REPRESENTASI KEPEMIMPINAN ISLAM DALAM TALK SHOW...
Transcript of REPRESENTASI KEPEMIMPINAN ISLAM DALAM TALK SHOW...
REPRESENTASI KEPEMIMPINAN ISLAM DALAM
TALK SHOW “MAKNA & PERISTIWA” DI TVONE
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Tiara Desta ArumNIM. 1112051000124
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1437 H./2016 M.
i
i
ABSTRAK
Nama : Tiara Desta Arum
NIM : 1112051000124
REPRESENTASI KEPEMIMPINAN ISLAM DALAM TALK SHOW
“MAKNA & PERISTIWA” DI TVONE
Talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne merupakan salah satu program
acara yang membahas isu-isu yang sedang terjadi di dalam masyarakat yang
dikupas dari sisi agama Islam. Ramainya isu tentang penentuan bakal calon
pemimpin daerah yang akan dilaksanakan pada tahun depan, membuat program
“Makna & Peristiwa” membahas tentang etika meraih kekuasaan yang
menjelaskan memilih seorang pemimpin dalam sudut pandang Islam. Di satu sisi
keberadaan umat Muslim yang menjadi mayoritas penduduk di Indonesia,
memilih seorang pemimpin yang sesuai dengan ajaran agama Islam adalah hal
yang dianjurkan. Namun, di sisi lain keberagaman penduduk di Indonesia
menjadikan masyarakat harus lebih toleransi dalam kehidupan berbangsa.
Berangkat dari latar belakang tersebut maka timbul pertanyaan apa pesan
yang terdapat dalam talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne? dan bagaimana
talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne memaknai pesan kepemimpinan Islam
dalam memilih calon pemimpin?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori naratif dari Walter
Fisher. Dalam teori naratif fisher menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia
adalah makhluk pencerita dan kisah kehidupan manusia akan dipenuhi oleh cerita
atau narasi. Paradigma narasi ingin membuktikan bahwa dengan narasi dapat
menjadi titik tengah dari pemikiran rasional dan pemikiran tradisional. Narasi
memiliki ukuran untuk memastikan nilai pada sebuah cerita melalui tingkat
koherenitas. Ada tiga tahapan untuk mengukur nilai koherenitas narasi yaitu
dengan koherensi struktural, koherensi material dan koherensi karakterologis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan kualitatif dan paradigma yang dipakai yaitu konstruktivis. Metode
analisis yang dipakai adalah metode analisis semiotika model Charles Sander
Peirce. Semiotika model Charles Sander Peirce mengungkapkan bahwa tanda
dapat memberikan makna yang lain. Tanda tersebut dapat diklasifikasikan melalui
ikon, indeks dan simbol. Setelah menglasifikasikan tanda maka peneliti
menghubungkannya dengan teori yang dipakai.
Dari hasil temuan penelitian makna kepemimpinan Islam yang terdapat
dalam talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne disajikan dengan membangun
karakter sosok pemimpin yang ideal dan patut dipilih oleh umat Islam. Seorang
pemimpin yang wajib dipilih oleh umat Islam adalah seorang Muslim yang
ditandai oleh beberapa narasi memperlihatkan hal tersebut. Kemudian tanda yang
memperlihatkan bagaimana sistem memilih seorang pemimpin yang dianjurkan
dalam agama Islam yaitu melalui ulil amri hal tersebut dianjurkan untuk
menghindari adanya money politic dan black campaign saat mendekati pemilihan
calon pemimpin. Meskipun agama Islam menjadi agama mayoritas penduduk di
Indonesia tetapi dalam sistem kepermimpinannya hanya mengambil nilai-nilai
dari agama Islam namun tidak bisa sebagai sistem pemerintahannya.
Kata Kunci: Kepemimpinan, Pemimpin, Islam, talk show dan naratif.
ii
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan nikmat Nya yang tiada henti, sehingga penulis diberi kemudahan dan
kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Solawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya,
sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi yang berjudul “Representasi Kepemimpinan Islam dalam talk show
“Makna & Peristiwa” di tvOne” telah disusun oleh penulis sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi
Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan yang dan kesalahan. Namun berkat dukungan, doa, dan bantuan dari
berbagai pihak pada akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulis terutama kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I dalam bidang
akademik, Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku wakil Dekan II dalam bidang
admistrasi dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III dalam bidang
bidang kehasiswaan.
2. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
iii
iii
3. Fita Fathurokmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam.
4. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan
berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis serta
memberikan ilmu-ilmunya yang begitu berharga bagi penulis. Semoga Allah
SWT selalu memberikan kesehatan, perlindungan, dan kelancaran dalam
segala urusan.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah sabar
dalam mendidik dan memberikan banyak ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
6. Segenap staf karyawan Tata Usaha, Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan pelayanan sangat baik bagi penulis selama
perkuliahan dan dalam penulisan skripsi.
7. Kedua Orang Tua tercinta, Muntofik Kurohman dan Supiati terima kasih atas
setiap doa yang tercurahkan dalam setiap waktu, kasih sayang dan perhatian
yang telah diberikan selama ini. Semoga Allah SWT selalu melindungi,
memberikan kesehatan, dan panjang umur kepada Mamah dan Bapak.
8. Sahabat di kampus Syifa Fauziah Syukur, Wita Eka, Puji Indah, Umu Kulsum,
Fatimah Azzahrah dan Isnaini Anis. Sahabatku yang selalu setia
menyemangati yaitu Zariah, Tia Rusdianti dan Aini Alfiah. Terima kasih atas
waktu yang kita telah lewati selama ini dalam suka dan duka semoga kita
selalu menjadi sahabat sejati.
iv
iv
9. Teman-teman di kampus Mely Ismi Ardikusuma Wardani, Lidya Ismawatie,
Lutfia Nur Hidayah, Ahmad Fauzan, Sholahul Imani El Azmi dan Septian W.
Saputra. Terima kasih atas semangat yang selalu diberikan kepada penulis.
Teman-teman KPI angkatan 2012 khususnya KPI D dan teman-teman dari
KKN GAMMA terima kasih kasih atas semua pengalaman dan cerita yang
berharga selama masa perkuliahan.
10. Attay Rustandar selaku produser talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne
yang telah meluangkan waktunya dalam kesibukannya demi kelancaran
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Tanpa mengurangi rasa
hormat penulis ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya, semoga
Allah SWT membalas kebaikan kalian dengan limpahan rahmat Nya.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan
pihak-pihak yang telah membantu. Dan penulis berharap semoga skripsi ini bisa
menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kita semua.
Depok, 03 November 2016
Tiara Desta Arum
NIM. 1112051000124
v
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah.................................................6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................7
D. Tinjauan Pustaka..............................................................................8
E. Metodologi Penelitian....................................................................10
F. Sistematika Penulisan.....................................................................16
BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Teori Naratif dari Walter Fisher.....................................................18
B. Konseptualisasi Semiotika.............................................................25
1. Pengertian Semiotika.................................................................25
C. Konseptualisasi Semiotika Televisi................................................31
D. Konseptualisasi Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Islam........33
1. Definisi Pemimpin.....................................................................33
2. Tipe-tipe Kepemimpinan...........................................................35
3. Kepemimpinan dalam Islam......................................................38
4. Syarat Pemimpin dalam Islam...................................................42
E. Konseptualisasi Talk Show.............................................................48
1. Pengetian Talk Show..................................................................48
2. Program Bernuansa Islami.........................................................49
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum tvOne................................................................52
1. Struktur Organisasi tvOne.........................................................54
2. Visi dan Misi dari tvOne...........................................................54
vi
vi
3. Sekilas Program tvOne..............................................................55
4. Sekilas Penjelasan Beberapa Program tvOne............................56
B. Gambaran Umum Talk Show “Makna & Peristiwa”......................58
1. Profil Pembawa Acara/host Teuku Wisnu.................................60
2. Profil Narasumber Tetap ustad Bachtiar Nasir..........................61
3. Profil Narasumber JJ Rizal........................................................61
4. Profil Narasumber Siti Zuhro....................................................62
5. Sinopsis Episode Etika Meraih Kekuasaan...............................63
BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS
A. Analisis Semiotika Representasi Kepemimpinan Islam dalam Talk
Show “Makna & Peristiwa” di TvOne............................................66
B. Narasi Pesan Kepemimpinan Islam dalam Talk Show “Makna &
Peristiwa” di TvOne.......................................................................93
C. Interpretasi Kepemimpinan Islam dalam Talk Show “Makna &
Peristiwa” di TvOne.....................................................................104
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................111
B. Saran.............................................................................................113
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Triadik Peirce.....................................................................................13
Gambar 3.1 Logo tvOne........................................................................................55
Gambar 3.2 Teuku Wisnu .....................................................................................60
Gambar 3.3 Bachtiar Nasir ...................................................................................61
Gambar 3.4 JJ Rizal...............................................................................................61
Gambar 3.5 Siti Zuhro...........................................................................................62
viii
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Skema Triadik Peirce.............................................................................14
Tabel 3.1 Struktur Organisasi tvOne......................................................................54
Tabel 3.2 Program tvOne.......................................................................................56
Tabel 4.1 Scene satu, pada durasi menit 01:06-02:31............................................67
Tabel 4.2 Scene dua, pada durasi menit 04:09-06:01.............................................70
Tabel 4.3 Scene tiga, pada durasi menit 06:47-06.50............................................74
Tabel 4.4 Scene empat, pada durasi empat durasi menit 07:31-07.33...................76
Tabel 4.5 Scene lima, pada durasi menit 08:39......................................................79
Tabel 4.6 Scene enam, pada durasi menit 12:00-13:54..........................................81
Tabel 4.7 Scene tujuh, pada durasi menit 23:10-26:44..........................................84
Tabel 4.8 Scene delapan, pada durasi menit 33:17-37:08......................................86
Tabel 4.9 Scene sembilan, pada durasi menit 44:01-46:10....................................89
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah stasiun televisi menghadirkan berbagai macam program yang
menarik agar diminati oleh khalayak, namun masyarakat juga harus cermat
dalam memilah-milah program yang ditonton agar dapat memberikan
informasi yang bermanfaat. Proses komunikasi yang semakin berkembang
salah satunya adalah menggunakan media baru, media baru ini diciptakan
untuk memudahkan manusia dan memperluas jaringan dalam berinteraksi
yang salah satunya adalah media elektronik televisi yang dapat menghadirkan
informasi berita, hiburan, opini dengan kualitas audiovisual.1
Program yang ada pada televisi dapat memiliki dampak yang sangat
berpengaruh bagi masyarakat luas. Dampak yang dihasilkan dari sebuah
program dapat bersifat positif atau negatif. Seharusnya para pengelola stasiun
televisi khususnya di Indonesia bisa memberdayakan insan-insan kreatif
untuk membuat suatu program yang memiliki nilai moral, meningkatkan
kehidupan masyarakat agar masyarakat tercermin dengan menggambarkan
kehidupan yang harmonis, toleransi beragama, meningkatkan rasa kecintaan
pada bangsa dan negara dan melestarikan budaya nasional.2
1 Panuju Redi, Sistem Penyiaran Indonesia: Sebuah Kajian Strukturalisme Fungsional, (
Jakarta: Prenamedia Group, 2015), h. 32. 2 Djamal Hidajanto, Andi Fachrudin, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi,
Operasi, dan Regulasi, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 159.
2
Salah satu program acara yang terdapat dalam televisi adalah talk
show. Talk show merupakan program acara tentang perbincangan yang
menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu tema tertentu
yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host). Dalam setiap episodenya
talk show mengundang tamu yang berpengalaman dan memiliki hubungan
dengan peristiwa yang sedang dibahas.3
Suatu program acara talk show yang menghadirkan informasi
bermanfaat sekaligus bernuansa religi salah satunya adalah “Makna &
Peristiwa”, yang merupakan salah satu program acara talk show pagi hari di
stasiun televisi tvOne. Talk show ini menyajikan informasi yang membahas
seputar permasalahan dan peristiwa terkini di kalangan masyarakat Indonesia.
Pembahasannya tentang sosial, politik, gaya hidup dan fenomena saat ini.
Kemudian dikupas berdasarkan sudut pandang ajaran agama Islam dan
disertai dengan ayat-ayat quran dan hadis sebagai penguat.
Pada satu waktu talk show “Makna & Peristiwa” membahas tema
tentang etika meraih kekuasaan, berkaitan dengan tebar pesona para bakal
calon Gubernur DKI Jakarta yang akan dilaksanakan pada tahun 2017. Dalam
episode tersebut menjelaskan tentang fenomena yang terjadi saat pemilihan
calon gubernur DKI Jakarta. Banyak para calon yang mulai mempromosikan
dirinya untuk menjadi kandidat, namun terkadang saat kampanye banyak hal-
hal yang terjadi tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
3 Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2008), h. 212.
3
Dalam sudut pandang Islam berkampaye dengan terlalu banyak
mengumbar-umbar janji palsu sangat dilarang begitu pula dengan black
campaign. Dan pemimpin yang tidak adil jika tidak dapat menyejahterakan
rakyatnya juga tidak boleh dipertahankan. Episode tersebut juga membahas
bahwa pemilu di negara ini yang harus diperbaiki yang apabila dipahami
bahwa terdapat beberapa konsensus yang terbentuk di Indonesia mengambil
pesan yang terkandung dalam ajaran Islam.
Agama Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk memilih
pemimpin yang adil, memilih pemimpin yang dapat menyejahterakan
rakyatnya. Walaupun Indonesia bukanlah negara Islam namun mayoritas
masyarakat Indonesia adalah beragama Islam khususnya ibu kota negara ini
yaitu DKI Jakarta yang mayoritas muslim. Sehingga sebagai umat Islam
harus bijaksana dalam menentukan pemimpin yang tepat dan bisa menjadi
suri tauladan bagi rakyatnya.
Berbicara tentang pemilihan banyak perbedaan pendapat tentang
bagaimana proses pemilihan tersebut dilakukan. Dalam menentukan
pemimpin dibutuhkan proses yang adil dalam menentukan pemimpin
tersebut. Indonesia merupakan negara demokrasi yang menjunjung tinggi
nilai-nilai Pancasila yang diantaranya terdapat musyawarah dan perwakilan.
Maka dari itu pemilihan dengan cara yang sesuai dan tepat akan menghindari
tindakan yang sewenang-wenang penguasa atau pemerintah terhadap
4
rakyatnya.4 Pada episode etika meraih kekuasaan talk show “Makna &
Peristiwa” membahas fenomena proses pemilihan calon pemimpin dan
dampak yang terjadi saat proses pemilihan pemimpin yang dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung.
Hal yang sering terjadi di Indonesia adalah banyaknya para calon
yang mulai tebar pesona saat pemilihan kepala daerah, dan sering terjadinya
black campaign saat Pemilu/Pilkada seperti yang penulis kutip dari hasil
penelitian KPU tentang isu money politic saat Pemilu legislatif di kabupaten
Bireuen Aceh. Banyaknya faktor yang mengakibatkan terjadinya money
politic saat pemilu. Maka dari itu bawaslu harus lebih waspada, masyarakat
juga harus sadar akan tentang black campaign, serta sangsi tegas terhadap
pelakunya agar tidak terulang kembali.5
Dapat diketahui media stasiun televisi tvOne merupakan salah satu
media pemberitaan yang selalu memberikan informasi terbaru yang terjadi di
Indonesia maupun luar negeri. Maka dari itu tvOne tidak ingin tertinggal
dalam memberitakan setiap peristiwa yang terjadi termasuk pemberitaan
tentang pemilihan calon gubernur DKI Jakarta yang akan dilaksanakan pada
tahun 2017 mendatang. Dengan ramainya pemberitaan tersebut program talk
show “Makna dan Peristiwa” yang merupakan salah satu program acara di
tvOne ikut serta membahas cara meraih kekuasaan dan bagaimana memilih
pemimpin yang tepat sesuai ajaran Islam.
4 Said Aqiel Siradji, Islam Kebangsaan: Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Ciganjur: Fatma
Press, 1999), h. 89. 5 Oleh Hambali dkk, Laporan Penelitian “Money Politic dalam Pemilu 2014 di
Kabupaten Bireun Aceh, (Penelitian Kerjasama KIP Bireuen dengan LPPM Universitas Muslim
Kabupaten Bereuen Aceh, 2015), h. 36 & 40.
5
Pada episode tersebut peneliti ingin melihat bagaimana talk show
“Makna & Peristiwa” menyampaikan kepada khalayak tentang penjelasan
bagaimana seharusnya dalam memilih seorang pemimpin. Berhubungan
dengan ramainya isu pemilihan pemimpin kepala daerah yang mulai ramai
dibicarakan oleh masyarakat. Dengan menghadirkan Ustad Bachtiar Nasir
sebagai narasumber tetap, kemudian sejarawan Indonesia JJ Rizal, dan
peneliti LIPI senior Siti Zuhro. Sebagai Muslim perlu mengenali dengan baik
kandidat yang akan dipilih mulai dari latar belakangnya, riwayat kinerjanya
dan program yang akan dijalankannya demi kesejahteraan rakyat dan umat
antarberagama. Atau sebagai muslim apakah diharuskan memilih seorang
pemimpin yang beragama Islam juga, namun di Indonesia merupakan negara
yang terdiri dari berbagai suku, bangsa dan agama.
Melihat yang terjadi pada saat ini adalah kita masih mengalami krisis
kepemimpinan. Berkaca dari aktivitas saat mendekati pemilihan yaitu
banyaknya kandidat mempromosikan dirinya dengan kampanye-kampanye
yang tidak sesuai aturan sehingga menimbulkan perseteruan dan konflik
antara kandidat satu dengan yang lainnya. Khususnya daerah ibu kota yang
merupakan jantung perekonomian dari negara ini, maka kita harus selektif
dalam memilih calon pemimpin. Materi yang disampaikan oleh program
acara “Makna & Peristiwa” pada episode etika meraih kekuasaan yang
berkaitan dengan isu-isu pemilihan bakal calon pemimpin daerah saat ini
yang menjadi salah satu alasan peneliti memilih episode tersebut untuk
diteliti.
6
Peneliti ingin melihat bagaimana tanda-tanda tentang kepemimpinan
Islam disampaikan dan dikemas dalam suatu narasi talk show. Representasi
melalui bahasa akan menitik fokuskan kepada isu-isu yang berhubungan
dengan sebuah konsep dari ideologi-ideologi yang ingin dibangun pada
sebuah realitas masyarakat. Kajian analisis tanda atau semiotika Charles
Sander Peirce terdapat representamen dalam proses terbentuknya sebuah
makna melalui interpretan dan objek.
Dengan penjelasan permasalahan di atas, peneliti ingin melihat tanda
kepemimpinan Islam yang terdapat dalam talk show “Makna dan Peristiwa”
di TvOne episode Etika Meraih Kekuasaan dengan mengangkat judul
“REPRESENTASI KEPEMIMPINAN ISLAM DALAM TALK SHOW
“MAKNA & PERISTIWA” di TVONE”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis ingin penelitian ini fokus dan
terarah. Peneliti memfokuskan kepada makna yang terdapat dalam
talkshow “Makna & Peristiwa” di tvOne tentang representasi
kepemimpinan Islam, episode Etika Meraih Kekuasaan. Ditayangkan pada
hari Kamis, 24 Maret 2016 pukul 08.30-09.30 WIB yang mengarah
kepada teori semiotika Charles Sander Peirce.
2. Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan
masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
7
1. Apa pesan yang terdapat dalam talk show “Makna & Peristiwa”
episode etika meraih kekuasaan?
2. Bagaimana talk show “Makna & Peristiwa” memaknai pesan
kepemimpinan Islam tentang memilih calon pemimpin?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah peneliti uraikan, maka ada
beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini, diantaranya :
1. Untuk mengetahui pesan apa yang terdapat dalam talk show “Makna &
Peristiwa” episode etika meraih kekuasaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana talk show “Makna & Peristiwa” memaknai
pesan kepemimpinan Islam tentang memilih calon pemimpin.
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi menambah ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu komunikasi studi tentang analisis semiotika
komunikasi dan narasi dalam kajian semiotika komunikasi. Sehingga
penelitian ini bermanfaat untuk kajian mahasiswa/i jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
2. Manfaat Praktik
Secara Praktis penelitian ini diharapkan menjadi informasi awal
bagi penelitian serupa, sehingga bisa menjadi pelengkap dan pembanding
pada penelitian yang telah ada sebelumnya.
8
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi, peneliti menjadikan beberapa contoh
skripsi sebagai acuan dan pembanding dalam penulisan skripsi ini. Yaitu
beberapa penelitian yang menggunakan analisis semiotika namun dengan
objek dan fokus permasalahan yang berbeda, diantaranya:
Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotika Program Acara
Propocative Proactive di Metro TV “Episode Indonesia S.O.S (Save Our
Selves)”, oleh Kurnia Fajrianti Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini membahas makna yang ditampilkan oleh
para host dalam program acara Provocative Proactive. Persamaannya adalah
skripsi ini menggunakan program talk show dan media televisi pada objeknya
dengan menggunakan analisis semiotika Peirce. Sedangkan dalam penelitian
ini peneliti menggunakan teori naratif, program acara di stasiun TV yang
berbeda dan fokus permasalahan tentang kepemimpinan Islam. Kurnia
Fajrianti meneliti tentang tanda pada program talk show yang didalamnya
mengandung unsur kritik sosial dan politik yang diperankan oleh host.
Skripsi yang berjudul “Sholawat dalam Program Talk Show Yuk Kita
Shalawatan (YKS) di TV9 (Analisis Semiotik Model Ferdinand De
Saussure)”, oleh Fitri Hajjah Fauziyah Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan
Ampel Surabaya. Skripsi ini membahas arti makna solawatan dalam talk
show “Yuk Kita Shalawatan” (YKS), hasil penelitiannya bahwa makna
9
shalawatan bertujuan sebagai puji-pujian kepada Allah SWT dan Rasulullah
SAW dan mengajak jamaah semakin giat dalam bersolawat. Persamaan
dengan skripsi peneliti adalah penggunaan metode analisis dan media televisi
pada subjek penelitian. Perbedaannya adalah teori yang digunakan peneliti,
program acara yang diteliti dan fokus permasalahan skripsi peneliti yaitu
tentang makna kepemimpinan Islam.
Skripsi yang berjudul “Semiotika Kepemimpinan Sultan Muhammad
al-Fatih dalam Film Battle of Empires Fetih 1453”, yang ditulis oleh Dang
Krissandy Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini
membahas tentang tanda yang terdapat dalam kepemimpinan Sultan
Muhammad al-Fatih yang tervisualisasi dalam sebuah film dengan
menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Persamaannya adalah
skripsi ini juga mencari makna kepemimpinan, yang membedakan dengan
skripsi peneliti adalah teori yang digunakan, fokus permasalahan yang
berbeda tentang kepemimpinan Islam dan objek penelitian.
Beberapa referensi skripsi tersebut dijadikan sebagai acuan dan
pembanding agar peneliti tidak melakukan kesalahan dalam penelitian dan
tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan seperti menjiplak atau
plagiatisme terhadap karya seseorang.
10
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma
konstruktivis yang menekankan bahwa fakta merupakan kontruksi sosial,
kebenaran merupakan suatu realitas yang bersifat relatif dan berlaku sesuai
pada konteks yang spesifik kemudian dinilai secara revelan oleh pelaku
sosial. Littlejohn menjelaskan bahwa paradigma konstruktivis
berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah terbentuk secara objektif
melainkan dibentuk melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat
dan budaya.6 Paradigma digunakan sebagai cara pandang peneliti dalam
melakukan sebuah penelitian terstruktur.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang
dimaksudkan untuk melihat gejala gejala yang bersifat alamiah dan
bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan mengumpulkan informasi
penelitian yang sangat mendalam.7 Sifat dari penelitian ini adalah
deskriptif. Sehingga peneliti dapat mengumpulkan informasi secara aktual
dengan melukiskan gejala yang ada, kemudian peneliti dapat
mengidentifikasikannya pada permasalahan penelitian
6 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi-Aplikasi Praktis bagi Penelitian
dan Skripsi Komunikasi Edisi 2, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 36-37. 7 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2002), h.
3.
11
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah talk show “Makna & Peristiwa”
di tvOne. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
Representasi Kepemimpinan Islam dalam episode Etika Meraih
Kekuasaan.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari 24 Mei
2016 sampai dengan 8 November 2016. Tempat penelitian dalam
penelitian ini adalah kantor pusat stasiun televisi tvOne yang berlokasi di
Kawasan Industri Pulo Gadung (KIP) Jl. Rawa Terate II No. 2, Jakarta
Timur.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Observasi non partisipan
“Observasi merupakan memperhatikan, mengamati dengan secara detil
dan sistematis pada permasalahan yang menjadi tujuan penelitian”.8
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi non partisipan
karena dalam hal ini peneliti hanya bertindak sebagai penonton saja
sehingga tidak mengharuskan peneliti untuk terjun ke lapangan. Maka
8 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), h. 131.
12
dari itu peneliti akan memusatkan dengan melihat program acara
“Makna & Peristiwa” di tvOne untuk melengkapi data penelitian.
b. Dokumentasi
Peneliti akan mengumpulkan data melalui dokumentasi, yaitu bahan
yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan objek penelitian. Hal
tersebut bisa berupa dokumen visual, dokumen resmi, dokumen pribadi,
foto dan sebagainya yang memiliki hubungan dengan penelitian.9
Dokumentasi merupakan teknik pelengkap setelah melakukan teknik
wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif. Sehingga
penelitian akan lebih memiliki nilai kredibilitas.10
c. Wawancara
Peneliti juga akan melakukan teknik wawancara dalam penelitian ini.
Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi melalui tanya
jawab, sehingga dapat mengkonstruksikan makna pada topik tertentu.
selain itu wawancara digunakan untuk mengetahui bagaimana
partisipan menginterpretasikan situasi dan fenomena yang sedang
terjadi.11
Dalam penelitian ini peneliti akan mewawancarai produser
dari program acara talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne.
6. Teknik Analisis Data
Setelah selesai mengumpulkan data dan mengelompokkannya
sesuai dengan tujuan dari penelitian yaitu untuk dianalisis, kemudian
9Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, h. 131.
10 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), h 240. 11
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, h. 231-232.
13
peneliti mengklasifikasikannya dengan kerangka teori yang digunakan
setelah itu dapat disimpulkan.
Penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis tanda yang
terdapat di dalamnya dengan menggunakan teknik analisis semiotika atau
kajian tanda model Charles Sander Peirce. Menurut Charles Sander Peirce
sebuah tanda atau representamen adalah “Sesuatu yang mewakili sesuatu
yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas”.12
Proses semiosis Peirce
digambarkan sebagai suatu triadik yang tak pernah habisnya. Sesuatu
yang bernama hal lain atau yang disebut sebagai interpretan pada suatu
saat akan menjadi representamen dan sebaliknya. Kemudian dapat
reprentamen terbentuk karena ada kaitannya dengan interpretan dan objek.
Gambar 1.1 Triadik Peirce
13
Interpretant
Representament object
Untuk menganalisis setiap tanda melalui analisis semiotika Peirce,
diperlukan pembagian tanda yang telah dikategorikan oleh Peirce.
Kategori tersebut juga memiliki hubungan dengan triadik di atas. Bagi
Peirce sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi disebut sebagai
ground. Hasilnya bahwa tanda (sign atau representamen) selalu terdapat
12
Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas, ( Yogyakarta:
Jalasutra, 2011), h. 17. 13
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna,
(Yogyakarya: Jalasutra, 1999), h. 266.
14
dalam hubungan triadik, yaitu ground, object, dan interpretant. Dalam
hubungan ini Peirce membagi tanda menjadi beberapa kualifikasi seperti
tanda yang dapat dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign,
sinsign, dan legisign.
Qualisign adalah kualitas yang terdapat dalam tanda, misalnya yang
terdapat dalam kata-kata kasar, lemah, lembut, merdu. Kemudian Sinsign
yaitu eksistensi aktual benda atau peristiwa yang terjadi lalu terdapat pada
tanda, misalnya kata mendidih yang terdapat dalam susunan kata air
mendidih akan menandakan seseorang ada yang memasak di dapur. Dan
Legisign yaitu norma atau nilai yang terkandung oleh tanda, misalnya
rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal yang boleh atau tidak.
Seperti arti rambu lalu lintas lampu merah berhenti, lampu kuning
menandakan hati-hati dan hijau boleh jalan.14
Skema triadik Peirce memiliki penjelasan secara lebih detil sebagai
berikut:15
Tabel 1. 1
Skema Triadik Peirce16
Kategori Representamen Objek Interpretan
Firstness
Otonom
Qualisign
-Proper Sign
Ikon
-copy
Rheme
-class name
14
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rordakarya, 2013), cet. Ke
5, h. 41. 15
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna,
(Yogyakarya: Jalasutra, 1999), h. 267. 16
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, h.
267.
15
-tanda potensial
-kepertamaan
-apa adanya
-kualitas
-tiruan
-keserupaan
-kesamaan
-proper name
-masih
terisolasi dari
konteks
Secondness
Dihubungkan
dengan realitas
Sinsign
-token
-pengalaman
-perilaku
-perbandingan
Indeks
-penunjukan
-kausal
Dicent
-tanda dan
eksistensi
aktual
Thirdness
Dihubungkan
dengan aturan,
konvensi, atau kode
Legisign
-tipe
-memori
-sintesis
-mediasi
-komunikasi
Simbol
-Konvensi
-Kesepakatan
Argument
-gabungan
dari dua
premis
Setelah mengelompokkan tanda sesuai dengan kategori penjelasan
di atas, lalu peneliti menganalisisnya dengan memfokuskan pada
representasi kepemimpinan Islam dalam talk show “Makna dan Peristiwa”
di tvOne episode etika meraih kekuasan, kemudian memberi kesimpulan
hasil dari penelitian.
7. Pedoman Penulisan
16
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dari penulisan skripsi ini agar menjadi sistematis,
yang terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan Pendahuluan yang memuat tentang
Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Pemanfaatan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi
Penelitian, Sistematika Penulisan yang merupakan gambaran
umum dalam penelitian.
BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
Menjelaskan Teori Naratif dari Walter Fisher,
Konseptualisasi Semiotika, Konseptulisasi Semiotika Televisi,
Konseptualisasi Kepemimpinan dalam Islam dan Konseptualisasi
Talk show.
BAB III GAMBARAN UMUM
Memberikan penjelasan tentang profil perusahaan televisi
tvOne, khususnya pada program acara talk show “Makna &
Peristiwa”, profil pembawa acara Teuku Wisnu, profil narasumber
17
tetap Ustad Bachtiar Nasir, narasumber JJ Rizal, narasumber Siti
Zuhroh dan sinopsis episode yang akan diteliti.
BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS
Menjelaskan analisis dan hasil analisis dari Representasi
Kepemimpinan Islam dalam talkshow “Makna & Peristiwa” di
tvOne dengan mengklasifikannya menggunakan analisis semiotika
Charles Sander Peirce.
BAB V KESIMPULAN
Menjelaskan hasil dari penelitian secara keseluruhan dan
setelah itu disimpulkan, bab ini merupakan penutup dari penulisan
skripsi yang memuat kesimpulan dan saran-saran sebagai hasil
analisis yang telah dilakukan oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
18
18
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Teori Naratif dari Walter Fisher
Teori naratif adalah teori yang menjelaskan bahwa manusia merupakan
makhluk yang senang bercerita dan setiap pertimbangan dilakukan oleh
manusia seperti nilai, emosi dan estetika menjadi sebuah landasan yang
mempengaruhi keyakinan dan perilaku setiap manusia. Pendapat tersebut
dikemukakan oleh Walter Fisher yang tidak lain adalah salah satu penggagas
dari teori naratif. Namun, Fisher lebih menyukai dengan menyebutnya sebagai
paradigma naratif.
Alasan Walter Fisher mengungkapkan sebagai paradigma naratif adalah
karena Fisher ingin memberikan pengetahuan yang lebih luas lagi terhadap
kebanyakan teori komunikasi yang sebelumnya. Bagi Fisher paradigma
memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan sebuah teori. Dengan
pergeseran makna tersebut Fisher yakin sedang menangkap sifat alami
manusia yang paling dasar, yaitu manusia merupakan makhluk pencerita. Dan
setiap manusia akan menjalankan hidupnya dalam suatu bentuk narasi atau
suatu kisah.1
Narasi dapat terbentuk karena terjadinya proses komunikasi yang
didalamnya terdapat pesan. Seperti yang dikatakan oleh Van Zoest,
komunikasi yang sebenarnya dan lengkap adalah apabila terdapat pesan oleh
1 Richad West & Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h. 44-45.
19
kedua pemakai tanda yang dapat saling bertukar peran. Peran si pengirim
tanda yang suatu saat bisa menjadi penerima tanda, dan sebaliknya. Begitu
pula dengan narasi yang terjadi akibat adanya aktivitas atau fungsi utamanya
adalah pertukaran. Narasi disebut juga sebagai ruang berlangsungnya
komunikasi, karena dibutuhkannya pemberi narasi dan penerima narasi.2
Paradigma naratif yang dikembangkan oleh Fisher bertujuan untuk
memberikan cara berpikir yang berbeda kepada setiap manusia. Agar setiap
manusia memiliki cara berpikir yang luas dan berbeda tentang persoalan yang
ada di dunia ini dibandingkan hanya terpaku pada pemikiran-pemikiran
paradigma dunia rasional. Paradigma naratif ini memberikan jalan tengah dari
pandangan tentang pemikiran dunia rasional tanpa harus menggeser
pemikiran tradisional. Fisher berusaha untuk menjembatani jurang antara
logos (argumen rasional) dan mitos (cerita, atau narasi) dengan membangun
logika naratif yang memiliki sifat penilaian demokratis terhadap pembicara,
karena tidak ada satu manusia pun yang khusus dilatih untuk menarik
kesimpulan dengan konsep koherensi dan kebenaran.3
Paradigma naratif dari Fisher memiliki lima asumsi dasar yang digunakan
untuk menjelaskan bahwa paradigma naratif sangat berbeda dengan paradigma
dunia rasional. Lima asumsi tersebut adalah: pertama, Manusia pada dasarnya
adalah makhluk pencerita. Fisher mengatakan bahwa naratif bersifat universal,
dapat ditemukan dalam semua budaya dan periode waktu. Asumsinya ini
2 Alex Sobur, Komunikasi Naratif Paradigma, Analisis, dan Aplikasi, (Bandung: Remaja
Rordakarya, 2014), h. 9. 3 Richad West & Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h. 45-46.
20
dipengaruhi oleh teori moral Alasdair MacIntyre yang mengamati manusia
dalam setiap perilakunya, praktik dalam kehidupannya, dan fisiknya pada
dasarnya merupakan makhluk pencerita. Contoh yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari kita adalah, untuk menghabiskan waktu yang dijalani oleh
manusia, mereka melakukannya dengan memberikan informasi dengan
menceritakannya kepada orang lain.
Kedua, Keputusan mengenai harga dari sebuah cerita didasarkan pada
pertimbangan yang sehat. Asumsi ini menjelaskan agar manusia melakukan
pertimbangan dalam mengambil keputusan tentang cerita mana yang akan
dapat diterima dan ditolak. Dalam menentukan harga pada sebuah cerita
diperlukan pemikiran yang logis agar mengantarkan kita pada kebenaran dari
realitas cerita yang saling berkompetisi. Logika naratif yang bersifat
demokrasi akan menghasilkan sebuah kebijaksaan dalam berpikir apabila
seseorang mendengarkan suatu cerita yang terdapat perbedaan sudut pandang.4
Ketiga, Pertimbangan yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya,
dan karakter. Asumsi ini berhubungan dengan cara mempengaruhi seseorang
dalam mengambil keputusan. Sesuatu yang masuk di akal pikiran bukan satu-
satunya opsi untuk melihat suatu pemikiran yang logis, melainkan dalam
paradigma naratif memberikan pilihan bahwa dalam menentukan suatu
pertimbangan harus didasari oleh sejarah, biografi, budaya, dan karakter.
Maka dari itu setiap manusia dalam berpikir akan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan dimana mereka terikat.
4 Richad West & Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h.
47-48.
21
Keempat, Rasionalitas di dasari oleh penilaian seseorang mengenai
konsistensi dan kebenaran sebuah cerita. Setiap orang akan lebih mempercayai
cerita yang bersifat konsisten secara internal dan dapat dipercaya. Cerita yang
disampaikan secara lengkap dan jelas akan memberikan pandangan yang luas
terhadap penerima cerita dalam menentukan mana yang benar dan tidak benar.
Kelima, Setiap manusia memahami dunia sebagaimana dunia diketahui
diisi penuh dengan cerita, dan kita harus menentukan dari cerita yang ada.
Asumsi terakhir ini menjelaskan bahwa dunia merupakan bentuk dari
sekumpulan cerita, saat kita memilih cerita mana yang akan dipilih, maka dari
situlah kita akan menjalankan kehidupan yang berbeda dengan orang lain,
namun kita masih bisa mengatur ulang cerita mana yang akan dijalankan suatu
saat nanti. Inilah yang membedakan cara berpikir dunia rasional dengan logika
naratif yang hanya melihat kebenaran melalui analisis rasional sedangkan
logika naratif memanfaatkan cerita-cerita yang menggugah sehingga lebih
meyakinkan.5
1. Konsep Dasar
Untuk melacak secara detil asumsi-asumsi paradigma naratif maka
diperlukan beberapa konsep yang akan mengantarkan peneliti pada inti
dari kerangka teoritis paradigma naratif ini, diantaranya adalah:6
a. Narasi (Narration), dalam konsep ini Fisher mengatakan bahwa narasi
lebih dari sebuah cerita yang memiliki plot di awal, tengah maupun
5 Richad West & Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h.
49-50. 6 Richad West & Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h.
51-53.
22
akhir. Narasi dapat mencakup deskripsi secara verbal maupun
nonverbal apa pun dengan urutan kejadian yang disusun dengan baik
sehingga dapat menghasilkan makna oleh pendengar. Terdapat proses
tindakan simbolik dalam narasi karena urutan cerita yang menghasilkan
makna lahirnya sebuah interpretasi. Dapat simpulkan konsep naratif ini
membutuhkan adanya pencerita dan pendengar.
b. Rasionalitas Naratif (Narrative Rationality), manusia memerlukan cara
untuk melihat keabsahan sebuah cerita. Yaitu dengan Rasionalitas
Naratif, yang memberikan cara kepada kita untuk menilai naratif bukan
dengan metode tradisional yang dapat ditemukan dalam paradigma
dunia rasional. Rasionalitas naratif bekerja dengan prisnsip koherensi
dan kebenaran.
c. Koherensi (Coherence), prinsip koherensi merujuk pada konsistensi
internal dari sebuah naratif. Koherensi ini bertujuan agar pendengar
dapat menilai naratif yang diceritakan apakah disampaikan secara urut
dan tidak ada yang tertinggal. Koherensi merupakan standar penting
dari sebuah narasi, karena koherensi sering sekali menjadi tolok ukur
dalam menilai sebuah narasi dengan menyusun sebaik mungkin dan
yakin tidak ada satu pun yang terlewati oleh pencerita. Koherensi
didasarkan pada tiga tipe konsistensi yang spesifik, yaitu:
Pertama, Koherensi Struktural (Structural Coherence). Didasari oleh
elemen-elemen cerita yang berjalan lancar. Ketika sebuah cerita
terdengar membingungkan, tidak terkait antara cerita yang satu dengan
23
yang lain. maka dapat dipastikan jika cerita tersebut terdapat
kekurangan koherensi struktural.
Kedua, Koherensi Material (Material Coherence). Merujuk kepada
keselarasan antara satu cerita dengan cerita yang lain memiliki suatu
keterkaitan diantaranya. Ketika terdapat dua informasi yang berbeda
dan salah satu informasi terdapat kekeliruan, maka pendengar cerita
akan cenderung menolak informasi yang berbeda dan tidak akan
mempercayainya. Kerena yakin telah ada kekurangan koherensi
material pada cerita tersebut.7
Ketiga, Koherensi Karakterologis (Characterogical Coherence).
Mengantarkan sebuah cerita melalui karakter-karakter yang dapat
dipercaya. Dengan memasukkan karakter yang dapat dipercaya maka
pendengar cerita akan cenderung lebih menyukai cerita tersebut,
dibandingkan dengan karakter yang tidak disukai maka cenderung akan
menolaknya.
d. Kebenaran (Fidelity), merupakan salah satu standar penting lainnya
dalam menilai rasionalitas naratif. Kebenaran berfungsi untuk menguji
reliabelitas dari sebuah cerita. “Cerita dengan kebenaran akan terdengar
sungguh-sungguh bagi pendengar”.8 Cerita yang mengandung
kebenaran akan membawa penerima cerita pada peristiwa-peristiwa
7 Richad West & Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h.
52. 8 Richad West & Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h.
53.
24
yang nyata dan pernah ada, sehingga pernyataan dapat disesuaikan
dengan realitas sosial.
e. Logika dari Good Reason, ini berkaitan dengan asumsi naratif dalam
menentukan kebenaran cerita dibutuhkannya pertimbangan yang sehat.
Ketika naratif memiliki kebenaran maka akan menarik keyakinan
seseorang, sehingga cerita yang dihasilkan menjadi persuasif. Fisher
mengatakan konsep logikanya ini mengandung sebuah prosedur yang
sistematis dalam menentukan sebuah penilaian sebuah cerita. sehingga
logika naratif akan mendorong seseorang untuk percaya pada sebuah
naratif berdasarkan pada nilai atau konsepsi naratif yang baik.9
Konsep-konsep yang telah dijelaskan di atas digunakan untuk
memprediksi naratif sesuai dengan kriteria Fisher. Agar dapat menentukan
nilai secara implisit dan eksplisit dalam sebuah narasi. Kelebihan dari teori
ini adalah Fisher memberikan pemikiran yang baru sehingga dalam
melihat narasi akan memperhatikan proses-proses demokratis di dalam
area kritik retoris. Paradigma naratif juga mengantarkan pada pemahaman
komunikasi berdasarkan sifat alami manusia yaitu makhluk pencerita.
Namun teori ini juga mendapat kritikan bahwa paradigma naratif terlalu
luas cakupannya, seperti yang dikatakan oleh Fisher semua komunikasi
adalah naratif.10
9 Richad West & Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h.
53. 10
Richad West & Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi,
h.54-55.
25
Dapat disimpukan paradigma naratif adalah cara untuk seseorang
dalam menentukan nilai dan ketepatan dari sebuah narasi yang berbentuk
pada sebuah cerita. Naratif memberikan cara pandang baru dalam melihat
sebuah cerita. Sebagai pencerita narator harus bisa membuat percaya
pendengarnya, dan sebaliknya sebagai pendengar cerita harus melihat
banyak aspek dalam menentukan keabsolutan narasi yang disampaikan.
Setelah itu kita dapat menentukan untuk menerima atau menolak pesan
tersebut.
B. Konseptualisasi Semiotika
1. Pengertian Semiotika
Suatu ilmu atau metode analisis yang mengkaji tanda-tanda adalah
semiotika. Semiotika dalam mengkaji tanda-tanda menjelaskan bahwa
tanda merupakan perangkat yang digunakan sebagai upaya untuk mencari
jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.
Pada dasarnya semiotika mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)
memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak bisa
disatukan dengan cara mengkomunikasikannya (to communicate).11
Secara epistimologis, kata semiotika berasal dari bahasa Yunani,
semeion yang memiliki arti “tanda” atau seme, yang berarti “penafsir
tanda”. Semiotika sendiri berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni
logika, retorika dan poetika. Secara garis besar “tanda” dalam semiotika
11
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rordakarya, 2013), cet. Ke 5, h.
15.
26
masa itu adalah bermakna pada sesuatu hal yang menunjuk terdapatnya
tanda lain.12
Secara terminologis semiotik dapat didefinisikan sebagai
suatu kajian ilmu yang mempelajari secara luas objek-objek, peristiwa-
peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai sebuah tanda.13
Semiotika dalam kajian ilmu komunikasi yaitu untuk menelaah tanda
atau signal dalam konteks komunikasi yang lebih luas. Dalam proses
penandaannya melibatkan berbagai elemen komunikasi. Peirce
memandang bahwa tanda adalah “...something wich stands to somebody
for something in some respect of capasity” (sesuatu yang mewakili sesuatu
yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas). Terlihat dari definisi Peirce
ini peran subjek (somebody) sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan
dari pertandaan, yang menjadi dasar dari pengertian semiotika komunikasi.
Sedangkan menurut Umberto Eco dalam bukunya A Theory of
Semiotics, bahwa semiotika yang melakukan penekanan pada proses
produksi tanda (sign production), dibandingkan dengan sistem tanda (sign
system). Yang membedakan semiotika komunikasi dengan semiotika yang
lain adalah ketika proses produksi penandaan, tanda atau signal yang
digunakan dalam rantai komunikasi, sehingga mempunyai peran yang
penting dalam komunikasi.14
Dapat disimpulkan jika semiotik adalah kajian menelaah tanda yang
dapat menghasilkan makna tertentu. Pada semiotika komunikasi proses
12
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 16-17. 13
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rordakarya, 2006), h. 95. 14
Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas, ( Yogyakarta:
Jalasutra, 2011), h. 17.
27
terbentuknya sebuah tanda, maka tanda tersebut berada dalam sebuah
proses komunikasi khususnya menelaah sistem tanda yang terdapat pada
sebuah media. Kemudian tanda tersebut dikontruk dan dibentuk oleh
media agar dapat disaksikan oleh masyarakat.
Dalam kajian semiotik memiliki sembilan macam jenis untuk
menggambarkan sistem tanda yang akan dianalisis dan peneliti
menggunakan salah satu macam dari jenis semiotik ini dalam penelitian,
yaitu:15
a. Semiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda.
Seperti yang dikatakan oleh Peirce bahwa semiotik adalah kajian tanda
yang mengacu kepada ide, objek dan makna sehingga sebuah tanda
dapat mengarahkan pada objek tertentu.
b. Semiotik deskriptif adalah semiotik yang digunakan untuk
memperhatikan sistem tanda yang dapat dialami saat sekarang dan
tanda tersebut tetap sama walaupun sudah ada sejak dahulu. Misalnya,
sejak dahulu sampai sekarang kita telah memahami jika mendung
adalah tanda akan datangnya turun hujan.
c. Semiotika faunal, dalam semiotik ini khusus mengkaji sistem tanda
yang dihasilkan oleh hewan. Seperti yang kita ketahui bahwa hewan
menggunakan tanda untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan
beberapa tanda yang dihasilkan oleh hewan dapat dipahami oleh
manusia.
15
Alex Shobur, Analisis Teks Media, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 100-101.
28
d. Semiotika kultural adalah semiotika yang khusus menganalisis sistem
tanda yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat terterntu. Untuk
mengetahui perbedaan antara budaya satu dengan budaya yang
lainnya, karena suatu masyarakat pasti akan menjaga budaya secara
turun temurun untuk menjaga kelestariannya.
e. Semiotik naratif adalah semiotika yang mengkaji sistem tanda yang
terdapat pada sebuah narasi yang berbentuk mitos dan cerita lisan
(folklore). Kemudian menganalisisnya dengan mencari nilai-nilai
kultural yang terdapat dalam narasi tersebut.
f. Semiotika natural adalah semiotik yang khusus mengkaji sistem tanda
yang dibuat oleh alam yang terjadi secara alami karena proses alam.
Namun yang dihasilkan oleh alam terkadang memberikan tanda jika
hal tersebut akibat dari perilaku manusia misal yang terjadi pada banjir
dan longsor.
g. Semiotika normatif adalah semiotik yang khusus mencari tanda yang
dibuat oleh manusia yang berbentuk norma-norma agar dapat
diberlangsung dalam kehidupan manusia. Misalnya rambu-rambu lalu
lintas.
h. Semotika sosial adalah semiotika yang digunakan untuk menelaah
tanda yang dihasilkan oleh manusia berwujud lambang baik dalam
sebuah kata yang terdapat pada sebuah kalimat.
i. Semiotika kultural adalah semiotik yang mengkaji sistem tanda yang
dapat dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
29
Saat mengkaji ilmu semiotika maka tidak lepas dari pemikiran
Charles Sander Peirce dan Ferdinand de Saussure. Mereka berdua dikenal
sebagai pemikir yang sangat argumentatif dan multidimensional dalam
mendefinisikan dasar-dasar dari semiotika, sehingga hasil pemikiran
mereka berdua memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kajian
semiotika. Tetapi, penjabaran teori semiotika Peirce seringkali diebut
sebagai “grand theory” ini disebabkan gagasannya yang bersifat
menyeluruh dan sangat deskriptif secara struktural dari semua sistem
penandaan.16
Menurut Charles Sander Peirce sebuah tanda atau representamen
adalah “sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau
kapasitas”.17
Sesuatu yang diberi nama hal lain tersebut adalah interpretan
(interpretant) sebuah tanda pertama yang mengacu kepada objek (object).
Lalu, sebuah tanda atau representamen memiliki hubungan yang berkaitan
dengan triadik langsung dengan interpretan dan objeknya. Dalam proses
pembentukan objek terjadi sebuah penyatuan antara entitas yang disebut
sebagai representamen dengan entitas yang lain. Proses pembentukan
objek ini sering disebut sebagai signifikasi (signification).
Proses semiosis Charles Sander Peirce digambarkan seperti sebuah
rangkaian yang tak ada habisnya, pada gilirannya suatu saat sebuah
interpretan akan menjadi representamen, kemudian menjadi interpretan
16
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi-Aplikasi Praktis bagi Penelitian
dan Skripsi Komunikasi Edisi 2, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 17. 17
Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas, ( Yogyakarta:
Jalasutra, 2011), h. 17.
30
lagi, menjadi representamen lagi, dan seterusnya. Sebuah semiosis yang
tidak berkesudahan ini kemudian dirumuskan oleh Umberto Eco dan
Jacques Derrida menjadi proses semiosis tanpa-batas (unlimited
semiosis).18
Semiotika Peirce juga mengklasifikasikan tanda-tanda dengan
proses pencarian tandanya yang cukup rumit. Terdapat tiga pembedaan
tipe-tipe tanda yang sangat berguna saat mengkaji gejala budaya, seperti
produk-produk yang terdapat di dalam media seperti mengkaji iklan, film,
berita, talk show dan program televisi lainnya.19
Peirce mengklasifikasikan
tiga cara untuk mendeteksi tanda yang memiliki suatu hubungan dengan
reprensentasi dan objeknya melalui ikon, indeks, dan objek.
Ikon adalah tanda yang memiliki kemiripan “rupa” (resemblance)
yang dapat dikenali oleh para pemakainya. Ikon memiliki hubungan antara
representamen dan objeknya yang terbentuk sebagai suatu “kesamaan
dalam beberapa kualitas”.
