repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/562/1/SKRIPSI UMBU MARAMBA LATANG 2.pdf · usaha penulis, tetapi...
Transcript of repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/562/1/SKRIPSI UMBU MARAMBA LATANG 2.pdf · usaha penulis, tetapi...
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Umbu Maramba Latang
NIM : 13520155
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam
Pelaksanaan Pembangunan Desa Di Desa Banguntapan, Kecamatan
Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY” adalah benar-benar merupakan hasil
karya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.
Yogyakarta, 15 Oktober 2018
Yang menyatakan
Umbu Maramba Latang
NIM. 13520155
v
MOTTO
“Kesuksesan seseorang tidak bisa dilihat dari apa yang dimiliki, tetapi kesuksesan
yang sesungghnya adalah ketika orang itu mengikuti proses, menghargai waktu
yang dilaluinya dan mencapai segala sesuatu dari kerja keras, usaha, dan doa.”
“Jangan pernah bangga dengan apa yang kamu miliki di dunia, tetapi banggalah
karena kamu memiliki Tuhan yang luar biasa, yang tidak pernah meninggalkan
kamu. Terus yakin dan percaya bahwa Tuhan mampu membawa kita ke
kehidupan yang kekal.”
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Tuhan yang maha kuasa atas berkat dan segala karuia-Nya,
dengan segala kerendahan hati skripsi ini saya persembahkan untuk:
Kedua orang tua saya, Bapak Umbu Mandarika S.Sos dan Ibu Rambu H. Loda.
Terima kasih atas segala doa, dukungan, usaha, dan jerih payah papa dan mama
sehingga saya mampu menyelesaikan studi ini dengan baik.
Terima Kasih untuk adik saya Umbu Maramba Lundung, Chanderika Rambu
Tamuina, Rambu Liarang K. Djati, Murni Rambu Utama, Rambu Hada Indah dan
Terima kasih buat wanita cantik yang luar biasa “Rahmadianti” yang sangat-
sangat saya cintai yang selalu memberikan dukungan buat saya.
Terima kasih untuk kakak Suvandra P. Amah calon S.IP, abang Ardy selaku
pemimpin rohani saya dan terima kasih untuk Bang Ibing dan Team
Kepemimpinan Zona Selatan 1, Richarge Group Glowing serta Richarge Group
Unlimited Fire. Terima kasih atas dukungan dari kalian semua selama ini.
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan yang maha kuasa yang telah melimpahkan
anugerah dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pembangunan
Desa”.
Skrispsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Strata (S-1) Program Studi Ilmu Pemerintahan. Penulis menyusun skripsi ini
dengan harapan skripsi ini bisa berguna, baik secara akademis maupun praktis.
Sehingga penulis telah berusaha menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik
mungkin. Tetapi menyadari sepenuhnya sebagaimana manusia tidak luput dari
kesalahan, skripsi ini tentu masih banyak memiliki kekurangan.
Penulis menyadari bahwa menyelesaikan skripsi bukanlah semata-mata
usaha penulis, tetapi tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Habib muhsin S.Sos, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Bapak Drs. YB Widyo Hari Murdianto, M.Si selaku Dosen Pembimbing
penulis yang selalu sabar, baik, dan bijaksana dalam membimbing penulis
selama penyusunan skripsi.
3. Bapak Gregorius Sahdan, S.Ip, M.A selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta yang
telah memberikan izin penelitian untuk penulis.
viii
4. Seluruh Dosen Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa “APMD” Yogyakarta, terima kasih untuk ilmu pengetahuan dan
bimbingannya selama proses perkuliahan.
5. Kepala Desa Banguntapan, dan Perangkat Desa Lainnya yang telah membantu
memberikan data selama penelitian penulis.
6. Almamater tercinta STPMD “APMD”. Terima kasih untuk ilmu yang
berharga selama perkuliahan.
7. Semua pihak yang ikut membantu dan yang tidak ikut membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini saya ucapkan terima kasih.
Disadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu segala kekurangan yang ada harap dimaklumi, serta kritik dan
saran sangat diharapkan. Semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Yogyakarta, 15 Oktober 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
INTISARI ..................................................................................................... xiii
BAB I PEDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................. 13
D. Kerangka Konseptual ............................................................... 14
1. Pembangunan Desa ............................................................ 14
2. Partisipasi Masyarakat ....................................................... 23
E. Ruang Lingkup ........................................................................ 30
F. Metode Penelitian .................................................................... 30
1. Jenis Penelitian .................................................................. 30
2. Unit Analisis ...................................................................... 30
x
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 31
4. Teknik Analisis Data .......................................................... 32
BAB II PROFIL DESA BANGUNTAPAN .............................................. 34
A. Gambaran Umum Desa Banguntapan....................................... 34
2.1 Potensi dan Kondisi Ekonomi ............................................ 36
2.2 Potensi Bidang Keagamaan, Kesehatan dan Pendidikan
Umum ................................................................................ 37
2.3 Potensi Bidang Pertanian, Perikanan dan Peternakan .......... 38
B. Kondisi Geografis .................................................................... 39
C. Demokgrafis ............................................................................ 48
D. Visi Desa Banguntapan ............................................................ 51
E. Misi ......................................................................................... 52
F. Kebijakan Desa ........................................................................ 53
G. Strategi Pembangunan Desa ..................................................... 56
a. Analisis Lingkungan Strategis ............................................ 56
b. Faktor Penentu Keberhasilan .............................................. 58
c. Langkah-Langkah Strategis ................................................ 59
d. Tujuan Pembangunan Desa ................................................ 61
e. Sasaran Pembangunan Desa ............................................... 62
f. Strategi .............................................................................. 63
BAB III HASIL PENELITIAN ................................................................... 66
A. Deskriptif informan ................................................................. 66
B. Penyajian data.......................................................................... 70
xi
1. Partisipasi masyarakat dalam Perencanaan Pembanguna
desa ................................................................................... 70
2. Partisipasi masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan
desa ................................................................................... 73
3. Faktor-faktir penghambat dalam Pembangunan desa .......... 78
BAB IV PENUTUP..................................................................................... 82
A. Kesimpulan ............................................................................. 82
B. Saran ....................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Sarana Ibadah dan Pendidikan di Desa Banguntapan ....... 38
Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Dusun di Desa Banguntapan ................... 46
Tabel 2.3 Peta Batas Wilayah Desa Banguntapan ....................................... 47
Tabel 3. 1 Deskripsi informen menurut nama dan jabatan ............................ 66
Tabel 3. 2 Deskripsi Informen Menurut Jenis kelamin .................................. 67
Tabel 3. 3 Deskripsi Informen Menurut Tingkat Pendidikan......................... 68
Tabel 4. 3 Deskripsi informan menurut Umur .............................................. 69
xiii
INTISARI
Pada hakekatnya tujuan pembangunan suatu bangsa adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia secara terencana, gradual, bertahap,
komprehensif, holistik, sistemik, bertanggung jawab dan berkelanjutan dengan
melibatkan peran serta seluruh elemen warga bangsa. Sinergitas yang tinggi antara
pemerintah, sektor privat dan masyarakat menjadi faktor kunci keberhasilan
pencapaian tujuan pembangunan suatu bangsa. Dalam hal ini Desa memiliki hak
otonomi asli berdasarkan hukum adat, dapat menentukan susunan pemerintahan,
mengatur dan mengurus rumah tangga, serta memiliki kekayaan dan aset. oleh
karena itu, eksistensi desa perlu ditegaskan untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat desa. Namun, deregulasi dan penataan desa pasca beberapa kali
amandemen terhadap konstitusi negara serta peraturan perundangannya
menimbulkan perspektif baru tentang pengaturan desa di Indonesia. Dengan di
undangkannya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa , sebagai sebuah
kawasan yang otonom memang diberikan hak-hak istimewa, diantaranya adalah
terkait pengelolaan keuangan dan alokasi dana desa, pemilihan kepala desa serta
proses pembangunan desa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan partisipasi
masyarakat dalam mendukung atau mewujudkan pembangunan desa di Desa
Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, penelitian ini tidak
mempersoalkan jumlah informan, tetapi bias tergantung dari tepat tidaknya
pemilihan informan dengan demikian informan ditentukan dengan teknik
purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
dokumentasi, dan wawancara.
Hasil penelitian yang didapat yaitu: 1) Partisipasi masyarakat dalam
Perencanaan pembangunan desa, pemerintah desa sudah melibat masyarakat
dalam perencanaan pembangunan Desa Banguntapan. Setiap Program
pembangunan yang mau dilaksanakan oleh desa selalu di musyawarahkan
bersama masyarakat dan perangkat desa lainnya. 2) Partipasi masyarakat dalam
Pelaksanaan Pembangunan masih kurang karena belum semua masyarakat terlibat
dalam mendukung proses pelaksanaan kegiatan pembangunan di Desa
Banguntapan. 3) Faktor penghambat dalam pembangunan di Desa Banguntapan
adalah kesadaran masyarakat akan pentingnya sebuah pembangunan desa masih
kurang. Karena kurangnya kesadaran sehingga masyarakat lebih memilih mencari
penghasilan diluar ketimbang membantu atau mengurus daerahnya (desa). Dan
dalam hal ini dibutuhkan peran kepala desa untuk membuat masyarakat peka
terhadap lingkungannya misalnya memberikan contoh atau arahan kepada
masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat menyadari
bahwa untuk menyukseskan program-program pembangunan desa memerlukan
keterlibatan masyarakat entah itu partisipasi dalam bentuk tenaga, uang, ide dan
lain sebagainya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya tujuan pembangunan suatu bangsa adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia secara terencana, gradual, bertahap,
komprehensif, holistik, sistemik, bertanggung jawab dan berkelanjutan dengan
melibatkan peran serta seluruh elemen warga bangsa. Sinergitas yang tinggi
antara pemerintah, sektor privat dan masyarakat menjadi faktor kunci
keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan suatu bangsa. Seperti halnya
tujuan pembangunan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Arti penting pembangunan pedesaan adalah bahwa dengan
menempatkan desa sebagai sasaran pembangunan, usaha untuk mengurangi
berbagai kesenjangan pendapatan, kesenjangan kaya dan miskin, kesenjangan
desa dan kota akan dapat lebih diwujudkan.
