Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN...

204
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) 2014 Republik Indonesia Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API)

Transcript of Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN...

  • Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

    2014

    Republik Indonesia

    Rencana Aksi NasionalAdaptasi Perubahan Iklim

    (RAN-API)

    Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

    2014

    Republic of Indonesia

    Rencana Aksi NasionalAdaptasi Perubahan Iklim

    (RAN-API)

  • Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim

    (RAN-API)

    Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

    2014

    Republik Indonesia

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)ii

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) iii

    Kata Pengantar

    Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional /Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

    Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Secara umum, model perubahan iklim global memprediksi semua wilayah Indonesia akan mengalami kenaikan temperatur termasuk temperatur permukaan laut yang meningkatkan dan mengubah pola serta intensitas curah hujan yang akan meningkatkan risiko banjir dan kekeringan pada musim kemarau. Hal ini memberikan dampak antara lain kekeringan berkepanjangan, banjir, bertambahnya frekuensi peristiwa iklim ekstrim yang mempengaruhi kesehatan dan mata pencaharian masyarakat serta biodiversitas dan kestabilan ekonomi yang pada akhirnya dapat meningkatkan ancaman terhadap keberhasilan pencapaian pembangunan sosial ekonomi Indonesia.

    Upaya dan strategi adaptasi, baik untuk jangka pendek, menengah, maupun untuk jangka panjang dirasakan perlu untuk melindungi masyarakat termiskin dan menghindari kerugian ekonomi yang lebih besar di kemudian hari akibat perubahan iklim. Di Indonesia dampak ekonomi perubahan iklim diperkirakan sangat besar walaupun masih sulit diperhitungkan secara pasti. Pembangunan nasional dengan agenda adaptasi terhadap dampak perubahan iklim memiliki tujuan akhir agar tercipta sistem pembangunan yang adaptif atau tahan terhadap perubahan iklim yang terjadi saat ini.

    Untuk mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim, Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya adaptasi perubahan iklim, termasuk penyusunan dokumen kebijakan nasional untuk mengatasi dampak perubahan iklim, seperti Indonesia Adaptation Strategy (Bappenas, 2011), Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim Indonesia (DNPI, 2011), Indonesia Climate Change Sectoral Road Map (Bappenas, 2010), Rencana Aksi Nasional Menghadapi Perubahan Iklim (Kementerian Lingkungan Hidup, 2007) dan rencana adaptasi sektoral oleh Kementerian/Lembaga. Dokumen Strategi Pengarusutamaan Adaptasi dalam Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas, 2012) juga telah disusun.

    Namun demikian, masih banyak kegiatan adaptasi sektor-sektor yang dapat, perlu, dan harus disinergikan pelaksanaannya dengan sektor lain, serta diintegrasikan ke dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan (RPJMN dan RKP) agar sasaran adaptasi dapat dicapai dan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dapat ditingkatkan. Untuk itu, dalam mewujudkan harmonisasi dan operasionalisasi berbagai dokumen kebijakan tersebut, maka diperlukan satu rencana aksi nasional adaptasi perubahan iklim (RAN-API), yang bersifat lintas bidang untuk jangka pendek, menengah, dan juga memberikan arahan adaptasi untuk jangka panjang.

    Akhir kata, Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan dokumen ini dan berharap dokumen ini dapat bermanfaat bagi para pelaku di tingkat nasional dan lokal.

    Jakarta, Februari 2014Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, SE, MA

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)iv

    Kata Pengantar

    Menteri Negara Lingkungan Hidup

    Sebagai wilayah yang berada diantara benua Asia dan Australia serta lautan Hindia dan Pasific, Indonesia mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Data hasil kajian yang dilakukan menunjukkan kecenderungan kenaikan temperatur permukaan mencapai sekitar 1.0C selama abad 20. Salah satu dampak perubahan iklim lain berupa perubahan pola presipitasi yang bervariasi dan cukup ekstrim mempunyai pengaruh signifikan dan meluas ke berbagai sektor pembangunan seperti ketahanan pangan, kesehatan, infrastruktur dan pemukiman, energi, ekosistem, kehutanan, perkotaan, dan pesisir.

    Potensi risiko iklim pada sektor-sektor tersebut semakin tinggi dari waktu ke waktu, dan hal tersebut dapat digambarkan dari hasil Kajian Risiko dan Adaptasi Perubahan Iklim (KRAPI) yang telah dilakukan di beberapa kota dan provinsi oleh berbagai lembaga. Hasil kajian risiko yang ada dalam dokumen ICCSR (Bappenas 2010) dan the Second National Communication/SNC (KLH 2010) menunjukkan distribusi wilayah dengan tingkat risiko iklim dari rendah sampai sangat tinggi pada beberapa bidang. Dalam dokumen tersebut juga dinyatakan bahwa Pulau Jawa, Bali dan Sumatera merupakan wilayah dengan tingkat risiko iklim yang tinggi dan sangat tinggi, dikarenakan oleh faktor non-iklim seperti demografi, geografi dan infrastruktur. Peningkatan kapasitas adaptasi menjadi sangat penting untuk diperhatikan, karena dengan kapasitas adaptasi yang kuat dapat mengurangi dampak perubahan iklim. Disamping itu, pengarusutamaan isu adaptasi perubahan iklim kedalam perencanaan pembangunan nasional dan daerah harus dilakukan supaya terwujud program dan kegiatan pembangunan yang tahan dan adaptif terhadap dampak perubahan iklim.

    Sinergi, koordinasi, dan komunikasi semua pihak menjadi penting dalam mewujudkan upaya adaptasi yang baik dan terintegrasi antar sektor dan antar wilayah. Dengan adanya RAN API, proses sinergi, komunikasi dan koordinasi diharapkan dapat berjalan dengan baik karena adanya arahan dalam proses pengarusutamaan dan penyusunan rencana pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang. Pemerintah daerah perlu menindaklanjuti arahan nasional dalam adaptasi perubahan iklim dengan menyusun strategi adaptasi perubahan iklim daerah. Strategi tersebut disusun berdasarkan rekomendasi hasil kajian kerentanan/risiko dan adaptasi perubahan iklim di daerah dan mengintegrasikannya kedalam penyusunan rencana pembangunan di daerah. Dengan adanya strategi adaptasi perubahan iklim di tiap provinsi dan kabupaten/kota, maka diharapkan dampak perubahan iklim dapat diminimalisasi, serta mempunyai arahan dan strategi daerah untuk meningkatkan ketahanan dan menurunkan tingkat kerentanan wilayah, meningkatkan tatanan kehidupan dan kesejahteraan melalui program pembangunan yang tanggap terhadap dampak perubahan iklim.

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) v

    Pengembangan sistem komunikasi, informasi, dan edukasi publik yang baik dapat mendukung implementasi pembangunan yang adaptif karena dapat meningkatkan partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat melalui berbagai inisiatif lokal yang telah berkembang di lingkungan sosial kemasyarakatan. Proses adaptasi yang baik adalah suatu proses penyesuaian yang dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi setempat dan menggali potensi dan inisiatif lokal. Program Kampung Iklim (ProKlim) dan berbagai upaya peningkatan inisiatif lokal lain merupakan contoh-contoh yang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung pengurangan dampak perubahan iklim dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan iklim.

    Akhir kata, saya ucapkan terimakasih atas partisipasi dan kerjasama berbagai pihak dalam penyusunan dokumen RAN API. Semoga dokumen ini dapat menjadi kontribusi nasional dalam penanggulangan dampak perubahan iklim melalui arahan kebijakan dan strategi adaptasi perubahan iklim. Dengan demikian sasaran RAN API yaitu peningkatan ketahanan ekonomi, ketahanan sistem kehidupan, ketahanan ekosistem, ketahanan wilayah khusus, dan sistem pendukung yang lain dapat terwujud.

    Jakarta, Februari 2014Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)vi

    Kata Pengantar

    Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

    Peristiwa fenomena cuaca dan iklim ekstrim semakin terasa meningkat dalam hal frekuensi dan intensitasnya. Berdasarkan pengalaman BMKG kenaikan suhu udara di wilayah Indonesia yang telah terjadi dalam kurun wakti 100 tahun terakhir ini berkisar 0,76C serta senantiasa disertai kejadian-kejadian ekstrim yang menjadi pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebanyak 87% bencana yang terjadi di Indonesia pada tahun 2013 adalah bencana hidrometeorolgi, seperti banjir, longsor, kekeringan, dan lain-lain. Bukti-bukti tersebut sesuai dengan hasil kajian global dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Hasil kajian BMKG terhadapa konsentrasi gas rumah kaca (GRK) pada Hari Raya Nyepi di pulau Bali menunjukkan secara nyata bahwa aktifitas manusia menjadi penyebab utama peningkatan konsentrasi GRK sebagai sumber utama pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan iklim. Peningkatan kapasitas dalam menekan kenaikan konsentrasi GRK dan dampak perubahan iklim harus menjadi prioritas utaman dalam rencana pembangunan berbagai sektor ke depan. Dampak perubahan ikim ini akan menjadi tantangan dalam pembangunan nasional kedepan akan tergerus oleh dampak perubahan iklim. Salah satu contoh nyata adalah bagaimana pola pembangunan infrastruktur merespon secara adaptif terhadap perubahan pola hujan yang menjadi lebih ekstrim.

    Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT dengan tersusunnya Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API). Dokumen ini adalah langkah awal dalam pembangunan bangsa ke depan dimana langkah lebih besar menanti ketika bersama kita akan melakukan implementasi RAN-API di semua sektor. BMKG akan selalu menempatkan diri di sektor hulu untuk implementasi ini dengan memberikan informasi-informasi terkait bukti, proses dan basis ilmiah perubahan iklim yang diharapkan menjadi rekomendasi untuk mendukung para sektor dalam dalam berbagai upaya adaptasi. Informasi yang disediakan BMKG seyogyanya dapat menjelaskan proses historis, perubahan yang kini terjadi dan proyeksi mendatang dari perubahan iklim di wilayah Indonesia secara local.

    Aksi adaptasi perubahan iklim bersifat solutif terhadap akibat perubahan iklim dan diperlukan sebagai respon saat ini terhadap keragaman paparan eksposu dampak perubahan iklim yang diterima masyarakat. Respons adaptif terhadap dampak perubahan iklim dapat dilakukan dengan memanfaatkan informasi BMKG pada sektor yang sensitif tehadap perubahan iklim. Secara tematik informasi BMKG berguna untuk peningkatan kapasitas adaptasi, pengurangan dampak, pengurangan kerentanan dan peningkatan daya tahan masyarakat. Sedangkan aksi perubahan iklim bersifat variatif dalam ruang dan waktu sehingga terus dibutuhkan informasi yang dinamis untuk memenuhi kebutuhan yang terus berkembang. Dalan hal ini BMKG akan terus berupaya untuk meningkatkan keragaman dan cakupan informasi perubahan iklim hingga dapat menjangkau lebih banyak sektor dan skala kewilayahan yang lebih luas dan lebih detail. Selain itu BMKG juga akan terus berupaya untuk menjawab tantangan kebutuhan akan common but differentiated responsibility dimana semua pihak menerima dampak perubahan iklim dengan porsi adaptasi yang berbeda beda.

    Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya untuk seluruh pihak terkait yang memungkinkan tersusunnya dokumen ini. Semoga ini menjadi langkah awal kita damalam menyelematkan sekitar 250 juta rakyat Indonesia dar dampak perubahan iklim. Banyak hal yang kita tidak bisa hindari tetapi akan lebih bik apabila kita lebih siap menghadapinya

    Jakarta, Februari 2014 Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) vii

    Kata Pengantar

    Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim / Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim

    Assalammualaikum wr.wb.,

    Tidak dapat dipungkiri lagi, perubahan iklim telah menjadi salah satu tantangan dan ancaman terbesar bagi kehidupan saat ini. Pembangunan yang telah direncanakan dan dijalankan di berbagai tingkatan dan sektor pun tidak terlepas dari tantangan dan ancaman ini. Di satu sisi, kita pahami bahwa pembangunan yang dilakukan dapat meningkatkan tantangan dan ancaman dalam bentuk semakin cepat dan meningkatnya perubahan iklim yang terjadi, sementara di sisi lain justru sebaliknya, proses pembangunan beserta hasilnyalah yang akan mendapatkan ancaman dalam bentuk dampak perubahan iklim yang semakin parah.