Kemudian Indeks merupakan tanda yang memiliki ikatan yang kuat
atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks
memiliki beberapa cara agar tanda tersebut bersifat konkret, aktual, dan
biasanya melalui suatu cara yang sekuensial dan kausal. Mengutip dari
tulisan Marcel Danesi menjelaskan bahwa indeks merupakan ikon yang
menggantikan atau menunjuk ke sesuatu dalam hubungannya dengan
18
Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas, ( Yogyakarta:
Jalasutra, 2011), h. 17-18. 19
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010,
h. 47.
31
sesuatu yang lain dan indeks hanya bertugas untuk menunjukan dan
memastikan dimana tanda itu berada.20
Dan yang ketiga ialah Simbol, simbol adalah tanda yang bersifat
arbitrer dan konvensional. Tanda-tanda yang terdapat dalam kebahasaan
pada umumnya adalah simbol-simbol. Seperti yang telah dijelaskan oleh
Saussurean tentang tanda, bahwa apa yang disebut sebagai simbol hampir
sama dengan tanda karena dua pemikir semiotika ini memiliki banyak
kesesuaian tentang pengertian hal tersebut.21
C. Konseptualisasi Semiotika Televisi
Peristiwa yang terjadi dalam kehidupan intelektual dan sosial
manusia didasarkan pada pembuatan, pemakaian, dan pertukaran tanda.
Pertukaran tersebut berlangsung ketika manusia memberikan suatu isyarat
seperti berbicara, menulis, membaca, menonton acara televisi,
mendengarkan musik, atau melihat lukisan.22
Dari berbagai hal tersebut
maka akan tampil sebuah tanda yang memiliki hubungan erat dengan
aktivitas tersebut.
Televisi merupakan salah satu tatanan signifikasi modern dalam
menelaah kajian semiotika. Televisi telah menjadi salah satu media yang
memberikan banyak informasi dan memiliki perkembangan sangat pesat
20
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 48. 21
Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas, ( Yogyakarta:
Jalasutra, 2011), h. 20. 22
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010,
h. 33.
32
dalam sejarah peradaban manusia.23
Bahkan fungsi utamanya sebagai
media informasi pun bergeser seiring perkembangan zaman. Banyak
pemilik stasiun televisi saat ini yang menggunakan media tersebut sebagai
ajang alat komersialisasi, bisnis, politik dan sebagainya.
Televisi semakin berkembang di mulai pada tahun 1960-an. Pada
masa tersebut berbagai macam program acara televisi bermunculan. Dari
program acara yang bernilai fiksi maupun non-fiksi. Bahkan televisi sudah
memiliki peran yang sangat besar melebihi surat kabar. Karena televisi
dapat menjadi sinteks bagi masyarakat luas yang bisa digunakan sebagai
media informasi, rangsangan intelektual, dan pengalihan pikiran.
Berdasarkan keberadaannya, televisi memiliki sisi positif dan
negatif. Positifnya adalah ketika televisi berhasil menjadi melakukan
perubahan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Namun sisi
negatifnya adalah televisi merupakan pedang bermata dua yang dapat
digunakan sebagai alat pengalihan isu, pembangkit citra seseorang, bahkan
televisi bisa mengakibatkan kemalasan intelektual di dalam masyarakat.24
Dalam kajian semiotik atau kajian yang menelaah tanda-tanda
khususnya pada media televisi, yang produk diantaranya adalah iklan,
sinetron, film, berita dan talk show. Maka tanda dapat dilihat dengan
mencari dampak apa yang dikomunikasikan oleh media tersebut misalnya
saat mendekati pemilihan umum, isu sosial dan fenomena yang terjadi di
masyarakat. Saat ini televisi telah memasuki panggung sosial yang nyaris
23
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 33. 24
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 166-167.
33
saja akan menjadi medium penyampai teks sosial dan informasi tentang
seluruh aspek kehidupan manusia.
Proses signifikasi yang mulai berubah secara drastis sejak tahun
1960-an, meningkatkan daya pikir untuk mengembangkan berbagai teks
narasi dalam media televisi dan sistem konotasi dalam penandaan.
Sehingga tanda-tanda yang muncul dalam bentuk teks narasi,
penggambaran karakter tokoh dan genre acara televisi yang ditayangkan
dapat membangkitkan mitologi yang dikaji sebagai sebuah tanda.25
D. Konseptualisasi Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Islam
1. Definisi dari Kepemimpinan
Pemimpin memiliki banyak definisi menurut para ahli, karena
menjadi seorang pemimpin merupakan dampak interaktif dari faktor
individu/ pribadi dengan dipengaruhi oleh faktor situasi. Salah satu definisi
pemimpin adalah pemimpin merupakan sosok atau pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan di suatu bidang. Sehingga seorang pemimpin
mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas tertentu dalam tercapainya beberapa tujuan yang dicita-citakan.26
Gardner, J.W mengungkapkan bahwa pemimpin adalah proses
persuasi atau mengajak dan memberikan contoh apa yang dilakukan oleh
seseorang atau suatu organisasi kepemimpinan pada sebuah kelompok,
agar kelompok tersebut dapat mewujudkan tujuan secara bersama-sama
25
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 185. 26
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal
Itu?, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1983), h. 38.
34
yang diprakarsai oleh sang ketua kemudian diikuti oleh para
pengikutnya.27
Dalam aspek politik pemimpin juga memiliki definisi lain yaitu,
seorang pemimpin merupakan kepala aktual dari organisasi partai di kota,
dusun, atau subdivisi-divisi/bagian-bagian lain dalam ruang lingkup
politik. Pemimpin dalam politik dapat dipilih secara langsung maupun
tidak langsung oleh pemilihnya yang bisa saja suara tersebut diwakili oleh
partai yang mendukungnya. Perbedaan yang terdapat pada boss (kepala,
atasan, majikan) dan pemimpin adalah metode yang dipakai saat
melaksanakan pemilihan dan sosok yang menjadi pemimpin dalam
menjalankan kekuasaan.28
Pada dasarnya kepemimpinan itu adalah “sebuah proses
mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya
dalam upaya mencapai tujuan organisasinya”.29
Senada dengan yang
diungkapkan oleh Gary Yukl dalam tulisannya bahwa Konsep dalam
kepemimpinan sangat erat kaitannya dengan kekuasaan seorang pemimpin
dalam mempengaruhi perilaku para pengikutnya. Usaha dalam
mempengaruhi ini berkaitan dengan tujuan dan hasil dari sebuah
kepemimpinan. Karena ada pendapat yang mengatakan kepemimpinan itu
27
Wirawan, Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan
Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 6. 28
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal
Itu?, h. 39. 29
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2006), h. 3.
35
dapat berhasil jika orang-orang terpengaruh untuk melakukan hal yang etis
dan bermanfaat dalam organisasi kepemimpinan.30
2. Tipe-tipe Kepemimpian
Selain sebagai alat untuk mempengaruhi, mengarahkan,
memprakarsai pemimpin juga memiliki fungsi sebagai pengambil
keputusan, kemudian melakukan pertimbangan dengan berkonsultasi
kepada orang-orang yang berkepentingan, sebagai pelaksana, memilih
orang-orang yang dapat dipercaya dalam kepemimpinannya dan sebagai
pengendali. Terdapat pula tipe-tipe dari kepemimpinan demi mewujudkan
fungsi-fungsi agar terlaksanya sebuah kepemimpinan.31
Berikut adalah
tipe-tipe dari kepemimpinan32
:
a. Tipe pemimpin kharismatis yaitu ketika memimpin ia memiliki
kekuatan energi, daya-tarik tersendiri seperti magnet besar yang dapat
menarik orang banyak sebagai pengikutnya dan memiliki pengawal
yang sangat dipercaya. Bahkan dianggap seperti memiliki kekuatan
gaib (supernatural power) dengan kemampuan yang luar biasa serta
inpsirasi dan keteguhan terhadap pendiriannya membuat pengikutnya
semakin yakin terhadap pemimpin seperti ini.
b. Tipe Paternalistis, yaitu tipe kepemimpinan ini layaknya seorang ayah
terhadap anaknya. Karena dalam prosesnya seorang pemimpin
30
Gary Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi, ( Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia,
2005), h. 6. 31
Hadari Nawawi & M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 2012), Cet. Ke 6, h. 75. 32
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal
Itu?, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1983), h. 81-86.
36
menganggap bahwa bawahannya seperti anak yang belum dewasa maka
jarang sekali pemimpin seperti ini memberikan kesempatan kepada
bawahannya dalam meyampaikan inspirasi, selain itu pemimpin
tersebut juga terlalu melindungi (overly protective).
c. Tipe Militeristis, gaya pemimpin seperti ini bertingkah layaknya sistem
militer. Namun jika diperhatikan sangat mirip dengan dengan
kepemimpinan otoriter dan berbeda dengan kepemimpinan dalam
organisasi militer yang sesungguhnya. Adapun sifat yang dimilikinya
yaitu: menggunakan sistem perintah/komando terhadap bawahannya,
sangat ingin dipatuhi, begitu menyukai formalitas dan upacara-upacara
ritual, dan komunikasi hanya berlangsung searah membuat pemimpin
seperti ini terkadang terlihat tidak bijaksana.
d. Tipe Otokratis (Outhoritative, Dominator), tipe pemimpin otokratis
bersifat ingin mengusai situasi, kebijakan yang ingin diterapkan tidak
dikonsultasikan dengan bawahan terlebih dahulu, sikap dan prinsipnya
sangat konservatif/kuno dan kaku. Pemimpin ini akan bersikap baik
terhadap bawahan yang sangat patuh dan siap menjadi hamba yang
setia.
e. Tipe Laissez Faire, tipe kepemimpinan ini dalam prosesnya
menyerahkan tugas dan tanggung jawab kepada bawahannya. “Tipe
kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan
37
otoriter”.33
Pemimpin layaknya seorang ketua namun hanya sebagai
simbol, bertindak semaunya dan memberikan kebebasan kepada
bawahannya dalam bertindak.
f. Tipe Populistis, sistem dari kepemimpinan seperti ini sangat
menjunjung tinggi terhadap nilai-nilai masyarakat yang tradisional.
Pemimpin dapat membangkitkan nilai solidaritas rakyat, bertekad
menghidupkan kemabali rasa nasionalisme, dan sangat hati-hati
terhadap kolonialisme yang akan mengakibatkan penindasan dan
penguasaan aset-aset yang dimiliki.
g. Tipe Admisnistratif atau Eksekutif, tipe pemimpin seperti ini sangat
mengutamakan kemajuan modernisasi dan pembangunan. Pemimpin
dapat membangun sistem admistrasi dan birokrasi yang efesien.
Sehingga dengan kepemimpinannya yang administratif diharapakan
dapat memberikan perkembangan dalam sektor teknologi, industri,
manajamen modern dan perkembangan sosial ditengah-tengah
kehidupan masyarakat.
h. Tipe Demokratis, kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia
yang dibentuk oleh rakyat dan kembali lagi untuk rakyat.
Kepemimpinan demokratis sangat menghargai suara dan nasehat yang
datang dari bawahannya. “Ia juga memanfaatkan keahlian dan
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk berpartisipasi
33
Hadari Nawawi & M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 2012), Cet. Ke 6, h. 98.
38
dalam setiap kegiatan, dalam mengambil keputusan-keputusan sangat
mementingkan musyawarah.”34
3. Kepemimpinan dalam Islam
a. Pengertian Kepemimpinan dalam Islam
Dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang
artinya adalah wakil. Setelah Rasulullah SAW wafat kata khalifah
mengandung arti sebagai amir (yang jamaknya umara) atau penguasa.
Dalam bahasa Indonesia dua kata tersebut memiliki makna sebagai
seorang pemimpin yang formal. Namun, apabila merujuk pada firman
Allah SWT dalam surat al- Baqarah(2) ayat 30 yang berbunyi:
Artinya:“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para
Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui." (Q.S: Al-Baqarah: 30)
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa kedudukan khalifah juga
diistilahkan untuk nonformal. Dalam ayat tersebut juga menjelaskan
khalifah tidak hanya ditujukan kepada khalifah sesudah Nabi
34
Hadari Nawawi & M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, h. 101.
39
Muhammad SAW tetapi untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini
agar menjalankan perbuatan baik dan mencegah perbuatan buruk.
Selain istilah khalifah terdapat pula kata Ulil Amri yang
merupakan akar dari kata amir. Dalam masyarakat Islam Ulil Amri
adalah seorang pemimpin yang memiliki kedudukan paling tinggi.
Seperti dalam perkembangannya kata ulil amri digunakan untuk
menyebut para umara yaitu para eksekutif atau juga para birokrat.
Selama para eksekutif dan birokrat tersebut tidak menyuruh untuk
berbuat maksiat kepada Allah maka rakyat tidak wajib untuk patuh,
namun selama menjalankan kepemimpinan sesuai petunjuk al-Qur’an
dan hadis maka seorang pemimpin berhak mendapatkan kepatuhan
seperti manusia yang patuh terhadap Allah dan Rasul-Nya.35
Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah surat Al-Nisa ayat 59:
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(Q.S: Al-Nisa: 59)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa agar setiap manusia untuk patuh
terhadap perintah Allah, mengikuti ajaran Rasulullah dan patuh
35
Husni Rahim, Sistem Otoritas & Administrasi Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1998), h. 28.
40
terhadap pemimpin yang tertinggi dalam lingkungan kehidupan
masyarakat. Namun kita tidak wajib patuh terhadap pemimpin jika
seorang pemimpin membuat aturan yang tidak sesuai dengan alquran
dan hadis.36
Berkaitan dengan ayat di atas ulama besar Islam Ibn Taymiyah
berpendapat bahwa seorang sultan atau kepala negara adalah wakil
Tuhan di bumi yang memiliki tugas sebagai untuk mengatur dan
membina kehidupan masyarakat yang berpedoman pada agama.
Pemikiran ini didasarkan bahwa mengelola pemerintahan merupakan
kewajiban agama yang paling agung, karena agama tidak dapat berdiri
tegak tanpa adanya pemerintahan.37
b. Konseptualisasi Kepemimpinan dalam Islam
Dalam agama Islam merumuskan konseptualisasi kepemimpinan
berdasarkan perspektif Islam. Untuk memahami konseptualisasi
kepemimpinan Islam seorang pemimpin harus memahami setidaknya
tiga pendekatan yaitu: Pertama, Pendekatan normatif yang didasari
pada dalil alquran dan hadis.
Pada pendekatan normatif terdapat prinsip-prinsip yang dibangun
oleh seorang pemimpin, yaitu prinsip tanggung jawab dalam
organisasi. Islam telah mengajarkan kepada umatnya bahwa setiap
manusia adalah seorang pemimpin, minimal menjadi pemimpin untuk
36
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2006), h. 7. 37
Husni Rahim, Sistem Otoritas & Administrasi Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1998), h. 26.
41
diri sendiri. Dan seorang pemimpin harus memahami makna tanggung
jawab agar amanah yang diberikan bisa dijalankan dengan tepat.
Kemudian prinsip etika tauhid, seorang pemimpin harus selalu
menjaga nilai-nilai dan bersikap sesuai dengan apa yang telah diajarkan
dalam agama Islam. Setelah itu terdapat prinsip keadilan, demi
terlaksananya sebuah keseimbangan dalam sebuah sistem
kepemimpinan maka pemimpin harus menjunjung tinggi keadilan.
Terakhir adalah prinsip Kesederhanaan, seorang pemimpin adalah
seseorang yang melayani rakyatnya bukan sebaliknya begitu tegas
Rasulullah. Kesederhanaan Rasulullah bisa menjadi tauladan yang patut
dicontoh oleh seorang pemimpin.
Kedua, pendekatan historis yang didasari oleh alquran, hadis, sirah
nabawiyah, sirah shahabah yang memiliki kisah-kisah yang
mengandung pesan moral yang sangat berharga. Sehingga sangat baik
kisah kisah tersebut untuk dipelajari dan direnungi agar melahirkan
pemimpin-pemimpin Islam yang sidik, amanah, fatonah dan sebagainya
untuk keberhasilan dalam sebuah kepemimpinan.38
Pendekatan historis ini berkesinambungan dengan pendapat Jamal
Mahdi dalam tulisannya berpendapat untuk melatih seorang pemimpin
bisa dilakukan dengan meneladani kisah-kisah seorang tokoh (al-
Qudwah). Dengan demikian pemimpin dapat melatih dan memahami
sosok tokoh seperti siapa yang ia mampu untuk diteladani, dan Umar
38
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2006), h. 15.
42
bin Khatab pun juga menggunakan teknik ini dalam mempersiapkan
kepemimpinan.39
Ketiga, pendekatan secara teoritis. Islam memiliki ideologi yang
terbuka, maksud dari Ideologi terbuka adalah meskipun dasar-dasar
konseptual yang terdapat dalam ideologi Islam sudah sempurna, tetapi
Islam tidak menutup kesempatan untuk mendiskusikan hal-hal,
pemikiran-pemikiran yang datang dari luar Islam. Asalkan pemikiran
tersebut tidak bertolak belakang dengan alquran dan hadis agar kita
tetap menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi larangan-
Nya.40
4. Syarat Pemimpin dalam Islam
Di zaman sekarang ini cukup sulit menemukan pemimpin yang
bijaksana. Banyak perbincangan di kalangan masyarakat yang
membicarakan persoalan krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan ini
terjadi karena kurangnya rasa peduli terhadap kesejahteraan bersama,
justru lebih mementingkan kepentingan dan keuntungan untuk diri sendiri.
Hal tersebut juga bisa disebabkan seorang pemimpin yang kurang
memahami tugas dan kewajibannya yang menyangkut kemaslahatan
bersama.41
39
Jamal Mahdi, Menjadi Pemimpin yang Efektif & Berpengaruh: Tinjauan Manajemen
Kepemimpinan Islam, ( Bandung: Syaamil Cipta Media, 2001), h. 12. 40
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2006), h. 15-17. 41
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Leadership, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h. 129-130.
43
Pemimpin yang diharapkan oleh kaum Muslim adalah seorang
pemimpin yang bisa menjadi suri tauladan atau contoh yang baik untuk
rakyatnya. Dengan menjadi tauladan yang baik, seorang pemimpin akan
semakin dipercayai dan dicintai. Tauladan yang paling baik untuk menjadi
seorang pemimpin adalah Rasulullah SAW dengan mengetahui kisah-
kisahnya saat memperjuangkan agama Islam maka akan meneguhkan hati
seorang pemimpin untuk meneladani kisah Rasulullah SAW.
Salah satu peristiwa yang dapat dipetik hikmahnya yaitu saat Rasul
diselimuti oleh rasa lapar, haus bahkan dingin yang menusuk tulang,
Rasulullah SAW akan selalu bersungguh-sungguh untuk melawan rasa
frustasi agar sahabatnya selalu melihat sikap kesatria sejati yang ada di
dalam dirinya, dan hal tersebut menjadi hikmah untuk para sahabatnya
meskipun dalam keadaan yang sulit dan menderita kinerja seorang
pemimpin harus semakin meningkat.42
Untuk itu agar menjadi pemimpin yang efektif sehingga dapat
menciptakan kesejahteraan, Islam memberikan beberapa ciri pemimpin
yang patut untuk dipilih agar dapat melayani dan menolong orang lain
untuk maju secara ikhlas berdasarkan penggambaran dari kepemimpinan
Islam yaitu. Pertama, setia, seorang pemimpin dan orang yang dipimpin
harus terikat dan setia kepada Allah yang Maha Esa.
Kedua, terikat pada tujuaanya sebagai seorang pemimpin, yaitu tidak
hanya ingin memajukan tujuan kelompoknya melainkan ia juga memiliki
42
Jamal Mahdi, Menjadi Pemimpin yang Efektif & Berpengaruh: Tinjauan Manajemen
Kepemimpinan Islam, ( Bandung: Syaamil Cipta Media, 2001), h. 29.
44
misi untuk memajukan agama Islam dalam lingkugan kelompoknya.
Ketiga, menjunjung tinggi peraturan dan akhlak yang diajarkan dalam
agama Islam. Selama menjabat sebagai seorang pemimpin maka ia harus
patuh terhadap adab-adab Islam, ini sangat penting ketika seorang
pemimpin yang akan berhadapan dengan golongan oposisi atau orang-
orang yang tidak sejalan. Islam merupakan agama yang penuh kasih
sehingga dengan memahami hal tersebut akan menghindarkan dari sifat
perpecahan antar umat.43
Agar tidak terjadinya perpecahan antar umat seorang pemimpin juga
harus pintar mengendalikan situasi atau konflik. Manusia diciptakan
berbeda-beda oleh Allah SWT, pertentangan dan konflik merupakan suatu
kewajaran yang akan dihadapi oleh kehidupan manusia.
Dijelaskan dalam firman Allah SWT Qur’an surat al-Maidah Ayat
58 yang menjelaskan bahwa konflik merupakan suatu kewajaran yang
akan terjadi dalam kehidupan manusia baik secara invidu maupun dalam
organisasi. Konflik juga akan menimpa seorang pemimpin dengan orang
yang dipimpinnya maupun kelompok dalam organisasi kepemimpinannya.
Maka dari itu pengendalian konflik menjadi salah satu cara menilai
seorang pemimpin mampu atau tidak dalam mengendalikan dan mengelola
konflik agar tidak terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti
antiproduktif dan destruktif.44
43
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Leadership, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h. 136. 44
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2006), h. 157.
45
Keempat, seorang pemimpin yang wajib untuk dipilih salah satunya
adalah seorang pemimpin yang memegang teguh sifat amanah. Apabila ia
seorang yang amanah maka seorang pemimpin akan menganggap
kekuasaan yang diberikan merupakan tugas dari Allah SWT, dan ia akan
selalu menjaga tanggung jawab yang telah diberikan kepada dirinya.
Kelima, seorang pemimpin tidak boleh memiliki sifat sombong. Setiap
manusia harus sadar bahwa kita sangat kecil dan kebesaran hanya milik
Allah yang Maha Esa, sehingga jangan sampai ada sifat sombong
khususnya pada diri seorang pemimpin dan sangat diharuskan agar selalu
melatih diri untuk memiliki sifat rendah hati.
Ciri yang terakhir seorang pemimpin adalah seorang pemimpin harus
memiliki sifat disiplin, konsisten, dan konsekuen. Sifat tersebut menujukan
suatu tindakan yang diajarkan dalam agama Islam agar seorang pemimpin
selalu ingat dengan janjinya, sadar akan tindakannya, dan jujur terhadap
perkataanya karena ia sadar Allah pasti mengetahui setiap perbuatannya.45
Selain ciri di atas terdapat syarat khusus memilih seorang pemimpin
dalam agama Islam, mahzab Imam Syafi’i menjelaskan bahwa seseorang
yang menduduki kursi kepemimpinan memiliki syarat-syarat kewajiban
yang diantaranya. Pertama, ia wajib seorang muslim, karena dalam sebuah
kepemimpinan terdapat peraturan yang akan mengatur keberlangsungan
45
Veithzal Rivai & Arviyan Arifin, Islamic Leadership, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.
136-139.
46
kaum Muslimin. Sehingga sangat dikhawatirkan apabila kaum Muslim
dipimpin oleh orang yang tidak mengetahui dan meyakini agama Islam.46
Kedua, seorang laki-laki, dalam mahzab Syafi’i mengatakan bahwa
tidak sah apabila kepemimpinan dipimpin oleh seorang wanita. Pendapat
tersebut didasari oleh hadis shahih yang diriwayatkan oleh al-Bukhari
dalam kitab al-Maghazi, Bab Kitab an-Nabi ila Kisra wa Qaishar, no.
4163, dari Abu Bakrah Ra.
رةاب عن ا:قال،بك بلغمم هللالرسٯ لأنسلٯعليههللاصل فارسأه
ملكقد م اٯ یقالبن تعلي لحمن :كس يڧ ٯم قٯ ٯ رھماام راة م ام
Artinya: “ Diriwayatkan oleh Abu Bakrah, berkata: Tatkala
berita sampai kepada Rasulullah bahwa orang-orang Persia
mengangkat raja putri kaisar, Beliau bersabda: Tidak akan beruntung
suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada seorang
wanita.”(H.R: Bukhari, Turmudzi dan An-Nasa’i).
Selanjutnya yang ketiga, seorang pemimpin harus berakal sehat,
tidak diperbolehkan jika seorang pemimpin adalah seorang anak-anak,
orang yang berakal lemah meskipun ia disekelilingi oleh orang-orang yang
dapat dipercaya untuk membimbingnya. Keempat, seorang yang adil.
Dengan sifat adil maka seorang pemimpin akan tidak akan berani
melakukan dosa besar, sekalipun ia melakukan dosa kecil ia tidak akan
melakukannya secara terus menerus. Kelima, memiliki pengetahuan yang
luas tentang hukum islam yang disertai dalil-dalil sehingga ia mampu
46
Mustafa al-Khin & Mustafa al-Bugha, Konsep Kepemimpinan dan Jihad dalam Islam:
Menurut Madzhab Syafi’i, (Jakarta: Darul Haq, 2014), h. 98.
47
untuk berijtihad dengan persoalan-persoalan demi kemaslahatan kaum
Muslim.
Keenam, seorang pemimpin harus memiliki pendengaran,
penglihatan dan lisan yang sehat. Hal tersebut diperlukan jika terdapat
cacat di antara salah satunya dikhawatirkan akan mengurangi kinerja dari
seorang pemimpin. Dan yang terakhir adalah, seorang pemimpin harus
bisa menjalankan roda pemerintahan dengan baik dan bisa menjaga negeri
beserta rakyatnya dari ancaman yang datang. Maka dari itu seorang
pemimpin harus memiliki akal yang terjaga dan jeli dalam mengatasi
permasahan-permasalahan yang ada. Sesungguhnya terdapat delapan
syarat yaitu memiliki nasab dari Quraisyi, namun syarat yang terakhir ini
masih menjadi perselisihan dan pertentangan di kalangan para ulama
sehingga syarat yang terakhir ini tidak menjadi kewajiban syarat menjadi
seorang pemimpin.47
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
islam merupakan kepemimpinan yang ingin menciptakan kesejahteraan
seluruh manusia dan khususnya untuk menjaga kemaslahatan kaum
Muslimin. Dalam kepemimpinan Islam seorang pemimpin harus
memenuhi kriteria yang disyaratkan. Sehingga seorang pemimpin harus
sungguh-sungguh menjalankan tugasnya karena Allah SWT.
