rencana tesis

56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat dan sebagai suatu hiburan bahkan suatu permainan untuk peningkatan kondisi tubuh atau sebagai prestasi untuk membela desa, daerah, instansi atau negara. Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang menuntut adanya teknik dasar atau taktik dan strategi yang baik, kondisi fisik yang prima, mental bertanding dan kerjasama yang baik dan rapi di antara lini. Sepakbola merupakan permainan beregu, masing- masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai kecuali penjaga gawang yang diperbolehkan menggunakan lengannya di daerah gawang. Dalam perkembangannya permainan ini dapat dimainkan di luar ruangan (outdoor) dan di dalam ruangan tertutup (indoor). Permainan sepakbola dengan nilai- 1

Transcript of rencana tesis

Page 1: rencana tesis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat dan

sebagai suatu hiburan bahkan suatu permainan untuk peningkatan kondisi tubuh

atau sebagai prestasi untuk membela desa, daerah, instansi atau negara. Permainan

sepakbola adalah suatu permainan yang menuntut adanya teknik dasar atau taktik

dan strategi yang baik, kondisi fisik yang prima, mental bertanding dan kerjasama

yang baik dan rapi di antara lini.

Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri

dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini

hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai kecuali penjaga

gawang yang diperbolehkan menggunakan lengannya di daerah gawang.

Dalam perkembangannya permainan ini dapat dimainkan di luar

ruangan (outdoor) dan di dalam ruangan tertutup (indoor). Permainan sepakbola

dengan nilai-nilai universal yang ada di dalamnya mampu menyedot daya tarik

masing-masing orang, sehingga hampir semua orang pernah memainkannya.

Sesuai dengan pendapat Sucipto, dkk (1999/2000: 7) sepakbola berkembang

dengan pesat di kalangan masyarakat, karena permainan ini dapat dimainkan

oleh laki- laki dan perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang tua.

Agar bermain sepakbola menjadi lebih menarik sebaiknya memiliki

kondisi fisik yang baik dan menguasai teknik. Hal ini sesuai dengan apa yang

dikemukakan Scheunemann (2012: 2) ada empat faktor atau elemen yang harus

1

Page 2: rencana tesis

diperhatikan dalam membina atau melatih sepakbola agar pemain mendapatkan

keterampilan yang baik. Empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih

secara seksama oleh atlet sepakbola, yaitu fisik, teknik, taktik, dan jiwa

kebersamaan.

Keterampilan bermain sepakbola merupakan suatu hal yang tidak mudah

untuk didapat dan dikuasai, jika tidak melalui proses latihan dan dibimbing oleh

seorang pelatih. Berdasarkan hal ini pemain sepakbola dituntut memiliki

penguasaan teknik dasar yang baik, sebab hal tersebut merupakan syarat utama

untuk menjadi seorang pemain yang bermutu dan memiliki keterampilan yang

tinggi dalam permainan sepakbola. Teknik dasar bermain sepakbola adalah (1)

Menendang bola, (2) Menerima bola, (3) menyundul bola, (4) Menggiring bola,

(5) Gerak tipu dengan bola, (6) Merampas bola, (7) Melempar bola, (8) Teknik

pejaga gawang.

Keberhasilan dalam melakukan keterampilan teknik dapat dipengaruhi oleh

pemain itu sendiri. Perbedaan kemampuan pemain satu dengan pemain yang

lainnya diakibatkan dari kualitas fisik yang berbeda. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Heri Rahyubi (2012: 209) faktor individu berkaitan dengan

potensi, bakat, kemampuan dan kemauan seorang pembelajar. Hal ini dapat

digambarkan seperti bagan di bawah ini:

2

Page 3: rencana tesis

pengajar

Proses belajar motorik

Individu

Mampu atau tidaknya seorang pengajar memandu proses pembelajaran

Lingkungan

Berkaitan dengan potensi, bakat dan kemauan seseorang

Kondusif atau tidaknya tempat pembelajaran

Gambar 1. Skema pembelajaran gerak

Fakor yang mempengaruhi proses latihan keterampilan gerak adalah faktor

internal dan faktor eksternal. Kondisi internal mencakup faktor-faktor yang

terdapat pada individu, atau atribut lain yang membedakan pemain satu dengan

pemain lainnya. Salah satu kondisi internal adalah kemampuan fisik, kemampuan

fisik berhubungan dengan berat badan seseorang. Berat badan akan

mempengaruhi kelincahan dan kecepatan.

Menggiring bola merupakan salah satu teknik dasar yang sangat penting

dalam permainan sepakbola. Keterampilan menggiring bola dalam cabang

olahraga sepakbola harus dikuasai oleh setiap pemain khususnya posisi

penyerang, karena merupakan hal yang paling penting dalam upaya menyusun

serangan ke daerah atau gawang lawan. Menggiring bola dalam situasi bermain

artinya membawa bola dari satu lini ke lini yang lainnya dengan cara mengontrol

dari kaki ke kaki bila ruang sempit, karena lawan menutup daerahnya. Dengan

demikian keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola jelas

membutuhkan unsur-unsur kemampuan fisik terutama kecepatan dan kelincahan.

Teknik dasar sepakbola dapat berperan apabila memiliki kondisik fisik

yang baik. Komponen fisik yang dibutuhkan oleh pemain sepakbola sebagian

3

Page 4: rencana tesis

besar hampir sama dengan berbagai cabang olahraga lainnya yaitu antara lain :

Kekuatan otot (strength), Daya tahan (endurance), Kecepatan (speed), Kelentukan

(flexibility), Daya ledak (power), Kelincahan (agility), Koordinasi (coordination),

Keseimbangan (balance), Ketepatan (accuracy), Reaksi (reaction). Hal ini sesuai

dengan apa yang dikemukakan Scheunemann (2012: 2) dalam bermain sepakbola

elemen kondisi fisik yang paling berperan adalah kecepatan dan ketangkasan,

daya tahan serta ketahanan dan kekuatan.

Dalam banyak cabang olahraga khususnya cabang olahraga sepakbola,

kelincahan dan kecepatan merupakan komponen fisik yang esensial. Menurut

Harsono (1988:216) kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-

gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya. Sedangkan kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan

posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa

kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.

