rencana tesis
-
Upload
zaky-azzam -
Category
Documents
-
view
110 -
download
1
Transcript of rencana tesis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat dan
sebagai suatu hiburan bahkan suatu permainan untuk peningkatan kondisi tubuh
atau sebagai prestasi untuk membela desa, daerah, instansi atau negara. Permainan
sepakbola adalah suatu permainan yang menuntut adanya teknik dasar atau taktik
dan strategi yang baik, kondisi fisik yang prima, mental bertanding dan kerjasama
yang baik dan rapi di antara lini.
Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri
dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini
hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai kecuali penjaga
gawang yang diperbolehkan menggunakan lengannya di daerah gawang.
Dalam perkembangannya permainan ini dapat dimainkan di luar
ruangan (outdoor) dan di dalam ruangan tertutup (indoor). Permainan sepakbola
dengan nilai-nilai universal yang ada di dalamnya mampu menyedot daya tarik
masing-masing orang, sehingga hampir semua orang pernah memainkannya.
Sesuai dengan pendapat Sucipto, dkk (1999/2000: 7) sepakbola berkembang
dengan pesat di kalangan masyarakat, karena permainan ini dapat dimainkan
oleh laki- laki dan perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang tua.
Agar bermain sepakbola menjadi lebih menarik sebaiknya memiliki
kondisi fisik yang baik dan menguasai teknik. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan Scheunemann (2012: 2) ada empat faktor atau elemen yang harus
1
diperhatikan dalam membina atau melatih sepakbola agar pemain mendapatkan
keterampilan yang baik. Empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih
secara seksama oleh atlet sepakbola, yaitu fisik, teknik, taktik, dan jiwa
kebersamaan.
Keterampilan bermain sepakbola merupakan suatu hal yang tidak mudah
untuk didapat dan dikuasai, jika tidak melalui proses latihan dan dibimbing oleh
seorang pelatih. Berdasarkan hal ini pemain sepakbola dituntut memiliki
penguasaan teknik dasar yang baik, sebab hal tersebut merupakan syarat utama
untuk menjadi seorang pemain yang bermutu dan memiliki keterampilan yang
tinggi dalam permainan sepakbola. Teknik dasar bermain sepakbola adalah (1)
Menendang bola, (2) Menerima bola, (3) menyundul bola, (4) Menggiring bola,
(5) Gerak tipu dengan bola, (6) Merampas bola, (7) Melempar bola, (8) Teknik
pejaga gawang.
Keberhasilan dalam melakukan keterampilan teknik dapat dipengaruhi oleh
pemain itu sendiri. Perbedaan kemampuan pemain satu dengan pemain yang
lainnya diakibatkan dari kualitas fisik yang berbeda. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Heri Rahyubi (2012: 209) faktor individu berkaitan dengan
potensi, bakat, kemampuan dan kemauan seorang pembelajar. Hal ini dapat
digambarkan seperti bagan di bawah ini:
2
pengajar
Proses belajar motorik
Individu
Mampu atau tidaknya seorang pengajar memandu proses pembelajaran
Lingkungan
Berkaitan dengan potensi, bakat dan kemauan seseorang
Kondusif atau tidaknya tempat pembelajaran
Gambar 1. Skema pembelajaran gerak
Fakor yang mempengaruhi proses latihan keterampilan gerak adalah faktor
internal dan faktor eksternal. Kondisi internal mencakup faktor-faktor yang
terdapat pada individu, atau atribut lain yang membedakan pemain satu dengan
pemain lainnya. Salah satu kondisi internal adalah kemampuan fisik, kemampuan
fisik berhubungan dengan berat badan seseorang. Berat badan akan
mempengaruhi kelincahan dan kecepatan.
Menggiring bola merupakan salah satu teknik dasar yang sangat penting
dalam permainan sepakbola. Keterampilan menggiring bola dalam cabang
olahraga sepakbola harus dikuasai oleh setiap pemain khususnya posisi
penyerang, karena merupakan hal yang paling penting dalam upaya menyusun
serangan ke daerah atau gawang lawan. Menggiring bola dalam situasi bermain
artinya membawa bola dari satu lini ke lini yang lainnya dengan cara mengontrol
dari kaki ke kaki bila ruang sempit, karena lawan menutup daerahnya. Dengan
demikian keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola jelas
membutuhkan unsur-unsur kemampuan fisik terutama kecepatan dan kelincahan.
Teknik dasar sepakbola dapat berperan apabila memiliki kondisik fisik
yang baik. Komponen fisik yang dibutuhkan oleh pemain sepakbola sebagian
3
besar hampir sama dengan berbagai cabang olahraga lainnya yaitu antara lain :
Kekuatan otot (strength), Daya tahan (endurance), Kecepatan (speed), Kelentukan
(flexibility), Daya ledak (power), Kelincahan (agility), Koordinasi (coordination),
Keseimbangan (balance), Ketepatan (accuracy), Reaksi (reaction). Hal ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan Scheunemann (2012: 2) dalam bermain sepakbola
elemen kondisi fisik yang paling berperan adalah kecepatan dan ketangkasan,
daya tahan serta ketahanan dan kekuatan.
Dalam banyak cabang olahraga khususnya cabang olahraga sepakbola,
kelincahan dan kecepatan merupakan komponen fisik yang esensial. Menurut
Harsono (1988:216) kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-
gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya. Sedangkan kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan
posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa
kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.
Peningkatan kondisi fisik dan peningkatan kemampuan teknik tidak
didapat dengan sendirinya, melainkan harus aktif berlatih. Peran pelatih juga
sangat menentukan keberhasilan suatu klub, karena seorang pelatih yang baik
akan memberikan bentuk-bentuk latihan kepada atlitnya sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
Latihan memang sering dianggap membosankan dan monoton apabila
metode latihan tidak dikembangkan. Metode latihan sebaiknya dilakukan
berpariasi dan menarik, sehingga dalam latihan para pemain (atlit)
melakukannya dengan semangat dan sungguh-sungguh. Apabila latihan berjalan
4
dengan baik, maka apa yang diharapkan pelatih dapat terlaksana.
