RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi...

185
i RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi Pada Perkumpulan Rumah Makan Padang di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang ) TESIS Oleh SUTAN PANE NIM: 16750010 PROGRAM MAGISTER STUDI ILMU AGAMA ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2019

Transcript of RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi...

Page 1: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

i

RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG

(Studi Pada Perkumpulan Rumah Makan Padang di Kecamatan Dau,

Kabupaten Malang )

TESIS

Oleh

SUTAN PANE

NIM: 16750010

PROGRAM MAGISTER STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2019

Page 2: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

ii

RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG

(Studi Pada Perkumpulan Rumah Makan Padang di Kecamatan Dau,

Kabupaten Malang)

TESIS

Diajukan kepada

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

Program Magister Studi Ilmu Agama Islam

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si Dr. Ahmad Barizi, M.A

Nip. 11191170254 Nip. 197312121998031008

Oleh

SUTAN PANE

NIM: 16750010

PROGRAM MAGISTER STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2019

Page 3: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

iii

Page 4: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

iv

Page 5: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

v

Page 6: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

vi

ABSTRAK

Pane, Sutan. 2019. Religiusitas Dalam Bisnis Masyarakat Minang (Studi Pada

Perkumpulan Rumah Makan Padang di Kecamatan Dau, Kabupaten

Malang). Tesis, Program Studi Magister Studi Ilmu Agama Islam

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,

Pembimbing: (1) Prof. Dr. H. Samsul Arifin, M.Si., (2) Dr. H. Ahmad

Barizi, M.A.

Kata Kunci: Religiusitas, Bisnis, Masyarakat Minang

Masyarakat Minang dikenal sebagai komunitas yang kuat memegang

teguh identitas sebagai Muslim dan dikenal juga memiliki semangat kerja yang

tinggi. Selain itu mereka dikenal sebagai masyarakat yang memiliki budaya rantau

sehingga mereka hampir ada di segala penjuru nusantara. Kebanyakan mereka

berprofesi sebagai pedagang. Salah satu bidang perdagangannya adalah bisnis

rumah makan padang. Di antara tempat perantauan yang dihuni oleh masyarakat

minang adalah di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang dan di sini mereka juga

mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah

makan padang mudah dijumpai di daerah ini, yang mana mereka tetap

menjunjung nilai-nilai budayanya, dan nilai-nilai agama khususnya dalam

menjalani kehidupan bisnisnya. Yang menjadi fokus penelitian ini adalah untuk

menganalisis (1) Religiusitas pebisnis rumah makan padang di kecamatan Dau,

kabupaten Malang, (2) Faktor-faktor pembentuk religiusitas pebisnis rumah

makan padang di kecamatan Dau, kabupaten Malang.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan

pendekatan kualitatif deskriptif. Adapun metode pengumpulan data yang

digunakan ada tiga yaitu: observasi (obsevation), wawancara (interview), dan

dokumentasi (documentation). Kemudian, peneliti menganalisis data melalui tiga

komponen: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan

penarikan kesimpulan (verification).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Religiusitas pebisnis rumah

makan padang di kecamatan Dau, kabupaten Malang meliputi a) Dimensi akidah,

pebisnis rumah makan padang di kecamatan Dau, Kabupaten malang memiliki

keyakinan pada agama, yang mana Allah SWT akan memberikan rezeki atas

ikhtiar bisnis yang telah mereka lakukan, b) Dimensi Syariah, pebisnis rumah

makan padang di kecamatan Dau, kabupaten Malang mematuhi aturan-aturan

syariah yang telah ditetapkan dalam agama, c) Dimensi akhlak, pebisnis rumah

makan padang di kecamatan Dau, kabupaten Malang memiliki akhlak yang baik

terhadap sesama pebisnis rumah makan dan juga terhadap pembeli. (2) Faktor-

faktor pembentuk religiusitas pebisnis rumah makan padang adalah faktor

lingkungan keluarga, faktor budaya, faktor kelompok.

Page 7: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

vii

ABSTRACT

Pane, Sutan. 2019. Religiosity in Minang Community Business (Study of

Padang Restaurant Association in Dau District, Malang Regency). Thesis, Master

of Islamic Studies Program in Postgraduate Studies in Islamic Studies, Maulana

Malik Ibrahim Malang State University, Advisor: (1) Prof. Dr. H. Samsul Arifin,

M.Si., (2) Dr. H. Ahmad Barizi, MA

Key Words: Religiosity, Business, Minang

Society Minang community is known as a strong community that holds

fast to its identity as a Muslim and is known to also have high morale. In addition

they are known as people who have a culture of overseas so they almost exist in

all corners of the archipelago. Most of them work as traders. One area of trade is

the Padang restaurant business. Among the migrants inhabited by the Minang

people are in Dau District, Malang Regency and here they also have a community

of fellow Minang people. Padang restaurants are easily found in this area, where

they continue to uphold their cultural values, and religious values, especially in

living their business lives. The focus of this research is to analyze (1) the

religiosity of Padang restaurant businessmen in Dau sub-district, Malang

Regency, (2) Factors that form the religiosity of Padang restaurant business

people in Dau sub-district, Malang regency.

This research is a field research with a qualitative approach descriptive.

The data collection methods used is three, namely: observation (interview),

interviews (interviews), and documentation (documentation). Then, researchers

analyze the data through three components: data reduction (data reduction),

presenting data (data display), and drawing conclusions (verification).

The results of this study indicate that: (1) Religiosity of Padang restaurant

businessmen in Dau sub-district, Malang Regency includes a) Dimension of faith,

Padang restaurant businessmen in Dau sub-district, Malang Regency has faith in

religion, which Allah SWT will provide sustenance for the business they have

done, b) Sharia dimension, Padang restaurant businessmen in Dau sub-district,

Malang district adhere to sharia rules that have been set in religion, c) Moral

dimensions, Padang restaurant business people in Dau sub-district, Malang district

have moral character both to fellow restaurant business people and also to buyers.

(2) The factors that form the religiosity of the Padang restaurant businessmen are

family environment factors, cultural factors, and group factors.

Page 8: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

viii

مستخلص

ىاهج )الدزاطت فى حماعت المطعم . الديت فى عمل مجتمع م9102فاني، سوتن.

ولات مالىج(. زطالت الماحظتير، قظم دزاطت فادهج بدون المىطقت داوو،

العلىم الديت الإطلامت لبرهامج الدزاطاث العلا بجامعت مىلاها مالك

إبساهم الإطلامت الحكىمت مالاهج. المشسف الأول: الأطتاذ الدكتىز شمش

العازفين الحاج، المشسف الثاوي: الدكتىز أحمد بسشي الحاج.

ينية، العمل، مجتمع منانجالكلمة المفتاحية: الد

ته كالمظلم وحد مجتمع مىاهج مشهىز بمجتمع قىي الري تمظك بهى

العمل العلا. وبجاهب ذلك مشهىز بمجتمع الري ملك ثقافت الظفس حتى كاد

. م أحد ججازتهم هي عمل المىحىد فى أهحاء هىطىترا. أكثرهم كىهىن التاحس

دون هج هي المطعم فادهج وم أحد مكاهت الظفس الري ظك فه مجتمع مىا

. فى هره الدائسة عامل ىاهجمجتمع مله حماعت ك المىطقت داوو ولات مالىج

المطعم فادهج متلاقي بظهل حث كان علي قمت ثقافته ودىه وبالخطىص في

( الديت عامل المطعم 0طير عمله. البحث المسكص لهرا البحث هى لتحلل )

( العىامل مظبب الديت عامل 9، )بدون المىطقت داوو ولات مالىجفادهج

.بدون المىطقت داوو ولات مالىجالمطعم فادهج

قت حمع الباهاث هرا البحث بحث المداوي بمدخل الىىعي الىضفي. طس

ل الباحث الباهاث المظتخدمت هي ثلاثت: المساقبت، المقابلت، والىثائق. ثم حل

اث، والتلخظ.بثلاثت عىاضس وهي جخفض الباهاث، عسع الباه

Page 9: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

ix

بدون المىطقت داوو ولات ( عامل المطعم فادهج 0حاضل البحث دل على: )

بدون المىطقت داوو ( قاض العقدة، عامل المطعم فادهج 0تضم م: مالىج

( 9عتقد بالد بحث زشق الله على اختاز العمل الري قد عمل. ولات مالىج

عت، عامل المطعم فادهج طع دون المىطقت داوو ولات مالىجبقاض الشس

عت التي قد ثبت فى الد. ( قاض الأخلاق، عامل المطعم فادهج 3الأمىز الشس

مت على عامل المطعم وعلى بدون المىطقت داوو ولات مالىج له أخلاق كس

بدون المىطقت داوو ( العىامل مظبب الديت عامل المطعم فادهج 9المشتري. )

ي البئت، الأهل، الثقافت والجماعت. ه ولات مالىج

Page 10: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur, penulis ucapkan atas limpahan rahmat dan bimbingan Allah

SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan salam semoga

tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah

membimbing manusia menuju jalan yang penuh hidayah yakni agama Islam.

Dengan selesainya penulisan tesis ini sebagai persyaratan guna memperoleh

gelar Magister Agama Islam (M.Ag) pada Program Pascasarjana Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, penulis telah banyak mendapat

bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti ucapkan

terimah kasih yang tulus dan penghargaan kepada kedua orang tua, Ayahanda

Parlaungan Pane (Alm) dan Ibunda Meri Apul Pohan tercinta yang dengan penuh

kasih sayang, pengertian dan iringan do‟anya dan telah mendidik dan

membesarkan serta dorongan kepada penulis hingga menjadi manusia yang lebih

dewasa dan tidak lupa juga ucapkan terimah kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Haris, M. Ag selaku Rektor UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang.

2. Bapak Prof. Dr. Mulyadi, M. Pd.I selaku Direktur Pascasarjana UIN Maulana

Malik Ibrahim Malang.

Page 11: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

xi

3. Bapak Prof. Dr. H. Syamsul Arifin, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Dr.

H. Barizi M. A selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan, nasehat, saran dan mengarahkan peneliti dalam penulisan tesis ini.

4. Seluruh Dosen UIN Pascasarjana Maulana Malik Ibrahim Malang atas bantuan

dan bekal disiplin ilmu pengetahuan selama menimba ilmu di bangku kuliah.Pa

5. Para Bapak/Ibu karyawan Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

yang telah memberikan pelayanan yang berguna dalam penyelesaian studi pada

program Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

6. Saudara-saudaraku dan teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan

perhatian kepada peneliti.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan semoga

tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi peneliti.

Wassalam

Batu, 5 November 2018

Penulis

Sutan Pane

Page 12: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

xii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................... i

Halaman Judul ...................................................................................... ii

Lembar Persetujuan ............................................................................ iii

Lembar Pengesahan .............................................................................. iv

Lembar Pernyataan ............................................................................. v

Abstrak .................................................................................................. vi

Kata Pengantar ..................................................................................... x

Daftar Isi ................................................................................................ xii

Daftar Lampiran ................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian .................................................................. 1

B. Fokus Penelitian ..................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 10

E. Penelitian Terdahulu dan Orisinalitas Penelitian.................... 11

F. Definisi Istilah ........................................................................ 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Religiusitas ................................................................ 17

1. Pengertian Agama dan Religiusitas ................................... 17

2. Fungsi Religiusitas ............................................................. 21

3. Dimensi Religiusitas .......................................................... 24

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas ............... 31

Page 13: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

xiii

5. Religiusitas Dalam Perspektif Islam .................................. 35

B. Bisnis Perspektif Islam ........................................................... 40

1. Pengertian Bisnis ............................................................... 40

2. Etika Bisnis ....................................................................... 41

3. Etos Bisnis ......................................................................... 52

C. Kerangka Teori ....................................................................... 61

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................. 69

B. Kehadiran Peneliti .................................................................. 70

C. Latar Penelitian ....................................................................... 70

D. Data dan Sumber Data Penelitian ........................................... 71

E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 72

F. Analisis Data .......................................................................... 74

G. Keabsahan Data ...................................................................... 76

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi penelitian ....................................... 78

B. Gambaran Umum Perkumpulan HIMATOS Malang ............. 82

1. Sejarah Berdirinya HIMATOS ........................................... 82

2. Struktur Kepengurusan HIMATOS .................................... 84

C. Data Informan ......................................................................... 85

D. Paparan Data Penelitian .......................................................... 86

F. Hasil penelitian ....................................................................... 114

1. Religiusitas Pebisnis Rumah Makan Padang di Kecamatan

Dau, Kabupaten Malang ..................................................... 114

2. Faktor-Faktor Pembentuk Religiusitas Pebisnis Rumah

Makan Padang di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang ..... 127

BAB V PEMBAHASAN

A. Religiusitas Pebisnis Rumah Makan Padang di Kecamatan

Dau, Kabupaten Malang ......................................................... 133

Page 14: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

xiv

B. Faktor-Faktor Pembentuk Religiusitas Pebisnis Rumah Makan

Padang di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang ..................... 150

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................. 155

B. Saran ....................................................................................... 156

DAFTAR RUJUKAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Foto

2. Surat izin penelitian

3. Surat keterangan penelitian

4. Surat balasan penelitian

Page 16: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung, merupakan pepatah yang

berasal dari Minangkabau. Pepatah ini menunjukkan bahwa orang-orang

Minangkabau harus beradaptasi di mana pun mereka berada, khususnya di

perantauan.1 Minangkabau perantauan merupakan istilah untuk suku

Minangkabau yang hidup di luar provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Merantau

merupakan proses interaksi masyarakat Minangkabau dengan dunia luar.

Kegiatan ini merupakan sebuah petualangan pengalaman dan geografis, dengan

meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib di negeri orang.2

Salah satu faktor yang mendorong masyarakat minang untuk merantau

adalah faktor budaya. Menurut Kuntjaningrat, unsur budaya yang universal dan

sekaligus menjadi isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia ini adalah

sistim religi, sistim kemasyarakatan, sistim pengetahuan, bahasa kesenian, dan

sistim teknologi peralatan. Ketujuh unsur kebudayaan ini mencakup seluruh

kebudayaan manusia di mana pun kombinasi dari ketujuh unsur ini pula yang

menentukan nilai-nilai kehidupan dalam suatu masyarakat.3 Budaya rantau

bagi masyarakat minang mengandung makna tersendiri. Yakni4, dengan

merantau tidak hanya harta kekayaan dan ilmu pengetahuan yang didapat,

1Muarif, Rahasia Sukses Orang Minang Di Perantauan, (Yogyakarta, Pinus Book

Publisher, 2009), 108 2Elpindri, d.k.k, Minang Entrepreneurship, (Jakarta, Baduose Media, 2010), 52

3Henny Welsa, d.k.k. Budaya Minangkabau dan Implementasi pada manajemen rumah

makan padang di yogyakarta, Universitas Sarjana Tamansiswia.Ekuitas, 2 (Juni, 2017), 182 4Elpindri, d.k.k, Minang Entrepreneurship, 53

Page 17: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

2

namun juga prestise dan kehormatan di tengah-tengah lingkungan adat. Selain

itu, makna merantau bagi masyarakat minang adalah bertujuan agar mereka

(anak laki-laki) lekas tumbuh dan menjadi orang. Sebab, apabila anak laki-laki

(pemuda) tetap di rumah, mereka tidak akan menjadi orang di kemudian hari.5

Etos Merantau orang Minangkabau sangatlah tinggi, bahkan

diperkirakan tertinggi di Indonesia. Berdasarkan sensus tahun 2000, suku

Minang yang tinggal di sumatera Barat berjumlah 3,7 juta jiwa. Dengan

perkiraan 7 juta orang minang di seluruh dunia, berarti hampir separuh orang

Minang berada di perantauan. Berdasarkan data tersebut, maka terdapat

perubahan cukup besar pada etos merantau orang Minangkabau dibanding suku

lainnya di Indonesia. Sebab menurut sensus tahun 1930, perantau

Minangkabau hanya sebesar 10,5% di bawah orang bawean (35,9%), Batak

(14,3%), dan Banjar (14,2%).6

Di lihat dari sisi ekonomi, berdasarkan data yang dikeluarkan Badan

Pusat Statatistik menyatakan bahwa Sumatera Barat menjadi salah satu kota

dengan ketimpangan pendapatan terendah kedua setelah Bangka Belitung. Hal

ini terukur dari angka gini rasio yang menggambarkan tingkat ketimpangan

pengeluaran penduduk berdasarkan kelas pendapatan per september 2017

sebesar 0,312 pada selasa, 2 Januari 2018.7

Menurut Gubernur Sumatera Barat Irwan Pryitno, ketimpangan

ekonomi tersebut lantaran di Sumatera Barat tak ada lagi orang yang benar-

5Muarif, Rahasia Sukses Orang Minang Di Perantaua, 54.

6Elfindri, d.k.k, Minang Entrepreneurshpi, 53.

7Surya Purnama, “MenilikNilai Ekonomi Budaya Merantau Masyarakat Minang”,

https://www.liputan6.com/regional/read/3214813/menilik-nilai-ekonomi-budaya-erantau-

masyarakat-minang, diakses tanggal 7 Mei 2018.

Page 18: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

3

benar kaya dan di sisi lain, Sumatera Barat juga diyakini tidak memiliki orang

yang benar-benar miskin. Ia menyebutkan tidak adanya konglomerat yang

berdomisili di Sumatera Barat disebabkan budaya merantau yang masih

berjalan di masyarakat Minang.8

Mata pencaharian orang Minang saat ini menurut penelitian hampir

60% memiliki mata pencaharian sebagai wirausaha.9 Di perantauan,

masyararakat minang lebih cenderung memilih jenis pekerjaan sebagai

pedagang. Berdagang merupakan salah satu kultur yang menonjol dalam

masyarakat Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, berdagang tidak hanya

sekedar mencari nafkah dan mengejar kekayaan, tetapi juga sebagai bentuk

eksistensi diri untuk menjadi seorang yang merdeka.10

Salah satu usaha masyarakat minang yang sangat dikenal secara

umum adalah Rumah makan padang. Rumah makan padang terdapat di setiap

kota. Mereka memiliki konsep berdagang, rasa dan kualitas yang relatif hampir

sama, baik untuk rumah makan berskala kecil maupun rumah makan berskala

besar. Perbedaan antara rumah makan padang yang satu dengan yang lainnya

biasanya dalam kelengkapan dan ragam sajian yang dijual. Secara penyajian

mereka memiliki konsep yang sama ialah mengutamakan “halal” dalam setiap

sajiannya, sehingga rumah makan padang menjadi tempat tujuan bagi orang-

orang muslim. Mereka tidak perlu mengkhawatirkan masakan padang yang

8Surya Purnama, “MenilikNilai Ekonomi Budaya Merantau Masyarakat Minang”,

https://www.liputan6.com/regional/read/3214813/menilik-nilai-ekonomi-budaya-erantau-

masyarakat-minang, diakses tanggal 7 Mei 2018. 9Henny Welsa, d.k.k. Budaya Minangkabau dan Implementasi pada manajemen rumah

makan padang di yogyakarta, Universitas Sarjana Tamansiswia, Ekuitas, 2 (Juni, 2017), 182 10

Elfindri, d.k.k, Minang Entrepreneurshpi, 94

Page 19: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

4

tidak “halal”. Sehingga apabila masyarakat yang beragama Islam bepergian ke

luar negeri akan selalu mencari rumah makan padang karena yakin akan

kehalalannya walau tanpa mendapatkan sertifikat halal dari MUI.11

Rumah makan padang juga terdapat hampir di seluruh wilayah

Indonesia. Untuk meneliti keadaan demikian, peneliti menggunakan teori

tindakan sosial max weber. Dengan menggunakan teori ini, maka akan dapat

memahami perilaku setiap individu bahwa mereka masing-masing memiliki

motif dan tujuan yang berbeda terhadap sebuah tindakan yang dilakukan.

Dalam teori tindakan sosial max weber tersebut, memiliki empat klasifikasi

tipe tindakan sosial, yakni Rasionalitas Instrumen, Rasionalitas yang

berorientasi nilai, Tindakan tradisional, Tindakan afektif.12

Masyarakat Minang selain dikenal sebagai masyarakat perantauan,

mereka dikenal juga dengan masyarakat yang agamais sebagaimana ungkapan

yang berbunyi Adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah (Adat

bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur‟an) yang berarti adat

berlandaskan ajaran Islam.13

Orang Minang sejatinya teguh memegang nilai-

nilai agama (Islam). Nilai-nilai agama sudah diwariskan secara turun-temurun

dengan filosofi di atas. Ungkapan di atas mengandung pengertian bahwa ajaran

Islam menjadi dasar setiap perilaku masyarakat Minangkabau dalam lapangan

sosial, politik, dan ekonomi.

11

Henny Welsa, d.k.k., “Budaya Minangkabau dan Implementasi pada manajemen rumah

makan padang di Yogyakarta”, EKUITAS, 2 (Juni, 2017), 188. 12

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi; Klasik dan Moder cet. ketiga, terj. Robert M.Z.

Lawang, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), 220. 13

Muarif, Rahasia Sukses Orang Minang Di Perantauan, 111.

Page 20: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

5

Fauzun menjelaskan bahwa religiusitas atau rasa keberagamaan

mewarnai perilaku dalam bisnis rumah makan padang. Pemilik rumah makan

padang mayoritas adalah pemeluk agama Islam, sehingga muatan-muatan

ajaran Islam cukup mewarnai aktivitas bisnisnya. Dan Darwis juga menyatakan

bahwa keberadaan rumah makan padang didukung oleh kekuatan nilai-nilai

yang bersumber dari sosial budaya daerah minang yang dilandasi ajaran

Islam.14

Agama Islam sangat menganjurkan sebuah kerja yang produktif sebagai

motivasi awal yang harus dimiliki setiap individu. Kerja-kerja kemanusiaan

merupakan perimbangan dari kebutuhan rohani dan jasmani yang terpadu dan

berimbang. Hal tersebut akan menjadi tolak ukur keberhasilan sebagai khalifah

dengan puncak keberhasilannya adalah nilai ketakwaan, sehingga Islam tidak

mengakui sistem kelas dan prioritas-prioritas individual. Doktrin dalam Islam

bahwa bekerja merupakan ibadah berimplikasi pada banyak hal Dengan

bekerja manusia dapat melanjutlan kehidupan dalam menjalankan amanat

Tuhannya, menjaga dirinya serta dapat merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih

besar.15

Zainal Abidin dan Fadhil Fuad mengutip dari Kitab Fathul Bary

mengatakan “apabila kita mencermati kehidupan para Nabi dan para ulama

Islam, mereka telah memberikan teladan sangat bagus dalam bekerja dan

menyeimbangkan antara kepentingan ibadah dan mencari nafkah. Bahkan

14

Henny Welsa, d.k.k. Budaya Minangkabau, 189. 15

Syafiq Mahmadah Hanafi, Jurnal: Relevansi Ajaran agama dalam Aktivitas Ekonomi

(Studi Komparatif Antara Ajran Islam dan kapitalisme), IQTISAD, 1, (Maret, 2002), 22.

Page 21: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

6

setiap utusan Allah bekerja dan berkarya untuk menopang kelangsungan

penyebaran risalah dan dakwahnya”.16

Dengan demikian ada tarik menarik antara agama sebagai sumber

ajaran agama dengan ekonomi. Tetapi ekonomi sebuah negara akan

berkembang pesat apabila diimbangi dengan etos kerja yang tinggi.

Keterkaitan, antara agama dan ekonomi ini telah dikupas secara ilmiah oleh

Max weber yang pada akhirnya melahirkan sebuah teori dalam karya

monumentalnya, The Protestant Ethich and The Spirit Capitalism. Di mana

dalam teoerinya tersebut, Max weber mengungkapkan bahwa kemajuan

ekonomi itu ditentukan oleh dorongan agama. Sebagai contoh perbedaan antara

kristen protestan dan katolik. Yang mana kristen protestan mendorong

penganutnya agar bekerja keras, sedangkan kristen katotik, bekerja hanya

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini didasari dari pernyataannya sebagai

berikut: Di dalam beberapa kongres Katolik di Jerman yaitu Adanya kenyataan

bahwa para pemimpi bisnis dan pemilik modal maupun karyawan perusahaan

yang mempunyai kemampuan tinggi ataupun para staf terdidik, baik secara

teknis maupun komersial ternyata kebanyakan adalah orag protestan. Ini

menjadi suatu kenyataan tidak hanya kasus-kasus di mana perbedaan agama

berhubungan erat dengan suatu kewarganegaaan, namun juga dalam konteks

perkembangan budaya.17

16

Zainal Abidin Bin Syamsudin dan Fadil Fuad basyameleh, Langkah Emas Pengusaha

Muslim, (Jakarta: Rumah Penerbit Al-manar, 2010), 84. 17

Max Weber, Etika Protestan dan semangat Kapitalisme terj. Yusup priyasudiarja,

(Surabaya: Pustaka Promethea, 2000), 55-56.

Page 22: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

7

Wasisto Raharjo Jati menyebutkan bahwa pendapat Max weber sangat

kontras bahkan bisa dibilang kontroversial dengan kajian sebelumnya yang

mengatakan agama tidak dapat menggerakkan semangat ekonomi manusia.

Agama masih didominasi ajaran monastik dan sufistik yang mengajak manusia

hanya berdo‟a dan melakukan ritus ibadah untuk mengatasi kecemasan takdir

Tuhan tersebut selama hidup di dunia untuk masuk surga. Dalam kajian

tersebut, Weber membantah kecemasan tersebut bahwa merupakan phobia

berlebihan yang diajarkan oleh gereja Roma untuk mengikat secara politis

penganutnya agar tidak murtad menjadi Protestan.18

Karakteristik dalam berbisnis yang dijalankan dengan muatan-muatan

nilai agama, dengan mematuhi nilai agama, dengan mematuhi ajaran agamanya

merupakan filosofi hidup pebisnis yang berasal dari padang. Aktivitas ekonomi

yang dijalankan berupa rumah makan padang juga tak terlepas dari filosofi

hidupnya yang kental dengan ajaran-ajaran agama.

Religiusitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

ekonomi. Religiusitas adalah keterikatan individu secara penuh kepada Tuhan

sebagai Pencipta yang diinternalisasikan dalam individu dan dimanifestasikan

dalam perilaku keseharian.19

Sedangkan bisnis didefenisikan sebagai: “Segala

aktivitas dari berbagai institusi yang menghasilkan barang dan jasa yang perlu

untuk kehidupan masyarakat”.

18

Wasito Raharjo jati, “Agama & Spirit Ekonomi:Studi etos kerja dalam komparasi

perbandingan Agama”, ALQALAM, (Agustus, 2013), 265. 19

Asyari, Religiusitas dan Cultural Belief dalam Perilaku Ekonomi Muslim Minangkabau di

Sumatera Barat, Disertasi Doktor, (Padang: Universitas Andalas, 2016), 8.

Page 23: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

8

Alasan peneliti memilih masyarakat Minangkabau sebagai objek

penelitian khsususnya pemilik rumah makan padang adalah karena

Minangkabau memiliki keunikan tersendiri, yaitu adanya budaya merantau,

yang lebih khusus memiliki falsafah hidup, di antaranya adat basandi syara’,

syara; basandi kitabullah sehingga mereka dikenal dengan masyarakat yang

menjunjung nilai-nilai Islam, dan juga yang sangat menarik adalah terkenal

dengan kesuksesan dalam bidang usaha dagang. Terutama dalam bidang usaha

Rumah Makan Padang yang hampir di seluruh kota di Indonesia dapat kita

temui.

Selain itu, peneliti melihat fenomena di lapangan yaitu di kota Malang

tidak akan sulit untuk menemukan pedagang rumah makan Padang. Rumah

makan padang di Malang tergolong banyak, ini menunjukkan bahwa telah

banyak masyarakat minang yang merantau atau bermukim di kota Malang.

Sebagaimana wawancara dengan pak elpi salah seorang etnis Minang, beliau

mengatakan ada sekitar 300 masyarakat minang di Malang. Bidang usahanya

bermacam-macam, di antaranya pengajar, pedagang kain, pedagang nasi

padang.20

Karena banyaknya masyarakat minang di Malang, maka akan

mempermudah peneliti untuk memilih subyek penelitian.

Di Malang juga terdapat beberapa perkumpulan masyarakat

Minangkabau, sebagaimana penuturan pak Junaidi, di antaranya IKRAR, IKM

SEHATI, dan HIMATOS. IKRAR singkatan dari ikatan kesatuan Rao-Rao, di

20

Elpi, wawancara (Malang, 30 April 2018).

Page 24: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

9

mana Rao-Rao merupakan salah satu nama daerah di Sumatera Barat.21

Pak

junaidi juga menuturkan bahwa IKRAR Malang Raya ini beranggotakan

sekitar 50 KK, yang memiliki usaha di antaranya rumah makan padang,

pedagang kain, bangunan, d.l.l. Sekretariatnya berlokasi di Kota Batu.

Sedangkan IKM SEHATI Malang ada sekitar 300 KK. IKM kota Malang

membawahi juga IKM kota Batu dan Kabupaten Malang. Anggota dari

perkumpulan ini di luar ranah dagang, dalam artian profesinya ada yang dosen,

guru, pejabat.

Sedangkan HIMATOS, singkatan dari (Himpunan masyarakat Tobo

gadang dan sekitarnya. Sebagaimana diungkapkan pak Yunis, bahwa

perkumpulan ini khusus pedagang rumah makan padang se-Malang Raya.

Anggotanya sekitar 200 KK. Kantor sekretariatnya berlokasi di Landung sari.

Jadi, perkumpulan yang peneliti maksudkan yang tertera di judul penelitian

adalah HIMATOS.22

Alasannya karena anggotanya kebanyakan yang

mempunyai usaha rumah makan padang di kota Malang

Sebagaimana telah disinggung bahwa etnis minang banyak melakukan

migrasi ke berbagai daerah nusantara ini, di samping ke berbagai mancanegara.

Hampir dapat dipastikan di berbagai kota di Indonesia, di sana akan ditemui

etnis minang dengan berbagai ragam bisnis yang ditekuni di antaranya rumah

makan padang.

Sebagaimana Pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul, “Religiusitas Dalam Bisnis Masyarakat

21

Junaidi, Wawancara (Malang, 30 April 2018). 22

Yunis, Wawancara (Malang, 28 April 2018).

Page 25: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

10

Minang” (Studi Perkumpulan Rumah Makan Padang di Kecamatan Dau, Kota

Malang).

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana religiusitas pebisnis rumah makan padang di Kecamatan Dau,

Kabupaten Malang?

2. Apa faktor-faktor pembentuk religiusitas pebisnis rumah makan padang di

Kecamatan Dau, Kabupaten Malang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mendeskripsikan religiusitas pebisnis rumah makan Padang di

Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

2. Untuk menganalisis faktor-faktor pembentuk religiusitas pebisnis rumah

makan padang di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

D. Manfaat Penelitian

1. Diharapkan memberikan kontribusi pengembangan ilmu sosiologi agama

secara umum, dan penambahan literatur, khususnya dalam ranah agama

dengan bisnis.

2. Dapat menjadi sumber atau acuan penelit-peneliti atau kalangan lain yang

berkeinginan mengkaji permasalahan yang mempunyai relevansi dengan

penelitian ini.

3. Secara khsusus masyarakat Minangkabau di Kabupaten Malang.

Diharapkan ajaran agama dapat dijadikan way of life dalam kehidupan

sehari-hari terutama dalam lapangan ekonomi.

Page 26: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

11

E. Penelitian Terdahulu dan Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari

pencarian penelitian terdahulu baik berupa tesis, maupun penelitian dari

beberapa perguruan tinggi. Orisinalitas penelitian ini menyajikan perbedaan

dan persamaan bidang kajian yang diteliti antara peneliti dengan peneliti-

peneliti sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya

pengulangan kajian terhadap hal yang sama. Dengan demikian akan diketahui

sisi-sisi apa saja yang membedakan antara peneliti dengan penelitian-penelitian

terdahulu.

Oleh karena itu, peneliti memaparkan data yang ada dengan uraian yang

disertai dengan tabel agar lebih mudah mengidentifikasinya. Berikut beberapa

hasil penelitian yang mungkin relevan dengan penelitian ini, diantaranya:

Penelitian yang pernah ditulis oleh Rita Indah Mustikowati dan Sri wilujeng23

yang berjudul Religiusitas dan kewirausahaan; faktor kritis dalam mencapai

kinerja bisnis pada UKM di kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan

pendekatan fenomenologi, jenis penelitian lapangan dengan metode kuantitatif.

Adapun tujuan penelitiannya ini, yaitu untuk menguji beberapa faktor yang

mempengaruhi pencapaian berdasarkan pada perspektif religiusitas. Dan hasil

hipotesisnya adalah semua faktor yang ada pada konsep religiusitas, meliputi

kejujuran, etika moral dan saling menghargai berpengaruh terhadap

peningkatan kinerja bisnis. Penulis dalam penelitian di atas menjadikan

23

Rita Indah Mustikowati dan Sri Wilujeng, Religiusitas dan Kewirausahaan; Faktor kritis

dalam mencapai kinerja bisnis pada UKM di Kabupaten Malang, Studi Manajemen dan Bisnis,2

(Juni, 2016), 1

Page 27: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

12

religiusitas sebagai solusi untuk meningkatkan kinerja bisnis. Semakin tinggi

kereligiusitasan seseorang, maka semakin meningkat kinerja bisnisnya.

Penelitian yang pernah ditulis oleh Ibrahim Dwi Santoso, dengan judul

Analisis Religiusitas dan praktik berdagang muslim (studi di pasar merjosari

kecamatan Lowokwaru-kota Malang).24

Dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui religiusitas praktek berdagang muslim di pasar merjosari. Adapun

populasi dalam penelitian ini adalah pedagang muslim yang berdagang

menggunakan timbangan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya

penurunan pendapatan pedagang yang diduga karena adanya pelanggaran

syariat agama.

