Renstra.pdf

420
RENCANA STRATEGIS (MIDTERM REVIEW) LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 20/PRT/M/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 02/PRT/M/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2010 – 2014

Transcript of Renstra.pdf

  • iRENCANA STRATEGIS(MIDTERM REVIEW)

    LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 20/PRT/M/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 02/PRT/M/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2010 2014

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Peker-jaan Umum Tahun 2010 - 2014 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kementerian Pekerjaan Umum No. 02/PRT/M/2010. Selanjutnya Renstra tersebut mengalami perubahan yang ditetapkan melalui Pera-turan Menteri Pekerjaan Umum No. 23/PRT/M/2010 yang telah memuat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/ PRT/M/2010 tentang Peruba-

    han Permen PU No. 03/PRT/2010 tentang Indikator Kinerja Utama mengikuti ketentuan Permenkeu No.104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA K/L Tahun Anggaran 2011.

    Memasuki tahun ketiga pelaksanaan Renstra Kementerian, terjadi banyak perubahan lingkungan strategis dan konstelasi kebijakan termasuk adanya Direktif Presiden yang melengkapi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Selain itu berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Renstra sampai dengan tahun ketiga, terdapat kebutuhan untuk penajaman dan penyesuaian arah pembangunan 2 (dua) tahun tera-khir Renstra yaitu tahun 2013-2014 untuk mengakomodir kebutuhan new initiatives yang belum tercantum dalam Renstra Kementerian terdahulu.

    Penyesuaian prioritas dan kebijakan pembangunan juga membawa konsekuensi untuk menajamkan target 2 (dua) tahun untuk memenuhi target pembangunan yang hendak dicapai dalam 5 (lima) tahun.

    Dengan dilakukannya review Renstra Kementerian, rencana kinerja pencapaian out-come dan output diharapkan dapat mencapai kinerja yang lebih baik dan memenuhi as-pek akuntabilitas berlandaskan kepada sistem akuntansi dan barang milik negara, sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah serta sistem penganggaraan berbasis kinerja.

  • iii

    Selanjutnya seluruh Unit Organisasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum harus mengacu kepada dokumen review Renstra dimaksud terutama dalam penyusunan dokumen perencanaan dan pemograman serta pengganggaran masing-masing pro-gram Unit Kerja Eselon I dan kegiatan Unit Kerja Eselon II. Saya sebagai Menteri Pekerjaan Umum mengharapkan seluruh jajaran dapat menerapkan secara konsekuen keseluruhan sasaran program dan kegiatan. Mudah-mudahan dengan berlandaskan pada nilai-nilai organisasi dan motto pekerjaan umum, bertindak tepat, bergerak cepat dan bekerja keras, dalam upaya untuk menyediakan tingkat ketersediaan dan pelayanan infrastruk-tur pekerjaan umum dan permukiman yang andal dapat terwujud dalam mendukung tujuan pembangunan nasional yaitu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    MENTERI PEKERJAAN UMUM

    DJOKO KIRMANTO

  • iv

    TENTANG

    PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 02/PRT/M/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

    TAHUN 2010 2014

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 2014, Kementerian/Lembaga melaksanakan program dalam RPJM Nasional yang dituangkan dalam Rencana Strategis Kementerian/Lembaga

    b. bahwa berdasarkan ketentuan sebagaimana tercantum dalam huruf a, Menteri Pekerjaan Umum telah menetapkan Peraturan

    PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 20/PRT/M/2012

  • vMenteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 23/PRT/M/2010;

    c. bahwa dengan adanya perubahan lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap kebijakan pembangunan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tersebut perlu disesuaikan dan disempurnakan;

    d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 2014;

    Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833);

    2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

    3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

    4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

    5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

  • vi

    6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

    7. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

    8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

    9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

    10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

    11. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5252);

    12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang tata Cara pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

    13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

    14. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia

  • vii

    Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

    15. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178);

    16. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

    17. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014;

    18. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2013;

    19. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia;

    20. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) 2010 2014;

    21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2010 Tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2010;

    22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum;

    23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum sebagaimana telah

  • viii

    diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2011;

    24. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2010 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum;

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan: PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 02/PRT/M/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2010 2014.

    Pasal I

    Beberapa Ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 2014 diubah sebagai berikut:

    1. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 5

    Mengubah Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 23/PRT/M/2010, sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

  • ix

    2. Ketentuan dalam Lampiran diubah sehingga berbunyi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

    Pasal II

    Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

    Ditetapkan di Jakarta

    MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

    DJOKO KIRMANTO

    ttd

    pada tanggal 28 Desember 2012

    Asus SP_PustraTypewritten texttt

    Asus SP_PustraTypewritten textSalinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMKepala Biro Hukum

    Siti MartiniNIP. 195803311984122001

  • xKATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iiDAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xDAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xvDAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xvii

    BAB 1. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11.1. Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21.2. Mandat, Tugas, Fungsi Dan Kewenangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41.3. Peran Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Permukiman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 91.4. Standar Pelayanan Bidang PU Dan Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

    BAB 2. KONDISI, ISU DAN TANTANGAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 192.1. Kondisi Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20

    2.1.1. Penyelenggaraan Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 232.1.2. Pengelolaan Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 242.1.3. Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 282.1.4. Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman . . . . . . . . . . . . 29

    2.2. Evaluasi Pencapaian Sasaran 2010 - 2012 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 312.2.1. Penyelenggaraan Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 322.2.2. Pengelolaan Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 392.2.3. Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 452.2.4. Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman . . . . . . . . . . . . 502.2.5. Pembinaan Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 542.2.6. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 642.2.7. Pengawasan Internal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 702.2.8. Dukungan Manajemen Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan

    Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71

    DAFTAR ISI

  • xi

    DAFTAR ISI2.3. Isu dan Perubahan Lingkungan Strategis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77

    2.3.1. Isu Strategis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 772.3.1.1. Isu Strategis Penyelenggaraan Penataan ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . 772.3.1.2. Isu Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 782.3.1.3. Isu Strategis Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan . . . . . . . . . . . . . 792.3.1.4. Isu Strategis Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur

    Permukiman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 812.3.1.5. Isu Strategis Pembinaan Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 842.3.1.1. Isu Strategis Penelitian dan Pengembangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 862.3.1.1. Isu Strategis Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur 86

    2.3.1.1. Isu Strategis Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 87

    2.3.2. Perubahan Lingkungan Strategis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 882.3.2.1. Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

    Indonesia (MP3EI) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 882.3.2.2. Master Plan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia

    (MP3KI) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 892.3.2.3. Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat dan Nusa

    Tenggara Timur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 902.3.2.4. Peningkatan Ketahanan Pangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 902.3.2.5. Penanganan Transportasi Kota-kota Besar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 902.3.2.1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 912.3.2.1. Ekonomi Kreatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 91

    2.4. Tantangan yang dihadapi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 912.4.1. Penyelenggaraan Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 912.4.2. Pengelolaan Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 922.4.3. Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 942.4.4. Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman . . . . . . . . . . . . 962.4.5. Pembinaan Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 982.4.6. Penelitian dan Pengembangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100

  • xii

    2.4.7. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur . . . . . . . . . . . . . . . . 1022.4.8. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya . . . . . . . . 102

    BAB 3. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1053.1. Visi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1063.2. Misi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 107

    3.2.1. Misi Kelembagaan Kementerian PU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1083.2.2. Nilai-nilai Kementerian PU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 109

    3.3. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1113.4. Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 112

    3.4.1. Sasaran Kementerian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1123.4.2. Sasaran Strategis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 113

    BAB 4. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1194.1. Arahan Jangka Panjang Dan Tahapan Kedua RPJPN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1204.2. Arahan Kebijakan Nasional 2010 - 2014 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 123

    4.2.1. Misi Pemerintah Tahun 2010 - 2014 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1234.2.2. Kebijakan Pengarusutamaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1244.2.3. Arah Kebijakan Umum dan Prioritas Pembangunan Nasional . . . . . . . . . . 1264.2.4. Arah dan Kebijakan Pembangunan Kewilayahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 130

    4.3. Kebijakan Umum dan Strategi Pembangunan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 131

    4.4. Kebijakan Baru/Khusus Dalam RKP 2010 - 2012 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1344.4.1. Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

    Indonesia (MP3EI) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1354.4.2. Master Plan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia

    (MP3KI) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1384.4.3. Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara

    Timur . . . . . . . . . . 1394.4.4. Peningkatan Ketahanan Pangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 140

  • xiii

    4.4.5. Penanganan Transportasi Kota-kota Besar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1414.4.6. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1414.4.7. Ekonomi Kreatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 142

    4.5. Kebijakan Operasional Penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan Ruang 144

    4.5.1. Kebijakan Penyelenggaraan Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1444.5.2. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1454.5.3. Kebijakan Penyelenggaraan Jalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1484.5.4. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman 149

    4.5.5. Kebijakan Pembinaan Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1524.5.6. Kebijakan Penelitian dan Pengembangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1544.5.7. Kebijakan Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur . . . . . . 1554.5.8. Kebijakan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

    Lainnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1554.6. Strategi Operasional Penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan Ruang . . . . 156