PS. Persikers adalah Persatuan Sepakbola Pangkalan Kerinci dan Sekitar
yang merupakan klub sepakbola yang berada di kabupaten Pelalawan provinsi
Riau. PS. Persikers adalah salah satu dari beberapa klub di kabupaten Pelalawan
yang masih tetap aktif sampai sekarang. Banyak tropy yang sudah didapatkan
dalam pertandingan-pertandingan antar kecamatan dan antar klub sekabupaten
Pelalawan.
Keinginan terbesar pengurus PS. Persiker adalah membawa masuk klub ini
pada divisi PSPS Pekanbaru, namun kemenangan yang didapatkan di daerah tidak
bisa diterapkan dalam turnamen penyeleksian klub-klub untuk masuk divisi di
provinsi. Kekalahan tim ini sering diakibatkan dari faktor teknik menggiring
(dribbling) yang masih rendah, hal ini dapat terlihat pada saat pemain melakukan
menggiring (dribbling) masih sangat mudah untuk dihadang oleh lawan.
Beranjak dari permasalahan yang telah dikemukakan, maka perlu adanya
pembuktian secara ilmiah tentang latihan kondisi fisik terutama kecepatan (speed)
dan kelincahan (agility) dapat meningkatkan kemampuan teknik terutama pada
kemamampuan menggiring (dribbling) dengan para pemian.
Latiahan kombinasi kecepatan (speed) dan kelinchan (agility) adalah salah
satu metode latihan yang dilakukan dengan cara bermain untuk melatih
kecepatan dan kelincahan. Metode latihan ini adalah jenis metode latihan yang
dianggap cocok untuk diterapkan kepada para pemain sepakbola klub PS.
Persikers Pelalawan, karena jenis model latihan ini dilakukan dengan bermain,
sehingga para pemain PS. Persikers tidak cepat merasa bosan pada waktu
5
mengikuti latihan. Latihan yang tidak monoton atau yang menarik diharapkan
dapat memicu keberhasilan latihan, sehingga target-target yang diharapakan
pelatih akan dengan mudah tercapai.
B. Identifikasi Masalah
Keberhasilan suatu tindakan penelitian sangat bergantung kepada masalah
yang terdapat di dalamnya, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa suatu
penelitian dapat dilakukan jika terdapat masalah yang ingin dipecahkan di
dalamnya. Tanpa ada suatu masalah, maka penelitian pun tidak dapat dilakukan.
Masalah-masalah penelitian berdasarkan latar belakang di atas adalah:
1. Metode latihan kecepatan dan kelincahan apakah yang dapat
meningkatkan teknik menggiring bola para pemain klub sepakbola PS.
Persikers Pelalawan?
2. Metode latihan apakah yang dapat meningkatkan kualitas menggiring
(Dribbling) bola para pemain klub sepakbola PS. Persikers Pelalawan?
3. Apakah berat badan berpengaruh pada kelincahan dan kecepatan pemain
sepakbola PS.Persiker?
4. Metode latihan apakah yang menarik untuk latihan kondisi fisik dan teknik
para pemain klub sepakbola PS. Persikers Pelalawan?
5. Apakah berat badan berpengaruh terhadap kemampuan menggiring
(dribbling) para pemain klub sepakbola PS. Persikers Pelalawan?
6. Apakah metode latihan kombinasi kecepatan (speed), kelincahan
(agility)dan berat badan dapat berpengaruh terhadap kemampuan
6
menggiring (dribbling) bola para pemain klub sepakbola PS. Persikers
Pelalawan?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah diperlukan upaya yang nyata
untuk membuat sebuah metode latihan para pemain klub sepakbola PS. Persikers
Pelalawan, sehingga dalam mengikuti latihan mereka merasa senang, tidak bosan,
dapat meningkatkan kecepatan (speed) dan kelincahan (agility), serta dapat
menunjang peningkatan keterampilan bermin. Berpijak dari latar belakang yang
telah dikemukakan, maka masalah yang hendak dipecahkan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut: Apakah metode latihan kombinasi kecepatan
(speed), kelincahan (agility) dan berat badan dapat berpengaruh terhadap
kemampuan menggiring (dribbling) bola para pemain klub sepakbola PS.
Persikers Pelalawan?
D. Rumusan Masalah
Setelah diidentifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah metode latihan kombinasi kecepatan (speed) dan
kelincahan (agility) untuk para pemain klub sepakbola PS. Persikers
Pelalawan?
2. Berat badan bagaimana yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan
menggiring (dribbling) bola para pemain klub sepakbola PS. Persikers
Pelalawan?
7
3. Apakah berat badan para pemain berpengaruh terhadap
kecepatan dan kelincahan?
4. Benarkah kelompok pemain yang memiliki berat badan
normal yang dilatih dengan metode kombinasi latihan
kecepatan dan kelincahan dapat berpengaruh terhadap
kemampuan menggiring bola?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah: Untuk mengungkapkan latihan kombinasi
kecepatan, kelincahan dan berat badan dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan menggiring bola para pemain klub sepakbola PS. Persikers
Pelalawan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan terhadap pengembangan pendidikan jasmani dan terhadap proses
pelatihan, yaitu untuk :
1. Bagi guru, dosen, dan pelatih sepakbola, untuk digunakan sebagai bahan
acuan dalam memilih dan menentukan metode latihan sepakbola yang
paling efektif untuk meningkatkan keterampilan menggiring (dribbling)
bola.
2. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat diterapkan untuk
menunjang peningkatan prestasi olahraga. Bahkan dapat juga digunakan
8
sebagai dasar untuk menyiapkan calon-calon atlet yang menuntut tingkat
teknik kemampuan menggiring bola yang baik.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Sepakbola
Sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak
bola, dimainkan dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 11 orang
pemain yang lazim disebut kesebelasan. Masing-masing regu atau kesebelasan
berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan
mempertahankan gawangnya sendiri agar tidak kemasukan serta
menggunakan peraturan yang sudah ditentukan. Ha l yang sama
d ikemukakan Suc ip to (2000 : 7 ) sepakbola merupakan permainan
beregu, masing-masing regu terdiri dari 11 pemain dan salah satunya adalah
penjaga gawang.