    Atas nama Dewan Nasional Perubahan Iklim, Saya menyambut gembira diterbitkannya dokumen Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) yang telah dihasilkan melalui proses konsultasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan. Diterbitkannya dokumen RAN-API ini akan menjadi basis serta memberikan arah dalam mengatasi dampak perubahan iklim secara antisipatif dan lebih terencana sebagai bagian dari proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Pendekatan ini pada akhirnya akan memberikan manfaat yang lebih besar dengan biaya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan pendekatan yang selama ini lebih banyak dilakukan yang bersifat reaktif, yang dilaksanakan setelah dampak terjadi.

    Penerbitan dokumen RAN-API ini juga akan memberikan kontribusi bagi peran Indonesia dalam proses internasional yang selama ini dijalani di bawah United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Dokumen ini memberikan gambaran kesiapan Indonesia dalam melaksanakan upaya adaptasi dan juga akan menjadi sumber informasi mengenai dukungan yang diperlukan oleh Indonesia dalam melaksanakannya.

    Perubahan iklim beserta dampaknya memiliki dinamika yang sangat tinggi. Hal yang sama juga terjadi dalam upaya adaptasi dampak. Karenanya, RAN-API tidak dapat menjadi dokumen yang statis melainkan harus mampu mengikuti dinamika yang ada. RAN-API hendaknya selalu menjadi living document yang mengantisipasi berbagai perkembangan yang terjadi dengan tidak meninggalkan kekhususan secara sektor dan bidang kegiatan, lokasi, kondisi sosial, ekomoni serta budaya masyarakat.

    Akhir kata, apreasiasi Saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan dan penerbitan dokumen ini. Kiranya koordinasi dan kontribusi yang baik ini pun dapat terus terjadi dalam upaya menjaga kekinian RAN-API sebagai living document, serta yang tidak kalah pentingnya juga dalam pelaksanaan aksi adaptasi terhadap dampak perubahan iklim di Indonesia.

    Wassalammualaikum wr.wb

    Jakarta, Februari 2014Prof. Dr. Rachmat Witoelar

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)viii

    Tim Penyusun

    Publikasi Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) ini dapat terlaksana melalui komitmen yang tinggi dan kerjasama yang baik antara semua pihak yang terlihat. Kementerian PPN/ Bappenas mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh anggota Tim Penyusun dan seluruh pihak yang terlibat atas kerja keras dan kontribusinya sehingga Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim ini dapat tersusun dengan baik.

    Penghargaan dan ucapan terima kasih secara khusus disampaikan kepada:

    TIMPENGARAH

    Dr.Ir.Rr.EndahMurniningtyas,M.Sc,Ir.AriefYuwono,M.A.,Ir.ImamSantosoErnawiMCM.MSc,

    Dr.WidadaSulistya,DEA

    TIMPENYUSUN

    Ir.WahyuningsihDarajati,MSc (BAPPENAS); Ir.EmmaRahmawati,M.Sc (KLH); Dr.EdvinAldrian (BMKG); Ir.AriMuhammad (DNPI); Dr.Hadiat,MA (BAPPENAS); Ir.MonttyGirianna,M.Sc.,MCP,Ph.D (BAPPENAS); Ir.NonoRusono,PG.DIP.Agr.Sci.Msi (BAPPENAS); Ir.BasahHernowo,MA (BAPPENAS); Dr.Ir.SriYantiJS.MPM(BAPPENAS); Dr.Ir.MesdinKornelisSimarmata,MSc (BAPPENAS); Ir.R.AryawanSoetiarsoPoetro,MSi (BAPPENAS); Ir.M.DonnyAzdan,MS,MA,Ph.D (BAPPENAS); Ir.DeddyKoespramoedyo,MSc (BAPPENAS); Ir.NugrohoTriUtomo,MRP (BAPPENAS); Ir.BambangPrihartono,MSCE (BAPPENAS); Ir.HayuParasati,MPS (BAPPENAS); TriDewiVirgiyanti,ST,MEM (BAPPENAS); Drs.BudiSuhardi,DEA (BMKG); HendaSriMulyanto (KLH); RachmiYuliantri (DNPI); ToguPardede,ST,MIDS (BAPPENAS); Setyawati,ST,M.NatResEcon (BAPPENAS); Ir.JRizalPrimana,MSc (BAPPENAS); Dr.Drg.TheresiaRonnyAndayani,MPH (BAPPENAS); Ir.Juari,ME (BAPPENAS); Ir.NitaKartika,M.Ec (BAPPENAS); MiaAmalia,ST,MSi,Ph.D (BAPPENAS); RobyFadillah,S.Pi,MEP (BAPPENAS); KhairulRizal,ST,MPP (BAPPENAS); YogiHarsudiono,SE (BAPPENAS); AdeCandradijaya,STP,M.Si,MSc (BAPPENAS); EwinSofianWinata,ST (BAPPENAS); SyifaaTresnaningrum,ST (BAPPENAS); LianaNurFajarUtami,ST (BAPPENAS); RudiPakpahan (BAPPENAS); NurulW (BAPPENAS)

    KEMENTERIAN/LEMBAGATERKAITPENYUSUNANRAN-API Kementerian Pertanian; Kementerian Kehutanan; Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;

    Kementerian Perindustrian; Kementerian Kelautan dan Perikanan; Kementerian Pekerjaan Umum; Kementerian Kesehatan; Kementerian Perumahan Rakyat; Kementerian Riset dan Teknologi; Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; Badan Pertanahan Nasional; Badan Informasi Geospasial; Badan Nasional Penanggulangan Bencana; Badan Koordinasi Keluarga Berencana; Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi; Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) ix

    TENAGAAHLIPENYUSUN Prof.Dr.RizaldiBoer;Ir.DjokoSantosoAbiSuroso,M.PSt,Ph.D;WilmarSalim,ST.,M.Reg.Dev.,

    Ph.D.; Ir.WahyuMulyana,MA.;Prof.Dr.RidadAgoes,MD.,MPH;Dr.SautSagala;Dr.TriWahyuHadi;HamzahLatief,Ph.D(Eng.).,Ph.D;HadiKardhana,ST.,MT.,Ph.D;M.SuhardjonoFitriyanto,M.Sc;Prof.Dr.IrsalLas;Dr.DamayantiBuchori;Dr.AkhmadFaqih;Dr.ArioDamar;Dr.DodikRidhoNurrochmat;Dr.TaniaJune;Dr.SitiAmanah;Dr.YuliSuhartono;Dr.MuhammadArdiansyah

    EDITOR Dr.Ir.ErnanRustiadi,M.Agr

    LEMBAGANON-PEMERINTAH MercyCorps; PlanIndonesia; UN-Habitat; UN-Women; WWF;

    CenterforInternationalForestryResearch (CIFOR); IkatanAhliPerencana (IAP); COMMIT

    TIMINVENTARISASIDATARAN-API Dr.ArzyanaSunkar; SigitSantosa,S.Si,M.App.Sc; NovaAnika,S.TP,M.Si;

    RamandityaWimbardana,ST

    TIMPENDUKUNG FatimahKamila,ST; AnnaAmalia,ST; IrfanDarliaziYananto,SE; EkoWibisono,ST; AndriaAnria;

    AdiRakhman,AminBudiarjo,ST,M.Sc;RigaAnggarendra,SSi;NadiaAmeliaRidwan,SSi.

    Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mitra pembangunan Japan International Cooperation Agency (JICA), Asian Development Bank (ADB), dan Deutsche Gesellschaft fr Internationale Zusammenarbeit (GIZ) yang telah membantu penyusunan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim.

    Semoga Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim ini dapat menjadi panduan yang baik dalam melaksanakan upaya adaptasi baik di tingkat nasional dan daerah, sebagai upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang adaptif perubahan iklim.

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)x

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xi

    Ringkasan Eksekutif

    LATARBELAKANG

    Telah banyak bukti-bukti ilmiah menunjukkan perubahan iklim sudah terjadi dan dirasakan oleh seluruh masyarakat dunia. Penyusunan program aksi adaptasi perubahan iklim bertujuan untuk menjamin atau mengamankan pencapaian sasaran utama pembangunan serta meningkatkan ketahanan (resillience) masyarakat, baik secara fisik, maupun ekonomi, sosial dan lingkungan terhadap dampak perubahan iklim.

    Pembangunan nasional dengan agenda adaptasi terhadap dampak perubahan iklim memiliki tujuan akhir agar tercipta sistem pembangunan yang adaptif atau tahan terhadap perubahan iklim yang terjadi saat ini. Pembangunan berkelanjutan yang mengakomodasi kegiatan adaptasi perubahan iklim diharap dapat mengurangi kerentanan saat ini sehingga tidak mengorbankan kapasitas generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini diperlukan karena perubahan iklim akan mempengaruhi dan berdampak pada semua aspek dari pembangunan setiap sektor.

    Diharapkan dengan disusunnya Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) ini upaya-upaya adaptasi dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan terintegrasi serta memberikan dampak yang lebih besar dalam mendukung capaian tujuan pembangunan nasional yang berkelanjutan dan adaptif atau tahan terhadap perubahan iklim.

    MAKSUDDANTUJUAN

    Maksud dari penyusunan RAN-API ini adalah menghasilkan sebuah rencana aksi nasional untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim, yang terkoordinasi secara terpadu dengan semua pemangku kepentingan yang terlibat, baik dari pemerintah, organisasi kemasyarakatan, masyarakat, swasta, dll.

    Tujuan utama dari adaptasi perubahan iklim dalam RAN-API adalah terselenggaranya sistem pembangunan yang berkelanjutan dan memiliki ketahanan (resiliensi) tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Tujuan utama tersebut akan dicapai dengan membangun ketahanan ekonomi, ketahanan tatanan kehidupan, baik secara fisik, maupun ekonomi dan sosial, dan menjaga ketahanan ekosistem serta ketahanan wilayah khusus seperti pulau-pulau kecil untuk mendukung sistem kehidupan masyarakat yang tahan terhadap dampak perubahan iklim.

    RAN-APIDALAMPERENCANAANPEMBANGUNANNASIONAL

    RAN-API merupakan bagian dari kerangka pembangunan nasional Indonesia. Dari sisi perencanaan pembangunan nasional, RAN-API merupakan rencana tematik lintas bidang yang lebih spesifik dalam mempersiapkan rencana pembangunan yang memiliki daya tahan terhadap perubahan iklim (climate proof/resilient development) di tingkat nasional. RAN-API diharapkan dapat memberikan arahan pada Rencana Kerja Pemerintah maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di masa depan, agar lebih tanggap terhadap dampak perubahan iklim. RAN-API tidak menjadi dokumen terpisah yang memiliki kekuatan legal formal tersendiri, namun menjadi masukan utama dan bagian integral dari dokumen perencanaan pembangunan nasional dan perencanaan Kementerian/Lembaga (K/L). RAN-API juga merupakan acuan bagi

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)xii

    pemerintah daerah dalam menyusun Strategi/Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim sebagai arahan dalam menyiapkan dokumen perencanaan pembangunan yang tahan perubahan iklim.

