ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

25
ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE MARKETPLACE (Studi Kasus pada Pebisnis X) Disusun oleh: Himmi Ferdian Kartika NIM. 125020301111031 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019 ABSTRAK

Transcript of ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

Page 1: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADAONLINE MARKETPLACE

(Studi Kasus pada Pebisnis X)

Disusun oleh:

Himmi Ferdian Kartika

NIM. 125020301111031

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih

Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2019

ABSTRAK

Page 2: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADAONLINE MARKETPLACE

(Studi Kasus pada Pebisnis X)

Oleh :

Himmi Ferdian Kartika

Dosen Pembimbing : Devy Pusposari, SE., M.Si., Ak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kewajiban perpajakan pada Pebisnis Xsebagai salah satu pebisnis online pada online marketplace menurut PeraturanPemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun2018. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitiankualitatif deskriptif. Objek dari penelitian ini adalah Pebisnis X sebagai salah satupenjual pada mal internet online marketplace. Data yang dipakai adalah dataprimer. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah observasi, wawancara,dokumen dan triangulasi. Hasil analisis penelitian ini adalah Pebisnis X telahmemiliki NPWP dan melaporkan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi setiaptahunnya, tetapi belum membayar SPT Masa atas penghasilan uasahanya. JumlahPPh Final yang seharusnya dibayar oleh Pebisnis X sejak bulan Juni 2016 sampaidengan bulan April 2019 adalah Rp4.517.157,00. Perhitungan tersebut diperolehdari jumlah PPh Final terutang menurut ketentuan tarif Peraturan PemerintahNomor 46 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% selama 34 bulansesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pasal 9 Ayat (2a).Pebisnis X tidak membayarkan PPh Final atas penghasilan usahanya dikarenakantidak memiliki pengetahuan mengenai pajak pada bisnis online dan keberatandengan besaran pajak harus dibayaran. Tidak optimalnya penerimaan pajak padaonline marketplace berdampak pada tidak maksimalnya potensi penerimaan pajakNegara.

Kata kunci: Online Marketplace, Pajak Penghasilan Final, PeraturanPemerintah Nomor 46 Tahun 2013, Peraturan PemerintahNomor 23 Tahun 2018

Page 3: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

ABSTRACT

ANALYSIS OF ONLINE BUSINESS TAXATION OBLIGATIONS ONONLINE MARKETPLACE(Case Study on Business X)

By:

Himmi Ferdian Kartika

Supervisor: Devy Pusposari, SE., M.Sc., Ak.

This study aims to determine the taxation obligations of Businessman X as one ofthe online businesses in the online marketplace according to GovernmentRegulation Number 46 of 2013 and Government Regulation Number 23 of 2018.The research method used in this research is descriptive qualitative research. Theobject of this research is Businessman X as one of the sellers in the online internetmall marketplace. The data used are primary data. Data collection techniques fromthis study were observation, interviews, documents, and triangulation. The resultsof this research analysis are that Entrepreneur X already has a NPWP and reportsthe Annual Income Tax Return annually, but has not paid the Annual Tax Returnon his income. The amount of Final Income Tax that should be paid byBusinessman X from June 2016 to April 2019 is Rp4.517.157,00. The calculationis obtained from the amount of final PPh owed according to the provisions of therates Government Regulation Number 46 of 2013 and Government RegulationNumber 23 of 2018 plus 2% administrative sanctions of interest for 34 monthsaccording to the provisions of Law Number 28 of 2007 article 9 paragraph (2a).Businessman X does not pay Final Income Tax on his business income because hehas no knowledge of taxes on online businesses and objections to the amount oftax must be paid. The non-optimal tax revenue in the online marketplace has animpact on the minimum potential of the state tax revenue.

Keywords: Online Marketplace, Final Income Tax, Government RegulationNumber 46 of 2013, Government Regulation Number 23 of 2018

Page 4: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

PENDAHULUAN

Online marketplace menurut Dewi (2014) merupakan pasar online dimana

penjual dan pembeli bertemu untuk bertukar produk, jasa, uang atau informasi.

Online marketplace dapat berupa sebuah situs yang disediakan oleh

penyelenggara situs online marketplace sebagai tempat kegiatan usaha bagi para

penjual untuk menjual barang atau jasa. Situs pembelanjaan yang berbasis internet

yang disediakan oleh penyelenggara online marketplace tersebut disebut Mal

internet dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ/2015.

Terdapat banyak penjual yang memiliki toko online di dalam mal internet online

marketplace yang memajang produknya secara digital dengan sebuah foto atau

video dilengkapi dengan deskripsi produk dan harga pada etalase toko online.

Kebanyakan mal internet yang disediakan oleh penyelenggara online marketplace

tidak memungut biaya apapun kepada penjual. Penjual hanya perlu mendaftarkan

toko onlinenya pada mal internet yang disediakan oleh beberapa online

marketplace. Hal tersebut membuat seseorang dengan modal yang kecil dapat

mencoba berjualan online. Hal ini banyak dimanfaatkan oleh pebisnis baru yang

ingin mencoba berjualan atau mengembangkan usahanya. Beberapa contoh online

marketplace di Indonesia seperti, Tokopedia.com, Bukalapak.com, Shopee.co.id.