Berdasarkan pendapat di atas maka sepakbola adalah permainan beregu
yang dimainkan oleh dua regu masing-masing regunya terdiri dari dari sebelas
orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Permainan boleh dilakukan
dengan seluruh bagian badan kecuali dengan kedua lengan. Hampir seluruh
permainan dilakukan dengan keterampilan kaki, kecuali penjaga gawang dalam
memainkan bola bebas menggunakan anggota badannya, dengan kaki maupun
tangannya. Sepakbola dimainkan di atas lapangan rumput yang rata, berbentuk
empat persegi panjang dimana lebar dan panjangnya lebih kurang berbanding tiga
dengan empat, panjang 90 m sampai dengan 120 m dan lebar 45 m sampai 90 m.
Pada kedua garis batas lebar lapangan di tengah-tengahnya masing-masing
didirikan sebuah gawang yang saling berhadapan. Dalam permainan digunakan
10
sebuah bola yang bagian luarnya dibuat dari kulit. Masing-masing regu
menempati separuh lapangan yang berdiri saling berhadap-hadapan. Permainan
dipimpin oleh seorang wasit yang dibantu oleh dua orang hakim garis.
Adapun tujuan dari masing-masing regu atau kesebelasan adalah berusaha
menguasai bola dan memasukkan ke dalam gawang lawannya sebanyak mungkin
dan berusaha mematahkan serangan lawan untuk melindungi atau menjaga
gawangnya agar tidak kemasukan bola. Permainan dilakukan dalam dua babak,
antara babak pertama dan babak kedua diberi waktu istirahat, dan setelah istirahat
kemudian dilakukan pertukaran tempat. Regu yang dinyatakan menang adalah
regu atau kesebelasan yang sampai akhir permainan atau pertandingan lebih
banyak memasukkan bola ke dalam gawang lawannya.
Memasukkan bola ke dalam gawang lawang dengan sebanyak-banyaknya
bukanlah hal yang mudah hal ini perlu mengandalkan kemampuan dan kerja sama
tim yang kompak. Dalam sepakbola modern sekarang, apabila suatu kesebelasan
sedang menguasai bola, maka semua pemain dalam kesebelasan tersebut kecuali
penjaga gawang akan berusaha untuk menjadi pemain yang mempunyai fungsi
sebagai penyerang, apakah pemain tersebut tugasnya sebagai seorang pemain
belakang ataupun pemain gelandang dan sebaliknya apabila bola berpindah ke
dalam kekuasaan pihak kesebelasan lawan, maka semua pemain harus dapat
melakukan fungsi sebagai seorang pemain pertahanan, tidak memandang apakah
pemain itu sebagai pemain penyerang. Dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri
permainan sepakbola modern adalah setiap pemain harus memiliki kemampuan
11
serba bisa (all round), baik sebagai pemain penyerang maupun sebagi pemain
belakang, setiap pemain boleh melakukan aksi menyerang dan membuat gol.
Permainan sepakbola berarti bermain dengan regu atau permainan tim,
maka suatu kesebelasan yang baik adalah kesebelasan yang mampu
menyelenggarakan permainan yang kompak. Artinya mempunyai kerja sama tim
yang baik dan tangguh diperlukan pemain-pemain yang dapat menguasai bagian-
bagian dari bernacam-macam teknik dasar dan trampil melaksanakannnya.
Dalam cabang olahraga sepakbola kondisi fisik yang dibutuhkan sangat
kompleks, antara lain meliputi: daya tahan, kecepatan, kelincahan, kekuatan,
kelentukan, keseimbangan, daya ledak, dan koordinasi. Karena pentingnya
kondisi fisik tersebut dalam permainan sepakbola maka perlu mendapat porsi dan
perhatian khusus dari pelatih atau pembina tim sepakbola.
Dengan demikian seorang pemain sepakbola yang tidak memiliki kondisi
fisik dan kemampuan keterampilan teknik dasar bermain tidaklah mungkin akan
menjadi pemain yang baik. Keterampilan teknik dan kondisi fisik yang baik tidak
dengan mudah dicapai, melainkan dengan melakukan latihan yang intensif.
B. Latihan
Latihan adalah suatu aktivitas olahraga yang dilakukan secara sistematis
dalam waktu yang lama yang ditingkatkan secara progresif dan individual
mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis untuk mencapai sasaran
yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Harsono (1988:
101) training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang
12
dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban
latihan pekerjaannya.
Gambar 2. Kualitas latihan dan faktor-faktor pendukung
Menurut Scheunemann (2012: 2) latihan dalam olahraga sepakbola adalah
memiliki empat faktor atau elemen yang harus diperhatikan dalam membina atau
melatih sepakbola agar pemain mendapatkan keterampilan yang baik. Empat
aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu
fisik, teknik, taktik, dan jiwa kebersamaan. Hal ini juga di kuatkan dengan
pendapat Harsono (1988: 216) dalam banyak cabang olahraga khususnya cabang
olahraga sepakbola, kelincahan dan kecepatan merupakan komponen fisik yang
esensial. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Siregar, M.F (1974: 3)
menyatakan bahwa: Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi prestasi
olahragawan adalah: Kondisi fisik, bentuk tubuh, kecakapan teknik dan taktik
permainan serta pengalaman bertanding.
Agar hasil latihan kondisi fisik dapat dipakai sebagai dasar dan penunjang
terhadap latihan yang lain, maka latihan kondisi fisik harus disusun ke dalam
program latihan yang dibuat secara sistematis dan sesuai dengan prinsip-prinsip
13
Physical preparation
Technical preparation
Tactical preparation
Psychological preparation
latihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1988: 153) bahwa "Program
latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan
ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari
sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai
prestasi yang lebih baik".
