Adat istiadat minang kabau

23
Oleh : Muhammad Furqani (Copas dari blog org minang) CAPENG 2014 B32/2 Adat Istiadat Minangkabau BAGIAN 1 : MENGENAL ADAT MINANG KABAU Oleh : Afrijon Ponggok Katik Basa Batuah Minang Kabau yang terkenal dengan adatnya yang kuat dari zama dahulu samapai sekarang dengan semboyan adat “Adaik Basandi Syara’ Syara’ Basandi Kitabullah” dengan pengertian yang lebi dalam adalah : 1. Pengertian menurut bahasa dalam dialektika Minang Kabau adalah : Adaik yang berarti adat, Kultur/budaya, Sandi yang berati asas/landasan, Syara’ yang berarti Agama Islam, dan Kitabullah yang berarti Al-quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. 2. Pengertian dalam implementasi keseharian adalah : Bagi masyarakat Minang dalam melaksanakan Adaik Basandi Syara’ – Syara’ Basandi Kitabullah disimpulkan lagi dengan Kalimat “Syara’ mangato Adaik mamakai” yang artinya Islam mengajarkan, memerintahkan menganjurkan sedangkan Adat melaksanakannya, dalam arti yang sesungguhnya bahwa Islam di Minag Kabau diamalkan dengan gaya adat Minang dan adat Minang dilaksanakan menurut ajaran Islam dengan landasan dan acuan dari Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. yang intinya bahwa “ADAT MINANG KABAU ITU ADALAH AGAMA ISLAM”. 3. Pengertian yang sesungguhnya adalah : Bahwa adat Minang Kabau harus sesuai dengan ajaran Agama Islam secara sempurna (Kaffah), tidak boleh ada praktek adat yang bertentangan dengan ajaran Islam, karean apa bila ada praktek adat oleh masyarakat Minang yang bertentangan dengan ajaran Islam maka

Transcript of Adat istiadat minang kabau

Page 1: Adat istiadat minang kabau

Oleh : Muhammad Furqani (Copas dari blog org minang) CAPENG 2014

B32/2

Adat Istiadat Minangkabau

BAGIAN 1 :

MENGENAL ADAT MINANG KABAU

Oleh : Afrijon Ponggok Katik Basa Batuah

Minang Kabau yang terkenal dengan adatnya yang kuat dari zama dahulu samapai sekarang

dengan semboyan adat “Adaik Basandi Syara’ Syara’ Basandi Kitabullah” dengan pengertian

yang lebi dalam adalah :

1. Pengertian menurut bahasa dalam dialektika Minang Kabau adalah :

Adaik yang berarti adat, Kultur/budaya,

Sandi yang berati asas/landasan,

Syara’ yang berarti Agama Islam, dan

Kitabullah yang berarti Al-quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.

2. Pengertian dalam implementasi keseharian adalah :

Bagi masyarakat Minang dalam melaksanakan Adaik Basandi Syara’ – Syara’ Basandi

Kitabullah disimpulkan lagi dengan Kalimat “Syara’ mangato Adaik mamakai” yang artinya

Islam mengajarkan, memerintahkan menganjurkan sedangkan Adat melaksanakannya,

dalam arti yang sesungguhnya bahwa Islam di Minag Kabau diamalkan dengan gaya adat

Minang dan adat Minang dilaksanakan menurut ajaran Islam dengan landasan dan acuan

dari Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. yang intinya bahwa “ADAT MINANG

KABAU ITU ADALAH AGAMA ISLAM”.

3. Pengertian yang sesungguhnya adalah :

Bahwa adat Minang Kabau harus sesuai dengan ajaran Agama Islam secara sempurna

(Kaffah), tidak boleh ada praktek adat yang bertentangan dengan ajaran Islam, karean apa

bila ada praktek adat oleh masyarakat Minang yang bertentangan dengan ajaran Islam maka

Page 2: Adat istiadat minang kabau

itu bukanlah adat Minang, dan apa bila ada orang minang yang melanggar ajaran Islam

maka dia beleh disebut orang yan tidak beradat (dalam lingkup Adat Miang Kabau).

Adat Minang terbagi kepada 4 bagian desebut “Adaik nan ampek” (adat yang empat) yaitu :

1. Adaik nan sabana Adaik (Adat yang sebenarnya adat)

Adat ini merupakan adat yang paling utama yang tidak dapat dirubah sampai kapanpun dia

merupakan harga mati bagi seluruh masyarakat Minang Kabau, tidaklah bisa dikatakan dia

orang MInang apabila tidak melak sanakan Adat ini dan akan dikeluarkan dia dari orang

Minang apabila meninggalkan adat ini, adat ini yang palin perinsip adalah bahwa seorang

Minag wajib beragama Islam dan akan hilang Minangnya kalau keluar dari agama Islam.

2. Adaik nan diadaikkan (adat yang di adatkan)

Adat ini adalah sebuah aturan yang telah disepakati dan diundangkan dalam tatanan Adat

Minang Kabau dari zaman dulu melalui sebuah pengkajian dan penelitian yang amat dalam

dan sempurna oleh para nenek moyang orang Minang dizaman dulu, contohnya yang paling

perinsip dalam adat ini adalah adalah orang minang wajib memakai kekerabatan

“Matrilineal” mengambil pesukuan dari garis ibu dan nasab keturunan dari ayah, makanya

ada “Dunsanak” (persaudaraan dari keluarga ibu) dan adanya “Bako” (persaudaraan dari

keluarga ayah), Memilih dan atau menetapkan Penguhulu suku dan Ninik mamak dari garis

persaudaraan badunsanak berdasarkan dari ampek suku asal (empat suku asal) “Koto

Piliang, Bodi, Caniago” atau berdasarkan pecahan suku nan ampek tsb, menetapkan dan

memlihara harta pusaka tinggi yang tidak bisa diwariskan kepada siapapun kecuali diambil

manfaatnya untuk anak kemenakan, seperti sawah, ladang, hutan, pandam pakuburan,

rumah gadang dll.

Kedua adat diatas disebut “Adaik nan babuhua mati” (Adat yang diikat mati) dan inilah

disebut “Adat”, adat yang sudah menjadi sebuah ketetapan dan keputusan berdasarkan

kajian dan musyawarah yang menjadi kesepakatan bersama antara tokoh Agama, tokoh

Adat dan cadiak pandai diranah Minang, adat ini tidak boleh dirubah-rubah lagi oleh

siapapun, sampai kapanpun, sehingga ia disebut “Nan inadak lakang dek paneh nan indak

lapuak dek hujan, dibubuik indaknyo layua dianjak indaknyo mati” (Yang tidak lekang kena

panas dan tidak lapuk kena hujan, dipindah tidak layu dicabut tidak mati).

Kedua adat ini juga sama diseluruh daerah dalam wilayah Adat Minang Kabau tidak boleh

Page 3: Adat istiadat minang kabau

ada perbedaan karena inilah yang mendasari adat Minang Kabau itu sendiri yang membuat

keistimewaan dan perbedaannya dari adat-adat lain di dunia.

Anak sicerek didalam padi

Babuah batangkai-tangkai

Salamaik buah nan mudo

Kabek nan arek buhua mati

Indaklah sia kamaungkai

Antah kok kiamaik nan katibo

3. Adaik nan Taradaik (adat yang teradat)

Adat ini adanya kareana sudah teradat dari zaman dahulu dia adalah ragam budaya di

beberapa daerah di Minang Kabau yang tidak sama masing masing daerah, adat ini juga

disebu dalam istilah “Adaik salingka nagari” (adat selinkar daerah).

Adat ini mengatur tatanan hidup bermasyarakat dalam suatu Nagari dan iteraksi antara satu

suku dan suku lainnya dalam nagari itu yang disesuaikan dengan kultur didaerah itu sendiri,

namun tetap harus mengacu kepada ajaran agama Islam.