Penelitian yang ditulis Fauzan25

, dengan judul Pengaruh Religiusitas

Terhadap Etika Berbisnis (Studi pada Rumah Makan Padang). Jenis

penelitiannya adalah survei. Penelitian ini menggunakan metode analisis

regresi linear berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial

dimensi ritual/syariah dan konsekuensi/akhlak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap etika berbisnis. Dimensi ideologi/akidah berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap etika berbisnis. Dimensi ideologi

intelektual/ ilmu berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap etika

berbisnis. Dimensi religiusitas yang paling dominan mempengaruhi etika

berbisnis adalah konsekuensi akhlak.

24

Ibrahim Dwi Santoso, Analisis Religiusitas dan praktik berdagang muslim (Studi di Pasar

merjosari kecamatan lowokwaru-kota malang),Jurnal, ( Malang: Universitas Brawijaya, 2015). 25

Fauzan, Pengaruh Religiusitas Terhadap Etika Berbisnis (Studi pada Rumah Makan

Padang di Kota Malang, JMK,1 (Maret, 2013), 2

Page 28: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

13

Akrim Ashal Lubis, Analisis Aspek Religiusitas terhadap etika bisnis

pedagang pasar muslim pusat pasar kota medan, Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara, 2017, Fakultas ekonomi.26

Dalam penelitian ini penulis, aspek

dibatasi dengan satu variabel pengamalan ibadah yang meliputi ibadah sholat,

puasa, zakat, dan haji. Penelitan ini menunjukkan bahwa aspek religi

berkontribusi dalam meningkatkan etika bisnis pedagang pusat pasar kota

Medan. Dan Semakin tinggi tingkat religiusitas pedagang pasar, maka semakin

meningkat pula etikanya dalam berbisnis.

Penelitian yang ditulis Asyari27

yang berjudul Religiusitas dan Cultural

Belief dalam perilaku ekonomi muslim minangkabau di sumatera barat. Dalam

penelitiannya ini, dia memaparkan bahwa religiusitas muslim minangkabau

cukup baik yang ditandai oleh ritual dan belief. Jika diurai, belief memiliki

nilai rendah dan nilai tinggi. Sedangkan cultural belief muslim minangkabau

melalui hasil penelitiannya ini ditemukan baik. Dalam kondisi tersebut ditemui

bahwa perilaku ekonomi muslim minangkabau belum optimal. Melalui analisis

regresi diketahui bahwa religiusitas dan cultural belief memiliki pengaruh

secara simultan dan signifikan terhadap perilaku produksi dan konsumsi.

Secara parsial pengaruh bervariasi dan juga ditemukan bervariasi di setiap

lokasi penelitian meskipun berada dalam lingkup adat dan agama yang sama.

26

Akrim Ashal Lubis, Analisis Aspek Religiusiyas terhadap etika bisnis pedagang pasar

muslim pusat pasar kota medan, DUSTURIYAH, 1, (Juni, 2017), 1 27

Asyari, Religiusitas dan Cultural Belief dalam perilaku ekonomi muslim minangkabau di

sumatera Barat, Disertasi Doktor, (Padang: Universitas Andalas, 2016), 1

Page 29: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

14

Tabel 1.1

Penelitian Terdahulu

No Nama dan

Tahun

Penelitian

Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Rita Indah

Mustikowati

dan Sri

wilujeng, 2016.

Religiusitas dan

kewirausahaan;

faktor kritis dalam

mencapai kinerja

bisnis pada UKM

di kabupaten

Malang,

Mengkaji tentang

Religiusitas dalam

bisnis

Lokasi dan

Objek

Penelitian

2 Ibrahim Dwi

Santoso, 2015.

Analisis

Religiusitas dan

praktik berdagang

muslim (studi di

pasar merjosari

kecamatan

Lowokwaru-kota

Malangm

Menjelaskan

tentang fungsi

religiusitas dalam

bisnis

Mengkaji

faktor-

faktor

religiusitas

dalam

bisnis

3 Fauzan,

Pengaruh,

2016.

Religiusitas

Terhadap Etika

Berbisnis (Studi

pada Rumah

Makan Padang),

Objek penelitian Fokus

Penelitian

4 Akrim Ashal

Lubis, 2017.

Analisis Aspek

Religiusitas

terhadap etika

bisnis pedagang

pasar muslim

pusat pasar kota

medan,

Universitas

Muhammadiyah

Sumatera Utara,

Mengkaji tentang

aspek-aspek

religiusitas

Mengkaji

tentang etos

kerja

Page 30: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

15

5 Asyari, 2016. Religiusitas dan

Cultural Belief

dalam perilaku

ekonomi muslim

minangkabau di

sumatera barat

Mengeksplorasikan

keagamaan etnis

minang

Tidak

mengkaji

aspek

cultural

belief.

F. Definisi Istilah

Batasan istilah diperlukan agar fokus penelitian tetap terjaga demi

tercapainya tujuan dari penelitian. Dalam penelitian ini ada beberapa istilah

yang digunakan penulis, yaitu

1. Religiusitas adalah tingkat keyakinan yang spesipik dalam nilai-nilai agama

dan cita-cita yang diselenggarakan dan dipraktekkan oleh seorang individu.

Religius juga digambarkan sebagai kepercayaan kepada Tuhan (iman) yang

disertai dengan komitmen untuk mengikuti prinsip-prinsip yang diyakini

akan ditetapkan oleh Allah.28

Prinsip-prinsip dalam Islam salah satunya

adalah menganjurkan sebuah kerja yang produktif sebagai motivasi awal

yang harus dimiliki setiap individu. Jadi, yang dimaksud religiusitas dalam

penelitian ini adalah keberagamaan pebisnis rumah makan padang dalam

berbisnis.

2. Dimensi Religiusitas adalah konsep keberagamaan seseorang yang dilihat

bukan hanya dari satu dimensi. Tetapi memperhatikan segala dimensi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga dimensi religiusitas, yaitu

dimensi aqidah, dimensi syari‟ah, dan dimensi akhlak.

28

Fauzan, Pengaruh Religiusitas Terhadap Etika Berbisnis (Studi pada Rumah Makan

Padang di Kota Malang, JMK,1 (Maret, 2013),

Page 31: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

16

3. Rumah makan padang merupakan suatu bisnis warung makan yang menjual

atau menghidangkan berbagai kuliner atau masakan minangkabau yang

berasal dari Sumatera Barat. Yang dimaksud rumah makan padang dalam

penelitian ini adalah rumah makan padang yang berada di Kecamatan Dau,

Kabupaten Malang.

4. Pebisnis rumah makan Padang adalah Pemilik rumah makan padang yang

berasal dari daerah Sumatera Barat yang merantau di Kecamatan Dau,

Kabupaten Malang.

Page 32: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Religiusitas

1. Pengertian Agama dan Religiusitas

Berdasarkan sudut pandang kebahasaan-bahasa Indonesia pada

umumnya-“agama” dianggap sebagai kata yang berasal dari bahasa

sansekerta yang artinya “tidak kacau”. Agama diambil dari dua akar suku

kata, yaitu a yang berarti “tidak” dan gama yang berarti “kacau”. Hal itu

mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang

mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau. Menurut inti maknanya yang

khusus, kata agama dapat disamakan dengan kata religion dalam bahasa

Inggris, religie, dari akar kata religare yang berarti mengikat.29

Agama adalah suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal

dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan

pola-pola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut “agama”.30

Adapun

agama dalam pengertin sosiologi adalah gejala sosial yang umum dan

dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia ini, tanpa kecuali. Ia

merupakan salah satu aspek dalam kehidupan sosial dan bagian dari sistem

sosial suatu masyarakat. Agama juga bisa dilihat sebagai unsur dari

kebudayaan suatu masyarakat di samping unsur-unsur yang lain.31

Agama didefenisikan sebagai tingkat moralitas dan cara pandang

seseorang dalam memaknai kehidupan. Secara eksplisit, agama berkaitan

29

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama,( cet. kelima, Bandung: remaja Rosdakarya, 2009), 13. 30

Ishomuddin, Sosiologi Agama, (Jakarta Selatan: Ghalia Indonesia, 2002), 29. 31

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, 14.

Page 33: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

18

dengan tingkat kepercayaan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang dan

sejauh mana mereka dapat menerapkan nilai-nilai dna keyakinan tersebut

dalam kehidupannya. Agama dapat diukur dari dua hal, yaitu menggunakan

kognitif, dimiliki oleh seseorang dan perilaku yang akan ditunjukkan.

Dalam konteks kegiatan usaha, agama akan menentukan konsistensi dari

perilaku yang ditunjukkan oleh orang yang menjalankan bisnis, seperti

praktek bisnis yang memberikan perioritas kepada etika, kejujuran, dan

terpercaya.32

Sedangkan religiusitas berasal dari kata latin religio. Akar kata

religio adalah religere yang memiliki arti mengikat. Religere memiliki

arti melaksanakan dengan sangat teliti atau menyatukan diri. Kata yang

hampir mirip dengan kata religere adalah kata religion yang memiliki arti

agama. Agama dan religiusitas merupakan dua hal yang berbeda, tetapi,

keduanya tidak dipisahkan karena saling melengkapi dan saling

mendukung. Agama lebih menunjuk kepada kelembagaan, kebaktian

kepada Tuhan atau dunia atas dalam aspek resi, yuridis, peraturan-

peraturan dan sebagainya yang meliputi segi-segi kemasyarakatan.

Sedangkan religiusitas lebih melihat aspek-aspek yang ada dalam lubuk

hati, sikap personal yang sedikit lebih banyak misteri bagi orang lain

karena menafaskan intimitas jiwa yakni cita rasa yang mencakup totalitas

ke dalam pribadi manusia.33

32

Fauzan, Hubungan religiusitas dan kewirausahaan: Sebuah kajian empiris dalam

perspektif Islam, 149. 33

Asyari, Religiusitas dan Cultural Belief dalam Perilaku Ekonomi Muslim Minangkabau di

Sumatera Barat, 41.

Page 34: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

19

Banyak ahli yang memberikan pengertian religiusitas. Religiusitas

didefinisikan sebagai tingkat keyakinan yang spesifik dalam nilai-nilai

agama dan cita-cita yang diselenggarakan dan dipraktekkan oleh seorang

individu. Religiusitas juga digambarkan sebagai kepercayaan kepada Tuhan

(iman) yang disertai dengan komitmen untuk mengikuti prinsip-prinsip

yang diyakini akan ditetapkan oleh Allah.34

Religiusitas juga sebagai tingkat ketundukan terhadap praktik dan

kepercayaan (shafranske). Religiusitas adalah derajat seseorang

menggunakan nilai-nilai keagamaan, keyakinan dan praktik keagamaan

dalam kehidupan sehari-hari (Warthington). Ahli psikologi memberikan

pengertian religiusitas yaitu sesuatu yang dirasakan sangat dalam, yag

bersentuhan dengan keinginan seseorang, membutuhkan ketaatan dan

memberikan imbalan atau mengikat seseorang dalam masyarakat

(Muctharam). Dari berbagai pengertian yang disampaikan para ahli,

religiusitas merupakan konsep yang berkaitan dengan keyakinan

seseorang kepada Tuhan yang dimanifestasikan melalui ketatan dan

kepatuhan terhadap segala perintah-Nya. Religiusitas lebih merupakan

sikap dan perilaku.35

Menurut Suhardiyanti, religiusitas adalah hubungan pribadi dengan

pribadi Ilahi Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang

berkonsekuensi hasrat untuk berkenan kepada pribadi yang ilahi itu dengan

34Fauzan, Pengaruh Religiusitas Terhadap Etika Berbisnis (Studi pada Rumah Makan

Padang di Kota Malang), 149.

35

Asyari, Religiusitas dan Cultural Belief dalam Perilaku Ekonomi Muslim Minangkabau

di Sumatera Barat, 42.

Page 35: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

20

melaksanakan kehendak-Nya dan menjauhi yang tidak dikehendaki-Nya.

Hubungan pribadi yang baik dengan pribadi yang ilahi ini menurut

Suhardiyanto memampukan orang untuk meihat kebaikan Tuhan dalam

sesama, suatu sikap yang setelah tumbuh dan berkembang dalam diri

seseorang akan membuahkan cinta tidak hanya pada Tuhan saja teapi juga

pada sesama ciptaan Tuhan, baik itu manusia maupun alam ciptaan lain

sehingga dalam hidup sehari-hari sebagai buahnya bagi manusia akan

tumbuh atau muncul sikap saling menghargai, saling mencintai, dan muncul

rasa sayang pada alam lingkungannya, sehingga kesejahteraan bersama,

lahir batin dapat terwujud.36

Asyari juga mengutip beberapa pendapat ahli yang mengartikan

tentang religiusitas, di antaranya:37

Menurut Delener (1990), yaitu derajat

keyakinan pada nilai-nilai agama dan pelaksanaanya dalam kehidupan oleh

individu. Menurut Burnett (1990), religiusitas merupakan komitmen untuk

mengikuti prinsip-prinsip yang diyakininya telah ditetapkan oleh Tuhan.

Religiusitas juga sebagai tingkat ketundukan terhadap praktik dan

kepercayaan (Shafranske, 1990). Menurut Warthington (2003), religiusitas

adalah derajat seseorang menggunakan nilai-nilai keagamaan, keyakinan

dan praktik keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Dari berbagai

pengertian yang disampaikan para ahli, religiuitas merupakan konsep yang

36

Fauzan, Hubungan Religiusitas dan kwirausahaan: Sebuah kajian empiris dalam

perspektif Islam,56. 37

Ibrahim Dwi Santoso, Analisis Religiusitas dan Praktik Berdagang pedagang Muslim,

Malang, 1.

Page 36: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

21

berkaitan dengan keyakinan seseorang kepada Tuhan yang dimanifestasikan

melalui ketaatan dan kepatuhan terhadap segala perintah-Nya.38

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat dipahami religiusitas

adalah perilaku terhadap agama yang berupa penghayatan terhadap nilai-

nilai agama yang dapat ditandai tidak hanya melalui ketaatan dalam

menjalankan ibadah ritual tetapi juga dengan adanya keyakinan,

pengalaman, dan pengetahuan mengenai agama yang dianutnya.

2. Fungsi Religiusitas

Thomas F. O‟Dea menuliskan enam fungsi agama, yaitu: 1) sebagai

pendukung, pelipur lara, dan perekonsilisasi, 2) sarana hubungan

transendental melalui pemujaan dan upacara ibadat, 3) penguat norma-

norma dan nilai-nilai yang sudah ada, 4) pengkoreksi fungsi yang sudah ada,

5) pemberi identitas diri dan 6) pendewasaan agama. Fungsi agama yang

dijelaskan Hendropuspito lebih ringkas lagi, tetapi intinya hampir sama.

Menurutnya fungsi agama itu adalah edukatif, penyelamatan, pengawasan

sosial, memupuk persaudaraan, dan transformatif.39

Selain itu, terlepas dari bentuk ikatan antara agama dengan

masyarakat, baik dalam bentuk organisasi maupun fungsi agama, maka jelas

dalam setiap masyarakat agama masih tetap memiliki fungsi dalam

kehidupan masyarakat. Agama sebagai anutan masyarakat, terlihat masih

berfungsi sebagai pedoman yang dijadikan sumber untuk mengatur norma-

38

Asyari, Religiusitas dan Cultural Belief dalam perilaku ekonomi muslim minangkabau di

sumatera Barat, 42. 39

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, 130.

Page 37: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

22

norma. Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain

sebagai berikut:40

a. Fungsi Edukatif

Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang

mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran

agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur

suruhan dan larnagan ini mempunyai latar belakang yang mengarahkan

bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi lebih baik dan terbiasa

dengan baik menurut ajaran dan agama masing-masing.

b. Fungsi Penyelamat

Di mana pun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya

selamat. Keselamatan yang meilputi bidang yang luas luas adalah

keselamatan yang diajarkan oleh agama. Keselamaan yang diberikan oleh

agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meiputi dua alam,

yaitu dunia dan akhirat.

c. Fungsi Perdamaian

Melalui agama, seseorang yang bersalah atau berdosa dapat

mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan

rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seseorang

pelanggar telah menebus dosanya melalui tobat, pensucian, atau

penebusan dosa.

40Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, 54-56.

Page 38: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

23

d. Fungsi Pengawal Sosial

Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang

dipeluknya terikat batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara

pribadi maupun kelompok.

e. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa

memiliki kesamaan dalam kesatuan iman dan kepercayaan. Rasa

kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun

perorangan bahkan kadang-kadang dapat membina rasa solidaritas dalam

kelompok maupun perorangan bahkan kadang-kadang dapat membina

rasa persaudaraan yang kokoh.

f. Fungsi Transformatif

Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang

atau kelompok menjadi kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok

menjadi kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi

kehiduapan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, kehidupan

baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluk

kadangkala mampu merubah kesetiaannya kepada adat atau norma

kehidupan yang dianut yang sebelumnya.

g. Kreatif

Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk

bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi

juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh

Page 39: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

24

bekerja secara rutin dalam pola yang sama akan tetapi juga untuk

melakukan inovasi dan penemun baru.

h. Fungsi Sublimatif

Ajran agama mengkuduskan segala usaha manusia bukan saja

yang bersifat agama ukhrawi, melainkan juga bersifat duniawi. Segala

usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama,

bila bila dilakukan atas nilai yang lurus, karena untuk Allah merupakan

ibadah.

3. Dimensi Religiusitas

Konsep religiusitas adalah rumusan brilian. Penjelasan ini

diungkapkan oleh Glock & Stark dalam tulisan Ancok dan juga dikutip

oleh Fauzun dalam jurnalnya. Konsep tersebut melihat keberagamaan

seseorang bukan hanya dari satu atau dua dimensi, tetapi memperhatikan

segala dimensi. Keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam

bentuk ibadah ritual saja, tetapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya.

Sebagai suatu sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya

untuk beragama secara menyeluruh. Ada lima dimensi keberagamaan

seseorang yang dapat diukur untuk mengetahui apakah seseorang tersebut

religius atau tidak, yaitu dimensi keyakinan, dimensi praktek agama (ritual

dan ketaatan), dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan agama, dimensi

pengamalan atau konsekuensi.41

41

Fauzan, Hubungan Religiusitas dan kewirausahaan: Sebuah kajian empiris dalam

perspektif Islam, Modernisasi, 2, (Malang, Juni 2014), 56.

Page 40: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

25

Penjelasan kelima dimensi religiusitas adalah sebagai berikut:42

a. Dimensi Keyakinan

Dimensi keyakinan mengandung perkiraan atau harapan bahwa

orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu, bahwa ia

akan mengakui kebenaran ajaran-ajaran agama itu. Setiap agama

memiliki seperangkat keyakinan yang oleh para penganutnya diharapkan

untuk di sahkan. Namun kadar dan ruang lingkup keyakinan akan

bervariasi bukan saja antara agama-agama, tetapi juga di dalam tradisi

religius yang sama.

b. Dimensi Praktik Religius

Praktek religius mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan

berbakti, yaitu perbuatan orang untuk melaksanakan komitmen religius

mereka secara nyata. Menurutnya praktik ini dibagi dua kelompok utama.

Ritual, yaitu yang berkaitan dengan seperangkat upacara-upacara

keagamaan, perbuatan religius formal dan perbuatan-perbuatan mulia

yang diinginkan oleh semua agar dilakukan oleh para penganutnya.

Berbakti, adalah sejalan dengan ritual, tetapi tetap berbeda. Aspek

komitmen ritual sangat formal dan bersifat publik, tetapi di samping itu

semua agama besar juga menghargai perbuatan-perbuatan pemujaan

kontemplasi secara pribadi yang relatif spontan dan informal

42

Roland Robertson, Sosiologi Agama,(Jakarta: Aksara persada, 1986), 288-289.

Page 41: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

26

c. Dimensi Pengalaman

Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta bahwa semua

agama mempunyai perkiraan tertentu, meskipun kadang-kadang tidak

dinyatakan secara tepat, bahwa orang yang benar-benar religius pada

suatu waktu akan mencapai pengetahuan langsung dan subyektif-tentang

realitas tertinggi; bahwa ia akan mampu berhubungan betapapun

singkatnya, dengan suatu perantara supranatural. Dimensi ini

berhubungan dengan pengalaman-pengalaman religius, yakni perasaan

persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami oleh seorang pelaku,

atau yang oleh suatu kelompok keagamaan dianggap melibatkan

semacam komunikasi, berapapun halusnya dengan suatu esensi mulia,

yakni dengan Tuhan, dengan realitas tertinggi, dengan kekuasaan

transendental. Dan agama-agama juga berbeda dalam kekuatan

mendorong bentuk-bentuk pertemuan religius. Namun demikian, setiap

agama selalu memberi sekurang-kurangnya nilai minimal atas

pengalaman religius subyektif sebagai suatu tanda kereligiusan

seseorang.

d. Dimensi Pengetahuan Agama

Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan bahwa orang-

orang yang bersikap religius akan memiliki informasi tentang ajaran-

ajaran pokok keyakinan dan upacara keagamaan, kitab suci dan tradisi-

tradisi keagamaan mereka. Dimensi keagamaan dan keyakinan jelas

saling berkaitan karena pengetahuan tentang sesuatu yang diyakini

Page 42: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

27

merupakan prasyarat yang diperlukan bagi penerimaannya. Namun

keyakinan tidak harus selalu berasal dari pengetahuan, dan demikian pula

tidak semua pengetahuan agama dihubungkan dengan keyakinan

terhadap agama itu. Seseorang bisa saja memegang teguh suatu

keyakinan dapat timbul atas dasar pengetahuan yang sedikit.

e. Dimensi Pengamalan atau Konsekuensi

Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan ke

empat dimensi lainnya. Dimensi ini, mengidentifikasi pengaruh-pengaruh

kepercayaan, praktek, pengalaman dan pengetahuan keagamaan di dalam

kehidupan prang sehari-hari. Di sini terkandung makna ajaran “kerja”

dalam pengertian teologis. Meskipun agama-agama banyak berbicara

mengenai bagaimana seharusnya para pengikut mereka berpikir dan

berbuat di dalam kehidupan sehari-hari, namun tidak secara keseluruhan

jelas sampai di mana konsekuensi-konsekuensi religius sebagai suatu

bagian dari komitmen religius atau berasal dari padanya.

Selain Glock da stark, konsep religiusitas juga dilakukan oleh

Himmelfarb; Stack dengan menunjukkan beberapa dimensi dari kemampuan

seseorang dalam memaknai agama. Mereka menyebutnya ireligious

involvement. Dalam teorinya, mereka menjelaskan bahwa kemampuan

seseorang dalam memaknai agama tergantung dari sejauh mana tingkat

orientasi mereka dalam beragama.43

43

Rita Indah mustikowati dan Sri Wilujeng, Religiusitas dan Kewirausahaan; Faktor kritis

dalam mencapai kinerja bisnis pada UKM di kabupaten Malang, Studi Manajemen dan Bisnis, 2,

(Malang, tahun 2016), 105.

Page 43: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

28

Dalam sebuah laporan penelitian yang diterbitkan oleh John E.

Fetzer Institute (1999) yang berjudul Multidimensional Measurement of

Religiousness, Sprituality for Use in Health Research menjelaskan dua belas

dimensi religiusitas, yaitu:44

Daily Spritual Experiences, Meaning, Values,

Beliefs, Forgiveness, Private Religious Prectices/Spritual coping, Religious

Support, Religious/Spritual History, Commitment, Organizational

Religiousness dan Religious Prefence.

a. Daily Spitua Experiences merupakan dimensi yang memandang dampak

agama dan spritual dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Daily

Spritual Experiences merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang

berkaitan dengan transenden dalam kehidupan sehari-hari dan persepsi

terhadap interaksinya pada kehidupan tersebut, sehingga Daily Spritual

Experiences lebih kepada pengalaman dibandingkan kognitif.

b. Adapun meaning dijelaskan oleh Pragment dalam konsep meaning dalam

hal religiusitas sebagaimana konsep meaning yang dijelaskan oleh Fiktor

Vrankl yang biasa disebut dengan istilah kebermajnaan hidup. Adapun

meaning yang dimaksud di sini adalah yang berkaitan dengan religiusitas

atau disebut religion-meaning yaitu sejauh mana agama dapat menjadi

tujuan hidupnya.

c. Konsep value menurut Idler adalah pengaruh keimanan terhadap nilai-

nilai hidup, seperti mengajarkan tentang nilai cinta, saling tolong, saling

melindungi, dan sebagainya.

44

Subhan, Pengaruh dimensi-dimensi religiusitas terhadap,

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream, diakses tanggal 15 Agustus 2018.

Page 44: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

29

d. Konsep belief menurut Idler merupakan sentral dari religiusitas.

Religiusitas merupakan keyakinan akan konsep-konsep yang dibawa oleh

suatu agama.

e. Dimensi forgiveness menurut Idler mencakup lima dimensi turunan,

yaitu: pengakuan dosa; merasa diampuni Tuhan; merasa dimaafkan oleh

orang lain; memaafkan orang lain; dan memaafkan diri sendiri.

Namun posisi dimensi forgiving others tidak sama dengan forgiveness

sebagai dependen variabel. Dimensi forgiving others pada dimensi

religiusitas yang dimaksud adalah sikap memaafkan yang lebih terkait

dengan keberagamaan, motivasi memaafkan lebih pada motivasi

mengharapkan pahala dan menjauhkan dosa karena membalas dendam

merupakan perbuatan tercela dan memaafkan adlaah anjuran dalam

agama.

f. Private religious practices menurut Levin merupakan perilaku beragama

dalam praktek agama meliputi ibadah, mempelajari kitab, dan dan

kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan religiusitasnya.

g. Religious/spritual coping menurut Pragament merupakan coping stress

dengan menggunakan pola dan metode religius. Seperti dengan berdo‟a,

beribadah untuk menghilangkan stres dan sebagainya. Menurut Pragment

1988 menjelaskan bahwa ada tiga jenis coping secara religiuis, yaitu:

1) Deferring Style, yaitu meminta penyelesaian masalah kepada Tuhan

aja. Yaitu dengan cara berdo‟a dan meyakini bahwa Tuhan akan

menolong hamba-Nya dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan.

Page 45: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

30

2) Colaborative Style, yaitu hamba meminta solusi kepada Tuhan dan

hambanya senantiasa berusaha untuk melakukan coping.

3) Self-directing Style, yaitu individu bertanggung jawab sendiri dalam

menjalankan coping.

h. Konsep religious support menurut Krause adalah aspek hubungan sosial

antara individu dengan pemeluk agama sesamanya. Dalam Islam hal

semacam ini sering disebut al-ukhuwah al-Islamiyah.

i. Konsep religious/spritual history menurut George adalah seberapa jauh

individu berpartisipasi untuk agamanya selaam hidupnya dan seberapa

jauh agama mempengaruhi perjalanan hidupnya

j. Konsep commintment menurut Williams adalah seberapa jauh indivodu

mementingkan agamanya, komitmen, serta berkontribusi kepada

agamanya.

k. Konsep organizational religious menurut Idler merupakan konsep yang

mengukur seberapa jauh individu ikut serta dalam lembaga keagamaan

yang ada di masyarakat dan beraktifitas di dalamnya.

l. Konsep Religious preference menurut Ellison yaitu memandang sejauh

mana individu membuat pilihan dan meamstikan pilihan agamanya.

Misalnya taklim dan lain-lain.

Page 46: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

31

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas

Robert H. Thoules mengemukakan bahwa terdapat empat faktor

religiusitas yang dimasukkan dalam kelompok utama, yaitu: pengaruh-

pengaruh sosial, berbagai pengalaman, kebutuhan dan proses pemikiran.45

a. Faktor sosial mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan

sikap keberagamaan, yaitu: pendidikan orang tua, tradisi-tradisi sosial

dan tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan

berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan.

b. Faktor lain yaitu pengalaman pribadi atau kelompok pemeluk agama.

Pengalaman konflik moral dan seperangkat pengalaman batin

emosional yang terikat secara langsung dengan Tuhan atau dengan

sejumlah wujud lain pada sikap keberagamaan juga dapat membantu

dalam perkembangan sikap keberagamaan.

c. Faktor ketiga adalah kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi

secara sempurna, sehingga mengakibatkan terasa adanya kebutuhan akan

kepuasan agama. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dikelompokkan

dalam empat bagian: kebutuhan akan keselamatan; kebutuhan akan cinta;

kebutuhan untuk memperoleh harga diri; dan kebutuhan yang timbul

karena adanya kematian.

d. Faktor terakhir adalah peranan yang dimainkan oleh penalaran verbal

dalam perkembangan sikap keberagamaan. Manusia adalah makhluk

berpikir. Salah satu akibat dari pemikirannya adalah bahwa ia membantu

45

R. Muawanah, “Agama dan Religiusitas” http://etheses.uin-

malang.ac.id/1194/6/10410066_Bab_2.pdf diakses tanggal 11 februari 2018.

Page 47: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

32

dirinya menentukan keyakinan-keyakinan iman yang harus diterimanya

dan mana yang ditolak.

Menurut jalaluddin religiusitas bukan merupakan aspek psikis

bersifat instinktif, yaitu unsur bawaaan yang siap pakai Religiusitas juga

mengalami proses perkembangan dalam mencapai tingkat kematangannya.

Religiusitas tidak luput dari berbagai gangguan yang dapat mempengaruhi

perkembangannya. Pengaruh tersebut baik yang bersumber dalam diri

seseorang maupun yang bersumber dari faktor luar, yang faktor-faktor itu

adalah:46

a. Faktor Intern

Perkembangan religiusitas selain ditentukan oleh faktor ekstern

juga ditentukan oleh faktor intern seorang. Seperti halnya aspek kejiwaan

lainnya, maka para ahli psikologi agama mengemukakan berbagai teori

berdasarkan pendekatan masing-masing. Tetapi, secara garis besarnya

faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan religiusitas

antara lain adalah faktor hereditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi

kejiwaan seseorang.

1) Faktor Hereditas

Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai

faktor bawaan yang diwariskan lainnya yang mencakup kognitif,

afektif dan konatif. Selain itu Rasulullah juga menganjurkan untuk

46

Jalaluddin, Psikologi Agama cet ke-15, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), 303-305

Page 48: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

33

memilih pasangan hidup yang baik dalam membina rumah tangga,

sebab menurut beliau keturunan berpengaruh.

2) Tingkat Usia

Berbagai penelitian psikologi agama menunjukkan adanya

hubungan tingkat usia dengan kesadaran beragama, meskipun

bergama seseorang. Yang jelas, kenyataan ini dapat dilihat dari

adanya perbedaan pemahaman agama pada tigkat usia yang berbeda.

3) Kepribadian

Sebagai identitas diri (jati diri) seseorang yang sedikit

banyaknya menampilkan ciri-ciri pembeda dari individu lain di luar

dirinya. Dalam kondisi normal, memang secara individu manusia

memiliki perbedaan dalam kepribadian. Perbedaan ini diperkirakan

berpengaruh terhadap aspek-aspek kejiwaan termasuk kesadaran

beragama.

4) Kondisi kejiwaan

Banyak kondisi yang tak wajar seperti schizopreniq,

paranonia, maniac, dan infantile autisme. Tetapi yang penting

dicermati adalah hubungannya dengan perkembangan kejiwaan

agama. Sebab bagaimanapun seseorang yang mengidap schizoprenia

akan mengisoalsi diri dari kehidupan sosial serta persepsinya tentang

agama akan dipengauhi oleh halusinasi.

Page 49: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

34

b. Lingkungan Ekstern

Faktor ekstrenal yang dinilai berpengaruh dalam religiusitas dapat

dilihat dari lingkungan dimana seseorang itu hidup. Umumnya

lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana

dalam kehidupan manusia. Keluarga merupakan lingkungan sosial

pertama kali yang dikenal setiap individu. Dengan demikian,

kehidupan keluarga merupakan fase sosialisasi awal bagi

pembentukan jiwa keagamaan pada tiap individu.

2) Lingkungan Institusional

Melalui kurikulum yang berisi materi pengajaran, sikap dan

keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di

sekolah dinilai berperan penting dalam menanamkan kebiasaan yang

baik. Pembiasaan yang baik merupakan bagian dari pembentukan

moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan

seseorang.

3) Lingkungan Masyarakat

Sepintas, lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan

yang mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya

merupakan unsur pengaruh belaka. Tetapi, norma dan tata nilai yang

ada terkadang pengaruhnya lebih besar dalam perkembangan jiwa

keagamaan, baik dalam bentuk positif maupun negatif.

Page 50: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

35

5. Religiusitas Dalam Perspektif Islam

Islam menyuruh umatnya untuk beragama (berislam) secara

menyeluruh. Sebagaimana dalam firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam

keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”47

Setiap Muslim, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak,

diperintahkan untuk ber-Islam. Dalam melakukan aktivitas ekonomi, sosial,

politik atau aktivitas apa pun, si Muslim diperintahkan untuk melakukannya

dalam rangka beribadah kepada Allah. Di mana pun dan dalam keadaan apa

pun, setiap muslim hendaknya berislam.48

Esensi Islam adalah tauhid atau pengesaan Tuhan, tindakan yang

menegaskan Allah sebagai Yang Esa, Pencipta yang Mutlak dan

Transenden, Pengusaha segala yang ada. Tidak ada satu pun perintah dalam

Islam yang bisa dilepaskan dari Tauhid. Seluruh agama itu sendiri,

kewajiban untuk menyembah Tuhan, untuk mematuhi perintah-perintah-

Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, akan hancur begitu tauhid

dilanggar (Ismail R. Al-Faruqi, 1988). Dapat disimpulkan bahwa tauhid

adalah intisari Islam dan suatu tindakan tak dapat disebut sebagai bernilai

Islam tanpa dilandasi oleh kepercayaan kepada Allah. Searah dengan

47

Al-Qur‟an, 2: 208. 48

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam Atas

Problem-Problem Psikolog, (cet. IV Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 79.