    4.6.1. Strategi Pembangunan Berkelanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1564.6.2. Strategi Pengembangan Wilayah, Integrasi Sektor Ke-PU-an, dan Lintas

    Sektor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 160

    4.6.3. Strategi Sinergi Pusat - Daerah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 164

    4.6.4. Strategi Peningkatan Tata Kelola Yang Baik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 167

    4.6.5. Strategi Pengawasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 168

    4.6.6. Strategi Pengembangan IPTEK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 168

    4.6.7. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 169

    4.6.8. Strategi Pembinaan Jasa Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 172

    4.6.9. Strategi Pengarusutamaan Jender . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 175

    4.6.10. Strategi Pembiayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 176

    BAB 5. PROGRAM, KEGIATAN DAN PENDANAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1915.1. Program Dan Kegiatan 2010 2014 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 192

    5.1.1. Program Penyelenggaraan Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 200

  • xiv

    5.1.2. Program Pengelolaan Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2015.1.3. Program Penyelenggaraan Jalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2025.1.4. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman . . 2045.1.5. Program Pembinaan Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2055.1.6. Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU . . . . . . . . . . . . . 2055.1.7. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabiilitas Aparatur

    Kementerian Pekerjaan Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2065.1.8. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

    Lainnya Kementerian Pekerjaan Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2065.1.9. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU 207

    5.2. Pendanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2085.2.1. Prediksi Pendanaan Awal Tahun Perencanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2095.2.2. Realisasi Pendanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 210

    5.3. Indikator Kinerja Utama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2165.4. Output Kegiatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 216

    BAB 6. PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 219

    LAMPIRAN 1: TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang . . . . . 223LAMPIRAN 2: MP3EI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 243LAMPIRAN 3: Indikator Kinerja Utama (IKU) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 269LAMPIRAN 4: Matriks Program dan Kegiatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 277

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Indikator, Acuan Dasar, Eksisting dan target Pencapaian MDGs dan IPM 29

    Tabel 2.2. RPIIJM Pulau dan KSN Perkotaan Yang Telah Diselesaikan . . . . . . . . . . . . . . 35Tabel 2.3. Pencapaian IKU Ditjen Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36Tabel 2.4. Pencapaian Output Utama Ditjen Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37Tabel 2.5. Pencapaian IKU Ditjen Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41Tabel 2.6. Pencapaian Output Utama Ditjen Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42Tabel 2.7. Kondisi Jalan Nasional (20052012) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46Tabel 2.8. Pencapaian IKU Ditjen Bina Marga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47Tabel 2.9. Pencapaian Output Utama Ditjen Bina Marga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48Tabel 2.10. Pencapaian IKU Ditjen Cipta Karya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52Tabel 2.11. Pencapaian Output Utama Ditjen Cipta Karya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53Tabel 2.12. Pencapaian IKU Badan Pembinaan Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56Tabel 2.13. Pencapaian Kinerja Output Utama Badan Pembinaan Konstruksi . . . . . . . 57Tabel 2.14. Pencapaian IKU Badan Penelitian dan Pengembangan . . . . . . . . . . . . . . . . 65Tabel 2.15. Pencapaian Output Utama Badan Penelitian Dan Pengembangan . . . . 66Tabel 2.16. Pencapaian IKU Inspektorat Jenderal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70Tabel 2.17. Pencapaian Output Utama Inspektorat Jenderal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71Tabel 2.18. Pencapaian IKU Kesekretariatan Kementerian Pekerjaan Umum . . . . . . . . 72Tabel 2.19. Pencapaian Output Utama Sekretariat Jenderal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 74Tabel 4.1. Prioritas dan Tahapan Dalam RPJPN Terkait Bidang PU dan Penataan

    Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 121Tabel 4.2. Rencana Pembangunan Jalan Tol Tahun 2010 - 2014 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 181Tabel 4.3. Rencana Proyek KPS Air Minum Tahun 2010 - 2016 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 184Tabel 4.4. Daftar Rencana Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam

    Penyediaan Infrastruktur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 185Tabel 5.1. Prediksi PDB dan Kebutuhan Investasi Pembangunan Infrastruktur

    Pekerjaan Umum dan Permukiman tahun 2010-2014 (Triliun Rp.) . . . . . . . . . 208

  • xvi

    DAFTAR GAMBARTabel 5.2. Skenario Pendanaan Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014

    (dalam Triliun Rupiah) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 210Tabel 5.3. Sandingan Skenario Pendanaan Per Unit Kerja Tahun 2010-2014 (dalam

    Triliun Rupiah) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 211Tabel 5.4. Kebutuhan Pendanaan Pembangunan Tahun 2010-2014 Kementerian

    PU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 212

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU Nomor 25 Tahun 2004) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

    Gambar 1.2. Peran Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman Dalam Pembangunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

    Gambar 1.3. Pendekatan Umum Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

    Gambar 2.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia (BPS, 2012) . . 21Gambar 2.2. Kondisi Jaringan Irigasi Berdasarkan Kewenangan . . . . . . . . . . . . . . . . 26Gambar 2.3. Gambaran Indeks Penanaman (IP) dan Produktivitas Pertanian . . . 27Gambar 4.1. Triple Track Strategy Plus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 132Gambar 4.2. Fokus Pembangunan Infrastruktur PU dan Permukiman . . . . . . . . . . . . 134Gambar 4.3. Kedudukan MP3EI Dalam Kebijakan Pembangunan Nasional . . . . . 135Gambar 4.4. Strategi Pengembangan Konektivitas dalam MP3EI . . . . . . . . . . . . . . . 136Gambar 4.5. Konektivitas Terintegrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 137Gambar 4.6. Pola Pemberdayaan Masyarakat Sub Bidang Keciptakaryaan . . . 171Gambar 4.7. Model OP Partisipatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 172Gambar 5.1. Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana SDA Sebagai

    Bagian Program 5 Tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 195Gambar 5.2. Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana Jalan Sebagai

    Bagian Program 5 Tahun (1) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 196Gambar 5.3. Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana Jalan Sebagai

    Bagian Program 5 Tahun (2) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 197Gambar 5.4. Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana Jalan Sebagai

    Bagian Program 5 Tahun (3) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 198Gambar 5.5. Target Program Strategis Sub Bidang Infrastruktur Permukiman

    Sebagai Bagian Program 5 Tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 199

  • 1BAB

    PENDAHULUAN

  • BAB 1 - PENDAHULUAN2

    1.1. UMUM

    Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) 2010-2014 disusun berdasarkan amanat Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) serta Undang-Undang Nomor 27 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Renstra kementerian tersebut merupakan dokumen perencanaan kementerian untuk periode 5 (lima) tahun yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan bersifat indikatif (lihat Gambar 1.1).

    RPJPNasional

    RPJMNasional RKP

    RenjaKL

    RAPBN

    RKAKL

    APBN

    Rincian APBN

    Renstra/Review

    Renstra K/L

    UU SPPN

    Pedoman Pedoman

    PedomanPedoman

    Pedoman

    Dijabarkan

    UU Keuangan Negara

    Gambar 1.1 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU Nomor 25 Tahun 2004)

    BAB 1PENDAHULUAN

  • BAB 1 - PENDAHULUAN 3

    Renstra kementerian merupakan acuan dalam Perencanaan, Pemograman dan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) untuk penyusunan dokumen Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (RENJA K/L) dan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA K/L). Selanjutnya Renstra juga merupakan salah satu komponen dalam sistem manajemen kinerja yang merupakan siklus perencanaan, pemograman, penganggaran, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, sehingga penyusunan Renstra juga harus berlandaskan pada ketentuan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

    Renstra Kementerian PU 20102014 juga disusun berlandaskan pada tugas dan fungsi kementerian, amanat undang-undang sektor ke-PU-an, juga berlandaskan pada pemetaan kondisi lingkungan strategis, tantangan yang terus berkembang, dan isu-isu strategis yang harus diakomodir serta mengacu pada arah kebijakan dan strategi yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 20102014 maupun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 20052025. Susunan Renstra 20102014 meliputi pemaparan tentang: (i) mandat, tugas, fungsi dan kewenangan; (ii) kondisi, isu dan tantangan penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang; (iii) visi, misi, tujuan dan sasaran Kementerian PU; (iv) arah kebijakan dan strategi penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang; (v) program dan kegiatan serta skenario pendanaannya. Renstra ini dalam pelaksanaannya akan digunakan sebagai acuan perencanaan, pemograman, penganggaran tahunan dan evaluasi pelaksanaan/pencapaian sasaran pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman.

  • BAB 1 - PENDAHULUAN4

    Dalam paruh waktu pelaksanaannya yaitu antara 2010-2014, dipandang perlu untuk melakukan review mengingat adanya dinamika perubahan lingkungan strategis, direktif presiden terkait dengan MP3EI maupun kebijakan baru dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (pro growth), penanggulangan kemiskinan (pro poor), penciptaan lapangan kerja (pro jobs) serta upaya mempertahankan daya dukung lingkungan (pro green) terkait dampak perubahan iklim/pemanasan global. Disamping itu upaya untuk meningkatkan kinerja/produktivitas organisasi harus terus ditingkatkan sejalan dengan upaya reformasi birokrasi.

