi vitamin ketika badan dirasa tidak enak.
64
Makna tersebut sekaligus memiliki tingkat penyebaran respon yang
tinggi karena responden paling banyak memberikan respon terkait
dengan makna tersebut.
Berdasarkan makna kata-kata yang diberikan untuk
menggambarkan kata-kata yang diasosiasikan dengan kata sehat, maka
sehat berarti memiliki wajah yang ceria, senyum, senang dan tidak
malas dalam melakukan aktivitas. Oleh karena itu, upaya yang akan
dilakukan untuk menjaga kesehatan adalah dengan melakukan kegiatan-
kegiatan seperti : olahraga, makan teratur, menjaga kebersihan, dan lain-
lain. Hal senada juga diberikan responden dalam mendefinisikan sehat
pada hasil wawancara. Sehat didefinisikan sebagai dilakukannya
aktivitas dengan semangat dan didukung oleh keadaan seimbang antara
tubuh, jiwa, pikiran, dan rohani yang sehat semua. Sementara untuk
menjaga kesehatan, responden akan memperhatikan keteraturan dari
pola makan, istirahat, olahraga, berpikir positif, berdoa, atau juga
ditambah dengan mengkonsumsi suplemen hanya pada saat badan terasa
tidak enak.
iv. Konsep Sehat Menurut Responden Percaya dan Tidak Percaya
Dokter
Pertanyaan terakhir dalam wawancara, mengacu pada ahli yang
dipercaya responden ketika sedang sakit. Respon-respon yang
diberikan oleh responden, dapat dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu
percaya dokter dan tidak percaya dokter. Berikut adalah hasil
65
komparasi atau perbandingan respon-respon yang diberikan oleh
responden dari masing-masing kelompok.
Tabel 12 Perbedaan Asosiasi Kata Sehat Pada Reponden Percaya dan Tidak Percaya Dokter
No Tema Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter N
RS % RS
(N=67) N RP
% RP (N=14)
N RS
% RS (N=72)
N RP
% RP (N=16)
1 Hal- hal menyenangkan 19 28.36 10 71.43 17 23.61 11 68.75
2 Upaya memperoleh kesehatan 11 16.42 6 42.86 22 30.56 10 62.50
3 Semangat dalam beraktivitas 14 20.90 9 64.29 16 22.22 9 56.25
4 Jauh dari sakit dan badan kuat 9 13.43 6 42.86 7 9.722 7 43.75
5 Berpikir positif 14 20.90 8 57.14 10 13.89 5 31.25 Catatan. N RS = jumlah respon yang diberikan tiap tema; % RS = prosentase respon yang diberikan tiap tema; N RP = jumlah responden yang memberikan respon pada tiap tema; % RP = prosentase responden yang memberikan respon pada tiap tema
Responden percaya dokter memberikan respon berupa kata-
kata yang berhubungan dengan hal-hal yang menyenangkan (28,36%
respon dan 71,43% responden) untuk diasosiasikan dengan kata sehat.
Selain itu, kata-kata yang menggambarkan semangat dalam
beraktivitas (20,90% respon dan 64,29% responden) dan berpikir
positif (20,90% respon dan 57,14% responden) juga diasosiasikan
dengan kata sehat.
Sementara responden tidak percaya dokter juga
mengasosiasikan kata sehat dengan kata-kata yang berhubungan
dengan hal-hal yang menyenangkan (23,61% respon dan 68,75%
responden) dan semangat dalam beraktivitas (22,22% respon dan
56,25% responden). Akan tetapi, kata-kata yang berhubungan dengan
66
upaya memperoleh kesehatan lebih banyak diberikan oleh responden
tidak percaya dokter (30,56% respon dan 62,50% responden) untuk
diasosiasikan dengan kata sehat.
Dengan demikian, responden percaya dan tidak percaya dokter
sama-sama mengingat kata-kata yang berhubungan dengan hal-hal
yang menyenangkan dalam menggambarkan kata sehat. Akan tetapi,
selain kata-kata tersebut, responden percaya dokter juga mengingat
kata-kata yang berhubungan dengan semangat dalam beraktivitas
untuk menggambarkan kata sehat. Sementara responden yang tidak
percaya dokter lebih ingat pada kata-kata yang menunjukkan upaya-
upaya untuk memperoleh kesehatan daripada hal-hal menyenangkan
dan semangat dalam beraktivitas. Kata-kata tersebut juga memiliki
tingkat persebaran respon yang tinggi pada reponden.
Tabel 13 Prioritas Asosiasi Kata Sehat Pada Responden Percaya Dokter
No Tema P1 P2 P3 P4 P5
N = 14 N=14 N=13 N=13 N=13
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % 1
Hal-hal menyenangkan 4 28.57 6 42.86 2 15.38 5 38.46 4 30.77
2
Upaya memperoleh kesehatan 3 21.43 0 0.00 1 7.69 3 23.08 3 23.08
3
Semangat dalam beraktivitas 1 7.14 3 21.43 5 38.46 2 15.38 3 23.08
4
Jauh dari sakit dan badan kuat 1 7.14 2 14.29 1 7.69 0 0.00 3 23.08
5 Berpikir positif 5 35.71 3 21.43 4 30.77 3 23.08 0 0.00 Catatan . Jumlah respon sama dengan jumlah responden; P1 = prioritas pertama; P2 = prioritas ke-dua; P3 = prioritas ke-tiga; P4 = prioritas ke-empat; P5 = prioritas ke-lima; N = jumlah respon/responden total tiap prioritas; Jml = jumlah respon/responden yang diberikan tiap tema respon; % = prosentase respon/responden yang diberikan tiap tema respon
67
Responden percaya dokter menempatkan berpikir positif
(35,71%) sebagai prioritas pertama. Hal-hal yang menyenangkan
ditempatkan pada pioritas ke-dua (42,86%), ke-empat (38,46%), dan
ke-lima (30,77%). Sementara kata-kata semangat dalam beraktivitas
ditempatkan pada prioritas ke-tiga (38,46%).
Jumlah respon sama dengan jumlah responden menunjukkan
bahwa respon yang paling diingat, memiliki tingkat persebaran respon
yang tinggi pada responden. Dengan demikian, kata-kata yang
berkaitan dengan hal-hal menyenangkan merupakan kata-kata yang
paling sering diingat untuk diutamakan dalam menggambarkan kata
sakit. Selain itu, kata-kata semangat dalam beraktivitas juga diingat
untuk diutamakan dalam menggambarkan kata sakit. Kata-kata yang
lebih diingat tersebut juga memiliki tingkat persebaran respon yang
lebih tinggi pada responden daripada kata-kata yang lain.
Tabel 14 Prioritas Asosiasi Kata Sehat Pada Responden Tidak Percaya Dokter
No Tema P1 P2 P3 P4 P5
N = 14 N=14 N=13 N=13 N=13
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % 1
Hal-hal menyenangkan 3 18.75 4 26.67 4 26.67 3 23.08 3 23.08
2
Upaya memperoleh kesehatan 5 31.25 2 13.33 4 26.67 3 23.08 4 30.77
3
Semangat dalam beraktivitas 3 18.75 1 6.67 2 13.33 5 38.46 4 30.77
4
Jauh dari sakit dan badan kuat 2 12.50 2 13.33 2 13.33 1 7.69 0 0.00
5 Berpikir positif 3 18.75 2 13.33 3 20.00 1 7.69 2 15.38
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; P1 = prioritas pertama; P2 = prioritas ke-dua; P3 = prioritas ke-tiga; P4 = prioritas ke-empat; P5 = prioritas ke-lima; N = Jumlah respon/responden total tiap prioritas; Jml = Jumlah respon/responden yang diberikan tiap tema respon; % = Prosentase respon/responden yang diberikan tiap tema respon
68
Responden tidak percaya dokter menempatkan kata-kata yang
menggambarkan upaya memperoleh kesehatan pada prioritas pertama
(31,25%), ke-tiga (26,67%), dan ke-lima (30,77%). Kata-kata yang
berkaitan dengan hal-hal menyenangkan ditempatkan pada prioritas
ke-dua (26,67%) dan ke-tiga (26,67%). Sementara kata-kata yang
menunjukkan semangat dalam beraktivitas ditempatkan pada prioritas
ke-empat (38,46%) dan ke-lima (30,77%) untuk menggambarkan kata
sehat.
Dengan demikian, responden tidak percaya dokter lebih sering
mengingat upaya-upaya memperoleh kesehatan untuk diutamakan
dalam menggambarkan kata sehat. Selain itu, kata-kata lain yang juga
diingat untuk diutamakan dalam menggambarkan kata sehat adalah
kata-kata yang berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan dan
semangat dalam beraktivitas. Kata-kata tersebut juga memiliki tingkat
perebaran respon yang tinggi pada responden.
Berdasarkan prioritas kata-kata yang digunakan untuk
menggambarkan kata sehat pada responden percaya dan tidak percaya
dokter, dapat dikatakan bahwa responden percaya dan tidak percaya
dokter memiliki perbedaan. Perbedaan terletak pada upaya
memperoleh kesehatan lebih diingat untuk diutamakan dalam
menggambarkan kata sehat oleh responden tidak percaya dokter.
Sama hal-nya dengan asosiasi kata-kata yang diberikan untuk
menggambarkan kata sehat, responden tidak percaya dokter juga lebih
69
mengingat upaya memperoleh kesehatan daripada hal-hal
menyenangkan dan semangat dalam beraktivitas. Akan tetapi, baik
responden percaya dan tidak percaya dokter, sama-sama mengingat
hal-hal yang menyenangkan dalam menggambarkan kata sehat. Hal-
hal yang menyenangkan ini juga diingat untuk diutamakan dalam
menggambarkan kata sehat. Selain itu, semangat dalam beraktivitas
juga sama-sama diingat untuk diutamakan dalam menggambarkan kata
sehat, hanya saja kata-kata tersebut lebih diingat oleh responden
percaya dokter untuk diasosiasikan dengan kata sehat daripada
responden tidak percaya dokter.
Tabel 15 Definisi Sehat Pada Responden Percaya dan Tidak Percaya Dokter
No Kategori Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter N % RS
(N=16) % RP
(N=14) N % RS
(N=18) % RP
(N=16) 1 Seimbang 6 37.50 42.86 5 27.78 31.25 2 Bisa
beraktivitas 6 37.50 42.86 10 55.56 50.00 3 Bebas
Penyakit 4 25.00 28.57 0 0.00 0.00 4 Menjaga 0 0.00 0.00 2 11.11 12.50 5 Syukur 0 0.00 0.00 1 5.56 6.25
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden per kategori; N = jumlah respon yang diberikan tiap tema, jumlah responden; % RS = prosentase respon yang diberikan tiap tema; % RP = prosentase responden yang memberikan respon pada tiap tema
Berdasarkan definisi sehat yang diberikan dalam wawancara,
responden percaya dokter mendefinisikan sehat sebagai keadaan
seimbang dan bisa beraktivitas (masing-masing 37,50% respon dan
42,86% responden). Hal senada juga diberikan pada responden tidak
percaya dokter, hanya saja bisa beraktivitas (55,56% respon dan 50%
70
responden) lebih diingat untuk menggambarkan sehat daripada kondisi
seimbang (27,78% respon dan 31,25% responden). Di samping itu,
responden percaya dokter ekstrim mengingat sehat sebagai kondisi
bebas penyakit (25% respon dan 28,575 responden) daripada
responden tidak percaya dokter. Kata-kata yang diingat tersebut juga
merupakan kata-kata yang memiliki tingkat perebaran respon tinggi
pada responden.
Dengan demikian, baik responden percaya maupun tidak
percaya dokter, sama-sama mengingat sehat sebagai kondisi bisa
beraktivitas dan seimbang. Akan tetapi, responden tidak percaya
dokter lebih mengingat kondisi bisa beraktivitas daripada kondisi
seimbang untuk mendefinisikan sehat. Sementara itu, responden
percaya dokter ekstrim mengingat kondisi bebas penyakit untuk
mendefinisikan sehat daripada responden tidak percaya dokter.
Tabel 16 Menjaga Kesehatan Percaya dan Tidak Percaya Dokter
No Kategori Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter N % RS
(N=14) % RP
(N=14) N % RS
(N=17) % RP
(N=16) 1 Keteraturan 6 42.86 42.86 6 35.29 37.50 2 Keteraturan
dan suplemen 5 35.71 35.71 7 41.18 43.75
3 Kecukupan 2 14.29 14.29 1 5.88 6.25 4 Kecukupan dan
suplemen 1 7.14 7.14 2 11.76 12.50
5 Tidak ada 0 0 0 1 5.88 6.25 Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden per kategori; N = jumlah respon yang diberikan tiap tema, jumlah responden; % RS = prosentase respon yang diberikan tiap tema; % RP = prosentase responden yang memberikan respon pada tiap tema
71
Baik kelompok responden yang percaya maupun tidak percaya
dokter, memiliki cara-cara yang sama dalam menjaga kesehatan.
Kelompok responden percaya dokter lebih dominan menjaga
kesehatan dengan keteraturan (42,86% respon dan 42,86%
responden) daripada dengan keteraturan dan suplemen (35,71%
respon dan 35,71% responden). Sementara kelompok responden
yang tidak percaya dokter lebih dominan menjaga kesehatan dengan
keteraturan dan suplemen (41,18% respon dan 43,75% responden)
daripada dengan keteraturan saja (35,29% respon dan 37,50%
responden).
Hal ini menunjukkan bahwa responden yang percaya dokter
paling mengingat bagaimana cara menjaga kesehatan dengan
keteraturan pola hidup sehari-hari (makan, istirahat, dan lain-lain).
Selain itu, penyebaran respon tertinggi juga berada dalam kategori
keteraturan untuk menjaga kesehatan pada responden yang percaya
dokter. Sementara responden yang tidak percaya dokter paling
mengingat bagaimana cara menjaga kesehatan dengan keteraturan
pola hidup sehari-hari ditambah dengan suplemen. Cara menjaga
kesehatan tersebut juga memiliki tingkat penyebaran respon yang
paling tinggi pada responden tidak percaya dokter. Namun, dalam
menjaga kesehatan dengan keteraturan ini, kelompok responden
yang percaya pada dokter tidak hanya menjaga keteraturan makan,
istirahat, olahraga tetapi juga dengan berpikir positif dan berdoa.
Sementara kelompok responden yang tidak percaya pada dokter,
72
dominan hanya menjaga keteraturan makan, istirahat, olahraga, dan
minum.
b. Konsep Sakit
Analisis data untuk representasi sakit ini juga dibagi ke dalam
empat bagian, yaitu : asosiasi kata, hasil wawancara, makna, dan konsep
sehat pada responden percaya dan tidak percaya dokter. Asosiasi kata
terdiri dari kata-kata yang diasosiasikan dengan kata sehat dalam angket
terbuka. Hasil wawancara merupakan kategori-kategori respon yang telah
diberikan oleh responden. Pada bagian makna, dapat dilihat makna dari
asosiasi kata dan hasil wawancara. Bagian terakhir merupakan
perbandingan respon antara responden percaya dokter dan tidak percaya
dokter.
i. Data Konsep Sakit Menurut Asosiasi Kata
Selain diminta untuk memberikan 5 kata yang segera terlintas
dipikiran setelah mendengar kata sehat, responden juga diminta
melakukan hal yang sama untuk kata sakit. Ini merupakan tugas ke-
empat dalam angket terbuka yang diberikan kepada responden. Sama
halnya dengan kata sehat, tugas ini diberikan untuk mengetahui kata-
kata apa saja yang muncul secara spontan pada responden terkait
dengan kata sakit. Berikut adalah hasil dari asosiasi kata-kata yang
diberikan responden ketika mendengar kata sakit.