Bompa (1994: 49) juga menjelaskan bahwa ada empat persiapan yang
harus diperhatikan dalam latihan yaitu, “Physical preparation, technical
preparation, tactical preparation, psychological preparation”. Dari penjelasan
Bompa dapat disimpulkan bahwa physical preparation, technical preparation,
tactical preparation dan psychological preparation, saling berhubungan satu
dengan yang lainnya, sehingga kalau digambarkan dapat berbentuk piramida
seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 3: The Training Factors' Pyramid (Bompa, 1994:49)
Dari Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa dari keempat persiapan tersebut
(physical preparation, technical preparation, tactical preparation, dan
psychological preparation), maka persiapan fisik (physical preparation)
merupakan dasar bagi persiapan yang lain karena kondisi fisik merupakan kondisi
14
organ tubuh untuk menerima dan menjalankan aktivitas yang dituntut. Selain itu
Giriwijoyo (1992: 17) menjelaskan “Semua bentuk kegiatan manusia selalu
memerlukan dukungan fisik/jasmani, sehingga masalah kemampuan fisik/jasmani
merupakan faktor dasar bagi setiap aktivitas manusia”.
Suhendro (1999: 41) juga menjelaskan, kondisi fisik merupakan salah satu
syarat penting dalam meningkatkan prestasi seseorang atlet, dan bahkan sebagai
keperluan yang sangat mendasar untuk meraih prestasi olahraga, sebab seorang
atlet tidak dapat melangkah sampai ke puncak prestasi bila tidak didukung oleh
kondisi fisik yang baik. Bahkan Harsono (1988: 153) memberi penjelasan lebih
jauh mengenai kondisi fisik yaitu, kalau kondisi fisik baik maka:
1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.
2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik.
3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.4. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah
latihan.5. Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-
waktu respons demikian diperlukan.
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik
memegang peranan yang sangat penting, karena kondisi fisik merupakan faktor
dasar bagi setiap aktivitas manusia dan turut berperan dalam menentukan prestasi
atlet. Dengan kondisi fisik yang baik, atlet akan dapat melaksanakan latihan-
latihan teknik, taktik, dan mental secara maksimal. Bompa (1994: 49)
menjelaskan bahwa:
Physical preparation has to be considered as one of the most, and in some cases, the most important ingredient in training required to achieve high performance. The main objectives are to increase the athlete’s
15
physiological potential and to develop biomotor abilities to the highest standards.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah persiapan fisik harus dianggap
sebagai salah satu aspek yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam
latihan untuk mencapai prestasi maksimal. Tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan potensi fungsi alat-alat tubuh (fisiologis) para atlet dan untuk
mengembangkan kemampuan biomotor menuju tingkatan yang tertinggi
D. Latihan Kombinasi
Pendekata-pendekatan dalam belajar motorik terutama
menyangkut metode latihan yang selama ini dikenal adalah
metode latihan keseluruhan dan metode latihan bagian. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan Schmidt (1991) metode
latihan keseluruhan digunakan pengajar untuk meningkatkan
keterampilan secara simultan dengan memakai bentuk-bentuk
latihan yang menyerupai keterampilan sesungguhnya sedangkan
metode latihan bagian digunakan pengajar untuk meningkatkan
komponen-komponen keterampilan secara terpisah dengan
memakai bentuk latihan khusus yang masih perlu dipilih atau
disesuaikan.
Untuk meningkatkan kualitas keceptan dan kelincahan
perlu didekati melalui beberapa pendekatan. Analogi dengan
pendekatan di atas, jika pengertiannya diperluas dan diterapkan
untuk kepentingan peningkatan kualitas kecepatan dan
16
kelincahan, maka pendekatan latihan keseluruhan dapat
diartikan sebagai metode yang memakai ragam bentuk latihan
yang menyerupai situasi sesunguhnya dan dilatih secara
simultan, sedangkan pendekatan latihan bagian dapat diartikan
sebagai metode yang memakai bentuk latihan khusus yang
dipilih untuk memperbaiki komponen-komponennya dan dilatih
secara terpisah. Alternatif lain yang mungkin adalah
mengkombinasikan kedua pendekatan yang ada sehingga
menjadi metode kombinasi latihan
E. Kecepatan
Salah satu elemen kondisi fisik yang sangat penting adalah kecepatan.
Secara fisiologis menurut Jonath dan Krempel (Harsono, 1988: 205) kecepatan
dapat diartikan sebagai kemampuan yang berdasarkan kelentukan (fleksibilitas),
proses sistem persyarafan dan alat-alat otot untuk melakukan gerakan-gerakan
dalam satu satuan waktu tertentu. Pada dasarnya kecepatan itu dibedakan atas
kecepatan reaksi dan kecepatan aksi (gerakan). Kecepatan reaksi adalah
kemampuan untuk menjawab rangsangan akustik, optik dan rangsangan taktil
secrara cepat. Rangsangan akustik maksudnya adalah rangsangan melalui
pendengaran, sementara rangsangan optik dimaksudkan adalah rangsangan yang
diberikan melalui penglihatan, misalnya seorang atlet beraksi atau bergerak
dengan memperhatikan gerakan tangan pelatihnya atau gerakan lawan, sedangkan
rangsangan taktil adalah rangsangan empat yang diberikan melalui kulit,
misalnya dengan sentuhan pada kulit. Kecepatan aksi (gerakan) diartikan sebagai
17
kemampuan dimana dengan bantuan kelentukan sistem saraf pusat dan alat-alat
otot dapat melakukan gerakan-gerakan dalam satuan waktu minimal. Kecepatan
ini biasanya terjadi dalam bentuk kecepatan gerak maju dan kecepatan gerakan
bagian-bagian tubuh. Dari uraian-uraian tersebut di atas, semua jenis baik
kecepatan aksi maupun kecepatan reaksi sangatlah dibutuhkan oleh seorang
pemain sepakbola, terlebih dalam menggiring bola. Seperti contoh kecepatan aksi,
rangsangan optik seorang pemain dapat bergerak cepat karena ada rangsangan
yang diberikan melalui penglihatan, misalnya pada waktu menguasai bola,
seorang pemain dengan sendirinya melihat gerakan lawan sehingga membuka
peluang bagi pemain tersebut secara cepat mengambil keputusan untuk melakukan
aksi selanjutnya.