Dalam merealisasikan tujuan pembangunan, maka segenap potensi
alam harus digali, dikembangkan, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Begitu
pula dengan potensi manusia berupa penduduk yang banyak jumlahnya harus
ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga mampu menggali,
mengembangkan dan memanfaatkan potensi alam secara maksimal, dan
pelaksanaan program pembangunan tercapai. Otonomi Daerah seperti yang
telah dicanangkan oleh pemerintah di harapkan dapat mempercepat
pertumbuhan dan pembangunan di desa. Otonomi Desa Menurut Undang-
2
Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dimana sebuah negara dibangun
diatas dan dari desa. Dan desa adalah pelopor sistem demokrasi yang otonom
dan berdaulat penuh. Sejak lama, desa telah memiliki sistem dan mekanisme
pemerintahan serta norma sosial masing-masing. Inilah yang menjadi cikal
bakal sebuah negara bernama Indonesia ini. Namun, sampai saat ini
pembangunan desa masih dianggap seperempat mata oleh pemerintah.
Kebijakan pemerintah terkait pembangunan desa terutama pembangunan
sumber daya manusianya sangat tidak terpikirkan. Istilah desa disesuaikan
dengan asal-usul, adat istiadat, dan nilai-nilai budaya masyarakat di setiap
daerah otonom di Indonesia. Setelah UUD 1945 diamandemen, istilah desa
tidak lagi disebut secara eksplisit.
Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara
Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya,
Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (sebelum perubahan) menyebutkan bahwa “Dalam territori Negara
Indonesia terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende landschappen” dan
“Volksgemeenschappen”, seperti desa di Jawa dan Bali, Nagari di
Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya. Daerah-daerah
itu mempunyai susunan Asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai
daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati
kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang
mengenai daerah-daerah itu akan mengingati hak-hak asal usul daerah
tersebut”. Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan
3
jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Keberagaman karakteristik dan jenis desa, atau yang disebut dengan
nama lain, tidak menjadi penghalang bagi para pendiri bangsa (founding
fathers) ini untuk menjatuhkan pilihannya pada bentuk negara kesatuan.
Meskipun disadari bahwa dalam suatu negara kesatuan perlu terdapat
homogenitas, tetapi Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap memberikan
pengakuan dan jaminan terhadap keberadaan kesatuan masyarakat hukum dan
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya.
Dalam kaitan susunan dan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, pengaturan desa atau disebut dengan nama lain dari segi
pemerintahannya mengacu pada ketentuan Pasal 18 ayat (7) yang menegaskan
bahwa “Susunan dan tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur
dalam undang-undang”. Hal itu berarti bahwa Pasal 18 ayat (7) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membuka
kemungkinan adanya susunan pemerintahan dalam sistem pemerintahan
Indonesia.
Melalui perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat dipertegas
melalui ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi “Negara mengakui
dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
4
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
dalam undang-undang”.
Desa memiliki hak otonomi asli berdasarkan hukum adat, dapat
menentukan susunan pemerintahan, mengatur dan mengurus rumah tangga,
serta memiliki kekayaan dan aset. oleh karena itu, eksistensi desa perlu
ditegaskan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. Namun,
deregulasi dan penataan desa pasca beberapa kali amandemen terhadap
konstitusi negara serta peraturan perundangannya menimbulkan perspektif
baru tentang pengaturan desa di Indonesia. Dengan di undangkannya Undang-
Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, sebagai sebuah kawasan yang
otonom memang diberikan hak-hak istimewa, diantaranya adalah terkait
pengelolaan keuangan dan alokasi dana desa, pemilihan kepala desa serta
proses pembangunan desa .
Otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan
merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban
menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. Sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa,
desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun hukum
perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di
muka pengadilan.
Bagi desa, otonomi yang dimiliki berbeda dengan otonomi yang
dimiliki oleh daerah propinsi maupun daerah kabupaten dan daerah kota.
Otonomi yang dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan adat
5
istiadatnya, bukan berdasarkan penyerahan wewenang dari pemerintah. Desa
atau nama lainnya, yang selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten. Landasan pemikiran yang perlu dikembangkan saat ini
adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi, dan
pemberdayaan masyarakat.
Daerah kabupaten atau kota seuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan
kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial
budaya yang ada pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti
perkembangan desa tersebut. Urusan pemerintahan berdasarkan asal-usul desa,
urusan yang menjadi wewenang pemerintahan Kabupaten atau Kota
diserahkan pengaturannya kepada desa.
Namun harus selalu diingat bahwa tiada hak tanpa kewajiban, tiada
kewenangan tanpa tanggungjawab dan tiada kebebasan tanpa batas. Oleh
karena itu, dalam pelaksanaan hak, kewenangan dan kebebasan dalam
penyelenggaraan otonomi desa harus tetap menjunjung nilai-nilai
tanggungjawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
menekankan bahwa desa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa dan
negara Indonesia. Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan otonomi desa
6
menuntut tanggungjawab untuk memelihara integritas, persatuan dan kesatuan
bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tanggungjawab
untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan dalam koridor
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 18
kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa. Dan menurut Pasal
19 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa kewenangan desa
meliputi:
1. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
2. Kewenangan lokal berskala Desa;
3. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah
4. Kabupaten/Kota; dan
5. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah
Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 18
Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan
7
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa. Dan menurut Pasal
19 Kewenangan Desa meliputi:
1. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
2. Kewenangan lokal berskala Desa;
3. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
4. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pencermatan lebih mendalam menunjukkan bahwa konflik penguasaan
kewenangan terutama disebabkan karena adanya kewenangan yang
menghasilkan penerimaan, yaitu adanya kecenderungan perebutan
kewenangan antar tingkatan pemerintahan untuk memperoleh sumber-sumber
keuangan yang berasal dari kewenangan tersebut. Kewenangan-kewenangan
yang menghasilkan sumber penerimaan cenderung bermasalah, sedangkan
kewenangan yang kurang menghasilkan penerimaan dan atau memerlukan
biaya cenderung untuk dihindari.
Friksi pada dasarnya berpangkal dari siapa yang mempunyai
kewenangan secara hukum atas hal yang disengketakan tersebut. Motif utama
yang mendorong bukanlah persoalan untuk memberikan pelayanan
masyarakat pada hal yang disengketakan tersebut, namun lebih pada
bagaimana menguasai sumber-sumber pendapatan yang dihasilkan dari
kewenangan yang disengketakan tersebut. Daerah menganggap bahwa dengan
8
adanya otonomi maka kebutuhan uang mereka menjadi tidak terbatas,
sedangkan PAD dan DAU terbatas sehingga hal tersebut menarik mereka
untuk menambah sumber-sumber penerimaan dari penguasaan obyek-obyek
yang dapat menghasilkan tambahan penerimaan daerah.
Analisis yang lebih fundamental mengindikasikan bahwa keberadaan
unit pemerintahan daerah bertujuan unuk melayani kebutuhan
masyarakat (public service). Ini berarti tiap daerah akan mempunyai keunikan
sendiri-sendiri baik dari aspek penduduk, maupun karakter geografisnya.
Masyarakat pantai dengan mata pencaharian utama di perikanan akan berbeda
dengan masyarakat pegunungan, ataupun masyarakat pedalaman. Masyarakat
pedesaan akan berbeda kebutuhannya dengan masyarakat daerah perkotaan.
Apabila keberadaan Pemda untuk melayani kebutuhan masyarakat, maka
konsekuensinya urusan yang dilimpahkanpun seyogyanya berbeda pula dari
satu daerah dengan daerah lainnya sesuai dengan perbedaan karakter geografis
dan mata pencaharian utama penduduknya. Adalah sangat tidak logis apabila
di sebuah daerah kota sekarang ini masih dijumpai urusan-urusan pertanian,
perikanan, peternakan, dan urusan-urusan yang berkaitan dengan kegiatan
primer. Pelimpahan urusan otonomi yang sesuai dengan kebutuhannya. Untuk
itu analisis kebutuhan (need assessment)merupakan suatu keharusan sebelum
urusan itu diserahkan ke suatu daerah otonom.
Pada dasarnya kebutuhan rakyat dapat dikelompokkan kedalam dua
hal yaitu :
9
1. Kebutuhan dasar (basic needs) seperti air, kesehatan, pendidikan,
lingkungan, keamanan, dsb;
2. Kebutuhan pengembangan usaha masyarakat seperti pertanian, perkebunan,
perdagangan, industri dan sebagainya;
Dalam konteks otonomi, daerah dan desa harus mempunyai
kewenangan untuk mengurus urusan-urusan yang berkaitan dengan kedua
kelompok kebutuhan diatas. Kelompok kebutuhan dasar adalah hampir sama
diseluruh Indonesia hanya gradasi kebutuhannya saja yang berbeda.
Sedangkan kebutuhan pengembangan usaha penduduk sangat erat kaitannya
dengan karakter daerah, pola pemanfaatan lahan dan mata pencaharian
penduduk.
Berbeda dengan negara maju dimana pembangunan usaha sebagian
besar sudah dijalankan oleh pihak swasta, maka di Negara Indonesia sebagai
negara berkembang, peran pemerintah masih sangat diharapkan untuk
menggerakkan usaha masyarakat. Kewenangan untuk menggerakkan usaha
atau ekonomi masyarakat masih sangat diharapkan dari pemerintah. Pemda di
negara maju lebih beerorientasi untuk menyediakan kebutuhan dasar (basic
services) masyarakat. Untuk itu, maka Pemda di Indonesia mempunyai
kewenangan (otonomi) untuk menyediakan pelayanan kebutuhan dasar dan
pelayanan pengembangan usaha ekonomi masyarakat lokal.
Dalam memberikan otonomi untuk pelayanan kebutuhan dasar dan
pelayanan pengembangan usaha ekonomi masyarakat, ada tiga hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu :
10
1. Economies of scale : bahwa penyerahan urusan itu akan menciptakan
efisiensi, efektifitas dan ekonomis dalam penyelenggaraanya. Ini
berkaitaan dengan economies of scale (skala ekonomis) dalam pemberian
pelayanan tersebut. Untuk itu harus ada kesesuaian antara skala ekonomis
dengan catchment area (cakupan daerah pelayanan). Persoalannya adalah
sejauhmana skala ekonomis itu sesuai dengan batas-batas wilayah
administrasi Pemda yang sudah ada. Makin luas wilayah yang diperlukan
untuk mencapai skala ekonomis akan makin tinggi otoritas yang
diperlukan. Bandara dan pelabuhan yang cakupan pelayanannya antar
provinsi adalah menjadi tanggung jawab nasional.
2. Akuntabilitas : bahwa penyerahan urusan tersebut akan menciptakan
akuntabilitas pemda pada masyarakat. Ini berarti bagaimana mendekatkan
pelayanan tersebut kepada masyarakat. Makin dekat unit pemerintaahan
yang memberikan pelayanan kepada masyaarakat akan makin mendukung
akuntabilitas.