73
Tabel 17 Kata-Kata Diasosiasikan Dengan Kata Sakit
No Tema Kata Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
Respon Respon Responden Responden
(N=145) (N=30) 1
Upaya penyembuhan
periksakan, sembuhkan, diobati, konsultasi ke dokter,
43
29.66
18
60
cepat berobat, minum obat, malpraktek, makan, biaya
istirahat , minum, sembuh, mahal, nggak punya duit
dokter, obat, rumah sakit 2
Tidak bersemangat
loyo, lemas, tidak bertenaga, lesu, males, lemah,
28
19.31
16
53.33
untuk beraktivitas
tidak bersemangat, tidak nafsu makan, sulit makan
susah, tiduran, tidak bisa beraktivitas, tidak nyaman,
pekerjaan terlantar, tidak prosuktif, merepotkan orang
Lain 3
Pikiran negatif
pikiran kosong, sakit hati, pikiran gusar, stres, hati,
19
13.1
12
40
banyak angan-angan, berpikir ke arah negatif, pikiran,
mental/jiwa, depresi, putus asa
doa, sakit jiwa, rohani, pasrah 4
Badan tidak enak
jasmani, badan, kurus, sakit badan, tidak enak badan,
22
15.17
11
36.67
kecenderungan sakit-sakitan, tidak enak, badan tidak
enak, pucat, kusut, gak menarik, murung
5
Perasaan tidak
sedih, trauma, menderita, takut, kapok, bingung,
18
12.41
14
46.67
menyenangkan cemas, bosan, emosian, rewel,
mudah marah, tidak mau bergaul, merasa dirinya paling,
cenderung menyendiri, sering muram dan marah, menangis,
mati, tidak merespon 6
Penyebab sakit
darah, penyakit, gangguan, kecelakaan, virus, kotor,
11
7.59
7
23.33
tidak normal, perilaku
Berdasarkan kata-kata yang diasosiasikan dengan kata sakit,
responden paling ingat pada kata-kata yang terkait dengan upaya
penyembuhan (29,66% respon dan 60% responden), seperti :
periksakan, dokter, obat, dan lain-lain. Selain itu, kata sakit juga
diasosiasikan dengan kata-kata yang menujukkan tidak adanya
semangat untuk beraktivitas (19,31% respon dan 53,33% responden),
74
seperti : loyo, tidak bersemangat, tidak nafsu makan, dan lain-lain.
Kata-kata tersebut juga memiliki jumlah respon yang tinggi, yang
berarti tingkat persebaran responnya tinggi pada responden.
Dengan demikian, kata sakit lebih diingat untuk diasosiasikan
dengan kata-kata yang terkait dengan upaya penyembuhan, seperti :
periksakan, dokter, obat, dan lain-lain ; dan tidak bersemangat untuk
beraktivitas, seperti : loyo, tidak bersemangat, tidak nafsu makan, dan
lain-lain.
Pada tugas ke-enam dari angket terbuka yang diberikan kepada
responden, responden diminta untuk berpikir memberikan prioritas
kata mulai dari yang paling menggambarkan kata sakit berdasarkan
kata-kata yang telah diberikan. Berikut adalah hasil prioritas kata-kata
yang diasosiasikan dengan kata sakit.
75
Tabel 18 Prioritas Kata Sakit
No Tema P1 P2 P3 P4 P5 N = 30 N=30 N=30 N=28 N=28 Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % 1
Upaya penyembuhan
8
26.67
7
23.33
11
36.67
9
32.14
9
32.14
2
Tidak bersemangat untuk beraktivitas
4
13.33
9
30.00
6
20.00
6
21.43
4
14.29
3 Pikiran negatif 3 10.00 5 16.67 3 10.00 5 17.86 3 10.71 4
Perasaan tidak menyenankan
8
26.67
3
10.00
4
13.33
4
14.29
5
17.86
dan emosional
5
Tidak enak badan
5
16.67
5
16.67
6
20.00
3
10.71
4
14.29
6
Penyebab sakit
1
3.33
3
10.00
3
10.00
1
3.57
3
10.71
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; P1 = prioritas pertama; P2 = prioritas ke-dua; P3 = prioritas ke-tiga; P4 = prioritas ke-empat; P5 = prioritas ke-lima; N = jumlah respon/responden total tiap prioritas; Jml = jumlah respon/responden yang diberikan tiap tema respon; % = prosentase respon/responden yang diberikan tiap tema respon
Melihat prioritas kata-kata yang diberikan untuk
menggambarkan kata sakit, kata-kata yang terkait dengan upaya
penyembuhan ditempatkan pada prioritas pertama (26,67%), ke-tiga
(36,67%), ke-empat (32,14%), dan ke-lima (32,14%). Sementara kata-
kata yang menggambarkan tidak bersemangat untuk beraktivitas
ditempatkan pada prioritas ke-dua (30%). Kata-kata yang
menunjukkan perasaan tidak menyenangkan dan emosional juga
muncul pada prioritas pertama (26,67%) untuk menggambarkan kata
sakit.
Dengan demikian, responden lebih sering mengingat kata-kata
yang terkait dengan upaya penyembuhan untuk menggambarkan kata
76
sakit. Selain itu, responden juga mengingat kata-kata yang
menunjukkan perasaan tidak menyenangkan dan emosional serta tidak
bersemangat beraktivitas untuk diutamakan dalam menggambarkan
kata sakit.
Kata sakit, lebih banyak diasosiasikan dengan kata-kata yang
terkait dengan upaya penyembuhan, seperti : periksakan, dokter, obat
dan lain-lain. Kata-kata tersebut juga menjadi kata-kata yang paling
sering diingat untuk diutamakan dalam menggambarkan kata sakit.
Sementara itu, kata-kata yang menunjukkan tidak bersemangat dalam
beraktivitas, seperti : loyo, tidak bersemangat, tidak nafsu makan, dan
lain-lain, juga diingat untuk menggambarkan kata sehat. Kata-kata
tersebut juga diingat untuk diutamakan dalam menggambarkan kata
sakit. Di samping itu, muncul kata-kata yang menunjukkan perasaan
tidak menyenangkan dan emosional, yang diingat untuk diutamakan
dalam menggambarkan kata sakit.
ii. Data Konsep Sakit Menurut Hasil Wawancara
Wawancara yang dilakukan setelah responden mengisis angket
terbuka, juga mempertanyakan tentang definisi sakit melalui
pertanyaan, “Apa itu sakit?”. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
pemaknaan responden terhadap sakit itu sendiri. Definisi yang
diberikan oleh responden merupakan hasil refleksi terhadap
77
pemaknaan sehat itu sendiri. Berikut adalah hasil wawancara mengenai
definisi sakit.
Tabel 19 Definisi Sakit No. Kategori Jumlah Prosentase
Jumlah Respon (N=30)
Prosentase Jumlah
Responden (N=30)
1. Mengalami gangguan 4 13.33 13.33 2. Tidak semangat 4 13.33 13.33 3. Tidak bisa melakukan
aktivitas 4
13.33
13.33
4. Tidak sehat, punya penyakit
10 33.33 33.33
5. Badan tidak enak 8 26.67 26.67 6. Karunia 1 3.33 3.33 7. Pacoban dan Laknat 1 3.33 3.33
Responden dominan mendefinisikan sakit sebagai kondisi yang
tidak sehat atau punya penyakit (33,33%). Selain itu, sakit juga
didefinisikan sebagai kondisi badan yang tidak enak (26,67 %).
Jumlah respon yang sama dengan jumlah responden pada setiap
kategori, menunjukkan bahwa semakin dalam pemahaman atau ingatan
akan kata-kata yang diberikan untuk mendefinisikan sakit maka
semakin tinggi pula tingkat penyebaran kata-kata tersebut pada
responden. Dengan demikian, tidak sehat atau punya penyakit
merupakan kata yang paling diingat atau dipahami dalam
mendefinisikan sehat. Selain itu, tidak sehat atau punya penyakit ini
juga memiliki tingkat penyebaran respon yang paling tinggi pada
responden dalam mendefinisikan sakit. Di samping itu, sakit juga
didefinisikan sebagai kondisi badan yang tidak enak.
78
Setelah mendefinisikan sakit, responden diberikan pertanyaan
biasa sakit apa lalu apa yang dilakukan ketika sakit. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui cara-cara apa saja yang dilakukan oleh
responden ketika berhadapan dengan sakit. Berikut adalah hasil cara-
cara yang dilakukan responden ketika sakit.
Tabel 20 Yang Dilakukan Ketika Sakit No. Kategori Jumlah
Respon Prosentase
Jumlah Respon (N=31)
Prosentase Jumlah
Responden (N=30)
1. Diobati sendiri, tidak sembuh obat pasar atau ke dokter
4
12.90
13.33 2. Minum obat pasar, diobati
sendiri
14 45.16
46.67 3. Diobati sendiri tanpa obat
pasar
6 19.35
20.00 4. Didiamkan, tidak sembuh
diberi obat pasar
6 19.35
20.00 5. Minum obat pasar, tidak
sembuh ke dokter 1 3.23
3.33
Responden dominan akan minum obat pasar dan mengobati
dirinya sendiri (45,16 % respon dan 46,67 % responden). Obat pasar
yang dimaksudkan adalah obat yang secara bebas dijual di pasaran dan
dapat diperoleh tanpa resep dokter. Sementara mengobati diri sendiri
dilakukan dengan mengembalikan pola keteraturan makan, istirahat,
minum, dan lain-lain. Selain itu, responden juga ada yang mengobati
diri sendiri tanpa menggunakan obat pasar dan mendiamkan dulu
ketika sakit menyerang karena bisa sembuh sendiri, namun ketika tidak
sembuh-sembuh maka obat pasar akan dikonsumsi (masing-masing
19,35% respon dan 20% responden).
79
Jumlah respon yang diberikan setiap kategori sama dengan
jumlah responden yang memberikan respon pada kategori yang sama.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin dalam pemahaman atau ingatan
akan kata-kata yang diberikan untuk menggambarkan cara menjaga
kesehatan maka semakin tinggi pula tingkat penyebaran kata-kata
tersebut pada responden. Dengan demikian, apa yang paling diingat
untuk dilakukan ketika sakit adalah minum obat pasar dan melakukan
pengobatan dengan cara tersendiri. Apa yang paling diingat tersebut
juga memiliki tingkat persebaran respon yang paling tinggi. Selain itu,
ada hal yang juga diingat untuk dilakukan ketika sakit adalah
mengobati sendiri tanpa obat pasar atau mendiamkan sakitnya, setelah
dirasa tidak sembuh-sembuh diberi obat pasar.
Bagaimana cara responden dalam menghadapi sakit terkait pula
dengan dari mana responden memperoleh informasi mengenai cara
menghadapi atau mengobati sakit tersebut. Berikut adalah sumber-
sumber informasi yang dipercaya responden untuk mengobati sakit.
Tabel 21 Sumber Informasi Pengobatan No. Kategori Jumlah
Respon Prosentase
Jumlah Respon (N=53)
Prosentase Jumlah
Responden (N=30)
1. Tanpa alasan, kebiasaan 5 9.43 16.67 2. Kemasan, media, iklan 13 24.53 43.33 3. Orang lain 9 16.98 30.00 4. Cocok-cocokan 10 18.87 33.33 5. Turun-temurun 8 15.09 26.67
80
No. Kategori Jumlah Respon
Prosentase Jumlah Respon (N=53)
Prosentase Jumlah
Responden (N=30)
6. Resep dokter 6 11.32 20.00 7. Dipelajari di RS,
sekolah 2 3.77
6.67
Sumber informasi pengobatan dominan diperoleh melalui
kemasan obat pasar, media, dan iklan (24,53% respon dan 43,33%
responden). Namun, tidak cukup hanya melalui kemasan, media, dan
iklan, tetapi juga cocok tidaknya obat yang dikonsumsi atau cara yang
dipakai untuk mengobati (18,87% respon dan 33,33% responden).
Selain itu, sumber informasi lainnya adalah orang lain (16,98% respon
dan 30% responden) dan turun-temurun (15.09% respon dan 26.67%
responden). Orang lain yang dimaksud adalah pengalaman teman,
tetangga, dan lain-lain. Sementara turun-temurun berarti cara
menghadapi sakit yang diberikan telah diperkenalkan dalam keluarga
melalui orang tua dan berhasil sehingga seterusnya cara yang sama
akan dilakukan.
Jumlah respon yang diberikan setiap kategori sama dengan
jumlah responden yang memberikan respon pada kategori yang sama.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin dalam pemahaman atau ingatan
akan kata-kata yang diberikan untuk menggambarkan cara menjaga
kesehatan maka semakin tinggi pula tingkat penyebaran kata-kata
tersebut pada responden. Dengan demikian, sumber informasi yang
paling diingat oleh responden adalah kemasan, media, dan iklan,
sekaligus memiliki tingkat persebaran respon yang paling tinggi. Akan
81
tetapi, tidak hanya cukup dari media, namun cocok-tidak cocoknya
cara pengobatan yang dipakai juga akan diingat oleh responden. Selain
itu, responden juga akan mengingat pengalaman orang lain dan cara-
cara pengobatan yang telah diwariskan turun-temurun dalam keluarga
untuk melakukan pengobatan ketika sakit.
Dengan demikian, sakit didefinisikan sebagai kondisi punya
penyakit dan badan terasa tidak enak. Untuk menangani sakit yang
diderita, responden akan minum obat pasar, diobati sendiri tanpa obat
pasar, atau hanya didiamkan lalu ketika tidak sembuh baru diberi obat
pasar. Informasi mengenai penanganan sakit ini diperoleh dari
kemasan obat, cocok-cocokan terhadap obat atau cara tertentu,
pengalaman orang lain, dan diwariskan dalam keluarga.
iii. Makna Konsep Sakit Menurut Hasil Asosiasi Kata dan Hasil
Wawancara
Sama halnya dengan kata sehat, pada tugas ke-lima angket
terbuka, responden diminta untuk memberikan pengertian dari masing-
masing kata yang telah diberikan pada tugas ke-empat. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui maksud kata-kata pada tugas ke-empat
diberikan sebagai kata-kata yang menggambarkan kata sakit. Berikut
adalah makna-makna kata yang diberikan responden untuk
menggambarkan kata sakit.