Peningkatan kondisi fisik dan peningkatan kemampuan teknik tidak

didapat dengan sendirinya, melainkan harus aktif berlatih. Peran pelatih juga

sangat menentukan keberhasilan suatu klub, karena seorang pelatih yang baik

akan memberikan bentuk-bentuk latihan kepada atlitnya sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai.

Latihan memang sering dianggap membosankan dan monoton apabila

metode latihan tidak dikembangkan. Metode latihan sebaiknya dilakukan

berpariasi dan menarik, sehingga dalam latihan para pemain (atlit)

melakukannya dengan semangat dan sungguh-sungguh. Apabila latihan berjalan

4

Page 5: rencana tesis

dengan baik, maka apa yang diharapkan pelatih dapat terlaksana.

PS. Persikers adalah Persatuan Sepakbola Pangkalan Kerinci dan Sekitar

yang merupakan klub sepakbola yang berada di kabupaten Pelalawan provinsi

Riau. PS. Persikers adalah salah satu dari beberapa klub di kabupaten Pelalawan

yang masih tetap aktif sampai sekarang. Banyak tropy yang sudah didapatkan

dalam pertandingan-pertandingan antar kecamatan dan antar klub sekabupaten

Pelalawan.

Keinginan terbesar pengurus PS. Persiker adalah membawa masuk klub ini

pada divisi PSPS Pekanbaru, namun kemenangan yang didapatkan di daerah tidak

bisa diterapkan dalam turnamen penyeleksian klub-klub untuk masuk divisi di

provinsi. Kekalahan tim ini sering diakibatkan dari faktor teknik menggiring

(dribbling) yang masih rendah, hal ini dapat terlihat pada saat pemain melakukan

menggiring (dribbling) masih sangat mudah untuk dihadang oleh lawan.

Beranjak dari permasalahan yang telah dikemukakan, maka perlu adanya

pembuktian secara ilmiah tentang latihan kondisi fisik terutama kecepatan (speed)

dan kelincahan (agility) dapat meningkatkan kemampuan teknik terutama pada

kemamampuan menggiring (dribbling) dengan para pemian.

Latiahan kombinasi kecepatan (speed) dan kelinchan (agility) adalah salah

satu metode latihan yang dilakukan dengan cara bermain untuk melatih

kecepatan dan kelincahan. Metode latihan ini adalah jenis metode latihan yang

dianggap cocok untuk diterapkan kepada para pemain sepakbola klub PS.

Persikers Pelalawan, karena jenis model latihan ini dilakukan dengan bermain,

sehingga para pemain PS. Persikers tidak cepat merasa bosan pada waktu

5

Page 6: rencana tesis

mengikuti latihan. Latihan yang tidak monoton atau yang menarik diharapkan

dapat memicu keberhasilan latihan, sehingga target-target yang diharapakan

pelatih akan dengan mudah tercapai.

B. Identifikasi Masalah

Keberhasilan suatu tindakan penelitian sangat bergantung kepada masalah

yang terdapat di dalamnya, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa suatu

penelitian dapat dilakukan jika terdapat masalah yang ingin dipecahkan di

dalamnya. Tanpa ada suatu masalah, maka penelitian pun tidak dapat dilakukan.

Masalah-masalah penelitian berdasarkan latar belakang di atas adalah:

1. Metode latihan kecepatan dan kelincahan apakah yang dapat

meningkatkan teknik menggiring bola para pemain klub sepakbola PS.

Persikers Pelalawan?

2. Metode latihan apakah yang dapat meningkatkan kualitas menggiring

(Dribbling) bola para pemain klub sepakbola PS. Persikers Pelalawan?

3. Apakah berat badan berpengaruh pada kelincahan dan kecepatan pemain

sepakbola PS.Persiker?

4. Metode latihan apakah yang menarik untuk latihan kondisi fisik dan teknik

para pemain klub sepakbola PS. Persikers Pelalawan?

5. Apakah berat badan berpengaruh terhadap kemampuan menggiring

(dribbling) para pemain klub sepakbola PS. Persikers Pelalawan?

6. Apakah metode latihan kombinasi kecepatan (speed), kelincahan

(agility)dan berat badan dapat berpengaruh terhadap kemampuan

6

Page 7: rencana tesis

menggiring (dribbling) bola para pemain klub sepakbola PS. Persikers

Pelalawan?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah diperlukan upaya yang nyata

untuk membuat sebuah metode latihan para pemain klub sepakbola PS. Persikers

Pelalawan, sehingga dalam mengikuti latihan mereka merasa senang, tidak bosan,

dapat meningkatkan kecepatan (speed) dan kelincahan (agility), serta dapat

menunjang peningkatan keterampilan bermin. Berpijak dari latar belakang yang

telah dikemukakan, maka masalah yang hendak dipecahkan dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut: Apakah metode latihan kombinasi kecepatan

(speed), kelincahan (agility) dan berat badan dapat berpengaruh terhadap

kemampuan menggiring (dribbling) bola para pemain klub sepakbola PS.

Persikers Pelalawan?

D. Rumusan Masalah

Setelah diidentifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah metode latihan kombinasi kecepatan (speed) dan

kelincahan (agility) untuk para pemain klub sepakbola PS. Persikers

Pelalawan?

2. Berat badan bagaimana yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan

menggiring (dribbling) bola para pemain klub sepakbola PS. Persikers

Pelalawan?

7

Page 8: rencana tesis

3. Apakah berat badan para pemain berpengaruh terhadap

kecepatan dan kelincahan?

4. Benarkah kelompok pemain yang memiliki berat badan

normal yang dilatih dengan metode kombinasi latihan

kecepatan dan kelincahan dapat berpengaruh terhadap

kemampuan menggiring bola?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan

penelitian yang ingin dicapai adalah: Untuk mengungkapkan latihan kombinasi

kecepatan, kelincahan dan berat badan dapat berpengaruh terhadap peningkatan

kemampuan menggiring bola para pemain klub sepakbola PS. Persikers

Pelalawan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan

sumbangan terhadap pengembangan pendidikan jasmani dan terhadap proses

pelatihan, yaitu untuk :

1. Bagi guru, dosen, dan pelatih sepakbola, untuk digunakan sebagai bahan

acuan dalam memilih dan menentukan metode latihan sepakbola yang

paling efektif untuk meningkatkan keterampilan menggiring (dribbling)

bola.

2. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat diterapkan untuk

menunjang peningkatan prestasi olahraga. Bahkan dapat juga digunakan

8

Page 9: rencana tesis

sebagai dasar untuk menyiapkan calon-calon atlet yang menuntut tingkat

teknik kemampuan menggiring bola yang baik.

9

Page 10: rencana tesis

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Sepakbola

Sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak

bola, dimainkan dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 11 orang

pemain yang lazim disebut kesebelasan. Masing-masing regu atau kesebelasan

berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan

mempertahankan gawangnya sendiri agar tidak kemasukan serta

menggunakan peraturan yang sudah ditentukan. Ha l yang sama

d ikemukakan Suc ip to (2000 : 7 ) sepakbola merupakan permainan

beregu, masing-masing regu terdiri dari 11 pemain dan salah satunya adalah

penjaga gawang.

Berdasarkan pendapat di atas maka sepakbola adalah permainan beregu

yang dimainkan oleh dua regu masing-masing regunya terdiri dari dari sebelas

orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Permainan boleh dilakukan

dengan seluruh bagian badan kecuali dengan kedua lengan. Hampir seluruh

permainan dilakukan dengan keterampilan kaki, kecuali penjaga gawang dalam

memainkan bola bebas menggunakan anggota badannya, dengan kaki maupun

tangannya. Sepakbola dimainkan di atas lapangan rumput yang rata, berbentuk

empat persegi panjang dimana lebar dan panjangnya lebih kurang berbanding tiga

dengan empat, panjang 90 m sampai dengan 120 m dan lebar 45 m sampai 90 m.

Pada kedua garis batas lebar lapangan di tengah-tengahnya masing-masing

didirikan sebuah gawang yang saling berhadapan. Dalam permainan digunakan

10

Page 11: rencana tesis

sebuah bola yang bagian luarnya dibuat dari kulit. Masing-masing regu

menempati separuh lapangan yang berdiri saling berhadap-hadapan. Permainan

dipimpin oleh seorang wasit yang dibantu oleh dua orang hakim garis.

Adapun tujuan dari masing-masing regu atau kesebelasan adalah berusaha

menguasai bola dan memasukkan ke dalam gawang lawannya sebanyak mungkin

dan berusaha mematahkan serangan lawan untuk melindungi atau menjaga

gawangnya agar tidak kemasukan bola. Permainan dilakukan dalam dua babak,

antara babak pertama dan babak kedua diberi waktu istirahat, dan setelah istirahat

kemudian dilakukan pertukaran tempat. Regu yang dinyatakan menang adalah

regu atau kesebelasan yang sampai akhir permainan atau pertandingan lebih

banyak memasukkan bola ke dalam gawang lawannya.

Memasukkan bola ke dalam gawang lawang dengan sebanyak-banyaknya

bukanlah hal yang mudah hal ini perlu mengandalkan kemampuan dan kerja sama

tim yang kompak. Dalam sepakbola modern sekarang, apabila suatu kesebelasan

sedang menguasai bola, maka semua pemain dalam kesebelasan tersebut kecuali

penjaga gawang akan berusaha untuk menjadi pemain yang mempunyai fungsi

sebagai penyerang, apakah pemain tersebut tugasnya sebagai seorang pemain

belakang ataupun pemain gelandang dan sebaliknya apabila bola berpindah ke

dalam kekuasaan pihak kesebelasan lawan, maka semua pemain harus dapat

melakukan fungsi sebagai seorang pemain pertahanan, tidak memandang apakah

pemain itu sebagai pemain penyerang. Dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri

permainan sepakbola modern adalah setiap pemain harus memiliki kemampuan

11

Page 12: rencana tesis

serba bisa (all round), baik sebagai pemain penyerang maupun sebagi pemain

belakang, setiap pemain boleh melakukan aksi menyerang dan membuat gol.

Permainan sepakbola berarti bermain dengan regu atau permainan tim,

maka suatu kesebelasan yang baik adalah kesebelasan yang mampu

menyelenggarakan permainan yang kompak. Artinya mempunyai kerja sama tim

yang baik dan tangguh diperlukan pemain-pemain yang dapat menguasai bagian-

bagian dari bernacam-macam teknik dasar dan trampil melaksanakannnya.

Dalam cabang olahraga sepakbola kondisi fisik yang dibutuhkan sangat

kompleks, antara lain meliputi: daya tahan, kecepatan, kelincahan, kekuatan,

kelentukan, keseimbangan, daya ledak, dan koordinasi. Karena pentingnya

kondisi fisik tersebut dalam permainan sepakbola maka perlu mendapat porsi dan

perhatian khusus dari pelatih atau pembina tim sepakbola.

Dengan demikian seorang pemain sepakbola yang tidak memiliki kondisi

fisik dan kemampuan keterampilan teknik dasar bermain tidaklah mungkin akan

menjadi pemain yang baik. Keterampilan teknik dan kondisi fisik yang baik tidak

dengan mudah dicapai, melainkan dengan melakukan latihan yang intensif.

B. Latihan

Latihan adalah suatu aktivitas olahraga yang dilakukan secara sistematis

dalam waktu yang lama yang ditingkatkan secara progresif dan individual

mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis untuk mencapai sasaran

yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Harsono (1988:

101) training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang

12

Page 13: rencana tesis

dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban

latihan pekerjaannya.

Gambar 2. Kualitas latihan dan faktor-faktor pendukung

Menurut Scheunemann (2012: 2) latihan dalam olahraga sepakbola adalah

memiliki empat faktor atau elemen yang harus diperhatikan dalam membina atau

melatih sepakbola agar pemain mendapatkan keterampilan yang baik. Empat

aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu

fisik, teknik, taktik, dan jiwa kebersamaan. Hal ini juga di kuatkan dengan

pendapat Harsono (1988: 216) dalam banyak cabang olahraga khususnya cabang

olahraga sepakbola, kelincahan dan kecepatan merupakan komponen fisik yang

esensial. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Siregar, M.F (1974: 3)

menyatakan bahwa: Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi prestasi

olahragawan adalah: Kondisi fisik, bentuk tubuh, kecakapan teknik dan taktik

permainan serta pengalaman bertanding.