Jumlah transaksi yang terjadi di online marketplace sangat besar. Besarnya

transaksi pada online marketplace dapat dilihat dari beberapa online marketplace

yang banyak digunakan di Indonesia seperti, Tokopedia, Bukalapak, dan juga

Shopee. Public Relations Sublead Tokopedia, Antonia Adega, menyebutkan

bahwa transaksi per bulan Tokopedia dapat melebihi Rp1 triliun (Tempo.co,

Page 5: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

2017). Pada tahun 2018 jumlah transaksi per bulan tersebut meningkat hingga 4

kali lipat (katadata.co.id, 2019). Pada tahun yang sama, presiden Bukalapak Fajrin

Rasyid menyebutkan bahwa total transaksi atau gross merchandise value (GMV)

perusahaan perbulan mencapai Rp4 triliun (KOMPAS.com, 2018). Selain

Tokopedia dan Bukalapak, Shopee juga mencatat total transaksi atau gross

merchandise value (GMV) yang cukup besar. Shopee menyebutkan untuk

transaksi yang terjadi di Indonesia mencapai Rp1.9 triliun per bulan.

(katadata.co.id, 2018). Selain itu, Asosiasi E-Commerce Indonesia juga

menyebutkan bahwa dipredisksi potensi jumlah transaksi belanja online pada

tahun 2020 akan mencapai 1.700 triliun (cnnindonesia.com, 2017). Berdasarkan

bebrapa data tersebut, dapat dilihat bahwa minat masyarakat Indonesia tinggi

dalam melakukan jual beli secara online.

Tingginya jumlah transaksi pada online marketplace diharapkan dapat

meningkatkan penerimaan pajak Indonesia mengingat pajak merupakan

merupakan sumber penerimaan terbesar di Indonesia. Kementerian Keuangan

Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada tahun 2017 menyatakan

bahwa sumber penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

sebesar 85,6% berasal dari pajak. Besarnya persentase pajak tersebut tidak sejalan

dengan tingkat kepatuhan Wajib Pajak Indonesia yang masih rendah, terlebih lagi

sepanjang tahun 2017 persentase pelaporan baru mencapai 72,64%. Hal yang

sama terjadi pada UMKM di Indonesia, Deputi Bidang Ekonomi Makro dan

Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simongkir

mengatakan bahwa UMKM menyumbang PDB hingga 60,34% (Liputan6.com,

Page 6: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

2018). Selain itu, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Republik Indonesia tahun 2017 mengungkapkan bahwa UMKM mendominasi

sektor perekonomian dengan unit usaha mencapai 99,9% dari total unit usaha,

namun kontibusi pembayaran PPh Final UMKM hanya sebesar 2,2% dari total

PPh yang dibayarkan sendiri oleh Wajib Pajak. Dapat dilihat bahwa kepatuhan

pajak pada UMKM masih rendah. Besarnya pengaruh yang diberikan UMKM

pada perekonomian Indonesia tidak diimbangi dengan penerimaan pajaknya.

Penelitian sebelumnya mengenai pajak penghasilan pada beberapa

pengusaha online shop menyebutkan bahwa pengusaha online shop menganggap

pajak sebagai sebuah kewajiban, beban dan hal yang sulit. Selain itu ditemukan

juga bahwa pengusaha online shop dengan sengaja menghindari pajak dengan

cara menyembunyikan penghasilan mereka karena belum ketatnya pengenaan

pajak dan belum adanya undang-undang khusus pada online shop (Viana,

Margareth, & Serly, 2017). Mendukung penelitian sebelumnya, Penelitian Lubis

(2017) menyebutkan rendahnya kesadaran pelaku usaha online sebagai Wajib

Pajak merupakan salah satu faktor penghambat pemungutan pajak. Berdasarkan

data dan beberapa penelitian sebelumnya, dapat dilihat bahwa tingkat kepatuhan

Wajib Pajak pada pebisnis online masih rendah. Julianti & Zulaikha (2014)

berpendapat bahwa meningkatkan kepatuhan pajak diperlukan karena kepatuhan

pajak dapat menjadi sarana untuk mewujudkan rasa nasionalisme dan cinta

kepada bangsa dan Negara dimana uang pajak yang dibayarkan tersebut

digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan seluruh masyarakat.

Page 7: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

Sebagai upaya meningkatkan penerimaan pajak, Kementerian Keuangan

Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan Surat Edaran

Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ/2015 Tentang Pemotongan Dan/Atau

Pemungutan Pajak Penghasilan Atas Transaksi E-commerce. SE-06/PJ/2015

mengklasifikasikan 4 model transaksi online yaitu Online Marketplace, Classified

Ads, Daily Deals dan Online Retail. Berdasarkan 4 klasifikasi tersebut hanya

pebisnis online retail yang sudah patuh melaksanakan kewajiban perpajakannya

dengan memuat PPN sebesar 10% dari harga jual produk mereka. Hal tersebut

dikarenakan kebanyakan online retail merupakan pedagang besar sudah terdaftar

usahanya dan juga beberapa diantaranya sudah memiliki toko fisik terlebih dahulu

seperti toko buku Gramedia dan situs gramedia.com.