F. Kelincahan
Kelincahan merupakan salah satu komponen kesegaran motorik yang
sangat diperlukan untuk semua aktivitas yang membutuhkan kecepatan perubahan
posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Di samping itu kelincahan merupakan
prasyarat untuk mempelajari dan memperbaiki keterampilan gerak dan teknik
olahraga, terutama gerakan-gerakan yang membutuhkan koordinasi gerakan.
Lebih lanjut, kelincahan sangat penting untuk nomor yang membutuhkan
kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan-perubahan situasi dalam
pertandingan.
Kelincahan (agility) adalah merupakan kemampuan untuk mengubah
posisi tubuh atau arah gerakan tubuh dengan cepat ketika sedang bergerak cepat
tanpa kehilangan keseimbangan atau kesadaran terhadap posisi tubuh. Dalam
18
komponen kelincahan ini sudah termasuk unsur mengelak dengan cepat,
mengubah posisi tubuh dengan cepat, bergerak lalu berhenti dan dilanjutkan
dengan bergerak secepatnya. Pendapat senada seperti yang diungkapkan oleh
Sajoto (1995: 9) bahwa: kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah
posisi di area tertentu. Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang
berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti
kelincahannya cukup baik. Kemampuan seperti ini membutuhkan komponen
koordinasi yang prima. Seorang atlet agar memiliki kelincahan, yakni kemampuan
untuk bergerak secepatnya dari satu titik ke titik lainnya, kemudian secara tiba-
tiba mengubah arah gerakan, menghindar atau mengelilingi objek secepatnya
memerlukan komponen kecepatan. Untuk meningkatkan komponen kelincahan ini
takarannya tergantung dari tipe olahraga yang dipergunakan.
G. Berat Badan
Menurut Soetjiningsih (1997: 27) Pengertian berat badan adalah hasil
peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang,
otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi massa tubuh. Faktor faktor itu dikelompokkan menjadi
dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup faktor-faktor
hereditas seperti gen, regulasi termis, dan metabolisme. Faktor eksternal
mencakup aktivitas fisik, dan asupan makanan. Hal ini juga dikemukakan Etty
Indriaty (2010: 120) komposisi badan dinilai dengan mengukur
komponen-komponen badan manusia, seperti jaringan lemak,
otot, muskularitas, tulang dan kandungan air dalam tubuh.
19
Etty Indriaty (2010: 80) menyebutkan berdasarkan
pengukuran tinggi badan (TB) dan berat badan (BB), seseorang
dapat digolongkan ke dalam klasifikasi ideal, normal, kelebihan
berat (overweight), kurang berat (underweight), atau terlalu
gemuk (obesity). Penggolongan tersebut berpedoman pada index
broca yaitu BB normal = (TB -110) + 10%. Orang dengan berat
badan 10% di atas berat idealnya termasuk dalam klasifikasi
normal plus dan sebaliknya normal minus. Golongan yang
termasuk dalam klasifikasi overwight adalah orang yang
mempunyai berat badan lebih dari 20% di atas ideal, dan
sebaliknya, underweight. Obesitas bagi laki-laki bila berat
badannya lebih dari 20% di atas ideal, dan bagi perempuan 25%
di atas ideal.
Selanjutnya Etty Indriaty menyatakan (2010: 81) kelebihan
berat badan (overweight) mengurangi kecepatan kontraksi otot,
dengan demikian akan mengurangi kecepatan gerak dan secara
langsung akan mengurangi kelincahan. Ini terjadi pada seluruh
tubuh maupun bagian-bagiannya. Selain dipengaruhi, kelincahan
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) tipe tubuh (somototype),
(2) usia, (3) jenis kelamin, dan (5) kelelahan. Berkenaan dengan
kecepatan dan kelincahan, jika atlet kelebihan berat badan
dianjurkan berlatih dengan program-program latihan khusus
untuk menurunkan berat badan.
20
Menurut Davis (Etty Indriaty, 2010: 121) Tipe tubuh
umumnya diklasifikasikan berdasarkan tiga konsep utama atau
dimensi-dimensi tipe tubuh, yakni: Muscularity, linearity dan
fatness. Tiga komponen tersebut diistilahkan berturut-turut
sebagai: (1)Mesomorphy, (2) Ectomorphy, dan (3) Endomorphy.
Tipe tubuh merupakan kapasitas fisik umum dan hanya sebagai
satu indikasi kecocokan seorang atlet dengan prestasi yang
tinggi. Berat badan dan tipe tubuh memainkan peranan penting
dalam pemilihan cabang olahraga tertentu. Pada banyak cabang
olahraga yang memerlukan kecepatan dan kelincahan, misalnya
permainan, tipe tubuh yang paling sesuai
adalah tipe ectomesomorph. Tipe tubuh ini jika dianalogikan
dengan berat badan identik dengan klasifikasi normal minus.
Selanjutnya Etty Indriaty (2010: 108) menyatakan orang
yang memiliki bentuk tubuh tinggi ramping (ectomorph)
cenderung kurang lincah seperti halnya orang yang bentuk
tubuhnya bundar (endomorph). Sebaliknya, orang yang bertubuh
sedang namun memiliki perototan yang baik (mesomorph)
cenderung memiliki kecepatan dan kelincahan yang lebih baik.
