repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/542/1/SKRIPSI_KRISTIANUS KURNIANTO PAKAR...oleh dua orang....

67

Transcript of repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/542/1/SKRIPSI_KRISTIANUS KURNIANTO PAKAR...oleh dua orang....

  • v

    Kupersembahkan skripsi ini khusus untuk :

    Bapak Teddy dan Mama Ety tercinta yang selalu mengiringi setiap

    langkah saya dengan doa.

    Keluarga saya tercinta, Kakak Endak, Kakak Mariano, Kakak

    Atyk, Kakak Ninuk, Kakak An, Kakak Yeheskiel, Nana Dani, Enu

    Dina, Enu Dini, Enu Cahaya, Nana Kristian, Enu Ebus Rigit, Enu

    Barbara, Enu Novi, dan Ase Jack Mat serta Almh. Adik terinta

    Annisa.

    Kekasih saya Ayunita yang selalu mendukung saya dengan doa.

    Saudara-saudara saya di Yogyakarta, Kakak Ugall, Gusty George,

    Ernus, Jefri Rimpet, Kae Kiki, Frumen, Ernesto, James, Rian,

    Moses, Damian, Tris, Ichan, Vicky, Albert, Awik, Yoyo, Didi,

    Yendi, Aswan,Gerry, Engel.

    Almamater tercinta Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat

    Desa STPMD”APMD” Yogyakarta

    Semua saudara, teman dan sahabat yang selalu membantu saya

    dalam segala hal yang mungkin tidak dapat saya sebutkan satu-

    persatu, terimakasih semuanya, semoga Tuhan senantiasa

    Memberkati kita semua, Amin….

  • vi

    MOTTO

    Lalong bakok du Lako, Lalong Rombeng du Kole

    (orang tua)

    Kegagalan masa lalu merupakan sebuah pelajaran yang sangatberharga untuk menatap masa depan

    Apabila Anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka Anda telahberbuat baik terhadap diri sendiri."

    (Benyamin Franklin)

    Ikhlas dan sabar menghadapi cobaan, kunci meraih pintu kesuksesan

    Tidak masalah jika saya gagal. Setidaknya saya mewariskan konsepnyake orang lain. Bahkan jika saya tidak sukses, seseorang akan sukses.

    (Jack Ma)

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

    berkat, dan perlindungan-Nya, sehingga tugas akhir Skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul

    “Partisipasi Perempuan Dalam Penyusunan RPJM Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah,

    Kabupaten Sleman-Daerah Istimewa Yogyakarta”.

    Tugas akhir Skripsi disusun sebagai kewajiban seorang mahasiswa guna melengkapi salah

    satu syarat menyelesaikan Program S-1 Jurusan Ilmu Pemerintahan, Sekolah Tinggi

    Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”.

    Namun sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan, tentunya tugas Skripsi ini

    masih belum dapat dikatakan sempurna. Sehingga ini menjadi pembelajaran bagi penyusun

    untuk terus meningkatkan pemahaman dan pengetahuan agar menjadi lebih baik dikemudian

    hari.

    Dengan terselesaikannya tugas akhir Skripsi ini, penyusun ingin menyampaikan terima

    kasih sebesar-besarnya kepada :

    1. Tuhan Yang Maha Esa.

    2. Bapak Teddy dan Mama Ety, yang selalu mendukung saya dalam Doa.

    3. Bapak Habib Muhsin, S. Sos, M. Si. Selaku Ketua STPMD “APMD” Yogyakarta.

    4. Gregorius Sahdan, S. IP, MA. Selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD”

    Yogyakarta

    5. Ibu Rr.Leslie Retno Angeningsih, Ph.D Selaku Dosen Pembimbing yang telah

    memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini

    6. Ibu Dra. B Hari Saptaning Tyas, M.Si Sebagai Dosen Penguji Samping I

    dalam ujian skripsi ini.

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... . iHALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iiHALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iiiHALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ivHALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vHALAMAN MOTTO........................................................................................ viKATA PENGANTAR ....................................................................................... viiDAFTAR ISI................................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

    A. Latar Belakang ............................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................... 9

    C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10

    D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10

    E. Kerangka Konseptual .................................................................. 11

    1. Pengertian Desa.................................................................... 11

    2. Perencanaan.......................................................................... 12

    3. Pembangunan Desa .............................................................. 14

    4. Perencanaan Pembangunan Desa ......................................... 16

    5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa.................. 18

    6. Partisipasi Perempuan dalam Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Desa .................................................................... 22

    F. Ruang Lingkup............................................................................ 26

    G. Metode Penelitian........................................................................ 26

    1. Jenis Penelitian ..................................................................... 26

    2. Lokasi Penelitian .................................................................. 27

    3. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 28

    H. Teknik Analisis Data................................................................... 30

    BAB II PROFIL DESA DESA JOGOTIRTO ....................................... 32

    A. Kondisi Geografis ....................................................................... 32

  • ix

    B. Demografi ................................................................................... 33

    C. Potensi Wisata Desa Jogotirto..................................................... 35

    D. Susunan Organisasi Tata Kerja Pemerintah Desa Jogotirto........ 36

    BAB III PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENYUSUNAN

    RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

    (RPJM DESA) JOGOTIRTO .................................................... 56

    A. Partisipasi Perempuan dalam Tim Penyusun RPJM

    Desa Jogotirto ............................................................................. 56

    B. Partisipasi Perempuan dalam Pengkajian Keadaan

    Desa Jogotirto ............................................................................ 64

    C. Partisipasi Perempuan dalam Musyawarah Dusun di

    Desa Jogotirto ............................................................................ 71

    D. Partisipasi Perempuan dalam Penyusunan Rencana Pembangunan

    Desa Melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

    Jogotirto ...................................................................................... 79

    BAB IV PENUTUP .................................................................................... 89

    A. Kesimpulan ................................................................................. 89

    B. Saran............................................................................................ 90

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • SINOPSIS

    Dalam Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentangPedoman Pembangunan Desa, Penyusunan Rencana Pembangunan JangkaMenengah Desa (RPJM Desa) yang melibatkan seluruh elemen atau pemangkukepentingan yang ada di desa yang diselenggarakan secara partisipatif melaluiMusrenbangdes (Musyawarah Perencenaan Pembangunan Desa) merupakanmekanisme perencanaan pembangunan yang bersifat bottom-up (dari bawah keatas). Dengan mekanisme ini diharapkan adanya keterlibatan masyarakat sejakawal dalam proses pembangunan mulai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasiserta upaya melibatkan masyarakat termasuk kaum perempuan dalam prosespengambilan keputusan. Penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikanpartisipasi perempuan dalam penyusunan RPJM Desa di Desa Jogotirto,Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Obyek penelitianini adalah partisipasi perempuan dalam penyusunan RPJM Desa. Informan dalampenelitian ini adalah: Kepala Desa, Sekretaris Desa, Ketua BPD, Kelompok TaniWanita, Tokoh Masyarakat, Masyarakat Umum, Pengurus PKK (PembinaKesejahteraan Keluarga), Ketua LPMD Desa dan Dukuh. Teknik pengumpulandata meliputi observasi, dokumentasi dan wawancara. Analisis data dalampenelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriftif kualitatif.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalampenyusunan RPJM Desa di Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, KabupatenSleman, Daerah Istimewa Yogyakarta cukup baik. Partisipasi perempuan dalamtim penyusun RPJM Desa Jogotirto sudah cukup memadai, meskipun anggota timtersebut masih didominasi laki-laki mengingat kaum perempuan baru diwakilioleh dua orang. Partisipasi perempuan dalam pengkajian keadaan desa Jogotirtosudah memadai. Kaum perempuan telah terlibat secara bersama-sama untukmendiskusikan apa yang menjadi masalah dan potensi desa, sehingga dapatmenjadi acuan dalam merencanakan pembangunan desa. Perempuan jugaberpartisipasi dalam memberikan saran dalam mengefisienkan anggaranpembangunan desa dengan mengoptimalkan sumber daya alam maupun sumberdaya manusia yang dimiliki serta menyusun prioritas pembangunan sesuai kondisidesa. Partisipasi perempuan dalam Musyawarah Dusun di Desa Jogotirto sudahcukup memadai, baik dalam hal kehadiran maupun keaktifan dalammengemukakan pendapat. Dalam pelaksanaan Musyawarah Dusun, kelompokPerempuan di Desa Jogotirto memang dilibatkan dan mendapat undangan.Partisipasi perempuan dalam penyusunan rencana pembangunan desa melaluimusyawarah perencanaan pembangunan Desa Jogotirto cukup baik. Hal inidibuktikan dengan adanya keterwakilan perempuan dalam kegiatan tersebut,meskipun jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan.

    Kata kunci: partisipasi perempuan, penyusunan RPJM Desa.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Adanya ketetapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun

    2014 Tentang Desa, Pemerintah Desa memiliki kemandirian dalam

    menjalankan pemerintahan untuk menentukan arah kebijakan pembangunan di

    desanya sendiri. Semangat kemandirian ini dibingkai dalam sebuah

    kewenangan yang besar untuk menentukan setiap arah kebijakan pembangunan

    desa sesuai dengan kebutuhan atau persoalan desa, itu sendiri. Hal ini

    menumbuhkan harapan bahwa segala kepentingan dan kebutuhan masyarakat

    desa dapat dipenuhi dengan lebih baik. Selain itu diharapkan pembangunan

    dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa,

    sehingga permasalahan yang ada seperti kesenjangan antar wilayah,

    kemiskinan, dan masalah sosial budaya lainnya dapat diminimalisir.

    Pembangunan yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 6

    Tahun 2014 tentang Desa memiliki tiga tahapan yang harus dilalui. Tahapan

    pembangunan mencakup, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

    pembangunan desa. Perencanaan desa sendiri dapat dibagi menjadi 2 (dua)

    bagian, pertama, dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

    (RPJM Desa). Jangka waktu RPJM Desa adalah 6 tahun, artinya rencana ini

    diberlakukan selama 6 tahun pasca disusun dan ditetapkan melalui Peraturan

    Desa. Kedua, Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana

  • 2

    Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). Perencanaan RKP Desa adalah penjabaran

    dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, dan jangka waktunya

    adalah 1 tahun. RPJM Desa dan RKP Desa kemudian ditetapkan dengan

    Peraturan Desa. Peraturan di Desa, terdiri dari berapa bagian, mulai dari

    Peraturan Desa, Peraturan bersama Kepala Desa, dan Peraturan Kepala Desa.