Selain itu syarat-syarat seorang pemimpin dalam Islam tidak
dimaksudkan untuk menyulitkan seseorang untuk menjadi seorang
47
Mustafa al-Khin & Mustafa al-Bugha, Konsep Kepemimpinan dan Jihad dalam Islam:
Menurut Madzhab Syafi’i, h. 98-101.
48
pemimpin. Melainkan untuk melatih seorang pemimpin dan sebagai rakyat
yang dipimpin mengetahui pemimpin yang pantas untuk dipilih. Dengan
terpenuhinya seluruh kriteria pemimpin yang dibutuhkan maka akan
terlaksananya sebuah sistem organisasi atau kepemerintahan yang baik.
E. Konseptualisasi Talk Show
1. Pengertian Talk Show
Talk show merupakan program acara yang mengombinasi “seni
bicara” dan “seni wawancara”. Setiap manusia pasti pandai berbicara
namun tidak semua manusia pandai dalam melakukan wawancara. Seperti
seorang broadcaster yang pandai dalam bermain kata dalam berbicara.
Namun, tidak semua broadcaster ahli dalam melakukan wawancara dan
menggabungan keduanya secara bersamaan.
Lewis B O’Donnell dan Philip Benoit menjelaskan bahwa program
talk show akan selalu menghadirkan tema yang didasari oleh isu-isu
sebuah komunitas, kajian terhadap sebuah berita aktual dan program
sindikasi. Biasanya dalam sebuah talk show akan dipandu oleh seorang
pembawa atau pemandu acara (host), kemudian ditemani oleh satu atau
lebih dari bintang tamu pembicara yang berhubungan dengan tema,
kemudian mendiskusikan sebuah topik yang sudah direncanakan.48
Sebuah talk show merupakan program yang berbasis wawancara dan
dipandu oleh seorang pemandu yang ahli dalam mewawancarai.
48
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS
Yogyakarta, 2004), h. 79-80.
49
Wawancara memiliki beberapa klasifikasi yaitu wawancara opini,
informasi dan personal. Diperlukan teknik khusus yang harus disiapkan
dalam wawancara untuk mendapatkan informasi secara maksimal.49
Untuk memperoleh informasi seorang pembawa acara harus
mempersiapkan pertanyaan untuk wawancara secara hati-hati. Kemudian
mengembangkan informasi secara terorganisir saat melakukan percakapan
wawancara terhadap narasumber, sehingga dapat menarik perhatian
narasumber. Seorang pewawancara jangan pernah untuk membalas
komentar narasumber dengan jawaban “saya tahu”, namun sebaliknya
gunakan jawabannya sebagai jembatan dari pertanyaan selanjutnya.
Menghindari mengajukan beberapa pertanyaan pada satu waktu,
kerena dapat membuat kebingungan bintang tamu dan kameramen yang
mengambil gambar hanya satu wajah saja, yaitu saat host atau bintang
tamu sedang berbicara. Dan yang terakhir adalah perhatikanlah dengan
baik apa yang tamu katakan. Salah satu kualifikasi penting dari seorang
pewawancara yang baik adalah menjadi pendengar yang baik.50
2. Program Bernuansa Islami
Program siaran televisi merupakan salah tempat untuk mempeluas
pengetahuan masyarakat yang berhubungan dengan upaya menumbuhkan
inovasi baru masyarakat dalam menjalankan kehidupan di berbagai sektor
dan aspek yang berkaitan dengan perkembangan zaman. Program siaran
49
Chester dkk, Television and Radio: 5th Ed, (Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice
Hall. Inc, 1978), h. 437. 50
Chester dkk, Television and Radio: 5th Ed, (Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice
Hall. Inc, 1978), h. 438
50
televisi juga bisa dikatakan sebagai alat komunikasi yang paling efektif
dalam menyampaikan pesannya kepada khalayaknya.
Seiring pesatnya arus globalisasi program televisi memiliki banyak
fungsi dalam penyampaian pesannya. Saat ini komunikasi menggunakan
televisi tidak hanya digunakan sebagai alat penyampai informasi
melainkan bisa jadi sebagai alat untuk tujuan tertentu dari pemilik stasiun
televisi. Program siaran yang diberikan kepada khalayak tidak selamanya
memiliki pesan positif dan mendidik. Sangat dikhawatirkan jika pemilik
stasiun mengutamakan ratting kemudian memanfaatkan situasi popularitas
dari program acaraa yang kurang bermanfaat.
Penyalahgunaan pada program siaran televisi memiliki pengaruh
yang besar bagi umat Islam. Khususnya dalam meningkatkan norma dan
akidah kehidupan yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT seperti
tercantum dalam firman-Nya dan dalam kehidupan nyata manusia dapat
meneladani kisah Rasulullah SAW.51
Dengan prinsip pemanfaatan media
televisi seperti ini maka selaku umat islam harus bisa menujukkan dimensi
citra diri dan memperteguh keimanan untuk menjaga moral peradaban
umat Islam di tengah kehidupan masyarakat yang semakin modern.
Perkembangan program siaran televisi yang semakin modern
menjadi tantangan untuk masyarakat dalam menjaga nilai-nilai dan
moralitas yang sudah terbentuk. Persoalan besar saat ini adalah ketika
program-program televisi yang berlomba agar banyak ditonton oleh
51
A. Alatas Fahmi, Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa,(Jakarta: Yayasan
Pengkajian Komunikasi Masa Depan (YPKMD), 1997), h. 177.
51
khalayak, namun hanya berorientasi pada pencapaian kejayaan program
acara tersebut.52
Program siaran yang bernuansa Islami juga termasuk salah satu cara
berdakwah di era saat ini. “Fungsi dakwah yang dapat diperankan oleh
media massa adalah agar media massa selalu berpihak kepada kebaikan,
dan keadilan yang universal.”53
Media juga harus selalu mengikuti kode
etik yang diberlakukan serta menjalankan tanggung jawabnya sebagai
pemberi informasi bukan penyebar sensasi.54
Setiap media dalam perspektif ilmu komunikasi memiliki daya
kedekatan (intimacy) yang berbeda. Seperti dalam penelitian komunikasi
yang mengatakan bahwa koran memiliki kedekatan melebihi radio.
Namun, media lain seperti televisi dan radio juga memiliki kedekatan
dengan cara tersendiri terhadap khalayaknya. Seperti komunikasi
interpersonal (ngobrol) yang tidak dapat dilakukan oleh media surat
kabar.55
Dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh setiap
media, maka dakwah melalui media harus jadi lebih efektif dengan
menyesuaikan kapasitas dakwah yang akan disampaikan agar mudah di
terima oleh khalayak.56
52
A. Alatas Fahmi, Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa, h. 177. 53
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, ( Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2011), h. 95. 54
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, h. 96. 55
Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan, dan Aplikasi,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media: 2012), h. 37. 56
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, ( Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2011), h. 101.
52
52
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum tvOne
Pada tanggal 14 Februari tahun 2008 tepatnya pada pukul 19.30 WIB
merupakan peristiwa yang sangat bersejarah untuk tvOne. Saat itu tvOne
resmi mengudara untuk pertama kalinya di layar kaca pertelevisian
Indonesia. Peresmian tvOne dilakukan langsung oleh Susilo Bambang
Yudhoyono yang masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.
Konsep dari stasiun televisi tvOne berbeda jauh dengan konsep televisi
sebelumnya yaitu Lativi. TvOne lebih mengedepankan program berita dan
olahraga untuk memotivasi dan memberikan informasi yang terbaik bagi
masyarakat Indonesia.
Merupakan hal yang istimewa bagi tvOne menjadi stasiun televisi
pertama di Indonesia yang diberikan kesempatan untuk melaksanakan
peresmian secara langsung di Istana Presiden Republik Indonesia. TvOne
secara progresif menginspirasi masyarakat Indonesia yang berusia 15 tahun
ke atas agar berpikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri dan
masyarakat sekitar melalui berbagai program yang ditayangkan oleh tvOne.
Program tersebut berupa tayangan News and Sport baik dari nasional maupun
internasional.
Dalam membuktikan keseriusannya kepada masyarakat Indonesia, tvOne
menggunakan strategi-strategi inovatif pada setiap format tayangan berita
53
yang ditampilkan dan program acara yang dimilikinya. Di awal tahun
berdirinya, tvOne memiliki tag line “MEMANG BEDA”. Alasan dari
penggunaan tag line ini adalah banyaknya program inovasi yang diberikan
kepada masyarakat yang belum pernah ada sebelumnya. Seperti Apa Kabar
Indonesia, program ini merupakan salah satu program unggulan tvOne yang
memberikan informasi dalam bentuk diskusi ringan disertai dengan topik-
topik terhangat bersama para nasumber dan masyarakat yang disiarkan pada
pagi hari langsung dari studio luar tvOne.
Program berita yang ditayangkan oleh tvOne sangat bervariasi. Seperti
program yang hardnews dikemas dengan judul: Kabar Terkini, Kabar Pagi,
Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Program
olahraga yang dimiliki oleh tvOne juga bermacam-macam dari mulai
informasi tetang dunia sepak bola, tinju, dan bela diri. Tidak hanya seputar
berita dan olahraga, tvOne juga memiliki program-program unggulan lainnya
dalam bentuk talk show seperti Satu Jam Lebih Dekat, tablik akbar seperti
Damai Indonesiaku dan program lainnya.
Selain sebagai salah satu stasiun televisi yang berusaha mengabarkan
berita dengan cara penyajian terbaik. TvOne juga memiliki program
kepedulian terhadap lingkungan yang diberi nama “tvOne Untuk Negeri”.
Program tersebut adalah gerakan dari Corporate Social Responbility (CSR)
tvOne yang memiliki kegiatan dalam bentuk kepedulian sosial terhadap
lingkungan dan kemanusiaan. Sejalan dengan tag line tvOne saat itu
“Terdepan Mengabarkan”, program sosial “tvOne Untuk Negeri” berusaha
54
selalu berdampingan dengan tim liputan agar menjadi “Terdepan Membantu”
bagi yang membutuhkan. Bantuan yang diberikan tidak hanya untuk korban
bencana alam tetapi juga untuk kepedulian berbangsa seperti koin untuk Prita,
Bantuan penyelamatan TKW, pengobatan dan lain-lain.1
1. Struktur Organisasi tvOne
Tabel 3. 1
Struktur Organisasi tvOne2
No. Nama Jabatan
1. A. Ardiansyah Bakrie
Chief Executive Officer (CEO)
2. Ahmad R. Widarmana
Deputy CEO & Chief Bussines
Compliance
3. Indra Sihombing Chief Sales & Marketing Officer
4. Karni Ilyas
Editor in Chief (Pemimpin Redaktur)
5. Tolop Samosir
Chief Finance Officer
6. Sulaeman Sakib
Chief Of Programming & Brand
Strategic
7. Harya M. Hidayat
Chief Bussines Development &
Corporate Comunication
8. Totok Suryanto Senior Vice Editor in Chief Hard News
9. Reva Deddy Utama
Senior Vice Editor in Chief CA & Sport
2. Visi dan Misi dari tvOne
Visi : Untuk mencerdaskan seluruh lapisan masyarakat yang pada
akhirnya memajukan bangsa.
Misi :
1Profil tvOne, artikel diakses pada tanggal 25 Agustus 2016 dari:
http://www.tvonenews.tv/profil. 2Struktur Organisasi tvOne, artikel diakses pada tanggal 25 Agustus 2016 dari:
http://www.tvonenews.tv/profil.
55
1. Menjadi stasiun TV berita dan olahraga nomor satu,
2. Menayangkan program News and Sport yang secara progresif
mendidik pemirsa untuk berpikiran maju, positif, dan cerdas,
3. Memilih program News and Sport yang informatif dan inovatif dalam
penyajian dan kemasan.
Logo tvOne
3
3. Sekilas Program tvOne4
Program yang terdapat pada stasiun televisi tvOne berdasarkan
pada visi dan misi yang telah dibangun. Yaitu sebagai televisi pemberitaan
dan olahraga nomor satu di Indonesia. Namun, itu tidak menutup
kemungkinan adanya jenis-jenis program lain yang ada pada tvOne.
Adanya program-program lain adalah untuk menambah daya tarik
masyarakat untuk menonton tvOne yang kaya akan informasi terkini dan
terhangat.
Program-program yang ada di tvOne dikategorikan sebagai berikut:
3Logo tvOne, artikel diakses pada tanggal 15 Desember 2016 dari:
http://www.tvonenews.tv/profil. 4Profil tvOne, artikel diakses pada tanggal 25 Agustus 2016 dari:
http://www.tvonenews.tv/profil.
Gambar 3. 1
56
Gambar 3. 2
Sekilas Program tvOne5
No. Jenis Program Nama Program
10. Program Berita a. Kabar Pagi
b. Kabar Pasar
c. Kabar Indonesia
d. Kabar Siang
e. Kabar Petang
f. Kabar Malam
g. Kabar Khusus
h. Kabar Terkini
i. Kabar Hari Ini
j. Kabar Dunia
11. Program Reality a. Menyingkap Tabir
b. Bedah Kasus
12. Program Informasi dan
Pengetahuan
a. EnsikloTivi
b. Ruang Kita
c. Indonesia Mengingat
d. Dari Langit
a. Damai Indonesiaku
e. Bumi dan Manusia
13. Program Talk show a. Satu Jam Lebih Dekat
b. Makna & Peristiwa
c. Coffee Break
f. Suara Rakyat
g. Benang Merah
h. Indonesia Lawyer Club
i. Apa Kabar Indonesia Pagi
j. Apa Kabar Indonesia Malam
14. Program Olahraga a. World Boxing
b. One Pride Indonesian MMA
c. Kabar Arena
4. Sekilas Penjelasan Beberapa program tvOne
a. Kabar Pagi adalah program berita yang menyajikan peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi pada hari sebelumnya yang ditayangkan setiap hari
pada waktu pagi hari.
5 Program Acara di tvOne, artikel diakses pada tanggal 15 Desember 2016 dari:
http://www.tvonenews.tv/profil dan http://www.jadwaltelevisi.com/tv-one.
57
b. Kabar Petang adalah program berita yang membahas secara mendalam
segala peristiwa dan isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat
saat ini yang ditayangkan pada sore hari.
c. Kabar Arena, adalah program berita yang menyajikan informasi seputar
dunia olahraga dari dalam negeri maupun mancanegara.
d. Menyingkap Tabir, adalah program yang mengangkat tema mengupas
dunia kriminal secara mendalam dengan melakukan penyidikan melalui
kamera tersembunyi sehingga mendapatkan pengakuan jujur dari
tersangka ataupun mendapatkan vidio saat berlangsungnya proses
penggrebekan sebuah kasus kriminal seperti narkoba dan sebagainya.
e. Apa Kabar Indonesia Pagi, adalah acara talk show yang menyajikan
dialog dengan berbagai macam topik menarik di pagi hari.
f. Makna & Peristiwa, adalah program talk show yang menampilkan
dialog mengenai peristiwa yang sedang terjadi disekitar kehidupan
masyarakat dan hangat diperbincangkan, kemudian dikupas dengan
nilai-nilai agama Islam.
g. Indonesia Lawyer Club, adalah program talk show yang dipandu oleh
Karni Ilyas dan menghadirkan narasumber ternama serta kompeten
dalam bidangnya yang membahas masalah hukum dan kriminalitas
yang sedang terjadi di masyarakat Indonesia.
h. Damai Indonesiaku, adalah program yang menghadirkan ulama-ulama
ternama yang memiliki pengetahuan yang luas tentang agama Islam dan
58
pengetahuan sosial, kemudian membahas isu yang sedang hangat
dimasyakat yang disajikan dalam bentuk ceramah tablik akbar.
i. World Pride Indonesian MMA, adalah program yang menayangkan
pertandingan seni bela diri campuran.
j. World Boxing, adalah program olahraga yang menayangkan
pertandingan cabang olahraga tinju kelas nasional maupun
internasional.6
B. Gambaran Umum Talk Show “Makna & Peristiwa”
Program acara “Makna & Peristiwa” adalah salah satu program dengan
konsep talkshow yang dimiliki oleh stasiun televisi tvOne. Program ini
ditayangkan setiap hari Senin- Jumat pukul 09.00-09.30 WIB dan pertama kali
dihadirkan di layar kaca Indonesia pada awal bulan Februari 2016. Dengan
dipandu oleh Teuku Wisnu sebagai host, Ustad Bachtiar Nasir sebagai
narasumber tetap. Pada saat ini ada beberapa ulama lain yang ikut serta
menjadi narasumber tetap sebagai pergantian dari tiap episodenya, kemudian
menghadirkan narasumber tamu yang berkaitan serta kompeten dari tema
yang akan dibahas.
Dengan tag line “Mengupas Makna dari Sebuah Peristiwa” kajian yang
dibahas dari program acara “Makna & Peristiwa” tidak terlepas dari
permasalahan-permasalahan sosial dalam kehidupan manusia. Tiap episode
membahas perbincangan yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat.
6Profil tvOne, artikel diakses pada tanggal 25 Agustus 2016 dari:
http://www.tvonenews.tv/profil.
59
Seperti seputar permasalahan pendidikan, kesehatan, lingkungan sosial,
kehidupan masyarakat, gaya hidup masa kini dan politik. Semua pembahasan
dikupas untuk mencari makna yang terdapat pada setiap peristiwa sesuai
dengan yang diajarkan di dalam agama Islam.
Talk show “Makna & Peristiwa” diproduksi bukan sebagai untuk
penyeimbang melainkan sebagai oase sesuatu yang baru, karena pada
dasarnya tvOne itu adalah TV berita jadi semua harus bersumber dari
berita yang ada terjadi di masyarakat dan hampir semua talk show dan
berita yang ada di tvOne itu berdasarkan isu-isu yang sedang berjalan
seperti politik, bencana, lalu kehidupan sosial, ekonomi, apapun itu ada di
tvOne.7
Program acara ini menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat Indonesia
akan kebutuhan tayangan yang penuh informasi serta mendidik. Maka dari itu
hadirnya program acara “Makna & Peristiwa” dapat menjadi pilihan
masyarakat Indonesia khususnya umat Muslim. Dengan konsep dan
tujuannya yang berusaha memberikan informasi bermanfaat bernuansa religi
Islami.
“Lalu dipikirkanlah salah satu program talk show yang mengangkat
isu-isu dari yang sedang berjalan tapi, dibahas juga dari sisi keagamaan
agama Islam. Talk show “Makna & Peristiwa” membahas berita tapi dari
sisi religi. Lalu agak berbeda pada akhirnya, karena saat semua orang
membahas dari satu sisi, ini dibahas dari sisi yang lain. Misalnya contoh
kasus Jesicca misalnya orang lain dari sisi kriminal, psikologi dan
sebagainya, tapi dibahas di “Makna & Peristiwa” dengan secara
agama”.8
Untuk menarik minat penonton hampir tiap episodenya program acara
“Makna & Peristiwa” mengundang bintang tamu dari orang-orang ternama
dan berkompeten sesuai dengan tema pembahasan, kemudian disisipkan
7 Wawancara peneliti dengan Attay Rustandar selaku Produser talkshow “Makna &
Peristiwa”, Jakarta 12 Oktober 2016. 8 Wawancara peneliti dengan Attay Rustandar selaku Produser talkshow “Makna &
Peristiwa”, Jakarta 12 Oktober 2016.
60
dengan cuplikan vidio menarik yang berkaitan dengan tema. Daya tarik
masyarakat Indonesia terhadap program acara bernuansa religi Islam saat ini
mulai meningkat, dapat dilihat dari maraknya program-program acara dari
berbagai stasiun televisi yang menyusun konsep acara dengan tema Islami.
Begitu pula dengan talk show “Makna & Peristiwa” yang berusaha
mengedukasi dan menginspirasi masyarakat Indonesia yang sebagian besar
penduduknya beragama Islam.
1. Profil Pembawa Acara/host (Teuku Wisnu)
Teuku Wisnu9
Teuku Wisnu lahir di Jakarta pada 4 Maret 1985. Seorang aktor
sekaligus pembawa acara ternama di Indonesia. Keseriusannya dalam
memperdalam agama Islam telah menjadikannya sebagai pembawa acara
dari beberapa program bernuansa religi Islam.10
Dalam program acara
“Makna & Peristiwa” Teuku Wisnu adalah pembawa acara (host) yang
menemani narasumber tetap.
9Profil Teuku Wisnu, artikel diakses pada tanggal 24 Agustus 2016, dari:
http://www.teukuwisnu.com/kegiatan. 10
Profil Teuku Wisnu, artikel diakses pada tanggal 24 Agustus 2016, dari:
http://www.teukuwisnu.com/kegiatan.
Gambar 3. 3
61
2. Profil Narasumber Tetap (ustad Bachtiar Nasir)
Bachtiar Nasir11
Bactiar Nasir lahir di Jakarta pada 26 Juni 1967 adalah sosok yang
sudah tidak asing lagi bagi kita. Ia adalah salah satu ulama ternama di
Indonesia sekaligus ketua dari Ar-Rahman Qur’anic Learning Center
(AQL). Kata mutiara yang sering digunakan adalah “ Manusia paling
berkualitas adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkan serta
mengajarkannya pada yang lain”.12
Dalam program “Makna & Peristiwa”
di tvOne Bachtiar Nasir sebagai narasumber tetap dari beberapa episode.
Berperan untuk menjelaskan makna yang terkandung dalam setiap
peristiwa agar dilihat dan dijelaskan dalam sudut pandang Islam.
3. Profil Narasumber JJ Rizal
JJ Rizal13
11
Profil Bactiar Nasir, artikel diakses pada tanggal 24 Agustus 2016, dari:
http://www.salingsapa.com/bachtiarnasir/info. 12
Profil Bactiar Nasir, artikel diakses pada tanggal 24 Agustus 2016, dari:
http://www.salingsapa.com/bachtiarnasir/info. 13
Profil JJ Rizal, artikel diakses pada tanggal 24 Agustus 2016, dari:
http://www.prismajurnal.com/biodata.php?id=3080a7c4-53a0-11e3-a6cc-429e1b0bc2fa.
Gambar 3. 4
Gambar 3. 5
62
JJ Rizal lahir di Jakarta pada 12 Februari 1972. Sosoknya dikenal
sebagai sejarawan, penulis, editor, budayawan dan aktiv sebagai
narasumber persoalan ruang lingkup kehidupan di Indonesia. Pada tahun
2009 ia mendapatkan penghargaan Anugrah Budaya Gubernur DKI
Jakarta, dengan tulisannya tentang Junghuhn di National Geographic
Indonesia berhasil terpilih sebagai “The Best International 2010” oleh
International Geographic Magazine.14
4. Profil Siti Zuhro
Siti Zuhro15
R. Siti Zuhro lahir di Blitar pada 7 November 1958. Ia adalah peneliti
senior pusat penelitian politik-LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia). Dirinya sangat konsen dalam mengamati kinerja politik di
Indonesia dan sangat aktiv dalam menulis. Salah satu buku hasil dari riset
penelitian politiknya adalah “Konflik dan Kerjasama Antardaerah” dan
“Menata Kewenangan Pusat-Daerah yang Aplikatif Demokratis”.16
14
Profil JJ Rizal, artikel diakses pada tanggal 24 Agustus 2016, dari:
http://www.prismajurnal.com/biodata.php?id=3080a7c4-53a0-11e3-a6cc-429e1b0bc2fa. 15
Profil Siti Zuhroh, artikel diakses pada tanggal 24 Agustus 2016, dari:
http://www.ipsk.lipi.go.id/tentang-kami/staff/peneliti/peneliti-politik/60-prof-dr-r-siti-zuhro-ma. 16
Profil Siti Zuhroh, artikel diakses pada tanggal 24 Agustus 2016, dari:
http://www.ipsk.lipi.go.id/tentang-kami/staff/peneliti/peneliti-politik/60-prof-dr-r-siti-zuhro-ma.
Gambar 3. 6
63
5. Sinopsis Episode Etika Meraih Kekuasaan
Episode Etika Meraih Kekuasaan adalah episode yang membahas
ramainya isu tentang pemilihan gubernur DKI Jakarta yang akan
dilaksanakan pada tahun 2017. Hangatnya pemberitaan tentang calon
gubernur DKI Jakarta membuat program acara talk show “Makna &
Peristiwa” ingin mengupas persoalan yang terjadi saat fenomena
mendekati Pilkada. Dalam episode tersebut menghadirkan dua narasumber
yaitu sejarawan JJ Rizal dan peneliti senior politik-LIPI Siti Zuhroh.
Pada episode tersebut dipandu oleh Teuku Wisnu dan ditemani
oleh narasumber tetap Ustad Bachtiar Nasir. Pada scene pertama episode
Etika Meraih Kekuasaan dibuka dengan cuplikan vidio ramainya pesta
demokrasi pilkada dengan memperlihatkan wajah-wajah bakal calon yang
ingin mencalonkan sebagai gubernur DKI Jakarta.
