REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

13
12 REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN KOTAGEDE SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN IDENTITAS Oleh: Cynthia Puspitasari Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Abstrak: Pelestarian kawasan bersejarah yang kental akan unsur historis dan budaya, merupakan upaya yang perlu dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Dinamika yang terjadi baik itu secara fisik maupun non fisik perlu disikapi dengan adanya suatu perencanaan kawasan secara terpadu agar pelestarian kawasan dapat tetap terjaga. Dinamika pada kawasan Kotagede yang terjadi akibat bencana gempa tektonik pada 27 Mei 2006, memberikan dampak yang cukup signifikan berupa kerusakan pada beberapa bangunan pusaka sejarah. Dalam rangka mempertahankan identitas kawasan, rekonstruksi kawasan perlu segera dilakukan. Salah satu wujud rekonstruksi pada kawasan Kotagede terlihat pada beberapa titik yang salah satunya adalah hunian tradisional yang berada pada kelurahan Purbayan, kawasan Kotagede. Rekonstruksi hunian tradisional memerlukan beberapa kajian yang lebih mendalam terkait sejauh mana perubahan fisik ataupun pengembalian kondisi semula dapat dilakukan. Makalah ini mendiskusikan tentang peran rekonstruksi yang dikhususkan pada hunian tradisional terhadap upaya pelestarian kawasan yang berkelanjutan. Kesimpulan dari penulisan makalah ini menghasilkan beberapa rekomendasi peran dan perwujudan rekonstruksi demi tercapainya pelestarian kawasan bersejarah Kotagede. Kata Kunci: rekonstruksi, pelestarian, identitas, hunian tradisional dan kotagede PENDAHULUAN Kotagede yang terletak di ujung tenggara kota Yogyakarta, adalah suatu kawasan bersejarah yang merupakan mantan ibukota

Transcript of REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

Page 1: REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

12

REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN KOTAGEDE

SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN IDENTITAS Oleh:

Cynthia Puspitasari

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Pancasila,

Abstrak: Pelestarian kawasan bersejarah yang kental akan unsur historis

dan budaya, merupakan upaya yang perlu dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Dinamika yang terjadi baik itu secara fisik maupun non fisik perlu disikapi dengan adanya suatu perencanaan kawasan secara terpadu agar pelestarian kawasan dapat tetap terjaga. Dinamika pada kawasan Kotagede yang terjadi akibat bencana gempa tektonik pada 27 Mei 2006, memberikan dampak yang cukup signifikan berupa kerusakan pada beberapa bangunan pusaka sejarah. Dalam rangka mempertahankan identitas kawasan, rekonstruksi kawasan perlu segera dilakukan. Salah satu wujud rekonstruksi pada kawasan Kotagede terlihat pada beberapa titik yang salah satunya adalah hunian tradisional yang berada pada kelurahan Purbayan, kawasan Kotagede.

Rekonstruksi hunian tradisional memerlukan beberapa kajian yang lebih mendalam terkait sejauh mana perubahan fisik ataupun pengembalian kondisi semula dapat dilakukan. Makalah ini mendiskusikan tentang peran rekonstruksi yang dikhususkan pada hunian tradisional terhadap upaya pelestarian kawasan yang berkelanjutan. Kesimpulan dari penulisan makalah ini menghasilkan beberapa rekomendasi peran dan perwujudan rekonstruksi demi tercapainya pelestarian kawasan bersejarah Kotagede. Kata Kunci: rekonstruksi, pelestarian, identitas, hunian tradisional dan kotagede

PENDAHULUAN Kotagede yang terletak di ujung tenggara kota Yogyakarta,

adalah suatu kawasan bersejarah yang merupakan mantan ibukota

Page 2: REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

13

Kerajaan Mataram Islam pertama. Kotagede didirikan pada abad ke-16 sebagai kabupaten tradisional tertua di kota Yogyakarta.