    Undang-Undang Desa pada Pasal 79 butir 4 dan 5 disebutkan bahwa

    Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan

    Rencana Kerja Pemerintah Desa merupakan satu-satunya dokumen

    perencanaan di Desa. RPJM Desa dan RKP Desa adalah pedoman dalam

    penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa). Dengan

    demikian, pembangunan desa menggunakan pendekatan “satu desa, satu

    rencana, satu anggaran”. Sebagai konsekuensi dari pendekatan ini maka

    program Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

    Kabupaten/Kota yang berskala desa harus dikoordinasikan dengan desa. Dalam

    penyusunan perencanaan desa, masyarakat desa bisa berperan dan ikut serta

    dalam penyusunannya. Adapun wadah perencanaan desa adalah dalam bentuk

    musyawarah perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang Desa).

    Substansi perencanaan desa diantaranya menetapkan prioritas, program,

    kegiatan, dan kebutuhan pembangunan desa yang didanai oleh pendapatan

    desa, yaitu:

    1) Pendapatan Asli Desa (PAD) terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan

    partisipasi, gotong royong, dan lain-lain Pendapatan Asli Desa.

    2) Alokasi dari APBN dalam belanja transfer ke daerah/desa.

  • 3

    3) Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota paling

    sedikit 10 persen dari pajak dan retribusi daerah.

    4) Alokasi Dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana perimbangan

    yang diterima Kabupaten/Kota paling sedikit 10 persen dari dana

    perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam APBD setelah dikurangi

    Dana Alokasi Khusus.

    5) Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota.

    6) Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan lain-lain

    pendapatan Desa yang sah.

    Dalam Pasal 80 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 disebutkan

    penyusunan perencanaan pembangunan desa wajib mengikutsertakan

    masyarakat desa. Keterlibatan warga desa sangat penting dalam menentukan

    arah kebijakan pembangunan desa karena dapat mempengaruhi efektifitas

    pembangunan desa. Adapun prinsip-prinsip dalam penyusunan RPJM Desa

    mencakup :

    1) Pemberdayaan

    2) Partisipatif

    3) Berpihak kepada masyarakat

    4) Terbuka

    5) Akuntabel

    6) Selektif

    7) Efisiensi dan efektif

    8) Keberlanjutan

  • 4

    9) Cermat

    10) Proses berulang

    11) Penggalian informasi

    Keberhasilan sebuah program pembangunan sangat tergantung pada

    proses perencanaannya yang harus memperhatikan dan disesuaikan kebutuhan

    masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan yang efektif adalah pembangunan

    yang memperhatikan, partisipasi seluruh warga desa baik dari kaum laki-laki

    maupun perempuan.

    Mengkaitkan Undang-Undang Desa Nomer 6 Tahun 2014 dengan

    perempuan dalam pembangunan pasal 3 tentang pengaturan Desa berasaskan,

    huruf j. Partisipasi dan huruf k. Kesetaraan, ini memberikan peluang semua

    elemen Desa terlibat untuk mengambil bagian dalam pengelolaan

    pembangunan sekaligus proses evaluasi. Perempuan juga merupakan hal pokok

    yang tidak bisa ditinggalkan. Pengambilan keputusan dalam perencanaan akan

    berdampak ke pembangunan sehingga suara perempuan sangat dibutuhkan

    sebagai unsur dari masyarakat. Pentingnya partisipasi dalam penyusunan

    RPJM Desa adalah :

    1. Untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian dikalangan perempuan

    untuk terlibat dalam pembangunan desa.

    2. Agar kebijakan pembangunan tidak memberatkan salah satu pihak.

    3. Agar kepentingan masyarakat terjawab.

    Perencanaan dengan pendekatan partisipatif yang biasa disebut sebagai

    perencanaan partisipatif menurut pendapat Friedmann (1997:5) merupakan

  • 5

    suatu proses politik untuk memperoleh kesepakatan bersama (collective

    agreement) melalui aktivitas negosiasi antar seluruh pelaku pembangunan

    (stakeholders).

    Sekalipun partisipasi perempuan sangat penting dalam pembangunan

    desa, namun selama ini partisipasi perempuan seringkali diabaikan. Hal ini

    ditunjukan berdasarkan penelitian Khotimah (2009) hasil penelitian

    menunjukan pola pembagian kerja masyarakat industri tidak jauh berbeda

    dengan pola masyarakat agraris. Peran domestik masih cenderung diberikan

    kepada perempuan, karena partisipasi perempuan masih dihargai lebih

    rendah dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan yang masuk di dalam

    lingkaran profesional dan eksekutif jumlahnya masih sangat kecil. Laki-laki

    dominan di sektor profesi yang memiliki status lebih tinggi, seperti teknik,

    arsitek, dokter, kontraktor, manajer, dll. Laki-laki cenderung mendominasi

    industri hulu yang upahnya lebih tinggi, sementara perempuan cenderung

    bergulat di industru hilir, yang menangani proses akhir dari sebuah produk

    (finishing), yang upah produktivitasnya lebih rendah.

    Kondisi tersebut juga ditemukan dalam proses penyusunan RPJM Desa.

    Hasil penelitian Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL UI), menunjukkan bahwa

    ketidaklibatan perempuan dalam forum-forum partisipasi desa. Hal tersebut

    mengakibatkan penyusunan RPJM Desa yang menunjukan arah pembangunan

    menjadi tidak cukup demokratis. Tidak mewakili aspirasi kaum perempuan.

    Hal ini tentu menjadi masalah tersendiri di tengah era reformasi yang begitu

    menekankan aspirasi kaum perempuan sebagai bagian integral dari transisi

  • 6

    kedemokrasi pembangunan negara terutama pembangunan desa harus

    melibatkan kaum perempuan di dalamnya.

    Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Foilyani (2009) tidak

    jauh berbeda ia menunjukkan bahwa sifat kehalusan dan ketelatenan yang

    merupakan ciri khas perempuan dijadikan alasan untuk pemberian pekerjaan

    yang marginal sehingga meletakkan posisi perempuan pada pekerjaan yang

    kurang penting dan gaji yang relatif rendah. Aktivitas perempuan secara

    konsisten menyangkut hal yang tidak membutuhkan konsentrasi tinggi, serta

    hanya memerlukan sedikit latihan dan keterampilan.

    Di Desa, perempuan dianggap tidak mampu mentransfer apa yang

    diperoleh kepada aparat desa. Anggapan ini masih muncul dari aparat desa,

    kecamatan dan lainnya, yang mayoritas laki-laki. Mereka secara eksplisit

    menyatakan bahwa yang seharusnya mendapatkan pelatihan atau

    pendampingan terkait hal ini adalah aparat desa.

    Menurut Ruslan (2010) sekalipun partisipasi perempuan dalam

    pembangunan kelihatan mengalami peningkatan, sebagian besar pengamat

    menganggap bahwa perempuan, dalam banyak hal, tetap sebagai pihak

    yang dirugikan dalam proses pembangunan. Salah satu penyebabnya adalah

    karena model-model pembangunan yang dirancang dan dipergunakan tidak

    selalu memperhatikan relasi yang ada di antara perempuan dan laki-laki.

    Menurut penelitian Listyaningsih (2010), rendahnya keterlibatan perempuan

    dalam proses pembangunan telah terjadi sejak ditingkat paling bawah dalam

  • 7

    strata pemerintahan yang ada, yaitu di tingkat RT (Rukun Tetangga), RW

    (Rukun Warga) dan Desa.

    Sekian lama perempuan ditempatkan pada ruang privat, minim ruang

    untuk berkumpul dan mendiskusikan isu “publik”. Kesempatan yang diberikan

    kepada perempuan telah dikotakkan pada isu rumah tangga dalam bungkus

    PKK, Posyandu, dan sejenisnya. Sementara banyak perempuan yang memiliki

    potensi dan hasrat untuk mendiskusikan hal lain seperti tentang “Desa” itu

    sendiri.

    Persoalan ini yang menjelaskan bahwa inferior perempuan dalam

    kehidupan politik di Indonesia cukup memprihatinkan dan harus diatasi untuk

    menuju keadilan dan kebaikan bersama. Tanpa keterlibatan perempuan, maka

    partisipasi masyarakat tidak akan optimal, sehingga pembangunan desa juga

    tidak akan berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

    Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan untuk mendorong partisipasi

    perempuan dalam pembangunan. Menurut Darmastuti (2012) untuk menyusun

    kebijakan yang responsif gender dibutuhkan pula para pengambil kebijakan

    yang memiliki kepekaan gender. Dalam implementasi kegiatan pemerintahan

    di Desa Jogotirto berdasarkan observasi peneliti, masih terdapat permasalahan

    terkait dengan pengambilan kebijakan yang responsif gender seperti:

    a) Banyak diantara para Perangkat Desa pada umumnya yang belum memiliki

    pengetahuan tentang gender dan pembangunan

    b) Belum tumbuhnya perhatian terhadap pentingnya aspek gender dalam

    merancang sebuah kebijakan pembangunan

    c) Masih belum memadainya jumlah para pengambil kebijakan yang peka

    gender.

  • 8

    Menyadari perlunya penegakkan keadilan dalam perbaikan kualitas

    hidup penduduk terutama perempuan, maka pemerintah pada tahun 2000

    mengeluarkan Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

    (PUG) di segala bidang pembangunan beserta pedoman pelaksanaannya yang

    “menginstruksikan kepada semua pejabat, termasuk Gubernur, Bupati,

    Walikota untuk melaksanakan PUG guna terselenggaranya perencanaan,

    penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengevaluasian PUG atas

    kebijakan dan program pembangunan yang responsif gender, sesuai dengan

    tugas pokok dan fungsi kewenangan masing-masing”. Telah disinggung pula

    dalam Pasal 3 UU Nomor 11 Tahun 2005 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor

    12 Tahun 2005 disebutkan pula bahwa “Negara menjamin hak yang sederajat

    antara laki-laki dan perempuan untuk menikmati semua hak ekonomi, sosial

    dan budaya serta hak sipil dan politik” (Hubeis 2010).