3. Eksternalitas : dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang memerlukan
pelayanan tersebut. Eksternalitas sangat terkait dengan akuntabilitas.
Makin luas eksternalitas yang ditimbulkan akan makin tinggi otoritas yang
diperlukan untuk menangani urusan tersebut. Contoh, sungai atau hutan
yang mempunyai eksternalitas regional seyogyanya menjadi tanggung
jawab Provinsi untuk mengurusnya.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan salah satu
elemen yang krusial dan mutlak diperlukan dalam rangka pembangunan,
11
terlebih jika dikaitkan dengan pergeseran paradigma pembangunan yang kini
telah menempatkan manusia dan masyarakat sebagai sentral dalam
pembangunan yang tidak hanya memandang masyarakat sebagai objek yang
dibangun tetapi sebagai subjek dari pembangunan itu sendiri. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Conyers (1982) terdapat tiga alasan utama mengapa
partisipasi masyarakat menjadi sangat penting, yaitu 1) partisipasi masyarakat
merupakan suatu alat ukur untuk memperoleh informasi mengenai kondisi,
dan kebutuhan masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program
pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. Kedua, yaitu bahwa
masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka
akan lebih mengetahui perihal proyek tersebut. Ketiga, adanya anggapan
bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat itu sendiri (lihat Supriatna, 2000).
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangatlah penting karena
masyarakat menjadi bagian yang paling memahami keadaan daerahnya tentu
akan mampu memberikan masukan yang sangat berharga. Masyarakat dengan
pengetahuan menjadi modal yang sangat besar dalam melaksanakan
pembangunan. Masyarakat desa yang mengetahui apa permasalahan yang
dihadapi serta juga potensi yang dimiliki oleh daerahnya. Bahkan pula mereka
akan mempunyai “pengetahuan lokal” untuk mengatasi masalah yang
dihadapinya tersebut. Maka dari itu perlu adanya gerakan bersama untuk
perubahan tingkat kehidupan masyarakat desa yang meliputi aspek-aspek
12
kehidupan hidup, baik lahir maupun batin yang dilakukan secara swadaya
sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa. Sehingga pembangunan yang
dilaksanakan di desa secara menyeluruh dan terpadu dengan imbalan
kewajiban yang serasi antara pemerintah dan masyarakat dimana pemerintah
wajib memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan dan fasilitas yang
diperlukan, sedangkan masyarakat memberikan partisipasinya dalam bentuk
swakarsa dan swadaya, gotong royong masyarakat pada setiap pembangunan
yang diinginkan oleh masyarakat. Bertitik tolak pada sejauh mana masyarakat
desa dalam pelaksanaan pembangunan desa, terutama di Desa
Banguntapan,Kecamatan Banguntapan,Kabupaten Bantul, Provinsi DIY
sehingga penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh melalui penelitian yang
berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan desa di
Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berusaha merumuskan
masalah yang ingin diteliti agar tidak menyulitkan dalam pengumpulan data
yang di perlukan. Maka dari itu penulis merumuskan masalahnya sebgai
berikut:
1. Bagaimana Partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan desa di Desa
Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY ?
13
2. Apakah faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan partisipasi
pembangunan desa di Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan,
Kabupaten Bnatul, DIY ?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk memperoleh gambaran tentang partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan desa di Desa Banguntapan, Kecamatan
banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY.
b. Untuk mengetahui tentang factor-faktor yang menghambat partisipasi
dalam pelaksanaan pembangunan desa di Desa Banguntapan,
Kecamatan Bnaguntapan, Kabupaten Bantul, DIY.
2. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan studi perbandingan bagi peneliti selanjutnya mengenai
bagaimana partisipasi yang dilakukan oleh masyarkat di Desa
Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY.
b. Sebagai salah satu kontribusi pemikiran ilmiah dalam melengkapi
kajian yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan terutama
yang menyangkut partisipatif masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan desa di Desa Banguntapan.
c. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan sebagai suatu acuan bagi pemerintah desa dalam penetapan
kebijakan untuk meningkatkan pembangunan desa.
14
D. Kerangka Konseptual
1. Pembangunan Desa
Pembangunan desa merupakan bagian dari pembangunan nasional
dan pembangunan desa ini memiliki arti dan peranan yang penting dalam
mencapai tujuan nasional, karena desa beserta masyarakatnya merupakan
basis dan ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Menurut Kartasasmita (2001: 66) mengatakan bahwa hakekat
pembangunan nasional adalah manusia itu sendiri yang merupakan titik
pusat dari segala upaya pembangunan dan yang akan dibangun adalah
kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan yang akan dibangun
adalah kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan penggerak
pembangunan. Pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh
masyarakat bersama-sama pemerintah terutama dalam memberikan
bimbingan, pengarahan, bantuan pembinaan, dan pengawasan agar dapat
ditingkatkan kemampuan masyarakat dalam usaha menaikan taraf hidup
dan kesejahteraannya.
Suparno (2001: 46) menegaskan bahwa pembangunan desa
dilakukan dalam rangka imbang yang sewajarnya antara pemerintah
dengan masyarakat. Kewajiban pemerintah adalah menyediakan
prasarana-prasarana, sedangkan selebihnya disandarkan kepada
kemampuan masyarakat itu sendiri. Proses pembangunan desa merupakan
mekanisme dari keinginan masyarakat yang dipadukan dengan masyarakat.
15
Perpaduan tersebut menentukan keberhasilan pembangunan seperti yang
dikemukakan oleh Ahmadi (2001:222).
Mekanisme Pembangunan Desa adalah merupakan perpaduan yang
serasi antara kegiatan partisipasi masyarakat dalam pihak dan kegiatan
pemerintah di satu pihak.
Bahwa pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh
masyarakat sendiri. Sedangkan pemerintah memberikan bimbingan,
bantuan, pembinaan, dan pengawasan. Menurut beberapa ahli
dikemukakan, pembangunan desa adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan desa adalah seluruh rangkaian usaha yang dilakukan
dilingkungan desa yang bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup
masyarakat desa, serta memperkuat kesejahteraan masyarakat dengan
rencana yang dibuat atas dasar musyawarah dikalangan masyarakat
desa.
2. Pembangunan desa adalah pembangunan masyarakat desa dalam suatu
proses dimana anggota, masyarakat desa pertama-tama mendiskusikan
yang kemudian memutuskan keinginan selanjutnya merencanakan dan
mengerjakan bersama-sama untuk masyarakat memenuhi keinginannya.
3. Pembangunan desa adalah adanya gerakan bersama untuk perubahan
tingkat kehidupan masyarakat desa yang meliputi aspek-aspek
kehidupan hidup, baik lahir maupun bathin yang dilakukan secara
swadaya sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa.
16
4. Pembangunan desa adalah pembangunan yang dilaksanakan di desa
secara menyeluruh dan terpadu dengan imbalan kewajiban yang serasi
antara pemerintah dan masyarakat dimana pemerintah wajib
memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan dan fasilitas yang
diperlukan, sedangkan masyarakat memberikan partisipasinya dalam
bentuk swakarsa dan swadaya, gotong royong masyarakat pada setiap
pembangunan yang diinginkan.
5. Pembangunan desa adalah suatu pembangunan yang diarahkan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa da
didasarkan kepada tugas dan kewajiban masyarakat desa secara
keseluruhan.
6. Pembangunan adalah pembangunan yang sepanjang prosesnya
masyarakat desa diharapkan berpartisipasi (ikut serta) secara aktif dan
dikelola ditingkat desa.
7. Pembangunan dari masyarakat pada unit pemerintah terendah yang
harus dilaksanakan dan dibina terus-menerus, sistematis dan terarah
sebagai bagian penting dalam usaha pembangunan negara sebagai
usaha yang menyeluruh
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembangunan desa dapat
dilihat dari berbagai segi yaitu sebagai suatu proses, dengan suatu metode
sebagai suatu program dan suatu gerakan, sebagaimana pendapat pakar
berikut ini :
17
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pembangunan desa
meliputi beberapa faktor dan berbagai program yang dilaksanakan oleh
aparat departemen, pemerintah daerah dan seluruh masyarakat. Oleh
karena itu pelaksanaannya perlu ada koordinasi dari pemerintah baik pusat
maupun daerah serta desa sebagai tempat pelaksanaan pembangunan agar
seluruh program kegiatan tersebut saling menunjang dan terlaksana
dengan baik sesuai dengan rencana, sehingga dapat berdaya guna dan
berhasil guna.
Permasalahan di dalam pembangunan perdesaan adalah rendahnya
aset yang dikuasai masyarakat perdesaan ditambah lagi dengan masih
rendahnya akses masyarakat perdesaan ke sumber daya ekonomi seperti
lahan/tanah, permodalan, input produksi, keterampilan dan teknologi,
informasi, serta jaringan kerjasama. Disisi lain, masih rendahnya tingkat
pelayanan prasarana dan sarana perdesaan dan rendahnya kualitas SDM di
perdesaan yang sebagian besar berketerampilan rendah (low skilled),
lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat, lemahnya
koordinasi lintas bidang dalam pengembangan kawasan perdesaan. Oleh
karena itu dapat dilihat beberapa sasaran yang dapat dilakukan dalam
pembangunan desa sebagai berikut:
Beberapa Definisi (teori dan konsep) Pembangunan Desa Menurut
Para Ahli
18
1. Meningkatkan pelayanan dalam hal pertanahan serta memproses
masalah-masalah pertanahan dalam batas-batas kewenangan
Kabupaten.
2. Pemantapan pengelolaan pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang untuk menciptakan lingkungan kehidupan yang
efisien, efektif dan berkelanjutan .
3. Peningkatan kualitas pemukiman yang aman, nyaman dan sehat .
4. Meningkatnya prasarana wilayah pada daerah tertinggal, terpencil dan
daerah perbatasan.
5. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan di daerah dan
wilayah.
6. Meningkatkan ekonomi wilayah untuk kesejahteraan masyarakat serta
menanggulangi kesenjangan antar wilayah.
7. Pembangunan Perdesaan.
Akan tetapi sasaran yang paling pokok yang ingin dicapai dalam
Pengembangan Desa adalah:
1. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan.
2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur di kawasan
permukiman di perdesaan.
3. Meningkatnya akses, kontrol dan partisipasi seluruh elemen
masyarakat.