Telah diketahui bahwa latihan fisik yang terprogram,
terukur dan teratur akan memberikan penyesuaian terhadap
kerja fisik yang meningkat, baik dari segi fisiologis maupun
psikologis. Perubahan fisiologis yang terjadi akibat latihan
21
ditandai dengan meningkatnya fungsi organ tubuh dan otot,
yang pada gilirannya akan memberikan efisiensi gerak bagi
pelakunya. Davis, dkk (1989: 62) menyebutkan bahwa
perubahan terjadi pada tingkat jaringan otot akibat latihan yang
bersifat anaerobik meliputi: (1) peningkatan sistem ATP-PC
seiring dengan meningkatnya cadangan ATP-PC, (2) peningkatan
cadangan glukosa dan enzim-enzim glikolitik, (3) meningkatnya
kecepatan kontraksi otot, (4) hipertropi pada serabut-serabut
otot cepat, (5) meningkatnya densitas kapiler per serabut otot,
(6) meningkatnya kekuatan tendon dan ligamen, (7)
meningkatkan kemampuan rekruitmen motor unit, dan (8)
meningkatnya berat tubuh tanpa lemak. Perubaban fisiologis
yang lain adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada
struktur saraf motorik. Hal ini juga dikemukakan Fox (1984: 57)
bahwa kebanyakan riset fisiologis dari latihan terfokuskan pada
perubahan-perubahan dalam otot skelet, namun demikian
beberapa riset yang memusatkan perhatiannya pada
neoromuscular junction dan motoneuron tidak kalah pentingnya,
bahkan mungkin lebih penting, karena ditemukan bahwa kedua
struktur saraf ini menunjukkan perubahan sebagai akibat hasil
latihan. Perubahan-perubahan ini termasuk adaptasi seluler dan
subselder dalam strukturnya, modifikasi-modifikasi dari transmisi
22
dan perubahan kecepatan reflek, bahan kimia, respon biokimia
dan yang terakhir dalam motoneuron itu sendiri.
H. Hakikat Keterampilan Menggiring Bola (Dribbling)
Sepakbola modern dilakukan dengan keterampilan lari dan operan
bola dilakukan dengan gerakan-gerakan yang sederhana, dengan
kecepatan dan ketepatan. Menggiring bola diartikan dengan gerakan kaki
menggunakan bagian kaki mendorong bola agar bergulir terus-menerus di atas
tanah. Menggiring bola hanya dilakukan pada saat menguntungkan saja, yaitu
bebas dari lawan.
Menurut Sucipto (2000: 28) pada dasarnya menggiring bola adalah
menendang terputus-putus atau pelan-pelan. Bagian kaki yang digunakan dalam
menggiring bola sama dengan bagian kaki yang digunakan untuk
menendang bola. Menggiring bola bertujuan antara lain untuk mendekati
jarak sasaran, melewati lawan dan menghambat permainan.
Sukatamsi (2001: 3) Prinsip teknik menggiring bola meliputi: (1) Bola
di dalam penguasaan pemain, bola selalu dekat dengan kaki, badan pemain
terletak di antara bola dan lawan, supaya lawan tidak mudah untuk merebut
bola (2) Di depan pemain terdapat daerah kosong, bebas dari lawan, (3)
Bola digiring dengan kaki kanan atau kaki kiri, mendorong bola ke depan,
jadi bola didorong bukan ditendang, irama sentuhan kaki pada bola tidak
mengubah irama langkah kaki, (4) Pada waktu menggiring bola pandangan
mata tidak boleh selalu pada bola saja, tetapi harus pula memperhatikan atau
mengamati situasi sekitar dan lapangan atau posisi lawan maupun posisi kawan,
23
(5) Badan agak condong ke depan, gerakan tangan bebas seperti lari biasa.
Sukatamsi (2001: 3) juga mengemukakan kegunaan teknik menggiring
bola antara lain: (1) Untuk melewati lawan, (2) Untuk mencari kesempatan
memberikan bola umpan kepada teman dengan tepat, (3) Untuk menahan bola
agar tetap dalam penguasaan, menyelamatkan bola apabila tidak terdapat
kemungkinan atau kesempatan untuk dengan segera memberikan operan
kepada teman.
Menurut Sukatamsi (2001: 5) menggiring bola dapat dilakukan dengan
tiga cara, antara lain:
1. Menggiring bola dengan kura-kura bagian dalam:
a. Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam menendang
bola dengan kura-kura kaki bagian dalam
b. Kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak diayunkan
seperti teknik menendang bola, akan tetapi setiap langkah secara
teratur menyentuh atau mendorong bola bergulir ke depan dan
bola harus selalu dekat dengan kaki dengan demikian bola mudah
dikuasai dan tidak mudah direbut oleh lawan
c. Pada saat menggiring bola lutut kedua kaki harus selalu sedikit
ditekuk, dan pada waktu kaki menyentuh bola pandangan pada
bola, kemudian melihat situasi di lapangan, melihat posisi lawan dan
posisi teman.
24
Gambar 4. Menggiring bola dengan kura-kura bagian dalam
2. Menggiring bola dengan kura-kura kaki penuh
a. Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam
menendang bola dengan kura-kura penuh
b. Setiap langkah secara teratur dengan kura-kura kaki penuh kaki kanan
atau kaki kiri mendorong bola bergulir ke depan dan bola harus selalu
dekat dengan kaki
c. Pada saat menggiring bola kedua lutut selalu sedikit ditekuk, waktu
kaki menyentuh bola pandangan pada bola, jangan melihat situasi
lapangan, posisi lawan dan posisi teman
25
Gambar 5. Menggiring bola dengan kura-kura kaki penuhMenggiring bola dengan kura-kura penuh ini, pemain dapat membawa
bola dengan cepat. Dari teknik ini hanya digunakan apabila di depan pemain
terdapat daerah kosong atau bebas dari lawan, sehingga jarak untuk
menggiring bola cukup jauh.
3. Menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian luar
a. Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam posisi
menendang bola dengan kura-kura kaki bagian luar,
b. Setiap langkah secara teratur dengan kura-kura kaki bagian luar kaki
kanan atau kaki kiri mendorong bola bergulir ke depan. dan bola
harus selalu dekat dengan kaki, sesuai dengan irama lari
c. Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk, waktu kaki
menyentuh bola pandangan pada bola dan selanjutnya melihat situasi
lawan dan posisi teman.