    Untuk pelaksanaan adaptasi perubahan iklim di daerah perlu disusun Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD-API) di tingkat Provinsi yang penyusunannya merupakan tanggung jawab daerah masing-masing dengan koordinasi dari Kementerian Dalam Negeri. RAD-API disusun dengan melibatkan dinas teknis terkait dan sesuai dengan prioritas pembangunan daerah berdasarkan kemampuan APBD dan masyarakat.

    ARAHKEBIJAKANDANSASARANRENCANAAKSINASIONALADAPTASIPERUBAHANIKLIM

    Dengan memperhatikan pengertian adaptasi perubahan iklim serta tujuannya, adaptasi dapat dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan (resiliensi) suatu sistem terhadap dampak perubahan iklim. Sehingga adaptasi perubahan iklim di Indonesia diarahkan sebagai:

    1. Upaya penyesuaian dalam bentuk strategi, kebijakan, pengelolaan/manajemen, teknologi dan sikap agar dampak (negatif) perubahan iklim dapat dikurangi seminimal mungkin, dan bahkan jika memungkinkan dapat memanfaatkan dan memaksimalkan dampak positifnya.

    2. Upaya mengurangi dampak (akibat) yang disebabkan oleh perubahan iklim, baik langsung maupun tidak langsung, baik kontinu maupun diskontinu dan permanen serta dampak menurut tingkatnya.

    Dengan memperhatikan sektor-sektor dan aspek pembangunan yang terkena dampak perubahan iklim dapat dikatakan bahwa untuk memastikan pencapaian sasaran pembangunan nasional dengan adanya dampak perubahan iklim diperlukan ketahanan di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Selain itu, mengingat bahwa negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang rentan terhadap perubahan iklim diperlukan pula ketahanan di wilayah khusus seperti pulau-pulau kecil, pesisir dan perkotaan. Untuk itu, dalam kaitan ini, Sasaran Strategis RAN-API diarahkan untuk: (i) membangun ketahanan ekonomi, (ii) membangun tatanan kehidupan (sosial) yang tangguh terhadap dampak perubahan iklim (ketahanan sistem kehidupan), (iii) menjaga keberlanjutan layanan jasa lingkungan ekosistem (ketahanan ekosistem) dan (iv) penguatan ketahanan wilayah khusus di perkotaan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Untuk mendukung penguatan-penguatan di berbagai bidang tersebut, dibutuhkan sistem pendukung penguatan ketahanan nasional menuju sistem pembangunan yang berkelanjutan dan tangguh terhadap perubahan iklim.

    STRATEGIDANRENCANAAKSIADAPTASIPERBIDANG

    Sasaran pembangunan setiap sektor tidak mungkin dapat dicapai dengan optimal tanpa didukung oleh sektor lain. Oleh karena itu, penetapan langkah aksi adaptasi setiap sektor dalam rangka membangun ketahanan ekonomi, tatanan kehidupan, ekosistem dan wilayah khusus terhadap dampak perubahan iklim perlu melihat keterkaitan program antar sektor. Hal ini dapat dijadikan sebagai landasan dalam membangun sinergitas dan mengisi gap kegiatan aksi adaptasi yang perlu dikembangkan agar sasaran RAN-API dapat dicapai.

    MEKANISMEPELAKSANAAN

    MEKANISMEKOORDINASI Penyusunan dokumen RAN-API diharapkan dapat meningkatkan koordinasi antar kementerian/lembaga

    terkait dan juga pelibatan pemangku kepentingan lainnya baik swasta, lembaga swadaya masyarakat, lembaga kerjasama internasional, universitas dan lembaga penelitian. Dalam rangka memudahkan koordinasi dalam penanganan perubahan iklim baik mitigasi maupun adaptasi dan untuk meningkatkan

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xiii

    efisiensi dan efektivitas pencapaian perencanaan rencana aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, Menteri PPN/Kepala Bappenas telah mengeluarkan SK Menteri PPN/Kepala Bappenas No Kep.38/M.PPN/HK/03/2012 tentang pembentukan Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim, yang terdiri dari 6 (enam) kelompok kerja, diantaranya Kelompok Kerja Adaptasi.

    Pemerintah Daerah memiliki peran penting dalam pelaksanaan adaptasi sesuai dengan kondisi wilayah

    dan tingkat kerentanan yang dimilikinya. Pada dasarnya dampak langsung perubahan iklim terjadi pada skala lokal sehingga tindakan adaptasi dilakukan pada tingkatan dan kondisi lokal setempat. Untuk menghasilkan upaya adaptasi yang efektif diperlukan upaya menyeluruh pada berbagai tingkatan pemerintah, dipandu dan didukung dengan adanya strategi dan kebijakan adaptasi di tingkat pusat. Penyusunan dan pelaksanaan RAN-API dan RAD-API perlu memperhatikan pembagian kewenangan dan urusan pemerintahan pada bidang yang terkait dengan adaptasi perubahan iklim.

    MEKANISMEPENDANAANADAPTASI Sampai saat ini belum ada kebijakan pendanaan adaptasi perubahan iklim yang secara khusus

    dikembangkan untuk mendukung pelaksanaan rencana aksi adaptasi di Indonesia. Di dalam perencanaan jangka menengah, isu perubahan iklim telah mendapatkan prioritas pendanaan

    melalui mekanisme APBN. Selain itu, kebijakan pendanaan perubahan iklim tidak hanya berasal dari sumber pendanaan domestik, namun dikembangkan dari berbagai sumber pendanaan lain termasuk kerjasama internasional dan sektor swasta. Berbagai program adaptasi perubahan iklim selama ini banyak didukung oleh pendanaan yang berasal dari kerjasama internasional, baik dalam bentuk peningkatan kapasitas maupun pembiayaan proyek percontohan.

    Pendanaan dalam negeri yang menjadi prioritas utama dalam pendanaan RAN-API bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan RPJMN 2010-2014 dan RKP tahun berjalan. Sumber pendanaan dalam negeri lainnya, seperti APBD, hutang pemerintah, investasi swasta (perbankan dan non-perbankan), dan corporate social responsibility (CSR).

    Sumber dana dari internasional lainnya secara luas dapat dipakai baik oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta. Pemakaian sumber ini sangat bergantung kepada mekanisme pengusulan yang berlaku pada masing-masing institusi penyedia dana.

    MEKANISMEMONITORING,EVALUASI,KAJIULANGDANPELAPORAN Proses pemantauan dan evaluasi RAN-API diperlukan untuk memastikan pencapaian target dan sasaran

    penurunan emisi yang telah ditetapkan. Proses pemantauan pelaksanaan kegiatan RAN-API dilakukan oleh Kementerian/Lembaga terkait dan secara berkala dilaporkan kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas. Mekanisme Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan akan diatur kemudian sesuai dengan peraturan yang berlaku.Upaya monitoring dan evaluasi yang dilakukan harus sejalan dengan sistem monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan.

    Kementerian PPN/Bappenas akan melakukan proses evaluasi dan kaji ulang RAN-API yang terintegrasi secara berkala sesuai dengan kebutuhan nasional dan perkembangan global terkini.

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)xiv

    Daftar Isi

    iii Kata Pengantarviii Tim Penyusunxi Ringkasan Eksekutifxiv Daftar Isixvi Daftar Gambarxvii Daftar Tabelxviii Daftar Singkatanxxi Glossary

    1 Bab1. Pendahuluan2 1.1 Latar Belakang3 1.2 Maksud dan Tujuan3 1.3 Kerangka Hukum4 1.4 Kedudukan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API)6 1.5 Pendekatan dan Kerangka Kerja

    7 Bab2. PerubahanIklimdanDampaknyadiIndonesia8 2.1 Iklim Indonesia8 2.1.1 Pola Tahunan Curah Hujan dan Temperatur Permukaan9 2.1.2 Keragaman Iklim (Climate Variability)11 2.1.3 Iklim Maritim dan Variasi Tinggi Muka Air Laut12 2.2 Analisis Perubahan Iklim di Indonesia Berdasarkan Data Pengamatan12 2.2.1 Tren Perubahan Temperatur Permukaan13 2.2.2 Tren Perubahan Curah Hujan15 2.2.3 Tren Kenaikan Suhu permukaan laut (SPL)16 2.2.4 Tren Kenaikan Tinggi Muka Laut (TML)17 2.2.5 Tren Kejadian Cuaca dan Iklim Ekstrem17 2.3 Proyeksi Perubahan Iklim Berdasarkan Model-Model AR4-IPCC17 2.3.1 Proyeksi Kenaikan Temperatur Permukaan18 2.3.2 Proyeksi Perubahan Curah Hujan19 2.3.3 Proyeksi Kenaikan Suhu permukaan laut dan Tinggi Muka Laut21 2.3.4 Proyeksi Kejadian Cuaca dan Iklim Ekstrem21 2.4 Potensi Dampak Perubahan Iklim29 2.5 Wilayah Rentan Terhadap Perubahan Iklim

    31 Bab3.ArahKebijakandanSasaranRencanaAksiNasionalAdaptasiPerubahanIklim32 3.1 Arah Kebijakan RAN-API34 3.2 Sasaran RAN-API

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xv

    39 Bab4. StrategidanRencanaAksiAdaptasiPerBidang

    40 4.1 Bidang Ketahanan Ekonomi40 4.1.1 Rencana Aksi Sub Bidang Ketahanan Pangan42 4.1.2 Rencana Aksi Sub Bidang Kemandirian Energi42 4.2 Bidang Ketahanan Sistem Kehidupan42 4.2.1 Rencana Aksi Sub Bidang Kesehatan43 4.2.2 Rencana Aksi Sub Bidang Permukiman44 4.2.3 Rencana Aksi Sub Bidang Infrastruktur45 4.3 Bidang Ketahanan Ekosistem48 4.4 Bidang Ketahanan Wilayah Khusus48 4.4.1 Rencana Aksi Sub Bidang Perkotaan 49 4.4.2 Rencana Aksi Sub Bidang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil50 4.5 Bidang Sistem Pendukung

    55 Bab5. MekanismePelaksanaan

    56 5.1 Mekanisme Koordinasi58 5.2 Mekanisme Pendanaan Adaptasi58 5.2.1 Sumber Pendanaan Domestik59 5.2.2 Sumber Pendanaan Internasional61 5.3 Mekanisme Monitoring, Evaluasi, Kaji Ulang dan Pelaporan61 5.3.1 Monitoring Evaluasi dan Pelaporan61 5.3.2 Mekanisme Kaji Ulang RAN-API

    63 Bab6. PemilihanLokasiPercontohanKegiatanRAN-API

    72 Lampiran1 Matrik Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API)

    158 Lampiran2 Ringkasan Dampak Perubahan Iklim

    167 Lampiran3 Area Prioritas dan Pertimbangan Mengintegrasikan Aspek Gender dalam Program Aksi Adaptasi Perubahan Iklim

    173 Referensi

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)xvi

    Daftar Gambar

    5 Gambar1.1 Bagan Kedudukan Rencana Aksi Nasional dalam Kerangka Pembangunan Nasional2 Maksud dan Tujuan

    8 Gambar2.1 Peta tipe hujan di Indonesia yang digunakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG; Makmur, 2012)

    9 Gambar2.2 Citra satelit pada kanal Visible yang memperlihatkan evolusi aktivitas konvektif diurnal dengan berbagai skala. Masing-masing kolom kiri, tengah, dan kanan, menunjukkan waktu pengamatan pagi, siang, dan sore hari, sedangkan setiap baris memperlihatkan tanggal yang berbeda

    12 Gambar2.3 Hasil analisis serupa dengan dengan Gambar 2.3 tetapi untuk Tinggi Muka Laut (TML) dengan (a) DMI dan (b) indeks NINO 3.4

    12 Gambar2.4 Tren temperatur rata-rata tahunan untuk wilayah daratan di Indonesia (6LU - 1108LS dan 95BT - 14145BT) berdasarkan data dari CRU TS3.1