Page 51: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

36

pandangan Islam, Glock dan Stark menilai bahwa kepercayaan keagamaan

adalah jantungnya dimensi keyakinan. Teologi terdapat dalam seperangkat

kepercayaan mengenai kenyataan terakhir, mengenai alam dan kehendak-

kehendak supernatural, sehingga aspek-aspek lain dalam agama menjadi

koheren. Ritual dan kegiatan yang menunjukkan ketaatan seperti dalam

persekutuan atau sembahyang tidak dapat dipahami kecuali jika kegiatan-

kegiatan itu berada dalam kerangka kepercayaan yang mengandung dalil

bahwa dalam ada suatu kekuatan yang besar yang harus disembah.

Di samping tauhid dan akidah, dalam Islam juga ada syariah dan

akhlak. Endang Saifuddin Anshari mengungkapkan bahwa pada dasarnya

Islam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu akidah, syariah dan akhlak, di mana

tiga bagian tadi satu sama lain saling berhubungan. Akidah adalah sistem

kepercayaan dan dasar bagi syariah dan akhlak. Tidak ada syariah dan

akhlak Islam tanpa akidah Islam.49

Konsep Religiusitas versi Glock dan stark adalah rumusan brilian.

Konsep tersebut mencoba melihat keberagamaan seseorang bukan hanya

dari satu atau dua dimensi, tapi mencoba memperhatikan segala dimensi.

Keberagamaan dalam Islam bukan hanay diwujudkan dalam bentuk ibadah

ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai suatu sistem

yang dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai suatu sistem yang

menyeluruh pula. Karena itu, hanya konsep yang mampu memberi

49

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, 80.

Page 52: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

37

penjelasan tentang kemenyuruhan yang mampu memahami keberagaman

umat Islam.

Untuk memahami Islam dan umat Islam, konsep yang tepat adalah

konsep yang mampu memahami adanya beragam dimensi dalam berislam.

Menurut Djamaluddin dan Fuat, rumusan Glock dan stark yang membagi

keberagaman menjadi lima dimensi dalam tingkat tertentu mempunyai

kesesuaian dengan Islam.

Walaupun tak sepenuhnya sama, dimensi keyakinan dapat

disejajarkan dengan akidah, dimensi praktik agama disejajarkan dengan

syariah dan dimensi pengamalan disejajarkan dengan akhlak.

Dimensi keyakinan atau akidah Islam menunjuk pada seberapa tingkat

keyakinan Muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama

terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Di dalam

keberislaman, isi dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah,

para Malaikat, Nabi/Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha

dan qadar.

Dimensi peribadatan (praktek agama) atau syariah menunjuk pada

seberapa tingkat kepatuhan Muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan

ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh agamanya. Dalam

keberislaman, dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan sholat, puasa,

zakat, haji, membaca Al-Qur‟an do‟a, zikir, ibadah qurban, iktikaf di mesjid

di bulan puasa, dan sebagainya.

Page 53: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

38

Dimensi pengamalan atau akhlak menunjuk pada seberapa tingkatan

Muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu

bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia

lain. Dalam keberislaman, dimensi ini meliputi perilaku suka menolong,

bekerjasama, berderma, menyejahterkan dan menumbuhkembangkan orang

lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan,

menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak meminum

minuman yang memabukkan, mematuhi norma-norma Islam dalam perilaku

seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam, dan

sebagainya.

a. Aqidah

Akidah adalah sistem kepercayaan dan dasar bagi syariah dan

akhlak. Tidak ada syariah dan akhlak Islam tanpa akidah Islam. Dimensi

keyakinan atau akidah Islam menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan

Muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap

ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Di dalam

keberislaman, isi dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang

Allah, para Malaikat, Nabi/Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka,

serta qadha dan qadar.

b. Syari‟ah

Dimensi peribadatan (praktek agama) atau syariah menunjuk pada

seberapa tingkat kepatuhan Muslim dalam mengerjakan kegiatan-

kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh agamanya.

Page 54: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

39

Dalam keberislaman, dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan

sholat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur‟an do‟a, zikir, ibadah qurban,

iktikaf di mesjid di bulan puasa, dan sebagainya.

c. Akhlak

Dimensi pengamalan atau akhlak menunjuk pada seberapa

tingkatan Muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya,

yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan

manusia lain. Dalam keberislaman, dimensi ini meliputi perilaku suka

menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterkan dan

menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran,

berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat,

tidak mencuri, tidak meminum minuman yang memabukkan, mematuhi

norma-norma Islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses

menurut ukuran Islam, dan sebagainya.

Ibn Miskawaih yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang

akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan

bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya

untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan. Ibn Miskawaih mengatakan akhlak adalah sifat yang

tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan

dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.

Page 55: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

40

B. Bisnis Perspektif Islam

1. Pengertian Bisnis

Kata bisnis, berasal dari bahasa Inggris business. Bisnis dapat

didefenisikan sebagai: “Segala aktivitas dari berbagai institusi yang

menghasilkan barang dan jasa yang perlu untuk kehidupan masyarakat.

Segala aktivitas, berarti beraneka warna aktivitas, seperti: produksi,

distribusi, konsumsi, dan berbagai aktivitas lainnya, seperti transportasi,

pembelian, dan lain-lainnya.50

Dan pandangan lain menyatakan bahwa

bisnis adalah sejumlah total usaha yang meliputi pertamiam, produksi,

konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa, dan

peemrintahan yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan

barang dan jasa ke konsumen.51

Sedangkan Bisnis Islam adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam

berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan

hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara

perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram).52

Dan

Sebagaimana Yusanto dan karebet dalam norvadewi menyebutkan bisnis

dalam Islam bertujuan untuk mencapai empat hal : 1) target hasil: profit-

materi dan benefit non materi, 2) pertumbuhan, 3) keberlangsungan, 4)

keberkahan.53

50

M. Manullang, Pengantar Bisnis cet.ke-2, (Yogyakarta: Gadjah Mada university, 2008),

3. 51

Buchari Alma, Pengantar Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2010), 21 52

M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widdjajakusuma, 17. 53

Norvadewi, Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah konsep, prinsip, dan landasan

Normatif)¸ Al-Tigary, 1, (Desember 2015), 3.

Page 56: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

41

Berdasarkan tingkat kepentingan dan ketertiban dalam aktivitas

bisnis, SDM yang terlibat dalam bisnis dikategorikan menjadi:54

a. Pemilik modal

Pihak-pihak yang menyediakan dana sehingga kegiatan operasional dan

aktivitas organisasi dapat berjalan dengan lancar.

b. Manajer

Orang-orang yang memiliki tanggung jawab untuk menjalankan dan

mengelola organisasi dapat berjalan dengan lancar.

c. Tenaga Kerja

Merupakan pengelola proses produksi perusahaan untuk memenuhi

kebutuhan dna keinginan konsumen akan produk yang berkualitas.

d. Konsumen

Konsumen merupakan pengguna produk yang dihasilkan oleh organisasi

bisnis. Konsumen merupakan kelompok potensial yang akan

menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan oleh organisasi bisnis.

2. Etika Bisnis Islam

Nabi Muhammad SAW merupakan pelaku bisnis yang menjadi

model terbaik dalam praktik perniagaan di zaman jahiliyah. Keberhasilan

Nabi Muhammad dalam berbisnis dipengaruhi oleh kepribadian dan

perilakunya, dimana beliau selalu menerapkan nilai-nilai etika dalam

berdagang. Prasyarat untuk meraih keberkahan atas nilai transenden

seorang pelaku bisnis harus memperhatikan beberapa prinsip sikap/etika

54

Muniya Alteza, Pengantar Bisnis: Teori dan aplikasi di Indonesia, (Yogyakarta: Fakultas

Ilmu sosial dan Ekonomi UNM, 2011), 1.

Page 57: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

42

yang telah digariskan dalam Islam, antara lain:55

Pertama, Jujur dalam

takaran. Jujur dalam takaran ini sangat penting untuk diperhatikan.

Masalah kejujuran tidak hanya merupakan kunci sukses seorang plaku

bisnis menurut Islam. Tetapi etika bisnis modern juga sangat menekankan

pada prinsip kejujuran. Kedua, menjual barang yang baik mutunya. Salah

satu cacat etis dalam perdagangan adalah tidak transparan dalam hal mutu,

yang berarti mengabaikan tanggung jawab moral dalam dunia bisnis.

Padahal bertanggung jawab yang diharapkan adalah tanggung jawab yang

berekesimbangan antara memperoleh keuntungan dan memenuhi norma-

norma dasar masyarakat baik berupa hukum maupun etika atau adat.

Ketiga, Dilarang menggunakan sumpah. Seringkali ditemukan

dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan para pedagang kelas

bawah apa yang dikenal dengan obral murah. Mereka terlalu mudah

menggunakan sumpah dengan maksud untuk meyakinkan pembeli bahwa

barang dagangannya benar-benar berkualitas, dengan harapan agar orang

terdorong untuk membelinya. Keempat, Longgar dan bermurah hati.

Dalam transaksi terjadi kontak antara penjual dan pembeli. Dalam hal ini

seorang penjual diharapkan bersikap ramah dan bermurah hati kepada

setiap pembeli. Dengan sikap ini seorang penjual akan mendapat berkah

dalam penjualan dan akan diminati oleh pembeli. Kunci suksesnya adalah

satu service kepada orang lain.

55

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Perspekif Islam, 23.

Page 58: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

43

Kelima, Membangun hubungan baik antar kolega. Islam

menekankan hubungan konstruktif dengan siapa pun, inklud antar sesama

pelaku dalam bisnis. Islam tidak menghendaki dominasi pelaku yang satu

di atas yang lain, baik dalam bentuk monopoli, oligopoli maupun bentuk-

bentuk lain yang tidak mencerminkan rasa keadilan atau pemerataan

pendapatan.

Tertib administrasi. Dalam dunia perdagangan wajar terjadi praktek

pinjam meminjam. Ketujuh, menetapkan harga dengan transparan. Harga

yang tidak transparan bisa mengandung penipuan. Untuk itu menetapkan

harga dengan terbuka dan wajar sangat dihormati dalam Islam agar tidak

terjerumus dalam riba.

Asyraf Muhammad Dawabah dalam bukunya disebutkan bahwa

adapun nilai-nilai yang diaplikasikan dari etika bisnis Islami adalah

sebagai berikut:56

a. Bermuamalah (jual beli) dengan Etika Bisnis Islam

Pertama, jujur adalah suatu keutamaan dan salah satu nilai

keluhuran dalam Islam. Memegang, teguh kejujuran dalam setiap hal

dan menjaga kejujuran dalam setiap permasalahan adalah pondasi

kokoh dalam perilaku seorang pebisnis muslim, perantara menuju amal

yang baik, dan terhapuskan dosa, serta perantara menuju surga.

Amanah, Islam mengharapkan bagi seorang pebisnis Muslim

mempunyai hati yang tanggap, yang dengan itu menjaganya dari hak-

56Asyraf Muhammad Dawabah, The Moslem Entrepreneur, terj, Yasir Maqosdi, 59.

Page 59: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

44

hak Allah dan hak-hak manusia, serta menjaga muamalahnya dari

unsur-unsur melampaui batas atau sia-sia.

Toleran, sifat toleran adalah kunci pembuka rezeki dan sarana

hidup tenang. Termasuk dari faedah toleran adalah mudah bergaul,

mempermudah urusan jual beli, dan mempercepat kembalinya modal.

Termasuk dari makna toleran adalah memudahkan dalam urusan jula

beli. Maka, bagi seorang pengusaha Muslim hendaknya tidak

memahalkan harga ketika ia menjual sesuatu, karena hal itu akan

memberatkan dan menyempitkan kehidupan sesama Muslim/ pembeli.

Konsekuensi terhadap akad, Dalam syari‟ah seorang pengusaha

diperintahkan untuk konsekuen terhadap akad dan perjanjian serta hal-

hal yang berkenaan dengan itu. Pengesahan akad, pencatatan,

penyaksian, serta mengambil jaminan adalah sesuatu yang penting demi

kesinambungan aktivitas bisnis dan pemenuhan hak, serta mencegah

berbagai persaingan negatif, baik dalam bentuk pertikaian negatif, baik

dalam bentuk pertikaian maupun persengketaan antar pengusaha. Akan

tetapi dalam transaksi jual beli cash tidak menggunakan proses akad

perjanjian, karena bersifay tunai, sehingga memudahkan para

pengusaha dalam transaksi bisnis.

b. Melakukan Aktivitas Sesuai Syariah

Pertama, Menghindari transaksi bisnis yang diharamkan agama.

Seorang pengusaha Muslim harus berkomitmen dalam bertransaksi

dengan hal-hal yang dihalalkan oleh Allah SWT. Kedua, Menghindari

Page 60: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

45

penggunaan harta yang tidak halal. Di antara contoh dari praktek-

praktek mendapatkan harta yang tidak halal adalah, praktek riba,

transaksi spekulatif/ pemipuan, menimbun harta, berlebih-lebihan,

menghambur-hamburkan uang dan berfoya-foya, persaingan yang tidak

fair.

Zainal Abidin Bin Syamsudin dan Fadil Fuad basyameleh juga

menuliskan bahwa ada beberapa kode etik hidup dan akhlakul karimah

yang harus terus ditegakkan dan sangat layak menjadi pegangan bagi para

pengusaha dalam menjalani bisnisnya, di antaranya:57

a. Niat yang Ikhlas

Dengan niat yang ikhlas, semua bentuk pekerjaan akan berubah

menjadi ibadah dan kehidupannya akan tertata rapi mengikuti arus

ketaatan menuju karunia Allah. Oleh karena itu setiap apa yang kita

lakukan, baik dalam ibadah maupun muamalah, hanya ditujukan untuk

mengharap pahala dan keberakahan Allah semata, bukan pamer,

sombong, atau mendapatkan pujian manusia.

b. Budi Pekerti Yang Luhur

Budi pekerti yang luhur adalah modal utama seorang pengusaha,

karena dengan keluhuran budi pekerti, dia akan mudah memberikan

pengaruh, mengadakan musyawarah dan meraih simpati orang lain.

Sehingga, penyebaran dakwah islam akan seiring dengan kemajuan

usahanya. Semua pihak akan menghormati sosok dan tindakannya. Yang

57

Zainal Abidin Bin Syamsudin dan Fadil Fuad basyameleh, 107-125.

Page 61: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

46

beemuamalah dengannya akan merasa aman karena tidak takut dizalimi,

merasa tenang karena tidak takut dirugikan, bahkan dengan kemuliaan

yang dimilikinya semakin memotivasi orang lain untuk bisa

bermuamalah secara benar dan lurus.

Ada beberapa budi pekerti luhur yang harus dimiliki oleh seorang

pengusaha, di antaranya: jujur, amanah, komitmen dengan janji,

konsekwen dan berusaha menyegerakan membayar utang, memberi

kelonggaran atau toleransi dalam menagih piutang bagi debitor yang

kesulitan membayar utangnya, memenuhi hak-hak orang lain (karyawan

atau relasi bisnisnya), menghindari sifat tercela seperti: khianat, menipu,

curang, memanipulasi, dan perbuatan tercela lainnya.

c. Menunaikan Hak Secara Konsisten

1) Hak kepada sesama

Seorang pengusaha Muslim akan menyegerakan menunaikan

hak orang lain, baik berupa upah pekerja maupun utang-utangnya.

Upah harus dibayarkan kepada pekerja sesegera mungkin.

“berikanlah upah kepada pekerja sebelum kering keringatnya.”

Karena memperlambat pembayaran upah atau utang merupakan

bentuk kezaliman.

Selain menjaga hak terhadap pekerjanya, tetapi juga menjaga

hak terhadap pembeli. Sebagaimana yang tercantum dalam jurnal

Ma‟zur, d.k.k bahwa pelayanan terhadap pembeli merupakan salah

satu prinsip muamalah yang menjadi tanggung jawab pebisnis.

Page 62: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

47

Rasulullah bersabda: pemimpin itu adalah pelayan umat. Negara

harus menjamin pelayanan yang baik kepada masyarakatnya,

demikian juga dalam bisnis, para pengusaha harus dapat dan mampu

memebrikan servis (pelayanan) yang baik jika tidak ingin kehilangan

pembeli.

2) Hak Allah atas Hamba-Nya

Di samping adanya kewajiban-kewajiban yang harus

ditunaikan seorang pengusaha seperti dalam penjelasan di atas, ada

juga hak utama allah yang justru harus benar-benar ditunaikan, yaitu

hak Allah atas hamba-Nya yang kaya, berupa zakat, infak, dan

sedekah.

d. Menekuni Usaha yang Halal

Pengusaha muslim sadar, bahwa yang haram dan yang

membahayakan hanya akan menimbulkan kerugian. Ia senantiasa

menjaga kebersihan diri dan hartanya dari hal-hal yang haram, sehingga

darah dagingnya, keluarganya, dan karyawannya akan tumbuh dari

rezeki yang diridhai Allah. Ia akan selalu menjaga generasinya sehingga

bisa menjadi penerus dan penebar kemaslahatan dan kesalihan. Oleh

karena itu, di saat Allah menyuruh hambanya untuk makan dan

menafkahi keluarganya dengan makanan yang halal dan menyuruh

mereka melakukan amal shalih, maka mereka menurutinya.

Page 63: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

48

e. Menghindari Riba dan transaksi kotor

Transaksi riba dan segala usaha yang menghasilkan uang haram

sangat dimurka Allah dan dikutuk agama sebagaimana firman-Nya:

“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran

(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah

disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu

sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya

larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),

Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang

larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali

(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;

mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan

sedekah. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam

kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”58

f. Tidak Memakan Harta Orang

Termasuk tindakan culas dan terkutuk adalah memakan harta

orang lain secara batil. Kehormatan harta seorang muslim sama dengan

kehormatan darahnya. Sehingga tidak halal harta seorang muslim untuk

diambil kecuali dengan kerelaan harinya atau dengan cara yang ma‟ruf.

58

Al-Qur‟an, 2: 275-276.

Page 64: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

49

Di samping itu, dengan menahan harta yang sudah sepantasnya menjadi

hak orang lain atau bisa memberikan kemaslahatan bagi umat juga

merupakan bentuk kezaliman tersendiri.

g. Patuh Hukum Positif Dalam Bingkai Syariah

Seorang pengusaha muslim tidak akan membiarkan dirinya

terjerat sanksi hukuman undang-undang positif karena ia melanggar

aturan atau rambu-rambu yang dihormati di tengah masyarakat. Ketika

seorang melakukan sikap tersebut, bukan berarti ia menetapkan hak

bagi manusia untuk membuat undang-undang yang absolut. Akan tetapi

sikap itu dia lakukan demi mengokohkan kewajiban yang diberikan

Allah kepadanya untuk mencegah terjadinya kerusakan dan mencegah

bahaya serta tidak membiarkan diri sendiri celaka, karena tidak ada

ketaatan kepada makhluk dalam rangka melanggar aturan sang Khalik

h. Menghindari Tindakan yang Merugikan

Menghindari kompetisi bisnis, seorang pengusaha muslim harus

senantiasa berpegang teguh pada prinsip dan kaidah, “tidak dihalalkan

melakukan bahaya atau hal yang membahayakan orang lain.” Maka

seorang pengusaha muslim tidka boleh melakukan spekualasi kotor atau

mempermainkan harga barang, menaikturunkan harga untuk merugikan

pedagang lain.

i. Setia Kepada Kaum Muslim

Seorang pengusaha Muslim harus tetap menyadari, bahwa ia

menjadi bagian dari kaum muslimin. Di manapun ia berada dan

Page 65: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

50

seberapa besar pengaruh kekuasaan bisnisnya di dunia, ia harus tetap

mengusung kesetiaan, kecintaan dan pembelaan terhadap umat Islam, Ia

juga harus senantiasa bersikap tulus kepada umat Islam, mencintai

kebaikannya dan tidak boleh mengkhianati atau melakukan hal-hal

yang membahayakan mereka.

j. Mempelajari Hukum dan Etika Muamalah

Ilu syariah yang dimiliki itu akan meresap ke dalam setiap sendi

kehidupan yang dijalaninya dan mewarnai setiap langkah dan

kegiatannya, yang pada akhirnya akan memberikan manfaat yang besar

bagi diri, karyawan, lingkungan dan umat secara keseluruhan. Sehingga

ia akan dihormati oleh saudara-saudaranya, kaum muslimin dan

disegani oleh relasi-relasi bisnisnya, baik yang muslim maupun yang

nonmuslim. Maka, ia pun sangat layak menjadi contoh bagi pengusaha

lainnya.

k. Tidak Meminta Jabatan

Lawan dari mampu dan amanah adalah lemah dan khianat

Sedangkan jabatan itu sendiri adalah amanah yang akan dimintai

pertanggungjawaban. Karena itu seseorang yang merasa tidak mampu

dan khawatiir tidak bisa mengemban amanah, hendaknya tidak meminta

jabatan. Dan hal itu menjadi alasan utama untuk memilih seseorang

dalam bekerja dan menunaikan tugas apa pun, bahkan dengan adanya

kelemahandan pengkhianatan sebenarnya menjadi alasan utama untuk

Page 66: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

51

mencopot dan memutuskan hubungan kerja serta menonaktifkan

pekerja dari tugasnya.

l. Berlaku Adil dan Bijaksana

Seorang pengusaha muslim dituntut untuk bersikap adil dan

bijaksana dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil, karena

keadilan merupakan asas kehidupan dan pondasi untuk membentuk

peradaban. Ia juga menjadi dasar utama untuk membangun dunia bisnis

dan usaha yang sehat. Karena keadilan sebagai timbangan yang mampu

menata pilar-pilar kehidupan penuh keamanan., kedamaian dan

ketentraman yang menyentuh semua kalangan tanpa diskriminasi.

m. Bersikap Dermawan dan Murah Hati

Seorang pengusaha Muslim dan pengusaha yang bertakwa selalu

bersikap murah hati dan dermawan kepada manusia di sekitarnya,

terlebih kepada para karyawannya. Dan berusaha semaksimal mungkin

menghindari sifat bakhil dan serakah, karena sumber kejahatan paling

utama berasal dari sifat rakus, bakhil, dan kikir.

n. Membalas Keburukan dengan Kebaikan

Setiap pengusaha muslim diperintahkan untuk melawan

keburukan dan kejahatan dengan kebaikan, sebagaimana dokter

melawan penyakit dengan obat-obatan. Dan orang beriman disuruh

untuk memperbaiki dirinya dengan dua langkah: mengerjakan

perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan buruk. Seorang karyawan

atau pekerja muslim ketika merasa mendapat perlakuan tidka wajar atau

Page 67: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

52

dizalimi, maka jangan lantas membuat makar atau balas dendam, baik

kepada pribadi, perusahaan atau lembaga untuk merusak reputasi dan

masa depan pribadi, perusahaan atau instasi.

3. Etos Bisnis

a. Pengertian Etos bisnis

Etos yang berasal dari kata Yunani, dapat diartikan sebagai

sesuatu yang diyakini, cara berbuat, serta persepsi terhadap nilai bekerja.

Etos yang juga mempunyai makna nilai moral adalah suatu pandangan

batin bersifat mendarah daging. Seorang akan merasakan bahwa hanya

dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik, bahkan sempurna, nilai-

nilai Islam yang diyakininya dapat diwujudkan. Karenanya, etos kerja

bukan hanya kepribadian atau sikap, melainkan lebih mendalam lagi. Ia

adalah martabat, harga diri, dan jati diri seseorang.59

Ahmad Janan Asifudin mengutip dari Mochtar Buchori, etos kerja

dapat diartikan sebagai sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaan

kerja: ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja yag dimiliki seseorang,

suatu kelompok manusia atau suatu bangsa. Sedangkan dia sendiri

mengartikan etos kerja merupakan karakter dan kebiasaan berkenaan

dengan kerja yang terpancar dari sikap hidup manusia yang mendasar

terhadapnya. Lalu selanjutnya dimengerti bahwa timbulnya kerja dalam

59Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam, Tataran Teoritis dan praktis, 127.

Page 68: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

53

konteks ini adalah karena termotivasi oleh sikap hidup mendasar itu. Etos

kerja dapat berada pada individu dan masyarakat.60

b. Tujuan Bisnis

Dalam menjalankan bisnis, setiap individu memiliki tujuan yang

akan diinginkannya, di antaranya:61

1) Mencari Keuntungan

Pekerjaan berdagang atau jual beli adalah sebagian dari

pekerjaan bisnis. Kebanyakan masyarakat kita jika mereka berdagang,

selalu ingin mencari laba besar. Jika ini yang menjadi tujuan

usahanya, maka seringkali mereka menghalalkan berbagai cara untuk

mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini, sering terjadi perbuatan

negatif, yang akhirnya menjadi kebiasaan.perilaku mereka. Adalah

sifat tidak baik apabila orang banyak bicara dan banyak bohongnya,

bila dititipi selalu khianat, janji sering meleset, punya utang selalu

ditunda pembayarannya, bahkan mengelak untuk membayar bila

punya kekuasaan, ia menindas, dan mempersulit orang lain, tidak

pernah ia memberi kemudahan dalam hal yang menjadi

wewenangnya, atau dalam menagih piutang, ia bisa berlaku tidak

manusiawi dan sebagainya.

2) Karena Hobby

Konsep berdagang adalah hobby, kebanyakan dianut oleh para

pedagang Cina. Mereka memang menekuni dunia perdagangan dalam

60Ahmad Janan Asifudin, Etos Kerja Islami, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2004), 28.

61Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, (Bandung: Alfabeta, 2003), 71.

Page 69: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

54

keseharian perihidup mereka. Pagi, siang, malam, perhatian mereka

tidak terlepas dari hobby ini. Mereka berusaha membeli barang,

membersihkan barang, membersihakn barang yang mereka jual,

mereka menjaga kerapihan rak pajangan, melayani pembeli sebaik

mungkin, karena pembeli itu datang melihat dan membeli hobby yang

ia tekuni. Jadi mereka sangat respek pada pembeli. Bila barangnya

laku, mereka cepat mendatangkam barang baru, dan dipanjangkan di

tempat yang baik, desain tata letak serasi dengan tat warna disorot

cahaya neon yang membuat suasana menarik dan indah dipandang

mata, terutama memancing mata pembeli.

3) Sebagai Ibadah

Bagi orang Muslim, kegiatan berdagang sebenarnya lebih

tinggi derajatnya, yaitu dalam rangka beribadah kepada Allah swt.

Sebab kita sudah berjanji yang kita ikrarkan dalam sholat lima waktu,

bahwa sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, adalah bagi Allah

swt. Berdagang adalah sebagian dari hidup kita, yang harus ditujukan

untuk beribadah kepada-Nya dan wadah untuk berbuat baik pada

sesama.

Seorang pedagang membeli barang ke pabrik atau ke Grosir,

kemudian diangkut ke tempatnya berdagang, niatkan bahwa itu ibadah

kita, agar memberi kemudahan kepada pembeli yang membutuhkan

barang itu. Maka pembeli tidak perlu pergi jauh-jauh ke kota hanya

untuk memberli satu jenis barang.

Page 70: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

55

Dalam kehidupan ini kita diperintahkan untuk berhemat, tapi

jangan kikir. Salah satu cara berhemat ialah mencari barnag dengan

harga murah sesuai dengan kemampua seseorang. Murah bagi

seseorang yang miskin tidak sama dengan mrah bagi seseorang yang

banyak uang

4) Fastabiqul Khoirat

Banyak berbuat kebaikan, akan sangat meyenangkan bagi si

pelaku dan juga bagi orang yang melihatnya. Lebih jauh lagi mereka

yang selalu berbuat baik, dan selalu membantu meringankan

penderitaan orang lain, otaknya senang, dan tubuhnya akan lebih

kebal terhadap penyakit. Jadi, ada hubungan antara berbuat baik,

dengan kesehatan badan. Berbuat baik adalah keadaan yang paling

intens dalam berhubungan dengan orang lain, terbukti efektif dalam

keseimbangan otak Keadaan seimbang ini diperlukan untuk

mengontrol kesehatan tubuh.

Di dalam dunia bisnis, banyak muncul pikiran tidak tenang,

stress makin meningkat dan terjadi tiap saat tidak berhenti, karena

pola usaha yang tidak benar, ada pikiran-pikiran jahat, sangat agresif

dalam persaingan, ingin menjatuhkan pesaing, marah, ingin menang

sendiri, ini adalah penyebab-penyebab yang berujung pada munculnya

berbagai penyakit. Obatnya yang utama ialah, berbuat baiklah selalu,

sesuai dengan ajaran Islam, dekatkan diri kepada Allah SWT

bagaimanapun sibuknya kita dalam kegiatan bisnis.

Page 71: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

56

c. Prinsip-Prinsip Dasar Etos Kerja dalam Islam

Sebagaimana agama yang menekankan arti penting amal dan

kerja, Islam mengajarkan bahwa kerja harus dilaksanakan berdasarkan

beberapa prinsip berikut:62

1) Bahwa pekerjaan itu harus dilaksanakan berdasarkan pengetahuan

2) Pekerjaan harus dilaksanakan berdasarkan keahlian

3) Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik

4) Pekerjaan itu diawasi oleh Allah, Rasul dan masyarakat, oleh karena

itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab

5) Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang tinggi

6) Orang berhak menapatkan imbalan atas apa yang telah ia kerjakan. Ini

adalah konsep pokok dalam agama. Konsep imbalan bukan hanya

berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan dunia, tetapi juga berlaku untuk

pekerjaan-pekerjaan ibadah yang bersifa ukhrawi.

7) Berusaha menangkap makna sedalam-dalamnya sabda nabi yang

amat terkenal bahwa nilai setiap bentuk kerja itu tergantung kepada

niat-niat yang dipunyai pelakunya.

8) Ajaran Islam menunjukkan bahwa “kerja” atau “amal” adalah bentuk

keberadaan manusia. Artinya, manusia ada karena kerja, dan kerja

itulah yang membuat atau mengisi keberadaan kemanusiaan.

62

Mohammada Irham, Etos Kerja Dalam Perspekti Islam, Jurnal Substantia, 1( April

2012), 5

Page 72: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

57

9) Menangkap pesan dasar dari sebuah hadis shahih yang menuutrkan

sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: “Orang mukmin yang kuat

lebih disukai Allah”.

d. Ciri-Ciri Etos Kerja Islam

Muhammad Djakfar mengutip dari Tasmara yang mengatakan

adapun ciri-ciri orang yang menghayati etos kerja akan tampak dalam

sikap dan tingkah lakunya. Di antaranya:63

1) Kecanduan Terhadap Waktu

Salah satu esensi dan hakikat dari etos kerja adalah cara

seseorang menghayati, memahami, dan merasakan betapa berharganya

waktu. Dia sadar waktu adalah netral dan terus merayap dari detik ke

detik dan dia pun sadar bahwa sedetik yang lalu tak akan pernah

kembali kepadanya.

Baginya waktu adalah aset ilahiyyah yang sangat berharga,

ladang subur yang membutuhkan ilmu dan amal untuk diolah serta

dipetik hasilnya pada waktu yang lain. Waktu adalah kekuatan,

mereka yang mengabaikan waktu berarti menjadi budak kelemahan.

Bila John F. Kennedy berkata “The full use of your powers along lines

of excellence” (memanfaatkan seluruh kekuatan, anda sedang menuju

puncak kehidupan). Seorang Muslim berkata, “waktu adalah kekuatan.

Bila kita memanfaatkan seluruh waktu, kita sedang berada di atas

jalan keberuntungan.

63Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam, Tataran Teoritis dan praktis, 164.

Page 73: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

58

2) Memiliki Moralitas yang Bersih

Salah satu kompetensi moral yang dimiliki seorang yang

berbudaya kerja Islami itu adalah nilai keikhlasan. Karena ikhlas

merupakan bentuk dari cinta, bentuk kasih sayang dan pelayanan

tanpa ikatan.

Sikap ikhlas bukan hanya output dari cara dirinya melayani,

melainkan juga input atau masukan yang membentuk kepribadiannya

didasarkan pada sikap yang bersih. Bahkan, cara dirinya mencari

rezeki, makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya,

adalah bersih semata-mata. Dengan demikian, ikhlas merupakan

energi batin yang akan membentengi diri dari segala bentuk yang

kotor.

3) Kecanduan Kejujuran

Pribadi muslim merupakan tipe manusia yang terkena

kecanduan kejujuran, dalam keadaan apapun, dia merasa bergantung

pada kejujuran. Dia pun bergantung pada amal saleh. Sekali dia

berbuat jujur atau berbuat amal-amal saleh yang prestatif, dirinya

bagaikan ketagihan untuk mengulanginya lagi. Sebagaimana

keikhlasan, kejujuran pun tidak datang dari luar, tetapi bisikan kalbu

yang terus menerus mengetuk ngetuk dan membisikkan nilai moral

yang luhur. Kejujuran bukan sebuah keterpaksaan, melainkan sebuah

panggilan dari dalam, sebuah keterikatan.

Page 74: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

59

4) Memiliki Komitmen

Dalam komitmen tergantung sebuah tekad, keyakinan, yang

melahirkan bentuk vitalitas yang penuh gairah. Mereka memiliki

komitmen tidak mengenal kata menyerah. Mereka akan berhenti

menapaki cita-citanya bila langit sudah runtuh. Komitmen adalah soal

tindakan, keberanian komitmen bukan komat kamit, melainkan soal

kesungguhan dan kesinambungan.