    Dalam Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang

    Pedoman Pembangunan Desa, Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Desa (RPJM Desa) yang melibatkan seluruh elemen atau pemangku

    kepentingan yang ada di desa yang diselenggarakan secara partisipatif melalui

    Musrenbangdes (Musyawarah Perencenaan Pembangunan Desa) merupakan

    mekanisme perencanaan pembangunan yang bersifat bottom-up (dari bawah ke

    atas). Dengan mekanisme ini diharapkan adanya keterlibatan masyarakat sejak

    awal dalam proses pembangunan mulai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

    serta upaya melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

  • 9

    Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) Surat

    Mendagri Nomor 414.2/1408/PMD tanggal 31 Maret 2010 perihal, Petunjuk

    Teknis Perencanaan Pembangunan Desa dalam pelaksanaan Musrenbang

    disebutkan bahwa perempuan harus dipastikan ikut berpartisipasi. Perwakilan

    perempuan harus dipastikan masuk ke dalam setiap pengiriman delegasi ada

    setiap tahapan Musrenbang. Dengan berpartisipasinya perempuan dalam

    pembangunan, perempuan dapat memasukkan agenda-agenda kebutuhannya

    sehingga aspirasi, kebutuhan dan kepentingan dapat terwakili.

    Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tergugah untuk mengetahui

    lebih dalam mengenai partisipasi perempuan dalam penyusunan Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Desa. Penelitian ini difokuskan untuk

    mendeskripsikan partisipasi perempuan dalam penyusunan RPJM Desa di Desa

    Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa

    Yogyakarta.

    B. Rumusan Masalah

    Bertolak dari berbagai persoalan yang ada dalam latar belakang

    diuraikan sebelumnya. Maka penulis memformulasikan rumusan masalah

    penelitian sebagai berikut: Bagaimana partisipasi perempuan dalam

    penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa)

    Jogotirto?

  • 10

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang teridentifikasi, penelitian ini

    bertujuan untuk:

    1. Mendeskripsikan partisipasi perempuan dalam tim penyusun RPJM Desa

    Jogotirto.

    2. Mendeskripsikan partisipasi perempuan dalam pengkajian keadaan desa

    Jogotirto.

    3. Mendeskripsikan partisipasi perempuan dalam Musyawarah Dusun di Desa

    Jogotirto.

    4. Mendeskripsikan partisipasi perempuan dalam penyusunan rencana

    pembangunan desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan Desa

    Jogotirto.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

    1. Bagi pemerintah Desa Jogotirto hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi

    bahan evaluasi bahkan rujukan untuk meningkatkan partisipasi perempuan

    dalam penyusunan RPJM Desa.

    2. Bagi pemerintah Desa Jogotirto, diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi

    bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan

    partisipasi Perempuan di Desa Jogotirto.

    3. Bagi pembaca hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

    mengenai hal-hal yang berkaitan dengan partisipasi perempuan dalam

  • 11

    perencanaan pembangunan desa sehingga mampu memberi gambaran untuk

    penelitian-penelitian dengan fokus yang sama.

    4. Untuk masyarakat Jogotirto hasil penelitian diharapkan memberi

    pemahaman kepada masyarakat Desa Jogotirto, bahwa keikutsertaan dan

    partisipasi aktif dari kalangan perempuan dalam musyawarah perencanaan,

    pelaksanaan hingga evaluasi turut menentukan keberhasilan pembangunan

    di Desa-nya.

    E. Kerangka Konseptual

    1. Pengertian Desa

    Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

    adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

    sebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

    yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

    kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak

    asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

    pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Desa mempunyai karakteristik yang berlaku umum di seluruh

    Indonesia. Desa Adat atau yang disebut dengan nama lain mempunyai

    karakteristik yang berbeda dari Desa pada umumnya, terutama karena

    kuatnya pengaruh adat terhadap organisasi dan sistem pemerintahan lokal,

    penggelolaan sumberdaya lokal, dan kehidupan sosial budaya. Asas utama

    yang terkandung dalam UU Desa yakni asas rekognisi dan asas

  • 12

    subsidiaritas. Asas utama tersebut sangat menentukan kedudukan (posisi)

    desa termasuk menegaskan relasinya dalam berhadapan dengan negara dan

    pasar dalam konteks tata negara Indonesia.

    Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa menempatkan desa

    sebagai organisasi campuran (hybrid) antara masyarakat berpemerintahan

    (self governing community) dengan pemerintahan lokal (local self

    goverment), sehingga desa berwajah ganda: pemerintahan dan masyarakat,

    atau berbentuk pemerintahan masyarakat atau pemerintahan berbasis

    masyarakat. Desa tidak identik dengan pemerintah desa dan kepala desa.

    Desa mengandung pemerintahan dan sekaligus mengandung masyarakat

    sehingga membentuk kesatuan (entitas hukum) (Sutoro Eko, 2015:45).

    2. Perencanaan

    Menurut Alder (1999), perencanaan adalah suatu proses menentukan

    apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-

    tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Sebagian kalangan

    berpendapat bahwa perencanaan adalah suatu aktivitas yang dibatasi oleh

    lingkup waktu tertentu, sehingga perencanaan, lebih jauh diartikan sebagai

    kegiatan terkoordinasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam waktu

    tertentu. Artinya perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang

    ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan

    yang dibutuhkan untuk mencapainya. Dengan demikian, proses perencanaan

    dilakukan dengan menguji berbagai arah pencapaian serta mengkaji

    berbagai ketidakpastian yang ada, mengukur kemampuan (kapasitas) kita

  • 13

    untuk mencapainya kemudian memilih arah-arah terbaik serta memilih

    langkah-langkah untuk mencapainya.

    Menurut Alder (1999), rencana dapat berupa rencana informal atau

    rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan

    bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan

    rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu

    organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana

    bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan

    menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi

    ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus

    dilakukan.

    Selain aspek tersebut, menurut Alder (1999), perencanaan juga

    mempunyai manfaat sebagai berikut:

    a. Dengan adanya perencanaan, maka pelaksanaan kegiatan dapat

    diusahakan dengan efektif dan efisien.

    b. Dapat mengatakan bahwa tujuan yang telah ditetapkan tersebut, dapat

    dicapai dan dapat dilakukan koreksi atas penyimpangan-penyimpangan

    yang timbul seawal mungkin.

    c. Dapat mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul dengan

    mengatasi hambatan dan ancaman.

    d. Dapat menghindari adanya kegiatan petumbuhan dan perubahan yang

    tidak terarah dan terkontrol.

  • 14

    Fungsi perencanaan menurut Alder (1999)

    a. Fungsi perencanaan pada dasarnya adalah suatu proses pengambilan

    keputusan sehubungan dengan hasil yang diinginkan, dengan

    penggunaan sumber daya dan pembentukan suatu sistem komunikasi

    yang memungkinkan pelaporan dan pengendalian hasil akhir serta

    perbandingan hasil-hasil tersebut dengan rencana yang dibuat.

    b. Banyak kegunaan dari pembuatan perencanaan yakni terciptanya

    efesiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan, dapat melakukan koreksi

    atas penyimpangan sedini mungkin, mengidentifikasi hambatan-

    hambatan yang timbul menghindari kegiatan, pertumbuhan dan

    perubahan yang tidak terarah dan terkontrol.

    c. Proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi

    kecenderungan dimasa yang akan datang dan penentuan strategi dan

    taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.

    3. Pembangunan Desa

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1 butir 8

    tentang Ketentuan Umum ada dua konsep yaitu Pembangunan Desa dan

    Pemberdayaan desa. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas

    hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat

    Desa. Selanjutnya, pasal 1 butir 12 menyebutkan pemberdayaan masyarakat

    di Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan

    masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan,

    perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui

  • 15

    penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai

    dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

    Lahirnya Undang-Undang Desa menjadi basis legitimasi formal dari

    negara untuk desa dalam rangka membangun desa yang sejahtera, mandiri

    dan bersendikan pada nilai-nilai dan kearifan lokal. Pembangunan desa

    adalah bagian pembangunan nasional yang mencakup pembangunan di

    segala bidang baik fisik material maupun mental spritual dalam satu

    integritas yang menyeluruh, terpadu dan terkoordinir untuk memperkokoh

    Negara Kesatuan Republik Indonesia (Muta’ali, 2013). Dalam Undang-

    Undang Desa, pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan

    kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan

    prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan

    sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Undang-Undang

    Nomor 6 Tahun 2014 menyatakan bahwa dalam pembangunan desa terdapat

    tiga tahap yang perlu dilalui, yaitu tahap perencanaan pembangunan,

    pelaksanaan pembangunan dan pengawasan pembangunan.

    Semangat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

    membawa konsekuensi logis atas perubahan paradigma pembangunan. Desa

    yang semula menjadi obyek pembangunan negara, kini harus menjadi

    kreator atau subyek yang membangun desanya sendiri. Sutoro Eko (2015)

    menjelaskan tentang pergeseran paradigma pembangunan dari negara ke

    desa dengan istilah “Desa Membangun.” “Desa Membangun” adalah

  • 16

    dimensi pembangunan desa ada beberapa isu yang dijadikan konsep. Isu itu

    melingkupi kemandirian, kearifan lokal, demokrasi, partisipasi, dan gerakan

    lokal.

    Perubahan paradigmatik pembangunan desa dengan demikian mesti

    dilaksanakan dalam kerangka partisipatif. Pelibatan masyarakat dalam

    pembangunan adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari di era

    desentralisasi saat ini. Desa sebagai unit terkecil pemerintahan menjadi

    subyek yang diharapkan mampu menjadi ujung tombak pembangunan, basis

    penghidupan yang layak, basis kemandirian politik dan ekonomi yang

    mampu menjadi inspirator kebangkitan swadaya lokal berbasis modal sosial

    masyarakat, local wisdom serta menjadi arena berlangsungnya praksis sosial

    yang mengedepankan pembangunan berbasis lingkungan. Semua prasyarat

    tersebut akan terselenggara ketika ruang dan mekanisme partisipasi

    pembangunan terisi oleh aspirasi warga, dimana perempuan diikutsertakan

    sekaligus terlibat sebagai subyek aktif dalam mendesain, merencanakan,

    mengeksekusi dan mengontrol jalannya pembangunan desa, demi

    terwujudnya desa yang sejahtera, mandiri dan berdaulat.