Adat ini merupakan kesepakatan bersama antara Penguhulu Ninik mamak, Alim ulama,

cerdik pandai, Bundo Kanduang dan pemuda dalam suatu nagari di Mianag Kabau, yang

disesuaikan dengan perkembangan zaman memakai etika-etika dasar adat Minang namun

tetap dilandasi ajaran Agama Islam.

4. Adaik Istiadaik (Adat istiadat)

Adat ini adalah merupakan ragam adat dalam pelaksanaan silaturrahim, berkomunikasi,

berintegrasi, bersosialisasi dalam masyarakat suatu nagari di Minang Kabau seperti acara

pinang meminag, pesta perkawinan dll, adat inipun tidak sama dalam wilayah Minang

Kabau, disetiap daerah ada saja perbedaannya namun tetap harus mengacu kepada ajaran

Agama Islam.

Kedua adat yang terakhir ini disebut “Adaik nan babuhua sintak” (adat yang tidak diikat

mati) dan inilah yang namakan ”Istiadat”, karena ia tidak diikat mati maka ia boleh dirubah

kapan saja diperlukan melalui kesepakatan Penghulu Ninik mamak, Alaim Ulama, Cerdik

pandai, Bundo kanduang dan pemuda yang disesuaikan dengan perkembangan zaman

Page 4: Adat istiadat minang kabau

namun acuannya adalah sepanjang tidak melanggar ajaran Adat dan ajaran Agama Islam,

sehingga disebut dalam pepatah adat “maso batuka musim baganti, sakali aie gadang sakali

tapian baranjak”

Masaklah padi rang singkarak

Masaknyo batangkai-tangkai

Dibaok urang ka malalo

Kabek sabalik buhua sintak

Jaranglah urang kamaungkai

Tibo nan punyo rarak sajo

Kesimpulan :

1. Yang dimaksut adat di Minang Kabau adalah Ragam budaya dan prilaku kehidupan masyarakat Minang kabau yang dilandasi asas minkin dan patut sesuai syari’at Islam.

2. Yang dikatakan Adat Istiadat di Minang Kabau adalah : Adat adalah Adaik nan babuhua mati sebagai anggaran dasar yang tidak boleh

dirubah.Istiadat adalah adaik nan babuhua sintak sebagai anggaran rumah tangga yang dapat dirubah melalui mufakat.

Page 5: Adat istiadat minang kabau

BAGIAN KE 2 :

PENGHULU NINIK MAMAK DI MINANG KABAU Oleh : Afrijon Ponggok Katik Basa Batuah

Penghulu (dalam bahasa Minang disebut Pangulu) dan ninik mamak di Minang Kabau mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan dalam kekuatan kekerabatan adat Minang itu sendiri, tanpa penghulu dan ninik mamak suatu nagari di Minang Kabau diibaratkan seperti kampung atau negeri yang tidak bertuan karena tidak akan jalan tatanan adat yang dibuat, “Elok nagari dek Pangulu sumarak nagari dek nan mudo”

Pengertian Pangulu (Penghulu)

Pangulu berasal dari kata Pangka dan Hulu (pangkal dan hulu) Pangkal artinya tampuk atau

tangkai yang akan jadi pegangan, sedangkan hulu artinya asal atau tempat awal keluar atau terbitnya sesuatu, maka pangulu di Minang Kabau artinya yang memegang tampuk tangkai

yang akan menjadi pengendali pengarah pengawas pelindung terhadap anak kemenakan serta tempat keluarnya sebuah aturan dan keputusan yang dibutuhkan oleh masyarakat anak kemenakan yang dipimpin pangulu, “Tampuak tangkai didalam suku nan mahitam mamutiahkan tibo dibiang kamancabiak tibo digantaiang kamamutuih”

Pengertian Ninik Mamak

Ninik mamak adalah merupakan satu kesatuan dalam sebuah lembaga perhimpunan

Pangulu dalam suatu kanagarian di Minang Kabau yang terdiri dari beberapa Datuk-datuk kepala suku atau pangulu suku / kaum yang mana mereka berhimpun dalam satu

kelembagaan yang disebut Kerapatan Adat Nagari (KAN). Diantara para datuk_datuk atau ninik mamak itu dipilih salah satu untuk menjadi ketuanya itulah yang dinamakan Ketua

KAN. Orang-orang yang tergabung dalam KAN inilah yang disebut ninik mamak, “Niniak mamak dalam nagari pai tampek batanyo pulang tampek babarito”

Pengertian Datuak (Datuk)

Datuak (Datuk) adalah gelar pusako adat dalam suatu suku atau kaum yang diberikan kepada seseorang dalam suku atau kaum itu sendiri dengan dipilih atau ditunjuk dan diangkat oleh anak kemenakan suatu suku atau kaum yang bersangkutan melalui upacara adat dengan syarat-sayarat tertentu menurut adat Minang.

Saluak Pangulu

Page 6: Adat istiadat minang kabau

Seorang Datuak dia adalah pangulu dalam suku atau kaumnya dan sekaligus menjadi ninik mamak dalam nagarinya, dengan pengertian yang lebih rinci lagi : Datuak gelarnya, Pangulu Jabatannya dan Ninik mamak lembaganya dalam nagari.

Sebagai Datauak dia harus menjaga martabatnya karena gelar datuak yang disandangnya

adalah gelar kebesaran pusaka adat dalam suku atau kaumnya, banyak pantangan dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh seseorang yang bergelar datuak dan tidak sedikit

pula sifat-sifat positif yang wajib dimilikinya.

Sebagai Pangulu dia harus tau tugas dan tanggung jawabnya terhadap saudara dan kemenakannya dalam membina, mengayomi, melindungi dan mengatur pemanfaatan harta pusaka tinggi dan tanah ulayat untuk kemakmuran saudara dan kemenakannya, namun dia juag harus tetap menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga di rumah tangganya terhadap anak dan istrinya, “Anak dipangku jo pancarian, kamanakan dibimbiang jo pusako”

Sebagai anggota ninik mamak dia adalah perwakilan dari suku atau kaumnya layaknya seperti anggota DPRD (dalam istilah MInang disebut Andiko) dalam pemerintahan nagari yang mewakili konstituennya untuk menyampaikan dan memperjuangakan aspirasi kaum

yang dipimpinnya serta untuk membantu menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul pada anak kemenakannya dalam nagari, “Andiko didalam kampuang kusuak nan

kamanyalasai karuah nan kamampajaniah”

Berbagai permasalahan anak kemenakan yang berhubungan dengan hidup bernagari dan berkorong kampung dibahas oleh ninik mamak dari berbagai pengulu kepala suku atau atau

datuk – datuk kaum bersama alim ulama cerdik pandai serta pemerintahan nagari di Balai Adat yang disebut balerong dalam Kerapatan Adat Nagari (KAN), “Balerong ditanah Minang

tampek duduk nak samo randah, tampek tagak nak samo tinggi, tampek duduak bajalan baiyo, tampek tagak bakato bamolah, tampek manjari bana nan saukua nak tibo kato

dimufakat, tampek mahukum nak samo adia, tampek mambagi nak samo banyak”

Hasil musyawarah mufakat inilah yang dijadikan pedoman dalam menata kehidupan bermasyarakat di dalam suatu kenagarian dan disinilah dirumuskan Adat nan diadatkan beserta Adat Istiadat yang disesuaikan dengan kebutuhan situasi kondisi serta perkembangan masyarakat dan kemajuan zaman yang tentunya tetap mengacu kepada landasan Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah.