5) Istiqomah

Pribadi muslim yang profesional dan berakhlak memiliki sikap

konsisten, yaitu kemampuan untuk bersikap taat asas, pantang

menyerah, dan mampu mempertahankan prinsip serta komitmennya

walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya.

Mereka mampu mengendalikan diri dan mengelola emosinya secara

efektif.

Toto tasmara merinci ciri-ciri etos kerja muslim, sebagai

berikut: 1) memiliki jiwa kepemimpinan; 2) selalu berhitung; 3)

menghargai waktu; 4) tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan; 5)

hidup berhemat dan efisien; 6) memiliki jiwa wiraswasta; 7) memiliki

insting bersaing dan bertanding; 8) keinginan untuk mandiri; 9) haus

untuk memiliki sifat keilmuan; 10) berwawasan makro; 11)

memperhatikan kesehatan dan gizi; 12) ulet, pantang menyerah; 13)

berorientasi pada produktivitas; 14) memperkaya jaringan silaturahmi.

Page 75: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

60

e. Karakter Etos Kerja Islami

Sedangkan Ahmad Janan Asifudin dalam bukunya menyebutkan

karakteristik etos kerja islami adalah:64

1) Kerja merupakan penjabaran akidah

Kerja berlandaskan nilai beribadah hanya kepada Allah SWT

adalah salah satu karakteristik penting etos kerja Islami yang tergali

dan timbul dari karakteristik yang pertama (kerja merupakan

penjabaran aqidah). Karakteristik ini juga menjadi sumber pembeda

etos kerja islami dari etos kerja lainnya.

2) Kerja dilandasi ilmu

Pemahaman akal dengan dinamika sifat-sifatnya terhadap

wahyu merupakan sumber penyebab terbentuknya aqidah dan sistem

keimanan yang pada gilirannya dapat menjadi sumber motivasi

terbentuknya etos kerja islami sekaligus menjadi sumber nilai.

Kerja dilandasi keimanan yang benar pada hakikatnya memang

amat penting, agar kerja terkendali oleh tujuan yang luhur. Tanpa

iman kerja dapat mnjadi hanya berorientasi pada pengejaran materi.

Kemungkinan besar hal itu akan melahirkan keserakahan, sikap terlalu

mementingkan diri sendiri dan orang lain. Dalam pada itu, tanpa ilmu

iman mudah menjadi salah arah dan berpikir dan tergelincir, karena

dilandasi pemahaman yang tidak proporsional. Jadi iman, ilmu dan

64Ahmad Janan Asifudin, Etos Kerja Islami, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2004), 28.

Page 76: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

61

bekerja dalam rangka mewujudkan amal ibadah, ternyata masing-

masing memainkan peranan urgen bagi yang lain.

3) Kerja dengan meneladani sifat-sifat Ilahi serta mengikuti petunjuk-

petunjuk-Nya

Orang beretos kerja Islami menyadari potensi yang

dikaruniakan dan dapat dihubungkan dengan sifat-sifat Ilahi pada

dasarnya merupakan amanah yang mesti dimanfaatkan sebaik-baiknya

secara bertanggung jawab sesuai dengan ajaran (Islam) yang ia imani.

Ayat-ayat Al-Qur‟an dan Hadis-hadis Rasul SAW jelas tidak sedikit

yang menyuruh atau mengajarkan supaya orang islam giat dan aktif

bekerja.

C. Kerangka Teori

Max Weber yang menjelaskan mengenai proses perubahan perilaku

sosial dalam masyarakat berkaitan erat dengan perkembangan rasionalitas

manusia. Menurut Max Weber bentuk rasionalitas manusia meliput mean (alat)

yang menjadi sasaran utama serta ends (tujuan) yang meliputi aspek kultur,

sehingga dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya orang besar mampu hidup

dengan pola pikir yang rasional yang ada pada seperangkat alat yang memiliki

dan kebudayaan yang mendukung kehidupan. Orang yang rasional akan

memilih alat mana yang paling benar untuk mencapai tujuannya.65

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teori utama sebagai

jembatan untuk memahami dan menganalisis terhadap objek penelitian.

65

Max weber, Sosiologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 47.

Page 77: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

62

Pertama adalah teori “tindakan sosial” Max Weber untuk menganalisis

fenomena “etos merantau” Pebisnis Rumah Makan Padang di Kecamatan Dau,

Kabupaten Malang. Yang kedua adalah teori “etika protestan dan semangat

kapitalisme” Max Weber guna melihat sisi religiusitas pebisnis rumah makan

padang di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

1. Teori Tindakan Sosial

Teori tindakan sosial Max Weber berorientasi pada motif dan tujuan

pelaku. Dengan menggunakan teori ini peneliti dapat memahami perilaku

setiap individu maupun kelompok bahwa masing-masing memiliki motif

dan tujuan yang berbeda terhadap sebuah tindakan yang dilakukan. Teori ini

bisa digunakan untuk memahami tipe-tipe perilaku tindakan setiap individu

maupun kelompok, sama halnya kita telah menghargai dan memahami

alasan-alasan mereka dalam melakukan suatu tindakan. Sebagaimana

diungkapkan oleh weber, cara terbaik untuk memahami berbagai kelompok

adalah menghargai bentuk-bentuk tipikal tindakan yang menjadi ciri

khasnya. Sehingga kita dapat memahami alasan-alasan mengapa warga

masyarakat tersebut bertindak.

Weber melakukan klasifikasi dari empat tipe tindakan yang

dibedakan dalam konteks motif para pelakunya yaitu: tindakan tradisional,

tindakan afektif, rasionalitas instrumental dan rasionalitas nilai. Dari

keempat klasifikasi tindakan tersebut, selanjutnya akan peneliti gunakan

untuk menganalisis fenomena pelaku bisnis rumah makan padang yang ada

di kecamatan dau. Untuk memahami motif dan tujuan dari para pelaku

Page 78: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

63

bisnis rumah makan padang yang sampai saat ini masih tetap ada si hampir

seluruh wilayah Indonesia.

Adapun penjabaran mengenai keempat klasifikasi tipe tindakan

sosial, yaitu:66

a. Rasionalitas Instrumen

Tingkat rasionalitas yang paling tinggi ini meliputi pertimbangan

dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan

alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Individu dilihat sebagai

memiliki macam-macam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan atas

dasar suatu kriterium menentukan satu pilihan di antara tujuan-tujuan

yang saling bersaingan ini.

b. Rasionalitas yang Berorientasi Nilai

Sifat rasionalitas yang berorientasi nilai yang penting adalah

bahwa alat-alat hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan

yang sadar; tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan

nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan nilai akhir

baginya.

c. Tindakan Tradisional

Tindakan tradisional merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat

nonrasioal. Kalau seorang individu memperlihatkan perilaku karena

kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan, perilaku seperti

itu digolongkan sebagai tindakan tradisional. Individu itu akan

66

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi; Klasik dan Modern cet. ketiga, terj. Robert M.Z.

Lawang, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), Hlm. 220

Page 79: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

64

membenarkan atau menjelaskan tindakan itu, kalau diminta, dengan

hanya mengatakan bahwa dia selalu bertindak dengan cara seperti itu

atau perilaku seperti itu merupakan kebiasaan baginya.

d. Tindakan Afektif

Tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi

tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Seseorang yang

sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan,

ketakutan atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan

perasaan itu tanpa refleksi, berarti sedang memperlihatkan tindakan

afektif. Tindakan itu benar-benar tidak rasional karena kurangnya

pertimbangan logis, ideologi, atau kriteria rasionalitas lainnya.

2. Teori Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme

Teori The Protestant Ethic and Spirit Of Capitalism merupakan

karya Weber yang paling terkenal.67

Bryan S. Turner dalam Sulaiman Al

Kumayi menyebutkan bahwa Weber merupakan satu-satunya sosiolog yang

berani berteori tentang adanya korelasi antara semangat kapitalisme modern

di dunia Barat dan Etika Peotestan.68

Di dalam kongres katolik di jerman

yaitu adanya kenyataan bahwa para pemimpin bisnis dan pemilik modal

maupun para karyawan perusahaan yang mempunyai kemampuan tinggi

ataupun para staf terdidik, baik secara teknis maupun komersial ternyata

67

Zulkifli Razak, Perkembangan Teori Sosiologi, (Makassar: SAH MEDIA, 2017), 67. 68

Sulaiman Al-Kumayi, Semangat Kewirausaahn Dalam Etika Protestan dan Manajemen

Qolbu: Sebuah Perbandingan, Ulumuna, 1, (Januari 2006), 179.

Page 80: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

65

kebanyakan adalah orang Protestan.69

Menurutnya, agama khusunya agama

protestan merupakan faktor yang determinan, berdiri sendiri, dan

berpengaruh terhadap semangat kapitalisme.70

Dalam kegiatan ekonomi, bisa dilihat bahwa banyak peradaban

sejarah mengenal apa artinya mencari untung. Tetapi hanya di Barat lah

pencarian untung itu diselenggarakan dalam kerangka organisasi yang diatur

secara rasional. Inilah akar utama dari sistem kapitalisme yang mewujudkan

diri dalam sistem perilaku ekonomis tertentu. Dimulai oleh Weber dari

observasi sepintas lalu dari statistik lapangan kerja dari negeri-negeri yang

beragama campuran. Tampaklah padanya bahwa golongan Protestan secara

presentase menduduki intern yang menetap dari ajaran yang dianut.

Hal ini terlihat dari tulisan Weber yang mencantumkan bahwa di

antara lulusan orang Katolik, persentase yang lulus dari institusi yang secara

khusus menyiapkan diri untuk belajar teknik dan kerjaan komersial dan

insustri, tetapi pada umumnya dari mereka yang menyiapkan untuk

kehidupan bisnis kelas menengah jumlahnya masih jauh lebih sedikit

daripada jumlah presentase orang-orang Protestan. Sebaliknya orang-orang

katolik lebih menyukai sejenis pelatihan yang dikelola oleh Gimnasium

humanistik. Yang lebih mencolok adalah yeng kenyataan sebagian bisa

menjelaskan kenyataan yakni adanya proporsi yang lebih sedikit dari orang-

orang katolik di antara para karyawan yang mempunyai skill di dalam

industri-industri modern. Semua mengetahui bahwa pabrik-pabrik menerima

69

Max Weber, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, terj.Yusup Priyasudiarjo,

(Pustaka Prometha: Surabaya, 2000), 55 70

Sulaiman Al-Kumayi, Semangat Kewirausahan , 180.

Page 81: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

66

karyawan-karyawan yang mempunyai skill dalam jumlah yang besar dari

anak-anak muda dalam industri kerajinan, tetapi ini kebanyakan dari kaum

protestan daripada rekan sekerja dari kaum katolik.71

Max Weber mengatakan bahwa perkembangan ekonomi dipengaruhi

oleh nilai-nilai agama yang tumbuh di masyarakat. Dalam membangun

penelitiannya ini, Weber melakukan studi mendalam terhadap sejumlah

agama besar di berbagai negara. Penelitiannya tersebut dilandasi pertanyaan

mendasar, yaitu mengapa pada masyarakat non barat, perkembangan,

ilmiah, kesenian, politik maupun ekonomi tidak mengikuti jalur

rasionalisasi yang unik di Barat.

Dalam mengembangkan penelitiannya ini Weber meneliti hampir

semua agama, termasuk di Cina, Inida, Israel kuno. Sehingga mengambil

kesimpulan bahwa perkembangan kapitalisme di dunia barat terutama

protestan menekankan pada praktik keagamaan yang rasional dan inovatif.

Analisanya mengenai etika protestan serta pengaruhnya dalam

meningkatkan kapitalisme menunjukkan pengertiannya mengenai

pentingnya kepercayaan agama serta nilai dalam membentuk pola

motivasional individu serta tindakan ekonominya. Berikut ini adalah prinsip

dasar yang ada dalam teori ini, yaitu:

1. Asketisme duniawi

Max weber mengamati aliran Calvinisme yang menekankan pada

tradisi penyelamatan bahwa segala kehidupan di dunia merupakan

71

Max Weber, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, terj.Yusup Priyasudiarjo,

(Pustaka Prometha: Surabaya, 2000), 60.

Page 82: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

67

pengabdian terhadap Tuhan. Kaum Calvinis mengajarkan kepada

pengikutnya untuk gigih dalam menggapai kejayaan hidup di dunia. Dan

hal-hal itu hanya akan bisa diwujudkan dengan spirit dan etos kerja

keras. Gerakan etik keagamaan rasional ini mengajarkan bahwa

kesuksesan hidup di dunia merupakan tolok ukur bahwa ia sebagai

manusia terpilih.

Menurut Calvinis kerja keras adalah panggilan hidup yang

bernilai ibadah. Di samping itu, Weber juga menganalis bahwa

perubahan masyarakat Barat menuju kemajuan ekonomi tidak hanya

disebabkan oleh kelompok bisnis dan pemodal. Dalam penelitiannya

sebagian dari nilai keagamaan protestan memiliki aspek rasionalitas

ekonomi yang nilai-nilainya dirujukkan pada spirit keagamaan. Semangat

membangun kemandirian ekonomi secara individual dari doktrin-doktrin

tersebut telah ikut membangun peradaban kapitalisme awal secara

massif, padahal semanagat etik ini bukan sebuah gerakan sistemik dan

terorganisir yang memunculkan protestanisme dan calvinisme dengan

doktrinnya yang menekankan sikap puritan dan asketis memungkinkan

terjadinya perubahan struktur ekonomi yang mendasar.72

Protestan memberikan nilai positif terhadap materiil yang bersifat

kodrati. Agama ini menganggap materi sebagai sarana untuk melakukan

usaha-usaha yang aktif. Sikap ini diambil karena memang demikianlah

72

Sun Choirol Ummah, Melacak Etika Protestan Dalam masyarakat Muslim Indonesia,

Humanika, 1, (Yogyakarta, September 2017), 26.

Page 83: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

68

Tuhan menitahkan. Santo paulus, misalnya pernah mengatakan, “Mereka

yang tidak bekerja tidak berhak makan.” Ketidakmauan untuk bekerja

merupakan gejala berkurangnya kemungkinan untuk memperoleh

rahmat.”73

2. Waktu: Panggilan Mulia Tuhan

Dorongan dasar yang cukup menarik adalah pemanfaatan waktu

sebaik-baiknya dan menganggapnya sebagai anugerah terbesar Tuhan.

Melalui anugerah waktu, idealnya dapat mendoorng manusia untuk

menggunakannya dalam hal-hal yang positif dan produktif. Dan ini

merupakan salah satu ciri masyarakat modern. Konsekuensi logis dari hal

ini adalah mendorong pengikutnya untuk menumbuhkan the spirit of

enterpreneurship (semangat kewirauhaan). Sekte calvinis protestan

sangat menekankan bahwa segala aktivitas idealnya semata-mata untuk

Tuhan. Seorang penulis calvinisme terkemuka, Richard Baxter, terutama

lewat karyanya yang tersohor dan berpengaruh di kalangan protestan,

Saints’ Everlasting Rest dan Christian Directory, sangat menekankan

keniscayaan melakukan sesuatu dari dan untuk Tuhan. Karena itu, hidup

ini haruslah diisi dengan kegiatan-kegiatan yang produktif dan tidak

boleh bersantai-santai atau bermalas-malasan.74

73

Sulaiman Al-Kumayi, “Semangat Kewirausahaan Dalam Etika Protestan dan Manajemen

Qolbu”, Ulumuna, 1, (Januari, 2006), 190. 74

Sulaiman Al-Kumayi, Semangat Kewirausahaan, 192.

Page 84: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

69

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis kualitatif deskriptif.

Maksud dari kualitatif di sini ialah penelitian yang menyelidiki fenomena-

fenomena sosial.75

Penelitian ini juga bermaksud untuk menggambarkan,

mengungkapkan, menjelaskan dan menganalisis nilai-nilai religiusitas dan

faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Nazir menyatakan bahwa penelitian

deskriptif bertujuan untuk menyajikan representasi tentang keadaan dan

peristiwa.76

Begitu juga tujuan deskripsi dari penelitian ini untuk

merepsentasikan situasi yang terjadi pada saat penelitian dilakukan dan seperti

apa realitas nilai-nilai religiusitas yang berada di latar penelitian.77

Penyajian dalam penelitiana ini berdasarkan pada penyelidikan data

secara komprehensif. Lalu disajikan secara deskriptif dalam bentuk kalimat

untuk memperoleh keutuhan deskripsi tentang nilai-nilai religiusitas dalam

bisnis bagi pebisnis rumah makan padang. Penyajian data tersebut akan

diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang akan

dilakukan oleh peneliti.

75

Lexy J. Moleong, Merode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 6. 76

Moh. Nazir, Metode Penelitian, ( Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 55. 77

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan kuantitatif dan kualitatif, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2008), 175.

Page 85: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

70

B. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini sebagai

instrumen utama dan penghimpun data pada latar penelitian. Peneliti

merupakan perancang, pengimplikasi, penghimpun data, penganalisis, penafsir

data yang ditemukan dan orang yang melaporkan hasil penelitian.78

C. Latar Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih pebisnis rumah makan padang di

Kecamatan Dau, Kabupaten Malang sebagai objek penelitian. Di mana

Kabupaten Malang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur,

Indonesia. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kota Malang tepat di

tengah-tengahnya, Kabupaten Jombang; Kabupaten Pasuruan; dan Kota Batu

di utara, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo di timur, Samudra

Hindia di selatan, serta Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri di barat.79

Latar penelitian adalah objek penelitian dimana kegiatan penelitian

dilakukan. Objek di atas ini peneliti pilih karena ada beberapa alasan Pertama,

karena ada beberapa rumah makan padang di Kecamatan Dau, Kabupaten

Malang. Kedua, adanya perkumpulan rumah makan padang di kecamatan Dau,

Kabupaten Malang, ketiga, masyarakat minang terkenal dengan kesuksesannya

dalam berbisnis, keempat, memiliki falsafah dari daerah minang, yaitu adat

basandi syara’, syara’ basandi kitabullah (adat berlandaskan syara‟, dan syara‟

berlandaskan kitabullah).

78

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2016

Hlm. 168. 79

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Malang#Pemerintahan, diakses pada tanggal 3

Juni 2018 pukul 08.53

Page 86: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

71

D. Data dan Sumber Data Penelitian

Data merupakan hal yang akurat untuk mengungkap suatu

permasalahan dalam penelitian. Adapun cara untuk memperoleh data tersebut

dapat dikelompokkan menjadi dua macam. Yaitu; data primer dan data

sekunder.80

Untuk lebih terperinci mengenai hal diatas, peniliti akan

menjelaskan sebagai berikut:

1. Data Primer

Dalam hal ini peneliti terjun langsung ke rumah makan padang di

Kecamatan Dau, Kabupaten Malang untuk mendapatkan data yang relevan

dengan religiusitas dalam bisnis. Adapun orang-orang yang akan

diwawancarai oleh peneliti yaitu ketua umum perkumpulan HIMATOS

Malang dan beberapa koleganya dan 5 orang pebisnis rumah makan padang.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh peneliti dengan bantuan bermacam-macam

tulisan (literature) dan bahan-bahan dokumen. Literature dan dokumen

dapat memberikan banyak informasi tentang religiusitas dalam bisnis rumah

makan padang di kabupaten Malang.

Sedangkan sumber data yaitu dari mana data itu berasal.81

Menurut

Lofland yang dikutip oleh Moleong yang menjadi sumber data utama dalam

penelitian kualitatif yaitu sumber data yang berupa kata-kata, tindakan dan

80

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Remaja Rosdakarya, Bandung:

2005), 85.

81

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010), 172.

Page 87: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

72

didukung oleh dokumentasi dan lain-lain.82

Sumber data yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah pemilik rumah makan padang di kecamatan Dau,

Kabupaten Malang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam

penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi

yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak

pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi.83

Untuk mempermudah penelitian ini peneliti menggunakan beberapa

metode pengumpulan data, di antaranya adalah:

1. Observasi

Terkait observasi, Moleong mengemukakan observasi difokuskan

pada berbagai momen dan situasi tertentu yang dapat menyumbangkan

informasi dan pandangan yang berguna.84

Pendapat lain menyatakan

observasi ialah pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai

gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang dilakukan.85

82

Moleng, Metode Penelitian kualitatif, 63. 83

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 224. 84

Moleng, Metode penelitian kualitatif, 128. 85

Safi‟i Asrof, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Elkaf, 2005), 145.

Page 88: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

73

2. Wawancara

Menurut kontjaraningrat,86

Teknik wawancara secara umum dapat

dibagi ke dalam dua golongan besar, yaitu wawancara berencana

(standardized interview) dan wawancara tak berencana (unstandardized

interview). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik wawancara

yaitu wawancara berencana dan tak berencana atau bebas dan mendalam,

agar peneliti memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang

religiusitas dalam bisnis rumah makan padang di kabupaten Malang.

Adapun orang-orang yang akan peneliti wawancarai ialah pimpinan dan

pengurus perkumpulan HIMATOS dan 5 anggota pemilik rumah makan

padang.

Wawancara ini dilakukan oleh dua orang pihak, yang pertama

pewawancara (interviewer), yaitu orang yang mengajukan pertanyaan dan

yang kedua terwawancara (interviewee) yaitu orang yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.87

Sedangkan Jumlah responden dapat ditetapkan dengan menggunakan

teknik snow-ball, yakni penggalian data melalui wawancara mendalam dari

satu responden ke responden lainnya dan seterusnya sampai peneliti tidak

menemukan informasi baru lagi, jenuh, informasi “berkualitas” lagi. Tujuan

penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan

kongkret tentang religiusitas pebisnis rumah makan padang di kecamatan

Dau, kabupaten Malang.

86

Kontjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Cet: III. Jakarta, Gramedia.

1991), 138-139. 87

Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 186.

Page 89: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

74

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatn harian,

sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.

Dokumen yang berbentuk karya misalnyakarya seni, yang dapat berupa

gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap

dari penggunaan metode observasi dan wawnacara dalam penelitian.88

Teknik dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data dari objek

penelitian yaitu ketua umum HIMATOS dan pengurus serta anggota pemilik

rumah amkan padang dengan menghimpun dan menganalisa data tertulis,

serta apa-apa yang tergambar.

F. Analisis Data

Sebagaimana yang dikutip Lexy. J. Moleong dari Bogdan & Biklen,

mengatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan

jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data , memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.89

88

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 82. 89

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 248.

Page 90: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

75

Adapun analisis yang dilakukan peneliti yaitu model Miles and

Huberman sebagaimana yang dituliskan oleh Sugiyono, yaitu:90

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Pada tahap reduksi data ini peneliti memilah dan memilih data yang telah

diperoleh dengan memfokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan

religiusitas dalam bisnis di kecamatan Dau, kabupaten Malang.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka selanjutnya adalah menyajikan data.

Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam

pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Pada tahap ini,

peneliti menyajikan data yang sebelumnya sudah dipilah dan dipilih oleh

peneliti sehingga data-datanya dapat terorganisir dengan baik dan lebih

mudah untuk dipahami oleh pembaca.

3. Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan

90

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 92-99.

Page 91: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

76

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Pada tahap

verification dalam teknik analisis data ini peneliti berusaha menarik

kesimpulan dari lokasi penelitian terhadap data yang dirumuskan pada fokus

penelitian.

G. Keabsahan Data

1. Meningkatkan Ketekunan/ Keajengan pengamatan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut, maka kepastian data

dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai

bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca

berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-

dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.91

2. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.92

Triangulasi dalam

pengujian kredibilitas ini diartikan juga sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan

demikian triangulasi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu triangulasi sumber,

triangulasi pengumpulan data, dan waktu.93

Dalam hal ini, peneliti akan

menggunakan triangulasi sumber untuk mengecek kredibilitas data dengan

cara membandingkan data yang diperoleh melalui berbagai sumber.

91

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 124-125. 92

Lexy. J. Moleong, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif cet. Ke-35, 330. 93

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , 125.

Page 92: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

77

3. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau

hasil akhir dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat.94

Pembahasan

sejawat akan menghasilkan masukan dalam bentuk kritik, saran, arahan dan

lain-lain dari orang yang peneliti ajak berdiskusi. Di sini yang menjadi

teman sejawat peneliti adalah:

a. Dosen pembimbing yang mendampingi dan mengarahkan proses

penelitian hingga penyusunan laporan penelitian dalam bentuk proposal

tesis ini.

b. Teman-teman mahasiswa peneliti dalam menempuh program magister

ini. Hasil pembahasan dengan sejawat ini nanti bisa menjadikan sebagai

bahan pertimbangan dalam menentukan temuan penelitian dan juga

dalam menarik kesimpulan.

94

Lexy. J. Moleong, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 332.

Page 93: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

78

BAB IV

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Kabupaten Malang

Kabupaten Malang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur,

Indonesia. Kabupaten Malang adalah kabupaten terluas kedua di Jawa

Timur setelah Kabupaten Banyuwangi dan merupakan kabupaten dengan

populasi terbesar di Jawa Timur. Kabupaten Malang mempunyai koordinat

112o17' sampai 112

o57' Bujur Timur dan 7

o44' sampai 8

o26' Lintang

Selatan. Kabupaten Malang juga merupakan kabupaten terluas ketiga di

Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Sukabumi di

Provinsi Jawa Barat. Ibu kota Kabupaten Malang adalah Kepanjen.95

Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kota Malang tepat di

tengah-tengahnya, Kabupaten Jombang; Kabupaten Pasuruan; dan Kota

Batu di utara, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo di timur,

Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri di

barat. Sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan yang berhawa

sejuk, Kabupaten Malang dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata

utama di Jawa Timur. Bersama dengan Kota Batu dan Kota Malang,

Kabupaten Malang merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal

dengan Malang Raya (Wilayah Metropolitan Malang).

95

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Malang#Pemerintahan, diakses tanggal 20 Juli

2018.

Page 94: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

79

Secara administrasi, pemerintahan Kabupaten Malang dipimpin oleh

seorang bupati dan wakil bupati yang membawahi koordinasi atas wilayah

administrasi kecamatan yang dikepalai oleh seorang camat. Kecamatan

dibagi lagi menjadi desa dan kelurahan yang dikepalai oleh seorang kepala

desa dan seorang lurah. Seluruh camat dan lurah merupakan jajaran pegawai

negeri sipil di lingkungan pemerintah kabupaten, sedangkan kepala desa

dipilih oleh setiap warga desa setiap periode tertentu dan memiliki sebuah

pemerintahan desa yang mandiri. Batas wilayahnya yaitu:96

Utara:

Kabupaten Jombang, kabupaten Pasuruan, dan Kota Batu. Selatan:

Samudra Hindia. Barat: Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri. Timur:

Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo.

Kabupaten Malang terletak pada 112 035`10090`` sampai

112``57`00`` Bujur Timur 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang

Selatan. Kabupaten Malang berbatasan dengan Kota Malang tepat di tengah-

tengahnya, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan; dan Kota Batu di

sebelah utara, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang di sebelah

timur, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri di sebelah barat, serta

Samudra Hindia di sebelah selatan.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Malang merupakan kawasan

dataran tinggi dan pegunungan yang berhawa sejuk. Bagian barat dan barat

laut berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Arjuno (3.339 m) dan

Gunung Kawi (2.651 m). Di pegunungan ini terdapat mata air Sungai

96

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Malang#Pemerintahan, diakses tanggal 20 Juli

2018.

Page 95: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

80

Brantas, sungai terpanjang kedua di pulau Jawa dan terpanjang di Jawa

Timur.

Bagian timur merupakan kompleks Pegunungan Bromo-Tengger-

Semeru, dengan puncaknya Gunung Bromo (2.392 m) dan Gunung Semeru

(3.676 m). Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa. Kota

Malang sendiri berada di cekungan antara kedua wilayah pegunungan

tersebut. Bagian selatan berupa pegunungan dan dataran bergelombang.

Dataran rendah di pesisir selatan cukup sempit dan sebagian besar pantainya

berbukit.

Kabupaten Malang memiliki potensi pertanian dengan iklim sejuk.

Daerah utara dan timur banyak digunakan untuk perkebunan apel. Daerah

pegunungan di barat banyak ditanami sayuran dan menjadi salah satu

penghasil sayuran utama di Jawa Timur. Daerah selatan banyak digunakan

ditanami tebu dan hortikultura, seperti salak dan semangka. Selain

perkebunan teh, Kabupaten Malang juga berpotensi untuk perkebunanan

kopi,dan cokelat(daerah pegunungan Kecamatan Tirtoyudo). Hutan jati

banyak terdapat di bagian selatan yang merupakan daerah pegunungan

kapur.

Sumber perekonomian utama masyarakat di kabupaten Malang

adalah dari sektor agrobisnis yang meliputi pertanian, perkebunan dan

peternakan. Hasil pertanian & perkebunan meliputi: Sayur mayur: tomat,

kubis, wortel, sawi, kol, buncis, kacang panjang, mentimun, kentang, dll;

Padi; Tebu Tanaman hias dan Kayu-kayuan: Sengon, Jabon.

Page 96: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

81

Industri di Kabupaten Malang banyak bergerak dibidang pengolahan

dan perdagangan hasil bumi meliputi: Industri gula rafinasi, Industri teh,

Industri makanan olahan (keripik buah, keripik kentang, aneka camilan, dll),

Industri pemotongan & pengolahan kayu, Industri pengolahan susu, Industri

pengolahan daging ayam kampung

2. Profil Kecamatan Dau

Kecamatan Dau merupakan kecamatan yang terletak di wilayah

Kabupaten Malang, kecamatan ini terdiri dari 10 desa, 36 dusun, 78 RW dan

336 RT. Ke-10 desa di kecamatan ini adalah Desa gadingkulon, Desa

kalisongo, Desa karangwidoro, Desa kucur, Landungsari, Mulyoagung,

Petung sewu, Selorejo, Sumbersekar, Tegalweru.

Secara administratif, Kecamatan Dau dikelilingi oleh kecamatan

lainnya yang ada di Kabupaten Malang. Di sebelah utara, Kelurahan Dau

berbatasan langsung dengan kota Batu dan Kecamatan Karangploso.

Sedangkan di sebelah timur, kecamatan ini berbatasan langsung dengan

Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Di sebelah Selatan, kecamatan Dau

berbatasan dengan kecamatan Wagir. Lalu, di sebelah Barat, kecamatan ini

berbatasan dengan Kecamatan Gunung Kawi dan Kota Batu.97

Sebagai tetangga Kota Wisata Batu, Kecamatan Dau pun memiliki

beberapa objek wisata yang tak kalah serunya. Mulai dari wisata Agro

Jeruk, Lembah Dieng, Taman Rekreasi Sengkaling, Coban Parangtejo,

97

https://ngalam.co/2016/07/11/profil-kecamatan-dau-kabupaten-malang/, diakses tanggal

20 Juli 2018.

Page 97: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

82

museum Zoologi, PWEC (Petungsewu Wildlife Ecosistem Conservation),

dan Bedengan.98

B. Gambaran Umum Perkumpulan HIMATOS Malang

1. Sejarah Berdirinya Perkumpulan HIMATOS Malang

HIMATOS (Himpunan Masyarakat Tobo dan Sekitarnya)

merupakan perkumpulan masyarakat Minang yang dibuat oleh perantau

Minangkabau yang berasal dari wilayah Kabupaten Padang Pariaman yang

berada di Kabupaten Malang dan sekitarnya yang mempunyai kedekatan

budaya, sejarah dan hubungan emosional atau kekerabatan.

Sedangkan Toboh Gadang merupakan salah satu kecamatan di

Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Wilayah Kec. Toboh

Gadang berbentuk dataran rendah dan ada pula yang berbukit. Nagari Sintuk

mencakup wilayah seluas 1.247 hektare (9,68 km², di mana wilayahnya

telah dimanfaatkan untuk lahan sawah (34,12%), ladang (22,34%),

perkebunan (27,16%), perumahan (4,37%), jalan umum (1,39%), dan lain-

lain (10,62%).99

HIMATOS Malang didirikan pada tahun 2001. Yang berawal dari

pemikiran bapak H.A.Dt.Tan Pahlawan dan beberapa temannya untuk

mendirikan perkumpulan ini. H.A. Dt. Tan Pahlawan merupakan ketua

umum dari perkumpulan HIMATOS Malang ini. Pemikirannya ini diawali

98

https://ngalam.co/2016/07/11/profil-kecamatan-dau-kabupaten-malang/,diakses tanggal 2

Agustus 2018.

99

https://id.wikipedia.org/wiki/Sintuk,_Sintuk_Toboh_Gadang,_Padang_Pariaman, diakses

tanggal 2 Agustus 2018.

Page 98: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

83

dari adanya beberapa rumah makan Padang yang dia lihat di wilayah

Malang. Pemilik rumah makan Padang merupakan pedagang yang berasal

dari Padang yang merantau di Malang, mayoritas pedagang rumah makan

Padang berasal dari kabupaten Pariaman. Tetapi, di antara mereka belum

saling mengenal satu sama lain. Melihat kenyataan ini, maka terbesit dari

dalam hatinya untuk membuat suatu komunitas/perkumpulan yang

tujuannya agar bisa saling kenal mengenali sesama masyarakat minang dan

juga silaturahmi antar sesama masyarakat minang khususnya daerah Toboh

yang ada di Malang.100

Untuk mempererat hubungan sesama anggota yang

berasal dari Toboh gadang, maka dibuat perkumpulan yang namanya

HIMATOS. Dan anggotanya ada juga yang berasal dari kabupaten

Pariaman, maka dibuatlah dengan tambahan kata “dan sekitarnya”. Jadi,

“Himpunan masyarakat Toboh Gadang dan Sekitarnya”.