Agar hasil latihan kondisi fisik dapat dipakai sebagai dasar dan penunjang

terhadap latihan yang lain, maka latihan kondisi fisik harus disusun ke dalam

program latihan yang dibuat secara sistematis dan sesuai dengan prinsip-prinsip

13

Page 14: rencana tesis

Physical preparation

Technical preparation

Tactical preparation

Psychological preparation

latihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1988: 153) bahwa "Program

latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan

ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari

sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai

prestasi yang lebih baik".

Bompa (1994: 49) juga menjelaskan bahwa ada empat persiapan yang

harus diperhatikan dalam latihan yaitu, “Physical preparation, technical

preparation, tactical preparation, psychological preparation”. Dari penjelasan

Bompa dapat disimpulkan bahwa physical preparation, technical preparation,

tactical preparation dan psychological preparation, saling berhubungan satu

dengan yang lainnya, sehingga kalau digambarkan dapat berbentuk piramida

seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 3: The Training Factors' Pyramid (Bompa, 1994:49)

Dari Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa dari keempat persiapan tersebut

(physical preparation, technical preparation, tactical preparation, dan

psychological preparation), maka persiapan fisik (physical preparation)

merupakan dasar bagi persiapan yang lain karena kondisi fisik merupakan kondisi

14

Page 15: rencana tesis

organ tubuh untuk menerima dan menjalankan aktivitas yang dituntut. Selain itu

Giriwijoyo (1992: 17) menjelaskan “Semua bentuk kegiatan manusia selalu

memerlukan dukungan fisik/jasmani, sehingga masalah kemampuan fisik/jasmani

merupakan faktor dasar bagi setiap aktivitas manusia”.

Suhendro (1999: 41) juga menjelaskan, kondisi fisik merupakan salah satu

syarat penting dalam meningkatkan prestasi seseorang atlet, dan bahkan sebagai

keperluan yang sangat mendasar untuk meraih prestasi olahraga, sebab seorang

atlet tidak dapat melangkah sampai ke puncak prestasi bila tidak didukung oleh

kondisi fisik yang baik. Bahkan Harsono (1988: 153) memberi penjelasan lebih

jauh mengenai kondisi fisik yaitu, kalau kondisi fisik baik maka:

1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.

2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik.

3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.4. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah

latihan.5. Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-

waktu respons demikian diperlukan.

Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik

memegang peranan yang sangat penting, karena kondisi fisik merupakan faktor

dasar bagi setiap aktivitas manusia dan turut berperan dalam menentukan prestasi

atlet. Dengan kondisi fisik yang baik, atlet akan dapat melaksanakan latihan-

latihan teknik, taktik, dan mental secara maksimal. Bompa (1994: 49)

menjelaskan bahwa:

Physical preparation has to be considered as one of the most, and in some cases, the most important ingredient in training required to achieve high performance. The main objectives are to increase the athlete’s

15

Page 16: rencana tesis

physiological potential and to develop biomotor abilities to the highest standards.

Maksud dari pernyataan tersebut adalah persiapan fisik harus dianggap

sebagai salah satu aspek yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam

latihan untuk mencapai prestasi maksimal. Tujuan utamanya adalah untuk

meningkatkan potensi fungsi alat-alat tubuh (fisiologis) para atlet dan untuk

mengembangkan kemampuan biomotor menuju tingkatan yang tertinggi

D. Latihan Kombinasi

Pendekata-pendekatan dalam belajar motorik terutama

menyangkut metode latihan yang selama ini dikenal adalah

metode latihan keseluruhan dan metode latihan bagian. Hal ini

sesuai dengan yang dikemukakan Schmidt (1991) metode

latihan keseluruhan digunakan pengajar untuk meningkatkan

keterampilan secara simultan dengan memakai bentuk-bentuk

latihan yang menyerupai keterampilan sesungguhnya sedangkan

metode latihan bagian digunakan pengajar untuk meningkatkan

komponen-komponen keterampilan secara terpisah dengan

memakai bentuk latihan khusus yang masih perlu dipilih atau

disesuaikan.

Untuk meningkatkan kualitas keceptan dan kelincahan

perlu didekati melalui beberapa pendekatan. Analogi dengan

pendekatan di atas, jika pengertiannya diperluas dan diterapkan

untuk kepentingan peningkatan kualitas kecepatan dan

16

Page 17: rencana tesis

kelincahan, maka pendekatan latihan keseluruhan dapat

diartikan sebagai metode yang memakai ragam bentuk latihan

yang menyerupai situasi sesunguhnya dan dilatih secara

simultan, sedangkan pendekatan latihan bagian dapat diartikan

sebagai metode yang memakai bentuk latihan khusus yang

dipilih untuk memperbaiki komponen-komponennya dan dilatih

secara terpisah. Alternatif lain yang mungkin adalah

mengkombinasikan kedua pendekatan yang ada sehingga

menjadi metode kombinasi latihan

E. Kecepatan

Salah satu elemen kondisi fisik yang sangat penting adalah kecepatan.

Secara fisiologis menurut Jonath dan Krempel (Harsono, 1988: 205) kecepatan

dapat diartikan sebagai kemampuan yang berdasarkan kelentukan (fleksibilitas),

proses sistem persyarafan dan alat-alat otot untuk melakukan gerakan-gerakan

dalam satu satuan waktu tertentu. Pada dasarnya kecepatan itu dibedakan atas

kecepatan reaksi dan kecepatan aksi (gerakan). Kecepatan reaksi adalah

kemampuan untuk menjawab rangsangan akustik, optik dan rangsangan taktil

secrara cepat. Rangsangan akustik maksudnya adalah rangsangan melalui

pendengaran, sementara rangsangan optik dimaksudkan adalah rangsangan yang

diberikan melalui penglihatan, misalnya seorang atlet beraksi atau bergerak

dengan memperhatikan gerakan tangan pelatihnya atau gerakan lawan, sedangkan

rangsangan taktil adalah rangsangan empat yang diberikan melalui kulit,

misalnya dengan sentuhan pada kulit. Kecepatan aksi (gerakan) diartikan sebagai

17

Page 18: rencana tesis

kemampuan dimana dengan bantuan kelentukan sistem saraf pusat dan alat-alat

otot dapat melakukan gerakan-gerakan dalam satuan waktu minimal. Kecepatan

ini biasanya terjadi dalam bentuk kecepatan gerak maju dan kecepatan gerakan

bagian-bagian tubuh. Dari uraian-uraian tersebut di atas, semua jenis baik

kecepatan aksi maupun kecepatan reaksi sangatlah dibutuhkan oleh seorang

pemain sepakbola, terlebih dalam menggiring bola. Seperti contoh kecepatan aksi,

rangsangan optik seorang pemain dapat bergerak cepat karena ada rangsangan

yang diberikan melalui penglihatan, misalnya pada waktu menguasai bola,

seorang pemain dengan sendirinya melihat gerakan lawan sehingga membuka

peluang bagi pemain tersebut secara cepat mengambil keputusan untuk melakukan

aksi selanjutnya.