Dalam melaksanakan tugasnya Pangulu dipanggil dengan sebutan “Urang nan gadang basa batuah” dia gadang pada kaumnya dia basa pada sukunya dan dia batuah dalam nagari,

gadang dalam kaumnya artinya seorang pengulu dia dibesarkan atau dituakan selangkah dalam kaumnya, dan basa pada sukunya artinya dia menjadi panutan, pemimpin pengatur

dalam sukunya, sedangkan batuah dalam nagari artinya seorang pangulu karena dia ninik mamak maka apa-apa yang dikatakan dan diperbuatnya juga menjadi acuan sehingga dia

disegani dan dihormati dalam nagari.

Page 7: Adat istiadat minang kabau

Seorang pangulu adalah pucuk pimpinan dalam kaumnya pada suatu unit pemerintahan dalam nagari, pangulu dibantu oleh tiga unsur perangkat adat yaitu :

1. Malin yang membidangi persoalan agama 2. Manti sebagai pelaksana kebijakan

3. Dubalang ysng brtsnggung jswab terhadap keamanan

Inilah yang disebut urang nan ampek jinih yaitu Pangulu, Malin, Manti dan Dubalang.

Memilih dan mengukuhkan seorang Pangulu atau datuak.

Seorang Datuak atau pangulu dipilih dan dinobatkan apabila terjadi beberapa hal dalam suatu suku atau kaum :

1. Apa bila Datuk atau Pangulu yang terdahulu tealah meninggal dunia (Patah tumbuah

hulang baganti)

2. Apa bila Datauk atau Pangulu yang saat ini sedang menyandang gelar datuak telah berusia lanjut atau dalam keadaan sakit berat dan tidak mungkin atau sanggup lagi untuk

menjalankan tugas-tugasnya sebagai Datauak atau Pangulu. (Hilang dicari lapuak diganti)

3. Apa bila Datauak yang sedang menyandang gelar Datuak atau Pangulu saai ini mengundurkan diri minta diganti, (Malatak-an gala)

4. Apa bila terjadi pelanggaran moral, adat dan agama serta hukum yang berlaku lainnya oleg orang yang menyandang gelar Datuak atau Pangulu saat ini dan anak kemenakan sepakat untuk menggantinya, (Mambuek cabuah jo sumbang salah)

5. Kalau ada Datauk atau pangulu yang sudah lama tidak di angkat karena sesuatu hal dan

saat ini sudah memnuhi syarat untuk dianggkat (Mambangkik Batang Tarandam)

Dalam tatanan adat Minang Kabau ada 2 cara memilih seorang pangulu atau datuak :

1. Menurut adat Suku Bodi Chaniago dan pecahannya (banyak lagi nama suku suku yang lain pecahan dari suku asal Bodi dan Chaniago ata Koto Piliang) seorang pangulu atau datuak dipilih secara musyawarah mufakat oleh anak kemenakan suku tersebut berdasarkan syarat-

syarat tertentu dengan mempertimbangkan mungkin dan patut, dalam istilah adat disebut “Hilang dicari lapuak diganti, duduak samo randah tagak samo tinggi, duduak saamparan tagak sapamatang”

2. Menurut adat suku Koto Piliang dan pecahannya seorang pangulu atau datauak dipilih berdasarkan keturunan dan pergiliran gelar pengulu tersebut dalam suku atau kaum itu berdasarkan syarat-syarat tertentu dengan mempertimbangkan mungkin dan patut, dalam istilah adat disebut “ramo ramo sikumbang jati katik endah pulang bakudo, patah tumbuah

hilang baganti pusako lakek kanan mudo”, rueh tumbuah dimato.

Page 8: Adat istiadat minang kabau

Syarat-syarat seseorang dipilih menjadi seorang pangulu atau datuak :

1. Memenuhi 4 sifat nabi Sidik, Tablihk, Amanah, dan Fthanah 2. Loyalitas yang tinggi terhadap kaum, suku, anak kemenakan dan nagari 3. Berilmu pengetahuan tentang adat dan agama dll

4. Adil dalam memimpin anak kemenakan dan keluarga 5. Berani dalam menegakkan kebenaran dan mencegah kebathilan

6. Taat menjalankan ajaran agama dan adat 7. Tidak cacat moral dimata masyarakat dalam nagari

8. Mungkin dan patut, ini yang paling dipertimbangkan, karena ada orang yang mungkin tapi tidak patut, dan ada yang patut tapi tidak mungkin, contohnya adalah ada orang yang

memenuhi syarat-syarat diatas tetapi di hidup di rantau yang jauh, di mungkin menjadi pangulu tetapi tidak patut karena dia jauh dirantau sedangkan dia akan mengayomi dan mengurus anak kemenakannya dikampung, atau ada yang tinggal dikampung namun tidak memenuhi syarat jadi pangulu, dia patut jadi pangulu tapi tidak mungkin karena kurang persyaratan, yang masuk menurut logika, “batamu mungkin jo patuik sasuai ukua jo jangko takanak barih jo balabeh lah tibo wakatu jo musimnyo disitu alek dibuek”

Pengukuhan dan penobatan pangulu

Setelah pangulu dipilih dengan musyawarah mufakat melalui demokrasi moril secara adat

antara anak kemenakan dalam suatu suku atau kaum maka segenap anak kemenakan atau kaum tersebut mempersiapkan acar pengukuhan pada sebuah upacara adat perjamuan

Baralek gadang dalam nagari dan ini disebut “malewakan kanan rami, bia basuluah mato hari bagalanggang mato rang banyak”.

Dalam perjamuan baralek gadang pengukuhan seorang pangulu terdapat beberapa symbol-

simbol adat diantaranya adalah :

1. Mambantai Kabau, “Kabau didabiah tanduak dibanam darah dikacau dagiang dilapah” (menyembelih kerbau, kerbau disembelih, tanduk ditanam, darah dikacau daging dimakan) pengertian menyembelih kerbau adalah membunuk sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam diri seoerang pangulu, tanduk ditanam artinya membuang sifat-sifat hewani yang cendrung melukai dan membinasakan dari jiwa seorang pangulu pemimpin adat, sedangkan pengertian darah dikacau adalah mendinginkan darah yang panas dalam hati seorang pemimpin, karean seorang pangulu harus bejiwa teduh mengayomi dia harus tau kalau dia adalah pemimpin tidak boleh berhati dan berdarah panas dalam menghadapi orang yang dipimpinnya, dan dan pengertian daging dilapah adalah bahwa seorang ninik mamak dia adalah tempat mengadu anak kemenakannya dikala susah dan kelaparan, harta pusaka tinggi dan ulayat yang diaturnya adalah untuk kemakmuran anak kemenakannya, “Kok pangulu lai dinan bana bumi sanang padi manjadi taranak bakambang biak anak kamanakan basanang hati urang kampuang sato manyukoi”

2. Marawa dipancangkan (mengibarkan umbul-umbul) dimedan perhelatan. Marawa 3 warna : kuning, merah dan hitam berdiri kokoh menjulang tinggi keudara namun ujungnya

menjulai tunduk kebawah dengan pengertian :

Page 9: Adat istiadat minang kabau

Warna kuning melambangkan kekuasaan seorang pangulu (mahukum adia bakato bana)

Warna merah melambangkan keberanian (barani karano bana, takuaik karano salah)

Warna hitam melambangkan kesabaran dan ketabahan seorang pangulu dalam mengahadapi anak kemenakannya.

Berdiri kokoh menjulang tinggi artinya seorang pangulu harus mempunyai wibawa dan kharismatik ditengah-tengah kaum dan masyarakat dalam nagari.

Ujung marawa menjulai tunduk kebawah melambangkan walau pangulu orang yang ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah namun dia tetap harus melihat kebawah memperhatikan dan mengayomi orang yang dipimpinnya dengan rendah hati memakai ilmu padi semakin berisi semakin tunduk.