Setelah mempunyai beberapa anggota, maka dibuatlah suatu

pertemuan untuk memusyawarahkan mengenai kegiatan yang akan

dilakukan di perkumpulan ini. Maka ditetapkan pertemuannya 2 kali dalam

satu bulan, yakni setiap minggu kedua awal bulan dan minggu kedua di

akhir bulan atau setiap 15 hari. Seiring berjalannya waktu maka jumlah dari

anggota HIMATOS semakin bertambah dimusyawarahkan mengenai waktu

untuk melakukan pertemuan di antara sesama anggota. Pertemuan ini diisi

dengan beberapa kegiatan di antaranya pengajian. Pengajian yang

dimaksudkan di sini adalah penyampaian tausiyah oleh ustad yang

100

H.A. Dt Tan Pahlawan, Wawancara (Malang, 23 Mei 2018)

Page 99: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

84

diundang. Awal mula lokasi pertemuan dilakukan dengan perpindahan

antar rumah ke rumah anggota. Tetapi, sekarang sudah mempunyai tempat

yang tetap yaitu berupa Surau. Surau ini berfungsi selain sebagai tempat

ibadah juga sebagai tempat perkumpulan mereka untuk mengadakan

kegiatan.

Selain pengajian mereka juga mengadakan arisan, yang mana dalam

arisan ini diadakan 2 minggu sekali juga. Setiap anggota mengumpulkan

uang yang telah ditetapkan kemudian diberikan kepada anggota yang

mendapat giliran. Sebagaimana penuturan pak Apri101

, bahwa kegiatan ini

sangat membantu perekonomian dalam modal usaha perdagangan untuk

rumah makan padang yang ditekuni.Kegiatan lainnya yaitu, adanya

penggalangan dana bagi anggota yang mengalami musibah. Menghadiri

undangan antar sesama anggota perkumpulan. Selain itu, walaupun mereka

berada di tanah rantau, mereka tetap melaksanakan adat istiadat yang ada di

budaya minangkabau.

2. Struktur Kepengurusan HIMATOS MALANG

Sebagai identitas perkumpulan, masyarakat Minang membuat

Struktur kepengurusan dalam menjalankannya. Kepengurusan ini berfungsi

untuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat khusus maupun umum.

Dalam struktur kepengurusan HIMATOS terdiri dari: 1) Ketua, berfungsi

sebagai pembuat dan pengesah keputusan-keputusan yang disepakati dalam

forum. 2) Wakil Ketua, berfungsi sebagai rekan dari ketua, yakniyang

101

Apri, wawancara (Malang, 27 Mei 2018)

Page 100: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

85

membuat dan mengesahkan keputusan-keputusan yang disepakati dalam

forum. 3) Sekretaris, berfungsi sebagai membuat dan mengesahkan

keputusan dan kebijakan organisasi bersama-sama ketua dalam bidang

adminitrasi dan penyelenggaraan organisasi. 4) Bendahara, berfungsi

sebagai membuat dan mengesahkan keputusan dan kebiakan organisasi

bersama-sama ketua dalam hal keuangan dan kekayaan organisasi. 5) Seksi

pemuda/olahraga, berfungsi untuk menyelenggarakan segala aktivitas

organisasi pengembangan sumber daya manusia terkait dengan olahraga dan

kepemudaan mulai dari perencaraan hingga laporan. 6) seksi konsumsi,

berfungsi untuk menghandle segala macam urusan makanan, minuman

kalau kegiatan diadakan. 7) Seksi sosial/HUMAS, berfungsi untuk

mengamati dan menyampaikan informasi kepada umum bila diperlukan. 8)

Seksi budaya dan seni, berfungsi untuk mengadakan kegiatan-kegiatan

dalam bidang seni dan budaya. 9) seksi pembangunan berfungsi untuk

melakukan pembangunan gedung yang diperlukan.

D. Data Informan

Tabel 4.1 Nama-Nama Informan

No Nama Pedagang Umur Nama usaha

R.M. Padang

1 Hendra Rinaldi 50 NUSA INDAH

2 Fatri Suwardi 35 SINAR

ULAKAN

3 Dedi Candra 38 PUTRA

MINANG

Page 101: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

86

4 Zulkifli 34 SAKATO

5 Buyung Manis 43 LAMUN

OMBAK

E. Paparan Data Penelitian

1. Buyung Manis

Buyung Manis, 43 tahun yang tinggal di Mulyoagung, Kecamatan

Dau, Kabupaten Malang.102

Pekerjaannya adalah Sebagai pemilik usaha

rumah makan padang di Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Dia merupakan seorang bapak dari 3 anaknya. Jenjang pendidikan yang

ditempuhnya hanya lulusan dari Sekolah Dasar (SD) di tempat

kelahirannya, yaitu Padang Pariaman. Beliau berperawakan tinggi sedang

dengan memakai kacamata. Beliau merupakan perantau yang berasal dari

Kabupaten Pariaman, Sumatera Barat. Di Malang, Buyung Manis baru

tinggal 2 tahun, akan tetapi sebelumnya dia sudah pernah mencoba

menapakkan kakinya di Jakarta, Surabaya, dan Pasurusan. Buyung manis

memiliki alasan kenapa dia mengadu nasib dari kampung halamannya

menuju negeri perantauan. Di antaranya faktor lingkungan yang ada di

kampung halaman, yang mana di tempat kelahirannya banyak para lelaki

yang pergi merantau/ mengadu nasib ke negeri orang.

Di samping itu juga dorongan dari jenjang pendidikan yang tidak

terlalu tinggi yang ditammatkannya. Yang mana di kampungnya, sulit untuk

mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya. Kebanyakan mereka yang

lulusan dari jenjang SD hanya bisa bekerja di sawah atau di ladang. Dia

102

Buyung Manis, wawancara (Malang, 27 Agustus 2018)

Page 102: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

87

menganggap pekerjaan itu terlalu berat baginya dan tidak bisa mendapatkan

penghasilan yang diharapkan, maka dari itu dia pergi mengadu nasib ke

negeri orang. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan beliau:

“Di kampung, banyak saya lihat teman-teman yang pergi merantau.

Akan tetapi yang lebih mendorong saya untuk merantau adalah

karena jenjang pendidikan saya yang rendah, yaitu hanya lulusan SD

(sekolah Dasar). Sehingga saya sulit untuk mencari pekerjaan yang

diinginkan. Kebanyakan pekerjaan di kampung itu menggarap sawah

dan berkebun di ladang. Mengenai pekerjaan ini, saya merasa tidak

bisa untuk melanjutkannya karena harus dengan tenaga extra. Dan

juga hasilnya tidak bisa diharapkan. Maka saya ingin menghindari

pekerjaan dari yang kuli yang tani itu, maka dicobalah untuk

merantau.”103

Selain alasan di atas, sebagai muslim dia meyakini bahwa Allah akan

memberikan rezeki kepada orang yang mau berusaha. Usaha yang

dilakukannya adalah dengan mengadu nasib di negeri perantauan.

Sebagaimana yang diungkapkannya:

“Ia mas, kan agama kita juga menganjurkan penganutnya untuk tidak

berpangku tangan, harus melakukan usaha/bekerja. Allah akan

memberikan rezeki kepada saya dengan berikhtiar.”104

Lingkungan agama yang kental di lingkungan asalnya mengajarkan

dia untuk mengetahui akan kehidupan yang harus dilalui dengan ikhtiar.

Tanpa ikhtiar, maka tidak akan memperoleh sesuatu apapun.

Kota yang pertama kali yang menjadi tempat perantauannya adalah

Kota Jakarta di tahun 1992. Kepergiannya merantau ini masih belum

berstatus sebagai kepala keluarga. Di Jakarta dia tidak menetap begitu lama.

Hal ini karena ketidaksesuaian keinginan dengan yang terjadi di lapangan,

103

Buyung Manis, wawancara (Malang, 27 Agustus 2018) 104

Buyung Manis, wawancara (Malang, 27 Agustus 2018)

Page 103: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

88

maka dia juga mencoba untuk pergi ke Pasuruan. Karena usianya sudah

cukup matang untuk menikah, maka dia memutuskan untuk melamar gadis

dari minang di tahun 1998. Di pasuruan, dia bersama istrinya membuka

usaha rumah makan padang, karena bisnis di sana kurang berkembang,

maka akhirnya memutuskan untuk membuka usaha di Malang. Usaha yang

dipilihnya adalah usaha rumah makan padang juga.

Alasannya untuk menetap di Malang adalah karena melihat suasana

lokasinya yang strategis dikarenakan banyaknya kampus yang ada di sekitar

lokasi yang dipilihnya dan juga adanya masyarakat minang yang juga

merantau di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Sehingga koneksi mereka

sesama orang minang bisa terjalin.

Setelah memantapkan niat untuk pergi ke Malang, beliau memilih

tempat yang strategis untuk dijadikan tempat untuk usaha rumah makan

padang. Maka tempat yang dipilihnya di desa Mulyoagung, Kecamatan

Dau, Kabupaten Malang yang berada di pinggir jalan tepatnya di pertigaan.

Bangunan yang dijadikannya sebagai tempat usaha adalah berupa

rumah yang dikontrakkan. Yang mana memiliki panjang kira-kira 8 meter

dan lebar 4 meter. Sebagaimana kebudayaan minang dalam berjualan,

terpajang makanan di lemari kaca dengan susunan khas minang yaitu piring

disusun dengan rapi kemudian makanan yang dijual diletakkan di atasnya.

Makanan yang dijajakan bermacam-macam ada berupa ayam goreng, ikan

goreng, baik disambel maupun yang berkuah, dan lain sebagainya.105

Dalam

105

Observasi peneliti (Malang, 20 Agustus 2018)

Page 104: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

89

memilih makanan yang diolah, beliau terlebih dahulu memilih bahan

makanan yang segar dan baik. Karena apabila memilih bahan makanan yang

kurang baik, maka akan merugikan diri sendiri tuturnya. Dan yang tidak

kalah pentingnya, beliau memprioritaskan makanan yang halal. Karena

sebagai muslim harus menyadari akan hal-hal yang diharamkan dan

dibolehkan dalam agama untuk dikonsumsi.

Beliau tinggal di Malang ini kurang lebih baru 2 tahun. Sebagaimana

yang dituturkan oleh Buyung Manis, bahwa orang minang itu ada di mana-

mana, hal inilah salah satunya yang membuatnya betah di rantau. Apalagi

budaya yang ada di kampung halaman juga diterapkan di tempat mereka

merantau. Sehingga suasananya sudah seperti kampung sendiri. Contohnya,

mereka mengadakan pertemuan, dengan menggunakan bahasa padang,

mengadakan acara halal bihalal, dan kegiatan budaya lainnya. Sebagaimana

pepatah orang padang: “pergi merantau boleh juah, tapi adat istiadat tetap

dijalankan.”

Keahlian beliau dalam memulai usaha rumah makan padang adalah

berawal dari kemampuan istrinya yang bisa memasak makanan khas

padang, akan tetapi bapak buyung sendiri juga bisa mengolahnya

sebagaimana penuturannya:

“iaaa, membuka warung padang ini, keahliannya dari istri saya. Dia

sudah bisa memasak ketika masih remaja. Kampung kami itu

terkenal dengan budayanya, secara khusus perempuan di kampung

saya pariaman, itu boleh dikatakan perempuan mulai menginjak

umur 10 tahun itu sudah diajarkan masak oleh ibunya, maka itulah

modal utama kami berdagang. Kalau di kampung saya itu gak ada

yang gak pintar masak, pintar masak semua. Jadi yang laki-laki itu

bisa juga masak. Saya membuka rumah makan padang karena

Page 105: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

90

keahlian sudah dipunyai, asal kita beristrikan orang padang, insya

Allah kita bisa.”106

Sebelum menentukan lokasinya untuk berjualan, terlebih dahulu dia

melihat tempatnya, apakah sudah strategis lokasinya di tempat keramaian

atau belum dan juga melihat bentuk bangunannya apakah sudah sesuai

dengan yang diinginkan atau tidak. Setelah beliau menentukan

bangunannya, maka selanjutnya melakukan penataan terhadap ruangan.

Di Malang banyak kampus sehingga objek utama dalam bisnsinya

adalah mahasiswa itu sendiri. Tapi, banyak juga warga masyarakat yang

membeli di sana. Beliau membuka Warung mulai jam 6 pagi, dan ditutup

kira-kira jam 12 malam. Sebagaimana penuturannya:

“Ia mass, warung ini saya buka pukul 6 pagi dikarenakan rezeki itu

datangnya kebanyakan di pagi hari. Dan tutupnya pukul 12 malam

dikarenakan saya masih berharap masih ada pembeli yag mampir ke

warung kami.”107

Dari pernyataan di atas, terlihat bahwa bapak buyung begitu

memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Tidak mau menunda-nunda waktu

untuk membuka warungnya. Dan juga keyakinan yang kuat bahwa rezeki itu

akan Allah berikan apabila dia efisien dalam menggunakan waktunya.

Dalam memulai bisnis rumah makan padang ini, beliau diberi

nasehat oleh orang tuanya, yaitu masakan tolong dijaga, terus pelayanan

tolong dijaga, kalau andai kata itu sudah berjalan, buatlah masakan itu

jangan sampai turun enaknya, sekurang-kurangnya pertahankanlah. Kalau

tidak naik rasa masakannya, minimal jangan sampai turun. Makanan yang

106

Buyung Manis, wawancara (Malang, 27 Agustus 2018) 107

Buyung Manis, wawancara (Malang, 27 Agustus 2018)

Page 106: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

91

dijualnya dijamin kehalalannya. Kehalalan makanan ini, sebagaimana yang

beliau ungkapkan:

“yaaa, sebagai muslim saya menjual makanan yang halal. Karena itu

adalah perintah agama. Dan juga sebelum menjual masakan saya

terlebih dahulu mencicipi bagaimana rasa masakan yang akan dijual.

Karena saya mencicipi terlebih dahulu, maka saya tidak mau

mencampur dengan makanan yang haram. Dan juga mengenai rasa

makanan kalau kita tidak menyukai masakan yang kita masak

apalagi pembeli.”108

Beliau juga melakukan pelayanan dengan baik. Ini terlihat saat

peneliti membeli di warung tersebut, dengan sapaan dan wajah senyuman

dia menghampiri saya. Kepada pembeli lain juga beliau melakukan hal yang

sama, mulai dari menanyakan mau membeli makanan apa, makan di sini

atau dibungkus, dan juga menjawab pertanyaan ketika pembeli menanyakan

harga makanan yang hendak dibeli.109

Sebagaimana yang diungkapkannya:

“Sebagaimana pepatah minang yang dia ungkapkan bahwa setiap

tamu itu agung, harus dihormati. Tamu saja dihormati apalagi si

pembeli ujarnya. Seemosi-emosinya kita, kalau datang tamu harus

mengindahkan sikap dan jangan menampakkan permasalahan yang

kita hadapi. Menyikapi masalah kita dengan tenang, jangan sampai

dampak dari kekesalan dilampiaskan ke orang lain. Karena kita

bermasalah bukan sama tamu, tapi sama yang lain. Kalau kita tidak

bisa melayaninya dengan baik, maka lebih baik istirahat dulu, dari

pada kita dilihat orang itu gak enak dipandang. Inilah strategi saya

dalam menjalin hubungan dengan si pembeli.”110

Ketika berjualan juga kadang ada saatnya warungnya sepi dan ramai.

Maka ketika warungnya sepi dari pembeli, maka sikap yang tiada lain dan

tiada bukan yang dilakukannya adalah dengan kesabaran. Dan juga

melakukan evaluasi terhadap diri sendiri baik dari segi masakan, sikap,

108

Buyung Manis, wawancara (Malang, 27 Agustus 2018) 109

Observasi peneliti (Malang, 20 Agustus 2018) 110

Buyung Manis, wawancara (Malang, 27 Agustus 2018)

Page 107: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

92

kebersihan terus pelayanan. Setelah dia melakukan evaluasi, maka sikap

yang selanjutnya adalah tawakkal kepada Allah, dengan menggantungkan

harapan kepada Sang Pemberi Rezeki. Dalam mencari rezeki, beliau

melakukan ikhtiar terlebih dahulu dengan berjualan, membaguskan cita rasa

makanan, menjaga kebersihan tempat. Setelah berikhtiar, maka selebihnya

diserahkan kepada Allah. Sebaliknya apabila warung ramai, maka dia

menyakini itulah rezeki pemberian dari Allah. Dan disikapi dengan rasa

sukur kepada Allah swt.

Adanya pebisnis rumah makan padang lainnya, bapak buyung tidak

merasa itu adalah saingan bagi dirinya bahkan dia mengungkapkan bahwa:

“Itu adalah saudara saya yang sama-sama mencari kehidupan di

perantauan, hubungan kami juga terjalin baik, tidak ada saling iri

atau dengki dalam hati. Kami juga dipertemukan dalam perkumpulan

sesama orang minang yang nama perkumpulannya adalah

HIMATOS. Walaupun ada warung yang dekat, tapi saya merasa

biasa aja, gak ada saling ini dan itu. Kalau soal ada warung yang

mau buka , ya silahkan itu kan haknya. Dia dengan uangnya, kita

dengan usaha kita. Boleh bersaing dengan keindahan bentuk

bangunan, boleh bersaing dengan cita rasa makanan, tapi jangan

sampai menghilangkan rasa persaudaraan.”111

Adapun kegiatan perkumpulan yang dia ikuti adalah mengadakan

pengajian kalau ada yang meninggal, adanya pertemuan setiap sepuluh hari

sekali di dalam perkumpulan sesama orang padang. Dia juga mengikuti

acara pertemuan di malam sabtu habis isya. Kalau ada acara maulid nabi,

isro‟ mikroj, dan halal bihalal, juga diikutinya.

Beliau juga tidak melupakan kewajibannya sebagai hamba yakni

melaksanakan sholat. Dia yakin bahwa sholat itu perintah agama. Akan

111

Buyung Manis, wawancara (Malang, 27 Agustus 2018)

Page 108: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

93

tetapi sholat yang dikerjakannya masih ada yang tertinggal, tapi kalau hari

jum‟at selalu dilaksanakannya.

“hmm, ia mas. Kalau masalah ibadah memang saya tidak rutin

melaksanakannya. Kadang sholat dan kadang tidak. Tetapi kalau hari

jum‟at saya tetap laksanakan. Walaupun sholat bolong, tapi saya

yakin itu adalah perintah agama.”

Dalam bisnis ini juga, di samping untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi dia juga berniat untuk memenuhi kewajiban ibadah seperti

membayar zakat fitrah pada bulan ramadhan. Dan juga kalau ada rezeki

yang lebih, diniatkannya untuk bisa berqurban di hari raya Idul „Adha.

Dengan hasil usaha yang dilalukannya bisa menjalani ibadah sedikit demi

sedikit. Sebagaimana yang diungkapkannya berikut:

“Ia mas, memang selain untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi,

saya juga meniatkan untuk bisa membayar zakat dari hasil usaha ini.

Akan tetapi, ketika ada rezeki yang bisa saya simpan yang melebihi

kebutuhan keluarga, maka saya sudah niat untuk bisa melaksanakan

rukun islam yang kelima.”112

Dari pernyataan di atas, terlihat tujuannya agar bisa membayar zakat

bagi keluarganya di bulan ramdhan.

2. Zulkifli

Zulkifli merupakan pemuda asal Kabupaten pariaman yang berusia

34 tahun. Jenjang pendidikan terakhirnya telah sampai di perguruan tinggi

pascasarjana. Beliau mempunyai seorang istri dan telah dikarunia seorang

anak laki-laki yang baru berusia 1 tahun lebih. Dan dia bertempat tinggal di

dusun landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

112

Buyung Manis, wawancara (Malang, 27 Agustus 2018)

Page 109: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

94

Dia pergi ke Malang semenjak lulus sekolah dasar. Perjalanannya

pergi dari kampung halaman menuju Malang bermula dari anjuran kakak

kandungnya untuk melanjutkan pendidikannya di Malang. Kebetulan

kakaknya yang sudah menikah tinggal di Malang. Bisnis yang ditekuni

kakaknya adalah usaha rumah makan padang.

Sewaktu sekolah mulai dari SMP, SMA, dan Sarjana dia tinggal

bersama kakaknya. Di sela-sela kegiatannya, zulkifli membantu kakaknya

dalam berjualan nasi padang. Baik dalam segi penjualan, maupun

pengolahan. Inilah yang menjadi modal utama dalam berbisnis rumah

makan padangnya kelak. Akan tetapi, setelah melanjutkan sekolah ke

pascasarjana dia tinggal terpisah dengan kakaknya dan bekerja di salah satu

perusahaan swasta. Seiring berjalannya waktu dia pun mempunyai

keinginan untuk menikah dengan seorang gadis dari padang.

Setelah menikah dia merasa pekerjaannya tidak bisa untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, maka dia keluar dari perusahaan

tersebut kemudian berdiskusi dengan keluarga dan akhirnya membuka

rumah makan padang sendiri. Tempat jualannya sudah disediakan oleh

kakaknya sendiri, Zulkifli tinggal menempatinya saja. Di mana dalam

observasi, peneliti melihat ukurannya dengan lebar 5 meter dan panjang 7

meter. Tepatnya di depan sebuah pasar landungsari.113

Sebelum ada pasar di sana, lokasi tempat dia berjualan begitu sepi.

Karena dia yakin bahwa Allah akan memberi rezeki bagi hambanya yang

113

Observasi peneliti (Malang, 15 Agustus 2018)

Page 110: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

95

mau bekerja, maka dia lalui bisnisnya dengan kesabaran. Memang di awal

buka warung, pembeli masih sepi, aka tetapi seiring berjalannya waktu

pembeli sudah mulai berdatangan hingga saat ini.

Berbagai makanan khas padang yang dijualnya, di antaranya ayam

goreng dan berkuah, ikan goreng, telur ayam, daun ketela, sayur nangka

muda, dan sambel hijau, d.l.l.114

Mengenai makanan yang dijual, zulkifli

menjamin kehalalan bahan makanan yang dijualnya. Sebagaimana

pernyataannya berikut:

“Status makanan yg dijual: Kalau halal dari sumatera ya pasti halal,

soalnya basicnya Islam dari sana, di sana duluan dari pada di sini.

Kalau halalnya sih halal, pasti halal, umpamanya kalau mas ke Bali,

pengen cari makan halal, cari aja makan padang, itu sudah dijamin

halal itu, sudah dijamin, soalnya yang buat kalau orang padang pasti

Islam. Di sana lebih mayoritas Islamnya lebih besar hampir 90

persen ada lah.”115

Kenyataan ini juga peneliti lihat tidak ada masakan berupa makanan

yang haram yang dijualnya. Sebagai pedagang muslim, dia menyadari

bahwa perbuatan menjual bahan makanan yang haram itu tidak sesuai

dengan ajaran agamanya.

Sikap yang dilakukannya terhadap pembeli juga baik. Hal ini terlihat

saat peneliti membeli di warung tersebut. Dia berikan wajah yang ramah,

dan kata-kata yang baik.116

Kemudian dia tanya mau beli makanan yang

mana, dan ketika ditanya harga makanan, dia juga menjawab dengan ramah.

Hal ini sebagaimana pernyataannya:

114

Observasi peneliti (Malang, 15 Agustus 2018) 115

Zulkifli, Wawancara (Malang 21 Agustus 2018) 116

Observasi peneliti (Malang, 15 Agustus 2018)

Page 111: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

96

“Kalau pelayanan sih mas sendiri bisa ngawang-ngawang, kalau kita

jual layanin konsumen itu kaya apa mas sudah tau ya, para penjual,

kita ngelayanin orang itu kan, supaya dia balik lagi, supaya dia

betah, yang utama sih memang pelayanan, yang kedua masakan.

Soalnya dari pelayanan orang masuk kalau kita udah gak bersikap

baik, dia tidak akan nyoba makanan kita, sudah gak enak lihat

pelayanannya, dia belum nyoba masakan kita. Itu pelayanan pasti

utama, masakan kedua.”117

Kebersihan warungnya juga terlihat ketika peneliti melakukan

observasi. Selain warung, masakannya juga di letakkan di dalam lemari

yang dilapisi kaca, sehingga terlihat dari luar jenis makanan yang

dijualnya.118

Sebagaimana informan pertama di atas, zulkifli juga memiliki

hubungan baik terhadap pebisnis rumah makan padang yang ada di

Kecamatan Dau, bahkan mereka sering melakukan pertemuan. Rasa iri dan

dengki tidak ada terbesit dalam hatinya, karena dia menganggap mereka

semua sama dengan dia yaitu sama-sama meninggalkan kampung halaman

untuk mencari kehidupan ekonomi yang lebih baik. Sebagaimana

pernyataannya berikut:

“Sikap terhadap sesama pelaku bisnis: Biasanya di sini mayoritas ya

yang buka rumah makan padang itu lebih banyak saudaranya, kalau

yang kelas-kelas nya gini ya, itu lebih banyak saudaranya, itu

biasanya sih, kalau di kita sih rezeki itu ada yang ngatur, biar pun dia

buka di depan kita, yg pasti kita yakin rezeki itu ada yg ngatur, gk

ada rasa saingan.”119

Dalam dunia dagang, zulkifli pernah mengalami untung dan rugi.

Ketika keberuntungan datang kepadanya dengan ramainya pembeli, maka di

mengucapkan syukur kepada Allah. Dia menyadari bahwa nikmat yang ia

117

Zulkifli, Wawancara (Malang 21 Agustus 2018) 118

Observasi peneliti (Malang 15 Agustus 2018) 119

Zulkifli, Wawancara (Malang 21 Agustus 2018)

Page 112: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

97

peroleh itu datang dari Allah SWT, Sang Pemberi Rezeki. Dan sebaliknya,

ketika kerugian datang atau pembeli sepi, maka dia mencoba untuk bersabar

dan seraya selalu memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar rezekinya

dipermudah. Sebagaimana ungkapannya berikut:

“Sikap ketika mendapat keuntungan gimana: mungkin kita sebagai

orang Islam ya, kita ucap syukurlah masih ada biar pun kita tidak

dapat keuntungan, biar pun warung kita sepi, yang namanya do‟a

pasti ada.”120

Dalam menjalani bisnis rumah makan padang, Zulkifli merasa

bisnisnya tidak menggangu aktivitas sholatnya. Sholat terus dijalaninya,

akan tetapi kadang waktunya ditunda dan juga dia belum konsisten dalam

menjalani ibadah sholat yang lima waktu. Dan sholat jum‟at sudah pasti dia

tunaikan. Sebagaimana ujarnya berikut:

“Kalau terganggu sih gak, cuman kan namanya waktu sholat itu,

walaupun dalam keadaan darurat, soalnya aku religi kurang ini ya,

misalnya jam sholat sudah datang, tapi aku belum sholat, agak

ditunda dikit kan gak masalah ya, tapi tetap dilaksanakan. Masalah

agama aku soalnya kurang paham. Saya bilang sendiri sih, kalau soal

sholat memang kurang rutin. Gak terlalu religi aku sholatnya,

kadang sholat kadang gak, cuman yagn paling pasti itu jum‟atan.

Yang lima waktu itu, kadang bolong.” 121

Dalam menjalin hubungan sesama orang minang di Malang, dia

menghadiri acara yang diselengarakan oleh pengurus pengumpulan. Di

antaranya adanya acara halal- bihalal, peringatan isro‟ mikroj, dan pada

bulan ramadhan yaitu nuzulul qur‟an. Selain niat untuk memenuhi

kebutuhan hidup, dia juga berniat untuk menunaikan ibadah haji ketika

120

Zulkifli, Wawancara (Malang 21 Agustus 2018) 121

Zulkifli, Wawancara (Malang 21 Agustus 2018)

Page 113: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

98

memiliki rezeki yang dapat dijadikan modal untuk naik haji. Sebagaimana

penuturannya berikut ini:

“Pasti itu, pasti itu, kalau memang direzekikan ya, tujuan kita

palingan untuk rukun kelima lah, semoga aja rukun 1 ke 4 bisa

dilaksanakan dulu, itu semua orang Islam pasti mimpikan itu kan.

Di perkumpulan juga, dana itu ada yang khususan buat agama.

Bantuan-bantuan ada.”

3. Fatri Suwardi

Fatri Suwardi adalah seorang kepala keluarga yang memiliki 4 anak

di usianya yang ke-35.122

Sebagaimana informan sebelumnya, beliau juga

berasal dari Kabupaten Pariaman yang merantau ke Malang. Di Malang,

beliau tinggal di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang tepatnya di

Sengkaling. Dalam perjalanan hidupnya, beliau belum pernah menamatkan

sekolahnya. Salah satu faktornya adalah karena himpitan ekonomi dan juga

semangat yang lemah.

Beliau merantau ke Malang sudah lama, sekitar 15 tahun.

Keinginannya untuk merantau dilatarbelakangi oleh himpitan ekonomi yang

berada dalam keluarganya. Apalagi setelah menikah, beliau ingin

memberikan kehidupan ekonomi yang baik bagi kepada keluarga kecilnya.

Hal ini sebagaimana pernyataannya berikut:

“Saya merantau meninggalkan kampung halaman ini adalah faktor

ekonomi yang kurang. Kalau saya bertahan di kampung, maka tidak

akan bisa memperbaiki perekonomian keluarga. Maka dari itu, saya

mencoba untuk meninggalkan kampung halaman menuju

Malang.”123

122

Fatri Suwardi, Wawancara (Malang, 29 Juli 2018) 123

Fatri Suwardi, Wawancara, (Malang, 15 Juli 2018)

Page 114: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

99

Di samping itu juga, faktor pendidikan yang tidak dimilikinya yang

menyebabkan dia kesulitan untuk mencari pekerjaan di kampung

halamannya. Kisah merantaunya berawal dari sifat coba-coba, yaitu ingin

mencoba merantau, kalau dia berhasil maka dia menetap di perantauan, tp

kalau dia gagal, maka dia kembali ke kampung halaman. Setelah

menghubungi sanak saudara yang ada di rantau tepatnya Malang, maka dia

langsung melangkah ke daerah perantauannya yaitu Malang. Sebagaimana

pernyataannya berikut:

“Saya merantau ke sini ya ingin coba-coba saja, dari pada di

kampung tidak ada perkembangan, maka saya memberanikan diri

untuk pergi dari kampung halaman.”124

Melihat situasi yang ada di malang, maka dia berniat untuk

membuka rumah makan padang. Tempat yang dipilihnya juga sangat

strategis, yaitu tepat di tepi jalan raya pertigaan. Dengan bangunan yang

begitu simple yang berukuran dengan lebar 6 meter dan panjang 8 meter,

maka berdirilah rumah makan padang.

Sebagaimana rumah makan padang lainnya, tata ruangnya juga

hampir sama, yaitu dengan beberapa meja makan dan kursinya, makanan

yang dijual disajikan di dalam lemari kaca yang diletakkan di atas piring

yang sudah disusun. Selain itu hiasan dinding ruangannya terlihat cukup

menggambarkan suasana daerah padang, yang mana ada foto ulama yang

124

Fatri Suwardi, Wawancara, (Malang, 15 Juli 2018)

Page 115: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

100

berasal dari padang, adanya gambar kelok 9 dan tarian padang, dan juga

adnya kaligrafi.125

Terlihat kekhasan yang ada dalam ruangan ini.126

Adapun makanan

yang disajikannya, yaitu rendang, gulai nangka, ayam goreng padang,

sambal ijo, telur dadar, gulai daun singkong, ikan goreng, usus, gulai ayam,

d.l.l. Sebagai pedagang, dia menjaga kebersihan dari ruangannya, ini terlihat

dari observasi yang peneliti lakukan.127

Dan sebagai muslim, dia sadar

bahwa harus menjual makanan yang dihalalkan oleh agama. Hal ini

sebagaimana yang terlihat dalam masakannya, peneliti tidak menemukan

jenis makanan yang haram. Sebagaimana juga dengan ungkapannyannya:

“Pertimbangan makanan ya halal, secara umum masakan padang itu

halal semua, kalau dia berasal dari minang, maka secara umum pasti

halal. Karena yang berjualan rumah makan padang itu Islam semua.

Tapi, jangan yang tiruan, skrng banyak yang padang-padangan, dia

bukan orang padang, tapi jualan masakan padang. Di mana dia tau

resepnya, saya gak tau juga sih. Ini yang sangat diragukan”.128

Dalam praktek berdagang yang dilakukannya juga tergolong baik,

sebagaimana yang peneliti observasi bahwa ketika peneliti ingin meminta

waktu untuk wawancara, beliau dengan tutur kata yang baik membolehkan

peneliti untuk melakukan wawancara, akan tetapi dengan waktu yang

ditetapkan oleh beliau. Pelayanan yang diberikan juga tergolong baik,

terlihat4 sifat ramah yang tercermin dari dirinya sebagai pedagang muslim

dari minang. Beliau juga mengungkapkan bahwa dalam melakukan

pelayanan harus dengan sifat yang baik, karena dia sadar sebagai pedagang

125

Observasi peneliti (13 Juli 2018) 126

Observasi peneliti (13 Juli 2018) 127

Observasi peneliti (13 Juli 2018) 128

Fatri Suwardi, Wawancara, (Malang, 29 Juli 2018)

Page 116: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

101

harus memiliki adab kepada pembeli. Beliau juga mengibaratkan bahwa

pembeli itu adalah raja, sedangkan dia sendiri penjual adalah pelayannya,

dari ungkapan ini terlihat bahwa beliau mencoba memberikan pelayanan

yang terbaik kepada pembeli, ketika ada permasalahan dalam dunia jual

beli, beliau mencoba untuk menerapkan sifat sabar dalam mengatasinya.