    Dalam dokumen hasil Review Renstra tersebut memuat tambahan materi berupa evaluasi target capaian sampai dengan tahun 2012 serta perubahan target-target dalam rangka mengakomodir isu-isu dan perubahan lingkungan strategis lainnya sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya dokumen hasil Review Renstra tersebut menjadi acuan dalam penyusunan Renstra masing-masing unit dan penyusunan RENJA K/L dan RKA K/L di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2014.

    1.2. MANDAT, TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN

    Memasuki tahap kedua pelaksanaan pembangunan jangka panjang (20102014), tatanan Kementerian/Lembaga telah memiliki landasan hukum yang kuat dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara (beserta perubahannya dalam Perpres Nomor 91 Tahun 2011) serta Perpres Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara (beserta perubahannya dalam Perpres Nomor 92 Tahun 2011). Sesuai Undang-Undang tersebut, Kementerian PU termasuk dalam kelompok kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    Adapun tugas Kementerian PU sesuai dengan Perpres Nomor 24 Tahun 2010 adalah menyelenggarakan urusan di bidang pekerjaan umum dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Sedangkan fungsi Kementerian PU dalam Perpres tersebut adalah: (i) perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pekerjaan umum; (ii) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian PU; (iii) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian PU; (iv) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian PU di daerah; dan (v) pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Bidang pekerjaan umum yang dimaksud berdasarkan perpres di atas mencakup: bidang penataan ruang, bidang sumber daya air, bidang bina marga, bidang cipta karya, bidang pembinaan konstruksi, serta penelitian dan pengembangan.

  • BAB 1 - PENDAHULUAN 5

    Fungsi sebagaimana disebutkan di atas ti-dak terlepas dari Undang-Undang sektor ke-PU-an yang meliputi: (i) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, (ii) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, (iii) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, (iv) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, (v) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, (vi) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, serta (vii) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Adapun fokus dari masing-masing undang-undang sektor ke-PU-an tersebut adalah (i) Penyelenggaraan Penataan Ruang yang menitikberatkan pada dukungan pembangunan berkelanjutan berbasis penataan ruang, (ii) Pengelolaan Sumber Daya Air yang menitikberatkan pada ketahanan pangan, ketahanan air (konservasi dan penyediaan air baku), dan pengendalian daya rusak air, (iii) Penyelenggaraan Jalan yang menitikberatkan pada peningkatan konektivitas serta kelancaran arus orang dan barang, (iv) Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman yang menitikberatkan pada peningkatan pelayanan dasar masyarakat dalam rangka pencapaian target MDGs, penanggulangan kemiskinan (pemberdayaan masyarakat/PNPM), serta peningkatan tertib penyelenggaraan bangunan gedung dan penataan lingkungan, serta (v) Pembinaan Konstruksi yang menitikberatkan pada peningkatan kapasitas dan kinerja pembina jasa konstruksi pusat dan daerah.

  • BAB 1 - PENDAHULUAN6

    Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, mandat yang diberikan kepada Kementerian PU terbagi ke dalam 2 (dua) bidang utama, yaitu bidang PU dan bidang penataan ruang. Bidang PU meliputi sub bidang sumber daya air, sub bidang jalan, sub bidang persampahan, sub bidang drainase, sub bidang air minum, sub bidang air limbah, sub bidang bangunan gedung dan lingkungan, sub bidang permukiman, sub bidang perkotaan dan perdesaan dan sub bidang jasa konstruksi.

    Peraturan perundang-undangan tersebut menyatakan bahwa Bidang PU dan Penataan Ruang adalah salah satu urusan pemerintahan yang bersifat concurrent atau dilaksanakan bersama oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Kewenangan penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan Ruang sebagian berada di tingkat Pemerintah dan sebagian telah menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Kementerian Pekerjaan Umum, dalam periode 2010-2014, akan menangani keseluruhan aspek penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman, yaitu: aspek pengaturan, pembinaan, pengembangan/pelaksanaan, dan pengawasan (TURBINBANG/

  • BAB 1 - PENDAHULUAN 7

    LAKWAS) yang merupakan kewenangan pemerintah. Untuk penyelenggaraan kewenangan Kementerian PU terdapat beberapa urusan tertentu, antara lain: urusan yang dilaksanakan sendiri, urusan yang sebagian dapat didekonsentrasikan untuk kegiatan yang bersifat non fisik ataupun urusan yang dapat ditugaspembantuankan (TP) untuk kegiatan yang bersifat fisik, khususnya untuk sub bidang Sumber Daya Air, sub bidang Bina Marga dan bidang Penataan Ruang. Khusus sub bidang terkait ke-CiptaKarya-an, pada prinsipnya hampir semua lingkup tugas pelaksanaan merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

    Berdasarkan PP 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat melaksanakan tugas-tugas TURBINWAS dan yang bersifat concurrent atas permintaan daerah dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional dan Standar Pelayanan Minimum (SPM) serta hal-hal yang bersifat strategis nasional lainnya. Adapun kewenangan pemerintah pusat dalam melakukan TURBINBANG/LAKWAS antara lain:

    1. Bidang Penataan Ruang

    Pengaturan (penetapan peraturan perundang-undangan, NSPK, penataan ruang perairan a. di luar 12 (dua belas) mil dari garis pantai, SPM);Pembinaan (koordinasi penyelenggaraan penataan ruang pada semua tingkatan wilayah, a. Sosialisasi NSPK dan SPM);Pelaksanaan (perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan b. ruang); danPengawasan dan pengendalian (pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di c. wilayah nasional, propinsi, dan kabupaten/kota).

    2. Sub Bidang Sumber Daya Air

    Pengaturan (penetapan kebijakan nasional SDA, pola dan rencana pengelolaan SDA, a. NSPK, penetapan wilayah sungai, dan penetapan status daerah irigasi);Pembinaan (penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan b. dan pengusahaan SDA wilayah sungai lintas provinsi/negara/strategis nasional);Pembangunan/pengelolaan (konservasi dan pendayagunaan SDA wilayah sungai c. lintas provinsi/negara/strategis nasional, pengendalian daya rusak air, pembangunan/ peningkatan/OP sistem irigasi, bangunan air disungai, danau dan pantai); danPengawasan dan pengendalian (pengawasan pengelolaan sumber daya air pada wilayah d. sungai lintas provinsi/negara/strategis nasional).

  • BAB 1 - PENDAHULUAN8

    3. Sub Bidang Bina Marga

    Pengaturan (pengaturan jalan secara umum, pengaturan jalan nasional, pengaturan jalan a. tol);Pembinaan (pembinaan jalan secara umum dan jalan nasional, pengembangan teknologi b. terapan untuk jalan kabupaten/kota, penyusunan pedoman dan NSPK jalan tol);Pembangunan/pengelolaan (Pembangunan jalan nasional, pengusahaan jalan tol); danc. Pengawasan dan pengendalian (pengawasan jalan secara umum, pengawasan jalan d. nasional, pengawasan jalan tol).

    4. Sub Bidang Cipta Karya (Perkotaan dan Perdesaan, Air Minum, Air Limbah, Persampahan, Drainase, Permukiman, Bangunan Gedung dan Lingkungan)

    Pengaturan (penetapan kebijakan dan strategi nasional, penetapan NSPK dan SPM);a. Pembinaan (fasilitasi bantuan teknis untuk peningkatan kapasitas teknik dan manajemen b. penyelenggara);Pembangunan/pengelolaan (fasilitasi perencanaan program dan pembiayaan c. pembangunan jangka panjang dan menengah, fasilitasi kerjasama/kemitraan, fasilitasi bantuan teknis terkait dengan kegiatan pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan infrastruktur permukiman); danPengawasan dan pengendalian (pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK, d. pengawasan dan pengendalian program pembangunan dan pengelolaan).

    5. Sub Bidang Jasa Konstruksi

    Pengaturan (penetapan dan penerapan kebijakan nasional pengembangan a. penyelenggaraan konstruksi, serta kebijakan pengembangan SDM bidang konstruksi).Pemberdayaan (pemberdayaan LPJKN serta asosiasi badan usaha dan profesi tingkat b. nasional, perintisan/model penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi).Pengawasan (pengawasan LPJKN serta asosiasi badan usaha dan profesi tingkat nasional; c. pengawasan guna tertib penyelenggaraan dan pemanfaatan pekerjaan konstruksi).

    Selanjutnya, penjelasan secara lengkap mengenai kewenangan pemerintah dalam melakukan TURBINBANG/LAKWAS terkait dengan penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan Ruang dapat dilihat dalam Lampiran 1.

  • BAB 1 - PENDAHULUAN 9

    1.3. PERAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERMUKIMAN

    Peran dan fungsi Kementerian PU adalah mewujudkan pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman (PU-KIM) berbasiskan penataan ruang sebagaimana telah diamanatkan dalam undang-undang sektor yang mencakup (lihat Gambar 1.2):

    Infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) berperan dalam penyediaan dan pengelolaan air a. baku untuk keperluan domestik (rumah tangga), perkotaan, industri dan pertanian untuk mendukung ketahanan pangan yang merupakan bagian dari pelaksanaan konservasi SDA, pendayagunaan SDA dan pengendalian daya rusak air;

    Infrastruktur Jalan dan Jembatan berperan untuk mendukung distribusi lalu-lintas barang dan b. manusia maupun sebagai pembentuk struktur ruang wilayah; dan

    Infrastruktur Permukiman berperan dalam menyediakan pelayanan air minum dan sanitasi c. lingkungan, infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaaan, revitalisasi kawasan serta pengembangan kawasan agropolitan/minapolitan.