Perencanaan Kotagede dibuat dengan mengacu pada pola kota ideal Jawa “Catur Gatra Tunggal” berupa 4 (empat) komponen dalam 1 (satu) kesatuan, yang ditandai dengan keberadaan istana, masjid, pasar, dan alun-alun. Fenomena Kotagede diperkuat dengan adanya keragaman kegiatan industri lokal seperti perak, kerajinan batik, tembikar, kerajinan kayu, ikat (kain handwoven), dan kerajinan tradisional lainnya yang dipraktekkan di daerah tersebut. Hal ini membuat Kotagede sebuah distrik warisan yang unik dan penting serta berkontribusi dalam membentuk kehidupan kota Yogyakarta.

Nilai-nilai sejarah dan budaya warisan Kotagede yang tercermin dalam arsitektur rumah tradisional dan kehidupan sosial rakyatnya merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan. Pelestarian kawasan bersejarah Kotagede sendiri merupakan isu yang telah lama dicanangkan oleh pemerintah setempat serta pemerhati budaya dan sejarah. Terbukti pada tahun 2003 oleh Walikota Yogyakarta, kawasan tersebut dideklarasikan sebagai "Museum Hidup".

Nilai-nilai sejarah dan budaya Kotagede. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2011

Upaya tersebut mengalami hambatan dikarenakan terjadinya

bencana gempa berkekuatan 6,3 SR pada tanggal 27 Mei 2006 yang melanda 11 kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Bencana tersebut mengakibatkan kerusakan pada perumahan dan infrastruktur kawasan. Bencana tersebut telah memperburuk kemiskinan di daerah bencana, di mana hampir 880.000 orang miskin orang hidup. Kondisi tersebut semakin pelik dengan adanya fakta bahwa 66.000 orang cenderung untuk jatuh ke dalam kemiskinan jika kebutuhan dasar rumah tidak dipulihkan dalam beberapa tahun mendatang.

Page 3: REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

14

Kerusakan akibat gempa.

Sumber: Safeguarding of Vernacular Traditions in Kotagede heritage district (JRF Meeting, 2008)

Desakan kebutuhan masyarakat mendorong para penghuni

rumah tradisional khususnya rumah Joglo (rumah dengan banyak ornamen kayu Jati yang merupakan material berharga mahal) untuk menjual asetnya atau bahkan elemen-elemen kayu Jatinya. Hal tersebut tidak lain dikarenakan oleh: (a) ketidakmampuan dalam membangun kembali pasca gempa, (b) kesulitan dalam pemeliharaan atau (c) keinginan untuk membangun rumah kembali sesuai kebutuhan gaya saat ini. Kondisi demikian bila terus terjadi dapat mengakibatkan kepunahan karakter hunian tradisional sebagai identitas kawasan. Akibatnya pada tahun 2008 oleh World Monument Fund, dituliskan bahwa Kotagede termasuk ke dalam Daftar 100 Situs Paling Terancam Punah.

Berdasarkan fakta tersebut di atas, untuk dapat memperbaiki kondisi yang ada dan mempertahankan keberlangsungan kawasan di masa yang akan datang perlu dilakukan rekonstruksi untuk mempertahankan identitas kawasan Kotagede sebagai kawasan pusaka sejarah. Makalah ini mendiskusikan pemahaman tentang kontribusi proses rekonstruksi terhadap upaya pelestarian yang difokuskan pada hunian tradisional Joglo yang berada pada kawasan kelurahan Purbayan. REKONSTRUKSI SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN Pelestarian

Pelestarian dalam kamus bahasa indonesia berasal dari kata “lestari” yang artinya tetap seperti keadaannya semula; tidak berubah; bertahan; kekal (kamusbahasaindonesia.org). Kata pelestarian sendiri dapat diartikan: (1) proses, cara, perbuatan melestarikan; (2) perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan; pengawetan; konservasi: ~ sumber-sumber alam; (3) pengelolaan sumber daya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya (kamusbahasaindonesia.org). Pelestarian yang dibahas pada makalah

Page 4: REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

15

ini adalah pelestarian yang berkaitan erat dengan upaya pelestarian konservasi sejarah atau historic conservation.