    13 Gambar2.5 Tren Perubahan Curah Hujan Musiman pada Bulan (a) DJF dan (b) JJA di Wilayah Indonesia (KLH, 2010)

    13 Gambar2.6 Perubahan Nilai Curah Hujan Rerata 30-tahun Untuk Setiap Bulan (a) pada Beberapa Kurun Waktu dan (b) Grafik Moving Average-nya Untuk Bulan-Bulan Basah DJF (Bappenas, 2010c)

    14 Gambar2.7 Contoh hasil analisis tren curah hujan bulan Januari dari data GPCC: (a) nilai rata- rata baseline 19611990 dan (b) selisih nilai rata-rata periode 19802010 (data sampai 2007) dengan baseline (Bappenas, 2010c)

    15 Gambar2.8 Time-series anomali SPL relatif terhadap rata-rata SPL pada 19012000 dan trennya, secara global (biru), di daerah tropis (hijau), dan perairaran Indonesia (merah) yang dihitung berdasarkan data NOAA hasil rekonstruksi untuk periode 18542010

    15 Gambar2.9 Tren linier kenaikan SPL selama 30 tahun dari tahun 1982 sampai 2011 yang dihitung dari data hasil rekonstruksi NOAA dengan resolusi 0.5 lat/lon12

    16 Gambar2.10 Variasi anomali TML rata-rata di perairan Indonesia tahun 18602010, yang dihitung dari data SODA (garis penuh hijau), ROMS-SODA (garis putus-putus merah), dan altimeter (garis putus-putus biru). Selain itu juga diperlihatkan garis tren linier yang dihitung untuk tiap-tiap data tersebut

    16 Gambar2.11 Pola spasial SLR di perairan Indonesia yang ditunjukkan oleh: (a) tren kenaikan TML pada periode 19932011, dan (b) selisih rata-rata TML periode 20052011 relatif terhadap rata-rata TML periode 19932005

    17 Gambar2.12 (a) Kurva cumulative distribution function (CDF) dengan nilai ambang untuk peluang curah hujan harian 1% tertinggi berdasarkan data satelit TRMM selama periode 19982008. (b) Sebaran nilai perubahan peluang curah hujan harian ekstrem pada data TRMM periode 2003-2008 relatif terhadap nilai peluang pada periode 19982002

    18 Gambar2.13 Proyeksi temperatur permukaan untuk rata-rata wilayah Malang, Jawa Timur berdasarkan keluaran model AR4-IPCC setelah melalui proses downscaling dan perata-rataan ensemble. Diperlihatkan pula data historis sejak tahun 1951 sampai dengan 2010 dan hasil simulasi model GCM untuk abad ke-20 serta proyeksi untuk tiga skenario SRES B1, A1B, dan A2. Data time series bulanan telah dihaluskan terlebih dahulu agar memperlihatkan tren jangka panjang (KLH, 2012a)

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xvii

    20 Gambar2.14 Estimasi Laju Kenaikan TML di Indonesia Berdasarkan Model dengan Penambahan Dynamic Ice Melting (Bappenas, 2010b)

    24 Gambar2.15 Risiko penurunan ketersediaan air (kiri-atas), banjir (kanan-atas), kekeringan (kiri- bawah), dan tanah longsor (kanan-bawah) berdasarkan skenario SRA2 pada periode 2020-2025 (Bappenas, 2010)

    25 Gambar2.16 Risiko penggenangan air laut di pesisir akibat bahaya kenaikan muka air laut, variabilitas iklim La-Nina, dan gelombang badai yang disertai dengan kejadian air pasang tertinggi perigee (Bappenas, 2010)

    26 Gambar2.17 Risiko Dampak Perubahan Iklim terhadap Kejadian Penyakit Malaria, Demam Berdarah Dengue, dan Diare (Bappenas, 2010)

    26 Gambar2.18 Perkiraan perubahan produksi padi per kabupaten di Pulau Jawa pada tahun 2025 dibandingkan dengan produksi saat ini (2010) akibat kenaikan temperatur dan konsentrasi CO2 untuk skenario SRESB1 dan SRESA2 pada berbagai skenario perubahan luas lahan sawah dan indeks penanaman padi (Bappenas, 2010)

    27 Gambar2.19 Klasifikasi Region Berdasarkan Pola Densitas Hot-Spot Kebakaran Hutan (KLH, 2010)

    29 Gambar2.20 Klasifikasi Wilayah berdasarkan Kerentanan terhadap Perubahan Iklim (SIDA, 2009)

    34 Gambar3.1 Tujuan dan Sasaran Strategis RAN-API

    56 Gambar5.1 Struktur Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim

    70 Gambar6.1 Daerah Percontohan Kegiatan RAN-API

    Daftar tabel

    10 Tabel2.1 Tren Perubahan Temperatur Permukaan dari Beberapa Kajian Iklim Indonesia

    14 Tabel2.2 Proyeksi perubahan curah hujan rata-rata di wilayah Indonesia untuk periode 2010 2020 (relatif terhadap 19802000) berdasarkan analisis tren polinomial data observasi (Bappenas, 2010a)

    19 Tabel2.3 Ringkasan kajian terkait proyeksi curah hujan di Indonesia

    20 Tabel2.4 Proyeksi Kenaikan Rata-Rata TML Tanpa Penambahan Dynamic Ice Melting di Perairan Indonesia (Bappenas, 2010b)

    22 Tabel2.5 Ringkasan Dampak Perubahan Iklim pada Bidang-Bidang Terkait

    28 Tabel2.6 Tingkat Risiko Perubahan Iklim Berdasarkan Wilayah di Indonesia (modifikasi dari dokumen ICCSR Bappenas, 2010 dengan masukan dari dokumen SNC KLH, 2010)

    30 Tabel2.7 Lima puluh Wilayah Terentan terhadap Perubahan Iklim Indonesia (Sida, 2009)

    51 Tabel4.1 Alur Pemikiran RAN-API

    65 Tabel6.1 Daerah Percontohan Kegiatan RAN-API

    66 Tabel6.2 Ringkasan Penilaian VA untuk Lokasi Kegiatan Percontohan RAN-API (hasil preliminary)

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)xviii

    ADB Bank Pembangunan AsiaAPBD Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahAPBN Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraAR4-IPCC Laporan Evaluasi Keempat dari Panel Antar-Pemerintah untuk Perubahan IklimASEAN Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia TenggaraASPL Anomali Suhu Permukaan LautBAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan NasionalBATAN Badan Tenaga Nuklir NasionalBBN Bahan Bakar NabatiBIG Badan Informasi GeospasialBKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana NasionalBMI Benua Maritim IndonesiaBMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan GeofisikaBNPB Badan Nasional Penanggulangan BencanaBPPT Badan Pengkajian dan Penerapan TeknologiBUMN Badan Usaha Milik NegaraCDF Fungsi Distribusi KumulatifCH Curah HujanCH4 MetanaCIFOR Pusat Penelitian Hutan InternasionalCMAP Rencana Mitigasi dan Adaptasi IklimCO2 KarbondioksidaCOP Konferensi MultipihakCRU Unit Penelitian IklimCRV Desa Pesisir TangguhCSO Organisasi Masyarakat SipilCSR Tanggung Jawab Sosial PerusahaanDAS Daerah Aliran SungaiDBD Demam Berdarah DengueDJF Desember Januari - FebruariDME Desa Mandiri EnergiDMI Dipole Mode IndexDMP Desa Mandiri PanganDNPI Dewan Nasional Perubahan IklimENSO El Nino-Southern OscillationGCM Model Iklim GlobalGEF Fasilitas Lingkungan GlobalGHGs Gas Rumah KacaGIZ Badan Kerja Sama Internasional JermanGPCC Pusat Presipitasi Klimatologi GlobalHKm Hutan KemasyarakatanHPH Hak Pengusahaan HutanHTI Hutan Tanaman IndustriHTR Hutan Tanaman RakyatIAP Ikatan Ahli PerencanaanICCSR Peta Jalan Perubahan Iklim Sektoral Indonesia

    Daftar Singkatan

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xix

    ICCTF Dana Perwalian Perubahan Iklim IndonesiaIOD Indian Ocean DipoleIPCC Panel Antar-Pemerintah untuk Perubahan IklimIPO Interdecadal Pacific OscillationISV Variasi Intra-musimJAS Juli Agustus - DesemberJICA Badan Kerja Sama Internasional JepangJIDES Jaringan Irigasi DesaJITUT Jaringan Irigasi Tingkat Usaha TaniJJA Juni Juli - AgustusK/L Kementerian/LembagaKemenhut Kementerian Kehutanan Kemenkes Kementerian KesehatanKemenpera Kementerian Perumahan RakyatKementan Kementrian PertanianKemen ESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya MineralKemen PPN Kementerian Perencanaan Pembangunan NasionalKemen PU Kementerian Pekerjaan UmumKKP Kementerian Kelautan dan PerikananKLH Kementerian Lingkungan HidupKLHS Kajian Lingkungan Hidup StrategisKPH Kesatuan Pengelola HutanKRPL Kawasan Rumah Pangan LestariLAPAN Lembaga Penerbangan dan Antariksa NasionalLIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan IndonesiaLitbang Penelitian dan PengembanganLPND Lembaga Penelitian Non DepartemenLSM Lembaga Swadaya MasyarakatNGOs Organisasi-Organisasi Non PemerintahNIE Entitas Pelaksana NasionalNOAA Badan Kelautan dan Atmosfer Amerika SerikatNSPK Norma, Standar, Prosedur dan KriteriaN2O Nitrogen dioksidaOPT Organisme Pengganggu TanamanO3 OzonPBB Perserikatan Bangsa-BangsaPDB Produk Domestik Bruto PDO Pacific Interdecadal OscillationPemda Pemerintah DaerahPHBM Pengelolaan Hutan Bersama MasyarakatPHLN Pinjaman/Hibah Luar NegeriPKA Penurunan Ketersediaan AirPLTA Pembangkit Listrik Tenaga AirPLTPB Pembangkit Listrik Tenaga Panas BumiPokja Kelompok KerjaPP Peraturan Pemerintah

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)xx

    PPK Pulau-Pulau KecilPPP Kemitraaan Publik SwastaPTT Pengelolaan Tanaman TerpaduPUG Pengarusutamaan GenderRAD Rencana Aksi DaerahRAD-API Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan IklimRAN Rencana Aksi NasionalRAN-API Rencana Aksi Nasional - Adaptasi Perubahan IklimRAN-GRK Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah KacaRAN-MAPI Rencana Aksi Nasional - Mitigasi Adaptasi Perubahan IklimRDTR Rencana Detail Tata RuangREDD Reducing Emission from Deforestation and DegradationRenja Rencana KerjaRenja K/L Recana Kerja Kementerian/LembagaRenja SKPD Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat DaerahRenstra Rencana StrategisRenstra K/L Rencana Strategis Kementerian/LembagaRKP Rencana Kerja PemerintahRKPD Rencana Kerja Pemerintah DaerahROMS-SODA Regional Ocean Modelling System - Simple Ocean Data AssimilationRPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah DaerahRPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang DaerahRPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang NasionalRPPLH Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan HidupRTH Ruang Terbuka HijauRTRW Rencana Tata Ruang WilayahRTRWN Rencana Tata Ruang Wilayah NasionalRTRWP Rencana Tata Ruang Wilayah ProvinsiSDM Sumber Daya ManusiaSIARANG Sistem Informasi Kebakaran Hutan Berbasis KeruanganSJII Sistem Jaringan Informasi IklimSK Surat KeputusanSKPD Satuan Kerja Perangkat DaerahSLR Kenaikan Permukaan LautSNC Dokumen Komunikasi Nasional KeduaSON September - Oktober - NovemberSPL Suhu Permukaan LautSRA Agenda Penelitian StrategisSRES Laporan Khusus tentang Berbagai Skenario EmisiSRI Sistem Intensifikasi PadiSUT Sistem Usaha TaniTML Tinggi Muka LautTRMM Misi Pengukuran Curah Hujan TropisTTO Osilasi 10-12 tahunUNDP Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-BangsaUNFCCC Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan IklimUU Undang-Undang VIM Variasi Intra-musimWMO Organisasi Meteorologi DuniaWWF Dana Margasatwa Dunia

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xxi

    Adaptasi Penyesuaian dalam sistem alam atau sistem buatan manusia untuk menjawab rangsangan atau pengaruh iklim, baik yang bersifat aktual ataupun perkiraan, dengan tujuan mengontrol bahaya yang ditimbulkan atau memberikan kesempatan yang menguntungkan. Adaptasi dapat juga didefinisikan sebagai usaha alam atau manusia menyesuaikan diri untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang sudah atau mungkin terjadi.