3. Malatuihan badia sadantam (meletuskan bedil sedantam) nan gaganyo karonggo bimi dantangnyo sampai kalangik (gegrnya kerongga bumi gaumnya sampai ke langit) itulah ikrar seorang pengulu kepada manusia dan janjinya kepada Allah sebagai sumpah jabatan yang mesti dipertanggung jawabkan.

Kedaulatan seorang Datuak atau Pangulu

Kedaulatan seorang Datuak atau Pangulu di Minang Kabau tidak lebih seperti powernya seorang ketua sebuah oprganisasi dia ada karena dipilih dan diangakat oleh kaumnya “nan

diamba gadang dianjuang tinggi” gadangnyo karano diamba tinggunyo karano dianjuang, apa bila anak kemenakan meninggikan dia maka tinggilah dia, tinggi dimata anak

kemenakan dan tinggi dimata urang nagari tapi kalau anak kemenakan sudah tidak menghormatinya lagi maka dengan sendirinya hilang pulalah kehormatan seorang datauak

atau pangulu.

Pemberhentian seorang Datauak atau pangulu tidaklah harus menunggu satu priode masa

jabatan karena tidak ada batasan masa jabatan seorang Pangulu atau datuak di Ranah Minang, kalau seorang datuak atau pangulu telah berbuat sumbang salah menurut adat dan agama maka gelar datauak atau pengulunya sudah bisa dilucuti atau diberhentikan jadi datauak atau pangulu dan menggantinya dengan yang lain “Kalau punco mararak ulu kalau pasak mambaok guyah kalau tungkek mambaok rabah mohon datuak baganjua suruik banyak nan lain kapangganti”

Batasan antara Datauk atau Pangulu dengan anak kemenakan yang dipimpinnya hanyalah sebatas kejujuran dalam mungkin dan patuik, oleh sebab itu maka seorang pangulu haruslah

adil dan bijak sana dalam memimpin anak kemenakannya, “Jikoklah tagak dinan cupiang manampuah jalan baliku, bakato indak dinan bana, mahukum indak dinan adia mambagi

bak kato surang disinan baju balipeknyo mamak diganti jonan lain”.

Kekuasaan Ninik mamak dalam adat Minang kabau hanyalah “tinggi sarantiang jumbo-jomboan sarangguik runtuah badaram, didahulukan cuman salangkah bajarak tungkai -tungkaian sahambua lompeklah tibo sadatiak wakatu nampak satitiak salah basuo baitu ukua jo jangko di dalam alam Minang Kabau”.

Page 10: Adat istiadat minang kabau

Namun demikian ditangan pangulu berhimpun kekuasaan yang besar dalam menjalankan tugas membimbing dan mengatur anak kemenakannya, ninik mamak mampunyai fungsi Eksekutif sebagai pelaksana kekuasaan, fungsi Legislatif sebagai pembuat aturan dan funsi

yudikatif sebagai pengambik keadilan, funsi ini dilakukan oleh ninik mamak yang disebut “uarang nan ampek jinih” (pangulu, malin, manti dan dubalang) yang mana pangulu sebagai

koordinatornya.

Itulah sebabnya Pangulu dan urang nan ampek jinih disebut “Bak kayu gadang ditangah koto ureknyo tampek baselo batangnyo tampek basanda dahannyo tampek bagantuang daun

rimbunnyo tampek bataduah, tampek bahimpun hambo rakyat, pai tampek batanyo pulang tampek babarito, sasek nan kamanyapo tadorong nan kamanyintak, tibo dikusuik

kamanyalasai tibo dikaruah mampajaniah, mahukum adia bakato bana”

Pangulu dan ninik mamak adalah Ulil amri yang wajib ditaati dan dipatuhi karena dia adalah pemimpin yang dipilih oleh anak kemenakannya sendiri “Tutua sakapa digunuangkan kakok satitiak dilauikkan” dia dimulyakan dihormati dan dijaga martabatnya oleh anak kemenakannya karena Pangulu di Minang Kabau adalah lambang kebesaran suatu suku atau kaum yang wajib dijaga dan dimulyakan.

Namun Pangulu dan ninik mamak bukanlah seperti raja-raja yang harus disembah dan dipuja setinggi langit dan dia tidak boleh dikultuskan seperti dewa-dewa bangsa lain, di

Minang Kabau tidak ada istilah bangsawan walaupun dia seoerang datuk apalagi hanya keturunan datuk, di Minang Kabau semua derajat manusia sama tidak ada bedanya,

pemimpin adat hanyalah ditinggikan seranting didahulukan selangkah dan dituakan dalam kaum.

Dalam Pakaian Pangulu mulai dari Salauk (Tutup kepala) baju, salempang, celana, keris, ikat

pinggang dan sandal semuanya mempunyai arti dan makna yang sangat luas untuk dipahami oleh seorang yang bergelar Datuak atau pengulu.

Tatanan masyarakat Mianag kabau memakai palsapaf “Kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo kapangulu, pangulu barajo kamufakat, mufakat barajo kanan bana, bana badiri sandirinyo, itulah inyo hokum Allah”.

Page 11: Adat istiadat minang kabau

BAGIAN KE 3 :

HARTA PUSAKA TINGGI DAN TANAH ULAYAT DI MINANG KABAU

Oleh : H. Afrijon Ponggok Katik Basa Batuah

Salah satu keistimewaan dan yang menjadi kekuatan Adat Minang Kabau adalah karena

adanya Harta Pusaka Tinggi dan diakuinya Tanah Ulayat sebagai satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan dari kesatuan suku atau kaum dalam kekerabatan Materinial yang

mengikat satu sama lainnya.

Bagi masyarakat Minang Kabau harta pusaka tinggi atau tanah ulayat merupakan marwah

dalam suku atau kaumnya, ada pusaka tinggi dan tanah ulayat berarti ada suku atau kaum,

karena cirri cirri adanya suatu suku atau kaum dalam kekerabatan Metrinial adalah dengan

adanya :

1. Rumah Gadang (Rumah gadang tempat berhimpunnya kaum atau saudara sesuku)

2. Sasok Jarami (Sawah atau ladang tempat menhidupi keluarga atau kaum)

3. Pandam pakuburan (Tanah pekuburan kaum atau suku)

4. Lantak supadan (batas-batas kebun dan hutan ulayat untuk pengembangan usaha).

Pengertian Harta Pusaka Tinggi atau tanah ulayat

Harat pusaka tinggi dan tanah ulayat bukanlah harta yang diperoleh melalui usaha, kerja

dan pencarian seorang ayah yang dapat dibagikan dan diwariskan kepada anak dan istrinya.

Harta pusaka tinggi adalh harta yang diperoleh dari hasil kerjasama, gatong royong antara

mamak dan kemenakan dalam suatu suku atau kaum pada masa lalu yang diperuntukkan

manfaatnya bagi saudara dan kemenakan perempuan menurut suku atau kaum dari garis

ibu sesuai konsep meterinial, sedangkan tanah ulayat adalah didapat dari pembagian

wilayah kekuasaan antara penghulu dalam suatu nagari menurut sesuai jumlah masing -

masing suku yang ada dalam nagari itu pada zaman dulunya.

Status kepemilikan

Harta pusaka tinggi dan tanah ulayat bukanlah milik pribadi yang dapat diperjual belikan

atau dipindah tangankan oleh seseorang kepada orang lain, harta pusaka tinggi adalah milik

suku atau kaum yang terdiri dari kesatuan kekrabatan keluarga besar dalam suatu suku atau

kaum yang diatur pemanfaatannya oleh ninik mamak penghulu suku untuk saudara

perempuan dan kemenakan, inilah yang disebut dalam aturan adat bahwa “Mamak

Balai Adat

Page 12: Adat istiadat minang kabau

maulayat diharato pusako” (Mamak mengulayat pada harta pusaka).