    BASIS PENATAAN RUANG

    PEMBENTUK STRUKTUR RUANG

    INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

    INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR

    INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN

    PENYEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEPERLUAN

    DOMESTIK, INDUSTRI, PERTANIAN DALAM

    MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

    PELAYANAN AIR MINUM DAN SANITASI

    PERKOTAAN DAN PERDESAAN

    Gambar 1.2. Peran Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman Dalam Pembangunan

  • BAB 1 - PENDAHULUAN10

    Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman mempunyai peran vital dalam mewujudkan pemenuhan Hak Dasar Rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Infrastruktur merupakan modal sosial masyarakat yang memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, memperkuat ketahanan pangan, energi dan air dan peningkatan daya saing di dunia internasional. Pembangunan infrastruktur mempunyai manfaat langsung untuk mendukung peningkatan kualitas taraf hidup masyarakat, kualitas lingkungan dan pengembangan wilayah.

    Ketersediaan dan tingkat pelayanan infrastruktur yang baik merupakan prasyarat agar berbagai aktivitas masyarakat dapat berlangsung dengan lebih baik dan meningkatkan kemampuan berproduksi masyarakat. Pembangunan infrastruktur PU-KIM akan mendukung produktivitas sektor ekonomi melalui efek berganda (multiplier effects) dan kelancaran kegiatan sektor pembangunan lainnya antara lain sektor pertanian, industri, perhubungan, kelautan dan perikanan. Pembangunan infrastruktur ditinjau dari sektor konstruksi akan menciptakan kesempatan kerja dan usaha bagi tenaga kerja produktif sehingga akan mengurangi pengangguran.

    Pembangunan infrastruktur atau sarana dan prasarana akan mendukung pertumbuhan ekonomi sektor riil suatu wilayah dan pembuka daerah terisolasi sehingga dapat mengatasi persoalan kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan, antar kawasan maupun antar wilayah. Pembangunan infrastuktur berbasis pengembangan wilayah yang merata dan seimbang diharapkan mampu mengurangi

  • BAB 1 - PENDAHULUAN 11

    ketimpangan pembangunan antar wilayah sebagaimana masih terjadi hingga saat ini, mampu mengurangi tekanan imigrasi dari desa ke kota yang menjadi sumber penyebab terjadinya berbagai pemekaran wilayah (urban sprawl) terutama di kota-kota metropolitan dan besar, serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga dapat memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan antar wilayah/daerah di Indonesia.

    Pembangunan infrastruktur PU-KIM yang berwawasan lingkungan mempunyai peran untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan mempertahankan daya dukung lingkungan melalui adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, konservasi daerah aliran sungai, pembangunan konstruksi ramah lingkungan dan peningkatan kualitas permukiman serta pembangunan berbasis kemitraaan dan pemberdayaan masyakat untuk meningkatkan kesadaran kelestarian lingkungan hidup.

    Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman perlu dilaksanakan dengan pendekatan strategis nasional, dalam hal ini triple track strategy plus yaitu: (i) pro growth (meningkatkan pertumbuhan ekonomi); (ii) pro poor (menurunkan angka kemiskinan); (iii) pro job (meningkatkan kesempatan kerja); dan (iv) pro green/environment (meningkatkan kualitas lingkungan) dalam rangka memperkokoh terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia

  • BAB 1 - PENDAHULUAN12

    (NKRI).

    Oleh karenanya, pembangunan infrastruktur harus benar-benar dirancang dan diimplementasikan secara sistematis dan matang sesuai kondisi dan potensi ekonomi dan sosial serta tingkat kebutuhan dan perkembangan suatu wilayah. Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman juga harus selaras dan bersinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta dengan sektor-sektor lainnya, yang pada gilirannya akan menjadi modal penting dalam mewujudkan berbagai tujuan dan sasaran pembangunan nasional.

    Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman harus diselenggarakan secara berkualitas supaya mampu menciptakan outcome yang berkelanjutan dan membuka peluang untuk mendapatkan keuntungan ekonomi (economic gains), menghadirkan keuntungan sosial (social benefits), meningkatkan layanan publik (public services), serta meningkatkan partisipasi politik (political participation) disegenap lapisan masyarakat hingga mampu mendukung pengembangan wilayah dalam rangka perwujudan dan pemantapan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya pendekatan umum pembangunan infrastruktur PU dan permukiman dapat dilihat pada Gambar 1.3.

  • BAB 1 - PENDAHULUAN 13

    Gambar 1.3 Pendekatan Umum Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman.

    1.4. STANDAR PELAYANAN BIDANG PU DAN PENATAAN RUANG

    Pada hakikatnya, Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang tidak hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Pekerjaan Umum semata, namun juga menjadi tanggung jawab stakeholders lainnya, dalam hal ini pemerintah daerah. Kementerian PU berkewajiban melakukan pembinaan kepada seluruh stakeholders maupun mitranya agar tujuan dan sasaran pembangunan maupun amanat undang-undang dapat dicapai.

    Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah/PP Nomor 65 Tahuan 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM), Kementerian PU diamanatkan untuk menyusun SPM bidang pekerjaan umum pada level kabupaten/kota. Hal ini menjadi indikasi penting bahwa, SPM merupakan kebutuhan yang paling mendasar dan mutlak dipenuhi oleh pemerintah guna memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan masyarakat dalam konteks pengembangan wilayah. Adapun secara lebih rinci, PP tersebut kemudian dijabarkan dalam

  • BAB 1 - PENDAHULUAN14

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Permen ini mengatur bagaimana pemerintah pusat memberdayakan pemerintah daerah agar dapat mewujudkan SPM bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang menjadi kewajiban pemerintah daerah. Infrastruktur PU-KIM yang terbangun harus memadai sesuai dengan standar yang disyaratkan agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Hal ini telah menjadi prioritas utama dalam RPJPN untuk RPJM tahap II (20102014), dimana untuk bidang pekerjaan umum dan penataan ruang dinyatakan agar kualitas pelayanan publik lebih murah, cepat, transparan dan akuntabel semakin meningkat. Peningkatan tersebut ditandai dengan terpenuhinya standar pelayanan minimum (SPM) di semua tingkatan pemerintahan.

    SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang memuat jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Jenis pelayanan dasar SPM bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ini meliputi:

    Bidang Penataan Ruang, dengan indikator: 1. (i) Ketersediaan informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital, (ii) Terlaksananya penjaringan aspirasi masyarakat melalui forum konsultasi publik yang memenuhi syarat inklusif dalam proses penyusunan RTR dan program pemanfaatan ruang, yang dilakukan minimal 2 (dua) kali setiap disusunnya RTR dan program pemanfaatan ruang, (iii) Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan izin pemanfaatan ruang sesuai dengan Peraturan Daerah tentang RTR wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya, (iv) Terlaksanakannya tindakan awal terhadap pengaduan masyarakat tentang pelanggaran di bidang penataan ruang, dalam waktu 5 (lima) hari kerja, (v)Ketersediaan luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan;

  • BAB 1 - PENDAHULUAN 15

    Sub Bidang Sumber Daya Air, dengan indikator: (i) Ketersediaan air baku untuk memenuhi 2. kebutuhan pokok minimal sehari hari, dan (ii)Ketersediaan air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada;

    Sub Bidang Jalan, dengan indikator: (i) Aksesiblitas, ketersediaan jalan yang menghubungkan 3. pusat-pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota, (ii) Mobilitas, ketersediaan jalan yang memudahkan masyarakat perindividu melakukan perjalanan, (iii) Keselamatan, ketersediaan jalan yang menjamin pengguna jalan berkendara dengan selamat, (iv) Kondisi jalan, ketersediaan jalan yang menjamin kendaraan dapat berjalan dengan selamat dan nyaman, dan (v) Kecepatan, ketersediaan jalan yang menjamin perjalanan dapat dilakukan sesuai dengan kecepatan rencana;

    Sub Bidang Cipta Karya, meliputi:4.

    Air minum, dengan indikator: Ketersediaan akses air minum yang aman melalui Sistem a. Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/ hari;

    Air limbah permukiman, dengan indikator: (i) Ketersediaan sistem air limbah setempat yang b. memadai, dan (ii) Ketersediaan sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota;

    Pengelolaan sampah, dengan indikator: (i) Ketersediaan fasilitas pengurangan sampah di c. perkotaan, (ii) Ketersediaan sistem penanganan sampah di perkotaan, dan (iii)Ketersediaan sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun.

    Penanganan permukiman kumuh perkotaan, dengan indikator: Berkurangnya luasan d. permukiman kumuh di kawasan perkotaan.