Setelah menampilkan cuplikan vidio pembuka acara, Teuku Wisnu
sebagai host langsung membuka acara dan menyapa narasumber. Tak
ingin buang waktu host langsung memberikan pertanyaan pertama atau
pertanyaan pembuka dari episode Etika Meraih Kekuasaan kepada ustad
Bactiar Nasir yaitu dengan pertanyaan bagaimanakah ketika kita ingin
menggapai kekuasaan dalam Islam? kemudian Ustad Bactiar Nasir
langsung menjawabnya secara jelas dimulai dari epistemologis bahwa
kekuasaan sesungguhnya adalah milik Allah, hanya Allah yang berhak
memberikan kepemimpinan kepada siapa. Kemudian menjelaskan etika
untuk meraih kekuasaan dalam Islam.
64
Pada scene kedua menghadirkan kembali cuplikan vidio kampanye
dari para bakal calon gubernur DKI dengan diiringi oleh suara narator
yang menjelaskan banyaknya obral janji dari para bakal calon gubernur
DKI atau calon pemimpin kepala daerah, kemudian narator kembali
menjelaskan secara singkat tentang norma dan perilaku dalam memilih
pemimpin dalam sudut pandang Islam.
Scene selanjutnya host mulai melakukan diskusi dengan
narasumber lain. Mengupas tentang persoalan-persoalan pilkada yang
terjadi di Indonesia dan melihatnya dari sisi agama Islam. Agama
merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari persoalan kehidupan
manusia. Kampanye yang digunakan oleh para kandidat sebagai cara
mensosialisasikan diri kepada masyarakat agar masyarakat mengenal
calon pemimpin dengan baik, maka harus dilakukan dengan cara yang
sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku. Baik sesuai peraturan yang
ada terdapat dalam undang-undang negara Indonesia maupun peraturan
yang dianut oleh kepercayaan atau keimanan calon pemimpin.
Dalam episode ini Ustad Bachtiar Nasir bertugas untuk
menjelaskan dasar-dasar dari etika meraih kekuasaan berdasarkan kajian
Islam. Siti Juhroh sebagai peneliti politik menjelaskan apa saja yang
terjadi dalam pilkada Indonesia, kemudian JJ Rizal sebagai sejarawan
mengamati lika-liku yang terjadi selama kampanye khususnya Pilkada
DKI Jakarta dan melihat kembali dalam pespektif sejarah. Dengan
diselipkan tayangan vidio yang berkaitan dengan kampanye, kemudian
65
narator juga menjelaskan vidio tentang sosok pemimpin yang dibutuhkan
oleh masyarakat Indonesia. Dari diskusi yang telah dilakukan kemudian
disimpulkan oleh ustad Bachtiar Nasir sebagai narasumber tetap sekaligus
sebagai penutup dari diskusi episode Etika Meraih Kekuasaan.
66
66
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL ANALISIS
A. Analisis Semiotika Representasi Kepemimpinan Islam dalam Talk Show
“Makna & Peristiwa” di TvOne
Saat Program Acara talk show “Makna & Peristiwa” menghadirkan
episode tentang Etika Meraih Kekuasaan yang membahas tentang ramainya
isu mendekati pemilihan pemimpin gubernur DKI Jakarta. Berkenaan dengan
hal tersebut permasalahan dari penelitian akan dianalisis pada bab ini, dengan
melihat tanda-tanda tentang kepemimpinan Islam baik berupa tampilan visual
dan narasi yang disampaikan dalam episode tersebut.
Reprensentasi kepemimpinan Islam akan dianalisis menggunakan
semiotika model Charles Sander Peirce. Dengan mengklasifikasikan tanda
melalui Ikon, Indeks dan Simbol yang terdapat dalam talk show “Makna &
Peristiwa”. Proses narasi yang berlangsung juga akan dianalisis untuk
menemukan hasil interpretasi makna Kepemimpinan Islam.
Narasi pada scene pertama talk show “Makna & Peristiwa” dibuka
dengan menampilkan vidio beberapa wajah yang sempat menjadi isu ingin
mencalonkan diri sebagai bakal calon gubernur DKI. Kemudian Narator
menjelaskan siapa saja bakal calon kandidat dengan diiringi audio intrumen
musik tradisional Jakarta yaitu lagu “Kicir-Kicir”. Beberapa wajah yang
ditampilkan seperti Abraham Lunggana yang mempromosikan dirinya ke
pasar untuk mendengarkan suara rakyat Yusril Ihza Mahendra yang
67
67
mendatangi tempat menghabiskan masa kecilnya, Hasnaeni mempromosikan
dirinya dengan mendatangi sekolah-sekolah yang membutuhkan perbaikan
fasilitas di Jakarta dan Ahmad Dhani. Dapat diketahui wajah tersebut pernah
ikut serta menghiasi isu ramainya bakal calon kandidat yang ingin maju
menjadi gubernur DKI Jakarta.
Tabel 4. 1
Scene satu, pada durasi menit 01:06-02:311
Sign
Segmen 1
1Sumber Vidio talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne telah diunduh dari:
https://www.youtube.com/watch?v=Tj1IblVX670, pada tanggal 6 September 2016.
68
68
Ikon Beberapa bakal calon kandidat Abraham Lunggana atau H.
Lulung sedang melakukan kampanye di kawasan Pasar
Tanah Abang, berpose dengan mengangkat ibu jari bersama
ibu-ibu yang sedang berbelanja dan pedagang setempat, H.
Lulung terlihat bersikap sangat akrab dan ramah. Dengan
mengenakan kemeja batik ungu dan topi yang terdapat
simbol wajah dirinya, dapat dilihat sekelilingnya terdapat
keramaian pengunjung dibelakang yang penasaran ingin
melihat dirinya dan pajangan barang dagang yang
menumpuk seperti topi menunjukkan sedang berada di Pasar
Tanah Abang.
Kemudian Hasnaeni sedang mengunjungi salah satu sekolah
di Jakarta yang membutuhkan perbaikan dan fasilitas
69
69
tambahan.
Ahmad Dhani yang mendatangi pimpinan Partai
Kebangkitan Bangsa. Dan Yusril Ihza mahendra yang
mengunjungi daerah masa kecilnya untuk bersilatuhtami
dengan masyarakat kawasan Lodan Dalam Jakarta Utara,
dalam gambar tersebut Yusril sedang berada di Masjid
Ittihadul Muslimin Lodan Dalam Jakarta Utara.
Indeks Indeks pada gambar-gambar tersebut memperlihatkan
beberapa bakal calon gubernur yang berusaha mengunjungi
kawasan-kawasan ibu kota yang pernah akrab dengan
semasa kehidupan mereka. Seperti H. Lulung yang
mengunjungi kawasan pasar Tanah Abang dengan
mengenakan kemeja motif batik dan topi yang terdapat
simbol wajah dirinya. Kemudian Hasnaeni dan Yusril yang
terlihat mengenakan pakaian warna putih yang menandakan
arti bersih atau kesucian.
Simbol Dengan terjun langsung mengunjungi masyarakat akan
membuat masyarakat Jakarta lebih mengenali sosok bakal
calon pemimpin yang ingin mencalonkan diri sebagai
gubernur DKI dengan segala persiapan dan program rencana
mereka sebagai calon pemimpin yang beragam Muslim
untuk meminta dukungan masyarakat.
70
70
Visualisasi di atas cuplikan dari talk show “Makna & Peristiwa”
menampilkan beberapa wajah yang sempat meramaikan fenomena akan
ditunjuknya kandidat bakal calon gubernur DKI. Pada scene pertama tidak
menampilkan wajah Basuki Tjahaya Purnama yang dirinya juga ikut serta
mencalonkan kembali sebagai bakal calon gubernur DKI, wajahnya ditampilkan
pada scene selanjutnya. Visualisasi pada scene awal tersebut menandakan calon
pemimpin yang merupakan seorang Muslim.
Representasi yang bisa saja hadir dalam bentuk gambar, bahasa dan tulisan
sehingga dapat membentuknya sebuah makna dalam proses penyampaian pesan.
Seperti yang hadir pada cuplikan vidio dalam talk show, tayangan yang dihadirkan
berusaha untuk menginformasikan kembali apa yang telah ada dimasyarakat dan
apa yang telah ditayangkan dalam talk show bisa saja menghasilkan makna lain
bagi yang menafsirkannya.
Hasil wawancara: “Secara visual kita mau menunjukkan kepada
penonton “Makna & Peristiwa” punya ciri khas. Saya tidak
menunjukkan itu sebagai simbol. Beberapa visualisasi yang kita buat
selalu dalam konteks cover both side, baik dari sisi agamanya dan dari
sisi umumnya juga iya kita sampaikan”.2
Tabel 4. 2
Scene dua, pada durasi menit 04:09-06:013
2 Wawancara peneliti dengan Attay Rustandar selaku Produser talk show “Makna &
Peristiwa”, Jakarta 12 Oktober 2016. 3 Sumber Vidio talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne telah diunduh dari:
https://www.youtube.com/watch?v=Tj1IblVX670, pada tanggal 6 September 2016.
71
71
Sign
Segmen 1
Ikon Pada gambar ini Ustad Bachtiar Nasir, sebagai narasumber
tetap atau ulama mengunakan kemeja warna ungu dengan
motif garis ditambah dengan jas hitam, terlihat sangat serius
menanggapi pertanyaan dari host dengan sorot matanya yang
fokus mengarah ke host. Gesture yang ditunjukkan oleh
Bachtiar Nasir dengan mengangkat posisi tangannya
kanannya terlihat diangkat untuk menjelaskan selangkah
demi langkah pertanyaan awal tentang bagaimana ketika
ingin menggapai sebuah kekuasaan. Dalam dialog ini Ustad
Bactiar Nasir menjelaskan pengertian dasar sebuah
kekuasaan.
“Milik Allah lah semua kekuasaan, milik Allah semua
penguasa berikut semua yang dikuasainya artinya boleh jadi
seseorang pada puncak kekuasaanya tapi sebetulnya dia
bukan siapa-siapa. “Tu‟izzu man tasya wa tuzillu man
tasya” ada orang menjabat tapi hina dan tidak berkuasa dia
hanya boneka yang di atur, penjajah dari suatu negara atau
boneka dari seseorang kedudukan ditempatnya ini filosifis
dari makna sebenarnya bahwa kekuasaan itu milik “Malikul
Mulk”.
Kemudian Ustad Bachtiar Nasir juga memberi penekanan
72
72
dalam dialognya
“Pada dasarnya “Inni jaillun fil ardi khalifah” Aku (Allah)
yang menjadikan siapa khalifah di muka bumi ini. Artinya
orang yang ditugaskan oleh Allah menjabat atau tidak
menjabat tapi menjalankan perannya dalam imaratdunya
dalam menjaga agama, dalam melindungi masyarakat
secara luas itu prinsipnya”.
Pada gambar ini terlihat talk show berlangsung di dalam
studio tvOne yang didekorasi dengan unsur budaya timur, di
sudut pojok kanan atas terdapat logo tvOne dan talk show
ditayangkan secara langsung. Kemudian di bawah terdapat
logo program acara yaitu “Makna & Peristiwa” yang di
bingkai dengan warna merah. Objek diambil secara close up
untuk memperlihatkan ekpresi Ustad Bachtiar Nasir dalam
menanggapi pentingnya pertanyaan agar penonton
memahami secara detil defenisi secara jelas arti sebuah
kekuasaan.
Indeks Kemeja dan Jas yang dikenakan oleh Ustad Bachtiar Nasir
menunjukan agar terlihat rapih, sopan dan formal.
Keseriusan wajahnya menandakan persoalan kekuasaan
adalah hal sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat
luas. Dialognya menandakan seorang pemimpin dalam Islam
merupakan sosok yang mengemban tugas untuk menjaga
dan pada dasarnya kekuasaan adalah milik Allah SWT.
Simbol Dari ikon dan tanda verbal mengandung pesan prinsip
73
73
seorang pemimpin tidak hanya harus menjaga masyarakat
namun harus menjaga agamanya khususnya dalam perspektif
agama Islam, seorang pemimpin harus menjaga agamanya
yaitu agama Islam beserta ajarannya.
Penampilan Ustad Bachtiar Nasir terlihat sangat modern tetapi kurang
menonjolkan sisi tradisi berpakaian seorang ulama di Indonesia. Dilihat dari
program acara yang bernuansa religi Islam kemudian tema episode yang
membahas tentang etika dalam meraih sebuah kekuasaan berdasarkan kriteria
Islam dan menjelaskan bagaimana mencari sosok pemimpin, maka akan lebih
baik apabila Ustad Bachtiar Nasir pada episode tersebut dengan mengenakan baju
koko atau disertai kopiah untuk semakin menambah ciri khas budaya berpakaian
seorang Muslim.
Pesan yang disampaikan oleh Ustad Bachtiar Nasir pada scene tersebut
dalam memaknai sebuah kepemimpinan sesungguhnya adalah milik Allah SWT
dan manusia sebagai pemimpin bertugas sebagai khalifah di bumi ini untuk
menjaga apa yang dititipkan oleh Allah SWT bukan boneka seseorang dibalik
singgasana kekuasaannya.
Seorang pemimpin harus terikat pada tujuan sebagai seorang pemimpin
bukan untuk kepentingan kelompoknya secara pribadi, melainkan ia harus
mementingkan kemajuan agama Islam dalam lingkungannya.4 Dan sebagai umat
Muslim kita harus mengenali dan mengetahui kriteria yang baik dalam
4 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Leadership, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.
136.
74
74
menentukan siapa yang akan memimpin. Berkaitan dengan ramainya isu tentang
pemilihan calon gubernur maka talk show “Makna & Peristiwa” ingin
memberikan pelajaran tentang memilih kriteria pemimpin dalam Islam.
Hasil wawancara : “Sedang berkembang isu pilkada DKI jadi ada
beberapa calon lain waktu itu. Ketika ramai akan ada pilkada pemimpin
Jakarta maka diangkatlah tema itu. Ramai ni ada Ahok dan sebagainya
maka dipilihlah tema itu, karena di luar sedang ada isu pemilihan
pemimpin Jakarta yang baru”.5
Tabel 4. 3
Scene tiga, pada durasi menit 06:47-06.506
Sign
Ikon Pada gambar ini terlihat talk show “Makna & Peristiwa”
mengambil cuplikan gambar Sandiaga Uno sebagai calon
kandidat menghadiri acara Pelantikan Dewan Pusat Rumpun
Masyarakat Betawi (RMB) dan Gebyar Budaya Betawi 2016
5 Wawancara peneliti dengan Attay Rustandar selaku Produser talk show “Makna &
Peristiwa”, Jakarta 12 Oktober 2016. 6 Sumber Vidio talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne telah diunduh dari:
https://www.youtube.com/watch?v=Tj1IblVX670, pada tanggal 6 September 2016.
75
75
di Kramat Jati Condet Jakarta Timur, Sandiaga berkampanye
dengan bersilatuhrami terhadap masyarakat suku Betawi
Jakarta. Pada acara tersebut Sandiaga mengenakan baju koko
putih dengan kopiah hitam dan celana hitam. Sandiaga juga
terlihat sangat percaya diri berbicara di atas panggung
dengan memegang microphone. Cuplikan tersebut terdapat
pada scene obral janji para pemimpin yang dapat dilihat dari
tulisan di dekat logo talk show “Makna & Peristiwa”.
Indeks Dengan menghadiri undangan dari salah satu forum
komunitas Betawi menandakan sosok Sandiaga Uno yang
semakin ingin dikenal oleh rakyat Jakarta. Silaturahmi
adalah kegiatan yang baik dalam mendekatkan diri kepada
masyarakat dalam ajang kampanye Pilkada, selain itu
silaturahmi adalah kegiatan yang positif untuk menjalin dan
menguatkan tali persaudaraan. Dalam agama Islam pakaian
koko adalah salah satu pakaian ritual yang dipakai dalam
melakukan ibadah, namun bagi suku Betawi baju koko
selain digunakan sebagai pakaian ritual ibadah, baju koko
dan kopiah menjadi pakaian tradisional yang dikenakan pada
setiap acara.
Simbol Pesan dalam gambar tersebut menandakan simbol Islam
tercermin dari tradisi berpakaian yang dikenakan oleh
Sandiaga Uno dan simbol budaya serta nilai-nilai agama
76
76
Islam yang begitu melekat dengan budaya Betawi. Salah
satu kegiatan yang sering kali dilakukan untuk
memperkenalkan diri kepada masyarakat dalam
berkampanye adalah silaturahmi digunakan oleh para calon
kandidat sebagai mendekatkan dengan masyarakat dan untuk
menarik perhatian masyarakat terhadap calon kandidat.
Tabel 4. 4
Scene empat durasi menit 07:31-07.337
Sign
Ikon Gambar ini memperlihatkan bakal calon kandidat gubernur
DKI Jakarta Abraham Lunggana dan Yusril Ihza Mahendra
yang sedang berjabat tangan didepan keramaian orang.
Terlihat kerumunan orang dibelakang begitu antusias
melihat dua bakal calon kandidat tersebut saling berjabat
tangan didepan umum. Abraham Lunggana atau H. Lulung
terlihat mengenakan kemeja warna ungu yang dihiasi motif
batik. Sedangkan Yusril Ihza terlihat mengenakan kemeja
7 Sumber Vidio talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne telah diunduh dari:
https://www.youtube.com/watch?v=Tj1IblVX670, pada tanggal 6 September 2016.
77
77
putih yang dilapisi oleh jaket warna abu-abu kecoklatan.
Wajah kedua bakal calon tersebut saling tersenyum dengan
berjabat tangan. Keduanya terlihat antusias ingin maju
untuk menjadi calon kandidat Gubernur DKI Jakarta
walaupun sebagai pesaing. Cuplikan tersebut juag terdapat
pada scene obral janji para pemimpin yang ditayangan
sesudah gambar Sandiaga Uno.
Indeks Dalam gambar tersebut menandakan Abraham Lunggana
atau H. Lulung dan Yusril Ihza sedang berada dalam
aktifitas yang sama. Tidak dijelaskan dalam cuplikan talk
show dalam rangka kegiatan apa dua bakal calon tersebut
bersama-sama dan berjabat tangan yang memperlihatkan
keakraban kedua calon tersebut.
Simbol Gambar tersebut mengandung pesan walaupun sebagai
pesaing namun sebagai calon pemimpin harus menjaga
persaudaraan seperti saling mendukung dan menghindari
adanya konflik serta saling menghujat antar bakal calon
kandidat seperti fenomena yang terjadi saat menjelang
pemilihan umum.
Dalam menentukan seorang pemimpin Islam menganjurkan untuk
mengantipasi agar tidak terjadinya perpecahan dalam proses pemilihan. Islam
sendiri dalam memandang seorang pemimpin adalah sosok yang bisa
78
78
mengendalikan konflik. Karena konflik terkadang bisa saja tidak dapat dihindari
dalam proses pemilihan, namun mencari sosok pemimpin yang bisa
mengendalikan konflik itu lebih baik agar tidak terjadinya hal-hal yang tidak
inginkan seperti antiproduktif, destruktif, kerusuhan masal, bahkan yang lebih
buruk lagi hingga perusakan fasilitas umum.8 Seperti yang dijelaskan dalam
firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 48:
Artinya : “dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-
Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab
yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap
umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada
8 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2006), h. 157.
79
79
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa
yang telah kamu perselisihkan itu”.
Tabel 4. 5
Scene lima, pada durasi menit 08:39-11:599
Sign
segmen 1
Ikon Pada gambar ini terlihat Peneliti senior politik-LIPI, Siti
Zuhroh mengenakan kemeja berwarna putih dengan motif
bunga berwarna merah muda dan jilbab polos berwarna
merah muda. Siti Zuhroh menceritakan kejadian yang terjadi
saat kampanye pilkada dengan gaya bicara yang santai,
lembut dan lugas
“Dalam kampanye kita se Indonesia sudah melakukan
1300an pilkada sejak rentang tahun 2005 sampai 2015
yang lalu. Ada pilkada serentak tahun 2015 tapi kita
mengulang terus perilaku yang tidak positif. Kita
mereproduksi menghalalkan segala cara untuk menang
„poko‟e menang‟, kampanye tidak boleh melakukan hal
seperti itu, dalam demokrasi belum lagi dari perspektif pak
ustad yang yang telah menjelaskan dengan bagus syarat
substansi menurut saya itu tidak boleh menghalalkan cara
apalagi melakukan kebohongan publik. Kampanye esensinya
adalah mentransfer pengetahuan, mengtransfer visi misi
yang dimiliki oleh calon kepada pemilih tentunya tidak boleh
ada kebohongan, kalau dia mampu sampaikan kapasitas
hanya mampu bisa membangun jalan hanya berapa
kilometer katakan, perkara lebih itu silahkan asalkan jangan
9 Sumber Vidio talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne telah diunduh dari:
https://www.youtube.com/watch?v=Tj1IblVX670, pada tanggal 6 September 2016.
80
80
bombastis,apalagi dikemas dalam media framing , lembaga
survei lagi-lagi tidak mencerahkan mencerdaskan. Itu yang
harus dihindari. jadi tidak hanya dari perspektif akidah kita
yang Islam, etika dalam demokrasi nilai-nilainya juga
seperti itu, apalagi kita punya Pancasila yang disitu ada
Prikemanusiaan yang adil dan beradab, keadaban kita akan
tergerus dengan menghalalkan semua cara. Melalui
kampanye-kampanye yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan karena nilai-nilai yang dilabrak”.
Teknik pengambilan gambar dilakukan secara close up
sehingga memperlihatkan ekspresi wajah Siti Zuhroh yang
mengarah ke host.
Indeks Kemeja dengan warna yang dikenakan oleh Siti Zuhroh
sebagai narasumber tamu memperlihatkan sosok yang
feminim dan lembut sesuai dengan gaya bicaranya yang
santai namun tetap terlihat tegas dengan berbagai informasi
yang disampaikan berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya sebagai peneliti senior LIPI berhubungan
dengan permasalahan politik yang ada di Indonesia. Narasi
yang disampaikannya pada scene tersebut berkaitan dengan
asumsi naratif Fisher agar para calon kandidat menggunakan
cerita yang menggugah untuk meyakinkan masyarakat untuk
memilih namun tidak berlebihan. Dialognya juga
menandakan buruknya sistem kampanye di Indonesia saat
proses pilkada langsung yang sudah terlaksana sejak
beberapa tahun yang lalu.
81
81
Simbol Dialog yang disampaikan Zuhroh berpesan negara Indonesia
yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, begitu pula
dengan daerah ibu kota maka sebagai calon pemimpin
diharuskan menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman yang
sudah diajarkan dalam hidup dan selama proses sejarah
negara ini berlangsung, namun tidak hanya dalam prespektif
Islam juga secara perspektif demokrasi politik di Indonesia.
Pendapatnya tersebut menandakan ketidaksetujuannya
dengan black campaign yang dilakukan oleh tiap-tiap calon
kandidat yang melanggar hukum Islam dan peraturan
pilkada negara ini.
Tabel 4. 6
Scene enam, pada durasi menit 12:00-13:5410
Sign
segmen 1
Ikon Pada gambar ini JJ Rizal sebagai narasumber tamu
menggunakan kemeja putih yang sedang menanggapi
pertanyaan dari host, terlihat mengangkat tangan kirinya. Di
10
Sumber Vidio talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne telah diunduh dari:
https://www.youtube.com/watch?v=Tj1IblVX670, pada tanggal 6 September 2016.
82
82
sudut belakang terlihat backstage studio terdapat layar besar
yang menayangkan situasi jalanan ibu kota dipenuhi oleh
kendaraan yang lalu lalang. Di sudut kanan pojok atas
terlihat logo tvOne dan tulisan LIVE bahwa siaran ini
disiarkan secara langsung, gambar ini diambil dengan
medium shot sehingga mimik wajah tidak terlalu terekspose.
Kemudian terdapat logo talk show “Makna & Perisiwa” dan
menginformasikan identitas narasumber saat sedang
berbicara yang berprofesi sebagai sejarawan. Dialog yang
disampaikan pada scene ini yaitu tanggapan JJ Rizal sebagai
sejarawan tentang sejarah pilkada di Ibu kota, kemudian
sejarawan ini memberikan pendapatnya
“Waktu kampanye janjinya muluk-muluk MasyaAllah tapi
begitu berjalan pemerintahannya dilupakan, bahkan
sekarang mereka lebih nekat menurut saya, mereka berani
membuat janji dan kontrak politik ditanda tangani tapi
dilupakan. Dulu ada istilah bagus dari pak Noorcholis
Majid intelektual Muslim kita namanya Patsun Politik-Etika
politik, jadi etika beda dengan etiket, etika berurusan
dengan publik etiket berkaitan dengan sopan santun
bagaimana cara bertutur kata, yang kita tidak punya hari ini
menurut saya etika politiknya-patsun politik kita yang
hilang. Dan tadi ustad ngomongin kita ingat bagaimana
republik kita didirikan memang konsensusnya politik, tapi
agama menjadi hal yang sangat penting itu digambarkan
dalam proklamasi kita “Atas berkat rahmat Tuhan Yang
Maha Esa”, sila pertama dan kemudian konsensus mereka
di BPUPKI adalah sila yang pertama, karena Hatta
berbicara biarlah semua perbuatan politik kita disinari oleh
cahaya Ilahiyah tapi sekarang tidak ada cahaya Ilahiyah,
hanya kebohongan pengingkaran”.
Indeks JJ Rizal dengan kemeja putihnya memberikan tampilan
83
83
yang sederhana dan warna putih yang melambangkan suci
dan bersih. JJ Rizal berusaha memberikan penjelasan dengan
mengingat kembali proses sejarah pilkada DKI Jakarta
ditambah dengan talk show yang disiarkan secara langsung
sehingga tidak ada editing. Dialog yang disampaikan oleh JJ
Rizal ingin membandingkan bahwa fenomena pilkada saat
ini lebih buruk dibandingkan pilkada yang terjadi pada masa
sebelumnya. Negara ini mengalami krisis kepemimpinan
karena sulitnya menemukan pemimpin yang bisa menjadi
wadah untuk rakyatnya.