    4. Perencanaan Pembangunan Desa

    Conyers, Diana (1991) mengemukakan bahwa perencanaan pada

    hakikatnya adalah usaha secara sadar, dalam mencapai tujuan tertentu. Jadi

    perencanaan adalah sebuah upaya yang dilakukan secara kolektif untuk

    merubah situasi yang ada kepada situasi yang baru. Esensi dari perencanaan

    adalah merubah keadaan dari yang buruk ke hal yang lebih baik, demi atau

  • 17

    sesuai kemauan bersama yang sudah disepakati. Sedangkan menurut

    Handayaningrat (1980) perencanaan adalah keputusan untuk waktu yang

    akan datang, apa yang akan dilakukan, bilamana yang akan dilakukan dan

    siapa yang akan melakukan.

    Dengan kata lain, arti perencanaan adalah suatu proses untuk

    mempersiapkan secara sistematis dengan kesadaran penggunaan sumber

    daya yang terbatas akan tetapi diorientasikan untuk mencapai tujuan

    diperlukan perumusan kebijakan (policy formulation) yang akurat, sehingga

    perencanaan yang dipersiapkan secara bersama, dalam ranah praktiknya

    dengan mudah dilaksanakan. Beberapa runutan dalam proses perencanaan

    yakni:

    a. Proses untuk memilih tindakan yang terbaik dari beberapa alternatif.

    b. Fungsi sebagai pedoman dalam kegiatan untuk mencapai tujuan.

    c. Keputusan yang menjelaskan dari apa, bilamana dan siapa yang akan

    melakukan.

    Selanjutnya dalam frame Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

    114 Tahun 2014, tentang Pedoman Pembangunan Desa menjelaskan bahwa

    perencanaan pembangunan desa sebagai proses tahapan kegiatan yang

    diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan

    Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna

    memanfaatkan dan mengalokasikan sumber daya desa dalam rangka

    mencapai tujuan pembangunan Desa. Dalam dimensi yang sama,

    perencanaan Pembangunan Desa adalah suatu proses penyusunan tahapan-

  • 18

    tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan

    desa guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka

    meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu desa dalam jangka waktu

    tertentu.

    5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

    RPJM Desa merupakan dokumen perencanaan untuk periode 6

    (enam) tahun yang memuat visi dan misi kepala desa; arah kebijakan desa,

    serta rencana kegiatan desa yang meliputi penyelenggaraan pemerintah

    desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan

    pemberdayaan masyarakat desa (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor.

    114 Tahun 2014). Penyusunan RPJM Desa perlu dilakukan dengan

    menerapkan prinsip lengkap, cermat, sistematis, partisipatif dan

    keterbukaan. RPJM Desa merupakan wujud dari proses pemikiran strategis

    karena berkaitan dengan arah dan tujuan pembangunan desa yang akan

    dicapai dengan langkah dan cara tertentu. Dengan adanya proses pemikiran

    yang strategis tersebut diharapkan akan terumuskan:

    a. Tujuan dan sasaran pembangunan desa yang konsisten dengan visi misi

    kepala desa terpilih, sesuai dengan kaidah penyusunan dan sesuai dengan

    kemampuan desa.

    b. Arah pembangunan desa yang mudah dipahami masyarakat.

    c. Kebijakan sumberdaya secara efisien.

    d. Cara dan langkah yang jelas untuk mencapai tujuan.

    e. Alat ukur untuk menilai pencapaian tujuan pembangunan desa.

  • 19

    Adapun tahap penyusunan RPJMDesa dilaksanakan berdasarkan

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 Tentang Pedoman

    Pembangunan Desa dengan runtutan sebagai berikut :

    1) Pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa

    Terdiri dari pembina adalah kepala desa. Terdiri dari sekretaris Desa,

    ketua LPMD, Anggota LPMD, KPMD dan masyarakat, jumlah tim

    antara 7-11 orang dengan mengikutsertakan perempuan.

    2) Penyelarasan arah kebijakan Kabupaten/kota.

    3) Penyelarasan ini dalam rangka desa mendapatkan informasi terkait

    dengan kebijakan kabupaten/kota yang diantaranya meliputi:

    a. RPJMD Kabupaten/kota

    b. Renstra SKPD

    c. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten/kota

    d. Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kabupaten/kota

    e. Rencana Pembangunan Kawasan Pedesaan.

    4) Pengkajian Keadaan Desa

    Dalam pengkaian keadaan desa ada 3 sub kegiatan diantaranya

    meliputi:

    a. Penyelarasan data desa

    Dilakukan dengan cara:

    1. Mengambil data desa terkait dengan SDA, SDM dan sumber

    daya pembangunan.

    2. Perbandingan data desa dengan kondisi terkini.

  • 20

    b. Penggalian gagasan masyarakat melalui musyawarah dusun.

    Dilakukan mengenali potensi dan peluang pendayagunaan

    sumber daya desa, dan masalah yang di hadapi desa. Alat yang

    dipakai adalah sketsa desa, kalender musim dan bagan

    kelembagaan.

    c. Laporan hasil pengkajian keadaan desa

    Laporan hasil pengkajian keadaan desa diserahkan kepada kepala

    desa yang selanjutnya diserahkan kepada BPD dalam rangka

    penyusunan RPJMDesa melalui musyawarah desa.

    5) Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah

    Desa.

    6) Musyawarah desa diselenggarakan oleh BPD dengan materi

    pembahasan sebagi berikut:

    a. Laporan hasil pengkajian keadaan desa.

    b. Prioritas rencana kegiatan desa dalam jangka waktu enam tahun.

    c. Sumber pembiayaan rencana kegiatan pembangunan desa .

    d. Rencana pelaksana kegiatan desa yang akan dilaksanakan oleh

    perangkat desa, unsur masyarakat desa, kerjasama antar desa,

    dan/atau kerjasama desa dengan pihak ketiga.

    7) Penyusunan Rancangan RPJM Desa

    Penyusunan rencana pembangunan desa melalui musyawah

    perencanaan pembangunan desa.

    8) Penyempurnaan dan penetapan Rancangan RPJM Desa

  • 21

    Adapun alur penyusunan RPJM Desa berdasarkan Permendagri No.

    114 Tahun 2014 yakni seperti tertera pada gambar 1.1 berikut ini:

    Gambar 1.1

    Alur penyusunan RPJM Desa menurut Permendagri No.

    114 Th. 2014

    Sumber: Penulis, diolah kembali dari Permendagri No.114 Th. 2014

    Berdasarkan Permendagri No.114 Tahun 2014, di dalam proses

    pembentukan tim penyusun RPJM Desa, pemerintah desa wajib

    mengikutsertakan perempuan termasuk juga dalam perumusan masalah,

    serta usulan program dalam setiap tahapan dalam proses penyusunan RPJM

    Desa.

    Pembentukan timpenyusun RPJMDesa

    Penyelarasanarah kebijakanperencanaanpembangunankab/kota

    Pengkajiankeadaan desa

    Perencanaanrencanapembangunandesa melauiMusdes

    PenyusunanrancanganRPJM Desa

    PenyusunanRencanaPembangunanDesa melaluiMusrembangdes

    Penetapan RPJMDesa

  • 22

    6. Partisipasi Perempuan dalam Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Desa

    Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” yang

    berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Partisipasi didefinisikan

    sebagai berikut: “Participation is defined as a mental and emotional

    involved at a person in a group situasion which encourager then contribute

    to group goal and share responsibility in them”. (Partisipasi dimaksudkan

    sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan

    dan ikut bertanggung jawab di dalamnya) (PTO PNPM 2007). Menurut

    Murialti (2010) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang

    secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan

    pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya

    dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang

    lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan

    tanggungjawab bersama.

    Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang

    berkaitan dengan keadaaan lahiriahnya. Pengertian prinsip partisipasi adalah

    masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program

    dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan,

    dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran,

    atau dalam bentuk materill (PTO PNPM 2007). Partisipasi masyarakat

    menurut Isbandi (2007) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses

    pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan

  • 23

    dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani

    masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat

    dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

    Pasal 27 Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan secara tegas

    bahwa, setiap warga negara Indonesia mempunyai hak dan kewajiban serta

    kesempatan yang sama untuk memperoleh penghidupan yang layak. Dalam

    konteks pembahasan ini bisa diartikan bahwa, tidak ada perbedaan antara

    laki-laki dan perempuan untuk ikut serta dalam meyukseskan program-

    program pembangunan. Namun kenyataannya posisi dan peran perempuan

    dalam pembangunan masih termarginalkan. Implikasinya, walaupun secara

    kuantitas jumlah perempuan lebih banyak akan tetapi dari segi kualitas,

    perempuan masih terbilang tertinggal dibanding laki-laki.

    Program kesejahteraan, keadilan serta kesetaraan gender dalam tema

    pembangunan beberapa dasawarsa ini semakin menunjukkan bahwa

    berbagai pengalaman kegagalan pembangunan disebabkan diantaranya

    karena tersingkirnya plus minusnya keterlibatan perempuan dalam

    perencanaan pembangunan.

    Memasuki dekade 1990-an tema kesetaraan gender turut serta

    mewarnai diskursus pembangunan bangsa. Pentingnya keterlibatan

    perempuan dalam merancang, mengeksekusi serta mengontrol

    pembangunan bangsa menjadi topik yang hangat dibicarakan. Lahirnya

    Instruksi Presiden Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender dalam

    Pembangunan Nasional seperti hadiah istimewa bagi perempuan untuk

  • 24

    terlibat membangun bangsa, yang sekian dekade sejak Republik ini berdiri,

    peran perempuan terdomestifikasi di ruang-ruang familial (keluarga).

    Pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional semakin

    dipertegas dengan terbitnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Tahun 2015-2019. Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG)

    diinstruksikan kepada seluruh Departemen maupun LembagaPemerintah

    non Departemen di Pemerintah Nasional, Propinsi maupun di

    Kabupaten/Kota untuk melakukan penyusunan program dalam perencanaan,

    pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dengan mempertimbangkan

    permasalahan kebutuhan, aspirasi perempuan pada pembangunan dalam

    kebijakan, program/proyek dan kegiatan, serta pembangunan yang

    berkelanjutan.1

    Dewasa ini Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam pembangunan

    semakin digalakkan dalam konteks otonomi daerah. Kementerian Dalam

    Negeri menginstruksikan kepada seluruh jajaran Pemerintah Daerah untuk

    mengagendakan PUG dalam perencanaan pembangunan daerah, tak

    terkecuali ke unit pemerintahan skala kecil yakni desa.