F. Kelincahan

Kelincahan merupakan salah satu komponen kesegaran motorik yang

sangat diperlukan untuk semua aktivitas yang membutuhkan kecepatan perubahan

posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Di samping itu kelincahan merupakan

prasyarat untuk mempelajari dan memperbaiki keterampilan gerak dan teknik

olahraga, terutama gerakan-gerakan yang membutuhkan koordinasi gerakan.

Lebih lanjut, kelincahan sangat penting untuk nomor yang membutuhkan

kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan-perubahan situasi dalam

pertandingan.

Kelincahan (agility) adalah merupakan kemampuan untuk mengubah

posisi tubuh atau arah gerakan tubuh dengan cepat ketika sedang bergerak cepat

tanpa kehilangan keseimbangan atau kesadaran terhadap posisi tubuh. Dalam

18

Page 19: rencana tesis

komponen kelincahan ini sudah termasuk unsur mengelak dengan cepat,

mengubah posisi tubuh dengan cepat, bergerak lalu berhenti dan dilanjutkan

dengan bergerak secepatnya. Pendapat senada seperti yang diungkapkan oleh

Sajoto (1995: 9) bahwa: kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah

posisi di area tertentu. Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang

berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti

kelincahannya cukup baik. Kemampuan seperti ini membutuhkan komponen

koordinasi yang prima. Seorang atlet agar memiliki kelincahan, yakni kemampuan

untuk bergerak secepatnya dari satu titik ke titik lainnya, kemudian secara tiba-

tiba mengubah arah gerakan, menghindar atau mengelilingi objek secepatnya

memerlukan komponen kecepatan. Untuk meningkatkan komponen kelincahan ini

takarannya tergantung dari tipe olahraga yang dipergunakan.

G. Berat Badan

Menurut Soetjiningsih (1997: 27) Pengertian berat badan  adalah hasil

peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang,

otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi massa tubuh. Faktor faktor itu dikelompokkan menjadi

dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup faktor-faktor

hereditas seperti gen, regulasi termis, dan metabolisme. Faktor eksternal

mencakup aktivitas fisik, dan asupan makanan. Hal ini juga dikemukakan Etty

Indriaty (2010: 120) komposisi badan dinilai dengan mengukur

komponen-komponen badan manusia, seperti jaringan lemak,

otot, muskularitas, tulang dan kandungan air dalam tubuh.

19

Page 20: rencana tesis

Etty Indriaty (2010: 80) menyebutkan berdasarkan

pengukuran tinggi badan (TB) dan berat badan (BB), seseorang

dapat digolongkan ke dalam klasifikasi ideal, normal, kelebihan

berat (overweight), kurang berat (underweight), atau terlalu

gemuk (obesity). Penggolongan tersebut berpedoman pada index

broca yaitu BB normal = (TB -110) + 10%. Orang dengan berat

badan 10% di atas berat idealnya termasuk dalam klasifikasi

normal plus dan sebaliknya normal minus. Golongan yang

termasuk dalam klasifikasi overwight adalah orang yang

mempunyai berat badan lebih dari 20% di atas ideal, dan

sebaliknya, underweight. Obesitas bagi laki-laki bila berat

badannya lebih dari 20% di atas ideal, dan bagi perempuan 25%

di atas ideal.

Selanjutnya Etty Indriaty menyatakan (2010: 81) kelebihan

berat badan (overweight) mengurangi kecepatan kontraksi otot,

dengan demikian akan mengurangi kecepatan gerak dan secara

langsung akan mengurangi kelincahan. Ini terjadi pada seluruh

tubuh maupun bagian-bagiannya. Selain dipengaruhi, kelincahan

juga dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) tipe tubuh (somototype),

(2) usia, (3) jenis kelamin, dan (5) kelelahan. Berkenaan dengan

kecepatan dan kelincahan, jika atlet kelebihan berat badan

dianjurkan berlatih dengan program-program latihan khusus

untuk menurunkan berat badan.

20

Page 21: rencana tesis

Menurut Davis (Etty Indriaty, 2010: 121) Tipe tubuh

umumnya diklasifikasikan berdasarkan tiga konsep utama atau

dimensi-dimensi tipe tubuh, yakni: Muscularity, linearity dan

fatness. Tiga komponen tersebut diistilahkan berturut-turut

sebagai: (1)Mesomorphy, (2) Ectomorphy, dan (3) Endomorphy.

Tipe tubuh merupakan kapasitas fisik umum dan hanya sebagai

satu indikasi kecocokan seorang atlet dengan prestasi yang

tinggi. Berat badan dan tipe tubuh memainkan peranan penting

dalam pemilihan cabang olahraga tertentu. Pada banyak cabang

olahraga yang memerlukan kecepatan dan kelincahan, misalnya

permainan, tipe tubuh yang paling sesuai

adalah tipe ectomesomorph. Tipe tubuh ini jika dianalogikan

dengan berat badan identik dengan klasifikasi normal minus.

Selanjutnya Etty Indriaty (2010: 108) menyatakan orang

yang memiliki bentuk tubuh tinggi ramping (ectomorph)

cenderung kurang lincah seperti halnya orang yang bentuk

tubuhnya bundar (endomorph). Sebaliknya, orang yang bertubuh

sedang namun memiliki perototan yang baik (mesomorph)

cenderung memiliki kecepatan dan kelincahan yang lebih baik.