Simbol Dialognya memberikan penjelasan pentingnya memahami
makna etika dalam sebuah sistem politik ditambah para
pembangun negeri ini mayoritas adalah Muslim, sehingga
banyak konsensus dari negara republik Indonesia yang
mengambil pesan dan aturan yang berasal dari agama Islam.
Makna cahaya Ilahiyah yang disampaikan menandakan
setiap pemimpin tidak hanya memiliki jiwa politik yang baik
melainkan seorang pemimpin yang paham peraturan dalam
Islam.
Representasi kepemimpinan Islam terlihat pada narasi JJ Rizal yang
menceritakan konsensus negara Republik Indonesia yang pada dasarnya memang
dibentuk oleh sistem demokrasi politik, namun agama menjadi suatu acuan untuk
84
84
membangun suatu sistem kepemimpinan yang baik. Senada dengan yang
diungkapkan oleh Muhammad Abdul Karim dalam tulisannya menjelaskan
pendapat Muhammad Nasir yang mengatakan bahwa Pancasila sebagai dasar
negara yang bercorak ladiniyah. Hal tersebut karena negara yang berlandaskan
Islam disebabkan oleh adanya penduduk beragama Islam yang mayoritas di
Indonesia, namun agama tidak dijadikan sebuah dasar negara melainkan sebagai
rujukan bersama.11
Tabel 4. 7
Scene tujuh, pada durasi menit 23:10-26:4412
Sign
Ikon Pada gambar ini terlihat JJ Rizal yang sedang menunjuk
telinganya yang menghadap arah host. Gerakan tersebut ia
lakukan kemudian ia berbicara dengan logat betawi yang
kental tentang sosok pemimpin mantan gubernur DKI
Jakarta Ali Sadikin. Sosok Ali Sadikin adalah pemimpin
muslim yang menurut pandangannya pemimpin Jakarta yang
baik, karena Gubernur Ali Sadikin bisa menjadi telinga yang
11
Abdul Karim, Menggali Muatan Islam dalam Perspektif Pancasila, ( Yogyakarta:
Surya Raya, 2004), h. 50. 12
Sumber Vidio talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne telah diunduh dari:
https://www.youtube.com/watch?v=Tj1IblVX670, pada tanggal 6 September 2016.
85
85
untuk rakyatnya seperti yang JJ Rizal gambarkan dengan
menunjukan jari telunjuknya ke telinga. Gambar diambil
dengan medium shot sehingga dapat terlihat disebelah kiri JJ
Rizal terdapat Siti Zuhro yang sedang duduk dan menyimak
pembicaraan JJ Rizal. Dalam dialognya ia mengatakan
“Pemimpin sekarang yang berhasil dibeberapa kota dunia,
dia yang berhasil menciptakan dirinya bukan sebagai
superhero, bukan sebagai jagoan yang menyelesaikan
masalah itu sendiri tapi bagaimana ia hadir sebagai medium
partisipasi publik jadi dia menjadi suara-suara dan tempat
ide-ide berkumpul dan menjadikan kebijakan-kebijakan
politik. Menurut saya ini bukan hal baru masa bang Ali
waktu dia terakhir memimpin usia 77 tahun, hal yang
pertama yang dilakukan saya berhasil karena saya punya
kuping yang baik, dia mau mendengarkan orang bukan
menjadikan dirinya sebagai sumber kebenaran kamu salah,
kamu salah, kamu salah, saya benar. Justru bang Ali itu
bertindak karena dia mau mendengar cara kritik yang
membangun. Para pengamat dan pengkritik saya yang
paling keras, jusnalis yang paling pedas mengritik saya itu
adalah karyawan pegawai pemkot DKI Jakarta yang tidak
bernomor induk dan begaji, itu peranan pentingnya
dianggap segitunya”.
Indeks Pembicaraan JJ Rizal membuat khalayak mengetahui serta
kembali mengingat sosok Ali Sadikin saat menjabat menjadi
gubernur DKI Jakarta. JJ Rizal menandakan sosok yang
pantas meminpin Jakarta adalah sosok yang bisa mencontoh
dan mempelajari jejak gubernur Ali Sadikin dan berpendapat
gubernur di masa sekarang lebih banyak yang hanya ingin
dipandang sebagai sosok yang dihormati dan disanjung oleh
rakyat bukan pemimpin yang berani mendapatkan sindiran
86
86
keras dari rakyat. Narasi dialog yang disampaikan oleh JJ
Rizal berkaitan dengan asumsi naratif tentang cara berpikir
seseorang dipengaruhi sejarah, biografi, budaya dan karakter
dalam memustuskan cerita mana yang diyakini. Asusmsi
tersebut sesuai dengan cara berpikir JJ Rizal sebagai seorang
sejarawan.
Simbol Pada ikon tersebut menunjukkan bahwa JJ Rizal sangat
mengagumi sosok pemimpin mantan gubernur DKI Ali
Sadikin. Hal tersebut merepresentasikan bahwa sosok
pemimpin merupakan sosok yang harus memiliki jiwa
pemberani dan siap untuk menerima terpaan kritikan dari
siapa saja.
Tabel 4. 8
Scene delapan, pada durasi menit 33:17-37:0813
Sign
Ikon Pada gambar ini terlihat semua narasumber dan host berada
dalam satu frame. Gambar diambil secara long shot sehingga
13
Sumber Vidio talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne telah diunduh dari:
https://www.youtube.com/watch?v=Tj1IblVX670, pada tanggal 6 September 2016.
87
87
memperlihatkan seluruh bentuk studio talk show “Makna &
Peristiwa tvOne. Studio didesain dengan dengan gaya
arsitektur timur tengah seperti ukiran tembok dibelakang
bangku narasumber tetap Ustad Bachtiar Nasir. Pada scene
ini Ustad Bachtiar Nasir menjelaskan seorang pemimpin
yang seperti dikriteriakan pada masa Rasulullah SAW
adalah pemimpin yang bisa menjadi suritauladan dalam solat
dan tauladan pada sikap dan perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari, kemudian menjelaskan tentang dasar dari negara
Indonesia yaitu Pancasila secara garis besar mengambil
pesan-pesan dari ajaran Islam seperti sila ke empat Hikmah
kebijaksanaa dalam permusayawaratan dan perwakilan yang
digambarkan sebagai orang yang berhikmah adalah orang
yang memiliki ilmu yang bermanfaat dan beramal soleh.
Pendapatnya bahwa proses pemilihan kepala daerah atau
Pilkada langsung yang terjadi saat ini adalah sebuah
pengkhianatan dan pengingkaran. Dalam scene tersebut
terlihat Ustad Bachtiar Nasir nampak sangat tidak setuju
dengan proses pemilihan melalui Pilkada Langsung. Seperti
yang dikatakan oleh Ustad Bachtiar Nasir
“Yang terjadi saat ini itu pengingkaran hal ini tidak akan
berhenti, kita semua harus tahu dulu tokoh Indonesia
mencak-mencak jangan dipilih DPR, jangan dipilih oleh
MPR semua bajingan pilih pilkada langsung ternyata
pilkadal juga. Membohongi seratus juta orang lebih mudah,
menyogok seratus juta orang katanya lebih mudah dariapda
88
88
menyogok anggota dewan. Sehingga itu menjadi ukuran duit
jadi satu orang disogok seratus ribu rupiah, peganglah
seratus juta suara berarti dia harus punya sepuluh triliun,
dia sudah bisa menjadi orang yang berkuasa di indonesia
secara media”
Indeks Tata ruangan studio di desain dengan suasana modern dan
arsitektur timur tengah menambah suasana religi dalam talk
show. Ustad Bachtiar Nasir dengan pendapatnya
menandakan tauladan yang baik dalam memilih pemimpin
adalah melihat dan meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW
dan proses yang baik dalam memilih pemipin adalah sosok
yang memiliki iman yang kuat yaitu salah satunya bisa
melihat dari solatnya, karena solat adalah tiang agama.
Dialog pada scene tersebut terdapat sampel dari koherensi
Simbol Dari ikon dan tanda verbal melalui dialog yang disampaikan
oleh ustad Bachtiar Nasir adalah sosok ulama yang
menjunjung tinggi nilai-nilai keIslaman dalam menentukan
sosok pemimpin. Seorang pemimpin dalam kriteria Islam
adalah seorang Muslim dan Ustad Bachtiar Nasir setuju
terhadap proses pemilihan kepada daerah yang dipilih atau
ditunjuk oleh para petinggi pemerintahan melalui
musyawarah dan kesepakatan.
Pada dasarnya kriteria pemimpin yang paling utama dan wajib dalam
agama Islam dalam memilih seorang pemimpin ialah seorang Muslim. Senada
dengan apa yang diungkapkan oleh ustad Bachtiar Nasir dalam memandang
89
89
seorang pemimpin syarat paling utama seorang pemimpin adalah Muslim. Selain
itu talk show pada tema hari itu juga memang bertujuan ingin mengedukasi
masyarakat tentang kepemimpinan dalam Islam yang salah satunya ingin
menginformasikan sebagai seorang Muslim maka sebaiknya memilih calon
pemimpin yang seorang Muslim.
Hasil wawancara : “Tujuan kita ini ingin memberikan pelajaran tanpa
harus mengajari, memberi wawasan tetapi tidak mengintervensi, tidak
mengintimidasi penonton untuk memilih siapa, menyebut orang atau
menyebut nama, tapi kriterianya ada dalam Islam ada, pemimpin
ideal dalam Islam adalah satu misalnya tidak boleh non Muslim
sudah jelas, kan calon itu nanti banyak sekarang ada tiga calon kalau
soal pemilihan terserah penonton kita tidak menunjuk, tidak
memaksakan, tidak mengintervensi. Kita Cuma memberi pengetahuan
saja bahwa dalam Islam ada kriteria harus dipilih”.14
Berdasarkan hasil wawancara menjelaskan bahwa program acara talk
show “Makna & Peristiwa” tidak ingin menyudutkan agar khalayak memilih
kandidat tertentu atau jangan memilih kandidat tertentu. Tetapi dalam agama
Islam terdapat ketentuan khusus yang diperlukan dalam menentukan seorang
pemimpin dan hal tersebut dilakukan oleh talk show yang bertujuan untuk
mengedukasi masyarakat untuk membuka wawasan tentang memilih pemimpin
dalam agama Islam. Apa yang ingin disampaikan oleh talk show “Makna &
Peristiwa” sesuai dengan yang tertera dalam agama Islam melalui penjelasan oleh
Ustad Bachtiar Nasir.
Tabel 4. 9
Scene sembilan, pada durasi menit 44:01-46:1015
14
Wawancara peneliti dengan Attay Rustandar selaku Produser talk show “Makna &
Peristiwa”, Jakarta 12 Oktober 2016. 15
Sumber Vidio talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne telah diunduh dari:
https://www.youtube.com/watch?v=Tj1IblVX670, pada tanggal 6 September 2016.
90
90
Sign
Ikon Pada visualisasi tersebut terlihat Ustad Bachtiar Nasir yang
sedang mengangkat ke atas tangan kanannya yang diambil
pada scene terakhir dalam kesimpulan tentang etika meraih
kekuasaan yang menyimpulkan sosok pemimpin harus
memiliki kriteria beramal soleh dan berhikmah dalam
narasinya pada segmen tersebut Ustad Bachtiar Nasir
mengatakan pendapatnya kembali tentang pilkada,
“Katakanlah demokrasi dalam bahasanya yang liberal saat
ini sedang dipaksakan, nah di Indonesia kita lihat kemarin
mau outdoor pilkada langsung inilah yang terjadi. Bahasa
agamanya mudharatnya lebih banyak daripada manfaatnya.
Misalnya gara-gara pilkada langsung ini perceraian juga
banyak karena pilihan suami dan istri berbeda, pilihan
mertua dengan menantu berbeda. Akhirnya tidak harmonis
pertemanan menjadi kacau, karena permasalahan politik ini
permasalahan yang sangat rentan dengan perbedaan dan
perpecahan. Dan yang kedua masyarakat kita milih RW aja
belum tentu bisa, disuruh milih bupati beberapa daerah
tertentu. Saya tidak ingin merendahkan intelektualitas
politik kita tapi katakanlah orang Jogja masih setia dengan
budaya kerajaannnya, di Papua dibeberapa tempat mereka
punya polanya sendiri dengan sistem indoor wallahualam
kembali pada niataan rakyat Indonesia ini yang dipimpin
oleh pemimpinnya harus oleh hikmah, orang yang berilmu
dan beramal soleh. Tentu dengan permusyawaratan dan
perwakilan, dan aktivkan lagi itu MPR dan aktivkan lagi
sistem perwakilan Waallahualam”.
91
91
Indeks Sekali lagi Ustad Bachtiar Nasir mempelihatkan
ketidaksetujuannya terhadap proses pemilihan calon
pemimpin daerah dengan proses pilkada langsung. Dalam
ucapannya yang berpendapat bahwa pilkada langsung
mengundang mudharat yang lebih banyak, ditandai pula
dengan gerakan-gerakan tangan ustad Bachtiar Nasir yang
menambahkan nilai tanda tentang pesannya agar MPR
kembali mengambil alih keputusan dalam menentukan
pemimpin daerah.
Simbol Dari tanda-tanda tersebut menandakan Ustad Bachtiar Nasir
tidak setuju dengan proses pilkada langsung dan talk show
mengemas pesan makna kepemimpinan Islam melalui
kriteria-kriteria menentukan pemimpin dalam Islam yaitu
sosok pemimpin yang soleh dan berhikmah.
Representasi kepemimpinan Islam dapat dilihat melalui pesan verbal oleh
Ustad Bachtiar Nasir. Pemimpin yang menjadi tauladan bagi umat Muslim ialah
Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW pun menjadi hikmah untuk para
sahabatnya agar mencontoh sikap dan perilaku Rasul dalam menjalankan sebuah
kepemimpinan, walaupun dalam keadaan sesulit apapun Rasulullah akan bersikap
tangguh untuk melawan rasa putus asa.
Hasil wawancara : “Di situ dibahas kriteria pemimpin dalam Islam itu
seperti apa. Lalu Memilih pemimpin itu sebaiknya yang bagaimana, lalu
misalnya Islam memfatwakan pemimpin itu seperti apa, terus mana yang
92
boleh dipilih dan tidak boleh dipilih kriterianya seperti apa. Tidak keprofil, tidak menyebutkan nama tetapi kriteria saja. Disebutlah kriteriapemimpin dalam Islam yang patut dipilih adalah satu ini, dua ini dan tigaini. Dan yang tidak dianjurkan untuk dipilih. Maknanya adalah ini jadimemberikan pelajaran pemimpin secara kriteria Islam”.16
Adapun pendapat ustad Bachtiar Nasir pada scene tersebut tentang
pilkada langsung ialah masih banyak mengundang kontroversi pada saat ini,
dikarenakan bergesernya fungsi yang dipakai untuk mempenalkan para calon
kandidat dengan cara berkampanye yang seharusnya menjadi ajang tukar
informasi antara kandidat dan masyarakat justru menjadi ajang sebar fitnah
bahkan konflik massa. Selain itu dalam perspektif Islam untuk memilih seorang
pemimpin daerah seharusnya bisa dilakukan oleh seorang ulil amri yaitu orang
yang lebih atau paling tinggi tingkatannya. Karena pilkada cakupannya adalah
menentukan pemimpin daerah maka pemimpin daerah tersebut bisa tentukan oleh
pihak yang lebih tinggi jabatannya dengan hal tersebut pemilihan calon pemimpin
daerah akan lebih adil dan jauh dari nilai-nilai black campaign.17 Seperti yang
dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 58:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanatkepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabilamenetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan denganadil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknyakepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Mahamelihat”.
16 Wawancara peneliti dengan Attay Rustandar selaku Produser talk show “Makna &Peristiwa”, Jakarta 12 Oktober 2016.
17 Pemilu dan Demonstrasi dalam Pandangan Islam, Artikel diakses pada tanggal 22Oktober 2016, dari:https://Rumaso.com/256-pemilu-dan-demonstrasi-dalam-pandangan-Islam.html.
93
93
Ayat tersebut memberi penjelasan yang luas terhadap menyerahkan suatu
amanah atau kepercayaan kepada seseorang yang berhak menerimanya. Dan
membuat membuat keputusan yang adil dalam menetapkan sebuah hukum. Pada
talk show yang terdapat pembahasan proses pemilihan kepaa daerah atau pilkada
secara langsung dalam menentukan pemimpin harus dipastikan dapat terlaksana
secara adil agar terbentuknya sebuah sistem pemilihan yang tepat dilakukan pada
daerah tertentu dengan melihat kualitas dan kapasitas rakyatnya apakah sudah bisa
memilih pemimpin dengan adil tanpa terhasut oleh politik uang.
B. Narasi Pesan Kepemimpinan Islam dalam Talk Show “Makna &
Peristiwa” di TvOne
Pada dasarnya manusia adalah makhluk pencerita. Seperti yang
dijelaskan pada teori naratif Fisher dalam paradigma naratifnya. Begitu pula
yang terdapat dalam sebuah talk show terdapat sebuah narasi agar
berlangsungnya sebuah penyampaian pesan melalui bahasa yang mencakup
verbal maupun non verbal. Pesan yang disampaikan melalui narasi bukan
sekedar cerita yang dikisahkan namun terabaikan begitu saja. Melainkan
dengan narasi sebuah cerita dapat memiliki alur atau plot awal, tengah dan
akhir untuk menjelaskan makna yang terkandung melalui proses penyampaian
pesan atau proses komunikasi, narasi juga digunakan oleh peneliti untuk
mencari petunjuk lain dalam mengindikasikan sebuah tanda melalui narasi.
Untuk menjelaskan simbol-simbol atau tindakan yang terdapat proses
komunikasi, narasi memiliki peran penting untuk menjelaskan simbol atau
94
94
tindakan dengan mengartikan makna yang disampaikan oleh pencerita
kemudian diartikan oleh pendengar. Untuk mencari bagaimana talk show
“Makna & Peristiwa” di tvOne membentuk makna Kepemimpinan Islam
dalam episode Etika Meraih Kekuasaan maka bisa dilihat dari proses narasi
yang berlangsung. Dalam talk show juga terdapat alur atau plot awal tengah
dan akhir yang terbagi dalam beberapa segmen.
Alur awal merupakan tahap pembukaan dari talk show “Makna &
Peristiwa”. Pada tahap awal talk show dibuka dengan memberikan cuplikan
vidio wajah-wajah bakal calon gubernur DKI, pada masa itu belum diputuskan
siapa saja yang resmi akan maju menjadi bakal calon kandidat sesunggunya
yang dijelaskan oleh suara narator. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan
dasar sebagai pembuka materi episode “Etika Meraih Kekuasaan” yang
dijelaskan oleh Ustad Bachtiar Nasir secara sudut pandang Islam agar
khalayak mengetahui pemimpin seperti apa yang layak dan tidak layak untuk
dipilih, kemudian Siti Zuhroh menjelaskan arti dari pilkada yang semestinya.
Pada alur tengah merupakan inti dari materi yang dibahas, yang
membahas fenomena-fenomena saat berlangsungnya pemilihan calon
pemimpin daerah yang disertai cuplikan vidio fenomena kampanye dan
penjelasan bagaimana Islam memandang money politic dalam proses
pemilihan, pemimpin seperti apa yang siap memimpin daerahnya, lalu
dilanjutkan dengan mengulas kembali kisah Rasulullah SAW saat menentukan
seorang pemimpin kemudian proses yang dianjurkan dalam agama Islam. Dan
alur akhir, alur ini merupakan langkah menuju akhir sebuah proses narasi yang
95
95
memuat pesan-pesan inti kemudian disimpulkan untuk menjawab hasil
pembahasan dari episode “Etika Meraih Kekuasaan”.
Untuk menilai kualitas dari sebuah narasi maka dibutuhkan koherensi
dalam sebuah cerita. koherensi merupakan standar yang sangat penting dalam
menilai rasionalitas sebuah narasi. Terdapat tiga elemen koherensi untuk
melihat rasional naratif.
a. Koherensi Struktural
Merupakan tingkatan untuk menilai sebuah cerita berlangsung dan
berjalan dengan lancar. Ketika cerita membingungkan pendengar, ketika
bagian satu tidak tersambung dengan bagian lainnya, alurnya tidak jelas,
maka dapat dipastikan bahwa cerita tersebut kekurangan koherensi
struktural. Pada tahapan elemen koherensi struktural, alur yang
merepresentasikan kepemimpinan Islam dalam episode etika meraih
kekuasaan terlihat melalui dialog yang disampaikan oleh narasumber tetap
Ustad Bachtiar Nasir.
Ustad Bachtiar Nasir: “Inni jaillun fil ardi khalifah Aku yang akan
menjadikan siapa Khalifah dimuka bumi ini. Artinya orang yang
ditugaskan oleh Allah menjabat atau tidak menjabat tapi menjalankan
perannya dalam „imaratdunya‟ dalam menjaga agama, dalam
melindungi masyarakat secara luas itu prinsipnya. Dalam politik
Islam barangkali „hirosatuddin wa himmayaturoiiyah‟ yang ketiga
tentu disitu ada akhlak bahkan dalam berperang pun dalam islam
ada akhlak, dalam mencapai kekuasaan sesuatu yang benar akan
dicapai dengan yang benar mencegah kemungkaran tidak boleh
menimbulkan kemungkaran yang lebih besar itu dasar-dasarnya”.17
17
Narasi dialog dalam Talk show “Makna & Peristiwa” tvOne, episode: Etika Meraih
Kekuasaan 24 Maret 2016, durasi 05:12 hingga 06:01.
96
96
Dalam kalimat tersebut dijelaskan bahwa seorang pemimpin
merupakan orang yang menjaga rakyatnya sekaligus menjaga agamanya.
Khususnya dalam perspektif Islam seorang pemimpin adalah orang yang
menjaga agamanya sendiri kemudian menciptakan toleransi umat
beragama. Selain itu dalam proses mendapatkan sebuah kekuasaan
diperlukan etika untuk mendapatnya seperti yang telah diajarkan dalam
agama Islam etika dalam meraih kekuasaan sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya kemungkaran saat memilih seorang pemimpin.
Hal yang disampaikan oleh ustad Bachtiar Nasir sesuai dengan
konsep kepemimpinan yang menjelaskan bahwa dalam menentukan
seorang pemimpin yang merupakan sosok yang memiliki kedudukan yang
paling tinggi maka diperlukan sikap yang bijaksana dalam mencari
pemimpin agar pemimpin tersebut tidak mengajak pada perbuatan yang
maksiat kepada Allah SWT.18
Sehingga apa yang disampaikan oleh Ustad
Bachtiar Nasir sangat jelas terdapat pemimpin Islam dan unsur kalimat
tersebut tidak kekurangan koherensi struktural.
Representasi kepemimpinan Islam juga diperlihatkan dalam dialog
narator yang menjelaskan
Narator : “Dalam Islam menjelaskan norma dan etika dalam
memimpin sendiri sangat jelas. Islam diatur untuk mencari
pemimpin yang amanah, adil dan tidak berperilaku zhalim kepada
rakyatnya, bahkan Rasulullah SAW melarang untuk mengangkat
calon pemimpin yang meminta jabatan. Hal ini sesuai dengan hadis
Bukhari Abu Musa berkata “saya berkata dan dua orang anak
pamanku menemui Rasulullah SAW, salah seorang dari keduanya
18
Husni Rahim, Sistem Otoritas & Administrasi Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1998), h. 28.
97
97
lalu berkata wahai Rasulullah angkatlah kami sebagai pemimpin
atas sebagian wilayah yang diberikan Allah azza wa jalla
kepadamu, yang lagi mengucapkan perkataan serupa maka beliau
bersabda: Demi Allah, sesungguhnya kami tidak akan memberikan
jabatan bagi orang yang meminta dan rakus terhadapnya”.
Menjejali rakyat dengan mimpi-mimpi indah tentang perbaikan
nasib pasca pilkada menundukan rakyat dalam batas-batas dasar
kesadaran psikologinya bahkan berbohong untuk sebuah jabatan
bukanlah hal baik untuk dilakukan dalam sebuah kampanye.
Mempunyai pemimpin daerah yang mampu membawa perubahan,
kemandirian dan mengutamakan kepentingan masyarakat adalah
harapan setiap warga hal ini kiranya bisa dicapai apabila calon
pemimpin daerah bisa menjadi panutan dan suritauladan yang baik
untuk masyarakatnya”.19
Narasi tersebut menjelaskan agama Islam merupakan agama yang
memiliki kriteria tertentu dalam menentukan seorang pemimpin atau
umara. Dalam nilai-nilai Islam seorang pemimpin harus seorang yang
amanah, karena dengan memiliki sifat amanah seorang pemimpin akan
memegang teguh janji-janjinya selain kepada rakyat terutama janjinya
kepada Allah SWT. Selain itu dalam Islam sebuah jabatan adalah bukan
seperti barang yang diminta atau diberikan kepada siapa saja, melainkan
ada perjuangan yang harus menjadi pembuktian bahwa sosok tersebut
layak menjadi pemimpin rakyatnya atau umatnya.