Pengertian mamak mengulayat pada harta pusaka adalah bahwa seorang mamak penghulu

suku yang ditunjuk atau dipilih oleh saudara dan kemenakan dalam suku atau kaum di

Minang Kabau mempunyai tanggung jawab yang besar kepada saudara dan kemenakan

dalam suku atau kaum yang dipimpinnya, diantaranya adalah menjaga memelihara dan

menagtur pemanfaatan harta pusaka tinggi dan tanah ulayat untuk saudara dan kemenakan

dari suku yang dipimpinnya, dengan palsapah adat “Nan kamaagak maagiahkan, nan

kamanimbang samo barek, nan kamaukua samo panjang, nan kamambagi samo banyak,

sasuai mungkin jo patuik sukua mangko manjadi”

Larangan menjual mengadai harta pusaka tinggi

Harta pusaka tinggi atau tanah ulayat di Minang Kabau tidaklah boleh dipejual belikan

ataupun digadaikan kepada orang lain, karena kalau harta pusaka tinggi digadaikan atau

apalagi dijual kepada orang lain maka suatu suku atau kaum akan kehilangan ulayat dan

hartanya sehingga tidak adalagi jaminan hidup bagi saudara dan kemenakan perempuan

dimasa-masa yang akan datang, dan akan terjadi penurunan nilai-nilai kekerabatang

materinial itu sendiri, inilah yang disebut dalam pepatah adat “harato pusako tinggi dijua

indak dimakan bali digadai indak dimakan sando” (harta pusaka tinggi dijual tidak dimakan

beli digadai tidak dimakan agun)

Tujuan harta pusaka tinggi dipelihara adalah untuk melindungi kaum yang lemah yaitu kaum

perempuan dan ini sudah teradat dari dahulu makanya adat Minang mengambil pesukuan

dari garis ibu, sedangkan harta pusaka rendah yaitu pencarian pribadi Sang ayah dan ibu

tetap bisa diwariskan kepada anak istrinya dan tidak boleh pula dibagikan kepada saudara

kemenakan dalam pesukuan..

Pedoman kerja seorang mamak penghulu adat

Seorang mamak penghulu suku harus bijak dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala

kaum dalam sukunya maupun sebagai kepala keluarga dalam rumah tangganya dia harus

bisa membedakan mana yang hak saudara dan kemenakanya dan mana yang hak anak

istrinya, hal ini telah diatur dalam aturan adat seperti pepatah adat yang mengatakan :

“Kaluak paku kacang balimbiang tampuruang lenggang lenggokkan dibaok urang ka saruaso,

anak dipangku kamanakan dibimbiang urang kampuang dipatenggangkan tenggang nagari

jan binaso”, (keluk paku kacang belimbing tempurung lenggang lenggokkan dibawa orang ke

saruasa, anak dipangku kemenakan dibimbing orang kampong dipertenggangkan tenggang

negeri jangan binasa).

Maksut dari pepatah ini adalah pedoman bagi seorang mamak dalam suku atau kaum dalam

menjalankan fungsinya baik sebagai mamak bagi kmenakan maupun sebagai kepala

keluarga bagi anak dan istrinya, serta sikap sebagai masyarakat di dalam nagari atau

kampungnya. Anak dipangguk dengan hasil usaha atau pencarian pribadi, kemenakan

Page 13: Adat istiadat minang kabau

dibimbing dengan harta pusaka tinggi atau ulayat, orang kampong dipertenggangkan

dengan salang tenggang, gotong royong, kerja sama, dan tenggang nagari jangan binasa

dengan sikap kurenah, perangai kita jangan membuat malu nagarai atau kampung kita

sendiri.

Sangatlah dilarang dalam adat seorang mamak atau pengulu adat membawa harta pus aka

tinggi atau ualayat sukunya untuk anak istrinya apa lagi yang menggadai bahkan menjual

harta pusaka tinggi atau ualayat adat untuk kepentingan anak dan istrinya, dan begitu juga

sebaliknya sangatlah tidak pantas harta pencarian kita sendiri diberikan kepada saudara dan

kemenakan secara berlebihan sementara anak dan istri masih berkekurangan.

Harta pusaka tinggi yang beleh dimanfaatkan mamak pemangku adat.

Seorang mamak penghulu adat dapat memanfaatkan harta pusaka tinggi atau ualayat untuk

keperluan hidupnya dan keluarganya apa bial telah disepakati melalui anak kemenakan

dengan istilah sawah atau ladang abuan yang memang diperuntukan bagi mamak yang

menjabat gelar pengulu adat atau keperluan yang sangat mendesak atau sangat urgent

lainnya seperti sakit keras dll.

Kelonggoran Menggadai harta pusaka tinggi dalam adat.

Tidak dibenarkanya menggadai dan menjual harta pusaka tinggi atau tanah ulayat di Minang

Kabau bukanlah harga mati yang tidak ada toleransi sama sekali kecuali menjual memang

harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar, sedangkan menggadai masih ada kelonggaran

yaitunya apa bila terjadi 4 perkara :

1. Maik tabujua ateh rumah (mayat terbujur diatas rumah ), Apabila ada dari keluarga yang

meninggal dunia namun tidak ada family atau orang kampung yang akan membantu untuk

menyelenggarakan jenazahnya sedangkan menyelenggarakan jenazah itu wajib menurut

agama, maka boleh menggadaikan harta pusaka untuk mengupahkan orang

menyelenggarakan jenazah tsb.

2. Gadih atau rando indak balaki (gadis atau janda tak punya suami), Kalau ada saudara atau

family perempuan baik dia gadis atau janda yang tidak punya suami dan tidak ada orang

yang mau mengawini dia sedangkan usianya sudah lanjut maka boleh menggadaikan harta

pusaka tinggi untuk membayar laki-laki lain agar mau menikahi dia, karena aib di Minang

Kabau kalau ada perempuan yang tidak punya suami apabila sudah sampai waktunya.

3. Rumah gadang katirisan (Rumah Gadang rusak berat), Apa bila rumah gadang rusak berat

seperti bocor, dinding lapuk tangga runtuh dll dan tidak ada orang laki-laki yang kuat untuk

memperbaikinya maka supaya rumah gadang jangan sampai runtuh boleh menggadaikan

harta pusaka tinggi atau ulayat untuk memperbaikinya, karena rumah gadang di Minang

Kabau adalah merupakan lambang kesatuan suku yang kuat dan kokoh, mencerminkan

Page 14: Adat istiadat minang kabau

kehidupan yang harmonis penuh kekeluargaan dalam suatu kaum yang diikat dengan pola

persaudaraan yang materinial

4. Mambangkik batang tarandam, (Membangkit batang terendam), Apa bila ada gelar

penghulu adat dalam suku yang tidak terpasang sedangkan anak kemenakan semakin

kembang memerlukan bimbingan seorang penghulu adat sementara pengulu adat atau

datuknya sudah lama terbenam (tidak dinobatkan) sementara anak kemenakannya tidak

mempunyai biaya untuk menyelenggarakan upacara penobatan gelar penghulu itu maka

boleh mengadai secukupnya untuk pelaksanaan acra tersebut.

Diluar yang 4 macam tersebut pada hakekatnya tidak diperkenankan bagi masyarakat

Minang untuk menggadaikan harta pusaka tinggi atau ulayat, kecuali yang sifatnya urgent

sekali seperti

1. Ada kemenakan yang sekolahnya sedang tergantung atak cerdas nilai tinggi, tapi ibu

miskin ayah meninggal saudarapun miskin pula tak ada tempat bertenggang, maka boleh

mengadaikan harta pusaka tinggi untuk keperluan sekolahnya dan kalau sudah bekerja nanti

dapat ditebus kembali.