    Penataan bangunan dan lingkungan, dengan indikator: (i) Izin mendirikan bangunan (IMB), e. terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota, dan (ii) Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN), ketersediaan pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara di kabupaten/kota;

    Sub Bidang Jasa konstruksi, dengan indikator: (i) Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK), penerbitan 5. IUJK dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah persyaratan lengkap, dan (ii) Sistem Informasi Jasa Konstruksi, ketersediaan Sistem Informasi Jasa Konstruksi setiap tahun.

    Ketersediaan dan tingkat pelayanan seluruh infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang diberikan kepada masyarakat harus dalam kondisi yang baik dan layak. Kondisi yang baik adalah kondisi dimana infrastruktur yang telah tersedia berfungsi sesuai peruntukan dan standar yang telah ditetapkan. Sedangkan kondisi layak adalah suatu kondisi dimana masyarakat mendapatkan pelayanan infrastruktur sesuai standar pelayanan minimal. Syarat agar kondisi tersebut dapat tercapai salah satunya adalah masyarakat harus menempati ruang yang tertata secara serasi dan memiliki akses terhadap pelayanan infrastruktur yang meliputi akses jalan/transportasi darat, akses

  • BAB 1 - PENDAHULUAN16

    terhadap sumber air, baik air bersih maupun air baku, serta akses pelayanan kepada prasarana dan sarana perumahan dan permukiman yang layak, termasuk terlindungi dari resiko bencana alam seperti banjir dan kekeringan.

    Dalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya, Kementerian Pekerjaan Umum dari waktu kewaktu harus selalu meningkatkan kualitas pelayanan terutama yang terkait dengan pelayanan publik. Wujud dari peningkatan kualitas pelayanan publik tersebut adalah dengan pelaksanakan reformasi birokrasi melalui 9 (sembilan) program yang salah satunya adalah program peningkatan kualitas pelayanan publik. Kriteria dan ukuran keberhasilan pelaksanaan program reformasi birokrasi tersebut termuat di dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 20102025 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 20102014.

  • BAB 1 - PENDAHULUAN 17

    Dalam Road Map Reformasi Birokrasi (RB) PU, agenda prioritas pertama adalah peningkatan kualitas pelayanan publik dimana target yang ingin dicapai adalah penerapan standar pelayanan publik, penguatan unit organisasi yang menangani pelayanan publik, peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik serta meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan permu-kiman. Mengakomodasi peningkatan kualitas pelayanan publik tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum sebagaimana kementerian lainnya melaksanakan Permen PAN dan RB Nomor 01 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB), dimana proses pelaksanaan Reformasi Birokrasi akan dipaparkan secara online dalam rangka peningkatan kualitas organisasi pelayanan publik dimasa depan. Hal ini secara umum telah diimplementasikan oleh banyak organisasi pelayanan publik di dunia, terutama Eropa, sebagaimana yang dikenal dengan Common Assessment Framework (CAF).

  • 2BAB

    KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN20

    BAB 2KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

    2.1. KONDISI UMUM

    Selama kurun waktu 2010 hingga 2012, Indonesia telah mengalami berbagai peningkatan kondisi pembangunan nasional kearah yang lebih demokratis, aman, tertib, adil, damai dan sejahtera. Hal ini menjadi cerminan bahwa pengelolaan pembangunan nasional dengan strategi pro growth, pro jobs, dan pro poor, yang dilakukan oleh pemerintah selama ini sebagian besar telah memberi hasil sesuai dengan apa yang diinginkan. Apabila ditinjau dari aspek ekonomi, kesesuaian hasil tersebut ditunjukan dengan tercapainya angka pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4-6,7% (BPS, 2012). Pertumbuhan tersebut diantaranya didorong oleh meningkatnya permintaan domestik khususnya yang terkait dengan konsumsi rumah tangga dan investasi (BPS, 2012). Kemajuan tersebut juga terpapar dalam capaian hasil yang dikeluarkan oleh Global Competitiveness Report 2011-2012, dimana tahap pembangunan Indonesia telah beralih dari factor driven (tahap 1) menjadi efficiency driven (tahap 2). Hal ini memberi arti bahwa perekonomian Indonesia saat ini telah digiring oleh efisiensi dari penggunaan berbagai faktor produksi. Disamping itu, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi juga berdampak pada meningkatnya peringkat investasi Indonesia menjadi BBB- sebagaimana yang dilakukan oleh lembaga pemeringkatan dunia Fitch Ratings. Hal ini menjadikan Indonesia dipandang mampu menarik investor asing secara besar-besaran.

    Adapun secara multiplier, sebagaimana dijelaskan dalam RPJMN 2010-2014, hasil dari pembangunan nasional tersebut berimbas secara tidak langsung terhadap penurunan persentase tingkat kemiskinan. Data BPS pada tahun 2012 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan tingkat kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan dari 14,15% tahun 2009 menjadi 11,66% pada tahun 2012.

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 21

    Gambar 2. 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia (BPS, 2012)

    Keberhasilan penanggulangan kemiskinan didorong oleh pelaksanaan program-program pemerintah dari berbagai kementerian/lembaga (K/L), berupa program intervensi, yang merupakan bagian dari pemenuhan hak dasar rakyat yang terus dilakukan untuk memberikan akses yang lebih luas kepada kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah agar dapat menikmati lajunya percepatan pertumbuhan ekonomi. Beberapa program pemerintah yang dapat ditempuh, antara lain: Pertama, subsidi (seperti subsidi pangan, pupuk, benih, dan kredit program) serta dalam bentuk bentuk bantuan sosial (Bansos), seperti Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Bantuan Operasi Sekolah (BOS), dan Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini dilaksanakan untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar yang tidak atau belum mampu dipenuhi oleh kemampuan sendiri. Disamping itu, telah dialokasikan juga anggaran berupa bantuan langsung masyarakat sebagai bagian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri, dan dana penjaminan kredit/pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dan koperasi melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kedua, mempermudah dan memperluas kesempatan usaha dengan menghilangkan berbagai pungutan yang muncul diberbagai daerah akibat eforia reformasi dan desentralisasi yang telah banyak membebani usaha mikro, kecil dan menengah. Berbagai upaya telah ditempuh untuk memperbaiki iklim berusaha ini, salah satunya adalah dengan melakukan amandemen UU Pajak dan Retribusi Daerah untuk mendisiplinkan pemerintah daerah dalam menetapkan pungutan baru dengan tidak menghilangkan semangat desentralisasi fiskal. Langkah lainnya, ditempuh dengan menerbitkan Inpres No. 6/2007 dan Inpres

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN22

    No. 5/2008 yang memuat program aksi yang kongkrit dalam memperbaiki iklim berusaha bagi UMKM.

    Sementara itu, terkait dengan apek lingkungan, pemerintah tengah berupaya agar setiap pembangunan dapat terjaga kelestarian lingkungan disekitarnya. Hingga saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara Asia yang paling rentan terhadap bahaya perubahan iklim. Kekeringan, banjir, kenaikan permukaan laut, dan longsor merupakan bahaya yang akan berdampak pada masyarakat miskin yang tinggal di pesisir pantai dan bergantung pada pertanian, perikanan dan kehutanan sebagai sumber penghasilan mereka. Oleh karena itu, Indonesia perlu melakukan tindakan yang tepat dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Saat ini dengan adanya berbagai degradasi lingkungan di Indonesia telah menimbulkan biaya yang sangat tinggi yang tentunya akan berdampak langsung pada beban pembangunan, sehingga upaya aktif perlu dilakukan untuk mendukung kelestarian lingkungan. Adapun upaya tersebut diantaranya adalah dengan mengintegrasikan isu lingkungan pada setiap perumusan kebijakan.

    Dalam upaya mendukung kondisi tersebut di atas, Kementerian PU melalui tugas dan fungsi utamanya yaitu melaksanakan penyediaan infrastruktur PU dan Permukiman, pada kurun waktu 2010-2012, telah melaksanakan berbagai kegiatan untuk mendukung prioritas pembangunan nasional. Adapun kegiatan tersebut secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut.

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 23

    2.1.1. Penyelenggaraan Penataan Ruang

    Pelaksanaan program Penataan Ruang hingga tahun 2012 telah membuahkan sejumlah hasil yaitu untuk Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau telah diterbitkan Peraturan Presiden (Perpres) RTR Pulau untuk 4 pulau dari target 7 pulau, yaitu: Pulau Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan Jawa-Bali. Adapun sisanya masih dalam proses legalisasi yang masih terus dilakukan fasilitasi dan koordinasi agar paling lambat pada akhir tahun 2014 sudah dapat disahkan menjadi Perpres seluruhnya. Dengan telah diterbitkannya Perpres tersebut, maka sinkronisasi dan koordinasi perencanaan pembangunan secara nasional akan semakin mudah dilakukan.

    Untuk penyusunan RTR Kawasan strategis Nasional, dari 7 KSN perkotaan, 4 diantaranya sudah diterbitkan Perpres. Adapun untuk KSN Non Perkotaan dari 69 baru 1 yang diterbitkan Perpres. Namun demikian sebagian besar KSN tersebut sudah terfasilitasi penyusunannya dengan tingkat kemajuan yang berbeda-beda.