Apa yang disampaikan oleh ustad Bachtiar Nasir dengan
disampaikan oleh narator koheren. Narasi yang disampaikan oleh Ustad
Bachtiar nasir alurnya terjadi sangat lancar dan tersambung dengan yang
dijelaskan oleh narator dalam menjelaskan pembukaan etika dalam meraih
19
Narasi dialog dalam Talk show “Makna & Peristiwa” tvOne, episode: Etika Meraih
Kekuasaan 24 Maret 2016, durasi 06:51 hingga 08:10.
98
98
kekuasaan khususnya yang menjelaskan secara perspektif ajaran agama
Islam.
Sebagai narasumber tetap dari program acara talk show “Makna &
Peristiwa” di tvOne Ustad Bachtiar Nasir diarahkan memiliki pendapat
yang sejalan dengan tema pembahasan serta arahan dari tim produksi.
Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya
pendapat-pendapat lain yang diungkapkan oleh Ustad Bachtiar di luar
skema yang telah direncanakan. Terutama disebabkan oleh talk show yang
ditayangkan secara langsung, sehingga bisa saja terjadi improvisasi yang
diakibatkan percakapan antara narasumber tetap dan narasumber tamu.
Hasil wawancara: “Pertanyaan itu tidak dilemparkan sebelum talk
show apalagi Live, ada beberapa pertanyaan yang mungkin keluar
dari improvisasi ustad, improvisasi host nya. Kalau kita hanya
kasih point-point nya saja”.20
b. Koherensi Material,
Pada tingkatan koherensi material akan mengarahkan narasi pada
sesuatu yang memiliki keterkaitan dengan narasi yang lain. Namun, ketika
ada narasi yang terdapat kekurangan atau berbeda sehingga menyebabkan
narasi yang bertolak belakang kemudian menimbulkan singgungan
terhadap narasi yang berbeda tersebut. Ini dapat mengakibatkan pendengar
akan lebih mempercayai salah satu narasi yang dianggapnya lebih diterima
dengan pengalaman mereka. Maka narasi yang berbeda tersebut memiliki
kekurangan kekurangan koherensi material.
20
Wawancara peneliti dengan Attay Rustandar selaku Produser talk show “Makna &
Peristiwa”, Jakarta 12 Oktober 2016.
99
99
Pada segmen satu Ustad Bachtiar Nasir berbicara tentang
bagaimana dasar-dasar dari dibentuknya suatu pemerintahan kemudian JJ
Rizal menyetujui pendapat Ustad Bachtiar Nasir yang menjelaskan bahwa
konsensus dari negara ini memang didasari oleh sistem politik tapi agama
menjadi latar belakang dari terbentuknya sebuah sistem. Melihat dari
sejarah latar belakang terbentuknya republik Indonesia jika diperhatikan
memang banyak dipengaruhi oleh pemimpin-pemimpin Muslim, sehingga
hal yang wajar jika banyak peraturan di negeri ini yang mengambil dasar-
dasar ajaran agama Islam.
Pada tahapan selanjutnya narasi yang dianggap berbeda dan
mengkibatkan singgungan terjadi pada segmen tiga. Saat itu Ustad
Bachtiar Nasir berdialog tentang indikator-indikator seorang pemimpin
yang dilihat pada masa Rasulullah SAW, kemudian melanjutkan narasi
dialognya terlihat kecewa tentang fenomena pilkada yang terjadi saat ini.
Ustad Bachtiar Nasir : “Yang terjadi saat ini itu pengingkaran,
hal ini tidak akan berhenti. Kita semua harus tahu dulu tokoh
Indonesia yang mencak-mencak jangan dipilih oleh DPR jangan
dipilih oleh MPR mereka semua bajingan, pilih pilkada langsung
ternyata pilkadal juga”.21
Dalam dialog tersebut Ustad Bachtiar Nasir mengungkapkan
kekecewaannya terhadap sistem dalam memilih seorang pemimpin yang
terjadi saat ini. Meskipun maksud dari ungkapan pada saat dulu tokoh
Indonesia yang menyarankan agar pilkada tidak dipilih oleh anggota DPR
atau MPR karena berpendapat mereka tidak bijaksana atau tidak adil
21
Narasi dialog dalam Talk show “Makna & Peristiwa” tvOne, episode: Etika Meraih
Kekuasaan 24 Maret 2016, durasi 36:23 hingga 36:40.
100
100
tersebut adalah ungkapan orang lain yang dikatakan oleh Ustad Bachtiar
Nasir tetapi kata “bajingan” seharusnya tidak diucapkan secara langsung
di depan layar kaca televisi ditambah kondisi acara yang ditayangkan
secara langsung maka tidak ada proses edit saat penayangan.
Tetapi tersebut dapat diterima oleh sejarawan JJ Rizal, karena pada
dasarnya JJ Rizal seorang sejarawan budaya Betawi yang mengamati
perjalanan panjang perkembangan dari Ibu Kota. Sebagai sejarawan ia
mengamati bahwa kurangnya pemahaman akan ilmu tentang
kepemimpinan para elit politik saat ini. Lalu narasi selanjutnya dilanjutkan
kembali oleh Ustad Bachtiar Nasir yang memandang bahwa persoalan
pilkada langsung, lembaga survei adalah upaya untuk membangun suatu
realitas di masyarakat.
Ustad Bachtiar Nasir : “Saat ini dari pilkada langsung,
kebohongan survei opini publik yang dibentuk, pelacur intelektual
itu lebih hina daripada pelacur seksual. Karena pelacur seksual itu
tidak punya pilihan secara ekonomi tapi pelacur intelektual
dengan semua kebonghongan publik yang dia lakukan itu untuk
menyihir semua orang”.22
Ungkapan pada dialog tersebut mengakibatkan singgungan,
khususnya bagi Siti Zuhroh yang hanya menjelaskan fenomena pemilihan
pemimpin atau kepala daerah di Indonesia secara perspektif politik saja.
Selain itu Siti Zuhroh adalah anggota dari LIPI yang bertugas mengamati
dan melakukan survei lapangan untuk meneliti kondisi politik yang terjadi
di Indonesia. Maka dari itu ungkapan Ustad Bachtiar Nasir secara tidak
22
Narasi dialog dalam Talk show “Makna & Peristiwa” tvOne, episode: Etika Meraih
Kekuasaan 24 Maret 2016, durasi 39:14 hingga 39:39.
101
101
sengaja membuat Siti Zuhroh tersindir melalui ekspresinya. Kemudian
setelah Ustad Bachtiar Nasir selesai berbicara Siti Zuhroh dengan spontan
mengatakan.
Siti Zuhroh : “Merinding saya dengernya insya Allah saya bukan
salah satunya”. 23
Jika diperhatikan Siti Zuhroh tidak menggunakan narasi yang
dijelaskan sebagaimana oleh Fisher, bahwa narasi akan lebih diterima
karena sifatnya yang ingin mengubah cara berpikir manusia agar tidak
terpaku pada pada pemikiran-pemikiran paradigma dunia rasional.
Tahapan tersebut Ustad Bachtiar telah menjelaskan secara detil
tentang penjelasan etika meraih kekuasaan, penjelasan dalam mencari
kriteria pemimpin, fenomena pilkada secara sudut pandang agama Islam
dengan narasi yang baik sehingga menimbulkan kesinambungan dengan
sejarah yang diutarakan oleh JJ Rizal. Sehingga narasi yang disampaikan
oleh Ustad Bachtiar Nasir tidak kekurangan koherensi material.
Namun pada tahapan tersebut Siti Zuhroh mengalami kekurangan
koherensi material, sehingga menimbulkan singgungan dari percakapan
yang disampaikan memiliki perbedaan sudut pandang secara umum dan
agama Islam dalam memandang persoalan politik di negara ini, sebagai
ulama Ustad Bachtiar Nasir mencoba mempertahankan dan ingin
memberitahu masyarakat apa yang telah diajarkan oleh agama Islam dalam
menentukan seorang pemimpin.
23
Narasi dialog dalam Talk show “Makna & Peristiwa” tvOne, episode: Etika Meraih
Kekuasaan 24 Maret 2016 durasi 39:47 hingga 39:50.
102
102
Hasil wawancara :“Di beberapa tema yang agak sensitif,
perdebatan lalu irisan pendapat, singgungan pendapat pasti ada,
itu kan hal biasa artinya pendewasaan penonton justru ada di situ.
Jangan menunjukkan ini kok program Islami tapi kok berdebat.
Justru ini menunjukkan orang Islam itu harus kritis tidak boleh
harus ah ya sudah menerima saja justru kita harus berpikir positif
kita harus berfikir kritis mempertahankan apa yang kita yakini”.24
Sosok Ustad Bachtiar Nasir merupakan sosok ulama yang cukup
ternama dan disegani oleh masyarakat Muslim di Indonesia. Hal tersebut
dapat dilihat dari wawasan ilmu pengetahuannya yang luas memahami
aspek politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya yang sesuai dengan
ajaran Islam. Walaupun ungkapan Ustad Bachtiar Nasir terdapat beberapa
unsur untuk menyindir, tetapi Ustad Bachtiar Nasir tidak menggunakan
intonasi nada yang tinggi atau kasar saat berbicara dalam talk show.
Sosoknya tetap memperlihatkan sisi kelembutannya saat berbicara
meskipun dengan nada yang cukup tegas.
c. Koherensi Karakterologis
Membawa narasi dengan membangun karakter-karakter atau tokoh
yang dapat dipercaya dalam sebuah narasi. Dengan membangun karakter
atau tokoh di dalam cerita yang disampaikan akan menghasilkan narasi
yang lebih bernilai maknanya terlebih karakter yang dibawakan adalah
sosok yang familiar dan terpercaya.
Pada tingkatan koherensi karakterologis, representasi
kepemimpinan Islam dilihat pada narasi JJ Rizal yang membangun
karakter pemimpin Islam pertama, melalui sosok wakil presiden pertama
24
Wawancara peneliti dengan Attay Rustandar selaku Produser talk show “Makna &
Peristiwa”, Jakarta 12 Oktober 2016.
103
103
republik Indonesia yaitu Mohammad Hatta atau Bung Hatta yang pernah
berkata untuk membangun sistem politik di Indonesia yang harusnya
disinari oleh cahaya ilahiyah. Kedua, melalui sosok mantan gubernur DKI
Jakarta Ali Sadikin, JJ Rizal menggambarkan sosok pemimpin yang bisa
menjadi panutan dalam mendedikasikan dirinya untuk masyarakat dan
daerah adalah Ali Sadikin.
JJ Rizal : “Bang Ali (Ali sadikin) itu bertindak karena dia mau
mendengar cara kritik yang membangun. Para pengamat dan
pengkritik saya yang paling keras, jusnalis yang paling pedas
mengritik saya itu adalah karyawan pegawai pemkot DKI Jakarta
yang tidak bernomor induk dan begaji, itu peranan pentingnya
dianggap segitunya”.25
Sebagai sejarawan tentu JJ Rizal mengambil konteks yang
berkaitan dengan sejarah-sejarah yang menjadi saksi berlangsungnya
perjalanan di Ibu Kota. Tidak hanya unsur sejarah DKI Jakarta JJ Rizal
juga memasukkan karakter seorang cendikiawan Muslim yang cara
berpikirnya sangat berpengaruh di Indonesia.
JJ Rizal: “Dulu ada istilah bagus dari pak Noorcholis Majid
intelektual muslim kita namanya Patsun Politik-Etika politik, jadi
etika beda dengan etiket, etika berurusan dengan publik etiket
berkaitan dengan sopan santun bagaimana cara bertutur kata,
yang kita tidak punya hari ini menurut saya etika politiknya-patsun
politik kita yang hilang”.26
Selanjutnya membangun narasi dengan memasukan karakter atau
tokoh oleh Ustad Bachtiar Nasir. Umat Muslim memiliki tokoh besar yang
menjadi panutan dalam mengikuti jejak dan ajarannya yaitu Rasulullah
SAW. Dalam narasinya Ustad Bachtiar Nasir menjelaskan bagaimana
25
Narasi dialog dalam Talk show “Makna & Peristiwa” tvOne, episode: Etika Meraih
Kekuasaan 24 Maret 2016, durasi 26:05 hingga 26:45. 26
Narasi dialog dalam Talk show “Makna & Peristiwa” tvOne, episode: Etika Meraih
Kekuasaan 24 Maret 2016, durasi 12:54 hingga 13:20.
104
104
proses dalam pemilihan calon pemimpin pada masa Rasulullah SAW yang
menunjuk sahabatnya Abu Bakar sebagai pemimpin atau khalifah bagi
umat Muslim setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
Ustad Bachtiar Nasir : “Rasulullah menunjuk Abu Bakar dengan
indikator-indikator walaupun tidak scara langsung, tetapi pada
dasarnya sahabat sepakat bahwa Rasulullah sebetulnya sudah
mengisyaratkan akan memilih Abu Bakar, contohnya saat menjadi
imam solat ketika Rasul sakit. Itu menjadi sebuah kepemimpinan
sosial formal yang sangat bergengsi pada masa itu yang tidak
boleh kepada sembarang orang dan itu kapasitasnya masih
terpenuhi kepemimpinannya dan dia harus bisa menjadi orang
yang teladan di dalam solat dan diluar solat”.27
Dengan membangun karakter atau tokoh yang dikenal oleh banyak
orang, kemudian karakter tersebut dapat diterima karena nilai kisah yang
diceritakan. Maka pada tahapan ini Ustad Bachtiar Nasir sebagai ulama
yang memasukkan unsur tokoh teladan bagi umat Muslim dan JJ Rizal
sebagai sejarawan turut serta memasukkan tokoh pemimpin Jakarta
terdahulu dan cedikiawan Muslim, tidak kekurangan koherensi
karakterologis dalam merepresentasikan kepemimpinan Islam dengan
membangun karakter atau tokoh dalam sebuah narasi.
C. Interpretasi Kepemimpinan Islam dalam Talk Show “Makna &
Peristiwa” di tvOne
Pesan yang ingin disampaikan dalam talk show “Makna & Peristiwa”
di tvOne pada episode: Etika Meraih Kekuasaan adalah untuk melihat
bagaimana memaknai pesan kepemimpinan yang dikriteriakan oleh agama
27
Narasi dialog dalam Talk show “Makna & Peristiwa” tvOne, episode: Etika Meraih
Kekuasaan 24 Maret 2016, durasi 33:17 hingga 33:49.
105
105
Islam berkaitan dengan fenomena pemilihan calon pemimpin kepala daerah
atau pemilihan calon gubernur DKI yang akan dilaksanakan pada tahun 2017
mendatang. Representasi kepemimpinan Islam dikemas dalam bentuk melalui
visualisasi yang ditayangkan dan narasi yang dibentuk dalam dialog talk show.
Makna Representasi Kepemimpinan Islam yang pertama dapat dilihat
dari scene satu pada segmen pertama yang menampilkan wajah bakal calon
kandidat yang sebelumnya pernah ikut serta meramaikan fenomena bakal
calon gubernur DKI sedang melakukan aktifitas kampanye. Pada scene awal
atau opening yang terlihat hanya wajah kandidat yang Muslim. Lalu pada
scene selanjutnya talk show menyertakan wajah kandidat bakal calon gubernur
Basuki Tjahaya Purnama dan jika diperhatikan tidak sebanyak menampilkan
wajah bakal calon kandidat lainnya yang sebagian besar adalah calon
pemimpin Muslim sedang melakukan aktifitas kampanye.
Representasi dapat terbentuk melalui bahasa yang dapat menghasilkan
sebuah makna. Makna yang dihasilkan akan ditanamkan pada pikiran
seseorang untuk membentuk suatu realitas yang ada.28
Pada media
representasi membangun suatu realitas yang sudah dikonstruk melalui gambar,
tulisan dan bahasa yang digunakan. Kemudian pesan tersebut disampaikan
pada khalayak agar dapat diterima sesuai dengan keyakinan sosial.29
Begitu
pula yang dihadirkan dalam tayangan talk show yang memperlihatkan
beberapa wajah bakal calon kandidat. Meskipun hal tersebut merupakan
28
Stuart Hall, Representation Cultural: Representation and Signifying Practices,
(London: Sage Publication Ltd, 2003), cet. Ke7, h. 15. 29
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta, 2011), h. 114.
106
106
sebuah ketidak sengajaan atau hal yang tidak direncanakan tetapi hal tersebut
bisa memberikan makna tertentu bagi yang mengartikannya.
Media merupakan wadah yang menjadikan lembaga instutusi, komunitas,
kesatuan primordial, dan kepentingan untuk merepresentasikan diri pada
kandidat. Pesan yang dimuat dalam media mencakup pesan gambar, tulisan,
narasi yang diucapkan yang dapat menghasilkan makna ideologi yang dianut
oleh aktor politik pemilu. Femona pemilihan umum akan menghiasi layar kaca
dengan suguhan berbagai macam tayangan media yang merepresentasikan
ajang pemilihan tersebut, dikonsep melalui tayangan iklan, berita (news), talks
show, features, debat capres, wawancara, dan dialog dari semua aktor politik
pada pilkada maupun pemilihan umum.30
Begitu pula yang terjadi dalam talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne
yang turut serta menjadikan isu-isu kepemilihan pemimpin, proses pemilihan
bakal calon pemimpin dan siapa saja yang pantas menjadi pemimpin
khususnya dari sisi agama Islam. Kemudian talk show membentuk narasi yang
menghasilkan tanda-tanda untuk mejelaskan makna kepemimpinan Islam dan
proses memilih seorang pemimpin dalam agama Islam.
Selanjutnya saat dialog dalam talk show yang membahas sisi keIslaman
tentang dasar-dasar terbentuknya Indonesia yang sebagian besar pendirinya
adalah Muslim sehingga banyak menghasilkan ideologi berlandaskan dari
ajaran agama Islam. Namun hal tersebut menghasilkan perbedaan pendapat
tentang tujuan atau dasar dari sebuah negara. Seperti yang dikatakan oleh JJ
30
Tatang Handaka, Kajian Teoritis Semiotika Media dan Pilpres,(Jurnal Semiotika, Vol.
2, 2008), h. 45.
107
107
Rizal saat mengutip perkataan Moh. Hatta agar politik di negeri ini disinari
oleh cahaya Ilahiyah. Konteks dari makna Ilahiyah akan memberikan arti
bahwa politik di negeri ini disinari oleh cahaya Allah SWT atau agama Islam,
tetapi Indonesia merupakan negara demokrasi yang terdiri dari banyak suku
bangsa dan agama. Sehingga dasar negara yang dapat peneliti lihat walaupun
Islam memiliki pengaruh besar dari terbentuknya negara ini tapi ideologi
Pancasila yang dibentuk merupakan hasil rujukan bersama sehingga dapat
diterima oleh seluruh suku bangsa dan agama di negeri ini.
Hubungan dari sebuah agama dengan negara pada dasarnya adalah dapat
dilihat pada karakter budaya suatu bangsa itu sendiri. Indonesia merupakan
terdiri dari berbagai macam suku dan budaya menghasilkan corak budaya yang
dipengaruhi oleh agama Islam karena mayoritas penduduknya.31
Tetapi faktor
mayoritas hal tersebut tidak bisa menjadikan Indonesia dibentuk sebagai
negara Islam, tetapi hanya pengambil pesan-pesan melalui hikmah yang telah
diajarkan dalam agama Islam dan hal tersebut harus sudah dipastikan dapat
diterima oleh masyarakat lainnya.
Tanda lain yang memperlihatkan representasi kepemimpinan Islam adalah
yang dibentuk melalui dialog Ustad Bachtiar Nasir yang tidak setuju dengan
proses pemilihan kepala daerah atau pilkada secara langsung. Ada perbedaan
sudut pandang terjadi kembali pada dialog ini. Etika dalam memilih pemimpin
yang dijelaskan dalam agama Islam yang biasa diterapkan oleh banyak negara-
negara berideologi Islam khususnya dalam memilih pemimpin daerah dengan
31
Said Aqiel Siradji, Islam Kebangsaan: Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Ciganjur:
Fatma Press, 1999), h. 91.
108
108
menerapkan sistem pemilihan melalui pemimpin yang lebih tinggi kekuasaanya
atau ulil amri yang setingkat lebih tinggi jabatannya. Sebelumnya Indonesia
juga menerapkan pilkada secara tidak langsung namun banyak opini yang
mengatakan hal tersebut tidak transparan, tetapi fenomena pilkada secara
langsung justru banyak mengundang kontroversi.
Selanjutnya tanda representasi kepemimpinan Islam juga terdapat pada
konteks pembahasan dari episode yang membahas tentang etika meraih
kekuasaan berkaitan dengan menyambut pemilihan kepala daerah yang akan
dilaksanakan pada tahun 2017 mendatang. Kemudian mengarahkan penonton
untuk memilih pemimpin yang akan mencalonkan diri sesuai karakter yang
diajarkan oleh agama Islam. Seperti yang dijelaskan dalam kitab umat Islam
yaitu al-Quran seorang pemimpin yang wajib dipilih oleh umat Muslim ialah
seseorang yang beragama Islam.
Namun, melihat dari beberapa calon kandidat bakal gubernur DKI Jakarta
bahkan gubernur DKI Jakarta periode saat ini adalah seorang non Muslim. Hal
tersebut memiliki pandangan yang berbeda dari masing-masing ulama. Ada
ulama yang setuju terhadap pemimpin yang non Muslim, tetapi pada
kesempatan tersebut talk show “Makna & Peristiwa” tvOne menetapkan ustad
Bachtiar Nasir sebagai narasumber tetap yang memiliki sudut pandang tidak
setuju terhadap kepemimpinan yang dipimpin oleh seorang kafir, khususnya
dalam memimpin DKI Jakarta yang mayoritas penduduk daerahnya adalah
seorang Muslim.
109
109
Melihat kondisi Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak
suku, bangsa dan budaya. Seorang pemimpin non Muslim mencalonkan diri
atau menjadi seorang pemimpin adalah hal yang memungkinkan itu terjadi.
Selain itu, keinginan untuk memilih pemimpin atau kepala daerah secara
langsung adalah sudah keputusan yang telah ditetapkan dipikirkan matang-
matang untuk menciptakan transparansi di negeri yang demokratis ini.
Pemilihan kepala daerah secara tidak langsung memang mengambil hikmah
dari pemilihan sistem khalifah yang diputuskan oleh musyawarah para ulil
amri. Hal tersebut menandakan Islam adalah agama yang penuh
permusyawaratan dan pengambilan keputusan secara bersama dalam
menentukan seorang pemimpin, meskipun rakyat tidak ikut memilih secara
langsung tetapi rakyat tetap memiliki hak berpendapat untuk menyuarakan
siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin.
Apabila prinsip-prinsip dalam Islam tetap ditegakkan apapun bentuk
pemilihannya akan menjadi frase pemilihan pemerintahan yang Islami. Karena
sebenarnya negara demokratis seperti di Indonesia sudah mengambil banyak
prinsip-prinsip dalam Islam.32
Namun prinsip Islam tersebut tidak dijadikan
sebuah ideologi dalam bernegara walaupun ketika seluruh umat Islam
memenuhi kursi parlemen, hal tersebut berkaitan saat konsensus negara ini
didirikan.33
Islam yang ditampilkan dalam talk show “Makna & Peristiwa” adalah
menanamkan nilai-nilai karakter pemimpin dengan kriteria dan syarat yang
32
Said Aqiel Siradji, Islam Kebangsaan: Fiqh Demokratik Kaum Santri, h. 92-93. 33
Badri Khaeruman dkk, Islam dan Demokrasi Mengungkap Fenomena Golput Sebagai
Alternatif Partisipasi Politik Umat, ( Jakarta: Nimas Multima, 2004), h. 17.
110
110
berlaku dalam ajaran agama Islam, dan mengajak masyarakat Muslim untuk
sadar dalam memilih pemimpin yang layak untuk dipilih. Kemudian sistem
pemilihan yang bijaksana dalam menentukan seorang pemimpin. Pada
pembahasan episode tersebut talk show juga mengajarkan masyarakat agar
membuka mata dalam menilai fakta yang sebenarnya dan menyadari fitnah atas
fenomena yang terjadi mendekati pemilihan calon pemimpin.
111
111
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fenomena pemberitaan tentang pemilihan pemimpin atau kepala
daerah yang akan dilaksanakan pada tahun 2017 mendatang membuat banyak
program acara yang mengangkat tema tentang sosok pemimpin. Talk show
“Makna & Peristiwa” di tvOne turut serta membahasnya dengan mengangkat
episode Etika Meraih Kekuasaan. Dengan melakukan beberapa pendekatan
teori maka hasil hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa representasi
kepemimpinan Islam yang peneliti rumuskan dalam rumusan masalah yaitu
apa pesan yang terkandung dalam talk show “Makna & Peristiwa” episode
etika meraih kekuasaan dan bagaimana talk show “Makna & Peristiwa”
memaknai pesan kepemimpinan Islam tentang memilih calon pemimpin,
yaitu:
1. Untuk menjawab pesan apa yang terdapat dalam talk show “Makna &
Peristiwa” episode etika meraih kekuasaan, disampaikan melalui
visualisasi dan narasi yang dihadirkan dalam talk show. visualisasi yang
dihadirkan memberikan pesan terdapat sosok pemimpin yang ingin
mengajukan diri sebagai calon pemimpin. kemudian visualisasi
membentuk karakter kriteria pemimpin dalam Islam.
Selanjutnya, Talk show “Makna & Peristiwa” membentuk pesan
kepemimpian Islam melalui narasi yang mengarahkan agar masyarakat
112
112
memahami bahwa dalam memilih pemimpin dibutuhkan kualitas dan nilai-
nilai dalam menentukan kriteria pemimpin dalam agama Islam.
kepemimpinan Islam melalui ajaran agama Islam yang begitu kental
dengan masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah
Muslim dan pesan tentang memilih seorang pemimpin khususnya bagi
umat Islam dalam menentukan dengan siapa akan dipimpin dan pemimpin
yang seperti apa harus memimpin umat Muslim.