82
Tabel 22 Makna Asosiasi Kata Sakit
No Tema Makna Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
Respon Respon Responden Responden 1
Upaya penyembuhan
a. Memeriksakan diri supaya tahu penyakitnya, misal ke dokter 9 20.93 6 33.33
b. Obat sebagai penawar sakit 9 20.93 9 50.00
(43 respon c. Orang sebagai penolong saat sakit 5 11.63 5 27.78
18 responden) d. Tidak dapat melakukan kegiatan 5 11.63 5 27.78
e. Perlu biaya untuk sembuh 5 11.63 5 27.78
f. Tempat orang sakit berada 4 9.30 4 22.22
g. Memasukkan sesuatu ke mulut 2 4.65 2 11.11
h. Tubuh/rohani kembali seperti awal 1 2.33 1 5.56
i. Mencegah supaya penyakit tidak menyebar 1 2.33 1 5.56
j. Penggunaan piranti di luar fungsi anjuran 1 2.33 1 5.56
k. Jadi pikiran lalu jadi pusing 1 2.33 1 5.56
2
Tidak bersemangat
a. Tidak bergairah, malas dalam beraktivitas 9 32.14 7 43.75
dalam beraktivitas
b. Tidak dapat melakukan kegiatan 7 25.00 6 37.50
(28 respon c. Nafsu makan turun 4 14.29 4 25.00
16 responden) d. Lemah, loyo, tidak bertenaga 4 14.29 3 18.75
e. Berbaring, tergeletak 2 7.14 2 12.50
f. Perlu bantuan orang lain 2 7.14 2 12.50
3
Berpikiran negatif
a. Berprasangka buruk, tidak logis 5 26.32 5 41.67
b.Terkait dengan agama 4 21.05 4 33.33
(19 respon c. Pusing akibat banyak pikiran 3 15.79 2 16.67
12 responden) d. Gila 3 15.79 2 16.67
e. Sakit yang tidak tampak 3 15.79 2 16.67
f. Ada tidaknya biaya masuk RS 1 5.26 1 8.33
4
Perasaan-perasaan tidak
a. Merasakan sakit/penderitaan 3 13.64 3 27.27
dan menyenangkan emosional
b. Perasaan tidak nyaman karena sakit, misal : cemas, bingung 7 31.82 5 45.45
c. Mudah tersinggung 3 13.64 3 27.27
(22 respon d. Menyendiri, merasa diri lain 3 13.64 2 18.18
11 responden) e. Tidak bisa melakukan apa-apa 2 9.09 2 18.18
f. Banyak keinginan 2 9.09 2 18.18
g. Tidak punya uang untuk berobat 1 4.55 1 9.09
h. Sedih karena keluarga juga akan merasakan 1 4.55 1 9.09
5
Tidak enak badan
a. Wajah pucat, murung, tidak menarik 5 27.78 5 35.71
83
No Tema Makna Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
Respon Respon Responden Responden
b. Badan mengidap suatu penyakit 4 22.22 4 28.57
(18 respon c. Cacat 2 11.11 2 14.29
14 responden) d. Organ kurang berfungsi dengan baik, kurang gizi 2 11.11 2 14.29
e. Tidak semangat beraktivitas 2 11.11 2 14.29
f. Sakit badan mudah terlihat 1 5.56 1 7.14
g. Merasakan ketidaknyamanan dalam tubuh 1 5.56 1 7.14
h. Sakit karena karunia 1 5.56 1 7.14
6 Penyebab sakit a. Sesuatu yang kotor 3 27.27 3 42.86
b. Ada rangsangan yang membuat sakit 3 27.27 2 28.57
(11 respon c. Kecerobohan, misal kecelakaan 2 18.18 2 28.57
7 responden) d. Keseimbangan guna dan fungsi organ terganggu 1 9.09 1 14.29
e. Penyebab orang sakit 1 9.09 1 14.29
f. Tindakan tidak normal dilakukan 1 9.09 1 14.29
Berdasarkan makna kata yang diberikan pada kata-kata yang
diasosiasikan dengan kata sakit, upaya penyembuhan paling diingat
untuk digambarkan dengan obat sebagai penawar sakit (20,93% respon
dan 50% responden). Sementara itu, responden lebih memaknai tidak
bersemangat dalam beraktivitas dengan tidak adanya gairah dan malas
untuk beraktivitas (32,14% respon dan 43,75% responden).
Dengan demikian, responden lebih menggambarkan sakit
dengan mengingat adanya obat sebagai penawar dan tidak adanya
gairah atau malas untuk beraktivitas.
Hasil wawancara mengenai definisi sakit juga memiliki makna
tersendiri. Berikut adalah makna-makna dari setiap kategori respon
yang diberikan oleh responden dalam mendefinisikan sakit.
84
Tabel 23 Makna Definisi Sakit
No Kategori Makna N %
1 Mengalami gangguan
a. Keadaan tidak seimbang dari kebutuhan-kebutuhan, seperti : fisik, rohani, dan lain-lain.
3 75.00
(4 respon) b. Keseimbangan terganggu ditarik ke dimensi apapun : fungsi, kegunaan.
1 25.00
2 Tidak Semangat a. Tidak bergairah melakukan aktivitas 3 75.00 (4 respon) b. Malas beraktivitas dan terasa sulit
mengerjakan sesuatu 1 25.00
3 Tidak bisa melakukan aktivitas
a. Kondisi badan dan batin yang tidak vit sehingga tidak bisa melakukan aktivitas
3 75.00
(4 respon) b. Ketidakmampuan dalam segala hal 1 25.00 4 Tidak sehat,
punya penyakit
a. Kondisi fisik dan rohani/jiwa yang menderita sakit, misal : pusing, stres
5 50.00
(10 respon) b. Kondisi fisik dan pikiran yang menderita sakit, misal : virus, banyak pikiran
4 40.00
c. Malas beraktivitas dan terasa sulit mengerjakan sesuatu.
1 10.00
5 Badan tidak enak
a. Badan terasa sakit, tidak enak, sehingga mengerjakan sesuatu menjadi malas.
3 37.50
(8 respon) b. Jasmani dan rohani tidak sehat, misal : nggak enak badan, stress.
2 25.00
c. Merasa badan tidak enak, misal : pegal, pikira terasa lain.
2 25.00
d. Hal yang paling susah : badan tidak enak, tidak enak makan. Sakit karena kecapekan.
1 12.50
6 Karunia (1 respon)
a. Sakit adalah karunia Tuhan, metabolisme tubuh terganggu
1 100.00
7 Pacoban dan laknat (1 respon)
a. Dikaitkan dengan rohani, orang tidak baik diberi sehat, orang baik justru diberi sakit
1 100.00
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; N = jumlah respon/responden; % = prosentase jumlah respon/responden dari jumlah respon/responden setiap kategori
Hasil wawancara mengenai definisi sakit, menunjukkan bahwa
sakit paling diingat untuk didefinisikan sebagai kondisi fisik dan
rohani/mental yang menderita sakit, misalnya : pusing, stres (50%).
Selain itu, badan yang tidak enak memiliki makna yang paling diingat
sebagai kondisi badan yang terasa sakit sehingga malas dalam
mengerjakan sesuatu (37,50%).
85
Dengan demikian, sakit didefinisikan sebagai kondisi fisik dan
rohani/mental yang menderita sakit sehingga badan terasa sakit.
Akibatnya, timbul rasa malas untuk mengerjakan aktivitas.
Melihat makna kata yang diberikan pada kata-kata yang
diasosiasikan dengan kata sakit dan makna dari definisi sakit pada
hasil wawancara, sakit sama-sama digambarkan sebagai kondisi malas
dalam beraktivitas. Pada hasil wawancara, kondisi malas ini
diakibatkan oleh badan terasa sakit karena ada penyakit pada fisik dan
rohani/mental. Sementara itu, makna pada asosiasi kata lebih
menggambarkan adanya upaya penyembuhan yang akan dilakukan
untuk menangani sakit, yaitu obat sebagai penawar. Hal senada juga
diungkap dalam hasil wawancara dimana responden lebih banyak
mengkonsumsi obat pasar untuk menangani sakit. Selain minum obat
pasar, responden juga akan melakukan pengobatan dengan caranya
sendiri atau hanya didiamkan saja. Informasi pengobatan diperoleh
dari kemasan obat pasar, media, iklan, cocok-cocokan, pengalaman
orang lain, dan cara atau obat tertentu yang diwariskan dalam keluarga.
iv. Konsep Sakit Menurut Responden Percaya dan Tidak Percaya
Dokter
Konsep sakit yang dimiliki responden juga dilihat melalui
kelompok responden yang percaya dokter dan kelompok responden
yang tidak percaya dokter. Berikut adalah hasil perbandingan antara
86
kelompok percaya dan tidak percaya dokter mengenai asosiasi kata
dan wawancara dalam menggambarkan sakit.
Tabel 24 Perbedaan Asosiasi Kata Sakit Pada Responden Percaya dan Tidak Percaya Dokter
No Tema Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter N
RS % RS
(N=70) N RP
% RP (N=14)
N RS
% RS (N=75)
N RP
% RP (N=16)
1 Upaya penyembuhan 20 28.57 7 50.00 22 29.33 10 62.50
2 Tidak bersemangat dalam beraktivitas 12 17.14 6 42.86 17 22.67 9 56.25
3 Pikiran negatif 7 10.00 5 35.71 12 16.00 6 37.50 4 Badan tidak
enak 17 24.29 9 64.29 8 10.67 6 37.50 5 Perasaan tidak
menyenangkan dan emosional 8 11.43 6 42.86 10 13.33 8 50.00
Catatan. N RS = Jumlah respon yang diberikan tiap tema; % RS = Prosentase respon yang diberikan tiap teman; N RP = Jumlah responden yang memberikan respon pada tiap tema; % RP = Prosentase responden yang memberikan respon pada tiap tema
Responden percaya dokter, lebih mengingat kata-kata yang
menggambarkan badan tidak enak (24,49% respon dan 64,29%
responden) untuk diasosasikan dengan kata sakit. Selain itu, kata-kata
yang berhubungan dengan upaya penyembuhan (28,57% respon dan
50% responden) juga diingat untuk diasosiasikan dengan kata sakit.
Responden tidak percaya dokter lebih mengingat kata-kata
yang terkait dengan upaya penyembuhan (29,33% respon dan 62,50%
responden) dalam menggambarkan kata sakit. Selain itu, responden
tidak percaya dokter juga mengingat kata-kata yang menunjukkan
tidak bersemangat dalam beraktivitas (22,67% respon dan 56,25%
responden).
87
Dengan demikian, baik responden percaya dan tidak percaya
dokter, sama-sama mengingat hal-hal yang terkait dengan upaya
penyembuhan untuk menggambarkan kata sakit. Akan tetapi,
responden percaya dokter lebih menggambarkan kata sakit dengan
kata-kata yang menunjukkan kondisi badan tidak enak daripada upaya
penyembuhan. Sementara itu, responden tidak percaya dokter lebih
menggambarkan kata sakit dengan kata-kata tidak bersemangat dalam
beraktivitas daripada responden yang percaya dokter.
Tabel 25 Prioritas Asosiasi Kata Sakit Pada Responden Percaya Dokter
No Tema P1 P2 P3 P4 P5 N = 14 N=14 N=14 N=14 N=14 Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % 1 Upaya
penyembuhan 4 28.57 4 28.57 6 42.86 3 21.43 4 28.57 2 Tidak
bersemangat untuk beraktivitas 2 14.29 5 35.71 2 14.29 2 14.29 1 7.14
3 Pikiran negatif 1 7.14 1 7.14 0 0.00 3 21.43 1 7.14 4 Badan tidak
enak 4 28.57 2 14.29 3 21.43 3 21.43 5 35.71 5 Perasaan tidak
menyenangkan dan emosional 3 21.43 1 7.14 1 7.14 2 14.29 2 14.29
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; P1 = prioritas pertama; P2 = prioritas ke-dua; P3 = prioritas ke-tiga; P4 = prioritas ke-empat; P5 = prioritas ke-lima; N = jumlah respon/responden total tiap prioritas; Jml = jumlah respon/responden yang diberikan tiap tema respon; % = prosentase respon/responden yang diberikan tiap tema respon
Responden percaya dokter, menempatkan kata-kata yang
berhubungan dengan upaya penyembuhan pada prioritas pertama
(28,57%), ke-tiga (42,86%), dan ke-empat (21,43%). Sementara itu,
kata-kata yang menunjukkan kondisi badan tidak enak ditempatkan
88
pad prioritas pertama (28,57%), ke-empat (21,43%), dan ke-lima
(35,71%). Kata-kata lain yang muncul untuk diutamakan dalam
menggambarkan kata sakit adalah tidak bersemangat untuk
beraktivitas pada prioritas ke-dua (35,71%) dan pikiran negatif pada
prioritas ke-empat (21,43%).
Dengan demikian, responden percaya dokter paling sering
mengingat kata-kata yang berhubungan dengan upaya penyembuhan
dan kondisi badan tidak enak untuk diutamakan dalam
menggambarkan kata sakit. Sementara itu, kata-kata lain yang juga
diingat adalah tidak bersemangat untuk beraktivitas dan berpikir
positif.
Tabel 26 Prioritas Asosiasi Kata Sakit Pada Responden Tidak Percaya Dokter
No Tema P1 P2 P3 P4 P5 N = 14 N=14 N=14 N=14 N=14 Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % 1 Upaya
penyembuhan 4 25.00 3 18.75 5 31.25 5 35.71 5 35.71 2 Tidak
bersemangat untuk beraktivitas 4 25.00 4 25.00 4 25.00 4 28.57 3 21.43
3 Pikiran negatif 2 12.50 3 18.75 3 18.75 2 14.29 2 14.29 4 Badan tidak
enak 3 18.75 1 6.25 2 12.50 1 7.14 1 7.14 5 Perasaan tidak
menyenangkan dan emosional 3 18.75 3 18.75 2 12.50 1 7.14 2 14.29
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; P1 = prioritas pertama; P2 = prioritas ke-dua; P3 = prioritas ke-tiga; P4 = prioritas ke-empat; P5 = prioritas ke-lima; N = jumlah respon/responden total tiap prioritas; Jml = jumlah respon/responden yang diberikan tiap tema respon; % = prosentase respon/responden yang diberikan tiap tema respon
89
Responden tidak percaya dokter, menempatkan kata-kata yang
berhubungan dengan upaya penyembuhan pada prioritas pertama
(25%), ke-tiga (31,25%), ke-empat (35,71%), dan ke-lima (35,71%).
Selain itu, kata-kata yang menunjukkan tidak bersemangat untuk
beraktivitas ditempatkan pada prioritas pertama (25%) dan ke-dua
(25%).
Dengan demikian, responden tidak percaya dokter lebih sering
mengingat kata-kata yang berhubungan dengan upaya penyembuhan
untuk diutamakan dalam menggambarkan kata sakit. Selain itu, tidak
bersemangat dalam beraktivitas juga akan diingat untuk diutamakan
dalam menggambarkan kata sakit.
Responden percaya dan tidak percaya dokter sama-sama lebih
sering mengingat kata-kata yang terkait dengan upaya penyembuhan
untuk diutamakan dalam menggambarkan kata sakit. Akan tetapi,
responden yang tidak percaya dokter lebih mengingat kata-kata yang
terkait dengan kondisi badan tidak enak untuk diutamakan dalam
menggambarkan kata sakit daripada responden yang tidak percaya
dokter. Sementara responden yang percaya dokter lebih sering
mengingat kata-kata yang menunjukkan tidak bersemangat dalam
beraktivitasuntuk diutamakan dalam menggambarkan kata sakit
daripada responden percaya dokter. Selain itu, responden percaya
dokter juga lebih mengingat adanya pikiran-pikiran negatid untuk
diutamakan dalam menggambarkan kata sakit.