Berbeda dengan online retail, tarif pajak yang digunakan pebisnis online

marketplace dapat mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018

tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari usaha yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yaitu, 0,5% dari

omzet sampai dengan Rp4.800.000.000,00 yang bersifat final. Terkait hal ini, Sri

Mulyani juga menegaskan bahwa aturan terkait pajak pada bisnis secara online

atau e-commerce, media sosial dan konvensional diberikan treatment yang sama,

yakni penghasilan sampai dengan Rp4.800.000,00 dikenakan pajak 0,5% atau

mangacu pada peraturan peraturan perundang-undangan tentang pelaku UMKM

(CNBC Indonesia, 2019). Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018

menyebutkan bahwa ketentuan perubahan tarif 0,5% ini bersifat opsional. Wajib

Pajak dapat memilih untuk menggunakan skema final dengan tarif 0,5% atau

Page 8: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

menggunakan skema normal dengan mengikuti pasal 17 Undang-Undang Nomor

36 Tahun 2008.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 berlaku mulai Juli 2018

menggantikan peraturan sebelumnya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

2013 dengan tarif 1% dari omzet sampai dengan Rp4.800.000.000,00. Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 sendiri sebelumnya digunakan oleh UMKM.

Penelitian terkait peraturan sebelumnya yang dilakukan oleh Susilo dan Sirrajudin

(2013) menyebutkan bahwa pemahaman masyarakat masih minim terkait dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dan upaya Pengenalan Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang dilakukan pemerintah belum maksimal.

Penelitian Furi (2014) yang dilaksanakan di kabupaten Batang menyebutkan

bahwa penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 dengan tarif 1%

pada WPOP UMKM tidak menguntungkan bagi usaha mikro karena pajak yang

dibayarkan lebih besar, akan tetapi peraturan pajak tersebut lebih menguntungkan

bagi usaha kecil dan menengah. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya,

dapat dilihat bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 belum berjalan

secara maksimal sehingga pemerintah mengesahkan Peraturan Pemerintah Nomor

23 Tahun 2018.

Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 menjadi Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 merupakan salah satu upaya yang dilakukan

pemerintah agar pelaku UMKM lebih aktif dalam kegiatan ekonomi formal

dengan memberikan kemudahan dalam pembayaran dan pengenaan tarif yang

lebih adil (detikfinance, 2018). Perubahan ini membuat peneliti tertarik untuk

Page 9: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

melakukan penelitian pada Pebisnis X sebagai salah satu pebisnis online yang

berkaitan dengan dampak disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

2018 dengan penurunan tarif menjadi 0,5%. Selian itu peneliti juga tertarik untuk

mengaplikasikan perhitungan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 dan

peraturan sebelumnya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada

bisnis online Pebisnis X.

Peneliti memilih Pebisnis X sebagai objek penelitian dikarenakan Pebisnis

X telah memulai usahanya sejak tahun 2015 dan telah memiliki 3 akun toko

online pada 3 mal internet online marketplace, tetapi sampai saat ini Pebisnis X

belum membayar pajak atas penghasilan usahanya meskipun omzet yang diterima

per tahun mecapai Rp150.000.000,00. Penelitian ini mengacu pada penelitian

Butar (2014) yang melakukan penelitian mengenai penerapan Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada CV. Lestari dengan tujuan melihat

ketepatan perhitungan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 sebagai dasar

pengenaan pajak serta bagaimana dampak penerapan peraturan baru ini bagi

perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

Penelitian ini mengkhususkan pada Pebisnis X sebagai pebisnis pada online

marketplace. Selain itu, penelitian ini menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor

23 Tahun 2018 sebagai dasar pengenaan pajak.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini mengangkat masalah

bagaimana kewajiban perpajakan pada Pebisnis X sebagai pebisnis online pada

online marketplace?

Page 10: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

TELAAH PUSTAKA

Klasifikasi E-commerce

Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan Surat Edaran Direktur Jendreal

Pajak Nomor SE-06/PJ/2015 Tentang Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak

Penghasilan Atas Transaksi E-commerce pada tahun 2015. SE-06/PJ/2015

mengklasifikasi e-commerce menjadi 4 model transaksi, yaitu Online

Marketplace, Classified Ads, Daily Deals, dan Online Retail.

Online Marketplace

merupakan kegiatan meyediakan tempat kegiatan usaha berupa Toko

Internet di Mal Internet sebagai tempat Online Marketpalce. Online Marketpalce

dapat berupa situs dan aplikasi smartphone yang disediakan oleh Penyelenggara

Online Marketplace sebagai tempat kegiatan usaha bagi para penjual untuk

menjual barang atau jasa. Terdapat banyak penjual di dalam Online Marketplace

yang memajang produknya secara digital. Beberapa contoh Online Marketplace di

Indonesia, yaitu tokopedia.com, bukalapak.com, shopee.co.id dan lain-lain.