Berdasarkan Piagam Burra Charter (1982)1, conservation (konservasi) berarti proses menjaga suatu tempat agar signifikansi budayanya dapat tetap dipertahankan. Proses tersebut meliputi perawatan yang terbagi ke dalam beberapa kegiatan: (a) preservasi, (b) restorasi, (c) rekonstruksi dan (d) adaptasi. Masing-masing kegiatan pelestarian memiliki pendekatan yang berbeda, terkait dengan kasus yang berbeda, antara lain: a) Preservasi merupakan upaya mempertahankan fabric/material

fisik yang ada dari sebuah tempat agar dapat menghambat kerusakan;

b) Restorasi merupakan upaya mengembalikan fabric/material fisik yang ada dari sebuah tempat sebelumnya, dengan menghapus penambahan-penambahan atau pemasangan kembali komponen yang ada tanpa pengenalan materi baru;

c) Rekonstruksi merupakan upaya untuk mengembalikan keadaan sebuah objek, fabric, tempat yang telah hilang ataupun hancur sebagian/rusak, kepada kondisi semula/awal, sejauh bisa diketahui; upaya tersebut ditandai dengan penggunaan bahan/material baru ataupun lama;

d) Adaptasi merupakan upaya memodifikasi tempat yang sesuai dengan yang usulan penggunaan yang kompatibel.

Pada umumnya konservasi merupakan kombinasi lebih dari

satu upaya tersebut. Pelestarian pada kasus Kotagede mengindikasikan perlunya suatu pengelolaan berkelanjutan yang dapat diwujudkan dengan cara mempertahankan, menjaga atau memulihkan kondisi pasca gempa agar signifikansi budaya saat ini hingga kondisi di masa yang akan datang tetap terjaga.

1-2 The Conservation Plan. James Semple Kerr, NSW, 1982

Page 5: REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

16

Kondisi Kawasan Kotagede pasca gempa yang memerlukan penanganan berupa perbaikan fisik dengan atau tanpa penambangan material baru.

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2011

Upaya tersebut perlu dilakukan dengan segera dengan

pemulihan kondisi semula yang hilang atau rusak sebagian, baik mempergunakan material baru atau lama. Kegiatan konservasi yang paling tepat dipergunakan untuk pemulihan kondisi Kotagede adalah dengan pendekatan rekonstruksi.

Rekonstruksi

Berdasarkan definisi dari Piagam Burra Charter (1982)2, pendekatan rekonstruksi dapat dipahami sebagai berikut: a) Rekonstruksi tepat apabila diterapkan pada suatu tempat yang

kondisinya tidak lengkap akibat kerusakan atau perubahan, dan pada keperluan suatu tempat untuk kelangsungan hidup, atau di mana suatu tempat memulihkan makna budaya tempat secara keseluruhan.

b) Rekonstruksi terbatas pada penyelesaian entitas dan tidak harus merupakan mayoritas fabric/material fisik tempat.

c) Rekonstruksi terbatas pada reproduksi fabric/material fisik, bentuk yang diketahui dari fisik dan / atau bukti dokumenter.

d) Rekonstruksi harus diidentifikasi melalui inspeksi di mana ia dapat mendekati suatu karya baru.

Apa yang menjadi entitas penting dalam rekonstruksi kawasan Kotagede agar tujuan pelestarian dapat tercapai? Untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan pemahaman apa yang menjadi penting dalam signifikansi budaya yang bermakna bagi Kotagede.

2The Conservation Plan. James Semple Kerr, NSW, 1982

Page 6: REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

17

Kualitas Visual dan Identitas Kualitas visual merupakan imageability of places, yakni suatu

cara yang memungkinkan manusia untuk hidup harmonis dengan lingkungan fisik mereka (Lynch, 1960). Identitas adalah aspek kolektif dari himpunan karakteristik melalui sebuah hal yang sangatlah dikenali atau diketahui (dictionary.com).