    Altimeter Alat untuk mengukur ketinggian atau tinggi suatu tempat dari permukaan bumi berdasarkan tekanan udara (biasa digunakan di dalam pesawat terbang).

    Antropogenik Sesuatu yang diakibatkan aktivitas manusia.

    BencanaHidro-meteorologi Bencana yang terjadi akibat faktor cuaca dan iklim, baik berasal dari atmosfer (seperti curah hujan dan suhu udara) dan dari laut (seperti hempasan gelombang/ombak, kenaikan level muka air laut).

    Climate Proof Pembangunan atau pengembangan sistem kehidupan manusia yang sudah memperhitungkan perubahan factor-faktor iklim sehingga sistem tersebut dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan pada berbagai skenario kondisi iklim.

    ClimateSmartAgriculture UUpaya-upaya yang dilakukan dalam sektor pertanian untuk mengurangi dampak perubahan Iklim, dengan cara beradaptasi terhadap perubahan iklim melalui berbagai cara,metode, dan alat, pengetahuan, dan teknologi.

    Cuaca Keadaan udara/atmosfer (faktor temperatur, cahaya matahari, kelembaban, kecepatan angin, dan sebagainya) pada satu tempat tertentu dengan jangka waktu yang terbatas.

    DampakPerubahanIklim Akibat yang ditimbulkan dari proses perubahan iklim terhadap alam dan manusia, seperti terjadinya banjir rob di pesisir akibat kenaikan permukaan air laut.

    Dipole Mode Index(DMI) Indeks yang dihitung berdasarkan perbedaan (selisih) antara anomali suhu permukaan laut (ASPL) di Samudra Hindia Barat (sekitar lepas pantai timur Afrika) dan Samudra Hindia Timur (sekitar lepas pantai barat daya Pulau Sumatera).

    Diurnal Siklus yang berlangsung secara harian (dalam waktu satu hari).

    Ekosistem Sistem yang terdiri dari organisme makhluk hidup yang saling berinteraksi dengan lingkungan fisik di sekitar mereka.

    Ekstrapolasi Perluasan atau estimasi data di luar data yang tersedia, tetapi tetap mengikuti pola kecenderungan data yang tersedia tersebut.

    Ekstrapolasi polinomial adalah tipe ekstrapolasi yang mempergunakan asumsi bahwa pola kecenderungan data mengikuti bentuk fungsi matematika polinom

    Glossary

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)xxii

    ElNino Peristiwa meningkatnya suhu permukaan air laut mulai dari bagian timur tengah hingga timur Samudra Pasifik (sekitar pantai daerah Amerika Latin), yang kemudian diikuti dengan mendinginnya suhu permukaan air laut di perairan Indonesia dan sekitarnya sehingga menimbulkan penurunan curah hujan (potensi terjadi kekeringan).

    El-Nino ini merupakan salah satu fase dari El Nino-Southern Oscillation (ENSO) yaitu kombinasi antara variasi suhu permukaan air laut di sebelah timur Samudra Pasifik dengan variasi tekanan udara permukaan di sebelah barat samudra tersebut.

    Emisi Zat yang dilepaskan ke atmosfer yang bersifat sebagai pencemar udara.

    Food Mixed Policy Kebijakan untuk meragamkan pangan atau disebut pula kebijakan diversifikasi pangan.

    GasRumahKaca(Greenhouse gases/GHGs)

    Gas-gas di atmosfer, baik alami maupun buatan manusia, yang menyerap dan melepas radiasi infra merah (panas). Gas rumah kaca utama adalah uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), metana (CH4), oksida nitrat (N2O) dan ozon (O3).

    Geostrofik Aliran atmosfer atau arus laut yang digerakkan oleh perbedaan tekanan secara ruang spasial dan dipengaruhi arahnya oleh gaya Coriolis.

    Heat Island Kondisi udara/atmosfer di suatu daerah (umumnya adalah perkotaan) dimana suhu permukaannya lebih hangat dibandingkan dengan kondisi di sekelilingnya, sehingga jika digambarkan di peta suhu maka akan membentuk formasi pulau panas..

    Iklim Secara umum iklim didefinisikan sebagai kondisi rata-rata suhu, curah hujan, tekanan udara, dan angin dalam jangka waktu yang panjang, antara 30 dan 100 tahun (inter-centennial). Pada intinya iklim adalah pola cuaca yang terjadi selama bertahun-tahun.

    Indian Ocean Dipole Osilasi tak-teratur dari suhu permukaan air laut di Samudra Hindia bagian Barat (sekitar lepas pantai timur Afrika) dan bagian Timur (sekitar lepas pantai barat daya Pulau Sumatera).

    Indeks IOD dihitung berdasarkan perbedaan (selisih) antara anomali suhu permukaan laut di kedua bagian Samudra Hindia tersebut. Fase (indeks) positif terjadi jika suhu itu terjadi lebih tinggi di bagian barat yang disertai dengan pendinginan permukaan air laut di bagian timur, sehingga menurunkan curah hujan di sebagian daerah Indonesia dan Australia (potensi terjadi kekeringan).

    Integrated Forest Fire Management

    Upaya pengelolaan kebakaran hutan yang terintegrasi merupakan suatu kerangkan kerja yang melibatkan adanya integraasi antara ekologi, sosio-ekonomi dan teknologi yang berkaitan dengan upaya pengelolaan kebakaran

    KawasanPengelolaanHutan Suatu kawasan hutan tertentu yang di dalamnya terdapat kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam

    KeanekaragamanHayati(biological diversity/biodiversity)

    Keanekaragaman mahluk hidup dan hal-hal yang berhubungan dengan ekologi yang merupakan tempat tinggal mahluk hidup tersebut. Keanekaragaman hayati mencakup keanekaragaman genetik, spesies dan ekosistem.

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xxiii

    KejadianIklimEkstrem(Extreme Climate Event)

    Kejadian iklim anomali (tidak seperti kondisi rata-rata iklim) pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, dimana biasanya hanya memiliki peluang yang kecil untuk terjadi. Kejadian ini mencakup gelombang panas, badai, peristiwa El-Nino, La Nina, dan lain sebagainya.

    Kekeringan Kekeringan meteorologis timbul saat curah hujan jauh di bawah kondisi normal untuk jangka waktu yang lama.

    Di samping itu, kekeringan hidrologis dapat dipengaruhi juga oleh kondisi penyerapan air hujan pada permukaan tanah

    KenaikanPermukaanLaut(Sea Level Rise)

    Pertambahan ketinggian permukaan air laut secara kontinu relatif terhadap suatu level yang tetap atau rata-rata jangka panjang tahunan.

    Kerentanan(Vulnerability) Suatu derajat dimana sebuah sistem sensitif terhadap, atau tidak dapat menghadapi, pengaruh buruk perubahan iklim, seperti variabilitas iklim dan iklim ekstrem. Kerentanan merupakan fungsi dari sifat, skala/derajat, dan tingkat variasi iklim yang menunjukan sensitivitas dan kemampuan adaptasi suatu sistem.

    Ketahanan(Resilience) Besaran perubahan yang membuat suatu sistem tetap dapat berjalan tanpa merubah kondisi. Ketahanan juga dapat diartikan sebagai kemampuan sistem sosial dan ekologi untuk menyerap gangguan, sementara sistem tetap mempertahankan struktur dan fungsinya.

    KetahananEkonomi Perubahan iklim memberikan dampak terhadap stabilitas ekonomi dan upaya pencapaian tujuan pembangunan bidang ekonomi. Ketahanan ekonomi adalah kemampuan sistem ekonomi untuk mempertahankan fungsinya dan memulihkan secara cepat pada saat terjadinya gangguan. Bidang ketahanan ekonomi RAN-API memberikan penekanan pada aspek ketahanan pangan dan kemandirian energi.

    KetahananEkosistem Terjaganya ekosistem hutan dan ekosistem esensial dari dampak perubahan iklim sehingga keberadaan keanekaragaman hayati serta layanan jasa ekosistem dapat lestari. Keanekaragaman hayati, sebagai komponen inti dalam ekosistem, menjadi penyedia jasa lingkungan yang memegang kunci keberlanjutan ekosistem. Jasa lingkungan yang berperan adalah jasa penyedia (provisioning), pengatur (regulating), budaya (cultural) dan penunjang (supporting).

    KetahananSistemKehidupan Perubahan iklim memberikan dampak terhadap sistem kehidupan masyarakat dan upaya pencapaian tujuan pembangunan bidang kesejahteraan masyarakat (livelihood). Ketahanan sistem kehidupan adalah kemampuan masyarakat untuk mempertahankan kehidupannya dan memulihkan secara cepat pada saat terjadinya gangguan.

    KetahananSistemPendukung Kemampuan aspek-aspek pendukung untuk bertahan dan pulih saat terjadi gangguan. Pelaksanaan adaptasi perubahan iklim didukung berbagai aspek dengan penekanan pada peningkatan kapasitas, pengembangan informasi iklim yang handal, penelitian dan pengembangan, serta perencanaan dan penganggaran.

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)xxiv

    KetahananWilayahKhusus Perubahan iklim memberikan dampak yang berbeda pada tiap wilayah sesuai dengan paparan, tingkat kerentanan dan karakteristik wilayah masing-masing. Ketahanan wilayah khusus merujuk pada kemampuan beberapa wilayah yang menghadapi ancaman perubahan yang khusus untuk bertahan dan pulih pada saat terjadinya gangguan. Perubahan khusus dalam hal ini berkaitan dengan wilayah yang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi, misalnya wilayah yang didiami masyarakat marjinal, sehingga memerlukan perhatian yang lebih besar secara seksama. Terkait dengan perubahan iklim, bidang ketahanan wilayah khusus ditekankan pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta perkotaan.

    KomunikasiNasional(National Communication)

    Dokumen yang disusun dan dikirimkan sesuai dengan Konvensi dan Protokol Kyoto dengan tujuan agar pihak lain menerima informasi tentang aktivitas penanganan perubahan iklim di suatu negara.

    KonferensiMultipihak(Conference of the Parties/COP)

    Badan tertinggi pada Konvensi. Saat ini bertemu sekali setahun untuk meninjau kemajuan Konvensi. Kata konferensi di sini tidak digunakan dalam artian pertemuan tetapi lebih mengarah kepada arti kata asosiasi.

    Konveksi Salah satu proses pembentukan awan akibat naiknya udara lembap dari lapisan bawah hingga mencapai lapisan yang cukup tinggi di atmosfer. Hujan sangat lebat dapat terjadi dari awan konveksi ini

    LaNina Kondisi iklim ekstrem sebaliknya dari El-Nino, yaitu peristiwa menurunnya suhu permukaan air laut mulai dari bagian tengah hingga timur Samudra Pasifik (sekitar pantai daerah Amerika Latin), yang kemudian diikuti dengan terjadinya kolam air hangat (warm pool) akibat meningkatnya suhu permukaan air laut di perairan Indonesia dan sekitarnya, sehingga dapat menimbulkan penambahan curah hujan (potensi terjadinya banjir).