    Untuk penyesuaian RTRW yang ditetapkan menjadi Peraturan Daerah (Perda), 14 Provinsi (42,42%) dan 202 kabupaten/kota (50,75%)sudah menetapkan Perda RTRW. Sedangkan sisanya, hampir seluruhnya sudah mendapatkan persetujuan substansi dari Menteri Pekerjaan Umum. Pencapaian ini akan berdampak secara signifikan bagi Pemerintah Daerah, Pemerintah maupun segenap elemen masyarakat di dalam pelaksanaan penyelenggaraan penataan ruang. Melalui RTRW yang telah memiliki landasan hukum diharapkan proses perencanaan, sinkronisasi pembangunan dan koordinasi di wilayah maupun antar wilayah dapat terlaksana dengan lebih baik, demikian halnya dengan pemanfaatan dan pengawasan serta pengendalian ruang akan semakin mudah dilakukan. Namun demikian ke depan masih diperlukan upaya-upaya untuk menjaga komitmen dan konsistensi serta penegakan aturan main (rule of the game) dan penegakan hukum (law enforcment) terhadap implementasi Perda RTRW tersebut.

    Untuk provinsi dan kabupaten/kota yang belum menetapkan hasil penyesuaian RTRW menjadi Perda memang masih perlu didorong dan diberikan fasilitasi agar dapat segera menetapkan hasil penyesuian RTRW menjadi Perda. Dari sisi proses penyusunan, untuk menetapkan Perda RTRW memang bukan proses yang mudah karena merupakan proses politik dan membutuhkan biaya yang cukup besar.

    Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang, khususnya dalam pe-ngendalian dan pengawasan, telah dilakukan pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang hingga akhir tahun 2012 telah dilatih sebanyak 347 orang. Sehingga jumlah yang terlatih sampai saat ini telah mencapai 400 orang PPNS, terdiri atas 49 orang PPNS di pusat dengan lingkup kewenangan nasional dan 351 orang PPNS Penataan Ruang dengan lingkup kewenangan daerah. Jumlah ini memang relatif masih sangat kecil dibandingkan dengan kebutuhan PPNS baik di pusat maupun di daerah. Oleh karenanya ke depan masih diperlukan banyak pelatihan yang disertai dengan peningkatan kualitas pembinaan, mengingat PPNS ini merupakan ujung tombak dari pengawasan pelaksanaan rencana tata ruang.

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN24

    2.1.2. Pengelolaan Sumber Daya Air

    Untuk infrastruktur sumber daya air sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004, adalah dalam rangka konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air. Adapun kegiatan yang mencakup tiga tujuan pengaturan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 dapat dijelaskan sebagai berikut:

    Konservasi sumber daya air: Pengelolaan dan konservasi waduk, embung, situ, serta bangunan a) penampung air lainnya. Kegiatan ini berkaitan dalam memberikan dukungan ketahanan air.

    Pendayagunaan sumber daya air: penyediaan dan pengelolaan air baku dalam rangka b) meningkatkan ketahanan serta pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa air dan jaringan pengairan lainnya yang bertujuan untuk memberikan dukungan ketahanan pangan.

    Pengendalian daya rusak air: pengendalian banjir, lahar gunung berapi dan pengamanan c) pantai.

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 25

    Permasalahan daya tampung air sangat dipengaruhi oleh masalah sedimentasi. Hal ini menjadi penyebab menurunnya kapasitas tampung air hampir diseluruh waduk, embung maupun situ. Saat ini lebih dari 60 DAS dalam kondisi kritis. Selain permasalahan kapasitas tampung, masalah yang tidak kalah pentingnya adalah menurunnya kualitas air akibat kerusakan DAS.

    Sampai dengan saat ini, kondisi infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) sudah lebih optimal dalam mendukung pencapaian kinerja pembangunan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang secara keseluruhan apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya (2005-2009), dimana Pemerintah telah membangun 11 waduk dengan kapasitas 79 juta meter kubik untuk memenuhi kebutuhan air irigasi, rumah tangga, industri serta keperluan pembangkit listrik.

    Luas penanganan jaringan irigasi untuk mendukung pemenuhan produksi pangan dengan upaya operasi dan pemeliharaan adalah seluas 2.143.589 ha setiap tahun dan rehabilitasi seluas 1.174.258 ha, sementara itu jaringan irigasi baru yang dibangun telah mencapai 279.508 ha. Demikian halnya de-ngan peningkatan operasi dan pemeliharaan, rehabilitasi maupun penambahan jaringan irigasi air tanah juga terus dilakukan.

    Sejauh ini, penanganan infrastruktur SDA yang dilaksanakan dalam rangka mendukung ketahanan pangan masih dihadapkan pada sejumlah isu terkait kinerja pelayanan irigasi yaitu:belum optimalnya OP jaringan irigasi, menurunnya kondisi bangunan sumber daya air dan adanya tantangan kondisi alam yang harus diantisipasi (seperti debit fluktuatif dan masalah kualitas dan kuantitas air).

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN26

    Kerusakan jaringan irigasi di banyak lokasi terjadi di daerah irigasi yang potensial menyumbang pemenuhan kebutuhan pangan nasional juga sudah mulai berkurang. Demikian juga dengan fungsi jaringan irigasi (termasuk rawa) semakin optimal dengan dilakukannya kegiatan operasi dan pemeliharaan serta peningkatan keterlibatan petani dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan jaringan irigasi.

    Adapun kondisi jaringan irigasi sampai dengan tahun 2010 dapat dijelaskan bahwa dari keseluruhan daerah irigasi, yang ditangani oleh pemerintah pusat hanya sebesar 2.315.000 ha atau 32% dari total areal irigasi 7.230.183 ha. Sebagaimana tertuang dalam Permen PU No. 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, dijelaskan bahwa sebesar 54% dalam kondisi baik, 28% dalam kondisi rusak sedang, 13% mengalami rusak ringan, sedangkan hanya 5% yang mengalami rusak berat.

    Sementara itu, seperti halnya apa yang ditunjukan dalam Gambar 2.2 mengenai kondisi jaringan irigasi berdasarkan kewenangan, dari seluas 4.915.183 ha jaringan irigasi yang ditangani oleh Pemerintah Daerah, 20% diantaranya merupakan kewenangan provinsi dan 48% merupakan kewenangan kabupaten/kota.

    Gambar 2.2 Kondisi Jaringan Irigasi Berdasarkan Kewenangan

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 27

    Gambar 2.3 Gambaran Indeks Penanaman (IP) dan Produktifitas Pertanian

    Dalam hal potensi daya rusak air, memang masih terjadi perluasan dampak kerusakan akibat banjir dan kekeringan (seperti banjir di wilayah Jabodetabek, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang berada di wilayah sungai Bengawan Solo dan kekeringan di NTB dan NTT). Selain itu juga terdapat fenomena meluasnya kerusakan pantai akibat abrasi yang mengancam keberadaan permukiman dan pusat-pusat perekonomian di sekitarnya. Namun demikian upaya untuk mengantisipasi dampak tersebut telah banyak dilakukan melalui pembangunan, rehabilitasi dan operasi pemeliharaan sarana/prasarana pengendalian banjir dan pengaman pantai.

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN28

    2.1.3. Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan

    Untuk infrastruktur jalan, hingga tahun 2011, panjang jalan nasional telah mencapai 38.569 km dengan kondisi jalan mantap mencapai 87,72% dan tidak mantap 12,28%. Kondisi ini mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2009 di mana kondisi mantap mencapai 89%, hal ini dikarenakan adanya penggeseran sebagian alokasi dana pemeliharaan jalan untuk penambahan jalan baru sepanjang 693 km (tahun 2010: 311 km dan tahun 2011: 382 km). Adapun kondisi permukaan jalan dalam kondisi baik dan sedang sebesar 56,22% dan 31,5%, sedangkan jalan dengan kondisi rusak ringan dan rusak berat masing-masing 7,44% dan4,84%.

    Pada tahun 2012, dalam rangka pelaksanaan preservasi dan peningkatan jalan nasional, panjang jalan baru (termasuk kawasan strategis, perbatasan dan wilayah terluar dan terdepan) yang telah terbangun sepanjang 1.293 km, panjang jembatan (termasuk kawasan strategis, perbatasan dan wilayah terluar dan terdepan) yang telah terbangun sepanjang 13.053 m dan jalan bebas hambatan yang telah terbangun sepanjang 16 km oleh pemerintah.

    Kementerian Pekerjaan Umum mengakomodir perubahan program akibat adanya dinamika kebijakan pemerintah pada era 20102012 yang diantaranya adalah isu penguatan konektivitas, yakni pengelolaan Jalan Nasional dan pembinaan jalan daerah, mendukung berbagai inisiatif baru seperti: MP3EI, MP3KI, UP4B, Ekonomi Kreatif maupun Transportasi kota-kota besar. Isu konektivitas pada akhirnya mendorong Pemerintah untuk menyusun action plan yang juga merupakan bagian dari kebijakan nasional dengan memperkenalkan kepada publik dan menetapkan Peraturan Presiden tentang MP3EI yang pada dasarnya memperkenalkan usaha-usaha penurunan waktu tempuh, dengan cara menghilangkan debottlenecking, menyetarakan feeder road yang berhubungan langsung dengan jalan nasional serta penurunan tingkat jalan nasional yang masih dalam kondisi sub standar.