Salah satu aspek keberhasilan suatu perancangan kota berdasarkan Key Aspect of Urban Design (Urban Design Compendium, 2000), adalah sense of place yang diartikan sebagai penciptaan bentuk pembangunan menciptakan suatu tempat yang dikenali berbeda tetapi sekaligus memperkuat identitas lokal. Karakteristik kota tidak terbatas pada atribut estetika lingkungan binaan, tetapi merupakan manifestasi fisik dari antropologi dan identitas sosial warganya, pembangun dan penjajah, budaya dan gaya hidup mereka; evolusinya sebagai masyarakat dan kemakmuran atau kurangnya tingkat ekonomi (Hall, 1998).

Dalam bukunya tentang konservasi dan keberlanjutan, Dennis Rodwell (2007) mendefinisikan kota tradisional terbangun sebagai: 'keterkaitan dengan topografi dan hubungan yang seimbang dengan wilayahnya. Sense of place dan harmoni ditingkatkan dengan jangkauan terbatas dari material lokal dan keterampilan kerajinan yang digunakan dalam konstruksinya, diperkuat oleh aturan standar bangunan (building code) yang ketat. Skala dasarnya adalah manusia dan fungsi sosio-ekonomi menurut pemahaman umum bersama tentang apa yang merupakan kehidupan perkotaan.’

Melihat pemahaman di atas, tujuan rekonstruksi dapat menjadi jelas, di mana yang menjadi target utama proses rekonstruksi pada kawasan Kotagede adalah penjagaan aspek-aspek kualitas visual yang merupakan identitas lokal kawasan. Identitas lokal itu sendiri diwujudkan melalui karakteristik fisik dan non fisik yang bermakna bagi masyarakat. Karakteristik fisik tergambar melalui wujud bangunan dan ruang pelingkup yang khas, seperti halnya hunian tradisional dengan segala komponennya.

Karakteristik kawasan Kotagede adalah kampung dengan gang-gang sempit di antara rumah yang penduduknya yang masih hidup dalam tradisi Jawa. Tatanan jalan kampung yang disebut jalan rukunan berikut rumah-rumah tradisional yang berada di dalamnya, merupakan karakter khas yang menjadi identitas Kotagede. Rumah tradisional Jawa (Joglo, Limasan, Kampung dan Panggang pe) yang dibangun ratusan tahun yang lalu dengan konstruksi kayu dan ukiran

Page 7: REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

18

kayu yang disebut dhanyang bahu, juga merupakan fitur unik yang memberikan makna ruang pada Kotagede.

Karakteristik Kawasan Kotagede berupa Hunian Tradisional dan Gang Rukunan Sumber: Safeguarding of Vernacular Traditions in Kotagede heritage district (JRF Meeting, 2008)

Hunian Tradisioanal

Hunian merupakan tempat atau ruang di mana manusia bermukim dan berdomisili. Wujud fisik formal hunian dapat berupa rumah yang diisi oleh seorang manusia atau lebih yang disebut dengan keluarga. Tradisional berarti kuno atau klasik yang menyangkut pewarisan budaya kepada generasi di bawahnya (architect-news.com).

Dari definisi istilah tersebut didapat pengertian bahwa hunian tradisional merupakan suatu ruang atau tempat yang digunakan manusia untuk tinggal dan bermukim yang mana ruang tersebut memiliki muatan budaya dari generasi sebelumnya yang dinilai perlu untuk diwariskan pada generasi di bawahnya. Mempertahankan Identitas Kawasan melalui Perbaikan Rumah Joglo

Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, upaya mempertahankan identitas perlu dilakukan (Hall, 1998). Pada kawasan Kotagede, bangunan rumah Joglo sebagai puncak dari arsitektur Jawa, merupakan artefak yang memberikan karakteristik yang khas. Kerusakan akibat gempa dan maraknya penjualan aset pusaka Joglo karena nilai ekonomisnya yang tinggi, mendorong rekonstruksi yang berfokus pada Joglo untuk segera dilakukan. Joglo sendiri merupakan tipologi rumah tradisional Jawa yang biasanya ditinggali oleh keturunan bangsawan di masa lalu. Bagian rumah terpisah antara 2 (dua) bagian inti yaitu dalem (rumah utama) dan pendopo (teras besar).