    Lat/lon Posisi geografis suatu lokasi di permukaan bumi yang ditandai dengan koordinat lintang (latitude atau lat) dan koordinat bujur (longitude atau lon). Posisi ini dapat ditentukan dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System).

    LembagaSwadayaMasyarakat (Non-governmental Organizations/NGOs)

    Organisasi yang bukan merupakan bagian dari struktur pemerintah. Kelompok ini termasuk kelompok lingkungan, lembaga penelitian, kelompok bisnis, dan asosiasi pemerintah desa dan lokal. Banyak LSM menghadiri perbincangan tentang iklim sebagai pengamat. Agar dapat menghadiri pertemuan Konvensi Perubahan Iklim, LSM haruslah nirlaba (non-profit).

    Mitigasi Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi gas rumah kaca di atmosfer. Contohnya, pembangkitan listrik dengan emisi gas rumah kaca yang lebih sedikit, atau pengurangan kebutuhan listrik.

    ModelIklim Persamaan yang dapat menjelaskan perubahan dinamika sistem iklim pada atmosfer, aspek fisika, kimia dan biologi yang saling berinteraksi mempengaruhi.

    Monsun Iklim yang ditandai oleh pergantian arah angin dan musim hujan atau kemarau selang lebih kurang enam bulan, mengikuti posisi matahari pada bulan Juni dan Desember, terdapat di daerah tropis dan subtropis yang diapit oleh benua dan samudra.

    Monsun musim dingin adalah monsun yang berasal dari benua dan bertiup di musim dingin; sedangkan monsun musim panas adalah monsun yang berasal dari samudra dan bertiup dalam musim panas.

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) xxv

    Non-Annex I Parties Merujuk ke negara-negara yang telah meratifikasi atau menyetujui Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim namun tidak termasuk ke dalam daftar negara Annex I konvensi tersebut.

    PanelAntar-PemerintahuntukPerubahanIklim(Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC)

    Suatu panel ilmiah yang terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia. Panel ini bertugas untuk mengkaji atau meneliti semua aspek masalah perubahan iklim.

    PemanasanGlobal(Global Warming)

    Kenaikan suhu permukaan bumi secara rata-rata di seluruh dunia. Pemanasan global ini diyakini oleh para ilmuwan seluruh dunia yang tergabung

    di dalam IPCC diakibatkan oleh faktor antropogenik (diakibatkan oleh manusia) dan menyebabkan timbulnya perubahan iklim pada hampir seluruh dunia.

    PembangunanBerkelanjutan(Sustainable Development)

    Pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

    PengembanganKapasitas Dalam konteks perubahan iklim, pengembangan kapasitas adalah proses mengembangkan keterampilan dan sumberdaya manusia serta lembaga agar mereka mampu berpartisipasi dalam semua aspek adaptasi, mitigasi, dan penelitian yang terkait dengan perubahan iklim.

    PerubahanIklim Perubahan signifikan pada iklim yang berlangsung selama minimal 30 tahun atau lebih lama.

    ProyeksiIklim Proyeksi tanggapan (perubahan) sistem iklim terhadap pemanasan global (global warming) yang diakibatkan oleh emisi gas rumah kaca dan polutan lain, dimana proses proyeksinya dibuat berdasarkan perhitungan dari Model Iklim Global (Global Climate Model -GCM).

    ProyeksiSea Level Rise Proyeksi tanggapan (perubahan) kondisi fisik air laut terhadap pemanasan global, yaitu berupa kenaikan muka air laut (sea-level rise).

    Mengingat proses proyeksinya menggunakan model-model dinamika maka ketelitian

    perhitungan perlu dicantumkan, misalnya 22.5 1.5 cm yang menunjukkan bahwa kenaikan muka air laut sebesar 22,5 cm dengan galat (kesalahan) perhitungan sekitar 1,5 cm

    SistemSilvikultur Sistem budidaya hutan atau teknik bercocok tanam hutan yang dimulai dari pemilihan bibit, pembuatan tanaman, sampai pada pemanenan atau penebangannya (SK Menteri Kehutanan No.309/Kpts-II/1999). Sistem silvikultur merupakan serangkaian kegiatan terencana mengenai pengelolaan hutan yang meliputi penebangan, peremajaan dan pemeliharaan tegakan hutan guna menjamin kelestarian produksi kayu dan hasil hutan lainnya

    PembangkitListrikTenagaAirSkalaPiko

    Pembangkit listrik tenaga air yang menghasilkan keluaran daya listrik tidak lebih dari 5 kW. Pembangkit ini memiliki beberapa keunggulan, seperti : biaya pembuatannya relatif murah, bahan pembuatannya mudah ditemukan di pasaran, ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar fosil, pembangunannya dapat dipadukan dengan pembangunan jaringan irigasi, dan perkembangan teknologinya relatif masih sedikit, sehingga cocok digunakan dalam jangka waktu yang lama

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)xxvi

    PembangkitListrikTenagaAirSkalaMikro

    Pembangkit listrik tenaga air yang menghasilkan keluaran daya listrik dengan kisaran 5 - 100 kW.

    SkenarioEmisi Cara memperkirakan bagaimana emisi gas rumah kaca (dan polutan lain) akibat aktivitwas manusia akan berubah di masa depan. Perkiraan ini dibuat berdasarkan beberapa asumsi perubahan penduduk bumi, di mana mereka tinggal, pertumbuhan ekonomi, jumlah energi yang digunakan, bagaimana energi tersebut dihasilkan, dan lain-lain.

    SpesiesInvasif Spesies hewan maupun tumbuhan yang mengalami pertumbuhan sangat pesat di satu kawasan, sehingga mengganggu pertumbuhan/perkembangan spesies lainnya

    TransferTeknologi Rangkaian proses yang meliputi aliran pengetahuan, pengalaman dan peralatan untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di antara berbagai pemangku kepentingan.

    United Nations Framework Convention on Climate Change(UNFCC)

    Perjanjian yang ditandatangani oleh lebih dari 150 negara pada tahun 1992. Tujuan perjanjian ini adalah untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer agar berada pada tingkat yang dapat mencegah bahaya akibat intervensi manusia terhadap sistem iklim.

    VariabilitasIklim Variasi pada kondisi rata-rata iklim antar-tahunan, bahkan antar-dekade. Kejadian ekstrem seperti El Nino, La Nina, atau Indian Ocean Dipole dapat menyebabkan variabilitas iklim.

    Visible Canal Bagian kanal sensor satelit inderaja yang merupakan kisaran spektrum yang dapat dilihat oleh indera manusia

    WilayahKhusus Dalam kerangka RAN-API, wilayah khusus merupakan daerah yang penanganannya perlu diprioritaskan akibat paling terkena dampak dan rentan terhadap perubahan iklim, yaitu kawasan pesisir dan wilayah perkotaan.

  • PENDAHULUANbab 1

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)2

    1.1LATARBELAKANG

    Telah banyak bukti-bukti ilmiah menunjukkan perubahan iklim sudah terjadi dan dirasakan oleh seluruh masyarakat dunia. Berbagai upaya dan strategi baik jangka pendek, menengah maupun antisipasi jangka panjang mulai dilakukan di banyak Negara. Hal ini dirasakan perlu, karena penundaan pelaksanaan upaya adaptasi diperkirakan akan meningkatkan kerugian ekonomi yang lebih besar di kemudian hari. Di Indonesia dampak ekonomi perubahan iklim diperkirakan sangat besar walaupun masih sulit diperhitungkan secara pasti. Namun demikian beberapa kajian menunjukkan bahwa kerugian ekonomi akibat perubahan iklim baik langsung maupun tidak langsung di Indonesia tahun 2100 dapat mencapai 2,5%, yaitu empat kali kerugian PDB rata-rata global akibat perubahan iklim (World Bank, 2010). Bahkan, apabila peluang terjadinya bencana akibat perubahan iklim turut diperhitungkan maka kerugian ekonomi dapat mencapai 7% dari PDB (World Bank, 2010; ADB, 2010). Untuk melindungi masyarakat termiskin dan munculnya biaya ekonomi yang tidak diinginkan, kegiatan adaptasi perlu segera dilakukan melalui disusunnya suatu rencana aksi adaptasi berskala nasional. Penyusunan program aksi adaptasi perubahan iklim bertujuan untuk menjamin atau mengamankan pencapaian sasaran utama pembangunan serta meningkatkan ketahanan (resillience) masyarakat, baik secara fisik, maupun ekonomi dan sosial terhadap dampak perubahan iklim.

    Pada saat ini, sebagian Kementerian/Lembaga telah menyusun Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim. Namun demikian masih banyak kegiatan aksi adaptasi di sektor-sektor tersebut yang dapat, perlu, dan harus disinergikan pelaksanaannya dengan sektor lain, agar sasaran adaptasi dapat dicapai dan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dapat ditingkatkan. Sehingga sasaran pembangunan di masing-masing sektor tetap dapat tercapai. Oleh karena itu, pengarusutamaan (mainstreaming) isu adaptasi perubahan iklim dalam pembangunan nasional dan daerah merupakan sebuah keniscayaan. Isu ini harus menjadi bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam penyusunan rencana pembangunan nasional maupun sektoral, yang diturunkan dalam program-program rencana aksi adaptasi yang terpadu dan berkesinambungan. Pembangunan nasional dengan agenda adaptasi terhadap dampak perubahan iklim memiliki tujuan akhir agar tercipta sistem pembangunan yang adaptif atau tahan terhadap perubahan iklim yang terjadi saat ini. Pembangunan berkelanjutan yang mengakomodasi kegiatan adaptasi perubahan iklim diharap dapat mengurangi kerentanan saat ini sehingga tidak mengorbankan kapasitas generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini diperlukan karena perubahan iklim akan mempengaruhi dan berdampak pada semua aspek dari pembangunan setiap sektor dalam jangka pendek dan panjang.

    Pembangunan setiap sektor berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat, laki-laki dan perempuan secara adil dan merata. Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) sebagai bagian integral dari pembangunan disusun dengan mengintegrasikan aspek gender. Hal ini mengingat perubahan iklim memiliki pengaruh spesifik dan berbeda terhadap perempuan dan laki-laki. Di dalam kertas kerja kebijakan pengarusutamaan gender dalam adaptasi perubahan iklim di Indonesia (Bappenas 2012) dikemukakan bahwa aksi adaptasi perubahan iklim harus memperhatikan kebutuhan, aspirasi, potensi, dan pengalaman laki-laki dan perempuan di berbagai bidang. Untuk itu, RAN-API disusun dengan memperhatikan pengaruh perubahan iklim terhadap gender.

    Rencana aksi adaptasi setiap sektor utamanya yang bersifat jangka menengah dan panjang serta fundamental sangat memerlukan dukungan kajian ilmiah, baik kajian dari dampak yang bersifat langsung, baik pada tingkat bidang atau sektor maupun yang bersifat tidak langsung pada tingkat yang lebih tinggi (wilayah dan nasional). Misalnya kajian dampak perubahan iklim terhadap kondisi sosial dan pertumbuhan ekonomi nasional.

    Bab 1Pendahuluan

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 3

    Demikian juga kajian tentang implikasi dari adanya perubahan kebijakan dalam merespon masalah perubahan iklim, terhadap kemampuan sektor untuk memenuhi target dalam menyumbang laju pertumbuhan ekonomi nasional. Diharapkan dengan disusunnya RAN-API ini upaya-upaya adaptasi termasuk kajian ilmiah adaptasi yang diperlukan dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan terintegrasi serta memberikan dampak yang lebih besar dalam mendukung capaian tujuan pembangunan nasional yang berkelanjutan dan adaptif atau tahan terhadap perubahan iklim.