Online Marketplace bersikan banyak penjual seperti mal sehingga dapat

disebut mal online atau Mal Internet. Penjual dalam situs online marketplace atau

yang disebut juga Online Marketplace Merchant memajang produknya secara

digital dengan sebuah foto atau video yang dilengkapi dengan deskripsi produk

dan harga pada etalase Mal Internet online marketplace. Beberapa Online

Marketplace tidak memungut biaya untuk mendaftar dan memajang produk

dagang, seperti Tokopedia.com, Bukalapak.com, Shopee.co.id. Beberapa

Penyelenggara Online Marketplace bahkan memberikan kemudahan bagi penjual

Page 11: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

seperti, diskon dan cashback, rekap data penjualan, form pengiriman, sampai

menjadi mediator untuk penjual dan pembeli yang menghadapi kendala dalam jual

beli.

Perpajakan Atas Penghasilan pebisnis Online Marketplace

Sakti (2014:72-77) dalam bukunya menyebutkan pengelolaan usaha secara

online pada Online Marketplace mendapatkan perlakuan pajak yang sama dengan

perdagangan biasanya, tetapi hanya berbeda pada sarana/moda komunikasi

elektronik yang menggunakan internet sebagai infrastruktur utamanya.

Penghasilan yang diperoleh dari kegiatan usaha melaui Online Marketplace

mengikuti tarif pada pasal 17 Undang-Undang pajak penghasilan yang bersifat

progresif bagi orang pribadi dan tetap bagi badan usaha. Sedangkan untuk orang

pribadi atau badan yang memiliki peredaran usaha tidak melebihi 4,8 miliar

rupiah dapat mengikuti tarif Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang

saat ini telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018.

Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018

Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 merupakan Peraturan

Pemerintah tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima

atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu tersebut

merupakan pengganti atas PP No 46 Tahun 2013. Tarif PP No. 23 Tahun 2018

bersifat final sebasar 0,5%, turun dari sebelumnya 1% pada PP 46 Tahun 2013

untuk Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib Pajak badan berbentuk koperasi,

komanditer, firma, atau perseroan terbatas dengan peredaran bruto ayau omzet

dibawah Rp4.800.000,00 dalam satu tahun pajak. Peredaran bruto atau omzet

Page 12: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

merupakan imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang

diterima atau diperoleh dari usaha, sebelum dikurangi potongan penjualan,

potongan tunai, dan/ atau potongan sejenis.

Terdapat beberapa Wajib Pajak yang tidak dapat memanfaatkan Peraturan

Pemerintah No. 23 Tahun, yaitu:

a. Wajib Pajak orang pribadi dengan penghasilan yang diperoleh dari jasa

sehubungan dengan pekerjaan bebas,

b. Wajib pajak dengan penghasilan yang diperoleh di luar negeri yang pajaknya

terutang atau telah dibayar di luar negeri,

c. Wajib pajak yang penghasilannya telah dikenai PPh yang bersifat final dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri,

d. Wajib pajak dengan penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.

Kebijakan tentang tarif PPh Final 0,5% pada Peraturan Pemerintah No. 23

Tahun 2018 memiliki batas waktu. Setelah batas waktu tersebut berakhir, Wajib

Pajak akan kembali menggunakan skema tarif normal sebagaimana diatur dalam

Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Rinciannya sebagai berikut:

7 tahun pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi,

4 tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan berbentuk koperasi, CV, atau Firma,

3 tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan berbentuk Perseroan Terbatas.

Tarif PPh Final 0,5% Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 bersifat

opsional. Wajib pajak dapat memilih menggunakan tarif PPh Final 0,5% atau

menggunakan pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak

penghasilan. Bagi Wajib Pajak yang belum menyelenggarakan pembukuan, maka

Page 13: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

pemerintah memberikan kemudahan dengan perhitungan sederhana tarif PPh

Final 0,5% dari omzet atau peredaran bruto. Sedangkan Wajib Pajak yang telah

menyelenggarakan pembukuan dapat menggunakan tarif normal yang diatur pasal

17 Undang-Undang No. 36 tentang pajak penghasilan. Penggunaan tarif normal

memiliki keuntungan, yaitu Wajib Pajak akan terbebas dari PPh apabila

mengalami kerugian fiskal. Berbeda dengan pengguna tarif PPh Final 0,5% yang

tetap harus membayar pajak meskipun dalam keadaan rugi. Wajib Pajak dapat

memilih menggunakan tarif dengan skema normal yang mengacu pada pasal 17

Undang-Undang No.36 Tahun 2008 dengan mengajukan permohonan kepada

Ditjen Pajak. Wajib Pajak yang telah memilih menggunakan tarif yang mengacu

pada pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tidak dapat memilih untuk

dikenakan PPh Final 0,5%.