Page 8: REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

19

Skema Komplek Bangunan Joglo.

Sumber: Dakung, 1981:56

Salah satu kasus rekonstruksi hunian tradisional yang

dilakukan pada kawasan Kotagede adalah pada “Omah Joko Nugroho” (rumah tinggal milik Joko Nugroho) yang terletak di Klaster Between Two Gates, Kelurahan Purbayan. Rekonstruksi yang dilakukan terfokus pada perbaikan hunian tradisional joglo yang diwujudkan melalui skema pembangunan rumah privat dan publik.

Peta kawasan Kotagede.

Sumber: Jelajah Pusaka Kotagede

Page 9: REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

20

Peta lokasi Klaster Between Two Gates dan Omah Joko Nugroho.

Sumber: Analisis Pribadi dan Penelusuran Internet 2011

Rekonstruksi hunian tradisional pada “Omah Joko Nugroho” di Klaster Between Two Gates Keterangan(kiri-kanan-atas-bawah): (a) Gerbang Barat, (b) Gerbang Timur, (c,d) Jalan Rukunan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2011

Yang dimaksud rumah privat bagian dalem dari rumah Joglo. Di mana rumah privat tetap difungsikan bagi keperluan pribadi keluarga Joko Nugroho. Oleh yang bersangkutan fungsi rumah dalem dimanfaatkan untuk kegiatan komersial yakni usaha perdagangan batik. Rekonstruksi bagian dalem dikerjakan dengan adanya partisipasi pemilik yang bekerja sama dengan fasilitator rekonstruksi.

Page 10: REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

21

Rekonstruksi rumah privat pada bagian dalem dan pringgitan

Keterangan(kiri-kanan-atas-bawah): (a) Fasad rumah privat pasca rekonstruksi, (b) Atap joglo dengan material yang dipertahankan, (c) Penambahan fungsi komersial pada bagian dalem, (d)

Perbaikan lingkungan hunian meliputi perkerasan pada gang rukunan. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2011 dan panoramio.com

Partisipasi pemilik rumah dalam berbagai aspek fisik,

lingkungan, sosial dan ekonomi diperlukan dalam strategi pencapaian rekonstruksi (Fallahi, 2007). Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan skema kerja sama alih fungsi lahan dengan perubahan fungsi rumah privat menjadi rumah publik. Yang dimaksud rumah publik dalam hal ini rekonstruksi bangunan pendopo. Proses pembangunan dan penggunaan publik diputuskan dengan persetujuan pemilik dan warga sekitar. Pendopo yang pada awalnya merupakan area pribadi milik keluarga Joko Nugroho, setelah dilakukan rekonstruksi, fungsinya dirubah menjadi bangunan publik bagi fungsi umum.

Rekonstruksi rumah publik pada bagian pendopo

Keterangan(kiri-kanan-atas-bawah): (a) Bagian utama Pendopo, (b) Halaman samping yang dirubah menjadi ruang servis, (c) Bagian luar pendopo, (d) Bagian dalam pendopo.

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2011 dan panoramio.com

Perbaikan fisik difokuskan pada elemen-elemen hunian yang

rusak akibat gempa. Untuk memulihan kembali ke kondisi awal, dilakukan kategorisasi tingkat kerusakan, baru kemudian diputuskan prioritas perbaikan serta perencanaan implementasinya. Walaupun ada persoalan keterbatasan material bangunan, untuk menjaga identitas lokal, material lokal yang dipergunakan, dipilih semirip mungkin dengan material aslinya. Jadi, walaupun perubahan material baru diperkenankan, perubahan tetap dibatasi oleh adanya faktor pertimbangan estetika historis.

Page 11: REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

22

Proses rekonstruksi dengan pertimbangan pemanfaatan material yang serupa dengan atau tanpa adanya perubahan material baru.