Pembangunan merupakan proses kegiatan untuk meningkatkan
keberdayaan dalam meraih masa depan yang lebih baik. Pengertian ini
19
meliputi upaya untuk memperbaiki keberdayaan masyarakat, bahkan
sejalan dengan era otonomi, makna dari konsep hendaknya lebih diperluas
menjadi peningkatan keberdayaan serta penyertaan partisipasi masyarakat
dalam proses pembangunan. Oleh karenanya bahwa dalam pelaksanaannya
harus dilakukan strategi yang memandang masyarakat bukan hanya
sebagai objek tetapi juga sebagai subjek pembangunan yang mampu
menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya dan mengarahkan proses
pembangunan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Hal ini sesuai
dengan arah kebijakan pembangunan yang lebih diprioritaskan kepada
pemulihan kehidupan sosial ekonomi masyarakat atau peningkatan
pendapatan masyarakat desa dan menegakkan citra pemerintah daerah
dalam pembangunan. Kebijakan pembangunan perdesaan tahun 2010-2014
diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat perdesaan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memperluas akses masyarakat terhadap sumber daya produktif untuk
pengembangan usaha seperti lahan, prasarana sosial ekonomi,
permodalan, informasi, teknologi dan inovasi, serta akses masyarakat
ke pelayanan publik dan pasar.
2. Meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan melalui peningkatan
kualitasnya, dan penguatan kelembagaan serta modal sosial
masyarakat perdesaan berupa jaringan kerjasama untuk memperkuat
posisi tawar.
20
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan dengan memenuhi
hak-hak dasar.
4. Terciptanya lapangan kerja berkualitas di perdesaan, khususnya
lapangan kerja non pemerintah.
Pembangunan masyarakat desa pada dasarnya adalah bertujuan
untuk mencapai suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka
panjang dan sifat peningkatan akan lebih bersifat kualitatif terhadap pola
hidup warga masyarakat, yaitu pola yang dapat mempengaruhi
perkembangan aspek :
a. Mental (jiwa)
b. Fisik (raga)
c. Intelegensia (kecerdasan) dan
d. Kesadaran bermasyarakat dan bernegara.
Akan tetapi pencapaian objektif dan target pembangunan desa pada
dasarnya banyak ditentukan oleh mekanisme dan struktur yang dipakai
sebagai Sistem pembangunan desa.
Selanjutnya berdasarkan Permendagri No 114 tahun 2014 tentang
Pedoman pembangunan desa, pembangunan di desa merupakan model
pembangunan partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan
di desa bersama-sama secara musyawarah, mufakat, dan gotong royong
yang merupakan cara hidup masyarakat yang telah lama berakar budaya
wilayah Indonesia.Sebagaimana disebutkan dalam pasal 115 Permendagri
No 114 tahun 2014, bahwa perencanaan pembangunan desa sebagaimana
21
yang dimaksud dalam pasal 114 menjadi pedoman bagi pemerintah desa
dalam menyusun rancangan RPJMDesa, RKP Desa, dan daftar usulan
RKP Desa. Jadi dari pasal ini kita bisa melihat bahwa pembangunan desa
adalah bagian dari pembangunan partisipatif yang diantaranya
direncanakan dengan pemberdayaan masyarakat desa. Pemberdayaan,
yaitu upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sedangkan
partisipatif, yaitu keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif
dalam proses pembangunan. Pelaksanaan pembangunan di desa menjadi
tanggungjawab Kepala desa sebagaimana diatur dalam Pasal 121 ayat (1)
PP No 114 tahun 2014 ditegaskan bahwa Kepala Desa mengoordinasikan
kegiatan pembangunan desa yang dilaksanakan oleh perangkat desa
dan/atau unsur masyarakat desa. Kegiatan pembangunan direncanakan
dalam forum Musrenbangdes, hasil musyawarah tersebut ditetapkan dalam
RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Desa) selanjutnya ditetapkan dalam
APBDesa. Dalam pelaksanaan pembangunan Kepala Desa dibantu oleh
perangkat desa dan dapat dibantu oleh lembaga kemasyarakatan di
desa. Selanjutnya khusus untuk anggaran pembangunan yang bersumber
dari APBDesa,70% dari anggaran tersebut merupakan belanja untuk
penggunaan pemberdayaan masyarakat.
Ditegaskan dalam Pasal 100 ayat (2) Permendagri No 113 tahun
2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa bahwa paling banyak 30% dari
jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk:
22
1. Penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa
2. Operasional pemerintah desa
3. Tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; dan
4. Insentif rukun tetangga dan rukun warga.
Ada prinsip utama yang mendasari pengelolaan keuangan desa
(Mardiasmo, 2002 : 105) yakni prinsip transparansi atau
keterbukaan. Transparansi di sini memberikan arti bahwa anggota
masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses
anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat,
terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat banyak.
Dari uraian diatas menjelaskan bahwa pembangunan merupakan
perpaduan antara partisipasi masyarakat dan kegiatan pemerintah.
Pemerintah berkewajiban menyediakan prasarana-prasarana sedangkan
selebihnya diberikan kepada masyarakat itu sendiri, karena pada
hakekatnya pembangunan itu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri.
Jadi dalam melaksanakan pembangunan manusia itu sendiri yang
merupakan titik pusat dari segala upaya pembangunan dan yang akan
dibangun adalah kemampuan dan kekuatan sebagai pelaksana dan
penggerak pembangunan. Dalam hal ini pemerintah yang memberikan
pengawasan, bimbingan, bantuan, serta pembinaan kepada masyarakat.
23
2. Partisipasi Masyarakat
a. Prinsip Partisipasi Masyarakat
Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999: 29) partisipasi bisa
diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam
interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu,
seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau
dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain
dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan
tanggungjawab bersama.
Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah
keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan
potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan
tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya
mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Mikkelsen (1999: 64) membagi partisipasi menjadi 6 (enam)
pengertian, yaitu:
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada
proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan;
2. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat
untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk
menanggapi proyek-proyek pembangunan;
24
3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam
perubahan yang ditentukannya sendiri;
4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti
bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan
menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu;
5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat
dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan,
monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai
konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan, dan lingkungan mereka.
Dari tiga pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi di atas,
dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif
dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar
untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan
terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada
tahap evaluasi.
Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154)
sebagai berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat
guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap
masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan
serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih
mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa
25
dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka
akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan
mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa
merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat mereka sendiri.
Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah
meningkatnya kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat
baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program
pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan
keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang
lebih panjang. Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut,
sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan
Partisipatif yang disusun oleh Department for International
Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004: 106)
adalah:
Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok
yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses
proyek pembangunan.
Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya
setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa
serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat
dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa
memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.
26
Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan
komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif
sehingga menimbulkan dialog.
Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership).
Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan
distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari
terjadinya dominasi.
Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai
pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses
karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan
keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-
langkah selanjutnya.
Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak
lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap
pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses
kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling
memberdayakan satu sama lain.
Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang
terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai
kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan
kemampuan sumber daya manusia.
27
b. Bentuk dan Tipe Partisipasi
Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan
masyarakat dalam suatu program pembangunan, yaitu partisipasi uang,
partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan,
partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses
pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif.
Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan
diatas, maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis,
yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki
wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak
nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta
benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang
tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial,
pengambilan keputusan dan partisipasi representatif.
Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar
usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan
bantuan Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk
menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau
perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam
bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang
keberhasilan suatu program. Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu
memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada
anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar
28
orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan sosialnya.
Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa
sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk
menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program
dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan
pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.
Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban.
Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga
sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi
orang lain untuk berpartisipasi. Pada partisipasi dalam proses
pengambilan keputusan, masyarakat terlibat dalam setiap
diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait
dengan kepentingan bersama. Sedangkan partisipasi representatif
dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada
wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.
(Hamijoyo, 2007: 21; Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81),
Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-
usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan
bantuan.Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk
menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau
perkakas.Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan oleh
partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri
29
kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda
kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.
Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui
keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang
membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat
melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.
Berdasarkan bentuk-bentuk partisipasi yang telah dianalisis,
dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai tipe partisipasi yang
diberikan masyarakat. Tipe partisipasi masyarakat pada dasarnya dapat
kita sebut juga sebagai tingkatan partisipasi yang dilakukan oleh
masyarakat. Sekretariat Bina Desa (1999: 32-33) mengidentifikasikan
partisipasi masyarakat menjadi 7 (tujuh) tipe berdasarkan
karakteristiknya, yaitu partisipasi pasif/manipulatif, partisipasi dengan
cara memberikan informasi, partisipasi melalui konsultasi, partisipasi
untuk insentif materil, partisipasi fungsional, partisipasi interaktif,
dan self mobilization.
Pada dasarnya, tidak ada jaminan bahwa suatu program akan
berkelanjutan melalui partisipasi semata. Keberhasilannya tergantung
sampai pada tipe macam apa partisipasi masyarakat dalam proses
penerapannya. Artinya, sampai sejauh mana pemahaman masyarakat
terhadap suatu program sehingga ia turut berpartisipasi.
30
E. Ruang Lingkup
1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa di Desa
Banguntapan
2. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan desa di Desa
Banguntapan
3. Faktor-faktor yang menghambat partisipasi masyarkat dalam
pembangunan desa di Desa Banguntapan
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriftif,
yang bertujuan memberikan gambaran secara jelas mengenai partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan desa di Desa Banguntapan,
Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY.
2. Unit analisis
a. Subjek Penelitian
Subjek adalah benda, keadaan atau orang tempat data atau
variabel penelitian melekat dan dipermasalahkan (Suharsimi Arikunto,
2002;116) dalam Skrispsi Abdul Fatah. Penulis akan melakukan
penelitian di Desa Banguntapan, Keacamatan Banguntapan, Kabupaten
Bantul, DIY.
Informan dalam Penelitian ini sebagai berikut:
Kepala Desa 1 Orang
31
Perangkat Desa 3 Orang
Tokoh Masyarakat 3 Orang
Masyarakat 5 Orang
Total Informan 12 Orang
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan desa.
3. Teknik Pengumpulan data
Sesuai bentul penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Observasi
Menurut Suyantu dan Sutinah (2005:34) dalam skripsi putra
perdana menyatakan bahwa proses pengumpulan data yang umum
digunakan dalam penelitian sosial adalah menggunakan metode
observasi yaitu metode pengamatan langsung terhadap objek yang
diteliti.
Observasi merupakan metode pengumpulan data dimana
peneliti melakukan pengamatan seacara langsung terhadap gejala-
gejala yang terjadi guna memperoleh gambaran sesungguhnya dalam
penelitian yang akan dilaksanakan.