Penyetoran dan pelaporan PPh sesuai ketentuan PP No. 23 Tahun 2018

yaitu paling lambat pada tanggal 15 bulan berikutnya dengan menggunakan Surat

Setoran Pajak (SSP). Pembayaran dilakukan dengan membuat kode pembayaran

terlebih dahulu melalui e-billing kemudian setelah mendapatkan kode pembayaran

dari e-billing, pembayaran dapat dilakukan dengan atm atau teller. Wajib Pajak

tidak perlu membuat Surat Pemberitahuan Masa karena tanggal validasi Nomor

Transaksi Penerima Negara (NTPN) yang tercantum pada SSP atau sarana

administrasi lain yang sama dengan SSP dianggap sebagai tanggal telah lapor SPT

Masa oleh DJP. Wajib pajak pebisnis online yang tidak melakukan kewajiban

perpajakan dapat dikenakan sanksi bunga sebesar 2% atas keterlambatan

pembayaran pajak (UU KUP 2007 Pasal 9) dan sanksi denda sebesar

Page 14: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

Rp100.000,00 atas tidak dilaporkannya SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi

(UU KUP 2007 Pasal 7).

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 merupakan kebijakan

pemerintah yang mengatur tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha

yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto

Tertentu. Peraturan pajak ini menurut Hasanah (2016) diberlakukan dengan

maksud:

a. Memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan,

b. Mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi,

c. Mengedukasi masyarakat untuk transparan,

d. Memberikan kesempatan untuk masyarakat untuk berkontribusi dalam

penyelenggaraan Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 menyebutkan tarif yang

dikenakan adalah 1% dari jumlah peredaran bruto atau omzet. Penghasilan yang

dapat dikenakan tarif pajak ini adalah penghasilan yang dari usaha yang diterima

atau diperoleh oleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto tententu. Wajib Pajak

yang memiliki peredaran bruto tertentu adalah Wajib Pajak yang memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk

usaha tetap,

b. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa

sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi

Page 15: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu)

tahun pajak.

Sedangkan Wajib PWajib Pajakajak yang tidak dikenai pajak penghasilan sesuai

dengan PP No. 46 Tahun 2013 adalah :

a. Orang pribadi yang yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau

jasa yang dalam usahanya menggunakan sarana atau prasarana yang dapat

dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap dan

menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang

tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.

b. Wajib Pajak badan yang belum beroperasi secara komersial dan Wajib Pajak

badan yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara

komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat

miliar delapan ratus juta rupiah).

Penyetoran dan pelaporan PPh sesuai ketentuan PP No. 46 Tahun 2013

yaitu paling lambat pada tanggal 15 bulan berikutnya dengan menggunakan Surat

Setoran Pajak (SSP) dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Penghasilan paling lama tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.

Jika SSP telah divalidasi NTPN, Wajib Pajak dianggap telah menyampaikan SPT

Masa PPh Pasal 4 ayat (2) sesuai tanggal validasi. Wajib Pajak pebisnis online

yang tidak melakukan kewajiban perpajakan dapat dikenakan sanksi bunga

sebesar 2% atas keterlambatan pembayaran pajak (UU KUP 2007 Pasal 9) dan

sanksi denda sebesar Rp 100.000,00 atas tidak dilaporkannya SPT Tahunan Wajib

Pajak Orang Pribadi (UU KUP 2007 Pasal 7).

Page 16: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Sugiyono (2013:14) menyebutkan bahwa metode penelitian kualitatif merupakan

metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana

peneliti adalah instrumen kunci dengan hasil penelitian yang lebih menekankan

makna dari pada generalisasi. Sedangkan Moleong (2017:11) mendefinisikan

metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena mengenai hal yang dialami oleh subjek penelitian, seperti

prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan hal lainnya secara holistik dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah dan pada suatu kontesk khusus yang alamiah.

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman (Sugiyono,

2013:430) yang menungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis dapa penelitian

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus, sehingga

datanya sudah jenuh. Adapun Tahapan-tahapan dalam analisis data :

1. Reduksi Data

Setelah melakukan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi

langsung kepada Pebisnis X sebagai pebisnis online pada online marketplace,

peneliti mencatat keseluruhan data yang diperoleh untuk dilakukan reduksi data.

Tujuan reduksi data adalah untuk merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada ha-hal yang penting, memcari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2013:431).

Page 17: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam proses pembuatan

hasil penelitian untuk mempermuudah peneliti dalam penarikan kesimpulan.

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram

dan sejenisnya (Sugiyono, 2013:434). Data yang disajikan dengan cara tersebut

akan lebih terorganisasi sehingga lebih mudah dipahami.