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 Tentang

    Pedoman Pembangunan Desa menginstruksikan kepada Pemerintah Desa

    untuk melibatkan perempuan dalam proses penyusunan RPJM Desa.

    Keterlibatan perempuan dalam penyusunan RPJM Desa dilakukan di

    1 https://www.bappenas.go.id/files/kp3a/BUKU-BS-RPJMN-KG-2014.pdf, diunduh pada 5 Maret2018 Pukul 12:50 WIB.

  • 25

    antaranya dengan mendelegasikan perempuan dalam tim penyusun RPJM

    Desa yang akan bertugas untuk :

    1) mengkaji keadaan desa

    2) menyelaraskan rancangan RPJM Desa dengan kebijakan kabupaten/kota

    3) menggali gagasan dalam musyawarah desa

    4) menyusun rencana pembangunan desa melalui musyawarah desa

    5) menyempurnakan dan menetapkan RPJM Desa.

    Mely G Tan (1991) mengatakan bahwa peran perempuan dalam

    pembangunan mengandung dua pengertian: pertama, pembangunan

    memberi kemudahan bagi perempuan untuk ikut berupaya meningkatkan

    diri dan keluarganya; dan kedua, pembangunan memberi kemudahan bagi

    kaum perempuan untuk menyalurkan tenaga, keterampilan, pikiran dan

    keahliannya dalam proses pembangunan.

    Jika kita menengok segala pasal yang ada dalam Undang-Undang

    Desa, tugas utama pemerintah adalah memfasilitasi soal bagaimana cara

    agar perempuan mampu menyalurkan aspirasi. Inilah bentuk dari partisipasi

    perempuan di desa. Logika semacam ini sepertinya akan mendekonstruksi

    budaya di Indonesia yang mayoritas budayanya masih partriarki. Misalnya

    di dalam masyarakat pedesaan Jawa yang masih tradisional, khususnya

    masyarakat patrilineal, perempuan dianggap sebagai konco wingking yang

    berarti kaum perempuan tidak sederajat dengan kaum pria. Perempuan

    dianggap hanya bertugas melayani kebutuhan dan keinginan suami saja.

    Selain itu perempuan dianggap sebagai manusia kelas dua setelah laki-laki

    yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum secara mandiri dan harus atas

    izin dari suami. (UNDP, 2010).

  • 26

    F. Ruang Lingkup

    Untuk mempermudah penulisan laporan penelitian ini dan agar lebih

    terarah serta berjalan dengan baik, maka perlu sekirannya dibuat suatu batasan

    masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam

    penelitian ini, yaitu:

    1. Partisipasi perempuan dalam tim penyusun RPJM Desa

    2. Partisipasi perempuan dalam pengkajian keadaan Desa

    3. Partisipasi perempuan dalam Musyawarah Dusun

    4. Partisipasi perempuan dalam penyusunan rencana pembangunan Desa

    melalui musyawarah perencanaan pembangunan Desa.

    G. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

    metode penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif kualiatatif adalah

    memberikan suatu uraian secara deskriptif mengenai gambaran keadaan

    obyek yang diteliti kemudian memecahkan permasalahan berdasakan fakta-

    fakta yang diperoleh dari penelitian.

    Jenis penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-

    kata tertulis, lisan ataupun kilas peristiwa masa sekarang dari orang serta

    perilaku yang diamati (Kirk Miller 1986: 9). Hal yang dituju dengan

    penelitian deskriptif adalah bagaimana partisipasi perempuan dalam

    penyusunan RPJM Desa.

  • 27

    2. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah,

    Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Subyek penelitian ini

    adalah partisipasi perempuan dalam penyusunan RPJM Desa di Desa

    Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa

    Yogyakarta. Objeknya adalah sumber-sumber informasi yang berupa

    orang-orang yang bisa memperkaya dan memperpadat informasi tentang

    permasalahan.

    Berdasarkan pada alasan tersebut peneliti menggunakan teknik

    purposive dimana peneliti mengambil beberapa orang yang dianggap paling

    mengetahui perihal jalannya rangkaian penyusunan RPJM Desa sebagai

    informan. Adapun informan yang digali dapat dilihat pada tabel berikut ini:

    Tabel 1.1. Informan Penelitian

    Nomor Informan Jumlah1 Kepala Desa 1 orang2 Sekretaris Desa 1 orang3 Ketua BPD (BadanPermusyawaratan

    Desa)1 orang

    4 Kelompok Tani Wanita 2 orang5 Tokoh Masyarakat 2 orang6 Masyarakat Umum 2 orang7 Pengurus PKK (Pembina

    Kesejahteraan Keluarga)2 orang

    8 Ketua LPMD Desa 1 orang9 Dukuh 2 orang

    Jumlah 14 orang

  • 28

    3. Teknik Pengumpulan Data

    a. Observasi

    Observasi menurut Kusuma (1987:25) adalah pengamatan yang

    dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau

    objeklain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi tersebut

    diantaranya yaitu observasi terstruktur, observasi tak terstruktur,

    observasi partisipan, dan observasi nonpartisipan.

    Observasi menurut Moleong (1990:126) adalah mengoptimalkan

    kemampuan peneliti dari motif kepercayaan, perhatian, perilaku tidak

    sadar, kebiasaan dan sebagainya. Hal ini memungkinkan bagi pengamat

    melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian hidup

    pada saat itu. Hal ini memungkinkan pula bagi peneliti merasa apa yang

    dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga pembentukan pengetahuaan

    yang diketahui bersama.

    Dalam penelitian ini yang diamati adalah keikut sertaan perempuan

    dalam berbagai musyawarah di Dusun maupun di Desa serta keterlibatan

    baik fisik maupun nonfisik (pemikiran/ide, dan gagasan) kaum

    perempuan dalam segala kegiatan yang berkaitan dengan rencana

    pembangunan desa.

    b. Wawancara

    Wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk

    bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat

    dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002).

  • 29

    Wawancara juga merupakan alat mengecek ulang atau pembuktian

    terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga

    merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dan informan.

    Dalam wawancara ini ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang

    partisipasi perempuan dalam penyusunan RPJM Desa. Wawancara

    dilakukan dengan pedoman pertanyaan yang sudah disiapkan terlebih

    dahulu dan dimungkinkan adanya variasi pertanyaan yang disesuaikan

    dengan keadaan dan situasi pada saat wawancara dilakukan. Dalam

    penelitian ini yang menjadi informan adalah tokoh-tokoh masyarakat,

    perwakilan organisasi masyarakat dan perempuan diambil sesuai

    kaitannya dengan permasalahan yang diangkat.

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi, menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan

    catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

    gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang

    berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life

    histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Pada saat penelitian

    terkait permasalahan yang diangkat, di Desa Jogotirto sudah diadakan

    penyusunan RPJM Desa Jogotirto Tahun 2017 , Untuk itu dokumen

    RPJM Desa ini menjadi data yang pasti tentang penelitian terkait

    permasalahan yang diangkat.

    Dalam penelitian ini dokumen dan catatan yang dikumpulkan

    adalah hal-hal yang berkaitan dengan kehadiran perempuan dalam

  • 30

    forum-forum musyawarah-musyarah di Desa Jogotirto serta partisipasi

    perempuan baik fisik maupun nonfisik (pemikiran/ide, dan gagasan)

    kaum perempuan dalam segala kegiatan yang berkaitan dengan

    penyusunan rencana pembangunan desa.

    H. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

    data kualitatif tertuju pada pemecahan masalah saat sekarang, melalui cara

    menganalisa, klasifikasikan penyelidikan dengan berbagai jenis penelitian.

    Analisis data menurut Arikunto, (2010) adalah upaya mencari dan menata

    secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk

    meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

    menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.

    Berkaitan dengan penelitian ini analisis data menurut Miles dan

    Huberman (Silalahi, 2009) mencakup langka-langka reduksi data, penyajian

    dan penarikan kesimpulan.

    a. Reduksi Data

    Reduksi data merupakan proses seleksi pemfokusan, penyederhanaan

    dan abstraksi data dari fieldnote. Di samping itu reduksi data adalah bagian

    dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus,

    membuat hal-hal yang tak penting dan mengatur data sedemikian rupa

    sehingga Kesimpulan penelitian dapat dilakukan.

  • 31

    b. Penyajian Data

    Kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun sehingga memberikan

    kemungkinan adanya kesimpulan. Penyajian ini merupakan kalimat yang

    disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca akan lebih mudah

    dipahami berbagai hal yang terjadi dalam memungkinkan peneliti untuk

    membuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan-tindakan lain berdasarkan

    pemahaman tersebut. Bentuk penyajian data penelitian ini berupa teks

    naratif (berbentuk catatan lapangan), dan bagan. Peyajian data merupakan

    sala satu dari teknik analisis data kualitatif

    c. Penarikan Kesimpulan

    Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis

    kualitatif yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan. Penarikan

    kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil

    tindakan.

  • 32

    BAB II

    PROFIL DESA DESA JOGOTIRTO

    A. Kondisi Geografis

    Desa Jogotirto merupakan salah satu desa di Kecamatan Berbah. Desa

    ini merupakan penggabungan 3 Kelurahan Lama yaitu: Kelurahan Jragung,

    Bulu dan Jogomangsan. Berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa

    Yogyakarta yang diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintahan Kelurahan,

    maka tiga bekas Kelurahan tersebut kemudian digabung menjadi satu desa

    yang otonom dengan nama Desa Jogotirto yang ditetapkan berdasarkan

    Maklumat Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun

    1948 tentang Perubahan Daerah-daerah Kelurahan. Pusat pemerintahan berada

    di Karongan, Jogotirto, Berbah, Sleman, terletak pada koordinat 07o 48' 56”

    LS, 110o 27' 49” BT, dengan luas wilayah 5,84 Km2. Desa Jogotirto

    menyimpan beberapa potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi, yakni;

    Candi Abang yang terletak di Padukuhan Krasaan, Lava Bantal di Dusun

    Watuadeg, Goa Jepang yang terletak di padukuhan Blambangan, dan Goa

    Sentono di Sentonoharjo.