Telah diketahui bahwa latihan fisik yang terprogram,

terukur dan teratur akan memberikan penyesuaian terhadap

kerja fisik yang meningkat, baik dari segi fisiologis maupun

psikologis. Perubahan fisiologis yang terjadi akibat latihan

21

Page 22: rencana tesis

ditandai dengan meningkatnya fungsi organ tubuh dan otot,

yang pada gilirannya akan memberikan efisiensi gerak bagi

pelakunya. Davis, dkk (1989: 62) menyebutkan bahwa

perubahan terjadi pada tingkat jaringan otot akibat latihan yang

bersifat anaerobik meliputi: (1) peningkatan sistem ATP-PC

seiring dengan meningkatnya cadangan ATP-PC, (2) peningkatan

cadangan glukosa dan enzim-enzim glikolitik, (3) meningkatnya

kecepatan kontraksi otot, (4) hipertropi pada serabut-serabut

otot cepat, (5) meningkatnya densitas kapiler per serabut otot,

(6) meningkatnya kekuatan tendon dan ligamen, (7)

meningkatkan kemampuan rekruitmen motor unit, dan (8)

meningkatnya berat tubuh tanpa lemak. Perubaban fisiologis

yang lain adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada

struktur saraf motorik. Hal ini juga dikemukakan Fox (1984: 57)

bahwa kebanyakan riset fisiologis dari latihan terfokuskan pada

perubahan-perubahan dalam otot skelet, namun demikian

beberapa riset yang memusatkan perhatiannya pada

neoromuscular junction dan motoneuron tidak kalah pentingnya,

bahkan mungkin lebih penting, karena ditemukan bahwa kedua

struktur saraf ini menunjukkan perubahan sebagai akibat hasil

latihan. Perubahan-perubahan ini termasuk adaptasi seluler dan

subselder dalam strukturnya, modifikasi-modifikasi dari transmisi

22

Page 23: rencana tesis

dan perubahan kecepatan reflek, bahan kimia, respon biokimia

dan yang terakhir dalam motoneuron itu sendiri.

H. Hakikat Keterampilan Menggiring Bola (Dribbling)

Sepakbola modern dilakukan dengan keterampilan lari dan operan

bola dilakukan dengan gerakan-gerakan yang sederhana, dengan

kecepatan dan ketepatan. Menggiring bola diartikan dengan gerakan kaki

menggunakan bagian kaki mendorong bola agar bergulir terus-menerus di atas

tanah. Menggiring bola hanya dilakukan pada saat menguntungkan saja, yaitu

bebas dari lawan.

Menurut Sucipto (2000: 28) pada dasarnya menggiring bola adalah

menendang terputus-putus atau pelan-pelan. Bagian kaki yang digunakan dalam

menggiring bola sama dengan bagian kaki yang digunakan untuk

menendang bola. Menggiring bola bertujuan antara lain untuk mendekati

jarak sasaran, melewati lawan dan menghambat permainan.

Sukatamsi (2001: 3) Prinsip teknik menggiring bola meliputi: (1) Bola

di dalam penguasaan pemain, bola selalu dekat dengan kaki, badan pemain

terletak di antara bola dan lawan, supaya lawan tidak mudah untuk merebut

bola (2) Di depan pemain terdapat daerah kosong, bebas dari lawan, (3)

Bola digiring dengan kaki kanan atau kaki kiri, mendorong bola ke depan,

jadi bola didorong bukan ditendang, irama sentuhan kaki pada bola tidak

mengubah irama langkah kaki, (4) Pada waktu menggiring bola pandangan

mata tidak boleh selalu pada bola saja, tetapi harus pula memperhatikan atau

mengamati situasi sekitar dan lapangan atau posisi lawan maupun posisi kawan,

23

Page 24: rencana tesis

(5) Badan agak condong ke depan, gerakan tangan bebas seperti lari biasa.

Sukatamsi (2001: 3) juga mengemukakan kegunaan teknik menggiring

bola antara lain: (1) Untuk melewati lawan, (2) Untuk mencari kesempatan

memberikan bola umpan kepada teman dengan tepat, (3) Untuk menahan bola

agar tetap dalam penguasaan, menyelamatkan bola apabila tidak terdapat

kemungkinan atau kesempatan untuk dengan segera memberikan operan

kepada teman.

Menurut Sukatamsi (2001: 5) menggiring bola dapat dilakukan dengan

tiga cara, antara lain:

1. Menggiring bola dengan kura-kura bagian dalam:

a. Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam menendang

bola dengan kura-kura kaki bagian dalam

b. Kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak diayunkan

seperti teknik menendang bola, akan tetapi setiap langkah secara

teratur menyentuh atau mendorong bola bergulir ke depan dan

bola harus selalu dekat dengan kaki dengan demikian bola mudah

dikuasai dan tidak mudah direbut oleh lawan

c. Pada saat menggiring bola lutut kedua kaki harus selalu sedikit

ditekuk, dan pada waktu kaki menyentuh bola pandangan pada

bola, kemudian melihat situasi di lapangan, melihat posisi lawan dan

posisi teman.

24

Page 25: rencana tesis

Gambar 4. Menggiring bola dengan kura-kura bagian dalam

2. Menggiring bola dengan kura-kura kaki penuh

a. Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam

menendang bola dengan kura-kura penuh

b. Setiap langkah secara teratur dengan kura-kura kaki penuh kaki kanan

atau kaki kiri mendorong bola bergulir ke depan dan bola harus selalu

dekat dengan kaki

c. Pada saat menggiring bola kedua lutut selalu sedikit ditekuk, waktu

kaki menyentuh bola pandangan pada bola, jangan melihat situasi

lapangan, posisi lawan dan posisi teman

25

Page 26: rencana tesis

Gambar 5. Menggiring bola dengan kura-kura kaki penuhMenggiring bola dengan kura-kura penuh ini, pemain dapat membawa

bola dengan cepat. Dari teknik ini hanya digunakan apabila di depan pemain

terdapat daerah kosong atau bebas dari lawan, sehingga jarak untuk

menggiring bola cukup jauh.

3. Menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian luar

a. Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam posisi

menendang bola dengan kura-kura kaki bagian luar,

b. Setiap langkah secara teratur dengan kura-kura kaki bagian luar kaki

kanan atau kaki kiri mendorong bola bergulir ke depan. dan bola

harus selalu dekat dengan kaki, sesuai dengan irama lari

c. Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk, waktu kaki

menyentuh bola pandangan pada bola dan selanjutnya melihat situasi

lawan dan posisi teman.