90
Prioritas kata yang diberikan responden senada dengan kata-
kata yang diasosiasikan dalam menggambarkan kata sakit. Responden
percaya dokter lebih mengingat kata-kata yang terkait dengan kondisi
badan tidak enak dan upaya penyembuhan untuk menggambarkan kata
sakit. Hal senada juga tampak pada prioritas kata-kata yang paling
sering diingat responden percaya dokter untuk diutamakan dalam
menggambarkan kata sakit, yaitu : badan tidak enak dan upaya
penyembuhan. Akan tetapi, responden percaya dokter juga mengingat
kata-kata yang berhubungan dengan tidak bersemangat dalam
beraktivitas dan berpikir negatif untuk diutamakan dalam
menggambarkan kata sakit. Di sisi lain, responden tidak percaya
dokter lebih mengingat kata-kata yang berkaitan dengan upaya
penyembuhan dan tidak bersemangat dalam beraktivitas untuk
menggambarkan kata sakit. Hal yang sama juga dijumpai pada
prioritas kata yang diberikan oleh responden tidak percaya dokter
dalam menggambarkan kata sakit, yaitu : upaya penyembuhan dan
tidak bersemangat dalam beraktivitas.
91
Tabel 27 Definisi Sakit Pada Responden Percaya dan Tidak Percaya Dokter
No Kategori Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter N % RS
(N=14) % RP
(N=14) N % RS
(N=16) % RP
(N=16) 1 Mengalami
gangguan 3 21.43 21.43
1 6.25 6.25
2 Tidak semangat 2 14.29 14.29 2 12.50 12.50 3 Tidak bisa
melakukan aktivitas
1 7.14
7.14
3 18.75
18.75
4 Tidak sehat,
punya penyakit
5 35.71 35.71 5 31.25 31.25
5 Badan tidak sehat
2 14.29 14.29
6 37.50 37.50
6 Karunia 1 7.14 7.14 0 0.00 0.00 7 Pacoban dan
laknat 0
0.00 0.00 1 6.25 6.25
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden per kategori; N = jumlah respon yang diberikan tiap tema, jumlah responden; % RS = prosentase respon yang diberikan tiap tema; % RP = prosentase responden yang memberikan respon pada tiap tema
Berdasarkan hasil wawancara mengenai definisi sakit,
kelompok responden percaya dokter dominan mendefinisikan sakit
sebagai keadaan yang tidak sehat atau punya penyakit (35,71%).
Sementara kelompok responden tidak percaya dokter lebih dominan
mendefinisikan sakit sebagai kondisi badan tidak sehat (37,50 %).
Jumlah respon yang sama dengan jumlah responden per
kategori menunjukkan bahwa semakin mendalam respon tersebut
dipahami oleh responden maka semakin tinggi pula tingkat
persebaran respon tersebut dalam kategori termaksud. Kelompok
responden percaya dokter paling memahami sakit sebagai kondisi
yang tidak sehat atau punya penyakit. Kondisi tidak sehat ini
sekaligus memiliki tingkat persebaran respon yang paling tinggi.
Keadaan yang tidak sehat atau punya penyakit berarti kondisi fisik
92
dan rohani/jiwa yang menderita sakit. Sementara kelompok
responden yang tidak percaya dokter paling memahami sakit sebagai
kondisi badan yang tidak sehat, sekaligus memiliki tingkat
persebaran respon yang paling tinggi pada responden yang tidak
percaya dokter. Badan tidak sehat berarti kondisi badan yang tidak
enak sehingga malas untuk beraktivitas.
Tabel 28 Yang Dilakukan Ketika Sakit Pada Responden Percaya dan Tidak Percaya Dokter
No Kategori Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter N % RS
(N=15) % RP
(N=14) N % RS
(N=16) % RP
(N=16) 1. Diobati
sendiri, tidak sembuh obat pasar atau ke dokter
3 20.00 21.43 4 25.00 25.00
2. Minum obat pasar, diobati sendiri
9 60.00 64.29 5 31.25 31.25
3. Diobati sendiri tanpa obat pasar
1 6.67 7.14 5 31.25 31.25
4. Didiamkan, tidak sembuh diberi obat warung
2 13.33 14.29 2 6.25 6.25
5. Minum obat pasar, tidak sembuh ke dokter
0 0.00 0.00 1 6.25 6.25
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden per kategori; N = jumlah respon yang diberikan tiap tema, jumlah responden; % RS = prosentase respon yang diberikan tiap tema; % RP = prosentase responden yang memberikan respon pada tiap tema
Kelompok responden yang percaya pada dokter akan langsung
mengkonsumsi obat pasar ketika mereka sakit, namun pengobatan
oleh diri sendiri juga dilakukan (60% respon dan 64,29%
93
responden). Hal yang sama juga dilakukan oleh kelompok responden
tidak percaya dokter (31,25%). Akan tetapi, selain langsung
mengkonsumsi obat warung dan mengobati diri sendiri, ada pula
responden yang hanya akan mengobati dirinya sendiri tanpa obat
pasar (31,25%).
Jumlah respon yang sama dengan jumlah responden per
kategori menunjukkan bahwa semakin mendalam respon tersebut
dipahami oleh responden maka semakin tinggi pula tingkat
persebaran respon tersebut dalam kategori termaksud. Kelompok
responden percaya dokter lebih ingat untuk mengkonsumsi obat
pasar dan juga melakukan pengobatan sendiri ketika sakit. Kategori
ini juga memiliki tingkat persebaran respon yang paling tinggi.
Sementara kelompok responden yang tidak percaya dokter lebih
ingat, selain mengkonsumsi obat pasar dan melakukan pengobatan
sendiri, juga akan mengobati sendiri tanpa obat pasar. Apa yang
dilakukan responden tidak percaya dokter tersebut juga memiliki
tingkat persebaran respon yang paling tinggi.
Dengan demikian, cara yang ditempuh oleh kelompok
responden percaya dan tidak percaya dokter adalah sama-sama akan
mengkonsumsi obat yang dijual bebas di pasaran dan mengobati
dengan caranya sendiri (makan, istirahat, minum). Di sisi lain,
kelompok responden yang tidak percaya dokter juga memiliki cara
lain yang banyak ditempuh, yaitu dengan tidak menggunakan obat
pasar sama sekali. Jadi, mereka akan mengobati dirinya sendiri,
94
misalnya makan banyak, istirahat banyak, minum air putih yang
banyak. Akan tetapi, baik kelompok responden yang percaya
maupun tidak percaya dokter sama-sama tidak langsung pergi ke
dokter ketika mereka sakit.
Tabel 29 Sumber Informasi Pengobatan Pada Responden Percaya dan Tidak Percaya Dokter
No Kategori Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter N % RS
(N=24) % RP
(N=14) N % RS
(N=29) % RP
(N=16) 1. Tanpa alasan,
kebiasaan 0 0.00 0.00 5 17.24 31.25 2. Kemasan,
media, iklan 6 25.00 42.86 7 24.14 43.75 3. Orang lain 4 16.67 28.57 5 17.24 31.25 4. Cocok-
cocokan 5 20.83 35.71 5 17.24 31.25 5. Turun-
temurun 4 16.67 28.57 4 13.79 25.00 6. Resep dokter 3 12.50 21.43 3 10.34 18.75 7. Dipelajari di
RS, sekolah 2 8.33 14.29 0 0.00 0.00 Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden per kategori; N = jumlah respon yang diberikan tiap tema, jumlah responden; % RS = prosentase respon yang diberikan tiap tema; % RP = prosentase responden yang memberikan respon pada tiap tema
Responden percaya dokter memperoleh informasi lebih banyak
dari kemasan, media, dan iklan (25% respon dan 42,86% responden).
Selain itu, informasi mengenai penanganan sakit juga diperoleh
karena cocok dengan obat atau cara tertentu lalu dijadikan kebiasaan
(20,83% respon dan 35,71% responden). Kata-kata tersebut selain
lebih diingat juga memiliki tingkat persebaran respon yang lebih
tinggi daripada respon yang lain pada responden percaya dokter.
95
Responden tidak percaya dokter juga lebih banyak memperoleh
informasi dari kemasan, media, dan iklan (24,14% respon dan
43,75% responden). Namun, responden tidak percaya dokter juga
memperoleh informasi penanganan sakit dari orang lain, cocok-
cocokan, dan kebiasaan (masing-masing 17,24% respon dan 31,25%
responden). Kata-kata tersebut selain lebih diingat juga memiliki
tingkat persebaran respon yang lebih tinggi daripada respon yang
lain pada responden tidak percaya dokter.
Dengan demikian, responden percaya dan tidak percaya dokter
sama-sama lebih banyak memperoleh informasi dari kemasan, iklan,
atau media. Selain itu, informasi juga sama-sama diperoleh karena
cocok-cocokan terhadap obat atau cara penanganan tertentu. Akan
tetapi, tidak hanya itu, responden tidak percaya dokter juga
memperoleh informasi melalui orang lain dan obat atau cara tertentu
sudah dijadikan kebiasaan untuk menangani sakit.
B. PEMBAHASAN REPRESENTASI SOSIAL KONSEP SEHAT DAN
SAKIT
1. Representasi Sosial Konsep Sehat
Berdasarkan hasil asosiasi kata dan hasil wawancara, maka
sehat sama-sama diartikan sebagai semangat dalam beraktivitas. Hasil
asosiasi kata menunjukkan bahwa sehat berarti memiliki wajah yang
ceria, senyum, senang dan tidak malas dalam melakukan aktivitas.
Oleh karena itu, upaya yang akan dilakukan untuk menjaga kesehatan
96
adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti : olahraga, makan
teratur, menjaga kebersihan, dan lain-lain. Hal senada juga diberikan
responden dalam mendefinisikan sehat pada hasil wawancara. Sehat
didefinisikan sebagai dilakukannya aktivitas dengan semangat dan
didukung oleh keadaan seimbang antara tubuh, jiwa, pikiran, dan
rohani yang sehat semua. Sementara untuk menjaga kesehatan,
responden akan memperhatikan keteraturan dari pola makan, istirahat,
olahraga, berpikir positif, berdoa, atau juga ditambah dengan
mengkonsumsi suplemen hanya pada saat badan terasa tidak enak.
Dengan demikian, sehat direpresentasikan sebagai
menyenangkan, semangat beraktivitas, dan menjaga kesehatan. Sehat
berarti dapat dilakukannya aktivitas dengan semangat yang didukung
oleh kondisi seimbang antara fisik dan non-fisiknya, misalnya : tubuh
dan pikiran sama-sama dalam keadaan baik, tidak menderita sakit.
Konsep sehat ini menunjukkan bahwa responden masih berbicara
tentang harmonisasi antara jiwa dan raga (Magnis-Suseno, 2001; Paul
Stange, 1998; Sciortino, 1992; de Jong, 1976), sebagaimana konsep
sehat tersebut tumbuh di dalam kultur Jawa. Harmonisasi ini
merupakan objek yang familiar dan telah ada di dalam kultur Jawa
untuk merepresentasikan kondisi sehat. Akan tetapi, harmonisasi yang
dicapai bukan lagi harmonisasi antara individu dengan lingkungan atau
roh, melainkan harmonisasi kondisi tubuh dengan non-tubuh lain,
seperti kondisi mental. Sementara penggambaran kondisi tubuh dan
mental ataupun pikiran dalam menggambarkan konsep sehat, justru
97
dibicarakan oleh dualisme modern. Dualisme modern merupakan
pengetahuan yang telah ada sebelumnya di Barat (modern) tentang
kesehatan. Dualisme modern mengenal pemisahan antara jiwa dan
raga (Wozniak, 1995).
Harmonisasi dan dualisme modern merupakan pengetahuan
yang telah ada sebelumnya, terkait dengan sehat. Pengetahuan tentang
sehat pada masyarakat Jawa saat ini merupakan perpaduan antara
harmonisasi Jawa dengan konsep dualisme modern. Inilah yang
dinamakan proses anchoring, di mana sehat digambarkan sebagai
kondisi yang harmonis antara fisik dan non-fisik, yang merupakan
perpaduan antara harmonisasi Jawa dan konsep dualisme modern
sebagai pengetahuan tentang sehat yang telah ada sebelumnya.
Sehat, sebagai konsep yang abstrak, direpresentasikan ke dalam
bentuk yang lebih konkrit sebagai bisa beraktivitas. Dalam menjaga
kesehatan, sehat direpresentasikan sebagai keteraturan makan, minum,
istirahat, olahraga, dan suplemen. Terdapat istilah Jawa yang
menyebutkan bahwa orang sehat adalah orang yang bergas (segar,
tegap, sigap bertindak) (de Jong, 1976). Suplemen, dikonsumsi oleh
responden, merupakan bentuk baru dari jamu (ramuan herbal) yang
telah lama digunakan oleh masyarakat Jawa untuk menjaga kesehatan
(Woodward dalam Boomgaard et al., 1996). Sehat direpresentasikan
ke dalam bentuk yang lebih konkrit, yaitu : bisa beraktivitas,
keteraturan makan, minum, istirahat, olahraga, dan suplemen.
98
Bentuk representasi sehat yang lebih konkrit tersebut
merupakan proses objectivication. Istilah-istilah Jawa yang telah
dikenal sebelumnya, seperti bergas (segar, tegap, sigap bertindak) dan
jamu (ramuan herbal), merupakan gambaran kondisi sehat dari
pengetahuan yang telah ada sebelumnya di dalam kultur Jawa. Oleh
karena itu, bergas (segar, tegap, sigap bertindak) dan jamu (ramuan
herbal) merupakan anchoring dari bentuk konkrit bisa beraktvitas dan
suplemen.
2. Representasi Konsep Sakit
Melihat makna kata yang diberikan pada kata-kata yang
diasosiasikan dengan kata sakit dan makna dari definisi sakit pada
hasil wawancara, sakit sama-sama digambarkan sebagai kondisi malas
dalam beraktivitas. Pada hasil wawancara, kondisi malas ini
diakibatkan oleh badan terasa sakit karena ada penyakit pada fisik dan
rohani/mental. Sementara itu, makna pada asosiasi kata lebih
menggambarkan adanya upaya penyembuhan yang akan dilakukan
untuk menangani sakit, yaitu obat sebagai penawar. Hal senada juga
diungkap dalam hasil wawancara dimana responden lebih banyak
mengkonsumsi obat pasar untuk menangani sakit. Selain minum obat
pasar, responden juga akan melakukan pengobatan dengan caranya
sendiri atau hanya didiamkan saja. Informasi pengobatan diperoleh
dari kemasan obat pasar, media, iklan, cocok-cocokan, pengalaman
orang lain, dan cara atau obat tertentu yang diwariskan dalam keluarga.
99
Dengan demikian, sakit direpresentasikan sebagai kondisi tidak
semangat beraktivitas dan perlu penyembuhan. Sakit berarti kondisi
fisik dan mental yang sakit sehingga timbul rasa malas untuk
berakivitas. Kondisi fisik dan mental yang sakit dapat mempengaruhi
satu sama lain, misalnya : sakit pusing karena terlalu banyak pikiran.