    Terhubung batas wilayah sebelah utara dengan Desa Madurejo

    (kecamatan Prambanan), sebelah timur berbatasan dengan Desa Sumberharjo

    (Kecamatan Prambanan), sebelah selatan berbatasan dengan Desa Srimartani

    dan Desa Srimulyo (Kecamatan Piyungan), sebelah barat dengan Desa

    Tegaltirto (Kecamatan Berbah). Topografi Desa Jogotirto termasuk desa

  • 33

    mempunyai aliran sungai maupun bantaran sungai dengan masing-masing luas

    1,0 ha/m2 dan berupa dataran rendah dengan luas 59,5 ha/m2.

    Untuk luas wilayahnya berupa pemukiman adalah 124,0390 ha/m2,

    kuburan 1,967 ha/m2, persawahan 375,4325 ha/m2, perkebunan 46,6430

    ha/m2, pekarangan 47,456 ha/m2, perkantoran 0,25 ha/m2, luas prasarana

    umum lainnya 595,7875 ha/m2 serta terdapat potensi wisata situs purbakala

    Goa Jepang dengan luas > 0,5 ha dan cagar budaya Candi Abang dengan luas

    > 1,0 ha dan area wisata Sungai Lava Bantal. Jarak Desa Jogotirto dengan ibu

    kota kecamatan sekitar 3 km, sedangkan jarak Desa Jogotirto dengan ibu kota

    kabupaten sekitar 23 km dan jarak Desa Jogotirto ke pusat pemerintahan

    Provinsi sekitar 15 km. Desa Jogotirto terdiri dari Pedukuhan Jragung,

    Pedukuhan Blambangan, Pedukuhan Morobangun, Pedukuhan Rejosari,

    Pedukuhan Krasaan, Pedukuhan Jlatren, Pedukuhan Bulu, Pedukuhan

    Kranggan I, Pedukuhan Kranggan II, Dusun Karongan dengan Dusun Caren

    (gabungan satu pedukuhan Karongan).

    B. Demografi

    Jumlah penduduk Desa Jogotirto pada tahun 2017 adalah 11.519 jiwa

    yang terdiri dari laki-laki sebanyak 5.611 jiwa dan perempuan sebanyak 5.908

    jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 3.262 KK. Penduduk yang memeluk

    Agama Islam ada 11.130 orang, Agama Kristen 43 orang, Agama Katolik 346

    orang (Data Administrasi Desa Jogotirto Tahun 2017).

  • 34

    Tabel 2.1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Jogotirto

    Jenis PekerjaanJenis Kelamin

    Laki-laki PerempuanJumlah Presentase (%) Jumlah Presentase (%)

    Petani 490 8,73 557 9,42Buruh Tani 423 7,53 692 11,71Buruh Migran 421 7,50 260 4,40Pegawai Negeri Sipil 56 0,9 50 0,84Pengrajin Industri Rumah Tangga 35 0,6 48 0,81Pedagang Keliling 19 0,3 33 0,55Peternak 16 0,28 24 0,40Montir 27 0,48 - -Dokter 4 0,07 3 0,05Dokter Swasta 1 0,01 - -Guru 37 0,65 66 1,11Perawat Swasta - - 2 0,03Pembantu Rumah Tangga - - 5 0,08TNI 126 2,24 11 0,18POLRI 39 0,69 9 0,15Pensiunan 267 4,75 153 2,58Pengusaha kecil dan menengah 2 0,03 - -Dosen Swasta 5 0,08 1 0,01Jasa Pengobatan Alternatif 2 0,03 - -Dukun Kampung - - 8 0,13Arsitektur 2 0,03 1 0,1Seniman 5 0,08 2 0,03Karyawan Perusahan Swasta 338 ,02 245 4,14Karyawan Perusahaan Pemerintah 22 0,39 14 0,23Total Penduduk 2337 42 2184 37

    Sumber : Data Administrasi Desa Jogotirto Tahun 2017

    Dari data di atas dapat diketahui bahwa mata pencaharian mayoritas

    buruh tani perempuan. Namun jika ditotal hasil dari jumlah laki-laki dan

    perempuan buruh tani tetap mendominasi jenis pekerjaan yang berada di Desa

    Jogotirto. Hal ini dapat berkaitan dengan Desa Jogotirto yang mempunyai

  • 35

    lahan pertanian cukup luas serta perairan sawah tercukupi didukung kondisi

    tanah yang subur. Luas pertanian di Desa Jogotirto biasanya ditanami tanaman

    pangan yang terdiri dari padi, jagung hybrida, jagung konsumsi, kacang tanah,

    kacang panjang, kacang kedelai, cabe, terong, ubi kayu, ubi jalar (ketela) yang

    termasuk tanaman palawija lainnya.

    C. Potensi Wisata Desa Jogotirto

    Potensi sumber daya alam DIY sangat menunjang kelangsungan hidup

    dan pertumbuhan kepariwisataan daerah yang secara kompetitif unggul

    dibandingkan daerah atau provinsi lainnya. Salah satu obyek wisata di DIY

    yang memiliki daya pikat pariwisata wisata air Embung Tegal Tirto dan Lava

    Bantal yang ada Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman,

    Yogyakarta. Selain itu, objek wisata lain di Desa Jogotirto adalah Candi

    Abang. Candi Abang adalah bukit yang ditumbuhi rerumputtan hijau namun

    didalamnya ada batu bata merah yang menyusun gundukkan tersebut.

    Diperkirakan candi ini peninggalan dari kerajaan Mataram Kuno.

    Desa Jogotirto adalah desa yang wilayah sangat strategis karena ada di

    tenggara Bandara Internasional Adisucipto dan Barat Daya Candi Prambanan

    serta Candi Boko. Wilayah desa ini ada ditimur sungai Opak yang mengalir

    dari wilayah kabupaten Sleman sampai ke selatan ke Kabupaten Bantul.

    Ternyata aliran sungai Opak ini mempunyai potensi wisata yang sangat

    berharga karena sepanjang sungai ini yang mengalir di Desa Jogotirto dan

    Desa Tegaltirto telah dikembangkan wisata air. Sejak tahun 2016 wisata air

  • 36

    tersebut telah dikembangkan dan sampai sekarang sudah mulai meningkat

    perkembangnnya. Tempat wisata tersebut dikenal dengan wisata Lava Bantal.

    Embung Tegal Tirto atau yang memiliki nama lain Embung Candirejo

    merupakan sebuah kolam raksasa yang dibangun oleh Pemerintah Daerah

    Sleman tepatnya di daerah Berbah. Embung tersebut dibangun di atas lahan

    kritis yang tepat berada di tepi aliran Sungai Opak. Pembangunan embung

    tersebut bertujuan agar berfungsi sebagai daerah konservasi air dan dapat

    memulihkan kondisi lingkungan yang kritis. Lokasi Embung Tegal Tirto

    terletak di dusun Candirejo, Desa Tegal Tirto, dekat Kawasan Wisata Lava

    Bantal, Berbah, Sleman. Embung ini diresmikan oleh Gubernur Daerah

    Istimewa Yogyakarta pada 30 Mei 2016 bersama dengan wisata Lava Bantal

    Desa Jogotirto, Berbah, Kabupaten Sleman.

    D. Susunan Organisasi Tata Kerja Pemerintah Desa Jogotirto

    Susunan Organisasi Pemerintah Desa Jogotirto terdiri dari Kepala

    Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan

    Perangkat Desa lainnya. Sedangkan Perangkat Desa lainnya terdiri dari

    Sekretariat Desa, Pelaksana Teknis Lapangan dan Kepala Dusun. Sekretariat

    Desa tediri dari Kepala Urusan-Kepala Urusan yang dipimpin oleh Sekretaris

    Desa, sedangkan Kepala Urusan tediri dari Kepala Urusan Tata Usaha, Kepala

    Urusan Keuangan dan Kepala Urusan Perencanaan. Kedudukan, tugas, fungsi

    wewenang dan kewajiban Kepala Desa dan Perangkat Desa Jogotirto adalah

    sebagai berikut:

  • 37

    1. Kepala Desa

    Kepala Desa berkedudukan sebagai pemimpin penyelenggara

    Pemerintah Desa yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, wewenang dan

    kewajibannya dibantu oleh Perangkat Desa. Kepala Desa mempunyai

    tugas menyelenggarakan urusan Pemerintahan, Pembangunan dan

    Kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Desa

    menyelenggarakan fungsi:

    a. Melaksanakan tertib administrasi Pemerintahan, Pelaksanaan

    Pembangunan dan Pembinaan Kemasyarakatan di tingkat desa sesuai

    dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

    b. Penanggungjawab jalannyua penyelenggaraan Pemerintah,

    Pelaksanaan Pembangunan dan Pembinaan Kemasyarakatan;

    c. Melaksanakan pembinaan terhadap lembaga kemasyarakatan yang ada

    di desa;

    d. Membuat Peraturan Desa bersama BPD sesuai dengan ketentuan

    Peraturan PerUndang-undangan yang berlaku;

    e. Menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk

    jangka waktu 5 (lima) tahun, Rencana Kerja Pembangunan Desa untuk

    jangka waktu (1) tahun, APBdes sebagai dasar Pelaksanaan tugas, dan

    Pertanggungjawaban Pelaksanaan Tugas Kepada Desa sesuai dengan

    Perundang-undangan yang berlaku;

  • 38

    f. Mengadakan kerjasama antar Desa dan atau dengan pihak ketiga untuk

    kepentingan Desa yang diatur dengan keputusan bersama dan

    melaporkan kepada Bupati melalui Camat;

    g. Mengkoordinasikan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan

    Pembangunan dan Pembinaan Kemasyarakatan; dan

    h. Melaksanakan tugas yang diserahkan Pengaturannya kepada Desa dan

    tugas Pembantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

    Kerja sama sebagaimana dimaksud di atas, yang membebani

    masyarakat dan Desa harus mendapatkan Persetujuan BPD. Dalam

    melaksanakan tugasnya Kepada Desa mempunyai wewenang.

    a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintah Desa berdasarkan kebijakan

    yang ditetapkan bersama BPD;

    b. Mengajukan rencana Peraturan Desa;

    c. Menetapkan peraturan Desa telah mendapat persetujuan bersama BPD;

    d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan Desa mengenao

    APBDes untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;

    e. Membina kehidupan masyarakat Desa;

    f. Membina Perekonomian Desa;

    g. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

    h. Mewakili desanhya didalam dan diluar pengadilan dapat menujuk

    kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan Peraturan Perundang-

    undangan;

  • 39

    i. Mengkat dan memberhentikan perangkat Desa sesui Ketentuan

    Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

    j. Membuat Peraturan Kepala Desa dan keputusan Kepala Desa;

    k. Memberikan ijin cuti dan ijin lainnya bagi Perangkat Desa dengan

    alasan yang bsa dipertanggungjawabkan; dan

    l. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan Peraturan Perundang-

    undangan.