Hal ini sebagaimana yang diungkapkannya:

“Yaa, kalau melayani pembeli, kita harus bersikap baik. Karena

mereka adalah rezeki kita. Dan juga ada pepatah minang yang

mengatakan bahwa pembeli itu adalah raja, sedangkan penjual itu

adalah pelayan. Maka kita sebagai pedagang harus memberikan

pelayanan yang baik terhadap raja kita.”129

Terlihat dari semangat kerjanya bahwa dia membuka warung

dimulai pukul 08.00 pagi diawali dengan membersihkan ruangan rumah

makan dan ditutup pada pukul 12.00 malam. Dia berusaha untuk membuka

warungnya di pagi hari, karena rezeki banyak datang di pagi hari.

Dalam menjalankan bisnisnya, dia melakukannya dengan berdo‟a

dan usaha. Karena do‟a adalah hal yang harus dilakukan dibarengi dengan

usaha. Keyakinan terhadap Yang Maha Kuasa merupakan hal yang

dilakukannya. Karena dalam menjalani usaha tentu harus memohon do‟a

kepada-Nya. Dia menyakini bahwa manusia harus memiliki semangat untuk

mencari rezeki. Dalam bisnisnya, dia berusaha untuk melakukan yang

terbaik, misalnya menjual makanan dengan cita rasa yang enak,

membersihakn ruangan makan, memberikan pelayanan yang baik. Tapi,

129

Fatri Suwardi, Wawancara, (Malang, 29 Juli 2018)

Page 117: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

102

terkadang dia mengalami pasang surut dalam dunia bisnisnya, yaitu adanya

untung dan rugi.

Ketika dia memperoleh keuntungan, maka dia bersyukur kepada

yang Maha Kuasa. Dia menyakini bahwa Allah memberikan rezeki

kepadanya. Dan terus melakukan manajemen yang baik. Dan kalau situasi

rugi datang, maka sifat sabarlah yang harus dimiliki. Karena tidak semua

yang diinginkan itu bisa terlaksana sesuai dengan kemauannya.

Sebagaimana ungkapannya

“Ia mas, kalau dalam dagang ini, tidak selalu untung, ada ruginya

juga. Tapi, inilah bisnis itu. Kalau pembeli banyak ya, saya

bersyukur atas rezeki itu. Dan kalau pelanggan sepi ya juga harus

sabar dan terus husnuzan.”130

Selain menjalani bisnis dia juga ikut perkumpulan sesama orang

minang, yang mana kegiatan yang dibuat adalah adanya arisan, pengajian

agama. Sebagaimana yang dikatakannya:

“Saya juga mengikuti kegiatan yang diadakan perkumpulan, yaitu

halal bi halal, adanya peringatan maulid nabi, dan isro‟ mikroj.”131

Sebagai pedagang, dia juga tidak lupa dalam menjalani ibadah,

karena ibadah merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan. Sedangkan

bisnis adalah untuk menunjang kehidupan ekonominya. Maka dia berusaha

untuk tidak meninggalkan ibadah ketika berdagang. Kebenaran pernyataan

fatri suwardi itu semakin menyakinkan kita dengan pernyataannya lagi

130

Fatri Suwardi, Wawancara, (Malang, 15 Juli 2018) 131

Fatri Suwardi, Wawancara, (Malang, 20 Juli 2018)

Page 118: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

103

bahwa ia memondokkan salah seorang putranya ke pondok pesantren yang

ada di Malang.

“Ia mas, saya memondokkan anak agar dia bisa belajar agama dan

bisa mendo‟akan kami baik di dunia ini maupun di akhirat kelak”132

Berdasarkan pengakuannya, biaya memondokkan putranya tersebut

dari hasil bisnis rumah makan padang yang selama ini telah ditekuninya.

4. Dedi Candra

Dedi Candra adalah seorang kepala keluarga yang mempunyai 3

orang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Lelaki yang berusia

38 tahun ini yang tinggal di Jln. Tirto no 2 Landungsari.133

Dia seorang

perantau yang berasal dari Kabupaten Pariaman, Sumatera Barat. Dia

terlahir dari keluarga sederhana. Setelah meluluskan pendidikannya dari

jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), dia mencoba merantau. Keputusan

ini diambilnya, karena melihat kondisi kampung halaman yang tidak

mampu untuk membawanya ke dalam perekonomian yang lebih baik. Dan

bertekad untuk bisa sukses di dunia perantauan.

Awal mula kisah merantaunya, dia mengikuti pamannya ke Malang.

Pamannya di Malang memiliki usaha bisnis, yakni pemilik rumah makan

padang. Orang Minang mengutamakan sanak saudaranya untuk bekerja di

warung milik mereka. Hal ini terlihat dari paman dedi candra tersebut, yang

mana dia mengajaknya untuk bekerja bersamanya.

132

Fatri Suwardi, Wawancara, (Malang, 15 Juli 2018) 133

Observasi peneliti (5 juli 2018)

Page 119: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

104

“Ia mass, awal mula saya ke sini itu mengikut dengan paman, dia

mengajak saya untuk bekerja di warung makan miliknya. Saya di

situ jadi pencuci piring”134

Di rumah makan milik pamannya, dedi candra bekerja sebagai

pencuci piring. Sebagai seorang pemula dalam merantau, dia menerima

pekerjaan tersebut. Rumah makan padnag yang dimiliki pamannya memang

tergolong ramai pengunjung. Hari demi hari dia lakukan dengan penuh

tanggung jawab. Walaupun dia bekerja di bagian cuci piring, tapi dia

perlahan-lahan tahu bagaimana pengolahan masakan padang. Berselangnya

waktu, pekerjaan cuci piring itu berganting menjadi bagian pelayanan. Di

bagian pelayanan, dia lebih sering melirik makanan apa saja yang disajikan

di warung tersebut, dan juga dia sambil belajar untuk membuat masakan

padang itu. Karena keahlian masaknya sudah tidak diragukan lagi, maka

pamannya mengangkatnya sebagai salah satu juru masak di warungnya.

Berbagai makanan khas padang dapat disajikannya.

Setalah beberapa tahun menjadi juru masak, dia mulai berpikir untuk

membuka rumah makan padang pribadi. Pemikirannya ini memang ciri khas

dari orang minang yang mana mereka tidak mau selamanya menjadi

bawahan. Mereka ingin bisa merubah keadaan tersebut menjadi yang lebih

baik. Setelah dia pikirkan dengan pandangan masa depan, maka dia

memberanikan membuka rumah makan padang pribadinya

Dia merintis sendiri usaha rumah makan padangnya. Karena baru

membangun dari awal, maka dialah yang menangani semua bidang, baik

134

Dedi Candra, wawancara (10 Juli 2018)

Page 120: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

105

dari bagian memasak, mencuci piring, melakukan pelayanan, dan

manajemen dagangnya. Karena di Malang, khususnya lokasi dagangnya

banyak mahasiswa, maka objek utamanya adalah mahasiswa itu sendiri.

Tempat usahanya berada di depan rumahnya sendiri, yang mana dia

mengkhususkan sebagian rumahnya sebagai tempat untuk berjualan. Rumah

makan padang miliknya sama berspandukkan “rumah makan padang”.

Ruangannya di lengkap dengan beberap meja dan kursi, dan ditata sesuai

dengan kebanyakan rumah makan padang lainnya. Sedangkan makanan

yang disajikan diletakkan di dalam leamri kaca dengan susunan piring yang

rapi dengan ciri khas padang. Makanan yang disajikan juga sama dengan

makanan yang di rumah makan padang lainnya, yaitu gulai nangkah, ayam

goreng, ikan goreng d.l.l.135

Dan dia membuat tarif Rp. 10.000. Usahanya ini dilakukan dengan

semangat yang tinggi, yakni dengan tekad sukses. Seiring berjalannya

waktu, usahanya tersebut sedikit-demi sedikit mengalami perkembangan.

Karena sudah mempunyai usaha sendiri, maka dia menikah pada tahun 2008

dengan seorang gadis yang berasal dari Sumatera Barat. Sebagaimana

kehidupan berumah tangga, maka istrinya menemani suaminya untuk

membangun rumah makan padang yang telah dirintis lelaki tersebut.

Dengan berdirinya rumah makan padang miliknya, dia tidak merasa

puas diri. Dia mencoba membuka cabang di depan sebuah kampus yang ada

di Malang. Tidah hanya satu cabang, bahkan dua cabang. Untuk pelayanan

135

Observasi peneliti 5 Juli 2018

Page 121: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

106

terhadap rumah makan padang kedua cabang tersebut, dia mencari orang

untuk dipekerjakan di sana. Akan tetapi untuk bidang masakan, dia tidka

mau menyerahkan kepada orang lain. Maka dia bersama istri yang menjadi

juru masak di warungnya tersebut.

Sebagai anak dia diberikan nasehat oleh orang tua, yang mana kalau

berdagang harus memiliki sifat jujur, ketika melayani pembeli menunjukkan

sifat ramah. Kalau keuntungan belakangan aja itu butuh proses. Kalau tidak

jujur akan cepat hancur dan selalu meminta kepada Allah agar dipermudah

dalam menjalani bisnisnya. Dan kalau soal makanan harus diolah dengan

baik sesuai dengan kemampuan, jangan membuat campuran yang tidak

halal.

Sebelum mendirikan usaha rumah makan padang sendiri, dia

dulunya bekerja di tempat rumah makan padang orang sebagai pencuci

piring. Inilah awal dari karirnya sebagai pebisnis rumah makan padang.

Seiring berjalannya waktu, dia mulai berpikir untuk bisa mendirikan rumah

makan padang sendiri. Dengan bekal pengalamannya bekerja di rumah

makan padang, maka dia bisa mengolah masakan khas padang yang biasa

dijual dikebanyakan rumah makan padang lain.

Lokasi dia berjualan tepat di depan rumahnya, dengan ciri khas

rumah makan padang lainnya yaitu meletakkan makanan di dalam lemari

kaca, di antara makanannya adalah ayam goreng, ikan goreng, nangka.

Sebagaimana yang diutarakannya, objek utama penjualannya adalah

mahasiswa yang ada di sekitarnya. Maka tarif untuk harga makanannya juga

Page 122: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

107

disesuaikan dengan kantong mahasiswa, ujarnya. Walaupun berjualan di

depan rumah, tapi dia juga membuka usaha rumah makan padang di depan

kampus UIN 1. Ini dikarenakan lokasinya sangat strategis, yang lebih

didominasi oleh mahasiswa dan mahasiswi. Adapun makanannya yang

dijualnya sama saja. Akan tetapi bahan makanannya dibuat oleh dirinya dan

keluarga. Untuk usahanya di UIN 1, karyawannya yang menjemput ke

rumahnya. Ini menunjukkan semangatnya dalam berbisnis, untuk

mendapatkan kehidupan yang lebih baik.136

Dia memberikan pelayanan terhadap pembeli dengan baik. Sifat

ramah merupakan sikap yang diterapkannya. Hal ini juga terlihat ketika

peneliti mencoba meminta waktu untuk wawancara dengan dedi candra.

Beliau dengan wajah senyumnya meluangkan waktu untuk diwawancarai.

Dan juga terlihat ketika orang datang untuk membeli di warungnya, dia

memberikan pelayanan yang baik, menanya pembeli akan masakan yang

akan dibelinya.

Di menyadari sebagai muslim, harus memiliki sifat tersebut, apalagi

sebagai pedagang. Tidak boleh kelihatan sombong agar pembeli tetap

datang kepadanya. Dia juga menganggap bahwa pembeli itu adalah raja

yang harus dilayani dengan baik. Hal ini sebagaimana ungkapannya, yakni:

“Yaa, sebagai pedagang, kita harus menganggap bahwa pembeli itu

adalah raja yang harus dilayani dengan baik dan kita seolah-olah

sebagai pelayannya. Kalau ada pembeli yang sewot sedikit ya tahan

aja, sabar.”137

136

Observasi peneliti 5 juli 2018 137

Dedi Candra, Wawancara, (Malang, 15 Juli 2018)

Page 123: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

108

Makananan yang dijualnya tidak ada yang berbentuk makanan

haram, semua makanan yang disajikannya adalah halal. Dari observasi yang

peneliti lakukan juga tidak terdapat jenis makanan yang haram, dan

pernyataan di atas diperkuat oleh ungkapan beliau berikut:

“Ia mas. Kalau soal makanan ya halal. Kalau kita jual makanan yang

haram itu tidak membawa berkah untuk anak-anak saya. Nanti,

gimana mereka ketika besar jika diberikan hasil yang haram. Pernah

saya dengar ustaz ceramah bahwa makanan haram akan berdampak

negarif bagi akhlak anak.”138

Makanan yang dijualnya makanan yang sudah terjamin

kehalalannya. Adapun makanan yang dijualnya berupa rendang, ayam

goreng, ikan goreng, ikan goreng, d.l.l.139

Sebagai etnis minang, dia juga

menyadari bahwa tempat kelahirannya membawa adat yang berlandaskan

Islam. Yang menganjurkan masyarkat untuk mentaatinya. Di mana rumah

makan padang identik dengan makanan yang dijualnya halal, maka dedi

candra juga melestarikan ungkapan yang sudah mendunia tersebut dengan

menjalani bisnis berupa menjual makanan yang halal.

Beliau juga mengakui bahwa di kecamatan Dau ini, bukan hanya dia

yang menjual makanan padang. Melihat kondisi tersebut dia tidak

menyimpan rasa iri terhadap sesama pebisnis rumah makan padang lainnya.

Dia menyadari bahwa mereka itu juga sama seperti dirinya, yaitu sama-

sama ingin mencari rupiah. Bahkan hubungan mereka tergolong baik, dan

juga kadang kala membantu sesama. Hal ini terlihat dari adanya

perkumpulan mereka di Malang. Yang mana terdiri dari orang minang. Dedi

138

Dedi Candra, Wawancara (Malang, 10 Juli 2018) 139

Observasi peneliti 5 jui 2018

Page 124: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

109

candra menjadi salah satu anggotanya, maka dia sedikit banyaknya kenal

sama pedang rumah makan padang lainnya. Sebagaimana pernyataannya

berikut:

“Hubungan kita ya baik, kami jumpa di perkumpulan.

Perkumpulannya, sekali seminggu ngumpul. Kadang kala kami

salinh nanya omsetnya, naik atau nurun, tidka ada unsur saling

bersaing, rasa benci tidak ada, paling ya cuma becanda, cepat kali

kaya, pengen tahu aja gitu doang. Kalau iri ya gk ada.”140

Sebagai kepala keluarga, dia bertujuan untuk mempunyai ekonomi

yang lebih baik, sehingga dapat memberikan pendidikan yang baik untuk

anak-anaknya menuju jenjang perkuliahan. Harapannya kepada anak-

anaknya, agar mereka mendapat pekerjaan yang lebih baik dari dirinya,

jangan menjadi pedagang lagi. Selain itu dia juga berniat untuk membeli

rumah untuk keluarga kecilnya agar bisa hidup menjadi lebih nyaman lagi.

Cita-cita mulia ini menjadi motivasinya untuk melakukan kinerja bisnis

yang lebih bagus lagi.

5. Hendra Rinaldi

Hendri Rinaldi adalah perantau yang juga berasal dari Sumatera

Barat. Kini usianya sudah memasuki angka 50 tahun. Keluarga kecilnya

terdiri dari 1 istri dan 3 anak. Ketiga anaknya tersebut sedang berada dalam

dunia pendidikan. Mereka tinggal di Jl. Tirto utomo, Landungsari,

Kecamatan Dau.141

Usaha yang digelutinya adalah sebagai pebisnis rumah

makan padang.

140

Dedi Candra, Wawancara, (Malang, 10 Juli 2018) 141

Observasi peneliti 23 Agustus 2018

Page 125: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

110

Kepergiannya dari tanah kelahirannya semenjak dia menempuh

pendidikan di Bogor. Bogor menjadi tempat dia menimba ilmu untuk

jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan yang dijalaninya dia

bermula dari sanak saudaranya yang ada di Bogor, yang mana menjadi

tempat untuk menetap. Setelah meluluskan dari jenjang pendidikan di

Bogor, dia mencoba untuk bekerja. Inilah awal mula dia memasuki dunia

rantau. Pekerjaan yang dijalaninya juga masih belum tetap, istilah sekarang

disebut “kerja serabutan”. Sebagaimana yang dikatakannya:

“Sebelum berdagang saya bekerja serabutan, gak netap. Itu bermula

setelah lulus SMA di Bogor. Saya mencoba ke berbagai daerah

merantau, tapi saya terus mencoba di daerah mana tempat rezeki

saya.“142

Keyakinannya untuk sukses menjadi motivasi awal baginya dalam

merantau. Kesabaran dan ketenangan batinlah yang membuat dia bertahan

di dunia rantau. Seiring berjalannya waktu, dia menemukan pasangan

hidupnya di tempat rantau. Maka dia melangsungkan pernikahan untuk

mengikat hubungan keduanya. Setelah menikah dia tinggal di Malang.

Usaha yang mereka jalani adalah rumah makan padang.

Rumah makan padang ini berdiri bermula dari pendapat istrinya.

Yang mana istrinya mempunyai kemampuan untuk mengolah masakan

padang yang ada di daerah mereka. Kemampuan istrinya ini diperoleh sejak

dia masih gadis. Yang mana diajari oleh orang tuanya untuk memasak.

Karena modal utama sudah dimiliki, maka mereka bertekad untuk membuka

warung padang.

142

Hendra Rinaldi, wawancara (Malang, 25 Agustus 2018)

Page 126: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

111

“Ia mas, yang memasak makanan ini istri saya. Dia sudah bisa

memasak semenjak gadis, ketika di kampung dia selalu diajari orang

tuanya.”143

Lokasi penjualan rumah makan padang mereka itu menyatu dengan

tempat tinggal mereka. Lantai atas sebagai rumah dan lantai bawah sebagai

warung.144

Walaupun dengan bentuk bangunan demikian, mereka giat

dalam menjalani bisnisnya. Ukuran warung mereka kira-kira lebar 5 meter

dan panjangnya 10 meter dengan bentuk seperti persegi panjang yang terdiri

dengan 2 lantai, atas dan bawah. Di lantai atas sebagai tempat tinggal dan di

lantai bawah sebagai warung bisnis.145

Lokasi ini terbilang strategis karena berdekatan dengan salah satu

kampus yang ada di Malang. Sehinggga sedikit banyaknya ada juga

mahasiswa yang datang ke warungnya. Di sekitar warungnya juga banyak

warung-warung yang berjejeran dengan berbagai jenis makanan. Pak

Hendra menjual berbagai jenis makanan khas padang di antaranya ikan,

ayam, rendang, telur,d.l.l. Semua makanan tersebut diletakkan di atas piring

kaca putih dan disusun dengan ciri khas minang pada umumnya. Susunan

makanan tersebut dilindungi oleh lemari kaca yang tembus keluar, sehingga

bagi pembeli bisa langsung memandang jenis-jenis makanan yang ada.146

Untuk membantu pekerjaannya, pak Hnedra memiliki 2 karyawan

laki-laki, ada yang bertugas sebagai kasir dan juga sebagai pembersih

ruangan. Dalam melayani pembeli, pak Hendra berusaha untuk bersifat

143

Hendra Rinaldi, Wawancara (Malang, 25 Agustus 2018) 144

Observasi peneliti, 23 Agustus 2018 145

Observasi peneliti, 20 Agustus 2018 146

Observasi peneliti, 23 Agsutus 2018

Page 127: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

112

ramah. Karena dengan sifat tersebut dapat menyenangkan hati pembeli.

Pembeli dianggapnya sebagai tamu kehormatan yang harus diberikan

pelayanan yang baik. Salah satu pelayanan yang baik itu adalah dengan

sikap ramah. Sebagaimana ungkapannya:

“Ia mas, saya sebagai pedagang harus ramah terhadap pembeli, kita

anggap sebagai saudara yang harus diperlakukan dengan baik. Kalau

bisa dianggap sebagai raja sekalian, agar kita memberikan pelayanan

yang baik kepadanya. Dan kita dianggap sebagai pelayannya.”147

Dia juga mengaku bahwa hubungannya terhadap sesama pebisnis

rumah makan padang itu baik-baik saja. Dia tidak menganggap mereka itu

saingan, tidak ada rasa iri. Bahkan mereka menjalin hubungan yang baik. Ini

membuktikan bahwa dia mempunyai rasa persaudaraan yang tinggi

mengingat mereka semua berasal dari daerah yang sama yaitu sumatera

barat yang juga sama-sama merantau ke Malang. Hal ini sebagaimana yang

dikatakannya:

“Selama ini kami akur-akur saja, malah kompak, saling mengatasi,

karena kami memiliki perkumpulan sesama orang minang, maka

kami bisa bertemu di perkumpulan tersebut. Kami saling memotivasi

sesama dan tidak merasa takut bisnisnya disaingi rumah makan

padang lain.”148

Walaupun ada rumah makan padang yang lain, dia yakin bahwa

rezeki itu sudah ada yang mengatur. Allah memberikan rezeki kepada

hamba-Nya yang berusaha. Harapan dan keyakinannya selalu ditanamnya

dalam hatinya untuk selalu optimis dalam menjalani dunia bisnis. Sebagai

muslim, dai juga menghindari makanan yang haram. Sebagaimana observasi

147

Hendra Rinaldi, Wawancara (Malang, 25 Agustus 2018) 148

Hendra Rinaldi, Wawancara (Malang, 30 Agustus 2018)

Page 128: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

113

yang peneliti lakukan bahwa tidak terlihat makanan yang haram. Dia

berusaha untuk menjaga kehalalan makananannya. Sebagaimana yang

dikatakannya berikut:

“Kalau makanan ya halal mas, karena itu yang diperintahkan agama.

Sebagai orang minang, prinsipnya itu makanan halal. Tidak mau

menjual makanan yang haram. Karena Allah Mahan Tahu, dan kalau

dijual makanan haram, maka ada blsnnya”149

Keuntungan yang diperoleh untuk keluarga, karena sebagai keluarga

dia mempunyai kewajiban untuk memberikan kepada keluarganya. Baik

dalam uang untuk makanan sehari-hari, biaya hidup istri, dan terutama

untuk memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya. Selain untuk

kebutuhan keluarga, dia juga berniat untuk menunaikan ibadah atas rezeki

yang diperolehnya, yaitu zakat. Hal ii sebagaimana ungkapannya.

“Keuntungan keluarga ya jangan semuanya, yang utama itu zakat.

Jangan beranggapan zakat itu tidak penting. Dan jangan menganggap

zakat itu mengurangi harta kita. Yakin pasti nambah.150

Dalam menjalani bisnisnya, ia tidak lupa memanjatkan do‟a kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Perintah ibadah sholat juga dijaganya dengan penuh

tanggung jawab. Bahkan para karyawannya juga disuruh untuk menunaikan

sholat. Sebagaimana sifat ramah yang diterapkannya itu terdorong dari

keyakinan yang dianutnya Islam, maka sebagai muslim dia sadar bahwa itu

adalah perinta agama. Ketika menjalani perintahnya, maka itu termasuk dia

ingat kepada Allah.

149

Hendra Rinaldi, Wawancara, (Malang, 30 Agustus 2018) 150

Hendra Rinaldi, Wawancara, (Malang, 30 Agustus 2018)

Page 129: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

114

Sebagai kepala keluarga, dia bertujuan untuk mempunyai ekonomi

yang lebih baik, sehingga dapat memberikan pendidikan yang baik untuk

anak-anaknya menuju jenjang perkuliahan. Harapannya kepada anak-

anaknya, agar mereka mendapat pekerjaan yang lebih baik dari dirinya,

jangan menjadi pedagang lagi. Selain itu dia juga berniat untuk membeli

rumah untuk keluarga kecilnya agar bisa hidup menjadi lebih nyaman lagi.

Cita-cita mulia ini menjadi motivasinya untuk melakukan kinerja bisnis

yang lebih bagus lagi.

F. Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang telah peneliti kumpulkan, maka tahap berikutnya

adalah mengelompokkan hasil-hasil temuan tersebut. Pada hakikatnya adalah

sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi

kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan

berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Maka dihasilkan jawaban

atas fokus penelitian yang dicari.

1. Religiusitas Pebisnis Rumah Makan Padang di Kecamatan Dau,

Kabupaten Malang

Berdasarkan yang ditulis oleh Glock dan Stark, konsep religiusitas

dikelompokkan atas lima hal, yaitu dimensi keyakinan, dimensi praktik

religius, dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan agama, dan dimensi

pengamalan atau konsekuensi. Akan tetapi, Djamaludin Ancok dan Fuat

Suroso mengkaitkan konsep religiusitas di atas dengan religiusitas menurut

Islam, maka dikelompokkan menjadi dimensi aqidah, dimensi syariah, dan

Page 130: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

115

dimensi akhlak. Dalam penelitian ini, peneliti mengelompokkan religiusitas

pebisnis rumah makan padang di kecamatan Dau, Kabupaten Malang

dengan konsep religiusitas yang dikelompokkan oleh Djamaluddin Ancok

dan Fuat Suroso, yaitu:

a. Dimensi Aqidah (Keyakinan)

Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana orang yang

religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui

kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Dalam kehidupan ekonomi, nasib

manusia tidaklah sama. Pebisnis rumah makan padang merupakan

masyarakat yang beragama Islam, meyakini bahwa rezeki berada di

tangan Allah SWT, kewajiban manusia hanya berikhtiar. Ikhtiar yang

dilakukan pebisnis rumah makan padang sudah terlihat dari merantaunya

mereka ke Malang. Sebagaimana pernyataan bapak buyung manis:

“Iaa, saya tidak mau berdiam diri di kampung. Ingin memiliki

pekerjaan yang baik. Untuk itu, saya bertekad untuk

meninggalkan kampung halaman menuju kota perantauan.”151

Mereka menyadari bahwa kesuksesan itu tidak akan diperoleh

kecuali bagi orang-orang yang mau untuk berusaha. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh bapak Hendra Rinaldi:

“Ia mas, sebagai muslim saya harus bekerja untuk mendapatkan

rezeki dari yang Kuasa. Saya yakin bahwa Allah akan

melimpahkan rezeki-Nya kepada saya dengan berusaha.”152

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa mereka mempunyai tekad

yang kuat unuk merubah nasib. Dalam berdagang mereka juga memiliki

151

Buyung Manis, Wawancara (Malang, 27 Agustus 2018) 152

Hendra Rinaldi, Wawancara (Malang, 25 Agustus 2018)

Page 131: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

116

keyakinan akan memperoleh rezeki dengan usaha yang mereka jalani.

Sehingga dalam berusaha mereka senantiasa giat dan ulet dalam

menjalani usahanya. Sebagaimana yang diungkapkan bapak Fatri

Suwardi:

“Sikap kita harus yakin kepada Allah. Sebagai pedagang rumah

makan, saya hanya bisa melakukan yang terbaik untuk usaha

saya. Selebihnya urusan Allah. Pasti Dia akan memberikan rezeki

kepada orang yang mau berusaha.153

Keyakinan beragama merupakan salah satu faktor yang

mendorong seorang hamba melangkahkan kakinya di rel ikhtiar. Dia

Razzak yang bertanggungjawab penuh mengucurkan keperluan

hambanya. Inilah yang dipraktikkan para perantau Minang, keyakinannya

dalam beragama mengajaknya untuk memilih sikap tangguh.

Tendensi i’tidadnya menjadi ruh yang selalu bersemayam dimana

pun dan dalam konteks apapun. Dalam konteks berdagang, masyarakat

Minang sangat kental dengan religiusitasnya, tidak gegabah dalam

menjalankan aktivitas bisnis. Keyakinannya pada Tuhan tetap terpatri

kuat di dalam hati dan mampu mengkontruksi desain dagang yang sangat

religius. Perantau yang berfokus pada bisnis masakan Padang tidak

mengenal sekulerisme dagang yang kerap kali melanda banyak kalangan.

Berdagang dalam ruang paradigmanya diyakini sebagai bagian dari

manifestasi keyakinan. Keyakinan kepada Sang Kuasa harus

diterjemahkan dalam pelbagai ranah konkrit, salah satu wujudnya adalah

menjalankan aktivitas bisnis dengan penuh ikhtiar dan tawakkal.

153

Fatri Suwardi, Wawancara (Malang, 15 Juli 2018)

Page 132: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

117

Keyakinan terhadap agama, membuat mereka termotivasi untuk

memiliki semangat kerja yang tinggi dengan memanfaatkan waktu

sebaik-baiknya. Hal ini terlihat dari warung bapak Rinaldi yang

warungnya dibuka pukul 8 dan ditutup pukul 12 malam. Waktu

dimanfaatkan dengan sebaiknya agar mendapatkan hasil yang baik juga.

Keyakinan pebisnis rumah makan padang di Kecamatan Dau

sesuai dengan pepatah adat mereka yaitu “nak kayo kuek mancari, nak

mulio tapaki janji, nak pintar kuek balaja”(mau kaya kuat berusaha, mau

mulia tepati janji, mau pintar kuat belajar) mengandung amanat untuk

hidup bersaing terus menerus dalam mencapai kemuliaan, kepintaran dan

kekayaan seperti orang lain. Selain itu, mereka juga meminta rezeki

kepada Allah dengan berdo‟a. Sebagai muslim mereka menyakini bahwa

rezeki datangnya hanya dari Allah. Sebagaimana yang diungkapkan

bapak buyung manis:

“Yaa. Do‟a merupakan perbuatan yang tidak boleh ditinggalkan.

Walaupun sudah mempersiapkan usaha dengan baik, tapi

terkadang warung juga sepi, maka ini menunjukkan Allah lah

yang berkuasa untuk memberikan rezeki kepada kita”.154

Sebagian mereka juga telah berpindah-pindah tempat dalam

berbisnis rumah makan padang ini. Karena semangat yang mereka miliki,

maka tidak membuat mereka patah semangat dalam mencari nafkah.

Semangat kerja tinggi sangat dibutuhkan, untuk memperkuat ekonomi

sehingga diperlukan perjuangan.

154

Buyung Manis, Wawancara (Malang, 27 Agustus 208)

Page 133: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

118

b. Dimensi Syari‟ah

Dimensi syariah menunjuk pada seberapa tingkat kepatuhan

Muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana

disuruh dan dianjurkan oleh agamanya. Dimensi syari‟ah yang

dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu kepatuhan mereka dalam

menjalani bisnis sesuai dengan aturan-aturan syari‟ah. Sebagai muslim

pebisnis rumah makan padang manyadari bahwa mereka memiliki

kewajiban kepada Allah. Kewajiban berupa ibadah sholat selalu mereka

tunaikan. Hal ini sebagaimana pernyataan bapak Hendra Rinaldi:

“Ia mas, walaupun berdagang, saya tetap melaksanakan sholat,

karena sholat itu adalah ibadah wajib yang harus dilaksanakan

dalam kondisi apapun. Saya berusaha untuk tidak meninggalkan

kewajiban yang utama ini.”155

Dari pernyataan di atas terlihat bahwa bapak hendra rinaldi

memiliki komitmen untuk tetap melaksanakan ibadah sholat. Ibadah

sholat merupakan perintah wajib yang diperintahkan kepada semua umat

muslim. Maka dia berusaha untuk menjadi muslim yang taat.

Sebagaimana penjelasan di atas, bapak Fatri Suwardi juga memiliki

prinsip untuk tetap melaksanakan ibadah sholat. Hal ini sebagaimana

penuturannya:

“Saya selalu menyempatkan waktu untuk mendirikan ibadah

sholat. Tapi, kadang tidak tepat waktu. Walaupun begitu saya

tidak mau meninggalkan ibadah sholat”156

155

Hendra Rinaldi, Wawancara (25 Agustus 2018) 156

Fatri Suwardi, Wawancara (Malang, 15 Juli 2018)

Page 134: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

119

Akan tetapi di antara informan, ada juga yang tidak konsisten

dalam menjalani ibadah sholat. Terkadang dilaksanakan dan dikemudian

hari juga ada yang tertinggal. Hal ini sebagaimana yang dikatakan bapak

Zulkifli:

“Ia mas. Saya tau kalau sholat itu wajib, tapi saya orangnya

kurang konsisten. Di antara sholat 5 waktu tersebut saya masih

belum bisa menunaikannya secara menyeluruh.”157

Dari pernyataan di atas, terlihat kesadaran bapak zulkifli bahwa

dia memiliki kewajiban sebagai muslim untuk menunaikan sholat. Di

antara sholat tersebut masih ada yang tertinggal. Akan tetapi, dia

berusaha untuk menjalani ibadah tersebut agar lebih baik lagi. Termasuk

dalam dimensi syariah juga yakni berdagang dengan makanan yang halal.

Pebisnis rumah makan padang menjalani aturan syari‟ah berupa

berdagang dengan makanan yang halal.

1) Makanan halal

Berdagang adalah kegiatan berjual beli dan sebagainya untuk

memperoleh keuntungan. Berdagang salah satu pekerjaan yang

dibolehkan dalam Islam. Dalam mencapai tujuan hidup menurut Islam

manusia perlu bekerja untuk kelangsungan hidupnya dan berniaga

dapat menjadi salah satu sarana penghasil nafkah untuk manusia

bertahan hidup. Bahkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya pun

menjadikan berdagang sebagai mata pencahariannya. Dan dalam

berdagang, Islam memberikan aturan-aturan dan pedoman bagi

157

Zulkifli, Wawancara (Malang 21 Agustus 2018)

Page 135: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

120

penganutnya. Salah satunya adalah makanan yang dijual haruslah

halal.

Makanan merupakan keperluan yang penting bagi manusia.

Apalagi sebagai seorang pedagang muslim, selain mengutamakan cita

rasanya, maka dia juga harus memperhatikan kehalalannya. Sejalan

dengan ajaran syariah Islam pedagang muslim menghendaki bahan

makanan yang halal dan baik. Sebagaimana masyarakat minang

identik dengan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama,

maka pebisnis rumah makan padang juga mengutamakan masakan

dengan makanan yang halal.