    Infrastruktur jalan tol yang telah beroperasi sampai dengan tahun 2012, baru mencapai 774 km, hanya meningkat sepanjang 77 km dari tahun 2009. Panjang jalan tol memang tidak mengalami pertumbuhan signifikan sejak dioperasikannya jalan tol pertama tahun 1978 (Jalan Tol Jagorawi sepanjang 59 km). Sejak tahun 1987, swasta mulai ikut dalam investasi jalan tol dan telah membangun jalan tol sepanjang 203,30 km.

    Harus diakui terdapat beberapa proyek Jalan belum dapat dilaksanakan setelah dilakukan peletakan batu pertama (ground breaking), antara lain ruas jalan Tol Cikampek-Palimanan sepanjang 116 km, Lingkar Luar Jakarta dari Ulujami-Puri Indah, Kebon Jeruk (Tol W2), Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), Tol Pasuruan-Probolinggo, Tol Waru Wonokromo-Tanjung Perak dan Tol Ciawi-Sukabumi. Hal ini disebabkan antara lain: masalah pembebasan tanah, sumber pembiayaan, serta belum intensnya dukungan Pemerintah Daerah dalam pengembangan jaringan jalan tol.

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 29

    2.1.4. Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

    Untuk infrastruktur air minum terdapat beberapa acuan dasar pengukuran cakupan pelayanan air minum. Pada akhir tahun 1993 total cakupan pelayanan air minum layak di perkotaan dan perdesaan mencapai 37,73%. Selanjutnya cakupan pelayanan air minum layak di perkotaan meningkat dari 41% di tahun 2004 (34,36 juta jiwa) menjadi 49,82% (44,5 juta jiwa) di tahun 2009, sedangkan di perdesaan meningkat dari 40% di tahun 2004 (melayani 10,09 juta jiwa) menjadi 45,72% di tahun 2009 (15,2 juta jiwa). Status pencapaian MDGs untuk akses air bersih, air minum perpipaan, sanitasi dan rumah tangga kumuh perkotaan hingga tahun 2009 dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Indikator, Acuan Dasar, Eksisting dan Target Pencapaian MDGs dan IPM

    Indikator Acuan Dasar (1993) Eksisting (2009) Target (2015)

    Proporsi penduduk terhadap air minum layak 37,73 % 47,71 % 68,87 %

    Perkotaan 50,58 % 49,82 % 75,29 %

    Perdesaan 31,61 % 45,72 % 65,81 %

    Proporsi penduduk terhadap sanitasi layak 24,81 % 51,19 % 62,41 %

    Perkotaan 53,64 % 69,51 % 76,82 %

    Perdesaan 11,10 % 33,96 % 55,55 %

    Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan 20,75 % 12,12 % 8,26 % *

    *) target RPJPN tahun 2020 sebesar 6%

    Hingga tahun 2009 proporsi penduduk terhadap air minum layak secara nasional sebesar 47,71%, hal ini berarti bahwa masih jauh dari target MDGs tahun 2015 sebesar 68,87%. Sedangkan akses penduduk terhadap sanitasi layak pada tahun 2009 sebesar 51,19% sedangkan target MDGs hingga tahun 2015 sebesar 62,41%.

    Pada akhir tahun anggaran 2005-2009 prasarana dan sarana pengelolaan persampahan telah terealisasi di 284 kab/kota. Pencapaian ini hanya 59,17% dari target Review Renstra yakni 480 kab/kota. Untuk pengelolaan persampahan, pemerintah tidak menetapkan manfaat terus bertambah dalam kurun waktu 5 tahun. Lonjakan terbesar terjadi di tahun 2009, dimana penerima manfaat mencapai 7.543.756 jiwa. Selisih cukup jauh dibanding tahun sebelumnya yang berbeda pada angka 4.750.241 jiwa. Secara keseluruhan, penduduk yang dapat terlayani dengan sarana pengelolaan sampah ini adalah sebesar 19.021.933 jiwa.

    Target Review Renstra 2005-2009 menetapkan 304 upaya pendampingan yang mengacu pada 176 pedoman. Pencapaian kedua hal tersebut (pendampingan dan pedoman) terealisasi hingga sekitar 118% dengan uraian 360 pendampingan yang mengacu pada 209 pedoman. Secara keseluruhan, pembinaan teknis bangunan serta penataan bangunan dan lingkungan diharapkan

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN30

    dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian serta pemanfaatan ruang bagi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.

    Di akhir tahun anggaran 2005-2009, implementasi program Ditjen Cipta Karya untuk bidang perumahan melalui dukungan kawasan perumahan PNS/TNI-POLRI/Pekerja terfokus pada penataan dan pengembangan kawasan permukiman baru. Tujuan dari penetapan fokus tersebut adalah penyelesaian dan penuntasan permasalahan kekumuhan yang melanda perkotaan. Penyelesaian dan penuntasan diwujudkan dalam pembangunan permukiman baru yang berpihak pada MBR. Pengembangan permukiman baru ini meliputi pembangunan infrastruktur pada kawasan baru bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Pembangunan terdiri atas dua pilihan, yakni pembangunan kawasan permukiman baru di dalam kawasan kumuh dan pembangunan pada lahan kosong di luar kawasan kumuh. Terlepas dari kedua pilihan tersebut, pembangunan permukiman baru dilaksanakan tanpa adanya penggusuran Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dari kawasan kumuh. Kawasan permukiman baru dibangun dalam beberapa wujud. Antara lain, Rumah Sederhana Sehat (RsH) di perkotaan, perumahan berpola Hunian Berimbang, Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dan Milik (Rusunami), hingga kawasan yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Pada tahun anggaran 2005-2009, Renstra Ditjen Cipta Karya menetapkan dukungan infrastruktur berupa jalan poros untuk 567.569 unit RsH di kawasan RSS permukiman baru. Pada evaluasi akhir tahun anggaran 2005-2009, tercatat pencapaian sebesar 105,76%. Dimana, pencapaian telah melebihi target, yakni sebesar 600.282 unit. Dukungan infrastruktur berupa RSS ini dirasakan pula manfaatnya oleh PNS/TNI-Polri/Pekerja. Manfaat tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan sekaligus akses masyarakat terhadap pelayanan serta prasarana dan sarana permukiman.

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 31

    2.2. EVALUASI PENCAPAIAN SASARAN 2010 - 2012

    Mengacu pada hasil evaluasi tengah tahun capaian RPJMN 2010-2014 dan Renstra PU 2010-2014, pelaksanaan pembangunan infrastruktur PU dan Permukiman sebagian besar telah berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Teridentifikasi bahwa beberapa capaian dari pelaksanaan pembangunan tersebut diantaranya telah melebihi target dengan apa yang telah ditetapkan dalam Revisi Renstra PU 2010-2014. Diantara capaian tersebut, dalam sub bidang sumber daya air, adalah: (1) rehabilitasi sarana/prasarana air baku telah mencapai 105,85% dari target 12,30 m3/dt, (2) pembangunan/peningkatan jaringan irigasi air tanah telah mencapai 429,77% dari target 3000 ha, (3) pembangunan sarana/prasarana pengendalian banjir telah mencapai 106,82% dari target 1000 km, (4) pembangunan/peningkatan sarana/prasarana pengendali lahan/sedimen telah mencapai 364,29% dari target 28 buah, dan pemeliharaan sarana/prasarana perlindungan pantai telah mencapai 122,70% dari target 50 km. Adapun terkait dengan pencapaian sub bidang bina marga diantaranya adalah (1) pembangunan jalan baru sebesar 123% dari target 377 km, (2) pembangunan/pelebaran jalan di kawasan strategis perbatasan wilayah terluar dan terdepan sebesar 107,99% dari target 1.378 km. Selanjutnya dalam sub bidang cipta karya, diantaranya adalah (1) penyediaan infrastruktur kawasan permukiman perkotaan sebesar 133,89% dari target 661 kws, (2) penyediaan infrastruktur kawasan permukiman perdesaan sebesar 117,91% dari target 469 kws, (3) penyediaan infrastruktur perdesaan (PPIP) sebesar 116,41% dari target 13.190 desa, (4) penyelenggaraan SPAM terfasilitasi sebesar 110,75% dari target 186 PDAM, (5) penyediaan SPAM di kawasan MBR 131,20% dari target 577 kws, (6) penyediaan SPAM perdesaan sebesar 149,03% dari target 577 kws, dan (7) penyediaan SPAM kawasan khusus sebesar 214,38% dari target 153 kws.

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN32

    Meski demikian, terdapat beberapa hal khusus yang perlu menjadi perhatian kedepannya, antara lain adalah (1) terkait dengan pembuatan waduk, pada akhir tahun 2014, dalam RPJMN 2010-2014 ditargetkan akan terbangun 11 waduk sementara dalam Revisi Renstra PU 2010-2014 ditargetkan akan terbangun 6 waduk. Namun pada kenyataannya hingga saat ini baru terealisasi sebanyak 2 waduk yang dibangun. (2) Terkait dengan pembangunan jalan tol, pada akhir tahun 2014, dalam RPJMN 2010-2014 ditargetkan akan terbangun sepanjang 120,35 km sementara pada Revisi Renstra PU 2010-2014 ditargetkan akan terbangun 59,26 km, akan tetapi realisasinya hingga saat ini baru tercapai sepanjang 26,23 km.