    Dalam melaksanakan tugas dan wewenang di atas, Kepala Desa

    mempunyai kewajiban sebagai berikut:

    a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

    Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta

    mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan

    Republik Indonesia;

    b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

    c. Memelihara ketentraman dan Ketertiban masyarakat;

    d. Melaksanakan Kehidupan demokratis;

    e. Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang bersih dan bebas

    dari Kolusi, Korupsi, Nepotisme;

    f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja Pemerintah

    Desa;

    g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan Perundang-undangan

    h. Menyelenggarakan Administrasi Pemerintahan Desa yang baik;

    i. Melakasanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan

    desa;

  • 40

    j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;

    k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;

    l. Mengembangkan Pendapatan masyarakat dan desa;

    m. Membina, Mengayomi dan melestarikan Nilai-nilai sosial budaya dan

    adat istiadat;

    n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan

    o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dn melestarikan

    lingkungan hidup.

    Selain kewajiban di atas, Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk

    memberikan laporan penyelenggaraan pemerintah desa kepada Bupati,

    memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD, serta

    menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintah Desa kepada

    masyarakat. Tata cara pelaporan adalah sebagai berikut:

    a. Laporan penyelenggaraan pemerintah desa disampaikan kepada Bupati

    melalui camat 1 (satu) kali dalam satu tahun;

    b.Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD disampaikan

    dalam musyawarah BPD 1 (satu) kali dalam satu tahun;

    c. Laporan akhir masa jabatan kepala desa disampaikan kepada Bupati

    melalui Camat dan BPD selambat-lambatnya 3 (3) bulan sebelum

    berakhirnya masa jabatan.

    Ketentuan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diatur oleh

    bupati.

  • 41

    2. Sekretaris Desa

    Sekrataris Desa mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi

    pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan. Sekretaris Desa dalam

    menjalankan tugas tersebut dibantu oleh Kepala Urusan. Untuk

    menjalankan tugas tersebut, Sekretaris Desa mempuyai fungsi:

    a. Menkoordinasikan pelaksanaan tugas Perangkat Desa;

    b.Memberikan pelayanan administrasi kepada Kepala Desa;

    c. Melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan dan laporan;

    d.Memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang pemerintah,

    pembangunan dan kemasyarakatan;

    e. Mendistribusikan tugas bawahan sesuai dengan tugasnya;

    f. Melakukan pembinaan administrrasi kepada Kepada Urusan;

    g.Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Desa;

    h.Melaksanakan tugas dan fungsi Kepala Desa apabila berhalangan; dan

    i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

    3. Sekretariat Desa

    Sekretariat Desa mempunyai kedudukan sebagai unsur staf pembantu

    Kepala Desa. Sekretariat Desa dipimpin oleh Sekretaris Desa yang dalam

    melaksanakan tugasnya bertunggungjawab kepada Kepada Desa. Dalam

    melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Desa menyelenggarakan fungsi:

    a. Melaksanakan koordinasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh

    Perangkat Desa;

    b. Melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan, pelaporan,

    melakukan urusan keuangan, urusan administrasi umum dan

  • 42

    memberikan pelayanan teknis ataupun administrasi kepada seluruh

    Perangkat Desa;

    c. Mengumpulkan bahan, mengevaluasi dan merumuskan program-

    program serta petunjuk untuk keperluan pembinaan penyelenggaraan

    tugas pemerintah, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan;

    d. Melaksanakan pemantauan dan pelayanan kepada masyarakat di

    bidang pemerintahan, pembangunan dan kesejahteraan masyarakat;

    e. Membantu Kepala Desa menyusun Rencana Kerja Pembangunan

    Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 5 ( lima ) tahun, Rencana

    Kerja Pembangunan Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun,

    ABPDes, Pertnaggungjawaban Pelaksanaan Tugas Kepala Desa dan

    Administrasi pelaporannya;

    f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

    4. Kepala Urusan

    Kepala Urusan berkedudukan sebagai unsur pembantu yang dalam

    melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada

    Kepala Desa. Kepala Urusan mempunyai tugas sesuai dengan bidang

    urusannya.

    a. Urusan Tata Usaha mempunyai tugas membantu Sekretaris Desa

    dalam melaksanakan administrasi umum, tata usaha dan kearsipan,

    pengelolaan inventaris kekayaan desa, serta mempersiapkan bahan

    rapat dan laporan.

  • 43

    Dalam melaksanakan tugas tersebut. Urusan Tata Usaha

    menyelenggarakan Fungsi :

    1) Pelaksanaan, pengendalian dan pengelolaan surat masuk dan

    dan surat keluar serta pengendalian tata kearsipan

    2) Pelaksanaan pencatatan inventarisasi kekayaan Desa

    3) Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum

    4) Pelaksanaan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat

    tulis kantor serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor

    5) Pengelolaan administrasi Perangkat Desa

    6) Persiapan baha-bahan laporan

    7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa

    b. Urusan Keuangan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

    anggaran pendapatan dan belanja desa, pengelolaan keuangan dan

    sumber pendapatan desa. Urusan Keuangan menyelenggarakan fungsi:

    1) Penyusunan rencana kegiatan bagian keuangan;

    2) Penyusunan anggaran pendapatan dan belanja desa;

    3) Pelaksaan pungutan desa;

    4) Pengelolaan keuangan desa;

    5) Penggalian sumber pendapatan desa;

    6) Penyiapan bahan perumusan kebijakan bidang keuangan;

    7) Penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan bagian

    keuangan.

  • 44

    c. Urusan Perencanaan mempunyai tugas mengkoordinasikan urusan

    perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan

    belanja desa, menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan,

    melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan

    laporan. Urusan Perencanaan menyelenggarakan fungsi:

    1) Mengumpulkan dan memformulasikan data untuk bahan

    penyusunan program dan perencanaan pengelolaan keuangan dan

    kekayaan desa;

    2) Menyusun program kerja pelaksanaan tugas dan perencanaan desa;

    3) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan program dan

    perencanaan desa;

    4) Menyusun dan menyiapkan bahan untuk analisis dan evaluasi

    penyusunan laporan pelaksanaan program dan perencanaan;

    5) Mengumpulkan dan menyiapkan penyusunan program kerja

    pelaksanaan tugas kerja bersama;

    6) Melaksanakan tugas lain yang telah diberikan oleh kepala desa

    sesuai dengan tugas dan fungsinya.

    5. Kepala Seksi

    Kepala Seksi berkedudukan sebagai unsur pelaksana teknis.

    Kepala Seksi bertugas membantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas

    operasional. Untuk melaksanakan tugasnya.

    a. Seksi Pemerintahan berkedudukan sebagai unsur pelaksana teknis

    yang membantu Kepala Desa dalam bidang pemerintahan desa. Bagian

    pemerintahan desa dipimpin oleh seorang kepala bagian yang

    berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa

  • 45

    dan secara adminisratif melalui Sekretaris Desa. Dalam melaksanakan

    tugas tersebut, Kepala Bagian Pemerintahan menyelenggarakan fungsi:

    1) Menyusun rencana dan penyelenggaraan pemerintahan desa

    dan pemerintahan umum;

    2) Menyusun rencana dan mengumpulkan bahan dalam rangka

    pembinaan Wilayah dan masyarakat;

    3) Menyusun program, melaksanakan pelayanan kepada

    masyarakat dan melakukan pengadminstrasian dibidang

    Pemerintahan, ketenteraman dan ketertiban;

    4) Membantu melaksanakan tugas di bidang pemungutan pajak,

    retribusi, dan pendapat lain-lain;

    5) Menyusun program dan pengadminisrasian di bidang

    kependudukan dan catatan sipil;

    6) Menyusun rencana dan melaksanakan pengawasan terhadap

    penyaluran bantuan kepada masyarakat serta melakukan

    kegiatan pengamanan akibat bencana alam dan bencana lainya;

    7) Menyusun rencana dan membantu mengumpulkan bahan-

    bahan rapat Badan Pengawasan Desa;

    8) Menyusun bahanlaporan penyelenggaraan pemerintahan desa,

    laporan keterangan pertanggungjawaban dan laporan

    keterangan akhir masa jabatan Kepala Desa;dan

    9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

    b. Seksi Kesejahteraan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan

    perumusan kebijakan Pemerintah Desa di bidang kesejahteraan rakyat

    meliputi kesejahteraan dan bantuan sosial, kesehatan, pendidikan,

  • 46

    agama, kebudayaan, pelayanan dan rehabilitasi sosial; Seksi

    Kesejahteraan mempunyai fungsi:

    1) Menyusun pedoman dan petunjuk penyelenggaraan

    pemerintahan Desa di bidang Kesejahteraan Rakyat;

    2) Menyusun petunjuk pelaksanaan/teknis kegiatan bagian

    kesejahteraan rakyat;

    3) Melaksanakan koordinasi pelaksanaan kebijakan Pemerintah

    Desa Bidang Kesejahteraan Rakyat;

    4) Menyelenggarakan administrasi Pemerintah Desa bidang

    kesejahteraan rakyat;

    5) Perencanaan anggaran dan kebijakan bagian kesejahteraan

    rakyat;

    6) Penyelenggaraan administrasi bagian kesejahteraan rakyat;

    7) Pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan

    sarana bagian kesejahteraan rakyat;

    8) Pengawasan penyelenggaraan administrasi bagian

    kesejahteraan rakyat;

    9) Menyusun laporan pelaksanaan tugas Kepala Desa di bidang

    Kesejahteraan Rakyat;

    10) Memberi petunjuk kepada bawahan baik lisan maupun tertulis;

    11) Melaporkan seluruh pelaksanaan tugas kepada Kepala Desa

    12) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

  • 47

    c. Seksi Pelayanan berkedudukan sebagai Unsur Pelaksana teknis bidang

    Pelayanan memiliki fungsi melaksanakan penyuluhan dan motivasi

    terhadap pelaksanaan, bertugas membantu Kepala Desa sebagai

    pelaksana tugas operasional dibidang pelayanan hak dan kewajiban

    masyarakat, peningkatan upaya partisipasi masyarakat, pelestarian

    nilai sosial budaya masyarakat, keagamaan, dan ketenagakerjaan.