26
Gambar 6 Menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian luar
27
H. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh:
1. Acep Ruswan (2009) judul “Pengaruh Beberapa Macam Metode Latihan
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot” (Tesis Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia) menunjukkan bahwa peningkatan
kekuatan otot melalui metode latihan berbeban system sirkuit (mean = 22, 72)
berbeda secara signifikan dibandingkan dengan metode latihan berbeban
system set (mean=15,33). Dengan kata lain metode latihan berbeban system
sirkuit lebih efektif dalam meningkatkan kekuatan otot dibandingkan dengan
metode latihan berbeban system set.
2. Asry Syam (2008) judul “Pengembangan Model Latihan Kelincahan
dalam Permainan Sepakbola”. (Jurnal, Program studi Penjaskes FIKK
Universitas Negeri Gorontalo) menunjukan hasil pengembangan model
latiahan kelincahan dalam permainan sepakbola dengan mengacu pada
konsep dasar dari kelincahan. Model yang digunakan adalah model
pengembangan intruksional yang mengahasilkan model latihan kelincahan
yang terdiri dari 6 model latihan adalah dapat digunakan.
I. Kerangka Berpikir
Sepakbola adalah olahraga yang membutuhkan gerak yang kompleks,
seperti kelincahan dan kecepatan. Setiap individu mempunyai kondisi fisik dan
kemampuan teknik yang berbeda-beda. Dengan mengikuti model latihan yang
sudah dikembangkan diharapkan pemain sepakbola dapat mengembangkan
kondisi fisik seperti kecepatan (speed) dan kelincahan (agility).
28
Kemampuan Dribbling
Latihan Kombinasi
Kombinasi kecepatan Berat badan normal plusLatihan kombinasi kelincahan Berat badan normal minus
Berat Badan
Selain berat badan yang berpengaruh terhadap kecepatan dan kelincahan,
metode latihan latihan kombinasi kecepatan dan kelincahan merupakan bentuk
variasi latihan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dribbling para
pemain sepakbola. Kerangka fikir ini juga dapat gimbarkan dalam bagan di bawah
ini:
Gambar 7. Skema kerangka berpikir
J. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
1. Ada pengaruh antara metode latihan kombinasi kecepatan dan berat badan
normal plus terhadap peningkatan keterampilan dribbling dalam permainan
sepakbola.
29
2. Ada pengaruh antara metode latihan kombinasi kelincahan dan berat badan
normal plus terhadap peningkatan keterampilan dribbling dalam permainan
sepakbola.
3. Ada pengaruh antara metode latihan kombinasi kecepatan dan berat badan
normal minus terhadap peningkatan keterampilan dribbling dalam permainan
sepakbola.
4. Ada pengaruh antara metode latihan kombinasi kelincahan dan berat badan
normal minus terhadap peningkatan keterampilan dribbling dalam permainan
sepakbola.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah
Eksperimen lapangan dengan rancangan faktorial 2x2. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ”Pree-Tes And Post-Test Group Desing”..
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada klub sepakbola PS. Persikers Pelalawan,
yang bertempat di lapangan sepakbola kecamatan Pangkalan Kerinci kabupaten
Pelalawan provinsi Riau. Penelitian ini direncanakan pada minggu ke dua bulan
Februari 2014.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Suharsimi Arikunto (2010: 173) juga mengemukakan populasi
adalah keseluruhan subyek penelitian. Hal yang sama dikemukakan Sudjana
(2010: 6) populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil penghitungan
atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari
semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-
31
sifatnya. Berdasarkan pendapat di atas populasi adalah merupakan sumber data
yang sangat penting, karena tanpa kehadiran populasi penelitian tidak akan berarti
serta tidak mungkin terlaksana. Adapun populasi yang menjadi subyek penelitian
adalah pemain sepakbola klub PS. Persikers Pelalawan.
2. Sampel
Suharsimi Arikunto (2010: 174) mengemukakan sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti, yang generalisasinya (kesimpulannya) dikenakan
terhadap semua individu atau populasi. Selanjutnya menurut Sugiyono (2010:
118) sampel adalah sebahagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.
Teknik pengambilan sampel disebut juga dengan teknik sampling. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh atau sensus.
Hal ini sesuai dengn pendapat Sugiyono (2010: 124) istilah lain sampling jenuh
adalah sesus. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Sampel dalam penelitian ini
adalah keseluruhan populasi, yaitu seluruh pemain sepakbola klub PS. Persikers
Pelalawan sebanyak 25 orang.
D. Variabel Penelitian
Saharsimi Arikunto (2010: 161) variabel adalah objek penelitian, atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Selanjutnya Sugiyono (2010: 60)
mengemukakan variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
32
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel penelitian ini adalah rancangan faktorial 2x2 dilihatkan
dua buah faktor sebagai variabel independen,yakni: metode
latihan (A) dan berat badan (B). Metode latihan dibedakan dalam
dua taraf, yaitu: (A) metode kombinasi latihan kecepatan dan (A)
metode kombinasi latihan kelincahan, serta berat badan
dibedakan dalam dua taraf, yaitu: (B) berat badan normal plus
dan (B) berat badan normal minus. Adapun variabel independen
atau respondennya adalah keterampilan dribbling.