32
b. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan teknik pengumpulan
data dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan
atau tanpa pedoman wawancara (interview giude), (Asmani, 2011;122)
dalam skripsi Abdul Fatah.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi berupa
data-data dalam bentuk percakapan langsung dengan narasumber yang
menjadi objek dalam penelitian ini selain itu juga dengan metode
wawancara peneliti akan mendapatkan informasi yang bervariasi.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen, leger, agenda dan sebagainya
(Suharsimi Arikunto, 2002:206) dalam skripsi Abdul Fatah. Teknik
dokumentasi ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber
dari dokumen dan arsip yang terdapat dilokasi penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Menurut Paitan (dalam Muleong, 2002; 280) dalam Skripsi Abdul
Fatah, teknik analisis data adalah proses kategori urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uaraian
dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang
33
signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari
hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.
Teknik analisis data yang digunkan dalam penelitian ini adalah
metode analisis dan deskriptif kualitatif. Teknik analisis data kualitatif
yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif dari
Milles dan Huberman.
Dalam teknik ini ketiga komponen utama yaitu sebagai berikut:
a) Reduksi Data (Pengumpulan data)
Merupakan proses seleksi dan penyederhanaan data yang
diperoleh dilapangan. Teknik ini digunakan agar data dapat digunakan
sepraktis dan seefisien mungkin, sehingga hanya data yang diperlukan
dan dinilai valid yang dijadikan sumber penelitian. Tahap ini
berlagsung terus-menerus dari tahap awal sampai tahap akhir.
b) Data Display (Penyajian Data)
Merupakan sekumpul informasi yang tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
c) Penarikan Kesimpulan
Dari awal pengumpulan data peneliti harus sudah mulai
mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui. Dari data yang diperoleh di
lapangan maka dapat diambil suatu kesimpulan hasil akhir penelitian
tersebut (Sutopo, 2002; 141).
34
BAB II
PROFIL DESA BANGUNTAPAN
A. Gambaran Umum Desa Banguntapan
Dengan berlakunya Undang-undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
bahwa Pemerintahan Desa diberi kewenangan yang luas untuk
menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan sosial kemasyarakatan,
untuk meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan harus sesuai dengan
aturan yang ada (proses tahapan dari bawah).
Keikutsertaan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, dan pemeliharaan, serta pembangunan hasil-hasil
pembangunan merupakan salah satu kunci keberhasilan dari setiap upaya
pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendekatan dan metode
untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam proses pembangunan yang
dapat memberi ruang bagi kepentingan dan inisiatif dari masyarakat itu sendiri.
Dengan upaya ini diharapkan sikap apatisme atau penolakan masyarakat
terhadap program pembangunan dapat dihindari.
Kunci keberhasilan suatu pembangunan yang memenuhi kriteria fungsi
pengelolaan pembangunan dilakukan. Berawal dari pemikiran itulah maka
perencanaan pembangunan partisipatif sangat strategis bila dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri, sehingga selain bisa memahami situasi dan kondisi
kehidupan di desa secara tepat masyarakat bisa mengenali, mengenali,
menganalisis dan menentukanpermasalahan yang dihadapi. Pengaplikasian
35
RPJM Desa didalam menyusun sebuah rancangan pembangunan dari
musyawarah yang telah hidup berurat berakar dalam masyarakat Indonesia.
Dengan demikian perencanaan yang dilakukan dapat lebih meningkatkan
hubungan yang erat antara masyarakat dengan kelembagaan yang ada di desa.
Lebih lanjut, bila mana proses perencanaan partisipatif itu dapat
berlangsung, maka diharapkan akan mampu meningkatkan peran serta
masyarakat, yang berarti pula memberdayakan masyarakat dalam
pembangunan desanya. Membangun adalah memperbaiki segala sesuatu yang
masih kurang baik. Menyelesaikan sebuah masalah tentu harus disepakati dulu
caranya sebelum dilaksanakan perbaikannya.
Secara implisit penyusunan RPJM Desa ini mempunyai maksud
memberikan pemahaman terhadap situasi kehidupan di desa secara cepat,
menemukan, menganalisis dan menentukan alternatif pemecahan masalah.
Sedangkan secara eksplisit penyusunan RPJM Desa mengandung maksud
memberikan ruang gerak yang bebas kepada masyarakat untuk menyusun
rencana pembangunan yang berbasis pada kebutuhan masyarakat dengan
memandang kemampuan daya guna (potensi) yang ada di desa.
Berbekal maksud ini RPJM Desa mempunyai tujuan yang secara
umum adalah :
Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui partisipasiaktif dalam
rangkaian proses pengelolaan pembangunan secara proposional.
Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan.
36
Mengembangkan swadaya masyarakat menuju terciptanya pelaksanaan
pembangunan yang bertumpu pada kekuatan masyarakat sendiri.
Meningkatkan peran dan fungsi stakeholder yang ada di desa.
2.1 Potensi Dan Kondisi Ekonomi
a. Potensi Unggulan Desa.
Bidang Industri banyak berkembang di Desa Banguntapan
antara lain : industri imitasi kuningan, industri makanan, industri
kerajinan souvenir, industri kayu, dan industri lainnya. Di bidang
kesenian banyaknya kesenian yang berkembang di Desa Banguntapan
antara lain kesenian wayang kulit, ketoprak, campursari, merti dusun,
karawitan bahkan seni musik modern. Di bidang olah-raga adanya olah
raga sepak bola, bulutangkis yang merupakan kegiatan olah raga yang
di giatkan oleh masyarakat.
b. Lembaga-lembaga Perekonomian Desa
Lembaga-lembaga Perekonomian di Desa ada beberapa
lembaga antara lain UED- SP Desa Banguntapan dan ada juga UPK(
Unit Pengelola Keuangan) dari BKM Bangun Desa Mandiri yang
bergerak di bidang Perekonomian yang sangat membantu masyarakat
karena dari lembaga ini masyarakat dapat menerima pinjaman modal
usaha bagi masyarakat dan pinjaman tanggung renteng secara
berkelompok dengan bunga yang ringan yang tentunya dapat
membantu masyarakat dalam mengembangkan usahanya.
37
c. Sarana dan Prasarana Perekonomian Desa
Sarana dan Prasarana Perekonomian yang ada di Desa
Banguntapan disamping adanya pasar tradisional bantengan di Dusun
Wonocatur, juga terdapat usaha perekonomian yang tersebar di
beberapa tempat di dusun -dusun, seperti warung - warung kelontong,
toko, warung makan, maupun toko kecil dan industri-industri rumahan
baik kuliner maupun industri kerajinan seperti pengolahan barang dari
bahan bekas / sampah, kerajinan kuningan, souvenir dan lain-lain.
2.2 Potensi Bidang Keagamaan, Kesehatan Dan Pendidikan Umum
a. Potensi sarana dan prasarana ibadah
Di Desa Banguntapan pemeluk agama diantaranya agama Islam
yang mayoritas agama yang dianut warga masyarakat, disamping
agama Kristen, Katholik, Hindu, Budha maupun maupun agama
lainnya, adapun Sarana dan prasarana tempat ibadah yang ada di Desa
Banguntapan yaitu berupa Musholla berjumlah 27, Masjid berjumlah
55, Gereja berjumlah 3 dan pura berjumlah 1.
b. Potensi sarana dan prasarana pendidikan
Di Desa Banguntapan terdapat sarana pendidikan umum baik
dari sarana pendidikan pemerintah maupu swasta, sarana pendidikan
tersebut diantaranya adalah SD bejumlah 10, SMP berjumlah 4, SMU
berjumlah 2 dan perguruan tinggi berjumlah 8.
38
c. Potensi sarana kesehatan
Di Desa Banguntapan terdapat sarana kesehatan umum baik
dari sarana kesehatan pemerintah maupu swasta, sarana kesehatan
tersebut diantaranya adalah Puskesmas Banguntapan III bejumlah 1
dan Puskesmas pembantu 2, RSU Hardjolukito dan beberapa klinik
kesehatan lainnya.
Tabel 2.1
Jumlah sarana ibadah dan pendidikan di Desa Banguntapan
No Dusun Sarana Ibadah Sarana Pendidikan
Musholla Masjid Pura Gereja KB/PAUD TK SD SMP SMA PT
1 Tegaltandan 1 5 4 2 2 2
2 Jaranan 5 6 4 1 1
3 Jomblangan 5 6 2 1 1
4 Wonocatur 7 5 1 3 2 2
5 Karangjambe 6 3 1 2
6 karangbendo 1 5 1 3 1 1 1
7 Sorowajan 1 4 3 1 1 1
8 Plumbon 4 5 1 5 3 2 3
9 Pelemwulung 5 1 1 3
10 Pringgolayan 3 2 1 2 1 1
11 Modalan 6 1 1
JUMLAH 27 55 1 3 31 11 10 4 2 8
2.3 Potensi Bidang Pertanian, Perikanan Dan Peternakan
a. Potensi bidang pertanian
Di Desa Banguntapan sebagian masyarakat berprofesi sebagai
petani penggarap sawah yang diwadahi dalam kelompok-kelompok
tani, kelompok tani terdiri dari 13 kelompok tani dengan anggota
berjumlah 1.233 orang dengan luas garapan kurang lebih 135 Ha, baik
39
sawah maupun pekarangan. Adapun tanaman yang digarap anatara lain
padi dan jenis palawija sesuai dengan musim tanam.
b. Potensi bidang peternakan
Di Desa Banguntapan sebagian masyarakat berprofesi sebagai
petani ternak yang diwadahi dalam kelompok-kelompok tani ternak,
kelompok tani ternak terdiri dari 6 kelompok tani dengan anggota
berjumlah 97 orang dengan luas lahan untuk peternakan kurang lebih
0,75 Ha dan jenis ternak yang dibudidayakan diantaranya Sapi dan
kambing.
c. Potensi bidang peternakan
Di Desa Banguntapan sebagian masyarakat berprofesi sebagai
petani pembudidaya ikan yang diwadahi dalam kelompok-kelompok
tani perikanan, kelompok tani ikan terdiri dari 9 kelompok tani dengan
anggota berjumlah 177 orang dengan luas lahan kolam kurang lebih
6,7 Ha dan jenis ikan yang dibudidayakan diantaranya Pembibitan dan
Pembesaran Nila, Lele, Ikan gabus dan Gurameh.