Konsep sakit yang dimiliki oleh responden ini sama dengan konsep
dualisme modern yang diperkenalkan oleh William James (dalam
Wozniak, 1995). Dualisme William James menyebutkan bahwa antara
jiwa dan raga memang terpisah, namun dihubungkan oleh perasaan
sehingga keduanya memiliki hubungan kausal (dalam Wozniak, 1995).
Kondisi sakit ini merupakan kondisi yang memerlukan penyembuhan
atau pemulihan ke kondisi sehat. Oleh karena itu, responden akan
mencari penyembuhan ketika berada dalam kondisi sakit.
Konsep dualisme modern merupakan pegetahuan yang telah
ada sebelumnya, berasal dari Barat (modern), untuk menggambarkan
kondisi kesehatan. Representasi tentang sakit yang dimiliki oleh orang
Jawa merupakan gambaran kondisi dualisme modern, yaitu ada
hubungan kausal antara fisik dan non-fisik. Dengan demikian, konsep
dualisme modern merupakan anchoring dari representasi orang Jawa
tentang sakit.
Sakit, sebagai konsep yang abstrak, direpresentasikan ke dalam
bentuk yang lebih konkrit sebagai tidak bersemangat untuk
beraktivitas. Melihat pemaknaan yang telah ada, sakit berarti tidak
bergas (tidak segar, tidak tegap, tidak sigap bertindak). Selain itu, sakit
100
juga direpresentasikan sebagai penyembuhan. Responden akan
mencari upaya penyembuhan. Kata yang paling banyak diberikan oleh
responden dalam upaya penyembuhan adalah dokter. Hal ini terkait
dengan familiarnya dokter untuk dikaitkan dengan sakit, karena dokter
dikenal sebagai profesi yang mempelajari penyakit.
Sementara itu, ketika sakit responden akan mengkonsumsi obat
pasar, diobati dengan caranya sendiri, seperti : pijat, atau didiamkan.
Responden memperoleh informasi cara menangani sakit tersebut dari
kemasan obat, cocok-cocokan, pengalaman orang lain, dan turun-
temurun digunakan. Sakit direpresentasikan ke dalam bentuk yang
lebih familiar sebagai tidak bersemangat untuk beraktvitas, obat pasar,
dan penyembuhan.
Tidak bersemangat untuk beraktivitas dan penyembuhan
merupakan bentuk konkrit dari konsep sakit. Penyembuhan lebih
dikonkritkan lagi dengan cara mengkonsumsi obat pasar atau diobati
dengan caranya sendiri. Hal ini merupakan proses objectivication.
Sementara itu, ora bergas (tidak segar, tidak tegap, tidak sigap
bertindak), familiarnya dokter sebagai orang yang menyembuhkan
penyakit, serta sumber informasi pengobatan merupakan pengetahuan
yang telah ada sebelumnya pada masyarakat Jawa terkait dengan sakit.
Dengan demikian, pengetahuan yang telah ada sebelumnya pada
masyarakat Jawa tersebut merupakan anchoring dari representasi
konsep sakit.
101
3. Representasi Sosial Konsep Sehat dan Sakit Pada Responden
Percaya Dokter
a. Representasi Sosial Konsep Sehat
Responden percaya dokter, mengingat hal-hal yang
menyenangkan dan semangat beraktivitas dalam menggambarkan
kata sehat. Berdasarkan hasil wawancara, responden percaya
dokter mengingat sehat sebagai kondisi bisa beraktivitas dan
seimbang. Selain itu, responden percaya dokter ekstrim mengingat
kondisi bebas penyakit untuk mendefinisikan sehat daripada
responden tidak percaya dokter. Sementara untuk menjaga
kesehatan, responden yang percaya dokter paling mengingat
bagaimana cara menjaga kesehatan dengan keteraturan pola hidup
sehari-hari (makan, istirahat, dan lain-lain).
Responden percaya dokter ekstrim merepresentasikan sehat
sebagai kondisi bebas penyakit. Kondisi bebas penyakit berarti
fisik dan mental tidak menderita sakit. Hal ini terkait pula dengan
kepercayaan responden terhadap dokter bahwa dokter adalah ahli
yang mempelajari penyakit (ada penyakit). Oleh karena mereka
memperoleh sehat ketika pergi ke dokter maka sehat lebih
direpresentasikan sebagai kondisi bebas penyakit. Dengan
demikian, kondisi bebas penyakit merupakan bentuk konkrit dari
representasi responden percaya dokter tentang sehat
(objectivication). Sementara pengetahuan tentang familiarnya
dokter sebagai ahli yang mempelajari penyakit merupakan
102
pengetahuan yang telah ada pada masyarakat. Oleh karena itu,
familiarnya dokter ini merupakan anchoring dari bentuk
konkritisasi sakit sebagai kondisi bebas penyakit.
Selain itu, rata-rata pendapatan per-bulan responden percaya
dokter lebih tinggi daripada responden tidak percaya dokter
sehingga responden percaya dokter lebih untuk tidak
mengkonsumsi suplemen maupun mengupayakan hal lain untuk
memperoleh kesehatan. Responden percaya dokter tidak
mengalami kendala keuangan untuk pergi ke dokter jika ingin
memperoleh kesehatan.
Sekalipun demikian, responden percaya dokter juga
merepresentasikan sehat sebagai kondisi semangat beraktivitas
karena kondisi yang seimbang dari fisik dan mental. Konsep sehat
ini menunjukkan bahwa responden masih berbicara tentang
harmonisasi antara jiwa dan raga (Magnis-Suseno, 2001; Paul
Stange, 1998; Sciortino, 1992; de Jong, 1976), sebagaimana
konsep sehat tersebut tumbuh di dalam kultur Jawa. Sementara
penggambaran kondisi tubuh dan mental ataupun pikiran dalam
menggambarkan konsep sehat, justru dibicarakan oleh dualisme
modern (Wozniak, 1995). Harmonisasi dan dualisme modern
merupakan pengetahuan yang telah ada sebelumnya, terkait dengan
sehat. Inilah yang dinamakan proses anchoring, di mana sehat
digambarkan sebagai kondisi yang harmonis antara fisik dan non-
fisik, yang merupakan perpaduan antara harmonisasi Jawa dan
103
konsep dualisme modern sebagai pengetahuan tentang sehat yang
telah ada sebelumnya.
b. Representasi Sosial Konsep Sakit
Responden percaya dokter lebih mengingat kata-kata yang
terkait dengan kondisi badan tidak enak dan upaya penyembuhan
untuk menggambarkan kata sakit. Menurut hasil wawancara,
responden percaya dokter paling memahami sakit sebagai kondisi
yang tidak sehat atau punya penyakit. Keadaan yang tidak sehat
atau punya penyakit berarti kondisi fisik dan rohani/jiwa yang
menderita sakit.
Hasil wawancara yang lain menunjukkan bahwa cara yang
ditempuh oleh responden percaya dokter dalam menangani sakit
adalah mengkonsumsi obat yang dijual bebas di pasaran dan
mengobati dengan caranya sendiri (makan, istirahat, minum).
Dikonsumsinya obat pasar untuk menangani sakit didukung oleh
sumber informasi yang paling banyak diperoleh, yaitu melalui
kemasan, iklan, atau media. Selain itu, informasi juga diperoleh
karena cocok-cocokan terhadap obat atau cara penanganan tertentu.
Responden yang percaya dokter, lebih merepresentasikan
sakit sebagai tidak sehat. Sakit berarti fisik dan jiwa sedang
menderita sakit. Hal ini terkait dengan kepercayaan responden
terhadap dokter bahwa dokter adalah ahli yang mempelajari
penyakit (ada penyakit). Oleh karena itu, responden percaya dokter
104
lebih merepresentasikan sakit sebagai kondisi ada penyakit.
Kondisi sakit merupakan kondisi yang memerlukan penyembuhan
atau pemulihan ke kondisi sehat. Sakit direpresentasikan pula
sebagai penyembuhan. Penyembuhan ini diusahakan untuk
mengembalikan kondisi sakit ke kondisi sehat. Upaya
penyembuhan yang ditempuh adalah mengkonsumsi obat pasar.
Informasi ini diperoleh dari kemasan obat dan cocok-cocokan.
Kondisi tidak sehat merupakan bentuk konkrit dari konsep
sakit pada responden yang tidak percaya dokter. Selain itu, konsep
sakit juga diubah menjadi bentuk yang lebih konkrit sebagai
penyembuhan, yaitu mengkonsumsi obat pasar. Hal ini merupakan
proses objectivication dari representasi tentang sakit pada
responden tidak percaya dokter. Familiarnya dokter dapat
menyembuhkan penyakit serta kemasan obat dan pengalaman
cocok/tidaknya obat tertentu dapat mengobati sakit, merupakan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya oleh responden
percaya dokter tentang sakit. Pengetahuan tersebut merupakan
anchoring dari representasi responden percaya dokter tentang sakit.
Responden percaya dokter lebih menggambarkan sakit dan
sehat terkait dengan ada/tidaknya penyakit. Hal ini menunjukkan
bahwa dokter hanya mengobati penyakit. Penyakit ini berada pada
area fisik. Oleh karena itu, dokter hanya menangani penyakit fisik.
105
4. Representasi Sosial Konsep Sehat dan Sakit Pada Responden
Tidak Percaya Dokter
a. Representasi Sosial Konsep Sehat
Upaya memperoleh kesehatan lebih diingat untuk diutamakan
dalam menggambarkan kata sehat oleh responden tidak percaya
dokter. Selain itu, responden tidak percaya dokter juga mengingat
hal-hal yang menyenangkan dan semangat untuk berakivitas dalam
menggambarkan kata sehat. Hal-hal yang menyenangkan ini juga
diingat untuk diutamakan dalam menggambarkan kata sehat.
Berdasarkan hasil wawancara, sehat direpresentasikan sebagai
kondisi bisa beraktivitas dan seimbang.
Sementara untuk menjaga kesehatan, responden yang tidak
percaya dokter paling mengingat bagaimana cara menjaga
kesehatan dengan keteraturan pola hidup sehari-hari (makan,
minum, istirahat, olahraga) ditambah dengan suplemen. Suplemen
dikonsumsi hanya ketika badan terasa tidak enak.
Upaya memperoleh kesehatan lebih direpresentasikan oleh
responden tidak percaya dokter. Hal ini dimungkinkan karena
responden tidak percaya dokter tidak memiliki ahli yang dipercaya
atau bahkan memiliki ahli lain untuk dipercaya dalam
mengusahakan kondisi sehat. Oleh karena itu, responden tidak
percaya dokter lebih memperhatikan upaya apa saja yang akan
dilakukan untuk menjaga kesehatan. Selain itu, responden tidak
percaya dokter memilih alternatif lain untuk memperoleh
106
kesehatan karena mereka tidak memiliki cukup beaya jika pergi ke
dokter. Hal ini dapat dilihat dari data demografi responden tidak
percaya dokter, mereka memiliki rata-rata pendapatan per bulan
yang lebih rendah daripada responden percaya dokter. Salah satu
cara menjaga kesehatan yang dilakukan responden tidak percaya
dokter adalah mengkonsumsi suplemen. Suplemen ini merupakan
bentuk yang lebih familiar dari jamu (ramuan herbal) yang telah
lama digunakan oleh masyarakat Jawa untuk menjaga kesehatan
(Woodward dalam Boomgaard et al., 1996). Dengan demikian,
suplemen merupakan bentuk konkrit dari representasi konsep sehat
pada responden tidak percaya dokter (objectivication). Sementara
itu, jamu merupakan anchoring dari bentuk suplemen tersebut.
Sekalipun demikian, responden tidak percaya dokter juga
merepresentasikan sehat sebagai kondisi semangat beraktivitas
karena kondisi yang seimbang dari fisik dan mental. Konsep sehat
ini menunjukkan bahwa responden masih berbicara tentang
harmonisasi antara jiwa dan raga (Magnis-Suseno, 2001; Paul
Stange, 1998; Sciortino, 1992; de Jong, 1976), sebagaimana
konsep sehat tersebut tumbuh di dalam kultur Jawa. Sementara
penggambaran kondisi tubuh dan mental ataupun pikiran dalam
menggambarkan konsep sehat, justru dibicarakan oleh dualisme
modern (Wozniak, 1995). Harmonisasi dan dualisme modern
merupakan pengetahuan yang telah ada sebelumnya, terkait dengan
sehat. Inilah yang dinamakan proses anchoring, di mana sehat
107
digambarkan sebagai kondisi yang harmonis antara fisik dan non-
fisik, yang merupakan perpaduan antara harmonisasi Jawa dan
konsep dualisme modern sebagai pengetahuan tentang sehat yang
telah ada sebelumnya.
b. Representasi Sosial Konsep Sakit
Responden tidak percaya dokter lebih mengingat kata-kata
yang berkaitan dengan upaya penyembuhan dan tidak bersemangat
dalam beraktivitas untuk menggambarkan kata sakit. Menurut hasil
wawancara, responden yang tidak percaya dokter paling
memahami sakit sebagai kondisi badan yang tidak sehat. Badan
tidak sehat berarti kondisi badan yang tidak enak sehingga malas
untuk beraktivitas.
Hasil wawancara yang lain menunjukkan bahwa responden
tidak percaya dokter akan mengkonsumsi obat yang dijual bebas di
pasaran dan mengobati dengan caranya sendiri (makan, istirahat,
minum)dalam menangani sakit. Namun, kelompok responden yang
tidak percaya dokter juga memiliki cara lain yang banyak
ditempuh, yaitu dengan tidak menggunakan obat pasar sama sekali.
Jadi, mereka akan mengobati dirinya sendiri, misalnya makan
banyak, istirahat banyak, minum air putih yang banyak, pijat, dan
lain-lain. Sumber informasi paling banyak diperoleh melalui
kemasan, iklan, atau media. Selain itu, informasi juga diperoleh
karena cocok-cocokan terhadap obat atau cara penanganan tertentu,
108
orang lain, dan obat atau cara tertentu sudah dijadikan kebiasaan
untuk menangani sakit.
Responden tidak percaya dokter lebih merepresentasikan
sakit sebagai tidak semangat untuk beraktivitas. Hal ini
dikarenakan kondisi badan yang tidak enak akibat sakit. Sakit
berarti ora bergas (tidak segar, tidak tegap, tidak sigap bertindak).
Kondisi yang tidak enak (baik karena ada penyakit ataupun tidak)
menimbulkan rasa malas untuk beraktivitas. Hal ini menunjukkan
ada hubungan kausal antara badan dengan mental. Konsep sakit
yang dimiliki oleh responden tidak percaya dokter ini sama dengan
konsep dualisme modern yang diperkenalkan oleh William James
(dalam Wozniak, 1995), menyebutkan bahwa antara jiwa dan raga
memang terpisah, namun dihubungkan oleh perasaan sehingga
keduanya memiliki hubungan kausal (dalam Wozniak, 1995).