3. Penarikan / verifikasi Kesimpulan

Teknik analisis data yang terakhir adalah penarikan kesimpulan. Peneliti

membuat kesimpulan dari data-data yang dikumpulkan untuk mencari persamaan,

hubungan atau perbedaan data. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan

merupakan temuan baru yang belum pernah ada sebelumnya. Temuan dapat

berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas,

sehingga setelah diteliti menjadi jelas (Sugiyono, 2013:438).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Penerapan Pajak Pada Pebisnis X

Jumlah PPh Final Tahun 2016-2019

Tahun PendapatanBruto

PP No. 46 Tahun 2013(1% x pendapatan

bruto)

PP No. 23 Tahun2018

(0,5% x pendapatanbruto)

Hutang pajakper tahun

2016 36.196.000 361.960 - 361.9602017 87.499.000 874.990 - 874.990

2018 158.227.000 618.260 482.005 1.100.265

2019 78.615.000 - 393.075 393.075

Total 360.537.000 1.493.250 875.080 2.730.290

Sumber : Data Olahan 2019

Page 18: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

Berdasarkan perhitungan tabel diatas. PPh Final yang seharusnya dibayarkan

adalah Rp2.730.290,00. Namun diketahui bahwa Pebisnis X telah memiliki

NPWP sejak tahun 2016, akan tetapi jumlah pajak yang dilaporkan pada SPT

tahunan selama ini adalah nihil dikarenakan Pebisnis X dianggap belum

berpenghasilan saat mendaftarkan diri di KPP. Sampai bulan April 2019 saat

penelitian ini dilakukan, Pebisnis X belum melakukan kewajiban perpajakan atas

penghasilan usahanya dengan benar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang ada. Oleh sebab itu, Pebisnis X harus membayar sanksi bunga atas

keterlambatan pembayaran SPT Masa sesuai dengan UU KUP Pasal 9 Ayat (2a)

sebesar 2% per bulan dari jumlah pajak kurang bayar. Berdasarkan tabel 4.6

Jumlah sanksi administrasi berupa bunga sejak bulan Juni 2017 sampai dengan

bulan Maret 2019, yang berjumlah 34 bulan, harus dibayar oleh pebisnis X adalah

sebesar Rp1.786.867,00. Lamanya bulan yang dikenakan sanksi administrasi

bunga pada Pasal 9 Ayat (2a) tidak disebutkan maka, jumlah bulan tidak dibatasi.

Jumlah bulan diperoleh dari jumlah bulan selama Pebisnis X belum membayar

atau melaporkan pajak masa atas penghasilan usahanya yaitu, dihitung mulai

bulan Juni 2016 sampai dengan bulan Maret 2019. Oleh sebab itu, jumlah pajak

yang harus dibayar oleh pebisnis X adalah:

Hutang PPh Final dengan sanksi = Hutang PPh Final + Sanksi Bunga

= Rp2.730.290,00 + Rp1.786.867,00

= Rp4.517.157,00

Jumlah PPh Final yang harus dibayarkan dengan sanksi bunga adalah

Rp4.517.157,00. Pajak yang dibayarkan dengan sanksi bunga lebih besar 40%

Page 19: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

dari seharusnya. Pebisnis X tidak dikenakan sanksi denda dikarenakan Pebisnis X

selalu melaporkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi setiap tahun

sehingga Pebisnis X tidak dikenakan sanksi denda.

Analisis Perpajakan Pebisnis Online pada Online Marketplace

Selain Pebisnis X, Peneliti juga melakukan penelitian pada pebisnis online lainnya

pada online marketplace. Peneliti mlakukan wawancara pada Pebisnis A, Pebisnis

D dan Pebisnis F. Lama mereka berjualan pada situs online marketplace

beragam. Pebisnis A telah berjualan sejak 2016, Pebisnis D telah berjualan sejak

awal 2019 sedangkan Pebisnis F sejak 2017.

Berdasarkan beberapa pernyataan pebisnis lainnya pada online

marketplace, peneliti menarik kesimpulan bahwa baik Pebisnis X maupun

Pebisnis A, Pebisnis D dan Pebisnis F tidak mengetahui bahwa usaha yang

mereka lakukan pada situs online marketplace juga dikenakan pajak. Selain

Pebisnis X, Pebisnis A dan Pebisnis F juga menyatakan keberatan membayar

pajak sesuai dengan tarif menurut Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018.

Pebisnis F, yang juga telah memiliki NPWP, menyatakan hal yang sama dengan

Pebisnis X bahwa peredaran bruto mereka tidak akan diperhitungkan untuk

membayar pajak dikarenakan belum mencapai 4,8 miliar dan tidak takut akan

sanksi yang mungkin akan diterima kemudian hari. Oleh sebab itu, berdasarkan

beberapa pernyaataan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kepatuhan Pebisnis

online pada online marketplace dalam memenuhi kewajiban perpajakannya masih

rendah.

Page 20: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis penerapan pajak pada Pebisnis X dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya. Pebisnis X telah memiliki NPWP dan

melaporkan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi setiap tahunnya, tetapi

Pebisnis X belum membayar SPT Masa atas penghasilan uasahanya menurut tarif

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah Nomor 23

Tahun 2018.