26

Page 27: rencana tesis

Gambar 6 Menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian luar

27

Page 28: rencana tesis

H. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh:

1. Acep Ruswan (2009) judul “Pengaruh Beberapa Macam Metode Latihan

Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot” (Tesis Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia) menunjukkan bahwa peningkatan

kekuatan otot melalui metode latihan berbeban system sirkuit (mean = 22, 72)

berbeda secara signifikan dibandingkan dengan metode latihan berbeban

system set (mean=15,33). Dengan kata lain metode latihan berbeban system

sirkuit lebih efektif dalam meningkatkan kekuatan otot dibandingkan dengan

metode latihan berbeban system set.

2. Asry Syam (2008) judul “Pengembangan Model Latihan Kelincahan

dalam Permainan Sepakbola”. (Jurnal, Program studi Penjaskes FIKK

Universitas Negeri Gorontalo) menunjukan hasil pengembangan model

latiahan kelincahan dalam permainan sepakbola dengan mengacu pada

konsep dasar dari kelincahan. Model yang digunakan adalah model

pengembangan intruksional yang mengahasilkan model latihan kelincahan

yang terdiri dari 6 model latihan adalah dapat digunakan.

I. Kerangka Berpikir

Sepakbola adalah olahraga yang membutuhkan gerak yang kompleks,

seperti kelincahan dan kecepatan. Setiap individu mempunyai kondisi fisik dan

kemampuan teknik yang berbeda-beda. Dengan mengikuti model latihan yang

sudah dikembangkan diharapkan pemain sepakbola dapat mengembangkan

kondisi fisik seperti kecepatan (speed) dan kelincahan (agility).

28

Page 29: rencana tesis

Kemampuan Dribbling

Latihan Kombinasi

Kombinasi kecepatan Berat badan normal plusLatihan kombinasi kelincahan Berat badan normal minus

Berat Badan

Selain berat badan yang berpengaruh terhadap kecepatan dan kelincahan,

metode latihan latihan kombinasi kecepatan dan kelincahan merupakan bentuk

variasi latihan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dribbling para

pemain sepakbola. Kerangka fikir ini juga dapat gimbarkan dalam bagan di bawah

ini:

Gambar 7. Skema kerangka berpikir

J. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

1. Ada pengaruh antara metode latihan kombinasi kecepatan dan berat badan

normal plus terhadap peningkatan keterampilan dribbling dalam permainan

sepakbola.

29

Page 30: rencana tesis

2. Ada pengaruh antara metode latihan kombinasi kelincahan dan berat badan

normal plus terhadap peningkatan keterampilan dribbling dalam permainan

sepakbola.

3. Ada pengaruh antara metode latihan kombinasi kecepatan dan berat badan

normal minus terhadap peningkatan keterampilan dribbling dalam permainan

sepakbola.

4. Ada pengaruh antara metode latihan kombinasi kelincahan dan berat badan

normal minus terhadap peningkatan keterampilan dribbling dalam permainan

sepakbola.

30

Page 31: rencana tesis

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah

Eksperimen lapangan dengan rancangan faktorial 2x2. Desain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah ”Pree-Tes And Post-Test Group Desing”..

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada klub sepakbola PS. Persikers Pelalawan,

yang bertempat di lapangan sepakbola kecamatan Pangkalan Kerinci kabupaten

Pelalawan provinsi Riau. Penelitian ini direncanakan pada minggu ke dua bulan

Februari 2014.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Suharsimi Arikunto (2010: 173) juga mengemukakan populasi

adalah keseluruhan subyek penelitian. Hal yang sama dikemukakan Sudjana

(2010: 6) populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil penghitungan

atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari

semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-

31

Page 32: rencana tesis

sifatnya. Berdasarkan pendapat di atas populasi adalah merupakan sumber data

yang sangat penting, karena tanpa kehadiran populasi penelitian tidak akan berarti

serta tidak mungkin terlaksana. Adapun populasi yang menjadi subyek penelitian

adalah pemain sepakbola klub PS. Persikers Pelalawan.

2. Sampel

Suharsimi Arikunto (2010: 174) mengemukakan sampel adalah sebagian

atau wakil populasi yang diteliti, yang generalisasinya (kesimpulannya) dikenakan

terhadap semua individu atau populasi. Selanjutnya menurut Sugiyono (2010:

118) sampel adalah sebahagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.

Teknik pengambilan sampel disebut juga dengan teknik sampling. Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh atau sensus.

Hal ini sesuai dengn pendapat Sugiyono (2010: 124) istilah lain sampling jenuh

adalah sesus. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi

relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat

generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Sampel dalam penelitian ini

adalah keseluruhan populasi, yaitu seluruh pemain sepakbola klub PS. Persikers

Pelalawan sebanyak 25 orang.

D. Variabel Penelitian

Saharsimi Arikunto (2010: 161) variabel adalah objek penelitian, atau apa

yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Selanjutnya Sugiyono (2010: 60)

mengemukakan variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

32

Page 33: rencana tesis

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel penelitian ini adalah rancangan faktorial 2x2 dilihatkan

dua buah faktor sebagai variabel independen,yakni: metode

latihan (A) dan berat badan (B). Metode latihan dibedakan dalam

dua taraf, yaitu: (A) metode kombinasi latihan kecepatan dan (A)

metode kombinasi latihan kelincahan, serta berat badan

dibedakan dalam dua taraf, yaitu: (B) berat badan normal plus

dan (B) berat badan normal minus. Adapun variabel independen

atau respondennya adalah keterampilan dribbling.