    Adapun untuk pencapaian masing-masing bidang dan sub bidang secara lebih detail dapat dijelaskan sebagai berikut.

    2.2.1. Penyelenggaraan Penataan Ruang

    Hingga akhir tahun 2012, pelaksanaan penyelenggaraan penataan ruang dapat diuraikan sebagai berikut:

    Pengaturan1. NSPK yang telah dihasilkan selama kurun waktu 2010-2012 meliputi:

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 33

    Peraturan PemerintahNomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;a)

    Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan b) Umum dan Penataan Ruang;

    Permen PU No. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang c) dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;

    SE Dirjen Penataan Ruang Kementerian PU No. 06/SE/Dr/2011 tentang Pedoman Kriteria d) Lokasi Menara Telekomunikasi;

    Permen PU No. 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang e) Kawasan Strategis Nasional;

    Permen PU No.19/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar TPA f) Sampah.

    Pembinaan2. Berdasarkan Status Penyusunan RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota sampai dengan akhir Bulan Desember 2012, dari 33 wilayah provinsi yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang untuk melakukan penyesuaian RTRW-nya, 33 provinsi (100%) sudah mendapat persetujuan substansi dari Menteri PU dan 14 provinsi (42,42%) sudah ditetapkan menjadi Perda.

    di tingkat kabupaten, dari total 398 kabupaten, 394 kabupaten (98,99%) sudah mendapat persetujuan substansi dari Menteri PU dan 202 kabupaten (50,75%) sudah ditetapkan menjadi Perda. Sisanya, 3 kabupaten (0,75%) sudah pembahasan BKPRN, 1 kabupaten (0,25%) sudah mendapat rekomendasi gubernur dan 1 kabupaten (0,25%) dalam proses revisi.

    Sementara itu di tingkat kota, dari 93 kota di Indonesia sebanyak 85 kota (91,39%) sudah mendapat persetujuan substansi dari Menteri PU dan 56 kota (60,22%) sudah ditetapkan menjadi Perda. Sedangkan 5 kota (5,38) sudah pembahasan BKPRN, 2 kota (2,15%) dalam proses rekomendasi gubernur dan 2 kota (2,15%) dalam proses revisi.

    Sedangkan dalam rangka pembinaan penataan ruang wilayah nasional, antara lain telah dihasilkan: 4 Perpres RTR Pulau/Kepulauan, 1 Perpres RTR KSN Non Perkotaan, penyelesaian 34 RTR KSN Non Perkotaan. Dalam rangka pengembangan perkotaan, telah dihasilkan 4 Perpres KSN Perkotaan dan 2 Raperpres KSN Perkotaan yang saat ini sedang dalam proses legalisasi.

    Dalam rangka pembinaan penataan ruang daerah, dilakukan bimbingan/pendampingan pembinaan penataan ruang Provinsi dan Kabupaten di 15 provinsi dan 200 kabupaten untuk wilayah I dan di wilayah II pada 17 provinsi dan 198 kabupaten.

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN34

    Pelaksanaan3. Berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, terdapat 7 RTR Pulau/Kepulauan dan 76 Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang meliputi 69 KSN Non Perkotaan dan 7 KSN Perkotaan yang perlu ditangani dan menjadi kewenangan pusat. Untuk RTR Pulau, 4 dari 7 Pulau/Kepulauan telah menjadi Perpres yaitu RTR Pulau Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan Jawa-Bali. Sisanya 3 pulau/kepulauan dalam proses legalisasi. Berdasarkan status hingga bulan Desember 2012 dari 69 KSN Non Perkotaan, 29 KSN sedang dalam proses penyusunan materi teknis; 33 KSN telah selesai disusun raperpresnya dan dalam proses legalisasi menjadi perpres; serta 1 KSN telah menjadi perpres. Total KSN yang telah ditangani sebanyak 63 KSN Non Perkotaan, sementara 6 KSN yang belum ditangani meliputi Kawasan Industri Lhokseumawe, Mahato, Bukit Duabelas, Bukit Tigapuluh, Berbak dan Betung Kerihun. Untuk KSN Perkotaan, 4 KSN Perkotaan telah menjadi Perpres, 2 KSN telah disusun raperpresnya, dan 1 KSN sedang dalam proses legalisasi dan 2 KSN dalam proses penyelesaian raperpres.

    Namun dengan berbagai perkembangan yang ada, kondisi pada bidang penataan ruang yang ditemui sampai saat ini masih belum optimal, khususnya dalam pelaksanaan pemanfaatan Rencana Tata Ruang (RTR). Hal ini mengingat masih sering terjadinya pembangunan pada suatu wilayah tanpa mengikuti RTR. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang. Kegiatan pembangunan saat ini masih lebih fokus pada perencanaan, sehingga terjadi inkonsistensi dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang akibat lemahnya pengendalian dan penegakan hukum di bidang penataan ruang.

    Pengawasan4. Berdasarkan data 2010 hingga akhir tahun 2012, dalam rangka pembinaan manajemen penyelenggaraan penataan ruang, telah dilakukan pembinaan PPNS sebanyak 347 orang. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dibentuk sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 26Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 15Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang untuk mewujudkan tertib tata ruang melalui pembentukan PPNS Penataan Ruang dan optimalisasi PPNS Penataan Ruang dalam pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang berbasis rencana tata ruang. Sejak diklat PPNS Penataan Ruang dimulai pada tahun 2009, saat ini telah terdapat 400 orang PPNS Penataan Ruang yang terdiri atas 49 orang PPNS Penataan Ruang di tingkat pusat dengan lingkup kewenangan nasional dan 351 orang PPNS Penataan Ruang dengan lingkup kewenangan daerah. 400 orang PPNS Penataan Ruang dengan lingkup kewenangan daerah tersebut tersebar di 33 provinsi, 183 kabupaten dan 53 kota.

    Pencapaian kinerja Ditjen Penataan Ruang dalam pelaksanaan program penyelenggaraan penataan ruang tahun 2012 berdasarkan hasil pengukuran kinerja untuk Indikator Kerja Utama (IKU) sebagai berikut:

  • BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 35

    Untuk pencapaian Indikator Kinerja Utama ke-1 yaitu 1. Jumlah rencana tata ruang dan rencana terpadu program pengembangan infrastruktur jangka menengah, Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional, selama kurun waktu 2010-2012 telah tercapai target sebesar 56,62%, yaitu sebanyak 47 Raperpres (7 Raperpres Pulau, 34 Raperpres KSN Non Perkotaan, 6 KSN Perkotaan), 18 RPIIJM (7 Pulau/Kepulauan, 7 KSN Non Perkotaan, 4 KSN Perkotaan), yang bila telah dilegislasi merupakan produk yang akan menjadi landasan hukum bagi operasionalisasi RTRWN.

    Adapun Perpres yang telah dihasilkan hingga tahun 2012 antara lain adalah:

    Perpres Nomor 54Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur;a) Perpres Nomor 45Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan Sarbagita;b) Perpres Nomor 55Tahun 2011 tentang RTR KSN Kawasan Perkotaan Mamminasata;c) Perpres Nomor 62 Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan Mebidangro;d) Perpres Nomor 87Tahun 2011 tentang RTR Kawasan BBK (Batam Bintan Karimun);e) Perpres Nomor 88Tahun 2011 tentang RTR Pulau Sulawesi;f) Perpres Nomor 3 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Kalimantan. g) Perpres Nomor 13Tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera; danh) Perpres Nomor 28Tahun 2012 tentang RTR Pulau Jawa-Bali.i)

    RPIIJM yang telah diselesaikan sampai dengan tahun 2012 oleh Direktorat Jenderal Penataan Ruang yaitu:

    Tabel 2.2 RPIIJM Pulau dan KSN Perkotaan Yang Telah Diselesaikan

    RPIIJM Pulau RPIIJM KSN Non Perkotaan RPIIJM KSN Perkotaan

    Pulau Sumatera;1.

    Pulau Jawa-bali;2.

    Pulau Kalimantan; 3.

    Pulau Sulawesi; 4.

    Pulau Kep. NTT;5.

    Kep. Maluku; dan 6.

    Pulau Papua.7.

    Sasamba;1. Manado-Bitung;2. Danau Toba;3. BBK;4. KAPET Parepare;5. Merapi;6. Borobudur.7.

    Jabodetabekjur;1.

    Mamminasata;2.

    Sarbagita; dan3.

    Mebidangro.4.

    Dengan telah tersusunnya dokumen RPIIJM tersebut diatas, yang telah dibahas dengan Kementerian/Lembaga yang menangani infrastruktur di tingkat Pusat dan juga dengan pemerintah Daerah terkait dan disepakati oleh seluruh stakeholders baik di tingkat Pusat maupun Daerah, diharapkan dapat terlaksana keterpaduan program pengembangan infrastruktur dalam upaya pengembangan pulau dan KSN tersebut.