Sebagaimana hasil observasi yang telah peneliti lakukan

terhadap pebisnis rumah makan padang di kecamatan Dau, seluruh

pedagang tidak ada yang menjual makanan haram. Hal ini sesuai

dengan ungkapan yang dituturkan oleh bapak buyung manis:

“Yaaa, sebagai muslim saya menjual makanan yang halal.

Karena itu adalah perintah agama. Dan juga sebelum menjual

masakan saya terlebih dahulu mencicipi bagaimana rasa

masakan yang akan dijual. Karena saya mencicipi terlebih

dahulu, maka saya tidak mau mencampur dengan makanan

yang haram. Dan juga mengenai rasa makanan kalau kita tidak

menyukai masakan yang kita masak apalagi pembeli.158

Pernyataan di atas juga dikatakan oleh bapak zulkifli yang

berumur 34 tahun berikut:

“Kalau halal dari sumatera ya pasti halal, soalnya basiknya

Islam dari sana, di sana duluan dari pada di sini. Kalau

halalnya sih halal, pasti halal, umpamanya kalau mas ke Bali,

pengen cari makan halal, cari aja makan padang, itu sudah

158

Buyung Manis, Wawancara (Malang, 27 Agustus 2018)

Page 136: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

121

dijamin halal itu, sudah dijamin, soalnya yang buat kalau orang

padang pasti Islam. Di sana mayoritas Islam lebih besar hampir

90 persen. Ada juga orang yang bukan padang tapi buka

warung padang, ada tp kita tdk tau ya, dapurnya kita tidak tau

kan, tp kalau dia mengatasnamakan padang, biarpun dia orang

cina, ada juga orang cina yg bukan ya dia harus jamin

kehalalannya, soalnya dia membawa padang.”159

Dari hasil wawancara dengan beberapa pebisnis rumah makan

padang di atas, jelas sekali bahwa pandangan keagamaan tentang

berjualan barang halal cukup dipahami, bahwa berjualan bahan

makanan haram dapat mendatangkan kemurkaan dari Allah SWT dan

dijauhi konsumen muslim. Pernyataan ini juga diperkuat pernyataan

bapak Rinaldi, bahwa:

“Kalau masyarakat Minang, otomatis memilih bahan makanan

yang halal, tidak lain dan tidak bukan, kecuali halal. Di mana

pun ada rumah makan Padang itu sudah pasti halal. Kita tidak

mau mencampuradukkan dengan yang haram, misalnya

penggunaan daging yang berformalin atau yang sudah

busuk.160

Pernyatan di atas juga dapat peneliti lihat dari pernyataan

bapak Fatri Suwardi, bahwa:

“Pertimbangan makanan ya halal, secara umum masakan

padang itu halal semua, kalau dia berasal dari minang, maka

secara umum pasti halal. Karena yang berjualan rumah makan

padang itu Islam semua. Tapi, jangan yang tiruan, skrng

banyak yang padang-padangan, dia bukan orang padang, tapi

jualan masakan padang. Di mana dia tau resepnya, saya gak

tau juga sih. Ini yang sangat diragukan” 161

Sebagaimana penjelasan pak Fatri suwardi di atas, zaman

sekarang sudah ada etnis lain yang membuka rumah makan padang.

159

Zulkifli, wawancara, (Malang, 28 juli 2018) 160

Hendra Rinaldi, wawancara (Malang, 23 Mei 2018). 161

Fatri Suwardi, wawancara (Malang, 30 Mei 2018).

Page 137: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

122

Keadaan ini menunjukkan bahwa mereka dari etnis lain melihat bisnis

rumah makan padang ini begitu digemari orang lain. Sehingga mereka

mencoba untuk membuka bisnis tersebut. Sebagaimana hasil

penelitian di atas, bahwa pebisnis rumah makan padang menjual

makanan halal cukup dipahami, bahwa berdagang makanan haram

dapat mendatangkan kemurkaan dari Allah SWT. Bahkan di negara

kia dilarang.

2) Berdagang dengan tujuan ibadah

Bagi orang Muslim, kegiatan berdagang sebenarnya lebih

tinggi derajatnya, yaitu dalam rangka beribadah kepada Allah swt.

Sebab kita sudah berjanji yang kita ikrarkan dalam sholat lima waktu,

bahwa sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, adalah bagi Allah

swt. Berdagang adalah sebagian dari hidup yang harus ditujukan untuk

beribadah kepada-Nya dan wadah untuk berbuat baik pada sesama.

Pebisnis rumah makan padang adalah seorang kepala keluarga

bagi keluarga kecilnya. Yang mana dalam Islam, kewajiban kepala

keluarga adalah untuk memenuhi kebutuhan terhadap istri dan anak-

anaknya. Memenuhi kewajiban itu termasuk ibadah dalam Islam.

Pebisnis rumah makan padang di Kecamatan Dau menyadari amanah

tersebut. Mereka bekerja untuk keluarga kecilnya dengan

kesungguhan yang berujuan untuk membahagiakan mereka.

Sebagaimana pernyataan bapak Buyung Manis:

“Sebagai kepala keluarga, saya harus menafkahi keluarga

dengan perekonomian yang cukup, bisa membiayai anak

Page 138: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

123

sekolah, dapat memberikan kehidupan yang lebih baik

terhadap istri.”162

Selain tujuan di atas, mereka juga memiliki tujuan untuk

menunaikan ibadah haji, sebagai rukun Islam yang kelima dan

membayar zakat sebagai rukun Islam yang ke emmpat. Sebagaimana

yang dikatakan dalam wawancara kami, yaitu:

“ Ia mas. Sebagai muslim kan kita diwajibkan untuk membayar

zakat fitrah, itu harus menggunakan harta. Maka dengan hasil

dari usaha ini, saya bisa membayar zakat untuk istri dan anak

saya. Akan tetapi, di samping itu juga saya berkeinginan

menunaikan ibadah haji ketika mempunyai uang yang bisa

ditabung. Kan ini impian setiap orang, termasuk saya mas.”163

Dari Pernyataan di atas terlihat akan komitmen mereka sebagai

pedagang muslim. Selain kebutuhan ekonomi yang harus ditutupi dari

usaha rumah makan padang, mereka juga ingin memenuhi kewajiban

sebagai muslim yakni membayar zakat dengan hasil yang didapatkan

dari mata pencaharian mereka yakni bisnis rumah makan padang.

Karena zakat itu adalah suatu kewajiban bagi umat Islam.

c. Dimensi Akhlak

Dimensi akhlak merupakan sikap yang mereka terapkan dalam

kehidupan bisnis rumah makan padang. Sebagai pedagang muslim yang

berasal dari minang, mereka kental dengan sikap-sikap yang dianjurkan

dalam Islam. Maka di antara dimensi akhlak pebisnis rumah makan

padang tersebut adalah:

162

Buyung Manis, Wawancara (Malang, 27 Agustus 2018) 163

Zulkifli wawancara (Malang, 8 Agustus 2018)

Page 139: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

124

1) Hubungan baik dengan sesama pebisnis rumah makan padang

Hubungan antar sesama pebisnis rumah makan padang di

kecamatan Dau juga tergolong harmonis. Tidak ada timbul rasa

perselisihan di antara mereka, bahkan mereka saling membantu ketika

salah seorang mengalami kebuntuan dalam berdagang yaitu modal.

Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh bapak Fatri suwardi, yaitu:

“Kalau kita sesama orang dagang ya kita sama aja, gak ada

merasa persaingan, kecuali orang pedagang usaha lain sih sini

gak tau. Tapi, untuk kami sebagai masyarakat perantau yang

melakukan usaha di Malang, tidak ada rasa benci atau merasa

mengurangi penghasilan kita. Rezeki itu dari yang di atas

(Allah), maka ya kita mencari rezekinya masing-masing

dengan menjalani usaha sebaik mungkin.”164

Menurut mereka rezeki itu akan datang jika memang sudah

rezeki mereka walaupun ada pedagang lain yang berjualan. Keyakinan

bahwa rezeki dari Allah tidak akan pernah tertukar membuat mereka

menerima baik adanya penjual atau pedagang lain. Keyakinan mereka

akan kekuasaan Allah tidak membuat mereka bermusuhan antar satu

pedagang dengan pedagang lain dalam mencari rezeki. Mereka yakin

bahwa rezeki yang akan mereka dapatkan sudah diatur oleh Allah

tanpa harus merugikan pedagang lain.

Persaingan memang timbul akibat adanya ketidaksenangan

antar sesama pebisnis, tetapi lain halnya dengan pebisnis rumah

makan padang. Mereka tidak hanya menjauhi perselihan, bahkan

164

Fatri Suwardi, Wawancara (Malang, 30 Mei 2018).

Page 140: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

125

mereka saling membantu satu sama lain. Hal ini sebagaimana

pernyataan Apri, 40 tahun :

“Kami sebagai perantau di sini mempunyai

komunitas/perkumpulan sesama masyarakat padang, dan ini

dianggotai mayoritas pedagang rumah makan Padang. Nah,

hubungan sesama kami sebagai pedagang cukup baik, bahkan

kami ketika bertemu di pertemuan saling memberikan

masukan atau solusi apabila ada permasalahan yang dihadapi

sesama pemilik rumah makan padang.165

Perkumpulan yang dibentuk di rantau ini memberikan banyak

manfaat kepada mereka. Salah satunya mempererat hubungan sesama

pebisnis rumah makan padang khususnya masyarakat minang yang

ada di kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

2) Akhlak yang baik terhadap pembeli

Pembeli merupakan sumber mata pencaharian penjual yang

tidak akan ada habisnya. Dalam transaksi terjadi kontak antara penjual

dan pembeli. Dalam hal ini seorang penjual diharapkan bersikap

ramah dan bermurah hati kepada setiap pembeli. Dengan sikap ini

seorang penjual akan mendapat berkah dalam penjualan dan akan

diminati oleh pembeli. Kunci suksesnya adalah satu yaitu service

kepada orang lain.

Oleh karena itu, pebisnis rumah makan padang berusaha

melayani pelanggannya dengan baik. Baik dengan senyuman, maupun

dengan sapaan yang ramah. Sebagaimana mereka memiliki budaya

minang dengan pepatah “tamu adalah raja”. Pemaknaan pepatah ini

165

Zulkifli, wawancara (Malang, 18 Mei 2018).

Page 141: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

126

yang diterapkan mereka adalah memberikan pelayanan dengan baik

terhadap pembeli karena mereka merupakan raja yang harus dijamu

dengan baik. Ketika pelanggan datang untuk membeli ke warung

mereka, hal demikianlah yang dilihat awal pertama kalinya. Mereka

melayani pembeli dengan baik agar mereka (pembeli) merasa senang

dan akan datang lagi untuk mengunjungi usaha rumah makan

padangnya. Akan tetapi, jika pemilik rumah makan padang malah

sebaliknya, maka pelanggan pun akan menghindari warung mereka.

Dengan demikian pebisnis rumah makan padang di Kecamatan

Dau, Kabupaten Malang sangat mementingkan akhlak yang baik

terhadap pembeli. Mereka menyapa dengan lembut, meski tidak

mereka kenal, memberikan senyuman kepada pembeli, bicaranya

tidak sembarangan.

Mereka meyakini bahwa dengan akhlak yang baik kepada

pembeli, maka akan banyak pembeli yang akan datang ke warung

mereka, karena akhlak yang baik akan membuat masyarakat

mempunyai rasa percaya terhadap pedagang rumah makan padang.

Sebagaimana pernyataan bapak Dedi Candra:

“Tamu adalah raja. Maka kita ibaratkanlah pembeli itu adalah

raja yang harus dilayani dengan baik sebagaimana halnya raja.

Maka, kita sebagai pelayan harus menampakkan sikap yang

baik terhadapnya “166

Dari pernyataan bapak Dedi Candra di atas, dia memposisikan

dirinya sebagai pelayan dari raja. Yang mana pelayan di sini bertugas

166

Dedi Candra, Wawancara (Malang, 10 Juli 2018)

Page 142: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

127

memberikan yang terbaik terhadap seorang raja agar mendapatkan

kepercayaan. Sedangkan raja akan merasa puas atas apa yang

diberikan oleh pelayan tersebut. Ketika posisinya sebagai pedagang,

maka dia memberikan pelayanan yang terbaik terhadap pembelinya,

dalam perkataan yang ramah, senyuman yang nyaman, dan tidak

terlihat acuh. Ini juga terlihat dari pernyataan bapak Zulkifli

“Tamu adalah raja. Maka kita ibaratkanlah pemeli itu adalah

raja yang harus dilayani dengan baik sebagaimana halnya raja.

Maka, kita sebagai pelayan harus menampakkan sikap yang

baik terhadapnya “167

Dari hasil wawancara peneliti dengan bapak raja tersebut,

peneliti menyimpulkan bahwa pebisnis rumah makan padang di

kecamatan Dau, Kabupaten Malang sangat menyadari tentang

pentingnya berakhlak yang baik, memberi tutur yang baik agar

pembeli yang akan melakukan transaksi tidak mudah pindah tempat

karena pembeli beragam.

2. Faktor-Faktor Pembentuk Religiusitas Pebisnis Rumah Makan Padang

di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

Beberapa faktor yang membentuk religiusitas pebisnis rumah makan

padang di kecamatan Dau, kabupaten Malang di antaranya, yaitu:

a. Faktor Lingkungan Keluarga

Manusia tidak akan bisa terpisah dari yang namanya keluarga.

Keluarga memiliki peran penting dalam kepribadiaan seseorang termasuk

167

Zulkifli, Wawancara (Malang, 21 Agustus 2018)

Page 143: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

128

dalam bidang keberagamaan/ religiusitas. Keberagamaan pebisnis rumah

makan padang di kecamatan Dau, kabupaten Malang juga dipengaruhi

oleh faktor keluarga. Bapak Zulkifli senantiasa diingatkan istrinya untuk

menjalankan ibadah sholat. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh

bapak Zulkifli:

“Kalau masalah sholat, saya kurang rutin mas, tapi istri saya

selalu mengingatkan saya untuk tetap menjalankan ibadah

sholat.”168

Sebagaimana bapak Zulkifli di atas, bapak Hendra Rinaldi juga

ditegur istrinya ketika hendak sholat. Dari pernyataan di atas terlihat

bahwa istri memberikan perhatian kepada suaminya untuk tetap menjaga

ibadah sholat walaupun ketika sedang berdagang. Sebagai istri, dia tidak

ingin suaminya lupa akan kewajiban sebagai muslim karena menjalani

kehidupan duniawi semata.

Bapak Dedi Candra juga mendapatkan nasehat dari orang tuanya

dalam menjalani usaha rumah makan padang. Hal ini sebagaimana yang

dikatakan oleh bapak Dedi Candra:

“Ia mas, ibu saya dulu berpesan agar sabar untuk menjalani usaha

rumah makan padang. Tidak selamanya bisa maju, dan kadang

ada surutnya. Yakinlah bahwa rezeki akan Allah berikan dengan

cara kita berusaha terlebih dahulu.”169

Dari pernyataan di atas bapak Dedi Candra memperoleh semangat

dalam menjalani bisnis rumah makan padang. Dan juga memantapkan

168

Zulkifli, Wawancara (Malang, 25 Juli 2018) 169

Dedi Candra Wawancara, (25 Agustus 2018)

Page 144: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

129

hatinya dalam berdagang dengan keyakinan kepada Allah Sang Pemberi

rezeki.

b. Faktor Budaya

Religiusitas pebisnis rumah makan padang di kecamatan Dau,

kabupaten Malang selain dibentuk oleh faktor lingkungan keluarga

mereka juga dibentuk oleh faktor budaya. Lingkungan budaya mereka

dikental dengan anjuran untuk berkikhtiar dan bekerja keras. Sehingga

pebisnis rumah makan padang di kecamatan Dau, kabupaten malang juga

dipengaruhi oleh keadaan budaya demikian.

Budaya minangkabau memiliki falsafah yang menganjurkan

masyarakat minang untuk selalu memegang nilai-nilai agama (Islam).

Nilai-nilai agama sudah diwariskan secara turun-temurun dengan

filosofi bahwa orang minangkabau berpedoman pada adat yang

bersendikan syariat agama dan syariat agama bersendikan pada kitab

Allah (Al-Qur‟an). Filosofi tersebut membuat orang Minang memiliki

praktik tersendiri dalam aktivitas ekonominya termasuk dalam kehalalan

makanannya.

Pebisnis rumah makan padang di kecamatan Dau, kabupaten

malang mengutamakan “halal” dalam setiap sajiannya. Hal ini

sebagaimana pernyataan dari bapak rinaldi, bahwa:

“Kalau masyarakat Minang, otomatis memilih bahan makanan

yang halal, tidak lain dan tidak bukan, kecuali halal. Di mana

pun ada rumah makan Padang itu sudah pasti halal. Kita tidak

Page 145: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

130

mau mencampuradukkan dengan yang haram, misalnya

penggunaan daging yang berformalin atau yang sudah busuk.170

Pernyatan di atas juga dapat peneliti lihat dari pernyataan bapak

fatri suwardi, bahwa:

“Pertimbangan makanan ya halal, secara umum masakan padang

itu halal semua, kalau dia berasal dari minang, maka secara

umum pasti halal. Karena yang berjualan rumah makan padang

itu Islam semua. Tapi, jangan yang tiruan, sekarang banyak

yang padang-padangan, dia bukan orang padang, tapi jualan

masakan padang. Di mana dia tau resepnya, saya gak tau juga

sih. Ini yang sangat diragukan” 171

c. Faktor lingkungan kelompok

Lingkungan sosial termasuk juga adanya perkumpulan yang

dibentuk oleh perantau dari minang yang anggotanya mayoritas dari

kalangan pedagang rumah makan padang. Di kecamatan Dau, ada

beberapa rumah makan padang yang berdiri. Yang mana pemiliknya

semua dari minangkabau yaitu Sumatera Barat. Antara sesama pebisnis

rumah makan padang memiliki hubungan yang baik. Tidak ada rasa iri

yang mereka simpan di dalam hati mereka. Bahkan mereka saling

membantu ketika ada permasalahan yang dihadapi. Hal ini sebagaimana

yang diungkapkan bapak Buyung Manis:

“Itu adalah saudara saya yang sama-sama mencari kehidupan di

perantauan, hubungan kami juga terjalin baik, tidak ada saling

iri atau dengki dalam hati. Kami juga dipertemukan dalam

perkumpulan sesama orang minang yang nama perkumpulannya

adalah HIMATOS. Walaupun ada warung yang dekat, tapi saya

merasa biasa aja, gak ada saling ini dan itu. Kalau soal ada

warung yang mau buka , ya silahkan itu kan haknya. Dia dengan

170

Hendra Rinaldi, wawancara (Malang, 23 Mei 2018). 171

Fatri Suwardi, wawancara (Malang, 30 Mei 2018).

Page 146: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

131

uangnya, kita dengan usaha kita. Boleh bersaing dengan

keindahan bentuk bangunan, boleh bersaing dengan cita rasa

makanan, tapi jangan sampai menghilangkan rasa

persaudaraan.”172

Pernyataan yang demikian juga diungkapkan oleh bapak

Zulkifli, yaitu:

“Sikap terhadap sesama pelaku bisnis: Biasanya di sini

mayoritas ya yang buka rumah makan padang itu lebih banyak

saudaranya, kalau yang kelas-kelas nya gini ya, itu lebih banyak

saudaranya, itu biasanya sih, kalau di kita sih rezeki itu ada yang

ngatur, biar pun dia buka di depan kita, yg pasti kita yakin

rezeki itu ada yang ngatur, gak ada rasa saingan.”173

Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa mereka sebagai

sesama pebisnis rumah makan padang memiliki hubungan yang baik.

Faktor yang mempererat hubungan mereka salah satunya dari faktor

perkumpulan yang mereka bentuk.

Selain dapat menjalin hubungan yang baik dari perkumpulan

tersebut, perkumpuluan itu juga mempunyai kegiatan keagamaan seperti

pengajian yang diadakan setiap 2 minggu sekali, memperingati maulid

nabi, memperingati isro‟ mikroj, dan acara keagamaan lainnya.

Sebagaimana wawancara peneliti terhadap informan dalam penelitian

ini, mereka mengikuti kegiatan tersebut walaupun tidak secara rutin.

Pengetahuan keagamaan dapat mereka peroleh salah satunya dari acara

keagamaan tersebut. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan bapak Fatri

Suwardi:

172

Buyung Manis, Wawancara (Malang, 27 Agustus 2018) 173

Zulkifli, Wawancara (Malang 21 Agustus 2018)

Page 147: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

132

“hmm, saya menghadiri untuk acara keagamaan tersebut

terutama even-even besar seperti maulid nabi, isro‟ mikroj,

kalau pengajian yang sekali dua minggu saya tidak rutin

mengikutinya. Acara keagamaan tersebut memberi pengetahuan

kepada saya sedikit banyaknya bisa dibawa pulang.”174

Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa mereka

memperoleh manfaat dari acara keagamaan yang diadakan di

perkumpulan tersebut. Sebagaimana yang diutarakan bapak Fatri

Suwardi di atas, dia memperoleh pengetahuan agama dari kegiatan

tersebut. Hal ini juga diungkapkan oleh bapak Dedi Candra:

“Ia mas, kalau acara keagamaan seperti maulid nabi, isro‟

mikroj dan acara halal bi halal saya menghadirinya. Di situ juga

ada ceramah agama yang disampaikan ustad yang diundang.

Sedikitnya adalah ilmu yang didapat. Tapi, kalau acara

pengajian rutinan yang dilaksanakan 1 kali dalam dua minggu

saya kadang tidak hadir. Tapi, kegiatan tersebut bermanfaat

untuk saya.”175

Dari pernyataan di atas, bapak Dedi Candra juga mengikuti

acara keagamaan terebut yang mana dapat menambah pengetahuan

agamanya.

174

Fatri Suwardi, Wawancara (Malang, 15 Juli 2018) 175

Dedi Candra, Wawancara (Malang, 10 Juli 2018)

Page 148: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

133

BAB V

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

A. Religiusitas Pebisnis Rumah Makan Padang di Kecamatan Dau,

Kabupaten Malang

Dalam pembahasan ini, peneliti akan menggunakan teori Max Weber,

yaitu “tindakan sosial” dan “Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme”. Yang

mana kedua teori tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Menurut

Max Weber, tindakan sosial ialah perilaku manusia yang mempunyai makna

subjektif bagi pelakunya. Bagi Weber tindakan manusia pada dasarnya

bermakna, melibatkan penafsiran, berpikir dan kesengajaan.176

Teori tindakan

sosial Max Weber ini digunakan untuk menganalisis fenomena “merantau”

pebisnis rumah makan padang di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Sebagaimana yang sudah dicantumkan di kajian teori, Max Weber telah

mengelompokkan teori tindakan sosial kepada 4 kelompok, yaitu rasionalitas

Instrumen, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan tradisional, dan

tindakan afektif. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut:177

1. Tindakan sosial berorientasi nilai

Menurut teori ini tindakan yang dilakukan didasarkan pada nilai

yang bisa diambil dari para pebisnis rumah makan padang dalam semangat

merantau. Nilai-nilai dalam tindakan merantau menjadi acuan dalam

tindakan pebisnis rumah makan padang. Nilai itu sendiri berfungsi sebagai

alasan atau motivasi dalam tindakannya.

176

Max weber, Sosiologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 47. 177

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi; Klasik dan Modern cet. ketiga, terj. Robert M.Z.

Lawang, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), 220.

Page 149: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

134

Orang minang sejatinya teguh memegang nilai-nilai agama. Nilai-

nilai agama sudah digariskan secara turun-temurun dengan filosofi bahwa

orang Minangkabau berpedoman pada adat yang bersendikan syariat agama

dan syariat agama bersendikan pada kitab Allah. Filosofi hidup tersebut

membuat orang minang memiliki semangat kerja yang dilandasi oleh

dorongan agamanya. Karena anjuran kandungan agama mendorong

semangat kerja tersebut.178

Pebisnis rumah makan padang di Kecamatan

Dau adalah masyarakat minang yang memeluk agama Islam. Tujuan yang

terkandung dalam semangat merantau pebisnis rumah makan padang adalah

untuk tujuan ibadah. Sebagaimana yang dikatakan bapak Fatri Suwardi

bahwa:

Ia mas, sebagai kepala keluarga saya harus memenuhi kebutuhan

istri dan anak. Karena memenuhi kebutuhan pokok mereka itu

diwajibkan oleh agama.”179

Dari pernyataan di atas terlihat bahwa bapak fatri suwardi menyadari

bahwa memenuhi kebutuhan keluarga adalah hal yang diwajibkan oleh

agama yang mana memiliki nilai ibadah di sisi Allah SWT.

Nilai Agama secara umum berperan mengatur kehidupan manusia.

Nilai-nilai agama telah melekat bagi pebisnis rumah makan padang. Di

lingkungan asal mereka yaitu minangkabau dikenal sebagai pemeluk agama

yang syarat dengan nilai. Agama telah dijadikan sebagai acuan mereka

dalam menjalani tatanan kehidupan. Mereka menyadari bahwa agama juga

memerintahkan penganutnya untuk selalu berikhtiar agar bisa mendapatkan

178

Fauzan, Pengaruh Religiuistas Terhadap Etika Berbisnis, JMK, 1, (maret 2013). 54. 179

Fatri Suwardi, Wawancara (Malang 21 Juli 2018)

Page 150: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

135

kehidupan yang lebih baik. Kenyataan ini terlihat dari perginya mereka dari

kampung halaman menuju tanah rantau. Allah tidak memberikan rezeki

kepada hamba-Nya yang malas.

2. Tindakan Tradisional

Tindakan tradisional, menurut teori ini semua tindakan ditentukan

oleh kebiasaan-kebiasaan yang sudah mengakar secara turun-temurun dan

tetap dilestarikan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Tradisi yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah kebiasaan tradisi merantau yang telah

dilakukan para pendahulu mereka. Berdasarkan pengamatan yang telah

peneliti lakukan menunjukkan bahwa pebisnis rumah makan padang dalam

“merantau” sangat erat kaitannya dengan budaya minangkabau setempat

yang mana nenek moyang mereka sudah lama melakukan tradisi merantau.

Orang-orang minang memang gemar merantau. Norma-norma adat

memang menganjurkan itu. Sebagaimana Isjoni dikutip Mu‟arif mengatakan

bahwa nenek moyang suku Minangkabau sendiri, yaitu orang-orang

Deutero-Melayu yang masuk ke Nusantara pada zaman Perunggu, sudah

gemar merantau. Orang-orang minangkabau adalah keturunan bangsa

Melayu. Sedang bangsa melayu sendiri adalah bangsa Deutero-Melayu, para

perantau yang datang dari vietnam utara atau tiongkok Selatan. Mereka

bermigrasi secara besar-besaran pada zaman perunggu. Maka, budaya rantau

sudah menjadi bagian dari sejarah suku minangkabau.180

Dan pebisnis

180

Muarif, Rahasia Sukses Orang Minang Di Perantauan, 108.

Page 151: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

136

rumah makan padang di Kecamatan Dau termasuk orang yang melakukan

perantauan.

Ada juga pepatah mereka mengatakan bahwa “karatau madang

dahulu, babuah babungo alun, marantau bujang dahulu, di rumah paguno

balun” (Lebih baik pergi merantau karena di kampung belum berguna).181

Atau dalam pepatah lain dikatakan “kalau hidup di celah ketiak orang,

sampai tua takkan jadi orang.”, “kalau melekap di celah ketiak, sampai

mati tak dapat tegak.”

3. Tindakan Afektif

Menurut teori ini, berlangsungnya sebuah tindakan atau perilaku

ditentukan oleh kondisi-kondisi dan orientasi-orientasi emosional si pelaku.

Tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi

intelektual atau perencanaan yang sadar. Seseorang yang sedang mengalami

perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan, ketakutan atau kegembiraan,

dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi, berarti

sedang memperlihatkan tindakan afektif. Tindakan itu benar-benar tidak

rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideologi, atau kriteria

rasionalitas lainnya.

Tindakan merantau pebisnis rumah makan padang salah satunya

dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga memberikan peran dalam mendorong

pebisnis rumah makan padang untuk merantau. Kemauan mereka juga

menentukan tujuan untuk mengikuti saudara di daerah perantauan. Sebagian

181

Elpindri, d.k.k, Minang Entrepreneurship, 52.

Page 152: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

137

mereka merantau atas ajakan dari sanak saudaranya. Sebagaiaman yang

dialami oleh bapah Dedi Candra:

“Saya merantau ke malang ini itu berawal dari ajakan paman saya

yang sudah lama tinggal di malang. Paman mempunyai bisnis

rumaha makan padang di malang. Ketika dia pulang kampung, dia

mengajak saya untuk ikut dengannya ke malang.”182

4. Tindakan Rasional

Tingkat rasionalitas yang paling tinggi ini meliputi pertimbangan

dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan

alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Individu dilihat sebagai

memiliki macam-macam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan atas

dasar suatu kriterium menentukan satu pilihan di antara tujuan-tujuan yang

saling bersaingan ini.

Perginya pebisnis rumah makan padang di kecamatan Dau,

kabupaten Malang dari tanah kelahirannya menuju Malang memiliki alasan

tersendiri bagi mereka, yaitu karena faktor ekonomi. Karena faktor ekonomi

yang kurang memadai, maka mereka memutuskan untuk merantau.

Sebagaimana pernyataan bapak Buyung Manis:

Ia mas, saya pergi ke Malang ini untuk memperbaiki ekonomi.

Perekonomian keluarga kurang memadai. Kalau berdiam diri di

kampung tidak akan mendapatkan hasil yang diinginkan, makanya

saya ke sini dengan harapan agar bisa mendapatkan perekonomian

yang baik.183

182

Dedi candra, Wawancara (10 Juli 2018) 183

Buyung Manis, Wawancara (Malang, 27 Agustus 2018)

Page 153: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

138

Mereka mengharapkan untuk bisa merubah nasib ketika sudah di

perantuan. Berbagai pekerjaan pun dilakukan,tapi pada akhirnya mereka

memilih berbinis rumah makan padang.

Setelah mengetahui tindakan sosial “semangat merantau” dari pebisnis

rumah makan padang, maka pembahasan selanjutnya menganalisis religiusitas

pebisnis rumah makan padang melalui teori “etika protestan dan semangat

kapitalisme”.

Sebagaimana analisis dari tindakan sosial di atas, maka selanjutnya

adalah menganalisis religiusitas pebisnis rumah makan padang di kecamatan

Dau, kabupaten Malang. Religiusitas merupakan penghayatan terhadap agama

yang dianutnya. Religiusitas tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah saja

bahkan dalam bentuk lainnya. Konsep religiusitas yang diberikan Weber tertera

dalam karyanya yaitu teori etika protestan dan semangat kapitalisme. Teori

Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme Max Weber ini mendeskripsikan

tentang adanya korelasi antara semangat kapitalisme modern di dunia Barat

dan Etika Protestan. Menurutnya, agama khususnya agama Protestan

merupakan faktor yang determinan, berdiri sendiri, dan berpengaruh terhadap

semangat kapitalisme.184

Analisa mengenai etika protestan serta pengaruhnya dalam

meningkatkan kapitalisme menunjukkan pentingnya kepercayaan agama serta

nilai dalam membentuk pola motivasional individu serta tindakan ekonominya.

Kepercayaan terhadap agama juga dimiliki oleh pebisnis rumah makan padang.

184

Sun Choirol Ummah, Melacak Etika Protestan Dalam masyarakat Muslim Indonesia,

Humanika, 1, (Yogyakarta, September 2017), 26.

Page 154: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

139

Mereka meyakini bahwa agama yang dianut, yaitu Islam adalah agama yang

benar dan harus dipedomani. Keyakinan terhadap agama memberi bingkai

pengetahuan tentang hakikat hidup dan kehidupan. Keyakinan tersebut

selanjutnya menjadi acuan apa saja yang boleh dilakukan dan apa pula yang

seyogyanya ditinggalkan.

Selain itu pentingnya landasan agama terungkap dari pepatah minang

yang mengatakan bahwa “Adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah”,

artinya adat berlandaskan syari‟at dan syari‟at berlandaskan kitabullah (Al-

Qur‟an). Landasan agama menjadi selimut iman bagi mereka dan berpayung

pada Allah. Agama dalam tradisi sosiologis merupakan bagian terpenting

dalam proses perubahan dan perkembangan masyarakat. Dengan demikian,

agama Islam menurut keyakinan orang Minang adalah dasar dari segala-

galanya dan merupakan sesuatu yang suci yang harus dibela dan

dipertahankan.

Menurut pengamatan Weber di kalangan sekte Protestant Calvinist

terhadap suatu “kebudayaan” yang menganggap bahwa kerja keras adalah

suatu keharusan bagi setiap manusia untuk mencapai kesejahteraan spritual.