Variabel ManipulatifMetode latihan

Latihan Kombinasi

Kecepatan (A1)

Latihan Kombinasi Kelincahan

(A2)Berat Badan normal plus (B1) A1B1 A2B1

Berat Badan normal minus (B2) A1B2 A2B2

Tabel. Kerangka faktorial 2x2

Keterangan:

A1B1 : Kelompok pemain yang memiliki berat badan normal plus dilatih

mengunakan metode kombinasi kecepatan

A2B1 : Kelompok pemain yang memiliki berat badan normal plus dilatih

mengunakan metode kombinasi kelincahan

33

Page 34: rencana tesis

A1B2 : Kelompok pemain yang memiliki berat badan normal minus

dilatih mengunakan metode kombinasi kecepatan

A2B2 : Kelompok pemain yang memiliki berat badan normal minus

dilatih mengunakan metode kombinasi kelincahan

E. Teknik dan Istrumen Pengumpulan Data

Teknik dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teknik tes dan pengukuran dengan menggunakan instumen-instumen

sebagai berikut:

1. Data berat badan

Etty Indriaty (2010: 80) tes dan pengukuran berat badan

tersebut berpedoman pada index broca yaitu BB ideal = (TB -

110) + 10%. Pengelompokan seuai dengan berat badan pemain

adalah sebagai berikut:

a. Sampel dengan berat badan 10% di atas berat idealnya,

maka dikelompokkan klasifikasi normal plus.

b. Sampel dengan berat badan 10% di bawah berat

idealnya, maka dikelompokkan klasifikasi normal minus.

2. Data menggiring bola

Tujuan: Mengukur keterampilan menggiring bola dengan kaki secara

cepat disertai perubahan arah. Petunujuk pelaksanaan:

a. Pada aba-aba ”siap”. Sampel berdiri di belakang garis star dengan bola

dalam penguasaan kakinya.

b. Pada aba-aba ”ya”, sampel mulai menggiring bola ke arah kiri

34

Page 35: rencana tesis

melewati rintangan pertama dan berikutnya menuju rintangan

berikutnya sesuai dengan arah panah yang telah ditetapkan sampai

melewati garis finish.

c. Bila arah salah dalam menggiring bola ia harus memperbaikinya

tanpa menggunakan anggota badan selain kaki di tempat kesalahan

terjadi dan selama itu pula stop watch tetap berjalan.

d. Bola digiring oleh kaki kanan dan kaki kiri secara bergantian, atau

paling tidak salah satu kaki pernah menyentuh bola satu kali sentuhan.

e. Gerakan tersebut dinyatakan gagal bila: sampel menggiring bola hanya

dengan menggunakan satu kaki saja, sampel menggiring bola tidak sesuai

dengan arah panah, sampel menggunakan anggota badan lainnya

selain kaki, untuk menggiring bola

f. Waktu yang ditempuh oleh sampel mulai dari aba-aba ”ya” sampai

ia melewati garis finish. Waktu dicatat sampai sepersepuluh detik.

Gambar 8. Tes dribbling

35

Page 36: rencana tesis

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

Varian (ANAVA) dua jalur pada taraf signifikansi = 0,05. Selanjutnya untuk

membandingkan pasangan rata-rata perlakuan digunakan uji Rentang Newman

Keuls (Sudjana, 2002: 36). Mengingat analisis data penelitian dilakukan dengan

mengunakan ANAVA, maka sebelum sampai pada pemanfaatan ANAVA perlu

dilakukan uji persyaratan yaitu meliputi: (1) uji normalitas dan (2) uji

homogenitas varians.

1. Uji Normalitas

Teknik yang digunakan dalam uji normalitas adalah uji normalitas Lilliefors

(Sudjana, 2005: 466). Uji normalitas ini dilakukan untuk mengatahui apakah

sampel yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak.

2. Uji Homogenitas Varians

Pengujian homogenitas variansi menggunakan uji Bartlett (Sudjana, 2005:

261). Pengujian dilakukan terhadap dua kelompok perlakuan eksperimen. Uji

Bartlett adalah membandingkan nilai Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat

tabel. Hasil dari perbandingan tersebut adalah untuk menguji apakah kedua

kelompok perlakuan berasal dari populasi yang memiliki variansi homogen atau

tidak.

36

Page 37: rencana tesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi, maka

persyaratan untuk penggunaan ANAVA dalam analisis data sudah dipenuhi.

37

Page 38: rencana tesis

DAFTAR PUSTAKA

Anspaugh, JD. Dkk. (1994). Wellness: Concepts and applications. St. Louis: Mosby year book.

Balai Pustaka. (1998). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud

Bompa, Tudor. (1994). Theory and metodology of training. Iowa : Kendall HuntPublishing company.

Davis, D. (1989). Physical education theory and practice. South Melbourne: The Macmillan company of australia, Pty. Ltd.

Etty Indriaty (2010). Antropometri untuk kedokteran, keperawatan dan olahraga. PT. Citra aji parama: Yogyakarta.

Fox, EL. (1984). Sport physiology .Tokyo: Sounders College Publishing.

Giriwijoyo, Y.S. Santosa. (1992). Ilmu faal olahraga. FPOK - IKIP Bandung:

Bandung.

Harsono. (1998). Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching. Tambak kusuma: Jakarta.

Heri Rahyubi (2012). Teori-teori belajar dan aplikasi pembelajaran motorik. Nusa media: Bandung.

Sajoto, M. (1998). Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga. FPOK IKIP Semarang: Semarang

Scheunemann Timo. (2012). Kurikulum & Pedoman dasar sepakbola Indonesia. Jakarta.

Scheunemann Timo. (2005). Dasar sepakbola modern untuk pemain dan pelatih.Percetakan dioma: Malang.

Schmidt, RA. (1991). Motor learning & performance. from principle to practice. Champaign. Illinois: Human Kinetics Books.

Siregar M.F. (2008). Matahari olahraga indonesia. Gramedia: Jakarta.

Soetjiningsih. (1997). Kesehatan untuk keluarga. Nusa media: Bandung

38

Page 39: rencana tesis

Sucipto dkk. (2000). Sepak Bola. Depdikbud: Dirjendikti.

Sudjana. (2002). Desain dan analisis eksperimen. Tarsito: Bandung.

. (2010). Metode statistika. Tarsito: Bandung.

Sugiono. (2010). Metode penelitian pendidikan. Alfabeta: Bandung.

Suharsimi Arikunto. (2010) Prosedur penelitian. Rineka cipta: Jakarta.

Suhendro. (1999). Dasar-dasar kepelatihan cetakan ketiga. Universitas terbuka. Departemem P&K: Jakarta.

Sukatamsi. (2001). Permainan Besar I Sepak Bola.Universitas terbuka: Jakarta.

39