Sakit juga direpresentasikan sebagai penyembuhan. Upaya
penyembuhan yang ditempuh oleh responden tidak percaya dokter
adalah mengkonsumsi obat pasar. Namun, selain mengkonsumsi
obat pasar, responden tidak percaya dokter juga mengobati dengan
caranya sendiri, misal : pijat. Informasi yang diperoleh responden
tidak percaya dokter berasal dari kemasan, cocok-cocokan,
pengalaman orang lain dan kebiasaan.
Tidak bersemangat untuk beraktivitas dan penyembuhan
merupakan bentuk konkrit dari konsep sakit pada responden tidak
percaya dokter. Penyembuhan lebih dikonkritkan lagi dengan cara
109
mengkonsumsi obat pasar atau diobati dengan caranya sendiri. Hal
ini merupakan proses objectivication. Sementara itu, ora bergas
(tidak segar, tidak tegap, tidak sigap bertindak), konsep dualisme
modern, serta sumber informasi pengobatan merupakan
pengetahuan yang telah ada sebelumnya pada masyarakat Jawa
terkait dengan sakit. Dengan demikian, pengetahuan yang telah ada
sebelumnya pada masyarakat Jawa tersebut merupakan anchoring
dari representasi konsep sakit.
110
110
Istilah Jawa : bergas Jawa : menjaga kesehatan dengan ramuan herbal/jamu
Sehat menyenangkan, bisa beraktivitas dengan semangat menjaga keteraturan pola hidup
semangat beraktvitas karena kondisi seimbang antara sehari-hari (makan, minum, istirahat, upaya memperoleh kesehatan fisik dan mental olahraga) dan suplemen ketika badan terasa tidak enak orang Nilai Jawa : harmonisasi Dualisme modern Jawa hubungan kausal mind dan body
Sakit penyembuhan kondisi fisik dan mental minum obat pasar, tidak bersemangat aktivitas sakit sehingga timbul rasa diobati dengan cara sendiri,
malas untuk beraktivitas didiamkan
dokter familiar dikaitkan Istilah Jawa : kemasan obat, pengalaman orang lain, Keterangan : dengan sakit sebagai penyembuh ora bergas turun-temurun
: konkritisasi (objectivication) : penjangkaran pada pemaknaan yang telah ada sebelumnya (anchoring) Gambar 2. Skema representasi sosial konsep sehat dan sakit pada orang Jawa yang tinggal di DIY
111
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Sehat, pada orang Jawa, direpresentasikan sebagai dilakukannya
aktivitas dengan semangat. Semangat untuk beraktivitas dipengaruhi oleh kondisi
fisik dan mental. Ketika terjadi harmonisasi atau keseimbangan fisik dan mental
dalam keadaan sama-sama baik, maka kondisi ini akan menimbulkan semangat
untuk beraktivitas. Untuk menjaga kesehatan, orang Jawa akan memperhatikan
keteraturan pola hidup sehari-hari (makan, minum, istirahat, olahraga) dan
dikonsumsinya suplemen ketika badan tidak enak. Inilah yang disebut bentuk
konkrit representasi sosial tentang konsep sehat (objectivication). Sehat adalah
semangat beraktivitas karena terjadi harmonisasi fisik dan non-fisik, keteraturan
hidup sehari-hari, dan suplemen.
Bentuk konkrit tentang konsep sehat tersebut terkait dengan
pengetahuan-pengetahuan tentang sehat yang ada pada masyarakat Jawa.
Pengetahuan-pengetahuan yang telah ada sebelumnya antara lain : nilai
harmonisasi pada kultur Jawa, konsep dualisme modern dari Barat, istilah Jawa
bergas (segar, tegap, sigap bertindak), dan jamu (ramuan herbal). Pengetahuan-
pengetahuan tersebut merupakan bentuk familiar dari sehat yang sudah ada
sebelumnya di masyarakat (anchoring).
112
Sebaliknya, jika fisik dan mental dalam keadaan menderita sakit, maka
akan timbul rasa malas untuk beraktivitas. Sakit juga direpresentasikan sebagai
penyembuhan. Oleh karena itu, orang Jawa akan mengkonsumsi obat pasar atau
mengobati dengan caranya sendiri untuk menyembuhkan sakit. Inilah bentuk
konkrit dari representasi sakit pada orang Jawa (objectivication). Sakit adalah
malas beraktivitas karena menderita sakit, penyembuhan, obat pasar, dan
mengobati diri sendiri.
Bentuk konkrit tentang konsep sakit tersebut terkait dengan
pengetahuan-pengetahuan tentang sehat yang ada pada masyarakat Jawa.
Pengetahuan-pengetahuan yang telah ada sebelumnya antara lain : konsep
dualisme modern dari Barat, istilah Jawa bergas (segar, tegap, sigap bertindak),
familiarnya dokter sebagai ahli penyakit, dan sumber-sumber informasi diperoleh
dari kemasan obat, cocok-cocokan, pengalaman orang lain, dan/atau turun-
temurun. Pengetahuan-pengetahuan tersebut merupakan bentuk familiar dari sehat
yang sudah ada sebelumnya di masyarakat (anchoring).
Orang Jawa tidak percaya dokter lebih merepresentasikan sehat ke
dalam bentuk yang lebih konkrit (objectivication) sebagai upaya untuk
memperoleh kesehatan daripada orang Jawa percaya dokter. Salah satu cara yang
dilakukan adalah mengkonsumsi suplemen. Suplemen merupakan bentuk dari
jamu (ramuan herbal), yang telah lebih familiar digunankan sebelumnya, untuk
menjaga kesehatan. Jamu sebagai anchoring dari suplemen. Sementara sakit,
dikonkritkan sebagai rasa malas untuk beraktivitas karena merasa badan tidak
113
enak. Hal ini terkait dengan harmonisasi Jawa dan konsep dualisme modern
sebagai pengetahuan yang telah dimiliki oleh masyarakat sebelumnya
(anchoring).
Orang Jawa yang percaya dokter lebih merepresentasikan sehat dan sakit
sebagai kondisi ada/tidaknya penyakit pada tubuh ataupun mental
(objectivication). Hal ini berhubungan dengan familiarnya dokter, dikenal sebagai
ahli yang mempelajari penyakit, untuk dikaitkan dengan kondisi sakit
(anchoring).
B. SARAN
Melihat hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada masyarakat Jawa
untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan bahan-bahan kandungan
makanan dan minuman, obat atau bahan yang dipakai, meliputi : porsi, efek
samping, pemakaian, serta penyimpanan. Oleh karena itu, masyarakat Jawa dapat
mengkonsumsi apa saja dengan aman untuk menjaga kesehatannya.
Sementara itu, bagi pemberi layanan kesehatan, peneliti memberikan saran
supaya metode-metode pelayanan kesehatan dikonstruksi sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan konsep sehat dan sakit masyarakat Jawa. Misalnya :
ketika berobat, masyarakat diberikan situasi yang nyaman dengan cara
mendengarkan keluhan pasien, ramah karena kondisi pikiran bisa mempengaruhi
kondisi fisik seseorang.
114
Peneliti juga memberikan saran untuk penelitian selanjutnya dengan
menggunakan karakteristik responden yang berbeda (usia, suku-bangsa, status
sosial-ekonomi), dan/atau menggunakan metode pengambilan data yang berbeda
pula. Dengan demikian, pelayanan kesehatan di Indonesia dapat ditingkatkan
karena pelayanan yang diberikan sesuai dengan konsep sehat dan sakit pada
masyarakat tersebut.
115
DAFTAR PUSTAKA
Adhinata, Pujawan, M.Eng. (2008, Februari). Upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien ruang isolasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dengan menggunakan integrasi metode servqual dan QFD. Artikel disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII, Surabaya.
Adriana, Galuh. (2009). Representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan di
Stasiun Kereta Api Bogor dan Terminal Baranang Siang, kota Bogor, Jawa Barat. Dipungut 21 Agustus, 2009 dari http://kolokiumkpmipb.wordpress.com/tag/representasi-sosial/.
Almazini, Prima. (2007). Catatan pendidikan kedokteran dalam tinta sejarah.
Dipungut 17 Maret, 2009 dari http://myhealing.wordpress.com/2007/12/24/catatan-pendidikan-kedokteran-dalam-tinta-sejarah/.
Ardiningtiyas. (2004). Atribusi masyarakat menghadapi Pemilu 2004. Dipungut 14
Oktober, 2008, dari http://www.e-psikologi.com/epsi/sosial_detail.asp?id=267. Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian : pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Berry, John W., Poortinga, Ype H., Segall, Marshall H., Dasen, & Pierre R. (1999).
Psikologi lintas-budaya : Riset dan aplikasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Boomgaard, P., Sciortino, R., & Smyth, I. (1996). Health care in java. Nederland :
KITLV Press. Damayanti, Laili. (2009, 26 Agustus). Waspadai konsumsi makanan instan. Dipungut
23 November, 2009, dari http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/08/26/09592019/waspadai.konsumsi.makanan.instan.
Danim, S. (2002). Menjadi peneliti kualitatif. Bandung : CV Pustaka Setia. de Jong, S. (1976). Salah satu sikap hidup orang Jawa. Yogyakarta : Kanisius. Dualism. (2007) Dipungut 23 Februari, 2009, dari
http://plato.stanford.edu/entries/dualism/.
116
Dukun cilik muhammad ponari. (2009, 10 Februari). Dipungut 22 Mei, 2009, dari http://regional.kompas.com/read/xml/2009/02/10/1016459/BERITA.FOTO.Dukun.Cilik.Muhammad.Ponari.
Eliasmith, Chris. (2006). Introduction dualism. Dipungut 23 Februari, 2009, dari
http://philosophy.uwaterloo.ca/MindDict/dualism.html. Handayani. (2007). Bahaya kandungan formalin pada makanan. Dipungut 23
November, 2009, dari http://www.katamutiara.info/ari.php?id=11. Harianto, Khasanah, & Supardi. (2005). Kepuasan pasien terhadap pelayanan resep di
Apotek Kopkar Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta. Majalah Ilmu Kefarmasian, II, 12-21.
Ilmie, M. Irfan. (2009, 23 Februari). Fenomena ponari dalam tinjauan medis dan
sosiologi. Dipungut 12 Desember, 2009, dari http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/02/23/18095223/fenomena.ponari.dalam.tinjauan.medis.dan.sosiologi.
Jamu, obat warisan leluhur. (2006, 1 Maret). Dipungut 15 Juli, 2009, dari
http://www.trulyjogja.com/index.php?action=news.detail&cat_id=7&news_id=399.
Jodelet, Denise. (2006). Le dictionnaire des sciences humaines [Latar belakang
teoretik teori representasi sosial]. Paris : PUF. Joesoef, D., & Sutanto, J. (1990). Dua renungan tentang manusia, masyarakat, dan
alam semesta. Jakarta : Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Kerokan bikin nyandu. (2009). Dipungut 15 Juli, 2009, dari
http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/185-apotek- hidup-tanaman-obat-sehat-cantik.html.
Khumaidi, A. M. (2008). Film dokumenter seabad kiprah dokter Indonesia. Jakarta :
Ikatan Dokter Indonesia. Laksmono, Bambang S. (2009). Fenomena ponari dan parade kemiskinan. Dipungut
24 Agustus, 2009, dari Universitas Gajah Mada Web site: http://plod.ugm.ac.id/plodugm/index.php/berita/203-fenomena-ponari-dan-parade-kemiskinan.
Lestari, Eka. (2009). Mulai dari diri sendiri. Dipungut 25 Agustus, 2009, dari
http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/18698/mulai-dari-diri-sendiri.
117
Magnis-Suseno, Franz. (2001). Etika Jawa : Sebuah analisa falsafi tentang kebijaksanaan (ed. Ke-8). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Malpraktek oleh dokter Tedjasukmana di RS. Mitra Int’l Jatinegara. (2007). Dipungut
27 September, 2008, dari http://www.mediakonsumen.com/Artikel1032.html. Marks, David F., Murray, M., Evans, B., & Billig, C. (2000). Health psychology :
Theory, research, and practice. London : SAGE Publications. Moleong, L. J. (2002). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Moleong, L. J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Moscovici, S. (2001). Social representations : Explorations in social psychology.
Washington Square, New York : New York University Press. Nevid, J.S., Rathus, S.A., % Greene, B. (Terj). (2005). Psikologi abnormal (ed. Ke-
5). Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga. Notosoedirdjo, M., & Latipun. (2001). Kesehatan mental : Konsep dan penerapan.
Malang : Universitas Muhammadiyah. Pedagang Bakso Berani Diperiksa. (2006, 20 Januari). Dipungut 23 November, 2009,
dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/20/mur02.htm. Pelayanan kelas 1 RS Hermina Bekasi mengecewakan. (2007). Dipungut 27
September, 2008, dari http://www.mediakonsumen.com/Artikel1648.html. Pelayanan dokter di RSUD Cibinong – Bogor. (2007). Dipungut 27 September, 2008,
dari http://www.mediakonsumen.com/Artikel2291.html. Pemberton, John. (2003). On the subject of “Java” [Jawa]. Yogyakarta : Mata
Bangsa. Poerwandari, Kristi. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia.
Jakarta : Perfecta LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Prasetyo, E. E. (2009, 1 Oktober). DIY Urutan Kedua Daerah Rawan Konsumsi
Narkoba. Dipungut 23 November, 2009, dari http://regional.kompas.com/read/xml/2009/10/01/20361011/diy.urutan.kedua.daerah.rawan.konsumsi.narkoba.
118
Purkhardt, S. Caroline. (1993). Transforming social representations : A social
psychology of common sense and science. London and New York : Routledge. Putra, Idhamsyah Eka, Wardhani, Citra, & Muwardani, Resky. (2009). Representasi
sosial tentang pemimpin antara dua kelompok usia dan situasi sosial yang berbeda di Jakarta dan Palembang. Dipungut 21 Agustus, 2009 dari http://idhamputra.wordpress.com/2009/01/19/representasi-sosial-tentang-pemimpin-antara-dua-kelompok-usia-dan-situasi-sosial-yang-berbeda-di-jakarta-dan-palembang/.
Rachmawati, R. (2004, 31 Mei). Konsumsi Rokok Indonesia Lima Besar Dunia.
Dipungut 23 November, 2009, dari http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2004/05/31/brk,20040531-22,id.html.
Sagimun, M. D., Abu, Rivai. (1981). Sistim kesatuan hidup masyarakat setempat
DIY. Departemen Pendidikan & Kebudayaan : Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
Sciortino, Rosalia. (1992). Care-takers of cure : An anthtopological study of health
centre nurses in rural Central Java. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Soejoeti, Sunanti Z., (2005). Konsep sehat, sakit dan penyakit dalam konteks sosial
budaya. Cermin Dunia Kedokteran, 149, 49-52. Stange, Paul. (1998). Politik perhatian : rasa dalam kebudayaan Jawa. Yogyakarta :
LKiS. Sudardi, Bani. (2002). Konsep pengobatan tradisional Jawa menurut Primbon Jawa.
Humaniora Volume XIV, 1, 12-19. Supratiknya, A. (1995). Mengenal perilaku abnormal. Yogyakarta : Kanisius. Supratiknya, A. (2007). Kiat merujuk sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah.
Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Supratiknya, A. (2008). Tata tulis artikel ilmiah. Yogyakarta : Universitas Sanata
Dharma. Suryabrata, S. (2002). Metodologi penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
119
Taylor, Shelley E. (2003). Health psychology (ed. Ke-5). New York: McGraw-Hill. Wagner, W., Duveen, G., Farr and Jovchelovitch, Lorenzi-Cioldi, F., Marková, I., &
Rose, D. (1999). Theory and method of social representations. Asian Journal of Social Psychology, 2, 95-125.
Walmsley, Christopher James. (2004). Social representation and the study of
professional practice. International Journal Of Qualitative Methods, 3(4), article 4.
Wilson, G.T., et al. (1996). Abnormal psychology : Integrating perspective. Boston :
Allyn and Bacoon. Wozniak, Robert H. (1995). Mind and body : Rene Descartes to William James.
Dipungut 23 Februari, 2009, dari http://serendip.brynmawr.edu/Mind/Table.html.
LAMPIRAN
120
Lampiran 1 : Panduan Umum Wawancara Penelitian Pendahuluan SEHAT 1. Apa itu “sehat”? 2. Jika mendengar kata ”sehat”, hal apa yang segera terlintas di kepala? Mengapa? 3. Apa saja kriteria orang yang ”sehat” ? 4. Apa saja yang dapat membuat orang menjadi ”sehat”? 5. Bagaimana dengan kesadaran akan kesehatan pada masyarakat saat ini? 6. Punya penyakit khusus? Apa? Sudah berapa lama? 7. Apa saja yang dilakukan untuk menjaga kesehatan? 8. Jika sedang tidak sehat, apa yang dilakukan? RUMAH SAKIT 1. Apa itu rumah sakit? 2. Jika mendengar kata ”rumah sakit”, hal apa yang segera terlintas di kepala?
Mengapa? 3. Siapa saja yang terlibat dalam rumah sakit? Bagaimana pendapat tentang mereka? 4. Profesi apa yang paling disukai di rumah sakit? Mengapa? 5. Bagaimana dengan rumah-rumah sakit di Yogyakarta saat ini? 6. Jika dihadapkan pada 2 pilihan, ke rumah sakit atau pengobatan alternatif, pilih
yang mana? Mengapa? 7. Memilih obat generik atau obat tradisional? Mengapa? 8. Apa yang diperoleh dari rumah sakit? 9. Apa yang dikeluhkan tentang rumah sakit? 10. Apa pernah dirawat di RS? Berapa lama? Sakit apa? Bagaimana? Jika belum, apa
memiliki pengalaman tertentu di rumah sakit? PELAYANAN 1. Apa itu pelayanan? 2. Jika mendengar kata ”pelayanan”, hal apa yang segera terlintas di kepala?
Mengapa? 3. Apa saja kriteria pelayanan yang baik? 4. Apa saja yang dapat dilakukan untuk memberikan pelayanan yang baik? 5. Jika memperoleh pelayanan yang kurang baik, apa yang dilakukan? 6. Pengalaman mendapat pelayanan yang baik? Di mana? Siapa? Bagaimana? 7. Pengalaman mendapat pelayanan yang buruk? Di mana? Siapa? Bagaimana?
121
122
123
Lampiran 3 : Deskripsi Demografi Responden
R Usia JK Pekerjaan Pendidikan Terakhir Pendapatan
Tempat Tinggal Agama
Status Pernikahan
1 48 w swasta D3 c sleman kristiani menikah
Responden 2 30 w ibu RT SMA a sleman muslim menikah
Percaya 3 55 p swasta D3 c sleman kristiani menikah
Dokter 10 30 p guru SMA S1 c sleman kristiani belum Keterangan :
12 30 p swasta SMK a sleman muslim belum R = Responden
13 27 p swasta SMU b kodya muslim belum JK = Jenis Kelamin
14 29 p swasta SMK c sleman muslim menikah a = > 500.000 rupiah
15 49 w guru S1 e sleman kristiani menikah b = 500.000 – 1.000.000 rupiah
18 51 p wiraswasta S1 e sleman kristiani menikah c = 1.000.000 – 1.500.000 rupiah
19 26 w swasta S1 c sleman kristiani belum d = 1.500.000 - 2.000.000 rupiah
20 47 w ibu RT SMP a sleman kristiani menikah e = < 2.000.000 rupiah
23 23 p swasta S1 c sleman muslim belum
27 30 p swasta S1 c kodya kristiani belum
30 23 w swasta SMK b bantul muslim belum
4 58 P purnakarya SLTA c sleman kristiani menikah
Responden 5 28 P swasta SMK a sleman muslim menikah
Tidak Percaya 6 28 P swasta SMU e bantul muslim menikah
Dokter 7 33 P wiraswasta S1 a sleman kristiani belum
8 30 P karyawan swasta SMP b bantul kristiani menikah
9 37 P Buruh SMP a sleman muslim menikah
11 40 P Wiraswasta S1 b sleman kristiani menikah
16 51 W Ibu RT SMP a sleman kristiani menikah
17 44 P Swasta SLTA b sleman kristiani menikah
21 24 P karyawan swasta D3 c gunung kidul kristiani belum
22 25 W swasta S1 a sleman muslim belum
24 21 W swasta diploma b sleman muslim belum
124
R Usia JK Pekerjaan Pendidikan Terakhir Pendapatan
Tempat Tinggal Agama
Status Pernikahan
25 27 W karyawan swasta S1 d sleman muslim menikah
26 31 P TNI SMU e sleman muslim menikah
28 25 P swasta S1 a sleman muslim menikah
29 28 W Ibu RT SD a bantul kristiani menikah
125
Lampiran 4 : Tabulasi Asosiasi Kata Sehat Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Hal-Hal 1 bahagia 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
menyenangkan 10 senang, hati senang 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1
12 tersenyum 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
13 berseri-seri 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 bangga 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 ceria 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
31 tidak murung 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
44 banyak senyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
58 gembira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
27 berumur panjang 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 awet muda 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38 tenang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
39 baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
40 sejahtera 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Semangat 8 semangat 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
dalam 16 nyaman 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
beraktivitas 18 percaya diri 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 tidak loyo 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 segar, seger 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
37 bugar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
46 indah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
57 sexy 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
70 cantik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 aktif 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
11 lincah 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 dapat beraktivitas 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 aktivitas lancar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
65 produktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
69 cekatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
71 bekerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
126
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Hal-Hal 1 bahagia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 36 22
menyenangkan 10 senang, hati senang 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 13
12 tersenyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
13 berseri-seri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
20 bangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
21 ceria 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 6
31 tidak murung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
44 banyak senyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
58 gembira 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
27 berumur panjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
28 awet muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
38 tenang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
39 baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
40 sejahtera 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 30 20
dalam 16 nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
beraktivitas 18 percaya diri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
30 tidak loyo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
35 segar, seger 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 5
37 bugar 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3
46 indah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
57 sexy 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
70 cantik 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
3 aktif 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4
11 lincah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
26 dapat beraktivitas 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
33 aktivitas lancar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
65 produktif 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
69 cekatan 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
71 bekerja 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
127
Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Berpikir 9 pikiran jernih 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
positif 24 berfikir sehat 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
42 selalu berpikiran positif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
50 akal sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
52 responsif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
53 cemerlang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
60 pikiran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
67 jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
66 perilaku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 syukur 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1
23 sehat rohani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
72 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jauh dari 43 mudah sosialisasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
sakit dan 68 bicara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
badan kuat 6 badan kuat 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 tenaga bertambah 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 sehat jasmani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
36 kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 tubuh, badan, jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
73 energik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 tidak sakit-sakitan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 tidak sakit 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
41 jauh dari sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
51 cacat mental 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
128
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Berpikir 9 pikiran jernih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 23 12
positif 24 berfikir sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
42 selalu berpikiran positif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
50 akal sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
52 responsif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
53 cemerlang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
60 pikiran 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3
67 jiwa 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
66 perilaku 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
4 syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
23 sehat rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
72 rohani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2
Jauh dari 43 mudah sosialisasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 17 13
sakit dan 68 bicara 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
badan 6 badan kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
kuat 7 tenaga bertambah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
22 sehat jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
36 kuat 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3
59 tubuh, badan, jasmani 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 4
73 energik 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
25 tidak sakit-sakitan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
29 tidak sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
41 jauh dari sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
51 cacat mental 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
129
Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Upaya 5 menjaga 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
memperoleh 14 banyak makan 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kesehatan 17 enak 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 makanan 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
47 menjaga stamina 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
48 menjaga pola makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
54 gemuk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
55 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
56 senam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
61 teratur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
62 vitamin C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
63 air putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64 alami 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 olahraga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 jalan-jalan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
75 proporsional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 bersih 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
74 steril 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 hemat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
76 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
77 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
45 mahal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Total respon 5 5 5 5 3 3 5 5 1 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5
130
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Upaya 5 menjaga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 33 15
memperoleh 14 banyak makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
kesehatan 17 enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
19 makanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
47 menjaga stamina 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
48 menjaga pola makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
54 gemuk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
55 makan 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
56 senam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
61 teratur 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
62 vitamin C 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
63 air putih 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
64 alami 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
32 olahraga 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 4
34 jalan-jalan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
75 proporsional 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
15 bersih 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 7
74 steril 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
2 hemat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
76 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
77 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
45 mahal 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Total respon 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 139 139
Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
131
Lampiran 5 : Tabulasi Prioritas Kata Sehat
Prioritas 1
Tema Kod
e Kata R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
Hal-hal 10 senang, hati senang 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 21 ceria 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Semangat 35 segar, seger 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
beraktivitas 37 bugar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Berpikir 9 pikiran jernih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
positif 42 selalu berpikiran positif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
67 jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 syukur 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
72 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jauh dari 6 badan kuat 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
sakit dan 22 sehat jasmani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
badan kuat 29 tidak sakit 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Upaya 14 banyak makan 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
memperoleh 19 makanan 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kesehatan 32 olahraga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 jalan-jalan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48 menjaga pola makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
55 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
61 teratur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64 alami 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 bersih 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
132
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Hal-hal 10 senang, hati senang 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5 6 6
menyenangkan 21 ceria 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Semangat 35 segar, seger 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 4 4
beraktivitas 37 bugar 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
Berpikir 9 pikiran jernih 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 8 8
positif 42 selalu berpikiran positif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
67 jiwa 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
4 syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
72 rohani 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2
Jauh dari 6 badan kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
sakit dan 22 sehat jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
badan kuat 29 tidak sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Upaya 14 banyak makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 9
memperoleh 19 makanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
kesehatan 32 olahraga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
34 jalan-jalan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
48 menjaga pola makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
55 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
61 teratur 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
64 alami 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
15 bersih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 30
Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
133
Prioritas 2
Tema Kod
e Kata R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
Hal-hal 1 bahagia 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 10 senang, hati senang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 tersenyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
13 berseri-seri 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 ceria 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
58 gembira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
39 baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas 35 segar, seger 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
37 bugar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 aktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Berpikir 4 syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
positif 23 sehat rohani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
43 mudah sosialisasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
60 pikiran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jauh dari 7 tenaga bertambah 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
sakit dan 22 sehat jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
badan kuat 59 tubuh, badan, jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 tidak sakit-sakitan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Upaya 47 menjaga stamina 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
memperoleh 55 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kesehatan 15 bersih 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
74 steril 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
134
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Hal-hal 1 bahagia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 9
menyenangkan 10 senang, hati senang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
12 tersenyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
13 berseri-seri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
21 ceria 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3
58 gembira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
39 baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 5
beraktivitas 35 segar, seger 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
37 bugar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
3 aktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Berpikir 4 syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 5
positif 23 sehat rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
43 mudah sosialisasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
60 pikiran 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 2
Jauh dari 7 tenaga bertambah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 4
sakit dan 22 sehat jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
badan kuat 59 tubuh, badan, jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
25 tidak sakit-sakitan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Upaya 47 menjaga stamina 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 6
memperoleh 55 makan 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
kesehatan 15 bersih 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3
74 steril 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 29
Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
135
Prioritas 3
Tema Kode Kata
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
Hal-hal 10 senang, hati senang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 12 tersenyum 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 bangga 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 tidak murung 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38 tenang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas 46 indah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
57 sexy 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
70 cantik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 dapat beraktivitas 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 aktif 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Berpikir 49 berpikir yang sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
positif 52 responsif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
60 pikiran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
66 perilaku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 sehat rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
72 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jauh dari sakit 36 kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
dan badan kuat 59 tubuh, badan, jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Upaya 17 enak 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
memperoleh 32 olahraga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kesehatan 63 air putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
75 proporsional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
136
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Hal-hal 10 senang, hati senang 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 5 5
menyenangkan 12 tersenyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
20 bangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
31 tidak murung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
38 tenang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 7
beraktivitas 46 indah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
57 sexy 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
70 cantik 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
26 dapat beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
3 aktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Berpikir 49 berpikir yang sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 6
positif 52 responsif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
60 pikiran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
66 perilaku 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
23 sehat rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
72 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Jauh dari sakit 36 kuat 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 3 3
dan badan kuat 59 tubuh, badan, jasmani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Upaya 17 enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 5
memperoleh 32 olahraga 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
kesehatan 63 air putih 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
75 proporsional 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 27
Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
137
Prioritas 4
Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Hal-hal 1 bahagia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
menyenangkan 10 senang, hati senang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
21 ceria 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
44 banyak senyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
27 berumur panjang 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
dalam 16 nyaman 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas 37 bugar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
36 kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 dapat beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
65 produktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
69 cekatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 lincah 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Berpikir 9 pikiran jernih 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
positif 50 akal sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
53 cemerlang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
68 bicara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Upaya 5 menjaga 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
memperoleh 14 banyak makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kesehatan 32 olahraga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
56 senam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
62 vitamin C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
77 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
138
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Hal-hal 1 bahagia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 8 8
menyenangkan 10 senang, hati senang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
21 ceria 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
44 banyak senyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
27 berumur panjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 8
dalam 16 nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
beraktivitas 37 bugar 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
36 kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
26 dapat beraktivitas 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
65 produktif 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
69 cekatan 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
11 lincah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Berpikir 9 pikiran jernih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 4
positif 50 akal sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
53 cemerlang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
68 bicara 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
Upaya 5 menjaga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 6
memperoleh 14 banyak makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
kesehatan 32 olahraga 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
56 senam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
62 vitamin C 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
77 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 26
Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
139
Prioritas 5
Tema Kode Kata
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
Hal-hal 10 senang, hati senang 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 58 gembira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
27 berumur panjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 awet muda 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
40 sejahtera 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
dalam 16 nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
beraktivitas 18 percaya diri 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 tidak loyo 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
54 gemuk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
3 aktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 aktivitas lancar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
71 bekerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Berpikir positif 4 syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Jauh dari 59 tubuh, badan, jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
sakit dan 41 jauh dari sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
badan kuat 51 cacat mental 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Upaya 15 bersih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
memperoleh 2 hemat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kesehatan 45 mahal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
76 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
140
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Hal-hal 10 senang, hati senang 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 4
menyenangkan 58 gembira 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
27 berumur panjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
28 awet muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
40 sejahtera 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 8
dalam 16 nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
beraktivitas 18 percaya diri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
30 tidak loyo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
54 gemuk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
3 aktif 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
33 aktivitas lancar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
71 bekerja 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
Berpikir positif 4 syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
Jauh dari 59 tubuh, badan, jasmani 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4 4
sakit dan 41 jauh dari sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
badan kuat 51 cacat mental 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Upaya 15 bersih 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2 6 6
memperoleh 2 hemat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
kesehatan 45 mahal 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
76 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 26
Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
141
Lampiran 6 : Tabulasi Asosiasi Kata Sakit Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Upaya 2 istirahat 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
penyembuhan 5 biaya 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
9 diobati 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 periksakan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 sembuhkan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 cepat berobat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
36 konsultasi dg dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
66 sembuh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
68 mahal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
79 minum obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
80 nggak punya duit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
77 mallpraktek 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 obat 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
6 dokter 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
64 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Badan 7 badan gak enak 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tidak enak 15 kurus 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 sakit badan 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 tidak enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
42 kecenderungan sakit-sakitan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
67 tidak enak badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 gak menarik 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 murung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 pucat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