2. Untuk menjawab bagaimana talk show “Makna & Peristiwa” memaknai
pesan kepemimpinan Islam dapat disimpulkan, dalam memaknai pesan
kepemimpinan Islam talk show “Makna & Peristiwa” membentuknya
dalam sebuah narasi. Salah satunya yaitu tidak setujunya Ustad Bachtiar
Nasir terhadap proses pemilihan kepala daerah secara langsung. Memang
dalam sistem pemerintahan Islam masih ada yang menganut sistem
kerajaan atau khalifah dalam menentukan seorang pemimpin yang dipilih
melalui musyawarah atau sistem tunjuk oleh para petinggi negara. Tetapi
pemilihan kepala daerah secara langsung dan seorang pemimpin yang non
Muslim menjadi pemimpin daerah adalah yang memungkinkan terjadi di
Indonesia.
Selanjutnya, talk show membentuk makna kepemimpinan Islam
disampaikan melalui syarat-syarat seorang pemimpin yang patut dipilih
oleh masyarakat. Agama Islam menganjurkan bahwa seorang pemimpin
adalah wajib seorang Muslim maka dari itu makna kepemimpinan Islam
adalah sosok pemimpin harus beragama Islam. Kemudian, makna
113
113
kepemimpinan Islam adalah sosok pemimpin yang menghindari black
campaign dan makna seorang pemimpin adalah sosok yang bisa
mengendalikan konflik, karena konflik bisa kapan saja terjadi dalam
sebuah sistem pemerintahan. Itu disampaikan dalam talk show yang
membahas fenomena kampanye hitam sering terjadi saat proses
menentukan calon pemimpin, hal tersebut dapat mengakibatkan
kemunduran moral dan etika terdahap masyarakat dalam memilih seorang
pemimpin, namun tidak dipungkiri hal tersebut bisa saja terjadi.
Sistem kepemimpinan dalam Islam sangat menjunjung tinggi nilai
demokratis yang bersifat transparan dan penuh dengan musyawarah dalam
setiap keputusan. Negara republik Indonesia adalah negara yang demokratis
penuh dengan hikmah ajaran Islam yang dipengaruhi oleh budaya dan pendiri
bangsa yang mayoritas Muslim wajar saja jika terdapat konsep dan tujuan
yang sama dalam menyejahterakan masyarakat. Namun, sesuai dengan
kondisi dari negara republik Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa
maka sikap toleransi antar agama dan budaya harus dijunjung tinggi agar
terciptanya kerukunan antar umat.
3. Saran
1. Saran Praktisi
Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan adalah, secara praktisi
talk show “Makna & Peristiwa” merupakan talk show dengan konsep religi
Islam harus bisa membuat penonton lebih berminat menonton tayangan
yang penuh dengan ilmu dibandingkan tayangan yang hanya memiliki
114
114
unsur hiburan semata. Tema dalam talk show harus selalu berkaitan
dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi setiap minggunya maka dari itu
diharapkan agar talk show memuat banyak informasi yang dikupas dari
sudut pandang Islam lebih baik lagi agar umat Islam di Indonesia semakin
memahami dan mendalami lagi ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah
SAW.
Adapun tema yang membahas kriteria memilih seorang pemimpin,
peneliti berharap agar pembahasannya dikonsep kembali dalam bentuk
episode-episode selanjutnya. Sehingga membuat penonton semakin
mengetahui dan mengingat pentingnya berpartipasi dalam menentukan
seorang calon pemimpin, khususnya pada saat ini yang semakin mendekati
proses pemilihan calon kepala daerah secara serentak.
Peneliti juga berharap agar talk show “Makna & Peristiwa” tetap
menghadirkan ulama atau narasumber tetap yang berpotensi dengan
berbagai ilmu pengetahuan baik dari sisi agama, politik, ekonomi, sosial,
kesehatan bahkan fenomena kehidupan masyarakat masa kini. Bukan
ulama yang konotasinya ustad entertainment. Sehingga pembahasan akan
dikupas sesuai dengan ajaran Islam secara bijaksana untuk memberikan
informasi dan tidak untuk mencari ketenaran program acara semata.
2. Saran Akademisi
Secara akademisi penulis berharap agar sebagai akademisi kita
harus mempelajari banyak ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teori-
teori dalam kajian komunikasi, khususnya dalam mengkaji analisis tanda.
115
115
Selain itu sebagai akademisi harus meningkatkan daya kreatif agar dapat
melahirkan program-program acara sejenis yang dapat bersaing dan
bertahan, sehingga kedepannya tayangan penuh informasi yang mendidik
lebih diminati oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Al-Khin, Mustafa & Mustafa al-Bugha. Konsep Kepemimpinan dan Jihad dalamIslam: Menurut Madzhab Syafi’i. Jakarta: Darul Haq, 2014.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi. Yogyakarta:Graha Ilmu, 2011.
Budiman, Kris. Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas.Yogyakarta: Jalasutra, 2011.
Chester dkk. Television and Radio: 5th Ed. New Jersey: Prentice Hall. Inc, 1978.
Danesi, Marcel. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra,2010.
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKiSYogyakarta, 2011.
Fahmi, A. Alatas. Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa. Jakarta: YayasanPengkajian Komunikasi Masa Depan (YPKMD), 1997.
Haris Herdiansyah. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Hidajanto, Djamal dan Andi Fachrudin. Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah,Organisasi, Operasi, dan Regulasi. Jakarta: Kencana, 2011.
Karim, Abdul. Menggali Muatan Islam dalam Perspektif Pancasila. Yogyakarta:Surya Raya, 2004.
Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah KepemimpinanAbnormal Itu?. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1983.
Khaeruman, Badri dkk. Islam dan Demokrasi Mengungkap Fenomena GolputSebagai Alternatif Partisipasi Politik Umat. Jakarta: Nimas Multima,2004.
Mahdi, Jamal. Menjadi Pemimpin yang Efektif & Berpengaruh: TinjauanManajemen Kepemimpinan Islam. Bandung: Syaamil Cipta Media,2001.
Masduki. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer LKiSYogyakarta, 2004.
Moeleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya,2002.
Morissan. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi.Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
Muhtadi, Asep Saeful. Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan, dan Aplikasi.Bandung: Simbiosa Rekatama Media: 2012.
Nawawi, Hadari dan M. Martini Hadari. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta:Gajah Mada University Press, 2012.
Piliang, Yasraf Amir. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas MatinyaMakna. Yogyakarya: Jalasutra, 1999.
Rahim, Husni. Sistem Otoritas & Administrasi Islam. Jakarta: Logos WacanaIlmu, 1998.
Redi, Panuju. Sistem Penyiaran Indonesia: Sebuah Kajian StrukturalismeFungsional. Jakarta: Prenamedia Group, 2015.
Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin. Islamic Leadership. Jakarta: Bumi Aksara,2009.
Rivai, Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: RajagrafindoPersada, 2006.
Siradji, Said Aqiel. Islam Kebangsaan: Fiqh Demokratik Kaum Santri. Ciganjur:Fatma Press, 1999.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: PT. RemajaRordakarya, 2006.
Sobur, Alex. Komunikasi Naratif Paradigma, Analisis, dan Aplikasi. Bandung:Remaja Rordakarya, 2014.
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rordakarya, 2013.
Stuart Hall. Representation Cultural: Representation and Signifying Practices,London: Sage Publication Ltd, 2003.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta,2013.
West, Richad & Lynn H. Tunner. Pengantar Teori Komunikasi Analisis danAplikasi. Jakarta: Salemba Humanika, 2008.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi-Aplikasi Praktis bagiPenelitian dan Skripsi Komunikasi Edisi 2. Jakarta: Mitra WacanaMedia, 2013.
Willis, Edgar E & Henry B. Aldridge. Television, Cable, an Radio ACommunication Approach. New Jersey: Prentice-Hall. Inc, 1992.
Wirawan. Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi danPenelitian. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Yukl, Gary. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks KelompokGramedia, 2005.
A. JURNAL
Handaka, Tatang. Kajian Teoritis Semiotika Media dan Pilpres,(Jurnal Semiotika,Vol. 2, 2008).
Hambali dkk, Laporan Penelitian Money Politic dalam Pemilu 2014 diKabupaten Bireuen Aceh, (Aceh: Penelitian Kejasama KIP Bireuen denganLPPM Universitas Almuslim Kabupaten Bireuen, 2015).
B. INTERNET
http://www.jadwaltelevisi.com/tv-one, diakses pada tanggal 15 Desember 2016.
https://Rumaso.com/256-pemilu-dan-demonstrasi-dalam-pandangan-Islam.html.Artikel diakses pada tanggal 22 Oktober 2016.
http://www.salingsapa.com/bachtiarnasir/info, diakses pada tanggal 24 Agustus2016.
http://www.tvonenews.tv/profil, diakses pada tanggal 25 Agustus 2016.
http://www.teukuwisnu.com/kegiatan, diakses pada tanggal 24 Agustus 2016.
http://www.prismajurnal.com/biodata.php?id=3080a7c4-53a0-11e3-a6cc-429e1b0bc2fa, diakses pada tanggal 24 Agustus 2016.
http://www.ipsk.lipi.go.id/tentang-kami/staff/peneliti/peneliti-politik/60-prof-dr-r-siti-zuhro-ma, artikel diakses pada tanggal 24 Agustus 2016.
Sumber Vidio talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne telah diunduh dari:https://www.youtube.com/watch?v=Tj1IblVX670, pada tanggal 6September 2016.
D. WAWANCARA
Wawancara peneliti dengan Attay Rustandar produser dari talk show “Makna &Peristiwa” di tvOne, Pada hari Rabu 12 Oktober 2016 di kantor pusat tvOneKawasan Industri Pulo Gadung, Jl. Rawa Terate II No. 2, Jakarta Timur.
LAMPIRAN
.-
v KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Indonesia Website : www.fidkom.uinjkt.ac.id
Telp./Fax: (62-21) 7432728 I 74703580 Email: [email protected]
Nomor: Un.01 /F5/PP.00.90.5 c;o /.2016 Jakarta. or November 20 16 Lamp 1 (satu) bundel Hal : Bimbingan Skripsi
Kepada Yth . Dr. Gun Gun Het·yanto, M.Si Dosen Fakultas llmu Dakvvah dan Ilmu Komunikasi UIN Syaritl-lidayatullah Jakarta
Assalamu 'a/aikum Wr. Wb.
Tembusan: I. Dekan
Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposa l skripsi :ang diajukan oleh mahasiswaFakultas llmu Dab\ah dan Ilmu Komunikasi U1N Syarif Hida)atullah Jakar1a se bagai berikut,
Nama Nomor Pokok J urusan/Konsentrasi Semester Telp.
Judul Skripsi
: Tiara Desta Arum : 111205 I 000124
Komunikasi dan Penyiaran Islam : VIII (Delapan) : 089696623880 :Representasi Kepemimpinan Is lam Dalam Talkshow Makna dan
Di TVone
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 (enam) bulan dari tanggal 4 November s.d. 4 Mai 2016.
Demikian, atas perhatian dan kcsediaannya kami sampaikan tcrima kas ih .
Wassalamu 'a/aikwn Wr. Wh.
an.Dekan. Wakil lJekan Ridan g Akademik
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
j
¥ KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Indonesia Website : www.fidkom.uinjkt.ac.id
Telp./Fax: (62-21) 7432728 I 74703580 Email: [email protected]
Nomor Lampi ran Hal
Tembusan :
Un.OI /F5 /PP.00.9/ ~S S;, /2016
Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth. Pimpinan Redaktur Makna dan Peristiwa TV One
di Tempat
Assalamu 'a/aikum Wr. Wb.
Jakarta. November 2016
Dekan Faku1tas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa :
Nama Nomor Pokok Tempat/Tanggal Lah ir Semester J urusan/Konsentrasi A Ia mat Telp.
Tiara Desta Arum I 112051000124 Jakarta. I 0 Desember 1994 IX (Sembilan) Komunikasi dan Pen) iaran Islam Jl. BuJak Barat Rt 001 /08 No 38 Cipayung Depok 089696623880
adalah benar mahasiswa aktif pada Fakultas llmu Dakwah dan l!mu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangka penulisan skripsi berjudul "Represenlasi Kepemimpinan !11om dalam Talk Show Makna dan Peristiwa TV One ...
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/ lbu/Sdr. dapat menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud.
Oemikian. ata s kerjasama dan bantuannya kami mengucarkan terima ka sih
Wassalamu 'a/aikwn Wr. Wb_.
Dekan.
I. Wakil Dekan Bidang Akademik 2. Ketua Jurusan/Prodi. Komunikasi dan Penyiaran Islam
'
L_
• c SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa :
Nama : Tiara Desta Arum
NIM : 1112051000124
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas : Ilmu Dakwah dan IJmu Komunikasi
Perguruan Tinggi : UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Telah melakukan wawancara pada pihak Attay Rustandar selaku Produser talk
show "Makna & Peristiwa" di tvOne, untuk penulisan skripsi yang berjudul "Representasi Kepemimpina11 Islam dalam Talk Show "Makna & Peristiwa" di
tvOne".
Demikian surat ini diberikan agar dapat digw1akan sesuai dengan keperluan, kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 2 November 2016
Produser talk show "Makna & Peristiwa"di tvOne
TRANSKIP WAWANCARA
Judul Skripsi : Representasi Kepemimpinan Islam dalam Talk Show “Makna &
Peristiwa” di tvOne
Narasumber : Attay Rustandar sebagai Produser talk show “Makna & Peristiwa
di tvOne
Peneliti : Tiara Desta Arum
Hari, Tanggal : Rabu, 12 Oktober 2016
Waktu : 14.00-14.30 WIB
Lokasi : Kantor Pusat tvOne, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jl. Rawa
Terate II No. 2, Jakarta Timur
Peneliti :Apakah latar Belakang diproduksinya talkshow “Makna &
Peristiwa”?
Narasumber :Talk show “Makna & Peristiwa” diproduksi bukan sebagai untuk
penyeimbang melainkan sebagai oase sesuatu yang baru, karena
pada dasarnya tvOne itu adalah TV berita jadi semua harus
bersumber dari berita yang ada terjadi di masyarakat dan hampir
semua talk show dan berita yang ada di tvOne itu berdasarkan isu-
isu yang sedang berjalan seperti politik, bencana, lalu kehidupan
sosial, ekonomi, apapun itu ada di tvOne. Semua talk show dan
berita itu selalu dibahas dalam konteks yang sama politik berarti
dengan pengamat politik dan dalam masalah ekonomi dengan
pengamat ekonomi, ketika ada masalah bencana dengan BNPT dan
sebagainya, masalah kriminal, kepolisian dan sebagainya. Lalu
dipikirkanlah salah satu program talk show yang mengangkat isu-
isu dari yang sedang berjalan tapi, dibahas juga dari sisi
keagamaan agama Islam. Talk show “Makna & Peristiwa”
membahas berita tapi dari sisi religi. Lalu agak berbeda pada
akhirnya, karena saat semua orang membahas dari satu sisi, ini
dibahas dari sisi yang lain. Misalnya contoh kasus Jesicca misalnya
orang lain dari sisi kriminal, psikologi dan sebagainya, tapi
dibahas di “Makna & Peristiwa” dengan secara agama. Membuat
sesuatu yang berbeda dari sisi bahasa.
Peneliti : Apakah latar belakang dari dibuatnya tema episode “Etika Meraih
Kekuasaan”?
Narasumber : Di luar sedang berkembang pilkada DKI jadi ada beberapa calon
lain waktu itu. Ketika ramai akan ada pilkada pemimpin Jakarta
maka diangkatlah tema itu. Ramai ni ada Ahok dan sebagainya
maka dipilihlah tema itu, karena diluar sedang ada isu pemilihan
pemimpin Jakarta yang baru. Tidak mengangkat figurnya ya tapi
tentang kepemimpinan Islam yang ideal itu seperti apa tapi
berangkat dari isu tentang pilkada DKI. Tapi kita tetap tidak
mengangkat profil siapapun itu baik Ahok atau sebagainya kita
membahasnya dari sisi pemimpin ideal dari sisi Islam dan
dibahaslah di situ.
Peneliti : Makna apa yang ingin disampaikan dalam episode tersebut?
Narasumber : Pasti adalah di situ dibahas kriteria pemimpin dalam Islam itu
seperti apa. Lalu misalnya memilih pemimpin itu sebaiknya yang
bagaimana, lalu misalnya Islam memfatwakan pemimpin itu
seperti apa, terus mana yang boleh dipilih dan tidak boleh dipilih
kriterianya seperti apa. Tidak ke profil, tidak menyebutkan nama
tetapi kriteria saja. Disebutlah kriteria pemimpin dalam Islam yang
patut dipilih adalah satu ini, dua ini dan tiga ini. Yang tidak
dianjurkan untuk dipilih. Maknanya adalah ini jadi memberikan
pelajaran pemimpin secara kriteria Islam.
Peneliti : Siapakah yang menentukan tema tersebut?
Narasumber : Kita ada tim program, dalam satu minggu itu menentukan
seminggu ke depan, dari current issue itu kita angkat tentang apa
saja.
Peneliti : Kenapa memilih ustad Bachtiar Nasir sebagai narasumber tetap
dalam talkshow “Makna & Peristiwa”?
Narasumber : Ustad Bachtiar Nasir itu dalam kriteria kita adalah ustad yang
lengkap artinya dia ustad juga, dia sebetulnya host juga, lalu secara
wawasan pengetahuan agama sudah pasti bagus. Tapi wawasan dia
dalam bidang keilmuan lain cukup bagus politik, ekonomi, budaya,
apapun itu beliau mumpuni. Jadi pemilihannya maaf tidak pada
ustad-ustad yang entertainment kita memilih yang lebih cerdik
secara wawasan, secara image bagus jadi membangun kelasnya di
situ.
Peneliti : Kenapa menjadikan JJ Rizal dan Siti Zuhroh sebagai narasumber
tamu pada episode tersebut?
Narasumber : JJ Rizal dalam konteks hari itu dia lebih kompeten dengan
pertanyaan ketika kita membirakan sejarah Jakarta, pemimpin
Jakarta sebelumnya, ini lebih cocok JJ Rizal. Kenapa Siti Zuhroh
pasti pembahasannya politik, bagaimana pilkada DKI 2017
kedepannya sepertinya apa, pertarungan bakal seperti apa,
kriterianya calonnya seperti apa, Siti Zuhroh sebagai ahli politik
yang kita butuhkan dan dua orang itu pada hari itu.
Peneliti : Siapa yang menentukan bintang tamu pada episode tersebut?
Narasumber : Tim yang menentukan, semua tim terlibat. Ketika meeting dan
kita meeting setiap hari Kamis.
Peneliti : Apakah sudah tersampaikan pesan kepemimpinan Islam pada
episode tersebut dalam durasi yang satu jam?
Narasumber : Dari kita tersampaikan, tapi kalau dalam konteks cukup mungkin
tidak. Kemarin kita bahas lagi permasalahan itu, ke depan kita akan
bahas lagi. Dalam satu episode itu sudah cukup tersampaikan itu
bisa dilihat dengan evaluasi, catatan, ratting dan sebagainya artinya
direspon dengan baik. Kita sudah memperhitungkan itu dalam satu
jam itu harus dibahas bagian segmen, bagian pertanyaan, bagian
narasumber sebelumnya di meeting sudah pasti harus tersampaikan
yang kita maksud secara langsung di satu episode tapi kalau cukup
sudah pasti belum. Makanya kita bikin lagi kedepan mungkin kita
bikin lagi tentang kriteria kepemimpinan dalam satu episode dan
dibahas dengan sudut pandang yang berbeda, narasumber yang
berbeda.
Peneliti : Apakah dalam talkshow “Makna & Peristiwa” pada episode Etika
Meraih Kekuasaan ingin mengedukasi penonton untuk memilih
pemimpin yang berkarakter sesuai ajaran Islam atau memilih
pemimpin yang beragama Muslim karena persoalan ini dalam
agama Islam sangat sensitif?
Narasumber : Tujuan kita ini ingin memberikan pelajaran tanpa harus
mengajari, memberi wawasan tetapi tidak mengintervensi, tidak
mengintimidasi penonton untuk memilih siapa, menyebut orang
atau menyebut nama tapi kriterianya ada dalam Islam, ada
pemimpin ideal dalam Islam adalah satu misalnya tidak boleh non
Muslim sudah jelas, kan calon itu nanti banyak sekarang ada tiga
calon kalau soal pemilihan terserah penonton kita tidak menunjuk,
tidak memaksakan, tidak mengintervensi. Kita Cuma memberi
pengetahuan saja bahwa dalam Islam ada kriteria harus dipilih,
harus ditunjukkan pemimpin itu ini, ini dan ini. Tapi keputusan
silahkan. Misal kita menyebutkan nomer satu pemimpin itu harus
tidak boleh orang kafir itu jelas tapi soal memilih silahkan kalian
mungkin pilihannya ada pada pilihan masing-masing.
Peneliti : Apakah sebelum talk show berlangsung narasumber tetap dan
narasumber tamu di briefing terlebih dahulu karena talk show yang
ditayangkan secara “Live”?
Narasumber : Ketika diundang atau kita kasih tahu tema yang akan kita bahas
adalah ini, maka itu nanti Bung Rizal bahas dari sisi ini ya sejarah.
Telpon Siti Zuhroh, ibu nanti bahas ini ya seperti itu. pertanyaan
itu tidak dilemparkan sebelum talk show apalagi Live, ada beberapa
pertanyaan yang mungkin keluar dari improvisasi ustad,
improvisasi host nya. Kalau kita hanya kasih point-point nya saja.
Peneliti : Bagaimanakah bapak memandang bakal calon gubernur DKI saat
ini?
Narasumber : Satu saya bukan penduduk DKI artinya saya tidak memiliki hak
untuk memilih berandai-andai saya di DKI adalah saya akan
berpegang kepada keyakinan yang saya pegang. Saya Muslim
berarti saya akan memilih kriterianya yang ditentukan dalam al-
Qur’an misalnya itu saja dan kalau soal nama saya tidak tahu. Tapi
kalaupun saya jadi orang Jakarta saya akan ikutin aturannya
kriterianya ada ini. Kalau saya dilibatkan disuruh memilih orang
Jakarta artinya ada dua arti yang kita yakini, satu keyakinan agama
kedua keyakinan kita akan orang yang bakal kita pilih.
Peneliti : Talk show “Makna & Peristiwa” adalah program religi apakah
ada ulama-ulama yang ikut membantu memberikan masukan
dalam program talkshow?
Narasumber : Tidak ada, kalau Tiara ikut meeting program kira-kira dua jam.
Efektifnya satu jam. Tim itu berada di level yang sama dengan
kita, pengetahuan agama kita tidak jauh berbeda bukan orang-
orang yang mendalami agama cukup di tim kita saja tidak ada
ustad, tidak ada ulama.
Peneliti : Ikon apa yang ingin disampaikan melalui visualisasi dalam talk
show ?
Narasumber : TV itu audiovisual yang ingin disampaikan penonton itu bisa
menangkap satu, inti dari hasil obrolan selama talk show yang
kedua, dari tayangan melalui gambar mereka bisa paham. Karena
kita memutarkan beberapa VT (Vidio Tape) atau pengantar. Disitu
kita buat semenarik mungkin artinya kondisi apapun dibuat
semenarik mungkin. Sebelum dibuat talk show kita buat penonton
penasaran dengan narasi yang bagus dan gambar yang bagus, TV
itu audiovisual karena kita sudah memperhitungan dan membuat
tayangan-tayangan yang menarik ditakutkan talk show nya tidak
menarik kita membuat VT (Vidio Tape) seperti ada tiga atau empat
menit itu. Kalau secara visual kita mau menunjukkan kepada
penonton “Makna & Peristiwa” punya ciri khas. Saya tidak
menunjukkan itu sebagai simbol. Beberapa visualisasi yang kita
buat selalu dalam konteks cover boot side, baik dari sisi agamanya
dan dari sisi umumnya juga iya kita sampaikan dalam durasi tiga
menit dan kita bagi empat dijajarkan dan dari kasus barangkali jadi
represcntasinya mclalui visual tayangan itu. Dari secara teknis ada
jiller lalu ada VT ( Vidio Tape). Filler itu yang kita buat untuk
membawa orang masuk ke obrolan kita. Dan filler dibuat dengan
musik yang membuat orang terbawa dan diselingi gambar, kita
tidak terlalu memborbardir orang dengan hal yang diluar jangkauan
mcreka.
Peneliti : Spontanitas yang tetjadi dalam talk show, dan saya melihat ustad
Bachtiar Nasir kurang pro dcngan bcbcrapa pcndapat Siti Zuhroh
karena perbedaan perspektif sudut pandang agama dan politik di
Indonesia?
Narasumbcr Ilu pasti bakal tc~jadi singgungan, pcrdcbatan scpcrti itu spontan.
ftu bakal terjadi dibeberapa tema yang agak sensitif. Perdebatan
lalu msan pendapat singgungan pcndapat pasti ada, itu kan hal
biasa artinya pendewasaan penonton itu justru ada di situ. Jangan
menunjukkan ini kok prot,rram Islami tapi kok berdebat. Justm ini
menunjukkan orang [slam itu harus kritis tidak boleh hams ah ya .J
sudah menetima saja justm kita harus berpikir positif kita hams
berpikir kritis mempetiahankan apa yang kita yakini.
Jakarta, 2 November 2016
Peneliti Narasumber
Tiara Desta Arum ,, Attay Rustandar
Foto bersama Attay Rustandar produser talk show “Makna & Peristiwa” di tvOne