Jumlah PPh Final yang seharusnya dibayar oleh Pebisnis X sejak bulan

Juni 2016 sampai dengan bulan April 2018 menurut tarif Peraturan Pemerintah

Nomor 46 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 adalah

sebesar Rp2.730.290,00. Pebisnis X juga dikenakan sanksi administrasi berupa

bunga selama 34 bulan atas keterlambatan pembayaran SPT Masa. Keterlambatan

terhitung sejak bulan Juni 2016 sampai dengan Maret 2019 menurut ketentuan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pasal 9 Ayat (2a) sebesar

Rp1.786.867,00. Oleh sebeb itu, jumlah PPh final yang harus dibayar oleh

Pebisnis X dengan sanksi bunga adalah sebesar Rp4.517.157,00.

Pebisnis X tidak membayarkan PPh Final atas penghasilan usahanya

dikarenakan tidak memiliki pengetahuan mengenai pajak pada bisnis online.

Selain itu, Pebisnis X keberatan dengan besaran pajak harus dibayaran. Hal

tersebut juga terjadi pada pebisnis lainnya pada online marketplace. Tidak

optimalnya penerimaan pajak dari jumlah transaksi yang besar pada online

Page 21: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

marketplace tentunya memberikan dampak pada tidak maksimalnya potensi

penerimaan pajak Negara yang seharusnya lebih besar.

Keterbatasan Penelitian

Terdapat keterbatasan penelitian yang disadari oleh peneliti yaitu, data

pendapatan bruto setiap bulan yang diberikan oleh objek penelitian bukan data

penjualan sebenarnya yang dicatat oleh objek penelitian. Data tersebut merupakan

data yang diperoleh dari situs online marketplace pada toko online milik objek

penelitian.

Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan keterbatasan yang

ditemukan agar dapat dikaji lebih dalam yaitu:

1. Bagi pemerintah

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat melakukan sosialisai mengenai

peraturan perpajakan yang sesuai kepada para pebisnis online mengingat

potensi pajak untuk bisnis online di Indonesia cukup besar saat ini dan

kedepannya.

Pemerintah, Bank Indonesia, DJP dan beberapa pihak yang berhubungan

dengan penyelenggara situs online marketpalce di Indonesia diharapkan

dapat bekerja sama untuk menciptakan sistem pemungutan pajak yang

efektif sehingga dapat mempermudah pebisnis online dalam menyalurkan

pajak dan pemerintah sendiri dalam meningkatkan penerimaan pajak

seperti Australia dan Korea Selatan yang membebankan pajak sebesar

Page 22: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

10% dari nilai transaksi online dengan cara mewajibkan seluruh penjual

atau perusahaan yang menjual secara online wajib terdaftar sesuai

persyaratan yang ditentukan.

2. Bagi pebisnis online diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai

perpajakan karena pebisnis online atau pengusaha biasa sama-sama memiliki

penghasilan atas usaha yang pajak terutangnya harus dibayar.

3. Bagi peneliti diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan cakupan

yang lebih besar yaitu perpajakan untuk e-commerce secara keseluruhan

dengan karakteristik objek penelitian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Butar, E. Y. A., & Rustam, A. R. (2013). Penerapan PP No. 46 Tahun 2013 PadaUMKM (Studi Kasus Pada CV.Lestari Malang). Jurnal Ilmiah MahasiswaFEB, 2(2).

cnnindonesia.com. (2017). Berguru dari Negara Lain Demi Tarik Pajak e-Commerce. Diankes pada 18 Mei 2018 dari website CNN Indonesia:https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20171129101646-532-258860/berguru-dari-negara-lain-demi-tarik-pajak-e-commerce

CNBC Indonesia. (2019). Ogah Bikin Resah, Sri Mulyani Tarik Aturan Pajak e-Commerce. Diakses padaa 5 April 2019 dari website CNBC Indonesia:https://www.cnbcindonesia.com/news/20190401082117-4-63971/ogah-bikin-resah-sri-mulyani-tarik-aturan-pajak-e-commerce

detikfinance. (2018). Diluncurkan Jokowi, Pajak UMKM 0,5% Berlaku 1 Juli2018. Diakses pada 10 November 2018 dari website detikfinance:https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4078243/diluncurkan-jokowi-pajak-umkm-05-berlaku-1-juli-2018

Devano,S. dan Rahayu, S. K. (2006). Perpajakan: Konsep, Teori dan Isu. Jakarta:Kencana

Page 23: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

Dewi, S. R. (2014). Pembangunan Online Marketplace Untuk Pengusaha Mikrodi Pasty (Doctoral dissertation, UAJY).

Direktorat Jendral Pajak Kementerian Keuangan. (2017). Laporan Tahunan 2017Direktorat Jendral Pajak. Diakses pada 10 November 2018 dari website:http://www.pajak.go.id

Furi, Y. R. (2014). Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 PadaUsaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Batang( Studi EmpirisPada Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UMKM Yang Terdaftar Di KPPBatang). Diakses pada 26 September 2018, dari website:http://eprints.ums.ac.id/30357/

Indriantoro, Nur & Supomo, B. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis UntukAkuntansi dan Manajemen. BPFE.