74 kusut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
142
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Upaya 2 istirahat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 43 18
penyembuhan 5 biaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
9 diobati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
24 periksakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
25 sembuhkan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
31 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
32 minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
35 cepat berobat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
36 konsultasi dg dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
66 sembuh 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
68 mahal 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
79 minum obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
80 nggak punya duit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
77 mallpraktek 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
3 obat 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 8
6 dokter 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 9
64 rumah sakit 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 4
Badan 7 badan gak enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 22 11
tidak enak 15 kurus 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
21 sakit badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
33 tidak enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
42 kecenderungan sakit2an 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
51 jasmani, badan 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 4
67 tidak enak badan 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
18 gak menarik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
27 murung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
59 pucat 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4
74 kusut 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
143
Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Tidak 8 males ngapa-ngapain 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
bersemangat 10 tidak bertenaga/lemah 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
untuk 11 tidak nafsu, sulit makan 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas 17 loyo 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 tidak bersemangat 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
54 lesu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
63 lemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
19 susah 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
45 merepotkan orang lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
47 pekerjaan terlantar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
57 tidak nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
69 tidak produktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 tiduran 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pikiran 20 pikiran kosong 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
negatif 23 sakit hati 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 pikiran gusar-gelisah 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 banyak angan-angan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 stres 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
43 berpikir ke arah negatif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
49 mental/jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
70 pikiran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
71 putus asa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
76 depresi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
50 hati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
4 doa 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 sakit jiwa 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
52 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
55 pasrah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
144
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Tidak 8 males ngapa-ngapain 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 28 16
bersemangat 10 tidak bertenaga/lemah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
untuk 11 tidak nafsu, sulit makan 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 4
beraktivitas 17 loyo 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3
26 tidak bersemangat 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3
54 lesu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
63 lemas 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 3
19 susah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3
45 merepotkan orang lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
47 pekerjaan terlantar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
57 tidak nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
69 tidak produktif 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
16 tiduran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Pikiran 20 pikiran kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 19 12
negatif 23 sakit hati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
28 pikiran gusar-gelisah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
29 banyak angan-angan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
30 stres 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
43 berpikir ke arah negatif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
49 mental/jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
70 pikiran 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 2
71 putus asa 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
76 depresi 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
50 hati 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
4 doa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
22 sakit jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
52 rohani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
55 pasrah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
145
Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Perasaan 1 sedih 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
tidak 37 bosen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 38 takut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
39 trauma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
40 menderita 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
41 kapok 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
46 bingung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48 cemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 mudah marah, emosian 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
13 tidak mau bergaul, menyendiri
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
14 merasa diri "paling" dari yg lain
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
44 mati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
56 tidak merespon 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
60 menangis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
78 rewel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Penyebab 53 kecelakaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
sakit 58 darah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
61 penyakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
62 gangguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
65 virus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
72 perilaku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
73 kotor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
75 tidak normal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
146
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Perasaan 1 sedih 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 7 18 14
tidak 37 bosen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
menyenangkan 38 takut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
39 trauma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
40 menderita 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
41 kapok 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
46 bingung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
48 cemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
12 mudah marah, emosian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
13 tidak mau bergaul, menyendiri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
14 merasa diri "paling" dari yg lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
44 mati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
56 tidak merespon 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
60 menangis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
78 rewel 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Penyebab 53 kecelakaan 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 11 7
sakit 58 darah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
61 penyakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
62 gangguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
65 virus 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
72 perilaku 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
73 kotor 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 3
75 tidak normal 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
Total respon 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 145 145
Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
147
Lampiran 7 : Tabulasi Prioritas Kata Sakit
Prioritas 1
Tema Kode Kata
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
Upaya 24 periksakan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyembuhan 36 konsultasi dg dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
79 minum obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 obat 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
6 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tidak bersemangat 10 tidak bertenaga/lemah 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
untuk beraktivitas 11 tidak nafsu, sulit makan 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 susah 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Pikiran 49 mental/jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
negatif 70 pikiran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
52 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Badan 7 badan gak enak 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tidak 21 sakit badan 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
enak 33 tidak enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
59 pucat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Perasaan 1 sedih 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
tidak 37 bosen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 48 cemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
12 mudah marah, emosian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Penyebab sakit 53 kecelakaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
148
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Upaya 24 periksakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 8
penyembuhan 36 konsultasi dg dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
79 minum obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
3 obat 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
6 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
64 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 Tidak bersemangat 10 tidak bertenaga/lemah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 5
untuk beraktivitas 11 tidak nafsu, sulit makan 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2
19 susah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Pikiran 49 mental/jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
negatif 70 pikiran 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
52 rohani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Badan 7 badan gak enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 6
tidak 21 sakit badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
enak 33 tidak enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
59 pucat 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2
Perasaan 1 sedih 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4 7 7
tidak 37 bosen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
menyenangkan 48 cemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
12 mudah marah, emosian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Penyebab sakit 53 kecelakaan 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 30
Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
149
Prioritas 2
Tema Kode Kata
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
upaya 5 biaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
penyembuhan 24 periksakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 cepat berobat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
6 dokter 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
64 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tidak 8 males ngapa-ngapain 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
bersemangat 11 tidak nafsu, sulit makan 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
untuk 17 loyo 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas 26 tidak bersemangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
19 susah 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
57 tidak nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
pikiran 50 hati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
negatif 70 pikiran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
71 putus asa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 doa 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 sakit jiwa 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
badan tidak 15 kurus 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
enak 67 tidak enak badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 pucat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyebab 62 gangguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
sakit 65 virus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
75 tidak normal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 mudah marah, emosian 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38 takut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
60 menangis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
150
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
upaya 5 biaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 7
penyembuhan 24 periksakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
31 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
35 cepat berobat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
6 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
64 rumah sakit 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
tidak 8 males ngapa-ngapain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 9
bersemangat 11 tidak nafsu, sulit makan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
untuk 17 loyo 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 Keterangan :
beraktivitas 26 tidak bersemangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 JML : jumlah respon
19 susah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 TRS : total respon per tema
34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 TRP : total responden per tema
57 tidak nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
pikiran 50 hati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 5
negatif 70 pikiran 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
71 putus asa 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
4 doa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
22 sakit jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
badan tidak 15 kurus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
enak 67 tidak enak badan 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
59 pucat 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
penyebab 62 gangguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 6
sakit 65 virus 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
75 tidak normal 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
12 mudah marah, emosian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
38 takut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
60 menangis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 30
151
Prioritas 3
Tema Kode Kata
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
upaya 5 biaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyembuhan 32 minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
77 mallpraktek 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 istirahat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
3 obat 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 dokter 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
64 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tidak bersemangat 8 males ngapa-ngapain 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
untuk 17 loyo 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas 63 lemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
69 tidak produktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
pikiran 20 pikiran kosong 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
negatif 23 sakit hati 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 banyak angan-angan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
badan tidak 42 kecenderungan sakit2an 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
enak 51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
perasaan tidak 41 kapok 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 46 bingung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
12 mudah marah, emosian 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
56 tidak merespon 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
78 rewel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyebab 61 penyakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
sakit 72 perilaku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
152
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
upaya 5 biaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 11 11
penyembuhan 32 minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
77 mallpraktek 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
2 istirahat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
3 obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
6 dokter 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3
64 rumah sakit 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 tidak bersemangat 8 males ngapa-ngapain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 6
untuk 17 loyo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
beraktivitas 63 lemas 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2
34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
69 tidak produktif 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
pikiran 20 pikiran kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
negatif 23 sakit hati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
29 banyak angan-angan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
badan tidak 42 kecenderungan sakit2an 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
enak 51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
perasaan tidak 41 kapok 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 5
menyenangkan 46 bingung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
12 mudah marah, emosian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
56 tidak merespon 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
78 rewel 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
penyebab 61 penyakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2
sakit 72 perilaku 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 30
Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
153
Prioritas 4
Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
upaya 5 biaya 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyembuhan 9 diobati 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 tiduran 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 obat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tidak bersemangat
8 males ngapa-ngapain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
untuk beraktivitas
26 tidak bersemangat 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
63 lemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
45 merepotkan orang lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
pikiran 28 pikiran gusar-gelisah 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
negatif 43 berpikir ke arah negatif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
50 hati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
52 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
55 pasrah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
badan 15 kurus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tidak enak 51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 pucat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
perasaan 1 sedih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
tidak menyenangkan
40 menderita 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
13 tidak mau bergaul, menyendiri 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyebab sakit 73 kotor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
154
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
upaya 5 biaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 9
penyembuhan 9 diobati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
16 tiduran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
3 obat 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3
6 dokter 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3
tidak bersemangat 8 males ngapa-ngapain 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 5 5
untuk beraktivitas 26 tidak bersemangat 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2
63 lemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
45 merepotkan orang lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
pikiran 28 pikiran gusar-gelisah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
negatif 43 berpikir ke arah negatif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
50 hati 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
52 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
55 pasrah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
badan 15 kurus 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 3 3
tidak enak 51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
59 pucat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
perasaan 1 sedih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 4 tidak menyenangkan 40 menderita 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
13 tidak mau bergaul, menyendiri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
penyebab sakit 73 kotor 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 2 2
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 28
Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
155
Prioritas 5
Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
upaya 2 istirahat 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyembuhan 5 biaya 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 sembuhkan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
66 sembuh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
68 mahal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
80 nggak punya duit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 tidak bersemangat 54 lesu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
untuk 34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas 47 pekerjaan terlantar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
pikiran negatif 30 stres 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
76 depresi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
badan tidak enak 51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 gak menarik 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 murung 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
74 kusut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
perasaan 1 sedih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tidak 39 trauma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 40 menderita 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
13 tidak mau bergaul, menyendiri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
14 merasa diri : paling" dari yg lain 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
44 mati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
penyebab 53 kecelakaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
sakit 58 darah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
73 kotor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
156
Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
upaya 2 istirahat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 9 9
penyembuhan 5 biaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
25 sembuhkan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
66 sembuh 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
68 mahal 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
80 nggak punya duit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
3 obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
64 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
tidak bersemangat 54 lesu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
untuk beraktivitas 34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
47 pekerjaan terlantar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
pikiran negatif 30 stres 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 3
76 depresi 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
badan tidak enak 51 jasmani, badan 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4 4
18 gak menarik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
27 murung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
74 kusut 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
perasaan tidak 1 sedih 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 6 6
menyenangkan 39 trauma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
40 menderita 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
13 tidak mau bergaul, menyendiri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
14 merasa diri : paling" dari yg lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
44 mati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
penyebab 53 kecelakaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
sakit 58 darah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
73 kotor 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 28
Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
157
Lampiran 8 : Tabulasi Hasil Wawacara Tentang Konsep Sehat
Kode Kategori R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Smb, Jdr Keseimbangan 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2
Akt, Smg, Nym Bisa beraktivitas 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 1 0
Bpy Bebas penyakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
Mjg Menjaga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Syk Syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2
Kode Kategori R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML
Smb, Jdr Keseimbangan 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 12
Akt, Smg, Nym Bisa beraktivitas 0 1 1 0 2 0 0 0 0 0 15
Bpy Bebas penyakit 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5
Mjg Menjaga 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
Syk Syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 35
158
Lampiran 9 : Tabulasi Hasil Wawancara Tentang Menjaga Kesehatan
Kode Kategori R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Ktr Keteraturan 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
Ktr, spl Keteraturan dan suplemen 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1
Kcp Kecukupan 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kcp, spl Kecukupan dan suplemen 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tdk Tidak ada 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kode Kategori R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML
Ktr Keteraturan 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 12
Ktr, spl Keteraturan dan suplemen 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 12
Kcp Kecukupan 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
Kcp, spl Kecukupan dan suplemen 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3
Tdk Tidak ada 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31
159
Lampiran 10 : Tabulasi Hasil Wawancara Tentang Konsep Sakit
Kode Kategori R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Ggg Mengalami gangguan 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Tsm Tidak semangat 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
Tkt Tidak bisa melakukan aktivitas 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tsh,Ppy Tidak sehat, punya penyakit 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
Bte Badan tidak enak 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1
Krn Karunia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Pdl Pacoban dan laknat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kode Kategori R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML
Ggg Mengalami gangguan 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4
Tsm Tidak semangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
Tkt Tidak bisa melakukan aktivitas 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4
Tsh,Ppy Tidak sehat, punya penyakit 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 10
Bte Badan tidak enak 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 8
Krn Karunia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Pdl Pacoban dan laknat 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Total respon 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 32
160
Lampiran 11 : Tabulasi Hasil Wawancara Apa yang Akan Dilakukan Ketika Sakit
Kode Kategori R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Sod Diobati sendiri, tidak sembuh pakai obat atau ke dokter 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Ops Minum obat pasar dan diobati sendiri 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
Snd Diobati sendiri tanpa obat pasar 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Dop Didiamkan, tidak sembuh diberi obat pasar 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Opd Minum obat pasar, tidak sembuh ke dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total Respon 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kode Kategori R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML
Sod Diobati sendiri, tidak sembuh pakai obat atau ke dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
Ops Minum obat pasar dan diobati sendiri 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 14
Snd Diobati sendiri tanpa obat pasar 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 6
Dop Didiamkan, tidak sembuh diberi obat pasar 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 6
Opd Minum obat pasar, tidak sembuh ke dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Total Respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31
161
Lampiran 12 : Tabulasi Hasil Wawancara Sumber Informasi Pengobatan
Kode Kategori R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Tak Tanpa alasan, kebiasaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Kmi Kemasan, media, iklan 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1
Orl Orang lain 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
Cck Cocok-cocokan 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Trn Turun-temurun 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
Rsd Resep dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0
Psr Dipelajari di sekolah, RS 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 2 4 1 3 2 2 3 2 2 2 2 3 1 1 2 1 1 2 1 1
Kode Kategori R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML
Tak Tanpa alasan, kebiasaan 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 5
Kmi Kemasan, media, iklan 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13
Orl Orang lain 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9
Cck Cocok-cocokan 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 10
Trn Turun-temurun 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 8
Rsd Resep dokter 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 6
Psr Dipelajari di sekolah, RS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Total respon 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 53
162