    1.2MAKSUDDANTUJUAN

    Maksud dari penyusunan RAN-API ini adalah menghasilkan sebuah rencana aksi nasional untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim, yang terkoordinasi secara terpadu dengan semua pemangku kepentingan yang terlibat, baik dari pemerintah, organisasi kemasyarakatan, masyarakat, swasta, dll.

    Tujuan utama dari adaptasi perubahan iklim dalam RAN-API adalah terselenggaranya sistem pembangunan yang berkelanjutan dan memiliki ketahanan (resiliensi) tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Tujuan utama tersebut akan dicapai dengan membangun ketahanan ekonomi, ketahanan tatanan kehidupan, baik secara fisik, maupun ekonomi dan sosial, dan menjaga ketahanan ekosistem serta ketahanan wilayah khusus untuk mendukung sistem kehidupan. Adapun tujuan khusus penyusunan dokumen RAN-API ialah untuk:

    Memberikan arahan untuk pengarusutamaan isu adaptasi perubahan iklim dalam proses perencanaan pembangunan nasional.

    Menyediakan arahan bagi aksi adaptasi perubahan iklim sektor, serta aksi adaptasi perubahan iklim terintegrasi (lintas sektor) di dalam perencanaan jangka pendek (2013-2014), jangka menengah (2015-2019), dan jangka panjang (2020-2025).

    Menyediakan arahan bagi langkah aksi adaptasi prioritas jangka pendek untuk diusulkan, agar mendapatkan perhatian khusus dan dukungan pendanaan internasional.

    Sebagai arahan bagi sektor dan daerah dalam mengembangkan langkah aksi adaptasi yang sinergis dan upaya membangun sistem komunikasi serta koordinasi yang lebih efektif.

    RAN-API diharapkan dapat memberikan manfaat dalam:

    Mendorong terbangunnya sinergitas pelaksanaan program antar-sektor dan antar-daerah untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional.

    Mendorong terbentuknya sistem koordinasi yang lebih baik antar-sektor dan antara pemerintah pusat dengan daerah dalam mengembangkan kebijakan dan rencana aksi adaptasi perubahan iklim.

    1.3KERANGKAHUKUM

    Penyusunan RAN-API dilakukan dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebagai berikut :

    1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change;

    2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Protokol Kyoto atas Konvensi Kerangka

    Kerja Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Perubahan Iklim;4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

    5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)4

    6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

    7. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

    8. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

    9. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

    10. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

    11. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

    12. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

    13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

    14. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

    15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagiaan Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4747);

    16. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

    17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

    18. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

    1.4KEDUDUKANRENCANAAKSINASIONALADAPTASIPERUBAHANIKLIM(RAN-API)

    RAN-API merupakan bagian dari kerangka perencanaan pembangunan nasional Indonesia. Penjabaran kedudukan RAN-API ditunjukkan dalam Gambar 1.1. Dari sisi perencanaan pembangunan nasional, RAN-API merupakan rencana yang lebih spesifik bersifat lintas sektor dalam mempersiapkan rencana pembangunan yang memiliki daya tahan terhadap perubahan iklim (climate proof/resilient development) di tingkat nasional, dimana RAN-API sendiri diharapkan dapat memberikan arahan pada Rencana Kerja Pemerintah maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di masa depan, agar lebih tanggap terhadap dampak perubahan iklim. RAN-API tidak menjadi dokumen terpisah yang memiliki kekuatan legal formal tersendiri, namun menjadi masukan utama dan bagian integral dari dokumen perencanaan pembangunan

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 5

    Gambar1.1 Bagan Kedudukan Rencana Aksi Nasional dalam Kerangka Pembangunan Nasional

    nasional dan perencanaan Kementerian/Lembaga (K/L). RAN-API juga merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun Rencana Aksi/Strategi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim sebagai arahan dalam menyiapkan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang tahan perubahan iklim.

    Untuk memastikan keterlibatan dan kepemilikan RAN-API oleh Kementerian dan Lembaga terkait dari Pemerintah Indonesia, penyusunan RAN-API telah dilakukan melalui pendekatan partisipatif yang melibatkan berbagai Kementerian/Lembaga yang difasilitasi oleh empat Kementerian/Lembaga utama, yaitu Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) didukung oleh Tim Tenaga Ahli. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan prioritas yang difokuskan dalam RAN-API merupakan bentuk penguatan rencana strategis dari masing-masing Kementerian dan Lembagadalam melakukanadaptasi terhadap perubahan iklim. Kementerian PPN/Bappenas, KLH, BMKG dan DNPI serta Tim Tenaga Ahli bertindak terutama sebagai fasilitator dari proses analitik dan kebijakan pembangunan. Selain itu, terdapat keterlibatan Community Service Organization (CSO)dan Development Partners di dalam proses penyusunannya.

    Secara nasional, RAN-API akan berada di bawah Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim, khususnya Kelompok Kerja Adaptasi, yang dibentukan berdasarkan SK Menteri PPN/Kepala Bappenas No Kep.38/M.PPN/HK/03/2012 tentang pembentukan Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim. Kelompok Kerja ini bertanggungjawab dalam sinkronisasi rencana maupun implementasi program maupun kegiatan terkait dengan adaptasi perubahan iklim sehingga mempunyai fokus dan lokus yang lebih terarah.

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)6

    Untuk pelaksanaan adaptasi perubahan iklim di daerah perlu disusun strategi adaptasi daerah di tingkat Provinsi yang penyusunannya merupakan tanggung jawab daerah masing-masing dengan koordinasi dari Kementerian Dalam Negeri. Strategi Adaptasi Daerah disusun dengan melibatkan dinas teknis terkait dan sesuai dengan prioritas pembangunan daerah berdasarkan kemampuan APBD dan masyarakat. Adapun pengaturan kewenangan pemerintahaan pada level daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota mengacu pada UU No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 38 Tahun 2007. Penyusunan program dan rencana aksi adaptasi dalam beberapa bidang/sektor perlu diselaraskan dengan pengaturan kewenangan sebagaimana diatur dalam PP No. 38 Tahun 2007.

    1.5PENDEKATANDANKERANGKAKERJA

    RAN-API disusun dengan mengacu kepada dokumen-dokumen dan rencana kerja yang telah ada. Penyusunan dimulai dengan melakukan kajian terhadap dokumen-dokumen yang telah ada, mengidentifikasi risiko perubahan iklim terhadap berbagai bidang kehidupan, dan menetapkan tujuan, sasaran, strategi, dan rencana aksi untuk mengantisipasi risiko perubahan iklim di masa depan, yang disinkronisasikan dengan program kerja Kementerian/Lembaga (K/L).

    Dengan memperhatikan tujuan utama adaptasi perubahan iklim dalam RAN-API yaitu tercapainya sistem pembangunan nasional yang memiliki ketahanan atau resiliensi terhadap dampak perubahan iklim dan mempertimbangkan hasil kajian ilmiah yang ada, kajian gap analysis antara dokumen akademik ICCSR (Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap) dengan dokumen RPJMN dan Renstra masing-masing Kementerian/Lembaga terkait, dan konsultasi dengan sektor dan stakeholder lainnya, maka disusun rencana-rencana aksi adaptasi perubahan iklim nasional termasuk pengarusutamaan ke dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah (RPJMN) berikutnya (2015-2019 dan 2020-2025). Dokumen RAN-API yang telah disusun selanjutnya akan ditinjau kembali secara periodik untuk terus disempurnakan dengan didukung oleh kajian ilmiah yang lebih terarah.

    Sumber pendanaan utama pelaksanaan RAN-API adalah Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) namun RAN-API juga dapat dikaitkan dengan sumber-sumber pendanaan non-APBN seperti Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dan lainnya. Karena itu, perlu diidentifikasi kegiatan-kegiatan aksi yang dapat dilaksanakan melalui APBN dan sulit didanai oleh APBN, sehingga pendanaannnya dapat dilakukan melalui sumber-sumber non APBN. Sebagai sebuah konsep yang menunjang RPJMN dan Renstra, RAN-API menjadi payung bagi dokumen rencana dan hasil kegiatan-kegiatan yang terdapat di dalam kementerian-kementerian yang ada, seperti RAN-MAPI dan Vulnerability Analysis yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Peta Kerentanan dan Dampak Perubahan Iklim Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan pilar (strategi) adaptasi bidang kesehatan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. RAN-API juga berperan untuk memandu pencatatan dan pelaporan sektor-sektor adaptasi kepada UNFCCC terkait inisiatif-inisiatif perubahan iklim. Sementara itu, berkaitan dengan pengurangan risiko bencana, maka RAN-API menjadi penyambung dengan RAN dan RAD (Rencana Aksi Daerah) Pengurangan Risiko Bencana untuk sumber-sumber kebencanaan yang terkait dengan dampak perubahan iklim, seperti bencana hidro-meteorologi.

  • PERUBAHANIKLIMDANDAMPAKNYADIINDONESIA

    bab 2

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)8

    Bab 2Perubahan Iklim dan Dampaknya di Indonesia

    Penyusunan RAN-API didasarkan kepada suatu keyakinan ilmiah tentang perubahan iklim itu sendiri. Salah satu landasan ilmiah yang penting dalam membahas isu perubahan iklim saat ini adalah laporan penilaian keempat (Fourth Assessment Report, AR4), yang diterbitkan oleh Panel antar Pemerintah mengenai Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change; IPCC) pada tahun 2007. Dengan menggunakan berbagai data observasi dan hasil keluaran model iklim global, laporan tersebut menegaskan peran kontribusi kegiatan manusia (faktor antropogenik) dalam meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer yang mempercepat laju peningkatan temperatur permukaan rata-rata global hingga mencapai 0.74C 0.18 selama periode 19062005 (IPCC, 2007). Tren kenaikan temperatur global (global warming) tersebut diyakini telah mengakibatkan perubahan iklim di berbagai tempat di dunia saat ini.

    2.1IKLIMINDONESIA

    Iklim di Indonesia secara umum dipengaruhi oleh sirkulasi muson yang mengendalikan pola tahunan curah hujan di sebagian besar wilayah.

    2.1.1POLATAHUNANCURAHHUJANDANTEMPERATURPERMUKAAN

    Curah hujan di Indonesia sangat bervariasi secara spasial dan temporal. Secara umum terdapat siklus tahunan dan setengah tahunan di dalam pola musiman curah hujan di Indonesia (Chang dan Wang, 2005). Beberapa kajian mencoba menggolongkan pola musiman curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia berdasarkan tiga tipe hujan, yakni monsunal, ekuatorial, dan lokal (Boerema, 1938; Aldrian and Susanto, 2003). Hingga kini pembagian ini juga dianut oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) seperti terlihat dalam Gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Peta tipe hujan di Indonesia yang digunakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG; Makmur, 2012)

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 9

    Gambar 2.2 Citra satelit pada kanal Visible yang memperlihatkan evolusi

    aktivitas konvektif diurnal dengan berbagai

    skala. Masing-masing kolom kiri, tengah, dan kanan, menunjukkan

    waktu pengamatan pagi, siang, dan sore hari,

    sedangkan setiap baris memperlihatkan tanggal

    yang berbeda.

    Namun demikian, beberapa wilayah memerlukan klasifikasi iklim yang lebih detil mengingat faktor-faktor lokal seperti topografi dan sebagainya.