Kalakota & Whinston. (1996). Frontiers of Electronic Commerce, Addison-Wesley Publishing Company: Massachusetts.

katadata.co.id. (2018). Shopee Catatkan Transaksi Rp 59 Triliun, 40% dariIndonesia. Diakses pada 10 November 2018 dari websitehttps://katadata.co.id/berita/2018/09/03/shopee-catatkan-transaksi-rp-59-triliun-40-dari-indonesia

katadata.co.id. (2019). Transaksi Tokopedia Naik Empat Kali Lipat Selama Tahun2018. Diakses pada 29 Januari 2019, dari website katadata.co.id:https://katadata.co.id/berita/2019/01/07/transaksi-tokopedia-naik-empat-kali-lipat-selama-2018

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.(2017). Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Umkm) DanUsaha Besar (UB) Tahun 2016-2017. Diakses pada 29 Januari 2019 dariwebsite: depkop.go.id: http://www.depkop.go.id/data-umkm

KOMPAS.com. (2018). Transaksi Tembus Rp 4 Triliun, Bukalapak KajiKemungkinan IPO. Diakses pada 18 Oktober 2018 dari websiteKompas.com:https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/28/100857826/transaksi-tembus-rp-4-triliun-bukalapak-kaji-kemungkinan-ipo

Liputan6.com. (2018). UMKM Sumbang 60 Persen ke Pertumbuhan EkonomiNasional. Diakses pada 1 Febfuari 2019 dari website liputan6.com:https://www.liputan6.com/bisnis/read/3581067/umkm-sumbang-60-persen-ke-pertumbuhan-ekonomi-nasional

Page 24: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

Lubis, M. R. (2017). Kebijakan Pengaturan Pajak Penghasilan dan PajakPertambahan Nilai Terhadap Transaksi E-Commerce.

Mardiasmo. 2016. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Moleong, L. J. (2014). Metodelogi Penelitian Komunikasi. PT. RemajaRosdakarya: Bandung.

Mustika, N. (2008). Kebijakan pajak penghasilan atas penghasilan yang di dapatdari transaksi e-commerce (Doctoral dissertation, Universitas Indonesia.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan AtasPenghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yangMemiliki Peredaran Bruto Tertentu.

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan AtasPenghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yangMemiliki Peredaran Bruto tertentu.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 197/Pmk.03/2013Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor68/Pmk.03/2010 Tentang Batasan Pengusaha Kecil Pajak PertambahanNilai. Diakses pada 28 Mei 2019 dari website:https://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=15415

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 147/Pmk.03/2017Tentang Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak Dan Penghapusan NomorPokok Wajib Pajak Serta Pengukuhan Dan Pencabutan PengukuhanPengusaha Kena Pajak. Diakses pada 28 Mei 2019 dari website: Diaksespada 28 Mei 2019 dari website:https://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=16360

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi Revisi. Jakarta: SalembaEmpat.

Sakti, N.W. (2012). Buku Pintar Pajak E-Commerce. Jakarta: VisiMedia Pustaka.

Sapiei, Noor Sharoja. Jeyapalan Kasipillai. 2013. Impacts of the Self-AssessmentSystem for Corporate Taxpayers. American Journal of Economics. 3(2): 75-81.

Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Page 25: ANALISIS KEWAJIBAN PERPAJAKAN PEBISNIS ONLINE PADA ONLINE ...

Surat Edaran Direktur Jendreal Pajak Nomor SE-06/PJ/2015 Tentang Pemotongandan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan Atas Transasksi E-Commerce.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-62/PJ/2013 Tentang PenegasanKetentuan Perpajakan Atas Transaksi E-Commerce Direktur Jenderal Pajak.

Susilo, E. J., & Sirajuddin, B. (2014). Pemahaman Wajib Pajak TerhadapPeraturan Pemerintah Nomor46 Tahun 2013 Tentang Pajak UKM (StudiKasus Pada Wajib Pajak yang Terdaftar di Kantor Pelayanan PajakPratama Palembang Ilir Barat). Retrieved September 26, 2018, fromhttp://eprints.mdp.ac.id/1134/

Syafii, A. (2013). Step By Step Bisnis Dropshipping & Reseller. Jakarta: PT ElexMedia Komputerindo.

Tempo.co. (2017). Tokopedia Raup Transaksi Rp 1 Triliun Per Bulan Selama2016. Daikses pada 18 Oktober 2018 dari website Tempo.co.:https://tekno.tempo.co/read/839768/tokopedia-raup-transaksi-rp-1-triliun-per-bulan-selama-2016

Trisnayanti, I. A. I., & Jati, I. K. (2015). Pengaruh Self Assessment System,Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Pajak Pada Penerimaan PajakPertambahan Nilai (PPN). E-Jurnal Akuntansi, 292-310.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Perubahan KetigaAtas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum danTata Cara Perpajakan Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa PresidenRepublik Indonesia. Diakses pada 4 Maret 2019 dari website:www.pajak.go.id/dmdocuments/UU-28-2007.

Viana, E. R., Margareth, P., & Serly. (2017). Menelisik Pajak Penghasilan AtasBisnis Online Shop. InFestasi, 13(2), 367-379.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.

Yusuf, M. I. (2011). Analisis Determinan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) DiSumatera Utara (Master’s thesis).