B. Kondisi Geografis
Desa Banguntapan terletak di Kecamatan Banguntapan Kabupaten
Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Banguntapan terletak
pada ketinggian 100 M diatas permukaan laut, dan pada arah utara dari pusat
kota kabupaten Bantul. Jarak Desa Banguntapan dengan pusat Kabupaten
Bantul kurang lebih 10 km dan jarak dengan Ibu Kota Provinsi adalah 5 km.
40
Letak Desa Banguntapan 1,5 km ke arah barat laut dari pusat Kecamatan
Banguntapan. Desa Banguntapan berbatasan dengan beberapa desa antara lain
Desa Caturtunggal, Desa Baturetno, Desa Wirokerten dan Kota Yogyakarta.
Secara administratif Desa Banguntapan di batasi oleh :
a. Sebelah Utara : Desa Caturtunggal
b. Sebelah Timur : Desa Baturetno
c. Sebelah Selatan : Desa Wirokerten.
d. Sebelah Barat : Kota Yogyakarta.
Wilayah Desa Banguntapan terdiri dari 209 wilayah RT yang terbagi
dalam 11 pedukuhan. Setiap dusun memiliki beberapa karakteristik dan
potensi wilayah yang berbeda-beda antara lain:
1. Dusun Tegaltandan
Dusun ini merupakan dusun yang terletak di bagian pertengahan
dari Desa Banguntapan. Terbagi dalam 25 RT dan 5 RW dengan luas ±
94,7 Ha. Dusun ini berbatasan dengan Dusun Plumbon disebelah utara dan
Dusun Karangjambe, Sebelah Barat Kota Yogyakarta, Dusun Jaranan di
sebelah selatannya dan Dusun Jomblangan disebelah timurnya. Potensi
unggulan Dusun Tegaltandan adalah bidang industri yaitu produksi
makanan ampyang dan bakpia beserta industri tas rajut dan kerajinan
lainnya, bidang kesenian berupa kesenian hadroh, karawitan, sholawat dan
wayang kulit, bidang kegiatan lainnya yaitu senam sehat dan adanya
kelompok wanita tani.
41
2. Dusun jaranan
Dusun ini merupakan dusun yang terletak di bagian Selatan dari
Desa Banguntapan. Terbagi dalam 14 RT dan 2 RW dengan luas ± 115,3
Ha. Dusun ini berbatasan dengan Dusun Tegaltandan disebelah utara,
Dusun Prnggolayan Sebelah Barat dan Dusun Modalan di sebelah
selatannya. Potensi unggulan Dusun Jaranan adalah bidang industri yaitu
produksi kerajinan souvenir, bidang kesenian berupa kesenian, karawitan
danKeroncong, bidang olah raga adanya kegiatan badminton dan ping
pong.
3. Dusun Jomblangan
Dusun ini merupakan dusun yang terletak di bagian pertengahan
dari Desa Banguntapan. Terbagi dalam 12 RT dengan luas ± 62,2 Ha.
Dusun ini berbatasan dengan Dusun Wonocatur disebelah utara dan Dusun
Tegaltandan Sebelah Barat dan Desa Baturetno di sebelah selatannya.
Potensi unggulan Dusun Jomblangan adalah bidang industri yaitu produksi
tahu tempe, bidang kesenian berupa kesenian hadroh, karawitan dan
Sholawat, bidang olah raga adanya kegiatan pembinaan sepakbola.
4. Dusun Wonocatur
Dusun ini merupakan dusun yang terluas wilayahnya dan terletak
di bagian pertengahan sisi timur dari Desa Banguntapan. Terbagi dalam 27
RT dan 5 RW degan luas ± 137, 5 Ha. Dusun ini berbatasan dengan Dusun
Tegaltandan disebelah barat, Dusun Jomblangan sebelah Selatan, Desa
Baturetno sebelah timur dan disebelah utara komplek lanud AURI. Potensi
42
unggulan Dusun Wonocatur adalah bidang industri yaitu produksi batik
replika patung, bidang kesenian berupa kesenian hadroh, karawitan,
bidang olah raga adanya kegiatan bulutangkis.
5. Dusun Karangjambe
Dusun ini merupakan dusun yang terletak di bagian utara dari Desa
Banguntapan. Terbagi dalam 17 RT dan 3 RW degan luas ± 68,2 Ha.
Dusun ini berbatasan dengan Dusun Plumbon dan Dusun Sorowajan
disebelah barat, Dusun Tegaltandan sebelah Selatan, Komplek AURI
disebelah timur dan disebelah utara Dusun Karangbendo. Potensi
unggulan Dusun Karangjambe adalah bidang industri yaitu produksi batik,
ukir kayu dan pemanfaatan daur ulang limbah, bidang kesenian berupa
Jathilan dan hadroh. Bidang olah raga adanya kegiatan senam dan volley.
6. Dusun Karangbendo
Dusun ini merupakan dusun yang terletak di bagian utara dari Desa
Banguntapan. Terbagi dalam 17 RT dan 7 RW dengan luas ± 62,2 Ha.
Dusun ini berbatasan dengan Desa Catur Tunggal disebelah utara dan Kota
Yogyakarta Sebelah Barat, Dusun Sorowajan di sebelah selatannya dan
Dusun Karangjambe disebelah timur. Potensi unggulan Dusun
Karangbendo adalah bidang industri yaitu produksi makan dan souvenir,
bidang kesenian berupa kesenian hadroh, karawitan dangrup musik,
bidang olah raga adanya kegiatan bulutangkis dan tenis meja. Kegiatan
lainnya yaitu kelompok senam.
43
7. Dusun Sorowajan
Dusun ini merupakan dusun yang terletak di bagian utara dari Desa
Banguntapan. Terbagi dalam 20 RT dan 5 RW dengan luas ± 61,3 Ha.
Dusun ini berbatasan dengan Kota Yogyakarta disebelah barat, Dusun
Plumbon sebelah Selatan, Dusun Karangjambe sebelah timur dan
disebelah utara Dusun Karangbendo. Potensi unggulan Dusun Sorowajan
adalah bidang industri yaitu produksi jamu tradisional, bidang kesenian
berupa tari-tari, karawitan, ruwahan dan mocopat, bidang olah raga adanya
kegiatan bulutangkis, dan adanya kegiatan lomba burung berkicau.
8. Dusun Plumbon
Dusun ini merupakan dusun yang terletak di bagian utara dari Desa
Banguntapan. Terbagi dalam 34 RT dan 6 RW dengan luas ± 96,2 Ha.
Dusun ini berbatasan dengan Kota Yogyakarta disebelah barat, Kota
Yogyakarta sebelah Selatan, Dusun Karangjambe sebelah timur dan
disebelah utara Dusun Sorowajan. Potensi unggulan Dusun Plumbon
adalah bidang industri yaitu produksi tas, batik, jahe wangi diproduksi
olehh kelompok wanita tani, pengolahan makanan dan souvenir, bidang
yaitu karawitan, ruwahan dan seni musik. Kegiatan lainnya yaitu adanya
gelar budaya dusun setiap tahunnya.
9. Dusun Pelemwulung
Dusun ini merupakan dusun yang terletak di bagian selatan dari
Desa Banguntapan. Terbagi dalam 7 RT dengan luas ± 23,2 Ha. Dusun ini
berbatasan dengan Kota Yogyakarta disebelah barat, Dusun Modalan
44
sebelah Selatan, Dusun Pringgolayan sebelah timur dan disebelah utara
Dusun Jaranan. Potensi unggulan Dusun Pelemwulung adalah bidang
industri yaitu produksi kerajinan kulit ikan pari, pruduksi peralatan
drumband, industri minuman kopi luwak dan bidang kesenian yaitu
hadroh.
10. Dusun Pringgolayan
Dusun ini merupakan dusun yang terletak di bagian selatan dari
Desa Banguntapan. Terbagi dalam 13 RT dengan luas ± 48,3 Ha. Dusun
ini berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Dusun Pelemwulung
disebelah barat, Dusun Modalan sebelah Selatan, Dusun Modalan sebelah
timur dan disebelah utara Dusun Jaranan. Potensi unggulan Dusun
Pringgolayan adalah bidang industri yaitu produksi emping, Souvenir,
imitasi perhiasan kuningan dan onderdil motor, bidang kesenian yaitu
jathilan, ketoprak dan srandul.
11. Dusun Modalan
Dusun ini merupakan dusun yang terletak di bagian selatan dari
Desa Banguntapan. Terbagi dalam 9 RT dan 1 RW dengan luas ± 41,9 Ha.
Dusun ini berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Dusun Pringgolayan
disebelah barat, Desa Wirokerten sebelah Selatan, Desa Baturetno sebelah
timur dan disebelah utara Dusun Jaranan. Potensi unggulan Dusun
Modalan adalah bidang industri yaitu produksi kerajinan imitasi perhiasan,
bidang kesenian yaitu jathilan, ketoprak dan campur sari. Bidang
oalahraga yaitu bulutangkis serta kegiatan latihan burung berkicau.
45
12. Komplek Lanud Adi Sucipto
Komplek lanud Adisucipto merupakan wilayah yang masuk
wilayah desa banguntapan yang terdiri dari 15 RT dan 1 RW dengan luas
± 25 Ha. Sebelah utara Dusun Wonocatur dan disisi barat Dusun
Karangjambe.