2. Ada keluarga dan family yang sakit keras harus dioperasi dll, uang tidak ada untuk biaya

familipun hidupnya susah juga maka boleh menggadaikan harta pusaka seperlunya dll yang

sifatnya sangat urgent.

Pada hakikatnya menggadaikan harta pusaka tinggi atau ulayat di Minang Kabau sangat

dilarang, apa lagi menjualnya malah sangat tidak boleh, karena kalau dibolehkan mengadai

atau menjual maka akan hilanglah keistimewaan Minang Kabau, Ladang habih sawah

tagadai, parak tandeh hutan tajua, dima katampek iduik lai kamanakan batambah banyak

juo, akianyo manumpang ditanah urang manjawek upah patang pagi, pilolah nasib

kabarubah akianyo rantau dipajauah kampuang dihuni urang lain, harato bapindah tangan

Minang kabau katingga namo.

Page 15: Adat istiadat minang kabau

BAGIAN KE IV :

MINANG KABAU ADALAH BUDAYA BUKAN TERITORIAL PEMERINTAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Banyak orang yang salah pengertian memahami Minang Kabau, karena banyak yang

menganggap Minang Kabau itu adalah sebuah kerajaan pemerintahan yang berada di

Sumatera Barat, padahal Minang Kabau bukanlah suatu kerajaan pemerintahan namun dia

adalah suatu kebudayaan masyarakat adat yang menganut sistim kekerabatan Matrilineal

dalam tatanan kemasyarakatan sehari-hari.

Pada zaman dahulu memang banyak terdapat kerajaan pemerintahan di Minang Kabau

salah satunya yang terbesar adalah Kerajaan Pagaruyung, namun Pagaruyung bukanlah

satu-satunya kerajaan di Minang Kabau banyak lagi yang lain.

Banyak pula orang yang mencampurkan dan mengidentikkan Minang Kabau itu adalah

Pagaruyung padahal bukan, Pagaruyung hanyalah merupakan salah satu Kerajaan yang

pernah berkuasa di masyarakat Minang Kabau yang kebetulan Pusat Kerajaannya berada di

daerah dimana Adat dan Budaya Minang Kabau itu dibangun oleh para pendiri dan

pemikirnya zaman dulu.

Banyak pula orang yang mengartikan bahwa Minang Kabau identik dengan Provinsi

Sumatera Barat, padahal itu juga bukan, tidak seluruh Provinsi Sumatera Barat menganut

Budaya Minang Kabau seperti di Kepulauan Mentawai dan sebahagian Pasaman,

masyarakat yang menganut adat dan budaya Minang Kabau juga terdapat di Provinsi lain

seperti Riau, Jambi dan Bengkulu, Bahkan sampai ke Negeri Sembilan Malaisya.

Tidaklah tepa kalau dikatakan seluruh orang Sumatera Barat adalah orang Minang Kabau

dan orang yang diluar Sumatera Barat bukan orang minang kerena berada pada Provinsi

lain, yang paling tepat itu orang Minang adalah orang yang memakai adat istiadat Minang

Kabau.

Untuk menentukan apakah orang itu adalah masyarakat Minang Kabau dapat dilihat dari

beberapa kriteria yang sesuai dengan ajaran adat Minang Kabau, diantaranya :

1. Palsapah adatnya adalah ADAT BERSENDI SYARAK, SYARAK BERSENDI KITABULLAH

(Mengamalkan syariat Islam secara utuh)

2. Mereka memakai sistim Kekerabatan Matrilineal (mengambil pesukuan dari garis ibu)

3. Mempunyai Suku dalam kelompok masyarakatnya yang di pimpin oleh seorang

penghulu yang disebut Datuk

4. Mempunya harta pusaka tinggi berupa sawah, ladang, hutan, sungai, dll yang dikelola

turun temurun menurut garis ibu yang disebut Ulayat adat.

5. Mempunyai pandam pekuburan (Tanah pekuburan Kaum adat dalam suatu suku)

Page 16: Adat istiadat minang kabau

6. Mempunyai Rumah Adat kaum yang atapnya berbentuk tanduk kerbau (bergonjong).

Orang Minang Kabau melaksanakan kehidupan sesuai menurut ajaran Islam serta menurut

alur dan patut yang di terjemahkan kedalam ajaran adat, jadi siapa saja masyarakatnya yang

menganur tatanan adat sesuai kriteria diatas maka mereka adala orang Minang Kabau,

begitu juga sebaliknya walaupun seseorang atau sekelompok masyarakat itu berasal dari

Sumatera Barat dan dari Batusangkar sekalipun tempat lahirnya adat Minag Kabau kalau dia

tidak memenuhi keriteria tersebut maka dia bukanlah orang Minang Kabau.

Page 17: Adat istiadat minang kabau

Bahasa Minangkabau

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bahasa Minangkabau atau Baso Minang adalah salah satu anak cabang bahasa Austronesia

yang dituturkan khususnya di wilayah Sumatera Barat, bagian barat propinsi Riau serta

tersebar di berbagai kota di seluruh Indonesia.

Terdapat pertentangan mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan bahasa Melayu.

Sebagian pakar bahasa menganggap bahasa ini sebagai dialek Melayu, karena banyaknya

kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di dalamnya, sementara yang lain justru

beranggapan bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Melayu.

Daerah sebar tutur

Secara historis, daerah sebar tutur Bahasa Minangkabau meliputi bekas wilayah kekuasaan

Kerajaan Pagaruyung yang berpusat di Batusangkar, Sumatera Barat. Batas -batasnya biasa

dinyatakan dalam ungkapan Minang berikut ini:

Dari Sikilang Aia Bangih

hingga Taratak Aia Hitam.

Dari Durian Ditakuak Rajo

hingga Sialang Balantak Basi.

Sikilang Aia Bangih adalah batas utara, sekarang di daerah Pasaman Barat, berbatasan

dengan Natal, Sumatera Utara. Taratak Aia Hitam adalah daerah Bengkulu. Durian Ditakuak

Rajo adalah wilayah di Kabupaten Bungo, Jambi. Yang terakhir, Sialang Balantak Basi adalah

wilayah di Rantau Barangin, Kabupaten Kampar, Riau sekarang.

Bahasa Minangkabau juga menjadi bahasa lingua franca di kawasan pantai barat Sumatra

Utara, bahkan menjangkau jauh hingga pesisir barat Aceh. Di Aceh, penutur bahasa ini

disebut sebagai Aneuk Jamee. Selain itu, bahasa Minangkabau juga dituturkan oleh

masyarakat Negeri Sembilan, Malaysia yang nenek moyangnya merupakan pendatang asal

ranah Minang sejak berabad-abad silam.

Dialek

Dialek bahasa Minangkabau sangat bervariasi, bahkan antarkampung yang dipisahkan oleh

sungai sekali pun dapat mempunyai dialek yang berbeda. Perbedaan terbesar adalah dialek

yang dituturkan di kawasan Pesisir Selatan dan dialek di wilayah Mukomuko, Bengkulu.

Selain itu dialek bahasa Minangkabau juga dituturkan di Negeri Sembilan, Malaysia dan yang

disebut sebagai Aneuk Jamee di Aceh, terutama di wilayah Aceh Barat Daya dan Aceh

Selatan. Berikut ini adalah perbandingan perbedaan antara beberapa dialek:

Bahasa Indonesia/ Bahasa Melayu : Apa katanya kepadamu?

Bahasa Minangkabau “baku” : A keceknyo jo kau?

Page 18: Adat istiadat minang kabau

Mandahiling Kuti Anyie : Apo kecek o kö gau?