    2.1.2KERAGAMANIKLIM(CLIMATEVARIABILITY)

    Secara rata-rata, variasi harian dari aktivitas konveksi awan merupakan pola cuaca harian yang dominan mempengaruhi wilayah kepulauan Indonesia. Konveksi adalah salah satu proses pembentukan awan dan hujan akibat naiknya udara lembap dari lapisan bawah hingga mencapai lapisan yang cukup tinggi di atmosfer. Variasi diurnal umumnya menyebabkan hujan di wilayah Indonesia terjadi pada sore hingga malam hari di atas daratan dan malam hingga pagi hari di atas lautan (e.g. Nitta dan Sekine, 1994). Serangkaian citra satelit dalam Gambar 2.2 mengilustrasikan bagaimana aktivitas konvektif diurnal mempengaruhi evolusi cuaca harian di atas Pulau Jawa.

    Meskipun skala waktu harian lebih terkait dengan pola cuaca yang bersifat jangka pendek, perubahan karakteristik variasi diurnal dari aktivitas konveksi berkaitan erat dengan perubahan iklim. Kitoh dan Arakawa (2005) menunjukkan bahwa pemanasan global akan mengurangi kekuatan konveksi diurnal dan berakibat kepada berkurangnya jumlah curah hujan di daratan. Selain itu, karakteristik aliran udara pada skala meso dapat dipengaruhi oleh perubahan tutupan lahan di wilayah pesisir yang pada akhirnya memodifikasi karakteristik konveksi diurnal.

    2.1.2.1 VARIASIINTRA-MUSIM(INTRA-SEASONALVARIATIONS)

    Secara umum fenomena terkait dengan gangguan meteorologis yang mempengaruhi aktivitas konvektif dan sifat hujan musiman dikenal sebagai variasi intra-musim (VIM; intra-seasonal variation; ISV). Aktivitas dari berbagai fenomena atmosfer terkait VIM tersebut menyebabkan apa yang mungkin sering dipersepsikan masyarakat sebagai ketidakteraturan musim (adanya hujan di musim kemarau atau kekeringan di musim penghujan). Beberapa kajian juga menengarai VIM sebagai pemicu kejadian cuaca ekstrem di wilayah Indonesia.

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)10

    Kajian yang cukup komprehensif mengenai pengaruh VIM terhadap sirkulasi muson di wilayah Indonesia-Australia disampaikan oleh Wheeler dan McBride (2005). Meskipun demikian, interaksi antara berbagai fenomena terkait VIM di wilayah Indonesia belum sepenuhnya dipahami dan masih banyak lagi kajian harus dilakukan untuk itu. Sebagai gambaran, rangkuman informasi mengenai fenomena terkait VIM dapat dilihat dalam Tabel 2.1. Adanya VIM menjadikan pola iklim di wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI) menjadi lebih kompleks dan analisis mengenai perubahan iklim harus dilakukan dengan data yang lebih detail dan cara yang seksama.

    Tabel 2.1 Tren Perubahan Temperatur Permukaan dari Beberapa Kajian Iklim Indonesia

    No. Literatursumber Trenlinier Periodedata Keterangan

    1 Harger (1995) 1.351.64C selama 100 tahun

    1949 1992 Data observasi dari 33 stasiun di Indonesia

    2 KLH (2007) 0.047 C/tahun (minimum) dan 0.017 C/tahun (maksimum)

    1980 2002 Analisis tren dari temperatur maksimum dan minimum untuk 33 stasiun (jika dihitung secara rata-rata maka didapatkan nilai sekitar 3.2 C/100 tahun)

    3 Bappenas (2010c) 0.5 C /100 tahun abad ke-20 Data observasi di Jakarta dan Ampenan (Lombok) yang, dari segi panjang rekaman data, dianggap paling representatif

    4 KLH 0.63 C /100 tahun di Malang (KLH, 2012a), 0.20 C /100 tahun di Tarakan (KLH, 2012c), -0.14 C /100 tahun di Palembang (KLH, 2012d)

    abad ke-20 Kajian di daerah Malang, Tarakan dan Palembang berdasarkan data University of Delaware dan pengamatan lokal selama abad ke-20 (1910 2010); nilai tren umumnya positif untuk 25 tahun terakhir

    2.1.2.2 VARIASIANTAR-TAHUNAN(INTER-ANNUALVARIATIONS)

    Pola curah hujan di Indonesia juga mempunyai ciri keragaman (variabilitas) antar-tahunan (interannual) yang sudah terdokumentasikan sejak lama oleh Braak (1929). Berbagai kajian hingga saat ini (e.g., Chang et al., 2004; Hendon, 2003; Wang et al., 2000) membuktikan bahwa variasi curah hujan antar-tahunan di Indonesia dipengaruhi oleh fenomena iklim terkait dengan variasi anomali suhu permukaan laut (ASPL) di Pasifik Tengah dan Timur serta anomali tekanan permukaan laut di Pasifik Barat (utara Australia) dan dikenal sebagai fenomena El Nino Southern Oscillation (ENSO). Peningkatan (penurunan) ASPL di wilayah tersebut menandai kejadian El Nino (La Nina) yang dapat menyebabkan bertambah panjangnya periode musim kering (basah) dan berakibat kepada penurunan (peningkatan) jumlah curah hujan musiman dan tahunan di sebagian besar wilayah di Indonesia.

    Selain pengaruh ENSO dari S. Pasifik, variasi antar-tahunan curah hujan di wilayah muson juga disebabkan oleh fenomena serupa di S. Hindia, yang dikenal dengan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) (Saji et al., 1999). Kejadian Dipole Mode (DM) positif (negatif) berkaitan dengan penurunan (peningkatan) curah hujan di Indonesia (terutama bagian barat). Kejadian El Nino yang bersamaan dengan DM positif seperti pada tahun 1997/98 dapat menyebabkan kekeringan hebat di hampir seluruh wilayah Indonesia. IOD lebih berpengaruh terhadap sebagian wilayah Indonesia di sekitar S. Hindia dekat Selat Sunda sampai Laut Jawa. Di lain pihak, pengaruh ENSO lebih meluas di hampir seluruh wilayah Indonesia kecuali sebagian kecil wilayah P. Sumatera dekat S. Hindia bagian timur Perlu dicatat bahwa curah hujan di sebagian wilayah pantai barat Sumatera secara umum bahkan tidak menunjukkan korelasi yang signifikan baik dengan ENSO maupun IOD.

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) 11

    Kejadian El Nino umumnya berkaitan dengan kondisi kekeringan di wilayah Indonesia. Misalnya, dari 37 kejadian El Nino sejak tahun 1850 menurut catatan DArrigo et al. (2008) sebanyak 21 di antaranya berkaitan dengan kekeringan. Falcon et al. (2004) bahkan telah mengaitkan indeks Nino 3.4 langsung dengan produksi padi. Namun demikian, perlu dicatat bahwa dampak kejadian El Nino terhadap kondisi iklim di wilayah Indonesia tergantung kepada kekuatan atau intensitasnya.

    Dari Gambar 2.2 juga perlu dicatat bahwa meskipun La Nina dalam banyak hal membawa dampak yang berlawanan dari El Nino, tetapi tidak selalu berarti terkait dengan bencana banjir. Banjir-banjir besar yang terjadi di Jakarta, misalnya, tidak terjadi di tahun-tahun La Nina kuat. Oleh karena itu, keberulangan kejadian banjir agak sulit dikaitkan langsung dengan (sebagai dampak langsung dari) kejadian ENSO maupun IOD.

    2.1.2.3 VARIASIANTAR-DASAWARSA(INTER-DECADALVARIATIONS)

    Fenomena atmosfer dengan periode osilasi 1012 tahun (ten-to-twelve oscillation; TTO) telah lama diidentifikasi oleh para peneliti (e.g., Labitzke and Van Loon, 1995). Hasil analisis data curah hujan di banyak tempat juga seringkali memperlihatkan sinyal dengan periode ulang serupa, yang juga berkorelasi dengan periode aktivitas bintik hitam di Matahari (sun spot). Akan tetapi, mekanisme fisis yang menjelaskan hubungan antara aktivitas bintik matahari dengan curah hujan masih menjadi perdebatan. Penelitian terkait keragaman iklim dalam skala antar-dasawarsa saat ini lebih banyak didasari oleh temuan tentang variasi ASPL di Pasifik, yang dikenal sebagai Pacific Interdecadal Oscillation (PDO; Mantua et al., 1997; Mantua dan Hare, 2002) atau Interdecadal Pacific Oscillation (IPO; Folland et al., 1999; Power et al., 1999).

    Telekoneksi (keterkaitan berdasarkan korelasi statistik) antara curah hujan di wilayah muson dengan PDO juga telah cukup banyak dikaji (e.g., Krishnan dan Sugi, 2003), meskipun mekanisme fisis yang menjelaskan hubungan keduanya masih belum terlalu jelas. Kajian serupa belum banyak dilakukan untuk wilayah Indonesia, tetapi data pengamatan curah hujan dari beberapa tempat menunjukkan adanya periode anomali basah dan kering yang cukup signifikan dalam skala waktu antar-dasawarsa.

    Keterkaitan antara keragaman iklim dengan kejadian iklim ekstrem masih perlu diteliti secara seksama.

    2.1.3 IKLIMMARITIMDANVARIASITINGGIMUKAAIRLAUT

    Seperti halnya di atas daratan, kondisi cuaca dan iklim di atas perairan laut di wilayah Indonesia sangat dipengaruhi oleh sirkulasi muson Asia-Australia tetapi dengan karakteristik yang mungkin sangat berbeda. Berlainan dengan daratan, suhu permukaan laut (SPL) tidak hanya ditentukan oleh radiasi matahari tetapi juga dipengaruhi arus laut dan gerak vertikal air laut baik gerak naik (upwelling) maupun turun (downwelling). Seperti dapat dilihat dalam Gambar 2.3, SPL di Laut Jawa bernilai minimum di bulan September, meskipun temperatur udara hampir maksimum.

    Secara umum, SPL di Perairan Indonesia pada bulan Januari bernilai di atas 28C dan pada bulan Agustus SPL lebih rendah dari 27C. Tinggi muka laut (TML) berfluktuasi secara harian akibat adanya pasang surut (pasut) laut. Selain itu, sirkulasi muson juga mempengaruhi TML musiman di perairan Indonesia. Secara umum, TML naik pada bulan Januari dan rendah pada bulan Agustus. Dalam Bappenas (2010b) dilaporkan bahwa pada saat terjadi El Nino, TML di wilayah Indonesia turun sekitar 20 cm di bawah normal dan pada periode La Nia naik sebesar 10 20 cm. Menurut Sofian et al. (2007), peningkatan TML pada masa transisi antara El Nino dan La Nina, dan juga pada kondisi La Nina ini disebabkan oleh penguatan angin pasat (trade wind) di Samudra Pasifik sehingga membawa massa air dari Pasifik Timur di sekitar Peru ke daerah Perairan Indonesia.

  • RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)12

    Kenaikan TML secara sesaat dan dalam periode tertentu disebabkan juga oleh fenomena cuaca dan iklim yang lebih tidak teratur kejadiannya seperti badai tropis dan gangguan cuaca lainnya. Badai tropis yang terjadi di perairan dekat pantai dapat mengakibatkan kenaikan tinggi muka laut yang dikenal dengan storm surge. Kejadian storm surge, meskipun berdurasi cukup pendek dapat menyebabkan kerusakan yang cukup besar di wilayah pesisir. Beberapa wilayah pesisir juga mengalami kejadian naiknya muka air laut sesaat yang dikenal dengan fenomena banjir rob.

    2.2ANALISISPERUBAHANIKLIMDIINDONESIABERDASARKANDATAPENGAMATAN

    Menurut IPCC (2007), kajian mengenai perubahan iklim dan dampaknya dapat dilakukan dengan pendekatan bottom-up, yang didasarkan kepada data pengamatan maupun secara top-down, yang bertumpu kepada hasil simulasi model iklim. Berdasarkan Meehl et al. (2000), perub