Gambaran umum geografis
1. Luas Wilayah Desa Banguntapan
Luas wilayah Desa Banguntapan: 819,33 Ha
Terdiri atas :
a. Tanah Pekarangan : 598,93 Ha
b. Tanah Tegalan : 7,05 Ha
c. Tanah sawah : 184,35 Ha
d. Tanah Kuburan : 2,46 Ha
e. Sungai : 8,19 Ha
f. Jalan : 11,80 Ha
g. Tanah lain lain : 6,55 Ha
2. Batas Wilayah
a. Sebelah Utara : Desa Caturtunggal
b. Sebelah Timur : Desa Baturetno
c. Sebelah Selatan : Desa Wirokerten.
d. Sebelah Barat : Kota Yogyakarta
46
Gambar 2.2
Luas wilayah Menurut Dusun Di Desa Banguntapan
3. Jumlah Pedukuhan Terdiri atas :
- Pedukuhan : 11 Pedukuhan
- RukunTetangga (RT) : 209 RT
- Rukun Warga (RW) : 48 RW
47
Gambar 2.3
Peta Batas Wilayah Desa Banguntapan
48
C. Demografis
JumlahPenduduk : 43.713 Jiwa, 9.667 KK
a. Laki-laki : 21.890 Jiwa
b. Perempuan : 21.827 Jiwa
c. Usia 0-15 : 7.903 Jiwa
d. Usia 15-65 : 33.409 Jiwa
e. Usia 65 keatas : 2.401 Jiwa
Pekerjaan/Mata Pencaharian
a. Karyawan :
1) Pegawai Negeri Sipil : 1.680 Orang
2) TNI/Polri : 969 Orang
3) Swasta : 6.987 Orang
b. Wiraswasta/Pedagang : 8.306 Orang
c. Petani : 65 Orang
d. Tukang : 351 Orang
e. Buruh Tani : 255 Orang
f. Pensiunan : 1.207 Orang
g. Nelayan : 0 Orang
h. Peternak : 26 Orang
i. Jasa : 135 Orang
j. Pengrajin : 200 Orang
k. Pekerja Seni : 35 Orang
l. Lainnya : 4.630 Orang
49
m. Tidak Bekerja/Penganggur : 4.335 Orang
Tingkat Pendidikan Masyarakat
a. Lulusan Pendidikan Umum :
1) Taman Kanak-Kanak : 3.400 Orang
2) Sekolah Dasar/Sederajat : 5.465 Orang
3) SMP : 4.665 Orang
4) SMU/SMA : 11.919 Orang
5) Akademi/D1-D3 : 2.218 Orang
6) Sarjana : 5.525 Orang
7) Pascasarjana : S2: 399 Orang / S3: 10 Orang
b. Lulusan Pendidikan Khusus :
1) Pondok Pesantren : 132 Orang
2) Pendidikan Keagamaan : 239 Orang
3) Sekolah Luar Biasa : 28 Orang
4) Kursus Ketrampilan : 137 Orang
c. Tidak lulus dan tidak sekolah :
1) Tidak Lulus : 0 Orang
2) Tidak Sekolah : 6.557 Orang
Jumlah Penduduk Miskin.(menurut standar BPS): - Jiwa, 970 KK
UMR Kabupaten/Kota : Rp. 1.300.000,00
Sarana Prasarana
a. Kantor Desa : Permanen
b. Prasarana Kesehatan
50
1) Puskesmas : Ada
2) Poskesdes : 1 Buah
3) UKBM (Posyandu/Polindes) : 14 Buah
c. Prasarana Pendidikan
1) Perpustakaan Desa : 1 Buah
2) Gedung Sekolah PAUD : Ada
3) Gedung Sekolah TK : 17 Buah
4) Gedung Sekolah SD : 17 Buah
5) Gedung Sekolah SMP : 4 Buah
6) Gedung Sekolah SMA : 4 Buah
7) Gedung Perguruan Tinggi : 9 Buah
d. Prasarana Ibadah
1) Masjid : 58 Buah
2) Mushola : 30 Buah
3) Gereja : 9 Buah
4) Pura : 2 Buah
5) Vihara : - Buah
6) Klenteng : 0 Buah
e. Prasarana Umum
1) Olahraga : 26 Buah
2) Kesenian/Budaya : 17 Buah
3) Balai Pertemuan : 17 Buah
4) Sumur Desa : 350 Buah
51
5) Pasar Desa : 1 Buah
6) Lainnya : 0 Buah
D. Visi Desa Banguntapan
Visi Lurah Desa Banguntapan untuk enam tahun mendatang (2017-
2022) adalah “Menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, transparan
dan bertanggungjawab untuk mewujudkan masyarakat desa
Banguntapan yang demokratis, mandiri, dan sejahtera serta menuju
Banguntapan yang lebih baik”
Visi tersebut mengandung pengertian bahwa pemerintah desa
Banguntapan berkeinginan mewujudkan kehidupan mandiri dan
berkesejahteraan dalam kehidupan yang demokratis dengan
menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, transparan dan bertanggung
jawab.
Makna dari masing-masing kata yang terdapat dalam visi tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Bersih dalam arti pemerintahan yang tulus dan ikhlas.
b. Transparan dalam arti setiap keputusan yang diambil dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat.
c. Demokratis dalam arti bahwa adanya kebebasan berpendapat, berbeda
pendapat dan menerima pendapat orang lain. Akan tetapi apabila sudah
menjadi keputusan harus dilaksanakan bersama-sama dengan penuh rasa
tanggungjawab.
52
d. Mandiri dalam arti bahwa kondisi atau keadaan masyarakat Banguntapan
yang berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain.
e. Sejahtera dalam arti bahwa kebutuhan dasar masyarakat Desa
Banguntapan telah terpenuhi secara lahir dan batin. Kebutuhan dasar
tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan,
pendidikan, lapangan pekerjaan dan kebutuhan dasar lainnnya seperti
lingkungan yang bersih, aman dan nyaman, juga terpenuhinya hak asasi
dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Menuju Banguntapan yang lebih baik dalam menjalankan roda
Pemeritahan Desa Banguntapan selalu intropeksi akan tindakan yang
terdahulu untuk mewujudkan peningkatan Pelayanan, Pemerintahan,
Pembangunan dan Kemasyarakatan.
E. Misi
Misi merupakan pernyataan tentang tujuan operasional pemerintah
desa yang diwujudkan dalam kegiatan ataupun pelayanan dan merupakan
penjabaran dari visi yang telah ditetapkan.
Pernyataan visi merupakan cerminan tentang segala sesuatu yang akan
dilaksanakan untuk mencapai gambaran kedepan yang diinginkan.
Misi Desa Banguntapan dalam RPJM Desa Tahun 2017-2022 adalah
sebagai berikut;
53
Misi pembangunan Desa Banguntapan adalah sebagai berikut :
a. Mengentaskan kemiskinan.
b. Mendorong tumbuh kembangnya industri kecil, kerajinan, bahan jadi,
dalam rangka mendukung sektor Industri kecil mengolah bahan mentah
menjadi kerajinan
c. pertanian dengan tetap menjaga kelestarian dan kwalitas sumber daya
alam.
d. Memperluas lapangan pekerjaan yang memberikan penghasilan cukup
bagi masyarakat.
e. Menciptakan situasi yang kondusif di masyarakat dalam
f. pembangunan yang didukung pelayanan pemerintahan yang baik.
g. Meningkatkan kwalitas Sumber Daya Manusia.
h. Meningkatkan ketahanan pangan yang berwawasan Agrobisnis.
i. Membentuk masyarakat Sadar Wisata.
j. Meningkatkan sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi.
k. Meningkatkan kwalitas kehidupan beragama.
F. Kebijakan Desa
Dalam rangka mewujudkan peningkatkan penyelenggaraan Pemerintah
desa yang berdaya guna dan berhasil guna, sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan pelayanan masyarakat, maka sasaran yang dicapai adalah optimalisasi
pelayanan masyarakat antara lain Bidang pemerintahan, Bidang
54
Pembangunan, Bidang Pembinaan Kemasyarakatan dan Bidang
Pemberdayaan Masyarakat.
Prioritas Desa
1. Bidang Pemerintahan.
a. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
b. Meningkatkan peran dan fungsi lembaga-lembaga desa yang ada.
c. Meningkatkan disiplin kerja Pamong Desa.
d. Meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat.
e. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang berpolitik.
f. Menjalin kerjasama antar desa.
2. Bidang Kesejahteraan.
a. Meningkatkan taraf hidup rakyat/masyarakat.
b. Pembangunan potensi desa diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan.
c. Meningkatkan kwalitas dan kwantitas hasil pertanian dan industri kecil.
d. Pembinaan tenaga kerja.
e. Meningkatkan Pembangunan fisik untuk mendukung roda
perekonomian Desa.
f. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gotongroyong
dan swadaya masyarakat.
g. Melaksanakan Pengembalian Batas Tanah Kas Desa.
h. Memelihara lingkungan yang bersih, aman dan damai.
55
3. Bidang Pelayanan
a. Bantuan kesehatan.
b. Bantuan Keluarga Miskin Produktif.
c. Meningkatkan mutu pendidikan dan ketrampilan.
d. Pembinaan mental keagamaan.
e. Pembinaan olahraga dan kesenian dengan Karang Taruna sbg
Penggerak.
f. Meningkatkan kesejahteraan PKK Desa.
g. Pembinaan masalah sosial. Meningkatkan penyampaian informasi
waktu penyelesaian dan biaya pelayanan sesuai peraturan yang berlaku.
h. Meningkatkan koordinasi dengan bagian lain yang berkaitan dengan
teknis pelaksanaan pelayanan.
i. Meningkatkan pengelolaan dan mengoptimalkan fungsi sarana dan
prasarana pelayanan dengan berkoodinasi dengan bagian lain.
4. Bidang Keuangan.
a. Melakukan pelaporan keuangan dengan tertib dan bertanggungjawab.
b. Melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan PBB.
c. Pemuktahiran Data PBB.
d. Meningkatkan Sumber Penghasilan Desa.
e. Memaksimalkan Pungutan Desa.
5. Bidang Tata Usaha dan Umum
a. Melaksanakan pengelolaan kearsipan, surat–menyurat, laporan
Pemerintah Desa.
56
b. Melaksanakan pengelolaan Perpustakaan Desa.
c. Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana desa untuk kepentingan
pelayanan.
d. Melaksanakan kegiatan Rumah Tangga Pemerintah Desa.
e. Melaksanakan pendataan aset atau kekayaan Desa.
6. Bidang Perencanaan
a. Menyusun perencanaan kebutuhan kerumahtanggaan BPD
b. Melaksanakan pengelolaan kearsipan, surat–menyurat BPD.
c. Menyusun Peraturan-peraturan Lurah Desa, menyusun Surat
Keputusan Lurah Desa, penyampaian laporan pertanggungjawaban
Lurah Desa.
G. Strategi Pembangunan Desa
a) Analisis Lingkungan Strategis
Didalam menganalisa lingkungan yang strategis dapat dilakukan
dengan beberapa Analisis.
Unsur Kekuatan :
- Adanya komitmen pemerintah daerah untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan kesehatan masyarakat.
- Memiliki struktur organisasi dan lembaga yang sudah berorientasi
pada kebutuhan masyarakat.
- Memiliki Sumber daya manusia dan jumlah penduduk yang banyak.
57
- Memiliki sumber daya alam (SDA) yang potensial, misal: (adanya
Lahan pertanian dan perkebunan, daerah pertokoan, pasar desa, sarana
dan prasarana transportasi, irigasi, air tanah/air bersih).
- Tingkat partisipasi masyarakat.
Unsur Kelemahan :
- Berkurangnya Unggah-Ungguh atau kesopanan pada kalangan remaja.
- Berada di wilayah Perbatasan dengan Kotamadya sehingga bisa
berdampak Negatif bagi remaja Desa Banguntapan.