Padang Panjang : Apo keceknyo ka kau?

Pariaman : A kato e bakeh kau?

Luda i : A kecek o ka rau?

Sungai Batang : Ea janyo ke kau?

Kurai : A jano kale gau?

Kuranji : Apo kecek e ka kau?

Salimpaung Batusangkar : Poh ceknyoh kah khau duh?

Rao-Rao Batusangkar : Aa keceknyo ka awu tu?

Untuk komunikasi antar penutur bahasa Minangkabau yang sedemikian beragam ini,

akhirnya dipergunakanlah dialek Padang sebagai bahasa baku Minangkabau atau disebut

Baso Padang atau Baso Urang Awak. Bahasa Minangkabau dialek Padang inilah yang

menjadi acuan baku (standar) dalam menguasai bahasa Minangkabau.

Contoh :

Bahasa Minangkabau: Sadang kayu di rimbo tak samo tinggi, kok kunun manusia

(peribahasa)

Bahasa Indonesia: Sedangkan pohon di hutan tidak sama tinggi, apa lagi manusia

Bahasa Minangkabau: Co a koncek baranang co itu inyo (peribahasa)

Bahasa Indonesia: Bagaimana katak berenang, seperti itulah dia.

Bahasa Minangkabau: Indak buliah mambuang sarok di siko!

Bahasa Indonesia: Tidak boleh membuang sampah di sini!

Bahasa Minangkabau: Bungo indak satangkai, kumbang indak sa ikua (peribahasa)

Bahasa Indonesia: Bunga tidak setangkai, kumbang tidak seekor

Bahasa Minangkabau: A tu nan ka karajo ang* ?

Bahasa Indonesia: Apa yang akan kamu kerjakan?

* perhatian: kata ang (kamu) adalah kata kasar

Karya sastra

Karya sastra tradisional berbahasa Minang memiliki persamaan bentuk dengan karya sastra

tradisional berbahasa Melayu pada umumnya, yaitu berbentuk pantun, cerita rakyat,

hikayat nenek moyang (tambo) dan adat-istiadat Minangkabau. Penyampaiannya biasanya

dilakukan dalam bentuk cerita (kaba) atau dinyanyikan (dendang).

Perbandingan dengan Bahasa Melayu/Indonesia

Orang Minangkabau umumnya berpendapat banyak persamaan antara Bahasa

Minangkabau dengan Bahasa Melayu/Indonesia. M. Rusli dalam Peladjaran Bahasa

Minangkabau menyebutkan pada pokoknya perbedaan antara Bahasa Minangkabau dan

Page 19: Adat istiadat minang kabau

Bahasa Indonesia adalah pada perbedaan lafal, selain perbedaan beberapa kata.

Contoh-contoh perbedaan lafal Bahasa Melayu/Indonesia dan Bahasa Minangkabau adalah

sebagai berikut:

• ut-uik, contoh: rumput-rumpuik

• us-uih, contoh: putus -putuih

• at-ek, contoh: rapat-rapek. Untuk kata-kata berasal dari bahasa asing at-aik, contoh: adat-

adaik

• al/ar-a, contoh: jual-jua, kabar-kaba

• e(pepet)-a, contoh: beban-baban

• a-o, contoh: kuda-kudo

• awalan ter-, ber-, per- menjadi ta-, ba-, pa-. Contoh: berlari, termakan, perdalam (Bahasa

Melayu/Indonesia) menjadi balari, tamakan, padalam (Bahasa Minangkabau)

Page 20: Adat istiadat minang kabau

Selayang Pandang tentang Minangkabau (Sumatera Barat)

Budaya

Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat matrilineal yang terbesar di dunia,

di mana harta pusaka diwaris menerusi nasab sebelah ibu. Beberapa ahli fikir berpendapat

bahawa adat inilah yang menyebabkan ramai kaum lelaki Minangkabau untuk merantau di

serata Nusantara untuk mencari ilmu atau mencari kemewahan dengan berdagang. Kanak-

kanak lelaki semuda 7 tahun selalunya akan meninggalkan rumah mereka untuk tinggal di

surau di mana merka diajarkan ilmu agama dan adat Minangkabau. Apabila remaja pula,

mereka digalakkan untuk meninggalkan perkampungan mereka untuk menimba ilmu di

sekolah atau menimba pengalaman daripada luar kampung dengan harapan yang mereka

akan pulang sebagai seorang dewasa yang lebih matang dan bertanggungjawab kepada

keluarga dan nagari (kampung halaman).

Tradisi ini berhasil mendirikan beberapa masyarakat rantauan Minangkabau di

bandar dan tempat-tempat lain di Indonesia. Namun ikatan mereka dengan Ranah Awak

(Tanah Minang) masih disimpan dan dikuatkan lagi. Satu contoh kawasan yang didiami oleh

masyarakat Minangkabau dan masih mengamalkan adat dan budaya Minangkabau adalah

Negeri Sembilan di Malaysia.

Selain daripada dikenali sebagai orang pedagang, masyarakat Minang juga berjaya

melahirkan beberapa penyair, penulis, negarawan, ahli fikir dan para ulama. Ini mungkin

terjadi kerana budaya mereka yang memberatkan penimbaan ilmu pengetahuan. Sebagai

penganut agama Islam yang kuat, mereka cenderung kepada idea untuk menggabungkan

ciri-ciri Islam dalam masyarakat yang moden. Selain itu, peranan yang dimainkan oleh para

cendekiawan bersama dengan semangat bangga orang Minang dengan identiti mereka

menjadikan Tanah Minangkabau, iaitu, Sumatra Barat, sebagai sebuah kuasa utama dalam

pergerakan kemerdekaan di Indonesia.

Masyarakat Minang, terbahagi kepada beberapa buah suku, iaitu, Suku Piliang, Bodi

Caniago, Tanjuang, Koto, Sikumbang, Malayu dan Jambak. Kadang-kadang juga, keluarga

yang sesuku tinggal dalam satu rumah besar yang dipanggil Rumah Gadang. Penggunaan

bahasa Indonesia berleluasa di kalangan masyarakat Minang, tetapi mereka masih boleh

bertutur dalam bahasa ibunda mereka, iaitu, bahasa Minangkabau. Bahasa Minangkabau

mempunyai perkataan yang serupa dengan bahasa Melayu tetapi berbeza dari segi sebutan

dan juga tatabahasa hingga menjadikannya unik dari bahasa Melayu.

Salah satu aspek terkenal mengenai orang Minang adalah makanan tradisional

mereka seperti rendang, Soto Padang (makanan sup), Sate Padang dan Dendeng Balado

(daging dendeng berlada). Restoran Minangkabau yang sering digelar “Restoran Padang”

dapat dijumpai di merata Indonesia dan di negara-negara jiran yang lain.