Kerja keras bagi protestan sekte Calvinist adalah suatu panggilan rohani untuk

mencapai kesempurnaan kehidupan mereka. Akibat dari semangat kerja ini

ternyata melimpah pula pada kehidupan ekonomi mereka. Dengan bekerja

keras serta hidup hemat dan hidup sederhana para pengikut Calvinist itu tidak

hanya hidup lebih baik tetapi mereka mampu pula memfungsikan diri mereka

Page 155: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

140

sebagai wiraswasta yang tangguh dan menjadikan diri mereka sebagai tulang

punggung dari sistem kapitalis.185

Selain Protestan yang dijelaskan Weber, Islam sebagai agama rahmatan

lil‟alamin juga memberikan sumber-sumber normatif yang berkaitan dengan

kerja, nilai kerja dan etos kerja. Islam sebagai agama yang dianut oleh pebisnis

rumah makan padang di kecamatan Dau, kabupaten Malang juga memiliki

doktrin di dalam AL-Qur‟an yang dijadikan sebagai motivasi bekerja bagi

penganutnya. Dalam Al-Qur‟an juga banyak ayat-ayat yang mendorong untuk

bekerja mencari rezeki antara lain, surah Al-Jumu‟ah ayat 10:

“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan

carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu

beruntung.”186

Dalam surah yang lain Al-Qhashos: 77:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari

(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana

Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di

(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat

kerusakan.”187

185

Sun Choirol Ummah, Melacak Etika Protestan Dalam masyarakat Muslim Indonesia, 7. 186

Al-Qur‟an, 62: 10. 187

Al-Qur‟an, 28: 77.

Page 156: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

141

Bahkan Al-qur‟an memberikan isyarat-isyarat bahwa terdapat berbagai

macam pekerjaan yang dapat menjadi mata pencaharian bagi manusia dan agar

saling memberikan bantuan dalam mengatasi kesulitan. Sebagaimana

disebutkan dalam Surah Az-Zuhruf ayat 32:

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah

menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan

Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa

derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan

rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”188

Ajaran dalam Islam tersebut telah menjadi acuan bagi umat manusia

giat bekerja dan menjauhkan diri dari kemalasan sebagai manifestasi dari

keimanan sebagai perwujudan amal saleh dalam kerangka memberi dan

menolong kepada yang lemah. Islam selain mendorong pemeluknya untuk

bekerja agar dapat memenuhi kewajiban agama juga memberikan rambu-

rambu dalam hubungannya dengan bekerja.

Penganut agama protestan yang disebutkan Weber memiliki semangat

kerja yang tinggi, tidak berfoya-foya, tidak konsumtif, sehingga apa hal-hal

tersebut mendorong kesuksesan. Yang didasari oleh dorongan agama untuk

melakukan hal tersebut. Pernyataan Weber ini, terlihat juga terhadap pebisnis

rumah makan padang di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Pebisnis rumah

makan padang merupakan penganut agama Islam. Dan mereka juga merupakan

188

Al-Qur‟an, 43: 32.

Page 157: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

142

masyarakat yang berasal dari lingkungan yang dikenal sebagai orang yang

agamais.189

Sebagai muslim mereka menyadari bahwa manusia harus melakukan

usaha untuk mendapatkan rezeki. Tidak akan ada kenikmatan yang diperoleh

tanpa ketidakadaan usaha yang dilakukan. Untuk mendapatkan perekonomian

yang baik, maka harus melakukan ikhtiar/usaha. Ikhtiar yang diaplikasikan

mereka adalah dengan semangat kerja. Semangat kerja ini terlihat dari sosok

pak Dedi Candra yang mana sebelum mendirikan rumah makan padang,

pekerjaannya adalah sebagai pencuci piring. Dengan semangat yang

dimilikinya maka dia mulai memikirkan masa depan agar bisa memiliki rumah

makan milik pribadi. Hal ini sebagaimana penuturannya:

“Ia mas, sebelum saya mempunyai rumah makan padang di sini, saya

dulu bekerja sebagai tukang cuci piring di warung rumah makan padang

milik paman.”190

Ikhtiar yang terus dilakukan bapak Dedi Candra di atas akhirnya

membuahkan hasil. Dengan kerja keras dan kesabarannya , maka dia bisa

mempunyai rumah makan padang pribadi. Kepemilikannya terhadap satu

rumah makan padang tidak membuat dia merasa puas, bahkan dia membuka 2

rumah makan padang yang berlokasi di depan salah satu kampus yang ada di

Malang. Semangat untuk bekerja juga dimiliki oleh bapak buyung manis.

Sebelum membuka rumah makan padang di Kecamatan Dau, beliau sudah

menapakkan kakinya diberbagai kota untuk mencari kehidupan yang baik.

Perjuangannya dilalui dengan semangat dan optimis. Kegagalannya di awal

189

Elpindri, d.k.k, Minang Entrepreneurship, 52. 190

Dedi Candra, Wawancara (10 Juli 2018).

Page 158: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

143

pekerjaannya tidak membuatnya patah semangat untuk bangkit lagi menuju

kesuksesan. Hal ini sebagaimana penuturannya:

“Sebelum jualan di sini, saya sudah pernah ke pasuruan dan surabaya

untuk jualan. Hasil jualan di sana kurang memuaskan mas, makanya

saya mencoba untuk membuka usaha di sini (Malang).”

Semangat kerja pebisnis rumah makan padang ini juga dapat

disesuaikan juga dengan pernyataan Max Weber191

yaitu: di mana ajaran

Protestan memberikan nilai positif terhadap materiil yang bersifat kodrati.

Agama ini menganggap materi sebagai sarana untuk melakukan usaha-usaha

yang aktif. Sikap ini diambil karena memang demikianlah Tuhan menitahkan.

Santo paulus, misalnya pernah mengatakan, “Mereka yang tidak bekerja tidak

berhak makan.” Ketidakmauan untuk bekerja merupakan gejala berkurangnya

kemungkinan untuk memperoleh rahmat.”

Sebagaimana pebisnis rumah makan padang juga menampakkan rasa

kesungguhan di dalam mencari rezeki untuk menghidupi keluarganya, baik itu

di waktu pagi, siang sore, dan malam hari. Selain itu kehormatan mereka dan

harga dirinya sangat dipandang. Beberapa hal yang termasuk dalam bagian-

bagian kehormatan dan harga diri adalah keluarga, istri, dan anak-anak, harta,

dan sandang pangan atau usaha dagang mereka. Dalam perkembangannya,

agama Islam juga termasuk dalam ruang lingkup kehormatan dan harga diri.

Jika salah satu dari bagian tersebut di atas diganggu, tidak segan-segan mereka

mempertahankannya. Mengenai komitmen yang tinggi terhadap nilai-nilai

191Sulaiman Al-Kumayi, Semangat Kewirausahaan Dalam Etika Protestan dan

Manajemen Qolbu: Sebuah Perbandingan, 190.

Page 159: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

144

agama Islam sangat berkait sekali dengan kebiasaan hemat, tidak boros,

sehingga bisa mempunyai tabungan.

Prinsip dasar yang dianut oleh Calvinis adalah “orang terpilih”,

mendorongnya untuk mencari keselamatan diri sendiri. Prinsip ini kemudian

mendorong para pengikut Calvinis untuk melakukan aktivitas duniawi secara

intens dan menganggapnya sebagai anugerah Tuhan yang akan

mengantarkannya kepada keselamatan. Bekerja keras unuk mengumpulkan

materi dan mendistribusikannya kepada orang lain merupakan perbuatan

terpuji.

Pembahasan semangat kerja pebisnis rumah makan padang juga sesuai

dengan tulisannya muhammad djakfar, yaitu: Dalam komitmen tergantung

sebuah tekad, keyakinan, yang melahirkan bentuk vitalitas yang penuh gairah.

Mereka memiliki komitmen tidak mengenal kata menyerah. Mereka akan

berhenti menapaki cita-citanya bila langit sudah runtuh. Komitmen adalah soal

tindakan, keberanian komitmen bukan komat kamit, melainkan soal

kesungguhan dan kesinambungan.192

Motivasi yang juga diajarkan oleh Islam adalah semangat untuk

beribadah yang kuat, bekerja keras untuk mencari ridha Allah. Dengan giat

bekerja inilah umat Islam akan hidup dan kuat. Sedangkan berdiam diri adalah

lemah dan mati. Islam mengajak penganutnya untuk selalu bergairah, optimis

dalam menghadapi hidup, bukan menjadi makhluk yang lemah, pemalas,

192

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam, Tataran Teoritis dan praktis. 164.

Page 160: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

145

bodoh, dan miskin. Islam adalah agama yang berorientasi masa depan yaitu

demi kejayaan di dunia dan akhirat..193

Semangat kerja pebisnis rumah makan padang di Kecamatan Dau,

Kabupaten Malang memiliki beberapa sikap, yaitu:

1. Menghargai waktu

Waktu sangatlah berharga. Setiap detik yang berlalu tak dapat

kembali lagi. Berapapun harta yang kita miliki tidak akan bisa membeli

waktu. Waktu terus berputar. Dalam menjalani usahanya pebisnis rumah

makan padang sangat memperhatikan waktu. Ini terlihat lagi warung yang

mereka miliki yang mana dibuka pukul 8 dan tutupnya pukul 12.

Hal ini sebagaimana pernyataan bapak Zulkifli:

“Warung saya buka jam 8 mas dan tutupnya malam jam 12. Kalau

pagi saya usahakan supaya cepat buka, soalnya rezeki itu datangnya

di pagi hari. Kalau dibuka kesiangan nanti rezekinya hilang.”194

Dari pernyataan ini, Zulkifli terlihat ingin memanfaatkan waktu

sebaik mungkin dengan membuka warungnya di pagi hari. Muhammad

Djakfar dalam tulisannya juga menyebutkan Salah satu esensi dan hakikat

dari semangat kerja adalah cara seseorang menghayati, memahami, dan

merasakan betapa berharganya waktu. Dia sadar waktu adalah netral dan

terus merayap dari detik ke detik dan dia pun sadar bahwa sedetik yang lalu

tak akan pernah kembali kepadanya.195

Baginya waktu adalah aset ilahiyyah yang sangat berharga, ladang

subur yang membutuhkan ilmu dan amal untuk diolah serta dipetik hasilnya

193

Ali Hasan, Manajemen Bisnis 14. 194

Zulkifli, Wawancara (Malang, 25 Juli 2018) 195

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam, Tataran Teoritis dan praktis, 164.

Page 161: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

146

pada waktu yang lain. Waktu adalah kekuatan, mereka yang mengabaikan

waktu berarti menjadi budak kelemahan. Bila John F. Kennedy berkata “The

full use of your powers along lines of excellence” (memanfaatkan seluruh

kekuatan, anda sedang menuju puncak kehidupan). Seorang Muslim

berkata, “waktu adalah kekuatan. Bila kita memanfaatkan seluruh waktu,

kita sedang berada di atas jalan keberuntungan.196

2. Jujur

Kejujuran dalam berdagang dilakukan untuk menjaga kepercayaan

orang lain. Seorang pedagang harus menanamkan sifat jujur karena jujur

adalah akhlak yang utama untuk memperbaiki kinerja usaha. Dengan

memberikan makanan sesuai dengan kriteria yang diminta dan tidak cacat

atau mengurangi takaran. Dengan kejujuran yang diberikan, maka orang lain

yakni pembeli akan memiliki kepercayaan kepada pembeli. Kepercayaan ini

adalah amanah yang menjadi tanggung jawab pebisnis rumah makan padang

untuk terus menjaga tingkah lakunya dalam berdagang. Kejujuran pedagang

rumah makan padang, sebagaimana yang dinyatakan bapak hendra rinaldi:

“Ia mas, jujur dalam dagang ya harus dilakukan. Ketika pembeli

makanan yang ternyata tidak ada, ya kita harus bilang bahwa

makananan itu tidak ada. Dan kalau mengenai porsinya ya kita

membuat takaran untuk nasinya agar sama rata.”197

Dari pernyataan di atas, terlihat bahwa bapak hendra berusaha untuk

menerapkan sifat jujur dalam bisnisnya dengan tidak mengurangi porsi

makanan yang dijualnya.

196

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam, Tataran Teoritis dan praktis, 165. 197

Hendra Rinaldi, Wawanara,( 18 Juli 2018)

Page 162: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

147

3. Ramah Terhadap Pembeli

Pebisnis rumah makan padang dalam melakukan pelayanan terhadap

konsumen dengan bersikap ramah. Ramah di sini adalah melakukan hal

yang membuat konsumen senang terhadap sambutan yang diberikan kepada

mereka. Sifat ini merupakan sifat yang tercermin dalam agama Islam. Allah

SWT berfirman:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah

mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,

mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka

dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka

bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang

yang bertawakkal kepada-Nya”.198

Longgar dan bermurah hati. Dalam transaksi terjadi kontak antara

penjual dan pembeli. Dalam hal ini seorang penjual diharapkan bersikap

ramah dan bermurah hati kepada setiap pembeli. Dengan sikap ini seorang

penjual akan mendapat berkah dalam penjualan dan akan diminati oleh

pembeli. Kunci suksesnya adalah satu service kepada orang lain.199

Budi pekerti yang luhur adalah modal utama seorang pengusaha,

karena dengan keluhuran budi pekerti, dia akan mudah memberikan

198

Al-Qur‟an, 3: 159 199

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Perspekif Islam, 24.

Page 163: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

148

pengaruh, mengadakan musyawarah dan meraih simpati orang lain.

Sehingga, penyebaran dakwah islam akan seiring dengan kemajuan

usahanya. Semua pihak akan menghormati sosok dan tindakannya. Yang

bermuamalah dengannya akan merasa aman karena tidak takut dizalimi,

merasa tenang karena tidak takut dirugikan, bahkan dengan kemuliaan yang

dimilikinya semakin memotivasi orang lain untuk bisa bermuamalah secara

benar dan lurus.

Ada beberapa budi pekerti luhur yang harus dimiliki oleh seorang

pengusaha, di antaranya: jujur, amanah, komitmen dengan janji, konsekwen

dan berusaha menyegerakan membayar utang, memberi kelonggaran atau

toleransi dalam menagih piutang bagi debitor yang kesulitan membayar

utangnya, memenuhi hak-hak orang lain (karyawan atau relasi bisnisnya),

menghindari sifat tercela seperti: khianat, menipu, curang, memanipulasi,

dan perbuatan tercela lainnya.200

Seorang pengusaha Muslim dan pengusaha yang bertakwa selalu

bersikap murah hati dan dermawan kepada manusia di sekitarnya, terlebih

kepada para karyawannya. Dan berusaha semaksimal mungkin menghindari

sifat bakhil dan serakah, karena sumber kejahatan paling utama berasal dari

sifat rakus, bakhil, dan kikir.201

4. Menjalin hubungan yang baik terhadap sesama pebisnis

Sebagai pedagang, mereka menyadari bahwa bukan mereka saja

yang mempunyai usaha rumah makan padang. Walaupun demikian mereka

200

Zainal Abidin Bin Syamsudin dan Fadil Fuad basyameleh, 107-125

Page 164: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

149

tetap optimis dalam menjalani usahanya. Karena mereka menyakini bahwa

rezeki itu tidak akan pergi selagi masih mau berusaha. Pebisnis rumah

makan padang di kecamatan Dau, tidak membuat pelaris agar

dagangannya lebih diminati orang. Hal ini sebagaimana pernyataan bapak

fatri suwardi:

“Saya menjauhi pelaris itu mas, karena itu perbuatan yang

melanggar aturan agama. Lagian rezeki tidak akan ke mana kalau

kita masih masih mau berusaha. Ketika kita sudah berusaha, maka

kita serahkan kepada yang Pemberi Rezeki”.202

Sesama pebisnis rumah makan padang merupakan mereka yang

berasal dari satu daerah dan sama-sama menjadi anggota dari perkumpulan

Etnis Minang yang ada di kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Sesama

pebisnis memang seyogianya untuk menjalin hubungan yang baik dan

harmonis, tidak ada saling iri ataupun benci. Di dalam Islam juga

mengandung ajaran untuk membangun hubungan baik antar kolega. Islam

menekankan hubungan konstruktif dengan siapa pun, inklud antar sesama

pelaku dalam bisnis. Islam tidak menghendaki dominasi pelaku yang satu

di atas yang lain, baik dalam bentuk monopoli, oligopoli maupun bentuk-

bentuk lain yang tidak mencerminkan rasa keadilan atau pemerataan

pendapatan.203

202

Fatri Suwardi, Wawancara (Malang 15 Juli 2018) 203

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Perspekif Islam, 23.

Page 165: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

150

B. Faktor-Faktor Pembentuk Religiusitas Pebisnis Rumah Makan Padang di

Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Religiusitas atau keberagamaan pebisnis rumah makan padang di

kecamatan Dau, kabupaten Malang dibentuk oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga dapat membentuk keberagamaan seseorang.

Maka, apabila dalam lingkungan keluarga memberikan pendidikan yang

baik, maka pengaruhnya juga sangat baik pula. Faktor keluarga, Jalaluddin

juga mengatakan bahwa Keluarga merupakan satuan sosial yang paling

sederhana dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, kehidupan keluarga

menjadi fase sosialosasi bagi pembentukan keberagamaan seseorang 204

Keluarga memiliki pengaruh dalam diri pebisnis rumah makan

padang di kecamatan Dau, kabupaten Malang. Mereka tidak bisa lepas dari

pengaruh keluarga. Keluarga di antaranya istri mereka senantiasa

mengingatkan suaminya untuk menunaikan sholat. Hal ini sebagaimana

yang diungkapkan oleh bapak Zulkifli:

Kalau masalah sholat, saya kurang rutin mas, tapi istri saya selalu

mengingatkan saya untuk tetap menjalankan ibadah sholat.205

Dari pernyataan di atas terlihat bahwa istri memberikan perhatian

kepada suaminya untuk tetap menjaga ibadah sholat walaupun ketika sedang

berdagang. Sebagai istri, dia tidak ingin suaminya lupa akan kewajiban

sebagai muslim karena menjalani kehidupan duniawi semata. Bapak Dedi

204

Jalaluddin, Psikolgi Agama, hlm 312. 205

Zulkifli, Wawancara (Malang, 25 Juli 2018)

Page 166: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

151

Candra juga mendapatkan nasehat dari orang tuanya dalam menjalani usaha

rumah makan padang. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh bapak Dedi

Candra:

“Ia mas, ibu saya dulu berpesan agar sabar untuk menjalani usaha

rumah makan padang. Tidak selamanya bisa maju, dan kadang ada

surutnya. Yakinlah bahwa rezeki akan Allah berikan dengan cara

kita berusaha terlebih dahulu.206

Dari pernyataan di atas bapak Dedi Candra memperoleh semangat

dalam menjalani bisnis rumah makan padang. Dan juga memantapkan

hatinya dalam berusaha dengan keyakinan kepada Allah Sang Pemberi

rezeki.

b. Faktor budaya

Robert H. Thoules mengemukakan bahwa budaya merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi keberagamaan seseorang. Yang mana dia

menyebukan faktor sosial/budaya mencakup semua pengaruh sosial dalam

perkembangan sikap keberagamaan.207

Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok, dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh

manusia sebagai anggota msyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu

yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya, mencakup

segala sesuatu cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak.

206

Dedi candra, Wawancara (Malang, 18 Agustus 2018) 207

R. Muawanah, “Agama dan Religiusitas” http://etheses.uin-

malang.ac.id/1194/6/10410066_Bab_2.pdf diakses tanggal 11 februari 2018.

Page 167: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

152

Budaya minangkabau memiliki falsafah yang menganjurkan

masyarakat minang untuk selalu memegang nilai-nilai agama (Islam). Nilai-

nilai agama sudah diwariskan secara turun-temurun dengan filosofi bahwa

orang minangkabau berpedoman pada adat yang bersendikan syariat agama

dan syariat agama bersendikan pada kitab Allah (Al-Qur‟an). Filosofi

tersebut membuat orang Minang memiliki praktik tersendiri dalam aktivitas

ekonominya termasuk dalam kehalalan makanannya.208

Pebisnis rumah makan padang di kecamatan Dau, kabupaten malang

mengutamakan “halal” dalam setiap sajiannya. Hal ini sebagaimana

pernyataan dari bapak rinaldi, bahwa:

“Kalau masyarakat Minang, otomatis memilih bahan makanan yang

halal, tidak lain dan tidak bukan, kecuali halal. Di mana pun ada

rumah makan Padang itu sudah pasti halal. Kita tidak mau

mencampuradukkan dengan yang haram, misalnya penggunaan

daging yang berformalin atau yang sudah busuk.209

Pernyatan di atas juga dapat peneliti lihat dari pernyataan bapak fatri

suwardi, bahwa:

“Pertimbangan makanan ya halal, secara umum masakan padang itu

halal semua, kalau dia berasal dari minang, maka secara umum pasti

halal. Karena yang berjualan rumah makan padang itu Islam semua.

Tapi, jangan yang tiruan, sekarang banyak yang padang-padangan,

dia bukan orang padang, tapi jualan masakan padang. Di mana dia

tau resepnya, saya gak tau juga sih. Ini yang sangat diragukan” 210

208

Fauzun, Pengaruh Religiuistas, 54. 209

Hendra Rinaldi, wawancara (Malang, 23 Mei 2018). 210

Fatri Suwardi, wawancara (Malang, 30 Mei 2018).

Page 168: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

153

c. Faktor Lingkungan Kelompok

Jalaluddin menyebutkan bahwa Sepintas masyarakat bukan

merupakan lingkungan yang mengandung unsur tanggung jawab, melainkan

hanya merupakan unsur pengaruh belaka. Tetapi, norma dan tata nilai yang

ada terkadang pengaruhnya lebih besar dalam perkembangan jiwa

keagamaan, baik dalam bentuk positif maupun negatif.211

Pebisnis rumah makan padang di kecamatan Dau, kabupaten Malang

memiliki hubungan yang baik terhadap sesama pebisnis rumah makan

padang, mereka tidak saling iri atau dengkin bahkan mereka saling

membantu. Salah satu faktor yang membentuk hubungan baik tersebut

adalah karena adanya perkumpulan/ kelompok mereka.

Selain dapat menjalin hubungan yang baik dari perkumpulan

tersebut, mereka juga dapat menambah pengetahuan agama mereka

dikarenakan adanya kegiatan keagamaan dalam perekumpulan tersebut

seperti pengajian yang diadakan setiap 2 minggu sekali, memperingati

maulid nabi, memperingati isro‟ mikroj, dan acara keagamaan lainnya.. Hal

ini sebagaimana yang diungkapkan bapak Fatri Suwardi:

“Saya menghadiri untuk acara keagamaan tersebut terutama even-

even besar seperti maulid nabi, isro‟ mikroj, kalau pengajian yang

sekali dua minggu saya tidak rutin mengikutinya. Acara keagamaan

tersebut memberi pengetahuan kepada saya sedikit banyaknya bisa

dibawa pulang.” 212

Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa mereka memperoleh

manfaat dari acara keagamaan yang diadakan di perkumpulan tersebut.

211

Jalaluddin, Psikologi Agama cet ke-15, 313. 212

Fatri Suwardi, Wawancara (Malang 15 Juli 2018)

Page 169: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

154

Sebagaimana yang diutarakan bapak Fatri Suwardi di atas, dia memperoleh

pengetahuan agama dari kegiatan tersebut.

Dari penjelasan di atas, Jalaluddin juga mengatakan bahwa faktor

lingkungan kelompok/masyarakat dapat membentuk keberagamaan

individu. Lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi keagamaan yang

kuat akan berpengaruh positif bagi pembentukan keberagamaan, sebab

kehidupan keagamaan terkondisi dalam tatanan nilai maupun institusi

keagamaan.213

213

Jalaluddin, Psikolgi Agama, hlm 314.

Page 170: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

155

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan analisis hasil temuan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Religiusitas pebisnis rumah makan padang di kecamatan Dau, kabupaten

Malang, meliputi: a) Dimensi aqidah, pebisnis rumah makan padang di

kecamatan Dau, Kabupaten malang telah merantau guna untuk mencari

usaha yang bisa menghidupi ekonomi mereka, yaitu dengan berjualan nasi

padang. Mereka yakin bahwa Allah akan memberikan rezeki ketika mereka

mau untuk melakukan usaha tanpa berpangku tangan atau pasrah dengan

keadaan. b) Dimensi Syariah, pebisnis rumah makan padang di kecamatan

Dau, kabupaten Malang tetap melaksanakan sholat, membayar zakat,

melakukan puasa ramadhan. Dalam berjualan mereka memastikan bahwa

makanan yang dijual itu berstatus halal. c) Dimensi akhlak, pebisnis rumah

makan padang di kecamatan Dau, kabupaten Malang menjalin hubungan

yang baik terhadap sesama pebisnis rumah makan padang, misalnya

membantu mereka yang kekurangan modal usaha, tidak iri terhadap pebisnis

rumah makan padang lainnya. Selain terhadap sesama pebisnis rumah

makan padang, mereka juga memberikan pelayanan yang baik terhadap

pembeli, misalnya memberikan senyuman, perkataan yang ramah, dan tidak

terlihat acuh.

Page 171: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

156

2. Adapun faktor-faktor pembentuk religiusitas pebisnis rumah makan padang

di kecamatan Dau, kabupaten Malang adalah faktor sosial yang terdiri dari

a) lingkungan keluarga, pebisnis rumah makan padang di kecamatan Dau,

kabupaten Malang senantiasa diingatkan keluarga untuk tetap melaksanakan

sholat dan sabar dalam menjalankan bisnis, b) budaya, Budaya minang

memiliki falsafah yang berbunyi “adat basandi syara’, syara’ basandi

kitabullah”. Falsafah ini menganjurkan kepada mereka untuk tetap

menjunjung nilai-nilai agama. Misalnya berakhlak baik terhadap sesama

pebisnis dan pembeli, selalu ikhtiar dan bekerja keras, dan mengutamakan

makanan yang halal. c) lingkungan kelompok, pebisnis rumah makan

padang di kecamatan Dau, kabupaten Malang tergabung dalam kelompok

perkumpulan orang minang. Perkumpulan ini menganjurkan untuk saling

bersilaturahmi kepada sesama orang minang, mengikuti kegiatan

keagamaan yang diadakan, seperti pengajian, dan saling membantu terhadap

sesama.

B. Saran

Berdasarkan paparan data dari hasil temuan peneliti dari pembahasan

serta kesimpulan ini, maka terdapat beberapa saran peneliti yang berkenaan

dengan religiusitas dalam bisnis bagi pebisnis rumah makan padang di

kecamatan Dau, kabupaten Malang, yaitu: Bagi pebisnis rumah makan padang

di kecamatan Dau, Kabupaten Malang yang belum merutinkan ibadah

wajibnya kepada Allah, maka dia harus memberikan keistiqomahan dalam

ibadah tersebut. Karena ibadah yang Allah perintahkan untuk manusia itu

Page 172: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

157

mempunyai manfaat baik untuk amal akhirat maupun untuk kehidupan

bisnisnya.

Page 173: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

DAFTAR RUJUKAN

Ahmad Janan Asifudin, Etos Kerja Islami, Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2004.

Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari‟a,h cet. II, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2015.

Asmaun Sahlan, Religiusitas Perguruan Tinggi, Malang: UIN-Press,

2012.

Asyari, Religiusitas dan Cultural Belief dalam Perilaku Ekonomi Muslim

Minangkabau di Sumatera Barat, Disertasi Doktor, Padang: Universitas Andalas,

2016.

Asyraf Muhammad Dawabah, The Moslem Entrepreneur, terj, Yasir

Maqosdi.

Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, Bandung: Alfabeta,

2003.

Buchari Alma, Pengantar Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2010.

Burhan Bugin, Penelitian Kualitatif, Cet ke-4 Jakarta : kencana, 2010.

Cik Hasan Bisri, Pilar-Pilar Penelitian Hukum Islam Dan Pranata

Sosial, Jakarta : Raja wali Press, 2004.

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, cet. kelima, Bandung: remaja

Rosdakarya, 2009.

Departemen pendidikan dan kebudayaan, kamus Besar bahasa Indonesia,

Edisi kedua, Jakarta: Balai Pustaka, 1991.

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi

Islam Atas Problem-Problem Psikolog, cet. IV Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi; Klasik dan Moder cet. ketiga, terj.

Robert M.Z. Lawang, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994.

Elpindri, d.k.k, Minang Entrepreneurship, Jakarta: Baduose Media, 2010.

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan kuantitatif dan kualitatif,

Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

Page 174: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

Fauzan, Hubungan Religiusitas dan kwirausahaan: Sebuah kajian

empiris dalam perspektif Islam, Malang: Prodi Akuntansi Universitas Kanjuruan

Malang, 2014.

Ishomuddin, Sosiologi Agama, Jakarta Selatan: Ghalia Indonesia, 2002.

Kontjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Cet: III. Jakarta,

Gramedia. 1991.

Lexy J. Moleong, Merode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2002.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:Remaja

Rosdakarya, 2016.

M. Manullang, Pengantar Bisnis cet.ke-2, Yogyakarta: Gadjah Mada

university, 2008.

Marzuki, Metodologi Riset Yogyakarta: PrasetiaWidyaPratama, 2002.

Max Weber, Etika Protestan dan semangat Kapitalisme terj. Yusup

priyasudiarja, Surabaya: Pustaka Promethea, 2000.

Max weber, Sosiologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Moh. Nazir, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Muarif, Rahasia Sukses Orang Minang Di Perantauan, 2009,

Yogyakarta, Pinus Book Publisher, 2009.

Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma,

Menggagas Bisnis Islam, Jakarta: Dema Insani, 2008.

Muniya Alteza, Pengantar Bisnis: Teori dan aplikasi di Indonesia,

Yogyakarta: Fakultas Ilmu sosial dan Ekonomi UNM, 2011.

Roland Robertson, Sosiologi Agama, Jakarta: Aksara persada, 1986.

Safi‟i Asrof, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Elkaf, 2005), 145.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014.

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D, Bandung:

Alfabeta,2015.

Sugiyono, Metode Peneliytian Pendidikan cet. Ke-25, Bandung:

Alfabeta, 2017.

Page 175: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan praktik,

Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Syafiq Mahmadah Hanafi, Relevansi Ajaran agama dalam Aktivitas

Ekonomi (Studi Komparatif Antara Ajran Islam dan kapitalisme), Yogyakarta:

IAIN Sunan Kali Jaga, 2002.

Toto Tasmara, membudayakan Etos Kerja Islam cet. keempat, Jakarta:

Gema Insani, 2004.

Yahya wujaya dan Nina Mariani Noor, Etika ekonomi dan Bisnis

Perspektif Agama-agama di Indonesia, Globethics.net, 2014.

Zainal Abidin Bin Syamsudin dan Fadil Fuad basyameleh, Langkah

Emas Pengusaha Muslim, Jakarta: Rumah Penerbit Al-manar, 2010.\

Jurnal

Akrim Ashal Lubis, Analisis Aspek Religiusiyas terhadap etika bisnis

pedagang pasar muslim pusat pasar kota medan, DUSTURIYAH, 1, (Juni, 2017).

Henny Welsa, d.k.k. Budaya Minangkabau dan Implementasi pada

manajemen rumah makan padang di yogyakarta, Universitas Sarjana

Tamansiswia, Ekuitas, 2 (Juni, 2017).

Mohammada Irham, Etos Kerja Dalam Perspekti Islam, Substantia, 1,

(April 2012).

Norvadewi, Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah konsep, prinsip, dan

landasan Normatif)¸ Al-Tigary, 01 (Desember 2015).

Sulaiman Al-Kumayi, Semangat Kewirausaahn Dalam Etika Protestan

dan Manajemen Qolbu: Sebuah Perbandingan, Ulumuna, 1 (Januari 2006).

Rita Indah Mustikowati dan Sri Wilujeng, Jurnal: Religiusitas dan

Kewirausahaan; Faktor kritis dalam mencapai kinerja bisnis pada UKM di

Kabupaten Malang, Malang: Universitas Kanjuruan Malang, 2016.

Sun Choirol Ummah, Melacak Etika Protestan Dalam masyarakat

Muslim Indonesia, Humanika, 1, (September 2017).

Ibrahim Dwi Santoso, Analisis Religiusitas dan Praktik Berdagang

pedagang Muslim, (Studi di Pasar merjosari kecamatan lowokwaru-kota malang),

Malang, Universitas Brawijaya, 2015.

Page 176: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

Website

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Malang#Pemerintahan, diakses

pada tanggal 3 Juni 2018 pukul 08.53

Subhan, Pengaruh dimensi-dimensi religiusitas terhadap,

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream, diakses tanggal 15 Agustus 2018.

R. Muawanah, “Agama dan Religiusitas” http://etheses.uin-

malang.ac.id/1194/6/10410066_Bab_2.pdf diakses tanggal 11 februari 2018.

Surya Purnama, “MenilikNilai Ekonomi Budaya Merantau Masyarakat

Minang”, https://www.liputan6.com/regional/read/3214813/menilik-nilai-

ekonomi-budaya-erantau-masyarakat-minang, diakses tanggal 7 Mei 2018.

Wasito Raharjo jati, Jurnal: Agama & Spirit Ekonomi:Studi etos kerja

dalam komparasi perbandingan Agama, Jakarta: Pusat penelitian politik.

Page 177: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 178: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

FOTO KEGIATAN PENELITI DENGAN PEBISNIS RUMAH MAKAN

PADANG DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

1. Wawancara dengan bapak H. A. Dt Tan Pahlawan selaku ketua

perkumpulan HIMATOS MALANG

2. Wawancara dengan bapak Dedi Candra

Page 179: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

3. Wawancara dengan bapak Hendra Rinaldi

4. Wawancara dengan bapak Zulkifli

Page 180: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

5. Wawancara dengan bapak Buyung Manis

6. Wawancara dengan bapak Fatri Suwardi

Page 181: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

7. Mesjid sebagai tempat ibadah dan perkumpulan HIMATOS MALANG

8. Rencana pembangunan gedung pengajian dan madrasah

Page 182: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang

9. Pengajian perkumpulan HIMATOS MALANG

10. Pembayaran IURAN setelah pengajian

Page 183: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang
Page 184: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang
Page 185: RELIGIUSITAS DALAM BISNIS MASYARAKAT MINANG (Studi …etheses.uin-malang.ac.id/14598/1/16750010.pdf · mempunyai suatu perkumpulan sesama masyarakat Minang. Pebisnis rumah makan padang