    1) melaksanakan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan

    hak dan kewajiban masyarakat Desa ;

    2) melaksanakan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan

    hak dan kewajiban masyarakat Desa ;

    3) melaksanakan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan

    hak dan kewajiban masyarakat Desa ;

    4) melaksanakan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan

    hak dan kewajiban masyarakat Desa ;

    5) melaksanakan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan

    hak dan kewajiban masyarakat Desa ;

    6) melaksanakan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan

    hak dan kewajiban masyarakat Desa ;

    7) melaksanakan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan

    hak dan kewajiban masyarakat Desa ;

    6. Kepala Dusun dan PTL

    Kepal Dusun dan PTL adalah pembantu Kepala Desa yang

    membawahi wilayah tertentu yang berada di bawah dan

    bertanggungjawab kepada Kepala Desa. Kepala Dusun dan PTL

    mempunyai tugas membantu Kepala Desa menyenelanggaralan

  • 48

    Pemerintah Desa di dalam wilayah kerjanya sesuai dengan peraturan yang

    berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kepala Dusun dan PTL

    menyelenggarakan fungsi:

    a. Melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan

    kemasyarakatan serta ketentraman dan ketertiban.

    b. Melaksanakan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan

    Kepala Desa.

    c. Membantu Kepala Desa dalam kegiatan pembinaan dan kerukanan

    warga

    d. Membina dan meningkatkan swadaya gotong-royong

    e. Menyampaikan informasi program Pemerintah Desa

    f. Melaksanakan tugas lain yang diberi oleh Kepala Desa.

    Dalam melaksanakan fungsinya, Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala

    Dusun, Kepala Urusan dan Pelaksanaan Teknis Lapangan melakukan

    koordinasi, intergrasi dan sinkronisasi secara vertical maupun horizontal atas

    segala kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa.

    Setiap unsur pimpinan satu unit kerja dalam lingkungan Pemerintah Desa

    wajib mengadakan pengawasan dan evaluasi serta bertanggungjawab kepada

    Kepala Desa. Selain kewajiban tersebut, setiap unsur pimpinan satuan unit

    kerja dalam lingkungan Pemerintah Desa bertanggungjawab memimpin dan

    mengkoordinasikan bawahannya serta memberikan bimbingan dan petunjuk-

    petunjuk bagi pelaksanaan tugas masing-masing

  • 49

    Bagan struktur organisasi Desa Jogotirto adalah sebagai berikut:

    Gambar 2.1. Struktur organisasi pemerintahan Desa JogotirtoSumber: Monografi Desa Jogotirto 2017

    SeksiPemerintahan

    SeksiKesejahteraan

    SeksiPelayanan

    Kepala Desa

    Sekretaris Desa

    Urusan TataUsaha

    UrusanKeuangan

    UrusanPerencanaan

    n

    Pedukuhan

  • 50

    Siklus cara kerja Tim penyusun RPJMD Desa Jogotirto

    Sosialisasi&Pembentukan TimPenyusun

    Penyelarasan & arahkebijakanperencanaan &pembangunan

    PengkajiankeadaanDesa

    Penyusunan &rencanapembangunan Desa

    Penyusunan RPJMDesa

    PembahasanpenyepakatanpenetapanperdesRPJM Desa

    Data sekunder

    - Kemiskinan,sosialbudaya,ekonomi

    - Gender

    - UU No06/2014

    - Permendagri No114/2014

    Dataprimer

    Musdus Musyawarah Desa

    Musrembang DesaRPJMDesa

    RapatBPD &pemdes

  • 51

    1. Pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa

    a. Kepala Desa, setelah dilantik secara resmi, membentuk Tim

    Penyusun RPJM Desa.

    b. Kepala Desa membuat Keputusan Kepala Desa tentang Tim

    Penyusun RPJM Desa.

    c. Tim Penyusun RPJM Desa mendengarkan dan membahas

    pemaparan visi dan misi Kepala Desa, yang akan menjadi acuan

    dalam seluruh proses penyusunan RPJM Desa ini.

    2. Penyelarasan Arah Kebijakan Perencanaan Pembangunan Kabupaten/Kota

    a. Tim Penyusun mengikuti sosialisasi dan/atau mendapatkan

    informasi tentang arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota.

    b. Tim Penyusun mendata dan memilah rencana program dan

    kegiatan pembangunan kabupaten/kota yang akan masuk ke desa

    dengan cara mengelompokkan menjadi bidang penyelenggaraan

    pemerintahan desa, pembangunan desa, pembinaan

    kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

    c. Data rencana program dan kegiatan menjadi lampiran hasil

    pengkajian keadaan desa.

    d. Tim Penyusun membuat laporan penyelarasan arah kebijakan

    perencanaan pembangunan kabupaten/kota dengan format data

    rencana program dan kegiatan pembangunan yang akan masuk ke

    desa dari hasil pendataan dan pemilahan.

  • 52

    3. Pengkajian Keadaan Desa

    a. Tim Penyusun melakukan penyelarasan data desa: pengambilan

    data dari dokumen data desa.

    b. Tim Penyusun melakukan penyelarasan data desa: pengambilan

    data dari dokumen data desa.

    c. Tim Penyusun melakukan penyelarasan data desa: pembandingan

    data Desa dengan kondisi desa terkini.

    d. Tim Penyusun membuat laporan hasil penyelarasan data desa

    dengan format data desa dan menjadi lampiran laporan hasil

    pengkajian keadaan desa.

    e. Tim Penyusun melakukan penggalian gagasan masyarakat:

    musyawarah dusun.

    f. Tim Penyusun melakukan penggalian gagasan masyarakat:

    musyawarah khusus unsur masyarakat

    g. Tim Penyusun membuat laporan rekapitulasi usulan rencana

    kegiatan pembangunan desa berdasarkan penggalian gagasan

    masyarakat dengan format usulan rencana kegiatan dan menjadi

    lampiran laporan hasil pengkajian keadaan desa.

    h. Tim Penyusun membuat laporan hasil pengkajian keadaan desa.

    i. Tim Penyusun membuat berita acara laporan hasil pengkajian

    keadaan desa.

  • 53

    j. Tim Penyusun menyerahkan berita acara laporan hasil pengkajian

    keadaan desa kepada Kepala Desa.

    k. Kepala Desa menyampaikan laporan kepada Badan

    Permusyawaratan Desa dalam rangka penyusunan rencana

    pembangunan desa melalui musyawarah desa.

    4. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Desa

    a. BPD menyelenggarakan musyawarah desa berdasarkan laporan

    hasil pengkajian keadaan desa. Musyawarah Desa ini dilaksanakan

    terhitung sejak diterimanya laporan dari Kepala Desa.

    b. Musyawarah desa dilakukan dengan cara diskusi kelompok

    berdasarkan idang penyelenggaraan pemerintahan desa,

    pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan

    pemberdayaan masyarakat desa.

    c. BPD membuat berita acara tentang hasil kesepakatan dalam

    musyawarah desa. Hasil kesepakatan musyawarah desa ini menjadi

    pedoman bagi pemerintah desa dalam menyusun RPJM Desa.

    5. Penyusunan Rancangan RPJM Desa

    a. Tim Penyusun menyusun rancangan RPJM Desa berdasarkan

    berita acara hasil kesepakatan musyawarah desa. Rancangan RPJM

    Desa dituangkan dalam format rancangan RPJM Desa.

  • 54

    b. Tim Penyusun membuat berita acara tentang hasil penyusunan

    rancangan RPJM Desa yang dilampiri dokumen rancangan RPJM

    Desa.

    c. Tim Penyusun menyerahkan berita acara dan rancangan RPJM

    Desa kepada Kepala Desa.

    d. Kepala Desa memeriksa dokumen rancangan RPJM.

    e. Dalam hal Kepala Desa belum menyetujui rancangan RPJM Desa

    maka Tim Penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan

    berdasarkan arahan Kepala Desa.

    f. Dalam hal rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh Kepala Desa

    dilanjutkan dengan kegiatan musrenbang desa.

    6. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musrenbang Desa

    a. Kepala Desa menyelenggarakan musrenbang desa.

    b. Kepala Desa membuat berita acara tentang hasil kesepakatan

    musrenbang desa.

    7. Penetapan RPJM Desa

    a. Kepala Desa mengarahkan Tim Penyusun untuk melakukan

    perbaikan dokumen rancangan RPJM Desa apabila ada usulan dan

    perbaikan dari hasil kesepakatan musrenbang desa.

  • 55

    b. Kepala Desa menyusun rancangan peraturan Desa tentang RPJM

    Desa. Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan

    peraturan Desa tentang RPJM Desa.

    c. Rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa dibahas dan

    disepakati bersama oleh Kepala Desa dan BPD untuk ditetapkan

    menjadi Peraturan Desa.

    HALAMAN JUDULHALAMAN PERSETUJUANHALAMAN PERNYATAANHALAMAN PENGESAHANPERSEMBAHANMOTTOKATA PENGANTARDAFTAR ISISINOPSISBAB I PENDAHULUANA.Latar BelakangB.Rumusan MasalahC.Tujuan PenelitianD.Manfaat PenelitianE.KerangkaKonseptualF.Ruang LingkupG.Metode PenelitianH.Teknik AnalisisData

    BAB II PROFILDESADESA JOGOTIRTOA.Kondisi GeografisB.DemografiC.Potensi WisataDesaJogotirtoD.Susunan Organisasi Tata Kerja Pemerintah DesaJogotirto