Page 21: Adat istiadat minang kabau

Upacara dan perayaan

Upacara dan perayaan Minangkabau termasuk:

• Turun mandi – upacara memberkati bayi

• Sunat rasul – upacara bersunat

• Baralek – upacara perkahwinan

• Batagak pangulu – upacara pelantikan penghulu. Upacara ini akan berlansung selama 7

hari di mana seluruh kaum kerabat dan ketua-ketua dari kampung yang lain akan dijemput

• Turun ka sawah – upacara kerja gotong-royong

• Manyabik – upacara menuai padi

• Hari Rayo – perayaan Hari Raya Aidilfitri

• Hari Rayo – perayaan Hari Raya Aidiladha

• Maanta pabukoan – menghantar makanan kepada ibu mentua sewaktu bulan Ramadan

• Tabuik – perayaan Islam di Pariaman

• Tanah Ta Sirah, perlantikan seorang Datuk (ketua puak) apabila Datuk yang sebelumnya

meninggal dunia silang beberapa jam yang lalu (tidak payah didahului dengan upacara

batagak pangulu)

• Mambangkik Batang Tarandam, perlantikan seorang Datuk apabila Datuk yang sebelumya

telah meninggal 10 atau 50 tahun yang lalu (mengisi jawatan yang telah lama dikosongkan)

Seni

Seni tradisonal Minangkabau termasuk:

• Randai, teater rakyat dengan memasuki pencak, musik, tarian dan drama

• Saluang Jo Dendang, serunai bambu dan nyanyian

• Talempong musik bunyi gong

• Tari Piring

• Tari Payung Menceritakan kehidupan muda-mudi Minang yang selalu riang gembira

• Tari Indang

• Pidato Adat juga dikenali sebagai Sambah Manyambah (sembah-menyembah), upacara

berpidato, dilakukan di setiap upacara-upacara adat, seperti rangkaian acara pernikahan

(baralek), upacara pengangkatan pangulu (penghulu), dan lain-lain

• Pencak Silat tarian yang gerakannya adalah gerakan silat tradisional Minangkabau

Kraftangan

Traditional Minangkabau crafts include:

• Kain Songket

• Sulaman

• Ukiran kayu

• menukang emas dan perak

Agama

Kebanyakkan orang apabila diberitahu bahawa masyarakat Minang merupakan penganut

Islam yang kuat merasa bingung kerana anggapan mereka ialah sebuah masyarakat yang

Page 22: Adat istiadat minang kabau

mengikut sistem saka (matriarchal) akan sering berselisih dengan fahaman Islam yang lebih

patriarchal. Namun sebenarnya, terdapat banyak persamaan di antara fahaman Islam dan

Minangkabau (lebih lagi pada masa kini) sehingga menjadi sukar untuk orang Minang

membedakan satu daripada lain.

Seperti contoh:

• Fahaman Islam: Menimba ilmu adalah wajib.

Fahaman Minangkabau: Anak-anak lelaki mesti meninggalkan rumah mereka untuk tinggal

dan belajar dengan di surau (langgar, masjid).

• Fahaman Islam: Mengembara adalah digalakkan untuk mempelajari dari tamadun-

tamadun yang kekal dan binasa untuk meningkatkan iman kepada Allah.

Fahaman Minangkabau: Remaja mesti merantau (meninggalkan kampung halaman) untuk

menimba ilmu dan bertemu dengan orang dari berbagai tempat untuk mencapai

kebijaksanaan, dan untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Falsafah merantau juga

bererti melatih orang Minang untuk hidup berdikari, kerana ketika seorang pemuda Minang

berniat merantau meninggalkan kampungnya, dia hanya membawa bekal seadanya.

• Fahaman Islam: Tiada wanita yang boleh dipaksa untuk berkahwin dengan lelaki yang dia

tidak mahu berkahwin.

Fahaman Minangkabau: Wanita menentukan dengan siapa yang mereka ingin berkahwin.

• Fahaman Islam: Ibu berhak dihormati 3 kali lebih dari bapa.

Fahaman Minangkabau: Bundo Kanduang adalah pemimpin/pengambil keputusan di Rumah

Gadang.

Ciri-ciri Islam begitu mendalam dalam adat Minang sehingga mereka yang tidak

mengamalkan Islam dianggap telah terkeluar dari masyarakat Minang.

Masyarakat Minangkabau di Negeri Sembilan

Pada permulaan abad ke-14, orang-orang Minangkabau mula tiba di Negeri Sembilan

melalui Melaka dan sampai ke Rembau. Orang Minangkabau ini lebih bertamadun daripada

penduduk asal iaitu, Orang Asli, dan berjaya tinggal secara damai dengan mereka. Dengan

itu berlakulah pernikahan antara orang-orang Minangkabau dengan penduduk asli dan

daripada keturunan mereka dinamakan suku Biduanda. Suku Biduanda ini adalah pewaris

asal Negeri Sembilan dan apabila hendak memilih seorang pemimpin maka hanya mereka

dari suku Biduanda inilah yang akan dipilih. Orang-orang Minangkabau yang datang

kemudian adalah dari suku kampung-kampung asal mereka di Minangkabau. Pada peringkat

awal kebanyakan yang tiba adalah dari Tanah Datar dan Payakumbuh.

Dari suku Biduanda inilah asalnya pembesar-pembesar Negeri Sembilan yang dipanggil

‘Penghulu’ dan kemudiannya ‘Undang’. Sebelum wujudnya institusi Yang di-Pertuan Besar,

Negeri Sembilan berada di bawah naungan kerajaan Melayu Johor.

Orang-orang Minangkabau terkemuka

• Abdul Muis, penulis, wartawan dan pejuang kebangsaan

• Leftenan Adnan bin Saidi, wira Perang Dunia II

• Chairil Anwar, pujangga

Page 23: Adat istiadat minang kabau

• Buya Hamka, cendekiawan Islam

• Prof Dr Emil Salim, ahli ekonomis dan bekas menteri Indonesia

• Haji Agus Salim, pejuang kemerdekaan Indonesia

• Mohammad Hatta, Naib Presiden Indonesia yang pertama dan salah seorang pengasas

negara Indonesia

• Siti Mangopoh, pejuang wanita yang berlawan mengusir penjajah Belanda

• Rasuna Said, menteri wanita pertama di Indonesia

• Rohana Kudus, aktivis wanita dan pengarang

• Sutan Sjahrir, bekas perdana menteri Indonesia

• Ibrahim Datuk Tan Malaka, nasionalis dan ketua parti komunis

• Tuanku Imam Bonjol, Pemimpin gerakan Padri. Islam di Minangkabau yang berfahaman

Wahabi, keras dan berdasarkan Al Quran dan Sunnah menyebaban perselisihan antara

Ulama dan Pemimpin Adat kerana Islam melarang beberapa kebiasaan-kebiasaan adat,

seperti menyabung ayam dan sebagainya. Namun dalam perkembangannya, beberapa

kebiasaan masyarakat Minang yang dilarang Islam itu lambat laun menghilang sejalan

dengan bertambahnya ulama-ulama Minangkabau yang menuntut ilmu langsung di Mekah

dan kembali lagi ke Minangkabau.

• Tuanku Nan Renceh, ketua dalam Perang Padri

• Yusof Ishak, presiden pertama Singapura

• Zubir Said, penggubah lagu kebangsaan Singapura, Majulah Singapura

• Hasyim Ning, usahawan terkenal pada era Sukarno

• Ir. Fazwar Bujang Direktor Utama syarikat PT. Krakatau Steel Indonesia

• Adityawarman, Raja pertama Minangkabau, masih mempunyai tali darah dengan

Majapahit dan Gajah Mada. Ibu Adityawarman adalah puteri raja Kerajaan Melayu di Jambi

yang disunting salah satu raja Majapahit, dan dihantar kembali ke Minangkabau untuk

memerintah di wilayah Minangkabau. Namun kerana Adat Minangkabau yang begitu kuat,

di mana pemerintahan tertinggi dari suatu nagari adalah Tigo Tungku Sajarangan; Pangulu,

Cadiak Pandai, Alim Ulama (Bukan Rajo), maka kedudukan Aditiyawarman sebagai raja

Minangkabau hanya sebagai lambang saja; bahkan Adityawarman memutuskan hubungan

dengan Majapahit dan mendirikan kerajaan Minangkabau yang merdeka dan berpusat di

Pagaruyung.

• Dr Sheikh Muszaphar Shukor Al Masrie bin Sheikh Mustapha, angkasawan pertama

Malaysia

• Tan Sri Datuk Abdul Samad Idris, ahli politik, budayawan, sejarawan dan penulis Malaysia

• Tan Sri Norma Abas. Wanita pertama Hakim Besar Malaya