Variabel ManipulatifMetode latihan
Latihan Kombinasi
Kecepatan (A1)
Latihan Kombinasi Kelincahan
(A2)Berat Badan normal plus (B1) A1B1 A2B1
Berat Badan normal minus (B2) A1B2 A2B2
Tabel. Kerangka faktorial 2x2
Keterangan:
A1B1 : Kelompok pemain yang memiliki berat badan normal plus dilatih
mengunakan metode kombinasi kecepatan
A2B1 : Kelompok pemain yang memiliki berat badan normal plus dilatih
mengunakan metode kombinasi kelincahan
33
A1B2 : Kelompok pemain yang memiliki berat badan normal minus
dilatih mengunakan metode kombinasi kecepatan
A2B2 : Kelompok pemain yang memiliki berat badan normal minus
dilatih mengunakan metode kombinasi kelincahan
E. Teknik dan Istrumen Pengumpulan Data
Teknik dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik tes dan pengukuran dengan menggunakan instumen-instumen
sebagai berikut:
1. Data berat badan
Etty Indriaty (2010: 80) tes dan pengukuran berat badan
tersebut berpedoman pada index broca yaitu BB ideal = (TB -
110) + 10%. Pengelompokan seuai dengan berat badan pemain
adalah sebagai berikut:
a. Sampel dengan berat badan 10% di atas berat idealnya,
maka dikelompokkan klasifikasi normal plus.
b. Sampel dengan berat badan 10% di bawah berat
idealnya, maka dikelompokkan klasifikasi normal minus.
2. Data menggiring bola
Tujuan: Mengukur keterampilan menggiring bola dengan kaki secara
cepat disertai perubahan arah. Petunujuk pelaksanaan:
a. Pada aba-aba ”siap”. Sampel berdiri di belakang garis star dengan bola
dalam penguasaan kakinya.
b. Pada aba-aba ”ya”, sampel mulai menggiring bola ke arah kiri
34
melewati rintangan pertama dan berikutnya menuju rintangan
berikutnya sesuai dengan arah panah yang telah ditetapkan sampai
melewati garis finish.
c. Bila arah salah dalam menggiring bola ia harus memperbaikinya
tanpa menggunakan anggota badan selain kaki di tempat kesalahan
terjadi dan selama itu pula stop watch tetap berjalan.
d. Bola digiring oleh kaki kanan dan kaki kiri secara bergantian, atau
paling tidak salah satu kaki pernah menyentuh bola satu kali sentuhan.
e. Gerakan tersebut dinyatakan gagal bila: sampel menggiring bola hanya
dengan menggunakan satu kaki saja, sampel menggiring bola tidak sesuai
dengan arah panah, sampel menggunakan anggota badan lainnya
selain kaki, untuk menggiring bola
f. Waktu yang ditempuh oleh sampel mulai dari aba-aba ”ya” sampai
ia melewati garis finish. Waktu dicatat sampai sepersepuluh detik.
Gambar 8. Tes dribbling
35
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Varian (ANAVA) dua jalur pada taraf signifikansi = 0,05. Selanjutnya untuk
membandingkan pasangan rata-rata perlakuan digunakan uji Rentang Newman
Keuls (Sudjana, 2002: 36). Mengingat analisis data penelitian dilakukan dengan
mengunakan ANAVA, maka sebelum sampai pada pemanfaatan ANAVA perlu
dilakukan uji persyaratan yaitu meliputi: (1) uji normalitas dan (2) uji
homogenitas varians.
1. Uji Normalitas
Teknik yang digunakan dalam uji normalitas adalah uji normalitas Lilliefors
(Sudjana, 2005: 466). Uji normalitas ini dilakukan untuk mengatahui apakah
sampel yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak.
2. Uji Homogenitas Varians
Pengujian homogenitas variansi menggunakan uji Bartlett (Sudjana, 2005:
261). Pengujian dilakukan terhadap dua kelompok perlakuan eksperimen. Uji
Bartlett adalah membandingkan nilai Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat
tabel. Hasil dari perbandingan tersebut adalah untuk menguji apakah kedua
kelompok perlakuan berasal dari populasi yang memiliki variansi homogen atau
tidak.
36
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi, maka
persyaratan untuk penggunaan ANAVA dalam analisis data sudah dipenuhi.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anspaugh, JD. Dkk. (1994). Wellness: Concepts and applications. St. Louis: Mosby year book.
Balai Pustaka. (1998). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud
Bompa, Tudor. (1994). Theory and metodology of training. Iowa : Kendall HuntPublishing company.
Davis, D. (1989). Physical education theory and practice. South Melbourne: The Macmillan company of australia, Pty. Ltd.
Etty Indriaty (2010). Antropometri untuk kedokteran, keperawatan dan olahraga. PT. Citra aji parama: Yogyakarta.
Fox, EL. (1984). Sport physiology .Tokyo: Sounders College Publishing.
Giriwijoyo, Y.S. Santosa. (1992). Ilmu faal olahraga. FPOK - IKIP Bandung:
Bandung.
Harsono. (1998). Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching. Tambak kusuma: Jakarta.
Heri Rahyubi (2012). Teori-teori belajar dan aplikasi pembelajaran motorik. Nusa media: Bandung.
Sajoto, M. (1998). Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga. FPOK IKIP Semarang: Semarang
Scheunemann Timo. (2012). Kurikulum & Pedoman dasar sepakbola Indonesia. Jakarta.
Scheunemann Timo. (2005). Dasar sepakbola modern untuk pemain dan pelatih.Percetakan dioma: Malang.
Schmidt, RA. (1991). Motor learning & performance. from principle to practice. Champaign. Illinois: Human Kinetics Books.
Siregar M.F. (2008). Matahari olahraga indonesia. Gramedia: Jakarta.
Soetjiningsih. (1997). Kesehatan untuk keluarga. Nusa media: Bandung
38
Sucipto dkk. (2000). Sepak Bola. Depdikbud: Dirjendikti.
Sudjana. (2002). Desain dan analisis eksperimen. Tarsito: Bandung.
. (2010). Metode statistika. Tarsito: Bandung.
Sugiono. (2010). Metode penelitian pendidikan. Alfabeta: Bandung.
Suharsimi Arikunto. (2010) Prosedur penelitian. Rineka cipta: Jakarta.
Suhendro. (1999). Dasar-dasar kepelatihan cetakan ketiga. Universitas terbuka. Departemem P&K: Jakarta.
Sukatamsi. (2001). Permainan Besar I Sepak Bola.Universitas terbuka: Jakarta.
39