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2011

Proses rekonstruksi pada kawasan menemuni beberapa

kendala. Di antaranya ketiadaan aturan standar bangunan (building code) yang mendukung upaya mempertahankan identitas lokal. Akibatnya rekonstruksi pada hunian Joglo yang dilakukan seperti halnya titik-titik pelestarian yang bersifat menyebar dan tidak menggubris kualitas visual bangunan tradisional lain atau bahkan bangunan yang terlanjur dibangun dengan gaya modern.

Jenis bangunan non Joglo yang tumbuh tanpa arahan akibat tidak adanya building code. Sumber: Dokumentasi Pribadi 2011

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Rekonstruksi hunian tradisional pada kawasan Kotagede sebagai

upaya pelestarian identitas, mengandung pengertian bahwa pembangunan kembali kawasan melalui pendekatan rekonstruksi perlu dilakukan agar identitas budaya dan sejarah berupa karakteristik khas kawasan dapat dipertahankan, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang;

2. Rekonstruksi hunian tradisional dapat menjaga kualitas visual sehingga mampu mempertahankan identitas kawasan Kotagede dengan cara menjaga atau memulihkan kembali ruang dan objek yang menjadi karakteristik kawasan. Dalam hal ini adalah

Page 12: REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

23

perbaikan hunian tradisional, seperti halnya objek rumah Joglo dan skema penciptaan rumah publik bagi masyarakat setempat dan umum;

3. Rekonstruksi hunian tradisional memberikan kontribusi terhadap upaya pelestarian dengan adanya upaya menghidupkan kembali lingkungan fisik kawasan hunian dengan berbagai aktivitas yang bersifat privat dan publik.

Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dan analisis yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa rekomendasi yang dirujuk berdasarkanstudi dari Lessons learned from the housing reconstruction following the Bam earthquake in Iran (Fallahi, 2007). Rekonstruksi yang terfokus pada hunian dapat diterapkan berdasarkan prinsip-prinsip dasar3: 1. Mempertahankan identitas kota dalam desain perkotaan;

Pemahaman masyarakat akan pentingnya rekonstuksi serta pemanfaatan dan penjagaan identitas lokal sebagai karakter kawasan perlu lebih diperdalam.

2. Partisipasi aktif pemilik rumah dalam berbagai aspek fisik, lingkungan, sosial dan ekonomi; Pengawasan dan pendampingan kepada masyarakat perlu ditambahkan dengan adanya pembekalan ilmu terkait pemahaman historis, budaya dan aset pusaka sebagai identitas lokal.

3. Memperkuat bangunan rumah dengan national building code. Perlu dibuat acuan yang jelas dan landasan hukum formal (building code) terkait sejauh mana perubahan pada setiap wujud artefak dan lingkungan dapat dilakukan. Hal tersebut tidak hanya berlaku bagi hunian Joglo namun juga bagi bangunan tradisional lainnya. Berdasarkan penelitian Kiera (2011), di mana identitas

3 Lessons learned from the housing reconstruction following the Bam earthquake in Iran. Dr. Alireza Fallahi, Sydney, 2007

Page 13: REKONSTRUKSI HUNIAN TRADISIONAL PADA KAWASAN …

24

lokal dan aturan desain dijadikan tools dalam konservasi4, dijelaskan bahwa identitas intrinsik dari karakter perkotaan yang ada dan arsitektur tidak hanya dilindungi, tetapi proaktif digunakan sebagai acuan dan panduan kota-khusus untuk pembangunan baru. Aturan identitas lokal sering disebut sebagai ‘special code’ karena mendefinisikan rinci spasial karakteristik arsitektur urban kota.

DAFTAR PUSTAKA Fallahi, Alireza, 2007, Lessons learned from the housing reconstruction

following the Bam earthquake in Iran, Sydney Hall, Peter, 1998, Cities in Civilization, London Kerr, James Semple , 1982, The Conservation Plan, NSW Kiera, Agnieshka, 2011, The local identity and design code as tool of

urban conservation, a core component of sustainable urban development – the case of Fremantle, Western Australia, City & Time

4 The local identity and design code as tool of urban conservation, a core

component of sustainable urban development – the case of Fremantle.

Agnieshka Kiera, Western Australia, City & Time, 2011