- Turunnya mentalitas masyarakat dalam berpartisipasi pada
pembangunan karena mengandalkan bantuan.
- Kwalitas sarana dan prasarana publik yang belum memadai.
- Adanya indikasi penurunan kwalitas lingkungan.
- Kurangnya pembinaan sikap cepat tanggap dalam menyikapi
perkembangan ataupun bencana di masyarakat.
- Tingginya angka pengangguran di Desa Banguntapan.
Unsur Peluang :
- Perkembangnya ilmu dan tehnologi yang semakin modern.
- Adanya tawaran kerjasama atau kemitraan dari pihak ketiga baik
dalam maupun dari luar negeri. (Pemerintah, Investor, Perguruan
Tinggi, LSM, dan Masyarakat luas)
- Berlakunya Undang-undang: No.6 Tahun 2014 tentang Desa.
58
- Kebijakan Pemerintah Provinsi untuk mengembangkan Daerah
Istimewa Yogyakarta sebagai Pusat pendidikan, Budaya dan Wisata
yang selaras dengan letak strategis
Unsur Ancaman :
- Merupakan daerah episentrum gempa
- Dampak krisis ekonomi dan bencana
- Persaingan global, tenaga ahli, dan teknologi
- Persaingan kebijakan pengembangan Desa (perumahan dan
pemukiman, industri, jasa dan perdagangan)
b) Faktor-faktor penentu keberhasilan.
Memerlukan kaidah-kaidah yang harus dijalankan antara lain :
Adanya pembagian keuntungan, mengembangkan inisiatif dan
partisipasi masyarakat
Pemerataan pendapatan
Kebijakan pada yang lemah dan miskin yang ditempuh melalui
pemerataan pendapatan yang terwujud dalam program dan kekuatan
sehingga langsung mengenai sasaran.
Pemberdayaan dan partisipasi
Menitikberatkan program yang merupakan kebutuhan
masyarakat dengan cara memberdayaan masyarakat, sehingga
masyarakat dapat mencukupi kebutuhannya sendiri. Dalam hal ini
peran pemerintah sebagai fasilitator pembangunan saja.
59
Disamping itu juga perlu penerapan norma dan nilai-nilai dalam
setiap program antara lain :
1. Dapat dipertanggung jawabkan
2. Terbuka atau transparan
3. Musyawarah mufakat
4. Bermanfaat secara terus menerus atau berkelanjutan
5. Demokratis
6. Memberi kepuasan
7. Efektif dan efisien
8. Partisipatif (demi, oleh, dan untuk masyarakat)
c) Langkah-langkah Strategis
Langkah-langkah strategis yang harus dilaksanakan dalam
pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
Banguntapantahun 2017-2022 adalah sebagai berikut :
1. Penguatan pembangunan di semua sektor.
2. Peningkatan dan penguatan serta pembaharuan bidang pertanian dalam
arti luas.
3. Peningkatan program kualitas sarana dan prasarana perekonomian.
4. Perlindungan dan peran petani.
5. Peningkatan pelayanan kesehatan, pendidikan melalui para kader dan
posyandu
6. Perlindungan sosial.
7. Penguatan Lembaga-lembaga Pemberdayaan Masyarakat.
60
8. Penguatan dan peningkatan kualitas kepercayaan publik terhadap
Pemerintah Desa dan pelayanannya.
9. Penguatan langkah pembinaan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak
masyarakat.
10. Penguatan pembangunan Ekonomi Desa untuk peningkatan potensi
dan memperluas lapangan kerja.
Analisis Skala Prioritas
Manusia dikatakan berhasil manakala sudah terpenuhi
kebutuhannya baik lahir maupun batin serta lingkungannya. Terpenuhinya
kebutuhan manusia lahir dan batin yang dimaksud adalah terpenuhinya
kebutuhan primer (pangan, sandang, papan) beserta kebutuhan batiniahnya
(Berkeluarga, Beragama, Bermasyarakat). Kebutuhan lingkungannya
(seperti lingkungan rumah, sarana kesehatan, jalan, dan lain-lain). Pada
tahap awal manusia dapat bertahan hidup apabila kebutuhan primer
tercukupi, sedangkan kebutuhan primer tercukupi apabila tingkat ekonomi
dan pendapatannya terpenuhi. Apabila kebutuhan yang sifatnya mendasar
ini kurang bisa dipenuhi berarti termasuk dibawah garis kemiskinan.
Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang mana terjadi kekurangan
kebutuhan yang sifatnya mendasar atau primer. Sehingga kemiskinan bisa
membawa akibat dalam kehidupan nyata antara lain :
1. Secara sosial ekonomi dapat menjadi beban masyarakat
2. Rendahnya partisipasi
3. Rendahnya kualitas dan produktifitas
61
4. Menurunnya ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
5. Menurunnya rasa kepercayaan pada pemerintah
6. Merosotnya mutu generasi
Dari akibat yang demikian ternyata kemiskinan merupakan kondisi
yang saling terkait. Persoalan kemiskinan bukan hanya berdimensi
ekonomi tapi juga sosial, budaya, politik, bahkan agama. Kemiskinan
bersentuhan pula dengan berbagai aspek kehidupan lainnya seperti
Pemerintahan, Hukum dan HAM, lingkungan, Ketahanan dan Keamanan,
dan Ideologi. Dengan demikian program penanggulangan kemiskinan
menjadi prioritas pertama yang kemudian diikuti oleh berbagai program
lainnya yang terkait erat yaitu :
1. Kesehatan,
2. Pendidikan,
3. Moralitas,
4. Ketenaga Kerjaan dan
5. Keterampilan, Pertanian, Industri dan Perdagangan, Pariwisata,
Infrastruktur, dan Peningkatan Kapasitas Pemerintah Desa.
d) Tujuan Pembangunan Desa
Tujuan Pembangunan Desa Banguntapan pada Tahun 2017-2022,
Implementasi dari misi sebagai berikut:
a. kelembagaan desa yang mendukung kinerja pemerintahan yang
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat
pedesaan yang modern, sehingga dapat dicukupi kebutuhan dasar
62
dengan prioritas kecerdasan dan kesehatan masyarakat meningkat
dilandasi dengan tata sosial yang berbudi pekerti luhur serta
keberagamaan yang baik.
b. Meningkatkan pemerataan pembangunan dan peran serta masyarakat
dalam proses pembangunan.
c. Meningkatkan kwalitas hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat
dengan memberdayakan masyarakat atau lembaga dengan semangat
gotong–royong untuk penanggulangan kemiskinan.
d. Meningkatkan pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan potensinya
yang berwawasan lingkungan yang lestari.
e. Meningkatkan tata pemerintahan yang baik dan bersih serta menata
professional, efektif dan efisien.
f. Meningkatkan system pengawasan yang efektif serta menciptakan
ketertiban, ketentraman dan keamanan.
e) Sasaran Pembangunan Desa
Sasaran pembangunan Desa Banguntapan pada Tahun 2017-2022,
implementasi dari misi sebagai berikut:
1. Tercapainya Peningkatan Tata Sosial kehidupan masyarakat yang
berbudi pekerti luhur serta tingkat keberagamaan yang baik.
2. Pemeliharaan lingkungan hidup dan sumber daya alam dengan baik
antara lain : rehabilitasi lahan kritis, peningkatan kelestarian
lingkungan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan,
tingkat kerusakan tanah akibat bahan/obat kimia menurun.
63
3. Infrastruktur meningkat baik, seperti : jalan, saluran irigasi, sarana
pendidikan dan kesehatan, perumahan dan pemukiman dan lain-lain.
4. Pengembangan dunia usaha dan koperasi.
5. Terwujudnya sebagai Desa one valed ane produc
6. Peran serta masyarakat dan swasta meningkat, investasi masyarakat
dan swasta dalam pembangunan naik, peningkatan pemberdayaan
masyarakat/ Lembaga-lembaga dalam mengurangi kemiskinan serta
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.
7. Keadilan dan Penegakan Hukum semakin baik, Misal : berkurangnya
angka kriminalitas dan penyakit masyarakat serta turunnya angka
pelanggaran hukum
8. Kapasitas Pemerintah Desa meningkat : kwalitas sumber daya manusia
aparatur (kompentensi, keahlian, ketrampilan) meningkat, efisiensi
birokrasi (beban kerja/ keungan) naik, pelayanan pada masyarakat
semakin baik termasuk penyerapan aspirasi masyarakat naik.
9. Pengembangan pariwisata, seperti : mengembangkan dan
meningkatkan kwalitas fisik obyek dan daya tarik wisata pada kesenian
tradisional.
f) Strategi
Strategi yang di maksud adalah strategi untuk mencapai sasaran
sehingga tercipta tujuan pembangunan desa:
a. Merumuskan perencanaan pembangunan tiga dimensi (Tridaya)
kehidupan masyarakat ( fisik, sosial, ekonomi) dimulai dari tingkat
64
basis komunitas RT, Dukuh, kalangan profesi, pelajar, pegawai negeri/
swasta, dunia usaha, perempuan, difabel, gakin, lembaga dan lain-lain,
dalam arti pelibatan masyarakat yang maksimal untuk merumuskan
program.
b. Mengumpulkan dan menggerakkan kalangan peduli dimulai dari
tingkat basis, komunitas masyarakat sebagai bentuk propaganda dalam
melaksanakan dan merealisasikan rumusan perencanaan yang sudah di
tetapkan dengan membentuk dan menggerakkan forum-forum peduli
disemua lembaga.
c. Mengangkat program-program yang direncanakan menjadi sebuah isu
publik dan konsumsi publik sehingga dapat diwacanakan
pembangunan kedepan bagi masyarakat dan lembaga disemua
kalangan melalui sarana-sarana yang memadai.
d. Mendorong terbentuknya tim-tim lobi dan chanelling untuk mengantar
suksesnya realisasi program dari berbagai unsur.
e. Mengalokasikan anggaran khusus bagi komunitas/panitia, Lembaga,
forum-forum yang mampu merealisasikan program-program kemitraan
atau memberikan penghargaan bagi mereka yang menjadi pahlawan
pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat.
f. Setiap Lembaga Desa yang ada dioptimalkan fungsinya dengan
pendampingan dana yang proporsional agar mereka mampu melakukan
aktifitas program secara sistematik dengan regulasi yang meningkat
untuk merealisasikan program.
65
g. Obsesi dan pemikiran komunitas masyarakat perlu adanya stimulasi
positif agar konsisten dalam mendukung dan melaksanakan program
yang telah dirumuskan, melalui berbagai kesempatan dengan fasilitasi
Pemerintah Desa dari tingkat RT sampai Desa.